27 Riyanto Kimia UII

15
DEGRADASI SENYAWA METILEN BIRU DENGAN METODE ELEKTROLISIS MENGGUNAKAN ELEKTRODA PLATINUM Riyanto 1 dan Tatang Shabur Julianto 1 1 Program Studi Ilmu Kimia, FMIPA, Universitas Islam Indonesia Jl. Kaliurang KM 14,5; Sleman, Yogyakarta; 55584; Web site: www.uii.ac.id ; e-mail: [email protected] Abstrak Telah dilakukan penelitian degradasi senyawa metilen biru (MB) dengan metode elektrolisis dengan menggunakan katoda dan anoda lempengan Pt. Senyawa metilen biru dengan konsentrasi 10 ppm sebanyak 50 mL dimasukkan dalam sel elektrolisis yang terbuat dari kaca, kemudian dicelupkan anoda dan katoda Pt yang dihubungan dengan sumber arus DC. Sebelum elektrolisis dilakukan ke dalam larutan dimasukkan gas nitrogen selama 15 menit. Elektrolisis dilakukan selama 2 jam dengan tegangan 2 volt tanpa dan dengan menggunakan elektrolit NaCl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan waktu dan potensial yang sama, tanpa dan dengan penambahan NaCl, senyawa metilen biru terdegradasi masing-masing sebanyak 79,51 dan 100%. Selain itu efek penambahan NaCl dapat membentuk senyawa baru yang ditunjukkan dengan kenaikan puncak pada panjang gelombang 291 dan 201 nm. Kata kunci: degradasi, elektrolisis, metilen biru, spektrofotometer UV-Vis PENDAHULUAN Industri tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarna-warni ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya (Dae-Hee et al. 1999 dan Al-kdasi 2004). Jika industri tersebut membuang limbah cair, maka aliran limbah tersebut akan melalui perairan di sekitar pemukiman. Dengan demikian 1

Transcript of 27 Riyanto Kimia UII

DEGRADASI SENYAWA METILEN BIRU DENGAN METODE ELEKTROLISISMENGGUNAKAN ELEKTRODA PLATINUM

Riyanto1 dan Tatang Shabur Julianto1

1Program Studi Ilmu Kimia, FMIPA, Universitas Islam IndonesiaJl. Kaliurang KM 14,5; Sleman, Yogyakarta; 55584;

Web site: www.uii.ac.id; e-mail: [email protected]

Abstrak

Telah dilakukan penelitian degradasi senyawa metilen biru (MB) dengan metode elektrolisisdengan menggunakan katoda dan anoda lempengan Pt. Senyawa metilen biru dengankonsentrasi 10 ppm sebanyak 50 mL dimasukkan dalam sel elektrolisis yang terbuat darikaca, kemudian dicelupkan anoda dan katoda Pt yang dihubungan dengan sumber arusDC. Sebelum elektrolisis dilakukan ke dalam larutan dimasukkan gas nitrogen selama 15menit. Elektrolisis dilakukan selama 2 jam dengan tegangan 2 volt tanpa dan denganmenggunakan elektrolit NaCl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan waktu danpotensial yang sama, tanpa dan dengan penambahan NaCl, senyawa metilen biruterdegradasi masing-masing sebanyak 79,51 dan 100%. Selain itu efek penambahan NaCldapat membentuk senyawa baru yang ditunjukkan dengan kenaikan puncak pada panjanggelombang 291 dan 201 nm.

Kata kunci: degradasi, elektrolisis, metilen biru, spektrofotometer UV-Vis

PENDAHULUAN

Industri tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yangberasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi,limbah industri tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yangsukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai,akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanyawarna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbahair yang berwarna-warni ini yang menyebabkan masalah terhadaplingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstilumumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable, yang dapatmenyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan.Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalamidekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksiini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yangsampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warnake dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya(Dae-Hee et al. 1999 dan Al-kdasi 2004).

Jika industri tersebut membuang limbah cair, maka aliran limbahtersebut akan melalui perairan di sekitar pemukiman. Dengan demikian

1

mutu lingkungan tempat tinggal penduduk menjadi turun. Limbahtersebut dapat menaikkan kadar COD (Chemical Oxygen Demand). Jika halini melampaui ambang batas yang diperbolehkan, maka gejala yangpaling mudah diketahui adalah matinya organisme perairan (Al-kdasi2004). Oleh karena itu perlu, dilakukan pengolahan limbah industritekstil yang lebih lanjut agar limbah ini aman bagi lingkungan.

