PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA
Kata Pengantar
PERKEMBANGAN EKONOMI
INDONESIA DAN DUNIA
TRIWULAN II TAHUN 2021
Edisi Vol. 5, No. 2 Agustus 2021
ISSN 2580-2518
KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan
yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas.
Publikasi ini didasarkan pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh
Kementerian/Lembaga, instansi internasional, asosiasi, maupun hasil dari diskusi
terbatas perkembangan ekonomi yang dilakukan bersama dengan beberapa
Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.
Publikasi triwulan II tahun 2021 ini memberikan gambaran dan analisis mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia pada triwulan II tahun 2021. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat
dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi
perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan II tahun 2021 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, investasi,
industri dalam negeri, perekonomian daerah, serta proyeksi ekonomi.
Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan
banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang
membangun dari Pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan
dan penerbitan publikasi ini dapat tercapai.
Jakarta, Agustus 2021
Deputi Bidang Ekonomi
i
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF
Di tengah akselerasi program vaksinasi di berbagai belahan dunia, pada akhir triwulan
II tahun 2021, kasus Covid-19 di beberapa negara kembali melonjak dengan strain
baru yang kecepatan penyebarannya lebih tinggi. Negara-negara yang telah mampu
mengendalikan Covid-19, baik melalui pembatasan yang ketat maupun percepatan
vaksinasi, kembali melanjutkan pemulihan pada triwulan II tahun 2021. Perekonomian
Amerika Serikat tumbuh 12,2 persen (YoY), didorong oleh pemulihan pada personal
consumption dan private investment. Jepang dan Korea Selatan tumbuh masing-
masing sebesar 7,5 dan 5,9 persen (YoY). Sementara itu, pertumbuhan Tiongkok
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sebesar 7,9 persen
(YoY). Meskipun tumbuh tinggi, perekonomian riil sebagian besar negara masih
berada di bawah kondisi pra-pandemi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri mencapai 7,1 persen (YoY) pada triwulan II
tahun 2021. Pemulihan tersebut sejalan dengan kondisi mobilitas dan aktivitas
masyarakat yang jauh lebih longgar dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya dimana kasus pertama dideteksi. Pertumbuhan ekonomi didorong oleh
peningkatan investasi dan pemulihan konsumsi rumah tangga. Konsumsi pemerintah
juga meningkat sejalan dengan realisasi belanja barang dan program bantuan sosial.
Selain itu, kinerja ekspor Indonesia juga meningkat seiring dengan peningkatan
permintaan dari negara mitra dagang. Seluruh sektor juga telah kembali tumbuh
positif dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor transportasi dan pergudangan,
serta akomodasi dan makan minum. Pertumbuhan positif juga terjadi di seluruh
wilayah. Namun, pertumbuhan Bali-Nusra masih terbatas mengingat sektor utama di
wilayah tersebut masih mengalami tekanan.
Realisasi belanja negara meningkat 19,1 persen (YoY) menjadi Rp1.170,1 triliun.
Realisasi belanja pemerintah pusat mencapai 40,7 persen dari APBN sementara TKDD
mencapai 47,0 persen. Realisasi bansos mencapai 48,6 persen yang dimanfaatkan
untuk penyaluran program bansos reguler serta program pemulihan dampak Covid-
19. Sementara itu, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai 50,9 persen dari
APBN yakni sebesar Rp886,9 triliun. Beberapa jenis pajak utama mencerminkan
pemulihan kegiatan ekonomi, diantaranya PPh pasal 26 yang tumbuh 17,9 persen
(YoY) serta PPh final yang tumbuh 2,2 persen (YoY). Berdasarkan capaian pendapatan
dan belanja negara, defisit anggaran sebesar Rp283,2 triliun atau sekitar 1,7 persen
dari PDB, lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2020. Pembiayaan anggaran
mencapai Rp419,2 triliun atau 41,7 persen dari pagu APBN 2021 terutama bersumber
dari pembiayaan utang.
Sepanjang triwulan II tahun 2021, BI 7-day Reverse Repo Rate dipertahankan sebesar
3,50 persen untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah inflasi yang rendah.
ii
Ringkasan Eksekutif
Nilai tukar Rupiah melemah 2,4 persen (YtD), dipengaruhi oleh meningkatnya
ketidakpastian di pasar keuangan global akibat peningkatan kasus Covid-19 dan
rencana pengurangan stimulus oleh The Fed. Sementara tingkat inflasi pada triwulan
II tahun 2021 sebesar 1,3 persen (YoY). Di sisi lain, ekspansi moneter dilanjutkan
melalui quantitative easing dan kebijakan makroprudensial termasuk dukungan Bank
Indonesia dalam pembiayaan APBN.
Neraca Pembayaran Indonesia mengalami defisit yang dipengaruhi oleh turunnya
surplus transaksi moodal dan finansial serta peningkatan defisit transaksi berjalan.
Defisit transaksi berjalan disebabkan oleh peningkatan defisit neraca pendapatan
primer, neraca perdagangan migas, serta neraca jasa. Turunnya surplus neraca
transaksi modal dan finansial disebabkan oleh peningkatan defisit pada transaksi
investasi lainnya, dipengaruhi peningkatan pembayaran pinjaman luar negeri yang
jatuh tempo. Adapun cadangan devisa hingga triwulan II tahun 2021 relatif stabil
sebesar USD137,1 miliar, setara dengan pembiayaan 8,8 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya diperkirakan kembali mengalami
perlambatan pada triwulan III tahun 2021 sejalan dengan implementasi PPKM
Darurat. Namun, akan kembali rebound pada triwulan selanjutnya. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2021 secara keseluruhan diperkirakan sebesar 3,5-4,3
persen. Perkiraan tersebut sejalan dengan proyeksi lembaga internasional maupun
market. Kebijakan penanganan pandemi menjadi kunci keyakinan masyarakat dan
dunia usaha. Penyaluran bansos diharapkan dapat mendorong konsumsi masyarakat.
Investasi diperkirakan meningkat baik oleh pemerintah maupun swasta. Dari sisi
lapangan usaha, seluruh sektor diperkirakan tumbuh positif dengan pertumbuhan
tertinggi pada sektor jasa kesehatan dan akomodasi.
iii
Daftar Isi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... III
DAFTAR TABEL ............................................................................................ IV
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... VI
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ..........................................................9
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA ................................... 19
2.1 Produk Domestik Bruto ....................................................................................... 19
Investasi ................................................................................................................... 27
Industri .................................................................................................................... 32
Pariwisata ................................................................................................................ 38
2.2 Produk Domestik Regional Bruto ........................................................................ 42
2.3 Fiskal ................................................................................................................... 50
2.4 Moneter dan Jasa Keuangan ............................................................................... 60
Moneter .................................................................................................................. 60
Jasa Keuangan ......................................................................................................... 65
2.5 Neraca Pembayaran ............................................................................................ 75
Neraca Perdagangan ............................................................................................... 81
Kerjasama Ekonomi Internasional ........................................................................... 85
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI .................................................... 98
3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global .............................................................. 98
3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia .....................................................................101
POLICY BRIEF ............................................................................................ 105
iv
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Suku Bunga Acuan Beberapa Negara .......................................................................... 13
Tabel 2. Pembentukan Modal Tetap Bruto ................................................................................. 20
Tabel 3. Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ....................... 23
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................................................... 26
Tabel 5. Realisasi Investasi ................................................................................................................. 27
Tabel 6. Realisasi Investasi Sektor Sekunder .............................................................................. 28
Tabel 7. Sektor PMA Terbesar .......................................................................................................... 28
Tabel 8. Realisasi PMA Terbesar berdasarkan Negara Asal .................................................. 28
Tabel 9. Realisasi Investasi berdasarkan Lokasi ........................................................................ 29
Tabel 10. Lokasi PMA Terbesar ........................................................................................................ 29
Tabel 11. Sektor dan Lokasi PMDN Terbesar ............................................................................. 30
Tabel 12. Lokasi PMDN Terbesar per Kabupaten/Kota ......................................................... 30
Tabel 13. Lokasi PMA Terbesar per Kabupaten/Kota ............................................................ 30
Tabel 14. Penyerapan Tenaga Kerja ............................................................................................... 31
Tabel 15. Perbandingan Capaian dengan Target dalam RPJMN 2020-2024 ............... 32
Tabel 16. Kunjungan Wisman berdasarkan Pintu Masuk dan Negara Asal ................... 38
Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah .................................................................................. 49
Tabel 18. Realisasi Komponen Pendapatan Negara dan Hibah ......................................... 50
Tabel 19. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan ....................................................... 50
Tabel 20. Realisasi Komponen PNBP ............................................................................................. 51
Tabel 21. Realisasi Komponen Belanja Pemerintah Pusat ..................................................... 53
Tabel 22. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa ...................................................... 55
Tabel 23. Perkembangan Komponen Pembiayaan .................................................................. 57
Tabel 24. Rincian Realisasi Anggaran PC-PEN 2021 ................................................................ 58
Tabel 25. Realisasi APBN s.d 30 Juni 2020 dan 2021 .............................................................. 59
Tabel 26. Perkembangan Reverse Repo Surat Berharga Negara ....................................... 60
Tabel 27. Tingkat Inflasi Domestik .................................................................................................. 63
Tabel 28. Tingkat Inflasi Domestik Berdasarkan Komponen (YoY) .................................... 64
Tabel 29. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM) ........................................................................ 64
Tabel 30. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional ................................................ 67
Tabel 31. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah ................................................... 71
Tabel 32. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha ................................................. 72
Tabel 33. Aset IKNB Syariah 2019-2020 ....................................................................................... 74
Tabel 34. Neraca Pembayaran .......................................................................................................... 79
Tabel 35. Neraca Perdagangan ........................................................................................................ 81
Tabel 36. Nilai Ekspor dan Impor Migas ...................................................................................... 81
Tabel 37. Nilai Ekspor Nonmigas berdasarkan Sektor ............................................................ 82
Tabel 38. Nilai Ekspor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar ................ 82
Tabel 39. Nilai Ekspor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama .............. 83
v
Daftar Tabel
Tabel 40. Nilai Impor berdasarkan Golongan Penggunaan Barang .................................. 83
Tabel 41. Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar .................. 84
Tabel 42. Nilai Impor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama ................ 84
Tabel 43. Produk Unggulan Ekspor dan Impor Indonesia-Korea Selatan 2020 ........... 89
Tabel 44. Perkembangan Investasi Korea Selatan di Indonesia .......................................... 89
Tabel 45. Perjanjian Internasional Indonesia-Korea Selatan ................................................ 90
Tabel 46. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia .............................................. 92
Tabel 47. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA ............................. 94
Tabel 48. Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia terhadap Total Perdagangan
Indonesia dengan Dunia berdasarkan FTA ............................................................ 96
Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan Beberapa Negara ................................................................ 98
Tabel 50. Proyeksi Harga Komoditas Global ........................................................................... 100
Tabel 51. Konsensus Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................... 101
Tabel 52. PDB Berdasarkan Pengeluaran .................................................................................. 102
Tabel 53. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha .......................................................................... 103
vi
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara .................................................................... 9
Gambar 2. Perkembangan Harga Minyak Mentah ......................................................................... 15
Gambar 3. Perkembangan Harga Gas Alam dan Batubara ....................................................... 15
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .................................................................................. 19
Gambar 5. Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran............................................................................. 19
Gambar 6. Perkembangan Konsumsi RT dan Investasi terhadap PDB ................................. 20
Gambar 7. Pertumbuhan PDB Sisi Produksi Triwulan II Tahun 2021 ..................................... 22
Gambar 8. Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas .......................................................... 32
Gambar 9. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas .................................... 33
Gambar 10. Ekspor Produk Industri ..................................................................................................... 34
Gambar 11. PMDN Sektor Industri ....................................................................................................... 35
Gambar 12. PMA Sektor Industri ........................................................................................................... 35
Gambar 13. Produksi Mobil ..................................................................................................................... 36
Gambar 14. Penjualan Mobil................................................................................................................... 36
Gambar 15. Penjualan Motor .................................................................................................................. 37
Gambar 16. Penjualan Domestik Semen ............................................................................................ 37
Gambar 17. Purchasing Manufacturing Index ................................................................................. 38
Gambar 18. Kunjungan Wisman ............................................................................................................ 38
Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan dan Rerata Pengeluaran Wisman ........................ 39
Gambar 20. Jumlah Penumpang Transportasi Nasional .............................................................. 40
Gambar 21. Jumlah Penumpang Transportasi Nasional .............................................................. 40
Gambar 22. TPK Hotel Berbintang berdasarkan Provinsi ............................................................ 41
Gambar 23. PDB Sektor Akomodasi dan Makan Minum ........................................................... 41
Gambar 24. Investasi Sektor Hotel dan Restoran ........................................................................... 41
Gambar 25. Pertumbuhan dan Kontribusi Wilayah ....................................................................... 42
Gambar 26. Perkembangan Komponen Belanja Negara ............................................................. 53
Gambar 27. Perkembangan Realisasi Defisit APBN ....................................................................... 56
Gambar 28. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat .................................................................. 57
Gambar 29. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, 2019-2021 ........................ 61
Gambar 30. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, (2010=100) ............................................. 61
Gambar 31. Perkembangan Uang Beredar........................................................................................ 62
Gambar 32. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti ......................... 63
Gambar 33. Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional, (2018=100) ........ 64
Gambar 34. Kinerja Perbankan Konvensional .................................................................................. 65
Gambar 35. Perkembangan DPK Perbankan Konvensional ........................................................ 66
Gambar 36. Perkembangan Kredit Perbankan Konvensional ................................................... 66
Gambar 37. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ................................... 68
Gambar 38. Perkembangan Outstanding Obligasi Korporasi ................................................... 68
Gambar 39. Perkembangan Aset Industri Asuransi ....................................................................... 69
vii
Daftar Gambar
Gambar 40. Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun ..... 69
Gambar 41. Perkembangan Industri Teknologi Keuangan ......................................................... 70
Gambar 42. Tingkat Wanprestasi Industri Teknologi Keuangan .............................................. 70
Gambar 43. Kinerja Bank Umum Syariah ........................................................................................... 70
Gambar 44. Kinerja Unit Usaha Syariah .............................................................................................. 70
Gambar 45. Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan, dan Total Aset Perbankan Syariah ............ 71
Gambar 46. Kapitalisasi Pasar dan Nilai Indeks Saham ISSI ....................................................... 74
Gambar 47. Outstanding Sukuk Korporasi dan SBSN ................................................................... 74
Gambar 48. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia .................................................... 75
Gambar 49. Neraca Jasa Perjalanan dan Transportasi................................................................. 76
Gambar 50. Neraca Pendapatan Primer dan Sekunder .............................................................. 77
Gambar 51. Neraca Transaksi Finansial .............................................................................................. 78
Gambar 52. Tabel Input-Output ......................................................................................................... 106
9
Perkembangan Ekonomi Dunia
Sebagian besar negara telah kembali tumbuh positif dengan pertumbuhan yang
cukup tinggi. Perekonomian global menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi
dipengaruhi efek low-base. Selain itu, beberapa negara juga telah melonggarkan
lockdown pada triwulan II tahun 2021. Akselerasi ekonomi didukung oleh pemberian
stimulus fiskal dan moneter serta persepatan program vaksinasi. Namun, pertumbuhan
yang lebih tinggi tertahan oleh penyebaran virus Covid-19 varian baru.
Perekonomian Amerika Serikat tumbuh
hingga 12,2 persen (YoY) pada triwulan II
tahun 2021. Pemulihan kondisi ekonomi
Amerika Serikat terbantu oleh stimulus
fiskal dan moneter yang terus dilakukan
sepanjang April-Juni. Selain itu, realisasi
program vaksinasi yang semakin meluas
memperkuat pelonggaran aktivitas
ekonomi.
Investasi swasta dan konsumsi masyarakat
masing-masing tumbuh sebesar 21,0 dan
16,2 persen (YoY). Pertumbuhan konsumsi
masyarakat terjadi baik pada konsumsi
barang maupun jasa. Pertumbuhan durable
goods bahkan mencapai 33,2 persen (YoY)
yang menunjukkan permintaan yang
semakin menguat. Sementara itu, nondurable goods tumbuh 14,2 persen (YoY) yang
didorong oleh peningkatan pembelian produk farmasi. Investasi residen dan nonresiden
juga menguat dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 21,7 dan 13,0 persen (YoY).
Investasi nonresiden pada sektor peralatan tumbuh 26,3 persen (YoY), produk kekayaan
intelektual tumbuh 11,1 persen (YoY), sementara structures masih terkontraksi 6,6 persen
(YoY). Kontraksi yang terjadi dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi dan kelangkaan
pasokan bahan baku.
Pengeluaran pemerintah dan investasi bruto stagnan dengan pertumbuhan 0,0 persen
(YoY). Pertumbuhannya tertahan oleh pengeluaran federal yang terkontraksi 0,8 persen
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi
Beberapa Negara
Sumber: CEIC
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
persenSingapuraAmerika SerikatTiongkokJepangKorea
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA
10
Perkembangan Ekonomi Dunia
(YoY) akibat stagnasi pada pengeluaran untuk kebutuhan pengamanan nasional serta
kontraksi pada nondefense. Di sisi lain, pengeluaran state and local hanya tumbuh 0,5
persen (YoY).
Kinerja impor Amerika Serikat meningkat 30,8 persen (YoY) yang didorong oleh
pertumbuhan impor barang dan jasa masing-masing sebesar 32,7 dan 21,4 persen (YoY).
Sementara itu, ekspor meningkat 18,2 persen (YoY) yang terjadi baik pada ekspor barang
(27,0 persen, YoY) maupun ekspor jasa (2,5 persen, YoY). Peningkatan kinerja ekspor
tertinggi adalah pada pertumbuhan ekspor non-automotive capital goods.
Aktivitas industri di Amerika Serikat juga tengah mengalami pemulihan. Indeks PMI
Manufaktur Amerika Serikat meningkat ke level 62,6 pada Juni, yang merupakan laju
tercepat sejak tahun 2007, didorong oleh pelonggaran restriksi dan kuatnya pemulihan
ekonomi domestik. Indeks PMI Jasa turun ke level 64,8 dan kembali mengalami
peningkatan pada biaya input dan harga jual yang menunjukkan adanya tekanan inflasi.
Meski manufaktur meningkat, pasar tenaga kerja masih cenderung stagnan. Nonfarm
payrolls Amerika Serikat meningkat 850.000 pada Juni yang didorong oleh pemulihan
sektor leisure dan perhotelan. Tingkat pengangguran (U-3) naik tipis ke level 5,9 persen
karena banyak orang yang secara sukarela meninggalkan pekerjaan mereka dan jumlah
pencari kerja meningkat. Sementara itu, tingkat setengah menganggur (U-6) turun ke
level 9,8 persen. Tingkat U-6 merupakan ukuran angka pengangguran yang lebih inklusif
karena memperhitungkan mereka yang berhenti mencari pekerjaan.
Korea Selatan tumbuh 5,9 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun
2021 (1,9 persen, YoY). Investasi tumbuh melambat sebesar 3,6 persen (YoY),
dipengaruhi oleh investasi sektor konstruksi yang masih terkontraksi 1,5 persen (YoY). Di
sisi lain, pertumbuhan investasi didorong oleh investasi fasilitas dan produk kekayaan
intelektual yang masing-masing tumbuh sebesar 12,2 dan 4,3 persen (YoY).
Konsumsi masyarakat tumbuh 3,6 persen (YoY) di tengah pembatasan aktivitas
masyarakat dan lambatnya program vaksinasi. Sementara itu, konsumsi pemerintah
tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan II tahun 2020 yang
mencapai 6,8 persen (YoY).
Kinerja ekspor barang dan jasa Korea Selatan tumbuh hingga 22,4 persen (YoY). Ekspor
barang tumbuh 23,6 persen (YoY) sementara ekspor jasa tumbuh 15,4 persen (YoY).
Sejalan dengan perbaikan ekspor, kinerja impor juga tumbuh 13,7 persen (YoY),
terutama didorong oleh peningkatan impor barang sebesar 16,1 persen (YoY).
Sementara itu, impor jasa tumbuh 3,3 persen (YoY).
Dari sisi lapangan usaha, sektor konstruksi dan sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan mengalami kontraksi masing-masing sebesar 3,5 dan 3,4 persen (YoY).
11
Perkembangan Ekonomi Dunia
Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor manufaktur yakni sebesar 13,7 persen (YoY).
Sektor listrik, gas dan air tumbuh 3,7 persen (YoY). Sektor jasa juga meningkat 4,2 persen
(YoY).
Singapura tumbuh tinggi mencapai 14,7 persen (YoY). Pemulihan ekonomi
Singapura dipengaruhi oleh low base pada triwulan II tahun 2020 yang terkontraksi 13,3
persen (YoY) akibat pembatasan mobilitas masyarakat setempat selama dua bulan.
Meski tumbuh tinggi, nilai PDB pada triwulan II tahun 2021 masih lebih rendah 0,6 persen
dibandingkan level pra pandemi pada triwulan II tahun 2019.
Sektor konstruksi tumbuh hingga 106,2 persen (YoY) setelah pada periode yang sama
tahun sebelumnya terkontraksi 65,6 persen (YoY). Pertumbuhan sektor ini sejalan
dengan akselerasi pengerjaan konstruksi publik dan swasta. Di sisi lain, tingginya
pertumbuhan dipengaruhi kontraksi dalam yang terjadi pada triwulan II tahun 2020
akibat pemberlakuan Circuit Breaker yang menyebabkan berhentinya sebagian besar
aktivitas konstruksi. Meskipun pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan II tahun
2021 sangat tinggi, value added sektor ini masih lebih rendah 29,0 persen dibandingkan
level pra pandemi pada tahun 2019.
Sektor manufaktur tumbuh 17,7 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspansi output pada seluruh klaster.
Klaster transport engineering and precision engineering merupakan klaster yang
mengalami pertumbuhan tertinggi.
Sektor perdagangan wholesale tumbuh 2,9 persen (YoY), lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didorong oleh kelompok
mesin-mesin, peralatan, dan persediaan yang didukung oleh kuatnya penjualan
wholesale komponen elektronik dan peralatan komunikasi & komputer. Sementara
sektor ritel tumbuh 50,7 persen (YoY) yang didorong oleh tingginya penjualan kendaraan
bermotor dan nonmotor.
Sektor jasa makanan tumbuh 36,7 persen (YoY), didorong oleh peningkatan permintaan
pada restoran, kafe, food courts, dan outlet cepat saji. Di sisi lain, pertumbuhan
permintaan katering dalam jumlah besar masih terhambat akibat pembatasan acara dan
pertemuan berskala besar yang masih diterapkan. Secara keseluruhan, value added
sektor tersebut masih berada 26,0 persen lebih rendah dibandingkan level pra pandemi.
Sementara itu, sektor akomodasi tumbuh 13,2 persen (YoY) yang didorong oleh
peningkatan permintaan wisata domestik. Di sisi lain, pemulihan kunjungan wisatawan
mancanegara masih tertekan akibat restriksi perjalanan sehingga menahan laju
pertumbuhan sektor akomodasi.
Sektor real estate tumbuh 25,8 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang terkontraksi 3,1 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh
12
Perkembangan Ekonomi Dunia
efek low base pada triwulan II tahun 2020 akibat restriksi pada tempat kerja selama
pemberlakuan Circuit Braker. Dibandingkan level pra pandemi, kinerja sektor tersbut
masih lebih rendah 7,4 persen (YoY).
Perkembangan tenaga kerja di Singapura pada triwulan II tahun 2021 secara keseluruhan
masih terkontraksi. Tenaga kerja nonresiden terus menurun seiring dengan pembatasan
perjalanan yang masih diterapkan. Sementara tenaga kerja residen tetap tumbuh
meskipun tertahan oleh pemberlakuan Fase 2 (Heightened Alert) pada sektor yang
berorientasi domestik sejak 16 Mei-13 Juni 2021. Tingkat pengangguran secara
keseluruhan semakin menurun menjadi 2,7 persen (per Juni), meskipun masih belum
kembali ke level pra pandemi.
Jepang mengalami rebound pada triwulan II tahun 2021 dengan pertumbuhan
mencapai 7,5 persen (YoY) yang dipengaruhi oleh low base effect. Pemulihan ekonomi
Jepang didukung oleh seluruh komponen pengeluaran. Konsumsi rumah tangga
meningkat 7,3 persen (YoY) sejalan dengan restriksi yang lebih longgar dibandingkan
triwulan II tahun 2020. Meski tumbuh tinggi, konsumsi rumah tangga masih tertahan
akibat pembatasan yang kembali diperketat di beberapa daerah seiring dengan
peningkatan kasus. Restriksi akhirnya kembali dilonggarkan pada bulan Juni dan dapat
sedikit mendorong konsumsi masyarakat.
Investasi nonresiden tumbuh 2,5 persen (YoY) sementara investasi residen masih
terkontraksi 2,8 persen (YoY). Kontraksi yang terjadi dipengaruhi oleh sektor swasta yang
melakukan wait and see seiring dengan asesmen perkembangan ekonomi domestik.
Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh 3,4 persen (YoY), yang antara lain didorong
oleh program vaksinasi dan persiapan Olimpiade Tokyo yang dilaksanakan pada bulan
Agustus 2021.
Sejalan dengan peningkatan aktivitas perdagangan global, kinerja ekspor Jepang
tumbuh hingga 26,3 persen (YoY). Kelangkaan semikonduktor pada pasar global
menahan pertumbuhan ekspor mobil dan suku cadang. Namun, peningkatan
permintaan pada peralatan pembuat chip dan peralatan industri lainnya mengalami
pemulihan yang kuat. Sementara itu, impor tumbuh 5,2 persen (YoY) yang didorong oleh
impor vaksin.
Perekonomian Tiongkok tumbuh 7,9 persen (YoY), namun pemulihannya melambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 18,3 persen (YoY).
Kondisi tersebut dippengaruhi oleh kebijakan pemerintah setempat yang melonggarkan
lockdown pada triwulan II tahun 2020 sehingga aktivitas dapat kembali berjalan
meskipun masih terbatas dan dengan protokol ketat. Diantara sektor yang mulai
melambat menuju level pertumbuhan normal, sektor informasi, sektor akomodasi dan
restoran, serta sektor transportasi, pergudangan dan pos masih tumbuh dua digit.
13
Perkembangan Ekonomi Dunia
Sektor transmisi informasi, software, dan jasa teknologi informasi tumbuh 19,5 persen
(YoY). Sektor akomodasi dan restoran tumbuh 17,1 persen (YoY) sementara sektor
transportasi, pergudangan dan pos tumbuh 12,1 persen (YoY). Kondisi ini sejalan dengan
pemulihan aktivitas masyarakat yang semakin mendekati tingkat pra pandemi.
Sektor perdagangan besar dan retail yang merupakan sektor terbesar dalam PDB
Tiongkok tumbuh 9,6 persen (YoY). Pertumbuhan yang kuat didorong oleh pemulihan
permintaan domestik. Namun, data penjualan ritel barang konsumen periode April-Juni
menunjukkan pertumbuhan yang kian melambat. Data tersebut mengindikasikan
permintaan domestik Tiongkok masih belum pulih sepenuhnya.
Sektor industri Tiongkok tumbuh 8,8 persen (YoY) dengan pertumbuhan sektor
manufaktur sebesar 9,2 persen (YoY). Pertumbuhan output industri pada bulan Juni
melambat disebabkan oleh turunnya produksi kendaraan bermotor. Namun demikian,
pertumbuhannya tetap lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Selain tiu, tertahannya
pertumbuhan sektor industri disebabkan oleh kelangkaan chip global yang digunakan
sebagai bahan baku beberapa indsutri. Tingkat utilisasi industri pada triwulan II tahun
2021 secara keseluruhan sebesar 78,4 persen, lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Sebagian besar negara
mempertahankan suku bunganya,
untuk mempertahankan stabilitas
moneter dan memantau kondisi
ekonomi. Ttriwulan II tahun 2021
menjadi momentum percepatan
pemulihan bagi berbagai negara.
Namun, risiko gelombang baru masih
menjadi ancaman bagi pembukaan
aktivitas perekonomian. Dalam situasi
yang masih belum stabil ini, sebagian
besar negara memutuskan untuk
berhati-hati dalam pengetatan stimulus
fiskal dan moneter yang selama ini
dijalankan. Sepanjang triwulan II tahun
2021, mayoritas negara memutuskan
untuk mempertahankan suku bunga
acuannya.
The Fed mempertahankan target Fed Fund Rate (FFR) di level 0 – 0,25 persen dan
mengisyaratkan akan ada dua kali kenaikan suku bunga hingga akhir tahun 2023. Pada
bulan Juni, The Fed mempertimbangkan pengurangan pembelian aset dan perlunya wait
Tabel 1. Suku Bunga Acuan Beberapa Negara
Apr Mei Jun
BRIC
Brazil 2,75 3,50 4,25
Rusia 5,00 5,00 5,50
India 4,00 4,00 4,00
Tiongkok 3,85 3,85 3,85
ASEAN-5
Indonesia 3,50 3,50 3,50
Thailand 0,50 0,50 0,50
Filipina 2,00 2,00 2,00
Malaysia 1,75 1,75 1,75
Vietnam 4,00 4,00 4,00
Negara Maju
Amerika
Serikat
0,00-0,25 0,00-0,25 0,00-0,25
Jepang -0,1 -0,1 -0,1
Korea
Selatan
0,50 0,50 0,50
Sumber: CEIC, PBC, BSP
14
Perkembangan Ekonomi Dunia
and see sebelum memulai pengetatan. Ke depannya, The Fed akan terus menilai
kemajuan ekonomi dan mulai membahas rencana penyesuaian kompisisi pembelian
aset.
Korea Selatan juga mempertahankan suku bunganya pada level 0,50 persen sejak Mei
2020, yang merupakan suku bunga terendah, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Namun, bank sentral Korea Selatan telah mempertimbangkan untuk menaikkan suku
bunga pada tahun ini sejalan dengan pemulihan ekonomi yang lebih cepat dari
perkiraan. Bank of Korea (BoK) berencana menarik kebijakan uang longgar secara
bertahap dan bergerak lebih hawkish. Di sisi lain, BoK juga tetap mempertimbangkan
perkembangan inflasi yang saat ini menunjukkan tren meningkat.
Jepang juga menahan suku bunga pada level -0,1 persen sepanjang triwulan II tahun
2021. Keputusan tersebut mempertimbangkan kebutuhan akan pelonggaran moneter
untuk memperkuat sektor riil dalam melakukan investasi pasca pandemi. Bank of Japan
(BoJ) akan terus melakukan pemantauan dampak pandemi dan tidak menutup
kemungkinan untuk melakukan pelonggaran moneter selama dibutuhkan. Ke depannya,
BoJ juga bersiap mempertahankan suku bunga pada level saat ini maupun ke level yang
lebih rendah.
Tiongkok, yang telah pulih lebih dahulu dari negara lainnya, mempertahanlan suku
bunganya sepanjang April-Juni. Hingga Juni, Loan Prime Rate (LPR) satu tahun
dipertahankan sebesar 3,85 persen, sementara LPR diatas lima tahun tetap 4,65 persen.
Berbeda dengan mayoritas negara, Rusia menaikkan suku bunga sebanyak dua kali
sepanjang triwulan II tahun 2021. Pada bulan April, Rusia menaikkan suku bunga acuan
sebesar 50 bps menjadi 5,00 persen. Langkah tersebut diambil untuk mendinginkan
inflasi yang telah naik tinggi. Pada saat yang sama, hubungan Rusia dengan Amerika
Serikat dan Eropa merenggang sehingga berpotensi memperparah inflasi. Pada bulan
Juni, bank sentral Rusia kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 bps menjadi 5,50
persen untuk meredam pertumbuhan harga-harga. Peningkatan suku bunga lebih jauh
masih memungkinkan hingga tekanan inflasi teratasi.
Menghadapi kondisi serupa dengan Rusia, Brazil juga menaikkan suku bunga sebesar
150 bps dalam dua tahap. Pada bulan Mei, bank sentral Brazil menaikkan 75 bps
kemudian dilanjutkan pada bulan Juni dengan peningkatan yang sama. Langkah
tersebut diambil seiring dengan inflasi yang meningkat selama beberapa bulan hingga
bergerak lebih dari 7 persen pada bulan Mei. Peningkatan harga terutama terjadi pada
makanan dan bahan bakar. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan kepada
masyarakat, yang berpotensi menaikkan permintaan. Inflasi pada bulan Juni semakin
tinggi, lebih dari 8 persen, memaksa otoritas terkait kembali menaikkan suku bunga.
15
Perkembangan Ekonomi Dunia
Sementara itu, seluruh negara ASEAN-5 memutuskan untuk menahan suku bunga acuan.
Bank Negara Malaysia mempertahankan Overnight Policy Rate sebesar 1,75 persen
sejalan dengan penguatan aktivitas ekonomi global meskipun beberapa sektor domestik
menghadapi ancaman dampak gelombang baru Covid-19. Bank Indonesia
mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,50 persen. Sama seperti negara
tetangganya, Thailand, Filipina, dan Vietnam juga mempertahankan suku bunga masing-
masing pada level 0,50; 2,00; dan 4,00 persen.
Harga komoditas energi kembali pada
level pra pandemi. Harga rata-rata minyak
mentah pada triwulan II tahun 2021
meningkat 121,3 persen (YoY) menjadi
USD67,1 per barel. Harga tersebut juga lebih
tinggi 3,0 persen dibandingkan level pra
pendemi pada triwulan II tahun 2019.
Peningkatan harga YoY yang signifikan
dipengaruhi oleh efek low base pada tahun
sebelumnya. Penguatan ditopang oleh
ekonomi global yang berangsur pulih dan
meningkatkan permintaan di tengah
konsistensi OPEC+ untuk membatasi kuota
produksi minyak, dan berkurangnya jumlah
cadangan minyak Amerika Serikat.
Harga minyak mentah Brent naik 118,3
persen (YoY) menjadi USD68,6 per barel.
Harga minyak mentah WTI meningkat 137,8
persen (YoY) menjadi USD66,1 per barel.
Sementara harga minyak mentah Dubai naik
109,9 persen (YoY) menjadi USD66,4 per
barel meskipun masih sedikit lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun
2019.
Harga batu bara naik hingga 101,7 persen
(YoY) menjadi USD109,7 per metrik ton.
Penguatan harga komoditas tersebut
didorong oleh peningkatan permintaan
industri dan rumah tangga. Selain itu, terjadi
gangguan pasokan batu bara di Tiongkok bagian utara akibat hujan deras dan banjir. Di
sisi lain, harga gas alam melonjak hingga 383,8 persen (YoY) untuk gas alam Eropa dan
71,0 persen (YoY) untuk gas alam yang berasal dari Amerika Serikat. Peningkatan harga
Gambar 2. Perkembangan Harga
Minyak Mentah
Sumber: World Bank
Gambar 3. Perkembangan Harga
Gas Alam dan Batubara
Sumber: World Bank
-5,0
5,0
15,0
25,0
35,0
45,0
55,0
65,0
75,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
USD
Dubai
WTI
Brent
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
USDUSD
Gas Alam, EropaGas Alam, ASBatu Bara, Australia (kanan)
16
Perkembangan Ekonomi Dunia
gas alam Amerika Serikat masih dipengaruhi oleh turunnya output dari sumur minyak
serpih (oil shale) akibat cuaca dingin ekstrem yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Di
sisi lain, kondisi cuaca yang lebih hangat pada triwulan II tahun 2021 menyebabkan
permintaan meningkat sebagai bahan bakar pendingin ruangan. Selain itu, peningkatan
harga juga dipengaruhi oleh ketersediaan cadangan gas alam Eropa yang menipis.
Harga komoditas pertanian secara umum meningkat dibandingkan triwulan II tahun
2020. Harga minyak kelapa sawit meningkat 76,5 persen (YoY) menjadi USD1.083,8 per
metrik ton. Sementara harga Palm Kernel Oil (PKO) meningkat hingga 108,3 persen (YoY)
menjadi USD1.479,0 per metrik ton. Peningkatan harga kedua komoditas tersebut
didorong oleh keterbatasan tenaga kerja akibat pembatasan aktivitas masyarakat seiring
dengan lonjakan kasus Covid-19 di negara penghasil utama seperti Malaysia dan
Indonesia. Kondisi tersebut menyebabkan kelangkaan pasokan ditengah permintaan
yang meningkat.
