Pegunungan Kendeng Utara, Sedulur Sikep, Kearifan Lokal dan Advokasi Kebijakan Publik

189
SRAWUNG: STRATEGI ADVOKASI MASYARAKAT SEDULUR SIKEP TERHADAP RENCANA PENDIRIAN PABRIK SEMEN Skripsi Disusun Oleh: Lutfi Untung Angga Laksana 09/283425/SP/23677 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

Transcript of Pegunungan Kendeng Utara, Sedulur Sikep, Kearifan Lokal dan Advokasi Kebijakan Publik

SRAWUNG: STRATEGI ADVOKASI MASYARAKAT SEDULUR

SIKEP TERHADAP RENCANA PENDIRIAN PABRIK SEMEN

Skripsi

Disusun Oleh:

Lutfi Untung Angga Laksana

09/283425/SP/23677

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

ii

SRAWUNG: STRATEGI ADVOKASI MASYARAKAT SEDULUR SIKEP

TERHADAP RENCANA PENDIRIAN PABRIK SEMEN

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Gadjah Mada

Oleh:

Lutfi Untung Angga Laksana

09/283425/SP/23677

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

iii

LEMBAR PENGESAHAN

iv

SURAT PERNYATAAN

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT karena hanya berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis

berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Srawung: Strategi Advokasi

Masyarakat Sedulur Sikep Terhadap Rencana Pendirian Pabrik Semen”.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan pendidikan Strata-1 pada Universitas Gadjah Mada dan untuk

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik. Penulis menyadari tugas akhir ini

bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak

terbatas.

Skripsi ini membahas mengenai polemik yang terjadi antara Pemerintah

Kabupaten Pati, PT. Semen Gresik, dan Masyarakat Sedulur Sikep. Selain itu,

skripsi ini juga membahas perjalanan panjang masyarakat Sedulur Sikep dalam

melakukan advokasi kebijakan publik. Hasil penelitian menunjukkan, proses

terjadinya polemik dikarenakan perbedaan cara pandang mengenai Pegunungan

Kendeng. Sementara dalam melakukan advokasi kebijakan publik, masyarakat

Sedulur Sikep menggunakan strategi kearifan lokal yaitu dengan srawung.

Semoga karya sederhana ini dapat menjadikan pertimbangan bagi pemerintah

untuk membuat kebijakan publik yang demokratis dan berkeadilan sosial

khususnya bagi masyarakat minoritas, seperti Masyarakat Sedulur Sikep.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran

tangan berbagai pihak serta dukungan moril dan materiil. Oleh karena itu, tak

salah kiranya bila penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan

kepada:

1. Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya

2. Kedua orang tua saya, Hartini, S.E, M.M dan Bapak Tukijan (Alm), atas

doa dan semangat yang selalu diberikan

3. Bapak Drs. Hadriyanus Suharyanto, M.Si selaku dosen pembimbing

skripsi yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan inspirasi hingga

terselesainya skripsi ini

vi

4. Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, M.P.P dan Dr. Bevaola Kusumasari,

M.Si selaku dosen penguji dalam sidang skripsi ini

5. Seluruh dosen dan staff beserta civitas akademika Jurusan Manajemen dan

Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta

6. Kang Gunretno (Selaku Ketua Masyarakat Sedulur Sikep di Desa

Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah dan Ketua

Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng) yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian di masyarakat Sedulur

Sikep, Mas Joko Santoso (Koordinator JM-PPK) yang memberikan

banyak informasi dan data, Mbah Rasno, Mbah Jarmin, dan Angga yang

telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini

7. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Administrasi Negara (MKP) angkatan

2009, khusunya Wendi Agung Tri Sutrisno, Arif Rahman (Keceng),

Satriya Dwi Arindra, Galih Anggara Aji, Fadri Mustofa (Fafa),

Muhammad Fatah Mustaqim (Gus Fatah), Muhammad Taufik (Opik),

Rifqi Adlian (Makmur), Herry Johandi, Arief Kurniawan Pratama

(Gondes), Friedrik Librata Damanik (Jambrong), Setiyatmo Adi Nugroho,

Yusuf Budi Kurniawan (Ucup), dan Fajar Nurul Huda

8. Rima Norma Octaviantari yang telah memberikan semangat dan motivasi

9. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang

tidak mungkin dapat disebutkan satu-persatu

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi

materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,

penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun untuk perbaikan

skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi pembaca.

Yogyakarta, 23 Oktober 2013

Hormat saya,

Lutfi Untung Angga Laksana

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ ii

PENGESAHAN................................................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN..................................................................................... iv

KATA PENGANTAR......................................................................................... v

DAFTAR ISI........................................................................................................ vii

DAFTAR BAGAN dan TABEL......................................................................... x

INTISARI............................................................................................................. xi

ABSTRACT......................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 12

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 12

1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................... 14

BAB II TINJAUAN LITERATUR............................................................... 15

2.1 Etika Lingkungan Hidup: Antroposentrisme, Ekosentrisme, dan

Ekofeminisme................................................................................................. 15

2.1.1 Etika Antroposentrisme (Shallow Environmental Ethics)...................... 15

2.1.2 Etika Ekosentrisme (Deep Environmental Ethics)................................. 18

2.1.3 Etika Ekofeminisme............................................................................... 23

2.2 Transformasi Kearifan Lokal Masyarakat Sedulur Sikep........................ 27

2.2.1 Organisasi Lokal..................................................................................... 30

2.2.2 Jaringan Sosial: Salah Satu Dimensi dari Social Capital....................... 33

2.2.3 Wungon Rebo Pon atau Ruang Publik (Public Sphere)......................... 38

2.3 Advokasi Kebijakan Publik.......................................................................... 40

2.3.1 Proses dan Penyusunan Strategi Advokasi Kebijakan Publik................ 41

2.3.2 Jaringan dalam Advokasi Kebijakan Publik........................................... 46

2.4 Keaslian dan Keterbaruan Penelitian......................................................... 47

viii

2.5 Kerangka Pemikiran..................................................................................... 49

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 50

3.1 Perspektif Penelitian........................................................................................ 50

3.2 Jenis Data......................................................................................................... 52

3.3 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................. 54

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................................................. 57

BAB IV POLEMIK RENCANA PENDIRIAN PABRIK SEMEN

ANTARA PEMERINTAH, PEMODAL, dan

MASYARAKAT............................................................................... 59

4.1 Pegunungan Kendeng Dilihat dari Cara Pandang Berbasis Kepentingan

(Interest-Based Issue)..................................................................................... 60

4.2 Pegunungan Kendeng Dilihat dari Cara Pandang Berbasis Nilai (Values-

Based Issue).................................................................................................... 65

BAB V ADVOKASI MASYARAKAT SEDULUR SIKEP TERHADAP

KEBIJAKAN RENCANA PENDIRIAN PABRIK

SEMEN.............................................................................................. 76

5.1 Isu Strategis.................................................................................................... 76

5.1.1 Penyalahgunaan Kekuasaan Melalui Legitimasi.................................... 76

5.1.2 Kontroversi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)........... 81

5.1.3 Kegagalan Komunikasi Publik............................................................... 84

5.1.4 Kesewenangan Pembebasan Lahan........................................................ 87

5.2 Membangun Opini dan Fakta...................................................................... 91

5.2.1 Membangun Opini.................................................................................. 91

5.2.2 Membangun Fakta.................................................................................. 99

5.3 Memahami Sistem Kebijakan...................................................................... 107

5.4 Membangun Koalisi...................................................................................... 117

5.4.1 Organisasi Lokal..................................................................................... 119

5.4.2 Jaringan Sosial........................................................................................ 123

ix

5.4.3 Ruang Publik/Wungon Rebo Pon........................................................... 127

5.5 Merancang Sasaran dan Strategi................................................................. 129

5.6 Pengaruhi Kebijakan.................................................................................... 133

5.6.1 Aksi Demo dan Kampanye dengan Press Releases.............................. 133

5.6.2 Lobby dan Negosiasi.............................................................................. 140

5.6.3 Legal Standing........................................................................................ 144

5.7 Evaluasi.......................................................................................................... 145

BAB VI PENUTUP......................................................................................... 156

6.1 Kesimpulan...................................................................................................... 156

6.2 Rekomendasi................................................................................................... 161

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 165

LAMPIRAN......................................................................................................... 174

x

DAFTAR BAGAN dan TABEL

BAGAN

Bagan 1. Kerangka Pemikiran Ilmiah................................................................... 49

Bagan 2. Peta Sosialisai PT. Semen Grseik.......................................................... 84

Bagan 3. Transformasi Srawung Masyarakat Sedulur Sikep................................ 119

TABEL

Tabel 1. Legitimasi Pendukung Rencana Pendirian Pabrik Semen...................... 76

Tabel 2. Perbandingan Izin Lama dan Izin Baru................................................... 80

Tabel 3. Kontradiksi Legitimasi Rencana Pendirian Pabrik Semen...................... 112

Tabel 4. Jaringan Sosial Masyarakat Sedulur Sikep............................................. 125

Tabel 5. Hasil roadshow Masyarakat Kontra Semen di Jakarta............................ 143

Tabel 6. Hasil Advokasi Kebijakan Publik Masyarakat Sedulur Sikep................ 154

xi

INTISARI

Pegunungan Kendeng di Kabupaten Pati, menyimpan banyak sekali kekayaan

alam, salah satunya adalah batu gamping yang menjadi primadona bagi perusahan semen. Pada tahun 2005, PT. Semen Gresik menawarkan investasi modal sebesar Rp. 3,5 triliun untuk rencana pendirian pabrik semen. Dengan tawaran tersebut

Pemerintah Kabupaten Pati tidak bisa mengelak dengan alasan, kemajuan ekonomi bagi pendapatan asli daerah. Berbeda dengan masyarakat Sedulur Sikep

yang telah mendiami Pegunungan Kendeng selama puluhan tahun, adanya pabrik semen akan mengancam keseimbangan ekologi. Dari perbedaan perspektif inilah kemudian melahirkan polemik rencana pendirian pabrik semen sampai tahun

2010.

Sebagai masyarakat adat, masyarakat Sedulur Sikep memiliki nilai kebudayaan kearifan lokal yang khas untuk menyelesaikan permasalahan publik. Salah satu kearifan lokal tersebut adalah srawung. Namun, adanya rencana pendirian pabrik

semen, srawung mengalami transformasi. Transformasi srawung inilah yang kemudian menjadi strategi advokasi terhadap rencana pendirian pabrik semen.

Dengan latar belakang tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menge tahui proses terjadinya polemik rencana pendirian pabrik semen dan menggali kearifan lokal yang berupa transformasi srawung sebagai strategi advokasi kebijakan

publik masyarakat Sedulur Sikep terhadap rencana pendirian pabrik semen. Tipe penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

studi kasus deskriptif dan analisis isi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Logika teoritik yang dibangun dalam penelitian ini berpijak pada Teori Etika Lingkungan

(Antroposentrisme, Ekosentrisme, dan Ekofeminisme) dan Teori Advokasi Kebijakan Publik.

Temuan hasil penelitian menunjukkan, polemik antara Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, PT. Semen Gresik, dan masyarakat Sedulur Sikep terjadi karena

adanya dua cara pandang yang berbeda, cara pandang berbasis kepentingan dan cara pandang berbasis nilai. Dengan perbedaan cara pandang inilah masyarakat Sedulur Sikep melakukan advokasi kebijakan publik dengan strategi transformasi

srawung. Transformasi srawung tersebut antara lain; Pembentukan organisasi lokal untuk wadah pergerakan dan memperkuat posisi tawar; Menciptakan

jaringan sosial untuk memperkuat basis gerakan dan mengumpulkan data advokasi; dan Mengadakan ruang publik/wungon rebo pon untuk mempererat ikatan esoterik dan diskursus/grenengan. Rekomendasi dari hasil penelitian adalah

pemerintah harusnya mengakui dan mengakomodasi hak-hak masyarakat Sedulur Sikep, sehingga dapat menciptakan kebijakan yang aspiratif dan demokratis.

Kata Kunci: Polemik Rencana Pendirian Pabrik Semen, Masyarakat Sedulur

Sikep, Transformasi Srawung, Advokasi Kebijakan Publik

xii

ABSTRACT

Kendeng mountains in Pati Regency, has lots of natural resources, one of which is

limestone that are excellent for cement companies. In 2005, PT. Semen Gresik offering capital investment of Rp. 3.5 trillion for the plan to build a cement factory. With the offer of the Government of Pati Regency can’t avoid for reasons,

economic progress to revenue. Different from that Sikep Sedulur community that populated Kendeng Mountains for a dozen years, cement manufacturing

presence would threaten the ecological balance. From this difference perspective then gave birth polemic factory establishment plan cement to year 2010.

As indigenous peoples, communities Sedulur Sikep have cultural values typical of local wisdom to solve public problems. One such local wisdom is srawung.

However, the plan to build a cement factory, srawung undergone a transformation. Srawung transformation is then a strategy of advocacy against the plan to build a cement factory. With this background, the aim of this study was to

determine the occurrence of polemic plan to build a cement factory and explore the local wisdom that a transformation srawung as public policy advocacy

strategies Sikep Sedulur society against the plan to build a cement factory. Type of selected research is a qualitative study using a descriptive case study and content analysis. Data collection techniques using in-depth interview techniques

and study documentation. Theoretical logic is constructed in this study based on the Theory of Environmental Ethics (Anthropocentrism, Ecosentrisme, and

Ecofeminism) and Theory of Public Policy Advocacy.

The findings of the research showed, polemics between Pati District Government,

PT. Semen Gresik, and community Sedulur Sikep occurs because of the two different perspectives, interest-based perspective and value-based perspective. With this perspective the difference Sedulur Sikep public policy advocate with

srawung transformation strategy. Srawung transformation include; Establishment of a local organization for container movement and strengthen the bargaining

position; Creating social networks to strengthen the movement and gather data base advocacy, and Conduct public shpere/wungon rebo pon to strengthen the bond of esoteric and discourse/grenengan. Recommendations from the research is

that the government should recognize and accommodate the rights of community Sedulur Sikep, so as to create an aspirational and democratic policies.

Keywords: Polemic plan to build a cement factory, Sedulur Sikep community,

Srawung Transformation, Public Policy Advocacy

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian ini berfokus pada best practice strategi advokasi kebijakan

publik ala masyarakat adat Sedulur Sikep/Suku Samin dalam menyelesaikan

permasalahan publik. Strategi yang dimaksud adalah transformasi srawung

sebagai kearifan lokal masyarakat Sedulur Sikep dalam menyelesaikan

permasalahan publik. Sedangkan permasalahan publik yang dimaksud adalah

rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Pati yang bekerja sama dengan PT. Semen

Gresik untuk pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati. Untuk memahami

permasalahan tersebut, penelitian dilakukan di masyarakat Sedulur Sikep yang

menjadi “korban” dari rencana pendirian pabrik semen. Lokus penelitian di

Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang menjadi tempat calon

lokasi rencana pendirian pabrik semen.

Kabupaten Pati yang terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa dan di

bagian timur Propinsi Jawa Tengah, memiliki banyak sekali potensi sumber daya

alam. Potensi tersebut salah satunya adalah kawasan bentang alam karst1 atau

lebih dikenal dengan sebutan Pegunungan Kendeng Utara. Pegunungan Kendeng

Utara berada di wilayah Kabupaten Pati, meliputi Kecamatan Sukolilo, Kayen,

dan Tambakromo tersebut, menyimpan banyak sekali sumber daya alam. Sumber

daya alam yang dapat ditemukan di Pegunungan Kendeng, salah satunya adalah

1 Karst merupakan bentang alam yang terbentuk akibat proses karstifikasi dan proses pelarutan kimia yang

diakibatkan oleh aliran permukaan. Daerah karst dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan adalah

batu gamping

2

batuan gamping dan sumber daya air. Batuan gamping inilah yang menjadi

primadona bagi perusahaan semen di Indonesia, seperti PT. Semen Gresik 2, PT.

Indocement, dan PT. Holcim. Alasannya batuan gamping merupakan unsur utama

dalam pembuatan semen, selain pasir besi dan tanah liat. Selaian batuan gamping,

Pegunungan Kendeng juga merupakan tandon air raksasa bagi resapan air hujan

dan mata air, walaupun tampak kering di atasnya.

Selain sumber daya alam, Pegunungan Kendeng, khususnya di Kecamatan

Sukolilo merupakan hunian bagi masyarakat adat yang sudah berlangsung selama

berpuluh tahun. Masyarakat adat tersebut adalah Masyarakat Sedulur Sikep atau

yang dahulu akrab ditelinga dengan sebutan “suku samin”. Sejarah Sedulur

Sikep/Samin sendiri telah dimulai pada masa kolonial Belanda, tepatnya pada

tahun 1890. Berawal dari ajaran yang dikembangkan oleh Raden Kohar pada

usianya yang ke-31 yang kemudian merubah namanya menjadi

Samin Surosentiko. Samin Surosentiko sendiri lahir pada tahun 1859, di Desa

Ploso Kedhiren, Randubelatung, Kabupaten Blora, dan merupakan anak dari

Raden Surowijaya atau lebih dikenal dengan sebutan Samin Sepuh. Karena

ajarannya semakin massif, pemerintah Kolonial Belanda merasa khawatir

sehingga banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan, termasuk

Samin sendiri ditangkap dan diasingkan ke Sumatra hingga meninggal dalam

status tahanan (Suyami, 2007).

Di Kabupaten Pati sendiri, sejarah ajaran Sedulur Sikep disebarkan oleh

Karsiyah salah satu murid dari Samin Surosentiko. Karsiyah tampil

sebagai Pangeran Sendang Janur, menghimbau kepada masyarakat untuk tidak

2 Pada tahun 2012 PT. Semen Gresik berubah nama menjadi PT. Semen Indonesia

3

membayar pajak (Mumfangati, Titi: 2004). Dahulu masyarakat Sedulur Sikep

adalah masyarakat ingin membebaskan diri dari ikatan tradisi besar yang dikuasai

oleh penguasa elit (Belanda, red). Secara harfiah, istilah sedulur atau wong

sikep bermakna “saudara atau orang bertabiat baik serta jujur”. Ajaran Samin

disampaikan oleh Samin Surosentiko melalui ceramah di rumah maupun di tanah

lapang. Beberapa pokok ajaran yang terdapat didalamnya antara lain: Tidak boleh

bohong; Tidak boleh mencuri; Tidak boleh iri; dan Tidak boleh bertengkar

(Mumfangati, Titi: 2004).

Permasalahan terjadi ketika pada tahun 2005 PT. Semen Gresik

menawarkan investasi modal sebesar Rp. 3,5 Triliun kepada Pemerintah Daerah

Kabupaten Pati untuk mendiriakan pabrik semen baru di wilayah Jawa Tengah.

Rencana pendirian pabrik semen tersebut, secara administratif meliputi 4

kecamatan, yaitu Sukolilo, Kayen, Gabus dan Margorejo, yang tarbagi dalam 14

desa dengan total luas kebutuhan lahan 1.350 hektar. Lahan seluas 1.350 hektar

tersebut nantinya akan digunakan oleh PT. Semen Gresik sebagai lahan

penambangan batu kapur (700 hektar), lahan penambangan tanah liat (250 hektar),

pabrik untuk produksi semen (85 hektar) dan infrastruktur transportasi/jalan (85

hektar) serta penunjang kegiatan (230 hektar).3

Berkaitan dengan masyarakat Sedulur Sikep yang berada di Kecamatan

Sukolilo, tentu saja rencana pendirian pabrik semen tersebut bertentangan dengan

kearifan lokal. Ini berkaitan dengan keinginan masyarakat Sedulur Sikep agar apa

yang ada selama ini tidak berubah (keseimbangan ekologis, red) termasuk pola

3 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Gresik di

Kabupaten Pati, Jawa Tengah 2008

4

hidup sederhana yang sudah turun-temurun terjaga. Bagi masyarakat Sedulur

Sikep, apabila pabrik semen jadi didirikan, maka akan muncul dampak

lingkungan yang mengancam kawasan Pegunungan Kendeng yang selama ini

menjadi sumber ekologi (air, gua, hewan, tanaman) serta kearifan lokal

masyarakat Sedulur Sikep dalam menjaga alam (dimanifestasikan sebagai

kegiatan bertani untuk merawat tanah, red).

Tanah bagi masyarakat Sedulur Sikep merupakan sumber kehidupan.

Tanah adalah ibu yang memberi hidup dan memancarkan kehidupan. Keraf (2010:

367), tanah mempunyai dan memberi makna ekologis, sosial, spiritual, dan moral

bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Seperti dikatakan Vandana Shiva

(dalam Keraf, 2010: 367), tanah bukan sekedar rahim bagi reproduksi kehidupan

biologis, melainkan juga reproduksi kehidupan budaya dan spiritual. Gunretno,

“pemimpin” Sedulur Sikep di Kecamatan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah,

mengatakan, kalau tidak panen, itu karena tingkah laku (kita) sendiri. Bumi harus

dihormati, harus dimuliakan, seperti ibu yang melahirkan (kita). Bumi adalah Ibu

Pertiwi yang melahirkan hidup dan menjadikan (hidup) berkecukupan, dari zaman

nenek moyang hingga hari ini.4

Bagi masyarakat Sedulur Sikep, cara untuk menjaga keseimbangan alah

adalah dengan cara ngajeni (menghormati), ngopeni (merawat), dan melestarikan

keseimbangan alam dengan demunung artinya memahami sifat alam yang hanya

boleh dimanfaatkan secukupnya (tidak serakah). “Kalau tidak, jangan kaget kalau

alam yang akan menata keseimbangannya sendiri”, Gunretno mengingatkan.5

4 Hartiningsih, Maria. 2012. Sedulur Sikep Merawat Bumi. Kompas: Jumat, 4 Mei 2012 5 Ibid... Hartiningsih, Maria. 2012. Sedulur Sikep Merawat Bumi.

5

Selain itu, Pegunungan Kendeng juga memiliki makna budaya dan sejarah bagi

masyarakat Sedulur Sikep yang memiliki ekologi kultural seperti berelasi dengan

lingkungan. Makna budaya tersebut adalah simbolisasi terhadap Pegunungan

Kendeng itu sendiri, seperti situs watu payung yang merupakan simbolisasi dari

sejarah pewayangan Dewi Kunti.

Selain situs watu payung juga terdapat narasi yang berhubungan dengan

kisah pewangan seperti kisah tentang cakar kuku bima dan watu kembar yang

berisikan tentang kisah Hanoman. Selain kisah pewayangan juga terdapat situs

yang memiliki kaitannya dengan Angling Dharma di sekitar lereng Pegunungan

Kendeng Sukolilo, seperti Gua Lowo dan Gua Macan. Kemudian ada Gua

Jolotundo yang memiliki korelasi dengan kisah Laut Selatan Jawa, ke arah Kayen

juga terdapat makam Syeh Jangkung yang dianggap sebagai salah satu tokoh lokal

dalam mitologi masyarakat lokal di wilayah Pati.6

Ada beberapa alasan mengapa pembangunan pabrik semen ditolak oleh

sebagian besar warga di Sukolilo, Pati, khususnya masyarakat Sedulur Sikep

adalah sebagai berikut:7

Pertama, dalam perumusan kebijakan sampai dengan pengambilan keputusan

rencana pendirian pabrik semen, tidak sekalipun masyarakat kontra semen,

khususnya masyarakat lereng Pegunungan Kendeng dilibatkan.

6 Yumni, Akbar. 2008. Refleksi Proses Transformasi dalam Advokasi Masyarakat Lokal dan Sedulur Sikep

di Pati, dalam Menolak Pabrik Semen. Diperoleh dari http://www.desantara.or.id/07-2008/247/bahasa-dan-

peta-kepentingan/ pada 2 Januari 2012 7 Virri, Kristina. 2012. Gerakan Perempuan Kendeng Menolak Pabrik Semen. Srinthil (Media Perempuan

Multikultural) edisi 23. Diperoleh dari http://srinthil.org/77/gerakan-perempuan-kendeng-menolak-pabrik-

semen/ pada 11 Januari 2012

6

Kedua, hasil dari penelitian yang dilakukan Pusat Studi Manajemen Bencana

Universitas Pembangunan Nasional (UPN) dan Acintyacunyata Speleological

Club (ASC) Yogyakarta, menyebutkan kawasan Pegunungan Kendeng masuk

dalam kategori Kawasan Karst Kelas I. Hal ini berdasarkan pada pasal 12

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor:

1456.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst.

Implikasinya Kawasan Karst Kelas I tidak boleh ada kegiatan pertambangan

sesuai pasal 14 masih dalam perundangan yang sama.

Ketiga, Pemerintah Daerah Kabupaten Pati menyatakan alasan rencana pendirian

pabrik semen adalah meningkatkan perekonomian Kabupaten Pati dengan

menghidupkan lahan yang tidak produktif dan terpencil sebagai daerah industri.

Akan tetapi warga Sukolilo tak sependapat dengan pemerintah, selama warga

hidup di Pati, masyarakat Sukolilo makan hasil bumi yang ditanam pada tanah

yang disebut “tidak produktif”. Masyarakat menanam padi, umbi-umbian, jagung,

ubi-kayu, kedelai, kacang hijau. Warga memiliki hubungan yang sangat dekat

dengan alam. Ini karena warga merasa alam sungguh memberikan manfaat bagi

kehidupan, sehingga masyarakat akan menjaga kelestariannya.

Keempat, prosedur legitimasi rencana pendirian pabrik semen oleh PT. Semen

Gresik banyak yang menyalahi dan bertentangan dengan aturan hukum yang

berlaku. Salah satunya adalah peraturan ijin lokasi dikeluarkan oleh Pemerintah

Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, sebelum hasil

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) diselesaikan. Seharusnya

menurut atas dasar Amdal yang dinyatakan layak oleh pemerintah barulah dapat

dikeluarkan surat ijin lokasi.

7

Kearifan lokal masyarakat Sedulur Sikep yang hidup selaras dengan alam

(ekosentrisme), menjadi sumber utama resistensi penolakan rencana pendirian

pabrik semen di Sukolilo, Pati. Resistensi penolakan tersebut diwujudkan dengan

kearifan lokal masyarakat Sedulur Sikep yang khas yaitu dengan cara srawung.

Srawung merupakan ajaran turun-temurun yang diajarkan oleh Kyai Samin8

sebagai cara untuk ngudoroso atau menyampaikan realitas yang terjadi di

sekitarnya. Srawung adalah sebuah istilah Jawa yang mengandung arti kumpul

atau pertemuan yang dilakukan lebih dari satu orang atau kelompok. Menurut

Gunretno, dalam srawung, masyarakat bisa saling ngudoroso. Tidak hanya apa

yang ada dalam pikiran, apa yang ada dalam perasaan pun semua bisa

diungkapkan. Srawung juga merupakan pengalaman-pengalaman batin (esoterik)

yang kadang sulit dibahasakan, tapi terasa di hati.9

Salah seorang pemuka Sedulur Sikep atau Kaum Samin dari Blora, Lasio,

mengatakan, srawung dapat diwujudkan dengan rasa persaudaraan. Rasa tersebut

tak hanya akibat hubungan darah, namun lebih karena kemanusiaan. Esensi dalam

hubungan atau pergaulan itu, manusia saling tolong-menolong dan tidak

mencelakai satu sama lain. “Dalam sesrawungan, tak boleh ada pamrih apapun.

Saling menolong harus dilakukan dengan tanpa maksud atau keuntungan apapun

selain persaudaraan”, kata Lasio.10 Dengan adanya srawung semua permasalahan

dalam realitas kehidupan mampu diselesaikan secara bersama. Srawung dilakukan

8 Kyai Samin atau Raden Soerowijoyo (Samin Sepuh) merupakan ayah dari Raden Kohar atau Samin

Soerosentiko (Samin Anom), yang kemudian bergelar Praboe Panembahan Soeryongalam (1859-1914) 9 Anonim. 2012. Srawung dalam Komunitas Sedulur Sikep. Diperoleh dari http://kabupatenpati.com/srawung-

dalam-komunitas-sedulur-sikep/ Pada 21 Mei 2012 10 Armitrianto, Adhitia. 2012. Menolong Harus Tanpa Pamrih. Suara Merdeka: Kamis, 29 Maret 2012

8

oleh masyarakat Sedulur Sikep sebagai kearifan lokal untuk mencari solusi

konstruktif dalam memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi.

Srawung inilah yang kemudian menjadi strategi penolakan (advokasi

kebijakan publik, red) masyarakat Sedulur Sikep terhadap kebijakan rencana

pendirian pabrik semen di wilayah Sukolilo. Advokasi sendiri merupakan aksi

strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat

bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan

merugikan masyarakat (Socorro Reyes, 1997). Strategi advokasi yang dilakukan

masyarakat Sedulur Sikep terhadap rencana pendirian pabrik semen di wilayah

Sukolilo sangat unik. Keunikan tersebut karena aktivitas srawung yang dilakukan

masyarakat Sedulur Sikep tidak disadari telah mengalami transformasi11.

Transformasi srawung diantaranya adalah pembentukan organisasi lokal,

menciptakan jaringan sosial, dan mengembangkan ruang publik atau dalam

masyarakat Sedulur Sikep ditandai dengan acara wungon rebo pon.

Organisasi lokal merupakan wadah masyarakat Sedulur Sikep untuk

memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan

menitikberatkan pada partisipasi warga. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

monitoring, dan evaluasi sehingga pada ahkirnya para masyarakat Sedulur Sikep

akan merasakan manfaat dari organisasi. Secara konseptual, organisasi lokal

merupakan organisasi yang berada pada suatu komunitas yang memiliki

kerjasama satu sama lain, memilki kedekatan personal yang erat, dan biasanya

memiliki pengalaman bekerja secara bersama-sama (Milton Esman dan Norman

T. Uphoff, 1984). Upaya pembentukan organisasi lokal bagi masyarakat Sedulur

11 Data diperoleh dari kompilasi hasil pra-penelitian lapangan pada September 2012

9

Sikep adalah untuk memperkuat basis gerakan dalam melakukan advokasi

kebijakan. Peran organisasi lokal sangat penting di dalam advokasi, karena

mampu memperkuat tujuan bersama dan mempunyai daya tawar yang lebih tinggi

daripada dilakukan perorangan.

Yang menarik mengenai organisasi lokal Sedulur Sikep adalah Kelompok

Perempuan Peduli Lingkungan (KPPL) Simbar Wareh. Simber Wareh merupakan

kelompok yang beranggotakan perempuan Sedulur Sikep. Kelompok yang

terbentuk dari srawung dan dipelopori oleh Gunarti, seakan membawa perubahan

yang besar bagi perempuan Sedulur Sikep. Gunarti melawan kebiasaan

perempuan Sedulur Sikep yaitu budaya nrimo. Keberanian Gunarti dalam

melawan dominasi budaya patriarki muncul ketika ada kekhawatiran terhadap

sumber mata air jika rencana pendirian pabrik terealisasi. Dalam pandangan

ekofeminisme, tidak hanya laki- laki saja yang berhak memanfaatkan alam, justru

wanita lebih banyak membutuhkan daripada laki- laki.

“Aku mikir, yen wong berjuang nek mung lanang thok, kuwi biasane ora

berhasil, masalah lingkungan, masalah banyu, masalah bumi kuwi ya masalahe

bareng. Apa maneh justru ibuk-ibuk luwih akeh nggunakke banyu tinimbang

bapak-bapak. Tegese nek ning mondokan ki sing luwih akeh kan ibuk-ibuk, seka

nggulawentah anak lan ngopeni omah”, tandas Gunarti12 (Biasanya dalam

berjuang kalau hanya laki- laki saja itu tidak berhasil. Pikir saya masalah

lingkungan, masalah air, masalah bumi itu ya masalah bersama. Apalagi justru

ibu- ibu yang lebih banyak menggunakan air daripada bapak-bapak. Artinya kalau

12 Ujianto, Ari. 2012. Simbar Wareh dan Kontekstualisasi Kearifan Lingkungan. Srinthil (Media Perempuan

Multikultural) edisi 23. Diperoleh dari http://srinthil.org/75/simbar-wareh-dan-kontekstualisasi-kearifan-

lingkungan/ pada 19 Februari 2012

10

di rumah kan lebih banyak ibu- ibu, dari memelihara anak sampai merawat

rumah). Ekofeminisme di masyarakat Sedulur Sikep dijabarkan menjadi

pergerakan perempuan (KPPL Simbar Wareh, red) sebagai aksi (advokasi, red)

bersama untuk menggugat rencana pendirian pabrik semen.

Keberhasilan masyarakat Sedulur Sikep ketika mengorganisir masyarakat

di luar komunitas Sedulur Sikep yang terkena dampak pendirian pabrik Semen

Gresik, menjadikan basis gerakan semakin kuat karena banyak menjalin jaringan.

Meskipun kebanyakan tidak mengenyam pendidikan sekolah formal, tidak sedikit

masyarakat Sedulur Sikep yang memiliki kemampuan baca tulis. Kemampuan

baca tulis ini biasanya diperoleh dari orang tua langsung (Two Ways

Communication13) atau mengikuti pendidikan informal yang digagas oleh

masyarakat Sedulur Sikep sendiri. Dengan kemampuan ini, Sedulur Sikep tidak

kesulitan memperoleh informasi dari media cetak maupun elektronik. Akses

terhadap informasi semakin mudah karena interaksi (srawung) luas yang dibangun

dengan komunitas luar (sedulur liyo toto-coro). Keberadaan Gunretno sebagai

figur yang punya banyak relasi di luar komunitas sangat membantu mencerna

perubahan.14

Jaringan menurut Onyx (Dalam Suharto, 2005) merupakan fasilitas

terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan

memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-

jaringan sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain.

13 Darmastuti, Rini dan Mustika Kuri Prasela. Two Ways Communication: Sebuah Model Pembelajaran

dalam Komunitas Samin di Sukolilo Pati. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 2, Mei - Agustus 2010.

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 14 Fauzan, Uzair. 2007. Kelompok Minoritas dan Strategi Non-Konfrontasi Refleksi Lapangan di Komunitas

Sedulur Sikep dan Parmalim. Diperoleh dari http://interseksi.org/publications/essays/articles/minorita

s_non_konfrontasi.html pada 27 Mei 2012

11

Kemudian membangun interelasi yang kental, baik bersifat formal maupun

informal. Dengan menjalin jaringan sosial dengan berbagai aktor, posisi Sedulur

Sikep dalam melakukan advokasi kebijakan semakin kuat. Hal ini terbukti dengan

legal standing yang dikeluarkan oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa

Tengah yang diprakarsakan oleh LBH Semarang untuk menggugat keluarnya

surat izin rencana pendirian pabrik semen dan persetujuan kelayakan lingkungan

hidup pembangunan pabrik semen PT. Semen Gresik di Kabupaten Pati.

Selain membentuk organisasi lokal dan memperkuat jaringan sosial,

masyarakat Sedulur Sikep menyelenggarakan ruang publik untuk berdiskursus,

yaitu wungon. Wungon dapat diartikan sebagai media untuk mengumpulkan

masyarakat di tengah situasi krisis multidimensi. Di masyarakat Sedulur Sikep

Sukolilo, wungon dilakukan pada malam Rabu Pon, atau Wungon Rebo Pon. Hal

ini dikarenakan adanya perhitungan weton atau penanggalan dalam kalender Jawa

yang jatuh pada Rabu Pon. Habermas (dalam Budi Hardiman, 2009:128)

menegaskan ruang publik memberikan peran yang penting dalam proses

demokrasi. Ruang publik merupakan ruang demokratis atau wahana diskursus

masyarakat, yang mana warga negara dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-

kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan secara diskursif.

Gunretno mengatakan, memaknai wungon rebo pon sebagai bentuk

srawung, merupakan usaha untuk memahami kepekaan-kepekaan yang dimiliki

masyarakat Sedulur Sikep itu sendiri, sehingga masyarakat Sedulur Sikep bisa

mengorganisasi komunitasnya bahkan sampai kepada warga lainnya (Media

Indonesia, 12 Mei 2012). Wungon rebo pon dikembangkan menjadi ruang untuk

12

berdiskursus yang biasa dilakukan masyarakat Sedulur Sikep di Omah Kendeng15.

Dapat dikatakan wungon rebo pon atau ruang publik merupakan sarana warga

Sedulur Sikep untuk berkomunikasi, berdiskusi, berargumen, dan menyatakan

sikap terhadap problematika yang sedang dihadapi. Ruang publik tidak hanya

sebagai institusi atau organisasi yang legal, melainkan adalah komunikasi antar

warga itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, Research Question dalam penelitian

ini adalah:

a) “Bagaimana Proses Terjadinya Polemik Rencana Pendirian Pabrik

Semen PT. Semen Gresik di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa

Tengah?”

b) “Bagaimana Transformasi Srawung Sebagai Strategi Advokasi

Kebijakan Publik Masyarakat Sedulur Sikep Terhadap Rencana

Pendirian Pabrik Semen PT. Semen Gresik di Kecamatan Sukolilo,

Kabupaten Pati, Jawa Tengah?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai fokus untuk membedah secara mendalam

mengenai kearifan lokal masyarakat adat dalam menyelesaikan permasalahan

publik. Masyarakat adat yang dimaksud adalah masyarakat Sedulur Sikep yang

bermukim di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, kearifan lokal

15 Omah Kendeng merupakan sebuah rumah berbentuk limas yang didirikan sebagai pusat kegiatan bagi

warga lereng Pegunungan Kendeng di Dukuh Ledok, Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Pati. Rumah pusat

perlawanan masyarakat Sikep dan warga sekitarnya.

13

yang dimaksud adalah transformasi srawung sebagai strategi masyarakat Sedulur

Sikep dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan permasalahan publik yang

dimaksud adalah rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Pati yang bekerja sama

dengan PT. Semen Gresik akan mendirikan pabrik semen di wilayah Kecamatan

Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa tengah (Pegunungan Kendeng Utara).

Sejalan dengan pernyataan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk

menggali proses terjadinya polemik rencana pendirian pabrik semen dan menggali

kearifan lokal yang berupa transformasi srawung sebagai strategi advokasi

kebijakan publik ala masyarakat Sedulur Sikep terhadap rencana pendirian pabrik

semen PT. Semen Gresik di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Dengan menggali kearifan lokal masyarakat Sedulur Sikep dalam mengadvokasi

kebijakan publik, diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi kepada

masyarakat, khususnya masyarakat adat dalam melakukan advokasi kebijkan.

Agar dapat memperoleh jawaban dari permasalahan tersebut, maka dilakukanlah

peneltian ini.

Lebih spesifik lagi, penelitian akan menjelaskan bagaimana proses

advokasi yang dilakukan oleh Masyarakat Sedulur Sikep terhadap rencana

pendirian pabrik semen. Pertama, tujuan penelitian akan menjelaskan bagaimana

persoalan semen menjadi isu strategis yang layak untuk diadvokasi; Kedua,

bagaimana Masyarakat Sedulur Sikep membangun opini dan fakta; Ketiga,

menjelaskan bagaimana Masyarakat Sedulur Sikep memahami sistem kebijakan;

Keempat, menjelaskan bagaimana Masyarakat Sedulur Sikep membangun koalisi;

Kelima, menjelaskan bagaimana Masyarakat Sedulur Sikep merancang strategi

dan sasaran; Keenam, menjelaskan bagaimana Masyarakat Sedulur Sikep dalam

14

mempengaruhi kebijkan; dan Ketujuh, menjelaskan tentang evaluasi advokasi

yang dilakukan Masyarakat Sedulur Sikep.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Diharapkan dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, dan

wawasan dalam penerapan ilmu metode penelitian kualitatif,

khususnya kearifan lokal dalam penyelesaiaan permasalahan publik

yang dilakukan oleh masyarakat Sedulur Sikep dan dapat memberikan

kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan Ilmu Administrasi

Negara, khususnya ilmu advokasi kebijakan publik.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan refleksi dan

pertimbangan bagi Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah

Daerah Kabupaten Pati dalam proses perumusan kebijakan sampai

pengambilan keputusan kebijakan yang menyangkut masyarakat adat.