Menurut Al-kdasi (2004) berdasarkan struktur kimianya zat warnadibagi menjadi bermacam-macam, antara lain: zat warna nitroso,nitro, azo, stilben, difenil metana, trifenil metana, akridin,kinolin, indigoida, aminokinon, anin dan indofenol. Sedangkanberdasarkan pada cara pencelupan atau pewarnaan pada bahan yang akandiwarnai digolongkan menjadi zat warna asam, basa, dispersi, directdan lain-lain. Namun, secara garis besar zat warna digolongkanmenjadi dua golongan yaitu zat warna alami dan zat warna sintetik.

Salah satu contoh zat warna yang banyak dipakai industri tekstiladalah metilen biru. Dalam pewarnaan, senyawa ini hanya digunakansekitar 5% sedangkan sisanya yaitu 95% akan dibuang sebagai limbah.Senyawa ini cukup stabil sehingga sangat sulit untuk terdegradasi dialam dan berbahaya bagi lingkungan apalagi dalam konsentrasi yangsangat besar karena dapat menaikkan COD (Chemical Oxygen Demand). Halini tentu saja dapat merusak keseimbangan ekosistem lingkungan yangditandai dengan matinya organisme perairan di sekitar lokasipembuangan limbah sehingga perlu pengolahan lebih lanjut agar limbahtekstil ini aman bagi lingkungan.

Saat ini berbagai teknik atau metode penanggulangan limbah tekstiltelah dikembangkan, di antaranya adalah metode adsorpsi. Namunmetode ini ternyata kurang begitu efektif karena zat warna tekstilyang diadsorpsi tersebut masih terakumulasi di dalam adsorben yangpada suatu saat nanti akan menimbulkan persoalan baru. Sebagaialternatif, dikembangkan metode fotodegradasi dengan menggunakanbahan fotokatalis dan radiasi sinar ultraviolet. Metodefotodegradasi akan membuat zat warna terurai menjadi komponen-komponen yang lebih sederhana dan lebih aman untuk lingkungan.Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsi karbonaktif telah dilakukan oleh Setyaningsing (2007). Pengolahan limbahyang dipilih adalah dengan proses kimia dan fisika, hal ini karenatujuan utama dari pengolahan limbah batik adalah penghilangan warnadari limbah batik. Koagulan yang digunakan adalah FeSO4 dan Ca(OH)2.Untuk mendapatkan pengolahan limbah dengan cara paling tepat,dilakukan rangkaian percobaan pengolahan limbah yaitukoagulasi/flokulasi-sedimentasi, koagulasi flotasi,koagulasi/flokulasi sedimentasi-adsorpsi dan proses adsorpsi. Hasilpenelitian Setyaningsih (2007) didapatkan cara yang paling baik

2

adalah proses koagulasi/flokulasi-sedimentasi-adsorpsi, denganpersen pengurangan warna sebesar 100%. Jenis adsorben yang palingbagus adalah karbon aktif tempurung kelapa, karbon aktif sekam padi,karbon aktif batu bara lokal dan karbon aktif batu bara impor.

Metode oksidasi dengan menggunakan bahan-bahan pengoksida denganteknik advanced oxidation processes (AOPS) telah dikembangkan denganmenggunakan radikal bebas hidroksi. AOPS proses menggunakankombinasi ozone (O3), hydrogen peroxide (H2O2) and radiasi sinar UV.Teknik ini sangat baik untuk mengurangi warna limbah tetapi tidakmampu menurunkan angka COD (Ahmet et al., 2003; Lidia et al., 2001;Stanislaw et al., 2001; Tzitzi et al., 1994).

