Pemikiran Ibn Khaldun dalam Ekonomi

23
PENDAHULUAN Ilmu ekonomi Islam telah berkembang secara gradual sebagai suatu subjek lintas disiplin dalam karya-karya tulis para mufassir Al-Quran, fuqaha, sejarawan, dan para filosof social, politik, dan moral. 1 Salah satu ajaran yang mengatur kehidupan manusia adalah aspek kehidupan (muamalahiqati shodiyah). Ajaran Islam tentang ekonomi cukup banyak, baik dalam Al Qur’an, Sunnah, maupun ijtihad para ulama. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian Islam dalam masalah ekonomi sangat besar, ayat yang terpanjang dalam Al Qur’an justru berisi tentang masalah perekonomian, bukan masalah ibadah (mahdah) atau aqidah. Ayat yang terpanjang itu adalah ayat 282 dalam surat al-Baqarah, yang menurut Ibnu ‘arabi ayat ini mengandung 25 hukum/masalah ekonomi . 2 Beberapa ilmuan muslim yang berhasil menghasilkan karya fenomenal pada teori ekonomi diantaranya adalah Ibnu Taimiyyah, Ibnu Rushd, Ibnu Kholdun, al-Ghazali dan masih banyak lagi. Pada pembahasan masalah ini Penulis akan lebih spesifik membahas mengenai pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun, dan bagaimana implikasinya terhadap perekonomian sekarang ini terutama perekonomian di Indonesia. 1 Umer Chapra.2001.Hal 124 2 Farrukh,Umar.1962.Tarikh al-fikr al-arabi.Beirut: Matba’ah al-tijari.

Transcript of Pemikiran Ibn Khaldun dalam Ekonomi

PENDAHULUAN

Ilmu ekonomi Islam telah berkembang secara gradual sebagai

suatu subjek lintas disiplin dalam karya-karya tulis para

mufassir Al-Quran, fuqaha, sejarawan, dan para filosof social,

politik, dan moral.1

Salah satu ajaran yang mengatur kehidupan manusia adalah

aspek kehidupan (muamalahiqati shodiyah). Ajaran Islam tentang

ekonomi cukup banyak, baik dalam Al Qur’an, Sunnah, maupun

ijtihad para ulama. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian Islam

dalam masalah ekonomi sangat besar, ayat yang terpanjang dalam Al

Qur’an justru berisi tentang masalah perekonomian, bukan masalah

ibadah (mahdah) atau aqidah. Ayat yang terpanjang itu adalah ayat

282 dalam surat al-Baqarah, yang menurut Ibnu ‘arabi ayat ini

mengandung 25 hukum/masalah ekonomi .2

Beberapa ilmuan muslim yang berhasil menghasilkan karya

fenomenal pada teori ekonomi diantaranya adalah Ibnu Taimiyyah,

Ibnu Rushd, Ibnu Kholdun, al-Ghazali dan masih banyak lagi. Pada

pembahasan masalah ini Penulis akan lebih spesifik membahas

mengenai pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun, dan bagaimana

implikasinya terhadap perekonomian sekarang ini terutama

perekonomian di Indonesia.

1 Umer Chapra.2001.Hal 1242 Farrukh,Umar.1962.Tarikh al-fikr al-arabi.Beirut: Matba’ah al-tijari.

PEMBAHASAN

Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

A. Biografi Ibn Khaldun

1. Fase Kelahiran,Perkembangan dan Studi

Ibn Khaldun dilahirkan di Tunisiapada awal Ramadhan 732 M/27

mei 1332 M.3 Ia mempunyai nama lengkap Abduurahman Abu Zaid

Waliuddin Ibn Khaldun. Abdurrahman adalah nama kecilnya dan Abu

Zaid adalah nama panggilan keluargannya,sedangkan Waliuddin

adalah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu ia menjabat sebagai

qadhi di Mesir. Selanjutnya ia lebih popular dengan sebutan Ibn

Khaldun.4

3 Moch. Abdullah Enan, Ibn khaldun His Life dan Work, (Lahore:Khasmiri Bazar,1946), cet Ke 3,h. 24 Zainab al-Khudari, Filsafat Sejarah Ibn khaldun,Pent.Ahmad Rafi’Usmani,(Bandung:Penerbit Pustaka,1987),hal.9

