PERAN KOREAN WAVE (HALLYU) DALAM PERKEMBANGAN KERJASAMA KEBUDAYAAN JEPANG – KOREA
Transcript of PERAN KOREAN WAVE (HALLYU) DALAM PERKEMBANGAN KERJASAMA KEBUDAYAAN JEPANG – KOREA
PERAN KOREAN WAVE (HALLYU) DALAM PERKEMBANGAN
KERJASAMA KEBUDAYAAN JEPANG – KOREA
Ida Ayu Pawitra Sari
Hubungan Internasional Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Hubungan Korea Selatan dengan Jepang terlihat tidak begitu harmonis dikarenakan
masih adanya isu-isu yang belum terselesaikan. Isu-isu seperti sengketa pulau Dokdo,
perempuan-perempuan Korea yang dulu pernah dijadikan sebagai budak seks oleh militer
Jepang, dan kebudayaan didasari oleh sejarah kedua negara. Jepang pernah menjajah Korea
Selatan selama 35 tahun. Dengan hal tersebut membuat Korea Selatan melancarkan diplomasi
publik ke Jepang melalui kebudayaan populer Korea Selatan. Citra yang dibangun Korea
Selatan melalui konten budaya populer Korea Selatan atau yang biasa disebut dengan Hallyu
oleh masyarakat global, bertujuan untuk mengubah impresi masyarakat Jepang terhadap
masyarakat Korea Selatan. Melalui Hallyu masyarakat Jepang melihat masyarakat Korea
sebagai masyarakat yang baik, cantik, tampan dan ramah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Hallyu berperan sebagai
diplomasi publik Korea Selatan dalam perkembangan kerjasama kebudayaan Korea Selatan
dan Jepang. Korea Selatan melakukan diplomasi publik ke Jepang melalui dua aspek yaitu
people to people, dan government to people. People to people yaitu antara idustri hiburan
Korea Selatan dengan masyarakat Jepang, sedangkan government to people pemerintah
Korea Selatan mendirikan beberapa organisasi yang berada dibawah kementrian kebudayaan
Korea Selatan seperti Korean Tourism Organization (KTO) dan Korean Foundation
International Cultural Exchange (KOFICE).
Keyword: Hallyu, Korea Selatan, diplomasi publik, kerjasama kebudayaan
PENDAHULUAN
Secara geografis letak Korea Selatan
dengan Jepang memang sangatlah
berdekatan namun kedua negara
mempunyai isu sejarah yang tidak dapat
dilupakan. Isu sejarah tersebut adalah
Jepang pernah menduduki dan menjajah
negara Korea selama 35 tahun, mulai dari
1910 sampai 1945.1
Dengan apa yang telah dilakukan oleh
Jepang terhadap Korea pada masa
kolonialisme adalah wajar apabila warga
Korea menyimpan dendam terhadap
Jepang sehingga juga mempengaruhi
pandangan warga Korea akan Jepang saat
ini begitu juga sebaliknya, Jepang
memandang Korea Selatan sebagai negara
yang berada dibawah kekuasaannya. Hal
ini juga mempengaruhi hubungan dan
kerjasama atar kedua negara tersebut.
Kondisi dimana Kedua negara tidak
dapat melupakan apa yang terjadi di masa
penjajahan menyebabkan masih banyak
warga Korea Selatan yang masih
menyimpan sentimen pribadi terhadap
Jepang walaupun negara mereka telah
merdeka. Begitu juga dengan masyarakat
Jepang yang selalu mamandang remeh
masyarakat Korea Selatan. Anti- Korean
dan anti-Japan muncul sebagai bentuk
sentiment masing-masing negara.
Salah satu bentuk anti-Korea dari
Jepang berupa munculnya sebuah komik
Jepang yang berjudul Kenkanryu.2 Komik
ini merupakan komik yang
menggambarkan tentang masyarakat
Korea yang bodoh dan buruk rupa. Pokok
1 Seongho sheen. Japan – South Korea Relations:
Slowly lifting the burden history? . (ASIA Pasific
Center, 2003) [online] www.apcss.org Diakses
pada tanggal 15 juli 2013 2 Rumi SAKAMOTO and Matthew Allen, "Hating
„The Korean Wave'‟‟ Comic Books: A sign of New
Nationalism in Japan? http://www.japanfocus.org/-
mathew-allen/2535
pembahasan komik ini mengenai skandal
FIFA Piala Dunia 2002, kompensasi yang
diberikan Jepang kepada Korea pada masa
penjajahan Jepang dan juga bagaimana
Korea meniru kebudayaan Jepang.
Sentimen anti-Jepang yang ada di
Korea didasari oleh sengketa pulau
Dokdo.3 Sentiment tersebut semakin
bertambah akan adanya peringatan
“Takeshima Day”4 di Tokyo. Takeshima
Day ini diperingati setiap tanggal 22
Februari oleh pemerintah Jepang untuk
menandai penggabungan pulau-pulau kecil
yang ada di daerah sengketa.
Sengketa Pulau Dokdo atau disebut
juga dengan Takeshima oleh negara
Jepang merupakan isu yang didasari oleh
sejarah kolonialisme Jepang terhadap
Korea. Jepang mengklaim bahwa pulau
Dokdo atau Takeshima tersebut adalah
milik Jepang berdasarkan perjanjian yang
pernah dilakukan oleh kedua negara pada
saat masa kolonialisme. Terdapat juga isu
lainnya yang didasari dari sejarah kedua
negara yaitu isu mengenai wanita – wanita
Korea Selatan yang pada saat Perang
Dunia Kedua dijadikan budak seks oleh
tentara Jepang. 5
Isu-isu tersebut merupakan isu yang
telah lama ada namun sampai saat ini
masih belum terselesaikan dan membuat
hubungan kedua negara terlihat tidak
begitu harmonis. Hal tersebut terjadi
karena yang di inginkan oleh Korea
3 “Giliran Korea Selatan Demo Anti-Jepang di
Seoul .” Diunduh dari
http://www.wartanews.com/internasional/1177553
36/giliran-korea-selatan-demo-anti-jepang-di-seoul
pada tanggal 20-08-2014 4 Takeshima adalah sebutan pulau sengketa oleh
masyarakat Jepang. 5 David Kang and Jiung Bang. 2013. Japan – Korea
Relations: Leaderships Changes and National
Tajectories. A Triannual E-Journal on East Asian
Bilateral Relations. University of Southern Korea.
Selatan adalah permintaan maaf secara
resmi dari Jepan, sedangkan Jepang
menginginkan Korea Selatan melupakan
kejadian masa lampau.6.
Apabila dilihat dari konflik teritorial
dan isu – isu sensitive lainnya antara
Korea Selatan dan Jepang, sentimen antar
kedua negara tersebut masih belum dapat
dihilangkan. Namun, jika dilihat melalui
interaksi budaya yang terjadi antara
masyarakat Korea Selatan dengan Jepang
justru menunjukkan hubungan yang
semakin baik. Kedua negara tampak dapat
sejenak melupakan permasalahan yang
terjadi diantara kedua negara, walaupun
permasalahn tersebut tidak berbentuk
sebagai sebuah konflik militer namun,
permasalahan sejarah dapat mengganggu
hubungan persahabatan antar negara
tetangga.
Dalam hal interksi budaya antar negara,
Korea Selatan dan Jepang mempunyai
kerjasama dalam pertukaran budaya.
Pertukaran budaya ini dianggap sebagai
kerjasama persahabatan dari kedua negara
di tahun 2005.7 Pertukaran budaya ini
dilakukan dengan berbagai macam cara,
salah satunya dengan mengadakan festival
tahunan untuk menampilkan kebudayaan
6 Chartrand Hardy- Benoit. Ball in Abes‟s courwith
Japan-South Korea ties. Artikel [online]
http://globalpublicsquare.blogs.cnn.com/2014/07/1
7/ball-in-abes-court-with-japan-south-korea-ties/
diakses pada tangal 21 juli 2014
7 the Government of Japan. 2003. Japan-
Republic of Korea Summit Joint Statement-
Building the Foundations of Japan-ROK
Cooperation toward an Age of Peace and
Prosperity in Northeast Asia. Diunduh dari
http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/korea/pv0306/pdfs/joint.html
dari kedua negara yang juga
diselenggarakan di dua negara.8
Bentuk lain dari interaksi kebudayaan
kedua negara yaitu kerjasama dalam
memproduksi film dan musik. Hal ini
dilakukan sejak Korea Selatan telah
mencabut larangan impor kebudayaan
Jepang di akhir 1998.9 .Salah satu contoh
film yang dihasilkan dari kerjasama
masyarakat dan elit Jepang dengan Korea
Selatan adalah film Lady Detective dan
“Star: Radiant Love” di tahun 2012.
Kerjasama dalam memproduksi film ini
memang tidak secara langsung melibatkan
pemerintah kedua negara, namun hal itu
dapat dilihat sebagai bentuk ketertarikan
mayarakat Jepang terhadap Korea Selatan.
