PEMBELAJARAN TEMATIK, SEBUAH SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MINDS-ON DAN HANDS-ON SISWA

21
MAKALAH “PEMBELAJARAN TEMATIK, SEBUAH SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MINDS-ON DAN HANDS-ON SISWA ” diajukan untuk memenuhi tugas individu. Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran Biologi Dosen Pengampu : Ipin Aripin, M.Pd Disusun oleh : Tia Nuri Wijaya 14121610748 BIOLOGI C/6 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON

Transcript of PEMBELAJARAN TEMATIK, SEBUAH SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MINDS-ON DAN HANDS-ON SISWA

MAKALAH

“PEMBELAJARAN TEMATIK, SEBUAH SOLUSI

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MINDS-ON

DAN HANDS-ON SISWA ”

diajukan untuk memenuhi tugas individu.

Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran Biologi

Dosen Pengampu : Ipin Aripin, M.Pd

Disusun oleh :

Tia Nuri Wijaya

14121610748

BIOLOGI C/6

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI

CIREBON

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Manusia yang selalu diiringi pendidikan,

maka kehidupannya akan selalu  berkembang kearah yang lebih

baik. Dinamika perkembangan pendidikan akan selalu berubah

seiring dengan  perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan

serta teknologi di masyarakat. Untuk mengikuti perkembangan

pendidikan yang begitu cepat, pemerintah berusaha untuk

menyesuaikan perkembangan itu melalui perbaikan dan

penyempurnaan kurikulum di sekolah-sekolah.

Pembenahan kurikulum baru tahun 2013 berbasis sains dan

tidak lagi banyak menghafal konsep-konsep dan fakta-fakta,

tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk

menghasilkan pemahaman yang lebih utuh. Belajar dimaknai

sebagai  proses interaksi dengan lingkungannya.

Kurikulum untuk tingkat Sekolah Dasar akan mengalami  banyak

perubahan dibanding tingkat SMP dan SMA/SMK. Salah satu ciri

Kurikulum 2013 khususnya untuk anak SD bersifat Tematik

Integratif. Sebagai wacana berkaitan dengan pelaksanaan

Kurikulum baru 2013 yang bersifat Tematik Integratif khususnya

anak SD. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di tingkat

sekolah dasar adalah dengan penerapkan suatu model pembelajaran

terpadu. Pembelajaran terpadu atau integrated learning merupakan

suatu konsep yang dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar

mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan

pengalaman yang bermakna kepada siswa. Bermakna artinya bahwa

dalam pembelajaran terpadu, siswa akan memahami konsep-konsep

yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan

menghubungkannya dengan konsep yang lain yang sudah mereka

pahami.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian model pembelajaran tematik ?

2. Teori- teori yang mendukung model pembelajaran tematik ?

3. Karakteristik model pembelajaran tematik ?

4. Langkah-langkah dalam pembelajaran tematik ?

5. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran tematik ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian model pembelajaran tematik.

2. Mengetahui teori-teori yang mendukung model pembelajaran

tematik.

3. Mengetahui karakteristik model pembelajaran tematik.

4. Mengetahui langkah-langkah dalam pembelajaran tematik.

5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran tematik.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Model Pembelajaran Tematik

Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran

sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

(Poerwadarminta, 1983). Sedangkan menurut Sri Istuti Malik

(2004:6), menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan

suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan,

nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif

dengan menggunakan tema. Tema adalah pokok pikiran atau

gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dalam

pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.

Sebagai contoh, tema “ Air” dapat ditinjau dari mata

pelajaran IPA dan Matematika. Lebih luas lagi, tema tersebut

dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa

Indonesia, dan Penjaskes. Pembelajaran tematik menyediakan

keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan

kesempatan yang sangat banyak kepada siswa untuk memunculkan

dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome

dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa

untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan

sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan

secara alamiah tentang dunia disekitar mereka. Pembelajaran

tematik juga dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran

yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan

pengalaman yang  bermakna kepada siswa. Keterpaduan

pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu,

aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi pembelajaran

tematik  juga bisa diartikan sebagai pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema sebagai  pemersatu materi dalam beberapa mata

pelajaran sekaligus dalam satu kali  pertemuan.

Adapun fokus perhatian pembelajaran tematik terletak pada

proses yang ditempuh oleh siswa, ketika siswa berusaha

memahami materi pembelajaran yang sejalan dengan bentuk-bentuk

kompetensi yang harus dikembangkan, maka  berdasarkan hal

tersebut pembelajaran tematik juga dapat diartikan sebagai:

1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema sebagai pusat

perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala

atau konsep lain.

2. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuanan keterampilan

secara simultan.

3. Menggabungkan sejumlah konsep dalam mata pelajaran yang

berbeda, dengan harapan siswa dapat belajar lebih baik

dan bermakna

2. Teori- teori yang mendukung model pembelajaran tematik

a. Teori belajar Menurut Piaget

 Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang

mendasari perkembangan dunia individu, yaitu

pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita

diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian

pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa

kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan

akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan

informasi  baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.

Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu

menyesuaikan diri dengan informasi baru.

  Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan

melalui empat tahap dalam memahami dunia, yaitu :

1) Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage) yaitu yang terjadi

dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama

piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai

oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk

mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi

(seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan

dan tindakan-tindakan fisik.

2) Tahap praoperasional (preoperational stage), yaitu yang

terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap

kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan

dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul

pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.

3) Tahap operasional konkrit (concrete operational stage),

yaitu yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun,

merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak

dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran

intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam

cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.

4) Tahap operasional formal (formal operational stage), yaitu

yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan

tahap keempat dan terakhir dari piaget. Pada tahap ini,

individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman

konkrit dan  berpikir secara abstrak dan lebih logis.

b. Teori Belajar Gestalt

  Para psikologi Gestalt menekankan bahwa hubungan

pemahaman dan  persepsi tentang hubungan-hubungan dalam

suatu kebulatan adalah sangat esensial dalam belajar.

Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai

padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok

pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau  peristiwa tertentu

akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang

terorganisasikan.

Menurut Koffka dan Kohler, ada enam prinsip organisasi

yang terpenting yaitu :

1) Hubungan bentuk dan latar ( figure and gound relationship)

yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat

dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang.

Penampilan suatu obyek seperti ukuran,  potongan, warna

dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang.

Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan

terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.

2) Kedekatan ( proxmity) yaitu bahwa unsur-unsur yang

saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam

bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk

tertentu.

3) Kesamaan ( similarity) yaitu bahwa sesuatu yang memiliki

kesamaan cenderung akan dipandang sebagai suatu obyek

yang saling memiliki. 

4) Arah bersama (common direction) yaitu bahwa unsur-unsur

bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama

cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau

bentuk tertentu.

5) Kesederhanaan yaitu bahwa orang cenderung menata bidang

pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler

dan cenderung membentuk keseluruhan yang baik

berdasarkan susunan simetris dan keteraturan.

6) Ketertutupan (closure) yaitu bahwa orang cenderung akan

mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan

yang tidak lengkap.

 Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt,

yaitu:

a. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari

dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku

“Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot

atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar”

adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan

luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah,  bermain

sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku

“Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku

“Molecular”.

b. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah

membedakan antara lingkungan geografis dengan

lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah

lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan

behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya,

gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang

indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya

merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang

lebat (lingkungan geografis).

c. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau

unsur atau suatu  bagian peristiwa, akan tetapi

mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau  peristiwa.

Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti

yaitu sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya

adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan

awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.

d. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris

adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan

sebagai suatu reaksi yang statis. Proses  pengamatan

merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan

tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.

 Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara

lain :

1) Pengalaman tilikan (insight ) yaitu bahwa tilikan memegang

peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses

pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki

kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan

unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.

2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning ),

kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang

pembentukan tilikan dalam proses  pembelajaran. Makin

jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif

sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam

kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam

identifikasi masalah dan pengembangan alternatif

pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik

hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan

proses kehidupannya.

3) Perilaku bertujuan ( pusposive behavior ), bahwa perilaku

terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi

akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada

keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta

didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh

karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai

arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik

dalam memahami tujuannya.

4) Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu

memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia

berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan

hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan

kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

5) Transfer dalam Belajar yaitu bahwa pemindahan pola-pola

perilaku dalam situasi  pembelajaran tertentu ke

situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, bahwa transfer

belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian

obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu

untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi

lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan

pentingnya  penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas

dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-

ketentuan umum (generalisasi). Transfer  belajar akan

terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-

prinsip  pokok dari suatu persoalan dan menemukan

generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan

masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru

hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai

prinsip- prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

3. Karakteristik model pembelajaran tematik

 Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik

memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

a. Berpusat pada siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student

centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern

yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek

belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai

fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada

siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman

langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman

langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata

(konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih

abstrak.

c. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata

pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran

diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat

berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari

berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.

Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep

tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu

siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana

guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran

dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya

dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana

sekolah dan siswa berada.

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan

siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi

yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan

4. Langkah-langkah dalam pembelajaran tematik

  Sintaks dalam model pembelajaran tematik pada dasarnya

mengikuti langkah-langkah  pembelajaran terpadu. Secara umum

sintaks tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam

setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu :

1. Tahap perencanaan

2. Tahap pelaksanaan

3. Tahap evaluasi

Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik

dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti model

pembelajaran langsung, model pembelajran kooperatif, maupun

model pembelajaran berdasarkan masalah. Berikut ini adalah

langkah-langkah pembelajaran tematik :

1. Tahap perencanaan

Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis ketempilan

yang dipadukan. Karasteristik mata pelajaran menjadi

pijakan untuk kegiatan awal, seperti contoh yang

diberikan oleh Fogarty (1991 : 28), untuk jenis mata

pelajaran social dan bahasa dapat dipadukan keterampilan

berpikir dan keterampilan social, sedangkan untuk mata

pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan

keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisir.