Dalam karyanya at-Ta’rif, ibn khaldun menerangkan dirinya

dan garis keturunannya sebagai Abdurrahman Ibn Muhammad Ibn al-

Hasan Ibn Jabir Ibn Muhammad ibn Ibrahim Ibn Abdurrahman Ibn

Khaldun.5 Keluarganya berasal dari Hadramaut (Yaman) dan

silsilahnya sampai pada salah seorang sahabat Nabi saw yang

bernamaWail Ibn hujr dari kabilah Kindah.6

Masa kelahiran Ibn Khaldun merupakan penghujung zaman

pertengahan dan permulaan zaman Renaissance di Eropa. Ia hidup

ketika dunia islam berada pada masa kemunduran dan disintegrasi

jatuhnya kekhalifahan Abbasiyah ke tangan Moghul pimpinan Timur

Lenk.7

Ibn Khaldun mendapatkan kesempatan belajar dari para ulama

dan ayahnya sendiri,seorang perwira militer dan administrator.

Dalam usia muda Ibn Khaldun telah menghapal Alquran dan menguasai

beberapa disiplin Islam seperti tajwid,tafsir,hadist,ushul

fiqh,tauhid dan fiqh mazhab Maliki. Ia juga mempelajari ilmu-ilmu

aqliyah seperti filsafat,tasawuf dan metafisika serta ilmu-ilmu

bahasa seperti nahwu,sharaf,balagah. Disamping itu ia juga

tertarik pada ilmu politik,sejarah,ekonomi,geografi, fisika dan

matematika.8

5 ibid6 Badri Yatim, Hostiografi Islam,(Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1997),hal. 1397 Zainab al-Khudari, Op.Cit. hal. 108 Azmuyardi Azra, dkk(ed). Ensiklopedi islam II, (Jakarta: intermasa, 1996), hal. 158

Ibn khaldun meninggal dunia padatanggal 26 Ramadhan 808 H/16

Maret 1406 M dalam usia 74 tahun menurut hitungan masehi atau 76

tahun menurut tahun hijriyah.9

B. Karya-karya Ibn khaldun10

1. Kitab al’Ibar : tentang sejarah

2. Kitab Al-muqaddimah: tentang gejala-gejala sosial

3.Kitab at-Ta’rif : tentang autobiografi Ibn Khaldun

C. Pendekatan Ekonomi IbnKhaldun; Dinamika Sosial Ekonomi dan

Politik

Pendekatan ekonomi Ibn Khaldun yang terdapat dalam

muqaddimah, tidak terlepas dari pengamatannya dalam menulis

muqaddimah. Muqaddimah merupakan volume pertama dari tujuh volume

buku sejarah yang disebuh buku al-I’bar.11

Analisis interdisipliner dan dinamis dari Ibn Khaldun,

tercermin dalam rumusannya yang menghubungkan semua variable-

variabel social, ekonomi dan politik, termasuk syariah (S),

kekuasaan politik atau wazi (G), masyarakat atau rijal (N),

kekayaan atau sumber daya atau mal (W), pembangunan atau imarah

(g) dan keadilan atau ‘adl (j).12

9 Zainab al-Khudari, Op.Cit. hal. 18-2010 Ali Abdul Wahid Wafi, Op.Cit hal 143-14511 Umer Chapra,The Future of economics; an Islamic perspective.2001.Hal 15012 Ibid.,hal 235

D. Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

1. Mekanisme Pasar

Ibn khaldun secara khusu memberikan ulasan tentang harga

dalam bukunya al-muqadimmah pada satu bab berjudul” Harga-harga

di Kota”.13

Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan populasinya

bertambah banyak, maka pengadaan barang-barang kebutuhan pokok

menjadi prioritas.14

… karena segala macam biji-bijian merupakan sebagian dari bahan makanan

kebutuhan pokok. Karenanya, permintaan akan bahan itu sangat besar, tak

seorangpun melalaikan bahan makanannya sendiri atau bahan makanan

keluarganya, baik bulanan atau tahunan. Sehingga usaha untuk mendapatkannya

dilakukan oleh seluruh penduduk kota, atau oleh sebagian besar dari pada mereka,

baik didalam kota itu sendiri. Maupun didaerah sekitarnya. Ini tidak dapat dipungkiri,

Masing-masing orang yang berusaha untuk mendapatkan makanan untuk dirinya

sendiri memiliki surplus besar melebihi kebutuhan diri dan keluarganya. Surplus ini

dapat mencukupi kebutuhan sebagian besar penduduk kota itu. Tidak dapat

diragukan, penduduk kota itu memiliki makanan lebih dari kebutuhan mereka.

