PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR MENGGUNAKAN MPHP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN 1&2...

44
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kemampuan produksi buah tomat dari tahun ke tahun terus bertambah, hal ini terlihat dari angka produksi Nasional terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Direktotar Jendral Hortikultura (2012) produksi tomat pada tahun 2010 secara Nasional produksi sebesar 891.616 ton dengan luas panen 61.154 ha dan produktivitasnya sebesar 14,11 ton ha. Kemudian pada tahun 2011 produksi tomat secara Nasional mencapai hasil sebesar 954.046 ton dengan luas panen 57.302 ha dan produktivitasnya sebesar 16,64 ton ha. Peningkatan produksi tersebut memperlihatkan bahwa peluang bisnis buah tomat masih terbuka lebar, karena suplainya dari tahun ke tahun masih belum mencukupi. Di Kalimantan Selatan sendiri berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kalsel pada tahun 2011 produksi tomat hanya mencapai 5.583 ton dengan luas panen 685 ha dan

Transcript of PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR MENGGUNAKAN MPHP TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN 1&2...

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kemampuan produksi buah tomat dari tahun ke tahun

terus bertambah, hal ini terlihat dari angka produksi

Nasional terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik dan Direktotar Jendral Hortikultura (2012)

produksi tomat pada tahun 2010 secara Nasional produksi

sebesar 891.616 ton dengan luas panen 61.154 ha dan

produktivitasnya sebesar 14,11 ton ha. Kemudian pada

tahun 2011 produksi tomat secara Nasional mencapai

hasil sebesar 954.046 ton dengan luas panen 57.302 ha

dan produktivitasnya sebesar 16,64 ton ha.

Peningkatan produksi tersebut memperlihatkan bahwa

peluang bisnis buah tomat masih terbuka lebar, karena

suplainya dari tahun ke tahun masih belum mencukupi.

Di Kalimantan Selatan sendiri berdasarkan data Badan

Pusat Statistik Kalsel pada tahun 2011 produksi tomat

hanya mencapai 5.583 ton dengan luas panen 685 ha dan

hasil produktivitasnya hanya mencapai 8,15 ton ha.

Potensi hasil tanaman tomat jenis Tymoti F1 mencapai 50

– 60 ton ha, dengan bobot 2 – 3 kg per tanaman.

Produksi tomat di Kalimantan Selatan masih sangat

rendah jika dibanding dengan rata-rata produksi

Nasional sebesar 16,64 ton ha-1 dan potensi hasil

tomat.

Rendahnya rata-rata produksi disebabkan karena

adanya beberapa faktor pembatas, di antaranya

kemampuan lahan yang sangat rendah, pemilihan varietas

yang belum tepat dan adanya serangan hama dan penyakit

(Aberar, 2011). Kemampuan lahan yang rendah dapat

ditingkatkan dengan berbagai macam cara. Salah

satunya adalah dengan memperbaiki kualitas tanah.

Berbagai macam upaya dilakukan para petani untuk

meningkatkan kualitas tanah agar dapat mencapai hasil

produksi yang maksimal, dan salah satunya adalah

dengan menggunakan pupuk organik atau pupuk kompos

(Harjowigeno, 1995).

Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002) sifat baik

dari kompos yang dapat memperbaiki kesuburan tanah

karena dapat menyediakan unsur hara seperti N, P, K,

Ca, Mg, S serta hara mikro dalam jumlah relatif kecil,

membuat permeabilitas tanah menjadi lebih baik.

Kandungan unsur hara NPK pada pupuk trichokompos

cukup tinggi (lihat pada Tabel 2). Berdasarkan hasil

penelitian Muhammad Aberar, dosis trichokompos yang

dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat

di lahan sulfat masam adalah 600 gram per tanaman

setara dengan 20 ton ha.

Tanaman tomat pada umumnya tidak menyukai tanah

yang tergenang dan becek. Tanaman tomat menghendaki

tanah yang gembur dengan pH 5,6 – 6,8 (Sunarjono,

1990). Tanaman tomat meupakan tanaman yang memerlukan

unsur hara dalam jumlah yang cukup banyak, terutama

unsur NPK (Anonim, 2013). Menurut IFA World Fertilizer

Use Manual (1992) dalam Sutarya dkk 1995, serapan unsur

hara makro oleh tanaman tomat antara lain adalah, N =

177 kg/ha, P2O5 = 46 kg/ha, K2O = 319 kg/ha, CaO = 129

kg/ha, MgO = 43 kg/ha.

Mulsa yang dikenal selama ini adalah mulsa yang

dibuat dari jerami kering atau jenis rumput lainnya

yang dikeringkan. Penggunaan jerami secara tradisional

berfungsi untuk menjaga kelembapan tanah. Tomat juga

bisa memakai jerami untuk menjaga kelembapan tanah.

Namun, jerami justru kadang mendatangkan masalah karena

jerami yang membusuk (basah) bisa menularkan penyakit.

