PERAN KOREAN WAVE (HALLYU) DALAM PERKEMBANGAN KERJASAMA KEBUDAYAAN JEPANG – KOREA

24
PERAN KOREAN WAVE (HALLYU) DALAM PERKEMBANGAN KERJASAMA KEBUDAYAAN JEPANG KOREA Ida Ayu Pawitra Sari Hubungan Internasional Universitas Brawijaya ABSTRAK Hubungan Korea Selatan dengan Jepang terlihat tidak begitu harmonis dikarenakan masih adanya isu-isu yang belum terselesaikan. Isu-isu seperti sengketa pulau Dokdo, perempuan-perempuan Korea yang dulu pernah dijadikan sebagai budak seks oleh militer Jepang, dan kebudayaan didasari oleh sejarah kedua negara. Jepang pernah menjajah Korea Selatan selama 35 tahun. Dengan hal tersebut membuat Korea Selatan melancarkan diplomasi publik ke Jepang melalui kebudayaan populer Korea Selatan. Citra yang dibangun Korea Selatan melalui konten budaya populer Korea Selatan atau yang biasa disebut dengan Hallyu oleh masyarakat global, bertujuan untuk mengubah impresi masyarakat Jepang terhadap masyarakat Korea Selatan. Melalui Hallyu masyarakat Jepang melihat masyarakat Korea sebagai masyarakat yang baik, cantik, tampan dan ramah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Hallyu berperan sebagai diplomasi publik Korea Selatan dalam perkembangan kerjasama kebudayaan Korea Selatan dan Jepang. Korea Selatan melakukan diplomasi publik ke Jepang melalui dua aspek yaitu people to people, dan government to people. People to people yaitu antara idustri hiburan Korea Selatan dengan masyarakat Jepang, sedangkan government to people pemerintah Korea Selatan mendirikan beberapa organisasi yang berada dibawah kementrian kebudayaan Korea Selatan seperti Korean Tourism Organization (KTO) dan Korean Foundation International Cultural Exchange (KOFICE). Keyword: Hallyu, Korea Selatan, diplomasi publik, kerjasama kebudayaan

Transcript of PERAN KOREAN WAVE (HALLYU) DALAM PERKEMBANGAN KERJASAMA KEBUDAYAAN JEPANG – KOREA

PERAN KOREAN WAVE (HALLYU) DALAM PERKEMBANGAN

KERJASAMA KEBUDAYAAN JEPANG – KOREA

Ida Ayu Pawitra Sari

Hubungan Internasional Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Hubungan Korea Selatan dengan Jepang terlihat tidak begitu harmonis dikarenakan

masih adanya isu-isu yang belum terselesaikan. Isu-isu seperti sengketa pulau Dokdo,

perempuan-perempuan Korea yang dulu pernah dijadikan sebagai budak seks oleh militer

Jepang, dan kebudayaan didasari oleh sejarah kedua negara. Jepang pernah menjajah Korea

Selatan selama 35 tahun. Dengan hal tersebut membuat Korea Selatan melancarkan diplomasi

publik ke Jepang melalui kebudayaan populer Korea Selatan. Citra yang dibangun Korea

Selatan melalui konten budaya populer Korea Selatan atau yang biasa disebut dengan Hallyu

oleh masyarakat global, bertujuan untuk mengubah impresi masyarakat Jepang terhadap

masyarakat Korea Selatan. Melalui Hallyu masyarakat Jepang melihat masyarakat Korea

sebagai masyarakat yang baik, cantik, tampan dan ramah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Hallyu berperan sebagai

diplomasi publik Korea Selatan dalam perkembangan kerjasama kebudayaan Korea Selatan

dan Jepang. Korea Selatan melakukan diplomasi publik ke Jepang melalui dua aspek yaitu

people to people, dan government to people. People to people yaitu antara idustri hiburan

Korea Selatan dengan masyarakat Jepang, sedangkan government to people pemerintah

Korea Selatan mendirikan beberapa organisasi yang berada dibawah kementrian kebudayaan

Korea Selatan seperti Korean Tourism Organization (KTO) dan Korean Foundation

International Cultural Exchange (KOFICE).

Keyword: Hallyu, Korea Selatan, diplomasi publik, kerjasama kebudayaan

PENDAHULUAN

Secara geografis letak Korea Selatan

dengan Jepang memang sangatlah

berdekatan namun kedua negara

mempunyai isu sejarah yang tidak dapat

dilupakan. Isu sejarah tersebut adalah

Jepang pernah menduduki dan menjajah

negara Korea selama 35 tahun, mulai dari

1910 sampai 1945.1

Dengan apa yang telah dilakukan oleh

Jepang terhadap Korea pada masa

kolonialisme adalah wajar apabila warga

Korea menyimpan dendam terhadap

Jepang sehingga juga mempengaruhi

pandangan warga Korea akan Jepang saat

ini begitu juga sebaliknya, Jepang

memandang Korea Selatan sebagai negara

yang berada dibawah kekuasaannya. Hal

ini juga mempengaruhi hubungan dan

kerjasama atar kedua negara tersebut.

Kondisi dimana Kedua negara tidak

dapat melupakan apa yang terjadi di masa

penjajahan menyebabkan masih banyak

warga Korea Selatan yang masih

menyimpan sentimen pribadi terhadap

Jepang walaupun negara mereka telah

merdeka. Begitu juga dengan masyarakat

Jepang yang selalu mamandang remeh

masyarakat Korea Selatan. Anti- Korean

dan anti-Japan muncul sebagai bentuk

sentiment masing-masing negara.

Salah satu bentuk anti-Korea dari

Jepang berupa munculnya sebuah komik

Jepang yang berjudul Kenkanryu.2 Komik

ini merupakan komik yang

menggambarkan tentang masyarakat

Korea yang bodoh dan buruk rupa. Pokok

1 Seongho sheen. Japan – South Korea Relations:

Slowly lifting the burden history? . (ASIA Pasific

Center, 2003) [online] www.apcss.org Diakses

pada tanggal 15 juli 2013 2 Rumi SAKAMOTO and Matthew Allen, "Hating

„The Korean Wave'‟‟ Comic Books: A sign of New

Nationalism in Japan? http://www.japanfocus.org/-

mathew-allen/2535

pembahasan komik ini mengenai skandal

FIFA Piala Dunia 2002, kompensasi yang

diberikan Jepang kepada Korea pada masa

penjajahan Jepang dan juga bagaimana

Korea meniru kebudayaan Jepang.

Sentimen anti-Jepang yang ada di

Korea didasari oleh sengketa pulau

Dokdo.3 Sentiment tersebut semakin

bertambah akan adanya peringatan

“Takeshima Day”4 di Tokyo. Takeshima

Day ini diperingati setiap tanggal 22

Februari oleh pemerintah Jepang untuk

menandai penggabungan pulau-pulau kecil

yang ada di daerah sengketa.

Sengketa Pulau Dokdo atau disebut

juga dengan Takeshima oleh negara

Jepang merupakan isu yang didasari oleh

sejarah kolonialisme Jepang terhadap

Korea. Jepang mengklaim bahwa pulau

Dokdo atau Takeshima tersebut adalah

milik Jepang berdasarkan perjanjian yang

pernah dilakukan oleh kedua negara pada

saat masa kolonialisme. Terdapat juga isu

lainnya yang didasari dari sejarah kedua

negara yaitu isu mengenai wanita – wanita

Korea Selatan yang pada saat Perang

Dunia Kedua dijadikan budak seks oleh

tentara Jepang. 5

Isu-isu tersebut merupakan isu yang

telah lama ada namun sampai saat ini

masih belum terselesaikan dan membuat

hubungan kedua negara terlihat tidak

begitu harmonis. Hal tersebut terjadi

karena yang di inginkan oleh Korea

3 “Giliran Korea Selatan Demo Anti-Jepang di

Seoul .” Diunduh dari

http://www.wartanews.com/internasional/1177553

36/giliran-korea-selatan-demo-anti-jepang-di-seoul

pada tanggal 20-08-2014 4 Takeshima adalah sebutan pulau sengketa oleh

masyarakat Jepang. 5 David Kang and Jiung Bang. 2013. Japan – Korea

Relations: Leaderships Changes and National

Tajectories. A Triannual E-Journal on East Asian

Bilateral Relations. University of Southern Korea.

Selatan adalah permintaan maaf secara

resmi dari Jepan, sedangkan Jepang

menginginkan Korea Selatan melupakan

kejadian masa lampau.6.

Apabila dilihat dari konflik teritorial

dan isu – isu sensitive lainnya antara

Korea Selatan dan Jepang, sentimen antar

kedua negara tersebut masih belum dapat

dihilangkan. Namun, jika dilihat melalui

interaksi budaya yang terjadi antara

masyarakat Korea Selatan dengan Jepang

justru menunjukkan hubungan yang

semakin baik. Kedua negara tampak dapat

sejenak melupakan permasalahan yang

terjadi diantara kedua negara, walaupun

permasalahn tersebut tidak berbentuk

sebagai sebuah konflik militer namun,

permasalahan sejarah dapat mengganggu

hubungan persahabatan antar negara

tetangga.

Dalam hal interksi budaya antar negara,

Korea Selatan dan Jepang mempunyai

kerjasama dalam pertukaran budaya.

