Perjuangan Masyarakat Lokal dan Usaha Memberdayakan Diri

23
Krfltfls Jurnal Studi Pembangunan /ournal of Interdisciplinary Development Studies Peran Perempuan Dalam Membangun Kewirausahaan Kreatif Busana Muslim dan Film Pendek di Bandung Elvy Maria Manurung Makna Tenun Ikat Bagi Perempuan (Studi Etnografi di Kecamatan Mollo Utara-Timor Tengah Selatan) Asni Salviany La'a dan Sri Suwartiningsih Perjuangan Masyarakat Lokal dan Usaha Memberdayakan Diri (Studi Kasus Pertambangan Emas Rakyat di Merindu, Desa Konut, Kabupaten Murung Raya) Anyualatha Haridison Siasat Rakyat di Garis Depan Global: Politik Ruang Pasar dan Pemesaran Daerah di Tanah Papua I Ngurah Suryawan Dinamika Pemerintahan Lokal di Nusa Tenggara Timur Dalam Mewujudkan Paradigma "Anggur Merah" Kutut Suwondo tssN 0215 - 4765 Vol. XXI!, No. 1, Januari - Juni 2013

Transcript of Perjuangan Masyarakat Lokal dan Usaha Memberdayakan Diri

KrfltflsJurnal Studi Pembangunan

/ournal of Interdisciplinary Development Studies

Peran Perempuan Dalam Membangun Kewirausahaan Kreatif Busana

Muslim dan Film Pendek di BandungElvy Maria Manurung

Makna Tenun Ikat Bagi Perempuan

(Studi Etnografi di Kecamatan Mollo Utara-Timor Tengah Selatan)Asni Salviany La'a dan Sri Suwartiningsih

Perjuangan Masyarakat Lokal dan Usaha Memberdayakan Diri(Studi Kasus Pertambangan Emas Rakyat di Merindu, Desa Konut,

Kabupaten Murung Raya)Anyualatha Haridison

Siasat Rakyat di Garis Depan Global:

Politik Ruang Pasar dan Pemesaran Daerah di Tanah PapuaI Ngurah Suryawan

Dinamika Pemerintahan Lokal di Nusa Tenggara TimurDalam Mewujudkan Paradigma "Anggur Merah"

Kutut Suwondo

tssN 0215 - 4765 Vol. XXI!, No. 1, Januari - Juni 2013

Penanggung farab :Iohn A Trtaley

Pemimpin Redaksi:Prapto Yuwono

Penyunting Ahli :

F"t )'F KarwurDaniel NuhamaraSri Suwartiningsih

Dien SumiyatiningsihNeil Semuel RupidaraTheofransus A Litaay

Penyrnting Pelaksana/Bahasa :

Titi SusilowatiLasmono Tri Sularyanto

Sekretariat :

Adhisti Raras Putri

Penerbit:Program Pascasarjana UKSW

[. Diponegoro 52-ffi Salatiga 5O7lITelp. (0298) 321212 Ext. 40ll229; Fax. (0298) 311995

Email : [email protected]

L"

PERJUAI.IGAT.I MASYARAKAT LOI(AI DAI.I USAr{AMEIVIBERDAYAIGI{ DIRI(Snrdi lGsus Penambangla Emas Rakyat di Merindu, Desa tr(onut,

Kab,upaten Munrng Ray,.)

Anyualatha Haridison

Abstract

Control of the state in the mauagement of natural re{nurces in themining industries, which is entnrsted to foreign companies led loes ofaccess of local communities to Merindu gold mining. However, in laterdevelopment, local communities were able to show their ability toemF)nrer themselves. The research is meant to orplore the localcommunities stmggle to obain the authority to mrn.ge gold mining atMerindu, and theirefforts to emlrcwer local communities in thernanagement of gold mining. To achieve the research gol indicatedthis snrdy used a qualiative approach. Obeerrations on a number ofgold mining areas and in-depth interviews with a number of keyinformants, namely viXage elders, miners, govemment officirls andpeople who have }nowledge of gold mining. I use an interactive modelto analyse the daa and the model of triangulation to eDsure validity ofthe dara The reeufts of this sfirdy f6n1ad, among otfuer things that localcommunities stnrggle to gain authority through collective actioninorder to obtain a licence from the government. They also make , andefforts to emlrcwer local communities to develop self skill based on thevalueoflocalwisdom'hondclt' and,'haweh'nalues.

Kata kunci: masyarakat lokal menberdayakan diri, pengelolaanpertambangan e-rs, penambang

l. Pendahuhan

Manr menyaakan bahwa semakin banyak ketidakadilan dalamdistribusi sumber-sumber langka dalam sistem sosial, maka ada

kecendemngan terjadi konflik kepentingan antara segmen dominan dansubordinat. Semakin segmen subordinat sadar tentang kepentingan kolektifyang sezungguhnya (tue collective interess), semakin cenderung

47

KRITIS, Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol.loflI, No. 1,2013:41-61

mempertanyakan legitimasi dari keberadaan pola distribusi sumber-sumberdaya yang semakin langka (Turner, 1998).

Munculnya kesadaran masyarakat untuk mengambil alih hakpengelolaan sumberdaya alam, dalam bentuk tindakan-tindakan persuasif

dan destmktif, disebabkan oleh pendekatan dan sistem pembangunan yang

tidak adil selama ini. Keuntungan dari pengelolaan sumberdaya alam itudinikmati oleh oknum tertentu dan sama sekali tidak berorientasi pada

kepentingan masyarakat. I€bih jauh, dalam pengelolaan sumberdaya alam,Indonesia masih mengharapkan investasi asing dalam bentuk modalmaupun teknologi. Kebutuhan dan keterganhrngan pada modal danteknologi asing tersebut, tidak seharusnya membuat kepentingan rakyatdiabaikan. Karena menitikberatkan pada modal dan teknologi makaperhatian pada keuaggulan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber-dala d1m menjadi kurang.

Pemikiran tadi juga berdampak pada pengelolaan pertambangan emas

di daerah, khususnya Kabupaten Munrng Raya. Pertambang:rn emas

dikelola oleh perusahaan dan masyarakat lokal setempat sehingga terjaditarik-menarik tentang hak pengelolaan pertambangan emas. Masyarakat

Iokal kehilangan kewenangan mengelola sumberdaya alam ketika mengacu

pada peranrran formal negara. Masyarakat lokal yang menggantungkan

hidupnya pada usaha pertambangan emas kehilangan mata pencaharian

karena tidak memilil5i surat ijin pengelolaan. Menurut sejarah, sebelum

eksistensi negara meniadi lembaga yang superior, masyarakat lokal sudah

lebih dahulu menambang eruur dengan mengguaakan kearifan lokd yang

ada.

