pengembangan buku pengayaan kimia berbasis kearifan

269
PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL KOTA JAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Diana Rafita Septiani 1113016200051 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Transcript of pengembangan buku pengayaan kimia berbasis kearifan

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN KIMIA BERBASIS KEARIFAN

LOKAL KOTA JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Diana Rafita Septiani

1113016200051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul “Pengembangan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan

Lokal Kota Jakarta” disusun oleh Diana Rafita Septiani, NIM. 1113016200051,

Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan

sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai

ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Maret 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I

Salamah Agung, Ph.D

NIP. 19790624 200604 2002

Pembimbing II

Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd

NIDN. 2007078501

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1011

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi Berjudul Pengembangan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan

Lokal Kota Jakarta disusun oleh Diana Rafita Septiani, NIM. 1113016200051,

diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah

pada tanggal 30 April 2020 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak

memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.

Jakarta, …………………2020

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 001 …………………… …….……………

Penguji I

Luki Yunita, M.Pd

NIDN. 2028068501 …………………… …….……………

Penguji II

Dila Fairusi, M.Si

NIP. 19850330 201503 2 003 …………………… …….……………

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Sururin, M.Ag

NIP. 19710319 199803 2 001

iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

iv

ABSTRAK

Diana Rafita Septiani (NIM: 1113016200051). Pengembangan Buku

Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta. Skripsi, Program

Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta merupakan buku

pelengkap pengetahuan dari buku teks kimia yang mengaitkan antara materi kimia

dengan kearifan lokal daerah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan

buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta. Metode penelitian yang

digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development).

Model pengembangan yang digunakan dalam proses pengembangan buku

pengayaan ini adalah model ADDIE yang memiliki lima tahapan, yaitu analyze

(analisis), design (desain), develop (pengembangan), implementation

(implementasi), dan evaluate (evaluasi). Tahap analisis terdiri dari analisis

kebutuhan buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta dan analisis

kearifan lokal Kota Jakarta. Pada tahap desain dilakukan analisis materi kimia,

analisis KI & KD, serta analisis indikator kearifan lokal yang berkaitan dengan

materi kimia. Dalam tahap desain juga dilakukan penentuan instrumen validasi

buku pengayaan serta penentuan desain buku pengayaan kimia berbasis kearifan

lokal Kota Jakarta. Tahap pengembangan dilakukan penyusunan buku pengayaan

dan divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Tahap terakhir yaitu implementasi

yakni uji coba terbatas dan pemberian angket kepada 10 guru bidang studi kimia

SMA di Kota Jakarta berdasarkan aspek materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan

aspek kegrafikan. Berdasarkan hasil uji coba terbatas diperoleh nilai rata-rata buku

pengayaan sebesar 85,43 dengan predikat sangat baik, layak dijadikan sebagai buku

pelengkap pengetahuan untuk SMA di Kota Jakarta, serta bermanfaat untuk

meningkatkan ketertarikan dalam pembelajaran kimia dan pengetahuan akan

kearifan lokal Kota Jakarta.

Kata Kunci: Pengembangan Buku, Buku Pengayaan, Kearifan Lokal.

v

ABSTRACT

Diana Rafita Septiani (NIM: 1113016200051). Development of Chemistry

Supplement Book Based on Local Wisdom of Jakarta City. Thesis, Chemistry

Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif

Hidayatullah Jakarta Islamic State University.

Chemistry supplement book based on local wisdom of Jakarta City is a

complementary book of knowledge from chemistry textbook that links chemistry

materials with local wisdom of Jakarta area. This study aims to produce a

chemistry supplement book based on local wisdom of Jakarta City. Research

method used research and development. The development model used in the process

of developing this supplement book was ADDIE model which had five stages,

namely analyze, design, develop, implementation and evaluate. The analysis stage

consisted of analyzing the needs of chemistry supplement book based on local

wisdom of Jakarta City and analysis of Jakarta City's local wisdom. In the design

stage, chemistry materials analysis was performed, KI & KD, analysis and analysis

of indicators of local wisdom related to chemistry materials. In the design phase,

the instrument determination of supplement book validation was also carried out

and the determination of chemistry supplement book design based on local wisdom

in Jakarta City. The development phase was conducted making of supplement books

and validated by material experts and media experts. The last stage was the

implementation namely limited trial and giving questionnaires to 10 chemistry

teachers of senior high school in Jakarta City based on material aspects,

presentation aspects, language aspects, and graphic aspects. According to the

results of limited trials gain an average value of supplement books of 85.43 with a

predicate of very good and worthy of being used as a complementary book of

knowledge for senior high schools in the city of Jakarta. The benefits of this

research are to increase interest in learning chemistry and knowledge of the local

wisdom of Jakarta.

Keywords: Book Development, Supplement Book, Local Wisdom.

vi

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuu Wa Ta’ala yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita

Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam yang telah mengarahkan umatnya

kepada jalan kebenaran dan menuju cahaya kemuliaan. Skripsi yang berjudul

“Pengembangan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota

Jakarta” ini disusun sebagai salah satu tugas akhir untuk mendapat gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd).

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh

Allah Subhanahuu Wa Ta’ala dengan balasan yang baik. Oleh karena itu, apresiasi

yang setinggi-tingginya ingin penulis ucapkan pada kesempatan kali ini. Secara

khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Burhanudin Milama M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Salamah Agung, Ph.D., selaku dosen Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Evi Sapinatul Bahriah M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran dengan

penuh keikhlasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.

5. Dedi Irwandi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis selama

perkuliahan berlangsung.

vii

6. Kepala sekolah beserta guru kimia SMA di Jakarta yang telah mengizinkan

peneliti untuk pengambilan data sehingga penelitian berjalan dengan lancar.

7. Kedua orang tuaku tercinta, Ahmad Wahyudi dan Ibunda Daryanti Rizkini

yang selalu memberikan dukungan dan tiada hentinya memberikan do’a serta

selalu sabar memberikan motivasi kepada penulis.

8. Kakak Sepupu dan Adikku, Fajar Khoirul Fahmi, Syafira Kurnia Anggraini

dan Nabila Kamilatun Nisa atas doa, kasih sayang, dan dukungan yang luar

biasa.

9. Kepada Rizky Akbar Nugroho yang selalu membantu, mendengarkan penulis

dan memotivasi penulis selama penulisan skripsi.

10. Lintang Vertika Sari beserta keluarga, yang senantiasa membantu dan memberi

dukungan kepada penulis.

11. Ismi Istiqomah, Agus Sulistiono S.Pd dan Tri Bagus Purbandi, S.Pd yang

banyak membantu penulis dan sering mendengarkan penulis dalam keluh kesah

penulisan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan dari maba hingga sekarang yang selalu membantu

dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu Vivin Nur

Zaenab S.Pd dan Mutiah Ulfah S.Pd.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan

manfaat bagi mahasiswa sebagai calon guru dan secara umum bagi peningkatan

mutu pendidikan guna melahirkan manusia yang berkualitas. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Jakarta, 19 Desember 2019

Penulis

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iv

ABSTRACT .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

BAB II ..................................................................................................................... 7

KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................... 7

A. Kajian Teori ................................................................................................. 7

B. Penelitian Relevan ...................................................................................... 30

C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 31

BAB III ................................................................................................................. 33

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 33

B. Metode Penelitian....................................................................................... 33

C. Prosedur Penelitian..................................................................................... 34

ix

D. Objek dan Subjek Penelitian ...................................................................... 38

E. Sumber Data ............................................................................................... 38

F. Instrumen Penelitian................................................................................... 39

G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 45

BAB IV ................................................................................................................. 49

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 49

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 49

B. Pembahasan ................................................................................................ 66

BAB V ................................................................................................................... 77

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 77

A. Kesimpulan ................................................................................................ 77

B. Saran ........................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79

LAMPIRAN .......................................................................................................... 85

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Perbedaan Buku Teks dengan Buku Pengayaan ............................ 10

Tabel 2. 2 Jenis-jenis Koloid ............................................................................ 25

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ....................................................... 39

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Lembar Observasi ............................................................ 40

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi Ahli Materi .......................... 40

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Guru Kimia ........................................................... 43

Tabel 3. 5 Kriteria Penskoran Skala Guttman .................................................. 45

Tabel 3. 6 Kriteria Penskoran Rating Scale ..................................................... 46

Tabel 3. 7 Kriteria Interpretasi Skor Setiap Aspek .......................................... 46

Tabel 3. 8 Bobot yang Dimiliki Oleh Setiap Indikator .................................... 47

Tabel 3. 9 Kriteria Interpretasi Skor ................................................................ 48

Tabel 4. 1 Pandangan dan Harapan Guru Kimia Mengenai Buku Pengayaan

Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta .................................. 52

Tabel 4. 2 Format Penulisan Buku Pengayaan................................................. 55

Tabel 4. 3 Hasil Penilaian Validasi .................................................................. 63

Tabel 4. 4 Persentase Rata-rata Seluruh Aspek Respon Guru ......................... 64

Tabel 4. 5 Kelayakan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota

Jakarta .............................................................................................. 65

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Peta Kota Jakarta ......................................................................... 17

Gambar 2. 2 Struktur Amilosa ......................................................................... 20

Gambar 2. 3 Struktur Amilopektin................................................................... 21

Gambar 2. 4 Reaksi Oksidasi Lemak ............................................................... 22

Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir ....................................................................... 32

Gambar 3. 1 Desain Pengembangan Buku Pengayaan .................................... 37

Gambar 4. 1 Buku Kimia yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran ......... 50

Gambar 4. 2 Kulit Buku ................................................................................... 56

Gambar 4. 3 Identitas Buku ............................................................................. 57

Gambar 4. 4 Kata Pengantar ............................................................................ 58

Gambar 4. 5 Cuplikan Petunjuk Penggunaan Buku ......................................... 59

Gambar 4. 6 Cuplikan Daftar Isi ...................................................................... 60

Gambar 4. 7 Cuplikan Daftar Gambar ............................................................. 60

Gambar 4. 8 Cuplikan Bagian Isi ..................................................................... 61

Gambar 4. 9 Cuplikan Daftar Pustaka.............................................................. 62

Gambar 4. 10 Glosarium .................................................................................. 63

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Wawancara Guru ....................................................................... 85

Lampiran 2. Wawancara Kearifan Lokal Kota Jakarta ................................. 91

Lampiran 3. Hasil Studi Literatur dan Studi Langsung Kearifan Lokal Kota

Jakarta ....................................................................................... 96

Lampiran 4. Analisis Konten Kimia .............................................................. 97

Lampiran 5. Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ..................... 99

Lampiran 6. Analisis Indikator ......................................................................103

Lampiran 7. Kisi-kisi Validasi Buku Pengayaan untuk Ahli Materi .............120

Lampiran 8. Lembar Validasi Ahli Materi ....................................................122

Lampiran 9. Lembar Validasi Ahli Media .....................................................127

Lampiran 10. Lembar Jawaban Validasi Ahli Materi .....................................128

Lampiran 11. Lembar Jawaban Validasi Ahli Media ......................................148

Lampiran 12. Validitas Buku Pengayaan Berdasarkan Ahli Materi................149

Lampiran 13. Validitas Buku Pengayaan Berdasarkan Ahli Media ................152

Lampiran 14. Perbedaan Buku Sebelum dan Sesudah Revisi .........................154

Lampiran 15. Kisi-kisi Angket Respon Guru ..................................................176

Lampiran 16. Angket Respon Guru .................................................................180

Lampiran 17. Lembar Jawaban Angket Respon Guru ....................................188

Lampiran 18. Pengolahan Angket Respon Guru .............................................196

Lampiran 19. Penentuan Kriteria Kelayakan Buku Pengayaan.......................199

Lampiran 20. Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 1 dan 2 ..............203

Lampiran 21. Surat Izin Validasi ke Ahli Materi dan Ahli Media ..................205

Lampiran 22. Surat Izin Penelitian Skripsi ......................................................208

xiii

Lampiran 23. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Skripsi ............219

Lampiran 24. Lembar Uji Referensi ................................................................229

Lampiran 25. Dokumentasi .............................................................................245

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kearifan lokal adalah tatanan budaya dalam bentuk pengetahuan, norma,

peraturan, dan keterampilan masyarakat di suatu daerah untuk memenuhi

kebutuhan hidup bersama (Suswandari, 2017, hlm. 31). Kearifan lokal dapat

diklasifikasikan menjadi makanan, teknik produksi, pakaian, pengobatan, dan

industri rumah tangga (Wagiran, 2011).

Kearifan lokal yang dimiliki Indonesia berpotensi membangun karakter

bangsa Indonesia. Ironisnya kearifan lokal yang merupakan sifat karakter

Indonesia terkikis seiring adanya pengaruh globalisasi dan modernisasi.

Modernisasi dapat menggeser nilai-nilai kearifan lokal dengan adanya

pengetahuan asing yang berkembang begitu pesat dalam kehidupan orang

Indonesia, baik kehidupan di perkotaan maupun pedesaan. Adanya pergeseran

nilai pengetahuan menyebabkan nilai-nilai kearifan lokal sering dilupakan,

bahkan di daerah perkotaan nilai-nilai kearifan lokal sudah terdegradasi

sehingga tidak pernah ada jaminan bahwa kearifan lokal bisa diwarisi dari satu

generasi ke generasi lainnya (Anggraini dan Kusniarti, 2015).

Kearifan lokal perlu diperkenalkan kembali kepada siswa, terutama siswa

di daerah perkotaan dengan dampak globalisasi dan modernisasi yang lebih

luas. Pengenalan kearifan lokal untuk siswa dilakukan dengan

menyelenggarakan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan menyebut kearifan lokal dengan istilah

keunggulan lokal. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dipertegas dalam

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 5 yang menyatakan bahwa “pemerintah

kabupaten/kota berkewajiban mengelola satuan pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal”. Selanjutnya, dalam pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 menyatakan “untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain

2

yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal”.

Menurut pasal 91 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005

menjelaskan bahwa “dalam rangka lebih mendorong penjaminan mutu ke arah

pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, pemerintah, dan

pemerintah daerah memberikan perhatian khusus pada penjaminan mutu satuan

pendidikan tertentu yang berbasis keunggulan lokal”. Oleh karena itu,

pemerintah daerah berwenang untuk mengembangkan potensi daerahnya

masing-masing dengan menyelenggarakan pendidikan berbasis keunggulan

lokal. Pentingnya pendidikan berbasis kearifan lokal juga diperkuat oleh

penelitian yang dilakukan oleh Wagiran (2011) yang diperoleh data bahwa

sebagian besar guru (51,2%) menyatakan bahwa pendidikan kearifan lokal

sangat penting diterapkan, 46,4% guru menyatakan penting, dan hanya 3 guru

(0,9) yang menyatakan pendidikan kearifan lokal itu tidak penting. Alasan

terbesar dari pentingnya pendidikan berbasis kearifan lokal yaitu agar siswa

mengetahui, mengenal, dan mampu melestarikan budaya bangsa.

Pemerintah daerah dalam hal ini yaitu satuan pendidikan berhak untuk

mengembangkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan

lingkungannya. Oleh karena itu, ini dapat membuka kesempatan bagi guru

untuk melakukan inovasi pembelajaran berbasis kearifan lokal (Ardan, Ardi,

Hala, Supu dan Dirawan, 2015). Inovasi pembelajaran berbasis kearifan lokal

salah satunya dapat dilakukan dengan mengembangkan bahan ajar yang tepat.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 20 Guru

diharapkan mengembangkan materi ajar dan sumber belajar. Bahan ajar atau

materi pembelajaran (Instructional materials) secara garis besar terdiri dari

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari oleh peserta didik

dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Menurut Depdiknas (2008), suatu bahan ajar perlu untuk dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan dan materi yang dipelajari. Salah satu bahan ajar yang

paling umum digunakan dalam pembelajaran adalah buku. Dalam kegiatan

pembelajaran, selain buku teks pelajaran dapat digunakan jenis buku lain, yaitu

buku-buku pengayaan, buku-buku referensi, dan buku panduan pendidik.

3

Ketentuan ini tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran, pasal 2 ayat (2) yang menyatakan

bahwa selain buku teks pelajaran, pendidik dapat menggunakan buku panduan

pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya, dipertegas lagi pada ayat (3) yang menyatakan bahwa untuk

menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik, pendidik dapat

menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku

referensi.

Buku pengayaan berbasis kearifan lokal perlu dikembangkan untuk

memenuhi indikator pendidikan berbasis keunggulan lokal. Menurut Subijanto

(2015), buku pengayaan berbasis kearifan lokal yang baik memiliki tujuan

sebagai berikut: 1) menjadikan siswa mengetahui keunggulan lokal daerah

dimana dia tinggal, 2) memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan

keunggulan lokal daerah tersebut, 3) mampu mengolah sumber daya dan terlibat

dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan

lokal, 4) mampu bersaing secara nasional maupun global, 5) serta mampu

melestarikan budaya, tradisi, dan sumber daya yang menjadi keunggulan

daerahnya.

Jika dilihat dari indikator-indikator buku pengayaan yang baik, maka

untuk bahan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada buku pengayaan

dapat diambil dari kearifan lokal daerah setempat. IPA terdiri dari berbagai

cabang ilmu, yakni ilmu kimia, ilmu biologi, dan ilmu fisika. Ilmu kimia sangat

penting dalam kehidupan manusia. Menurut Braddy (1999, hlm. 22), ilmu kimia

merupakan ilmu yang membahas mengenai bahan kimia. Semua bahan-bahan

yang sehari-hari kita pegang, lihat, dan cium baunya termasuk bahan kimia.

Oleh karena itu, ilmu kimia cocok untuk diintegrasikan dengan kearifan lokal

yang dituangkan dalam buku pengayaan guna untuk memperkuat hubungan

antara konsep dengan lingkungan sekitarnya.

Setiap daerah memiliki kearifan lokal yang berbeda dengan daerah

lainnya. Salah satu daerahnya yaitu Jakarta. “Jakarta merupakan suatu kawasan

yang strategis untuk perdagangan Internasional dengan jalur utama transportasi

4

laut” (Suswandari, 2017, hlm. 1). “Secara Geografis Jakarta berbatasan dengan

Provinsi Banten di sebelah barat dan Provinsi Jawa Barat di timur dan selatan

serta Laut Jawa di utara” (Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2017).

Jakarta adalah Ibukota Negara Republik Indonesia yang dihuni oleh

ratusan etnik berbeda dari seluruh wilayah di Indonesia. Jakarta dihuni oleh

masyarakat asli yang disebut dengan etnik betawi. Namun, masih banyak

masyarakat Jakarta terutama generasi muda yang tidak mengetahui kearifan

lokal daerahnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suswandari (2016)

bahwa banyak generasi muda yang tidak memahami karakter budaya dan

keberadaan etnik betawi walaupun mereka lahir dan besar di Jakarta.

Masyarakat asli Jakarta ini memiliki aneka ragam budaya dan kearifan lokal

yang dapat dijadikan sebagai sumber dalam pengemasan rancangan

pembelajaran, sumber pembelajaran, serta media pembelajaran di sekolah

(Suswandari, 2016). Untuk itu, pemerintah DKI Jakarta membuat peraturan

tentang penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan daerah dengan fungsi

dan tujuannya, yaitu “sebagai sarana pembelajaran untuk menghasilkan peserta

didik yang mampu mengembangkan keunggulan daerah dan untuk menyiapkan

peserta didik yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang

mampu menunjang pengembangan potensi ekonomi, sosial, dan budaya

masyarakat Kota Jakarta” (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta pasal 2

dan 3). Namun pada kenyataannya bahan ajar yang digunakan oleh siswa di

sekolah masih didominasi oleh teori-teori dan kurang memperhatikan hubungan

konsep-konsep sains dengan kearifan lokal. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Sari, Rosita, Harijanto, dan Wahyuni (2018) bahwa bahan ajar yang

digunakan siswa sudah sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa, namun

belum menyajikan permasalahan yang berhubungan dengan kearifan lokal.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini

cakupan daerah Jakarta lebih luas, tidak hanya pada satu wilayah tertentu, serta

dilengkapi dengan kompetensi-kompetensi pendidikan berbasis kearifan lokal.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka timbul gagasan

peneliti untuk mengembangkan bahan ajar berupa buku pengayaan, yang

5

dituangkan dalam skripsi berjudul “Pengembangan Buku Pengayaan Kimia

Berbasis Kearifan lokal Kota Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Respon guru terhadap pendidikan kearifan lokal dinilai sangat penting untuk

diterapkan, namun buku teks kimia masih kurang memperhatikan hubungan

konsep-konsep sains dengan kearifan lokal.

2. Masih kurangnya pengembangan kearifan lokal daerah Kota Jakarta dalam

pembelajaran siswa.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Buku pengayaan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku

pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.

2. Fokus sains yang terdapat dalam buku pengayaan ini adalah kimia SMA.

3. Kearifan lokal yang terdapat di dalam buku ini ada lima, yaitu kerak telor,

roti buaya, dodol betawi, bir pletok, dan batik betawi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang

dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengembangan buku pengayaan kimia berbasis kearifan

lokal Kota Jakarta?

2. Bagaimanakah respon guru kimia Kota Jakarta mengenai buku pengayaan

kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta?

6

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengembangkan buku

pengayaan kimia berbasis kearifan lokal kota Jakarta dan mengetahui respon

guru mengenai buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa sebagai bahan belajar siswa untuk meningkatkan ketertarikan

dalam pembelajaran kimia dan pengetahuan akan kearifan lokal Kota

Jakarta.

2. Bagi guru sebagai salah satu media atau alat pembelajaran yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti agar dapat mengetahui cara mengembangkan buku pengayaan

dalam penelitian selanjutnya.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Buku

a. Pengertian Buku

Buku adalah kumpulan kertas yang bagian luarnya terdapat

pelindung dari kertas tebal dan berisi informasi yang disusun secara

sistematis serta dijilid (Sitepu, 2012, hlm. 13). Sedangkan menurut

Majid (2011, hlm. 175) buku merupakan bahan ajar yang berisi ilmu

pengetahuan dan disajikan secara tertulis. Buku yang baik adalah buku

yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan

disajikan secara menarik (Depdiknas, 2008, hlm. 12). Jadi, dapat

disimpulkan bahwa buku merupakan kumpulan kertas yang berisi

informasi dan ilmu pengetahuan yang dijilid dengan pelindung dari

kertas yang tebal.

b. Klasifikasi Buku

Jenis buku dalam satuan pendidikan diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu:

1) Buku Teks Pelajaran

Buku teks adalah buku acuan utama yang digunakan di satuan

pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat

materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan,

ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan

estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang

disusun berdasarkan standar nasional pendidikan (Permendiknas,

2008).

8

2) Buku Nonteks Pelajaran

Buku nonteks pelajaran merupakan buku pengayaan yang

mendukung proses pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan

(Permendikbud, 2016).

2. Buku Pengayaan

a. Pengertian Buku Pengayaan

Buku pengayaan merupakan buku yang berisi materi yang dapat

meningkatkan wawasan, pengalaman dan pengetahuan bagi yang

membaca (Puskurbuk, 2014, hlm. 8). Sedangkan menurut

Permendiknas (2008), buku pengayaan adalah buku yang dapat

memperkaya buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah maupun

perguruan tinggi. Oleh karena itu, buku pengayaan termasuk ke dalam

jenis buku nonteks pelajaran.

Buku ini tidak wajib dimiliki siswa dan guru, namun sangat

membantu memperluas pemikiran siswa mengenai ilmu pengetahuan

yang didapatnya dalam buku pokok, karena didalam buku pengayaan

dibahas secara lebih luas dan lebih mendalam mengenai suatu bahasan

pokok tertentu yang terdapat didalam kurikulum, dan dalam

penyusunannya tidak mengacu secara penuh pada kurikulum, baik dari

tujuan, materi pokok, dan metode penyajiannya (Sitepu, 2012, hlm.16).

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa buku

pengayaan merupakan buku pelengkap dari buku teks pelajaran yang

dapat digunakan untuk memperkaya atau melengkapi wawasan dan

pengetahuan yang diperoleh bagi pembacanya.

b. Jenis Buku Pengayaan

Buku pengayaan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu buku

pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan, dan buku

pengayaan kepribadian (Puskurbuk, 2014, hlm. 8-9).

9

1) Buku Pengayaan Pengetahuan

Buku pengayaan pengetahuan adalah buku yang berisi materi yang

berfungsi untuk meningkatkan penguasaan IPTEKS bagi

pembacanya.

2) Buku pengayaan Keterampilan

Buku pengayaan keterampilan adalah buku yang berisi materi yang

berfungsi untuk meningkatkan penguasaan keterampilan di bidang

tertentu.

3) Buku Pengayaan Kepribadian

Buku pengayaan keterampilan adalah buku yang dapat

meningkatkan kualitas kepribadian bagi pembacanya.

c. Ciri-ciri Buku Pengayaan

Buku pengayaan termasuk ke dalam jenis buku nonteks pelajaran.

Menurut puskurbuk (2014, hlm. 6-7) ciri-ciri dari buku nonteks

pelajaran adalah sebagai berikut.

1) Buku nonteks bukan merupakan acuan wajib dalam pembelajaran.

2) Isi buku tidak dilengkapi dengan instrumen evaluasi seperti

pertanyaan, tes, dan sebagainya yang digunakan untuk mengukur

pemahaman siswa dalam saat membaca buku tersebut.

3) Buku tidak disajikan berdasarkan tingkatan kelas maupun semester.

4) Isi buku terkait dengan sebagian atau salah satu lingkup materi dan

kompetensi inti atau kompetensi dasar baik secara langsung maupun

tidak langsung.

5) Isi buku dapat dimanfaatkan oleh pembaca.

6) Isi buku dapat digunakan berbagai jenjang pendidikan sebagai bahan

pengayaan atau pembelajaran sesuai dengan peruntukannya.

10

d. Komponen Dasar Struktur Buku

Menurut Permendikbud (2016), komponen dasar atau bagian-bagian

buku terdiri dari:

1) Kulit Buku

Kulit buku terdiri atas kulit depan buku, kulit belakang buku, dan

punggung buku.

2) Bagian Awal

Bagian awal ini terdapat bagian-bagian buku yang harus dipenuhi,

dintaranya yaitu: halaman judul dan halaman penerbitan serta dapat

juga menambahkan halaman kata pengantar, halaman daftar isi,

halaman daftar gambar, halaman tabel, dan penomoran halaman.

3) Bagian Isi

Bagian isi buku wajib memenuhi aspek materi, aspek kebahasaan,

aspek penyajian materi, dan aspek kegrafikan.

4) Bagian Akhir

Bagian akhir buku wajib memenuhi halaman daftar pustaka, dan

dapat juga dilengkapi dengan glosarium dan lampiran sesuai dengan

kebutuhan (Puskurbuk, 2014, hlm. 18).

e. Perbedaan Buku Teks dengan Buku Pengayaan

Berikut adalah perbedaan antara buku teks pelajaran dengan buku

pengayaan (Maryam, 2012).