Akhirnya, harga makanan seringkali menjadi murah…15

13 Ibn Khaldun, Muqaddimah,Edisi Indonesia,Penerj,Ahmadie Thaha, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2000),hal.421-42314 Adiwarman Karim, ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : IIT,2003), Ed. Kedua,Hal.22915 Ibn Khaldun, Op.Cit,. Hal.421

…di kota-kota kecil dan sedikit penduduknya, bahan makanan sedikit, karena mereka

memiliki supply kerja yang kecil, dan karena melihat kecilnya kota, orang-orang

khawatir kehabisan makanan. Karenanya, mereka mempertahankan dan menyimpan

makanan yang telah mereka miliki. Persediaan itu sangat berharga bagi mereka, dan

orang-orang yang mau membelinya haruslah membayar dengan harga tinggi.16

Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

16 Ibid., hal 422

Dengan pernyataan di atas, menurut Adiwarman Karim, kondisi

ini dapat dijelaskan dengan grafis sebagai berikut:17supply bahan

pokok penduduk kotabesar (Qs2) jauh lebih besar dan padasupply

bahan pokok penduduk kota kecil(Qs1). Dimana menurut Ibnu

Khaldun, penduduk kota besar memiliki supply bahan pokok yang

melebihi kebutuhannya sehingga harga bahan pokok di kota besar

relatif lebih murah (P2). Sementara itu,supply bahan pokok dikota

kecil relatif kecil, karena itu orang-orang khawatir kehabisan

makanan sehingga harganya relatif lebih mahal (P1).

Ibnu Khaldun juga menjelaskan bahwa barang-barang hasil industri,

dan

tenaga buruh, juga mahal di tempat yang makmur, di karenakan tiga

hal:18

1. Karena besarnya kebutuhan yang ditimbulkan oleh meratanya

hidup mewah dalam tempat yang demikian, dan padatnya penduduk.

2. Gampangnya orang mencari penghidupan, dan banyaknya bahan

makanan di kota-kota menyebabkan tukang-tukang (buruh) kurang mau

menerima bayaran rendah bagi pekerjaan dan pelayanaannya.

3. Karena banyaknya orang kaya yang kebutuhannya akan tenaga

buruh dan tukang juga besar, yang berakibat dengan timbulnya

persaingan dalam mendapatkan jasa pelayanan, dan pekerja, dan

berani membayar mereka lebih dari nilai pekerjaannya. Ini

menguatkan kedudukan para tukang, pekerja dan orang yang

mempunyai keahlian, dan membawa peningkatan nilai pekerjaan

mereka. Untuk itu, pembelanjaan orang kota makin meningkat.

17 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro…., h. 230-231.18 Ibnu Khaldun, Muqaddimah…. , h. 422.

Dengan kondisi permintaan terhadap barang-barang pelengkap

akan meningkat seiring berkembangnya peradaban kota dan

berubahnya gaya hidup masyarakatnya. Disitu akan timbul

meningkatnya kebutuhan sehari-hari. Tiap orang berusaha membeli

barang mewah menurut kesanggupannya. Dengan demikian persediaan

tidak bisa mencukupi kebutuhan; jumlah pembeli meningkat

sekalipun persediaan barang itu sedikit, sedang orang kaya berani

membayar tinggi sedangkan kebutuhan mereka makin besar dan ini

menyebabkan harga naik.

Lebih lanjut Adiwarman Karim mengomentari, bahwa fenomena

ini dapat disimpulkan sebagai terjadinya proses peningkatan

disposable income (Pendapatan sesudah pajak,)19dari penduduk

kota-kota. Naiknya disposable income dapat meningkatkan marginal

propensity to consume (proporsi pendapatan untuk konsumsi)20

terhadap barang-barang mewah dari penduduk kota tersebut. Hal ini

kemudian menciptakan permintaan baru atau peningkatan permintaan

terhadap barang-barang mewah. Akibatnya harga barang mewah akan

meningkat pula.

Pada bagian lain, Ibnu Khaldun juga menjelaskan faktor yang

berpengaruh terhadap naik turunnya penawaran terhadap harga. Ia

mengatakan: “Ketika barang-barang yang tersedia sedikit, harga-

harga akan naik. Namun bila jarak antar kota dekat dan aman untuk

melakukan perjalanan, akan banyak barang yang diimpor sehingga

ketersediaan barang akan melimpah dan harga akan turun.”21

19 Cristopher Pass & BryanLowes, Dictionary of Economics, (terjemahan), Jakarta, Erlangga, Cet II, h.16120 Ibid, h. 38721 Umar Chapra, The Future of Islamic Economic h. 165-166.