15

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Etika Lingkungan Hidup: Antroposentrisme, Ekosentrisme dan

Ekofeminisme

Membicarakan hubungan manusia dengan alam tidak lepas dari konsep

lingkungan hidup itu sendiri. Tidak dipungkiri antara manusia dengan alam atau

lingkungan hidup ada hubungan saling ketergantungan yang cukup tinggi. Alam

sangat tergantung pada manusia, bagaimana manusia memperlakukan alam untuk

memenuhi kehidupan sehari-hari. Sebaliknya manusia tergantung pula pada alam

lingkungannya, terutama apabila ada bencana alam (Mumfangati, Titi: 2004: 54).

Manusia memiliki pandangan tertentu terhadap lingkungan dan alam, dimana

pendangan tersebut telah menjadi landasan bagi tindakan dan perilaku manusia

terhadap alam. Dari beberapa pandangan etika yang telah berkembang tentang

alam, maka dalam sub-bab ini nantinya akan membahas tiga teori utama, yaitu

Antroposentrisme, Ekosentrisme, dan Ekofeminisme.

2.1.1 Etika Antroposentrisme (Shallow Environmental Ethics)

Antroposentrisme (antropos = manusia) adalah teori etika

lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam

semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan

dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan

dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung. Pandangan

lingkungan antroposentrisme disebut juga sebagai Shallow Environmental

Ethics, karena mengandaikan kedudukan dan peran moral lingkungan

16

hidup yang terpusat pada manusia. Maka tidak heran kalau fokus perhatian

dalam pandangan ini terletak pada peningkatan kesejahteraan dan

kebahagian manusia di dalam alam semesta. Oleh karenanya, alam pun

hanya dilihat sebagai objek, alat, dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan

dan kepentingan manusia. Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan

manusia, sehingga alam tidak mempunyai nilai pada dirinya sendiri. 16

Etika antroposentrisme sendiri dapat dilihat sebagai etika yang

menekankan pada segi estetika dari alam dan etika yang mengutamakan

kepentingan generasi penerus. Etika ekologi yang berkaitan dengan

kepentingan estetika didukung oleh 2 tokoh yaitu Eugene Hargrove dan

Mark Sagoff. Menurut keduanya, etika lingkungan harus dicari pada aneka

kepentingan manusia, secara khusus kepentingan estetika. Sedangkan etika

antroposentrisme yang mementingkan kesejahteraan generasi penerus

mendasarkan pada perlindungan atau konservasi alam yang ditunjukkan

untuk generasi penerus manusia. Antroposentrisme memahami alam

merupakan sumber hidup manusia memiliki beberapa nilai pokok

diantaranya (Rahim, 2008):

a) Manusia terpisah dari alam

b) Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak

menekankan tanggung jawab manusia

c) Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya

16 Callicot, J. Baird dan Robert Frodeman. 2010. Encyclopedia of Enviromental Ethics and Philosophy. New

York: Gale Encage Learning. Hal 58

17

d) Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan

manusia

e) Norma utama adalah untung rugi

f) Mengutamakan rencana jangka pendek.

g) Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk

khususnya di negara miskin

h) Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi

Dalam perspektif filsafat, nalar antroposentrisme merupakan

penyebab utama munculnya krisis lingkungan. Cara pandang

antroposentris ini menyebabkan manusia mengeksploitasi dan menguras

sumber daya alam dengan sebesar-besarnya demi kelangsungan hidupnya.

Tak pelak, krisis lingkungan pun sulit terhindarkan, karena alam tidak

mampu lagi berdaya menahan gempuran keserakahan manusia. Manusia

sebagai pengelola alam semesta ini secara langsung atau tidak langsung

akan melakukan perlindungan terhadap ekosistem karena kehidupan

manusia bergantung pada ekosistem tersebut.

Namun pada etika antroposentrisme, perlindungan ekosistem

sering dikalahkan oleh kepentingan manusia yang ingin memanfaatkan

sumber daya yang ada di ekosistem. Antroposentrisme cenderung

menghasilkan kegiatan eksploitatif yang dilakukan oleh manusia sehingga

memperbesar terjadinya kerusakan lingkungan (Susilo, 2008).

Antoposentrisme merupakan alasan lahirnya ekosentrisme dan

ekofeminisme yang timbul akibat adanya kekecewaan terhadap

antroposentrisme yang cenderung merusak lingkungan.

18

2.1.2 Etika Ekosentrisme (Deep Environmental Ethics)

Ekosentrisme dikenal sebagai penentang etika antroposentrisme.

Antroposentrisme memiliki prinsip, seluruh nilai moral berada di tangan

manusia, sehingga lingkungan di sekitar menjadi tidak penting lagi.

Sebaliknya, ekosentrisme justru memusatkan nilai moral kepada seluruh

makhluk hidup dan benda abiotik lainnya yang saling terkait.

Ekosentrisme juga menjunjung tinggi keberadaan lingkungan, meliputi

spesies, komunitas, populasi, dan ekosistem secara menyeluruh. Seperti

yang tercantum di dalam Encyclopedia of Enviromental Ethics and

Philosophy, ekosentrisme diartikan sebagai:17

“In contrast to an anthropocentrism, an emphasis on the ecological point of

view, frequently crediting ecological units of nature (rivers, species,

communities, populations, ecosystems) with rights. Through metaphors like ‘the

web of life’, the ecocentric approach tends to view ecological interactions

holistically” (Berbeda dengan antroposentrisme, penekanan pada titik pandang

ekologi, sering melibatkan alam (sungai, spesies, komunitas, populasi,

ekosistem) dengan hak. Melalui perandaian (metafora) seperti ‘jaring

kehidupan’, pendekatan ekosentrik cenderung untuk melihat interaksi ekologi

holistik)

Ekosentrisme merupakan konsep yang menekankan manusia dan

komponen biotik maupun abiotik yang ada di dalam lingkungan memilki

kedudukan yang sama. Manusia, komponen botik dan abiotik memiliki

fungsi atau peran yang berbeda-beda di lingkungan namun semuanya

merupaka satu kesatuan yang saling mendukung satu sama lain. Ketika

terjadi kerusakan lingkungan yang mengakibatkan ketidakstabilan pada

bagian dari komponen biotik atau abiotik maka akan menyebabkan

ketidakstabilan pada komponen lainnya termasuk manusia. Kerusakan

17 Ibid... Callicot, J. Baird dan Robert Frodeman. 2009. Encyclopedia of Enviromental Ethics and Philosophy.

Hal 423

19

lingkungan akan merugikan semua pihak baik yang terkena dampak secara

langsung ataupun tidak langsung (Susilo, 2008).

Etika ekosentrisme adalah sebutan untuk etika yang menekankan

keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Setiap

individu dalam ekosistem diyakini terkait satu dengan yang lain secara

mutual. Planet bumi menurut pandangan etika ekosentrisme adalah

semacam bentuk integral, suatu keseluruhan organisme yang saling

membutuhkan, saling menompang, dan saling memerlukan. Menurut salah

satu tokohnya, John B. Cobb, etika ini mengusahakan keseimbangan

antara kepentingan individu dengan kepentingan keseluruhan dalam

ekoseistem. Ekosentrisme memiliki beberapa nilai pokok terhadap alam

yang membedakannya dengan antroposentrisme diantaranya (Rahim,

2008):

a) Manusia adalah bagian dari alam

b) Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan

oleh manusia, tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang

c) Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam

diperlakukan sewenang-wenang

d) Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk

e) Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai

f) Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati

g) Menghargai dan memelihara tata alam

h) Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem

20

i) Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem

alternatif yaitu sistem mengambil sambil memelihara.

Menurut Sonny Keraf (2010: 92) Etika ekosentris adalah teori etika

lingkungan yang mendasarkan pada diri alam semesta (kosmos). Dalam

etika ekosentrisme hal yang paling penting adalah tetap bertahannya

semua yang hidup dan yang tak hidup sebagai komponen ekosistem yang

sehat, seperti manusia semua benda dalam kosmos mempunyai tanggung

jawab moral terhadap ekosistem sendiri-sendiri (environment moral

responsibility) dalam kedudukan yang mendominasi alam. Dalam ekologi

dangkal, alam hanya mempunyai nilai guna (utilitarian value) atau nilai

instrumental. Orientasi ekologiwan dangkal sebagai mandat berbuat apa

saja terhadap alam, demi menyadap nilai gunanya.

Ekosentrisme, memandang manusia tidak hanya sebagai makhluk

sosial (zoon politikon). Manusia pertama-tama harus dipahami sebagai

makhluk biologis dan makhluk ekologis. Dunia bukan sebagai kumpulan

objek-objek yang terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang

saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara

fundamental. Etika ekosentrisme mengakui nilai intrinsik semua makhluk

dan memandang manusia tak lebih dari salah satu bagian dalam jaringan

kehidupan. Ekosentrisme tidak menempatkan seluruh unsur di alam ini

dalam kedudukan yang hierarkis dan atau sub-ordinasi. Melainkan sebuah

kesatuan organis yang saling bergantung satu sama lain (Keraf, 2010: 93).

21

Arne Naess, filsuf lingkungan asal Norwegia, mengajukan konsep

baru yang mendukung teori ekosentrisme, yaitu deep ecology. Deep

ecology memandang manusia dan lingkungan adalah satu kesatuan.

Manusia adalah bagian dari lingkungan dan lingkungan adalah bagian dari

manusia, sehingga keduanya saling terhubung. Deep ecology menawarkan

8 platform penting, yaitu:18

a) Kesejahteraan manusia dan makhluk hidup memiliki nilai yang

melekat pada dirinya

b) Kekayaan dan keanekaragaman dari kehidupan memiliki nilai bagi

makhluk hidup di bumi

c) Manusia tidak memiliki hak untuk mereduksi kekayaan dan

keanekaragaman kecuali untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

yang penting

d) Gangguan manusia kepada makhluk hidup lain terlampau banyak

dan situasi menjadi semakin memburuk

e) Kesejahteraan kehidupan dan kebudayaan manusia disesuaikan

dengan peningkatan populasi manusia

f) Perubahan kehidupan yang signifikan untuk keadaan yang lebih

baik membutuhkan perubahan di bidang ekonomi dan teknologi

g) Kualitas hidup manusia harus lebih diunggulkan dari pada gaya

hidup yang tinggi

h) Pihak yang menyetujui kedelapan platform ini memiliki kewajiban

untuk melakukan perubahan yang diperlukan.

18 Ibid... Callicot, J. Baird dan Robert Frodeman. 2009. Encyclopedia of Enviromental Ethics and Philosophy.

Hal 80

22

Ada dua hal etika lingkungan dalam deep ecology (Keraf, 2010:

93). Pertama, manusia dan kepentingannya bukan ukuran bagi segala

sesuatu yang lain. Deep ecology memusatkan perhatian kepada seluruh

spesies, termasuk spesies bukan manusia. Ia juga tidak memusatkan pada

kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Maka dari itu, prinsip

etis-moral yang dikembangkan deep ecology menyangkut seluruh

kepentingan komunitas ekologis. Kedua, deep ecology dirancang sebagai

etika praktis. Artinya, prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus

diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkrit. Etika baru ini menyangkut

suatu gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekedar

sesuatu yang amat instrumental dan ekspansionis. Deep ecology

merupakan gerakan nyata yang didasarkan pada perubahan paradigma

secara revolusioner, yaitu perubahan cara pandang, nilai dan perilaku atau

gaya hidup.

Menurut Sukari (dalam Mumfangati, 2004: 58) bagi masyarakat

Sedulur Sikep, pedoman yang masih tetap dijalankan sehubungan dengan

lingkungannya adalah masyarakat Sedulur Sikep akan selalu menjaga

hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam lingkungannya.

Usaha ini ditunjukkan dengan adanya rasa hormat terhadap alam.

Masyarakat Sedulur Sikep menganggap manusia merupakan bagian dari

alam (tumbuhan, hewan, gunung, air, tanah, dan jasad renik). Oleh karena

itu hubungan manusia dengan alam lingkungan harus tetap dijaga

kesinambungannya. Pandangan masyarakat Sedulur Sikep terhadap

lingkungan sangat positif, pemahaman ini diperlihatkan dengan hidup

23

seadanya, secukupnya, dan tidak berlebihan dalam memanfaatkan alam.

Dalam arti masyarakat Sedulur Sikep tidak akan pernah untuk

mengekploitasi alam lingkungannya secara berlebihan.

2.1.3 Etika Ekofeminisme

Peran perempuan dalam pelestarian lingkungan hidup memiliki

keterkaitan yang sangat erat. Dalam memainkan perannya sebagai

pengelola rumah tangga, perempuan tentunya akan lebih banyak waktu

dan peluang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sumber daya alam

sekitarnya. Kearifan perempuan dalam pengelolaaan lingkungan lebih

banyak memiliki makna positif. Sayangnya selama ini peran tersebut

masih sangat kurang dimaknai. Padahal dampak kerusakan lingkungan

lebih sering dirasakan oleh perempuan. Contoh sederhana adalah

ketersediaan air, berkurangnya ketersediaan air lebih dirasakan kaum

perempuan karena perempuan merupakan pemakai air terbesar dalam

rumah tangga.19

Perempuan sebagai salah satu potensi dalam menjaga lingkungan

hidup, sejauh ini kurang diberikan ruang dan peran keterlibatannya dalam

pengelolaan lingkungan. Bahkan dalam banyak kejadian, perempuan

sering tidak dilibatkan dalam sebagian besar kebijakan dan kontrol

terhadap sumber daya alam yang menopang kehidupan.20 Hal ini terjadi

lantaran kuatnya dominasi budaya patriarki yang telah mengakar di dalam

19 Zulfikar, Teuku Muhammad. Perempuan dan Lingkungan Hidup. Disampaikan pada Seminar Nasional

Pengelolaan Lingkungan Hidup Berwawasan Gender, 11 September 2007, P3G LPPM UNS dengan KLH RI.

Diperoleh dari http://www.ccde.or.id/index.php?option=com_co ntent&view=article&id=590:peremp uan-

danlingkungan-hidup&catid=3:bingkai&Itemid=4 pada 2 Januari 2013 20 Ibid... Zulfikar, Teuku Muhammad

24

kehidupan keseharian, sehingga posisi perempuan semakin lemah dan

rentan. Adanya dominasi budaya patriarki juga mempengaruhi relasi

manusia (perempuan-red) dengan alam. Keraf (2010: 153) menyebutkan

relasi sosial yang ditandai oleh dominasi satu kelompok terhadap

kelompok yang lain ini, bukan saja menimbulkan problem sosial

melainkan juga menimbulkan problem ekologis. Pola relasi yang sama

yaitu yang kuat (laki- laki) mendominasi dan mengontrol yang lemah

(perempuan) diteruskan pula dalam relasi antara manusia (yang kuat)

terhadap alam (yang lemah).

Dominasi sosial menurut Murray Bookchin (dalam keraf, 2010:

153-154), terjadi karena ada hierarki dalam relasi sosial antara satu

kelompok yang mempunyai kekuasaan dan lebih superior terhadap

kelompok lain yang dikuasai dan lebih rendah kedudukannya. Hierarki ini

yang mengembangkan dan mempertahankan relasi dominasi yang

memungkinkan kelompok berkuasa memanipulasi kelompok lain demi

memuaskan kepentingannya. Kelompok berkuasa dianalogikan dengan

laki- laki yang mempunyai kekuasaan terhadap kelompok yang

lemah/perempuan. Adanya dominasi budaya patriarki inilah yang semakin

menempatkan perempuan pada kondisi yang tidak adil. Terutama pada

pembangunan yang telah menyebabkan perempuan berada dalam kondisi

miskin.

Ekofeminisme lahir didasari atas sebuah kondisi dimana bumi yang

digambarkan sebagai ibu, telah dieksploitasi, dijarah dan dirusak oleh

sistem kapitalisme yang berkuasa dengan melanggengkan budaya patriarki

25

dan feodalisme.21 Hancurnya alam di karenakan pembangunan oleh

patriaki yang timpang sehingga merusak alam. Ekofeminisme kemudian

lahir untuk menjawab sebuah kebutuhan penyelamatan bumi dengan

berbasiskan pada kekhasan perempuan yang selama ini memiliki

pengetahuan didalam mengelola lingkungan hidup dan sumber-sumber

kehidupannya. Perempuan adalah tangan pertama yang bersentuhan

dengan sumber daya alam, karena itulah perempuan kemudian menjadi

kelompok yang lebih rentan terhadap resiko dan dampak kerusakan

lingkungan hidup.22

Dalam kerangka ekologi, ekofeminisme adalah sebuah teori dan

gerakan yang sebagaimana halnya biosentrisme dan ekosentrisme, ingin

mendobrak antroposentrisme yang lebih mengutamakan manusia daripada

alam (Keraf, 2010:151). Ekofeminisme sesungguhnya adalah sebuah cara

pandang atau menganalisis persoalan lingkungan hidup dengan

menggunakan pisau analisis feminis. Feminis menilai sebuah persoalan,

pada akar persoalan yang terjadi, dampak yang ditimbulkan, khususnya

spesifik pada kelompok rentan antara lain perempuan, dan apa yang

mendasari perjuangan atau gerakan untuk terus berkembang. Selama ini,

kerusakan lingkungan dan aset alam belum merefleksikan sisi pandang

perempuan. Budaya patriarki yang telah menggeser kedaulatan perempuan

21 Khalid, Khalisah. 2008. Hari Perempuan Internasional, 8 Maret 2008 Ekofeminis di Indonesia, Adakah?.

Penulis adalah Gender Vocal Point Friends of the Earth Indonesia (Walhi), sekaligus Kandidat Dewan

Nasional Walhi. Diperoleh dari http://sangperempuan.blogspot.com/2008/07/ekofeminis-di-indonesia-

adakah.html pada 15 November 2012 22 Ibid... Khalid, Khalisah

26

dalam mengelola lingkungan telah membuat pandangan perempuan

tentang kehidupan menjadi kabur.23

Ekofeminisme merupakan teori lingkungan hidup yang menganut

pandangan yang integral, holistik, dan intersubyektif yang memandang

kehidupan manusia dan masyarakat sebagai integral dari dan berada dalam

satu kesatuan dengan alam semesta seluruhnya. Dengan cara pandang yang

integral, holistik, dan intersubyektif, setiap bagian dari alam semesta,

termasuk manusia dan kehidupannya, tidak dipandang sebagai unsur yang

saling bertentangan, melainkan sebagai komponen yang saling

melengkapi. Laki- laki dan perempuan tidak dilihat dalam kerangka oposisi

dan konflik di mana yang satu mendominasi dan mengontrol yang lain.

Demikian pula manusia dan alam tidak dilihat dalam kerangka hierarki

dengan yang satu mendominsasi dan mengeksploitasi yang lain, tetapi

dilihat dalam kerangka keseluruhan yang saling mengisi dan melengkapi

(Keraf, 2010:156-157).

Keraf (2010:158) mengatakan dalam perkembangannya,

ekofeminisme dikembangkan sebagai sebuah gerakan, sebagai aksi nyata

dilapangan untuk mendobrak setiap institusi dan sistem sosial, politik,

ekonomi yang menindas pihak lain, khususnya penindasan gender

(perempuan) dan spesies (alam dan spesies bukan manusia). Menurut

Natanael Suprapto, kelompok perempuan termasuk salah satu unsur

masyarakat yang strategis dan cukup potensial guna berperan aktif dalam

23 Ibid... Khalid, Khalisah

27

menjaga kelestarian lingkungan. Perempuan merupakan salah satu mayor

group yang mandiri untuk menunjang pembangunan.24

Living Prakitri (ibu pertiwi yang hidup), sebuah sebutan dalam

konsep India kuno yang digunakan oleh Vandana Shiva dan Maria Mies

(2005) untuk menjelaskan konsep femninitas gerakan perempuan di India

menjadi konsep yang cukup tepat untuk menggambarkan apa yang selama

ini dilakukan oleh KPPL Simbar Wareh. KPPL Simbar Wareh merupakan

tempat untuk srawung perempuan Sedulur Sikep dan luar masyarakat

Sedulur Sikep. Berfungsi untuk mempererat kohesi antar perempuan dan

pertukaran informasi antar komunitas perempuan lintas desa dalam isu

publik. Apa yang diperlihatkan oleh KPPL Simbar Wareh merupakan

gerakan ekofeminisme yang nyata dan konkrit khas perempuan Sedulur

Sikep dalam menyuarakan kritik terhadap model pembangunan yang

kapitalistik dan destruktif.

2.2 Transformasi Kearifan Lokal Masyarakat Sedulur Sikep

Menyadari nilai-nilai tradisional bangsa Indonesia sebenarnya sarat

dengan kearifan, maka kita mempunyai kewajiban untuk menggali kearifan-

kearifan budaya. Kemudian meletakannya dalam kerangka untuk terciptanya

hidup dan kehidupan selanjutnya. Menurut Warren yang dikutip Amri Marzali

(dalam Mumfangati, Titi: 2004: 2) konsep kearifan lokal atau kearifan tradisional

atau sistem pengetahuan lokal (indigenous knowledge system) adalah pengetahuan

24 Suprapto, Natanael. 2009. Perempuan Unsur Strategis Kelestarian Lingkungan. Demikian dikatakan

Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat

pada acara pengukuhan kader perempuan peduli lingkungan Simbar Wareh di Omah Kendeng. Diperoleh dari

http://regional.kompas.com/read/2009/06/18/19102838/Perempuan.Unsur.Strategis.Kelestarian.Lingkungan.

pada 16 Desember 2012

28

yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang

lama, sebagai hasil dari proses hubungan timbal balik antara masyarakat dengan

lingkungannya. Sedangkan secara khusus kearifan lokal menurut Jim Ife (2008)

merupakan nilai-nilai yang diciptakan, dikembangkan, dan dipertahankan dalam

masyarakat lokal dan karena kemampuannya untuk bertahan dan menjadi

pedoman hidup masyarakatnya. Di dalam kearifan lokal tercakup berbagai

mekanisme dan cara untuk bersikap, berprilaku dan bertindak yang dituangkan

dalam tatananan sosial.

Kearifan lokal merupakan semua kecerdasan-kecerdasan lokal yang

ditranformasikan ke dalam cipta, karya, dan karsa sehingga masyarakat dapat

mandiri dalam berbagai iklim sosial yang terus berubah-ubah. Cipta, karya, dan

karsa itu disebut juga budaya. Kebudayaan bukan merupakan istilah baru, namun

yang dimaksudkan dengan kebudayaan adalah semua pikiran, perilaku, tindakan,

dan sikap hidup yang selalu dilakukan orang setiap harinya (Jim Ife: 2008). Jadi

knowledge adalah inti dari budaya suatu masyarakat yang diperoleh melalui

pengelaman hidup yang digunakan untuk menghadapi situasi tertentu dan

menjawa persoalan-persoalan yang muncul. Di masyarakat Sedulur Sikep nilai

budaya tradisional yang dimiliki tentunya sarat dengan kearifan lokal yang di

dalamnya terkandung filosofi keselarasan, keharmonisan, sekaligus rasionalitas

dari tindakan masyarakat bersangkutan terhadap lingkungannya. Salah satunya

adalah kearifan lokal srawung yang masih dipertahankan masyarakat Sedulur

Sikep sampai sekarang.

Srawung lebih bersifat transformatif untuk menyelesaikan permasalahan

publik. Transformasi budaya adalah suatu perubahan budaya yang diarahkan

29

untuk tujuan tertentu. Menurut Mardimin (dalam Agus Sachari, 2007: 27)

transformasi budaya adalah perubahan konsep, bentuk, fungsi dan sifat budaya

untuk menyesuaikan dengan konstelasi dunia. Sedangkan dari pandangan Agus

Sachari (2007: 27), transformasi budaya secara umum dapat dipahami sebagai

sesuatu perubahan yang terjadi di masyarakat ketika “serat-serat” budaya yang

menyangga suatu peradaban pada suatu saat tidak dapat lagi berfungsi sebagai

penyangga kebudayaan yang telah berlangsung. Sebab utama terjadinya

transformasi budaya menurut Jakob Utama (dalam Agus Sachari, 2007: 28),

adalah jika berbagai sektor kehidupan berada dalam sektor reintegrasi baru,

misalnya saja nilai-nilai baru yang datang dari luar. Benturan dengan nilai-nilai

baru itu menyebabkan terjadinya kebudayaan yang kehilangan tautan dengan

berbagai sektor kehidupan masyarakat.

Disamping adanya reintegrasi, faktor lain yang memunculkan transformasi

budaya adalah adanya proses pengideologian yang merubah mental kebudayaan

lama menjadi kebudayaan baru, disamping terjadinya perubahan pada sistem

pelapisan sosial, kebudayaan, kekuasaan, pranata nilai, organisasi, hingga

pertumbuhan ekonomi. Proses transformasi budaya akan semakin cepat terjadi,

apabila suatu kebudayaan baru tidak ditanggapi sebagai suatu pengaruh baru yang

memperkaya kebudayaan lama (Agus Sachari, 2007: 29). Berkaitan dengan

konsep di atas, Srawung telah mengalami transformasi seiring dengan

berkembangan jaman. Transformasi tersebut terjadi pada konsep, bentuk, fungsi

dan sifat budaya.

Dahulu srawung hanya dipahami masyarakat Sedulur Sikep sebagai

aktivitas kumpul atau pertemuan, sekarang bentuk dan fungsinya telah berubah.

30

Konsep srawung pada awalnya adalah untuk mempererat masyarakat melalui

media seni. Sekarang srawung berubah menjadi ajang berdiskursus warga Sedulur

Sikep di Omah Kendeng dalam menyelesaikan permasalahan publik. Dengan

demikian, besarnya keinginan untuk berubah dalam diri masyarakat Sedulur Sikep

merupakan pemicu proses transformasi budaya srawung. Transformasi srawung

dimanifestasikan menjadi sebuah strategi baru untuk menyelesaikan permasalahan

publik, seperti pembentukan organisasi lokal, menciptakan jaringan sosial, dan

mengadakan acara ruang publik/wungon rebo pon.

2.2.1 Organisasi Lokal

Organisasi lokal di masyarakat Sedulur Sikep terbentuk dari proses

kearifan lokal yang berupa srawung. Organisasi lokal merupakan wadah

masyarakat Sedulur Sikep untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi

permasalahan yang dihadapi dengan menitikberatkan pada partisipasi

warga. Menurut Milton Esman dan Norman T. Uphoff (1984) organisasi

lokal merupakan organisasi yang berada pada suatu komunitas yang

memiliki kerjasama satu sama lain, memiliki kedekatan personal yang erat,

dan biasanya memiliki pengalaman bekerja secara bersama-sama.

Pada dasarnya ada elemen penting dalam masyarakat lokal, yaitu

pemerintah lokal, organisasi politik lokal, dan organisasi lokal. Kelompok-

kelompok yang terbentuk dan terbina dengan sendirinya terjadi karena

adanya komitmen dan kesepakatan bersama dalam masyarakat yang

merupakan wadah berkumpulnya masyarakat dinamakan kelembagaan

sosial (Esman dan Uphoff, 1984). Dari sinilah masyarakat Sedulur Sikep

31

menyadari bahwa pentingnya membentuk organisasi lokal untuk

memperkuat basis gerakan dalam menolak rencana pendirian pabrik

semen.

Istilah organisasi lokal bisa disepadankan dengan istilah institusi

lokal atau organisasi masyarakat. Institusi lokal (local institution) menurut

Uphoff (1984) merupakan kompleksitas norma dan pola perilaku yang

berorientasi pada tujuan bernilai sosial tertentu secara kolektif.

Kelembagaan dapat berwujud organisasi seperti pengadilan dan bukan

organisasi seperti hukum. Jadi institusi lokal merupakan asosiasi

komunitas setempat yang bertanggung jawab atas proses kegiatan

pembangunan setempat.

Organisasi lokal merupakan hasil interaksi sosial manusia sebagai

makhluk sosial. Interaksi sosial dimaksud dapat berupa interaksi antar

individu, antara individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok.

Tiga bentuk (hasil dari proses) interaksi sosial yakni kerjasama

(cooperation), persaingan (competition) dan pertikaian (conflict). Dalam

kerangka ini cooperation didefinisikan sebagai jaringan interaksi untuk

mencapai tujuan bersama, sehingga interaksi sosial yang terjadi lebih

bersifat konstruktif, untuk saling mempengaruhi, merubah atau

memperbaiki, saling menunjang, meningkatkan dan/atau membantu dalam

rangka pencapaian tujuan Soekanto (Dalam Gunawan dan Muhtar, 2010:

12-13). Uraian tersebut mengindikasikan, konstruk interaksi sosial

(cooperation) dalam perkembangan kehidupan dan penghidupan

masyarakat telah membangun suatu ikatan diantara manusia.

32

Menurut Sztompka (Dalam Gunawan dan Muhtar, 2010: 14) ada

empat jenis ikatan yang muncul dalam masyarakat yang saling berkaitan,

tergantung pada jenis kesatuan yang dipersatukan oleh jaringan hubungan

itu, yakni: ikatan gagasan, normatif, tindakan, dan perhatian. Jaringan

hubungan gagasan (keyakinan, pendirian, dan pengertian) merupakan

dimensi ideal dari kehidupan bersama, yakni “kesadaran sosialnya”.

Jaringan hubungan aturan (norma, nilai, ketentuan, dana cita-cita)

merupakan dimensi normatif dari kehidupan bersama, yakni institusi

sosialnya.

Dimensi ideal dan dimensi normatif mempengaruhi apa yang

secara tradisional dikenal sebagai kebudayaan. Jaringan hubungan

tindakan merupakan dimensi interaksi dalam kehidupan bersama, yakni

“organisasi”. Jaringan hubungan perhatian (peluang hidup, kesempatan,

akses terhadap sumber daya) merupakan dimensi kesempatan kehidupan

bersama, yakni “hirarki sosialnya”. Dimensi interaksi dan kesempatan

memperkuat ikatan sosial dalam arti sebenarnya. Berdasar uraian di atas

dapat dikemukakan, bahwa esensi organisasi adalah adanya suatu

perkumpulan yang diikat oleh gagasan, normatif, tindakan, dan perhatian.

Dari pandangan tersebut, maka dapat dijelaskan organisasi lokal

merupakan kelompok atau kumpulan orang yang terbentuk atas dasar

kesamaan kepentingan yang saling berhubungan dan melakukan interaksi

sosial dalam cakup wilayah tertentu. Interaksi sosial membentuk jaringan

hubungan yang diikat dengan empat macam ikatan, yaitu gagasan,

normatif, tindakan, dan perhatian. Dari ikatan inilah masyarakat

33

mempunyai kedekatan personal untuk saling bekerja-sama dalam

mencapai tujuan tertentu.

Organisasi lokal menjadi suatu wadah masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Menurut Bambang

Rustanto (2010) titik terpenting dari organisasi lokal adalah partisipasi

masyarakat itu sendiri. Apabila para anggota/masyarakat diberi peluang

yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam menjalankan organisasi,

maka tentunya masyarakat akan memiliki kemampuan untuk

mengaktualisasi diri dan menentukan masa depannya sendiri.

2.2.2 Jaringan Sosial: Salah Satu Dimensi Dari Social Capital

Jaringan sosial merupakan salah satu dimensi modal sosial selain

kepercayaan dan norma. Konsep jaringan dalam kapital sosial lebih

memfokuskan pada aspek ikatan antar simpul yang bisa berupa orang atau

kelompok (organisasi). Dalam hal ini terdapat pengertian adanya

hubungan sosial yang diikat oleh adanya kepercayaan yang mana

kepercayaan itu dipertahankan dan dijaga oleh norma-norma yang ada.

Pada konsep jaringan ini, terdapat unsur kerja yang melalui media

hubungan sosial menjadi kerjasama. Pada dasarnya jaringan sosial

terbentuk karena adanya rasa saling tahu, saling menginformasikan, saling

mengingatkan, dan saling membantu dalam melaksanakan ataupun

mengatasi sesuatu. Intinya, konsep jaringan dalam capital social menunjuk

pada semua hubungan dengan orang atau kelompok lain yang

34

memungkinkan kegiatan dapat berjalan secara efisien dan efektif (Lawang,

2005).

Modal sosial atau social capital sendiri merupakan terminologi

ilmu sosial yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya

pemahaman tentang masyarakat dan komunitas. Modal sosial berawal dari

realitas proses-proses pembangunan yang selama ini dilakukan di negara-

negara berkembang dianggap terlalu materialistik dan mengesampingkan

aspek-aspek sosial dan kultur (Coleman 1990, Putnam 1995, Lesser

2000).25 Dua tokoh utama yang mengembangkan konsep modal sosial

adalah Robert D. Putnam dan Fukuyama (dalam Suharto, 2005). Kedua

tokoh tersebut mendefinisikan modal sosial yang sangat berpengaruh

sampai sekarang.

Meskipun berbeda, definisi keduanya memiliki kaitan yang erat

terutama menyangkut konsep kepercayaan (trust). Putnam mengartikan

modal sosial sebagai penampilan organisai sosial seperti jaringan-jaringan

dan kepercayaan yang memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi

keuntungan bersama. Lebih lanjut dikatakan Putnam kerjasama lebih

mudah terjadi di dalam suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah

modal sosial dalam bentuk aturan-aturan, pertukaran timbal balik dan

jaringan-jaringan kesepakatan antar warga. Menurut Fukuyama, modal

25 Dikutip dari Setiawan, Mobi B. 2004. Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi dan Komodivikasi

Ruang di Kampung. Makalah pada Seminar dan Lokakarya Pemberdayaan Ruang Publik di Dalam Kota,

Ikatan Arsitek Indonesia, 2004. Dipeoleh dari file.upi.edu/Direktori/.../Ruang_Publik%26_Modal_Sosial.pdf

Pada 29 Mei 2012

35

sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan dalam

sebuah komunitas.

Robert D. Putnam dan Ridell (dalam Suharto, 2005) menjelaskan

ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan (trust), norma-norma

(norms), dan jaringan-jaringan (networks). Pertama, kepercayaan adalah

harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh

adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma

yang dianut bersama (Fukuyama, Dalam Suharto, 2005). Kedua, norma

terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan, dan

tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok

orang. Ketiga, jaringan menurut Onyx (Dalam Suharto, 2005) merupakan

fasilitas terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya

kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat

cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Orang

mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Kemudian membangun

interelasi yang kental, baik bersifat formal maupun informal.

Menurut Lesser (2000), modal sosial sangat penting bagi

komunitas karena: 1. Mempermudah akses informasi bagi anggota

komunitas, 2. Menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan

dalam komunitas, 3. Mengembangkan solidaritas, 4. Memungkinkan

mobilisasi sumber daya komunitas, 5. Memungkinkan pencapaian

bersama, serta 6. Membentuk perilaku kebersamaan dan berorganisasi

36

komunitas.26 Masyarakat yang memiliki modal sosial yang tinggi biasanya

bekerja secara bersama-sama, merasa aman untuk berbicara dan mampu

mengatasi perbedaan-perbedaan. Sebaliknya, pada masyarakat yang

memiliki modal sosial yang rendah akan tampak saling tidak percaya

dengan sesama atau kelompok lain, tiada kepastian norma dan keteraturan

sosial.

Seperti yang dikatakan filsuf Yunani Aristoteles (384-322 SM),

manusia adalah makhluk zoon politicon, artinya manusia adalah makhluk

sosial yang ingin selalu berinteraksi dan berkumpul dengan manusia

lainnya. Dari interaksi dan perkumpulan inilah, manusia membentuk suatu

jaringan yang disebut jaringan sosial. Jaringan menurut Onyx (Dalam

Suharto, 2005) merupakan fasilitas terjadinya komunikasi dan interaksi,

memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang

kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Kemudian

membangun interelasi yang kental, baik bersifat formal maupun informal.

Salah satu pengertian jaringan adalah batasan yang dikemukakan

oleh Robert. M. Z. Lawang (2005), jaringan merupakan terjemahan dari

network yang berasal dari 2 suku kata yaitu net dan work. Net berarti

jaring, yaitu tenunan seperti jala, terdiri dari banyak ikatan antar simpul

yang saling terhubung antara satu sama lain. Sedangkan kata work

bermakna sebagai kerja. Jadi network yang penekanannya terletak pada

kerja bukan pada jaring, dimengerti sebagai kerja (bekerja) dalam

26 Ibid... Setiawan. 2004. Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi dan Komodivikasi Ruang di Kampung.

37

hubungan antar simpul-simpul seperti halnya jaring. Berdasarkan cara

pikir seperti itu, maka jaringan (network) menurut Robert. M. Z. Lawang

(2005), dimengerti sebagai:

a. Ada ikatan antar simpul (orang/kelompok) yang dihubungkan dengan

media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikatkan dengan

kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang

mengikat kedua belah pihak.

b. Ada kerja antar simpul (orang/kelompok) yang melalui media

hubungan sosial menjadi satu kerjasama bukan kerja bersama-sama.

c. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin

antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama dan malah dapat

“menangkap ikan” lebih banyak

d. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri

sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus maka keseluruhan jaring

itu tidak bisa berfungsi lagi, sampai-simpul itu diperbaiki. Semua

simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini

analogi tidak seluruhnya tepat terutama kalau orang yang membentuk

jaring itu hanya dua saja.

e. Media (benang/kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan atau antara

orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.

f. Ikatan/pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga

bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan studi jaringan sosial melihat

hubungan antar individu yang memiliki makna subjektif yang

38

berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu sebagai simpul atau ikatan.

Simpul dilihat melalui aktor individu di dalam jaringan sedangkan ikatan

merupakan hubungan antar para aktor tersebut (Robert. M. Z. Lawang,

2005).

2.2.3 Wungon Rebo Pon atau Ruang Publik (Public Shpere)

Salah satu aktualisasi srawung adalah menyelenggarakan wungon

rebo pon yang diadakan sebulan sekali. Wungon rebo pon dapat diartikan

sebagai media untuk mengumpulkan masyarakat di tengah situasi krisis

multidimensi. Tujuannya mencari solusi konstruktif dalam memecahkan

suatu masalah yang dihadapi. Wungon rebo pon bukan sekedar

membangkitkan kesadaran kritis dan keberanian kolektif, melainkan juga

perlawanan budaya. Salah satu kegiatan wungon rebo pon selain

pertunjukan seni dan budaya adalah rembugan/diskusi (rembug warga).

Kata rembug (musyawarah) sendiri dapat diartikan sebagai

berunding, negosiasi atau bersepakat. Sedangkan rembug warga bisa

dipahami sebagai kegiatan bermusyawarah, bernegosiasi, dan bersepakat

warga (komunitas, institusi, masyarakat, dll) untuk menyelesaiakan suatu

masalah atau pun pengambilan keputusan. Jadi kata Rembug, memiliki dua

konotasi pemahaman. Pertama, merupakan suatu tradisi masyarakat,

khususnya di pedesaan dimana tradisi-tradisi masih dianut dengan kuat.

Kedua, kata rembug menjadi wahana bagi warga masyarakat atau

komunitas untuk membicarakan (berembug) atau bermusyawarah dalam

menyelesaikan suatu masalah atau pun mengambil keputusan.

39

Jadi wungon rebo pon dapat diartikan dengan rembug warga,

sedangkan rembug warga bagian dari wahana ruang publik masyarakat.

Wungon rebo pon atau ruang publik merupakan sarana Sedulur Sikep

untuk berkomunikasi, berdiskusi, berargumen, dan menyatakan sikap

terhadap problematika yang sedang dihadapi. Ruang publik tidak hanya

sebagai institusi atau organisasi yang legal, melainkan adalah komunikasi

antar warga itu sendiri.