Tabel 2. 1 Perbedaan Buku Teks dengan Buku Pengayaan

No. Karakteristik Buku teks Buku pengayaan

1. Sasaran Materi yang

disajikan tertulis

dan harus

dipahami siswa

dalam satuan

pendidikan

Menambah pengetahuan

siswa dan guru dalam

satuan pendidikan

2. Fungsi dalam

satuan

pendidikan

Sebagai sumber

utama

Tidak menjadi sumber

utama, hanya sebagai

pelengkap

11

No. Karakteristik Buku teks Buku pengayaan

3. Posisi dalam

satuan

pendidikan

Wajib Tidak wajib, melainkan

hanya sebagai pendukung

4. Kegunaan

sebagai alat

pendukung

Tinggi Tidak tinggi

5. Acuan

penulisan

Terkait dengan

kurikulum

Tidak terkait dengan

kurikulum (mata pelajaran

sains, kebutuhan hidup,

perencanaan atau

pertumbuhan zaman,

pengalaman hidup)

6. Bantuan guru Wajib Tidak wajib

7. Anatomi buku Selalu berisi

materi pelajaran,

diskusi, latihan,

dan evaluasi

secara lengkap

-

8. Pengguna Dominan siswa Tidak didominasi siswa

9. Tempat

penggunaan

Didominasi di

dalam kelas

ataupun di

sekolah

Tidak didominasi di dalam

kelas ataupun di sekolah.

Bisa juga digunakan di

rumah, ruang tunggu,

ataupun ruang publik

3. Kearifan Lokal

a. Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah aturan sosial budaya dalam masyarakat yang

diwariskan secara turun temurun dalam bentuk pengetahuan, norma,

peraturan maupun keterampilan untuk memenuhi kebutuhan hidup

(Hidayati, 2016). Kearifan lokal juga diartikan sebagai tradisi

masyarakat untuk melestarikan dan mengelola sumber daya yang ada

(Sari, dkk. 2018). Dalam arti luas, kearifan lokal yang terbentuk dapat

dijadikan sebagai keunggulan budaya setempat maupun keunggulan

kondisi geografisnya (Panjaitan, dkk. 2014, hlm. 115).

12

Menurut Kemendikbud dalam Prasetyo (2013) kearifan lokal

disebut juga sebagai keunggulan lokal. Keunggulan lokal merupakan

ciri khas suatu daerah yang mencakup aspek ekonomi, budaya,

teknologi informasi dan komunikasi, maupun ekologi yang menjadi

keunggulan suatu daerah (Trisnawaty, 2016). Menurut Apriyanto dalam

Hidayati (2016) kearifan lokal mencakup lima dimensi sosial, yaitu

pengetahuan lokal, budaya lokal, keterampilan lokal, sumber-sumber

lokal, dan proses sosial lokal. Menurut Suswandari (2017, hlm. 37)

wujud dari kearifan lokal bisa dalam bentuk permainan tradisional, lagu

daerah, cerita rakyat, alat-alat tradisional, kuliner, sistem pengobatan

herbal, teknik produksi, batik, kerajinan tangan, pengelolaan

lingkungan, seni budaya dan sebagainya. Sedangkan Wagiran (2011)

mengklasifikasikan kearifan lokal menjadi makanan, teknik produksi,

pengobatan, pakaian, dan industri rumah tangga.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kearifan

lokal merupakan potensi khas suatu daerah yang membedakan dengan

daerah lain yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi

dan komunikasi, maupun ekologinya.

b. Fungsi Kearifan Lokal

Menurut Suswandari (2017, hlm.37) fungsi kearifan lokal sebagai

berikut:

1) Sebagai penanda identitas sebuah komunitas.

2) Sebagai elemen perekat lintas warga, lintas agama, dan kepercayaan.

3) Tidak bersifat memaksa tetapi sebuah unsur kultural yang ada dan

hidup dalam masyarakat sebagai daya ikat yang mengena.

4) Memberikan warna kebersamaan bagi seluruh komunitas.

5) Menambah pola pikir dan hubungan timbal balik antara individu

dengan kelompok.

6) Sebagai pendorong terbangunnya kebersamaan.

13

c. Potensi Pengembangan Kearifan Lokal

Potensi pengembangan kearifan lokal terdiri dari sumber daya alam

(SDA), sumber daya manusia (SDM), geografis, budaya, dan historis

(Mukminan, 2011).

1) Potensi Sumber Daya Alam (SDA)

Potensi sumber daya alam (SDA) adalah potensi yang berada di

alam yang dapat digunakan untuk kepentingan hidup.

2) Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)

Potensi sumber daya manusia (SDM) adalah potensi yang dimiliki

manusia untuk mampu menggunakan potensi alam dengan

menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perubahan IPTEK dan

perubahan sosial budaya.

3) Potensi Geografis

Potensi geografis ini meliputi fenomena geosfer yang terdiri dari

atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer (lapisan

kehidupan flora dan fauna) dan antroposfer.

4) Potensi Budaya

Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu berbeda dengan

daerah yang lain sehingga sikap dari menghargai kebudayaan daerah

ini dapat menjadi keunggulan lokal.

5) Potensi Historis

Potensi historis merupakan potensi sejarah maupun tradisi yang

masih dilestarikan sampai saat ini. Agar potensi ini dapat dijadikan

sebagai keunggulan lokal, maka diperlukan akulturasi terhadap

nilai-nilai trasional dengan memberi kultural baru agar terjadi

perpaduan antara kepentingan tradisional dan kepentingan modern.

14

4. Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

a. Pengertian Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Pendidikan berbasis keunggulan lokal merupakan usaha untuk

mewujudkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran untuk

mengembangkan potensi dirinya agar memiliki keahlian, pengetahuan,

dan sikap dengan menggali dan memanfaatkan potensi daerah setempat

(Prasetyo, 2013).

Pengelolaan pendidikan berbasis keunggulan lokal merupakan

terobosan dunia pendidikan dalam meningkatkan potensi daerah.

Keunggulan dari pengelolaan ini yaitu adanya keterkaitan antara

pendidikan dengan dunia nyata (Subijanto, 2015). Penggunaan kearifan

lokal dalam pembelajaran juga memastikan ilmu pembelajaran tidak

hanya memahami konsep, tetapi juga memperkuat identitas Indonesia

dengan berbagai budayanya (Parmin, Sajidan, Ashadi dan Sutikno,

2015).

b. Landasan Yuridis Pendidikan berbasis kearifan lokal

Menurut Priambodo (2011), dasar penyelenggaraan Pendidikan

berbasis keunggulan lokal adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Bab XIV Pasal 50 Ayat 5

Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola pendidikan dasar dan

menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis pendidikan lokal.

2) Undang-Undang No. 22 Tahun 1999

Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi dan wawasan

demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan.

3) PP RI No. 19 Tahun 2005 Bab III Pasal 14 Ayat 1

Kurikulum untuk SMP/MTS/SMPLB dan SMA/MA atau bentuk

lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis

keunggulan lokal.

4) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Bab X Pasal 36 ayat 2

15

Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan

dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,

potensi daerah dan peserta didik.

c. Tujuan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal

Menurut Agung S (2015) pendididikan berbasis kearifan lokal dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperkuat karakter siswa

dari identitas diri. Fungsi lain dari kearifan lokal menurut Chusorn,

Ariratana dan Chusorn (2013) yaitu untuk mengembangkan kearifan

lokal sebagai sumber belajar, untuk mengenalkan kearifan lokal kepada

siswa melalui pendidikan formal maupun nonformal, dan untuk

memecahkan permasalahan dalam masyarakat.

Menurut Subijanto (2015) tujuan Pendidikan berbasis kearifan lokal

yaitu:

1) Siswa dapat mengetahui keunggulan lokal daerah tempat tinggalnya.

2) Siswa dapat memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan

keunggulan lokal daerahnya.

3) Siswa mampu mengelola sumber daya yang ada di daerahnya.

4) Siswa mampu menghasilkan dan melestarikan

budaya/tradisi/sumber daya yang menjadi keunggulan daerah

dengan ikut terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan

keunggulan lokal.

5) Siswa mampu bersaing secara nasional maupun global.

d. Kompetensi Kearifan Lokal

Menurut Asmani (2012, hlm. 114-115) terdapat empat kompetensi

dalam pelaksanaan Pendidikan berbasis kearifan lokal, yaitu:

1) Kompetensi Personal

Kompetensi personal dapat dikenali dari sifat-sifat pada diri

seseorang yang perilakunya dapat diteladani, seperti percaya diri,

16

berani dalam mengambil resiko, bersemangat, murah hati, penyabar,

dan empati.

2) Kompetensi Berpikir

Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan berpikir ilmiah.

Kompetensi berpikir ini dapat dikenali dari beberapa keterampilan,

seperti menggali dan menemukan data, mengolah data menjadi

informasi, merumuskan persoalan, dalam memutuskan suatu

permasalahan dapat memberikan alasan-alasan yang rasional,serta

keterampilan memilih alternatif pemecahan masalah.

3) Kompetensi Sosial

Kompetensi ini dapat dikenali dari beberapa keterampilan,

seperti memahami karakteristik orang lain, memiliki hubungan

pribadi, mampu berkomunikasi dalam kelompok, menemukan dan

membina jaringan sekaligus media komunikasi, bekerja sama, serta

memberikan tugas dan kepercayaan kepada orang lain.

4) Kompetensi Vokasional

Kompetensi vokasional merupakan keterampilan yang dikaitkan

dengan bidang pekerjaan tertentu yang bersifat spesifik dan teknik

yang digunakan terdapat di masyarakat.

17

5. Kearifan Lokal Kota Jakarta

Gambar 2. 1 Peta Kota Jakarta

Pada gambar 2.1 menunjukkan peta Kota Jakarta. Provinsi Daerah

Khusus Ibukota (DKI) Jakarta terletak pada posisi 6o12’ LS dan 106o48’ BT

serta terbentang pada hamparan tanah seluas 662, 33 km2 atau hanya 0,04%

dari total luas daratan Indonesia, padahal provinsi ini ditinggali oleh sekitar

4% dari total penduduk Indonesia. DKI jakarta juga memiliki 218 pulau

yang terletak di Kabupaten Kepulauan Seribu, namun hanya sekitar

setengahnya saja yang berpenghuni (Badan Pusat Statistik DKI Jakarta,

2017).

Dalam pemahaman tentang Jakarta, selalu terbesit dengan etnik Betawi.

Etnik betawi merupakan masyarakat asli Jakarta. Identitas Jakarta yang

perlu diketahui warga yang tinggal di Jakarta yaitu ungkapan bahasa dengan

dialog yang khas, tata cara adat yang khas, kuliner yang khas, dan

sebagainya (Suswandari, 2017, hlm. 20). Menurut peraturan gubernur

provinsi DKI Jakarta pasal 1 ayat (1) dengan peraturan gubernur ini

18

ditetapkan ikon budaya Betawi, menurut pasal 1 ayat (2) Ikon Budaya

Betawi terdiri atas: ondel-ondel, kembang kelapa, ornamen gigi balang, baju

sadariah, kebaya kerancang, batik Betawi, kerak telor, dan bir pletok.

Penetapan ikon budaya Betawi sebagaimana dalam pasal 1 ayat (1)

dimaksudkan sebagai upaya pelestarian melalui pengenalan yang

menggambarkan ciri khas masyarakat Betawi dan jatidiri Provinsi DKI

Jakarta sebagai daya tarik wisata.

Menurut Suswandari (2017, hlm. 94-97) kuliner yang khas dari daerah

ini yaitu nasi uduk, soto Betawi, soto tangkar, sayur besan, sayur bebanci,

bir pletok, roti buaya, kerak telor, dan selendang mayang. Seni yang khas

dari daerah ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu seni musik, seni tari, dan

teater. Seni musik di antaranya gambang keromong, gambang rancag,

keroncong tugu, ondel-ondel, tanjidor, rebana biang, rebana ketimpring,

rebana hadro, orkes sambrah dan tonil sambrah serta orkes gambus. Seni

tari di antaranya tari cokek, tari belenggo, tari topeng dan tari kreasi baru.

Sedangkan seni teater di antaranya lenong, lenong denes, lenong preman,

topeng, blantek, jipeng dan jinong, serta wayang kulit betawi (Suswandari,

2017, hlm. 79-90).

6. Hakikat Ilmu Kimia

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana benda dan

materi dapat diubah dari bentuk yang ada dengan sifat-sifat tertentu menjadi

bentuk lain dengan sifat yang berbeda pula (Petrucci, 1985, hlm. 1). Lalu

Chang (2003, hlm. 6), berpendapat bahwa kimia merupakan ilmu yang

mempelajari tentang materi serta perubahannya. Badan Standar Nasional

Pendidikan (2006, hlm. 177) Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar SMA/MA menjelaskan bahwa:

Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,

dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi,

struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu,

mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat

yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan

19

energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal

yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai

produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan

teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab

itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus

memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.

Mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu mengenai zat

yang melipti komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan

energetika zat. Mata pelajaran kimia di SMA berfungsi sebagai berikut

(Depdiknas, 2004):

1. Menyadari keteraturan dan keindahan alam sebagai kebesaran Tuhan

Yang Maha Esa.

2. Memupuk sifat ilmiah seperti sikap jujur dan terbuka, ulet, kritis, dan

dapat bekerjasama dengan orang lain.

3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan mode ilmiah melalui

percobaan atau eksperimen.

4. Meningkatkan kesadaran tentang aplikasi ilmu pengetahuan yang dapat

bermanfaat dan juga merugikan serta menyadari pentingnya

melestarikan dan mengelola lingkungan demi kesejahteraan.

5. Memahami konsep-konsep kimia dan keterkaitan serta penerapannya

untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

teknologi.

6. Membentuk sikap yang positif terhadap kimia seperti merasa tertarik

untuk mempelajari kimia lebih lanjut.

Materi Kimia yang berkaitan dengan kearifan lokal Kota Jakarta di

antaranya adalah:

a. Makromolekul

1) Protein

Protein ialah polimer yang terdiri dari asam amino. Asam amino

merupakan senyawa yang mengandung sedikitnya satu gugus amino (-

NH2) dan sedikitnya satu gugus karboksil (-COOH) (Chang, 2005, hlm.

295). Protein diklasifikasikan menjadi 2, yaitu protein serat dan protein

20

globular. Protein serat memiliki bentuk molekul lebih panjang seperti

serat atau serabut. Protein serat ini merupakan komponen utama lapisan

kulit luar, rambut, bulu, kuku, dan tanduk pada hewan (Sumarlin, 2013,

hlm. 54-57). Sedangkan protein globular umumnya berbentuk bulat atau

elips dan terdiri atas rantai polipeptida yang berlipat. Protein globular

ini larut dalam air dan melakukan berbagai fungsi dalam suatu

organisme (Fessenden, 1982, hlm. 390).

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia protein yaitu

kerak telor dan batik Betawi. Pada kerak telor dijelaskan mengenai

kandungan asam amino yang terdapat di dalam telur. Pada batik Betawi,

kain yang digunakan dalam pembuatan batik Betawi salah satunya

adalah kain sutera. Bahan baku kain sutera yaitu kokon ulat sutera

(Bombyx mori L) yang mengandung protein serat yaitu fibroin.

2) Karbohidrat

Salah satu golongan dari karbohidrat adalah polisakarida. Amilum

termasuk ke dalam polisakarida. Amilum atau pati terdapat pada umbi,

daun, batang, dan biji-bijian. Kandungan utama dari pati yaitu amilosa

dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida linear dari unit-unit

glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α (1,4)-glukosida. Sedangkan

amilopektin merupakan polisakarida yang banyak cabangnya, terdiri

dari beberapa unit glukosa berantai lurus (±30 unit) yang dihubungkan

oleh ikatan α (1,6)-glikosida (Sumarlin, 2013, hlm. 30).

Gambar 2.2 Struktur Amilosa

21

Gambar 2.3 Struktur Amilopektin

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia karbohidrat

adalah tekstur pada dodol Betawi. Tekstur pada dodol Betawi ditentukan

oleh adanya kandungan amilosa dan amilopektin yang terdapat pada

pati.

3) Lipid

Salah satu golongan lipid yaitu lemak dan minyak. Proses oksidasi

pada lemak menyebabkan timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut

dengan proses ketengikan. Proses ketengikan biasanya dimulai dengan

pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Terurainya asam lemak-

asam lemak yang disertai dengan perubahan hidroperoksida menjadi

aldehid dan keton, serta asam lemak-asam lemak bebas inilah yang

menyebabkan bau tidak enak (tengik) (Winarno, 1992, hlm. 106-107).

Reaksi oksidasi lemak terdapat pada gambar 2.4 dibawah ini.

22

Gambar 2.4 Reaksi Oksidasi Lemak

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi lipid yaitu dodol

Betawi. Materi kimia lipid yang dijelaskan pada dodol Betawi yaitu

waktu simpan dodol Betawi. Dodol yang tidak tahan lama biasanya

mengeluarkan bau tengik.

23

b. Tata Nama Senyawa

Ion poliatom merupakan senyawa ion yang mengandung lebih dari

satu atom. Penamaan senyawa ini dimulai dengan ion yang bermuatan

positif (Braddy, 1999, hlm. 179). Contohnya pada penamaan senyawa

CaCO3. Ca2+ termasuk kation logam, dan CO32- termasuk anion poliatomik

maka nama senyawa ini adalah kalsium karbonat.

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia tata nama

senyawa yaitu kerak telor, roti buaya, dan batik Betawi. Materi tata nama

senyawa pada kerak telor yaitu penamaan pada kandungan terbesar dari

cangkang telur yaitu CaCO3 atau kalsium karbonat. Materi tata nama

senyawa pada roti buaya yaitu senyawa yang terdapat di dalam pengembang

kue yaitu NaHCO3 atau Natrium Bikarbonat. Sedangkan materi tata nama

senyawa pada batik Betawi yaitu penamaan pada zat warna sintetis yaitu

NaNO2 atau natrium nitrit.

c. Persamaan Reaksi

Jika suatu percobaan telat dilakukan, persamaan reaksi dapat berarti

memperlihatkan apa yang telat terjadi dalam reaksi tersebut (Braddy, 1999,

hlm. 104). Salah satu contohnya adalah reaksi pada adonan roti yang

mengembang. Persamaan reaksinya adalah:

C6H12O6 2C2H5OH + 2 CO2 + 2 ATP

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia persamaan reaksi

yaitu roti buaya. Materi persamaan reaksi yang dijelaskan pada roti buaya

yaitu persamaan reaksi yang terjadi pada adonan roti yang mengembang.

Adanya persamaan reaksi ini dapat memperlihatkan penyebab adonan roti

buaya dapat mengembang. Adonan roti buaya dapat mengembang karena

adanya hasil reaksi yang berupa CO2.

Enzim zymase

24

d. Laju Reaksi

Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi reaktan atau produk

terhadap waktu (Chang, 2005, hlm. 30). Salah satu faktor yang

mempengaruhi laju reaksi yaitu suhu. Hampir semua reaksi menjadi lebih

cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang diberikan akan menambah

energi kinetik partikel pereaksi. Sehingga mengakibatkan jumlah dan energi

tabrakan bertambah besar (Syukri, 1999.hal. 469).

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia laju reaksi yaitu

roti buaya. Materi faktor laju reaksi yang dijelaskan pada roti buaya yaitu

penggunaan air hangat pada proses pembuatan roti buaya. Penggunaan air

hangat pada proses pembuatan roti buaya dapat mempercepat pelarutan

bahan pembuatan roti buaya.

e. Hidrokarbon

Pembakaran sempurna ialah pengubahan suatu senyawa menjadi CO2

dan H2O. Jika persediaan oksigen tidak cukup untuk pembakaran sempurna,

terjadilah pembakaran tak sempurna. Pembakaran tak sempurna

menghasilkan karbon monoksida, atau kadang-kadang karbon dalam bentuk

arang atau jelaga.

Pembakaran tak sempurna :

2 CH3CH2CH3 + 7 O2 6 CO + 8 H2O

Propana Karbon Monoksida

CH3CH2CH3 + O2 3 C + 4 H2O

Propana Karbon

(fessenden, 103).

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia pembakaran yaitu

dodol betawi. Materi pembakaran yang dijelaskan pada dodol betawi yaitu

proses pembakaran kayu sebagai bahan bakar dalam proses pemasakan

dodol. Proses pembakaran kayu merupakan proses pembakaran tidak

sempurna yang menghasilkan karbon monoksida dan karbon dalam bentuk

arang.

25

f. Minyak Bumi

Minyak bumi merupakan minyak mentah. Berbagai hidrokarbon

yang terkandung dalam minyak dipisahkan dengan cara destilasi bertingkat.

Destilasi bertingkat sangat efektif digunakan pada pemisahan fraksi minyak

mentah menjadi berbagai komponennya. Proses destilasi bertingkat ini

digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan

(Syukri, 1999, hlm.15).

Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah salah

satunya adalah (parafin) CnH2n + 2.. Parafin adalah zat berwarna berbentuk

kristal dan tidak berbau, dapat berbentuk padat atau setengah padat. Parafin

dipakai sebagai campuran pada lilin batik.

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia minyak bumi

adalah batik betawi. Komposisi malam/lilin batik yang digunakan dalam

membatik yaitu berasal dari paraffin. Paraffin merupakan fraksi minyak

bumi yang dipisahkan berdasarkan titik didihnya melalui proses destilasi

bertingkat.

g. Koloid

Koloid adalah campuran yang berada antara larutan sejati dan

suspensi. Pada koloid terdapat istilah fase terdispersi dan medium

pendispersi. Hal ini disebabkan bentuk ukuran dari partikel koloid

dibandingkan dengan ukuran medium di mana partikel itu tersebar. Jenis-

jenis koloid dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Jenis-jenis Koloid

Medium

pendispersi

Fase

terdispersi

Janis Koloid Contoh

Padat

Padat Sol padat Mutiara, opal

Cair Emulsi padat Keju, mentega

Gas Busa padat Batu apung,

kerupuk

Cair

Padat Sol, gel Pati dalam air,

Jello, cat

Cair Emulsi Susu, mayones

26

Medium

pendispersi

Fase

terdispersi

Janis Koloid Contoh

Gas Busa Krim kue tar, krim

cukur

Gas Padat Aerosol padat Debu, asap

Cair Aerosol cair Awan kabut

(Braddy, 1999, hlm. 597).

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi koloid yaitu dodol

Betawi. Pada dodol Betawi, koloid yang dijelaskan mengenai asap yang

terbentuk saat pembuatan dodol Betawi. Terbentuknya asap ini berasal dari

pembakaran kayu pada proses pembuatan dodol Betawi.

h. Senyawa Karbon

Berdasarkan gugus fungsinya, senyawa karbon dapat

dikelompokkan menjadi gugus ester dan alkohol. Berikut ini adalah

penjelasan mengenai gugus ester dan gugus alkohol.

1) Ester

Ester mempunyai rumus umum R’-COOR, dimana R’ dapat berupa

H, suatu gugus alkil atau suatu gugus hidrokarbon aromatik, dan R

berupa gugus alkil atau gugus hidrokarbon aromatik. Ester berfungsi

sebagai pemberi rasa dalam industri gula-gula dan minuman ringan

maupun dalam pembuatan parfum (Chang, 2005, hlm. 353).

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia senyawa karbon

yaitu dodol Betawi. Materi kimia senyawa karbon yang dijelaskan pada

dodol Betawi yaitu mengenai varian rasa dodol Betawi.

2) Alkohol

Semua alkohol mengandung gugus fungsi hidroksil, -OH.

Kebanyakan alkohol yang mempunyai massa molar rendah sangat

mudah terbakar (Chang, 2003, hlm. 351).

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia senyawa karbon

yaitu batik Betawi. Materi kimia senyawa karbon yang dijelaskan pada

27

batik Betawi yaitu mengenai senyawa brasikasterol pada damar mata

kucing sebagai bahan baku lilin batik.

i. Benzena dan Turunannya

Benzena adalah salah satu dari golongan senyawa aromatik, senyawa

yang mengandung awan pi aromatik. Dari sejarah, istilah “aromatic”

diturunkan dari fakta bahwa banyak dari senyawa ini mempunyai bau yang

khas (fessenden, 1986, 69-70). Salah satu senyawa turunan benzena adalah

fenol.

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia Benzena dan

turunannya yaitu bir pletok. Materi kimia benzena dan turunannya yang

dijelaskan pada bir pletok yaitu mengenai senyawa yang terdapat pada

bahan baku bir pletok yang merupakan senyawa fenolik yang berfungsi

sebagai antioksidan.

j. Asam dan Basa

Asam dan basa dapat dijelaskan dengan teori yang disebut teori

asam-basa. teori in dikemukakan oleh Bronsted-Lowry, dan Lewis (Chang,

2003, hlm. 95). Berikut adalah konsep asam dan basa menurut Bronsted-

Lowry dan Lewis.

1) Asam dan Basa Bronsted

Asam Bronsted dapat memberikan proton dan basa Bronsted dapat

menerima proton. Untuk setiap asam Bronsted terdapat basa Bronsted

konjugat dan sebaliknya.

2) Asam dan Basa Lewis

Asam merupakan zat yang dapat menerima sepasang elektron.

Sedangkan basa adalah zat yang dapat memberikan sepasang elektron

(Chang, 2003, hlm. 95).

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia asam basa yaitu

batik betawi. Pada batik Betawi, asam basa yang dijelaskan mengenai sifat

28

basa pada soda abu yang berfungsi sebagai pelorodan lilin batik pada proses

pembuatan batik betawi.

k. Titrasi Asam-Basa

Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk

mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu

larutan lain yang konsentrasinya diketahui (Braddy, 1999, hlm. 239). Pada

titrasi ini dibutuhkan indikator yang akan berubah warna Ketika reaksi

berakhir. Indikator merupakan suatu zat mempunyai warna dalam keadaan

basa dan basa berlainan (Braddy, 1999, hlm. 240).

Kayu secang dapat dijadikan sebagai salah satu indikator alami asam

basa. pH kayu secang yang diekstrak dengan menggunakan air panas 600C

adalah 6,2 – 7,0 (kuning - merah muda) dan 7,8 – 8,6 (merah muda – orange

sangat lemah) (Padmaningrum, Marwati, dan Wiyarsi, 2012).

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia titrasi asam basa

yaitu bir pletok. Pada bir pletok, salah satu bahan yang digunakan adalah

kayu secang. Kayu secang dapat dijadikan indikator alami asam basa yang

dapat digunakan dalam praktikum asam basa.

l. Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang

menyebabkan suatu senyawa kimia dapat bersatu (Brady, 1999, hlm. 325).

Contoh ikatan kimia yaitu ikatan ion dan ikatan hidrogen. Berikut ini adalah

penjelasan dari masing-masing ikatan.

1) Ikatan Ion

Ikatan ionik merupakan hasil dari perpindahan satu atau lebih

elektron antar atom (Sarker dan Nahar, 2007). Dasar ikatan ionik adalah

serah terima elektron valensi. Senyawa ion dibentuk oleh perpindahan

elektron di antara atom untuk membentuk partikel yang bermuatan

listrik dan mempunyai gaya tarik-menarik (Braddy, 1999, hlm. 164) .

29

2) Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen merupakan tarikan gaya yang kuat antara molekul-

molekul yang sangat polar dalam mana hidrogen diikatkan secara

kovalen kepada nitrogen, oksigen, atau fluor atom (Sarker dan Nahar,

2007, hlm. 38). Dasar pengikatan hidrogen adalah adanya polaritas atau

pengutuban atom-atom pembentuk molekul. Dalam air misalnya,

molekul-molekulnya saling berinteraksi secara kuat antarsesamanya

karena adanya ikatan hidrogen ini (Braddy, 1999, hlm. 538).