Melalui analisa tersebut, Ibnu Khaldun telah

mengidentifikasi kekuatan permintaan dan penawaran sebagai

penentu keseimbangan harga. Dengan demikian, Ibnu Khaldun telah

mendefinisikan bahwa harga adalah hasil dari hukum permintaan

(demand) dan penawaran (supply). Jika suatu barang langka dan

banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang

berlimpah, harganya rendah. Permintaan suatu barang adalah

berdasarkan kegunaan (utility) barang tersebut, dan tidak selalu

karena kebutuhan. Pandangan ini sangat mirip dengan hukum

permintaan dan penawaran dalam ekonomi modern.

Faktor-faktor yang menetapkan penawaran menurut Ibnu Khaldun

adalah:22 permintaan, tingkat keuntungan relatif, tingkat usaha

manusia, besarnya tenaga buruh termasuk ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki, ketenangan dan keamanan dan

kemampuan teknik dan perkembangan masyarakat secara keseluruhan.

Semua ini merupakan elemenelemen penting dari teori produksinya.

Jika harga turun dan menyebabkan kebangkrutan, modal menjadi

hilang, insentif untuk penawaran menurun, dan mendorong munculnya

resesi. Pedagang dan pengrajin pun menderita.

Faktor-faktor yang menentukan permintaan adalah pendapatan,

jumlah penduduk, kebiasaan dan adat istiadat masyarakat, serta

pembangunan dan kemakmuran masyarakat secara umum. Sementara Ibnu

Khaldun terus bergerak jauh dari para ekonom konvensional,

kemungkinan ia tidak memikirkan grafik penawaran dan permintaan,

elastisitas penawaran dan

22 Umar Chapra, The Future of Islamic Economic h. 165-166.

permintaan, dan yang utama adalah keseimbangan harga yang

memainkan peranan dalam diskusi ekonomi modern.23

2. Teori Pembagian Tenaga Kerja (Division Of Labor)

Pandangan Ibnu Khaldun bahwa apabila pekerjaan dibagi-bagi

diantara masyarakat berdasarkan spesialisasi, akan menghasilkan

output yang lebih besar. Seperti pemikir sebelumnya Imam Al

Ghazali (1058-1111 M) juga telah menyampaikan tentang tahapan dan

keterkaitan produksi yang beragam mensyaratkan adanya pembagian

kerja, koordinasi, dan kerjasama, dengan mempergunakan contoh

produk roti yang siap dimakan dengan bantuan mungkin lebih dari

seribu pekerja. Al Ghazali menekankan kebutuhan terhadap

pembagian tenaga kerja dengan mempergunakan contoh pabrik jarum,

yang kemudian sepertinya menginspirasi Adam Smith (1723-1790 M)

yang mempergunakan contoh pabrik peniti.24

Ibnu Khaldun menekankan perlunya pembagian kerja dan

spesialisasi dengan menyatakan bahwa “Menjadi jelas dan pasti

bahwa seorang individu tidak akan dapat memenuhi seluruh

kebutuhan ekonominya sendirian. Mereka semua harus bekerja sama

untuk tujuan ini.Apa yang dapat dipenuhi melalui kerja sama yang

saling menguntungkan jauh lebih besar dibandingkan apa yang dapat

dicapai oleh individu-individu itu sendirian”.25

Konsep pembagian kerja Ibnu Khaldun ini berimplikasi pada

peningkatan hasil produksi. Sebagaimana teori division of labor23 Ibid., h. 165-166.24 Adiwarman Karim, Sejarah pemikiran Ekonomi, Edisi ketiga, Jakarta: RajawaliPress. h.33125 Ibn khaldun, Muqaddimah,…. h. 360. Lihat juga Umar Chapra, The Future,…., h. 165-166.

