Pemikiran Ibn Khaldun dalam Ekonomi
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of Pemikiran Ibn Khaldun dalam Ekonomi
PENDAHULUAN
Ilmu ekonomi Islam telah berkembang secara gradual sebagai
suatu subjek lintas disiplin dalam karya-karya tulis para
mufassir Al-Quran, fuqaha, sejarawan, dan para filosof social,
politik, dan moral.1
Salah satu ajaran yang mengatur kehidupan manusia adalah
aspek kehidupan (muamalahiqati shodiyah). Ajaran Islam tentang
ekonomi cukup banyak, baik dalam Al Qur’an, Sunnah, maupun
ijtihad para ulama. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian Islam
dalam masalah ekonomi sangat besar, ayat yang terpanjang dalam Al
Qur’an justru berisi tentang masalah perekonomian, bukan masalah
ibadah (mahdah) atau aqidah. Ayat yang terpanjang itu adalah ayat
282 dalam surat al-Baqarah, yang menurut Ibnu ‘arabi ayat ini
mengandung 25 hukum/masalah ekonomi .2
Beberapa ilmuan muslim yang berhasil menghasilkan karya
fenomenal pada teori ekonomi diantaranya adalah Ibnu Taimiyyah,
Ibnu Rushd, Ibnu Kholdun, al-Ghazali dan masih banyak lagi. Pada
pembahasan masalah ini Penulis akan lebih spesifik membahas
mengenai pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun, dan bagaimana
implikasinya terhadap perekonomian sekarang ini terutama
perekonomian di Indonesia.
1 Umer Chapra.2001.Hal 1242 Farrukh,Umar.1962.Tarikh al-fikr al-arabi.Beirut: Matba’ah al-tijari.
PEMBAHASAN
Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
A. Biografi Ibn Khaldun
1. Fase Kelahiran,Perkembangan dan Studi
Ibn Khaldun dilahirkan di Tunisiapada awal Ramadhan 732 M/27
mei 1332 M.3 Ia mempunyai nama lengkap Abduurahman Abu Zaid
Waliuddin Ibn Khaldun. Abdurrahman adalah nama kecilnya dan Abu
Zaid adalah nama panggilan keluargannya,sedangkan Waliuddin
adalah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu ia menjabat sebagai
qadhi di Mesir. Selanjutnya ia lebih popular dengan sebutan Ibn
Khaldun.4
3 Moch. Abdullah Enan, Ibn khaldun His Life dan Work, (Lahore:Khasmiri Bazar,1946), cet Ke 3,h. 24 Zainab al-Khudari, Filsafat Sejarah Ibn khaldun,Pent.Ahmad Rafi’Usmani,(Bandung:Penerbit Pustaka,1987),hal.9
Dalam karyanya at-Ta’rif, ibn khaldun menerangkan dirinya
dan garis keturunannya sebagai Abdurrahman Ibn Muhammad Ibn al-
Hasan Ibn Jabir Ibn Muhammad ibn Ibrahim Ibn Abdurrahman Ibn
Khaldun.5 Keluarganya berasal dari Hadramaut (Yaman) dan
silsilahnya sampai pada salah seorang sahabat Nabi saw yang
bernamaWail Ibn hujr dari kabilah Kindah.6
Masa kelahiran Ibn Khaldun merupakan penghujung zaman
pertengahan dan permulaan zaman Renaissance di Eropa. Ia hidup
ketika dunia islam berada pada masa kemunduran dan disintegrasi
jatuhnya kekhalifahan Abbasiyah ke tangan Moghul pimpinan Timur
Lenk.7
Ibn Khaldun mendapatkan kesempatan belajar dari para ulama
dan ayahnya sendiri,seorang perwira militer dan administrator.