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia ikatan kimia

adalah batik betawi. Pada batik betawi ikatan kimia yang dijelaskan

mengenai pengaruh ikatan kimia pada proses penyerapan warna pada kain

batik.

m. Ikatan AntarMolekul

Gaya tarikan yang relatif lemah yang muncul antar-molekul

nonpolar disebut dengan gaya van der waals atau dispersi London (Sarker,

dan Nahar, 2007, hlm. 39). Ketika elektron bergerak mengelilingi atom atau

molekul, gerakannya masih acak-acakan sehingga pada suatu ketika ada

kemungkinan pada suatu sisi partikel ada lebih banyak elektron daripada

sisi lainnya sehingga partikelnya akan menjadi dipol. Dipol ini disebut dipol

sesaat karena keberadaannya memang hanya untuk sementara (Braddy,

1999, hlm. 539). Interaksi tarik-menarik antara molekul polar dan dipol

terinduksi disebut interaksi dipol-dipol terinduksi (Chang, 2003, hlm. 370).

Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia ikatan kimia

adalah batik betawi. Pada batik betawi ikatan kimia yang dijelaskan

mengenai pengaruh ikatan kimia pada proses penyerapan warna pada kain

batik.

30

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Chusorn , Ariratana, Pornpimon, Chusorn,

Wallpaha dan Prayuth (2013), “Strategy Challenges the Local Wisdom

Applications Sustainability in school”, diperoleh hasil bahwa untuk

menerapkan kearifan lokal dalam pembelajaran maupun pengajaran harus

adanya kolaborasi antara sektor publik dan sektor swasta. Penerapan kearifan

lokal ini berfungsi sebagai sumber belajar, untuk mengenalkan kearifan lokal

kepada siswa melalui pendidikan formal maupun nonformal, dan untuk

memecahkan permasalahan dalam masyarakat.

2. Penelitian yang dilakukan oleh S, Leo Agung (2015), “The Development of

Local Wisdom-Based Social Science Learning Model with Bengawan Solo

as the Learning Source”, diperoleh hasil bahwa Pengembangan Kearifan

Lokal Berbasis Sains Model Pembelajaran Sosial di Kota Surakarta sebagai

upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Sosial khususnya dalam

memperkuat karakter siswa dari identitas diri.

3. Kurniasari, D. A., Rusilowati, A., dan Subekti, N (2014) “Pengembangan

Buku Suplemen IPA Terpadu dengan Tema Pendengaran Kelas VIII”

diperoleh hasil bahwa buku suplemen IPA terpadu dengan tema

pendengaran dinyatakan valid yang memenuhi kriteria materi, penyajian,

bahasa, dan grafika, termasuk ke dalam kriteria praktis dan ketuntasan

klasikal siswa sebesar 97% yang menunjukkan bahwa buku suplemen

efektif dijadikan sebagai pendamping buku teks utama.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon, Erna Helena M (2015),

“Inovasi Model Bahan Ajar Unsur-unsur Kimia Berbasis Kearifan Lokal

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen

Medan”, diperoleh hasil bahwa penggunaan inovasi bahan ajar unsur-unsur

kimia berbasis kearifan lokal efektif untuk meningkatkan hasil belajar

mahasiswa.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Zinnurain, dan Muzzani, Ahmad (2018),

“Pengembangan Buku Ajar Berbasis Kearifan Lokal Pada Siswa Kelas V

Sekolah Dasar”, diperoleh hasil bahwa buku ajar berbasis kearifan lokal

31

yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar dalam

pembelajaran di sekolah.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Subiyanto dan Siregar, Tiurlina (2018),

“Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Pada materi Sistem Periodik

Unsur Berbasis Kearifan Lokal Papua Peserta Didik Kelas X SMA Negeri

4 Jayapura ”, diperoleh hasil bahwa modul pembelajaran kimia pada materi

sistem periodik unsur berbasis kearifan lokal Papua kelas X dapat

meingkatkan kualitas Pendidikan berbasis karifan lokal Papua, serta dapat

meningkatkan hasil belajar kimia dengan menggunakan modul

pembelajaran sistem periodik unsur berbasis karifan lokal Papua.

7. Penelitian yang dilakukan oleh Priyambodo, Erfan dan Wulaningrum,

Safira (2017), “Using Chemistry Teaching Aids Based Local Wisdom As An

Alternative For Chemistry Teaching and Learning”, diperoleh hasil bahwa

siswa merasa tertarik dan termotivasi menggunakan media berbasis kearifan

lokal untuk pembelajaran kimia.

C. Kerangka Berpikir

Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai

Merauke. Itulah kenapa Indonesia dikenal dengan sebutan Nusantara. Salah satu

pulau yang ada di Indonesia adalah Pulau Jawa. Di bagian barat laut Pulau Jawa

terdapat Kota Jakarta. Kota Jakarta adalah ibu kota negara dan merupakan kota

terbesar di Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang

memiliki status setingkat provinsi. Jakarta memiliki potensi yang menjadi ciri

khas untuk membedakan dengan daerah lain. Potensi khas daerah inilah yang

disebut dengan kearifan lokal. Pada era globalisasi ini kearifan lokal perlu

dilestarikan agar tidak terdegradasi dan bisa diwarisi ke generasi berikutnya.

Salah satu cara untuk melestarikannya yaitu dengan mengaitkan kearifan lokal

dengan materi kimia. Menggunakan kearifan lokal yang dikatikan dengan

materi kimia sebagai bahan ajar dapat dituangkan dalam bentuk buku

pengayaan. Buku pengayaan merupakan buku yang berisi informasi yang

melengkapi buku pelajaran pokok. Buku ini tidak wajib dimiliki siswa dan guru,

32

namun sangat membantu memperluas pemikiran mengenai ilmu pengetahuan

yang didapatnya dalam buku pokok.

Adapun bagan dari kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir

Indonesia merupakan

wilayah nusantara

Kota Jakarta

Setiap daerah memiliki ciri

khas yang membedakan

daerah yang satu dengan

daerah yang lain

Materi kimia dalam

kearifan lokal

Bahan ajar

Kearifan Lokal

Pulau Jawa

Buku pengayaan

Buku pengayaan Kimia

berbasis kearifan lokal

Kota Jakarta

Belum tersedianya bahan

ajar yang mengaitkan

kearifan lokal dengan

materi kimia SMA

Mendapat ilmu pengetahuan baru,

memperluas wawasan mengenai

kearifan lokal Kota Jakarta

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada di Kota

Jakarta. Penelitian ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu tahap analisis, tahap

desain, tahap pengembangan, dan tahap implementasi (proses uji coba buku

pengayaan kimia). Tahap analisis dilaksanakan pada bulan Juli 2017-Oktober

2017, tahap desain dilaksanakan pada bulan Desember 2017, tahap

pengembangan dilaksanakan September 2018–Mei 2019, dan tahap

implementasi dilaksanakan pada bulan Mei 2019 – bulan Juli 2019.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

dan pengembangan (Research and Development). Model pengembangan yang

digunakan dalam proses pengembangan buku pengayaan ini adalah model

ADDIE yang memiliki lima tahapan, yaitu analyze (analisis), design (desain),

develop (pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluate

(evaluasi) (Branch, 2009, hlm.2). Akan tetapi, penelitian ini dibatasi hanya

sampai tahap implementasi. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya

penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif

dimana bagian yang dideskripsikan yaitu proses pengembangan buku

pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.

34

C. Prosedur Penelitian

Pengembangan buku pengayaan terdapat empat tahap, yaitu:

1. Analyze (Analisis)

Tahap ini terdiri dari analisis kebutuhan buku pengayaan kimia, dan

analisis kearifan lokal.

a. Analisis Kebutuhan

Tahap analisis kebutuhan diperlukan karena produk pendidikan

yang akan dihasilkan harus benar-benar penting dan dibutuhkan di

dalam dunia pendidikan (Sukmadinata, 2006, hlm. 171). Pada tahap ini

dilakukan studi langsung dengan melakukan wawancara kepada

pengelola pusat kurikulum dan perbukuan (PUSKURBUK) bagian buku

non teks untuk mendapatkan informasi seputar buku pengayaan

khususnya buku pengayaan berbasis kearifan lokal, kemudian

wawancara terhadap tiga guru kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA)

Kota Jakarta yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

ketersediaan buku pengayaan khususnya buku pengayaan kimia

berbasis kearifan lokal di sekolah.

b. Analisis Kearifan Lokal

Pada tahap analisis kearifan lokal, dilakukan studi literatur dan studi

langsung. Studi literatur diperlukan untuk menentukan konsep-konsep

atau landasan teoritis yang memperkuat suatu produk. Hasil analisis

studi literatur ini belum cukup memberikan dasar-dasar yang kongkrit

bagi pengembangan suatu produk. Oleh karena itu, masih perlu

dilengkapi dengan penelitian langsung ke lapangan (Sukmadinata, 2006,

hlm. 172).

Studi literatur dilakukan dengan mencari sumber-sumber data

mengenai kearifan lokal Kota Jakarta. Sedangkan studi langsung

dilakukan dengan survei lapangan yang bertujuan untuk memperkuat

hasil studi literatur yang telah didapatkan. Survey lapangan yang

dilakukan berupa wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan

35

kepada pengelola Kawasan Budaya Setu Babakan di bawah naungan

dinas budaya dan pariwisata, dan masyarakat sekitar Kota Jakarta.

2. Design (Desain)

a. Analisis Materi Kimia SMA yang Berkaitan dengan Kearifan Lokal

Tahap analisis materi dilakukan dengan cara mengkaitkan antara

kearifan lokal Kota Jakarta dengan materi kimia SMA.

b. Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Analisis kompetensi inti dan kompetensi dasar diperlukan untuk

menetapkan tujuan akhir pembelajaran berdasarkan kurikulum yang

berlaku saat ini.

c. Analisis Indikator Buku Pengayaan Berbasis Kearifan Lokal

Penentuan indikator pembelajaran berbasis kearifan lokal didasarkan

pada empat kompetensi kearifan lokal, yaitu kompetensi personal,

kompetensi berpikir, kompetensi sosial, dan kompetensi vokasional

yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi kimia.

d. Penentuan Instrumen Validasi Buku Pengayaan

Penentuan instrumen ini dilakukan dengan berdiskusi dengan dosen

pembimbing. Instrumen ini nantinya akan digunakan validator ahli

materi untuk memvalidasi buku pengayaan yang dikembangkan.

e. Penentuan Desain Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal

Untuk mendesain buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal ini

menggunakan aplikasi Microsoft Office Publisher 2013 dan Adobe

Photoshop CC 2015.

3. Development (Pengembangan)

Pada tahap ini dilakukan penyusunan buku pengayaan dan validasi buku

pengayaan oleh para ahli. Buku pengayaan merupakan salah satu media

cetak, maka tahap produksi ini berupa kegiatan menulis materi ke dalam

media cetak (Warsita, 2008, hlm.237).

36

a. Penyusunan Buku Pengayaan Kimia

Pada tahap penyusunan buku pengayaan ini dilakukan penuangan

konsep desain menjadi sebuah produk buku pengayaan kimia berbasis

kearifan lokal Kota Jakarta.

b. Validasi Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

Setelah penyusunan buku pengayaan selesai, selanjutnya dilakukan

validasi buku oleh ahli materi dan media. Validasi ini bertujuan agar

buku pengayaan yang dihasilkan sempurna dan siap untuk diuji coba

terbatas.

4. Implementation (Implementasi)

Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas kepada 10 guru bidang studi

kimia SMA di Kota Jakarta. Kegiatan dalam uji coba terbatas ini yaitu

dengan guru membaca buku pengayaan kemudian mengisi angket penilaian.

Kemudian data yang diperoleh dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan

mengenai kelayakan buku pengayaan yang telah dikembangkan.

37

Langkah-langkah tersebut dapat dibuat menjadi desain pengembangan buku

pengayaan seperti gambar berikut ini.

1. Analisis kebutuhan

2. Analisis kearifan lokal Analyze

(Analisis)

Design (Desain) 1. Penentuan materi kimia SMA yang

berkaitan dengan kearifan lokal

2. Penentuan Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar

3. Penentuan indikator buku pengayaan

berbasis kearifan lokal

4. Penentuan instrumen validasi buku

pengayaan

5. Penentuan desain buku pengayaan

kimia berbasis kearifan lokal

Develop

(Pengembangan)

1. Penyusunan buku pengayaan kimia

2. Validasi buku pengayaan kimia

Melakukan Validasi Ahli

Implementation

(Implementasi)

Produk buku pengayaan kimia berbasis

kearifan lokal Kota Jakarta

Ahli Materi

Revisi

Ahli Media

1. Uji coba terbatas kepada 10 responden

2. Pengisian angket penilaian

3. Kesimpulan

Gambar 3. 1 Desain Pengembangan Buku Pengayaan

38

D. Objek dan Subjek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah buku pengayaan kimia berbasis kearifan

lokal Kota Jakarta. Sedangkan subjek pada penelitian ini yaitu :

1. Dua orang dosen sebagai ahli kimia dan pendidikan dan satu orang dosen

sebagai ahli media.

2. Sepuluh guru kimia SMA di Kota Jakarta sebagai responden yang

memberikan penilaian kelayakan pada uji coba terbatas.

E. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini yaitu :

1. Wawancara terhadap pengelola pusat kurikulum dan perbukuan

(PUSKURBUK) bagian buku non teks untuk mendapatkan informasi

mengenai buku non teks khususnya buku pengayaan.

2. Wawancara terhadap guru kimia SMA di Jakarta yang bertujuan untuk

mengetahui buku yang digunakan dalam pembelajaran kimia di sekolah dan

untuk mengetahui respon guru terhadap pentingnya pembelajaran kimia

berbasis kearifan lokal yang di dituangkan kedalam buku pengayaan kimia

sekolah.

3. Wawancara terhadap Pengelola kawasan Setu Babakan di bawah naungan

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang bertujuan utuk mengetahui kearifan

lokal apa saja yang terdapat di daerah Jakarta.

4. Wawancara terhadap penjual kerak telor untuk mengetahui bahan-bahan

yang digunakan dan cara pembuatan kerak telor.

5. Wawancara terhadap pengusaha roti buaya untuk mengetahui bahan-bahan

yang digunakan dan cara pembuatan roti buaya.

6. Wawancara terhadap pengusaha dodol betawi untuk mengetahui bahan-

bahan yang digunakan dan cara pembuatan dodol betawi.

7. Wawancara terhadap pengusaha bir pletok untuk mengetahui keistimewaan

dari bir pletok yang merupakan minuman khas Jakarta.

39

F. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto dalam Riduwan (2011, hlm. 51), instrumen pengumpulan

data adalah alat yang digunakan peneliti untuk mempermudah dalam

mengumpulkan data. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen

yaitu:

1. Pedoman Wawancara

Wawancara dilakukan dalam studi pendahuluan bila peneliti ingin

mengetahui suatu permasalahan dan hal-hal dari responden secara lebih

mendalam dengan jumlah responden sedikit (Sugiyono, 2012, hlm. 188).

Berdasarkan sifat pertanyaannya wawancara yang dilakukan dalam

penelitian ini termasuk wawancara tidak terstruktur, dimana peneliti hanya

membawa pedoman yang hanya garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan dan tidak tersusun secara sistematis dan lengkap (Sugiyono,

2012, Hlm. 191). Kisi-kisi pedoman wawancara terdapat pada tabel 3.1 di

bawah ini.

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No. Aspek Indikator

1. Bahan Ajar Kurikulum yang digunakan di sekolah

Bahan ajar yang digunakan di sekolah

Kelebihan dan kekurangan bahan ajar yang

digunakan

Seberapa penting buku pengayaan digunakan

dalam proses pembelajaran

2. Kearifan Lokal Seberapa penting pengenalan kearifan lokal

dalam proses pembelajaran

Seberapa penting kearifan lokal dikembangkan

dalam proses pembelajaran

Seberapa besar kearifan lokal Jakarta yang

dikaitkan dalam proses pembelajaran

Tanggapan mengenai pengembangan buku

pengayaan kimia berbasis kearifan lokal

40

2. Lembar Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan peneliti

secara langsung untuk melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan oleh

objek penelitian (Riduwan, 2011, hlm. 57). Dalam penelitian ini peneliti

melakukan observasi kepada masyarakat Jakarta yang terlibat dalam

kearifan lokal yang akan dikembangkan di dalam buku pengayaan kimia,

seperti pedagang kerak telor, produsen roti buaya, produsen dodol betawi,

pedagang bir pletok, dan pengrajin batik betawi. Kisi-kisi lembar observasi

dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Lembar Observasi

No. Kearifan Lokal Indikator

1. Kerak telor Proses pembuatan kerak telor

2. Roti buaya Pembuatan roti buaya

3. Dodol Betawi Pembuatan dodol Betawi

4. Bir pletok Pembuatan bir pletok

5. Batik Betawi Pembuatan batik betawi

3. Instrumen Validasi

Pada tahap validasi buku pengayaan, instrumen yang digunakan adalah

angket dengan menggunakan skala Guttman. Skala ini digunakan untuk

jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten (Riduwan, 2011, hlm.43).

Instrumen validasi ini diisi oleh ahli materi kimia untuk memeriksa

kesesuaian isi buku pengayaan dengan materi kimia. Kisi-kisi instrumen

lembar validasi dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi Ahli Materi

Kearifan Lokal Materi Kimia Isi Buku Pengayaan

Kerak Telor

Makromolekul Penjelasan mengenai

kandungan protein telur

ayam dan telur bebek

pada kerak telor

Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai

kandungan kalsium

karbonat pada cangkang

telur

41

Kearifan Lokal Materi Kimia Isi Buku Pengayaan

Roti Buaya

Persamaan Reaksi Penjelasan mengenai

reaksi yang terjadi saat

adonan roti buaya

mengembang

Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai

senyawa yang terdapat di

dalam baking soda dan

baking powder

Laju Reaksi Penjelasan mengenai

penggunaan air hangat

pada proses pembuatan

roti buaya

Dodol Betawi

Hidrokarbon Penjelasan mengenai

proses pembakaran kayu

sebagai bahan bakar

Koloid Penjelasan mengenai

pembentukan asap yang

terjadi pada proses

pembuatan dodol Betawi

Makromolekul Penjelasan mengenai

tekstur dodol Betawi

Senyawa karbon Penjelasan mengenai

rasa pada dodol Betawi

Makromolekul Penjelasan mengenai bau

tengik pada dodol yang

telah disimpan lama

Bir Pletok

Benzena dan

turunannya

Penjelasan mengenai

senyawa yang

terkandung didalam kayu

secang

Benzena dan

turunannya

Penjelasan mengenai

senyawa yang

terkandung didalam jahe

Benzena dan

turunannya

Penjelasan mengenai

manfaat minuman bir

pletok untuk tubuh

Asam Basa Penjelasan mengenai

warna merah pada bir

pletok

42

Kearifan Lokal Materi Kimia Isi Buku Pengayaan

Batik Betawi

Asam Basa Penjelasan mengenai

penggunaan senyawa

yang bersifat basa untuk

mempercepat proses

pelorodan lilin pada kain

Makromolekul Penjelasan mengenai

kandungan pada serat

kain

Senyawa Karbon Penjelasan mengenai

kandungan damar kucing

sebagai bahan baku lilin

batik

Minyak Bumi Penjelasan mengenai

destilasi minyak bumi

paraffin

Benzena dan

turunannya

Penjelasan mengenai

kandungan yang terdapat

pada pewarna alami batik

Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai

kandungan yang terdapat

pada pewarna sintesis

Ikatan Kimia dan

Gaya Antarmolekul

Penjelasan mengenai

ikatan kimia dan gaya

antar molekul yang

terjadi pada saat proses

penyerapan warna pada

kain

4. Angket

Angket merupakan daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis yang

diberikan kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012, hlm. 192).

Pada tahap uji coba terbatas, bentuk penilaian guru kimia terhadap buku

pengayaan berbasis kearifan lokal berupa angket yang diberikan kepada

sepuluh guru kimia SMA di Kota Jakarta. Angket guru yang digunakan

adalah angket yang sudah ditetapkan oleh pusat kurikulum dan perbukuan

43

mengenai penilaian buku pengayaan. Kisi-kisi angket dapat dilihat pada

tabel 3.4 di bawah ini

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Angket Guru kimia

No. Aspek Indikator

1. Aspek Kelayakan

Materi

Materi mampu menjaga persatuan dan

kesatuan dan tidak mengandung unsur

pornografi, paham ekstrimisme, radikalisme,

kekerasan, SARA, bias gender, dan nilai

penyimpangan lainnya

Materi merupakan karya orisinal (bukan hasil

plagiat)

Materi memiliki kebenaran keilmuan, sesuai

dengan perkembangan ilmu yang mutahkhir,

sahih dan akurat.

Materi memaksimalkan penggunaan sumber-

sumber yang sesuai dengan kondisi daerah

Kota Jakarta dan erat dengan konteks

Kearifan Lokal Jakarta yang berkaitan

dengan Kimia SMA.

2. Aspek Kelayakan

Penyajian

Materi yang disajikan secara utuh (runtut,

koheren, lugas, mudah dipahami dan

interaktif)

Materi, baik teks maupun gambar menarik

sesuai dengan tingkat perkembangan usia

pembaca dan mampu memperjelas materi

Materi disajikan agar dapat mengembangkan

sikap sosial

Materi disajikan agar dapat mengembangkan

pengetahuan yang dapat menumbuhkan

motivasi untuk berpikir lebih jauh dan

inovatif

3. Aspek Kelayakan

Bahasa

Bahasa yang digunakan komunikatif,

informatif, lugas, santun dan estetis sehingga

pembaca mampu memahami pesan positif

yang disampaikan

Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah

Bahasa Indonesia yang baik dan benar

44

No. Aspek Indikator

4. Aspek Kelayakan

Kegrafikan

Desain Kulit buku (Cover): Komposisi yang

berhubungan dengan prinsip penyusunan

elemen/unsur desain kulit buku:

- Huruf judul lebih menonjol dari elemen

lain, jenis huruf memiliki keterbacaan

tinggi, tidak lebih dari 2 jenis huruf,

- Ilustrasi kulit buku mewakili isi

- Pola kulit buku konsisten dengan isi,

komponen unsur, buku lengkap

(penulis/pengarang, ilustrasi, judul,

penerbit, logo perusahaan)

- Komposisi seimbang dan terdapat

kesatuan yang harmonis antara kulit

depan, punggung dan belakang,

memiliki nilai estetika/keindahan,

menarik, serta komunikatif

Tata Letak (Layout) Isi Buku:

- Tata letak berkaitan dengan sistematika

yang konsisten dan sesuai antara kulit

buku (cover) dengan isi buku

(kesetaraan penempatan kata pengantar,

daftar isi, judul bab, daftar pustaka,

hirarki jelas, serta pemisahan antara

paragraf jelas)

- penempatan ilustrasi sesuai; komposisi

elemen/unsur (bentuk, warna, margin,

ruang kosong, dekorasi/hiasan)

proporsional.

Jenis Huruf (Typography):

- jenis dan ukuran huruf, dan penomoran

pada seluruh isi buku konsisten

- memiliki tingkat keterbacaan tinggi

pemilihan jenis dan ukuran huruf sesuai

dengan peruntukan maupun sasaran

pembaca

- huruf yang digunakan maksimal 2 jenis

huruf

- penggunaan huruf dalam satu baris

maksimal jenis huruf, penggunaan huruf

dalam satu baris maksimal 75 karakter,

tidak ada widow atau orphans dan alur

putih

45

No. Aspek Indikator

- keseimbangan pemanfaatan ruang putih,

tanda pemotongan kata (hyphenation)

maksimal 2 baris berturut-turut

- spasi antar baris dan antar huruf/kerning

normal.

Ilustrasi dalam isi/materi Buku

- ilustrasi memperjelas dan mewakili isi

- gaya konsisten dan serasi, gambar tajam,

jelas, dan proporsional, serasi, menarik,

komunikatif dan kreatif, objek sesuai

dengan karakter pembaca

- bukan hasil plagiasi, tidak mengandung

unsur pornografi, SARA dan kekerasan

- menyertakan sumbernya, kreatif.

Fisik Buku (Ukuran, Kertas, Hasil Cetakan,

dan Penjilidan)

- Ukuran buku dan jenis kertas yang

digunakan sesuai dengan materi dan

sesuai dengan sasaran pembaca A5 (148

mm x 210 mm), B5 (176 mm x 250 mm),

A4 (210 mm x 297 mm, khusus untuk

PAUD ukuran bebas; gramatur kertas

kulit buku minimal 210 gram; hasil

cetakan jelas dan tidak tembus set-off)

- kerapian pemotongan buku (sisir)

- kemudahan membuka buku penjilidan

kuat dan rapi.

G. Teknik Analisis Data

1. Validasi Buku Pengayaan

Skala yang digunakan dalam validasi buku pengayaan kimia adalah

skala Guttman. Skala ini digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas

(tegas) dan konsisten. Skala ini dibuat dalam bentuk ceklist. Jawaban

responden terbagi menjadi dua yaitu dapat berupa skor tertinggi bernilai (1)

dan skor terendah (0) (Riduwan, 2011, hlm.43). Kriteria penskoran skala

guttman dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini

Tabel 3. 5 Kriteria Penskoran Skala Guttman

Alternatif jawaban Skor

Ya 1

Tidak 0

46

2. Tanggapan Guru Kimia mengenai Buku Pengayaan

Untuk keperluan dalam analisis kualitatif, maka instrumen tanggapan

guru bidang studi Kimia SMA diberi penskoran terhadap jawaban seperti

pada tabel 3.6 dibawah ini (Puskurbuk, 2016):

Tabel 3. 6 Kriteria Penskoran Rating Scale

Alternatif Jawaban Skor

Sangat sesuai 9-10

Sebagian besar sesuai 6-8

Sebagian kecil sesuai 3-5

Tidak sesuai 1-2

Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan

kuantitatif. Data yang diperoleh ditabulasikan dan dicari persentasenya

kemudian dianalisis. Perhitungan persentasenya menggunakan rumus sebagai

berikut (Purwanto, 2012, hlm. 102) :

NP = 𝑅

𝑆𝑀× 100

Keterangan:

NP : nilai persen yang dicari

R : skor mentah yang didapat

SM : skor maksimum ideal

100 : bilangan tetap

Data yang telah ditabulasikan kemudian dilakukan penyederhanaan data ke

dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan agar data

yang telah terkumpul dapat dianalisis kemudian diambil kesimpulan (Riduwan,

2011, hlm. 41).

Tabel 3. 7 Kriteria Interpretasi Skor Setiap Aspek

Interval Skor (%) Makna

0 - 20 Sangat Kurang

21 - 40 Kurang

41 – 60 Cukup

61 – 80 Baik

81 – 100 Sangat baik

47

Tabel diatas digunakan untuk mengetahui kriteria pada masing-masing aspek

penilaian pada buku pengayaan, sehingga masing-masing aspek dapat

dikategorikan sesuai dengan jumlah persentase yang dihasilkan. Untuk

mendapatkan makna kelayakan buku pengayaan dapat dilakukan perhitungan pada

setiap indikator. Setiap indikator memiliki nilai bobot masing-masing seperti pada

tabel 3.7 dibawah ini (Puskurbuk, 2016).