Harga komoditas minyak kedelai naik 106,4 persen (YoY) menjadi USD1.458,5 per metrik
ton, didorong oleh pemulihan permintaan dari negara konsumen seperti Tiongkok.
Sementara itu, harga komoditas kedelai yang berasal dari Amerika Serikat meningkat
34,8 persen menjadi USD471,0 per metrik ton.
Pada triwulan II tahun 2021, harga karet meningkat 60,8 persen (YoY) menjadi USD2,2
per kilogram. Peningkatan harga karet didorong oleh penguatan permintaan sejalan
dengan perbaikan aktivitas ekonomi terutama di Tiongkok ditengah keterbatasan
pasokan. Komoditas karet yang sebagian besar dipasok dari Asia Tenggara mengalami
penurunan produksi akibat serangan penyakit pada tanaman produksi. Di sisi lain,
perkebunan karet di beberapa negara sedikit demi sedikit telah dialihkan pada tanaman
lain yang memiliki masa panen lebih singkat, seperti sawit.
Pembatasan aktivitas yang masih diberlakukan di berbagai tempat menyebabkan
permintaan pada restoran menurun. Kondisi tersebut juga berdampak pada harga
udang yang masih bergerak turun 0,1 persen (YoY). Selain itu, negara pengimpor juga
memperketat aturan impor produk makanan beku, termasuk udang, akibat gelombang
Covid-19 yang baru-baru ini terjadi di beberapa negara.
Harga komoditas seluruh jenis logam melanjutkan penguatan, didorong
permintaan yang meningkat. Harga komoditas timah meningkat paling tinggi pada
triwulan II tahun 2021. Harga timah rata-rata sebesar USD31.025,7 per metrik ton atau
meningkat 97,2 persen (YoY). Harga tersebut juga lebih tinggi 56,9 persen dibandingkan
periode yang sama tahun 2019. Kembalinya produksi industri berkontribusi dalam
peningkatan harga timah. Namun, ancaman realisasi produksi yang lebih rendah dari
tahun 2020 mendorong harga timah bergerak lebih tinggi. Produsen timah terbesar di
dunia telah mengarahkan untuk menurunkan produksi tahun ini. Sementara produsen
terbesar ketiga memperkirakan tidak akan kembali ke level pra pandemi hingga akhir
17
Perkembangan Ekonomi Dunia
tahun. Di sisi lain, distribusi juga terhambat akibat kelangkaan peti kemas yang
menyebabkan pengiriman terhambat.
Harga nikel meningkat 41,9 persen (YoY) menjadi USD17.359,3 per metrik ton.
Penguatan harga nikel didorong oleh pengembangan kendaraan listrik yang
menggunakan nikel sebagai bahan baku utama. Selain nikel harga seng juga meningkat
48,1 persen (YoY) menjadi USD2.915,5 per metrik ton. Harga aluminium dan timbal juga
meningkat masing-masing sebesar 60,2 dan 27,0 persen (YoY).
Harga rata-rata emas sepanjang triwulan II tahun 2021 menguat terbatas sebesar 6,1
persen (YoY) menjadi USD1.815,0 per troy ons. Penguatan kembali harga emas didorong
oleh kondisi Covid-19 yang kembali menyebar ke berbagai negara. Selain itu, harga
emas ditopang oleh penurunan yield US Treasury setelah bank sentral Amerika Serikat
Federal Reserve mempertahankan suku bunga serta melemahnya nilai tukar dolar AS.
19
Perkembangan Ekonomi Indonesia
2.1 Produk Domestik Bruto
Setelah menghadapi pandemi selama
setahun, pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada triwulan II tahun 2021
rebound 7,1 persen (YoY), merupakan
pertumbuhan positif yang pertama sejak
pandemi yang dimulai Maret 2020.
Pemulihan tersebut sejalan dengan
pelonggaran mobilitas msyarakat
dibandingkan yang terjadi pada masa
awal pandemi di Indonesia. Produk
Domestik Bruto riil pada triwulan II tahun
2021 sebesar Rp2.772,8 triliun, yang juga
1,4 persen lebih tinggi dibandingkan
nilai PDB triwulan II tahun 2019.
Konsumsi rumah tangga yang merupakan
penopang PDB Indonesia tumbuh cukup
tinggi yakni sebesar 5,9 persen (YoY).
Pemulihan konsumsi rumah tangga
didorong oleh konsumsi masyarakat
menengah keatas sejalan dengan
berbagai insentif fiskal yang diberikan,
salah satunya pembebasan PPnBM
sebesar 100 persen yang berlaku pada
triwulan kedua. Kebijakan tersebut
berhasil mendorong penjualan wholesale
mobil penumpang tumbuh hingga 904,3
persen (YoY). Selain itu, penjualan
wholesale sepeda motor juga meningkat
268,6 persen (YoY).
Pelonggaran mobilitas masyarakat yang terjadi juga mendorong peningkatan jumlah
penumpang angkutan kereta api baik jarak dekat maupun jarak jauh (114,2 persen,
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik
Gambar 5. Pertumbuhan PDB
Sisi Pengeluaran
Sumber: Badan Pusat Statistik
5,05
-5,32
-0,71
7,07
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
persen
5,9
4,1
8,1
7,5
31,8
31,2
0,0 10,0 20,0 30,0 40,0
Konsumsi RT
LNPRT
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Ekspor
Impor
persen
BAB II
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA
20
Perkembangan Ekonomi Indonesia
YoY), juga moda transportasi laut
(173,6 persen, YoY) dan udara (456,5
persen, YoY). Selain itu, pengeluaran
masyarakat akan sarana dan
prasarana komunikasi juga masih
meningkat sejalan dengan aktivitas
sekolah dan bekerja yang masih
dilaksanakan secara daring. Secara
umum, pengeluaran subkelompok
transportasi dan komunikasi tumbuh
10,6 persen (YoY).
Dampak pelonggaran PSBB juga
tercermin dari subkelompok
pengeluaran restoran dan hotel yang
tumbuh 16,8 persen (YoY).
Peningkatan sejalan dengan pulihnya
aktivitas makan minum di tempat dan
berbagai acara yang sudah dapat
dilaksanakan di hotel. Berbanding
terbalik dengan pembatasan sosial
ketat yang diberlakukan pada
triwulan II tahun 2020 yang melarang
dine-in serta seluruh kegiatan
berkumpul. Sementara itu,
pengeluaran subkelompok makanan
dan minuman (selain restoran)
tumbuh 5,9 persen (YoY).
Pembentukan Modal Tetap Bruto
tumbuh sebesar 7,5 persen (YoY)
yang didorong oleh pertumbuhan
positif pada semua subkomponen.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada
barang modal jenis kendaraan yakni
sebesar 42,3 persen (YoY),
dipengaruhi oleh peningkatan
produk kendaraan domestik.
Kemudian disusul oleh barang modal
jenis peralatan lainnya yang tumbuh 36,7 persen (YoY) baik yang berasal dari impor
maupun domestik.
Gambar 6. Perkembangan Konsumsi RT
dan Investasi terhadap PDB
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 2. Pembentukan Modal Tetap
Bruto
Uraian
Nilai*
Q2
2021
Growth (%) Share
thd
Total
PDB (%) QtQ YoY
Pembentukan
Modal Tetap
Bruto
850,8 -2,7 7,5 30,7
Bangunan 640,9 -2,6 4,4 23,1
Mesin dan
Perlengkapan
91,5 0,6 19,1 3,3
Kendaraan 44,3 -10,7 42,3 1,6
Peralatan
lainnya
13,9 1,6 36,7 0,5
Cultivated
Biological
Resources
40,3 -6,2 1,0 1,5
Produk
Kekayaan
Intelektual
19,8 4,8 5,2 0,7
Produk
Domestik Bruto 2.772,8 3,3 7,1 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik
*dalam triliun Rp (ADHK)
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
persen
Konsumsi RT PMTB PDB
21
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Barang modal jenis mesin dan perlengkapan tumbuh sebesar 19,1 persen (YoY).
Pertumbuhan barang modal jenis mesin terjadi pada seluruh jenis mesin baik produk
domestik maupun yang berasal dari impor. Sementara itu, barang modal jenis
bangunan tumbuh 4,4 persen (YoY). Investasi jenis barang modal mesin dan
perlengkapan, produk kekayaan intelektual, serta peralatan lainnya merupakan
subkomponen yang mengalami pertumbuhan positif baik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya maupun pada triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Konsumsi pemerintah tumbuh 8,1 persen (YoY) didorong oleh peningkatan realisasi
belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja barang dan jasa tumbuh hingga
82,1 persen (YoY) yang dipengaruhi oleh berbagai realisasi program penanganan
pandemi Covid-19 seperti pelaksanaan vaksinasi, pengadaan alat uji media,
penyemprotan disinfektan, serta testing dan tracing. Sementara realisasi belanja
modal meningkat 45,6 persen (YoY) yang utamanya dipengaruhi oleh pembayaran
dan percepatan proyek infrastruktur dasar/konektivitas lanjutan tahun sebelumnya
serta pengadaan peralatan. Selain itu, pertumbuhan konsumsi pemerintah juga
didorong oleh belanja pegawai yang meningkat 19,8 persen (YoY).
Sejalan dengan permintaan yang meningkat dari negara mitra dagang dan
meningkatnya harga komoditas global, ekspor barang dan jasa tumbuh tinggi
mencapai 31,8 persen (YoY). Kinerja yang impresif tersebut didorong oleh
peningkatan ekspor barang yang mencapai 33,2 persen (YoY). Ekspor barang
nonmigas tumbuh 34,0 persen (YoY) yang didorong oleh komoditas bahan bakar
mineral, besi dan baja, serta mesin/peralatan listrik. Sementara ekspor barang migas
meningkat 25,8 persen (YoY). Ekspor jasa meningkat 5,2 persen (YoY).
Impor barang dan jasa juga tumbuh positif sebesar 31,2 persen (YoY). Impor barang
nonmigas meningkat 29,6 persen (YoY) yang didominasi oleh barang modal seperti
mesin-mesin/pesawat mekanik, mesin/peralatan listrik, besi dan baja, serta plastik
dan barang dari plastik. Impor barang migas tumbuh hingga 40,7 persen (YoY) seiring
dengan peningkatan harga dan volume impor migas. Sejalan dengan peningkatan
aktivitas perdagangan internasional, impor jasa tumbuh 31,2 persen (YoY).
Dari sisi produksi, seluruh sektor usaha telah kembali tumbuh positif.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan sejalan
dengan peningkatan mobilitas masyarakat yang signifikan dibandingkan triwulan II
tahun 2020 saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sektor
transportasi dan pergudangan tumbuh hingga 25,1 persen (YoY) yang didorong oleh
peningkatan penumpang angkutan di berbagai moda serta peningkatan aktivitas
bongkar muat ekspor-impor. Angkutan udara tumbuh tinggi hingga 137,7 persen
(YoY) seiring dengan dibukanya kembali penerbangan internasional meski belum
secara penuh. Angkutan rel yang termasuk KRL, sebagai salah satu moda utama
22
Perkembangan Ekonomi Indonesia
pekerja, tumbuh 67,2 persen (YoY). Angkutan darat dan laut masing-masing tumbuh
18,2 dan 16,4 persen (YoY). Sementara itu, subsektor pergudangan dan jasa
penunjang angkutan, pos dan kurir tumbuh 33,6 persen (YoY).
Akomodasi dan makan minum juga
tumbuh tinggi yakni sebesar 21,6
persen (YoY) yang didorong oleh
relaksasi kebijakan pembatasan
aktivitas masyarakat dan tingkat
hunian hotel. Penyediaan akomodasi
tumbuh 45,7 persen (YoY) seiring
dengan berbagai kegiatan yang mulai
kembali dilaksanakan di hotel. Selain
itu, sebagian masyarakat juga mulai
berlibur setelah membatasi
aktivitasnya di rumah selama setahun
belakangan. Sejalan dengan hal
tersebut, penyediaan makan minum
juga tumbuh 17,9 persen (YoY).
Industri pengolahan tumbuh 6,9
persen (YoY) yang didorong oleh
pertumbuhan di hampir seluruh
subsektor. Industri batu bara dan
pengilangan migas 3,4 persen (YoY).
Sementara itu, industri pengolahan
nonmigas tumbuh 6,9 persen (YoY)
yang didorong oleh pertumbuhan
subsektor industri alat angkutan yang tumbuh hingga 45,7 persen (YoY). Peningkatan
produksi subsektor tersebut untuk memenuhi peningkatan permintaan domestik.
Subsektor industri logam dasar tetap tumbuh positif yakni sebesar 18,0 persen (YoY),
yang didukung oleh peningkatan produksi besi, baja, dan bahan baku logam dasar
lainnya seiring dengan tingginya permintaan luar negeri, terutama untuk produk
ferronickel dan stainless steel. Pertumbuhan produksi subsektor industri kimia, farmasi
dan obat tradisional juga tetap positif sebesar 9,2 persen (YoY), terutama untuk
memenuhi permintaan domestik selama menghadapi pandemi Covid-19. Di sisi lain,
subsektor industri tekstil dan pakaian jadi masih terkontraksi 4,5 persen (YoY) akibat
permintaan domestik yang masih lemah.
Sektor konstruksi tumbuh 4,4 persen (YoY) yang didorong oleh berlanjutnya
pembangunan proyek infrastruktur dasar/konektivitas lanjutan pemerintah serta
proyek swasta lainnya. Real estat juga tumbuh 2,8 persen (YoY) yang didorong oleh
Gambar 7. Pertumbuhan PDB
Sisi Produksi Triwulan II Tahun 2021
Sumber: Badan Pusat Statistik
0,4
5,2
6,6
6,9
9,1
5,8
4,4
9,4
25,1
21,6
6,9
8,3
2,8
9,9
9,5
5,7
11,6
12,0
Pertanian
Pertambangan
Industri
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik & Gas
Pengadaan Air
Konstruksi
Perdagangan
Transportasi & Pergudangan
Akomodasi & Mamin
Informasi & Komunikasi
Jasa Keuangan & Asuransi
Real Estat
Jasa Perusahaan
Adm. Pemerintahan
Jasa Pendidikan
Jasa Kesehatan & Keg. Sosial
Jasa Lainnya
(persen)
23
Perkembangan Ekonomi Indonesia
pembebasan PPN rumah dengan skema 100 dan 50 persen. Insentif tersebut berlaku
sejak 1 Maret hingga Agustus 2021. Namun kemudian, pemerintah memperpanjang
hingga akhir tahun berjalan.
Sektor perdagangan besar dan eceran;
reparasi mobil dan sepeda motor
tumbuh 9,4 persen (YoY) yang didorong
oleh pemberian insentif Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar
100 persen. Subsektor perdagangan
mobil, sepeda motor dan reparasinya
tumbuh 37,9 persen (YoY) yang
dipengaruhi lonjakan penjualan mobil.
Sementara itu, perdagangan besar dan
eceran bukan mobil dan sepeda motor
tumbuh 4,8 persen (YoY). Pemulihan di
sub sektor ini tidak terlepas dari
komitmen pemerintah dalam
mengoptimalkan penggunaan ekonomi digital di sektor perdagangan seperti e-
commerce, sehingga membantu pelaku usaha skala kecil dan menengah tetap
produktif dan menjalankan usahanya di tengah pandemi.
Di tengah pertumbuhan yang impresif pada mayoritas sektor, sektor pertanian hanya
tumbuh 0,4 persen (YoY). Tertekannya pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh
kontraksi pada subsektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian serta
subsektor kehutanan dan penebangan kayu. Kontraksi pada subsektor pertanian,
peternakan, perburuan dan jasa pertanian disebabkan oleh kontraksi pada tanaman
pangan sebesar 8,2 persen (YoY). Kondisi ini akibat penurunan produksi tanaman padi
seiring berakhirnya puncak panen raya yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Di sisi
lain, peternakan tumbuh 7,1 persen (YoY) yang didorong oleh peningkatan produksi
sejalan dengan peningkatan permintaan selama Ramadan dan persiapan Idul Fitri,
dan Idul Adha. Sementara itu, produksi subsektor perikanan tumbuh 9,7 persen (YoY),
didorong oleh cuaca yang mendukung.
Tabel 3. Perdagangan Besar Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Uraian Growth (%) Share thd
Total
PDB (%) QtQ YoY
PDB Perdagangan Besar
dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor
3,4 9,4 13,1
Perdagangan Mobil,
Sepeda Motor, dan
Reparasinya
1,3 37,9 2,4
Perdagangan Besar
dan Eceran, bukan
Mobil dan Motor
3,8 4,8 10,7
Produk Domestik Bruto 3,3 7,1 100,0
Sumber: Badan Pusat Statistik
24
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Box1: Gelombang Kedua Covid-19 Indonesia
Indonesia kembali mengalami lonjakan kasus Covid-19. Tren peningkatan kasus
Covid-19 di Indonesia ini diperkirakan terjadi sejak akhir Mei 2021 yang ditandai
dengan peningkatan jumlah kasus harian terkonfirmasi positif dan peningkatan
okupansi tempat tidur isolasi dan ICU di rumah sakit, terutama di DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kasus harian terkonfirmasi positif terus
meningkat secara eksponensial hingga pada puncaknya mencapai 56.757 kasus pada
15 Juli 20211.
Perkembangan Kasus Terkonfirmasi Positif Covid-19 Harian
Sumber: covid19.go.id
Masuknya mutasi virus SARS-CoV-2 varian delta yang diidentifikasi pertama kali di
India menjadi salah satu pemicu lonjakan kasus Covid-19. Varian delta memiliki
tingkat penularan lebih tinggi dibanding varian lain yang membuat varian ini
menyebar sangat masif di Indonesia maupun negara lainnya. Ketua Tim Whole
Genome Sequencing (WGS) SARS-CoV-2 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), membenarkan bahwa lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia disebabkan oleh
paparan virus SARS-CoV-2 varian delta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Laboratorium Biosafety Level-3 LIPI dengan melakukan pengambilan sampel selama
8 hari terhitung dari tanggal 10-18 Juni 2021, ditemukan bahwa hampir 100 persen
varian yang menjangkit merupakan varian delta2.
Merespon lonjakan kasus Covid-19 tersebut, pemerintah menerapkan kebijakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa-Bali dan
Penguatan 3T (Tracing, Testing, dan Treatment) melalui Instruksi Menteri Dalam
Negeri Nomor 15 Tahun 2021. Implementasi PPKM Darurat mencakup penutupan,
penyekatan wilayah, dan pelarangan pembukaan beberapa tempat yang berpotensi
1 covid19.go.id. Peta Sebaran COVID-19 (Diakses pada 8 Agustus 2021) 2 LIPI. Lonjakan Kasus Covid 19 di Indonesia Didominasi oleh Varian Delta (Diakses pada 5 Agustus 2021)
25
Perkembangan Ekonomi Indonesia
menjadi pusat kerumunan. Kebijakan ini diharapkan bisa menurunkan mobilitas
masyarakat sekaligus menurunkan laju penularan Covid-19. PPKM Darurat
diberlakukan sejak tanggal 3 -20 Juli 2021, yang kemudian diperpanjang hingga 25
Juli 2021 akibat penyebaran kasus Covid-19 yang masih tinggi. Setelah dilakukan
evaluasi, PPKM Darurat kembali diperpanjang 26 Juli-2 Agustus 2021, yang kemudian
diperpanjang hingga 9 Agustus 2021. Dalam perpanjangan terakhir, diberlakukan
PPKM Level 4 untuk kota/kabupaten yang memiliki asesmen WHO level 4, dan PPKM
level 3 untuk kota/kabupaten yang memiliki asesmen WHO level 3. Keputusan
perpanjangan atau pelonggaran PPKM akan ditentukan secara berkala dengan
memperhatikan perkembangan Covid-19 di seluruh Indonesia.
Berbagai tantangan muncul bersamaan selama lonjakan kasus Covid-19 ini. Di
antaranya, tingginya tingkat keterisian rumah sakit, kelangkaan oksigen medis dan
obat penanganan Covid-19, tingginya tingkat kematian pasien isolasi mandiri dan
tenaga kesehatan, serta berbagai masalah sosial ekonomi. Upaya terus dilakukan
oleh pemerintah untuk merespon permasalahan ini seperti menambah kapasitas
rumah sakit dan tempat isolasi, memperkuat pengawalan distribusi obat penanganan
Covid-19, mempercepat pengadaan dan penambahan ketersediaan oksigen, serta
meningkatkan layanan terhadap pasien isolasi mandiri. Menteri Kesehatan
menyampaikan bahwa pemerintah akan meningkatkan jumlah tes harian menjadi
400-500 ribu tes per hari, karantina untuk seluruh kontak erat dari kasus terkonfirmasi,
dan akan menjamin sarana dan prasarana fasilitas kesehatan. Vaksinasi juga terus
digiatkan pemerintah, baik melalui fasilitas kesehatan di berbagai tingkat, sentra
vaksinasi, maupun mobil vaksin keliling. Tercatat per tanggal 8 Agustus 2021, sudah
lebih dari 50 juta penduduk Indonesia telah mendapatkan vaksin dosis pertama atau
sekitar 24 persen dari sasaran vaksinasi yang sebesar 208,2 juta orang3.
3 covid19.go.id. Berita Terkini (Diakses pada 8 Agustus 2021)
26
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi
Tahun 2016 – Triwulan II/2021 (persen, YoY)
2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1 2021:2
Produk Domestik Bruto 5,0 5,1 5,2 5,0 3,0 -5,3 -3,5 -2,2 -0,7 7,1
Konsumsi Rumah Tangga 5,0 4,9 5,1 5,0 2,8 -5,5 -4,0 -3,6 -2,2 5,9
Konsumsi LNPRT 6,6 6,9 9,1 10,6 -5,0 -7,8 -2,0 -2,1 -4,0 4,1
Konsumsi Pemerintah -0,1 2,1 4,8 3,3 3,8 -6,9 9,8 1,8 2,3 8,1
PMTB 4,5 6,2 6,6 4,5 1,7 -8,6 -6,5 -6,2 -0,2 7,5
Ekspor Barang dan Jasa -1,6 8,9 6,6 -0,9 0,4 -12,0 -11,7 -7,2 7,0 31,8
Impor Barang dan Jasa -2,4 8,1 11,9 -7,4 -3,6 -18,3 -23,0 -13,5 5,5 31,2
Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan 3,4 3,9 3,9 3,6 0,0 2,2 2,2 2,6 3,3 0,4
Pertambangan dan Penggalian 0,9 0,7 2,2 1,2 0,4 -2,7 -4,3 -1,2 -2,0 5,2
Industri Pengolahan 4,3 4,3 4,3 3,8 2,1 -6,2 -4,3 -3,1 -1,4 6,6
Industri Pengolahan Nonmigas 4,4 4,9 4,8 4,3 2,0 -5,7 -4,0 -2,2 -0,7 6,9
Listrik dan Gas 5,4 1,5 5,5 4,0 3,9 -5,5 -2,4 -5,0 1,7 9,1
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Daur Ulang 3,6 4,6 5,6 6,8 4,4 4,4 5,9 5,0 5,5 5,8
Konstruksi 5,2 6,8 6,1 5,8 2,9 -5,4 -4,5 -5,7 -0,8 4,4
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 4,0 4,5 5,0 4,6 1,6 -7,6 -5,0 -3,6 -1,2 9,4
Transportasi dan Pergudangan 7,4 8,5 7,0 6,4 1,3 -30,8 -16,7 -13,4 -13,1 25,1
Akomodasi dan Makan Minum 5,2 5,4 5,7 5,8 1,9 -22,0 -11,8 -8,9 -7,3 21,6
Informasi dan Komunikasi 8,9 9,6 7,0 9,4 9,8 10,8 10,7 10,9 8,7 6,9
Jasa Keuangan dan Asuransi 8,9 5,5 4,2 6,6 10,6 1,1 -0,9 2,4 -3,0 8,3
Real Estate 4,7 3,6 3,5 5,8 3,8 2,3 2,0 1,2 0,9 2,8
Jasa Perusahaan 7,4 8,4 8,6 10,3 5,4 -12,1 -7,6 -7,0 -6,1 9,9
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,2 2,0 7,0 4,7 3,1 -3,2 1,8 -1,5 -3,0 9,5
Jasa Pendidikan 3,8 3,7 5,4 6,3 5,9 1,2 2,4 1,4 -1,7 5,7
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,2 6,8 7,1 8,7 10,4 3,7 15,3 16,5 3,3 11,6
Jasa lainnya 8,0 8,7 9,0 10,6 7,1 -12,6 -5,5 -4,8 -5,2 12,0
PDB Harga Berlaku (Rp Triliun) 12.402 13.590 14.839 15.833 3.922,6 3.687,8 3.894,6 3.929,2 3.970,5 4.175,8
PDB Harga Konstan (Rp Triliun) 9.434 9.913 10.426 10.949 2.703,1 2.589,8 2.720,5 2.709,0 2.684,0 2.772,8
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
27
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Investasi
Realisasi Penanaman Modal Asing
(PMA) mencapai Rp116,8 triliun
dan realisasi Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) mencapai
Rp106,8 triliun. Total nilai realisasi
investasi PMA dan PMDN pada
triwulan II tahun 2021 mencapai
Rp223,0 triliun, atau naik sebesar 1,5
persen dari triwulan I tahun 2021.
Nilai realisasi PMA mengalami
kenaikan sebesar 19,6 persen (YoY),
sementara nilai realisasi PMDN juga
tumbuh sebesar 12,7 persen (YoY).
Sektor yang berperan besar terhadap
realisasi PMA dan PMDN pada
triwulan II tahun 2021 adalah sektor
tersier, dengan nilai realisasi investasi
sebesar Rp113,8 triliun, tumbuh
sebesar 8,4 persen (YoY). Realisasi sektor primer meningkat tajam dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2020, dan juga mengalami kenaikan cukup signifikan
dibandingkan triwulan sebelumnya pada tahun yang sama. Pada sektor sekunder,
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pada tahun yang sama mengalami
kontraksi, namun dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada triwulan yang sama
mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Realisasi investasi terbesar pada sektor sekunder triwulan II tahun 2021 adalah
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya,
Berdasarkan sektor/bidang usaha, realisasi investasi terbesar pada triwulan II tahun
2021 di sektor sekunder disumbang oleh: (1) Industri Logam Dasar, Barang Logam,
Bukan Mesin dan Peralatannya; (2) Industri Makanan; (3) Industri Kimia dan Farmasi;
(4) Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain; dan (5) Industri Kertas
dan Percetakan.
Sektor sekunder yang mengalami pertumbuhan terbesar dibandingkan periode yang
sama tahun 2020 adalah Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki sebesar 138,8 persen,
Sedangkan Industri Tekstil mengalami kontraksi cukup signifikan sebesar 26,4 persen
akibat daya beli masyarakat menurun dan meningkatnya penjualan pakaian impor
yang mempengaruhi industri dalam negeri, serta adanya kebijakan Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Tabel 5. Realisasi Investasi
Uraian
Nilai
Q2 2021
(triliun Rp)
Growth (%) Share thd
Realisasi
Investasi
(%) QtQ YoY
Realisasi
Investasi 223,0 1,5 16,21 100,0
Penanaman
Modal Dalam
Negeri
(PMDN)
106,2 -1,6 12,7 47,6
Penanaman
Modal Asing
(PMA)*
116,8 4,5 19,6 52,4
Berdasarkan Sektor
Primer 30,3 14,0 41,9 13,6
Sekunder 78,9 -10,7 20,3 35,4
Tersier 113,8 8,6 8,4 51,1
kurs: Rp14.600/USD
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
28
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 6. Realisasi Investasi Sektor Sekunder
Uraian
Nilai
Q2 2021
(triliun Rp)
Growth (%) Share thd
Sektor
Sekunder(%) QtQ YoY
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan
Peralatannya
29,7 6,8 43,9 37,7
Industri Makanan 14,9 -31,6 -17,5 18,9
Industri Kimia Dan Farmasi 10,9 15,1 12,2 13,8
Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 5,5 -39,9 42,5 7,0
Industri Kertas dan Percetakan 4,1 -16,4 48,4 5,2
Industri Karet dan Plastik 3,5 65,2 91,2 4,4
Industri Mineral Non Logam 2,5 -54,3 35,0 3,2
Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran,
Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan Jam
2,2 -33,9 37,0 2,8
Industri Lainnya 2,0 258,0 -18,9 2,6
Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1,7 38,3 138,8 2,1
Industri Tekstil 1,3 -42,3 -26,4 1,6
Industri Kayu 0,6 169,3 103,5 0,8
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
Realisasi PMA berdasarkan sektor/bidang usaha dengan kontribusi terbesar pada
realisasi adalah: (1) Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan
Peralatannya; (2) Industri Makanan; (3) Industri Kimia dan Farmasi; (4) Industri
Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain; dan (5) Industri Kertas dan
Percetakan. Sementara berdasarkan negara asal PMA, realisasi terbesar berasal dari
Singapura sebesar Rp30,7 triliun.
Tabel 7. Sektor PMA Terbesar
Uraian
Nilai
Q2 2021
(triliun Rp)
Growth (%) Share
thd
Total
PMA (%) QtQ YoY
Industri Logam
Dasar, Barang
Logam, Bukan
Mesin dan
Peralatannya
19,1 3,2 35,0 16,4
Industri
Makanan
7,3 -44,9 7,3 6,2
Industri Kimia
Dan Farmasi
5,0 -34,3 -5,1 4,3
Industri
Kendaraan
Bermotor dan
Alat Transportasi
Lain
2,9 -39,0 85,2 2,5
Industri Lainnya 2,0 365,0 -17,2 1,8
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
Tabel 8. Realisasi PMA Terbesar
berdasarkan Negara Asal
Uraian
Nilai
Q2 2021
(triliun Rp)
Growth (%) Share thd
Total
PMA (%) QtQ YoY
Singapura 30,7 -19,0 9,6 26,36
Hongkong 21,1 76,3 26,4 18,12
Belanda 16,1 527,6 268,2 13,87
Jepang 10,4 121,8 19,2 8,95
Tiongkok 9,3 -38,2 -42,9 8,03
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
29
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Realisasi investasi di luar Jawa pada triwulan II tahun 2021 memberikan kontribusi
lebih besar yaitu 51,0 persen dari total realisasi investasi, dengan nilai sebesar Rp113,8
triliun, Sementara itu, proporsi realisasi investasi di pulau Jawa pada triwulan II tahun
2021 adalah sebesar 49,0 persen dengan nilai investasi sebesar Rp109,2 triliun
Pertumbuhan realisasi investasi terbesar secara YoY adalah pulau Maluku dan Papua
yaitu dengan nilai investasi sebesar Rp12,9 triliun, sedangkan realisasi investasi
terbesar secara QtQ adalah pulau Sulawesi dengan nilai investasi sebesar Rp34,2
triliun, Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang terdiri dari wilayah Jawa dan Sumatera
berkontribusi realisasi investasi sebesar 68,7 persen.
Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan II tahun
2021 adalah Jawa Barat sebesar Rp23,1 triliun; DKI Jakarta sebesar Rp14,0 triliun;
Maluku Utara sebesar Rp13,9 triliun; Sulawesi Tengah sebesar Rp 7,6 triliun; dan Riau
sebesar Rp6,5 triliun,
Realisasi PMDN terbesar adalah Sektor Perumahan, Kawasan Industri dan
Perkantoran, diikuti oleh (2) Transportasi, Gudang dan Komunikasi; (3) Listrik, Gas
dan Air; (4) Kontruksi; dan (5) Industri Makanan, Pertumbuhan terbesar YoY berada
pada Sektor Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran. Sedangkan pertumbuhan
terbesar QtQ berada pada Sektor Transportasi, Gudang dan Komunikasi.
Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMDN terbesar pada triwulan II
tahun 2021 adalah Jawa Timur sebesar Rp13,8 triliun; Jawa Barat sebesar Rp12,1
triliun; DKI Jakarta sebesar Rp 11,2 triliun; Banten sebesar Rp10,1 triliun; dan Jawa
Tengah sebesar Rp7,7 triliun.
Tabel 9. Realisasi Investasi
berdasarkan Lokasi
Uraian
Nilai
Q2 2021
(triliun Rp)
Growth (%) Share thd
Realisasi
Investasi
(%) QtQ YoY
Jawa 109,2 3,7 8,5 49,0
Luar Jawa 113,8 -0,5 24,6 51,0
Sumatera 44,0 -15,9 7,0 19,7
Kalimantan 15,5 -23,3 -20,1 6,9
Bali dan Nusra 7,2 -5,3 46,9 3,2
Sulawesi 34,2 151,9 61,6 15,3
Maluku 12,9 -37,7 174,2 5,8
Papua 153,2 -2,8 8,1 68,7
Kawasan Barat
Indonesia
69,8 12,4 39,0 31,3
Kawasan Timur
Indonesia
109,2 3,7 8,5 49,0
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
Tabel 10. Lokasi PMA Terbesar
Uraian Nilai
Q2 2021 (triliun Rp)
Growth (%) Share thd Total PMA
(%) QtQ YoY
Jawa Barat 23,1 9,8 19,0 19,8
DKI Jakarta 14,0 -4,1 15,2 12,0
Sulawesi
Tengah
13,9 92,2 327,2 11,9
Riau 7,6 -9,4 18,5 6,5
Sulawesi
Tenggara
6,5 -19,4 130,4 5,6
kurs: Rp14.600/USD
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
30
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Lima kabupaten dan kota
dengan realisasi PMDN
terbesar pada triwulan II tahun
2021 adalah Kota Tangerang
sebesar Rp4,8 triliun, Kota
Surabaya sebesar Rp4,1 triliun,
Kota Administrasi Jakarta
Selatan sebesar Rp3,7 triliun,
Kota Administrasi Jakarta
Pusat sebesar Rp3,4 triliun, dan
Kabupaten Karawang sebesar
Rp3,4 triliun. Beberapa faktor
yang menyebabkan Kota
Tangerang menjadi kota
dengan realisasi PMDN
terbesar pada triwulan II tahun
2021 antara lain karena
dukungan kemudahan dalam
hal layanan, digitalisasi
layanan dan proses perizinan
yang tidak rumit, serta adanya
kejelasan status tanah dan rasa
aman berinvestasi. Dukungan
Tabel 11. Sektor dan Lokasi PMDN Terbesar
Uraian
Nilai
Q2 2021
(triliun Rp)
Growth (%) Share thd
Total PMDN(%) QtQ YoY
SEKTOR
Perumahan, Kawasan Industri dan
Perkantoran
20,5 -5,0 170,5 19,3
Transportasi, Gudang dan
Komunikasi
14,4 8,9 -18,3 13,6
Listrik, Gas dan Air 11,6 1,8 24,3 11,0
Kontruksi 9,9 3,8 -16,1 9,3
Industri Makanan 7,0 -7,1 -34,3 6,7
LOKASI
Jawa Timur 13,8 39,2 16,9 13,0
Jawa Barat 12,1 -24,3 42,3 11,4
DKI Jakarta 11,2 29,6 -37,0 10,6
Banten 10,1 45,5 31,5 9,5
Jawa Tengah 7,7 -7,8 85,9 7,3
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
Tabel 12. Lokasi PMDN Terbesar
per Kabupaten/Kota
Uraian Nilai
Q2 2021 (triliun Rp)
Growth (%) Share thd Total
PMDN (%) QtQ YoY
Kota Tangerang 4,8 98,1 513,5 4,5
Kota Surabaya 4,1 -12,0 -16,7 3,8
Kota Adm. Jakarta
Selatan
3,7 14,5 -27,6 3,5
Kota Adm. Jakarta
Pusat
3,4 27,3 -52,0 3,2
Kabupaten
Karawang
3,4 52,6 1628,6 3,2
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
Tabel 13. Lokasi PMA Terbesar
per Kabupaten/Kota
Uraian Nilai
Q2 2021 (triliun Rp)
Growth (%) Share thd Total
PMA (%) QtQ YoY
Kab.
Halmahera
Tengah
11,7 83,0 894,4 10,0
Kab. Bekasi 8,1 -30,4 21,0 6,9
Kota Adm.
