PERBANDINGAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PARENT BRAND DAN BRAND EXTENSION GIANT (Studi Pada...
-
Upload
ubrawijaya -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PERBANDINGAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP PARENT BRAND DAN BRAND EXTENSION GIANT (Studi Pada...
PERBANDINGAN PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP
PARENT BRAND DAN BRAND EXTENSION GIANT
(Studi Pada Segementasi Konsumen berdasarkan Tiga Kelas Sosial
Giant Probolinggo)
Putri Alvio Dita
Universitas Brawijaya Malang
Email : [email protected]
Abstrak : Parent brand dan Brand extension merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang dilakukan oleh usaha retail Giant kepada konsumen. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan menggambarkan perbandingan persepsi
konsumen dari tiga kelas sosial antara persepsi mereka terhadap parent brand Giant
dan brand extension Giant. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
wawancara. Teknik terhadap pemilihan informan adalah teknik purposive sampling
melalui teknik analisis data Filling system, didapatkan bahwa penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana persepsi konsumen yang berbeda kelas sosial terhadap
parent brand dengan brand extension Giant. Melalui teknik filling system, didapatkan
hasil bahwa persepsi konsumen kelas sosial menengah kebawah terhadap parent brand
tidak memiliki keterkaitan dengan persepsi mereka terhadap brand extension.
Sementara itu, konsumen kelas sosial menengah dan menengah keatas memiliki
persepsi yang sama terhadap parent brand dan brand extension yang saling berkaitan,
mereka mempersepsikan bahwa citra baik parent brand menjadikan mereka percaya
terhadap brand extension.
Abstract : The parent brand and brand extension is one form of communication made
by Giant retail businesses to consumers. This research is a qualitative descriptive study
aims to describe the comparison of consumer perceptions of the three social classes
between their perception of the parent brand and brand extension Giant Giant. Data
collection techniques done with the interview. Techniques for the selection of
informants is purposive sampling through data analysis techniques Filling the system,
it was found that this study was conducted to determine how consumer perceptions of
different social classes of the parent brand to brand extension Giant. Through the
technique of filling system, showed that consumer perceptions of middle to lower
social class of the parent brand has no connection with their perceptions of the brand
extension. Meanwhile, the consumer middle class and upper middle have the same
perception of the parent brand and brand extension are interrelated, they perceive that
either parent brand image to make them believe in the brand extension.
Keywords : Parent Brand, Brand Extension, Social Class
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan usaha retail memunculkan berbagai pihak-pihak bermodal
yang kini sedang bersaing dalam usaha retail. Pertumbuhan tersebut, di
kalangan usaha retail memunculkan berbagai kompetitor baru. Menghadapi
persaingan tersebut usaha retail memberikan berbagai penawaran yang unik
salah satunya melalui merek. Merek merupakan salah satu faktor penting dalam
komunikasi, Untuk dapat mengkomunikasikan merek kepada konsumen
perusahaan dapat menggunakan komunikasi internal dan external, yaitu dengan
sales promotion, events, public relations, direct marketing, sponsorship,
advertising (Schultz dan barnes, 1999).
Brand extension merupakan salah satu komunikasi yang dilakukan oleh
usaha retail kepada konsumen. Sebelum usaha retail memutuskan untuk
menggunakan brand extension, usaha retail harus memiliki parent brand
sebagai komunikasi awal kepada konsumen. Parent brand merupakan
karakteristik awal merek induk atau merek utama, apabila merek induk sudah
baik pada benak konsumen maka dapat melakukan brand extension (Aaker dan
Keller,1990). Sedangkan brand extension merupakan penggunaan merek yang
sudah ada pada produk baru dimana produk tersebut memiliki kategori yang
berbeda dengan merek yang digunakannya (Kotler, 2000).
Salah satu perusahaan retail yang melakukan brand extension adalah PT
Hero Supermarket. PT Hero Supermarket memiliki anak perusahaan yaitu
Giant, salah satu supermarket terlama di Indonesia (Giant Indonesia n.d).
Produk merek Giant telah menyediakan berbagai kebutuhan konsumen.
Berdasarkan data dari Giant, lebih dari 50 produk bermerek Giant yang
ditawarkan, mulai dari kebutuhan primer hingga sekunder. Parent brand Giant
merupakan perusahaan bermerek Giant yang menyediakan jasa tempat
berbelanja sedangkan brand extension Giant merupakan produk yang dijual
oleh perusahaan dengan merek Giant, diantara keduanya memiliki satu merek
dengan katagori yang berbeda. Peneliti memusatkan penelitian pada Giant
cabang Probolinggo, sebab Giant merupakan perusahaan retail terbesar dan
satu-satunya di Probolinggo dan Giant Probolinggo memiliki produk brand
extension yang diminati oleh konsumen Probolinggo berdasarkan pra-penelitian
pada bulan April 2014.