Tabel 3. 8 Bobot yang dimiliki oleh setiap indikator

Aspek No Pertanyaan Bobot

Materi

1 2

2 2

3 4

4 2

Penyajian

1 3

2 2

3 2

4 3

Bahasa 1 6

2 4

Kegrafikan

1 2

2 3

3 2

4 2

5 1

Setelah diketahui nilai setiap indikator dengan mengalikan data kuantitatif

yang diperoleh dengan bobot masing-masing, nilai setiap indikator tersebut

ditabulasikan dengan rumus sesbagai berikut (Puskurbuk, 2016).

Total Skor Akhir =

(Materi x 0,4) + (Penyajian x 0,3) + (Bahasa x 0,2) + (Kegrafikan x 0,1)

Data yang telah terkumpul dilakukan analisis dengan menyederhanakan

data ke bentuk yang lebih mudah dibaca kemudian diambil kesimpulan

mengenai kategori kelayakan pengembangan buku pengayaan kimia berbasis

kearifan lokal Kota Jakarta dengan predikat layak sangat bagus, layak dengan

predikat bagus, atau tidak layak seperti pada tabel 3.9 berikut ini.

48

Buku dinyatakan layak apabila:

1. Butir pada komponen materi harus berskor ≥ 6

2. Butir pada komponen penyajian, Bahasa dan kegrafikan harus berskor ≥ 3

3. Tabel skor akhir dari seluruh komponen setelah dikalikan dengan bobot

komponen minimal 49,5.

Tabel 3. 9 Kriteria Interpretasi Skor

Total Skor Akhir Makna

Skor ≥ 76,5 Layak dengan predikat Sangat

Baik

49,5 ≤ skor ≤ 76,5 Layak dengan predikat Baik

Skor ≤ 49,5 Tidak Layak

(Puskurbuk, 2016).

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini berfokus pada pengembangan produk yang berupa buku

pengayaan kimia yang prosesnya dideskripsikan dan hasilnya diuji coba secara

terbatas kepada guru kimia di SMA Kota Jakarta. Pengembangan buku

pengayaan kimia ini menggunakan model pengembangan ADDIE yang terdiri

dari tahap Analyze (Analisis), Design (Desain), Develompent (Pengembangan),

Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Namun, pada

pengembangan buku pengayaan ini hanya dibatasi sampai tahap implementasi.

Penelitian yang didapat berdasarkan tahapan tersebut yaitu:

1. Analyze (Analisis)

Tahap analisis ini terdiri dari dua kegiatan yaitu analisis kebutuhan dan

analisis kearifan lokal Kota Jakarta.

a. Analisis Kebutuhan

Pada kegiatan ini dilakukan wawancara dengan tiga orang guru

kimia SMA Negeri di Jakarta yang dapat dilihat pada lampiran 1.

Kegiatan wawancara ini meliputi aspek bahan ajar dan kearifan lokal

Kota Jakarta.

1) Bahan Ajar

a) Bahan Ajar yang digunakan di Sekolah

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahan

ajar yang digunakan siswa di sekolah menggunakan buku teks

yang telah disediakan di perpustakaan dan buku teks yang telah

direkomendasikan oleh pemerintah, yaitu buku teks yang sudah

menyesuaikan dengan kurikulum 2013. Sedangkan, pada

umumnya guru menggunakan bahan ajar yang diterbitkan oleh

penerbit nasional. Contoh buku yang diterbitkan oleh penerbit

nasional terdapat pada gambar 4.1.

50

Contoh buku yang diterbitkan oleh penerbit nasional:

Gambar 4. 1 Buku kimia yang digunakan dalam proses

pembelajaran

b) Kelebihan dan kekurangan buku teks berdasarkan hasil

wawancara

Kelebihan buku teks:

(1) Ada contoh soalnya.

(2) Simpel, mudah digunakan.

(3) Ada buku yang berisi soal sesuai dengan tingkatannya,

mulai dari yang mudah hingga yang sulit.

Kelemahan buku teks:

(1) Latihan soalnya kurang banyak.

(2) Ada buku yang materinya tidak lengkap sehingga harus

menggunakan buku teks yang lainnya.

(3) Ada beberapa buku yang tidak mencantumkan rumus.

c) Sumber Bahan Ajar yang digunakan Selain Buku Teks

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga guru kimia

SMA Negeri di Jakarta, tidak ada yang menggunakan buku

tambahan pengayaan selain buku teks, melainkan menggunakan

buku tambahan yang hanya berisi soal-soal. Hal ini dikarenakan

sumber bahan ajar pengayaan yang kurang memadai.

51

d) Pentingnya Buku Pengayaan

Berdasarkan hasil wawancara, ketiga guru kimia

menyatakan bahwa buku pengayaan memiliki peranan yang

penting dalam menunjang pengetahuan siswa. Hal ini

dikarenakan materi yang terdapat pada buku teks yang

digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah sangat terbatas

dan kurang menunjang pengetahuan siswa.

2) Kearifan Lokal

a) Kearifan Lokal yang dikembangkan dalam Pembelajaran Kimia

Berdasarkan hasil wawancara, guru kimia pertama dan kedua

SMA Negeri di Jakarta menyatakan bahwa belum ada kearifan

lokal Jakarta yang dikembangkan dalam pembelajaran kimia.

Mereka menyatakan bahwa pengembangan dalam pembelajaran

kimia hanya sebatas pembelajaran kontekstual saja, tidak

mengaitkan dengan kearifan lokal Jakarta. Namun, guru kimia

ketiga SMA Negeri di Jakarta yang menyatakan bahwa “saya

sudah mencoba mengembangkan kearifan lokal Jakarta dalam

pembelajaran kimia namun hanya sedikit karena pengetahuan

saya dan sumber yang masih terbatas”.

b) Kearifan Lokal yang dikembangkan dalam Buku Teks

Berdasarkan hasil wawancara, buku teks yang digunakan

tidak ada yang memasukkan kearifan lokal melainkan hanya

sebatas pengetahuan kontekstual. Buku yang diterbitkan oleh

penerbit nasional bersifat umum, sehingga tidak

menggambarkan kearifan lokal suatu daerah tertentu.

52

3) Pandangan dan Harapan Guru Mengenai Buku Pengayaan Kimia

Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

Tabel 4. 1 Pandangan dan Harapan Guru kimia Mengenai Buku

Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

Responden Pandangan dan Harapan Guru

Guru pertama SMA

Negeri di Jakarta

“Bagus, kalau sudah ada bisa

diterapkan dalam pembelajaran dan

desainnya harus menarik”.

Guru Kedua SMA

Negeri di Jakarta

“Sudah bagus, mungkin harus lebih

banyak lagi yang dikupas dan buku

yang menggambarkan kearifan lokal

diperbanyak. Dengan adanya buku

pengayaan ini anak lebih mengenal

wilayahnya, anak lebih bisa

mengembangkan wilayahnya dari sisi

kimia, sehingga dapat mengangkat

kimia di wilayahnya dan menjadikan

kearifan lokal menjadi mascot

wilayahnya melalui pembelajaran

kimia”.

Guru Ketiga SMA

Negeri di Jakarta

“Kalau ada buku seperti itu, saya

sangat butuh sekali. Kebetulan saya

akan kedatangan tamu dari Singapore

Intercultural School Bona Vista,

sehingga saya bisa memperkenalkan

Jakarta karena Jakarta sebagai Ibu

kota punya sesuatu yang bisa

dipamerkan dan diungguli oleh dunia

Internasional. Dengan adanya buku

pengayaan ini, bisa membuat anak-

anak lebih cinta terhadap daerahnya

sendiri”.

Berdasarkan informasi yang telah diperoleh, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kimia yang dikaitkan oleh

kearifan lokal Kota Jakarta merupakan sebuah inovasi baru dalam

pembelajaran kimia. Pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan

53

kearifan lokal juga menjadi salah satu upaya untuk pengenalan dan

mengembangkan potensi daerahnya. Namun buku teks yang

digunakan dalam pembelajaran kimia belum mengaitkan kimia

dengan kearifan lokal Kota Jakarta, sehingga dalam pembelajaran

kimia guru jarang mengaitkan kimia dengan kearifan lokal Kota

Jakarta.

b. Analisis Kearifan Lokal Kota Jakarta

Pada tahap ini dilakukan studi literatur dan studi langsung. Studi

literatur dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan awal mengenai

kearifan lokal Kota Jakarta. Sedangkan studi langsung dilakukan untuk

melengkapi dan memperkuat data yang didapat dari hasil studi literatur.

Berdasarkan hasil studi literatur dan studi langsung pada lampiran 3

diperoleh 5 kearifan lokal Kota Jakarta yang dituangkan dalam buku

pengayaan kimia yaitu kerak telor, roti buaya, dodol betawi, bir pletok,

dan batik betawi.

2. Design (Desain)

Setelah melakukan tahap analisis,maka tahap selanjutnya yaitu desain.

Tahapan desain ini meliputi analisis materi kimia SMA yang berkaitan

dengan kearifan lokal, menentukan Kompetensi Inti (KI), kompetensi Dasar

(KD), instrumen validasi dan menentukan desain buku pengayaan berbasis

kearifan lokal Kota Jakarta.

a. Analisis Materi Kimia SMA yang Berkaitan dengan Kearifan Lokal

Pada tahap ini, setelah diperoleh data mengenai kearifan lokal Kota

Jakarta, maka selanjutnya dilakukan analisis terhadap kearifan lokal

yang berkaitan dengan materi kimia SMA. Analisis ini dilakukan

dengan mencari beberapa referensi, seperti jurnal, buku, serta berdiskusi

dengan dosen pembimbing agar materi yang dimasukkan ke dalam buku

lebih akurat. Analisis materi kimia SMA yang berkaitan dengan kearifan

lokal dapat dilihat pada lampiran 4.

54

b. Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

Setelah menentukan materi kimia yang berkaitan dengan kearifan

lokal maka langkah selanjutnya yaitu menentukan Kompetensi Inti (KI)

dan Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan materi kimia tersebut.

Analisis KI dan KD ini penting agar buku pengayaan yang dibuat sesuai

dengan KI dan KD di sekolah. Hasil analisis KI dan KD yang sesuai

dengan materi kimia yang berkaitan dengan kearifan lokal dapat dilihat

pada lampiran 5.

c. Analisis Indikator Buku Pengayaan Berbasis Kearifan Lokal

Pada tahap ini, penentuan indikator pembelajaran berbasis kearifan

lokal didasarkan pada kompetensi-kompetensi kearifan lokal yang

disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi kimia. Kompetensi

kearifan lokal ini ada empat yaitu kompetensi personal, kompetensi

berpikir, kompetensi sosial dan kompetensi vokasional (Asmani, 2012,

hlm. 114-115). Hasil analisis indikator buku pengayaan berbasis

kearifan lokal dapat dilihat pada lampiran 6.

d. Penentuan Instrumen Validasi Buku Pengayaan

Pada tahap ini, instrumen yang digunakan adalah instrumen

penilaian keterkaitan kearifan lokal dengan materi kimia dan instrumen

penilaian media pembelajaran. Instrumen validasi ini nantinya akan

diberikan kepada dosen ahli materi dan ahli media untuk dijadikan

sebagai pedoman penilaian konten materi dan penilaian desain pada

buku pengayaan.

3. Penentuan Desain Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal

Aplikasi yang digunakan untuk mendesain buku pengayaan ini adalah

Microsoft Office Publisher 2016 dan Adobe Photoshop. Format dalam

pembuatan desain buku pengayaan ini berdasarkan pertimbangan mutu

buku pengayaan yang ditetapkan meliputi format, tata letak (margin),

bentuk, serta ukuran huruf.

55

Tabel 4. 2 Format Penulisan Buku Pengayaan

Jenis Format Keterangan

Ukuran Kertas 17,6 cm x 25 cm

Orientasi Kertas Potrait

Margin I cm (Kiri, kanan, atas, dan bawah)

Jenis Huruf Bab : Calibri

Sub bab : Calibri

Teks Naskah : Calibri

Ukuran Huruf Bab : 36 pt

Sub bab ; 20 pt

Teks Naskah : 11 pt

Keterangan gambar : 9 pt

Keterangan sumber : 9 pt

4. Develop (Pengembangan)

Dalam tahap develop (pengembangan) ini dilakukan penyusunan dan

validasi buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta. Hasil

dari tahap ini yaitu menghasilkan buku pengayaan kimia berbasis kearifan

lokal Kota Jakarta yang siap untuk diuji coba terbatas.

a. Penyusunan Buku Pengayaan Kimia

Pada tahap penyusunan buku pengayaan ini dilakukan penuangan

konsep desain menjadi sebuah produk buku pengayaan kimia berbasis

kearifan lokal Kota Jakarta. Komponen dasar buku pengayaan terdiri

dari bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.

1) Bagian Awal

a) Kulit Buku

Kulit buku pengayaan ini terbuat dari kertas art paper yang

lebih tebal dari kertas isi buku dan dijilid dengan lem (perfect

binding). Kulit buku terdiri dari judul buku, ilustrasi, nama

penulis dan instansi. Judul buku pengayaan ini yaitu “Jakarta

dalam Kimia” dan ilustrasi pada kulit buku ini mejelaskan

mengenai kearifan lokal yang dimuat di dalam buku. Kulit buku

56

pengayaan yang dikembangkan terdapat pada gambar 4.2 berikut

ini.

Gambar 4. 2 (a) Kulit Buku

b) Identitas Buku

Identitas buku ini terdiri dari Judul buku, keterangan penulis,

nama pembimbing, nama validator, ukuran buku dan software

yang digunakan untuk mendesain buku. Identitas buku

pengayaan yang dikembangkan terdapat pada gambar 4.3 berikut

ini.

57

Gambar 4. 3 Identitas Buku

c) Kata Pengantar

Kata pengantar memuat ucapan syukur kepada Allah SWT,

gambaran singkat mengenai isi buku, tujuan dibuat buku

pengayaan, serta ucapan terimakasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam proses penyelesaian buku ini. Kata

pengantar buku pengayaan yang dikembangkan terdapat pada

gambar 4.4 berikut ini.

58

Gambar 4. 4 Kata Pengantar

d) Petunjuk Penggunaan Buku

Petunjuk buku ini dibuat karena buku pengayaan ini berbeda

dengan buku teks atau LKS yang digunakan di sekolah. Adanya

petunjuk penggunaan buku ini diharapkan dapat memudahkan

pembaca agar lebih jelas mengetahui cara menggunakan buku.

Cuplikan petunjuk penggunaan buku pengayaan yang

dikembangkan terdapat pada gambar 4.5 berikut ini.

59

Gambar 4. 5 Cuplikan Petunjuk Penggunaan Buku

e) Daftar Isi

Daftar Isi berisi Judul bab dan materi yang disajikan di dalam

buku lengkap dengan nomor halaman. Hal ini akan memudahkan

pembaca untuk mencari materi yang terdapat di dalam buku.

Cuplikan daftar isi pada buku pengayaan yang dikembangkan

terdapat pada gambar 4.6 berikut ini.

60

Gambar 4. 6 Cuplikan Daftar Isi

f) Daftar Gambar

Daftar gambar berisi nomor gambar, keterangan gambar dan

nomor halaman tempat gambar tersebut ditampilkan di buku.

Cuplikan daftar gambar pada buku pengayaan yang

dikembangkan terdapat pada gambar 4.7 berikut ini.

Gambar 4. 7 Cuplikan Daftar Gambar

61

2) Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari 5 bab kearifan lokal, yaitu kerak telor, roti

buaya, dodol Betawi, bir pletok, dan batik Betawi. Setiap bab berisi

judul, kompetensi dasar, mind mapping, asal usul dari setiap kearifan

lokal, proses pembuatan, serta materi kimia yang berkaitan dengan

kearifan lokal Kota Jakarta. Materi kimia yang berkaitan dengan

kearifan lokal Kota Jakarta di antaranya makromolekul, tata nama

senyawa, persamaan reaksi, laju reaksi, hidrokarbon, minyak bumi,

koloid, senyawa karbon, benzena dan turunannya, asam dan basa,

titrasi asam-basa, ikatan kimia, serta ikatan antarmolekul. Judul

yang ditulis disesuaikan dengan kearifan lokal yang akan dibahas.

Pada bagian isi juga terdapat gambar atau ilustrasi yang melengkapi

materi tersebut. Cuplikan bagian isi pada buku pengayaan yang

dikembangkan terdapat pada gambar 4.8 berikut ini.

Gambar 4. 8 Cuplikan Bagian Isi

62

3) Bagian Akhir

a) Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi sumber-sumber/referensi yang

digunakan dalam buku dan disusun sesuai dengan urutan abjad.

Sumber referensi yang digunakan berasal dari beberapa buku,

jurnal, maupun website. Cuplikan daftar pustaka buku

pengayaan yang dikembangkan terdapat pada gambar 4.9 berikut

ini.

Gambar 4. 9 Cuplikan Daftar Pustaka

b) Glosarium

Glosarium terdiri dari kata kunci dan penjelasannya yang

diurutkan berdasarkan abjad. Glosarium ini mempermudah

pembaca untuk memahami istilah-istilah yang dianggap sulit oleh

pembaca. Glosarium pada buku pengayaan yang dikembangkan

terdapat pada gambar 4.10 berikut ini.

63

Gambar 4. 10 Glosarium

b. Validasi Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

Pada tahap ini, validasi dilakukan oleh 3 orang dosen ahli, yaitu 1

orang dosen pendidikan kimia, 1 orang dosen kimia murni, dan 1 orang

dosen media. Untuk melihat perhitungan validitas buku dapat dilihat

pada lampiran 12. Berikut adalah hasil penilaian dari validasi buku

pengayaan kimia.

Tabel 4. 3 Hasil Penilaian Validasi

Validator Validasi 1 Validasi 2

Dosen Kimia Murni 95,2 % 100 %

Dosen Pendidikan

Kimia 90,4 % 100 %

Dosen Media 87,5 %

Rata-rata 91,03 % 100%

Saran dan masukan yang didapat dari proses validasi digunakan

untuk memperbaiki dan merevisi buku pengayaan kimia agar buku

pengayaan kimia yang dihasilkan sempurna. Daftar revisi konten,

wacana, serta saran dari validator pada buku pengayaan kimia berbasis

kearifan lokal Kota Jakarta terdapat pada lampiran 14.

64

5. Implementation (Implementasi)

Setelah menghasilkan produk yang berupa buku pengayaan kimia

berbasis kearifan lokal Kota Jakarta, maka tahap selanjutnya yaitu uji coba

terbatas kepada 10 guru kimia di SMA Kota Jakarta. Tahap ini bertujuan

untuk mengetahui respon guru kimia terhadap buku yang dikembangkan,

serta mengetahui kelayakan dari buku yang dikembangkan.

Untuk mengetahui respon guru serta kelayakan dari buku yang

dikembangkan, maka dapat dilihat dari angket yang diisi oleh 10 guru kimia

di SMA Kota Jakarta. Dalam angket ini terdapat 4 aspek penilaian yaitu

aspek materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan aspek kegrafikan.

Pengisian angket ini dilakukan setelah guru membaca semua isi buku

pengayaan kimia. Berikut ini adalah hasil analisis data yang diperoleh dari

hasil angket yang telah diisi oleh 10 guru kimia di SMA Kota Jakarta. Untuk

mengetahui perhitungan persentase rata-rata seluruh aspek respon guru

dapat dilihat pada lampiran 18.

Tabel 4. 4 Persentase Rata-rata Seluruh Aspek Respon Guru

Aspek Persentase rata-rata

Aspek % Kriteria

Materi 87 Sangat Baik

Penyajian 85 Sangat Baik

Bahasa 83 Sangat Baik

Kegrafikan 86,5 Sangat Baik

Berdasarkan analisis data aspek materi pada tabel di atas diperoleh hasil

bahwa rata-rata aspek materi sebesar 87%. Hal ini menunjukkan bahwa

aspek materi yang terdapat di dalam buku pengayaan kimia berbasis

kearifan lokal Kota Jakarta ini merupakan hasil orisinil yang

memaksimalkan keterkaitan antara kearifan lokal Kota Jakarta dengan

Kimia SMA, disesuaikan dengan perkembangan ilmu yang akurat serta

tidak mengandung SARA ataupun unsur pornografi.

Pada aspek penyajian diperoleh hasil bahwa rata-rata aspek penyajian

sebesar 85%. Hal ini menunjukkan bahwa buku pengayaan yang

dikembangkan mudah dipahami, karena teks di dalam buku dilengkapi oleh

65

gambar sehingga mampu memperjelas materi. Selain itu, buku pengayaan

tersebut dapat mengembangkan sikap sosial serta menumbuhkan motivasi

siswa untuk berpikir lebih jauh dan inovatif.

Pada aspek bahasa diperoleh hasil bahwa rata-rata aspek bahasa sebesar

83%. Hal ini menunjukkan bahwa buku pengayaan yang dikembangkan

menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta

komunikatif, informatif, lugas, santun, dan estetis sehingga pembaca

mampu memahami pesan positif yang disampaikan.

Pada aspek kegrafikan diperoleh hasil bahwa rata-rata aspek kegrafikan

sebesar 86,5%. Hal ini menunjukkan bahwa buku pengayaan yang

dikembangkan mempunyai cover buku yang menarik, tata letak isi buku

yang konsisten, penggunaan jenis huruf memiliki tingkat keterbacaan yang

tinggi, dicetak dengan cetakan jelas, tidak tembus set off, serta dijilid dengan

kuat dan rapi sehingga memudahkan pembaca dalam membuka buku.

Untuk mengetahui perhitungan kelayakan dari buku pengayaan kimia

berbasis kearifan lokal Kota Jakarta, maka dapat dilihat pada lampiran 19.

Tabel 4. 5 Kelayakan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal

Kota Jakarta

Aspek Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sub total

materi (A) 90 86 84 88 84 86 88 86 90 86

Sub total

penyajian

(B)

85 87 82 88 82 88 83 90 84 81

Sub total

bahasa

(C)

80 80 80 90 80 84 84 80 86 86

Sub total

kegrafikan

(D)

86 88 85 87 88 88 86 87 81 85

Total

(Ax0,4) +

(Bx0,3) +

(Cx0,2) +

(Dx0,1)

86,1 85,3 82,7 88,3 83 86,4 85,5 86,1 86,5 84,4

Rata-rata 85,43

Makna Layak dengan predikat sangat baik

66

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, hasil rata-rata yang diperoleh sebesar

85,43. Hal ini menunjukkan bahwa buku pengayaan kimia berbasis kearifan

lokal Kota Jakarta yang dikembangkan layak untuk digunakan dalam

pembelajaran kimia dengan predikat sangat baik.

B. Pembahasan

Jakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi, politik, dan pertumbuhan sosial

budaya (Suswandari, 2017, hlm. 20). Dalam pemahaman tentang Jakarta, selalu

terbesit dengan etnik Betawi. Etnik Betawi merupakan masyarakat asli Jakarta.

Untuk mempertahankan hidup dan menjawab tantangan yang ada dalam proses

interaksi sosial kaum pendatang di Jakarta maka terbentuklah kearifan lokal.

Kearifan lokal merupakan tradisi masyarakat untuk melestarikan dan mengelola

sumber daya yang ada (Sari, dkk. 2018). Kearifan lokal yang terbentuk dapat

dijadikan sebagai keunggulan budaya setempat maupun keunggulan kondisi

geografisnya (Panjaitan, dkk. 2014, hlm. 115). Setiap daerah memiliki kearifan

lokal yang berbeda-beda. Namun dengan adanya pengaruh globalisasi,

peningkatan teknologi dan transformasi budaya ke arah kehidupan yang modern

membuat kearifan lokal menghadapi tantangan terhadap eksistensinya

(Suswandari, 2017, hlm.40). Hal ini perlu mendapat perhatian khusus karena

kearifan lokal merupakan indentitas setiap daerah di Indonesia yang seharusnya

dilestarikan, diadaptasi atau bahkan dikembangkan lebih jauh.

Salah satu upaya yang dilakukan dunia pendidikan dalam mempertahankan

eksistensi kearifan lokal yaitu dengan menyelenggarakan pembelajaran berbasis

keunggulan lokal. Kemendikbud menyebut kearifan lokal sebagai keunggulan

lokal (Prasetyo, 2013). Penggunaan kearifan lokal dalam pembelajaran ini

memastikan ilmu pembelajaran tidak hanya memahami konsep, tetapi juga

memperkuat identitas Indonesia dengan berbagai budayanya (Parmin, dkk.

2015). Untuk mendukung pembelajaran tersebut khususnya pada pelajaran

kimia maka dibuatlah buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota

Jakarta.

67

Buku pengayaan adalah buku yang dijadikan sebagai penunjang buku teks

pelajaran yang dapat memperkaya pengetahuan siswa (Permendiknas, 2008).

Buku pengayaan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku

pengayaan non teks jenis pengayaan pengetahuan. Adapun karakteristik buku

pengayaan yang dikembangkan yaitu:

1. Buku ini memuat lima kearifan lokal Kota Jakarta yang berkaitan dengan

materi kimia SMA.

2. Buku ini memuat empat kompetensi kearifan lokal, yaitu kompetensi

personal, kompetensi berpikir, kompetensi sosial dan kompetensi

vokasional.

3. Buku ini dicetak menggunakan art papper dan berwarna sehingga dapat

menarik minat baca siswa.

4. Buku ini memasukan ayat-ayat alquran yang dapat meningkatkan nilai

religious pembaca.

5. Buku ini dapat menambah pengetahuan tentang materi kimia dan kearifan

lokal Kota Jakarta.

Untuk membuat buku pengayaan ini, maka diperlukan analisis terlebih

dahulu. Analisis dilakukan dengan melakukan wawancara kepada fungsional

umum pusat kurikulum dan perbukuan untuk mendapatkan informasi seputar

buku teks dan nonteks serta kepada tiga guru kimia SMA di Jakarta mengenai

bahan ajar yang digunakan dan ketersediaan buku pengayaan kimia berbasis

kearifan lokal. Berdasarkan hasil wawancara, bahan ajar yang digunakan dalam

proses pembelajaran kimia hanya sebatas buku teks pelajaran saja. Pada

umumnya buku teks pelajaran yang digunakan berasal dari pemerintah, dan

ditunjang oleh beberapa buku teks dengan penerbit lain, seperti buku teks

dengan penerbit nasional. Menurut Tinja, Towaf, dan Hariyono (2017)

pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal masih mengalami kesulitan

karena ketersediaan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat

masih belum memadai.

Hasil wawancara juga menyatakan bahwa guru tidak menggunakan buku

tambahan pengayaan selain buku teks, melainkan menggunakan buku tambahan

68

yang hanya berisi soal-soal OSN (Olimpiade Siswa Nasional). Padahal menurut

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 pasal 6 ayat (3),

dalam pembelajaran kimia selain menggunakan buku teks pelajaran ada juga

buku yang dapat digunakan selain buku teks pelajaran, yaitu buku pengayaan.