Jakarta
Selatan
5,8 -25,5 -30,3 5,0
Kab. Morowali 5,5 -10,0 1,4 4,7
Kab. Lahat 5,2 839,8 92.037,0 4,5
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
31
Perkembangan Ekonomi Indonesia
infrastruktur juga turut menjadi faktor investor tertarik menanamkan modal di kota
Tangerang, beberapa infrastruktur penunjang yang sudah dibangun antara lain
adalah Bandara Soekarno-Hatta, pelabuhan laut yang memadai, jalan tol, jalan non-
tol, jaringan rel kereta api, pasokan listrik, dan pasokan air (Waduk Sindang Heula dan
Waduk Karian).
Lima kabupaten dan kota dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan II tahun 2021
adalah Kabupaten Halmahera Tengah sebesar Rp11,7 triliun, Kabupaten Bekasi
sebesar Rp8,1 triliun, Kota Administrasi Jakarta Selatan sebesar Rp5,8 triliun
Kabupaten Morowali sebesar Rp5,5 triliun, dan Kabupaten Lahat sebesar Rp5,2 triliun.
Beberapa faktor yang menyebabkan Kabupaten Halmahera Tengah menjadi
kabupaten dengan realisasi PMA terbesar di triwulan II tahun 2021 yaitu adanya
dukungan pemerintah yang proaktif dalam memfasilitasi penyelesaian proyek
Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) serta adanya kolaborasi baik antar
pemerintah pusat dan daerah maupun antara investor dengan pengusaha lokal dan
UMKM. Dukungan infrastruktur juga turut membantu peningkatan realisasi investasi
seperi pembangunan pembangkit listrik dan pelabuhan (terminal khusus).
Penyerapan tenaga kerja PMDN
mencapai 165,7 ribu orang,
sedangkan dari PMA mencapai 146,2
ribu orang, Penyerapan Tenaga Kerja
proyek PMDN pada triwulan II tahun
2021 sebesar 53,1 persen dari total
penyerapan tenaga kerja, sedangkan
penyerapan tenaga kerja PMA sebesar
46,9 persen. Total penyerapan tenaga
kerja secara keseluruhan sebesar
311,9 ribu orang.
Realisasi investasi tahun 2020 terhadap target RPJMN 2020-2024. Terdapat
enam indikator untuk Kegiatan Prioritas (KP) “Perbaikan Iklim Usaha dan Peningkatan
Investasi Termasuk Reformasi Ketenagakerjaan” dalam RPJMN tahun 2020-2024,
dimana terdapat empat indikator yang berhubungan langsung dengan realisasi
investasi. Khusus untuk indikator nilai realisasi PMA dan PMDN dan nilai realisasi PMA
dan PMDN industri pengolahan, terdapat target penyesuaian sebagaimana
tercantum dalam tabel. Dari keempat target tersebut, saat ini terdapat dua target
yang telah tercapai hingga semester I tahun 2021 yaitu: (a) kontribusi PMDN terhadap
total realisasi PMA dan PMDN semester I dengan realisasi sebesar 48,4 persen atau
tercapai 101,3 persen; dan (b) kontribusi realisasi investasi luar Jawa semester I
dengan realisasi 51,0 persen atau tercapai 110,4 persen dari target tahun 2021.
Tabel 14. Penyerapan Tenaga Kerja
Uraian
Jumlah
Q2 2021
(orang)
Growth (%) Share thd
Total
Penyerapan
TK (%) QtQ YoY
Penyerapan
TK PMDN
165.684 0,0 14,0 53,1
Penyerapan
TK PMA
146.238 0,1 24,1 46,9
Total
Penyerapan
TK
311.922 0,0 18,6 100,0
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
32
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 15. Perbandingan Capaian dengan Target dalam RPJMN
2020-2024
Indikator Realisasi
tahun 2021**
Target 2021
dalam RPJMN
Target
Penyesuaian*
Capaian Target
tahun 2021 (%)
Nilai realisasi PMA dan PMDN
(Rp trilliun)
442,8 991,3 858,5 51,6
Kontribusi PMDN terhadap total
realisasi PMA dan PMDN
(persen)
48,4 47,8 - 101,3
Nilai realisasi PMA dan PMDN
Industri Pengolahan (Rp trilliun)
167,1 316,3 268,7 62,2
Kontribusi realisasi investasi luar
Jawa (persen)
51,0 46,2 - 110,4
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
* Sesuai dengan surat Kepala BKPM No 102/A,1/2020 tanggal 16 April 2020 perihal
Usulan Revisi Target Penanaman Modal Tahun 2020-2024 Akibat Dampak Covid-19 dan
Surat Bappenas No, B,265/M,PPN/D1/PP,03,02/04/2020 tanggal 24 April 2020 perihal
Persetujuan atas Usulan Revisi Target Penanaman Modal Tahun 2020-2024 Akibat
Dampak Covid-19
**Realisasi Triwulan II Tahun 2021
Industri
Sektor industri pengolahan pada triwulan
II tahun 2021 menunjukkan tren
pemulihan yang signifikan. Industri
pengolahan tumbuh positif mencapai 6,6
persen (YoY). Pertumbuhan ini didorong
oleh pertumbuhan industri pengolahan
migas sebesar 3,4 persen (YoY) dan
industri pengolahan nonmigas sebesar
6,9 persen (YoY). Kinerja tersebut jauh
lebih baik dibandingkan dengan kinerja
pada triwulan I tahun 2021 yang
terkontraksi 1,4 persen (YoY) untuk
industri pengolahan, dan 0,7 persen (YoY)
untuk industri pengolahan nonmigas.
Tren pemulihan pada industri
pengolahan ini merupakan cerminan dari
low base effect. Hal ini mengingat kinerja industri pengolahan pada triwulan II tahun
2020 mengalami kontraksi paling dalam bersamaan dengan pemberlakuan kebijakan
Gambar 8. Pertumbuhan Industri
Pengolahan Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik
6,6
7,1
6,9
3,4
-8,0
-6,0
-4,0
-2,0
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
2017 2018 2019 2020 2021 Q2
(per
sen
)
Industri Pengolahan
PDB Nasional
Industri Pengolahan Non Migas
Industri Pengolahan Migas
33
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pembatan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai respon penanganan terhadap sebaran
pandemi Covid-19 yang mulai meningkat di Indonesia.
Nilai tambah sektor industri pengolahan
pada triwulan II tahun 2021 mencapai
Rp805,6 triliun, atau sebesar 19,3 persen
dari PDB nasional. Kontribusi PDB industri
pengolahan nonmigas mencapai 17,3
persen.
Pertumbuhan industri pengolahan
nonmigas yang positif didorong
utamanya oleh subsektor industri alat
angkutan (45,7 persen, YoY), industri
logam dasar (18,0 persen, YoY), industri
mesin dan perlengkapan (16,4 persen,
YoY), industri karet, barang dari karet dan
plastik (11,7 persen, YoY), serta industri
kimia, farmasi, dan obat tradisional (9,2
persen, YoY). Industri alat angkutan
mengalami pertumbuhan yang signifikan
didukung oleh peningkatan permintaan
kendaraan bermotor sebagai dampak
pemberian insentif pajak penjualan atas
barang mewah (PPnBM). Peningkatan
produksi besi, baja, dan bahan baku
logam dasar lainnya dan tingginya
permintaan luar negeri terutama produk ferronickel dan stainless steel mendukung
pertumbuhan industri logam dasar. Pertumbuhan subsektor industri kimia, farmasi,
dan obat tradisional mengalami perlambatan. Namun, peningkatan produksi obat-
obatan untuk memenuhi permintaan domestik dalam menghadapi pandemi Covid-
19 masih menjadi pendorong pertumbuhan pada sektor ini.
Beberapa industri masih mengalami tekanan pada triwulan II tahun 2021, seperti
industri kertas yang terkontraksi semakin dalam menjadi sekitar 4,0 persen (YoY) dan
industri kayu dan barang dari kayu terkontraksi 6,1 persen (YoY). Sektor industri tekstil
dan pakaian jadi sudah menunjukkan tren pemulihan meskipun masih mengalami
kontraksi sebesar 4,5 persen (YoY). Potensi kenaikan kinerja industri tekstil dan
pakaian jadi didukung oleh produksi masker dan alat pelindung diri (APD) selama
pandemi Covid-19. Namun, pemulihan yang optimal diperkirakan membutuhkan
waktu yang cukup lama.
Gambar 9. Pertumbuhan Subsektor
Industri Pengolahan Nonmigas
Sumber: Badan Pusat Statistik
45,7
18,0
16,4
11,7
9,1
8,1
7,2
6,7
3,3
2,9
0,9
-1,1
-4,0
-4,5
-6,1
6,9
6,6
Alat Angkutan
Logam Dasar
Mesin dan Perlengkapan
Karet dll
Kimia dll
Barang Galian Bukan Logam
Furnitur
Barang Logam dll
Kulit dll
Makanan dan Minuman
Pengolahan Lainnya
Pengolahan Tembakau
Kertas dll
Tekstil dan Pakaian Jadi
Kayu dll
Industri Nonmigas
Industri Pengolahan
(persen)
34
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Perbaikan kinerja sektor industri juga
ditunjukkan oleh peningkatan kinerja
ekspor produk industri pengolahan pada
triwulan II tahun 2021 sebesar 51,7 persen
(YoY), atau sebesar USD42.110,1 miliar.
Kontribusi ekspor produk industri
pengolahan terhadap total ekspor
sebesar 78,0 persen. Perbaikan ekspor
produk industri pengolahan tersebut
didorong oleh perbaikan kinerja ekspor
produk industri besi dan baja, industri
pengolahan lemak dan minyak
hewan/nabati, industri mesin dan
perlengkapan listrik, industri kendaraan
dan bagiannya, industri kimia, serta
industri karet dan barang dari karet. Di sisi
lain, ekspor produk industri tekstil,
industri perhiasan, industri kertas masih mengalami perlambatan.
Kinerja ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama, seperti Tiongkok, Jepang,
India, Korea Selatan, dan Amerika Serikat menunjukkan perbaikan. Kenaikan harga
komoditas utama Indonesia seperti nikel, CPO, dan batu bara turut berkontribusi
pada peningkatan ekspor produk industri pengolahan dari Indonesia. Kinerja ekspor
terus diperkuat dengan dukungan kebijakan peningkatan hilirisasi ke produk-produk
bernilai tambah tinggi, perluasan pasar ekspor, serta optimalisasi kerja sama bilateral,
regional dan multilateral.
Kinerja investasi industri pengolahan juga meningkat. realisasi PMDN di industri
pengolahan pada triwulan II tahun 2021 mencapai Rp23.331,0 miliar, atau tumbuh
sebesar 1,4 persen (YoY). Pertumbuhan PMDN sektor industri tersebut lebih lambat
dibandingkan triwulan I tahun 2021 sebesar 16,1 persen. Pertumbuhan PMDN industri
pengolahan yang signifikan terdapat pada industri logam dasar (151,9 persen, YoY),
industri karet dan plastik (108,1 persen, YoY), industri kertas dan percetakan (86,3
persen, YoY), serta industri kayu (73,9 persen, YoY). Sektor industri yang mengalami
perlambatan pertumbuhan PMDN adalah industri barang dari kulit dan alas kaki
(-79,6 persen, YoY), industri kendaraan bermotor dan alat angkutan lain (-79,5 persen,
YoY), serta industri mesin, elektronik, dan peralatan lainnya (-67,5 persen, YoY).
Kontribusi PMDN sektor industri pengolahan terhadap total PMDN menapai 22,0
persen. Realisasi PMDN sektor industri pengolahan terbesar terjadi pada subsektor
industri makanan (Rp7.076,6 miliar), diikuti oleh industri kimia dan farmasi (Rp6.137,3
Gambar 10. Ekspor Produk Industri
Sumber: Badan Pusat Statistik
42,1
51,7
34,8
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2
2019 2020 2021
(per
sen
)
(mili
ar U
SD)
Ekspor Produk Industri (miliar USD)
Pertumbuhan Ekspor Produk Industri(persen)Pertumbuhan Ekspor Nasional
35
Perkembangan Ekonomi Indonesia
miliar), industri logam dasar (Rp3.953,6 miliar), serta industri kertas dan percetakan
(Rp2.298,3 miliar).
Dari sisi PMA, realisasinya di sektor industri pengolahan pada triwulan II tahun 2021
mencapai Rp3.803,4 miliar, atau mengalami pertumbuhan sebesar 28,7 persen (YoY).
Pertumbuhan PMA sektor industri yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah
industri barang dari kulit dan alas kaki (189,5 persen, YoY), industri barang galian non
logam (170,6 persen, YoY), industri kayu (164,1 persen, YoY), serta industri kendaraan
bermotor dan alat transportasi lain (82,7 persen, YoY). Subsektor industri pengolahan
yang mengalami perlambatan pertumbuhan PMA antara lain sektor industri tekstil
(-19,9 persen, YoY) serta industri kimia dan farmasi (-6,4 persen, YoY).
Kontribusi PMA sektor industri pengolahan terhadap total PMA sebesar 47,6 persen.
Realisasi PMA di sektor industri pengolahan terbesar pada subsektor industri logam
dasar dan barang dari logam (USD1.766,4 juta), industri makanan (USD533,9 juta),
industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain (USD364,1 juta), serta industri
kimia dan farmasi (USD324,4 juta).
Pertumbuhan realisasi PMA dan PMDN didorong oleh pemulihan ekonomi yang
bertahap, integrasi perizinan melalui Online Single Submission (OSS), serta perbaikan
peraturan dan prosedur sejalan dengan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 5
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko. Selain itu,
peningkatan investasi terjadi pada sektor padat karya, misalnya terkait proyek
Kawasan Industri berbasis logam dasar, serta pembangunan pabrik kendaraan listrik
dan industri baterai yang bersumber dari PMA. Realisasi investasi PMA juga
menunjukkan adanya diversifikasi sumber investasi dari Eropa dan Amerika Serikat.
Gambar 11. PMDN Sektor Industri
Sumber: BKPM
Gambar 12. PMA Sektor Industri
Sumber: BKPM
23,3
1,4
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
5
10
15
20
25
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
(per
sen
)
(mili
ar U
SD)
PMDN Pertumbuhan PMDN
3,8
28,7
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
(per
sen
)
(mili
ar U
SD)
PMA Pertumbuhan PMA
36
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Perkembangan pada triwulan II tahun 2021 juga menunjukkan bahwa daya beli
masyarakat kelas menengah ke atas terus mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukkan
oleh peningkatan permintaan terhadap barang tahan lama (durable goods),
khususnya mobil yang didorong oleh perluasan insentif berupa diskon Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil dengan kapasitas 1500-2500 cc
yang berlaku sejak bulan April 2021.
Kinerja penjualan mobil juga berdampak pada peningkatan produksi mobil sebanyak
259.710 unit atau tumbuh signifikan sebesar 521,4 persen (YoY) pada triwulan II tahun
2021. Peningkatan produksi mobil terbesar terjadi pada segmen mobil truk dengan
kapasitas di bawah 5 ton sebesar 1.197,5 persen (YoY) dan truk dengan kapasitas 5-
24 ton. Peningkatan ini sejalan dengan mulai pulihnya sektor konstruksi atau aktivitas
pembangunan infrastruktur. Pada segmen mobil penumpang, peningkatan terbesar
terjadi pada segmen mobil multi purpose dengan kapasitas dibawah 1500 cc sebesar
566,7 persen (YoY), mobil multi purpose dengan kapasitas 1500-2000 cc sebesar 417,4
persen (YoY), dan mobil sedan sebesar 88,9 persen (YoY). Di sisi lain, masih terjadi
penurunan pada segmen mobil Sport Utility Vehicle (SUV) dengan kapasitas 1500-
3000 cc (-33,5 persen, YoY).
Sebagai respon terhadap pengenaan diskon PPnBM, penjualan mobil pada triwulan
II tahun 2021 mencapai 206.443 unit, atau meningkat signifikan sebesar 758,7 persen
(YoY). Peningkatan penjualan mobil tersebut terutama pada segmen mobil
penumpang Multi Purpose Vehicle (MPV) dibawah 1.500 cc sebesar 1.168,8 persen
(YoY), dan Multi Purpose Vehicle (MPV) dengan kapasitas 1500-2500 cc sebesar 583,9
persen (YoY). Penjualan mobil truk dan bus juga mulai mengalami perbaikan, seperti
truk dengan kapasitas di bawah 5 ton (669,9 persen, YoY) dan bus dengan kapasitas
Gambar 13. Produksi Mobil
Sumber: CEIC
Gambar 14. Penjualan Mobil
Sumber: CEIC
258,7
521,4
-200
-100
0
100
200
300
400
500
600
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
(per
sen
)
(rib
u u
nit
)
Produksi Mobil
Pertumbuhan Produksi Mobil
206,4
758,7
-200-1000100200300400500600700800900
0
50
100
150
200
250
300
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
(per
sen
)
(rib
u u
nit
)
Penjualan Mobil
Pertumbuhan Penjualan Mobil
37
Perkembangan Ekonomi Indonesia
5-24 ton (8,9 persen). Penjualan mobil pada segmen SUV dengan kapasitas lebih dari
3.000 cc masih mengalami penurunan sebesar 35,4 persen (YoY).
Di sisi lain, penjualan motor mencapai 1.156.155 unit pada triwulan II tahun 2021, atau
tumbuh sebesar 268,6 persen (YoY). Pertumbuhan ini sedikit menurun dibandingkan
dengan triwulan I tahun 2021. Kinerja ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat
menengah ke bawah pada semester I tahun 2021 sudah lebih baik dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
Keberlanjutan aktivitas pembangunan infrastruktur atau peningkatan sektor
konstruksi juga mendorong perbaikan dari produksi semen pada triwulan II tahun
2021. Industri semen mulai tumbuh positif sebesar 12,2 persen (YoY), meskipun
penjualan semen sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan I tahun 2021.
Penurunan ini merupakan dampak dari tertundanya proyek-proyek konstruksi seperti
di Bali dan Nusa Tenggara yang mengalami stagnasi dari aktivitas pariwisata. Namun
secara umum, pertumbuhan produksi semen menunjukkan kelanjutan perbaikan
kondisi perekonomian secara keseluruhan.
Pelambatan dari beberapa indikator seperti PMA, penjualan motor dan penjualan
semen juga menunjukkan masih adanya kekhawatiran dari kelanjutan momentum
pemulihan. Kondisi ini juga tercermin dari ekspektasi dunia usaha pada Juni 2021
yang mengalami penurunan karena adanya peningkatan kasus Covid-19. Purchasing
Manager Index (PMI) Manufaktur mengalami ekspansi pada bulan Mei 2021 (55,3
poin), namun melambat pada bulan Juni 2021 (53,5 poin). Berdasarkan komponen
pembentuk PMI pada Juni 2021, ekspansi produksi menunjukkan pertumbuhan
moderat, sejalan dengan melemahnya permintaan ekspor (new order), adanya
Gambar 15. Penjualan Motor
Sumber: CEIC
Gambar 16. Penjualan Domestik Semen
Sumber: CEIC
1.156
268,6
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2
2019 2020 2021
(per
sen
)
(rib
u u
nit
)
Penjualan Motor
Pertumbuhan Penjualan Motor
14,1
12,2
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
0
5
10
15
20
25
Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2
2019 2020 2021
(per
sen
)
(ju
ta t
on
)
Penjualan Semen
Pertumbuhan Penjualan
38
Perkembangan Ekonomi Indonesia
tekanan pada biaya bahan, dan gangguan rantai pasok yang masih berlangsung.
Ekspansi produksi tersebut juga menyebabkan backlogs of work masih terus
meningkat di tengah peningkatan kasus Covid-19. Sementara itu, jam kerja dari
tenaga kerja perusahaan berangsur mengalami pemulihan. Secara keseluruhan,
ekpektasi dunia usaha tetap optimis sampai akhir tahun 2021, di tengah peningkatan
kasus Covid-19.
Gambar 17. Purchasing Manufacturing Index
Sumber: CEIC
Pariwisata
Dampak pandemi Covid-19 terhadap kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)
masih berlanjut. Jumlah kunjungan wisman pada triwulan II tahun 2021 sebesar 418
53,5
26,0
31,0
36,0
41,0
46,0
51,0
56,0
Jan2020
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan2021
Feb Mar Apr May Jun
Gambar 18. Kunjungan Wisman
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 16. Kunjungan Wisman berdasarkan Pintu
Masuk dan Negara Asal
Uraian Jumlah Wisman
Growth (%) Share (%) QtQ YoY
Pintu Masuk
Pintu Udara 48.600 124,0 1666,0 11,6
Pintu Laut 112.381 -3,7 -19,0 26,9
Pintu Darat 257.469 4,9 -23,1 61,5
Negara Asal
Cross Border* 342.332 3,8 -22,1 81,8
Tiongkok 21.622 66,5 273,3 5,2
Singapura 6.353 -6,0 40,0 1,5
Amerika Serikat 6.365 46,5 98,3 1,5
Lainnya 41.778 38,6 79,5 10,0
Sumber: Badan Pusat Statistik
*Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini
418
-12,2
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
Wisman (ribu orang)
Pertumbuhan (persen, YoY)
39
Perkembangan Ekonomi Indonesia
ribu orang, atau meningkat 8,9 persen dari triwulan sebelumnya (QtQ), meskipun
masih lebih rendah 12,1 persen dibandingkan triwulan II tahun 2020.
Selama pandemi, wisman menggunakan transportasi darat sebagai moda perjalanan
utama. Namun, jumlah wisman yang tiba melalui udara mengalami kenaikan yang
signifikan sebesar 124 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (QtQ), khususnya di
bandara Soekarno-Hatta dan bandara Sam Ratulangi di Sulawesi Utara. Originasi
wisman masih didominasi oleh wisman asal negara perbatasan (cross-border tourism),
seperti Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nugini dengan kontribusi sebesar 81,8
persen, dan disusul oleh Tiongkok dengan kontribusi 5,2 persen.
Penurunan kunjungan wisman juga
diikuti dengan penurunan devisa
pariwisata (ekspor jasa perjalanan). Pada
triwulan II tahun 2021, devisa pariwisata
sebesar USD121,0 juta, dengan rata-rata
pengeluaran wisman (ASPA) sebesar
USD289,0 per orang per kunjungan. Nilai
tersebut membaik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar USD88,3 juta,
dengan ASPA sebesar USD230,0 per
orang per kunjungan. Nilai ASPA pada
triwulan II tahun 2021 masih berada jauh
di bawah pencapaian sebelum pandemi
karena dominasi wisman cross-border
dengan pengeluaran belanja yang
rendah.
Pemulihan wiman ke depan akan bergantung pada penanganan pandemi Covid-19
yang efektif, terbentuknya herd immunity melalui vaksinasi nasional, citra pemasaran
yang positif, perbaikan konektivitas/aksesibilitas, serta penyesuaian kebijakan visa
kunjungan. Pada saat yang sama, penerapan protokol kesehatan di berbagai destinasi
wisata tetap penting untuk ditingkatkan dan dijaga konsistensinya dengan dukungan
kolaborasi berbagai pihak.
Sementara itu, wisatawan nusantara (wisnus) memiliki potensi pemulihan jangka
pendek yang lebih baik dibandingkan dengan wisman. Sepanjang triwulan II tahun
2021, terjadi peningkatan mobilitas masyarakat yang ditunjukkan oleh peningkatan
penumpang transportasi umum. Secara keseluruhan, jumlah penumpang transportasi
umum pada triwulan II tahun 2021 sebesar 20,4 juta orang, atau bertambah sebesar
4,1 juta penumpang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan ini
Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan
dan Rerata Pengeluaran Wisman
Sumber: Bank Indonesia
104
249
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
Ekspor Jasa Perjalanan (juta USD)
ASPA (USD/orang)
40
Perkembangan Ekonomi Indonesia
terjadi pada seluruh moda transportasi. Peningkatan terbesar tercatat di moda kereta
api, yaitu sebesar 34,1 persen (QtQ).
Permintaan terhadap industri perhotelan juga mengalami peningkatan, sejalan
dengan meningkatnya mobilitas masyarakat, terlepas dari pembatasan mobilitas
selama libur lebaran. Hal ini ditunjukkan pada Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel
Berbintang pada triwulan II tahun 2021 yang meningkat 2,2 poin dari triwulan
sebelumnya (QtQ) menjadi sebesar 35,1 persen. Hotel Berbintang 5 mengalami
peningkatan TPK terbesar yakni sebesar 9,4 poin. Di sisi lain, length of stay (LOS) atau
lama tinggal wisatawan pada hotel berbintang tidak mengalami perubahan berarti.
Tingkat LOS yang masih tergolong rendah disebabkan oleh pola berwisata yang
masih terbatas.
Perbaikan mobilitas masyarakat dan TPK Hotel Berbintang didorong oleh
pelaksanaan kebijakan Work From Destinasi (Bali, Lombok, Yogyakarta, dll), kegiatan
MICE Pemerintah, serta aktivitas wisata lokal pasca Hari Raya Idul Fitri. Beberapa
aspek dalam penguatan wisnus yang terpengaruh oleh pandemi dan perlu
diperhatikan antara lain penerapan standar cleanness, healthy, safety and environment
sustainability (CHSE), penerapan protokol kesehatan, pengelolaan arus pengunjung,
dan kesiapsiagaan untuk penanganan risiko.
Berdasarkan persebaran provinsi, TPK Hotel berbintang pada bulan Juni tahun 2021
mengalami peningkatan, dengan TPK tertinggi berada pada provinsi Kalimantan
Timur (57,7 persen). Sementara provinsi dengan TPK terendah adalah Bali (16,7
persen). TPK Hotel Berbintang pada 5 Destinasi Super Prioritas secara rata-rata adalah
Gambar 20. Jumlah Penumpang
Transportasi Nasional
Sumber: Badan Pusat Statistik
Gambar 21. Jumlah Penumpang
Transportasi Nasional
Sumber: Badan Pusat Statistik
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(Ju
ta O
ran
g)
Pesawat Domestik
Kereta (Non KRL)
Kapal Laut
38,6
1,68
0
0,5
1
1,5
2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei
2020 2021
TPK (%) LOS (Hari)
41
Perkembangan Ekonomi Indonesia
sebesar 43,5 persen, lebih baik dari nilai TPK Indonesia sebesar 38,6 persen, dimana
DPSP Manado-Likupang (Sulawesi Utara) memiliki TPK tertinggi sebesar 49,1 persen.
Gambar 22. TPK Hotel Berbintang berdasarkan Provinsi
Sumber: Badan Pusat Statistik
Kondisi pandemi Covid-19 secara keseluruhan mempengaruhi nilai tambah yang
dihasilkan oleh industri pariwisata. PDB sektor penyediaan akomodasi dan makan-
minum (akmamin) pada triwulan II tahun 2021 tumbuh sebesar 21,6 persen (YoY),
atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Nasional (7,1 persen). Nilai
tambah sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum pada triwulan
II tahun 2021 masing-masing mencapai Rp83,9 triliun dan Rp19,6 triliun, dan secara
keseluruhan memberikan kontribusi sebesar 2,48 persen pada PDB nasional.
Pemulihan pada sektor penyediaan akomodasi dan makan minum ini didorong oleh
pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat sebelum Idul Fitri. Digitalisasi juga
Gambar 23. PDB Sektor Akomodasi
dan Makan Minum
Sumber: Badan Pusat Statistik
Gambar 24. Investasi Sektor Hotel
dan Restoran
Sumber: BKPM
-50
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
PDB NasionalSektor AkmaminAkomodasi
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Proyek(Unit)
Nilai (RpMiliar)
Proyek(Unit)
Nilai (RpMiliar)
PMA PMDN
2020 Q1 2020 Q2
2020 Q3 2020 Q4
2021 Q1 2021 Q2
42
Perkembangan Ekonomi Indonesia
menjadi salah satu peluang yang dimanfaatkan khususnya oleh subsektor penyediaan
makan minum dalam rangka mempertahankan permintaan pasar dan pengelolaan
risiko selama pandemi.
Pemulihan juga ditunjukkan dengan peningkatan realisasi investasi di sektor
pariwisata (hotel dan restoran) pada triwulan II tahun 2021, yang mencakup realisasi
2.890 proyek PMDN dengan nilai sebesar Rp3,2 triliun dan 1.907 unit proyek PMA
senilai Rp1,6 triliun. Realisasi pertumbuhan PMDN sektor pariwisata yang terbesar
terdapat di investasi hotel dengan nilai Rp2,9 triliun, atau meningkat 37,6 persen
(YoY). Realisasi investasi PMA pada triwulan II tahun 2021 mengalami peningkatan
129 persen (YoY). Peningkatan realisasi PMA dan PMDN di sektor pariwisata
merupakan hasil dari berjalannya fasilitasi investasi, kemudahan berusaha sejalan
dengan pelaksanaan Undang-undang Cipta Kerja, serta keberlanjutan dari
pembangunan infrastruktur dasar dan aksesibilitas pada Destinasi Pariwisata Prioritas
(DPP).
2.2 Produk Domestik Regional Bruto
Kinerja perekonomian di semua wilayah
terakselerasi seiring dengan kinerja
pertumbuhan ekonomi nasional yang
tinggi. Pertumbuhan ekonomi tertinggi
terjadi di wilayah Maluku dan Papua,
walaupun Papua Barat terkontraksi.
Sementara, akselerasi wilayah Bali-Nusra
masih terbatas pada triwulan II tahun
2021. Pertumbuhan Bali masih lambat
mengingat belum pulihnya sektor utama
di wilayah tersebut. Dilihat dari
kontribusinya, kinerja perekonomian
nasional masih ditopang oleh wilayah
Jawa terutama provinsi DKI Jakarta.
Meskipun Wilayah Maluku Papua tumbuh tinggi, Provinsi Papua Barat tumbuh
negatif. Secara agregat, wilayah Maluku dan Papua tumbuh jauh sedikit lebih lambat
dibandingkan triwulan I tahun 2021 yaitu sebesar 8,7 persen (YoY). Pertumbuhan
wilayah Maluku Papua didorong oleh tingginya pertumbuhan provinsi Maluku Utara
dan Papua. Pada triwulan II tahun 2021, pertumbuhan Maluku Utara dan Papua
sebesar 16,9 dan 13,1 persen (YoY). Pertumbuhan Maluku Utara didorong oleh
peningkatan sektor pertambangan (93,4 persen, YoY) dan industri pengolahan (63,1
persen, YoY) seiring dengan operasionalisasi fasilitas high pressure acid leaching
Gambar 25. Pertumbuhan dan
Kontribusi Wilayah
Sumber: Badan Pusat Statistik
8,7
3,7
8,5
6,3
5,3
7,9
2,4
2,9
6,9
8,2
21,7
57,9
Maluku Papua
Bali Nusra
Sulawesi
Kalimantan
Sumatera
Jawa
Kontribusi Pertumbuhan
43
Perkembangan Ekonomi Indonesia
(HPAL) di Pulau Obi. Dari sisi pengeluaran, peningkatan tercermin pada pertumbuhan
ekspor luar negeri yang mencapai 354,8 persen (YoY) sejalan dengan meningkatnya
nilai ekspor golongan besi dan baja, golongan bijih, kerak, dan abu logam serta
golongan nikel. Sementara, pertumbuhan Papua didorong oleh peningkatan sektor
pertambangan (34,4 persen, YoY) sejalan dengan peningkatan produksi tembaga dan
emas. Dari sisi pengeluaran, peningkatan juga tercermin pada pertumbuhan ekspor
luar negeri yang mencapai 193,5 persen sejalan dengan meningkatnya nilai ekspor
golongan bijih tembaga dan konsentrat.
Di sisi lain, Papua Barat mengalami kontraksi sebesar 2,4 persen (YoY) disebabkan
oleh turunnya sektor pertambangan (-9,8 persen, YoY) dan industri pengolahan (-5,1
persen, YoY). Turunnya sektor tersebut terjadi akibat turunnya produksi LNG
(Liquefied Natural Gas/Gas Alam Cair) Tangguh di kabupaten Teluk Bintuni yang
terkontraksi 17,5 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2021. Dari sisi pengeluaran,
kontraksi terlihat pada komponen ekspor luar negeri yang tumbuh negatif sebesar
12,9 persen (YoY) sejalan dengan terkontraksinya pertumbuhan ekspor hasil
pengilangan LNG Tangguh ke sejumlah negara tujuan utama seperti Tiongkok, Korea
Selatan, Jepang dan Singapura sebesar 31,7 persen (YoY). Sementara pertumbuhan
Maluku relatif moderat yaitu sebesar 4,5 persen (YoY) didorong oleh pulihnya sektor-
sektor jasa diantaranya transportasi dan pergudangan (15,1 persen YoY),
perdagangan (7,3 persen YoY), dan administrasi pemerintahan (6,8 persen YoY). Dari
sisi pengeluaran, pertumbuhan Maluku didorong oleh investasi dan konsumsi
pemerintah yang tercatat tumbuh masing-masing sebesar 4,1 dan 5,0 persen (YoY).
Sulawesi tumbuh tinggi didorong oleh Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan
Sulawesi Selatan. Sementara, ekonomi Gorontalo dan Sulawesi Tenggara masih
lemah. Pada triwulan II tahun 2021 wilayah Sulawesi tumbuh sebesar 8,5 persen (YoY)
lebih baik dari triwulan I tahun 2021 yang tumbuh sebesar 1,2 persen (YoY). Kinerja
wilayah Sulawesi didorong oleh pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah (15,4 persen,
YoY), Sulawesi Utara (8,5 persen, YoY), dan Sulawesi Selatan (7,7 persen, YoY).
Pertumbuhan Sulawesi Tengah didorong oleh industri pengolahan, pertambangan,
dan konstruksi yang masing-masing tumbuh sebesar 35,8; 16,0; dan 15,4 persen
(YoY). Pertumbuhan tersebut sejalan dengan data realisasi nilai ekspor luar negeri
yang meningkat sebesar 84,8 persen (YoY). Ekspor luar negeri didominasi oleh
golongan besi dan baja dari nikel. Sementara, konstruksi didorong oleh proyek
pembangunan KEK Palu.
Pertumbuhan Sulawesi Utara didorong oleh konstruksi, industri pengolahan dan
pertanian yang tumbuh masing-masing sebesar 19,0; 5,7; dan 2,8 persen (YoY).
Pertumbuhan industri pengolahan dan pertanian sejalan dengan peningkatan ekspor
produk unggulan Sulawesi Utara komoditi lemak dan minyak (HS 15). Sementara
peningkatan konstruksi sejalan dengan percepatan penyelesaian proyek-proyek
44
Perkembangan Ekonomi Indonesia
strategis pemerintah yang tertunda seperti Tol Manado-Bitung, infrastruktur
pendukung KEK Bitung serta KSPN Manado-Bitung-Likupang. Sementara, Sulawesi
Selatan tumbuh didorong oleh konstruksi, pertanian serta pulihnya sektor jasa
terutama sektor perdagangan dan sektor transportasi dan pergudangan. Transportasi
dan pergudangan merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu
sebesar 73,9 persen (YoY). Tingginya pertumbuhan ini terjadi karena faktor low base
effect dimana pertumbuhan pada triwulan II tahun 2020 terkontraksi sebesar 50,8
persen (YoY). Sementara peningkatan konstruksi sejalan dengan proyek
pembangunan infrastruktur irigasi, preservasi dan pembangunan jalan, serta proyek
pembangunan lainnya seperti pembangunan RS Regional Bone dan Rehab Studio
Mattoangin.
Pertumbuhan Gorontalo dan Sulawesi Tenggara masih lemah yaitu masing-masing
sebesar 3,4 dan 4,2 persen (YoY). Pada Provinsi Gorontalo pertumbuhan didorong
oleh sektor pertanian (2,7 persen, YoY) dan industri pengolahan (12,4 persen, YoY).
Sektor pertanian tumbuh sejalan dengan peningkatan produksi tanaman pangan.