Keadaan tersebut dapat diantisipasi dengan menggunakan

mulsa plastik hitam perak (silver black). Disebut silver black

karena memang mulsa plastik ini terdiri atas dua sisi,

yaitu sisi warna hitam dan sisi yang berwarna perak.

Lebar mulsa plastik ini 1,2 m dan biasanya dijual dalam

satuan berat. Berat 1 kg biasanya panjangnya sekitar 25

m (Tim Penulis PS, 2009)

Memperkuat pernyataan di atas, maka dirasakan

perlu mengadakan penelitian tentang Pengaruh Pemberian

Pupuk Organik Cair Menggunakan Mulsa Plastik Hitam

Perak Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen 1 dan 2

Tanaman Tomat, agar dapat memperoleh pertumbuhan dan

hasil tanaman tomat yang lebih optimal.

1.2. Identifikasi masalah

Dari uraian tersebut di atas, permasalahan-

permasalahan yang ada dapat di identifikasikan sebagai

berikut :

1. Apakah interaksi pemberian pupuk organik cair

menggunakan mulsa plastik hitam perak berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2 tanaman

tomat varietas f1 tombatu?

2. Apakah terdapat kombinasi terbaik pemberian pupuk

organik cair dengan menggunakan mulsa hitam perak

terhadap pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2 tanaman

tomat varietas f1 tombatu?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh interaksi pemberian pupuk organik cair dengan

mulsa plastik hitam perakterhadap pertumbuhan dan hasil

panen 1 dan 2 tanaman tomat varietas f1 tombatu.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui

kombinasi terbaik pemberian pupuk organk cair dengan

mulsa plastik hitam perak terhadap pertumbuhan dan

hasil panen 1 dan 2 tanaman tomat terbaik varietas f1

tombatu.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi pertanian tentang pemberian pupuk organik

cair dengan mulsa plastik hitam perakterhadap

pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2 tanaman tomat

varietas f1 tombatu sehingga penggunaan pupuk lebih

efisien dan lebih efektif dalam meningkatkan produksi

tanaman tomat.

1.5. Kerangka pemikiran

Produktivitas tomat di Indonesia masih tergolong

rendah. Menurut data BPS (2010) bahwa produktivitas

tomat baru mencapai 14,58 ton ha pada tahun 2010,

apabila dibandingkan dengan negara- negara lainnya

seperti USA telah mencapai 69,41 ton ha-1 pada tahun

2002 (Adiyoga et al.2004) . Salah satu faktor rendahnya

produktivitas tomat disebabkan penggunaan varietas

kurang sesuai. Pada umumnya tanaman tomat tumbuh baik

pada ketinggian 600-900 m di atas permukaan laut. Oleh

sebab itu dalam budidaya tomat perlu pemilihan varietas

tomat yang cocok untuk ditanam di dataran rendah

(Purwati & Khairunisa 2007).

Pengembangan varietas tomat di dataran rendah

mengalami hambatan karena tidak tahan terhadap

temperatur tinggi dan adanya penyakit layu bakteri

(Nurita et al.2004). Namun pada saat ini sudah banyak

dihasilkan varietas-varietas yang berdaya hasil tinggi

dan dapat beradaptasi di dataran rendah, baik itu

varietas unggul maupun varietas hibrida. Beberapa

varietas yang cocok ditanam di dataran rendah seperti

varietas Intan, Berlian, Idola, Ratna, Niki, Permata,

Montero dan Mutiara.

Varietas F1 Tombatu dikenal karena buahnya sangat

keras, cocok untuk di tanam di dataran rendah sampai

menengah dengan mudah perawatannya, potensi hasil panen

mencapai 70 Ton/ Ha dengan berat rata-rata buah

mencapai 80 Gram/ Buah. Buah merah, terisi penuh dan

keras, sehingga tahan untuk pengangkutan jarak jauh,

umur panen varietas Tombatu F1 55—60 HST. Varietas

Permata merupakan tomat hibrida turunan pertama (F1)

yang memiiki tipe tumbuh determinate dengan potensi

hasil mencapai 3 kg tanaman atau 50-70 ton ha (Agrina

2008). Varietas Montero merupakan tomat turunan pertama

yang juga memiliki tipe tumbuh determinate dengan

potensi hasil 5-6 kg tanaman. Varietas Niki memiliki

tipe tumbuh semi determinate dengan potensi hasil hasil

5-6 kg tanaman. Varietas Montero dan Niki mempunyai

buah yang lebih tahan terhadap pengangkutan

(transportasi) dengan jarak yang jauh, sehingga sangat

cocok untuk diekspor (Bintang Asia 2009).