Beberapa metode konvensional yang digunakan untuk mengolah limbahtekstil adalah kombinasi dari proses biologi, fisika dan kimia(Acher dan Rosenthal, 1977; Brown dan Hamburger, 1987). Karenalimbah tekstil biasanya dihasilkan dalam skala besar maka beberapametode tersebut menjadi tidak menguntungkan. Metode baru yaitupenggunaan ozon dan photooksidasi telah juga dikembangkan untukmengolah limbah tekstil (Tratnyek dan Hoigne, 1991; Tratnyek et al.,1994). Metode ozonasi dan photooksidasi memerlukan biaya yang sangattinggi dan sukar jika diterapkan untuk masyarakat. Metodeelektrokimia merupakan metode yang sukses untuk mengolah beberapalimbah cair industri (Matis, 1980), termasuk limbah zat warna dariindustri tekstil (Sheng and Peng, 1994).

Elektroda yang sering digunakan dalam elektrolisis senyawa organikseperti zat warna adalah ruthenium, rhodium, lead dan stannum oksida(Vlyssides et al. 1999; Chen et al., 2005; Taghizadeh et al., 2000).Penggunaan elektroda PbO2 sebagai anoda telah banyak digunakan untukelektrolisis (Nicola dan Badea, 1996; Tezuka dan Jwasaki, 1996;Casado dan Brillas, 1996). Senyawa orange II telah dapat didegradasisecara sempurna selama 120 menit dengan metode elektrolisismenggunakan anoda PbO2 dengan densitas arus 0.2 Acm-2. Polcaro et al.(1999) telah melakukan studi elektrolisis 2-cholorophenol dengananoda Ti/PbO2. Elektroda Ti/PbO2 banyak digunakan dalam berbagaiindustri untuk mengolah limbah cair. Elektroda alloy yaitu gabunganantara Cr, Ni dan Mg (Stainless steel) secara spesifik banyakdigunakan dalam elektrolisis limbah tekstil. Dalam penelitian inidiusulkan degradasi senyawa metilen biru dengan menggunakan metodeelektrolisis dengan anoda dan katoda platinum (Pt). Pt merupakanlogam inert yang sangat baik sebagai elektrokatalis dan tahanterhadap kondisi larutan. Metode ini merupakan metode yang efektif,selektif, ekonomis, bebas polutan dan sangat sesuai untuk senyawa-senyawa organik. Hasil akhirnya adalah air dan gas karbon dioksida(Polcaro et al. 1999).

3

METODE PENELITIAN

Pembuatan larutan metilen biruLarutan metilen biru (E Merck) dengan konsentrasi 10 ppm dibuatdengan cara menimbang serbuk MB sebanyak 10 mg dilarutkan denganaquades sebanyak 1 L.Pembuatan sel elektrolisisSel elektrolisis didesain dengan memperhatikan tempat pengadukan,tempat elektroda kerja dan pembanding serta pemasukan gas nitogren.Sel elektrolisis dibuat dari kaca dengan volume maksimum 100 mL.Elektrolisis larutan metilen biruSenyawa metilen biru 10 ppm diambil sebanyak 50 mL dimasukkan dalamsel elektrolisis, seterusnya elektroda kerja dan elektrodapembanding (Pt berbentuk lempengan, luar 1 cm2 dan kemurnian 100%dari Aldrich) dimasukkan dalam larutan. Elektrolisis dijalankandengan menggunakan variasi tegangan, waktu elektrolisis, sertakonsentrasi NaCl yang ditambahkan. Larutan setelah dielektrolisisdiambil dan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-VisHitacho U 2010.Analisis dengan Spektrofotometer UV-VisLarutan Metilen Biru, sebelum dielektrolisis diambil sebagiankemudian dilakukan analisis dengan Spektrofotometer UV-Vis (HitachiU 2010) pada daerah UV-Vis yaitu 190-800 nm. Hal yang sama dilakukanpada larutan hasil elektrolisis metilen biru kemudian spektra hasilanalisis dibandingakan antara sebelum elektrolisis dan setelahelektrolisis.Optimasi kondisi elektrolisis seperti potensial, waktu elektrolisis, dan konsentrasiNaCl yang ditambahkan.Optimasi beberapa variabel yang mempengaruhi hasil elektrolisisperlu dilakukan seperti arus dan waktu elektrolisis. Menurut Bockris& Drazic (1972) variabel yang sangat berpengaruh dalam elektrolisisadalah arus, potensial, dan waktu elektrolisis. Potensial divariasidari 2; 3,5; 5,5; 6,5; 7,5; dan 8,5 V. Waktu elektrolisis dapatdivariasi yaitu 3, 6, 9, 12, 15 menit, dan 1 jam. Selain potensialdan waktu elektrolisis, ada variabel lagi yang divariasi yaitukonsentrasi NaCl yang ditambahkan. Variasi konsentrasi NaCl iniyaitu 0,01; 0,02; 0,03; 0,03; 0,04; 0,05, 0,08; 0,1; 0,3; dan 1 gr.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Degradasi MB dengan elektrolisis dapat diketahui denganmembandingkan spektra sebelum dan sesudah elektrolisis dan kondisianalisis sama. Hasil spektra yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Spektra hasil analisis dari MB 10 ppm antara sebelum dansesudah elektrolisis selama 2 jam pada potensial 2.0 V (tanpa NaCl)