Giant mengelompokan segmentasinya berdasarkan tiga kelas sosial, yaitu
konsumen kelas sosial menengah ke bawah, menengah dan menengah ke atas,
namun segmentasi Giant secara umum diarahkan pada konsumen kelas
menengah yang memiliki penghasilan minimal Rp 2.000.000,00 hingga Rp
3.000.000,00 (Yopi, 2014). Hal ini juga ditemukan pada saat peneliti
melakukan prapenelitian pada bulan april 2014 yang membuktikan bahwa
konsumen yang berbelanja di Giant sangat beragam dan memiliki tingkat kelas
yang berbeda. Menurut yopi perbedaan kelas sosial tersebut berdasarkan
pendapatan perbulan konsumen, untuk konsumen kelas menengah kebawah
merupakan konsumen yang berpenghasilan di bawah Rp 2.000.000,00,
sedangkan untuk konsumen kelas sosial menengah merupakan konsumen yang
berpenghasilan Rp 2.000.000,00 – Rp 3.000.000,00 dan untuk konsumen kelas
sosial menengah keatas merupakan konsumen yang berpenghasilan diatas Rp
3.000.000,00 (Yopi, 2014). Berangkat dari kondisi tersebut menjadi menarik
untuk mengkaji bagaimana persepsi konsumen dengan perbedaan kelas sosial
terhadap produk Giant, baik yang merupakan parent brand maupun brand
extension. Persepsi konsumen sangat berkaitan terhadap keputusan pembelian
sebagaimana dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2001, h.226)
menjelaskan bahwa konsumen bertindak dipengaruhi oleh persepsinya.
Demikian pula pada Giant Probolinggo, dimana keputusan konsumen untuk
membeli produk Giant tidak terlepas dari persepsi merek terhadap produk Giant.
Pada penelitian ini akan dikaji dengan penelitian kualitatif karena untuk
memahami perasaan seseorang yang sulit dimengerti diperlukan penelitian
secara mendalam (Sugiyono, 2011, h.24) bagaimana peneliti dapat memahami
persepsi konsumen melalui sebuah pesan. Keunggulan dari penelitian ini tidak
seperti beberapa penelitian lain yang menunjukan bahwa persepsi konsumen
berkaitan dengan promosi saja, namun pada penelitian ini persepsi konsumen
yang berbeda kelas sosial terhadap merek produk Giant dipertimbangkan
melalui pergeseran segmentasi yang turut berperan serta mempengaruhi
terhadap proses perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan melalui
persepsi konsumen terhadap parent brand dengan brand extension.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu bagaimana perbandingan persepsi konsumen tiga kelas
sosial yang berbeda terhadap parent brand dan brand extension Giant pada
Giant Probolinggo?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mengalisis
perbandingan antara persepsi konsumen dengan kelas sosial yang berbeda
terhadap parent brand dan brand extension.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Memperkaya ragam penelitian dalam komunikasi bisnis khususnya terkait
persepsi konsumen terhadap produk yang merupakan hasil brand extension.
Manfaat Praktis
1. Bagi perusahaan, sebagai sumbangan informasi dan masukan bagi Giant
dalam mengambil keputusan atau kebijakan dimana yang akan datang
terhadap perluasan merek pada kategori produk yang berbeda dari produk
induknya.
2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi dan informasi yang nantinya
dapat memberi perbandingan dalam mengadakan penelitian yang lebih
lanjut tentang persepsi konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Brand dalam Ranah Komunikasi
Berangkat dari latar belakang penelitian yang akan membahas
perbandingan parent brand Giant dengan brand extension produk merek Giant
maka peneliti ingin memaparkan pengertian sebuah merek. Untuk dapat
mengkomunikasikan merek kepada konsumen perusahaan dapat menggunakan
komunikasi internal dan external, yaitu dengan sales promotion, events, public
relation, direct marketing, sponsorship, advertising (Schultz dan barnes, 1999).
Efektifitas mengkomunikasikan merek didasarkan pada identifikasi bauran
komunikasi yang tepat, antara lain perencanaan media dan dampak yang tepat
kepada konsumen, dimulai dari kemasan produk dan berakhir pada titik
pembelian di counter retail (sagar, Khandelwal, Mittal dan Sigh, 2011). Dalam
mengkomunikasikan merek akan membantu konsumen untuk
mengidentifikasikan sebuah produk yang telah disediakan oleh perusahaan,
serta merek dapat menyampaikan beberapa kualitas produk terhadap konsumen
(Kotler dan Amstrong, 2001, h. 357).
2.2 Parent Brand dan Brand Extension
Parent brand merupakan salah satu faktor penting dalam perluasan
merek. Sebelum memperluas merek, langkah awal yang dilakukan adalah
berfokus melihat karakteristik merek induk atau parent brand (Kapferer, 2008,
h. 298). Karakteristik yang digunakan oleh parent brand apakah sudah baik di
terima oleh konsumen sehingga parent brand tersebut dapat di perluas menjadi
merek lain. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Doss, Echambadi, Arnold
dan Bindroo, (2010) dijelaskan bahwa sebaiknya parent brand, dapat
mengkomunikasikan produknya dengan baik sehingga konsumen dapat
menerima hasil dari brand extension yang telah dilakukan.
Strategi brand extension sebagai salah satu pilihan strategi pengenalan
produk baru banyak digunakan oleh perusahaan. Strategi ini diterapkan ketika
perusahaan menggunakan merek yang sudah stabil di pasar dan dikenal dengan
baik oleh konsumen untuk memperkenalkan produk baru (Kapferer, 2008, h.
298). Parent brand dan brand extension memiliki hubungan yang tidak dapat
terpisahkan, karena parent brand merupakan faktor penting dalam melakukan
brand extension, karena langkah awal untuk brand extension adalah melihat
karakteristik parent brand. Terdapat dua jenis extension yaitu: line extension
(parent brand digunakan untuk memperkenalkan produk baru dengan target
pasar yang berbeda namun masih berada dalam kategori produk yang sama) dan
category extension (parent brand digunakan untuk memperkenalkan produk
baru dari kategori produk yang berbeda) (Kapferer, 2008, h.299-300).