Sementara, akselerasi sektor industri pengolahan terjadi akibat peningkatan pada
industri makanan dan minuman. Di sisi lain, pertumbuhan sektor jasa-jasa masih
lemah terutama pada sektor real estate yang masih terkontraksi sebesar 8,7 persen
(YoY). Pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara didorong oleh sektor
perdagangan (6,8 persen, YoY), industri pengolahan (10,6 persen, YoY), dan konstruksi
(4,7 persen, YoY). Pertumbuhan perdagangan sejalan dengan mulai pulihnya
konsumsi. Akselerasi industri pengolahan terjadi sejalan dengan meningkatnya
ekspor komoditas hasil industri pengolahan (feronikel). Sementara peningkatan
pertumbuhan konstruksi didorong oleh proyek pembangunan beberapa bendungan
seperti bendungan Ladongi dan bendungan Ameroro, serta percepatan
pembangunan beberapa proyek seperti pembangunan Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) 150 Kilovolt (kV) Kendari – Andoolo – Kasipute untuk memenuhi
kebutuhan industri smelter dan pengerjaan konstruksi rumah sakit (RS) Jantung dan
Pembuluh Darah tahap II.
Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan ditopang oleh Kalimantan Barat dan
Kalimantan Utara. Wilayah Kalimantan secara agregat tumbuh sebesar 6,3 persen
(YoY) pada triwulan II tahun 2021, lebih baik dari triwulan I tahun 2021 yang
terkontraksi sebesar 2,2 persen (YoY). Provinsi Kalimantan Barat menjadi provinsi
yang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 10,8 persen (YoY). Akselerasi
pertumbuhan ini disebabkan oleh pulihnya sektor pertanian (11,4 persen, YoY) dan
sektor jasa (13,3 persen, YoY). Pertumbuhan pertanian didorong oleh produksi sektor
perkebunan tahunan terutama kelapa sawit yang meningkat cukup tajam.
Peningkatan produksi ini karena tingginya permintaan dan harga komoditas kelapa
sawit di pasar global. Pada sektor jasa-jasa, jasa kesehatan tumbuh tinggi hingga 56,6
45
Perkembangan Ekonomi Indonesia
persen (YoY) seiring dengan aktivitas rumah sakit dalam rangka penanggulangan dan
vaksinasi Covid-19 yang masih tinggi.
Sementara itu, pertumbuhan Kalimantan Utara tumbuh sebesar 5,8 persen (YoY) pada
triwulan II tahun 2021. Pertumbuhan ini didorong oleh pertambangan (8,1 persen,
YoY), sektor jasa terutama perdagangan (8,1 persen, YoY), pertanian (3,3 persen, YoY),
dan konstruksi (4,5 persen, YoY). Pertambangan tumbuh sejalan dengan permintaan
komoditas batu bara yang tinggi sebagai dampak dari membaiknya perekonomian
Tiongkok yang mendorong ekspor batu bara Kaltara juga meningkat, dengan
melakukan peningkatan produksi perusahaan batu bara yang ada. Perdagangan
dapat kembali menguat sejalan dengan berbagai kebijakan pemerintah dan diikuti
oleh berbagai program Sales Otomotif untuk memberikan diskon DP, servis berkala
dan lain sebagainya. Sementara pertanian didorong oleh naiknya produksi
perkebunan perusahaan swasta, sebagai dampak dari mulai berproduksinya tanaman
perkebunan baru dan sektor konstruksi karena percepatan pembangunan jalan
Malinau-Krayan serta pemeliharaan rutin jalan lingkungan dan perbatasan di
Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara.
Wilayah Bali-Nusra menjadi wilayah yang memiliki pertumbuhan ekonomi
paling rendah, akibat belum pulihnya ekonomi di Provinsi Bali. Secara agregat,
wilayah Bali dan Nusa Tenggara tumbuh sebesar 3,7 persen (YoY) pada triwulan II
tahun 2021. Ekonomi provinsi Bali tumbuh sebesar 2,8 persen (YoY). Meskipun
pertumbuhan ekonomi Bali sudah positif, pertumbuhan ini masih rendah mengingat
dalamnya kontraksi yang dialami Bali pada triwulan II tahun 2020. Aktivitas pariwisata
yang memiliki kaitan erat dengan sektor penyediaan akomodasi dan makanan
minuman serta transportasi hanya tumbuh masing-masing sebesar 4,9 dan 2,2 persen
(YoY). Pada triwulan II tahun 2020, sektor akomodasi dan makanan minuman serta
transportasi terkontraksi cukup dalam masing-masing sebesar -33,2 dan -39,4 persen
(YoY). Berbagai program pemulihan untuk mendorong pariwisata seperti Program
Work from Bali yang dilakukan oleh sejumlah Kementerian/Lembaga, peningkatan
aktivitas MICE yang berjalan cukup intens selama triwulan II tahun 2021, seperti event
“7 Miracle Art Painting & Sculpture Exhibition”, "Bali Kembali Movement“, dan
“Denpasar Fashion Festival 2021” masih belum cukup untuk memulihkan pariwisata
di Bali.
Provinsi Nusa Tenggara Barat tumbuh tertinggi diantara provinsi lainnya di Wilayah
Bali dan Nusa Tenggara. Pertumbuhan di provinsi ini sebesar 4,7 persen (YoY) pada
triwulan II tahun 2021. Sektor utama pendorong ekonomi NTB, yaitu konstruksi dan
jasa masing-masing sebesar 15,5 dan 10,8 persen (YoY). Tumbuhnya konstruksi
seiring dengan percepatan konstruksi prioritas nasional seperti Bendungan Bintang
Bano dan KEK Mandalika. Sementara peningkatan sektor jasa disebabkan oleh
tumbuhnya sektor penyediaan akomodasi makanan dan minuman (64,2 persen, YoY),
46
Perkembangan Ekonomi Indonesia
serta transportasi (59,6 persen, YoY). Peningkatan tersebut sejalan dengan
meningkatnya aktivitas pada sektor pariwisata yang mendorong tingkat hunian
kamar hotel dan jumlah pengunjung restoran, serta peningkatan jumlah penumpang
transportasi udara dibandingkan tahun sebelumnya.
Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi yang pertumbuhannya moderat, tumbuh
sebesar 4,2 persen (YoY) pada triwulan II tahun 2021. Sektor yang mendorong
pertumbuhan NTT yaitu perdagangan dan transportasi yang masing-masing tumbuh
sebesar 7,0 dan 16,5 persen (YoY). Hal ini sejalan dengan pelonggaran pembatasan
kegiatan masyarakat serta adanya masa liburan sekolah dan perayaan hari raya Idul
Fitri yang turut meningkatkan aktivitas masyarakat di tempat perbelanjaan.
Sementara peningkatan sektor transportasi terjadi akibat adanya peningkatan jumlah
penumpang angkutan udara dan kapal sebagai alat transportasi mudik sebelum
lebaran.
Wilayah Jawa mengalami pemulihan yang signifikan terutama Provinsi DKI
Jakarta dan DI Yogyakarta. Secara agregat, pertumbuhan ekonomi Wilayah Jawa
tumbuh sebesar 7,9 persen (YoY), jauh terakselerasi dibanding triwulan sebelumnya
yang mengalami kontraksi sebesar 0,9 persen (YoY). Pada triwulan II tahun 2021,
semua provinsi di Wilayah Jawa mengalami pemulihan yang cukup signifikan,
terutama Provinsi DI Yogyakarta dan DKI Jakarta. Provinsi DI Yogyakarta menjadi
provinsi yang pertumbuhannya paling tinggi, yakni tumbuh sebesar 11,8 persen
(YoY), diikuti oleh Provinsi DKI Jakarta yang tumbuh hingga 10,9 persen (YoY).
Provinsi DI Yogyakarta kembali menjadi provinsi dengan pertumbuhan tertinggi di
wilayah Jawa yakni tumbuh hingga 11,8 persen (YoY). Akselerasi tersebut didorong
oleh meningkatnya kinerja sektor-sektor utama. Industri pengolahan tumbuh sebesar
7,6 persen (YoY) seiring dengan peningkatan kinerja beberapa kelompok industri
seperti industri tekstil, industri kulit, industri makanan dan minuman, industri furnitur
dan lain-lain. Sektor informasi dan komunikasi tumbuh hingga 18,4 persen (YoY)
seiring dengan masih diperpanjangnya kegiatan daring baik kegiatan perkantoran
maupun pendidikan, bahkan beberapa event dilaksanakan secara virtual. Kontruksi
tumbuh tinggi hingga 21,5 persen (YoY) didorong oleh pembangunan berbagai
fasilitas pendukung bandara seperti jalan, rel, hotel dan lainnya. Sektor lain yang
tumbuh tinggi diantaranya jasa perusahaan (26,2 persen, YoY), akomodasi (58,8
persen, YoY), dan jasa lainnya (79,3 persen, YoY). Sementara itu, sektor yang
melambat adalah pertanian (-13,1 persen, YoY) dan administrasi pemerintahan (-2,9
persen, YoY).
Provinsi DKI Jakarta tumbuh hingga 10,9 persen (YoY), meningkat cukup signifikan
dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,9 persen (YoY). Pertumbuhan
ekonomi DKI Jakarta didorong oleh membaiknya kinerja sektor-sektor utama seperti
47
Perkembangan Ekonomi Indonesia
perdagangan (13,5 persen, YoY), jasa keuangan (9,9 persen, YoY), konstruksi (5,3
persen, YoY), dan industri pengolahan (25,3 persen, YoY). Hal ini salah satunya
didorong oleh pelonggaran kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat pada triwulan II
2021. Sementara itu, penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi sektor yang
tumbuh paling tinggi yakni tumbuh sebesar 45,4 persen (YoY) seiring dengan tingkat
penghunian kamar yang tumbuh sebesar 102,9 persen (YoY) dan pajak restoran yang
tumbuh positif. Sektor transportasi dan pergudangan juga menjadi sektor yang
tumbuh tinggi yakni tumbuh hingga 41,7 persen (YoY) didorong oleh meningkatnya
jumlah angkutan penumpang, angkutan barang, serta jasa kurir. Sementara itu,
industri pengolahan tumbuh tinggi didorong oleh industri alat angkutan serta
produksi mobil yang tumbuh hingga 521 persen.
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan kontribusi kedua terbesar di Wilayah
Jawa setelah DKI Jakarata tumbuh sebesar 7,1 persen (YoY), membaik dari triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 0,4 persen. Pemulihan ekonomi Jawa Timur
juga didorong oleh membaiknya kinerja sektor utama dan sektor esensial. Sektor
industri pengolahan tumbuh 6,9 persen (YoY), perdagangan tumbuh 13,6 persen
(YoY) seiring dengan peningkatan penjualan kendaraan bermotor, serta akomodasi
tumbuh sebesar 14,8 persen (YoY) seiring dengan tingkat penghunian kamar hotel
yang meningkat. Sektor-sektor lain yang tumbuh tinggi diantaranya transportasi
tumbuh hingga 22,7 persen (YoY) dan jasa lainnya tumbuh hingga 41,2 persen (YoY).
Sementara itu, sektor pertanian mengalami perlambatan yakni terkontraksi sebesar
3,1 persen (YoY) disebabkan oleh masa panen raya yang sudah terjadi pada triwulan
I 2021.
Hampir seluruh provinsi di Wilayah Sumatera tumbuh lebih dari 5 persen,
kecuali Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Perekonomian wilayah Sumatera pada
triwulan II tahun 2021 tumbuh sebesar 5,3 persen (YoY), membaik dari triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 0,9 persen (YoY). Secara umum, semua provinsi
mengalami perbaikan dan tumbuh di atas 5 persen (YoY) kecuali Provinsi Aceh yang
tumbuh 2,6 persen (YoY) dan Provinsi Sumatera Utara tumbuh 5,0 persen (YoY).
Provinsi Kepulauan Riau menjadi provinsi yang pertumbuhannya paling tinggi di
Wilayah Sumatera, yakni tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY) didorong oleh
meningkatnya kinerja beberapa sektor, terutama industri pengolahan. Industri
pengolahan yang menjadi sumber pertumbuhan tertinggi (berkontribusi sebesar 3,2
persen) tumbuh sebesar 7,6 persen (YoY) didorong oleh meningkatnya nilai tambah
subkategori industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan
peralatan listrik, dan subkategori industri mesin dan perlengkapan. Sektor konstruksi
menjadi sumber pertumbuhan tertinggi kedua (berkontribusi sebesar 1,7 persen)
tumbuh sebesar 9,4 persen (YoY) didorong oleh proyek peningkatan dan
pembangunan beberapa ruas jalan di Batam, pembuatan IPAL, konstruksi BTS, dan
48
Perkembangan Ekonomi Indonesia
renovasi Taman Rusa Sekupang. Sektor-sektor lain yang tumbuh tinggi diantaranya:
jasa lainnya (637,7 persen, YoY), transportasi (56,2 persen, YoY), jasa perusahaan (41,2
persen, YoY), jasa kesehatan (31,0 persen, YoY), dan akomodasi (21,6 persen, YoY).
Sementara sektor-sektor yang masih terkontraksi adalah perdagangan (-2,0 persen,
YoY) dan real estate (-0,6 persen, YoY).
Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang berkontribusi paling tinggi
terhadap perkonomian Wilayah Sumatera tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY),
mengalami akselerasi dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,9 persen
(YoY). Sektor-sektor utama tumbuh positif diantaranya pertanian (4,9 persen, YoY),
industri pengolahan (2,3 persen, YoY), perdagangan (6,9 persen, YoY), dan konstruksi
(5,0 persen, YoY). Pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh pembangunan jalan
tol Trans-Sumatera Seksi Kualatanjung-Tebingtinggi-Parapat dan Binjai Stabat, serta
pembangunan Rel Kereta Api Lintas Sumatera Seksi Rantau Prapat-Aek Kanopan dan
Stabat-Langsa. Sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor pertanian yakni
sebesar 1,3 persen diikuti oleh perdagangan sebesar 1,2 persen.
Di sisi lain, Provinsi Aceh merupakan provinsi yang tumbuh terbatas yakni tumbuh
sebesar 2,6 persen (YoY). Sektor pertambangan menjadi sektor yang memberikan
kontribusi negatif (-2,6 persen) terhadap pertumbuhan sehingga pertumbuhan
ekonomi Aceh sedikit tertahan. Sektor pertambangan terkontraksi cukup dalam yakni
terkontraksi sebesar 27,7 persen (YoY) akibat produksi migas yang menurun (PT.
Medco EP Malaka shutdown sekitar sebulan). Sementara sektor yang menjadi sumber
pertumbuhan tertinggi diantaranya transportasi (2,3 persen), perdagangan (1,2
persen), administrasi pemerintahan (1,1 persen), dan pertanian (0,8 persen). Sektor
transportasi tumbuh tinggi yakni tumbuh hingga 63,3 persen (YoY) didorong oleh
penumpang angkutan udara yang meningkat signifikan, perdagangan tumbuh
sebesar 8,4 persen (YoY), administrasi pemerintah tumbuh sebesar 12,4 persen (YoY),
dan pertanian tumbuh sebesar 2,6 persen (YoY).
49
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Tahun 2016 – Triwulan II/2021 (persen, YoY)
2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1 2021:2
Sumatera 4,3 4,3 4,5 4,6 3,0 -3,2 -2,3 -2,2 -0,86 5,27
Aceh 3,3 4,2 4,6 4,1 3,4 -1,6 -0,1 -3,0 -1,89 2,56
Sumut 5,2 5,1 5,2 5,2 4,2 -2,8 -2,6 -2,9 -1,85 4,95
Sumbar 5,3 5,3 5,1 5,0 3,9 -4,9 -2,9 -2,2 -0,15 5,76
Riau 2,2 2,7 2,4 2,8 2,1 -3,3 -1,7 -1,5 0,41 5,13
Jambi 4,4 4,6 4,7 4,4 2,0 -1,9 -0,9 -1,0 -0,31 5,39
Sumsel 5,0 5,5 6,0 5,7 4,0 -1,6 -1,4 -1,2 -0,40 5,71
Bengkulu 5,3 5,0 5,0 4,9 3,6 -0,7 -0,5 -2,4 -1,58 6,29
Lampung 5,1 5,2 5,2 5,3 1,7 -3,6 -2,4 -2,3 -2,10 5,03
Kep. Babel 4,1 4,5 4,4 3,3 1,4 -5,0 -4,4 -1,0 0,97 6,85
Kep. Riau 5,0 2,0 4,5 4,8 2,0 -6,8 -5,8 -4,5 -1,19 6,90
Jawa 5,6 5,6 5,7 5,5 3,4 -6,7 -3,9 -2,6 -0,92 7,88
DKI Jakarta 5,9 6,2 6,1 5,8 5,0 -8,3 -3,9 -2,1 -1,91 10,91
Jabar 5,7 5,3 5,7 5,1 2,8 -5,9 -4,0 -2,4 -0,87 6,13
Jateng 5,2 5,3 5,3 5,4 2,6 -5,9 -3,8 -3,3 -0,84 5,66
DI Yogyakarta 5,0 5,3 6,2 6,6 -0,3 -6,9 -3,0 -0,7 5,80 11,81
Jatim 5,6 5,5 5,5 5,5 2,9 -6,0 -3,6 -2,6 -0,44 7,05
Banten 5,3 5,7 5,8 5,3 3,2 -7,3 -5,3 -3,9 -0,44 8,95
Bali Nusra 5,9 3,7 2,7 5,0 0,9 -6,3 -6,8 -7,4 -5,14 3,70
Bali 6,3 5,6 6,3 5,6 -1,2 -11,1 -12,3 -12,2 -9,81 2,83
NTB 5,8 0,1 -4,5 3,9 3,0 -1,3 -1,0 -3,0 -1,13 4,68
NTT 5,1 5,1 5,1 5,2 3,0 -2,0 -1,8 -2,3 0,12 4,22
Kalimantan 2,0 4,3 3,8 5,0 2,3 -4,3 -4,2 -2,8 -2,24 6,28
Kalbar 5,2 5,2 5,1 5,1 2,8 -3,5 -4,3 -2,2 -0,10 10,81
Kalteng 6,3 6,7 5,6 6,1 2,9 -3,2 -3,1 -2,1 -3,12 5,56
Kalsel 4,4 5,3 5,1 4,1 4,1 -2,9 -4,9 -2,9 -1,25 4,40
Kaltim -0,4 3,1 2,6 4,7 1,4 -5,4 -4,5 -2,8 -2,96 5,76
Kaltara 3,6 6,8 5,4 6,9 4,6 -2,6 -1,4 -4,8 -1,91 5,81
Sulawesi 7,4 7,0 8,9 7,0 4,4 -1,9 -0,7 -0,6 1,20 8,51
Sulut 6,2 6,3 6,0 5,6 4,4 -3,8 -1,8 -2,2 1,87 8,49
Sulteng 9,9 7,1 20,6 8,8 7,9 4,5 2,8 4,4 6,25 15,39
Sulsel 7,4 7,2 7,0 6,9 3,0 -3,9 -1,1 -0,6 -0,21 7,66
Sultra 6,5 6,8 6,4 6,5 4,5 -2,6 -1,9 -2,2 0,06 4,21
Gorontalo 6,5 6,7 6,5 6,4 4,0 -0,3 -0,1 -3,6 -1,96 3,43
Sulbar 6,0 6,6 6,3 5,7 4,9 -0,8 -5,3 -7,5 -1,03 5,44
Maluku Papua 7,4 4,9 7,0 -7,4 2,8 2,1 -1,9 2,9 8,97 8,75
Maluku 5,7 5,8 5,9 5,4 3,7 -1,1 -2,6 -3,4 -1,87 4,53
Maluku Utara 5,8 7,7 7,9 6,1 3,5 -0,2 6,7 9,5 13,45 16,89
Papua Barat 4,5 4,0 6,3 2,7 5,3 0,7 -3,2 -5,2 1,47 -2,39
Papua 9,1 4,6 7,3 -15,7 1,4 4,1 -2,8 6,9 14,27 13,14
NASIONAL 5,03 5,07 5,17 5,02 2,97 -5,32 -3,49 -2,19 -0,71 7,07
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
50
Perkembangan Ekonomi Indonesia
2.3 Fiskal
Pendapatan negara tumbuh, realisasi belanja negara dan pembiayaan juga
meningkat. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah hingga akhir Juni 2021
mencapai Rp886,9 triliun atau mencapai 50,9 persen dari target pada APBN 2021.
Capaian Pendapatan Negara dan Hibah tersebut meningkat 9,1 persen dibandingkan
periode yang sama tahun 2020.
Sampai dengan Juni 2021,
penerimaan perpajakan mencapai
Rp680,0 triliun. Penerimaan
perpajakan tersebut tumbuh sebesar
8,8 persen (YoY). Realisasi
penerimaan perpajakan didukung
utamanya oleh penerimaan Pajak
Penghasilan (PPh) Nonmigas, Pajak
Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPN/PPnBM),
dan Cukai.
PPh, kontributor terbesar penerimaan
perpajakan, mengalami kontraksi
sebesar 1,5 persen (YoY). Komponen
utama PPh yaitu PPh Non-Migas
mengalami kontraksi sebesar 2,9
persen (YoY). Walapun dalam zona
kontraksi, capaian tersebut
menunjukkan tren perbaikan
berkelanjutan. Capaian PPh hingga
Juni 2021 masih lebih baik dari Juni
2020 yang terkontraksi 12,5 persen
dan kontraksi triwulan I tahun 2021
yang mencapai 13,0 persen.
Dari sisi jenis pajak, beberapa jenis
pajak utama mencerminkan kegiatan
ekonomi yang tumbuh positif hingga
Juni 2021. Pertama, peningkatan terjadi pada PPh Pasal 26. Sampai dengan bulan Juni
2021, PPh pasal 26 terealisasi sebesar Rp32,0 trilun, tumbuh positif sebesar 17,9
persen (YoY). Perbaikan kinerja ini terutama didukung oleh peningkatan pembayaran
dividen, bunga, royalti, dan imbalan jasa sejalan dengan meningkatnya ekspektasi
Tabel 18. Realisasi Komponen Pendapatan
Negara dan Hibah
Pendapatan
Negara dan
Hibah
Realisasi
(triliun Rp) Growth
(2020-
2021) Juni
2020
Juni
2021
Pendapatan
Dalam Negeri 810,7 886,9 9,4
Penerimaan
Perpajakan 625,0 680,0 8,8
PNBP 185,7 206,9 11,4
Hibah 1,9 0,02 -99,0
Total 812,6 886,9 9,1
Sumber: Kementerian Keuangan
Tabel 19. Realisasi Komponen
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan
Perpajakan
Realisasi
(triliun Rp) Growth
(2020-
2021) Juni
2020
Juni
2021
Pajak Penghasilan 330,3 325,5 -1,5
PPh Nonmigas 312,2 303,2 -2,9
PPh Migas 18,1 22,3 23,5
PPn dan PPnBM 189,5 217,7 14,8
PBB dan Pajak Lainnya 11,9 14,6 22,7
Bea Masuk 16,5 17,7 7,4
Cukai 75,4 91,3 21,2
Bea keluar 1,3 14,2 887,7
Total 624,9 680,0 8,8
Sumber: Kementerian Keuangan
51
Perkembangan Ekonomi Indonesia
ekonomi. Kedua, peningkatan terjadi pada PPh Final yang sampai dengan akhir Juni
2021 tumbuh positif sebesar 2,2 persen (YoY) dengan realisasi sebesar Rp56,5 triliun.
Capaian PPh Final tersebut ditopang oleh mulai pulihnya aktivitas ekonomi yang
mendorong peningkatan kegiatan konstruksi dan permintaaan properti komersial
dan residensial.
Selanjutnya, beberapa jenis pajak lainnya masih mengalami tekanan. PPh Pasal 21
mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen pada Juni 2021 dengan realisasi sebesar
Rp76,3 triliun. Senada dengan PPh Pasal 21, PPh Badan dan PPh Pasal 22 impor juga
mengalami kontraksi masing masing sebesar 7,3 persen dan 43,5 persen. Kontraksi
yang cukup dalam pada PPh Pasal 22 impor karena adanya insentif fiskal bagi
pengusaha yang terdampak pandemi Covid-19 khususnya pembebasan PPh Pasal 22
Impor sejak April 2020, yang pada tahun 2021 ini terdapat perluasan Klasifikasi
Lapangan Usaha (KLU) yang dapat memanfaatkan insentif melalui PMK No.
9/PMK.03/2021.
Hingga bulan Juni 2021, komponen penerimaan perpajakan yang tumbuh positif
yaitu PPN/PPnBM tumbuh 14,8 persen (YoY), PBB dan Pajak Lainnya tumbuh 22,7
persen (YoY), Cukai tumbuh 21,2 persen (YoY), dan Bea Keluar tumbuh 887,7 persen
(YoY).
PPN/PPnBM, realisasinya ditopang utamanya oleh penerimaan PPN, terutama PPN
Dalam Negeri yang tumbuh sebesar 8,7 persen (YoY), dan PPN Impor yang tumbuh
sebesar 20,9 persen (YoY). Indikasi tersebut memberikan sinyal ekonomi mulai
bergerak, terutama terlihat dari peningkatan mobilitas masyarakat hingga Juni 2021.
Kinerja penerimaan cukai hingga Juni 2021 tumbuh 21,2 persen (YoY). Pertumbuhan
tersebut utamanya dipengaruhi oleh penerimaan Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang
tumbuh sebesar 21,4 persen (YoY). Selanjutnya, kepabeanan didukung oleh capaian
bea keluar yang meningkat 887,7 persen (YoY) dibandingkan Juni 2020, terutama
disebabkan peningkatan produksi hasil tambang tembaga dan lonjakan harga
komoditas kelapa sawit (COP) dan produk turunannya.
Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) hingga Juni 2021 terealisasi
sebesar Rp206,9 triliun atau
sebesar 69,4 persen APBN 2021.
Capaian ini meningkat sebesar 11,4
persen (YoY) dibandingkan Juni
2020.
Tabel 20. Realisasi Komponen PNBP
Komponen PNBP
APBN
2021
Realisasi
Juni Growth
YoY
(%) (triliun Rp)
PNBP 298,2 206,9 11,4
Penerimaan SDA 104,1 59,7 9,6
Pendapatan
KND 26,1 15,9 -65,6
PNBP Lainnya 109,2 70,9 30,2
Pendapatan BLU 58,8 60,3 97,4
Sumber: Kementerian Keuangan
52
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pertumbuhan PNBP hingga bulan Juni 2021 dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas
ekonomi dan tren kenaikan harga komoditas global.
Realisasi Pendapatan Sumber Daya Alam (SDA) sampai dengan Juni 2021 mencapai
sebesar Rp59,7 triliun atau 57,4 persen dari target APBN 2021. Realisasi tersebut
terdiri atas Pendapatan SDA Migas sebesar Rp39,9 triliun dan Pendapatan SDA
Nonmigas sebesar Rp19,8 triliun. Realisasi Pendapatan SDA tersebut tumbuh sebesar
9,6 persen dibandingkan Juni 2020, terutama dipengaruhi kenaikan harga komoditas
minyak bumi, mineral, dan batubara.
Pendapatan dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND), realisasinya sampai dengan Juni
2021 mencapai sebesar Rp15,9 triliun atau 60,9 persen dari target APBN 2021. Namun
jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020, realisasi tersebut turun
sebesar 65,6 persen. Penurunan tersebut antara lain disebabkan setoran dividen
BUMN Perbankan yang menurun dari sebesar Rp24,7 triliun pada tahun 2020 menjadi
sebesar Rp15,9 triliun pada tahun 2021, sebagai dampak dari turunnya kinerja
keuangan BUMN akibat pandemi Covid-19. Di samping itu, tidak adanya setoran
PNBP dari sisa surplus BI pada tahun 2021 memberikan pengaruh signifikan pada
penurunan pendapatan KND.
Selanjutnya, realisasi PNBP Lainnya mencapai Rp70,9 triliun, tumbuh sebesar 30,2
persen (YoY). Pertumbuhan PNBP Lainnya utamanya didukung dari peningkatan
PNBP Layanan K/L, utamanya dari kenaikan pendapatan penggunaan spektrum
frekuensi radio, layanan agrarian, layanan KUA dan layanan kepolisian. Selain itu,
realisasi PNBP Lainnya juga didukung oleh penerimaan BUN antara lain pendapatan
premium obligasi dan pendapatan penempatan uang negara pada BI dan Bank
Umum. Dari sisi PNBP Badan Layanan Umum (BLU), hingga Juni 2021 terealisasi
sebesar Rp60,3 triliun atau tumbuh 97,4 persen (YoY), terutama disumbang dari BLU
rumpun pengelolaan dana pada perkebunan kelapa sawit, rumpun pendidikan, dan
rumpun barang dan jasa lainnya, terutama BLU di Kementerian Komunikasi dan
Informatika.
Dari sisi belanja negara, hingga Juni 2021, belanja negara menunjukkan peningkatan.
Realisasi Belanja Negara mencapai Rp1.170,1 triliun yang terdiri dari Belanja
Pemerintah Pusat (BPP) yang mencapai Rp796,3 triliun dan Transfer ke Daerah dan
Dana Desa (TKDD) yang mencapai Rp373,9 triliun. Belanja Pemerintah Pusat, terjadi
peningkatan sebesar 19,1 persen dibandingkan dengan periode Juni 2020.
Peningkatan BPP dipengaruhi oleh pertumbuhan belanja Kementerian/Lembaga (K/L)
yang tumbuh 28,3 persen (YoY) dan belanja non-K/L yang tumbuh 8,9 persen (YoY).
Realisasi Belanja K/L hingga Juni 2021 mencapai Rp449,6 triliun dan mengalami
pertumbuhan sebesar 28,3 persen (YoY). Pertumbuhan belanja K/L teserbut
53
Perkembangan Ekonomi Indonesia
dipengaruhi oleh peningkatan realisasi pada komponen belanja K/L, terutama belanja
modal yang mencapai Rp71,6 triliun atau tumbuh sebesar 90,2 persen (YoY).
Realisasi Bantuan Sosial (Bansos)
sampai dengan Juni 2021 mencapai
Rp76,0 triliun atau sekitar 48,6
persen dari pagu APBN 2021.
Realisasi Bansos tersebut menurun
sebesar 23,6 persen (YoY) dari
periode yang sama tahun
sebelumnya.
Realisasi tersebut dimanfaatkan
untuk penyaluran program-program
Bansos reguler antara lain seperti
penyaluran bantuan pendidikan
melalui Program Indonesia Pintar
dan Program KIP Kuliah, serta
bantuan akses layanan kesehatan
melalui bantuan iuran bagi PBI
program JKN. Selanjutnya, realisasi
Bansos juga digunakan untuk
mendukung program pemulihan
dampak Covid-19 berupa bantuan
tunai bersyarat melalui Program
Keluarga Harapan, bantuan pangan
melalui Program Kartu Sembako,
dan bantuan tunai melalui Program
Bantuan Sosial Tunai (BST).
Peningkatan realisasi belanja K/L dari
perspektif organisasi, sampai
dengan Juni 2021 disumbang oleh
15 K/L pagu terbesar yang mencapai 88,0 persen dari total realisasi belanja K/L.
Realisasi tersebut utamanya berfokus pada K/L di bidang perlindungan sosial dan
kesehatan, yakni Kementerian Sosial dan Kementerian Kesehatan, antara lain untuk
pencairan PKH dan Kartu Sembako serta pelayanan kesehatan Rumah Sakit dan
penyediaan obat dan vaksin. Peningkatan kinerja belanja K/L juga didorong oleh K/L
bidang infrastruktur seperti Kementerian PUPR, antara lain untuk pembangunan jalan,
bendungan, dan jaringan irigasi.
Gambar 26. Perkembangan Komponen
Belanja Negara
Sumber: Kementerian Keuangan
Tabel 21. Realisasi Komponen Belanja
Pemerintah Pusat
Belanja
Pemerintah
Pusat
APBN
2021*
Realisasi 2021
Juni
2020*
Growth
YoY (%)
Belanja K/L 1,032,0 449,6 28,3
Pegawai 268,0 123,6 8,4
Barang 360,8 178,3 79,6
Modal 246,8 71,6 90,2
Sosial 156,4 76,0 -23,6
Belanja Non-K/L 922,6 346,7 8,9
a.l. Pegawai 153,2 86,9 11,4
Subsidi 172,4 79,9 12,8
Lain-lain 207,3 12,4 13,9
Total (neto) 1.954,6 796,3 19,1
Sumber: Kementerian Keuangan | *triliun Rp
Belanja Pemerintah
Pusat
Transfer Ke Daerah
dan Dana Desa
33,9 %APBN
Perpres 72
Juni 2020 Juni 2021
52,5 %APBN
Perpres 72
47,0 %APBN
40,7
%APBN
54
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Untuk Belanja Pegawai, realisasinya sampai dengan Juni 2021 mencapai sebesar
Rp123,64 triliun atau meningkat sebesar 8,4 persen (YoY). Realisasi tersebut
digunakan untuk pembayaran Gaji dan Tunjangan ASN/TNI/Polri termasuk
pembayaran THR dan gaji ke-13. Di sisi lain, realisasi belanja pegawai Non-K/L hingga
Juni 2021 mencapai Rp86,9 triliun, atau meningkat sebesar 11,4 persen dibandingkan
periode Juni 2020.
Realisasi Belanja Barang sampai dengan Juni 2021 mencapai Rp178,3 triliun,
meningkat 79,6 persen (YoY). Peningkatan tersebut antara lain disumbang oleh
pelaksanaan program-program, seperti dukungan penanganan kesehatan,
pelaksanaan vaksinasi, pembayaran biaya klaim perawatan pasien Covid-19, dan
bantuan pelaku usaha mikro, meskipun ditengah-tengah kebijakan Pemerintah untuk
pembatasan kegiatan yang ketat pada awal tahun 2021.
Realisasi Belanja Modal sampai dengan Juni 2021 mencapai Rp71,6 triliun atau 29,0
persen terhadap pagu APBN 2021, tumbuh signifikan 90,2 persen (YoY). Pertumbuhan
realisasi belanja modal tersebut utamanya dipengaruhi oleh percepatan pelaksanaan
proyek infrastruktur dasar dan infrastruktur konektivitas, serta pengadaan
peralatan/mesin.
Selanjutnya, realisasi Belanja Non-K/L hingga Juni 2021 mencapai Rp346,7 triliun (37,6
persen terhadap pagunya), tumbuh sebesar 8,9 persen (YoY). Untuk Belanja Pegawai
Non-K/L sampai dengan Juni 2021 yang antara lain pemenuhan kewajiban
Pemerintah terhadap para pensiunan PNS/TNI/Polri, telah terealisasi sebesar Rp86,9
triliun, tumbuh 11,4 persen (YoY). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh
pembayaran tunjangan pensiun ke-13 pada tahun 2021 telah dilakukan pada bulan
Juni 2021, sedangkan pada tahun 2020 dilakukan pada bulan Agustus.
Selanjutnya, subsidi sampai dengan Juni 2021 telah terealisasi sebesar Rp79,9 triliun
atau tumbuh sebesar 12,8 persen (YoY). Peningkatan ini terutama disebabkan realisasi
subsidi energi yang mencapai Rp59,5 triliun, terutama dipengaruhi realisasi subsidi
listrik yang mencapai Rp25,2 triliun, meningkat sebesar 10,0 persen (YoY), serta
subsidi minyak tanah dan subsidi LPG 3 kg yang mencapai Rp34,3 triliun atau
meningkat 35,3 persen (YoY). Selain itu, realisasi penyaluran subsidi nonenergi sampai
Juni 2021 mencapai sebesar Rp20,4 triliun, atau 31,4 persen dari pagu APBN 2021
yang terdiri dari subsidi kredit program sebesar Rp9,4 triliun, subsidi pupuk sebesar
Rp5,2 triliun, subsidi pajak (PPhDTP) sebesar Rp5,0 triliun, dan subsidi PSO sebesar
Rp769,7 miliar.
Selanjutnya, TKDD sampai dengan Juni 2021 terealisasi sebesar Rp373,9 triliun atau
47,0 persen dari Pagu APBN 2021. Realisasi tersebut lebih rendah 6,8 persen (YoY),
55
Perkembangan Ekonomi Indonesia
terutama disebabkan oleh realisasi DAU dan Dana Desa yang lebih rendah masing-
masing sebesar Rp20,1 triliun dan Rp13,0 triliun.