Dalam usia muda Ibn Khaldun telah menghapal Alquran dan menguasai
beberapa disiplin Islam seperti tajwid,tafsir,hadist,ushul
fiqh,tauhid dan fiqh mazhab Maliki. Ia juga mempelajari ilmu-ilmu
aqliyah seperti filsafat,tasawuf dan metafisika serta ilmu-ilmu
bahasa seperti nahwu,sharaf,balagah. Disamping itu ia juga
tertarik pada ilmu politik,sejarah,ekonomi,geografi, fisika dan
matematika.8
5 ibid6 Badri Yatim, Hostiografi Islam,(Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1997),hal. 1397 Zainab al-Khudari, Op.Cit. hal. 108 Azmuyardi Azra, dkk(ed). Ensiklopedi islam II, (Jakarta: intermasa, 1996), hal. 158
Ibn khaldun meninggal dunia padatanggal 26 Ramadhan 808 H/16
Maret 1406 M dalam usia 74 tahun menurut hitungan masehi atau 76
tahun menurut tahun hijriyah.9
B. Karya-karya Ibn khaldun10
1. Kitab al’Ibar : tentang sejarah
2. Kitab Al-muqaddimah: tentang gejala-gejala sosial
3.Kitab at-Ta’rif : tentang autobiografi Ibn Khaldun
C. Pendekatan Ekonomi IbnKhaldun; Dinamika Sosial Ekonomi dan
Politik
Pendekatan ekonomi Ibn Khaldun yang terdapat dalam
muqaddimah, tidak terlepas dari pengamatannya dalam menulis
muqaddimah. Muqaddimah merupakan volume pertama dari tujuh volume
buku sejarah yang disebuh buku al-I’bar.11
Analisis interdisipliner dan dinamis dari Ibn Khaldun,
tercermin dalam rumusannya yang menghubungkan semua variable-
variabel social, ekonomi dan politik, termasuk syariah (S),
kekuasaan politik atau wazi (G), masyarakat atau rijal (N),
kekayaan atau sumber daya atau mal (W), pembangunan atau imarah
(g) dan keadilan atau ‘adl (j).12
9 Zainab al-Khudari, Op.Cit. hal. 18-2010 Ali Abdul Wahid Wafi, Op.Cit hal 143-14511 Umer Chapra,The Future of economics; an Islamic perspective.2001.Hal 15012 Ibid.,hal 235
D. Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
1. Mekanisme Pasar
Ibn khaldun secara khusu memberikan ulasan tentang harga
dalam bukunya al-muqadimmah pada satu bab berjudul” Harga-harga
di Kota”.13
Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan populasinya
bertambah banyak, maka pengadaan barang-barang kebutuhan pokok
menjadi prioritas.14
… karena segala macam biji-bijian merupakan sebagian dari bahan makanan
kebutuhan pokok. Karenanya, permintaan akan bahan itu sangat besar, tak
seorangpun melalaikan bahan makanannya sendiri atau bahan makanan
keluarganya, baik bulanan atau tahunan. Sehingga usaha untuk mendapatkannya
dilakukan oleh seluruh penduduk kota, atau oleh sebagian besar dari pada mereka,
baik didalam kota itu sendiri. Maupun didaerah sekitarnya. Ini tidak dapat dipungkiri,
Masing-masing orang yang berusaha untuk mendapatkan makanan untuk dirinya
sendiri memiliki surplus besar melebihi kebutuhan diri dan keluarganya. Surplus ini
dapat mencukupi kebutuhan sebagian besar penduduk kota itu. Tidak dapat
diragukan, penduduk kota itu memiliki makanan lebih dari kebutuhan mereka.
Akhirnya, harga makanan seringkali menjadi murah…15
13 Ibn Khaldun, Muqaddimah,Edisi Indonesia,Penerj,Ahmadie Thaha, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2000),hal.421-42314 Adiwarman Karim, ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : IIT,2003), Ed. Kedua,Hal.22915 Ibn Khaldun, Op.Cit,. Hal.421
…di kota-kota kecil dan sedikit penduduknya, bahan makanan sedikit, karena mereka
memiliki supply kerja yang kecil, dan karena melihat kecilnya kota, orang-orang
khawatir kehabisan makanan. Karenanya, mereka mempertahankan dan menyimpan
makanan yang telah mereka miliki. Persediaan itu sangat berharga bagi mereka, dan
orang-orang yang mau membelinya haruslah membayar dengan harga tinggi.16
Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:
16 Ibid., hal 422
Dengan pernyataan di atas, menurut Adiwarman Karim, kondisi
ini dapat dijelaskan dengan grafis sebagai berikut:17supply bahan
pokok penduduk kotabesar (Qs2) jauh lebih besar dan padasupply
bahan pokok penduduk kota kecil(Qs1). Dimana menurut Ibnu
Khaldun, penduduk kota besar memiliki supply bahan pokok yang
melebihi kebutuhannya sehingga harga bahan pokok di kota besar
relatif lebih murah (P2). Sementara itu,supply bahan pokok dikota
kecil relatif kecil, karena itu orang-orang khawatir kehabisan
makanan sehingga harganya relatif lebih mahal (P1).