Adam Smith (1729-1790), pembagian kerja akan mendorong

spesialisasi, dimana orang akan memilih mengerjakan yang terbaik

sesuai dengan dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Hal

ini akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang pada

akhirnya akan meningkatkan hasil produksi secara total.26

3. Perpajakan (Taxes)

Peningkatan pajak terkait langsung bagaimana peranan

perusahaan swasta dan negara dalam pembangunan ekonomi, baginya

negara juga factor penting dalam produksi. Melalui

pembelanjaannya, negara mampu meningkatkan produksi dan melalui

pajaknya mampu melemahkan produksi. Karena pemerintah membangun

pasar terbesar untuk barang dan jasa yang merupakan sumber utama

bagi semua pembangunan, penurunan dalam belanja negara tidak

hanya menyebabkan kegiatan usaha menjadi sepi dan menurunnya

keuntungan, tetapi juga mengakibatkan penurunan dalam penerimaan

pajak. Semakin besar belanja pemerintah, kemungkinan semakin baik

bagi perekonomian. Belanja tinggi memungkinkan pemerintah untuk

melakukan hal-hal yang dibutuhkan bagi penduduk dan menjamin

stabilitas hukum, peraturan dan politik. Tanpa stabilitas

peraturan dan politik, produsen tidak mempunyai insentif untuk

memproduksi.27

Menurut Ibnu Khaldun insentif bekerja dipengaruhi oleh

pajak. Pajak yang tinggi akan menurunkan produksi dan populasi.

26 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2003. h. 3627 Chapra, The Future of Islamic Economic,…. h. 167

Pajak yang tinggi menyebabkan dis-insentif bagi masyarakat untuk

berproduksi dikarenakan bertambahnya struktur biaya yang akan

dibebankan ke konsumen. Selain itu pajak yang tinggi akan

menyebabkan berkurangnya populasi penduduk karena mendorong

terjadinya emigrasi ke wilayah atau negara lain. Sehingga pada

akhirnya akan menurunkan pendapatan pajak akibat menurunnya basis

pajak (baik objek maupun subjek pajak). Ia juga menyimpulkan

bahwa “faktor terpenting untuk prospek usaha adalah meringankan

seringan mungkin beban pajak bagi pengusaha untuk menggairahkan

kegiatan bisnis dengan menjamin keuntungan lebih besar (setelah

pajak)”. Disini ia menjelaskan dengan menyatakan bahwa “ketika

pajak dan bea cukai ringan, rakyat akan memiliki dorongan untuk

lebih aktif berusaha. Bisnis bagaimanapun juga akan mengalami

kemajuan, membawa kepuasan yang lebih besar bagi rakyat karena

pajak yang rendah dan penerimaan pajak juga meningkat, secara

total dari jumlah keseluruhan penghitungan pajak.”28

Ibnu Khaldun menulis bahwa pajak harus dikenakan secara

proporsional sesuai dengan kemampuan pembayar pajak. Dalam

konteks perpajakan modern, berarti progressive tax seperti pajak

penghasilan harus digalakkan melalui perbaikan data base dan

administrasi perpajakan; sedangkan pajak tak langsung seperti PPN

yang mengikis daya beli seluruh rakyat harus segera dihapuskan.

Penghapusan PPN akan menurunkan harga barang secara spontan,

sehingga permintaan akan meningkat. Naiknya permintaan, sepanjang

didukung iklim investasi yang kondusif, akan mengundang investor28 Ibid., h. 167-171

untuk menanamkan modalnya dan menciptakan penawaran.

Berinteraksinya permintaan dengan penawaran akan menciptakan

keuntungan pada perusahaan, yang selanjutnya akan dipungut

pajaknya oleh administrasi perpajakan yang rapi dan jujur,

sehingga penerimaan negara pun meningkat.29

4. Teori Uang (Money)

Menurut Ibnu Khaldun, uang tidak selalu identik dengan

kesejahteraan tetapi hanya alat dimana kesejahteraan akan diraih.

Berkaitan tentang fungsi uang, menurutnya uang memiliki dua

fungsi, yaitu sebagai ukuran pertukaran (standard of excange) dan

sebagai penyimpan nilai (store of value).30

Bagi Ibnu Khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah

ukuran nilai semua akumulasi modal. Karena logam-logam ini

diterima secara alamiah sebagai uang dimana nilainya tidak

dipengaruhi oleh fluktuasi subjektif. “Allah menciptakan dua

“batuan” logam tersebut, emas dan perak, sebagai ukuran nilai

semua akumulasi modal. Emas dan peraklah yang dipilih untuk

dianggap sebagai harta dan kekayaan oleh penduduk dunia.” Oleh

karena itu, Ibnu Khaldun mendukung penggunaan emas dan perak

sebagai standar moneter. Baginya, pembuatan uang logam hanyalah

29 Bey Sapta, 2003, “Belajar Keadilan pada Ibn Khaldun dan Abu Yusuf”, Tazkia Online,15 Nov 201130 Agustianto, (2005), “Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun dan Signifikansinya dalamKonteks Kekinian”, paper tidak diterbitkan.