Dana Alokasi Umum (DAU) hingga Juni 2021 telah disalurkan sebesar Rp206,4 triliun
atau mencapai 52,9 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut memperlihatkan
adanya penurunan sebesar 8,9 persen (YoY) yang disebabkan beberapa daerah belum
dapat memenuhi persyaratan penyaluran DAU sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.07/2020 tentang Perubahan Atas PMK Nomor
139/PMK.07/2019 Tentang Pengelolaan DBH, DAU dan Dana Otsus dan PMK Nomor
17/PMK.07/2021 tentang Pengelolaan TKDD Tahun Anggaran 2021 Dalam Rangka
Mendukung Penanganan Pandemi Covid-19 dan Dampaknya.
Realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) sampai dengan Juni 2021 mencapai
sebesar Rp44,4 triliun atau 43,5 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut
meningkat sebesar 6,7 persen (YoY) yang dipengaruhi adanya percepatan penyaluran
Kurang Bayar DBH Pajak dan SDA sebesar Rp19,5 triliun. Percepatan tersebut
diharapkan dapat memberikan penguatan bagi ruang fiskal daerah.
Tabel 22. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Keterangan Juni 2020 Juni 2021
Alokasi Realisasi Alokasi Realisasi % APBN
Transfer Ke Daerah 692,7 360,7 723,5 346,6 47,9
Dana Perimbangan 653,4 345,3 688,7 333,0 48,4
Dana Bagi Hasil 86,4 41,6 102,0 44,4 43,5
Dana Alokasi Umum 384,3 226,5 390,3 206,4 52,9
Dana Transfer Khusus 182,6 77,2 196,4 82,2 41,8
Dana Otonomi Khusus dan
Dana Keistimewaan DIY 20,9 6,9 21,3 6,9 32,4
Dana Insentif Daerah 18,5 8,5 13,5 6,8 50,0
Dana Desa 71,2 40,0 72,0 27,2 37,9
Total 763,9 400,9 795,5 373,9 47,00
Sumber: Kementerian Keuangan | dalam triliun Rp
Selanjutnya, Dana Transfer Khusus (DTK) sampai dengan Juni 2021, realisasi mencapai
Rp82,2 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan DAK
Non Fisik. Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik mencapai sebesar Rp4,8 miliar
atau 7,4 persen dari pagu. Realisasi tersebut lebih rendah 9,5 persen dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai sebesar Rp5,3 triliun. Kondisi
ini disebabkan oleh kepatuhan pemerintah daerah dalam menyampaikan persyaratan
penyaluran, juga karena kebijakan pada tahun 2020, yaitu: (1) percepatan penyaluran
DAK Fisik Bidang Kesehatan terkait kegiatan pencegahan dan/ atau penanganan
56
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Covid-19; dan (2) percepatan penyampaian kontrak kegiatan DAK Fisik dalam aplikasi
OMSPAN sesuai dengan Surat Menteri Keuangan tentang Penghentian Barang/Jasa
DAK Fisik TA 2020. Kebijakan tersebut tidak berlaku pada tahun 2021 dan penyaluran
kembali secara proses normal sebagaimana diatur dalam PMK No. 130/PMK.07/2019
tentang Pengelolaan DAK Fisik.
Selanjutnya, penyaluran DAK Nonfisik hingga Juni 2021 telah terealisasi sebesar
Rp77,3 triliun atau 59,0 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut mengalami
kenaikan sebesar 7,5 persen (YoY), yang dipengaruhi oleh Dana Tunjangan Profesi
Guru PNSD, yang mengalami peningkatan dari Rp28,04 triliun pada tahun 2020,
menjadi Rp30,33 triliun pada tahun 2021. Adapun jenis DAK Nonfisik yang belum
disalurkan yaitu Dana Bantuan Biaya Layanan Pengelolaan Sampah (BLPS)
dikarenakan masih menunggu rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Penyaluran Dana Desa hingga Juni 2021 terealisasi sebesar Rp27,2 triliun atau 37,8
persen dari pagu APBN 2021. Jumlah tersebut lebih rendah sebesar 32,3 persen (YoY)
yang disebabkan oleh adanya perbedaan pola penyaluran Dana Desa dimana pada
TA 2020 Pemerintah memberikan relaksasi penyaluran baik dari sisi prosedur maupun
persyaratan penyaluran. Selain itu, Dana Desa juga di-earmaked penggunaannya
untuk jaring pengaman sosial dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa
kepada keluarga miskin atau tidak mampu di desa yang tidak menerima program
bantuan sosial dari Pemerintah.
Berdasarkan capaian Pendapatan dan
Belanja Negara tersebut, hingga Juni
2021, defisit anggaran mencapai Rp283,2
triliun atau sekitar 1,7 persen terhadap
PDB. Besaran tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2020 yang mencapai 1,6 persen
PDB. Selanjutnya, realisasi keseimbangan
primer pada Juni 2021 berada pada posisi
negatif Rp116,3 triliun dari yang
sebelumnya sebesar negatif Rp99,6 triliun
pada Juni 2020. Pembiayaan anggaran,
hingga Juni 2021 mencapai Rp419,2
triliun, atau terdapat kelebihan
pembiayaan sebesar Rp135,9 triliun.
Jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi
kelebihan pembiayaan periode yang sama tahun 2020 yang mencapai Rp159,0 triliun.
Gambar 27. Perkembangan Realisasi
Defisit APBN
Sumber: Kementerian Keuangan
-257,2 -283,2
-1,62-1,72
-1,8
-1,6
-1,4
-1,2
-1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
-350
-300
-250
-200
-150
-100
-50
0
Juni 2020 Juni 2021
Rp Triliun Persen PDB
57
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Dengan kondisi defisit anggaran tersebut, posisi utang pemerintah per akhir Juni
2021 mencapai sebesar Rp6.554,6 triliun, dengan rasio utang pemerintah terhadap
PDB diperkirakan sebesar 41,4 persen. Secara nominal, posisi utang Pemerintah Pusat
mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode Juni 2020. Hal ini disebabkan
oleh kondisi ekonomi Indonesia yang masih berada dalam fase pemulihan akibat
perlambatan ekonomi yang terjadi di masa pandemi Covid-19.
Pembiayaan anggaran secara neto
hingga Juni 2021 mencapai Rp419,2
triliun atau 41,7 persen dari pagu APBN
2021. Realisasi tersebut meningkat
sebesar 0,7 persen dibandingkan periode
yang sama pada tahun sebelumnya.
Realisasi pembiayaan anggaran tersebut
utamanya bersumber dari pembiayaan
utang yang mencapai Rp443,0 triliun,
terdiri dari Surat Berharga Negara (neto)
sebesar Rp464,0 triliun dan Pinjaman
(neto) sebesar negatif Rp20,9 triliun.
Realisasi pembiayaan utang tersebut
termasuk pembelian SBN oleh Bank
Indonesia sesuai SKB I yang mencapai
Rp120,1 triliun, terdiri dari SUN sebesar
Rp79,7 triliun dan SBSN sebesar Rp40,5 triliun. Secara umum, kebutuhan pembiayaan
utang melalui penerbitan SBN menurun sebagai dampak dari penurunan nominal
defisit, optimalisasi penggunaan SAL, dan penyesuaian utang jatuh tempo.
Selanjutnya pemerintah juga telah
merealisasikan pembiayaan
investasi berupa pengeluaran
investasi sebesar Rp25,6 triliun
yang merupakan bagian dari upaya
percepatan pemulihan ekonomi
nasional. Realisasi pembiayaan
investasi sampai dengan 30 Juni
2021 mencapai Rp25,6 triliun atau
13,9 persen dari pagu APBN 2021.
Realisasi tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi
pada periode yang sama tahun 2020 yang sebesar Rp6,0 triliun. Peningkatan ini
Gambar 28. Perkembangan Utang
Pemerintah Pusat
Sumber: Kementerian Keuangan
Tabel 23. Perkembangan Komponen
Pembiayaan
Jenis
Pembiayaan
Juni 2020 Juni 2021
Nominal* %
APBN Nominal*
%
APBN
Utang
(neto)
421,4 34,5 443,0 5,1
Investasi -6,0 2,3 -25,6 13,9
Pinjaman 1,0 17,4 1,6 363,5
Penjaminan -0,4 71,3 - -
Lainnya 0,2 953,0 0,1 -64,8
Sumber: Kementerian Keuangan | *triliun Rp
4.418,3 4.786,66.080,0 6.554,6
29,8 30,2
39,441,4
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
40,0
45,0
0,0
1.000,0
2.000,0
3.000,0
4.000,0
5.000,0
6.000,0
7.000,0
8.000,0
9.000,0
2018 2019 2020 Juni 2021
Rp Triliun Persen PDB
58
Perkembangan Ekonomi Indonesia
dipengaruhi oleh realisasi investasi kepada BLU yang cukup besar dan realisasi
investasi pemerintah.
Tabel 24. Rincian Realisasi Anggaran PC-PEN 2021
Klaster
Realisasi
Audited
2020
Alokasi
2021
Realisasi
s.d.
30 Juli
% Pagu
2021
Kesehatan 62,7 215,0 65,6 30,5
Perlindungan Sosial 216,6 186,6 91,8 49,2
Dukungan UMKM
dan Koperasi
173,0 162,4 52,4 32,3
Insentif Usaha 58,4 62,8 48,5 77,0
Program Prioritas 65,2 117,9 47,3 40,1
Total 575,9 744,8 305,5 41,0
Sumber: Kementerian Keuangan | dalam triliun Rp
Dari sisi anggaran penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),
Pemerintah telah menganggarkan sebesar Rp744,8 triliun pada tahun 2021 yang
terbagi ke dalam 5 klaster, yaitu kesehatan sebesar Rp215,0 triliun, perlindungan
sosial sebesar Rp186,6 triliun, insentif usaha sebesar Rp62,8 triliun, dukungan UMKM
dan korporasi sebesar Rp162,4 triliun, dan program prioritas sebesar Rp117,9 triliun.
Alokasi tersebut meningkat sebesar 29,3 persen dari realisasi tahun 2020 sebesar
Rp575,9 triliun.
Sampai dengan 30 Juli 2021, realisasi program penanganan Covid-19 dan PEN
mencapai Rp305,5 triliun atau 41,0 persen dari pagu. Rincian realisasi tersebut
mencakup klaster kesehatan sebesar Rp65,6 triliun terutama untuk mendukung
pelaksanaan 3T dan 3M, bantuan Iuran JKN, serta insentif perpajakan kesehatan.
Klaster perlindungan sosial terealisasi sebesar Rp91,8 triliun, terutama untuk program
Bansos untuk keluarga miskin antara lain untuk Program Keluarga Harapan (PKH),
Kartu Sembako, dan Bansos Tunai, serta program Bansos lainnya, yaitu BLT Desa,
Kartu Pra Kerja, dan bantuan kuota internet untuk peserta dan tenaga didik.
Selanjutnya, realisasi program prioritas ialah sebesar Rp47,3 triliun yang digunakan
untuk program padat karya, pariwisata, ketahanan pangan, ICT dan pengembangan
kawasan strategis. Selain itu, realisasi anggaran dukungan UMKM dan korporasi ialah
sebesar Rp52,4 triliun terutama berasal dari Bantuan Pemerintah untuk Usaha Mikro
(BPUM), pemberian IJP UMKM dan korporasi untuk KMK dijamin, serta penempatan
dana pada perbankan. Terakhir, insentif kepada dunia usaha telah diberikan berupa
insentif atas PPh21 DTP, PPh final UMKM DTP, Pembebasan PPh 22 Impor,
Pengurangan Angsuran PPh 25, Pengembalian Pendahuluan PPN, dan Penurunan
Tarif PPh Badan, dan pemberian insentif usaha, dengan realisasi sebesar Rp48,5 triliun.
59
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 25. Realisasi APBN s.d 30 Juni 2020 dan 2021
(triliun rupiah)
2020 2021
Uraian
APBN
Perpres
72/2020
Realisasi s.d.
30 Juni % APBN
APBN Realisasi s.d.
30 Juni % APBN
A Pendapatan Negara 1.699,9 812,6 47,8 1.743,7 886,9 50,9
I. Pendapatan Dalam Negeri 1.698,6 810,7 47,7 1.742,8 886,9 50,9
1. Penerimaan Perpajakan 1.404,5 625,0 44,5 1,444,6 680,0 47,1
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 294,1 185,7 63,1 298,2 206,9 69,4
II. Hibah 1,3 1,9 143,5 0,9 0,0 2,1
B. Belanja Negara 2.739,2 1.069,7 39,1 2.750,0 1.170,1 42,6
I. Belanja Pemerintah Pusat 1.975,2 668,8 33,9 1.954,6 796,3 40,7
1. Belanja K/L 836,4 350,4 41,9 1.032,0 449,6 43,6
2. Belanja Non K/L 1.138,9 318,4 28,0 922,6 346,7 37,6
II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 763,9 400,9 52,5 795,5 373,9 47,0
1. Transfer ke Daerah 672,9 360,7 52,1 732,5 346,6 47,9
2. Dana Desa 71,2 40,2 56,5 72,0 27,2 37,8
C. Keseimbangan Primer -700,4 -99,6 14,2 -633,1 -116,4 18,4
D. Surplus/(Defisit) Anggaran (A-B) -1.039,2 -257,2 24,7 -1.006,4 -283,2 28,1
% Surplus (Defisit) Anggaran thd PDB -6,34 -1,67 26,3 -5,70 -1,72 30,2
E. Pembiayaan Anggaran 1.039,2 416,6 40,1 1.006,4 419,2 41,7
al. Pembiayaan Utang 1.220,5 421,4 34,5 1.177,4 443,0 37,6
Sumber: Kementerian Keuangan, 2021
60
Perkembangan Ekonomi Indonesia
2.4 Moneter dan Jasa Keuangan
Moneter
Suku bunga acuan dipertahankan pada tingkat 3,50 persen. Bank Indonesia
memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate
(BI7DRR) sebesar 3,50 persen dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah
ditengah berlanjutnya ketidakpastian di pasar keuangan global akibat penambahan
varian baru dan peningkatan penyebaran kasus Covid-19, serta rencana The Fed
mengurangi stimulus secara bertahap dan meningkatkan suku bunga acuan.
Kebijakan ini ditopang kondisi perekonomian domestik yang cukup stabil, yang salah
satunya tercermin melalui tingkat inflasi yang rendah.
Ekspansi moneter berlanjut pada tahun
2021 sejalan dengan akselerasi stimulus
fiskal. Berlanjutnya langkah pelonggaran
kebijakan moneter yang ditempuh Bank
Indonesia tercermin melalui kebijakan
Quantitative Easing (QE) dan
makroprudensial yang menekankan pada
jalur kuantitas melalui penyediaan
likuiditas perbankan, termasuk juga
dukungan Bank Indonesia kepada Pemerintah dalam membantu pembiayaan APBN
tahun 2021. Bank Indonesia melanjutkan komitmen untuk membantu pendanaan
APBN tahun 2021 melalui pembelian SBN dari pasar perdana baik melalui mekanisme
pasar maupun langsung, sebagaimana amanat UU No. 2 Tahun 2020 dan sesuai
dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal
16 April 2020 yang disepakati untuk diperpanjang implementasinya hingga Desember
2021.
Pada triwulan II tahun 2021, Bank Indonesia menambah likuiditas (QE) di perbankan
sekitar Rp94,0 triliun (per 15 Juni 2021). Bank Indonesia juga melanjutkan pembelian
SBN di pasar perdana untuk mendukung pendanaan APBN 2021, mencapai Rp116,3
triliun hingga 15 Juni 2021, termasuk didalamnya skema lelang utama sebesar Rp40,8
triliun dan Greenshoe Option (GSO) sebesar Rp75,5 trilun.
Nilai tukar Rupiah melemah dipengaruhi tingginya ketidakpastian di pasar
keuangan global akibat peningkatan penyebaran varian Covid-19 dan respon
investor terhadap rencana pengurangan stimulus oleh The Fed. Pada triwulan II
tahun 2021 rata-rata nilai tukar Rupiah sebesar Rp14.388 per USD, melemah 2,41
persen (YtD). Namun demikian, jika dibandingkan triwulan II tahun 2020, Rupiah
Tabel 26. Perkembangan Reverse
Repo Surat Berharga Negara
Tenor persen (%)
Apr Mei Jun
7 hari 3,50 3,50 3,50
2 minggu 3,27 3,27 3,15
1 bulan 3,27 3,28 3,16
Sumber: Bank Indonesia
61
Perkembangan Ekonomi Indonesia
menguat 3,40 persen. Per 30 Juni 2021, nilai tukar Rupiah ditutup pada level Rp14.500
per USD.
Dari sisi eksternal, pelemahan nilai tukar Rupiah dipengaruhi terbatasnya aliran modal
asing yang masuk ke negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia,
dipengaruhi respon pasar terhadap rencana The Fed mengurangi stimulus moneter
dan meningkatkan suku bunga acuan sejalan dengan prospek pemulihan ekonomi
Amerika Serikat. Kondisi ini mendorong aliran modal pada aset keuangan yang
dianggap aman (flight-to-quality). Meski sempat tertahan, aliran modal asing yang
masuk ke Indonesia kembali meningkat sejalan dengan meredanya ketidakpastian di
pasar keuangan global pada akhir triwulan II tahun 2021. Tercermin dari net outflow
portofolio asing pada periode April hingga 15 Juni 2021 sebesar 6,5 miliar dolar AS.
Dari sisi internal, Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM) oleh Pemerintah untuk
menurunkan lonjakan kasus Covid-19
diperkirakan berdampak pada
penurunan aktivitas perekonomian
domestik dan menekan nilai tukar
Rupiah.
Nilai tukar riil (REER) Rupiah lebih
rendah dibandingkan negara-
negara di kawasan ASEAN. Indeks
REER Rupiah sepanjang triwulan II
tahun 2021 berturut-turut mencapai
88,02; 88,82; dan 88,45 persen. Secara
fundamental, REER Indonesia masih
berada dibawah nilai wajar
(undervalued). Rendahnya REER
Indonesia mendorong daya saing
perdagangan Indonesia di antara
negara-negara di kawasan ASEAN.
Posisi REER Indonesia pada akhir
triwulan II lebih rendah dibandingkan
Filipina, Thailand, dan Singapura,
namun lebih tinggi dibandingkan
Malaysia. Posisi REER tertinggi
ditempati oleh Filipina, Thailand,
Singapura, dan Malaysia, secara
berturut-turut sebesar 116,11 persen, 104,22 persen, 104,22 persen, dan 85,01 persen.
Gambar 29. Perkembangan Nilai Tukar
Rupiah terhadap USD, 2019-2021
Gambar 30. Real Effective Exchange Rate
ASEAN-5, (2010=100)
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
13.000
13.500
14.000
14.500
15.000
15.500
16.000
16.500
17.000
Jun
-19
Sep
-19
Dec
-19
Mar
-20
Jun
-20
Sep
-20
Dec
-20
Mar
-21
Jun
-21
6/30/2021Rp14,500
88,45
104,22
85,01
116,11
105,12
80
85
90
95
100
105
110
115
120
Jun
-15
Jun
-16
Jun
-17
Jun
-18
Jun
-19
Jun
-20
Jun
-21
INDONESIA THAILAND
MALAYSIA FILIPINA
62
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Likuiditas perekonomian ditopang
kebijakan moneter akomodatif.
Sepanjang periode triwulan II tahun
2021, M2 tumbuh sebesar 11,5; 8,1; dan
11,4 persen, membaik dibandingkan
triwulan I tahun 2021 yang secara
berturut-turut sebesar 11,8; 11,3; dan 6,9
persen. Meningkatnya pertumbuhan M2
pada akhir triwulan II tahun 2021
dipengaruhi peningkatan kembali aktiva
luar negeri bersih setelah sempat
menurun pada Mei 2021 dan
peningkatan penyaluran kredit.
Selanjutnya, pertumbuhan M1 pada
April-Juni 2021 secara berturut-turut mencapai 17,4; 12,6; dan 17,0 persen. Tingginya
M1 pada April 2021 dipengaruhi percepatan peredaran kartal serta giro Rupiah. Pada
Mei 2021, M1 sempat mengalami penurunan akibat perlambatan peredaran kartal
serta giro Rupiah. Namun demikian, M1 kembali mengalami peningkatan pada Juni
2021 didorong oleh peningkatan peredaran uang kartal dan giro Rupiah.
Pada triwulan II tahun 2021 pertumbuhan uang kuasi mengalami fluktuasi, dimana
sepanjang periode April-Juni 2021 sebesar 9,7; 6,8; dan 9,6 persen. Pada awal triwulan
II peningkatan uang kuasi dipengaruhi peningkatan seluruh instrumen yang terdiri
dari tabungan, simpanan berjangka baik dalam rupiah maupun valas, serta giro valas.
Penurunan uang kuasi pada pertengahan triwulan II dikontribusi oleh seluruh
komponen. Pada akhir triwulan II uang kuasi kembali mengalami peningkatan yang
bersumber dari tabungan, simpanan berjangka rupiah, serta giro valas.
Likuiditas yang longar mendorong tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak
Ketiga (AL/DPK) mencapai 32,95 persen pada Juni 2021 dan rendahnya rata-rata suku
bunga PUAB overnight, sekitar 2,79 persen pada Mei 2021. Kebijakan pelonggaran
likuiditas dan suku bunga kebijakan (BI7DRR) yang dipertahankan pada tingkat
rendah direspon perbankan melalui penurunan suku bunga dasar kredit sebesar 169
bps sejak Mei 2020 menjadi 8,86 persen pada Mei 2021.
Gambar 31. Perkembangan Uang Beredar
Sumber: Bank Indonesia
11,5
8,1
11,4
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei
2020 2021
Uang Beredar Sempit (M1)
Uang Kuasi
Uang Beredar Luas (M2)
63
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pada triwulan II tahun 2021, tingkat inflasi tetap rendah dan masih berada
dibawah batas bawah sasaran inflasi 2021 yaitu 2,0 – 4,0 persen (YoY). Tingkat
inflasi tahunan (YoY) pada triwulan II tahun 2021 sebesar 1,33 persen (YoY), lebih
rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020, lebih rendah dari batas
bawah sasaran inflasi 2021 yaitu 2,0 persen (YoY). Secara berturut-turut inflasi
tahunan pada April – Juni 2021 yaitu
1,42; 1,68; dan 1,33 persen (YoY).
Secara bulanan (MtM) pada periode
yang sama, masing-masing mencapai
0,13; 0,32; dan -0,16 persen. Capaian
inflasi pada triwulan II tahun 2021
menunjukkan stagnasi bila
dibandingkan triwulan I tahun 2021,
meski sempat mengalami
peningkatan cukup signifikan pada Mei 2021 dipengaruhi peningkatan permintaan
pada periode Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.
Inflasi inti menunjukkan tren naik pada triwulan II tahun 2021, secara berturut-turut
dari pada April – Juni 2021 sebesar 1,18; 1,37; dan 1,49. Perkembangan ini dipengaruhi
inflasi komoditas emas perhiasan seiring kenaikan harga emas global dan
peningkatan permintaan musiman selama perayaan HBKN Idul Fitri. Masih rendahnya
inflasi inti sejalan dengan permintaan global dan domestik yang belum pulih, serta
ditopang stabilitas nilai tukar yang terjaga.
Daya beli masyarakat menunjukkan
perbaikan, tercermin dari Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) yang telah
memasuki zona optimis (>100) sejak
bulan April. Hingga Juni 2021, IKK
mencapai 107,4 didorong oleh
optimisme terhadap kondisi ekonomi
saat ini, baik dari aspek ketersediaan
lapangan kerja, penghasilan, maupun
ketepatan waktu pembelian barang
tahan lama.
Penurunan inflasi Juni 2021
dibandingkan periode Mei 2021
dikontribusikan oleh inflasi komponen
harga bergejolak (volatile foods) yang mengalami penurunan dipengaruhi oleh
penurunan harga aneka cabai, daging ayam ras, dan bawang merah sejalan dengan
normalisasi permintaan pasca-HBKN Idul Fitri di tengah pasokan yang memadai.
Tabel 27. Tingkat Inflasi Domestik
2020 2021
Apr Mei Jun Apr Mei Jun
YoY 2,7 2,2 2,0 1,4 1,7 1,3
MtM 0,1 0,1 0,2 0,1 0,3 -0,2
YtD 0,1 0,9 1,1 0,6 0,9 0,7
Sumber: Badan Pusat Statistik
Gambar 32. Perkembangan Indeks Harga
Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti
Sumber: BI dan BPS
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
Jan
Ap
r
Jul
Okt
Jan
Ap
ril
Juli
Okt
Jan
uar
i
2019 2020 2021
(in
dek
s)
(per
sen
)
IntiIKK
64
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tekanan inflasi kelompok volatile foods yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan
harga telur ayam ras dan bayam. Pada April-Juni 2021 secara berturut-turut inflasi
volatile foods mencapai 2,73 persen; 3,66 persen; dan 1,60 persen. Inflasi kelompok
administered prices pada triwulan II tahun 2021 mengalami tren penurunan secara
berturut-turut mencapai 1,12; 0,93; 0,49 persen (YoY) didorong penurunan tarif
berbagai angkutan pasca HBKN Idul Fitri, khususnya angkutan udara, antarkota, dan
kereta api.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, sebagian besar mengalami penurunan pada
akhir triwulan II tahun 2021. Terdapat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi
pada Juni 2021, yaitu: (i) kelompok makanan, minuman dan tembakau dipengaruhi
oleh penurunan harga sejumlah komoditas seperti cabai merah, daging ayam ras,
cabai rawit, dan bawang merah karena normalisasi permintaan pasca HBKN Idul Fitri;
(ii) kelompok transportasi dipengaruhi oleh normalisasi tarif angkutan udara, antar
kota, dan kereta pasca HBKN Idul Fitri; (iii) kelompok pakaian dan alas kaki; serta (iv)
Tabel 28. Tingkat Inflasi Domestik
Berdasarkan Komponen (YoY)
Komponen Persentase (%)
Apr Mei Jun
Inti 1,18 1,37 1,49
Harga Bergejolak 2,73 3,66 1,60
Harga diatur
pemerintah 1,12 0,93 0,49
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 29. Inflasi Kelompok Pengeluaran
(MtM)
Kelompok
Pengeluaran
Persentase (%)
Apr Mei Jun
UMUM (headline) 0,13 0,32 -0,16
Makanan,
Minuman, dan
Tembakau
0,10 0,38 -0,71
Pakaian dan Alas
Kaki 0,19 0,52 -0,12
Perumahan, Air,
Listrik, dan Bahan
bakar Lainnya
0,07 0,03 0,07
Perlengkapan,
Peralatan, dam
Pemeliharaan Rutin
Rumah Tangga
0,26 0,27 0,17
Kesehatan 0,18 0,07 0,03
Transportasi 0,00 0,71 -0,35
Informasi,
Komunikasi, dan
Jasa Keuangan
0,00 0,01 -0,01
Rekreasi, Olahraga,
dan Budaya 0,20 0,12 0,23
Pendidikan 0,01 0,01 0,03
Penyediaan
Makanan &
Minuman/Restoran
0,21 0,44 0,24
Perawatan Pribadi
dan Jasa Lainnya 0,29 0,59 0,35
Sumber: Badan Pusat Statistik
Gambar 33. Perkembangan Indeks Harga
Pangan Strategis Nasional, (2018=100)
Sumber: PIHPS
60
100
140
180
220
JanFebM
arA
pr
Mei
Jun
Jul
Ags
SepO
ktN
ov
Des
JanFebM
arA
pr
Mei
Jun
2020 2021Minyak Goreng Daging SapiDaging Ayam Telur AyamBeras Medium Gula PasirCabai Rawit Cabai MerahBawang Merah Bawang Putih
65
Perkembangan Ekonomi Indonesia
kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan dipengaruhi normalisasi
permintaan pasca HBKN Idul Fitri .
Perkembangan indeks harga pangan menunjukkan bahwa sebagian besar komoditas
mulai mengalami penurunan. Komoditas cabai rawit, bila dibandingkan triwulan II,
mengalami penurunan cukup tajam pada Juni 2021 karena telah mulai memasuki
masa panen. Begitu pula dengan komoditas cabai rawit dan bawang merah yang
mengalami tren turun pada triwulan II tahun 2021. Tren penurunan harga komoditas
hortikultura ini dipengaruhi oleh pola musiman seiring masa panen yang
berlangsung.
Jasa Keuangan
Kondisi sektor jasa keuangan mulai menunjukkan pemulihan, tercermin dari
pertumbuhan kredit yang tercatat positif, meskipun masih terdapat risiko kredit
yang dihadapi.
Perbankan Konvensional. Kinerja
perbankan konvensional secara umum
masih terjaga, bahkan perlahan mulai
pulih, tercermin dari fungsi intermediasi
perbankan yang membaik.
Permodalan perbankan tercatat tinggi
dan mengalami peningkatan, tercermin
dari Rasio kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio/CAR) pada bulan Mei
tahun 2021 sebesar 24,3 persen,
meningkat dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar
22,2 persen. Rasio tersebut berada di atas
threshold minimum yang ditetapkan yaitu
8 persen. Sementara itu, likuiditas
perbankan masih mengalami
pelonggaran, tercermin dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang menurun, yaitu dari 91,0 persen pada Mei 2020 menjadi 80,9
persen pada Mei tahun 2021, didorong oleh pertumbuhan DPK yang masih sangat
tinggi. Sementara itu, dari sisi risiko kredit, meningkatnya rasio kredit bermasalah
(Non Performing Loan/NPL) juga masih menjadi tantangan. Pada Mei 2021, rasio NPL
sebesar 3,3 persen, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
sebesar 3,0 persen. Kemampuan bayar debitur ditengah ketidakpastian
Gambar 34. Kinerja Perbankan
Konvensional
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Catatan: Q2 adalah data bulan Mei
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
74,0
76,0
78,0
80,0
82,0
84,0
86,0
88,0
90,0
92,0
94,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(persen)(persen)
LDR NPL CAR
66
Perkembangan Ekonomi Indonesia
perekonomian masih menjadi faktor utama penentu risiko kredit yang dihadapi
perbankan.
Hingga awal tahun 2021, total Dana Pihak
Ketiga (DPK) perbankan masih tumbuh
tinggi dan stabil pada level double digit.
Meski melandai jika dibandingkan dengan
triwulan I tahun 2021, DPK pada bulan Mei
tahun 2021 masih tumbuh tinggi sebesar
10,7 persen (YoY). Jika ditinjau dari
komponennya, pertumbuhan tertinggi
terjadi pada komponen giro, yang
selanjutnya diikuti oleh komponen
tabungan dan deposito.
Memasuki triwulan II tahun 2021, kondisi
kredit perbankan terlihat mulai perlahan
membaik, setelah sebelumnya terus
mengalami kontraksi. Pertumbuhan kredit
tercatat positif pada bulan Mei tahun 2021,
yaitu tumbuh sebesar 1,8 persen (YoY),
didorong oleh membaiknya permintaan
kredit, seiring dengan berlanjutnya
pemulihan aktivitas korporasi.
Jika ditinjau lebih lanjut, pertumbuhan
total kredit didorong oleh seluruh jenis
kredit yang tumbuh positif, dengan
perbaikan tertinggi terjadi pada jenis
kredit konsumsi. Perbaikan kredit
konsumsi utamanya didorong oleh
pertumbuhan kredit pemilikan rumah,
sejalan dengan implementasi
pelonggaran LTV dan insentif pajak oleh
pemerintah. Selanjutnya, ditinjau dari
lapangan usaha penerima kredit, terdapat
beberapa sektor yang mengalami
pertumbuhan kredit. Sektor tersebut
diantaranya adalah sektor transportasi, sektor pertanian, dan sektor konstruksi, yang
masing-masing tumbuh sebesar 13,18; 5,74; dan 4,87 persen (YoY).
Gambar 35. Perkembangan DPK
Perbankan Konvensional
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Catatan: Q2 adalah data bulan Mei
Gambar 36. Perkembangan Kredit
Perbankan Konvensional
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Catatan: Q2 adalah data bulan Mei
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
5.600
5.800
6.000
6.200
6.400
6.600
6.800
7.000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(persen)(rupiah)
Total DPK Pert. DPK
Pert. Deposito Pert. Tabungan
Pert. Giro
-30,0
-25,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
5.350
5.400
5.450
5.500
5.550
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(persen)(rupiah)
Kredit (Rp) Pert. Kredit
Pert. KI Pert. KMK
Pert. KK
67
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 30. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional
Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha
2020 2021
Q2 Q1 Q2*
miliar Rp
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 377.036 390.498 393.922
Perikanan 13.950 16.502 16.834
Pertambangan dan Penggalian 147.415 125.409 128.664
Industri Pengolahan 933.269 893.584 891.004
Listrik, gas dan air 213.069 170.345 167.528
Konstruksi 360.526 373.467 373.947
Perdagangan Besar dan Eceran 960.548 940.703 941.555
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan
minum
112.757 118.748 118.209
Transportasi. pergudangan dan komunikasi 249.865 277.333 283.407
Perantara Keuangan 253.227 209.749 210.944
Real Estate. Usaha Persewaan. dan Jasa
Perusahaan
266.507 258.015 257.749
Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
29.664 31.394 31.328
Jasa Pendidikan 13.842 13.533 13.575
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 28.931 28.278 27.263
Jasa Kemasyarakatan. Sosial Budaya. Hiburan dan
Perorangan lainnya
82.073 92.303 93.329
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 3.127 2.998 3.071
Badan Internasional dan Badan Ekstra
Internasional Lainnya
315 371 367
Kegiatan yang belum jelas batasannya 1.968 2.164 2.949
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan | *data bulan Mei
Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tahun 2021, pemerintah menargetkan penyaluran
Kredit Usaha Rakyat sebesar Rp253 triliun, meningkat sebesar Rp63 triliun dari target
penyaluran tahun 2019. Hingga Mei 2021, KUR telah disalurkan kepada 2,85 juta
debitur, dengan total penyaluran sebesar Rp104,64 triliun (mencapai 41,3 persen dari
target yang ditetapkan). Penyaluran tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor
perdagangan yang memiliki porsi sebesar 45 persen dari total KUR yang disalurkan,
dan diikuti oleh sektor pertanian dan sektor jasa masing-masing sebesar 29,6 persen
dan 14,1 persen.
Dalam penyalurannya, KUR terbagi menjadi 4 (empat) skema, yaitu KUR Super Mikro
(pinjaman ≤10 juta), KUR Mikro (pinjaman ≤Rp25 juta), KUR Kecil (pinjaman Rp25–
200 juta), dan KUR Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Berdasarkan skema tersebut, hingga
Mei 2021, KUR Mikro mendominasi total penyaluran KUR yaitu sebesar 63,6 persen,
diikuti oleh KUR Kecil yaitu sebesar 34,3 persen, sementara sisanya adalah KUR Super
Mikro sebesar 1,7 persen, dan KUR TKI sebesar 0,3 persen. Jika dilihat penyaluran KUR
berdasarkan wilayah, penyaluran masih terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Sumatera,
dengan porsi masing-masing sebesar 56,6 persen dan 21,4 persen.
68
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pasar Modal. Kekhawatiran investor terhadap peningkatan penyebaran Covid-19
serta antisipasi terhadap rencana kebijakan pengurangan stimulus moneter (tapering)
The Fed masih mendorong ketidakpastian pada pasar modal global. Sementara itu,
secara umum, pasar modal domestik menunjukkan kinerja yang relatif stabil, yang
sebagian besar disebabkan oleh minat beli investor nonresiden yang kembali
meningkat serta pemanfaatan pasar modal untuk pembiayaan ekonomi dimana
investasi portofolio pada triwulan II tahun 2021 mencatat net inflow sebesar USD4,28
miliar. Selanjutnya, jumlah penghimpunan dana pada pasar modal mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Di sisi
lain, jumlah investor retail juga terus mengalami peningkatan.
Bila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2020, IHSG mengalami pertumbuhan
positif sebesar 22,0 persen (YoY) ke level 5.985,5. Sementara itu, sejalan dengan
pergerakan IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham juga menunjukkan peningkatan
sebesar 25,2 persen (YoY) dan ditutup di level Rp7.105,9 pada tengah tahun 2021.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai IHSG maupun
kapitalisasi pasar justru cenderung stagnan dimana hal ini antara lain juga disebabkan
oleh adanya hambatan pada kecepatan proses vaksinasi dan ancaman kenaikan kasus
Covid-19 di akhir Juni yang mempengaruhi kondisi ekonomi domestik.
