PROBLEMATIKA PASCA PANEN KENTANG DI WONOSOBO

22
PROBLEMATIKA PASCA PANEN KENTANG DI WONOSOBO Problematika Rekayasa Budidaya Tanaman Kelompok 4: Siti Safitri Nafi’ah (20120210110)

Transcript of PROBLEMATIKA PASCA PANEN KENTANG DI WONOSOBO

PROBLEMATIKA PASCA PANEN KENTANG DI WONOSOBOProblematika Rekayasa Budidaya Tanaman

Kelompok 4:

Siti Safitri Nafi’ah (20120210110)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013

i. PermasalahanPak Diran seorang petani padi di Wonosobo karena

beberapa alasan beralih menjadi petani kentang. Dia

menggunakan kentag varietas Granola sebagaimana petani di

sekitarnya. Setelah 1 bulan ditanam, tanaman kentang

tumbuh normal denga jarak tanam lebih lebar dari jarak

tanam yang biasa digunakan oleh petani kentang di daerah

tersebut. Kondisi permukaan tanah yang ditanami tampak

datar sehingga alur antara barisan kentang tidak jelas

dan tertutup rimbunnya daun kentang. Setelah 3 bulan

lebih, Pak Diran memanen kentang yang didalamnya. Kentang

yang diperoleh berukuran besar-besar, sesuai untuk

kentang konsumsi, namun demikian permukaan kulit kentang

yang seharusnya berwarna kuning kecoklatan nampak

berwarna hijau di satu sisi. Pak Diran termenung

memandangi hasil kentang yang diperolehnya, mengapa

gerangan sebagian kulit kentang berwarna hijau. Pak Diran

juga memikirkan tentang penyediaan bibit untuk penanaman

berikutnya, apabila kentang yang diperolehnya berukuran

besar dan akan digunakan sebagai bibit, tentu banyak

sekali jumlah kentang yang diperlukan dengan berat yang

secara ekonomis bernilai tinggi.

a. Berdasar kondisi di atas, analisis mengapa kentang

yang diperoleh Pak Diran berukuran besar dan

pemeliharaan apa yang sebaiknya dilakukan Pak Diran

agar kentang yang diperoleh tidak memiliki kulit

sebagian berwarna hijau?

b. Deskripsikan teknik budidaya yang tepat untuk

kentang dan bantulah Pak Diran menyelesaikan

permasalahan penyediaan bibit untuk penanaman

berikutnya, kaitkan dengan teknik budidaya dan

pemeliharaan yang diperlukan!

ii. Deskripsi/Landasan Teoriiii. Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

Kentang merupakan tanaman daerah iklim sedang

(subtropis) dan dataran tinggi (1000-3000 m). Tanaman

kentang diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotiledonae

Family : Solanaceae

Genus : Solanum

Spesies : Solanum tuberosum L.

Umbi dari kentang ini memiliki kandungan karbohidrat

yang tinggi dan memiliki mata tunas yang banyak sehingga

tanaman dapat diperbanyak atau dikembangbiakkan dengan

menggunakan umbinya. Dengan banyaknya mata tunas pada

umbi, maka pembibitan dapat dilakukan dengan pembelahan

umbi sehingga dapat menghemat penggunaan umbi dalam

pembibitan. Selain mengandung zat gizi, umbi kentang juga

mengandung solanin.

Zat solanin bersifat racun dan berbahaya bagi yang

memakannya. Racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi

tersebut keluar tanah dan terkena sinar matahari. Umbi

kentang yang masih mengandung racun solanin berwarna

hijau walaupun telah tua (Samadi, 2007).

Tanaman kentang di Indonesia sangat diminati dan

telah mengalami kemajuan yan pesat sehingga diperoleh

berbagai varietas baru yang lebih unggul, yaitu mampu

berproduksi lebih tinggi dari varietas-varietas yang

terdahulu, baik jumlah maupun kualitasnya; memiliki

ketahanan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit;

adaptasi yang luas terhadap lingkungan; dan berumur

pendek. Salah satu kentang varietas unggul yang diminati

petani yakni kentang varietas Granola. Berikut adalah

karakteristik kentang varietas Granola.