Pertukaran budaya ini dianggap sebagai

kerjasama persahabatan dari kedua negara

di tahun 2005.7 Pertukaran budaya ini

dilakukan dengan berbagai macam cara,

salah satunya dengan mengadakan festival

tahunan untuk menampilkan kebudayaan

6 Chartrand Hardy- Benoit. Ball in Abes‟s courwith

Japan-South Korea ties. Artikel [online]

http://globalpublicsquare.blogs.cnn.com/2014/07/1

7/ball-in-abes-court-with-japan-south-korea-ties/

diakses pada tangal 21 juli 2014

7 the Government of Japan. 2003. Japan-

Republic of Korea Summit Joint Statement-

Building the Foundations of Japan-ROK

Cooperation toward an Age of Peace and

Prosperity in Northeast Asia. Diunduh dari

http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/korea/pv0306/pdfs/joint.html

dari kedua negara yang juga

diselenggarakan di dua negara.8

Bentuk lain dari interaksi kebudayaan

kedua negara yaitu kerjasama dalam

memproduksi film dan musik. Hal ini

dilakukan sejak Korea Selatan telah

mencabut larangan impor kebudayaan

Jepang di akhir 1998.9 .Salah satu contoh

film yang dihasilkan dari kerjasama

masyarakat dan elit Jepang dengan Korea

Selatan adalah film Lady Detective dan

“Star: Radiant Love” di tahun 2012.

Kerjasama dalam memproduksi film ini

memang tidak secara langsung melibatkan

pemerintah kedua negara, namun hal itu

dapat dilihat sebagai bentuk ketertarikan

mayarakat Jepang terhadap Korea Selatan.

Hal ini juga dapat dilihat dari Event

Hallyu Cinema Festival yang diadakan di

Tokyo dan Osaka pada tahun 2005. Dalam

festival ini menayangkan 20 film Korea

yang paling populer di Jepang festival film

ini. SPO sebuah korporasi hiburan Jepang

juga ikut berperan dalam

menyelenggarakan festival film tersebut.10

Melalui budaya dan konten budaya

yang telah menyebar di berbagai negara,

Korea Selatan dapat mengkomunikasikan

kepada masyarakat negara lain akan

karakter dan apa yang dimiliki Korea

Selatan. Begitu pula dengan budaya pop

Korea Selatan yang telah menyebar di

berbagai negara. Budaya Pop yang di

8 Department Global Communication and Contents

Division. 2013. Korea-Japan Festival to 21st

Century. [online]

http://www.korea.net/NewsFocus/Culture/view?arti

cleId=112946 9 Chua B.H.and Iwabuchi K., dalam Dinara

Kozhakhmetova. 2012. Soft Power of Korean Pop

Culture in Japan: K-Pop Avid Fandom in Tokyo. 10

An article source from engls.kbs.co.kr…

published by Hancinema The Korean Movie &

Drama Database. 03/09/2006 [online]

http://www.hancinema.net/hallyu-cinema-festival-

premier-to-be-held-in-tokyo-5474.html

miliki Korea Selatan merupakan salah satu

hal yang dapat memberikan gambaran

kepada masyarakat internasional akan

masyarakat Korea Selatan.

Budaya pop yang dimiliki Korea

Selatan ini lebih dikenal dengan sebutan

Hallyu atau Korean Wave. Disebut dengan

Korean Wave atau Hallyu karena hal ini

merupakan sebuah fenomena kepopuleran

budaya Pop Korea Selatan di masyarakat

internasional yang sangat pesat. Dengan

banyaknya ketertarikan masyrakat

internasional akan hal tersebut

menyebabkan, banyak yang ingin

mempelajari dan mengetahui lebih jauh

akan Korea Selatan.

Sebutan Hallyu bermula dari Negara

Cina yang pertamakali terkena demam

budaya pop Korea Selatan melalui drama

dan musik Korea Selatan yang telah

beredar di Cina dan wartawan media Cina-

lah yang menggunakan istilah Hallyu

untuk menjelaskan Hallyu atau Harryu

adalah fenomena populer nya budaya

popular Korea Selatan di dunia

internasional.11

Lain halnya di Jepang, kepopuleran

budaya pop diawali dengan

ditayangkannya serial drama Winter

Sonata dan Dae Jang Geum pada tahun

2005.12

Drama serial Winter Sonata

pertama kali disiarkan di Jepang melalui

stasiun televisi NHK, disiarkan dengan

menggunakan bahasa Korea dan

terjemahan bahasa Jepang. Hal itu

dilakukan agar orisinalitas dan atmosfir

dari drama film tersebut tetap terbangun

bagi penonton.

11

Korean Culture and Information Service. 2011.

The Korean Wave : A New Pop Culture

Phenomeon. Republic of Korea. www.kocis.go.kr

hlm.11 12

Ibid. hlm.23

Populernya drama serial Winter Sonata

di Jepang, menyebabkan aktor di drama

tersebut-Bae Yong Joon- digemari oleh

para wanita Jepang. Drama serial ini

sangat diminati oleh mayarakat Jepang

karena jalan ceritanya yang sederhana dan

terlebih karakter laki-laki korea yang

digambarkan dengan baik, tampan dan

romantis.13

Dimana hal tersebut banyak di

impikan oleh para wanita Jepang.

Setelah suksesnya kedua serial drama

tersebut dan masuknya produk – produk

budaya popular Korea di Jepang,

masyarakat Jepang mulai mendapatkan

sebuah perspektif baru dan positif

mengenai Negara Korea Selatan.

Perspektif yang didapatkan dari drama

tersebut adalah akan sosok laki-laki Korea

Selatan yang diinginkan oleh para wanita

Jepang.

Disini penulis akan mengkaji lebih

detail lagi mengenai bagaimana budaya

Pop Korea masuk ke negara jepang dan

perannya sebagai diplomasi publik Korea

Selatan. Penulis akan mengkaji hal

tersebut dengan menggunakan konsep

Diplomasi Publik untuk menjelaskan

Diplomasi publik Korea Selatan melalui

Hallyu / Korean Wave dalam

perkembangan kerjasama budaya, dalam

hal ini negara jepang.

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana peran Hallyu sebagai

diplomasi publik Korea Selatan dalam

perkembangan kerjasama kebudayaan

antar Korea Selatan dan Jepang

13

Korean Culture and Information Service. 2011.

The Korean Wave : A New Pop Culture

Phenomeon. Republic of Korea. www.kocis.go.kr

hlm 25

TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengkaji bagaimana peran Hallyu sebagai

diplomasi publik Korea Selatan dalam

perkembangan kerjasama kebudayaan

antar Korea Selatan dan Jepang.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Diplomasi Publik

Sebagaimana yang akan dikaji dalam

penulisan ini, maka pemahaman terhadap

hubungan yang dilakukan pemerintah

suatu negara kepada masyarakat di negara

lain disebut juga diplomasi publik dalam

bentuk lain, yaitu upaya pemerintah suatu

negara untuk mempengaruhi publik atau

pendapat elit dari bangsa lain, dengan

tujuan untuk memperoleh keuntungan dari

target kebijakan luar negeri yang telah

ditentukan. Mark McDowell

menggambarkannya ke dalam bentuk

piramida diplomasi publik sebagai berikut.

Gambar 2.1: Piramida Diplomasi Publik. Sumber :

Marck McDowell (2008)14

14

Mark McDowell. Op.cit., hlm.9.

Piramida tersebut oleh McDowell

kemudian dikategorikan sebagai langkah-

langkah strategis yang dilakukan secara

singkat ataupun berjangka waktu. Pucuk

piramida, yaitu advocacy merupakan

langkah strategis yang semestinya

dilakukan dalam waktu singkat. Sementara

itu pada bagian relationship building dan

branding, programming, events

merupakan langkah-langkah yang

membutuhkan jangka waktu tertentu dan

cenderung lama. Aktivitas yang berada di

bagian bawah piramida pada akhirnya

dapat meningkatkan soft power suatu

negara. Sehingga kemudian dapat

meningkatkan potensi untuk membuat

keberhasilan pada tingkatan yang

diatasnya hingga ke tingkat advocacy.15

Mempengaruhi, menginformasikan

dan memahami sebuah negara ataupun

masyarakat sosialnya melalui kebudayaan

memiliki korelasi atas sumber soft power

dari Joseph Nye. Diplomasi publik

memang tidak terlepas dari soft power

karena diplomasi publik merupakan

sebuah intsrumen terpenting dalam

pelaksanaan soft power.16

Soft power

dalam penjelasan Nye merupakan

kemampuan untuk membentuk persepsi

pihak lain dan merupakan produk dari

politik demokrasi sehari-hari.17

Joseph

Nye kemudian melanjutkan bahwa soft

power bersumber dari tiga hal, yaitu

budaya bangsa, nilai dan ide, serta

kebijakan.18

Secara praktik maka

kemampuan tersebut cenderung terkait

dengan aset-aset yang tidak berwujud,

seperti budaya yang dapat menarik pihak

15

Mark McDowell. Op.cit., hlm.10. 16

Joseph Nye-Soft Power and Public Diplomacy in

the 21st .Courtesy youtube

17 Joseph, Nye. Speech at British Council

Anniversary . courtesy Youtube. 18

Mark McDowell. Op.cit., hlm.7.

Relationship

Building

Branding, Programming, Events

Advocac

y

Advocacy

lain, nilai-nilai politik dan lembaga,

kebijakan yang dianggap sah dan memiliki

otoritas moral. Oleh sebab itu hal yang

membedakan antara diplomasi publik

dengan soft power terletak pada

fungsinya.19

Diplomasi publik berfungsi

sebagai instrumen pemerintah, sedangkan

soft power merupakan pusat kinerja dari

diplomasi publik.

