Penerapan Metode Contextual Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas III SDK Welamosa Pada...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
Transcript of Penerapan Metode Contextual Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas III SDK Welamosa Pada...
KARYA TULIS ILMIAH Alamat email: [email protected]
PENERAPAN METODE CONTEXTUAL DALAM MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS III SDK WELAMOSA PADA
KOMPETENSI DASAR MENGAMALKAN NILAI-NILAI SUMPAH
PEMUDA TAHUN AJARAN 2011/2012
DISUSUN OLEH :
NAMA : MARIA IMACULATA PESI
N I M : 821343291PROGRAM STUDI : S1 PENDIDIKAN GURU SD
POKJAR : ENDE
UBPJJUT : KUPANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2014.2
1
ABSTRAK
Maria Imaculata Pesi (2014.2) :” PenerapanMetode Contextual Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar SiswaKelas III SDK Welamosa Pada Kompetensi Dasar MengamalkanNilai-Nilai Sumpah Pemuda Tahun Ajaran 2011/2012”.
Kontruktivisme mengajarkan bahwa belajar adalahmembangun pemahaman atau pengetahuan (Contructing Understandingor Knowledge) yang di lakukan dengan cara mencocokan fenomena,idea tau aktivitas yang baru dengan pengetahuan yang telahada dan sudah pernah di pelajari. Konsekuensi dari konsepbelajar seperti ini adalah siswa dengan sungguh-sungguhmembangun konsep pribadi (mind consept) dalam sudut pandangbelajar bermakna dan bukan sekedar halangan atau tiruan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasibelajar PKn pada materi Sumpah Pemuda pada murid kelas IIISDIWelamosa. Manfaat proses penelitian ini adalahmeningkatkan pemahaman tentang makna sumpah pemuda.
Metode penelitian yang dipakai adalah PenelitianTindakan Kelas. Penelitian dilakukan secara kolaboratifantara guru dan peneliti sebagai mitra penelitian.Bentukpenelitian ini adalah model siklus sebanyak tiga kalipengamatan dan tindakan,yang terdiri dari beberapa fasepengamatan kegiatan pembelajaran. Prosedur pelaksanannyamengacu kepada mode yang dikembangkan olehKemiss&Mc.Tagart ,setiap siklus teridiri dari empat kegiatanpokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan danrefleksi.
Proses penelitian dengan menggunakan model kontekstual ,berhasil dilakukan guru dengan meningkatnya hasil belajarsiswa, hal ini terbukti dengan peningkatan nilai rata- ratakelas dai murid kelas III SDK Welamosa Ende yang kenaikancukup Significant dari rata-rata kelas 59,25 naik 62,50 danmenjadi 72,5
Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada berbagaipihak yang terkait khususnya bagi guru sekolah dasar,diharapkan dapat menjadi modal pengembangan untukmeningkatkan mutu-unjuk kerja guru professional gurudilapangan dan dapat meningkatkan mutu pembelajaran PKn.
Kata Kunci : Pembelajaran PKn, Prestasi Belajar, MetodeKontekstual Teaching Leraning .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan Perkembangan Ilmu pengetahuan
dan Teknologi paradigma Pembelajaran dari yang
bersifat behaviorastik menjadi kontruk-tifistik dari
yang berpusat pada guru (teaching centered) menuju pada
pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student
Centered).
Kontruktivisme mengajarkan bahwa belajar
adalah membangun pemahaman atau pengetahuan
(Contructing Understanding or Knowledge) yang di lakukan
dengan cara mencocokan fenomena, idea tau aktivitas
yang baru dengan pengetahuan yang telah ada dan
sudah pernah di pelajari. Konsekuensi dari konsep
belajar seperti ini adalah siswa dengan sungguh-
sungguh membangun konsep pribadi (mind consept) dalam
sudut pandang belajar bermakna dan bukan sekedar
halangan atau tiruan.