 Asal : Introduksi Jerman Barat

Klon : Granola

Umur : 110-115 hari

Tinggi Tanaman : 60-70 cm

Penampang Batang : Segi lima

Bentuk Daun : Oval

Sayap Batang : Oval

Permukaan Bawah Daun : Berkerut

Kedalaman Mata Umbi : Dangkal

Warna Batang : Hijau

Warna Daun : Hijau

Warna Urat Daun : Hijau Muda

Warna Benang Sari : Kuning 5 buah

Warna Putik : Putih

Warna Daging Umbi : Kuning-Putih

Jumlah Tandan Bunga : 2-5 Buah

Kandungan karbohidrat : 20%

Ketahanan Penyakit : Tahan PVA, PLRV, agak peka

terhadap Layu Bakteri dan

Busuk Daun

Produktivitas : 20-26 ton/ha

Kadar Air : 30%

Kegunaan : Kentang Sayur (Rukmana, 2002)

iv. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang

v. Ketinggian Tempat

Kentang termasuk tanaman yang dapat tumbuh

di daerah tropis dan subtropis dan dapat tumbuh

baik bila ditanam di dataran tinggi dengan

ketinggian 1.500 – 3.000 m dpl (Cahyono, 1996).

vi. Jenis tanah

Secara umum kentang dapat tumbuh baik pada

tanah yang subur, memiliki drainase yang baik,

tanah liat yang gembur, debu atau debu berpasir,

dan jenis tanah yang paling cocok ialah andosol

(Sunaryono 2007). Kentang sangat toleran terhadap

pH pada selang yang cukup luas yakni 4,5–8,0,

tetapi pH yang baik untuk pertumbuhan dan

ketersediaan unsur hara ialah 5,0–6,5

(Martodireso dan Suryanto 2001).

vii. Suhu dan Kelembaban

Tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik

pada lingkungan dengan suhu rendah yakni 15

sampai 20 ˚C, cukup sinar matahari dan kelembaban

udara sekitar 80–90 % (Sunaryono 2007).

Adanya peningkatan suhu akan merubah

keseimbangan yang akan menyebabkan kecepatan

respirasi akan melebihi kecepatan fotosintesis

yang menyebabkan berkurangnya hasil (Janic, 1972

dalam Harlastuti, 1980). Namun, Borah dan

Milthorpe (1962) dalam Hynes (1988) menyatakan

bahwa pada suhu yang terlalu rendah akan

menghambat pertumbuhan, asimilat yang dihasilkan

rendah dan menghambat pembesaran umbi.

viii. Curah hujan

Sulistiono (2005) menyatakan bahwa curah

hujan yang dibutuhkan tanaman kentang sekitar

300–1000 mm/tahun. Apabila curah hujan terlalu

tinggi akan mengakibatkan umbi kentang mudah

terserang hama dan penyakit, karena tanah menjadi

jenuh air dan untuk mengatasi hal ini tentu

diperlukan sistem drainase yang baik sehingga

tanah tidak jenuh.

ix. Angin

Angin yang kencang dan berkelanjutan secara

langsung dapat merusak tanaman, seperti robohnya

tanaman, patahnya ranting-ranting, dan lain-lain.

Angin secara tidak langsung berpengaruh terhadap

kondisi tanah. Angin yang kencang dapat

mempercepat penguapan air tanah sehingga

menyebabkan tanah cepat mengering dan mengeras

(Cahyono, 1996).

x. Cahaya

Lama penyinaran cahaya matahari bervariasi

antara 10-16 jam per hari tergantung varietasnya.