Penerapan strategi brand extension mempunyai beberapa keuntungan,
tingginya biaya untuk meluncurkan suatu produk baru mendorong perusahaan
untuk menerapkan strategi brand extension sebagai strategi pengenalan produk,
dengan menggunakan merek yang sudah terkenal biaya peluncuran produk baru
dapat dikurangi secara drastis melalui efisiensi pada aktivitas pemasaran dan
distribusi (Murphy, 2007, h.5). Karakteristik dari brand extension meliputi
perluasan konsep yang konsisten dengan parent brand, brand extension juga
berhubungan dengan parent brand (Reast, 2005). Selain itu, memperkenalkan
produk baru dengan strategi brand extension cenderung lebih mampu bersaing
dan bertahan hidup dibanding menggunakan merek yang baru sama sekali (Low
dan Lamb, 2000). Disamping beberapa keuntungan di atas, penerapan strategi
extension juga mengandung beberapa resiko. Jika penerapan strategi extension
tidak dikelolah dengan baik, apalagi jika jumlah sub brand banyak, konsumen
menjadi bingung untuk membedakan karakteristik setiap produk dan
menentukan jenis produk yang tepat bagi dirinya (Martinez dan Pina (2003).
Suatu merek juga bisa saja gagal untuk membantu kesuksesan suatu produk
baru atau gagal dalam menimbulkan asosiasi yang tepat bagi produk baru. Hal
ini dapat menimbulkan konotasi yang negatif di benak konsumen dan akhirnya
melemahkan merek utama (kapferer, 2008, h.326).
2.3 Persepsi Konsumen
Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan suatu pesan
(Rakhmat, 2007, h.51). Dalam persepsi terdapat proses pemberian makna pada
stimuli inderawi. Persepsi konsumen dapat menyebabkan terjadinya keputusan
konsumen.
Setiap konsumen memiliki persepsi untuk berperilaku memberikan
keputusan dalam memilih merek yang akan digunakan. Keputusan pembelian
tersebut tidak terlepas dari proses memilih merek yang disukai, proses ini
berhubungan dengan persepsi konsumen dimana persepsi merupakan proses
konsumen dalam memilih, mengatur dan mengintrepetasikan informasi untuk
membentuk gambaran (Kotler dan Amstrong, 2001, h.226). Persepsi berbeda
pada setiap konsumen karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu
dan faktor personal. Menentukan persepsi bukan dari situmuli melainkan
dari individu yang merespon stimuli tersebut. (Rakhmat, 2007, h.56).
Kelly mengatakan (dalam Infate, Rancer dan Womack, 1990, h.73) teori
personal construct berhubungan dengan usaha individu dalam memahami
hal-hal yang terjadi pada diri individu sehingga setiap individu dapat
memprediksi kejadian yang akan terjadi pada diri individu, entah itu
kejadian yang akan terjadi atau akan menghindari kejadian yang buruk.
Persepsi setiap individu akan berbeda bergantung dari beberapa faktor
antara lain yaitu latar belakang pengalaman, latar belakang budaya, latar
belakang psikologis, latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan, kondisi
faktual alat panca indra (Riswandi, 2009, h. 51).
2. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik
dan efek-efek saraf yang menimbulkan sistim saraf individu. Menurut
teori Gestalt, kita mempersepsi sesuatu sebagai suatu keseluruhan tidak
melihat bagian-bagiannya lalu menghimpunnya (Rakhmat, 2007, h.58).
setiap individu memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di
lingkungannya atau dapat dikatakan bahwa setiap individu mempunyai
persepsi yang berbeda terhadap lingkungannya, melalui prinsip-prinsip
persepsi berdasarkan pengalaman, persepsi bersifat selektif, persepsi
bersifat dugaan dan persepsi bersifat evaluatif (Riswandi, 2009, h. 53).
2.4 Merek Dan Persepsi (Brand Image)
Brand image merupakan persepsi tentang merek yang yang merupakan
refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut (keller, 1993)
dalam (Ferrinadewi, 2008, h.165). Brand image terdiri dari dua komponen yaitu
asosiasi merek dan sikap positif, kekuatan dan keunikan merek. Konsumen
dapat membuat asosiasi merek berdasarkan atribut produk, manfaat dari produk
keseluruhan evaluasi terhadap produk atau sikap terhadap merek (Ferrinadewi,
2008,h. 166). Kekuatan asosisasi merek ditentukan dari pengalaman langsung
konsumen dengan merek, pesan-pesan yang bersifat non komersial maupun
komersial. Sikap positif, kekuatan dan keunikan merek didalam benak
konsumen, adanya keinginan kemudian menjadi keyakinan bahwa merek dapat
memenuhi keinginannya dan keyakinan konsumen bahwa merek tersebut
memiliki perbedaan yang signifikan dibanding merek lainnya (Ferrinadewi,
2008,h. 166). Konsumen Giant memiliki persepsi terhadap merek Giant.