Ibnu Khaldun juga menjelaskan bahwa barang-barang hasil industri,
dan
tenaga buruh, juga mahal di tempat yang makmur, di karenakan tiga
hal:18
1. Karena besarnya kebutuhan yang ditimbulkan oleh meratanya
hidup mewah dalam tempat yang demikian, dan padatnya penduduk.
2. Gampangnya orang mencari penghidupan, dan banyaknya bahan
makanan di kota-kota menyebabkan tukang-tukang (buruh) kurang mau
menerima bayaran rendah bagi pekerjaan dan pelayanaannya.
3. Karena banyaknya orang kaya yang kebutuhannya akan tenaga
buruh dan tukang juga besar, yang berakibat dengan timbulnya
persaingan dalam mendapatkan jasa pelayanan, dan pekerja, dan
berani membayar mereka lebih dari nilai pekerjaannya. Ini
menguatkan kedudukan para tukang, pekerja dan orang yang
mempunyai keahlian, dan membawa peningkatan nilai pekerjaan
mereka. Untuk itu, pembelanjaan orang kota makin meningkat.
17 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro…., h. 230-231.18 Ibnu Khaldun, Muqaddimah…. , h. 422.
Dengan kondisi permintaan terhadap barang-barang pelengkap
akan meningkat seiring berkembangnya peradaban kota dan
berubahnya gaya hidup masyarakatnya. Disitu akan timbul
meningkatnya kebutuhan sehari-hari. Tiap orang berusaha membeli
barang mewah menurut kesanggupannya. Dengan demikian persediaan
tidak bisa mencukupi kebutuhan; jumlah pembeli meningkat
sekalipun persediaan barang itu sedikit, sedang orang kaya berani
membayar tinggi sedangkan kebutuhan mereka makin besar dan ini
menyebabkan harga naik.
Lebih lanjut Adiwarman Karim mengomentari, bahwa fenomena
ini dapat disimpulkan sebagai terjadinya proses peningkatan
disposable income (Pendapatan sesudah pajak,)19dari penduduk
kota-kota. Naiknya disposable income dapat meningkatkan marginal
propensity to consume (proporsi pendapatan untuk konsumsi)20
terhadap barang-barang mewah dari penduduk kota tersebut. Hal ini
kemudian menciptakan permintaan baru atau peningkatan permintaan
terhadap barang-barang mewah. Akibatnya harga barang mewah akan
meningkat pula.
Pada bagian lain, Ibnu Khaldun juga menjelaskan faktor yang
berpengaruh terhadap naik turunnya penawaran terhadap harga. Ia
mengatakan: “Ketika barang-barang yang tersedia sedikit, harga-
harga akan naik. Namun bila jarak antar kota dekat dan aman untuk
melakukan perjalanan, akan banyak barang yang diimpor sehingga
ketersediaan barang akan melimpah dan harga akan turun.”21
19 Cristopher Pass & BryanLowes, Dictionary of Economics, (terjemahan), Jakarta, Erlangga, Cet II, h.16120 Ibid, h. 38721 Umar Chapra, The Future of Islamic Economic h. 165-166.
Melalui analisa tersebut, Ibnu Khaldun telah
mengidentifikasi kekuatan permintaan dan penawaran sebagai
penentu keseimbangan harga. Dengan demikian, Ibnu Khaldun telah
mendefinisikan bahwa harga adalah hasil dari hukum permintaan
(demand) dan penawaran (supply). Jika suatu barang langka dan
banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang
berlimpah, harganya rendah. Permintaan suatu barang adalah
berdasarkan kegunaan (utility) barang tersebut, dan tidak selalu
karena kebutuhan. Pandangan ini sangat mirip dengan hukum
permintaan dan penawaran dalam ekonomi modern.