Hal ini juga dapat dilihat dari Event
Hallyu Cinema Festival yang diadakan di
Tokyo dan Osaka pada tahun 2005. Dalam
festival ini menayangkan 20 film Korea
yang paling populer di Jepang festival film
ini. SPO sebuah korporasi hiburan Jepang
juga ikut berperan dalam
menyelenggarakan festival film tersebut.10
Melalui budaya dan konten budaya
yang telah menyebar di berbagai negara,
Korea Selatan dapat mengkomunikasikan
kepada masyarakat negara lain akan
karakter dan apa yang dimiliki Korea
Selatan. Begitu pula dengan budaya pop
Korea Selatan yang telah menyebar di
berbagai negara. Budaya Pop yang di
8 Department Global Communication and Contents
Division. 2013. Korea-Japan Festival to 21st
Century. [online]
http://www.korea.net/NewsFocus/Culture/view?arti
cleId=112946 9 Chua B.H.and Iwabuchi K., dalam Dinara
Kozhakhmetova. 2012. Soft Power of Korean Pop
Culture in Japan: K-Pop Avid Fandom in Tokyo. 10
An article source from engls.kbs.co.kr…
published by Hancinema The Korean Movie &
Drama Database. 03/09/2006 [online]
http://www.hancinema.net/hallyu-cinema-festival-
premier-to-be-held-in-tokyo-5474.html
miliki Korea Selatan merupakan salah satu
hal yang dapat memberikan gambaran
kepada masyarakat internasional akan
masyarakat Korea Selatan.
Budaya pop yang dimiliki Korea
Selatan ini lebih dikenal dengan sebutan
Hallyu atau Korean Wave. Disebut dengan
Korean Wave atau Hallyu karena hal ini
merupakan sebuah fenomena kepopuleran
budaya Pop Korea Selatan di masyarakat
internasional yang sangat pesat. Dengan
banyaknya ketertarikan masyrakat
internasional akan hal tersebut
menyebabkan, banyak yang ingin
mempelajari dan mengetahui lebih jauh
akan Korea Selatan.
Sebutan Hallyu bermula dari Negara
Cina yang pertamakali terkena demam
budaya pop Korea Selatan melalui drama
dan musik Korea Selatan yang telah
beredar di Cina dan wartawan media Cina-
lah yang menggunakan istilah Hallyu
untuk menjelaskan Hallyu atau Harryu
adalah fenomena populer nya budaya
popular Korea Selatan di dunia
internasional.11
Lain halnya di Jepang, kepopuleran
budaya pop diawali dengan
ditayangkannya serial drama Winter
Sonata dan Dae Jang Geum pada tahun
2005.12
Drama serial Winter Sonata
pertama kali disiarkan di Jepang melalui
stasiun televisi NHK, disiarkan dengan
menggunakan bahasa Korea dan
terjemahan bahasa Jepang. Hal itu
dilakukan agar orisinalitas dan atmosfir
dari drama film tersebut tetap terbangun
bagi penonton.
11
Korean Culture and Information Service. 2011.
The Korean Wave : A New Pop Culture
Phenomeon. Republic of Korea. www.kocis.go.kr
hlm.11 12
Ibid. hlm.23
Populernya drama serial Winter Sonata
di Jepang, menyebabkan aktor di drama
tersebut-Bae Yong Joon- digemari oleh
para wanita Jepang. Drama serial ini
sangat diminati oleh mayarakat Jepang
karena jalan ceritanya yang sederhana dan
terlebih karakter laki-laki korea yang
digambarkan dengan baik, tampan dan
romantis.13
Dimana hal tersebut banyak di
impikan oleh para wanita Jepang.
Setelah suksesnya kedua serial drama
tersebut dan masuknya produk – produk
budaya popular Korea di Jepang,
masyarakat Jepang mulai mendapatkan
sebuah perspektif baru dan positif
mengenai Negara Korea Selatan.
Perspektif yang didapatkan dari drama
tersebut adalah akan sosok laki-laki Korea
Selatan yang diinginkan oleh para wanita
Jepang.
Disini penulis akan mengkaji lebih
detail lagi mengenai bagaimana budaya
Pop Korea masuk ke negara jepang dan
perannya sebagai diplomasi publik Korea
Selatan. Penulis akan mengkaji hal
tersebut dengan menggunakan konsep
Diplomasi Publik untuk menjelaskan
Diplomasi publik Korea Selatan melalui
Hallyu / Korean Wave dalam
perkembangan kerjasama budaya, dalam
hal ini negara jepang.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana peran Hallyu sebagai
diplomasi publik Korea Selatan dalam
perkembangan kerjasama kebudayaan
antar Korea Selatan dan Jepang
13
Korean Culture and Information Service. 2011.
The Korean Wave : A New Pop Culture
Phenomeon. Republic of Korea. www.kocis.go.kr
hlm 25
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengkaji bagaimana peran Hallyu sebagai
diplomasi publik Korea Selatan dalam
perkembangan kerjasama kebudayaan
antar Korea Selatan dan Jepang.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Diplomasi Publik
Sebagaimana yang akan dikaji dalam
penulisan ini, maka pemahaman terhadap
hubungan yang dilakukan pemerintah
suatu negara kepada masyarakat di negara
lain disebut juga diplomasi publik dalam
bentuk lain, yaitu upaya pemerintah suatu
negara untuk mempengaruhi publik atau
pendapat elit dari bangsa lain, dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan dari
target kebijakan luar negeri yang telah
ditentukan. Mark McDowell
menggambarkannya ke dalam bentuk
piramida diplomasi publik sebagai berikut.
Gambar 2.1: Piramida Diplomasi Publik. Sumber :
Marck McDowell (2008)14
14
Mark McDowell. Op.cit., hlm.9.
Piramida tersebut oleh McDowell
kemudian dikategorikan sebagai langkah-
langkah strategis yang dilakukan secara
singkat ataupun berjangka waktu. Pucuk
piramida, yaitu advocacy merupakan
langkah strategis yang semestinya
dilakukan dalam waktu singkat. Sementara
itu pada bagian relationship building dan
branding, programming, events
merupakan langkah-langkah yang
membutuhkan jangka waktu tertentu dan
cenderung lama. Aktivitas yang berada di
bagian bawah piramida pada akhirnya
dapat meningkatkan soft power suatu
negara. Sehingga kemudian dapat
meningkatkan potensi untuk membuat
keberhasilan pada tingkatan yang
diatasnya hingga ke tingkat advocacy.15
Mempengaruhi, menginformasikan
dan memahami sebuah negara ataupun
masyarakat sosialnya melalui kebudayaan
memiliki korelasi atas sumber soft power
dari Joseph Nye. Diplomasi publik
memang tidak terlepas dari soft power
karena diplomasi publik merupakan
sebuah intsrumen terpenting dalam
pelaksanaan soft power.16
Soft power
dalam penjelasan Nye merupakan
kemampuan untuk membentuk persepsi
pihak lain dan merupakan produk dari
politik demokrasi sehari-hari.17
Joseph
Nye kemudian melanjutkan bahwa soft
power bersumber dari tiga hal, yaitu
budaya bangsa, nilai dan ide, serta
kebijakan.18
Secara praktik maka
kemampuan tersebut cenderung terkait
dengan aset-aset yang tidak berwujud,
seperti budaya yang dapat menarik pihak
15
Mark McDowell. Op.cit., hlm.10. 16
Joseph Nye-Soft Power and Public Diplomacy in
the 21st .Courtesy youtube
17 Joseph, Nye. Speech at British Council
Anniversary . courtesy Youtube. 18
Mark McDowell. Op.cit., hlm.7.
Relationship
Building
Branding, Programming, Events
Advocac
y
Advocacy
lain, nilai-nilai politik dan lembaga,
kebijakan yang dianggap sah dan memiliki
otoritas moral. Oleh sebab itu hal yang
membedakan antara diplomasi publik
dengan soft power terletak pada
fungsinya.19
Diplomasi publik berfungsi
sebagai instrumen pemerintah, sedangkan
soft power merupakan pusat kinerja dari
diplomasi publik.
2. Diplomasi Kebudayaan
Penjelasan akan konsep diplomasi
kebudayaan ini akan digunakan oleh
penulis sebagai turunan dari konsep
diplomasi publik. Seperti yang
dikemukakan oleh salah satu penulis
tentang diplomasi kebudayaan Tulus
Warsito dan Wahyuni Kartikasari bahwa
diplomasi kebudayaan merupakan sebuah
upaya suatu negara untuk
memperjuangkan kepentingan nasionalnya
melalui dimensi kebudayaan, baik secara
mikro seperti ilmu pengetahuan /
pendidikan, kesenian, olahraga ataupun
secara makro seperti propaganda.20
Aktor yang terlibat dalam kegiatan
diplomasi kebudayaan ini tidak hanya
aktor negara namun, aktor non-negara juga
mempunyai peran penting dalam hal
tersebut. Hubungan diplomasi ini dapat
terjalin melalui hubungan antar
pemerintah-pemerintah, pemerintah-
swasta, pribadi-pribadi, dan seterusnya.
