pengaruh ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal

20
1 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) Oleh : SHOHELMA SA’ADAH NIM . 2008 / 02151 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Juni 2013

Transcript of pengaruh ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal

1

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

TERHADAP AUDIT DELAY

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

Oleh :

SHOHELMA SA’ADAH

NIM . 2008 / 02151

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Wisuda Periode Juni 2013

1

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN SISTEM PENGENDALIAN

INTERNAL TERHADAP AUDIT DELAY

Shohelma Sa‟adah

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh (1) ukuran perusahaan terhadap audit delay, dan (2) sistem

pengendalian internal terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dari penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive

sampling, sebanyak 41 perusahaan. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan

www.idx.co.id. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik regresi berganda yang dianalisis.

Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap audit

delay ditunjukkan dengan tingkat sig 0,000< 0,05 dan β negatif yaitu -2,151 dan (2) sistem pengendalian internal

berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay dengan tingkat sig 0,002< 0,05 dan β negatif yaitu -10,332.

Dalam penelitian ini disarankan : (1) Bagi perusahaan publik untuk memberikan keleluasaan kepada auditor

untuk melakukan pekerjaan lapangan sebelum tanggal penutupan tahun buku. Perusahaan diharapkan dapat membatu

pekerjaan auditor dengan memberikan data-data yang diperlukan selama proses pemeriksaan, memberikan jawaban-

jawaban yang benar dan wajar atas pertanyaan yang diajukan oleh auditor sehingga laporan keuangan auditan dapat

diterbitkan lebih awal. (2) Bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan perluasan variabel yang diperkirakan

mempengaruhi audit delay guna memperoleh penjelasan lebih baik mengenai fenomena tersebut.(3) Bagi auditor

untuk merencanakan pekerjaan lapangan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif

dan efisien. Mengingat jumlah klien yang diaudit dari tahun ke tahun semakin meningkat maka auditor harus

merencanakan dengan saksama agar laporan keuangan auditan yang dihasilkan tepat waktu.

Kata kunci: ukuran perusahaan, sistem pengendalian internal, audit delay

ABSTRACT

The aims of this study were to determine the effect of firm size on the audit delay and the effect of internal

control system on the audit delay at a manufacturing company registered on the Indonesia Stock Exchange.

This study was classified as causative study. The population of this study was manufacturing company

registered on the Stock Exchange in 2008 until 2011. A total of 41 companies were enrolled in this study,determined

by the purposive sampling method. The data obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and

www.idx.co.id. Data analysis techniques using double regression test.

From this study we can conclude that firm size had adverse affect on the audit delay indicated by the level

of sig 0,000 < 0,05 and β negative is -2,151 and of internal control system had adverse affect on the audit delay

indicated by the level of sig 0,002< 0,05 and β negative is -10,332.

In this study Suggested: (1) For public companies to provide flexibility to the auditor to conduct field work

before the closing date of the fiscal year. Company auditor jobs are expected to be petrified by providing the

necessary data during the checkout process, providing correct answers and reasonable to questions by auditors that

audited financial statements be issued early. (2) For further research to expand a variable that is estimated to affect

audit delay in order to obtain a better explanation of the phenomena. (3) For the auditor to plan the field work as

well as possible so that the work can be done effectively and efficiently. Given the number of clients being audited

from year to year increases the auditor should plan carefully so that the resulting audited financial statements on

time.

Key words: firm size, internal control system, audit delay.

2

1. PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan sarana

utama yang digunakan oleh perusahaan untuk

menyampaikan informasi keuangan

perusahaan kepada pihak luar. Tujuan laporan

keuangan adalah sebagai media bagi

perusahaan untuk mengkomunikasikan

berbagai informasi dan pengukuran secara

ekonomis mengenai kinerja keuangan

perusahaan, perubahan posisi keuangan, arus

kas serta sumber daya yang dimiliki

perusahaan kepada berbagai pihak yang

mempunyai kepentingan terhadap informasi

tersebut. Laporan keuangan sebaiknya dibuat

dan dipublikasikan sesegera mungkin agar

tidak mempengaruhi kapasitasnya dalam

mempengaruhi pengambilan keputusan para

pemakainya. Perusahaan diharapkan untuk

tidak menunda penyajian laporan keuangan

yang dapat menyebabkan manfaat informasi

disajikan menjadi berkurang.

Regulator memandang perlu

menentukan suatu regulasi yang mengatur

batas waktu penerbitan laporan keuangan

yang harus dipenuhi oleh setiap emiten (Made

Gede W, 2004). Hal ini diperkuat dengan

adanya peraturan dari Badan Pengawas Pasar

Modal (BAPEPAM) yang menyatakan bahwa

setiap perusahaan yang go public diwajibkan

untuk menyampaikan laporan keuangan yang

disusun sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan dan telah diaudit tepat waktu.

Peraturan ini diatur dalam Keputusan Ketua

Bapepam No. KEP-346/BL/2011. Dalam

peraturan ini disebutkan bahwa emiten dan

perusahaan publik wajib menyampaikan

laporan keuangan tahunan disertai dengan

laporan akuntan dalam rangka audit atas

laporan keuangan, selambat lambatnya pada

akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal

laporan keuangan perusahaan.

Dari tahun ke tahun masih banyak

perusahaan yang go publik terlambat

menyampaikan laporan keuangan auditan atas

audit laporan keuangan perusahaan. Tabel 1

menyajikan fakta keterlambatan penyampaian

laporan keuangan emiten tahun 2001-2011 ke

Bapepam-LK.

Tabel 1

Jumlah Emiten Yang Terlambat

Menyampaikan Laporan Keuangan

Auditan

Tahun Jumlah Emiten

2001 64

2002 86

2003 81

2004 67

2005 160

2006 170

2007 183

2008 111

2009 50

2010 40

2011 54

Sumber:http//www.okezone.com/bapepam-

denda-emiten

Untuk mendapatkan laporan akuntan

dalam rangka audit atas laporan keuangan,

diperlukan proses audit dengan jangka waktu

yang berakibat adanya audit delay. Lamanya

proses penyelesaian audit ini dapat

mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan

dalam mempublikasikan laporan keuangan

kepada masyarakat umum dan kepada

BAPEPAM. Rentan waktu penyelesaian

pelaksanaan audit atas laporan keuangan

tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari

yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan

auditor independen atas audit laporan

keuangan tahunan perusahaan. Lamanya

waktu penyelesaian audit dihitung mulai dari

tanggal penutupan tahun buku sampai dengan

tanggal diterbitkannya laporan audit disebut

audit delay (Dyer & McHugh, 1975).