Masyarakat lokal penambang emas di Merindu, Desa Konut,merupakan salah sanr komunitas lokal yang sangat menjunjung kearifan

lokal dalam mengelola peftambangan emas. Penguasaan negara dalam

pengelolaan sumberdaya alam tambang pada waktu itu, yang dipercayakan

kepada perusahaan asingr menyebabkan masyarakat lokal di Merindusempat kehilangan akses dan otonomi dalam pengelolaan pertambangan

emas. Namun drlam perkembangan selanjutnya, masyarakat lokal berhasilmelakukan perubahan dan tetap suruive dalam mengelola pertambangan

emas tersebut sampai saat ini. Proses yang dilakukan masyarakat lokal

I Perusahaan asing yang dimaksud mengelola pertambangan emas itu adalah PT. Indo MuroKencana (IMK).

42

(srdirr$sB.'e**anmHffi;Tffi":f*ffi"rff*Tsetelah kshilengen alses terhadap pengelolaan pertambangan emas serta

upaya-upaya mesrrankat lokal untuk meniadi berdaya dari kekuatan yang

menindas, meniadi menarik unnrk dilraii dan diteliti. Dengan b"rp"g*gP"d" Pernasalahan tadi, make tuiuan penelitian ini adalah men-deskipsikan perruangan lokal unnrk memperoleh kewenangan

mengdola serta usaha masyarakat lokal memberdayakan diri dalampengelolaan pertambangan emas.

2- ttlastrehloLel

I{asfarakat lokal yang dimeksud dalam tulisan ini mengacu pada

pendapat Poplin QYl2) dan Soekanto (1994) yainr masyarakat yang

memiliki pedlalu homogen yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan

kebersamaan serta berorientasi pada radisi den strtllsr kesanran dan

keuohan hlmral, memiliki ban)'ak rifiral dan nilai-nilai sakral; (6) seramenrlnkankoleltivisme sekelompok orang yang hidup diwilaph tertenhrunn*iangta wafnu yang lama- Bila dioperasionalisasikan ke dalam realitaspertamtangan emas mkyat di Merindu, masfarakat lokal yang dimaksud

adalah sekompok penanbang yang tinggal di wilayah pertarnbangan emas

Merindu" baik sebagai kenmman penduduk asli maupun pendatang yang

sudah tingqal delern jangke yral6u lama.

3. PembedaFm

Secan konseptual, pemberdayaan (empwermerr), berasal dari kaa'powei yang ar-tinya tekuaan, kekuasaan serta daya'. Oleh karena itu, ideutema pemberdayaan dekat dengatt konsep kekuasaan. Kekuasaan

seringkali dikaitkan dengan kemampuan kia untuk membuat orang Iainmelahrkan apa )ratrg [1a inginkan, terlepas {ffi [gingipan .lan minat.Karena inr kekuasaan berkaitan dengan penganrh dan kontrol. Asumsi iniingin menjelaskan bahwa kekuasaan bersifat statis den tidak dapat berubah.

Namun demikian, kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada

pengetian di atas. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan

semntiasa hadir dalam konteks relasi soeial antar rnenrrsia dan terciptadalam relasi scial Karena itu, keluasaan dan hubungan kekuasaan dapat

benrbah- Dengan lEmehamen ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses

penrbahan kemudian memililri konsep yang bermakna. Dengan kata lain,

43

KRITIS, furnal Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. )OCI, No. l, 2013: 4l-61

kemungkinan teriadinya proses pemberdayaan sangat terganhmg padapertama, asumsi bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidakdapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.Kedua, asumsi bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankanpada pengertian kekuasaan yang tidak satis, melainkan dinamis.

Konsep pemberdayaan lahir sebagai antitesis dari model pembangunandan model industrialisasi yang larrang memihak kepada mayoritas rakyatsehingga terjadi dikotomi masyarakat yang berkuasa dan masyarakat yangdikuasai. Untuk dapat bebas dari situasi menguasai dan dikuasai ini, harusdilakukan pembebasan melalui proses pemberdayaan bagr yang dikuasai(Hutomo,2006).

Pemahaman yang dikotomis tersebut melahirkan beberapa pandanganmengenai pemberdayaan. Menumt Hutomo (2006) pertama, pemberdayaanadalah penghancuran ke}uasaan (pnwer to nobody). Pandangan inididasarkan pada keyakinan bahwa kekuasaan telah mengasingken ds1menghancurkan manusia dan eksistensinya. Oleh karena itu untukmengembalikan eksistensinya dan menyelamatkan manusia dariketerasingan dan penindasan, maka kekuasaan harus dihapuskan. Kedua,

pemberdayaan adalah pembagian kekuasaan kepada setiap orang Qnwer toeverybody). Pandangan ini didasarkan pada pendapat bahwa kekuasaan

yang terpusat akan menimbulkan abuse dan cenderung mengalienasi haknormatif manr:sia yang tidak berkuasa atau yang dikuasai. Oleh sebab itu,kekuasaan hams didisribusikan kepada semua orang agar semua dapat

mengaktualisasikan dirinya. Ketiga, pemberdayaan adalah penguatan

kepada yang lemah tanpa menghancurkan yang kuat. Pandangan ketigainilah yang dianggap paling moderat dan paling realistis karena pandangan

ini merupakan antitesis dari pandangan power to nobody dan Tnwer toeverybody. Pandangan ini beranggapan bahwa power to nobody adalahkemustahilan daln Tnwer to everybdyadalah chaos atau anarkhi.

Pendapat Hutomo terutama menyangkut tentang pentingnyamemperkuat posisi orang-orang yang lemah kekuasaannya dan

menghancurkan kekuasaan orang-orang yang menindas rakyaL

Sebelumnya Swift dan Ievin (1987) jug, beryendapat bahwa

pemberdayaan adalah usaha pengalokasian kembali kekuasaan melaluipengubahan struktur sosial. Lebih jauh pemberdayaan juga menyangkutstrategi bagi komunitas. Rappaport (1984:3) memahami pemberdayaan

44

(snrdiKasuspertambangan'ffi*ffi fi H;"T*ff""Y,Hffi"Hff "?*Tisebagai cara rakyat, organisasi, dan komunitas menguasai atau berkuasa(atas) kehidupannya. Demikian juga Parsons et al. (1994) mengartikanpemberdayaan sebagai proses agar orang menjadi cukup larat berpartisipasi

dan mengontrol kejadian-keiadian sertir lembaga-lembaga yang

mempengamhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang

memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untukmempengamhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadiperhatiannya.

Berdasarkan definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat disimpulkanbahwa pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau memberdayakan kelompok lemah drlam masyarakat, antara lainindividu-individu yang mengalami masalah-masalah dalam' kehidupannya.Kedua, sebagai tuiuan, pemberdayaan menuniuk pada keadaan atau hasilyang ingrn dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yainr masyarakat yang

berdaya, meniliki kekuasaan atau pengetahuan dan kemampuanmemenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupunsosial di mrna masyarakat memiliki kepercayaan diri, mampumenyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasidalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tng:xr

kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai ttrjuan seringkalidigunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah

Proses.

a. Upaya-IJpa5ra MenberdErakan

Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkansuanr masyarakat bertahan (suruive), mengembangkan diri dan mencapaituiuan. Menurut Prijono dan Pranaka (1996) nrjuan pemberdayaan tidakhanya mencakup individu tetapi iuga kolekuf, yaitu upaya membangun

eksistensi pribadi, keluarga dan masyarakat, bangsa, pemerintahan, negara,

tata dunia dalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan

beradab. Menurut Kartasasmita (1996) nrjuan akhir dari pemberdayaanadalah memandirikan, memampukan, dan membangun kemampuanmasyarakat memajukan dirinya ke arah kehidupan yang lebih baik secara

berkesinambungan. Ife (1995) dan Sumodiningrzt (1997) menyeder-hanakan tujuan di atas, dengan lebih menekankan bahwa pemberdayaan

45

I(RITIS, furnal Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. )OflI, No. l, 2013:41-61

bernrjuan meningkatkan kekuatan masyarakat yang lemah atau tidakberunnrng.

