pengembangan buku pengayaan kimia berbasis kearifan
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
Transcript of pengembangan buku pengayaan kimia berbasis kearifan
PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN KIMIA BERBASIS KEARIFAN
LOKAL KOTA JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Diana Rafita Septiani
1113016200051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “Pengembangan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan
Lokal Kota Jakarta” disusun oleh Diana Rafita Septiani, NIM. 1113016200051,
Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta telah melalui bimbingan dan dinyatakan
sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, Maret 2020
Yang Mengesahkan,
Pembimbing I
Salamah Agung, Ph.D
NIP. 19790624 200604 2002
Pembimbing II
Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd
NIDN. 2007078501
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP. 19770201 200801 1011
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi Berjudul Pengembangan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan
Lokal Kota Jakarta disusun oleh Diana Rafita Septiani, NIM. 1113016200051,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah
pada tanggal 30 April 2020 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia.
Jakarta, …………………2020
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia
Burhanudin Milama, M.Pd
NIP. 19770201 200801 1 001 …………………… …….……………
Penguji I
Luki Yunita, M.Pd
NIDN. 2028068501 …………………… …….……………
Penguji II
Dila Fairusi, M.Si
NIP. 19850330 201503 2 003 …………………… …….……………
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Sururin, M.Ag
NIP. 19710319 199803 2 001
iv
ABSTRAK
Diana Rafita Septiani (NIM: 1113016200051). Pengembangan Buku
Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta. Skripsi, Program
Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta merupakan buku
pelengkap pengetahuan dari buku teks kimia yang mengaitkan antara materi kimia
dengan kearifan lokal daerah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta. Metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development).
Model pengembangan yang digunakan dalam proses pengembangan buku
pengayaan ini adalah model ADDIE yang memiliki lima tahapan, yaitu analyze
(analisis), design (desain), develop (pengembangan), implementation
(implementasi), dan evaluate (evaluasi). Tahap analisis terdiri dari analisis
kebutuhan buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta dan analisis
kearifan lokal Kota Jakarta. Pada tahap desain dilakukan analisis materi kimia,
analisis KI & KD, serta analisis indikator kearifan lokal yang berkaitan dengan
materi kimia. Dalam tahap desain juga dilakukan penentuan instrumen validasi
buku pengayaan serta penentuan desain buku pengayaan kimia berbasis kearifan
lokal Kota Jakarta. Tahap pengembangan dilakukan penyusunan buku pengayaan
dan divalidasi oleh ahli materi dan ahli media. Tahap terakhir yaitu implementasi
yakni uji coba terbatas dan pemberian angket kepada 10 guru bidang studi kimia
SMA di Kota Jakarta berdasarkan aspek materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan
aspek kegrafikan. Berdasarkan hasil uji coba terbatas diperoleh nilai rata-rata buku
pengayaan sebesar 85,43 dengan predikat sangat baik, layak dijadikan sebagai buku
pelengkap pengetahuan untuk SMA di Kota Jakarta, serta bermanfaat untuk
meningkatkan ketertarikan dalam pembelajaran kimia dan pengetahuan akan
kearifan lokal Kota Jakarta.
Kata Kunci: Pengembangan Buku, Buku Pengayaan, Kearifan Lokal.
v
ABSTRACT
Diana Rafita Septiani (NIM: 1113016200051). Development of Chemistry
Supplement Book Based on Local Wisdom of Jakarta City. Thesis, Chemistry
Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif
Hidayatullah Jakarta Islamic State University.
Chemistry supplement book based on local wisdom of Jakarta City is a
complementary book of knowledge from chemistry textbook that links chemistry
materials with local wisdom of Jakarta area. This study aims to produce a
chemistry supplement book based on local wisdom of Jakarta City. Research
method used research and development. The development model used in the process
of developing this supplement book was ADDIE model which had five stages,
namely analyze, design, develop, implementation and evaluate. The analysis stage
consisted of analyzing the needs of chemistry supplement book based on local
wisdom of Jakarta City and analysis of Jakarta City's local wisdom. In the design
stage, chemistry materials analysis was performed, KI & KD, analysis and analysis
of indicators of local wisdom related to chemistry materials. In the design phase,
the instrument determination of supplement book validation was also carried out
and the determination of chemistry supplement book design based on local wisdom
in Jakarta City. The development phase was conducted making of supplement books
and validated by material experts and media experts. The last stage was the
implementation namely limited trial and giving questionnaires to 10 chemistry
teachers of senior high school in Jakarta City based on material aspects,
presentation aspects, language aspects, and graphic aspects. According to the
results of limited trials gain an average value of supplement books of 85.43 with a
predicate of very good and worthy of being used as a complementary book of
knowledge for senior high schools in the city of Jakarta. The benefits of this
research are to increase interest in learning chemistry and knowledge of the local
wisdom of Jakarta.
Keywords: Book Development, Supplement Book, Local Wisdom.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahuu Wa Ta’ala yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam yang telah mengarahkan umatnya
kepada jalan kebenaran dan menuju cahaya kemuliaan. Skripsi yang berjudul
“Pengembangan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota
Jakarta” ini disusun sebagai salah satu tugas akhir untuk mendapat gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd).
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh
Allah Subhanahuu Wa Ta’ala dengan balasan yang baik. Oleh karena itu, apresiasi
yang setinggi-tingginya ingin penulis ucapkan pada kesempatan kali ini. Secara
khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Burhanudin Milama M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Salamah Agung, Ph.D., selaku dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, nasehat, dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Evi Sapinatul Bahriah M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran dengan
penuh keikhlasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.
5. Dedi Irwandi, M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat kepada penulis selama
perkuliahan berlangsung.
vii
6. Kepala sekolah beserta guru kimia SMA di Jakarta yang telah mengizinkan
peneliti untuk pengambilan data sehingga penelitian berjalan dengan lancar.
7. Kedua orang tuaku tercinta, Ahmad Wahyudi dan Ibunda Daryanti Rizkini
yang selalu memberikan dukungan dan tiada hentinya memberikan do’a serta
selalu sabar memberikan motivasi kepada penulis.
8. Kakak Sepupu dan Adikku, Fajar Khoirul Fahmi, Syafira Kurnia Anggraini
dan Nabila Kamilatun Nisa atas doa, kasih sayang, dan dukungan yang luar
biasa.
9. Kepada Rizky Akbar Nugroho yang selalu membantu, mendengarkan penulis
dan memotivasi penulis selama penulisan skripsi.
10. Lintang Vertika Sari beserta keluarga, yang senantiasa membantu dan memberi
dukungan kepada penulis.
11. Ismi Istiqomah, Agus Sulistiono S.Pd dan Tri Bagus Purbandi, S.Pd yang
banyak membantu penulis dan sering mendengarkan penulis dalam keluh kesah
penulisan skripsi.
12. Teman-teman seperjuangan dari maba hingga sekarang yang selalu membantu
dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu Vivin Nur
Zaenab S.Pd dan Mutiah Ulfah S.Pd.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan
manfaat bagi mahasiswa sebagai calon guru dan secara umum bagi peningkatan
mutu pendidikan guna melahirkan manusia yang berkualitas. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Jakarta, 19 Desember 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II ..................................................................................................................... 7
KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................... 7
A. Kajian Teori ................................................................................................. 7
B. Penelitian Relevan ...................................................................................... 30
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 31
BAB III ................................................................................................................. 33
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 33
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 33
B. Metode Penelitian....................................................................................... 33
C. Prosedur Penelitian..................................................................................... 34
ix
D. Objek dan Subjek Penelitian ...................................................................... 38
E. Sumber Data ............................................................................................... 38
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 39
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 45
BAB IV ................................................................................................................. 49
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 49
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 49
B. Pembahasan ................................................................................................ 66
BAB V ................................................................................................................... 77
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 77
A. Kesimpulan ................................................................................................ 77
B. Saran ........................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79
LAMPIRAN .......................................................................................................... 85
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Perbedaan Buku Teks dengan Buku Pengayaan ............................ 10
Tabel 2. 2 Jenis-jenis Koloid ............................................................................ 25
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ....................................................... 39
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Lembar Observasi ............................................................ 40
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi Ahli Materi .......................... 40
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Guru Kimia ........................................................... 43
Tabel 3. 5 Kriteria Penskoran Skala Guttman .................................................. 45
Tabel 3. 6 Kriteria Penskoran Rating Scale ..................................................... 46
Tabel 3. 7 Kriteria Interpretasi Skor Setiap Aspek .......................................... 46
Tabel 3. 8 Bobot yang Dimiliki Oleh Setiap Indikator .................................... 47
Tabel 3. 9 Kriteria Interpretasi Skor ................................................................ 48
Tabel 4. 1 Pandangan dan Harapan Guru Kimia Mengenai Buku Pengayaan
Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta .................................. 52
Tabel 4. 2 Format Penulisan Buku Pengayaan................................................. 55
Tabel 4. 3 Hasil Penilaian Validasi .................................................................. 63
Tabel 4. 4 Persentase Rata-rata Seluruh Aspek Respon Guru ......................... 64
Tabel 4. 5 Kelayakan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota
Jakarta .............................................................................................. 65
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Peta Kota Jakarta ......................................................................... 17
Gambar 2. 2 Struktur Amilosa ......................................................................... 20
Gambar 2. 3 Struktur Amilopektin................................................................... 21
Gambar 2. 4 Reaksi Oksidasi Lemak ............................................................... 22
Gambar 2. 5 Kerangka Berpikir ....................................................................... 32
Gambar 3. 1 Desain Pengembangan Buku Pengayaan .................................... 37
Gambar 4. 1 Buku Kimia yang Digunakan dalam Proses Pembelajaran ......... 50
Gambar 4. 2 Kulit Buku ................................................................................... 56
Gambar 4. 3 Identitas Buku ............................................................................. 57
Gambar 4. 4 Kata Pengantar ............................................................................ 58
Gambar 4. 5 Cuplikan Petunjuk Penggunaan Buku ......................................... 59
Gambar 4. 6 Cuplikan Daftar Isi ...................................................................... 60
Gambar 4. 7 Cuplikan Daftar Gambar ............................................................. 60
Gambar 4. 8 Cuplikan Bagian Isi ..................................................................... 61
Gambar 4. 9 Cuplikan Daftar Pustaka.............................................................. 62
Gambar 4. 10 Glosarium .................................................................................. 63
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Wawancara Guru ....................................................................... 85
Lampiran 2. Wawancara Kearifan Lokal Kota Jakarta ................................. 91
Lampiran 3. Hasil Studi Literatur dan Studi Langsung Kearifan Lokal Kota
Jakarta ....................................................................................... 96
Lampiran 4. Analisis Konten Kimia .............................................................. 97
Lampiran 5. Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ..................... 99
Lampiran 6. Analisis Indikator ......................................................................103
Lampiran 7. Kisi-kisi Validasi Buku Pengayaan untuk Ahli Materi .............120
Lampiran 8. Lembar Validasi Ahli Materi ....................................................122
Lampiran 9. Lembar Validasi Ahli Media .....................................................127
Lampiran 10. Lembar Jawaban Validasi Ahli Materi .....................................128
Lampiran 11. Lembar Jawaban Validasi Ahli Media ......................................148
Lampiran 12. Validitas Buku Pengayaan Berdasarkan Ahli Materi................149
Lampiran 13. Validitas Buku Pengayaan Berdasarkan Ahli Media ................152
Lampiran 14. Perbedaan Buku Sebelum dan Sesudah Revisi .........................154
Lampiran 15. Kisi-kisi Angket Respon Guru ..................................................176
Lampiran 16. Angket Respon Guru .................................................................180
Lampiran 17. Lembar Jawaban Angket Respon Guru ....................................188
Lampiran 18. Pengolahan Angket Respon Guru .............................................196
Lampiran 19. Penentuan Kriteria Kelayakan Buku Pengayaan.......................199
Lampiran 20. Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 1 dan 2 ..............203
Lampiran 21. Surat Izin Validasi ke Ahli Materi dan Ahli Media ..................205
Lampiran 22. Surat Izin Penelitian Skripsi ......................................................208
xiii
Lampiran 23. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Skripsi ............219
Lampiran 24. Lembar Uji Referensi ................................................................229
Lampiran 25. Dokumentasi .............................................................................245
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kearifan lokal adalah tatanan budaya dalam bentuk pengetahuan, norma,
peraturan, dan keterampilan masyarakat di suatu daerah untuk memenuhi
kebutuhan hidup bersama (Suswandari, 2017, hlm. 31). Kearifan lokal dapat
diklasifikasikan menjadi makanan, teknik produksi, pakaian, pengobatan, dan
industri rumah tangga (Wagiran, 2011).
Kearifan lokal yang dimiliki Indonesia berpotensi membangun karakter
bangsa Indonesia. Ironisnya kearifan lokal yang merupakan sifat karakter
Indonesia terkikis seiring adanya pengaruh globalisasi dan modernisasi.
Modernisasi dapat menggeser nilai-nilai kearifan lokal dengan adanya
pengetahuan asing yang berkembang begitu pesat dalam kehidupan orang
Indonesia, baik kehidupan di perkotaan maupun pedesaan. Adanya pergeseran
nilai pengetahuan menyebabkan nilai-nilai kearifan lokal sering dilupakan,
bahkan di daerah perkotaan nilai-nilai kearifan lokal sudah terdegradasi
sehingga tidak pernah ada jaminan bahwa kearifan lokal bisa diwarisi dari satu
generasi ke generasi lainnya (Anggraini dan Kusniarti, 2015).
Kearifan lokal perlu diperkenalkan kembali kepada siswa, terutama siswa
di daerah perkotaan dengan dampak globalisasi dan modernisasi yang lebih
luas. Pengenalan kearifan lokal untuk siswa dilakukan dengan
menyelenggarakan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyebut kearifan lokal dengan istilah
keunggulan lokal. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dipertegas dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 50 ayat 5 yang menyatakan bahwa “pemerintah
kabupaten/kota berkewajiban mengelola satuan pendidikan yang berbasis
keunggulan lokal”. Selanjutnya, dalam pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 menyatakan “untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain
2
yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal”.
Menurut pasal 91 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
menjelaskan bahwa “dalam rangka lebih mendorong penjaminan mutu ke arah
pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, pemerintah, dan
pemerintah daerah memberikan perhatian khusus pada penjaminan mutu satuan
pendidikan tertentu yang berbasis keunggulan lokal”. Oleh karena itu,
pemerintah daerah berwenang untuk mengembangkan potensi daerahnya
masing-masing dengan menyelenggarakan pendidikan berbasis keunggulan
lokal. Pentingnya pendidikan berbasis kearifan lokal juga diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Wagiran (2011) yang diperoleh data bahwa
sebagian besar guru (51,2%) menyatakan bahwa pendidikan kearifan lokal
sangat penting diterapkan, 46,4% guru menyatakan penting, dan hanya 3 guru
(0,9) yang menyatakan pendidikan kearifan lokal itu tidak penting. Alasan
terbesar dari pentingnya pendidikan berbasis kearifan lokal yaitu agar siswa
mengetahui, mengenal, dan mampu melestarikan budaya bangsa.
Pemerintah daerah dalam hal ini yaitu satuan pendidikan berhak untuk
mengembangkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan
lingkungannya. Oleh karena itu, ini dapat membuka kesempatan bagi guru
untuk melakukan inovasi pembelajaran berbasis kearifan lokal (Ardan, Ardi,
Hala, Supu dan Dirawan, 2015). Inovasi pembelajaran berbasis kearifan lokal
salah satunya dapat dilakukan dengan mengembangkan bahan ajar yang tepat.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasal 20 Guru
diharapkan mengembangkan materi ajar dan sumber belajar. Bahan ajar atau
materi pembelajaran (Instructional materials) secara garis besar terdiri dari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari oleh peserta didik
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Menurut Depdiknas (2008), suatu bahan ajar perlu untuk dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan dan materi yang dipelajari. Salah satu bahan ajar yang
paling umum digunakan dalam pembelajaran adalah buku. Dalam kegiatan
pembelajaran, selain buku teks pelajaran dapat digunakan jenis buku lain, yaitu
buku-buku pengayaan, buku-buku referensi, dan buku panduan pendidik.
3
Ketentuan ini tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran, pasal 2 ayat (2) yang menyatakan
bahwa selain buku teks pelajaran, pendidik dapat menggunakan buku panduan
pendidik, buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, dipertegas lagi pada ayat (3) yang menyatakan bahwa untuk
menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik, pendidik dapat
menganjurkan peserta didik untuk membaca buku pengayaan dan buku
referensi.
Buku pengayaan berbasis kearifan lokal perlu dikembangkan untuk
memenuhi indikator pendidikan berbasis keunggulan lokal. Menurut Subijanto
(2015), buku pengayaan berbasis kearifan lokal yang baik memiliki tujuan
sebagai berikut: 1) menjadikan siswa mengetahui keunggulan lokal daerah
dimana dia tinggal, 2) memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan
keunggulan lokal daerah tersebut, 3) mampu mengolah sumber daya dan terlibat
dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang berkaitan dengan keunggulan
lokal, 4) mampu bersaing secara nasional maupun global, 5) serta mampu
melestarikan budaya, tradisi, dan sumber daya yang menjadi keunggulan
daerahnya.
Jika dilihat dari indikator-indikator buku pengayaan yang baik, maka
untuk bahan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada buku pengayaan
dapat diambil dari kearifan lokal daerah setempat. IPA terdiri dari berbagai
cabang ilmu, yakni ilmu kimia, ilmu biologi, dan ilmu fisika. Ilmu kimia sangat
penting dalam kehidupan manusia. Menurut Braddy (1999, hlm. 22), ilmu kimia
merupakan ilmu yang membahas mengenai bahan kimia. Semua bahan-bahan
yang sehari-hari kita pegang, lihat, dan cium baunya termasuk bahan kimia.
Oleh karena itu, ilmu kimia cocok untuk diintegrasikan dengan kearifan lokal
yang dituangkan dalam buku pengayaan guna untuk memperkuat hubungan
antara konsep dengan lingkungan sekitarnya.
Setiap daerah memiliki kearifan lokal yang berbeda dengan daerah
lainnya. Salah satu daerahnya yaitu Jakarta. “Jakarta merupakan suatu kawasan
yang strategis untuk perdagangan Internasional dengan jalur utama transportasi
4
laut” (Suswandari, 2017, hlm. 1). “Secara Geografis Jakarta berbatasan dengan
Provinsi Banten di sebelah barat dan Provinsi Jawa Barat di timur dan selatan
serta Laut Jawa di utara” (Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2017).
Jakarta adalah Ibukota Negara Republik Indonesia yang dihuni oleh
ratusan etnik berbeda dari seluruh wilayah di Indonesia. Jakarta dihuni oleh
masyarakat asli yang disebut dengan etnik betawi. Namun, masih banyak
masyarakat Jakarta terutama generasi muda yang tidak mengetahui kearifan
lokal daerahnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suswandari (2016)
bahwa banyak generasi muda yang tidak memahami karakter budaya dan
keberadaan etnik betawi walaupun mereka lahir dan besar di Jakarta.
Masyarakat asli Jakarta ini memiliki aneka ragam budaya dan kearifan lokal
yang dapat dijadikan sebagai sumber dalam pengemasan rancangan
pembelajaran, sumber pembelajaran, serta media pembelajaran di sekolah
(Suswandari, 2016). Untuk itu, pemerintah DKI Jakarta membuat peraturan
tentang penyelenggaraan pendidikan berbasis keunggulan daerah dengan fungsi
dan tujuannya, yaitu “sebagai sarana pembelajaran untuk menghasilkan peserta
didik yang mampu mengembangkan keunggulan daerah dan untuk menyiapkan
peserta didik yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang
mampu menunjang pengembangan potensi ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat Kota Jakarta” (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta pasal 2
dan 3). Namun pada kenyataannya bahan ajar yang digunakan oleh siswa di
sekolah masih didominasi oleh teori-teori dan kurang memperhatikan hubungan
konsep-konsep sains dengan kearifan lokal. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Sari, Rosita, Harijanto, dan Wahyuni (2018) bahwa bahan ajar yang
digunakan siswa sudah sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa, namun
belum menyajikan permasalahan yang berhubungan dengan kearifan lokal.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini
cakupan daerah Jakarta lebih luas, tidak hanya pada satu wilayah tertentu, serta
dilengkapi dengan kompetensi-kompetensi pendidikan berbasis kearifan lokal.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka timbul gagasan
peneliti untuk mengembangkan bahan ajar berupa buku pengayaan, yang
5
dituangkan dalam skripsi berjudul “Pengembangan Buku Pengayaan Kimia
Berbasis Kearifan lokal Kota Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Respon guru terhadap pendidikan kearifan lokal dinilai sangat penting untuk
diterapkan, namun buku teks kimia masih kurang memperhatikan hubungan
konsep-konsep sains dengan kearifan lokal.
2. Masih kurangnya pengembangan kearifan lokal daerah Kota Jakarta dalam
pembelajaran siswa.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Buku pengayaan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku
pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.
2. Fokus sains yang terdapat dalam buku pengayaan ini adalah kimia SMA.
3. Kearifan lokal yang terdapat di dalam buku ini ada lima, yaitu kerak telor,
roti buaya, dodol betawi, bir pletok, dan batik betawi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang
dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengembangan buku pengayaan kimia berbasis kearifan
lokal Kota Jakarta?
2. Bagaimanakah respon guru kimia Kota Jakarta mengenai buku pengayaan
kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta?
6
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengembangkan buku
pengayaan kimia berbasis kearifan lokal kota Jakarta dan mengetahui respon
guru mengenai buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa sebagai bahan belajar siswa untuk meningkatkan ketertarikan
dalam pembelajaran kimia dan pengetahuan akan kearifan lokal Kota
Jakarta.
2. Bagi guru sebagai salah satu media atau alat pembelajaran yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Bagi peneliti agar dapat mengetahui cara mengembangkan buku pengayaan
dalam penelitian selanjutnya.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Buku
a. Pengertian Buku
Buku adalah kumpulan kertas yang bagian luarnya terdapat
pelindung dari kertas tebal dan berisi informasi yang disusun secara
sistematis serta dijilid (Sitepu, 2012, hlm. 13). Sedangkan menurut
Majid (2011, hlm. 175) buku merupakan bahan ajar yang berisi ilmu
pengetahuan dan disajikan secara tertulis. Buku yang baik adalah buku
yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan
disajikan secara menarik (Depdiknas, 2008, hlm. 12). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa buku merupakan kumpulan kertas yang berisi
informasi dan ilmu pengetahuan yang dijilid dengan pelindung dari
kertas yang tebal.
b. Klasifikasi Buku
Jenis buku dalam satuan pendidikan diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu:
1) Buku Teks Pelajaran
Buku teks adalah buku acuan utama yang digunakan di satuan
pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat
materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan,
ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan
estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang
disusun berdasarkan standar nasional pendidikan (Permendiknas,
2008).
8
2) Buku Nonteks Pelajaran
Buku nonteks pelajaran merupakan buku pengayaan yang
mendukung proses pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan
(Permendikbud, 2016).
2. Buku Pengayaan
a. Pengertian Buku Pengayaan
Buku pengayaan merupakan buku yang berisi materi yang dapat
meningkatkan wawasan, pengalaman dan pengetahuan bagi yang
membaca (Puskurbuk, 2014, hlm. 8). Sedangkan menurut
Permendiknas (2008), buku pengayaan adalah buku yang dapat
memperkaya buku teks pelajaran pendidikan dasar, menengah maupun
perguruan tinggi. Oleh karena itu, buku pengayaan termasuk ke dalam
jenis buku nonteks pelajaran.
Buku ini tidak wajib dimiliki siswa dan guru, namun sangat
membantu memperluas pemikiran siswa mengenai ilmu pengetahuan
yang didapatnya dalam buku pokok, karena didalam buku pengayaan
dibahas secara lebih luas dan lebih mendalam mengenai suatu bahasan
pokok tertentu yang terdapat didalam kurikulum, dan dalam
penyusunannya tidak mengacu secara penuh pada kurikulum, baik dari
tujuan, materi pokok, dan metode penyajiannya (Sitepu, 2012, hlm.16).
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa buku
pengayaan merupakan buku pelengkap dari buku teks pelajaran yang
dapat digunakan untuk memperkaya atau melengkapi wawasan dan
pengetahuan yang diperoleh bagi pembacanya.
b. Jenis Buku Pengayaan
Buku pengayaan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu buku
pengayaan pengetahuan, buku pengayaan keterampilan, dan buku
pengayaan kepribadian (Puskurbuk, 2014, hlm. 8-9).
9
1) Buku Pengayaan Pengetahuan
Buku pengayaan pengetahuan adalah buku yang berisi materi yang
berfungsi untuk meningkatkan penguasaan IPTEKS bagi
pembacanya.
2) Buku pengayaan Keterampilan
Buku pengayaan keterampilan adalah buku yang berisi materi yang
berfungsi untuk meningkatkan penguasaan keterampilan di bidang
tertentu.
3) Buku Pengayaan Kepribadian
Buku pengayaan keterampilan adalah buku yang dapat
meningkatkan kualitas kepribadian bagi pembacanya.
c. Ciri-ciri Buku Pengayaan
Buku pengayaan termasuk ke dalam jenis buku nonteks pelajaran.
Menurut puskurbuk (2014, hlm. 6-7) ciri-ciri dari buku nonteks
pelajaran adalah sebagai berikut.
1) Buku nonteks bukan merupakan acuan wajib dalam pembelajaran.
2) Isi buku tidak dilengkapi dengan instrumen evaluasi seperti
pertanyaan, tes, dan sebagainya yang digunakan untuk mengukur
pemahaman siswa dalam saat membaca buku tersebut.
3) Buku tidak disajikan berdasarkan tingkatan kelas maupun semester.
4) Isi buku terkait dengan sebagian atau salah satu lingkup materi dan
kompetensi inti atau kompetensi dasar baik secara langsung maupun
tidak langsung.
5) Isi buku dapat dimanfaatkan oleh pembaca.
6) Isi buku dapat digunakan berbagai jenjang pendidikan sebagai bahan
pengayaan atau pembelajaran sesuai dengan peruntukannya.
10
d. Komponen Dasar Struktur Buku
Menurut Permendikbud (2016), komponen dasar atau bagian-bagian
buku terdiri dari:
1) Kulit Buku
Kulit buku terdiri atas kulit depan buku, kulit belakang buku, dan
punggung buku.
2) Bagian Awal
Bagian awal ini terdapat bagian-bagian buku yang harus dipenuhi,
dintaranya yaitu: halaman judul dan halaman penerbitan serta dapat
juga menambahkan halaman kata pengantar, halaman daftar isi,
halaman daftar gambar, halaman tabel, dan penomoran halaman.
3) Bagian Isi
Bagian isi buku wajib memenuhi aspek materi, aspek kebahasaan,
aspek penyajian materi, dan aspek kegrafikan.
4) Bagian Akhir
Bagian akhir buku wajib memenuhi halaman daftar pustaka, dan
dapat juga dilengkapi dengan glosarium dan lampiran sesuai dengan
kebutuhan (Puskurbuk, 2014, hlm. 18).
e. Perbedaan Buku Teks dengan Buku Pengayaan
Berikut adalah perbedaan antara buku teks pelajaran dengan buku
pengayaan (Maryam, 2012).