Ukuran perusahaan adalah besar

kecilnya suatu perusahaan yang diukur dari

besarnya total aset atau kekayaan yang

dimiliki oleh suatu perusahaan. (Dyer &

McHugh, 1975) menyatakan, hubungan antara

ukuran perusahaan dengan audit delay adalah

3

perusahaan besar akan menyelesaikan proses

auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan

kecil. Hal ini disebabkan karena manajemen

perusahaan yang berskala besar cenderung

diberikan insentif untuk mengurangi audit

delay dikarenakan perusahaan tersebut

dimonitor secara ketat oleh investor,

pengawas permodalan dan pemerintah. Ansah

(2000) menjelaskan bahwa perusahaan

berskala besar memiliki sumberdaya dan staf

akuntan yang lebih banyak dan memiliki

sistem informasi akuntansi canggih dari pada

perusahaan dengan skala kecil. Selain itu

perusahaan berskala besar juga memiliki

sumberdaya untuk membayar audit fees yang

lebih tinggi sehingga dapat menekan auditor

untuk melaksanakan pekerjaannya lebih awal

dan menyelesaikan audit tepat waktu bila

dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Sistem pengendalian internal adalah

prosedur yang dirancang untuk memberikan

kepastian yang layak mengenai pencapaian

tujuan manajemen yang terdiri atas reliabilitas

pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi

operasi, dan ketaatan pada ketentuan hukum

dan peraturan (Arens, 2008). UU Sarbanes-

Oxley Section 404, auditor diharuskan untuk

memberikan atestasi mengenai efektivitas

pengendalian internal atas pelaporan

keuangan. Atestasi merupakan jasa assurance

dimana KAP mengeluarkan laporan tentang

reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak

lain. Atestasi berupa audit atas laporan

keuangan dan atestasi mengenai pengendalian

internal atas pelaporan keuangan. Atestasi

menghasilkan pendapat opini yang

dikeluarkan auditor atas efektivitas

pengendalian internal. Efektivitas

pengendalian internal dapat dilihat dari opini

audit yang diterima oleh perusahaan.

Perusahaan yang pengendalian internalnya

efektif menerima opini wajar tanpa

pengecualian dan perusahaan pengendalian

internalnya kurang efektif menerima opini

selain wajar tanpa pengecualian.

Perusahaan yang memiliki sistem

pengendalian internal yang baik dapat

mengurangi kesalahan dalam menyajikan

laporan keuangan perusahaan, sehingga

memudahkan auditor dalam melakukan

pengauditan laporan keuangan. Lemahnya

pengendalian internal memberikan dampak

audit delay yang semakin lama karena auditor

membutuhkan sejumlah waktu untuk mencari

bahan bukti yang lengkap dan komplek untuk

mendukung opininya (Whitterd, 1976) dalam

(Ade, 2011).

Beberapa penelitian sebelumnya

Carslaw dan Kaplan (1991) di New Zelland

yang menggunakan total asset sebagai proksi

ukuran perusahaan menunjukkan bahwa audit

delay mempunyai hubungan yang

berkebalikan dengan ukuran perusahaan. Hal

ini dikarenakan perusahaan besar memiliki

pengendalian internal yang lebih kuat yang

akan mengurangi kecendrungan kesalahan

pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan

meyakinkan auditor untuk mengendalikan

pengendalian yang lebih luas dan untuk

melakukan pekerjaan internal. Perusahaan

yang memiliki pengendalian internal yang

kuat maka auditor memerlukan waktu yang

relatif singkat dalam melakukan pengujian

substansif dan pengujian ketaatan, sehingga

mempercepat proses pengauditan laporan

keuangan dan meminimalisasi penundaan

laporan keuangan yang telah diaudit kepada

publik.

Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan bukti empiris mengenai

pengaruh ukuran perusahaan dan sistem

pengendalian internal terhadap audit delay

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI.

2. TELAAH LITERATUR DAN

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Audit delay

Menurut Ashton, Willingham, dan

Elliot (1987) dikatakan bahwa „proses audit

sangat memerlukan waktu yang berakibat

4

adanya audit delay yang nantinya akan sangat

berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan

keuangan‟. Audit Delay adalah lamanya

waktu penyelesaian audit yang diukur dari

tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal

diselesaikannya laporan audit independen

(Wiwik Utami, 2006). Menurut Dyer &

McHugh (1975), “Auditors’ report lag is the

open interval of number of days from the year

end to the date recorded as the opinion

signature date in the auditor’s report”.

Menurut Knechel dan Payne (2001)

dalam Lophiga Surbakti (2009) audit delay

atau audit reporting lag dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

1. Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara

tahun penutupan buku perusahaan dengan

dimulainya pekerjaan lapangan auditor.

2. Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara

dimulainya pekerjaan lapangan dan saat

penyelesaiannya.

3. Reporting lag, yaitu selisih waktu antara

saat penyelesaian pekerjaan lapangan

dengan tanggal laporan auditor.

audit delay diukur berdasarkan rentang

waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan

keuangan tahunan, yaitu dari lamanya hari

yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan

auditor independen atas audit laporan

keuangan tahunan perusahaan. Dilihat sejak

tanggal tutup buku perusahaan yaitu per 31

Desember sampai tanggal yang tertera pada

laporan auditor independen.

2.2 Ukuran Perusahaan

Skala perusahaan menunjukkan

besarnya suatu ukuran (besar atau kecil) dari

suatu perusahaan atau badan usaha Edilius

(1992). Ukuran perusahaan adalah besar

kecilnya suatu perusahaan yang diukur dari

besarnya total aset atau kekayaan yang

dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut

keputusan BAPEPAM No. 9 tahun 1995 pada

dasarnya ukuran perusahaan dapat

digolongkan dalam dua kelompok, yaitu

sebagai berikut:

a. Perusahaan menengah/kecil

Perusahaan menengah/kecil merupakan

badan hukum yang didirikan di Indonesia

yang:

1) Memiliki sejumlah kekayaan (total aset)

tidak lebih dari Rp 20 milyar.

2) Bukan merupakan afiliasi atau

dikendalikan oleh suatu perusahaan

yang bukan perusahaan menengah/kecil.

3) Bukan merupakan reksadana.

b. Perusahaan menengah/besar

Perusahaan menengah/besar merupakan

kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria

kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan usaha. Usaha ini meliputi usaha

nasional (milik negara atau swasta) dan

usaha asing yang melakukan kegiatan di

Indonesia.

Hal yang mendasari hubungan antara

ukuran perusahaan dengan audit delay adalah

perusahaan besar akan menyelesaikan proses

auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan

kecil, Dyer dan McHugh (1975) dalam Lestari

(2010). Manajemen perusahaan yang berskala

besar cenderung diberikan insentif untuk

mengurangi audit delay dikarenakan

perusahaan tersebut dimonitor secara ketat

oleh investor, pengawas permodalan dan

pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-

perusahaan berskala besar cenderung

menghadapi tekanan eksternal yang lebih

tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal.

Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Lestari

(2010) di New Zelland yang menggunakan

total asset sebagai proksi ukuran perusahaan

menunjukkan bahwa audit delay mempunyai

hubungan yang berkebalikan dengan ukuran

perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan

yang lebih besar mempunyai pengendalian

internal yang lebih kuat yang akan

mengurangi kecenderungan kesalahan

pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan

meyakinkan auditor untuk mengendalikan

pengendalian yang lebih luas dan untuk

melakukan pekerjaan internal. Selain itu

berkaitan dengan pelayanan yang lebih baik

5

oleh perusahaan, untuk memastikan kepuasan

dari klien yang lebih besar.

2.3 Sistem Pengendalian Internal

Menurut Arens & Mark S. Beaslev

(2008) sistem pengendalian internal terdiri

atas kebijakan dan prosedur yang dirancang

untuk memberikan manajemen kepastian yang

layak bahwa perusahaan telah mencapai

tujuan dan sasarannya. Tujuan tersebut terdiri

atas: Reliabilitas pelaporan keuangan,

Efisiensi dan efektifitas operasi, Ketaatan

pada hukum dan peraturan.

Lima elemen pengendalian internal

COSO menurut Arens (2008):

a. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian terdiri atas

tindakan, kebijakan, dan prosedur yang

mencerminkan sikap manajemen puncak,

para direktur, dan pemilik entitas secara

keseluruhan. Subelemen yang harus

dipertimbangkan auditor untuk memahami

dan menilai lingkungan pengendalian:

1) Integritas dan nilai-nilai etis

2) Komitmen pada kompetensi

3) Partisipasi dewan komisaris atau komite

audit

4) Filosofi dan gaya operasi manajemen

5) Struktur organisasi

6) Kebijakan dan praktik sumber daya

manusia

b. Penilaian risiko

Penilaian risiko atas pelaporan keuangan

adalah tindakan yang dilakukan

manajemen untuk mengidentifikasi dan

menganalisis risiko-risiko yang relavan

dengan laporan keuangan yang sesuai

dengan GAAP.

c. Aktivitas pengendalian

Kebijakan dan prosedur, selain yang

termasuk dalam komponen lingkungan

pengendalian, penilaian risiko, informasi

dan komunikasi, dan pemantauan, yang

membantu memastikan bahwa tindakan

yang diperlukan telah diambil untuk

menangani risiko guna mencapai tujuan

entitas. Lima jenis aktivitas pengendalian:

1) Pemisahan tugas yang memadai

2) Otorisasi yang tepat atas transaksi dan

aktivitas

3) Dokumen yang memadai

4) Pengendalian fisik atas aktiva dan

catatan

5) Pemeriksaan independen atas kinerja

d. Informasi dan komunikasi

Tujuan sistem informasi dan komunikasi

akuntansi dari entitas adalah untuk

memulai, mencatat, memproses, dan

melaporkan transaksi yang dilakukan

entitas tersebut serta mempertahankan

akuntabilitas aktiva terkait. Sistem

informasi dan komunikasi akuntansi

mempunyai beberapa subkompenen, yang

biasanya terdiri atas kelas-kelas transaksi

seperti penjualan, retur penjualan,

penerimaan kas, akuisisi, dan sebagainya.

e. Pemantauan

Penilaian mutu pengendalian internal

secara berkelanjutan atau periodik oleh

manajemen untuk menentukan bahwa

pengendalian tersebut telah beroperasi

seperti yang diharapkan, dan telah

dimodifikasi sesuai dengan perubahan

kondisi.

Tanggung jawab auditor untuk

memahami pengendalian internal: Standar

pekerjaan lapangan yang kedua dari GAAS

(Arens, 2008) menyatakan “Auditor harus

memiliki pemahaman yang cukup tentang

entitas dan lingkungannya, termasuk

pengendalian internalnya, untuk menilai

apakah risiko salah saji yang material dalam

laporan keuangan disebabkan oleh kekeliruan

atau kecurangan, dan untuk merancang sifat,

penetapan waktu, dan luas prosedur audit

lebih lanjut”.

Pemahaman pengendalian yang

terutama diperhatikan auditor dalam

pengendalian internal (Arens, 2008): 1. Pengendalian atas reliabilitas pelaporan

keuangan

6

2. Pengendalian atas kelas-kelas transaksi

UU Sarbanes-Oxley Section 404

(Arens, 2008) menyatakan auditor diharuskan

untuk memberikan atestasi mengenai

efektivitas pengendalian internal atas

pelaporan keuangan. Atestasi merupakan jasa

assurance dimana KAP mengeluarkan laporan

tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan

pihak lain. Atestasi berupa audit atas laporan

keuangan dan atestasi mengenai pengendalian

internal atas pelaporan keuangan. Atestasi

menghasilkan pendapat opini yang

dikeluarkan auditor atas efektivitas

pengendalian internal. Efektivitas

pengendalian internal dapat dilihat dari opini

audit yang diterima oleh perusahaan.

Perusahaan yang pengendalian internalnya

efektif menerima opini wajar tanpa

pengecualian dan perusahaan pengendalian

internalnya kurang efektif menerima opini

selain wajar tanpa pengecualian.

Menurut Carslaw (1991), perusahaan

yang memiliki pengendalian internal yang

kuat maka auditor memerlukan waktu yang

relatif singkat dalam melakukan pengujian

substansi dan pengujian ketaatan, sehingga

mempercepat proses pengauditan laporan

keuangan dan meminimalisasi penundaan

laporan keuangan yang telah diaudit kepada

publik. Perusahaan yang memiliki sistem

pengendalian internal yang baik dapat

mengurangi kesalahan dalam menyajikan

laporan keuangan perusahaan, sehingga

memudahkan auditor dalam melakukan

pengauditan laporan keuangan. Lemahnya

pengendalian internal memberikan dampak

audit delay yang semakin lama karena auditor

membutuhkan sejumlah waktu untuk mencari

bahan bukti yang lengkap dan komplek untuk

mendukung opininya (Whitterd, 1976) dalam

(Ade, 2011).

Berdasarkan latar belakang diatas

maka hipotesis didapat sebagai berikut:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan negatif terhadap audit delay.

H2: Semakin efektif pengendalian internal

perusahaan maka semakin cepat audit

delay.

.