Tanaman kentang memerlukan intensitas cahaya yang

besar. Semakin besar intensitas cahaya yang dapat

ditangkap akan mempercepat pembentukan umbi dan

waktu pembungaan. Apabila intensitas cahaya

matahari yang dapat ditangkap lemah akan

menghambat proses pembentukan umbi karena tanaman

akan tumbuh memanjang, kurus, lemah dan pucat

(Cahyono, 1996).

xi. Teknik Budidaya Tanaman Kentang

Untuk mewujudkan usaha tani kentang yang

menguntungkan, diperlukan teknik yang mampu meningkatkan

produksi, kualitas jumlah dan kualitas umbi. Teknik

budidaya tanaman tersebut meliputi:

i. Persiapan bibit

Bibit yang digunakan untuk menanam kentang

dapat berasal dari membibitkan sendiri atau

membeli. Bibit yang baik untuk ditanam yakni

bibit yang tua dengan ciri kulit umbi kuat (tidak

mudah dikelupas) serta kulitnya tidak memiliki

cacat, bobot umbi 45/50-60gram, besar rata-rata

55 mm dan mata tunas sekitar 3-5 mata. Kebutuhan

kentang dapat digunakan ukuran standar para

petani kentang, yakni untuk lahan satu hektar

petani membutuhkan bibit antara 1,2-2 ton.

ii. Persiapan lahan

Sebelum ditanam, harus dipersiapkan seperti

:

- Pengolahan lahan : untuk menggemburkan

tanah, memutuskan siklus hama dan penyakit,

melancarkan sirkulasi udara dalam tanah dan

menghilangkan gas-gas beracun.

- Lahan diberakan selama sebulan

- Membuat guludan : dengan membentuk guludan

dan parit untuk saliran air (irigasi) dan

mengeluarkan air (drainase)

- Pemberian pupuk dasar : biasanya berupa

pupuk organik yang diberikan sebelum

penanaman

- Jarak dan lubang tanam : umumnya jarak tanam

tanaman kentang sekitar 30-40 cm dan lubang

tanam sekitar 5-7 cm

iii. Penanaman

Penanaman dilakukan seminggu setelah

persiapan lahan dengan langkah-langkah:

- Tanah digali lagi sedalam ukuran bibit atau

7,5-10 cm.

- Setelah itu, bibit ditanam. Bibit yang

ditanam harus sudah tumbuh tunasnya sekitar

2-3 cm.

- Bibit diuruk hingga batas mata tunas.

- Tunas yang tumbuh diatas permukaan tanah

disemprot dengan pestisida untuk mencegah

serangan hama dan penyakit.

iv. Pemeliharaan

Setelah penanaman bibit, dilakukan

pemeliharaan lanjutan sampai tanaman siap panen.

v. Pemupukan

Pemupukan antar daerah tidak

sama/berbeda. Untuk daerah Dieng biasanya

dengan takaran Urea 500 kg, TSP 300 kg dan

KCl 1.200 kg per hektarnya. Adanya variasi

pemberian dikarenakan kondisi tanah yang

berbeda, seperti kesuburan tanah, pH tanah

dan strktur tanahnya. Pemberian pupuk

dilakukan 20 hari sekali dengan

pertimbangan:

Setelah tanaman berumur 20-30 hari

sejak bibit ditanam (NPK perbandingan

sama)

Menginjak umur 40-50 hari (pupuk dengan

kandungan NP tinggi)

Umur 60-90 hari (pupuk dengan kandungan

PK tinggi)

Umur 80-90 hari (pupuk dengan kandungan

NP tinggi)

vi. Penyiangan

Pada umumnya penyiangan atau

pembersihan gulma dilakukan pada tanaman

yang berumur sekitar 30 hari dan 50 hari,

namun peyiangan ini sebenarnya dapat

dilakukan kapan saja. Penyiangan dilakukan

agar pertumbuhan tetap terjaga karena tidak

ada tanaman lain yang mengganggu, tanah di

sekitar tanaman menjadi gembur, melancarkan

aliran air, dan dapat mencegah hama dan

penyakit.

vii. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan

penyiangan. Pembumbunan ini dilakukan

dengan mempertinggi permukaan tanah di

sekitar tanaman agar lebih tinggi dari

tanah di sekelilingnya. Tinggi pembumbunan

yang baik yakni 25 cm. Tujuan dari

pembumbunan yakni:

Perakaran tanaman akan menjadi lebih

baik

Umbi kentang terhindar dari sinar

matahari langsung

Menaikkan produksi tanaman dan kualitas

umbi.

viii. Pemeliharaan lain

Pemeliharaan lain yang berperan

terhadap produktivitas dan kualitas umbi

adalah:

Menghilangkan bunga kentang : dilakukan

dengan membuang bunga kentang sebelum

mekar agar tidak ada perebutan makanan

antara bunga dan umbi. Biasanya pada

umur tanaman 25-30 hari.

