PEMBELAJARAN TEMATIK, SEBUAH SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MINDS-ON DAN HANDS-ON SISWA
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of PEMBELAJARAN TEMATIK, SEBUAH SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MINDS-ON DAN HANDS-ON SISWA
MAKALAH
“PEMBELAJARAN TEMATIK, SEBUAH SOLUSI
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MINDS-ON
DAN HANDS-ON SISWA ”
diajukan untuk memenuhi tugas individu.
Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran Biologi
Dosen Pengampu : Ipin Aripin, M.Pd
Disusun oleh :
Tia Nuri Wijaya
14121610748
BIOLOGI C/6
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Manusia yang selalu diiringi pendidikan,
maka kehidupannya akan selalu berkembang kearah yang lebih
baik. Dinamika perkembangan pendidikan akan selalu berubah
seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
serta teknologi di masyarakat. Untuk mengikuti perkembangan
pendidikan yang begitu cepat, pemerintah berusaha untuk
menyesuaikan perkembangan itu melalui perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum di sekolah-sekolah.
Pembenahan kurikulum baru tahun 2013 berbasis sains dan
tidak lagi banyak menghafal konsep-konsep dan fakta-fakta,
tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk
menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Belajar dimaknai
sebagai proses interaksi dengan lingkungannya.
Kurikulum untuk tingkat Sekolah Dasar akan mengalami banyak
perubahan dibanding tingkat SMP dan SMA/SMK. Salah satu ciri
Kurikulum 2013 khususnya untuk anak SD bersifat Tematik
Integratif. Sebagai wacana berkaitan dengan pelaksanaan
Kurikulum baru 2013 yang bersifat Tematik Integratif khususnya
anak SD. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat
sekolah dasar adalah dengan penerapkan suatu model pembelajaran
terpadu. Pembelajaran terpadu atau integrated learning merupakan
suatu konsep yang dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Bermakna artinya bahwa
dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep yang lain yang sudah mereka
pahami.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian model pembelajaran tematik ?
2. Teori- teori yang mendukung model pembelajaran tematik ?
3. Karakteristik model pembelajaran tematik ?
4. Langkah-langkah dalam pembelajaran tematik ?
5. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran tematik ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian model pembelajaran tematik.
2. Mengetahui teori-teori yang mendukung model pembelajaran
tematik.
3. Mengetahui karakteristik model pembelajaran tematik.
4. Mengetahui langkah-langkah dalam pembelajaran tematik.
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran tematik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran
sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
(Poerwadarminta, 1983). Sedangkan menurut Sri Istuti Malik
(2004:6), menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan
suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan,
nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif
dengan menggunakan tema. Tema adalah pokok pikiran atau
gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dalam
pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
Sebagai contoh, tema “ Air” dapat ditinjau dari mata
pelajaran IPA dan Matematika. Lebih luas lagi, tema tersebut
dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa
Indonesia, dan Penjaskes. Pembelajaran tematik menyediakan
keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan
kesempatan yang sangat banyak kepada siswa untuk memunculkan
dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome
dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa
untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan
sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan
secara alamiah tentang dunia disekitar mereka. Pembelajaran
tematik juga dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran
yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,
aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi pembelajaran
tematik juga bisa diartikan sebagai pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata
pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.
Adapun fokus perhatian pembelajaran tematik terletak pada
proses yang ditempuh oleh siswa, ketika siswa berusaha
memahami materi pembelajaran yang sejalan dengan bentuk-bentuk
kompetensi yang harus dikembangkan, maka berdasarkan hal
tersebut pembelajaran tematik juga dapat diartikan sebagai:
1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema sebagai pusat
perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala
atau konsep lain.
2. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuanan keterampilan
secara simultan.
3. Menggabungkan sejumlah konsep dalam mata pelajaran yang
berbeda, dengan harapan siswa dapat belajar lebih baik
dan bermakna
2. Teori- teori yang mendukung model pembelajaran tematik
a. Teori belajar Menurut Piaget
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang
mendasari perkembangan dunia individu, yaitu
pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita
diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian
pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa
kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan
akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan
informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.
Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu
menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan
melalui empat tahap dalam memahami dunia, yaitu :
1) Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage) yaitu yang terjadi
dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama
piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai
oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi
(seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan
dan tindakan-tindakan fisik.
2) Tahap praoperasional (preoperational stage), yaitu yang
terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap
kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan
dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul
pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
3) Tahap operasional konkrit (concrete operational stage),
yaitu yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun,
merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak
dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran
intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam
cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
4) Tahap operasional formal (formal operational stage), yaitu
yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan
tahap keempat dan terakhir dari piaget. Pada tahap ini,
individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman
konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
b. Teori Belajar Gestalt
Para psikologi Gestalt menekankan bahwa hubungan
pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam
suatu kebulatan adalah sangat esensial dalam belajar.
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai
padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok
pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu
akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang
terorganisasikan.
Menurut Koffka dan Kohler, ada enam prinsip organisasi
yang terpenting yaitu :
1) Hubungan bentuk dan latar ( figure and gound relationship)
yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat
dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.
Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna
dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang.
Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan
terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
2) Kedekatan ( proxmity) yaitu bahwa unsur-unsur yang
saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam
bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk
tertentu.
3) Kesamaan ( similarity) yaitu bahwa sesuatu yang memiliki
kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek
yang saling memiliki.
4) Arah bersama (common direction) yaitu bahwa unsur-unsur
bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama
cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau
bentuk tertentu.
5) Kesederhanaan yaitu bahwa orang cenderung menata bidang
pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler
dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik
berdasarkan susunan simetris dan keteraturan.
6) Ketertutupan (closure) yaitu bahwa orang cenderung akan
mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan
yang tidak lengkap.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt,
yaitu:
a. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari
dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku
“Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot
atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar”
adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan
luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain
sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku
“Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku
“Molecular”.
b. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah
membedakan antara lingkungan geografis dengan
lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah
lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan
behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya,
gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang
indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya
merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang
lebat (lingkungan geografis).
c. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau
unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi
mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa.
Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti
yaitu sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya
adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan
awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
d. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris
adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan
sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan
merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan
tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara
lain :
1) Pengalaman tilikan (insight ) yaitu bahwa tilikan memegang
peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses
pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki
kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan
unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning ),
kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang
pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin
jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif
sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam
kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam
identifikasi masalah dan pengembangan alternatif
pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik
hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan
proses kehidupannya.
3) Perilaku bertujuan ( pusposive behavior ), bahwa perilaku
terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi
akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta
didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh
karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai
arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik
dalam memahami tujuannya.
4) Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu
memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia
berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan
hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan
kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
5) Transfer dalam Belajar yaitu bahwa pemindahan pola-pola
perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke
situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, bahwa transfer
belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian
obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu
untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi
lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan
pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas
dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-
ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan
terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-
prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru
hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip- prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
3. Karakteristik model pembelajaran tematik
Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student
centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern
yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek
belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada
siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
b. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman
langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman
langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
(konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih
abstrak.
c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan siswa.
d. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep
tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu
siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
e. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana
guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran
dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya
dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana
sekolah dan siswa berada.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan
4. Langkah-langkah dalam pembelajaran tematik
Sintaks dalam model pembelajaran tematik pada dasarnya
mengikuti langkah-langkah pembelajaran terpadu. Secara umum
sintaks tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam
setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu :
1. Tahap perencanaan
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap evaluasi
Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik
dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti model
pembelajaran langsung, model pembelajran kooperatif, maupun
model pembelajaran berdasarkan masalah. Berikut ini adalah
langkah-langkah pembelajaran tematik :
1. Tahap perencanaan
Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis ketempilan
yang dipadukan. Karasteristik mata pelajaran menjadi
pijakan untuk kegiatan awal, seperti contoh yang
diberikan oleh Fogarty (1991 : 28), untuk jenis mata
pelajaran social dan bahasa dapat dipadukan keterampilan
berpikir dan keterampilan social, sedangkan untuk mata
pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan
keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisir.
1.) Memilih kajian materi, standar komptensi, kompetensi
dasar, dan indicator. Langkah ini akan mengarahkan
guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-
masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam
suatu unit pembelajaran.
2.) Menentukan sub keterampilan yang dipadukan.
Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus
dikuasai meliputi keterampilan berpikir, keterampilan
soasial, dan keterampilan mengorganisir, yang masing-
masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
3.) Merumuskan indicator hasil belajar
Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan
yang telah dipilih dirumuskan indicator. Setiap
indicator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan :
audience ( peserta didik ), behavior (perilaku yang
diharapkan), condition (media/alat), dan degree(
jengjang/jumlah).
4.) Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru
untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang
telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2. Tahap pelaksanaan
Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik, meliputi:
a) Guru hendaknya tidak single actor yang mendominasi
kegiatan pembelajaran.
b) Pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus
jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya
kerjasama kelompok.
c) Guru perlu mengakomoditif terhadap ide-ide yang
terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam
proses perencanaan.
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses
pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran.
5. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran tematik
Keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain
adalah sebagai berikut:
a) Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada
hasil belajar.
b) Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum
dan menyediakan pendekatan proses belajar yang
integratif.
c) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang
dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka
didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung
jawab pada keberhasilan belajar.
d) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan
di luar kelas.
e) Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide,
sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman.
Pembelajaran tematik disamping memiliki kelebihan
sebagaimana dipaparkan diatas, juga terdapat kekurangan-
kekurangan yang ditimbulkan, yaitu :
a) Menuntut peran guru yang memiliki pengetahuan dan
wawasan luas, kreatifitas tinggi,keterampilan,
kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan
berani untuk mengemas dan mengembangkan materi.
b) Dalam pengembangan kreatifitas akademik, menuntut
kemampuan belajar siswa yang baik dalam aspek
intelegensi. Hal tersebut karena model pembelajaran
tematik menekankan pada pengembangan kemampuan analitik,
kemampuan asosiatif, dan kemampuan eksploratif dan
elaboratif.
c) Pembelajaran tematik memerlukan sarana dan sumber
informasi yang cukup banyak dan berguna untuk
mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.
d) Pembelajaran tematik memerlukan system penilaian dan
pengukuran (obyek, indikator, dan prosedur ) yang
terpadu.
e) Pembelajaran tematik tidak mengutamakan salah satu atau
lebih mata pelajaran dalam proses pembelajarannya.
BAB IIIKESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa
pembelajaran tematik merupakan suatu usaha untuk
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap
pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan
tema. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pembelajaran lebih
bermakna dan utuh. Pembelajaran Tematik ini memiliki peran yang
sangat penting dalam meningkatkan perhatian, aktivitas belajar,
dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarinya, karena
pembelajaran lebih berpusat pada siswa, memberikan pengalaman
langsung kepada siswa, pemisahan mata pelajaran tidak begitu
jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam
suatu proses pembelajaran, bersifat fleksibel, hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan
kebutuhan siswa, Pembelajarn tematik agar berhasil dengan baik
dilakukan dengan menempuh tahapan perencanaan, penerapan, dan
evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Diana,Nirva .1999. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Jaring Laba-
laba di Sekolah Dasar. Lampung : Penelitian Tindakan Pada Sekolah
Dasar Di Kotamadya Bandar Lampung
Hesty.S. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan
Kemampuan Dasar Siswa Sekolah Dasar. Pangkal Pinang : LPMP
Prop.Bangka Belitung
Suderajat, Hari. 2004. Implementasi KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
(KBK). Bandung : CV Cipta Cekas Grafika
Sumantri,Mulyani. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV
Maulana
Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget .Yogyakarta :
Kanisius