Persepsi tersebut tidak terlepas dari sekumpulan asosiasi merek yang
merupakan atribut merek Giant hingga manfaat menggunakan produk merek
Giant. Sikap positif, kekuatan dan keunikan merek terhadap merek Giant dapat
menjadikan konsumen Giant memiliki keyakinan untuk menggunakan produk
merek Giant.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivis, Menurut Denzin dan
Lincoln (1994: 107) paradigma dipandang sebagai seperangkat keyakinan-
keyakinan dasar (basic believes) yang berhubungan dengan yang pokok atau
prinsip. Paradigma adalah representasi yang menggambarkan tentang alam semesta
(world). Sifat alam semesta adalah tempat individu-individu berada di dalamnya
dan ada jarak hubungan yang mungkin pada alam semesta dengan bagian-
bagiannya. Denzin dan Lincoln (1994:108) membagi paradigma kepada tiga
elemen yang meliputi: ontology, epistemology, dan methodology.Ontology
berkaitan dengan pertanyaan dasar tentang hakikat realitas. Epistemology
mempertanyakan tentang bagimana cara kita mengetahui sesuatu, dan apa
hubungan antara peneliti dengan pengetahuan. Methodology memfokuskan pada
bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan. Pemilihan paradigma dapat
membantu peneliti dalam memilih teori dan langkah-langkah yang akan diambil
untuk menganalisis sebuah fenomena. Sesuai dengan paradigma yang
digunakan, maka peneliti akan menggunakan penelitian kualitatif. Moleong
(2011, h.4) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif bermaksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti, perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan cara deskriptif
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena persepsi
merupakan proses kognitif yang terjadi secara personal sehingga diperlukan
penelitian secara mendalam. Penelitian kualitatif bermaksud memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti, perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan cara deskriptif
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2011, h.4). Penelitian
kualitatif juga digunakan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2006,
h.56). Jenis riset yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Kriyantono (2006, h. 69) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif bertujuan
untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta
dan sifat populasi atau objek tertentu. Jenis deskriptif yang digunakan dalam
penelitian ini karena peneliti ingin menggambarkan persepsi konsumen
berdasarkan tiga kelas sosial Giant probolinggo terhadap perbandingan parent
brand Giant dan brand extension Giant.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada usaha retail Giant, Kota
Probolinggo. Hal ini disebabkan Giant Probolinggo merupakan perusahaan
retail terbesar dan satu-satunya di Probolinggo dan memiliki produk brand
extension yang diminati oleh konsumen Probolinggo berdasarkan pra-penelitian
pada bulan April 2014, jumlah konsumen produk brand extension Giant dapat
dikatakan cukup tinggi. Data tersebut didukung dengan hasil wawancara
dengan manager Giant Probolinggo.
3.3 Fokus Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dalam upaya menggunakan perbandingan
persepsi konsumen terhadap parent brand dan brand extension Giant yang telah
disusun, maka penelitian ini difokuskan pada:
a. Alasan informan berbelanja di Giant
b. Persepsi tentang Parent brand Giant,
(1) Pendapat informan mengenai Giant Probolinggo, melalui
pendapat informan mengenai hypermarket Giant.
(2) Pendapat informan mengenai harga, melalui pendapat informan
mengenai harga produk yang dijual oleh Giant.
(3) Pendapat informan mengenai kualitas, melalui pendapat informan
mengenai kualitas Giant.
(4) Pendapat informan mengenai pelayanan, melalui pendapat
informan mengenai pelayanan yang diberikan oleh Giant.
(5) Pendapat informan mengenai lokasi, melalui pendapat informan
mengenai lokasi Giant.
(6) Pendapat informan mengenai ciri khas Giant, melalui pendapat
informan mengenai atribut/ elemen merek Giant.
c. Persepsi tentang Brand extension Giant,
(1) Pendapat Informan mengenai produk merek Giant, melalui
pendapat informan mengenai produk pribadi Giant atau produk
merek Giant.
(2) Pendapat informan mengenai harga, melalui pendapat informan
mengenai harga pada produk merek Giant.
(3) Pendapat informan mengenai kualitas, melalui pendapat informan
mengenai kualitas pada produk merek Giant.
(4) Pendapat informan mengenai tata letak produk, melalui pendapat
informan mengenai tata letak pada produk merek Giant.
(5) Pendapat informan mengenai ciri khas produk merek Giant,
melalui pendapat informan mengenai atribut/ elemen merek Giant.
3.4 Teknik Pemilihan Informan
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif, maka dari itu
tidak mengutamakan besarnya populasi (sampling) atau bahkan sampling-nya
bisa sangat terbatas. Jika data yang sudah terkumpul telah mewakili dan
menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari atau menambah
sampling (Kriyantono, 2006, h. 56-67). Maka dari itu dalam pemilihan
informan, peneliti akan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan melakukan
penyeleksian berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian,
sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tidak
akan akan dijadikan informan (Kriyantono, 2006, h. 158).
Berikut merupakan beberapa kriteria peneliti sebagai Informan dalam
penelitian ini. Secara umum segmentasi Giant diarahkan pada konsumen yang
berkarakteristik konsumen kelas menengah yang memiliki penghasilan minimal
Rp 2.000.000,00 hingga Rp 3.000.000,00 (Data Giant Probolinggo, 2014), akan
tetapi pada kenyataanya terdapat ketidaksesuaian antara konsumen yang datang
berbelanja dengan segmentasi yang disasar oleh Giant. Konsumen yang
berbelanja di Giant memiliki tiga kelas sosial yang berbeda, berikut merupakan
kelas sosial konsumen yang berbelanja di Giant yang menjadi informan pada
penelitian ini :
1. Konsumen yang berbelanja di Giant dengan kelas sosial menengah ke
bawah dengan penghasilan di bawah Rp 2.000.000,00 karena segmentasi
Giant merupakan kelas menengah dengan penghasilan Rp 2.000.000,00 –
Rp 3000.000,00.
2. Konsumen yang berbelanja di Giant dengan kelas sosial menengah dan
memiliki penghasilan Rp 2.000.000,00 – Rp 3.000.000,00 sesuai dengan
segmentasi Giant.
