PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI AJAR KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL...

18
PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI AJAR KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII MTS HIFZHIL QUR’AN MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013 Yudi Pramono Pawiro Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Hifzhil Qur’an Medan . Objek dalam penelitin ini adalah hasil belajar matematika siswa melalui penerapan metode penemuan terbimbing pada materi ajar kubus dan balok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi pada setiap siklus penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pengelolaan kegiatan pembelajaran adalah rata- rata penilaian observasi setiap siklusnya yaitu 2,5 (kategori baik) dan 3,58 (kategori sangat baik). Berdasarkan tes hasil belajar menunjukkan bahwa tingkat ketercapaian proses pembelajaran matematika berada di atas standar yang telah ditetapkan yaitu sebesar 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar pada pokok bahasan kubus dan balok melalui penerapan metode penemuan terbimbing adalah rata-rata pencapaian hasil belajar siswa setiap siklusnya yaitu 65,625% dan 90,625%.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa VIII MTs Hifzhil Qur’an Medan Kata Kunci : Metode Penemuan Terbimbing dan Hasil Belajar Siswa Abstract This research propose for know : what application guide discovery method can be improve study result. Type of research is classroom action research consisting of two cycles. Subjects is in this study were students of class VIII MTs Hifzhil Qur’an. Objects in this

Transcript of PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI AJAR KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL...

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI AJAR

KUBUS DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DI KELAS VIII MTS HIFZHIL QUR’AN MEDAN

TAHUN AJARAN 2012/2013

Yudi Pramono Pawiro Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara

email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah penerapan metode penemuan

terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas yang terdiri atas dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs

Hifzhil Qur’an Medan . Objek dalam penelitin ini adalah hasil belajar matematika siswa

melalui penerapan metode penemuan terbimbing pada materi ajar kubus dan balok. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan wawancara. Berdasarkan

hasil observasi pada setiap siklus penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pengelolaan

kegiatan pembelajaran adalah rata- rata penilaian observasi setiap siklusnya yaitu 2,5

(kategori baik) dan 3,58 (kategori sangat baik). Berdasarkan tes hasil belajar menunjukkan

bahwa tingkat ketercapaian proses pembelajaran matematika berada di atas standar yang telah

ditetapkan yaitu sebesar 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar

pada pokok bahasan kubus dan balok melalui penerapan metode penemuan terbimbing adalah

rata-rata pencapaian hasil belajar siswa setiap siklusnya yaitu 65,625% dan

90,625%.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan

metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa VIII MTs

Hifzhil Qur’an Medan

Kata Kunci : Metode Penemuan Terbimbing dan Hasil Belajar Siswa

Abstract

This research propose for know : what application guide discovery method can be

improve study result. Type of research is classroom action research consisting of two cycles.

Subjects is in this study were students of class VIII MTs Hifzhil Qur’an. Objects in this

experiment is the result of application of mathematics lerarning through guide discovery

method at subject matter cube and beam. The Instrument used this research is observation,

test and interview.Besed on observations at each cycle showed that improved management of

learning activities is the average valuation 2,5 (good catagories) and 3,58 (very good

categories). Besed on study result show achievement of the learning process of mathematics

is above the established standard that is equal to 85 %. The result showed improvement math

result on subject matter cube and beam with application guided discovery method every cyle

is 62,625% and 90,625%. Besed on that act can be concluded that the application of guided

discovery method can improve math study result of class VIII MTs Hifzhil Qur’an Medan.

Key Word: Guided Discovery Method and Study Result

PENDAHULUAN

Standar kompetisi mata pelajaran matematika adalah siswa memiliki kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta mempunyai kemampuan

bekerjasama. Artinya, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan

yang penekanannya pada penataan nalar, pembentukan sikap siswa serta ketrampilan dalam

penerapan matematika. Untuk siswa dalam pembelajaran matematika diharapkan tidak

menghafal rumus, konsep, dan prosedur yang diajarkan tetapi memahami konsep tersebut dan

tahu darimana rumus itu didapat. Peran seorang guru sangat dibutuhan dalam keberhasilan

pembelajaran, sehingga guru harus memiliki kompetensi keprofesian keguruan yang baik

termasuk memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai metode

pembelajaran yang dianggap sesuai dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf

perkembangan siswa termasuk didalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media

pembelajaran untuk menjamin efektifitas pembelajaran di sekolah-sekolah.