Penyiraman : penyiraman dilakukan

dengan menyiram tanah yang terlihat

kering hingga tanah terlihat basah.

Selain itu, penyiraman juga dilakukan

dengan menyemprot tanaman secara merata

ke seluruh bagian tanaman sampai bagian

tanaman paling bawah.

ix. Wilayah Wonosobo

i. Letak

Kabupaten Wonosobo berjarak 120 km dari

ibukota Jawa Tengah (Semarang), berada pada

ketinggian 250 dpl – 2.250 dpl dengan dominasi

pada ketinggian 500 dpl – 1.000 dpl sebesar 50%

(persen) dari seluruh areal, menjadikan ciri

dataran tinggi sebagai wilayah Kabupaten

Wonosobo.

ii. Iklim

Wonosobo beriklim tropis dengan dua musim

yaitu kemarau dan penghujan. Suhu udara rata-rata

24 – 30o  C di siang hari, turun menjadi 20 o C pada

malam hari. Pada bulan Juli – Agustus turun

menjadi 12 – 15 o  C pada malam hari dan 15 – 20 o  C

di siang hari. Rata-rata hari hujan adalah 196

hari, dengan curah hujan rata-rata 3.400

mm/tahun, tertinggi di Kecamatan Garung (4.802

mm) dan terendah di Kecamatan Watumalang (1.554

mm).

iii. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Wonosobo

meliputi tanah andosol seluas 10.817,7 ha, tanah

regosol seluas 19.372,7 ha, tanah latosol seluas

63.043,4 ha, tanah argonosol seluas 761,1

ha, mediterian merah kuning seluas 3.054 ha dan

grumusol seluas 1.778,6 ha.

Kabupaten Wonosobo sebagai daerah yang

terletak di sekitar gunung api muda 

menyebabkan tanah di Wonosobo termasuk subur. Hal

ini sangat mendukung pengembangan pertanian,

sebagai mata pencaharian utama masyarakat

Wonosobo.

iv. Analisis Permasalahana. Kentang berukuran besar

Kentang yang diperoleh Pak Diran lebih besar

dibanding kentang yang diperoleh petani lain dan

sesuai untuk kentang konsumsi. Hal ini dikarenakan Pak

Diran menggunakan jarak tanam yang lebih lebar dari

jarak tanam yang biasa digunakan oleh petani lain.

Jarak tanam ini dapat mempengaruhi ukuran kentang

karena menurut Cahyono (1996), pada jarak tanam yang

rapat akan menghasilkan umbi yang kecil-kecil sehingga

umbi berkualitas rendah. Selain itu, dengan jarak yang

rapat, persaingan tanaman dalam menggunakan air dan

unsur hara menjadi lebih besar. Sementara dengan

menggunakan jarak tanam yang lebih lebar akan

mengurangi persaingan unsur hara yang dibutuhkan

tanaman sehingga umbi menjadi lebih besar tetapi tidak

menjamin berkualitas tinggi. Namun, apabila jarak

tanam yang digunakan terlalu lebar maka akan merugikan

petani sendiri terutama terhadap efisiensi penggunaan

tanah. Penggunaan tanah menjadi tidak efisien karena

jumlah tanaman yang dapat ditanam menjadi lebih

sedikit.

Kentang berukuran besar yang diperoleh oleh Pak

Diran dapat dikarenakan perawatan yang dilakukan Pak

Diran selama masa pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan

yang dilakukan seperti pemupukan, penyiangan,

pembumbunan, dan pemeliharaan lain seperti

menghilangkan bunga sebelum mekar dan penyiraman.