3. Konsumen yang berbelanja di Giant dengan kelas sosial menengah ke
atas yang memiliki penghasilan diatas Rp 3.000.000,00 karena
segmentasi Giant merupakan kelas menengah dengan penghasilan Rp
2.000.000,00 – Rp 3.000.000,00.
4. Dalam ketiga kriteria tersebut mereka sudah pernah berbelanja di Giant
minimal 6 kali, karena menurut manager Giant dengan jumlah tersebut
dapat dikatakan bahwa konsumen berbelanja rutin di Giant.
Pemilihan ketiga kriteria tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan
manager Giant mengenai pembagian segmentasi berdasarkan penghasilan
perbulan konsumen. Mengingat penelitian ini diarahkan untuk mengetahui
bagaimana konsumen dari kelas yang berbeda mempersepsikan parent brand
dan brand extension Giant.
3.5 Sumber Data
Lofland dan lofland menjelaskan sumber data dalam penelitian kualitatif
berupa kata-kata, tindakan, dan serta tambahan seperti dokumen dan data
pendukung lainnya (Moleong, 2011, h. 157). Pada penelitian ini menggunakan
jenis sumber data primer. Data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari objek penelitian (Ruslan, 2008, h. 29). Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara pada konsumen Giant yang
menjadi informan penelitian.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui wawancara. Wawancara
merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi penting yang diinginkan. Menurut channel dan Khan
(1991, h. 50) wawancara merupakan percakapan dua orang atau lebih yang
dimulai oleh pewawancara dengan tujuan khusus untuk memperoleh keterangan
yang sesuai dengan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti akan
mewawancarai konsumen yang berbelanja dan membeli produk di Giant. Jenis
wawancara yang akan dilakukan peneliti adalah wawancara mendalam.
Wawancara mendalam merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar
mendapatkan data lengkap dan mendalam (Kriyantono, 2012, h. 199).
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan tahap yang sangat menentukan dalam
keseluruhan proses penelitian. Hal ini dikarenakan analisis data menyangkut
kekuatan analisis dan kemampuan dalam mendeskripsikan data situasi,
peristiwa dan konseps yang merupakan bagian dari obyek penelitian. Analisis
data menurut Moleong (2005, h. 103), adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Dengan analisis, data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
analisis data kualitatif Filling System. Seperti yang dikatakan oleh Wimmer &
Dominick (2000) dalam Kriyantono (2012, h. 199) bahwa:
“Setelah peneliti merasa data yang sudah terkumpul sudah cukup
maka dilakukan analisis. Data hasil observasi akan dianalisis dengan
membuat kategori-kategori tertentu atau domain-domain tertentu. Setelah
itu data diinterpretasikan dengan memadukan konsep-konsep atau teori-teori
tertentu. Konsep atau teori ini kemudian akan memebantu dalam memahami
perilaku yang diobservasi.”
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengumpulkan berbagai data empiris di lapangan, yakni terkait dengan
persepsi konsumen terhadap perbandingan parent brand Giant produk
brand extension Giant.
2. Kemudian data yang telah peneliti kumpulkan melalui proses wawancara
mendalam dengan para informan, lalu peneliti analisis dan
kategorisasikan secara deskriptif.
3. Analisis tersebut dilakukan dengan cara menghubungkan antara konsep
atau teori dengan data empiris sesuai dengan temuan di lapangan, sesuai
dengan kategori-kategori yang menjadi fokus penelitian ini.
4. Kategori tersebut diawali dengan mengkategorisasikan data empiris
terkait dengan parent brand Giant dan brand extension produk Giant dan
selanjutnya mengerucut pada fokus persepsi konsumen terhadap parent
brand Giant dan brand extension produk Giant. Peneliti
mengintepretasikan analisis data empiris tersebut dengan beberapa teori
atau konsep yang digunakan, kemudian disimpulkan.
3.8 Keabsahan Data
Keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti dilakukan melalui sebuah
cara yang bertujuan untuk menunjukkan validitas data dan memperkuat
keabsahan suatu data. Keabsahan data pada penelitian ini dilakukan melalui
trustworthiness, yaitu
Peneliti menguji kebenaran dan kejujuran subjek dalam mengungkap
realitas menurut apa yang dialaminya dirasakan atau dibayangkan. Hal ini
dapat dikatakan bahwa subjek penelitian harus kredibel dan dapat dipercaya.
Pengujian dalam jawaban terkait dengan pengalaman subjek dibutuhkan
untuk memperoleh kualitas penelitian. Subjek yang tidak memiliki
pengalaman dan pengetahuan mengenai masalah penelitian dirasa tidak
dapat menjadi subjek yang kredibel (Kriyantono, 2006, h.71).
Trushworthiness digunakan agar peneliti bersikap peka dan tanggap
terhadap jawaban-jawaban yang dilontarkan oleh informan. Setiap jawaban
yang diperoleh akan ditinjau ulang agar lebih meyakinkan.
3.9 Etika penelitian
Peneliti menggunakan dasar etika dimana narasumber bebas menentukan
apakah identitas dirinya bisa atau tidak ditampilkan, peneliti juga tidak
memaksa narasumber untuk memberikan informasi yang tidak ingin dikatakan.
Prinsip etika yang harus diperhatikan adalah (Widyastuti, 2011, h. 68) :
1. Menghargai narasumber, sebelum melakukan wawancara, peneliti
bertanya apakah narasumber setuju untuk diwanwancara dan dijadikan
informan.
2. Anonimity. Anonimity adalah jaminan untuk tidak menyantumkan
identitas diri yang sebenarnya dari narasumber. Penelitian ini tidak
menggunakan anonimity karena identitas dari informan tidak
disembunyikan.