Peranan guru tidak semata-mata hanya
memberikan cerama yang sifatnya teks book (book
oriented) kepada siswa melainkan guru harus mampu
membangun jaring-jaring komunikasi dan interaksi
belajar bermakna melalui pemberian informasi yang
sangat bemakna dan relevan sesuai dengan kebutuhan
siswa.Upaya guru tersebut dilakukan dengan cara
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan ide-ide dan mengajak siswa untuk
belajar menggunakan strategi-strategi mereka
sendiri. Hal tersebut selaras dengan apa yang
dikemukakan Gradner bahwa setiap anak secara
potensial pasti berbakat tetapi ia mewujud dengan
cara yang berbeda-beda. Implementasinya adalah
setiap manusia memiliki gaya belajar yang unik dan
setiap manusia memiliki kekuatan sendiri dalam
belajar.
Dengan demikian peranan guru hanya terbatas
pada pemberian rangsangan kepada siswa agar ia dapat
mencapai tingkat tertinggi, namun harus diupayakan
siswa sendiri yang mencapai tingkatan tertinggi
dengan cara dan gayanya.
Terdapat anggapan umum Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang
mudah sehingga tidak perlu dirisaukan kesanggupan
siswa untuk menguasainya. Namun kenyataan tidak
semua siswa menunjukan hasil belajar yang memuaskan,
dan belum mampu memaknai nilai-nilai Sumpah Pemuda
dalam kehidupan sehari-hari dan berbagai sikap
positif seorang Warga Negara. Berdasarkan hasil
observasi pra penelitian tindakan kelas diperoleh
informasi bahwa pembelajaran PKn di kelas III SDK
Welamosa menunjukan kurangnya partisipasi siswa
dalam belajar sehingga mutu hasil belajar kurang
baik. Gambaran tersebut menunjukan adanya
kesenjangan antara kondisi actual yang dihadapi di
kelas dengan kondisi optimal yang diharapkan hal ini
dapat dilihat dari table dibawah ini.
Tabel I.1 : Nilai kondisi awal siswa KelasIII / Ulangan Harian Pembelajaran PKn SDKWelamosa (Prasiklus)
Sumber : Guru PKnDari tabel di atas, mengidentifikasikan
sebagian besar siswa (55%) belum mampu memahami
konsep materi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda dengan baik
sehingga penyebab nilai hasil belajar siswa rendah.
Prestasi belajar siswa yang tuntas hanya 45% hasil
tes awal nilai prestasi belajar siswa rendah
disebabkan oleh beberapa factor antara lain :
1. Dari Sudut Pandang Siswa.
a. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi
PKn yang bersifat teoritis.
b. Kurangnya kemampuan siswa dalam merumuskan
contoh-contoh Implementasi konsep PKn mata
pelajaran lembaga-lembaga pemerintahan desa dan
pemerintah kecamatan dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Dari Sudut Pandang Guru
a. Belum optimalnya persiapan/motifasi belajar
siswa sehingga hasil belajar rendah.
b. Kurang kondusifnya metode mengajar yang
digunakan guru untuk memotifasi belajar siswa
di kelas.
Jika permasalahan tersebut di atas tidak
segera dipecahkan akan memberikan dampak negative
terhadap kelancaran proses pembelajaran di kelas
seperti :
a. Kesulitan dalam menghidupkan suasana kelas,
karena kurang keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Kurangnya motifasi siswa dalam belajar PKn.
c. Prestasi belajar siswa mata pelajaran PKn kurang
memuaskan.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kondisi pembelajaran di atas yakni dengan
mengorganisasikan kegiatan pembelajaran yang menarik
sesuai dengan situasi dan kondisi siswa di kelas.
Alternatif tindakan yang dilakukan adalah
melaksanakan pembelajaran PKn materi ajar Nilai-
Nilai Sumpah Pemuda.
Berdasarkan alternatif tindakan di atas maka
perlu dilakukan penelitian tindakan dengan judul :
“Penerapan Metode Contextual Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas III SDK Welamosa Pada
Kompetensi Dasar Mengamalkan Nilai-Nilai Sumpah
Pemuda Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana meningkatkan pemahaman konsep nilai-
nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari
pada siswa Kelas 3 SDK Welamosa ?