Selain penggunaan varietas yang tepat, faktor lain

yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tomat adalah

penggunaan pupuk, salah satunya adalah pupuk organik

cair. Penggunaan pupuk organik cair dapat

mempertahankan keseimbangan lingkungan serta dapat

memperbaiki agregat tanah. Menurut Susanto (2002) bahwa

penggunaan pupuk organik cair merupakan salah satu cara

untuk mengatasi kekurangan bahan organik, karena mampu

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah,dapat

meningkatkan hasil baik kualitas maupun kuantitas serta

mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik.

Salah satu pupuk organik cair adalah Enviro Plus,

yang mengandung C-organik (4,7 %), N (15,25%), P2O5

(9,52%), K2O (11,97%), pH (7,53), C/N (0,16), SO4

(0,78%), Cl (0,06%), Fe (0,08%), Na (0,82%), Ca(4,43%),

Mg (0,5%), Pb (0,4 ppm), Co (0,25 ppm), Cu ( 9,98 ppm),

Zn (53,08 ppm), Mn (61,6 ppm), Al (22 ppm), Bo (6,46

ppm), Mo (13,74 ppm) dan ZPT(Giberelin,Auksin dan

Sitokinin). Penggunaan pupuk organik cair harus dengan

konsentrasi yang tepat.

Menurut Hanolo (1997) menyatakan pemberian pupuk

organik cair harus memperhatikan konsentrasi yang

diaplikasikan terhadap tanaman yang dibudidaya. Dari

beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian

pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan

dan hasil tanaman yang lebih baik daripada melalui

tanah. Penggunaan konsentrasi pupuk organik cair yang

tepat dapat memperbaiki pertumbuhan, mempercepat panen,

memperpanjang masa atau umur produksi dan dapat

meningkatkan hasil tanaman (Rizqiani et al. 2007).

Konsentrasi anjuran pupuk organik cair Enviro Plus

adalah 1,5 cc L air, dengan pemberian 10-15 HST.

1.6. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik hipotesis

sebagai berikut :

1. Interaksi pemberian pupuk organik cair dengan mulsa

plastik hitam perak berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2 tanaman tomat

terbaik varietas f1 tombatu.

2. Terdapat kombinasi terbaik dari pemberian pupuk

organik cair dengan mulsa plastik hitam perak

terhadap pertumbuhan dan hasil panen 1 dan 2 tanaman

tomat terbaik varietas f1 tombatu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi & Morfologi Tanaman Tomat

Secara sistematika menurut Tugiono (1989),

klasifikasi tanaman tomat dalam taksonomi tumbuhan

adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub

Divisi

: Angiospermae

Klas : Dycotyledoneae

Ordo : Turbiflorae

Famili : Solaneceae

Genus : Lycopersicum

Spesies : Lycopersicum esculentum

Mill

Tomat ditemukan pertama kali di daratan Amerika

Latin, lebih tepatnya di sekitar Peru, Equador. Para

ahli taksonomi berbeda pendapat dalam pemberian nama

resmi untuk tanaman ini. Akhirnya pada tahun 1983 badan

Internasinal yang menangani pemberian nama ilmiah

memtuskan bahwa nama ilmiah resmi untuk tomat adalah

Lycopersicon lycopersicum (L). Akan tetapi, saat ini nama

yang paling popular untuk tanaman tomat adalah

Lycopersicum esculentum Mill (Tim Penulis PS, 2009).

Tomat merupakan tanaman setahun (annual) atau

tahunan (parenial) yang berumur pendek, tetapi umumnya

tumbuh setahun berbentuk perdu. Tinggi tanaman dapat

mencapai 2 – 3 m atau lebih. Mempunyai bentuk batang

bulat dan lunak. Batang sewaktu masih muda mudah patah,

sedangkan setelah tua menjadi keras hampir berkayu dan

seluruh permukaannya berbulu halus, serta mempunyai

cabang yang lebat berwarna hijau (Rukmana, 1994).

Daunnya mudah dikenali karena mempunya bentuk yang

khas yaitu berbentuk oval, bergerigi dan mempunyai

celah yang menyirip. Daunnya merupakan daun majemuk

ganjil dengan jumlah daun antara 5-7 (Tim Penulis PS).

Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu mempunyai

panjang sekitar 20-30 cm dan lebar 10-20 cm. Daun tomat

ini tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang. Sementara

itu, tangkai daunnya berbentuk bulat memanjang sekitar

7-10 cm dan ketebalan 0,3-0,5 cm.

Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun

dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan

atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya

terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai

mahkota. Pada serbuk sari terdapat kantong yang

letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang

mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat

melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya

berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup

kemungkinan terjadi penyerbukan silang (Bernardinus dan

Wiryanta, 2002).