3. Confidentiality merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Bentuk Parent Brand dan Brand Extension Oleh Giant
Awal mula Giant muncul sebagai perusahaan yang menyediakan fasilitas
untuk mempermudah konsumen dalam berbelanja atau mendapatkan barang-
barang kebutuhannya dengan menggunakan pelayanan yang baik, kenyamanan
dan kualitas barang yang lebih baik. Pada tahun 2003 Giant mulai
mengembangkan perusahaannya dengan cara membuat berbagai macam produk
kebutuhan konsumen menggunakan merek Giant sendiri. Produk merek Giant
hadir untuk memenuhi kebutuhan konsumen, harga yang ditetapkan untuk
harga merek Giant lebih murah bila dibandingkan dengan produk merek lain.
Adanya produk merek Giant diharapkan dapat menambah pilihan berbelanja
bagi konsumen.
Slogan dari merek Giant adalah Proudly Made in Indonesia. Produk-
produk merek Giant yang dijual oleh Giant 90 persen adalah produk lokal yang
dihasilkan oleh pemasok yang sebagian besar adalah perusahaan berskala kecil
menengah di Indonesia. Giant memiliki standar khusus yang dipenuhi oleh
pemasok dalam memproduksi produk merek Giant. Standar ini digunakan
untuk menjaga kualitas dari merek Giant yang dihasilkan. Giant juga
memberlakukan kebijakan yang memberikan keleluasaan bagi konsumen untuk
mengembalikan produk merek Giant yang telah dibeli pada Giant maupun jika
merasa tidak puas dengan kualitas produk private label tersebut. Hadirnya
produk merek Giant diharapkan menambah pilihan kepada konsumen untuk
memenuhi kebutuhannya. Giant memiliki alasan tertentu untuk melakukan
brand extension produk merek Giant, hal ini juga ditegaskan oleh Yopi selaku
Manager Giant Probolinggo yang memaparkan bahwa :
“strategi brand extension dilakukan untuk
meningkatkan brand image Giant dengan harga yang
murah, mengingat segmentasi konsumen yang
berbelanja di Giant adalah konsumen kelas
menengah dan kondisi tersebut juga berlaku pada
seluruh Giant di Indonesia. Produk brand extension
Giant berasal dari hasil kerjasama Giant dengan
berbagai macam pabrik untuk mengelolah produk
merek Giant itu sendiri, semakin banyak produk
yang di produksi maka akan lebih murah. Cara Giant
untuk memperkenalkan produknya dengan
berbagaimacam biasanya melalui iklan TV, catalok
minggu, basar pasar murah setiap minggu atau event
di Probolinggo”(Hasil wawancara peneliti dengan
Yopi, April 2014).
Gambar 4.1 – Produk Merek Giant
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2015
4.2 Pembahasan
Terkait dengan penelitian ini, tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
perbandingan persepsi konsumen antara parent brand dan brand extension.
Perbandingan persepsi tersebut berguna untuk pengetahuan tentang melihat ada
tidaknya keterkaitan antara parent brand dan brand extension, dari sudut
pandang konsumen, Beberapa peneliti sebelumnya seperti dikemukakan
Mariadoss, Echambadi, Arnold dan Bindroo (2010), Spiggle, Nguyen, Dan
Caravella (2012), Carter dan Curry (2011), Kim dan Yoon (2013) telah
mengungkap bahwa terdapat keterkaitan antara parent brand dengan brand
extension, dimana apabila parent brand berhasil tertanam dengan baik di benak
konsumen, maka brand extension akan lebih mudah mengikuti parent brand.
Sebagaimana dipaparkan sebelumnya, berdasarkan penyajian data
didapatkan bahwa pada parent brand Giant, informan menunjukan beragam
pendapat tentang hypermarket Giant, harga yang ditawarkan untuk produk di
luar merek Giant, kualitas, pelayanan, lokasi serta atribut Giant. Demikian pula
pada brand extension Giant, terdapat beragam pendapat tentang produk merek
Giant, harga, kualitas, tata letak dan atribut Giant. Hali ini menggambarkan
bahwa setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda terhadap
lingkungannya (Riswandi, 2009, h. 53). Dalam hubungannya dengan
perbandingan antara persepsi informan terhadap parent brand dan brand
extension hasil wawancara menunjukan bahwa hanya terdapat tiga sub kategori
yang mengindikasikan adanya keterkaitan antara parent brand dan brand
extension Giant di benak informan. Ketiga sub kategori tersebut meliputi :
harga, kualitas dan ciri khas. Dengan demikian, peneliti kemudian
membandingkan pendapat informan terhadap parent brand dan terhadap brand
extension melalui ketiga sub kategori tersebut. Untuk memperoleh gambaran
tentang persepsi konsumen terhadap parent brand dan terhadap brand extension,
berikut tabel yang menggambarkan perbandingan tersebut :
Tabel 4.13 Perbandingan Antara Pendapat Informan Terhadap Parent
Brand Dan Terhadap Brand Extension
No. Kelas Sosial Persepsi konsumen
Parent brand Brand extension
1.
Menengah ke
bawah
Harga produk yang
dijual oleh Giant murah
kalau ada promo saja.
Kualitas yang diberikan
Giant adalah tempat
berbelanja yang luas,
bersih dan terang.
Nama merek Giant
dengan tulisan yang
besar serta bercetak
miring dan tebal dengan
warna hijau yang
menarik.
Harga murah dengan
kualitas yang baik.