Sementara itu, pasar obligasi korporasi masih menunjukkan pelemahan pada triwulan
II tahun 2021, apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Pada
pertengahan tahun 2021, total nilai obligasi korporasi mencapai Rp422,7 triliun, atau
mengalami penurunan sebesar 1,6 persen (YoY). Secara umum, kondisi ini
Gambar 37. Perkembangan IHSG dan
Nilai Kapitalisasi Pasar Saham
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 38. Perkembangan
Outstanding Obligasi Korporasi
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
5.200
5.700
6.200
6.700
7.200
7.700
4.500
4.700
4.900
5.100
5.300
5.500
5.700
5.900
6.100
6.300
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(in
dek
s)
Nilai Kapitalisasi Pasar (Rp) IHSG
410
415
420
425
430
435
440
445
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(tri
liun
Rp
)
69
Perkembangan Ekonomi Indonesia
dipengaruhi oleh faktor likuiditas dan risk appetite para investor yang masih cukup
fluktuatif di tengah pandemi Covid-19.
Asuransi. Kinerja Industri Asuransi pada triwulan II tahun 2021 kembali mengalami
penurunan setelah pada triwulan sebelumnya mengalami peningkatan, yang salah
satunya tercermin dari perkembangan aset Industri Asuransi. Total aset Industri
Asuransi menurun menjadi sebesar Rp952,4 triliun atau mengalami penurunan
sebesar 25,9 persen (YoY), jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,3 persen (YoY).
Dana Pensiun. Pada triwulan II tahun 2021 kinerja Industri Dana Pensiun mengalami
Peningkatan dari segi Jumlah Aset dan Investasi jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, namun dari sisi pertumbuhannya masih lebih kecil daripada triwulan
sebelumnya, yaitu sebesar Rp307,7 triliun, atau tumbuh sebesar 12,9 persen (YoY).
Sementara itu, jumlah aset neto sebesar Rp315,2 triliun, tumbuh 10,4 persen (YoY).
Teknologi Keuangan. Pada triwulan II tahun 2021, industri teknologi keuangan
terlihat mengalami perbaikan, sejalan dengan pemulihan perekonomian nasional. Hal
tersebut terlihat dari pertumbuhan akumulasi jumlah pinjaman sebesar 95,2 persen
(YoY), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
77,2 persen (YoY). Sejalan dengan itu, akumulasi rekening peminjam juga ikut
tumbuh, yaitu sebesar 151,6 persen (YoY), meski lebih rendah jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar 199,8 persen (YoY). Selanjutnya, dari sisi risiko,
risiko kredit yang dihadapi oleh industry teknologi keuangan jauh berkurang, jika
dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai 6,1 persen pada triwulan II tahun
Gambar 39. Perkembangan Aset
Industri Asuransi
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 40. Perkembangan Jumlah Aset
Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
-30,0
-25,0
-20,0
-15,0
-10,0
-5,0
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(per
sen
)
(tri
liun
Rp
)
AsetPertumbuhan (%, YoY)
0
2
4
6
8
10
12
14
240
260
280
300
320
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(per
sen
)
(tri
liun
Rp
)AsetInvestasiPert. Aset (%, YoY)Pert. Investasi (%, YoY)
70
Perkembangan Ekonomi Indonesia
2020. Rasio kredit macet pada triwulan II tahun 2021 membaik sangat signifikan, yaitu
menjadi hanya sebesar 1,5 persen.
Perbankan Syariah. Perlambatan ekonomi yang terus berlanjut akibat dari pandemi
Covid-19 masih memberi tekanan pada kinerja perbankan. Namun demikian, kinerja
perbankan syariah sempat membaik pada triwulan I tahun 2021 dan kembali
mengalami penurunan pada Mei 2021.
Gambar 41. Perkembangan Industri
Teknologi Keuangan
(peer-to-peer lending)
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 42. Tingkat Wanprestasi
Industri Teknologi Keuangan
(peer-to-peer lending)
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 43. Kinerja Bank Umum Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Catatan: Q2 adalah data bulan Mei
Gambar 44. Kinerja Unit Usaha Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Catatan: Q2 adalah data bulan Mei
0
10
20
30
40
50
60
70
0
50
100
150
200
250
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(ju
ta e
nti
tas)
(tri
liun
Rp
)
Pinjaman Tersalurkan (triliunRp)
0,0
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(per
sen
)
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
18
19
20
21
22
23
24
25
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(per
sen
)
(per
sen
)
CAR NPF FDR
80
85
90
95
100
105
110
2,8
2,9
3
3,1
3,2
3,3
3,4
3,5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(per
sen
)
(per
sen
)
NPF FDR
71
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Hal ini ditunjukan pada Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) Bank
Umum Syariah (BUS) pada triwulan I tahun 2021 yang sebesar 24,5 persen dan
mengalami penurunan pada Mei 2021 menjadi 24,4 persen. Penurunan kinerja
perbankan syariah juga tercermin dari menurunnya kualitas pembiayaan yang
disalurkan, atau meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing
Financing/NPF). Pada triwulan I tahun 2021, NPF pada BUS sebesar 3,2 persen dan
meningkat menjadi 3,3 persen pada Mei 2021. Begitu juga dengan NPF pada UUS,
pada triwulan I tahun 2021 sebesar 3,0 persen dan meningkat menjadi 3,2 persen
pada Mei tahun 2021.
Selanjutnya dari segi likuiditas juga mengalami penurunan kinerja perbankan syariah.
Pada triwulan I tahun 2021, rasio pembiayaan terhadap penghimpunan dana
(Financing to Deposit Ratio/FDR) pada BUS yang sebesar 77,8 persen mengalami
penurunan menjadi 76,1 persen pada Mei 2021. Kondisi serupa juga terlihat pada FDR
UUS yang mengalami penurunan dari triwulan I tahun 2021 sebesar 95,6 persen
menjadi 91,3 persen pada Mei 2021.
Total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah pada Mei 2021 tumbuh sebesar 14,5
persen (YoY) atau menjadi sebesar Rp482,4 triliun per Mei 2021. Total aset perbankan
syariah (BUS dan UUS) juga tumbuh 12,5 persen (YoY) atau menjadi sebesar Rp598,2
triliun per Mei 2021. Sejalan dengan pertumbuhan DPK dan aset, pembiayaan
perbankan syariah (BUS dan UUS) juga tumbuh meskipun lebih rendah daripada
pertumbuhan DPK dan aset, yaitu tumbuh 7,9 persen (YoY) atau menjadi Rp390,3
triliun per Mei 2021.
Gambar 45. Dana Pihak Ketiga,
Pembiayaan, dan Total Aset
Perbankan Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Catatan: Q2 adalah data bulan Mei
Tabel 31. Perkembangan Pembiayaan
Perbankan Syariah
Pembiayaan
Berdasarkan
Jenis Akad
2020 2021
Q2 Q1 Q2*
triliun Rp
Pembiayaan
Modal Kerja
114,6 111,1 113,3
Pembiayaan
Investasi
86,8 87,8 84,4
Pembiayaan
Konsumsi
165,6 186,9 192,5
Total
Pembiayaan
367 385,7 390,3
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
*data bulan Mei
0
100
200
300
400
500
600
700
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(tri
liun
Rp
)
DPK Aset Pembiayaan
72
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Selanjutnya, apabila ditinjau secara lebih detail berdasarkan jenis atau tujuan
penggunaannya, pembiayaan perbankan syariah per Mei 2021 masih didominasi oleh
pembiayaan konsumsi, yaitu sebesar Rp192,5 triliun. Selain mendominasi,
pembiayaan konsumsi juga mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 16,3
persen (YoY). Disusul pembiayaan modal kerja dan investasi per Mei 2021 masing-
masing sebesar Rp113,3 triliun dan Rp84,4 triliun, atau tumbuh negatif masing-
masing sebesar 1,1 dan 2,8 persen (YoY).
Tabel 32. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha
Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha
2020 2021
Q2 Q1 Q2*
miliar Rp
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 14.477 15.033 5.388
Perikanan 1.736 1.882 1.868
Pertambangan dan Penggalian 6.042 5.793 5.707
Industri Pengolahan 27.064 27.256 27.245
Listrik, gas dan air 15.541 11.328 11.448
Konstruksi 32.961 36.120 35.048
Perdagangan Besar dan Eceran 37.741 40.645 40.661
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan
minum
4.938 4.842 4.890
Transportasi, pergudangan dan komunikasi 10.846 11.647 11.357
Perantara Keuangan 18.075 14.398 14.327
Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
12.912 11.802 11.600
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib
15 60 54
Jasa Pendidikan 6.333 6.554 6.635
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.241 5.919 6.116
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan
Perorangan lainnya
4.611 3.742 3.688
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 711 638 659
Badan Internasional dan Badan Ekstra
Internasional Lainnya
2 - 2
Kegiatan yang belum jelas batasannya 1.195 1.166 1.036
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan | *data bulan Mei
Apabila ditinjau secara sektoral, sektor perdagangan besar dan eceran; sektor
konstruksi dan sektor industri pengolahan mendominasi peyaluran pembiayaan
perbankan syariah hingga Mei 2021, dengan nilai penyaluran pembiayaan masing-
masing sebesar Rp40,7 triliun, Rp35 triliun dan Rp27,2 triliun Ketiga sektor utama ini
tetap tumbuh positif yakni; (1) sektor perdagangan besar dan eceran, (2) sektor
kontruksi, dan (3) sektor industri pengolahan, masing-masing sebesar 7,7 persen
(YoY), 6,3 persen (YoY), dan 0,7 persen (YoY) pada Mei 2021.
73
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Beberapa sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan pembiayaan secara positif
pada Mei 2021 adalah sektor pertanian, perburuan dan kehutanan; sektor perikanan;
sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi; dan sektor jasa pendidikan.
Sementara itu, jika dilihat berdasarkan persentase pertumbuhan, sektor dengan
pertumbuhan penyaluran pembiayaan tertinggi pada Mei 2021 adalah pada sektor
administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, yaitu sebesar 258,2
persen (YoY) atau sejumlah Rp54 miliar.
Namun demikian, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tidak terjadi di
seluruh sektor ekonomi, melainkan terdapat 10 sektor yang mengalami penurunan
penyaluran pembiayaan dari perbankan syariah per Mei 2020. Tiga sektor dengan
penurunan tertinggi yaitu: Listrik, gas dan air turun sebesar 26,3 persen (YoY); Badan
Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya turun sebesar 24 persen (YoY);
dan Perantara Keuangan turun sebesar 20,7 persen (YoY).
Pasar Modal Syariah. Pada April 2021, Bursa Efek Indonesia resmi meluncurkan
indeks baru dengan nama indeks IDX-MES BUMN 17 yang berisi 17 saham BUMN
yang memiliki likuiditas baik, kapitalisasi besar dan menjalankan usahanya sesuai
dengan prinsip syariah. Jumlah indeks saham bertema syariah masih terbatas dan
peningkatan jumlah saham syariah yang menigkat menjadi salah satu latar belakang
untuk menambah pilihan indeks syariah baru. Peningkatan jumlah saham syariah
tersebut ditandai dengan masih menguatnya pasar modal syariah hingga triwulan II
tahun 2021 ditengah kasus harian Covid-19 yang meningkat. Hal ini karena didorong
oleh kepercayaan masyarakat dan investor terhadap kinerja pemerintah dalam
menangani pandemi Covid-19. Dilihat dari segi kapitalisasi pasar Index Saham Syariah
Indonesia (ISSI) yang berisikan seluruh emiten saham syariah yang likuid di bursa
mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya sebesar 15,3 persen (YoY). Hal ini juga terlihat dari nilai penutupan akhir
indeks pada triwulan II, dimana ISSI ditutup pada nilai 171,95 poin, tumbuh 28,1 poin
dibandingkan triwulan II tahun 2020 (YoY). Namun demikian, jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya, nilai kapitalisasi pasar ISSI mengalami penurunan
sebesar 2,5 persen (QtQ).
74
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Selain pasar saham, perkembangan
positif juga terjadi di pasar sukuk.
Apabila dilihat berdasarkan
perkembangan nilai outstanding,
dibandingkan periode yang pada tahun
sebelumnya, nilai outstanding sukuk
tumbuh positif dimana sukuk korporasi
tumbuh sebesar 20,3 persen (YoY) dan
SBSN tumbuh sebesar 22,2 persen
(YoY). Begitu juga jika dilihat secara
triwulanan, nilai outstanding sukuk
korporasi pada triwulan II tahun 2021 ini
tumbuh 10,7 persen dan SBSN tumbuh
3,2 persen dibandingkan dengan nilai
pada triwulan I tahun 2021.
Industri Keuangan Nonbank Syariah
(IKNBS). Pada triwulan II tahun 2021,
Industri Keuangan Non-Bank Syariah
(IKNBS) secara umum menunjukkan
tren positif di saat proses pemulihan
ekonomi akibat dampak Covid-19 sedang berlangsung. Kondisi tersebut tercermin
dari pertumbuhan total aset IKNBS, yaitu sebesar 8,4 persen (YoY). Namun, jika
Gambar 46. Kapitalisasi Pasar dan Nilai
Indeks Saham ISSI
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Gambar 47. Outstanding Sukuk
Korporasi dan SBSN
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Tabel 33. Aset IKNB Syariah 2019-2020
Uraian
2020 2021
Q2 Q1 Q2
miliar Rp
Asuransi
Syariah
40.841 44.136 42.813
Lembaga
Pembiayaan
Syariah
24.771 21.900 21.432
Dana Pensiun
Syariah
5.726 8.205 7.950
Lembaga Jasa
Keuangan
Khusus
Syariah
35.359 42.903 43.415
Lembaga
Keuangan
Mikro Syariah
474,7 499,7 519,0
Financial
Teknologi
Syariah
43,3 103,4 133,7
Total Aset 111.443 116.351 117.748
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
2.600
2.700
2.800
2.900
3.000
3.100
3.200
3.300
3.400
3.500
Q2 Q1 Q2
2021(i
nd
eks)
(tri
liun
Rp
)
Kapitalisasi Pasar ISSI
0
200
400
600
800
1000
1200
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2020 2021
(tri
liun
Rp
)
(tri
liun
Rp
)
Nilai Outstanding Sukuk Korporasi
Nilai Outstanding SBSN
75
Perkembangan Ekonomi Indonesia
dibandingkan dengan total aset pada triwulan I tahun 2021, aset IKNBS pada triwulan
II mengalami penurunan sebesar 1,3 persen (QtQ).
Penurunan secara QtQ ini didorong oleh penurunan aset asuransi syariah (-3,0
persen), lembaga pembiayaan syariah (-2,1 persen) dan dana pensiun syariah (-3,1
persen). Sedangkan kontribusi pertumbuhan IKNBS (QtQ) didorong oleh
pertumbuhan aset lembaga jasa keuangan khusus syariah (1,2 persen), lembaga
keuangan mikro syariah (3,9 persen) dan yang terbesar dari financial teknologi syariah
(29,2 persen).
Apabila ditinjau secara YoY, finansial teknologi syariah mengalami pertumbuhan total
aset tertinggi, yaitu sebesar 208,8 persen, diikuti oleh pertumbuhan dana pensiun
syariah (38,8 persen), lembaga jasa keuangan khusus syariah (22,8 persen), lembaga
keuangan mikro syariah (9,3 persen) dan asuransi syariah (4,8 persen). sedangkan
lembaga pembiayaan syariah mengalami penurunan sebesar 13,5 persen (YoY) yang
kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengembangan variasi produk lembaga
pembiayaan syariah serta dampak Covid-19 sejak tahun 2020 di Indonesia.
2.5 Neraca Pembayaran
Neraca Pembayaran Indonesia mengalami defisit USD0,4 miliar, setelah
sebelumnya surplus 4,1 miliar pada triwulan I tahun 2021. Defisit tersebut didorong
oleh menurunnya suplus transaksi modal dan finansial sehingga tidak mampu
mengkompensasi defisit transaksi berjalan.
Neraca transaksi berjalan defisit sebesar
USD2,2 miliar atau setara 0,8 persen dari
PDB, capaian tersebut memperlebar
defisit pada triwulan sebelumnya.
Adapun perkembangan tersebut
disebabkan oleh peningkatan defisit
neraca pendapatan primer, neraca
perdagangan migas, serta neraca jasa.
Sebaliknya, peningkatan surplus neraca
perdagangan nonmigas dan neraca
pendapatan sekunder mampu sedikit
menahan peningkatan defisit transaksi
berjalan lebih tinggi.
Selanjutnya, neraca perdagangan
nonmigas surplus sebesar USD11,5 miliar,
lebih tinggi dibandingkan surplus pada
triwulan I-2021 sebesar USD9,9 miliar. Perkembangan ini didorong oleh ekspor
Gambar 48. Perkembangan
Neraca Pembayaran Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
-10
-5
0
5
10
15
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
(mili
ar U
SD)
Transaksi Berjalan
Transaksi Modal dan Finansial
Neraca Keseluruhan
76
Perkembangan Ekonomi Indonesia
nonmigas yang mengalami peningkatan signifikan melampui peningkatan impor
nonmigas. Perbaikan kinerja ekspor nonmigas didukung oleh akselerasi pertumbuhan
ekspor riil dan harga ekspor, baik pada produk primer maupun manufaktur.
Sementara itu, neraca perdagangan migas defisit USD3,4 miliar, meningkat
dibandingkan dengan defisit pada triwulan sebelumnya sebesar USD2,3 miliar.
Perkembangan ini didorong oleh peningkatan impor minyak sejalan dengan
kebutuhan konsumsi domestik dan tren kenaikan harga minyak dunia yang berlanjut.
Di sisi lain, surplus neraca gas pada triwulan II tahun 2021 sebesar USD0,7 miliar,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD0,5 miliar. Peningkatan
tersebut antara lain disebabkan oleh kenaikan ekspor gas, seiring dengan
perkembangan harga gas yang semakin meningkat.
Neraca jasa mengalami defisit USD3,7
miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya sebesar USD3,4
miliar. Peningkatan defisit neraca jasa
tersebut terutama disebabkan oleh
kenaikan defisit neraca jasa transportasi
serta jasa telekomunikasi, komputer, dan
informasi. Lebih lanjut, peningkatan
defisit mampu ditahan oleh membaiknya
surplus jasa perjalanan dan jasa keuangan
yang mampu mencatatkan penurunan
pada triwulan II tahun 2021.
Defisit jasa transportasi meningkat
menjadi USD1,6 miliar dari sebelumnya
USD1,4 miliar. Lebih lanjut, peningkatan
tersebut terutama disebabkan oleh
meningkatnya pembayaran jasa freight menjadi sebesar USD2,1 miliar dari
sebelumnya USD1,9 miliar sejalan dengan kenaikan impor barang. Selanjutnya, defisit
jasa transportasi mampu ditahan oleh penerimaan jasa freight yang meningkat
menjadi USD0,6 miliar dari sebelumnya USD0,5 miliar, seiring dengan kinerja ekspor
barang yang membaik.
Selanjutnya, neraca jasa perjalanan mengalami surplus sebesar USD49,4 juta,
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD23,0 juta.
Kenaikan tersebut sejalan dengan penerimaan jasa perjalanan dari wisatawan
mancanegara (wisman) sebesar USD121,0 juta, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
sebesar USD88,3 juta seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan dan pola
Gambar 49. Neraca Jasa
Perjalanan dan Transportasi
Sumber: Bank Indonesia
-4,0-3,0-2,0-1,00,01,02,03,04,05,06,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
(mili
ar U
SD)
Ekspor Transportasi Ekspor Perjalanan
Impor Transportasi Impor Perjalanan
77
Perkembangan Ekonomi Indonesia
pengeluaran wisman. Lebih lanjut, jumlah kunjungan wisman sebesar 418 ribu, lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 384 ribu kunjungan.
Defisit neraca pendapatan primer
meningkat, neraca pendapatan
sekunder stabil. Defisit neraca
pendapatan primer sebesar USD8,1
miliar, lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya sebesar USD6,7 miliar.
Melebarnya defisit neraca pendapatan
primer secara triwulanan disebabkan oleh
kenaikan pembayaran imbal hasil atas
investasi langsung dan portofolio asing
yang melampui peningkatan penerimaan
penduduk terutama atas investasi
langsung di luar negeri. Di satu sisi,
pembayaran pendapatan kepada
nonresiden atas investasi langsung dan
portofolio secara berturut-turut sebesar
USD5,3 miliar dan USD3,8 miliar. Di sisi lain, penerimaan pendapatan penduduk
dalam bentuk investasi langsung sebesar USD0,8 miliar dan investasi langsung
sebesar USD0,7 miliar.
Neraca pendapatan sekunder surplus sebesar USD1,5 miliar, sedikit meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD1,4 miliar. Perkembangan
tersebut didukung oleh mulai adanya tambahan jumlah Pekerja Migran Indonesia
(PMI) terutama ke Hongkong sejalan dengan pembukaan penempatan PMI ke
beberapa negara pada masa adaptasi kebiasaan baru. Sementara itu, jumlah PMI di
Malaysia berkurang seiring dengan pembatasan mobilitas di negara tersebut.
Transaksi modal dan finansial mengalami surplus sebesar USD1,9 miliar atau
setara 0,7 persen dari PDB, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan
sebelumnya sebesar USD5,5 miliar atau setara 2,0 persen PDB. Surplus tersebut
ditopang oleh kenaikan surplus investasi langsung dan investasi portofolio meskipun
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara transaksi
investasi lainnya mengalami kenaikan defisit. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
pada triwulan II tahun 2021 telah meningkatkan kepercayaan investor asing terhadap
prospek perekonomian Indonesia. Berkurangnya pembatasan mobilisasi karena
pandemi Covid-19 yang sedikit mereda juga memicu aliran masuk investasi langsung.
Sementara itu, modal asing dalam bentuk investasi portofolio masih masuk ke dalam
pasar keuangan domestik meskipun nilainya lebih rendah dari triwulan sebelumnya.
Penurunan arus masuk tersebut antara lain disebabkan oleh adanya jatuh tempo
Gambar 50. Neraca Pendapatan
Primer dan Sekunder
Sumber: Bank Indonesia
-12,0
-7,0
-2,0
3,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
(mili
ar U
SD)
Penerimaan Pendapatan Primer
Penerimaan Pendapatan Sekunder
Pembayaran Pendapatan Primer
Pembayaran Pendapatan Sekunder
78
Perkembangan Ekonomi Indonesia
global bond pemerintah dan lebih rendahnya penerbitan global bond korporasi. Di sisi
lain, transaksi investasi lainnya mengalami defisit yang lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya terutama disebabkan oleh peningkatan pembayaran pinjaman luar
negeri yang jatuh tempo.
Kinerja investasi langsung mengalami
surplus yang lebih tinggi, dipengaruhi
oleh meningkatnya kepercayaan investor
asing terhadap prospek perekonomian
Indonesia sejalan dengan membaiknya
pertumbuhan ekonomi Indonesia
triwulan II tahun 2021. Investasi langsung
mencatat arus masuk neto (surplus)
sebesar USD5,3 miliar, lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya sebesar USD4,2 miliar.
Kenaikan surplus tersebut terutama
disebabkan oleh meningkatnya arus
masuk neto di sisi kewajiban.
Kinerja investasi portofolio surplus sebesar USD4,4 miliar, menurun dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar USD4,9 miliar. Penurunan surplus tersebut
terutama bersumber dari penurunan arus masuk investasi portofolio di sisi kewajiban
dari USD5,2 miliar menjadi USD4,7 miliar. Sementara itu, di sisi aset, pembelian neto
surat berharga di luar negeri oleh penduduk Indonesia sama dengan triwulan
sebelumnya yaitu USD0,3 miliar.
Adapun posisi cadangan devisa relatif stabil pada akhir triwulan II tahun 2021 sebesar
USD137,1 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,8
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas
standar kecukupan internasional yaitu 3 bulan.
Gambar 51. Neraca Transaksi Finansial
Sumber: Bank Indonesia
-10
-5
0
5
10
15
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2019 2020 2021
(mili
ar U
SD)
Investasi LangsungInvestasi PortofolioInvestasi Lainnya
79
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 34. Neraca Pembayaran
Tahun 2016 – Triwulan II/2021
(miliar USD)
2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1 2021:2
TRANSAKSI BERJALAN -17,0 -16,2 -30,6 -30,3 -3,4 -2,9 1,0 0,9 -1,1 -2,2
BARANG 15,3 18,8 -0,2 3,5 4,5 4,0 9,8 10,0 7,6 8,1
Ekspor 144,5 168,9 180,7 168,5 41,7 34,6 40,8 46,2 49,4 54,3
Impor -129,2 -150,1 -181,0 -164,9 -37,2 -30,7 -31,0 -36,2 -41,7 -46,2
Barang Dagangan Umum 14,7 17,9 -0,2 1,6 3,2 2,5 8,7 10,1 7,7 8,2
Ekspor 143,1 167,0 178,7 164,9 40,0 33,0 39,2 45,6 48,9 53,9
Impor -128,4 -149,1 -178,9 -163,3 -36,8 -30,5 -30,5 -35,5 -41,2 -45,7
a. Nonmigas 19,5 25,3 11,2 12,0 5,8 3,3 9,4 11,3 10,0 11,6
Ekspor 130,2 151,4 161,1 152,9 37,7 31,2 37,2 43,2 45,9 50,5
Impor -110,7 -126,2 -149,9 -141,0 -31,9 -27,9 -27,8 -31,8 -35,9 -38,9
b. Migas -4,8 -7,3 -11,4 -10,3 -2,6 -0,8 -0,7 -1,2 -2,3 -3,4
Ekspor 12,9 15,6 17,6 12,0 2,3 1,8 2,0 2,4 3,0 3,3
Impor -17,7 -22,9 -29,0 -22,3 -4,9 -2,6 -2,7 -3,6 -5,3 -6,7
Barang Lainnya 0,6 0,9 0,0 1,9 1,3 1,5 1,1 -0,1 -0,1 -0,1
Ekspor 1,4 1,9 2,0 3,5 1,7 1,6 1,6 0,6 0,5 0,5
Impor -0,8 -1,0 -2,0 -1,7 -0,4 -0,1 -0,5 -0,7 -0,6 -0,6
JASA-JASA -7,1 -7,4 -6,5 -7,6 -1,7 -2,1 -2,7 -3,1 -3,4 -3,7
Ekspor 23,3 25,3 31,2 31,6 6,2 2,6 2,8 3,3 3,2 3,1
Impor -30,4 -32,7 -37,7 -39,3 -7,9 -4,7 -5,6 -6,4 -6,6 -6,8
PENDAPATAN PRIMER -29,6 -32,1 -30,8 -33,8 -7,9 -6,2 -7,4 -7,4 -6,7 -8,1
PENDAPATAN SEKUNDER 4,5 4,5 6,9 7,6 1,7 1,4 1,4 1,4 1,4 1,5
TRANSAKSI MODAL 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
TRANSAKSI FINANSIAL 29,3 28,7 25,1 36,6 -3,0 11,0 0,9 -1,0 5,5 1,9
Aset 15,9 -18,4 -19,2 -15,3 -4,7 -1,3 -2,5 -8,3 -3,8 -3,6
Kewajiban 13,4 47,1 44,3 51,9 1,6 12,4 3,3 7,3 9,4 5,6
INVESTASI LANGSUNG 16,1 18,5 12,5 20,5 4,3 4,4 0,9 4,2 4,2 5,3
Aset 11,6 -2,0 -6,4 -4,5 -0,7 -0,7 -2,8 -0,9 -1,0 -0,8
Kewajiban 4,5 20,5 18,9 25,0 5,0 5,2 3,7 5,1 5,2 6,1
80
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Lanjutan Tabel 34 Neraca Pembayaran
Tahun 2016 – Triwulan II/2021
(miliar USD) 2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1 2021:2
INVESTASI PORTFOLIO 19,0 21,1 9,3 22,0 -6,3 9,7 -2,0 2,0 4,9 4,4
Aset 2,2 -3,4 -5,2 0,4 -0,1 -0,2 -0,3 -0,7 -0,3 -0,3
Kewajiban 16,8 24,4 14,5 21,6 -6,3 9,9 -1,7 2,6 5,2 4,7
DERIVATIF FINANSIAL 0,0 -0,1 0,0 0,2 -0,3 0,1 0,0 0,2 0,1 0,0
INVESTASI LAINNYA -5,8 -10,7 3,3 -6,1 -0,6 -3,3 1,9 -7,4 -3,6 -7,8
TOTAL 12,4 12,5 -5,4 6,3 -6,5 8,2 1,9 -0,2 4,5 -0,3
NERACA KESELURUHAN 12,1 11,6 -7,1 4,7 -8,5 9,2 2,1 -0,2 4,1 -0,4
Posisi Cadangan Devisa 116,4 130,2 120,7 0,1 121,0 131,7 135,2 135,9 137,1 137,1
Dalam Bulan Impor 8 8 6,4 7,3 7,0 8,1 9,1 9,8 9,7 8,8
Transaksi Berjalan/PDB (%) -2 -2 -3,7 -2,7 -1,2 -1,2 0,4 0,3 -0,4 -0,8
Sumber: Bank Indonesia, diolah
81
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan Indonesia
kembali surplus sebesar USD6,3
miliar. Seiring dengan pemulihan
ekonomi Indonesia yang semakin
membaik, ekspor dan impor pada
triwulan II tahun 2021 terus
menunjukkan kenaikan dibandingkan
triwulan sebelumnya maupun periode
yang sama tahun sebelumnya. Secara
total, neraca perdagangan Indonesia
meningkat sebesar 14,2 persen (QtQ)
dan 118,7 persen (YoY). Surplus neraca
perdagangan tersebut terutama disumbang oleh surplus neraca perdagangan
nonmigas yang mencapai USD9,5 miliar. Sementara itu, neraca perdagangan migas
masih defisit.
Neraca perdagangan migas
Pada triwulan II tahun 2021, neraca
perdagangan migas defisit sebesar
USD3,2 miliar, lebih besar dibandingkan
periode yang sama pada tahun
sebelumnya yang hanya sebesar USD 0,5
miliar. Ekspor migas Indonesia pada
triwulan II tahun 2021 mengalami
kenaikan sebesar 19,3 persen (QtQ) dan
87,1 persen (YoY). Kenaikan ekspor migas
terutama didorong oleh ekspor gas yang
tumbuh sebesar 25,6 persen (QtQ) serta
ekspor minyak mentah yang tumbuh
sebesar 17,5 persen (QtQ), seiring
dengan kenaikan harga komoditas energi
di pasar internasional. Pada bulan Juni
2021 harga minyak mentah naik sebesar
81,9 persen (YoY), sementara harga gas alam mengalami kenaikan yang jauh lebih
tinggi lagi yaitu mencapai 177,6 persen (YoY).
Sementara itu, pertumbuhan impor migas juga tinggi seiring dengan peningkatan
permintaan migas akibat semakin pulihnya ekonomi. Akibatnya, defisit neraca
perdagangan migas Indonesia pada triwulan II tahun 2021 semakin membesar.
Tabel 35. Neraca Perdagangan
Uraian
2020 2021
Q2 Q1 Q2
juta USD
Neraca Total 2.885,1 5.521,9 6.308,5
Ekspor Total 34.619,3 48.904,3 53.966,1
Impor Total 31.734,2 43,382,4 47,657,6
Neraca Nonmigas 3.383,6 8.004,8 9.521,1
Ekspor Nonmigas 32.928,9 46.252,0 50.806,1
Impor Nonmigas 29.545,3 38.247,2 41.285,0
Neraca Migas -498,5 -2.482,9 -3.220,2
Ekspor Migas 1.690,3 2.652,3 3.162,9
Impor Migas 2.188,8 5.135,2 6.383,1
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Tabel 36. Nilai Ekspor dan Impor Migas
Uraian
Nilai
Q2 2021
(juta USD)
Growth (%) Share thd
Total*
(%) QtQ YoY
Ekspor
Migas
3.162,9 19,3 87,1 5,9
Minyak
Mentah
1.083,4 17,5 1.216,5 2,0
Hasil
Minyak
400,1 1,8 -64,3 0,7
Gas 1.679,4 25,6 244,4 3,1
Impor
Migas
6.383,1 24,3 191,6 13,4
Minyak
Mentah
2.190,2 47,0 564,9 4,6
Hasil
Minyak
3.390,3 21,4 158,3 7,1
Gas 802,6 -5,9 46,7 1,7
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
*share terhadap total ekpor/impor
82
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Kenaikan impor migas pada periode ini terutama didorong oleh impor minyak
mentah serta impor hasil minyak, yang masing-masing tumbuh sebesar 47,0 persen
(QtQ) dan 21,4 persen (QtQ).
Neraca perdagangan nonmigas
Pada triwulan II tahun 2021, neraca
nonmigas Indonesia surplus sebesar
USD9,5 miliar atau tumbuh sebesar
181,4 persen (YoY). Surplus
perdagangan nonmigas didorong
oleh pertumbuhan ekspor nonmigas
sebesar 54,3 persen (YoY). Impor non
migas juga mengalami pertumbuhan
seiring dengan pertumbuhan di
sektor industri manufaktur.
Walaupun pertumbuhannya masih
lebih lambat dibandingkan
pertumbuhan ekspor nonmigas,
pada periode ini impor nonmigas
tumbuh sebesar 39,7 persen (YoY).
Dilihat berdasarkan sektornya,
pertumbuhan ekspor nonmigas pada
triwulan II tahun 2021 terutama
didorong oleh sektor Industri
Pengolahan yang tumbuh sebesar 8,1
persen (QtQ) dan 51,7 persen (YoY)
serta sektor Pertambangan dan
Lainnya yang pertumbuhannya
mencapai 24,5 persen (QtQ) dan 78,5
persen (YoY). Sementara itu, ekspor
sektor Pertanian mengalami
kontraksi sebesar 12,9 persen (QtQ),
meskipun nilai ekspornya masih lebih
tinggi 13,5 persen dibandingkan
dengan periode yang sama tahun
2020.
Berdasarkan golongan barang HS 2
digit, sumber pertumbuhan ekspor nonmigas pada triwulan II tahun 2021 terutama
berasal dari golongan Besi dan Baja yang tumbuh sebesar 125,8 (YoY) dan memiliki
Tabel 37. Nilai Ekspor Nonmigas
berdasarkan Sektor
Uraian
Nilai
Q2 2021
(juta USD)
Growth (%) Share
thd
Total*
(%) QtQ YoY
Ekspor Nonmigas 50.806,1 9,8 54,3 94,1
Pertanian 908,4 -12,9 13,5 1,7
Industri
Pengolahan
42.111,1 8,1 51,7 78,0
Pertambangan
dan lainnya
7.786,6 24,5 78,5 14,4
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
*share terhadap total ekpor
Tabel 38. Nilai Ekspor Nonmigas 10
Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar
Kode HS: Uraian Nilai
Q2 2021 (juta USD)
Growth (%) Share thd
Ekspor
Nonmigas
(%) QtQ YoY
Lemak & Minyak
Hewan/Nabati (15)
7.121,6 2,3 71,6 14,0
Bahan Bakar
Mineral (27)
6.783,0 14,7 73,0 13,4
Besi dan Baja (72) 5.149,7 41,6 125,8 10,1
Mesin/Peralatan
Listrik (85)
2.880,3 7,8 60,8 5,7
Kendaraan dan
Bagiannya (87)
2.043,4 -12,5 152,3 4,0
Karet dan Barang
Dari Karet (40)
1.804,4 -2,7 71,3 3,6
Perhiasan/ Permata
(71)
1.679,2 47,7 -18,3 3,3
Berbagai Produk
Kimia (38)
1.609,9 15,1 85,3 3,2
Mesin-mesin/
Pesawat
Mekanik(84)
1.565,2 -4,7 51,1 3,1
Bijih, Kerak dan
Abu Logam (26)
1.514,6 66,3 153,8 3,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
83
Perkembangan Ekonomi Indonesia
share 10,1 persen terhadap total nilai ekspor nonmigas. Golongan Lemak dan Minyak
Hewan/Nabati (HS 15) serta golongan Bahan Bakar Mineral (HS 27) yang memiliki
share nilai ekspor terbesar pun mencatatkan pertumbuhan sangat tinggi pada
periode ini, yaitu masing-masing sebesar 71,6 dan 73,0 persen (YoY). Lebih lanjut,
pertumbuhan tertinggi terjadi pada golongan barang Kendaraan dan Bagiannya (HS
87) yakni sebesar 152,3 persen, walaupun secara triwulanan golongan barang ini
mengalami kontraksi sebesar 12,5 persen.
