Pencegahan HIV dan AIDS

24
Pencegahan HIV dan AIDS Perkiraan risiko masuknya HIV per aksi, menurut rute paparan [52] Rute paparan Perkiraan infeksi per 10.000 paparan dengan sumber yang terinfeksi Transfusi darah 9.000 Persalinan 2.500 Penggunaan jarum suntik bersama-sama 67 Hubungan seks anal reseptif * 50 Jarum pada kulit 30 Hubungan seksual reseptif * 10 Hubungan seks anal insertif * 6,5 Hubungan seksual insertif * 5 Seks oral reseptif * 1 Seks oral insertif * 0,5 * tanpa penggunaan kondom § sumber merujuk kepada seks oral yang dilakukan kepada laki-laki Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual , persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal ). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur , air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut,

Transcript of Pencegahan HIV dan AIDS

Pencegahan HIV dan AIDSPerkiraan risiko masuknya HIV per aksi,

menurut rute paparan[52]

Rute paparan

Perkiraaninfeksi

per 10.000paparan

dengan sumberyang terinfeksi

Transfusi darah 9.000

Persalinan 2.500

Penggunaan jarum suntik bersama-sama 67

Hubungan seks anal reseptif* 50

Jarum pada kulit 30

Hubungan seksual reseptif* 10

Hubungan seks anal insertif* 6,5

Hubungan seksual insertif* 5

Seks oral reseptif* 1

Seks oral insertif* 0,5* tanpa penggunaan kondom

§ sumber merujuk kepada seks oralyang dilakukan kepada laki-laki

Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuhialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengancairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibuke janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periodeperinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, airmata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapatcatatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut,

dengan demikian risiko infeksinya secara umum dapatdiabaikan

Hubungan seksual

Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpapelindung antarindividu yang salah satunya terkena HIV.Hubungan heteroseksual adalah modus utama infeksi HIV didunia. Selama hubungan seksual, hanya kondom pria ataukondom wanita yang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksiHIV dan penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil.Bukti terbaik saat ini menunjukan bahwa penggunaan kondomyang lazim mengurangi risiko penularan HIV sampai kira-kira80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besarjika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan.Kondom laki-laki berbahan lateks, jika digunakan denganbenar tanpa pelumas berbahan dasar minyak, adalah satu-satunya teknologi yang paling efektif saat ini untukmengurangi transmisi HIV secara seksual dan penyakit menularseksual lainnya. Pihak produsen kondom menganjurkan bahwapelumas berbahan minyak seperti vaselin, mentega, dan lemakbabi tidak digunakan dengan kondom lateks karena bahan-bahantersebut dapat melarutkan lateks dan membuat kondomberlubang. Jika diperlukan, pihak produsen menyarankanmenggunakan pelumas berbahan dasar air. Pelumas berbahandasar minyak digunakan dengan kondom poliuretan.

Kondom wanita adalah alternatif selain kondom laki-laki danterbuat dari poliuretan, yang memungkinkannya untukdigunakan dengan pelumas berbahan dasar minyak. Kondomwanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan memilikisebuah ujung terbuka keras berbentuk cincin, dan didesainuntuk dimasukkan ke dalam vagina. Kondom wanita memilikicincin bagian dalam yang membuat kondom tetap di dalamvagina — untuk memasukkan kondom wanita, cincin ini harusditekan. Kendalanya ialah bahwa kini kondom wanita masihjarang tersedia dan harganya tidak terjangkau untuk sejumlah

besar wanita. Penelitian awal menunjukkan bahwa dengantersedianya kondom wanita, hubungan seksual dengan pelindungsecara keseluruhan meningkat relatif terhadap hubunganseksual tanpa pelindung sehingga kondom wanita merupakanstrategi pencegahan HIV yang penting.

Penelitian terhadap pasangan yang salah satunya terinfeksimenunjukkan bahwa dengan penggunaan kondom yang konsisten,laju infeksi HIV terhadap pasangan yang belum terinfeksiadalah di bawah 1% per tahun.] Strategi pencegahan telahdikenal dengan baik di negara-negara maju. Namun, penelitianatas perilaku dan epidemiologis di Eropa dan Amerika Utaramenunjukkan keberadaan kelompok minoritas anak muda yangtetap melakukan kegiatan berisiko tinggi meskipun telahmengetahui tentang HIV/AIDS, sehingga mengabaikan risikoyang mereka hadapi atas infeksi HIV. Namun demikian,transmisi HIV antarpengguna narkoba telah menurun, dantransmisi HIV oleh transfusi darah menjadi cukup langka dinegara-negara maju.

