PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA

117
Kata Pengantar PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA TRIWULAN II TAHUN 2021 Edisi Vol. 5, No. 2 Agustus 2021 ISSN 2580-2518 KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Transcript of PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA

Kata Pengantar

PERKEMBANGAN EKONOMI

INDONESIA DAN DUNIA

TRIWULAN II TAHUN 2021

Edisi Vol. 5, No. 2 Agustus 2021

ISSN 2580-2518

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan

yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas.

Publikasi ini didasarkan pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh

Kementerian/Lembaga, instansi internasional, asosiasi, maupun hasil dari diskusi

terbatas perkembangan ekonomi yang dilakukan bersama dengan beberapa

Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.

Publikasi triwulan II tahun 2021 ini memberikan gambaran dan analisis mengenai

perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia pada triwulan II tahun 2021. Dari sisi

perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat

dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi

perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia

pada triwulan II tahun 2021 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, investasi,

industri dalam negeri, perekonomian daerah, serta proyeksi ekonomi.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan

banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang

membangun dari Pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan

dan penerbitan publikasi ini dapat tercapai.

Jakarta, Agustus 2021

Deputi Bidang Ekonomi

i

Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN EKSEKUTIF

Di tengah akselerasi program vaksinasi di berbagai belahan dunia, pada akhir triwulan

II tahun 2021, kasus Covid-19 di beberapa negara kembali melonjak dengan strain

baru yang kecepatan penyebarannya lebih tinggi. Negara-negara yang telah mampu

mengendalikan Covid-19, baik melalui pembatasan yang ketat maupun percepatan

vaksinasi, kembali melanjutkan pemulihan pada triwulan II tahun 2021. Perekonomian

Amerika Serikat tumbuh 12,2 persen (YoY), didorong oleh pemulihan pada personal

consumption dan private investment. Jepang dan Korea Selatan tumbuh masing-

masing sebesar 7,5 dan 5,9 persen (YoY). Sementara itu, pertumbuhan Tiongkok

mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sebesar 7,9 persen

(YoY). Meskipun tumbuh tinggi, perekonomian riil sebagian besar negara masih

berada di bawah kondisi pra-pandemi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri mencapai 7,1 persen (YoY) pada triwulan II

tahun 2021. Pemulihan tersebut sejalan dengan kondisi mobilitas dan aktivitas

masyarakat yang jauh lebih longgar dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya dimana kasus pertama dideteksi. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh

peningkatan investasi dan pemulihan konsumsi rumah tangga. Konsumsi pemerintah

juga meningkat sejalan dengan realisasi belanja barang dan program bantuan sosial.

Selain itu, kinerja ekspor Indonesia juga meningkat seiring dengan peningkatan

permintaan dari negara mitra dagang. Seluruh sektor juga telah kembali tumbuh

positif dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor transportasi dan pergudangan,

serta akomodasi dan makan minum. Pertumbuhan positif juga terjadi di seluruh

wilayah. Namun, pertumbuhan Bali-Nusra masih terbatas mengingat sektor utama di

wilayah tersebut masih mengalami tekanan.

Realisasi belanja negara meningkat 19,1 persen (YoY) menjadi Rp1.170,1 triliun.

Realisasi belanja pemerintah pusat mencapai 40,7 persen dari APBN sementara TKDD

mencapai 47,0 persen. Realisasi bansos mencapai 48,6 persen yang dimanfaatkan

untuk penyaluran program bansos reguler serta program pemulihan dampak Covid-

19. Sementara itu, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai 50,9 persen dari

APBN yakni sebesar Rp886,9 triliun. Beberapa jenis pajak utama mencerminkan

pemulihan kegiatan ekonomi, diantaranya PPh pasal 26 yang tumbuh 17,9 persen

(YoY) serta PPh final yang tumbuh 2,2 persen (YoY). Berdasarkan capaian pendapatan

dan belanja negara, defisit anggaran sebesar Rp283,2 triliun atau sekitar 1,7 persen

dari PDB, lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2020. Pembiayaan anggaran

mencapai Rp419,2 triliun atau 41,7 persen dari pagu APBN 2021 terutama bersumber

dari pembiayaan utang.

Sepanjang triwulan II tahun 2021, BI 7-day Reverse Repo Rate dipertahankan sebesar

3,50 persen untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah inflasi yang rendah.

ii

Ringkasan Eksekutif

Nilai tukar Rupiah melemah 2,4 persen (YtD), dipengaruhi oleh meningkatnya

ketidakpastian di pasar keuangan global akibat peningkatan kasus Covid-19 dan

rencana pengurangan stimulus oleh The Fed. Sementara tingkat inflasi pada triwulan

II tahun 2021 sebesar 1,3 persen (YoY). Di sisi lain, ekspansi moneter dilanjutkan

melalui quantitative easing dan kebijakan makroprudensial termasuk dukungan Bank

Indonesia dalam pembiayaan APBN.

Neraca Pembayaran Indonesia mengalami defisit yang dipengaruhi oleh turunnya

surplus transaksi moodal dan finansial serta peningkatan defisit transaksi berjalan.

Defisit transaksi berjalan disebabkan oleh peningkatan defisit neraca pendapatan

primer, neraca perdagangan migas, serta neraca jasa. Turunnya surplus neraca

transaksi modal dan finansial disebabkan oleh peningkatan defisit pada transaksi

investasi lainnya, dipengaruhi peningkatan pembayaran pinjaman luar negeri yang

jatuh tempo. Adapun cadangan devisa hingga triwulan II tahun 2021 relatif stabil

sebesar USD137,1 miliar, setara dengan pembiayaan 8,8 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya diperkirakan kembali mengalami

perlambatan pada triwulan III tahun 2021 sejalan dengan implementasi PPKM

Darurat. Namun, akan kembali rebound pada triwulan selanjutnya. Pertumbuhan

ekonomi Indonesia tahun 2021 secara keseluruhan diperkirakan sebesar 3,5-4,3

persen. Perkiraan tersebut sejalan dengan proyeksi lembaga internasional maupun

market. Kebijakan penanganan pandemi menjadi kunci keyakinan masyarakat dan

dunia usaha. Penyaluran bansos diharapkan dapat mendorong konsumsi masyarakat.

Investasi diperkirakan meningkat baik oleh pemerintah maupun swasta. Dari sisi

lapangan usaha, seluruh sektor diperkirakan tumbuh positif dengan pertumbuhan

tertinggi pada sektor jasa kesehatan dan akomodasi.

iii

Daftar Isi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... III

DAFTAR TABEL ............................................................................................ IV

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... VI

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ..........................................................9

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA ................................... 19

2.1 Produk Domestik Bruto ....................................................................................... 19

Investasi ................................................................................................................... 27

Industri .................................................................................................................... 32

Pariwisata ................................................................................................................ 38

2.2 Produk Domestik Regional Bruto ........................................................................ 42

2.3 Fiskal ................................................................................................................... 50

2.4 Moneter dan Jasa Keuangan ............................................................................... 60

Moneter .................................................................................................................. 60

Jasa Keuangan ......................................................................................................... 65

2.5 Neraca Pembayaran ............................................................................................ 75

Neraca Perdagangan ............................................................................................... 81

Kerjasama Ekonomi Internasional ........................................................................... 85

PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI .................................................... 98

3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global .............................................................. 98

3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia .....................................................................101

POLICY BRIEF ............................................................................................ 105

iv

Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Suku Bunga Acuan Beberapa Negara .......................................................................... 13

Tabel 2. Pembentukan Modal Tetap Bruto ................................................................................. 20

Tabel 3. Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ....................... 23

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................................................... 26

Tabel 5. Realisasi Investasi ................................................................................................................. 27

Tabel 6. Realisasi Investasi Sektor Sekunder .............................................................................. 28

Tabel 7. Sektor PMA Terbesar .......................................................................................................... 28

Tabel 8. Realisasi PMA Terbesar berdasarkan Negara Asal .................................................. 28

Tabel 9. Realisasi Investasi berdasarkan Lokasi ........................................................................ 29

Tabel 10. Lokasi PMA Terbesar ........................................................................................................ 29

Tabel 11. Sektor dan Lokasi PMDN Terbesar ............................................................................. 30

Tabel 12. Lokasi PMDN Terbesar per Kabupaten/Kota ......................................................... 30

Tabel 13. Lokasi PMA Terbesar per Kabupaten/Kota ............................................................ 30

Tabel 14. Penyerapan Tenaga Kerja ............................................................................................... 31

Tabel 15. Perbandingan Capaian dengan Target dalam RPJMN 2020-2024 ............... 32

Tabel 16. Kunjungan Wisman berdasarkan Pintu Masuk dan Negara Asal ................... 38

Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah .................................................................................. 49

Tabel 18. Realisasi Komponen Pendapatan Negara dan Hibah ......................................... 50

Tabel 19. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan ....................................................... 50

Tabel 20. Realisasi Komponen PNBP ............................................................................................. 51

Tabel 21. Realisasi Komponen Belanja Pemerintah Pusat ..................................................... 53

Tabel 22. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa ...................................................... 55

Tabel 23. Perkembangan Komponen Pembiayaan .................................................................. 57

Tabel 24. Rincian Realisasi Anggaran PC-PEN 2021 ................................................................ 58

Tabel 25. Realisasi APBN s.d 30 Juni 2020 dan 2021 .............................................................. 59

Tabel 26. Perkembangan Reverse Repo Surat Berharga Negara ....................................... 60

Tabel 27. Tingkat Inflasi Domestik .................................................................................................. 63

Tabel 28. Tingkat Inflasi Domestik Berdasarkan Komponen (YoY) .................................... 64

Tabel 29. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM) ........................................................................ 64

Tabel 30. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional ................................................ 67

Tabel 31. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah ................................................... 71

Tabel 32. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha ................................................. 72

Tabel 33. Aset IKNB Syariah 2019-2020 ....................................................................................... 74

Tabel 34. Neraca Pembayaran .......................................................................................................... 79

Tabel 35. Neraca Perdagangan ........................................................................................................ 81

Tabel 36. Nilai Ekspor dan Impor Migas ...................................................................................... 81

Tabel 37. Nilai Ekspor Nonmigas berdasarkan Sektor ............................................................ 82

Tabel 38. Nilai Ekspor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar ................ 82

Tabel 39. Nilai Ekspor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama .............. 83

v

Daftar Tabel

Tabel 40. Nilai Impor berdasarkan Golongan Penggunaan Barang .................................. 83

Tabel 41. Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar .................. 84

Tabel 42. Nilai Impor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama ................ 84

Tabel 43. Produk Unggulan Ekspor dan Impor Indonesia-Korea Selatan 2020 ........... 89

Tabel 44. Perkembangan Investasi Korea Selatan di Indonesia .......................................... 89

Tabel 45. Perjanjian Internasional Indonesia-Korea Selatan ................................................ 90

Tabel 46. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia .............................................. 92

Tabel 47. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA ............................. 94

Tabel 48. Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia terhadap Total Perdagangan

Indonesia dengan Dunia berdasarkan FTA ............................................................ 96

Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan Beberapa Negara ................................................................ 98

Tabel 50. Proyeksi Harga Komoditas Global ........................................................................... 100

Tabel 51. Konsensus Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................... 101

Tabel 52. PDB Berdasarkan Pengeluaran .................................................................................. 102

Tabel 53. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha .......................................................................... 103

vi

Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara .................................................................... 9

Gambar 2. Perkembangan Harga Minyak Mentah ......................................................................... 15

Gambar 3. Perkembangan Harga Gas Alam dan Batubara ....................................................... 15

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .................................................................................. 19

Gambar 5. Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran............................................................................. 19

Gambar 6. Perkembangan Konsumsi RT dan Investasi terhadap PDB ................................. 20

Gambar 7. Pertumbuhan PDB Sisi Produksi Triwulan II Tahun 2021 ..................................... 22

Gambar 8. Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas .......................................................... 32

Gambar 9. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas .................................... 33

Gambar 10. Ekspor Produk Industri ..................................................................................................... 34

Gambar 11. PMDN Sektor Industri ....................................................................................................... 35

Gambar 12. PMA Sektor Industri ........................................................................................................... 35

Gambar 13. Produksi Mobil ..................................................................................................................... 36

Gambar 14. Penjualan Mobil................................................................................................................... 36

Gambar 15. Penjualan Motor .................................................................................................................. 37

Gambar 16. Penjualan Domestik Semen ............................................................................................ 37

Gambar 17. Purchasing Manufacturing Index ................................................................................. 38

Gambar 18. Kunjungan Wisman ............................................................................................................ 38

Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan dan Rerata Pengeluaran Wisman ........................ 39

Gambar 20. Jumlah Penumpang Transportasi Nasional .............................................................. 40

Gambar 21. Jumlah Penumpang Transportasi Nasional .............................................................. 40

Gambar 22. TPK Hotel Berbintang berdasarkan Provinsi ............................................................ 41

Gambar 23. PDB Sektor Akomodasi dan Makan Minum ........................................................... 41

Gambar 24. Investasi Sektor Hotel dan Restoran ........................................................................... 41

Gambar 25. Pertumbuhan dan Kontribusi Wilayah ....................................................................... 42

Gambar 26. Perkembangan Komponen Belanja Negara ............................................................. 53

Gambar 27. Perkembangan Realisasi Defisit APBN ....................................................................... 56

Gambar 28. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat .................................................................. 57

Gambar 29. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, 2019-2021 ........................ 61

Gambar 30. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, (2010=100) ............................................. 61

Gambar 31. Perkembangan Uang Beredar........................................................................................ 62

Gambar 32. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti ......................... 63

Gambar 33. Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional, (2018=100) ........ 64

Gambar 34. Kinerja Perbankan Konvensional .................................................................................. 65

Gambar 35. Perkembangan DPK Perbankan Konvensional ........................................................ 66

Gambar 36. Perkembangan Kredit Perbankan Konvensional ................................................... 66

Gambar 37. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ................................... 68

Gambar 38. Perkembangan Outstanding Obligasi Korporasi ................................................... 68

Gambar 39. Perkembangan Aset Industri Asuransi ....................................................................... 69

vii

Daftar Gambar

Gambar 40. Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun ..... 69

Gambar 41. Perkembangan Industri Teknologi Keuangan ......................................................... 70

Gambar 42. Tingkat Wanprestasi Industri Teknologi Keuangan .............................................. 70

Gambar 43. Kinerja Bank Umum Syariah ........................................................................................... 70

Gambar 44. Kinerja Unit Usaha Syariah .............................................................................................. 70

Gambar 45. Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan, dan Total Aset Perbankan Syariah ............ 71

Gambar 46. Kapitalisasi Pasar dan Nilai Indeks Saham ISSI ....................................................... 74

Gambar 47. Outstanding Sukuk Korporasi dan SBSN ................................................................... 74

Gambar 48. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia .................................................... 75

Gambar 49. Neraca Jasa Perjalanan dan Transportasi................................................................. 76

Gambar 50. Neraca Pendapatan Primer dan Sekunder .............................................................. 77

Gambar 51. Neraca Transaksi Finansial .............................................................................................. 78

Gambar 52. Tabel Input-Output ......................................................................................................... 106

viii

9

Perkembangan Ekonomi Dunia

Sebagian besar negara telah kembali tumbuh positif dengan pertumbuhan yang

cukup tinggi. Perekonomian global menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi

dipengaruhi efek low-base. Selain itu, beberapa negara juga telah melonggarkan

lockdown pada triwulan II tahun 2021. Akselerasi ekonomi didukung oleh pemberian

stimulus fiskal dan moneter serta persepatan program vaksinasi. Namun, pertumbuhan

yang lebih tinggi tertahan oleh penyebaran virus Covid-19 varian baru.

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh

hingga 12,2 persen (YoY) pada triwulan II

tahun 2021. Pemulihan kondisi ekonomi

Amerika Serikat terbantu oleh stimulus

fiskal dan moneter yang terus dilakukan

sepanjang April-Juni. Selain itu, realisasi

program vaksinasi yang semakin meluas

memperkuat pelonggaran aktivitas

ekonomi.

Investasi swasta dan konsumsi masyarakat

masing-masing tumbuh sebesar 21,0 dan

16,2 persen (YoY). Pertumbuhan konsumsi

masyarakat terjadi baik pada konsumsi

barang maupun jasa. Pertumbuhan durable

goods bahkan mencapai 33,2 persen (YoY)

yang menunjukkan permintaan yang

semakin menguat. Sementara itu, nondurable goods tumbuh 14,2 persen (YoY) yang

didorong oleh peningkatan pembelian produk farmasi. Investasi residen dan nonresiden

juga menguat dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 21,7 dan 13,0 persen (YoY).

Investasi nonresiden pada sektor peralatan tumbuh 26,3 persen (YoY), produk kekayaan

intelektual tumbuh 11,1 persen (YoY), sementara structures masih terkontraksi 6,6 persen

(YoY). Kontraksi yang terjadi dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi dan kelangkaan

pasokan bahan baku.

Pengeluaran pemerintah dan investasi bruto stagnan dengan pertumbuhan 0,0 persen

(YoY). Pertumbuhannya tertahan oleh pengeluaran federal yang terkontraksi 0,8 persen

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi

Beberapa Negara

Sumber: CEIC

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

persenSingapuraAmerika SerikatTiongkokJepangKorea

BAB I

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

10

Perkembangan Ekonomi Dunia

(YoY) akibat stagnasi pada pengeluaran untuk kebutuhan pengamanan nasional serta

kontraksi pada nondefense. Di sisi lain, pengeluaran state and local hanya tumbuh 0,5

persen (YoY).

Kinerja impor Amerika Serikat meningkat 30,8 persen (YoY) yang didorong oleh

pertumbuhan impor barang dan jasa masing-masing sebesar 32,7 dan 21,4 persen (YoY).

Sementara itu, ekspor meningkat 18,2 persen (YoY) yang terjadi baik pada ekspor barang

(27,0 persen, YoY) maupun ekspor jasa (2,5 persen, YoY). Peningkatan kinerja ekspor

tertinggi adalah pada pertumbuhan ekspor non-automotive capital goods.

Aktivitas industri di Amerika Serikat juga tengah mengalami pemulihan. Indeks PMI

Manufaktur Amerika Serikat meningkat ke level 62,6 pada Juni, yang merupakan laju

tercepat sejak tahun 2007, didorong oleh pelonggaran restriksi dan kuatnya pemulihan

ekonomi domestik. Indeks PMI Jasa turun ke level 64,8 dan kembali mengalami

peningkatan pada biaya input dan harga jual yang menunjukkan adanya tekanan inflasi.

Meski manufaktur meningkat, pasar tenaga kerja masih cenderung stagnan. Nonfarm

payrolls Amerika Serikat meningkat 850.000 pada Juni yang didorong oleh pemulihan

sektor leisure dan perhotelan. Tingkat pengangguran (U-3) naik tipis ke level 5,9 persen

karena banyak orang yang secara sukarela meninggalkan pekerjaan mereka dan jumlah

pencari kerja meningkat. Sementara itu, tingkat setengah menganggur (U-6) turun ke

level 9,8 persen. Tingkat U-6 merupakan ukuran angka pengangguran yang lebih inklusif

karena memperhitungkan mereka yang berhenti mencari pekerjaan.

Korea Selatan tumbuh 5,9 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun

2021 (1,9 persen, YoY). Investasi tumbuh melambat sebesar 3,6 persen (YoY),

dipengaruhi oleh investasi sektor konstruksi yang masih terkontraksi 1,5 persen (YoY). Di

sisi lain, pertumbuhan investasi didorong oleh investasi fasilitas dan produk kekayaan

intelektual yang masing-masing tumbuh sebesar 12,2 dan 4,3 persen (YoY).

Konsumsi masyarakat tumbuh 3,6 persen (YoY) di tengah pembatasan aktivitas

masyarakat dan lambatnya program vaksinasi. Sementara itu, konsumsi pemerintah

tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan II tahun 2020 yang

mencapai 6,8 persen (YoY).

Kinerja ekspor barang dan jasa Korea Selatan tumbuh hingga 22,4 persen (YoY). Ekspor

barang tumbuh 23,6 persen (YoY) sementara ekspor jasa tumbuh 15,4 persen (YoY).

Sejalan dengan perbaikan ekspor, kinerja impor juga tumbuh 13,7 persen (YoY),

terutama didorong oleh peningkatan impor barang sebesar 16,1 persen (YoY).

Sementara itu, impor jasa tumbuh 3,3 persen (YoY).

Dari sisi lapangan usaha, sektor konstruksi dan sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan mengalami kontraksi masing-masing sebesar 3,5 dan 3,4 persen (YoY).

11

Perkembangan Ekonomi Dunia

Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor manufaktur yakni sebesar 13,7 persen (YoY).

Sektor listrik, gas dan air tumbuh 3,7 persen (YoY). Sektor jasa juga meningkat 4,2 persen

(YoY).

Singapura tumbuh tinggi mencapai 14,7 persen (YoY). Pemulihan ekonomi

Singapura dipengaruhi oleh low base pada triwulan II tahun 2020 yang terkontraksi 13,3

persen (YoY) akibat pembatasan mobilitas masyarakat setempat selama dua bulan.

Meski tumbuh tinggi, nilai PDB pada triwulan II tahun 2021 masih lebih rendah 0,6 persen

dibandingkan level pra pandemi pada triwulan II tahun 2019.

Sektor konstruksi tumbuh hingga 106,2 persen (YoY) setelah pada periode yang sama

tahun sebelumnya terkontraksi 65,6 persen (YoY). Pertumbuhan sektor ini sejalan

dengan akselerasi pengerjaan konstruksi publik dan swasta. Di sisi lain, tingginya

pertumbuhan dipengaruhi kontraksi dalam yang terjadi pada triwulan II tahun 2020

akibat pemberlakuan Circuit Breaker yang menyebabkan berhentinya sebagian besar

aktivitas konstruksi. Meskipun pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan II tahun

2021 sangat tinggi, value added sektor ini masih lebih rendah 29,0 persen dibandingkan

level pra pandemi pada tahun 2019.

Sektor manufaktur tumbuh 17,7 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspansi output pada seluruh klaster.

Klaster transport engineering and precision engineering merupakan klaster yang

mengalami pertumbuhan tertinggi.

Sektor perdagangan wholesale tumbuh 2,9 persen (YoY), lebih lambat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didorong oleh kelompok

mesin-mesin, peralatan, dan persediaan yang didukung oleh kuatnya penjualan

wholesale komponen elektronik dan peralatan komunikasi & komputer. Sementara

sektor ritel tumbuh 50,7 persen (YoY) yang didorong oleh tingginya penjualan kendaraan

bermotor dan nonmotor.

Sektor jasa makanan tumbuh 36,7 persen (YoY), didorong oleh peningkatan permintaan

pada restoran, kafe, food courts, dan outlet cepat saji. Di sisi lain, pertumbuhan

permintaan katering dalam jumlah besar masih terhambat akibat pembatasan acara dan

pertemuan berskala besar yang masih diterapkan. Secara keseluruhan, value added

sektor tersebut masih berada 26,0 persen lebih rendah dibandingkan level pra pandemi.

Sementara itu, sektor akomodasi tumbuh 13,2 persen (YoY) yang didorong oleh

peningkatan permintaan wisata domestik. Di sisi lain, pemulihan kunjungan wisatawan

mancanegara masih tertekan akibat restriksi perjalanan sehingga menahan laju

pertumbuhan sektor akomodasi.

Sektor real estate tumbuh 25,8 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang terkontraksi 3,1 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh

12

Perkembangan Ekonomi Dunia

efek low base pada triwulan II tahun 2020 akibat restriksi pada tempat kerja selama

pemberlakuan Circuit Braker. Dibandingkan level pra pandemi, kinerja sektor tersbut

masih lebih rendah 7,4 persen (YoY).

Perkembangan tenaga kerja di Singapura pada triwulan II tahun 2021 secara keseluruhan

masih terkontraksi. Tenaga kerja nonresiden terus menurun seiring dengan pembatasan

perjalanan yang masih diterapkan. Sementara tenaga kerja residen tetap tumbuh

meskipun tertahan oleh pemberlakuan Fase 2 (Heightened Alert) pada sektor yang

berorientasi domestik sejak 16 Mei-13 Juni 2021. Tingkat pengangguran secara

keseluruhan semakin menurun menjadi 2,7 persen (per Juni), meskipun masih belum

kembali ke level pra pandemi.

Jepang mengalami rebound pada triwulan II tahun 2021 dengan pertumbuhan

mencapai 7,5 persen (YoY) yang dipengaruhi oleh low base effect. Pemulihan ekonomi

Jepang didukung oleh seluruh komponen pengeluaran. Konsumsi rumah tangga

meningkat 7,3 persen (YoY) sejalan dengan restriksi yang lebih longgar dibandingkan

triwulan II tahun 2020. Meski tumbuh tinggi, konsumsi rumah tangga masih tertahan

akibat pembatasan yang kembali diperketat di beberapa daerah seiring dengan

peningkatan kasus. Restriksi akhirnya kembali dilonggarkan pada bulan Juni dan dapat

sedikit mendorong konsumsi masyarakat.

Investasi nonresiden tumbuh 2,5 persen (YoY) sementara investasi residen masih

terkontraksi 2,8 persen (YoY). Kontraksi yang terjadi dipengaruhi oleh sektor swasta yang

melakukan wait and see seiring dengan asesmen perkembangan ekonomi domestik.

Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh 3,4 persen (YoY), yang antara lain didorong

oleh program vaksinasi dan persiapan Olimpiade Tokyo yang dilaksanakan pada bulan

Agustus 2021.

Sejalan dengan peningkatan aktivitas perdagangan global, kinerja ekspor Jepang

tumbuh hingga 26,3 persen (YoY). Kelangkaan semikonduktor pada pasar global

menahan pertumbuhan ekspor mobil dan suku cadang. Namun, peningkatan

permintaan pada peralatan pembuat chip dan peralatan industri lainnya mengalami

pemulihan yang kuat. Sementara itu, impor tumbuh 5,2 persen (YoY) yang didorong oleh

impor vaksin.

Perekonomian Tiongkok tumbuh 7,9 persen (YoY), namun pemulihannya melambat

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 18,3 persen (YoY).

Kondisi tersebut dippengaruhi oleh kebijakan pemerintah setempat yang melonggarkan

lockdown pada triwulan II tahun 2020 sehingga aktivitas dapat kembali berjalan

meskipun masih terbatas dan dengan protokol ketat. Diantara sektor yang mulai

melambat menuju level pertumbuhan normal, sektor informasi, sektor akomodasi dan

restoran, serta sektor transportasi, pergudangan dan pos masih tumbuh dua digit.

13

Perkembangan Ekonomi Dunia

Sektor transmisi informasi, software, dan jasa teknologi informasi tumbuh 19,5 persen

(YoY). Sektor akomodasi dan restoran tumbuh 17,1 persen (YoY) sementara sektor

transportasi, pergudangan dan pos tumbuh 12,1 persen (YoY). Kondisi ini sejalan dengan

pemulihan aktivitas masyarakat yang semakin mendekati tingkat pra pandemi.

Sektor perdagangan besar dan retail yang merupakan sektor terbesar dalam PDB

Tiongkok tumbuh 9,6 persen (YoY). Pertumbuhan yang kuat didorong oleh pemulihan

permintaan domestik. Namun, data penjualan ritel barang konsumen periode April-Juni

menunjukkan pertumbuhan yang kian melambat. Data tersebut mengindikasikan

permintaan domestik Tiongkok masih belum pulih sepenuhnya.

Sektor industri Tiongkok tumbuh 8,8 persen (YoY) dengan pertumbuhan sektor

manufaktur sebesar 9,2 persen (YoY). Pertumbuhan output industri pada bulan Juni

melambat disebabkan oleh turunnya produksi kendaraan bermotor. Namun demikian,

pertumbuhannya tetap lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Selain tiu, tertahannya

pertumbuhan sektor industri disebabkan oleh kelangkaan chip global yang digunakan

sebagai bahan baku beberapa indsutri. Tingkat utilisasi industri pada triwulan II tahun

2021 secara keseluruhan sebesar 78,4 persen, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Sebagian besar negara

mempertahankan suku bunganya,

untuk mempertahankan stabilitas

moneter dan memantau kondisi

ekonomi. Ttriwulan II tahun 2021

menjadi momentum percepatan

pemulihan bagi berbagai negara.

Namun, risiko gelombang baru masih

menjadi ancaman bagi pembukaan

aktivitas perekonomian. Dalam situasi

yang masih belum stabil ini, sebagian

besar negara memutuskan untuk

berhati-hati dalam pengetatan stimulus

fiskal dan moneter yang selama ini

dijalankan. Sepanjang triwulan II tahun

2021, mayoritas negara memutuskan

untuk mempertahankan suku bunga

acuannya.

The Fed mempertahankan target Fed Fund Rate (FFR) di level 0 – 0,25 persen dan

mengisyaratkan akan ada dua kali kenaikan suku bunga hingga akhir tahun 2023. Pada

bulan Juni, The Fed mempertimbangkan pengurangan pembelian aset dan perlunya wait

Tabel 1. Suku Bunga Acuan Beberapa Negara

Apr Mei Jun

BRIC

Brazil 2,75 3,50 4,25

Rusia 5,00 5,00 5,50

India 4,00 4,00 4,00

Tiongkok 3,85 3,85 3,85

ASEAN-5

Indonesia 3,50 3,50 3,50

Thailand 0,50 0,50 0,50

Filipina 2,00 2,00 2,00

Malaysia 1,75 1,75 1,75

Vietnam 4,00 4,00 4,00

Negara Maju

Amerika

Serikat

0,00-0,25 0,00-0,25 0,00-0,25

Jepang -0,1 -0,1 -0,1

Korea

Selatan

0,50 0,50 0,50

Sumber: CEIC, PBC, BSP

14

Perkembangan Ekonomi Dunia

and see sebelum memulai pengetatan. Ke depannya, The Fed akan terus menilai

kemajuan ekonomi dan mulai membahas rencana penyesuaian kompisisi pembelian

aset.

Korea Selatan juga mempertahankan suku bunganya pada level 0,50 persen sejak Mei

2020, yang merupakan suku bunga terendah, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, bank sentral Korea Selatan telah mempertimbangkan untuk menaikkan suku

bunga pada tahun ini sejalan dengan pemulihan ekonomi yang lebih cepat dari

perkiraan. Bank of Korea (BoK) berencana menarik kebijakan uang longgar secara

bertahap dan bergerak lebih hawkish. Di sisi lain, BoK juga tetap mempertimbangkan

perkembangan inflasi yang saat ini menunjukkan tren meningkat.

Jepang juga menahan suku bunga pada level -0,1 persen sepanjang triwulan II tahun

2021. Keputusan tersebut mempertimbangkan kebutuhan akan pelonggaran moneter

untuk memperkuat sektor riil dalam melakukan investasi pasca pandemi. Bank of Japan

(BoJ) akan terus melakukan pemantauan dampak pandemi dan tidak menutup

kemungkinan untuk melakukan pelonggaran moneter selama dibutuhkan. Ke depannya,

BoJ juga bersiap mempertahankan suku bunga pada level saat ini maupun ke level yang

lebih rendah.

Tiongkok, yang telah pulih lebih dahulu dari negara lainnya, mempertahanlan suku

bunganya sepanjang April-Juni. Hingga Juni, Loan Prime Rate (LPR) satu tahun

dipertahankan sebesar 3,85 persen, sementara LPR diatas lima tahun tetap 4,65 persen.

Berbeda dengan mayoritas negara, Rusia menaikkan suku bunga sebanyak dua kali

sepanjang triwulan II tahun 2021. Pada bulan April, Rusia menaikkan suku bunga acuan

sebesar 50 bps menjadi 5,00 persen. Langkah tersebut diambil untuk mendinginkan

inflasi yang telah naik tinggi. Pada saat yang sama, hubungan Rusia dengan Amerika

Serikat dan Eropa merenggang sehingga berpotensi memperparah inflasi. Pada bulan

Juni, bank sentral Rusia kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 bps menjadi 5,50

persen untuk meredam pertumbuhan harga-harga. Peningkatan suku bunga lebih jauh

masih memungkinkan hingga tekanan inflasi teratasi.

Menghadapi kondisi serupa dengan Rusia, Brazil juga menaikkan suku bunga sebesar

150 bps dalam dua tahap. Pada bulan Mei, bank sentral Brazil menaikkan 75 bps

kemudian dilanjutkan pada bulan Juni dengan peningkatan yang sama. Langkah

tersebut diambil seiring dengan inflasi yang meningkat selama beberapa bulan hingga

bergerak lebih dari 7 persen pada bulan Mei. Peningkatan harga terutama terjadi pada

makanan dan bahan bakar. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan kepada

masyarakat, yang berpotensi menaikkan permintaan. Inflasi pada bulan Juni semakin

tinggi, lebih dari 8 persen, memaksa otoritas terkait kembali menaikkan suku bunga.

15

Perkembangan Ekonomi Dunia

Sementara itu, seluruh negara ASEAN-5 memutuskan untuk menahan suku bunga acuan.

Bank Negara Malaysia mempertahankan Overnight Policy Rate sebesar 1,75 persen

sejalan dengan penguatan aktivitas ekonomi global meskipun beberapa sektor domestik

menghadapi ancaman dampak gelombang baru Covid-19. Bank Indonesia

mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,50 persen. Sama seperti negara

tetangganya, Thailand, Filipina, dan Vietnam juga mempertahankan suku bunga masing-

masing pada level 0,50; 2,00; dan 4,00 persen.

Harga komoditas energi kembali pada

level pra pandemi. Harga rata-rata minyak

mentah pada triwulan II tahun 2021

meningkat 121,3 persen (YoY) menjadi

USD67,1 per barel. Harga tersebut juga lebih

tinggi 3,0 persen dibandingkan level pra

pendemi pada triwulan II tahun 2019.

Peningkatan harga YoY yang signifikan

dipengaruhi oleh efek low base pada tahun

sebelumnya. Penguatan ditopang oleh

ekonomi global yang berangsur pulih dan

meningkatkan permintaan di tengah

konsistensi OPEC+ untuk membatasi kuota

produksi minyak, dan berkurangnya jumlah

cadangan minyak Amerika Serikat.

Harga minyak mentah Brent naik 118,3

persen (YoY) menjadi USD68,6 per barel.

Harga minyak mentah WTI meningkat 137,8

persen (YoY) menjadi USD66,1 per barel.

Sementara harga minyak mentah Dubai naik

109,9 persen (YoY) menjadi USD66,4 per

barel meskipun masih sedikit lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun

2019.

Harga batu bara naik hingga 101,7 persen

(YoY) menjadi USD109,7 per metrik ton.

Penguatan harga komoditas tersebut

didorong oleh peningkatan permintaan

industri dan rumah tangga. Selain itu, terjadi

gangguan pasokan batu bara di Tiongkok bagian utara akibat hujan deras dan banjir. Di

sisi lain, harga gas alam melonjak hingga 383,8 persen (YoY) untuk gas alam Eropa dan

71,0 persen (YoY) untuk gas alam yang berasal dari Amerika Serikat. Peningkatan harga

Gambar 2. Perkembangan Harga

Minyak Mentah

Sumber: World Bank

Gambar 3. Perkembangan Harga

Gas Alam dan Batubara

Sumber: World Bank

-5,0

5,0

15,0

25,0

35,0

45,0

55,0

65,0

75,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

USD

Dubai

WTI

Brent

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

USDUSD

Gas Alam, EropaGas Alam, ASBatu Bara, Australia (kanan)

16

Perkembangan Ekonomi Dunia

gas alam Amerika Serikat masih dipengaruhi oleh turunnya output dari sumur minyak

serpih (oil shale) akibat cuaca dingin ekstrem yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Di

sisi lain, kondisi cuaca yang lebih hangat pada triwulan II tahun 2021 menyebabkan

permintaan meningkat sebagai bahan bakar pendingin ruangan. Selain itu, peningkatan

harga juga dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan gas alam Eropa yang menipis.

