ANALISIS KADAR VITAMIN C PADA BUAH TOMAT DENGAN VARIASI UMUR

31
LAPORAN PRAKTIKUM BIOREAKSI ANALISIS KADAR VITAMIN C PADA BUAH TOMAT DENGAN VARIASI UMUR Oleh: 1. Kiky Nur W. 121810301005 2. Endah Retno K. 121810301019 3. Ines Dhara M.P. 121810301042 4. Lubabah Putri D. 121810301061

Transcript of ANALISIS KADAR VITAMIN C PADA BUAH TOMAT DENGAN VARIASI UMUR

LAPORAN PRAKTIKUM BIOREAKSI

ANALISIS KADAR VITAMIN C PADA BUAH TOMAT DENGAN VARIASIUMUR

Oleh:1. Kiky Nur W. 1218103010052. Endah Retno K. 1218103010193. Ines Dhara M.P. 1218103010424. Lubabah Putri D. 121810301061

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS JEMBER

2015

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat

diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan

pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin ini dapat

dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh

karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang

dikonsumsi. Dalam bahan pangan hanya terdapat vitamin

dalam jumlah yang relatif sangat kecil dan terdapat

dalam bentuk yang berbeda-beda, diantaranya ada yang

berbentuk provitamin atau calon vitamin yang dapat

diubah dalam tubuh menjadi vitamin yang aktif.

Vitamin C atau asam askorbat adalah komponen

berharga dalam makanan karena berguna sebagai

antioksidan dan mengandung khasiat pengobatan. Vitamin

C mudah diabsorpsi secara aktif, tubuh dapat menyimpan

hingga 1500 mg vitamin C bila di konsumsi mencapai 100

mg sehari. Jumlah ini dapat mencegah terjadinya skorbut

selama tiga bulan. Tanda-tanda skorbut akan terjadi

bila persediaan di dalam tubuh tinggal 300 mg. Konsumsi

melebihi taraf kejenuhan akan dikeluarkan melalui

urin.

Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam

pangan nabati, yaitu sayur dan buah seperti jeruk,

nenas, rambutan, papaya, gandaria, tomat, dan bawang

putih (Allium sativumL). Peranan utama vitamin C adalah

dalam pembentukan kolagen interseluler.Kolagen

merupakan senyawa protein yang banyak terdapat dalam

tulang rawan, kulit bagian dalam tulang, dentin, dan

vasculair endothelium. Asam askorbat sangat penting

peranannya dalam proses hidroksilasi dua asam amino

prolin dan lisin menjadi hidroksi prolin dan

hidroksilisin.Penetapan kadar Vitamin C dalam suasana

asam akan mereduksi larutan dye membentuk larutan yang

tidak berwarna. Apabila semua asam askorbat sudah

mereduksi larutan dye sedikit saja akan terlihat dengan

terjadinya perubahan warna (merah jambu).

Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar

vitamin C pada suatu bahan pangan. Diantaranya adalah

metode titrasi dan metode spektrofotometri yang akan

dibandingkan hasilnya pada praktikum ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah:

1.2.1 Bagaimana cara menganalisis kadar vitamin C

pada tomat dengan menggunakan metode titrasi

iodimetri dan metode spektrofotometri?

1.2.2 Bagaimana perbandingan kadar hasil dari kedua

metode tersebut?

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini antara lain:

1.3.1 Mengetahui kadar vitamin C pada buah tomat.

1.3.2 Mengetahui perbandingan kadar vitamin C dari

kedua metode.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat pecobaan ini adalah :

1.4.1 Mengatahui cara menetukan kandugan vitamin

suatu bahan atau sampel

1.4.2 Dapat menentukan perbandingan kadar vitamin C

dengan metode titrasi dan metode spektrofotometri

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin C

Vitamin C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang

larut dalam air. Sumber Vitamin C sebagian besar

tergolong dari sayur-sayuran dan buah-buahan terutama

buah-buahan segar. Asupan gizi rata-rata sehari sekitar

30 sampai 100 mg vitamin C yang dianjurkan untuk orang

dewasa. Namun, terdapat variasi kebutuhan dalam

individu yang berbeda (Sweetman, 2005).

Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan

diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat

kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat

disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-

tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C terdapat

dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk

tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk

teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi

L-asam dehidro askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan

tembaga, panas, atau alkali (Akhilender, 2003).

Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh.

Pertama, fungsi vitamin C adalah sebagai sintesis

kolagen. Karena vitamin C mempunyai kaitan yang sangat

penting dalam pembentukan kolagen. Karena vitamin C

diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin menjadi

hidroksiprolin yang merupakan bahan penting dalam

pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein

yang mempengaruhi integritas struktur sel di semua

jaringan ikat, seperti pada tulang rawan, matriks

tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon.

Dengan demikian maka fungsi vitamin C dalam kehidupan

sehari-hari berperan dalam penyembuhan luka, patah

tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi.

Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil

hidroksilase, yang menunjang tahap hidroksilasi dalam

pembentukan hidroksipolin, suatu unsure integral

kolagen. Tanpa asam askorbat, maka serabut kolagen yang

terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi cacat dan

lemah. Oleh sebab itu, vitamin ini penting untuk

pertumbuhan dan kekurangan serabut di jaringan

subkutan, kartilago, tulang, dan gigi (Guyton, 2007).

Fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme

besi, vitamin C mereduksi besi menjadi feri dan menjadi

fero dalam usus halus sehingga mudah untuk diabsorbsi.

Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit

dibebaskan oleh besi apabila diperlukan. Absorbsi besi

dalam bentuk nonhem meningkat empat kali lipat apabila

terdapat vitamin C. Fungsi yang ketiga adalah mencegah

infeksi, Vitamin C berperan dalam meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap infeksi. Pauling (1970) pernah

mendapat hadiah nobel dengan bukunya Vitamin C and the

common cold, di mana pauling mengemukakan bahwa dosis

tinggi vitamin C dapat mencegah dan menyembuhkan

serangan flu (Pauling, 1970).

Sumber Vitamin C sebagian besar tergolong dari

sayur-sayuran dan buah-buahan terutama buah-buahan

segar. Asupan gizi rata-rata sehari sekitar 30 sampai

100 mg vitamin C yang dianjurkan untuk orang dewasa.

Namun, terdapat variasi kebutuhan dalam individu yang

berbeda (Sweetman, 2005).

Tomat merupakan salah satu buah dan sayuran yang

mengandung Vitamin C. Tomat merupakan salah satu

sayuran yang mengandung vitamin C. Dalam satu buah

tomat segar ukuran sedang (100 gram) mengandung sekitar

30 kalori, 40 mg vitamin C, 1500 SI vitamin A, 60 ug

tiamin (vitamin B), zat besi, kalsium dan lain-lain

(Depkes RI, 1972). Menurut Tonucci et al (1995) komposisi

zat gizi yang terkandung di buah tomat cukup lengkap.

Vitamin A dan C merupakan zat gizi yang jumlahnya cukup

dominan dalam buah tomat. Menurut Jungs and Wells

(1997) vitamin C dapat berbentuk sebagai asam L-

askorbat dan asam L-dehidroaskorbat yang keduanya

mempunyai keaktifan sebagai vitamin C.

Kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada tomat

berperan untuk mencegah penyakit sariawan, memelihara

kesehatan gigi dan gusi, mempercepat sembuhnya luka

serta mencegah kerusakan atau pendarahan pada pembuluh

darah halus. Senyawa likopen dapat menurunkan risiko

terkena kanker, terutama kanker prostat, lambung,

tenggorokan dan kanker usus besar. Kandungan asam

klorogenat dan asam p-kumarat di dalam tomat mampu

melemahkan zat nitrosamin penyebab kanker (Tri Dewanti,

2010).

2.2 Macam-macam Analisa Vitamin C

Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar

vitamin C pada suatu bahan pangan yaitu metode

titrasi dan metode spektrofotometri.

a. Metode Titrasi

1. Metode Titrasi 2,6 D (Dichloroindophenol)

     Metode ini menggunakan 2,6 D dan menghasilkan

hasil yang lebih spesifik dari titrasi yodium. Pada

titrasi ini, persiapan sampel ditambahkan asam oksalat

atau asam metafosfat, sehingga mencegah logam katalis

lain mengoksidasi vitamin C. Namun, metode ini jarang

dilakukan karena harga dari larutan 2,6  dan asam

metafosfat sangat mahal (Wijanarko, 2002).