2. Diplomasi Kebudayaan

Penjelasan akan konsep diplomasi

kebudayaan ini akan digunakan oleh

penulis sebagai turunan dari konsep

diplomasi publik. Seperti yang

dikemukakan oleh salah satu penulis

tentang diplomasi kebudayaan Tulus

Warsito dan Wahyuni Kartikasari bahwa

diplomasi kebudayaan merupakan sebuah

upaya suatu negara untuk

memperjuangkan kepentingan nasionalnya

melalui dimensi kebudayaan, baik secara

mikro seperti ilmu pengetahuan /

pendidikan, kesenian, olahraga ataupun

secara makro seperti propaganda.20

Aktor yang terlibat dalam kegiatan

diplomasi kebudayaan ini tidak hanya

aktor negara namun, aktor non-negara juga

mempunyai peran penting dalam hal

tersebut. Hubungan diplomasi ini dapat

terjalin melalui hubungan antar

pemerintah-pemerintah, pemerintah-

swasta, pribadi-pribadi, dan seterusnya.

Tujuan utama dari diplomasi ini adalah

untuk mempengaruhi pendapat umum

untuk mendukung suatu kebijakan luar

negeri. Sasaran dilakukannya diplomasi

kebudayaan ini sebenarnya adalah

19

Joseph, Nye. Op.cit. 20

Tulus Warsito & Wahyuni Kartika Sari,

DIplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi

Bagi Neagar Berkembangn : Studi Kasus

Indonesia, (Yogyakarta:Penerbit Ombak,2007)

hlm.2

pendapat umum, baik pada level nasional

maupun internasional.21

Melalui penjelasan mengenai

diplomasi publik sebelumnya, dapat di

tarik sebagai benang merahnya dengan

diplomasi publik yaitu jenis konsep

diplomasi kebudayaan menurut bentuknya.

Dari segi bentuk, diplomasi kebudayaan

dapat dilakukan dengan cara: eksebisi

(perdagangan, pariwisata, pendidikan,dsb),

propaganda (penyebaran informasi melalui

media), kompetisi (pertandingan atau

kegiatan olahraga), penetrasi (idiologi

atupun sudut pandang), negosiasi

(pertukaran budaya, maupun bentuk

kerjasama makro lainnya), dan pertukaran

ahli. 22

Namun, dari segi tujuan, diplomasi

kebudayaan ini biasanya bertujuan untuk

mencari pengakuan , bujukan, penyesuaian

dan hegemoni.23

Dengan tujuan seperti itu

maka yang dapat digunakan untuk

mencapai tujuan diplomasi tersebut adalah

melalui pariwisata, olahraga, pendidikan,

perdagangan , dan juga kesenian.

OPERASIONALISASI KONSEP

Penelitian ini memiliki fokus pada

proses implementasi diplomasi publik

Korea Selatan di Jepang. Konsep

diplomasi publik Mc Dowell dipergunakan

oleh penulis untuk memahami dan

menjelaskan proses diplomasi publik

Korea Selatan di Jepang. Konsep

diplomasi publik Mc Dowell digunakan

karena pendekatan kebudayaan dilakukan

dalam aktivitas diplomasi public, sesuai

21

Ibid. hlm.4 22

Ibid. hlm 19-6 23

“What is Cultural Diplomacy” Diakses dari

http://www.culturaldiplomacy.org/index.php?en_cu

lturaldiplomacy

Masyarakat

Jepang

Masyarakat

Korea

Selatan

Korea

Selatan Jepang dengan fokus dan permasalahan yang

diangkat oleh penulis.

Dalam konsep diplomasi public dari

McDowell, proses diplomasi publik

menggunakan alur sebagai berikut:

Gambar 2.2: Grafik pola pemikiran

Diplomasi Publik Mark McDowell.

Sumber: McDowell,Mark (2008.)

Dari pola diatas dijelaskan sebagaimana

konsep diplomasi dilakukan dari negara A

ke negara B. Menurut Mark Mc Cordwell

sebuah negara dapat mempengaruhi negara

lain melalui masyarakatnya.24

Sebagai

contoh negara A akan melakakun aktivitas

diplomasi publik melalui masyarakat B

dengan cara membentuk dan

mempromosikan citra positif-nya kepada

masyarakat negara B, sehingga hal

tersebut dapat memaksa pemerintah B

untuk mengambil sebuah kebijakan. Selain

melalui cara tersebut, dapat dilakukan

dengan hal lain untuk mempengaruhi

masyarakat B. Hal tersebut bisa saja

dilakukan melalui aktivitas yang

dilakakukan oleh masyarakat A seperti

adanya pertukaran budaya, festival film

ataupun festival kesenian lainnya.

Berdasarkan penjelasan diatas maka

dapat dioperasionalisasikan sesuai dengan

isu yang diambil oleh penulis sebagai

berikut:

24

Ibid.

Gambar 2.3 : Skema Pemikiran dibuat oleh penulis

Keterangan:

: Hubugan kerjasama kebudayaan

Jepang-Korea Selatan

: Kebijakan diplomasi publik Korea

Selatan melalui Hallyu

: Konten budaya / produk Hallyu

seperti film, drama serial,

musik.

: Mempengaruhi pemerintahan

Jepang secara tidak langsung

melalui citra negara Korea

Selatan yang telah dibentuk dari

Hallyu.

: Mempengaruhi pemerintahan

Jepang akan minat masyarakat

Jepang melalui produk Hallyu.

HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka pemikiran dan

permasalahan di atas, maka penulis

mencoba membuat dan merumuskan

hipotesis sebagai berikut: Korean Wave

berperan sebagai diplomasi publik Korea

Selatan dalam mempengaruhi masyarakat

jepang sehingga meningkatkan kerjasama

kebudayaan Jepang-Korea Selatan.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

penelitian ini adalah kulitatif deskriptif.

Dimana dalam penelitian kualitatif, data

yang duganakan untuk mengkaji fenomena

merupakan data sekunder seperti karya

ilmiah, buku, ataupun jurnal-jurnal

lainnya. Sedangkan yang dimaksut dengan

deskriptif yaitu jenis penelitian yang

berusaha untuk menggambarkan dan

mendokumentasikan kondisi atau sikap

sehingga dapat menjelaskan sesuatu yang

ada.25

Penelitian deskriptif merupakan suatu

usaha untuk menjelaskan sebuah peristiwa

secara sebagaimana adanya, sehingga

bersifat mengungkap fakta, dan hasil

penelitian ditekankan pada gambaran

objek tentang keadaan yang sebenarnya

dengan objek yang diteliti.26

Hipotesis

yang dibangun dalam jenis penelitian

deskriptif ini adalah hipotesis yang mampu

menjawab gambaran kondisi yang ada dari

objek penelitian berdasarkan data-data

yang telah dikumpulkan dan diolah

sehingga memunculkan jawaban yang

menggambarkan kondisi yang ada.27

Teknik analisa data yang dilakukan

penulis adalah teknik deskriptif-kualitatif.

Metode analisa deskriptif – kualitatif

dilakukan penulis dengan menggunakan

pemamparan fakta-fakta maupun kondisi

yang sebenarnya terjadi dari pengolahan

data-data yang telah dikumpulkan. Data

yang digunakan oleh penulis didapatkan

melalui buku-buku literature, tulisan-

tulisan dan karya ilmiah lainnya, serta

berita melalui media cetak dan hasil

diskusi forum.

25

Rachmat, Kriyantono. 2006. Teknik Praktis Riset komunikasi . Jakarta. hlm.69 26

Nadzir. 1988.Metode Penelitian. Jakarta. Hlm. 64 27

Ibid.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemerintah Korea Selatan telah

menjadikan Korean Wave sebagai

diplomasi publiknya sejak tahun 2005.

Hal ini seperti yang dijelaskan dalam

kebijakan luar negeri yang dimiliki

Korea Selatan sejak tahun 2005 bahwa

dalam usaha membangun citra positif

dari “Korean Wave” , Ministry of

Foreign Affairs and Trade telah

terlibat dalam kegiatan diplomasi

publik Korea Selatan dalam hal

meningkatkan kegiatan budaya dan

mempromosikannya untuk lebih

meningkatkan citra nasional sebagai

negara terkemuka di bidang

kebudayaan.28

Melalui pernyataan

tersebut, dapat dikatakan juga bahwa

Korean Wave dapat menjadi bagian

dalam diplomasi kebudayaan Korea

Selatan dalam memperkenalkan Korea

Selatan ke dalam masyarakat

Internasional. Dijelaskan lebih lanjut

dalam Principal Goals and Direction

of Korean Cultural Diplomacy pada

tahun 2007, yaitu sebgai berikut:29

1. Mendorong kerjasama dengan negara-

negara lainnya dengan melakukan

pertukaran budaya. Langkah awal untuk

mendorong adanya kerjasama antar

negara tersebut dapat dilakukan dengan

mendukung berbagai program

28

Promotion of Korean Culture Through the

“Korean Wave”, dalam 2006 Diplomatic White

Paper, diakses dari

http://www.operationspaix.net/DATA/

DOCUMENT/3373~v~Diplomatic_Wh

ite_Paper_2006.pdf pada tanggal 11-8-

2014 29

“Principals Goals and direction of Korean Cultural Diplomacy and related policies” diakses dari http://www.mofat.go.kr/english/help/include/newopenmofat.jsp?MOFATNAME=English&INDEXNAME=MOFAT_HOME&PK=298757KEY313&SEQNO=298757&PARTNAME=TYPE_ENGLISH

pertukaran budaya yang dilaksanakan

oleh pemerintah ataupun Non-

Governmental.