Tabel 2. 1 Perbedaan Buku Teks dengan Buku Pengayaan
No. Karakteristik Buku teks Buku pengayaan
1. Sasaran Materi yang
disajikan tertulis
dan harus
dipahami siswa
dalam satuan
pendidikan
Menambah pengetahuan
siswa dan guru dalam
satuan pendidikan
2. Fungsi dalam
satuan
pendidikan
Sebagai sumber
utama
Tidak menjadi sumber
utama, hanya sebagai
pelengkap
11
No. Karakteristik Buku teks Buku pengayaan
3. Posisi dalam
satuan
pendidikan
Wajib Tidak wajib, melainkan
hanya sebagai pendukung
4. Kegunaan
sebagai alat
pendukung
Tinggi Tidak tinggi
5. Acuan
penulisan
Terkait dengan
kurikulum
Tidak terkait dengan
kurikulum (mata pelajaran
sains, kebutuhan hidup,
perencanaan atau
pertumbuhan zaman,
pengalaman hidup)
6. Bantuan guru Wajib Tidak wajib
7. Anatomi buku Selalu berisi
materi pelajaran,
diskusi, latihan,
dan evaluasi
secara lengkap
-
8. Pengguna Dominan siswa Tidak didominasi siswa
9. Tempat
penggunaan
Didominasi di
dalam kelas
ataupun di
sekolah
Tidak didominasi di dalam
kelas ataupun di sekolah.
Bisa juga digunakan di
rumah, ruang tunggu,
ataupun ruang publik
3. Kearifan Lokal
a. Pengertian Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah aturan sosial budaya dalam masyarakat yang
diwariskan secara turun temurun dalam bentuk pengetahuan, norma,
peraturan maupun keterampilan untuk memenuhi kebutuhan hidup
(Hidayati, 2016). Kearifan lokal juga diartikan sebagai tradisi
masyarakat untuk melestarikan dan mengelola sumber daya yang ada
(Sari, dkk. 2018). Dalam arti luas, kearifan lokal yang terbentuk dapat
dijadikan sebagai keunggulan budaya setempat maupun keunggulan
kondisi geografisnya (Panjaitan, dkk. 2014, hlm. 115).
12
Menurut Kemendikbud dalam Prasetyo (2013) kearifan lokal
disebut juga sebagai keunggulan lokal. Keunggulan lokal merupakan
ciri khas suatu daerah yang mencakup aspek ekonomi, budaya,
teknologi informasi dan komunikasi, maupun ekologi yang menjadi
keunggulan suatu daerah (Trisnawaty, 2016). Menurut Apriyanto dalam
Hidayati (2016) kearifan lokal mencakup lima dimensi sosial, yaitu
pengetahuan lokal, budaya lokal, keterampilan lokal, sumber-sumber
lokal, dan proses sosial lokal. Menurut Suswandari (2017, hlm. 37)
wujud dari kearifan lokal bisa dalam bentuk permainan tradisional, lagu
daerah, cerita rakyat, alat-alat tradisional, kuliner, sistem pengobatan
herbal, teknik produksi, batik, kerajinan tangan, pengelolaan
lingkungan, seni budaya dan sebagainya. Sedangkan Wagiran (2011)
mengklasifikasikan kearifan lokal menjadi makanan, teknik produksi,
pengobatan, pakaian, dan industri rumah tangga.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kearifan
lokal merupakan potensi khas suatu daerah yang membedakan dengan
daerah lain yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi
dan komunikasi, maupun ekologinya.
b. Fungsi Kearifan Lokal
Menurut Suswandari (2017, hlm.37) fungsi kearifan lokal sebagai
berikut:
1) Sebagai penanda identitas sebuah komunitas.
2) Sebagai elemen perekat lintas warga, lintas agama, dan kepercayaan.
3) Tidak bersifat memaksa tetapi sebuah unsur kultural yang ada dan
hidup dalam masyarakat sebagai daya ikat yang mengena.
4) Memberikan warna kebersamaan bagi seluruh komunitas.
5) Menambah pola pikir dan hubungan timbal balik antara individu
dengan kelompok.
6) Sebagai pendorong terbangunnya kebersamaan.
13
c. Potensi Pengembangan Kearifan Lokal
Potensi pengembangan kearifan lokal terdiri dari sumber daya alam
(SDA), sumber daya manusia (SDM), geografis, budaya, dan historis
(Mukminan, 2011).
1) Potensi Sumber Daya Alam (SDA)
Potensi sumber daya alam (SDA) adalah potensi yang berada di
alam yang dapat digunakan untuk kepentingan hidup.
2) Potensi Sumber Daya Manusia (SDM)
Potensi sumber daya manusia (SDM) adalah potensi yang dimiliki
manusia untuk mampu menggunakan potensi alam dengan
menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perubahan IPTEK dan
perubahan sosial budaya.
3) Potensi Geografis
Potensi geografis ini meliputi fenomena geosfer yang terdiri dari
atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer (lapisan
kehidupan flora dan fauna) dan antroposfer.
4) Potensi Budaya
Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu berbeda dengan
daerah yang lain sehingga sikap dari menghargai kebudayaan daerah
ini dapat menjadi keunggulan lokal.
5) Potensi Historis
Potensi historis merupakan potensi sejarah maupun tradisi yang
masih dilestarikan sampai saat ini. Agar potensi ini dapat dijadikan
sebagai keunggulan lokal, maka diperlukan akulturasi terhadap
nilai-nilai trasional dengan memberi kultural baru agar terjadi
perpaduan antara kepentingan tradisional dan kepentingan modern.
14
4. Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
a. Pengertian Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Pendidikan berbasis keunggulan lokal merupakan usaha untuk
mewujudkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran untuk
mengembangkan potensi dirinya agar memiliki keahlian, pengetahuan,
dan sikap dengan menggali dan memanfaatkan potensi daerah setempat
(Prasetyo, 2013).
Pengelolaan pendidikan berbasis keunggulan lokal merupakan
terobosan dunia pendidikan dalam meningkatkan potensi daerah.
Keunggulan dari pengelolaan ini yaitu adanya keterkaitan antara
pendidikan dengan dunia nyata (Subijanto, 2015). Penggunaan kearifan
lokal dalam pembelajaran juga memastikan ilmu pembelajaran tidak
hanya memahami konsep, tetapi juga memperkuat identitas Indonesia
dengan berbagai budayanya (Parmin, Sajidan, Ashadi dan Sutikno,
2015).
b. Landasan Yuridis Pendidikan berbasis kearifan lokal
Menurut Priambodo (2011), dasar penyelenggaraan Pendidikan
berbasis keunggulan lokal adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Bab XIV Pasal 50 Ayat 5
Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola pendidikan dasar dan
menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis pendidikan lokal.
2) Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi dan wawasan
demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan.
3) PP RI No. 19 Tahun 2005 Bab III Pasal 14 Ayat 1
Kurikulum untuk SMP/MTS/SMPLB dan SMA/MA atau bentuk
lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis
keunggulan lokal.
4) Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Bab X Pasal 36 ayat 2
15
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah dan peserta didik.
c. Tujuan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
Menurut Agung S (2015) pendididikan berbasis kearifan lokal dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperkuat karakter siswa
dari identitas diri. Fungsi lain dari kearifan lokal menurut Chusorn,
Ariratana dan Chusorn (2013) yaitu untuk mengembangkan kearifan
lokal sebagai sumber belajar, untuk mengenalkan kearifan lokal kepada
siswa melalui pendidikan formal maupun nonformal, dan untuk
memecahkan permasalahan dalam masyarakat.
Menurut Subijanto (2015) tujuan Pendidikan berbasis kearifan lokal
yaitu:
1) Siswa dapat mengetahui keunggulan lokal daerah tempat tinggalnya.
2) Siswa dapat memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan
keunggulan lokal daerahnya.
3) Siswa mampu mengelola sumber daya yang ada di daerahnya.
4) Siswa mampu menghasilkan dan melestarikan
budaya/tradisi/sumber daya yang menjadi keunggulan daerah
dengan ikut terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan
keunggulan lokal.
5) Siswa mampu bersaing secara nasional maupun global.
d. Kompetensi Kearifan Lokal
Menurut Asmani (2012, hlm. 114-115) terdapat empat kompetensi
dalam pelaksanaan Pendidikan berbasis kearifan lokal, yaitu:
1) Kompetensi Personal
Kompetensi personal dapat dikenali dari sifat-sifat pada diri
seseorang yang perilakunya dapat diteladani, seperti percaya diri,
16
berani dalam mengambil resiko, bersemangat, murah hati, penyabar,
dan empati.
2) Kompetensi Berpikir
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan berpikir ilmiah.
Kompetensi berpikir ini dapat dikenali dari beberapa keterampilan,
seperti menggali dan menemukan data, mengolah data menjadi
informasi, merumuskan persoalan, dalam memutuskan suatu
permasalahan dapat memberikan alasan-alasan yang rasional,serta
keterampilan memilih alternatif pemecahan masalah.
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi ini dapat dikenali dari beberapa keterampilan,
seperti memahami karakteristik orang lain, memiliki hubungan
pribadi, mampu berkomunikasi dalam kelompok, menemukan dan
membina jaringan sekaligus media komunikasi, bekerja sama, serta
memberikan tugas dan kepercayaan kepada orang lain.
4) Kompetensi Vokasional
Kompetensi vokasional merupakan keterampilan yang dikaitkan
dengan bidang pekerjaan tertentu yang bersifat spesifik dan teknik
yang digunakan terdapat di masyarakat.
17
5. Kearifan Lokal Kota Jakarta
Gambar 2. 1 Peta Kota Jakarta
Pada gambar 2.1 menunjukkan peta Kota Jakarta. Provinsi Daerah
Khusus Ibukota (DKI) Jakarta terletak pada posisi 6o12’ LS dan 106o48’ BT
serta terbentang pada hamparan tanah seluas 662, 33 km2 atau hanya 0,04%
dari total luas daratan Indonesia, padahal provinsi ini ditinggali oleh sekitar
4% dari total penduduk Indonesia. DKI jakarta juga memiliki 218 pulau
yang terletak di Kabupaten Kepulauan Seribu, namun hanya sekitar
setengahnya saja yang berpenghuni (Badan Pusat Statistik DKI Jakarta,
2017).
Dalam pemahaman tentang Jakarta, selalu terbesit dengan etnik Betawi.
Etnik betawi merupakan masyarakat asli Jakarta. Identitas Jakarta yang
perlu diketahui warga yang tinggal di Jakarta yaitu ungkapan bahasa dengan
dialog yang khas, tata cara adat yang khas, kuliner yang khas, dan
sebagainya (Suswandari, 2017, hlm. 20). Menurut peraturan gubernur
provinsi DKI Jakarta pasal 1 ayat (1) dengan peraturan gubernur ini
18
ditetapkan ikon budaya Betawi, menurut pasal 1 ayat (2) Ikon Budaya
Betawi terdiri atas: ondel-ondel, kembang kelapa, ornamen gigi balang, baju
sadariah, kebaya kerancang, batik Betawi, kerak telor, dan bir pletok.
Penetapan ikon budaya Betawi sebagaimana dalam pasal 1 ayat (1)
dimaksudkan sebagai upaya pelestarian melalui pengenalan yang
menggambarkan ciri khas masyarakat Betawi dan jatidiri Provinsi DKI
Jakarta sebagai daya tarik wisata.
Menurut Suswandari (2017, hlm. 94-97) kuliner yang khas dari daerah
ini yaitu nasi uduk, soto Betawi, soto tangkar, sayur besan, sayur bebanci,
bir pletok, roti buaya, kerak telor, dan selendang mayang. Seni yang khas
dari daerah ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu seni musik, seni tari, dan
teater. Seni musik di antaranya gambang keromong, gambang rancag,
keroncong tugu, ondel-ondel, tanjidor, rebana biang, rebana ketimpring,
rebana hadro, orkes sambrah dan tonil sambrah serta orkes gambus. Seni
tari di antaranya tari cokek, tari belenggo, tari topeng dan tari kreasi baru.
Sedangkan seni teater di antaranya lenong, lenong denes, lenong preman,
topeng, blantek, jipeng dan jinong, serta wayang kulit betawi (Suswandari,
2017, hlm. 79-90).
6. Hakikat Ilmu Kimia
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana benda dan
materi dapat diubah dari bentuk yang ada dengan sifat-sifat tertentu menjadi
bentuk lain dengan sifat yang berbeda pula (Petrucci, 1985, hlm. 1). Lalu
Chang (2003, hlm. 6), berpendapat bahwa kimia merupakan ilmu yang
mempelajari tentang materi serta perubahannya. Badan Standar Nasional
Pendidikan (2006, hlm. 177) Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar SMA/MA menjelaskan bahwa:
Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,
dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi,
struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu,
mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat
yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan
19
energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal
yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai
produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab
itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus
memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.
Mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu mengenai zat
yang melipti komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan
energetika zat. Mata pelajaran kimia di SMA berfungsi sebagai berikut
(Depdiknas, 2004):
1. Menyadari keteraturan dan keindahan alam sebagai kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Memupuk sifat ilmiah seperti sikap jujur dan terbuka, ulet, kritis, dan
dapat bekerjasama dengan orang lain.
3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan mode ilmiah melalui
percobaan atau eksperimen.
4. Meningkatkan kesadaran tentang aplikasi ilmu pengetahuan yang dapat
bermanfaat dan juga merugikan serta menyadari pentingnya
melestarikan dan mengelola lingkungan demi kesejahteraan.
5. Memahami konsep-konsep kimia dan keterkaitan serta penerapannya
untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
teknologi.
6. Membentuk sikap yang positif terhadap kimia seperti merasa tertarik
untuk mempelajari kimia lebih lanjut.
Materi Kimia yang berkaitan dengan kearifan lokal Kota Jakarta di
antaranya adalah:
a. Makromolekul
1) Protein
Protein ialah polimer yang terdiri dari asam amino. Asam amino
merupakan senyawa yang mengandung sedikitnya satu gugus amino (-
NH2) dan sedikitnya satu gugus karboksil (-COOH) (Chang, 2005, hlm.
295). Protein diklasifikasikan menjadi 2, yaitu protein serat dan protein
20
globular. Protein serat memiliki bentuk molekul lebih panjang seperti
serat atau serabut. Protein serat ini merupakan komponen utama lapisan
kulit luar, rambut, bulu, kuku, dan tanduk pada hewan (Sumarlin, 2013,
hlm. 54-57). Sedangkan protein globular umumnya berbentuk bulat atau
elips dan terdiri atas rantai polipeptida yang berlipat. Protein globular
ini larut dalam air dan melakukan berbagai fungsi dalam suatu
organisme (Fessenden, 1982, hlm. 390).
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia protein yaitu
kerak telor dan batik Betawi. Pada kerak telor dijelaskan mengenai
kandungan asam amino yang terdapat di dalam telur. Pada batik Betawi,
kain yang digunakan dalam pembuatan batik Betawi salah satunya
adalah kain sutera. Bahan baku kain sutera yaitu kokon ulat sutera
(Bombyx mori L) yang mengandung protein serat yaitu fibroin.
2) Karbohidrat
Salah satu golongan dari karbohidrat adalah polisakarida. Amilum
termasuk ke dalam polisakarida. Amilum atau pati terdapat pada umbi,
daun, batang, dan biji-bijian. Kandungan utama dari pati yaitu amilosa
dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida linear dari unit-unit
glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α (1,4)-glukosida. Sedangkan
amilopektin merupakan polisakarida yang banyak cabangnya, terdiri
dari beberapa unit glukosa berantai lurus (±30 unit) yang dihubungkan
oleh ikatan α (1,6)-glikosida (Sumarlin, 2013, hlm. 30).
Gambar 2.2 Struktur Amilosa
21
Gambar 2.3 Struktur Amilopektin
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia karbohidrat
adalah tekstur pada dodol Betawi. Tekstur pada dodol Betawi ditentukan
oleh adanya kandungan amilosa dan amilopektin yang terdapat pada
pati.
3) Lipid
Salah satu golongan lipid yaitu lemak dan minyak. Proses oksidasi
pada lemak menyebabkan timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut
dengan proses ketengikan. Proses ketengikan biasanya dimulai dengan
pembentukan peroksida dan hidroperoksida. Terurainya asam lemak-
asam lemak yang disertai dengan perubahan hidroperoksida menjadi
aldehid dan keton, serta asam lemak-asam lemak bebas inilah yang
menyebabkan bau tidak enak (tengik) (Winarno, 1992, hlm. 106-107).
Reaksi oksidasi lemak terdapat pada gambar 2.4 dibawah ini.
22
Gambar 2.4 Reaksi Oksidasi Lemak
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi lipid yaitu dodol
Betawi. Materi kimia lipid yang dijelaskan pada dodol Betawi yaitu
waktu simpan dodol Betawi. Dodol yang tidak tahan lama biasanya
mengeluarkan bau tengik.
23
b. Tata Nama Senyawa
Ion poliatom merupakan senyawa ion yang mengandung lebih dari
satu atom. Penamaan senyawa ini dimulai dengan ion yang bermuatan
positif (Braddy, 1999, hlm. 179). Contohnya pada penamaan senyawa
CaCO3. Ca2+ termasuk kation logam, dan CO32- termasuk anion poliatomik
maka nama senyawa ini adalah kalsium karbonat.
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia tata nama
senyawa yaitu kerak telor, roti buaya, dan batik Betawi. Materi tata nama
senyawa pada kerak telor yaitu penamaan pada kandungan terbesar dari
cangkang telur yaitu CaCO3 atau kalsium karbonat. Materi tata nama
senyawa pada roti buaya yaitu senyawa yang terdapat di dalam pengembang
kue yaitu NaHCO3 atau Natrium Bikarbonat. Sedangkan materi tata nama
senyawa pada batik Betawi yaitu penamaan pada zat warna sintetis yaitu
NaNO2 atau natrium nitrit.
c. Persamaan Reaksi
Jika suatu percobaan telat dilakukan, persamaan reaksi dapat berarti
memperlihatkan apa yang telat terjadi dalam reaksi tersebut (Braddy, 1999,
hlm. 104). Salah satu contohnya adalah reaksi pada adonan roti yang
mengembang. Persamaan reaksinya adalah:
C6H12O6 2C2H5OH + 2 CO2 + 2 ATP
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia persamaan reaksi
yaitu roti buaya. Materi persamaan reaksi yang dijelaskan pada roti buaya
yaitu persamaan reaksi yang terjadi pada adonan roti yang mengembang.
Adanya persamaan reaksi ini dapat memperlihatkan penyebab adonan roti
buaya dapat mengembang. Adonan roti buaya dapat mengembang karena
adanya hasil reaksi yang berupa CO2.
Enzim zymase
24
d. Laju Reaksi
Laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi reaktan atau produk
terhadap waktu (Chang, 2005, hlm. 30). Salah satu faktor yang
mempengaruhi laju reaksi yaitu suhu. Hampir semua reaksi menjadi lebih
cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang diberikan akan menambah
energi kinetik partikel pereaksi. Sehingga mengakibatkan jumlah dan energi
tabrakan bertambah besar (Syukri, 1999.hal. 469).
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia laju reaksi yaitu
roti buaya. Materi faktor laju reaksi yang dijelaskan pada roti buaya yaitu
penggunaan air hangat pada proses pembuatan roti buaya. Penggunaan air
hangat pada proses pembuatan roti buaya dapat mempercepat pelarutan
bahan pembuatan roti buaya.
e. Hidrokarbon
Pembakaran sempurna ialah pengubahan suatu senyawa menjadi CO2
dan H2O. Jika persediaan oksigen tidak cukup untuk pembakaran sempurna,
terjadilah pembakaran tak sempurna. Pembakaran tak sempurna
menghasilkan karbon monoksida, atau kadang-kadang karbon dalam bentuk
arang atau jelaga.
Pembakaran tak sempurna :
2 CH3CH2CH3 + 7 O2 6 CO + 8 H2O
Propana Karbon Monoksida
CH3CH2CH3 + O2 3 C + 4 H2O
Propana Karbon
(fessenden, 103).
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia pembakaran yaitu
dodol betawi. Materi pembakaran yang dijelaskan pada dodol betawi yaitu
proses pembakaran kayu sebagai bahan bakar dalam proses pemasakan
dodol. Proses pembakaran kayu merupakan proses pembakaran tidak
sempurna yang menghasilkan karbon monoksida dan karbon dalam bentuk
arang.
25
f. Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan minyak mentah. Berbagai hidrokarbon
yang terkandung dalam minyak dipisahkan dengan cara destilasi bertingkat.
Destilasi bertingkat sangat efektif digunakan pada pemisahan fraksi minyak
mentah menjadi berbagai komponennya. Proses destilasi bertingkat ini
digunakan untuk komponen yang memiliki titik didih yang berdekatan
(Syukri, 1999, hlm.15).
Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah salah
satunya adalah (parafin) CnH2n + 2.. Parafin adalah zat berwarna berbentuk
kristal dan tidak berbau, dapat berbentuk padat atau setengah padat. Parafin
dipakai sebagai campuran pada lilin batik.
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia minyak bumi
adalah batik betawi. Komposisi malam/lilin batik yang digunakan dalam
membatik yaitu berasal dari paraffin. Paraffin merupakan fraksi minyak
bumi yang dipisahkan berdasarkan titik didihnya melalui proses destilasi
bertingkat.
g. Koloid
Koloid adalah campuran yang berada antara larutan sejati dan
suspensi. Pada koloid terdapat istilah fase terdispersi dan medium
pendispersi. Hal ini disebabkan bentuk ukuran dari partikel koloid
dibandingkan dengan ukuran medium di mana partikel itu tersebar. Jenis-
jenis koloid dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Jenis-jenis Koloid
Medium
pendispersi
Fase
terdispersi
Janis Koloid Contoh
Padat
Padat Sol padat Mutiara, opal
Cair Emulsi padat Keju, mentega
Gas Busa padat Batu apung,
kerupuk
Cair
Padat Sol, gel Pati dalam air,
Jello, cat
Cair Emulsi Susu, mayones
26
Medium
pendispersi
Fase
terdispersi
Janis Koloid Contoh
Gas Busa Krim kue tar, krim
cukur
Gas Padat Aerosol padat Debu, asap
Cair Aerosol cair Awan kabut
(Braddy, 1999, hlm. 597).
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi koloid yaitu dodol
Betawi. Pada dodol Betawi, koloid yang dijelaskan mengenai asap yang
terbentuk saat pembuatan dodol Betawi. Terbentuknya asap ini berasal dari
pembakaran kayu pada proses pembuatan dodol Betawi.
h. Senyawa Karbon
Berdasarkan gugus fungsinya, senyawa karbon dapat
dikelompokkan menjadi gugus ester dan alkohol. Berikut ini adalah
penjelasan mengenai gugus ester dan gugus alkohol.
1) Ester
Ester mempunyai rumus umum R’-COOR, dimana R’ dapat berupa
H, suatu gugus alkil atau suatu gugus hidrokarbon aromatik, dan R
berupa gugus alkil atau gugus hidrokarbon aromatik. Ester berfungsi
sebagai pemberi rasa dalam industri gula-gula dan minuman ringan
maupun dalam pembuatan parfum (Chang, 2005, hlm. 353).
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia senyawa karbon
yaitu dodol Betawi. Materi kimia senyawa karbon yang dijelaskan pada
dodol Betawi yaitu mengenai varian rasa dodol Betawi.
2) Alkohol
Semua alkohol mengandung gugus fungsi hidroksil, -OH.
Kebanyakan alkohol yang mempunyai massa molar rendah sangat
mudah terbakar (Chang, 2003, hlm. 351).
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia senyawa karbon
yaitu batik Betawi. Materi kimia senyawa karbon yang dijelaskan pada
27
batik Betawi yaitu mengenai senyawa brasikasterol pada damar mata
kucing sebagai bahan baku lilin batik.
i. Benzena dan Turunannya
Benzena adalah salah satu dari golongan senyawa aromatik, senyawa
yang mengandung awan pi aromatik. Dari sejarah, istilah “aromatic”
diturunkan dari fakta bahwa banyak dari senyawa ini mempunyai bau yang
khas (fessenden, 1986, 69-70). Salah satu senyawa turunan benzena adalah
fenol.
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia Benzena dan
turunannya yaitu bir pletok. Materi kimia benzena dan turunannya yang
dijelaskan pada bir pletok yaitu mengenai senyawa yang terdapat pada
bahan baku bir pletok yang merupakan senyawa fenolik yang berfungsi
sebagai antioksidan.
j. Asam dan Basa
Asam dan basa dapat dijelaskan dengan teori yang disebut teori
asam-basa. teori in dikemukakan oleh Bronsted-Lowry, dan Lewis (Chang,
2003, hlm. 95). Berikut adalah konsep asam dan basa menurut Bronsted-
Lowry dan Lewis.
1) Asam dan Basa Bronsted
Asam Bronsted dapat memberikan proton dan basa Bronsted dapat
menerima proton. Untuk setiap asam Bronsted terdapat basa Bronsted
konjugat dan sebaliknya.
2) Asam dan Basa Lewis
Asam merupakan zat yang dapat menerima sepasang elektron.
Sedangkan basa adalah zat yang dapat memberikan sepasang elektron
(Chang, 2003, hlm. 95).
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia asam basa yaitu
batik betawi. Pada batik Betawi, asam basa yang dijelaskan mengenai sifat
28
basa pada soda abu yang berfungsi sebagai pelorodan lilin batik pada proses
pembuatan batik betawi.
k. Titrasi Asam-Basa
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk
mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu
larutan lain yang konsentrasinya diketahui (Braddy, 1999, hlm. 239). Pada
titrasi ini dibutuhkan indikator yang akan berubah warna Ketika reaksi
berakhir. Indikator merupakan suatu zat mempunyai warna dalam keadaan
basa dan basa berlainan (Braddy, 1999, hlm. 240).
Kayu secang dapat dijadikan sebagai salah satu indikator alami asam
basa. pH kayu secang yang diekstrak dengan menggunakan air panas 600C
adalah 6,2 – 7,0 (kuning - merah muda) dan 7,8 – 8,6 (merah muda – orange
sangat lemah) (Padmaningrum, Marwati, dan Wiyarsi, 2012).
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia titrasi asam basa
yaitu bir pletok. Pada bir pletok, salah satu bahan yang digunakan adalah
kayu secang. Kayu secang dapat dijadikan indikator alami asam basa yang
dapat digunakan dalam praktikum asam basa.
l. Ikatan Kimia
Ikatan kimia adalah daya tarik-menarik antara atom yang
menyebabkan suatu senyawa kimia dapat bersatu (Brady, 1999, hlm. 325).
Contoh ikatan kimia yaitu ikatan ion dan ikatan hidrogen. Berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing ikatan.
1) Ikatan Ion
Ikatan ionik merupakan hasil dari perpindahan satu atau lebih
elektron antar atom (Sarker dan Nahar, 2007). Dasar ikatan ionik adalah
serah terima elektron valensi. Senyawa ion dibentuk oleh perpindahan
elektron di antara atom untuk membentuk partikel yang bermuatan
listrik dan mempunyai gaya tarik-menarik (Braddy, 1999, hlm. 164) .