Faktor-faktor yang menetapkan penawaran menurut Ibnu Khaldun
adalah:22 permintaan, tingkat keuntungan relatif, tingkat usaha
manusia, besarnya tenaga buruh termasuk ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki, ketenangan dan keamanan dan
kemampuan teknik dan perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Semua ini merupakan elemenelemen penting dari teori produksinya.
Jika harga turun dan menyebabkan kebangkrutan, modal menjadi
hilang, insentif untuk penawaran menurun, dan mendorong munculnya
resesi. Pedagang dan pengrajin pun menderita.
Faktor-faktor yang menentukan permintaan adalah pendapatan,
jumlah penduduk, kebiasaan dan adat istiadat masyarakat, serta
pembangunan dan kemakmuran masyarakat secara umum. Sementara Ibnu
Khaldun terus bergerak jauh dari para ekonom konvensional,
kemungkinan ia tidak memikirkan grafik penawaran dan permintaan,
elastisitas penawaran dan
22 Umar Chapra, The Future of Islamic Economic h. 165-166.
permintaan, dan yang utama adalah keseimbangan harga yang
memainkan peranan dalam diskusi ekonomi modern.23
2. Teori Pembagian Tenaga Kerja (Division Of Labor)
Pandangan Ibnu Khaldun bahwa apabila pekerjaan dibagi-bagi
diantara masyarakat berdasarkan spesialisasi, akan menghasilkan
output yang lebih besar. Seperti pemikir sebelumnya Imam Al
Ghazali (1058-1111 M) juga telah menyampaikan tentang tahapan dan
keterkaitan produksi yang beragam mensyaratkan adanya pembagian
kerja, koordinasi, dan kerjasama, dengan mempergunakan contoh
produk roti yang siap dimakan dengan bantuan mungkin lebih dari
seribu pekerja. Al Ghazali menekankan kebutuhan terhadap
pembagian tenaga kerja dengan mempergunakan contoh pabrik jarum,
yang kemudian sepertinya menginspirasi Adam Smith (1723-1790 M)
yang mempergunakan contoh pabrik peniti.24
Ibnu Khaldun menekankan perlunya pembagian kerja dan
spesialisasi dengan menyatakan bahwa “Menjadi jelas dan pasti
bahwa seorang individu tidak akan dapat memenuhi seluruh
kebutuhan ekonominya sendirian. Mereka semua harus bekerja sama
untuk tujuan ini.Apa yang dapat dipenuhi melalui kerja sama yang
saling menguntungkan jauh lebih besar dibandingkan apa yang dapat
dicapai oleh individu-individu itu sendirian”.25
Konsep pembagian kerja Ibnu Khaldun ini berimplikasi pada
peningkatan hasil produksi. Sebagaimana teori division of labor23 Ibid., h. 165-166.24 Adiwarman Karim, Sejarah pemikiran Ekonomi, Edisi ketiga, Jakarta: RajawaliPress. h.33125 Ibn khaldun, Muqaddimah,…. h. 360. Lihat juga Umar Chapra, The Future,…., h. 165-166.
Adam Smith (1729-1790), pembagian kerja akan mendorong
spesialisasi, dimana orang akan memilih mengerjakan yang terbaik
sesuai dengan dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Hal
ini akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang pada
akhirnya akan meningkatkan hasil produksi secara total.26
3. Perpajakan (Taxes)
Peningkatan pajak terkait langsung bagaimana peranan
perusahaan swasta dan negara dalam pembangunan ekonomi, baginya
negara juga factor penting dalam produksi. Melalui
pembelanjaannya, negara mampu meningkatkan produksi dan melalui
pajaknya mampu melemahkan produksi. Karena pemerintah membangun
pasar terbesar untuk barang dan jasa yang merupakan sumber utama
bagi semua pembangunan, penurunan dalam belanja negara tidak
hanya menyebabkan kegiatan usaha menjadi sepi dan menurunnya
keuntungan, tetapi juga mengakibatkan penurunan dalam penerimaan
pajak. Semakin besar belanja pemerintah, kemungkinan semakin baik
bagi perekonomian. Belanja tinggi memungkinkan pemerintah untuk
melakukan hal-hal yang dibutuhkan bagi penduduk dan menjamin
stabilitas hukum, peraturan dan politik. Tanpa stabilitas
peraturan dan politik, produsen tidak mempunyai insentif untuk
memproduksi.27
Menurut Ibnu Khaldun insentif bekerja dipengaruhi oleh
pajak. Pajak yang tinggi akan menurunkan produksi dan populasi.