Menghilangkan bunga sebelum mekar dilakukan karena

adanya bunga dapat membuat umbi kecil-kecil hal ini

dikarenakan bunga dan umbi sama-sama membutuhkan

makanan yang banyak sehingga terjadi perebutan makanan

(Setiadi dan Nurulhuda, 1994).

Faktor lain yang dapat berpengaruh yakni keadaan

tanah yang digunakan Pak Diran untuk menanam kentang.

Daerah Wonosobo merupakan daerah yang sesuai untuk

pertumbuhan kentang karena memiliki topografi dataran

tinggi dengan rata-rata 500 dpl – 1.000 dpl dari

seluruh areal. Wonosobo memiliki suhu rata-rata 24 –

30˚C dan masih dapat mendukung pertumbuhan kentang

meski suhu yang ideal untuk kentang yakni sekitar 15-

20 ˚C. Selain itu, Wonosobo merupakan daerah dengan

intensitas curah hujan yang tinggi yakni 3.400

mm/tahun. Jenis tanah di daerah Wonosobo memiliki

jenis tanah andosol seluas 10.817,7 ha yang sesuai dan

untuk menanam kentang. Intensitas cahaya matahari

menurut Cahyono (1996), sangat dibutuhkan oleh tanaman

kentang dalam jumlah yang besar. Semakin besar

intensitas cahaya yang dapat ditangkap atau diterima

oleh tanaman kentang, maka akan mempercepat

pembentukan umbi dan waktu pembungaan. Daerah Wonosobo

sesuai untuk menanam kentang karena sudah tidak banyak

tanaman-tanaman tinggi yang dapat mengganggu proses

penangkapan sinar matahari oleh tanaman kentang

tersebut.

ii. Kulit kentang berwarna hijau

Kentang varietas Granola memiliki karekteristik

warna kulit kuning kecoklatan. Namun, pada kentang

yang diperoleh dari hasil panen Pak Diran nampak

berwarna hijau di satu sisi. Warna hijau pada

permukaan kulit kentang ini dikarenakan zat solanin

pada kentang tidak hilang atau bertambah. Zat solanin

merupakan zat hasil fotosintesis yang memiliki

kandungan racun dan berbahaya bagi yang memakannya.

Racun solanin tidak dapat hilang apabila umbi tersebut

keluar tanah dan terkena sinar matahari. Umbi kentang

yang masih mengandung racun solanin berwarna hijau

walaupun telah tua (Samadi, 2007).

Pak Diran diduga tidak melakukan pembumbunan saat

pemeliharaan tanaman kentangnya. Padahal pembumbunan

ini sangat dibutuhkan untuk tanaman kentang agar umbi

kentang tidak menyembul ke atas tanah dan terkena

sinar matahari yang kemudian dapat menimbulkan

kandungan solanin pada kentang.

iii. Penyediaan bibit

Dengan ukuran kentang yang diperoleh Pak Diran,

tentunya penyediaan bibit untuk penanaman selanjutnya

akan sedikit terhambat karena banyak sekali jumlah

kentang yang diperlukan dengan berat yang secara

ekonomis bernilai tinggi. Selain itu, apabila bibit

yang digunakan berukuran besar dan kemudian umbinya

dibelah, jumlah umbi yang diperoleh justru turun 2,7 %

(Setiadi dan Nurulhuda, 1994).

iv. Penyelesaian Masalaha. Kulit kentang berwarna hijau

Warna hijau yang terdapat pada kulit kentang

dikarenakan umbi kentang terkena sinar matahari

langsung sehingga umbi kentang melakukan proses

fotosintesis yang menghasilkan zat beracun solanin.

Oleh karenanya, agar kulit umbi kentang tidak berwarna

hijau maka dilakukan pemeliharaan dengan cara

pembumbunan. Pembumbunan ini dilakukan dengan

mempertinggi permukaan tanah di sekitar tanaman agar

lebih tinggi dari tanah di sekelilingnya sehingga umbi

kentang tidak akan menyembul ke permukaan tanah.