Kemasannya bagus
dengan warna kuning dan
bentuk tulisan merek
Giant yang jelas.
2.
Menengah
Harga produk yang
dijual oleh Giant adalah
murah dan banyak
promosi.
Giant tempat berbelanja
yang lebih lengkap,
tempatnya bersih, luas
dan nyaman.
Nama merek yang
sudah sesuai dengan
artinya, warna
tulisannya segar
bercetak miring dan
tebal. Jingles yang
diputar menambah
suasana nyaman untuk
berbelanja di Giant.
Harga produk merek
Giant yang murah
dengan kualitas yang
baik, walaupun ada
beberapa harga produk
yang harganya lebih
mahal.
Kemasannya bagus
berwarna kuning dan
tertulis komposisi bahan
dan tanggal kadaluarsa.
Giant telah berkembang
memiliki nama produk
merek Giant, nama Giant
saja sudah cukup baik
sehingga produk merek
Giant akan baik.
3.
Menengah ke
atas
Harga produk yang
dijual oleh Giant adalah
sesuai dengan fasilitas
yang diberikan oleh
Giant.
Kualitas Giant adalah
tempat berbelanja yang
lengkap, suasananya
nyaman, bersih dan
luas.
Nama mereknya mudah
diingat, tempatnya
bagus dan bersih.
Bentuk tulisan merek
Giant berwarna hijau,
bercetak tebal dan
miring. Jingles yang
diputar menambah
suasana nyaman untuk
berbelanja di Giant.
Harga produk merek
Giant murah dengan
kualitas yang baik
walaupun ada beberapa
produk yang harganya
saama dengan produk
lain.
Kemasannya menarik
dengan warna kuning,
bentuk tulisannya tegas,
besar dan jelas. Giant
telah berkembang denga
produk merek Giant
sehingga memudahkan
konsumen terhadap
banyaknya pilihan
produk dan konsumen
percaya bahwa produk
merek Giant akan baik
seperti Giant sendiri.
Sumber : Diolah peneliti, 2015
Mengacu pada tabel tersebut, terlihat bahwa informan yang merupakan
konsumen dari kelas sosial menengah ke atas melihat adanya hubungan atau
keterkaitan antara parent brand dan brand extension. Hal yang sama terjadi
pula pada informan yang merupakan konsumen kelas sosial menengah. Dalam
hal ini keterkaitan tersebut ditunjukan oleh persepsi konsumen kelas sosial
menengah dan kelas sosial menengah ke atas yang menyatakan bahwa produk
merek Giant merupakan produk Giant sendiri dan konsumen yakin bahwa
produk merek Giant akan baik seperti Giant. Sehingga terlihat bahwa parent
brand dan brand extension memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan,
karena parent brand merupakan faktor penting dalam melakukan brand
extension, karena langkah awal untuk brand extension adalah melihat
karakteristik parent brand. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Kapferer, 2008)
bahwa sebelum memperluas merek langkah awal yang dilakukan adalah
berfokus kepada karakteristik merek induk atau parent brand. Carter dan Curry
(2011) juga mengatakan bahwa kualitas baik parent brand akan memberikan
dampak positif terhadap brand extension. Giant Probolinggo telah memiliki
karakteristik dan kualitas yang baik di benak konsumen sehingga saat
konsumen mengetahui bahwa Giant mengeluarkan produk brand extension,
konsumen menerima merek tersebut. Sementara itu bagi informan yang
merupakan konsumen dari kelas sosial menengah ke bawah, parent brand dan
brand extension tidak dipersepsikan sebagai sesuatu yang berhubungan. Hal ini
ditunjukan oleh temuan bahwa informan kelas sosial menengah ke bawah
memandang parent brand dan brand extension sama.
Berdasarkan perbedaan persepsi tersebut, dapat dianalisis bahwa
bagaimana persepsi informan yang merupakan informan kelas sosial menengah
dan menegah ke atas mempersepsikan parent brand dan brand extension
dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dijalankan. Hal ini terjadi karena jenis
pekerjaan yang berbeda menjadikan pengalaman serta pengetahuan yang
dimiliki turut berbeda, sebagaimana dikemukakan Riswandi (2009) bahwa
persepsi individu akan bergantung dari beberapa faktor yaitu latar belakang
pengalaman. Bahkan pekerjaan yang berbeda dapat menyediakan kerangka
rujukan yang mempengaruhi individu memberi makna pesan yang diterimanya
(Rakhmat, 2007). Dalam penelitian ini, informan kelas sosial menengah dan
menengah ke atas merupakan informan yang memilki pekerjaan di bidang
pemerintahan dan swasta sedangkan tanpa bermaksud melakukan diskriminasi,
informan dari kelas sosial menengah ke bawah merupakan konsumen sebagai
ibu rumah tangga. Sehingga semakin jelas bahwa perbedaan pekerjaan dapat
dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dijalankan.
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Giant Probolinggo mengenai
perbandingan persepsi konsumen terhadap parent brand dan brand extension
Giant, peneliti menyimpulkan :
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pada penelitian ini dapat disimpulkan informan kelas
sosial menengah ke bawah memiliki persepsi bahwa parent brand dan brand
extension tidak memiliki hubungan, sementara itu informan kelas sosial
menengah dan kelas sosial menengah ke atas memiliki persepsi yang sama
bahwa parent brand dan brand extension berhubungan, mereka
mempersepsikan bahwa citra baik parent brand menjadikan mereka percaya
terhadap brand extension.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Akademis
Saran untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan
mengaitkan perbandingan brand extension pada perusahaan retail. Karena
banyak sekali perusahaan retail yang memiliki produk brand extension
sehingga diperlukan penelitian bagaimana perbandingan brand extension pada
perusahaan retail.