26 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2003. h. 3627 Chapra, The Future of Islamic Economic,…. h. 167
Pajak yang tinggi menyebabkan dis-insentif bagi masyarakat untuk
berproduksi dikarenakan bertambahnya struktur biaya yang akan
dibebankan ke konsumen. Selain itu pajak yang tinggi akan
menyebabkan berkurangnya populasi penduduk karena mendorong
terjadinya emigrasi ke wilayah atau negara lain. Sehingga pada
akhirnya akan menurunkan pendapatan pajak akibat menurunnya basis
pajak (baik objek maupun subjek pajak). Ia juga menyimpulkan
bahwa “faktor terpenting untuk prospek usaha adalah meringankan
seringan mungkin beban pajak bagi pengusaha untuk menggairahkan
kegiatan bisnis dengan menjamin keuntungan lebih besar (setelah
pajak)”. Disini ia menjelaskan dengan menyatakan bahwa “ketika
pajak dan bea cukai ringan, rakyat akan memiliki dorongan untuk
lebih aktif berusaha. Bisnis bagaimanapun juga akan mengalami
kemajuan, membawa kepuasan yang lebih besar bagi rakyat karena
pajak yang rendah dan penerimaan pajak juga meningkat, secara
total dari jumlah keseluruhan penghitungan pajak.”28
Ibnu Khaldun menulis bahwa pajak harus dikenakan secara
proporsional sesuai dengan kemampuan pembayar pajak. Dalam
konteks perpajakan modern, berarti progressive tax seperti pajak
penghasilan harus digalakkan melalui perbaikan data base dan
administrasi perpajakan; sedangkan pajak tak langsung seperti PPN
yang mengikis daya beli seluruh rakyat harus segera dihapuskan.
Penghapusan PPN akan menurunkan harga barang secara spontan,
sehingga permintaan akan meningkat. Naiknya permintaan, sepanjang
didukung iklim investasi yang kondusif, akan mengundang investor28 Ibid., h. 167-171
untuk menanamkan modalnya dan menciptakan penawaran.
Berinteraksinya permintaan dengan penawaran akan menciptakan
keuntungan pada perusahaan, yang selanjutnya akan dipungut
pajaknya oleh administrasi perpajakan yang rapi dan jujur,
sehingga penerimaan negara pun meningkat.29
4. Teori Uang (Money)
Menurut Ibnu Khaldun, uang tidak selalu identik dengan
kesejahteraan tetapi hanya alat dimana kesejahteraan akan diraih.
Berkaitan tentang fungsi uang, menurutnya uang memiliki dua
fungsi, yaitu sebagai ukuran pertukaran (standard of excange) dan
sebagai penyimpan nilai (store of value).30
Bagi Ibnu Khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah
ukuran nilai semua akumulasi modal. Karena logam-logam ini
diterima secara alamiah sebagai uang dimana nilainya tidak
dipengaruhi oleh fluktuasi subjektif. “Allah menciptakan dua
“batuan” logam tersebut, emas dan perak, sebagai ukuran nilai
semua akumulasi modal. Emas dan peraklah yang dipilih untuk
dianggap sebagai harta dan kekayaan oleh penduduk dunia.” Oleh
karena itu, Ibnu Khaldun mendukung penggunaan emas dan perak
sebagai standar moneter. Baginya, pembuatan uang logam hanyalah
29 Bey Sapta, 2003, “Belajar Keadilan pada Ibn Khaldun dan Abu Yusuf”, Tazkia Online,15 Nov 201130 Agustianto, (2005), “Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun dan Signifikansinya dalamKonteks Kekinian”, paper tidak diterbitkan.