Habermas dalam bukunya berjudul “Civil Society and the Political

Public Sphere” (dalam Budi Hardiman, 2009:128) menegaskan, ruang

publik memberikan peran yang penting dalam proses demokrasi. Ruang

publik adalah ruang demokratis atau wahana diskursus masyarakat, yang

mana warga negara dapat menyatakan opini-opini, kepentingan-

kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan secara diskursif. Ruang publik

merupakan sebuah tempat untuk debat dan argumen demokratis yang

memediasi antara masyarakat sipil dan negara di mana publik

mengorganisir dirinya untuk membentuk sebuah pendapat umum. Dalam

ruang publik, individu dapat mengembangkan dirinya sendiri dan terlibat

dalam debat tentang arah dan tujuan masyarakat.

Habermas (dalam Hadirman, 2009). membagi-bagi ruang publik,

tempat para aktor-aktor masyarakat warga membangun ruang publik,

sebagai pluralitas (keluarga, kelompok-kelompok informal, organisasi-

organisasi sukarela, dst.), publisitas (media massa, institusi- institusi

kultural, dst.), keprivatan (wilayah perkembangan individu dan moral),

dan legalitas (struktur-struktur hukum umum dan hak-hak dasar). Jadi

40

dapat dikatakan Ruang publik merupakan sarana warga berkomunikasi,

berdiskusi, berargumen, dan menyatakan sikap terhadap problematika

yang sedang dihadapi.

2.3 Advokasi Kebijakan Publik

Sesungguhnya masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan

masyarakat merupakan dampak dari hubungan dan tarik-menarik kepentingan

antara tiga aktor/pelaku governance, yakni negara, swasta, dan masyarakat. Ketika

hubungan itu berjalan tidak seimbang, biasanya terjadi karena ada persekongkolan

antara negara dan swasta, maka dapat dipastikan akan lahir kebijakan-kebijakan

korup yang sangat merugikan masyarakat. Ruang lingkup kebijakan publik itu

sendiri meliputi peraturan (rules), regulasi, standarisasi, Undang-Undang,

pernyataan, dan Instruksi (decree) yang memiliki fungsi sebagai norma umum,

standar etika maupun sanksi.

Dari sinilah muncul advokasi kebijakan publik sebagai bentuk dari

partisipasi masyarakat untuk menuntut hak-haknya sebagai warga negara.

Berbicara advokasi, sebenarnya tidak ada definisi yang baku. Pengertian advokasi

selalu berubah-ubah sepanjang waktu tergantung pada keadaan, kekuasaan, dan

politik pada suatu kawasan tertentu. Advokasi sendiri dari segi bahasa adalah

pembelaan. Setidaknya ada beberapa pengertian dan penjelasan terkait dengan

definisi advokasi, yaitu:27

a) Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan

kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah

27 Kompilasi slide presentasi kuliah Advokasi Kebijakan Publik oleh Ambar Widaningrum/Budi Wahyuni,

FISIPOL UGM

41

munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.” (Socorro

Reyes. 1997. Local Legislative Advocacy Manua l. Philippines: The Center

for Legislative Development).

b) Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik

perhatian masyarakat pada suatu isu, dan mengontrol para pengambil

kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi itu juga berisi aktifitas-

aktifitas legal dan politis yang dapat mempengaruhi bentuk dan praktik

penerapan hukum. Inisiatif untuk melakukan advokasi perlu diorganisir,

digagas secara strategis, didukung informasi, komunikasi, pendekatan,

serta mobilisasi (Margaret Schuler, Human Rights Manual).

c) Advokasi adalah aksi yang strategis dan terpadu, oleh perorangan atau

kelompok masyarakat untuk memasukkan suatu masalah ke dalam agenda

kebijakan, dan mengontrol para pengambil keputusan untuk

mengupayakan solusi bagi masalah tersebut sekaligus membangun basis

dukungan bagi penegakan dan penerapan kebijakan publik yang di buat

untuk mengatasi masalah tersebut. (Manual Advokasi Kebijakan Strategis,

IDEA, Juli 2003).

2.3.1 Proses dan Penyusunan Strategi Advokasi Kebijakan Publik

Inti dari advokasi merupakan tindakan atau aksi untuk

mempengaruhi atau mendukung sesuatu atau seseorang. Advokasi

merupakan upaya untuk mengingatkan dan mendesak negara dan

pemerintah untuk selalu konsisten dan bertanggungjawab melindungi dan

mensejahterakan seluruh warganya. Ini berarti sebuah tanggung jawab

para pelaksana advokasi untuk ikut berperan serta dalam menjalankan

42

fungsi governance. Advokasi kebijakan publik yaitu tindakan-tindakan

yang dirancang untuk merubah kebijakan-kebijakan publik tertentu.

Kebijakan yang dirubah, mencakup: hukum dan perundang-undangan,

peraturan, putusan pengadilan, keputusan dan peraturan presiden, platform

partai politik, kebijakan-kebijakan institusional lainnya.28

Tujuan dari kerja advokasi adalah untuk mendorong terwujudnya

perubahan atas sebuah kondisi yang tidak atau belum ideal sesuai dengan

yang diharapkan. Secara lebih spesifik, dalam praksisnya kerja advokasi

banyak diarahkan pada sasaran tembak yaitu kebijakan publik yang dibuat

oleh para penguasa. Mengapa kebijakan publik, kebijakan publik

merupakan beberapa regulasi yang dibuat berdasarkan kompromi para

penguasa (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) dengan mewajibkan

warganya untuk mematuhi peraturan yang telah dibuat. Setiap kebijakan

yang akan disahkan untuk menjadi peraturan perlu dan harus dikawal serta

diawasi agar kebijakan tersebut tidak menimbulkan dampak negatif bagi

warganya. Hal ini dikarenakan pemerintah ataupun penguasa tidak

mungkin mewakili secara luas, sementara kekuasaan cenderung

sentralistik dan selalu memainkan peranan dalam proses kebijakan. 29

Maka dari itu, untuk melakukan advokasi kebijakan publik perlu

strategi yang matang. Meski ada berbagai kemungkinan definisi untuk

istilah “strategi”, namun dapat dirumuskan strategi sebagai rencana

28 Ibid... kuliah Advokasi Kebijakan Publik 29 Yusuf Effendi SC, S.HI. Dasar-dasar Advokasi dan Manajemen Aksi. disampaikan pada sesi

materi Advokasi dan Manajemen Aksi dalam PKD PMII Komisariat Gadjah Mada di PP Sunan Pandan Aran,

18-20 April 2008. Diperoleh dari http://pmiigadjahmada.wordpress.com/2010/04/14/dasar-dasar-advokasi-

dan-manajemen-aksi1/ pada 25 Juli 2012

43

tindakan untuk mempengaruhi kebijakan, program, perilaku, dan praktik

publik. Sebagai rencana strategi perlu mengandung: tujuan, sasaran, dan

target yang jelas, serangkaian taktik kegiatan yang terkait, dan

dilaksanakan dengan terorganisir dan sistematis. Pelaksanaan strategi

advokasi berarti menggunakan kekuasaan dan mengubah hubungan

kekuasaan untuk mencapai tujuan tersebut (Valerie Miller dan Jane Covey,

2005: 68).

Secara sederhana kerangka kerja advokasi kebijakan publik adalah

sebagai berikut:30

a. Isu strategis berkaitan tentang apa yang menjadi pokok permasalahan

utama yang ingin diperjuangkan/dirubah.

b. Membangun opini dan fakta dilakukan untuk mendukung advokasi

yang berbasis bukti. Advokasi tanpa bukti adalah omong kosong dan

advokasi harus mempunya tujuan yang jelas dan terarah untuk

merubah keadaan yang lebih baik. Advokasi berbasis bukti merupakan

kegiatan advokasi (upaya mengitervensi kebijakan) dengan didasarkan

pada bukti (data dan informasi). Bukti tersebut merupakan data-data

30 Ibid... kuliah Advokasi Kebijakan Publik

44

yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pertanggung-

jawaban bukti dilihat dari aspek metodologi dan keberfihakan kepada

kepentingan masyarakat.

Kesuksesan Advokasi sangat tergantung pada data dan informasi yang

lengkap atas isu publik yang akan diadvokasikan. Oleh karena itu,

data dan informasi merupakan input penting dalam proses pesiapan

advokasi. Dengan demikian akan menghasilkan advokasi yang

berbasis bukti, tidak sekedar idealisme semata, dan sulit dipraktikkan.

Bukti harus memiliki 4 kriteria agar bukti berguna bagi pembuat

kebijakan, diantaranya; Availibility, (ketersediaan data terkait dengan

kebijakan/isu yang relevan); Accuracy (menggambarkan kondisi yang

sebenarnya); Objectivity (tidak memihak); dan Credibility, Reliability

(dapat dipertanggungjawabkan)

c. Memahami sistem kebijakan artinya harus mengerti dan memahami isi

dari kebijakan beserta konteksnya. Memahami secara detail proses

pembuatan kebijakan publik agar bisa merumuskan tujuan advokasi

kebijakan. Yaitu dengan memeriksa kebijakan apa saja tujuan dari

lahirnya kebijakan tersebut. Beberapa langkahnya adalah;

1. Pelajari beberapa konsekuensi dari kebijakan tersebut.

2. Siapa saja yang akan mendapat manfaat dari kebijakan tersebut.

3. Siapa yang akan dipengaruhi baik itu sifatnya merugikan ataupun

menguntungkan.

4. Siapa aktor-aktor utama, siapa yang mendorong dan apa

kepentingan serta posisi aktor tesebut.

45

d. Membangun koalisi berfungsi untuk menguatkan basis gerakan.

Caranya tentukan jaringan formal maupun informal melalui mana

kebijakan sedang diproses. Jaringan formal bisa termasuk institusi-

institusi seperti komite legislatif dan forum public hearing. Jaringan

informal melalui komunikasi interpersonal dari individu- individu yang

terlibat dalam proses pembentukan kebijakan. Mencari tahu apa

motivasi para aktor utama dan juga jaringan yang ada dalam

mendukung kebijakan yang telah dibuat.

e. Merancang sasaran dan strategi artinya melalui jalan mana nantinya

advokasi akan disuarakan. Ada berbagai macam strategi dalam

melakukan aksi advokasi kebijakan publik, diantaranya; menyiapkan

alternatif pemecahan, pengaruhi pendapat umum, pengaruhi pembuat

kebijakan, adakan pembelaan, dan lancarkan tekanan. Semua itu

nantinya akan berujung pada mempengaruhi pembuat kebijakan.

Namun sebelum advokasi dilancarkan, sebelumnya harus membuat

strategi yang komprehensif, melakukan analisis yang menyeluruh,

memahami aktor-aktor politik yang bisa diajak/tidak bisa diajak

kerjasama, meyakinkan data yang diajukan bersifat kredibel, dan

membuat network/koalisi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

f. Pengaruhi pembuat kebijakan ada berbagai macam jenisnya,

diantaranya; melalui legal drafting, counter draft, judicial review,

class action, legal standing, litigasi/jurisprudensi, lobby, negosiasi,

mediasi, kolaborasi, kampanye, press release, unjuk rasa, mogok,

boikot, pengorganisasian basis, dan pendidikan politik.

46

g. Yang terakhir adalah memantau dan menilai gerakan yang sudah

direalisasikan melalui evaluasi advokasi kebijakan publik.

2.3.2 Jaringan Dalam Advokasi Kebijakan Publik

Mengingat advokasi merupakan pekerjaan yang memiliki skala

cukup besar, maka satu hal yang sangat menentukan keberhasilan advokasi

adalah pada strategi membentuk jaringan kerja advokasi atau jaringan

kerja organisasi. Pasalnya kegiatan advokasi adalah pekerjaan

multidimensi, sehingga dibutuhkan keterlibatan berbagai pihak dengan

spesifikasi keahlian yang berbeda dalam satu koordinasi yang sistematis

dan terpadu. Banyak organisasi yang belum mampu meng-advokasi diri

sendiri, sehingga perlu jejaring (sekutu) atau dukungan dari kelompok

lainnya. Justru semakin besar keterlibatan berbagai pihak, akan semakin

kuat tekanan yang dapat diberikan dan semakin mudah kegiatan advokasi

dilakukan. Keberhasilan semakin dapat diharapkan daya ubahnya

(Topatimasang dkk, 2001).

Untuk membentuk jaringan organisasi advokasi yang kuat,

dibutuhkan bentuk-bentuk jaringan yang memadai. Sekurang-kurangnya

terdapat tiga bentuk jaringan organisasi advokasi yang satu sama lainnya

memiliki fungsi dan peranan advokasi yang berbeda, namun berada pada

garis koordinasi dan target yang sama (Topatimasang dkk, 2001).

1) Jaringan kerja garis depan (front lines) yakni jaringan kerja yang

memiliki tugas dan fungsi untuk menjadi juru bicara organisasi,

melakukan lobi, melibatkan diri dalam aksi yuridis dan legislasi serta

47

penggalangan lingkar sekutu (aliansi). Tentunya pihak-pihak yang

hendak terlibat dalam kegiatan advokasi jaringan kerja garis depan

setidaknya harus memiliki teknik dan ketrampilan untuk melakukan

tugas dan fungsi jaringan ini.

2) Jaringan kerja basis yakni jaringan kerja yang memiliki tugas dan

fungsi untuk melakukan kerja-kerja pengorganisasian, membangun

basis massa, pendidikan politik kader, mobilisasi aksi dan membentuk

lingkar inti.

3) Jaringan kerja pendukung yakni jaringan kerja yang memiliki tugas

dan fungsi untuk mendukung kerja-kerja advokasi dengan cara

mengupayakan dukungan logistic, dana, informasi, data dan akses

2.4 Keaslian dan Keterbaruan Penelitian

Addi Mawahibun Idhom (Jurusan Perbandingan Agama, Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga 2009) penelitian yang berjudul “Resistensi Komunitas

Sedulur Sikep Terhadap Rencana Pembangunan Tambang Semen Di Pegunungan

Kendeng, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah” membahas mengenai; Pertama,

bagaimana proses marjinalisasi terhadap komunitas Sedulur Sikep terjadi di

tengah polemik rencana pembangunan tambang semen di Pegunungan Kendeng,

Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Kedua, bagaimana komunitas Sedulur Sikep

merespon proses marjinalisasi tersebut. Kerangka teoritik dalam penelitian ini

berpijak pada kritik multikulturalisme pada pengabaian hak-hak minoritas di

masyarakat majemuk dan analisis kritis pada kebijakan ekonomi-politik neoliberal

di Indonesia pasca reformasi. Penelitian ini menyimpulkan pertentangan

kepentingan antara komunitas Sedulur Sikep dengan koalisi negara, mayoritas dan

48

modal disebabkan dua hal. Pertama, adanya perbedaan pandangan dunia tentang

konsep kesejahteraan. Kedua, adanya mekanisme pembuatan kebijakan

pembangunan yang tidak demokratis dan aspiratif.

Azhar Hawari (Jurusan Sosiologi, Universitas Airlangga 2010), penelitian

yang berjudul “Resistensi Komunitas Sedulur Sikep (Samin) Terhadap Rencana

Pembangunan Pabrik Semen” membahas mengenai 1. Bagaimana Komunitas

Sedulur Sikep merespon perusahaan yang akan membangun pabrik di

wilayahnya? 2. Bagaimana Komunitas Sedulur Sikep bersikap terhadap rencana

pembangunan pabrik diwilayahnya?. Penelitian dengan menggunakan elaborasi

Teori Modernisasi dan Teori Konflik untuk memahami realitas yang terjadi. Hasil

penelitian ini menemukan konteks perlawanan komunitas sedulur sikep pada

konflik rencana pembangunan pabrik merupakan suatu upaya mempertahankan

kelestarian lingkungan, livelihood, dan Identitas kultural yang merupakan esensi

dari nilai-nilai budaya lokal Komunitas Sedulur Sikep.

Sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan hasil-hasil penelitian

sebelumnya adalah pada kompleksitas permasalahan yang dibahas. Pada

penelitian ini kajian lebih difokuskan pada proses polemik dan transformasi

srawung sebagai strategi advokasi ala masyarakat Sedulur Sikep terhadap rencana

pendirian pabrik semen. Kerangka teoritik dalam penelitian ini menggunakan

Teori Etika Lingkungan (Antroposentrisme, Ekosentrisme, dan Ekofeminisme)

dan Teori Advokasi Kebijakan Publik. Sementara, penelitian sebelumnya

menjelaskan; Proses marjinalisasi terhadap masyarakat Sedulur Sikep; Respon

masyarakat Sedulur Sikep; dan Sikap masyarakat Sedlur Sikep terhadap rencana

pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.

49

2.5 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pada latar belakang dan permasalahan pada penelitian serta

diskusi pada Bab II, kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Bagan 1.

Kerangka Pemikiran Ilmiah

Ketika hubungan antar pelaku governance, yakni negara, swasta, dan masyarakat

tidak seimbang, maka akan terjadi permasalahan. Biasanya permasalahan terjadi

karena adanya “kerjasama” yang dilakukan antara negara dan swasta. Dari

“kerjasama” ini maka dapat dipastikan akan lahir kebijakan-kebijakan korup yang

sangat merugikan masyarakat. Dari sinilah muncul advokasi kebijakan publik

sebagai bentuk dari partisipasi masyarakat untuk menuntut hak-haknya sebagai

warga negara.

50

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Perspektif Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan dalam

Bab I, maka perspektif penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif digunakan agar mendapatkan hasil analisis yang lebih dalam

dan detail. Penelitian kualitatif menyediakan deskripsi yang detail dan analisis

kualitas, atau substansi dari pengalaman manusia. Dengan menggunakan

pendekatan kualitatif diharapkan dapat menjelaskan, mengeksplorasi, dan

mengeksplanasi fenomena sosial pada masyarakat Sedulur Sikep dalam kaitan

dengan “Proses Terjadinya Polemik Rencana Pendirian Pabrik Semen dan

Transformasi Srawung Sebagai Strategi Advokasi Kebijakan Publik Masyarakat

Sedulur Sikep Terhadap Rencana Pendirian Pabrik Semen PT. Semen Gresik di

Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah”. Kualitatif digunakan

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan

ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik atau utuh (Bogdan dan Taylor

dalam Moleong: 2002).

Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya

pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap

dinamika hubungan antar-fenomena yang diamati dengan menggunakan fenomena

ilmiah. Dengan digunakan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih

lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna, sehingga tujuan penelitian

51

dapat dicapai (Azwar, 2007: 5). Penggunaan metode kualitatif dilakukan

mengingat hal yang diteliti adalah hal yang berkaitan dengan banyak faktor. Bila

menggunakan metode kuantitatif tidak akan ditemukan data yang bersifat proses

kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan,

norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja, dan budaya yang dianut seseorang

maupun sekelompok orang dalam lingkungan hidupnya (Sugiyono, 2008).

Sejalan dengan perspektif yang digunakan, maka untuk menjawab

rumusan masalah digunakan metode studi kasus dan analisis isi:

Pertama, strategi studi kasus (case study) dipilih dikarenakan studi kasus

atau penelitian kasus, subjek penelitian dapat saja individu, kelompok,

lembaga, maupun masyarakat. Penggunaan studi kasus disesuaikan dengan

bentuk pertanyaan berupa “bagaimana” atau “mengapa” dan diarahkan

serangkaian peristiwa kontemporer, dimana penelitinya hanya memiliki

peluang yang kecil atau tak mempunyai peluang sama sekali untuk

melakukan kontrol terhadap peristiwa. Studi kasus pada intinya adalah

meneliti kehidupan satu atau beberapa komunitas, organisasi atau

perorangan yang dijadikan unit analisis, dengan menggunakan pendekatan

kualitatif (Yin, 2006). Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini

digunakan untuk membedah proses terjadinya polemik rencana pendirian

pabrik semen di Sukolilo, Pati dan transformasi srawung sebagai strategi

advokasi kebijakan publik masyarakat Sedulur Sikep terhadap rencana

pendirian pabrik semen Sukolilo, Pati. Sedangkan subjek penelitian akan

diarahkan kepada masyarakat Sedulur Sikep yang notabene sebagai salah

satu aktor yang kontra terhadap rencana pendirian pabrik semen.

52

Kedua, berhubungan dengan fokus kajian merupakan peristiwa antar

waktu/time series, yaitu terjadi pada tahun 2005-2010, maka metode kedua

yang digunakan adalah metode analisis isi (content analysis). Analisis isi

merupakan strategi penelitian yang bersifat pembahasan mendalam

terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.

Lebih spesifik, analisis isi juga merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan

suatu komunikasi, yang artinya suatu model yang dipakai untuk meneliti

dokumen yang dapat berupa teks, gambar, dan simbol. Analisis isi

digunakan sebagai “pisau” analisis untuk memahami polemik rencana

pendirian pabrik semen yang berlangsung dalam kurun waktu tahun 2005-

2010 dan perjalanan perlawanan masyarakat Sedulur Sikep terhadap

rencana pendirian pabrik semen Sukolilo, Pati. Dengan begitu, maka

analisis isi dapat digunakan untuk merangkai peristiwa berdasarkan antar

waktu.

3.2 Jenis Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis data yang sifatnya

primer dan sekunder. Jenis data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh

secara langsung melalui wawancara secara mendalam. Data primer antara lain;

Kearifan lokal masyarakat Sedulur Sikep yang berkaitan dengan etika lingkungan

hidup; Perspektif masyarakat Sedulur Sikep terhadap rencana pendirian pabrik

semen di Sukolilo, Pati yang berkaitan dengan isu lingkungan; Kebudayaan

srawung masyarakat Sedulur Sikep yang telah mengalami transformasi, terdiri

dari organisasi lokal, jaringan sosial, dan ruang publik/wungon rebo pon sebagai

strategi advokasi kebijakan publik rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo,

53

Pati; Bagaimana masyarakat Sedulur Sikep memperoleh data sebagai

pedoman/bahan pembanding dalam melakukan advokasi rencana pendirian pabrik

semen; Bagaimana masyarakat Sedulur Sikep merencanakan strategi advokasi

terhadap rencana pendirian pabrik semen yang akan diimplemtasikan ke dalam

aksi.31

Data sekunder yang dimaksud adalah data atau informasi yang diperoleh

dari berbagai sumber non wawancara, baik dari laporan riset, buku, majalah,

koran, buletin, internet, dan jurnal serta tulisan ilmiah yang berkaitan dengan

perspektif analisis penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain; Kajian

analisis mengenai dampak sosial (Amdal) rencana pendirian pabrik semen di

Sukolilo, Pati yang dibuat oleh PPLH Undip; Kajian mengenai Pegunungan

Kendeng Utara oleh Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta dan

Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta beserta Jaringan

Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng dan masyarakat Sedulur Sikep;

Selain itu, data sekunder yang dibutuhkan antara lain, Kebijakan dari

Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Pati terkait dengan

rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati; Data time series terkait dengan

perjalanan advokasi masyarakat kontra semen terhadap kebijakan pemerintah;

Press release dari berbagai LSM, serta press releas yang dikeluarkan masyarakat

kontra semen, masyarakat Sedulur Sikep, dan JM-PPK dalam penolakan rencana

pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati; dan Dokumentasi bentuk-bentuk

31 Selebihnya tertulis dalam lampiran pedoman wawancara

54

advokasi kebijkan publik dalam penolakan rencana pendirian pabrik semen di

Pegunungan Kendeng Utara.32

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Karena penelitian ini bersifat antar waktu, yaitu dengan memilih fokus

waktu tahun 2005-2010, maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan 2 (dua)

metode pengumpulan data kualitatif, yaitu: Wawancara mendalam ( in-depth

interviews) dan Studi Dokumentasi.

a) Wawancara Mendalam (in-depth interviews)

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data sesuai dengan

masalah yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan dengan cara tanya

jawab melalui tatap muka dengan key informan yang telah ditentukan

(purposive). Dalam mendukung proses wawancara, peneliti menggunakan

alat bantu berupa handphone dengan merk Nokia tipe Asha 202 untuk

merekam hasil wawancara. Dalam melakukan wawancara, peneliti

mengendalikan diri terhadap informan, sehingga tidak menyimpang jauh

dari pokok permasalahan, serta tidak memberikan penilaian mengenai

benar atau salahnya pendapat atau opini informan. Maka dari itu,

wawancara dilakukan dengan menggunakanakan pedoman wawancara

(interview guide) secara semi berstruktur dan terbuka. Penggunakan

metode ini didasarkan pada dua alasan: Pertama, dengan wawancara,

peneliti dapat menggali tidak saja apa yang diketahui dan dialami subjek

yang diteliti, tetapi juga makna potensial apa yang melandasi respon

32 Ibid...

55

terhadap kebijakan rencana pendirian pabrik semen. Kedua, apa yang

ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas

waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga masa

mendatang.

Terkait dengan fokus penelitan, “Proses Terjadinya Polemik Rencana

Pendirian Pabrik Semen dan Transformasi Srawung Sebagai Strategi

Advokasi Kebijakan Publik Masyarakat Sedulur Sikep Terhadap Rencana

Pendirian Pabrik Semen PT. Semen Gresik di Kecamatan Sukolilo,

Kabupaten Pati, Jawa Tengah”, maka harus ditentukan key informan yang

benar-benar mengetahui duduk perkara. Wawancara secara langsung

dengan key informan yaitu: 1) Gunretno sebagai ketua Sedulur Sikep di

Sukolilo yang berhubungan langsung dengan proses transformasi srawung

dan advokasi kebijakan publik, sekaligus sebagai ketua Jaringan

Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK); 2) Joko Santoso

sebagai Koordinator JM-PPK yang mengetahui banyak tentang perjalanan

advokasi kebijakan publik rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo,

Pati; 3) Mbah Rasno dan Mbah Jarmin sebagai masyarakat kontra semen.

Hal ini dilakukan untuk mendukung pencarian jawaban atas rumusan

permasalahan penelitian.

b) Studi Dokumentasi

Selain wawancara mendalam terhadap informan untuk mendapatkan data,

pengumpulan data juga dilakukan dalam bentuk studi dokumentasi. Pada

intinya studi dokumentasi digunakan untuk menelusuri data historis.

56

Dengan demikian, dalam penelitian antar waktu, maka bahan dokumenter

memegang peranan yang sangat penting. Data yang dikumpulkan melalui

dokumentasi adalah dokumen yang terkait dengan fokus penelitian, baik

dari laporan riset, buku, majalah, koran, buletin, internet, dan jurnal serta

tulisan ilmiah yang berkaitan dengan perspektif analisis penelitian.

Sumber informasi data sekunder ini berkaitan dengan informasi tentang

pemerintah (Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten

Pati), korporasi (PT. Semen Gresik), maupun masyarakat sipil (masyarakat

Kontra Semen, JM-PPK, dan KPPL Simbar Wareh) atau NGO (Jaringan

Nasional Tolak Semen Gresik33) yang memiliki aktivitas yang berkaitan

dengan rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati. Studi

dokumentasi ini sangat penting manfaatnya untuk memperluas jangkauan

analisis penelitian, agar laporan yang dihasilkan memuat kajian mendalam

tentang advokasi kebijkan publik masyarakat Sedulur Sikep terhadap

rencana pembangunan pabrik semen.

Agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan pokok permasalahan dan

tujuan penelitian, maka diperlukan suatu instrumen penelitian seperti di atas.

Menyesuaikan dengan metode penelitian yang digunakan, peneliti menggunakan

instrumen penelitian dengan jenis pedoman wawancara (interview guide)34.

Pedoman pertanyaan atau pedoman wawancara (interview guide) umumnya berisi

daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka atau jawaban bebas agar diperoleh

jawaban yang lebih luas serta mendalam.

33 Jaringan Advokasi Nasional Tolak Semen Gresik terdiri dari; Walhi, ANBTI, KRuHA, JATAM, Kontras,

Aman, Icel, Desantara, Huma, LBH Jakarta, LBH Masyarakat, YLBHI, PBHI Nasional, FPPI, SHEEP, ASC,

LBH Semarang, LBH Yaphi, LSAD, Hamas, Spora, dan Madya. 34 Baca di lampiran

57

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan teknik analisis interaktif Miles dan

Huberman (dalam Moleong, 2002). Miles dan Huberman menawarkan teknik

analisis yang lazim disebut interactive model. Teknik analisis ini terdiri dari tiga

komponen, yaitu: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan

penarikan kesimpulan (drawing conclusions).

Langkah reduksi data melibatkan dua tahap. Tahap pertama, melibatkan

langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data. Tahap kedua,

peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal,

termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti

dapat menentukan tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data.35 Data primer

maupun sekunder yang diperoleh terkait penelitian transformasi srawung sebagai

strategi advokasi kebijakan publik masyarakat Sedulur Sikep, akan direduksi dan

disesuaikan dengan fokus penelitian. Agar data yang diperoleh relavan dengan

kebutuhan data yang dibutuhkan peneliti.

Komponen kedua dalam analisis interaktif dari Miles dan Huberman, yaitu

penyajian data (data display) melibatkan langkah- langkah mengorganisasikan

data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain

sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu

kesatuan.36 Setelah data direduksi agar relevan dengan fokus penelitian,

selanjutnya data dianalisis untuk menemukan pola-pola yang saling terkait. Pola-

pola yang saling terkait akan memberikan analisis yang kuat bagi peneliti untuk

35 Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara h.104 36 Ibid... Pawito. 2007 h.105

58

mengungkapkan fakta yang terjadi. Pola-pola yang terjadi di masyarakat Sedulur

Sikep dalam mengadvokasi kebijakan rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo,

Pati akan dijelaskan secara deskriptif.

Komponen terakhir, yakni penarikan kesimpulan (drawing conclusions),

peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan

mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari

penyajian data yang telah dibuat. Ada kalanya kesimpulan telah tergambar sejak

awal, namun kesimpulan akhir tidak pernah dapat dirumuskan secara memadai

tanpa peneliti menyelesaikan analisis seluruh data yang ada. 37 Terakhir adalah

menyimpulkan fenomena yang terjadi di masyarakat Sedulur Sikep terkait dengan

transformasi srawung sebagai strategi advokasi kebijakan publik terhadap rencana

pendirian pabrik semen. Mengenai strategi yang digunakan masyarakat Sedulur

Sikep dalam mengadvokasi kebijakan rencana pembangunan pabrik semen di

Sukolilo, Pati.

37 Ibid... Pawito. 2007 h.106

59

Pegunungan Kendeng di

Kabupaten Pati seluas 2.262,55

Ha, menyebar di tiga

kecamatan, yakni di wilayah

Sukolilo 1.682 Ha, Kayen 569,50

Ha, dan Tambakromo 11,05 Ha.

Lahirnya polemik rencana

pendirian pabrik semen yang

terjadi di Sukolilo, Pati dalam

kurun waktu tahun 2005-2010,

akibat dari adanya 2 (dua) cara

pandang yang berbeda

BAB IV

POLEMIK RENCANA PENDIRIAN PABRIK SEMEN

ANTARA PEMERINTAH, PEMODAL, dan MASYARAKAT

Kawasan Karst Sukolilo atau lebih dikenal sebagai Pegunungan Kendeng

Utara, merupakan “harta karun” bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Pati.

Pasalnya, dalam tubuh Pegunungan

Kendeng mengandung banyak sekali

sumber daya alam, seperti sumber daya air

dan batuan gamping akibat dari proses

karstifikasi. Melihat “harta karun” yang berlimpah, PT. Semen Gresik melirik

Pegunungan Kendeng sebagai calon pertambangan baru untuk bahan baku semen.

Rencana ini pula mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Propinsi

Jawa Tengah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati. Berbeda dengan masyarakat

Sedulur Sikep, adanya pabrik semen akan mengacam kelestarian lingkungan di

Pegunungan Kendeng. Perbedaan cara

pandang itu lah yang kemudian menjadi

pemantik lahirnya kepentingan dari berbagai

pihak. Akibatnya terjadi benturan

kepentingan yang melibatkan multiaktor, antara pemerintah, pemodal, dan

masyarakat. Dari benturan ini, maka nantinya akan lahir polemik rencana

pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati.

Pemetaan persepsi rencana pendirian pabrik semen dapat dijelaskan oleh

konsep Paul Wehr mengenai analisis pemetaan konflik. Menurut Paul Wehr

60

(dalam Lambang Trijono, 2006), analisis pemetaan konflik merupakan langkah

awal untuk ikut campur dalam mengelola suatu konflik. Berdasarkan pada faktor-

faktor utama yang memunculkannya, Paul Wehr mengatakan ada dua isu yang

dapat dilihat sebagai isu berbasis kepentingan (interest-based issue) dan isu

berbasis nilai (values-based issue) (Paul Wehr dalam Lambang Trijono, 2006).

Dengan melihat konsep Paul Wehr tersebut, pembahasan pada bab ini nantinya

akan difokuskuan pada kedua cara pandang yang memicu terjadinya polemik

rencana pendirian pabrik semen yang terjadi di Sukolilo, Pati.

Senada dengan konsep Paul Wehr, Tjahjono Rahardjo (2008) mengatakan,

aktor yang pro dan kontra memakai ukuran berbeda menyangkut konsep

kesejahteraan. Pihak masyarakat yang pro cenderung hanya menggunakan

indikator standar hidup (living standard), seperti lapangan kerja, investasi, dan

peningkatan PAD sebagai ukuran dari kesejahteraan. Sementara masyarakat yang

kontra, kesejahteraan tidak hanya diukur dari indikator- indikator ekonomis, tetapi

juga kualitas hidup, termasuk di sini hak hidup masyarakat adat, seperti

masyarakat Sedulur Sikep, untuk menjalani hidup dengan cara mereka sendiri. 38

4.1 Pegunungan Kendeng Dilihat dari Cara Pandang Berbasis

Kepentingan (Interest-Based Issue)

Pihak pertama adalah Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah

Daerah Kabupaten Pati, yang melihat peluang jika didirikan pabrik semen di

Sukolilo, maka hal tersebut akan menambah pendapatan asli daerah (PAD) dari

penerimaan pajak. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, kehadiran pabrik

38 Samhadi, Sri Hartati dan Ahmad Arif. 2008. Investasi Semen: Kami Juga Ingin Maju. Harian Kompas,

Jumat, 1 Agustus 2008

61

semen PT. Semen Gresik diharapkan akan memberikan kontribusi yang signifikan

terhadap peningkatan ekonomi daerah terutama melalui penyerapan tenaga kerja

baik yang langsung berhubungan dengan aktivitas pabrik maupun kegiatan-

kegiatan ikutan dari hadirnya pabrik semen tersebut. Dengan cara tersebut

pendapatan asli daerah (PAD) juga diharapkan akan meningkat signifikan. Hal ini

dikarenakan, PT. Semen Gresik akan menginvestasikan modal ke dalam proyek

sebesar Rp. 3,5 triliun.

Dari penerimaan pajak, nantinya pertumbuhan ekonomi akan meningkat

seiring dengan perkembangan pabrik yang didirikan. Dengan pertumbuhan ekonomi

yang pesat dan peningkatan pendapatan daerah, maka pembangunan sarana-prasarana

publik dan bidang lain di daerah Pati diharapkan juga akan meningkat. Pertimbangan

ini didasarkan dari best practice Kabupaten Tuban39

, Jawa Timur yang 90% APBD

berasal dari pajak pabrik semen. Tidak lah berlebihan jika Pemerintah Propinsi Jawa

Tengah dan Pemerintah Kabupaten Pati memberikan dukungan penuh terhadap

perusahaan dan investor pabrik semen. Sejumlah peraturan dibuat untuk

mendukung berdirinya pabrik semen di Pati, terutama dalam peraturan tentang

rencana tata ruang wilayah (RTRW). Dalam konteks ini pula Pemerintah

Kabupaten Pati memasukkan Pegunungan Kendeng Utara sebagai kawasan

industri dan sekaligus kawasan lindung konservasi.

Pihak kedua adalah pemilik modal atau PT. Semen Gresik. Sebagai

perusahaan semen terbesar di Indonesia, PT. Semen Gresik berkepentingan untuk

semakin memacu produksinya agar dominasinya di pasar semen nasional tetap

39 Realitas kehadiran Semen Gresik di Tuban berdampak signifikan bagi peningkatan pendapatan asli daerah

(PAD) setempat. Tingkat PAD Tuban saat pertama kali pabrik semen beroperasi di daerah itu men capai Rp

19.113.349.440 (1992/1993). Pada Tahun Anggaran 2010, PAD Tuban menyentuh angka Rp .

106.369.268.224

62

terjaga dan meningkat. Menurut analisis Komisi Pengawas Persaingan Usaha

melihat adanya indikasi praktek persaingan usaha tidak sehat dalam industri

semen. Persaingan tersebut terjadi antara perusahaan semen dalam negeri seperti

PT. Semen Gresik dengan perusahaan-perusahaan lain yang sebagiannya

merupakan milik asing seperti PT. Holcim dan PT. Indocement Tunggal Perkasa

(Tempo, 16 April 2009). Selain itu, produk semen impor juga mulai mengganggu

dominasi pasar semen nasional oleh PT. Semen Gresik. Kondisi ini memacu PT.

Semen Gresik untuk memperluas wilayah eksplorasi dan eksploitasi tambang

semen miliknya. Dengan mencari wilayah potensial di Pulau Jawa, maka biaya

untuk produksi dan distribusi produk semen ke pasar konsumen akan semakin

bisa dihemat.40

Target tahun 2009, PT. Semen Gresik berupaya meningkatkan ekspor

semen hingga 2 juta ton atau 10 persen dari total produksi yang mencapai 18,3

juta ton. Direktur Utama PT. Semen Gresik Dwi Sutjipto menyatakan, tahun

sebelumnya PT. Semen Gresik telah mengekspor semen sekitar 1 juta ton. Pada

2008 lalu dari rencana produksi 17,7 juta ton terealisasi 18,2 juta ton. “PT. Semen

Gresik akan mempertahankan posisi sebagai pemimpin pangsa pasar dalam

negeri 43,6 persen”, tandas Dwi (Kompas, 16 Januari 2009). Alasan inilah yang

membuat PT. Semen Gresik ngotot ingin terus maju merealisasikan rencana

pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati.

Pihak ketiga adalah masyarakat pro-tambang semen. Menurut Bambang

Susilo (Ketua Wakil Cabang Nahdatul Ulama Sukolilo), adanya pabrik semen di

Sukolilo menjadi kesempatan warga untuk mendapatkan pekerjaan baru dan lahan

40 Mia. 2009. Jalan Terjal Eksploitasi Pati. Arena: Yogyakarta

63

Masyarakat yang pro semen

setuju karena jika adanya

pabrik semen di Sukolilo,

maka akan membuka

kesempatan kerja dan

mengurangi arus urbanisasi

pendapatan baru. Selain itu pendirian pabrik semen juga berpotensi mengurangi

arus urbanisasi yang selama ini terjadi di

Sukolilo.41 Pernyataan ini dikuatkan oleh

Sutrisno warga Desa Kedumulyo ketua Forum

Masyarakat Peduli Pati Selatan (FMPPS),

menurutnya pabrik semen akan menciptakan kesempatan kerja, karena masih

banyak pemuda yang mengganggur. Selain itu hasil pertanian sudah tidak bisa

digantungkan untuk kehidupann. Akibat banyaknya yang menganggur, pemuda di

desa kami lebih memilih untuk merantau keluar daerah atau ke luar negeri untuk

mencari nafkah (Suara Merdeka, 2 Desember 2008).

Kebanyakan masyarakat pro semen mengharapkan jika ada pabrik semen,

maka akan menciptakan lapangan pekerjaan. Namun ada juga masyarakat yang

berharap berbeda dari adanya pabrik semen. Salah seorang koordinator JM-PPK

menjelaskan, ada juga masyarakat, khususnya perangkat desa di Desa Sukolilo

yang mengharapkan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

Responsibility). “Ada juga sebagian masyarakat yang mengharapkan akan

mendapat tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), baik dari PT. Semen Gresik

bisa digunakan untuk pembangunan sarana publik seperti sekolah, tempat

ibadah, jalan, dan sarana lainnya”, Kata Joko Santoso salah satu koordinator JM-

PPK (Wawancara pada 2 Mei 2013).