Dari hasil pengamatan sementara peneliti melihat situasi MTs Hifzhil Qur’an sama

seperti sekolah-sekolah yang pernah peneliti lihat sebelumnya yaitu dalam proses

pembelajarannya, Guru matematika lebih menekankan pada metode ceramah dalam

menyampaikan pelajaran. Hal itu dapat dilihat dari interaksi antara guru dan siswa masih

kurang aktif. Siswa masih banyak mendengarkan ketika guru menerangkan materi tanpa

memiliki sikap timbal bailk yang positif. Sehingga siswa belajar dalam satu arah saja yaitu

mendengarkan. Oleh sebab itulah hasil pembelajaran matematika siswa kelas VIII masih

belum ada peningkatan. Jadi peneliti melihat siswa disini kurang aktif sehingga hasil

pembelajaran belum maksimal.

Salah satu metode pembelajaran aktif dari sekian banyak metode pembelajaran yang

ada, penemuan terbimbing yang merupakan satu model instruksional kognitif, model

penemuan yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga

dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas

dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar

menempatkan guru sebagai fasilitator, berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat

‘menemukan’ konsep umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru.

Pada metode penemuan terbimbing adalah sistem dua arah yang melibatkan siswa

dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan penemuan, sedangkan guru

membimbing mereka kearah yang tepat atau benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Gagne

disebut penemuan terbimbing (guide discovery), sekalipun didalam kelas yang terdiri dari 20

sampai 30 siswa.

Dengan kata lain pembelajaran dengan metode penemuan merupakan salah satu cara

untuk menyampaikan ide/gagasan dengan proses menemukan, dalam proses ini siswa

berusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan bimbingan guru. Kegiatan

pembelajaran semacam ini menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran, guru hanya

berperan sebagai fasilitator untuk mengatur jalannya pembelajaran. Proses pembelajaran yang

demikian membawa dampak positif pada pengembangan kreativitas berpikir siswa. Dalam

model pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena

pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar

mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas

untuk kegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Guru

menyediakan data dan siswa diberi pertanyaan atau masalah untuk membantu mereka

mencari jawaban, kesimpulan generalisasi dan solusi. Pemecahan masalah merupakan suatu

tahap yang penting dan menentukan. Ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.

Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan

akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika, karena siswa

dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan

masalah.

Pada metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi untuk menyelidiki secara bebas

dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya

dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan

ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan

pengetahuan yang baru serta tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan

kepada kelas untuk dipecahkan.

Adapun Fase - Fase Penemuan Terbimbing yaitu:1

Fase Deskripsi

Fase 1: Pendahuluan Guru berusaha menarik perhatian siswa

dan menetapkan fokus pelajaran.

Fase 2: Fase Terbuka Guru memberi siswa contoh dan

meminta siswa mengamati dan

membandingkan contoh-contoh

Fase 3: Fase Konvergen Guru menanyakan pertanyaan-

pertanyaan lebih spesifik yang

dirancang untuk membimbing siswa

mencapai pemahaman tentang konsep

atau generalisasi.

Fase 4: Fase Penutup dan Penerapan Guru membimbing siswa memahami

defenisi suatu konsep atau pertanyaan

generalisasi dan siswa menerapkan

pemahaman mereka ke dalam konteks

baru.

Materi kubus dan balok merupakan materi ajar pada kelas VIII SMP/MTs, materi ini

spesifik dan sudah terdefenisi dengan jelas, artinya materi ini membahas terkait dengan

konsep sehingga metode penemuan terbimbing layak untuk dipakai dalam pembelajaran di

kelas untuk materi kubus dan balok. Adapun kerangka materi adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi : 5.Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian

bagiannya.

Kompetensi Dasar : 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta

bagian-bagiannya.

1.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas.

1 Paul Eggen dan Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran ,( Jakarta: PT Indeks,2012),h.189.

5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan

limas.

Indikator : 1. Menyebutkan bidang, rusuk, diagonal bidang, bidang diagonal, serta

diagonal ruang kubus.

2. Melukis jaring-jaring kubus dan balok.

3. Menghitung luas permukaan kubus dan balok.

4. Menghitung volume kubus dan balok.

Setelah membaca metode tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitin guna

meningkatkan hasil belajar siswa dengan judul “ Penerapan Metode Penemuan Terbimbing

Pada Materi Ajar Kubus Dan Balok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas VIII

MTs Hifzhil Qur’an Medan Tahun Ajaran 2012/2013”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:1) Pembelajaran masih berpusat pada guru ; 2) Kurangnya inovasi siswa

belajar matematika; 3) Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, masalah yang dikaji

dalam penelitian ini perlu dibatasi sehingga penelitian ini lebih terarah, efektif, dan efisien

serta memudahkan dalam melaksanakan penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: : Apakah penerapan metode penemuan terbimbing pada materi ajar kubus dan

balok dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII MTs Hifzhil Qur’an Medan

Tahun Ajaran 2012/2013.

Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui penerapan metode penemuan terbimbing

pada materi ajar kubus dan balok dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII MTs

Hifzhil Qur’an Medan Tahun Ajaran 2012/2013.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga dalam upaya

mengembangkan konsep pembelajaran atau strategi belajar mengajar dalam mata pelajaran

Matematika. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1) Bagi siswa, untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika; 2) Bagi guru,

sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran matematika yang sesuai

dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa; 3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan

dapat menjadi informasi berharga bagi kepala sekolah, untuk mengambil kebijakan yang

tepat dalam kegiatan pengajaran dengan memanfaatkan model pembelajaran, guna

menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif dan efesien bagi para guru, dan; 4)

Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan sebagai

bahan acuan pada penelitian selanjutnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang

bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode belajar

penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok. PTK dapat diartikan sebagai proses

pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya

memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan tindakan yang terencana dalam situasi

nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.2Dari konsep diatas ada

beberapa hal yang harus digaris bawahi. Pertama, PTK adalah rangkaian kegiatan yang

dimulai menyadari masalah, kemudian tindakan untuk memecahkan masalah dan refleksi

terhadap tindakan yang dilakukannya. Kedua, masalah yang dikaji adalah masalah yang

terjadi di dalam kelas, artinya PTK memfokuskan pada masalah yang berkaitan dengan

proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru di dalam kelas. Ketiga, PTK

dimulai dan diakhiri dengan kegitan refleksi diri artinya yang melaksanakan PTK itu sendiri

adalah guru. Keempat, PTK dilakukan berbagai tindakan, artinya PTK bukan sekedar

mengetahui sesuatu akan tetapi adanya aksi dari guru untuk proses kebaikan. Kelima,PTK

dilakukan dlam situasi nyata,artinya aksi yang dilakukan guru dilakukan dalam setting

pembelajaran yang sebenarnya tidak mengganggu program pembelajaran yang sudah

direncanakan.

Prosedur tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus. Dalam satu siklus terdiri atas

empat tahap, yaitu: 1) Perencanaan tindakan ; 2) Pelaksanaan tindakan ; 3) Observasi dan

wawancara ; 4) Refleksi. Lebih jelasnya prosedur tindakan kelas ini adalah:

Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini kegiatan dilakukan adalah merencanakan tindakan yaitu sebagai berikut:

Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat langkah-langkah kegiatan belajar

mengajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing.

Membuat lembar observasi untuk melihat aktivitas kelas ketika pembelajaran berlangsung.

Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melakukan kegiatan mengajar, dimana

peneliti yang bertindak sebagai guru. Kegitan mengajar yang dilakukan merupakan

pengembangan dan pelaksanaan dari skenario pembelajaran yang telah dirancang. Pada akhir

tindakan kepada siswa test hasil belajar untuk melihat hasil yang dicapai oleh siswa setelah

pemberian tindakan.

2 Wina Sanjaya,Penelitian Tindakan Kelas,( Jakarta:Kencana,2011), h.26.

Tahap Observasi

Tahap observasi yang dimaksud adalah tahap pengamatan yang dilakukan saat kegiatan

pembelajaran berlangsung bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, gunanya untuk

mengamati aktivitas belajar mengajar di kelas. Dalam tahapan ini peneliti didampingi seorang

guru pengamat. Pengamatan dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VIII MTs

Hifzhil Qur’an Medan.

Tahap Refleksi

Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan pada siklus

selanjutnya.

Penelitian ini akan dilakukan di MTs Hifzhil Qur’an Medan. Adapun subjek

penelitian ditetapkan di kelas VIII MTs Hifzhil Qur’an Medan yang berjumlah 32 siswa

semester II T.A. 2012/2013.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui tes, lembar observasi,

wawancara dan dokumentasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Amir Daien

Indrakusuma bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk

memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan

cara yang cepat dan tepat.3 Dalam hal tertentu untuk tes yang telah disusun sesuai dengan

kurikulum (materi dan tujuan) agar memenuhi validasi dapat pula diminta bantuan ahli

bidang studi untuk menotasikan apakah konsep materi yang diajarkan telah memadai atau

tidak sebagai sampel tes. Dengan demikian validasi isi tidak memerlukan uji coba dan

analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka.4 Observasi merupakan kegiatan

pengamatan terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan perubahan yang telah terjadi pada

saat diberikan tindakan. Hal ini dilihat dari segi sikap, respon, pandangan, minat dan motivasi

sewaktu guru mengajar. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara langsung yang

dilakukan oleh peneliti pada saat berlangsungnya tindakan, pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan melalui wawancara diarahkan untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa

dalam meneyelesaikan soal-soal kubus dan balok yang diberikan pada saat pelaksanaan

tindakan. Wawancara yang dilakukan difokuskan pada tes hasil belajar siswa di akhir

pemberian tindakan.Sedangkan dokumentasi digunakan untuk mengetahui proses

pembelajaran pada siswa melalui pendokumentasian foto-foto pada saat proses tindakan

penelitian di MTs Hifzhil Qur’an.