Buah tomat yang masih muda biasanya terasa getir

dan berbau tidak enak karena mengandung lycopersicin

yang berupa lendir dan dikeluarkan oleh 2-9 kantung

lendir. Lycopersicin lambat laun akan hilang sendiri

ketika buahnya semakin matang sehingga baunya hilang

dan rasanya pun jadi enak, terasa asam manis. Warna

buah yang tadinya hijau sedikit demi sedikit berubah

menjadi kuning seiring dengan proses pematangan ,

kemudian warna menjadi merah ketika buah telah matang

benar. Ukuran buahnya cukup bervariasi dengan diameter

anrtara 2 cm sampai 15 cm, tergantung dari varietasnya

(Tim Penulis PS).

Varietas F1 Tombatu dikenal karena buahnya sangat

keras, cocok untuk di tanam di dataran rendah sampai

menengah dengan mudah perawatannya. Potensi hasil panen

mencapai 70 Ton/ Ha dengan berat rata-rata buah

mencapai 80 Gram/ Buah. Buah merah, terisi penuh dan

keras, sehingga tahan untuk pengangkutan jarak jauh,

umur panen varietas Tombatu F1 55—60 HST

2.2. Fisiologis dan Lingkungan Tumbuh Tomat

Tanaman tomat mempunyai daya penyesuaian cukup

luas terhadap lingkungan tumbuhnya. Sebagian besar

sentra produsen tomat berada di daerah dataran tinggi

pada ketinggian antara 1000 – 1250 meter dari permukaan

laut (Sunarjono, 1990).

Tanaman tomat dapat tumbuh disemua tempat dari

dataran rendah sampai dataran tinggi. Hanya saja di

daerah basah atau curah hujan tinggi pertumbuhannya

kurang baik. Disamping buahnya banyak diserang

penyakit, seperti penyakit cendawan dan sejenisnya,

sehingga untuk daerah basah dan berudara lembab

dianjurkan menanam tomat pada musim kemarau.

Selanjutnya tanaman tomat tidak tahan terhadap hujan

yang lebat dan tidak suka daerah yang selalu berawan.

Tanaman tomat menghendaki iklim kering dengan suhu

siang 18 -27oC dan malam hari 15 - 20oC (Anonim,2013)

Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah,

mulai tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang

subur, gembur, banyak mengandung bahan organik serta

unsur hara dan mudah merembeskan air. Selain itu akar

tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen, oleh

karena itu air tidak boleh tergenang. Tanah dengan

derajat keasaman (pH) berkisar 5,5-7,0 sangat cocok

untuk budidaya tomat. Dalam pembudidayaan tanaman

tomat, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya

datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan

tanggul.Tanaman tomat tidak cocok tumbuh pada tanah

yang tergenang air atau tanah yang becek (Pudjiatmoko,

2008).

Budidaya tanaman tomat membutuhkan penyinaran

penuh sepanjang hari untuk produksi yang menguntungkan,

tetapi sinar matahari yang terik tidak disukai.

Selanjutnya bahwa sinar matahari yang dikehendaki

tanaman tomat adalah minimal 8 jam per hari (Anonim,

2013).

2.3. Peranan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan

dan Hasil Panen 1 dan 2 Tanaman Tomat

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting

yang dilakukan pada bidang pertanian. Kegiatan ini

harus dilakukan secara tepat dan benar. Kekurangan

pupuk akan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan

hara dalam tanah. Begitupun juga bila terjadi kelebihan

pupuk, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Fungsi pemupukan adalah untuk menambah dan

memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanah dapat

dijadikan sebagai media yang baik bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Pupuk organik cair mengandung

unsur-unsur yang diperlukan oleh tanaman tomat.

Selain itu, sifatnya yang organik ini mampu

menyediakan senyawa-senyawa organik yang alami dan aman

bagi lingkungan, maupun bagi penggunanya. Pupuk cair

lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di

dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama

melalui akar, namun daun juga punya kemampuan menyerap

hara sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair tidak

hanya diberikan di sekitar tanaman saja, tapi juga di

atas daun-daun.

Penggunaan pupuk cair lebih memudahkan pekerjaan,

dan penggunaan pupuk cair berarti dapat melakukan tiga

macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu memupuk

tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman

(Anonim, 2008). Adapun beberapa manfaat yang dimiliki

oleh pupuk organik cair dalam mendukung pertumbuhan dan

perkembangan serta hasil tomat, antara lain:

1. Dengan menggunakan pupuk organik cair, tanaman tomat

dapat memperoleh unsur-unsur hara yang diperlukan

untuk mendukung pembentukan klorofil sehingga dapat

meningkatkan terjadinya proses fotosintesis.

2. Beberapa unsur esensial yang terkandung di dalam

pupuk organik cair dapat merangsang pembentukan bunga

dan buah serta pertumbuhan akar dan tunas.

3. Aplikasi pupuk organik cair dapat mengurangi

terjadinya pengguguran daun, bunga, dan bakal buah.

4. Adapun unsur-unsur tertentu yang mengaktivasi

beberapa enzim yang berkaitan dengan pertumbuhan

tanaman tomat, seperti merangsang pertumbuhan cabang

produksi tanaman tomat.