2. Memperkuat daya saing nasional

melalui peningkatan citra nasional.

Melalui dua tujuan utama dari

diplomasi kebudayaan tersebut, ada

beberapa hal yang dilakukan oleh

pemerintahan Korea Selatan dalam

menjalankan diplomasi kebudayaan.

Beberapa kegiatan tersebut adalah:

melaksanakan aktivitas promosi dan

budaya secara komprehensif dan

sistematis, mendirikan dan

mengembangkan strategi promosi dan

budaya sesuai dengan negara ataupun

daerah yang dituju, memperkuat

kemitraan dengan organisasi lokal

serta beberapa perusahaan Korea

Selatan di dalam ataupun diluar

negeri, memperluas program

kebudayaan berorientasi masa depan,

dan berpartisipasi aktif dalam

organisasi internasional.30

Melalui kebijakan tersebut, Korea

Selatan berupaya dalam mendorong

perkembangan film-film Korea dan

juga drama Korea Selatan untuk

mempromosikan kebudayaan Korea

Selatan ke masyarakat internasional.

Seperti yang telah dijelaskan dalam

Diplomatic White Paper 2008, bahwa

Kementrian Luar Negeri dan

Perdagangan Korea Selatan dalam

memperkenalkan Budaya Korea ke

negara-negara luar juga dengan

mendorong diplomasi publik melalui

penawaran dokumentasi dan video ke

beberapa stasiun televisi negara lain

seperti Jepang, Cina dan Taiwan,

berbagai video dokumentasi tersebut

30

Ibid.

merupakan video yang mengambarkan

Korea dan juga kebudayaan Korea .31

Korea Selatan melakukan

beberapa aktifitas diplomasi

kebudayaan melalui beberapa

organisasi pemerintah Korea yang

bergerak dibawah Kementrian

Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata

Korea Selatan. Organisasi-organisasi

seperti Korean Tourism Organization

(KTO) dan Korean Foundation For

International Cultural Exchange

(KOFICE) merupakan organisasi yang

sangat berperan penting dalam

memperkenalkan Korean Wave ke

dalam negerinya dan juga ke negara-

negara lain yang ada di dunia. Hal

tersebut juga telah dijelaskan dalam

Diplomatic White Paper 2006 bahwa

“The ministry has set up public

relations offices overseas called

“Korea Plaza” to strengthen the

country's image through the

globalization of hallyu, the boom of

Korean pop culture overseas. The

Korea Plaza project is based on the

“C-Korea Vision 2010” announced

last year. In particular, the

government will support exchanges of

cultural contents with foreign

countries away from unilateral or

export-oriented activities.”32

31

Supporting overseas Screening of Korean Films

and TV Dramas dalam “White Paper 2008”,

diakses dari

http://www.mofa.go.kr/ENG/policy/whitepaper/ind

ex.jsp?menu=m_20_160 diakses pada tanggal 12-

08-2014 32

Ministry of Culture, Sports and Tourism . 2006. Hallyu is new growth engine in culture industry . diakses dari http://www.mct.go.kr/english/koreaInfo/news/newsView.jsp?pSeq=492 pada tanggal 16-08-2014

Dari keterangan diatas dapat

disimpulkan bahwa Pemerintah Korea

Selatan sangat baik dalam

memanfaatkan ekspor kebudayaan

Korea Selatan dan ketenaran

kebudayaan populer Korea Selatan

(HALLYU) di masyarakat global untuk

memperlihatkan image yang dimiliki

oleh Korea Selatan. Hal ini dapat

dikatakan juga bahwa aktifitas yang

ada dalam diplomasi kebudayaan juga

membawakan hasil yang serupa

dengan tujuan diplomasi publik, yaitu

: meningkatkan apresiasi masyarakat,

meningkatkan kedekatan antara

negara, melibatkan masyarakat dalam

sebuah negara, dan mempengaruhi

masyarakat negara lain.

6.1 Bentuk dari Proses Diplomasi

Kebudayaan Korea Selatan dalam

Aspek People to People

Proses diplomasi kebudayaan

dalam people to people ini dapat

dilakukan melalui adanya interaksi

kebudayaan antara masyarakat Korea

Selatan dengan masyarakat Jepang.

Hal ini dapat ditunjukan melalui

kegiatan para industri hiburan Korea

Selatan dalam mengembangkan

produk budaya populer Korea Selatan

(produk Hallyu). Seperti yang terlah

dipaparkan di pembahasan

sebelumnya bahwa terdapat beberapa

interaksi antara industri hiburan Korea

Selatan dalam bentuk sebuah agensi

hiburan kepada masyarakat Jepang.

Kegiatan tersebut seperti dua

agensi hiburan Korea Selatan, yaitu

SM Entertainment, JYP

Entertainment, dan stasiun tv swasta

Korea Selatan (Mnet) mengadakan

sebuah audisi pencarian bakat bagi

calon artis K-pop. Audisi itu pun

mendapatkan respon yang baik dari

masyarakat Jepang.

Dengan adanya interaksi tersebut

dapat dikatakan bahwa Korea Selatan

melakukan aktifitas diplomasi

kebudayaan dengan memanfaatkan

posisi kepopuleran konten Hallyu di

Jepang. Melalui hal tersebut dapat

merubah impresi masyarakat Jepang

terhadap masyarakat Korea Selatan.

Dimana pada saat Hallyu belum

masuk ke Jepang, masyarakat Korea

Selatan mendapatkan kesan yang tidak

baik oleh masyarakat Jepang. Jepang

melihat bahwa masyarakat Korea

Selatan adalah masyarakat yang

bodoh dan mempunyai paras jelek.

Dengan banyak masyarakat

Jepang yang tertarik untuk mengikuti

audisi tersebut, maka bisa dikatakan

impresi masyarakat Jepang terhadap

Korea Selatan telah berubah. Dari

banyaknya peserta dari Jepang yang

menginginkan untuk menjadi seorang

Hallyu Star dapat dikatakan mereka

juga menginginkan untuk menjadi

sosok seperti orang Korea Selatan.

6.2 Bentuk dari Proses Diplomasi

Kebudayaan Korea Selatan dalam

Aspek Government to People

Dari yang telah dikemukakan

oleh penulis pada bab sebelumnya

mengenai peran Pemerintah Korea

Selatan dalam perkembangan Korean

Wave, maka dapat di asumsikan

bahwa Pemerintah Korea Selatan

sejak dulu telah mempunyai

pemikiran untuk mengembangkan

kebudayaan Korea Selatan. Peran

Pemerintah Korea Selatan dimulai

ketika budaya Pop Korea Selatan telah

menyebar dan dikenal ke berbagai

negara. Sampai pada akhirnya Budaya

Pop Korea Selatan lebih berkembang

dan dikenal oleh masyarakat

internasional.

Dengan adanya dukungan

pemerintah ke masyarakat dalam

mengembangkan kebudayaannya,

perkembangan Korean Wave

khusunya di Jepang dapat berkembang

sampai saat ini. Dan dengan

dibentuknya oraganisasi-organisasi

resmi dari pemerintah yang terfokus

untuk mengembangkan kebudayaan

Korea Selatan, maka dengan hal

tersebut kebudayaan Korea Selatan

dapat lebih mudah untuk masuk ke

negara-negara lain.

Organisasi Pemerintah Korea

Selatan yang menurut penulis cukup

mewakili untuk menjelaskan aktivitas

diplomasi kebudayaan yang dilakukan

ke Jepang, sebagai bentuk diplomasi

publik Korea Selatan adalah Koren

Tourism Organization (KTO) dan

Korean Foundation International

Cultural Exchange (KOFICE). Sub

bab berikut akan lebih menjelaskan

mengenai program-program dari

kedua organisasi.

6.3.1. Kegiatan Diplomasi

Kebudayaan Korea Selatan

Melalui KTO (Korean

Tourism Organization)

KTO didirikan oleh menteri

kebudayaan Korea Selatan dan

mempunyai tujuan untuk

mempromosikan Korea Selatan melalui

sektor pariwisata. Organisasi ini

didirikan pada tahun 1962 sebagai

sebuah perusahaan investasi pemerintah

yang bertanggung jawab dalam

terhadap pengembangan pariwisata

Korea Selatan berdasarkan

pemberlakuan undang-undang promosi

pariwisata Korea Selatan serta

bertanggung jawab dalam

meningkatkan wisatawan ke Korea

Selatan.33

Sejak tahun 2005, berdasarkan

Diplomatic White Paper tahun 2006

Korean Wave menjadi bagian dari

Diplomasi Publik Korea Selatan. Sejak

saat itu Korean Wave / Hallyu juga

dilibatkan dalam mempromosikan

pariwisata Korea Selatan. Beberapa

program tahunan KTO dalam

mempromosikan pariwisata Korea

Selatan ke Jepang dengan melibatkan

Hallyu adalah Visit Korea 2010-2012.34

Dalam mempromosikan Korea

Selatan ke Jepang, KTO melakukan

promosi ini dengan cara melalui media

internet Youtube. Dalam video

berdurasi 32 detik tersebut, tampak

salah satu Bintang Hallyu yang terkenal

di Jepang, yaitu aktor Bae Young Joon

dan video tersebut juga menggunakan

Bahasa Jepang agar mudah dipahami

oleh masyarakat Jepang.35

Selain itu KTO juga mempunyai

program “Premium Guide” untuk, yang

dimaksud dari program tersebut adalah

untuk memandu para wisatawan

Jepang.36

Wisatawan Jepang yang

mengalami disabilitas sempat diundang

oleh KTO untuk melakukan perjalanan

kecil di Korea Selatan.