Buku pengayaan yang dimaksud dalam pusat kurikulum dan perbukuan (2014,

hlm. 7) yaitu buku yang menyajikan materi tetapi tidak dilengkapi dengan soal-

soal ataupun lainnya yang menuntut siswa untuk mengukur pemahaman mereka

terhadap buku yang mereka baca. Buku pengayaan ini juga hanya sebagai

pelengkap dari buku teks pelajaran, bukan dijadikan sumber utama dalam

proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara, pada proses pembelajaran kimia, belum ada

guru yang mengaitkan kimia dengan kearifan lokal Kota Jakarta dan hanya

sebatas mengaitkan kimia dengan kontekstual kehidupan sehari-hari. Hal ini

dikarenakan masih terbatasnya sumber atau referensi mengenai keterkaitan

antara kimia dengan kearifan lokal Kota Jakarta. Padahal buku pengayaan kimia

berbasis kearifan lokal Kota Jakarta ini dibutuhkan dalam proses pembelajaran

kimia karena selain dapat memperkaya pengetahuan tentang kimia, siswa juga

bisa mengenal dan mengembangkan kearifan lokal daerahnya. Hal ini didukung

oleh penelitian Subiyanto dan Siregar (2018) yang menyatakan bahwa

pembelajaran kimia dengan menggunakan modul berbasis kearifan lokal dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, dan juga diperkuat oleh Peraturan Gubernur

Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 205 tahun 2009 Bab II Pasal 3

yang menyatakan bahwa pendidikan berbasis keunggulan daerah pada sekolah

dasar dan menengah adalah sebagai cara untuk mengembangkan potensi,

ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat di Kota Jakarta.

Selain analisis bahan ajar yang digunakan dan ketersediaan buku pengayaan

kimia berbasis kearifan lokal, dilakukan juga analisis kearifan lokal Kota

Jakarta. Analisis ini dilakukan dengan studi literatur dan studi langsung.

Analisis Studi literatur dilakukan sebagai tahap awal untuk mencari sumber-

sumber data dari berbagai sumber, seperti buku, internet maupun peraturan

gubernur DKI Jakarta mengenai kearifan lokal Kota Jakarta. Sedangkan studi

69

langsung dilakukan dengan survei lapangan, seperti mewawancarai pengelola

Kawasan Setu Babakan dibawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

serta para penjual kuliner dan pengrajin batik Betawi yang menjadi ciri khas

Jakarta yang bertujuan untuk memperkuat hasil studi literatur yang telah

didapatkan. Setelah mendapatkan hasil dari studi literatur dan studi langsung,

maka ditetapkan ada lima kearifan lokal Kota Jakarta yang akan dituangkan ke

dalam buku pengayaan kimia yaitu kerak telor, roti buaya, dodol Betawi, bir

pletok, dan batik Betawi.

Untuk menentukan materi yang akan dimasukkan ke dalam buku pengayaan

maka dilakukan analisis materi. Analisis materi yang dilakukan menyesuaikan

materi kimia SMA dengan kearifan lokal Kota Jakarta. Materi yang dimasukkan

harus sesuai dengan KI dan KD karena menurut pusat kurikulum dan perbukuan

isi buku harus sesuai dengan sebagian lingkup materi kimia SMA dan tingkat

kompetensi standar isi, baik secara langsung maupun tidak, namun bukan

merupakan penjabaran keseluruhan Kompetensi Dasar dalam Standar Isi untuk

mata pelajaran dan kelas tertentu (Puskurbuk, 2014, hlm. 17). Penentuan

indikator didasarkan pada empat kompetensi kearifan lokal, yaitu kompetensi

personal, kompetensi berpikir, kompetensi sosial, dan kompetensi vokasional

(Asmani, 2012, hlm. 114-115).

Buku pengayaan yang dikembangkan ini berukuran B5 (17,6 cm x 25 cm)

dengan orientasi kertas portrait dan margin (kiri, kanan, atas, dan bawah)

masing-masing 1 cm. dalam penulisan buku pengayaan ini hanya menggunakan

satu jenis huruf yaitu calibri, karena menurut puskurbuk (2014, hlm. 28)

penggunaan jenis huruf tidak boleh melebihi dari dua jenis huruf serta

penggunaan efek huruf tidak berlebihan. Calibri merupakan jenis huruf serif

karena huruf ini bersifat cepat dibaca sehingga pada saat membaca dapat

dilakukan dengan cepat dan lebih nyaman (Kusrianto, 2006, hlm. 46).

Buku pengayaan ini terdapat tiga komponen unsur buku, yaitu bagian awal,

bagian isi, dan bagian akhir. Penyusunan ini menggunakan konsistensi format

dari halaman ke halaman (Arsyad, 2014, hlm. 85). Kulit buku ini terbuat dari

kertas art paper yang lebih tebal dari kertas isi buku dan dijilid dengan lem

70

(perfect binding). Kulit buku terdiri dari judul buku, ilustrasi, nama penulis dan

instansi. Judul buku pengayaan ini yaitu “Jakarta dalam Kimia” dan ilustrasi

pada sampul buku ini mejelaskan mengenai kearifan lokal yang dimuat di dalam

buku pengayaan ini. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniasari, Rusilowati

dan Subekti (2014) bahwa ilustrasi yang digunakan untuk sampul buku harus

mencerminkan isi buku dan tidak berlebihan. Di dalam buku ini juga dilengkapi

dengan panduan penggunaan buku yang berfungsi untuk memudahkan pembaca

dalam memahami fungsi dari bagian-bagian buku pengayaan. Menurut

Subiyanto dan Siregar (2018), panduan penggunaan buku dapat memudahkan

peserta didik untuk belajar mandiri.

Bagian isi buku memuat 5 bab mengenai kearifan lokal Kota Jakarta yang

berkaitan dengan materi kimia SMA, yaitu kerak telor, roti buaya, dodol

Betawi, bir pletok, dan batik Betawi. Materi kimia SMA yang berkaitan dengan

kearifan lokal Kota Jakarta di antaranya, yaitu makromolekul, tata nama

senyawa, persamaan reaksi, laju reaksi, hidrokarbon, minyak bumi, koloid,

senyawa karbon, benzena dan turunannya, asam dan basa, titrasi asam-basa,

ikatan kimia, serta ikatan antarmolekul. Pada setiap bab terdapat mind mapping

yang berfungsi untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi bab tersebut.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Fauziah, Masykuri, dan Nugroho (2013)

bahwa mind mapping berfungsi untuk meringkas materi yang akan disajikan ke

dalam bentuk peta agar pembaca lebih mudah memahaminya. Uraian materi

yang disajikan juga dilengkapi dengan gambar-gambar dan ilustrasi yang

mendukung sehingga dapat menarik minat pembaca. Hal ini sejalan dengan

penelitian Qomariyah, Desnita, dan Permana (2016) bahwa dengan adanya

gambar dan ilustrasi yang mendukung dapat memudahkan pembaca untuk

memahami materi yang disajikan. Selain itu, gambar juga membuat pembaca

tertarik dan termotivasi untuk belajar (Maulana, Desnita, dan Raihanati, 2018).

Di dalam materi juga memuat kompetensi kearifan lokal, seperti kompetensi

personal, kompetensi berpikir, kompetensi sosial, dan kompetensi vokasional.

Bagian isi buku pengayaan juga terdapat bagian fokus kimia yang berisi

cuplikan materi kimia SMA yang terdapat di dalam kotak. Penggunaan kotak

71

bertujuan untuk penekanan informasi penting yaitu materi kimia SMA (Arsyad,

2014, hlm. 88). Selain itu, setiap akhir bab terdapat ayat-ayat Alquran yang

dapat meningkatkan nilai religious pembaca. Hal ini sejalan dengan penelitian

Amir, Soendjoto, dan Dharmono (2016) bahwa ayat Alquran dapat memberikan

motivasi pembaca untuk mempelajari dan mempraktikan ajaran dan nilai-nilai

yang terkandung di dalam Alquran. Pada bagian akhir buku terdapat daftar

pustaka adan glosarium. Karena menurut puskurbuk (2014, hlm. 18), buku

pengayaan wajib terdapat daftar pustaka dan dilengkapi dengan glosarium.

Daftar pustaka merupakan kumpulan sumber-sumber yang digunakan sebagai

acuan dalam penulisan buku dan disusun secara alphabet (A-Z) (Permendikbud,

2016). Glosarium berfungsi untuk memudahkan pembaca mencari arti kata

yang sulit (Zunaidah dan Amin, 2016).

Setelah penyusunan buku selesai, maka tahap selanjutnya yaitu validasi.

Validasi dilakukan untuk menghasilkan buku dengan validitas yang tinggi.

Validasi ini dilakukan dengan cara seseorang atau beberapa ahli menilai buku

yang dikembangkan menggunakan instrumen validasi (Akbar, 2017, hlm. 37).

Pada validasi buku pengayaan ini dilakukan oleh tiga orang dosen ahli, yaitu

dua dosen ahli pendidikan kimia dan satu orang dosen ahli media pembelajaran.

Penilaian dan saran dari para ahli lalu menjadi bahan pertimbangan untuk

merevisi dan memperbaiki buku pengayaan yang sudah dibuat sehingga

produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik lagi (Hartagung,

Sunaryo, dan Fahdiran, 2018).

Revisi dilakukan setelah peneliti mendapatkan hasil dari validasi yang

berupa masukan dari validator. Masukan dari validator di antaranya masih

terdapat beberapa yang perlu diperbaiki, seperti gambar yang tidak jelas,

kurangnya gambar yang mendukung konten kimia, wacana yang terlalu banyak

sehingga konten kimia tidak terlihat dan kesalahan dalam penulisan. Pada

gambar yang tidak jelas dilakukan perubahan dengan mencari gambar yang

lebih jelas, karena menurut Puskurbuk (2014, hlm. 28) foto yang digunakan

harus mempunyai detail foto yang jelas (tidak moiré). Kurangnya gambar yang

menjelaskan konten kimia di revisi dengan menambahkan beberapa gambar

72

yang mendukung konten kimia. Penambahan gambar hendaknya

memperhatikan aspek hubungan antara gambar dan teks bacaan. Gambar yang

ditambahkan harus mampu menjelaskan dan mempermudah memahami teks

bacaan (Prasetiyo dan Perwiraningtyas, 2017).

Wacana yang terlalu banyak dan kesalahan dalam penulisan juga menjadi

perhatian validator, karena wacana yang terlalu banyak membuat konten kimia

tidak terlalu terlihat. Oleh karena itu perbaikan dilakukan dengan menyesuaikan

wacana yang tidak terlalu banyak sehingga konten kimia lebih terlihat. Menurut

Amri dan Ahmadi (2010, hlm. 162) teks pada buku tidak boleh terlalu sedikit

atau tidak boleh terlalu banyak. Karena apabila terlalu sedikit akan kurang

membantu tercapainya kompetensi dasar. Sedangkan apabila terlalu banyak

maka tidak efektif. Kesalahan dalam penulisan, seperti kesalahan ejaan,

maupun bahasa yang kurang komunikatif juga perlu dilakukan perbaikan. Hal

ini dikarenakan penggunaan Bahasa sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia

Yang Disempurnakan (EYD) dan bahasa yang komunikatif dapat

mempermudah siswa dalam memahami kata-kata, kalimat ataupun paragraph

yang ada di dalam buku (Kurniasari, dkk, 2014). Sedangkan menurut

Qomariyah, dkk. (2016) bahwa penyajian materi dengan menggunakan bahasa

yang komunikatif dapat membuat pembaca seperti berbicara dua arah dengan

penulis. Setelah dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan dari validator

maka buku pengayaan kearifan lokal Kota Jakarta siap diuji coba terbatas.

Uji coba terbatas dilakukan kepada sepuluh guru kimia SMA yang berada

di Kota Jakarta. Uji coba dilakukan dengan cara responden membaca

keseluruhan buku pengayaan kimia lalu menilai buku dengan menggunakan

instrumen yang berupa angket. Instrumen yang digunakan ini berasal dari Pusat

Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Angket ini terdiri dari 15 pernyataan yang berasal dari empat aspek, yaitu

aspek materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan aspek kegrafikan. Hasil dari

angket ini kemudian dianalisis untuk memperoleh data berupa respon guru

terhadap buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.

73

Pada aspek materi terdapat empat butir pernyataan dengan persentase rata-

rata sebesar 87%. Butir yang memiliki nilai yang paling tinggi sebesar 88%

yaitu butir kedua dengan pernyataan materi merupakan karya orisinal (bukan

hasil plagiat). Hal ini menunjukkan bahwa buku yang dikembangkan memiliki

orisinalitas yang baik dan bukan hasil plagiat. Butir selanjutnya yang memiliki

nilai yang tinggi yaitu butir pertama dengan pernyataan materi mampu menjaga

persatuan dan kesatuan, dan tidak mengandung unsur pornografi, paham

ekstrimisme, radikalisme, kekerasan, SARA, bias gender, dan nilai

penyimpangan lainnya dan butir keempat dengan pernyataan materi

memaksimalkan penggunaan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi

Jakarta dan erat dengan konteks kearifan lokal Jakarta yang berkaitan dengan

kimia SMA dengan persentase masing-masing sebesar 87%. Hal ini

menunjukkan bahwa buku yang dikembangkan tidak mengandung unsur

pornografi ataupun SARA, dan penggunaan sumber kearifan lokal yang

berkaitan dengan kimia SMA sudah maksimal dengan kategori sangat baik.

Butir yang paling rendah yaitu butir ketiga sebesar 86% dengan pernyataan

materi memiliki kebenaran keilmuan, sesuai dengan perkembangan ilmu yang

mutakhir, sahih, dan akurat. Walaupun demikian, butir ini masih dalam kategori

sangat baik. Secara umum hal ini sama dengan penelitian Jannah dan

Dwiningsih (2013) yang memiliki persentase kelayakan materi sebesar 80,53%

karena dalam buku yang dikembangkan terdapat kesesuaian materi pokok buku

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Pada aspek penyajian terdapat empat butir pernyataan dengan rata-rata

aspek sebesar 85%. Butir yang memiliki nilai yang paling tinggi yaitu butir

pertama dan butir kedua dengan masing-masing aspek sebesar 88% dan masuk

ke dalam kategori sangat baik. Pada butir pertama dengan pernyataan materi

disajikan secara utuh (runtut, koheren, lugas, mudah dipahami, dan interaktif)

ini sesuai dengan pernyataan Martin HB (2012) bahwa penyajian suatu bahan

ajar dinilai baik apabila materi disajikan secara konsisten, sistematis, dan runtut

sehingga mampu membantu siswa dalam memahami isi bahan ajar. Sedangkan

butir kedua dengan pernyataan materi, baik teks maupun gambar menarik sesuai

74

dengan tingkat perkembangan usia pembaca, dan mampu memperjelas materi

ini sesuai dengan pernyataan Qomariyah, dkk (2016) bahwa adanya gambar dan

ilustrasi dapat memudahkan siswa untuk memahami materi yang disajikan.

Butir yang paling rendah yaitu butir ketiga dan butir kempat dengan presentase

masing-masing sebesar 82% dengan kategori sangat baik. Butir ketiga dengan

pernyataan materi disajikan agar dapat mengembangkan sikap spiritual dan

sosial ini sesuai dengan pernyataan Amir, dkk (2016) bahwa memasukkan

cuplikan ayat Alquran pada bahan ajar merupakan salah satu cara agar siswa

mampu mengamalkan ajaran agama dan dapat membuat siswa termotivasi

untuk mempraktikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Alquran. Sedangkan

butir keempat dengan pernyataan materi disajikan agar dapat mengembangkan

pengetahuan yang menumbuhkan motivasi untuk berpikir lebih jauh dan

inovatif ini memiliki arti bahwa buku pengayaan ini dapat mengembangkan

pengetahuan siswa karena tidak hanya berisi materi kimia saja melainkan juga

berisi materi kimia yang dikaitkan dengan kearifan lokal Kota Jakarta.

Pada aspek bahasa terdapat dua butir pernyataan. Namun pada aspek ini

tidak ada butir yang memiliki nilai tertinggi ataupun terendah, karena kedua

butir tersebut memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 83%. Hal ini

menunjukkan bahwa di dalam buku pengayaan ini sudah menggunakan bahasa

yang komunikatif, informatif, lugas, santun, estetis, serta bahasa yang

digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar

sehingga pembaca mampu memahami pesan positif yang disampaikan, Menurut

Kurniasari, dkk (2014), penggunaan bahasa yang komunikatif, pesan yang

disajikan dengan bahasa yang menarik, jelas, tepat sasaran, tidak menimbulkan

makna ganda (kalimat efektif), dan lazim dalam komunikasi tulis bahasa

Indonesia dapat mendorong siswa untuk mempelajari buku tersebut secara

tuntas.

Aspek yang terakhir yaitu aspek kegrafikan. Pada aspek kegrafikan terdapat

lima butir pernyataan. Butir yang memiliki nilai yang paling tinggi sebesar 90%

yaitu butir kelima dengan pernyataan fisik buku (ukuran buku, kertas, hasil

cetakan, dan penjilidan). Hal ini menunjukkan bahwa fisik buku yang

75

dikembangkan sangat baik karena penjilidan kuat dan rapi, ukuran buku sudah

disesuaikan tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, serta kertas yang digunakan

juga kertas yang tebal, sehingga hasil cetakan tidak tembus (set-off) (Puskurbuk,

2016).

Butir yang memiliki nilai tertinggi kedua dalam aspek kegrafikan yaitu butir

pertama sebesar 86,5% mengenai desain kulit buku. Hal ini menunjukkan

bahwa kulit buku menarik, karena ilustrasi yang digunakan dalam kulit buku

sudah sesuai dengan isi, jenis huruf yang digunakan memiliki keterbacaan yang

tinggi, serta selaras antara kulit depan dan kulit belakang buku. Hal ini sejalan

dengan penelitian Jannah dan Dwiningsih (2013) yang menyatakan bahwa kulit

buku yang sesuai dengan isi buku dapat menarik minat siswa untuk

menggunakannya.

Butir yang memiliki nilai tertinggi ketiga dalam aspek kegrafikan yaitu butir

kedua sebesar 86% mengenai tata letak (layout) isi buku. Hal ini menunjukkan

bahwa tata letak sudah menggunakan sistematika yang konsisten antara kulit

buku dengan isi buku. Menurut Kurniasari, dkk (2014), penggunaan ilustrasi

pada kulit buku tidak berlebihan dan dapat mencerminkan isi dari buku

pengayaan.

Butir yang memiliki nilai terendah dalam aspek kegrafikan yaitu butir ketiga

dan keempat sebesar 85% mengenai jenis huruf dan ilustrasi dalam isi/materi

buku. Walaupun butir ketiga dan keempat terendah, tetapi butir ini masih masuk

ke dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa jenis huruf yang

digunakan konsisten, memiliki keterbacaan yang tinggi, serta ilustrasi yang

digunakan dapat memperjelas isi. Menurut Jannah dan Dwiningsih (2013)

konsistensi ukuran huruf pada isi buku dapat menjadikan buku nyaman untuk

dibaca, sehingga tidak menimbulkan rasa bosan bagi pembacanya.

Setelah menganalisis setiap aspek pada angket buku pengayaan yang

dikembangkan, maka tahap selanjutnya yaitu analisis kelayakan. Analisis

kelayakan ini menggunakan perhitungan yang berasal dari pusat kurikulum dan

perbukuan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil sebesar 85,43. Hal ini

76

menunjukkan bahwa buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota

Jakarta layak dengan predikat sangat baik.

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pengembangan buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta

ini menggunakan model pengembangan ADDIE (analysis, design, develop,

implementation, and evaluate), namun penelitian ini hanya dibatasi sampai

tahap implementasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif dimana bagian yang dideskripsikan yaitu proses pengembangan buku

pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.

Tahap analisis terdiri dari analisis kebutuhan buku pengayaan kimia

berbasis kearifan lokal Kota Jakarta dan analisis kearifan lokal Kota Jakarta.

Pada tahap analisis kebutuhan ini dilakukan wawancara kepada fungsional

umum pusat kurikulum dan perbukuan untuk mendapatkan informasi seputar

buku teks dan nonteks serta wawancara kepada tiga orang guru kimia SMA

Negeri di Jakarta untuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan buku

pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta. Sedangkan pada tahap

analisis kearifan lokal Kota Jakarta dilakukan studi literatur dari berbagai

sumber seperti buku, internet maupun peraturan gubernur DKI Jakarta dan studi

langsung dilakukan dengan mewawancarai pengelola Kawasan Setu Babakan

dibawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta para penjual kuliner

dan pengrajin batik Betawi yang menjadi ciri khas Jakarta. Kemudian pada

tahap desain dilakukan analisis materi kimia, analisis KI dan KD serta analisis

indikator buku pengayaan yang berkaitan dengan lima kearifan lokal yang

dikembangkan yaitu kerak telor, roti buaya, dodol Betawi, bir pletok dan batik

Betawi. Materi kimia yang berkaitan dengan kearifan lokal Kota Jakarta di

antaranya makromolekul, tata nama senyawa, persamaan reaksi, laju reaksi,

hidrokarbon, minyak bumi, koloid, senyawa karbon, benzena dan turunannya,

asam dan basa, titrasi asam-basa, ikatan kimia, serta ikatan antarmolekul.

Dalam tahap desain juga dilakukan penentuan instrumen validasi buku

pengayaan serta penentuan desain buku pengayaan kimia berbasis kearifan

78

lokal Kota Jakarta. Tahap pengembangan dilakukan penyusunan buku

pengayaan dan validasi buku pengayaan oleh para ahli. Validasi dilakukan oleh

dua dosen ahli kimia dan satu orang dosen sebagai ahli media pendidikan.

Tahap terakhir yaitu implementasi yakni pada tahap ini dilakukan uji coba

terbatas dan pemberian angket kepada 10 guru bidang studi kimia SMA di Kota

Jakarta untuk mengetahui respon guru terhadap buku yang dikembangkan.

Berdasarkan penilaian angket respon guru kimia terhadap buku kimia

berbasis kearifan lokal Kota Jakarta memiliki skor akhir sebesar 85,43 yang

bermakna bahwa buku pengayaan ini termasuk ke dalam kategori layak dengan

predikat sangat baik. Persentase pada aspek materi, penyajian, bahasa dan

kegrafikan secara berturut-turut adalah 87%, 85%, 83% dan 86,5% dengan

kategori pada masing-masing aspek sangat baik. Selain penilaian kuantitatif,

terdapat tanggapan guru secara kualitatif yang menyatakan bahwa buku

pengayaan ini sangat baik. Berdasarkan hasil penilaian kualitatif dan kuantitatif

yang diperoleh dari hasil angket dan respon guru secara umum buku pengayaan

kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta ini sangat baik dan layak untuk

dijadikan buku referensi dalam pembelajaran kimia.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mempunyai

saran sebagai berikut:

1. Buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta hendaknya lebih

banyak memasukkan kearifan lokal Kota Jakarta.

2. Bagi peneliti selanjutnya buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal

Kota Jakarta ini dapat disebarkan pada kalangan yang lebih luas.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui respon siswa terhadap buku pengayaan kimia berbasis kearifan

lokal Kota Jakarta.

4. Pengembangan buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta

ini diharapkan menjadi cikal bakal untuk para guru mata pelajaran lain

menyusun buku pengayaan berbasis kearifan lokal Kota Jakarta

79

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. (2017). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Amir, Soendjoto, M. A., & Dharmono (2016). Validitas Bahan Ajar Pengayaan IPA

SMP/MTs Berbasis Riset Perilaku Monyet Ekor Panjang (Mocaca

Fascicularis, Raffles) di Hutan Karet. Proceeding Biology Education

Conference, 13(1): 58-62.

Amri, S., & Ahmadi, I. K. (2010). Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.

Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Anggraini, P., & Kusniarti, T. (2015). The Insertion of Local Wisdom into

Instructional Bahasa Indonesia for 10th Grade Students in Senior High School.

Journal of Education and Practice, 6(33): 89-92.

Ardan, A. S., Ardi, M., Hala, Y., Supu, A., & Dirawan, G. D (2015). Needs

Assessment to Development of Biology Textbook for High School Class X-

Based the Local Wisdom of Timor. International Education Studies, 8(4): 52-

59.

Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Asmani, J. M. (2012). Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Jogjakarta: Diva

Press.

Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: BPS

Provinsi DKI Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP Press.

Brady, J. E. (1999). Kimia Universitas Azas & Struktur Edisi Kelima Jilid Satu.

Jakarta: Binarupa Aksara.

Branch, R. M. (2009). Instructional Design: ADDIE Approach. USA: University

of Georgia.

80

Chang, R. (2003). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:

Erlangga.

Chusorn, P., Ariratana, W., & Chusorn, P. (2013). Strategy Challenges the Local

Wisdom Applications Sustainability in Schools. Procedia-Social and

Behavioral Sciences, 112(2014): 626-634.

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia

Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum dan

Balitbang.

-----. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal

Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Atas.

Fauziah L, N., Masykuri, M., & Nugroho C.S, A. (2013). Studi Komparasi Metode

Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) Menggunakan

Peta Pikiran (Mind Mapping) Dan Peta Konsep (Concept Mapping) Terhadap

Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Periodik Unsur Siswa Kelas

X Semester Ganjil SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2013.

Jurnal Pendidikan Kimia, 2(2): 132-139.

Fessenden & Fessenden. (1986). Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Hartagung, R. T., Sunaryo, & Fahdiran, R. (2018). Pengembangan Buku Pengayaan

Pengetahuan “Dari Evolusi Binatang Hingga Gelombang Gravitasi” untuk

Siswa SMA. Seminar Nasional Fisika, VII: 78-83.

Hidayati, D. (2016). Memudarnya Nilai Kearifan Lokal Masyarakat dalam

Pengelolaan Sumber Daya Air. Jurnal Kependudukan Indonesia, 11(11): 39-

48

Jannah, D. F., & Dwiningsih, K. (2013). Kelayakan Buku Ajar Kimia Berorientasi

Quantum Learning Pada Materi Pokok Kimia Unsur Untuk Siswa Kelas XII

SMA. Unesa Journal of Chemical Education, 2(2): 163-170.

Kurniasari, D. A., Rusilowati, A., & Subekti, N. (2014). Pengembangan Buku

Suplemen IPA Terpadu dengan Tema Pendengaran Kelas VIII. Unnes Science

Education Journal, 3(2): 462-467.

81

Kusrianto, A. (2006). Mendesain Publikasi Cetak dengan Microsoft Word. Jakarta:

PT Elex Media Computindo.

Leo, S., A. (2015). The Development of Local Wisdom Based Social Science

Learning Model with Bengawan Solo as the Learning Source. American

International Journal of Social Science, 4(4):51-58.

Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Maryam, S. (2012). Strengthening the Character: Upload Ethics in Indonesia

Language Study Pass by Suplementary Books. International Journal for

Education Studies, 5(1): 39-50.

Martin HB, F., P. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Science Enterpreneurship

Berbasis Hasil Penelitian Untuk Mendukung Program Kreativitas Mahasiswa.

Jurnal Penelitian Pendidikan, 29(2): 101-108.

Maulana, S., Desnita, & Raihanati. (2018). The Development of Knowledge

Enrichment Books Concerning Ice and Snow Physical Studies for High School

Students. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika, 2(2): 83-

90.

Mukminan. (2011). Perspektif Teori dan Praktik Implementasi Sekolah Berbasis

Keunggulan Lokal. Seminar Nasional Pekan Ilmiah Mahasiswa Se-NTB: 1-11.

Panjaitan, A. P., Darmawan, A., Maharani, Purba, I. R., Rachmad, Y., &

Simanjutak, R. (2014). Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan. Jakarta:

Yayasan Utama Obor Indonesia.