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan dan hipotesis yang

telah dikemukakan di atas maka penelitian ini

digolongkan penelitian kausatif. Penelitian

kausatif berguna untuk menganalisis pengaruh

antara satu variabel dengan variabel lainnya,

dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat

seberapa jauh variabel bebas mempengaruhi

variabel terikat. Dalam hal ini melihat

seberapa jauh pengaruh ukuran perusahaan

dan sistem pengendalian internal terhadap

audit delay.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang akan diamati dalam

penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dari tahun 2008 – 2011 dengan

jumlah populasi sebanyak 159 perusahaan.

Pemilihan sampel yang akan dilakukan

dengan teknik purposive sampling, yaitu

pemilihan sampel yang didasarkan pada suatu

kriteria tertentu yaitu berjumlah 18

perusahaan.

Kriteria yang akan digunakan adalah:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

bursa efek Indonesia tahun 2008-2011

b. Perusahaan yang memiliki data laporan

keuangan yang lengkap berupa laporan

keuangan tahunan dan laporan auditor

independen selama periode 2008 sampai

2011.

Tabel 1

Penyaringan Sampel Perusahaan

Keterangan Jumlah

Perusahaan

a. Perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI

selama periode 2008-2011

159

7

Keterangan Jumlah

Perusahaan

b. Perusahaan yang tidak

memiliki data laporan

keuangan lengkap dari

tahun 2008 sampai 2010

(118)

Jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian

41

Sumber :www.idx.co.id

3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data

dokumenter, yaitu data penelitian yang berupa

laporan-laporan. Sumber data penelitian ini

data sekunder yaitu data yang diperoleh dari

perusahaan yang tergolong perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2008-2011.

Menurut Mudrajat (2003:127), data

sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh

lembaga pengumpul data dan dipublikasikan

kepada masyarakat pengguna data. Variabel

yang diteliti tersebut tersedia dengan lengkap

dalam laporan keuangan tahun 2008-2011.

Sumber data diperoleh dari Indonesian

Capital Market Directory (ICMD) dan

Monthly IDX www.idx.co.id.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah teknik dokumentasi dari

data-data yang dipublikasikan oleh

perusahaan mengenai nilai total aset, opini

auditor, tanggal penyelesaian audit, dan

tanggal penyerahan laporan keuangan tahunan

yang telah diaudit dengan cara akses langsung

dari situs Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) dan Monthly IDX

www.idx.co.id.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah audit delay dengan variabel bebas

Ukuran perusahaan Sistem pengendalian

internal.

.

3.6 Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini audit delay

diukur berdasarkan rentang waktu

penyelesaian pelaksanaan audit laporan

keuangan tahunan, yaitu dari lamanya hari

yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan

auditor independen atas audit laporan

keuangan tahunan perusahaan. Dihitung sejak

tanggal tutup buku perusahaan yaitu per 31

Desember sampai tanggal yang tertera pada

laporan auditor independen.

ukuran (size) perusahaan diukur

dengan menggunakan total aktiva yang

dimiliki perusahaan sampel. Penelitian

terdahulu yang menyatakan bahwa dengan

total aktiva lebih menunjukan ukuran

perusahaan dibandingkan dengan kapitalisasi

pasar.

Sistem pengendalian internal ini

diukur dengan menggunakan penilaian berupa

pendapat yang diberikan oleh auditor atas

pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian ini

menggunakan dua klasifikasi pendapat

auditor, yaitu wajar tanpa pengecualian (nilai

dummy 1) dan selain wajar tanpa pengecualian

(dummy 0). Pengukuran ini juga digunakan

oleh Ade, 2011.

1.7 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian adalah analisis regresi berganda

untuk melihat pengaruh antara ukuran

perusahaan dan system pengendalian internal

terhadap audit delay pada perusahaan

manufaktur. Sebelum melakukan pengujian

dengan analisis regresi, terlebih dahulu

dilakukan berbagai uji asumsi klasik agar

dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang benar

dan akurat.

Uji Normalitas

Menurut Ghazali (2005) uji normalitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal.

8

Penelitian ini menggunakan pengujian

data dengan analisi statistik menggunakan

analisis Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai uji

Kolmogorov-Smirnov > 0,05 berarti data

terdistribusi normal. Jika nilai signifikan uji

Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data

dinyatakan tidak terdistribusi dengan normal.

Uji Multikolinearitas

Sebelum dilakukan regresi, terlebih

dahulu dilakukan uji multikolinearitas.

Multikoliniaritas adalah salah satu asumsi

penting untuk model regresi berganda.

Asumsi ini menyatakan bahwa antara variabel

independen terjadi gejala korelasi atau

memiliki hubungan yang signifikan. Untuk

mendeteksi adanya multikolinearitas dilihat

melalui nilai tolerance value dan variance

inflation factor(VIF). Angka yang

menunjukkan tidak adanya multikolonearitas

apabila nilai tolerance diatas 0,10 atau sama

dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2005).

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah uji yang

bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

korelasi antar data yang berdasarkan urutan

waktu (time series). Uji autokorelasi bertujuan

untuk menguji apakah sebuah model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan

pengganggu periode t dengan kesalahan t-1

(sebelumnya). Jika terjadi berarti ada problem

autokorelasi. Model regresi yang baik harus

bebas dari autokorelasi. Menurut Ghazali

(2005) pengujian autokorelasi yang banyak

digunakan adalah dengan metode Durbin-

Watson dengan kriteria sebagai berikut:

1) Bila 0 < d < dl atau dl ≤ d ≤ du berarti tidak

ada autokorelasi positif

2) Bila 4 – dl < d < 4 atau 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl

berarti tidak ada korelasi negatif

3) Bila du < d < 4 – du berarti tidak ada

korelasi positif atau negative

Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas yaitu variabel

pengganggu memiliki varian yang sama dari

satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

Menurut Imam (2006:105), uji

heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pangamatan lain. Cara untuk

mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat

dilakukan dengan Uji Glejser. Uji Glejser

mengusulkan untuk meregresi nilai absolut

residual terhadap variabel independen. Jika

variabel independen tidak signifikan (sig >

0.05) berarti model bebas dari

heterokedastisitas.

Analisis Regresi Berganda

Analisa data menggunakan regresi

berganda (multiple regression). Pengujian

ini berguna untuk mengetahui pengaruh

variabel independen terhadap variabel

dependen. Persamaan analisis berganda

adalah:

Y1 = a + b1X1 + b2X2 + ε

Dimana:

Y1 = Audit delay

a = konstanta

b1, b2,=Koefisien masing-masing

variabel X

X1 =Ukuran perusahaan

X2 =Sistem pengendalian internal

=Error

Uji Koefisien Determinan (R2)

Koefisien Determinan (R2)

digunakan untuk mengetahui kontribusi

variabel bebas dalam menjelaskan variabel

terikat. Semakin besar nilai koefisien

determinasi, maka menunjukkan semakin

besar pula pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat. Pada penelitian ini digunakan

Adjusted R Square, karena variabel bebas

yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari

satu. Koefisien determinasi merupakan

pengukuran seberapa jauh kemampuan model

9

dalam menerangkan variasi variabel satu

(Ghozali, 2001).