Data yang dihimpun Yayasan Sheep (Society for Health, Education,

Environment and Peace) Indonesia cukup gamblang menggambarkan tokoh-tokoh

sipil yang menggerakkan dukungan masyarakat sekitar Pegunungan Kendeng

41 Ibid... Mia. 2009. Jalan Terjal Eksploitasi Pati. Hlm. 6

64

terhadap rencana PT. Semen Gresik. Dari data tersebut bisa diketahui orang-orang

yang selama ini getol mendukung rencana pembangunan pabrik semen sekaligus

melontarkan tuduhan-tuduhan yang mendiskreditkan kelompok (masyarakat

Sedulur Sikep, red), diantaranya: Bos Edy (Ketua Ikatan Paranormal se-

Indonesia), Siti Kasiyati (Ketua Gapensi Pati), Ali Hadi Broto (merupakan

seorang mantan PNS dinas BKKBN Kecamatan Sukolilo dan juga tercatat sebagai

ketua Muhammadiyah Kecamatan Sukolilo), Eko Yasir (Tokoh Masyarakat

Sukolilo) adalah mantan kepala desa dan saat ini bekerja sebagai calo tanah, dan

Alwy Alaidrus (Mantan Anggota DPRD Pati dan Ketua PWI Jateng I) merupakan

aktor politik yang berkepentingan.42

Sementara dari kalangan organisasi kemasyarakatan lokal diantaranya

adalah Komunitas Masyarakat Sarmin (KMS)43, Forum Komunikasi Bina

Lingkungan (Bilung)44, Forum Masyarakat Sukolilo Maju (FMSM), Komunitas

Pemuda Kurang Selawe, Forum Mandor Sukolilo (FORMAS), Paguyuban Sosial

Keluarga Sukolilo (PSKS) di Jakarta, Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pati

Selatan (FKMPPS), Forum Gadudero Maju (FGM), Komite Mahasiswa untuk

Rakyat, dan Persatuan Pemuda Lugu Sukolilo, serta Gerakan Masyarakat Asli

Sukolilo.45

Menurut Joko Santoso (Wawancara pada 2 Mei 2013), beragam aksi

dilakukan oleh organisasi atau kelompok yang pro pembangunan pabrik semen,

dari membangun opini publik di media massa, membentangkan spanduk di setiap

42 Tanjung, Erick. 2010. Membangun Tambang di Surga Petani. Yogyakarta: Arena Hlm. 16 43 Komunitas Masyarakat Sarmin (KMS) merupakan sebuah organisasi yang dikelola oleh kelompok

kontraktor proyek-proyek di Pati. Beberapa anggotanya merupakan orang-orang yang memiliki posisi kuat di

Pemkab Pati seperti Sri Merditomo (Sekda) dan Desmond Hastiono (Asisten Bidang Ekonomi Bupati Pati). 44 Forum Komunikasi Bina Lingkungan (Bilung) berada di bawah komando Ali Hadi Broto dan Eko Yasir 45 Ibid... Tanjung, Erick. 2010. Membangun Tambang di Surga Petani. Hlm. 16

65

ruang publik, kampanye keliling desa dengan melakukan black campaign

terhadap kelompok kontra tambang semen hingga melakukan itimidasi kepada

masyarakat yang menolak rencana pembangunan pabrik semen. Beragam

itimidasi tersebut menimbulkan suasana yang mencekam di kalangan masyarakat

yang kontra tambang semen.

4.2 Pegunungan Kendeng Dilihat Dari Cara Pandang Berbasis Nilai

(Values-Based Issue)

Membicarakan hubungan masyarakat manusia dan lingkungan secara

kodrati, sebenarnya keduanya merupakan satu kesatuan kehidupan sebagai biotic

community. Manusia dan komunitasnya disamping diberi hak untuk

memanfaatkan, juga mempunyai tanggung jawab untuk menyelamatkan dan

melestarikan lingkungan. Dalam falsafah Jawa manusia (jagad kecil) merupakan

bagian dari alam (jagad besar). Keberadaan keduanya merupakan satu kesatuan.

Manusia mempunyai tugas untuk memelihara dan memuliakan alam lingkungan

yang kesemuanya bertujuan untuk kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena itu,

manusia tidak diperbolehkan memperlakukan alam lingkungan melebihi dari

kadar yang ada, apalagi bertindak melebihi batas terhadap alam (Absori, 2009:80).

Bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada alam inilah yang kemudian

menciptakan kearifan lokal masyarakat. Menurut Warren yang dikutip Amri

Marzali (dalam Mumfangati, Titi: 2004: 2) konsep kearifan lokal atau kearifan

tradisional atau sistem pengetahuan lokal (indigenous knowledge system) adalah

pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang telah

berkembang lama, sebagai hasil dari proses hubungan timbal balik antara

66

masyarakat dengan lingkungannya. Sedangkan secara khusus kearifan lokal

menurut Jim Ife (2008) merupakan nilai-nilai yang diciptakan, dikembangkan, dan

dipertahankan dalam masyarakat lokal dan karena kemampuannya untuk bertahan

dan menjadi pedoman hidup masyarakatnya. Di dalam kearifan lokal tercakup

berbagai mekanisme dan cara untuk bersikap, berprilaku dan bertindak yang

dituangkan dalam tatananan sosial.

Salah satu kelompok minoritas yang masih mempertahankan kearifan

lokalnya sebagai pedoman dan falsafah hidup adalah masyarakat Samin atau

(sekarang) masyarakat Sedulur Sikep di Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo,

Kabupaten Pati. Menurut Amrih Widodo46 gerakan perlawanan Samin, yang

muncul pada tahun 1890-an, kini menemukan bentuknya yang baru. Di awal

kemunculannya, lawan mereka berupa kolonial Belanda dan penguasa pribumi

yang mengisap. Kini, para penerus Samin Surosentiko itu berhadapan dengan

perusahaan ekstraksi yang bersekutu dengan penguasa. Lawan para Samin

sebenarnya tetaplah sama, yaitu para “pemburu rente” (Kompas, 1 Agustus 2008).

Kearifan lokal masyarakat Sedulur Sikep yang berdampingan dengan alam

(Pegunungan Kendeng, red) dipelihara melalui tradisi lisan selama lebih dari 100

tahun. Kearifan lokal tersebut dimanifestasikan masyarakat Sedulur Sikep dengan

cara bertani. Menurut antropolog, Amrih Widodo (2000: 16), Saminisme/Sedulur

Sikep merupakan fenomena gerakan petani yang tertua di Asia Tenggara, yang

oleh banyak sejarawan disebut proto-nasionalisme. Bahkan dapat dikatakan,

petani adalah pekerjaan abadi, karena pada salah satu ajarannya, masyarakat

46 Dosen tetap pada Departemen Kajian Asia, Australian National University, Canberra, Australia, mengajar

mata kuliah kebudayaan pop di Asia Tenggara, seni pertunjukan Asia, bahasa dan kebudayaan Indonesia.

67

Sedulur Sikep dilarang berdagang. “Hidup Sedulur Sikep itu ya, dari bertani. Kita

tidak bisa hidup selain bertani”, kata Gunretno tokoh muda masyarakat Sedulur

Sikep (Kompas, 1 Agustus 2008),

“Soale wong tani kuwi yo mlaku opo saanane sing disediakake alam sak

isine kuwi. Lewih maneh wong tani kuwi ga iso ngapusi koyo dene wong dagang.

Wong kulakane semene ngomonge semene, kan ngono kuwi wong dagang”, ujar

Gunretno (Wawancara pada 6 Mei 2013). (Masalahnya petani itu hidup apa

adanya yang disediakan alam dan seisinya. Lebih- lebih lagi petani itu tidak

berbohong seperti pedagang. Pedagang biasanya mengatakan harga pembeliannya

sekian padahal kenyataannya tidak, itu kan sifat pedagang). Berdagang bagi

masyarakat Sedulur Sikep adalah aktivitas yang mencari barang dari orang lain

dengan niat menjualnya kembali ke orang lainnya dengan harapan mengambil

keuntungan. Perdagangan selalu berupa aktivitas menawarkan komoditas dengan

selisih harga yang lebih tinggi daripada harga beli komoditasnya. Hal ini menurut

masyarakat Sedulur Sikep sama saja dengan meminta uang pada pembeli namun

tidak diakui atau tidak dinyatakan secara apa adanya.

Bagi masyarakat Sedulur Sikep, hidup adalah bertani dan mencangkul dan

ajaran ini lah yang turun-temurun diajarkan oleh sesepuh Sedulur Sikep hingga

sekarang ini. Dengan bertani, masyarakat Sedulur Sikep mengajarkan anak-anaknya

atau turunnya untuk hidup. Sawah bagi masyarakat Sedulur Sikep diinterprestasikan

sebagai guru, sedangkan cangkul sebagai alat tulisnya. Tidak hanya semata-mata

bertani dan mencangkul untuk memenuhi kebutuhan, melainkan upaya untuk

merawat tanah. Menurut Gunretno, dalam kesehariannya, masyarakat Sedulur

Sikep selalu merawat tanah dengan bertani. Tidak hanya menanam, masayarakat

68

Gunretno: Manusia tidak dapat hidup

tanpa dukungan dari alam, tetapi alam

tetap dapat menghidupi dirinya sendiri,

dan tidak bergantung kepada manusia.

Tanpa bantuan manusia, alam dapat

menopang dirinya sendiri

Menjadi Petani: Itu

adalah salah satu

cara dan komitmen

Sedulur Sikep untuk

merawat tanah

Sedulur Sikep juga merawat tanah dengan baik. “Bertani itu berhubungan dengan

(tanah) yang dipijak, merawat (tanah) yang dipijak”, ungkap Gunretno (Suara

Merdeka, 5 Agustus 2012).

Masyarakat Sedulur Sikep sampai sekarang hanya menjadi petani, dan tak

ingin menjadi yang lain. “Sekarang jarang yang mau

menjadi petani kan? Kakek-nenek melarang kami

berdagang. Kalau pun berdagang, membeli 1000

(seribu) menjual 800 (delapan ratus). Arahan itu

selalu mengingatkan dan membuat kami mengerti harus selalu mengingat bumi

yang kami pijak”, tambah Gunretno (Suara Merdeka, 5 Agustus 2012). Cara

masyarakat Sedulur Sikep dalam menjaga keseimbangan alam adalah dengan bertani,

yaitu ngajeni (menghormati), ngopeni (merawat), dan demunung artinya memahami

sifat alam yang hanya boleh dimanfaatkan secukupnya (tidak serakah) adalah

kunci selamat dalam menjalani hidup.

“Sedulurmu kuwi yo, urip rukun karo alam carane mung dadi tani, tandur,

digarap, lan ngopeni, mung dadi tani

pilihane, dadi petani yo bagian seko

alam, jogo keseimbangane alam”,

ujar Gunretno (Wawancara pada 6

Mei 2013). (Sedulur Sikep ya, hidup rukun dengan alam caranya hanya jadi

petani, menanam, mengerjakan, dan merawat, hanya menjadi petani pilihane,

menjadi petani ya bagian dari alam, menjaga keseimbangan alam). Masyarakat

Sedulur Sikep percaya, jika alam tidak seimbang, maka alam lah yang akan

69

Penolakan rencana pendirian

pabrik semen di Sukolilo, Pati

didasari oleh adanya logika

ekosentrisme dan ekofeminisme

yang sudah melekat di

masyarakat Sedulur Sikep

menyeimbangkannya sendiri. Maka dari itu, untuk menyeimbangkan alam, bumi

(tanah, red) harus dijaga dan dirawat, caranya adalah menjadi seorang petani.

Penolakan rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, bagi masyarakat

Sedulur Sikep adalah bagian dari menjaga keseimbangan alam. Masyarakat

Sedulur Sikep mempunyai pemikiran, manusia semakin lama semakin bertambah

dan tentu saja butuh bahan makanan. Bahan makanan yang umum bagi orang

Jawa adalah beras dari kegiatan pertanian. Jikalau tidak ada petani dan tidak ada

yang menanam beras lagi, maka kehidupan tidak akan seimbang. Gunretno

(Wawancara pada 6 Mei 2013) mengatakan semua yang berada di alam sudah ada

yang mengatur, di Jawa Timur dan Jawa Barat sudah menjadi kawasan industri,

seharusnya Jawa Tengah adalah titik penyeimbang, yaitu pertanian.

Masyarakat Sedulur Sikep dan masyarakat kontra semen47, mempunyai

perspektif yang berbeda dari rencana

pendirian pabrik semen di Pegunungan

Kendeng Utara. Masyarakat Sedulur Sikep

dalam menolak rencana pendirian pabrik

semen di Sukolilo, Pati lebih banyak menggunakan etika ekosentrisme dan

ekofeminisme. Seperti yang sudah di jelaskan di Bab II, etika ekosentrime dan

ekofeminisme memandang dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek yang

47 Sebelum melebur di JM -PPK (Jaringan Masyarakat-Peduli Pegunungan Kendeng), masyarakat kontra

membentuk kelompok-kelompok tersendiri, salah satunya Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (FMPL),

Aliansi Rakyat Tolak Pabrik Semen (TOPAN), Komunitas pemuda Peduli Lingkungan (KOPPLINK),

Komunitas Pegunungan dan Lereng kendeng (KOMPLEK), Aliansi Tolak Semen (ATOS), Ikatan Pemuda

Pecinta Lingkungan (IPPCL), Komunitas Peduli Lingkungan (KOPI), Kelompok Peduli Lingkungan

(KEPEL), Pemuda Tani Indonesia cabang Pati, dan Serikat Petani Pati (SPP). Hasil ini berdasarkan dari

berbagai sumber data primer yang sudah diolah.

70

terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling berhubungan dan

saling tergantung satu sama lain secara fundamental.

Pendirian pabrik semen diproyeksikan akan membutuhkan banyak lahan

untuk proses penambangan dan produksi, sehingga hal ini akan mengancam

kepemilikan lahan masyarakat Sedulur Sikep. Selain itu, penolakan terjadi lantaran

rencana pembangunan pabrik semen menyimpan resiko yang cukup besar berupa

kemunculan kerusakan lingkungan yang parah dan hilangnya produktivitas pertanian

di wilayah-wilayah sekitar Pegunungan Kendeng, terutama Kecamatan Sukolilo dan

Kecamatan Kayen. Apalagi sering terjadi bencana banjir dan angin puting beliung di

Sukolilo pada kurun waktu tahun 2005-2010.

Gunretno mengatakan, sekarang banyak rakyat kecil yang menjadi petani,

akan tetapi petani yang memiliki lahan makin jarang. Padahal, penghidupan

penduduk di tiga kecamatan, Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo ini rata-rata

tergantung pada pertanian. Jika petani tak bertanah, apa yang terjadi?, padahal

bagi petani pun tidak cukup hanya tersedia lahan luas, tetapi juga harus memiliki

cadangan air. Cadangan air harus dipelihara dan dilestarikan. Jelas pendirian

pabrik semen akan mengurangi luasan lahan dan cadangan air. Jika itu terjadi,

akan sangat banyak mengorbankan rakyat kecil (Suara Merdeka, 5 Agustus 2012).

Selain karena kekhawatiran terhadap hilangnya sumber mata air jika

pabrik berdiri, masyarakat Sedulur Sikep juga takut kalau nilai kerukunan akan

hilang. Hal ini bisa dijelaskan, dikalangan petani khususnya di Kecamatan

Sukolilo, masih hidup nilai-nilai kerukunan. Terlebih lagi saat musim panen,

tetangga pun merasakan hasilnya. Berbeda dari kehidupan buruh pabrik, yang

menciptakan tingkatan-tingkatan, misalnya harus lulusan sekolah (formal). “Nah,

71

bagaimana dengan orang-orang yang telah kelewat umur, yang tak mempunyai

pekerjaan?. Padahal, mereka tetap bisa hidup bersama-sama dalam dunia

pertanian, dunia kaum tani, yang masih mengandung nilai-nilai kerukunan”,

kritik Gunretno (Suara Merdeka, 5 Agustus 2012).

Dampak lain yang ditakuti masyarakat Sedulur Sikep adalah akan

menimbulkan dampak sosial masyarakat. “Dampak sosiale gede lo mas, antarane

tonggo teparo dadi pecah belah, pro-kontra koyok ngono kuwi yo dak ngrugeni,

paseduluran sing maune rukun dadi ora rukun. Disek sak durunge pabrik semen

kan gak ono konflik sosial, dadi kudu tanggungjawabe piye kuwi?, pabrike ora

sido malah sak iki do neng-nengan”. Tambah Gunretno (Wawancara pada 6 Mei

2013). (Dampak sosialnya besar mas, antara tetangga dekat jadi pecah belah, pro-

kontra itu ya merugikan, persaudaraan yang tadinya rukun jadi tidak rukun.

Dahulu sebelum adanya rencana pabrik semen kan tidak ada konflik sosial, jadi

tanggungjawabnya gimana?, pabriknya tidak jadi malah sekarang musuhan).

Masyarakat Sedulur Sikep tidak merasa terpikat dengan tawaran akan

terciptanya peningkatan pendapatan masyarakat ketika pabrik semen didirikan di

Sukolilo. Penambangan dimata Gunretno adalah bentuk lain dari kolonialisme dan

kapitalisme. Semangat kolonialisme adalah semangat eksploitatif yang dilakukan

oleh orang bermodal. Orientasinya bukan lagi pada masalah kecukupan,

melainkan menjurus kepada keserakahan. Seseorang yang berjiwa kolonialis dan

kapitalis tidak mengenal istilah “cukup”.48 Terhadap hal ini Gunretno

48 Himawan, Heru. 2012. Aspirasi Keadaban Komunitas Sedulur Sikep. Laporan PHT PGMW-3. Diperoleh

dari http://www.beritagkmi.com/details.php?module=detail_news&id_berita=236&judul=Aspirasi%20Kead

aban%20Komunitas%20Sedulur%20Sikep&kategori=Potret pada 26 Juni 2013

72

Ukuran kesejahteraan bagi

masyarakat Sedulur Sikep

bukan karena memiliki

banyak harta dan benda,

namun kesejahteraan adalah

ketenangan menjalani hidup

mempertanyakan parameter dari sebuah kecukupan, karena kecukupan itu relatif,

maka tiap orang berbeda dalam merasakan kondisi cukup.

“Sak durunge PT. Semen Gresik mbangun pabrik semen, kuwi kudu iso

jelaske hakikat makmur, mergo kene ngroso

nek sak iki kene wes makmur tanpo ono

pabrik”, ungkap Gunretno (Wawancara pada

6 Mei 2013). (Sebelum PT. Semen Gresik

membangun pabrik semen, mereka harus bisa menjelaskan dulu hakikat

kesejahteraan, karena kami merasa saat ini sudah sejahtera tanpa ada pabrik).

Ukuran kesejahteraan bagi masyarakat Sedulur Sikep adalah Ketenangan. Bagi

masyarakat Sedulur Sikep, kesejahteraan tidak bisa diukur dengan menggunakan

uang saja. Masyarakat Sedulur Sikep meyakini, kesejahteraan yang benar-benar

sejahtera adalah ketika manusia memperoleh ketenangan dalam hidup.

“Kesejahteraan” yang dijanjikan PT. Semen Gresik dalam pandangan masyarakat

Sedulur Sikep tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh dari alam ketika

dirawat (bertani, red).

Masyarakat Sedulur Sikep sudah puas dengan kondisi ekonomi saat ini yang

sudah berkecukupan meski mayoritas pendapatan didapat dari hasil bertani. Gunretno

menuturkan, masyarakat Sedulur Sikep yang hanya bertani saja cukup untuk

menghidupi sehari-hari. Ini adalah bukti masyarakat di Pegunungan Kendeng

sudah cukup sejahtera dengan hanya bertani saja. “Sopo sing kondo tani ora

nyukupi, sopo sing kondo kendeng iki ora produktif, wong wes ono buktine,

sikep!”, ujar Gunretno (Wawancara pada 6 Mei 2013). (Siapa yang bilang bertani

tidak mencukupi, siapa yang bilang Pegunungan Kendeng ini tidak produktif,

73

sudah ada buktinya, Sikep!). Dalam perspektif masyarakat Sedulur Sikep,

kesejahteraan bukan semata dihitung dengan berapa banyak nilai uang yang

dihasilkan, melainkan kemandirian berusaha sebagai petani. Itu artinya, faktor

produksi yang mendukung pertanian, seperti sumber air dan lahan, harus terus

dipelihara.

Selain masyarakat Sedulur Sikep, sikap penolakan juga ditunjukkan oleh

masyarakat kontra semen. Masyarakat kontra semen sebagai informan selain

masyrakat Sedulur Sikep adalah warga dari Desa Purwokerto, Kecamatan Kayen,

Pati, yang bernama Mbah Rasno (80) dan Mbah Jarmin (75). Penolakan yang

dilakukan Mbah Rasno dan Mbah Jarmin adalah atas dasar logika dan kearifan

lokal yang dimilikinya. Hampir sama dengan masyarakat Sedulur Sikep, Mbah

Rasno memiliki pandangan jauh kedepan sedangkan Mbah Jarmin memiliki

pandangan jangka pendek. Persamaannya adalah masyarakat Sedulur Sikep dan

Mbah Rasno serta Mbah Jarmin merupakan petani, dan memiliki pandangan jika

Pegunungan Kendeng menjadi kawasan pertambangan, maka lingkungan kawasan

Kendeng akan terancam terutama pertanian.

Menurut pandangan Mbah Rasno, jika pabrik semen jadi didirikan, maka

akan mengancam hilangnya sumber daya air di Pegunungan Kendeng. Ketakutan

Mbah Rasno mengenai hilangnya sumber mata air juga dirasakan oleh masyarakat

Sedulur Sikep yang berada di Sukolilo. “Masalah semen ngrugekno rakyat terkait

sumber mata air, rakyat yo rugi, opo neh pertanian, mengko nek ono semen mata

air yo lenyap”, ujar Mbah Rasno (Wawancara pada 4 Mei 2013). (masalah semen

akan merugikan masyarakat terkait sumber mata air, masyarakat ya rugi, apalagi

pertanian, nanti kalau ada semen mata air akan lenyap).

74

Mbah Rasno: Menolak Semen

Untuk Generasi Berikutnya. “Sing

urip sak iki kudu mikirke sing

bakale urip, sing sesuk urip kudu

mikirake sesuke meneh, la nek ora

dipikirke sopo sing meh mikirke”

Penolakan rencana pendirian pabrik semen yang digagas Mbah Rasno

bukannya tanpa dasar, Mbah Rasno mempunyai visi yang jauh kedepan soal

kehidupan di Pegunungan Kendeng. Mbah Rasno menjelaskan adanya pabrik

semen, nantinya yang rugi bukan hanya orang yang hidup sekarang, tetapi

generasi muda yang akan datang. Seperti

yang dikatakan beliau, kalau ada pabrik

semen, yang rugi bukan hanya saya,

tetapi saya memikirkan cucu generasi

muda, tidak seumur saya. Gersang itu sirkulasi, yang hidup sekarang ini harus

memikirkan yang besok hidup, kalau tidak dipikirkan siapa yang mau

memikirkan?.49

Berbeda dengan Mbah Rasno, Mbah Jarmin menceritakan apa yang

dahulunya pernah diceritakan kakeknya mengenai pegunungan Kendeng. Atas

dasar tersebut, Mbah Jarmin menolak dengan tegas terhadap rencana pabrik

semen. Menurut Mbah Jarmin, cerita dari kakeknya jaman dahulu, pada masa

penjajahan Belanda, Belanda berencana akan membuat jalur rel kereta api. Jalur

tersebut rencananya akan menghubungkan Pati dengan Purwodadi50, dan akan

menembus Pegunungan Kendeng Utara. Dalam ceritanya Mbah Jarmin, untuk

menembus Pegunungan Kendeng, Belanda akan membuat trowongan yang

nantinya akan menghubungkan Pati-Purwodadi. Kemudian Belanda melakukan

penginderaan jauh terhadap Pegunungan Kendeng, hasilnya Belanda tidak berani

dan membatalkan rencananya. Ketidakberanian Belanda untuk membuat

terowongan yang akan menghubungkan Pati-Purwodadi dengan alasan di dalam

49 Wawancara dengan Mbah Rasno pada 4 Mei 2013 50 Purwodadi sekarang menjadi Kabupaten Grobogan

75

perut Pegunungan Kendeng menyimpan kandungan sumber mata air yang

berlimpah ruah. Jika rencana tersebut jadi dilaksanakan, maka air tersebut akan

keluar terus menerus Pati-Purwodadi akan menjadi lautan.51

Dengan demikian dapat dikatakan, penolakan masyarakat Sedulur Sikep

dan masyarakat kontra semen terhadap rencana pendirian pabrik semen terjadi

karena beberapa faktor antara lain: Kekhawatiran terhadap kerusakan lingkungan

kawasan karst di Pegunungan Kendeng; Hilangnya sumber mata air dan sungai

bawah tanah Pegunungan Kendeng untuk penghidupan dan kehidupan pertanian

masyarakat; Hilangnya habitat flora maupun fauna yang dilindungi;

Pertanggungjawaban kepada anak cucu ketika alam rusak; Potensi pemicu

dampak sosial di masyarakat Sukolilo; Penurunan tingkat kesehatan masyarakat;

dan Potensi bencana alam seperti banjir akan menjadi lebih besar karena

hilangnya fungsi penyerap air Pegunungan Kendeng.

51 Wawancara dengan Mbah Jarmin pada 4 Mei 2013

76

BAB V

ADVOKASI MASYARAKAT SEDULUR SIKEP TERHADAP

KEBIJAKAN RENCANA PENDIRIAN PABRIK SEMEN

5.1 Isu Strategis

5.1.1 Penyalahgunaan Kekuasaan Melalui Legitimasi

Untuk melancarkan megaproyek senilai Rp. 3,5 Trilyun,

Pemerintah Kabupaten Pati maupun Pemerintah Propinsi Jawa Tengah

memberikan “jalan tol” melalui legitimasi yang dikeluarkan. Akan tetapi,

legitimasi yang dikeluarkan banyak menyalahi prosedur dan bertentangan

dengan undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan

kajian ilmiah. Berikut adalah pelbagai legitimasi yang dikeluarkan oleh

otoritas penguasa demi mendukung berdirinya pabrik semen di Sukolilo,

Pati, diantaranya adalah:

Tabel 1.

Legitimasi Pendukung Rencana Pendirian Pabrik Semen

Level Kabupaten Level Propinsi

Surat Pernyataan Bupati Pat i No.

131/1814/2008 tentang Surat Pernyataan

Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW)

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 128

Tahun 2008 tentang Penetapan Kawasan Kars t

Lindung Sukolilo Peraturan Bupati Pati Nomor 21 Tahun 2008

tentang RTRW 2008-2027

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor

591/058/2008 tentang Ijin Lokasi eksploitasi

daerah Pati

Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah

Nomor: 660.1/27/2008 Tentang Persetujuan

Kelayakan Lingkungan Hidup Pembangunan

Pabrik Semen PT. Semen Gresik di

Kabupaten Pati

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor

540/052/2008 tentang Lokasi Penambangan

Batu Kapur

77

Surat kesesuaian RTRW yang

dikeluarkan Bupati Pati

Tasiman, digunakan PT.

Semen Gresik sebagai “alat

memperlancar” ekspansi

rencana pendirian pabrik

baru di Kabupaten Pati

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor

541/052/2008 tentang Lokasi Penambangan

Tanah Liat

Sumber: Hasil analisis temuan di lapangan

Dimulai dari Pemerintah Kabupaten Pati yang mengeluarkan

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati

Nomor: 591/001/2008 tentang Izin Lokasi Eksploitasi Daerah Pati.

Keputusan ini jelas menyalahi aturan karena keputusan dikeluarkan

sebelum kajian Amdal diselesaikan. Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha

dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi Amdal. Rencana awal, PT.

Semen Gresik memerlukan lahan seluas 1.560 hektar, lahan tersebut akan

digunakan sebagai lahan penambangan batu kapur (900 hektar), lahan

penambangan tanah liat (500 hektar), pabrik untuk produksi semen (75

hektar) dan infrastruktur transportasi/jalan (85 hektar).

Namun untuk memperlancar

proyek, Bupati Pati Tasiman

mengeluarkan Surat Pernyataan

Bupati Pati No. 131/1814/2008

tentang Surat Pernyataan Kesesuaian

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Maksud dari mengeluarkan surat

pernyataan kesesuaian tersebut adalah untuk dijadikan rujukan dalam

menilai kesesuaian RTRW Kabupaten Pati. Isinya menyatakan lokasi

pengambilan bahan baku semen telah sesuai dengan RTRW wilayah Pati.

78

Sapari mengatakan “Surat pernyataan ini bisa dikategorikan

melawan hukum karena surat tersebut dengan sengaja menganulir

keputusan yang ada di atasnya yaitu Keputusan Menteri ESDM No.

1456/K/MEM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Karst”.52 Masyarakat

kontra cukup beralasan untuk mempertanyakan surat pernyataan bupati

tersebut, karena Surat Bupati tidak memiliki kekuatan hukum sebagai

pengganti Perda. Alasannya pertama, isi surat pernyataan tersebut tidak

disertai dasar konsultasi dengan pihak legislatif (DPRD) Kabupaten Pati.

Kedua, isinya dianggap timpang sebab ketika surat pernyataan

dikeluarkan, rancangan RTRW 2008-2027 Kabupaten Pati masih dalam

proses persetujuan dari pemerintah pusat dan Perda RTRW 2006-2007

Kabupaten Pati sudah kadaluarsa.

PT. Semen Gresik yang sudah mengantongi “doa restu” dari Bupati

Pati, kemudian membuat izin untuk lokasi penambangan batu kapur dan

tanah liat. Diantaranya Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan

Terpadu Kabupaten Pati Nomor: 540/039/2008 tentang Izin Pertambangan

Daerah Eksploitasi Galian Golongan C Tanah Liat dan Keputusan Kepala

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor:

540/040/2008 tentang Izin Pertambangan Daerah Eksploitasi Galian

Golongan C Batu Kapur. Pengeluaran surat izin ini pula tanpa adanya

keterlibatan masyarakat Sukolilo yang diproyeksikan menjadi “korban”.

“Pengambilan keputusan izin pabrik semen di Kabupaten Pati,

52 Mia. 2009. Jalan Terjal Eksploitasi Pati. Arena: Yogyakarta Hlm. 7

79

masyarakat Kendeng tidak pernah diajak ikut berpartisipasi, diundang

pun tidak”, papar Joko Santoso (Wawancara pada 2 Mei 2013).

Secara mengejutkan, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo

mengeluarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 128 Tahun 2008

tentang Penetapan Kawasan karst Lindung Sukolilo. Dalam peraturan

tersebut, Kawasan karst yang berada di kawasan Pegunungan Kendeng

terbagi menjadi dua, yakni lokasi yang dilindungi dan lokasi untuk

budidaya. Peraturan ini dimaksud untuk menjadi rujukan hasil analisis

mengenai dampak lingkungan (Amdal) guna mendukung terealiasasinya

rencana pembangunan pabrik semen sekaligus menguatkan Surat

Pernyataan Bupati Pati No. 131/1814/2008 tentang Surat Pernyataan

Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) (Tempo, 27 Oktober

2008).

Karena mendapat serangan bertubi-tubi dari masyarakat Sedulur

Sikep, lokasi surat izin pendirian pabrik dan penambangan bahan baku

semen dipersempit. Diantaranya; Keputusan Kepala Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 591/058/2008 tentang Izin

Lokasi Eksploitasi Daerah Pati; Keputusan Kepala Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 540/052/2008 tentang Lokasi

Penambangan Batu Kapur; dan Keputusan Kepala Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 541/052/2008 tentang Lokasi

Penambangan Tanah Liat. Alasan pengeluaran izin terbaru dikarenakan,

lokasi izin yang lama masih mencakup lahan pertanian masyarakat Sedulur

Sikep, sehingga banyak terjadi pertentangan.

80

Tabel 2.

Perbandingan Izin Lama dan Izin Baru

No. Lokasi Peruntukan Lahan

Lama Baru

Luas

(Ha)

Luas

(Ha)

1

Desa Gadudero, Desa Kedumulyo, Desa

Sukolilo, Desa Tompegunung, Desa

Sumberekso di Kecamatan Sukolilo

Penambangan batu

kapur 700 900

2

Desa Baturejo, Desa Gadudero, Desa

Kasiyan,

di Kecamatan Sukolilo

Penambangan tanah

liat 250 500

3 Desa Kedumulyo di Kecamatan Sukolilo Pabrik dan utilitas 85 75

4

Desa Gadudero, Desa Kedumulyo, Desa

Kasiyan, di Kecamatan Sukolilo; Desa

Srikaton, Desa Pasuruhan, Desa Talun,

Desa Boloagung di Kecamatan Kayen;

Desa Wuwur di Kecamatan Gabus; Desa

Jambean Kidul dan Desa Wangunrejo di

Kecamatan Margorejo

Jalan produksi 85 85

5 Di dalam area izin lokasi Penunjang kegiatan 230 -

Total 1.350 1.560

Sumber: Hasil analisis temuan di lapangan

Alasan kuat PT. Semen Gresik untuk membuat pabrik semen di

Pati adalah dengan adanya Peraturan Bupati Pati Nomor 21 Tahun 2008

tentang RTRW 2008-2027 yang sudah disahkan.53 Selain itu, setelah

Amdal PT. Semen Gresik diselesaikan oleh PPLH Undip pada 24

November 2008 dan diuji pada 1 Desember 2008, Gubernur Jawa Tengah

mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor:

660.1/27/2008 Tentang Persetujuan Kelayakan Lingkungan Hidup

Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Gresik di Kabupaten Pati.

53 Pertama, berdasarkan pasal 33 ayat 1 Peraturan Bupati Pati Nomor 21 Tahun 2008 tentang RTRW 2008-

2027, lokasi pertambangan di wilayah yang mempunyai potensi sumber daya mineral bahan galian golongan

C, terletak di Kecamatan Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo, Winong, Puncakwangi, Dukuhseti, Tayu,

Tlogowungu, Gembong, Gunungwungkal, dan Cluwak. Kedua, berdasarkan pasal 34 ayat 1 Peraturan Bupati

Pati Nomor 21 Tahun 2008 tentang RTRW 2008-2027, industri besar dan sedang berada di kecamatan

Margorejo, Pati, Juwana, Batangan, Tayu, Trangkil, Wedarijaksa, Margoyoso, Tlogowungu, Gabus, Kayen,

dan Sukolilo

81

5.1.2 Kontroversi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

Kajian Amdal dilakukan PT. Semen Gresik dengan menggandeng

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Univesitas Diponegoro (PPLH Undip)

yang dimulai dari 10 Mei 2008 dan diselesaikan pada 24 November 2008.

Akan tetapi, selama proses perencanaan hingga penyelesaian tidak sedikit

pun masyarakat Sedulur Sikep dan masyarakat kontra semen dilibatkan.

Akibatnya seluruh masyarakat Sedulur Sikep dan masyarakat kontra

semen menolak hasil Amdal. Gunretno mengatakan, proses penyusunan

Amdal, mulai dari kerangka acuan hingga rencana pengelolaan

lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan (RKL-RPL), harus

dilakukan pada tahap studi kelayakan. Akan tetapi Amdal PT. Semen

Gresik di Kabupaten Pati disusun setelah dikeluarkannya SIPD (Surat Izin

Penambangan Daerah) oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pati (Tempo,

23 Februari 2009).

Isu strategis yang menjadikan masyarakat Sedulur Sikep menolak

rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati adalah soal hasil kajian

speleologi dan hidrogeologi dalam Amdal PT. Semen Gresik. Menurut

masyarakat Sedulur Sikep, banyak sekali kebohongan yang ditunjukkan

PT. Semen Gresik, salah satunya penemuan jumlah gua dan mata air di

Pegunungan Kendeng yang tidak sesuai kenyataan. Dari hasil penelusuran

gua, PPLH Undip mengklaim menemukan 19 gua dengan dua kriteria

yaitu berair dan tidak berair. Ada 8 gua yang dinyatakan berair dan ada 11

gua yang dinyatakan tidak berair. Selanjutnya tim PPLH Undip juga

melakukan survei terhadap sumber mata air di lokasi rencana

82

penambangan bahan baku semen. Dari hasil penelitian yang dilakukan

ditemukan 50 sumber mata air dengan aliran air di dalamnya. 54

Selain klaim hasil kajian speleologi dan hidrogeologi, Amdal PT.

Semen Gresik juga sarat dengan penyimpangan prosedur. Hasil Amdal tim

PPLH Undip menyimpulkan, “Rencana kegiatan pembangunan pabrik

semen PT. Semen Gresik di Sukolilo, Pati dapat menurunkan prosentase

kualitas lingkungan dan dapat menimbulkan perubahan skala kuliatas

lingkungan hidup (LH)”. Akan tetapi, rekomendasi yang dinyatakan

PPLH Undip adalah “Layak Lingkungan Bersyarat” dengan syarat untuk

kegiatan penambangan batu kapur, tetap harus mempertahankan daerah

tangkapan dan resapan air, sehingga tetap adanya buffer zone.

Rekomendasi tersebut bermakna: Pertama, PT. Semen Gresik bisa

diizinkan membangun pabriknya di Sukolilo dengan syarat harus

memperhatikan dampak kumulatif terhadap komponen geofisik kimia,

biologi, sosial, kesehatan masyarakat, dan komponen lingkungan. Kedua,

Dampak-dampak positif dari pembangunan PT. Semen Gresik di Sukolilo

hanya akan bisa dicapai dan dinikmati masyarakat dan lingkungan

setempat dan sekitarnya jika dan hanya jika PT. Semen Gresik

melaksanakan rencana pengelolaan dengan baik sesuai rekomendasi dalam

RKL dan pemerintah Pati melakukan pemantauan secara efektif seperti

direkomendasi dalam RPL.55

54 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Gresik di

Kabupaten Pati, Jawa Tengah 2008 55 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Gresik di

Kabupaten Pati, Jawa Tengah 2008

83

Ada banyak sekali alasan mengapa hasil kajian Amdal PT. Semen

Gresik yang dikerjakan PPLH Undip menyalahi prosedur. Mulai dari

keanehan dalam rekomendasi hasil Amdal, berdasarkan tafsiran dampak,

baik secara parsial maupun secara holistik, seharusnya rekomendasi

kelayakan dinyatakan tidak layak lingkungan (Kompas, 22 Januari 2009).

Hingga forum konsultasi di lapangan yang diselenggarakan pihak PT.

Semen Gresik yang justru digunakan beberapa orang yang mengancam

agar pabrik harus segera dibangun (Tempo, 22 Desember 2008).

Selain hal itu, Amdal yang dikerjakan PPLH Undip dengan

memakai metoda leopold tidak mengkaji Pegunungan Kendeng secara

komperhensif dan holistik. Kajian yang tidak dimasukkan antara lain

mengenai morfologi, hidropologi, dan yang paling penting adalah

geohidrologi karst atau masalah kajian air tanah yang berada di kawasan

karst Pegunungan Kendeng (Tempo, 23 Desember 2008). Hal ini

mengakibatkan Amdal yang seharusnya dapat digunakan sebagai

instrumen untuk mengatasi sengketa lingkungan, ternyata justru

menimbulkan sengketa. Disamping itu, kajian Amdal juga melampaui

batas studi kelayakan karena tidak memberikan alternatif, baik lokasi atau

teknologi pabrik (Kompas, 23 Februari 2009).

Akan tetapi, yang pasti studi Amdal PT. Semen Gresik hanya

memuat perhitungan ekonomi produksi (keuntungan dan biaya produksi

semen), tanpa memperhitungkan kerusakan sosial, budaya, dan lingkungan.

Studi Amdal juga tidak secara rinci menjelaskan biaya-biaya apa saja, baik

biaya materiil, biaya sosial, maupun biaya lingkungan, yang harus dibayar

84

demi terwujudnya pembangunan tambang semen di Pegunungan Kendeng.