Upaya memberdayakan nampak dari kemampuan rakyat bebas

melalui gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan dan politisasi orang-orang lemah, serta upaya-upaya kolektif dari orang-orang lemah tersebut

untuk memperoleh kekuasaan dan mengubah struktur-struktur yang masih

menekan (Kieffer,1984; Parsons et a1.,1994).

Up"ya mendekatkan masyarakat pada akses terhadap perbaikan

kehidupannya, sama artinya dengan desakan unnrk sebuah proses

redistribusi sumber-sumber ekonomi. Upaya "redis" hanya akan efektif bilamasyarakat sendiri yang melakukan desakan. Oleh karena itu, langkahpemberdayaan mustahil dijalankan iik tidak memuat l"rgk"hpengorganisasian masyarakat dengan maksud menjadikan masyarakat

sebagai kelompok sadar dan terhimpun. Keterhimpunan masyarakat sendirimenjadi sangat penting. Hanya cara ini yang dapat menghindarkanmasyarakat dari berbagai upaya manipulasi atau tekanan balik yang tidakperlu (feam Work [apera,2001).

Upaya pemberdayaan ekonomi rakyat sdeleh dapat dilakukan dengan

desentralisasi pengelolaan sumberdaya alam. Dengan bugtto masyarakat

memiliki peluang dan wewenang unnrk secara langsung mengawasi

elcsploitasi sumberdaya alam oleh penrsahaan. Di samping itu,perlindungan, pelestarian dan penghargaan terhadap kulnrr lokal, kulturasli, komunitas asli, multikulturalisme, dan kultur partisipatori dapat

dilakukan karena aspek budaya lokal adalah bagian integral dari proses

pembangunan. Ddam hal ini budaya lokal dipandang sebagai modal

pembangunan dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai modernisasi yang

menjadi inti dari proses pembangunan (Suparjan dan Suyatno, 2003).

5. Metode Pmditian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (Mardalis, 1990;

Moleong, 2N4). Kriteria informan kunci sebagai sumber datanya mengacu

pada kriteria Spradley (1980). Strategi pemilihan informan kunci inimenggunakan metode snowball. Para penambang emas dipilih berdasarkan

relomendasi orang ke orang yang sesuai dengan kriteria penelitian. Teknikpengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara mendalam.

46

(studirbsusperembangant#ffi ffi tTff --,T"Y,Hffi :Htf f ffi iModel yang dipilih dalam melakukan analisis data adalah model interaktifdari Miles dan Huberman (1992) dan sugiyono (2005), yaitu : (1) Redulsidata, (2) Penyajian data, (3) Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kriteriakeabsahan data dilakukan dengan merode triangulasi.

Iokasi penelitian adalah Desa Konut, Kecamatan Tanah Siang,Kabupaten Mumng Raya. Peneliti memilih lokasi ini karena beberapapenimbangan metodologis antarir lein, di desa ini terdapat lokasipenambangan emas rdryat, yaitu wilayah Pertambangan Rakyat (wPR)yang zudah mendapat iiin pengelolaan dari Pemerintah Daerah. Kedua,aktivitas penambangan dan pengelolaan pertambangan rakyat di MerinduDesa Konut berada di lingkunganpemukiman sehingga memudahkan aksesdan kontrol peneliti terhadap kejadian dan peristiwa sehari-hari yangdikerjakan oleh masyarakat. Uniknya lokasi ini tidak seperti lokasi-lokasipertambangan lainnya yang lokasinya terpisah iauh dari pemukiman atautempat tiogg"l. Lokasi penelitian ini dekat dengan ibukota KabupatenMunrng Raya dan untuk sampai ke lokasi ini bisa ditempuh dengantransportasi dant. Para penambang yang diteliti umumnya berasal dariSuku Dayak, yaitu eaic group dan suial group yang merupakan tempatasd peneliti. Hal ini juga mempermudah pemahaman dan interpretasiterhadap fenomena sosial yang terjadi, khususnya karena terdapatkesamaan bahasa, keragaman culture, dtn worlduiew.

6. IlsilPenelitian

6.f Seiamh Penggusuran dm Periuangan lr,Iarpakat

Perambangan emas di Merindu Desa Konut memulai kegiatanpenambangan pada tahun 1984 dan lokasinya di sekeliling Gunung Baruh.AIat penambangan dan pemurnian tidak semaju sekarang ini, prosespemurnian emas masih menggunakan mesin tumbuk. produksi emas padawaktu itu, massanya bisa mencapai 2-3 ons dalam I (satu) saknya. Hal inimengundang para penambang lain di luar Merindu uatuk ikutmenambang. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, karena banyak yangdrt r.g untuk menambang di situ, pada akhirnya Merindu berkembangmenjadi sebuah pemukiman.

Pada tahun yang sama, beberapa orang dari perusahaan Duval(Ausoaria) melakukan sunei ke Desa Konut dan menginap di rumah

47

t

KRITIS, furnal Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. )OCI, No. l, 2013: 4l-61

betang (rumah panjang) beberapa hari untuk melakukan pendekatandengan masyarakat setempat. Survei perusahaan Duval tersebut terxyatasampai ke lubang-lubang tambang emas milik masyarakat di Merinduuntuk mengambil sampel emas.

PT. IMK yang kepemitikan sahamnya dipegang oleh perusahaan

Duval, secara resmi mengantongi ijin Konuak Karya No: B-07lPres/1/1985

tertanggal2l fanuari 1985 dan Kontrak Karya ini berlaku selama 30 tahunsejak Pebruari 1985 sampai dengan 2014. Dalam Kontrak Karya tersebut,seluruh wilayah Desa Konut, yarLg berarti juga lokasi pertambangan emas

di Merindu masuk ke dalam wilayah pertarnbangan milik PT. IMK.'Walaupun masyarakat tetap menambang sampai rentang waktu dua tahunsetelah PT. IMK berdki, akan tetapi kedatangan PT. IMK ini sangat

meresahkan warga penambang di Merindu karena para penambang sudah

mengetahui Merindu akan dijadikan areal penambangan.