Uji F (F- test) Uji F dilakukan bertujuan untuk

menguji apakah secara serentak variabel-

variabel independen mampu menjelaskan

variabel dependen secara baik dan untuk

menguji apakah model yang digunakan sudah

fix atau belum. Patokan yang digunakan

dalam pengujian ini adalah membandingkan

nilai sig yang diperoleh dengan derajat

signifikansi pada level α = 0.05. Apabila nilai

F yang diperoleh lebih kecil dari derajat

signifikansi maka model yang digunakan

sudah fix.

Uji t (t-test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui

pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat dalam persamaan regresi berganda

secara parsial. Untuk melihat nilai signifikansi

masing-masing parameter yang diestimasi,

maka digunakan t-Test dengan rumus:

t-Test = βi

Sβi

dimana :

βi = koefisien regresi

Sβi = Standar error atas koefisien regresi

variabel

Dengan kriteria pengujian:

1. Jika tingkat signifikansi < α 0,05, t tabel <

t hitung, dengan koefisien β negatif maka

hipotesis diterima.

2. Jika tingkat signifikansi > α 0,05, t tabel >

t hitung, maka hipotesis ditolak

1.8 Defenisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang

berbeda terhadap penelitian ini maka perlu

dijelaskan istilah pokok yang akan digunakan

dalam pembahasan selanjutnya, diantaranya

yaitu :

1. Audit Delay

Audit delay merupakan lamanya hari

yang dibutuhkan untuk memperoleh

laporan auditor independen atas audit

laporan keuangan tahunan perusahaan,

yang diukur dari tanggal penutupan tahun

buku hingga tanggal yang tertera pada

laporan auditor independen.

2. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat diartikan

sebagai suatu skala pengklasifikasian besar

kecilnya suatu perusahaan. Ukuran

perusahaan dihitung dengan menggunakan

total aset atau toatal aktiva perusahaan

yang tercantum pada laporan keuangan

tahunan perusahaan yang telah diaudit. .

3. Sistem Pengendalian Internal

Sistem pengendalian inernal

merupakan suatu kebijakan dan proses yang

dirancang untuk memberikan memberikan

manajemen kepastian yang layak bahwa

perusahaan mampu mancapai tujuan dan

sasarannya yang terdiri dari reliabilitas

pelaporan keuangan, efisiensi dan efektivitas

operasi, dan ketaatan pada hukum dan

peraturan.

4 HASIL ANALISIS DATA DAN

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel terikat yaitu audit delay, sedangkan

yang menjadi variabel bebas adalah adalah

ukuran perusahaan dan sistem pengendalian

internal. Berikut ini tabel yang menyajikan

deskripsi variabel penelitian secara statistik:

Tabel 2

Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Ukuran Perusahaan 164 4.23E8 1.47E13 1.6586E12

2.59815E12

SPI 164 .00 1.00 .8598 .34830

Audit Delay 164 31.00 152.00 72.5732 16.25829

Valid N (listwise)

164

10

Group Statistics

SPI N Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

Audit Delay

Selain WTP 23 82.0435 13.10613 2.73282

WTP 141 71.0284 16.23662 1.36737

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Tahun

2012

Tabel 2 menjelaskan secara deskriptif

variabel-variabel dalam penelitian ini.

Variabel audit delay (Y) pada perusahaan

manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia rata-

rata yaitu sebesar 72,57 hari dengan standar

deviasi 16,26. Audit yang paling lama

(maximum) yaitu 152 hari dan audit paling

pendek (minimum) yaitu 31 hari.

Variabel ukuran perusahaan (X1)

diproksikan dengan total asset, memiliki rata-

rata sebesar 1,658 atau Rp. 1,658 triliun

dengan standar deviasi sebesar 2,598 atau Rp.

2,598 triliun. Ukuran perusahaan tertinggi

(maxsimum) adalah 1,47 atau Rp. 14,7 triliun

sedangkan ukuran perusahaan terendah

(minimum) sebesar 4,23 atau Rp. 423 juta.

Pada Tabel 8.2 sistem pengendalian

internal (X2) yang diproksikan dengan opini

wajar tanpa pengecualian memiliki rata-rata

sebesar 71,03 dengan standar deviasi sebesar

16,24 dan opini selain wajar tanpa

pengecualian memiliki rata-rata sebesar 82,04

dengan standar deviasi sebesar 13,11.

Sedangkan nilai tertinggi (maximum) adalah 1

dan nilai terendah (minimum) adalah 0.

Sebelum melakukan analisis regresi

linear berganda, ada beberapa syarat

pengujian yang harus dipenuhi agar hasil

olahan data benar-benar dapat

menggambarkan apa yang menjadi tujuan

penelitian yaitu uji normalitas, uji

multikolonearitas, uji autokorelasi dan

heterokedastisitas.

Menurut Ghazali (2005) uji normalitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal. Uji normalitas

yang dipergunakan adalah uji Kolmogorov-

Smirnov. Penentuan nomal atau tidaknya

suatu distribusi data ditentukan berdasarkan taraf signifikansi hasil hitung. Jika taraf

signifikansi di atas 0,05 maka data diinterpretasikan terdistribusi normal, dan

sebaliknya, jika taraf signifikansi hasil hitung

di bawah 0,05 maka diinterpretasikan bahwa

data tidak terdistribusi secara normal. Setelah

dilakukan pengolahan data, di dapat hasil

yang menyatakan bahwa data terdistribusi

dengan normal. menunjukkan bahwa taraf

signifikansi hasil hitung asymp. Sig. (2-tailed)

adalah sebesar 0,147 yang berada di atas 0,05.

Dengan demikian nilai residual terdistribusi

secara normal sehingga model penelitian

dinyatakan telah memenuhi asumsi

normalitas. Hasil uji multikolonearitas

menunujukkan hasil perhitungan nilai VIF

dan tolerance. Nilai VIF untuk variabel

ukuran perusahaan (X1) sebesar 1,002 dengan

tolerance sebesar 0,998 dan sistem

pengendalian internal (X2) VIF sebesar 1,002

dengan tolerance sebesar 0,998. Masing-

masing variabel bebas tersebut memiliki nilai

VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala

multikolinearitas antar variabel independen.