Harga komoditas pertanian secara umum meningkat dibandingkan triwulan II tahun

2020. Harga minyak kelapa sawit meningkat 76,5 persen (YoY) menjadi USD1.083,8 per

metrik ton. Sementara harga Palm Kernel Oil (PKO) meningkat hingga 108,3 persen (YoY)

menjadi USD1.479,0 per metrik ton. Peningkatan harga kedua komoditas tersebut

didorong oleh keterbatasan tenaga kerja akibat pembatasan aktivitas masyarakat seiring

dengan lonjakan kasus Covid-19 di negara penghasil utama seperti Malaysia dan

Indonesia. Kondisi tersebut menyebabkan kelangkaan pasokan ditengah permintaan

yang meningkat.

Harga komoditas minyak kedelai naik 106,4 persen (YoY) menjadi USD1.458,5 per metrik

ton, didorong oleh pemulihan permintaan dari negara konsumen seperti Tiongkok.

Sementara itu, harga komoditas kedelai yang berasal dari Amerika Serikat meningkat

34,8 persen menjadi USD471,0 per metrik ton.

Pada triwulan II tahun 2021, harga karet meningkat 60,8 persen (YoY) menjadi USD2,2

per kilogram. Peningkatan harga karet didorong oleh penguatan permintaan sejalan

dengan perbaikan aktivitas ekonomi terutama di Tiongkok ditengah keterbatasan

pasokan. Komoditas karet yang sebagian besar dipasok dari Asia Tenggara mengalami

penurunan produksi akibat serangan penyakit pada tanaman produksi. Di sisi lain,

perkebunan karet di beberapa negara sedikit demi sedikit telah dialihkan pada tanaman

lain yang memiliki masa panen lebih singkat, seperti sawit.

Pembatasan aktivitas yang masih diberlakukan di berbagai tempat menyebabkan

permintaan pada restoran menurun. Kondisi tersebut juga berdampak pada harga

udang yang masih bergerak turun 0,1 persen (YoY). Selain itu, negara pengimpor juga

memperketat aturan impor produk makanan beku, termasuk udang, akibat gelombang

Covid-19 yang baru-baru ini terjadi di beberapa negara.

Harga komoditas seluruh jenis logam melanjutkan penguatan, didorong

permintaan yang meningkat. Harga komoditas timah meningkat paling tinggi pada

triwulan II tahun 2021. Harga timah rata-rata sebesar USD31.025,7 per metrik ton atau

meningkat 97,2 persen (YoY). Harga tersebut juga lebih tinggi 56,9 persen dibandingkan

periode yang sama tahun 2019. Kembalinya produksi industri berkontribusi dalam

peningkatan harga timah. Namun, ancaman realisasi produksi yang lebih rendah dari

tahun 2020 mendorong harga timah bergerak lebih tinggi. Produsen timah terbesar di

dunia telah mengarahkan untuk menurunkan produksi tahun ini. Sementara produsen

terbesar ketiga memperkirakan tidak akan kembali ke level pra pandemi hingga akhir

17

Perkembangan Ekonomi Dunia

tahun. Di sisi lain, distribusi juga terhambat akibat kelangkaan peti kemas yang

menyebabkan pengiriman terhambat.

Harga nikel meningkat 41,9 persen (YoY) menjadi USD17.359,3 per metrik ton.

Penguatan harga nikel didorong oleh pengembangan kendaraan listrik yang

menggunakan nikel sebagai bahan baku utama. Selain nikel harga seng juga meningkat

48,1 persen (YoY) menjadi USD2.915,5 per metrik ton. Harga aluminium dan timbal juga

meningkat masing-masing sebesar 60,2 dan 27,0 persen (YoY).

Harga rata-rata emas sepanjang triwulan II tahun 2021 menguat terbatas sebesar 6,1

persen (YoY) menjadi USD1.815,0 per troy ons. Penguatan kembali harga emas didorong

oleh kondisi Covid-19 yang kembali menyebar ke berbagai negara. Selain itu, harga

emas ditopang oleh penurunan yield US Treasury setelah bank sentral Amerika Serikat

Federal Reserve mempertahankan suku bunga serta melemahnya nilai tukar dolar AS.

18

Perkembangan Ekonomi Indonesia

19

Perkembangan Ekonomi Indonesia

2.1 Produk Domestik Bruto

Setelah menghadapi pandemi selama

setahun, pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada triwulan II tahun 2021

rebound 7,1 persen (YoY), merupakan

pertumbuhan positif yang pertama sejak

pandemi yang dimulai Maret 2020.

Pemulihan tersebut sejalan dengan

pelonggaran mobilitas msyarakat

dibandingkan yang terjadi pada masa

awal pandemi di Indonesia. Produk

Domestik Bruto riil pada triwulan II tahun

2021 sebesar Rp2.772,8 triliun, yang juga

1,4 persen lebih tinggi dibandingkan

nilai PDB triwulan II tahun 2019.

Konsumsi rumah tangga yang merupakan

penopang PDB Indonesia tumbuh cukup

tinggi yakni sebesar 5,9 persen (YoY).

Pemulihan konsumsi rumah tangga

didorong oleh konsumsi masyarakat

menengah keatas sejalan dengan

berbagai insentif fiskal yang diberikan,

salah satunya pembebasan PPnBM

sebesar 100 persen yang berlaku pada

triwulan kedua. Kebijakan tersebut

berhasil mendorong penjualan wholesale

mobil penumpang tumbuh hingga 904,3

persen (YoY). Selain itu, penjualan

wholesale sepeda motor juga meningkat

268,6 persen (YoY).

Pelonggaran mobilitas masyarakat yang terjadi juga mendorong peningkatan jumlah

penumpang angkutan kereta api baik jarak dekat maupun jarak jauh (114,2 persen,

Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 5. Pertumbuhan PDB

Sisi Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

5,05

-5,32

-0,71

7,07

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

persen

5,9

4,1

8,1

7,5

31,8

31,2

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0

Konsumsi RT

LNPRT

Konsumsi Pemerintah

PMTB

Ekspor

Impor

persen

BAB II

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

20

Perkembangan Ekonomi Indonesia

YoY), juga moda transportasi laut

(173,6 persen, YoY) dan udara (456,5

persen, YoY). Selain itu, pengeluaran

masyarakat akan sarana dan

prasarana komunikasi juga masih

meningkat sejalan dengan aktivitas

sekolah dan bekerja yang masih

dilaksanakan secara daring. Secara

umum, pengeluaran subkelompok

transportasi dan komunikasi tumbuh

10,6 persen (YoY).

Dampak pelonggaran PSBB juga

tercermin dari subkelompok

pengeluaran restoran dan hotel yang

tumbuh 16,8 persen (YoY).

Peningkatan sejalan dengan pulihnya

aktivitas makan minum di tempat dan

berbagai acara yang sudah dapat

dilaksanakan di hotel. Berbanding

terbalik dengan pembatasan sosial

ketat yang diberlakukan pada

triwulan II tahun 2020 yang melarang

dine-in serta seluruh kegiatan

berkumpul. Sementara itu,

pengeluaran subkelompok makanan

dan minuman (selain restoran)

tumbuh 5,9 persen (YoY).

Pembentukan Modal Tetap Bruto

tumbuh sebesar 7,5 persen (YoY)

yang didorong oleh pertumbuhan

positif pada semua subkomponen.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada

barang modal jenis kendaraan yakni

sebesar 42,3 persen (YoY),

dipengaruhi oleh peningkatan

produk kendaraan domestik.

Kemudian disusul oleh barang modal

jenis peralatan lainnya yang tumbuh 36,7 persen (YoY) baik yang berasal dari impor

maupun domestik.

Gambar 6. Perkembangan Konsumsi RT

dan Investasi terhadap PDB

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 2. Pembentukan Modal Tetap

Bruto

Uraian

Nilai*

Q2

2021

Growth (%) Share

thd

Total

PDB (%) QtQ YoY

Pembentukan

Modal Tetap

Bruto

850,8 -2,7 7,5 30,7

Bangunan 640,9 -2,6 4,4 23,1

Mesin dan

Perlengkapan

91,5 0,6 19,1 3,3

Kendaraan 44,3 -10,7 42,3 1,6

Peralatan

lainnya

13,9 1,6 36,7 0,5

Cultivated

Biological

Resources

40,3 -6,2 1,0 1,5

Produk

Kekayaan

Intelektual

19,8 4,8 5,2 0,7

Produk

Domestik Bruto 2.772,8 3,3 7,1 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

*dalam triliun Rp (ADHK)

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

persen

Konsumsi RT PMTB PDB

21

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Barang modal jenis mesin dan perlengkapan tumbuh sebesar 19,1 persen (YoY).

Pertumbuhan barang modal jenis mesin terjadi pada seluruh jenis mesin baik produk

domestik maupun yang berasal dari impor. Sementara itu, barang modal jenis

bangunan tumbuh 4,4 persen (YoY). Investasi jenis barang modal mesin dan

perlengkapan, produk kekayaan intelektual, serta peralatan lainnya merupakan

subkomponen yang mengalami pertumbuhan positif baik dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya maupun pada triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Konsumsi pemerintah tumbuh 8,1 persen (YoY) didorong oleh peningkatan realisasi

belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja barang dan jasa tumbuh hingga

82,1 persen (YoY) yang dipengaruhi oleh berbagai realisasi program penanganan

pandemi Covid-19 seperti pelaksanaan vaksinasi, pengadaan alat uji media,

penyemprotan disinfektan, serta testing dan tracing. Sementara realisasi belanja

modal meningkat 45,6 persen (YoY) yang utamanya dipengaruhi oleh pembayaran

dan percepatan proyek infrastruktur dasar/konektivitas lanjutan tahun sebelumnya

serta pengadaan peralatan. Selain itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah juga

didorong oleh belanja pegawai yang meningkat 19,8 persen (YoY).

Sejalan dengan permintaan yang meningkat dari negara mitra dagang dan

meningkatnya harga komoditas global, ekspor barang dan jasa tumbuh tinggi

mencapai 31,8 persen (YoY). Kinerja yang impresif tersebut didorong oleh

peningkatan ekspor barang yang mencapai 33,2 persen (YoY). Ekspor barang

nonmigas tumbuh 34,0 persen (YoY) yang didorong oleh komoditas bahan bakar

mineral, besi dan baja, serta mesin/peralatan listrik. Sementara ekspor barang migas

meningkat 25,8 persen (YoY). Ekspor jasa meningkat 5,2 persen (YoY).

Impor barang dan jasa juga tumbuh positif sebesar 31,2 persen (YoY). Impor barang

nonmigas meningkat 29,6 persen (YoY) yang didominasi oleh barang modal seperti

mesin-mesin/pesawat mekanik, mesin/peralatan listrik, besi dan baja, serta plastik

dan barang dari plastik. Impor barang migas tumbuh hingga 40,7 persen (YoY) seiring

dengan peningkatan harga dan volume impor migas. Sejalan dengan peningkatan

aktivitas perdagangan internasional, impor jasa tumbuh 31,2 persen (YoY).

Dari sisi produksi, seluruh sektor usaha telah kembali tumbuh positif.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan sejalan

dengan peningkatan mobilitas masyarakat yang signifikan dibandingkan triwulan II

tahun 2020 saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sektor

transportasi dan pergudangan tumbuh hingga 25,1 persen (YoY) yang didorong oleh

peningkatan penumpang angkutan di berbagai moda serta peningkatan aktivitas

bongkar muat ekspor-impor. Angkutan udara tumbuh tinggi hingga 137,7 persen

(YoY) seiring dengan dibukanya kembali penerbangan internasional meski belum

secara penuh. Angkutan rel yang termasuk KRL, sebagai salah satu moda utama

22

Perkembangan Ekonomi Indonesia

pekerja, tumbuh 67,2 persen (YoY). Angkutan darat dan laut masing-masing tumbuh

18,2 dan 16,4 persen (YoY). Sementara itu, subsektor pergudangan dan jasa

penunjang angkutan, pos dan kurir tumbuh 33,6 persen (YoY).

Akomodasi dan makan minum juga

tumbuh tinggi yakni sebesar 21,6

persen (YoY) yang didorong oleh

relaksasi kebijakan pembatasan

aktivitas masyarakat dan tingkat

hunian hotel. Penyediaan akomodasi

tumbuh 45,7 persen (YoY) seiring

dengan berbagai kegiatan yang mulai

kembali dilaksanakan di hotel. Selain

itu, sebagian masyarakat juga mulai

berlibur setelah membatasi

aktivitasnya di rumah selama setahun

belakangan. Sejalan dengan hal

tersebut, penyediaan makan minum

juga tumbuh 17,9 persen (YoY).

Industri pengolahan tumbuh 6,9

persen (YoY) yang didorong oleh

pertumbuhan di hampir seluruh

subsektor. Industri batu bara dan

pengilangan migas 3,4 persen (YoY).

Sementara itu, industri pengolahan

nonmigas tumbuh 6,9 persen (YoY)

yang didorong oleh pertumbuhan

subsektor industri alat angkutan yang tumbuh hingga 45,7 persen (YoY). Peningkatan

produksi subsektor tersebut untuk memenuhi peningkatan permintaan domestik.

Subsektor industri logam dasar tetap tumbuh positif yakni sebesar 18,0 persen (YoY),

yang didukung oleh peningkatan produksi besi, baja, dan bahan baku logam dasar

lainnya seiring dengan tingginya permintaan luar negeri, terutama untuk produk

ferronickel dan stainless steel. Pertumbuhan produksi subsektor industri kimia, farmasi

dan obat tradisional juga tetap positif sebesar 9,2 persen (YoY), terutama untuk

memenuhi permintaan domestik selama menghadapi pandemi Covid-19. Di sisi lain,

subsektor industri tekstil dan pakaian jadi masih terkontraksi 4,5 persen (YoY) akibat

permintaan domestik yang masih lemah.

Sektor konstruksi tumbuh 4,4 persen (YoY) yang didorong oleh berlanjutnya

pembangunan proyek infrastruktur dasar/konektivitas lanjutan pemerintah serta

proyek swasta lainnya. Real estat juga tumbuh 2,8 persen (YoY) yang didorong oleh

Gambar 7. Pertumbuhan PDB

Sisi Produksi Triwulan II Tahun 2021

Sumber: Badan Pusat Statistik

0,4

5,2

6,6

6,9

9,1

5,8

4,4

9,4

25,1

21,6

6,9

8,3

2,8

9,9

9,5

5,7

11,6

12,0

Pertanian

Pertambangan

Industri

Industri Pengolahan

Pengadaan Listrik & Gas

Pengadaan Air

Konstruksi

Perdagangan

Transportasi & Pergudangan

Akomodasi & Mamin

Informasi & Komunikasi

Jasa Keuangan & Asuransi

Real Estat

Jasa Perusahaan

Adm. Pemerintahan

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan & Keg. Sosial

Jasa Lainnya

(persen)

23

Perkembangan Ekonomi Indonesia

pembebasan PPN rumah dengan skema 100 dan 50 persen. Insentif tersebut berlaku

sejak 1 Maret hingga Agustus 2021. Namun kemudian, pemerintah memperpanjang

hingga akhir tahun berjalan.

Sektor perdagangan besar dan eceran;

reparasi mobil dan sepeda motor

tumbuh 9,4 persen (YoY) yang didorong

oleh pemberian insentif Pajak Penjualan

atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar

100 persen. Subsektor perdagangan

mobil, sepeda motor dan reparasinya

tumbuh 37,9 persen (YoY) yang

dipengaruhi lonjakan penjualan mobil.

Sementara itu, perdagangan besar dan

eceran bukan mobil dan sepeda motor

tumbuh 4,8 persen (YoY). Pemulihan di

sub sektor ini tidak terlepas dari

komitmen pemerintah dalam

mengoptimalkan penggunaan ekonomi digital di sektor perdagangan seperti e-

commerce, sehingga membantu pelaku usaha skala kecil dan menengah tetap

produktif dan menjalankan usahanya di tengah pandemi.

Di tengah pertumbuhan yang impresif pada mayoritas sektor, sektor pertanian hanya

tumbuh 0,4 persen (YoY). Tertekannya pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh

kontraksi pada subsektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian serta

subsektor kehutanan dan penebangan kayu. Kontraksi pada subsektor pertanian,

peternakan, perburuan dan jasa pertanian disebabkan oleh kontraksi pada tanaman

pangan sebesar 8,2 persen (YoY). Kondisi ini akibat penurunan produksi tanaman padi

seiring berakhirnya puncak panen raya yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Di sisi

lain, peternakan tumbuh 7,1 persen (YoY) yang didorong oleh peningkatan produksi

sejalan dengan peningkatan permintaan selama Ramadan dan persiapan Idul Fitri,

dan Idul Adha. Sementara itu, produksi subsektor perikanan tumbuh 9,7 persen (YoY),

didorong oleh cuaca yang mendukung.

Tabel 3. Perdagangan Besar Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Uraian Growth (%) Share thd

Total

PDB (%) QtQ YoY

PDB Perdagangan Besar

dan Eceran, Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor

3,4 9,4 13,1

Perdagangan Mobil,

Sepeda Motor, dan

Reparasinya

1,3 37,9 2,4

Perdagangan Besar

dan Eceran, bukan

Mobil dan Motor

3,8 4,8 10,7

Produk Domestik Bruto 3,3 7,1 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

24

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Box1: Gelombang Kedua Covid-19 Indonesia

Indonesia kembali mengalami lonjakan kasus Covid-19. Tren peningkatan kasus

Covid-19 di Indonesia ini diperkirakan terjadi sejak akhir Mei 2021 yang ditandai

dengan peningkatan jumlah kasus harian terkonfirmasi positif dan peningkatan

okupansi tempat tidur isolasi dan ICU di rumah sakit, terutama di DKI Jakarta, Jawa

Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kasus harian terkonfirmasi positif terus

meningkat secara eksponensial hingga pada puncaknya mencapai 56.757 kasus pada

15 Juli 20211.

Perkembangan Kasus Terkonfirmasi Positif Covid-19 Harian

Sumber: covid19.go.id

Masuknya mutasi virus SARS-CoV-2 varian delta yang diidentifikasi pertama kali di

India menjadi salah satu pemicu lonjakan kasus Covid-19. Varian delta memiliki

tingkat penularan lebih tinggi dibanding varian lain yang membuat varian ini

menyebar sangat masif di Indonesia maupun negara lainnya. Ketua Tim Whole

Genome Sequencing (WGS) SARS-CoV-2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI), membenarkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia disebabkan oleh

paparan virus SARS-CoV-2 varian delta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

Laboratorium Biosafety Level-3 LIPI dengan melakukan pengambilan sampel selama

8 hari terhitung dari tanggal 10-18 Juni 2021, ditemukan bahwa hampir 100 persen

varian yang menjangkit merupakan varian delta2.

Merespon lonjakan kasus Covid-19 tersebut, pemerintah menerapkan kebijakan

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa-Bali dan

Penguatan 3T (Tracing, Testing, dan Treatment) melalui Instruksi Menteri Dalam

Negeri Nomor 15 Tahun 2021. Implementasi PPKM Darurat mencakup penutupan,

penyekatan wilayah, dan pelarangan pembukaan beberapa tempat yang berpotensi

1 covid19.go.id. Peta Sebaran COVID-19 (Diakses pada 8 Agustus 2021) 2 LIPI. Lonjakan Kasus Covid 19 di Indonesia Didominasi oleh Varian Delta (Diakses pada 5 Agustus 2021)

25

Perkembangan Ekonomi Indonesia

menjadi pusat kerumunan. Kebijakan ini diharapkan bisa menurunkan mobilitas

masyarakat sekaligus menurunkan laju penularan Covid-19. PPKM Darurat

diberlakukan sejak tanggal 3 -20 Juli 2021, yang kemudian diperpanjang hingga 25

Juli 2021 akibat penyebaran kasus Covid-19 yang masih tinggi. Setelah dilakukan

evaluasi, PPKM Darurat kembali diperpanjang 26 Juli-2 Agustus 2021, yang kemudian

diperpanjang hingga 9 Agustus 2021. Dalam perpanjangan terakhir, diberlakukan

PPKM Level 4 untuk kota/kabupaten yang memiliki asesmen WHO level 4, dan PPKM

level 3 untuk kota/kabupaten yang memiliki asesmen WHO level 3. Keputusan

perpanjangan atau pelonggaran PPKM akan ditentukan secara berkala dengan

memperhatikan perkembangan Covid-19 di seluruh Indonesia.

Berbagai tantangan muncul bersamaan selama lonjakan kasus Covid-19 ini. Di

antaranya, tingginya tingkat keterisian rumah sakit, kelangkaan oksigen medis dan

obat penanganan Covid-19, tingginya tingkat kematian pasien isolasi mandiri dan

tenaga kesehatan, serta berbagai masalah sosial ekonomi. Upaya terus dilakukan

oleh pemerintah untuk merespon permasalahan ini seperti menambah kapasitas

rumah sakit dan tempat isolasi, memperkuat pengawalan distribusi obat penanganan

Covid-19, mempercepat pengadaan dan penambahan ketersediaan oksigen, serta

meningkatkan layanan terhadap pasien isolasi mandiri. Menteri Kesehatan

menyampaikan bahwa pemerintah akan meningkatkan jumlah tes harian menjadi

400-500 ribu tes per hari, karantina untuk seluruh kontak erat dari kasus terkonfirmasi,

dan akan menjamin sarana dan prasarana fasilitas kesehatan. Vaksinasi juga terus

digiatkan pemerintah, baik melalui fasilitas kesehatan di berbagai tingkat, sentra

vaksinasi, maupun mobil vaksin keliling. Tercatat per tanggal 8 Agustus 2021, sudah

lebih dari 50 juta penduduk Indonesia telah mendapatkan vaksin dosis pertama atau

sekitar 24 persen dari sasaran vaksinasi yang sebesar 208,2 juta orang3.

3 covid19.go.id. Berita Terkini (Diakses pada 8 Agustus 2021)

26

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi

Tahun 2016 – Triwulan II/2021 (persen, YoY)

2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1 2021:2

Produk Domestik Bruto 5,0 5,1 5,2 5,0 3,0 -5,3 -3,5 -2,2 -0,7 7,1

Konsumsi Rumah Tangga 5,0 4,9 5,1 5,0 2,8 -5,5 -4,0 -3,6 -2,2 5,9

Konsumsi LNPRT 6,6 6,9 9,1 10,6 -5,0 -7,8 -2,0 -2,1 -4,0 4,1

Konsumsi Pemerintah -0,1 2,1 4,8 3,3 3,8 -6,9 9,8 1,8 2,3 8,1

PMTB 4,5 6,2 6,6 4,5 1,7 -8,6 -6,5 -6,2 -0,2 7,5

Ekspor Barang dan Jasa -1,6 8,9 6,6 -0,9 0,4 -12,0 -11,7 -7,2 7,0 31,8

Impor Barang dan Jasa -2,4 8,1 11,9 -7,4 -3,6 -18,3 -23,0 -13,5 5,5 31,2

Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan 3,4 3,9 3,9 3,6 0,0 2,2 2,2 2,6 3,3 0,4

Pertambangan dan Penggalian 0,9 0,7 2,2 1,2 0,4 -2,7 -4,3 -1,2 -2,0 5,2

Industri Pengolahan 4,3 4,3 4,3 3,8 2,1 -6,2 -4,3 -3,1 -1,4 6,6

Industri Pengolahan Nonmigas 4,4 4,9 4,8 4,3 2,0 -5,7 -4,0 -2,2 -0,7 6,9

Listrik dan Gas 5,4 1,5 5,5 4,0 3,9 -5,5 -2,4 -5,0 1,7 9,1

Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Daur Ulang 3,6 4,6 5,6 6,8 4,4 4,4 5,9 5,0 5,5 5,8

Konstruksi 5,2 6,8 6,1 5,8 2,9 -5,4 -4,5 -5,7 -0,8 4,4

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 4,0 4,5 5,0 4,6 1,6 -7,6 -5,0 -3,6 -1,2 9,4

Transportasi dan Pergudangan 7,4 8,5 7,0 6,4 1,3 -30,8 -16,7 -13,4 -13,1 25,1

Akomodasi dan Makan Minum 5,2 5,4 5,7 5,8 1,9 -22,0 -11,8 -8,9 -7,3 21,6

Informasi dan Komunikasi 8,9 9,6 7,0 9,4 9,8 10,8 10,7 10,9 8,7 6,9

Jasa Keuangan dan Asuransi 8,9 5,5 4,2 6,6 10,6 1,1 -0,9 2,4 -3,0 8,3

Real Estate 4,7 3,6 3,5 5,8 3,8 2,3 2,0 1,2 0,9 2,8

Jasa Perusahaan 7,4 8,4 8,6 10,3 5,4 -12,1 -7,6 -7,0 -6,1 9,9

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,2 2,0 7,0 4,7 3,1 -3,2 1,8 -1,5 -3,0 9,5

Jasa Pendidikan 3,8 3,7 5,4 6,3 5,9 1,2 2,4 1,4 -1,7 5,7

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,2 6,8 7,1 8,7 10,4 3,7 15,3 16,5 3,3 11,6

Jasa lainnya 8,0 8,7 9,0 10,6 7,1 -12,6 -5,5 -4,8 -5,2 12,0

PDB Harga Berlaku (Rp Triliun) 12.402 13.590 14.839 15.833 3.922,6 3.687,8 3.894,6 3.929,2 3.970,5 4.175,8

PDB Harga Konstan (Rp Triliun) 9.434 9.913 10.426 10.949 2.703,1 2.589,8 2.720,5 2.709,0 2.684,0 2.772,8

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

27

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Investasi

Realisasi Penanaman Modal Asing

(PMA) mencapai Rp116,8 triliun

dan realisasi Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) mencapai

Rp106,8 triliun. Total nilai realisasi

investasi PMA dan PMDN pada

triwulan II tahun 2021 mencapai

Rp223,0 triliun, atau naik sebesar 1,5

persen dari triwulan I tahun 2021.

Nilai realisasi PMA mengalami

kenaikan sebesar 19,6 persen (YoY),

sementara nilai realisasi PMDN juga

tumbuh sebesar 12,7 persen (YoY).

Sektor yang berperan besar terhadap

realisasi PMA dan PMDN pada

triwulan II tahun 2021 adalah sektor

tersier, dengan nilai realisasi investasi

sebesar Rp113,8 triliun, tumbuh

sebesar 8,4 persen (YoY). Realisasi sektor primer meningkat tajam dibandingkan

periode yang sama pada tahun 2020, dan juga mengalami kenaikan cukup signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya pada tahun yang sama. Pada sektor sekunder,

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pada tahun yang sama mengalami

kontraksi, namun dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada triwulan yang sama

mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Realisasi investasi terbesar pada sektor sekunder triwulan II tahun 2021 adalah

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya,

Berdasarkan sektor/bidang usaha, realisasi investasi terbesar pada triwulan II tahun

2021 di sektor sekunder disumbang oleh: (1) Industri Logam Dasar, Barang Logam,

Bukan Mesin dan Peralatannya; (2) Industri Makanan; (3) Industri Kimia dan Farmasi;

(4) Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain; dan (5) Industri Kertas

dan Percetakan.

Sektor sekunder yang mengalami pertumbuhan terbesar dibandingkan periode yang

sama tahun 2020 adalah Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki sebesar 138,8 persen,

Sedangkan Industri Tekstil mengalami kontraksi cukup signifikan sebesar 26,4 persen

akibat daya beli masyarakat menurun dan meningkatnya penjualan pakaian impor

yang mempengaruhi industri dalam negeri, serta adanya kebijakan Pemberlakuan

Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Tabel 5. Realisasi Investasi

Uraian

Nilai

Q2 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd

Realisasi

Investasi

(%) QtQ YoY

Realisasi

Investasi 223,0 1,5 16,21 100,0

Penanaman

Modal Dalam

Negeri

(PMDN)

106,2 -1,6 12,7 47,6

Penanaman

Modal Asing

(PMA)*

116,8 4,5 19,6 52,4

Berdasarkan Sektor

Primer 30,3 14,0 41,9 13,6

Sekunder 78,9 -10,7 20,3 35,4

Tersier 113,8 8,6 8,4 51,1

kurs: Rp14.600/USD

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

28

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 6. Realisasi Investasi Sektor Sekunder

Uraian

Nilai

Q2 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd

Sektor

Sekunder(%) QtQ YoY

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan

Peralatannya

29,7 6,8 43,9 37,7

Industri Makanan 14,9 -31,6 -17,5 18,9

Industri Kimia Dan Farmasi 10,9 15,1 12,2 13,8

Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 5,5 -39,9 42,5 7,0

Industri Kertas dan Percetakan 4,1 -16,4 48,4 5,2

Industri Karet dan Plastik 3,5 65,2 91,2 4,4

Industri Mineral Non Logam 2,5 -54,3 35,0 3,2

Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran,

Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan Jam

2,2 -33,9 37,0 2,8

Industri Lainnya 2,0 258,0 -18,9 2,6

Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1,7 38,3 138,8 2,1

Industri Tekstil 1,3 -42,3 -26,4 1,6

Industri Kayu 0,6 169,3 103,5 0,8

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

Realisasi PMA berdasarkan sektor/bidang usaha dengan kontribusi terbesar pada

realisasi adalah: (1) Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan

Peralatannya; (2) Industri Makanan; (3) Industri Kimia dan Farmasi; (4) Industri

Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain; dan (5) Industri Kertas dan

Percetakan. Sementara berdasarkan negara asal PMA, realisasi terbesar berasal dari

Singapura sebesar Rp30,7 triliun.

Tabel 7. Sektor PMA Terbesar

Uraian

Nilai

Q2 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share

thd

Total

PMA (%) QtQ YoY

Industri Logam

Dasar, Barang

Logam, Bukan

Mesin dan

Peralatannya

19,1 3,2 35,0 16,4

Industri

Makanan

7,3 -44,9 7,3 6,2

Industri Kimia

Dan Farmasi

5,0 -34,3 -5,1 4,3

Industri

Kendaraan

Bermotor dan

Alat Transportasi

Lain

2,9 -39,0 85,2 2,5

Industri Lainnya 2,0 365,0 -17,2 1,8

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

Tabel 8. Realisasi PMA Terbesar

berdasarkan Negara Asal

Uraian

Nilai

Q2 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd

Total

PMA (%) QtQ YoY

Singapura 30,7 -19,0 9,6 26,36

Hongkong 21,1 76,3 26,4 18,12

Belanda 16,1 527,6 268,2 13,87

Jepang 10,4 121,8 19,2 8,95

Tiongkok 9,3 -38,2 -42,9 8,03

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

29

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Realisasi investasi di luar Jawa pada triwulan II tahun 2021 memberikan kontribusi

lebih besar yaitu 51,0 persen dari total realisasi investasi, dengan nilai sebesar Rp113,8

triliun, Sementara itu, proporsi realisasi investasi di pulau Jawa pada triwulan II tahun

2021 adalah sebesar 49,0 persen dengan nilai investasi sebesar Rp109,2 triliun

Pertumbuhan realisasi investasi terbesar secara YoY adalah pulau Maluku dan Papua

yaitu dengan nilai investasi sebesar Rp12,9 triliun, sedangkan realisasi investasi

terbesar secara QtQ adalah pulau Sulawesi dengan nilai investasi sebesar Rp34,2

triliun, Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang terdiri dari wilayah Jawa dan Sumatera

berkontribusi realisasi investasi sebesar 68,7 persen.

Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan II tahun

2021 adalah Jawa Barat sebesar Rp23,1 triliun; DKI Jakarta sebesar Rp14,0 triliun;

Maluku Utara sebesar Rp13,9 triliun; Sulawesi Tengah sebesar Rp 7,6 triliun; dan Riau

sebesar Rp6,5 triliun,

Realisasi PMDN terbesar adalah Sektor Perumahan, Kawasan Industri dan

Perkantoran, diikuti oleh (2) Transportasi, Gudang dan Komunikasi; (3) Listrik, Gas

dan Air; (4) Kontruksi; dan (5) Industri Makanan, Pertumbuhan terbesar YoY berada

pada Sektor Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran. Sedangkan pertumbuhan

terbesar QtQ berada pada Sektor Transportasi, Gudang dan Komunikasi.

Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMDN terbesar pada triwulan II

tahun 2021 adalah Jawa Timur sebesar Rp13,8 triliun; Jawa Barat sebesar Rp12,1

triliun; DKI Jakarta sebesar Rp 11,2 triliun; Banten sebesar Rp10,1 triliun; dan Jawa

Tengah sebesar Rp7,7 triliun.

Tabel 9. Realisasi Investasi

berdasarkan Lokasi

Uraian

Nilai

Q2 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd

Realisasi

Investasi

(%) QtQ YoY

Jawa 109,2 3,7 8,5 49,0

Luar Jawa 113,8 -0,5 24,6 51,0

Sumatera 44,0 -15,9 7,0 19,7

Kalimantan 15,5 -23,3 -20,1 6,9

Bali dan Nusra 7,2 -5,3 46,9 3,2

Sulawesi 34,2 151,9 61,6 15,3

Maluku 12,9 -37,7 174,2 5,8

Papua 153,2 -2,8 8,1 68,7

Kawasan Barat

Indonesia

69,8 12,4 39,0 31,3

Kawasan Timur

Indonesia

109,2 3,7 8,5 49,0

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

Tabel 10. Lokasi PMA Terbesar

Uraian Nilai

Q2 2021 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total PMA

(%) QtQ YoY

Jawa Barat 23,1 9,8 19,0 19,8

DKI Jakarta 14,0 -4,1 15,2 12,0

Sulawesi

Tengah

13,9 92,2 327,2 11,9

Riau 7,6 -9,4 18,5 6,5

Sulawesi

Tenggara

6,5 -19,4 130,4 5,6

kurs: Rp14.600/USD

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

30

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Lima kabupaten dan kota

dengan realisasi PMDN

terbesar pada triwulan II tahun

2021 adalah Kota Tangerang

sebesar Rp4,8 triliun, Kota

Surabaya sebesar Rp4,1 triliun,

Kota Administrasi Jakarta

Selatan sebesar Rp3,7 triliun,

Kota Administrasi Jakarta

Pusat sebesar Rp3,4 triliun, dan

Kabupaten Karawang sebesar

Rp3,4 triliun. Beberapa faktor

yang menyebabkan Kota

Tangerang menjadi kota

dengan realisasi PMDN

terbesar pada triwulan II tahun

2021 antara lain karena

dukungan kemudahan dalam

hal layanan, digitalisasi

layanan dan proses perizinan

yang tidak rumit, serta adanya

kejelasan status tanah dan rasa

aman berinvestasi. Dukungan

Tabel 11. Sektor dan Lokasi PMDN Terbesar

Uraian

Nilai

Q2 2021

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd

Total PMDN(%) QtQ YoY

SEKTOR

Perumahan, Kawasan Industri dan

Perkantoran

20,5 -5,0 170,5 19,3

Transportasi, Gudang dan

Komunikasi

14,4 8,9 -18,3 13,6

Listrik, Gas dan Air 11,6 1,8 24,3 11,0

Kontruksi 9,9 3,8 -16,1 9,3

Industri Makanan 7,0 -7,1 -34,3 6,7

LOKASI

Jawa Timur 13,8 39,2 16,9 13,0

Jawa Barat 12,1 -24,3 42,3 11,4

DKI Jakarta 11,2 29,6 -37,0 10,6

Banten 10,1 45,5 31,5 9,5

Jawa Tengah 7,7 -7,8 85,9 7,3

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

Tabel 12. Lokasi PMDN Terbesar

per Kabupaten/Kota

Uraian Nilai

Q2 2021 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total

PMDN (%) QtQ YoY

Kota Tangerang 4,8 98,1 513,5 4,5

Kota Surabaya 4,1 -12,0 -16,7 3,8

Kota Adm. Jakarta

Selatan

3,7 14,5 -27,6 3,5

Kota Adm. Jakarta

Pusat

3,4 27,3 -52,0 3,2

Kabupaten

Karawang

3,4 52,6 1628,6 3,2

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

Tabel 13. Lokasi PMA Terbesar

per Kabupaten/Kota

Uraian Nilai

Q2 2021 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total

PMA (%) QtQ YoY

Kab.

Halmahera

Tengah

11,7 83,0 894,4 10,0

Kab. Bekasi 8,1 -30,4 21,0 6,9

Kota Adm.