Untuk mendapatkan kekuatan hukum tentang adanya aktivitaspertambangan di Merindu, masyarakat segera mengusulkan kepada

pemerintah agar Pertambangan Rakyat di Merindu diberikan ijinpengelolaan. Masyarakat mengirimkan kepada Gubernur KDH Tk IPropinsi Kalimantan Tengah, Menteri Pertambangan dan Energi, MenteriDa1am Negeri, surat permohonan dari masyarakat Desa Konut kepada

Gubernur KDH Tk. I Propinsi Kalimantan Tengah nomor:T2Nrpem/DKIKTS/1987, tanggal 15 .Oktober 7987; suratpermohonaManjutan dari Camat Tanah Siang, nomor:166/RM/Bang/KTS/1987, tan.ggal 30 Oktober 7987; surat perrnohonan

masyarakat Desa Konut tanggal 1 November 1987 yang kemudiandirekomendasi oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Daerah Tk. IIKabupaten Barito Utara tanggal 5 Desember 7987; surat Rekomendasi

Bupati KDH. Tingkat II Barito Utara nomor: 54AllOlBK, tanggal27larrai1988 kepada Gubernur KDH Tk. I Propirrsi Kalimantan Tengah; serta surat

permohonan masyarakat Desa Konut nomor: 01/Urpem/DK/KTS/1991

(YBSD,1998).

Upaya masyarakat sama sekali tidak mendaPat tanSSapan yang serius

dari pemerintah pada waktu itu. Untuk pertama kalinya terjadipenggusuran dan penutupan tambang rakyat di Merindu pada tahun 1988.

PT. IMK melibatkan aparat keamanan dari satuan Brimob dan Angkatan

Darat guna menyita dan merampas barang-barang milik masyarakat serta

48

(st.diKzsus*@D**mmTff ffi"Y,f*ffi"fr*LHpenengkapan 5 (tima) orang warga masyarakat di Merindu Penggusurand*npenunrpn tambngemas milik rakyat tersebut dilakukan dengan dalihbahwa attivias masyarakat tidak sah secara hukum karena tidak memilikiiiin pengelolaan. Di samping itu, PT. IMK memililri hak pengelolaan resmidi wilayah Merindu. Penertiban ini tidak hanya teriadi di wilayahMerindq tetapi iuga di wilafdh lain yang termasuk areal Kontrak lGryaPT" IMK (YBSD, 1998)" MrJrarakat tidak melawan secara terbu-ka. Merekaberangsr-angsrr meniuggalkan lokasi pertambangan, narnun ada yangmeuambeng secara diarndiam-

SenPai,lerrgF ahun 1990, pengg,suran sudah berlangsung sebanyak

5 {h*) kali dan menyebabkan nrsaknya alat-dat penambangan, nrmahpmduduk dan urarung-vrarung ,legengan. Menumt salah seorangpenambang di Merindu, mesir ftmbuk unnrk pemunian emas miliknyadipomk-pcaulakan dan dipotong dengan cheinsaw oleh aparat Brimob.Ifundisi ini menyehbkan banfak masfrakat lokalpenambang di Merindu

;rang EenguDgsi dan menghentikan aktivitas penambangan emes.

Lokasi pertamUangar di Merindu semlrat vakum selama kurang lebih2 tahun seiak penggusuan dilakukrn dan selama itu befurm ada anda-Andaopsasi penambangBn dari PT. IMK Namun" PT. IMK semlxrt melakukanekryhasi areal di wilayah Merindu de.Fn cara mengebor tenah hingga

Iapisan bebaman unnrk melihat dan meneliti seberapa besart-ndnngen emasnfa Hasil eksplorasi inr, menyimpulkan bahya di wilayahMerindu depcit emasilUftr sangat sedikit untuk uhran pemsahaan danapbila ditambang eken habis dalam izt$ke pendeL

Itfasfaralat memanfratkan peluang id dan secara diam-diam kembalidi Merindu- Pduang ini belum bisa menghilangkan

keEhawatiran masfankat apalagi penggusuan oleh PT. IMK tetapberlangsung di iokasi-lokasi pertambangan rakyat lainnya di sekitarMsiEdu Desa Konut Altivitas penambangan dan pengolahan emas olehPT. IMK selama fxrrtln w'alcu 10 tahun ternyata meugalumulasikanb"rbugri permasalahan yang sangat merugikan setempat dansemakin membnrat kemarahan rakyat. Permasalahan yang dinsakan inrterutama menyaqgftut, penggusuran tambang nkyat, khususnya wilayahpertamFngaa di desa{esa resmi yang diakui pemerintah, penggusurancaEah adat masSrarakat benrpa wilafah perkebunan, penrmahan, perutnian,Iarlrn& tarah keramat, tanah perkuburan tanpa ganti rugi serta

49

KX,ITIS, Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. )O(I' No. l,2013: 4l-61

pencemaran lingkungan dari tailing Perusahaandi Daerah A-liran Sungai

(DAS) Muro Menawing, DAS Mangkahui, serta DAS Konut.

Permasalahan tadi menimbulkan kemarahan dan reaksi darimasyarakat penambang. Dengan didukung oleh ISM lokal di Pumk Cahu

(Yayasan Bina Sumberdry") periuangan masyarakat tersebut dilakukan

dengan berbagai cara. Mereka melalarkan aksi protes dan melaporkan

berbagai permasalahan tadi kepada aparat terkait, kepada Camat, Bupati,

Gubernur, Pangdarn VI Tanjung Pura. Delegasi masyarakat juga

mendaangi Depdagri pada tahun 1995 dan mendaangi MenteriLingkungan Hidup, kedutaan Australia di fakarta, DPR-RI di Jakarta tahun

1995-1998, Komnas HAM 195-2000; Membentuk Tim Advokasi Tambang

Rakyat (TATR) yang terdiri-dari ISM-ISM terkait, seperti JATAM,WAHLI, ELSAM di fakana. Pada tahun 1999, sekitar 200 warga Desa

Konut juga melakukan aksi damai dengan menguasai areal wilayah desa

yang digunakan sebagai ialan dari lokasi ambang menuju pabrik serta

menduduki lokasi pertambangan Merindu dan pencurian batu-batu emas diwilayah pabrik.

Setelah mengalami dinamika yang panjang, melalui tuntufim dan

perjuangan masyarakat di Merindu Desa Konut, maka sebagai ialankeluarnya areal Merindu diserahkan kepada masyarakat unnrk dikelola.

Dalam perjanjian itu, Iokasi Merindu merupakan penciutan dari areal

Kontrak IGrya PT.IMK. Pada tahun 20[,2,Yt.Indo Muro Kencana (Saham

perusahaan Duval-Aurora GolQ resmi dinrtup dan digantikan dengan

kepemilikan saham baru, yainr Strai* Resources. Pertambangan emas

rakyat di Merindu, sebelum tahun 2001 masih dikatakan illegal miningkarena masih belum mengantongi surat iiin pengelolaan atau dikenal

dengan Surat Ijin Pertambangan Rakyat Daerah (SIPRD). Namun seiak

tahun 2001, lokasi pertambangan rakyat Merindu ditetapkan sebagai lokasi

resmi pertambangan rakyat.

