Pengembangan Pakan UdangBerbasis Biomassa Arthrospira platenis
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Pengembangan Pakan UdangBerbasis Biomassa Arthrospira platenis
Tugas Pengembangan Produk Mikroba
Pengembangan Pakan Ikan Berbasis Biomassa
Mikroalga Arthrospira platensis dan Daphnia
magna untuk Industri Larvikultur
Oleh :
Harish Muhammad 10410017
PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
PENDAHULUANSektor akuakultur merupakan sektor yang memegang peranan
penting dalam perekonomian Indonesia. Ikan mas atau Cyprinus
caprio L merupakan salah satu hasil akuakultur yang Indonesia
unggulkan dan bersifat kerakyatan. Konsumsi ikan mas ini sudah
membudaya dan dinikmati berbagai kalangan, baik masyarakat
dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, maupun masyarakat
dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Ikan mas ini memang
tak asing didengar, namun faktanya permintaan akan hasil
akuakultur ini di daerah-daerah sering kali tidak tercukupi.
Pada Pertengahan Agustus 2013 kemarin permintaan akan ikan mas
di daerah Sumedang melonjak, namun suplai tidak mencukupi,
akibatnya terjadi peningkatan harga menjadi Rp
29.000-30.000/kg dari yang sebelumnya berkisar Rp 21.000-
22.000/kg. Dinas Perikanan Kab. Sumedang pun membenarkan
adanya lonjakan permintaan ikan ini dan tidak menampik jika
kebutuhan ikan segar belum tercukupi secara optimal
(Galamedia, 2013).
Produksi ikan mas yang ada hingga saat ini tidak bisa
memenuhi seluruh kebutuhan pasar. Adapun salah satu penyebab
tidak tercukupinya produksi ikan mas tersebut adalah kendala
kurangnya pasokan larva ikan mas. Sedikitnya pasokan larva
yang ada dapat terjadi karena rendahnya survival rate akibat
buruknya pertumbuhan larva. Adapun penyebab buruknya
pertumbuhan larva dapat diakibatkan oleh pakan yang diterima
tidak mencukupi seluruh kebutuhan nutrisi larva, selain itu
larva ikan sendiri kondisinya masih rapuh karena sistem
pencernaannya dan indra penglihatannya belum sempurna, serta
ukuran mulutnya yang sangat kecil sehingga tidak semua pakan
bisa dicerna (Lavens and Sorgeloos, 1996). Berdasarkan hal ini
diperlukanlah suatu pakan yang berkualitas dan sesuai dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi larva. Oleh karena itu dilakukanlah
pengembangan pakan buatan berbasis biomassa Arthrospira platensis
dan Daphnia magna.
Arthrospira platensis atau biasa dikenal dengan Spirulina
merupakan cyanobacteria (blue green algae) yang sudah sejak lama
dan diketahui aman digunakan sebagai sumber makanan. Spirulina
diketahui kaya akan protein, vitamin, mineral, asam amino
essensial dan asam lemak essensial. Kandungan protein Spirulina
yang mencapai 60-70% berat kering dan tingginya kandungan
vitamin (terutama vitamin B12), membuat Spirulina banyak
digunakan sebagai superfood dan suplemen kesehatan (Belay,
2002).
Daphnia (sering disebut juga “kutu air”) adalah
zooplankton dari kelompok Cladocera yang berhabitat pada
perairan tawar. Daphnia magna sudah sejak lama digunakan
sebagai pakan alami akuakultur ikan mas sebab kadar proteinnya
(1.18 - 39.24%) memenuhi semua kategori umur ikan mas. Di
samping tingginya protein, kandungan asam amino dan asam lemak
tak jenuh dari Daphnia magna hampir mencukupi keseluruhan
kebutuhan ikan mas (Bogut et al, 2010).
Dalam tulisan ini akan diulas bagaimana langkah-langkah
pengembangan produk mikroba, dalam hal ini produk yang dibuat
merupakan pakan ikan dengan basis utama perbandingan Arthrospira
platensis dan Daphnia magna untuk keperluan industri larvikultur.