2. Apakah dengan metode kontekstual dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas 3 SDK
Welamosa ?
C. Tujuan Perbaikan
Adapun tujuan perbaikan pembelajaran adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran PKn kompetensi dasar mengamalkan
nilai-nilai Sumpah Pemuda.
2. Meningkatkan aktivitas siswa Kelas 3 SDK Welamosa
dalam pembelajaran PKn.
D. Manfaat Perbaikan
1. Bagi Sekolah
a. Memberikan informasi tentang kemampuan guru
dalam memvariasikan bentuk pelayanan kepada
siswa dalam belajar.
b. Memberikan informasi tentang profil guru dan
siswa dalam belajar.
c. Memperoleh metode pembelajaran yang memiliki
keberpihakan kepada siswa.
2. Bagi Guru
a. Memberikan informasi kepada guru PKn mengenai
situasi pembelajaran PKn di kelas.
b. Sebagai bahan evaluasi bagi guru PKn dalam
usahanya untuk meningkatkan keberhasilan
mengajar PKn.
3. Bagi Siswa
a. Sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam mempelajari PKn.
b. Sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan
kemampuan siswa dalam berpikir.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Metode Contekstual Teaching Learning
Muslich (2009: 41) menjelaskan bahwa
pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan dunia
nyata murid, dan mendorong murid membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pendekatan kontekstual dipilih karena dalam sebuah
strategi belajar yang tidak mengharuskan murid
menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang
mendorong murid mengkontruksikan pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Melalui strategi CTL, murid
diharapkan belajar melalui “mengalami”, bukan
menghafal.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus
kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses
keterlibatan murid untuk menemukan materi, artinya
proses belajar diorientasikan pada proses
pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks CTL tidak mengharapkan agar murid hanya
menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL
mendorong agar murid dapat menemukan hubungan
antara materi yang dipelajari dengan situasi
kehidupan nyata, artinya murid dituntut untuk
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting, sebab dengan mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori murid, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong murid untuk dapat menerapkan
dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya
mengharapkan murid dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi
pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam
konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan
kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal
mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Menurut Nurhadi (2004:103) pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning – CTL)
adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan
situasi dunia nyata murid. Dan juga mendorong murid
membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dan penerapanya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan murid
diperoleh dari usaha murid mengkontruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar.
Menurut Sanjaya (2008: 118-122) secara ringkas
terdapat tujuh asas-asas yang melandasi pelaksanaan
pembelajaran kontekstual yaitu (1) konstruksvisme
adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam struktur kognitif murid berdasarkan
pengalaman; (2) inkuiri artinya proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berpikir secara sistematis; (3) bertanya
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan
murid, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berpikir; (4) masyarakat
belajar merupakan perwujudan bahwa kerja sama
sangat dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah;
(v) asas modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru murid; (6) refleksi adalah proses
pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang
dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian
atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui; (7)
penilaian nyata adalah proses.
Pendekatan Contexstual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Suprijono,2009:79-80).
Berdasarkan pengertian di atas, dalam
pembelajaran yang kontekstual murid didorong untuk
mengerti apa makna belajar, apa manfaat dan
bagaimana mencapainya. Proses pembelajaran
berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan
murid bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke murid. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan proses dari pada
hasil.. Dengan pendekatan kontekstual proses
pembelajaran diharapkan dengan alamiah dalam bentuk
kegiatan murid. Dengan pendekatan kontekstual
(CTL) proses pembelajran diharapkan berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan murid untuk bekerja
dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru
ke murid. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil. Dalam konteks itu, murid perlu
mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka
akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna
bagi hidupnya. Dengan demikian mereka memposisikan
dirinya yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya
nanti. Mereka mempelajari yang bermanfaat bagi
dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu,
mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan
pembimbing
2 Hakekat Pembelajaran PKn
a. Pengertian Belajar.