Tujuan utama dari diplomasi ini adalah
untuk mempengaruhi pendapat umum
untuk mendukung suatu kebijakan luar
negeri. Sasaran dilakukannya diplomasi
kebudayaan ini sebenarnya adalah
19
Joseph, Nye. Op.cit. 20
Tulus Warsito & Wahyuni Kartika Sari,
DIplomasi Kebudayaan, Konsep dan Relevansi
Bagi Neagar Berkembangn : Studi Kasus
Indonesia, (Yogyakarta:Penerbit Ombak,2007)
hlm.2
pendapat umum, baik pada level nasional
maupun internasional.21
Melalui penjelasan mengenai
diplomasi publik sebelumnya, dapat di
tarik sebagai benang merahnya dengan
diplomasi publik yaitu jenis konsep
diplomasi kebudayaan menurut bentuknya.
Dari segi bentuk, diplomasi kebudayaan
dapat dilakukan dengan cara: eksebisi
(perdagangan, pariwisata, pendidikan,dsb),
propaganda (penyebaran informasi melalui
media), kompetisi (pertandingan atau
kegiatan olahraga), penetrasi (idiologi
atupun sudut pandang), negosiasi
(pertukaran budaya, maupun bentuk
kerjasama makro lainnya), dan pertukaran
ahli. 22
Namun, dari segi tujuan, diplomasi
kebudayaan ini biasanya bertujuan untuk
mencari pengakuan , bujukan, penyesuaian
dan hegemoni.23
Dengan tujuan seperti itu
maka yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan diplomasi tersebut adalah
melalui pariwisata, olahraga, pendidikan,
perdagangan , dan juga kesenian.
OPERASIONALISASI KONSEP
Penelitian ini memiliki fokus pada
proses implementasi diplomasi publik
Korea Selatan di Jepang. Konsep
diplomasi publik Mc Dowell dipergunakan
oleh penulis untuk memahami dan
menjelaskan proses diplomasi publik
Korea Selatan di Jepang. Konsep
diplomasi publik Mc Dowell digunakan
karena pendekatan kebudayaan dilakukan
dalam aktivitas diplomasi public, sesuai
21
Ibid. hlm.4 22
Ibid. hlm 19-6 23
“What is Cultural Diplomacy” Diakses dari
http://www.culturaldiplomacy.org/index.php?en_cu
lturaldiplomacy
Masyarakat
Jepang
Masyarakat
Korea
Selatan
Korea
Selatan Jepang dengan fokus dan permasalahan yang
diangkat oleh penulis.
Dalam konsep diplomasi public dari
McDowell, proses diplomasi publik
menggunakan alur sebagai berikut:
Gambar 2.2: Grafik pola pemikiran
Diplomasi Publik Mark McDowell.
Sumber: McDowell,Mark (2008.)
Dari pola diatas dijelaskan sebagaimana
konsep diplomasi dilakukan dari negara A
ke negara B. Menurut Mark Mc Cordwell
sebuah negara dapat mempengaruhi negara
lain melalui masyarakatnya.24
Sebagai
contoh negara A akan melakakun aktivitas
diplomasi publik melalui masyarakat B
dengan cara membentuk dan
mempromosikan citra positif-nya kepada
masyarakat negara B, sehingga hal
tersebut dapat memaksa pemerintah B
untuk mengambil sebuah kebijakan. Selain
melalui cara tersebut, dapat dilakukan
dengan hal lain untuk mempengaruhi
masyarakat B. Hal tersebut bisa saja
dilakukan melalui aktivitas yang
dilakakukan oleh masyarakat A seperti
adanya pertukaran budaya, festival film
ataupun festival kesenian lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka
dapat dioperasionalisasikan sesuai dengan
isu yang diambil oleh penulis sebagai
berikut:
24
Ibid.
Gambar 2.3 : Skema Pemikiran dibuat oleh penulis
Keterangan:
: Hubugan kerjasama kebudayaan
Jepang-Korea Selatan
: Kebijakan diplomasi publik Korea
Selatan melalui Hallyu
: Konten budaya / produk Hallyu
seperti film, drama serial,
musik.
: Mempengaruhi pemerintahan
Jepang secara tidak langsung
melalui citra negara Korea
Selatan yang telah dibentuk dari
Hallyu.
: Mempengaruhi pemerintahan
Jepang akan minat masyarakat
Jepang melalui produk Hallyu.
HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka pemikiran dan
permasalahan di atas, maka penulis
mencoba membuat dan merumuskan
hipotesis sebagai berikut: Korean Wave
berperan sebagai diplomasi publik Korea
Selatan dalam mempengaruhi masyarakat
jepang sehingga meningkatkan kerjasama
kebudayaan Jepang-Korea Selatan.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
penelitian ini adalah kulitatif deskriptif.
Dimana dalam penelitian kualitatif, data
yang duganakan untuk mengkaji fenomena
merupakan data sekunder seperti karya
ilmiah, buku, ataupun jurnal-jurnal
lainnya. Sedangkan yang dimaksut dengan
deskriptif yaitu jenis penelitian yang
berusaha untuk menggambarkan dan
mendokumentasikan kondisi atau sikap
sehingga dapat menjelaskan sesuatu yang
ada.25
Penelitian deskriptif merupakan suatu
usaha untuk menjelaskan sebuah peristiwa
secara sebagaimana adanya, sehingga
bersifat mengungkap fakta, dan hasil
penelitian ditekankan pada gambaran
objek tentang keadaan yang sebenarnya
dengan objek yang diteliti.26
Hipotesis
yang dibangun dalam jenis penelitian
deskriptif ini adalah hipotesis yang mampu
menjawab gambaran kondisi yang ada dari
objek penelitian berdasarkan data-data
yang telah dikumpulkan dan diolah
sehingga memunculkan jawaban yang
menggambarkan kondisi yang ada.27
Teknik analisa data yang dilakukan
penulis adalah teknik deskriptif-kualitatif.
Metode analisa deskriptif – kualitatif
dilakukan penulis dengan menggunakan
pemamparan fakta-fakta maupun kondisi
yang sebenarnya terjadi dari pengolahan
data-data yang telah dikumpulkan. Data
yang digunakan oleh penulis didapatkan
melalui buku-buku literature, tulisan-
tulisan dan karya ilmiah lainnya, serta
berita melalui media cetak dan hasil
diskusi forum.
25
Rachmat, Kriyantono. 2006. Teknik Praktis Riset komunikasi . Jakarta. hlm.69 26
Nadzir. 1988.Metode Penelitian. Jakarta. Hlm. 64 27
Ibid.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemerintah Korea Selatan telah
menjadikan Korean Wave sebagai
diplomasi publiknya sejak tahun 2005.
Hal ini seperti yang dijelaskan dalam
kebijakan luar negeri yang dimiliki
Korea Selatan sejak tahun 2005 bahwa
dalam usaha membangun citra positif
dari “Korean Wave” , Ministry of
Foreign Affairs and Trade telah
terlibat dalam kegiatan diplomasi
publik Korea Selatan dalam hal
meningkatkan kegiatan budaya dan
mempromosikannya untuk lebih
meningkatkan citra nasional sebagai
negara terkemuka di bidang
kebudayaan.28
Melalui pernyataan
tersebut, dapat dikatakan juga bahwa
Korean Wave dapat menjadi bagian
dalam diplomasi kebudayaan Korea
Selatan dalam memperkenalkan Korea
Selatan ke dalam masyarakat
Internasional. Dijelaskan lebih lanjut
dalam Principal Goals and Direction
of Korean Cultural Diplomacy pada
tahun 2007, yaitu sebgai berikut:29
1. Mendorong kerjasama dengan negara-
negara lainnya dengan melakukan
pertukaran budaya. Langkah awal untuk
mendorong adanya kerjasama antar
negara tersebut dapat dilakukan dengan
mendukung berbagai program
28
Promotion of Korean Culture Through the
“Korean Wave”, dalam 2006 Diplomatic White
Paper, diakses dari
http://www.operationspaix.net/DATA/
DOCUMENT/3373~v~Diplomatic_Wh
ite_Paper_2006.pdf pada tanggal 11-8-
2014 29
“Principals Goals and direction of Korean Cultural Diplomacy and related policies” diakses dari http://www.mofat.go.kr/english/help/include/newopenmofat.jsp?MOFATNAME=English&INDEXNAME=MOFAT_HOME&PK=298757KEY313&SEQNO=298757&PARTNAME=TYPE_ENGLISH
pertukaran budaya yang dilaksanakan
oleh pemerintah ataupun Non-
Governmental.
2. Memperkuat daya saing nasional
melalui peningkatan citra nasional.
Melalui dua tujuan utama dari
diplomasi kebudayaan tersebut, ada
beberapa hal yang dilakukan oleh
pemerintahan Korea Selatan dalam
menjalankan diplomasi kebudayaan.
Beberapa kegiatan tersebut adalah:
melaksanakan aktivitas promosi dan
budaya secara komprehensif dan
sistematis, mendirikan dan
mengembangkan strategi promosi dan
budaya sesuai dengan negara ataupun
daerah yang dituju, memperkuat
kemitraan dengan organisasi lokal
serta beberapa perusahaan Korea
Selatan di dalam ataupun diluar
negeri, memperluas program
kebudayaan berorientasi masa depan,
dan berpartisipasi aktif dalam
organisasi internasional.30
Melalui kebijakan tersebut, Korea
Selatan berupaya dalam mendorong
perkembangan film-film Korea dan
juga drama Korea Selatan untuk
mempromosikan kebudayaan Korea
Selatan ke masyarakat internasional.