5. Pupuk organik cair ini juga bermanfaat memperkuat

struktur dinding sel tanaman tomat dan memperkokoh

tanaman serta meningkatkan resistensi tanaman

terhadap hama, patogen penyebab penyakit, dan cekaman

lingkungan (cekaman kekeringan dan cekaman cuaca).

Manfaat-manfaat tersebut di atas akan terlihat

secara nyata jika di dukung dengan aplikasi dosis pupuk

organik cair, cara aplikasi, dan waktu yang tepat.

Dosis pupuk organik cair yang tepat ini merupakan suatu

besaran yang digunakan pada saat aplikasi pupuk guna

menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang

optimal. Apabila dosis pupuk yang diberikan kurang dari

kebutuhan hara tanaman tomat, maka hasil yang diperoleh

pun tidak optimal karena jumlah unsur-unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman tidak terpenuhi secara baik

sehingga metabolisme dalam tubuh tanaman tidak

berlangsung baik. Begitu pula sebaliknya, jika dosis

pupuk organik cair melebihi batas toleransi tanaman

tomat, maka pertumbuhan tanaman tomat akan terhambat

sehingga hasil yang diperoleh pun tidak optimal. Hal

ini disebabkan oleh berlebihnya unsur-unsur hara yang

diberikan yang dapat menyebabkan terganggunya sistem

metabolisme dalam tubuh tanaman dan dapat mengakibatkan

keracunan. Selain itu, sistem penyerapan air dan unsur-

unsur hara oleh akar di dalam tanah secara osmosis

dapat terganggu karena adanya perbedaan konsentrasi

yang cukup tinggi antara tanah dan akar tanaman.

Pekatnya pupuk organik cair yang digunakan akan

meningkatkan konsentrasi larutan pada tanah. Keadaan

ini juga akan mengakibatkan penyusutan pada protoplasma

sel akar sehingga akan mengganggu sistem penyerapan air

dan unsur-unsur hara, bahkan air akan ikut keluar jika

tekanan di dalam sel akar lebih rendah dibandingkan

tekanan di sekitar sel. Hal ini akan berlangsung hingga

mencapai keseimbangan tekanan antara keduanya. Fenomena

tersebut sejalan dengan penelitian Lestari (2011) bahwa

konsentrasi pupuk organik cair sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.

Pertumbuhan dan hasil tersebut dapat dilihat dari

grafik-grafik di bawah ini tentang pengaruh konsentrasi

pupuk organik cair Nutrisi Saputra terhadap tinggi

tanaman tomat, berat kering tanaman tomat, jumlah buah

tomat per tanaman, dan bobot buah tomat per tanaman.

2.4. Mulsa Plastik Hitam Perak

Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya

yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta

menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat

tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa dibedakan

menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu

mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari

bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa

tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa organik

diberikan setelah bibit ditanam. Keuntungan mulsa

organik adalah dan lebih murah, mudah didapatkan, dan

dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik

dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang-alang

atau jerami, ataupun cacahan batang dan daun dari

tanaman jenis rumput-rumputan lainnya. Mulsa

anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar

atau bahkan tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik

adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak (PHP)

atau karung (Wikipedia, 2013A).

MPHPterdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan

berwarna perak di bagian atas dan warna hitam dibagian

bawah dengan berbagai keuntungan. Warna perak pada

mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses

fotosintesis menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman

tidak terlalu lembab, mengurangi serangan penyakit, dan

mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti

Thirps dan Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa

akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman

menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan akar akan

optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar

matahari menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih

gulma tidak akan tumbuh (kecuali teki dan anak pisang)

(Agromaret, 2013).

Mulsa adalah komponen penting dalam sistem

pertanian berkelanjutan. Pada awal sejarahnya, sistem

mulsa banyak digunakan petani anggur untuk mengurangi

gulma yang tumbuh di antara baris jalur pertanaman

anggur. Cara ini kini banyak diterapkan di sistem

pertanam yang lain.Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran

plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan

tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah

dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

struktur, kesuburan tanah, serta menghambat pertumbuhan

gulma (Anonim, 2012).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Telaga desa,

Kecamatan Telukjambe Timur Kabupaten Karawang.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai

dengan bulan Mei 2014 .

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini

adalah Tanah, tanah digunakan sebagai media tanam

tomat.Benih, benih tomat yang digunakan adalah

benih tomat jenis Tymoti F1. Pupuk Kandang digunakan

sebagai pupuk dasar yang berasal dari kotoran ayam

dengan dosis sesuai rekomendasi untuk tanaman tomat

adalah 20 t.ha-1. pupuk organik cair merupakan pupuk

organik yang memiliki wujud berupa cairan sehingga

pupuk ini mudah larut saat digunakan.