2. Titrasi Asam-Basa

    Titrasi Asam Basa merupakan contoh analisis

volumetri, yaitu, suatu cara atau metode, yang

menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan

dari perangkat gelas yang disebut buret. Bila larutan

yang diuji bersifat basa maka titran harus bersifat

asam dan sebaliknya. Untuk menghitungnya kadar vitamin

C dari metode ini adalah dengan mol NaOH = mol asam

Askorbat (Sastrohamidjojo, 2005).

3. Iodium

    Metode ini paling banyak digunakan, karena murah,

sederhana, dan tidak memerlukan peralatan laboratorium

yang canggih. titrasi ini memakai Iodium sebagai

oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan memakai

amilum sebagai indikatornya. (Wijanarko, 2002).

Kadar vitamin C ini dapat ditentukan dengan dengan

metode Iodimetri. Metode ini paling banyak digunakan,

karena murah, sederhana, dan tidak memerlukan peralatan

laboratorium yang canggih. Titrasi ini memakai Iodium

sebagai oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan

memakai amilum sebagai indikatornya. (Wijanarko, 2002).

Metode titrasi iodimetri langsung (iodimetri) mengacu

kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode

titrasi iodimetri tak langsung (iodimetri) adalah

berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam

reaksi kimia (Bassett, 1994). Larutan standar yang

digunakan dalam proses ini adalah larutan I2.

Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara

langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium

tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan

penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine

dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.

2Na2S2O3 + I2 → 2NaI + Na2S4O6

(Rivai, 1995).

Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang

rendah dapat direksikan secara sempurna dalam suasana

asam. Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini

adalah indicator kanji. Iodium hanya sedikit larut

dalam air (0,00134 mol per liter pada 25 0C), tetapi

agak larut dalam larutan yang mengandung ion iodida.

Larutan iodium standar dapat dibuat dengan menimbang

langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol

volumetrik. Iodium, dimurnikan dengan sublimasi dan

ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbang

dengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium.

Akan tetapi biasanya larutan distandarisasikan terhadap

suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan

(Rivai,1995).

Metode titrasi iodimetri langsung (kadang-kadang

dinamakan iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan

suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodimetri tak

langsung (kadang-kadang dinamakan iodimetri), adlaah

berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam

reaksi kimia. Potensial reduksi normal dari system

reversible

I2 + 2e →2I-

(Rivai, 1995).

Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi

dipergunakan secara luas oleh analisis titrimetrik.

Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi

oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan

banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini

memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam analisi

titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup banyak

(Rivai, 1995).

Kadar Vitamin C dapat dihitung dengan menggunakan

rumus :

%Kadar Vit C =

b. Metode Spektrofotometri

    Pada metode ini, larutan sampel (vitamin C)

diletakkan pada sebuah kuvet yang disinari oleh cahaya

UV dengan panjang gelombang yang sama dengan molekul

pada vitamin C yaitu 269 nm. Analisis menggunakan

metode ini memiliki hasil yang akurat. Karena alasan

biaya, metode ini jarang digunakan. Cara menentukan

kadar vitamin C pada metode ini adalah dengan membuat

grafik konsertrasi vs absorbansi (Sudarmaji, 2007).