3 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), h. 32.

4 Samsul Sitakar, “Penerapan Metode Tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Tajwid Al-Qur’an Di Kelas IV MDA Yayasan Pendidikan Rusyda Medan T.A 2011/2012”(

Skripsi ; Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara, 2012),h, 62

Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi, katagori hasil belajar siswa

penyajian data, analisis hasil observasi dan indikator keberhasilan.Proses reduksi data

dilakukan dengan menyeleksi, menyederhanakan, dan mengorganisasikan data yang telah

disajikan dalam bentuk transkrip catatan lapangan. Untuk katagori hasil belajar secara

individu siswa dikatakan telah tuntas apabila DS ≥ 65% dan secara klasikal,suatu kelas

dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut terdapat 85%. Ketuntasan belajar perorangan

dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

%100B

ADS

Keterangan :

DS = Daya Serap

A = Skor yang telah diperoleh siswa

B = Skor maksimal

Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan mengggunakan rumus :

%100N

XD

Keterangan :

D = Persentase kelas yang tuntas belajar

X = Jumlah siswa yang telah tuntas belajar

N = Jumlah seluruh siswa

Hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer yaitu guru matematika kelas VIII

MTs Hifzhil Qur’an, dilakukan penganalisaan degan rumus:

Pi:

Dimana Pi = hasil pengamatan pada pertemuan ke-i

Adapun kriteria rata-rata penilaian observasi menurut Sugito :

0-1 - 1 artinya kurang baik

1,2- 2,1 artinya cukup

2,2 - 3,1 artinya baik

3,4 - 4,0 artinya sangat baik.

Indikator keberhasilan untuk indikator proses :Tindakan dikategorikan berhasil bila

minimal baik pelaksanaannya telah sesuai dengan pembelajaran matematika melalui metode

penemuan terbimbing. Sedangkan indikator hasil : Tindakan dikatakan berhasil jika tingkat

ketuntasan klasikal telah mencapai 85%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Langkah pertama sebelum dilakukannya perencanaan dan tindakan terhadap siswa adalah

pemberian tes awal. Tujuannya diberikannya tes awal yang diberikan kepada siswa sebelum

melakukan perencanaan adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam

menyelesaikan soal-soal yang berhubungan kubus dan balok. Setelah tes wal diberikan

kepada 32 orang siswa di kelas VIII MTs Hifzhil Qur’an Medan, maka dapat diketahui

bahwa hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar individu. Dimana ada 19 orang

(59,375%) dari keseluruhan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dan 13 orang

(40,625%) dari jumlah siswa keseluruhan yang mencapai ketuntasan belajar, kemudian

peneliti melakukan siklus I untuk mencapai ketuntasan belajar klasikal ≥ 85%.

Siklus I

Perencanaan Tindakan

Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan terlebih dahulu membuat rencana

pelaksaanan pembelajaran yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran

dengan menggunakan pembelajaran penemuan terbimbing, membuat observasi dan membuat

tes hasil belajar. Pada tahap ini diberikan tes awal kepada siswa, tujuannya diberikan tes awal

untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap mata pelajaran matematika. Setelah tes

awal diberikan ada beberapa siswa yang tidak tuntas dalam belajar matematika yaitu

59,375%.

Hasil tes awal tersebut digunakan sebagai acuan dalam pemberian tindakan dilakukan

suatu tindakan pembelajaran yaitu dengan pembelajaran penemuan terbimbing, dimana

peneliti bertindak sebagai guru. Pengajaran yang kan dilaksanan terdiri dari dua siklus dan

setia siklus terdiri dari dua kali pertemuan.

Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pemberian tindakan dilakukan kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan penemuan terbimbing.

a. Sebelum memulai masuk ke materi, peneliti bertindak sebagai guru terlebih dahulu

menjelaskan tujuan pembelajaran materi kubus dan balok dan memberikan motivasi

siswa agar bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam proses pembelajaran.

b. Guru menginformasikan tentang pembelajaran penemuan terbimbing serta prosedur

pembelajaran.

c. Guru membagi kelompok menjadi 6, tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang.

d. Guru meminta peserta didik untuk mencari informasi mengenai materi kubus dan

balok.

e. Setiap siswa melakukan penemuan dengan bimbingan dari guru.

f. Guru meminta perwakilan kelompok mempersentasikan hasil diskusinya dan guru

merumuskan jawaban yang benar.

g. Siswa diminta membuat catatan penting dari kegiatan belajar ini.