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini

adalah Cangkul dan garu, digunakan untuk mengolah

tanah. Sekop, Gembor, digunakan untuk menyiram air pada

tanaman. Tugal, digunakan untuk membuat lubang tanaman.

Timbangan,digunakan untuk menimbang beberapa komponen

penelitian. Meteran, digunakan untuk mengukur tinggi

tanaman. Neraca analitik digunakan untuk menimbang

berat buah dan berat basah tanaman tomat. Kamera

digunakan untuk dokumentasi kegiatan dan hasil

penelitian. Alat tulis, digunakan untuk pengumpulan

data dan pencatatan yang berhubungan dengan penelitian.

3.3. Rancangan Penelitian

Metode penelitan yang digunakan adalah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial berulang 3

(tiga) kali dengan 10 (sepuluh) kombinasi perlakuan

sehingga terdapat 30 satuan percobaan, bagan tata letak

percobaan dapat dilhat pada Lampiran 1.

Perlakuan terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama

yaitu dosis Pupuk rganik Cair (P) dengan 5 taraf, yakni

:

p1 = 2000 ppm

p2 = 4000 ppm

p3 = 6000 ppm

p4 = 8000 ppm

p5 = 10000 ppm

Faktor kedua adalah pemberian mulsa (m) yang

terdiri dari 2 taraf, yaitu :

m0 = tanpa pemberian

mulsa

m1 = dengan pemberian

mulsa

Tabel 3. Kombinasi perlakuan percobaan dua faktor yaitudosis pupuk organik cair (p) dengan pemberianmulsa (m)

Dosis PupukOrganik Cair

(p)

Pemberian Mulsa (m)

m0 m1

p1

p2

p3

p4

p5

p1m0

p2m0

p3m0

p4m0

p5m0

p1m1

p2m1

p3m1

p4m1

p5m1

Model linier aditif yang digunakan untuk

menganalisa setiap peubah yang diamati adalah :

Yijk = µ + Kk +αi + βj + (αβ)ij +εijk

Dimana :

i = 1,2,3,4,5 (dosis trichokompos)

j = 1,2 (pemberian mulsa)

K = kelompok

Yijk = respon satuan percobaan yang menerima

perlakuan faktor α ke-i dan β ke – j pada

ulangan ke-k

µ = nilai tengah umum

αi = pengaruh taraf perlakuan faktor α ke-i

βj = pengaruh taraf perlakuan faktor β ke-j

Kk = pengaruh kelompok ke-k

αβij = pengaruh interaksi faktor α ke-i dengan

faktor β ke-j pada pengamatan ke-k

εijk = pengaruh galat acak percobaan yang menerima

pengaruh, perlakuan faktor α ke-i dan

faktor β ke-j pada pengamatan ke-k

Berdasarkan model linier aditif tersebut, maka

cara membentuk analisis ragamnya adalah :

Tabel 4. Daftar Analisis Ragam pengaruh dosistrichokompos (t) dan pemberian mulsa (m)terhadap masing-masing peubah yang diamatimenurut Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Sumberkeragaman Db JK KT F-hit F-tabel

5% 1%Kelompok 2 JKK KTK KTK/KTG

t

m

Interasi

(txm)

Galat

4

2

8

28

JKt

JKm

JK

(txm)

JKG

KTt

KTm

KT

(txm)

KTG

KTt/KTG

KTm/KTG

KT(txm)/

KTG

Total 44 JKT

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan

uji kehomogenan ragam Barlet. Jika data yang diperoleh

homogen maka dilanjutkan dengan analisis ragam untuk

mengetahui perlakuan mana berpengaruh dengan

menggunakan uji F, Rancangan Acak Kelompok (RAK)

faktorial dua faktor. Jika dari hasil analisis ragam

terdapat perlakuan interaksi yang berpengaruh maka

dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test

(DMRT) pada taraf uji 5% dan 1% untuk mengetahui

kombinasi terbaik. Dan apabila hanya faktor tunggal

yang berpengaruh, pengujian dilakukan dengan uji Beda

Nyata Terkecil (BNT) pada taraf uji 5% untuk mengetahui

perlakuan mana yang paling berpengaruh.

3.4. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan percobaan meliputi kegiatan pengambilan

contoh tanah awal, pengolahan tanah dan ploting,

pemupukan, penanaman, penyulaman, penyiangan,

pengairan, pembubunan, pengendalian hama dan penyakit,

pengamatan panen dan pasca panen.

Teknik Budidaya

Persemaian. Persemaian tomat terdiri dari 2 tahap.

Tahap pertama benih direndam pada larutan ditane 4

ml/500 ml air selama ± 15 menit. Setelah direndam

benih dikeringanginkan selama 15 menit. Kemudian benih

disemai ke lahan persemaian yang berukuran 2 m x 1 m,

media persemaian terdiri dari tanah halus dan pupuk

kandang kering dengan perbandingan 2 : 1. Tahap kedua,

setelah berumur 1 minggu bibit dipindahkan ke polybag

kecil (disapih).