Selain mengulas langkah-langkah pengembangan produk, dalam
tulisan ini akan dibahas juga langkah pengevaluasian produk,
yaitu dengan cara melakukan pengujian pakan yang dibuat ke
larva ikan. Berdasarkan data dari hasil pengujian yang
diperoleh, selanjutnya dianalisis apakah produk pakan larva
ikan ini dapat diterjunkan ke pasar.
METODE PEMBUATAN PRODUK
Untuk membuat produk pakan larva ikan berbasis biomassa Arthrospira
platensis dan Daphnia magna, tahapan-tahapan besar yang dilakukan dapat
dilihat pada skema di bawah
Gambar Skema Langkah Kerja dan Evaluasi Pengembangan Produk PakanIkan Berbasis Arthrospira platensis dan Daphnia magna
Persiapan alat, bahan, dan media, serta sterilisasi
Pembuatan Kurva Tumbuh Arthrospira
platensis
Kultivasi massal Arthrospira platensis dan Daphnia magna
Pemanenan dan Produksi biomassa kering Arthrospira
platensis dan Daphnia magna
Analisis proximat seluruh
raw material
formulasi pakan dengan
menggunakan software feedsoft
Professional
Analisis Proximat dari
Pakan yang dibuat
Pengujian Pakan Pada Larva Ikan
Analisis data dan evaluasi berdasarkan parameter
zooteknis dan kualitas air
(fisika, kimia, mikrobiologi)
1. Persiapan Alat, Bahan, dan Media, serta Sterilisasi
Dalam pengembangan produk pakan larva ikan berbasis
Arthrospira platensis dan Daphnia magna, sebelumnya dipersiapkan
dulu alat, bahan, dan media yang dibutuhkan. Adapun alat
dan bahan yang dibutuhkan dapat dilihat di tabel di bawah
Tabel Alat dan Bahan yang Diperlukan untuk PengembanganProduk Pakan Ikan Berbasis Arthrospira platensis dan Daphnia
magna
Alat Bahan- Mikroskop cahaya
- Botol Jamu 1 L
- Pipa Kapiler
- Sumbat Botol
- Bunchen
- Toples plastik 15 L
- Botol Gelap
- Batang Pengaduk
- Kaca Preparat
- Cover glass
- Pipet
- Mikropipet 100-1000
μL
- Gelas Ukur 100 ml
- Gelas Ukur 1 L
- Gelas Ukur 3 L
- Spatula
- Lux meter
- Alkohol 70%
- Spirtus
- Plastik Tahan Panas
- Tips
- Tepung Ikan
- Tepung Kedelai
- Dry yeast
(Saccharomyces cerevisiae)
- TSP
- ZA
- Urea
- NPK
- FeCl2
- Air Sungai yang telah
difiltrasi
- Air Sumur yang telah
difiltrasi
- Na2-EDTA
- Haemocytometer
- Blower
- Aerator
- DO meter
- Termometer
- Pipa Paralon
- Lampu TL
- pH meter
- Plankton net
- Saringan halus
- Saringan kasar
- Neraca analitik
- Serokan
- Ember
- Ozonizer
- CaCl2.2H2O
- MgSO4.7H2O
- K2HPO4
- KH2PO4
- NaCl
- K2SO4
- KOH
- NaNO3
- NaHCO3
- FeSO4.7H2O
- H2SO4
- H3BO3
- MoO3
- MnCl2.4H2O
- ZnSO4.7H2O
- CuSO4.5H2O
- Cu(NO3)2.6H2O
- Sodium Molibdate
- Bayclin atau NaOCl
- Natrium Thiosulfat
- Wipol
Setelah alat dan bahan dipersiapkan, pertama-tama
dilakukan pembuatan medium Zarrouk sebagai medium stok
kultur dan medium modifikasi berbasis pupuk komersial
sebagai medium kultivasi massal Arthrospira platensis.
Selanjutnya seluruh alat, bahan dan media disterilisasi
sebelum digunakan. Sterilisasi peralatan kaca dan bahan
dilakukan dengan metode panas lembab menggunakan
autoklaf, sterilisasi peralatan yang terbuat dari plastik
dengan menggunakan bayclin, dan sterilisasi media skala
diatas 1 L menggunakan metode klorinasi yang dilanjutkan
dengan netralisasi oleh Natrium Thiosulfat.