Jakarta

Selatan

5,8 -25,5 -30,3 5,0

Kab. Morowali 5,5 -10,0 1,4 4,7

Kab. Lahat 5,2 839,8 92.037,0 4,5

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

31

Perkembangan Ekonomi Indonesia

infrastruktur juga turut menjadi faktor investor tertarik menanamkan modal di kota

Tangerang, beberapa infrastruktur penunjang yang sudah dibangun antara lain

adalah Bandara Soekarno-Hatta, pelabuhan laut yang memadai, jalan tol, jalan non-

tol, jaringan rel kereta api, pasokan listrik, dan pasokan air (Waduk Sindang Heula dan

Waduk Karian).

Lima kabupaten dan kota dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan II tahun 2021

adalah Kabupaten Halmahera Tengah sebesar Rp11,7 triliun, Kabupaten Bekasi

sebesar Rp8,1 triliun, Kota Administrasi Jakarta Selatan sebesar Rp5,8 triliun

Kabupaten Morowali sebesar Rp5,5 triliun, dan Kabupaten Lahat sebesar Rp5,2 triliun.

Beberapa faktor yang menyebabkan Kabupaten Halmahera Tengah menjadi

kabupaten dengan realisasi PMA terbesar di triwulan II tahun 2021 yaitu adanya

dukungan pemerintah yang proaktif dalam memfasilitasi penyelesaian proyek

Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) serta adanya kolaborasi baik antar

pemerintah pusat dan daerah maupun antara investor dengan pengusaha lokal dan

UMKM. Dukungan infrastruktur juga turut membantu peningkatan realisasi investasi

seperi pembangunan pembangkit listrik dan pelabuhan (terminal khusus).

Penyerapan tenaga kerja PMDN

mencapai 165,7 ribu orang,

sedangkan dari PMA mencapai 146,2

ribu orang, Penyerapan Tenaga Kerja

proyek PMDN pada triwulan II tahun

2021 sebesar 53,1 persen dari total

penyerapan tenaga kerja, sedangkan

penyerapan tenaga kerja PMA sebesar

46,9 persen. Total penyerapan tenaga

kerja secara keseluruhan sebesar

311,9 ribu orang.

Realisasi investasi tahun 2020 terhadap target RPJMN 2020-2024. Terdapat

enam indikator untuk Kegiatan Prioritas (KP) “Perbaikan Iklim Usaha dan Peningkatan

Investasi Termasuk Reformasi Ketenagakerjaan” dalam RPJMN tahun 2020-2024,

dimana terdapat empat indikator yang berhubungan langsung dengan realisasi

investasi. Khusus untuk indikator nilai realisasi PMA dan PMDN dan nilai realisasi PMA

dan PMDN industri pengolahan, terdapat target penyesuaian sebagaimana

tercantum dalam tabel. Dari keempat target tersebut, saat ini terdapat dua target

yang telah tercapai hingga semester I tahun 2021 yaitu: (a) kontribusi PMDN terhadap

total realisasi PMA dan PMDN semester I dengan realisasi sebesar 48,4 persen atau

tercapai 101,3 persen; dan (b) kontribusi realisasi investasi luar Jawa semester I

dengan realisasi 51,0 persen atau tercapai 110,4 persen dari target tahun 2021.

Tabel 14. Penyerapan Tenaga Kerja

Uraian

Jumlah

Q2 2021

(orang)

Growth (%) Share thd

Total

Penyerapan

TK (%) QtQ YoY

Penyerapan

TK PMDN

165.684 0,0 14,0 53,1

Penyerapan

TK PMA

146.238 0,1 24,1 46,9

Total

Penyerapan

TK

311.922 0,0 18,6 100,0

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

32

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 15. Perbandingan Capaian dengan Target dalam RPJMN

2020-2024

Indikator Realisasi

tahun 2021**

Target 2021

dalam RPJMN

Target

Penyesuaian*

Capaian Target

tahun 2021 (%)

Nilai realisasi PMA dan PMDN

(Rp trilliun)

442,8 991,3 858,5 51,6

Kontribusi PMDN terhadap total

realisasi PMA dan PMDN

(persen)

48,4 47,8 - 101,3

Nilai realisasi PMA dan PMDN

Industri Pengolahan (Rp trilliun)

167,1 316,3 268,7 62,2

Kontribusi realisasi investasi luar

Jawa (persen)

51,0 46,2 - 110,4

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

* Sesuai dengan surat Kepala BKPM No 102/A,1/2020 tanggal 16 April 2020 perihal

Usulan Revisi Target Penanaman Modal Tahun 2020-2024 Akibat Dampak Covid-19 dan

Surat Bappenas No, B,265/M,PPN/D1/PP,03,02/04/2020 tanggal 24 April 2020 perihal

Persetujuan atas Usulan Revisi Target Penanaman Modal Tahun 2020-2024 Akibat

Dampak Covid-19

**Realisasi Triwulan II Tahun 2021

Industri

Sektor industri pengolahan pada triwulan

II tahun 2021 menunjukkan tren

pemulihan yang signifikan. Industri

pengolahan tumbuh positif mencapai 6,6

persen (YoY). Pertumbuhan ini didorong

oleh pertumbuhan industri pengolahan

migas sebesar 3,4 persen (YoY) dan

industri pengolahan nonmigas sebesar

6,9 persen (YoY). Kinerja tersebut jauh

lebih baik dibandingkan dengan kinerja

pada triwulan I tahun 2021 yang

terkontraksi 1,4 persen (YoY) untuk

industri pengolahan, dan 0,7 persen (YoY)

untuk industri pengolahan nonmigas.

Tren pemulihan pada industri

pengolahan ini merupakan cerminan dari

low base effect. Hal ini mengingat kinerja industri pengolahan pada triwulan II tahun

2020 mengalami kontraksi paling dalam bersamaan dengan pemberlakuan kebijakan

Gambar 8. Pertumbuhan Industri

Pengolahan Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik

6,6

7,1

6,9

3,4

-8,0

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

2017 2018 2019 2020 2021 Q2

(per

sen

)

Industri Pengolahan

PDB Nasional

Industri Pengolahan Non Migas

Industri Pengolahan Migas

33

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pembatan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai respon penanganan terhadap sebaran

pandemi Covid-19 yang mulai meningkat di Indonesia.

Nilai tambah sektor industri pengolahan

pada triwulan II tahun 2021 mencapai

Rp805,6 triliun, atau sebesar 19,3 persen

dari PDB nasional. Kontribusi PDB industri

pengolahan nonmigas mencapai 17,3

persen.

Pertumbuhan industri pengolahan

nonmigas yang positif didorong

utamanya oleh subsektor industri alat

angkutan (45,7 persen, YoY), industri

logam dasar (18,0 persen, YoY), industri

mesin dan perlengkapan (16,4 persen,

YoY), industri karet, barang dari karet dan

plastik (11,7 persen, YoY), serta industri

kimia, farmasi, dan obat tradisional (9,2

persen, YoY). Industri alat angkutan

mengalami pertumbuhan yang signifikan

didukung oleh peningkatan permintaan

kendaraan bermotor sebagai dampak

pemberian insentif pajak penjualan atas

barang mewah (PPnBM). Peningkatan

produksi besi, baja, dan bahan baku

logam dasar lainnya dan tingginya

permintaan luar negeri terutama produk ferronickel dan stainless steel mendukung

pertumbuhan industri logam dasar. Pertumbuhan subsektor industri kimia, farmasi,

dan obat tradisional mengalami perlambatan. Namun, peningkatan produksi obat-

obatan untuk memenuhi permintaan domestik dalam menghadapi pandemi Covid-

19 masih menjadi pendorong pertumbuhan pada sektor ini.

Beberapa industri masih mengalami tekanan pada triwulan II tahun 2021, seperti

industri kertas yang terkontraksi semakin dalam menjadi sekitar 4,0 persen (YoY) dan

industri kayu dan barang dari kayu terkontraksi 6,1 persen (YoY). Sektor industri tekstil

dan pakaian jadi sudah menunjukkan tren pemulihan meskipun masih mengalami

kontraksi sebesar 4,5 persen (YoY). Potensi kenaikan kinerja industri tekstil dan

pakaian jadi didukung oleh produksi masker dan alat pelindung diri (APD) selama

pandemi Covid-19. Namun, pemulihan yang optimal diperkirakan membutuhkan

waktu yang cukup lama.

Gambar 9. Pertumbuhan Subsektor

Industri Pengolahan Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik

45,7

18,0

16,4

11,7

9,1

8,1

7,2

6,7

3,3

2,9

0,9

-1,1

-4,0

-4,5

-6,1

6,9

6,6

Alat Angkutan

Logam Dasar

Mesin dan Perlengkapan

Karet dll

Kimia dll

Barang Galian Bukan Logam

Furnitur

Barang Logam dll

Kulit dll

Makanan dan Minuman

Pengolahan Lainnya

Pengolahan Tembakau

Kertas dll

Tekstil dan Pakaian Jadi

Kayu dll

Industri Nonmigas

Industri Pengolahan

(persen)

34

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Perbaikan kinerja sektor industri juga

ditunjukkan oleh peningkatan kinerja

ekspor produk industri pengolahan pada

triwulan II tahun 2021 sebesar 51,7 persen

(YoY), atau sebesar USD42.110,1 miliar.

Kontribusi ekspor produk industri

pengolahan terhadap total ekspor

sebesar 78,0 persen. Perbaikan ekspor

produk industri pengolahan tersebut

didorong oleh perbaikan kinerja ekspor

produk industri besi dan baja, industri

pengolahan lemak dan minyak

hewan/nabati, industri mesin dan

perlengkapan listrik, industri kendaraan

dan bagiannya, industri kimia, serta

industri karet dan barang dari karet. Di sisi

lain, ekspor produk industri tekstil,

industri perhiasan, industri kertas masih mengalami perlambatan.

Kinerja ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama, seperti Tiongkok, Jepang,

India, Korea Selatan, dan Amerika Serikat menunjukkan perbaikan. Kenaikan harga

komoditas utama Indonesia seperti nikel, CPO, dan batu bara turut berkontribusi

pada peningkatan ekspor produk industri pengolahan dari Indonesia. Kinerja ekspor

terus diperkuat dengan dukungan kebijakan peningkatan hilirisasi ke produk-produk

bernilai tambah tinggi, perluasan pasar ekspor, serta optimalisasi kerja sama bilateral,

regional dan multilateral.

Kinerja investasi industri pengolahan juga meningkat. realisasi PMDN di industri

pengolahan pada triwulan II tahun 2021 mencapai Rp23.331,0 miliar, atau tumbuh

sebesar 1,4 persen (YoY). Pertumbuhan PMDN sektor industri tersebut lebih lambat

dibandingkan triwulan I tahun 2021 sebesar 16,1 persen. Pertumbuhan PMDN industri

pengolahan yang signifikan terdapat pada industri logam dasar (151,9 persen, YoY),

industri karet dan plastik (108,1 persen, YoY), industri kertas dan percetakan (86,3

persen, YoY), serta industri kayu (73,9 persen, YoY). Sektor industri yang mengalami

perlambatan pertumbuhan PMDN adalah industri barang dari kulit dan alas kaki

(-79,6 persen, YoY), industri kendaraan bermotor dan alat angkutan lain (-79,5 persen,

YoY), serta industri mesin, elektronik, dan peralatan lainnya (-67,5 persen, YoY).

Kontribusi PMDN sektor industri pengolahan terhadap total PMDN menapai 22,0

persen. Realisasi PMDN sektor industri pengolahan terbesar terjadi pada subsektor

industri makanan (Rp7.076,6 miliar), diikuti oleh industri kimia dan farmasi (Rp6.137,3

Gambar 10. Ekspor Produk Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik

42,1

51,7

34,8

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2

2019 2020 2021

(per

sen

)

(mili

ar U

SD)

Ekspor Produk Industri (miliar USD)

Pertumbuhan Ekspor Produk Industri(persen)Pertumbuhan Ekspor Nasional

35

Perkembangan Ekonomi Indonesia

miliar), industri logam dasar (Rp3.953,6 miliar), serta industri kertas dan percetakan

(Rp2.298,3 miliar).

Dari sisi PMA, realisasinya di sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2021

mencapai Rp3.803,4 miliar, atau mengalami pertumbuhan sebesar 28,7 persen (YoY).

Pertumbuhan PMA sektor industri yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah

industri barang dari kulit dan alas kaki (189,5 persen, YoY), industri barang galian non

logam (170,6 persen, YoY), industri kayu (164,1 persen, YoY), serta industri kendaraan

bermotor dan alat transportasi lain (82,7 persen, YoY). Subsektor industri pengolahan

yang mengalami perlambatan pertumbuhan PMA antara lain sektor industri tekstil

(-19,9 persen, YoY) serta industri kimia dan farmasi (-6,4 persen, YoY).

Kontribusi PMA sektor industri pengolahan terhadap total PMA sebesar 47,6 persen.

Realisasi PMA di sektor industri pengolahan terbesar pada subsektor industri logam

dasar dan barang dari logam (USD1.766,4 juta), industri makanan (USD533,9 juta),

industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain (USD364,1 juta), serta industri

kimia dan farmasi (USD324,4 juta).

Pertumbuhan realisasi PMA dan PMDN didorong oleh pemulihan ekonomi yang

bertahap, integrasi perizinan melalui Online Single Submission (OSS), serta perbaikan

peraturan dan prosedur sejalan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 5

Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko. Selain itu,

peningkatan investasi terjadi pada sektor padat karya, misalnya terkait proyek

Kawasan Industri berbasis logam dasar, serta pembangunan pabrik kendaraan listrik

dan industri baterai yang bersumber dari PMA. Realisasi investasi PMA juga

menunjukkan adanya diversifikasi sumber investasi dari Eropa dan Amerika Serikat.

Gambar 11. PMDN Sektor Industri

Sumber: BKPM

Gambar 12. PMA Sektor Industri

Sumber: BKPM

23,3

1,4

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

5

10

15

20

25

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

(per

sen

)

(mili

ar U

SD)

PMDN Pertumbuhan PMDN

3,8

28,7

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

(per

sen

)

(mili

ar U

SD)

PMA Pertumbuhan PMA

36

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Perkembangan pada triwulan II tahun 2021 juga menunjukkan bahwa daya beli

masyarakat kelas menengah ke atas terus mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukkan

oleh peningkatan permintaan terhadap barang tahan lama (durable goods),

khususnya mobil yang didorong oleh perluasan insentif berupa diskon Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil dengan kapasitas 1500-2500 cc

yang berlaku sejak bulan April 2021.

Kinerja penjualan mobil juga berdampak pada peningkatan produksi mobil sebanyak

259.710 unit atau tumbuh signifikan sebesar 521,4 persen (YoY) pada triwulan II tahun

2021. Peningkatan produksi mobil terbesar terjadi pada segmen mobil truk dengan

kapasitas di bawah 5 ton sebesar 1.197,5 persen (YoY) dan truk dengan kapasitas 5-

24 ton. Peningkatan ini sejalan dengan mulai pulihnya sektor konstruksi atau aktivitas

pembangunan infrastruktur. Pada segmen mobil penumpang, peningkatan terbesar

terjadi pada segmen mobil multi purpose dengan kapasitas dibawah 1500 cc sebesar

566,7 persen (YoY), mobil multi purpose dengan kapasitas 1500-2000 cc sebesar 417,4

persen (YoY), dan mobil sedan sebesar 88,9 persen (YoY). Di sisi lain, masih terjadi

penurunan pada segmen mobil Sport Utility Vehicle (SUV) dengan kapasitas 1500-

3000 cc (-33,5 persen, YoY).

Sebagai respon terhadap pengenaan diskon PPnBM, penjualan mobil pada triwulan

II tahun 2021 mencapai 206.443 unit, atau meningkat signifikan sebesar 758,7 persen

(YoY). Peningkatan penjualan mobil tersebut terutama pada segmen mobil

penumpang Multi Purpose Vehicle (MPV) dibawah 1.500 cc sebesar 1.168,8 persen

(YoY), dan Multi Purpose Vehicle (MPV) dengan kapasitas 1500-2500 cc sebesar 583,9

persen (YoY). Penjualan mobil truk dan bus juga mulai mengalami perbaikan, seperti

truk dengan kapasitas di bawah 5 ton (669,9 persen, YoY) dan bus dengan kapasitas

Gambar 13. Produksi Mobil

Sumber: CEIC

Gambar 14. Penjualan Mobil

Sumber: CEIC

258,7

521,4

-200

-100

0

100

200

300

400

500

600

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

(per

sen

)

(rib

u u

nit

)

Produksi Mobil

Pertumbuhan Produksi Mobil

206,4

758,7

-200-1000100200300400500600700800900

0

50

100

150

200

250

300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

(per

sen

)

(rib

u u

nit

)

Penjualan Mobil

Pertumbuhan Penjualan Mobil

37

Perkembangan Ekonomi Indonesia

5-24 ton (8,9 persen). Penjualan mobil pada segmen SUV dengan kapasitas lebih dari

3.000 cc masih mengalami penurunan sebesar 35,4 persen (YoY).

Di sisi lain, penjualan motor mencapai 1.156.155 unit pada triwulan II tahun 2021, atau

tumbuh sebesar 268,6 persen (YoY). Pertumbuhan ini sedikit menurun dibandingkan

dengan triwulan I tahun 2021. Kinerja ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat

menengah ke bawah pada semester I tahun 2021 sudah lebih baik dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.

Keberlanjutan aktivitas pembangunan infrastruktur atau peningkatan sektor

konstruksi juga mendorong perbaikan dari produksi semen pada triwulan II tahun

2021. Industri semen mulai tumbuh positif sebesar 12,2 persen (YoY), meskipun

penjualan semen sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan I tahun 2021.

Penurunan ini merupakan dampak dari tertundanya proyek-proyek konstruksi seperti

di Bali dan Nusa Tenggara yang mengalami stagnasi dari aktivitas pariwisata. Namun

secara umum, pertumbuhan produksi semen menunjukkan kelanjutan perbaikan

kondisi perekonomian secara keseluruhan.

Pelambatan dari beberapa indikator seperti PMA, penjualan motor dan penjualan

semen juga menunjukkan masih adanya kekhawatiran dari kelanjutan momentum

pemulihan. Kondisi ini juga tercermin dari ekspektasi dunia usaha pada Juni 2021

yang mengalami penurunan karena adanya peningkatan kasus Covid-19. Purchasing

Manager Index (PMI) Manufaktur mengalami ekspansi pada bulan Mei 2021 (55,3

poin), namun melambat pada bulan Juni 2021 (53,5 poin). Berdasarkan komponen

pembentuk PMI pada Juni 2021, ekspansi produksi menunjukkan pertumbuhan

moderat, sejalan dengan melemahnya permintaan ekspor (new order), adanya

Gambar 15. Penjualan Motor

Sumber: CEIC

Gambar 16. Penjualan Domestik Semen

Sumber: CEIC

1.156

268,6

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2

2019 2020 2021

(per

sen

)

(rib

u u

nit

)

Penjualan Motor

Pertumbuhan Penjualan Motor

14,1

12,2

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

0

5

10

15

20

25

Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2

2019 2020 2021

(per

sen

)

(ju

ta t

on

)

Penjualan Semen

Pertumbuhan Penjualan

38

Perkembangan Ekonomi Indonesia

tekanan pada biaya bahan, dan gangguan rantai pasok yang masih berlangsung.

Ekspansi produksi tersebut juga menyebabkan backlogs of work masih terus

meningkat di tengah peningkatan kasus Covid-19. Sementara itu, jam kerja dari

tenaga kerja perusahaan berangsur mengalami pemulihan. Secara keseluruhan,

ekpektasi dunia usaha tetap optimis sampai akhir tahun 2021, di tengah peningkatan

kasus Covid-19.

Gambar 17. Purchasing Manufacturing Index

Sumber: CEIC

Pariwisata

Dampak pandemi Covid-19 terhadap kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)

masih berlanjut. Jumlah kunjungan wisman pada triwulan II tahun 2021 sebesar 418

53,5

26,0

31,0

36,0

41,0

46,0

51,0

56,0

Jan2020

Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan2021

Feb Mar Apr May Jun

Gambar 18. Kunjungan Wisman

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 16. Kunjungan Wisman berdasarkan Pintu

Masuk dan Negara Asal

Uraian Jumlah Wisman

Growth (%) Share (%) QtQ YoY

Pintu Masuk

Pintu Udara 48.600 124,0 1666,0 11,6

Pintu Laut 112.381 -3,7 -19,0 26,9

Pintu Darat 257.469 4,9 -23,1 61,5

Negara Asal

Cross Border* 342.332 3,8 -22,1 81,8

Tiongkok 21.622 66,5 273,3 5,2

Singapura 6.353 -6,0 40,0 1,5

Amerika Serikat 6.365 46,5 98,3 1,5

Lainnya 41.778 38,6 79,5 10,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

*Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini

418

-12,2

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

Wisman (ribu orang)

Pertumbuhan (persen, YoY)

39

Perkembangan Ekonomi Indonesia

ribu orang, atau meningkat 8,9 persen dari triwulan sebelumnya (QtQ), meskipun

masih lebih rendah 12,1 persen dibandingkan triwulan II tahun 2020.

Selama pandemi, wisman menggunakan transportasi darat sebagai moda perjalanan

utama. Namun, jumlah wisman yang tiba melalui udara mengalami kenaikan yang

signifikan sebesar 124 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (QtQ), khususnya di

bandara Soekarno-Hatta dan bandara Sam Ratulangi di Sulawesi Utara. Originasi

wisman masih didominasi oleh wisman asal negara perbatasan (cross-border tourism),

seperti Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nugini dengan kontribusi sebesar 81,8

persen, dan disusul oleh Tiongkok dengan kontribusi 5,2 persen.

Penurunan kunjungan wisman juga

diikuti dengan penurunan devisa

pariwisata (ekspor jasa perjalanan). Pada

triwulan II tahun 2021, devisa pariwisata

sebesar USD121,0 juta, dengan rata-rata

pengeluaran wisman (ASPA) sebesar

USD289,0 per orang per kunjungan. Nilai

tersebut membaik dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar USD88,3 juta,

dengan ASPA sebesar USD230,0 per

orang per kunjungan. Nilai ASPA pada

triwulan II tahun 2021 masih berada jauh

di bawah pencapaian sebelum pandemi

karena dominasi wisman cross-border

dengan pengeluaran belanja yang

rendah.

Pemulihan wiman ke depan akan bergantung pada penanganan pandemi Covid-19

yang efektif, terbentuknya herd immunity melalui vaksinasi nasional, citra pemasaran

yang positif, perbaikan konektivitas/aksesibilitas, serta penyesuaian kebijakan visa

kunjungan. Pada saat yang sama, penerapan protokol kesehatan di berbagai destinasi

wisata tetap penting untuk ditingkatkan dan dijaga konsistensinya dengan dukungan

kolaborasi berbagai pihak.

Sementara itu, wisatawan nusantara (wisnus) memiliki potensi pemulihan jangka

pendek yang lebih baik dibandingkan dengan wisman. Sepanjang triwulan II tahun

2021, terjadi peningkatan mobilitas masyarakat yang ditunjukkan oleh peningkatan

penumpang transportasi umum. Secara keseluruhan, jumlah penumpang transportasi

umum pada triwulan II tahun 2021 sebesar 20,4 juta orang, atau bertambah sebesar

4,1 juta penumpang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini

Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan

dan Rerata Pengeluaran Wisman

Sumber: Bank Indonesia

104

249

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

Ekspor Jasa Perjalanan (juta USD)

ASPA (USD/orang)

40

Perkembangan Ekonomi Indonesia

terjadi pada seluruh moda transportasi. Peningkatan terbesar tercatat di moda kereta

api, yaitu sebesar 34,1 persen (QtQ).

Permintaan terhadap industri perhotelan juga mengalami peningkatan, sejalan

dengan meningkatnya mobilitas masyarakat, terlepas dari pembatasan mobilitas

selama libur lebaran. Hal ini ditunjukkan pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel

Berbintang pada triwulan II tahun 2021 yang meningkat 2,2 poin dari triwulan

sebelumnya (QtQ) menjadi sebesar 35,1 persen. Hotel Berbintang 5 mengalami

peningkatan TPK terbesar yakni sebesar 9,4 poin. Di sisi lain, length of stay (LOS) atau

lama tinggal wisatawan pada hotel berbintang tidak mengalami perubahan berarti.

Tingkat LOS yang masih tergolong rendah disebabkan oleh pola berwisata yang

masih terbatas.

Perbaikan mobilitas masyarakat dan TPK Hotel Berbintang didorong oleh

pelaksanaan kebijakan Work From Destinasi (Bali, Lombok, Yogyakarta, dll), kegiatan

MICE Pemerintah, serta aktivitas wisata lokal pasca Hari Raya Idul Fitri. Beberapa

aspek dalam penguatan wisnus yang terpengaruh oleh pandemi dan perlu

diperhatikan antara lain penerapan standar cleanness, healthy, safety and environment

sustainability (CHSE), penerapan protokol kesehatan, pengelolaan arus pengunjung,

dan kesiapsiagaan untuk penanganan risiko.

Berdasarkan persebaran provinsi, TPK Hotel berbintang pada bulan Juni tahun 2021

mengalami peningkatan, dengan TPK tertinggi berada pada provinsi Kalimantan

Timur (57,7 persen). Sementara provinsi dengan TPK terendah adalah Bali (16,7

persen). TPK Hotel Berbintang pada 5 Destinasi Super Prioritas secara rata-rata adalah

Gambar 20. Jumlah Penumpang

Transportasi Nasional

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 21. Jumlah Penumpang

Transportasi Nasional

Sumber: Badan Pusat Statistik

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(Ju

ta O

ran

g)

Pesawat Domestik

Kereta (Non KRL)

Kapal Laut

38,6

1,68

0

0,5

1

1,5

2

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei

2020 2021

TPK (%) LOS (Hari)

41

Perkembangan Ekonomi Indonesia

sebesar 43,5 persen, lebih baik dari nilai TPK Indonesia sebesar 38,6 persen, dimana

DPSP Manado-Likupang (Sulawesi Utara) memiliki TPK tertinggi sebesar 49,1 persen.

Gambar 22. TPK Hotel Berbintang berdasarkan Provinsi

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kondisi pandemi Covid-19 secara keseluruhan mempengaruhi nilai tambah yang

dihasilkan oleh industri pariwisata. PDB sektor penyediaan akomodasi dan makan-

minum (akmamin) pada triwulan II tahun 2021 tumbuh sebesar 21,6 persen (YoY),

atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Nasional (7,1 persen). Nilai

tambah sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum pada triwulan

II tahun 2021 masing-masing mencapai Rp83,9 triliun dan Rp19,6 triliun, dan secara

keseluruhan memberikan kontribusi sebesar 2,48 persen pada PDB nasional.

Pemulihan pada sektor penyediaan akomodasi dan makan minum ini didorong oleh

pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat sebelum Idul Fitri. Digitalisasi juga

Gambar 23. PDB Sektor Akomodasi

dan Makan Minum

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 24. Investasi Sektor Hotel

dan Restoran

Sumber: BKPM

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

PDB NasionalSektor AkmaminAkomodasi

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

Proyek(Unit)

Nilai (RpMiliar)

Proyek(Unit)

Nilai (RpMiliar)

PMA PMDN

2020 Q1 2020 Q2

2020 Q3 2020 Q4

2021 Q1 2021 Q2

42

Perkembangan Ekonomi Indonesia

menjadi salah satu peluang yang dimanfaatkan khususnya oleh subsektor penyediaan

makan minum dalam rangka mempertahankan permintaan pasar dan pengelolaan

risiko selama pandemi.

Pemulihan juga ditunjukkan dengan peningkatan realisasi investasi di sektor

pariwisata (hotel dan restoran) pada triwulan II tahun 2021, yang mencakup realisasi

2.890 proyek PMDN dengan nilai sebesar Rp3,2 triliun dan 1.907 unit proyek PMA

senilai Rp1,6 triliun. Realisasi pertumbuhan PMDN sektor pariwisata yang terbesar

terdapat di investasi hotel dengan nilai Rp2,9 triliun, atau meningkat 37,6 persen

(YoY). Realisasi investasi PMA pada triwulan II tahun 2021 mengalami peningkatan

129 persen (YoY). Peningkatan realisasi PMA dan PMDN di sektor pariwisata

merupakan hasil dari berjalannya fasilitasi investasi, kemudahan berusaha sejalan

dengan pelaksanaan Undang-undang Cipta Kerja, serta keberlanjutan dari

pembangunan infrastruktur dasar dan aksesibilitas pada Destinasi Pariwisata Prioritas

(DPP).

2.2 Produk Domestik Regional Bruto

Kinerja perekonomian di semua wilayah

terakselerasi seiring dengan kinerja

pertumbuhan ekonomi nasional yang

tinggi. Pertumbuhan ekonomi tertinggi

terjadi di wilayah Maluku dan Papua,

walaupun Papua Barat terkontraksi.

Sementara, akselerasi wilayah Bali-Nusra

masih terbatas pada triwulan II tahun

2021. Pertumbuhan Bali masih lambat

mengingat belum pulihnya sektor utama

di wilayah tersebut. Dilihat dari

kontribusinya, kinerja perekonomian

nasional masih ditopang oleh wilayah

Jawa terutama provinsi DKI Jakarta.

Meskipun Wilayah Maluku Papua tumbuh tinggi, Provinsi Papua Barat tumbuh

negatif. Secara agregat, wilayah Maluku dan Papua tumbuh jauh sedikit lebih lambat

dibandingkan triwulan I tahun 2021 yaitu sebesar 8,7 persen (YoY). Pertumbuhan

wilayah Maluku Papua didorong oleh tingginya pertumbuhan provinsi Maluku Utara

dan Papua. Pada triwulan II tahun 2021, pertumbuhan Maluku Utara dan Papua

sebesar 16,9 dan 13,1 persen (YoY). Pertumbuhan Maluku Utara didorong oleh

peningkatan sektor pertambangan (93,4 persen, YoY) dan industri pengolahan (63,1

persen, YoY) seiring dengan operasionalisasi fasilitas high pressure acid leaching

Gambar 25. Pertumbuhan dan

Kontribusi Wilayah

Sumber: Badan Pusat Statistik

8,7

3,7

8,5

6,3

5,3

7,9

2,4

2,9

6,9

8,2

21,7

57,9

Maluku Papua

Bali Nusra

Sulawesi

Kalimantan

Sumatera

Jawa

Kontribusi Pertumbuhan

43

Perkembangan Ekonomi Indonesia

(HPAL) di Pulau Obi. Dari sisi pengeluaran, peningkatan tercermin pada pertumbuhan

ekspor luar negeri yang mencapai 354,8 persen (YoY) sejalan dengan meningkatnya

nilai ekspor golongan besi dan baja, golongan bijih, kerak, dan abu logam serta

golongan nikel. Sementara, pertumbuhan Papua didorong oleh peningkatan sektor

pertambangan (34,4 persen, YoY) sejalan dengan peningkatan produksi tembaga dan

emas. Dari sisi pengeluaran, peningkatan juga tercermin pada pertumbuhan ekspor

luar negeri yang mencapai 193,5 persen sejalan dengan meningkatnya nilai ekspor

golongan bijih tembaga dan konsentrat.

Di sisi lain, Papua Barat mengalami kontraksi sebesar 2,4 persen (YoY) disebabkan

oleh turunnya sektor pertambangan (-9,8 persen, YoY) dan industri pengolahan (-5,1

persen, YoY). Turunnya sektor tersebut terjadi akibat turunnya produksi LNG

(Liquefied Natural Gas/Gas Alam Cair) Tangguh di kabupaten Teluk Bintuni yang

terkontraksi 17,5 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2021. Dari sisi pengeluaran,

kontraksi terlihat pada komponen ekspor luar negeri yang tumbuh negatif sebesar

12,9 persen (YoY) sejalan dengan terkontraksinya pertumbuhan ekspor hasil

pengilangan LNG Tangguh ke sejumlah negara tujuan utama seperti Tiongkok, Korea

Selatan, Jepang dan Singapura sebesar 31,7 persen (YoY). Sementara pertumbuhan

Maluku relatif moderat yaitu sebesar 4,5 persen (YoY) didorong oleh pulihnya sektor-

sektor jasa diantaranya transportasi dan pergudangan (15,1 persen YoY),

perdagangan (7,3 persen YoY), dan administrasi pemerintahan (6,8 persen YoY). Dari

sisi pengeluaran, pertumbuhan Maluku didorong oleh investasi dan konsumsi

pemerintah yang tercatat tumbuh masing-masing sebesar 4,1 dan 5,0 persen (YoY).

Sulawesi tumbuh tinggi didorong oleh Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan

Sulawesi Selatan. Sementara, ekonomi Gorontalo dan Sulawesi Tenggara masih

lemah. Pada triwulan II tahun 2021 wilayah Sulawesi tumbuh sebesar 8,5 persen (YoY)

lebih baik dari triwulan I tahun 2021 yang tumbuh sebesar 1,2 persen (YoY). Kinerja

wilayah Sulawesi didorong oleh pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah (15,4 persen,

YoY), Sulawesi Utara (8,5 persen, YoY), dan Sulawesi Selatan (7,7 persen, YoY).

Pertumbuhan Sulawesi Tengah didorong oleh industri pengolahan, pertambangan,

dan konstruksi yang masing-masing tumbuh sebesar 35,8; 16,0; dan 15,4 persen

(YoY). Pertumbuhan tersebut sejalan dengan data realisasi nilai ekspor luar negeri

yang meningkat sebesar 84,8 persen (YoY). Ekspor luar negeri didominasi oleh

golongan besi dan baja dari nikel. Sementara, konstruksi didorong oleh proyek

pembangunan KEK Palu.

Pertumbuhan Sulawesi Utara didorong oleh konstruksi, industri pengolahan dan

pertanian yang tumbuh masing-masing sebesar 19,0; 5,7; dan 2,8 persen (YoY).

Pertumbuhan industri pengolahan dan pertanian sejalan dengan peningkatan ekspor

produk unggulan Sulawesi Utara komoditi lemak dan minyak (HS 15). Sementara

peningkatan konstruksi sejalan dengan percepatan penyelesaian proyek-proyek

44

Perkembangan Ekonomi Indonesia

strategis pemerintah yang tertunda seperti Tol Manado-Bitung, infrastruktur

pendukung KEK Bitung serta KSPN Manado-Bitung-Likupang. Sementara, Sulawesi

Selatan tumbuh didorong oleh konstruksi, pertanian serta pulihnya sektor jasa

terutama sektor perdagangan dan sektor transportasi dan pergudangan. Transportasi

dan pergudangan merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu

sebesar 73,9 persen (YoY). Tingginya pertumbuhan ini terjadi karena faktor low base

effect dimana pertumbuhan pada triwulan II tahun 2020 terkontraksi sebesar 50,8

persen (YoY). Sementara peningkatan konstruksi sejalan dengan proyek

pembangunan infrastruktur irigasi, preservasi dan pembangunan jalan, serta proyek

pembangunan lainnya seperti pembangunan RS Regional Bone dan Rehab Studio

Mattoangin.

Pertumbuhan Gorontalo dan Sulawesi Tenggara masih lemah yaitu masing-masing

sebesar 3,4 dan 4,2 persen (YoY). Pada Provinsi Gorontalo pertumbuhan didorong

oleh sektor pertanian (2,7 persen, YoY) dan industri pengolahan (12,4 persen, YoY).

Sektor pertanian tumbuh sejalan dengan peningkatan produksi tanaman pangan.

Sementara, akselerasi sektor industri pengolahan terjadi akibat peningkatan pada

industri makanan dan minuman. Di sisi lain, pertumbuhan sektor jasa-jasa masih

lemah terutama pada sektor real estate yang masih terkontraksi sebesar 8,7 persen

(YoY). Pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara didorong oleh sektor

perdagangan (6,8 persen, YoY), industri pengolahan (10,6 persen, YoY), dan konstruksi

(4,7 persen, YoY). Pertumbuhan perdagangan sejalan dengan mulai pulihnya

konsumsi. Akselerasi industri pengolahan terjadi sejalan dengan meningkatnya

ekspor komoditas hasil industri pengolahan (feronikel). Sementara peningkatan

pertumbuhan konstruksi didorong oleh proyek pembangunan beberapa bendungan

seperti bendungan Ladongi dan bendungan Ameroro, serta percepatan

pembangunan beberapa proyek seperti pembangunan Saluran Udara Tegangan

Tinggi (SUTT) 150 Kilovolt (kV) Kendari – Andoolo – Kasipute untuk memenuhi

kebutuhan industri smelter dan pengerjaan konstruksi rumah sakit (RS) Jantung dan

Pembuluh Darah tahap II.

Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan ditopang oleh Kalimantan Barat dan

Kalimantan Utara. Wilayah Kalimantan secara agregat tumbuh sebesar 6,3 persen

(YoY) pada triwulan II tahun 2021, lebih baik dari triwulan I tahun 2021 yang

terkontraksi sebesar 2,2 persen (YoY). Provinsi Kalimantan Barat menjadi provinsi

yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 10,8 persen (YoY). Akselerasi

pertumbuhan ini disebabkan oleh pulihnya sektor pertanian (11,4 persen, YoY) dan

sektor jasa (13,3 persen, YoY). Pertumbuhan pertanian didorong oleh produksi sektor

perkebunan tahunan terutama kelapa sawit yang meningkat cukup tajam.

Peningkatan produksi ini karena tingginya permintaan dan harga komoditas kelapa

sawit di pasar global. Pada sektor jasa-jasa, jasa kesehatan tumbuh tinggi hingga 56,6

45

Perkembangan Ekonomi Indonesia

persen (YoY) seiring dengan aktivitas rumah sakit dalam rangka penanggulangan dan

vaksinasi Covid-19 yang masih tinggi.

Sementara itu, pertumbuhan Kalimantan Utara tumbuh sebesar 5,8 persen (YoY) pada

triwulan II tahun 2021. Pertumbuhan ini didorong oleh pertambangan (8,1 persen,

YoY), sektor jasa terutama perdagangan (8,1 persen, YoY), pertanian (3,3 persen, YoY),

dan konstruksi (4,5 persen, YoY). Pertambangan tumbuh sejalan dengan permintaan

komoditas batu bara yang tinggi sebagai dampak dari membaiknya perekonomian

Tiongkok yang mendorong ekspor batu bara Kaltara juga meningkat, dengan

melakukan peningkatan produksi perusahaan batu bara yang ada. Perdagangan

dapat kembali menguat sejalan dengan berbagai kebijakan pemerintah dan diikuti

oleh berbagai program Sales Otomotif untuk memberikan diskon DP, servis berkala

dan lain sebagainya. Sementara pertanian didorong oleh naiknya produksi

perkebunan perusahaan swasta, sebagai dampak dari mulai berproduksinya tanaman

perkebunan baru dan sektor konstruksi karena percepatan pembangunan jalan

Malinau-Krayan serta pemeliharaan rutin jalan lingkungan dan perbatasan di

Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara.

Wilayah Bali-Nusra menjadi wilayah yang memiliki pertumbuhan ekonomi

paling rendah, akibat belum pulihnya ekonomi di Provinsi Bali. Secara agregat,

wilayah Bali dan Nusa Tenggara tumbuh sebesar 3,7 persen (YoY) pada triwulan II

tahun 2021. Ekonomi provinsi Bali tumbuh sebesar 2,8 persen (YoY). Meskipun

pertumbuhan ekonomi Bali sudah positif, pertumbuhan ini masih rendah mengingat

dalamnya kontraksi yang dialami Bali pada triwulan II tahun 2020. Aktivitas pariwisata

yang memiliki kaitan erat dengan sektor penyediaan akomodasi dan makanan

minuman serta transportasi hanya tumbuh masing-masing sebesar 4,9 dan 2,2 persen

(YoY). Pada triwulan II tahun 2020, sektor akomodasi dan makanan minuman serta

transportasi terkontraksi cukup dalam masing-masing sebesar -33,2 dan -39,4 persen

(YoY). Berbagai program pemulihan untuk mendorong pariwisata seperti Program

Work from Bali yang dilakukan oleh sejumlah Kementerian/Lembaga, peningkatan

aktivitas MICE yang berjalan cukup intens selama triwulan II tahun 2021, seperti event

“7 Miracle Art Painting & Sculpture Exhibition”, "Bali Kembali Movement“, dan

“Denpasar Fashion Festival 2021” masih belum cukup untuk memulihkan pariwisata

di Bali.

Provinsi Nusa Tenggara Barat tumbuh tertinggi diantara provinsi lainnya di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara. Pertumbuhan di provinsi ini sebesar 4,7 persen (YoY) pada

triwulan II tahun 2021. Sektor utama pendorong ekonomi NTB, yaitu konstruksi dan

jasa masing-masing sebesar 15,5 dan 10,8 persen (YoY). Tumbuhnya konstruksi

seiring dengan percepatan konstruksi prioritas nasional seperti Bendungan Bintang

Bano dan KEK Mandalika. Sementara peningkatan sektor jasa disebabkan oleh

tumbuhnya sektor penyediaan akomodasi makanan dan minuman (64,2 persen, YoY),

46

Perkembangan Ekonomi Indonesia

serta transportasi (59,6 persen, YoY). Peningkatan tersebut sejalan dengan

meningkatnya aktivitas pada sektor pariwisata yang mendorong tingkat hunian

kamar hotel dan jumlah pengunjung restoran, serta peningkatan jumlah penumpang

transportasi udara dibandingkan tahun sebelumnya.

Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi yang pertumbuhannya moderat, tumbuh

sebesar 4,2 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2021. Sektor yang mendorong

pertumbuhan NTT yaitu perdagangan dan transportasi yang masing-masing tumbuh

sebesar 7,0 dan 16,5 persen (YoY). Hal ini sejalan dengan pelonggaran pembatasan

kegiatan masyarakat serta adanya masa liburan sekolah dan perayaan hari raya Idul

Fitri yang turut meningkatkan aktivitas masyarakat di tempat perbelanjaan.

Sementara peningkatan sektor transportasi terjadi akibat adanya peningkatan jumlah

penumpang angkutan udara dan kapal sebagai alat transportasi mudik sebelum

lebaran.

Wilayah Jawa mengalami pemulihan yang signifikan terutama Provinsi DKI

Jakarta dan DI Yogyakarta. Secara agregat, pertumbuhan ekonomi Wilayah Jawa

tumbuh sebesar 7,9 persen (YoY), jauh terakselerasi dibanding triwulan sebelumnya

yang mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen (YoY). Pada triwulan II tahun 2021,

semua provinsi di Wilayah Jawa mengalami pemulihan yang cukup signifikan,

terutama Provinsi DI Yogyakarta dan DKI Jakarta. Provinsi DI Yogyakarta menjadi

provinsi yang pertumbuhannya paling tinggi, yakni tumbuh sebesar 11,8 persen

(YoY), diikuti oleh Provinsi DKI Jakarta yang tumbuh hingga 10,9 persen (YoY).

Provinsi DI Yogyakarta kembali menjadi provinsi dengan pertumbuhan tertinggi di

wilayah Jawa yakni tumbuh hingga 11,8 persen (YoY). Akselerasi tersebut didorong

oleh meningkatnya kinerja sektor-sektor utama. Industri pengolahan tumbuh sebesar

7,6 persen (YoY) seiring dengan peningkatan kinerja beberapa kelompok industri

seperti industri tekstil, industri kulit, industri makanan dan minuman, industri furnitur

dan lain-lain. Sektor informasi dan komunikasi tumbuh hingga 18,4 persen (YoY)

seiring dengan masih diperpanjangnya kegiatan daring baik kegiatan perkantoran

maupun pendidikan, bahkan beberapa event dilaksanakan secara virtual. Kontruksi

tumbuh tinggi hingga 21,5 persen (YoY) didorong oleh pembangunan berbagai

fasilitas pendukung bandara seperti jalan, rel, hotel dan lainnya. Sektor lain yang

tumbuh tinggi diantaranya jasa perusahaan (26,2 persen, YoY), akomodasi (58,8

persen, YoY), dan jasa lainnya (79,3 persen, YoY). Sementara itu, sektor yang

melambat adalah pertanian (-13,1 persen, YoY) dan administrasi pemerintahan (-2,9

persen, YoY).

Provinsi DKI Jakarta tumbuh hingga 10,9 persen (YoY), meningkat cukup signifikan

dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,9 persen (YoY). Pertumbuhan

ekonomi DKI Jakarta didorong oleh membaiknya kinerja sektor-sektor utama seperti

47

Perkembangan Ekonomi Indonesia

perdagangan (13,5 persen, YoY), jasa keuangan (9,9 persen, YoY), konstruksi (5,3

persen, YoY), dan industri pengolahan (25,3 persen, YoY). Hal ini salah satunya

didorong oleh pelonggaran kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat pada triwulan II

2021. Sementara itu, penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi sektor yang

tumbuh paling tinggi yakni tumbuh sebesar 45,4 persen (YoY) seiring dengan tingkat

penghunian kamar yang tumbuh sebesar 102,9 persen (YoY) dan pajak restoran yang

tumbuh positif. Sektor transportasi dan pergudangan juga menjadi sektor yang

tumbuh tinggi yakni tumbuh hingga 41,7 persen (YoY) didorong oleh meningkatnya

jumlah angkutan penumpang, angkutan barang, serta jasa kurir. Sementara itu,

industri pengolahan tumbuh tinggi didorong oleh industri alat angkutan serta

produksi mobil yang tumbuh hingga 521 persen.

Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan kontribusi kedua terbesar di Wilayah

Jawa setelah DKI Jakarata tumbuh sebesar 7,1 persen (YoY), membaik dari triwulan

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 0,4 persen. Pemulihan ekonomi Jawa Timur

juga didorong oleh membaiknya kinerja sektor utama dan sektor esensial. Sektor

industri pengolahan tumbuh 6,9 persen (YoY), perdagangan tumbuh 13,6 persen

(YoY) seiring dengan peningkatan penjualan kendaraan bermotor, serta akomodasi

tumbuh sebesar 14,8 persen (YoY) seiring dengan tingkat penghunian kamar hotel

yang meningkat. Sektor-sektor lain yang tumbuh tinggi diantaranya transportasi

tumbuh hingga 22,7 persen (YoY) dan jasa lainnya tumbuh hingga 41,2 persen (YoY).

Sementara itu, sektor pertanian mengalami perlambatan yakni terkontraksi sebesar

3,1 persen (YoY) disebabkan oleh masa panen raya yang sudah terjadi pada triwulan

I 2021.

Hampir seluruh provinsi di Wilayah Sumatera tumbuh lebih dari 5 persen,

kecuali Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Perekonomian wilayah Sumatera pada

triwulan II tahun 2021 tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY), membaik dari triwulan

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 0,9 persen (YoY). Secara umum, semua provinsi

mengalami perbaikan dan tumbuh di atas 5 persen (YoY) kecuali Provinsi Aceh yang

tumbuh 2,6 persen (YoY) dan Provinsi Sumatera Utara tumbuh 5,0 persen (YoY).

Provinsi Kepulauan Riau menjadi provinsi yang pertumbuhannya paling tinggi di

Wilayah Sumatera, yakni tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY) didorong oleh

meningkatnya kinerja beberapa sektor, terutama industri pengolahan. Industri

pengolahan yang menjadi sumber pertumbuhan tertinggi (berkontribusi sebesar 3,2

persen) tumbuh sebesar 7,6 persen (YoY) didorong oleh meningkatnya nilai tambah

subkategori industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan

peralatan listrik, dan subkategori industri mesin dan perlengkapan. Sektor konstruksi

menjadi sumber pertumbuhan tertinggi kedua (berkontribusi sebesar 1,7 persen)

tumbuh sebesar 9,4 persen (YoY) didorong oleh proyek peningkatan dan

pembangunan beberapa ruas jalan di Batam, pembuatan IPAL, konstruksi BTS, dan

48

Perkembangan Ekonomi Indonesia

renovasi Taman Rusa Sekupang. Sektor-sektor lain yang tumbuh tinggi diantaranya:

jasa lainnya (637,7 persen, YoY), transportasi (56,2 persen, YoY), jasa perusahaan (41,2

persen, YoY), jasa kesehatan (31,0 persen, YoY), dan akomodasi (21,6 persen, YoY).

Sementara sektor-sektor yang masih terkontraksi adalah perdagangan (-2,0 persen,

YoY) dan real estate (-0,6 persen, YoY).

Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang berkontribusi paling tinggi

terhadap perkonomian Wilayah Sumatera tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY),

mengalami akselerasi dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,9 persen

(YoY). Sektor-sektor utama tumbuh positif diantaranya pertanian (4,9 persen, YoY),

industri pengolahan (2,3 persen, YoY), perdagangan (6,9 persen, YoY), dan konstruksi

(5,0 persen, YoY). Pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh pembangunan jalan

tol Trans-Sumatera Seksi Kualatanjung-Tebingtinggi-Parapat dan Binjai Stabat, serta

pembangunan Rel Kereta Api Lintas Sumatera Seksi Rantau Prapat-Aek Kanopan dan

Stabat-Langsa. Sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor pertanian yakni

sebesar 1,3 persen diikuti oleh perdagangan sebesar 1,2 persen.

Di sisi lain, Provinsi Aceh merupakan provinsi yang tumbuh terbatas yakni tumbuh

sebesar 2,6 persen (YoY). Sektor pertambangan menjadi sektor yang memberikan

kontribusi negatif (-2,6 persen) terhadap pertumbuhan sehingga pertumbuhan

ekonomi Aceh sedikit tertahan. Sektor pertambangan terkontraksi cukup dalam yakni

terkontraksi sebesar 27,7 persen (YoY) akibat produksi migas yang menurun (PT.

Medco EP Malaka shutdown sekitar sebulan). Sementara sektor yang menjadi sumber

pertumbuhan tertinggi diantaranya transportasi (2,3 persen), perdagangan (1,2

persen), administrasi pemerintahan (1,1 persen), dan pertanian (0,8 persen). Sektor

transportasi tumbuh tinggi yakni tumbuh hingga 63,3 persen (YoY) didorong oleh

penumpang angkutan udara yang meningkat signifikan, perdagangan tumbuh

sebesar 8,4 persen (YoY), administrasi pemerintah tumbuh sebesar 12,4 persen (YoY),

dan pertanian tumbuh sebesar 2,6 persen (YoY).

49

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Tahun 2016 – Triwulan II/2021 (persen, YoY)

2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1 2021:2

Sumatera 4,3 4,3 4,5 4,6 3,0 -3,2 -2,3 -2,2 -0,86 5,27

Aceh 3,3 4,2 4,6 4,1 3,4 -1,6 -0,1 -3,0 -1,89 2,56

Sumut 5,2 5,1 5,2 5,2 4,2 -2,8 -2,6 -2,9 -1,85 4,95

Sumbar 5,3 5,3 5,1 5,0 3,9 -4,9 -2,9 -2,2 -0,15 5,76

Riau 2,2 2,7 2,4 2,8 2,1 -3,3 -1,7 -1,5 0,41 5,13

Jambi 4,4 4,6 4,7 4,4 2,0 -1,9 -0,9 -1,0 -0,31 5,39

Sumsel 5,0 5,5 6,0 5,7 4,0 -1,6 -1,4 -1,2 -0,40 5,71

Bengkulu 5,3 5,0 5,0 4,9 3,6 -0,7 -0,5 -2,4 -1,58 6,29

Lampung 5,1 5,2 5,2 5,3 1,7 -3,6 -2,4 -2,3 -2,10 5,03

Kep. Babel 4,1 4,5 4,4 3,3 1,4 -5,0 -4,4 -1,0 0,97 6,85

Kep. Riau 5,0 2,0 4,5 4,8 2,0 -6,8 -5,8 -4,5 -1,19 6,90

Jawa 5,6 5,6 5,7 5,5 3,4 -6,7 -3,9 -2,6 -0,92 7,88

DKI Jakarta 5,9 6,2 6,1 5,8 5,0 -8,3 -3,9 -2,1 -1,91 10,91

Jabar 5,7 5,3 5,7 5,1 2,8 -5,9 -4,0 -2,4 -0,87 6,13

Jateng 5,2 5,3 5,3 5,4 2,6 -5,9 -3,8 -3,3 -0,84 5,66

DI Yogyakarta 5,0 5,3 6,2 6,6 -0,3 -6,9 -3,0 -0,7 5,80 11,81

Jatim 5,6 5,5 5,5 5,5 2,9 -6,0 -3,6 -2,6 -0,44 7,05

Banten 5,3 5,7 5,8 5,3 3,2 -7,3 -5,3 -3,9 -0,44 8,95

Bali Nusra 5,9 3,7 2,7 5,0 0,9 -6,3 -6,8 -7,4 -5,14 3,70

Bali 6,3 5,6 6,3 5,6 -1,2 -11,1 -12,3 -12,2 -9,81 2,83

NTB 5,8 0,1 -4,5 3,9 3,0 -1,3 -1,0 -3,0 -1,13 4,68

NTT 5,1 5,1 5,1 5,2 3,0 -2,0 -1,8 -2,3 0,12 4,22

Kalimantan 2,0 4,3 3,8 5,0 2,3 -4,3 -4,2 -2,8 -2,24 6,28

Kalbar 5,2 5,2 5,1 5,1 2,8 -3,5 -4,3 -2,2 -0,10 10,81

Kalteng 6,3 6,7 5,6 6,1 2,9 -3,2 -3,1 -2,1 -3,12 5,56

Kalsel 4,4 5,3 5,1 4,1 4,1 -2,9 -4,9 -2,9 -1,25 4,40

Kaltim -0,4 3,1 2,6 4,7 1,4 -5,4 -4,5 -2,8 -2,96 5,76

Kaltara 3,6 6,8 5,4 6,9 4,6 -2,6 -1,4 -4,8 -1,91 5,81

Sulawesi 7,4 7,0 8,9 7,0 4,4 -1,9 -0,7 -0,6 1,20 8,51

Sulut 6,2 6,3 6,0 5,6 4,4 -3,8 -1,8 -2,2 1,87 8,49

Sulteng 9,9 7,1 20,6 8,8 7,9 4,5 2,8 4,4 6,25 15,39

Sulsel 7,4 7,2 7,0 6,9 3,0 -3,9 -1,1 -0,6 -0,21 7,66

Sultra 6,5 6,8 6,4 6,5 4,5 -2,6 -1,9 -2,2 0,06 4,21

Gorontalo 6,5 6,7 6,5 6,4 4,0 -0,3 -0,1 -3,6 -1,96 3,43

Sulbar 6,0 6,6 6,3 5,7 4,9 -0,8 -5,3 -7,5 -1,03 5,44

Maluku Papua 7,4 4,9 7,0 -7,4 2,8 2,1 -1,9 2,9 8,97 8,75

Maluku 5,7 5,8 5,9 5,4 3,7 -1,1 -2,6 -3,4 -1,87 4,53

Maluku Utara 5,8 7,7 7,9 6,1 3,5 -0,2 6,7 9,5 13,45 16,89

Papua Barat 4,5 4,0 6,3 2,7 5,3 0,7 -3,2 -5,2 1,47 -2,39

Papua 9,1 4,6 7,3 -15,7 1,4 4,1 -2,8 6,9 14,27 13,14

NASIONAL 5,03 5,07 5,17 5,02 2,97 -5,32 -3,49 -2,19 -0,71 7,07

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

50

Perkembangan Ekonomi Indonesia

2.3 Fiskal

Pendapatan negara tumbuh, realisasi belanja negara dan pembiayaan juga

meningkat. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah hingga akhir Juni 2021

mencapai Rp886,9 triliun atau mencapai 50,9 persen dari target pada APBN 2021.

Capaian Pendapatan Negara dan Hibah tersebut meningkat 9,1 persen dibandingkan

periode yang sama tahun 2020.

Sampai dengan Juni 2021,

penerimaan perpajakan mencapai

Rp680,0 triliun. Penerimaan

perpajakan tersebut tumbuh sebesar

8,8 persen (YoY). Realisasi

penerimaan perpajakan didukung

utamanya oleh penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) Nonmigas, Pajak

Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan

atas Barang Mewah (PPN/PPnBM),

dan Cukai.

PPh, kontributor terbesar penerimaan

perpajakan, mengalami kontraksi

sebesar 1,5 persen (YoY). Komponen

utama PPh yaitu PPh Non-Migas

mengalami kontraksi sebesar 2,9

persen (YoY). Walapun dalam zona

kontraksi, capaian tersebut

menunjukkan tren perbaikan

berkelanjutan. Capaian PPh hingga

Juni 2021 masih lebih baik dari Juni

2020 yang terkontraksi 12,5 persen

dan kontraksi triwulan I tahun 2021

yang mencapai 13,0 persen.

Dari sisi jenis pajak, beberapa jenis

pajak utama mencerminkan kegiatan

ekonomi yang tumbuh positif hingga

Juni 2021. Pertama, peningkatan terjadi pada PPh Pasal 26. Sampai dengan bulan Juni

2021, PPh pasal 26 terealisasi sebesar Rp32,0 trilun, tumbuh positif sebesar 17,9

persen (YoY). Perbaikan kinerja ini terutama didukung oleh peningkatan pembayaran

dividen, bunga, royalti, dan imbalan jasa sejalan dengan meningkatnya ekspektasi

Tabel 18. Realisasi Komponen Pendapatan

Negara dan Hibah

Pendapatan

Negara dan

Hibah

Realisasi

(triliun Rp) Growth

(2020-

2021) Juni

2020

Juni

2021

Pendapatan

Dalam Negeri 810,7 886,9 9,4

Penerimaan

Perpajakan 625,0 680,0 8,8

PNBP 185,7 206,9 11,4

Hibah 1,9 0,02 -99,0

Total 812,6 886,9 9,1

Sumber: Kementerian Keuangan

Tabel 19. Realisasi Komponen

Penerimaan Perpajakan

Penerimaan

Perpajakan

Realisasi

(triliun Rp) Growth

(2020-

2021) Juni

2020

Juni

2021

Pajak Penghasilan 330,3 325,5 -1,5

PPh Nonmigas 312,2 303,2 -2,9

PPh Migas 18,1 22,3 23,5

PPn dan PPnBM 189,5 217,7 14,8

PBB dan Pajak Lainnya 11,9 14,6 22,7

Bea Masuk 16,5 17,7 7,4

Cukai 75,4 91,3 21,2

Bea keluar 1,3 14,2 887,7

Total 624,9 680,0 8,8

Sumber: Kementerian Keuangan

51

Perkembangan Ekonomi Indonesia

ekonomi. Kedua, peningkatan terjadi pada PPh Final yang sampai dengan akhir Juni

2021 tumbuh positif sebesar 2,2 persen (YoY) dengan realisasi sebesar Rp56,5 triliun.

Capaian PPh Final tersebut ditopang oleh mulai pulihnya aktivitas ekonomi yang

mendorong peningkatan kegiatan konstruksi dan permintaaan properti komersial

dan residensial.

Selanjutnya, beberapa jenis pajak lainnya masih mengalami tekanan. PPh Pasal 21

mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen pada Juni 2021 dengan realisasi sebesar

Rp76,3 triliun. Senada dengan PPh Pasal 21, PPh Badan dan PPh Pasal 22 impor juga

mengalami kontraksi masing masing sebesar 7,3 persen dan 43,5 persen. Kontraksi

yang cukup dalam pada PPh Pasal 22 impor karena adanya insentif fiskal bagi

pengusaha yang terdampak pandemi Covid-19 khususnya pembebasan PPh Pasal 22

Impor sejak April 2020, yang pada tahun 2021 ini terdapat perluasan Klasifikasi

Lapangan Usaha (KLU) yang dapat memanfaatkan insentif melalui PMK No.

9/PMK.03/2021.

Hingga bulan Juni 2021, komponen penerimaan perpajakan yang tumbuh positif

yaitu PPN/PPnBM tumbuh 14,8 persen (YoY), PBB dan Pajak Lainnya tumbuh 22,7

persen (YoY), Cukai tumbuh 21,2 persen (YoY), dan Bea Keluar tumbuh 887,7 persen

(YoY).

PPN/PPnBM, realisasinya ditopang utamanya oleh penerimaan PPN, terutama PPN

Dalam Negeri yang tumbuh sebesar 8,7 persen (YoY), dan PPN Impor yang tumbuh

sebesar 20,9 persen (YoY). Indikasi tersebut memberikan sinyal ekonomi mulai

bergerak, terutama terlihat dari peningkatan mobilitas masyarakat hingga Juni 2021.

Kinerja penerimaan cukai hingga Juni 2021 tumbuh 21,2 persen (YoY). Pertumbuhan

tersebut utamanya dipengaruhi oleh penerimaan Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang

tumbuh sebesar 21,4 persen (YoY). Selanjutnya, kepabeanan didukung oleh capaian

bea keluar yang meningkat 887,7 persen (YoY) dibandingkan Juni 2020, terutama

disebabkan peningkatan produksi hasil tambang tembaga dan lonjakan harga

komoditas kelapa sawit (COP) dan produk turunannya.

Penerimaan Negara Bukan Pajak

(PNBP) hingga Juni 2021 terealisasi

sebesar Rp206,9 triliun atau

sebesar 69,4 persen APBN 2021.

Capaian ini meningkat sebesar 11,4

persen (YoY) dibandingkan Juni

2020.

Tabel 20. Realisasi Komponen PNBP

Komponen PNBP

APBN

2021

Realisasi

Juni Growth

YoY

(%) (triliun Rp)

PNBP 298,2 206,9 11,4

Penerimaan SDA 104,1 59,7 9,6

Pendapatan

KND 26,1 15,9 -65,6

PNBP Lainnya 109,2 70,9 30,2

Pendapatan BLU 58,8 60,3 97,4

Sumber: Kementerian Keuangan

52

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan PNBP hingga bulan Juni 2021 dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas

ekonomi dan tren kenaikan harga komoditas global.

Realisasi Pendapatan Sumber Daya Alam (SDA) sampai dengan Juni 2021 mencapai

sebesar Rp59,7 triliun atau 57,4 persen dari target APBN 2021. Realisasi tersebut

terdiri atas Pendapatan SDA Migas sebesar Rp39,9 triliun dan Pendapatan SDA

Nonmigas sebesar Rp19,8 triliun. Realisasi Pendapatan SDA tersebut tumbuh sebesar

9,6 persen dibandingkan Juni 2020, terutama dipengaruhi kenaikan harga komoditas

minyak bumi, mineral, dan batubara.

Pendapatan dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND), realisasinya sampai dengan Juni

2021 mencapai sebesar Rp15,9 triliun atau 60,9 persen dari target APBN 2021. Namun

jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020, realisasi tersebut turun

sebesar 65,6 persen. Penurunan tersebut antara lain disebabkan setoran dividen

BUMN Perbankan yang menurun dari sebesar Rp24,7 triliun pada tahun 2020 menjadi

sebesar Rp15,9 triliun pada tahun 2021, sebagai dampak dari turunnya kinerja

keuangan BUMN akibat pandemi Covid-19. Di samping itu, tidak adanya setoran

PNBP dari sisa surplus BI pada tahun 2021 memberikan pengaruh signifikan pada

penurunan pendapatan KND.

Selanjutnya, realisasi PNBP Lainnya mencapai Rp70,9 triliun, tumbuh sebesar 30,2

persen (YoY). Pertumbuhan PNBP Lainnya utamanya didukung dari peningkatan

PNBP Layanan K/L, utamanya dari kenaikan pendapatan penggunaan spektrum

frekuensi radio, layanan agrarian, layanan KUA dan layanan kepolisian. Selain itu,

realisasi PNBP Lainnya juga didukung oleh penerimaan BUN antara lain pendapatan

premium obligasi dan pendapatan penempatan uang negara pada BI dan Bank

Umum. Dari sisi PNBP Badan Layanan Umum (BLU), hingga Juni 2021 terealisasi

sebesar Rp60,3 triliun atau tumbuh 97,4 persen (YoY), terutama disumbang dari BLU

rumpun pengelolaan dana pada perkebunan kelapa sawit, rumpun pendidikan, dan

rumpun barang dan jasa lainnya, terutama BLU di Kementerian Komunikasi dan

Informatika.

Dari sisi belanja negara, hingga Juni 2021, belanja negara menunjukkan peningkatan.

Realisasi Belanja Negara mencapai Rp1.170,1 triliun yang terdiri dari Belanja

Pemerintah Pusat (BPP) yang mencapai Rp796,3 triliun dan Transfer ke Daerah dan

Dana Desa (TKDD) yang mencapai Rp373,9 triliun. Belanja Pemerintah Pusat, terjadi

peningkatan sebesar 19,1 persen dibandingkan dengan periode Juni 2020.

Peningkatan BPP dipengaruhi oleh pertumbuhan belanja Kementerian/Lembaga (K/L)

yang tumbuh 28,3 persen (YoY) dan belanja non-K/L yang tumbuh 8,9 persen (YoY).

Realisasi Belanja K/L hingga Juni 2021 mencapai Rp449,6 triliun dan mengalami

pertumbuhan sebesar 28,3 persen (YoY). Pertumbuhan belanja K/L teserbut

53

Perkembangan Ekonomi Indonesia

dipengaruhi oleh peningkatan realisasi pada komponen belanja K/L, terutama belanja

modal yang mencapai Rp71,6 triliun atau tumbuh sebesar 90,2 persen (YoY).

Realisasi Bantuan Sosial (Bansos)

sampai dengan Juni 2021 mencapai

Rp76,0 triliun atau sekitar 48,6

persen dari pagu APBN 2021.

Realisasi Bansos tersebut menurun

sebesar 23,6 persen (YoY) dari

periode yang sama tahun

sebelumnya.

Realisasi tersebut dimanfaatkan

untuk penyaluran program-program

Bansos reguler antara lain seperti

penyaluran bantuan pendidikan

melalui Program Indonesia Pintar

dan Program KIP Kuliah, serta

bantuan akses layanan kesehatan

melalui bantuan iuran bagi PBI

program JKN. Selanjutnya, realisasi

Bansos juga digunakan untuk

mendukung program pemulihan

dampak Covid-19 berupa bantuan

tunai bersyarat melalui Program

Keluarga Harapan, bantuan pangan

melalui Program Kartu Sembako,

dan bantuan tunai melalui Program

Bantuan Sosial Tunai (BST).

Peningkatan realisasi belanja K/L dari

perspektif organisasi, sampai

dengan Juni 2021 disumbang oleh

15 K/L pagu terbesar yang mencapai 88,0 persen dari total realisasi belanja K/L.

Realisasi tersebut utamanya berfokus pada K/L di bidang perlindungan sosial dan

kesehatan, yakni Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan, antara lain untuk

pencairan PKH dan Kartu Sembako serta pelayanan kesehatan Rumah Sakit dan

penyediaan obat dan vaksin. Peningkatan kinerja belanja K/L juga didorong oleh K/L

bidang infrastruktur seperti Kementerian PUPR, antara lain untuk pembangunan jalan,

bendungan, dan jaringan irigasi.

Gambar 26. Perkembangan Komponen

Belanja Negara

Sumber: Kementerian Keuangan

Tabel 21. Realisasi Komponen Belanja

Pemerintah Pusat

Belanja

Pemerintah

Pusat

APBN

2021*

Realisasi 2021

Juni

2020*

Growth

YoY (%)

Belanja K/L 1,032,0 449,6 28,3

Pegawai 268,0 123,6 8,4

Barang 360,8 178,3 79,6

Modal 246,8 71,6 90,2

Sosial 156,4 76,0 -23,6

Belanja Non-K/L 922,6 346,7 8,9

a.l. Pegawai 153,2 86,9 11,4

Subsidi 172,4 79,9 12,8

Lain-lain 207,3 12,4 13,9

Total (neto) 1.954,6 796,3 19,1

Sumber: Kementerian Keuangan | *triliun Rp

Belanja Pemerintah

Pusat

Transfer Ke Daerah

dan Dana Desa

33,9 %APBN

Perpres 72

Juni 2020 Juni 2021

52,5 %APBN

Perpres 72

47,0 %APBN

40,7

%APBN

54

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Untuk Belanja Pegawai, realisasinya sampai dengan Juni 2021 mencapai sebesar

Rp123,64 triliun atau meningkat sebesar 8,4 persen (YoY). Realisasi tersebut

digunakan untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan ASN/TNI/Polri termasuk

pembayaran THR dan gaji ke-13. Di sisi lain, realisasi belanja pegawai Non-K/L hingga

Juni 2021 mencapai Rp86,9 triliun, atau meningkat sebesar 11,4 persen dibandingkan

periode Juni 2020.

Realisasi Belanja Barang sampai dengan Juni 2021 mencapai Rp178,3 triliun,

meningkat 79,6 persen (YoY). Peningkatan tersebut antara lain disumbang oleh

pelaksanaan program-program, seperti dukungan penanganan kesehatan,

pelaksanaan vaksinasi, pembayaran biaya klaim perawatan pasien Covid-19, dan

bantuan pelaku usaha mikro, meskipun ditengah-tengah kebijakan Pemerintah untuk

pembatasan kegiatan yang ketat pada awal tahun 2021.

Realisasi Belanja Modal sampai dengan Juni 2021 mencapai Rp71,6 triliun atau 29,0

persen terhadap pagu APBN 2021, tumbuh signifikan 90,2 persen (YoY). Pertumbuhan

realisasi belanja modal tersebut utamanya dipengaruhi oleh percepatan pelaksanaan

proyek infrastruktur dasar dan infrastruktur konektivitas, serta pengadaan

peralatan/mesin.

Selanjutnya, realisasi Belanja Non-K/L hingga Juni 2021 mencapai Rp346,7 triliun (37,6

persen terhadap pagunya), tumbuh sebesar 8,9 persen (YoY). Untuk Belanja Pegawai

Non-K/L sampai dengan Juni 2021 yang antara lain pemenuhan kewajiban

Pemerintah terhadap para pensiunan PNS/TNI/Polri, telah terealisasi sebesar Rp86,9

triliun, tumbuh 11,4 persen (YoY). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh

pembayaran tunjangan pensiun ke-13 pada tahun 2021 telah dilakukan pada bulan

Juni 2021, sedangkan pada tahun 2020 dilakukan pada bulan Agustus.

Selanjutnya, subsidi sampai dengan Juni 2021 telah terealisasi sebesar Rp79,9 triliun

atau tumbuh sebesar 12,8 persen (YoY). Peningkatan ini terutama disebabkan realisasi

subsidi energi yang mencapai Rp59,5 triliun, terutama dipengaruhi realisasi subsidi

listrik yang mencapai Rp25,2 triliun, meningkat sebesar 10,0 persen (YoY), serta

subsidi minyak tanah dan subsidi LPG 3 kg yang mencapai Rp34,3 triliun atau

meningkat 35,3 persen (YoY). Selain itu, realisasi penyaluran subsidi nonenergi sampai

Juni 2021 mencapai sebesar Rp20,4 triliun, atau 31,4 persen dari pagu APBN 2021

yang terdiri dari subsidi kredit program sebesar Rp9,4 triliun, subsidi pupuk sebesar

Rp5,2 triliun, subsidi pajak (PPhDTP) sebesar Rp5,0 triliun, dan subsidi PSO sebesar

Rp769,7 miliar.

Selanjutnya, TKDD sampai dengan Juni 2021 terealisasi sebesar Rp373,9 triliun atau

47,0 persen dari Pagu APBN 2021. Realisasi tersebut lebih rendah 6,8 persen (YoY),

55

Perkembangan Ekonomi Indonesia

terutama disebabkan oleh realisasi DAU dan Dana Desa yang lebih rendah masing-

masing sebesar Rp20,1 triliun dan Rp13,0 triliun.

Dana Alokasi Umum (DAU) hingga Juni 2021 telah disalurkan sebesar Rp206,4 triliun

atau mencapai 52,9 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut memperlihatkan

adanya penurunan sebesar 8,9 persen (YoY) yang disebabkan beberapa daerah belum

dapat memenuhi persyaratan penyaluran DAU sebagaimana diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.07/2020 tentang Perubahan Atas PMK Nomor

139/PMK.07/2019 Tentang Pengelolaan DBH, DAU dan Dana Otsus dan PMK Nomor

17/PMK.07/2021 tentang Pengelolaan TKDD Tahun Anggaran 2021 Dalam Rangka

Mendukung Penanganan Pandemi Covid-19 dan Dampaknya.

Realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) sampai dengan Juni 2021 mencapai

sebesar Rp44,4 triliun atau 43,5 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut

meningkat sebesar 6,7 persen (YoY) yang dipengaruhi adanya percepatan penyaluran

Kurang Bayar DBH Pajak dan SDA sebesar Rp19,5 triliun. Percepatan tersebut

diharapkan dapat memberikan penguatan bagi ruang fiskal daerah.

Tabel 22. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Keterangan Juni 2020 Juni 2021

Alokasi Realisasi Alokasi Realisasi % APBN

Transfer Ke Daerah 692,7 360,7 723,5 346,6 47,9

Dana Perimbangan 653,4 345,3 688,7 333,0 48,4

Dana Bagi Hasil 86,4 41,6 102,0 44,4 43,5

Dana Alokasi Umum 384,3 226,5 390,3 206,4 52,9

Dana Transfer Khusus 182,6 77,2 196,4 82,2 41,8

Dana Otonomi Khusus dan

Dana Keistimewaan DIY 20,9 6,9 21,3 6,9 32,4

Dana Insentif Daerah 18,5 8,5 13,5 6,8 50,0

Dana Desa 71,2 40,0 72,0 27,2 37,9

Total 763,9 400,9 795,5 373,9 47,00

Sumber: Kementerian Keuangan | dalam triliun Rp

Selanjutnya, Dana Transfer Khusus (DTK) sampai dengan Juni 2021, realisasi mencapai

Rp82,2 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan DAK

Non Fisik. Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik mencapai sebesar Rp4,8 miliar

atau 7,4 persen dari pagu. Realisasi tersebut lebih rendah 9,5 persen dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai sebesar Rp5,3 triliun. Kondisi

ini disebabkan oleh kepatuhan pemerintah daerah dalam menyampaikan persyaratan

penyaluran, juga karena kebijakan pada tahun 2020, yaitu: (1) percepatan penyaluran

DAK Fisik Bidang Kesehatan terkait kegiatan pencegahan dan/ atau penanganan

56

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Covid-19; dan (2) percepatan penyampaian kontrak kegiatan DAK Fisik dalam aplikasi

OMSPAN sesuai dengan Surat Menteri Keuangan tentang Penghentian Barang/Jasa

DAK Fisik TA 2020. Kebijakan tersebut tidak berlaku pada tahun 2021 dan penyaluran

kembali secara proses normal sebagaimana diatur dalam PMK No. 130/PMK.07/2019

tentang Pengelolaan DAK Fisik.

Selanjutnya, penyaluran DAK Nonfisik hingga Juni 2021 telah terealisasi sebesar

Rp77,3 triliun atau 59,0 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut mengalami

kenaikan sebesar 7,5 persen (YoY), yang dipengaruhi oleh Dana Tunjangan Profesi

Guru PNSD, yang mengalami peningkatan dari Rp28,04 triliun pada tahun 2020,

menjadi Rp30,33 triliun pada tahun 2021. Adapun jenis DAK Nonfisik yang belum

disalurkan yaitu Dana Bantuan Biaya Layanan Pengelolaan Sampah (BLPS)

dikarenakan masih menunggu rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan.

Penyaluran Dana Desa hingga Juni 2021 terealisasi sebesar Rp27,2 triliun atau 37,8

persen dari pagu APBN 2021. Jumlah tersebut lebih rendah sebesar 32,3 persen (YoY)

yang disebabkan oleh adanya perbedaan pola penyaluran Dana Desa dimana pada

TA 2020 Pemerintah memberikan relaksasi penyaluran baik dari sisi prosedur maupun

persyaratan penyaluran. Selain itu, Dana Desa juga di-earmaked penggunaannya

untuk jaring pengaman sosial dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa

kepada keluarga miskin atau tidak mampu di desa yang tidak menerima program

bantuan sosial dari Pemerintah.

Berdasarkan capaian Pendapatan dan

Belanja Negara tersebut, hingga Juni

2021, defisit anggaran mencapai Rp283,2

triliun atau sekitar 1,7 persen terhadap

PDB. Besaran tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun 2020 yang mencapai 1,6 persen

PDB. Selanjutnya, realisasi keseimbangan

primer pada Juni 2021 berada pada posisi

negatif Rp116,3 triliun dari yang

sebelumnya sebesar negatif Rp99,6 triliun

pada Juni 2020. Pembiayaan anggaran,

hingga Juni 2021 mencapai Rp419,2

triliun, atau terdapat kelebihan

pembiayaan sebesar Rp135,9 triliun.

Jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi

kelebihan pembiayaan periode yang sama tahun 2020 yang mencapai Rp159,0 triliun.

Gambar 27. Perkembangan Realisasi

Defisit APBN

Sumber: Kementerian Keuangan

-257,2 -283,2

-1,62-1,72

-1,8

-1,6

-1,4

-1,2

-1

-0,8

-0,6

-0,4

-0,2

0

-350

-300

-250

-200

-150

-100

-50

0

Juni 2020 Juni 2021

Rp Triliun Persen PDB

57

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Dengan kondisi defisit anggaran tersebut, posisi utang pemerintah per akhir Juni

2021 mencapai sebesar Rp6.554,6 triliun, dengan rasio utang pemerintah terhadap

PDB diperkirakan sebesar 41,4 persen. Secara nominal, posisi utang Pemerintah Pusat

mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode Juni 2020. Hal ini disebabkan

oleh kondisi ekonomi Indonesia yang masih berada dalam fase pemulihan akibat

perlambatan ekonomi yang terjadi di masa pandemi Covid-19.

Pembiayaan anggaran secara neto

hingga Juni 2021 mencapai Rp419,2

triliun atau 41,7 persen dari pagu APBN

2021. Realisasi tersebut meningkat

sebesar 0,7 persen dibandingkan periode

yang sama pada tahun sebelumnya.

Realisasi pembiayaan anggaran tersebut

utamanya bersumber dari pembiayaan

utang yang mencapai Rp443,0 triliun,

terdiri dari Surat Berharga Negara (neto)

sebesar Rp464,0 triliun dan Pinjaman

(neto) sebesar negatif Rp20,9 triliun.

Realisasi pembiayaan utang tersebut

termasuk pembelian SBN oleh Bank

Indonesia sesuai SKB I yang mencapai

Rp120,1 triliun, terdiri dari SUN sebesar

Rp79,7 triliun dan SBSN sebesar Rp40,5 triliun. Secara umum, kebutuhan pembiayaan

utang melalui penerbitan SBN menurun sebagai dampak dari penurunan nominal

defisit, optimalisasi penggunaan SAL, dan penyesuaian utang jatuh tempo.

Selanjutnya pemerintah juga telah

merealisasikan pembiayaan

investasi berupa pengeluaran

investasi sebesar Rp25,6 triliun

yang merupakan bagian dari upaya

percepatan pemulihan ekonomi

nasional. Realisasi pembiayaan

investasi sampai dengan 30 Juni

2021 mencapai Rp25,6 triliun atau

13,9 persen dari pagu APBN 2021.

Realisasi tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan realisasi

pada periode yang sama tahun 2020 yang sebesar Rp6,0 triliun. Peningkatan ini

Gambar 28. Perkembangan Utang

Pemerintah Pusat

Sumber: Kementerian Keuangan

Tabel 23. Perkembangan Komponen

Pembiayaan

Jenis

Pembiayaan

Juni 2020 Juni 2021

Nominal* %

APBN Nominal*

%

APBN

Utang

(neto)

421,4 34,5 443,0 5,1

Investasi -6,0 2,3 -25,6 13,9

Pinjaman 1,0 17,4 1,6 363,5

Penjaminan -0,4 71,3 - -

Lainnya 0,2 953,0 0,1 -64,8

Sumber: Kementerian Keuangan | *triliun Rp

4.418,3 4.786,66.080,0 6.554,6

29,8 30,2

39,441,4

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

40,0

45,0

0,0

1.000,0

2.000,0

3.000,0

4.000,0

5.000,0

6.000,0

7.000,0

8.000,0

9.000,0

2018 2019 2020 Juni 2021

Rp Triliun Persen PDB

58

Perkembangan Ekonomi Indonesia

dipengaruhi oleh realisasi investasi kepada BLU yang cukup besar dan realisasi

investasi pemerintah.

Tabel 24. Rincian Realisasi Anggaran PC-PEN 2021

Klaster

Realisasi

Audited

2020

Alokasi

2021

Realisasi

s.d.

30 Juli

% Pagu

2021

Kesehatan 62,7 215,0 65,6 30,5

Perlindungan Sosial 216,6 186,6 91,8 49,2

Dukungan UMKM

dan Koperasi

173,0 162,4 52,4 32,3

Insentif Usaha 58,4 62,8 48,5 77,0

Program Prioritas 65,2 117,9 47,3 40,1

Total 575,9 744,8 305,5 41,0

Sumber: Kementerian Keuangan | dalam triliun Rp

Dari sisi anggaran penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),

Pemerintah telah menganggarkan sebesar Rp744,8 triliun pada tahun 2021 yang

terbagi ke dalam 5 klaster, yaitu kesehatan sebesar Rp215,0 triliun, perlindungan

sosial sebesar Rp186,6 triliun, insentif usaha sebesar Rp62,8 triliun, dukungan UMKM

dan korporasi sebesar Rp162,4 triliun, dan program prioritas sebesar Rp117,9 triliun.

Alokasi tersebut meningkat sebesar 29,3 persen dari realisasi tahun 2020 sebesar

Rp575,9 triliun.

Sampai dengan 30 Juli 2021, realisasi program penanganan Covid-19 dan PEN

mencapai Rp305,5 triliun atau 41,0 persen dari pagu. Rincian realisasi tersebut

mencakup klaster kesehatan sebesar Rp65,6 triliun terutama untuk mendukung

pelaksanaan 3T dan 3M, bantuan Iuran JKN, serta insentif perpajakan kesehatan.

Klaster perlindungan sosial terealisasi sebesar Rp91,8 triliun, terutama untuk program

Bansos untuk keluarga miskin antara lain untuk Program Keluarga Harapan (PKH),

Kartu Sembako, dan Bansos Tunai, serta program Bansos lainnya, yaitu BLT Desa,

Kartu Pra Kerja, dan bantuan kuota internet untuk peserta dan tenaga didik.

Selanjutnya, realisasi program prioritas ialah sebesar Rp47,3 triliun yang digunakan

untuk program padat karya, pariwisata, ketahanan pangan, ICT dan pengembangan

kawasan strategis. Selain itu, realisasi anggaran dukungan UMKM dan korporasi ialah

sebesar Rp52,4 triliun terutama berasal dari Bantuan Pemerintah untuk Usaha Mikro

(BPUM), pemberian IJP UMKM dan korporasi untuk KMK dijamin, serta penempatan

dana pada perbankan. Terakhir, insentif kepada dunia usaha telah diberikan berupa

insentif atas PPh21 DTP, PPh final UMKM DTP, Pembebasan PPh 22 Impor,

Pengurangan Angsuran PPh 25, Pengembalian Pendahuluan PPN, dan Penurunan

Tarif PPh Badan, dan pemberian insentif usaha, dengan realisasi sebesar Rp48,5 triliun.

59

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 25. Realisasi APBN s.d 30 Juni 2020 dan 2021

(triliun rupiah)

2020 2021

Uraian

APBN

Perpres

72/2020

Realisasi s.d.

30 Juni % APBN

APBN Realisasi s.d.

30 Juni % APBN

A Pendapatan Negara 1.699,9 812,6 47,8 1.743,7 886,9 50,9

I. Pendapatan Dalam Negeri 1.698,6 810,7 47,7 1.742,8 886,9 50,9

1. Penerimaan Perpajakan 1.404,5 625,0 44,5 1,444,6 680,0 47,1

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 294,1 185,7 63,1 298,2 206,9 69,4

II. Hibah 1,3 1,9 143,5 0,9 0,0 2,1

B. Belanja Negara 2.739,2 1.069,7 39,1 2.750,0 1.170,1 42,6

I. Belanja Pemerintah Pusat 1.975,2 668,8 33,9 1.954,6 796,3 40,7

1. Belanja K/L 836,4 350,4 41,9 1.032,0 449,6 43,6

2. Belanja Non K/L 1.138,9 318,4 28,0 922,6 346,7 37,6

II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 763,9 400,9 52,5 795,5 373,9 47,0

1. Transfer ke Daerah 672,9 360,7 52,1 732,5 346,6 47,9

2. Dana Desa 71,2 40,2 56,5 72,0 27,2 37,8

C. Keseimbangan Primer -700,4 -99,6 14,2 -633,1 -116,4 18,4

D. Surplus/(Defisit) Anggaran (A-B) -1.039,2 -257,2 24,7 -1.006,4 -283,2 28,1

% Surplus (Defisit) Anggaran thd PDB -6,34 -1,67 26,3 -5,70 -1,72 30,2

E. Pembiayaan Anggaran 1.039,2 416,6 40,1 1.006,4 419,2 41,7

al. Pembiayaan Utang 1.220,5 421,4 34,5 1.177,4 443,0 37,6

Sumber: Kementerian Keuangan, 2021

60

Perkembangan Ekonomi Indonesia

2.4 Moneter dan Jasa Keuangan

Moneter

Suku bunga acuan dipertahankan pada tingkat 3,50 persen. Bank Indonesia

memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate

(BI7DRR) sebesar 3,50 persen dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah

ditengah berlanjutnya ketidakpastian di pasar keuangan global akibat penambahan

varian baru dan peningkatan penyebaran kasus Covid-19, serta rencana The Fed

mengurangi stimulus secara bertahap dan meningkatkan suku bunga acuan.

Kebijakan ini ditopang kondisi perekonomian domestik yang cukup stabil, yang salah

satunya tercermin melalui tingkat inflasi yang rendah.

Ekspansi moneter berlanjut pada tahun

2021 sejalan dengan akselerasi stimulus

fiskal. Berlanjutnya langkah pelonggaran

kebijakan moneter yang ditempuh Bank

Indonesia tercermin melalui kebijakan

Quantitative Easing (QE) dan

makroprudensial yang menekankan pada

jalur kuantitas melalui penyediaan

likuiditas perbankan, termasuk juga

dukungan Bank Indonesia kepada Pemerintah dalam membantu pembiayaan APBN

tahun 2021. Bank Indonesia melanjutkan komitmen untuk membantu pendanaan

APBN tahun 2021 melalui pembelian SBN dari pasar perdana baik melalui mekanisme

pasar maupun langsung, sebagaimana amanat UU No. 2 Tahun 2020 dan sesuai

dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal

16 April 2020 yang disepakati untuk diperpanjang implementasinya hingga Desember

2021.

Pada triwulan II tahun 2021, Bank Indonesia menambah likuiditas (QE) di perbankan

sekitar Rp94,0 triliun (per 15 Juni 2021). Bank Indonesia juga melanjutkan pembelian

SBN di pasar perdana untuk mendukung pendanaan APBN 2021, mencapai Rp116,3

triliun hingga 15 Juni 2021, termasuk didalamnya skema lelang utama sebesar Rp40,8

triliun dan Greenshoe Option (GSO) sebesar Rp75,5 trilun.

Nilai tukar Rupiah melemah dipengaruhi tingginya ketidakpastian di pasar

keuangan global akibat peningkatan penyebaran varian Covid-19 dan respon

investor terhadap rencana pengurangan stimulus oleh The Fed. Pada triwulan II

tahun 2021 rata-rata nilai tukar Rupiah sebesar Rp14.388 per USD, melemah 2,41

persen (YtD). Namun demikian, jika dibandingkan triwulan II tahun 2020, Rupiah

Tabel 26. Perkembangan Reverse

Repo Surat Berharga Negara

Tenor persen (%)

Apr Mei Jun

7 hari 3,50 3,50 3,50

2 minggu 3,27 3,27 3,15

1 bulan 3,27 3,28 3,16

Sumber: Bank Indonesia

61

Perkembangan Ekonomi Indonesia

menguat 3,40 persen. Per 30 Juni 2021, nilai tukar Rupiah ditutup pada level Rp14.500

per USD.

Dari sisi eksternal, pelemahan nilai tukar Rupiah dipengaruhi terbatasnya aliran modal

asing yang masuk ke negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia,

dipengaruhi respon pasar terhadap rencana The Fed mengurangi stimulus moneter

dan meningkatkan suku bunga acuan sejalan dengan prospek pemulihan ekonomi

Amerika Serikat. Kondisi ini mendorong aliran modal pada aset keuangan yang

dianggap aman (flight-to-quality). Meski sempat tertahan, aliran modal asing yang

masuk ke Indonesia kembali meningkat sejalan dengan meredanya ketidakpastian di

pasar keuangan global pada akhir triwulan II tahun 2021. Tercermin dari net outflow

portofolio asing pada periode April hingga 15 Juni 2021 sebesar 6,5 miliar dolar AS.

Dari sisi internal, Pemberlakuan

Pembatasan Kegiatan Masyarakat

(PPKM) oleh Pemerintah untuk

menurunkan lonjakan kasus Covid-19

diperkirakan berdampak pada

penurunan aktivitas perekonomian

domestik dan menekan nilai tukar

Rupiah.

Nilai tukar riil (REER) Rupiah lebih

rendah dibandingkan negara-

negara di kawasan ASEAN. Indeks

REER Rupiah sepanjang triwulan II

tahun 2021 berturut-turut mencapai

88,02; 88,82; dan 88,45 persen. Secara

fundamental, REER Indonesia masih

berada dibawah nilai wajar

(undervalued). Rendahnya REER

Indonesia mendorong daya saing

perdagangan Indonesia di antara

negara-negara di kawasan ASEAN.

Posisi REER Indonesia pada akhir

triwulan II lebih rendah dibandingkan

Filipina, Thailand, dan Singapura,

namun lebih tinggi dibandingkan

Malaysia. Posisi REER tertinggi

ditempati oleh Filipina, Thailand,

Singapura, dan Malaysia, secara

berturut-turut sebesar 116,11 persen, 104,22 persen, 104,22 persen, dan 85,01 persen.

Gambar 29. Perkembangan Nilai Tukar

Rupiah terhadap USD, 2019-2021

Gambar 30. Real Effective Exchange Rate

ASEAN-5, (2010=100)

Sumber: Bloomberg

Sumber: Bloomberg

13.000

13.500

14.000

14.500

15.000

15.500

16.000

16.500

17.000

Jun

-19

Sep

-19

Dec

-19

Mar

-20

Jun

-20

Sep

-20

Dec

-20

Mar

-21

Jun

-21

6/30/2021Rp14,500

88,45

104,22

85,01

116,11

105,12

80

85

90

95

100

105

110

115

120

Jun

-15

Jun

-16

Jun

-17

Jun

-18

Jun

-19

Jun

-20

Jun

-21

INDONESIA THAILAND

MALAYSIA FILIPINA

62

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Likuiditas perekonomian ditopang

kebijakan moneter akomodatif.

Sepanjang periode triwulan II tahun

2021, M2 tumbuh sebesar 11,5; 8,1; dan

11,4 persen, membaik dibandingkan

triwulan I tahun 2021 yang secara

berturut-turut sebesar 11,8; 11,3; dan 6,9

persen. Meningkatnya pertumbuhan M2

pada akhir triwulan II tahun 2021

dipengaruhi peningkatan kembali aktiva

luar negeri bersih setelah sempat

menurun pada Mei 2021 dan

peningkatan penyaluran kredit.

Selanjutnya, pertumbuhan M1 pada

April-Juni 2021 secara berturut-turut mencapai 17,4; 12,6; dan 17,0 persen. Tingginya

M1 pada April 2021 dipengaruhi percepatan peredaran kartal serta giro Rupiah. Pada

Mei 2021, M1 sempat mengalami penurunan akibat perlambatan peredaran kartal

serta giro Rupiah. Namun demikian, M1 kembali mengalami peningkatan pada Juni

2021 didorong oleh peningkatan peredaran uang kartal dan giro Rupiah.

Pada triwulan II tahun 2021 pertumbuhan uang kuasi mengalami fluktuasi, dimana

sepanjang periode April-Juni 2021 sebesar 9,7; 6,8; dan 9,6 persen. Pada awal triwulan

II peningkatan uang kuasi dipengaruhi peningkatan seluruh instrumen yang terdiri

dari tabungan, simpanan berjangka baik dalam rupiah maupun valas, serta giro valas.

Penurunan uang kuasi pada pertengahan triwulan II dikontribusi oleh seluruh

komponen. Pada akhir triwulan II uang kuasi kembali mengalami peningkatan yang

bersumber dari tabungan, simpanan berjangka rupiah, serta giro valas.

Likuiditas yang longar mendorong tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak

Ketiga (AL/DPK) mencapai 32,95 persen pada Juni 2021 dan rendahnya rata-rata suku

bunga PUAB overnight, sekitar 2,79 persen pada Mei 2021. Kebijakan pelonggaran

likuiditas dan suku bunga kebijakan (BI7DRR) yang dipertahankan pada tingkat

rendah direspon perbankan melalui penurunan suku bunga dasar kredit sebesar 169

bps sejak Mei 2020 menjadi 8,86 persen pada Mei 2021.

Gambar 31. Perkembangan Uang Beredar

Sumber: Bank Indonesia

11,5

8,1

11,4

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei

2020 2021

Uang Beredar Sempit (M1)

Uang Kuasi

Uang Beredar Luas (M2)

63

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pada triwulan II tahun 2021, tingkat inflasi tetap rendah dan masih berada

dibawah batas bawah sasaran inflasi 2021 yaitu 2,0 – 4,0 persen (YoY). Tingkat

inflasi tahunan (YoY) pada triwulan II tahun 2021 sebesar 1,33 persen (YoY), lebih

rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020, lebih rendah dari batas

bawah sasaran inflasi 2021 yaitu 2,0 persen (YoY). Secara berturut-turut inflasi

tahunan pada April – Juni 2021 yaitu

1,42; 1,68; dan 1,33 persen (YoY).

Secara bulanan (MtM) pada periode

yang sama, masing-masing mencapai

0,13; 0,32; dan -0,16 persen. Capaian

inflasi pada triwulan II tahun 2021

menunjukkan stagnasi bila

dibandingkan triwulan I tahun 2021,

meski sempat mengalami

peningkatan cukup signifikan pada Mei 2021 dipengaruhi peningkatan permintaan

pada periode Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.

Inflasi inti menunjukkan tren naik pada triwulan II tahun 2021, secara berturut-turut

dari pada April – Juni 2021 sebesar 1,18; 1,37; dan 1,49. Perkembangan ini dipengaruhi

inflasi komoditas emas perhiasan seiring kenaikan harga emas global dan

peningkatan permintaan musiman selama perayaan HBKN Idul Fitri. Masih rendahnya

inflasi inti sejalan dengan permintaan global dan domestik yang belum pulih, serta

ditopang stabilitas nilai tukar yang terjaga.

Daya beli masyarakat menunjukkan

perbaikan, tercermin dari Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) yang telah

memasuki zona optimis (>100) sejak

bulan April. Hingga Juni 2021, IKK

mencapai 107,4 didorong oleh

optimisme terhadap kondisi ekonomi

saat ini, baik dari aspek ketersediaan

lapangan kerja, penghasilan, maupun

ketepatan waktu pembelian barang

tahan lama.

Penurunan inflasi Juni 2021

dibandingkan periode Mei 2021

dikontribusikan oleh inflasi komponen

harga bergejolak (volatile foods) yang mengalami penurunan dipengaruhi oleh

penurunan harga aneka cabai, daging ayam ras, dan bawang merah sejalan dengan

normalisasi permintaan pasca-HBKN Idul Fitri di tengah pasokan yang memadai.

Tabel 27. Tingkat Inflasi Domestik

2020 2021

Apr Mei Jun Apr Mei Jun

YoY 2,7 2,2 2,0 1,4 1,7 1,3

MtM 0,1 0,1 0,2 0,1 0,3 -0,2

YtD 0,1 0,9 1,1 0,6 0,9 0,7

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 32. Perkembangan Indeks Harga

Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti

Sumber: BI dan BPS

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

Jan

Ap

r

Jul

Okt

Jan

Ap

ril

Juli

Okt

Jan

uar

i

2019 2020 2021

(in

dek

s)

(per

sen

)

IntiIKK

64

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tekanan inflasi kelompok volatile foods yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan

harga telur ayam ras dan bayam. Pada April-Juni 2021 secara berturut-turut inflasi

volatile foods mencapai 2,73 persen; 3,66 persen; dan 1,60 persen. Inflasi kelompok

administered prices pada triwulan II tahun 2021 mengalami tren penurunan secara

berturut-turut mencapai 1,12; 0,93; 0,49 persen (YoY) didorong penurunan tarif

berbagai angkutan pasca HBKN Idul Fitri, khususnya angkutan udara, antarkota, dan

kereta api.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, sebagian besar mengalami penurunan pada

akhir triwulan II tahun 2021. Terdapat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi

pada Juni 2021, yaitu: (i) kelompok makanan, minuman dan tembakau dipengaruhi

oleh penurunan harga sejumlah komoditas seperti cabai merah, daging ayam ras,

cabai rawit, dan bawang merah karena normalisasi permintaan pasca HBKN Idul Fitri;

(ii) kelompok transportasi dipengaruhi oleh normalisasi tarif angkutan udara, antar

kota, dan kereta pasca HBKN Idul Fitri; (iii) kelompok pakaian dan alas kaki; serta (iv)

Tabel 28. Tingkat Inflasi Domestik

Berdasarkan Komponen (YoY)

Komponen Persentase (%)

Apr Mei Jun

Inti 1,18 1,37 1,49

Harga Bergejolak 2,73 3,66 1,60

Harga diatur

pemerintah 1,12 0,93 0,49

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 29. Inflasi Kelompok Pengeluaran

(MtM)

Kelompok

Pengeluaran

Persentase (%)

Apr Mei Jun

UMUM (headline) 0,13 0,32 -0,16

Makanan,

Minuman, dan

Tembakau

0,10 0,38 -0,71

Pakaian dan Alas

Kaki 0,19 0,52 -0,12

Perumahan, Air,

Listrik, dan Bahan

bakar Lainnya

0,07 0,03 0,07

Perlengkapan,

Peralatan, dam

Pemeliharaan Rutin

Rumah Tangga

0,26 0,27 0,17

Kesehatan 0,18 0,07 0,03

Transportasi 0,00 0,71 -0,35

Informasi,

Komunikasi, dan

Jasa Keuangan

0,00 0,01 -0,01

Rekreasi, Olahraga,

dan Budaya 0,20 0,12 0,23

Pendidikan 0,01 0,01 0,03

Penyediaan

Makanan &

Minuman/Restoran

0,21 0,44 0,24

Perawatan Pribadi

dan Jasa Lainnya 0,29 0,59 0,35

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 33. Perkembangan Indeks Harga

Pangan Strategis Nasional, (2018=100)

Sumber: PIHPS

60

100

140

180

220

JanFebM

arA

pr

Mei

Jun

Jul

Ags

SepO

ktN

ov

Des

JanFebM

arA

pr

Mei

Jun

2020 2021Minyak Goreng Daging SapiDaging Ayam Telur AyamBeras Medium Gula PasirCabai Rawit Cabai MerahBawang Merah Bawang Putih

65

Perkembangan Ekonomi Indonesia

kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan dipengaruhi normalisasi

permintaan pasca HBKN Idul Fitri .

Perkembangan indeks harga pangan menunjukkan bahwa sebagian besar komoditas

mulai mengalami penurunan. Komoditas cabai rawit, bila dibandingkan triwulan II,

mengalami penurunan cukup tajam pada Juni 2021 karena telah mulai memasuki

masa panen. Begitu pula dengan komoditas cabai rawit dan bawang merah yang

mengalami tren turun pada triwulan II tahun 2021. Tren penurunan harga komoditas

hortikultura ini dipengaruhi oleh pola musiman seiring masa panen yang

berlangsung.

Jasa Keuangan

Kondisi sektor jasa keuangan mulai menunjukkan pemulihan, tercermin dari

pertumbuhan kredit yang tercatat positif, meskipun masih terdapat risiko kredit

yang dihadapi.

Perbankan Konvensional. Kinerja

perbankan konvensional secara umum

masih terjaga, bahkan perlahan mulai

pulih, tercermin dari fungsi intermediasi

perbankan yang membaik.

Permodalan perbankan tercatat tinggi

dan mengalami peningkatan, tercermin

dari Rasio kecukupan modal (Capital

Adequacy Ratio/CAR) pada bulan Mei

tahun 2021 sebesar 24,3 persen,

meningkat dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar

22,2 persen. Rasio tersebut berada di atas

threshold minimum yang ditetapkan yaitu

8 persen. Sementara itu, likuiditas

perbankan masih mengalami

pelonggaran, tercermin dari Loan to

Deposit Ratio (LDR) yang menurun, yaitu dari 91,0 persen pada Mei 2020 menjadi 80,9

persen pada Mei tahun 2021, didorong oleh pertumbuhan DPK yang masih sangat

tinggi. Sementara itu, dari sisi risiko kredit, meningkatnya rasio kredit bermasalah

(Non Performing Loan/NPL) juga masih menjadi tantangan. Pada Mei 2021, rasio NPL

sebesar 3,3 persen, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 3,0 persen. Kemampuan bayar debitur ditengah ketidakpastian

Gambar 34. Kinerja Perbankan

Konvensional

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: Q2 adalah data bulan Mei

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

74,0

76,0

78,0

80,0

82,0

84,0

86,0

88,0

90,0

92,0

94,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(persen)(persen)

LDR NPL CAR

66

Perkembangan Ekonomi Indonesia

perekonomian masih menjadi faktor utama penentu risiko kredit yang dihadapi

perbankan.

Hingga awal tahun 2021, total Dana Pihak

Ketiga (DPK) perbankan masih tumbuh

tinggi dan stabil pada level double digit.

Meski melandai jika dibandingkan dengan

triwulan I tahun 2021, DPK pada bulan Mei

tahun 2021 masih tumbuh tinggi sebesar

10,7 persen (YoY). Jika ditinjau dari

komponennya, pertumbuhan tertinggi

terjadi pada komponen giro, yang

selanjutnya diikuti oleh komponen

tabungan dan deposito.

Memasuki triwulan II tahun 2021, kondisi

kredit perbankan terlihat mulai perlahan

membaik, setelah sebelumnya terus

mengalami kontraksi. Pertumbuhan kredit

tercatat positif pada bulan Mei tahun 2021,

yaitu tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY),

didorong oleh membaiknya permintaan

kredit, seiring dengan berlanjutnya

pemulihan aktivitas korporasi.

Jika ditinjau lebih lanjut, pertumbuhan

total kredit didorong oleh seluruh jenis

kredit yang tumbuh positif, dengan

perbaikan tertinggi terjadi pada jenis

kredit konsumsi. Perbaikan kredit

konsumsi utamanya didorong oleh

pertumbuhan kredit pemilikan rumah,

sejalan dengan implementasi

pelonggaran LTV dan insentif pajak oleh

pemerintah. Selanjutnya, ditinjau dari

lapangan usaha penerima kredit, terdapat

beberapa sektor yang mengalami

pertumbuhan kredit. Sektor tersebut

diantaranya adalah sektor transportasi, sektor pertanian, dan sektor konstruksi, yang

masing-masing tumbuh sebesar 13,18; 5,74; dan 4,87 persen (YoY).

Gambar 35. Perkembangan DPK

Perbankan Konvensional

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: Q2 adalah data bulan Mei

Gambar 36. Perkembangan Kredit

Perbankan Konvensional

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: Q2 adalah data bulan Mei

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

5.600

5.800

6.000

6.200

6.400

6.600

6.800

7.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(persen)(rupiah)

Total DPK Pert. DPK

Pert. Deposito Pert. Tabungan

Pert. Giro

-30,0

-25,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

5.350

5.400

5.450

5.500

5.550

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(persen)(rupiah)

Kredit (Rp) Pert. Kredit

Pert. KI Pert. KMK

Pert. KK

67

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 30. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional

Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha

2020 2021

Q2 Q1 Q2*

miliar Rp

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 377.036 390.498 393.922

Perikanan 13.950 16.502 16.834

Pertambangan dan Penggalian 147.415 125.409 128.664

Industri Pengolahan 933.269 893.584 891.004

Listrik, gas dan air 213.069 170.345 167.528

Konstruksi 360.526 373.467 373.947

Perdagangan Besar dan Eceran 960.548 940.703 941.555

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan

minum

112.757 118.748 118.209

Transportasi. pergudangan dan komunikasi 249.865 277.333 283.407

Perantara Keuangan 253.227 209.749 210.944

Real Estate. Usaha Persewaan. dan Jasa

Perusahaan

266.507 258.015 257.749

Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

29.664 31.394 31.328

Jasa Pendidikan 13.842 13.533 13.575

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 28.931 28.278 27.263

Jasa Kemasyarakatan. Sosial Budaya. Hiburan dan

Perorangan lainnya

82.073 92.303 93.329

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 3.127 2.998 3.071

Badan Internasional dan Badan Ekstra

Internasional Lainnya

315 371 367

Kegiatan yang belum jelas batasannya 1.968 2.164 2.949

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan | *data bulan Mei

Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tahun 2021, pemerintah menargetkan penyaluran

Kredit Usaha Rakyat sebesar Rp253 triliun, meningkat sebesar Rp63 triliun dari target

penyaluran tahun 2019. Hingga Mei 2021, KUR telah disalurkan kepada 2,85 juta

debitur, dengan total penyaluran sebesar Rp104,64 triliun (mencapai 41,3 persen dari

target yang ditetapkan). Penyaluran tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor

perdagangan yang memiliki porsi sebesar 45 persen dari total KUR yang disalurkan,

dan diikuti oleh sektor pertanian dan sektor jasa masing-masing sebesar 29,6 persen

dan 14,1 persen.

Dalam penyalurannya, KUR terbagi menjadi 4 (empat) skema, yaitu KUR Super Mikro

(pinjaman ≤10 juta), KUR Mikro (pinjaman ≤Rp25 juta), KUR Kecil (pinjaman Rp25–

200 juta), dan KUR Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Berdasarkan skema tersebut, hingga

Mei 2021, KUR Mikro mendominasi total penyaluran KUR yaitu sebesar 63,6 persen,

diikuti oleh KUR Kecil yaitu sebesar 34,3 persen, sementara sisanya adalah KUR Super

Mikro sebesar 1,7 persen, dan KUR TKI sebesar 0,3 persen. Jika dilihat penyaluran KUR

berdasarkan wilayah, penyaluran masih terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Sumatera,

dengan porsi masing-masing sebesar 56,6 persen dan 21,4 persen.

68

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pasar Modal. Kekhawatiran investor terhadap peningkatan penyebaran Covid-19

serta antisipasi terhadap rencana kebijakan pengurangan stimulus moneter (tapering)

The Fed masih mendorong ketidakpastian pada pasar modal global. Sementara itu,

secara umum, pasar modal domestik menunjukkan kinerja yang relatif stabil, yang

sebagian besar disebabkan oleh minat beli investor nonresiden yang kembali

meningkat serta pemanfaatan pasar modal untuk pembiayaan ekonomi dimana

investasi portofolio pada triwulan II tahun 2021 mencatat net inflow sebesar USD4,28

miliar. Selanjutnya, jumlah penghimpunan dana pada pasar modal mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Di sisi

lain, jumlah investor retail juga terus mengalami peningkatan.

Bila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2020, IHSG mengalami pertumbuhan

positif sebesar 22,0 persen (YoY) ke level 5.985,5. Sementara itu, sejalan dengan

pergerakan IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham juga menunjukkan peningkatan

sebesar 25,2 persen (YoY) dan ditutup di level Rp7.105,9 pada tengah tahun 2021.

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai IHSG maupun

kapitalisasi pasar justru cenderung stagnan dimana hal ini antara lain juga disebabkan

oleh adanya hambatan pada kecepatan proses vaksinasi dan ancaman kenaikan kasus

Covid-19 di akhir Juni yang mempengaruhi kondisi ekonomi domestik.