29
2) Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan tarikan gaya yang kuat antara molekul-
molekul yang sangat polar dalam mana hidrogen diikatkan secara
kovalen kepada nitrogen, oksigen, atau fluor atom (Sarker dan Nahar,
2007, hlm. 38). Dasar pengikatan hidrogen adalah adanya polaritas atau
pengutuban atom-atom pembentuk molekul. Dalam air misalnya,
molekul-molekulnya saling berinteraksi secara kuat antarsesamanya
karena adanya ikatan hidrogen ini (Braddy, 1999, hlm. 538).
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia ikatan kimia
adalah batik betawi. Pada batik betawi ikatan kimia yang dijelaskan
mengenai pengaruh ikatan kimia pada proses penyerapan warna pada kain
batik.
m. Ikatan AntarMolekul
Gaya tarikan yang relatif lemah yang muncul antar-molekul
nonpolar disebut dengan gaya van der waals atau dispersi London (Sarker,
dan Nahar, 2007, hlm. 39). Ketika elektron bergerak mengelilingi atom atau
molekul, gerakannya masih acak-acakan sehingga pada suatu ketika ada
kemungkinan pada suatu sisi partikel ada lebih banyak elektron daripada
sisi lainnya sehingga partikelnya akan menjadi dipol. Dipol ini disebut dipol
sesaat karena keberadaannya memang hanya untuk sementara (Braddy,
1999, hlm. 539). Interaksi tarik-menarik antara molekul polar dan dipol
terinduksi disebut interaksi dipol-dipol terinduksi (Chang, 2003, hlm. 370).
Kearifan lokal yang berkaitan dengan materi kimia ikatan kimia
adalah batik betawi. Pada batik betawi ikatan kimia yang dijelaskan
mengenai pengaruh ikatan kimia pada proses penyerapan warna pada kain
batik.
30
B. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Chusorn , Ariratana, Pornpimon, Chusorn,
Wallpaha dan Prayuth (2013), “Strategy Challenges the Local Wisdom
Applications Sustainability in school”, diperoleh hasil bahwa untuk
menerapkan kearifan lokal dalam pembelajaran maupun pengajaran harus
adanya kolaborasi antara sektor publik dan sektor swasta. Penerapan kearifan
lokal ini berfungsi sebagai sumber belajar, untuk mengenalkan kearifan lokal
kepada siswa melalui pendidikan formal maupun nonformal, dan untuk
memecahkan permasalahan dalam masyarakat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh S, Leo Agung (2015), “The Development of
Local Wisdom-Based Social Science Learning Model with Bengawan Solo
as the Learning Source”, diperoleh hasil bahwa Pengembangan Kearifan
Lokal Berbasis Sains Model Pembelajaran Sosial di Kota Surakarta sebagai
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Sosial khususnya dalam
memperkuat karakter siswa dari identitas diri.
3. Kurniasari, D. A., Rusilowati, A., dan Subekti, N (2014) “Pengembangan
Buku Suplemen IPA Terpadu dengan Tema Pendengaran Kelas VIII”
diperoleh hasil bahwa buku suplemen IPA terpadu dengan tema
pendengaran dinyatakan valid yang memenuhi kriteria materi, penyajian,
bahasa, dan grafika, termasuk ke dalam kriteria praktis dan ketuntasan
klasikal siswa sebesar 97% yang menunjukkan bahwa buku suplemen
efektif dijadikan sebagai pendamping buku teks utama.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon, Erna Helena M (2015),
“Inovasi Model Bahan Ajar Unsur-unsur Kimia Berbasis Kearifan Lokal
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen
Medan”, diperoleh hasil bahwa penggunaan inovasi bahan ajar unsur-unsur
kimia berbasis kearifan lokal efektif untuk meningkatkan hasil belajar
mahasiswa.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Zinnurain, dan Muzzani, Ahmad (2018),
“Pengembangan Buku Ajar Berbasis Kearifan Lokal Pada Siswa Kelas V
Sekolah Dasar”, diperoleh hasil bahwa buku ajar berbasis kearifan lokal
31
yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar dalam
pembelajaran di sekolah.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Subiyanto dan Siregar, Tiurlina (2018),
“Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Pada materi Sistem Periodik
Unsur Berbasis Kearifan Lokal Papua Peserta Didik Kelas X SMA Negeri
4 Jayapura ”, diperoleh hasil bahwa modul pembelajaran kimia pada materi
sistem periodik unsur berbasis kearifan lokal Papua kelas X dapat
meingkatkan kualitas Pendidikan berbasis karifan lokal Papua, serta dapat
meningkatkan hasil belajar kimia dengan menggunakan modul
pembelajaran sistem periodik unsur berbasis karifan lokal Papua.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Priyambodo, Erfan dan Wulaningrum,
Safira (2017), “Using Chemistry Teaching Aids Based Local Wisdom As An
Alternative For Chemistry Teaching and Learning”, diperoleh hasil bahwa
siswa merasa tertarik dan termotivasi menggunakan media berbasis kearifan
lokal untuk pembelajaran kimia.
C. Kerangka Berpikir
Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke. Itulah kenapa Indonesia dikenal dengan sebutan Nusantara. Salah satu
pulau yang ada di Indonesia adalah Pulau Jawa. Di bagian barat laut Pulau Jawa
terdapat Kota Jakarta. Kota Jakarta adalah ibu kota negara dan merupakan kota
terbesar di Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang
memiliki status setingkat provinsi. Jakarta memiliki potensi yang menjadi ciri
khas untuk membedakan dengan daerah lain. Potensi khas daerah inilah yang
disebut dengan kearifan lokal. Pada era globalisasi ini kearifan lokal perlu
dilestarikan agar tidak terdegradasi dan bisa diwarisi ke generasi berikutnya.
Salah satu cara untuk melestarikannya yaitu dengan mengaitkan kearifan lokal
dengan materi kimia. Menggunakan kearifan lokal yang dikatikan dengan
materi kimia sebagai bahan ajar dapat dituangkan dalam bentuk buku
pengayaan. Buku pengayaan merupakan buku yang berisi informasi yang
melengkapi buku pelajaran pokok. Buku ini tidak wajib dimiliki siswa dan guru,
32
namun sangat membantu memperluas pemikiran mengenai ilmu pengetahuan
yang didapatnya dalam buku pokok.
Adapun bagan dari kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir
Indonesia merupakan
wilayah nusantara
Kota Jakarta
Setiap daerah memiliki ciri
khas yang membedakan
daerah yang satu dengan
daerah yang lain
Materi kimia dalam
kearifan lokal
Bahan ajar
Kearifan Lokal
Pulau Jawa
Buku pengayaan
Buku pengayaan Kimia
berbasis kearifan lokal
Kota Jakarta
Belum tersedianya bahan
ajar yang mengaitkan
kearifan lokal dengan
materi kimia SMA
Mendapat ilmu pengetahuan baru,
memperluas wawasan mengenai
kearifan lokal Kota Jakarta
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berada di Kota
Jakarta. Penelitian ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu tahap analisis, tahap
desain, tahap pengembangan, dan tahap implementasi (proses uji coba buku
pengayaan kimia). Tahap analisis dilaksanakan pada bulan Juli 2017-Oktober
2017, tahap desain dilaksanakan pada bulan Desember 2017, tahap
pengembangan dilaksanakan September 2018–Mei 2019, dan tahap
implementasi dilaksanakan pada bulan Mei 2019 – bulan Juli 2019.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
dan pengembangan (Research and Development). Model pengembangan yang
digunakan dalam proses pengembangan buku pengayaan ini adalah model
ADDIE yang memiliki lima tahapan, yaitu analyze (analisis), design (desain),
develop (pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluate
(evaluasi) (Branch, 2009, hlm.2). Akan tetapi, penelitian ini dibatasi hanya
sampai tahap implementasi. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya
penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif
dimana bagian yang dideskripsikan yaitu proses pengembangan buku
pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.
34
C. Prosedur Penelitian
Pengembangan buku pengayaan terdapat empat tahap, yaitu:
1. Analyze (Analisis)
Tahap ini terdiri dari analisis kebutuhan buku pengayaan kimia, dan
analisis kearifan lokal.
a. Analisis Kebutuhan
Tahap analisis kebutuhan diperlukan karena produk pendidikan
yang akan dihasilkan harus benar-benar penting dan dibutuhkan di
dalam dunia pendidikan (Sukmadinata, 2006, hlm. 171). Pada tahap ini
dilakukan studi langsung dengan melakukan wawancara kepada
pengelola pusat kurikulum dan perbukuan (PUSKURBUK) bagian buku
non teks untuk mendapatkan informasi seputar buku pengayaan
khususnya buku pengayaan berbasis kearifan lokal, kemudian
wawancara terhadap tiga guru kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Kota Jakarta yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
ketersediaan buku pengayaan khususnya buku pengayaan kimia
berbasis kearifan lokal di sekolah.
b. Analisis Kearifan Lokal
Pada tahap analisis kearifan lokal, dilakukan studi literatur dan studi
langsung. Studi literatur diperlukan untuk menentukan konsep-konsep
atau landasan teoritis yang memperkuat suatu produk. Hasil analisis
studi literatur ini belum cukup memberikan dasar-dasar yang kongkrit
bagi pengembangan suatu produk. Oleh karena itu, masih perlu
dilengkapi dengan penelitian langsung ke lapangan (Sukmadinata, 2006,
hlm. 172).
Studi literatur dilakukan dengan mencari sumber-sumber data
mengenai kearifan lokal Kota Jakarta. Sedangkan studi langsung
dilakukan dengan survei lapangan yang bertujuan untuk memperkuat
hasil studi literatur yang telah didapatkan. Survey lapangan yang
dilakukan berupa wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan
35
kepada pengelola Kawasan Budaya Setu Babakan di bawah naungan
dinas budaya dan pariwisata, dan masyarakat sekitar Kota Jakarta.
2. Design (Desain)
a. Analisis Materi Kimia SMA yang Berkaitan dengan Kearifan Lokal
Tahap analisis materi dilakukan dengan cara mengkaitkan antara
kearifan lokal Kota Jakarta dengan materi kimia SMA.
b. Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Analisis kompetensi inti dan kompetensi dasar diperlukan untuk
menetapkan tujuan akhir pembelajaran berdasarkan kurikulum yang
berlaku saat ini.
c. Analisis Indikator Buku Pengayaan Berbasis Kearifan Lokal
Penentuan indikator pembelajaran berbasis kearifan lokal didasarkan
pada empat kompetensi kearifan lokal, yaitu kompetensi personal,
kompetensi berpikir, kompetensi sosial, dan kompetensi vokasional
yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi kimia.
d. Penentuan Instrumen Validasi Buku Pengayaan
Penentuan instrumen ini dilakukan dengan berdiskusi dengan dosen
pembimbing. Instrumen ini nantinya akan digunakan validator ahli
materi untuk memvalidasi buku pengayaan yang dikembangkan.
e. Penentuan Desain Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal
Untuk mendesain buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal ini
menggunakan aplikasi Microsoft Office Publisher 2013 dan Adobe
Photoshop CC 2015.
3. Development (Pengembangan)
Pada tahap ini dilakukan penyusunan buku pengayaan dan validasi buku
pengayaan oleh para ahli. Buku pengayaan merupakan salah satu media
cetak, maka tahap produksi ini berupa kegiatan menulis materi ke dalam
media cetak (Warsita, 2008, hlm.237).
36
a. Penyusunan Buku Pengayaan Kimia
Pada tahap penyusunan buku pengayaan ini dilakukan penuangan
konsep desain menjadi sebuah produk buku pengayaan kimia berbasis
kearifan lokal Kota Jakarta.
b. Validasi Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
Setelah penyusunan buku pengayaan selesai, selanjutnya dilakukan
validasi buku oleh ahli materi dan media. Validasi ini bertujuan agar
buku pengayaan yang dihasilkan sempurna dan siap untuk diuji coba
terbatas.
4. Implementation (Implementasi)
Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas kepada 10 guru bidang studi
kimia SMA di Kota Jakarta. Kegiatan dalam uji coba terbatas ini yaitu
dengan guru membaca buku pengayaan kemudian mengisi angket penilaian.
Kemudian data yang diperoleh dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan
mengenai kelayakan buku pengayaan yang telah dikembangkan.
37
Langkah-langkah tersebut dapat dibuat menjadi desain pengembangan buku
pengayaan seperti gambar berikut ini.
1. Analisis kebutuhan
2. Analisis kearifan lokal Analyze
(Analisis)
Design (Desain) 1. Penentuan materi kimia SMA yang
berkaitan dengan kearifan lokal
2. Penentuan Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar
3. Penentuan indikator buku pengayaan
berbasis kearifan lokal
4. Penentuan instrumen validasi buku
pengayaan
5. Penentuan desain buku pengayaan
kimia berbasis kearifan lokal
Develop
(Pengembangan)
1. Penyusunan buku pengayaan kimia
2. Validasi buku pengayaan kimia
Melakukan Validasi Ahli
Implementation
(Implementasi)
Produk buku pengayaan kimia berbasis
kearifan lokal Kota Jakarta
Ahli Materi
Revisi
Ahli Media
1. Uji coba terbatas kepada 10 responden
2. Pengisian angket penilaian
3. Kesimpulan
Gambar 3. 1 Desain Pengembangan Buku Pengayaan
38
D. Objek dan Subjek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah buku pengayaan kimia berbasis kearifan
lokal Kota Jakarta. Sedangkan subjek pada penelitian ini yaitu :
1. Dua orang dosen sebagai ahli kimia dan pendidikan dan satu orang dosen
sebagai ahli media.
2. Sepuluh guru kimia SMA di Kota Jakarta sebagai responden yang
memberikan penilaian kelayakan pada uji coba terbatas.
E. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini yaitu :
1. Wawancara terhadap pengelola pusat kurikulum dan perbukuan
(PUSKURBUK) bagian buku non teks untuk mendapatkan informasi
mengenai buku non teks khususnya buku pengayaan.
2. Wawancara terhadap guru kimia SMA di Jakarta yang bertujuan untuk
mengetahui buku yang digunakan dalam pembelajaran kimia di sekolah dan
untuk mengetahui respon guru terhadap pentingnya pembelajaran kimia
berbasis kearifan lokal yang di dituangkan kedalam buku pengayaan kimia
sekolah.
3. Wawancara terhadap Pengelola kawasan Setu Babakan di bawah naungan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang bertujuan utuk mengetahui kearifan
lokal apa saja yang terdapat di daerah Jakarta.
4. Wawancara terhadap penjual kerak telor untuk mengetahui bahan-bahan
yang digunakan dan cara pembuatan kerak telor.
5. Wawancara terhadap pengusaha roti buaya untuk mengetahui bahan-bahan
yang digunakan dan cara pembuatan roti buaya.
6. Wawancara terhadap pengusaha dodol betawi untuk mengetahui bahan-
bahan yang digunakan dan cara pembuatan dodol betawi.
7. Wawancara terhadap pengusaha bir pletok untuk mengetahui keistimewaan
dari bir pletok yang merupakan minuman khas Jakarta.
39
F. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto dalam Riduwan (2011, hlm. 51), instrumen pengumpulan
data adalah alat yang digunakan peneliti untuk mempermudah dalam
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen
yaitu:
1. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan dalam studi pendahuluan bila peneliti ingin
mengetahui suatu permasalahan dan hal-hal dari responden secara lebih
mendalam dengan jumlah responden sedikit (Sugiyono, 2012, hlm. 188).
Berdasarkan sifat pertanyaannya wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini termasuk wawancara tidak terstruktur, dimana peneliti hanya
membawa pedoman yang hanya garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan dan tidak tersusun secara sistematis dan lengkap (Sugiyono,
2012, Hlm. 191). Kisi-kisi pedoman wawancara terdapat pada tabel 3.1 di
bawah ini.
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No. Aspek Indikator
1. Bahan Ajar Kurikulum yang digunakan di sekolah
Bahan ajar yang digunakan di sekolah
Kelebihan dan kekurangan bahan ajar yang
digunakan
Seberapa penting buku pengayaan digunakan
dalam proses pembelajaran
2. Kearifan Lokal Seberapa penting pengenalan kearifan lokal
dalam proses pembelajaran
Seberapa penting kearifan lokal dikembangkan
dalam proses pembelajaran
Seberapa besar kearifan lokal Jakarta yang
dikaitkan dalam proses pembelajaran
Tanggapan mengenai pengembangan buku
pengayaan kimia berbasis kearifan lokal
40
2. Lembar Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan peneliti
secara langsung untuk melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan oleh
objek penelitian (Riduwan, 2011, hlm. 57). Dalam penelitian ini peneliti
melakukan observasi kepada masyarakat Jakarta yang terlibat dalam
kearifan lokal yang akan dikembangkan di dalam buku pengayaan kimia,
seperti pedagang kerak telor, produsen roti buaya, produsen dodol betawi,
pedagang bir pletok, dan pengrajin batik betawi. Kisi-kisi lembar observasi
dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Lembar Observasi
No. Kearifan Lokal Indikator
1. Kerak telor Proses pembuatan kerak telor
2. Roti buaya Pembuatan roti buaya
3. Dodol Betawi Pembuatan dodol Betawi
4. Bir pletok Pembuatan bir pletok
5. Batik Betawi Pembuatan batik betawi
3. Instrumen Validasi
Pada tahap validasi buku pengayaan, instrumen yang digunakan adalah
angket dengan menggunakan skala Guttman. Skala ini digunakan untuk
jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten (Riduwan, 2011, hlm.43).
Instrumen validasi ini diisi oleh ahli materi kimia untuk memeriksa
kesesuaian isi buku pengayaan dengan materi kimia. Kisi-kisi instrumen
lembar validasi dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi Ahli Materi
Kearifan Lokal Materi Kimia Isi Buku Pengayaan
Kerak Telor
Makromolekul Penjelasan mengenai
kandungan protein telur
ayam dan telur bebek
pada kerak telor
Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai
kandungan kalsium
karbonat pada cangkang
telur
41
Kearifan Lokal Materi Kimia Isi Buku Pengayaan
Roti Buaya
Persamaan Reaksi Penjelasan mengenai
reaksi yang terjadi saat
adonan roti buaya
mengembang
Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai
senyawa yang terdapat di
dalam baking soda dan
baking powder
Laju Reaksi Penjelasan mengenai
penggunaan air hangat
pada proses pembuatan
roti buaya
Dodol Betawi
Hidrokarbon Penjelasan mengenai
proses pembakaran kayu
sebagai bahan bakar
Koloid Penjelasan mengenai
pembentukan asap yang
terjadi pada proses
pembuatan dodol Betawi
Makromolekul Penjelasan mengenai
tekstur dodol Betawi
Senyawa karbon Penjelasan mengenai
rasa pada dodol Betawi
Makromolekul Penjelasan mengenai bau
tengik pada dodol yang
telah disimpan lama
Bir Pletok
Benzena dan
turunannya
Penjelasan mengenai
senyawa yang
terkandung didalam kayu
secang
Benzena dan
turunannya
Penjelasan mengenai
senyawa yang
terkandung didalam jahe
Benzena dan
turunannya
Penjelasan mengenai
manfaat minuman bir
pletok untuk tubuh
Asam Basa Penjelasan mengenai
warna merah pada bir
pletok
42
Kearifan Lokal Materi Kimia Isi Buku Pengayaan
Batik Betawi
Asam Basa Penjelasan mengenai
penggunaan senyawa
yang bersifat basa untuk
mempercepat proses
pelorodan lilin pada kain
Makromolekul Penjelasan mengenai
kandungan pada serat
kain
Senyawa Karbon Penjelasan mengenai
kandungan damar kucing
sebagai bahan baku lilin
batik
Minyak Bumi Penjelasan mengenai
destilasi minyak bumi
paraffin
Benzena dan
turunannya
Penjelasan mengenai
kandungan yang terdapat
pada pewarna alami batik
Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai
kandungan yang terdapat
pada pewarna sintesis
Ikatan Kimia dan
Gaya Antarmolekul
Penjelasan mengenai
ikatan kimia dan gaya
antar molekul yang
terjadi pada saat proses
penyerapan warna pada
kain
4. Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan atau pernyataan tertulis yang
diberikan kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012, hlm. 192).
Pada tahap uji coba terbatas, bentuk penilaian guru kimia terhadap buku
pengayaan berbasis kearifan lokal berupa angket yang diberikan kepada
sepuluh guru kimia SMA di Kota Jakarta. Angket guru yang digunakan
adalah angket yang sudah ditetapkan oleh pusat kurikulum dan perbukuan
43
mengenai penilaian buku pengayaan. Kisi-kisi angket dapat dilihat pada
tabel 3.4 di bawah ini
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Angket Guru kimia
No. Aspek Indikator
1. Aspek Kelayakan
Materi
Materi mampu menjaga persatuan dan
kesatuan dan tidak mengandung unsur
pornografi, paham ekstrimisme, radikalisme,
kekerasan, SARA, bias gender, dan nilai
penyimpangan lainnya
Materi merupakan karya orisinal (bukan hasil
plagiat)
Materi memiliki kebenaran keilmuan, sesuai
dengan perkembangan ilmu yang mutahkhir,
sahih dan akurat.
Materi memaksimalkan penggunaan sumber-
sumber yang sesuai dengan kondisi daerah
Kota Jakarta dan erat dengan konteks
Kearifan Lokal Jakarta yang berkaitan
dengan Kimia SMA.
2. Aspek Kelayakan
Penyajian
Materi yang disajikan secara utuh (runtut,
koheren, lugas, mudah dipahami dan
interaktif)
Materi, baik teks maupun gambar menarik
sesuai dengan tingkat perkembangan usia
pembaca dan mampu memperjelas materi
Materi disajikan agar dapat mengembangkan
sikap sosial
Materi disajikan agar dapat mengembangkan
pengetahuan yang dapat menumbuhkan
motivasi untuk berpikir lebih jauh dan
inovatif
3. Aspek Kelayakan
Bahasa
Bahasa yang digunakan komunikatif,
informatif, lugas, santun dan estetis sehingga
pembaca mampu memahami pesan positif
yang disampaikan
Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia yang baik dan benar
44
No. Aspek Indikator
4. Aspek Kelayakan
Kegrafikan
Desain Kulit buku (Cover): Komposisi yang
berhubungan dengan prinsip penyusunan
elemen/unsur desain kulit buku:
- Huruf judul lebih menonjol dari elemen
lain, jenis huruf memiliki keterbacaan
tinggi, tidak lebih dari 2 jenis huruf,
- Ilustrasi kulit buku mewakili isi
- Pola kulit buku konsisten dengan isi,
komponen unsur, buku lengkap
(penulis/pengarang, ilustrasi, judul,
penerbit, logo perusahaan)
- Komposisi seimbang dan terdapat
kesatuan yang harmonis antara kulit
depan, punggung dan belakang,
memiliki nilai estetika/keindahan,
menarik, serta komunikatif
Tata Letak (Layout) Isi Buku:
- Tata letak berkaitan dengan sistematika
yang konsisten dan sesuai antara kulit
buku (cover) dengan isi buku
(kesetaraan penempatan kata pengantar,
daftar isi, judul bab, daftar pustaka,
hirarki jelas, serta pemisahan antara
paragraf jelas)
- penempatan ilustrasi sesuai; komposisi
elemen/unsur (bentuk, warna, margin,
ruang kosong, dekorasi/hiasan)
proporsional.
Jenis Huruf (Typography):
- jenis dan ukuran huruf, dan penomoran
pada seluruh isi buku konsisten
- memiliki tingkat keterbacaan tinggi
pemilihan jenis dan ukuran huruf sesuai
dengan peruntukan maupun sasaran
pembaca
- huruf yang digunakan maksimal 2 jenis
huruf
- penggunaan huruf dalam satu baris
maksimal jenis huruf, penggunaan huruf
dalam satu baris maksimal 75 karakter,
tidak ada widow atau orphans dan alur
putih
45
No. Aspek Indikator
- keseimbangan pemanfaatan ruang putih,
tanda pemotongan kata (hyphenation)
maksimal 2 baris berturut-turut
- spasi antar baris dan antar huruf/kerning
normal.
Ilustrasi dalam isi/materi Buku
- ilustrasi memperjelas dan mewakili isi
- gaya konsisten dan serasi, gambar tajam,
jelas, dan proporsional, serasi, menarik,
komunikatif dan kreatif, objek sesuai
dengan karakter pembaca
- bukan hasil plagiasi, tidak mengandung
unsur pornografi, SARA dan kekerasan
- menyertakan sumbernya, kreatif.
Fisik Buku (Ukuran, Kertas, Hasil Cetakan,
dan Penjilidan)
- Ukuran buku dan jenis kertas yang
digunakan sesuai dengan materi dan
sesuai dengan sasaran pembaca A5 (148
mm x 210 mm), B5 (176 mm x 250 mm),
A4 (210 mm x 297 mm, khusus untuk
PAUD ukuran bebas; gramatur kertas
kulit buku minimal 210 gram; hasil
cetakan jelas dan tidak tembus set-off)
- kerapian pemotongan buku (sisir)
- kemudahan membuka buku penjilidan
kuat dan rapi.
G. Teknik Analisis Data
1. Validasi Buku Pengayaan
Skala yang digunakan dalam validasi buku pengayaan kimia adalah
skala Guttman. Skala ini digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas
(tegas) dan konsisten. Skala ini dibuat dalam bentuk ceklist. Jawaban
responden terbagi menjadi dua yaitu dapat berupa skor tertinggi bernilai (1)
dan skor terendah (0) (Riduwan, 2011, hlm.43). Kriteria penskoran skala
guttman dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini
Tabel 3. 5 Kriteria Penskoran Skala Guttman
Alternatif jawaban Skor
Ya 1
Tidak 0
46
2. Tanggapan Guru Kimia mengenai Buku Pengayaan
Untuk keperluan dalam analisis kualitatif, maka instrumen tanggapan
guru bidang studi Kimia SMA diberi penskoran terhadap jawaban seperti
pada tabel 3.6 dibawah ini (Puskurbuk, 2016):
Tabel 3. 6 Kriteria Penskoran Rating Scale
Alternatif Jawaban Skor
Sangat sesuai 9-10
Sebagian besar sesuai 6-8
Sebagian kecil sesuai 3-5
Tidak sesuai 1-2
Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan
kuantitatif. Data yang diperoleh ditabulasikan dan dicari persentasenya
kemudian dianalisis. Perhitungan persentasenya menggunakan rumus sebagai
berikut (Purwanto, 2012, hlm. 102) :
NP = 𝑅
𝑆𝑀× 100
Keterangan:
NP : nilai persen yang dicari
R : skor mentah yang didapat
SM : skor maksimum ideal
100 : bilangan tetap
Data yang telah ditabulasikan kemudian dilakukan penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan agar data
yang telah terkumpul dapat dianalisis kemudian diambil kesimpulan (Riduwan,
2011, hlm. 41).