Gambar 1 di atas adalah gambar perbandingan antara metilen birusebelum dan setelah dilakukan elektrolisis selama 2 jam. Dari gambartersebut, nampak bahwa telah terjadi penurunan absorbansi darisenyawa metilen biru setelah dilakukan elektrolisis. Hal initerlihat pada gambar bahwa senyawa metilen biru sebelum elektrolisisdengan konsentrasi 10 ppm memiliki absorbansi 0,952 dan setelahdilakukan elektrolisis selama 2 jam dengan tegangan 2 Volt ternyataabsorbansinya turun menjadi 0,757. Dari nilai absorbansi yangditunjukkan dapat dihitung persen dari senyawa metilen biru yangterdegradasi yaitu 79,51%.

5

Gambar 2. Spektra hasil analisis dari MB 10 ppm antara sebelum dansesudah elektrolisis dengan variasi tegangan (Volt) (tanpa NaCl)

Gambar 2 di atas adalah gambar spectra hasil analisis MB 10 ppmantara sebelum dan sesudah elektrolisis dengan variasi tegangan yangdiberikan saat elektrolisis yaitu 2; 3,5; 5,5; 6,5; 7,5; dan 8,5Volt. Dari hasil tersebut, tampak bahwa walaupun tegangannyadinaikkan sampai tegangan maksimal yaitu 8,5 Volt, tidak memberikanpengaruh yang signifikan pada hasil elektrolisisnya. Hal inidisebabkan karena senyawa metilen biru merupakan senyawa yang sangatstabil sehingga sulit untuk diuraikan. Bila dilihat daristrukturnya, senyawa metilen biru merupakan senyawa semi polarkarena memiliki ikatan polar dan non polar sehingga akan sulitterurai menjadi ion-ionnya. Elektrolit perlu ditambahkan ke dalamlarutan dengan tujuan untuk mempermudah proses elektolisis.Elektrolit yang dimaksud adalah garam, di mana garam bila dilarutkanke dalam air akan terurai menjadi ion-ionnya dan penghantar listrikyang baik sehingga dapat mempermudah proses elektrolisis. Garam yangditambahkan ke dalam larutan metilen biru dalam adalah NaCl di manadi dalam larutan akan terurai menjadi ion Na+ dan Cl-. Hasil darielektrolisis setelah dilakukan penambahan NaCl ke dalam larutandapat dilihat pada Gambar 3.

6

Gambar 3. Spektra hasil analisis dari MB 10 ppm antara sebelum dansesudah elektrolisis selama 15 menit dengan penambahan 0,5 gr NaCl

Elektrolisis dilakukan dengan penambahan NaCl sebanyak 0,5 gram dantegangan 7,5 Volt dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi optimumNaCl yang ditambahkan ke dalam larutan. Waktu yang diperlukan untukelektrolisis sampai larutan menjadi jernih yaitu selama 15 menit danhasilnya tampak pada Gambar 3.