33

Brief History Of KTO diakses dari http://kto.visitkorea.or.kr/eng/overview/About/history.kto#tab05 pada tanggal 19-08-2014 34

Kim, Ny Ha. Competing for Australians Tourist:Affective Images of Korea, Japan and China. University of Florida. Hlm. 1 35 Visit Korea Year promotion Video for Asia (Japanese). Courtesy dari Youtube diakses dari http://www.youtube.com/watch?v=vPz64GMauOo pada tanggal 24-08-2014

36 KTO catering to Japanese tourists. Di akses dari http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2014/06/386_134469.html

Dari data yang didapatkan oleh

penulis mengenai program pemerintah

dalam melakukan diplomasi

kebudayaannya ke Jepang. dapat

dikatakan bahwa KTO melakukan

kegiatan diplomasi ke Jepang dengan

cukup serius.

6.3.2. Aktifitas Diplomasi

Kebudayaan Korea Selatan

Melalui KOFICE (Korean

Foundation for International

Cultural Exchange)

KOFICE didirikan pada tahun 2003

bulan Juni di Seoul, dan mempunyai

tujuan utama untuk meningkatkan

pengertian mengenai kebudayaan

disetiap negara melalui pertukaran

budaya dan bertindak dalam pertukaran

ahli untuk membuka jalannya sebuah

kerjasama dalam membentuk sebuah

fondasi dalam pertukaran budaya dan

juga kerjasama antar bangsa.37

Hal

tersebut dapat dilakukan dalam bidang

edukasi, pertukaran budaya

internasional.

Dalam bidang pertukaran

kebudayaan ke Jepang, KOFICE

melakukan pertukaran program acara

yaitu program acara yang bernama “I

Am a Singer”38

. Program acara ini telah

disiarkan di KNTV (TV kabel) pada

bulan Mei sehingga masyarakat dunia

dapat menikmati program acara

tersebut, namun dengan melihat

bagusnya rating acara tersebut di

Jepang maka KOFICE memutuskan

untuk menjadikan program tersebut

37

Greetings. Diakaes dari http://english.kofice.or.kr/kofice/greetings.asp pada tanggal 21-08-2014 38

Japan, Power Exporter of programs format. Diakses darihttp://webzine.kofice.or.kr/201108/eng/sub_03_04.asp

sebagai program yang diekspor ke

Jepang. Program „I am a singer”

merupakan program acara dalam bentuk

kuis, untuk mengukur peserta kuis

mengenai pengetahuannya akan K-Pop.

Sedangkan program KOFICE

dalam pendidikan dapat dilihat dari

diadakannya konferensi untuk para

penulis drama Korea di Jepang.39

TV

Drama Writers Conference of Asia" ini

diadakan pada bulan july tahun 2012 di

Fukoka, Jepang. Konferensi ini

membicarakan mengenai trend drama

Asia pada saat itu dan kerjasama dalam

memproduksi sebuah film. Konferensi

ini dihadiri oleh ketua dari penulis

naskah TV Korea dan Asosiasi Radio

Korea serta Kazuhiko Ban, penulis

drama serial Hunter Sono Onnatachi.

Sedangkan dalam hal pertukaran

budaya, KOFICE melakukannya

dengan beberapa cara. Namun, kegiatan

pertukaran budaya ini digunakan oleh

Korea Selatan sebagai alat Komunikasi

Korea Selatan terhadap masyarakat

Internasional dan mendorong

penyeberan Budaya Populer Korea

Selatan ke berbagai negara salah

satunya yaitu Jepang.

Pertukaran budaya yang dilakukan

melaui KOFICE salah satunya yaitu

pertukaran budaya melalui Konten. Hal

ini dilakukan melalui pertukaran drama

Korea, film dan dokumentasi.40

Dengan

adanya pertukaran tersebut maka Korea

Selatan juga harus siap dengan

39

“Korean cultural organization to hold Asian TV drama writers' conference in Japan” diakses dari http://english.yonhapnews.co.kr/culturesports/2012/06/26/68/0701000000AEN20120626003600315F.HTML pada tanggal 20-08-2014

40 “The 8

th TV Drama Conference of

ASIA 2013” Diakses dari http://english.kofice.or.kr/kofice/drama_list.asp pada tanggal 18-08-2014

masuknya konten budaya dari negara

lain.

Pertukaran budaya membutuhkan

peran media dalam mempromosikan

terlebih dahulu tentang budaya yang

dimiliki. Maka dari itu salah satu cara

KOFICE dalam melakukan tugasnya

yaitu dengan cara mengumpulkan

beberapa perwakilan media dari

beberapa negara untuk melihat

langsung kebudayaan yang dimiliki

Korea Selatan. Sebagai contoh, pada

tahun 2006 para media diundang oleh

KOFICE untuk meliput dan melakukan

wawancara terhadap Byunghoon Lee

seorang produser drama serial Hallyu

Dae Jang Geum. Hal ini terus

dilakukan tiap tahunnya melalui

program World Culture/press opinion

leaders invitation program.41

Pertukaran budaya tersebut juga

melibatkan para ahli dalam bidang

budaya, guna mengkaji Hallyu dan

menjadikan Hallyu sebagai salah satu

bahan kajian yang pantas di usung,

sehingga hasil akhir dari hal tersebut

juga dapat mempengaruhi opini

masyarakat lain. Selain itu KOFICE

juga mengadakan berbagai macam

festival di negara-negara Asia seperti

Tiwan, Mongol, Hongkong, Vietnam,

dan Jepang. Festival ini tentunya

melibatkan para Bintang Hallyu.

6.3 Pengaruh Hallyu Terhadap

Masyarakat Jepang

Dengan adanya sejarah yang tidak

begitu baik antara Korea Selatan dan

Jepang mengantarkan kepada

41

Cultural Exchange Program. Diakses dari http://english.kofice.or.kr/kofice/activity.asp pada tanggal 19.08.2014

hubungan kerjasama yang tidak

mudah, terutama pada hal kebudayaan.

Permasalahan penjajahan oleh Jepang,

women slavery , textbook, dan

perebutan daerah teritori atau

kepulauan (Pulau Dokdo) antara kedua

negara mempengaruhi cara pandang

masing-masing masyarakat terhadap

kedua negara. Hal tersebut merupakan

salah satu faktor menjadikan hubungan

Korea-Jepang menjadi “close but far

yet”.42

Hal diatas dapat dibuktikan

dengan polling yang pernah dilakukan

oleh salah satu media surat kabar

Korea Selatan bernama Dong – A Ilbo

mengenai jajak pendapat akan sikap

warga Korea Selatan terhadap Jepang

dan negara lainnya dan begitu juga

sebaliknya. Polling ini dilakukan pada

bulan Maret tahun 2005, dan dilakukan

bersama Asashi shimbun of Japan and

The Institute of sociology serta Chinese

Academy of Social Sciences (CASS).

Dalam polling ini terdapat 1,781

masyarakat Jepang dan 1,500

masyarakat Korea Selatan sebagai

responden.

Dari polling ini dapat terlihat

bahwa bagaimana sejarah kedua

negara mempengaruhi pandangan

masyarakat terhadap kedua negara

tersebut. Secara keseluruhan hanya 6.5

% responden dari negara Korea Selatan

yang berpendapat bahwa hubungan

Korea Selatan dengan Jepang akan

membaik, sedangkan sisannya

beranggapan sebaliknya. Tidak jauh

Berbeda dengan hasil poling yang

42

Yang dimaksud dari “close but far yet” adalah

suatu kondisi dimana Korea Selatan dan Jepang

merupakan negara bertetangga dengan jarak yang

dekat namun hubungan mereka tidak begitu baik

sehingga kedua negara tersebut terasa jauh.

dilakukan di Jepang, karena hasil

keseluruhan menunjukkan masih lebih

banyak yang skeptis terhadap

hubungan negaranya dengan Korea

Selatan. Terdapat 61% responden di

Jepang yang berpikiran bahwa

hubungan Korea Selatan dengan

Jepang tidak akan berjalan dengan

baik.

Pengaruh sejarah sangat kuat

dalam hal tersebut, sehingga membuat

masyarakat masing-masing negara

masih memiliki pemandangan yang

saling skeptik terhadap kedua negara

tersebut. Pandangan ini terus berlanjut

hingga saat ini. Namun, hal tersebut

dapat diubah oleh masing-masing

negara dengan cara membangun

kembali citra negara melalui

kebudayaannya.