merupakan sebuah jaminan yang diberikan oleh penguasa bahwa
sekeping uang logam mengandung sejumlah kandungan emas dan perak
tertentu. Percetakannya adalah sebuah kantor religious dan
karenanya tidak tunduk kepada aturan-aturan temporal. Jumlah emas
dan perak yang dikandung dalam sekeping koin tidak dapat diubah
begitu koin tersebut sudah diterbitkan/diedarkan.31
Disisi lain Ibnu Khaldun menambahkan bahwa uang itu tidak
harus mengandung emas dan perak, hanya saja emas dan perak
dijadikan standar nilai uang. Sementara pemerintah menetapkan
harganya secara konsisten. Oleh karena itu Ibnu Khaldun
menyarankan agar harga emas dan perak itu konstan meskipun harga-
harga lain berfluktuasi. Berdasarkan pendapat Ibnu Khaldun di
atas, sebenarnya standar mata uang yang ia sarankan masih
merupakan standar emas atau the gold bullion standard, yaitu
ketika logam emas bukan merupakan alat tukar namun otoritas
moneter menjadikan logam tersebut sebagai parameter dalam
menentukan nilai tukar yang beredar. Koin emas tidak lagi secara
langsung dipakai sebagai mata uang. Dalam system ini diperlukan
suatu kesetaraan antara uang kertas yang beredar dengan jumlah
emas yang disimpan sebagai back up. Setiap orang bebas
memperjualbelikan emas, system ini berlaku antara tahun 1890-1914
M.32 Disinilah terlihat ketajaman analisis Ibnu Khaldun tentang
standar mata uang. Ia sebagaimana al-Ghazali, memprediksi bahwa
31 J D C Boulakia, dalam Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran…h. 40132 Euis Amaliah, Sejarah Pemikiran Ekonomi…h. 201-202
pada saatnya nanti seiring dengan perkembangan perekonomian, maka
standar uang atau standar moneter juga akan mengalami perubahan.
5. Pembangunan (development)
Sebagaimana dalam analisis yang dikembangkan Umar Chapra,
bahwasanya pembangunan, menurut Ibnu Khaldun dipengaruhi oleh
peranan negara dan keberhasilan pembangunan tersebut ditentukan
oleh wujudnya keadilan. Artinya jika pembangunan itu tidak adil,
maka pembangunan itu pada hakekatnya gagal dan ini menjurus pada
kemunduran masyarakat dan negara. Ia juga menekankan bahwa,
pembangunan yang dijalankan harus sesuai dengan syari’ah.
Pembangunan yang tidak berdasarkan syari’ah, adalah pembangunan
yang materialistis kapitalistik dan salah. Menurutnya pembangunan
juga harus ditopang oleh kemauan umat yang dilengkapi dengan tiga
kapital utama, yaitu; human capital, intelligent capital dan
organization capital.33
6. Perdagangan Internasional (Foreign Trade)
Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa barang akan menjadi lebih
berharga dengan diperdagangkan lintas negara karena kepuasan
masyarakat, laba pedagang, dan kesejahteraan negara semuanya akan
meningkat (gains from trade). Ia juga menekankan peranan
pembagian kerja internasional yang lebih didasarkan pada
keterampilan penduduk dari masing-masing negara. Menurutnya,
33 Chapra, The Future of Islamic Economic
pembagian kerja internasional tidak didasarkan pada sumbersumber
kekayaan alamnya.34
Teori Ibnu Khaldun mengandung embrio dari teori perdagangan
internasional, disertai suatu analisa tentang syarat pertukaran
antara Negara kaya dengan negara-negara miskin dan tentang
kecenderungan alamiyah untuk impor dan ekspor. Selain itu ia juga
memaparkan proses perkembangan kumulatif yang disebabkan oleh
infrastruktur intelektual suatu negara. Dimana semakin berkembang
suatu negara, semakin banyak modal dan organisasi infrastruktur
intelektualnya. Karena orang-orang yang terampil ditarik oleh
infrastruktur ini dan datang untuk hidup dalam negeri ini.35
Hal inilah yang kemudian menjelaskan suatu proses kumulatif
yang menjadikan negeri-negeri kaya semakin kaya dan negeri miskin
bertambah miskin.