Tabel Komposisi Medium Zarrouk dan Medium ModifikasiKomposisi bahan Medium standar
zarrouk(g/L)Medium modifikasi (g/L)
Sodium bicarbonate (NaHCO3)
16.8
K2HPO4 0.5NaNO3 2.5K2SO4 1NaCl 1 1Na2EDTAA 0.08MgSO4.7H2O 0.2 0.15CaCl2.2H2O 0.04 0.04FeSO4.7H2O 0.01NPKUrea 0.88KH2PO4 (kualitas komersial)
0.35
NaHCO3 (kualitas komersial) baking soda
0.89
A5 solution 1 ml 10Boric acid 2.86Magnese Chloride
1.81
Zinc sulphate 0.22Sodium Molibdate
0.0177
Copper Sulphate 0.079(Faradila, 2012)
2. Pembuatan Kurva Tumbuh Arthrospira platensis
Pada awalnya 80 mL kultur stok Arthrospira platensis
dengan kepadatan 106 sel/mL diinokulasi ke dalam 720 mL
medium modifikasi, kemudian ditumbuhkan dengan kondisi
mendekati kondisi pertumbuhan optimumnya. yaitu dilakukan
di suhu ruang sekitar 25°C, laju aerasinya 480 mL/menit,
diberi intensitas cahaya sekitar 5000 lux, dan pH awal
medium sekitar pH 8. Selanjutnya dilakukan perhitungan
jumlah sel dari kultur di medium modifikasi setiap 24 jam
selama 7-9 hari dengan menggunakan haemocytometer. Jumlah
sel per mL dihitung dengan cara:
Jumlah selmL
=JumlahselpadasejumlahkotakyangdihitungJumlahkotakyangdihitung×4
×106
Data hasil perhitungan jumlah sel/ml dari medium
modifikasi kemudian dikumpulkan dan diplot ke dalam
grafik jumlah sel/mL terhadap waktu. Grafik atau kurva
hasil plot jumlah sel/ml terhadap waktu (per 24 jam)
tersebut melambangkan kurva pertumbuhan Arthrospira platensis.
Selanjutnya berdasarkan data dari kurva pertumbuhan
tersebut ditentukan umur inokulum terbaik dan umur
biomassa Arthrospira platensis yang tepat dipanen. Umur inokulum
terbaik dibutuhkan agar ketika scaling up ke kapasitas yang
lebih besar seperti ke volume 500 L atau 1000 L, kultur
Arthrospira platensis langsung aktif membelah dan tidak
mengalami fase adaptasi lagi dikultur dengan skala yang
lebih besar. Umur inokulum terbaik umumnya terjadi pada
pertengahan fase eksponensial. Setelah umur inokulum
terbaik didapat, dilakukan penentuan waktu pemanenan
biomassa yang tepat. Prinsip penentuan waktu pemanenan
biomassa adalah dengan menentukan kapan kultur memiliki
kepadatan sel yang paling tinggi. Umumnya kepadatan sel
tertinggi berada ketika kultur Arthrospira platensis mengalami
awal fase stasioner.
3. Kultivasi massal Arthrospira platensis dan Daphnia magna
Proses kultivasi massal Arthrospira platensis dilakukan
dengan metode kultivasi secara bertahap dan ditumbuhkan
mendekati kondisi pertumbuhan optimumnya, awalnya
kultivasi dilakukan pada volume kultur yang lebih kecil
kemudian meningkat skala volume kulturnya seiring dengan
bertambahnya jumlah/volume inokulum yang dimiliki. Secara
umum persyaratan volume inokulum untuk kultivasi massa
adalah sebanyak 10% dari volume yang akan dikultur
berikutnya dengan kepadatan 106 sel/mL. Proses kultivasi
massal Arthrospira platensis dengan skala 500 L, 1000 L, dan
seterusnya, dilakukan dengan menggunakan medium
modifikasi di dalam kolam atau bak fiber yang sebelumnya
telah disterilisasi.