Seperti yang telah dijelaskan dalam
Diplomatic White Paper 2008, bahwa
Kementrian Luar Negeri dan
Perdagangan Korea Selatan dalam
memperkenalkan Budaya Korea ke
negara-negara luar juga dengan
mendorong diplomasi publik melalui
penawaran dokumentasi dan video ke
beberapa stasiun televisi negara lain
seperti Jepang, Cina dan Taiwan,
berbagai video dokumentasi tersebut
30
Ibid.
merupakan video yang mengambarkan
Korea dan juga kebudayaan Korea .31
Korea Selatan melakukan
beberapa aktifitas diplomasi
kebudayaan melalui beberapa
organisasi pemerintah Korea yang
bergerak dibawah Kementrian
Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata
Korea Selatan. Organisasi-organisasi
seperti Korean Tourism Organization
(KTO) dan Korean Foundation For
International Cultural Exchange
(KOFICE) merupakan organisasi yang
sangat berperan penting dalam
memperkenalkan Korean Wave ke
dalam negerinya dan juga ke negara-
negara lain yang ada di dunia. Hal
tersebut juga telah dijelaskan dalam
Diplomatic White Paper 2006 bahwa
“The ministry has set up public
relations offices overseas called
“Korea Plaza” to strengthen the
country's image through the
globalization of hallyu, the boom of
Korean pop culture overseas. The
Korea Plaza project is based on the
“C-Korea Vision 2010” announced
last year. In particular, the
government will support exchanges of
cultural contents with foreign
countries away from unilateral or
export-oriented activities.”32
31
Supporting overseas Screening of Korean Films
and TV Dramas dalam “White Paper 2008”,
diakses dari
http://www.mofa.go.kr/ENG/policy/whitepaper/ind
ex.jsp?menu=m_20_160 diakses pada tanggal 12-
08-2014 32
Ministry of Culture, Sports and Tourism . 2006. Hallyu is new growth engine in culture industry . diakses dari http://www.mct.go.kr/english/koreaInfo/news/newsView.jsp?pSeq=492 pada tanggal 16-08-2014
Dari keterangan diatas dapat
disimpulkan bahwa Pemerintah Korea
Selatan sangat baik dalam
memanfaatkan ekspor kebudayaan
Korea Selatan dan ketenaran
kebudayaan populer Korea Selatan
(HALLYU) di masyarakat global untuk
memperlihatkan image yang dimiliki
oleh Korea Selatan. Hal ini dapat
dikatakan juga bahwa aktifitas yang
ada dalam diplomasi kebudayaan juga
membawakan hasil yang serupa
dengan tujuan diplomasi publik, yaitu
: meningkatkan apresiasi masyarakat,
meningkatkan kedekatan antara
negara, melibatkan masyarakat dalam
sebuah negara, dan mempengaruhi
masyarakat negara lain.
6.1 Bentuk dari Proses Diplomasi
Kebudayaan Korea Selatan dalam
Aspek People to People
Proses diplomasi kebudayaan
dalam people to people ini dapat
dilakukan melalui adanya interaksi
kebudayaan antara masyarakat Korea
Selatan dengan masyarakat Jepang.
Hal ini dapat ditunjukan melalui
kegiatan para industri hiburan Korea
Selatan dalam mengembangkan
produk budaya populer Korea Selatan
(produk Hallyu). Seperti yang terlah
dipaparkan di pembahasan
sebelumnya bahwa terdapat beberapa
interaksi antara industri hiburan Korea
Selatan dalam bentuk sebuah agensi
hiburan kepada masyarakat Jepang.
Kegiatan tersebut seperti dua
agensi hiburan Korea Selatan, yaitu
SM Entertainment, JYP
Entertainment, dan stasiun tv swasta
Korea Selatan (Mnet) mengadakan
sebuah audisi pencarian bakat bagi
calon artis K-pop. Audisi itu pun
mendapatkan respon yang baik dari
masyarakat Jepang.
Dengan adanya interaksi tersebut
dapat dikatakan bahwa Korea Selatan
melakukan aktifitas diplomasi
kebudayaan dengan memanfaatkan
posisi kepopuleran konten Hallyu di
Jepang. Melalui hal tersebut dapat
merubah impresi masyarakat Jepang
terhadap masyarakat Korea Selatan.
Dimana pada saat Hallyu belum
masuk ke Jepang, masyarakat Korea
Selatan mendapatkan kesan yang tidak
baik oleh masyarakat Jepang. Jepang
melihat bahwa masyarakat Korea
Selatan adalah masyarakat yang
bodoh dan mempunyai paras jelek.
Dengan banyak masyarakat
Jepang yang tertarik untuk mengikuti
audisi tersebut, maka bisa dikatakan
impresi masyarakat Jepang terhadap
Korea Selatan telah berubah. Dari
banyaknya peserta dari Jepang yang
menginginkan untuk menjadi seorang
Hallyu Star dapat dikatakan mereka
juga menginginkan untuk menjadi
sosok seperti orang Korea Selatan.
6.2 Bentuk dari Proses Diplomasi
Kebudayaan Korea Selatan dalam
Aspek Government to People
Dari yang telah dikemukakan
oleh penulis pada bab sebelumnya
mengenai peran Pemerintah Korea
Selatan dalam perkembangan Korean
Wave, maka dapat di asumsikan
bahwa Pemerintah Korea Selatan
sejak dulu telah mempunyai
pemikiran untuk mengembangkan
kebudayaan Korea Selatan. Peran
Pemerintah Korea Selatan dimulai
ketika budaya Pop Korea Selatan telah
menyebar dan dikenal ke berbagai
negara. Sampai pada akhirnya Budaya
Pop Korea Selatan lebih berkembang
dan dikenal oleh masyarakat
internasional.
Dengan adanya dukungan
pemerintah ke masyarakat dalam
mengembangkan kebudayaannya,
perkembangan Korean Wave
khusunya di Jepang dapat berkembang
sampai saat ini. Dan dengan
dibentuknya oraganisasi-organisasi
resmi dari pemerintah yang terfokus
untuk mengembangkan kebudayaan
Korea Selatan, maka dengan hal
tersebut kebudayaan Korea Selatan
dapat lebih mudah untuk masuk ke
negara-negara lain.
Organisasi Pemerintah Korea
Selatan yang menurut penulis cukup
mewakili untuk menjelaskan aktivitas
diplomasi kebudayaan yang dilakukan
ke Jepang, sebagai bentuk diplomasi
publik Korea Selatan adalah Koren
Tourism Organization (KTO) dan
Korean Foundation International
Cultural Exchange (KOFICE). Sub
bab berikut akan lebih menjelaskan
mengenai program-program dari
kedua organisasi.
6.3.1. Kegiatan Diplomasi
Kebudayaan Korea Selatan
Melalui KTO (Korean
Tourism Organization)
KTO didirikan oleh menteri
kebudayaan Korea Selatan dan
mempunyai tujuan untuk
mempromosikan Korea Selatan melalui
sektor pariwisata. Organisasi ini
didirikan pada tahun 1962 sebagai
sebuah perusahaan investasi pemerintah
yang bertanggung jawab dalam
terhadap pengembangan pariwisata
Korea Selatan berdasarkan
pemberlakuan undang-undang promosi
pariwisata Korea Selatan serta
bertanggung jawab dalam
meningkatkan wisatawan ke Korea
Selatan.33
Sejak tahun 2005, berdasarkan
Diplomatic White Paper tahun 2006
Korean Wave menjadi bagian dari
Diplomasi Publik Korea Selatan. Sejak
saat itu Korean Wave / Hallyu juga
dilibatkan dalam mempromosikan
pariwisata Korea Selatan. Beberapa
program tahunan KTO dalam
mempromosikan pariwisata Korea
Selatan ke Jepang dengan melibatkan
Hallyu adalah Visit Korea 2010-2012.34
Dalam mempromosikan Korea
Selatan ke Jepang, KTO melakukan
promosi ini dengan cara melalui media
internet Youtube. Dalam video
berdurasi 32 detik tersebut, tampak
salah satu Bintang Hallyu yang terkenal
di Jepang, yaitu aktor Bae Young Joon
dan video tersebut juga menggunakan
Bahasa Jepang agar mudah dipahami
oleh masyarakat Jepang.35
Selain itu KTO juga mempunyai
program “Premium Guide” untuk, yang
dimaksud dari program tersebut adalah
untuk memandu para wisatawan
Jepang.36
Wisatawan Jepang yang
mengalami disabilitas sempat diundang
oleh KTO untuk melakukan perjalanan
kecil di Korea Selatan.