7. Kesejahteraan Bangsa (wealth of nations)
Menurut Ibnu Khaldun, alat untuk mencapai kesejahteraan dan
pembangunan sebuah bangsa dipengaruhi oleh adanya pembangunan
yang adil. Perwujudannya juga dipengaruhi oleh peranan negara dan
masyarakat, serta tingkat pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai
syari’ah dalam sebuah bangsa. Ibnu Khaldun menegaskan bahwa
kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di
negara tersebut. Menurutnya, kekayaan negara ditentukan oleh dua
34 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro, h. 3235 Ibid.
hal: (1) Tingkat produksi domestik; dan (2) Neraca pembayaran
yang positif dari negara tersebut.36
Pertama, tingkat produksi domestik. Suatu negara boleh saja
mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila hal ini tidak
merefleksikan pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik barang
maupun jasa), maka uang yang melimpah itu tidak ada nilainya.
Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap
tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan menimbulkan
permintaan atas faktor produksi lainnya.
Kedua, neraca pembayaran yang positif. Ibnu Khaldun juga
menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan meningkatkan
kekayaan Negara tersebut. Hal ini disebabkan neraca pembayaran
yang positif menggambarkan dua hal:
a) Tingkat produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditi
lebih tinggi daripada tingkat permintaan domestik negara
tersebut, atau supply lebih besar dibanding demand, sehingga
memungkinkan negara tersebut melakukan ekspor.
b) Tingkat efisiensi produksi negara tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan negara lain. Dengan tingkat efisiensi yang
lebih tinggi maka komoditi suatu negara mampu masuk ke negara
lain dengan harga yang lebih kompetitif.
E. Pemikiran selanjutnya tentang ekonomi Ibnu Khaldun (732-808
H/1332-1046)37
36 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro… h. 189-192.37 Abdullah Zaky AlKaaf, Ekonomi dalam perspektif Islam…h.209
1. Persoalan Ekonomi
Soal-soal ekonomi dibicarakan juga oleh filosof Islam, Ibnu
Khaldun (1332-1046) dalam bukunya Muqaddimah bagian V, “Motif
ekonomi timbul karena hasrat manusia yang tidak terbatas,
sedangkan barang yang memuaskan kebutuhannya itu sangat terbatas.
Sebab itu pemecah soal ekonomi haruslah dipandang dari dua sudut,
sudut tenaga dan sudut penggunaannya.
Adapun sudut tenaga terbagi menjadi:
a. Tenaga untuk mengerjakan barang-barang (obyek) untu memenugi
kebutuhan sendiri (subyek) dinamakan ma’asy (penghidupan).
ة� ش� ة� ا و ال�معا ش� ا و ال�عي� ش� ال�عي�b.Tenaga untuk mengerjakan barang-barang yang memenuhi kebutuhan
orang banyak, dinamkan tamawwul ال�ت�مو ل) ) (perusahaan)Pembagian seperti ini didasarkan kitab suci Alquran misalnya,
perkataan “ Ma’isya” dalam surat Al-Haqqah ayat 21 dan Al-Qariah
ayat 7 kata “ma’asyah” dalam surat Naba’ ayat 11 “ma’isyah”.
Adapaun dari jurusan kegunaannya dapatlah dibagi menjadi:38
a) Kegunaan barang-barang yang dihasilkan hanya untuk diri
sendiri dinamakan rezeki و� ر ز� kata ini disebut 55 kali dalam) (ال�����Alquran dan 73 kali kata-kata ynag sama)
38 Ibid, hal 210
b. Kegunaannya untuk kepentingan orang banyak, sedangkan
kepentingan orang yang mengerjakan tidaklah menjadi tujuan. Ini
dinamakan kasab ال�كسب� (tersebut 67 kali dalam Alquran)2.Soal-soal ekonomi dalam 33 Pasal39
Uraian selanjutnya tentang ekonomi oleh Ibnu Khaldun dalam
bukunya Muqaddimah yang dibagi menjadi 33 Pasal. Semua itu dapat
kita simpulkan menjadi 6 bagian “
1) Pasal 1: Terminologi kata-kata ekonomi
2)Pasal 2:mengenai pembagian rencana-rencana ekonomi kepada dua
golongan dengan jenis usahanya, yaitu golongan usaha natuurlijk
langsung rencana ekonomi, dan dua golongan usaha yang bukan
natuurlijk menjadi rencana ekonomi.