merupakan sebuah jaminan yang diberikan oleh penguasa bahwa

sekeping uang logam mengandung sejumlah kandungan emas dan perak

tertentu. Percetakannya adalah sebuah kantor religious dan

karenanya tidak tunduk kepada aturan-aturan temporal. Jumlah emas

dan perak yang dikandung dalam sekeping koin tidak dapat diubah

begitu koin tersebut sudah diterbitkan/diedarkan.31

Disisi lain Ibnu Khaldun menambahkan bahwa uang itu tidak

harus mengandung emas dan perak, hanya saja emas dan perak

dijadikan standar nilai uang. Sementara pemerintah menetapkan

harganya secara konsisten. Oleh karena itu Ibnu Khaldun

menyarankan agar harga emas dan perak itu konstan meskipun harga-

harga lain berfluktuasi. Berdasarkan pendapat Ibnu Khaldun di

atas, sebenarnya standar mata uang yang ia sarankan masih

merupakan standar emas atau the gold bullion standard, yaitu

ketika logam emas bukan merupakan alat tukar namun otoritas

moneter menjadikan logam tersebut sebagai parameter dalam

menentukan nilai tukar yang beredar. Koin emas tidak lagi secara

langsung dipakai sebagai mata uang. Dalam system ini diperlukan

suatu kesetaraan antara uang kertas yang beredar dengan jumlah

emas yang disimpan sebagai back up. Setiap orang bebas

memperjualbelikan emas, system ini berlaku antara tahun 1890-1914

M.32 Disinilah terlihat ketajaman analisis Ibnu Khaldun tentang

standar mata uang. Ia sebagaimana al-Ghazali, memprediksi bahwa

31 J D C Boulakia, dalam Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran…h. 40132 Euis Amaliah, Sejarah Pemikiran Ekonomi…h. 201-202

pada saatnya nanti seiring dengan perkembangan perekonomian, maka

standar uang atau standar moneter juga akan mengalami perubahan.

5. Pembangunan (development)

Sebagaimana dalam analisis yang dikembangkan Umar Chapra,

bahwasanya pembangunan, menurut Ibnu Khaldun dipengaruhi oleh

peranan negara dan keberhasilan pembangunan tersebut ditentukan

oleh wujudnya keadilan. Artinya jika pembangunan itu tidak adil,

maka pembangunan itu pada hakekatnya gagal dan ini menjurus pada

kemunduran masyarakat dan negara. Ia juga menekankan bahwa,

pembangunan yang dijalankan harus sesuai dengan syari’ah.

Pembangunan yang tidak berdasarkan syari’ah, adalah pembangunan

yang materialistis kapitalistik dan salah. Menurutnya pembangunan

juga harus ditopang oleh kemauan umat yang dilengkapi dengan tiga

kapital utama, yaitu; human capital, intelligent capital dan

organization capital.33

6. Perdagangan Internasional (Foreign Trade)

Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa barang akan menjadi lebih

berharga dengan diperdagangkan lintas negara karena kepuasan

masyarakat, laba pedagang, dan kesejahteraan negara semuanya akan

meningkat (gains from trade). Ia juga menekankan peranan

pembagian kerja internasional yang lebih didasarkan pada

keterampilan penduduk dari masing-masing negara. Menurutnya,

33 Chapra, The Future of Islamic Economic

pembagian kerja internasional tidak didasarkan pada sumbersumber

kekayaan alamnya.34

Teori Ibnu Khaldun mengandung embrio dari teori perdagangan

internasional, disertai suatu analisa tentang syarat pertukaran

antara Negara kaya dengan negara-negara miskin dan tentang

kecenderungan alamiyah untuk impor dan ekspor. Selain itu ia juga

memaparkan proses perkembangan kumulatif yang disebabkan oleh

infrastruktur intelektual suatu negara. Dimana semakin berkembang

suatu negara, semakin banyak modal dan organisasi infrastruktur

intelektualnya. Karena orang-orang yang terampil ditarik oleh

infrastruktur ini dan datang untuk hidup dalam negeri ini.35

Hal inilah yang kemudian menjelaskan suatu proses kumulatif

yang menjadikan negeri-negeri kaya semakin kaya dan negeri miskin

bertambah miskin.