Pengolahan tanah. Pertama-tama lahan dibersihkan

dari rumput dan sisa-sisa tanaman lain. Lalu tanah

diolah dengan dicangkul sedalam 30 – 35 cm, kemudian

tanah dibiarkan tujuh hari. Pengolahan tanah kedua

dilakukan sekaligus pembuatan bedengan dengan ukuran

1,5 m x 3 m dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 100

cm dan jarak antar kelompok 75 cm (Lampiran 1). Masing

- masing petakan terdapat 15 lubang tanaman dengan

jarak tanam 50 x 60 cm.

Pemupukan. Pemberian pupuk kandang (kotoran ayam)

dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan cara diratakan

di atas permukaan bedengan. Aplikasi Pupuk Organik Cair

dilakukan 2 (dua) kali yaitu, pada saat 20 hari setelah

tanam dan pada saat tanaman mulai berbunga pada saat

30 hari setelah tanam dengan dosis sesuai perlakuan

(2000 ppm, 4000 ppm, 6000 ppm, 8000 ppm, dan 10000

ppm). Dosis setiap 1 kali pemupukan adalah 1/2 dari

total setiap dosis perlakuan.

Penanaman. Pemindahan bibit ke petakan percobaan

saat berumur 21 hari setelah semai atau bibit sudah

memiliki batang yang cukup kuat atau sudah memiliki

daun sebanyak 4 -5 helai. Cara memindah bibit adalah

mengangkat bibit yang ada dalam polybag kecil, kemudian

ploybag kecil dibuka dan diletakkan pada lubang tanam

yang telah disiapkan. Setiap tanaman diberi naungan

(sungkup) dari pelepah pisang untuk menghindari sinar

matahari yang berlebih.

Pemeliharaan. Meliputi penyiraman, penyulaman,

dan pemasangan ajir. Penyiraman dilakukan dua kali

sehari yaitu pagi dan sore hari dengan volume ± 1 liter

per tanaman sampai masa sebelum panen. Penyulaman

dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau kurang

baik pertumbuhannya. Penyulaman dilakukan hanya sampai

tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.Ajir (dibuat

dari bambu dengan tinggi + 150 cm) dipasang sedini

mungkin agar tidak mengganggu perakaran tanaman dengan

cara ditancapkan disamping tanaman.

Panen. Pemanenan dilakukan saat tanaman tomat

berumur 65 hari setelah tanam atau pada saat tanaman

tomat sudah menunjukkan ciri-ciri masak fisiologis,

saat masih muda dan daging belum liat, maksudnya daging

buahnya masih kencang berisi.

3.5. Pengamatan

Kegiatan pengamatan terhadap variabel yang diamati

meliputi pengamatan penunjang dan pengamatan utama.

3.5.1 Pengamatan Penunjang

Pengamatan penunjang meliputi analisis tanah

sebelum percobaan, keadaan cuaca selama percobaan

seperti curah hujan, suhu, dan kelembaban sedangkan

untuk iklim ditentukan berdasarkan curah hujan tahunan.

Dan keadaan serangan hama dan penyakit tanaman, dan

gulma.

3.5.2 Pengamatan Utama

Pengamatan utama yaitu pengamatan yang datanya di

uji secara statistik, pengamatan utama meliputi

komponen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil.

1. Tinggi tanaman. Diukur dari pangkal batang di

atas permukaan tanah sampai dengan ujung tanaman

menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan saat

tanaman berumur 10, 20, 30, 40,50, dan 60 hari

setelah tanam.

2. Jumlah daun. Dihitung jumlah daun yang sudah

terbuka penuh pada tanaman. Pengamatan dilakukan

saat tanaman berumur 20, 30, 40, 50, dan 60 hari

setelah tanam.

3. Jumlah cabang. Dihitung adalah jumlah cabang

primer yang terbentuk pada masing-masing tanaman.

Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 10, 30,

40, dan 50 hari setelah tanam.

4. Umur bunga pertama. Pengamatan dilakukan saat

tanaman muncul bunga pertama pada tanaman yang

diamati secara merata, dilakukan hanya satu kali.

Satuan dinyatakan dalam hari setelah tanam.

5. Umur panen pertama. Dilakukan saat panen pertama,

yaitu hanya satu kali. Dengan satuan hari setelah

tanam.

6. Jumlah buah pertanaman. Dihitung sejak panen

pertama dengan selang waktu 5 hari setiap kali

panen. Satuan dinyatakan dalam buah.

7. Bobot buah per tanaman. Dilakukan dengan

menimbang berat buah pertanaman. Satuan

perhitungan dalam gram.