Tabel 3. 7 Kriteria Interpretasi Skor Setiap Aspek
Interval Skor (%) Makna
0 - 20 Sangat Kurang
21 - 40 Kurang
41 – 60 Cukup
61 – 80 Baik
81 – 100 Sangat baik
47
Tabel diatas digunakan untuk mengetahui kriteria pada masing-masing aspek
penilaian pada buku pengayaan, sehingga masing-masing aspek dapat
dikategorikan sesuai dengan jumlah persentase yang dihasilkan. Untuk
mendapatkan makna kelayakan buku pengayaan dapat dilakukan perhitungan pada
setiap indikator. Setiap indikator memiliki nilai bobot masing-masing seperti pada
tabel 3.7 dibawah ini (Puskurbuk, 2016).
Tabel 3. 8 Bobot yang dimiliki oleh setiap indikator
Aspek No Pertanyaan Bobot
Materi
1 2
2 2
3 4
4 2
Penyajian
1 3
2 2
3 2
4 3
Bahasa 1 6
2 4
Kegrafikan
1 2
2 3
3 2
4 2
5 1
Setelah diketahui nilai setiap indikator dengan mengalikan data kuantitatif
yang diperoleh dengan bobot masing-masing, nilai setiap indikator tersebut
ditabulasikan dengan rumus sesbagai berikut (Puskurbuk, 2016).
Total Skor Akhir =
(Materi x 0,4) + (Penyajian x 0,3) + (Bahasa x 0,2) + (Kegrafikan x 0,1)
Data yang telah terkumpul dilakukan analisis dengan menyederhanakan
data ke bentuk yang lebih mudah dibaca kemudian diambil kesimpulan
mengenai kategori kelayakan pengembangan buku pengayaan kimia berbasis
kearifan lokal Kota Jakarta dengan predikat layak sangat bagus, layak dengan
predikat bagus, atau tidak layak seperti pada tabel 3.9 berikut ini.
48
Buku dinyatakan layak apabila:
1. Butir pada komponen materi harus berskor ≥ 6
2. Butir pada komponen penyajian, Bahasa dan kegrafikan harus berskor ≥ 3
3. Tabel skor akhir dari seluruh komponen setelah dikalikan dengan bobot
komponen minimal 49,5.
Tabel 3. 9 Kriteria Interpretasi Skor
Total Skor Akhir Makna
Skor ≥ 76,5 Layak dengan predikat Sangat
Baik
49,5 ≤ skor ≤ 76,5 Layak dengan predikat Baik
Skor ≤ 49,5 Tidak Layak
(Puskurbuk, 2016).
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pengembangan produk yang berupa buku
pengayaan kimia yang prosesnya dideskripsikan dan hasilnya diuji coba secara
terbatas kepada guru kimia di SMA Kota Jakarta. Pengembangan buku
pengayaan kimia ini menggunakan model pengembangan ADDIE yang terdiri
dari tahap Analyze (Analisis), Design (Desain), Develompent (Pengembangan),
Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Namun, pada
pengembangan buku pengayaan ini hanya dibatasi sampai tahap implementasi.
Penelitian yang didapat berdasarkan tahapan tersebut yaitu:
1. Analyze (Analisis)
Tahap analisis ini terdiri dari dua kegiatan yaitu analisis kebutuhan dan
analisis kearifan lokal Kota Jakarta.
a. Analisis Kebutuhan
Pada kegiatan ini dilakukan wawancara dengan tiga orang guru
kimia SMA Negeri di Jakarta yang dapat dilihat pada lampiran 1.
Kegiatan wawancara ini meliputi aspek bahan ajar dan kearifan lokal
Kota Jakarta.
1) Bahan Ajar
a) Bahan Ajar yang digunakan di Sekolah
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahan
ajar yang digunakan siswa di sekolah menggunakan buku teks
yang telah disediakan di perpustakaan dan buku teks yang telah
direkomendasikan oleh pemerintah, yaitu buku teks yang sudah
menyesuaikan dengan kurikulum 2013. Sedangkan, pada
umumnya guru menggunakan bahan ajar yang diterbitkan oleh
penerbit nasional. Contoh buku yang diterbitkan oleh penerbit
nasional terdapat pada gambar 4.1.
50
Contoh buku yang diterbitkan oleh penerbit nasional:
Gambar 4. 1 Buku kimia yang digunakan dalam proses
pembelajaran
b) Kelebihan dan kekurangan buku teks berdasarkan hasil
wawancara
Kelebihan buku teks:
(1) Ada contoh soalnya.
(2) Simpel, mudah digunakan.
(3) Ada buku yang berisi soal sesuai dengan tingkatannya,
mulai dari yang mudah hingga yang sulit.
Kelemahan buku teks:
(1) Latihan soalnya kurang banyak.
(2) Ada buku yang materinya tidak lengkap sehingga harus
menggunakan buku teks yang lainnya.
(3) Ada beberapa buku yang tidak mencantumkan rumus.
c) Sumber Bahan Ajar yang digunakan Selain Buku Teks
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga guru kimia
SMA Negeri di Jakarta, tidak ada yang menggunakan buku
tambahan pengayaan selain buku teks, melainkan menggunakan
buku tambahan yang hanya berisi soal-soal. Hal ini dikarenakan
sumber bahan ajar pengayaan yang kurang memadai.
51
d) Pentingnya Buku Pengayaan
Berdasarkan hasil wawancara, ketiga guru kimia
menyatakan bahwa buku pengayaan memiliki peranan yang
penting dalam menunjang pengetahuan siswa. Hal ini
dikarenakan materi yang terdapat pada buku teks yang
digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah sangat terbatas
dan kurang menunjang pengetahuan siswa.
2) Kearifan Lokal
a) Kearifan Lokal yang dikembangkan dalam Pembelajaran Kimia
Berdasarkan hasil wawancara, guru kimia pertama dan kedua
SMA Negeri di Jakarta menyatakan bahwa belum ada kearifan
lokal Jakarta yang dikembangkan dalam pembelajaran kimia.
Mereka menyatakan bahwa pengembangan dalam pembelajaran
kimia hanya sebatas pembelajaran kontekstual saja, tidak
mengaitkan dengan kearifan lokal Jakarta. Namun, guru kimia
ketiga SMA Negeri di Jakarta yang menyatakan bahwa “saya
sudah mencoba mengembangkan kearifan lokal Jakarta dalam
pembelajaran kimia namun hanya sedikit karena pengetahuan
saya dan sumber yang masih terbatas”.
b) Kearifan Lokal yang dikembangkan dalam Buku Teks
Berdasarkan hasil wawancara, buku teks yang digunakan
tidak ada yang memasukkan kearifan lokal melainkan hanya
sebatas pengetahuan kontekstual. Buku yang diterbitkan oleh
penerbit nasional bersifat umum, sehingga tidak
menggambarkan kearifan lokal suatu daerah tertentu.
52
3) Pandangan dan Harapan Guru Mengenai Buku Pengayaan Kimia
Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
Tabel 4. 1 Pandangan dan Harapan Guru kimia Mengenai Buku
Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
Responden Pandangan dan Harapan Guru
Guru pertama SMA
Negeri di Jakarta
“Bagus, kalau sudah ada bisa
diterapkan dalam pembelajaran dan
desainnya harus menarik”.
Guru Kedua SMA
Negeri di Jakarta
“Sudah bagus, mungkin harus lebih
banyak lagi yang dikupas dan buku
yang menggambarkan kearifan lokal
diperbanyak. Dengan adanya buku
pengayaan ini anak lebih mengenal
wilayahnya, anak lebih bisa
mengembangkan wilayahnya dari sisi
kimia, sehingga dapat mengangkat
kimia di wilayahnya dan menjadikan
kearifan lokal menjadi mascot
wilayahnya melalui pembelajaran
kimia”.
Guru Ketiga SMA
Negeri di Jakarta
“Kalau ada buku seperti itu, saya
sangat butuh sekali. Kebetulan saya
akan kedatangan tamu dari Singapore
Intercultural School Bona Vista,
sehingga saya bisa memperkenalkan
Jakarta karena Jakarta sebagai Ibu
kota punya sesuatu yang bisa
dipamerkan dan diungguli oleh dunia
Internasional. Dengan adanya buku
pengayaan ini, bisa membuat anak-
anak lebih cinta terhadap daerahnya
sendiri”.
Berdasarkan informasi yang telah diperoleh, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kimia yang dikaitkan oleh
kearifan lokal Kota Jakarta merupakan sebuah inovasi baru dalam
pembelajaran kimia. Pembelajaran kimia yang dikaitkan dengan
53
kearifan lokal juga menjadi salah satu upaya untuk pengenalan dan
mengembangkan potensi daerahnya. Namun buku teks yang
digunakan dalam pembelajaran kimia belum mengaitkan kimia
dengan kearifan lokal Kota Jakarta, sehingga dalam pembelajaran
kimia guru jarang mengaitkan kimia dengan kearifan lokal Kota
Jakarta.
b. Analisis Kearifan Lokal Kota Jakarta
Pada tahap ini dilakukan studi literatur dan studi langsung. Studi
literatur dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan awal mengenai
kearifan lokal Kota Jakarta. Sedangkan studi langsung dilakukan untuk
melengkapi dan memperkuat data yang didapat dari hasil studi literatur.
Berdasarkan hasil studi literatur dan studi langsung pada lampiran 3
diperoleh 5 kearifan lokal Kota Jakarta yang dituangkan dalam buku
pengayaan kimia yaitu kerak telor, roti buaya, dodol betawi, bir pletok,
dan batik betawi.
2. Design (Desain)
Setelah melakukan tahap analisis,maka tahap selanjutnya yaitu desain.
Tahapan desain ini meliputi analisis materi kimia SMA yang berkaitan
dengan kearifan lokal, menentukan Kompetensi Inti (KI), kompetensi Dasar
(KD), instrumen validasi dan menentukan desain buku pengayaan berbasis
kearifan lokal Kota Jakarta.
a. Analisis Materi Kimia SMA yang Berkaitan dengan Kearifan Lokal
Pada tahap ini, setelah diperoleh data mengenai kearifan lokal Kota
Jakarta, maka selanjutnya dilakukan analisis terhadap kearifan lokal
yang berkaitan dengan materi kimia SMA. Analisis ini dilakukan
dengan mencari beberapa referensi, seperti jurnal, buku, serta berdiskusi
dengan dosen pembimbing agar materi yang dimasukkan ke dalam buku
lebih akurat. Analisis materi kimia SMA yang berkaitan dengan kearifan
lokal dapat dilihat pada lampiran 4.
54
b. Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
Setelah menentukan materi kimia yang berkaitan dengan kearifan
lokal maka langkah selanjutnya yaitu menentukan Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan materi kimia tersebut.
Analisis KI dan KD ini penting agar buku pengayaan yang dibuat sesuai
dengan KI dan KD di sekolah. Hasil analisis KI dan KD yang sesuai
dengan materi kimia yang berkaitan dengan kearifan lokal dapat dilihat
pada lampiran 5.
c. Analisis Indikator Buku Pengayaan Berbasis Kearifan Lokal
Pada tahap ini, penentuan indikator pembelajaran berbasis kearifan
lokal didasarkan pada kompetensi-kompetensi kearifan lokal yang
disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi kimia. Kompetensi
kearifan lokal ini ada empat yaitu kompetensi personal, kompetensi
berpikir, kompetensi sosial dan kompetensi vokasional (Asmani, 2012,
hlm. 114-115). Hasil analisis indikator buku pengayaan berbasis
kearifan lokal dapat dilihat pada lampiran 6.
d. Penentuan Instrumen Validasi Buku Pengayaan
Pada tahap ini, instrumen yang digunakan adalah instrumen
penilaian keterkaitan kearifan lokal dengan materi kimia dan instrumen
penilaian media pembelajaran. Instrumen validasi ini nantinya akan
diberikan kepada dosen ahli materi dan ahli media untuk dijadikan
sebagai pedoman penilaian konten materi dan penilaian desain pada
buku pengayaan.
3. Penentuan Desain Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal
Aplikasi yang digunakan untuk mendesain buku pengayaan ini adalah
Microsoft Office Publisher 2016 dan Adobe Photoshop. Format dalam
pembuatan desain buku pengayaan ini berdasarkan pertimbangan mutu
buku pengayaan yang ditetapkan meliputi format, tata letak (margin),
bentuk, serta ukuran huruf.
55
Tabel 4. 2 Format Penulisan Buku Pengayaan
Jenis Format Keterangan
Ukuran Kertas 17,6 cm x 25 cm
Orientasi Kertas Potrait
Margin I cm (Kiri, kanan, atas, dan bawah)
Jenis Huruf Bab : Calibri
Sub bab : Calibri
Teks Naskah : Calibri
Ukuran Huruf Bab : 36 pt
Sub bab ; 20 pt
Teks Naskah : 11 pt
Keterangan gambar : 9 pt
Keterangan sumber : 9 pt
4. Develop (Pengembangan)
Dalam tahap develop (pengembangan) ini dilakukan penyusunan dan
validasi buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta. Hasil
dari tahap ini yaitu menghasilkan buku pengayaan kimia berbasis kearifan
lokal Kota Jakarta yang siap untuk diuji coba terbatas.
a. Penyusunan Buku Pengayaan Kimia
Pada tahap penyusunan buku pengayaan ini dilakukan penuangan
konsep desain menjadi sebuah produk buku pengayaan kimia berbasis
kearifan lokal Kota Jakarta. Komponen dasar buku pengayaan terdiri
dari bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.
1) Bagian Awal
a) Kulit Buku
Kulit buku pengayaan ini terbuat dari kertas art paper yang
lebih tebal dari kertas isi buku dan dijilid dengan lem (perfect
binding). Kulit buku terdiri dari judul buku, ilustrasi, nama
penulis dan instansi. Judul buku pengayaan ini yaitu “Jakarta
dalam Kimia” dan ilustrasi pada kulit buku ini mejelaskan
mengenai kearifan lokal yang dimuat di dalam buku. Kulit buku
56
pengayaan yang dikembangkan terdapat pada gambar 4.2 berikut
ini.
Gambar 4. 2 (a) Kulit Buku
b) Identitas Buku
Identitas buku ini terdiri dari Judul buku, keterangan penulis,
nama pembimbing, nama validator, ukuran buku dan software
yang digunakan untuk mendesain buku. Identitas buku
pengayaan yang dikembangkan terdapat pada gambar 4.3 berikut
ini.
57
Gambar 4. 3 Identitas Buku
c) Kata Pengantar
Kata pengantar memuat ucapan syukur kepada Allah SWT,
gambaran singkat mengenai isi buku, tujuan dibuat buku
pengayaan, serta ucapan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian buku ini. Kata
pengantar buku pengayaan yang dikembangkan terdapat pada
gambar 4.4 berikut ini.
58
Gambar 4. 4 Kata Pengantar
d) Petunjuk Penggunaan Buku
Petunjuk buku ini dibuat karena buku pengayaan ini berbeda
dengan buku teks atau LKS yang digunakan di sekolah. Adanya
petunjuk penggunaan buku ini diharapkan dapat memudahkan
pembaca agar lebih jelas mengetahui cara menggunakan buku.
Cuplikan petunjuk penggunaan buku pengayaan yang
dikembangkan terdapat pada gambar 4.5 berikut ini.
59
Gambar 4. 5 Cuplikan Petunjuk Penggunaan Buku
e) Daftar Isi
Daftar Isi berisi Judul bab dan materi yang disajikan di dalam
buku lengkap dengan nomor halaman. Hal ini akan memudahkan
pembaca untuk mencari materi yang terdapat di dalam buku.
Cuplikan daftar isi pada buku pengayaan yang dikembangkan
terdapat pada gambar 4.6 berikut ini.
60
Gambar 4. 6 Cuplikan Daftar Isi
f) Daftar Gambar
Daftar gambar berisi nomor gambar, keterangan gambar dan
nomor halaman tempat gambar tersebut ditampilkan di buku.
Cuplikan daftar gambar pada buku pengayaan yang
dikembangkan terdapat pada gambar 4.7 berikut ini.
Gambar 4. 7 Cuplikan Daftar Gambar
61
2) Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari 5 bab kearifan lokal, yaitu kerak telor, roti
buaya, dodol Betawi, bir pletok, dan batik Betawi. Setiap bab berisi
judul, kompetensi dasar, mind mapping, asal usul dari setiap kearifan
lokal, proses pembuatan, serta materi kimia yang berkaitan dengan
kearifan lokal Kota Jakarta. Materi kimia yang berkaitan dengan
kearifan lokal Kota Jakarta di antaranya makromolekul, tata nama
senyawa, persamaan reaksi, laju reaksi, hidrokarbon, minyak bumi,
koloid, senyawa karbon, benzena dan turunannya, asam dan basa,
titrasi asam-basa, ikatan kimia, serta ikatan antarmolekul. Judul
yang ditulis disesuaikan dengan kearifan lokal yang akan dibahas.
Pada bagian isi juga terdapat gambar atau ilustrasi yang melengkapi
materi tersebut. Cuplikan bagian isi pada buku pengayaan yang
dikembangkan terdapat pada gambar 4.8 berikut ini.
Gambar 4. 8 Cuplikan Bagian Isi
62
3) Bagian Akhir
a) Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi sumber-sumber/referensi yang
digunakan dalam buku dan disusun sesuai dengan urutan abjad.
Sumber referensi yang digunakan berasal dari beberapa buku,
jurnal, maupun website. Cuplikan daftar pustaka buku
pengayaan yang dikembangkan terdapat pada gambar 4.9 berikut
ini.
Gambar 4. 9 Cuplikan Daftar Pustaka
b) Glosarium
Glosarium terdiri dari kata kunci dan penjelasannya yang
diurutkan berdasarkan abjad. Glosarium ini mempermudah
pembaca untuk memahami istilah-istilah yang dianggap sulit oleh
pembaca. Glosarium pada buku pengayaan yang dikembangkan
terdapat pada gambar 4.10 berikut ini.
63
Gambar 4. 10 Glosarium
b. Validasi Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
Pada tahap ini, validasi dilakukan oleh 3 orang dosen ahli, yaitu 1
orang dosen pendidikan kimia, 1 orang dosen kimia murni, dan 1 orang
dosen media. Untuk melihat perhitungan validitas buku dapat dilihat
pada lampiran 12. Berikut adalah hasil penilaian dari validasi buku
pengayaan kimia.
Tabel 4. 3 Hasil Penilaian Validasi
Validator Validasi 1 Validasi 2
Dosen Kimia Murni 95,2 % 100 %
Dosen Pendidikan
Kimia 90,4 % 100 %
Dosen Media 87,5 %
Rata-rata 91,03 % 100%
Saran dan masukan yang didapat dari proses validasi digunakan
untuk memperbaiki dan merevisi buku pengayaan kimia agar buku
pengayaan kimia yang dihasilkan sempurna. Daftar revisi konten,
wacana, serta saran dari validator pada buku pengayaan kimia berbasis
kearifan lokal Kota Jakarta terdapat pada lampiran 14.
64
5. Implementation (Implementasi)
Setelah menghasilkan produk yang berupa buku pengayaan kimia
berbasis kearifan lokal Kota Jakarta, maka tahap selanjutnya yaitu uji coba
terbatas kepada 10 guru kimia di SMA Kota Jakarta. Tahap ini bertujuan
untuk mengetahui respon guru kimia terhadap buku yang dikembangkan,
serta mengetahui kelayakan dari buku yang dikembangkan.
Untuk mengetahui respon guru serta kelayakan dari buku yang
dikembangkan, maka dapat dilihat dari angket yang diisi oleh 10 guru kimia
di SMA Kota Jakarta. Dalam angket ini terdapat 4 aspek penilaian yaitu
aspek materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan aspek kegrafikan.
Pengisian angket ini dilakukan setelah guru membaca semua isi buku
pengayaan kimia. Berikut ini adalah hasil analisis data yang diperoleh dari
hasil angket yang telah diisi oleh 10 guru kimia di SMA Kota Jakarta. Untuk
mengetahui perhitungan persentase rata-rata seluruh aspek respon guru
dapat dilihat pada lampiran 18.
Tabel 4. 4 Persentase Rata-rata Seluruh Aspek Respon Guru
Aspek Persentase rata-rata
Aspek % Kriteria
Materi 87 Sangat Baik
Penyajian 85 Sangat Baik
Bahasa 83 Sangat Baik
Kegrafikan 86,5 Sangat Baik
Berdasarkan analisis data aspek materi pada tabel di atas diperoleh hasil
bahwa rata-rata aspek materi sebesar 87%. Hal ini menunjukkan bahwa
aspek materi yang terdapat di dalam buku pengayaan kimia berbasis
kearifan lokal Kota Jakarta ini merupakan hasil orisinil yang
memaksimalkan keterkaitan antara kearifan lokal Kota Jakarta dengan
Kimia SMA, disesuaikan dengan perkembangan ilmu yang akurat serta
tidak mengandung SARA ataupun unsur pornografi.
Pada aspek penyajian diperoleh hasil bahwa rata-rata aspek penyajian
sebesar 85%. Hal ini menunjukkan bahwa buku pengayaan yang
dikembangkan mudah dipahami, karena teks di dalam buku dilengkapi oleh
65
gambar sehingga mampu memperjelas materi. Selain itu, buku pengayaan
tersebut dapat mengembangkan sikap sosial serta menumbuhkan motivasi
siswa untuk berpikir lebih jauh dan inovatif.
Pada aspek bahasa diperoleh hasil bahwa rata-rata aspek bahasa sebesar
83%. Hal ini menunjukkan bahwa buku pengayaan yang dikembangkan
menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta
komunikatif, informatif, lugas, santun, dan estetis sehingga pembaca
mampu memahami pesan positif yang disampaikan.
Pada aspek kegrafikan diperoleh hasil bahwa rata-rata aspek kegrafikan
sebesar 86,5%. Hal ini menunjukkan bahwa buku pengayaan yang
dikembangkan mempunyai cover buku yang menarik, tata letak isi buku
yang konsisten, penggunaan jenis huruf memiliki tingkat keterbacaan yang
tinggi, dicetak dengan cetakan jelas, tidak tembus set off, serta dijilid dengan
kuat dan rapi sehingga memudahkan pembaca dalam membuka buku.
Untuk mengetahui perhitungan kelayakan dari buku pengayaan kimia
berbasis kearifan lokal Kota Jakarta, maka dapat dilihat pada lampiran 19.
Tabel 4. 5 Kelayakan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal
Kota Jakarta
Aspek Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sub total
materi (A) 90 86 84 88 84 86 88 86 90 86
Sub total
penyajian
(B)
85 87 82 88 82 88 83 90 84 81
Sub total
bahasa
(C)
80 80 80 90 80 84 84 80 86 86
Sub total
kegrafikan
(D)
86 88 85 87 88 88 86 87 81 85
Total
(Ax0,4) +
(Bx0,3) +
(Cx0,2) +
(Dx0,1)
86,1 85,3 82,7 88,3 83 86,4 85,5 86,1 86,5 84,4
Rata-rata 85,43
Makna Layak dengan predikat sangat baik
66
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, hasil rata-rata yang diperoleh sebesar
85,43. Hal ini menunjukkan bahwa buku pengayaan kimia berbasis kearifan
lokal Kota Jakarta yang dikembangkan layak untuk digunakan dalam
pembelajaran kimia dengan predikat sangat baik.
B. Pembahasan
Jakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi, politik, dan pertumbuhan sosial
budaya (Suswandari, 2017, hlm. 20). Dalam pemahaman tentang Jakarta, selalu
terbesit dengan etnik Betawi. Etnik Betawi merupakan masyarakat asli Jakarta.
Untuk mempertahankan hidup dan menjawab tantangan yang ada dalam proses
interaksi sosial kaum pendatang di Jakarta maka terbentuklah kearifan lokal.
Kearifan lokal merupakan tradisi masyarakat untuk melestarikan dan mengelola
sumber daya yang ada (Sari, dkk. 2018). Kearifan lokal yang terbentuk dapat
dijadikan sebagai keunggulan budaya setempat maupun keunggulan kondisi
geografisnya (Panjaitan, dkk. 2014, hlm. 115). Setiap daerah memiliki kearifan
lokal yang berbeda-beda. Namun dengan adanya pengaruh globalisasi,
peningkatan teknologi dan transformasi budaya ke arah kehidupan yang modern
membuat kearifan lokal menghadapi tantangan terhadap eksistensinya
(Suswandari, 2017, hlm.40). Hal ini perlu mendapat perhatian khusus karena
kearifan lokal merupakan indentitas setiap daerah di Indonesia yang seharusnya
dilestarikan, diadaptasi atau bahkan dikembangkan lebih jauh.
Salah satu upaya yang dilakukan dunia pendidikan dalam mempertahankan
eksistensi kearifan lokal yaitu dengan menyelenggarakan pembelajaran berbasis
keunggulan lokal. Kemendikbud menyebut kearifan lokal sebagai keunggulan
lokal (Prasetyo, 2013). Penggunaan kearifan lokal dalam pembelajaran ini
memastikan ilmu pembelajaran tidak hanya memahami konsep, tetapi juga
memperkuat identitas Indonesia dengan berbagai budayanya (Parmin, dkk.
2015). Untuk mendukung pembelajaran tersebut khususnya pada pelajaran
kimia maka dibuatlah buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota
Jakarta.
67
Buku pengayaan adalah buku yang dijadikan sebagai penunjang buku teks
pelajaran yang dapat memperkaya pengetahuan siswa (Permendiknas, 2008).
Buku pengayaan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku
pengayaan non teks jenis pengayaan pengetahuan. Adapun karakteristik buku
pengayaan yang dikembangkan yaitu:
1. Buku ini memuat lima kearifan lokal Kota Jakarta yang berkaitan dengan
materi kimia SMA.
2. Buku ini memuat empat kompetensi kearifan lokal, yaitu kompetensi
personal, kompetensi berpikir, kompetensi sosial dan kompetensi
vokasional.
3. Buku ini dicetak menggunakan art papper dan berwarna sehingga dapat
menarik minat baca siswa.
4. Buku ini memasukan ayat-ayat alquran yang dapat meningkatkan nilai
religious pembaca.
5. Buku ini dapat menambah pengetahuan tentang materi kimia dan kearifan
lokal Kota Jakarta.
Untuk membuat buku pengayaan ini, maka diperlukan analisis terlebih
dahulu. Analisis dilakukan dengan melakukan wawancara kepada fungsional
umum pusat kurikulum dan perbukuan untuk mendapatkan informasi seputar
buku teks dan nonteks serta kepada tiga guru kimia SMA di Jakarta mengenai
bahan ajar yang digunakan dan ketersediaan buku pengayaan kimia berbasis
kearifan lokal. Berdasarkan hasil wawancara, bahan ajar yang digunakan dalam
proses pembelajaran kimia hanya sebatas buku teks pelajaran saja. Pada
umumnya buku teks pelajaran yang digunakan berasal dari pemerintah, dan
ditunjang oleh beberapa buku teks dengan penerbit lain, seperti buku teks
dengan penerbit nasional. Menurut Tinja, Towaf, dan Hariyono (2017)
pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal masih mengalami kesulitan
karena ketersediaan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat
masih belum memadai.
Hasil wawancara juga menyatakan bahwa guru tidak menggunakan buku
tambahan pengayaan selain buku teks, melainkan menggunakan buku tambahan
68
yang hanya berisi soal-soal OSN (Olimpiade Siswa Nasional). Padahal menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008 pasal 6 ayat (3),
dalam pembelajaran kimia selain menggunakan buku teks pelajaran ada juga
buku yang dapat digunakan selain buku teks pelajaran, yaitu buku pengayaan.