Belajar merupakan proses perubahan yang
terjadi pada diri seseorang melalui penguatan
(Reinforcement), sehinga terjadi perubahan yang
bersifat permanen dan pada dirinya sebagai
hasil pengalaman (Learning is achange of
behavior as result of experience), demikian
pendapat Jhon Dewei salah seorang ahli
pendidikan Amerika Serikat dari aliran
Behavioral Approach.
Perubahan yang di hasilkan oleh proses
belajar bersifat progresif dan akumulatif
mengarah pada kesempurnaan, misalnya dari yang
tidak mampu, dari yang tidak mengerti menjadi
mengerti, baik yang mencakup aspek pengetahuan
(logmi tive domain), aspek (efektif domain)
maupun aspek psikomotorif. (psycomotoric
domain) belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
(Bahri, 2002:11).
Suranto, dkk. (2009:5) menjelaskan bahwa
konsep pembelajaran Pendidikan PKn melalui
CTL harus memperhatikan 5 hal mendasar antara
lain :
1.Learning to know yaitu proses pembelajaran
yang memungkinkan siswa menguasai teknik
menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata
hanya memperoleh pengetahuan.
2.Learning to do yaitu suatu proses
pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk
melaksanakan (Controling, Monitoring,
Maintening, Designing, Organiting). Belajar
dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang
kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan
mekanistis, melainkan juga meliputi
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan
orang lain serta mengelola dan mengatasi
konflik.
3.Learning to live together adalah membekali
kemampuan untuk hidup bersama dengan orang
lain yang berbeda dengan penuh toleransi,
saling pengertian dan tanpa prasangka.
4.Learning to be adalah : Keberhasilan
pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan
ini diperlukan dukungan keberhasilan dari
pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar
tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang
mampu mencari informasi dan menemukan ilmu
pengetahuan yang mampu memecahkan masalah,
bekerjasama, bertenggang rasa dan toleransi
terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil
dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya
diri pada siswa sehingga menjadi manusia
yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian
mantap dan mandiri. Memiliki kemantapan
emosional dan intelektual, yang dapat
mengendalikan dirinya dengan konsisten yang
disebut Emotional Inteligence (kecerdasan
emosi)
5.Learning throughout life, yaitu pembelajaran
tidak dibatasi dapat dibatasi oleh ruang
dan waktu,di mana saja, kapan saja daan
oleh siapa saaja.
b. Tujuan Belajar
Surachman (1986;70) mengemukakan (3) tiga
tujuan pokok dalam belajar yaitu :
1. Pengumpulan pengetahuan.
2. Pemehaman konsep dan kecekatan
3. Pembentukan sikap perbuatan.
Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Pengumpulan Pengetahuan.
Dalam proses belajar selain pengetahuan
yang diperoleh, pengalaman seorangpun akan
bertambah, dari yang belum pernah di alami
hingga dapat dialami, diketahui dan pada
akhirnya diaplikasikan.
2. Penanaman Konsep Kecekatan.
Bila proses belajar terhadap suatu hal
dilakukan secara kontinue maka secara
otomatis konsep tentang hal tersebut akan
tertanam dalam ingatan dan akan
mempertinggi tingkat kecekatan seseorang
dalam menyelesaikan persoalan yang
berkaitan dengan hal tersebut
3. Pembentukan Sikap dan Perbuatan.
Jika proses belajar belajar yang diialami
benar-benar terinternalisasi dalam diri
seseorang maka berpengaruh terhadap sikap
dan perbuatanya.
c. Prestasi Belajar.
Proses belajar mengajar pada prinsipnya
bertujuan agar agar peserta didik dapat
menguasai bahan / materi yang diajarkan, hasil
dari keseluruhan proses belajar mengajar
biasanya diwujudkan melalui perubahan pola
tingkah laku orang belajar secara kuantitatif
hasil belajar siswa ditunjukan dengan nilai
raport berupa nilai prestasi belajar pada suatu
bidang studi tertentu.