Pada bulan Desember tahun 2006, penelitian yang menggunakanuji acak terkendali mengkonfirmasi bahwa sunat laki-lakimenurunkan risiko infeksi HIV pada pria heteroseksual Afrikasampai sekitar 50%. Diharapkan pendekatan ini akandigalakkan di banyak negara yang terinfeksi HIV palingparah, walaupun penerapannya akan berhadapan dengan sejumlahisu sehubungan masalah kepraktisan, budaya, dan perilakumasyarakat. Beberapa ahli mengkhawatirkan bahwa persepsikurangnya kerentanan HIV pada laki-laki bersunat, dapatmeningkatkan perilaku seksual berisiko sehingga mengurangidampak dari usaha pencegahan ini. Pemerintah Amerika Serikatdan berbagai organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan ABCuntuk menurunkan risiko terkena HIV melalui hubunganseksual. Adapun rumusannya dalam bahasa Indonesia:

“ Anda jauhi seks,Bersikap saling setia dengan pasangan,Cegah dengan kondom. ”

Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi

Wabah AIDS di Afrika Sub-Sahara tahun 1985-2003.

Pekerja kedokteran yang mengikuti kewaspadaan universal,seperti mengenakan sarung tangan lateks ketika menyuntik danselalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi HIV.

Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan penggunanarkoba untuk tidak berbagi jarum dan bahan lainnya yangdiperlukan untuk mempersiapkan dan mengambil narkoba(termasuk alat suntik, kapas bola, sendok, air pengencerobat, sedotan, dan lain-lain). Orang perlu menggunakan jarumyang baru dan disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasitentang membersihkan jarum menggunakan pemutih disediakanoleh fasilitas kesehatan dan program penukaran jarum. Disejumlah negara maju, jarum bersih terdapat gratis disejumlah kota, di penukaran jarum atau tempat penyuntikanyang aman. Banyak negara telah melegalkan kepemilikan jarum

dan mengijinkan pembelian perlengkapan penyuntikan dariapotek tanpa perlu resep dokter.

Penularan dari ibu ke anak

Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadiselama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelahkelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% sampai 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor-faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.

Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara berikut:

Pengobatan: Jelas bahwa pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibuke anak. Ketika dikombinasikan dengan dukungan dan konseling makanan bayi, dan penggunaan metode pemberianmakanan yang lebih aman, pengobatan ini dapat mengurangi risiko infeksi anak hingga setengahnya. Regimen ARV khususnya didasarkan pada nevirapine atau zidovudine. Nevirapine diberikan dalam satu dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan dalam satu dosiskepada anak dalam waktu 72 jam setelah kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan risiko penularan ketika diberikan kepada ibu dalam enam bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan, dan kepada sang bayi selama enam minggu setelah kelahiran. Bahkan bila zidovudine diberikan di saat akhir kehamilan, atau sekitar saat masa persalinan, risiko penularan dapat dikurangi menjadi separuhnya. Secara umum, efektivitas regimen obat-

obatan akan sirna bila bayi terus terpapar pada HIV melalui pemberian air susu ibu. Obat-obatan antiretroviral hendaknya hanya dipakai di bawah pengawasan medis.

Operasi Caesar: Operasi caesar merupakan prosedur pembedahan di mana bayi dilahirkan melalui sayatan padadinding perut dan uterus ibunya. Dari jumlah bayi yang terinfeksi melalui penularan ibu ke anak, diyakini bahwa sekitar dua pertiga terinfeksi selama masa kehamilan dan sekitar saat persalinan. Proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan risiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan terjadinya penurunan risiko. Kendatipun demikian, perlu dipertimbangkan juga faktor risiko yang dihadapi sang ibu.

Menghindari pemberian ASI: Risiko penularan dari ibu keanak meningkat tatkala anak disusui. Walaupun ASI dianggap sebagai nutrisi yang terbaik bagi anak, bagi ibu penyandang HIV-positif, sangat dianjurkan untuk mengganti ASI dengan susu formula guna mengurangi risiko penularan terhadap anak. Namun demikian, ini hanya dianjurkan bila susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, bila formula bayi itu dapat dibuat dalam kondisi yang higienis, dan bila biaya formula bayi itu terjangkau oleh keluarga.