Untuk proses kultivasi massal Daphnia magna, secara
umum metode pengkulturan yang dilakukan disebut dengan
green water technique. Metode green water technique ini diawali
dengan penumbuhan fitoplankton hingga air kolam mengalami
maturasi (ditandai dengan warna kehijauan), selanjutnya
kolam baru diinokulasi Daphnia magna. Proses penumbuhan
fitoplankton dilakukan dengan metode autotrof, yakni
dengan melakukan pemupukkan pada kolam menggunakan pupuk
urea, pupuk TSP, FeCl3, tepung ikan dan tepung bungkil
kedelai, selanjutnya kolam diberi aerasi kuat selama
beberapa hari hingga air kolam berwarna kehijauan.
Setelah air kolam berwarna kehijauan, aerasi dikecilkan
dan dilakukan inokulasi Daphnia magna dengan kepadatan 20
individu/L. Selama proses kultivasi Daphnia magna, setiap
harinya ke dalam kolam kultur diberikan dry yeast (ragi
roti) sebagai makanan Daphnia magna.
Gambar Skema Produksi Daphnia magna
4. Pemanenan dan Produksi biomassa kering Arthrospira platensis
dan Daphnia magna
Proses pemanenan Arthrospira platensis dilakukan ketika
kultur di medium sudah mengalami fase stasioner. Proses
pemanenan dilakukan dengan memompa air kultur berulang-
ulang ke kain sablon sehingga Arthrospira platensis tersangkut
di kain tersebut. Selanjutnya biomassa Arthrospira platensis
yang tersangkut di kain sablon dikerok dan dikumpulkan
dalam suatu wadah yang kemudian dikeringkan dengan
diangin-anginkan. Setelah diangin-anginkan biomassa
kering kemudian di oven dengan suhu 60oC untuk mengurangi
kadar air. Hasil biomassa kering dari proses pengeringan
di oven kemudian ditimbang dan disimpan di dalam wadah
yang ditutup rapat.
Proses pemanenan Daphnia magna dapat dilakukan
setelah kultivasi berjalan paling tidak selama dua
minggu. Metode pemanenan dapat dilakukan dengan memanen
secara parsial atau dengan memanen keseluruhan biomassa
dalam satu waktu. Pemanenan secara parsial umunya lebih
direkomendasikan karena menghasilkan biomassa lebih
banyak. Proses pemanenan Daphnia magna dilakukan dengan
menyaring atau menyeser kolam berulang-ulang menggunakan
plankton net. Biomassa Daphnia magna hasil saringan
selanjutnya dikumpulkan dan dikeringkan dengan perlakuan
pengeringan yang sama seperti saat mengeringkan biomassa
Arthrospira platensis. Selanjutnya biomassa yang telah kering
kemudian ditimbang.
5. Analisis proximat seluruh raw material
Setelah biomassa kering Arthrospira platensis dan Daphnia magna
diperoleh dalam jumlah yang cukup, selanjutnya dilakukan
analisis proximat meliputi kadar protein, lemak,
karbohidrat, dan profil asam amino. Di samping biomassa
kering Arthrospira platensis dan Daphnia magna, bahan-bahan lain
yang turut menjadi bahan baku pakan seperti tepung ikan,
premix aquavita, tepung bungkil kedelai, ragi roti
kering, dan raw material lainnya juga diperiksa
kandungannya dengan analisis proximat.
6. Formulasi pakan dengan menggunakan software feedsoft
professional
Setelah kandungan nutrisi dari keseluruhan bahan baku
diketahui berdasarkan hasil analisis proximat,
selanjutnya dilakukan formulasi pakan menggunakan
software feedsoft professional. Software feedsoft professional
merupakan software yang dirancang khusus untuk
mensimulasikan pengembangan pakan. Software ini
diperlukan untuk mengembangkan dan mengatur komposisi
bahan baku (raw material) sehingga pada akhirnya diperoleh
komposisi bahan baku yang memenuhi seluruh kebutuhan
nutrisi dari hewan objeknya dan dengan harga yang paling
ekonomis. Untuk memperoleh hasil akhir tersebut, software
ini menggunakan perhitungan matematika yang kompleks
berbasiskan program linear sebagai cara untuk memecahkan
permasalahan. Namun sebelum software ini digunakan, perlu
diketahui secara pasti kandungan nutrisi dari tiap bahan
baku dan kebutuhan nutrisi spesifik dari hewan.