Dalam kamus bahasa Indonesia( Poerwadarminta, 1988 ) prestasi belajardidefenisikan sebagai penguasaan pengetahuanatau keterampilan yang di kembangkan oleh matapelajaran lazimnya ditentukan oleh nilai yangdiberikan guru.
Selain itu Nasution menyatakan bahwaprestasi belajar adalah : Tingkat keberhasilan siswa dalam bentuk skoryang diperoleh dari hasil tes yang mengenaisejumlah materi tertentu ( 1980 : 24 )berdasarkan uraian tersebut di atas dapatdisimpulkan bahwa :1. Prestasi belajar merupakan hasil penilaian
yang dilakukan secara objektif menyeluruhdan berkesinambungan.
2. Prestasi belajar mencakup proses dan hasilbelajar.
Prestasi belajar siswa perlu ditingkatkandengan cara :
a. Upaya Guru : 1. Meningkatkan pemberian motifasi belajar
siswa.2. Menggunakan metode belajar yang tepat dan
berfariasi.3. Gunakan alat peraga.4. Penampilan guru yang menarik.5. Memberikan perhatian khusus bagi siswa
yang bermasalah.b. Upaya Siswa.
Sebagai subjek belajar siswa harusmenyadari bahwa keberhasilan dirinyasebagian besar tergantung pada upayanyasendiri. Karena itu siswa haruslah secarasadar dan bersungguh-sungguh menungkatkankemampuan dirinya dalam belajar. Upaya-upayaberikut dapat dijalankan oleh siswa :1. Membangkitkan rasa percaya diri bahwa
dirinya sanggup menguasai materipelajaran dengan baik.
2. Belajar secara teratur.3. Gunakan waktu luang sebaik-baiknya.4. Kerjakan semua latihan yang diberikan.
d. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.
Igak (2009: 8.11) menyatakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu
wahana pembangunan watak dan peradaban bangsa
Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dan dalam Kurikulum 2004
disebut sebagai mata pelajaran Kewarganegaraan
(Citizenship). Mata pelajaran Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk
menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1946. Fungsinya adalah sebagai
wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas,
terampil, berkarakter yang setia kepada bangsa dan
negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai
dengan amanat Pancasila dan UUD 1946 (Balitbang,
2002: 7).
Di samping itu Pendidikan Kewarganegaraan
juga dimaksudkan sebagai usah membekali siswa
dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan
dasar berkenaan dengan hubungan antara sesama
warga negara maupun antar warga negara dengan
negara. Serta pendidikan bela negara agar menjadi
warga nagara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara.
PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan terpaan moral yang
mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala sosial, khususnya yang
berkaitan dengan moral serta perilaku manusia.
Pendidikan Kewarganegaraan termasuk pelajaran
bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
teori-teori serta perihal sosial yang ada di
sekitar lingkungan masyarakat kita.
Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu
diberikan pengarahan, mereka harus terbiasa untuk
mendengar ataupun menerapkan serta mencatat hal-
hal yang berkaitan dengan ilmu PKn, salah satu
keberhasilan pembelajaran adalah jika siswa yang
diajar merasa senang dan memerlukan materi ajar.
Selain itu juga dengan diterapkannya pemberian
tugas dengan bentuk portofolio akan dapat
memberikan diskripsi baru mengenai pembelajaran
PKn, dan hal tersebut juga sebagai penunjang
Sebagaimana diketahui bahwa PendidikanKewarganegaraan pada hakekatnya merupakan
pendidikan yang mengarah pada terbentuknya wargaNegara yang baik dan bertanggung jawab berdasarkannilai-nilai dasar Negara Pancasila. PendidikanKewarganegaraan merupakan mata pelajaran yangmemfokuskan pada pembentukan warga Negara yangmemahami dan mampu melaksanakan hak-hak dankewajiban untuk menjadi warga Negara yang cerdasterampil dan berkarakter sesuai yang diamanatkanoleh Pancasila dan UUD 1945 Khusus untuk SD/MIlingkup pendidikan Kewarganegaraan Diknas dalamstandar kompetensi dan kompetensi dasar yangsecara sekuisal diorganisasikan sebagai berikut :
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar1. Mengamalkan makna
Sumpah Pemuda.1. Mengamalkan Nilai-
nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari.
e. Tujuan Pembelajaran PKN.Secara umum PKN di SD bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan :
1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif
dalam menanggapi.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung
jawab dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya.
4. Berintraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam
percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi ( Itihad Amin :
2009 ).
B. Kerangka Berpikir.
1. Meningkatkan hasil belajar PKN melalui metide
kontekstual.
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang
dapat di capai siswa melalui proses belajar yang
berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan
keteranpilan yang berguna bagi siswa dalam
kehidupan sehari-hari serta sikap cara berpikir
kritis dalam rangka mewujudkan manusia
berkualitas.
Untuk meningkatkan hasil belajar PKN. Dalam
pembelajaran harus menarik sehingga siswa
termotifasi untuk belajar. Bentuk pembelajaran
yang mengacu pada hal ini adalah model interaksi
dimana guru lebih banyak memberukan peran kepada
siswa sebagai subjek belajar.
Pembelajaran dengan metode kontekstual
adalah suatu model pembelajaran dimana guru dapat
menggunakan teknik yang berfariasi sesuai bahan
materi ajaran. Sebelum proses mengajar di dalam
kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diberi
tayangan gambar-gambar peristiwa Sumpah Pemuda
yang di pajang lewat gambar-gambar yang dipajang
pada papan tulis.
Kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan,
kemudian siswa diajak juga melihat kegiatan
karang taruna atau kelompok pemuda yang bekerja
lainnya. Tugas guru merangsang siswa untuk
berpikir kritis melihat permasalahan. Setiap
kelompok mendiskusikan kemudian menyampaikan
hasil diskusinya.
2. Pendekatan dan penerapan metode kontekstual dalam
pembelajaran PKN, siswa mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya dan berguna bagi
kehidupannya di kemudian hari.
Dengan demikian siswa dilatih untuk terampil
didalam melihat persolan dan dapat memecahkan
masalah.
C. Hipotesis Tindakan
Mengacu pada kerangka berpikir diatas, diduga
bahwa penerapan metode kontekstual dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDK
Welamosa kompetensi dasar dengan kompetensi dasar
Mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
1. Lokasi : SDK Welamosa Kecamatan
Wewaria
2. Waktu : Siklus 1 Tanggal 18 - 22
Oktober 2011.
Siklus 2 Tanggal 24 - 27 Oktober
2011.
3. Mata Pelajran : PKn
4. Kelas : III / 1
5. Karateristik Siswa :
a. Kelas III SDK Welamosa terdiri dari laki-laki
12 orang dan perempuan 8 orang
b. Sebagian besar siswa tidak memiliki buku
pegangan.
c. Orang tua siswa rata-rata bekerja sebagai
petani.
d. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn
masih rendah.
A. Deskripsi Persiklus :
1. Siklus I.
a. Perencanaan:
Identifikasi masalah dan penerapanalternative pemecahan masalah.
Merencanakan pembelajaran yang akanditerapkan dalam proses belajar mengajar.
Menetapkan standar kompotensi dan memilihbahan pelajaran yang sesuai dengan metode.
Menentukan, scenario pembelajaran denganMetode Kontextual.
Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu,yang dibutuhkan.
Menyusun lembar kerja siswa. Mengembangkan format Evaluasi.
b. Pelaksana Tindakan.
Guru mempersiapkan gambar-gambar peristiwa
Sumpah Pemuda dan kegiatan Karang Taruna
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Guru menempelkan gambar-gambar di papan
tulis atau papan White Board.
Guru memberikan petujuk dan memberi
kesempatan pada siswa untuk memperhatikan /
menganalisis gambar / kegiatan Karang
Taruna.
Melalui diskusi kelompok 5-6 orang, hasil
diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat
pada kertas.
Tiap kelompok di beri kesempatan membaca
hasil diskusinya.
Mulai komentar / hasil diskusi siswa, guru
mulai menjelaskan tujuan yang ingin di
capai.
c. Pengamatan.