Tiongkok, ASEAN, Amerika Serikat,
Uni Eropa dan Jepang merupakan
negara serta kawasan tujuan utama
ekspor nonmigas Indonesia dengan
nilai ekspor ke masing-masing
mencapai USD11,6 miliar, USD10,4
miliar, USD5,9 miliar, USD4,2 miliar, dan
USD3,8 miliar. Secara tahunan, ekspor
nonmigas ke beberapa mitra dagang
utama yang terdapat pada Tabel 6
mengalami peningkatan, dimana
kenaikan ekspor nonmigas tertinggi
adalah ke Malaysia yang mencapai
103,4 persen (YoY). Namun secara
triwulanan, terdapat beberapa mitra
dagang utama yang menunjukkan
penurunan ekspor, yaitu Jepang (0,9
persen), India (7,6 persen), dan Jerman
(7,7 persen).
Pada triwulan II tahun 2021, impor
nonmigas Indonesia mencapai
USD41,3 miliar, naik 39,7 persen (YoY).
Berdasarkan nilai impor penggunaan
barang, kenaikan impor terbesar
terjadi pada Bahan Baku/Penolong
yang mencapai 57,8 persen (YoY)
seiring dengan sektor industri
pengolahan yang mulai pulih dan
tumbuh positif pada triwulan II tahun
2021. Selanjutnya, impor Barang
Konsumsi juga meningkat secara
triwulanan maupun tahunan masing-
Tabel 39. Nilai Ekspor Nonmigas di
Beberapa Negara Mitra Dagang Utama
Uraian
Nilai
Q2 2021
(juta USD)
Growth (%) Share thd
Ekspor
Nonmigas
(%) QtQ YoY
Tiongkok 11.569,6 19,0 68,9 22,8
Jepang 3.797,1 -0,9 32,7 7,5
Amerika
Serikat
5.927,2 5,8 57,6 11,7
India 2.651,8 -7,6 49,1 5,2
Australia 770,5 16,0 23,5 1,5
Korea
Selatan
1.892,6 19,5 40,9 3,7
Taiwan 1.415,7 30,6 61,2 2,8
ASEAN 10.365,5 9,0 61,3 20,4
Singapura 2.023,4 8,6 7,7 4,0
Malaysia 2.629,9 12,8 103,4 5,2
Thailand 1.473,6 0,2 65,9 2,9
Uni Eropa 4.233,5 13,4 14,9 8,3
Jerman 656,5 -7,7 25,6 1,3
Belanda 1.072,4 12,5 44,9 2,1
Italia 640,5 33,7 61,2 1,3
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 40. Nilai Impor berdasarkan Golongan
Penggunaan Barang
Uraian
Nilai
Q2 2021
(juta USD)
Growth (%) Share
thd
Total
(%) QtQ YoY
Impor Total 47.657,6 9,9 50,2 100,0
Barang
Konsumsi
4.678,7 14,7 31,5 9,8
Bahan Baku /
Penolong
36.353,2 10,9 57,8 777,0
Barang Modal 6625,60 1,4 29,1 18,2
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
84
Perkembangan Ekonomi Indonesia
masing sebesar 14,7 persen dan 31,5 persen. Hal ini dapat menjadi sinyal positif
bahwa daya beli masyarakat dan perekonomian Indonesia mulai pulih pasca pandemi
Covid-19.
Dilihat dari kontribusinya, impor nonmigas terbesar pada triwulan II tahun 2021
adalah golongan Mesin-Mesin/Pesawat Mekanik (HS 84) sebesar USD6,0 miliar,
Mesin/Peralatan Listrik (HS 85) sebesar USD5,5 miliar, serta Besi dan Baja (HS 72)
sebesar USD3,0 miliar. Secara tahunan, top 10 golongan barang HS 2 digit dengan
nilai impor terbesar seluruhnya tumbuh positif. Golongan barang yang tumbuh paling
tinggi adalah Besi dan Baja (HS 72), Plastik dan Barang dari Plastik (HS 39), serta
Kendaraan dan Bagiannya (HS 87) yang masing-masing tumbuh sebesar 110,4
persen, 54,1 persen, serta 52,7 persen. Sementara dilihat secara triwulanan terdapat
beberapa golongan barang yang mengalami kontraksi, yaitu Mesin/Peralatan Listrik
(HS 85), Ampas/Sisa Industri Makanan (HS 23), Berbagai Produk Kimia (HS 38), serta
Gula dan Produk Olahan Gula (HS 17).
Impor nonmigas terbesar berasal dari Tiongkok, ASEAN, dan Jepang. Impor
nonmigas yang berasal dari Tiongkok mengalami kenaikan sebesar 43,7 persen (YoY).
Tiongkok masih menjadi negara terbesar asal impor nonmigas Indonesia dengan
Tabel 41. Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan
Barang HS 2 Digit Terbesar
Kode HS: Uraian
Nilai
Q2 2021
(juta USD)
Growth (%) Share thd
Impor
Nonmigas
(%) QtQ YoY
Mesin-mesin/
Pesawat mekanik
(84)
6.027,4 8,4 25,3 14,6
Mesin/Peralatan
Listrik (85)
5.520,6 -0,7 31,2 13,4
Besi dan Baja (72) 3.009,3 27,2 110,4 7,3
Plastik dan Barang
dari Plastik (39)
2.555,8 7,4 54,1 6,2
Bahan Kimia
Organik (29)
1.786,4 9,8 50,1 4,3
Kendaraan dan
Bagiannya (87)
1.538,3 6,6 52,7 3,7
Ampas/Sisa
Industri Makanan
(23)
1.041,2 -1,9 27,5 2,5
Serealia (10) 943,8 12,1 25,9 2,3
Berbagai Produk
Kimia (38)
897,9 -10,8 13,2 2,2
Gula dan Produk
Olahan Gula (17)
793,0 -9,5 -3,8 1,9
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 42. Nilai Impor Nonmigas di
Beberapa Negara Mitra Dagang Utama
Uraian
Nilai
Q2 2021
(juta
USD)
Growth (%) Share thd
Impor
Nonmigas
(%) QtQ YoY
Tiongkok 13.260,4 10,2 43,7 32,1
Jepang 3.427,0 9,3 37,3 8,3
Amerika
Serikat
2.230,4 16,7 11,7 5,4
India 1.705,0 14,9 123,2 4,1
Australia 1.989,8 8,8 113,0 4,8
Korea
Selatan
2.112,9 -9,8 58,8 5,1
Taiwan 1.056,6 6,2 42,5 2,6
ASEAN 7.315,1 2,2 43,2 17.7
Singapura 2.252,8 4,4 14,2 5,5
Malaysia 1.453,3 1,1 62,0 3,5
Thailand 2.206,9 9,6 49,1 5,3
Uni Eropa 2.582,6 7,1 8,0 6,3
Jerman 783,9 12,4 4,5 1,9
Belanda 200,9 2,8 -7,0 0,5
Italia 449,4 -4,0 55,5 1,1
Sumber: Badan Pusat Statistik
85
Perkembangan Ekonomi Indonesia
share 32,1 persen. Apabila dilihat secara triwulanan, pertumbuhan tertinggi impor
nonmigas Indonesia pada periode ini berasal dari Amerika Serikat yakni sebesar 16,7
persen, dari USD1,9 miliar pada triwulan I tahun 2021 menjadi USD2,2 miliar pada
triwulan II tahun 2021. Sedangkan secara tahunan, pertumbuhan impor nonmigas
Indonesia berasal dari India yang mencapai 123,2 persen (YoY).
Kerjasama Ekonomi Internasional
Kondisi Global: Perang Dagang Amerika Serikat-Tiongkok Berpotensi Semakin
Berkobar
Perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok berpotensi kembali berkobar.
Senat AS pada tanggal 14 Juli 2021 secara resmi meloloskan RUU yang melarang
Impor Produk dari wilayah Xinjiang, Tiongkok. Aturan ini disusun sebagai upaya baru
AS untuk memberi hukuman kepada Tiongkok atas dugaan kejahatan kemanusiaan
dan genosida terhadap Uighur, Kazakh dan kelompok minoritas muslim lainnya.
Terdapat 23 perusahaan Tiongkok yang masuk dalam daftar hitam karena terlibat
pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan terkait militer, salah satunya yaitu: (1)
China Academy of Electronics and Information Technology, Xinjiang Lianhai
Chuangzhi Information Technology Co, (2) Shenzhen Cobber Information Technology
Co, (3) Xinjiang Sailing Information Technology, (4) Beijing Geling Shentong
Information Technology, (5) Shenzhen Hua'antai Intelligent Technology Co, dan (6)
Chengdu Xiwu Security System Alliance Co. Tiongkok sendiri mengecam keras
tindakan AS tersebut. Pemerintah Xi Jinping melalui Kementerian Perdagangan
mengatakan AS melakukan pelanggaran serius terhadap ekonomi dan perdagangan
internasional.
Amerika Serikat dan Tiongkok memiliki hubungan bilateral yang erat. Dalam daftar
mitra dagang utama Amerika Serikat, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor
utama yang menduduki posisi ketiga dengan total nilai ekspor sebesar USD 124 miliar
(9 persen dari total ekspor Amerika Serikat pada tahun 2020), dengan ekspor utama
adalah Mesin, peralatan mekanik dan minyak sayur. Sebaliknya, Amerika Serikat
menempati posisi pertama tujuan ekspor Tiongkok, dengan total nilai ekspor sebesar
USD 452 miliar (17 persen). Ini menunjukkan hubungan bilateral kedua negara dalam
sektor perdagangan merupakan hubungan yang sangat penting bagi Amerika Serikat
dan Tiongkok. Hubungan erat Amerika Serikat dengan Tiongkok juga ditunjukkan
melalui investasi asing dimana Tiongkok menempati urutan ke-16 sebagai investor
terbesar di Amerika Serikat di tahun 2020, dengan total 2 persen dari seluruh investasi
asing di Amerika Serikat dengan investasi Tiongkok di Amerika Serikat terutama pada
sektor perdagangan grosir dan industri lainnya.
86
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Dengan daftar hitam ini, warga dan perusahaan AS dilarang untuk bekerja sama atau
berinvestasi dengan perusahaan yang masuk dalam daftar itu. Entitas yang masuk
daftar hitam juga terlarang melakukan bisnis dengan pemasok di AS.
Perkembangan Kerjasama Internasional Indonesia: Kerjasama Cross-Border and
Trade Cooperation Indonesia-Timor Leste
Cross-Border and Trade Cooperation Indonesia-Timor Leste merupakan kerja sama
lintas batas antara Indonesia dan Timor Leste yang dilaksanakan atas inisiasi Asian
Development Bank (ADB). Kerja sama tersebut bertujuan meningkatkan konektivitas
antar kedua negara yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan ekonomi
melalui perdagangan dan pariwisata dengan 3 pilar kegiatan yaitu: 1) Trade and
Transport Facilitation; 2) Livestock dan 3) Tourism. Output dari kerjasama ini
dirancang untuk dapat diimplementasikan di tahun 2021, sehingga kerja sama akan
berakhir pada tahun yang sama. Namun, sehubungan dengan pandemi Covid-19 dan
kendala teknis yang dihadapi, masing-masing output masih dalam proses persiapan.
Dalam perkembangannya, MoU on Customs pada pilar 1 telah ditandatangani oleh
Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan RI. Namun demikian, masih
terdapat kendala administrasi pada MoU on Customs sehingga pihak Bea Cukai Timor
Leste masih belum bersedia menandatangani MoU tersebut. Saat ini Kementerian
Luar Negeri RI sedang melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Kementerian Luar
Negeri Timor Leste mengenai isu tersebut. Selanjutnya, MoU on Buses and Coaches
pada pilar 1 telah ditandatangani oleh Menteri Perhubungan RI. Pada tanggal 9
Agustus 2021 draf MoU sudah dikirimkan ke Kementerian Luar Negeri agar dapat
diproses lebih lanjut.
Pada pilar 2, draf Joint Animal Health Surveillance Guidelines telah di-review oleh unit
terkait di Kementerian Pertanian dan hasil review telah disampaikan kepada Tim ADB.
Selanjutnya, draf Joint Tourism Asset Mapping yang merupakan output dari Pilar 3
juga telah ditinjau oleh unit terkait di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
dan telah disampaikan kepada Tim ADB.
Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement
Perjanjian IA-CEPA telah ditandatangani sejak 2019 lalu dan berlaku efektif mulai Juli
2020 dengan program kerjasama ekonomi atau disebut sebagai Economic
Cooperation Program (ECP) IA-CEPA menjadi salah satu bagian dari kerjasama
tersebut. Kerjasama tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2021 dan berakhir pada
tahun 2025 dengan keluaran (outcomes) yang diharapkan yaitu: 1) akses pasar
Indonesia dan Australia yang lebih luas (greater market access), 2) integrasi pasar yang
lebih baik antara Indonesia dan Australia (better integrated markets between Indonesia
87
Perkembangan Ekonomi Indonesia
and Australia), dan 3) peningkatan keahlian pasar tenaga kerja (enhanced labour
market skills for Indonesian businesses and government, boosting productivity, gender
equality and social inclusion). Ketiga outcome tersebut diharapkan dapat dicapai
melalui empat aktivitas yang menjadi fokus dalam ECP IA-CEPA yaitu: 1) IA-CEPA
Implementation, 2) Agrifood Innovation and Partnerships, 3) Powering Advanced
Manufacturing, dan 4) Co-investing in Skills and Training. Dalam pelaksanaannya,
program IA-CEPA ECP akan menggunakan branding IA-CEPA ECP Katalis atau
“Katalis”. Subsidiary Arrangement ECP IA-CEPA telah ditandatangani secara sirkuler
oleh kedua negara pada 25 Juni 2021. Pada tanggal 6 Juli 2021 diadakan Indonesia-
Australia Economic, Trade and Investment Ministers’ Meeting (ETIMM). Pada
pertemuan ini Menteri PPN/Kepala Bappenas hadir untuk secara resmi meluncurkan
IA-CEPA ECP Katalis.
Katalis Hub berencana menyelenggarakan IA-CEPA ECP Katalis Business Dialogue
yang akan menjadi media promosi dan sosialisasi Katalis kepada pihak swasta dan
dunia usaha. Selanjutnya, Joint Committee Meeting IA-CEPA yang merupakan
mandat dari perjanjian IA-CEPA diselenggarakan pada tanggal 25 Agustus 2021.
Pertemuan ini akan membahas perkembangan dari masing-masing komite dan sub-
komite serta untuk memberikan persetujuan akhir terhadap Annual Work Plan IA-
CEPA ECP Katalis.
The Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation of the
Organization of Islamic Cooperation (COMCEC)
Committee for Economic and Commercial Cooperation of The Organization of The
Islamic Cooperation (COMCEC) memberi kesempatan bagi Indonesia untuk
mempererat kerjasama antara negara Islam dunia. Pada COMCEC terdapat
kemungkinan pendanaan proyek (COMCEC Project Funding) untuk pengembangan
kapasitas dan kerjasama teknis pada sektor-sektor yang menjadi Working Groups di
dalam COMCEC. Indonesia melalui Kementerian Perdagangan mengajukan proyek
pada sektor perdagangan dengan judul “Capacity Building for Metrology in the OIC
Countries”, namun proyek tersebut tidak berhasil melewati seleksi tahap akhir. Selain
itu, terdapat pendanaan lainnya pada program COMCEC COVID Response dalam
rangka mendukung upaya menghadapi pandemi Covid-19. Indonesia melalui
Kementerian Pertanian mengajukan proposal proyek dengan judul “Facilitating Poor,
Vulnerable and Marginalized Groups’ Access To Food In West Java Province”. Proyek
tersebut telah lolos proses seleksi hingga tahap akhir dan akan diimplementasikan
oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2021.
Pada tanggal 8-9 Juni telah dilaksanakan pertemuan the 37th Meeting of the Follow-
Up Committee COMCEC dengan tema “The Role of Islamic Finance in Supporting
Microenterprises and SMEs Against COVID-19”. Pada pertemuan tersebut, Indonesia
88
Perkembangan Ekonomi Indonesia
diwakili oleh Kementerian PPN/Bappenas turut hadir dan menyampaikan intervensi
pada agenda transportasi dan komunikasi, agenda pertanian dan ketahanan pangan,
serta agenda kerja sama keuangan.
Pertemuan the 8th Annual Focal Points Meeting of COMCEC akan diselenggarakan
pada tanggal 24-25 Agustus 2021. Pertemuan tersebut akan membahas
perkembangan dari masing-masing working group di COMCEC serta perkembangan
proyek-proyek di bawah COMCEC.
Kerjasama Internasional Indonesia: IUAE-CEPA, Indonesia-Bangladesh,
Indonesia-Pakistan, ICA-CEPA
Indonesia secara aktif terus mendorong kerjasama ekonomi dengan negara-negara
mitra di seluruh dunia. Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan mutual benefits
antar kedua belah pihak dalam mendukung penguatan ekonomi. Sampai saat ini
Indonesia telah mengupayakan beberapa kerjasama ekonomi internasional, antara
lain Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership
Agreement (IUAE-CEPA), Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership
Agreement (ICA-CEPA), Kerjasama Ekonomi Indonesia-Bangladesh, dan Indonesia-
Pakistan Trade in Goods Agreement (IP-TIGA).
Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership
Agreement
Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement
(IUAE-CEPA) adalah sebuah perjanjian bilateral antara Indonesia dan Uni Emirat Arab
yang sudah melewati proses pre-negotiation dan finalisasi Term of Reference (TOR).
Pre-negotiation IUAE-CEPA telah dilaksanakan pada 18-19 Mei 2021. Diharapkan
perjanjian ini dapat memperkuat perekonomian Indonesia dengan memperbaiki
struktur perdagangan antara Indonesia dan UEA, sehingga Indonesia bisa menjadi
pusat produksi produk halal untuk memasuki pasar regional dan global.
Pada tahun 2020, kontribusi ekspor Indonesia ke UEA sebesar 0,76 persen dari total
ekspor keseluruhan, sementara kontribusi impor Indonesia dari UEA mencapai 1,18
persen dari total impor keseluruhan. Pada tahun 2020, produk unggulan ekspor
Indonesia ke UEA adalah: 1) Lemak dan minyak hewani atau nabati dan produk
turunannya; lemak siap saji yang dapat dimakan; 2) Mesin dan perlengkapan elektris
serta bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi, dan
bagian serta aksesori dari barang tersebut; 3) Barang dari besi atau baja; 4) Kertas dan
kertas karton; barang dari bubur kertas, kertas atau kertas karton; dan 5) Mutiara alam
atau mutiara budidaya, batu mulia atau semi mulia, logam mulia. Produk unggulan
impor Indonesia dari UEA adalah: 1) Bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk
89
Perkembangan Ekonomi Indonesia
penyulingannya; zat bitumen; 2) Besi dan baja; 3) Plastik dan barang dari plastik; 4)
Bahan kimia organik; dan 5) Bahan kimia anorganik; senyawa organik atau anorganik
dari logam mulia dan dari logam tanah jarang.
Tabel 43. Produk Unggulan Ekspor dan Impor Indonesia-Korea Selatan 2020
Ekspor Impor
Produk Nilai
(ribu USD) Produk
Nilai
(ribu USD)
Lemak dan minyak hewani atau
nabati dan produk turunannya;
lemak siap saji yang dapat
dimakan
156.022 Bahan bakar mineral, minyak
mineral dan produk
penyulingannya; zat bitumen
1.133.685
Mesin dan perlengkapan
elektris serta bagiannya;
perekam dan pereproduksi
suara/gambar dan suara
televisi, dan bagian serta
aksesori dari barang tersebut
113.017 Besi dan baja 149.374
Barang dari besi atau baja 100.649 Plastik dan barang dari plastik 77.465
Kertas dan kertas karton;
barang dari bubur kertas,
kertas atau kertas karton
93.423 Bahan kimia organik 65.452
Mutiara alam atau mutiara
budidaya, batu mulia atau semi
mulia, logam mulia
92.270 Bahan kimia anorganik; senyawa
organik atau anorganik dari logam
mulia dan dari logam tanah jarang
57.327
Sumber: ITC Trademap (2021)
Perjanjian IUAE-CEPA diharapkan tidak
hanya meningkatkan ekspor, melainkan
juga investasi UEA di Indonesia, sehingga
dapat membawa kemajuan perekonomian
bagi Indonesia. Meskipun tren investasi
UEA di Indonesia memuncak pada tahun
2018, kemudian menurun dengan drastis
pada tahun 2020. Pada tahun 2020,
realisasi investasi dari UEA hanya mencapai
US$ 21,5 juta dengan sektor utama
investasi adalah Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan, diikuti dengan sektor
Listrik, Gas dan Air dan Industri Makanan.
Indonesia dan UEA secara aktif melakukan kerjasama bilateral. Memorandum of
Understanding kerjasama terbaru telah ditandatangani pada 15 Februari 2021 antara
Kementerian Koordinasi Bidang Maritim dan Investasi Indonesia dan Ministry of
Climate Change and Environment UEA terkait kerjasama bilateral untuk Program
Pengembangan Bakau.
Tabel 44. Perkembangan Investasi
Korea Selatan di Indonesia
Tahun Proyek Investasi (ribu USD)
2016 80 55.031,8
2017 77 26.624,9
2018 59 69.942,7
2019 77 69.733,0
2020 118 21.577,5
Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
90
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 45. Perjanjian Internasional Indonesia-Korea Selatan
No. Perjanjian Internasional Tanggal & Tempat
Penandatangan Tanggal Berlaku Durasi
1 Memorandum of Understanding
between the Coordinating Ministry for
Maritime Affairs and Investment of the
Republic of Indonesia and the Ministry
of Climate Change and Environment of
the United Arab Emirates on Bilateral
Cooperation on Mangrove
Development Program
Jakarta - Monday,
15 February 2021
15 February 2021 five (5) years
2 Memorandum of Understanding
between the Ministry of Religious
Affairs of the Republic of Indonesia and
the General Authority of Islamic Affairs
and Endowments of the United Arab
Emirates on Cooperation in the Field of
Islamic Affairs and Endowments
Abu Dhabi -
Sunday, 12 January
2020
12 January 2020 5 (five) years
3 Memorandum of Understanding
between the Ministry of Health of the
Republic of Indonesia and the Ministry
of Health and Prevention of the United
Arab Emirates on Health Cooperation
Abu Dhabi -
Sunday, 12 January
2020
12 January 2020 3 (three)
years
4 Memorandum of Understanding
between the Ministry of Agriculture of
the Republic of Indonesia and the
Ministry of Climate Change and
Environment of the United Arab
Emirates regarding Cooperation in
Agriculture and Food Diversification
Abu Dhabi -
Sunday, 12 January
2020
12 January 2020 10 (ten)
years
5 Memorandum of Understanding
between the National Counter
Terrorism Agency of the Republic of
Indonesia and the National Intelligence
Service of the United Arab Emirates on
Counter-Terrorism Cooperation
Abu Dhabi -
Sunday, 12 January
2020
12 January 2020 10 (ten)
years
6 Memorandum of Understanding
between the Ministry of Education and
Culture of the Republic of Indonesia
and the Ministry of Education of the
United Arab Emirates on Cooperation in
the Field of Education
Abu Dhabi -
Sunday, 12 January
2020
12 January 2020 (five) years
7 Memorandum of Understanding
between the Ministry of Education and
Culture of the Republic of Indonesia
and the Ministry of Culture and
Knowledge Development of the United
Arab Emirates on Cultural Cooperation
Bogor -
Wednesday, 24 July
2019
24 July 2019 5 (five) years
91
Perkembangan Ekonomi Indonesia
No. Perjanjian Internasional Tanggal & Tempat
Penandatangan Tanggal Berlaku Durasi
8 Memorandum of Understanding
between the Government of the
Republic of Indonesia and the
Government of the United Arab
Emirates on the Establishment of a Joint
Committee for Consular Affairs
Bogor -
Wednesday, 24 July
2019
24 July 2019 This MoU
shall be valid
until
terminated
by either
Party
9 Memorandum of Understanding
between Ministry of Industry of the
Republic of Indonesia and Ministry of
Energy and Industry of the United Arab
Emirates on Industrial Cooperation
Bogor -
Wednesday, 24 July
2019
24 July 2019 3 (three)
years
10 Memorandum of Understanding
between the Government of the
Republic of Indonesia and the
Government of the United Arab
Emirates on Marine and Fisheries
Cooperation
Bogor -
Wednesday, 24 July
2019
24 July 2019 3 (three)
years
Sumber: Kementerian Luar Negeri (2021)
Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement
Indonesia dan Kanada sepakat untuk memulai negosiasi kerjasama Indonesia-Canada
Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), yang diformalkan
melalui penandatanganan joint statement secara virtual pada 20 Juni 2021 oleh
Menteri Perdagangan Indonesia dan Menteri Usaha Kecil, Promosi Ekspor dan
Perdagangan Internasional Kanada. Pelaku usaha kedua negara akan mendapatkan
manfaat, diantaranya berbagai pos tarif yang akan dieliminasi, kemudahan prosedur
kepabeanan, fasilitas perdagangan, trade remedies, mobilisasi jasa/tenaga kerja,
maupun kemudahan investasi. Kanada merupakan pasar potensial bagi Indonesia,
dengan penduduk berjumlah 38,2 juta jiwa. Namun, pada tahun 2020, nilai total
perdagangan Indonesia-Kanada mencapai USD2,4 miliar, menurun sebesar 10,8
persen dibandingkan tahun 2019. Pada periode Januari-April 2021, nilai total
perdagangan kedua negara mengalami kenaikan sebesar 14,4 persen. ICA-CEPA
diharapkan dapat meningkatkan hubungan kerjasama antar bisnis di kedua negara
dan membuka akses Indonesia ke pasar Amerika Serikat dan Meksiko, sehingga
Indonesia dapat bersaing dengan negara di kawasan Asia Tenggara lainnya seperti
Thailand dan Vietnam.
Kerjasama Ekonomi Indonesia-Bangladesh
Pada tanggal 29 April 2021, Kementerian Luar Negeri telah melakukan Pertemuan
Pertama Konsultasi Bilateral (Foreign Office Consultation/FOC) Indonesia–Bangladesh
secara virtual. Pertemuan FOC sepakat untuk mendorong penyelesaian Indonesia-
Bangladesh Preferential Trade Agreement (PTA) dan peningkatan kerja sama ekonomi,
serta potensi kerja sama industri halal, kesehatan, farmasi dan pertahanan, sekaligus
92
Perkembangan Ekonomi Indonesia
proses penguatan kerja sama di sektor energi dan infrastruktur, serta industri strategis
lainnya. Kesepakatan penting lain yang dihasilkan adalah penandatanganan MoU
kerjasama peningkatan kapasitas diplomatik RI-Bangladesh antara Pusdiklat Kemlu RI
dan Foreign Service Academy Bangladesh. FOC telah membahas 8 draft MoU di
berbagai bidang yg disepakati untuk dapat secepatnya diselesaikan. Kedua pihak juga
membahas isu-isu regional dan global yang menjadi perhatian bersama, khususnya
dukungan Indonesia dan ASEAN dalam masalah pengungsi Rohingya, pertukaran best
practices dalam penanganan dampak pandemi Covid-19, dan penguatan kerja sama
dalam berbagai forum internasional. Bangladesh merupakan mitra dagang
penyumbang surplus kedua terbesar Indonesia di kawasan Asia Selatan setelah India.
Dalam 5 tahun terakhir, neraca perdagangan kedua negara rata-rata mencapai
USD1,5 miliar. Bahkan, di tengah pandemi mencapai surplus USD1,6 miliar dengan
nilai perdagangan sebesar USD1,76 miliar di mana minyak kelapa sawit sebagai
komoditas ekspor utama RI ke Bangladesh.
Indonesia-Pakistan Trade in Goods Agreement
Indonesia dan Pakistan melaksanakan putaran kedua perundingan Indonesia-
Pakistan Trade in Goods Agreement (IP-TIGA) pada tanggal 28-29 April 2021 setelah
tertunda akibat pandemi Covid-19. Pakistan, yang merupakan negara dengan
penduduk terbesar nomor 5 di dunia, menjadi pasar yang menjanjikan bagi produk
Indonesia. Dalam pertemuan putaran kedua tersebut, dilakukan pembahasan awal
teks perjanjian dan modalitas perundingan IP–TIGA. Diharapkan dengan adanya
perjanjian IP-TIGA, perdagangan bilateral antara Indonesia dan Pakistan dapat
tumbuh, dan ekspor dari Indonesia menuju Pakistan akan meningkat. Pada tahun
2020, total ekspor Indonesia menuju Pakistan mencapai USD 2,3 miliar, dengan total
volume perdagangan sebesar USD 2,5 miliar.
Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia
Tabel 46. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia
No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun
1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993
2 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade
Agreement
Signed and In Effect 2010
3 ASEAN-Canada FTA Proposed/Under
consultation and study
2017
4 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study
2015
5 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade
Agreement
Proposed/Under
consultation and study
2016
6 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed and In Effect 2019
7 ASEAN-India Comprehensive Economic
Cooperation Agreement
Signed and In Effect 2010
93
Perkembangan Ekonomi Indonesia
No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun
8 ASEAN-Japan Comprehensive Economic
Partnership
Signed and In Effect 2008
9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study
2009
10 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive
Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect 2005
11 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive
Economic Cooperation Agreement
Signed and In Effect 2007
12 Indonesia - Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement
Signed and In Effect 2020
13 Comprehensive Economic Partnership for East Asia
(CEPEA/ASEAN+6)
Proposed/Under
consultation and study
2005
14 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/Under
consultation and study
2004
15 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/Under
consultation and study
2014
16 India-Indonesia [RP8] [B9] Comprehensive
Economic Cooperation Arrangement
Negotiations launched 2011
17 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed and In Effect 2019
18 Indonesia-Colombia Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study
2019
19 Indonesia-Eurasian Economic Union Proposed/Under
consultation and study
2016
20 Indonesia-European Free Trade Association Free
Trade Agreement
Signed but not yet In Effect 2018
21 Indonesia-European Union Comprehensive
Economic Partnership Agreement
Negotiations launched 2016
22 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade
Agreement
Proposed/Under
consultation and study
2018
23 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008
24 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study
2018
25 Indonesia-Morocco Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2019
26 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2019
27 Indonesia-Nigeria Preferential Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study
2017
28 Indonesia-Pakistan Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013
29 Indonesia-Peru FTA Proposed/Under
consultation and study
2014
30 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2020
31 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study
2018
32 Indonesia-Sri Lanka Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study
2018
33 Indonesia-Taipei,China FTA Proposed/Under
consultation and study
2011
34 Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2018
35 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017
36 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study
2016
94
Perkembangan Ekonomi Indonesia
No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun
37 Indonesia-United States Free Trade Agreement Proposed/Under
consultation and study
1997
38 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight
Developing Countries
Signed and In Effect 2011
39 Regional Comprehensive Economic Partnership Signed but not yet In Effect 2020
40 Trade Preferential System of the Organization of
the Islamic Conference
Signed but not yet In Effect 2014
41 Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive
Economic Partnership Agreement
Pre-Negotiation
Consultation
2021
Sumber: Asia Regional Integration Center
Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Mitra Free Trade Agreement (FTA)
Indonesia memiliki perjanjian perdagangan bebas kawasan: kawasan Asia Timur,
Kawasan Asia Tenggara, kawasan Asia Selatan, kawasan Amerika Selatan, kawasan
Eropa, kawasan Oceania, kawasan Afrika, dan kawasan Timur Tengah. Berdasarkan
kawasan, kinerja perdagangan Indonesia didominasi pada kawasan Asia Timur dan
kawasan Asia Tenggara. Ekspor Indonesia ke negara mitra FTA di kawasan Asia Timur
pada triwulan II tahun 2021 mencapai 38,17 persen dari total ekspor Indonesia ke
dunia. Pada saat yang sama, Indonesia juga mengimpor 45,86 persen dari total impor
Indonesia dari negara-negara tersebut. Selanjutnya, negara-negara mitra FTA di
kawasan Asia Tenggara pada triwulan II tahun 2021 berkontribusi terhadap 24,83
persen dari total ekspor Indonesia, dan 22,71 persen dari impor Indonesia.
Tabel 47. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA
Kawasan / Negara
Q2-2020 Q2-2021
Ekspor Impor Ekspor Impor
(juta USD)
Indonesia terhadap Dunia 41.760,9 39.169,0 48.904,3 43.382,4
KAWASAN ASIA TIMUR
Jepang 3.018,2 2.512,7 3.877,1 3.433,7
Korea Selatan 1.539,0 1.393,7 2.085,5 2.247,9
Tiongkok 7.407,1 9.270,5 12.236,7 13.447,5
Hong Kong 562,5 595,4 466,5 764,5
Share terhadap total 30.00% 35,16% 38,17% 45,86%
KAWASAN ASIA TENGGARA
Thailand 943,2 1.488,4 1.850,9 2.219,1
Singapura 2.180,2 2.614,2 2.912,4 3.946,9
Filipina 1.033,2 99,9 2.032,8 289,5
Malaysia 1.521,7 1.145,2 3.074,9 2.218,0
Myanmar 235,6 46,9 255,0 49,3
Kamboja 116,4 10,2 138,4 11,1
Brunei Darussalam 25,2 21,8 42,6 78,6
Laos 0,9 6,4 1,4 9,9
95
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Kawasan / Negara
Q2-2020 Q2-2021
Ekspor Impor Ekspor Impor
(juta USD)
Vietnam 957,0 586,6 1.832,2 1.031,1
Share terhadap total 16,79% 15,37% 24,83% 22,71%
KAWASAN ASIA SELATAN
India 1.771,2 787,9 2.767,9 1.808,7
Pakistan 434,1 46,1 830,8 42,0
Bangladesh 202,2 8,4 586,9 26,2
Share terhadap total 5,76% 2,15% 8,56% 4,33%
KAWASAN AMERIKA SELATAN
Chili 30,0 35,6 51,9 52,9
Share terhadap total 0,07% 0,09% 0,11% 0,12%
KAWASAN EROPA
Turki 206,8 70,7 461,4 114,3
Share terhadap total 0,50% 0,18% 0,94% 0,26%
KAWASAN AFRIKA
Mesir 216,9 28,3 305,1 36,3
Nigeria 74,1 106,8 121,5 633,5
Share terhadap total 0,70% 0,34% 0,87% 1,54%
KAWASAN OCEANIA
Australia 624,1 972,3 809,6 2.160,6
Selandia Baru 92,0 211,0 179,6 253,4
Share terhadap total 1,71% 3,02% 2,02% 5,56%
KAWASAN TIMUR TENGAH
Iran 92,0 211,0 179,6 253,4
Share terhadap total 0,22% 0,54% 0,37% 0,58%
Sumber: Kementerian Perdagangan
Sedangkan, berdasarkan FTA yang dimiliki Indonesia, kontribusi terbesar dalam
perkembangan perdagangan Indonesia melibatkan negara ASEAN, yang
berkontribusi lebih dari 10 persen total ekspor dan impor Indonesia. FTA dengan
kontribusi terbesar pada tahun 2021 adalah ASEAN-People’s Republic of China
Comprehensive Economic Cooperation Agreement. Ekspor Indonesia yang dilakukan
dengan memanfaatkan perjanjian tersebut pada triwulan II tahun 2021 mencapai 31,9
persen dari total ekspor Indonesia ke dunia. Pada saat yang sama, Indonesia juga
mengimpor 30,5 persen dari total impor Indonesia melalui perjanjian tersebut.