33
Brief History Of KTO diakses dari http://kto.visitkorea.or.kr/eng/overview/About/history.kto#tab05 pada tanggal 19-08-2014 34
Kim, Ny Ha. Competing for Australians Tourist:Affective Images of Korea, Japan and China. University of Florida. Hlm. 1 35 Visit Korea Year promotion Video for Asia (Japanese). Courtesy dari Youtube diakses dari http://www.youtube.com/watch?v=vPz64GMauOo pada tanggal 24-08-2014
36 KTO catering to Japanese tourists. Di akses dari http://www.koreatimes.co.kr/www/news/nation/2014/06/386_134469.html
Dari data yang didapatkan oleh
penulis mengenai program pemerintah
dalam melakukan diplomasi
kebudayaannya ke Jepang. dapat
dikatakan bahwa KTO melakukan
kegiatan diplomasi ke Jepang dengan
cukup serius.
6.3.2. Aktifitas Diplomasi
Kebudayaan Korea Selatan
Melalui KOFICE (Korean
Foundation for International
Cultural Exchange)
KOFICE didirikan pada tahun 2003
bulan Juni di Seoul, dan mempunyai
tujuan utama untuk meningkatkan
pengertian mengenai kebudayaan
disetiap negara melalui pertukaran
budaya dan bertindak dalam pertukaran
ahli untuk membuka jalannya sebuah
kerjasama dalam membentuk sebuah
fondasi dalam pertukaran budaya dan
juga kerjasama antar bangsa.37
Hal
tersebut dapat dilakukan dalam bidang
edukasi, pertukaran budaya
internasional.
Dalam bidang pertukaran
kebudayaan ke Jepang, KOFICE
melakukan pertukaran program acara
yaitu program acara yang bernama “I
Am a Singer”38
. Program acara ini telah
disiarkan di KNTV (TV kabel) pada
bulan Mei sehingga masyarakat dunia
dapat menikmati program acara
tersebut, namun dengan melihat
bagusnya rating acara tersebut di
Jepang maka KOFICE memutuskan
untuk menjadikan program tersebut
37
Greetings. Diakaes dari http://english.kofice.or.kr/kofice/greetings.asp pada tanggal 21-08-2014 38
Japan, Power Exporter of programs format. Diakses darihttp://webzine.kofice.or.kr/201108/eng/sub_03_04.asp
sebagai program yang diekspor ke
Jepang. Program „I am a singer”
merupakan program acara dalam bentuk
kuis, untuk mengukur peserta kuis
mengenai pengetahuannya akan K-Pop.
Sedangkan program KOFICE
dalam pendidikan dapat dilihat dari
diadakannya konferensi untuk para
penulis drama Korea di Jepang.39
TV
Drama Writers Conference of Asia" ini
diadakan pada bulan july tahun 2012 di
Fukoka, Jepang. Konferensi ini
membicarakan mengenai trend drama
Asia pada saat itu dan kerjasama dalam
memproduksi sebuah film. Konferensi
ini dihadiri oleh ketua dari penulis
naskah TV Korea dan Asosiasi Radio
Korea serta Kazuhiko Ban, penulis
drama serial Hunter Sono Onnatachi.
Sedangkan dalam hal pertukaran
budaya, KOFICE melakukannya
dengan beberapa cara. Namun, kegiatan
pertukaran budaya ini digunakan oleh
Korea Selatan sebagai alat Komunikasi
Korea Selatan terhadap masyarakat
Internasional dan mendorong
penyeberan Budaya Populer Korea
Selatan ke berbagai negara salah
satunya yaitu Jepang.
Pertukaran budaya yang dilakukan
melaui KOFICE salah satunya yaitu
pertukaran budaya melalui Konten. Hal
ini dilakukan melalui pertukaran drama
Korea, film dan dokumentasi.40
Dengan
adanya pertukaran tersebut maka Korea
Selatan juga harus siap dengan
39
“Korean cultural organization to hold Asian TV drama writers' conference in Japan” diakses dari http://english.yonhapnews.co.kr/culturesports/2012/06/26/68/0701000000AEN20120626003600315F.HTML pada tanggal 20-08-2014
40 “The 8
th TV Drama Conference of
ASIA 2013” Diakses dari http://english.kofice.or.kr/kofice/drama_list.asp pada tanggal 18-08-2014
masuknya konten budaya dari negara
lain.
Pertukaran budaya membutuhkan
peran media dalam mempromosikan
terlebih dahulu tentang budaya yang
dimiliki. Maka dari itu salah satu cara
KOFICE dalam melakukan tugasnya
yaitu dengan cara mengumpulkan
beberapa perwakilan media dari
beberapa negara untuk melihat
langsung kebudayaan yang dimiliki
Korea Selatan. Sebagai contoh, pada
tahun 2006 para media diundang oleh
KOFICE untuk meliput dan melakukan
wawancara terhadap Byunghoon Lee
seorang produser drama serial Hallyu
Dae Jang Geum. Hal ini terus
dilakukan tiap tahunnya melalui
program World Culture/press opinion
leaders invitation program.41
Pertukaran budaya tersebut juga
melibatkan para ahli dalam bidang
budaya, guna mengkaji Hallyu dan
menjadikan Hallyu sebagai salah satu
bahan kajian yang pantas di usung,
sehingga hasil akhir dari hal tersebut
juga dapat mempengaruhi opini
masyarakat lain. Selain itu KOFICE
juga mengadakan berbagai macam
festival di negara-negara Asia seperti
Tiwan, Mongol, Hongkong, Vietnam,
dan Jepang. Festival ini tentunya
melibatkan para Bintang Hallyu.
6.3 Pengaruh Hallyu Terhadap
Masyarakat Jepang
Dengan adanya sejarah yang tidak
begitu baik antara Korea Selatan dan
Jepang mengantarkan kepada
41
Cultural Exchange Program. Diakses dari http://english.kofice.or.kr/kofice/activity.asp pada tanggal 19.08.2014
hubungan kerjasama yang tidak
mudah, terutama pada hal kebudayaan.
Permasalahan penjajahan oleh Jepang,
women slavery , textbook, dan
perebutan daerah teritori atau
kepulauan (Pulau Dokdo) antara kedua
negara mempengaruhi cara pandang
masing-masing masyarakat terhadap
kedua negara. Hal tersebut merupakan
salah satu faktor menjadikan hubungan
Korea-Jepang menjadi “close but far
yet”.42
Hal diatas dapat dibuktikan
dengan polling yang pernah dilakukan
oleh salah satu media surat kabar
Korea Selatan bernama Dong – A Ilbo
mengenai jajak pendapat akan sikap
warga Korea Selatan terhadap Jepang
dan negara lainnya dan begitu juga
sebaliknya. Polling ini dilakukan pada
bulan Maret tahun 2005, dan dilakukan
bersama Asashi shimbun of Japan and
The Institute of sociology serta Chinese
Academy of Social Sciences (CASS).
Dalam polling ini terdapat 1,781
masyarakat Jepang dan 1,500
masyarakat Korea Selatan sebagai
responden.
Dari polling ini dapat terlihat
bahwa bagaimana sejarah kedua
negara mempengaruhi pandangan
masyarakat terhadap kedua negara
tersebut. Secara keseluruhan hanya 6.5
% responden dari negara Korea Selatan
yang berpendapat bahwa hubungan
Korea Selatan dengan Jepang akan
membaik, sedangkan sisannya
beranggapan sebaliknya. Tidak jauh
Berbeda dengan hasil poling yang
42
Yang dimaksud dari “close but far yet” adalah
suatu kondisi dimana Korea Selatan dan Jepang
merupakan negara bertetangga dengan jarak yang
dekat namun hubungan mereka tidak begitu baik
sehingga kedua negara tersebut terasa jauh.
dilakukan di Jepang, karena hasil
keseluruhan menunjukkan masih lebih
banyak yang skeptis terhadap
hubungan negaranya dengan Korea
Selatan. Terdapat 61% responden di
Jepang yang berpikiran bahwa
hubungan Korea Selatan dengan
Jepang tidak akan berjalan dengan
baik.
Pengaruh sejarah sangat kuat
dalam hal tersebut, sehingga membuat
masyarakat masing-masing negara
masih memiliki pemandangan yang
saling skeptik terhadap kedua negara
tersebut. Pandangan ini terus berlanjut
hingga saat ini. Namun, hal tersebut
dapat diubah oleh masing-masing
negara dengan cara membangun
kembali citra negara melalui
kebudayaannya.
Menurut polling yang dilakukan
oleh The Genron NPO and East Asia
Institute (May,2013) mengenai impresi
masyarakat Korea Selatan dan Jepang
terhadap negara satu dengan lainnya,
bahwa masyarakat dari kedua negara
tersebut memiliki impresi yang tidak
bagus terhadap satu negara dengan
negara lainnya. Terdapat 37,3%
masyarakat Jepang yang mempunyai
impresi tidak baik dan atau relative
tidak baik terhadap Korea Selatan.43
Sekitar 50% dari mereka memiliki
impresi tidak baik yang di dorong oleh
faktor masih adanya kritik jepang
43
Polling yang dilakukan oleh The Genron NPO
and East Asia Institute ini melalui kuisoner yang
dikirimkan kepada 2.000 para intelektual yang
pernah berpartisipasi dalam diskusi yang lakukan
oleh GNPO sebelumnya, dan sampai akhirnya
memperoleh tanggapan sebanyak 575. Sedangkan
dari Korea Selatan terdapat 393 intelektual. Para
intelektual yang di maksut adalah politisi,
professor, peneliti, penliti, mahasiswa, jurnalis,
karyawan NGO, dsb.
terhadap isu-isu sejarah dan masih
adanya oposisi akan permasalahan
Pulau Takeshima.
Di lain sisi, terdapat sekitar 80%
masyarakat Korea Selatan yang
memiliki impresi tidak baik terhadap
Jepang, dan 80% mempunyai impresi
tersebut dikarenakan pemasalahan
Pulau Dokdo serta penjajahan yang
pernah dilakukan oleh Jepang. 44
Impresi yang kurang baik ini sangat
mempengaruhi kualitas hubungan serta
rasa saling percaya kedua negara
sebagai negara tetangga.
Selanjutnya, terdapat 26%
responden dari Jepang menyatakan
lebih sering menonton drama serial di
TV setelah Budaya Populer Korea
Selatan masuk ke Jepang. Mereka yang
telah menonton drama serial di TV
juga menyatakan bahwa mereka dapat
mengenal Korea Selatan.45
Kondisi ini
memunculkan adanya perubahan
impresi dari masyarakat Jepang
terhadap Korea Selatan melalui
Budaya Populer Korea Selatan.
Dengan adanya aktifitas
diplomasi publik yang dilakukan oleh
Korea Selatan ke Jepang seperti
pertukaran budaya melalui film drama
44
March 2005 Dong-A Ilbo opinion Poll o South
Korea attitudes Towards Japan and Other Nations.
<http://mansfieldfdn.org/program/research-
education-and-communication/asian-opinion-poll-
database/listofpolls/2005-polls/march-2005-dong-
a-ilbo-opinion-poll-on-south-korean-attitudes-
toward-japan-and-other-nations/> diunduh pada
tanggal 19 Mei 2014 45
March 2005 Dong-A Ilbo opinion Poll on
Chinese Attitudes Toward Japan and Other
Nations. [online]
<http://mansfieldfdn.org/program/research-
education-and-communication/asian-opinion-poll-
database/listofpolls/2005-polls/march-2005-dong-
a-ilbo-opinion-poll-on-chinese-attitudes-toward-
japan-and-other-nations/> diunduh pada tanggal 19
Mei 2014
tv, mempromosikan Korea dengan
menggunakan artis-artis Hallyu, dan
mengadakan beberapa konferensi dan
audisi pencarian bakat K-pop di
Jepang. Beberapa hal tersebut
mendapatkan respon yang positif dari
masyarakat Jepang, sehingga terdapat
perubahan impresi masyarakat Jepang
terhadap Korea Selatan menjadi lebih
baik serta ada harapan tumbuhnya
hubungan baik dari kedua negara.
Walaupun impresi tersebut masih
melekat di masing – masing negara
namun, masih ada harapan untuk
Jepang dan Korea Selatan mempunyai
hubungan yang lebih baik. Hal ini bisa
dilihat dari polling yang pernah
dilakukan oleh Dong – A Ilbo
mengenai sikap Korea, Jepang, dan
Cina terhadap negara satu dengan
lainnya. 46
Dalam hasil polling yang telah
dilakukan oleh Dong – A ilbo
menjelaskan bahwa Hallyu telah
menjadi citra Korea Selatan. Ini dapat
dilihat bahwa 34.4% dari responden
asal Jepang yang ada melakukan
kegiatan menonton Drama Korea /
Film Korea menjadi sebuah kebiasaan
selama 5 tahun terakhir, dan dengan
kebiasaan menonton Drama Korea
Selatan 69.3% dari responden merasa
lebih dekat dengan Korea Selatan.
Dari penjelasan polling diatas
dapat diasumsikan bahwa konten
budaya yang diterima oleh masyarakat
suatu negara dapat mempengaruhi
impresi masyarakat negara lain.
Karena citra suatu negara dapat
terbentuk dari kebudayaan yang
mereka miliki. Konten kebudayaan
46
Ibid.
yang dimaksut dalam polling ini adalah
drama serial Korea Selatan.
Dengan apa yang telah penulis
paparkan diatas, Hallyu mempengaruhi
pandangan masyarakat Jepang melalui
beberapa kegiatan diplomasi publik
yang telah dilakukan oleh Korea
Selatan. Hal ini dilakukan oleh Korea
Selatan dengan beberapa cara, yaitu:
pertukaran budaya melalui ekspor
impor konten budaya seperti drama tv
dan program-program televisi seperti
kuis, mempromosikan wisata Korea
Selatan dengan menggunakan bintang-
bintang Hallyu, melakukan interaksi
antara masyarakat Jepang dengan
masyarakat Korea melalui program-
program yang diadakan oleh beberapa
stasiun televisi dan industri hiburan
Korea Selatan.
Dengan melakukan beberapa hal
diatas, Budaya Populer Korea Selatan
melalui Hallyu telah digemari oleh
masyarakat Jepang, hal tersebut dapat
diasumsikan bahwa Hallyu dapat
merubah impresi masyarakat Jepang
terhadap Korea Selatan. Sedangkan,
untuk perkembangan kerjasama
kebudayaan, kedua negara tampak
melakukan kerjasama kebudayaan
melalui pertukaran program-program
acara televisi dan produksi film.
Dalam melakukan Diplomasi publik,
Korea Selatan terlebih dulu
mempengaruhi impresi masyarakat
Jepang. hal tersebut telah dilakukan
oleh Korea melalui dua aspek, people
to people dan juga government to
people. Namun dalam tahap
selanjutnya, dimana semestinya
masyarakat jepang dapat
mempengaruhi pemerintahan Jepang,
hal tersebut masih belum terlihat.
Maka dapat disimpulkan bahwa,
diplomasi publik yang Korea Selatan
lakukan ke Jepang belum sampai pada
tahap pemerintah Jepang dapat
dipengaruhi oleh pandangan
masyarakan Jepang ke Korea Selatan.
PENUTUP
Korea Selatan menginginkan
pengakuan dari dunia internasional
akan kekuatan kebudayaannya melalui
Korean Wave. Hal tersebut telah
didapatkan melalui beberapa kegiatan
diplomasi public Korea Selatan, seperti
pengadaan festival kebudayaan di
berbagai negara, pertukaran budaya,
pameran, dan pertukaran informasi.
Melalui Hallyu (citra Bintang
Hallyu, drama serial, dan musik) Korea
Selatan mendapatkan image yang
hampir sama yang dibawakan oleh para
bintang Hallyu dan drama serialnya.
Bahwa citra Korea dan masyarakatnya
saat ini semakin baik. Masyarakatnya
dinilai mempunyai kepribadian yang
baik dan memiliki fisik yang menarik
juga. Sedangkan Negara Korea
dipandang sebagai negara yang indah.
Hallyu telah berhasil
mempengaruhi masyarakat Jepang
dalam hal impresi mereka terhadap
Korea Selatan. Ini dilihat dari adanya
respon positif masyarakat Jepang
terhadap Hallyu serta kesediaan mereka
untuk mengikuti perkembangan hallyu.
Beberapa kerjasama kebudayaan
dilakukan oleh kedua negara melalui
KOFICE dalam hal mengadakan
konferensi dan ekspor impor konten
kebudayaan dari kedua negara, seperti
film ataupun program TV. Namun,
kerjasama kebudayaan kedua negara
tersebut tidak tampak sebagai
kerjasama hasil dari diplomasi publik
Hallyu. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Diplomasi Publik Korea Selatan
walaupun Hallyu mendapat kan respon
yang bagus dari Jepang, hal tersebut
belum dapat mempengaruhi kerjasama
kebudayaan Korea Selata dengan
Jepang.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Djelantik, Sukarwarsini,
2008, Diplomasi antara Toeri dan
Praktik, edisi I, Yogyakarta, Graha
Ilmu.
Ikbar, Yanuar. 2002.
Ekonomi Politik Internasional :
Studi Pengenalan Umum.
Bandung: Jurusan Hubungan
Internasional : Universitas
Padjadjaran.
J. Baylis Dan Smith. S (ed).
2001. The Globalization of Word
Politics, an Introduction to
International Relations. Second
Edition. Oxford University.
Kriyantono, Rachmat.
2006. Teknik Praktis Riset
Komunikasi, Jakarta: Kencana
Prenada Group.
Kristianto, Bayu , M.A.
Fakta-fakta tentang Korea.
Diterbitkan oleh Pelayanan
Kebudayaan dan Informasi Korea
Kementerian Kebudayaan,
Olahraga dan Pariwisata. 2008.
Leonard, Mark. 2002.
Public Diplomacy. The Foreign
Policy Centre 2002. York
Road,London.
Manheim, J.B. 1994.
Strategic Public Diplomacy and
American Foreign Policy. Oxford
University Press.
Marck McDowell.2008.
“Public Diplomacy at the
Crossroads, Definitions “the
actions of governments to inform
and influence foreign publics”
Mark Scott. 2009. A Global
ABC Soft Diplomacy and the
World of International
Broadcasting. Bruce Allen
Memorial Lecture, 5 November
2009, Macquarie University.
Sydney.
Mas’oed, Mohtar . (1994).
Ilmu Hubungan Internasional :
Disiplin dan Metodologi.