Badan Kesehatan Dunia, WHO, membuat rekomendasi berikut:

Ketika makanan pengganti dapat diterima, layak, harganya terjangkau, berkesinambungan, dan aman, sangat dianjurkan bagi ibu yang terinfeksi HIV-positif untuk tidak menyusui bayinya. Bila sebaliknya, maka pemberian ASI eksklusif direkomendasikan pada bulan pertama kehidupan bayi dan hendaknya diputus sesegera mungkin.

PENGGUNAAN NARKOBA SUNTIK (IDU)

Bagi pengguna narkoba, langkah-langkah tertentu dapat diambil untuk mengurangi risiko kesehatan masyarakat maupun kesehatan pribadi, yaitu:

Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke yang dapatdiminum secara oral.

Jangan pernah menggunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air, atau alat untuk menyiapkan napza.

Gunakan semprit baru (yang diperoleh dari sumber-sumberyang dipercaya, misalnya apotek, atau melalui program pertukaran jarum suntikan) untuk mempersiapkan dan menyuntikkan narkoba.

Ketika mempersiapkan napza, gunakan air yang steril atau air bersih dari sumber yang dapat diandalkan.

Dengan menggunakan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat yang akan disuntik sebelum penyuntikandilakukan.

PenangananLihat pula HIV dan Obat antiretrovirus.

Abacavir – Nucleoside analog reverse transcriptase inhibitor (NARTI atau NRTI)

Struktur kimia Abacavir

Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atauAIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahandidasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jikagagal, perawatan antiretrovirus secara langsung setelahkontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposureprophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaranyang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki efek sampingyang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan,mual, dan lelah.

Terapi antivirus

Penanganan infeksi HIV terkini adalah terapi antiretrovirusyang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkatHAART). Terapi ini telah sangat bermanfaat bagi orang-orangyang terinfeksi HIV sejak tahun 1996, yaitu setelahditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor.Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi darisetidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri daripaling sedikit dua macam (atau "kelas") bahanantiretrovirus. Kombinasi yang umum digunakan adalahnucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) denganprotease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse transcriptaseinhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV lebih cepatperkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa,maka rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa. Di negara-negaraberkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang dokterakan mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatanberkurangnya CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilihwaktu memulai perawatan awal. Perawatan HAART memungkinkanstabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus dalamdarah) pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIVataupun menghilangkan gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yangtinggi sering resisten terhadap HAART dan gejalanya kembalisetelah perawatan dihentikan. Lagi pula, dibutuhkan waktulebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi

HIV dengan menggunakan HAART. Meskipun demikian, banyakpengidap HIV mengalami perbaikan yang hebat pada kesehatanumum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi adanyapenurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas) dantingkat kematian (mortalitas) karena HIV Tanpa perawatanHAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengankecepatan rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluhtahun, dan selanjutnya waktu bertahan setelah terjangkitAIDS hanyalah 9.2 bulan. Penerapan HAART dianggapmeningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun.Bagi beberapa pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebihdari lima puluh persen, perawatan HAART memberikan hasiljauh dari optimal. Hal ini karena adanya efek samping/dampakpengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirussebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yangresisten obat. Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalammenerapkan terapi antiretrovirus adalah alasan utama mengapakebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari penerapanHAART. Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taatdan tidak teratur untuk penerapan HAART tersebut. Isyu-isyupsikososial yang utama ialah kurangnya akses atas fasilitaskesehatan, kurangnya dukungan sosial, penyakit kejiwaan,serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga kompleks,karena adanya beragam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis,pembatasan makan, dan lain-lain yang harus dijalankan secararutin . Berbagai efek samping yang juga menimbulkankeengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara lainlipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatanrisiko sistem kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayiyang dilahirkan.

Obat anti-retrovirus berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi di dunia tidaklah memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS tersebut.

Penanganan eksperimental dan saran

Telah terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuaiuntuk menahan epidemik global (pandemik) karena biaya vaksinlebih murah dari biaya pengobatan lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya dan pasien tidakmembutuhkan perawatan harian. Namun setelah lebih dari 20tahun penelitian, HIV-1 tetap merupakan target yang sulitbagi vaksin.