96
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 48. Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia
terhadap Total Perdagangan Indonesia dengan Dunia berdasarkan FTA
FTA
2019 2020
Ekspor Impor Ekspor Impor
(persen)
ASEAN FTA 8,67 7,28 15,89 12,90
ASEAN-Australia and New Zealand
FTA
9,56 8,71 17,19 16,06
ASEAN-Hong Kong, China FTA 9,37 8,00 16,50 13,90
ASEAN-India CECA 10,87 8,23 19,52 15,27
ASEAN-Japan CEP 12,41 10,31 20,97 17,39
ASEAN-People's Republic of China
CECA
17,84 18,48 31,91 30,50
ASEAN-Republic of Korea CECA 10,58 8,96 18,62 15,84
Indonesia-Australia CEPA 1,49 2,48 1,66 4,98
Indonesia-Chile FTA 0,04 0,04 0,07 0,07
Indonesia-Japan EPA 3,73 3,04 5,08 4,50
Indonesia-Pakistan FTA 0,54 0,06 1,09 0,05
Preferential Tariff Arrangement-
Group of Eight Developing Countries
3,34 1,70 7,10 4,03
Sumber: Kementerian Perdagangan
98
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global
IMF mempertahankan perkiraan
pertumbuhan ekonomi global tahun
2021 pada level 6,0 persen. Meski
proyeksi pertumbuhan global tidak
berubah, namun IMF menaikkan proyeksi
pertumbuhan Amerika Serikat dan negara
maju lainnya, serta menurunkan proyeksi
pertumbuhan negara-negara berkembang
yang sedang menghadapi lonjakan kasus
Covid-19. Peningkatan proyeksi negara
maju didorong oleh kemudahan akses
terhadap vaksin dan stimulus fiskal
berkelanjutan, sementara negara
berkembang menghadapi tekanan baik
dari vaksinasi maupun stimulus fiskal.
IMF secara signifikan menaikkan proyeksi pertumbuhan AS untuk tahun 2021 dan
2022, masing-masing menjadi 7,0 persen dan 4,9 persen. Proyeksi ini mengasumsikan
bahwa Kongres akan menyetujui anggaran sebesar USD4 triliun yang diusulkan oleh
Presiden Amerika Serikat untuk infrastruktur, pendidikan, dan bantuan bagi keluarga.
Penyaluran stimulus Amerika Serikat dan meluasnya proses vaksinasi diperkirakan
akan memicu peningkatan pertumbuhan global menjadi 4,9 persen pada 2022.
Inggris mengalami peningkatan perkiraan tertinggi diantara negara maju lainnya,
menjadi 7,0 persen pada 2021 karena perekonomiannya dianggap mampu berdaptasi
lebih baik terhadap lockdown. Meski harus menunda langkah terakhir untuk
membuka kembali aktivitas ekonominya, namun perekonomiannya masih bergerak
stabil. Program vaksinasi di Inggris juga telah berjalan baik dan mampu menurunkan
tingkat perawatan di rumah sakit akibat Covid-19.
Perkiraan pertumbuhan Kawasan Euro dinaikkan terbatas menjadi 4,7 persen pada
2021 sejalan dengan peningkatan kasus. Meski begitu, sebagian negara
Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan
Beberapa Negara
Kawasan 2021 2022
Negara Maju
Amerika Serikat 7,0 4,9
Kawasan Euro 4,6 4,3
Jerman 3,6 4,1
Inggris 7,0 4,8
Jepang 2,8 3,0
Negara Berkembang
Tiongkok 8,1 5,7
India 9,5 8,5
ASEAN-5 4,3 6,3
Brazil 5,3 1,9
Meksiko 6,3 4,2
Afrika Selatan 4,0 2,2
Global 6,0 4,9
Sumber: IMF, World Economic Outlook,
Juli 2021
BAB III
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI
99
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
mengisyaratkan akan melanjutkan pelonggaran restriksi. Proyeksi pertumbuhan
Jerman dan Perancis tahun 2021 tidak berubah, Italia dinaikkan menjadi 4,9 persen,
sementara Spanyol diturunkan menjadi 6,2 persen.
Perkiraan pertumbuhan Jepang diturunkan menjadi 2,8 persen pada 2021 karena
restriksi yang ketat pada paruh pertama 2021 dan kasus Covid-19 yang kembali
meningkat. Jepang diprediksi mengalami rebound yang lebih tinggi pada paruh
kedua 2021, seiring dengan berlanjutnya program vaksinasi dan pembukaan kembali
aktivitas ekonomi. Selain Jepang, proyeksi Tiongkok juga diturunkan menjadi 8,1
persen yang dipicu oleh pengurangan investasi publik dan stimulus fiskal secara
keseluruhan.
Akibat gelombang kedua kasus Covid-19 yang terjadi sepanjang Maret-Mei, India
mengalami penurunan proyeksi terdalam mencapai 3 persen poin menjadi 9,5 persen
pada 2021. Gelombang baru menyebabkan pemberlakuan restriksi yang sangat ketat
dan pemulihan diperkirakan melambat.
IMF juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina,
Thailand, dan Vietnam) untuk tahun 2021 yang dipicu oleh peningkatan kasus harian
baru yang mendorong peningkatan restriksi, sehingga kembali menurunkan aktivitas
ekonomi. Proyeksi pertumbuhan Indonesia diturunkan menjadi 3,9 persen untuk
tahun 2021.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura menaikkan proyeksi
pertumbuhan ekonomi Singapura tahun 2021 menjadi 6,0-7,0 persen. Diimbangi
dengan pertimbangan akan peningkatan ketidakpastian ekonomi global seiring
dengan peningkatan kasus Covid-19 varian Delta, serta kondisi domestik. Pada
semester I tahun 2021, ekonomi tumbuh lebih kuat dari perkiraan didukung situasi
Covid-19 yang lebih stabil sejalan dengan progres program vaksin yang semakin
meluas. Perekonomian Singapura diprediksi tetap dalam laju pemulihan pada paruh
akhir tahun berjalan, didukung oleh sektor dengan orientasi ekspor.
Berdasarkan proyeksi Bank Dunia yang dirilis April 2021, harga komoditas
secara umum diproyeksi meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi. Baik
harga komoditas energi, pertanian, maupun logam dasar diproyeksi menguat. Untuk
tahun 2021, harga minyak mentah diprediksi kembali menguat sejalan dengan
pemulihan ekonomi di berbagai negara sehingga mendorong permintaan. Namun,
harga beberapa komoditas pertanian seperti udang dan daging sapi diproyeksi
mengalami sedikit penurunan.
Permintaan minyak mentah diproyeksi menguat pada tahun 2021 sejalan dengan
pemulihan ekonomi dan vaksinasi yang semakin meluas. Permintaan minyak mentah
diprediksi kembali pada level pra pandemi pada tahun 2023. Harga rata-rata minyak
100
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
mentah diperkirakan sebesar USD56 per barel pada tahun 2021, lebih tinggi
dibandingkan proyeksi sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan konsistensi
penurunan produksi minyak OPEC+ pada tahun 2021.
Peningkatan permintaan juga
diproyeksikan terjadi pada komoditas gas
alam dan batu bara terutama permintaan
dari Asia. Namun, pasokan diproyeksi
tidak tumbuh signifikan. Harga gas alam
diproyeksi menguat pada 2021 dengan
peningkatan tertinggi pada harga
komoditas dari Eropa. Produksi gas alam
di Amerika Serikat diprediksi stagnan,
sementara di negara lain diproyeksi
meningkat sejalan dengan relaksasi
pembatasan aktivitas. Harga gas alam
diproyeksi bergerak stabil hingga tahun
2022. Sementara itu, harga batu bara
diproyeksi meningkat hingga 30 persen.
Harga komoditas pertanian diproyeksi
semakin menguat sejalan dengan turunnya risiko fenomena alam yang mengancam
produksi pertanian. Peningkatan harga komoditas pertanian juga terpengaruh pada
peningkatan harga energi dan pupuk yang meningkatkan biaya produksi. Namun,
penguatan harga komoditas pertanian diproyeksi tertahan oleh penguatan nilai tukar
dolar AS.
Harga kapas diproyeksi meningkat 23 persen (YoY) pada tahun 2021, didorong oleh
peningkatan permintaan global terutama dari Tiongkok dan India sejalan dengan
peningkatan aktivitas produksi tekstil di kedua negara. Peningkatan herga kapas juga
didorong oleh pasokan yang lebih rendah. Produksi global diproyeksikan turun 8
persen terutama di Amerika Serikat, India, dan Pakistan disebabkan oleh turunnya
penanaman.
Peningkatan permintaan juga terjadi pada komoditas karet sejalan dengan aktivitas
manufaktur terutama industri penghasil ban kembali berjalan. Di sisi lain,
pertumbuhan pasokan masih tertahan oleh ketersediaan pekerja di beberapa negara
akibat pembatasan perbatasan. Kondisi tersebut akan mendorong harga karet naik
30 persen lebih tinggi pada tahun 2021.
Komoditas logam industri diproyeksi meningkat 30 persen pada tahun 2021.
Peningkatan harga logam industri telah dimulai sejak triwulan I tahun 2021 dan
Tabel 50. Proyeksi Harga Komoditas
Global
Komoditas Unit 2021 2022
Energi
Batu Bara USD/mt 78,0 76,1
Minyak
Mentah
USD/bbl 56,0 60,0
Gas Alam,
Eropa
USD/mmbtu 5,5 5,6
Non Energi
Minyak
Kelapa
Sawit
USD/mt 975 983
Karet USD/kg 2,25 2,25
Tembaga USD/mt 8.500 7.500
Emas USD/toz 1.700 1.600
Sumber: World Bank, Commodity Markets
Outlook, April 2021
101
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
diprediksi terus menguat sepanjang tahun. Harga nikel diproyeksi meningkat 20
persen menjadi USD16.500 per metrik ton pada tahun 2021. Pada tahun 2022
diproyeksi turun menjadi USD16.500 per metrik ton.
Selain nikel, harga timah juga diproyeksi naik 46 persen dibandingkan tahun 2020
menjadi USD25.000 per metrik ton. Namun, peningkatan harga akan mereda seiring
dengan peningkatan produksi. Prospek permintaan timah dinilai cukup baik dengan
kegunaan yang cukup luas pada semikonduktor, photovoltaics, otomotif, dan baterai
litium-ion.
Harga bijih besi yang diproyeksi meningkat 24 persen menjadi USD135 per dmt
sejalan dengan peningkatan permintaan terutama dari Tiongkok sebagai bahan baku
produksi baja. Peningkatan atau turunnya impor bijih besi oleh Tiongkok sangat
berpengaruh bagi eksportir.
Perkembangan harga komoditas emas diprediksi turun 4,0 persen pada 2021 menjadi
USD1.700 per troy ons. Melemahnya harga emas dipengaruhi oleh pemulihan
ekonomi global yang menyebabkan permintaan pada komoditas emas menurun.
Selain itu, produksi hasil pertambangan juga mengalami rebound dan berlanjut
hingga tahun 2022. Pada tahun 2022 harga emas diproyeksi melanjutkan penurunan.
3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan mengalami pemulihan,
didorong pemulihan aktivitas global dan domestik. Setelah mengalami pemulihan
pada triwulan II tahun 2021, ekonomi Indonesia diperkirakan kembali mengalami
perlambatan pada triwulan III tahun 2021 seiring dengan implementasi PPKM di
beberapa wilayah setelah terjadi peningkatan kasus harian Covid-19. Meski demikian,
ekonomi diperkirakan kembali mengalami rebound pada triwulan IV tahun 2021
seiring dengan penanganan pandemi
yang lebih baik yang mendorong
pembukaan aktivitas yang lebih luas.
Dengan demikian, pertumbuhan
ekonomi pada akhir tahun 2021
diperkirakan mencapai 3,5 – 4,3 persen.
Target ini sejalan dengan proyeksi
pertumbuhan konsensus ekonom
market maupun lembaga internasional
seperti IMF, World Bank, OECD, dan
ADB. Optimisme pemulihan ekonomi
berasal dari pemulihan konsumsi
rumah tangga dan perbaikan ekspor
Tabel 51. Konsensus Proyeksi
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Lembaga 2021
IMF1) 3,9
World Bank2) 4,4
OECD3) 4,7
ADB4) 4,1
Bloomberg5) 3,8
Bappenas6) 3,5 – 4,3
Sumber: 1)World Economic Outlook Juli 2021 2)Global Economic Prospects World Bank Juni
2021 3)OECD Economic Outlook Mei 2021 4)Asian Development Outlook Juli 2021 5)Indonesia Economic Forecast Agustus 2021 6)Outlook Agustus 2021
102
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
yang signifikan, tetapi untuk mencapai batas atas kisaran outlook pertumbuhan 2021,
perlu dorongan khususnya untuk pemulihan konsumsi yang lebih cepat. Meski
demikian, target pemulihan tersebut berpotensi mengalami penurunan seiring
dengan masih besarnya downside risk yang dihadapi, terutama berasal dari masih
adanya potensi peningkatan kasus Covid-19 yang akan menghambat pemulihan
ekonomi global dan domestik, perlambatan proses vaksinasi, tertahannya akselerasi
belanja pemerintah, serta permanent scar yang dirasakan oleh tenaga kerja dan
perusahaan.
Dari sisi pengeluaran, keberhasilan
pengendalian Covid-19 dan kebijakan
penanganannya akan menjadi kunci
peningkatan keyakinan masyarakat
serta dunia usaha yang kemudian dapat
meningkatkan komponen
pertumbuhan. Pemulihan keyakinan
masyarakat juga bergantung pada
proses vaksinasi. Sementara itu,
pemberlakuan PPKM sempat
berpengaruh terhadap perlambatan
vaksinasi harian dan pasokan vaksin sempat tersendat di beberapa provinsi. Meski
demikian, apabila gelombang kedua peningkatan kasus harian Covid-19 dapat
ditangani dengan baik serta proses vaksinasi kembali berjalan lebih cepat dengan laju
harian yang terjaga di level satu juta per hari, maka akselerasi konsumsi dapat berjalan
lebih cepat. Selain itu, penyaluran bansos yang kembali mengalami akselerasi setelah
sempat mengalami perlambatan juga diharapkan dapat mendorong konsumsi
masyarakat.
Kinerja ekspor diperkirakan akan terus mengalami akselerasi seiring dengan
pemulihan ekonomi global yang lebih cepat utamanya perekonomian negara maju
dan mitra utama Indonesia yaitu Tiongkok. Harga komoditas yang tinggi juga
berpotensi memberikan dampak positif tidak hanya terhadap terhadap kinerja
ekspor, tetapi juga konsumsi, investasi, dan pendapatan negara. Terlepas dari
pandemi Covid-19, kepastian terkait keberlanjutan perang dagang antara Amerika
Serikat dan Tiongkok ke depannya juga akan berdampak pada kinerja perdagangan,
mengingat tingginya eksposur perekonomian Indonesia terhadap kedua negara
tersebut. Meski demikian, optimalisasi pemanfaatan beberapa perjanjian
perdagangan di tingkat regional (ASEAN dan ASEAN+1) maupun bilateral (seperti
Australia, Jepang, Pakistan dan Chile) diharapkan mampu mendorong kinerja ekspor
Indonesia. Selain itu, beberapa perjanjian perdagangan lain yang masih dalam proses
ratifikasi (seperti Indonesia-EFTA CEPA dan Indonesia-Korea CEPA) diupayakan untuk
Tabel 52. PDB Berdasarkan Pengeluaran
Komponen
Pengeluaran 2020 2021
Konsumsi RT -2,6 2,8 – 3,0
Konsumsi LNPRT -4,3 1,2 – 1,3
Konsumsi
Pemerintah 1,9 5,2 – 5,4
PMTB/Investasi -4,9 2,2 – 2,8
Ekspor -7,7 17,0 – 18,1
Impor -14,7 16,8 – 17,0
PDB -2,1 3,5 – 4,3
Sumber: BPS (2021), Outlook Bappenas
(Agustus 2021)
103
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
segera diselesaikan, agar dapat dimanfaatkan dan membuka peluang pasar ekspor
yang lebih luas bagi Indonesia.
Investasi juga diperkirakan mengalami peningkatan, baik dari sisi pemerintah maupun
swasta. Peningkatan alokasi belanja modal seiring dengan berlanjutnya proyek
infrastruktur dasar atau konektivitas yang sempat tertunda pada tahun 2020 dan
pengadaan peralatan dalam rangka memberikan stimulus ke perekonomian akan
membantu peningkatan investasi pemerintah. Sedangkan, impor barang modal dan
bahan baku yang terus mengalami akselerasi memberikan sinyal pemulihan investasi
swasta. Lonjakan harga komoditas juga diharapkan mampu mendorong peningkatan
investasi swasta khususnya di sektor pertambangan. Hal ini karena selama ini
pergerakan indeks harga komoditas utamanya batu bara berkorelasi dengan
pertumbuhan investasi kendaraan, utamanya alat berat.
Keberlanjutan stimulus fiskal dan moneter juga menjadi kunci dalam mendukung
proses pemulihan yang lebih stabil. Dari sisi fiskal, defisit fiskal akan dipertahankan di
atas tiga persen terhadap PDB hingga tahun 2022. Perluasan stimulus PEN dan
program vaksinasi diperkirakan akan mendorong tingginya konsumsi pemerintah
pada tahun 2021. Selain itu, akselerasi belanja pemerintah juga perlu dilakukan,
terutama di daerah, dengan fokus untuk membantu peningkatan konsumsi
masyarakat. Dari sisi moneter, Bank Indonesia akan mempertahankan kebijakan suku
bunga yang rendah hingga adanya sinyal peningkatan inflasi.
Dari sisi lapangan usaha, pemulihan
diperkirakan terjadi di semua sektor.
Sektor paling terdampak negatif
pandemi Covid-19 pada tahun 2020
seperti sektor perdagangan,
transportasi dan pergudangan, serta
penyediaan akomodasi dan makan
minum diperkirakan akan berangsur
pulih. Hal ini sejalan dengan
berangsur pulihnya kondisi
perekonomian global dan domestik,
terutama dari sisi peningkatan
mobilitas masyarakat dan
peningkatan keyakinan konsumen.
Sektor pertanian diperkirakan akan
kembali ke pertumbuhan normal
sejalan dengan berakhirnya risiko
fenomena La Nina dan cuaca
Tabel 53. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha
Komponen 2020 2021
Pertanian 1,8 1,9 – 2,7
Pertambangan -2,0 1,5 – 1,8
Industri Pengolahan -2,9 3,2 – 4,0
Pengadaan Listrik -2,3 4,3 – 5,1
Pengadaan Air 4,9 4,7 – 5,4
Konstruksi -3,3 3,3 – 3,9
Perdagangan -3,7 4,0 – 4,5
Transportasi -15,0 6,7 – 7,8
Akomodasi -10,2 7,5 – 8,2
Infokom 10,6 6,0 – 6,8
Jasa Keuangan 3,2 3,1 – 3,9
Real Estate 2,3 2,1 – 3,0
Jasa Perusahaan -5,4 3,3 – 4,1
Administrasi Pemerintah -0,03 3,3 – 4,0
Jasa Pendidikan 2,6 3,5 – 4,2
Jasa Kesehatan 11,6 7,5 – 8,3
Jasa Lainnya -4,1 5,2 – 6,0
PDB -2,1 3,5 – 4,3
Sumber: BPS (2021), Outlook Bappenas
(Agustus 2021)
104
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
diperkirakan normal setelah triwulan I tahun 2021. Sektor pertanian juga merupakan
salah satu sektor esensial yang akan mampu tumbuh positif sepanjang 2021.
Sementara itu, dorongan pemulihan sektor pertambangan diperkirakan akan berasal
terutama dari produksi nikel, pulihnya permintaan global utamanya dari Tiongkok,
dan peningkatan harga komoditas.
Industri pengolahan diperkirakan berangsur pulih sepanjang 2021 karena sektor ini
menunjukkan indikasi yang baik dengan mulai dapat beradaptasi terhadap pandemi.
Hal ini tercermin dari akselerasi Indeks PMI Manufaktur di tengah di tengah tekanan
mobilitas. Optimisme pemulihan permintaan baik global dan domestik juga
memberikan sinyal positif terhadap pemulihan di sektor ini.
Sektor informasi dan komunikasi serta jasa kesehatan sebagai dua sektor esensial
diperkirakan masih akan tumbuh tinggi pada tahun 2021, didorong oleh tingginya
permintaan masyarakat.
105
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
POLICY BRIEF
Saatnya Produk Indonesia Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri
Oleh: Imarita Trihanda
LATAR BELAKANG
Pandemi Covid–19 yang melanda seluruh dunia, berdampak pada seluruh bidang
kehidupan termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan berbagai
pembatasan kegiatan fisik saat ini, memaksa UMKM untuk tetap bisa bertahan hidup
dan menjalankan kegiatannya.
Permasalahan yang dihadapi UMKM antara lain terkait dengan kegiatan pemasaran.
Kontribusi perkembangan teknologi informasi yang saat ini sedang berkembang, di
antaranya penerapan jaringan internet dapat digunakan sebagai media promosi dan
transaksi dalam pemasaran. Internet merupakan salah satu contoh teknologi
informasi dan komunikasi yang hadir karena adanya kebutuhan manusia untuk selalu
bergerak cepat, praktis, efisien, dan dinamis. Pemasaran online (digital marketing),
sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan informasi produk-produk UMKM,
diharapkan dapat mengatasi keterbatasan dalam melakukan transaksi penjualan
produk-produk UMKM dan dapat menciptakan sistem penjualan yang lebih efektif
dan efisien.
Kebijakan Pemerintah bagi UMKM
UMKM merupakan pilar penting dalam perekonomian Indonesia. Pandemi Covid-19
mengubah perilaku konsumen dan peta kompetisi bisnis yang perlu diantisipasi oleh
para pelaku usaha akibat adanya pembatasan kegiatan. Konsumen lebih banyak
melakukan aktivitas di rumah dengan memanfaatkan teknologi digital. Berdasarkan
Katadata Insight Center (KIC), mayoritas UMKM (82,9 persen) merasakan dampak
negatif dari pandemi ini dan hanya sebagian kecil (5,9 persen) yang mengalami
pertumbuhan positif.
Hasil survei dari BPS, Bappenas, dan World Bank menunjukkan bahwa pandemi Covid-
19 menyebabkan banyak UMKM kesulitan melunasi pinjaman serta membayar
tagihan listrik, gas, dan gaji karyawan. Beberapa di antaranya harus melakukan PHK.
Kendala lain yang dialami UMKM, antara lain sulitnya memperoleh bahan baku,
permodalan, pelanggan menurun, distribusi dan produksi terhambat.
Dari 64,19 juta UMKM di Indonesia, sebanyak 64,13 juta masih merupakan UMKM
yang masih berada di sektor informal sehingga perlu didorong untuk bertransformasi
ke sektor formal. Indonesia juga masih memiliki permasalahan perizinan yang rumit
106
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
dengan banyaknya regulasi pusat dan daerah atau hiper-regulasi yang mengatur
perizinan di berbagai sektor yang menyebabkan disharmoni, tumpang tindih, tidak
operasional, dan sektoral.
Gambar 52. Tabel Input-Output
Sumber: Coronavirus (Covid-19): SME Policy Responses© OECD 2020
Sedangkan perubahan lanskap industri dan peta kompetisi baru ditandai dengan
empat karakeristik bisnis yaitu Hygiene, Low-Touch, Less-Crowd, dan Low-Mobility.
Perusahaan yang sukses di era pandemi merupakan perusahaan yang dapat
beradaptasi dengan 4 karakteristik tersebut.
UMKM harus memanfaatkan platform digital termasuk media sosial untuk
mendukung perkembangan usahanya, serta mempermudah akses pada pembiayaan,
distribusi, dan pemasaran produknya. Dengan begitu, pelaku usaha termasuk UMKM
perlu untuk lebih adaptif, kreatif dan inovatif menciptakan produk yang sesuai
dengan selera dan kebutuhan pasar. Mereka juga dapat menumbuh-kembangkan
berbagai gagasan/ide usaha baru yang juga dapat berkontribusi sebagai pemecah
persoalan sosial-ekonomi masyarakat akibat dampak pandemi (social
entrepreneurship).
Sementara itu, Pemerintah berupaya menyediakan sejumlah stimulus melalui
kebijakan restrukturisasi pinjaman, tambahan bantuan modal, keringanan
pembayaran tagihan listrik, dan dukungan pembiayaan lainnya. Pemerintah telah
menyediakan insentif dukungan bagi UMKM melalui program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) pada tahun 2020 dan dilanjutkan pada tahun 2021. Realisasi PEN
untuk mendukung UMKM sebesar Rp112,8 triliun telah tersalurkan kepada lebih dari
107
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
30 juta UMKM pada tahun 2020. Sementara untuk tahun 2021, pemerintah juga telah
menganggarkan PEN untuk mendukung UMKM dengan dana sebesar Rp121,9 triliun
untuk menjaga kelanjutan pemulihan ekonomi.
Program PEN untuk mendukung UMKM pada tahun 2020 telah berhasil menjadi
bantalan dukungan bagi dunia usaha, khususnya bagi sektor informal dan UMKM
untuk bertahan dalam menghadapi dampak pandemi. Selain itu, program ini juga
dapat membantu dalam menekan penurunan tenaga kerja. Berdasarkan data BPS per
Agustus 2020, terdapat penciptaan kesempatan kerja baru dengan penambahan 0,8
juta orang yang membuka usaha dan kenaikan 4,6 juta buruh informal.
Pemerintah juga terus berupaya mendorong para pelaku UMKM untuk on board ke
platform digital melalui Program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas
BBI), di mana hingga akhir tahun 2020 sudah terdapat 11,7 juta UMKM on boarding.
Diharapkan pada tahun 2030 mendatang, jumlah UMKM yang go digital akan
mencapai 30 juta. Di samping itu, Pemerintah juga mendorong perluasan ekspor
produk Indonesia melalui kegiatan ASEAN Online Sale Day (AOSD) pada tahun 2020.
Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI)
Pada tanggal 14 Mei 2020, Presiden meluncurkan Gerakan Nasional Bangga Buatan
Indonesia (Gernas BBI) agar masyarakat Indonesia membeli produk-produk buatan
Indonesia, baik usaha besar maupun UMKM. Selain membeli produk buatan
Indonesia, Gernas BBI juga mendorong perusahaan-perusahaan multinasional di
Indonesia meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam
memproduksi produk. Gerakan ini diharapkan juga akan membantu perekonomian
yang tertekan karena pandemi.
Gernas BBI diharapkan dapat mendorong national branding produk lokal unggulan,
yang menciptakan industri, kreasi dan inovasi baru serta menguasai pasar domestik
dan berikutnya pasar luar negeri, sehingga mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah dan nasional. Melalui Gernas BBI, pemerintah memberikan stimulus
untuk UMKM dan ultramikro sebesar Rp123 triliun dari total anggaran pemulihan
ekonomi nasional sebesar Rp607 triliun. Pemerintah menargetkan pada tahun 2023
ada tambahan 30 juta UMKM di Indonesia, atau bertambah 6 juta UMKM setiap
tahunnya.
Perpres Nomor 12 Tahun 2021 merupakan komitmen pemerintah untuk
mengutamakan penggunaan produk lokal UMKM, yaitu dengan adanya kewajiban
alokasi 40 persen bagi UMKM, dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Melalui Perpres ini, UMKM memiliki kesempatan untuk berperan lebih
108
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
besar dan lebih luas dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pengawasan atas
realisasi atau pelaksanaannya juga harus dipublikasikan secara transparan kepada
masyarakat.
Melalui Gernas BBI, pemerintah juga mendorong UMKM untuk masuk ke dalam pasar
digital. Pada tahun 2020, Gernas BBI telah berhasil mengikutsertakan 3,7 juta pelaku
UMKM bergabung dengan platform online untuk memasarkan produknya. Pemasaran
produk UMKM secara online diharapkan mampu menciptakan multiplier effects yang
memberikan manfaat lebih besar dan lebih luas bagi para pelaku UMKM, sehingga
mampu menyumbang pada peningkatan kesejahteraan dan perekonomian nasional.
Gernas BBI tidak hanya mendorong para pelaku UMKM untuk Go Digital, namun juga
diarahkan untuk mempersiapkan transformasi ekonomi menuju digitalisasi. Oleh
sebab itu, penyediaan infrastruktur telekomunikasi dan informasi menjadi hal paling
mendasar dan mutlak untuk dipenuhi. Pembangunan infrastruktur tersebut terus
dilaksanakan pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemkominfo) hingga ke seluruh penjuru Tanah Air.
Dengan adanya jaringan koneksi internet, maka akses untuk memasuki ekosistem
digital bagi masyarakat, khususnya pelaku UMKM, akan terbuka lebar. Pada tahun
2023, seluruh wilayah Indonesia diharapkan sudah terjangkau internet. Keterbukaan
akses digital akan memberikan nilai tambah bagi karya dan kreasi lokal karena lahan
usahanya mampu menembus pasar nasional dan bahkan pasar global.
Peran Jasa Logistik
Perkembangan industri e-Commerce membuat kebutuhan akan penyedia layanan
jasa logistik juga ikut meningkat. Pertimbangan konsumen dalam memilih penyedia
layanan logistik antara lain adalah kecepatan pengiriman barang, murah, dan dapat
diandalkan. Bagi penjual, kecepatan barang sampai kepada konsumen juga akan
mendorong kecepatan perputaran uang dalam berusaha.
Selama ini sistem logistik nasional belum efisien, biaya logistik di Indonesia sangat
mahal, yakni sekitar 23 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini jauh di
atas biaya logistik di negara-negara kawasan ASEAN, antara lain Malaysia (13 persen
dari PDB). Mahalnya biaya logistik terutama disebabkan oleh tidak meratanya
pembangunan infrastruktur di beberapa daerah, sistem logistik yang belum
terintegrasi, serta belum adanya platform atau pelayanan logistik dari hulu sampai
hilir. Dengan kondisi tersebut, peringkat Logistic Performance Index (LPI) Indonesia
berada di posisi 46 pada tahun 2018, masih di bawah Singapura (7), Thailand (32),
Vietnam (39), dan Malaysia (41).s
109
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Logistik bukan hanya sekedar pengiriman barang kepada konsumen. Istilah logistik
mencakup aspek yang jauh lebih luas seperti pergudangan, manajemen inventori,
penagihan, pengemasan, label, pengiriman, cash on delivery, pembayaran, dan lain-
lain.
Tantangan dalam sisi logistik bervariasi mulai dari memastikan produk sesuai dengan
keinginan konsumen dengan tepat waktu, meminimalisir hingga menghilangkan
kemungkinan cacat produk, hingga penyediaan reverse logistic. Reverse logistic
dibutuhkan ketika konsumen meminta pengembalian produk karena rusak ataupun
apabila mereka ingin melakukan penukaran tipe, ukuran, warna produk, dan hal-hal
lainnya.
Teknologi juga semakin digunakan untuk kemudahan monitoring logistik. Berbagai
media seperti e-mail, newsletter, media sosial, iklan, pesan singkat dan telepon
digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumen dan memberitahu informasi
terkini mengenai status dari pengiriman pesanan mereka.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemasaran online adalah staf pengantar.
Mereka merupakan salah satu titik yang langsung berhubungan dengan konsumen,
dimana secara tidak langsung merupakan wajah dari merek yang mereka antarkan.
Sangat penting bagi para pelaku e-Commerce untuk secara intensif mengontrol staf
pengantaran mereka agar bersifat profesional, ramah, dan membantu kepada
konsumen.
Rekomendasi
1. Dukungan terhadap pelaku UMKM Indonesia untuk naik kelas, melalui: (1)
edukasi spirit entrepreneurship agar pelaku usaha memiliki semangat baja
mempertahankan dan mengembangkan usahanya; (2) edukasi pada kemampuan
mengelola administrasi dan manajerial dengan cara membuat laporan keuangan
sederhana dan ilmu manajemen dasar; (3) edukasi akses informasi, teknologi,
pasar, dan permodalan; serta (4) edukasi keberlanjutan usaha dan lingkungan
dengan menerapkan Good Corporate Governance Principles dan bisnis ramah
lingkungan.
2. Lima arahan Presiden Jokowi terkait transformasi digital: (1) segera lakukan
percepatan perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital dan penyediaan
layanan internet; (2) persiapkan roadmap transformasi digital disektor-sektor
strategis, baik di sektor pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, pendidikan,
kesehatan, perdagangan, industri, maupun penyiaran; (3) percepat integrasi pusat
data nasional; (4) siapkan kebutuhan SDM talenta digital; dan (5) segera disiapkan
110
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
secepat-cepatnya yang berkaitan dengan regulasi, skema pendanaan dan
pembiayaan.
3. Penyederhanaan jenis izin dapat dilakukan melalui penghapusan dan/atau
penggabungan beberapa jenis izin.
4. Upaya penanganan tingginya biaya logistik harus melibatkan antar instansi, baik
pemerintah, pengelola pelabuhan, pengusaha angkutan, dan pengusaha pemakai
jasa angkutan.
5. Perbaikan infrastruktur terutama di kawasan Indonesia bagian Timur harus segera
dilakukan agar kesenjangan harga antara bagian Barat dan Timur Indonesia
berkurang.
REFERENSI
Sunarso, “Bangkit dan Tumbuh Bersama di Tengah Pandemi”, Webinar Katadata
“#JAGA UMKM INDONESIA "Bangkit di Tengah Pandemi””, 5 Agustus 2021
Suwarsito, “Peran Penjaminan Dalam Pemberdayaan UMKM”, Webinar Katadata
“#JAGA UMKM INDONESIA "Bangkit di Tengah Pandemi””, 5 Agustus 2021
Tayyiba, Mira, “Strategi Digital Jadi Tuan Rumah Di Negeri Sendiri”, Webinar
Katadata “Bangga Buatan Indonesia "Tuan Rumah di Negeri Sendiri””, 5 Mei
2021
111
SUSUNAN TIM REDAKSI
Penanggungjawab
Amalia Adininggar Widyasanti, ST, M.Si, M.Eng, Ph.D
Pemimpin Redaksi
Eka Chandra Buana, SE, MA
Dewan Redaksi
Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA
Dr. Onny Noyorono, MIA, MA
Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D
P.N. Laksmi Kusumawati, SE, MSE, MSc, Ph.D
Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM
Dr. Haryanto, SE, MA
Ir. Sidqy Lego Pangesthi Suyitno, MA
Ir. Imarita Trihanda, MS
Redaktur Pelaksana
Cut Sawalina, SE, MSi
Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc
Tari Lestari, S.Si, SE, MS
Muhammad Fahlevy, SE, MA
Octal Pramudito, SE, MA
Dra. Dwi Martini, ME
Yunus Gastanto, SE, PG.Dip
Istasius Angger Anindito, SE, MA
Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol
Rufita Sri Hasanah, SE, MEF
112
SUSUNAN TIM REDAKSI
Penulis
Achmad Rifa’i, S.Pd, M.Sc
Doddy Purwoharyono, SE
Haqiqi Masnatin, SE
Rahma Hanii Maulida, SE
Recky Simamora, ST
Rinda Komalasari, SE
Filza Amalia, SE
Ibnu Ahmadsyah, SE
Tri Mulyaningsih, S.Si
Agnes Kristi Damayanti, SE
Archie Flora Anisa, SE
Bayu Ardhiansyah, SE
Bekti Setyorani, SE
Cici Lisdiana, SE
Firdaussy Yustiningsih, STP, ME
Hillary Tanida Stephany Sitompul, S.HI
Indra Muhammad, SE
Nabila Nursyadza, SE
Richard Lorenz Hasiholan Silitonga, SE
Shania Adriella Kurniawan, SE
Aldi Turindra Rachman, SE
Hilda Roseline, SE
Khairun Nisa, SE
Kustyanto Prabowo, SE
Widyastuti Hardaningtyas, SE
Widya Setya Sari, SE
Imroatul Amaliyah, SE
Muhammad Fikri Masteriarsa, S.Stat
Samuel Kharis Harianto, S.E., M.SE.
Thaliya Wikapuspita, SE., M.Sc.
113
SUSUNAN TIM REDAKSI
Distributor/Sirkulasi
Tulus Sujadi
Imam Musadad
Administrasi
Dina Fitriani, SPd
Riris Karisma Kholid, SE
Editor
Rahma Hanii Maulida, SE
Grafis dan Layout
Muhammad Ulinnuha Khoirul Umam, S.Pd
114
Untuk memberikan hasil laporan terbaik,
kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca.
Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut