penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran sejarah ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
Transcript of penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran sejarah ...
i
PENGGUNAAN METODE CERAMAH PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI
KELAS VIIA MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI 1 SAROLANGUN
SKRIPSI
OLEH
DENNY ALVAZ
NIM. TP161435
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021
vi
PERSEMBAHAN
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Dengan rasa
syukur dan bahagia skripsi ini sepenuhnya kupersembahkan untuk dua orang yang
paling aku cintai setelah Rasulullah Saw belahan hatiku, cinta dan malaikat dalam
perjuanganku Ayahku Mujiburrahman, Ibuku Salini yang selalu memperjuangkan
hidupku dengan penuh kesabaran, cinta dan kasih sayang, sebagai bukti dan rasa
banggaku, selalu ada do’a agar beliau diberikan kesehatan, keselamatan, umur
panjang dan berkah juga senantiasa merasa bahagia dan terutama selalu ta’at
beribadah pada Allah SWT. dengan didikan dan pengorbanan yang tak terhingga
kepadaku, sehingga aku bisa menjadi anak yang baik, berbakti kepada orang tua,
dan mampu dalam menjalani kehidupan di masyarakat.
Untuk adik-adikku yang sudah menjadi motivasi dan selalu menyemangatiku
selalu mendo’akan agar selalu dipermudah dan diperlancar dalam segala urusanku,
semoga kalian bisa menjadi manusia yang lebih dari diriku.
Terima kasih untuk segenap keluarga yang selalu memberiku bantuan
semangat dan juga materil selama berusaha menyelesaikan pendidikan di tingkat
strata 1.
Terima kasih juga kepada Alfin satrialillah sebagai perantara tuhan untuk
memberiku beberapa kesempatan dalam hidup dan sahabat Sidik comaruzzaman
sebagai orang yang tulus memberiku semangat untuk tetap menjadi manusia yang
lebih baik dalam beberapa keadaan hidup yang menyudutkan. Dan do’a ku semoga
dipermudahkan segala urusan orang-orang baik ini.
vii
MOTTO
ل في لكم كان لقد رسو وة للا جوا كان لمن حسنة اس ير
م للا خر وال يو وذكر ال كثي را للا
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah
(Q.S. Al-Ahzab : 21)
viii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini dengan waktu yang diharapkan. Proposal skripsi
ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi sebagai salah satu tugas
akhir untuk menyelesaikan perkuliahan strata satu (S1) dengan judul “penggunaan
metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun”.
Segala usaha dan upaya telah dilakukan oleh penulis dalam rangka
menyelesaikan proposal skripsi ini dengan semaksimal mungkin. Namun, penulis
menyadari dengan sedalam-dalamnya bahwa proposal skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa dukungan, bantuan, dan bimbingan dari dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis
menghaturkan terima kasih dan rasa hormat yang tak terhingga dan teristimewa
kepada dosen pembimbing dan kedua orang tua yang telah memberikan support dan
dukungan kepada penulis.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. H. Su’aidi Asy'ari, MA., Ph. D., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Dr. Hj. Fadhillah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
3. Mukhlis,S.Ag, M.Pd.I selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Dr. H. M. Junaid, M. Ag selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Hj,
HIndun M.Pd.I sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya demi memebimbing dan mengarahkan Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
ix
5. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi yang telah memberikan Pengetahuan penulis.
6. Bapak Kabag dan Kasubbag beserta karyawan dan karyawati di lingkungan
akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Ahmad Fauzi selaku Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan Riset
Penelitian dan memberikan kemudahan kepada Penulis untuk memperoleh data di
lapangan
8. Ibu Siti Zahara S.Pd.I selaku Guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk mengadakan Riset Penelitian dan bersedia meluangkan waktu untuk
memebimbing penulis dalam kegiatan riset yang penulis laksanakan serta
memberikan kemudahan kepada Penulis untuk memperoleh data di lapangan.
Jambi, 19 oktober 2021
Penulis,
Denny alvaz
TP161435
x
ABSTRAK
Nama : Denny alvaz
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
Skripsi ini membahas tentang Penggunaan metode ceramah pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
kelurahan Aur Gading, kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun. Penelitian
ini berbentuk kualitatif deskriptif yang di lihat dari sudut pandang pendidikan,
sedangkan pengumpulan data di lakukan dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Penelitian ini menemukan bahwa Pelaksanaan Metode Ceramah pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun, Kabupaten Sarolangun dimana kegiatan pembelajaran berlangsung
setiap hari aktif belajar (senin hingga sabtu), waktu pelaksanaan kegiatan
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berjalan menurut jadwal pelajaran yang
sudah disusun oleh pihak sekolah.Skripsi inihanya terfokus untuk membahas
masalah penggunaan metode metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
Skripsi bertujuan untuk mengetahui Penggunaan Metode Ceramah pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun. Penelitian ini mengangkat masalah tentang proses dan penggunaan
metode ceramah dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIIA
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun, yang mana dalam proses
pelaksanaannya di aplikasikan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Kata Kunci: Metode ceramah, Sejarah Kebudayaan Islam
xi
ABSTRACT
Name : Denny Alvaz
Department : Islamic Religious Education
Title : The use of the lecture method on the subject of Islamic Cultural
History at Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
This thesis discusses the use of the lecture method on the subject of Islamic
Cultural History at Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun, Aur Gading sub-
district, Sarolangun sub-district, Sarolangun Regency. observation and
documentation. This study found that the implementation of the Lecture Method on
the subject of Islamic Cultural History at Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun, Sarolangun Regency where learning activities took place every day
actively learning (Monday to Saturday), the time of implementing Islamic Cultural
History learning activities was running according to the lesson schedule that had
been prepared. by the school. This thesis only focuses on discussing the problem of
using the lecture method on the subject of Islamic Cultural History in class VIIA
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
This thesis aims to determine the use of the Lecture Method in the subject
of Islamic Cultural History at Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun. This
study raises the issue of the process and use of the lecture method in learning
Islamic Cultural History in Class VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun,
which in the implementation process is applied in the learning process at school.
Keywords: Lecture method, Islamic Cultural History
xii
DAFTAR ISI
NOTA DINAS .............................................................................................................. ii
NOTA DINAS ............................................................................................................. iii
PENGESAHAN .......................................................................................................... iv
PERTNYATAAN ORISINILITAS ........................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................................... vi
MOTTO ..................................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................................ 6
C. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
D. Tujuan dan penggunaan penelitian .................................................................... 6
E. Kegunaan Penelitian .......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 8
A. Deskripsi Teori .................................................................................................. 8
B. Studi Relevan .................................................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 21
xiii
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ................................................................... 21
B. Setting dan Subjek Penelitian .......................................................................... 22
C. Jenis dan Sumber Data .................................................................................... 22
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 24
E. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 26
F. Uji Keterpercayaan Data (Trushwortnines) .................................................... 27
BAB IV GAMBARAN UMUM ................................................................................ 30
A. Temuan Umum ................................................................................................ 30
B. Temuan Khusus dan Pembahasan .................................................................. 44
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 54
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 54
B. Saran-Saran ..................................................................................................... 55
C. PENUTUP ....................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 58
L A M P I R A N ........................................................................................................ 60
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.0 Jadwal Penelitian 25
Tabel 1.1 Keadaan Sarana Dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun 32
Tabel 1.2 Struktur Oragnisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun 34
Tabel 1.3 Daftar Guru Bidang Studi Agama Islam Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun 36
Tabel 1.4 Jumlah Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
38
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian pada hakikatnya merupakan kebutuhan dan tuntunan signifikan
untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa dan Negara
demi tercapainya sumber daya manusia yang berintelektualitas dan berkualitas
tinggi.Intelektualitas dan kualitas tersebut sangat bergantung dari keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan melalui peran besar seorang guru yang professional.
Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada jalur pendidikan formal. Seorang guru yang profesional tentu harus bisa
menyajikan materi pembelajaran dengan cara menggunakan satu atau beberapa
metode yang telah ia kuasai agar hasil belajar yang dilakukan dapat optimal.
Untuk menciptakan suasana belajar yang inginkan dan demi tercapai nya
tujuan sebuah pembelajaran dengan hasil yang optimal seorang guru tentu harus
cakap dalam menyajikan pelajaran dengan metode yang sesuai, terutama pada mata
pelajaran sejarah kebudayaan islam yang mana pemilihan metode dalam
penyamapaian ilmu pengetahuan kepada para siswa.
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu mata pelajaran yang
terhimpun dalam Pendidikan Agama Islam yang berisi tentang kebudayaan dan
peradaban Islam di masa lampau yang diajarkan di jenjang pendidikan yang
bernafaskan Islam, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah. Dengan mempelajari sejarah maka seseorang akan mengetahui
segala sesuatu yang terjadi di masa lampau yang banyak mengandung pelajaran
hidup. Khususnya dalam Sejarah Kebudayaan Islam, siswa dapat mengambil
pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang bernafaskan Islam yang diharapkan siswa
2
dapat menjadi insan kamil atau seseorang yang berakhlak mulia sesuai yang
diajarkan oleh nabi Muhammad SAW.
Sejarah dan peradaban Islam merupakan bagian penting yang tidak mungkin
dipisahkan dari kehidupan kaum muslimin dari masa ke masa.Dengan memahami
sejarah dengan baik dan benar, kaum muslimin bisa bercermin untuk mengambil
banyak pelajaran dan membenahi kekurangan atau kesalahan guna meraih kejayaan
dan kemuliaan dunia dan akhirat.
Guru sebaiknya memahami berbagai hal agar pelaksanaan pengajaran
berjalan secara efektif. Pertama-tama guru harus memahami segala sesuatu tentang
siswa yang ada di bawah tanggung jawabnya.Hal ini dapat dikategorikan menjadi
tingkat-tingkat perkembangan keadaan emosional dan lingkungan kultural.Selain
itu, guru senantiasa menilai pribadi dan kemampuan sendiri dalam hal hubungan
dengan pengajaran yang berhasil, bukan hanya guru yang bisa berhasil dalam
profesinya.Dalam menjalankan tugasnya guru harus menguasai bahan pengajaran
sesuai dengan tingkat/kelas murid.Penguasaan metode dan ruang lingkup pelajaran
menjadi syarat untuk mentransferkan pengetahuan anak, di samping menunjang
administratif dan fondasi-fondasi kurikulum (Oemar Hamalik, 2005:50).
Pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam itu sendiri metode yang
paling umum digunakan adalah metode ceramah, hal tersebut tentu sesuai dengan
isi materi ajar pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam yakni dominan berupa
kisah dan yang telah terjadi di masa lampau.
Metode ceramah (muhibin syah, 2002:205) yakni cara mengajar dengan
penyajian informasi secara lisan kepada peserta didik atau siswa. Penguasaan
metode menjadi kunci dalam meraih hasil yang inginkan, karena kurang nya
penguasaan terhadap metode ceramah cenderung menjadikan proses pembelajaran
menjadi membosankan sehingga tak sedikit guru yang kehilangan perhatian murid
selama proses pembelajaran berlangsung.
3
Metode ceramah termasuk metode yang paling banyak digunakan
digunakan karena biaya murah dan mudah dilakukan, memungkinkan banyak
materi yang disampaikan, adannya kesempatan bagi guru untuk menekankan
bagian yang penting, dan pengaturan kelas dapat dilakukan secara sederhana.
Bahkan menurut sholeh hamid dalam bukunya Edutaiment (2011:209) metode
ceramah adalah metode yang sudah ada sejak adanya pendidikan. Mengajar dengan
metode ceramah berarti memberikan suatu informasi melalui pendengaran siswa,
siswa dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru dengan cara
mendengarkan apa yang telah guru ucapkan.
Mengingat sangat pentingnya peranan seorang guru sebagai tenaga pendidik
dan pengajar metode yang digunakan nya pun tentu harus mampu digunakan
dengan baik dan sesuai demi tercapainya tujuan sebuah pembelajaran, selain
peranan guru dalam menyampaikan materi, perhatian dan fokus para peserta didik
juga menjadi poin penting dalam penerapan metode ceramah sebagai sarana guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun secara resmi didirikan pada 13
april 1977 yang di latar belakangi oleh keinginan pemerintah dan masyarakat untuk
membina putra dan putri mereka agar memiliki dan memahami ilmu pengetahuan
umum dan agama sehingga mereka dapat taat dan patuh kepada Allah SWT serta
mengabdi kepada bangsa dan negara.
Hinga saat ini Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun mengalami
perkembangan yang sangat pesat dengan jumlah siswa yang relative banyak sebagai
penanda kualitas binaan yang sangat baik sehingga tak sedikit para orang tua yang
mempercayakan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun sebagai tempat bagi
anak mereka untuk menimba ilmu pengetahuan. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun juga menjadi sekolah induk bagi sekolah swasta sederajat yang ada di
wilayah kabupaten Sarolangun, dengan berbagai asal daerah dan lingkungan
4
Kemudian beragamnya karakter dan kebiasaan para siswa sering mejadi
kendala saat proses pembelajaran berlangsung, penyampaian materi dengan
menggunakan metode ceramah oleh guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam
jarang mendapatkan fokus total dari para siswa hingga berdampak ketidak pahaman
atas pelajaran yang telah diberikan dan bahkan hingga berakibat jatuhnya nilai
siswa pada mata pelajaran tersebut, hal tersebut sering sekali terjadi bahkan
walaupun tak jarang guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam mengupayakan
nya dengan mengkombinasikan metode cerramah dengan berbagai media seperti
gambar bahkan video singkat.
Berkenaan dengan penggunaan metode ceramah sebagai sarana
penyampaian materi pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun, terdapat sedikit permasalahan
mengenai kualitas pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, yang berkenaan dengan hasil belajar yang belum memuaskan.
Terutama yang terjadi pada kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun masalah dalam pembelajaran kerap sekali terjadi, hal itu terkait dengan
faktor usia siswa kelas VII yang terbilang sangat muda dan masih dalam masa
adaptasi dengan lingkungan baru di jenjang sekolah menengah. Masalah-masalah
seperti siswa yang mengobrol sewaktu pembelajaran sudah menjadi promblem yang
umum bagi guru yang mengajar di kelas.
Berangkat dari uraian diatas penulis akhirnya menetapkan Kelas VIIA
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun menjadi fokus pada penelitian yang
peneliti teliti, hal tersebut menjadi pilihan sesuai dengan pertimbangan peneliti
terhadap beberapa aspek yang menjadi landasan bagi peneliti dalam menentukan
subjek dalam penelitian.
Berdasarkan pengamatan awal (grand tour) yang dilakukan peneliti di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun terlihat bahwa, proses pembelajaran
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah
5
Negeri 1 Sarolangun masih mengalami beberapa kendala yang harus di bisa di
temukan atau dicarikan solusinya.
Dari tiga jenjang kelas yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun, siswa Kelas VII lah yang kerap menjadi perhatian termasuk peneliti
sendiri. Karena siswa Kelas VII adalah siswa yang baru saja hadir di sekolah tingkat
menengah dan masih berada dalam penyesuian terhadap segala sesuatu yang
bersifat baru di lingkungan sekolah seperti seragam, lingkungan, orang-orang yang
ditemui di sekolah hingga, materi pembelajaran hingga proses pembelajaran.
Peneliti juga melihat penggunaan metode ceramah yang dijadikan sebagai
media penyampaian materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam oleh guru
bidang studi yang sebenarnya hal ini sangat umum terjadi menimbang metode
ceramah memang metode yang paling cocok dan sesuai untuk diterapkan dalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam itu sendiri. Metode ceramah dalam
penggunaannya sangatlah sederhana dan tidak menuntut persiapan maupun biaya
yang besar namun sangat bergantung pada kesiapan guru bidang studi yang
menggunakannya. Hal itulah yang sering menjadi dasar dipilihnya metode ceramah
sebagai media penyampaian materi pembelajaran oleh guru bidang studi khususnya
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Kemudian, peneliti juga melihat ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat penggunaan metode ceramah pada pembelajaran mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam yang menjadi tantangan yang harus di pecahkan oleh
guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam pelaksaannya..
Berdasarkan uraian di atas, maka merupakan suatu alasan yang mendasar
apabila dilakukan penelitian dengan judul “PENGGUNAAN METODE
CERAMAH PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM DI KELAS VIIA MADRASAH TSANAWIYAH 1 SAROLANGUN”
6
B. Fokus Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam penulisan proposal skripsi
ini, penulis mengkaji tentang penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun.
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan fokus masalah yang dikemukakan terdahulu, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun?
2. Apa saja kelebihan penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun?
3. Bagaimana solusi dalam menghadapi faktor penghambat penggunaan metode
ceramah pada mata Sejarah Kebudayaan Islam dikelas VIIA Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun?
D. Tujuan dan penggunaan penelitian
1. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode ceramah pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun.
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun.
2. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dalam penggunaan metode ceramah pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun.
7
3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
4. Untuk mengetahui bagaimana solusi dalam mengahadapi faktor penghambat
dari penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan di
kelas VIIA Islam Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
E. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis
Secara teoritis penelitian ini merupakan sumbangsih untuk pengetahuan
sebagai khazanah keilmuan.
b. Secara praktis
1. Untuk lembaga
Diharapkan mampu memberikan motivasi dan koreksi bagi pihak
sekolah agar terus berupaya meningkatkan kualitas output terutama dalam
hal moral dan karakter anak didik.
2. Untuk guru
Diharapkan bisa menjadi salah acuan dalam penggunaan metode
ceramah terutama pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, serta
terus meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga mampu mencetak
siswa sehingga menjadi manusia yang berguna dan berakhlak mulia.
3. Siswa
Diharapkan mampu menjadi motiavasi sehingga mampu menumbih
semangat belajar demi memperoleh ilmu dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari
4. Untuk peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam hal ilmu
pengetahuan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Metode Ceramah
1. Pengertian Metode
Metode dapat diartikan sebagai “cara yang digunakan untuk
mengimplikasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal” (Abdul Majid, 2013 : 193). Metode ini
diperlukan untuk mengatur pembelajaran dari persiapan sampai evaluasi.Metode
merupakan komponen paling penting dalam pembelajaran. Pemilihan dan
penentuan metode yang tepat adalah kunci keberhasilan dalam
pembelajaran.Keberhasilanv implementasi strategi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran karena suatu strategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan
metode pembelajaran.
Metode pembelajaran ialah “cara guru melakukan atau menyajikan,
menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran kepada peserta
didik untuk mencapai tujuan tertentu” (Martinis Yamin, 2013 : 149).
Menurut Sunhaji metode pembelajaran ialah “suatu pengetahuan tentang
cara-cara mengajar yang dipergunakan guru atau istrukturatau teknik penyajian
yang dikuasai guru untuk mengajar, atau menyajikan bahan pengajaran kepada
siswa didalam kelas” (Trianto, 2012 : 39).Metode pembelajaran dapat
dikembangkan dari pengalaman, guru yang berpengalaman dapat menyuguhkan
materi kepada siswa dan siswa mudah 3 menyerap materi yang disampaikan oleh
guru secara sempurna dengan mempergunakan metode yang
dikembangkan.Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam didefinisikan
9
sebagai cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam
mencapai hasil-hasil pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang berada dalam
kondisi pembelajaran tertentu.Oleh karena itu, metode pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dapat berbeda menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan
kondisi pembelajaran yang berbeda-beda pula (Muhaimin, 2002 : 147).
2. Pengertian Metode Ceramah
Ceramah dari aspek bahasa adalah penerangan secara lisan oleh guru
pendidikan agama Islam terhadap peserta didiknya di dalam kelas.Alat interaksi
yang terutama dalam hal ini adalah “berbicara".Dalam ceramahnya kemungkinan
guru menyelipkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi Sejarah
Kebudayaan Islam yang diajarkan.Sementara kegiatan belajar peserta didik yang
paling utama adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok pokok
penting yang dikemukakan oleh guru. Guru pun dalam hal ini bisa saja
mengabaikan pertanyaan-pertanyaan peserta didik, karena Metode Ceramah
bukanlah tanya jawab walau kadang muncul pertanyaan dari peserta didik, namun
bukan itu pelaksanaan yang sebenarnya.
Metode Ceramah dari aspek istilah (Armai Arif, 2002 : 135-136), adalah
cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada
peserta didik atau khalayak ramai. Pengertian ini mengarahkan bahwa Metode
Ceramah menekankan pada sebuah pemberian materi pembelajaran dengan cara
penuturan lisan. Lisan dijadikan sebagai alat utama dalam menggunakan Metode
Ceramah untuk mengajarkan sebuah materi pembelajaran PAI pada peserta didik.
Bila proses penyampaian itu yang diandalkan oleh guru adalah penuturan lisan,
maka guru PAI harus betul-betul memperhatikan kemampuan suara dan tekniknya
dalam penggunaan Metode Ceramah ini.
Adapun menurut M. Basyiruddin Usman (2002:34) yang dimaksud dengan
Metode Ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim
10
disampaikan oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara
penyampaian bahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan.
Pengertian yang sama juga diungkapkan oleh Mahfuz Sholahuddin dkk.
(1986:43), bahwa Metode Ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran
secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok. Pengertian ini memang masih
memiliki kemiripan dengan defenisi sebelumnya yaitu penyampaian bahan
pelajaran secara lisan. Hanya saja pengertian ini lebih spesifik di mana
penyampaian bahan pelajaran itu secara lisan diberikan kepada peserta didik di
depan kelas. Terdapat ruang khusus dalam penggunaan Metode Ceramah tersebut
yaitu ruangan kelas. Kelas menunjukkan suatu tempat yang teratur di mana peserta
didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan menyenangkan. Kelas itu
menggambarkan strata, tingkatan, dan spesifikasi bahkan jenjang tempat yang
dilalui oleh peserta didik. Kelas menjadi tempat yang harus dipersiapkan oleh guru
untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan Metode Ceramah.
Hal ini diperlukan karena penuturan dengan lisan dalam menyampaikan materi
pembelajaran PAI menuntut suasana kondusif dan menyenangkan.
Menurut Abuddin Nata (2011 : 181-182), Metode Ceramah adalah
penyampaian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan
lisan secara langsung di hadapan peserta didik. Ceramah dimulai dengan
menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyingkap garis-garis besar yang akan
dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan bahan
yang telah disajikan. Ceramah akan berhasil apabila mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh dari peserta didik, disajikan secara sistematik, menggairahkan,
memberikan kesempatan kepada peserta didik. Pada akhir ceramah perlu
dikemukakan kesimpulan, memberikan tugas kepada peserta didik serta adanya
penilaian akhir.
Jika di telaah dengan saksama sebagaimana dengan yang telah diungkapkan
oleh Abuddin Nata diatas menganai pengertian Metode Ceramah diatas yang
11
menegaskan bahwa metode ceramah adalah penuturan lisan secara langsung
dihadapan peserta didik mengisyaratkan bahwa dalam penggunaan metode ceramah
sebagai suatu alat penyampaian bahan pembelajaran harus sudah melalui persiapan
dan perencanaan yang kompleks
Definisi Metode Ceramah diatas, bila langsung di serap dan di aplikasi kan
tanpa pemahaman terlebih dulu oleh guru tentu hasil yang didapat dari penerapan
Metode Ceramah yang jauh dari kaidah-kaidah Metode Ceramah yang seharusnya.
Kemudian pengguaan Metode Ceramah yang efektif juga dapat member efek positif
yang kaya untuk perkembangan siswa diantara, dengan penyampaian yang hebat
dari seorang guru yang professional dalam menggunakan Metode Ceramah ini
maka tak sedikit siswa yang mendapat motivasi setelah selesai megikuti
pembelajaran.
Dengan berbagai macam pendapat yang penulis paparkan di atas, maka
setelah di analisa dengan baik dan seksama maka pada dasarnya seluruh pengertian
itu mengandung makna yang sama, yaitu penulis mengambil kesimpulan bahwa
Metode Ceramah merupakan metode mengajar yang paling banyak atau umum
digunakan, hal ini mungkin dianggap oleh guru sebagai metode mengajar yang
paling mudah dilaksanakan. Jika bahan pelajaran di kuasai dan sudah di tentukan
urutan penyampaiannya, guru hanya tinggal menyajikannya di depan kelas dan para
siswa memperhatikan guru berbicara atau menjelaskan kemudian mencoba
menangakap atau menyerap serta membuat catatan mengenai isi pada penjelasan.
3. Prinsip-Prinsip Metode Ceramah
Setelah memahami arti dan maksud dari Metode Ceramah dan sebagai
tindak lanjut dari pengetahuan tentang Metode Ceramah maka sangat penting untuk
mengetahui prinsip-prinsip penggunaan metode ceramah dengan tujuan agar
pelaksanaan metode ceramah dapat menjadi efektif secara maksimal, prinsip-
prinsip tersebut meliputi (Yudhi Munadi, 2013 : 8) :
12
a. Penyiapan bahan ceramah secara matang.
b. Pemberitahuan kepada siswa tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
c. Penjelasan awal secara garis besar materi yang akan diceramahkan.
d. penyajian bahan ceramah dengan memanfaatkan media bantu yang
tersedia serta upaya peragaan dan ilustrasi mengenai materi
ceramah.
e. penilaian secara bertahap pada setiap satuan pembahasan.
f. Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan, tanggapan, serta kritik.
g. Penciptaan hubungan guru dan siswa secara harmonis, terbuka, dan
penuh kegembiraan.
h. Penciptaan iklim sosio-emosional kelas secara hangat.
i. Memberikan rangkuman, kesimpulan, pada akhir satuan
pembahasan dan akhir ceramah.
4. Teknik Penggunaan Metode Ceramah
Kemudian ada beberapa teknik dalam penggunaan Metode Ceramah sebagai
upaya meyajikan materi pembelajaran, adapun teknik penggunaan metode ceramah
secara prosedural dapat dilakukan dengan memperkenalkan topik ceramah
(penyampaian), membuka ceramah dengan memperkenalkan bahan pengait,
menyebutkan tujuan pembelajaran secara singkat namun jelas bagi para siswa,
menyebutkan garis besar materi ceramah dalam bentuk ide-ide pokok (topik inti),
ceramahkan topik inti secara berurutan atau sistematis di imbangi dengan contoh
dan ilustrasi, menyusun rangkuman pada setiap topik inti dan menebar beberapa
pertanyaan dan memberi kesempatan bagi peserta didik untuk bertanya, dan
merangkum secara menyeluruh tentang topik pembahasan pada pembelajaran yang
sudah terjadi. (Yudhi Munadi 2013 : 21),
5. Tujuan Metode Ceramah
13
Penggunaan Metode Ceramah dalam dunia pendidikan memiliki beberapa
tujuan secara garis besar yaitu untuk mengarahkan siswa memperoleh pemahaman
yang jelas tentang masalah yang dihadapi, untuk membantu siswa memahami
generalisasi (prinsip berdasarkan penalaran dan objektivitas), untuk melibatkan
siswa dalam berpikir melalui pemecahan masalah, memperoleh umpan balik dari
siswa tentang kualitas pemahamannya dan mengatasi kesalahpahaman, dan untuk
membantu siswa dalam apresiasi serta proses penalaran serta penggunaan bukti
dalam memcahkan keraguan. Armai Arif (2002:135-136)
6. Desain Metode Ceramah
Desain merupakan kerangka, langkah-langkah, atau bangunan yang menjadi
pedoman bagi seorang guru dalam mengajarkan materi Sejarah Kebudayaan
Islam kepada peserta didik. Desain metode ceramah ini sesuatu yang harus
dipahami dan diikuti oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam untuk melancarkan
proses pembelajarannya secara maksimal. Desain ini haruslah diperhatikan secara
seksama oleh semua guru Sejarah Kebudayaan Islam yang mengajarkan materi
tentang Sejarah Kebudayaan Islam. Tahapan-tahapan dalam penggunaan metode
ceramah ini merupakan bagian tak terpisahkan satu dengan lainnya karena saling
melengkapi dan merupakan siklus yang harus dilalui. Pada desain inilah materi
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tersalurkan yang kemudian dapat
dengan mudah dipahami oleh peserta didik. Guru Sejarah Kebudayaan Islam pun
dapat dengan mudah mengajarkan materi Sejarah Kebudayaan Islam khususnya
materi yang memiliki karakter yang dapat diajarkan dengan metode ceramah.
Setidaknya ada 6 tahapan dalam desain Metode Ceramah yaitu : (Jurnal Tarbiyah,
Vol. 21, No.2, 2014 : 389)
1) tujuan ceramah.
2) ketepatan metode.
3) mengelola perhatian siswa,.
4) persentase materi.
14
5) memberikan konklusi.
6) melakukan evaluasi.
7. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah
Penggunaan Metode ceramah pada mata plejaran Sejarah Kebudayaan
Islam sebenarnya memiliki kelebihan yang dapat memudahkan guru Sejarah
Kebudayaan Islam dalam mengajarkan materi Sejarah Kebudayaan Islam pada
setiap kegiatan pembelajaran di Kelas VIIA. Mengetahui kelebihan metode ini
menjadi langkah awal bagi seorang guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam
mempertimbangkan penggunaannya sekaligus mempersiapkan bahan-bahan
terkait. Ada beberapa kelebihan metode ceramah dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam, yaitu :
a. guru Sejarah Kebudayaan Islam menguasai arah pembicaraan seluruh peserta
didik di dalam kelas.
Jika kelas sedang berdiskusi, sangatlah mungkin bahwa seorang peserta
didik mengajukan pendapat yang berbeda dengan anggota kelompok yang lain,
hal ini dapat mempengaruhi suasana dan diskusi jadi berkepanjangan bahkan
sering menyimpang dari pokok bahasan. Tetapi pada metode ceramah hanya guru
yang berbicara, maka ia dapat menentukan sendiri arah pembicaraan.
b. Organisasi kelas sederhana.
Dengan ceramah, persiapan satu-satunya bagi guru adalah buku
catatannya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau terkadang
duduk. Cara ini paling sederhana dalam hal pengaturan kelas, jika dibandingkan
dengan metode demonstrasi dimana guru harus mengatur alat-alat. Atau
dibandingkan dengan kerja kelompok, dimana guru harus membagi kelas ke
dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas.
c. Guru mudah menggorganisasikan tempat duduk peserta didik/kelas.
Pengorganisasian tempat duduk peserta didik menjadi persoalan penting
untuk diperhatikan guru Sejarah Kebudayaan Islam. Ketertiban tempat duduk
15
peserta didik dalam penggunaan metode ceramah dapat menjadikan suasana
pembelajaran lebih tertib dan nyaman. Dengan metode ceramah yang digunakan
oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam pengorganisasian tempat duduk peserta
didik lebih mudah dikontrol dan ditertibkan.
d. Dapat diikuti oleh jumlah murid yang banyak/besar.
Terkadang mengajar peserta didik dengan jumlah besar menjadi kendala
dalam penyampaian materi Sejarah Kebudayaan Islam. Maka metode yang tepat
dipergunakan dalam situasi kelas besar ini adalah metode ceramah. Jadi hal ini
perlu diperhatikan oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam mengajarkan
materi Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode ceramah. Metode ceramah lebih
efektif dipergunakan dibanding dengan metode lainnya dan inilah sekaligus yang
menjadi keunggulannya.
e. Lebih mudah mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan metode ini.
Persiapan untuk menggunakan metode ini jauh lebih mudah dibanding
dengan metode lainnya. Cukup dengan membaca dan membuat kerangka materi
sesuai dengan indikator pelajaran, guru sudah dapat melaksanakan pembelajaran
dengan baik. Pelaksanaannya pun tidak rumit hanya menyampaikan saja apa yang
telah dipersiapkan sebelumnya kepada peserta didik.
f. Biaya lebih murah dan dapat sekaligus untuk murid yang banyak.
Penggunaan metode ceramah dalam Sejarah Kebudayaan Islam tentu
tidak memerlukan biaya yang banyak sebab alat utama dalam proses penggunaan
metode ini adalah lisan yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. maka seorang
guru Sejarah Kebudayaan Islam yang akan mengajarkan materi dapat saja dengan
mudah menggunakan metode ini karena tidak menuntut dengan biaya yang mahal.
(Jurnal Tarbiyah, Vol. 21, No.2, 2014 : 389)
g. Dasar Metode Ceramah Dalam Al-Qur’an
Bila diperhatikan secara seksama, metode ceramah yang secara ril yang
mengarah pada hal itu dibicarakan dalam al-Qur’an tidaklah sepenuhnya
ditemukan. Akan tetapi bila merujuk kepada pendapat yang dikemukakan oleh
16
Abuddin Nata, bahwa metode ceramah ia sebut dengan “khutbah” maka hal itu
akan ditemukan dalam al-Qur’an. Dan, sebenarnya, apabila dianalisis secara
sempurna bahwa substansi metode ceramah yang menggunakan kata-kata
secara lisan menyampaikan materi pada umat atau khalayak, maka hal itu juga
terdapat dalam “khutbah”. Abuddin Nata (2005:158) menyamakan metode
ceramah dengan metode khutbah. Menurutnya, metode ceramah termasuk cara
yang paling banyak digunakan dalam penyampaian atau mengajak orang lain
mengukuti ajaran yang telah ditentukan. Di dalam al-Qur’an kata-kata khutbah
diulang sembilan kali, dan di bawah ini yang sangat penting mendasari kajian
metode ceramah yang berasal dari kata ”khutbah” adalah firman Allah SWT
berikut:
”Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-
orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-
orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan”. (QS. Al-Furqan, 25: 63).
Firman Allah SWT di atas yang menunjuk pada metode ceramah dapat
dianalisa bahwa kata ”khatabahum” bermakna mengucapkan kata-kata.
Khatabahum berasal dari akar kata ”khataba” berbentuk fi’il madhi. Kata
khataba juga berdekatan dengan makna berkhutbah yaitu memberikan pesan-
pesan penting pada manusia saat shalat jum’at.( Jurnal Tarbiyah, Vol. 21, No.2,
2014 : 389) Istilah khutbah penggunaannya dilakukan saat shalat jum’at
dimana ada seorang khatib yang memberikan pesan-pesan keislaman untuk
diikuti oleh para jama’ah. Proses khutbah tersebut berjalan dengan penggunaan
lisan saat memberikan materi khutbah tersebut pada jama’ah shalat jum’at. Bila
dikomparasikan dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW saat
menjadi khatib, beliau melakukannya dengan suara yang lantang dan tegas agar
manusia dapat memperhatikan dan mengikuti apa yang disampaikan.
2. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
17
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Pengertian sejarah menurut etimologi berasal dari bahasa Arab syajarah,
artinya “ pohon”. Istilah lain dalam bahasa asing disebut histore (Perancis),
geschicte (Jerman), histoire atau geschiedenis (Belanda), dan history (Inggris).
Kata history sendiri dalam ilmu pengetehuan sebenarnya berasal dari bahasa
Yunani (istoria) yang berarti pengetahuan gejala-gejala alam, khususnya manusia
yang bersifat kronologis. Oleh karena itu sejarah dalam perspektif ilmu
pengetahuan menjadi terbatas hanya mengenai aktivitas manusia yang berhubungan
dengan kejadian-kejadian tertentu yang tersusun secara kronologis (Siti Maryam
dkk, 2009)
Penjelasan di atas bisa penulis pahami pada bagian pengertian sejarah yang
berasal dari bahasa Arab yaitu “syajarah”, kata tersebut jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia berarti “pohon”. Bisa dibayangkan biasanya pohon itu tumbuh
menjulang tinggi keangkasa memiliki akar yang kokoh dan kuat, terdapat ranting,
cabang, dan daun. Itu bisa diartikan bahwa sejarah itu memiliki masa, berkembang
sesuai zaman. Yang paling penting adalah sejarah ibarat akar, dimana ada asal-usul
pohon bisa hidup. Contoh adalah sejarah tentang kehidupan dengan asal-usul. Suatu
kejadian bisa dikatakan sebagai sejarah jika kejadian itu sudah lewat pada masa
lampau. Untuk kejadian pada masa yang akan datang tidak bisa dikatakan sebagai
sejarah karena manusia belum melewati masa itu. Jadi, sejarah itu ada kaitannya
dengan masa atau waktu. Sedangkan Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang
semangat mendalam suatu masyarakat. Menurut Koentjoroningrat, kebudayaan
paling tidak mempunyai tiga wujud:
a. wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan yang sebagai suatu kompleksitas
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma norma, peraturan, dan sebagainya,
b. wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
18
c. wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
(Koentjaraningrat, 2015)
Sejarah Kebudayaan Islam dilahirkan oleh umat Islam sekalipun tidak
menggunakan istilah kebudayaan umat Islam. Islam itu bukan budaya karena Islam
adalah wahyu dari Allah, sedangkan budaya Islam adalah hasil karya orang Islam.
Kebudayaan itu dimiliki oleh seluruh umat manusia dari segala level, termasuk
masyarakat primitifpun berbudaya.Karena kebudayaan adalah hasil karya manusia.
Sedangkan peradaban adalah pengembangan budaya manusia dengan
kemampuannya untuk mengembangkan diri sesuai dengan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bagi pendidik perlu menyinggung tentang ini.Dengan
demikian, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ialah bahan ajar yang
digunakan dalam pembelajaran PAI yang membahas tentang kisah masa lampau
manusia baik mengenai hasil pikiran, totalitas pikir maupun karya orang yang hidup
dan bernaung di bawah panji-panji Islam yang didasarkan kepada pemahaman
orang-orang Islam.
Untuk dapat mengetahui dan mengenal hal bersejarah yang pernah terjadi di
masa lampau dalam dunia islam maka mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
fungsikan untuk melengkapi keperluan tersebut lewat dunia pendidikan formal
(sekolah). Dalam hal ini seorang guru dituntut harus profesional dalam menyajikan
matapelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tersebut. Dalam kebiasaan dan ujian
efektitifitas metode yang digunakan. Metode ceramah dipilih oleh mayoritas guru
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terutama di indonesia. Hal ini karena
penyesuaian terhadap materi yang disajikan berbentuk kenangan atau kejadian
peristiwa di masa lampau. Pembawaan seorang guru dalam menggunakan metode
tersebut dan penyesuaian terhadap suasana lokasi mengajar menjadi penentu
bagaimana proses pembelajaran tersebut akan berjalan.
Dengan adanya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terutama di
sekolah berbasis Islam seperti Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun yang
menjadi objek tempat peneliti melakukan penelitian, selain prestasi akademik yang
19
menjadi tujuan pembelajarannya, sejatinya juga bisa dapat menjadi tauladan bagi
para siwa dalam kehidupan di lingkungan kehidupannya dan dapat meresapi nya
guna menjadi manusia yang berguna dan berakhlak mulia.
B. Studi Relevan
Selanjutnya akan penulis uraikan beberapa penelitian terdahulu yang
terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan pada skripsi ini. Dengan tujuan
untuk menghidari segala bentuk plagiasi dan sebagi penegasan bahwa penelitian
ini murni penulis lakukan dan bukanlah tiruan dari penelitian yang telah ada.
Beberapa penelitian yang memilliki relevansi terhadap penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Fadhil Abdul 2014 “Penerapaan metode ceramah dan diskusi dalam
meningkatkan hasil belajar PAI di Sekolah Menengah Atas 44
Jakarta” dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penerapan
metode ceramah dan diskusi dalam meningkatkan hasil belajar PAI di
Sekolah Menengah Atas 44 Jakarta, dari segi kognitif mengalami
kenaikan, dari segi afektif siswa dapat menerima pelajaran dengan
baik, dari segi psikomotorik siswa dapat terlibat cukup aktif secara
psikomotorik.
2. Maurin Hana 2018 “Penerapan metode ceramah plus diskusi dan
Tugas untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Nurul Huda Sukasari Kabupaten Bandung” Dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penerapan metode ceramah
plus diskusi dan Tugas untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Sukasari Kabupaten
Bandung mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar
31,2 %.
20
3. Jannatim Siti (2010) “Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam melalui metode
diskusi dengan media komik (studi tindakan pada kelas XI MAN
Lasem)” dari hasil penelitian ini menunjukkan hasil Upaya
meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam melalui metode diskusi dengan media komik telah
berhasil hal ini dapat dilihat dengan peningkatan motivasi belajar dari
hasil pra siklus, siklus 1 sampai dengan siklus 2 yaitu dari 52,5%
meningkat menjadi 68,75% dan hasil angket tiap siklus juga
menunjukkan peningkatan yaitu dari 61,2 menjadi 72,47 diatas rata-
rata.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Berdasarkan dengan judul yang penulis ambil, Kirk dan Miller dalam
Moleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.(Lexy J Moleong, 2011:3)
Metode deskriptif juga dapat didefinisikan sebagai suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebagai upaya untuk
memberikan jawaban atas permasalahan yang telah dibentangkan, karena sifatnya
menggunakan penekatan analisis deskriptif. Dengan kata lain penelitian ini
berupaya menggambarkan, menguraikan suatu keadaan yang sedang berlangsung
berdasarkan fakta dan informasi yang diperoleh dari lapangan dan kemudian
dianalisis beradasarkan variable yang satu dengan lainnya sebagai upaya untuk
memberikan solusi tentang penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
Pemilihan metode ini didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan
ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dengan responden; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih bisa
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-
pola nilai yang dihadapi. (Lexy J Moleong, 2011 : 5)
22
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
yang beralamat di Jalan Lintas Sumatra, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten
Sarolangun, Provinsi Jambi dan merupakan Madrasah Tsanawiyah Negeri pertama
yang dibangun di wilayah akb sarolangun yang menurut sejarahnya dahulu sekolah
tersebut adalah PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama) kemudian di ubah dan
dialih fungsikan menjadi Madrasah Tsanawiyah Pada tahun 1977 oleh Kementrian
Agama Republik Indonesia.
2. Subjek Penelitian
Atas berbagai pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas maka yang
akan dijadikan sebagai informan (Subjek penelitian) ini adalah:
a. Kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Sarolangun.
b. Guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam dikelas VIIA Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Sarolangun.
c. Siswa kelas VII A Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Sarolangun.
Adapun teknik pengambilan sample dan informan dalam penelitian ini
menggunakan cara snow ball sampling yaitu proses penyebaran sample yang
seibarat bola salju, yang mulanya kecil, kemudian semakin membesar dalam proses
“Bergulir menggelindir”. (Sanafiah Faisal, 1990:38) Sebagai subjek utama
yaituGuru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIIA Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Sarolangun. Adapun sebagai sumber informasi untuk
memperoleh data tentang realita permasalahan penngunaan metode ceramah pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)
1 Sarolangun.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
23
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
utama melalui observasi dan wawancara di lapangan. Sedangkan data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari bacaan literatur-literatur serta sumber-sumber lain
yang berhubungan dengan penelitian ini, dengan kata lain data sekunder dapat
diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan
atau tulisan. Data sekunder ini digunakan sebagai data pelengkap atau data
pendukung dari data primer.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada
sumbernya, tanpa adanya perantara. (Mukhtar, 2010: 86) Yakni data yang diperoleh
secara langsung melalui wawancara dan pengamatan (observasi) terhadap
permasalahan kelas VIII (delapan) di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1
Sarolangun
b. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya
oleh peneliti misalnya dari dokumentasi (profil sekolah dan struktur organisasi)
atau publikasi lainnya. (Mukhtar, 2010 : 90) Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui dokumentasi yang meliputi profil sekolah dan struktur organisasi
di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Sarolangun.
2. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek
darimana data diperoleh. (Arikunto, 2002:207) Sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek darimana data-data
diperoleh. (Suharsimi Arikunto, 2002: 106)Sumber data yaitu berbentuk perkataan
maupun tindakan, yang didapat melalui wawancara.Sumber data peristiwa (situasi)
yang didapat melalui observasi.Dan sumber data dari dokumen didapat dari instansi
terkait. “menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
24
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain.(Jam’an Satori, 2009: 105).
Sumber data di sini merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh yaitu
:
a. Sumber data berupa manusia, yakni kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah
Negeri (MTsN) 1 Sarolangun,Guru mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam
dan siswa kelas VII A di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Sarolangun.
b. Sumber data berupa suasana, dan kondisi di Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTsN) 1 Sarolangun.
c. Sumber data berupa dokumentasi, berupa foto kegiatan, arsip dokumentasi resmi
yang berhubungan dengan keberadaan siswa, baik jumlah siswa, dan bentuk
keberagaman siswa kelas VIIA di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1
Sarolangun.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk mendapatkan
data/fakta yang terjadi pada subjek penelitian untuk memperoleh data yang valid.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode observasi,
wawancara, dokumentasi.
1. Metode Observasi
Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung, (Lexy
J Moleong, 2011: 125) Metode ini dilakukan dengan jalan terjun langsung kedalam
lingkungan dimana penelitian itu dilakukan disertai dengan pencatatan terhadap
hal-hal yang muncul terkait dengan informasi data yang dibutuhkan. Penulis
menggunakan metode ini untuk mengamati secara langsung data yang ada
dilapangan, terutama tentang data yang ada di kelas VIII (delapan) A Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Sarolangun.
Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data yang mana secara
langsung dapat mengamati hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan metode
25
caramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIII (delapan) A
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Sarolangun.
Langkah-langkah yang dilakukan:
a) Mengamati sistem pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1
Sarolangun.
b) Mengamati bentuk pelaksanaan dan kegiatan proses belajar mengajar siswa
kelas VIII (delapan) A pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Sarolangun..
c) Memperhatikan respon siswa kelas VIII (delapan) A Madrasah Tsanawiyah
Negeri (MTsN) 1 Sarolangun saat proses pembelajaran mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam sedang berlangsung.
2. Metode Wawancara / interview
“Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi”(Nasution, 2006: 113) Metode
wawancara ini penulis lakukan untuk mengambil data, dengan mengadakan tanya
jawab secara langsung dengan responden dan mendengarkan langsung serta
mencatat dengan teliti apa yang diterangkan oleh responden, Metode ini digunakan
untuk memperoleh data atau informasi dari beberapa sumber data yang
bersangkutan yaitu, Guru dan Siswa. Sebelum penulis melalukan wawancara,
penulis sudah mempersiapkan seperangkat pertanyaan yang berkaitan dengan
penelitian.
Adapun datanya meliputi:
a) Bagaimana penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1
Sarolangun.
b) Apa saja faktor pendukung dalam penggunaan metode ceramah pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah
Negeri (MTsN) 1 Sarolangun.
26
c) Apa saja faktor penghambat dalam penggunaan metode ceramah pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah
Negeri (MTsN) 1 Sarolangun.
d) Bagaimana solusi dalam menghadapi faktor penghambat penggunaan metode
ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIII A
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Sarolangun.
Interview ditinjau dari segi pelaksanaannya, maka dibedakan menjadi:
a. Interview bebas (inguided interview) dimana pewancara bebas menanyakan apa
saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
b. Interview terpimpin (guided interview) yaitu interview yang dilakukan oleh
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci
seperti, yang dimaksud dalam interview terstruktur.
c. Interview bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview
terpimpin. (Suharsimi Arikunto, 2002:132)
3. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah suatu cara mencari data terhadap hal-hal seluk
beluk penelitian baik berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, prasasti,majalah,
agenda dan lain sebagainya. (Sugiono, 2012: 138) Data tersebut antara lain :
1) Historis dan geografis
2) Struktur Organisasi
3) Keadaan guru
4) Keadaan siswa
5) Keadaan sarana dan prasarana.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini yang akan di analisis adalah melalui pendekatan
kualitatif dengan menggunakan cara deduktif. Deduktif adalah suatu proses berfikir
dengan mengemukakan permasalahan yang bersifat umum kemudian dibahas
kepada permasalahan yang bersifat khusus. Analisis data meliputi:
27
1. Reduksi Data
“Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, observasi, dan dokumentasi”.(Jam’an
Satori, 2009:219) Setelah dibaca, dipelajari, maka langkah selanjutnya adalah
reduksi data.
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan tranformasi data-data kasar yang muncul dari
catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan selama penelitian
berlangsung.
2. Penyajian data
Setelah melalui reduksi data langkah selanjutnya dalam analisa data adalah
penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melalukan
penarikan kesimpulan.
3. Verifikasi / penarikan kesimpulan
Setelah data terkumpul direduksi yang selanjutnya disajikan.Maka langkah
terakhir dalam penganalisa data adalah menarik kesimpulan atau verifikasi dan
analisanya menggunakan analisa model interaktif, artinya analisa ini dilakukan
dalam bentuk interaktif dari ketiga komponen utama tersebut.
F. Uji Keterpercayaan Data (Trushwortnines)
Untuk menetapkan keterpercayaan data, maka diperlukan tehnik
pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu
ada beberapa tehnik yang digunakan dalam pengecekan keabsahan temuan,
diantaranya :
1. Perpanjang keikutsertaan
Perpanjang keikutsertaan dalam artian memperpanjang waktu di lapangan
sehingga kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal ini dilakukan maka
membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks, membatasi kekeliruan
peneliti, dan mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian atau peristiwa yang
28
memiliki pengaruh sesaat. Perpanjangan waktu di lapangan akan memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. (Sugiono, 2012: 219)
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan dalam pengamatan berarti menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan
kemudian memusatkan diri terhadap hal-hal tersebut secara rinci
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. (Sugiono, 2012: 99) Hal
ini diharapkan dapat mengurangi distorsi data yang timbul akibat peneliti terburu-
buru dalam menilai suatu persoalaan, ataupun kesalahan responden yang tidak
benar dalam memberikan informasi.
3. Triangulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemerikasaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu diluar data pokok.Untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu, terdapat empat macam teknik pemerikasaan
menggunakan sumber, metode, penyidik, dan teori.(Lexy J Moleong, 2011: 178)
Hal ini dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang seperti rakyat biasa, dan orang berpendidikan.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
4. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berfungsi untuk memberi gambar tentang pelaksaan
kegiatan penelitian yang peneliti lakukan dilapangan sehingga dapat menetapkan
29
dan merumuskan latar belakang suatu penelitian, kecenderungan yang tengah
berlaku, anggapan dasar, hipotesis, tujuan penelitian, sasaran dalam penelitian dan
cara untuk mencapai tujuan. Untuk memudahkan kegiatan penelitian yang peneliti
lakukan di lapangan maka penulis membuat rencana penelitian secara terjadwal
yang telah peneliti lampirkan pada bagian lampiran.
30
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Temuan Umum
1. Historis
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun merupakan Sekolah Menengah
Pertama yang bercirikan islam dan diselenggarakan oleh Kementrian
Agama.Disekolah ini diajarkan mata pelajaran bidang keagamaan dengan tidak
meninggalkan mata pelajaran umum.
Secara kronologis, Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun dulunya
adalah sekolah Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP 4 tahun).PGAP ini
didirikan pada tahun 1962, perkeembangan pendidikannya cukup pesat dan jumlah
siswa nya cukup banyak yang dating dari pelosok daerah. Melihat meskipun
melihat semakin pesatnya perkembangan sekolah ini, maka atas persetujuan
kepalah daerah Sarolangun Bangko dan juga persetujuan masyarakat Sarolangun,
sekolah PGAP 4 tahun pada tahun 1967 dijadikan Sekolah Negeri dengan biaya
yang tidak begitu mahal. Selama lebih kurang 8 tahun (1968-1976) perjalanan
PGAP negeri ini berkembang dengan baik dan pesat.
Pada tahun ajaran 1976/1977 secara resmi Pendidikan Guru AgamaPertama
(PGAP 4 tahun) diubah menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1
Sarolangun di dirikan pada tanggal 13 april 1977 yang dilatarbelakangi oleh
keinginan pemerintah dan masyarakat untuk membina dan mendidik putra-putri
mereka agar mereka memiliki dan memahami ilmu pengetahuan ilmu agama
khususnya sehingga mereka dapat mengabdi kepada Allah SWT, bangsa dan
negara.Dan dengan sendirinya menjadi jemabatan untuk menimba ilmu
pengetahuan dan meningkatkan kualitas kehidupan bagi masyarakat dan khususnya
para siswa yang bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1Sarolangun ini.
31
Kemudian sejak keberadaan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1Sarolangun
secara antusias masyarakat terutama yang berada di kawasan wilayah Kabupaten
Sarko terhadap jenjang pendidikan menengah pertama mengalami lonjakan yang
sangat signifikan hal itu di buktikan dengan domisili masyarakat pelosok daerah
yang dengan rela menyewa tempat tinggal yang dekat dengan kawasan Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1Sarolangun.
Pada tahun berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri 1Sarolangun,
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1Sarolangun yang di kepala sekolahi Oleh Rafiah
Rasyid (a/mh) dan Kaur Tata Usaha adalah Abdullah HR (a/m), dan pada tahun ini
yaitu pada tahun 2021 Madrasah Tsanawiyah Negeri 1Sarolangun dikepalai oleh
Ahmad Fauzi S.Ag dan Kaur TU Muhammad Jani S.Pd.I.
Pada tahun 2011 Madrasah Tsanawiyah Negeri 1Sarolangun tercatat di
badan AkreditasiNasional Sekolah/Madrasah (BAN-SIM) mendapat peringkat B
yang dikeluarkan pada tanggal 11 oktober 2011 dan pada tahun 2021 ini tercatat
tenaga guru PNS berjumlah 37 orang dan tenaga guru honorer berjumlah 19 orang,
serta tenaga administrasi berjumlah 10 orang.
Dalam rangka untuk melaksanakan proses belajar dan mengajar, pada tahun
2016 Madrasah Tsanawiyah Negeri 1Sarolangun sudah memakai kurikulum tahun
2013, untuk menunjang pelaksanaan kurikulum 2013 maka Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1Sarolangun melaksanakan workshop kurikulum 2013 selama 3 hari dengan
tutor dari LPMP Jambi pada 15 Januari 2016.
Dari historis berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri 1Sarolangun
Kelurahan Aur Gading, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun hingga
sekarang sebagaimana telah penulis kemukakan di atas tentu tidak terlepas dari apa
yang telah menjadi komitmen bersama dari para pendirinya dan masyarakat itu
sendiri, sehingga apa yang menjadi keinginan dan cita –cita dari berdirinya Pondok
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1Sarolangun tersebut sudah tercermin dari “Visi dan
Misi” pendirinya (Observasi 03 September 2021).
32
Adapun “Visi dan Misi” dari pendiri Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun adalah:
a. Visi
Mewujudkan siswa/i berprestasi yang mampu mengintegrasikan iman dan
taqwa (Imtaq) dan berilmu pengetahuan dan tenologi (Iptek) serta
mengimplementasikan dalam kehidupansehari-hari.
b. Misi
1. Menanamkan keyakinan kepada Allah Swt.
2. Menenamkan nilai-nilai yang terkandung dalam bulir-bulir Pancasila
3. Meningkatkan kesadaran peserta didik sebagai makhluk sosial dalam tatanan
kemasyarakat, dan aktif memelihara keindahan, kebersihan, dan kenyamanan
serta kelestarian lingkungan hidup.
4. Menyiapkan genberasi unggul yang memiliki kemampuan di bidang Imtaq dan
Iptek.
5. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui pengetahhuan
langsung sesuai denga minat dan bakat peserta didik.
6. Menggerakkan pendidikan dan pengajaran yang bermutu, baik secara
keilmmuan moral dan sosial.
7. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggrakan pendidikan dan
pengajaran.
8. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi dan informasi.
Dari apa yang tertuang dari Visi dan Misi tentang pendirian Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun Kelurahan Aur Gading, Kecamatan Sarolangun,
Kabupaten Sarolangun tersebut, tentu sudah jelas apa yang menjadi tujuan dan
cita-cita generasi muda yang memiliki motivasi dan keinginan yang kuat dalam
menimba ilmu agama dan umum demi mencapai kehidupan yang lebih baik di
masa depan melalui Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
c. Nilai-nilai oraganisasi
33
Nilai-nilai Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun terhubung dalam
nilai-nilai Kemenetrian Agama Republik Indonesia, yakni :
Pertama, Integritas adalah keselarasan antara hati, pikiiran, perkataan dan
perbuatan yang baik dan benar.indikasi dari nilai yang satu ini adalah bertekad dan
berkemauan untuk berbuat yang baik dan benar, berpikiran positif, arif, dan
bijaksana dalam melaksanakantugas dan fungsi, mematuhi perundang-undangan
yang berlak, korupsi, suap dan gratifikasi. Sedangkan indikasi negatifnya adalah
melanggar sumpah janji/kewajiban, melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi
dan menerima pemberian bentuk apapun di luar ketentuan.
Kedua, Profesionalitas adalah bekerja secara disiplin, kompeten, dan tepat
waktu dengan hasil terbaik. Indikasi positif dari nilai profesionalitas adalah
melakukan pekerjaan sesuai dengan kompetensi jabatan, disiplin dan bersungguh-
sungguh dalam bekerja, melakukan pekerjaan secara terukur, melaksanakan dan
menyelesaikan tugas tepat waktu, dan menerima reward (hadiah) dan punishment
(hukuman) sesuai dengan ketentuan.Indikasi negatifnya adlaah melakukan
pekerjaan tanpa perencanaan yang matang, melakukan pekerjaan tidak sesuai
dengan tugas dan fungsi, malas dalam bekerja, melakukan pekerjaan dengan hasil
yang tidak sesuai dengan standar.
Ketiga, Inovasi adalah menyempurnakan yang sudah ada dan menginkreasi
hal baru yang lebih baik. Indikasi positifnya adalah selalu melakukan
penyempurnaan dan perbaikan berkala dan berkelanjutan, bersikap terbuka dalam
menerima ide-ide baru yang kontruktif, meningkatkan kapasitas dan kompetensi
pribadi, berani mengambil terobosan dan solusi dalam memecahkan masalah, dan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam bnekerja secara efektif
dan efisien. Indikasi negatif nya adalah merasa cepat puas dengan hasil yang
dicapai, bersikap apatis dalam merespon kebutuhan stakeholder dan user, malas
belajar, bertanya dan berdiskusi, dan bersikap tertutup dengan ide-ide
pengembangan
34
Keempat, Tanggung jawab adalah bekerja secara tuntas dan konsekuen.
Indikasi positifnya adalah menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, berani
mengakui kesalahan, bersedia menerima konsekuensi dan melakukan langkah-
langkah perbaikan, mengatasi masalah dengan segera dan berkomitmen dengan
tugas yang diberikan.Sementara indikasi negatifnya adalah lalai dalam
melaksanakan tugas, menghindar dari tugas, selalu merasa benar dan suka
menyalahkan orang lain, menolak resikoatas hasil pekerjaan, memilih-milih
pekerjaan sesuai dengan keinginan pribadi, dan menyalahgunakan wewenang dan
tanggung jawab.
Kelima, Keteladanan adalah sebagai contoh yang baik bagi orang lain.
Indikasi positifnya adalah berakhlak terpuji memberika pelayanan dengan cara
yang baik, penuh keramahan dan adil, membimbing dan memberikan arahan
kepada bawahan dan teman sejawat dan melakukan perbuatan yang baik dimulai
dari diri sendiri. Indikasi negatifnya adalah berakhlak tercela, meberikan pelayanan
dengan seadanya dan dengan setengah hati, memperlakukan orang secara berbeda-
beda secara subjektif, melanggar peraturan perundang-undangan, melakukan
pembiaran terhadap bentuk pelanggaran.(Dokumentasi,
2. Geografis
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun adalah madrasah yang berada
di kelurahan Aur gading, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi
Jambi, 37381.Yang tidak hanya berfokus pada pencetakan generasi dengan
pengetahuan umum, namun juga mencetak generasi muda yang bertaqwa kepada
Allah Swt. dengan menyediakan mata pelajaran agama yang konkrit dengan
beberapa fokus spesifik seperti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqh,
Akidah akhlak, Alquran dan Hadist, Dan Bahasa arab, yang tentunya akan
menambah wawasan tentang keagamaan sekaligus menciptakan karakter peserta
didik yang bernafaskan agama Islam dengan tujuan bisa menjalani kehidupan yang
aman, damai dan tentram serta mampu menjadi generasi yang dapat melanjutkan
cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
35
Selain hal di atas hadirnya Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun yang
berlokasi di tengah pusat kabupaten menjadi netral terutama bagi para penduduk
sekitar sehingga akses terhadap segala bentuk kebutuhan pembelajaran juga sangat
mudah di dapat.
Secara keseluruhan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun berdiri
dengan luas wilayah kurang lebih 1,07 ha, dengan jumlah kelas sebanyak 24
ruangan belajar, 1 kantor kepala sekolah, 1 ruang majelis guru, dan 1 buah mushalla
serta 1 lapangan olahraga. Selain bangunan yang ada pihak sekolah yang
bekerjasama dengan para siswa terus menambah keindahan lingkungan sekolah
dengan tanaman bunga yang tersebar di sepanjang tepian batas teras
bangunan.Kemudian juga terdapat beberapa kantin yang tersusun rapi pada bagian
halaman belakang ruangan kelas belajar, semua bangunan tersebut ditutup rapi oleh
pagar tembok yang melingkar mengelilingi bangunan dan terdapat 1 gerbang pada
bagian depan bangunan.s
Table 1.1.keadaan sarana dan prasarana di Madrasah Tsanawiyah 1
Sarolangun
No Prasarana Jumlah
(RUANG)
Kondisi
Digunakan Baik
Rusak
berat
Rusak
ringan
Rusak
sedang
1
KANTOR
KEPALA
SEKOLAH
DAN TU
1 1 1
2 KANTOR
GURU 1 1 1
3 KELAS 24 24 24
4 MUSHALLA 1 1 1
36
5 RUANG
SATPAM 1 1 1
6 WC 4 3 1 4
(Sumber : Dokumentasi, 05 September 2021)
3. Struktur organisasi
Secara sederhana organisasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang
merupakan wadah atau sarana untuk mencapai berbagai tujuan atau
sasaran.Organisasi memiliki banyak komponen yang melandasi, diantaranya
terdapat banyak orang, tata hubungan kerja, spesialis dan kesadaran rasionaldari
anggota sesuai dengan kemampuan dan spesialisasi mereka masing-masing.
Organisasi selain dipandang sebagai wadah kegiatan orang juga dipandang
sebagai proses, yaitu menyoroti interaksi diantara orang-orang yang tergabung
(anggota) dalam organisasi. Keberhasilan suatu organisasi ditentuka oleh sumber
daya manusia yang berinteraksi dan mengembangkan oraganisasi yang
bersangkutan.Organisasi dalam meningkatkan sumberdaya manusia dalam rangka
mengoptimalkan kinerja pegawai tidak terlepas dari pemberdayaan potensi yang
ada.
Dalam upaya untuk mencapai keberhasilan dan tujuan yang ingin di capai
dalam suatu kegiatan dalam berbentuk apapun, perlu di susun tugas dan tanggung
jawab dari setiap personil yang tergabung dalam suatu organisasi sesuai dengan
struktur organisasi yang telah disusun.Melalui struktur organisasi itulah maka dapat
dilihat tugas, wewenang dan tanggung jawab yang di bebankan sesuai dengan
beban kerja yang ada dalam struktur tersebut. Dengan adanya struktur organisasi
akan memudahkan bagi seseorang pemimpin atau seorang kepala dalam mengawasi
, mengkoordinir, dan pengambilan keputusan yang di perlukan dalam organisasi
tersebut.
37
Kemudian dengan terkordinirnya sesuatu organisasi yang di jalankan
merupakan salah satu faktor yang sangat prnting dalam menentukan keberhasilan
organisasi yang di pimpin. Organisasi yang baik dan teratur merupaka ujung
tombak dan keberhasilan suatu kegiatan.Demikian juga halnya yang terjadi di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun sebagai lembaga pendidikan yang tentu
tidak lepas dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Berikut tabel 1.2 adalah struktur organisasi di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Sarolangun (Dokumentasi, 05 September 2021).
STRUKTUR ORGANISASI
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 SAROLANGUN
(Sumber : Dokumentasi, 05 September 2021)
KOMITE KEPALA MADRASAH
AHMAD FAUZI, S.Ag
WAKA KURIKULUM
ABDULLAH KINA’I, S.Ag.
WAKA KESISWAAN
NAJMI, S.Ag.
WAKA HUMAS
SAHUDI RAMLI M. Pd.I
WAKA SAR/PRAS
SITI HABSYAH, S.Ag.
KAUR TU
M. JANI S. Pd
WALI KELAS
Ka. PERPUSTAKAAN
ANSORI, S.Ag.
Ka. LABOR
SITI OCTAVIA S.Pd.I.
MAJELIS GURU
SISWA
38
Berdasarkan skema bagan dari struktur organisasi tersebut di atas, maka dapat
di ketahui dengan jelas tentang peran, tugas dan tanggung jawab yang di berikan
dalam rangka untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan pendidikan pada Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun yang berada di kelurahan Aur gading, Kecamatan
Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi tersebut.
4. Keadaan guru
Salah satu syarat terjadi sebuah proses pembelajaran ialah peran seorang
guru yang tak bisa dihilangkan, begitupun yang terjadi di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun dimana para majelis guru dituntut menunaikan tugas dengan
baik dan kreatif dalam menghadapi karakter siswa yang beraneka ragam.
Karena melalui tangan seorang guru lah yang akan menentukan sebuah
tujuan pembelajaran akan berhasil dicapai secara maksimal atau tidak, dan selaras
dengan yang sudah penulis uraikan mengenai fungsi dan struktur organisasi di atas,
seorang guru sebagai manusia biasa tentu tidak akan mampu menghadapi segala
problema yang ada di sekolah tanpa bantuan anggota organisasi yang lain. Bantuan
dari pihak-pihak dengan kewenangan khusus seperti waka kesiswaan dan bagian
kurikulum juga sangat bisa membantu meringankan seorang guru dalam
melaksanakan tugas nya. Sesuai dengan yang diungkapkan olehSiti Zahara
S.Pd.Iguru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun beliau mengatakan bahwa “terkadang beberapa murid yang
sulit di atur di hadapkan dengan guru BK untuk mendapatkan teguran , karena
beliau sangat disegani oleh rata-rata murid disini, biasanya setelah dihadapkan
dengan guru BK murid yang bermasalah kerap tidak mengulangi lagi
kesalahannya”.(Wawanacara, 05 September 2021)
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun, Kelurahan Aur gading,
Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun dalam pelaksanaan proses
pembelajaran sehari-hari di tangani oleh beberapa orang tenaga pendidik yang
memiliki kompetensi di bidang pendidikan dan pengajaran masing-masing.Hal ini
39
dapat terlihat dari riwayat pendidikan para guru yang mengajar di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun. Melalui (Dokumentasi 05 September 2021) yang
penulis lakukan diperoleh penjelasan mengenai keadaan guru di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangunsebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut
Tabel 1.2 daftar guru bidang studi agamaislam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun
No Nama Bidang studi Pendidikan Status
1 ABDULLAH ASGAF
S.Ag
BAHASA
ARAB S1 PNS
2 ABDUL KHOLIK S.Pd.I BAHASA
ARAB S1 HONORER
3 SITI ZAHARA, S.Pd.I SKI S1 PNS
4 H. SAMSIR FIRDAUS,
S.Ag SKI S1 PNS
5 SITI OPSAH S.Pd.I FIQH S1 PNS
6 AHMAD BASYIR S.Pd.I FIQH S1 PNS
7 Hj. FITRIANI S.Pd.I AKIDAH
AKHLAK S1 PNS
8 RAUDATUL JANNAH
S.Pd.I
AKIDAH
AKHLAK S1 HONORER
9 MUHAMMAD ARFANDI
S.Pd
ALQURAN
DAN HADIST S1 PNS
10 SITI MARYAM S.Pd.I ALQURAN
DAN HADIST S1 HONORER
(Sumber : Dokumentasi 05 September 2021)
Dari tabel 1.2 yang penulis uraikan diatas, semua gruru yang mengajar di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun adalah insan yang berkomitmen
40
terhadap tugas dan berhati tulus serta berjiwa mulia dalam mendidik siswa atau
peserta didik hingga menjadi karakter yang taat pada perintah agama dan cinta
akan tanah air.
Dari hasil wawancara penulis bersamaSiti Zahara S.Pd.I(guru mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam) di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun beliau juga mengungkapkan “Menjadi seorang guru sama sekali
berbeda dari kebanyakan pekerjaan, hal ini karena kita di hadapkan dengan seorang
manusia dengan latar belakang lingkungan dan sosial yang bermacam-macam”.
(Wawancara, 06 September 2021)bukan hanya itu, beliau juga mengatakan bahwa
menjadi seorang guru haruslah dengan niat yang bersih dan ikhlas. Dan beberapa
lulusan dan alumni dariMadrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun yang telah
terindikasi berhasil menerapkan apa yang telah di cita-citakan oleh guru sewaktu
mereka bersekolah dan menimbah ilmu di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun. Selain itu, pembuktian terlihat dari perkembangan minat para orang
tua yang ingin menyekolah kan anak mereka di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun.
Sesuai dengan fokus penelitian yang peneliti ambil, yakni spesifik
mengenai penerapan metode ceramah pada pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam,
peneliti telah melakukan serangkaian wawancara sekaligus observasi secara
intensif di kelas VIIAMadrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun dan telah
mendapat konfirmasioleh guru bidang studi bahwa metode ceramah memang
diterapkan sebagai metode utama dalam proses pembelajaran pada mata Sejarah
Kebudayaan Islam dikelas VIIA. Beliau mengungkapkan bahwa memang
penggunaan metode ceramah memang dirasa sebagai yang paling tepat dalam
pembelajaran pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam karena materi
pembelajaran yang dominan berupa sejarah atau kejadian yang telah terjadi di
masa lalu.
5. Keadaan murid
41
Untuk terjadinya sebuah proses pembelajaran,keberadaan murid menjadi
syarat mutlak yang harus terpenuhi karena sebuah pembelajaran tidak akan
berjalan tanpa adanya murid, murid berperan sebagai sasaran pembelajaran, yaitu
orang yang akan menerima ilmu yang sedang ajarkan guna menambah
pengetahuan dan membekali diri untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Siswa atau murid adalah salah satu penentu akan berhasil atau tidaknya sebuah
proses pembelajaran.
Siswa yang bersekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun tidak
hanya berasal dari kelurahan Aur gading saja namun juga dari desa dan kecamatan
yang berbeda yang ada di kabupaten Sarolangun.Hingga saat peneliti melakukan
di sekolah tersebut tercatat ada kurang lebih 695 siswa yang sedang menempuh
pendidikan tingkat menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun, dan karena jumlah siswa yang relatif banyak pada saat peneliti
melakukan penelitian setiap jenjang kelas telah dibagi menjadi 8 kelas (A – H)
dengan penetapan menggunakan kriateria yang diberikan pihak Madrasah
(sekolah).
Untuk melihat keadaan siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangunberikut peneliti uraikan melalui tabel 1.3.
Tabel 1.3 jumlah siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
(Dokumentasi, 05 September 2021).
NO KELAS JUMLAH SISWA
JUMLAH JUMLAH
ROMBEL L P
1 VII 127 131 258 8
2 VIII 90 117 207 8
3 IX 110 120 230 8
JUMLAH 327 368 695 24
(Sumber : Dokumentasi, 05 September 2021)
42
Dari tabel tersebut dapat terlihat jumlah siswa yang relatif banyak yang
berarti beragam pula karakter dan perilaku dari para siswa, dan pembagian
rombongan belajar disetiap jenjang kelas adalah salah satu bentuk usaha untuk
tetap bisa mengkoordinir siswa dengan optimal.Dari tabel tersebut tergambar pula
besarnya tantangan para guru yang menangi siswa dengan berbagai macam
perilaku dan karakter ini.Seorang guru juga menuturkan bahwa setiap hari aktif
belajar (senin – sabtu) sekolah adalah tempat yang ramai dengan beragam kejadian
dan perilaku siswa.
Selain guru, para murid juga harus bisa beradaptasi terhadap lingkungan
sosial bersama dengan teman sesama siswa dengan minat dan bakat yang berbeda
serta lingkungan yang berbeda dengan ligkungan tempat tinggal mereka dan tetap
berfokus pada pembelajaran sebagai tujuan utama mereka bersekolah di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun, terlebih pada siswa kelas VII yang berada di
masa adaptasi yang tinggi setelah lulus dari Sekolah Dasar dan seragam yang baru
dari seragam yang biasa mereka selama di Sekolah Dasar yang tentunya secara
tidak langsung memberi kesan perubahan terhadap perasaan yang mereka rasakan.
Faktor umur juga sering disebut-sebut sebagai indikasi yang harus
diperhatikan karena pada masa sekolah menengah pertama siswa cenderung
memasuki masa pubertas yang berakibat pada perilaku yang kadang kurang dapat
di kontrol oleh para siswa. Rentang usia anak pada tahapan menengah pertama ini
adalah 12 hingga 15 tahun, yang mana pada usia tesebut anak sudah disebut
sebagai remaja dan akan menemukan banyak hal baru.
Demikian pula halnya yang terjadi di Kelas VIIA yang menjadi subjek pada
fokus penelitian yang peniliti ambil, selain faktor usia seperti yang telah penulis
sebutkan di atas, para siswa kelas VIIA yang baru memasuki jenjang sekolah
menengah pertama atau Madrasah Tsanawiyah dituntut harus mulai bisa
beradaptasi dengan lingkungan yang baru ini.
Kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun terdiri dari 31 siswa
yaitu 19 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki yang lulus dari SD yang berbeda
43
(beberapa siswa lulus dari Sekolah Dasar yang sama) dan daerah asal
(desa/kecamatan) yang berbeda-beda pula.
Dari semua hambatan yang ada bagi siswa dalam belajar, namun tak sedikit
dari siswa yang berhasil fokus saat pembelajaran berlangsung dan sebagian siswa
justru kerap membuat bangga para guru dengan prestasi yang mereka tunjukkan
melalui hasil ujian atau keaktifan siswa saat diminta untuk menjelaskan ulang
pelajaran yang telah di uraikan oleh guru saaat pembelajaran berlangsung.
44
B. Temuan Khusus dan Pembahasan
1. Penggunaan Metode Ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
Pada prinsipnya pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
sebearnya tidak jauh berbeda dengan bidang studi atau mata pelajaran yang lain
namun pada prakteknya terdapat sedikit perbedaan yang mencolok terutama pada
bagian isi atau materi pembelajaran. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
cenderung memiliki ruang kreatifitas yang sempit bagi guru mata pelajaran tersebut
dikarenakan materi pelajaran yang dominan berbentuk kejadian masa lampau.
Dalam prakteknya pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebenarnya
tidak bisa terlepas dengan penggunaan metode ceramah sebagai metode utama
dalam proses pembelajaran. Terkadang demi keoptimalan kualitas pembelajaran
metode ceramah sendiri sering digabungkan dengan beberapa metode lain seperti
metode diskusi dan metode hapalan. Mata pembelajaran bidang studi Sejarah
Kebudayaan Islam berbeda secara sidnifikan dengan bidang studi lain yang
memiliki ruang kreatifitas yang lebih luas untuk penerapan berbagai macam
metode.
Metode ceramah sendiri selaras dengan yang telah peneliti uraikan
mengenai pengertian nya pada BAB II di atas yang mempusatkan pembelajaran
terhadap peran guru sebagai sektor penentu pencapaian keberhasilannya, sangat
menuntut guru bidang studi atau mata pelajaran tersebut untuk bersikap kreatif
dalam mengembangkan metode ceramah, lisan adalah sumber utama dalam
penggunaan metode ceramah juga harus menjadi perhatian dan pelatihan penuh
oleh guru pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Guru bidang studi benar-
benar harus menguasai materi atau bahan ajar sebelum menyajikan kepada murid.
“Dulu awal saya mengampu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam saya
sudah membaca dan bahkan menguasai materi jauh-jauh hari sebelum
mengajar, karena kalau tidak menguasai materi saya akan kuwalahan
menghadapi murid saat mengajar di kelas, bahkan waktu awal-awal dulu
45
saya juga sering berlatih sendiri sebelum memulai pelajaran di sekolah”
pernyataan Siti Zahara S.Pd.I.(Wawancara, 06 September 2021)
Metode ceramah dengan teknik yang keliru, akan membuat pandangan
murid menjadi negatif, pada prakteknya beberapa guru yang menyajikan materi
pembelajaran menggunakan metode ceramah dengan suara yang terlalu pelan kerap
mendapat keluhan dari para siswa, sebaliknya guru dengan suara yang tinggi juga
kerap di salah artikan oleh para siswa. Namun, dari observasi yang peneliti lakukan
di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun penggunaan metode
ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sudah berjalan dengan
baik dan optimal. Hal ini tidak terlepas dari profesionalitas Siti Zahara S.Pd.I
sebagai guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun.(Observasi, 06 September 2021)
Siti Zahara S.Pd.I saat menerapkan metode ceramah pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam juga kerap menggabungkan metode ceramah dengan
metode diskusi, hal ini untuk mengurangi rasa bosan siswa selama pembelajaran
berlangsung sehingga apa yang sudah diuraikan dengan menggunakan metode
ceramah dapat diserap dengan baik oleh para siswa.
Penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di Kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun juga di terima
dengan baik oleh para, terutama anak kelas VIIA adalah anak dengan rentang usia
12 tahun sampai 13 tahun, yang mana usia tersebut masih memiliki minat tinggi
terhadap pelajaran berbentuk cerita atau kisah.
Untuk dapat melihat gambaran yang lebih nyata, berikut serangkaian proses
pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun, dalam pelaksaannya meliputi beberapa hal yaitu :
1. Jadwal
Mengingat proses pembelajaran merupakan salah satu upaya dalam rangka
mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka waktu atau jadwal belajar hendaknya
dapat menjadi perhatian dan dimanfaatkan secara tepat, karena bagaimanapun
46
jadwal atau waktu pembelajaran yang tepat akan dapat mempengaruhi bagi
keberhasilan seseorang atau didik untuk mencapai keberhasilan. Jadwal sebuah
pembelajaran mengambil peran penting dalam suatu keberhasilan sebuah
pembelajaran yang akan dilaksanakan, selain itu dengan penjadwalan pembelajaran
yang tepat tentu sangat menentukan bagaimana suasana kelas dan semangat siswa
atau peserta didik yang bersifat relatif (berubah-ubah).
Dikalangan para siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun jadwal
pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dari pengamatan penulis
dilapangan menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam setiap harinya berjalan dengan baik dimana dalam pelaksanaan kegiatannya
telah dijadwalkan sesuai dengan kelompok belajar yang telah ditentukan oleh pihak
sekolah.
“Pelaksanaan pembelajaran bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam
dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran yang telah ditetapkan oleh pihak
sekolah dengan jam pelajaran yang relatif berbeda antar kelas dan jenjang,
namun untuk mata pelajaran Sejarah Kebuyaan Islam pada waktu siang hari
dirasa sedikit lebih sulit untuk berfokus, karena materi yang dominan
berbentuk kisah justru membuat kami para siswa menjadi mengantuk”
Revalina saputri (siswa kelas VIIA). (Wawancara, 05 September 2021)
Namun dilihat dari keseluruhan penjadwal untuk terutama pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
dinilai sudah terlaksanakan dengan baik dan efektif sesuai dengan jadwal yang
dibuat oleh pihak sekolah yang disempurnakan oleh para guru yang menjadi
pelaksana sekaligus pengawas dalam kemajuan maupun koreksian terhadap
penerapan jadwal yang telah ditetapkan.
2. Pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Selanjutnya penulis akan memaparkan hasil temuan yang peneliti dapatkan
selama penelitian berlangsung. Hasil penelitian diperoleh melalui observasi secara
langsung terkait pelaksanaan metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah
47
Kebudayaan Islam, melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang terkait
proses pelaksanaannya dan pengumpulan dokumen yang ada.
Hingga saat ini Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun sudah berumur
kurang lebih 34 tahun dan telah melalui berbagai macam usaha pengembangan dari
seluruh aspek akademisi maupun hal lainnya. Dan metode ceramah sebenarnya
sudah sejak awal diterapkan dalam proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun, kemudian dengan usaha dan peningkatan kualitas mengajar
para guru yang ada metode ceramah terus mengalami perkembangan baik dalam
dalam bentuk penyajaian atau pengemasan metode ceramah yang semakin menarik.
Metode ceramah dahulu sering mendapat hambatan karena keterbatasan
waktu yang harus dibagi dengan waktu siswa mencatat semua materi karena jumlah
buku paket pengantar yang sangat terbatas jumlahnya, namun dengan bantuan dan
perhatian dari pemerintah sekarang masalah tersebut sudah sangat terbantu. Pada
saat peneliti melakukan penelitian siswa hanya perlu mencatat pokok-pokok
kalimat yang penting seperti nama-nama tokoh dan istilah-istilah asing. Waktu yang
dulu banyak tersita oleh kegiatan mencatat materi sekarang bisa dimanfaatkan oleh
para guru untuk memberi tugas dan evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam observasi peneliti juga menemukan fakta bahwa mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam sendiri juga telah ada sejak dahulu, hal ini dikarenakan
Sejarah Kebudayaan Islam memang sudah menjadi bagian dalam pendidikan islam.
Dengan adanya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam siswa di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun bisa mengetahui kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa selama peradaban islam yang pernah terjadi masa lampau.
Penggunaan metode ceramah telah secara langsung peneliti saksikan saat
melakukan observasi di lapangan dan telah dikonfirmasi kebenarannya oleh guru
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun yang peneliti jadikan sebagai fokus penelitian. Penggunaan metode
ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun dilaksanakan dengan baik dan tertata, kemudian dipraktekan
48
setelah melalui perencanaan dan persiapan kompleks berisi serangkaian langkah-
langkah yang harus dilalui oleh guru sebagai center (pusat) pembelajaran dan siswa
sebagai manusia yang menimba ilmu.
2. Kelebihan Penggunaan Metode Ceramah Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Di Kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun
Penggunaan Metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam sebenarnya memiliki kelebihan yang dapat memudahkan guru Sejarah
Kebudayaan Islam dalam mengajarkan materi Sejarah Kebudayaan Islam pada
setiap kegiatan pembelajaran di Kelas VIIA. Mengetahui kelebihan metode ini
menjadi langkah awal bagi seorang guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam
mempertimbangkan penggunaannya sekaligus mempersiapkan bahan-bahan
terkait.
Peneliti juga dapat merangkum beberapa kelebihan dari penggunaan metode
ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun. kelebihan tersebut yaitu pertama, Metode
ceramah mudah untuk dilakukan, karena tidak menuntut banyak media dan hanya
munggunakan lisan guru sebagai media utama. Kedua, Guru mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam memiliki kuasa penuh atas kendali kelas (teacher as center).
Ketiga, Penjelasan materi Sejarah Kebudayaan Islam dapat diringkas pada bagian-
bagian pokok materi pembelajaran, dan siswa bisa dapat lebih mudah mencerna
materi pembelajaran. Keempat, Guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
dapat menjelaskan penjelasan yang lebih luas dan realistik. (Observasi, 07
September 2021)
Setiap metode pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing, dari semua kekurangan dan kelebihan itu pula pencocokan metode
pembelajaran terhadap mata pelajaran atau bidang harus menjadi pertimbangan
49
yang penting pula, karena setiap metode pembelajaran meiliki karakteristik sendiri
dan berbeda dalam praktek atau pelaksanaannya.
Penggunaan metode ceramah terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun sendiri telah melalui berbagai
macam pertimbangan dan ukuran pencapaian. Memang sangat logis materi yang
berbentuk kisah atau kejadian sangat cocok di sampaikan menggunakan metode
ceramah yang menggunakan lisan sebagai media utama nya. Sangat tidak mungkin
rasanya jika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun di laksanakan menggunakan metode praktek yang sangat
berlawana dengan karakter mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam itu sendiri.
3. Solusi dalam menghadapi faktor penghambat dalam penggunaan metode
ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIIA
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
1. Faktor penghambat
Penggunaan metode ceramah pada seluruh bidang studi sebenarnya
memiliki beberapa faktor penghambat baik itu dari guru yang menggunakan
maupun faktor eksternal lainnya, tak bisa di pungkuri bahwa seluruh metode
pembelajaran umumnya selalu memiliki faktor penghambat dalam penggunaanya,
namun adanya faktor penghambat dalam sebuah metode tidak sampai berakibat
sangat fatal dan masih bisa di usahakan perbaikan demi mencapai tujuan sebuah
pembelajaran. Begitu juga halnya dengan penggunaan metode ceramah pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
beberpa faktor penghambat bisa menjadi menghambat sebuah pembelajaran
tercapai secara optimal.
Dari observasi serta wawancara yang peneliti lakukan spesifiknya di kelas
VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangunpeneliti menemukan beberapa
faktor penghambat dalam penggunaan metode ceramah pada pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di sekolah yang peneliti teliti, dari obsevasi yang penulis
50
lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa hambatan yang ada dalam penggunaan
metode ceramah Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun ialah pertama, Ketika mendapat jadwal pelajaran pada siang
hari, para siswa Kelas VIIA merasa kurang bersemangat dan merasa lesu.
Kedua,perhatian para siswa sangat mudah teralihkan. Ketiga, Sering mendapatkan
gangguan dari suara luar seperti suara hujan ketika sedang hujan atau suara siswa
luar yang sedang praktek dan kerap bercanda dengan suara yang keras. Keempat,
Siswa mengantuk dan tidur di dalam kelas. Kelima, Guru cepat kelelahan karena
harus menjelaskan semua materi dengan lisan.
Siti Zahara S.Pd.I juga menjelaskan bahwa “jika pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dilakukan pada siang hari, suasana kelas cendrung kurang
semangat. Itu mungkin karena para siswa sudah merasa leleh, ditambah dengan
cuaca yang panas dan rata-rata siswa sudah merasa lapar”.(Wawancara, 06
September) faktor tersebut memang sangat masuk akal, pada kondisi tersebut para
siswa akan susah sekali untuk tetap berfokus pada pembelajaran.
Meskipun memiliki sejumlah faktor yang dapat menghambat penggunaan
metode ceramah namun metode ceramah memang menjadi metode yang
kebanyakan dipillih oleh para guru sebagai metode utama dikarenakan sifatnya
yang mudah dan murah untuk diterapkan. Dan mayoritas tenaga pengajar yang
menggunakan metode ceramah memang sudah tidak memungkiri perihal faktor
penghambat pada metode tersebut, namun dengan adanya faktor penghambat pada
metode ceramah ini, para guru dituntut untuk terus tumbuh dan meningkatkan
kreatifitas ketika faktor penghambat tersebut ditemukan saat proses pembelajaran
sedang berlangsung.
Faktor penghambat pada penggunaan metode pembelajaran seperti yang
telah peneliti uraikan di atas bukan hanya dirasakan oleh pihak guru saja namun
juga oleh para siswa. Berikut hasil wawancara singkat denganSiti aisyahsalah
seorang siswa kelas VIIA di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
51
“Terkadang sewaktu kami (siswa kelas VIIA) sedang belajar (Sejarah
Kebudayaan Islam) bertepatan dengan anak kelas lain yang sedang praktek
olahraga, mereka yang sedang praktek sering membuat suara yang ribut dan
mengganggu sehingga memecah konsentrasi kami para siswa kelas VIIA
yang sedang belajar” (Wawancara, 06 September 2021)
Sebagai jalan keluar dari masalah yang diakibatkan oleh faktor penghambat
dalam penggunaan metode ceramah pada mata pelajran Sejarah Kebudayaan Islam
di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun perlu dicarikan solusi agar
pembelajaran tetap bisa dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan rencana
pembelajaran yang telah dibuat.
2. Solusi
Melalui observasi dan wawancara bersama Siti Zahara S.Pd.I selaku guru
bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun, selanjutnya peneliti dapat menyimpulkan beberapa poin yang bisa
menjadi solusi saat menghadapi faktor penghambat dalam penggunaan metode
ceramah pada mata pelajran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun yaitu :
pertama, Pada saat bertepatan dengan jadwal pembelajaran di waktu siang
hari pengemasan materi hendaklah disampaikan dengan cara yang tidak terlalu
monoton atau kaku dan di sela penjelasan materi sedikit gurauan untuk mencairkan
suasana rasanya perlu untuk dilakukan. Dengan adanya candaan atau gurauan dari
guru bidang studi yang sedang menjelaskan di depan para siswa akan merasa lebih
menikmati proses pembelajaran walaupun dalam kondisi yang sudah lelah dan lesu.
Kedua, Untuk mendapat perhatian siswa secara penuh seorang guru harus
benar-benar bisa menguasai kelas dalam artian dapat melihat kondisi siswa dan
sesekali memanggil dan menanyakan beberapa pertanyaan terkait dengan materi
pembelajaran yang sedang berlangsung. Kemudian guru harus sering melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran agar para siswa juga merasa ikut andil dalam
pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
52
Ketiga, Untuk gangguan oleh suara dari luar guru bidang studi Sejarah
Kebudayaan Islam harus angkat bicara dan membuat pengaduan terhadap pihak
sekolah yang lain dan meminta agar mengkondusifkan suasana pada waktu-waktu
terkait atau meminta pihak yang sekolah yang bertanggung jawab untuk melakukan
perubahan dan penyesuaian jadwal mata pelajaran pada waktu-waktu yang dirasa
terganggu, seperti tidak menyamakan jam olahraga dengan pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
Keempat, Dalam kasus terkait siswa yang sering mengantuk solusinya dapat
berupa evaluasi guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun pada setiap pembelajaran telah selesai dan
merumuskan penyebab siswa sering mengantuk saat pembelajaran sedang
berlangsung. Siswa mengantuk umumnya adalah karena kurangnya minat siswa
terhadap pembelajaran yang sedang dilaksanakan, dalam hal ini penggunaan
metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang dilakukan
oleh guru kurang menarik sehingga siswa merasa bosan dan tidak tertarik untuk
mengikuti pembelajaran dengan tertib dan dari perumusan masalah tersebut guru
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun hendaknya lebih menguasi metode ceramah sebagai sarana upaya untuk
menyajikan pembelajaran.
Kelima, Karena metode ceramah sangat mengandalkan lisan sebagai media
penyampaian, tidak heran jika seorang guru terkadang cepat merasa lelah sehingga
menjadi emosianal saat proses pembelajaran, sebagai solusinya seorang guru mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
harus bisa mengatur tempo dan tidak diforsir saat merasa lelah dalam mengajar
kemudian metode ceramah ini juga perlu di imbangi dengan kegiatan lain seperti
diskusi siswa ataupun tugas harian.
Solusi diatas adalah hasil simpulan penulis atas wawancara yang dilakukan
bersama Siti Zahara S.Pd.I (06 September 2021) di Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Sarolangun. Selain itu Siti Zahara S.Pd.I juga mengatakan
53
“Lewat perjalanan waktu atas apa yang telah dilalui selama menjadi tenaga
pendidik merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam perkembangan saya
sebagai guru untuk terus mampu menghadapi segala macam persoalan dan
hambatan yang ditemukan saat sedang mengajar, intinya pengalaman itu
adalah guru yang sangat mendidik bagi saya dalam mengembangkan diri
untuk bisa menjadi seorang pendidik yang profesional”. (Wawancara, 06
September 2021)
Solusi yang penulis uraikan diatas bukan jawaban akhir dari penggunaan
metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun karena perkembangan dunia pendidikan akan
terus menemukan solusi-solusi baru dalam penanganan hambatan sebuah
pembelajaran. Ini selaras dengan ungkapan kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun Ahmad Fauzi, S.Ag
“Akan selalu ada penghambat dalam sebuah pembelajaran namun akan selalu
ada solusi untuk hal tersebut, jika tidak bisa dipecahkan oleh satu orang
barangkali perlu dua orang atau mungkin tiga, terlebih untuk pendidikan
formal seperti sekolah dimana setiap bagian sudah di isi oleh orang-orang
yang berhati mulia. Sebuah sekolah dengan struktur organisasi yang
kompleks akan selalu bisa menemukan solusi atas masalah (penyelenggaraan
pendidikan) yang dilakukan”.(Wawancara, 07 September 2021)
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan melalui masing-masing
BAB dalam skripsi ini, maka dapat di ambil kesimpulan tentang penggunaan
metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangunkelurahan Aur gading, Kecamatan Sarolangun,
Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi sebagai berikut:
1. Penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun kelurahan Aur
gading Kecamatan Sarolangun Kabupaten Sarolangun telah berjalan dengan
baik, hal itu dapat dilihat dari penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam masih dipertahankan hingga sekarang dan dijadikan
sebagai metode utama dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas
VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
2. Kelebihan dari Penggunaan Metode Ceramah Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
adalah Guru menguasai kelas secara penuh, persiapan yang sederhana,
pengelolaan kelas yang praktis, kapasitas ajar besar, persiapan pembelajaran
minimal, dan murah biaya.
3. Solusi untuk menghadapi faktor penghambat dalam Penggunaan metode
ceramah pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas VIIA
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun yaitu meliputi pengemasan dan
penyajian materi disampaikan dengan cara yang tidak monoton, guru harus
sering melibatkan, guru mengajukan dan membuat pengaduan terhadap pihak
sekolah agar mengkondusifkan suasana atau meminta melakukan perubahan
55
dan penyesuaian jadwal mata pelajaran, melakukan evaluasi oleh guru bidang
studi Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1, guru mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun harus bisa mengatur tempo dan tidak diforsir saat merasa lelah.
B. Saran-Saran
Melalui skrispi ini penulis menyampaikan beberapa saran yang dengan
harapan semoga dapat menjadi masukan bagi Kapala sekolah, guru bidang studi
Sejarah Kebudayaan Islam, dan para orang tua, maupun para siswa. Adapun saran
yang penulis sampaikan ialah sebagai berikut:
1. Kepada kepala sekolah, para guru khusunya guru bidang studi Sejarah
Kebudayaan Islam, serta para orang tua untuk senantiasa selalu
komitmen memberikan motivasi serta dukungan-dukungan yang
mampu mendorong semangat belajar kepada para siswa atau anak,
karena siswa atau anak pada generasi sekarang merupakan generasi
penerus bagi keberlangsungan kehidupan di masa depan.
2. Kepada guru bidang studi untuk senantiasa tulus dalam mengemban
tugas yang mulia ini, dan terus mengevaluasi diri dalam mencetak
generasi penerus bangsa dan negara dengan harapan jasa manusia mulia
ini bukan hanya dibalas oleh negara secara duniawi melainkan juga
pahala di mata Allah Swt. Serta selalu berpikiran terbuka untuk terus
mengembangkan diri untuk terus mengalami kemajuan lebih khusus
dalam pribadi sebagai seorang pendidik.
3. Kepada para siswa untuk selalu semangat dalam menimbah ilmu
pengetahuan demi masa depan yang cerah dan menjadi manusia yang
berguna bagi Agama, bangsa, dan negara sehingga menjadi manusia
yang berakhlak mulia serta memiliki jiwa luhur dalam menjalankan
peran sebagai generasi harapan di masa yang akan datang serta mampu
56
menerapkan akhlak terpuji sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru
disekolah.
4. Untuk para agar tidak hanya sebatas memiliki ilmu namun juga
menerapkan ilmu yang terus bertambah ini untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena tujuan sebuah ilmu adalah untuk
menjadikan seorang manusia untuk bisa menjadi manusia yang lebih
baik.
C. PENUTUP
Alhamdulillah penulis ucapkan rasa syukur yang sangat mendalam atas
rahmat Allah swt, karena berkat taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, karena selama menulis skripsi ini penulis
telah banyak mendapat berbagai pengetahuan dan pengalaman baru yang tak dapat
penulis uraikan melalui kata-kata.
Namun penulis selalu membuka diri untuk senantiasa belajar dan
memperbaiki kesalahan terutama dalam hal kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan penulisan skripsi ini dan juga sebagai pengetahuan
baru bagi penulis pribadi dan semoga kehadiran skripsi ini dapat berguna dan
dapat dijadikan sebagai sumber kajian ilmiah dalam dunia pendidikan.
Selanjutnya, selaku manusia yang banyak yang lemah dan memiliki kelemahan,
kekurangan dan keterbatasan, penulis menyadari dalam penulisan skripsi yang
telah penulis susun ini banyak dijumpai kekurangan dan kelemahan, baik dari segi
tata tulisnya maupun metodologinya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan
yang ada dan mengharapkan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca,
sehingga kehadiran tulisan ini dapat bermanfaat bagi segenap insan yang
berkonsentrasi dengan dunia pendidikan. Akhirnya penulis memohon kehadirat
Allah swt.Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, lebih
57
khusus bagi penulis sendiri.Bila ada kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan
skripsi imi, terlebih dahulu penulis memohon maaf yang sebesar-besarmya.
Aamiin ya rabbal’alamin…
Wassalamualaikum Wr.Wb…
Penulis
Denny Alvaz
TP.161435
58
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. 2011. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran.Jakarta :
Kencana.
Abdul Majid.2013Strategi Pembelajaran.Bandung : Pt Remaja Rosdakarya
Abu,Ahmadi. 2009. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Arief,Armai.2002Pengantar Ilmu Dan Pendidikan Islam.Jakarta : Penerbit Ciputat
Pers.
Ahmad, Susanto. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta
: Kencana Prenada Media Group.
Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta
Rhineka Cipta.
Ahmad Tanzeh. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta : Teras.
Basyiruddin, Usman. 2002. Media Pendidikan. Jakarta : Penerbit Ciputat Pers.
Bimo, Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Cv Andi.
Djaali.2008. Psiklogi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.
Djamarah.2011. Psikologi Belajar.Jakarta : Rineka Cipta.
Faisal,Sanafiah.1990. Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar Dan Aplikasi). Malang :
Ya3 Malang.
Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Lexy J Moleong. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mahfuz, Sholahuddin Dkk. 1986. Pengantar Psikologi Umum.Surabaya : Pt Bina
Ilmu.
59
Muhaimin.2002. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengaktifkan Pai Di
Sekolah.Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta : Gp Press Group.
Nasution.2006. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta :
Bumi Aksara.
Purwanto,Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Ramayulis.2001. Metodologi Pengajaran Agama Islam.Jakarta : Kalam Mulia.
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Suhana. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran.Bandung : Refika Aditama.
Sri Mulyani. 2007. Metologi Penelitian Bisnis. Medan : Cetakan Pertama Usu Press.
Trianto, Heri Dkk. 2012.Model Pengembangan Permainan Gobak Sodor Bola
Dalam Pembelajaran Penjas. Universitas Negeri Semarang. Jurnal
Pendidikan Jasmani Dan Rekreasi.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 1Sisdiknas, 2016.
Whardani,Igak Dan Wihardit, Dan Kuswaya. 2014. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Yamin, M. 2013 Strategi Dan Model Pembelajaran.Jakarta : Gp Press Group.
61
Jadwal Penelitian
No Jenis
Kegiatan
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021
Oktober November April Juli September November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan
Proposal
2 Pengajuan
proposal
dan
penunjukk
an dosen
Pembimbi
ng
3 Proses
pembimbin
gan
proposal
dengan
pembimbin
g
4 Seminar
proposal
perbaikan
hasil
seminar
5 Analisis
data
penelitian
63
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
PENELITIAN KUALITATIF DESKRIPTIF
Judul Skripsi : Penggunaan metode ceramah pada mata pelajaranSejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun.
A. Observasi
1. Pengamatan langsung di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
2. Mengamati lingkungan Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
3. Mengamati suasana pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diMadrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
4. Mengamati metode yang digunakan dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun.
5. Mengamati kegiatan proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun.
B. Wawancara
1. Wawancara terhadap kepala sekolah
a. Bagaimana sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun?
b. Bagaimana latar belakang berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun?
c. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana/fasilitas yang ada di
Madrasah/Sekolah?
d. Bagaimana kondisi dan jumlah Tenaga Guru sampai saat ini?
e. Bagaimana kondisiSiswa sampai saat ini?
f. Bagaimana respon masyarakat terhadap keberadaan berdirinya
Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun?
g. Bagaimana perkembangan kuntitas jumlah siswa setiap tahun?
64
2. Wawancara terhadap guru
a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun?
b. Metode apa yang di gunakan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun?
c. Bagaimana penerapan Metode ceramah pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri 1
Sarolangun?
d. Apa saja kelebihan penggunaan Metode ceramah pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIIA Madrasah Tsanawiyah Negeri
1 Sarolangun?
e. Apa saja faktor penghambat yang di alami oleh guru pada saat
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?
f. Bagaimana solusi yang di lakukan agar siswa kelas VIIA tetap
semangat dalam mengikuti pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?
3. Wawancara terhadap siswa
a. Bagaimana tanggapan siswa dalam Penggunaan metode ceramah
pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?
b. Apa saja faktor penghambat yang di alami siswa selama
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?
c. Apa saja faktor penunjang dalam Penggunaan metode ceramah pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun?
C. Dokumentasi
1) Sejarah dan geografis Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
2) Visi misi dan tujuan
3) Struktur Organisasi di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Sarolangun
4) Jumlah dan keadaan guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
65
5) Jumlah dan keadaan sarana dan prasarana Madrasah Tsanawiyah
Negeri 1 Sarolangun
DAFTAR INFORMAN
NO NAMA STATUS
1 Ahmad Fauzi S.Ag Kepala Sekolah
2 Siti Zahara S.Pd.I
Guru SKI
3 Siti Aisyah
Siswa Kelas VIIA
4 M. Ramadhan
Siswa Kelas VIIA
68
JADWAL PENELITIAN
NO JENIS
KEGIATAN
TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021
Okt Nov April Juli Sept Nov
1 2 1 2 1 2 1 1 1
1 Pembuatan
Proposal
2
Pengajuan
proposal dan
penunjukkan
dosen
Pembimbing
3
Proses
pembimbingan
proposal
dengan
pembimbing
4
Seminar
proposal
perbaikan hasil
seminar
5 Analisis data
penelitian
6 Revisi hasil
sidang skripsi
7 Pengandaan
dan penyerahan
69
DOKUMENTASI WAWANCARA
Penyerahan surat izin riset kepada bapak Ahmad Fauzi S.Ag
Wawancara bersama bapak Ahmad Fauzi S.Ag
70
Wawancara bersama ibu Siti Zahara, S.Pd.I
(guru bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam)
Observasi pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam secara
langsung di kelas VIIA
71
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURICULUM VITAE)
Nama :Denny Alvaz
Jenis kelamin :Laki-laki
Tempat/tanggal lahir :Bukit, 08 Mei 1998
Alamat :Desa Bukit, Kec. Pelawan, Kab. Sarolangun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email :[email protected]
No Kontak :0857 - 2246 - 3481
Pendidikan Formal:
1. SDN 123/VII Desa Bukit Kecamatan Pelawan tamat tahun 2010
2. MTsS Sa’adatuddiniyah Desa Bukit kecamatan Pelawan tamat tahun 2013
3. MAS Sa’adatuddiniyah Desa Bukit kecamatan Pelawan tamat tahun 2016
Motto hidup
“Mengalir Saja, Asal Jangan Berhenti”