Menurut polling yang dilakukan

oleh The Genron NPO and East Asia

Institute (May,2013) mengenai impresi

masyarakat Korea Selatan dan Jepang

terhadap negara satu dengan lainnya,

bahwa masyarakat dari kedua negara

tersebut memiliki impresi yang tidak

bagus terhadap satu negara dengan

negara lainnya. Terdapat 37,3%

masyarakat Jepang yang mempunyai

impresi tidak baik dan atau relative

tidak baik terhadap Korea Selatan.43

Sekitar 50% dari mereka memiliki

impresi tidak baik yang di dorong oleh

faktor masih adanya kritik jepang

43

Polling yang dilakukan oleh The Genron NPO

and East Asia Institute ini melalui kuisoner yang

dikirimkan kepada 2.000 para intelektual yang

pernah berpartisipasi dalam diskusi yang lakukan

oleh GNPO sebelumnya, dan sampai akhirnya

memperoleh tanggapan sebanyak 575. Sedangkan

dari Korea Selatan terdapat 393 intelektual. Para

intelektual yang di maksut adalah politisi,

professor, peneliti, penliti, mahasiswa, jurnalis,

karyawan NGO, dsb.

terhadap isu-isu sejarah dan masih

adanya oposisi akan permasalahan

Pulau Takeshima.

Di lain sisi, terdapat sekitar 80%

masyarakat Korea Selatan yang

memiliki impresi tidak baik terhadap

Jepang, dan 80% mempunyai impresi

tersebut dikarenakan pemasalahan

Pulau Dokdo serta penjajahan yang

pernah dilakukan oleh Jepang. 44

Impresi yang kurang baik ini sangat

mempengaruhi kualitas hubungan serta

rasa saling percaya kedua negara

sebagai negara tetangga.

Selanjutnya, terdapat 26%

responden dari Jepang menyatakan

lebih sering menonton drama serial di

TV setelah Budaya Populer Korea

Selatan masuk ke Jepang. Mereka yang

telah menonton drama serial di TV

juga menyatakan bahwa mereka dapat

mengenal Korea Selatan.45

Kondisi ini

memunculkan adanya perubahan

impresi dari masyarakat Jepang

terhadap Korea Selatan melalui

Budaya Populer Korea Selatan.

Dengan adanya aktifitas

diplomasi publik yang dilakukan oleh

Korea Selatan ke Jepang seperti

pertukaran budaya melalui film drama

44

March 2005 Dong-A Ilbo opinion Poll o South

Korea attitudes Towards Japan and Other Nations.

<http://mansfieldfdn.org/program/research-

education-and-communication/asian-opinion-poll-

database/listofpolls/2005-polls/march-2005-dong-

a-ilbo-opinion-poll-on-south-korean-attitudes-

toward-japan-and-other-nations/> diunduh pada

tanggal 19 Mei 2014 45

March 2005 Dong-A Ilbo opinion Poll on

Chinese Attitudes Toward Japan and Other

Nations. [online]

<http://mansfieldfdn.org/program/research-

education-and-communication/asian-opinion-poll-

database/listofpolls/2005-polls/march-2005-dong-

a-ilbo-opinion-poll-on-chinese-attitudes-toward-

japan-and-other-nations/> diunduh pada tanggal 19

Mei 2014

tv, mempromosikan Korea dengan

menggunakan artis-artis Hallyu, dan

mengadakan beberapa konferensi dan

audisi pencarian bakat K-pop di

Jepang. Beberapa hal tersebut

mendapatkan respon yang positif dari

masyarakat Jepang, sehingga terdapat

perubahan impresi masyarakat Jepang

terhadap Korea Selatan menjadi lebih

baik serta ada harapan tumbuhnya

hubungan baik dari kedua negara.

Walaupun impresi tersebut masih

melekat di masing – masing negara

namun, masih ada harapan untuk

Jepang dan Korea Selatan mempunyai

hubungan yang lebih baik. Hal ini bisa

dilihat dari polling yang pernah

dilakukan oleh Dong – A Ilbo

mengenai sikap Korea, Jepang, dan

Cina terhadap negara satu dengan

lainnya. 46

Dalam hasil polling yang telah

dilakukan oleh Dong – A ilbo

menjelaskan bahwa Hallyu telah

menjadi citra Korea Selatan. Ini dapat

dilihat bahwa 34.4% dari responden

asal Jepang yang ada melakukan

kegiatan menonton Drama Korea /

Film Korea menjadi sebuah kebiasaan

selama 5 tahun terakhir, dan dengan

kebiasaan menonton Drama Korea

Selatan 69.3% dari responden merasa

lebih dekat dengan Korea Selatan.

Dari penjelasan polling diatas

dapat diasumsikan bahwa konten

budaya yang diterima oleh masyarakat

suatu negara dapat mempengaruhi

impresi masyarakat negara lain.

Karena citra suatu negara dapat

terbentuk dari kebudayaan yang

mereka miliki. Konten kebudayaan

46

Ibid.

yang dimaksut dalam polling ini adalah

drama serial Korea Selatan.

Dengan apa yang telah penulis

paparkan diatas, Hallyu mempengaruhi

pandangan masyarakat Jepang melalui

beberapa kegiatan diplomasi publik

yang telah dilakukan oleh Korea

Selatan. Hal ini dilakukan oleh Korea

Selatan dengan beberapa cara, yaitu:

pertukaran budaya melalui ekspor

impor konten budaya seperti drama tv

dan program-program televisi seperti

kuis, mempromosikan wisata Korea

Selatan dengan menggunakan bintang-

bintang Hallyu, melakukan interaksi

antara masyarakat Jepang dengan

masyarakat Korea melalui program-

program yang diadakan oleh beberapa

stasiun televisi dan industri hiburan

Korea Selatan.

Dengan melakukan beberapa hal

diatas, Budaya Populer Korea Selatan

melalui Hallyu telah digemari oleh

masyarakat Jepang, hal tersebut dapat

diasumsikan bahwa Hallyu dapat

merubah impresi masyarakat Jepang

terhadap Korea Selatan. Sedangkan,

untuk perkembangan kerjasama

kebudayaan, kedua negara tampak

melakukan kerjasama kebudayaan

melalui pertukaran program-program

acara televisi dan produksi film.

Dalam melakukan Diplomasi publik,

Korea Selatan terlebih dulu

mempengaruhi impresi masyarakat

Jepang. hal tersebut telah dilakukan

oleh Korea melalui dua aspek, people

to people dan juga government to

people. Namun dalam tahap

selanjutnya, dimana semestinya

masyarakat jepang dapat

mempengaruhi pemerintahan Jepang,

hal tersebut masih belum terlihat.

Maka dapat disimpulkan bahwa,

diplomasi publik yang Korea Selatan

lakukan ke Jepang belum sampai pada

tahap pemerintah Jepang dapat

dipengaruhi oleh pandangan

masyarakan Jepang ke Korea Selatan.

PENUTUP

Korea Selatan menginginkan

pengakuan dari dunia internasional

akan kekuatan kebudayaannya melalui

Korean Wave. Hal tersebut telah

didapatkan melalui beberapa kegiatan

diplomasi public Korea Selatan, seperti

pengadaan festival kebudayaan di

berbagai negara, pertukaran budaya,

pameran, dan pertukaran informasi.

Melalui Hallyu (citra Bintang

Hallyu, drama serial, dan musik) Korea

Selatan mendapatkan image yang

hampir sama yang dibawakan oleh para

bintang Hallyu dan drama serialnya.

Bahwa citra Korea dan masyarakatnya

saat ini semakin baik. Masyarakatnya

dinilai mempunyai kepribadian yang

baik dan memiliki fisik yang menarik

juga. Sedangkan Negara Korea

dipandang sebagai negara yang indah.

Hallyu telah berhasil

mempengaruhi masyarakat Jepang

dalam hal impresi mereka terhadap

Korea Selatan. Ini dilihat dari adanya

respon positif masyarakat Jepang

terhadap Hallyu serta kesediaan mereka

untuk mengikuti perkembangan hallyu.

Beberapa kerjasama kebudayaan

dilakukan oleh kedua negara melalui

KOFICE dalam hal mengadakan

konferensi dan ekspor impor konten

kebudayaan dari kedua negara, seperti

film ataupun program TV. Namun,

kerjasama kebudayaan kedua negara

tersebut tidak tampak sebagai

kerjasama hasil dari diplomasi publik

Hallyu. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa Diplomasi Publik Korea Selatan

walaupun Hallyu mendapat kan respon

yang bagus dari Jepang, hal tersebut

belum dapat mempengaruhi kerjasama

kebudayaan Korea Selata dengan

Jepang.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Djelantik, Sukarwarsini,

2008, Diplomasi antara Toeri dan

Praktik, edisi I, Yogyakarta, Graha

Ilmu.

Ikbar, Yanuar. 2002.

Ekonomi Politik Internasional :

Studi Pengenalan Umum.

Bandung: Jurusan Hubungan

Internasional : Universitas

Padjadjaran.

J. Baylis Dan Smith. S (ed).

2001. The Globalization of Word

Politics, an Introduction to

International Relations. Second

Edition. Oxford University.

Kriyantono, Rachmat.

2006. Teknik Praktis Riset

Komunikasi, Jakarta: Kencana

Prenada Group.

Kristianto, Bayu , M.A.

Fakta-fakta tentang Korea.

Diterbitkan oleh Pelayanan

Kebudayaan dan Informasi Korea

Kementerian Kebudayaan,

Olahraga dan Pariwisata. 2008.

Leonard, Mark. 2002.

Public Diplomacy. The Foreign

Policy Centre 2002. York

Road,London.

Manheim, J.B. 1994.

Strategic Public Diplomacy and

American Foreign Policy. Oxford

University Press.

Marck McDowell.2008.