Gambar 4. Spektra hasil analisis dari MB 10 ppm antara sebelum dansesudah elektrolisis selama 15 menit dengan variasi konsentrasi NaCl

yang ditambahkan (0,01-0,05 gram)

Gambar 4 di atas terlihat hasil elektrolisis dengan variasikonsentrasi NaCl yang ditambahkan pada larutan yang akandielektrolisis. Setelah sebelumnya dilakukan elektrolisis selama 15menit dengan penambahan NaCl sebanyak 0,5 gram dan diperoleh larutanyang jernih, maka selanjutnya dilakukan variasi pada konsentrasi

7

NaCl yang ditambahkan yaitu 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; dan 0.05 gram.Pada variasi NaCl ini, elektrolisis dilakukan dengan tegangan danwaktu elektrolisis yang tetap yaitu menggunakan tegangan 7,5 Voltdan waktu elektrolisis selama 15 menit. Variasi ini bertujuan untukmengetahui konsentrasi NaCl optimum yang digunakan untukelektrolisis sehingga larutan menjadi jernih. Gambar 4 tampak bahwaabsorbansi larutan mengalami penurunan sebanding dengan jumlah NaClyang ditambahkan. Namun pada gambar ini belum didapat konsentrasiNaCl optimum, sehingga perlu dilakukan variasi penambahan NaCldengan konsentrasi yang lebih tinggi. Hasilnya dapat dilihat padaGambar 5.

Gambar 5. Spektra hasil analisis dari MB 10 ppm antara sebelum dansesudah elektrolisis selama 15 menit dengan variasi NaCl 0,05-1 gramGambar 5 adalah gambar hasil elektrolisis dengan konsentrasi NaClyang berbeda ditambahkan pada larutan. Gambar tersebut nampak bahwaspektra menunjukkan garis lurus pada daerah Visibel yaitu padapenambahan NaCl sebanyak 0,3 gr yang berarti metilen biru telahterdegradasi 100%, namun pada daerah UV absorbansinya naik padapanjang gelombang 291 nm dan puncak pada panjang gelombang 260 nmhilang. Pada penambahan NaCl dengan konsentrasi 0,08-0,1 gr puncakini masih ada namun pada daerah Visibel menunjukkan garis lurusyaitu pada konsentrai NaCl 0,3 dan 1 gr puncak ini akan hilang.Begitu juga setelah penambahan NaCl sebanyak 1 gram tampak bahwapada daerah 283 nm memberikan puncak dengan absorbansi yang sangattinggi yaitu 1,784 dan pada daerah dengan panjang gelombang 203 nmmembentuk puncak dengan absorbansi 1,790.

8

Gambar 6. Spektra hasil analisis dari MB 10 ppm antar sebelum dansesudah elektrolisis selama 15 menit dengan variasi tegangan (Volt)

Gambar 6 tersebut adalah gambar hasil elektrolisis dengan variasitegangan yang diberikan pada saat elektrolisis. Setelah didapatkankonsentrasi NaCl yang optimum, maka selanjutnya dilakukan variasitegangan yang diberikan yaitu 2; 3,5; 5,5; 6,5; 7,5; dan 8,5 Volt.Dari gambar di atas, tampak bahwa tegangan yang optimum yangdiberikan untuk melakukan elektrolisis sehingga memberikan garisdatar pada daerah Visibel yaitu pada tegangan 6,5 Volt. Untukselanjutnya pada daerah UV, tidak jauh berbeda dengan hasil yangditunjukkan pada variasi NaCl sebelumnya yaitu memberikan puncakyang cukup tinggi pada daerah UV dengan panjang gelombang 292 nmmemberikan absorbansi sebesar 0,394 sedangkan puncak pada daerah 260hilang, begitu juga pada tegangan maksimum yang diberikan yaitu 8,5volt memberikan absorbansi sebesar 0,672 pada daerah panjanggelombang 291 dan puncak pada daerah panjang gelombang 260 nm jugahilang. Pada daerah ini terjadi pergeseran puncak dari garistersebut yaitu pada daerah dengan panjang gelombang 292 nm pada saattegangannya 6,5 Volt bergeser ke kiri menjadi 291 nm pada saattegangannya 8,5 Volt.