Beragam penelitian untuk meningkatkan perawatan termasukusaha mengurangi efek samping obat, penyederhanaan kombinasiobat-obatan untuk memudahkan pemakaian, dan penentuan urutankombinasi pengobatan terbaik untuk menghadapi adanyaresistensi obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwalangkah-langkah pencegahan infeksi oportunistik dapatmenjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksiHIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankanuntuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalamberisiko terinfeksi. Pasien yang mengalami penekanan dayatahan tubuh yang besar juga disarankan mendapatkan terapipencegahan (propilaktik) untuk pneumonia pneumosistis, demikianjuga pasien toksoplasmosis dan kriptokokus meningitis yangakan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktiktersebut.

Pengobatan alternatif

Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untukmenangani gejala atau mengubah arah perkembangan penyakit.]

Akupunktur telah digunakan untuk mengatasi beberapa gejala,misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy) sepertikaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkaninfeksi HIV. Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwatanaman-tanaman obat tersebut memiliki dampak pada

perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberiberagam efek samping negatif yang serius.

Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin danmineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIVpada orang dewasa, meskipun tidak ada bukti yang menyakinkanbahwa tingkat kematian (mortalitas) akan berkurang padaorang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik.Suplemenvitamin A pada anak-anak kemungkinan juga memiliki beberapamanfaat. Pemakaian selenium dengan dosis rutin harian dapatmenurunkan beban tekanan virus HIV melalui terjadinyapeningkatan pada jumlah CD4. Selenium dapat digunakansebagai terapi pendamping terhadap berbagai penangananantivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan sendiriuntuk menurunkan mortalitas dan morbiditas.

Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa terapi pengobatanalteratif memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitasdan morbiditas penyakit ini, namun dapat meningkatkankualitas hidup individu yang mengidap AIDS. Manfaat-manfaatpsikologis dari beragam terapi alternatif tersebutsesungguhnya adalah manfaat paling penting daripemakaiannya.

Namun oleh penelitian yang mengungkapkan adanya simtomahipotiroksinemia pada penderita AIDS yang terjangkit virusHIV-1, beberapa pakar menyarankan terapi dengan asupanhormon tiroksin. Hormon tiroksin dikenal dapat meningkatkanlaju metabolisme basal sel eukariota dan memperbaiki gradienpH pada mitokondria.

Adakah Obat untuk HIV/AIDS Saat Ini?

AIDS merupakan penyakit yang palingditakuti pada saat ini. HIV, virus yang menyebabkan penyakitini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehinggaorang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untukmempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadiberkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentumengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positifmengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktuyang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akanterus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur danbakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangatberbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.

Karena ganasnya penyakit ini, maka berbagai usaha dilakukanuntuk mengembangkan obat-obatan yang dapat mengatasinya.Pengobatan yang berkembang saat ini, targetnya adalah enzim-enzim yang dihasilkan oleh HIV dan diperlukan oleh virustersebut untuk berkembang. Enzim-enzim ini dihambat denganmenggunakan inhibitor yang nantinya akan menghambat kerjaenzim-enzim tersebut dan pada akhirnya akan menghambatpertumbuhan virus HIV.

HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalahRNA (asam ribonukleat) yang dibungkus oleh suatu matriksyang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh,materi genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asamdeoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam DNA inang, danselanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan

protein. Protein-protein yang dihasilkan kemudian akanmembentuk virus-virus baru.

Gambar 1A Struktur Virus HIV

Gambar 1B Daur hidup HIV

Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambatpengubahan RNA menjadi DNA dan menghambat pembentukanprotein-protein aktif. Enzim yang membantu pengubahan RNAmenjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yangmembantu pembentukan protein-protein aktif disebut protease.

Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetikyang tersimpan pada RNA virus harus diubah terlebih dahulu

menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu prosespengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNAdihambat, maka proses pembentukan protein juga menjaditerhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus yangbaru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat enzim reverse transcriptase tidak secaratuntas menghancurkan virus yang terdapat di dalam tubuh.Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat prosespembentukan virus baru, dan proses penghambatan ini puntidak dapat menghentikan proses pembentukan virus barusecara total.

Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembangadalah penggunaan penghambat enzim protease. Dari DNA yangberasal dari RNA virus, akan dibentuk protein-protein yangnantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikelvirus yang baru. Pada mulanya, protein-protein yang dibentukberada dalam bentuk yang tidak aktif. Untuk mengaktifkannya,maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong padatempat-tempat tertentu. Di sinilah peranan protease.Protease akan memotong protein pada tempat tertentu darisuatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akanmenghasilkan protein yang nantinya akan dapat membentukprotein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupunprotein fungsional yang berperan sebagai enzim.

Gambar 2 (klik untuk memperbesar)

Gambar 2 menunjukkan skema produk translasional dari gengag-pol dan daerah di mana produk dari gen tersebut dipecaholeh protease. p17 berfungsi sebagai protein kapsid, p24protein matriks, dan p7 nukleokapsid. p2, p1 dan p6merupakan protein kecil yang belum diketahui fungsinya.Tanda panah menunjukkan proses pemotongan yang dikatalisisoleh protease HIV (Flexner, 1998).

Menurut Flexner (1998), pada saat ini telah dikenal empatinhibitor protease yang digunakan pada terapi pasien yangterinfeksi oleh virus HIV, yaitu indinavir, nelfinavir, ritonavirdan saquinavir. Satu inhibitor lainnya masih dalam prosespenelitian, yaitu amprenavir. Inhibitor protease yang telahumum digunakan, memiliki efek samping yang perludipertimbangkan. Semua inhibitor protease yang telahdisetujui memiliki efek samping gastrointestinal. Hiperlipidemia,intoleransi glukosa dan distribusi lemak abnormal dapat jugaterjadi.

Gambar 3 (klik untuk memperbesar)

Gambar 3 menujukkan lima struktur inhibitor protease HIVdengan aktivitas antiretroviral pada uji klinis. NHtBu =amido tersier butil dan Ph = fenil (Flexner, 1998).

Uji klinis menunjukkan bahwa terapi tunggal denganmenggunakan inhibitor protease saja dapat menurunkan jumlahRNA HIV secara signifikan dan meningkatkan jumlah sel CD4(indikator bekerjanya sistem imun) selama minggu pertamaperlakuan. Namun demikian, kemampuan senyawa-senyawa iniuntuk menekan replikasi virus sering kali terbatas, sehinggamenyebabkan terjadinya suatu seleksi yang menghasilkan HIVyang tahan terhadap obat. Karena itu, pengobatan dilakukandengan menggunakan suatu terapi kombinasi bersama-samadengan inhibitor reverse transcriptase. Inhibitor proteaseyang dikombinasikan dengan inhibitor reverse transkriptasemenunjukkan respon antiviral yang lebih signifikan yangdapat bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama (Patrick &Potts, 1998).

Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui bahwa sampai saatini belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkanpenyakit HIV/AIDS. Obat-obatan yang telah ditemukan hanyamenghambat proses pertumbuhan virus, sehingga jumlah virusdapat ditekan.

Oleh karena itu, tantangan bagi para peneliti di seluruhdunia (termasuk Indonesia) adalah untuk mencari obat yangdapat menghancurkan virus yang terdapat dalam tubuh, bukanhanya menghambat pertumbuhan virus. Indonesia yang kaya akankeanekaragaman hayati, tentunya memiliki potensi yang sangatbesar untuk ditemukannya obat yang berasal dari alam.Penelusuran senyawa yang berkhasiat tentunya memerlukanpenelitian yang tidak sederhana.

Walaupun obat HIV yang ditemukan semakin banyak dan canggih,tak ada satupun diantaranya yang dapat menyembuhkan HIV/AIDSsecara tuntas. Obat tersebut tujuannya hanya menghambat

perkembangbiakan virus dan mengurangi kemungkinan timbulnya komplikasi atau kematian.

Pemberian obat biasanya dalam bentuk kombinasi, sekurang-kurangnya tiga jenis. Tujuannya adalah memperlambat timbulnya resistensi (kekebalan) virus terhadap obat.

Berikut beberapa jenis obat yang biasa digunakan :

1. Golongan penghambat enzim reverse transcriptase, misalnya zidovudine (AZT/Retrovir), didanosine (ddI/Videx), zalcitabine (ddC/Hivid), stavudine (d4T/Zerit), lamivudine (3TC/Epivir), abacavir (ABC/Ziagen), emtricitabine (FTC/Emtriva), tenofovir (Viread), efavirenz (Sustiva), nevirapine (Viramune), and delavirdine (Rescriptor) dan Etravirine (Intelence).