“Public Diplomacy at the

Crossroads, Definitions “the

actions of governments to inform

and influence foreign publics”

Mark Scott. 2009. A Global

ABC Soft Diplomacy and the

World of International

Broadcasting. Bruce Allen

Memorial Lecture, 5 November

2009, Macquarie University.

Sydney.

Mas’oed, Mohtar . (1994).

Ilmu Hubungan Internasional :

Disiplin dan Metodologi.

Yogyakarta: LP3ES

May Rudy, Teuku. Teori,

Etika, dan Kebijakan Hubungan

Internasional, (Bandung: Angkasa,

1993)

Mitchell Bernard & John

Ravenhill, „Beyond Product

Cycles and Flying Geese:

Regionalization, Hierarchy and the

Industrialization of East Asia‟,

World Politics, Vol. 47 (1995).

Nadzir. 1988. Metode

Penelitian. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Silalahi, Ulber. (2009).

Metode penelitian Sosial. Bandung:

PT. Refika Aditima.

Tulus Warsito & Wahyuni

Kartika Sari, DIplomasi

Kebudayaan, Konsep dan

Relevansi Bagi Neagar

Berkembangn : Studi Kasus

Indonesia, (Yogyakarta:Penerbit

Ombak,2007)

SUMBER JURNAL

Arts Organization of the

month : The Japan-Korea

Cultural Foundation. 2.3.2009.

Diunduh dari

<http://www.performingarts.jp/E/s

ociety/0901/1.html>

China's Ministry of Foreign

Affairs . China-Japan-ROK

Cooperation (1999-2012).

<http://www.gov.cn/english/officia

l/2012-

05/10/content_2133893.htm>

diunduh pada tanggal 22 mei 2013

Charles Oman,

„Globalization, regionalization, and

inequality‟, in: Andrew Hurrell &

Ngaire Woods (Eds), Inequality,

Globalization and World Politics

(Oxford University Press, 1999),

diakses pada tanggal 5 April 2013

<

http://www.globaleconomicgovern

ance.org/wp-

content/uploads/Order,%20Globali

zation%20and%20Inequality.pdf >

Chil Ho Cho, , Korean Wave

in Malaysia and Changes of The

South Korea – Malaysia Relations.

Diakses dari

http://jpmm.um.edu.my/filebank/pu

blished_article/620/JPMM%20201

0_1%20Cho,%20Chul%20Ho.pdf

Chua and Iwabuchi. 2008.

East Asian Pop Culture: Analyzing

The Korean Wave. Hongkong.

Hongkong University.

Doboo, Shim.2006.

Hybridity and the rise of Korean

Popular Culture in Asia.

Daniel S. Papp.

Contemporary International

Relations: Frameworks For

Understanding , (United States Of

America: Allyn and Bacon , 1997)

David Alexandre,H. 2013.

South Korea‟s Public Diplomacy :

A Cultural Approach. Södertörn

University

David A.Hjalmasrsson.

2013. South Korea‟s Public

Diplomacy:A Cultural Approach.

Institution of Social Science.

Soderton University

David Kang and Jiung

Bang. 2013. Japan – Korea

Relations: Leaderships Changes

and National Tajectories. A

Triannual E-Journal on East Asian

Bilateral Relations. University of

Southern Korea

EEA and Norway Grants,

Guideline for strengthened bilateral

relations 2009-2014

Federal Research Division

of the Library of Congress. 1986-

1998. Korea Under Japanese Rule.

U.S Department of The Army.

<http://countrystudies.us/south-

korea/7.htm>

Haksoon Yim. 2002.

Cultural Identity and Cultural

Policy In South Korea. Routledge

Tylor & Francis Group. Korea

Culture and Contents Agency,

Seoul, South Korea

Ingyu Oh. 2009. Hallyu: The

Rise of Transnational Consumers

in China and Japan. THE

INSTITUTE OF KOREAN

STUDIES.

John Shea O’ Donnell,

Culture Bridge: Treaty of

Annexation . diunduh dari

http://www.johnsheaodonnell.com/

CulturalBridgeProductions/kr_anne

x.htm

Kanryuu Inpakuto Tokyo:

KoodanshaPeter J. Katzenstein.,

dan Shiraishi, Takashi., ed. 2006.

Beyond Japan: The Dynamics of

East Asian Regionalism. Diakses

pada tanggal 28 Maret 2013 <

http://coombs.anu.edu.au/SpecialPr

oj/ASAA/biennial-

conference/2006/Yasumoto-Seiko-

ASAA2006.pdf >

Kaye. 6000 people anti-

hallyu protest against Fuji TV.

Augustus, 22-2011.

<http://www.koreaboo.com/index.h

tml/_/general/6000-people-at-anti-

hallyu-protest-against-fuji-tv-

r9239>

Kazuo Hori, Japan’s Incorporation of

Takeshima in to Its Territory In 1905,

Korea Observer Journal, Vol. 28, 1997

Kim, Ny Ha. Competing for Australians

Tourist:Affective Images of Korea,

Japan and China. University of Florida

Korean Culture and

Information Service (KOCIS),

2011, K-Drama: A New TV Genre

With Global Appeal.

<www.kocis.go.kr>

Korean Culture and

Information Service. 2011. The

Korean Wave : A New Pop Culture

Phenomeon. Republic of Korea.

www.kocis.go.kr

Kozhakhmetova, Dinara.

2012. Soft Power of Korean

Popular Culture in Japan: K-Pop

Avid Fandom in Tokyo.Centre For

East and South-East Asian Studies.

Lund Unkiversity.

Leonard, Mark. Public

Diplomacy. The Foreign Policy

Centre. 2002. London.

http://fpc.org.uk/fsblob/35.pdf

Li, Quan, Aleksandr

Vashcilko, & Tatiana Vaschilko.

Interstate Political Relations and

Bilateral FDI Flow. (Cambridge:

Harvard University, 2010), hal 1-

27 dalam

https://ncgg.princeton.edu/IPES/20

10/papers/S1015_paper2.pdf

Lukmanda, Reza. Hallyu

Sebagai Soft Power Korea Selatan

di Indonesia. Tesis. Jurusan Ilmu

Hubungan Internasional,

Universitas Gajah Mada,

Jogjakarta. (2012)

Mikio, Sugimoto. 2010. A

NEW LOOK AT THE

ANNEXATION OF KOREA.

Committee Against Government

Apologies to Korea. diunduh pada

tanggal 16 April 2014 <

http://www.sdh-

fact.com/CL02_1/89_S4.pdf >

Min-Hwan , Kim . Dramatic

changes at MBC : MBC must take

over its ownership rather than

remain under the influence of

political circles. 2009. diakses pada

tanggal 13 januari 2013, Artikel

dalam situs

<http://koreajoongangdaily.joinsms

n.com>

Moore, Dewey. 2012.

Korea‟s Public Dipomacy : A New

Initiative For The Future. The

Asian Institute for Policy Studies.

Mortuza, Khaled. 2007.

Park Chung-Hee‟s Industrialization

Policy and its Lessons for

Developing Cuntries. A paper for

the World Congress for Korean

Studies-2007. Busan

ndrew C. Nahm,

Introduction to Korean History and

Culture, 1993, Hollym Corp.

Publishers,Seoul

Nye , J . S. (2005) , „Soft

Power and Higher Education„,

Forum for the Future of Higher

Education, tanggal 02 Desember

2012.

<http://www.educause.edu/Resourc

es/SoftPowerandHigherEducation>

Nye, J.S. (2003), „The Velvet

Hegemon,‟ Foreign Policy, no.

136: 74 dalam Hackbarth, J R.

(2009), „Soft Power and Smart

Power in Africa‟,Strategic Insights,

Volume VIII, Issue 1:1-19 ,(Center

for Contemporary Conflict)

Nye, Jr.,Joseph. (2004)

“Soft Power: The Means to

Success in World Politics” New

York Public Affairs.

Public Diplomacy Alumni

Association.

http://pdaa.publicdiplomacy.org/

?page_id=6

Public Diplomacy at the

Crossroads: Definitions and

Challenges in an “Open Source”

Era. Vol.32:3 . Institute for

Democratic Governance and

Innovation. Kennedy School of

Government.

Peterkova, Jana. 2008.

Public Diplomacy – an Instrument

of Foreign Policy. University of

Economics, Prague.

Ravina, Mark. 2009. Introduction :

Copceptualizing the Korean Wave.

Southest Review of Asian Studies.

Volume 31. Emory University.

Rumi SAKAMOTO and

Matthew Allen, "Hating „The

Korean Wave'‟‟ Comic Books: A

sign of New Nationalism in Japan?

http://www.japanfocus.org/-

mathew-allen/2535

Sang-Yeon Sun. 2010.

“Constructing a New Image.

Hallyu inTaiwan.” University of

Vienna.

Sean,Fern. 2005. Tokdo or

Takeshima? The International Law

of Territorial Acquisition in the

Japan-Korea Island Dispute.

Stanford Journal of East Asian

Affairs.

Seongho sheen. Japan –

South Korea Relations: Slowly

lifting the burden history? . (ASIA

Pasific Center, 2003) [online]

www.apcss.org

Shim, Doobo (2011)

“Korean Wave in Southeast Asia”

Kyoto Review of South East Asia,

Diunduh pada tangal 19 April 2014

<

http://kyotoreviewsea.org/KCMS/?

p=251&lang=en>

Shim, Dobo. 2008. Preparing for the post-

Korean Wave Age.