8. Berat kering tajuk. Dilakukan dengan menimbang

berat kering tajuk. Satuan perhitungan dalam gram.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Pemberian Pupuk Organik Cair Menggunakan Mphp (Mulsa

Plastik Hitam Perak) Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil

Panen 1 Dan 2 Tanaman Tomat ( Lycopersicum esculentum

Mill ) Varietas F1 Tombatu’’.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan

dukungan baik moril maupun spiritual sehingga

terwujudnya skripsi ini. Penghargaan dan terimakasih

yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Sulistyo Sidik Purnomo, Ir., M.Si., Dekan

Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa

Karawang.

2. Yayu Sri Rahayu, STP., MP., Ketua Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Singaperbangsa Karawang.

3. Staf dan Dosen Fakultas Pertanian Universitas

Singaperbangsa Karawang

4. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi angkatan tahun

2006 Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa

Karawang.

5. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan

sehingga penulisan usulan proposal dan skripsi ini

selesai.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak

kekurangan dalam skripsi ini yang masih jauh dari

kesempurnaan namun demikian semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Karawang, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

BAB

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Maksud dan Tujuan 4

1.4 Kegunaan Penelitian 4

1.5 Kerangka Pemikiran 4

1.6 Hipotesis 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi & Morfologi Tanaman Tomat 8

2.2 Fisiologis dan Lingkungan Tumbuh Tomat 10

2.3 Peranan Pupuk Organik Cair Terhadap

Pertumbuhan dan

Hasil Panen 1 & 2 Tanaman Tomat 11

2.4 Mulsa Plastik Hitam Perak 14

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 16

3.2 Bahan dan Alat 16

3.3 Rancangan Penelitian 17

3.4 Tahap Pelaksanaan Penelitian 20

3.5 Pengamatan 22

3.5.1 Pengamatan Penunjang 22

3.5.2 Pengamatan Utama 22

DAFTAR PUSTAKA 24

DAFTAR PUSTAKA

Aberar, M., A. Mursyid, G.M.S. Noor. 2011. Pengaruh

Pemberian Beberapa Dosis Pupuk Trichokompos

dengan Interval Waktu Pemberian Terhadap

Pertumbuhan, Serangan Hama Penyakit dan Hasil

pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Di

Lahan Sulfat Masam. Skripsi. Fakultas Pertanian

Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Anom, E. 2008. Efek Residu Pemberian Trichokompos

Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Sawi (Brassica junsea. L). Sagu. 7 (2) : 12.

Diakses tanggal 27 Maret 2013. Banjarbaru.

Anonim. 2011. Pengaruh EM-4 Terhadap Pertumbuhan dan

Hasil Tomat. Makalah Ilmiah. Fakultas Pertanian

Universitas Cokrominoto Palopo. Diakses tanggal 1

April 2013. Banjarbaru.

Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan. 2011.

Kalimantan Selatan dalam Angka. Badan Pusat

Statistik Kalimantan Selatan.

Bernardinus, T., dan W. Wiryanta. 2002. Bertanam Tomat.

PT Agro Media Pustaka. Jakarta.

Ginting C.E., M.I. Pinem, M.C. Tobing. 2013. Pengaruh

penggunaan beberapa mulsa plastic dan varietas

terhadap serangan penyakit antraknosa

(Colletotrichum capsicii Sydow.) pada tanaman cabai

(Capsicum annum L) di lapangan. ISSN No. 2337-

6597. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 1 No.

4. Diakses tanggal 20 Maret 2014. Banjarbaru.

Harjowigeno. S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi.

Penerbit Akademik Lasindo. Jakarta.

Ichwan, B. 2007. Pengaruh dosis trichokompos terhadap

pertumbuhan danhasil tanaman cabe merah(Capsicum

annuum L.). Agronomi. 11 (1) : 50. Diakses

tanggal 27 Juli 2013. Banjarbaru.

Tim Penulis PS, 2009. Budidaya Tomat Secara Komersial.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Wikipedia. 2013A. Mulsa.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mulsa. Diakses pada

tanggal 13 Desember 2013.

Didit. 2010. Cara Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum

Mill).

<http://tani.blog.fisip.uns.ac.id/2010/11/24/cara-

budidaya-tomat-lycopersicon-esculentum-mill/>.

Diakses pada tanggal 9 Desember 2012.

Lestari, A. P. 2011. Pengaruh pupuk organik cair

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat

(Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal Agroqua

Vol.9 : 1-7.

Pudjiatmoko. 2008. Budi Daya Tomat.

http://atanitokyo.blogspot.com/budi-daya-tomat-

lycopersicon-esculentum.html. Diakses tanggal 23

April 2013. Banjarbaru.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIRMENGGUNAKAN MPHP (MULSA PLASTIK HITAMPERAK) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

PANEN 1 DAN 2 TANAMAN TOMAT ( Lycopersicumesculentum Mill )VARIETAS F1 TOMBATU

USULAN PENELITIAN & SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuhsemester akhir pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang

Disusun Oleh :Cucu Endah LestariNPM. 1141175001081

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITS NEGERI SINGAPERBANGSA KARAWANG

2014