5.2 Upaya Masprakat Iokal Memberdayakan Diri

Otonomi dan Kenmangan Mengdola

Otonomi dan kewenangan merupakan kondisi vital dalam upaya

proses pemberdayaan dan meningkatkan PartisiPasi masyarakat dalam

plngelolaan pertiunbangan. Tahap pertama dari upaya masyarakat

memperoleh otonomi dan kewenangan mengelola adalah perjuangan

50

(studiKasusperumbangan"#""-ffi yff lH;"T*ffi"ffi ilmtr"?*Hpenambang dalam mengambil-alih dan merebut hak pengelolaanpertambangan emas dari tangan PT. IMK sebagai oknum yang menguasai

sumberdaya lokal pada waktu itu, khususnya pertambangan emas. Hal inijuga terjadi diberbagai tempat sebagaimana studi penelitian yang dilalukanoleh Dianto Bachriadi (Iswinarto, 2(X)4) pada PI. Freeport Indonesia (FI)

dan PT. Kelian Equatorid Mining (KEM).

Kemudian ddam tahap selanjutnya, masyarakat memperjuangkan

Merindu menjadi lokasi pertambangan rakyat yang bersifat legal-formal.Hal inr ditandai dengan diperolehnya SIPRD dari pemerinah daerah. BiIa

memandang proses ini berdasarkan kerangka pemikiran Arnstein (1%9)

dapat dikatakan bahwa otonomi dan kewenangan mengelola tambang

emas secara legal disebabkan oleh terjadinya proses delegated power daritangan pemerintah kepada para penambang untuk mengunrs dan

mengelola pertambangan tersebut dengan kebijaksanaan sendiri.

Proses itu tidak bisa dilepaskan dari konteks perjuangan yang

dilakukan sebelumnya unnrk memperoleh hak pengelolaan pertambangan

emas. Kewenangan dan otonomi itu bukan bersifat normal appeal atau

secara sengaja diberikan oleh pemerintah tetapi melalui sebuah tuntutandan aksi yang terus-menen$, aksi kolektif tersebut diwarnaidengan sejumlah kegagalan.

Dalam rangka memelihara kewenanganaya tersebut, masyarakat

membenarli sebuah organisasi unnrk mengakomodir segala behnrkkepentingan selunrh penambang yang dikend sebagai 'Kelompok MajuBersama'. Organisasi ini identik dengan'Kelompok Gunung Batu Ponyang

atau Kelompok Luit Banr Ponyang' yang dibentuk pada awal sejarah

pertambangan rakyat sekitar tahun 1980-an dan direkrut dari sesama

penambang melalui musyawarah dan mufakat. Kelompok Maju Bersama

berperan untuk mengatur pengelolaan pertambangan dan menjadipenghubung antara masyarakat dan pemerintah. Dalam posisi yang

demikian dengan ditopang oleh kekuatan hukum yang ada (SIPRD),

penambang dapat dengan bebas bertindak dan tidak terganjal oleh

ancaman pihak lain yang sewaktu-waktu dapat saja merampas hak

pengelolaan itu kembali.

Dengan faktor-faktor itu pula, masyarakat lebih percaya diri karena

ruang partisipasi itu terbuka lebar. Proses memberdayakan diri sendiri

terjadi pada saat penambang bisa berperan serta secara utuh dalam

51

I(RITXS, Iurtrd SEdi FembengEran laudisiplin, YoL )OOI, No. 1, anB: 41-61

linghrngan sosial-politik dan menjalin komunikasi yang baik dengan pihaklein, seperti pemerintah dEn ISM. Proses memberdayakan diri tersebnrt

diindikasikan dengan b"tbagal beftagai tujuan dari periuanganpenambang selama ini, yainr kewenangan dan otononni mengelola yangdidasarkan pada tindakan bersama d*n relasi-relasi yaag dibectlrk dal*o'konteks sebelumnra.

Setr**ilI

tlii-coba' pengelolaan pertamhngan emes teleh rnengern-bn$t^npemahanan sistem ekologi dan telnologi. Pengeahuan masyaralat lokatMerindu dalem menambang diakses dari tradisi lisan dan tahap uii-cobaseeara hrrun:temurun dari nenek mo)qg (acit fuwldge). Pemahamandan pengalaman mengelola suta sEategi-strategi ;rang dilelmrken tel*hmenglonsrruksikan sebuah poh-pola yang ajeg&D,sah secara komunal

Dalam Peduangan rnengatses sumberdaya yang terbaAs (euras) dansemua ,nc:rnen aEru kesuliEm ekonomi yang dihadaFi" nilai

moral dalam kebudayaan dalam hubungan saial dikemhkan meni^,limekanisme Pen grrnrn lttrfdrakat l,okal teAp menelle*B prinsip-prinsipkuftural sefta smial fang t€rbukti rnamfru mmgukuhtan danmempertzhankan atsi menperiuanglan serta mengdola pertambangan

emes. Secana komparatif, kalau persaingan bebas dalan narket ffu;rrop.ysering mengakibatkan s,wival of the frw melahri semrcilm Datunlsel*tion,malre dalam moral &onomi selalu memungkinhan swiyaI of theweaknw melalui dal prtr€tion sebagainana digambarkan oleh Scm(1985) dan Kleden (zUX).

Proses periumpaan artara masyarakat asli [Suh Dayak Siary] denganpendaang dalam kegiatan penanbangan dijadikan arerra (field) smialisasinilai-nilai kulhrral dan moral Suku Dayak Siang. MeIaIui inr pula prcesadaptasi, yang di delarnn)ra ada seleksi nilei (konfirmasi dan konfrontasi)akan berlangsrng dan merekonsauksikan srntu tiruuxrtr irilei yang daptditerima dan diiadikan acuan belsama {el*rn mengarahlren tindaka1-Sistem 'hondotf den "haweh" yang menjadi nilai perekat dalam sistensosial telah diterapkan dalam pengdolaan pertembangan emas di MerindrlNilai budaya lokal terseb,ut meniadi kekuaan dan iuga strategi rlellmmengetasi masalah bersama Peresapn terhdap nilai 'loaalouP dan'haweff oleh etnik lain di Merindu berdasarkan atas hmr dan pengEtanan

52

(scudiKasuspe*-""r""'#:T:flr"H',,LH:"T#*'*lY,Hffi #;""fIlffisebelumnya dalam konteks lain, yang mencitrakan makna sejajar dari nilaiyang dianut oleh Suku Dayak Si*g.'

Unnrk memperoleh modal guna mengawali dan melangsungkan

usaha, para penambang (group lubang dan pemilik mesin) memakai prinsippertukaran sosial dan resiprositas yang diterapkan lewat sistem pinjam-meminiam. Sistem ini pada dasarnya sama-sarna didasarkan atas

kepentingan yang saling menguntungkan, wdaupun di lain pihak ada saja

yang dirugikan. Akan tetapi, cara itu merupakan pilihan rasional yang

harus diputuskan bagi yang kekurangan modal.