Hasil uji heterokedastisitas

menunjukkan bahwa hasil perhitungan dari

masing-masing variabel menunjukkan bahwa

level sig > α 0.05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari

gejala Heterokedastisitas dan layak digunakan

dalam analisis regresi berganda.

Hasil uji autokorelasi menunujukkan

bahwa angka Durbin Watson sebesar 2,181

lebih besar dari batas atas (du) 1.769 (pada

Tabel Durbin Watson) dan kurang dari 4 –

1.769 (4 – du). Maka dapat disimpulkan tidak

adanya autokorelasi dalam penelitian ini.

11

Tabel 3

Hasil Koefisien Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 85.024 3.163 26.884 .000

Ukuran Perusahaan

-2.151E-12

.000 -.344 -4.793 .000

SPI -10.332 3.347 -.221 -3.087 .002

a. Dependent Variable: Audit Delay

Sumber: olahan data SPSS, 2012

Dari pengolahan data statistik pada

Tabel 3 di atas maka diperoleh persamaan

regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = 85,024 – 2,151UP – 10,332 SPI

Angka yang dihasilkan dari pengujian tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dari persamaan di atas dapat dilihat

bahwa terdapat nilai konstanta 85,024 yang

berarti bahwa tanpa ukuran perusahaan dan

sistem pengendalian internal maka audit delay

adalah 85,024. Nilai koefisien dari variabel

ukuran perusahaan (X1) adalah sebesar -2,151

ini berarti bahwa dengan meningkatnya

ukuran perusahaan sebesar satu satuan maka

akan menurunkan audit delay sebesar -2,151.

Nilai koefisien variabel sistem pengendalian

internal (X2) adalah sebesar -10,332, ini

berarti bahwa dengan meningkatnya sistem

pengendalian internal sebesar satu satuan

maka akan menurunkan audit delay sebesar

10,332.

Hasil uji koefisien menghasilkan nilai

Adjusted R Square sebesar 0,163. Nilai

AdjustedR Square ini menunjukkan bahwa

besarnya kontribusi variabel independen

terhadap variabel dependen adalah sebesar

16,3%, sedangkan sisanya sebesar 83,7%

ditentukan oleh variabel lain yang tidak

diteliti dalam model. Hasil pengolahan data menunjukkan

hasil F hitung sebesar 16,909 yang signifikan

pada 0,000. Jadi F hitung > F tabel ( sig 0,000

< 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Uji t dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara parsial.

Patokan yang digunakan adalah dengan

membandingkan nilai signifikan yang

dihasilkan dengan alpha 0,05. Penelitian ini

menggunakan α = 0,05

Berdasarkan hasil penelitian, maka

didapat pengaruh antar variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen

adalah sebagai berikut:

1. Ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan negatif terhadap audit delay Dari hasil pengujian yang

dilakukan, diperoleh bahwa hasil ukuran

perusahaan (X1) berpengaruh signifikan

negatif terhadap audit delay (Y). Hal ini

ditunjukkan oleh nilai signifikansi (sig t)

ukuran perusahaan sebesar 0,000 (< 0,05)

dengan β negatif sebesar -2,151. Dengan

demikian H1 dalam penelitian ini diterima.

2. Sistem Pengendalian Internal

berpengaruh signifikan negatif terhadap

audit delay Dari hasil pengujian yang

dilakukan, diperoleh hasil bahwa sistem

pengendalian internal (X2) berpengaruh

signifikan negatif terhadap audit delay (Y).

Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi

(sig t) sistem pengendalian internal sebesar

0,002 (< 0,05) dengan β negatif -10,332.

Dengan demikian H2 dalam penelitian ini

diterima.

4.2 Pembahasan

1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap

audit delay pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di PT. Bursa

Efek Indonesia Berdasarkan hasil analisis statistik

dalam penelitian ini ditemukan bahwa

ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan negatif terhadap audit delay.

Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi

sebesar 0,000 dimana signifikansinya

lebih kecil dari nilai α 0,05. dengan nilai

12

koefesien β negatif sebesar -2,151.

Artinya bahwa hubungan ukuran

perusahaan dengan audit delay adalah

semakin besar ukuran perusahaan maka

semakin cepat audit delay. Kesimpulan

ini sependapat dengan Ade (2011).

Menurut Dyer dan McHugh (1975)

yang menyatakan bahwa manajemen

perusahaan besar memiliki dorongan

untuk mengurangi masalah audit delay

dan penundaan laporan keuangan. Hal ini

disebabkan manajemen perusahaan yang

berskala besar cenderung diberikan

insentif untuk mengurangi audit delay

dikarenakan perusahaan tersebut

dimonitor secara ketat oleh investor,

pengawas permodalan dan pemerintah.

Oleh karena itu, perusahaan berskala

besar cenderung menghadapi tekanan

eksternal yang lebih tinggi untuk

mengumumkan audit lebih awal.

Berdasarkan keputusan BAPEPAM

No. 9 tahun 1995 yang telah dijelaskan

pada Bab II, Perusahaan dikategorikan

perusahaan kecil apabila total aset yang

dimiliki perusahaan tidak lebih dari Rp.

20 Milyar dan sebaliknya apabila lebih

dari Rp. 20 Milyar maka perusahaan

tersebut dikategorikan perusahaan besar.

Dilihat dari data penelitian, hampir

seluruh perusahaan dikategorikan besar,

hanya sebagian kecil perusahaan yang

memiliki total aset tidak lebih dari Rp. 20

milyar. Kekayaan yang dimiliki

perusahaan ternyata mempunyai

pengaruh secara signifikan terhadap

jangka waktu penyelesaian laporan audit

atas laporan keuangan. Hal ini disebabkan

semakin besar perusahaan, maka semakin

banyak memiliki sumber daya, memiliki

staf akuntan, dan sistem informasi yang

canggih, sehingga perusahaan akan

semakin cepat menyajikan laporan

keuangan dan auditorpun dapat

melaksanakan audit lebih awal sehingga

proses penyelesaian laporan audit atas

laporan keuangan dapat diselesaikan tepat

waktu.

Hasil penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Ahmad

dan Kamarudin (2002) dan Ade (2011)

bahwa perusahaan besar mempunyai

sumber daya untuk membayar audit fee

yang lebih besar guna mendapatkan

pelayanan audit yang lebih cepat.

Perusahaan-perusahaan besar cenderung

mendapatkan tekanan yang tinggi dari

pihak eksternal terhadap kinerja keuangan

perusahaan, sehingga manajemen akan

berusaha untuk mempublikasikan laporan

keuangan audit lebih tepat waktu.