Sementara itu, pasar obligasi korporasi masih menunjukkan pelemahan pada triwulan

II tahun 2021, apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Pada

pertengahan tahun 2021, total nilai obligasi korporasi mencapai Rp422,7 triliun, atau

mengalami penurunan sebesar 1,6 persen (YoY). Secara umum, kondisi ini

Gambar 37. Perkembangan IHSG dan

Nilai Kapitalisasi Pasar Saham

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 38. Perkembangan

Outstanding Obligasi Korporasi

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

5.200

5.700

6.200

6.700

7.200

7.700

4.500

4.700

4.900

5.100

5.300

5.500

5.700

5.900

6.100

6.300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(in

dek

s)

Nilai Kapitalisasi Pasar (Rp) IHSG

410

415

420

425

430

435

440

445

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(tri

liun

Rp

)

69

Perkembangan Ekonomi Indonesia

dipengaruhi oleh faktor likuiditas dan risk appetite para investor yang masih cukup

fluktuatif di tengah pandemi Covid-19.

Asuransi. Kinerja Industri Asuransi pada triwulan II tahun 2021 kembali mengalami

penurunan setelah pada triwulan sebelumnya mengalami peningkatan, yang salah

satunya tercermin dari perkembangan aset Industri Asuransi. Total aset Industri

Asuransi menurun menjadi sebesar Rp952,4 triliun atau mengalami penurunan

sebesar 25,9 persen (YoY), jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,3 persen (YoY).

Dana Pensiun. Pada triwulan II tahun 2021 kinerja Industri Dana Pensiun mengalami

Peningkatan dari segi Jumlah Aset dan Investasi jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, namun dari sisi pertumbuhannya masih lebih kecil daripada triwulan

sebelumnya, yaitu sebesar Rp307,7 triliun, atau tumbuh sebesar 12,9 persen (YoY).

Sementara itu, jumlah aset neto sebesar Rp315,2 triliun, tumbuh 10,4 persen (YoY).

Teknologi Keuangan. Pada triwulan II tahun 2021, industri teknologi keuangan

terlihat mengalami perbaikan, sejalan dengan pemulihan perekonomian nasional. Hal

tersebut terlihat dari pertumbuhan akumulasi jumlah pinjaman sebesar 95,2 persen

(YoY), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

77,2 persen (YoY). Sejalan dengan itu, akumulasi rekening peminjam juga ikut

tumbuh, yaitu sebesar 151,6 persen (YoY), meski lebih rendah jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebesar 199,8 persen (YoY). Selanjutnya, dari sisi risiko,

risiko kredit yang dihadapi oleh industry teknologi keuangan jauh berkurang, jika

dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai 6,1 persen pada triwulan II tahun

Gambar 39. Perkembangan Aset

Industri Asuransi

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 40. Perkembangan Jumlah Aset

Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

-30,0

-25,0

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(per

sen

)

(tri

liun

Rp

)

AsetPertumbuhan (%, YoY)

0

2

4

6

8

10

12

14

240

260

280

300

320

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(per

sen

)

(tri

liun

Rp

)AsetInvestasiPert. Aset (%, YoY)Pert. Investasi (%, YoY)

70

Perkembangan Ekonomi Indonesia

2020. Rasio kredit macet pada triwulan II tahun 2021 membaik sangat signifikan, yaitu

menjadi hanya sebesar 1,5 persen.

Perbankan Syariah. Perlambatan ekonomi yang terus berlanjut akibat dari pandemi

Covid-19 masih memberi tekanan pada kinerja perbankan. Namun demikian, kinerja

perbankan syariah sempat membaik pada triwulan I tahun 2021 dan kembali

mengalami penurunan pada Mei 2021.

Gambar 41. Perkembangan Industri

Teknologi Keuangan

(peer-to-peer lending)

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 42. Tingkat Wanprestasi

Industri Teknologi Keuangan

(peer-to-peer lending)

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 43. Kinerja Bank Umum Syariah

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: Q2 adalah data bulan Mei

Gambar 44. Kinerja Unit Usaha Syariah

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: Q2 adalah data bulan Mei

0

10

20

30

40

50

60

70

0

50

100

150

200

250

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(ju

ta e

nti

tas)

(tri

liun

Rp

)

Pinjaman Tersalurkan (triliunRp)

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(per

sen

)

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

18

19

20

21

22

23

24

25

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(per

sen

)

(per

sen

)

CAR NPF FDR

80

85

90

95

100

105

110

2,8

2,9

3

3,1

3,2

3,3

3,4

3,5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(per

sen

)

(per

sen

)

NPF FDR

71

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Hal ini ditunjukan pada Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) Bank

Umum Syariah (BUS) pada triwulan I tahun 2021 yang sebesar 24,5 persen dan

mengalami penurunan pada Mei 2021 menjadi 24,4 persen. Penurunan kinerja

perbankan syariah juga tercermin dari menurunnya kualitas pembiayaan yang

disalurkan, atau meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing

Financing/NPF). Pada triwulan I tahun 2021, NPF pada BUS sebesar 3,2 persen dan

meningkat menjadi 3,3 persen pada Mei 2021. Begitu juga dengan NPF pada UUS,

pada triwulan I tahun 2021 sebesar 3,0 persen dan meningkat menjadi 3,2 persen

pada Mei tahun 2021.

Selanjutnya dari segi likuiditas juga mengalami penurunan kinerja perbankan syariah.

Pada triwulan I tahun 2021, rasio pembiayaan terhadap penghimpunan dana

(Financing to Deposit Ratio/FDR) pada BUS yang sebesar 77,8 persen mengalami

penurunan menjadi 76,1 persen pada Mei 2021. Kondisi serupa juga terlihat pada FDR

UUS yang mengalami penurunan dari triwulan I tahun 2021 sebesar 95,6 persen

menjadi 91,3 persen pada Mei 2021.

Total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah pada Mei 2021 tumbuh sebesar 14,5

persen (YoY) atau menjadi sebesar Rp482,4 triliun per Mei 2021. Total aset perbankan

syariah (BUS dan UUS) juga tumbuh 12,5 persen (YoY) atau menjadi sebesar Rp598,2

triliun per Mei 2021. Sejalan dengan pertumbuhan DPK dan aset, pembiayaan

perbankan syariah (BUS dan UUS) juga tumbuh meskipun lebih rendah daripada

pertumbuhan DPK dan aset, yaitu tumbuh 7,9 persen (YoY) atau menjadi Rp390,3

triliun per Mei 2021.

Gambar 45. Dana Pihak Ketiga,

Pembiayaan, dan Total Aset

Perbankan Syariah

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Catatan: Q2 adalah data bulan Mei

Tabel 31. Perkembangan Pembiayaan

Perbankan Syariah

Pembiayaan

Berdasarkan

Jenis Akad

2020 2021

Q2 Q1 Q2*

triliun Rp

Pembiayaan

Modal Kerja

114,6 111,1 113,3

Pembiayaan

Investasi

86,8 87,8 84,4

Pembiayaan

Konsumsi

165,6 186,9 192,5

Total

Pembiayaan

367 385,7 390,3

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

*data bulan Mei

0

100

200

300

400

500

600

700

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(tri

liun

Rp

)

DPK Aset Pembiayaan

72

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Selanjutnya, apabila ditinjau secara lebih detail berdasarkan jenis atau tujuan

penggunaannya, pembiayaan perbankan syariah per Mei 2021 masih didominasi oleh

pembiayaan konsumsi, yaitu sebesar Rp192,5 triliun. Selain mendominasi,

pembiayaan konsumsi juga mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 16,3

persen (YoY). Disusul pembiayaan modal kerja dan investasi per Mei 2021 masing-

masing sebesar Rp113,3 triliun dan Rp84,4 triliun, atau tumbuh negatif masing-

masing sebesar 1,1 dan 2,8 persen (YoY).

Tabel 32. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha

Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha

2020 2021

Q2 Q1 Q2*

miliar Rp

Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 14.477 15.033 5.388

Perikanan 1.736 1.882 1.868

Pertambangan dan Penggalian 6.042 5.793 5.707

Industri Pengolahan 27.064 27.256 27.245

Listrik, gas dan air 15.541 11.328 11.448

Konstruksi 32.961 36.120 35.048

Perdagangan Besar dan Eceran 37.741 40.645 40.661

Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan

minum

4.938 4.842 4.890

Transportasi, pergudangan dan komunikasi 10.846 11.647 11.357

Perantara Keuangan 18.075 14.398 14.327

Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa

Perusahaan

12.912 11.802 11.600

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

15 60 54

Jasa Pendidikan 6.333 6.554 6.635

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.241 5.919 6.116

Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan

Perorangan lainnya

4.611 3.742 3.688

Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 711 638 659

Badan Internasional dan Badan Ekstra

Internasional Lainnya

2 - 2

Kegiatan yang belum jelas batasannya 1.195 1.166 1.036

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan | *data bulan Mei

Apabila ditinjau secara sektoral, sektor perdagangan besar dan eceran; sektor

konstruksi dan sektor industri pengolahan mendominasi peyaluran pembiayaan

perbankan syariah hingga Mei 2021, dengan nilai penyaluran pembiayaan masing-

masing sebesar Rp40,7 triliun, Rp35 triliun dan Rp27,2 triliun Ketiga sektor utama ini

tetap tumbuh positif yakni; (1) sektor perdagangan besar dan eceran, (2) sektor

kontruksi, dan (3) sektor industri pengolahan, masing-masing sebesar 7,7 persen

(YoY), 6,3 persen (YoY), dan 0,7 persen (YoY) pada Mei 2021.

73

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Beberapa sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan pembiayaan secara positif

pada Mei 2021 adalah sektor pertanian, perburuan dan kehutanan; sektor perikanan;

sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi; dan sektor jasa pendidikan.

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan persentase pertumbuhan, sektor dengan

pertumbuhan penyaluran pembiayaan tertinggi pada Mei 2021 adalah pada sektor

administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, yaitu sebesar 258,2

persen (YoY) atau sejumlah Rp54 miliar.

Namun demikian, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tidak terjadi di

seluruh sektor ekonomi, melainkan terdapat 10 sektor yang mengalami penurunan

penyaluran pembiayaan dari perbankan syariah per Mei 2020. Tiga sektor dengan

penurunan tertinggi yaitu: Listrik, gas dan air turun sebesar 26,3 persen (YoY); Badan

Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya turun sebesar 24 persen (YoY);

dan Perantara Keuangan turun sebesar 20,7 persen (YoY).

Pasar Modal Syariah. Pada April 2021, Bursa Efek Indonesia resmi meluncurkan

indeks baru dengan nama indeks IDX-MES BUMN 17 yang berisi 17 saham BUMN

yang memiliki likuiditas baik, kapitalisasi besar dan menjalankan usahanya sesuai

dengan prinsip syariah. Jumlah indeks saham bertema syariah masih terbatas dan

peningkatan jumlah saham syariah yang menigkat menjadi salah satu latar belakang

untuk menambah pilihan indeks syariah baru. Peningkatan jumlah saham syariah

tersebut ditandai dengan masih menguatnya pasar modal syariah hingga triwulan II

tahun 2021 ditengah kasus harian Covid-19 yang meningkat. Hal ini karena didorong

oleh kepercayaan masyarakat dan investor terhadap kinerja pemerintah dalam

menangani pandemi Covid-19. Dilihat dari segi kapitalisasi pasar Index Saham Syariah

Indonesia (ISSI) yang berisikan seluruh emiten saham syariah yang likuid di bursa

mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya sebesar 15,3 persen (YoY). Hal ini juga terlihat dari nilai penutupan akhir

indeks pada triwulan II, dimana ISSI ditutup pada nilai 171,95 poin, tumbuh 28,1 poin

dibandingkan triwulan II tahun 2020 (YoY). Namun demikian, jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, nilai kapitalisasi pasar ISSI mengalami penurunan

sebesar 2,5 persen (QtQ).

74

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Selain pasar saham, perkembangan

positif juga terjadi di pasar sukuk.

Apabila dilihat berdasarkan

perkembangan nilai outstanding,

dibandingkan periode yang pada tahun

sebelumnya, nilai outstanding sukuk

tumbuh positif dimana sukuk korporasi

tumbuh sebesar 20,3 persen (YoY) dan

SBSN tumbuh sebesar 22,2 persen

(YoY). Begitu juga jika dilihat secara

triwulanan, nilai outstanding sukuk

korporasi pada triwulan II tahun 2021 ini

tumbuh 10,7 persen dan SBSN tumbuh

3,2 persen dibandingkan dengan nilai

pada triwulan I tahun 2021.

Industri Keuangan Nonbank Syariah

(IKNBS). Pada triwulan II tahun 2021,

Industri Keuangan Non-Bank Syariah

(IKNBS) secara umum menunjukkan

tren positif di saat proses pemulihan

ekonomi akibat dampak Covid-19 sedang berlangsung. Kondisi tersebut tercermin

dari pertumbuhan total aset IKNBS, yaitu sebesar 8,4 persen (YoY). Namun, jika

Gambar 46. Kapitalisasi Pasar dan Nilai

Indeks Saham ISSI

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 47. Outstanding Sukuk

Korporasi dan SBSN

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Tabel 33. Aset IKNB Syariah 2019-2020

Uraian

2020 2021

Q2 Q1 Q2

miliar Rp

Asuransi

Syariah

40.841 44.136 42.813

Lembaga

Pembiayaan

Syariah

24.771 21.900 21.432

Dana Pensiun

Syariah

5.726 8.205 7.950

Lembaga Jasa

Keuangan

Khusus

Syariah

35.359 42.903 43.415

Lembaga

Keuangan

Mikro Syariah

474,7 499,7 519,0

Financial

Teknologi

Syariah

43,3 103,4 133,7

Total Aset 111.443 116.351 117.748

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

2.600

2.700

2.800

2.900

3.000

3.100

3.200

3.300

3.400

3.500

Q2 Q1 Q2

2021(i

nd

eks)

(tri

liun

Rp

)

Kapitalisasi Pasar ISSI

0

200

400

600

800

1000

1200

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2020 2021

(tri

liun

Rp

)

(tri

liun

Rp

)

Nilai Outstanding Sukuk Korporasi

Nilai Outstanding SBSN

75

Perkembangan Ekonomi Indonesia

dibandingkan dengan total aset pada triwulan I tahun 2021, aset IKNBS pada triwulan

II mengalami penurunan sebesar 1,3 persen (QtQ).

Penurunan secara QtQ ini didorong oleh penurunan aset asuransi syariah (-3,0

persen), lembaga pembiayaan syariah (-2,1 persen) dan dana pensiun syariah (-3,1

persen). Sedangkan kontribusi pertumbuhan IKNBS (QtQ) didorong oleh

pertumbuhan aset lembaga jasa keuangan khusus syariah (1,2 persen), lembaga

keuangan mikro syariah (3,9 persen) dan yang terbesar dari financial teknologi syariah

(29,2 persen).

Apabila ditinjau secara YoY, finansial teknologi syariah mengalami pertumbuhan total

aset tertinggi, yaitu sebesar 208,8 persen, diikuti oleh pertumbuhan dana pensiun

syariah (38,8 persen), lembaga jasa keuangan khusus syariah (22,8 persen), lembaga

keuangan mikro syariah (9,3 persen) dan asuransi syariah (4,8 persen). sedangkan

lembaga pembiayaan syariah mengalami penurunan sebesar 13,5 persen (YoY) yang

kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengembangan variasi produk lembaga

pembiayaan syariah serta dampak Covid-19 sejak tahun 2020 di Indonesia.

2.5 Neraca Pembayaran

Neraca Pembayaran Indonesia mengalami defisit USD0,4 miliar, setelah

sebelumnya surplus 4,1 miliar pada triwulan I tahun 2021. Defisit tersebut didorong

oleh menurunnya suplus transaksi modal dan finansial sehingga tidak mampu

mengkompensasi defisit transaksi berjalan.

Neraca transaksi berjalan defisit sebesar

USD2,2 miliar atau setara 0,8 persen dari

PDB, capaian tersebut memperlebar

defisit pada triwulan sebelumnya.

Adapun perkembangan tersebut

disebabkan oleh peningkatan defisit

neraca pendapatan primer, neraca

perdagangan migas, serta neraca jasa.

Sebaliknya, peningkatan surplus neraca

perdagangan nonmigas dan neraca

pendapatan sekunder mampu sedikit

menahan peningkatan defisit transaksi

berjalan lebih tinggi.

Selanjutnya, neraca perdagangan

nonmigas surplus sebesar USD11,5 miliar,

lebih tinggi dibandingkan surplus pada

triwulan I-2021 sebesar USD9,9 miliar. Perkembangan ini didorong oleh ekspor

Gambar 48. Perkembangan

Neraca Pembayaran Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

-10

-5

0

5

10

15

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

(mili

ar U

SD)

Transaksi Berjalan

Transaksi Modal dan Finansial

Neraca Keseluruhan

76

Perkembangan Ekonomi Indonesia

nonmigas yang mengalami peningkatan signifikan melampui peningkatan impor

nonmigas. Perbaikan kinerja ekspor nonmigas didukung oleh akselerasi pertumbuhan

ekspor riil dan harga ekspor, baik pada produk primer maupun manufaktur.

Sementara itu, neraca perdagangan migas defisit USD3,4 miliar, meningkat

dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar USD2,3 miliar.

Perkembangan ini didorong oleh peningkatan impor minyak sejalan dengan

kebutuhan konsumsi domestik dan tren kenaikan harga minyak dunia yang berlanjut.

Di sisi lain, surplus neraca gas pada triwulan II tahun 2021 sebesar USD0,7 miliar,

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD0,5 miliar. Peningkatan

tersebut antara lain disebabkan oleh kenaikan ekspor gas, seiring dengan

perkembangan harga gas yang semakin meningkat.

Neraca jasa mengalami defisit USD3,7

miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya sebesar USD3,4

miliar. Peningkatan defisit neraca jasa

tersebut terutama disebabkan oleh

kenaikan defisit neraca jasa transportasi

serta jasa telekomunikasi, komputer, dan

informasi. Lebih lanjut, peningkatan

defisit mampu ditahan oleh membaiknya

surplus jasa perjalanan dan jasa keuangan

yang mampu mencatatkan penurunan

pada triwulan II tahun 2021.

Defisit jasa transportasi meningkat

menjadi USD1,6 miliar dari sebelumnya

USD1,4 miliar. Lebih lanjut, peningkatan

tersebut terutama disebabkan oleh

meningkatnya pembayaran jasa freight menjadi sebesar USD2,1 miliar dari

sebelumnya USD1,9 miliar sejalan dengan kenaikan impor barang. Selanjutnya, defisit

jasa transportasi mampu ditahan oleh penerimaan jasa freight yang meningkat

menjadi USD0,6 miliar dari sebelumnya USD0,5 miliar, seiring dengan kinerja ekspor

barang yang membaik.

Selanjutnya, neraca jasa perjalanan mengalami surplus sebesar USD49,4 juta,

meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD23,0 juta.

Kenaikan tersebut sejalan dengan penerimaan jasa perjalanan dari wisatawan

mancanegara (wisman) sebesar USD121,0 juta, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

sebesar USD88,3 juta seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan dan pola

Gambar 49. Neraca Jasa

Perjalanan dan Transportasi

Sumber: Bank Indonesia

-4,0-3,0-2,0-1,00,01,02,03,04,05,06,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

(mili

ar U

SD)

Ekspor Transportasi Ekspor Perjalanan

Impor Transportasi Impor Perjalanan

77

Perkembangan Ekonomi Indonesia

pengeluaran wisman. Lebih lanjut, jumlah kunjungan wisman sebesar 418 ribu, lebih

tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 384 ribu kunjungan.

Defisit neraca pendapatan primer

meningkat, neraca pendapatan

sekunder stabil. Defisit neraca

pendapatan primer sebesar USD8,1

miliar, lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya sebesar USD6,7 miliar.

Melebarnya defisit neraca pendapatan

primer secara triwulanan disebabkan oleh

kenaikan pembayaran imbal hasil atas

investasi langsung dan portofolio asing

yang melampui peningkatan penerimaan

penduduk terutama atas investasi

langsung di luar negeri. Di satu sisi,

pembayaran pendapatan kepada

nonresiden atas investasi langsung dan

portofolio secara berturut-turut sebesar

USD5,3 miliar dan USD3,8 miliar. Di sisi lain, penerimaan pendapatan penduduk

dalam bentuk investasi langsung sebesar USD0,8 miliar dan investasi langsung

sebesar USD0,7 miliar.

Neraca pendapatan sekunder surplus sebesar USD1,5 miliar, sedikit meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD1,4 miliar. Perkembangan

tersebut didukung oleh mulai adanya tambahan jumlah Pekerja Migran Indonesia

(PMI) terutama ke Hongkong sejalan dengan pembukaan penempatan PMI ke

beberapa negara pada masa adaptasi kebiasaan baru. Sementara itu, jumlah PMI di

Malaysia berkurang seiring dengan pembatasan mobilitas di negara tersebut.

Transaksi modal dan finansial mengalami surplus sebesar USD1,9 miliar atau

setara 0,7 persen dari PDB, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan

sebelumnya sebesar USD5,5 miliar atau setara 2,0 persen PDB. Surplus tersebut

ditopang oleh kenaikan surplus investasi langsung dan investasi portofolio meskipun

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara transaksi

investasi lainnya mengalami kenaikan defisit. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

pada triwulan II tahun 2021 telah meningkatkan kepercayaan investor asing terhadap

prospek perekonomian Indonesia. Berkurangnya pembatasan mobilisasi karena

pandemi Covid-19 yang sedikit mereda juga memicu aliran masuk investasi langsung.

Sementara itu, modal asing dalam bentuk investasi portofolio masih masuk ke dalam

pasar keuangan domestik meskipun nilainya lebih rendah dari triwulan sebelumnya.

Penurunan arus masuk tersebut antara lain disebabkan oleh adanya jatuh tempo

Gambar 50. Neraca Pendapatan

Primer dan Sekunder

Sumber: Bank Indonesia

-12,0

-7,0

-2,0

3,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

(mili

ar U

SD)

Penerimaan Pendapatan Primer

Penerimaan Pendapatan Sekunder

Pembayaran Pendapatan Primer

Pembayaran Pendapatan Sekunder

78

Perkembangan Ekonomi Indonesia

global bond pemerintah dan lebih rendahnya penerbitan global bond korporasi. Di sisi

lain, transaksi investasi lainnya mengalami defisit yang lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya terutama disebabkan oleh peningkatan pembayaran pinjaman luar

negeri yang jatuh tempo.

Kinerja investasi langsung mengalami

surplus yang lebih tinggi, dipengaruhi

oleh meningkatnya kepercayaan investor

asing terhadap prospek perekonomian

Indonesia sejalan dengan membaiknya

pertumbuhan ekonomi Indonesia

triwulan II tahun 2021. Investasi langsung

mencatat arus masuk neto (surplus)

sebesar USD5,3 miliar, lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebesar USD4,2 miliar.

Kenaikan surplus tersebut terutama

disebabkan oleh meningkatnya arus

masuk neto di sisi kewajiban.

Kinerja investasi portofolio surplus sebesar USD4,4 miliar, menurun dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebesar USD4,9 miliar. Penurunan surplus tersebut

terutama bersumber dari penurunan arus masuk investasi portofolio di sisi kewajiban

dari USD5,2 miliar menjadi USD4,7 miliar. Sementara itu, di sisi aset, pembelian neto

surat berharga di luar negeri oleh penduduk Indonesia sama dengan triwulan

sebelumnya yaitu USD0,3 miliar.

Adapun posisi cadangan devisa relatif stabil pada akhir triwulan II tahun 2021 sebesar

USD137,1 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,8

bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas

standar kecukupan internasional yaitu 3 bulan.

Gambar 51. Neraca Transaksi Finansial

Sumber: Bank Indonesia

-10

-5

0

5

10

15

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2019 2020 2021

(mili

ar U

SD)

Investasi LangsungInvestasi PortofolioInvestasi Lainnya

79

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 34. Neraca Pembayaran

Tahun 2016 – Triwulan II/2021

(miliar USD)

2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1 2021:2

TRANSAKSI BERJALAN -17,0 -16,2 -30,6 -30,3 -3,4 -2,9 1,0 0,9 -1,1 -2,2

BARANG 15,3 18,8 -0,2 3,5 4,5 4,0 9,8 10,0 7,6 8,1

Ekspor 144,5 168,9 180,7 168,5 41,7 34,6 40,8 46,2 49,4 54,3

Impor -129,2 -150,1 -181,0 -164,9 -37,2 -30,7 -31,0 -36,2 -41,7 -46,2

Barang Dagangan Umum 14,7 17,9 -0,2 1,6 3,2 2,5 8,7 10,1 7,7 8,2

Ekspor 143,1 167,0 178,7 164,9 40,0 33,0 39,2 45,6 48,9 53,9

Impor -128,4 -149,1 -178,9 -163,3 -36,8 -30,5 -30,5 -35,5 -41,2 -45,7

a. Nonmigas 19,5 25,3 11,2 12,0 5,8 3,3 9,4 11,3 10,0 11,6

Ekspor 130,2 151,4 161,1 152,9 37,7 31,2 37,2 43,2 45,9 50,5

Impor -110,7 -126,2 -149,9 -141,0 -31,9 -27,9 -27,8 -31,8 -35,9 -38,9

b. Migas -4,8 -7,3 -11,4 -10,3 -2,6 -0,8 -0,7 -1,2 -2,3 -3,4

Ekspor 12,9 15,6 17,6 12,0 2,3 1,8 2,0 2,4 3,0 3,3

Impor -17,7 -22,9 -29,0 -22,3 -4,9 -2,6 -2,7 -3,6 -5,3 -6,7

Barang Lainnya 0,6 0,9 0,0 1,9 1,3 1,5 1,1 -0,1 -0,1 -0,1

Ekspor 1,4 1,9 2,0 3,5 1,7 1,6 1,6 0,6 0,5 0,5

Impor -0,8 -1,0 -2,0 -1,7 -0,4 -0,1 -0,5 -0,7 -0,6 -0,6

JASA-JASA -7,1 -7,4 -6,5 -7,6 -1,7 -2,1 -2,7 -3,1 -3,4 -3,7

Ekspor 23,3 25,3 31,2 31,6 6,2 2,6 2,8 3,3 3,2 3,1

Impor -30,4 -32,7 -37,7 -39,3 -7,9 -4,7 -5,6 -6,4 -6,6 -6,8

PENDAPATAN PRIMER -29,6 -32,1 -30,8 -33,8 -7,9 -6,2 -7,4 -7,4 -6,7 -8,1

PENDAPATAN SEKUNDER 4,5 4,5 6,9 7,6 1,7 1,4 1,4 1,4 1,4 1,5

TRANSAKSI MODAL 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

TRANSAKSI FINANSIAL 29,3 28,7 25,1 36,6 -3,0 11,0 0,9 -1,0 5,5 1,9

Aset 15,9 -18,4 -19,2 -15,3 -4,7 -1,3 -2,5 -8,3 -3,8 -3,6

Kewajiban 13,4 47,1 44,3 51,9 1,6 12,4 3,3 7,3 9,4 5,6

INVESTASI LANGSUNG 16,1 18,5 12,5 20,5 4,3 4,4 0,9 4,2 4,2 5,3

Aset 11,6 -2,0 -6,4 -4,5 -0,7 -0,7 -2,8 -0,9 -1,0 -0,8

Kewajiban 4,5 20,5 18,9 25,0 5,0 5,2 3,7 5,1 5,2 6,1

80

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Lanjutan Tabel 34 Neraca Pembayaran

Tahun 2016 – Triwulan II/2021

(miliar USD) 2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1 2021:2

INVESTASI PORTFOLIO 19,0 21,1 9,3 22,0 -6,3 9,7 -2,0 2,0 4,9 4,4

Aset 2,2 -3,4 -5,2 0,4 -0,1 -0,2 -0,3 -0,7 -0,3 -0,3

Kewajiban 16,8 24,4 14,5 21,6 -6,3 9,9 -1,7 2,6 5,2 4,7

DERIVATIF FINANSIAL 0,0 -0,1 0,0 0,2 -0,3 0,1 0,0 0,2 0,1 0,0

INVESTASI LAINNYA -5,8 -10,7 3,3 -6,1 -0,6 -3,3 1,9 -7,4 -3,6 -7,8

TOTAL 12,4 12,5 -5,4 6,3 -6,5 8,2 1,9 -0,2 4,5 -0,3

NERACA KESELURUHAN 12,1 11,6 -7,1 4,7 -8,5 9,2 2,1 -0,2 4,1 -0,4

Posisi Cadangan Devisa 116,4 130,2 120,7 0,1 121,0 131,7 135,2 135,9 137,1 137,1

Dalam Bulan Impor 8 8 6,4 7,3 7,0 8,1 9,1 9,8 9,7 8,8

Transaksi Berjalan/PDB (%) -2 -2 -3,7 -2,7 -1,2 -1,2 0,4 0,3 -0,4 -0,8

Sumber: Bank Indonesia, diolah

81

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan Indonesia

kembali surplus sebesar USD6,3

miliar. Seiring dengan pemulihan

ekonomi Indonesia yang semakin

membaik, ekspor dan impor pada

triwulan II tahun 2021 terus

menunjukkan kenaikan dibandingkan

triwulan sebelumnya maupun periode

yang sama tahun sebelumnya. Secara

total, neraca perdagangan Indonesia

meningkat sebesar 14,2 persen (QtQ)

dan 118,7 persen (YoY). Surplus neraca

perdagangan tersebut terutama disumbang oleh surplus neraca perdagangan

nonmigas yang mencapai USD9,5 miliar. Sementara itu, neraca perdagangan migas

masih defisit.

Neraca perdagangan migas

Pada triwulan II tahun 2021, neraca

perdagangan migas defisit sebesar

USD3,2 miliar, lebih besar dibandingkan

periode yang sama pada tahun

sebelumnya yang hanya sebesar USD 0,5

miliar. Ekspor migas Indonesia pada

triwulan II tahun 2021 mengalami

kenaikan sebesar 19,3 persen (QtQ) dan

87,1 persen (YoY). Kenaikan ekspor migas

terutama didorong oleh ekspor gas yang

tumbuh sebesar 25,6 persen (QtQ) serta

ekspor minyak mentah yang tumbuh

sebesar 17,5 persen (QtQ), seiring

dengan kenaikan harga komoditas energi

di pasar internasional. Pada bulan Juni

2021 harga minyak mentah naik sebesar

81,9 persen (YoY), sementara harga gas alam mengalami kenaikan yang jauh lebih

tinggi lagi yaitu mencapai 177,6 persen (YoY).

Sementara itu, pertumbuhan impor migas juga tinggi seiring dengan peningkatan

permintaan migas akibat semakin pulihnya ekonomi. Akibatnya, defisit neraca

perdagangan migas Indonesia pada triwulan II tahun 2021 semakin membesar.

Tabel 35. Neraca Perdagangan

Uraian

2020 2021

Q2 Q1 Q2

juta USD

Neraca Total 2.885,1 5.521,9 6.308,5

Ekspor Total 34.619,3 48.904,3 53.966,1

Impor Total 31.734,2 43,382,4 47,657,6

Neraca Nonmigas 3.383,6 8.004,8 9.521,1

Ekspor Nonmigas 32.928,9 46.252,0 50.806,1

Impor Nonmigas 29.545,3 38.247,2 41.285,0

Neraca Migas -498,5 -2.482,9 -3.220,2

Ekspor Migas 1.690,3 2.652,3 3.162,9

Impor Migas 2.188,8 5.135,2 6.383,1

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Tabel 36. Nilai Ekspor dan Impor Migas

Uraian

Nilai

Q2 2021

(juta USD)

Growth (%) Share thd

Total*

(%) QtQ YoY

Ekspor

Migas

3.162,9 19,3 87,1 5,9

Minyak

Mentah

1.083,4 17,5 1.216,5 2,0

Hasil

Minyak

400,1 1,8 -64,3 0,7

Gas 1.679,4 25,6 244,4 3,1

Impor

Migas

6.383,1 24,3 191,6 13,4

Minyak

Mentah

2.190,2 47,0 564,9 4,6

Hasil

Minyak

3.390,3 21,4 158,3 7,1

Gas 802,6 -5,9 46,7 1,7

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

*share terhadap total ekpor/impor

82

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Kenaikan impor migas pada periode ini terutama didorong oleh impor minyak

mentah serta impor hasil minyak, yang masing-masing tumbuh sebesar 47,0 persen

(QtQ) dan 21,4 persen (QtQ).

Neraca perdagangan nonmigas

Pada triwulan II tahun 2021, neraca

nonmigas Indonesia surplus sebesar

USD9,5 miliar atau tumbuh sebesar

181,4 persen (YoY). Surplus

perdagangan nonmigas didorong

oleh pertumbuhan ekspor nonmigas

sebesar 54,3 persen (YoY). Impor non

migas juga mengalami pertumbuhan

seiring dengan pertumbuhan di

sektor industri manufaktur.

Walaupun pertumbuhannya masih

lebih lambat dibandingkan

pertumbuhan ekspor nonmigas,

pada periode ini impor nonmigas

tumbuh sebesar 39,7 persen (YoY).

Dilihat berdasarkan sektornya,

pertumbuhan ekspor nonmigas pada

triwulan II tahun 2021 terutama

didorong oleh sektor Industri

Pengolahan yang tumbuh sebesar 8,1

persen (QtQ) dan 51,7 persen (YoY)

serta sektor Pertambangan dan

Lainnya yang pertumbuhannya

mencapai 24,5 persen (QtQ) dan 78,5

persen (YoY). Sementara itu, ekspor

sektor Pertanian mengalami

kontraksi sebesar 12,9 persen (QtQ),

meskipun nilai ekspornya masih lebih

tinggi 13,5 persen dibandingkan

dengan periode yang sama tahun

2020.

Berdasarkan golongan barang HS 2

digit, sumber pertumbuhan ekspor nonmigas pada triwulan II tahun 2021 terutama

berasal dari golongan Besi dan Baja yang tumbuh sebesar 125,8 (YoY) dan memiliki

Tabel 37. Nilai Ekspor Nonmigas

berdasarkan Sektor

Uraian

Nilai

Q2 2021

(juta USD)

Growth (%) Share

thd

Total*

(%) QtQ YoY

Ekspor Nonmigas 50.806,1 9,8 54,3 94,1

Pertanian 908,4 -12,9 13,5 1,7

Industri

Pengolahan

42.111,1 8,1 51,7 78,0

Pertambangan

dan lainnya

7.786,6 24,5 78,5 14,4

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

*share terhadap total ekpor

Tabel 38. Nilai Ekspor Nonmigas 10

Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar

Kode HS: Uraian Nilai

Q2 2021 (juta USD)

Growth (%) Share thd

Ekspor

Nonmigas

(%) QtQ YoY

Lemak & Minyak

Hewan/Nabati (15)

7.121,6 2,3 71,6 14,0

Bahan Bakar

Mineral (27)

6.783,0 14,7 73,0 13,4

Besi dan Baja (72) 5.149,7 41,6 125,8 10,1

Mesin/Peralatan

Listrik (85)

2.880,3 7,8 60,8 5,7

Kendaraan dan

Bagiannya (87)

2.043,4 -12,5 152,3 4,0

Karet dan Barang

Dari Karet (40)

1.804,4 -2,7 71,3 3,6

Perhiasan/ Permata

(71)

1.679,2 47,7 -18,3 3,3

Berbagai Produk

Kimia (38)

1.609,9 15,1 85,3 3,2

Mesin-mesin/

Pesawat

Mekanik(84)

1.565,2 -4,7 51,1 3,1

Bijih, Kerak dan

Abu Logam (26)

1.514,6 66,3 153,8 3,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

83

Perkembangan Ekonomi Indonesia

share 10,1 persen terhadap total nilai ekspor nonmigas. Golongan Lemak dan Minyak

Hewan/Nabati (HS 15) serta golongan Bahan Bakar Mineral (HS 27) yang memiliki

share nilai ekspor terbesar pun mencatatkan pertumbuhan sangat tinggi pada

periode ini, yaitu masing-masing sebesar 71,6 dan 73,0 persen (YoY). Lebih lanjut,

pertumbuhan tertinggi terjadi pada golongan barang Kendaraan dan Bagiannya (HS

87) yakni sebesar 152,3 persen, walaupun secara triwulanan golongan barang ini

mengalami kontraksi sebesar 12,5 persen.

Tiongkok, ASEAN, Amerika Serikat,

Uni Eropa dan Jepang merupakan

negara serta kawasan tujuan utama

ekspor nonmigas Indonesia dengan

nilai ekspor ke masing-masing

mencapai USD11,6 miliar, USD10,4

miliar, USD5,9 miliar, USD4,2 miliar, dan

USD3,8 miliar. Secara tahunan, ekspor

nonmigas ke beberapa mitra dagang

utama yang terdapat pada Tabel 6

mengalami peningkatan, dimana

kenaikan ekspor nonmigas tertinggi

adalah ke Malaysia yang mencapai

103,4 persen (YoY). Namun secara

triwulanan, terdapat beberapa mitra

dagang utama yang menunjukkan

penurunan ekspor, yaitu Jepang (0,9

persen), India (7,6 persen), dan Jerman

(7,7 persen).

Pada triwulan II tahun 2021, impor

nonmigas Indonesia mencapai

USD41,3 miliar, naik 39,7 persen (YoY).

Berdasarkan nilai impor penggunaan

barang, kenaikan impor terbesar

terjadi pada Bahan Baku/Penolong

yang mencapai 57,8 persen (YoY)

seiring dengan sektor industri

pengolahan yang mulai pulih dan

tumbuh positif pada triwulan II tahun

2021. Selanjutnya, impor Barang

Konsumsi juga meningkat secara

triwulanan maupun tahunan masing-

Tabel 39. Nilai Ekspor Nonmigas di

Beberapa Negara Mitra Dagang Utama

Uraian

Nilai

Q2 2021

(juta USD)

Growth (%) Share thd

Ekspor

Nonmigas

(%) QtQ YoY

Tiongkok 11.569,6 19,0 68,9 22,8

Jepang 3.797,1 -0,9 32,7 7,5

Amerika

Serikat

5.927,2 5,8 57,6 11,7

India 2.651,8 -7,6 49,1 5,2

Australia 770,5 16,0 23,5 1,5

Korea

Selatan

1.892,6 19,5 40,9 3,7

Taiwan 1.415,7 30,6 61,2 2,8

ASEAN 10.365,5 9,0 61,3 20,4

Singapura 2.023,4 8,6 7,7 4,0

Malaysia 2.629,9 12,8 103,4 5,2

Thailand 1.473,6 0,2 65,9 2,9

Uni Eropa 4.233,5 13,4 14,9 8,3

Jerman 656,5 -7,7 25,6 1,3

Belanda 1.072,4 12,5 44,9 2,1

Italia 640,5 33,7 61,2 1,3

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 40. Nilai Impor berdasarkan Golongan

Penggunaan Barang

Uraian

Nilai

Q2 2021

(juta USD)

Growth (%) Share

thd

Total

(%) QtQ YoY

Impor Total 47.657,6 9,9 50,2 100,0

Barang

Konsumsi

4.678,7 14,7 31,5 9,8

Bahan Baku /

Penolong

36.353,2 10,9 57,8 777,0

Barang Modal 6625,60 1,4 29,1 18,2

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

84

Perkembangan Ekonomi Indonesia

masing sebesar 14,7 persen dan 31,5 persen. Hal ini dapat menjadi sinyal positif

bahwa daya beli masyarakat dan perekonomian Indonesia mulai pulih pasca pandemi

Covid-19.

Dilihat dari kontribusinya, impor nonmigas terbesar pada triwulan II tahun 2021

adalah golongan Mesin-Mesin/Pesawat Mekanik (HS 84) sebesar USD6,0 miliar,

Mesin/Peralatan Listrik (HS 85) sebesar USD5,5 miliar, serta Besi dan Baja (HS 72)

sebesar USD3,0 miliar. Secara tahunan, top 10 golongan barang HS 2 digit dengan

nilai impor terbesar seluruhnya tumbuh positif. Golongan barang yang tumbuh paling

tinggi adalah Besi dan Baja (HS 72), Plastik dan Barang dari Plastik (HS 39), serta

Kendaraan dan Bagiannya (HS 87) yang masing-masing tumbuh sebesar 110,4

persen, 54,1 persen, serta 52,7 persen. Sementara dilihat secara triwulanan terdapat

beberapa golongan barang yang mengalami kontraksi, yaitu Mesin/Peralatan Listrik

(HS 85), Ampas/Sisa Industri Makanan (HS 23), Berbagai Produk Kimia (HS 38), serta

Gula dan Produk Olahan Gula (HS 17).

Impor nonmigas terbesar berasal dari Tiongkok, ASEAN, dan Jepang. Impor

nonmigas yang berasal dari Tiongkok mengalami kenaikan sebesar 43,7 persen (YoY).

Tiongkok masih menjadi negara terbesar asal impor nonmigas Indonesia dengan

Tabel 41. Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan

Barang HS 2 Digit Terbesar

Kode HS: Uraian

Nilai

Q2 2021

(juta USD)

Growth (%) Share thd

Impor

Nonmigas

(%) QtQ YoY

Mesin-mesin/

Pesawat mekanik

(84)

6.027,4 8,4 25,3 14,6

Mesin/Peralatan

Listrik (85)

5.520,6 -0,7 31,2 13,4

Besi dan Baja (72) 3.009,3 27,2 110,4 7,3

Plastik dan Barang

dari Plastik (39)

2.555,8 7,4 54,1 6,2

Bahan Kimia

Organik (29)

1.786,4 9,8 50,1 4,3

Kendaraan dan

Bagiannya (87)

1.538,3 6,6 52,7 3,7

Ampas/Sisa

Industri Makanan

(23)

1.041,2 -1,9 27,5 2,5

Serealia (10) 943,8 12,1 25,9 2,3

Berbagai Produk

Kimia (38)

897,9 -10,8 13,2 2,2

Gula dan Produk

Olahan Gula (17)

793,0 -9,5 -3,8 1,9

Sumber: Badan Pusat Statistik

Tabel 42. Nilai Impor Nonmigas di

Beberapa Negara Mitra Dagang Utama

Uraian

Nilai

Q2 2021

(juta

USD)

Growth (%) Share thd

Impor

Nonmigas

(%) QtQ YoY

Tiongkok 13.260,4 10,2 43,7 32,1

Jepang 3.427,0 9,3 37,3 8,3

Amerika

Serikat

2.230,4 16,7 11,7 5,4

India 1.705,0 14,9 123,2 4,1

Australia 1.989,8 8,8 113,0 4,8

Korea

Selatan

2.112,9 -9,8 58,8 5,1

Taiwan 1.056,6 6,2 42,5 2,6

ASEAN 7.315,1 2,2 43,2 17.7

Singapura 2.252,8 4,4 14,2 5,5

Malaysia 1.453,3 1,1 62,0 3,5

Thailand 2.206,9 9,6 49,1 5,3

Uni Eropa 2.582,6 7,1 8,0 6,3

Jerman 783,9 12,4 4,5 1,9

Belanda 200,9 2,8 -7,0 0,5

Italia 449,4 -4,0 55,5 1,1

Sumber: Badan Pusat Statistik

85

Perkembangan Ekonomi Indonesia

share 32,1 persen. Apabila dilihat secara triwulanan, pertumbuhan tertinggi impor

nonmigas Indonesia pada periode ini berasal dari Amerika Serikat yakni sebesar 16,7

persen, dari USD1,9 miliar pada triwulan I tahun 2021 menjadi USD2,2 miliar pada

triwulan II tahun 2021. Sedangkan secara tahunan, pertumbuhan impor nonmigas

Indonesia berasal dari India yang mencapai 123,2 persen (YoY).

Kerjasama Ekonomi Internasional

Kondisi Global: Perang Dagang Amerika Serikat-Tiongkok Berpotensi Semakin

Berkobar

Perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok berpotensi kembali berkobar.

Senat AS pada tanggal 14 Juli 2021 secara resmi meloloskan RUU yang melarang

Impor Produk dari wilayah Xinjiang, Tiongkok. Aturan ini disusun sebagai upaya baru

AS untuk memberi hukuman kepada Tiongkok atas dugaan kejahatan kemanusiaan

dan genosida terhadap Uighur, Kazakh dan kelompok minoritas muslim lainnya.

Terdapat 23 perusahaan Tiongkok yang masuk dalam daftar hitam karena terlibat

pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan terkait militer, salah satunya yaitu: (1)

China Academy of Electronics and Information Technology, Xinjiang Lianhai

Chuangzhi Information Technology Co, (2) Shenzhen Cobber Information Technology

Co, (3) Xinjiang Sailing Information Technology, (4) Beijing Geling Shentong

Information Technology, (5) Shenzhen Hua'antai Intelligent Technology Co, dan (6)

Chengdu Xiwu Security System Alliance Co. Tiongkok sendiri mengecam keras

tindakan AS tersebut. Pemerintah Xi Jinping melalui Kementerian Perdagangan

mengatakan AS melakukan pelanggaran serius terhadap ekonomi dan perdagangan

internasional.

Amerika Serikat dan Tiongkok memiliki hubungan bilateral yang erat. Dalam daftar

mitra dagang utama Amerika Serikat, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor

utama yang menduduki posisi ketiga dengan total nilai ekspor sebesar USD 124 miliar

(9 persen dari total ekspor Amerika Serikat pada tahun 2020), dengan ekspor utama

adalah Mesin, peralatan mekanik dan minyak sayur. Sebaliknya, Amerika Serikat

menempati posisi pertama tujuan ekspor Tiongkok, dengan total nilai ekspor sebesar

USD 452 miliar (17 persen). Ini menunjukkan hubungan bilateral kedua negara dalam

sektor perdagangan merupakan hubungan yang sangat penting bagi Amerika Serikat

dan Tiongkok. Hubungan erat Amerika Serikat dengan Tiongkok juga ditunjukkan

melalui investasi asing dimana Tiongkok menempati urutan ke-16 sebagai investor

terbesar di Amerika Serikat di tahun 2020, dengan total 2 persen dari seluruh investasi

asing di Amerika Serikat dengan investasi Tiongkok di Amerika Serikat terutama pada

sektor perdagangan grosir dan industri lainnya.

86

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Dengan daftar hitam ini, warga dan perusahaan AS dilarang untuk bekerja sama atau

berinvestasi dengan perusahaan yang masuk dalam daftar itu. Entitas yang masuk

daftar hitam juga terlarang melakukan bisnis dengan pemasok di AS.

Perkembangan Kerjasama Internasional Indonesia: Kerjasama Cross-Border and

Trade Cooperation Indonesia-Timor Leste

Cross-Border and Trade Cooperation Indonesia-Timor Leste merupakan kerja sama

lintas batas antara Indonesia dan Timor Leste yang dilaksanakan atas inisiasi Asian

Development Bank (ADB). Kerja sama tersebut bertujuan meningkatkan konektivitas

antar kedua negara yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan ekonomi

melalui perdagangan dan pariwisata dengan 3 pilar kegiatan yaitu: 1) Trade and

Transport Facilitation; 2) Livestock dan 3) Tourism. Output dari kerjasama ini

dirancang untuk dapat diimplementasikan di tahun 2021, sehingga kerja sama akan

berakhir pada tahun yang sama. Namun, sehubungan dengan pandemi Covid-19 dan

kendala teknis yang dihadapi, masing-masing output masih dalam proses persiapan.

Dalam perkembangannya, MoU on Customs pada pilar 1 telah ditandatangani oleh

Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan RI. Namun demikian, masih

terdapat kendala administrasi pada MoU on Customs sehingga pihak Bea Cukai Timor

Leste masih belum bersedia menandatangani MoU tersebut. Saat ini Kementerian

Luar Negeri RI sedang melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Kementerian Luar

Negeri Timor Leste mengenai isu tersebut. Selanjutnya, MoU on Buses and Coaches

pada pilar 1 telah ditandatangani oleh Menteri Perhubungan RI. Pada tanggal 9

Agustus 2021 draf MoU sudah dikirimkan ke Kementerian Luar Negeri agar dapat

diproses lebih lanjut.

Pada pilar 2, draf Joint Animal Health Surveillance Guidelines telah di-review oleh unit

terkait di Kementerian Pertanian dan hasil review telah disampaikan kepada Tim ADB.

Selanjutnya, draf Joint Tourism Asset Mapping yang merupakan output dari Pilar 3

juga telah ditinjau oleh unit terkait di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

dan telah disampaikan kepada Tim ADB.

Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement

Perjanjian IA-CEPA telah ditandatangani sejak 2019 lalu dan berlaku efektif mulai Juli

2020 dengan program kerjasama ekonomi atau disebut sebagai Economic

Cooperation Program (ECP) IA-CEPA menjadi salah satu bagian dari kerjasama

tersebut. Kerjasama tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2021 dan berakhir pada

tahun 2025 dengan keluaran (outcomes) yang diharapkan yaitu: 1) akses pasar

Indonesia dan Australia yang lebih luas (greater market access), 2) integrasi pasar yang

lebih baik antara Indonesia dan Australia (better integrated markets between Indonesia

87

Perkembangan Ekonomi Indonesia

and Australia), dan 3) peningkatan keahlian pasar tenaga kerja (enhanced labour

market skills for Indonesian businesses and government, boosting productivity, gender

equality and social inclusion). Ketiga outcome tersebut diharapkan dapat dicapai

melalui empat aktivitas yang menjadi fokus dalam ECP IA-CEPA yaitu: 1) IA-CEPA

Implementation, 2) Agrifood Innovation and Partnerships, 3) Powering Advanced

Manufacturing, dan 4) Co-investing in Skills and Training. Dalam pelaksanaannya,

program IA-CEPA ECP akan menggunakan branding IA-CEPA ECP Katalis atau

“Katalis”. Subsidiary Arrangement ECP IA-CEPA telah ditandatangani secara sirkuler

oleh kedua negara pada 25 Juni 2021. Pada tanggal 6 Juli 2021 diadakan Indonesia-

Australia Economic, Trade and Investment Ministers’ Meeting (ETIMM). Pada

pertemuan ini Menteri PPN/Kepala Bappenas hadir untuk secara resmi meluncurkan

IA-CEPA ECP Katalis.

Katalis Hub berencana menyelenggarakan IA-CEPA ECP Katalis Business Dialogue

yang akan menjadi media promosi dan sosialisasi Katalis kepada pihak swasta dan

dunia usaha. Selanjutnya, Joint Committee Meeting IA-CEPA yang merupakan

mandat dari perjanjian IA-CEPA diselenggarakan pada tanggal 25 Agustus 2021.

Pertemuan ini akan membahas perkembangan dari masing-masing komite dan sub-

komite serta untuk memberikan persetujuan akhir terhadap Annual Work Plan IA-

CEPA ECP Katalis.

The Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation of the

Organization of Islamic Cooperation (COMCEC)

Committee for Economic and Commercial Cooperation of The Organization of The

Islamic Cooperation (COMCEC) memberi kesempatan bagi Indonesia untuk

mempererat kerjasama antara negara Islam dunia. Pada COMCEC terdapat

kemungkinan pendanaan proyek (COMCEC Project Funding) untuk pengembangan

kapasitas dan kerjasama teknis pada sektor-sektor yang menjadi Working Groups di

dalam COMCEC. Indonesia melalui Kementerian Perdagangan mengajukan proyek

pada sektor perdagangan dengan judul “Capacity Building for Metrology in the OIC

Countries”, namun proyek tersebut tidak berhasil melewati seleksi tahap akhir. Selain

itu, terdapat pendanaan lainnya pada program COMCEC COVID Response dalam

rangka mendukung upaya menghadapi pandemi Covid-19. Indonesia melalui

Kementerian Pertanian mengajukan proposal proyek dengan judul “Facilitating Poor,

Vulnerable and Marginalized Groups’ Access To Food In West Java Province”. Proyek

tersebut telah lolos proses seleksi hingga tahap akhir dan akan diimplementasikan

oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2021.

Pada tanggal 8-9 Juni telah dilaksanakan pertemuan the 37th Meeting of the Follow-

Up Committee COMCEC dengan tema “The Role of Islamic Finance in Supporting

Microenterprises and SMEs Against COVID-19”. Pada pertemuan tersebut, Indonesia

88

Perkembangan Ekonomi Indonesia

diwakili oleh Kementerian PPN/Bappenas turut hadir dan menyampaikan intervensi

pada agenda transportasi dan komunikasi, agenda pertanian dan ketahanan pangan,

serta agenda kerja sama keuangan.

Pertemuan the 8th Annual Focal Points Meeting of COMCEC akan diselenggarakan

pada tanggal 24-25 Agustus 2021. Pertemuan tersebut akan membahas

perkembangan dari masing-masing working group di COMCEC serta perkembangan

proyek-proyek di bawah COMCEC.

Kerjasama Internasional Indonesia: IUAE-CEPA, Indonesia-Bangladesh,

Indonesia-Pakistan, ICA-CEPA

Indonesia secara aktif terus mendorong kerjasama ekonomi dengan negara-negara

mitra di seluruh dunia. Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan mutual benefits

antar kedua belah pihak dalam mendukung penguatan ekonomi. Sampai saat ini

Indonesia telah mengupayakan beberapa kerjasama ekonomi internasional, antara

lain Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership

Agreement (IUAE-CEPA), Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership

Agreement (ICA-CEPA), Kerjasama Ekonomi Indonesia-Bangladesh, dan Indonesia-

Pakistan Trade in Goods Agreement (IP-TIGA).

Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership

Agreement

Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement

(IUAE-CEPA) adalah sebuah perjanjian bilateral antara Indonesia dan Uni Emirat Arab

yang sudah melewati proses pre-negotiation dan finalisasi Term of Reference (TOR).

Pre-negotiation IUAE-CEPA telah dilaksanakan pada 18-19 Mei 2021. Diharapkan

perjanjian ini dapat memperkuat perekonomian Indonesia dengan memperbaiki

struktur perdagangan antara Indonesia dan UEA, sehingga Indonesia bisa menjadi

pusat produksi produk halal untuk memasuki pasar regional dan global.

Pada tahun 2020, kontribusi ekspor Indonesia ke UEA sebesar 0,76 persen dari total

ekspor keseluruhan, sementara kontribusi impor Indonesia dari UEA mencapai 1,18

persen dari total impor keseluruhan. Pada tahun 2020, produk unggulan ekspor

Indonesia ke UEA adalah: 1) Lemak dan minyak hewani atau nabati dan produk

turunannya; lemak siap saji yang dapat dimakan; 2) Mesin dan perlengkapan elektris

serta bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi, dan

bagian serta aksesori dari barang tersebut; 3) Barang dari besi atau baja; 4) Kertas dan

kertas karton; barang dari bubur kertas, kertas atau kertas karton; dan 5) Mutiara alam

atau mutiara budidaya, batu mulia atau semi mulia, logam mulia. Produk unggulan

impor Indonesia dari UEA adalah: 1) Bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk

89

Perkembangan Ekonomi Indonesia

penyulingannya; zat bitumen; 2) Besi dan baja; 3) Plastik dan barang dari plastik; 4)

Bahan kimia organik; dan 5) Bahan kimia anorganik; senyawa organik atau anorganik

dari logam mulia dan dari logam tanah jarang.

Tabel 43. Produk Unggulan Ekspor dan Impor Indonesia-Korea Selatan 2020

Ekspor Impor

Produk Nilai

(ribu USD) Produk

Nilai

(ribu USD)

Lemak dan minyak hewani atau

nabati dan produk turunannya;

lemak siap saji yang dapat

dimakan

156.022 Bahan bakar mineral, minyak

mineral dan produk

penyulingannya; zat bitumen

1.133.685

Mesin dan perlengkapan

elektris serta bagiannya;

perekam dan pereproduksi

suara/gambar dan suara

televisi, dan bagian serta

aksesori dari barang tersebut

113.017 Besi dan baja 149.374

Barang dari besi atau baja 100.649 Plastik dan barang dari plastik 77.465

Kertas dan kertas karton;

barang dari bubur kertas,

kertas atau kertas karton

93.423 Bahan kimia organik 65.452

Mutiara alam atau mutiara

budidaya, batu mulia atau semi

mulia, logam mulia

92.270 Bahan kimia anorganik; senyawa

organik atau anorganik dari logam

mulia dan dari logam tanah jarang

57.327

Sumber: ITC Trademap (2021)

Perjanjian IUAE-CEPA diharapkan tidak

hanya meningkatkan ekspor, melainkan

juga investasi UEA di Indonesia, sehingga

dapat membawa kemajuan perekonomian

bagi Indonesia. Meskipun tren investasi

UEA di Indonesia memuncak pada tahun

2018, kemudian menurun dengan drastis

pada tahun 2020. Pada tahun 2020,

realisasi investasi dari UEA hanya mencapai

US$ 21,5 juta dengan sektor utama

investasi adalah Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan, diikuti dengan sektor

Listrik, Gas dan Air dan Industri Makanan.

Indonesia dan UEA secara aktif melakukan kerjasama bilateral. Memorandum of

Understanding kerjasama terbaru telah ditandatangani pada 15 Februari 2021 antara

Kementerian Koordinasi Bidang Maritim dan Investasi Indonesia dan Ministry of

Climate Change and Environment UEA terkait kerjasama bilateral untuk Program

Pengembangan Bakau.

Tabel 44. Perkembangan Investasi

Korea Selatan di Indonesia

Tahun Proyek Investasi (ribu USD)

2016 80 55.031,8

2017 77 26.624,9

2018 59 69.942,7

2019 77 69.733,0

2020 118 21.577,5

Sumber: Kementerian Investasi/BKPM

90

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 45. Perjanjian Internasional Indonesia-Korea Selatan

No. Perjanjian Internasional Tanggal & Tempat

Penandatangan Tanggal Berlaku Durasi

1 Memorandum of Understanding

between the Coordinating Ministry for

Maritime Affairs and Investment of the

Republic of Indonesia and the Ministry

of Climate Change and Environment of

the United Arab Emirates on Bilateral

Cooperation on Mangrove

Development Program

Jakarta - Monday,

15 February 2021

15 February 2021 five (5) years

2 Memorandum of Understanding

between the Ministry of Religious

Affairs of the Republic of Indonesia and

the General Authority of Islamic Affairs

and Endowments of the United Arab

Emirates on Cooperation in the Field of

Islamic Affairs and Endowments

Abu Dhabi -

Sunday, 12 January

2020

12 January 2020 5 (five) years

3 Memorandum of Understanding

between the Ministry of Health of the

Republic of Indonesia and the Ministry

of Health and Prevention of the United

Arab Emirates on Health Cooperation

Abu Dhabi -

Sunday, 12 January

2020

12 January 2020 3 (three)

years

4 Memorandum of Understanding

between the Ministry of Agriculture of

the Republic of Indonesia and the

Ministry of Climate Change and

Environment of the United Arab

Emirates regarding Cooperation in

Agriculture and Food Diversification

Abu Dhabi -

Sunday, 12 January

2020

12 January 2020 10 (ten)

years

5 Memorandum of Understanding

between the National Counter

Terrorism Agency of the Republic of

Indonesia and the National Intelligence

Service of the United Arab Emirates on

Counter-Terrorism Cooperation

Abu Dhabi -

Sunday, 12 January

2020

12 January 2020 10 (ten)

years

6 Memorandum of Understanding

between the Ministry of Education and

Culture of the Republic of Indonesia

and the Ministry of Education of the

United Arab Emirates on Cooperation in

the Field of Education

Abu Dhabi -

Sunday, 12 January

2020

12 January 2020 (five) years

7 Memorandum of Understanding

between the Ministry of Education and

Culture of the Republic of Indonesia

and the Ministry of Culture and

Knowledge Development of the United

Arab Emirates on Cultural Cooperation

Bogor -

Wednesday, 24 July

2019

24 July 2019 5 (five) years

91

Perkembangan Ekonomi Indonesia

No. Perjanjian Internasional Tanggal & Tempat

Penandatangan Tanggal Berlaku Durasi

8 Memorandum of Understanding

between the Government of the

Republic of Indonesia and the

Government of the United Arab

Emirates on the Establishment of a Joint

Committee for Consular Affairs

Bogor -

Wednesday, 24 July

2019

24 July 2019 This MoU

shall be valid

until

terminated

by either

Party

9 Memorandum of Understanding

between Ministry of Industry of the

Republic of Indonesia and Ministry of

Energy and Industry of the United Arab

Emirates on Industrial Cooperation

Bogor -

Wednesday, 24 July

2019

24 July 2019 3 (three)

years

10 Memorandum of Understanding

between the Government of the

Republic of Indonesia and the

Government of the United Arab

Emirates on Marine and Fisheries

Cooperation

Bogor -

Wednesday, 24 July

2019

24 July 2019 3 (three)

years

Sumber: Kementerian Luar Negeri (2021)

Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement

Indonesia dan Kanada sepakat untuk memulai negosiasi kerjasama Indonesia-Canada

Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), yang diformalkan

melalui penandatanganan joint statement secara virtual pada 20 Juni 2021 oleh

Menteri Perdagangan Indonesia dan Menteri Usaha Kecil, Promosi Ekspor dan

Perdagangan Internasional Kanada. Pelaku usaha kedua negara akan mendapatkan

manfaat, diantaranya berbagai pos tarif yang akan dieliminasi, kemudahan prosedur

kepabeanan, fasilitas perdagangan, trade remedies, mobilisasi jasa/tenaga kerja,

maupun kemudahan investasi. Kanada merupakan pasar potensial bagi Indonesia,

dengan penduduk berjumlah 38,2 juta jiwa. Namun, pada tahun 2020, nilai total

perdagangan Indonesia-Kanada mencapai USD2,4 miliar, menurun sebesar 10,8

persen dibandingkan tahun 2019. Pada periode Januari-April 2021, nilai total

perdagangan kedua negara mengalami kenaikan sebesar 14,4 persen. ICA-CEPA

diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerjasama antar bisnis di kedua negara

dan membuka akses Indonesia ke pasar Amerika Serikat dan Meksiko, sehingga

Indonesia dapat bersaing dengan negara di kawasan Asia Tenggara lainnya seperti

Thailand dan Vietnam.

Kerjasama Ekonomi Indonesia-Bangladesh

Pada tanggal 29 April 2021, Kementerian Luar Negeri telah melakukan Pertemuan

Pertama Konsultasi Bilateral (Foreign Office Consultation/FOC) Indonesia–Bangladesh

secara virtual. Pertemuan FOC sepakat untuk mendorong penyelesaian Indonesia-

Bangladesh Preferential Trade Agreement (PTA) dan peningkatan kerja sama ekonomi,

serta potensi kerja sama industri halal, kesehatan, farmasi dan pertahanan, sekaligus

92

Perkembangan Ekonomi Indonesia

proses penguatan kerja sama di sektor energi dan infrastruktur, serta industri strategis

lainnya. Kesepakatan penting lain yang dihasilkan adalah penandatanganan MoU

kerjasama peningkatan kapasitas diplomatik RI-Bangladesh antara Pusdiklat Kemlu RI

dan Foreign Service Academy Bangladesh. FOC telah membahas 8 draft MoU di

berbagai bidang yg disepakati untuk dapat secepatnya diselesaikan. Kedua pihak juga

membahas isu-isu regional dan global yang menjadi perhatian bersama, khususnya

dukungan Indonesia dan ASEAN dalam masalah pengungsi Rohingya, pertukaran best

practices dalam penanganan dampak pandemi Covid-19, dan penguatan kerja sama

dalam berbagai forum internasional. Bangladesh merupakan mitra dagang

penyumbang surplus kedua terbesar Indonesia di kawasan Asia Selatan setelah India.

Dalam 5 tahun terakhir, neraca perdagangan kedua negara rata-rata mencapai

USD1,5 miliar. Bahkan, di tengah pandemi mencapai surplus USD1,6 miliar dengan

nilai perdagangan sebesar USD1,76 miliar di mana minyak kelapa sawit sebagai

komoditas ekspor utama RI ke Bangladesh.

Indonesia-Pakistan Trade in Goods Agreement

Indonesia dan Pakistan melaksanakan putaran kedua perundingan Indonesia-

Pakistan Trade in Goods Agreement (IP-TIGA) pada tanggal 28-29 April 2021 setelah

tertunda akibat pandemi Covid-19. Pakistan, yang merupakan negara dengan

penduduk terbesar nomor 5 di dunia, menjadi pasar yang menjanjikan bagi produk

Indonesia. Dalam pertemuan putaran kedua tersebut, dilakukan pembahasan awal

teks perjanjian dan modalitas perundingan IP–TIGA. Diharapkan dengan adanya

perjanjian IP-TIGA, perdagangan bilateral antara Indonesia dan Pakistan dapat

tumbuh, dan ekspor dari Indonesia menuju Pakistan akan meningkat. Pada tahun

2020, total ekspor Indonesia menuju Pakistan mencapai USD 2,3 miliar, dengan total

volume perdagangan sebesar USD 2,5 miliar.

Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia

Tabel 46. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993

2 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade

Agreement

Signed and In Effect 2010

3 ASEAN-Canada FTA Proposed/Under

consultation and study

2017

4 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2015

5 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade

Agreement

Proposed/Under

consultation and study

2016

6 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed and In Effect 2019

7 ASEAN-India Comprehensive Economic

Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2010

93

Perkembangan Ekonomi Indonesia

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

8 ASEAN-Japan Comprehensive Economic

Partnership

Signed and In Effect 2008

9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2009

10 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive

Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2005

11 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive

Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2007

12 Indonesia - Australia Comprehensive Economic

Partnership Agreement

Signed and In Effect 2020

13 Comprehensive Economic Partnership for East Asia

(CEPEA/ASEAN+6)

Proposed/Under

consultation and study

2005

14 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/Under

consultation and study

2004

15 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/Under

consultation and study

2014

16 India-Indonesia [RP8] [B9] Comprehensive

Economic Cooperation Arrangement

Negotiations launched 2011

17 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed and In Effect 2019

18 Indonesia-Colombia Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2019

19 Indonesia-Eurasian Economic Union Proposed/Under

consultation and study

2016

20 Indonesia-European Free Trade Association Free

Trade Agreement

Signed but not yet In Effect 2018

21 Indonesia-European Union Comprehensive

Economic Partnership Agreement

Negotiations launched 2016

22 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade

Agreement

Proposed/Under

consultation and study

2018

23 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008

24 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2018

25 Indonesia-Morocco Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2019

26 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2019

27 Indonesia-Nigeria Preferential Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2017

28 Indonesia-Pakistan Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013

29 Indonesia-Peru FTA Proposed/Under

consultation and study

2014

30 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2020

31 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2018

32 Indonesia-Sri Lanka Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2018

33 Indonesia-Taipei,China FTA Proposed/Under

consultation and study

2011

34 Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2018

35 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017

36 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

2016

94

Perkembangan Ekonomi Indonesia

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

37 Indonesia-United States Free Trade Agreement Proposed/Under

consultation and study

1997

38 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight

Developing Countries

Signed and In Effect 2011

39 Regional Comprehensive Economic Partnership Signed but not yet In Effect 2020

40 Trade Preferential System of the Organization of

the Islamic Conference

Signed but not yet In Effect 2014

41 Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive

Economic Partnership Agreement

Pre-Negotiation

Consultation

2021

Sumber: Asia Regional Integration Center

Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Mitra Free Trade Agreement (FTA)

Indonesia memiliki perjanjian perdagangan bebas kawasan: kawasan Asia Timur,

Kawasan Asia Tenggara, kawasan Asia Selatan, kawasan Amerika Selatan, kawasan

Eropa, kawasan Oceania, kawasan Afrika, dan kawasan Timur Tengah. Berdasarkan

kawasan, kinerja perdagangan Indonesia didominasi pada kawasan Asia Timur dan

kawasan Asia Tenggara. Ekspor Indonesia ke negara mitra FTA di kawasan Asia Timur

pada triwulan II tahun 2021 mencapai 38,17 persen dari total ekspor Indonesia ke

dunia. Pada saat yang sama, Indonesia juga mengimpor 45,86 persen dari total impor

Indonesia dari negara-negara tersebut. Selanjutnya, negara-negara mitra FTA di

kawasan Asia Tenggara pada triwulan II tahun 2021 berkontribusi terhadap 24,83

persen dari total ekspor Indonesia, dan 22,71 persen dari impor Indonesia.

Tabel 47. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA

Kawasan / Negara

Q2-2020 Q2-2021

Ekspor Impor Ekspor Impor

(juta USD)

Indonesia terhadap Dunia 41.760,9 39.169,0 48.904,3 43.382,4

KAWASAN ASIA TIMUR

Jepang 3.018,2 2.512,7 3.877,1 3.433,7

Korea Selatan 1.539,0 1.393,7 2.085,5 2.247,9

Tiongkok 7.407,1 9.270,5 12.236,7 13.447,5

Hong Kong 562,5 595,4 466,5 764,5

Share terhadap total 30.00% 35,16% 38,17% 45,86%

KAWASAN ASIA TENGGARA

Thailand 943,2 1.488,4 1.850,9 2.219,1

Singapura 2.180,2 2.614,2 2.912,4 3.946,9

Filipina 1.033,2 99,9 2.032,8 289,5

Malaysia 1.521,7 1.145,2 3.074,9 2.218,0

Myanmar 235,6 46,9 255,0 49,3

Kamboja 116,4 10,2 138,4 11,1

Brunei Darussalam 25,2 21,8 42,6 78,6

Laos 0,9 6,4 1,4 9,9

95

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Kawasan / Negara

Q2-2020 Q2-2021

Ekspor Impor Ekspor Impor

(juta USD)

Vietnam 957,0 586,6 1.832,2 1.031,1

Share terhadap total 16,79% 15,37% 24,83% 22,71%

KAWASAN ASIA SELATAN

India 1.771,2 787,9 2.767,9 1.808,7

Pakistan 434,1 46,1 830,8 42,0

Bangladesh 202,2 8,4 586,9 26,2

Share terhadap total 5,76% 2,15% 8,56% 4,33%

KAWASAN AMERIKA SELATAN

Chili 30,0 35,6 51,9 52,9

Share terhadap total 0,07% 0,09% 0,11% 0,12%

KAWASAN EROPA

Turki 206,8 70,7 461,4 114,3

Share terhadap total 0,50% 0,18% 0,94% 0,26%

KAWASAN AFRIKA

Mesir 216,9 28,3 305,1 36,3

Nigeria 74,1 106,8 121,5 633,5

Share terhadap total 0,70% 0,34% 0,87% 1,54%

KAWASAN OCEANIA

Australia 624,1 972,3 809,6 2.160,6

Selandia Baru 92,0 211,0 179,6 253,4

Share terhadap total 1,71% 3,02% 2,02% 5,56%

KAWASAN TIMUR TENGAH

Iran 92,0 211,0 179,6 253,4

Share terhadap total 0,22% 0,54% 0,37% 0,58%

Sumber: Kementerian Perdagangan

Sedangkan, berdasarkan FTA yang dimiliki Indonesia, kontribusi terbesar dalam

perkembangan perdagangan Indonesia melibatkan negara ASEAN, yang

berkontribusi lebih dari 10 persen total ekspor dan impor Indonesia. FTA dengan

kontribusi terbesar pada tahun 2021 adalah ASEAN-People’s Republic of China

Comprehensive Economic Cooperation Agreement. Ekspor Indonesia yang dilakukan

dengan memanfaatkan perjanjian tersebut pada triwulan II tahun 2021 mencapai 31,9

persen dari total ekspor Indonesia ke dunia. Pada saat yang sama, Indonesia juga

mengimpor 30,5 persen dari total impor Indonesia melalui perjanjian tersebut.