Parmin, Sajidan, Ashadi & Sutikno. (2015). Skill Of Prospective Teacher In

Integrating The Concept Of Science With Local Wisdom Model. Jurnal

Pendidikan IPA Indonesia, 4(2): 120-126.

Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Ibukota Jakarta. (2009). Penyelenggaraan

Pendidikan Berbasis Keunggulan Daerah. Jakarta: Berita Daerah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 196.

-----. (2017). Ikon Budaya Betawi. Jakarta: Gubernur Provinsi Daerah Khusus

Ibukota Jakarta

82

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2005). Buku Teks

Pelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

-----. (2008). Buku. Jakarta: Departemen Menteri Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Buku yang digunakan oleh

Satuan Pendidikan. Jakarta: Berita Negara Republik Indonesia Nomor 351.

-----. (2016). Petunjuk Teknis Pedoman Buku yang dgunakan oleh Satuan

Pendidikan. Jakarta: Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 61007.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19. (2005). Standar Nasional

Pendidikan. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

41.

Petrucci, R. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid

1. Jakarta: Erlangga.

Prasetiyo, N. A, & Perwiraningtyas. (2017). Pengembangan Buku Ajar Berbasis

Lingkungan Hidup Pada Matakuliah Biologi Biologi di Universitas

Tribhuwana Tunggadewi. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 3(1): 19-27.

Prasetyo, Z. K. (2013). Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal. Seminar

Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika: 1-14.

Priambodo, A. (2011). Revitalisasi Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dalam

Bingkai KTSP. Jurnal Insania, 16(1): 1-14.

Puskurbuk, (2014). Pedoman Penilaian Buku Nonteks. Jakarta: Kemendikbud.

----- (2016). Instrumen dan Rubrik Penilaian Buku Pengayaan Pengetahuan.

Jakarta: Kemendikbud.

----- (2016). Instrumen dan Rubrik Penilaian Buku Pengayaan Kegrafikan. Jakarta:

Kemendikbud.

Purwanto, N. (2012). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya

Qomariyah, N., Desnita, & Permana, H. (2016). Pengembangan Buku Pengayaan

Pengetahuan Kajian Fisis Fenomena Gunung Berapi untuk Siswa SMA.

Prosiding SNIPS, 607-613.

Riduwan. (2011). Dasar-dasar Statistika. Bandung: ALFABETA

83

-----. (2012). Dasar-dasar Statistika. Bandung: ALFABETA

Sari, R., Harijanto, A., & Wahyuni, S. (2018). Pengembangan LKS IPA Berbasis

Kearifan Lokal Kopi pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi di SMP. Jurnal

Pembelajaran Fisika, 7(1): 70-77.

Sarker, SD., & Nahar, L. (2007). Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi Bahan Organik,

Alam dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sitepu, B. P. (2012). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Subijanto. (2015). Kebijakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan, 21(2):115-134.

Subiyanto, & Siregar, T. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Pada

Materi Sistem Periodik Unsur Berbasis Kearifan Lokal Papua Peserta Didik

Kelas X SMA Negeri 4 Jayapura. Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia, 6(3): 71-

82.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: ALFABETA.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sumarlin, L. O. (2013). Biokimia Dasar-dasar Biomolekul dan Konsep

Metabolisme. Jakarta: Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Jakarta

Suswandari. (2016). Pemahaman Sejarah, Budaya, dan Kearifan Lokal Etnik

Betawi pada Guru Sekolah Dasar di Wilayah DKI Jakarta. Prosiding Kolokium

Doktor dan Seminar Hasil Penelitian Hibah.

-----. (2017). Kearifan Lokal Etnik Betawi (Mapping Sosio-kultural Masyarakat

Asli Jakarta). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tampubolon, E. H. M. (2015). Inovasi Model Bahan Ajar Unsur-unsur Kimia

Berbasis Kearifan Lokal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

HKBP Nommensen Medan. Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN, 3(1): 100-

108.

84

Tinja, Y., Towaf, S. M., & Hariyono. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Tematik

Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Upaya Melestarikan Nilai Budaya Pada

Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, 2(9): 1257-1261

Trisnawaty, A. E. (2013). Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. National

Conference on Economic Education: 45-54.

Undang-undang Republik Indonesia. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Wagiran. (2011). Pengembangan Model Pendidikan Kearifan Lokal dalam

Mendukung Pembangunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2020. Jurnal

Penelitian dan Pengembangan, 3(3):85-100.

Zunaidah, F. N., & Amin, M. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah

Bioteknologi Berdasarkan Kebutuhan dan Karakter Mahasiswa Universitas

Nusantara PGRI Kediri. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(1), 19-30.

85

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Buku Pengayaan

a. Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No. Aspek Indikator

1. Bahan Ajar Kurikulum yang digunakan di sekolah

Bahan ajar yang digunakan di sekolah

Kelebihan dan kekurangan bahan ajar yang

digunakan

Seberapa penting buku pengayaan digunakan dalam

proses pembelajaran

2. Kearifan Lokal Seberapa penting pengenalan kearifan lokal dalam

proses pembelajaran

Seberapa penting kearifan lokal dikembangkan

dalam proses pembelajaran

Seberapa besar kearifan lokal Jakarta yang dikaitkan

dalam proses pembelajaran

Tanggapan mengenai pengembangan buku

pengayaan kimia berbasis kearifan lokal

86

b. Hasil Wawancara Guru

No. Pertanyaan

Narasumber

1 2 3

1. Kurikulum apa yang

digunakan disekolah ini? Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013

2. Dalam proses

pembelajaran kimia bahan

ajar apa yang digunakan

dan apa penerbitnya?

Penerbitnya macam-macam,

yang dari sekolah itu yang dari

dana BOS seperti SPM, ada

yang yudhistira untuk buku

teksnya. Kelas x, xi beda-beda

sih penerbitnya. Kalau buku

dari pemerintah itu biasanya

buku paket.

Biasanya buku dari dinas, kalau

yang biasa kita pakai

penerbitnya erlangga.

3 atau 4 buku yang saya

gunakan. Terkadang suka

beda buku beda materi. Sri

rahayu, soal-soal OSN,

grafindo, nana sutresna,

Michael purba, penjelasan

suka pakai nana sutresna.

3. Apa kelebihan dan

kekurangan dari bahan ajar

yang digunakan?

Kelebihannya itu ada contoh

soalnya, dan kekurangannya

Kelebihannya itu simple jadi

anak-anak mudah mempelajari.

Kalau kekurangannya karena

Kelebihannya ada tingkatan

soal dari yang mudah sampai

yang susah. Kalau

87

No. Pertanyaan

Narasumber

1 2 3

itu biasanya sih latihan

soalnya kurang banyak.

kimia itu luas jadi kalau untuk

dicakup hanya 1 buku ini saja

kurang.

kekurangannya terkadang

tidak ada rumus sehingga

anak kesulitan

4. Selain buku teks, apakah

ada buku pengayaan yang

digunakan dalam

pembelajaran kimia?

Kalau saya tidak

mengharuskan, terserah

mereka mau menggunakan

tambahan dari sumber mana

saja. Biasanya buku tambahan

yang digunakan yang hanya

ada di perpustakaan saja.

Biasanya hanya berisi soal-

soal untuk latihan ujian.

Paling hanya membaca buku

buku tambahan kimia selain

yang digunakan disekolah.

Tidak ada. Paling hanya

buku pengayaan yang berisi

soal-soal saja.

88

No. Pertanyaan

Narasumber

1 2 3

5. Apakah buku pengayaan

dibutuhkan dalam

pembelajaran kimia?

Dibutuhkan. Sangat dibutuhkan, karena

infomasi terlalu sederhana

kalau dibuku teks saja.

Dibutuhkan, karena dapat

menambah ilmu.

6. Seberapa penting buku

pengayaan digunakan

disekolah?

Penting untuk memperdalam

materi karena memperbanyak

sumber.

Sangat penting, apalagi untuk

anak-anak sebagai pengetahuan

tambahan.

Penting banget, agar bisa

dijadikan sebagai pelengkap

buku teks.

7. Perlu atau tidakkah

pengenalan kearifan lokal

kepada siswa dalam proses

pembelajaran kimia?

Perlu juga, agar kimia menjadi

menarik tidak menjadi

momok yang menakutkan

lagi. Karena banyak siswa

yang bilang kimia itu susah

dan menakutkan.

Perlu, setidaknya untuk

melestarikan kearifan lokal dan

menjadikan kearifan lokal

menjadi terkenal di nasional

bahkan internasional.

Perlu banget. Kalau di

Jakarta kayaknya belum

terlalu kelihatan. Waktu saya

nonton di kick andy ada

daerah yang menghasilkan

karbonit dari singkong.itu

menggali apa yang kita

89

No. Pertanyaan

Narasumber

1 2 3

punya, karena tidak semua

daerah punya seperti itu.

8. Pernahkah dalam proses

pembelajaran kimia

menggambarkan kearifan

lokal Kota Jakarta?

Masih belum. Karena disini

anaknya masih regular ya jadi

tidak sempat untuk

mengajarkan diluar buku teks.

Yang di dalam buku teks saja

harus diulang ulang terus dan

waktunya terbatas.

Pernah, namun tidak semua

materi menggambarkan

kearifan lokal. Misalnya pada

materi indikator asam basa,

kalau tidak mempunyai

indikator universal kita bisa

menggunakan kearifan lokal

yang ada disekitar seperti kayu

secang.

Pernah tapi baru sedikit,

karena saya belum tahu apa

saja kearifan lokal yang bisa

diambil di Jakarta. Saya

pernah mengajarkan untuk

menggunakan pewarna

secang yang biasa dijadikan

bahan minuman bir pletok

untuk dijadikan pewarna

batik. Baru itu saja yang

pernah saya coba.

90

No. Pertanyaan

Narasumber

1 2 3

9. Apakah buku yang ada saat

ini sudah menggambarkan

kearifan lokal Kota

Jakarta?

Belum ada di penerbit

penerbit yang biasa.

Belum ada. Kalau untuk Jakarta belum

ada.

10. Bagaimana pandangan

Ibu/Bapak mengenai buku

pengayaan berbasis

kearifan lokal Kota

Jakarta?

Bagus. Penerapannya

kimianya itu jadi lebih

diterapkan tidak hanya

teoritisnya saja.

Sudah bagus, mungkin harus

lebih banyak lagi yang dikupas

dan buku yang menggambarkan

kearifan lokal diperbanyak.

Kalau ada buku seperti itu,

saya sangat butuh sekali.

Keren sih kalau buat buku

ini, karena untuk menggali

dan mengaitkan kerifan lokal

dengan kimia itu agak sulit.

11. Apakah yang diharapkan

dari adanya buku

pengayaan kimia berbasis

kalau sudah ada bisa

diterapkan dalam

pembelajaran dan desainnya

harus menarik.

Dengan adanya buku

pengayaan ini anak lebih

mengenal wilayahnya, anak

lebih bisa mengembangkan

wilayahnya dari sisi kimia,

Kebetulan saya akan

kedatangan tamu dari

Singapore Intercultural

School Bona Vista, sehingga

saya bisa memperkenalkan

91

No. Pertanyaan

Narasumber

1 2 3

kearifan lokal Kota

Jakarta?

sehingga dapat mengangkat

kimia di wilayahnya dan

menjadikan kearifan lokal

menjadi mascot wilayahnya

melalui pembelajaran kimia.

Jakarta karena Jakarta

sebagai Ibu kota punya

sesuatu yang bisa

dipamerkan dan diungguli

oleh dunia Internasional.

Dengan adanya buku

pengayaan ini, bisa membuat

anak-anak lebih cinta

terhadap daerahnya sendiri.

92

c. Hasil wawancara dengan Fungsional buku Pusat Kurikulum dan Perbukuan Bagian Buku Non Teks

No. Pertanyaan Jawaban

1. Ada berapa jenis buku yang digunakan

oleh pemerintah dalam dunia pendidikan?

Secara umum ada 2 jenis buku, yaitu buku teks pelajaran dan buku nonteks pelajaran

2. Apa perbedaan buku teks dan buku

nonteks?

Buku teks itu merupakan buku acuan wajib dalam pembelajaran disekolah dan telah

sesuai dengan kurikulum yang berlaku, sedangkan buku nonteks itu buku

pendampingnya yang bisa terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan

kurikulum yang ada saat ini.

3. Apakah buku nonteks diperlukan dalam

pembelajaran di sekolah?

Ya tentu. Karena didalam buku teks pelajaran materi yang dituangkan kedalam buku

itu terbatas hanya berpacuan dengan KD, kalau di dalam buku nonteks kan tidak

sepenuhnya bergantung dengan KD dan pembahasannya bisa lebih luas lagi

4. Apa saja contoh buku nonteks pelajaran? Buku nonteks terbagi menjadi 3 yaitu buku pengayaan, buku referensi dan buku

panduan pendidik

5. Bagaimana pandangan ibu mengenai buku

pengayaan kimia berbasis kearifan lokal

Kota Jakarta?

Sangat bagus, berarti kalau buku semacam itu termasuk ke dalam jenis buku

pengayaan pengetahuan. Karena di dalam bukunya dibahas tentang keterkaitan

pelajaran kimia dengan kearifan lokal.

93

Lampiran 2 Hasil Wawancara Kearifan Lokal Kota Jakarta

1. Bapak Syaiful Amri : Kepala Subbagian Tata Usaha Unit Pengelola

Kawasan (UPK) Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan

Pertanyaan Jawaban

Bagaimana sejarah Setu babakan

dan apa saja kearifan lokal Kota

Jakarta?

Setu Babakan ini merupakan daerah

yang ditunjuk oleh pemerintah DKI

Jakarta tepatnya Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata untuk melestarikan

warisan budaya Jakarta. Luas area Setu

Babakan ini sekitar 28 hektare. Untuk

semakin mengembangkan warisan

budaya Jakarta, pihak setu babakan dan

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

sedang merencanakan untuk membuat

sekolah SMK disekitar Kawasan ini,

dimana nantinya sekolah ini akan

dimasukkan kegiatan yang berkaitan

dengan budaya Jakarta. Makanan khas

Jakarta yaitu kerak telor, roti buaya,

asinan Betawi, soto mie, nasi ulam,

sayur asem, kue cucur, kue talam, putu

mayang, kue dongkal, kue kembang

goyang dan dodol betawi. Kemudian

kalau untuk minuman khasnya yaitu es

selendang mayang dan bir pletok.

Untuk keseniannya itu ada ondel-

ondel, batik betawi, gambang

kromong, tanjidor, rebana, lenong

betawi dan orkes samrah. Sedangkan

untuk tradisinya yaitu palang pintu

pada acara pernikahan.

Kearifan Lokal Kota Jakarta apa

yang paling Sering dicari oleh

masyarakat luar?

Kalau untuk makanan khasnya

biasanya banyak orang yang mencari

kerak telor dan dodol Betawi.

Kemudian kalau untuk minumannya

yang paling banyak dicari yaitu bir

pletok. Ketiga ciri khas ini sering

ditemukan di tempat-tempat wisata

Jakarta, seperti monas, museum

fatahillah, dan lain-lain. Sekarang-

sekarang ini pemprov DKI Jakarta

sedang mempromosikan batik betawi.

94

Pertanyaan Jawaban

Contohnya seperti penggunaan baju

batik Betawi pada hari-hari tertentu.

Apa pekerjaan masyarakat Kota

Jakarta?

Pada umumnya masyarakat Jakarta

bekerja di kantoran, di industri, dll.

Namun, untuk masyakarat yang asli

Jakarta sebagian masih ada yang

bertani, mencari ikan dan ada juga yang

berwisausaha produk produk khas

Jakarta.

2. Bapak Galang: Pembuat Roti Buaya

Pertanyaan Jawaban

Apa saja bahan yang digunakan

dalam pembuatan roti buaya?

Seperti pada umumnya pembuatan roti,

bahan yang digunakan yaitu tepung

terigu, gula, telur, pengembang atau

ragi dan air hangat. Yang

membedakannya hanya bentuknya saja

yang dibuat seperti buaya.

Kenapa harus menggunakan air

hangat?

Kita menggunakan air hangat agar

semua bahan cepat bercampurnya

sehingga memepercepat proses

pengadonan.

Apakah Roti Buaya di produksi

setiap hari?

Kalau roti buaya tidak seperti roti

biasanya yang diproduksi setiap hari.

Roti buaya diproduksi kalau ada

pesenan saja. Biasanya roti buaya

dipesanan kalau ada orang Betawi yang

mau nikahan untuk dijadikan

seserahan.

3. Pak Rijal: Pedagang Dodol Betawi

Pertanyaan Jawaban

Apa saja bahan yang digunakan

dalam pembuatan dodol betawi?

Bahan yang digunakan hanya tepung

beras, santan, gula merah dan air.

Apakah membuatan dodol betawi

harus menggunakan kayu bakar?

Tidak juga, bisa juga menggunakan

kompor gas dan Teflon. Tapi kan

pembuatan dodol itu butuh waktu yang

lama kan, jadi kalau menggunakan

kompor gas nanti malah boros. Kalau

pakai kayu bakar kan lebih hemat, asap

yang ditimbulkan malah bikin tambah

enak rasanya.

95

Pertanyaan Jawaban

Apa saja rasa dodol betawi? Ya pada umumnya rasa original. Tapi

biar tidak bosan ya kadang

ditambahkan wijen, durian, srikaya,

nanas.

4. Pak Sobri : Pedagang Kerak telor

Pertanyaan Jawaban

Apa saja bahan yang digunakan

untuk membuat kerak telor?

Bahan yang digunakan ada beras yang

sudah direndam, telor, dan bumbu-

bumbu tabur.

Kenapa berasnya harus direndam?

Berapa lama direndamnya?

Beras direndam biasanya semalaman.

Jadi sebelum dimasak beras itu harus di

rendam biar lebih lunak, jadi pas

dimasak bisa matang.

Kenapa harus dibalik wajannya dan

diarahkan ke arang yang ada di

anglo?

Iya harus dibalik agar atasnya juga

matang.

Memangnya tidak tumpah kalau

dibalik seperti itu?

Tidak, karena kan berasnya kan

dicampur telor dan diaduk, jadi tidak

tumpah karena berasnya sudah nempel

dengan telornya.

Kenapa harus menggunakan wajan

dan anglo?

Iya, kalau pakai wajan dan anglo itu

punya cita rasa yang khas

dibandingkan dengan yang dibuat

dikompor.

5. Ibu Misi Nopianti: Penjual Bir Pletok

Pertanyaan Jawaban

Untuk membuat bir pletok bahan

apa saja yang digunakan?

Bahan yang digunakan itu rempah-

rempah seperti jahe, sereh, kapulaga,

kayu secang, dll.

Kenapa bir pletok itu berwarna

merah? Apakah diberi pewarna?

Oh itu.warna merahnya alami dari kayu

secang.

Kenapa rasanya hangat pas

diminum?

Rasanya hangat karena kandungan

rempah-rempahnya. Seperti jahe kan

rasanya pedas dan membuat hangat

ditenggorokan.

96

Lampiran 3. Hasil Studi Literatur dan Studi Langsung Kearifan Lokal Kota

Jakarta

Tabel Hasil Studi Literatur dan Studi Langsung Kearifan Lokal Kota

Jakarta

Studi Literatur Studi Langsung

Makanan Khas Makanan Khas

Kerak Telor Kerak Telor

Roti Buaya Roti Buaya

Comro Asinan Betawi

Sayur Besan Soto Mie

Dodol Betawi Nasi Kebuli

Kue Dongkal Semur Jengkol

Kue Cucur Akar Kelapa

Toge Goreng

Laksa

Asinan

Minuman Khas Minuman Khas

Es Selendang Mayang Es Selendang Mayang

Es Goyang Bir Pletok

Bir Pletok

Kesenian Kesenian

Ondel-ondel Ondel-ondel

Batik ondel-ondel Batik Betawi

Gambang Kromong Rebana

Tanjidor Lenong Betawi

Koroncong Tugu Orkes Samrah

Orkes Gambus Lenong Betawi

Topeng Betawi

Wayang Kulit Betawi

97

Lampiran 4. Tabel Analisis Keterkaitan Antara Kearifan Lokal dengan Kimia

Tabel Analisis Keterkaitan Antara Kearifan Lokal dengan Kimia

Kearifan Lokal Materi Kimia Hubungan Kearifan Lokal

dengan materi Kimia

Kerak Telor

Makromolekul Kandungan protein telur ayam

dan telur bebek pada kerak telor

Tata Nama Senyawa Kandungan kalsium karbonat

pada cangkang telur

Roti Buaya

Persamaan Reaksi Reaksi yang terjadi saat adonan

roti buaya mengembang

Tata Nama Senyawa Senyawa yang terdapat didalam

baking soda dan baking powder

Laju Reaksi Penggunaan air hangat pada

proses pembuatan roti buaya

Dodol Betawi

Hidrokarbon Proses pembakaran kayu sebagai

bahan bakar

Koloid Pembentukan asap yang terjadi

pada proses pembuatan dodol

Betawi

Makromolekul Tekstur dodol Betawi

Senyawa karbon Rasa pada dodol Betawi

Makromolekul Bau tengik pada dodol yang

telah disimpan lama

98

Kearifan Lokal Materi Kimia Hubungan Kearifan Lokal

dengan materi Kimia

Bir Pletok

Benzena dan

turunannya

Senyawa yang terkandung

didalam kayu secang

Benzena dan

turunannya

Senyawa yang terkandung

didalam jahe

Benzena dan

turunannya

Manfaat minuman bir pletok

untuk tubuh

Asam Basa Warna merah pada bir pletok

Batik Betawi

Asam Basa Penggunaan senyawa yang

bersifat basa untuk mempercepat

proses pelorodan lilin pada kain

Makromolekul Kandungan pada serat kain

Senyawa Karbon Kandungan damar kucing

sebagai bahan baku lilin batik

Minyak Bumi Destilasi minyak bumi paraffin

Benzena dan

turunannya

Kandungan yang terdapat pada

pewarna alami batik

Tata Nama Senyawa Kandungan yang terdapat pada

pewarna sintesis

Ikatan Kimia dan

Gaya Antarmolekul

Ikatan dan gaya antarmolekul

yang terjadi pada saat proses

penyerapan warna pada kain

99

Lampiran 5. Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Kimia

1. Kerak Telor

3. Memahami, menerapkan,

menganalisis pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural

berdasarkan rasa ingintahunya

tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya dan

humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada

3.11 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan

penggolongan makromolekul

Makromolekul: Protein

(Kelas XII)

3.9 Mengidentifikasi reaksi reduksi dan

oksidasi menggunakan konsep bilangan

oksidasi unsur

Tata Nama Senyawa

(Kelas X)

2. Roti Buaya

3.10 Menerapkan hukum-hukum dasar kimia,

konsep massa molekul relatif, persamaan

kimia, konsep mol, dan kadar zat untuk

menyelesaikan perhitungan kimia

Persamaan Reaksi (Kelas

X)

3.9 Mengidentifikasi reaksi reduksi dan

oksidasi menggunakan konsep bilangan

oksidasi unsur

Tata Nama Senyawa

(Kelas X)

100

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Kimia

bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan

masalah

4. Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah konkret

dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari

yang dipelajarinya disekolah

secara mandiri, dan mampu

menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan.