2. Pengaruh sistem pengendalian internal

terhadap audit delay pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di PT. Bursa

Efek Indonesia Berdasarkan hasil analisis statistik

dalam penelitian ini ditemukan bahwa

sistem pengendalian internal berpengaruh

signifikan negatif terhadap audit delay. Hal

ini dapat dilihat pada nilai signifikansi

sebesar 0,002 dimana signifikansinya lebih

kecil dari nilai α 0,05. dengan nilai

koefesien β negatif sebesar -10,332.

Artinya, bahwa hubungan sistem

pengendalian internal dengan audit delay

adalah semakin efektif pengendalian

internal perusahaan maka semakin cepat

audit delay.

Dalam Arens (2008) Pengendalian

internal yang bagus menentukan proses

audit yang digunakan, besar kecilnya

sampel yang harus dikumpulkan oleh

auditor yang akhirnya dapat menghemat

biaya dan waktu, sehingga audit delay akan

semakin cepat. Menurt Carslaw dan Kaplan

(1991) menyatakan bahwa perusahaan

yang memiliki pengendalian internal yang

kuat maka auditor memerlukan waktu yang

relatif singkat dalam melakukan pengujian

substansif dan pengujian ketaatan,

sehingga mempercepat proses pengauditan

13

laporan keuangan dan meminimalisasi

penundaan laporan keuangan yang telah

diaudit kepada publik.

Arens (2008), auditor akan

mengeluarkan opini wajar tanpa

pengecualian mengenai pengendalian

internal atas pelaporan keuangan apabila

pada dua kondisi. Pertama, tidak adanya

kelemahan material yang teridentifikasi.

Kedua, tidak adanya pembatasan ruang

lingkup pekerjaan auditor. Apabila salah

satu kondisi tersebut terjadi, maka auditor

akan mengeluarkan pendapat selain dari

wajar tanpa pengecualian.

Dilihat dari data penelitian, hampir

semua perusahaan yang menjadi sampel

memiliki pengendalian internal yang

efektif. Hal ini ditunjukkan dari perusahaan

yang menerima opini WTP dari tahun 2008

sampai dengan 2011 sebesar 82,93%,

87,81%, 87,81%, 82,93%, dan hanya

sebagian kecil yang menerima opini selain

dari WTP. Kondisi ini menunjukkan

perusahaan yang memiliki pengendalian

internal yang efektif dapat mengurangi

kesalahan dalam menyajikan laporan

keuangan, sehingga memudahkan auditor

dalam melakukan pengauditan laporan

keuangan dan memberikan dampak audit

delay yang semakin cepat.

Hasil penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Titik (2003)

dalam Ade (2011) bahwa perusahaan yang

memiliki internal auditor yang

berkompeten dan mempunyai personalisme

yang tinggi dapat menjadikan pengendalian

internal dalam perusahaan tersebut baik.

Hal ini dikarenakan salah satu tugas fungsi

dari internal auditor adalah untuk

memeriksa dan mengevaluasi kecukupan

struktur pengendalian internal perusahaan

secara periodik dan membuat rekomendasi

tentang perbaikan yang diperlukan dalam

perusahaan. Dengan demikian auditor tidak

membutuhkan waktu yang lama untuk

melakukan pengujian dalam laporan

keuangan auditan dan hal ini

meminimalisasi terjadinya penundaan

panyajian laporan keuangan (audit delay)

auditan perusahaan tersebut.

1. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dimaksudkan untuk

menguji secara empiris pengaruh ukuran

perusahaan dan sistem pengendalian internal

terhadap audit delay pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian dilakukan selama empat tahun

berturut-turut, mulai dari tahun 2008 sampai

dengan tahun 2011 dan mencakup 164 sampel

perusahaan manufaktur di PT. Bursa Efek

Indonesia.

Penelitian ini menggunakan analisis

regresi berganda, dimana uji asumsi klasik

dilakukan sebelum uji hipotesis dan diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata audit delay perusahaan sampel di

Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun

2008-2011 adalah 72,57 hari. Model

penelitian dinyatakan lolos uji asumsi

klasik, yakni memenuhi asumsi normalitas,

tidak terdapat gejala heteroskedastisitas,

multikolinearitas, maupun autokorelasi.

Kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan varians variabel terikat pada

model penelitian sebesar 16,30 persen.

2. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan

bahwa variabel yang mempengaruhi audit

delay adalah ukuran perusahaan dan sistem

pengendalian internal. Tingkat signifikansi

variabel ukuran perusahaan sebesar 0,000

dan variabel sistem pengendalian sebesar

0,002. Hasil pengujian secara simultan

memperlihatkan bahwa keseluruhan

variabel secara serempak mempunyai

pengaruh signifikan terhadap audit delay.

5.2 Keterbatasan

Meskipun peneliti telah berusaha

merancang dan mengembangkan penelitian

14

sedemikian rupa, namun masih terdapat

keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini hanya menggunakan dua

variabel independen saja dalam menguji

audit delay, beberapa faktor lain yang

memiliki pengaruh terhadap audit delay

seperti faktor luas audit yang dilakukan dan

faktor lamanya menjadi klien KAP tidak

dimasukkan dalam penelitian ini.

2. Penelitian ini hanya menggunakan data

sekunder, sedangkan data-data primer yang

tidak dipublikasikan seperti luas audit yang

dilakukan dan risiko audit tidak

dimasukkan.

5.3 Saran

Berdasarkan keterbatasan yang ada,

maka saran pada penelitian ini:

1. Kepada peneliti selanjutnya disarankan

untuk melakukan perluasan variabel yang

diperkirakan mempengaruhi audit delay

guna memperoleh penjelasan lebih baik

mengenai fenomena tersebut.

2. Kepada auditor disarankan untuk

merencanakan pekerjaan lapangan dengan

sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat

dilakukan secara efektif dan efisien.

Mengingat jumlah klien yang diaudit dari

tahun ke tahun semakin meningkat maka

auditor harus merencanakan dengan

saksama agar laporan keuangan auditan

yang dihasilkan tepat waktu.

3. Kepada perusahaan publik disarankan

untuk memberikan keleluasaan kepada

auditor untuk melakukan pekerjaan

lapangan sebelum tanggal penutupan tahun

buku. Perusahaan diharapkan dapat

membatu pekerjaan auditor dengan

memberikan data-data yang diperlukan

selama proses pemeriksaan, memberikan

jawaban-jawaban yang benar dan wajar

atas pertanyaan yang diajukan oleh auditor

sehingga laporan keuangan auditan dapat

diterbitkan lebih awal.

DAFTAR PUSTAKA

Arens. A. Alvin, Randal J. Elder & Mark S.

Beasley, Alvin A. 2008. Auditing dan

Jasa Assurance Pendekatan

Terintigrasi. Edisi Kedua Belas. Jilid

Kedua. Jakarta: Erlangga.