Faktor kekurangan modal ini, khususnya bagi group penambang yang

berperan dalam proses penggalian emas tidak membuat semangat bekeria

surut. Para group penambang selalu memanfaatkan apa yang ada dan apa

yang dimiliki. Tenaga (fisik) lebih banyak berperan dengan sistem kerjaberkelompok yang di dalamnya mengandung nilai relasi. Bagaimanaprur,

kekurangan modal ini membawa akibat serius bagr para grup. Kemudian,

aktivitas sama sekali belum mengikuti standarisasi keselirmatan kerja dan

kesehatan. Para group bekerja tidak didukung dengan alat pengaman dan

pelindung seperti: helm pekerja, sepatu, baju penambang, masker dan

penyalur oksigen ke dalam lubang. Masalah-masalah yang dihadapi inimempengaruhi produktivitas kerja dan juga sangat riskan bagi keselamatan

kerja, khususnya musibah-musibah yang tak terduga dan tidak dapat

ditanggulangi.

klf-skill dalam menciptakan sistem pasar di Merindu bisa dilihat darijaringan yang dibangun pada saat mengawali usaha. Prinsip resiprositas dan

peftukaran menjadi modal sosial dalam mengembangkan akses dan

mempertahankan jaringan pasar. Relasi dengan ses:rma pelaku dafam

pertambangan emas di Merindu dan relasi dengan sesama penambang diluar Merindu menunjukkan jaringan pasar emas. Agar relasi itu tidak rusak

atau putus maka para penambang sangat menjaga kepercayaan satu sama

Iain. Hal ini berangkat dari pengalaman dan kejadian-kejadian sebelumnya

di mana ada juga yang pernah gagal mempertahankan relasi tersebut dan

2Misalnya saja nilai "gotong-royong menjadi dasar masyarakat yang berlatarbelakang etnik

fawa unruk mengakui dan menerima nilai"hondou" dart"haweh" karena kesejajaran makna

yang dimilikinya wdaupun konteks dan pengalaman yang memprodulsi nilai-nilai tersebut

berbeda.

53

KRITIS, furnd Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. )OfiI, No. l, 2013: 4l-61

tentunya sangat merugikan. Salah seorang pemilik wanrng di Merindu,yang dulunya iuga sebagai penambang mengatakan:

Pada tahun 1996-1997 pengusaha Cina masuk untukmengelola lubang. Kedatangan Cina ini cularp menolong

masyarakat setempat karena membuka lapangan pekeriaan bagi

masyarakat di Merindu. Orang Cina mengelola lubang dengan

sistem aplusan dan setiap 24 jamterjadi aplusan group. Jadi setiap

hari group selalu terdiri dari orang yang berbeda. Satu group bisa

sampai 20-30 orang. Setiap group bisa menghasilkan dalam satu

saknya mencapai 1 ons emas. Orang Cina ini meletakkankepercayaan yang penuh kepada anak buahnya untuk mengaturpengelolaan lubang sampai dengan proses pemurnian dan

penjualan emas. Kepercayaan dan loyalitas pengusaha Cinaterhadap masyarakat penambang di Merindu rupanya telahdisalahgunakan oleh anak buahnya. Awalrrya merurng Cina tidaktahu menahu, akan tetapi lama-kelamaan ia heran dengan anak

buahnya yang diutus unhrk menjual emas ke pemilik toko emas

di Puruk Cahu. Setiap datang dari Puruk Cahu membawa

peralatan elektronik seperti TV, digital dan lain-lain serta ada

juga yang membawa sepeda motor banr, padahal pendaFatan

tidak mampu langsung membeli barang seharga inr. Hal inilahyang memotivasi Cina untuk menyelidiki dengan beranyakepada para pembeli emas di Puruk'Cahu yang iuga adalah

koleganya. Dari penyelidikan itu, ternyata anak buahnya berbuattidak jujur dan dari hasil penjualan emas seberat 2 W, ternyatayang dilaporkan dan diserahkan anak buahnya ke pengusaha

Cina tersebut hanya 7N gran atzrtT Ons. Hasil yang lain dibagt

di antara kelompok yang berkonspirasi tersebut (Sumber: Catatan

Iapangan).

Pengalaman itu suagguh merugikan masyarakat di Merindu,karena banyak yang harus kehilangan pekeriaan. Pengalaman itu pula yang

menempa masyarakat unhrk mengasah kemampuan dan keehlian dalam

pengelolaan pertambangan emas serta yang paling utama adalah menjaga

nilai-nilai kepercayaan dan relasi yang sudah dibangun dengan orang lain.

Re1asi-relasi yang dibangun oleh masyarakat lokal penambang juga

bisa mempengaruhi munculnya gagasan-gagasan inovatif. Sebelum

54

(studiKasuspe*-*"r"""il",'"*tff "yfr

f, H:"T**f""Y,t;ffi Hff hHmodernisasi merambah ke wilayah Kabupaten Mumng Raya, masyarakatmasih menggunakan pengetahuan tradisional atau teknologi tradisionaldalam penambangan emas, seperti tradisi melunas dengan menggunakanalat-alat tradisional dalam prosesnya. Perkembangan pengetahuan dankemajuan jr-rr, serta perubahan-perubahan demografis yarrrg cepatmembawa pengaruh-pengamh terhadap inovasi masyarakat penambang.

Irbih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Mubyarro er al. diKecamatan Tanah Siang (1993) iuga menunjukkan bahwa kekayaan bahantambang berupa emas dan inan telah menarikpendaang yangpada waknritu diperkirakan mencapai 10.000 orang. Kontak dengan para pendatangdan tekanan persaingan usaha membuat para penambang mampumembangun kebenaran sendiri dalam memutuskan inovasi atau keahlianmana yang harus dipiJih. Penggunaan mesin untuk pemurnian (mesingelondong dan mesin tumbuk) merupakan strategi adaptasi parapenambang untuk mempertahankan usaha.

Namua demikian, upaya masyarakat lokal meningkatkan inovasiselalu menghadapi hambatan. Ketika hasil yang diperoleh dari kegiatanpertambangan itu mampu meniamin kemajuan usaha dan pertambahankapital fisik masyarakat setempat, selalu ada pihak-pihak tertentu denganmengatasnamakan penguasa (atau malah penguasa inr sendiri) berusahamenarik keuntungan dari kegiatan peftambangan. Sistem 'jatah" yangkerap, kali terjadi di Merindu merupakan salah satu faktor yangmenghambat pengelolaan dan proses inovasi. Pendapatan dari hasilpertambangan ini sebenarnya bisa digunakan oleh para penambangmenambah jumlah kapital ekonomi dan kapital fisik tetapi terkendala olehperilaku penguasa yang sangat identik dengan periJaku "preman". Simbolkekuasaan dimanfaatkan penguasa lokal unnrk mengeksploitasi masyarakat

lokal, yang tidak sadar kalau telah dieksploitasi secara laten.3

Pernrkaran sosial dan keterbukaan masyarakat terhadap nilai-nilaidari luar telah meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam pengelolaanpertambangan, sefta memperoleh jaminan ekonomi yang layak. Pertukaransosial merupakan nilai yang dipegang dalam memperoleh modal danmembennrk jaringan pasar emas penambang. Nilai keterbukaan terhadap

3"Sistem jatah" di Merindu bisa digolongkan sebagai bentuk kekerasan tersembunyi(Galnrng dalam Windhq 1992:71) dan eksploitasi kekuasaan semacam ini menurutDjuweng (Rahz, 1999:187) menyebabkan semakin termarginalisasinya masyarakat lokal.