9

Gambar 7. Spektra hasil analisis dari MB 10 ppm antara sesudah dansebeleum elektrolisis dengan variasi waktu elektrolisis

Gambar 7 di atas adalah gambar hasil elektrolisis dengan variasiwaktu elektrolisis. Setelah diperoleh konsentrasi NaCl dan teganganoptimum yaitu pada konsentrasi NaCl 0,3 gram dan 6,5 Volt teganganyang diberikan untuk elektrolisis, selanjutnya dilakukan variasiwaktu elektrolisis yaitu 3, 6, 9, 12, 15 menit, dan 1 jam. Darigambar 7 di atas, tampak bahwa pada waktu 15 menit telah memberikanhasil yang optimum yaitu terbentuk garis lurus pada daerah Visibeldan pada akhir elektrolisis setelah 15 menit juga larutan metilenbiru telah menjadi jernih yang berarti bahwa larutan metilen birutelah terdegradasi 100%. Pada daerah UV, juga memberikan hasil yangsama seperti pada variasi konsentrasi NaCl dan variasi tegangan yangsebelumnya telah dilakukan dan pada waktu maksimum yang dilakukanyaitu elektrolisis selama 1 jam, tampak bahwa puncak yang terbentukpada daerah UV dengan panjang gelombang 291 nm memberikan absorbansiyang sangat tinggi yaitu 1,572 dan pada daerah panjang gelombang 200nm memberikan puncak dengan absorbansi 1,6. Tidak jauh berbedadengan hasil yang ditunjukkan pada gambar-gambar sebelumnya yaitupuncak pada daerah panjang gelombang 260 nm juga hilang.

Setelah melakukan elektrolisis dengan beberapa variasi di atas dantelah diperoleh waktu, tegangan serta konsentrasi penambahan NaClyang optimum untuk elektrolisis, maka untuk selanjutnya dilakukanelektrolisis metilen biru dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu20 ppm. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkatkeberhasilan elektrolisis yang telah dilakukan. Untuk larutanmetilen biru 20 ppm ini mula-mula dilakukan elektrolisis selama 4jam dan setelah itu dilakukan kembali elektrolisis selama 8 jam danhasilnya dapat dilihat pada Gambar 8.

10

Gambar 8. Spektra hasil analisis dari MB 20 ppm antara sebelumdan sesudah elektrolisis selama 4 jam dan 8 jam

Dari gambar di atas, tampak bahwa setelah elektrolisis selama 4 jam,senyawa yang berada di daerah UV masih belum terdegradasi secarasempurna dan setelah elektrolisis selama 8 jam juga hasilnya belummaksimal dan hanya menunjukkan penurunan absorbansi yang sangatkecil yaitu dari 1,7 pada daerah panjang gelombang 290 nm menjadi1,499 dan pada daerah panjang gelombang 206 nm absorbansinya turundari 1,671 menjadi 1,474. Hal ini berarti bahwa, waktu elektrolisisyang cukup lama tidak berpengaruh banyak pada hasil elektrolisisuntuk mendegradasi senyawa pada daerah UV. Setelah diperoleh hasilseperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar di atas, maka perludiketahui senyawa apa yang ter bentuk pada daerha UV dengan caramelakukan analisis lebih lanjut dengan instrument yang berbeda.Namun sebelum dianalisis lebih lanjut, larutan hasil elektrolisisyang berwarna jernih diekstrak terlebih dahulu menggunakan pelarutkloroform dan n-hexane. Hasil yang diperoleh ditunjukkan oleh gambar9 dan 10.

11

Gambar 9. Spektra hasil analisis dari larutan hasil elektrolisissetelah diekstrak dengan kloroform

Gambar 10. Spektra hasil analisis dari larutan hasilelektrolisis setelah diekstrak dengan n-hexane

Spektra hasil analisis yang ditunjukkan pada gambar 9 dan 10,senyawa baru yang terbentuk dari hasil elektrolisis metilen birubereaksi dengan pelarut membentuk senyawa baru. Hal ini jugaterlihat pada saat dilakukan ekstraksi, warna larutan berubahmenjadi pink dari larutan yang jernih saat diekstraksi dengankloroform dan saat diekstraksi dengan n-hexane, warna larutanberubah menjadi oranye.

KESIMPULAN

Degradasi MB dengan menggunakan teknik elektrolisis sangatdipengaruhi oleh penambahan elektrolit seperti NaCl. PenambahanNaCl akan meningkatkan daya hantar listrik sehingga dalam waktu yangsingkat MB telah terdegradasi 100% atau larutan menjadi jernih.

12

Namun, efek penambahan NaCl akan mengakibatkan terbentuknya senyawabaru yang belum diketahui secara pasti, hal ini ditunjukkan olehterbentuknya puncak baru pada daerah Ultra Violet.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada DIKTI yang telah membiayaipenelitian ini melalui Proyek Penelitian Hibah Bersaing Tahun 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Acher, A. J. dan Rosenthal, I., 1977. Dye-Sensitized-Photo-Oxidation: A new approach to the treatment of organic matter insewage effluents. Wat. Res. 11: 557–562.