Selain itu, dengan pembumbunan juga dapat menaikkan

produksi tanaman dan kualitas umbi.

ii. Penyediaan bibit

Umbi kentang yang diperoleh dari hasil panen Pak

Diran besar-besar sehingga pembibitan untuk penanaman

berikutnya mengalami permasalahan. Sebenarnya

pembibitan untuk umbi yang besar dapat dijadikan bibit

dengan cara membelah menjadi 2 bagian, 3 bagian atau 4

bagian. Namun, dengan cara seperti ini jumlah umbi

yang diperoleh menurun sebesar 2,7 %. Oleh karenanya

Pak Diran dapat menggunakan stek batang dan tunas daun

sebagai persediaan bibit untuk penanaman selanjutnya.

i. Stek batang

Tanaman induk yang akan dijadikan bibit

ditanam pada media pot dengan perbandingan

media berupa pupuk kandang, kompos, dan pasir

dengan perbandinag 1 : 1 : 1, sebelumnya media

tersebut harus disterilkan terlebih dahulu agar

terbebas dari hama dan penyakit. Selanjutnya

lakukan pemupukan NPK selama pemeliharaan

tanaman induk, penyiraman setiap hari dan

penyemprotan pestisida seminggu dua kali.

Setelah tanaman mencapai ketinggian sekitar 25-

30 cm dan sudah memiliki 5-6 helai daun

tunggal, maka stek batang dapat dilakukan. Stek

diambil dengan 2-3 daun dengan cara

memotongnya. Selanjutnya stek ditanam pada

media lain dengan jarak tanam 5x10cm, dalam

penanaman buku atau ruas terbawah harus berada

diatas permukaan media. Selama pertumbuhan akar

, media harus dijaga kelembabannya. Setelah

berumur 2 minggu bibit sudah dapat dipindahkan

kelahan. Dalam penanaman dilahan perlu

diperhatikan kedalaman tanamanya, yaitu

beberapa buku atau ruas terbawa stek harus

terpendam didalam tanah. Sebab umbi yang

terbentuk berasal dari pertumbuhan tunas

lateral yang tertutup tanah.

ii. Stek tunas daun

Setelah tanaman berumur 4-6 minggu, stek

dapat diambil. Stek hanya terdiri dari satu

buku/ruas dan satu daun. Stek yang baik adalah

diambil dari bagian tengah sampai ujung. Dengan

demikian stek tunas daun adalah berupa potongan

batang, setiap potongan batang terdiri dari

tunas ketiak dan daun. Selanjutnya stek ditanam

pada media tanam dengan dengan jarak tanam 5x5

cm . Setelah berumur 4-6 minggu sudah terbentuk

umbi berukuran kecil dan siap untuk ditanam

setelah melewati masa dormansi selama 2 minggu.

iii. Daftar Pustaka

Pemkab Wonosobo. 2013. Geografis.

http://www.wonosobokab.go.id/index.php/profil/geografi

s diakses pada tanggal 17 September 2013

Anonim.2013. Potato.

http://www.potato2008.org/en/potato/index.html

Samadi, Budi. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani.

Yogyakarta. Kanisius

Cahyono, Bambang. 1996. Budidaya Intensif Tanaman

Kentang. Solo. CV Aneka

Sunaryono, Hendro. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya

Kentang. Jakarta. AgroMedia Pustaka

Martodireso, Sudadi dan Widada Agus Suryanto. 2001.

Terobosan Teknologi Pemupukan dalam Era Pertanian

Organik, Budi Daya Tanaman Pangan, Hortikultura dan

Perkebunan. Yogyakarta. Kanisius

Rukmana, R. 2002. Usaha Tani Kentang Sistem Mulsa

Plastik. Yogyakarta. Kanisius

Setiadi dan Surya Fitri Nurulhuda. 1994. Kentang:

Varietas dan Pembudidayaan. Jakarta. Penebar Swadaya

Harlastuti, 1980. Pemupukan Gandasil D Lewat Daun

Dibandingkan Dengan Pemupukan NPK Berat Tanah Pada

Tanaman Kentang. Fakultas Pertanian UGM.