3.6 Menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi laju reaksi menggunakan

teori tumbukan

Laju Reaksi (Kelas XI)

3. Dodol Betawi

3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran

hidrokarbon yang sempurna dan tidak

sempurna serta sifat zat hasil pembakaran

(CO2, CO, partikulat karbon)

Hidrokarbon (Kelas XII)

3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem

koloid, dan menjelaskan kegunaan koloid

dalam kehidupan berdasarkan sifat-

sifatnya

Koloid (Kelas XI)

3.11Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan

penggolongan makromolekul

Makromolekul:

Karbohidrat (Kelas XII)

3.9 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan

kegunaan senyawa karbon

Senyawa Karbon: Ester

(Kelas XII)

3.11 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan

penggolongan makromolekul

Makromolekul:Lipid

(Kelas XII)

101

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Kimia

4. Bir Pletok

3.10Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan

kegunaan benzena dan turunannya

Benzena dan turunannya

(Kelas XII)

3.10Menjelaskan konsep asam dan basa serta

kekuatannya dan kesetimbangan

pengionannya dalam larutan

Asam Basa (Kelas XI)

4.10Menganalisis trayek perubahan pH beberapa

indikator yang diekstrak dari bahan alam

melalui percobaan

Asam Basa (Kelas XI)

5. Batik Betawi

3.10Menjelaskan konsep asam dan basa serta

kekuatannya dan kesetimbangan

pengionannya dalam larutan

Asam Basa (Kelas XI)

3.11 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan

penggolongan makromolekul

Makromolekul: Protein

(Kelas XII)

3.9 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan

kegunaan senyawa karbon

Senyawa Karbon: Gugus

Alkohol (Kelas XII)

3.2 Menjelaskan proses pembentukan dan

teknik pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi Minyak Bumi (Kelas XI)

102

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Kimia

serta kegunaannya

3.10 Menganalisis struktur, tatanama, sifat

dan kegunaan benzena dan turunannya

Benzena dan turunannya

(Kelas XII)

3.9 Mengidentifikasi reaksi reduksi dan

oksidasi menggunakan konsep bilangan

oksidasi unsur

Tata Nama Senyawa

(Kelas XI)

3.4 Membandingkan proses pembentukan

ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan

koordinasi, dan ikatan logam serta

kaitannya dengan sifat zat

Ikatan Kimia (Kelas X)

3.7 Menghubungkan interaksi antar ion, atom

dan molekul dengan sifat fisika zat

Gaya Antar Molekul

(Kelas X)

103

Lampiran 6. Analisis Indikator Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

1. Kerak

Telor

3. Memahami,

menerapkan,

menganalisis

pengetahuan

faktual,

konseptual,

prosedural

berdasarkan

rasa

ingintahunya

3.11Menganalisis

struktur, tata

nama, sifat dan

penggolongan

makromolekul

Makromolekul Protein Kompetensi

Vokasional

Menunjukkan

sikap

kewirausahaan

masyarakat

Jakarta

1. Pemaparan

mengenai

masyarakat

Jakarta yang

berjualan kerak

telor

Kompetensi

Berpikir

Menjelaskan

mengenai proses

perendaman

beras ketan

2. Penjelasan

mengenai proses

perendaman

beras ketan

104

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

tentang ilmu

pengetahuan,

teknologi,

seni, budaya

dan

humaniora

dengan

wawasan

kemanusiaan,

kebangsaan,

kenegaraan,

dan peradaban

terkait

penyebab

fenomena dan

kejadian, serta

sebagai bahan

baku kerak telor

Menjelaskan

struktur protein

sebagai

makromolekul

3. Penjelasan

mengenai

perbedaan telur

ayam dan telur

bebek

4. Penjelasan

mengenai

kandungan

protein pada

telur

3.9

Mengidentifi

kasi reaksi

reduksi dan

Reaksi

Reduksi dan

Oksidasi

Tata Nama

Senyawa

Menjelaskan

mengenai

kandungan

senyawa kimia

5. Penjelasan

mengenai

kandungan

senyawa kimia

105

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

menerapkan

pengetahuan

prosedural

pada bidang

kajian yang

spesifik sesuai

dengan bakat

dan minatnya

untuk

memecahkan

masalah

4.Mengolah,

menalar, dan

menyaji dalam

ranah konkret

dan ranah

oksidasi

menggunakan

konsep bilangan

oksidasi unsur

pada cangkang

telur

pada cangkang

telur

Menjelaskan

mengenai

pemanfaatan

limbah cangkang

telur

6. Penjelasan

mengenai

pemanfaatan

limbah

cangkang telur

Kompetensi

Vokasional

Menunjukkan

sikap

keterampilan

wirausaha

masyarakat

Jakarta

7. Penjelasan

mengenai

beberapa orang

ataupun

industri yang

memanfaatkan

limbah

cangkang telur

106

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

abstrak terkait

dengan

pengembangan

dari yang

dipelajarinya

disekolah

secara mandiri,

dan mampu

menggunakan

metode sesuai

kaidah

keilmuan.

sebagai pakan

ungags, pupuk

organik

maupun bahan

baku kerajinan

tangan

2. Roti

Buaya

3.10 Menerapkan

hukum-hukum

dasar kimia,

konsep massa

molekul relatif,

persamaan

kimia, konsep

mol, dan kadar

zat untuk

menyelesaikan

Persamaan

Kimia

Persamaan

Reaksi

Kompetensi

Personal

Menunjukkan

sikap ketelitian

dan kesabaran

dalam membuat

bentuk roti

buaya

1. Kolom sikap

yang dapat

diteladani dalam

pembuatan roti

buaya (sikap

ketelitian dan

kesabaran)

Kompetensi

Berpikir

Menunjukkan

persamaan

reaksi perubahan

2. Penjelasan

mengenai reaksi

yang terjadi saat

107

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

perhitungan

kimia

glukosa menjadi

etanol dan

karbondioksida

adonan roti

buaya

mengembang

3.9

Mengidentifi

kasi reaksi

reduksi dan

oksidasi

menggunakan

konsep bilangan

oksidasi unsur

Reaksi

Reduksi dan

Oksidasi

Tata Nama

Senyawa

Menjelaskan

penulisan tata

nama senyawa

poliatomik

3. Penjelasan

mengenai

senyawa yang

terdapat didalam

baking soda dan

baking powder

3.6 Menjelaskan

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

Laju Reaksi Faktor-

faktor laju

reaksi

Menjelaskan

faktor pengaruh

4. Penjelasan

mengenai

penggunaan air

hangat pada

108

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

laju reaksi

menggunakan

teori tumbukan

suhu terhadap

laju reaksi

proses

pembuatan roti

buaya

3. Dodol

Betawi

3.3

Mengidentifi

kasi reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang sempurna

dan tidak

sempurna serta

sifat zat hasil

pembakaran

(CO2, CO,

Hidrokarbon

Proses

pembakaran

tak

sempurna

Kompetensi

Sosial

Menunjukkan

semangat gotong

royong dalam

proses

pembuatan

dodol Betawi

1. Kolom sikap

yang dapat

diteladani dalam

proses

pembuatan

dodol Betawi

yaitu semangat

gotong royong

Kompetensi

berpikir

Menujukkan

contoh reaksi

pembakaran tak

sempurna

2. Penjelasan

mengenai

proses

pembakaran

109

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

partikulat

karbon)

kayu sebagai

bahan bakar

3.14

Mengelompokk

an berbagai tipe

sistem koloid,

dan

menjelaskan

kegunaan

koloid dalam

kehidupan

berdasarkan

sifat-sifatnya

Koloid Jenis-jenis

koloid

Menjelaskan

mengenai jenis

koloid pada asap

3. Penjelasan

mengenai

proses

terbentuknya

asap pada

proses

pembuatan

dodol betawi

110

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

3.11Menganalisis

struktur, tata

nama, sifat dan

penggolongan

makromolekul

Makromolekul Karbohidrat Membandingkan

kandungan

amilosa dan

amilopektin

pada jenis

tepung

4. Penjelasan

mengenai tekstur

dodol betawi

3.9 Menganalisis

struktur, tata

nama, sifat dan

kegunaan

senyawa karbon

Senyawa

Karbon

Ester Menjelaskan

mengenai

senyawa ester

yang terdapat

pada buah-

buahan

5. Penjelasan

mengenai

kandungan

senyawa ester

pada buah-

buahan sebagai

perasa dodol

111

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

3.11Menganalisis

struktur, tata

nama, sifat dan

penggolongan

makromolekul

Makromolekul Lipid Menjelaskan

proses oksidasi

lemak

6. Penjelasan

mengenai reaksi

ketengikan

4. Bir

Pletok

3.10Menganalisis

struktur, tata

nama, sifat dan

kegunaan

benzena dan

turunannya

Benzena dan

turunannya

fenol Kompetensi

Personal

Menunjukkan

sikap

ketelatenan dan

ketekunan

1. Kolom sikap

yang dapat

diteladani dalam

pengemasan bir

pletok adalah

ketelatenan dan

ketekunan

Kompetensi

Berpikir

Menunjukkan

senyawa turunan

benzena

2. Penjelasan

mengenai

senyawa yang

112

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

terkandung di

dalam kayu

secang yang

dapat

memberikan

warna merah

Menunjukkan

senyawa turunan

benzena

3. Penjelasan

mengenai

senyawa yang

terkandung di

dalam jahe yang

memberikan rasa

pedas

113

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

Menunjukkan

senyawa turunan

benzena

4. Penjelasan

mengenai

kandungan

rempah-rempah

yaitu fenol atau

polifenol yang

berfungsi

sebagai

antioksidan

3.10Menjelaskan

konsep asam dan

basa serta

kekuatannya dan

kesetimbangan

pengionannya

Asam Basa Indikator

alami asam

basa

Menjelaskan

mengenai

indikator alami

kayu secang

5. Penjelasan

mengenai kayu

secang yang

dapat dijadikan

sebagai indikator

alami

114

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

dalam larutan

4.10Menganalisis

trayek

perubahan pH

beberapa

indikator yang

diekstrak dari

bahan alam

melalui

percobaan

Asam Basa Titrasi

Asam Basa

Menjelaskan

mengenai

ekstrak kayu

secang untuk

titrasi asam basa

6. Penjelasan

mengenai

pembuatan

ekstrak kayu

secang untuk

digunakan dalam

titrasi asam basa

5. Batik

Betawi

3.10Menjelaskan

konsep asam dan

basa serta

kekuatannya dan

kesetimbangan

Asam Basa Basa Kompetensi

Vokasional

Menunjukkan

sikap

kewirausahaan

1. Pemaparan

mengenai

pembentukan

sanggar batik

Betawi

115

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

pengionannya

dalam larutan

masyarakat

Jakarta

Kompetensi

Sosial

Menunjukkan

sikap tanggung

jawab sosial

dalam

mengembangkan

batik Betawi

2. Penjelasan

mengenai sikap

tanggung jawab

sosial dengan

memperkenalkan

batik Betawi

kepada

masyarakat luas

Kompetensi

Personal

Menujukkan

sikap ketekunan

dan ketelatenan

dalam membuat

batik Betawi

3. Kolom sikap

yang dapat

diteladani dalam

proses

pembuatan batik

116

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

yaitu ketekunan

dan ketelatenan

Kompetensi

Berpikir

Menjelaskan

manfaat soda

abu pada proses

pelorodan lilin

batik

4. Penjelasan

mengenai peran

natrium karbonat

pada proses

pelorotan lilin

batik

3.11Menganalisis

struktur, tata

nama, sifat dan

penggolongan

makromolekul

Makromolekul Protein Mendeteksi

kandungan serat

sutera pada

bahan baku batik

Betawi

5. Penjelasan

mengenai

struktur protein

yang terdapat

pada serat sutera

3.9Menganalisis

struktur, tata

Senyawa

Karbon

Gugus

Alkohol

Menunjukkan

komponen

6. Penjelasan

mengenai

117

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

nama, sifat dan

kegunaan

senyawa karbon

terbanyak pada

damar mata

kucing

struktur kimia

dari komponen

terbanyak pada

damar mata

kucing

3.2 Menjelaskan

proses

pembentukan

dan teknik

pemisahan

fraksi-fraksi

minyak bumi

serta

kegunaannya

Minyak Bumi Destilasi

minyak

bumi

Menjelaskan

tahapan

pemisahan

fraksi-fraksi

minyak bumi

7. Penjelasan

mengenai proses

destilasi minyak

bumi

118

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

3.10 Menganalisis

struktur,

tatanama, sifat

dan kegunaan

benzena dan

turunannya

Benzena dan

turunannya

Fenol Menjelaskan zat

warna alami

sebagai pewarna

alternatif

8. Penjelasan

mengenai

pewarna alami

yang dapat

dijadikan

pewarna

alternatif sebagai

pengganti

pewarna sistesis

yang ramah

lingkungan

3.9

Mengidentifi

kasi reaksi

reduksi dan

oksidasi

Reaksi reduksi

dan oksidasi

Tata Nama

Senyawa

Menjelaskan

cara penulisan

tata nama

senyawa

9. Penjelasan

mengenai

penamaan

senyawa yang

119

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

menggunakan

konsep bilangan

oksidasi unsur

terkandung di

dalam indigosol

3.4 Membandingkan

proses

pembentukan

ikatan ion, ikatan

kovalen, ikatan

koordinasi, dan

ikatan logam

serta kaitannya

dengan sifat zat

Ikatan Kimia Ikatan ion,

ikatan

hidrogen

Menjelaskan

ikatan yang

tejadi pada

proses

penyerapan

warna

10. Penjelasan

mengenai

ikatan yang

terjadi dalam

proses

penyerapan

warna pada kain

batik

120

No. Kearifan

Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri

Kompetensi

Kearifan

Lokal

Indikator

Pembahasan

dalam Buku

Pengayaan

3.7 Menghubungkan

interaksi antar

ion, atom dan

molekul dengan

sifat fisika zat

Gaya Antar

Molekul

(Kelas X)

Gaya Van

der Waals

Menjelaskan

gaya Van der

Waals

11. Penjelasan

mengenai

interaksi

molekul yang

terjadi dalam

proses

penyerapan

warna pada kain

batik

120

Lampiran 7. Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi Ahli Materi

Tabel Kisi-kisi Instrumen Lembaran Validasi Ahli Materi

Kearifan Lokal Materi Kimia Isi Buku Pengayaan

Kerak Telor

Makromolekul Penjelasan mengenai

kandungan protein telur

ayam dan telur bebek pada

kerak telor

Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai

kandungan kalsium

karbonat pada cangkang

telur

Roti Buaya

Persamaan Reaksi Penjelasan mengenai

reaksi yang terjadi saat

adonan roti buaya

mengembang

Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai

senyawa yang terdapat

didalam baking soda dan

baking powder

Laju Reaksi Penjelasan mengenai

penggunaan air hangat

pada proses pembuatan

roti buaya

Dodol Betawi

Hidrokarbon Penjelasan mengenai

proses pembakaran kayu

sebagai bahan bakar

Koloid Penjelasan mengenai

pembentukan asap yang

terjadi pada proses

pembuatan dodol Betawi

Makromolekul Penjelasan mengenai

tekstur dodol Betawi

Senyawa karbon Penjelasan mengenai rasa

pada dodol Betawi

Makromolekul Penjelasan mengenai bau

tengik pada dodol yang

telah disimpan lama

Bir Pletok

Benzena dan

turunannya

Penjelasan mengenai

senyawa yang terkandung

didalam kayu secang

121

Kearifan Lokal Materi Kimia Isi Buku Pengayaan

Benzena dan

turunannya

Penjelasan mengenai

senyawa yang terkandung

didalam jahe

Benzena dan

turunannya

Penjelasan mengenai

manfaat minuman bir

pletok untuk tubuh

Asam Basa Penjelasan mengenai

warna merah pada bir

pletok

Batik Betawi

Asam Basa Penjelasan mengenai

penggunaan senyawa yang

bersifat basa untuk

mempercepat proses

pelorodan lilin pada kain

Makromolekul Penjelasan mengenai

kandungan pada serat kain

Senyawa Karbon Penjelasan mengenai

kandungan damar kucing

sebagai bahan baku lilin

batik

Minyak Bumi Penjelasan mengenai

destilasi minyak bumi

paraffin

Benzen dan

turunannya

Penjelasan mengenai

kandungan yang terdapat

pada pewarna alami batik

Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai

kandungan yang terdapat

pada pewarna sintesis

Ikatan Kimia dan

Gaya Antarmolekul

Penjelasan mengenai

ikatan kimia dan gaya

antarmolekul yang terjadi

pada saat proses

penyerapan warna pada

kain

122

Lampiran 8. Lembar Validasi Ahli Materi

LEMBAR VALIDASI

ANALISIS HUBUNGAN KEARIFAN LOKAL DENGAN MATERI KIMIA PADA BUKU PENGAYAAN

UNTUK AHLI MATERI

No. Kearifan

Lokal

Materi dalam

Kimia Isi Buku Pengayaan

Kesesuaian

Materi Kimia

dengan Buku

Pengayaan

Catatan

Ya Tidak

1. Kerak Telor Makromolekul Penjelasan mengenai

kandungan protein telur ayam

dan telur bebek pada kerak

telor

Tata Nama

Senyawa

Penjelasan mengenai

kandungan kalsium karbonat

pada cangkang telur

123

2. Roti Buaya Persamaan

Reaksi

Penjelasan mengenai reaksi

yang terjadi saat adonan roti

buaya mengembang

Tata Nama

Senyawa

Penjelasan mengenai senyawa

yang terdapat didalam baking

soda dan baking powder

Laju Reaksi Penjelasan mengenai

penggunaan air hangat pada

proses pembuatan roti buaya

3. Dodol

Betawi

Hidrokarbon Penjelasan mengenai proses

pembakaran kayu sebagai

bahan bakar

Koloid Penjelasan mengenai

pembentukan asap yang terjadi

pada proses pembuatan dodol

betawi

Makromolekul Penjelasan mengenai tekstur

dodol betawi

124

Senyawa

Karbon

Penjelasan mengenai rasa pada

dodol betawi

Makromolekul Penjelasan mengenai bau

tengik pada dodol yang telah

disimpan lama

4. Bir Pletok Benzen dan

Turunannya

Penjelasan mengenai senyawa

yang terkandung didalam kayu

secang

Benzen dan

Turunannya

Penjelasan mengenai senyawa

yang terkandung didalam jahe

Benzen dan

turunannya

Penjelasan mengenai manfaat

minuman bir pletok untuk

tubuh

Asam Basa Penjelasan mengenai warna

merah pada bir pletok

5. Batik Betawi Asam Basa Penjelasan mengenai

penggunaan senyawa yang

bersifat basa untuk

125

mempercepat proses pelorodan

lilin pada kain

Makromolekul Penjelasan mengenai

kandungan pada serat kain

Senyawa

Karbon

Penjelasan mengenai

kandungan damar kucing

sebagai bahan baku lilin batik

Minyak Bumi Penjelasan mengenai destilasi

minyak bumi paraffin

Benzen dan

Turunannya

Penjelasan mengenai

kandungan yang terdapat pada

pewarna alami batik

Tata Nama

Senyawa

Penjelasan mengenai

kandungan yang terdapat pada

pewarna sintetis

Ikatan Kimia

dan Gaya

Antar Molekul

Penjelasan mengenai ikatan

yang terjadi pada saat proses

penyerapan warna pada kain

126

Komentar/Saran:

…………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………...

Tangerang Selatan, 2019

Validator

…………………………..

127

127

LAMPIRAN 9 Lembar Validasi Ahli Media Pembelajaran Lembar Validasi Ahli Media Pembelajaran

1. KUALITAS PESAN NI JUMLAH

a. Sesuai dengan tujuan

b. Mengembangkan materi ajar

c. Sesuai dengan kebutuhan siswa

d. Realistis

e. Kontekstual

2. PERFORMA N2 JUMLAH

a. Kokoh, tidak mudah rusak

b. Kehandalan program media

c. Maintainable

d. Usability

e. Compability

3. UNSUR TEKS : PENYAJIAN N3 JUMLAH

a. Bentuk font mudah dibaca

b. Ukuran font mudah dibaca

c. Warna kontras

d. Lay out menarik

e. Memiliki konsep penyajian yang berkarakter dan artistik

4. UNSUR TEKS : KETERBACAAN N4 JUMLAH

a. Dibuat dalam kalimat pendek (pointers)

b. Mudah diingat

c. Mendorong siswa berpikir kritis

d. Dialogis

e. Penomoran sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah

f. Pemilihan kata dan atau kalimat mudah dipahami

5. UNSUR IMAGE : PENYAJIAN N5 JUMLAH

a. Memiliki bentuk image yang menarik

b. Memiliki warna yang menarik

c. Memiliki konsep penyajian yang berkarakter dan artistik

d. Tata letak menarik dan kontek

e. Setiap tema besar dan keyword dilengkapi dengan image yang sesuai

6. UNSUR IMAGE : UNIK, KREATIF, DAN INOVATIF N6 JUMLAH

a. Memancing rasa ingin tahu siswa

b. Efektif dalam memanipulasi konteks/fenomena sesungguhnya

c. Mengembangkan imajinasi siswa

d. Memancing munculnya ide siswa yang baru

e. Membantu siswa menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji (mengasosiasi)

f. Mendorong siswa untuk berpikir dan beraktivitas secara analitik

SKOR PEROLEHAN SKOR MAK + + + + + = .... : 96 X 100 =…… Kesimpulan:

Keterangan:

N1

…..

N2

……

N3

……

N5

……

N4

…….

N6

…….

128

Angka 3 = [B]aik : Jika aspek atau kriteria yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai

dengan indikator aspek yang diamati.

Angka 2 = [C]ukup : Jika aspek atau kriteria yang diamati muncul cukup nyata dan cukup

sesuai dengan indikator aspek yang diamati.

Angka 1 = [K]urang : Jika aspek atau kriteria yang diamati kurang nyata dan kurang sesuai

dengan indikator aspek yang diamati.

Nilai dihitung dengan rumus: Skor Perolehan : Skor Maksimal x 100 = Hasil Akhir

128

Lampiran 10. Lembar Jawaban Validasi Ahli Materi

Validasi Pertama

129

1. Ahli Materi ke-1

130

131

132

133

134

2. Ahli Materi ke-2

135

136

137

138

139

140

Validasi Kedua

1. Ahli Materi ke-1

141

142

143

144

145

146

2. Ahli Materi ke-2

147

148

149

150

151

148

Lampiran 11. Lembar Jawaban Validasi Ahli Media Pendidikan

149

Lampiran 12. Validitas Buku Pengayaan Berdasarkan Ahli Materi

a. Pengolahan Data Validitas Buku Pengayaan Berdasarkan Ahli Materi

No. Isi Buku Pengayaan

Skor

Validator 1

Dila Fairusi,

M.Si

Validator 2

Buchori

Muslim,

M.Pd

I II I II

1. Penjelasan mengenai kandungan

protein telur ayam dan telur bebek

pada kerak telor

1 1 1 1

2. Penjelasan mengenai kandungan

kalsium karbonat pada cangkang

telur

1 1 1 1

3. Penjelasan mengenai reaksi yang

terjadi saat adonan roti buaya

mengembang

1 1 1 1

4. Penjelasan mengenai senyawa

yang terdapat didalam baking soda

dan baking powder

1 1 1 1

5. Penjelasan mengenai penggunaan

air hangat pada proses pembuatan

roti buaya

1 1 1 1

6. Penjelasan mengenai proses

pembakaran kayu sebagai bahan

bakar

1 1 1 1

7. Penjelasan mengenai

pembentukan asap yang terjadi

pada proses pembuatan dodol

Betawi

1 1 1 1

8. Penjelasan mengenai tekstur dodol

Betawi 1 1 1 1

9. Penjelasan mengenai rasa pada

dodol betawi 1 1 0 1

150

No. Isi Buku Pengayaan

Skor

Validator 1

Dila Fairusi,

M.Si

Validator 2

Buchori

Muslim,

M.Pd

I II I II

10. Penjelasan mengenai bau tengik

pada dodol yang telah disimpan

lama

1 1 1 1

11. Penjelasan mengenai senyawa

yang terkandung didalam kayu

secang

1 1 1 1

12. Penjelasan mengenai senyawa

yang terkandung didalam jahe 0 1 1 1

13. Penjelasan mengenai manfaat

minuman bir pletok untuk tubuh 1 1 1 1

14. Penjelasan mengenai warna merah

pada bir pletok 1 1 1 1

15. Penjelasan mengenai penggunaan

senyawa yang bersifat basa untuk

mempercepat proses pelorodan

lilin pada kain

1 1 1 1

16. Penjelasan mengenai kandungan

pada serat kain 1 1 1 1

17. Penjelasan mengenai kandungan

damar kucing sebagai bahan baku

lilin batik

1 1 0 1

18. Penjelasan mengenai destilasi

minyak bumi paraffin 1 1 1 1

19. Penjelasan mengenai kandungan

yang terdapat pada pewarna alami

batik

1 1 1 1

20. Penjelasan mengenai kandungan

yang terdapat pada pewarna

sintetis

1 1 1 1

21. Penjelasan mengenai ikatan yang

terjadi pada saat proses

penyerapan warna pada kain

1 1 1 1

Total Skor 20 21 19 21

151

No. Isi Buku Pengayaan

Skor

Validator 1

Dila Fairusi,

M.Si

Validator 2

Buchori

Muslim,

M.Pd

I II I II

Persentase 95,2% 100% 90,4% 100%

b. Perhitungan Validitas Buku Pengayaan

Validator 1 Dila Fairusi, M.Si

Validasi I

Total Skor : 20

Skor Maksimal : 21

Persentase = total skor

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%

= 20

21 × 100%

= 95,2%

Validasi II

Total Skor : 21

Skor Maksimal : 21

Persentase = total skor

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%

= 21

21 × 100%

= 100%

Validator 2 Buchori Muslim, M.Pd

Validasi I

Total Skor : 19

Skor Maksimal : 21

Persentase = total skor

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%

= 19

21 × 100%

= 90,4%

152

Validasi II

Total Skor : 21

Skor Maksimal : 21

Persentase = total skor

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%

= 21

21 × 100%

= 100%

Lampiran 13. Validitas Ahli Media Pendidikan

a. Pengolahan Data Validitas Buku Pengayaan

7. KUALITAS PESAN N1 JUMLAH

a. Sesuai dengan tujuan 3

15

b. Mengembangkan materi ajar 3

c. Sesuai dengan kebutuhan siswa 3

d. Realistis 3

e. Kontekstual 3

8. PERFORMA N2 JUMLAH

a. Kokoh, tidak mudah rusak 3

15

b. Kehandalan program media 3

c. Maintainable 3

d. Usability 3

e. Compability 3

9. UNSUR TEKS : PENYAJIAN N3 JUMLAH

a. Bentuk font mudah dibaca 3

13

b. Ukuran font mudah dibaca 3

c. Warna kontras 3

d. Lay out menarik 2

e. Memiliki konsep penyajian yang berkarakter dan artistik 2

10. UNSUR TEKS : KETERBACAAN N4 JUMLAH

a. Dibuat dalam kalimat pendek (pointers) 3

15

b. Mudah diingat 2

c. Mendorong siswa berpikir kritis 2

d. Dialogis 2

e. Penomoran sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah 3

f. Pemilihan kata dan atau kalimat mudah dipahami 3

11. UNSUR IMAGE : PENYAJIAN N5 JUMLAH

a. Memiliki bentuk image yang menarik 2

10

b. Memiliki warna yang menarik 2

c. Memiliki konsep penyajian yang berkarakter dan artistik 2

d. Tata letak menarik dan kontek 2

e. Setiap tema besar dan keyword dilengkapi dengan image yang sesuai

2

12. UNSUR IMAGE : UNIK, KREATIF, DAN INOVATIF N6 JUMLAH

a. Memancing rasa ingin tahu siswa 3 16

153

b. Efektif dalam memanipulasi konteks/fenomena sesungguhnya 3

c. Mengembangkan imajinasi siswa 2

d. Memancing munculnya ide siswa yang baru 2

e. Membantu siswa menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji (mengasosiasi)

3

f. Mendorong siswa untuk berpikir dan beraktivitas secara analitik 3

SKOR PEROLEHAN SKOR MAK + + + + + = 84 : 96 X 100 = 87,5 Kesimpulan: Layak digunakan dalam penelitian skripsi

b. Perhitungan Validitas Buku Pengayaan

Skor perolehan kualitas pesan (N1) = 15

Skor perolehan performa (N2) = 15

Skor perolehan unsur teks: penyajian (N3) = 13

Skor perolehan unsur teks: keterbacaan (N4) = 15

Skor perolehan unsur image: penyajian (N5) = 10

Skor perolehan unsur image: unik, kreatif, dan inovatif (N6) = 16

Total skor perolehan (∑ 𝑁) = 84

Skor maksimal = 96

Hasil akhir = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100

= 84

96× 100

= 87,5

N1

15

N2

15

N3

13

N5

10

N4

15

N6

16

154

Lampiran 14. Perbedaan Buku Pengayaan Sebelum dan Sesudah Revisi

A. Berikut adalah Daftar Revisi Konten Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

Tabel Daftar Revisi Konten Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

No. Konten Sebelum Revisi Setelah Revisi

1. Gambar Terdapat gambar yang tidak jelas Gambar sudah jelas

2. Animasi Kurangnya animasi yang menjelaskan konten kimia Diberikan animasi yang menggambarkan

konten kimia

3. Konten kimia Wacana terlalu banyak sehingga konten kimia tidak

terlalu terlihat

Wacana sudah disesuaikan dan konten

kimia sudah terlihat

1. Perubahan yang pertama yaitu gambar yang kurang jelas dan dilakukan revisi seperti gambar berikut.

155

Gambar 1. (a) Sebelum revisi Gambar 1. (b) Setelah revisi

1. Perubahan kedua mengenai kurangnya anmasi yang menjelaskan konten kimia dan dilakukan revisi seperti pada gambar berikut.

156

Gambar 2. (a) Sebelum revisi Gambar

2. (b) Setelah revisi

2. Perubahan ketiga mengenai wacana yang terlalu banyak sehingga konten

kimia tidak terlalu terlihat dan dilakukan revisi seperti gambar berikut.

157

Gambar Konten (a) Sebelum revisi Gambar Konten (b) Setelah revisi

B. Berikut adalah daftar revisi wacana pada buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.

Tabel Daftar Revisi Wacana Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

No. Wacana Sebelum Revisi Setelah Revisi

1. Penggantian kata pada halaman xiv Kata “merealisir” Kata berubah menjadi “merealisasi”

2. Kesalahan penulisan pada halaman 7

sebelum revisi dan halaman 8 setelah

revisi

Tulisan Bahasa asing yaitu “Sodium dan

Pottasium” tidak ditulis miring.