1.) Memilih kajian materi, standar komptensi, kompetensi

dasar, dan indicator. Langkah ini akan mengarahkan

guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-

masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam

suatu unit pembelajaran.

 2.) Menentukan sub keterampilan yang dipadukan.

Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus

dikuasai meliputi keterampilan berpikir, keterampilan

soasial, dan keterampilan mengorganisir, yang masing-

masing terdiri atas sub-sub keterampilan.

 3.) Merumuskan indicator hasil belajar 

 Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan

yang telah dipilih dirumuskan indicator. Setiap

indicator dirumuskan  berdasarkan kaidah penulisan :

audience ( peserta didik ), behavior (perilaku yang

diharapkan), condition (media/alat), dan degree(

jengjang/jumlah).

 4.) Menentukan langkah-langkah pembelajaran

 Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru

untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang

telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.

2. Tahap pelaksanaan

Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran

tematik, meliputi:

a) Guru hendaknya tidak single actor yang mendominasi

kegiatan  pembelajaran.

b) Pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus

jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya

kerjasama kelompok.

c) Guru perlu mengakomoditif terhadap ide-ide yang

terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam

proses perencanaan.

3. Tahap Evaluasi

 Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses

pembelajaran dan evaluasi hasil  pembelajaran.

5. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran tematik

Keuntungan pembelajaran tematik bagi siswa antara lain

adalah sebagai berikut:

a) Bisa lebih memfokuskan diri pada proses belajar, daripada

hasil belajar.

b) Menghilangkan batas semu antar bagian-bagian kurikulum

dan menyediakan pendekatan proses belajar yang

integratif.

c) Menyediakan kurikulum yang berpusat pada siswa yang

dikaitkan dengan minat, kebutuhan, dan kecerdasan; mereka

didorong untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung

jawab pada keberhasilan belajar.

d) Merangsang penemuan dan penyelidikan mandiri di dalam dan

di luar kelas.

e) Membantu siswa membangun hubungan antara konsep dan ide,

sehingga meningkatkan apresiasi dan pemahaman.

 Pembelajaran tematik disamping memiliki kelebihan

sebagaimana dipaparkan diatas, juga terdapat kekurangan-

kekurangan yang ditimbulkan, yaitu :

a) Menuntut peran guru yang memiliki pengetahuan dan

wawasan luas, kreatifitas tinggi,keterampilan,

kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan

berani untuk mengemas dan mengembangkan materi.

b) Dalam pengembangan kreatifitas akademik, menuntut

kemampuan belajar siswa yang baik dalam aspek

intelegensi. Hal tersebut karena model pembelajaran

tematik menekankan pada pengembangan kemampuan analitik,

kemampuan asosiatif, dan kemampuan eksploratif dan

elaboratif. 

c) Pembelajaran tematik memerlukan sarana dan sumber

informasi yang cukup  banyak dan berguna untuk

mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.

d) Pembelajaran tematik memerlukan system penilaian dan

pengukuran (obyek, indikator, dan prosedur ) yang

terpadu.

e) Pembelajaran tematik tidak mengutamakan salah satu atau

lebih mata  pelajaran dalam proses pembelajarannya.

  

BAB IIIKESIMPULAN

 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa

pembelajaran tematik merupakan suatu usaha untuk

mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap

pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan

tema. Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pembelajaran lebih

bermakna dan utuh. Pembelajaran Tematik ini memiliki peran yang

sangat penting dalam meningkatkan perhatian, aktivitas belajar,

dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarinya, karena

pembelajaran lebih  berpusat pada siswa, memberikan pengalaman

langsung kepada siswa, pemisahan mata pelajaran tidak begitu

jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam

suatu proses pembelajaran, bersifat fleksibel, hasil

pembelajaran dapat  berkembang sesuai dengan minat, dan

kebutuhan siswa, Pembelajarn tematik agar  berhasil dengan baik

dilakukan dengan menempuh tahapan perencanaan, penerapan, dan

evaluasi.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Diana,Nirva .1999. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Jaring Laba-

laba di Sekolah Dasar. Lampung : Penelitian Tindakan Pada Sekolah

Dasar Di Kotamadya Bandar Lampung

Hesty.S. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan

Kemampuan Dasar Siswa Sekolah Dasar. Pangkal Pinang : LPMP

Prop.Bangka Belitung

Suderajat, Hari. 2004. Implementasi KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

(KBK). Bandung : CV Cipta Cekas Grafika

Sumantri,Mulyani. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV

Maulana

Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget .Yogyakarta :

Kanisius