Sir Harold Nicolson. 1988. Diplomacy.

Institute for The Study Diplomacy Editio,

Washington.

Stephen D. Carroll, Korean – Japanese

Agreement (November 17,1905) diunduh

dari http://asiep.free.fr/coree/dossier/traite-

protectorat-japon-1905.htm

Soederberg, Marie. (2005).

Changes in Japan‟s Foreign and

Security Policy, diakses pada 8

november 2012

<http://www2.tku.edu.tw/~ti/Journ

al/9-2/921.pdf>

Sonia, Ryang. 1999. East

Asian History. Institute of

Advanced Studies. Australian

National University.

Stanley J. Grenz. 2004.

(Pop) Culture: Palyground of the

Spirit or Diabolical Device?.

Cultural Encounters: A Journal for

the Theology of Culture. Portland.

diakses dari

http://www.stanleyjgrenz.com/artic

les/(pop)culture.pdf

Sung Sang-Yeon. 2008.

Why are Asians Attracted to

Korean Pop Culture?. The Korea

Herald (eds). Korean wave. Seoul:

Jimoondang. Diunduh pada tangal

19 April 2013 <

http://digitalcommons.iwu.edu/cgi/

viewcontent.cgi?article=1207&con

text=respublica.pdf>

Sumiko, Mori. 2006. Japan‟s

Public Diplomacy and Regional

Integration in East Asia : Using

Japan‟s soft Power . Harvard

University

The Government of Japan.

2003. Japan-Republic of Korea

Summit Joint Statement- Building

the Foundations of Japan-ROK

Cooperation toward an Age of

Peace and Prosperity in Northeast

Asia. Diunduh dari

http://www.mofa.go.jp/region/asia-

paci/korea/pv0306/pdfs/joint.html

Tuk, William. The Korean

Wave : Who Are Behind the

Success of Korean Pupolar Culture.

2012. Master Thesis . Laiden

University

U.S library of Congress:

Korea under Japanese Rule

http://countrystudies.us/south-

korea/7.htm

Yang Seung Yoon. 2004.

Politik Luar Negeri Korea Selatan.

Yogyakarta: UGM Press. Diunduh

pada tanggal 5 Maret 2013

<http://search.informit.com.au/doc

umentSummary;dn=375798006540

388;res=IELHSS>

Yasumoto, Seiko. Japan and

Korea as a Source of Media and

Cultural Capital ed. 2006.

Department of Japanese Studies,

University of Sydney, diunduh

pada tanggal 10 April 2013. <

http://coombs.anu.edu.au/SpecialPr

oj/ASAA/biennial-

conference/2006/Yasumoto-Seiko-

ASAA2006.pdf.>

Yi-Taejin. The Annexation

of Korea Failed to Come into

Being –Forced Treaties and Japan‟s

Annexation of Great Han Empire.

Soul Journal of Korean Studies,

Vol.18.

ARTIKEL ONLINE

An article source from

engls.kbs.co.kr… published by

Hancinema The Korean Movie &

Drama Database. 03/09/2006

[online]

http://www.hancinema.net/hallyu-

cinema-festival-premier-to-be-

held-in-tokyo-5474.html

Artikel allkpop

http://www.allkpop.com/article/201

1/09/2ne1-establishes-a-strong-

debut-in-japan/feed

BBC Indonesia. Pemimpin

Oposisi Jepang Berkunjung ke Kuil

Yasukuni. Artikel 17 oktober 2012

. diakses dari

http://www.bbc.co.uk/indonesia/du

nia/2012/10/121017_jepang_kuil.s

html

Brief History Of KTO

diakses dari

http://kto.visitkorea.or.kr/eng/overv

iew/About/history.kto#tab05

Chartrand Hardy- Benoit.

Ball in Abes‟s courwith Japan-

South Korea ties. Artikel [online]

http://globalpublicsquare.blogs.cnn

.com/2014/07/17/ball-in-abes-

court-with-japan-south-korea-ties/

Cold War International

History Project. Meet the decision-

makers and Major players. Diakses

dari

http://legacy.wilsoncenter.org/cold

warfiles/index-33794.html

Cultural Exchange Program.

Diakses dari

http://english.kofice.or.kr/kofice/ac

tivity.asp pada tanggal 19.08.2014

Department Global

Communication and Contents

Division. 2013. Korea-Japan

Festival to 21st Century. [online]

http://www.korea.net/NewsFocus/

Culture/view?articleId=112946

Greetings. Diakaes dari

http://english.kofice.or.kr/kofice/gr

eetings.asp pada tanggal 21-08-

2014

“Giliran Korea Selatan Demo

Anti-Jepang di Seoul .” Diunduh

dari

http://www.wartanews.com/interna

sional/117755336/giliran-korea-

selatan-demo-anti-jepang-di-seoul

Globalization 101: Pop

Culture. Diakses dari

http://www.globalization101.org/p

op-culture/ pada tanggal 10-08-

2014

Hendri F.Isnaeni. Sengketa

Masa Lalu. 2010. Majalah

Historia. Diakses dari

http://historia.co.id/?d=814

Japan, Power Exporter of

programs format. Diakses

darihttp://webzine.kofice.or.kr/201

108/eng/sub_03_04.asp

“Korean cultural organization

to hold Asian TV drama writers'

conference in Japan” diakses dari

http://english.yonhapnews.co.kr/cul

turesports/2012/06/26/68/07010000

00AEN20120626003600315F.HT

ML pada tanggal 20-08-2014

Korean Film Archive

(KOFA). 100 Korean Films (2006).

Diakses dari

http://www.koreafilm.org/feature/1

00_94.asp

KTO catering to Japanese

tourists. Di akses dari

http://www.koreatimes.co.kr/www/

news/nation/2014/06/386_134469.

html

March First Movement.

[online]

www.Gobal.britannica.com/EBche

cked/topic/364173/March-First-

Movement

March 2005 Dong-A Ilbo

opinion Poll o South Korea

attitudes Towards Japan and Other

Nations.

<http://mansfieldfdn.org/program/r

esearch-education-and-

communication/asian-opinion-poll-

database/listofpolls/2005-

polls/march-2005-dong-a-ilbo-

opinion-poll-on-south-korean-

attitudes-toward-japan-and-other-

nations/> diunduh pada tanggal 19

Mei 2014

March 2005 Dong-A Ilbo

opinion Poll On Japanese Attitudes

Toward China and Other Nations .

diakses dari

<http://mansfieldfdn.org/program/r

esearch-education-and-

communication/asian-opinion-poll-

database/listofpolls/2005-

polls/march-2005-dong-a-ilbo-

opinion-poll-on-chinese-attitudes-

toward-japan-and-other-nations/>

Ministry of Culture, Sports

and Tourism . 2006. Hallyu is new

growth engine in culture industry .

diakses dari

http://www.mct.go.kr/english/korea

Info/news/newsView.jsp?pSeq=49

2

Mnet „Superstar K6‟ Holds

Global Auditions In Japan and

Recieves Huge Response” diakses

dari

http://www.kpopstarz.com/articles/

86645/20140404/mnet-superstar-

k6-holds-global-auditions-in-japan-

and-receives-huge-response.htm

“Intip Yuk Cara Audisi

Calon K-Pop Tipa Agensi” diakses

dari

http://www.tempo.co/read/news/20

12/12/01/219445215/Intip-Yuk-

Cara-Audisi-Calon-K-pop-Tiap-

Agensi

“Principals Goals and

direction of Korean Cultural

Diplomacy and related policies”

diakses dari

http://www.mofat.go.kr/english/hel

p/include/newopenmofat.jsp?MOF

ATNAME=English&INDEXNAM

E=MOFAT_HOME&PK=298757

KEY313&SEQNO=298757&PAR

TNAME=TYPE_ENGLISH

“The 8th

TV Drama

Conference of ASIA 2013”

Diakses dari

http://english.kofice.or.kr/kofice/dr

ama_list.asp pada tanggal 18-08-

2014

Visit Korea Year promotion

Video for Asia (Japanese). Courtesy

dari Youtube diakses dari

http://www.youtube.com/watch?v=vP

z64GMauOo

VOA (Voice Of America).

AS Minta Jepang dan Korea

Selatan Perbaiki Hubungan .

Artikel pada hari Kamis, 21

Agustus 2014. Diakses dari

http://www.voaindonesia.com/cont

ent/as-minta-jepang-dan-korea-

selatan-perbaiki-hubungan-

/1864393.html

“What is Cultural

Diplomacy” Diakses dari

http://www.culturaldiplomacy.org/i

ndex.php?en_culturaldiplomacy

Why do they do that? Korean

culture and the K-pop industry.

Diakses dari

http://beyondhallyu.com/k-

pop/how-korean-culture-has-

shaped-the-k-pop-industry/ pada

tanggal 20-08-2014

DOKUMEN

Promotion of Korean Culture

Through the “Korean Wave”,

dalam 2006 Diplomatic White

Paper, diakses dari

http://www.operationspaix.net/DA

TA/DOCUMENT/3373~v~Diplom

atic_White_Paper_2006.pdf

Supporting overseas

Screening of Korean Films and TV

Dramas dalam “White Paper

2008”, diakses dari

http://www.mofa.go.kr/ENG/policy

/whitepaper/index.jsp?menu=m_20

_160

VIDEO

Joseph Nye-Soft Power and

Public Diplomacy in the 21st

.Courtesy youtube