Tulisan berubah menjadi “Sodium dan

Pottasium”

3. Kesalahan penulisan pada halaman 9

sebelum revisi dan halaman 10 setelah

revisi

Penulisan huruf besar pada kata “kenapa”

setelah tanda titik

Tulisan berubah menjadi “Kenapa”

4. Kesalahan penulisan pada halaman 19

sebelum revisi dan halaman 21 setelah

revisi

Kata “raksi” Kata berubah menjadi “reaksi”

158

No. Wacana Sebelum Revisi Setelah Revisi

5. Penambahan kalimat pada halaman 23

sebelum revisi dan halaman 25 setelah

revisi

Penambahan kalimat karena hanya

terdapat 1 kalimat pada satu paragraf

“Varian dodol dapat berupa kombinasi

dari beras ketan atau beras ketan putih,

dan dapat pula ditambahkan perasa lain

seperti durian, srikaya, dan lain-lain untuk

memperkuat rasa dan aromanya”

Paragraf berubah menjadi “Varian

dodol dapat berupa kombinasi dari

beras ketan atau beras ketan putih, dan

dapat pula ditambahkan perasa lain

seperti durian, srikaya, dan lain-lain

untuk memperkuat rasa dan aromanya.

Pada bagian ini akan membahas

menagenai proses pembuatan dodol

Betawi, terbentuknya asap pada proses

pembuatan dodol Betawi, tekstur dodol

Betawi, rasa dodol Betawi, dan waktu

simpan dodol Betawi.

6. Kesalahan penulisan nama ilmiah pada

halaman 40 sebelum revisi dan halaman

42 setelah revisi

Kata “Amomum cardamomum” Kata berubah menjadi “Amomum

cardamomum”

7. Penggantian kalimat pada halaman 42

sebelum revisi dan halaman 44 setelah

revisi

Penggantian kalimat “ Substansi-substansi

fenolik berperan pada pembentukan flavor

yang dimana beberapa turunan fenolik

Kalimat berubah menjadi “ Substansi-

substansi fenolik berperan pada

pembentukan flavor sehingga

159

No. Wacana Sebelum Revisi Setelah Revisi

memberikan efek pedas, tajam, dan

sensasi menyengat”

memberikan efek pedas, tajam, dan

sensasi menyengat”

8. Penggantian kalimat pada halaman 56

sebelum revisi dan halaman 58 setelah

revisi

Penggantian kalimat “Kelanjutan setelah

pewarnaan dan nembok, yang tujuannya

untuk merontokan malam yang menempel

pada kain yang telah diwarnai dan di

tembok. Sebelum plorotan dilakukan

maka kain yang telah diwarnai dan

ditembok setelah dijemur atau diangin

anginakan agar warna benar-benar

meresap pada kain dan menghasilkan

warna yang sempurna. Dengan cara

mencelupkan kain yang telah diwarnai dan

ditembok kedalam rebusan air mendidih

yang pembakarannya menggunakan kayu.

Setelah semua malam yang menempel

meleleh atau lepas dari kain, kemudian

dibersihkan dengan menggunakan air

Kalimat berubah menjadi “ Kelanjutan

setelah pewarnaan dan nembok adalah

melakukan plorodan, yang tujuannya

untuk merontokkan malam yang

menempel pada kain yang telah

diwarnai dan di tembok. Sebelum

plorodan dilakukan, kain yang telah

diwarnai dan ditembok harus dijemur

atau diangin-anginkan agar warna

benar-benar meresap pada kain dan

menghasilkan warna yang sempurna.

Plorodan dilakukan dengan cara

mencelupkan kain yang telah diwarnai

dan ditembok ke dalam rebusan air

mendidih yang pembakarannya

menggunakan kayu. Setelah semua

160

No. Wacana Sebelum Revisi Setelah Revisi

dingin dan pisau untuk melepaskan malam

yang tersisa pada kain”.

malam yang menempel meleleh atau

lepas dari kain, kemudian dibersihkan

dengan menggunakan air dingin dan

pisau untuk melepaskan malam yang

tersisa pada kain”.

9. Penggantian kata pada halaman 59

sebelum revisi dan halaman 64 setelah

revisi

Kata “struktur palmitat” Kata berubah menjadi “struktur

pimarat”

10. Kesalahan penulisan pada halaman 68

sebelum revisi dan halaman 72 setelah

revisi

Kata “eletron”, “dalam mana”, dan

“nitogen”

Kata berubah menjadi “elektron”,

“dimana”, dan “nitrogen”

161

1. Perubahan pertama mengenai penggantian kata “merealisir” menjadi “merealisasi” pada halaman xvi seperti pada gambar berikut.

162

Gambar 1. (a) Sebelum revisi Gambar 1. (b) Setelah revisi

2. Perubahan yang kedua mengenai tulisan bahasa asing yaitu “Sodium dan Pottasium” yang tidak ditulis miring menjadi “Sodium” dan

“Pottasium” seperti pada gambar berikut.

163

Gambar 2. (a) Sebelum revisi Gambar 2. (b) Setelah revisi

3. Perubahan yang ketiga mengenai kesalahan dalam penulisan huruf besar pada kata “kenapa” setelah tanda titik menjadi “Kenapa” seperti pada

gambar berikut.

164

Gambar 3. (a) Sebelum revisi Gambar 3. (b) Setelah revisi

4. Perubahan yang keempat mengenai kesalahan penulisan kata “raksi” yang seharusnya “reaksi” seperti pada gambar berikut.

165

Gambar 4. (a) Sebelum revisi Gambar 4. (b) Setelah revisi

5. Perubahan yang kelima mengenai penambahan kalimat karena hanya terdapat 1 kalimat pada satu paragraf seperti pada gambar berikut.

166

Gambar 5. (a) Sebelum revisi Gambar 5. (b) Setelah revisi

167

6. Perubahan yang keenam mengenai kesalahan penulisan nama ilmiah pada kata “Amomum cardamomum” menjadi “Amomum cardamomum”

seperti gambar berikut.

Gambar 6. (a) Sebelum revisi Gambar 6. (b) Setelah revisi

168

7. Perubahan yang ketujuh mengenai penggantian kalimat “ Substansi-substansi fenolik berperan pada pembentukan flavor yang dimana beberapa

turunan fenolik memberikan efek pedas, tajam, dan sensasi menyengat” menjadi kalimat “Substansi-substansi fenolik berperan pada

pembentukan flavor sehingga memberikan efek pedas, tajam, dan sensasi menyengat” seperti pada gambar berikut.

Gambar 7. (a) Sebelum revisi Gambar 7. (b) Setelah revisi

169

8. Perubahan yang kedelapan mengenai penggantian kalimat “Kelanjutan setelah pewarnaan dan nembok, yang tujuannya untuk merontokan

malam yang menempel pada kain yang telah diwarnai dan di tembok. Sebelum plorotan dilakukan maka kain yang telah diwarnai dan ditembok

setelah dijemur atau diangin anginakan agar warna benar-benar meresap pada kain dan menghasilkan warna yang sempurna. Dengan cara

mencelupkan kain yang telah diwarnai dan ditembok kedalam rebusan air mendidih yang pembakarannya menggunakan kayu. Setelah semua

malam yang menempel meleleh atau lepas dari kain, kemudian dibersihkan dengan menggunakan air dingin dan pisau untuk melepaskan

malam yang tersisa pada kain”. Kalimat berubah menjadi “Kelanjutan setelah pewarnaan dan nembok adalah melakukan plorodan, yang

tujuannya untuk merontokkan malam yang menempel pada kain yang telah diwarnai dan di tembok. Sebelum plorodan dilakukan, kain yang

telah diwarnai dan ditembok harus dijemur atau diangin-anginakan agar warna benar-benar meresap pada kain dan menghasilkan warna yang

sempurna. Plorodan dilakukan dengan cara mencelupkan kain yang telah diwarnai dan ditembok ke dalam rebusan air mendidih yang

pembakarannya menggunakan kayu. Setelah semua malam yang menempel meleleh atau lepas dari kain, kemudian dibersihkan dengan

menggunakan air dingin dan pisau untuk melepaskan malam yang tersisa pada kain ” seperti pada gambar berikut.

170

Gambar 8. (a) Sebelum revisi Gambar 8. (b) Setelah revisi

171

9. Perubahan yang kesembilan mengenai perubahan pada kata “struktur palmitat” menjadi “struktur pimarat” seperti pada gambar berikut.

Gambar 9. (a) Sebelum revisi Gambar 9. (b) Setelah revisi

172

10. Perubahan yang kesepuluh mengenai kesalahan dalam penulisan kata “eletron”, “dalam mana”, dan “nitogen” menjadi “elektron”, “dimana”,

dan “nitrogen” seperti pada gambar berikut.

Gambar 10. (a) Sebelum revisi Gambar 10. (b) Setelah revisi

173

C. Berikut adalah daftar saran dari validator pada buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.

Daftar Saran Selama Validasi Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

No. Sebelum Revisi Setelah Revisi

1. Belum terdapat reaksi ketengikan Penambahan reaksi ketengikan

2. Gambar kartun kurang ilmiah Penggantian gambar kartun menjadi lebih ilmiah

3. Pencatuman ayat alquran surah al-baqarah ayat 219 yang kurang

tepat tentang khamar dan judi

Penggantian ayat alquran menjadi surah al-maidah ayat 90-91

174

1. Saran pertama yaitu belum terdapatnya reaksi ketengikan pada dodol Betawi, kemudian dilakukan perbaikan seperti gambar berikut.

Gambar 1. (a) Sebelum revisi Gambar 1. (b) Setelah revisi

175

2. Saran kedua yaitu gambar kartun yang kurang ilmiah. Perbaikan dilakukan dengan mengganti gambar kartun menjadi lebih ilmiah seperti

pada cuplikan gambar berikut.

Gambar 2. (a) Sebelum revisi Gambar 2. (b) Setelah revisi

176

3. Saran yang ketiga yaitu pencantuman ayat al-quran surah al-baqarah ayat 219 yang kurang tepat. Ayat ini dianggap kurang tepat karena

kurang menjelaskan haramnya meminum khamr dan berjudi. Perbaikan dilakukan dengan mengganti ayat alquran tersebut dengan surah

al-maidah ayat 90 dan 91 seperti pada gambar berikut.

Gambar 3. (a) Sebelum revisi Gambar 3. (b) Setelah revisi

176

Lampiran 15. Kisi-Kisi Angket Respon Guru

No. Aspek Indikator Nomor Pernyataan

1. Materi Materi mampu menjaga persatuan dan kesatuan dan tidak mengandung

unsur pornografi, paham ekstrimisme, radikalisme, kekerasan, SARA, bias

gender, dan nilai penyimpangan lainnya

1

Materi merupakan karya orisinal (bukan hasil plagiat) 2

Materi memiliki kebenaran keilmuan, sesuai dengan perkembangan ilmu

yang mutahkhir, sahih dan akurat.

3

Materi memaksimalkan penggunaan sumber-sumber yang sesuai dengan

kondisi daerah Kota Jakarta dan erat dengan konteks Kearifan Lokal Jakarta

yang berkaitan dengan Kimia SMA.

4

2. Penyajian Materi yang disajikan secara utuh (runtut, koheren, lugas, mudah dipahami

dan interaktif)

1

Materi, baik teks maupun gambar menarik sesuai dengan tingkat

perkembangan usia pembaca dan mampu memperjelas materi

2

Materi disajikan agar dapat mengembangkan sikap sosial 3

177

No. Aspek Indikator Nomor Pernyataan

Materi disajikan agar dapat mengembangkan pengetahuan yang dapat

menumbuhkan motivasi untuk berpikir lebih jauh dan inovatif

4

3. Bahasa Bahasa yang digunakan komunikatif, informatif, lugas, santun dan estetis

sehingga pembaca mampu memahami pesan positif yang disampaikan 1

Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik

dan benar 2

4. Kegrafikan Desain Kulit buku (Cover): Komposisi yang berhubungan dengan prinsip

penyusunan elemen/unsur desain kulit buku:

- Huruf judul lebih menonjol dari elemen lain, jenis huruf memiliki

keterbacaan tinggi, tidak lebih dari 2 jenis huruf,

- Ilustrasi kulit buku mewakili isi

- Pola kulit buku konsisten dengan isi, komponen unsur, buku lengkap

(penulis/pengarang, ilustrasi, judul, penerbit, logo perusahaan)

- Komposisi seimbang dan terdapat kesatuan yang harmonis antara kulit

depan, punggung dan belakang, memiliki nilai estetika/keindahan,

menarik, serta komunikatif

1

Tata Letak (Layout) Isi Buku: 2

178

No. Aspek Indikator Nomor Pernyataan

- Tata letak berkaitan dengan sistematika yang konsisten dan sesuai

antara kulit buku (cover) dengan isi buku (kesetaraan penempatan kata

pengantar, daftar isi, judul bab, daftar pustaka, hirarki jelas, serta

pemisahan antara paragraf jelas)

- penempatan ilustrasi sesuai; komposisi elemen/unsur (bentuk, warna,

margin, ruang kosong, dekorasi/hiasan) proporsional.

Jenis Huruf (Typography):

- jenis dan ukuran huruf, dan penomoran pada seluruh isi buku konsisten

- memiliki tingkat keterbacaan tinggi pemilihan jenis dan ukuran huruf

sesuai dengan peruntukan maupun sasaran pembaca

- huruf yang digunakan maksimal 2 jenis huruf

- penggunaan huruf dalam satu baris maksimal jenis huruf, penggunaan

huruf dalam satu baris maksimal 75 karakter, tidak ada widow atau

orphans dan alur putih

- keseimbangan pemanfaatan ruang putih, tanda pemotongan kata

(hyphenation) maksimal 2 baris berturut-turut

- spasi antar baris dan antar huruf/kerning normal.

3

Ilustrasi dalam isi/materi Buku 4

179

No. Aspek Indikator Nomor Pernyataan

- ilustrasi memperjelas dan mewakili isi

- gaya konsisten dan serasi, gambar tajam, jelas, dan proporsional,

serasi, menarik, komunikatif dan kreatif, objek sesuai dengan karakter

pembaca

- bukan hasil plagiasi, tidak mengandung unsur pornografi, SARA dan

kekerasan

- menyertakan sumbernya, kreatif.

Fisik Buku (Ukuran, Kertas, Hasil Cetakan, dan Penjilidan)

- Ukuran buku dan jenis kertas yang digunakan sesuai dengan materi dan

sesuai dengan sasaran pembaca A5 (148 mm x 210 mm), B5 (176 mm

x 250 mm), A4 (210 mm x 297 mm, khusus untuk PAUD ukuran bebas;

gramatur kertas kulit buku minimal 210 gram; hasil cetakan jelas dan

tidak tembus set-off)

- kerapian pemotongan buku (sisir)

- kemudahan membuka buku penjilidan kuat dan rapi.

5

180

Lampiran 16. Angket Respon Guru

ANGKET RESPON GURU KIMIA

BUKU PENGAYAAN KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

KOTA JAKARTA

UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS

181

Kepada Yth,

Bapak/Ibu Guru

di

Tempat

Assalamu’alaikum, Wr.Wb

Pertama-tama Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Guru karena sudah bersedia mengisi angket ini. Angket ini merupakan

bagian aspek dalam penelitian skripsi Saya yang berjudul “Pengembangan Buku Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta”.

Angket ini bertujuan untuk mengetahui respon Bapak/Ibu terhadap produk buku pengayaan kimia yang telah Saya kembangkan. Identitias

Bapak/Ibu dijaga kerahasiaannya dalam penelitian ini. Demi kualitas yang lebih baik, saya berharap Bapak/Ibu mengisi angket ini dengan

sejujur-jujurnya. Atas kerjasama Bapak/Ibu Saya ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum, Wr.Wb

182

ANGKET RESPON GURU KIMIA

BUKU PENGAYAAN KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL KOTA JAKARTA

UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS

Jenis Bahan Ajar : Buku Pengayaan

Judul : Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

Penulis : Diana Rafita Septiani

Nama Responden :

Sekolah :

Petunjuk Pengisian

• Angket ini terdapat 15 pernyataan

• Isilah kolom penilaian kualitatif sesuai dengan pemikiran Bapak/Ibu setelah membaca buku pengayaan

• Isilah kolom skor dengan angka yang sesuai dengan kriteria penilaian Bapak/Ibu.

1-2 : Sangat Tidak Sesuai 6-8 : Sebagian Besar Sesuai

3-5 : Sebagian Kecil Sesuai 9-10 : Sangat Sesuai

183

No. Komponen dan Butir Penilaian Kualitatif Skor ( 1 – 10)

A. Materi

1. Materi mampu menjaga persatuan dan kesatuan dan tidak

mengandung unsur pornografi, paham ekstrimisme, radikalisme,

kekerasan, SARA, bias gender, dan nilai penyimpangan lainnya.

2. Materi merupakan karya orisinal (bukan hasil plagiat).

3. Materi memiliki kebenaran keilmuan, sesuai dengan

perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat.

4. Materi memaksimalkan penggunaan sumber-sumber yang sesuai

dengan kondisi Jakarta dan erat dengan konteks kearifan lokal

Jakarta yang berkaitan dengan Kimia SMA.

B. Penyajian

1. Materi disajikan secara utuh (runtut, koheren, lugas, mudah

dipahami, dan interaktif)

2. Materi, baik teks maupun gambar menarik sesuai dengan tingkat

perkembangan usia pembaca dan mampu memperjelas materi

3. Materi disajikan agar dapat mengembangkan sikap spiritual dan

sosial

184

4. Materi disajikan agar dapat mengembangkan pengetahuan yang

dapat menumbuhkan motivasi untuk berpikir lebih jauh dan

inovatif.

C. Bahasa

1. Bahasa yang digunakan komunikatif, informatif, lugas, santun dan

estetis sehingga pembaca mampu memahami pesan positif yang

disampaikan.

2. Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia

yang baik dan benar

D. Kegrafikan

1. Desain Kulit buku (Cover):

Komposisi yang berhubungan dengan prinsip penyusunan

elemen/unsur desain kulit buku:

- huruf judul lebih menonjol dari elemen lain, jenis huruf

memiliki keterbacaan tinggi, tidak lebih dari 2 jenis huruf;

- ilustrasi kulit buku mewakili isi,;

- pola kulit buku konsisten dengan isi, komponen unsur

buku lengkap (penulis/ pengarang, ilustrasi, judul,

penerbit, logo perusahaan);

185

komposisi seimbang dan terdapat kesatuan yang harmonis antara

kulit depan, punggung dan belakang, memiliki nilai estetika/

keindahan, menarik, serta komunikatif

2. Tata Letak (Layout) Isi Buku:

Tata letak berkaitan dengan sistematika yang konsisten dan sesuai

antara kulit buku (cover) dengan isi buku (kesetaraan penempatan

kata pengantar, daftar isi, judul bab, dan daftar pustaka, hirarki

jelas, serta pemisahan antar paragraf jelas): penempatan ilustrasi

sesuai; komposisi elemen/unsur (bentuk, warna, marjin, ruang

kosong, dekorasi/hiasan) proporsional;

3. Jenis Huruf (Typography):

Jenis dan ukuran huruf, dan penomoran pada seluruh isi buku

konsisten: memiliki tingkat keterbacaan tinggi; pemilihan jenis dan

ukuran huruf sesuai dengan peruntukan maupun sasaran pembaca;

huruf yang digunakan maksimal 2 jenis huruf; penggunaan huruf

dalam satu baris maksimal 75 karakter,tidak ada widow atau

orphans dan alur putih; keseimbangan pemanfaatan ruang putih,

186

tanda pemotongan kata (hyphenation) maksimal 2 baris berturut-

turut; spasi antar baris dan antar huruf/kerning normal.

4. Ilustrasi dalam Isi/materi Buku:

Ilustrasi memperjelas dan mewakili isi: gaya konsisten dan serasi,

gambar tajam, jelas, dan proporsional, serasi, menarik, komunikatif

dan kreatif; objek sesuai dengan karakter pembaca; bukan

merupakan hasil plagiasi, tidak mengandung unsur pornografi,

SARA, dan kekerasan; menyertakan sumbernya, kreatif.

5. Fisik Buku (Ukuran, Kertas, Hasil Cetakan, dan Penjilidan):

Ukuran buku dan jenis kertas yang digunakan sesuai dengan materi

dan sesuai dengan sasaran pembaca (A5 (148 mm x 210 mm), B5

(176 mm x 250 mm), A4 (210 mm x 297 mm, Khusus untuk PAUD

ukuran buku bebas; gramatur kertas kulit buku minimal 210 gram;

hasil cetakan jelas dan tidak tembus (set-off); kerapian pemotongan

buku (sisir); kemudahan membuka buku penjilidan kuat dan rapi

Sumber : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Bahan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016

187

Kesimpulan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Jakarta, 2019

Responden

188

Lampiran 17. Lembar Jawaban Angket Respon Guru

189

190

191

192

193

194

195

196

Lampiran 18. Pengolahan Data Angket Respon Guru

a. Perhitungan Data Angket Respon Guru

Perhitungan Data Angket Respon Guru

Aspek No

Pertanyaan

Bobot

(B)

Skor (S)

1 SxB 2 SxB 3 SxB 4 SxB 5 SxB 6 SxB 7 SxB 8 SxB 9 SxB 10 SxB

Materi (A)

1 2 9 18 8 16 9 18 9 18 8 16 9 18 8 16 8 16 9 18 10 20

2 2 9 18 10 20 9 18 9 18 8 16 7 14 9 18 9 18 9 18 9 18

3 4 9 36 8 32 9 32 9 36 8 32 9 36 9 36 9 36 9 36 8 32

4 2 9 18 9 18 8 16 8 16 10 20 9 18 9 18 8 16 9 18 8 16

Sub Total A 90 86 84 88 84 86 88 86 90 86

Penyajian

(B)

1 3 9 27 9 27 8 24 10 30 8 24 9 27 9 27 9 27 8 24 9 27

2 2 9 18 9 18 9 18 9 18 9 18 9 18 8 16 9 18 9 18 8 16

3 2 8 16 9 18 8 16 8 16 8 16 8 16 8 16 9 18 9 18 7 14

4 3 8 24 8 24 8 24 8 24 8 24 9 27 8 24 9 27 8 24 8 24

Sub Total B 85 87 82 88 82 88 83 90 84 81

Bahasa (C) 1 6 8 48 8 48 8 48 9 54 8 48 8 48 8 48 8 48 9 54 9 54

2 4 8 32 8 32 8 32 9 36 8 32 9 36 9 36 8 32 8 32 8 32

Sub Total C 80 80 80 90 80 84 84 80 86 86

Kegrafikan

(D)

1 2 9 18 9 18 9 18 9 18 8 16 8 16 9 19 9 18 8 16 8 16

2 3 9 27 9 27 8 24 8 24 9 27 9 27 9 27 9 27 8 24 8 24

3 2 9 18 8 16 9 18 9 18 9 18 9 18 7 14 9 18 7 14 9 18

4 2 7 14 9 18 8 16 9 18 9 18 9 18 8 16 8 16 9 18 9 18

5 1 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 10 10 8 8 9 9 9 9

Sub Total D 86 88 85 87 88 88 86 87 81 85

197

Total (Ax0,4) + (Bx0,3) + (Cx0,2)

+ (Dx0,1)

86,1 85,3 82,7 88,3 83 86,4 85,5 86,1 86,5 84,4

b. Persentase Data Angket Respon Guru

Aspek Butir Responden

Total Persentase Persentase

rata-rata Makna

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Materi (A)

1 18 16 18 18 16 18 16 16 18 20 174 87%

87%

SB

2 18 20 18 18 16 14 18 18 18 18 176 88% SB

3 36 32 32 36 32 36 36 36 36 32 344 86% SB

4 18 18 16 16 20 18 18 16 18 16 174 87% SB

Penyajian (B)

1 27 27 24 30 24 27 27 27 24 27 264 88%

85%

SB

2 18 18 18 18 18 18 16 18 18 16 176 88% SB

3 16 18 16 16 16 16 16 18 18 14 164 82% SB

4 24 24 24 24 24 27 24 27 24 24 246 82% SB

Bahasa (C) 1 48 48 48 54 48 48 48 48 54 54 498 83%

83% SB

2 32 32 32 36 32 36 36 32 32 32 332 83% SB

Kegrafikan (D)

1 18 18 18 18 16 16 19 18 16 16 173 86,5%

86,5%

SB

2 27 27 24 24 27 27 27 27 24 24 258 86% SB

3 18 16 18 18 18 18 14 18 14 18 170 85% SB

4 14 18 16 18 18 18 16 16 18 18 170 85% SB

5 9 9 9 9 9 9 10 8 9 9 90 90% SB

198

c. Perhitungan persentase data angket respon guru

Persentase per butir = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥100%

Skor maksimal = skor maksimal per butir x banyaknya responden

Contoh Perhitungan persentase komponen materi pada butir 1:

Skor maksimal = 20 x 100 = 200

Persentase = 174

200𝑥100%

= 87 %

199

d. Grafik data respon guru terhadap buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan

87% 85% 83% 86,5%

Persentase Rata-rata Respon Guru Terhadap Masing-masing

Aspek dari Buku Pengayaan Kimia

Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan

200

Lampiran 19. Penentuan Kriteria Kelayakan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta

a. Data yang diperoleh dari skor angket guru

Komponen

Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sub total materi (A) 90 86 84 88 84 86 88 86 90 86

Sub total penyajian (B) 85 87 82 88 82 88 83 90 84 81

Sub total bahasa (C) 80 80 80 90 80 84 84 80 86 86

Sub total kegrafikan (D) 86 88 85 87 88 88 86 87 81 85

Total (Ax0,4) + (Bx0,3) + (Cx0,2) + (Dx0,1) 86,1 85,3 82,7 88,3 83 86,4 85,5 86,1 86,5 84,4

Rata-rata 85,43

Makna Layak dengan predikat sangat baik

201

b. Perhitungan total data yang diperoleh dari skor angket guru untuk menentukan kelayakan buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota

Jakarta

• Responden 1

Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)

= ( 90 x 0,4) + (85 x 0,3) + (80 x 0,2) + (86 x 0,1)

= 86,1

• Responden 2

Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)

= ( 86 x 0,4) + (87 x 0,3) + (80 x 0,2) + (88 x 0,1)

= 85,3

• Responden 3

Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)

= ( 84 x 0,4) + (82 x 0,3) + (80 x 0,2) + (85 x 0,1)

= 82,7

202

• Responden 4

Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)

= ( 88 x 0,4) + (88 x 0,3) + (90 x 0,2) + (87 x 0,1)

= 88,3

• Responden 5

Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)

= ( 84 x 0,4) + (82 x 0,3) + (80 x 0,2) + (88 x 0,1)

= 83

• Responden 6

Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)

= ( 86 x 0,4) + (88 x 0,3) + (84 x 0,2) + (88 x 0,1)

= 86,4

• Responden 7

Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)

= ( 88 x 0,4) + (83 x 0,3) + (84 x 0,2) + (86 x 0,1)

= 85,5

203

• Responden 8

Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)

= ( 86 x 0,4) + (90 x 0,3) + (80 x 0,2) + (87 x 0,1)

= 86,1

• Responden 9

Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)

= ( 90 x 0,4) + (84 x 0,3) + (86 x 0,2) + (81 x 0,1)

= 86,5

• Responden 10

Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)

= ( 86 x 0,4) + (81 x 0,3) + (86 x 0,2) + (85 x 0,1)

= 84,4

203

Lampiran 20. Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 1 dan 2

1. Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 1

204

2. Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 2

205

Lampiran 21. Surat Izin Validasi ke Ahli Materi dan Ahli Media

206

207

208

Lampiran 22. Surat Izin Penelitian Skripsi

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

Lampiran 23. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Skripsi

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

Lampiran 24. Lembar Uji Referensi

230

231

232

233

234

235

236

237

238

239

240

241

242

243

244

245

LAMPIRAN 16 FOTO KEGIATAN PENELITIAN

246