Buku pengayaan yang dimaksud dalam pusat kurikulum dan perbukuan (2014,
hlm. 7) yaitu buku yang menyajikan materi tetapi tidak dilengkapi dengan soal-
soal ataupun lainnya yang menuntut siswa untuk mengukur pemahaman mereka
terhadap buku yang mereka baca. Buku pengayaan ini juga hanya sebagai
pelengkap dari buku teks pelajaran, bukan dijadikan sumber utama dalam
proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara, pada proses pembelajaran kimia, belum ada
guru yang mengaitkan kimia dengan kearifan lokal Kota Jakarta dan hanya
sebatas mengaitkan kimia dengan kontekstual kehidupan sehari-hari. Hal ini
dikarenakan masih terbatasnya sumber atau referensi mengenai keterkaitan
antara kimia dengan kearifan lokal Kota Jakarta. Padahal buku pengayaan kimia
berbasis kearifan lokal Kota Jakarta ini dibutuhkan dalam proses pembelajaran
kimia karena selain dapat memperkaya pengetahuan tentang kimia, siswa juga
bisa mengenal dan mengembangkan kearifan lokal daerahnya. Hal ini didukung
oleh penelitian Subiyanto dan Siregar (2018) yang menyatakan bahwa
pembelajaran kimia dengan menggunakan modul berbasis kearifan lokal dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, dan juga diperkuat oleh Peraturan Gubernur
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor 205 tahun 2009 Bab II Pasal 3
yang menyatakan bahwa pendidikan berbasis keunggulan daerah pada sekolah
dasar dan menengah adalah sebagai cara untuk mengembangkan potensi,
ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat di Kota Jakarta.
Selain analisis bahan ajar yang digunakan dan ketersediaan buku pengayaan
kimia berbasis kearifan lokal, dilakukan juga analisis kearifan lokal Kota
Jakarta. Analisis ini dilakukan dengan studi literatur dan studi langsung.
Analisis Studi literatur dilakukan sebagai tahap awal untuk mencari sumber-
sumber data dari berbagai sumber, seperti buku, internet maupun peraturan
gubernur DKI Jakarta mengenai kearifan lokal Kota Jakarta. Sedangkan studi
69
langsung dilakukan dengan survei lapangan, seperti mewawancarai pengelola
Kawasan Setu Babakan dibawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
serta para penjual kuliner dan pengrajin batik Betawi yang menjadi ciri khas
Jakarta yang bertujuan untuk memperkuat hasil studi literatur yang telah
didapatkan. Setelah mendapatkan hasil dari studi literatur dan studi langsung,
maka ditetapkan ada lima kearifan lokal Kota Jakarta yang akan dituangkan ke
dalam buku pengayaan kimia yaitu kerak telor, roti buaya, dodol Betawi, bir
pletok, dan batik Betawi.
Untuk menentukan materi yang akan dimasukkan ke dalam buku pengayaan
maka dilakukan analisis materi. Analisis materi yang dilakukan menyesuaikan
materi kimia SMA dengan kearifan lokal Kota Jakarta. Materi yang dimasukkan
harus sesuai dengan KI dan KD karena menurut pusat kurikulum dan perbukuan
isi buku harus sesuai dengan sebagian lingkup materi kimia SMA dan tingkat
kompetensi standar isi, baik secara langsung maupun tidak, namun bukan
merupakan penjabaran keseluruhan Kompetensi Dasar dalam Standar Isi untuk
mata pelajaran dan kelas tertentu (Puskurbuk, 2014, hlm. 17). Penentuan
indikator didasarkan pada empat kompetensi kearifan lokal, yaitu kompetensi
personal, kompetensi berpikir, kompetensi sosial, dan kompetensi vokasional
(Asmani, 2012, hlm. 114-115).
Buku pengayaan yang dikembangkan ini berukuran B5 (17,6 cm x 25 cm)
dengan orientasi kertas portrait dan margin (kiri, kanan, atas, dan bawah)
masing-masing 1 cm. dalam penulisan buku pengayaan ini hanya menggunakan
satu jenis huruf yaitu calibri, karena menurut puskurbuk (2014, hlm. 28)
penggunaan jenis huruf tidak boleh melebihi dari dua jenis huruf serta
penggunaan efek huruf tidak berlebihan. Calibri merupakan jenis huruf serif
karena huruf ini bersifat cepat dibaca sehingga pada saat membaca dapat
dilakukan dengan cepat dan lebih nyaman (Kusrianto, 2006, hlm. 46).
Buku pengayaan ini terdapat tiga komponen unsur buku, yaitu bagian awal,
bagian isi, dan bagian akhir. Penyusunan ini menggunakan konsistensi format
dari halaman ke halaman (Arsyad, 2014, hlm. 85). Kulit buku ini terbuat dari
kertas art paper yang lebih tebal dari kertas isi buku dan dijilid dengan lem
70
(perfect binding). Kulit buku terdiri dari judul buku, ilustrasi, nama penulis dan
instansi. Judul buku pengayaan ini yaitu “Jakarta dalam Kimia” dan ilustrasi
pada sampul buku ini mejelaskan mengenai kearifan lokal yang dimuat di dalam
buku pengayaan ini. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniasari, Rusilowati
dan Subekti (2014) bahwa ilustrasi yang digunakan untuk sampul buku harus
mencerminkan isi buku dan tidak berlebihan. Di dalam buku ini juga dilengkapi
dengan panduan penggunaan buku yang berfungsi untuk memudahkan pembaca
dalam memahami fungsi dari bagian-bagian buku pengayaan. Menurut
Subiyanto dan Siregar (2018), panduan penggunaan buku dapat memudahkan
peserta didik untuk belajar mandiri.
Bagian isi buku memuat 5 bab mengenai kearifan lokal Kota Jakarta yang
berkaitan dengan materi kimia SMA, yaitu kerak telor, roti buaya, dodol
Betawi, bir pletok, dan batik Betawi. Materi kimia SMA yang berkaitan dengan
kearifan lokal Kota Jakarta di antaranya, yaitu makromolekul, tata nama
senyawa, persamaan reaksi, laju reaksi, hidrokarbon, minyak bumi, koloid,
senyawa karbon, benzena dan turunannya, asam dan basa, titrasi asam-basa,
ikatan kimia, serta ikatan antarmolekul. Pada setiap bab terdapat mind mapping
yang berfungsi untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi bab tersebut.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Fauziah, Masykuri, dan Nugroho (2013)
bahwa mind mapping berfungsi untuk meringkas materi yang akan disajikan ke
dalam bentuk peta agar pembaca lebih mudah memahaminya. Uraian materi
yang disajikan juga dilengkapi dengan gambar-gambar dan ilustrasi yang
mendukung sehingga dapat menarik minat pembaca. Hal ini sejalan dengan
penelitian Qomariyah, Desnita, dan Permana (2016) bahwa dengan adanya
gambar dan ilustrasi yang mendukung dapat memudahkan pembaca untuk
memahami materi yang disajikan. Selain itu, gambar juga membuat pembaca
tertarik dan termotivasi untuk belajar (Maulana, Desnita, dan Raihanati, 2018).
Di dalam materi juga memuat kompetensi kearifan lokal, seperti kompetensi
personal, kompetensi berpikir, kompetensi sosial, dan kompetensi vokasional.
Bagian isi buku pengayaan juga terdapat bagian fokus kimia yang berisi
cuplikan materi kimia SMA yang terdapat di dalam kotak. Penggunaan kotak
71
bertujuan untuk penekanan informasi penting yaitu materi kimia SMA (Arsyad,
2014, hlm. 88). Selain itu, setiap akhir bab terdapat ayat-ayat Alquran yang
dapat meningkatkan nilai religious pembaca. Hal ini sejalan dengan penelitian
Amir, Soendjoto, dan Dharmono (2016) bahwa ayat Alquran dapat memberikan
motivasi pembaca untuk mempelajari dan mempraktikan ajaran dan nilai-nilai
yang terkandung di dalam Alquran. Pada bagian akhir buku terdapat daftar
pustaka adan glosarium. Karena menurut puskurbuk (2014, hlm. 18), buku
pengayaan wajib terdapat daftar pustaka dan dilengkapi dengan glosarium.
Daftar pustaka merupakan kumpulan sumber-sumber yang digunakan sebagai
acuan dalam penulisan buku dan disusun secara alphabet (A-Z) (Permendikbud,
2016). Glosarium berfungsi untuk memudahkan pembaca mencari arti kata
yang sulit (Zunaidah dan Amin, 2016).
Setelah penyusunan buku selesai, maka tahap selanjutnya yaitu validasi.
Validasi dilakukan untuk menghasilkan buku dengan validitas yang tinggi.
Validasi ini dilakukan dengan cara seseorang atau beberapa ahli menilai buku
yang dikembangkan menggunakan instrumen validasi (Akbar, 2017, hlm. 37).
Pada validasi buku pengayaan ini dilakukan oleh tiga orang dosen ahli, yaitu
dua dosen ahli pendidikan kimia dan satu orang dosen ahli media pembelajaran.
Penilaian dan saran dari para ahli lalu menjadi bahan pertimbangan untuk
merevisi dan memperbaiki buku pengayaan yang sudah dibuat sehingga
produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik lagi (Hartagung,
Sunaryo, dan Fahdiran, 2018).
Revisi dilakukan setelah peneliti mendapatkan hasil dari validasi yang
berupa masukan dari validator. Masukan dari validator di antaranya masih
terdapat beberapa yang perlu diperbaiki, seperti gambar yang tidak jelas,
kurangnya gambar yang mendukung konten kimia, wacana yang terlalu banyak
sehingga konten kimia tidak terlihat dan kesalahan dalam penulisan. Pada
gambar yang tidak jelas dilakukan perubahan dengan mencari gambar yang
lebih jelas, karena menurut Puskurbuk (2014, hlm. 28) foto yang digunakan
harus mempunyai detail foto yang jelas (tidak moiré). Kurangnya gambar yang
menjelaskan konten kimia di revisi dengan menambahkan beberapa gambar
72
yang mendukung konten kimia. Penambahan gambar hendaknya
memperhatikan aspek hubungan antara gambar dan teks bacaan. Gambar yang
ditambahkan harus mampu menjelaskan dan mempermudah memahami teks
bacaan (Prasetiyo dan Perwiraningtyas, 2017).
Wacana yang terlalu banyak dan kesalahan dalam penulisan juga menjadi
perhatian validator, karena wacana yang terlalu banyak membuat konten kimia
tidak terlalu terlihat. Oleh karena itu perbaikan dilakukan dengan menyesuaikan
wacana yang tidak terlalu banyak sehingga konten kimia lebih terlihat. Menurut
Amri dan Ahmadi (2010, hlm. 162) teks pada buku tidak boleh terlalu sedikit
atau tidak boleh terlalu banyak. Karena apabila terlalu sedikit akan kurang
membantu tercapainya kompetensi dasar. Sedangkan apabila terlalu banyak
maka tidak efektif. Kesalahan dalam penulisan, seperti kesalahan ejaan,
maupun bahasa yang kurang komunikatif juga perlu dilakukan perbaikan. Hal
ini dikarenakan penggunaan Bahasa sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan (EYD) dan bahasa yang komunikatif dapat
mempermudah siswa dalam memahami kata-kata, kalimat ataupun paragraph
yang ada di dalam buku (Kurniasari, dkk, 2014). Sedangkan menurut
Qomariyah, dkk. (2016) bahwa penyajian materi dengan menggunakan bahasa
yang komunikatif dapat membuat pembaca seperti berbicara dua arah dengan
penulis. Setelah dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan dari validator
maka buku pengayaan kearifan lokal Kota Jakarta siap diuji coba terbatas.
Uji coba terbatas dilakukan kepada sepuluh guru kimia SMA yang berada
di Kota Jakarta. Uji coba dilakukan dengan cara responden membaca
keseluruhan buku pengayaan kimia lalu menilai buku dengan menggunakan
instrumen yang berupa angket. Instrumen yang digunakan ini berasal dari Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Angket ini terdiri dari 15 pernyataan yang berasal dari empat aspek, yaitu
aspek materi, aspek penyajian, aspek bahasa, dan aspek kegrafikan. Hasil dari
angket ini kemudian dianalisis untuk memperoleh data berupa respon guru
terhadap buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.
73
Pada aspek materi terdapat empat butir pernyataan dengan persentase rata-
rata sebesar 87%. Butir yang memiliki nilai yang paling tinggi sebesar 88%
yaitu butir kedua dengan pernyataan materi merupakan karya orisinal (bukan
hasil plagiat). Hal ini menunjukkan bahwa buku yang dikembangkan memiliki
orisinalitas yang baik dan bukan hasil plagiat. Butir selanjutnya yang memiliki
nilai yang tinggi yaitu butir pertama dengan pernyataan materi mampu menjaga
persatuan dan kesatuan, dan tidak mengandung unsur pornografi, paham
ekstrimisme, radikalisme, kekerasan, SARA, bias gender, dan nilai
penyimpangan lainnya dan butir keempat dengan pernyataan materi
memaksimalkan penggunaan sumber-sumber yang sesuai dengan kondisi
Jakarta dan erat dengan konteks kearifan lokal Jakarta yang berkaitan dengan
kimia SMA dengan persentase masing-masing sebesar 87%. Hal ini
menunjukkan bahwa buku yang dikembangkan tidak mengandung unsur
pornografi ataupun SARA, dan penggunaan sumber kearifan lokal yang
berkaitan dengan kimia SMA sudah maksimal dengan kategori sangat baik.
Butir yang paling rendah yaitu butir ketiga sebesar 86% dengan pernyataan
materi memiliki kebenaran keilmuan, sesuai dengan perkembangan ilmu yang
mutakhir, sahih, dan akurat. Walaupun demikian, butir ini masih dalam kategori
sangat baik. Secara umum hal ini sama dengan penelitian Jannah dan
Dwiningsih (2013) yang memiliki persentase kelayakan materi sebesar 80,53%
karena dalam buku yang dikembangkan terdapat kesesuaian materi pokok buku
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Pada aspek penyajian terdapat empat butir pernyataan dengan rata-rata
aspek sebesar 85%. Butir yang memiliki nilai yang paling tinggi yaitu butir
pertama dan butir kedua dengan masing-masing aspek sebesar 88% dan masuk
ke dalam kategori sangat baik. Pada butir pertama dengan pernyataan materi
disajikan secara utuh (runtut, koheren, lugas, mudah dipahami, dan interaktif)
ini sesuai dengan pernyataan Martin HB (2012) bahwa penyajian suatu bahan
ajar dinilai baik apabila materi disajikan secara konsisten, sistematis, dan runtut
sehingga mampu membantu siswa dalam memahami isi bahan ajar. Sedangkan
butir kedua dengan pernyataan materi, baik teks maupun gambar menarik sesuai
74
dengan tingkat perkembangan usia pembaca, dan mampu memperjelas materi
ini sesuai dengan pernyataan Qomariyah, dkk (2016) bahwa adanya gambar dan
ilustrasi dapat memudahkan siswa untuk memahami materi yang disajikan.
Butir yang paling rendah yaitu butir ketiga dan butir kempat dengan presentase
masing-masing sebesar 82% dengan kategori sangat baik. Butir ketiga dengan
pernyataan materi disajikan agar dapat mengembangkan sikap spiritual dan
sosial ini sesuai dengan pernyataan Amir, dkk (2016) bahwa memasukkan
cuplikan ayat Alquran pada bahan ajar merupakan salah satu cara agar siswa
mampu mengamalkan ajaran agama dan dapat membuat siswa termotivasi
untuk mempraktikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Alquran. Sedangkan
butir keempat dengan pernyataan materi disajikan agar dapat mengembangkan
pengetahuan yang menumbuhkan motivasi untuk berpikir lebih jauh dan
inovatif ini memiliki arti bahwa buku pengayaan ini dapat mengembangkan
pengetahuan siswa karena tidak hanya berisi materi kimia saja melainkan juga
berisi materi kimia yang dikaitkan dengan kearifan lokal Kota Jakarta.
Pada aspek bahasa terdapat dua butir pernyataan. Namun pada aspek ini
tidak ada butir yang memiliki nilai tertinggi ataupun terendah, karena kedua
butir tersebut memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 83%. Hal ini
menunjukkan bahwa di dalam buku pengayaan ini sudah menggunakan bahasa
yang komunikatif, informatif, lugas, santun, estetis, serta bahasa yang
digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
sehingga pembaca mampu memahami pesan positif yang disampaikan, Menurut
Kurniasari, dkk (2014), penggunaan bahasa yang komunikatif, pesan yang
disajikan dengan bahasa yang menarik, jelas, tepat sasaran, tidak menimbulkan
makna ganda (kalimat efektif), dan lazim dalam komunikasi tulis bahasa
Indonesia dapat mendorong siswa untuk mempelajari buku tersebut secara
tuntas.
Aspek yang terakhir yaitu aspek kegrafikan. Pada aspek kegrafikan terdapat
lima butir pernyataan. Butir yang memiliki nilai yang paling tinggi sebesar 90%
yaitu butir kelima dengan pernyataan fisik buku (ukuran buku, kertas, hasil
cetakan, dan penjilidan). Hal ini menunjukkan bahwa fisik buku yang
75
dikembangkan sangat baik karena penjilidan kuat dan rapi, ukuran buku sudah
disesuaikan tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, serta kertas yang digunakan
juga kertas yang tebal, sehingga hasil cetakan tidak tembus (set-off) (Puskurbuk,
2016).
Butir yang memiliki nilai tertinggi kedua dalam aspek kegrafikan yaitu butir
pertama sebesar 86,5% mengenai desain kulit buku. Hal ini menunjukkan
bahwa kulit buku menarik, karena ilustrasi yang digunakan dalam kulit buku
sudah sesuai dengan isi, jenis huruf yang digunakan memiliki keterbacaan yang
tinggi, serta selaras antara kulit depan dan kulit belakang buku. Hal ini sejalan
dengan penelitian Jannah dan Dwiningsih (2013) yang menyatakan bahwa kulit
buku yang sesuai dengan isi buku dapat menarik minat siswa untuk
menggunakannya.
Butir yang memiliki nilai tertinggi ketiga dalam aspek kegrafikan yaitu butir
kedua sebesar 86% mengenai tata letak (layout) isi buku. Hal ini menunjukkan
bahwa tata letak sudah menggunakan sistematika yang konsisten antara kulit
buku dengan isi buku. Menurut Kurniasari, dkk (2014), penggunaan ilustrasi
pada kulit buku tidak berlebihan dan dapat mencerminkan isi dari buku
pengayaan.
Butir yang memiliki nilai terendah dalam aspek kegrafikan yaitu butir ketiga
dan keempat sebesar 85% mengenai jenis huruf dan ilustrasi dalam isi/materi
buku. Walaupun butir ketiga dan keempat terendah, tetapi butir ini masih masuk
ke dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa jenis huruf yang
digunakan konsisten, memiliki keterbacaan yang tinggi, serta ilustrasi yang
digunakan dapat memperjelas isi. Menurut Jannah dan Dwiningsih (2013)
konsistensi ukuran huruf pada isi buku dapat menjadikan buku nyaman untuk
dibaca, sehingga tidak menimbulkan rasa bosan bagi pembacanya.
Setelah menganalisis setiap aspek pada angket buku pengayaan yang
dikembangkan, maka tahap selanjutnya yaitu analisis kelayakan. Analisis
kelayakan ini menggunakan perhitungan yang berasal dari pusat kurikulum dan
perbukuan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil sebesar 85,43. Hal ini
76
menunjukkan bahwa buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota
Jakarta layak dengan predikat sangat baik.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengembangan buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta
ini menggunakan model pengembangan ADDIE (analysis, design, develop,
implementation, and evaluate), namun penelitian ini hanya dibatasi sampai
tahap implementasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dimana bagian yang dideskripsikan yaitu proses pengembangan buku
pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.
Tahap analisis terdiri dari analisis kebutuhan buku pengayaan kimia
berbasis kearifan lokal Kota Jakarta dan analisis kearifan lokal Kota Jakarta.
Pada tahap analisis kebutuhan ini dilakukan wawancara kepada fungsional
umum pusat kurikulum dan perbukuan untuk mendapatkan informasi seputar
buku teks dan nonteks serta wawancara kepada tiga orang guru kimia SMA
Negeri di Jakarta untuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan buku
pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta. Sedangkan pada tahap
analisis kearifan lokal Kota Jakarta dilakukan studi literatur dari berbagai
sumber seperti buku, internet maupun peraturan gubernur DKI Jakarta dan studi
langsung dilakukan dengan mewawancarai pengelola Kawasan Setu Babakan
dibawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta para penjual kuliner
dan pengrajin batik Betawi yang menjadi ciri khas Jakarta. Kemudian pada
tahap desain dilakukan analisis materi kimia, analisis KI dan KD serta analisis
indikator buku pengayaan yang berkaitan dengan lima kearifan lokal yang
dikembangkan yaitu kerak telor, roti buaya, dodol Betawi, bir pletok dan batik
Betawi. Materi kimia yang berkaitan dengan kearifan lokal Kota Jakarta di
antaranya makromolekul, tata nama senyawa, persamaan reaksi, laju reaksi,
hidrokarbon, minyak bumi, koloid, senyawa karbon, benzena dan turunannya,
asam dan basa, titrasi asam-basa, ikatan kimia, serta ikatan antarmolekul.
Dalam tahap desain juga dilakukan penentuan instrumen validasi buku
pengayaan serta penentuan desain buku pengayaan kimia berbasis kearifan
78
lokal Kota Jakarta. Tahap pengembangan dilakukan penyusunan buku
pengayaan dan validasi buku pengayaan oleh para ahli. Validasi dilakukan oleh
dua dosen ahli kimia dan satu orang dosen sebagai ahli media pendidikan.
Tahap terakhir yaitu implementasi yakni pada tahap ini dilakukan uji coba
terbatas dan pemberian angket kepada 10 guru bidang studi kimia SMA di Kota
Jakarta untuk mengetahui respon guru terhadap buku yang dikembangkan.
Berdasarkan penilaian angket respon guru kimia terhadap buku kimia
berbasis kearifan lokal Kota Jakarta memiliki skor akhir sebesar 85,43 yang
bermakna bahwa buku pengayaan ini termasuk ke dalam kategori layak dengan
predikat sangat baik. Persentase pada aspek materi, penyajian, bahasa dan
kegrafikan secara berturut-turut adalah 87%, 85%, 83% dan 86,5% dengan
kategori pada masing-masing aspek sangat baik. Selain penilaian kuantitatif,
terdapat tanggapan guru secara kualitatif yang menyatakan bahwa buku
pengayaan ini sangat baik. Berdasarkan hasil penilaian kualitatif dan kuantitatif
yang diperoleh dari hasil angket dan respon guru secara umum buku pengayaan
kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta ini sangat baik dan layak untuk
dijadikan buku referensi dalam pembelajaran kimia.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mempunyai
saran sebagai berikut:
1. Buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta hendaknya lebih
banyak memasukkan kearifan lokal Kota Jakarta.
2. Bagi peneliti selanjutnya buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal
Kota Jakarta ini dapat disebarkan pada kalangan yang lebih luas.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui respon siswa terhadap buku pengayaan kimia berbasis kearifan
lokal Kota Jakarta.
4. Pengembangan buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta
ini diharapkan menjadi cikal bakal untuk para guru mata pelajaran lain
menyusun buku pengayaan berbasis kearifan lokal Kota Jakarta
79
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S. (2017). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Amir, Soendjoto, M. A., & Dharmono (2016). Validitas Bahan Ajar Pengayaan IPA
SMP/MTs Berbasis Riset Perilaku Monyet Ekor Panjang (Mocaca
Fascicularis, Raffles) di Hutan Karet. Proceeding Biology Education
Conference, 13(1): 58-62.
Amri, S., & Ahmadi, I. K. (2010). Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Anggraini, P., & Kusniarti, T. (2015). The Insertion of Local Wisdom into
Instructional Bahasa Indonesia for 10th Grade Students in Senior High School.
Journal of Education and Practice, 6(33): 89-92.
Ardan, A. S., Ardi, M., Hala, Y., Supu, A., & Dirawan, G. D (2015). Needs
Assessment to Development of Biology Textbook for High School Class X-
Based the Local Wisdom of Timor. International Education Studies, 8(4): 52-
59.
Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Asmani, J. M. (2012). Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Jogjakarta: Diva
Press.
Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: BPS
Provinsi DKI Jakarta
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP Press.
Brady, J. E. (1999). Kimia Universitas Azas & Struktur Edisi Kelima Jilid Satu.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Branch, R. M. (2009). Instructional Design: ADDIE Approach. USA: University
of Georgia.
80
Chang, R. (2003). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Chusorn, P., Ariratana, W., & Chusorn, P. (2013). Strategy Challenges the Local
Wisdom Applications Sustainability in Schools. Procedia-Social and
Behavioral Sciences, 112(2014): 626-634.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia
Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum dan
Balitbang.
-----. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal
Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas.
Fauziah L, N., Masykuri, M., & Nugroho C.S, A. (2013). Studi Komparasi Metode
Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) Menggunakan
Peta Pikiran (Mind Mapping) Dan Peta Konsep (Concept Mapping) Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Pokok Sistem Periodik Unsur Siswa Kelas
X Semester Ganjil SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2013.
Jurnal Pendidikan Kimia, 2(2): 132-139.
Fessenden & Fessenden. (1986). Kimia Organik Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Hartagung, R. T., Sunaryo, & Fahdiran, R. (2018). Pengembangan Buku Pengayaan
Pengetahuan “Dari Evolusi Binatang Hingga Gelombang Gravitasi” untuk
Siswa SMA. Seminar Nasional Fisika, VII: 78-83.
Hidayati, D. (2016). Memudarnya Nilai Kearifan Lokal Masyarakat dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air. Jurnal Kependudukan Indonesia, 11(11): 39-
48
Jannah, D. F., & Dwiningsih, K. (2013). Kelayakan Buku Ajar Kimia Berorientasi
Quantum Learning Pada Materi Pokok Kimia Unsur Untuk Siswa Kelas XII
SMA. Unesa Journal of Chemical Education, 2(2): 163-170.
Kurniasari, D. A., Rusilowati, A., & Subekti, N. (2014). Pengembangan Buku
Suplemen IPA Terpadu dengan Tema Pendengaran Kelas VIII. Unnes Science
Education Journal, 3(2): 462-467.
81
Kusrianto, A. (2006). Mendesain Publikasi Cetak dengan Microsoft Word. Jakarta:
PT Elex Media Computindo.
Leo, S., A. (2015). The Development of Local Wisdom Based Social Science
Learning Model with Bengawan Solo as the Learning Source. American
International Journal of Social Science, 4(4):51-58.
Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Maryam, S. (2012). Strengthening the Character: Upload Ethics in Indonesia
Language Study Pass by Suplementary Books. International Journal for
Education Studies, 5(1): 39-50.
Martin HB, F., P. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Science Enterpreneurship
Berbasis Hasil Penelitian Untuk Mendukung Program Kreativitas Mahasiswa.
Jurnal Penelitian Pendidikan, 29(2): 101-108.
Maulana, S., Desnita, & Raihanati. (2018). The Development of Knowledge
Enrichment Books Concerning Ice and Snow Physical Studies for High School
Students. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika, 2(2): 83-
90.
Mukminan. (2011). Perspektif Teori dan Praktik Implementasi Sekolah Berbasis
Keunggulan Lokal. Seminar Nasional Pekan Ilmiah Mahasiswa Se-NTB: 1-11.
Panjaitan, A. P., Darmawan, A., Maharani, Purba, I. R., Rachmad, Y., &
Simanjutak, R. (2014). Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan. Jakarta:
Yayasan Utama Obor Indonesia.
Parmin, Sajidan, Ashadi & Sutikno. (2015). Skill Of Prospective Teacher In
Integrating The Concept Of Science With Local Wisdom Model. Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia, 4(2): 120-126.
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Ibukota Jakarta. (2009). Penyelenggaraan
Pendidikan Berbasis Keunggulan Daerah. Jakarta: Berita Daerah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 196.
-----. (2017). Ikon Budaya Betawi. Jakarta: Gubernur Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta
82
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2005). Buku Teks
Pelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
-----. (2008). Buku. Jakarta: Departemen Menteri Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Buku yang digunakan oleh
Satuan Pendidikan. Jakarta: Berita Negara Republik Indonesia Nomor 351.
-----. (2016). Petunjuk Teknis Pedoman Buku yang dgunakan oleh Satuan
Pendidikan. Jakarta: Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 61007.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19. (2005). Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
41.
Petrucci, R. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid
1. Jakarta: Erlangga.
Prasetiyo, N. A, & Perwiraningtyas. (2017). Pengembangan Buku Ajar Berbasis
Lingkungan Hidup Pada Matakuliah Biologi Biologi di Universitas
Tribhuwana Tunggadewi. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 3(1): 19-27.
Prasetyo, Z. K. (2013). Pembelajaran Sains Berbasis Kearifan Lokal. Seminar
Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika: 1-14.
Priambodo, A. (2011). Revitalisasi Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dalam
Bingkai KTSP. Jurnal Insania, 16(1): 1-14.
Puskurbuk, (2014). Pedoman Penilaian Buku Nonteks. Jakarta: Kemendikbud.
----- (2016). Instrumen dan Rubrik Penilaian Buku Pengayaan Pengetahuan.
Jakarta: Kemendikbud.
----- (2016). Instrumen dan Rubrik Penilaian Buku Pengayaan Kegrafikan. Jakarta:
Kemendikbud.
Purwanto, N. (2012). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Qomariyah, N., Desnita, & Permana, H. (2016). Pengembangan Buku Pengayaan
Pengetahuan Kajian Fisis Fenomena Gunung Berapi untuk Siswa SMA.
Prosiding SNIPS, 607-613.
Riduwan. (2011). Dasar-dasar Statistika. Bandung: ALFABETA
83
-----. (2012). Dasar-dasar Statistika. Bandung: ALFABETA
Sari, R., Harijanto, A., & Wahyuni, S. (2018). Pengembangan LKS IPA Berbasis
Kearifan Lokal Kopi pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi di SMP. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 7(1): 70-77.
Sarker, SD., & Nahar, L. (2007). Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi Bahan Organik,
Alam dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sitepu, B. P. (2012). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Subijanto. (2015). Kebijakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, 21(2):115-134.
Subiyanto, & Siregar, T. (2018). Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Pada
Materi Sistem Periodik Unsur Berbasis Kearifan Lokal Papua Peserta Didik
Kelas X SMA Negeri 4 Jayapura. Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia, 6(3): 71-
82.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed
Methods). Bandung: ALFABETA.
Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sumarlin, L. O. (2013). Biokimia Dasar-dasar Biomolekul dan Konsep
Metabolisme. Jakarta: Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Jakarta
Suswandari. (2016). Pemahaman Sejarah, Budaya, dan Kearifan Lokal Etnik
Betawi pada Guru Sekolah Dasar di Wilayah DKI Jakarta. Prosiding Kolokium
Doktor dan Seminar Hasil Penelitian Hibah.
-----. (2017). Kearifan Lokal Etnik Betawi (Mapping Sosio-kultural Masyarakat
Asli Jakarta). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tampubolon, E. H. M. (2015). Inovasi Model Bahan Ajar Unsur-unsur Kimia
Berbasis Kearifan Lokal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
HKBP Nommensen Medan. Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN, 3(1): 100-
108.
84
Tinja, Y., Towaf, S. M., & Hariyono. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Tematik
Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Upaya Melestarikan Nilai Budaya Pada
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, 2(9): 1257-1261
Trisnawaty, A. E. (2013). Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. National
Conference on Economic Education: 45-54.
Undang-undang Republik Indonesia. (2003). Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301.
Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wagiran. (2011). Pengembangan Model Pendidikan Kearifan Lokal dalam
Mendukung Pembangunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2020. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan, 3(3):85-100.
Zunaidah, F. N., & Amin, M. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah
Bioteknologi Berdasarkan Kebutuhan dan Karakter Mahasiswa Universitas
Nusantara PGRI Kediri. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(1), 19-30.
85
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan Buku Pengayaan
a. Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No. Aspek Indikator
1. Bahan Ajar Kurikulum yang digunakan di sekolah
Bahan ajar yang digunakan di sekolah
Kelebihan dan kekurangan bahan ajar yang
digunakan
Seberapa penting buku pengayaan digunakan dalam
proses pembelajaran
2. Kearifan Lokal Seberapa penting pengenalan kearifan lokal dalam
proses pembelajaran
Seberapa penting kearifan lokal dikembangkan
dalam proses pembelajaran
Seberapa besar kearifan lokal Jakarta yang dikaitkan
dalam proses pembelajaran
Tanggapan mengenai pengembangan buku
pengayaan kimia berbasis kearifan lokal
86
b. Hasil Wawancara Guru
No. Pertanyaan
Narasumber
1 2 3
1. Kurikulum apa yang
digunakan disekolah ini? Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013
2. Dalam proses
pembelajaran kimia bahan
ajar apa yang digunakan
dan apa penerbitnya?
Penerbitnya macam-macam,
yang dari sekolah itu yang dari
dana BOS seperti SPM, ada
yang yudhistira untuk buku
teksnya. Kelas x, xi beda-beda
sih penerbitnya. Kalau buku
dari pemerintah itu biasanya
buku paket.
Biasanya buku dari dinas, kalau
yang biasa kita pakai
penerbitnya erlangga.
3 atau 4 buku yang saya
gunakan. Terkadang suka
beda buku beda materi. Sri
rahayu, soal-soal OSN,
grafindo, nana sutresna,
Michael purba, penjelasan
suka pakai nana sutresna.
3. Apa kelebihan dan
kekurangan dari bahan ajar
yang digunakan?
Kelebihannya itu ada contoh
soalnya, dan kekurangannya
Kelebihannya itu simple jadi
anak-anak mudah mempelajari.
Kalau kekurangannya karena
Kelebihannya ada tingkatan
soal dari yang mudah sampai
yang susah. Kalau
87
No. Pertanyaan
Narasumber
1 2 3
itu biasanya sih latihan
soalnya kurang banyak.
kimia itu luas jadi kalau untuk
dicakup hanya 1 buku ini saja
kurang.
kekurangannya terkadang
tidak ada rumus sehingga
anak kesulitan
4. Selain buku teks, apakah
ada buku pengayaan yang
digunakan dalam
pembelajaran kimia?
Kalau saya tidak
mengharuskan, terserah
mereka mau menggunakan
tambahan dari sumber mana
saja. Biasanya buku tambahan
yang digunakan yang hanya
ada di perpustakaan saja.
Biasanya hanya berisi soal-
soal untuk latihan ujian.
Paling hanya membaca buku
buku tambahan kimia selain
yang digunakan disekolah.
Tidak ada. Paling hanya
buku pengayaan yang berisi
soal-soal saja.
88
No. Pertanyaan
Narasumber
1 2 3
5. Apakah buku pengayaan
dibutuhkan dalam
pembelajaran kimia?
Dibutuhkan. Sangat dibutuhkan, karena
infomasi terlalu sederhana
kalau dibuku teks saja.
Dibutuhkan, karena dapat
menambah ilmu.
6. Seberapa penting buku
pengayaan digunakan
disekolah?
Penting untuk memperdalam
materi karena memperbanyak
sumber.
Sangat penting, apalagi untuk
anak-anak sebagai pengetahuan
tambahan.
Penting banget, agar bisa
dijadikan sebagai pelengkap
buku teks.
7. Perlu atau tidakkah
pengenalan kearifan lokal
kepada siswa dalam proses
pembelajaran kimia?
Perlu juga, agar kimia menjadi
menarik tidak menjadi
momok yang menakutkan
lagi. Karena banyak siswa
yang bilang kimia itu susah
dan menakutkan.
Perlu, setidaknya untuk
melestarikan kearifan lokal dan
menjadikan kearifan lokal
menjadi terkenal di nasional
bahkan internasional.
Perlu banget. Kalau di
Jakarta kayaknya belum
terlalu kelihatan. Waktu saya
nonton di kick andy ada
daerah yang menghasilkan
karbonit dari singkong.itu
menggali apa yang kita
89
No. Pertanyaan
Narasumber
1 2 3
punya, karena tidak semua
daerah punya seperti itu.
8. Pernahkah dalam proses
pembelajaran kimia
menggambarkan kearifan
lokal Kota Jakarta?
Masih belum. Karena disini
anaknya masih regular ya jadi
tidak sempat untuk
mengajarkan diluar buku teks.
Yang di dalam buku teks saja
harus diulang ulang terus dan
waktunya terbatas.
Pernah, namun tidak semua
materi menggambarkan
kearifan lokal. Misalnya pada
materi indikator asam basa,
kalau tidak mempunyai
indikator universal kita bisa
menggunakan kearifan lokal
yang ada disekitar seperti kayu
secang.
Pernah tapi baru sedikit,
karena saya belum tahu apa
saja kearifan lokal yang bisa
diambil di Jakarta. Saya
pernah mengajarkan untuk
menggunakan pewarna
secang yang biasa dijadikan
bahan minuman bir pletok
untuk dijadikan pewarna
batik. Baru itu saja yang
pernah saya coba.
90
No. Pertanyaan
Narasumber
1 2 3
9. Apakah buku yang ada saat
ini sudah menggambarkan
kearifan lokal Kota
Jakarta?
Belum ada di penerbit
penerbit yang biasa.
Belum ada. Kalau untuk Jakarta belum
ada.
10. Bagaimana pandangan
Ibu/Bapak mengenai buku
pengayaan berbasis
kearifan lokal Kota
Jakarta?
Bagus. Penerapannya
kimianya itu jadi lebih
diterapkan tidak hanya
teoritisnya saja.
Sudah bagus, mungkin harus
lebih banyak lagi yang dikupas
dan buku yang menggambarkan
kearifan lokal diperbanyak.
Kalau ada buku seperti itu,
saya sangat butuh sekali.
Keren sih kalau buat buku
ini, karena untuk menggali
dan mengaitkan kerifan lokal
dengan kimia itu agak sulit.
11. Apakah yang diharapkan
dari adanya buku
pengayaan kimia berbasis
kalau sudah ada bisa
diterapkan dalam
pembelajaran dan desainnya
harus menarik.
Dengan adanya buku
pengayaan ini anak lebih
mengenal wilayahnya, anak
lebih bisa mengembangkan
wilayahnya dari sisi kimia,
Kebetulan saya akan
kedatangan tamu dari
Singapore Intercultural
School Bona Vista, sehingga
saya bisa memperkenalkan
91
No. Pertanyaan
Narasumber
1 2 3
kearifan lokal Kota
Jakarta?
sehingga dapat mengangkat
kimia di wilayahnya dan
menjadikan kearifan lokal
menjadi mascot wilayahnya
melalui pembelajaran kimia.
Jakarta karena Jakarta
sebagai Ibu kota punya
sesuatu yang bisa
dipamerkan dan diungguli
oleh dunia Internasional.
Dengan adanya buku
pengayaan ini, bisa membuat
anak-anak lebih cinta
terhadap daerahnya sendiri.
92
c. Hasil wawancara dengan Fungsional buku Pusat Kurikulum dan Perbukuan Bagian Buku Non Teks
No. Pertanyaan Jawaban
1. Ada berapa jenis buku yang digunakan
oleh pemerintah dalam dunia pendidikan?
Secara umum ada 2 jenis buku, yaitu buku teks pelajaran dan buku nonteks pelajaran
2. Apa perbedaan buku teks dan buku
nonteks?
Buku teks itu merupakan buku acuan wajib dalam pembelajaran disekolah dan telah
sesuai dengan kurikulum yang berlaku, sedangkan buku nonteks itu buku
pendampingnya yang bisa terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan
kurikulum yang ada saat ini.
3. Apakah buku nonteks diperlukan dalam
pembelajaran di sekolah?
Ya tentu. Karena didalam buku teks pelajaran materi yang dituangkan kedalam buku
itu terbatas hanya berpacuan dengan KD, kalau di dalam buku nonteks kan tidak
sepenuhnya bergantung dengan KD dan pembahasannya bisa lebih luas lagi
4. Apa saja contoh buku nonteks pelajaran? Buku nonteks terbagi menjadi 3 yaitu buku pengayaan, buku referensi dan buku
panduan pendidik
5. Bagaimana pandangan ibu mengenai buku
pengayaan kimia berbasis kearifan lokal
Kota Jakarta?
Sangat bagus, berarti kalau buku semacam itu termasuk ke dalam jenis buku
pengayaan pengetahuan. Karena di dalam bukunya dibahas tentang keterkaitan
pelajaran kimia dengan kearifan lokal.
93
Lampiran 2 Hasil Wawancara Kearifan Lokal Kota Jakarta
1. Bapak Syaiful Amri : Kepala Subbagian Tata Usaha Unit Pengelola
Kawasan (UPK) Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana sejarah Setu babakan
dan apa saja kearifan lokal Kota
Jakarta?
Setu Babakan ini merupakan daerah
yang ditunjuk oleh pemerintah DKI
Jakarta tepatnya Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata untuk melestarikan
warisan budaya Jakarta. Luas area Setu
Babakan ini sekitar 28 hektare. Untuk
semakin mengembangkan warisan
budaya Jakarta, pihak setu babakan dan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
sedang merencanakan untuk membuat
sekolah SMK disekitar Kawasan ini,
dimana nantinya sekolah ini akan
dimasukkan kegiatan yang berkaitan
dengan budaya Jakarta. Makanan khas
Jakarta yaitu kerak telor, roti buaya,
asinan Betawi, soto mie, nasi ulam,
sayur asem, kue cucur, kue talam, putu
mayang, kue dongkal, kue kembang
goyang dan dodol betawi. Kemudian
kalau untuk minuman khasnya yaitu es
selendang mayang dan bir pletok.
Untuk keseniannya itu ada ondel-
ondel, batik betawi, gambang
kromong, tanjidor, rebana, lenong
betawi dan orkes samrah. Sedangkan
untuk tradisinya yaitu palang pintu
pada acara pernikahan.
Kearifan Lokal Kota Jakarta apa
yang paling Sering dicari oleh
masyarakat luar?
Kalau untuk makanan khasnya
biasanya banyak orang yang mencari
kerak telor dan dodol Betawi.
Kemudian kalau untuk minumannya
yang paling banyak dicari yaitu bir
pletok. Ketiga ciri khas ini sering
ditemukan di tempat-tempat wisata
Jakarta, seperti monas, museum
fatahillah, dan lain-lain. Sekarang-
sekarang ini pemprov DKI Jakarta
sedang mempromosikan batik betawi.
94
Pertanyaan Jawaban
Contohnya seperti penggunaan baju
batik Betawi pada hari-hari tertentu.
Apa pekerjaan masyarakat Kota
Jakarta?
Pada umumnya masyarakat Jakarta
bekerja di kantoran, di industri, dll.
Namun, untuk masyakarat yang asli
Jakarta sebagian masih ada yang
bertani, mencari ikan dan ada juga yang
berwisausaha produk produk khas
Jakarta.
2. Bapak Galang: Pembuat Roti Buaya
Pertanyaan Jawaban
Apa saja bahan yang digunakan
dalam pembuatan roti buaya?
Seperti pada umumnya pembuatan roti,
bahan yang digunakan yaitu tepung
terigu, gula, telur, pengembang atau
ragi dan air hangat. Yang
membedakannya hanya bentuknya saja
yang dibuat seperti buaya.
Kenapa harus menggunakan air
hangat?
Kita menggunakan air hangat agar
semua bahan cepat bercampurnya
sehingga memepercepat proses
pengadonan.
Apakah Roti Buaya di produksi
setiap hari?
Kalau roti buaya tidak seperti roti
biasanya yang diproduksi setiap hari.
Roti buaya diproduksi kalau ada
pesenan saja. Biasanya roti buaya
dipesanan kalau ada orang Betawi yang
mau nikahan untuk dijadikan
seserahan.
3. Pak Rijal: Pedagang Dodol Betawi
Pertanyaan Jawaban
Apa saja bahan yang digunakan
dalam pembuatan dodol betawi?
Bahan yang digunakan hanya tepung
beras, santan, gula merah dan air.
Apakah membuatan dodol betawi
harus menggunakan kayu bakar?
Tidak juga, bisa juga menggunakan
kompor gas dan Teflon. Tapi kan
pembuatan dodol itu butuh waktu yang
lama kan, jadi kalau menggunakan
kompor gas nanti malah boros. Kalau
pakai kayu bakar kan lebih hemat, asap
yang ditimbulkan malah bikin tambah
enak rasanya.
95
Pertanyaan Jawaban
Apa saja rasa dodol betawi? Ya pada umumnya rasa original. Tapi
biar tidak bosan ya kadang
ditambahkan wijen, durian, srikaya,
nanas.
4. Pak Sobri : Pedagang Kerak telor
Pertanyaan Jawaban
Apa saja bahan yang digunakan
untuk membuat kerak telor?
Bahan yang digunakan ada beras yang
sudah direndam, telor, dan bumbu-
bumbu tabur.
Kenapa berasnya harus direndam?
Berapa lama direndamnya?
Beras direndam biasanya semalaman.
Jadi sebelum dimasak beras itu harus di
rendam biar lebih lunak, jadi pas
dimasak bisa matang.
Kenapa harus dibalik wajannya dan
diarahkan ke arang yang ada di
anglo?
Iya harus dibalik agar atasnya juga
matang.
Memangnya tidak tumpah kalau
dibalik seperti itu?
Tidak, karena kan berasnya kan
dicampur telor dan diaduk, jadi tidak
tumpah karena berasnya sudah nempel
dengan telornya.
Kenapa harus menggunakan wajan
dan anglo?
Iya, kalau pakai wajan dan anglo itu
punya cita rasa yang khas
dibandingkan dengan yang dibuat
dikompor.
5. Ibu Misi Nopianti: Penjual Bir Pletok
Pertanyaan Jawaban
Untuk membuat bir pletok bahan
apa saja yang digunakan?
Bahan yang digunakan itu rempah-
rempah seperti jahe, sereh, kapulaga,
kayu secang, dll.
Kenapa bir pletok itu berwarna
merah? Apakah diberi pewarna?
Oh itu.warna merahnya alami dari kayu
secang.
Kenapa rasanya hangat pas
diminum?
Rasanya hangat karena kandungan
rempah-rempahnya. Seperti jahe kan
rasanya pedas dan membuat hangat
ditenggorokan.
96
Lampiran 3. Hasil Studi Literatur dan Studi Langsung Kearifan Lokal Kota
Jakarta
Tabel Hasil Studi Literatur dan Studi Langsung Kearifan Lokal Kota
Jakarta
Studi Literatur Studi Langsung
Makanan Khas Makanan Khas
Kerak Telor Kerak Telor
Roti Buaya Roti Buaya
Comro Asinan Betawi
Sayur Besan Soto Mie
Dodol Betawi Nasi Kebuli
Kue Dongkal Semur Jengkol
Kue Cucur Akar Kelapa
Toge Goreng
Laksa
Asinan
Minuman Khas Minuman Khas
Es Selendang Mayang Es Selendang Mayang
Es Goyang Bir Pletok
Bir Pletok
Kesenian Kesenian
Ondel-ondel Ondel-ondel
Batik ondel-ondel Batik Betawi
Gambang Kromong Rebana
Tanjidor Lenong Betawi
Koroncong Tugu Orkes Samrah
Orkes Gambus Lenong Betawi
Topeng Betawi
Wayang Kulit Betawi
97
Lampiran 4. Tabel Analisis Keterkaitan Antara Kearifan Lokal dengan Kimia
Tabel Analisis Keterkaitan Antara Kearifan Lokal dengan Kimia
Kearifan Lokal Materi Kimia Hubungan Kearifan Lokal
dengan materi Kimia
Kerak Telor
Makromolekul Kandungan protein telur ayam
dan telur bebek pada kerak telor
Tata Nama Senyawa Kandungan kalsium karbonat
pada cangkang telur
Roti Buaya
Persamaan Reaksi Reaksi yang terjadi saat adonan
roti buaya mengembang
Tata Nama Senyawa Senyawa yang terdapat didalam
baking soda dan baking powder
Laju Reaksi Penggunaan air hangat pada
proses pembuatan roti buaya
Dodol Betawi
Hidrokarbon Proses pembakaran kayu sebagai
bahan bakar
Koloid Pembentukan asap yang terjadi
pada proses pembuatan dodol
Betawi
Makromolekul Tekstur dodol Betawi
Senyawa karbon Rasa pada dodol Betawi
Makromolekul Bau tengik pada dodol yang
telah disimpan lama
98
Kearifan Lokal Materi Kimia Hubungan Kearifan Lokal
dengan materi Kimia
Bir Pletok
Benzena dan
turunannya
Senyawa yang terkandung
didalam kayu secang
Benzena dan
turunannya
Senyawa yang terkandung
didalam jahe
Benzena dan
turunannya
Manfaat minuman bir pletok
untuk tubuh
Asam Basa Warna merah pada bir pletok
Batik Betawi
Asam Basa Penggunaan senyawa yang
bersifat basa untuk mempercepat
proses pelorodan lilin pada kain
Makromolekul Kandungan pada serat kain
Senyawa Karbon Kandungan damar kucing
sebagai bahan baku lilin batik
Minyak Bumi Destilasi minyak bumi paraffin
Benzena dan
turunannya
Kandungan yang terdapat pada
pewarna alami batik
Tata Nama Senyawa Kandungan yang terdapat pada
pewarna sintesis
Ikatan Kimia dan
Gaya Antarmolekul
Ikatan dan gaya antarmolekul
yang terjadi pada saat proses
penyerapan warna pada kain
99
Lampiran 5. Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Kimia
1. Kerak Telor
3. Memahami, menerapkan,
menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya
tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada
3.11 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan
penggolongan makromolekul
Makromolekul: Protein
(Kelas XII)
3.9 Mengidentifikasi reaksi reduksi dan
oksidasi menggunakan konsep bilangan
oksidasi unsur
Tata Nama Senyawa
(Kelas X)
2. Roti Buaya
3.10 Menerapkan hukum-hukum dasar kimia,
konsep massa molekul relatif, persamaan
kimia, konsep mol, dan kadar zat untuk
menyelesaikan perhitungan kimia
Persamaan Reaksi (Kelas
X)
3.9 Mengidentifikasi reaksi reduksi dan
oksidasi menggunakan konsep bilangan
oksidasi unsur
Tata Nama Senyawa
(Kelas X)
100
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Kimia
bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan
masalah
4. Mengolah, menalar, dan
menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya disekolah
secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai
kaidah keilmuan.
3.6 Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi menggunakan
teori tumbukan
Laju Reaksi (Kelas XI)
3. Dodol Betawi
3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran
hidrokarbon yang sempurna dan tidak
sempurna serta sifat zat hasil pembakaran
(CO2, CO, partikulat karbon)
Hidrokarbon (Kelas XII)
3.14 Mengelompokkan berbagai tipe sistem
koloid, dan menjelaskan kegunaan koloid
dalam kehidupan berdasarkan sifat-
sifatnya
Koloid (Kelas XI)
3.11Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan
penggolongan makromolekul
Makromolekul:
Karbohidrat (Kelas XII)
3.9 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan
kegunaan senyawa karbon
Senyawa Karbon: Ester
(Kelas XII)
3.11 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan
penggolongan makromolekul
Makromolekul:Lipid
(Kelas XII)
101
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Kimia
4. Bir Pletok
3.10Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan
kegunaan benzena dan turunannya
Benzena dan turunannya
(Kelas XII)
3.10Menjelaskan konsep asam dan basa serta
kekuatannya dan kesetimbangan
pengionannya dalam larutan
Asam Basa (Kelas XI)
4.10Menganalisis trayek perubahan pH beberapa
indikator yang diekstrak dari bahan alam
melalui percobaan
Asam Basa (Kelas XI)
5. Batik Betawi
3.10Menjelaskan konsep asam dan basa serta
kekuatannya dan kesetimbangan
pengionannya dalam larutan
Asam Basa (Kelas XI)
3.11 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan
penggolongan makromolekul
Makromolekul: Protein
(Kelas XII)
3.9 Menganalisis struktur, tata nama, sifat dan
kegunaan senyawa karbon
Senyawa Karbon: Gugus
Alkohol (Kelas XII)
3.2 Menjelaskan proses pembentukan dan
teknik pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi Minyak Bumi (Kelas XI)
102
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Materi Kimia
serta kegunaannya
3.10 Menganalisis struktur, tatanama, sifat
dan kegunaan benzena dan turunannya
Benzena dan turunannya
(Kelas XII)
3.9 Mengidentifikasi reaksi reduksi dan
oksidasi menggunakan konsep bilangan
oksidasi unsur
Tata Nama Senyawa
(Kelas XI)
3.4 Membandingkan proses pembentukan
ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan
koordinasi, dan ikatan logam serta
kaitannya dengan sifat zat
Ikatan Kimia (Kelas X)
3.7 Menghubungkan interaksi antar ion, atom
dan molekul dengan sifat fisika zat
Gaya Antar Molekul
(Kelas X)
103
Lampiran 6. Analisis Indikator Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
1. Kerak
Telor
3. Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural
berdasarkan
rasa
ingintahunya
3.11Menganalisis
struktur, tata
nama, sifat dan
penggolongan
makromolekul
Makromolekul Protein Kompetensi
Vokasional
Menunjukkan
sikap
kewirausahaan
masyarakat
Jakarta
1. Pemaparan
mengenai
masyarakat
Jakarta yang
berjualan kerak
telor
Kompetensi
Berpikir
Menjelaskan
mengenai proses
perendaman
beras ketan
2. Penjelasan
mengenai proses
perendaman
beras ketan
104
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi,
seni, budaya
dan
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan peradaban
terkait
penyebab
fenomena dan
kejadian, serta
sebagai bahan
baku kerak telor
Menjelaskan
struktur protein
sebagai
makromolekul
3. Penjelasan
mengenai
perbedaan telur
ayam dan telur
bebek
4. Penjelasan
mengenai
kandungan
protein pada
telur
3.9
Mengidentifi
kasi reaksi
reduksi dan
Reaksi
Reduksi dan
Oksidasi
Tata Nama
Senyawa
Menjelaskan
mengenai
kandungan
senyawa kimia
5. Penjelasan
mengenai
kandungan
senyawa kimia
105
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
menerapkan
pengetahuan
prosedural
pada bidang
kajian yang
spesifik sesuai
dengan bakat
dan minatnya
untuk
memecahkan
masalah
4.Mengolah,
menalar, dan
menyaji dalam
ranah konkret
dan ranah
oksidasi
menggunakan
konsep bilangan
oksidasi unsur
pada cangkang
telur
pada cangkang
telur
Menjelaskan
mengenai
pemanfaatan
limbah cangkang
telur
6. Penjelasan
mengenai
pemanfaatan
limbah
cangkang telur
Kompetensi
Vokasional
Menunjukkan
sikap
keterampilan
wirausaha
masyarakat
Jakarta
7. Penjelasan
mengenai
beberapa orang
ataupun
industri yang
memanfaatkan
limbah
cangkang telur
106
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
abstrak terkait
dengan
pengembangan
dari yang
dipelajarinya
disekolah
secara mandiri,
dan mampu
menggunakan
metode sesuai
kaidah
keilmuan.
sebagai pakan
ungags, pupuk
organik
maupun bahan
baku kerajinan
tangan
2. Roti
Buaya
3.10 Menerapkan
hukum-hukum
dasar kimia,
konsep massa
molekul relatif,
persamaan
kimia, konsep
mol, dan kadar
zat untuk
menyelesaikan
Persamaan
Kimia
Persamaan
Reaksi
Kompetensi
Personal
Menunjukkan
sikap ketelitian
dan kesabaran
dalam membuat
bentuk roti
buaya
1. Kolom sikap
yang dapat
diteladani dalam
pembuatan roti
buaya (sikap
ketelitian dan
kesabaran)
Kompetensi
Berpikir
Menunjukkan
persamaan
reaksi perubahan
2. Penjelasan
mengenai reaksi
yang terjadi saat
107
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
perhitungan
kimia
glukosa menjadi
etanol dan
karbondioksida
adonan roti
buaya
mengembang
3.9
Mengidentifi
kasi reaksi
reduksi dan
oksidasi
menggunakan
konsep bilangan
oksidasi unsur
Reaksi
Reduksi dan
Oksidasi
Tata Nama
Senyawa
Menjelaskan
penulisan tata
nama senyawa
poliatomik
3. Penjelasan
mengenai
senyawa yang
terdapat didalam
baking soda dan
baking powder
3.6 Menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Laju Reaksi Faktor-
faktor laju
reaksi
Menjelaskan
faktor pengaruh
4. Penjelasan
mengenai
penggunaan air
hangat pada
108
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
laju reaksi
menggunakan
teori tumbukan
suhu terhadap
laju reaksi
proses
pembuatan roti
buaya
3. Dodol
Betawi
3.3
Mengidentifi
kasi reaksi
pembakaran
hidrokarbon
yang sempurna
dan tidak
sempurna serta
sifat zat hasil
pembakaran
(CO2, CO,
Hidrokarbon
Proses
pembakaran
tak
sempurna
Kompetensi
Sosial
Menunjukkan
semangat gotong
royong dalam
proses
pembuatan
dodol Betawi
1. Kolom sikap
yang dapat
diteladani dalam
proses
pembuatan
dodol Betawi
yaitu semangat
gotong royong
Kompetensi
berpikir
Menujukkan
contoh reaksi
pembakaran tak
sempurna
2. Penjelasan
mengenai
proses
pembakaran
109
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
partikulat
karbon)
kayu sebagai
bahan bakar
3.14
Mengelompokk
an berbagai tipe
sistem koloid,
dan
menjelaskan
kegunaan
koloid dalam
kehidupan
berdasarkan
sifat-sifatnya
Koloid Jenis-jenis
koloid
Menjelaskan
mengenai jenis
koloid pada asap
3. Penjelasan
mengenai
proses
terbentuknya
asap pada
proses
pembuatan
dodol betawi
110
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
3.11Menganalisis
struktur, tata
nama, sifat dan
penggolongan
makromolekul
Makromolekul Karbohidrat Membandingkan
kandungan
amilosa dan
amilopektin
pada jenis
tepung
4. Penjelasan
mengenai tekstur
dodol betawi
3.9 Menganalisis
struktur, tata
nama, sifat dan
kegunaan
senyawa karbon
Senyawa
Karbon
Ester Menjelaskan
mengenai
senyawa ester
yang terdapat
pada buah-
buahan
5. Penjelasan
mengenai
kandungan
senyawa ester
pada buah-
buahan sebagai
perasa dodol
111
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
3.11Menganalisis
struktur, tata
nama, sifat dan
penggolongan
makromolekul
Makromolekul Lipid Menjelaskan
proses oksidasi
lemak
6. Penjelasan
mengenai reaksi
ketengikan
4. Bir
Pletok
3.10Menganalisis
struktur, tata
nama, sifat dan
kegunaan
benzena dan
turunannya
Benzena dan
turunannya
fenol Kompetensi
Personal
Menunjukkan
sikap
ketelatenan dan
ketekunan
1. Kolom sikap
yang dapat
diteladani dalam
pengemasan bir
pletok adalah
ketelatenan dan
ketekunan
Kompetensi
Berpikir
Menunjukkan
senyawa turunan
benzena
2. Penjelasan
mengenai
senyawa yang
112
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
terkandung di
dalam kayu
secang yang
dapat
memberikan
warna merah
Menunjukkan
senyawa turunan
benzena
3. Penjelasan
mengenai
senyawa yang
terkandung di
dalam jahe yang
memberikan rasa
pedas
113
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
Menunjukkan
senyawa turunan
benzena
4. Penjelasan
mengenai
kandungan
rempah-rempah
yaitu fenol atau
polifenol yang
berfungsi
sebagai
antioksidan
3.10Menjelaskan
konsep asam dan
basa serta
kekuatannya dan
kesetimbangan
pengionannya
Asam Basa Indikator
alami asam
basa
Menjelaskan
mengenai
indikator alami
kayu secang
5. Penjelasan
mengenai kayu
secang yang
dapat dijadikan
sebagai indikator
alami
114
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
dalam larutan
4.10Menganalisis
trayek
perubahan pH
beberapa
indikator yang
diekstrak dari
bahan alam
melalui
percobaan
Asam Basa Titrasi
Asam Basa
Menjelaskan
mengenai
ekstrak kayu
secang untuk
titrasi asam basa
6. Penjelasan
mengenai
pembuatan
ekstrak kayu
secang untuk
digunakan dalam
titrasi asam basa
5. Batik
Betawi
3.10Menjelaskan
konsep asam dan
basa serta
kekuatannya dan
kesetimbangan
Asam Basa Basa Kompetensi
Vokasional
Menunjukkan
sikap
kewirausahaan
1. Pemaparan
mengenai
pembentukan
sanggar batik
Betawi
115
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
pengionannya
dalam larutan
masyarakat
Jakarta
Kompetensi
Sosial
Menunjukkan
sikap tanggung
jawab sosial
dalam
mengembangkan
batik Betawi
2. Penjelasan
mengenai sikap
tanggung jawab
sosial dengan
memperkenalkan
batik Betawi
kepada
masyarakat luas
Kompetensi
Personal
Menujukkan
sikap ketekunan
dan ketelatenan
dalam membuat
batik Betawi
3. Kolom sikap
yang dapat
diteladani dalam
proses
pembuatan batik
116
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
yaitu ketekunan
dan ketelatenan
Kompetensi
Berpikir
Menjelaskan
manfaat soda
abu pada proses
pelorodan lilin
batik
4. Penjelasan
mengenai peran
natrium karbonat
pada proses
pelorotan lilin
batik
3.11Menganalisis
struktur, tata
nama, sifat dan
penggolongan
makromolekul
Makromolekul Protein Mendeteksi
kandungan serat
sutera pada
bahan baku batik
Betawi
5. Penjelasan
mengenai
struktur protein
yang terdapat
pada serat sutera
3.9Menganalisis
struktur, tata
Senyawa
Karbon
Gugus
Alkohol
Menunjukkan
komponen
6. Penjelasan
mengenai
117
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
nama, sifat dan
kegunaan
senyawa karbon
terbanyak pada
damar mata
kucing
struktur kimia
dari komponen
terbanyak pada
damar mata
kucing
3.2 Menjelaskan
proses
pembentukan
dan teknik
pemisahan
fraksi-fraksi
minyak bumi
serta
kegunaannya
Minyak Bumi Destilasi
minyak
bumi
Menjelaskan
tahapan
pemisahan
fraksi-fraksi
minyak bumi
7. Penjelasan
mengenai proses
destilasi minyak
bumi
118
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
3.10 Menganalisis
struktur,
tatanama, sifat
dan kegunaan
benzena dan
turunannya
Benzena dan
turunannya
Fenol Menjelaskan zat
warna alami
sebagai pewarna
alternatif
8. Penjelasan
mengenai
pewarna alami
yang dapat
dijadikan
pewarna
alternatif sebagai
pengganti
pewarna sistesis
yang ramah
lingkungan
3.9
Mengidentifi
kasi reaksi
reduksi dan
oksidasi
Reaksi reduksi
dan oksidasi
Tata Nama
Senyawa
Menjelaskan
cara penulisan
tata nama
senyawa
9. Penjelasan
mengenai
penamaan
senyawa yang
119
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
menggunakan
konsep bilangan
oksidasi unsur
terkandung di
dalam indigosol
3.4 Membandingkan
proses
pembentukan
ikatan ion, ikatan
kovalen, ikatan
koordinasi, dan
ikatan logam
serta kaitannya
dengan sifat zat
Ikatan Kimia Ikatan ion,
ikatan
hidrogen
Menjelaskan
ikatan yang
tejadi pada
proses
penyerapan
warna
10. Penjelasan
mengenai
ikatan yang
terjadi dalam
proses
penyerapan
warna pada kain
batik
120
No. Kearifan
Lokal Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Konsep Submateri
Kompetensi
Kearifan
Lokal
Indikator
Pembahasan
dalam Buku
Pengayaan
3.7 Menghubungkan
interaksi antar
ion, atom dan
molekul dengan
sifat fisika zat
Gaya Antar
Molekul
(Kelas X)
Gaya Van
der Waals
Menjelaskan
gaya Van der
Waals
11. Penjelasan
mengenai
interaksi
molekul yang
terjadi dalam
proses
penyerapan
warna pada kain
batik
120
Lampiran 7. Kisi-kisi Instrumen Lembar Validasi Ahli Materi
Tabel Kisi-kisi Instrumen Lembaran Validasi Ahli Materi
Kearifan Lokal Materi Kimia Isi Buku Pengayaan
Kerak Telor
Makromolekul Penjelasan mengenai
kandungan protein telur
ayam dan telur bebek pada
kerak telor
Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai
kandungan kalsium
karbonat pada cangkang
telur
Roti Buaya
Persamaan Reaksi Penjelasan mengenai
reaksi yang terjadi saat
adonan roti buaya
mengembang
Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai
senyawa yang terdapat
didalam baking soda dan
baking powder
Laju Reaksi Penjelasan mengenai
penggunaan air hangat
pada proses pembuatan
roti buaya
Dodol Betawi
Hidrokarbon Penjelasan mengenai
proses pembakaran kayu
sebagai bahan bakar
Koloid Penjelasan mengenai
pembentukan asap yang
terjadi pada proses
pembuatan dodol Betawi
Makromolekul Penjelasan mengenai
tekstur dodol Betawi
Senyawa karbon Penjelasan mengenai rasa
pada dodol Betawi
Makromolekul Penjelasan mengenai bau
tengik pada dodol yang
telah disimpan lama
Bir Pletok
Benzena dan
turunannya
Penjelasan mengenai
senyawa yang terkandung
didalam kayu secang
121
Kearifan Lokal Materi Kimia Isi Buku Pengayaan
Benzena dan
turunannya
Penjelasan mengenai
senyawa yang terkandung
didalam jahe
Benzena dan
turunannya
Penjelasan mengenai
manfaat minuman bir
pletok untuk tubuh
Asam Basa Penjelasan mengenai
warna merah pada bir
pletok
Batik Betawi
Asam Basa Penjelasan mengenai
penggunaan senyawa yang
bersifat basa untuk
mempercepat proses
pelorodan lilin pada kain
Makromolekul Penjelasan mengenai
kandungan pada serat kain
Senyawa Karbon Penjelasan mengenai
kandungan damar kucing
sebagai bahan baku lilin
batik
Minyak Bumi Penjelasan mengenai
destilasi minyak bumi
paraffin
Benzen dan
turunannya
Penjelasan mengenai
kandungan yang terdapat
pada pewarna alami batik
Tata Nama Senyawa Penjelasan mengenai
kandungan yang terdapat
pada pewarna sintesis
Ikatan Kimia dan
Gaya Antarmolekul
Penjelasan mengenai
ikatan kimia dan gaya
antarmolekul yang terjadi
pada saat proses
penyerapan warna pada
kain
122
Lampiran 8. Lembar Validasi Ahli Materi
LEMBAR VALIDASI
ANALISIS HUBUNGAN KEARIFAN LOKAL DENGAN MATERI KIMIA PADA BUKU PENGAYAAN
UNTUK AHLI MATERI
No. Kearifan
Lokal
Materi dalam
Kimia Isi Buku Pengayaan
Kesesuaian
Materi Kimia
dengan Buku
Pengayaan
Catatan
Ya Tidak
1. Kerak Telor Makromolekul Penjelasan mengenai
kandungan protein telur ayam
dan telur bebek pada kerak
telor
Tata Nama
Senyawa
Penjelasan mengenai
kandungan kalsium karbonat
pada cangkang telur
123
2. Roti Buaya Persamaan
Reaksi
Penjelasan mengenai reaksi
yang terjadi saat adonan roti
buaya mengembang
Tata Nama
Senyawa
Penjelasan mengenai senyawa
yang terdapat didalam baking
soda dan baking powder
Laju Reaksi Penjelasan mengenai
penggunaan air hangat pada
proses pembuatan roti buaya
3. Dodol
Betawi
Hidrokarbon Penjelasan mengenai proses
pembakaran kayu sebagai
bahan bakar
Koloid Penjelasan mengenai
pembentukan asap yang terjadi
pada proses pembuatan dodol
betawi
Makromolekul Penjelasan mengenai tekstur
dodol betawi
124
Senyawa
Karbon
Penjelasan mengenai rasa pada
dodol betawi
Makromolekul Penjelasan mengenai bau
tengik pada dodol yang telah
disimpan lama
4. Bir Pletok Benzen dan
Turunannya
Penjelasan mengenai senyawa
yang terkandung didalam kayu
secang
Benzen dan
Turunannya
Penjelasan mengenai senyawa
yang terkandung didalam jahe
Benzen dan
turunannya
Penjelasan mengenai manfaat
minuman bir pletok untuk
tubuh
Asam Basa Penjelasan mengenai warna
merah pada bir pletok
5. Batik Betawi Asam Basa Penjelasan mengenai
penggunaan senyawa yang
bersifat basa untuk
125
mempercepat proses pelorodan
lilin pada kain
Makromolekul Penjelasan mengenai
kandungan pada serat kain
Senyawa
Karbon
Penjelasan mengenai
kandungan damar kucing
sebagai bahan baku lilin batik
Minyak Bumi Penjelasan mengenai destilasi
minyak bumi paraffin
Benzen dan
Turunannya
Penjelasan mengenai
kandungan yang terdapat pada
pewarna alami batik
Tata Nama
Senyawa
Penjelasan mengenai
kandungan yang terdapat pada
pewarna sintetis
Ikatan Kimia
dan Gaya
Antar Molekul
Penjelasan mengenai ikatan
yang terjadi pada saat proses
penyerapan warna pada kain
126
Komentar/Saran:
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………...
Tangerang Selatan, 2019
Validator
…………………………..
127
LAMPIRAN 9 Lembar Validasi Ahli Media Pembelajaran Lembar Validasi Ahli Media Pembelajaran
1. KUALITAS PESAN NI JUMLAH
a. Sesuai dengan tujuan
b. Mengembangkan materi ajar
c. Sesuai dengan kebutuhan siswa
d. Realistis
e. Kontekstual
2. PERFORMA N2 JUMLAH
a. Kokoh, tidak mudah rusak
b. Kehandalan program media
c. Maintainable
d. Usability
e. Compability
3. UNSUR TEKS : PENYAJIAN N3 JUMLAH
a. Bentuk font mudah dibaca
b. Ukuran font mudah dibaca
c. Warna kontras
d. Lay out menarik
e. Memiliki konsep penyajian yang berkarakter dan artistik
4. UNSUR TEKS : KETERBACAAN N4 JUMLAH
a. Dibuat dalam kalimat pendek (pointers)
b. Mudah diingat
c. Mendorong siswa berpikir kritis
d. Dialogis
e. Penomoran sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah
f. Pemilihan kata dan atau kalimat mudah dipahami
5. UNSUR IMAGE : PENYAJIAN N5 JUMLAH
a. Memiliki bentuk image yang menarik
b. Memiliki warna yang menarik
c. Memiliki konsep penyajian yang berkarakter dan artistik
d. Tata letak menarik dan kontek
e. Setiap tema besar dan keyword dilengkapi dengan image yang sesuai
6. UNSUR IMAGE : UNIK, KREATIF, DAN INOVATIF N6 JUMLAH
a. Memancing rasa ingin tahu siswa
b. Efektif dalam memanipulasi konteks/fenomena sesungguhnya
c. Mengembangkan imajinasi siswa
d. Memancing munculnya ide siswa yang baru
e. Membantu siswa menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji (mengasosiasi)
f. Mendorong siswa untuk berpikir dan beraktivitas secara analitik
SKOR PEROLEHAN SKOR MAK + + + + + = .... : 96 X 100 =…… Kesimpulan:
Keterangan:
N1
…..
N2
……
N3
……
N5
……
N4
…….
N6
…….
128
Angka 3 = [B]aik : Jika aspek atau kriteria yang diamati muncul dengan nyata dan sesuai
dengan indikator aspek yang diamati.
Angka 2 = [C]ukup : Jika aspek atau kriteria yang diamati muncul cukup nyata dan cukup
sesuai dengan indikator aspek yang diamati.
Angka 1 = [K]urang : Jika aspek atau kriteria yang diamati kurang nyata dan kurang sesuai
dengan indikator aspek yang diamati.
Nilai dihitung dengan rumus: Skor Perolehan : Skor Maksimal x 100 = Hasil Akhir
149
Lampiran 12. Validitas Buku Pengayaan Berdasarkan Ahli Materi
a. Pengolahan Data Validitas Buku Pengayaan Berdasarkan Ahli Materi
No. Isi Buku Pengayaan
Skor
Validator 1
Dila Fairusi,
M.Si
Validator 2
Buchori
Muslim,
M.Pd
I II I II
1. Penjelasan mengenai kandungan
protein telur ayam dan telur bebek
pada kerak telor
1 1 1 1
2. Penjelasan mengenai kandungan
kalsium karbonat pada cangkang
telur
1 1 1 1
3. Penjelasan mengenai reaksi yang
terjadi saat adonan roti buaya
mengembang
1 1 1 1
4. Penjelasan mengenai senyawa
yang terdapat didalam baking soda
dan baking powder
1 1 1 1
5. Penjelasan mengenai penggunaan
air hangat pada proses pembuatan
roti buaya
1 1 1 1
6. Penjelasan mengenai proses
pembakaran kayu sebagai bahan
bakar
1 1 1 1
7. Penjelasan mengenai
pembentukan asap yang terjadi
pada proses pembuatan dodol
Betawi
1 1 1 1
8. Penjelasan mengenai tekstur dodol
Betawi 1 1 1 1
9. Penjelasan mengenai rasa pada
dodol betawi 1 1 0 1
150
No. Isi Buku Pengayaan
Skor
Validator 1
Dila Fairusi,
M.Si
Validator 2
Buchori
Muslim,
M.Pd
I II I II
10. Penjelasan mengenai bau tengik
pada dodol yang telah disimpan
lama
1 1 1 1
11. Penjelasan mengenai senyawa
yang terkandung didalam kayu
secang
1 1 1 1
12. Penjelasan mengenai senyawa
yang terkandung didalam jahe 0 1 1 1
13. Penjelasan mengenai manfaat
minuman bir pletok untuk tubuh 1 1 1 1
14. Penjelasan mengenai warna merah
pada bir pletok 1 1 1 1
15. Penjelasan mengenai penggunaan
senyawa yang bersifat basa untuk
mempercepat proses pelorodan
lilin pada kain
1 1 1 1
16. Penjelasan mengenai kandungan
pada serat kain 1 1 1 1
17. Penjelasan mengenai kandungan
damar kucing sebagai bahan baku
lilin batik
1 1 0 1
18. Penjelasan mengenai destilasi
minyak bumi paraffin 1 1 1 1
19. Penjelasan mengenai kandungan
yang terdapat pada pewarna alami
batik
1 1 1 1
20. Penjelasan mengenai kandungan
yang terdapat pada pewarna
sintetis
1 1 1 1
21. Penjelasan mengenai ikatan yang
terjadi pada saat proses
penyerapan warna pada kain
1 1 1 1
Total Skor 20 21 19 21
151
No. Isi Buku Pengayaan
Skor
Validator 1
Dila Fairusi,
M.Si
Validator 2
Buchori
Muslim,
M.Pd
I II I II
Persentase 95,2% 100% 90,4% 100%
b. Perhitungan Validitas Buku Pengayaan
Validator 1 Dila Fairusi, M.Si
Validasi I
Total Skor : 20
Skor Maksimal : 21
Persentase = total skor
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%
= 20
21 × 100%
= 95,2%
Validasi II
Total Skor : 21
Skor Maksimal : 21
Persentase = total skor
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%
= 21
21 × 100%
= 100%
Validator 2 Buchori Muslim, M.Pd
Validasi I
Total Skor : 19
Skor Maksimal : 21
Persentase = total skor
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%
= 19
21 × 100%
= 90,4%
152
Validasi II
Total Skor : 21
Skor Maksimal : 21
Persentase = total skor
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100%
= 21
21 × 100%
= 100%
Lampiran 13. Validitas Ahli Media Pendidikan
a. Pengolahan Data Validitas Buku Pengayaan
7. KUALITAS PESAN N1 JUMLAH
a. Sesuai dengan tujuan 3
15
b. Mengembangkan materi ajar 3
c. Sesuai dengan kebutuhan siswa 3
d. Realistis 3
e. Kontekstual 3
8. PERFORMA N2 JUMLAH
a. Kokoh, tidak mudah rusak 3
15
b. Kehandalan program media 3
c. Maintainable 3
d. Usability 3
e. Compability 3
9. UNSUR TEKS : PENYAJIAN N3 JUMLAH
a. Bentuk font mudah dibaca 3
13
b. Ukuran font mudah dibaca 3
c. Warna kontras 3
d. Lay out menarik 2
e. Memiliki konsep penyajian yang berkarakter dan artistik 2
10. UNSUR TEKS : KETERBACAAN N4 JUMLAH
a. Dibuat dalam kalimat pendek (pointers) 3
15
b. Mudah diingat 2
c. Mendorong siswa berpikir kritis 2
d. Dialogis 2
e. Penomoran sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah 3
f. Pemilihan kata dan atau kalimat mudah dipahami 3
11. UNSUR IMAGE : PENYAJIAN N5 JUMLAH
a. Memiliki bentuk image yang menarik 2
10
b. Memiliki warna yang menarik 2
c. Memiliki konsep penyajian yang berkarakter dan artistik 2
d. Tata letak menarik dan kontek 2
e. Setiap tema besar dan keyword dilengkapi dengan image yang sesuai
2
12. UNSUR IMAGE : UNIK, KREATIF, DAN INOVATIF N6 JUMLAH
a. Memancing rasa ingin tahu siswa 3 16
153
b. Efektif dalam memanipulasi konteks/fenomena sesungguhnya 3
c. Mengembangkan imajinasi siswa 2
d. Memancing munculnya ide siswa yang baru 2
e. Membantu siswa menemukan/mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji (mengasosiasi)
3
f. Mendorong siswa untuk berpikir dan beraktivitas secara analitik 3
SKOR PEROLEHAN SKOR MAK + + + + + = 84 : 96 X 100 = 87,5 Kesimpulan: Layak digunakan dalam penelitian skripsi
b. Perhitungan Validitas Buku Pengayaan
Skor perolehan kualitas pesan (N1) = 15
Skor perolehan performa (N2) = 15
Skor perolehan unsur teks: penyajian (N3) = 13
Skor perolehan unsur teks: keterbacaan (N4) = 15
Skor perolehan unsur image: penyajian (N5) = 10
Skor perolehan unsur image: unik, kreatif, dan inovatif (N6) = 16
Total skor perolehan (∑ 𝑁) = 84
Skor maksimal = 96
Hasil akhir = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙× 100
= 84
96× 100
= 87,5
N1
15
N2
15
N3
13
N5
10
N4
15
N6
16
154
Lampiran 14. Perbedaan Buku Pengayaan Sebelum dan Sesudah Revisi
A. Berikut adalah Daftar Revisi Konten Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
Tabel Daftar Revisi Konten Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
No. Konten Sebelum Revisi Setelah Revisi
1. Gambar Terdapat gambar yang tidak jelas Gambar sudah jelas
2. Animasi Kurangnya animasi yang menjelaskan konten kimia Diberikan animasi yang menggambarkan
konten kimia
3. Konten kimia Wacana terlalu banyak sehingga konten kimia tidak
terlalu terlihat
Wacana sudah disesuaikan dan konten
kimia sudah terlihat
1. Perubahan yang pertama yaitu gambar yang kurang jelas dan dilakukan revisi seperti gambar berikut.
155
Gambar 1. (a) Sebelum revisi Gambar 1. (b) Setelah revisi
1. Perubahan kedua mengenai kurangnya anmasi yang menjelaskan konten kimia dan dilakukan revisi seperti pada gambar berikut.
156
Gambar 2. (a) Sebelum revisi Gambar
2. (b) Setelah revisi
2. Perubahan ketiga mengenai wacana yang terlalu banyak sehingga konten
kimia tidak terlalu terlihat dan dilakukan revisi seperti gambar berikut.
157
Gambar Konten (a) Sebelum revisi Gambar Konten (b) Setelah revisi
B. Berikut adalah daftar revisi wacana pada buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.
Tabel Daftar Revisi Wacana Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
No. Wacana Sebelum Revisi Setelah Revisi
1. Penggantian kata pada halaman xiv Kata “merealisir” Kata berubah menjadi “merealisasi”
2. Kesalahan penulisan pada halaman 7
sebelum revisi dan halaman 8 setelah
revisi
Tulisan Bahasa asing yaitu “Sodium dan
Pottasium” tidak ditulis miring.
Tulisan berubah menjadi “Sodium dan
Pottasium”
3. Kesalahan penulisan pada halaman 9
sebelum revisi dan halaman 10 setelah
revisi
Penulisan huruf besar pada kata “kenapa”
setelah tanda titik
Tulisan berubah menjadi “Kenapa”
4. Kesalahan penulisan pada halaman 19
sebelum revisi dan halaman 21 setelah
revisi
Kata “raksi” Kata berubah menjadi “reaksi”
158
No. Wacana Sebelum Revisi Setelah Revisi
5. Penambahan kalimat pada halaman 23
sebelum revisi dan halaman 25 setelah
revisi
Penambahan kalimat karena hanya
terdapat 1 kalimat pada satu paragraf
“Varian dodol dapat berupa kombinasi
dari beras ketan atau beras ketan putih,
dan dapat pula ditambahkan perasa lain
seperti durian, srikaya, dan lain-lain untuk
memperkuat rasa dan aromanya”
Paragraf berubah menjadi “Varian
dodol dapat berupa kombinasi dari
beras ketan atau beras ketan putih, dan
dapat pula ditambahkan perasa lain
seperti durian, srikaya, dan lain-lain
untuk memperkuat rasa dan aromanya.
Pada bagian ini akan membahas
menagenai proses pembuatan dodol
Betawi, terbentuknya asap pada proses
pembuatan dodol Betawi, tekstur dodol
Betawi, rasa dodol Betawi, dan waktu
simpan dodol Betawi.
6. Kesalahan penulisan nama ilmiah pada
halaman 40 sebelum revisi dan halaman
42 setelah revisi
Kata “Amomum cardamomum” Kata berubah menjadi “Amomum
cardamomum”
7. Penggantian kalimat pada halaman 42
sebelum revisi dan halaman 44 setelah
revisi
Penggantian kalimat “ Substansi-substansi
fenolik berperan pada pembentukan flavor
yang dimana beberapa turunan fenolik
Kalimat berubah menjadi “ Substansi-
substansi fenolik berperan pada
pembentukan flavor sehingga
159
No. Wacana Sebelum Revisi Setelah Revisi
memberikan efek pedas, tajam, dan
sensasi menyengat”
memberikan efek pedas, tajam, dan
sensasi menyengat”
8. Penggantian kalimat pada halaman 56
sebelum revisi dan halaman 58 setelah
revisi
Penggantian kalimat “Kelanjutan setelah
pewarnaan dan nembok, yang tujuannya
untuk merontokan malam yang menempel
pada kain yang telah diwarnai dan di
tembok. Sebelum plorotan dilakukan
maka kain yang telah diwarnai dan
ditembok setelah dijemur atau diangin
anginakan agar warna benar-benar
meresap pada kain dan menghasilkan
warna yang sempurna. Dengan cara
mencelupkan kain yang telah diwarnai dan
ditembok kedalam rebusan air mendidih
yang pembakarannya menggunakan kayu.
Setelah semua malam yang menempel
meleleh atau lepas dari kain, kemudian
dibersihkan dengan menggunakan air
Kalimat berubah menjadi “ Kelanjutan
setelah pewarnaan dan nembok adalah
melakukan plorodan, yang tujuannya
untuk merontokkan malam yang
menempel pada kain yang telah
diwarnai dan di tembok. Sebelum
plorodan dilakukan, kain yang telah
diwarnai dan ditembok harus dijemur
atau diangin-anginkan agar warna
benar-benar meresap pada kain dan
menghasilkan warna yang sempurna.
Plorodan dilakukan dengan cara
mencelupkan kain yang telah diwarnai
dan ditembok ke dalam rebusan air
mendidih yang pembakarannya
menggunakan kayu. Setelah semua
160
No. Wacana Sebelum Revisi Setelah Revisi
dingin dan pisau untuk melepaskan malam
yang tersisa pada kain”.
malam yang menempel meleleh atau
lepas dari kain, kemudian dibersihkan
dengan menggunakan air dingin dan
pisau untuk melepaskan malam yang
tersisa pada kain”.
9. Penggantian kata pada halaman 59
sebelum revisi dan halaman 64 setelah
revisi
Kata “struktur palmitat” Kata berubah menjadi “struktur
pimarat”
10. Kesalahan penulisan pada halaman 68
sebelum revisi dan halaman 72 setelah
revisi
Kata “eletron”, “dalam mana”, dan
“nitogen”
Kata berubah menjadi “elektron”,
“dimana”, dan “nitrogen”
161
1. Perubahan pertama mengenai penggantian kata “merealisir” menjadi “merealisasi” pada halaman xvi seperti pada gambar berikut.
162
Gambar 1. (a) Sebelum revisi Gambar 1. (b) Setelah revisi
2. Perubahan yang kedua mengenai tulisan bahasa asing yaitu “Sodium dan Pottasium” yang tidak ditulis miring menjadi “Sodium” dan
“Pottasium” seperti pada gambar berikut.
163
Gambar 2. (a) Sebelum revisi Gambar 2. (b) Setelah revisi
3. Perubahan yang ketiga mengenai kesalahan dalam penulisan huruf besar pada kata “kenapa” setelah tanda titik menjadi “Kenapa” seperti pada
gambar berikut.
164
Gambar 3. (a) Sebelum revisi Gambar 3. (b) Setelah revisi
4. Perubahan yang keempat mengenai kesalahan penulisan kata “raksi” yang seharusnya “reaksi” seperti pada gambar berikut.
165
Gambar 4. (a) Sebelum revisi Gambar 4. (b) Setelah revisi
5. Perubahan yang kelima mengenai penambahan kalimat karena hanya terdapat 1 kalimat pada satu paragraf seperti pada gambar berikut.
167
6. Perubahan yang keenam mengenai kesalahan penulisan nama ilmiah pada kata “Amomum cardamomum” menjadi “Amomum cardamomum”
seperti gambar berikut.
Gambar 6. (a) Sebelum revisi Gambar 6. (b) Setelah revisi
168
7. Perubahan yang ketujuh mengenai penggantian kalimat “ Substansi-substansi fenolik berperan pada pembentukan flavor yang dimana beberapa
turunan fenolik memberikan efek pedas, tajam, dan sensasi menyengat” menjadi kalimat “Substansi-substansi fenolik berperan pada
pembentukan flavor sehingga memberikan efek pedas, tajam, dan sensasi menyengat” seperti pada gambar berikut.
Gambar 7. (a) Sebelum revisi Gambar 7. (b) Setelah revisi
169
8. Perubahan yang kedelapan mengenai penggantian kalimat “Kelanjutan setelah pewarnaan dan nembok, yang tujuannya untuk merontokan
malam yang menempel pada kain yang telah diwarnai dan di tembok. Sebelum plorotan dilakukan maka kain yang telah diwarnai dan ditembok
setelah dijemur atau diangin anginakan agar warna benar-benar meresap pada kain dan menghasilkan warna yang sempurna. Dengan cara
mencelupkan kain yang telah diwarnai dan ditembok kedalam rebusan air mendidih yang pembakarannya menggunakan kayu. Setelah semua
malam yang menempel meleleh atau lepas dari kain, kemudian dibersihkan dengan menggunakan air dingin dan pisau untuk melepaskan
malam yang tersisa pada kain”. Kalimat berubah menjadi “Kelanjutan setelah pewarnaan dan nembok adalah melakukan plorodan, yang
tujuannya untuk merontokkan malam yang menempel pada kain yang telah diwarnai dan di tembok. Sebelum plorodan dilakukan, kain yang
telah diwarnai dan ditembok harus dijemur atau diangin-anginakan agar warna benar-benar meresap pada kain dan menghasilkan warna yang
sempurna. Plorodan dilakukan dengan cara mencelupkan kain yang telah diwarnai dan ditembok ke dalam rebusan air mendidih yang
pembakarannya menggunakan kayu. Setelah semua malam yang menempel meleleh atau lepas dari kain, kemudian dibersihkan dengan
menggunakan air dingin dan pisau untuk melepaskan malam yang tersisa pada kain ” seperti pada gambar berikut.
171
9. Perubahan yang kesembilan mengenai perubahan pada kata “struktur palmitat” menjadi “struktur pimarat” seperti pada gambar berikut.
Gambar 9. (a) Sebelum revisi Gambar 9. (b) Setelah revisi
172
10. Perubahan yang kesepuluh mengenai kesalahan dalam penulisan kata “eletron”, “dalam mana”, dan “nitogen” menjadi “elektron”, “dimana”,
dan “nitrogen” seperti pada gambar berikut.
Gambar 10. (a) Sebelum revisi Gambar 10. (b) Setelah revisi
173
C. Berikut adalah daftar saran dari validator pada buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta.
Daftar Saran Selama Validasi Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
No. Sebelum Revisi Setelah Revisi
1. Belum terdapat reaksi ketengikan Penambahan reaksi ketengikan
2. Gambar kartun kurang ilmiah Penggantian gambar kartun menjadi lebih ilmiah
3. Pencatuman ayat alquran surah al-baqarah ayat 219 yang kurang
tepat tentang khamar dan judi
Penggantian ayat alquran menjadi surah al-maidah ayat 90-91
174
1. Saran pertama yaitu belum terdapatnya reaksi ketengikan pada dodol Betawi, kemudian dilakukan perbaikan seperti gambar berikut.
Gambar 1. (a) Sebelum revisi Gambar 1. (b) Setelah revisi
175
2. Saran kedua yaitu gambar kartun yang kurang ilmiah. Perbaikan dilakukan dengan mengganti gambar kartun menjadi lebih ilmiah seperti
pada cuplikan gambar berikut.
Gambar 2. (a) Sebelum revisi Gambar 2. (b) Setelah revisi
176
3. Saran yang ketiga yaitu pencantuman ayat al-quran surah al-baqarah ayat 219 yang kurang tepat. Ayat ini dianggap kurang tepat karena
kurang menjelaskan haramnya meminum khamr dan berjudi. Perbaikan dilakukan dengan mengganti ayat alquran tersebut dengan surah
al-maidah ayat 90 dan 91 seperti pada gambar berikut.
Gambar 3. (a) Sebelum revisi Gambar 3. (b) Setelah revisi
176
Lampiran 15. Kisi-Kisi Angket Respon Guru
No. Aspek Indikator Nomor Pernyataan
1. Materi Materi mampu menjaga persatuan dan kesatuan dan tidak mengandung
unsur pornografi, paham ekstrimisme, radikalisme, kekerasan, SARA, bias
gender, dan nilai penyimpangan lainnya
1
Materi merupakan karya orisinal (bukan hasil plagiat) 2
Materi memiliki kebenaran keilmuan, sesuai dengan perkembangan ilmu
yang mutahkhir, sahih dan akurat.
3
Materi memaksimalkan penggunaan sumber-sumber yang sesuai dengan
kondisi daerah Kota Jakarta dan erat dengan konteks Kearifan Lokal Jakarta
yang berkaitan dengan Kimia SMA.
4
2. Penyajian Materi yang disajikan secara utuh (runtut, koheren, lugas, mudah dipahami
dan interaktif)
1
Materi, baik teks maupun gambar menarik sesuai dengan tingkat
perkembangan usia pembaca dan mampu memperjelas materi
2
Materi disajikan agar dapat mengembangkan sikap sosial 3
177
No. Aspek Indikator Nomor Pernyataan
Materi disajikan agar dapat mengembangkan pengetahuan yang dapat
menumbuhkan motivasi untuk berpikir lebih jauh dan inovatif
4
3. Bahasa Bahasa yang digunakan komunikatif, informatif, lugas, santun dan estetis
sehingga pembaca mampu memahami pesan positif yang disampaikan 1
Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik
dan benar 2
4. Kegrafikan Desain Kulit buku (Cover): Komposisi yang berhubungan dengan prinsip
penyusunan elemen/unsur desain kulit buku:
- Huruf judul lebih menonjol dari elemen lain, jenis huruf memiliki
keterbacaan tinggi, tidak lebih dari 2 jenis huruf,
- Ilustrasi kulit buku mewakili isi
- Pola kulit buku konsisten dengan isi, komponen unsur, buku lengkap
(penulis/pengarang, ilustrasi, judul, penerbit, logo perusahaan)
- Komposisi seimbang dan terdapat kesatuan yang harmonis antara kulit
depan, punggung dan belakang, memiliki nilai estetika/keindahan,
menarik, serta komunikatif
1
Tata Letak (Layout) Isi Buku: 2
178
No. Aspek Indikator Nomor Pernyataan
- Tata letak berkaitan dengan sistematika yang konsisten dan sesuai
antara kulit buku (cover) dengan isi buku (kesetaraan penempatan kata
pengantar, daftar isi, judul bab, daftar pustaka, hirarki jelas, serta
pemisahan antara paragraf jelas)
- penempatan ilustrasi sesuai; komposisi elemen/unsur (bentuk, warna,
margin, ruang kosong, dekorasi/hiasan) proporsional.
Jenis Huruf (Typography):
- jenis dan ukuran huruf, dan penomoran pada seluruh isi buku konsisten
- memiliki tingkat keterbacaan tinggi pemilihan jenis dan ukuran huruf
sesuai dengan peruntukan maupun sasaran pembaca
- huruf yang digunakan maksimal 2 jenis huruf
- penggunaan huruf dalam satu baris maksimal jenis huruf, penggunaan
huruf dalam satu baris maksimal 75 karakter, tidak ada widow atau
orphans dan alur putih
- keseimbangan pemanfaatan ruang putih, tanda pemotongan kata
(hyphenation) maksimal 2 baris berturut-turut
- spasi antar baris dan antar huruf/kerning normal.
3
Ilustrasi dalam isi/materi Buku 4
179
No. Aspek Indikator Nomor Pernyataan
- ilustrasi memperjelas dan mewakili isi
- gaya konsisten dan serasi, gambar tajam, jelas, dan proporsional,
serasi, menarik, komunikatif dan kreatif, objek sesuai dengan karakter
pembaca
- bukan hasil plagiasi, tidak mengandung unsur pornografi, SARA dan
kekerasan
- menyertakan sumbernya, kreatif.
Fisik Buku (Ukuran, Kertas, Hasil Cetakan, dan Penjilidan)
- Ukuran buku dan jenis kertas yang digunakan sesuai dengan materi dan
sesuai dengan sasaran pembaca A5 (148 mm x 210 mm), B5 (176 mm
x 250 mm), A4 (210 mm x 297 mm, khusus untuk PAUD ukuran bebas;
gramatur kertas kulit buku minimal 210 gram; hasil cetakan jelas dan
tidak tembus set-off)
- kerapian pemotongan buku (sisir)
- kemudahan membuka buku penjilidan kuat dan rapi.
5
180
Lampiran 16. Angket Respon Guru
ANGKET RESPON GURU KIMIA
BUKU PENGAYAAN KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL
KOTA JAKARTA
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
181
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Guru
di
Tempat
Assalamu’alaikum, Wr.Wb
Pertama-tama Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Guru karena sudah bersedia mengisi angket ini. Angket ini merupakan
bagian aspek dalam penelitian skripsi Saya yang berjudul “Pengembangan Buku Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta”.
Angket ini bertujuan untuk mengetahui respon Bapak/Ibu terhadap produk buku pengayaan kimia yang telah Saya kembangkan. Identitias
Bapak/Ibu dijaga kerahasiaannya dalam penelitian ini. Demi kualitas yang lebih baik, saya berharap Bapak/Ibu mengisi angket ini dengan
sejujur-jujurnya. Atas kerjasama Bapak/Ibu Saya ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum, Wr.Wb
182
ANGKET RESPON GURU KIMIA
BUKU PENGAYAAN KIMIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL KOTA JAKARTA
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
Jenis Bahan Ajar : Buku Pengayaan
Judul : Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
Penulis : Diana Rafita Septiani
Nama Responden :
Sekolah :
Petunjuk Pengisian
• Angket ini terdapat 15 pernyataan
• Isilah kolom penilaian kualitatif sesuai dengan pemikiran Bapak/Ibu setelah membaca buku pengayaan
• Isilah kolom skor dengan angka yang sesuai dengan kriteria penilaian Bapak/Ibu.
1-2 : Sangat Tidak Sesuai 6-8 : Sebagian Besar Sesuai
3-5 : Sebagian Kecil Sesuai 9-10 : Sangat Sesuai
183
No. Komponen dan Butir Penilaian Kualitatif Skor ( 1 – 10)
A. Materi
1. Materi mampu menjaga persatuan dan kesatuan dan tidak
mengandung unsur pornografi, paham ekstrimisme, radikalisme,
kekerasan, SARA, bias gender, dan nilai penyimpangan lainnya.
2. Materi merupakan karya orisinal (bukan hasil plagiat).
3. Materi memiliki kebenaran keilmuan, sesuai dengan
perkembangan ilmu yang mutakhir, sahih, dan akurat.
4. Materi memaksimalkan penggunaan sumber-sumber yang sesuai
dengan kondisi Jakarta dan erat dengan konteks kearifan lokal
Jakarta yang berkaitan dengan Kimia SMA.
B. Penyajian
1. Materi disajikan secara utuh (runtut, koheren, lugas, mudah
dipahami, dan interaktif)
2. Materi, baik teks maupun gambar menarik sesuai dengan tingkat
perkembangan usia pembaca dan mampu memperjelas materi
3. Materi disajikan agar dapat mengembangkan sikap spiritual dan
sosial
184
4. Materi disajikan agar dapat mengembangkan pengetahuan yang
dapat menumbuhkan motivasi untuk berpikir lebih jauh dan
inovatif.
C. Bahasa
1. Bahasa yang digunakan komunikatif, informatif, lugas, santun dan
estetis sehingga pembaca mampu memahami pesan positif yang
disampaikan.
2. Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia
yang baik dan benar
D. Kegrafikan
1. Desain Kulit buku (Cover):
Komposisi yang berhubungan dengan prinsip penyusunan
elemen/unsur desain kulit buku:
- huruf judul lebih menonjol dari elemen lain, jenis huruf
memiliki keterbacaan tinggi, tidak lebih dari 2 jenis huruf;
- ilustrasi kulit buku mewakili isi,;
- pola kulit buku konsisten dengan isi, komponen unsur
buku lengkap (penulis/ pengarang, ilustrasi, judul,
penerbit, logo perusahaan);
185
komposisi seimbang dan terdapat kesatuan yang harmonis antara
kulit depan, punggung dan belakang, memiliki nilai estetika/
keindahan, menarik, serta komunikatif
2. Tata Letak (Layout) Isi Buku:
Tata letak berkaitan dengan sistematika yang konsisten dan sesuai
antara kulit buku (cover) dengan isi buku (kesetaraan penempatan
kata pengantar, daftar isi, judul bab, dan daftar pustaka, hirarki
jelas, serta pemisahan antar paragraf jelas): penempatan ilustrasi
sesuai; komposisi elemen/unsur (bentuk, warna, marjin, ruang
kosong, dekorasi/hiasan) proporsional;
3. Jenis Huruf (Typography):
Jenis dan ukuran huruf, dan penomoran pada seluruh isi buku
konsisten: memiliki tingkat keterbacaan tinggi; pemilihan jenis dan
ukuran huruf sesuai dengan peruntukan maupun sasaran pembaca;
huruf yang digunakan maksimal 2 jenis huruf; penggunaan huruf
dalam satu baris maksimal 75 karakter,tidak ada widow atau
orphans dan alur putih; keseimbangan pemanfaatan ruang putih,
186
tanda pemotongan kata (hyphenation) maksimal 2 baris berturut-
turut; spasi antar baris dan antar huruf/kerning normal.
4. Ilustrasi dalam Isi/materi Buku:
Ilustrasi memperjelas dan mewakili isi: gaya konsisten dan serasi,
gambar tajam, jelas, dan proporsional, serasi, menarik, komunikatif
dan kreatif; objek sesuai dengan karakter pembaca; bukan
merupakan hasil plagiasi, tidak mengandung unsur pornografi,
SARA, dan kekerasan; menyertakan sumbernya, kreatif.
5. Fisik Buku (Ukuran, Kertas, Hasil Cetakan, dan Penjilidan):
Ukuran buku dan jenis kertas yang digunakan sesuai dengan materi
dan sesuai dengan sasaran pembaca (A5 (148 mm x 210 mm), B5
(176 mm x 250 mm), A4 (210 mm x 297 mm, Khusus untuk PAUD
ukuran buku bebas; gramatur kertas kulit buku minimal 210 gram;
hasil cetakan jelas dan tidak tembus (set-off); kerapian pemotongan
buku (sisir); kemudahan membuka buku penjilidan kuat dan rapi
Sumber : Pusat Kurikulum dan Perbukuan Bahan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016
187
Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Jakarta, 2019
Responden
196
Lampiran 18. Pengolahan Data Angket Respon Guru
a. Perhitungan Data Angket Respon Guru
Perhitungan Data Angket Respon Guru
Aspek No
Pertanyaan
Bobot
(B)
Skor (S)
1 SxB 2 SxB 3 SxB 4 SxB 5 SxB 6 SxB 7 SxB 8 SxB 9 SxB 10 SxB
Materi (A)
1 2 9 18 8 16 9 18 9 18 8 16 9 18 8 16 8 16 9 18 10 20
2 2 9 18 10 20 9 18 9 18 8 16 7 14 9 18 9 18 9 18 9 18
3 4 9 36 8 32 9 32 9 36 8 32 9 36 9 36 9 36 9 36 8 32
4 2 9 18 9 18 8 16 8 16 10 20 9 18 9 18 8 16 9 18 8 16
Sub Total A 90 86 84 88 84 86 88 86 90 86
Penyajian
(B)
1 3 9 27 9 27 8 24 10 30 8 24 9 27 9 27 9 27 8 24 9 27
2 2 9 18 9 18 9 18 9 18 9 18 9 18 8 16 9 18 9 18 8 16
3 2 8 16 9 18 8 16 8 16 8 16 8 16 8 16 9 18 9 18 7 14
4 3 8 24 8 24 8 24 8 24 8 24 9 27 8 24 9 27 8 24 8 24
Sub Total B 85 87 82 88 82 88 83 90 84 81
Bahasa (C) 1 6 8 48 8 48 8 48 9 54 8 48 8 48 8 48 8 48 9 54 9 54
2 4 8 32 8 32 8 32 9 36 8 32 9 36 9 36 8 32 8 32 8 32
Sub Total C 80 80 80 90 80 84 84 80 86 86
Kegrafikan
(D)
1 2 9 18 9 18 9 18 9 18 8 16 8 16 9 19 9 18 8 16 8 16
2 3 9 27 9 27 8 24 8 24 9 27 9 27 9 27 9 27 8 24 8 24
3 2 9 18 8 16 9 18 9 18 9 18 9 18 7 14 9 18 7 14 9 18
4 2 7 14 9 18 8 16 9 18 9 18 9 18 8 16 8 16 9 18 9 18
5 1 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 10 10 8 8 9 9 9 9
Sub Total D 86 88 85 87 88 88 86 87 81 85
197
Total (Ax0,4) + (Bx0,3) + (Cx0,2)
+ (Dx0,1)
86,1 85,3 82,7 88,3 83 86,4 85,5 86,1 86,5 84,4
b. Persentase Data Angket Respon Guru
Aspek Butir Responden
Total Persentase Persentase
rata-rata Makna
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Materi (A)
1 18 16 18 18 16 18 16 16 18 20 174 87%
87%
SB
2 18 20 18 18 16 14 18 18 18 18 176 88% SB
3 36 32 32 36 32 36 36 36 36 32 344 86% SB
4 18 18 16 16 20 18 18 16 18 16 174 87% SB
Penyajian (B)
1 27 27 24 30 24 27 27 27 24 27 264 88%
85%
SB
2 18 18 18 18 18 18 16 18 18 16 176 88% SB
3 16 18 16 16 16 16 16 18 18 14 164 82% SB
4 24 24 24 24 24 27 24 27 24 24 246 82% SB
Bahasa (C) 1 48 48 48 54 48 48 48 48 54 54 498 83%
83% SB
2 32 32 32 36 32 36 36 32 32 32 332 83% SB
Kegrafikan (D)
1 18 18 18 18 16 16 19 18 16 16 173 86,5%
86,5%
SB
2 27 27 24 24 27 27 27 27 24 24 258 86% SB
3 18 16 18 18 18 18 14 18 14 18 170 85% SB
4 14 18 16 18 18 18 16 16 18 18 170 85% SB
5 9 9 9 9 9 9 10 8 9 9 90 90% SB
198
c. Perhitungan persentase data angket respon guru
Persentase per butir = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥100%
Skor maksimal = skor maksimal per butir x banyaknya responden
Contoh Perhitungan persentase komponen materi pada butir 1:
Skor maksimal = 20 x 100 = 200
Persentase = 174
200𝑥100%
= 87 %
199
d. Grafik data respon guru terhadap buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota Jakarta
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan
87% 85% 83% 86,5%
Persentase Rata-rata Respon Guru Terhadap Masing-masing
Aspek dari Buku Pengayaan Kimia
Materi Penyajian Bahasa Kegrafikan
200
Lampiran 19. Penentuan Kriteria Kelayakan Buku Pengayaan Kimia Berbasis Kearifan Lokal Kota Jakarta
a. Data yang diperoleh dari skor angket guru
Komponen
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sub total materi (A) 90 86 84 88 84 86 88 86 90 86
Sub total penyajian (B) 85 87 82 88 82 88 83 90 84 81
Sub total bahasa (C) 80 80 80 90 80 84 84 80 86 86
Sub total kegrafikan (D) 86 88 85 87 88 88 86 87 81 85
Total (Ax0,4) + (Bx0,3) + (Cx0,2) + (Dx0,1) 86,1 85,3 82,7 88,3 83 86,4 85,5 86,1 86,5 84,4
Rata-rata 85,43
Makna Layak dengan predikat sangat baik
201
b. Perhitungan total data yang diperoleh dari skor angket guru untuk menentukan kelayakan buku pengayaan kimia berbasis kearifan lokal Kota
Jakarta
• Responden 1
Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)
= ( 90 x 0,4) + (85 x 0,3) + (80 x 0,2) + (86 x 0,1)
= 86,1
• Responden 2
Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)
= ( 86 x 0,4) + (87 x 0,3) + (80 x 0,2) + (88 x 0,1)
= 85,3
• Responden 3
Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)
= ( 84 x 0,4) + (82 x 0,3) + (80 x 0,2) + (85 x 0,1)
= 82,7
202
• Responden 4
Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)
= ( 88 x 0,4) + (88 x 0,3) + (90 x 0,2) + (87 x 0,1)
= 88,3
• Responden 5
Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)
= ( 84 x 0,4) + (82 x 0,3) + (80 x 0,2) + (88 x 0,1)
= 83
• Responden 6
Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)
= ( 86 x 0,4) + (88 x 0,3) + (84 x 0,2) + (88 x 0,1)
= 86,4
• Responden 7
Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)
= ( 88 x 0,4) + (83 x 0,3) + (84 x 0,2) + (86 x 0,1)
= 85,5
203
• Responden 8
Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)
= ( 86 x 0,4) + (90 x 0,3) + (80 x 0,2) + (87 x 0,1)
= 86,1
• Responden 9
Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)
= ( 90 x 0,4) + (84 x 0,3) + (86 x 0,2) + (81 x 0,1)
= 86,5
• Responden 10
Total = (A x 0,4) + (B x 0,3) + (C x 0,2) + (D x 0,1)
= ( 86 x 0,4) + (81 x 0,3) + (86 x 0,2) + (85 x 0,1)
= 84,4
203
Lampiran 20. Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 1 dan 2
1. Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing 1