Kegiatan belajar yang dilakukan merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari rencana

pelaksanaan pembelajaran yang disusun pada siklus I. Peneliti mengembangkan rencana

pelaksanaan pada siklus I berdasarkan hasil dari tes awal dan wawancara terhadap beberapa

siswa.

Setelah pengajaran siklus I, diberikan tes I kepada siswa untuk melihat hasil belajar

setelah penerapan metode penemuan terbimbing yang diterapkan didalam kelas. Adapun hasil

belajar siswa pada tes I sebagaimana yang tertera dalam tabel berikut ini.

Daftar Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

No Nama Siswa Skor

Keterangan

Tuntas Tidak Tuntas

1 2 3 4 5

1 Ainun Mardiyah 66,875 Tuntas

2 Alfan Aulia 100 Tuntas

3 Anita Firdaus Harahap 82,5 Tuntas

4 Anjeli Septi Anggrani 100 Tuntas

5 Avivatur Rohima Arva 75 Tuntas

6 Azlita Rahma Sitompul 58,75

Tidak Tuntas

7 Danny Chalik Malik 75 Tuntas

8 Dzakiyatul Ilmi 87,5 Tuntas

9 Eva Syahrina 75 Tuntas

10 Fahrozi 82,5 Tuntas

11 Farah Afivah 87,5 Tuntas

12 Ida Aprriala 87,5 Tuntas

13 Khairul Anwar 48,25

Tidak Tuntas

14 M. Nuh Salam Lubis 45,25

Tidak Tuntas

15 M.Ary Hamzah 82,5 Tuntas

16 M.Fauzi 10

Tidak Tuntas

17 M.Hafiz 75 Tuntas

18 M.Harun 37,5

Tidak Tuntas

No 1 2 3 4

19 M.Yasin Asyraf 100 Tuntas

20 Mardiana Harahap 66,25 Tuntas

21 Mila Sulistiani 25

Tidak Tuntas

22 Nadia Umami 25

Tidak Tuntas

23 Nida Khofifa 25

Tidak Tuntas

24 Nur Asnita 86,25 Tuntas

25 Nur Hasanah 40

Tidak Tuntas

26 Nurhidayah 42,5

Tidak Tuntas

27 Rahma Nur 82,5 Tuntas

28 Rizki Fauziah Harahap 87,5 Tuntas

29 Shailala Aidriva 57,5

Tidak Tuntas

30 Siti Sakinah Siregar 75 Tuntas

31 Zahirah Firmansyah 100 Tuntas

32 Zuliana Nasution 100 Tuntas

Jumlah 2189

Rata-rata ∑ X 68,40625

Persentase

65,625 % 34,375%

Ketuntasan Klasikal 65,625 %

Observasi

Dari tabel diperoleh data bahwa masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan

belajar individual maka pembelajaran pada siklus I masih belum memenuhi kriteria

peningkatan hasil belajar. Dimana ada 11 orang (34,375%) dari keseluruhan siswa yang

belum mencapai ketuntasan belajar dan 21 orang (65,625%) dari jumlah siswa keseluruhan

yang mencapai ketuntasan belajar. Dari data tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran pada

siklus I perlu ada perbaikan yakni dengan melanjutkan ke siklus II.

Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I

No Indikator Deskriptor Nilai

A Membuka Pelajaran 1. Menarik perhatian siswa.

2. Menertibkan siswa.

3. Merincikan tujuan

pembelajaran.

4. Memotivasi siswa

2

2

2

2

B Mengatur Waktu dan

Strategi Pembelajaran

1. Merancang materi ajar

dengan sistematis.

2. Menggunakan waktu secara

efektif dan efisiensi

2

2

3. Melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai dengan

metode penemuan

terbimbing .

4. Kegiatan Pembelajaran

bervariasi.

3

2

C Menggalakan ketertiban

siswa dalam proses

pembelajaran.

1. Membentuk kelompok siswa

dengan tertib.

2. Memberi dorongan kepada

siswa agar turut serta

mengerjakan tugasnya

dalam kelompknya.

3. Mengamati kegiatan siswa

sedang berdiskusi.

4. Memimpin diskusi kelas

antar kelompok.