55

KRITIS, Jurnd Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. )OCI, No. l, 2013: 4l-61

pengetahuan dan pengal-aman dari luar merupakan usaha meningkat}ankeberdayaan dan inovasi pengelolaan pertambangan.

IGarifan lotal

Pengelolaan pertambangan umum secara teoritik hanrs meliputitahap-tahap: penyelidikan umum, eksplorasi, eksploiasi, pengolahan danpemurnian, pengangkutan dan penjualan. Penambang di Merindu tidakmengikuti tahap-ahap teoritik tersebut. Sebagaimana yang dikatakanKenra Kelompok Maju Benama bahwa :

Dalam perencana:rn pengelolaan pertambangan emas diMerindu, kami tidak mengenal yang namanya penyelidikanumum, eksplorasi, snrdi kelayakan, dari lain-lain. Sistem yangdilakukan untuk memulai usaha penambangan adalah denganmenggali terlebih dahulu untuk memastikan jalur nrat banr yang

diyakini mengandung emas. Apabila dalam penggdian tersebutternyata tidak ada anda-tanda adanya emas, maka kami secara

praktis akan menggali lubang di tempat lain.(Sumber : Catatan Iapangan)

Pengalaman-pengalaman dan cara-cara yang diterapkan dandiwariskan dari generasi ke generasi bukan berarti inovasi-inovasi yangdiperkenalkan dari luar dianggap semrurnya kelima (Dietz,l998).Permasalahiumya bukan pada perbedaan dan kebenaran pengeahuan ituteapi bagaimana para penambang menggabungkan berbagai gagasan

inovatif termasuk beberapa gagasan ilmiah yang sudah disesuaikan dandigunakan untuk membangun kebenaran menurut pribadi. Daripengalaman gagal dalam pengelolaan pertambangan, para penambang

mencari alternatif pengetahuan unnrk meningkatkan produktifitas usaha

dari sebelumnya. Pengetahuan inr bisa saja diperoleh dari pengetahuan

ilmiah sebagai hasil pengalaman berjumpa dengan orang luar (kaum

profesional).

Proses ini memungkinkan adanya transfer pengetahuan, dan

bersamaan dengan inr pula terjadi proses adaptasi dengan pengetahuan

a Pendekaan ini diawarkan oleh kaum ekopopulisme l<uat(strong eopopulimt) dtmanapenekanannya hanya padayang bersifat lokal saja. Dunia luar dianggap sebagai anc:unan

dan muzuh yang tidak boleh dipercaya. Orang-orang yang mewakili kepentingan negara

[pemerintah] adalah orang-orang yang hams dihindari.

56

(studiKasuspe*-""r,"'#?fu1ffi m:"T#*ff"":,H#:[I;ff"H,iltradisional yang dikembangkan sepanjang usia pengelolaan itu. Sebagai

contoh penggunaan sistem mekanik dalam pemurnian emas dipadukandengan peralatan tradisional sebagai upaya adaptasi pengetahuan. Hal initerlihat dalam proses menumbuk batu, berangkat dari pengalamansebelumnya bahwa pemakaian tenaga manusia unhrk menurnbuk batukurang meningkatkan hasil dibanding penggunaan mesin, yang lebihefisien dan efektif dari sisi tenaga manusia serta hasil yang diperoleh.

Pada pihak lain, PT. IMK sendiri yang membuka tambang di wilayahKabupaten Mumng Raya, tidak dapat hanya mengandalikan kecanggihanteknologi. Dalam banyak kasus, PT. IMK selalu membuka aredpertambangan di lokasi-lokasi pertambangan rakyat. Pengetahuan dankeahlian rakyat dalam memprediksi dan menemukan lokasi-lokasi yangmengandung emas dimanfaatkan oleh PT. IMK Namun, dalamkenyataannya, kearifan lokal yang dimiliki masyarakat sering tidak diakui.

Mendasarkan pada kerangka di atas, menurut Ghai (1994)

pengetahuan masyarakat lokd menjadi sama pentingnya denganpengetahuan ilmiah tersebut. Beberapa pihak tidak lagi menganggap

perbedaan antara pengetahuan ilmiah dan pengetahuan lokal. Pemikiranini dibangun berdasarkan fiIsafat kepercayaan kuat terhadap kemampuanrakyat untuk melakukan inovasi pengetahuan dan teknologi.

Para penambang di Merindu melakukan pengelolaan sesuai dengan

sistem yang dibangun berdasarkan cara-cara sendiri dan fengalamanselama puluhan tahun. Inovasi yang dilakukan menyesuaikan dengan

keadaan dan apa yang dimiliki. Cara-cara yang biasa dilakukan industripertambangan dalam pengelolaan tidak dapat diterapkan secara utuh dalampertambangan emas di Merindu mengingat teknologi yang dipakai masihtergolong tradisional dan lebih banyak bergantung pada tenaga manusia(Koesnaryo dan Sukandamrmidi, 2000). Masyarakat tidak mengenal studikelayakan dan pengkajian secara teoritis terlebih dahulu, melainkanlangsung melakukan percobaan dengan menggali terlebih dahulu.

Pertimbangan untuk menggali, biasanya berdasarkan lubang group lain,apalagi bila diketahui group itu memang efektif menghasilkan batu-batuyang mengandung emas.

Pengetahuan yang dimiliki tersebut telah mengakar dalammenggerakkan sistem pengelolaan penambangan emas lewat proses tialand error. Berbagai inovasi yang diperkenalkan dari luar, terganftng

57

KRITIS, |urnal Studi Pembangunan laterdisiplin, Vol. )OOI, No. l, 2013: 4l-61

kemampuan yang dimiliki dalam memenuhi kebunrhan tersebut. Misalnyasaja, teknologi modern dalam penggalian, praktis tidak bisa diikuti karenakemampuan untuk mengadakan alat-alat modern inr terkendale dengan

ketidakmampuan menyiapkan modal.

Namun itu bulan berartirnasyarakat lokal tidak mampu berbuat apa-

apa, kearifan lokal dalam mengelola pertarnbangan emas sekarang ini sudah

menuajukkan bahwa ada kemampuan unhrk memperoleh keterampilan,pengeahuan, dan kekuatan yang cukup unhtk memenganrhi kehidupan.Dalam kondisi yang demikian menurut Parsons et al. (1994) masyarakatIokal penambang di Merindu sudah dapat dikatakan berdaya dan telahmampu memberdayakan dirinya sendiri berdasarkan kekuaan dan kondisiyang dimilikinya.

7. Kesinpulan

Serueh Paiuangan Marpatst

Lewat berbagai fase sejarah pengelolaan pertambangan emas diMerindu, baik fase perjuangan masyarakat Merindu unnrk memperolehkembali haknya drlam pengelolaan peftambangan erras inr yarrrg

sebelumnya dikuasai oleh HI. IMK maupun fase perjuangan dalammemperoleh legalitas pengelolaan dari pemerintah (SIPRD), ternyatamasyarakat mampu mengelola perambangan emas secara mandiri danberhasil.