Serta tidak ada rasionalisasi yang memadai membuktikan keuntungan

produksi memiliki dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

5.1.3 Kegagalan Komunikasi Publik

Permasalahan pelik yang menjadi isu trategis advokasi masyarakat

kontra semen, khususnya masyarakat Sedulur Sikep salah satunya adalah

kegagalan pemerintah maupun pemodal dalam melakukan komunikasi

publik. Pasalnya mulai dari Konsultasi publik rencana pendirian semen;

Konsultasi KA-Amdal; Sosialisasi hasil Amdal; dan Sosialisasi pendirian

pabrik semen, masyarakat kontra jarang dilibatkan. Dari kegagalan

komunikasi publik inilah maka timbul 2 kutub di masyarakat Sukolilo,

yaitu masyarakat pro semen dan masyarakat kontra semen.

Bagan 2.

Peta Sosialisai PT. Semen Grseik

Sumber: Hasil analisis temuan di lapangan

85

Setelah mengantongi izin lokasi, PT. Semen Gresik langsung

tancap gas melakukan sosialisasi rencana pendirian pabrik semen kepada

masyarakat (masyarakat bayaran, red). Hasil sosialisasi ini dimuat di

media massa untuk membentuk opini, mengatakan mayoritas warga

Kecamatan Sukolilo telah setuju dengan rencana pendirian pabrik semen.

Namun hal ini ditentang keras oleh masyarakat kontra semen, pasalnya

sosialisai tersebut tidak mengundang masyarakat kontra semen, khususnya

masyarakat Sedulur Sikep dan JM-PPK.

Tidak hanya sosialisasi rencana pendirian pabrik semen saja yang

terkesan ekslusif, sosialisasi mengenai KA-Amdal pun PT. Semen Gresik

tidak mengapresiasi adanya masyarakat kontra semen. Hal tersebut

terbukti ketika hanya 1 perwakilan masyarakat Sedulur Sikep yaitu Icuk

Bamban (Turun/anak bungsu Mbah Tarno) yang diundang dalam acara

konsultasi KA-Amdal (Suara Merdeka, 12 Mei 2008). Dalam sosialisasi

tersebut banyak lontaran kritik yang disampaikan Icuk Bamban. Salah

satunya masyarakat kontra semen menginginkan agar penyusunan Amdal

harus dilakukan secara objektif dengan melibatkan masyarakat setempat

(pro dan kontra, red). Ini menjadi kritikan karena dalam penyusunan KA-

Amdal yang dilakukan PPLH Undip, hanya melibatkan masyarakat yang

pro semen saja.

Seperti tidak diindahkan oleh PT. Semen Gresik, tiba-tiba hasil

kajian Amdal yang dikerjakan PPLH Undip sudah jadi dan akan segera

dipresentasikan. Menurut Joko Santoso, waktu masih dalam tahapan KA-

Amdal ada banyak sekali kritikan yang dilontarkan, khususnya JM-PPK,

86

sehingga kesepakatannya harus ada pembenahan. Akan tetapi, kenyataan

berkata lain, KA-Amdal yang belum dibenahi tiba-tiba Amdal sudah jadi

dan akan dipresentasikan pada tanggal 1 Desember 2008. 56 Senada dengan

pendapat tersebut, Gunretno mengatakan, apalagi sosialisasi KA-Amdal

yang dilakukan PT. Semen Gresik dan pemerintah hanya sebagai

formalitas saja. Tetapi kalau sosialisasi secara utuh bisa dipahami pihak

masyarakat apa tidaknya, harus ada buktinya.57

Tidak hanya berhenti disitu saja, setelah hasil kajian Amdal

dilegitimasi58 Gubernur Jawa Tengah, PT. Semen Gresik langsung

mensosialisasikan pendirian pabrik semen selama 3 hari di Sukolilo.

Tanpa ragu, PT. Semen Gresik, pada 24-26 Februari 2009 melakukan

sosialisasi pendirian pabrik semen di 3 Desa di Kecamatan Sukolilo,

diantaranya, Desa Sukolilo, Desa Kedumulyo, dan Desa Sumbersoko.

Alasan ketiga desa tersebut dipilih, sebab wilayah tersebut merupakan

calon lokasi pendirian pabrik semen dan penambangan batuan gamping di

Sukolilo, Pati.

Akan tetapi, semua sosialisai yang dilakukan oleh PT. Semen

Gresik beserta Pemerintah Kabupaten Pati terkesan hanya formalitas saja,

karena yang hadir hanyalah masyarakat pro saja dan dibayar 20-40 ribu

rupiah untuk sekali hadir. Pernyataan ini dibenarkan oleh Joko Santoso,

“Memang sosialisasi yang dilakukan PT. Semen Gresik itu ada, namun

56 Wawancara dengan Joko Santoso pada 2 Mei 2013 57 Wawancara dengan Gunretno pada 6 Mei 2013 58 Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 660.1/27/2008 Tentang Persetujuan Kelayakan

Lingkungan Hidup Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Gresik di Kabupaten Pati

87

Salah satu kesewenangan

pihak PT. Semen Gresik

adalah mematoki lahan

warga, tanpa adanya

kesepakatan terlebih dahulu

yang diundang hanya mereka yang pro saja, sedangkan masyarakat

kontra hanya diberi 2 (dua) undangan saja. Itu pun masyarakat yang pro

hanya hadir sebagai formalitas saja dan mereka pasti dibayar”, jelasnya

(Wawancara pada 2 Mei 2013).

5.1.4 Kesewenangan Pembebasan Lahan

Setelah mendapatkan “doa restu” dari Pemerintah Kabupaten

Daerah Pati, selanjutnya PT. Semen Gresik melakukan pembebasan lahan

di Sukolilo. Dalam pembebasan lahan inilah Pemerintah dan PT. Semen

Gresik ditengarai melakukan intimidasi dan kesewenangan hingga

memunculkan konflik horizontal dan

vertikal. Konflik pembebebasan lahan

terjadi ketika PT. Semen Gresik,

dibantu perangkat desa dan masyarakat

pro semen memasang patok di tanah-tanah warga di Dusun Curug, Desa

Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo yang diproyeksikan untuk penambangan

bahan baku semen. Pematokan tanah secara sepihak inilah, yang membuat

warga Sukolilo, khususnya Desa Kedumulyo menjadi semakin resah.

JM-PPK menduga, pematokan tanah yang dilakukan oleh aparat

desa adalah sebagai salah satu upaya pemaksaan pihak yang

berkepentingan kepada masyarakat yang enggan menjual lahannya,

sehingga pelbagai cara ditempuh meski tanpa sosialisasi. Untuk mengatasi

permasalahan ini, Gunretno selaku Ketua JM-PPK berinisiatif melakukan

upaya hukum dengan berkonsultasi kepada Lembaga Bantuan Hukum

88

Adanya masyarakat pro dan

kontra menimbulkan

renggangnya keharmonisan

kehidupan di Sukolilo

Ucapan Zuhri: Menganggkat konflik

vertikal di permukaan antara

masyarakat dengan aparat kepolisian

(LBH) Semarang. Menurut Sukarman Kepala Divisi Lingkungan Hidup

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, pihaknya akan melakukan

upaya hukum jika ditemukan unsur pemaksaan dalam upaya pembebasan

tanah (Suara Merdeka, 1 April 2008).

Praktik pembebasan lahan oleh PT. Semen Gresik di Sukolilo,

telah membuat dua kutub yaitu masyarakat kontra dan masyarakat pro,

sehingga menimbulkan konflik horizontal. Masyarakat pro semen

berlomba- lomba membeli lahan yang

notabene milik masyarakat kontra.

Dari sinilah muncul perpecahan

masyarakat Sukolilo yang sudah terbangun baik sejak lama. Dari

rengganggnya keharmonisan antar warga Sukolilo, maka tercipta “hukum

sosial” hingga pada saat ini (tahun 2013, red). Seperti yang diungkapkan

Suprih warga Desa Kedumulyo, Kecamatan Sukolilo, “Tetangga musuhan

dengan tetangga. Mertua musuhan dengan menantu. Saudara musuhan

dengan saudara”, kata Suprih (Kompas, 11 Juni 2010).

Selain menimbulkan konflik horizontal, praktik pembebasan lahan

yang dilakukan PT. Semen Gresik tak pelak menimbulkan konflik vertikal

juga. Konflik bermula ketika

Saefuddin Zuhri Kepala Divisi

Komunikasi PT. Semen Gresik mengatakan, pembebasan lahan akan

dilakukan secara bertahap, PT. Semen Gresik akan memprioritaskan

pembebasan lahan milik tanah warga yang karakter orangnya mudah-

mudah. “Yang oleh-oleh (boleh-boleh) dulu yang diutamakan. Lahan

89

tersebut misalnya, tanah milik warga yang sudah sepakat untuk dibeli,

tanah milik desa, bengkok desa, tanah kas desa maupun milik PT

Perhutani”, kata Saefuddin Zuhri (Suara Merdeka, 8 Januari 2009).

Pernyataan inilah yang kemudian menyulut api amarah masyarakat

kontra semen, khususnya Desa Kedumulyo, Sukolilo, Pati. Berita yang

berkembang di masyarakat setelah pernyataan tersebut adalah

pengalihfungsian tanah kas desa di Desa Kedumulyo untuk tapak lokasi

pabrik PT. Semen Gresik. Untuk memastikannya, masyarakat kontra

semen mendatangi kantor Balai Desa Kedumulyo untuk bertemu dengan

Kepala Desa Suwono.59 Hal ini cukup beralasan karena isu yang

berkembang dan cukup meresahkan warga adalah tanah bengkok sudah

dijual dan uangnya sudah ditransfer tersimpan di Bank. Uang tersebut akan

digunakan untuk membayar kepala desa periode mendatang. Akan tetapi,

beberapa kali masyarakat kontra semen mendatangi kantor Balai Desa

Kedumulyo, Suwono enggan untuk keluar.

Konflik menemui klimaknya, ketika pihak PT. Semen Gresik

mengirmkan 13 orang untuk peninjauan ke calon lokasi pendirian pabrik

semen di Desa Kedumulyo, Sukolilo. Hal yang dilakukan pihak PT.

Semen Gresik ini adalah sebuah bentuk pengkhianatan terhadap

kesepakatan masyarakat Sedulur Sikep dengan Gubernur Jawa Tengah

Bibit Waluyo pada 10 Januari 2009. Akibatnya, rombongan dari PT.

Semen Gresik tersebut “disandera” warga Desa Kedumulyo. 13 (tiga

belas) tim PT. Semen Gresik tersebut adalah Ari Wardana, Faizal,

59 Tanjung, Erick. 2010. Sukolilo dalam Prahara. Arena: Yogyakarta hlm. 22

90

Suntoro, Arifin, Yoyong, Maemun, Jarwanto, Suntari, Sulkhan, Eko

Maulana, Khairul, Ghaafar, dan M. Buswan (Suara Merdeka, 23 Januari

2009).

Hingga pada akhirnya, datang 250 personil Brimob dengan

berpakian serba hitam untuk membebaskan para “sandera”. Ratusan

Brimob dan Polisi langsung menyingkirkan warga yang mengelilingi

mobil dengan menendang, memukul, menginjak, dan melemparkan warga,

hingga suasana semakin mencekam. Tak lama kemudian pasukan

berpakaian hitam ini kembali merangsek maju untuk mengeluarkan

penumpang mobil yang disandera. Hujan batu kembali terjadi disertai

dengan tembakan dari polisi. Laki- laki dan perempuan dari pelbagai desa

berusaha membalas tindakan polisi. Laki- laki yang melemparkan batu

dibantu oleh perempuan yang bertugas mengumpulkan batu dari sekitar

lokasi. 60

Dalam peistiwa itu, mobil yang ditumpangi tim PT. Semen Gresik,

yakni W-1069-AF dan W-584-AG, rusak berat, hampir semua bagian kaca

pecah dan bodi mobil ringsek. Dua mobil lainnya, W-580-AG dan W-583-

AG, body mobil lecet dan kaca lampu pecah. 13 anggota keamanan

(Brimob) menderita luka. Beberapa rumah tak luput dari lemparan batu

yang terlontar dari arah Polisi yang merangsek. Dalam bentrokan ini

kamera video dan foto yang dibawa oleh tim JM-PPK rusak (Suara

Merdeka, 23 Januari 2009).

60 Ibid... Virri, Kristina. 2012. Gerakan Perempuan Kendeng Menolak Pabrik Semen.

91

Untuk memperkuat

konsolidasi dan memberi

pemahaman masyarakat di

sekitar Pegunungan

Kendeng, JM-PPK

menggelar aksi bersama pada

16 Maret-19 Maret 2008

Selain itu, 9 orang masyarakat kontra semen ditangkap dan dituduh

sebagai provokator, mereka adalah Sudarto (48) warga Desa Kedumulyo;

Tamsini (65) warga Dukuh Kedu, Desa Kedumulyo; Sunarto (52) warga

Dukuh Curug, Desa Kedumulyo; Zainul Wafa (16) warga Desa

Kedumulyo; Mualim (21) warga Dukuh Sanggrahan, Desa Sukolilo;

Sutikno (26) warga Dukuh Bawong, Desa Sukolilo; Wanto (23) warga

Desa Baleadi; Gunarto (27) warga Dusun Kaliyoso, Desa Karangrowo,

Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus; dan Sukarman (26) warga Desa

Jimbaran Kecamatan Kayen (Tempo, 23 Januari 2009).

5.2 Membangun Opini dan Fakta

5.2.1 Membangun Opini

Melakukan Srawung

Dalam membangun opini publik terkait rencana pendirian pabrik

semen, masyarakat Sedulur melakukan banyak hal, salah satunya adalah

dengan melakukan srawung. Srawung

dilakukan masyarakat Sedulur Sikep ke

pelbagai desa di Kecamatan Sukolilo

maupun Kecamatan Kayen.

Diantaranya adalah Desa Sukolilo,

Desa Tompegunung, Desa Baleadi, Desa Kedungwinong, Desa Wegil,

Desa Wuwur, Desa Prawoto Desa Gadudero, Desa Baturejo, Desa Wotan,

Desa Kasiyan, dan Desa Sumbersoko. Kegiatan srawung ini dilakukan

dengan mobil pick-up, truk, dan puluhan sepeda motor untuk memberikan

92

pengertian lewat pengeras suara ke masyarakat terkait dampak negatif

pabrik semen.

Kegiatan srawung yang dilakukan masyarakat Sedulur Sikep

sebagai protes sosialisasi yang dilakukan pihak Pemkab atau pihak

investor. Pasalnya, selama ini sosialisasi yang dilakukan oleh pihak yang

berkepentingan hanya mengetengahkan keuntungan dari aspek

peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) saja. Sementara, dampak buruk

terhadap kerusakan lingkungan terkesan disembunyikan atau tidak

disampaikan. Puncak dari kegiatan srawung yang dilakukan masyarakat

Sedulur Sikep adalah pada mengadakan gelar seni budaya dan orasi

penyelamatan Pegunungan Kendeng di bumi perkemahan Sonokeling,

Desa Gadudero, Kecamatan Sukolilo. Dalam kesempatan tersebut,

Gunretno mewakili masyarakat Sedulur Sikep mengajak masyarakat untuk

sadar tentang keterancaman Pegunungan Kendeng.

Gunretno mengatakan, makna “gunung” bagi masyarakat Sedulur

Sikep adalah gunemane sing diugemi (bicaranya yang dipegang), jadi

harus dijaga dan dirawat. “Nek sedulur-sedulur pada jujur lan ngerti

sejatine uripe, mangka kudu ngomong apa anane. Nek gunung dikepras

apa pada meneng wae, mangka dampake bisa ngilangno sumber banyu

lan pertanian”, kata Gunretno (Suara Merdeka, 24 Maret 2008). (Kalau

saudara-saudara jujur dan mengerti sejatinya/makna kehidupan, maka

harus bicara apa adanya. Kalau Pegunungan Kendeng jadi ditambang

apakah harus diam saja, karena dampaknya bisa menghilangkan sumber

mata air dan pertanian).

93

Aksi nyata ini, kelak membuahkan hasil, kenyataannya sebagian

masyarakat yang berada di Kecamatan Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo

telah sadar akan kemanfaatan Pegunungan Kendeng. Kesadaran tersebut

ditunjukkan oleh masyarakat Desa Kedumulyo, Sukolilo yang berjuang

untuk mempertahankan lahannya yang “diincar” PT. Semen Gresik.

Gunretno (Wawancara pada 6 Mei 2013) mengatakan, pada dasarnya

ketika masyarakat merasakan hasil keproduktifitasan lahan di Pegunungan

Kendeng, pastinya masyarakat tidak ada niatan untuk menjual tanahnya,

dikelola saja sudah ada hasilnya.

Gunretno juga berpendapat, memang sumber daya lokal itu harus

ditingkatkan, hasil produksinya harus nyata. Jadi menolak rencana

pendirian semen tidak hanya sekedar demo, tetapi bisa membuat terobosan

bagaimana caranya meningkatkan hasil pertanian. Kalau hasilnya

meningkat bisa menjadi bukti, bahwa di Pegunungan Kendeng tidak hanya

lahan gersang, lahan yang tidak subur, tetapi Pegunungan Kendeng ini

subur dan menghidupi. Selain itu, Gunretno juga mencontohkan

keberhasilan masyarakat Sedulur Sikep dalam mengelola lahan di

Pegunungan Kendeng yang umumnya “gersang”. Buktinya Sedulur Sikep

dari dahulu hingga sekarang hanya sebagai petani, kalau masalah bencana

banjir, angin, hama, dll sudah sejak dahulu kala, ternyata cukup, siapa

yang bilang menjadi petani tidak mencukupi, siapa yang bilang Kendeng

tidak produktif, sudah ada buktinya, Sikep!.61

61 Wawancara dengan Gunretno pada 6 Mei 2013

94

Suhardi merupakan salah satu

perangkat desa di Kecamatan

Sukolilo yang menjadi

“korban” pencopotan lantaan

menolak rencana pendirian

pabrik semen di Sukolilo

Mendirikan Posko Lingkungan

Selain melakukan srawung, masyarakat Sedulur Sikep dan

masyarakat kontra semen yang tergabung dalam JM-PPK mendirikan

posko lingkungan. Posko lingkungan tersebut didirikan di Dusun Ngawen,

Desa Sukolilo dengan tujuan untuk tempat informasi dan media

konsolidasi terkait penyelamatan Pegunungan Kendeng dari ancaman

pabrik semen. Harapannya, masyarakat bisa bersama-sama tergugah

hatinya untuk turut melindungi ancaman eksploitasi besar-besaran

Pegunungan Kendeng demi generasi mendatang.

Salah satu koordinator JM-PPK Suhardi (mantan Kades Baleadi,

Sukolilo) mengemukakan, pembukaan posko dilakukan sebagai reaksi

masyarakat yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. Sekaligus

menginformasikan kepada masyarakat luas berkaitan tentang untung dan

rugi jika kawasan Pegunungan

Kendeng dibangun pabrik semen.

Menurutnya, masyarakat terutama

yang bermukim di Kecamatan

Sukolilo berhak mengetahui informasi tentang rencana pembangunan

megaproyek tersebut (Suara Merdeka, 14 Maret 2008).

Pendirian posko lingkungan ini juga sebagai bentuk dari simbol

perlawanan rakyat menghadapi kesewenangan kekuasaan. Kegiatan

lainnya di posko lingkungan ini adalah dengan menyediakan beberapa

leaflet, sejumlah spanduk, dan poster yang bernada penolakan. Selain itu

95

posko lingkungan digunakan masyarakat untuk mengadakan diskusi

mengenai fungsi dan manfaat Pegunungan Kendeng. Untuk menarik

perhatian dari semua kalangan masyarakat, agar bisa bergabung dan

menjalin kebersamaan, sehingga penyadaran dampak buruk rencana

pendirian pabrik semen lebih mudah disampaikan, JM-PPK juga

menyuguhkan pemutaran film dokumenter tentang kerusakan lingkungan.

Mengikuti Diskusi Publik

Untuk menjaring opini dari pelbagai kalangan dan masyarakat luas,

masyarakat Sedulur Sikep juga sering mengikuti diskusi dan seminar

publik terkait rencana pendirian pabrik semen. Ada beberapa diskusi

publik yang pernah dihadiri masyarakat Sedulur Sikep, diantaranya;

a) Temu ilmiah yang diadakan oleh Dinas Energi dan Sumber Daya

Mineral (ESDM) Propinsi Jawa Tengah dengan tema “Rencana

Pembangunan Pabrik Semen Gresik” yang diadakan pada tanggal 13

November 2008;

b) Seminar yang bertajuk “Nasib Sukolilo Pasca Amdal Undip dan PT.

Semen Gresik” diadakan oleh Universitas Katolik (Unika)

Soegijapranata pada 4 Desember 2008;

c) Diskusi publik tentang “Pembangunan Pabrik Semen Sukolilo:

Membawa Keuntungan Bagi Masyakarat Lokal?” yang

diselenggarakam oleh Lembaga Amerta Institute Semarang di Hotel

Patra Jasa, Semarang pada 29 Januari 2009;

96

d) FGD yang diselenggarakam oleh Harian Suara Merdeka, dengan tema

“Focus Group Discussion (FGD) Pro Kontra Pembangunan Pabrik

Semen di Sukolilo, Pati” di redaksi Suara Merdeka, Jl Kaligawe KM 5,

Semarang pada 29 Januari 2009.

Dalam pelbagai temu ilmiah, diskusi, seminar, maupun FGD,

masyarakat Sedulur Sikep berani melontarkan kritiknya terhadap PT.

Semen Gresik dan Pemerintah. Tidak hanya kritik yang diberikan, namun

juga masyarakat Sedulur Sikep memberikan “solusi” yang terbaik untuk

pihak yang berkepentingan. Sebagai contohnya ketika temu ilmiah,

Gunarti menantang PT. Semen Gresik dan pemerintah untuk melakukan

penelitian bersama terkait dampak lingkungan pembangunan pabrik semen

di Pegunungan Kendeng. Penelitian bersama ini bertujuan untuk

menyamakan persepsi antara warga, peneliti, dan PT. Semen Gresik yang

akan mendirikan pabrik baru di Kecamatan Sukolilo, Pati. Gunarti

melontarkan pernyataan ini, karena merasa khawatir terhadap efek

lingkungan ke depan terhadap pembangunan pabrik semen milik PT.

Semen Gresik.

Tidak kalah dengan Gunarti, Gunretno sebagai kakanya melakukan

hal yang sama, pada saat seminar di Universitas Katolik (Unika)

Soegijapranata. Gunretno mengatakan dengan tegas, Sukolilo itu produktif

karena mendapat sumber mata air di Pegunungan Kendeng dan irigasi

teknis dari Kedung Ombo. Masyarakat Sedulur Sikep sadar benar,

kemakmuran yang selama ini dirasakan adalah bentuk dari pengorbanan

sedulur Kedung Ombo. “Lha kalo sekarang kami serahkan

97

Dinilai tidak menggantongi

surat izin, diskusi Amdal

dibubarkan Satuan Intel

Polres Semarang Selatan

gemahripahnya lahan kami untuk pabrik, apa ya itu tidak melukai

mereka?, kami hanya ingin membuat Pegunungan Kendeng tetap memberi

kehidupan lewat air yang jernih, sayangnya karena kami ‘bodoh’, setiap

yang kami utarakan dianggap ditunggangi pihak lain”, tandas Gunretno

(Tempo, 4 Desember 2008).

Akan tetapi tidak semua diskusi maupun seminar berjalan lancar,

seperti diskusi publik yang digelar oleh

Lembaga Amerta Institute Semarang

harus dibubarkan kepolisian setempat.

Alasannya, diskusi itu dianggap tidak sah karena tidak ada pemberitahuan

sebelumnya kepada kepolisian wilayah tersebut. Kepala Satuan Intel

Polres Semarang Selatan Ajun Komisaris Sartono mengungkapkan,

pembubaran yang dilakukan petugas sesuai prosedur. “Kami hanya minta

mereka (panitia) menunjukkan surat tanda terima pemberitahuan (STTP),

tetapi mereka tidak dapat menunjukkan. Artinya mereka memang tidak

memberitahukan perihal kegiatan itu”, ujarnya (Kompas, 29 Januari

2009).

Yang menarik adalah ketika FGD yang diselenggarakan Harian

Suara Merdeka dapat membuka “kesakralan” Amdal PT. Semen Gresik.

FGD yang diwakili oleh Suhardi dari masyarakat kontra membeberkan

semua kondisi yang berada di lapangan. Selama ini hasil Amdal sulit

diakses oleh masyarakat, sehingga mengakibatkan kesan tertutup dan

itulah yang kemudian menimbulkan kecurigaan bagi masyarakat kontra

semen. Suhardi menambahkan, setelah membaca Amdal banyak hal-hal

98

Media sosial seperti facebook,

twitter, dan website, membantu

JM-PPK dalam membangun

opini publik masyarakat untuk

menyuarakan dukungannya

terhadap rencana pendirian

pabrik semen di Sukolilo, Pati

ganjil yang ditemukan. Misalnya, jumlah mata air, di Amdal disebutkan

hanya ada 6 lokasi. Tetapi masyarakat tahu ada 49 lokasi (Suara Merdeka,

30 Januari 2009). Secara prosedural kajian Amdal yang dilaksanakan oleh

tim PPLH Undip sesuai aturan yang berlaku. Namun secara substansial

masih menimbulkan banyak persoalan di lapangan, sampai kecurigaan

tentang kesahihan Amdal tersebut.

Membuat Media Sosial di Internet

Untuk menjaring opini secara luas, masyarakat Sedulur Sikep

membuat sarana di media internet (sosial media, red). Sarana tersebut

bertujuan untuk membangun opini publik dalam penolakan rencana

pendirian pabrik semen. Sarana yang dibagun antara lain:

a) Facebook (https://www.facebook.com/omah.kendeng);

b) Twitter (https://twitter.com/omahekendeng);

c) Website (http://omahkendeng.org/)

Ketiga jenis sarana ini, difungsikan untuk mempublikasikan semua

kegiatan yang berhubungan dengan

aksi penolakan rencana pendirian

pabrik semen di Pati. Selain itu,

sosial media juga berfungsi untuk

sarana belajar dan merespon opini-

opini masyarakat soal dampak penambangan, fungsi pegunungan karst,

pertanian, tradisi masyarakat Sedulur Sikep, dan perjuangan JM-PPK.

99

Keberadaan media sosial melalui jaringan internet sangat

membantu sekali dalam mengkampanyekan aksi penyelamatan

lingkungan. Internet dipilih sebagai media membangun opini publik,

karena tidak mudah untuk memblock pemberitaan yang sudah dirilis.62

Strategi kampanye lewat internet yang dilakukan masyarakat Sedulur

Sikep, memang sangat strategis dalam upaya membangun opini publik.

Hal ini terbukti pada waktu awal penolakan rencana pendirian pabrik

semen di Sukolilo. Masyarakat begitu antusias ketika melihat dokumen

secara langsung yang dikeluarkan masyarakat Sedulur Sikep daripada

pemberitaan dari media lain.

5.2.2 Membangun Fakta

Studi Banding ke Tuban, Jawa Timur

Untuk memperkuat alasan penolakan rencana pendirian pabrik

semen di Sukolilo, masayarakat Sedulur Sikep yang dimotori Gunretno

melakukan studi banding ke Tuban melihat kawasan karst di Tuban yang

telah terlanjur ditambang. Studi yang dilakukan ini adalah sebagai bahan

pembanding hasil studi yang dilakukan oleh 14 Kepala Desa dan para

Camat di Kecamatan Gabus, Kayen, Sukolilo, dan Margorejo beserta

ketua BPD dan tokoh masyarakat oleh Pemkab Pati. Hasil studi banding

yang diprakarsai PT. Semen Gresik menghasilkan laporan “cerita sukses”

dari penambangan, misalnya tentang iming- iming peningkatan pendapatan

62 Wawancara dengan Joko Santoso mengungkapkan pada 2 Mei 2013

100

Di Tuban, masayarakat

Sedulur Sikep dan JM-PPK

dicengangkan oleh

kerusakan parah yang

ditimbulkan dari aktivitas

penambangan semen

asli daerah (PAD) Tuban dan janji- janji kemakmuran warga lokal, “cerita

sukses” itu kemudian dirilis di media-media massa.

Untuk membuktikan hasil laporan tersebut, sebanyak 50 (lima

puluh) orang dari masayarakat Sedulur Sikep menyewa bus ke Tuban

untuk melihat secara langsung. Di Tuban, masayarakat Sedulur Sikep dan

JM-PPK menyaksikan kerusakan

lingkungan secara nyata akibat

pertambangan semen. Selain itu, JM-

PPK melakukan survei lingkungan dan

wawancara kepada masyarakat di sekitar areal pabrik semen di Tuban.

Hasilnya masyarakat di sekitar pabrik semen semakin miskin

setelah tanah-tanah mereka dibeli pabrik, lingkungan menjadi rusak, debu

dari pabrik beterbangan yang menyebabkan polusi asap, bunyi ledakan

dari bukit-bukit kapur merontokkan genteng yang menyebabkan polusi

suara, dan sumber air yang mengering. “Setelah kami datang sendiri dan

berbicara dengan warga sekitar pabrik Semen Gresik di Tuban, kami

semakin yakin untuk menolak rencana pembangunan pabrik semen di

Sukolilo”, kata Sapari (Kompas, 1 Agustus 2008).

Hasil perjalanan studi banding tersebut didokumentasikan dengan

menggunakan rekaman video, kamera, dan cacatan tertulis. Dokumentasi

tersebut dilakukan oleh tim dokumentasi JM-PPK yang dibantu oleh LSM.

Kemudian JM-PPK berinisiatif membuat film dokumenter dengan

menggabungkan hasil rekaman video dengan wawancara selama

101

perjalanan studi banding di Tuban. Setelah film dokumenter jadi,

masayarakat Sedulur Sikep dan JM-PPK berkeinginan untuk

menyebarluaskan informasi kepada semua masyarakat di Pati, khususnya

masyarakat yang bermukim disekitar Pegunungan Kendeng (Kecamatan

Sukolilo, Kayen, dan tambakromo). Film dokumenter yang berjudul

“Selamatkankan Gunung Kendeng”63 tersebut diedarkan dalam bentuk

compact disk ke seluruh warga Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo sebagai

aksi penyadaran masyarakat mengenai fungsi Pegunungan Kendeng dan

dampak dari pendirian pabrik semen.

Membangun Data di Pegunungan Kendeng

Membicarakan soal data, JM-PPK dan masyarakat Sedulur Sikep

sudah mempunyai data hampir “sempurna” mengenai potensi kawasan

Pegunungan Kendeng di Sukolilo. Data tersebut diperoleh dari kerjasama

dengan jaringan sosial yang dibangun melalui kearifan lokal masyarakat

Sedulur Sikep yaitu srawung. Beragam jenis data telah dimiliki JM-PPK

sebagai ujung tombak masyarakat Sedulur Sikep untuk menolak rencana

pendirian pabrik semen di Sukolilo. Data tersebut digunakan masyarakat

Sedulur Sikep sebagai bukti dalam melakukan advokasi kebijakan publik.

Data akan semakin kuat ketika pengetahuan tradisional kelompok

dipadukan dengan pengetahuan ilmiah akademis. Pengetahuan yang

didasarkan atas pengalaman dan pengamatan sehari-hari didiskursifkan

dengan sistem pengetahuan modern yang dihasilkan dari perguruan tinggi.

63 Film dokumenter tentang “Selamatkankan Gunung Kendeng” bisa dilihat di jejaring sosial youtube:

http://www.youtube.com/watch?v=bpM2skUqH50

102

Hasil diskursif tersebut bisa dikomparasikan dengan hasil klaim yang

dinyatakan oleh korporasi maupun pemerintah, sehingga dapat dibuktikan

kebenarannya, dan akan menciptakan keterbukaan publik.

Dari hasil kajian masyarakat Sedulur Sikep dengan Pusat Studi

Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta dan Acintyacunyata

Speleological Club (ASC) Yogyakarta, Pegunungan Kendeng memiliki

banyak potensi. Antara lain potensi speleologi dan hidrogeologi dan

potensi arkeologi karstik. Dengan melakukan investigasi speleologi dan

hidrogeologi, maka dapat menemukan bukti-bukti lapangan berupa gua

karst, mata air karst, ponor, dan fenomena karst lainnya. Sedangakan

kajian arkeologi untuk penguatan penetapan sebagai kawasan lindung.

Kajian ini nantinya akan menjadi usulan masyarakat Sedulur Sikep kepada

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, untuk menetapkan Pegunungan

Kendeng sebagai kawasan bentang alam karst yang ada di Kabupaten Pati.

Selain itu, kajian ini pula untuk fakta advokasi guna “mematahkan” kajian

Amdal PT. Semen Gresik.

Berdasarkan kajian speleologi, masyarakat Sedulur Sikep beserta

Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta dan

Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta menemukan

adanya 24 mulut gua.64 Sedangkan kajian hidrogeologi, sedikitnya

menemukan 79 sumber mata air yang mengelilingi Kawasan Karst

Sukolilo Pati (Kendeng Utara). Keseluruhan mata air tersebut bersifat

64 A.B. Rodhialfalah. 2011. Kekayaan Alam Bawah Tanah Kars Sukolilo. Acintyacunyata Speleological Club:

Yogyakarta. Diperoleh dari http://petrasawacana.wordpress.com/2011/07/11/kekayaan-alam-bawah-tanah-

kars-sukolilo/ pada 10 Juni 2013

103

permanen/parennial, mampu mengalirkan air sepanjang musim dengan

debit yang relatif tetap. Keberadaan mata air ini menyebar, dari elevasi 16

– 341 mdpl, dengan debit terkecil hingga terbesar 0.06 liter/detik – 178

liter/detik pada saat pengukuran.65

Hasil ini bisa menjadi perbandingan Amdal PT. Semen Gresik

dalam rencana pendirian pabrik semen di Pati. Seperti yang diungkapkan

Gunretno, hasil kajian Amdal yang dilakukan PPLH Undip banyak yang

tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Contohnya seperti hasil penemuan

gua dan sumber mata air, hasilnya berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh ASC.66 Hasil Amdal yang dilakukan oleh PPLH Undip

menemukan 19 gua dengan dua kriteria yaitu berair dan tidak berair. Ada 8

gua yang dinyatakan berair dan ada 11 gua dinyatakan tidak berair,

sedangkan dari penelusuran yang dilakukan oleh masyarakat Sedulur

Sikep beserta Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran”

Yogyakarta dan Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta,

menemukan 24 gua yaitu 16 gua dinyatakan berair, 4 gua dinyatakan tidak

berair, dan 4 tidak ada keterangan.

Untuk penelusuran sumber mata air, PPLH Undip menemukan 50

sumber mata air dan gua dengan aliran air di dalamnya di dua Kecamatan,

yaitu Sukolilo dan Kayen. Sedangkan masyarakat Sedulur Sikep beserta

Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta dan

65 Paripurno, ET , dan Petrasa Wacana, Dikky Mesah, AB Rodialfallah, Rikky Raimon. 2008. Kajian Potensi

Kars Kawasan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. DREaM: Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran”

Yogyakarta dan Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta 66 Wawancara dengan Gunretno pada 6 Mei 2013

104

Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta, menemukan lebih

dari 50 mata air yaitu 79 sumber mata air yang mengelilingi Kawasan

Karst Sukolilo Pati (Kendeng utara) di Kecamatan Sukolilo dan

Kecamatan Kayen. Perbandingannya adalah 19 gua berbanding 24 gua dan

50 sumber mata air berbanding 79 sumber mata air.

Akan tetapi kajian speleologi dan hidrogeologi tersebut hanya

dilakukan di area lokasi calon tambang batu kapur dan pendirian pabrik

semen pada tahun 2008. Hasil kajian secara keseluruhan mengenai

speleologi dan hidrogeologi Pegunungan Kendeng, pernah dilakukan

Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta pada kurun waktu

tahun 1994-2012. Dari hasil pendataan potensi gua dan mata air di

Kawasan Karst Sukolilo, terdata 99 Gua dan 313 Sumber Air (baik sumber

air yang sudah dimanfaatkan ataupun belum) di Kabupaten Grobogan,

Kabupaten Blora, dan Kabupaten Pati.

Kekayaan Pegunungan Kendeng tidak hanya pada batu kapur dan

sumber daya air. Pegunungan Kendeng juga menyimpan peninggalan

bersejarah, baik berupa situs-situs arkeologi dari zaman pra sejarah hingga

peninggalan dari kerajaan-kerajaan kuno. Perhimpunan Ekologi Karst

Indonesia (PEKINDO) yang diketuai oleh J. Susetyo Edy Yuwono 67 dan

Gregorius D. Kuswanto68 menyelenggarakan kajian Penetapan Zona

Lindung Kawasan Karst Sukolilo di Kabupaten Pati (Jawa Tengah) dan

67 Merupakan Arkeolog Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 68 Merupakan Arkeolog Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

105

sekitarnya.69 Hasilnya menunjukkan, di Pegunungan Kendeng terdapat

temuan di situs-situs gua berupa ekofak70, khususnya ekofak organik,

meskipun tidak tertutup kemungkinan ditemukannya pula data artefak.

Ekofak organik tersebut berupa sisa fauna yang habitatnya bukan

dari lingkungan gua, tetapi dari lingkungan ekologis yang berbeda. Contoh

paling jelas mengenai hal ini adalah ditemukannya cangkang-cangkang

kerang laut di suatu gua yang lokasinya relatif di pedalaman. Asumsi

bahwa cangkang kerang tersebut diambil oleh manusia dari habitatnya dan

dibawa ke dalam lokasi huniannya untuk dikonsumsi dagingnya, atau

untuk membuat perkakas tertentu.71 Hasil penemuan ini dapat menguatkan

anggapan bahwa gua-gua yang mengandung temuan ekofak tersebut

adalah bekas lokasi hunian manusia.

Data penemuan ekofak organik tentunya bukan satu-satunya

indikator bahwa suatu gua adalah situs arkeologi. Kriteria lain perlu

dipertimbangkan, misalnya layak dan tidaknya gua-gua tersebut dijadikan

69 Yuwono, J. Susetyo Edy dan Gregorius D. Kuswanto. 2008. Kawasan Karst Sukolilo-Jawa Tengah:

Potensi Arkeologi dan Tinjauannya Secara Makro diselenggarakan oleh PEKINDO dalam rangka Penetapan

Zona Lindung Kawasan Karst Sukolilo, Kabupaten Pati (Jawa Tengah) dan sekitarnya, September 2008.