3) Pasal 3 sampai pasal 7 (5 pasal) diuraikan tentang usaha-usaha
bukan natuuralijk menjadi usaha ekonomi, dan juga uraian tentang
factor-faktor luar yang ada pengaruhnya dalam ekonomi.
4) Pasal 8 khusus mengenai soal pertanian
5) Pasal 9 sampai 15 (7 pasal) mengupas soal perdagangan dalam
segala segi
6) Pasal 16-sampai akhir pada 33 (13 pasal) memberikan analisis
tentang soal perusahaan dalam segala bagiannya.
39 Ibid, hal 212
Kesimpulan
Ibn Khaldun dilahirkan di Tunisiapada awal Ramadhan 732 M/27
mei 1332 M.40 Ia mempunyai nama lengkap Abduurahman Abu Zaid
Waliuddin Ibn Khaldun. Abdurrahman adalah nama kecilnya dan Abu
Zaid adalah nama panggilan keluargannya,sedangkan Waliuddin
adalah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu ia menjabat sebagai
qadhi di Mesir. Selanjutnya ia lebih popular dengan sebutan Ibn
Khaldun.
Pemikiran Ibnu Khaldun terletak pada”
1) Mekanisme Pasar
2) Division of Labour
3) Perpajakan
4) Teori Uang
5) Pembanguan
6) Perdagangan Internasional
7) Kesejahteraan Bangsa
Saran
Sebagai generasi penerus islam, maka seudah seharusnya kita
menjunjung tinggi pemikiran-pemikiran islami.
40 Moch. Abdullah Enan, Ibn khaldun His Life dan Work, (Lahore:Khasmiri Bazar,1946), cet Ke 3,h. 2
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim, Sejarah pemikiran Ekonomi, Edisi ketiga,
Jakarta: Rajawali
Press.2006
_______________, Ekonomi Mikro Islami. Edisi Kedua. Jakarta:
IIIT, 2003
Ali Abdul Wahid Wafi,Ibnu Khaldun: Riwayat hidup dan Karyanya,
Pent. Ah-Madi Thaha, (Jakarta : Grafiti Press,1985).
Agustianto, , “Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun dan Signifikansinya
dalam Konteks
Kekinian”, 2005, paper tidak diterbitkan.
Azmuyardi Azra, dkk(ed). Ensiklopedi islam II, (Jakarta:
intermasa, 1996).
Badri Yatim, Hostiografi Islam,(Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1997)
Bey Sapta, 2003, “Belajar Keadilan pada Ibn Khaldun dan Abu
Yusuf”, Tazkia Online,
15 Nov 2011.
Boulakia, Jean David C., 1971. “Ibn Khaldun: A Fourteenth-Century
Economist”.
The Journal of Political Economy, Vol. 79, No. 5, pp. 1105-
1118 (edisi
terjemah).
Cristopher Pass & Bryan Lowes, Dictionary of Economics,
(terjemahan), Jakarta, Erlangga).
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta, RajaGrafindo
Persada, 2003.
Euis Amaliah, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Klasik Hingga
Kontemporer, Jakarta, Granada Press, 2007.
Farrukh,Umar.1962.Tarikh al-fikr al-arabi.Beirut: Matba’ah al-
tijari.
Ibn Khaldun, Muqaddimah,Edisi Indonesia,Penerj,Ahmadie Thaha,
(Jakarta: Pustaka Firdaus,2000).
Moch. Abdullah Enan, Ibn khaldun His Life dan Work,
(Lahore:Khasmiri Bazar,1946).
Zainab al-Khudari, Filsafat Sejarah Ibn khaldun,Pent.Ahmad
Rafi’Usmani,(Bandung:Penerbit Pustaka,1987).
Umar Chapra, The Future of Islamic Economic; An Islamic
Prespective, Jakarta: SEBI(edisi terjemah), 2001.
Zaki, Abdullah Al Kaaf.2002. Ekonomi dalam Perspektif Islam.
Bandung : Pustaka Setia
http://www.uin-alauddin.ac.id/download-04%20Aswad.pdf
http://shariaeconomics.wordpress.com/2011/02/26/pemikiran-
ekonomi-ibnu-khaldun/