2. Golongan penghambat protease, contohnya ritonavir (Norvir), kombinasi lopinavir dan ritonavir (Kaletra), saquinavir (Invirase), indinavir sulphate (Crixivan), amprenavir (Agenerase), fosamprenavir (Lexiva), darunavir (Prezista), atazanavir (Reyataz), tipranavir (Aptivus), dan nelfinavir (Viracept).

3. Golongan penghambat fusi dan entri, misalnya enfuvirtide (Fuzeon/T20) dan maraviroc (Selzentry).

4. Golongan penghambat enzim integrase, contohnya raltegravir (Isentress).

Setiap golongan obat bekerja pada titik tertentu dari prosesperkembangan virus. Ada pada tahap awal, misalnya penghambatfusi, ada pada tahap pertengahan misalnya penghambat enzim transcriptase, dan ada pada tahap akhir misalnya penghambat protease.

Sayangnya, obat-obat HIV kadang-kadang menimbulkan efek samping yang berat, antara lain turunnya jumlah sel darah merah atau putih, peradangan di pankreas, keracunan hati,

bintik merah di kulit, gangguan pencernaan, kenaikan kadar kolesterol, diabetes, distribusi lemak tubuh yang tidak normal, dan nyeri saraf.

Pustaka:

1. Flexner, C. 1998. HIV-Protease Inhibitor. N. Engl. J.Med. 338:1281-1293

2. Patrick, A.K. & Potts, K.E. 1998. Protease Inhibitors as Antiviral Agents. Clin. Microbiol. Rev. 11: 614-627.

3. www.google.co.id

Kata pengantarPuji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang

Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehinggamakalah yang berjudul “Mehamami Cara Menangani HIV danAIDS” ini dapat diselesaikan tepat pada waktu nya.

Makalah ini berisikan tentang pencegahan dan obat-obatan pada hiv dan aids .Dengan makalah ini kita dapatmemahami dari pencegahan hiv/aids tersebut sehinggadapat menjauhkan kita dari penyakit yang berbahaya ini.

Demikianlah makalah ini kami buat,semoga bisabermanfaat bagi kita semua dan juga bisa menjadipetunjuk bagi kita.

PENUTUPDemikianlah makalah ini kami buat,kurang dan

lebihnya mohon dimaafkan.Semoga bisa bermanfaat bagikita semua.

Kesimpulan :

Kita dapat mencegah HIV/AIDS dengan tidak melakukan hubunganseks bebas,melakukan transfusi darah sembarangan dan jugatidak memakai narkoba karena itu semua hanya dapat merusakkita sebagai generasi bangsa.Kita dapat mengetahui obat yangbisa mengahambat perkembang biakan virus ini.Untuk sekarang

ini belum ditemukan obat yang bisa mengobati HIV/AIDS ,olehkarena itu usahakan sebisa mungkin untuk tidak mendapatkanpenyakit ini.

HIV & AIDSApakah HIV?

HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’.HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem

kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel danmacrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel),dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virusini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yangterus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalantubuh.Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistemtersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangiinfeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalantubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentanterhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarangmenjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan.Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalanyang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karenainfeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuhyang melemah.

Apakah AIDS?

AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiencysyndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yangterkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. InfeksiHIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIVdalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentumerupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembangmenjadi AIDS.

Apakah gejala-gejala HIV?

Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinyakarena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadiinfeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjaryang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi,gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yangdapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversionadalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadiantara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinyainfeksi.

Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorangyang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebutkepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakahHIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tesHIV.Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistemkekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadapinfeksi penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.

Kapankah seorang terkena AIDS?

Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIVyang paling lanjut.

Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapatpengobatan, akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksitertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia(World Health Organization) sebagai berikut:

Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapundan tidak dikategorikan sebagai AIDS.

Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor daninfeksi-infeksi saluran pernafasan bagian atas yang taksembuh- sembuh)

Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelaspenyebabnya yang berlangsung lebih dari satu bulan,infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau

Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak,Kandidiasis pada saluran tenggorokan (oesophagus),saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-paru(bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi). PenyakitHIV digunakan sebagai indikator AIDS.

Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistikyang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati.

Seberapa cepat HIV bisa berkembang menjadi AIDS?

Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individuyang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antarainfeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisarantara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapiantiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS denganmenurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yangterinfeksi.