Yogyakarta: LP3ES
May Rudy, Teuku. Teori,
Etika, dan Kebijakan Hubungan
Internasional, (Bandung: Angkasa,
1993)
Mitchell Bernard & John
Ravenhill, „Beyond Product
Cycles and Flying Geese:
Regionalization, Hierarchy and the
Industrialization of East Asia‟,
World Politics, Vol. 47 (1995).
Nadzir. 1988. Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Silalahi, Ulber. (2009).
Metode penelitian Sosial. Bandung:
PT. Refika Aditima.
Tulus Warsito & Wahyuni
Kartika Sari, DIplomasi
Kebudayaan, Konsep dan
Relevansi Bagi Neagar
Berkembangn : Studi Kasus
Indonesia, (Yogyakarta:Penerbit
Ombak,2007)
SUMBER JURNAL
Arts Organization of the
month : The Japan-Korea
Cultural Foundation. 2.3.2009.
Diunduh dari
<http://www.performingarts.jp/E/s
ociety/0901/1.html>
China's Ministry of Foreign
Affairs . China-Japan-ROK
Cooperation (1999-2012).
<http://www.gov.cn/english/officia
l/2012-
05/10/content_2133893.htm>
diunduh pada tanggal 22 mei 2013
Charles Oman,
„Globalization, regionalization, and
inequality‟, in: Andrew Hurrell &
Ngaire Woods (Eds), Inequality,
Globalization and World Politics
(Oxford University Press, 1999),
diakses pada tanggal 5 April 2013
<
http://www.globaleconomicgovern
ance.org/wp-
content/uploads/Order,%20Globali
zation%20and%20Inequality.pdf >
Chil Ho Cho, , Korean Wave
in Malaysia and Changes of The
South Korea – Malaysia Relations.
Diakses dari
http://jpmm.um.edu.my/filebank/pu
blished_article/620/JPMM%20201
0_1%20Cho,%20Chul%20Ho.pdf
Chua and Iwabuchi. 2008.
East Asian Pop Culture: Analyzing
The Korean Wave. Hongkong.
Hongkong University.
Doboo, Shim.2006.
Hybridity and the rise of Korean
Popular Culture in Asia.
Daniel S. Papp.
Contemporary International
Relations: Frameworks For
Understanding , (United States Of
America: Allyn and Bacon , 1997)
David Alexandre,H. 2013.
South Korea‟s Public Diplomacy :
A Cultural Approach. Södertörn
University
David A.Hjalmasrsson.
2013. South Korea‟s Public
Diplomacy:A Cultural Approach.
Institution of Social Science.
Soderton University
David Kang and Jiung
Bang. 2013. Japan – Korea
Relations: Leaderships Changes
and National Tajectories. A
Triannual E-Journal on East Asian
Bilateral Relations. University of
Southern Korea
EEA and Norway Grants,
Guideline for strengthened bilateral
relations 2009-2014
Federal Research Division
of the Library of Congress. 1986-
1998. Korea Under Japanese Rule.
U.S Department of The Army.
<http://countrystudies.us/south-
korea/7.htm>
Haksoon Yim. 2002.
Cultural Identity and Cultural
Policy In South Korea. Routledge
Tylor & Francis Group. Korea
Culture and Contents Agency,
Seoul, South Korea
Ingyu Oh. 2009. Hallyu: The
Rise of Transnational Consumers
in China and Japan. THE
INSTITUTE OF KOREAN
STUDIES.
John Shea O’ Donnell,
Culture Bridge: Treaty of
Annexation . diunduh dari
http://www.johnsheaodonnell.com/
CulturalBridgeProductions/kr_anne
x.htm
Kanryuu Inpakuto Tokyo:
KoodanshaPeter J. Katzenstein.,
dan Shiraishi, Takashi., ed. 2006.
Beyond Japan: The Dynamics of
East Asian Regionalism. Diakses
pada tanggal 28 Maret 2013 <
http://coombs.anu.edu.au/SpecialPr
oj/ASAA/biennial-
conference/2006/Yasumoto-Seiko-
ASAA2006.pdf >
Kaye. 6000 people anti-
hallyu protest against Fuji TV.
Augustus, 22-2011.
<http://www.koreaboo.com/index.h
tml/_/general/6000-people-at-anti-
hallyu-protest-against-fuji-tv-
r9239>
Kazuo Hori, Japan’s Incorporation of
Takeshima in to Its Territory In 1905,
Korea Observer Journal, Vol. 28, 1997
Kim, Ny Ha. Competing for Australians
Tourist:Affective Images of Korea,
Japan and China. University of Florida
Korean Culture and
Information Service (KOCIS),
2011, K-Drama: A New TV Genre
With Global Appeal.
<www.kocis.go.kr>
Korean Culture and
Information Service. 2011. The
Korean Wave : A New Pop Culture
Phenomeon. Republic of Korea.
www.kocis.go.kr
Kozhakhmetova, Dinara.
2012. Soft Power of Korean
Popular Culture in Japan: K-Pop
Avid Fandom in Tokyo.Centre For
East and South-East Asian Studies.
Lund Unkiversity.
Leonard, Mark. Public
Diplomacy. The Foreign Policy
Centre. 2002. London.
http://fpc.org.uk/fsblob/35.pdf
Li, Quan, Aleksandr
Vashcilko, & Tatiana Vaschilko.
Interstate Political Relations and
Bilateral FDI Flow. (Cambridge:
Harvard University, 2010), hal 1-
27 dalam
https://ncgg.princeton.edu/IPES/20
10/papers/S1015_paper2.pdf
Lukmanda, Reza. Hallyu
Sebagai Soft Power Korea Selatan
di Indonesia. Tesis. Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional,
Universitas Gajah Mada,
Jogjakarta. (2012)
Mikio, Sugimoto. 2010. A
NEW LOOK AT THE
ANNEXATION OF KOREA.
Committee Against Government
Apologies to Korea. diunduh pada
tanggal 16 April 2014 <
http://www.sdh-
fact.com/CL02_1/89_S4.pdf >
Min-Hwan , Kim . Dramatic
changes at MBC : MBC must take
over its ownership rather than
remain under the influence of
political circles. 2009. diakses pada
tanggal 13 januari 2013, Artikel
dalam situs
<http://koreajoongangdaily.joinsms
n.com>
Moore, Dewey. 2012.
Korea‟s Public Dipomacy : A New
Initiative For The Future. The
Asian Institute for Policy Studies.
Mortuza, Khaled. 2007.
Park Chung-Hee‟s Industrialization
Policy and its Lessons for
Developing Cuntries. A paper for
the World Congress for Korean
Studies-2007. Busan
ndrew C. Nahm,
Introduction to Korean History and
Culture, 1993, Hollym Corp.
Publishers,Seoul
Nye , J . S. (2005) , „Soft
Power and Higher Education„,
Forum for the Future of Higher
Education, tanggal 02 Desember
2012.
<http://www.educause.edu/Resourc
es/SoftPowerandHigherEducation>
Nye, J.S. (2003), „The Velvet
Hegemon,‟ Foreign Policy, no.
136: 74 dalam Hackbarth, J R.
(2009), „Soft Power and Smart
Power in Africa‟,Strategic Insights,
Volume VIII, Issue 1:1-19 ,(Center
for Contemporary Conflict)
Nye, Jr.,Joseph. (2004)
“Soft Power: The Means to
Success in World Politics” New
York Public Affairs.
Public Diplomacy Alumni
Association.
http://pdaa.publicdiplomacy.org/
?page_id=6
Public Diplomacy at the
Crossroads: Definitions and
Challenges in an “Open Source”
Era. Vol.32:3 . Institute for
Democratic Governance and
Innovation. Kennedy School of
Government.
Peterkova, Jana. 2008.
Public Diplomacy – an Instrument
of Foreign Policy. University of
Economics, Prague.
Ravina, Mark. 2009. Introduction :
Copceptualizing the Korean Wave.
Southest Review of Asian Studies.
Volume 31. Emory University.
Rumi SAKAMOTO and
Matthew Allen, "Hating „The
Korean Wave'‟‟ Comic Books: A
sign of New Nationalism in Japan?
http://www.japanfocus.org/-
mathew-allen/2535
Sang-Yeon Sun. 2010.
“Constructing a New Image.
Hallyu inTaiwan.” University of
Vienna.
Sean,Fern. 2005. Tokdo or
Takeshima? The International Law
of Territorial Acquisition in the
Japan-Korea Island Dispute.
Stanford Journal of East Asian
Affairs.
Seongho sheen. Japan –
South Korea Relations: Slowly
lifting the burden history? . (ASIA
Pasific Center, 2003) [online]
www.apcss.org
Shim, Doobo (2011)
“Korean Wave in Southeast Asia”
Kyoto Review of South East Asia,
Diunduh pada tangal 19 April 2014
<
http://kyotoreviewsea.org/KCMS/?
p=251&lang=en>
Shim, Dobo. 2008. Preparing for the post-
Korean Wave Age.
Sir Harold Nicolson. 1988. Diplomacy.
Institute for The Study Diplomacy Editio,
Washington.
Stephen D. Carroll, Korean – Japanese
Agreement (November 17,1905) diunduh
dari http://asiep.free.fr/coree/dossier/traite-
protectorat-japon-1905.htm
Soederberg, Marie. (2005).