Melakukan Observasi dengan memakai Format
Observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan
catatan, untuk mengumpulkan data. Menilai hasil
tindakan dengan menggunakan format yang telah
disediakan.
d. Refleksi.
Melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan meliputi evaluasi, mutu, jumlah, dan
waktu dari setiap macam tindakan. Melakukan
pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang
scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil
evaluasi untuk di gunakan pada siklus
berikutnya.
2. Siklus 2.a. Perencanaan.
Identifikasi masalah yang muncul dalamsiklus I yang belum teratasi dan penetapanalternatif pemecahan masalah.
Menetukan indikator pencapaian pembelajaran. Pengembangan program tindakaan II.
b. Pelaksanaan Tindakan. Pelaksanaan tindakan siklus II mengacu pada
identifikasi masalah yang muncul pada siklusI, sesuai dengan alternatif pemecahanmasalah yang sudah ditentukan antara lainmelalui.
Guru menetapkan metode pembelajarankontextual menengah.
Guru gambar-gambar sesuai dengan tujuanpembelajaran.
Guru memberikan petunjuk dan memberikesempatan pada siswa untuk memperhatikangambar.
Melalui diskusi kelompok 4-5 orang, kemudianmelaporkan hasil diskusi.
Guru mengkomentari hasil laporan siswa.c. Pengamatan.
Melakukan pengamatan bersama temanSupervisor 2 sesuai dengan format evaluasiyang disiapkan dan mencatat semua hal-halyang diperlukan selama pelaksanaan tindakanberlangsung.
Menilai hasil tindakan sesuai dengan formatyang dikembangkan.
d. Refleksi. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada
siklus II berdasarkan data yang terkumpul. Membahas hasil evaluasi tentang scenario
pembelajaran pada siklus II. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai
dengan hasil evaluasi untuk digunakan padasiklus selanjutnya. Akan tetapi sesuaiObservasi tindakan nilai siswa telahmencapai hasil maksimal, dengan demikian
tidak perlu di lanjutkan pada siklusberikutnya.
Dengan demikian pelaksanan metode metodekontextual dapat meningkatkan prestasibelajar siswa. Pada kompetensi dasarmengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalamkehidupan sehari-hari.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Persiklus.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran PKN di buat
dalam 2 siklus masing-masing siklus dilakukan I
kali pertemuan tatap muka, yakni 2x35 menit.
Evaluasi yang dilakukan adalah sesuai dengan
scenario pembelajaran. Untuk memperoleh gambaran
pemahaman konsep teori dan dijadikan sebagai bahan
pembanding dalam kaitan dengan evaluasi akhir.
Perbandingan nilai sebelum dilaksanakan siklus I dan
siklus II sebagimana di uraikan pada tabel di bawah
ini :
Tabel IV.1 Hasil Evaluasi Pembelajaran PKn Siklus
I.
Sumber : Olahan Data
Dari gambararan diatas menunjukan hasil
evaluasi pada siklus I nilai rata-rata kelas untuk
mata pelajaran PKn dengan kompetensi dasar :
Mengenal nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan
sehari-hari.
Hal ini dapat terlihat 12 siswa mendapat
nilai di atas 60, 8 siswa memperoleh nilai diantara
50. Dari hasil olahan data ini yang disimpulkan
bahwa ada 8 peserta didik yang belum memahami
indikator mengenal nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam
kehidupan sehari-hari dengan demikian akan
dilakukan remedial ulang sesuai pengembangan
program perencanaan.
Tabel IV.2. Hasil Evaluasi Pembelajaran PKn
Siklus 2.
Sumber : Olahan Data
Dari data pada siklus II diatas mencerminkan
perubahan yang sangat Significant dengan rata-rata
kelas 72. Dari hasil yang ada peserta didik yang
memperoleh nilai < 65 tidak ada, ada siswa yang
nilainya diatas 70 yaitu 5 siswa, sedangkan 12
orang memperoleh nilai 70 dan 3 orang memperoleh
nilai 65.