7. Kesejahteraan Bangsa (wealth of nations)

Menurut Ibnu Khaldun, alat untuk mencapai kesejahteraan dan

pembangunan sebuah bangsa dipengaruhi oleh adanya pembangunan

yang adil. Perwujudannya juga dipengaruhi oleh peranan negara dan

masyarakat, serta tingkat pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai

syari’ah dalam sebuah bangsa. Ibnu Khaldun menegaskan bahwa

kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di

negara tersebut. Menurutnya, kekayaan negara ditentukan oleh dua

34 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro, h. 3235 Ibid.

hal: (1) Tingkat produksi domestik; dan (2) Neraca pembayaran

yang positif dari negara tersebut.36

Pertama, tingkat produksi domestik. Suatu negara boleh saja

mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila hal ini tidak

merefleksikan pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik barang

maupun jasa), maka uang yang melimpah itu tidak ada nilainya.

Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap

tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan menimbulkan

permintaan atas faktor produksi lainnya.

Kedua, neraca pembayaran yang positif. Ibnu Khaldun juga

menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan meningkatkan

kekayaan Negara tersebut. Hal ini disebabkan neraca pembayaran

yang positif menggambarkan dua hal:

a) Tingkat produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditi

lebih tinggi daripada tingkat permintaan domestik negara

tersebut, atau supply lebih besar dibanding demand, sehingga

memungkinkan negara tersebut melakukan ekspor.

b) Tingkat efisiensi produksi negara tersebut lebih tinggi

dibandingkan dengan negara lain. Dengan tingkat efisiensi yang

lebih tinggi maka komoditi suatu negara mampu masuk ke negara

lain dengan harga yang lebih kompetitif.

E. Pemikiran selanjutnya tentang ekonomi Ibnu Khaldun (732-808

H/1332-1046)37

36 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro… h. 189-192.37 Abdullah Zaky AlKaaf, Ekonomi dalam perspektif Islam…h.209

1. Persoalan Ekonomi

Soal-soal ekonomi dibicarakan juga oleh filosof Islam, Ibnu

Khaldun (1332-1046) dalam bukunya Muqaddimah bagian V, “Motif

ekonomi timbul karena hasrat manusia yang tidak terbatas,

sedangkan barang yang memuaskan kebutuhannya itu sangat terbatas.

Sebab itu pemecah soal ekonomi haruslah dipandang dari dua sudut,

sudut tenaga dan sudut penggunaannya.

Adapun sudut tenaga terbagi menjadi:

a. Tenaga untuk mengerjakan barang-barang (obyek) untu memenugi

kebutuhan sendiri (subyek) dinamakan ma’asy (penghidupan).

ة� ش� ة� ا و ال�معا ش� ا و ال�عي� ش� ال�عي�b.Tenaga untuk mengerjakan barang-barang yang memenuhi kebutuhan

orang banyak, dinamkan tamawwul ال�ت�مو ل) ) (perusahaan)Pembagian seperti ini didasarkan kitab suci Alquran misalnya,

perkataan “ Ma’isya” dalam surat Al-Haqqah ayat 21 dan Al-Qariah

ayat 7 kata “ma’asyah” dalam surat Naba’ ayat 11 “ma’isyah”.

Adapaun dari jurusan kegunaannya dapatlah dibagi menjadi:38

a) Kegunaan barang-barang yang dihasilkan hanya untuk diri

sendiri dinamakan rezeki و� ر ز� kata ini disebut 55 kali dalam) (ال�����Alquran dan 73 kali kata-kata ynag sama)

38 Ibid, hal 210

b. Kegunaannya untuk kepentingan orang banyak, sedangkan

kepentingan orang yang mengerjakan tidaklah menjadi tujuan. Ini

dinamakan kasab ال�كسب� (tersebut 67 kali dalam Alquran)2.Soal-soal ekonomi dalam 33 Pasal39

Uraian selanjutnya tentang ekonomi oleh Ibnu Khaldun dalam

bukunya Muqaddimah yang dibagi menjadi 33 Pasal. Semua itu dapat

kita simpulkan menjadi 6 bagian “

1) Pasal 1: Terminologi kata-kata ekonomi

2)Pasal 2:mengenai pembagian rencana-rencana ekonomi kepada dua

golongan dengan jenis usahanya, yaitu golongan usaha natuurlijk

langsung rencana ekonomi, dan dua golongan usaha yang bukan

natuurlijk menjadi rencana ekonomi.