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Percobaan

3.1.1 Alat

-Kaca Arloji 2 buah

-Neraca 1 buah

-Pisau 1 buah

-Mortal Alu 1 buah

-Labu Ukur 100 mL 1 buah

-Corong kaca 1 buah

-Kertas saring 2 buah

-Gelas Ukur 10 mL 1 buah

-Gelas Kimia 100 mL 2 buah

-Buret 1 set

- Pipet Tetes 10 buah

- Spektrofotometer UV 1 buah

3.1.2 Bahan

- Buah Tomat

- Aquades

- Larutan amilum 1 %

- Larutan standard I2 0.01 N

- Larutan Na2S2O3 0.01 N

- Asam Askorbat

3.2 Skema Percobaan

3.2.1 Standarisasi Larutan I2 0,01 N

3.2.2 Analisa Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi

Iodimetri

Residu Filtrat

Diambil 10 mL dan dimasukkan dalam Erlenmeyer

Ditambahkan 3 tetes amilum 1 %

Ditambah 20 mL aquades

Kemudian dititrasi dengan larutan standar I2 0.01 N

Diulangi sebanyak 3 kali dengan filtrate larutan yang sama

Larutan berwarna pink soft

8 gram Buah Tomat

Dihaluskan dengan mortar sampai terbentuk slurry

Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL

Diencerkan dengan menambahkan 100 mL aquades sampai tanda batas

Didiamkan selama 15 menit dengan sesekali di kocok

Disaring

LarutanNa2S2O3

-diambil sebanyak 10 mL- dimasukkan keerlenmeyer- ditambahkan indikatoramilum 1%- dititrasi dengan

Hasil

Diambil 10 mL dan dimasukkan dalam Erlenmeyer

Ditambahkan 3 tetes amilum 1 %

Ditambah 20 mL aquades

Kemudian dititrasi dengan larutan standar I2 0.01 N

Diulangi sebanyak 3 kali dengan filtrate larutan yang sama

3.2.3 Analisa Kadar Vitamin C dengan Metode

Spektrofotometri

a. Pembuatan Kurva Standar

Ditimbang 20 mg asam askorbat

Dilarutkan dalam akuades sampai tanda batas 100 mL

Diukur absorbansi dengan Spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum (271 nm)

Hasil

Dibuat standar dengan konsentrasi 4, 8, 12, 16 ppm

b. Penentuan Kadar Vitamin C

Ditimbang 2 gram sampel vitamin c yang telah dihaluskan

Dilarutkan dalam labu ukur sampai volume 250 mL dengan akuades

Diukur absorbansi dengan Spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum (271 nm)

Hasil

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a. Metode Titrasi Iodimetri

Umur Tomat VolumeKadar Vitamin

C

Tomat MudaV1= 1,6 mL

V2= 1,1 mL

V3= 1,5 mL15,4 %

Tomat SedangV1= 1 mL

V2= 1,1 mL

V3= 1mL11,33 %

Tomat TuaV1= 0,7 mL

V2=0,7 mL

V3=0,5 mL

6,93 %

b. Metode Spektrofotometri

No

.Variasi Tomat

Absorban

si

Konsentras

i

1Tomat muda 3

gram/250 ml0.115

3,39 ppm

2Tomat sedang 2

gram/250 ml0.066

0,196 ppm

3Tomat tua 2 gram/250

ml0.064

0,065 ppm

4.2 Pembahasan

Buah tomat merupakan salah satu buah yang mengandung

vitamin C, namun kadar vitamin C yang terkandung dalam

buah tomat bervariasi berdasarkan umurnya. Pada

percobaan ini dilakukan analisis kandungan vitamin C

pada buah tomat dengan variasi umur, yakni pada tomat

muda, tomat sedang dan tomat tua. Analisis kadar

vitamin C ini dilakukan dengan 2 metode, yakni metode

titrasi dan metode spektrofotometer.

Langkah awal untuk metode titrasi adalah persiapan

sampel yaitu dengan menimbang masing-masing sampel

dengan berat 8 gram. Kemudian sampel tersebut

dihaluskan sampai terbentuk slurry dengan menggunakan

mortal alu dimana fungsi penghancuran ini adalah untuk

mempermudah vitamin C larut dalam air. Slurry yang

didapatkan kemudian diencerkan dalam 100 mL akuades

sehingga didapatkan sampel buah tomat berwarna hijau,

orange dan merah muda. Setelah pengenceran dilakukan,

sampel didiamkan selama 15 menit sambil dikocok

sesekali. Hal ini dilakukan agar vitamin C benar-benar

larut dalam aquades.

Langkah berikutnya dilakukan penyaringan kemudian

dari masing-masing sampel diambil filtratnya 10 mL

sebanyak 3 kali dan dimasukkan dalam labu erlenmeyer.