Diperoleh dari xa.yimg.com/kq/groups/10604795/.../name/Sukolilo_Lap+Arkeo.pdf Pada 11 Juni 2013 70 Di dalam kajian arkeologi dikenal sedikitnya tiga bentuk data, yaitu artefak (artifact), ekofak (ecofact), dan

fitur (feature) (Sharer & Ashmore, 1992). Artefak adalah data yang berupa perkakas atau sisa perkakas

buatan manusia. Adanya ciri-ciri tertentu yang menunjukkan bahwa suatu benda pernah diubah atau dibuat

oleh manusia, baik untuk fungsi praktis, fungsi seni dan religi, maupun fungsi sosial, merupakan kriteria

penting untuk menyebut sebuah temuan sebagai artefak. Berbeda dengan artefak yang mengandung makna

teknologis, ideologis, dan sosiologis, maka ekofak lebih bermakna ekologis. Data yang dikategorikan sebagai

ekofak tidak memiliki ciri-ciri ubahan secara sengaja untuk menciptakan perkakas, tapi dapat berupa limbah

atau sisa aktivitas. Bahkan objek-objek yang tidak pernah berhubungan dengan aktivitas manusia, tetapi dapat

dipakai sebagai bahan untuk menjelaskan kondisi suatu budaya atau lingkungan masa lalu, dapat

dikategorikan sebagai ekofak. Adapun yang dimaksud dengan fitur adalah gejala-gejala di permukaan atau di

dalam tanah yang menunjukkan anomali tertentu, dan dapat digunakan sebagai referensi untuk

mengungkapkan kondisi suatu budaya atau lingkungan masa lalu, termasuk di dalamnya untuk menjelaskan

bagaimana deposit budaya terbentuk di dalam lapisan sedimen. 71 Ibid... Yuwono, J. Susetyo Edy dan Gregorius D. Kuswanto. 2008. Kawasan Karst Sukolilo-Jawa Tengah:

Potensi Arkeologi dan Tinjauannya Secara Makro

106

lokasi hunian. Oleh karena itu, kriteria morfologi dan dimensi gua juga

perlu dipertimbangkan. Demikian pula kondisi atau daya dukung

lingkungan sekitar gua yang menjadikan para penghuninya dapat eksis

untuk tinggal dan hidup di lingkungan tersebut. Sebagai contoh adalah

kedekatannya dengan sumber air, baik itu mata air, sungai, atau telaga,

ketersediaan fauna untuk diburu, atau kondisi lahan yang memungkinkan

untuk mengembangkan aktivitas-aktivitas di tempat terbuka.72

Berdasarkan kriteria di atas, yaitu morfologi gua, kondisi

lingkungan, dan adanya indikasi permukaan berupa artefak, ekofak,

ataupun fitur, maka beberapa gua kering (dry caves) di Kawasan Karst

Sukolilo merupakan situs arkeologi, yaitu sebagai bekas gua hunian

manusia. Gua-gua yang dimaksud diantaranya: a) Gua Kidang : Desa

Sukolilo, Kec. Sukolilo, Kab. Pati; b) Gua Watupayung : Desa Sukolilo,

Kec. Sukolilo, Kab. Pati; c) Gua Pawon : Desa Kedungwinong, Kec.

Sukolilo, Kab. Pati; d) Gua Pancur B : Desa Jimbaran, Kec. Kayen, Kab.

Pati; dan e) Gua Lawa : Desa Sedayu, Kec. Grobogan, Kab. Grobogan

Merujuk pada kualitas sampel dari lima gua di atas, maka Kawasan

Karst Sukolilo dapat disebut sebagai salah satu kawasan arkeologis

penting di bagian utara Jawa Tengah yang perlu dilindungi, diselamatkan

dari pelbagai tindakan degradatif, dan dikaji lebih mendalam untuk

kepentingan ilmiah dan kesejahteraan masyarakat setempat. 73 Hasil kajian

72 Ibid... Yuwono, J. Susetyo Edy dan Gregorius D. Kuswanto. 2008. Kawasan Karst Sukolilo-Jawa Tengah:

Potensi Arkeologi dan Tinjauannya Secara Makro 73 Ibid... Yuwono, J. Susetyo Edy dan Gregorius D. Kuswanto. 2008. Kawasan Karst Sukolilo-Jawa Tengah:

Potensi Arkeologi dan Tinjauannya Secara Makro

107

Gunretno: Kebijakan-kebijakan

pemerintah terkait rencana

pendirian pabrik semen di

wilayah Pegunungan Kendeng

lahir dari kebohongan

ini dapat membuktikan Kawasan Karst Sukolilo merupakan sebuah

kawasan yang ikut merekam bukti kehadiran manusia pra-sejarah di

wilayah utara Jawa Tengah. Kehadiran manusia pra-sejarah tentunya

didukung sumber daya setempat yang memungkinkan untuk bertahan

hidup.

5.3 Memahami Sistem Kebijakan

Masyarakat Sedulur Sikep, khususnya Gunretno memaknai kebijakan

Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dan

Bupati Pati Tasiman sebagai sikap yang

tidak jujur (kebohongan publik, red)

pemerintah terhadap masyarakat.

Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan, karena pada saat perumusan kebijakan

terkait rencana pendirian pabrik semen, tidak satupun perwakilan masyarakat

Sukolilo, khusunya masyarakat kontra diundang.

Mulai dari Surat Pernyataan Bupati Pati No. 131/1814/2008 tentang Surat

Pernyataan Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); Peraturan Bupati

Pati Nomor 21 Tahun 2008 tentang RTRW 2008-2027; Surat izin lokasi maupun

tambang batu kapur dan tanah liat yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor

Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Pati; maupun Peraturan Gubernur Jawa

Tengah Nomor 128 Tahun 2008 tentang Penetapan Kawasan Karst Lindung

Sukolilo; dan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 660.1/27/2008

Tentang Persetujuan Kelayakan Lingkungan Hidup Pembangunan Pabrik Semen

PT. Semen Gresik di Kabupaten Pati.

108

Perdebatan yang sengit antara masyarakat Sedulur Sikep dengan

pemerintah propinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah Kabupaten Pati adalah

perubahan kawasan yang semula diperuntukkan sebagai pertanian dan pariwisata

diubah menjadi kawasan industri dan pertambangan. Salah satunya adalah

Peraturan Bupati Pati Nomor 21 Tahun 2008 tentang RTRW 2008-2027 yang

dikuatkan oleh Surat Pernyataan Bupati Pati No. 131/1814/2008 tentang Surat

Pernyataan Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Peraturan

Gubernur Jawa Tengah Nomor 128 Tahun 2008 tentang Penetapan Kawasan

Karst Lindung Sukolilo. Perubahan fungsi kawasan inilah yang menjadi agenda

advokasi kebijakan publik yang dilakukan oleh masyarakat Sedulur Sikep yang

tergabung di JM-PPK.

Mengenai perubahan kawasan, masyarakat Sedulur Sikep sangat paham

benar, kebijakan itu adalah ketidakjujuran. Alasan ini cukup berlandaskan, karena

dahulu dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati Tahun 2007,

peruntukan lahan di Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo untuk pariwisata dan

pertanian. Namun Bupati mengeluarkan izin lokasi penambangan (Keputusan

Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor:

591/001/2008 tentang Izin Lokasi Eksploitasi Daerah Pati, red). “Bukankah itu

tak sesuai dengan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah?”, ungkap Gunretno

(Suara Merdeka, 5 Agustus 2012).

Dalam argumentasi Gunretno, Perda itu berakhir 2007, lalu membuat lagi

perda baru yaitu Surat Pernyataan Bupati Pati No. 131/1814/2008 tentang Surat

Pernyataan Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Dalam isinya

lahan di tiga kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakromo dialihfungsikan sebagai

109

Sedulur Sikep: Perlawanan terhadap

rencana pendirian pabrik semen di

Sukolilo, Pati bukan sekedar penolakan

terhadap industrialisasi, tetapi juga

perlawanan terhadap ketidakjujuran

dan kesewenang-wenangan

kawasan tambang dan industri. Bukankah membuat perda yang tak sesuai dengan

daya dukung, daya tampung, itu kebohongan?, berbohong kok dibela banyak

orang?, bagaimana ini?. Asal benar kenapa mesti takut membuat keputusan?”,

tandas Gunretno (Suara Merdeka, 5 Agustus 2012). Gunretno juga

menambahkan, namun, kini, berbohong, bahkan lebih gede (Peraturan Gubernur

Jawa Tengah Nomor 128 Tahun 2008 tentang Penetapan Kawasan Karst Lindung

Sukolilo, red).

“Sebenarnya saya tidak asal menolak, tidak asal bilang pokoknya, sebab

saya mempunyai dasar penolakan”,

ungkap Gunretno (Suara Merdeka,

5 Agustus 2012). Lebih lanjut

Gunretno menjelaskan dasar

penolakan terhadap rencana pembangunan pabrik semen adalah melawan

ketidakjujuran pemerintah. Flashback kembali makna dari “Sedulur Sikep”

dengan meminjam definisi dari Titi Mumfangati (2008) adalah “saudara atau

orang bertabiat baik serta jujur”. Sangat relevan ketika masyarakat Sedulur

Sikep menolak rencana pendirian pabrik semen, karena rencana tersebut lahir dari

ketidakjujuran pemerintah soal kebijakan publik yang diambil.

Perlawanan masyarakat Sedulur Sikep terhadap rencana pendirian pabrik

semen merupakan bagian dari memerangi ketidakjujuran pemerintah. Gunretno

menjelaskan perlawanan yang dilakukan adalah untuk memerangi ketidakjujuran.

“Intinya memerangi ketidakjujuran, Itu menjadi landasan kehidupan Sedulur

sikep harus jujur. Kalau tidak jujur, ya semua rusak. Jika orang berani

berbohong berarti hanya ingin hidup sendiri. Pada tanah pun kita mesti berlaku

110

jujur, apalagi kepada sesama manusia”, imbuh Gunretno (Suara Merdeka, 5

Agustus 2012).

Contoh kejujuran yang nyata dan sederhana bagi masyarakat Sedulur

Sikep adalah jika ringkas kejujuran itu, “iya ya iya, tidak ya tidak”. Hal itu lah

yang menjadi landasan masyarakat Sedulur Sikep dalam bersikap terhadap

rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati. Tidak hanya menyikapi, tetapi

karena itu dasar masyarakat Sedulur Sikep, maka sikap tersebut diwujudkan

dalam bentuk perlawanan. Sebagai contohnya, ketika hasil Amdal PT. Semen

Gresik yang dikerjakan PPLH Undip mengklaim hanya menemukan 6 mata air

aktif, masyarakat Sedulur Sikep berinisiatif membuktikannya.

Untuk membuktikannya, masyarakat Sedulur Sikep dan masyarakat kontra

semen belajar mengoperasikan GPS untuk memetakan titik koordinat. Hasilnya

setelah menyisir batas pemetaan titik koordinat 900 hektare, masyarakat Sedulur

Sikep menemukan 49 mata air aktif berdebit air 1.009 liter per detik. “Nah, pada

titik inilah, ada pertarungan kejujuran. Saya mengukuhi temuan kami. Jika

orang-orang yang tidak jujur saja percaya diri, bahkan berani memaksa-maksa,

kenapa kami yang berpijak pada kenyataan mesti takut?. tandas Gunretno (Suara

Merdeka, 5 Agustus 2012).

Pemahaman sistem kebijakan publik yang dilakukan Gunretno sebagai

bagian dari masyarakat Sedulur Sikep terkait rencana pendirian pabrik semen

perlu diapresiasi. Tokoh masyarakat Sedulur Sikep tersebut yang notabene tidak

mengenyam bangku sekolah, mampu memahami kebijakan yang dibuat

pemerintah. Gunretno mengerti dan memahami secara detail isi dari kebijkan

111

beserta konteksnya, karena apabila rencana pendirian pabrik semen terealisasi

maka akan mengancam keseimbangan alam. Adanya pabrik semen akan

menghilangkan sumber mata air, habitat flora dan fauna seperti tumbuhan obat

dan habitat kelelawar, serta akan menghilangkan penahan bencana angin puting

beliung, longsor, dan banjir seperti pepohonan.

Apabila semua hal tersebut hilang, maka akan mengancam kehidupan,

khususnya petani. Sumber mata air bagi petani, khusunya masyarakat Sedulur

Sikep adalah penopang kehidupan yang abadi, kelelawar untuk membantu petani

dalam mengurangi hama, sedangkan pepohonan yang berada di Pegunungan

Kendeng untuk mengurangi risiko bencana angin puting beliung, longsor, dan

banjir. Apabila semua siklus dan komponen tersebut terputus, maka akan

berpengaruh pada keseimbangan alam. Gunretno yakin, jika alam tidak seimbang,

maka alam lah yang akan menyeimbangkan dirinya melalui bencana.

Menurut Benny D. Setianto, meski pembangunan pabrik PT. Semen

Gresik di Sukolilo, Pati, sudah disertai analisis mengenai dampak lingkungan

(Amdal), peluang untuk menggagalkan proyek itu bagi para penolaknya masih

terbuka. “Caranya dengan mempersoalkan beberapa peraturan yang digunakan

sebagai landasan pendirian pabrik, kemudian diajukan ke PTUN (Pengadilan

Tata Usaha Negara)”, tukas Benny D. Setianto (Tempo, 7 Desember 2008).

Senada dengan pendapat sekretaris Acintyacunyata Speleological Club (ASC)

Yogyakarta A.B. Rodhialfalah, ada beberapa aturan yang ditabrak oleh penyusun

Amdal, Gubernur Jawa Tengah, dan Bupati Pati untuk meng-goal-kan rencana

PT. Semen Gresik mendirikan pabrik baru di Sukolilo (Tempo, 7 Desember

2008).

112

Peraturan yang dilanggar antara lain pengakuan terhadap masyarakat adat,

penetapan kawasan karst, dan soal tata ruang tata wilayah. Berikut adalah tabel

dan penjelasan mengenai kontradiksi legitimasi rencana pendirian pabrik semen

PT. Semen Gresik dengan peraturan pemerintah maupun hasil kajian ilmiah:

Tabel 3.

Kontradiksi Legitimasi Rencana Pendirian Pabrik Semen

Peraturan Rencana Pendirian Pabrik Semen Bertentangan dengan

Surat Pernyataan Bupati Pat i No.

131/1814/2008 tentang Surat Pernyataan

Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW)

Peraturan Pemerintah nomor 26

tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional

Kearifa

n L

ok

al M

asy

ara

kat S

ed

ulu

r Sik

ep

Un

dan

g-U

nd

an

g D

asa

r Neg

ara

Rep

ub

lik In

do

nesia

Tahu

n 1

94

5, P

asa

l 18

B a

yat (2

)

Peraturan Bupati Pati Nomor 21 Tahun 2008

tentang RTRW 2008-2027

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perijinan

Terpadu Kabupaten Pati Nomor 591/058/2008

tentang Ijin Lokasi eksploitasi daerah Pati;

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perijinan

Terpadu Kabupaten Pati Nomor 540/052/2008

tentang Lokasi Penambangan Batu Kapur;

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perijinan

Terpadu Kabupaten Pati Nomor 541/052/2008

tentang Lokasi Penambangan Tanah Liat;

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 128

Tahun 2008 tentang Penetapan Kawasan Karst

Lindung Sukolilo;

Keputusan Menteri Energ i dan

Sumber Daya Mineral

Nomor:1456.K/20/MEM/2000

tentang Pedoman Pengelolaan

Kawasan Kars Menteri Energ i dan

Sumber Daya Mineral

Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah

Nomor: 660.1/27/2008 Tentang Persetujuan

Kelayakan Lingkungan Hidup Pembangunan

Pabrik Semen PT. Semen Gresik di Kabupaten

Pati.

Kajian Pusat Studi Manajemen

Bencana UPN “Veteran”

Yogyakarta beserta Acintyacunyata

Speleological Club (ASC)

Yogyakarta, mengenai Pegunungan

Kendeng Utara

Sumber: Hasil analisis temuan di lapangan

Alasan mengapa bertentangan, dikarenakan legitimasi rencana pendirian

pabrik semen di Sukolilo, Pati berkontradiksi terhadap: Kearifan lokal masyarakat

Sedulur Sikep tentang etika lingkungan yang diakui dalam Undang-Undang Dasar

113

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18 B ayat (2) menyatakan,

“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat

beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Dalam pasal tersebut mempunyai makna, seharusnya pemerintah mengakui dan

menghormati masyarakat adat yang masih memegang teguh pada kearifan

lokalnya. Implikasinya, masyarakat adat memperoleh hak atas sumber daya alam.

Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pati

sangat bertentangan dengan Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Alasannya, ada perubahan fungsi lahan

dan tata ruang yang semestinya difungsikan sebagai pertanian dan pariwisata

dirubah menjadi industri dan pertambangan. Pengalihfungsian tersebut tepatnya di

Pegunungan Kendeng, sehingga kontradiktif dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional tahun 2008.

Berikut penjelasannya; Pasal 51 huruf (e) Salah satu kawasan lindung

nasional adalah Kawasan Lindung Geologi→ Pasal 52 ayat (5) Kawasan Lindung

Geologi terdiri atas: (a) Kawasan cagar alam geologi; (b) Kawasan rawan bencana

alam geologi; (c) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah→

Pasal 53 angka (1) Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 52 ayat (5) huruf (a) terdiri atas: (a) Kawasan keunikan batuan dan fosil; (b)

Kawasan keunikan bentang alam; (c) Kawasan keunikan proses geologi→ Pasal

60 ayat (2) huruf (f) Kawasan cagar alam geologi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 52 ayat (5) huruf (a) ditetapkan dengan kriteria Memiliki Bentang Alam

Karst.

114

Berdasarkan kajian Pegunungan Kendeng Utara yang dilakukan oleh Pusat

Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta dan Acintyacunyata

Speleological Club (ASC) Yogyakarta, hasilnya menyimpulkan Pegunungan

Kendeng Utara adalah Kawasan Karst Kelas I. Jika melihat Keputusan Menteri

Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1456.K/20/MEM/2000 tentang

Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,

pasal 12 dan pasal 14, tentunya Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 128

Tahun 2008 tentang Penetapan Kawasan Karst Lindung Sukolilo dan Surat

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor: 660.1/27/2008 Tentang Persetujuan

Kelayakan Lingkungan Hidup Pembangunan Pabrik Semen PT. Semen Gresik di

Kabupaten Pati menyalahi aturan.

Pada Pasal 12 Ayat 1, kawasan karst dapat diklasifikasikan kelas I apabila

kawasan karst tersebut memiliki salah satu, atau lebih kriteria berikut ini:

a) Berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah secara tetap (permanen)

dalam bentuk akuifer, sungai bawah tanah, telaga atau danau bawah tanah

yang keberadaannya mencukupi fungsi umum hidrologi;

b) Mempunyai gua-gua dan sungai bawah tanah aktif yang kumpulannya

membentuk jaringan baik mendatar maupun tegak yang sistemnya

mencukupi fungsi hidrologi dan ilmu pengetahuan;

c) Gua-guanya mempunyai speleotem aktif dan atau peninggalan-

peninggalan sejarah sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi

obyek wisata dan budaya;

d) Mempunyai kandungan flora dan fauna khas yang memenuhi arti dan

fungsi sosial, ekonomi, budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan.

115

Selanjutnya sesuai dengan Pasal 14 mengenai Pemanfaatan dan Pengelolaan

Kawasan Kars, maka: 1) Di dalam Kawasan Kars Kelas I tidak boleh ada kegiatan

pertambangan dan 2) Di dalam Kawasan Kars Kelas I dapat dilakukan kegiatan

lain, asal tidak berpotensi mengganggu proses karstifikasi, merusak bentukbentuk

kars di bawah dan di atas permukaan, serta merusak fungsi kawasan kars.

Alasan mengapa Pegunungan Kendeng layak diklasifikasikan sebagai

Kawasan Karst Kelas I dan tidak layak untuk ditambang adalah sesuai dengan

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor: 1456

K/20/Mem/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst:

Pertama74, hasil kajian speleologi dan hidrogeologi yang dilakukan oleh Pusat

Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta dan Acintyacunyata

Speleological Club (ASC) Yogyakarta beserta Jaringan Masyarakat Peduli

Pegunungan Kendeng dan masyarakat Sedulur Sikep, menemukan adanya

fenomena karstifikasi endokarst maupun eksokarst. Dari hasil kajian, ditemukan

adanya sumber mata air tetap (permanen) dalam bentuk akuifer, sungai bawah

tanah, danau bawah tanah sebagai fungsi hidrologi, selain itu juga ditemuka n

mulut gua sebagai kajian ilmu speleologi. Yang menjadi unik adalah sungai

bawah tanah yang ditemukan di Pegunungan Kendeng membentuk suatu jaringan

yang terhubung antara Kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten

Blora. Dari hasil survei yang dilakukan, ditemukan 24 gua dan 79 sumber mata air

di Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo di Kabupaten Pati. Akan tetapi dari

semua kajian yang dilakukan di Pegunungan Kendeng yang mencakup Kabupaten

74 Ibid... Paripurno, ET , dan Petrasa Wacana, Dikky Mesah, AB Rodialfallah, Rikky Raimon. 2008. Kajian

Potensi Kars Kawasan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.

116

Pati, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Blora, ditemukan 99 gua dan 313

sumber air.

Kedua75, selain penemuan gua dan mata air sebagai fungsi hidrologi, gua di

Pegunungan Kendeng juga berfungsi sebagai speleotem aktif dan atau

peninggalan-peninggalan sejarah. Hasil ini didasari dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh arkeolog Universitas Gadjah Mada pada yaitu Gregorius D.

Kuswanto dan J. Susetyo Edy Yuwono yang tergabung dalam PEKINDO

(Perhimpunan Ekologi Kars Indonesia). Dari hasil penemuan, disebutkan ada 5

(lima) gua sebagai bekas gua hunian manusia purba, gua tersebut adalah: Gua

Kidang (Desa Sukolilo, Kec. Sukolilo, Kab. Pati); Gua Watupayung (Desa

Sukolilo, Kec. Sukolilo, Kab. Pati); Gua Pawon (Desa Kedungwinong, Kec.

Sukolilo, Kab. Pati); Gua Pancur B (Desa Jimbaran, Kec. Kayen, Kab. Pati); dan

Gua Lawa (Desa Sedayu, Kec. Grobogan, Kab. Grobogan).

Temuan tersebut diperkuat dengan ditemukannya ekofak yang berupa cangkang-

cangkang kerang laut disekitar gua. Asumsi yang digunakan cangkang kerang

tersebut diambil oleh manusia dari habitatnya dan dibawa ke dalam lokasi

huniannya untuk dikonsumsi dagingnya, atau untuk membuat perkakas tertentu,

dapat menguatkan anggapan bahwa gua-gua yang mengandung temuan ekofak

tersebut adalah bekas lokasi hunian manusia. Dari hasil penemuan ini, gua yang

diduga sebagai bekas hunian manusia purba di Pegunungan Kendeng, bisa

menjadi potensi wisata dan budaya di Kabupaten Pati, khususnya di Kecamatan

Sukolilo dan kayen.

75 Ibid... Yuwono, J. Susetyo Edy dan Gregorius D. Kuswanto. 2008. Kawasan Karst Sukolilo-Jawa Tengah:

Potensi Arkeologi dan Tinjauannya Secara Makro.

117

Ketiga76, Pegunungan Kendeng yang membentang dari Desa Tabanan Kabupaten

Kudus hingga Tuban Jawa Timur merupakan habitat bagi flora dan fauna, baik itu

dilindungi maupun liar. Hasil survei Yayasan Kutilang Indonesia, menemukan

ada 45 jenis burung yang berhasil diidentifikasi di tujuh titik kawasan sekitar gua

dan satu titik di kawasan persawahan dan pemukiman penduduk. Lokasi

pengamatannya antara lain di Alas Nglebeng, Gua Lawa, Gua Gajah, Gua Banyu,

Gua Telo, Sumber Lawang, dan Watu Payung. Salah satu fauna penghuni

Pegunungan Kendeng yang dilindungi menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan

dan Satwa adalah Landak (Hystrix javanica) dan Trenggiling (Manis javanica).

Maka dari itu, kelestarian habitat flora dan fauna di Pegunungan kendeng harus

dijaga dan dipelihara.

5.4 Membangun Koalisi

Dalam membanguan koalisi untuk memperkuat basis gerakan dan basis

data, masyarakat Sedulur Sikep melakukan kearifan lokalnya yang khas yaitu

srawung. Srawung bagi masyarakat Sedulur Sikep adalah wajib untuk dilakukan,

karena melakukan srawung berarti menjaga kesinambungan dan kerukunan.

Selain menjaga kerukunan dan hidup berkesinambungan, srawung menjadi ajang

pertemuan untuk rembugan (musyawarah, red) untuk menyelesaiakan masalah.

Bagi masyarakat Sedulur Sikep, masalah apa pun itu harus dirembug bersama,

agar masalah menjadi jelas dan dapat dicari solusinya bersama. “Ben nek ono

76 Lawantiran, Sariman. 2009. Flora dan Fauna Pegunungan Kendeng Butuh Bantuan Teman-Teman.

Diperoleh dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/flora-dan-fauna-pegunungan-kendeng-utara-

butuh-bantuan-teman-teman/Pada 12 Juni 2013

118

masalah gak ono seling-surup, Sedulur Sikep jane seneng opo-opo yo dirembug,

ketemu bareng, rembugan apike piye”. ungkap Gunretno (Wawancara pada 6 Mei

2013). (Agar setiap masalah tidak terjadi kesalahpahaman, Sedulur Sikep suka apa

pun persoalannya itu dibahas bersama).

Keberhasilan masyarakat Sedulur Sikep dalam melakukan advokasi

kebijakan publik terhadap rencana pendirian pabrik semen oleh PT. Semen Gresik

di Sukolilo tidak terlepas dari srawung. Srawung menjadi strategi atau cara yang

“ampuh” dalam “menggagalkan” megaproyek senilai Rp. 3,5 Trilyun. Akan tetapi

secara sadar atau tidak sadar, secara terstruktur maupun tidak terstruktur, srawung

pada masyarakat Sedulur Sikep mengalami transformasi budaya dari adanya kasus

semen tersebut. Transformasi srawung yang terjadi dapat dibedakan menjadi 3

bentuk, yaitu organisasi lokal, jaringan sosial, dan wungon rebo pon.77

Ketiga bentuk transformasi srawung ini dimanfaatkan masyarakat Sedulur

Sikep sebagai strategi dalam membangun koalisi. Masyarakat Sedulur Sikep

sendiri mengakui “tidak mampu” untuk menyelesaiakan permasalahan semen

tanpa bantuan dari orang lain atau kelompok untuk menyelesaikannya. “Masalah

semen iki, yo memang ora iso mlaku dewe mergo kabeh kan saling butuhke”,

tandas Gunretno (Wawancara pada 6 Mei 2013). (Masalah semen ini, memang

tidak bisa diselesaikan sendiri karena semua kan saling membutuhkan).

Transformasi srawung yang terjadi pada masyarakat Sedulur Sikep

merupakan bentuk revolusi budaya yang sangat cepat karena ada pemicunya.

Pemicunya adalah adanya rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo oleh

77 Identifikasi transformasi srawung sudah dilakukan penulis sejak pra-penelitian

119

Pemerintah Kabupaten Pati dan PT. Semen. Berikut adalah transformasi srawung

dari hasil penelitian:

Bagan 3.

Transformasi Srawung Masyarakat Sedulur Sikep

Sumber: Hasil analisis temuan di lapangan

Bagan di atas adalah ilustrasi transformasi srawung yang terjadi di masyarakat

Sedulur Sikep dalam menyelesaikan permasalahan publik. Mengenai transformasi

srawung ini, akan dibahas lebih detail dalam pembahasan selanjutnya.

5.4.1 Organisasi Lokal

Pentingnya organisasi dirasa sangat penting bagi masyarakat

Sedulur Sikep. Selain sebagai memperkuat basis gerakan, organisasi yang

didirikan digunakan juga sebagai pengikat kedekatan personal. Dengan

adanya kedekatan personal yang kuat maka organisasi akan semakin kuat

dalam mencapai tujuan. Terkait dengan rencana pendirian pabrik semen di

Sukolilo, masyarakat Sedulur Sikep sadar bahwa diperlukan wadah untuk

120

menyelamatkan Pegunungan Kendeng. Organisasi lokal yang terbentuk di

masyarakat Sedulur Sikep, diantaranya adalah Forum Masyarakat Peduli

Lingkungan (FMPL); Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng

(JM-PPK); dan Kelompok Perempuan Peduli Lingkungan (KPPL) Simbar

Wareh.

Ketiga organisasi ini mempunyai peranan yang penting dalam

penolakan rencana pembangunan pabrik semen. Oleh karena itu,

organisasi lokal menjadi basis gerakan masyarakat Sedulur Sikep yang

saling melengkapi dan mendukung. Pelopor terbentuknya organisasi lokal

di masyarakat Sedulur Sikep adalah orang Sikep itu sendiri, Gunretno

(JM-PPK dan SPP); Sapari (FMPL); dan Gunarti (KPPL Simbar Wareh)

melalui srawung. Akan tetapi, organisasi lokal yang menjadi ujung

tombak dalam penolakan rencana pendirian pabrik semen adalah JM-PPK.

Menurut Gunretno (Wawancara pada 30 April 2013), JM-PPK

merupakan salah satu kebutuhan dan wadah yang disepakati bersama

untuk menyelamatkan Pegunungan Kendeng. JM-PPK diketuai oleh

Gunretno (SPP) dan diwakili oleh Sapari (FMPL), keduanya adalah tokoh

masyarakat Sedulur Sikep yang memiliki pengaruh besar dalam penolakan

rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo. Selain Gunretno dan Sapari,

tokoh Sedulur Sikep yang perlu diperhitungkan kiprahnya adalah Gunarti

pendiri KPPL Simbar Wareh.

JM-PPK merupakan organisasi yang tidak berbadan hukun, namun

organisasi ini menempati peranan penting di masyarakat kontra semen.

121

JM-PPK merupakan

terminal bagi masyarakat,

khususnya masyarakat

Sedulur Sikep dan kelompok

kontra dalam menyuarakan

penolakan terhadap rencana

pendirian pabrik semen

JM-PPK seakan menjadi “rumah” bagi masyarakat kontra semen dalam

aksi penolakan rencana pendirian

pabrik semen di Sukolilo. JM-PPK

bersifat longgar dan cair, tidak

memiliki struktur yang kaku, tapi

mampu mengembangkan komunikasi

secara intensif dari semua elemen yang berjejaring untuk suatu

kepentingan bersama, yaitu penyelamatan pegunungan Kendeng Utara.

Menurut Kristina Virri (2012) dengan membentuk organisasi saja,

masyarakat Sedulur Sikep telah melakukan sesuatu yang jauh dari tradisi.

Tidak biasa masyarakat Sedulur Sikep membuat organisasi. Walaupun

begitu, tradisi dan ajaran yang lain juga tetap dipertahankan, yakni

organisasi yang dibuat tersebut tidak bersifat formal dalam manajemen

maupun aturan-aturannya. Organisasi tersebut tidak terdaftar secara resmi,

tetapi pergerakannya ada dan nyata, juga orang-orang yang terlibat di

dalamnya. Dengan adanya organisasi, maka basis gerakan untuk menolak

rencana pembangunan pabrik semen semakin kuat daripada perorangan.

JM-PPK, FMPL, dan Simbar Wareh bersama LSM yang lainnya

melakukan serangkaian advokasi kepada pemerintah supaya rencana

pembangunan pabrik semen dihentikan.

Pembentukan organisasi lokal sepert FMPL, JM-PPK, dan KPPL

Simbar Wareh oleh masyarakat Sedulur Sikep terjadi karena adanya

srawung/intreraksi yang dilakukan. Interaksi ini menciptakan kerjasama

(cooperation) atas kesadaran bersama untuk melakukan penolakan

122

terhadap rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo. Dari

srawung/intreraksi ini pula masyarakat kontra semen dan masyrakat

Sedulur Sikep menciptakan sebuah ikatan sosial.

Dapat dijelaskan dengan konsep Sztompka (Dalam Gunawan dan

Muhtar, 2010: 14), ikatan yang terjadi tersebut dipersatukan oleh ikatan

gagasan, normatif, tindakan, dan perhatian. Gagasan untuk membentuk

organisasi lokal, dikarenakan adanya keyakinan dan pengertian untuk

menyelesaikan permasalahan semen secara bersama. Hal inilah yang

nantinya menciptakan kesadaran sosial bagi masyarakat untuk berjuang

tanpa ada paksaan dalam penolakan rencana pendirian pabrik semen di

Sukolilo.

Secara normatif, ikatan yang terjadi karena ada nilai, norma, dan

cita-cita bersama untuk diperjuangkan. Nilai dan norma yang ingin

diperjuangkan adalah agar selama ini apa yang ada di Pegunungan

Kendeng tidak berubah, jika berubah maka akan mempengaruhi

keseimbangan alam. Sedangkan cita-cita yang ingin diperjuangkan,

kesejahteraan bagi petani di kawasan Pegunungan Kendeng agar tidak

terusik oleh kehadiran pabrik semen. Selanjutnya hal ini akan menciptakan

tindakan dan perhatian anatar masyarakat untuk saling menghargai dan

menghormati dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di

Pegunungan Kendeng.

123

5.4.2 Jaringan Sosial

Jaringan sosial yang diciptakan masyarakat Sedulur Sikep adalah

upaya untuk memperkuat basis gerakan dan upaya mengumpulkan data

empiris. Masyarakat Sedulur Sikep menyadari permasalahan yang terjadi

di Pegunungan Kendeng adalah permasalahan yang tidak bisa diselesaikan

sendirian. Kesadaran tersebut muncul karena dalam melakukan advokasi

kebijakan publik harus ada data yang memadai. Walaupun sudah

membentuk organisasi lokal seperti FMPL, JM-PPK, dan KPPL Simbar

Wareh, dirasa masih kurang untuk mengumpulkan data empiris.

Data empiris nantinya digunakan JM-PPK untuk dasar penolakan

terhadap Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten

Pati. Advokasi yang kuat dan kredibel adalah advokasi yang berbasis data.

Advokasi berbasis bukti merupakan kegiatan advokasi (upaya

mengitervensi kebijakan) dengan didasarkan pada bukti (data dan

informasi). Bukti tersebut merupakan data-data yang bisa

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Atas kesadaran inilah Gunretno

ketua JM-PPK melakukan srawung dengan masyarakat luar (sedulur liyo

toto-coro) untuk menciptakan, mengembangkan, dan memelihara

hubungan-hubungan sosial yang telah membentuk suatu jaringan sosial.

Adanya jaringan pada masyarakat Sedulur Sikep tidak lepas dari

peran penting Gunretno. Keberadaan Gunretno sebagai figur yang punya

banyak relasi di luar komunitas sangat membantu masyarakat Sedulur

Sikep dalam mencerna perubahan. Dengan adanya jaringan inilah

124

masyarakat Sedulur Sikep lebih mudah untuk mendapatkan akses

informasi. Seperti halnya pernyataan Lesser (dalam Setiawan, 2004)

adanya jaringan akan mempermudah akses informasi bagi masyarakat.

Dari adanya jaringan sosial, masyarakat Sedulur Sikep dapat memperkuat

basis gerakan dan basis data dalam aksi penolakan rencana pendirian

pabrik semen di Sukolilo, Pati.

Dukungan dari pelbagai elemen masyarakat kontra, budayawan,

seniman, akademisi, birokrat, politisi, mapala, arkeologi, kelompok aliran

agama, dan LSM sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan advokasi

yang dilakukan. Keberhasilan advokasi adalah pada strategi membentuk

jaringan kerja advokasi atau jaringan kerja organisasi. Semakin besar

keterlibatan pelbagai pihak, akan semakin kuat tekanan yang dapat

diberikan dan semakin mudah kegiatan advokasi dilakukan. Adanya

interaksi dan kerjasama yang dibangun melalui jaringan menjadikan

masyarakat Sedulur Sikep lebih kuat dalam melakukan advokasi kebijakan

rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati. Berikut hasilnya:

125

Tabel 4.

Jaringan Sosial Masyarakat Sedulur Sikep

Jaringan Sosial Identifikasi

Masyarakat Kontra Semen Masyarakat kontra semen di Kecamatan Sukolilo, Kayen, dan Tambakromo

Budayawan dan Seniman

a) Slamet Gundono penggiat Wayang Suket dari Tegal

b) Joko Bibit Santoso sutradara Teater Ruang Surakarta

c) Musik etnik lingkungan Gagego dari Pati

d) Emha Ainun Najib (Cak Nun) dan kelompok musik kiai kanjeng

e) Sosiawan Leak yang merupakan budayawan dari Surakarta

f) Anis Sholeh Ba’asyin seniman orkes puisi asal Pati.

Akademisi

a) Soeryo Adi Wibowo ahli Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dari Institut Pertanian Bogor (IPB)

b) E.T. Paripurno dan Petrasa Wacana dari Pusat Studi Manajemen Bencana (PSMB), Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Veteran Yogyakarta

c) Poppy Ismalina dari Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah

Mada (UGM)

d) Tjahyo Nugroho Aji pengamat hidrologi karst dari Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada (UGM)

e) Chafid Fandeli dari Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM)

f) Andreas Lako Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang

g) Benny D. Setianto Pakar Hukum Lingkungan Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang yang juga menjadi

anggota Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA)

h) J. Susetyo Edy Yuwono dan Gregorius D. Kuswanto Arkeolog Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM)

Birokrat dan Politisi a) K.H Abdurrahman Wahid (Presiden Repulik Indonesia Ke-4, periode 1999-2001)

b) Ali Mufiz (Gubernur Jawa Tengah ke-13, periode 2007-2008

126

c) Alexander Sonny Keraf (Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Ke-5, periode 1999-2001)

d) Kusdarwanto Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) Regional Jawa (anggota Lembaga Karst Indonesia)

Mapala Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta, yang bergerak dibidang speleologi dan hidrogeologi.

Arkeologi Perhimpunan Ekologi Karst Indonesia (PEKINDO)

Kelompok Aliran Agama Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Gabus, Pati, dan warga Nahdliyin se-Eks Kawedanan Kayen

LSM

a) Hukum: YLBHI-LBH Semarang, YLBHI-LBH Jakarta, LBH Masyarakat, Yayasan Pengabdian Hukum Indonesia (YAPHI)

Surakarta, Yayasan Pengabdian Hukum Indonesia (YAPHI) Kudus, Indonesian Center for Environmental (ICEL),

Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), dan Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Jakarta

b) Lingkungan: Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA), Yayasan

Kutilang Indonesia, Yayasan Society for Health, Education, Environtment, and Peace (SHEEP) Jawa Tengah, dan Hukum

yang Berbasiskan Masyarakat dan Ekologis (HuMa)

c) Hak Masyarakat Adat: Aliansi Bhineka Tunggal Ika (ANBTI), Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Desantara,

dan Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA)

d) Hak Asasi Manusia: Komisi unrtuk Orang Hilang dan Korban Tidak Kekerasan (KONTRAS)

e) Anti Korupsi: Himpunan Masyarakat Anti Korupsi (Hamas)

f) Demokrasi: Lingkar Studi Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LSDI) Tangerang Selatan.

Sumber: Hasil analisis temuan di lapangan

127

Wungon Rebo Pon adalah

sebuah media untuk

mengingatkan semua orang

agar mencintai lingkungan

serta menjalani hidup

selaras dengan alam

5.4.3 Ruang Publik/Wungon Rebo Pon

Acara wungon rebo pon tak

ubahnya sebagai ajang srawung,

ngudoroso, grenengan, dan acara

kesenian budaya masyarakat Sedulur

Sikep dalam merespon keadaan yang ada. Melihat akar dari terbentuknya,

wungon rebo pon tidak terlepas dari kearifan masyarakat Sedulur Sikep

yaitu srawung. Melalui srawung, masyarakat Sedulur Sikep, JM-PPK,

KPPL Simbar Wareh, dan masyarakat kontra semen, bersepakat

membentuk pertemuan yang rutin, tetapi tidak formal.

Acara wungon rebo pon diadakan secara rutin setiap 36 hari sekali

atau selapanan di Omah Kendeng. Omah Kendeng sendiri merupakan

sebuah rumah berbentuk limas yang didirikan sebagai pusat kegiatan

kesenian maupun belajar bagi warga lereng Pegunungan Kendeng,

khususnya masyarakat Sedulur Sikep di Dusun Ledok, Desa Sukolilo,

Kecamatan Sukolilo, Pati. Acara wungon rebo pon sendiri telah

“disetting” masyarakat Sedulur Sikep agar tidak kaku dan formal. Oleh

sebab itu, dalam acara wungon rebo pon selalu diselingi pertunjukan

kesenian, seperti wayang kulit, gamelan, kidung-kidung jawa, geguritan

(puisi dalam bahasa Jawa), atau dengan uro-uro (menyanyi untuk diri

sendiri dalam bahasa Jawa) serta dapat berupa diskusi (ngudoroso).