Ahmet B., Ayfer Y., Doris L., Nese N. dan Antonius K. 2003,Ozonation of high strength segregated effluents from a woollentextile dyeing and finishing plant, Dyes and Pigments, 58: 93-98.

Al-Kdasi, A., Idris, A., Saed, K. dan Guan, C.T., 2004. Treatment ofTextile Wastewater by Advanced Oxidation Processes. Global Nestthe Int. J. 6: 222-230.

Brown, D. dan Hamburger, B., 1987. The degradation of dyestuffs.Investigation of their ultimate degradability. Chemosphere 16:1539–1553.

Casado, J. dan Brillas, E. 1996. Electrochemical mineralization of

aniline: The peroxi-coagullation and electro-fenton process.Proc. 10th Int. Forum Electrolysis Chem. Ind., Electrosynthesis. Lancaster, N.Y.192-198.

Chen, X., Shen, Z., Zhu, X., Fan, Y. dan Wang, W. 2005. Advancedtreatment of textile wastewater for reuse using electrochemicaloxidation and membrane filtration. Wat. Res. 20: 271–277.

Dae-Hee A., Won-Seok C. dan Tai-Il Y. 1999. Dyestuff wastewatertreatment using chemical oxidation, physical adsorption andfixed bed biofilm process, Process Biochemistry 34: 429–439.

Lidia S., Claudia J. dan Santosh N.K. 2001. A comparative study onoxidation of disperse dyes by electrochemical process, ozone,hypochlorite and fenton reagent, Water Research, 35: 2129–2136.

13

Matis, K. A. 1980. Treatment of industrial liquid wastes by electro-floatation. Wat. Pollut. Control 19: 136–142.

Nicola, M. dan Badea, T. 1996. Wastewater Treatment Usingelectrochemical oxidation of organic pollutants. Sci.Technol.Environ. Prot. 3: 35-40.

Polcaro, A.M., Palmas, S., Renoldi, F. dan Mascia, M. 1999. On theperformance of Ti/SnO sub(2) and Ti/PbO anodes inelectrochemical degradation of 2-chlorophenol for wastewatertreatment. J. Appl. Electrochem. 29: 147-151.

Setyaningsih, H. 2007. Pengolahan limbah batik dengan proses kimia dan adsorpsikarbon aktif. Tesis Program Pasca Sarjana UI. Jakarta.

Sheng, H. dan Peng, C.F. 1994. Treatment of textile wastewater byelectrochemical method. Wat. Res. 28: 277–282.

Staniskaw L. dan Monika G. 1999. Optimization of oxidants dose for

combined chemical and biological treatment of textilewastewater, Water Research, 33: 2511-2516.

Taghizadeh, A., Lawrence, M.F, Miller, L., Anderson, M.A danSerpone, N. 2000. (Photo) electrochemical behavior of selectedorganic compounds on TiO2 electrodes. Overall relevance toheterogeneous photocatalysis. J. Photochem. Photobiol. 2-3: 145-156.

Tezuka, M. and Jwasaki, M. 1996. Oxidative degradation of organicpollutants in water by glow discharge electrolysis. Asia-Pac.Proc. 3rd Conf. Plasma Sci. Technol. Tokyo Japan: Japan Society for thePromotion of Science, Local Organizing Committee of APCPST’96.423-427.

Tzitzi M., Vayenas D.V. dan Lyberatos G. 1994. Pretreatment oftextile industry wastewaters with ozone, Water Science andTechnology, 29:151-160.

Tratnyek, P. G. dan Hoigne, J. 1991. Oxidation of substitutedphenols in the environment: A QSAR analysis of rate constantsfor reaction with singlet oxygen. Environ. Sci. Technol. 25:1596–1604.

Tratnyek, P. G., Elovitz, M. S. dan Colverson, P.1994. Photoeffects

of textile dye wastewater: Sensitization of single oxygenformation, oxidation of phenols and toxicity to bacteria.Environ. Toxicol. Chem. 13: 27–33.

14