Kemudian ditambah 3 tetes amilum 1% dan kemudian sampel

dititrasi menggunakan larutan Iodium 0,01N yang

berwarna. Penambahan indikator amilum akan membentuk

kompleks dengan I2. Setelah tercapai titik akhir

titrasi, maka diperoleh data volume Iodium yang

digunakan untuk menitrasi sampel. Berdasarkan hasil

titrasi sampel dapat diketahui bahwa kadar vitamin C

dalam 8 gram buah tomat masing-masing dari tua ke muda

adalah 6,93%, 11,33% dan 15,4%. Kadar vitamin C di atas

menunjukkan bahwa semakin muda umur tomat maka semakin

banyak vitamin C yang terkandung. Metode yang digunakan

kurang benar karena seharusnya indikator amilum

ditambahkan setelah mendekati titik akhir titrasi. Hal

ini karena jika amilum ditambahkan diawal dia akan

membungkus I2 yang menyebabkan sukar lepas kembali dan

menyebabkan warna biru tidak tampak sehingga titik

akhir titrasi tidak didapat. Indikator kanji yang

digunakan haruslah selalu dalam keadaan segar dan baru

karena kanji mudah terurai oleh bakteri.

Selain dengan metode titrasi analisis kadar vitamin

C dapat dilakukan dengan metode Spektrometri. Prinsip

kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert-Beer

adalah bila cahaya monokromatik melalui suatu media

(larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap

sebagian dipantulkan dan sebagian lagi dipancarkan.

Absorbansi asalah cahaya yang diserap oleh larutan dan

diukur oleh Spektrofotometer. Spektrofotometer yang

digunakan adalah Spektrofotometer UltraViolet karena

standar yang digunakan adalah asam askorbat yang

merupakan larutan tidak berwarna sehingga panjang

gelombang yang digunakan kurang dari panjang gelombang

sinar tampak, dimana panjang gelombang maksimum yang

digunakan sesuai dengan referensi adalah 271 nm.

Standar asam askorbat merupakan standar dari vitaman

C, karena vitamin C yang terkandung dalam buah tomat

adalah akibat adanya asam askorbat sehingga untuk

menentukan kadar vitamin C dalam buah tomat ini

digunakan asam askorbat. Standar asam askorbat sebanyak

20 mg dilarutkan dalam 100 mL akuades. Dari larutan

induk 200 ppm tersebut dibuat larutan dengan

konsentrasi 4 ppm, 8 ppm, 12 ppm dan 16 ppm. Standar

tersebut kemudian diukur absorbansinya dengan panjang

gelombang maksimum yang telah ditentukan. Data

pengukuran menunjukkan bahwa absorbansi dari asam

askorbat linear, seiring dengan kenaikan konsentrasi

absorbansinya semakin besar sesuai dengan grafik data

absorbansi dibawah ini:

Gambar1. Grafik Absorbansi standar asam askorbat

Berdasarkan grafik tersebut diberoleh persamaan

linearitas dari standar asam askorbat yakni y = 0,0153x +

0,063 dengan regresi 96,86%. Menggunakan persamaan

tersebut dapat ditentukan kadar vitamin c pada masing-

masing variasi buah tomat. Berdasarkan perhitungan

diperoleh kadar vitamin c pada tomat muda dengan massa

3 gram diencerkan dalam 250 mL adalah 3,390 ppm, pada

tomat sedang adalah 0,196 ppm dan pada tomat tua 0,065

ppm. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin tua tomat

yang dianalisis semakin kecil kadar vitamin C-nya. Hal

ini dikarenakan adanya metabolisme dalam buah tomat

yang mampu mempengaruhi kadar vitamin C-nya berkurang.