Inti dari wungon rebo pon adalah untuk menyadarkan masyarakat

di daerah Pegunungan Kendeng yang tidur. Ungkapan “tidur” disini bagi

128

masyarakat Sedulur Sikep, bukanlah membangunkan orang yang tidur

dengan mata tertutup, melainkan mengingatkan orang yang lupa atau tidak

sadar. Kesadaran yang ingin dibangkitkan dalam acara wungon rebo pon

adalah kesadaran mengenai masalah-masalah yang sedang dihadapi,

namun tidak dirasakan oleh masyarakat. Masalah tersebut seperti rencana

Pemerintah Kabupaten Pati yang ingin mendirikan pabrik semen yang

bekerja sama dengan PT. Semen Gresik di Kecamatan Sukolilo,

Kabupaten Pati. Selama rencana tersebut bergulir, banyak masyarakat di

sekitar Pegunungan Kendeng tidak mengetahui apa yang sebenarnya

terjadi. Masyarakat Sukolilo hanya tahu “janji kesejahteraan” jika pabrik

semen berdiri, karena akan membutuhkan banyak tenaga kerja.

Berbanding terbalik dengan masyarakat Sedulur Sikep, bagi

Sedulur Sikep jika pabrik semen benar-benar berdiri di Pegunungan

Kendeng, maka akan megubah keseimbangan alam yang selama ini ada.

Keseimbangan alam tersebut adalah hilangnya sumber mata air yang

menjadi komoditas utama bagi pertanian dan kebutuhan masyarakat di

sekitar Pegunungan Kendeng. Selain hilangnya sumber mata air, pendirian

pabrik semen akan mengganggu habitat flora dan fauna di Pegunungan

Kendeng, terutama habitat Kelelawar. Kelelawar merupakan hewan

pemakan serangga yang membantu para petani dalam mengusir hama.

Fungsi kelelawar sebagai pengendali hama mampu mencapai daerah yang

sangat luas karena daya jelajah terbangnya yang tak kurang dari 20

kilometer.

129

Oleh sebab itu, masyarakat Sedulur Sikep melalui JM-PPK

melakukan srawung untuk menyadarkan masyarakat akan fungsi

Pegunungan Kendeng dan dampak yang akan muncul jika pabrik semen

berdiri. “...Pemahaman masyarakat sing ora ngerti fungsi Kendeng sing

dienggoni iseh kurang, la iki dadi JM-PPK merasa penting srawung neng

wilayah kabeh masyarakat neng Pegunungan Kendeng”, kata Gunretno

(Wawancara pada 6 Mei 2013). (...Pemahaman masyarakat yang tidak tahu

fungsi Kendeng yang ditempati masih kurang, jadi JM-PPK merasa

penting untuk melakukan srawung di semua wilayah masyarakat di

Pegunungan Kendeng).

5.5 Merancang Sasaran dan Strategi

Merancang sasaran dan strategi artinya melalui jalan mana nantinya

advokasi akan disuarakan. Dalam merancang sasaran dan strategi untuk

melakukan advokasi kebijakan publik, masyarakat Sedulur Sikep mempunyai cara

yang unik, yaitu dengan melakukan rembugan. Bukan perkara mudah bagi

masyarakat Sedulur Sikep untuk melakukan rembugan, karena pergerakannya

sering diintai oleh banyak pihak, terutama masyarakat Sukolilo sendiri.

Rembugan yang dilakukan selalu berpindah-pindah tempat guna menghindari

“preman” dan polisi yang sering mondar-mandir di Sukolilo. “Kalau rembugan

dilakukan di rumahnya mas Gunretno itu tidak mungkin, soalnya banyak sekali

preman yang diduga sebagai mata-mata PT. Semen Grseik selalu mondari-

mandir di depan rumahnya. Jadi rembugan dilakukan dengan berpindah-pindah

tempat. Bahkan untuk menghindari preman, rembugan pernah dilakukan di

tengah hutan”, ucap Joko Santoso (Wawancara pada 2 Mei 2013).

130

Dalam rembugan tersebut, masyarakat Sedulur Sikep dan masyarakat

kontra yang tergabung dalam JM-PPK sering membahas mengenai aksi apa yang

akan dilakukan, siapa sasarannya, dan bagaimana strateginya. Masyarakat Sedulur

Sikep yang sudah memahami kebijakan yang dibuat pemerintah adalah lahir dari

kebohongan, maka sasaran utama untuk menumpas kebohongan itu adalah

pemerintah dan pemodal. Pemerintah di sini adalah Pemerintah Propinsi Jawa

Tengah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, sedangkan pemodalnya adalah

PT. Semen Gresik. Dari hasil rembugan, masyarakat Sedulur Sikep dan

masyarakat kontra semen menyepakati, strategi yang akan dilakukan adalah;

Melakukan aksi demo dan kampanye; Melakukan lobby dan negosiasi; dan

Melakukan Legal Standing78. Semua itu nantinya akan berujung pada

mempengaruhi pembuat kebijakan.

Namun sebelum advokasi dilancarkan, masyarakat Sedulur Sikep sudah

membuat strategi yang komprehensif. Seperti yang dikatakan Joko Santoso,

“Sebelum melakukan aksi, malam harinya pasti ada koordinasi secara

menyeluruh, atribut apa yang akan digunakan besok, sasarannya adalah ini

(Pemerintah atau Pemodal, red), strateginya seperti ini”, jelasnya (Wawancara

pada 2 Mei 2013). Jadi sebelum aksi dilancarkan, jauh hari masyarakat Sedulur

Sikep sudah melakukan analisis secara menyeluruh. Analisis tersebut adalah

dengan memahami aktor-aktor politik yang bisa diajak/tidak bisa diajak

78 Legal Standing merupakan hak gugat organisasi lingkungan di mana sekelompok orang atau organisasi

dapat bertindak sebagai penggugat walaupun tidak memiliki kepentingan hukum secara langsung, tetapi

dengan didasari oleh suatu kebutuhan untuk memperjuangkan kepentingan, masyarakat luas atas pelanggaran

hak-hak publik seperti lingkungan hidup, perlindungan konsumen, hak-hak Civil, dan Politik. Dalam tataran

perundangan, Legal Standing sudah diatur ke dalam pasal 92 ayat 1, UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Penyelesaian sengketa Lingkungan Hidup.

131

kerjasama, meyakinkan data yang diajukan bersifat kredibel, dan membuat

network/koalisi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Untuk mempengaruhi pendapat umum, masyarakat Sedulur Sikep dan

masyarakat kontra yang tergabung dalam JM-PKK melakukan aksi demo dan

kampanye. Akan tetapi, aksi yang dilakukan tersebut, tidak hanya sekedar aksi

yang menyuarakan pendapat dan orasi. Sebelum melakukan aksi, masyarakat

Sedulur Sikep sudah menyiapkan press releases agar aksinya lebih didengar dan

bermakna. Bukan hanya itu, dengan adanya press releases maka aksi yang

dilancarkan akan mendapat perhatian penuh dari wartawan. “Kalau aksi yang

dilakukan sudah masuk dalam koran atau media massa, maka aksi ini boleh

dikatakan berhasil menyedot perhatian masyarakat”, tandas Joko Santoso

(Wawancara pada 2 Mei 2013). Press releases sendiri merupakan media

informasi, media data, dan media empiris yang relevan dengan permasalahan yang

sedang terjadi. Pembuatan Press releases yang dilakukan masyarakat Sedulur

Sikep tidak hanya tulisan dan ungkapan yang dirasakan, akan tetapi mengacu pada

data dan fakta yang terjadi di lapangan.

Selain melakukan aksi demo dan kampanye, masyarakat Sedulur Sikep

dalam mempengaruhi pembuat dan pelaksana kebijakan juga melakukan lobby

dan negosiasi. Dalam konsep advokasi kebijakan publik, lobby dan negosiasi

merupakan komponen yang penting untuk mempengaruhi pembuat kebijakan.

Menurut Wilson (1993), lobby dalam advokasi merupakan proses atau aktivitas

atau kegiatan membujuk/mempengaruhi individu atau kelompok yang memiliki

wewenang dalam mengambil keputusan untuk mendukung pilihan yang dianggap

benar. Dari adanya lobby ini, masyarakat Sedulur Sikep dapat memperoleh

132

dukungan dari pihak lain dan pihak yang berkepentingan secara formal atau

informal dalam mempengaruhi kebijakan. “Lobby yang dilakukan masyarakat

Sedulur Sikep dan JM-PPK itu, sebetulnya untuk menambah jaringan sosial

dalam penolakan pabrik semen”, kata Joko Santoso (Wawancara pada 2 Mei

2013).

Selain melakukan lobby, masyarakat Sedulur Sikep juga melakukan

negosiasi dengan pihak otoritas dan pihak yang berkepentingan. Negosiasi

menurut Wilson (1993), merupakan proses komunikasi antara dua orang atau

lebih guna mengembangkan solusi terbaik yang paling menguntungkan bagi

pihak-pihak yang terlibat. Negosiasi yang dilakukan masyarakat Sedulur Sikep

bertujuan untuk mencari kesepakatan dan solusi te rbaik dalam konteks “win-win

solution” melalui komunikasi persuasif. “Dalam upaya mencari soslusi, kita (JM-

PPK) juga melakukan banyak negosiasi terhadap pemerintah, seperti Bibit

Waluyo dan Tasiman. Contohnya seperti ribut-ribut Amdal dulu dan soal

pembebasan lahan yang tidak punya aturan itu”, jelas Joko Santoso (Wawancara

pada 2 Mei 2013). Dari sini bisa dikatakan, lobby dan negosiasi yang dilakukan

masyarakat Sedulur Sikep dan masyarakat kontra semen sebagai untuk

memperkuat aksi demo dan kampanye.

Untuk mempertegas aksi demo dan kampanye serta lobby dan negosiasi,

masyarakat Sedulur Sikep dan jaringan sosial (Walhi dan BLH Semarang, red),

juga melakukan pembelaan dengan legal standing. Legal standing sendiri

dilakukan guna untuk mempersoalkan keluarnya Keputusan Kepala Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 540/052/2008 tentang

Lokasi Penambangan Batu Kapur. Selain itu, legal standing juga diajukan untuk

133

menguji klaim Hasil Amdal yang dibuat PT. Semen Gresik bersama PPLH Undip

yang sudah dilegitimasi melalui Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor:

660.1/27/2008 Tentang Persetujuan Kelayakan Lingkungan Hidup Pembangunan

Pabrik Semen PT. Semen Gresik di Kabupaten Pati.

5.6 Pengaruhi Kebijakan

5.6.1 Aksi Demo dan Kampanye dengan Press Releases

Menggugat Gubernur Jawa Tengah

Geliat aksi mulai terasa ketika Gubernur Jawa Tengah

mengeluarkan statement “masyarakat Sedulur Sikep sudah setuju terhadap

rencana pembangunan pabrik” dan mengeluarkan Peraturan Gubernur

Jawa Tengah Nomor 128 Tahun 2008 tentang Penetapan Kawasan karst

Lindung Sukolilo. Aksi yang dilakukan sekitar 600 orang, tergabung

dalam Aliansi Masyarakat Jawa Tengah-Tolak Pabrik Semen (AMJT-

TPS), terdiri atas JM-PPK, Amuk Rakyat Solo, Komunitas Pasang Surut

Blora, Mahameru Blora, Cah Juwono Pluralitas, Komunitas Cah

Kalongan, LBH Semarang, Walhi Jateng, serta sejumlah elemen

masyarakat adalah sebagai bentuk penentangan pernyataan dan kebijakan

Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo.

Melalui pengeras suara, secara bergantian perwakilan warga

berorasi, menuntut ucapan gubernur yang berseberangan dengan keinginan

warga. Dalam orasinya, masyarakat Sedulur Sikep yang diwakili Gunarti

(adik Gunretno) menyampaikan pesan dari Mbah Tarno kepada gubernur,

yang isinya himbauan untuk tidak mendirikan pabrik semen di Sukolilo

134

dan sekitarnya. Sebab daerah tersebut merupakan sumber pangan seluruh

warga yang umumnya bermata pencaharian bertani (Suara Merdeka, 31

Oktober 2008). Dalam orasi selanjutnya JM-PPK, masyarakat Sedulur

Sikep, dan jaringan sosial lainnya menuntut agar rencana pendirian pabrik

semen yang sedianya dilakukan PT. Semen Gresik di Kecamatan Sukolilo,

Kabupaten Pati dibatalkan.

Menggugat Hasil Amdal

Sehari setelah sosialisai hasil Amdal, dengan menyewa truk,

sekitar 1.000 orang penentang pendirian pabrik semen di Sukolilo

melakukan aksi unjuk rasa. Masyarakat kontra semen termasuk para ibu-

ibu turut bergabung dalam aksi mendatangi Kantor Kabupaten Pati dan

DPRD Kabupaten Pati, kemudian menyuarakan orasinya. Selain itu,

masyarakat kontra semen juga membawa poster-poster bernada penolakan,

antara lain berbunyi: “Semen Berdiri, Tasiman Turun”, “Suara Rakyat,

Suara Tuhan: Tolak Semen Gresik”, “Pabrik Semen Nek Pati = Matine

Wong Tani”, “Pati Bumi Mina Tani, Ora Pati Bumi Mina Semen”,

“Jangan Matikan Sumber Air Kami”, “Wong Tani Sing Pro Semen Wes

Ilang Akale”.79

Orasi yang disuarakan masyarakat kontra semen, antara lain

menyebutkan; Lokasi pabrik akan menggusur ribuan hektare lahan yang

selama ini menjadi mata pencaharaian sebagai petani; Pegunungan

Kendeng merupakan lahan produktif dan subur untuk pertanian dan

79 Wawancara dengan Joko Santoso pada 2 Mei 2013

135

Keluarnya Surat Keputusan

Gubernur Jawa Tengah Nomor:

660.1/27/2008 Tentang Persetujuan

Kelayakan Lingkungan Hidup

Pembangunan Pabrik Semen PT.

Semen Gresik di Kabupaten Pati,

mendasari masyarakat kontra semen

melakukan serangkaiaan aksi

memiliki sumber mata air yang menghidupi warga; Dampak buruk

keberadaan pabrik semen dapat mengakibatkan hilangnya sumber mata air

dan pencemaran lingkungan; dan Keberadaan pabrik juga mengancam

kearifan lokal yang selama ini dipegang oleh warga sekitar Pegunungan

Kendeng, masyarakat Sedulur Sikep.80

Masyarakat kontra semen tetap bersikukuh menuntut dibatalkannya

rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo. Alasan yang dilontarkan

adalah masyarakat kontra semen tidak lagi mempercayai hasil Amdal yang

dibuat ESDM, PPLH Undip, dan peneliti lain karena dibiayai oleh PT.

Semen Gresik. Jika tuntutannya tidak diakomodasi Pemerintah Kabupaten

Pati, Suhardi koordinator aksi mengancam akan melakukan melakukan

boikot pada Pemilu 2009, baik di tingkat daerah maupun sampai tingkat

nasional (Tempo, 2 Desember 2008). Selain itu, masyarakat kontra semen

akan memboikot pajak terhitung sejak proyek pembangunan pabrik

dimulai.81

Menggugat Kelayakan Amdal

Sekitar 5000 orang yang

tergabung dalam JM-PPK

datang dengan 65 truk untuk

melakukan aksi unjuk rasa di

depan gedung DPRD

Kabupaten Pati. Dalam siaran persnya tiga tuntutan yang dilontarkan

80 Wawancara dengan Joko Santoso pada 2 Mei 2013 81 Wawancara dengan Joko Santoso pada 2 Mei 2013

136

antara lain, Pertama, DPRD Kabupaten Pati harus mendesak Pemerintah

Daerah Kabupaten Pati untuk segera mencabut semua bentuk persetujuan

dan dukungan terhadap rencana pembangunan pabrik semen di Kabupaten

Pati; Kedua, wujudkan visi kabupaten Pati 2006-2011, yaitu terwujudnya

Pati Bumi Mina Tani; dan Ketiga, DPRD Kabupaten Pati harus

menetapkan kawasan karst Sukolilo sebagai kawasan lindung dalam

peraturan daerah Rencana Tata Ruang Wilayah 2008-2027.

Disela-sela orasi, masyarakat kontra semen juga membawa leaflet

dan spanduk aspirasi terhadap penolakan rencana pendirian pabrik semen

di Sukolilo, Pati. Diantaranya adalah; “Kami Bukan Kelompok Bayaran”,

“Kami Tidak Berkepentingan Terhadap Proyek Pabrik Semen”, “Kami

Tidak Makelaran Tanah”, “Kami Bukan Penambang Pospat Liar”,

“Kami Tidak Ditunggangi LSM Asing”, “Kami Bukan Hanya Orang

Sedulur Sikep”, “Kami Bukan Hanya Warga Sukolilo”, dan “Kami Bukan

Anti Pembangunan, Tetapi Kami Menolak Pembangunan Yang Merusak

Lingkungan”. Oleh karena kami sadar, maka siapapun yang berbohong,

memfitnah, menjelek-jelekkan gerakan kami, mereka semua adalah lawan

kami dan kami tidak gentar!.82

Menggugat Sosialisasi Hasil Amdal

Setelah hasil Amdal dan rencana pendirian pabrik semen

disosialisasikan, tanggal 27 April 2009, merupakan puncak dari polemik

masalah rencana pendirian semen di Sukolilo, Pati. Dengan menumpang

82 Press Releases ‘Selamatkan Lingkungan, Bukan Menambang’ pada 5 Januari 2009

137

36 truk, ribuan masyarakat kontra semen dari Kecamatan Sukolilo, Kayen,

dan Tambakromo, yang tergabung dalam JM-PPK, melakukan aksi unjuk

rasa di depan Kantor Pemerintah Kabupaten Pati dan DPRD Kabupaten

Pati. Aksi yang dilakukan sebagai bentuk respon atas hasil Amdal PT.

Semen Gresik yang dikerjakan oleh PPLH Undip.

Ibu- ibu dari KPPL Simbar Wareh penuh semangat mengacung-

acungkan spanduk dan poster, sembari berteriak menentang rencana

Pemerintah Kabupaten Pati dan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah untuk

mendirikan pabrik semen di Sukolilo. Diantara spanduk dan poster

tersebut, bertuliskan “Usir Semen Gresik”, “Undip Ternyata Amdal mu

Palsu”, “Gunung Kendeng not for sale”. Dalam melakukan aksi

demonstrasi, masyarakat Sedulur Sikep dan JM-PPK mempunyai cara

yang unik, yaitu para ibu- ibu berada di barisan terdepan dalam aksi, hal ini

di lakukan dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan

aparat kepolisian. Aksi teatrikal menjadi inti dari setiap aksi yang

dilakukan.83

Menggugat Bupati Pati

Menyikapi pernyataan Bupati Pati Tasiman yang akan segera

mencanangkan batu pertama, masyarakat pro semen dan masyarakat

kontra semen saling menyuarakan penolakan dan dukungan terhadap

rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo. Dua aksi digelar di tempat

83 Buana, Dian Chandra. 2013. Kearifan Lokal Versus Otoritas Penguasa (Studi Kritis Perlawanan Hukum

Masyarakat Adat Sikep Terhadap Pendirian Pabrik Semen Di Pegunungan Kendeng, Kecamatan Sukolilo,

Kabupaten Pati). Akbar Tandjung Institute: Jakarta. Diperoleh dari www.akbartandjunginstitute.org

/images/pdf/735 69.pdf pada 26 Juli 2013

138

berbeda; Pertama, Paguyuban Kepala dan Perangkat Desa se-Kabupaten

Pati (Pasopati), Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pati Selatan

(FKMPPS), dan Komite Mahasiswa untuk Rakyat Maju (KMR) sebagai

kelompok pro semen. Kedua oleh KPPL Simbar Wareh, JM-PPK, dan

masyarakat Sedulur Sikep sebagai kelompok kontra semen.

Di pendopo Kabupaten Pati, sekitar 400-an orang dari kelompok

pro semen menyuarakan dukungannya terhadap pendirian pabrik semen di

Sukolilo. Ratusan pengunjuk rasa dengan membawa poster dan spanduk

berisi dukungan berdirinya pabrik semen tersebut, menuntut agar Bupati

segera mewujudkan pembangunan pabrik semen di Sukolilo. Ketua

Pasopati Nabiyanto dalam orasinya, meminta kepada Tasiman selaku

Bupati Pati, dan Sunarwi selaku Ketua DPRD Pati, untuk tidak ragu-ragu

segera mewujudkan berdirinya pabrik semen di Sukolilo. Dalam

pertemuan dengan perwakilan kelompok pro semen, Tasiman mengatakan,

pembangunan pabrik semen di Sukolilo merupakan wujud janji

pemerintah untuk membasahi kawasan Pati selatan (Sukolilo, Kayen, dan

Tambakromo, red), serta akan memberikan kehidupan masyarakatnya

lebih baik.84

Di tempat yang berbeda, kelompok kontra semen mengadakan aksi

di Gua Pancur yang berada di Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen, Pati.

Sebagian besar yang mengikuti aksi ini adalah kelompok KPPL Simbar

Wareh yang didominasi oleh kaum perempuan. Dalam aksi tersebut,

84 Pasfmpati. 2009. Massa Pro Tuntut Bupati Dan Ketua Dewan Segera Realiasai Pabrik Semen. Diperoleh

dari http://pasfmpati.wordpress.com/2009/05/09/massa-pro-tuntut-bupati-dan-ketua-dewan-segera-realiasai-

pabrik-semen/ pada 27 Juli 2013

139

KPPL Simbar Wareh berkomitmen untuk mempertahankan kondisi

lingkungan dari upaya perusakan atas nama pembangunan. Sriwati, Ketua

KPPL Simbar Wareh mengemukakan, seluruh masyarakat kontra semen

yang berada di wilayah Pegunungan Kendeng, tidak akan pernah

melepaskan tanahnya untuk kepentingan pembangunan pabrik semen

meski dengan risiko apa pun. Selain terancam kehilangan mata

pencaharian sebagai petani, masyarakat sekitar pabrik juga akan

merasakan dampak ketidakstabilan alam yang bisa menimbulkan bencana

akibat eksploitasi tersebut (Suara Merdeka, 11 Mei 2009).

Menggugat Pencanangan Batu Pertama

Menjelang pencanangan rencana pendirian pabrik semen di Desa

Kedumulyo, masyarakat kontra semen terus melancarkan aksi protes.

Sekitar 200 warga dari Dukuh Curug, Puri, dan Kedu melakukan aksi

unjuk rasa. Aksi dimulai dengan melakukan longmarch dari posko peduli

lingkungan menuju ke Kantor Kepala Desa Kedumulyo untuk bertemu

Suwono. Sebagian besar pengunjuk rasa adalah kaum perempuan dengan

membawa puluhan poster dan spanduk bernada penolakan terhadap

rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo.

Dalam orasinya, koordinator aksi, Suparman mengatakan pada

intinya masyarakat Sukolilo, khususnya Desa Kedumulyo menolak tukar

guling tanah banda desa dan bengkok perangkat desa untuk kepentingan

pembangunan pabrik semen, PT. Semen Gresik (Suara Merdeka, 14 Mei

2009). Aksi yang dilakukan pada intinya adalah menolak tanah bengkok

140

desa dijadikan tempat pendirian pabrik semen. Warga mengancam jika

pencanangan rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo tetap

dilaksanakan, warga akan turun kejalan untuk memblokir dan

memperjuangkan aspirasi sampai titik darah penghabisan. 85

5.6.2 Lobby dan Negosiasi

Dalam mempengaruhi kebijakan, masyarakat Sedulur Sikep tidak

cukup untuk melakukan aksi demo dan kampanye saja. Untuk menguatkan

posisi tawar, masyarakat Sedulur Sikep juga melakukan lobby dan

negosiasi ke pelbagai pihak. Diantaranya adalah lobby dan negos iasi

dengan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dan Dinas Energi dan

Sumber Daya Mineral (ESDM) Propinsi Jawa Tengah. Disamping

melakukan lobby dan negosiasi, masyarakat kontra semen juga melakukan

roadshow ke beberapa instansi yakni, Propam dan Kompolnas di Mabes

Polri, Lembaga Ombudsman Republik Indonesia, Komnas Perempuan,

Komnas HAM, PBNU, dan Kementrian Negara Lingkungan Hidup.

Mencarai “Win-Win Solution” Kontroversi Amdal

Dalam menyikapi hasil Amdal yang dibuat PPLH Undip yang sarat

akan kontroversi, masyarakat Sedulur Sikep bertemu Gubernur Jawa

Tengah di kantor Kesbanglinmaspol Jawa Tengah. Dalam pertemuan

tersebut, dihasilkan kesepakatan antara Gubernur Jawa Tengah Bibit

Waluyo dengan JM-PPK, yang berbunyi, “Akan dibentuk tim bersama

untuk mengadakan penelitian Amdal ulang. Sebagai konsekuensi dari

85 Pasfmpati. 2009. Warga Kontra Kembali Gelar Unjuk Rasa. Diperoleh dari http://pasfmpati.word

press.com /2009/05/15/warga-kontra-kembali-gelar-unjuk-rasa/#more-1097 pada 27 Juli 2013

141

kesepakatan ini adalah tidak diperbolehkannya kegiatan dari pihak pro

maupun kontra semen”.86 Keputusan tersebut dilakukan untuk

mengapresiasi sekelompok masyarakat yang menyuarakan penolakan

terhadap rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo.

Masyarakat Sedulur Sikep meminta tim survei gabungan tidak

hanya mensurvei jumlah mata air di kawasan calon lahan bahan baku PT.

Semen Gresik. Gunretno meminta dampak negatif d i bidang sosial,

ekonomi, lingkungan, dan keanekaragaman hayati turut diperhatikan.

“Selama ini, tim sosialisasi analisis mengenai dampak lingkungan hanya

membeberkan dampak positif pabrik semen”, ujar Gunretno (Kompas, 22

Januari 2009). Gunretno menambahkan, survei tersebut tidak boleh hanya

sekadar mengecek lokasi atau datang kemudian pergi. Namun, survei

bersama itu harus bernapaskan penelitian untuk mengkaji dan menguji

Amdal yang dibuat Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH)

Universitas Diponegoro, Semarang. “Metode dan obyek penelitian harus

ditentukan atau disepakati bersama. Jangan sekadar terjun ke lapangan

mengecek jumlah mata air”, tegas Gunretno (Kompas, 22 Januari 2009).

Guna menindaklanjuti kesepakatan masyarakat Sedulur Sikep

dengan Gubernur Jawa Tengah, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jawa

Tengah mengajak JM-PPK, masyarakat pro, dan kontra semen untuk

melakukan survei mata air bersama. Akan tetapi, pihak BLH Jawa Tengah

menyatakan hasil survei tidak akan mempengaruhi kajian Amdal yang

86 Dokumentasi JM-PPK. Hasil rekaman pertemuan dengan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo pada 10

Januari 2009.

142

telah disusun PPLH Undip. Sebaliknya, hasil survei akan memperkuat

hasil Amdal (Suara Merdeka, 17 Februari 2009). Mendengar pernyataan

ini, Gunretno sebagai ketua JM-PPK semakin geram, karena pernyataan

tersebut telah melanggar kesepakatan bersama Gubernur Jawa Tengah

Bibit Waluyo dengan masyarakat kontra semen pada 10 Januari 2009 yang

lalu.

Dengan tegas, ajakan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jawa

Tengah ditolak masyarakat Sedulur Sikep. Alasannya, belum ada

pembentukan tim bersama untuk mengkaji ulang Amdal, mulai dari

pembahasan kerangka acuan sampai penelitian di lapangan. Masyarakat

Sedulur Sikep dan masyarakat kontra semen menganggap survei bersama

tersebut tidak ada gunanya, karena tidak bisa membatalkan analisis

mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang disusun PPLH Undip. Akan

tetapi, pihak Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Tengah berdalih

penelitian ulang justru akan memperkuat hasil Amdal yang sudah ada.

Hasil pengecekan sumber mata air yang dilakukan BLH Jawa

Tengah, menemukan sedikitnya 2 tambahan mata air yang sebelumnya

dalam Amdal PT. Semen Gresik tercatat hanya 6 mata air. Itu berarti,

jumlah sumber mata air sesuai dengan Surat Izin Penambangan Daerah

(SIPD) PT. Semen Gresik dalam Surat Keputusan Kepala Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 540/052/2008

tentang Lokasi Penambangan Batu Kapur, jumlahnya menjadi delapan

mata air yang semuanya non-permanen.

143

Masyarakat Kontra Semen Menekan dari Jakarta

Masyarakat kontra semen mengirimkan 6 (enam) orang perempuan

untuk melakukan tekanan-tekanan di Jakarta. Mereka adalah Sunarti,

Sundarsih, Tasripah, Suwati, Mbah Rasmi, dan Samini. di Jakarta,

rombongan tersebut melakukan roadshow ke beberapa instansi yakni,

Propam dan Kompolnas di Mabes Polri, Lembaga Ombudsman Republik

Indonesia, Komnas Perempuan, Komnas HAM, PBNU, dan Kementrian

Negara Lingkungan Hidup.87 Berikut adalah hasil roadshow yang

dilakukan masyarakat kontra semen selama di Jakarta:

Tabel 5.

Hasil roadshow Masyarakat Kontra Semen di Jakarta

Instansi Hasil

Propam dan Kompolnas di Mabes Polri

Pembuatan laporan dengan No. laporan: No.

Pol: STPL/13/I/2009/Yanduan atas

Pelanggaran disiplin berupa tidak bersikap

sopan dan santun terhadap masyarakat dan

menyalahgunakan wewenang

Lembaga Ombudsman Republik Indonesia

Akan membentuk tim kecil (terd iri dari A liansi

Tolak Semen dan Ombudsman) untuk

pengkajian tindak lan jut dan menghubungi

Pemda Jateng bahkan bisa juga diambil

tindakan pemanggilan dan teguran, baik

masalah tumpang tindih kewenangan,

kerancuan produk hukum, serta kebijakan

daerah tentang rencana pembangunan PT.

Semen Gresik.

Komnas Perempuan

Komnas Perempuan akan berkoord inasi

dengan Komnas HAM untuk menekan Polda

Jateng tentang kekerasan dan tindak

penganiayaan yang dilakukan

Komnas HAM Akan turun ke lapangan, untuk mendatangi

Polres Pati dan Polda Jawa Tengah, serta

87 Jaringan Nasional Advokasi Penolakan PT. Semen Gresik di Sukolilo Pati : WALHI, Desantara, ANBTI,

KontraS, ICEL, JATAM, KRuHA, AMAN, HUMA, LBH Jakarta, LBH Masyarakat . 2009. Masyarakat

Sukolilo-Pati Menekan dari Jakarta, Kita Tunggu Hasilnya. Diperoleh dari http://www.kontras.org/

index.php?hal=siaran_pers&id=839 pada 23 Juli 2013

144

investigasi ke Propam mengenai t indak

kekerasan yang dilakukan oleh aparat

kepolisian pada saat insiden 22 Januari 2009

PBNU

Statement Gus Dur: “Jika dalam waktu

setengah tahun ini pabrik semen belum bisa

beroperasi, maka itu alamat gagal berdiri di

Sukolilo”.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup

KLH sudah melayangkan surat ke BLH Jawa

Tengah perihal peninjauan ulang Amdal dan

penegasan bahwa sampai dengan masalah

Amdal belum selesai t idak ada aktivitas

apapun yang terkait dengan rencana

pembangunan PT. Semen Gresik tersebut di

lapangan.

Sumber: Hasil analisis temuan di lapangan

5.6.3 Legal Standing

Terkait dengan legitimasi rencana pendirian pabrik semen oleh PT.

Semen Gresik yang banyak terdapat penyimpangan, Walhi Jawa Tengah

kemudian memberikan kuasa kepada LBH Semarang mengajukan legal

standing88. Legal standing diajukan untuk menggugat Bupati Pati terkait

dengan pendirian pabrik PT. Semen Gresik di Pati, di Pengadilan Tata

Usaha Negeri (PTUN) Semarang. Penggugat mempersoalkan keluarnya

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati

Nomor 540/052/2008 tentang Lokasi Penambangan Batu Kapur. Para

penggugat juga mempersoalkan tenggat dikeluarkannya surat izin tersebut,

sebab izin keluar sebelum kajian analisis mengenai dampak lingkungan

diselesaikan (Amdal).

88 Legal Standing merupakan hak gugat organisasi lingkungan di mana sekelompok orang atau organisasi

dapat bertindak sebagai penggugat walaupun tidak memiliki kepentingan hukum secara langsung, tetapi

dengan didasari oleh suatu kebutuhan untuk memperjuangkan kepentingan, masyarakat luas atas pelanggaran

hak-hak publik seperti lingkungan hidup, perlindungan konsumen, hak-hak Civil, dan Politik. Dalam tataran

perundangan, Legal Standing sudah diatur ke dalam pasal 92 ayat 1, UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009

tentang Penyelesaian sengketa Lingkungan Hidup.

145

Direktur Utama PT. Semen Gresik

Dwi Sutjipto: PT. Semen Gresik

batal bangun pabrik semen baru di

Pati, dengan alasan masih banyak

masyarakat yang menentang dan

alotnya pembebasan lahan

Protes yang dilayangkan Jaringan Advokasi Peduli Pegunungan

Kendeng Utara, bukannya tanpa alasan, karena dalam undang-undang

lingkungan hidup mengatur masyarakat, perorangan berhak menyatakan

pendapat dan mengkritisi jika ada yang mengancam kelestarian

lingkungan hidup. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997

Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 5 ayat 3 menyebutkan

setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan

lingkungan hidup sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

5.7 Evaluasi

Mundurnya PT. Semen Gresik Melalui Jalur Lisan

Semakin memanasnya polemik rencana pendirian pabrik semen, direktur

utama PT. Semen Gresik Dwi Sutjipto, akhirnya memutuskan membatalkan

niatnya untuk mendirikan pabrik semen di Sukolilo, Pati. Dwi Sutjipto

mengemukakan, pembatalan tersebut

dikarenakan masih banyak pembebasan

lahan yang masih belum selesai dan

situasi di Pati dinilai belum kondusif

dengan munculnya kelompok pro dan kontra terhadap rencana pendirian pabrik

semen (Kabar Bisnis, 16 Mei 2009). Selain itu, Dwi Sutjipto menambahkan PT.

Semen Gresik sebetulnya masih berminat merealisasikan pabrik semen baru di

Pati. Namun PT. Semen Gresik juga memiliki target pengoperasian pabrik baru

pada 2011 dan 2012 untuk mengantisipasi kebutuhan semen nasional.

146

Bibit Waluyo: LSM sontoloyo,

telah menghilangkan proyek

investasi senilai 3,5 triliun rupiah

Berita mengenai pembatalan rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo,

disampaikan langsung oleh pihak PT. Semen Gresik kepada Kapolres Pati AKBP

Burhanudin S.IK, melalui Short Message Service (SMS) (Suara Merdeka, 17 Mei

2009). Selain itu, kebenaran berita tersebut juga ditandai dengan adanya penarikan

saham PT. Semen Gresik di Pati dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Berita tersebut

selanjutnya disampaikan secara langsung oleh Burhanudin kepada masyarakat

Sedulur Sikep dan masyarakat kontra semen Burhanudin menyakinkan, kalau PT.

Semen Gresik telah membatalkan rencana pendirian pabrik semen di Pati dan

memilih berkonsentrasi membangun pabrik semen di Tuban.

PT. Semen Gresik menegaskan rencana pendirian pabrik semen di

Sukolilo, Pati akan dipindahkan ke Tuban, Jawa Timur. “Jadi sudah fix akan

dibangun pabrik di Tuban”, ujar Dwi Sutjipto (Kompas, 23 Juni 2009).

Sementara itu, Saifuddin Zuhri juga menambahkan, “Karena pembebasan lahan

di Pati tidak kunjung terwujud, dan para pemilik tanah tidak sepenuhnya dapat

melepas lahan, maka untuk sementara pembangunan pabrik kami relokasi ke

Tuban. Masalahnya, pabrik harus selesai dibangun pada tahun 2011”,

tambahnya (Kompas, 23 Juni 2009). Dapat dikatakan mundurnya PT. Semen

Gresik di Pati akibat dari situasi yang tidak memungkinkan dan belum kondusif.

Masih ada gejolak dari masyarakat dan pembebasan lahan belum mencapai final.

Hilangnya proyek senilai Rp. 3,5 triliun, Bibit Waluyo sampai

mengeluarkan pernyataan yang isinya

sebagai berikut, “Kegagalan pendirian

pabrik semen hanya karena adanya

provokasi dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM). Itu LSM

147

Kemenangan perjuangan bagi masyarakat

kontra semen, khususnya Masayarakat

Sedulur Sikep, lantaran gugatan yang

dilayangkan Wahana Lingkungan Hidup

Indonesia (Walhi) yang dikuasakan

kepada YLBHI-LBH Semarang dan LPH

YAPHI, dikabulkan oleh Pengadilan Tata

Usaha Negara (PTUN) Semarang

sontoloyo, edan itu namanya”, tegas Bibit Waluyo (Tempo, 25 Juli 2009). Bibit

Waluyo juga menuduh LSM yang datang ke Pati dari pelbagai daerah, telah

memprovokasi masyarakat kontra semen untuk menolak pendirian pabrik semen

di Sukolilo, Pati. Bibit Waluyo juga menambahkan, dirinya tidak akan mau ikut

menyelesaikan pelbagai persoalan yang muncul di Pati, tidak tahu sampai kapan.

“Kalau ada kekurangan pupuk, jangan meminta ke saya, minta saja ke LSM”,

tambahnya (Tempo, 25 Juli 2009).

Bibit Waluyo berdalih, alasan mengeluarkan statement karena pelbagai

kajian akademik dan lingkungan sudah dilakukan oleh pakar ahli. Hasilnya,

pendirian pabrik semen sudah memenuhi standar kelayakan lingkungan dan akan

berdampak positif terhadap perkembangan ekonomi di Pati dan Jawa Tengah.

Tetapi pada akhirnya, menyusul adanya penolakan dari sebagian masyarakat Pati

dan kalangan LSM, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah melalui Bibit Waluyo,

memutuskan membatalkan rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati.

“Saya memutuskan untuk membatalkan rencana pembangunan pabrik semen di

Pati oleh PT. Semen Gresik”, tegas Bibit Waluyo (Solopos, 26 Juli 2009).

Mundurnya PT. Semen Gresik Melalui Jalur Hukum

Setelah melalui upaya

legal standing, akhirnya

Pengadilan Tata Usaha Negara

(PTUN) Semarang mengabulkan

gugatan yang diajukan oleh Walhi

yang dikuasakan kepada YLBHI-LBH Semarang dan LPH YAPHI. Gugatan

148

Pengadilan Tata Usaha Negara

(PTUN) Semarang: PT. Semen

Gresik menyalahi Amdal,

merugikan lingkungan,

menimbulkan konflik sosial, dan

melanggar hukum

tersebut adalah tentang sengketa surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan

Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 540/052/2008 tentang Lokasi

Penambangan Batu Kapur atas nama Ir. Muhammad Helmi Yusron Alamat

komplek Pondok Jati AM-6 Sidoarjo Jawa Timur bertindak untuk dan atas nama

PT. Semen Gresik di Desa Gadudero, Desa Kedumulyo, Desa Tompegunung,

Desa Sukolilo, Desa Sumbersoko Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa

Tengah.89

Dalam persidangan yang dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara

(PTUN) Semarang, Tergugat I adalah

Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

Kabupaten Pati dan Tergugat II Intervensi

adalah PT. Semen Gresik. Majelis hakim

yang terdiri dari Mawarni Maria, Mahtuh Effendi, dan Agus Susilo dalam perkara

No.04/G/2009/PTUN.SMG, mewajibkan tergugat (Kabupaten Pati) untuk

mencabut surat keputusan tentang surat izin pertambangan PT. Semen Gresik di

Sukolilo, Pati.