Ashton, R.H., Willingham, J.J, dan Elliot,

R.K. 1987. An Emprical Analysis of

Audit Delay. Journal of Accounting

Research. Vol. 25 No 2. (Autumn): 275-

292.

Baridwan, Zaki. 1997. Intermediate

Accounting. Edisi Ketujuh. Cetakan

Kelima. Yogyakarta: BPFE.

Bapepam Denda Emiten. 2012. http://www.

Okezone.com. [12/10/12]

Bursa Efek Indonesia. http://www.idx.co.id

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis

Multivariat dengan Program SPSS.

Semarang. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Halim, Varianda. 2000. Faktor-faktor yang

mempengaruhi Audit Delay: Studi

Empiris Perusahaan-perusahaan di

Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan

Akuntansi. Vol. 2 No 1: hlm 63-75.

Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. ”Analisis

Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi

Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan

Keuangan (Studi Empiris pada

Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar

di BEJ)”. Simposium Nasional

Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar

Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama

Cetakan Pertama. Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar

Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama

Cetakan Pertama. Yogyakarta.

Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Audit Delay di

Indonesia. Journal Bisnis dan Ekonomi.

Maret 2009. Vol. 16. No 1: hlm 1-17.

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar

Modal dan Laporan Keuangan Nomor:

15

Kep-134/BL/2006. Kewajiban

Penyampaian Laporan Keuangan

Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan

Publik. Jakarta. http://www.

Bapepam.go.id. 2006. [16/12/12]

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar

Modal dan Laporan Keuangan Nomor:

Kep-40/BL/2007. Jangka Waktu

Penyampaian Laporan Keuangan

Berkala dan Laporan Tahunan Bagi

Emiten atau Perusahaan Publik yang

Efeknya Tercatat Di Bursa Efek

Indonesia dan Di Bursa Efek Negara

Lain. Jakarta. http://www.

Bapepam.go.id. 2006. [16/12/12]

Lestari, Dewi. 2010. Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi

Empiris pada Perusahaan Consumers

Goods yang Terdaftar di Busra Efek

Indonesia. Skripsi Akuntansi:

Universitas Diponegoro.

Mas‟ud Machfoedz. 1994. Financial Ratio

Characteristic Analysis and The

Prediction of Earning Changes in

Indonesia, Kelola No. 7: 114-133.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam.

Jakarta: Salemba Empat.

Munawir, S. 1981. Analisis Laporan

Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta:

Liberty.

Na‟im, Ainun. 1999. Nilai Informasi

Ketepatan Waktu Penyampaian

Laporan Keungan: Analisis Empiris

regulasi Informasi di Indonesia. Journal

Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 14.

No 2: 85-100.

Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor

Internal dan Eksternal Perusahaan

Terhadap Audit Delay dan Timeliness.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.

10. No 1: 1-10.

Respati, Novita Weningtyas. 2004. “Faktor-

Faktor yang Berpengaruh Terhadap

Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan:

Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”,

Jurnal Maksi 4: 67-81

Subekti, Imam. Dan N.W Widiyanti. 2004.

Faktor-faktor yang Berpengaruh

Terhadap Audit Delay di Indonesia.

Simposium Nasional Akuntansi VII:

hlm 991-1002.

Sulistyo, Wahyu Adhy Noor. 2010. Analisis

Faktor-faktor yang Berpengaruh

Terhadap Ketepatwaktuan

Penyampaian Laporan Keuangan pada

Perusahaan yang Listing di Bursa Efek

Indonesia Periode 2006-2008. Skripsi

Akuntansi. Universitas Diponegoro.

Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar,

Proses Penciptaan Data Pendekatan

Sistem. Edisi Ketiga. Yogyakarta:

BPFE.

Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan

Audit Delay Kajian Empiris di Bursa

Efek Jakarta. Buletin Penelitian No. 09.

Ka. Pusat Penelitian dan Dosen FE,

Universitas Mercu Buana.

Wirakusuma, Made Gede. 2004. Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Rentan

Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke

Publik (Studi Empiris Mengenai

Keberadaan Divisi Internal Audit pada

Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar

di Bursa Efek Jakarta. Makalah

Seminar Nasional Akuntansi VII,

Denpasar-Bali, 2-3 Desember, hlm

1202-1223.

Wira, Ade Yudha P. 2011. Pengaruh Ukuran

Perusahaan dan Sistem Pengendalian

Internal Terhadap Audit Delay. Skripsi

Akuntansi: Universitas Negeri Padang.

Yuliana dan Aloysia Yanti Ardianti. (2004).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Audit Delay di Indonesia. Modus, Vol

16 (2): 135-146.

Yulianti, Ani. 2011. Faktor-faktor yang

Berpengaruh Terhadap Audit Delay:

Studi Empiris di BEJ. Skripsi

Akuntansi: Universitas Negeri

Yogyakarta.

16

LAMPIRAN

1. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Ukuran

Perusahaan 164 4.23E8 1.47E13

1.6586E1

2

2.59815E

12

SPI 164 .00 1.00 .8598 .34830

Audit Delay 164 31.00 152.00 72.5732 16.25829

Valid N

(listwise) 164

Group Statistics

SPI N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Audit Delay

Selain WTP 23 82.0435 13.10613 2.73282

WTP 141 71.0284 16.23662 1.36737

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Residual

b. Uji Multikolonearitas

c. Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.288 2.032 4.078 .000

Ukuran

Perusahaan

2.438E

-13 .000 .066 .845 .399

SPI 2.943 2.151 .107 1.368 .173

a. Dependent Variable:

ABSUT

d. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .417a .174 .163 14.87151 2.181

a. Predictors: (Constant), SPI, Ukuran Perusahaan

b. Dependent Variable: Audit Delay

3. Uji Model

a. Uji F

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 7479.082 2 3739.541 16.909 .000a

Residual 35607.040 161 221.162

Total 43086.122 163

a. Predictors: (Constant), SPI, Ukuran Perusahaan b. Dependent Variable: Audit Delay

b. Adjust R2

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .417a .174 .163 14.87151

a. Predictors: (Constant), SPI, Ukuran Perusahaan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

164

.0000000

14.77998974

.089

.089

-.065

1.142

.147

N

Mean

Std. Dev iat ion

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negativ e

Most Extreme

Dif f erences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asy mp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized

Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated f rom data.b.

Coefficientsa

.998 1.002

.998 1.002

Ukuran Perusahaan

SPI

Model

1

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Audit Delaya.

17

c. Persamaan Regresi dan Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 85.024 3.163 26.884 .000

Ukuran

Perusahaan

-2.151E-

12 .000 -.344 -4.793 .000

SPI -10.332 3.347 -.221 -3.087 .002

a. Dependent Variable:

Audit Delay