2

2

2

2

D Berkomunikasi dengan

Siswa

1. Memotivasi siswa untuk

bertanya.

2. Membantu siswa untuk

memahami soal-soal.

3. Melatih siswa untuk

member komentar.

4. Memberikan pertanyaan

kepada siswa.

2

2

3

2

E Aktivitas Siswa 1. Menyakan yang tidak

dimengerti kepada guru.

2. Memperhatikan guru.

3. Aktif pada saat diskusi

kelompok.

4. Menjawab pertanyaan

guru/siswa dari kelompok

lain.

3

3

3

3

F Menutup Pelajaran 1. Merangkum materi

pelajaran.

2. Member pujian atau

penghargaan kelompok yang

nilainya tinggi.

3. Memotivasi kelompok yang

nilainya rendah.

4. Memberi tugas.

4

4

3

3

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru matematika kelas VIII pada

siklus I, diperoleh bahwa penguasaan bahan/materi, kemampuan guru membuka pelajaran,

berkomunukasi dengan siswa, memotivasi siswa serta menutup pelajaran sudah baik yaitu 2,5

tetapi mempersiapkan materi pelajaran, menggunakan waktu serta aktivitas siswa masih

kurang baik.

Sedangkan wawancara dilakukan terhadap siswa yang mendapat nilai rendah yang

tujuannya untuk menelusuri kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal

kubus dan balok. Berdasarkan hasil wawancara ternyata siswa menjawab bahwa soal yang

diberikan tidak sesuai dengan waktu yang tersedia serta siswa kurang teliti dalam

menyelesaikan soal yang diberikan.

Hasil Refleksi

Berdasarkan hasil belajar siklus I dan lembar observasi guru serta wawancara yang

diperoleh bahwa hasil belajar siswa terletak pada katagori sedang, siswa masih banyak yang

belum memahami materi kubus dan balok disebabkan kurang optimalnya guru dalam

mengajar. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan pengajaran secara umum belum terlaksana

sesuai dengan perencanaan, masih terdapat kekurangan dan penggunaan waktu yang kurang

efisien. Siswa masih kelihatan kaku dan kondisi pembelajaran belum berjalan lancar, hal ini

disebabkan siswa kurang antusias dengan pembelajaran penemuan terbimbing yang masih

asing yang mereka alami. Selain itu siswa masih takut untuk menanyakan hal yang tidak

mereka mengerti kepada guru.

Berdasarkan permasalahan di atas menjadikan penulis berfikir untuk memperbaiki

kelemahan-kelemahan yang diperoleh, maka pada siklus II direncanakan:

a. Guru harus mampu mengatur penggunakan waktu pembelajaran denagn baik.

b. Guru harus mampu meningkatkan pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya

membuka pelajaran dengan lebih baik salah satunya dengan membawa media

balok dan kubus untuk menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran

dengan metode penemuan terbimbing yang telah dicapai sebelumnya pada siklus I.

Siklus II

Perencanaan Tindakan

Yang masih menjadi permasalahan pada siklus I adalah:

a. Siswa masih kurang mampu menyelesaikan soal-soal tentang kubus dan balok

b. Pembelajaran penemuan terbimbing masih belum terlaksana sesuai dengan

perencanaan.

Oleh karena itu dibuat suatu perencanaan tindakan yaitu membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) siklus II, dimana RPP ini mengalami perubahan dari RPP siklus I,

kemudian membuat lembar observasi dan tes akhir. Tes akhir ini digunakan untuk melihat

bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam belajar matematika setelah pembelajarn

penemuan terbimbing diterapkan dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan Tindakan

Pada siklus ini peneliti membagi pertemuan belajar atas dua kali pertemuan. Pemberian

tindakan dilakukan dengan kegiatan belajar dimana peneliti bertindak sebagai guru. Kegiatan

belajar yang dilakukan merupakan pengembangan dan pelaksanaan dari rencana perbaikan

pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan ( lampiran 2).

Pengajaran yang dilakukan difokuskan pada proses belajar yang dapat meningkatkan

hasil belajar siswa dalam belajar matematika. Pada pertemuan terakhir, peneliti kembali

memberikan tes hasil belajar kepada siswa untuk melihat bagaimana hasil belajar siswa

setelah diajarkan dengan penerapan pembelajaran penemuan terrbimbing.