Gambar 1. Reaksi Oksidasi Vitamin C

Metabolisme vitamin C terdiri dari oksidasi,

ekskresi dan regenerasi. Hasil oksidasi vitamin C yang

pertama adalah radikal bebas askorbil yang biasa

berubah secara reversibel menjadi bentuk vitamin C

kembali atau akan mengalami oksidasi ireversibel

menjadi dehydro-L-ascorbid acid. Vitamin C dapat juga

mengalami oksidasi setelah bereaksi dengan vitamin E

atau radikal urat.Vitamin C dapat dengan mudah

melepaskan elektron karena oksidasi monovalenreversibel

menjadi radikal askorbil, sehingga dapat berperan dalam

systemredoks biokimia. Peranan vitamin C sebagai

antioksidan karena kemampuanbereaksi dengan radikal

bebas : SOR, anion superoksida dan radikal

hidroksil.Vitamin C bersifat hidrofilik lebih berperan

menjadi proteksi sel di dalam sitosoldengan cara

menurunkan semistabil radikal kromanoksil dan

meregenerasivitamin E (Carr 1999).

Efisiensi antioksidan vitamin C sangat besar pada

konsentrasi vitaminyang rendah, pada kondisi tersebut

reaksi yang predominan adalah reaksipemutus. Pada

konsentrasi tinggi, vitamin C menghambat secara

signifikanreaksi rantai yang berlanjut antara asam

askorbil dan molekul oksigen. Fungsimetabolik vitamin C

sebagai kofaktor enzim (hydroxilating enzymes),

agenprotektif (hydroxylases pada biosintesis collagen),

dan sebagai radikal yangbereaksi dengan metal ion (Carr

1999).

Vitamin C dapat diabsorpsi secara aktif dan mungkin

pula secara difusipada bagian atas usus halus lalu

masuk ke peredaran darah melalui vena porta.Rata-rata

absorpsi adalah 90% untuk konsumsi si antara 20 dan 120

mg sehari.Konsumsi tinggi sampai 12 mg (sebagai pil)

hanya diabsorpsi sebangak 16%.Vitamjn C kemudian dibawa

ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah didalam

jaringan adrenal, pituitari dan retina (Almatsier

2004).

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan

tentang Analisis Kadar Vitamin C Pada Buah Tomat Dengan

Variasi Umur adalah

1. Penentuan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan

metode titrasi iodimetri dan metode spektrofotometri

UV. Titrasi Iodimetri menggunakan I2 dan indikator

amilum sedangkan metode spektrofotometri UV

menggunakan asam askorbat sebagai larutan standard

dengan variasi konsentrasi.

2. Perolehan hasil dari metode titrasi iodimetri

maupun metode spektrofotometri membuktikan bahwa

tomat muda mengandung lebih banyak vitamin C

dibandingkan dengan tomat sedang dan tomat tua

5.2 Saran

Diharapkan pada praktikum selanjutnya teknisi lebih

on time dan lebih disiplin sehingga praktikum menjadi

lancar dan tidak saling menunggu.

LAMPIRAN

1. Metode Titrasi Iodimetri

a. Tomat Tua

V1= 0,7 mL

V2=0,7 mL

V3=0,5 mL

Vrata-rata=

%Kadar Vit C =

= = 6,93%

b. Tomat Sedang

V1= 1 mL

V2= 1,1 mL

V3= 1mL

Vrata-rata=

%Kadar Vit C =

= =11,33 %

c. Tomat Muda

V1= 1,6 mL

V2= 1,1 mL

V3= 1,5 mL

Vrata-rata=

%Kadar Vit C =

= = 15,4%

2. Metode Spektrofotometri

Perhitungan kadar vitamin C berdasarkan persamann y = 0,0153x+ 0,063

Variasi Tomat Muda Absorbansi

Tomat Muda 0,115

Tomat sedang 0,066

Tomat tua 0,064

Tomat muda:

y = 0,0153x + 0,063

0,115= 0,0153 x + 0,063

0,115 – 0,063 = 0,0153 x

X = 0,052 / 0,0153

X = 3,39 ppm

Tomat sedang:

y = 0,0153x + 0,063

0,066 = 0,0153x + 0,063

0,066 – 0,063 = 0,0153 x

X = 0,003 / 0,0153

X = 0,196 ppm

Tomat tua:

y = 0,0153x + 0,063

0,064 = 0,0153x + 0,063

0,064 – 0,063 = 0,0153 x

X = 0,001 / 0,0153

X = 0,065 ppm