3) Pasal 3 sampai pasal 7 (5 pasal) diuraikan tentang usaha-usaha

bukan natuuralijk menjadi usaha ekonomi, dan juga uraian tentang

factor-faktor luar yang ada pengaruhnya dalam ekonomi.

4) Pasal 8 khusus mengenai soal pertanian

5) Pasal 9 sampai 15 (7 pasal) mengupas soal perdagangan dalam

segala segi

6) Pasal 16-sampai akhir pada 33 (13 pasal) memberikan analisis

tentang soal perusahaan dalam segala bagiannya.

39 Ibid, hal 212

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ibn Khaldun dilahirkan di Tunisiapada awal Ramadhan 732 M/27

mei 1332 M.40 Ia mempunyai nama lengkap Abduurahman Abu Zaid

Waliuddin Ibn Khaldun. Abdurrahman adalah nama kecilnya dan Abu

Zaid adalah nama panggilan keluargannya,sedangkan Waliuddin

adalah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu ia menjabat sebagai

qadhi di Mesir. Selanjutnya ia lebih popular dengan sebutan Ibn

Khaldun.

Pemikiran Ibnu Khaldun terletak pada”

1) Mekanisme Pasar

2) Division of Labour

3) Perpajakan

4) Teori Uang

5) Pembanguan

6) Perdagangan Internasional

7) Kesejahteraan Bangsa

Saran

Sebagai generasi penerus islam, maka seudah seharusnya kita

menjunjung tinggi pemikiran-pemikiran islami.

40 Moch. Abdullah Enan, Ibn khaldun His Life dan Work, (Lahore:Khasmiri Bazar,1946), cet Ke 3,h. 2

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim, Sejarah pemikiran Ekonomi, Edisi ketiga,

Jakarta: Rajawali

Press.2006

_______________, Ekonomi Mikro Islami. Edisi Kedua. Jakarta:

IIIT, 2003

Ali Abdul Wahid Wafi,Ibnu Khaldun: Riwayat hidup dan Karyanya,

Pent. Ah-Madi Thaha, (Jakarta : Grafiti Press,1985).

Agustianto, , “Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun dan Signifikansinya

dalam Konteks

Kekinian”, 2005, paper tidak diterbitkan.

Azmuyardi Azra, dkk(ed). Ensiklopedi islam II, (Jakarta:

intermasa, 1996).

Badri Yatim, Hostiografi Islam,(Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1997)

Bey Sapta, 2003, “Belajar Keadilan pada Ibn Khaldun dan Abu

Yusuf”, Tazkia Online,

15 Nov 2011.

Boulakia, Jean David C., 1971. “Ibn Khaldun: A Fourteenth-Century

Economist”.

The Journal of Political Economy, Vol. 79, No. 5, pp. 1105-

1118 (edisi

terjemah).

Cristopher Pass & Bryan Lowes, Dictionary of Economics,

(terjemahan), Jakarta, Erlangga).

Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta, RajaGrafindo

Persada, 2003.

Euis Amaliah, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Klasik Hingga

Kontemporer, Jakarta, Granada Press, 2007.

Farrukh,Umar.1962.Tarikh al-fikr al-arabi.Beirut: Matba’ah al-

tijari.

Ibn Khaldun, Muqaddimah,Edisi Indonesia,Penerj,Ahmadie Thaha,

(Jakarta: Pustaka Firdaus,2000).

Moch. Abdullah Enan, Ibn khaldun His Life dan Work,

(Lahore:Khasmiri Bazar,1946).

Zainab al-Khudari, Filsafat Sejarah Ibn khaldun,Pent.Ahmad

Rafi’Usmani,(Bandung:Penerbit Pustaka,1987).

Umar Chapra, The Future of Islamic Economic; An Islamic

Prespective, Jakarta: SEBI(edisi terjemah), 2001.

Zaki, Abdullah Al Kaaf.2002. Ekonomi dalam Perspektif Islam.

Bandung : Pustaka Setia

http://www.uin-alauddin.ac.id/download-04%20Aswad.pdf

http://shariaeconomics.wordpress.com/2011/02/26/pemikiran-

ekonomi-ibnu-khaldun/