Setelah pengajaran siklus II, diberikan tes II kepada siswa untuk melihat hasil belajar

setelah penerapan metode penemuan terbimbing. Adapun hasil belajar dari tes II siswa MTs

Hifzhil Qur’an kelas VIII sebagaimana yang tertera dalam tabel berikut ini :

Daftar Persentase Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

No Nama Siswa Skor

Keterangan

Tuntas Tidak Tuntas

1 2 3 4 5

1 Ainun Mardiyah 100 Tuntas

2 Alfan Aulia 85 Tuntas

3 Anita Firdaus Harahap 100 Tuntas

4 Anjeli Septi Anggrani 100 Tuntas

5 Avivatur Rohima Arva 100 Tuntas

6 Azlita Rahma Sitompul 70 Tuntas

7 Danny Chalik Malik 85 Tuntas

8 Dzakiyatul Ilmi 100 Tuntas

9 Eva Syahrina 100 Tuntas

10 Fahrozi 20

Tidak Tuntas

11 Farah Afivah 100 Tuntas

12 Ida Aprriala 85 Tuntas

13 Khairul Anwar 85 Tuntas

14 M. Nuh Salam Lubis 100 Tuntas

15 M.Ary Hamzah 85 Tuntas

16 M.Fauzi 45

Tidak Tuntas

17 M.Hafiz 85 Tuntas

18 M.Harun 60

Tidak Tuntas

19 M.Yasin Asyraf 65 Tuntas

20 Mardiana Harahap 100 Tuntas

21 Mila Sulistiani 100 Tuntas

22 Nadia Umami 75 Tuntas

No 1 2 3 4

23 Nida Khofifa 75 Tuntas

24 Nur Asnita 85 Tuntas

25 Nur Hasanah 75 Tuntas

26 Nurhidayah 100 Tuntas

27 Rahma Nur 100 Tuntas

28 Rizki Fauziah Harahap 100 Tuntas

29 Shailala Aidriva 80 Tuntas

30 Siti Sakinah Siregar 100 Tuntas

31 Zahirah Firmansyah 100 Tuntas

32 Zuliana Nasution 100 Tuntas

Jumlah 2760

Rata-rata ∑ X 86,25

Persentase

90,625 % 9,375 %

Ketuntasan Klasikal 90,625 %

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa tercapai. Dimana siswa

yang tuntas belajar berjumlah 29 orang (90,625%) dari jumlah siswa. Dan yang tidak tuntas

belajar adalah 3 orang (9,375%) dari jumlah siswa. Dapat disimpulkan bahwa ketuntasan

belajar siswa secara klasikal tercapai yaitu 90,625% dengan nilai rata-rata mencapai 85,06,

dengan demikian penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Observasi

Pada pengajaran siklus II, diberikan tes II kepada siswa untuk melihat adanya

peningkatan hasil belajar dengan menerapkan metode penemuan terbimbing. Setelah

dilakukan kegiatan pembelajaran pada siklus II, maka hasil belajar siswa mencapai

ketuntasan belajar klasikal. Sebagaimana yang tertera dalam tabel berikut:

Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II

No Indikator Deskriptor Nilai

A Membuka Pelajaran 1. Menarik perhatian siswa.

2. Menertibkan siswa.

3. Merincikan tujuan

pembelajaran.

4. Memotivasi siswa

3

4

4

4

B Mengatur Waktu dan

Strategi Pembelajaran

1. Merancang materi ajar dengan

sistematis.

2. Menggunakan waktu secara

efektif dan efisiensi

3. Melaksanakan kegiatan

4

4

pembelajaran sesuai dengan

metode penemuan terbimbing .

4. Kegiatan Pembelajaran

bervariasi.

4

3

C Menggalakan ketertiban

siswa dalam proses

pembelajaran.

1. Membentuk kelompok siswa

dengan tertib.

2. Memberi dorongan kepada

siswa agar turut serta

mengerjakan tugasnya

dalam kelompknya.

3. Mengamati kegiatan siswa

sedang berdiskusi.

4. Memimpin diskusi kelas

antar kelompok.

3

4

4

4

Berdasarkan rincian hasil penelitian, diketahui bahwa penelitian berlangsung dua siklus.

Pada siklus I dengan menggunakan rencana pembelajaran (RPP), lembar observasi, dan tes

hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam belajar matematika. Setelah tes

awal dan tes siklus I diberikan kepada siswa maka hasil dari tes tersebut digunakan sebagai

acuan tindakan selanjutya.Yang menjadi permasalahan adalah hasil belajar siswa masih

rendah dan pembelajaran penemuan terbimbing belum terlaksana sesuai dengan perencanaan.