Dari data yang ada terbaca ada 9 siwa
mengalami perubahan nilai yang sangat luar biasa
dalam pelajaran PKN, selain itu tidak ada siswa
yang nilainya, dengan demikian tidak perlu
dilakukan Remedial ulang, dan perbaikan
pembelajaran PKN melalui metode kontextual
dikatakan behasil.
B. Pembahasan Dari Setiap Siklus
Agar tercapainya tujuan penelitian yaitu
perbaikan pembelajaran PKN pada kompetensi dasar
Mengamalkan makna sumpah pemuda dalam kehidupan
sehari hari.-perlu dilakukan langkah-langkah
perbaikan setiap siklus yang di mulai dari refleksi
awal / identifikasi masalah, merencanakan tindakan,
Implementasi tindakan dan pengaruhnya, pengamatan,
refleksi data (akhir), menjelaskan kegagalan dan
keberhasilan.
Adapun sasaran pada siklus I adalah siswa dapat
memahami Implementasi / pencerminan makna Sumpah
Pemuda. Pada siklus II di fokuskan pada siswa agar
dapat pelaksanaan pengamalan Sumpah Pemuda dalam
kehidupan sehari-hari.
Penggunaan Metode Contextual, ternyata membawa
pengaruh yang positif terhadap sikap dan perilaku
siswa dalam kelompok diskusi maupun bermain. Pekan
siswa dalam lingkungan di mana dia tinggal dia akan
memahami struktur kedudukan kepala desa dan maupun
camat dalam tatanan Negara, dengan demikian hasil
belajarpun pun meningkat yang dapat dilihat dari
perubahan nilai Rata-rata sebagai berikut :
- Kondisi awal/ prasiklus, nilai rata-rata ulangan
siswa adalah 59, 25
- Pada siklus 1 meningkat menjadi 65, 50
- Pada siklus 2 nilai evaluasi pada pembelajaran
PKn meningkat 72, 5
Berdasarkan perubahan hasil belajar siswa yang
dilihat dalam perbandingan nilai rata-rata
membuktikan bahwa penggunaan metode kontrextual
berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaram PKn. Ini dapat dilihat pada grafik
peningkatan nilai rata-rata di bawah ini:
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pemberian metode pembelajaran pada kegiatan
belejar mengajar hendaknya memperhatikan materi/
tema dalam pembelajaran.
2. Penggunaan metode kontekxtual dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKN
pada siswa kelas III SDK Welamosa, Kecamatan
Wewaria.
3. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
secara jelas pada table-tabel yang telah
disajikan.
B. Saran
Pemberian saran lebih difokuskan pada siswa
guru dan sekolah yaitu:
1. Bagi Siswa
Diharapkan siswa memiliki buku sumber belajar
sendiri dan berusaha lebih keras dalam
meningkatkan mutu diri sendiri sehingga menjadi
manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa.
2. Bagi Guru
Hendaknya guru memberikan metode yang lebih
bervariasi dalam kegiatan pembelajaran.
Sehingga siswa tidak bosan dan apatis.
3. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan pra
sarana yang memadai, dalam hal ini perpustakaan
dan media alat pembantu dalam menunjang proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani, (1993). Pengolahan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta
Andayani, dkk (2009), Pemantapan kemampuan professional, Jakarta
: Universitas Terbuka.
Arikunto Suharsini, Dr. (1991). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Amin Itihad Zainul. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta
: Universitas Terbuka.
Nana Sujana, (1991). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Rosdakarya.
Porwadarminta W. J. S (1988). Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta : Gramedia.
Santosa Edi, dkk (2008). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas 3
SD/ MI. Jakarta : Pusat Pembukuan.
Suranto, dkk. (2009). Konsep Pembelajaran Berbasis CTL.
Semarang : PT Sindur Press
User Usman (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja
Rosda Karya.
Nasution, dkk (1985). Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan PrestasiBelajar Anak. Jakarta : Gunung Mulia.
Wardani IGAK dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :Universitas Terbuka.