96

Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 48. Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia

terhadap Total Perdagangan Indonesia dengan Dunia berdasarkan FTA

FTA

2019 2020

Ekspor Impor Ekspor Impor

(persen)

ASEAN FTA 8,67 7,28 15,89 12,90

ASEAN-Australia and New Zealand

FTA

9,56 8,71 17,19 16,06

ASEAN-Hong Kong, China FTA 9,37 8,00 16,50 13,90

ASEAN-India CECA 10,87 8,23 19,52 15,27

ASEAN-Japan CEP 12,41 10,31 20,97 17,39

ASEAN-People's Republic of China

CECA

17,84 18,48 31,91 30,50

ASEAN-Republic of Korea CECA 10,58 8,96 18,62 15,84

Indonesia-Australia CEPA 1,49 2,48 1,66 4,98

Indonesia-Chile FTA 0,04 0,04 0,07 0,07

Indonesia-Japan EPA 3,73 3,04 5,08 4,50

Indonesia-Pakistan FTA 0,54 0,06 1,09 0,05

Preferential Tariff Arrangement-

Group of Eight Developing Countries

3,34 1,70 7,10 4,03

Sumber: Kementerian Perdagangan

97

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

98

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

IMF mempertahankan perkiraan

pertumbuhan ekonomi global tahun

2021 pada level 6,0 persen. Meski

proyeksi pertumbuhan global tidak

berubah, namun IMF menaikkan proyeksi

pertumbuhan Amerika Serikat dan negara

maju lainnya, serta menurunkan proyeksi

pertumbuhan negara-negara berkembang

yang sedang menghadapi lonjakan kasus

Covid-19. Peningkatan proyeksi negara

maju didorong oleh kemudahan akses

terhadap vaksin dan stimulus fiskal

berkelanjutan, sementara negara

berkembang menghadapi tekanan baik

dari vaksinasi maupun stimulus fiskal.

IMF secara signifikan menaikkan proyeksi pertumbuhan AS untuk tahun 2021 dan

2022, masing-masing menjadi 7,0 persen dan 4,9 persen. Proyeksi ini mengasumsikan

bahwa Kongres akan menyetujui anggaran sebesar USD4 triliun yang diusulkan oleh

Presiden Amerika Serikat untuk infrastruktur, pendidikan, dan bantuan bagi keluarga.

Penyaluran stimulus Amerika Serikat dan meluasnya proses vaksinasi diperkirakan

akan memicu peningkatan pertumbuhan global menjadi 4,9 persen pada 2022.

Inggris mengalami peningkatan perkiraan tertinggi diantara negara maju lainnya,

menjadi 7,0 persen pada 2021 karena perekonomiannya dianggap mampu berdaptasi

lebih baik terhadap lockdown. Meski harus menunda langkah terakhir untuk

membuka kembali aktivitas ekonominya, namun perekonomiannya masih bergerak

stabil. Program vaksinasi di Inggris juga telah berjalan baik dan mampu menurunkan

tingkat perawatan di rumah sakit akibat Covid-19.

Perkiraan pertumbuhan Kawasan Euro dinaikkan terbatas menjadi 4,7 persen pada

2021 sejalan dengan peningkatan kasus. Meski begitu, sebagian negara

Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan

Beberapa Negara

Kawasan 2021 2022

Negara Maju

Amerika Serikat 7,0 4,9

Kawasan Euro 4,6 4,3

Jerman 3,6 4,1

Inggris 7,0 4,8

Jepang 2,8 3,0

Negara Berkembang

Tiongkok 8,1 5,7

India 9,5 8,5

ASEAN-5 4,3 6,3

Brazil 5,3 1,9

Meksiko 6,3 4,2

Afrika Selatan 4,0 2,2

Global 6,0 4,9

Sumber: IMF, World Economic Outlook,

Juli 2021

BAB III

PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI

99

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

mengisyaratkan akan melanjutkan pelonggaran restriksi. Proyeksi pertumbuhan

Jerman dan Perancis tahun 2021 tidak berubah, Italia dinaikkan menjadi 4,9 persen,

sementara Spanyol diturunkan menjadi 6,2 persen.

Perkiraan pertumbuhan Jepang diturunkan menjadi 2,8 persen pada 2021 karena

restriksi yang ketat pada paruh pertama 2021 dan kasus Covid-19 yang kembali

meningkat. Jepang diprediksi mengalami rebound yang lebih tinggi pada paruh

kedua 2021, seiring dengan berlanjutnya program vaksinasi dan pembukaan kembali

aktivitas ekonomi. Selain Jepang, proyeksi Tiongkok juga diturunkan menjadi 8,1

persen yang dipicu oleh pengurangan investasi publik dan stimulus fiskal secara

keseluruhan.

Akibat gelombang kedua kasus Covid-19 yang terjadi sepanjang Maret-Mei, India

mengalami penurunan proyeksi terdalam mencapai 3 persen poin menjadi 9,5 persen

pada 2021. Gelombang baru menyebabkan pemberlakuan restriksi yang sangat ketat

dan pemulihan diperkirakan melambat.

IMF juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina,

Thailand, dan Vietnam) untuk tahun 2021 yang dipicu oleh peningkatan kasus harian

baru yang mendorong peningkatan restriksi, sehingga kembali menurunkan aktivitas

ekonomi. Proyeksi pertumbuhan Indonesia diturunkan menjadi 3,9 persen untuk

tahun 2021.

Sementara itu, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menaikkan proyeksi

pertumbuhan ekonomi Singapura tahun 2021 menjadi 6,0-7,0 persen. Diimbangi

dengan pertimbangan akan peningkatan ketidakpastian ekonomi global seiring

dengan peningkatan kasus Covid-19 varian Delta, serta kondisi domestik. Pada

semester I tahun 2021, ekonomi tumbuh lebih kuat dari perkiraan didukung situasi

Covid-19 yang lebih stabil sejalan dengan progres program vaksin yang semakin

meluas. Perekonomian Singapura diprediksi tetap dalam laju pemulihan pada paruh

akhir tahun berjalan, didukung oleh sektor dengan orientasi ekspor.

Berdasarkan proyeksi Bank Dunia yang dirilis April 2021, harga komoditas

secara umum diproyeksi meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi. Baik

harga komoditas energi, pertanian, maupun logam dasar diproyeksi menguat. Untuk

tahun 2021, harga minyak mentah diprediksi kembali menguat sejalan dengan

pemulihan ekonomi di berbagai negara sehingga mendorong permintaan. Namun,

harga beberapa komoditas pertanian seperti udang dan daging sapi diproyeksi

mengalami sedikit penurunan.

Permintaan minyak mentah diproyeksi menguat pada tahun 2021 sejalan dengan

pemulihan ekonomi dan vaksinasi yang semakin meluas. Permintaan minyak mentah

diprediksi kembali pada level pra pandemi pada tahun 2023. Harga rata-rata minyak

100

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

mentah diperkirakan sebesar USD56 per barel pada tahun 2021, lebih tinggi

dibandingkan proyeksi sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan konsistensi

penurunan produksi minyak OPEC+ pada tahun 2021.

Peningkatan permintaan juga

diproyeksikan terjadi pada komoditas gas

alam dan batu bara terutama permintaan

dari Asia. Namun, pasokan diproyeksi

tidak tumbuh signifikan. Harga gas alam

diproyeksi menguat pada 2021 dengan

peningkatan tertinggi pada harga

komoditas dari Eropa. Produksi gas alam

di Amerika Serikat diprediksi stagnan,

sementara di negara lain diproyeksi

meningkat sejalan dengan relaksasi

pembatasan aktivitas. Harga gas alam

diproyeksi bergerak stabil hingga tahun

2022. Sementara itu, harga batu bara

diproyeksi meningkat hingga 30 persen.

Harga komoditas pertanian diproyeksi

semakin menguat sejalan dengan turunnya risiko fenomena alam yang mengancam

produksi pertanian. Peningkatan harga komoditas pertanian juga terpengaruh pada

peningkatan harga energi dan pupuk yang meningkatkan biaya produksi. Namun,

penguatan harga komoditas pertanian diproyeksi tertahan oleh penguatan nilai tukar

dolar AS.

Harga kapas diproyeksi meningkat 23 persen (YoY) pada tahun 2021, didorong oleh

peningkatan permintaan global terutama dari Tiongkok dan India sejalan dengan

peningkatan aktivitas produksi tekstil di kedua negara. Peningkatan herga kapas juga

didorong oleh pasokan yang lebih rendah. Produksi global diproyeksikan turun 8

persen terutama di Amerika Serikat, India, dan Pakistan disebabkan oleh turunnya

penanaman.

Peningkatan permintaan juga terjadi pada komoditas karet sejalan dengan aktivitas

manufaktur terutama industri penghasil ban kembali berjalan. Di sisi lain,

pertumbuhan pasokan masih tertahan oleh ketersediaan pekerja di beberapa negara

akibat pembatasan perbatasan. Kondisi tersebut akan mendorong harga karet naik

30 persen lebih tinggi pada tahun 2021.

Komoditas logam industri diproyeksi meningkat 30 persen pada tahun 2021.

Peningkatan harga logam industri telah dimulai sejak triwulan I tahun 2021 dan

Tabel 50. Proyeksi Harga Komoditas

Global

Komoditas Unit 2021 2022

Energi

Batu Bara USD/mt 78,0 76,1

Minyak

Mentah

USD/bbl 56,0 60,0

Gas Alam,

Eropa

USD/mmbtu 5,5 5,6

Non Energi

Minyak

Kelapa

Sawit

USD/mt 975 983

Karet USD/kg 2,25 2,25

Tembaga USD/mt 8.500 7.500

Emas USD/toz 1.700 1.600

Sumber: World Bank, Commodity Markets

Outlook, April 2021

101

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

diprediksi terus menguat sepanjang tahun. Harga nikel diproyeksi meningkat 20

persen menjadi USD16.500 per metrik ton pada tahun 2021. Pada tahun 2022

diproyeksi turun menjadi USD16.500 per metrik ton.

Selain nikel, harga timah juga diproyeksi naik 46 persen dibandingkan tahun 2020

menjadi USD25.000 per metrik ton. Namun, peningkatan harga akan mereda seiring

dengan peningkatan produksi. Prospek permintaan timah dinilai cukup baik dengan

kegunaan yang cukup luas pada semikonduktor, photovoltaics, otomotif, dan baterai

litium-ion.

Harga bijih besi yang diproyeksi meningkat 24 persen menjadi USD135 per dmt

sejalan dengan peningkatan permintaan terutama dari Tiongkok sebagai bahan baku

produksi baja. Peningkatan atau turunnya impor bijih besi oleh Tiongkok sangat

berpengaruh bagi eksportir.

Perkembangan harga komoditas emas diprediksi turun 4,0 persen pada 2021 menjadi

USD1.700 per troy ons. Melemahnya harga emas dipengaruhi oleh pemulihan

ekonomi global yang menyebabkan permintaan pada komoditas emas menurun.

Selain itu, produksi hasil pertambangan juga mengalami rebound dan berlanjut

hingga tahun 2022. Pada tahun 2022 harga emas diproyeksi melanjutkan penurunan.

3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan mengalami pemulihan,

didorong pemulihan aktivitas global dan domestik. Setelah mengalami pemulihan

pada triwulan II tahun 2021, ekonomi Indonesia diperkirakan kembali mengalami

perlambatan pada triwulan III tahun 2021 seiring dengan implementasi PPKM di

beberapa wilayah setelah terjadi peningkatan kasus harian Covid-19. Meski demikian,

ekonomi diperkirakan kembali mengalami rebound pada triwulan IV tahun 2021

seiring dengan penanganan pandemi

yang lebih baik yang mendorong

pembukaan aktivitas yang lebih luas.

Dengan demikian, pertumbuhan

ekonomi pada akhir tahun 2021

diperkirakan mencapai 3,5 – 4,3 persen.

Target ini sejalan dengan proyeksi

pertumbuhan konsensus ekonom

market maupun lembaga internasional

seperti IMF, World Bank, OECD, dan

ADB. Optimisme pemulihan ekonomi

berasal dari pemulihan konsumsi

rumah tangga dan perbaikan ekspor

Tabel 51. Konsensus Proyeksi

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Lembaga 2021

IMF1) 3,9

World Bank2) 4,4

OECD3) 4,7

ADB4) 4,1

Bloomberg5) 3,8

Bappenas6) 3,5 – 4,3

Sumber: 1)World Economic Outlook Juli 2021 2)Global Economic Prospects World Bank Juni

2021 3)OECD Economic Outlook Mei 2021 4)Asian Development Outlook Juli 2021 5)Indonesia Economic Forecast Agustus 2021 6)Outlook Agustus 2021

102

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

yang signifikan, tetapi untuk mencapai batas atas kisaran outlook pertumbuhan 2021,

perlu dorongan khususnya untuk pemulihan konsumsi yang lebih cepat. Meski

demikian, target pemulihan tersebut berpotensi mengalami penurunan seiring

dengan masih besarnya downside risk yang dihadapi, terutama berasal dari masih

adanya potensi peningkatan kasus Covid-19 yang akan menghambat pemulihan

ekonomi global dan domestik, perlambatan proses vaksinasi, tertahannya akselerasi

belanja pemerintah, serta permanent scar yang dirasakan oleh tenaga kerja dan

perusahaan.

Dari sisi pengeluaran, keberhasilan

pengendalian Covid-19 dan kebijakan

penanganannya akan menjadi kunci

peningkatan keyakinan masyarakat

serta dunia usaha yang kemudian dapat

meningkatkan komponen

pertumbuhan. Pemulihan keyakinan

masyarakat juga bergantung pada

proses vaksinasi. Sementara itu,

pemberlakuan PPKM sempat

berpengaruh terhadap perlambatan

vaksinasi harian dan pasokan vaksin sempat tersendat di beberapa provinsi. Meski

demikian, apabila gelombang kedua peningkatan kasus harian Covid-19 dapat

ditangani dengan baik serta proses vaksinasi kembali berjalan lebih cepat dengan laju

harian yang terjaga di level satu juta per hari, maka akselerasi konsumsi dapat berjalan

lebih cepat. Selain itu, penyaluran bansos yang kembali mengalami akselerasi setelah

sempat mengalami perlambatan juga diharapkan dapat mendorong konsumsi

masyarakat.

Kinerja ekspor diperkirakan akan terus mengalami akselerasi seiring dengan

pemulihan ekonomi global yang lebih cepat utamanya perekonomian negara maju

dan mitra utama Indonesia yaitu Tiongkok. Harga komoditas yang tinggi juga

berpotensi memberikan dampak positif tidak hanya terhadap terhadap kinerja

ekspor, tetapi juga konsumsi, investasi, dan pendapatan negara. Terlepas dari

pandemi Covid-19, kepastian terkait keberlanjutan perang dagang antara Amerika

Serikat dan Tiongkok ke depannya juga akan berdampak pada kinerja perdagangan,

mengingat tingginya eksposur perekonomian Indonesia terhadap kedua negara

tersebut. Meski demikian, optimalisasi pemanfaatan beberapa perjanjian

perdagangan di tingkat regional (ASEAN dan ASEAN+1) maupun bilateral (seperti

Australia, Jepang, Pakistan dan Chile) diharapkan mampu mendorong kinerja ekspor

Indonesia. Selain itu, beberapa perjanjian perdagangan lain yang masih dalam proses

ratifikasi (seperti Indonesia-EFTA CEPA dan Indonesia-Korea CEPA) diupayakan untuk

Tabel 52. PDB Berdasarkan Pengeluaran

Komponen

Pengeluaran 2020 2021

Konsumsi RT -2,6 2,8 – 3,0

Konsumsi LNPRT -4,3 1,2 – 1,3

Konsumsi

Pemerintah 1,9 5,2 – 5,4

PMTB/Investasi -4,9 2,2 – 2,8

Ekspor -7,7 17,0 – 18,1

Impor -14,7 16,8 – 17,0

PDB -2,1 3,5 – 4,3

Sumber: BPS (2021), Outlook Bappenas

(Agustus 2021)

103

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

segera diselesaikan, agar dapat dimanfaatkan dan membuka peluang pasar ekspor

yang lebih luas bagi Indonesia.

Investasi juga diperkirakan mengalami peningkatan, baik dari sisi pemerintah maupun

swasta. Peningkatan alokasi belanja modal seiring dengan berlanjutnya proyek

infrastruktur dasar atau konektivitas yang sempat tertunda pada tahun 2020 dan

pengadaan peralatan dalam rangka memberikan stimulus ke perekonomian akan

membantu peningkatan investasi pemerintah. Sedangkan, impor barang modal dan

bahan baku yang terus mengalami akselerasi memberikan sinyal pemulihan investasi

swasta. Lonjakan harga komoditas juga diharapkan mampu mendorong peningkatan

investasi swasta khususnya di sektor pertambangan. Hal ini karena selama ini

pergerakan indeks harga komoditas utamanya batu bara berkorelasi dengan

pertumbuhan investasi kendaraan, utamanya alat berat.

Keberlanjutan stimulus fiskal dan moneter juga menjadi kunci dalam mendukung

proses pemulihan yang lebih stabil. Dari sisi fiskal, defisit fiskal akan dipertahankan di

atas tiga persen terhadap PDB hingga tahun 2022. Perluasan stimulus PEN dan

program vaksinasi diperkirakan akan mendorong tingginya konsumsi pemerintah

pada tahun 2021. Selain itu, akselerasi belanja pemerintah juga perlu dilakukan,

terutama di daerah, dengan fokus untuk membantu peningkatan konsumsi

masyarakat. Dari sisi moneter, Bank Indonesia akan mempertahankan kebijakan suku

bunga yang rendah hingga adanya sinyal peningkatan inflasi.

Dari sisi lapangan usaha, pemulihan

diperkirakan terjadi di semua sektor.

Sektor paling terdampak negatif

pandemi Covid-19 pada tahun 2020

seperti sektor perdagangan,

transportasi dan pergudangan, serta

penyediaan akomodasi dan makan

minum diperkirakan akan berangsur

pulih. Hal ini sejalan dengan

berangsur pulihnya kondisi

perekonomian global dan domestik,

terutama dari sisi peningkatan

mobilitas masyarakat dan

peningkatan keyakinan konsumen.

Sektor pertanian diperkirakan akan

kembali ke pertumbuhan normal

sejalan dengan berakhirnya risiko

fenomena La Nina dan cuaca

Tabel 53. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha

Komponen 2020 2021

Pertanian 1,8 1,9 – 2,7

Pertambangan -2,0 1,5 – 1,8

Industri Pengolahan -2,9 3,2 – 4,0

Pengadaan Listrik -2,3 4,3 – 5,1

Pengadaan Air 4,9 4,7 – 5,4

Konstruksi -3,3 3,3 – 3,9

Perdagangan -3,7 4,0 – 4,5

Transportasi -15,0 6,7 – 7,8

Akomodasi -10,2 7,5 – 8,2

Infokom 10,6 6,0 – 6,8

Jasa Keuangan 3,2 3,1 – 3,9

Real Estate 2,3 2,1 – 3,0

Jasa Perusahaan -5,4 3,3 – 4,1

Administrasi Pemerintah -0,03 3,3 – 4,0

Jasa Pendidikan 2,6 3,5 – 4,2

Jasa Kesehatan 11,6 7,5 – 8,3

Jasa Lainnya -4,1 5,2 – 6,0

PDB -2,1 3,5 – 4,3

Sumber: BPS (2021), Outlook Bappenas

(Agustus 2021)

104

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

diperkirakan normal setelah triwulan I tahun 2021. Sektor pertanian juga merupakan

salah satu sektor esensial yang akan mampu tumbuh positif sepanjang 2021.

Sementara itu, dorongan pemulihan sektor pertambangan diperkirakan akan berasal

terutama dari produksi nikel, pulihnya permintaan global utamanya dari Tiongkok,

dan peningkatan harga komoditas.

Industri pengolahan diperkirakan berangsur pulih sepanjang 2021 karena sektor ini

menunjukkan indikasi yang baik dengan mulai dapat beradaptasi terhadap pandemi.

Hal ini tercermin dari akselerasi Indeks PMI Manufaktur di tengah di tengah tekanan

mobilitas. Optimisme pemulihan permintaan baik global dan domestik juga

memberikan sinyal positif terhadap pemulihan di sektor ini.

Sektor informasi dan komunikasi serta jasa kesehatan sebagai dua sektor esensial

diperkirakan masih akan tumbuh tinggi pada tahun 2021, didorong oleh tingginya

permintaan masyarakat.

105

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

POLICY BRIEF

Saatnya Produk Indonesia Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Oleh: Imarita Trihanda

LATAR BELAKANG

Pandemi Covid–19 yang melanda seluruh dunia, berdampak pada seluruh bidang

kehidupan termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan berbagai

pembatasan kegiatan fisik saat ini, memaksa UMKM untuk tetap bisa bertahan hidup

dan menjalankan kegiatannya.

Permasalahan yang dihadapi UMKM antara lain terkait dengan kegiatan pemasaran.

Kontribusi perkembangan teknologi informasi yang saat ini sedang berkembang, di

antaranya penerapan jaringan internet dapat digunakan sebagai media promosi dan

transaksi dalam pemasaran. Internet merupakan salah satu contoh teknologi

informasi dan komunikasi yang hadir karena adanya kebutuhan manusia untuk selalu

bergerak cepat, praktis, efisien, dan dinamis. Pemasaran online (digital marketing),

sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan informasi produk-produk UMKM,

diharapkan dapat mengatasi keterbatasan dalam melakukan transaksi penjualan

produk-produk UMKM dan dapat menciptakan sistem penjualan yang lebih efektif

dan efisien.

Kebijakan Pemerintah bagi UMKM

UMKM merupakan pilar penting dalam perekonomian Indonesia. Pandemi Covid-19

mengubah perilaku konsumen dan peta kompetisi bisnis yang perlu diantisipasi oleh

para pelaku usaha akibat adanya pembatasan kegiatan. Konsumen lebih banyak

melakukan aktivitas di rumah dengan memanfaatkan teknologi digital. Berdasarkan

Katadata Insight Center (KIC), mayoritas UMKM (82,9 persen) merasakan dampak

negatif dari pandemi ini dan hanya sebagian kecil (5,9 persen) yang mengalami

pertumbuhan positif.

Hasil survei dari BPS, Bappenas, dan World Bank menunjukkan bahwa pandemi Covid-

19 menyebabkan banyak UMKM kesulitan melunasi pinjaman serta membayar

tagihan listrik, gas, dan gaji karyawan. Beberapa di antaranya harus melakukan PHK.

Kendala lain yang dialami UMKM, antara lain sulitnya memperoleh bahan baku,

permodalan, pelanggan menurun, distribusi dan produksi terhambat.

Dari 64,19 juta UMKM di Indonesia, sebanyak 64,13 juta masih merupakan UMKM

yang masih berada di sektor informal sehingga perlu didorong untuk bertransformasi

ke sektor formal. Indonesia juga masih memiliki permasalahan perizinan yang rumit

106

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

dengan banyaknya regulasi pusat dan daerah atau hiper-regulasi yang mengatur

perizinan di berbagai sektor yang menyebabkan disharmoni, tumpang tindih, tidak

operasional, dan sektoral.

Gambar 52. Tabel Input-Output

Sumber: Coronavirus (Covid-19): SME Policy Responses© OECD 2020

Sedangkan perubahan lanskap industri dan peta kompetisi baru ditandai dengan

empat karakeristik bisnis yaitu Hygiene, Low-Touch, Less-Crowd, dan Low-Mobility.

Perusahaan yang sukses di era pandemi merupakan perusahaan yang dapat

beradaptasi dengan 4 karakteristik tersebut.

UMKM harus memanfaatkan platform digital termasuk media sosial untuk

mendukung perkembangan usahanya, serta mempermudah akses pada pembiayaan,

distribusi, dan pemasaran produknya. Dengan begitu, pelaku usaha termasuk UMKM

perlu untuk lebih adaptif, kreatif dan inovatif menciptakan produk yang sesuai

dengan selera dan kebutuhan pasar. Mereka juga dapat menumbuh-kembangkan

berbagai gagasan/ide usaha baru yang juga dapat berkontribusi sebagai pemecah

persoalan sosial-ekonomi masyarakat akibat dampak pandemi (social

entrepreneurship).

Sementara itu, Pemerintah berupaya menyediakan sejumlah stimulus melalui

kebijakan restrukturisasi pinjaman, tambahan bantuan modal, keringanan

pembayaran tagihan listrik, dan dukungan pembiayaan lainnya. Pemerintah telah

menyediakan insentif dukungan bagi UMKM melalui program Pemulihan Ekonomi

Nasional (PEN) pada tahun 2020 dan dilanjutkan pada tahun 2021. Realisasi PEN

untuk mendukung UMKM sebesar Rp112,8 triliun telah tersalurkan kepada lebih dari

107

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

30 juta UMKM pada tahun 2020. Sementara untuk tahun 2021, pemerintah juga telah

menganggarkan PEN untuk mendukung UMKM dengan dana sebesar Rp121,9 triliun

untuk menjaga kelanjutan pemulihan ekonomi.

Program PEN untuk mendukung UMKM pada tahun 2020 telah berhasil menjadi

bantalan dukungan bagi dunia usaha, khususnya bagi sektor informal dan UMKM

untuk bertahan dalam menghadapi dampak pandemi. Selain itu, program ini juga

dapat membantu dalam menekan penurunan tenaga kerja. Berdasarkan data BPS per

Agustus 2020, terdapat penciptaan kesempatan kerja baru dengan penambahan 0,8

juta orang yang membuka usaha dan kenaikan 4,6 juta buruh informal.

Pemerintah juga terus berupaya mendorong para pelaku UMKM untuk on board ke

platform digital melalui Program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas

BBI), di mana hingga akhir tahun 2020 sudah terdapat 11,7 juta UMKM on boarding.

Diharapkan pada tahun 2030 mendatang, jumlah UMKM yang go digital akan

mencapai 30 juta. Di samping itu, Pemerintah juga mendorong perluasan ekspor

produk Indonesia melalui kegiatan ASEAN Online Sale Day (AOSD) pada tahun 2020.

Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI)

Pada tanggal 14 Mei 2020, Presiden meluncurkan Gerakan Nasional Bangga Buatan

Indonesia (Gernas BBI) agar masyarakat Indonesia membeli produk-produk buatan

Indonesia, baik usaha besar maupun UMKM. Selain membeli produk buatan

Indonesia, Gernas BBI juga mendorong perusahaan-perusahaan multinasional di

Indonesia meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam

memproduksi produk. Gerakan ini diharapkan juga akan membantu perekonomian

yang tertekan karena pandemi.

Gernas BBI diharapkan dapat mendorong national branding produk lokal unggulan,

yang menciptakan industri, kreasi dan inovasi baru serta menguasai pasar domestik

dan berikutnya pasar luar negeri, sehingga mampu mendorong pertumbuhan

ekonomi daerah dan nasional. Melalui Gernas BBI, pemerintah memberikan stimulus

untuk UMKM dan ultramikro sebesar Rp123 triliun dari total anggaran pemulihan

ekonomi nasional sebesar Rp607 triliun. Pemerintah menargetkan pada tahun 2023

ada tambahan 30 juta UMKM di Indonesia, atau bertambah 6 juta UMKM setiap

tahunnya.

Perpres Nomor 12 Tahun 2021 merupakan komitmen pemerintah untuk

mengutamakan penggunaan produk lokal UMKM, yaitu dengan adanya kewajiban

alokasi 40 persen bagi UMKM, dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa

pemerintah. Melalui Perpres ini, UMKM memiliki kesempatan untuk berperan lebih

108

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

besar dan lebih luas dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pengawasan atas

realisasi atau pelaksanaannya juga harus dipublikasikan secara transparan kepada

masyarakat.

Melalui Gernas BBI, pemerintah juga mendorong UMKM untuk masuk ke dalam pasar

digital. Pada tahun 2020, Gernas BBI telah berhasil mengikutsertakan 3,7 juta pelaku

UMKM bergabung dengan platform online untuk memasarkan produknya. Pemasaran

produk UMKM secara online diharapkan mampu menciptakan multiplier effects yang

memberikan manfaat lebih besar dan lebih luas bagi para pelaku UMKM, sehingga

mampu menyumbang pada peningkatan kesejahteraan dan perekonomian nasional.

Gernas BBI tidak hanya mendorong para pelaku UMKM untuk Go Digital, namun juga

diarahkan untuk mempersiapkan transformasi ekonomi menuju digitalisasi. Oleh

sebab itu, penyediaan infrastruktur telekomunikasi dan informasi menjadi hal paling

mendasar dan mutlak untuk dipenuhi. Pembangunan infrastruktur tersebut terus

dilaksanakan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika

(Kemkominfo) hingga ke seluruh penjuru Tanah Air.

Dengan adanya jaringan koneksi internet, maka akses untuk memasuki ekosistem

digital bagi masyarakat, khususnya pelaku UMKM, akan terbuka lebar. Pada tahun

2023, seluruh wilayah Indonesia diharapkan sudah terjangkau internet. Keterbukaan

akses digital akan memberikan nilai tambah bagi karya dan kreasi lokal karena lahan

usahanya mampu menembus pasar nasional dan bahkan pasar global.

Peran Jasa Logistik

Perkembangan industri e-Commerce membuat kebutuhan akan penyedia layanan

jasa logistik juga ikut meningkat. Pertimbangan konsumen dalam memilih penyedia

layanan logistik antara lain adalah kecepatan pengiriman barang, murah, dan dapat

diandalkan. Bagi penjual, kecepatan barang sampai kepada konsumen juga akan

mendorong kecepatan perputaran uang dalam berusaha.

Selama ini sistem logistik nasional belum efisien, biaya logistik di Indonesia sangat

mahal, yakni sekitar 23 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh di

atas biaya logistik di negara-negara kawasan ASEAN, antara lain Malaysia (13 persen

dari PDB). Mahalnya biaya logistik terutama disebabkan oleh tidak meratanya

pembangunan infrastruktur di beberapa daerah, sistem logistik yang belum

terintegrasi, serta belum adanya platform atau pelayanan logistik dari hulu sampai

hilir. Dengan kondisi tersebut, peringkat Logistic Performance Index (LPI) Indonesia

berada di posisi 46 pada tahun 2018, masih di bawah Singapura (7), Thailand (32),

Vietnam (39), dan Malaysia (41).s

109

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Logistik bukan hanya sekedar pengiriman barang kepada konsumen. Istilah logistik

mencakup aspek yang jauh lebih luas seperti pergudangan, manajemen inventori,

penagihan, pengemasan, label, pengiriman, cash on delivery, pembayaran, dan lain-

lain.

Tantangan dalam sisi logistik bervariasi mulai dari memastikan produk sesuai dengan

keinginan konsumen dengan tepat waktu, meminimalisir hingga menghilangkan

kemungkinan cacat produk, hingga penyediaan reverse logistic. Reverse logistic

dibutuhkan ketika konsumen meminta pengembalian produk karena rusak ataupun

apabila mereka ingin melakukan penukaran tipe, ukuran, warna produk, dan hal-hal

lainnya.

Teknologi juga semakin digunakan untuk kemudahan monitoring logistik. Berbagai

media seperti e-mail, newsletter, media sosial, iklan, pesan singkat dan telepon

digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumen dan memberitahu informasi

terkini mengenai status dari pengiriman pesanan mereka.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemasaran online adalah staf pengantar.

Mereka merupakan salah satu titik yang langsung berhubungan dengan konsumen,

dimana secara tidak langsung merupakan wajah dari merek yang mereka antarkan.

Sangat penting bagi para pelaku e-Commerce untuk secara intensif mengontrol staf

pengantaran mereka agar bersifat profesional, ramah, dan membantu kepada

konsumen.

Rekomendasi

1. Dukungan terhadap pelaku UMKM Indonesia untuk naik kelas, melalui: (1)

edukasi spirit entrepreneurship agar pelaku usaha memiliki semangat baja

mempertahankan dan mengembangkan usahanya; (2) edukasi pada kemampuan

mengelola administrasi dan manajerial dengan cara membuat laporan keuangan

sederhana dan ilmu manajemen dasar; (3) edukasi akses informasi, teknologi,

pasar, dan permodalan; serta (4) edukasi keberlanjutan usaha dan lingkungan

dengan menerapkan Good Corporate Governance Principles dan bisnis ramah

lingkungan.

2. Lima arahan Presiden Jokowi terkait transformasi digital: (1) segera lakukan

percepatan perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital dan penyediaan

layanan internet; (2) persiapkan roadmap transformasi digital disektor-sektor

strategis, baik di sektor pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, pendidikan,

kesehatan, perdagangan, industri, maupun penyiaran; (3) percepat integrasi pusat

data nasional; (4) siapkan kebutuhan SDM talenta digital; dan (5) segera disiapkan

110

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

secepat-cepatnya yang berkaitan dengan regulasi, skema pendanaan dan

pembiayaan.

3. Penyederhanaan jenis izin dapat dilakukan melalui penghapusan dan/atau

penggabungan beberapa jenis izin.

4. Upaya penanganan tingginya biaya logistik harus melibatkan antar instansi, baik

pemerintah, pengelola pelabuhan, pengusaha angkutan, dan pengusaha pemakai

jasa angkutan.

5. Perbaikan infrastruktur terutama di kawasan Indonesia bagian Timur harus segera

dilakukan agar kesenjangan harga antara bagian Barat dan Timur Indonesia

berkurang.

REFERENSI

Sunarso, “Bangkit dan Tumbuh Bersama di Tengah Pandemi”, Webinar Katadata

“#JAGA UMKM INDONESIA "Bangkit di Tengah Pandemi””, 5 Agustus 2021

Suwarsito, “Peran Penjaminan Dalam Pemberdayaan UMKM”, Webinar Katadata

“#JAGA UMKM INDONESIA "Bangkit di Tengah Pandemi””, 5 Agustus 2021

Tayyiba, Mira, “Strategi Digital Jadi Tuan Rumah Di Negeri Sendiri”, Webinar

Katadata “Bangga Buatan Indonesia "Tuan Rumah di Negeri Sendiri””, 5 Mei

2021

111

SUSUNAN TIM REDAKSI

Penanggungjawab

Amalia Adininggar Widyasanti, ST, M.Si, M.Eng, Ph.D

Pemimpin Redaksi

Eka Chandra Buana, SE, MA

Dewan Redaksi

Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA

Dr. Onny Noyorono, MIA, MA

Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D

P.N. Laksmi Kusumawati, SE, MSE, MSc, Ph.D

Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM

Dr. Haryanto, SE, MA

Ir. Sidqy Lego Pangesthi Suyitno, MA

Ir. Imarita Trihanda, MS

Redaktur Pelaksana

Cut Sawalina, SE, MSi

Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc

Tari Lestari, S.Si, SE, MS

Muhammad Fahlevy, SE, MA

Octal Pramudito, SE, MA

Dra. Dwi Martini, ME

Yunus Gastanto, SE, PG.Dip

Istasius Angger Anindito, SE, MA

Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol

Rufita Sri Hasanah, SE, MEF

112

SUSUNAN TIM REDAKSI

Penulis

Achmad Rifa’i, S.Pd, M.Sc

Doddy Purwoharyono, SE

Haqiqi Masnatin, SE

Rahma Hanii Maulida, SE

Recky Simamora, ST

Rinda Komalasari, SE

Filza Amalia, SE

Ibnu Ahmadsyah, SE

Tri Mulyaningsih, S.Si

Agnes Kristi Damayanti, SE

Archie Flora Anisa, SE

Bayu Ardhiansyah, SE

Bekti Setyorani, SE

Cici Lisdiana, SE

Firdaussy Yustiningsih, STP, ME

Hillary Tanida Stephany Sitompul, S.HI

Indra Muhammad, SE

Nabila Nursyadza, SE

Richard Lorenz Hasiholan Silitonga, SE

Shania Adriella Kurniawan, SE

Aldi Turindra Rachman, SE

Hilda Roseline, SE

Khairun Nisa, SE

Kustyanto Prabowo, SE

Widyastuti Hardaningtyas, SE

Widya Setya Sari, SE

Imroatul Amaliyah, SE

Muhammad Fikri Masteriarsa, S.Stat

Samuel Kharis Harianto, S.E., M.SE.

Thaliya Wikapuspita, SE., M.Sc.

113

SUSUNAN TIM REDAKSI

Distributor/Sirkulasi

Tulus Sujadi

Imam Musadad

Administrasi

Dina Fitriani, SPd

Riris Karisma Kholid, SE

Editor

Rahma Hanii Maulida, SE

Grafis dan Layout

Muhammad Ulinnuha Khoirul Umam, S.Pd

114

Untuk memberikan hasil laporan terbaik,

kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

[email protected]

115

KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI

KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

Gedung Wisma Bakrie 2 Lt. 5, Jl. HR Rasuna Said,

Kuningan, Jakarta Selatan, 12920

Telp. (021) 31934267