Penyebabnya adalah media yang digunakan tidak sesuai dengan materi pembelajaran, pada

siklus I guru seharusnya membawa kerangka kubus dan balok bukan kotak yang berbentuk

kubus dan balok sehingga kurang menarik minat serta tidak membantu menjelaskan konsep

materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Pada Siklus I diberikan berupa pembelajaran dengan menerapkan metode penemuan

terbimbing yaitu menyampaikan materi, memberi contoh soal, memberikan kesempatan

siswa untuk bertanya, dan memberikan motivasi kepada siswa yang minat belajarnya masih

kurang serta membentuk kelompok belajar yang masing-masing kelompok tersebut

berusahan memecahkan permasalahan matematika dengan penemuan terbimbing. Siklus I

berakhir setelah diberikan tes I. Dari hasil tes I tersebut terdapat 34,375% atau 11 orang siswa

yang belum mencapai ketuntasan belajar dan 65,625% atau 21 orang siswa yang sudah

mencapai ketuntasan belajar. Dan dari hasil observasi guru dalam mengelola pembelajaran

diperoleh jumlah rata-rata keseluruhan 2,5. Hal ini menyatakan bahwa hasil belajar siswa dan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran masih rendah. Maka siklus II harus

dilaksanakan.

Pada siklus II sesuai dengan pengembangan pada pembelajaran siklus I dan masih

menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing dengan memperbaiki pengelolaan

kegiatan pembelajaran diantaranya membuka pelajaran, mengatur waktu dan strategi

pembelajaran, menggalakan ketertiban siswa dalam proses pembelajaran. Pada membuka

pelajaran guru menunjukan media kubus dan balok yang terbuat dari karton serta aplikasi

pelajaran kubus dan balok sehari-hari, hal ini akan menarik perhatian serta minat siswa

sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas serta

media tersebut sesuai dengan konsep materi luas permukaan, volume kubus dan balok.

Pada tes II terdapat tiga orang atau 9,375% dari jumlah siswa yang belum mencapai

ketuntasan belajar dan terdapat 29 orang atau 90,625% dari jumlah siswa yang telah

mencapai ketuntasan belajar. Secara klasikal sudah memenuhi ketuntasan. Dari hasil

observasi diperoleh jumlah rata-rata keseluruhan adalah 3,58. Dalam hal ini kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil dari siklus I dan siklus II di atas, sejalan dengan teori Lesle J.Briggs

yang menyatakan media adalah alat untuk memberi perangsang bagi peserta didik supaya

terjadi proses pembelajaran. Dalam hal ini pada siklus II guru menggunakan media yang tepat

dalam menanamkan konsep luas permukaan dan volume kubus dan balok kepada siswa

sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan pada siklus II. Hal ini sesuai

dengan prosedur dalam merencanakan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing,

yaitu menyiapkan contoh, dalam hal ini kubus dan balok sebagai contoh atau media yang

membantu siswa dalam memahami pelajaran.

Kemudian pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas berjalan dengan

baik sehingga sistem pembelajaran terjadi secara dua arah antara siswa dan guru. Siswa

melakukan penemuan, sedangkan guru membimbing mereka kearah tepat atau benar. Maka

dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penemuan terbimbing berjalan secara efektif dan

efisien. Dalam metode pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar

karena pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi pada siswa. Hal ini dapat dilihat

pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat baik, maka dapat

disimpulkan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran yang aktif sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa.

Dengan demikian di MTs Hifzhil Qur’an, pembelajaran dengan menerapkan metode

penemuan terbimbing merupakan salah satu upaya yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dalam mempelajari kubus dan balok.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal hasil belajar kubus dan balok kelas VIII

MTs Hifzhil Qur’an mengalami peningkatan. Maka metode penemuan terbimbing pada

pokok bahasan kubus dan balok dapat meningkatan hasil belajar siswa kelas VIII MTs

Hifzhil Qur’an Medan tahun ajaran 2012/2013.

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran,

yaitu :

1) Sebaiknya guru memakai metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar

matematika pada pokok bahasan kubus dan balok; 2) Diharapkan seluruh siswa, khususnya

siswa kelas VIII MTs Hifzhil Qur’an agar lebih giat dan aktif serta mempererat kerjasama

antara sesama siswa sehingga dapat lebih memahami materi yang dipelajari; 3) Bagi peneliti

selanjutnya yang ingin meneliti topik atau masalah yang sama disarankan untuk melakukan

penelitian pada pokok bahasan atau metode pembelajaran lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto ,Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara, 2005.

Eggen, Paul.,Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran.Jakarta:PT Indeks,2012.

Samsul Sitakar, “Penerapan Metode Tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran Tajwid Al-Qur’an Di Kelas IV MDA Yayasan

Pendidikan Rusyda Medan T.A 2011/2012”( Skripsi ; Fakultas Tarbiyah IAIN

Sumatera Utara.

Sanjaya,Wina,Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Kencana,2011.