5.2.2 Saran Praktis
Strategi promosi potongan harga yang diberikan untuk harga produk
parent brand tidak menjadikan konsumen berpendapat bawah harga produk
parent brand merupakan poduk harga murah. Sehingga, peneliti menyarakan
agar Giant perlu memperbaiki strategi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D. A., & Keller, K. A. (1990). Consumer evaluations of brand
extensions. Journal of Marketing, 54(1), 27–41.
Cangara, Hafied. (2011). Komunikasi Politik: Konsep, teori & Srategi.
Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Davis, Melissa. (2009). The Fundamentals of branding. Switzerland:
AVA Publishing SA.
Denzim, Norman K., and Lincoln, Yvonna S.(Editor). 1994. Handbook of
qualitative research. Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage.
Ferrinadewi, E, (2008). Merek dan psikologi konsumen implikasi pada
strategi pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Heding, T., Knudtzen, C.F., Bjeree M. (2009). Brand management,
research, theory, and practice. London & New York: Routledge.
Infante, D.A., Rancer, A.S., Womack, D.F. (1990). Building
Communication Theory. United States of America: Waveland Press,
Inc.
Kapferer, JN. (2008). The New Strategic Brand Management. London:
Saxon Graphics Ltd, Derby.
Kotler dan Amstrong. (2001). Prinsip-prinsip pemasaran. Jakarta :
Airlangga.
Kolter, Philip. (2005). Manajemen pemasaran jilid 2. Jakarta : Gramedia.
Kriyantono, R. (2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Putra
Grafika.
Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis: Riset Komunikasi. Jakarta:
Prenada Media Group.
Moleong, L. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Rakhmat, J (2009). Psikologi komunikasi edisi revisi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Schultz, don E dan Barnes, beth E. (1999). Strategic Brand
Communication Campign. Publish: Mcgraw-hill, northwestern.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Surachman, SA. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Merek. Malang : Bayu
media
Jurnal
Aaker, D. A., & Keller, K. L. (1990). Consumer evaluations of brand
extensions. Journal of Marketing, 54(1), 27–41.
Carter, R.E., & Curry, D.J. (2011). Perceptions Versus Performance
When Managing Extension : New Evidence About The Role of Fit
Between A Parent Brand and an Extension. Journal of Maketing,
41:253–269.
Farquhar, Peter (1989). Managing Brand Equity. Marketing Research 1.
24-33. Grime, Ian, Damantios Diamantopoulos and Gareth Smith (2002).
Consumer Evaluations of Extensions and Their Effects on the core
Brand. Europan Journal of Marketing 36, hlm 1415-1435.
Kim, J., & Yoon, H,J. (2013). Association Ambiguity in Brand Extension.
Journal of Advertising, 42(4), 358–370.
Low, G. S. and Lamb Jr. C.W, (2000), “The measurement and
dimensionality of brand associations,” Journal of Product & Brand
Management, Vol. 9 No. 6, pp. 350-368.
Lee, S ., Lee J.H., & Garrett, T.C. (2012). A Study of the Attitude toward
Convergent Products: A Focus on the Consumer Perception of
Functionalitie. 30(1):123–135.
Mariadoss, B.J., Echambadi, R., Arnold, M.J., & Bindroo, V. (2010). An
examination of the effects of perceived difficulty of manufacturing the
extension product on brand extension attitudes. Journol of Marketing,
38:704–719.
Monga, A.B., & Canli, Z.G. (2012). The Influebce of Mating Mind-Sets
on Brand Extension Evaluation. Journal of Marketing Research, 581–
593.
Murphy, John. (2007). Branding. Journal Interbrand Group PLC, London.
Sagar, Mahim, Khandelwal, Rishabh, Mittal, Amit, Singh, Deepali.
(2011). Ethical Positioning index (FPI): an innovative tool for
differential brand positioning. Corporate Comunications, 124-138.
Park C. Whan, Sandra Milberg and Robert Lawson (1991). Evaluation of
Brand Extensions: The Role of Product Feature Similarity and Brand
Concept Consistency, Journal of Consumer Research 18, No. 9, 185-
193.
Reast, J.D. (2005), “Brand Trust and Brand Extension Acceptance: The
Relationship,” Journal of Product & Brand Management, 14/1, pp. 4–
13.
Spiggle, S., Nguyen, H.T., & Caravella, M. (2012). More Than Fit:
Brand Extension Authenticity. Journal of Marketing, 967–983.
Sullivan, Mary W. (1992). Brand Extension: When to Use Them.
Management Science 38, No. 6 (June 1992), hlm 793-806.
Tri Joko Utomo, 2009. Fungsi dan Peran Bisnis Ritel dalam Saluran
Pemasaran. Jurnal Fokus Ekonomi. Vol 4 No 1 Juni 2009.
Artikel
Data usaha retail. (2011). Diakses pada 24 Juli 2014 dari
www.datacon.co.id/Ritel-2011ProfilIndustri.html.
Giant. (n.d). Diakses pada 19 juni 2014 dari,
http://www.muramanaya.com/11/giant-indonesia/.
Pedoman wawancara. (2013). Diakses pada 16 november 2014, dari
http://microdata.worldbank.org/index.php/catalog/1806/download/287
51
Pedoman observasi. (2012). Diakses pada 16 november 2014, dari
http://www.scribd.com/doc/54616106/contoh-pedoman-observasi