Gambar Alur Kerja Software feedsoft Professional
Hasil formulasi dari software inilah yang pada akhirnya
digunakan sebagai acuan komposisi untuk peracikan pakan
yang sebenarnya. Karena produk pakan yang dibuat masih
dalam tahap pengembangan, maka pembuatan pakan dilakukan
secara manual. Pembuatan pakan secara umum diawali dengan
mempersiapkan bahan baku sesuai proporsi dari hasil
formulasi di software feedsoft professional, selanjutnya
seluruh bahan baku dicampur dan diaduk membentuk adonan,
kemudian adonan tersebut dikeringkan dan dijadikan
tepung, kemudian ukuran tepung tersebut diperkecil dengan
mengayak tepungnya menggunakan tyler dengan pori yang
sesuai bukaan mulut larva ikan.
7. Analisis Proximat dari Pakan yang dibuat
Setelah pakan berdasarkan hasil software feedsoft professional
berhasil dibuat, selanjutnya dilakukan analisis proximat
dari pakan tersebut untuk mengecek kesesuaian kandungan
nutrisi dengan hasil formulasi di software. Adapun
parameter kandungan nutrisi yang diperiksa meliputi
kandungan protein, karbohidrat, lemak, profil asam amino
dan parameter nutrisi lain.
8. Pengujian Pakan Buatan Pada Larva Ikan
Setelah pakan buatan berhasil dibuat, selain dianalisis
kandungannya pakan buatan juga diuji langsung pada larva
ikan di akuarium. Pengujian pakan dilakukan dengan cara
memelihara larva ikan selama periode larva, dengan padat
tebar tertentu, dan dengan diberi makan menggunakan pakan
buatan hasil racikan. Pada proses pengujian juga terdapat
pakan pembanding yang diujikan (berperan sebagai
kontrol), seperti halnya pakan komersial yang sudah ada
di pasaran. Selama proses pemeliharaan larva, dilakukan
pengambilan sampel air setiap periode tertentu. Sampel
air yang diambil kemudian dianalisis berdasarkan uji
kualitas air meliputi parameter fisika (meliputi analisis
suhu, pH, dan DO), kimia (meliputi analisis kandungan
ammonium, nitrit, nitrat, dan orthophosphat), dan
mikrobiologi (meliputi total bacterial count dan total Aeromonas
count). Pada akhir proses pemeliharaan dilakukan analisis
zooteknis larva ikan yang meliputi pengukuran presentase
survival rate, panjang, berat, biomassa total, Food conversion
ratio, dan specific growth rate.
9. Analisis data dan evaluasi berdasarkan parameter
zooteknis dan parameter kualitas air
Setelah data-data pengujian pakan buatan langsung pada
ikan diperoleh, dilakukan analisis statistik dengan
metode ANOVA menggunakan software SPSS. Hal ini dilakukan
untuk melihat signifikansi antara hasil perlakuan pakan
buatan dan pakan kontrol. Selain analisis mengenai
kelayakan penggunaan pakan pada ikan, sebenarnya perlu
juga dilakukan analisis kelayakan pasar dan analisis
kelayakan ekonomi meliputi biaya produksi pakan dan
biaya investasi untuk produksi massal pakan larva ikan
berbasis biomassa Arthrospira platensis dan Daphnia magna.
REFERENSI
Galamedia. 2013. Permintaan Ikan Turut Melonjak.
http://www.klikgalamedia.com/ permintaan-ikan-turut-
melonjak. akses 2-9-2013
Belay, Amha. 2002. The Potential Application of Spirulina
(Arthrospira) as a Nutritional Health and Therapeutic
Supplement in Health Management. JANA Vol 5(2): 27-48
Boguti, I., Adamek, Z., Kadija, P., Galovi, D., and Bodako, D.
2010. Nutritional Value of Planktonic Cladocera Daphnia
magna for Common Carp (Cyprinus carpio) Fry Feeding.
Ribarstvo 68(1): 1-10
Faradila, Humaira. 2012. Pengembangan Medium Berbasis Pupuk
Komersial untuk Kultur Spirulina platensis Pada Sistem Semi Kontinu.
Skripsi Sarjana Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati.
Institut Teknologi Bandung
Lavens, P. dan Sorgeloos, P. 1996. Manual on the Production andUse of Live Food for Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper.No. 361. Rome: FAO. 295p.