Proses perjuangan masyarakat yang terjadi di berbagai level (lokal,regional, nasional) inr telah mampu membangun sebuah kekuatan daribawah secara kolektif serta membangun sebuah relasi dan kepercayaan, diantaranya untuk melakukan perubahan dan memposisikan diri sebagai

pihak yang berhak dan sah atas pengelolaan sumberdaya alam.

Dengan demikian, dalam konteks periuangan tersebut, pemberdayaan

di sini dimaknai sebagai tindakan-tindakan aktif dari masyarakat lokalunnrk merebut kembali kekuasaan atas politik, ekonomi, sosial, budaya dan

penguasaan sumberdaya alam. Kekuasaan dan keotonomian sangat iarang,aau malah tidak pernah diberikan kepada masyarakat lokal. Mendasarkanpada hal itu, proses pemberdayaan dapat terjadi ketika masyarakat sendiriyang melakukannya agar terbebas dari penindasan.

58

(studiKasusr.*-0.,r",'#,Tff #;'il""',#;"To*"*H"Y,H;ff ,Y;tl"I"r*l;Usaha Menberdayakan Diri

Usaha masyarakat penambang dalam mengidentifikasi danmengembangkan potensi dirinya dalam pengelolaan pertambangan em:rs

tersebut menunjukkan kemampuan melakukan perubahan dalamkomunitas dan diri sendiri berdasarkan kearifan lokal.

Keberhasilan perjuangan di Merindu dalam memperoleh hakpengelolaan sumberdaya alam sebenirrnya tidak aken for granted bagimasyarakat lokal. Kdau pengelolaan itu diterima secara cuma-cuma makabisa saja saat ini di Merindu tidak ada aktivitas pertambangan lagi. Hasilyang didapatkan dengan pengorbanan dan perjuangan akan berbeda maknadari yang tidak melalui pengorbanan dan perjuangan. Kewenangan dalammengelola sumberdaya dam dalam konteks Merindu hasilnya selaludicapai dengan sebuah proses perjuangan yang tidak pernah berhenti danberlangsung secara terus-menerus.

Keberlanjutan dalam mengelola itu juga terutama karena diarahkanoleh sebuah nilai sebagai modal sosial bersama guna mempertahankan

sistem pengelolaan yang sudah dibangun sebelumnya. Selanjutnya hasilperjuangan itu kembali direprodulsi menjadi nilai baru, yang kemudiandigunakan sebagai landasan menghidupkan perjuangan di masa depan.

Referensi

Arnstein, Sherry R, "A Leader of Citizen Participation", Iownal of The AmericanInstirute of Plannen DD, No. 35, fuly 1969.

Dietz, Ton, 1998, IIak Atas Sumberdaya AJam, Yogyakarta: Pusaka Pelajar; InsistPress; Remdec.

Ghai, Dharan, 1994,'Environment, Livehood and Empowerment', Developmentand Change, Vol. 25, No. I ]anuari.

Huberman Michael A., dan Miles, 1992, Analisis Data Kualitatif, lakarta:Universitas Indonesia Press.

Hutomo, Yatmo lvlardi, 2000, "Perencanaan Pembangunan", Majalah Tiwulan,Nomor 20 Juli-Agusnrs, Iakarta: Bappenas.

59

KRITIS, |urnal Scudi Pembangunan Interdisiplin, Vol. )OflI, No. 1, 2013: 4l-61

Ife, |irn, 1995, Communiry Development: Creating Community alternatives,

Vision, Analysis and Practice, Australia: Longman.

Iswinarto, Andreas, Imperialisme Tambang: Merampas Secara Diam-Diam, IazaiAir,fu)12004.

Kartasasmita, Ginanjar, 1996, Pemberdayaan trrlasyankat Konsep PemfungunanYang Benkar Pada Masyankar, Jakarta: Bappenas.

Kieffer, C. H., 1984, Citizen Empowermeat: A Developmental Penpective,Prevention in Human *rvice, Vol. 3, USA.

Kleden, Imas, 2004, Masyanlcat dan Negan, Ivlagelang: IndonesiaTera.

Koesnaryo, S., dan Sukandarmmidi, 2000, "tambang Emas Bawah Skala Kecil"dalam Mediagama, Seri C: Bidang Sains dan Teknologi, Volume I[ No. 1,

fanuari 2000, furnal Iembaga Penelitian Universias Gajah Mada

Yogyakana.

hp"ra, 2001, Politik Pemberdayaan: falan Menuju Otonomi Desa, Yogyakarta:

Iapera hrstaka Utama.

Mardalis, 199O, Metode Penelitian: Suaru Peadelaan Popual Bumi Aksara,

Iakarta.

Moleoug, Lexy 1., 200/,, Metde Penelitian Kualiatil Bandung: Remaja

Rosdalorfd-

Parsons, Ruth J., fames D. forgensen, Santos H. Hernandez ,1(Ii4, The Integntionof bcialWork Pn*ice California: Wadswonh, Inc.

Poplin D8,1972, Communities, NewYorh Macmillan Coy.

Prijono Oorry S., datr Pnnaka, A.M.W., 199,6, Pemberdayaan Konrep,

Kebijaksnaan daa Implemenas, Iakara: CSIS.

Rahz, 1999, Menuju Masyanl<at Terbuka, Yogyakarta: Ashoka Indonesia datr Insist

Press.

Rappaport, f., l9fl4, Srudies in Emlnwerment Inaoduction to the Issue,

Prevention In Human /ssueUSA.

Scott, f985, Weapon of fte Week, New Haven and Iondon: Yale University Press.

Soekanto, 199,4, PenganarSosiologl |akara : Radjawali Press.

60

(Studiriesuspertambang"";#,"*T*""r"Ifr ',^ffi :"Tr"ffi "Y,H;"mr;fl""H;;Spradley, fames P., 1980. Participant Obsruation, Fort Worth: Holt, Rhinehart

and Winston, inc.

Sugiyono, 2ffJl5, Penelitian Kualitatit Bandung: Alfabeta.

Sumodiningat, Gunawan, 1999, Pemberdayaan Masyarakat dan fPS, Jakarta:Gnmedia.

Suparjan dan fuyatno Hempri, 2003, Pengembangan Masyankat hnPembangunan Sampai Pemberdayaan, Yogyakara: Aditya Media.

Svrift, C., & G. I€vin, 1987, "Empowermenc An Emerging Mentai HealthTechnology", Journal of Pimaty Prevention, USA.

Turner H., fonathan, 1998, The Strucare of Sociological Th*ry, USA: WadsworthPublishing Company.

Windhu, Marsana L, 1992, Kelsasaan dan Kekensan Menutat fohan Galrung,Yogyakarta: Kanisius.

Yayasan Bina Sumberdaya, 1998, Daftar Tuntutaa Masyankat Dayak SiangMurung daa hktmpai: Sejanh Asfi Dayah htntkcahu YRSD.

61