Changes in Japan‟s Foreign and
Security Policy, diakses pada 8
november 2012
<http://www2.tku.edu.tw/~ti/Journ
al/9-2/921.pdf>
Sonia, Ryang. 1999. East
Asian History. Institute of
Advanced Studies. Australian
National University.
Stanley J. Grenz. 2004.
(Pop) Culture: Palyground of the
Spirit or Diabolical Device?.
Cultural Encounters: A Journal for
the Theology of Culture. Portland.
diakses dari
http://www.stanleyjgrenz.com/artic
les/(pop)culture.pdf
Sung Sang-Yeon. 2008.
Why are Asians Attracted to
Korean Pop Culture?. The Korea
Herald (eds). Korean wave. Seoul:
Jimoondang. Diunduh pada tangal
19 April 2013 <
http://digitalcommons.iwu.edu/cgi/
viewcontent.cgi?article=1207&con
text=respublica.pdf>
Sumiko, Mori. 2006. Japan‟s
Public Diplomacy and Regional
Integration in East Asia : Using
Japan‟s soft Power . Harvard
University
The Government of Japan.
2003. Japan-Republic of Korea
Summit Joint Statement- Building
the Foundations of Japan-ROK
Cooperation toward an Age of
Peace and Prosperity in Northeast
Asia. Diunduh dari
http://www.mofa.go.jp/region/asia-
paci/korea/pv0306/pdfs/joint.html
Tuk, William. The Korean
Wave : Who Are Behind the
Success of Korean Pupolar Culture.
2012. Master Thesis . Laiden
University
U.S library of Congress:
Korea under Japanese Rule
http://countrystudies.us/south-
korea/7.htm
Yang Seung Yoon. 2004.
Politik Luar Negeri Korea Selatan.
Yogyakarta: UGM Press. Diunduh
pada tanggal 5 Maret 2013
<http://search.informit.com.au/doc
umentSummary;dn=375798006540
388;res=IELHSS>
Yasumoto, Seiko. Japan and
Korea as a Source of Media and
Cultural Capital ed. 2006.
Department of Japanese Studies,
University of Sydney, diunduh
pada tanggal 10 April 2013. <
http://coombs.anu.edu.au/SpecialPr
oj/ASAA/biennial-
conference/2006/Yasumoto-Seiko-
ASAA2006.pdf.>
Yi-Taejin. The Annexation
of Korea Failed to Come into
Being –Forced Treaties and Japan‟s
Annexation of Great Han Empire.
Soul Journal of Korean Studies,
Vol.18.
ARTIKEL ONLINE
An article source from
engls.kbs.co.kr… published by
Hancinema The Korean Movie &
Drama Database. 03/09/2006
[online]
http://www.hancinema.net/hallyu-
cinema-festival-premier-to-be-
held-in-tokyo-5474.html
Artikel allkpop
http://www.allkpop.com/article/201
1/09/2ne1-establishes-a-strong-
debut-in-japan/feed
BBC Indonesia. Pemimpin
Oposisi Jepang Berkunjung ke Kuil
Yasukuni. Artikel 17 oktober 2012
. diakses dari
http://www.bbc.co.uk/indonesia/du
nia/2012/10/121017_jepang_kuil.s
html
Brief History Of KTO
diakses dari
http://kto.visitkorea.or.kr/eng/overv
iew/About/history.kto#tab05
Chartrand Hardy- Benoit.
Ball in Abes‟s courwith Japan-
South Korea ties. Artikel [online]
http://globalpublicsquare.blogs.cnn
.com/2014/07/17/ball-in-abes-
court-with-japan-south-korea-ties/
Cold War International
History Project. Meet the decision-
makers and Major players. Diakses
dari
http://legacy.wilsoncenter.org/cold
warfiles/index-33794.html
Cultural Exchange Program.
Diakses dari
http://english.kofice.or.kr/kofice/ac
tivity.asp pada tanggal 19.08.2014
Department Global
Communication and Contents
Division. 2013. Korea-Japan
Festival to 21st Century. [online]
http://www.korea.net/NewsFocus/
Culture/view?articleId=112946
Greetings. Diakaes dari
http://english.kofice.or.kr/kofice/gr
eetings.asp pada tanggal 21-08-
2014
“Giliran Korea Selatan Demo
Anti-Jepang di Seoul .” Diunduh
dari
http://www.wartanews.com/interna
sional/117755336/giliran-korea-
selatan-demo-anti-jepang-di-seoul
Globalization 101: Pop
Culture. Diakses dari
http://www.globalization101.org/p
op-culture/ pada tanggal 10-08-
2014
Hendri F.Isnaeni. Sengketa
Masa Lalu. 2010. Majalah
Historia. Diakses dari
http://historia.co.id/?d=814
Japan, Power Exporter of
programs format. Diakses
darihttp://webzine.kofice.or.kr/201
108/eng/sub_03_04.asp
“Korean cultural organization
to hold Asian TV drama writers'
conference in Japan” diakses dari
http://english.yonhapnews.co.kr/cul
turesports/2012/06/26/68/07010000
00AEN20120626003600315F.HT
ML pada tanggal 20-08-2014
Korean Film Archive
(KOFA). 100 Korean Films (2006).
Diakses dari
http://www.koreafilm.org/feature/1
00_94.asp
KTO catering to Japanese
tourists. Di akses dari
http://www.koreatimes.co.kr/www/
news/nation/2014/06/386_134469.
html
March First Movement.
[online]
www.Gobal.britannica.com/EBche
cked/topic/364173/March-First-
Movement
March 2005 Dong-A Ilbo
opinion Poll o South Korea
attitudes Towards Japan and Other
Nations.
<http://mansfieldfdn.org/program/r
esearch-education-and-
communication/asian-opinion-poll-
database/listofpolls/2005-
polls/march-2005-dong-a-ilbo-
opinion-poll-on-south-korean-
attitudes-toward-japan-and-other-
nations/> diunduh pada tanggal 19
Mei 2014
March 2005 Dong-A Ilbo
opinion Poll On Japanese Attitudes
Toward China and Other Nations .
diakses dari
<http://mansfieldfdn.org/program/r
esearch-education-and-
communication/asian-opinion-poll-
database/listofpolls/2005-
polls/march-2005-dong-a-ilbo-
opinion-poll-on-chinese-attitudes-
toward-japan-and-other-nations/>
Ministry of Culture, Sports
and Tourism . 2006. Hallyu is new
growth engine in culture industry .
diakses dari
http://www.mct.go.kr/english/korea
Info/news/newsView.jsp?pSeq=49
2
Mnet „Superstar K6‟ Holds
Global Auditions In Japan and
Recieves Huge Response” diakses
dari
http://www.kpopstarz.com/articles/
86645/20140404/mnet-superstar-
k6-holds-global-auditions-in-japan-
and-receives-huge-response.htm
“Intip Yuk Cara Audisi
Calon K-Pop Tipa Agensi” diakses
dari
http://www.tempo.co/read/news/20
12/12/01/219445215/Intip-Yuk-
Cara-Audisi-Calon-K-pop-Tiap-
Agensi
“Principals Goals and
direction of Korean Cultural
Diplomacy and related policies”
diakses dari
http://www.mofat.go.kr/english/hel
p/include/newopenmofat.jsp?MOF
ATNAME=English&INDEXNAM
E=MOFAT_HOME&PK=298757
KEY313&SEQNO=298757&PAR
TNAME=TYPE_ENGLISH
“The 8th
TV Drama
Conference of ASIA 2013”
Diakses dari
http://english.kofice.or.kr/kofice/dr
ama_list.asp pada tanggal 18-08-
2014
Visit Korea Year promotion
Video for Asia (Japanese). Courtesy
dari Youtube diakses dari
http://www.youtube.com/watch?v=vP
z64GMauOo
VOA (Voice Of America).
AS Minta Jepang dan Korea
Selatan Perbaiki Hubungan .
Artikel pada hari Kamis, 21
Agustus 2014. Diakses dari
http://www.voaindonesia.com/cont
ent/as-minta-jepang-dan-korea-
selatan-perbaiki-hubungan-
/1864393.html
“What is Cultural
Diplomacy” Diakses dari
http://www.culturaldiplomacy.org/i
ndex.php?en_culturaldiplomacy
Why do they do that? Korean
culture and the K-pop industry.
Diakses dari
http://beyondhallyu.com/k-
pop/how-korean-culture-has-
shaped-the-k-pop-industry/ pada
tanggal 20-08-2014
DOKUMEN
Promotion of Korean Culture
Through the “Korean Wave”,
dalam 2006 Diplomatic White
Paper, diakses dari
http://www.operationspaix.net/DA
TA/DOCUMENT/3373~v~Diplom
atic_White_Paper_2006.pdf
Supporting overseas
Screening of Korean Films and TV
Dramas dalam “White Paper
2008”, diakses dari
http://www.mofa.go.kr/ENG/policy
/whitepaper/index.jsp?menu=m_20
_160
VIDEO
Joseph Nye-Soft Power and
Public Diplomacy in the 21st
.Courtesy youtube