Alasannya objek sengketa tidak disertai Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (Amdal), merugikan lingkungan hidup, dan melanggar Undang-

Undang serta asas-asas umum Pemerintahan yang baik.90 Putusan dari perkara

No.04/G/2009/PTUN.SMG itu, secara otomatis membatalkan izin PT. Semen

Gresik untuk melakukan penambangan batu kapur seluas 700 hektar yang terletak

89 Kristianto, Erwin Dwi. 2010. Siaran Pers: YLBH-LBH Semarang, LPH YAPHI dan Yayasan SHEEP.

Diperoleh dari http://catatan-kaki-erwin.blogspot.com/2010/01/siaran-pers-ylbh-lbh-semarang-lph-yaphi.html

pada 31 Juli 2013 90 Ibid...

149

di Desa Gadudero, Desa Kedumulyo, Desa Sukolilo, Desa Tompegunung dan

Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Sementara itu, Hakim

PTUN memberikan waktu hingga 14 hari kepada Pemerintah Kabupaten Pati dan

PT. Semen Gresik untuk menentukan sikap.

Majelis hakim juga menjelaskan, menurut Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

yang wajib dilengkapi Amdal harus dilihat secara sistematis dan tidak parsial.

“Walaupun di lampiran pertama tidak menyebutkan secara eksplisit mengenai

eksplorasi, tapi dalam lampiran kedua menyebutkan bahwa rencana usaha

dan/atau kegiatan yang berdekatan dengan kawasan lindung wajib Amdal”, jelas

Mawarni Maria saat membacakan putusan di PTUN Semarang (Tempo, 6 Agustus

2009). Selain itu, hakim juga menilai kawasan karst memiliki nilai strategis dan

menuntut etika lingkungan di dalam pengelolaannya.

“Ini sepenuhnya kemenangan perjuangan masyarakat di Sukolilo, Pati,

untuk mempertahankan hak-hak terhadap sumber kehidupan. Kami (sejumlah

LSM) hanya menemani”, ujar Direktur Walhi Berry Nahdian Furqon (Viva News,

7 Agustus 2009). Berry Nahdian Furqon menuturkan, dalam putusan tersebut, ada

4 pertimbangan yang digunakan PTUN Semarang untuk mengabulkan gugatan

Walhi, diantaranya:

1) Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) PT. Semen Gresik tidak memiliki

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), sehingga bertentangan

dengan beberapa peraturan;

150

Pemerintah Kabupaten Pati, Perintah

Propinsi Jawa Tengah, dan PT. Semen

Gresik sepakat banding

2) Mengancam pelestarian lingkungan hidup, mengingat wilayah yang

diizinkan dalam SIPD merupakan wilayah karst yang memiliki nilai

strategis dan menuntut etika lingkungan dalam pengelolaannya;

3) Obyek sengketa dinilai memengaruhi lingkungan sosial dan budaya berupa

konflik sosial antar-masyarakat, sehingga budaya rukun, guyub dapat

hilang karena adanya konflik;

4) Beroperasinya pertambangan PT. Semen Gresik dianggap melanggar Azas

Umum Pemerintah yang Baik (AUPB), karena pemerintah tidak

menerapkan prinsip keterbukaan dan kebijakan dalam pengambilan

keputusan (Kompas, 7 Agustus 2009).

Perjalanan advokasi terus berlanjut, ketika Pemerintah Kabupaten Pati,

Perintah Propinsi Jawa Tengah, dan

PT. Semen Gresik sepakat untuk

mengajukan banding setelah

melakukan pertemuan pada 10 Agustus 2009 di Semarang. Seperti yang

diungkapkan oleh Fredich P. Kunari, PT. Semen Gresik akan mengajukan

banding terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang yang

membatalkan izin penambangan batu kapur di lima desa di Kecamatan Sukolilo,

Kabupaten Pati (Kompas, 12 Agustus 2009). “Alasan banding kami, karena

putusan majelis hakim tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan mineral dan batubara dan Peraturan

Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana

Usaha dan/atau Kegiatan”, jelas Fredich P. Kunari (Suara Merdeka, 13 Agustus

2009).

151

Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara

(PTTUN) Surabaya: Untuk mengeluarkan

izin ekplorasi, pemerintah daerah tidak

perlu harus menunggu adanya analisis

mengenai dampak lingkungan (Amdal)

Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dengan tegas mendukung penuh

langkah Pemerintah Kabupaten Pati dan PT. Semen Gresik yang akan mengajukan

banding atas putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang pada 6

Agustus 2009. Bentuk dukungan yang akan diberikan Pemerintah Propinsi Jawa

Tengah berupa fasilitasi kepada Pemerintah Kabupaten Pati untuk mengajukan

banding. Bibit Waluyo menambahkan, dukungan ini, sebagai upaya Pemerintah

Propinsi Jawa Tengah memperjuangkan beroperasinya PT. Semen Gresik di Pati

dengan total investasi sekitar Rp. 3,5 triliun (Tempo, 14 Agustus 2009).

Memori banding yang diajukan Pemerintah Kabupaten Pati bersama PT.

Semen Gresik pada 20 Agustus

yang lalu, akhirnya pada 30

November 2009 putusan banding

dibacakan di Pengadilan Tinggi

Tata Usaha Negara (PTTUN) Surabaya. Majelis hakim yang beranggotakan

Siringo Ringo, Ismail Batu Rantai, dan Arif Nurdua memutuskan untuk

membatalkan putusan PTUN Semarang dalam perkara

No.138/G/2009/PT.TUN.SBY. Dalam putusannya, hakim menyatakan untuk

mengeluarkan izin ekplorasi, pemerintah daerah tidak perlu harus menunggu

adanya analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Ekplorasi hanya kegiatan

survei awal sehingga tidak perlu adanya izin Amdal. Izin Amdal itu baru

diperlukan pada saat sudah masuk dalam ekploitasi (Tempo, 11 Januari 2010).

Selanjutnya langkah yang diambil Walhi melalui LBH Semarang adalah

melakukan kasasi atas putusan PTTUN Surabaya. Pada 15 Januari 2010 secara

resmi Walhi melalui LBH Semarang mengajukan memori kasasi atas putusan

152

Walhi melalui LBH Semarang

kembali mengajukan kasasi ke

Mahkamah Agung

PTTUN Surabaya yang mengesahkan surat izin penambangan dan pembangunan

pabrik PT. Semen Gresik di Sukolilo, Pati

melalui PTUN Semarang. Sedangkan

alasan permohonan Kasasi terhadap

putusan PTTUN Surabaya dalam perkara No.138/G/2009/PT.TUN.SBY, adalah

sebagai berikut:91

a) Majelis Hakim PTTUN Surabaya telah salah menafsirkan undang-undang

sehingga mengambil kesimpulan bahwa eksplorasi merupakan kegiatan

survei atau penelitian awal sehingga belum perlu adanya Amdal;

b) Majelis Hakim PTTUN Surabaya telah salah menafsirkan ketentuan dalam

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006

tentang Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan Yang Wajib Amdal,

hanya terbatas pada penerbitan izin eksploitasi;

c) Majelis Hakim PTTUN Surabaya tidak mempertimbangkan alat-alat bukti

yang diajukan para pemohon secara jelas, sehingga berakibat

dibatalkannya putusan.

Setelah masa reses hampir 4 bulan, pada akhirnya kemenangan besar

diraih masyarakat kontra semen, khususnya masyarakat Sedulur Sikep di

Sukolilo, Pati. Pada 27 Mei 2010, majelis hakim Mahkamah Agung yang diketuai

Prof. Dr. Paulus E. Lotulung dalam perkara Nomor 103/K/TUN/2010,

memutuskan membatalkan putusan No.138/G/2009/PT.TUN.SBY PTTUN

Surabaya. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya dan menyatakan batal

91 Ibid... Kristianto, Erwin Dwi. 2 0 1 0 . Siaran Pers: YLBH-LBH Semarang, LPH YAPHI dan Yayasan

SHEEP.

153

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor

540/052/2008, tanggal 5 November 2008, tentang Perubahan atas Keputusan

Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Nomor 540/040/2008 tentang Izin

Pertambangan Daerah Eksplorasi Bahan Galian Golongan C Batu Kapur atas

nama Ir. Muhammad Helmi Yusron alamat Komplek Pondok Jati AM-6, Sidoarjo,

Jawa Timur bertindak untuk dan atas nama PT. Semen Gresik (Persero) Tbk di

Desa Gadudero, Desa Kedumulyo, Desa Tompegunung, Desa Sukolilo, Desa

Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. 92

Keluarnya surat putusan Mahkamah Agung tersebut, menandai

berakhirnya polemik panjang rencana pendirian pabrik semen oleh PT. Semen

Gresik di Sukolilo, Pati. Artinya, surat perizinan yang menjadi legitimasi PT.

Semen Gresik untuk mendirikan pabrik baru di Sukolilo, Pati sudah tidak berlaku.

Pencabutan Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten

Pati Nomor 540/052/2008 tentang Izin Pertambangan Daerah Eksplorasi Bahan

Galian Golongan C Batu Kapur, otomatis mencabut juga Keputusan Kepala

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 591/058/2008

tentang Izin Lokasi eksploitasi daerah Pati dan Keputusan Kepala Kantor

Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 541/052/2008 tentang

Lokasi Penambangan Tanah Liat.

92 YLBHI-LBH Semarang, LPH YAPHI, Yayasan SHEEP Indonesia, Walhi Jateng. 2011. “Kemenangan

Kecil” di Mahkamah Agung: Momentum Mendorong Penataan Ruang Yang Berkeadilan. Diperoleh dari

http://www.walhi.or.id/index.php/id/kampanye-dan-advokasi/tematik/kebijakan-psda/212-kemenangan-kecil-

di-mahkamah-agung-momentum-mendorong-penataan-ruang-yang-berkeadilan.html pada 15 Agustus 2013

154

Tabel 6.

Hasil Advokasi Kebijakan Publik Masyrakat Sedulur Sikep

Proses Advokasi Hasil Advokasi

Isu Strategis

1. Legitimasi rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati bertentangan dengan undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan

menteri, dan kajian ilmiah

2. Amdal PT. Semen Gresik untuk rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati yang bekerja sama dengan PPLH Undip belum

sesuai dengan kelayakan lingkungan

3. Kegagalan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, dan PT. Semen Gresik dalam melakukan

komunikasi publik kepada masyarakat di wilayah Pegunungan Kendeng, sehingga memicu timbulnya pro dan kontra

4. Kesewenangan Pemerintah dan PT. Semen Grseik dalam aktivitas pembebasan lahan yang menimbulkan konflik horizontal dan

vertikal

Membangun Opini

dan Fakta

Membangun Opini:

1. Melakukan srawung ke 14 Desa yang diproyeksikan menjadi calon lokasi berdirinya pabrik semen (terkait isu strategis)

2. Mendirikan posko lingkungan untuk memberikan informasi mengenai kemanfaatan Pegunungan Kendeng

3. Mengikuti/menyelenggarakan diskusi dan seminar publik terkait rencana pendirian pabrik semen

4. Membuat media sosial di internet.

Membangun Fakta:

5. Melakukan studi banding ke Tuban, Jawa Timur

6. Bekerja sama dengan pelbagai akademisi, organisasi lingkungan, dan LSM untuk melakukan kajian terhadap Pegunungan Kendeng di

Sukolilo, Pati

Memahami Sistem

Kebijakan

Kebijakan rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati yang dikeluarkan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah

Kabupaten Pati bertentangan dengan:

1. Kearifan lokal masyarakat Sedulur Sikep tentang etika lingkungan dan kejujuran;

2. Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

3. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1456.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst

155

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral;

4. Kajian Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta dan Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta,

mengenai Pegunungan Kendeng Utara yang menyatakan Pegunungan Kendeng Utara adalah Kawasan Karst Kelas I

Membangun Koalisi

Cara masyarakat Sedulur Sikep dalam membangun koalisi adalah dengan transformasi srawung, diantaranya:

1. Organisasi Lokal: FMPL, JM-PPK, dan KPPL Simbar Wareh

2. Jaringan Sosial: Masyarakat kontra semen di Kecamatan Kayen dan Tambakromo, Budayawan, Seniman, Akademisi, Birokrat,

Politisi Lokal, Kelompok Aliran Agama, dan LSM dengan pelbagai konsentrasi

3. Wungon Rebo Pon/Ruang Publik : Menggelar pagelaran seni seperti wayang kulit, gamelan, kidung-kidung jawa, geguritan (puis i

dalam bahasa Jawa), uro-uro (menyanyi untuk diri sendiri dalam bahasa Jawa), dan dapat berupa diskusi (ngudoroso) sebagai media

srawung untuk menyadarkan masyarakat akan fungsi Pegunungan Kendeng dan dampak yang akan muncul jika pabrik semen berdir i

di Sukolilo, Pati.

Merancang Sasaran

dan Strategi

Sasaran advokasi kebijakan publik: Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, PT. Semen Gresik

Strategi advokasi kebijakan publik: Aksi demo dan kampanye dengan Press Releases; Lobby dan Negosiasi; dan Legal Standing

Pengaruhi Kebijakan

1. Aksi demo dan kampanye penolakan rencana pendirian pabrik semen dengan Press Release sebagai dasar penolakan

2. Lobby dan Negosiasi terhadap pemangku kebijakan dari Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati

3. Legal Standing terhadap legitimasi rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati

Evaluasi

1. Kemenangan gugatan terhadap Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 540/052/2008 tentang

Lokasi Penambangan Batu Kapur di PTUN Semarang pada 6 Agustus 2012 dan Mahkamah Agung (MA) pada 27 Mei 2010

2. Otomatis mencabut juga Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 591/058/2008 tentang Izin

Lokasi eksploitasi daerah Pati dan Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor 541/052/2008

tentang Lokasi Penambangan Tanah Liat.

Sumber: Hasil analisis temuan di lapangan

156

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kemenangan yang diraih masyarakat kontra semen terhadap PT. Semen

Gresik, tidak terlepas dari peran penting masyarakat Sedulur Sikep dalam

menyuarakan penolakannya. Penolakan yang didasari atas kearifan lokal terhadap

lingkungan, telah melahirkan suatu pergerakan perjuangan melawan

keterancaman lingkungan. Ajaran hidup sebagai petani telah memberikan

kesadaran kepada masyarakat Sedulur Sikep untuk bersahabat dengan alam.

Keintiman dengan alam inilah yang mendasari eratnya hubungan masyarakat

Sedulur Sikep dengan lingkungan, khususnya Pegunungan Kendeng. Dengan

begitu, maka rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Pati bekerja sama dengan

PT. Semen Gresik yang akan membangun pabrik semen baru di Sukolilo

dipahami masyarakat Sedulur Sikep akan merusak alam dan lingkungan.

Pada dasarnya polemik yang terjadi atas rencana pendirian pabrik semen

di Sukolilo, Pati merupakan pertarungan 2 perspektif. Pihak pertama perspektif

berbasis kepentingan (interest-based issue) yaitu aktor yang pro terhadap rencana

pendirian pabrik semen, pemerintah berpandangan potensi sumber daya alam

yang melimpah seharusnya didayagunakan untuk tujuan meningkatkan kemajuan

dan pertumbuhan ekonomi. Melalui investasi pembangunan, maka sarana dan

prasarana serta infrastruktur akan semakin mudah dibangun. Bagi masyarakat pro

semen, adanya pabrik semen di Pati, maka akan mengurangi arus urbanisasi dan

dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat Sukolilo pada khususnya.

157

Sementara bagi pemodal, berkepentingan untuk semakin memacu produksinya

agar dominasinya di pasar semen nasional tetap terjaga. Aktor yang mengusung

perspektif ini adalah Pemerintah (Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan

Pemerintah Kabupaten Pati), swasta (PT. Semen Gresik), dan masyarakat Sukolilo

pro-tambang semen.

Berbanding 180o dengan pihak kedua yang menggunakan perspektif

berbasis nilai (values-based issue) yaitu masyarakat yang kontra terhadap rencana

pendirian pabrik semen. Pihak yang terdiri dari masyarakat Sedulur Sikep, dan

masyarakat kontra yang tergabung dalam JM-PPK dan KPPL Simbar Wareh

memiliki cara pandang lain. Adanya pabrik semen akan mengganggu

keseimbangan alam, terutama sumber mata air yang digunakan masyarakat sehari-

hari untuk penghidupan dan kehidupan. Hal ini dapat dijelaskan, khususnya bagi

masyarakat Sedulur Sikep yang kesehariannya bergantung pada pertanian.

Apabila pabrik semen jadi terealisasi di Sukolilo, Pati, maka kebudayaan yang

berlangsung hampir seabad tersebut akan menghilangkan eksistensinya. Selain itu,

resiko yang ditimbulkan dari adanya pabrik semen adalah kekhawatiran terhadap

resiko dampak sosial di masyarakat.

Melihat polemik yang terus berkepanjangan dan kenyataan keterancaman

lingkungan, terutama sumber daya air dan eksistensi masyarakat Sedulur Sikep

yang notabene sebagai petani, para tokoh Sedulur Sikep berinisiatif menyadarkan

masyarakat di sekitar Pegunungan Kendeng. Perjuangan masyarakat Sedulur

Sikep untuk menyadarkan warga yang bermukim di wilayah Pegunungan

Kendeng, telah “membangunkan” warga akan kemanfaatan Pegunungan Kendeng.

Melalui kearifan lokal, masyarakat Sedulur Sikep melakukan srawung dari satu

158

rumah ke rumah, dari desa ke desa, dari kecamatan ke kecamatan, hingga dari

kabupaten ke kabupaten. Dalam srawung tersebut, masyarakat Sedulur Sikep

menjelaskan kepada warga akan kemanfaatan Pegunungan Kendeng dan ancaman

lingkungan jika pabrik semen berdiri di Pegunungan Kendeng. Hingga pada

akhirnya, tanpa disadari srawung tersebut mengalami suatu proses transformasi.

Transformasi srawung inilah yang kemudian menjadi strategi advokasi

kebijakan publik masyarakat Sedulur Sikep terhadap rencana pendirian pabrik

semen di Sukolilo, Pati. Konsep advokasi kebijakan publik Socorro Reyes (1997)

sepenuhnya bisa menjelaskan kasus pada penelitian ini. Secara ideal tujuan dari

kerja advokasi adalah untuk mendorong terwujudnya perubahan atas sebuah

kondisi yang tidak atau belum ideal sesuai dengan yang diharapkan. Advokasi

kebijakan publik yang dilakukan oleh masyarakat Sedulur Sikep merupakan upaya

untuk menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat dan

mencegah munculnya kebijakan yang merugikan bagi masyarakat. Konsep

kerangka kerja advokasi kebijakan publik, sangat relevan dengan penemuan kasus

yang terjadi di lapangan.

Isu strategis yang diusung masyarakat Sedulur Sikep dan masyarakat

kontra, diantaranya adalah; Legitimasi yang dikeluarkan pemerintah bertentangan

dengan undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, dan kajian ilmiah;

Adanya kontroversi Amdal PT. Semen Gresik yang sarat dengan penyimpangan

prosedural dan klaim hasil kajian speleologi dan hidrogeologi jauh dari

kenyataan; Sosialisasi yang dilakukan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah

Daerah Kabupaten Pati, dan PT. Semen Gresik sangat ekslusif tanpa melibatkan

masyarakat kontra semen, sehingga memicu timbulnya pro dan kontra; dan

159

Kesewenangan Pemerintah dan PT. Semen Grseik dalam aktivitas pembebasan lahan

yang menimbulkan konflik horizontal dan vertikal.

Dalam membangun opini dan fakta sebagai pendukung advokasi yang

berbasis bukti, masyarakat Sedulur Sikep melakukan beberapa hal, diantaranya;

Opini yang dibangun masyarakat Sedulur Sikep adalah melakukan srawung ke 14

Desa yang diproyeksikan menjadi calon lokasi berdirinya pabrik semen (terkait isu

strategis); Mendirikan posko lingkungan untuk memberikan informasi mengenai

kemanfaatan Pegunungan Kendeng; Mengikuti/menyelenggarakan diskusi dan

seminar publik terkait rencana pendirian pabrik semen; dan Membuat media sosial di

internet. Sedangkan faktanya, masyarakat Sedulur Sikep mengadakan studi

banding ke Tuban, Jawa Timur untuk mengungkapkan fakta di lapangan dan

Bekerja sama dengan berbagai akademisi, organisasi lingkungan, dan LSM untuk

membuktikan klaim hasil kajian speleologi dan hidrogeologi Amdal PT. Semen

Gresik.

Sebagai masyarakat adat, tentunya masyarakat Sedulur Sikep mempunyai

standar sendiri dalam memahami sistem kebijakan, standar yang dipakai dalam

memahami rencana pendirian pabrik semen adalah dengan falsafah kejujuran.

Banyak legitimasi yang dikeluarkan adalah hasil dari ketidakjujuran pemerintah,

karena tanpa adanya musyawarah dengan masyarakat yang diproyeksikan menjadi

“korban” rencana pendirian pabrik semen, sebagai contohnya adalah pada Surat

Pernyataan Bupati Pati No. 131/1814/2008 tentang Surat Pernyataan Kesesuaian

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah

Nomor 128 Tahun 2008 tentang Penetapan Kawasan Karst Lindung Sukolilo,

160

kawasan yang semula pertanian dan pariwisata dialihfungsikan sebagai kawasan

pertambangan dan industri.

Pembangunan koalisi dilakukan masyarakat Sedulur Sikep dengan cara

kearifan lokalnya yang khas yaitu dengan transformasi srawung. Bentuk dari

transformasi srawung tersebut adalah organisasi lokal, jaringan sosial, dan

Wungon Rebo Pon/Ruang Publik. Melalui organisasi lokal yang dibentuk,

FMPL, JM-PPK dan KPPL Simber Wareh, masyarakat Sedulur Sikep mampu

untuk memperkuat basis gerakan dan mempunyai bargaining posisition yang

kuat. Tidak hanya itu, untuk menguatkan advokasi kebijakan publik berbasis data,

masyarakat Sedulur Sikep mampu menciptakan jaringan sosial dari pelbagai

kalangan. Jaringan yang tercipta tidak hanya masyarakat yang kontra semen saja,

akan tetapi meliputi Budayawan, Seniman, Akademisi, Birokrat, Politisi Lokal,

Kelompok Aliran Agama, dan LSM. Sementara untuk memperkuat ikatan esoterik

dan menyadarkan masyarakat akan kemanfaatan Pegunungan Kendeng dalam

kehidupan ekologis dan dampak keterancaman lingkungan, masyarakat Sedulur

Sikep mengadakan wungon rebo pon/ruang publik.

Dalam merancang sasaran dan strategi, masyarakat Sedulur Sikep sudah

merencanakan dengan matang. Sasaran advokasi yang akan dituju adalah

Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Pati, PT.

Semen Gresik. Sementara strategi aksi demo dan kampanye dengan Press

Releases; Melakukan Lobby dan Negosiasi; dan mengajukan Legal Standing.

Untuk mengimplementasikan strategi advokasi kebijakan publik, masyarakat

Sedulur Sikep melakukan banyak cara antara lain: Melakukan Aksi Demo dan

Kampanye penolakan rencana pendirian pabrik semen dengan Press Release

161

sebagai dasar penolakan rencana pendirian pabrik semen; dan Melakukan Lobby

dan Negosiasi terhadap pemangku kebijakan dari Pemerintah Propinsi Jawa

Tengah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati; Legal Standing terhadap

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor

540/052/2008 tentang Lokasi Penambangan Batu Kapur dan Peraturan Gubernur

Jawa Tengah Nomor 128 Tahun 2008 tentang Penetapan Kawasan Karst Lindung

Sukolilo.

Kemenangan yang diraih masyarakat kontra semen yang berada di wilayah

Pegunungan Kendeng, terutama masyarakat Sedulur Sikep adalah perjuangan

panjang dan berliku. Evaluasi yang dilakukan pada akhirnya adalah dicabutnya

Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor

540/052/2008 tentang Lokasi Penambangan Batu Kapur di PTUN Semarang pada

6 Agustus 2012 dan pencabutan ini diperkuat oleh keputusan kasasi Mahkamah

Agung (MA) pada 27 Mei 2010. Dengan dicabutnya surat izin PT. Semen Gresik,

maka Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati

Nomor 591/058/2008 tentang Izin Lokasi eksploitasi daerah Pati dan Keputusan

Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Pati Nomor

541/052/2008 tentang Lokasi Penambangan Tanah Liat juga ikut tercabut.

6.2 Rekomendasi

Pada dasarnya proses pembuatan kebijakan publik harus menyentuh aspek

esensial di masyarakat, seperti keberagaman konstruksi pengetahuan lokal dan

budaya masayarakat setempat (adat, red). Artinya, dalam proses pembuatan

kebijakan publik, masyarakat harus ikut berpartisipasi dan ambil bagian dari

162

perumusan kebijakan sampai pengambilan keputusan. Dilihat dari kacamata Ilmu

Administrasi Negara, peran serta masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik

tak ubahnya sebagai metode pendekatan bottom-up. Artinya arus kebijakan

berasal dari bawah ke atas dengan memanfaatkan partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat. Pendekatan bottom-up di sini dimaknai sebagai model yang

memandang proses kebijakan publik sebagai sebuah negosiasi dan pembentukan

konsensus. Dengan begitu, maka demand dari masyarakat dan supply dari

pemerintah akan menemui titik temu (Darwin, Muhadjir: 2010).

Seperti itulah idealnya dalam pembuatan kebijakan publik, namun berbeda

halnya dengan rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati. “Keberpihakan”

pemerintah dengan kepentingan investor pada sektor industri, telah merugikan

masyarakat, khususnya masyarakat Sedulur Sikep. Hal ini terjadi lantaran,

ketiadaan pengakuan dan perlindungan bagi masyarakat adat/komunitas minoritas

lokal di Indonesia, sehingga menyebabkan dominasi kepentingan modal dalam

kebijakan pembangunan. Dalam kenyataannya, kasus yang dialami masyarakat

Sedulur Sikep di Sukolilo, Pati adalah salah satu praktik marjinalisasi masyarakat

adat. Fakta empirisnya, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah maupun Pemerintah

Daerah Kabupaten Pati dalam membuat kebijakan, menempatkan masyarakat

Sedulur Sikep sebagai sasaran pembangunan. Implikasinya terjadi polemik yang

melahirkan pro dan kontra terkait rencana pendirian pabrik semen. Cara pandang

dari pemerintah inilah yang perlu “diubah” dalam dinamika pembangunan, dan

harus menempatkan masyarakat adat seperti masyarakat Sedulur Sikep sebagai

objek bukan lagi sebagai subjek pembangunan.

163

Terkait dengan pengakuan dan perlindungan, sebetulnya UUD 45 telah

memberikan gambaran yang jelas mengenai hak masyarakat adat dalam menjaga

kearifan lokal. Peraturan tersebut tertuang dalam Pasal 18 B, Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi, “Negara mengakui

dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Ketentuan Pasal

18 B UUD 1945 diperkuat dengan ketentuan Pasal 28 I ayat (3) UUD 45,

“Identitas budaya dan masyarakat tradisional dihormati selaras dengan

perkembangan zaman dan peradaban”. Berangkat dari pemikiran di atas, maka

rekomendasi yang ditawarkan adalah:

a) Pengakuan dan perlindungan terhadap kearifan lokal masyarakat Sedulur

Sikep yaitu srawung sangat penting untuk diatur, hal ini untuk menjaga

kearifan lokal dan menghindari kehidupan masyarakat adat, agar tidak

terdiskriminasi dan termarjinalkan dalam proses perumusan kebijakan,

sehingga menciptakan kebijakan yang aspiratif dan demokratis.

b) Mekanismenya adalah Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah

Daerah Kabupaten Pati harus membuat peraturan yang dapat memberikan

pengakuan dan perlindungan bagi kearifan lokal (srawung) masyarakat

Sedulur Sikep di Jawa Tengah (Kabupaten Blora, Pati, dan Kudus),

khusunya di Kabupaten Pati. Dengan memberikan pengakuan dan

perlindungan, otomatis masyarakat Sedulur Sikep mendapatkan hak-hak

masyarakat hukum dan adat, hak atas hidup, informasi, lingkungan,

pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam, hak

164

untuk dapat mewarisi kekayaan adat istiadat leluhur dan

mengembangkannya, hak atas kekayaan intelektual, serta menolak

pembangunan yang merugikan masyarakat setempat.

c) Belajar dari pengalaman gagalnya rencana pendirian pabrik semen oleh

PT. Semen Gresik di Sukolilo, Pati, hendaknya Pemerintah Propinsi Jawa

Tengah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati dalam setiap melakukan

perumusan kebijakan sampai dengan pengambilan keputusan terkait

dengan pembangunan, harus disrawungkan terlebih dahulu kepada

masyarakat sasaran, khususnya masyarakat Sedulur Sikep.

d) Dengan begitu, maka trust antara masyarakat Sedulur Sikep dengan

Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Daerah Kabupaten Pati

akan terbangun dengan sendirinya.

165

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Literatur

Absori. 2009. Hukum Penyelesaian Lingkungan Hidup: Sebuah Model Penyelesaian

Sengketa Lingkungan Hidup dengan Pendekatan Partisipati. Surakarta:

Muhammadiyah University Press

Azwar, Saifudin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Callicot, J. Baird dan Robert Frodeman. 2010. Encyclopedia of Enviromental Ethics

and Philosophy. New York: Gale Encage Learning

Esman, Milton and Norman T. Uphoff. 1984. Local Organizations: Intermediaries in

Rural Development. Cornell University Press: London

Gunawan dan Muhtar. 2010. Kontribusi Organisosial dalam Pembangunan

Kesejahteraan Sosial. Jakarta: P3KS Press

Hardiman, F Budi. 2009. Demokrasi Deliberatif: Menimbang Negara hukum dan

ruang Publik dalam Teori diskursus Jurgen Habermas. Yogyakarta:

Kanisisus

Ife, Jim dan Frank Tesoriero. 2008. Community Development. Penerjemah Sastrawan

Manullang dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Keraf, Sonny. 2010. Etika Lingkungan hidup. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara

Kompilasi slide presentasi kuliah Advokasi Kebijakan Publik oleh Ambar

Widaningrum/ Budi Wahyuni, FISIPOL UGM

Kompilasi slide presentasi kuliah Studi Implementasi Kebijakan Publik oleh

Muhadjir Darwin FISIPOL UGM

Lawang, R.M.Z. 2005. Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologi. Cetakan Kedua.

Depok: FISIP UI Press

Mia. 2009. Jalan Terjal Eksploitasi Pati. Arena: Yogyakarta

Moleong, lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Mumfangati, Titi. 2004. Kearifan Lokal Di Lingkungan Masyarakat Samin

Kabupaten Blora Jawa Tengah. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai

Tradisional

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif . Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi

Aksara

166

Sachari, Agus. 2007. Budaya Visual Indonesia: Membaca Makna Perkembangan

Gaya Visual Karya Desain Di Indonesia Abad Ke-20. Jakarta : Erlangga

Shiva, Vandana dan Maria Mies. 2005. Ecofeminism: perspektif gerakan perempuan

dan lingkungan. Yogyakarta IRE Press

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta

Suharto, Edi. 2005. Analisis kebijakan publik: panduan praktis mengkaji masalah dan

kebijakan sosial. Bandung: alfabeta

Susilo, Rachmad K. D. 2008. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Tanjung, Erick. 2010. Membangun Tambang di Surga Petani. Yogyakarta: Arena

_______. 2010. Sukolilo dalam Prahara. Arena: Yogyakarta

Topatimasang, Roem. 2001. Merubah Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pact dan

Insistpress

Widodo, Amrih. 2000. Untuk Hidup Tradisi Harus Mati. Yogyakarta: Basis

Wilson, Des dan Leighton Andrews. 1993. Campaigning: The A to Z of Public

Advocacy. London: Hawksmere

Valerie Miller dan Jane Covey. 2005. Pedoman Advokasi: Perencanaan, Tindakan

dan Refleksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Yin, Robert K. 2006. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Jurnal Ilmiah

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) Pembangunan Pabrik Semen

PT. Semen Gresik di Kabupaten Pati, Jawa Tengah 2008

Buana, Dian Chandra. 2013. Kearifan Lokal Versus Otoritas Penguasa (Studi Kritis

Perlawanan Hukum Masyarakat Adat Sikep Terhadap Pendirian Pabrik

Semen Di Pegunungan Kendeng, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati) .

Akbar Tandjung Institute: Jakarta. Diperoleh dari

www.akbartandjunginstitute.org /images/pdf/735 69.pdf pada 26 Juli 2013

Darmastuti, Rini dan Mustika Kuri Prasela. Two Ways Communication: Sebuah

Model Pembelajaran dalam Komunitas Samin di Sukolilo Pati. Jurnal Ilmu

Komunikasi, Volume 8, Nomor 2, Mei - Agustus 2010. Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga.

167

Paripurno, ET , dan Petrasa Wacana, Dikky Mesah, AB Rodialfallah, Rikky Raimon.

2008. Kajian Potensi Kars Kawasan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. DREaM:

Pusat Studi Manajemen Bencana UPN “Veteran” Yogyakarta dan

Acintyacunyata Speleological Club (ASC) Yogyakarta

Trijono, Lambang. 2002. Pemetaan dan Penjelasan Konflik. Makalah Disajikan pada

Workshop Konsolidasi Jaringan dan Pemetaan Potensi Konflik di

Yogyakarta-Jateng, Lembaga Lintas Sara Yogyakarta. Yogyakarta.

Yuwono, J. Susetyo Edy dan Gregorius D. Kuswanto. 2008. Kawasan Karst Sukolilo-

Jawa Tengah: Potensi Arkeologi dan Tinjauannya Secara Makro

diselenggarakan oleh PEKINDO da lam rangka Penetapan Zona Lindung

Kawasan Karst Sukolilo, Kabupaten Pati (Jawa Tengah) dan sekitarnya,

September 2008. Diperoleh dari xa.yimg.com/kq/groups/10604795/.../n

ame/Sukolilo_Lap+Arkeo.pdf Pada 11 Juni 2013

Media Massa Online

Amaruddin, Bandelan. 2008. Penentang Pabrik Semen Gresik Kerahkan Massa.

Tempo, 2 Desember 2008. Diperoleh dari http://www.tempo.co/read/news/

2008/12/02/055149281/Penentang-Pabrik-Semen-Gresik-Kerahkan-Massa

Anonim. 2008. Gagal, Klarifikasi Warga ke Gubernur soal Pabrik Semen . Suara

Merdeka, 31 Oktober 2008. Diperoleh dari http://m.suaramerdeka.com

/index.php/read/cetak/2008/10/31/37145

_______. 2008. Kajian Amdal Semen Gresik Diminta Diperbaiki. Tempo, 23

Desember 2008. Diperoleh dari http://mediacomm.web.id/index.php?page

=article&pid=135&mn=1

_______. 2008. Kelompok Pro Pabrik Semen Kerahkan Masa . Suara Merdeka, 2

Desember 2008. Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v2/index

.php/read/cetak/2008/12/02/41706/Kelompok-Pro-Pabrik-Semen-Kerahka n-

Massa Pada 20 Juni 2013

_______. 2008. Pembangunan Pabrik Semen Masih Bisa Digagalkan. Tempo, 7 Desember

2008. Diperoleh dari http://koran.tempo.co/konten/2008/12/07/ 150184/Pem

bangunan-Pabrik-Semen-Masih-Bisa-Digagalkan

_______. 2008. Pendirian Pabrik Semen Diminta Ditunda . Tempo, 22 Desember

2008. Diperoleh dari http://mediacomm.web.id/index.php?page=article &pid=

134&mn=1

_______. 2008. Penolak Pabrik Semen Bawa Puluhan Kendi. Suara Merdeka, 12 Mei

2008. Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/ read/cetak

/2008/05/12/12978/Penolak-Pabrik-Semen-Bawa-Puluhan-Kendi-

168

_______. 2008. Warga Dirikan Posko Tolak Pabrik Semen . Suara Merdeka, 14 Maret

2008. Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v1/index. php/read/cetak/

2008/03/14/4819/Warga-Dirikan-Posko-Tolak-Pabrik-Semen

_______. 2008. Warga Keluhkan Pematokan Tanah. Suara Merdeka, 1 April 2008.

Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cet ak/2008/

04/01/7059/Warga-Keluhkan-Pematokan-Tanah-

_______. 2009. Banding, Pemprov Yakin Menang. Suara Merdeka, 13 Agustus 2009.

Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read /cetak/2009/

08/13/76678/Banding-Pemprov -Yakin-Menang-

_______. 2009. Dosen IPB Minta Perbaikan Gubernur Minta Hormati Amdal.

Kompas, 23 Februari 2009. Diperoleh dari http://cetak.kompas.com/read/

xml/2009/02/23/11363841/dosen. ipb.minta.perbaikan.

_______. 2009. Gubernur Batalkan Pembangunan Pabrik Semen di Pati. Solopos, 26

Juli 2009. Diperoleh dari http://www.solopos.com/2009/07/26 /gubernur-

batalkan-pembangunan-pabrik-semen-di-pati-2030

_______. 2009. Jangan Sampai Ada Kata Menolak . Suara Merdeka, 30 Januari 2009.

Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/ cetak/2009/

01/30/49556/Jangan-sampai-Ada-Kata-Menolak

_______. 2009. Jelang Pencanangan, Warga Gencarkan Protes. Suara Merdeka, 14

Mei 2009. Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v2/ index.php/

read/cetak/2009/05/14/63452/Jelang-Pencanangan-Warga-Gencarkan-Protes

_______. 2009. Pasopati Mendukung, Ibu-Ibu Menolak. Suara Merdeka, 11 Mei

2009. Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/ cetak/

2009/05/11/62876/Pasopati-Mendukung-Ibu-ibu-Menolak

_______. 2009. Pembangunan Pabrik Semen di Pati Ditunda . Kompas, 23 Juni 2009.

Diperoleh dari http://edukasi.kompas.com/read/2009/06/23/2104 0728/Pem

bangunan.Pabrik.Semen.di.Pati. Ditunda

_______. 2009. PT. Semen Gresik Ancam Lingkungan Hidup. Viva News, 7 Agustus

2009. Diperoleh dari http://log.viva.co.id/news/read/81180-pt_semen_gresik

_ancam_lingkung an_hidup

_______. 2009. PT SG Ajukan Banding. Kompas, 12 Agustus 2009. Diperoleh dari

http://nasional.kompas.com/read/2009/08/12/12442177/PT.SG.Ajuka

n.Banding

_______. 2009. PT. SG Januari Bebaskan Lahan. Suara Merdeka, 8 Januari 2009.

Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/cetak/ 2009/

01/08/46491/PT-SG-Januari-Bebaskan-Lahan-

169

_______. 2009. PT. Semen Gresik Tingkatkan Ekspor Semen . Kompas, 16 Januari

2009. Diperoleh dari http://otomotif.kompas.com/read/2009/01/16/190 42316

/direktori.html

_______. 2009. Ribuan Warga Turun ke Jalan. Suara Merdeka, 17 Mei 2009.

Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/ 2009/

05/17/63920/Ribuan-Warga-Turun-ke-Jalan-

_______. 2009. Sedulur Sikep Inginkan Survei Menyeluruh. Kompas, 22 Januari

2009. Diperoleh dari http://edukasi.kompas.com/read/2009/01/22/1900 0422

/Sedulur.Sikep.Inginkan.Survei .Menyeluruh.

_______. 2009. Sepuluh Jam, Warga Kedumulyo Sandera Tim Semen Gresik . Suara

Merdeka, 23 Januari 2009. Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/

v2/index.php/read/cetak/2009/01/23/48731/Sepuluh-Jam-Warga-Ked umulyo-

Sandera-Tim-Semen-Gresik

_______. 2009. Walhi Apresiasi Putusan Menolak Semen Gresik . Kompas, 7 Agustus

2009. Diperoleh dari http://tekno.kompas.com/read/2009/08/07/12215480/

walhi.apresiasi.put usan.menolak.semen.gresik.

_______. 2009. Warga Tetap Tolak Pendirian Pabrik SG di Pati. Kabar Bisnis, 16

Mei 2009. Diperoleh dari http://www.kabarbisnis.com/read/282649

Armitrianto, Adhitia. 2012. Suara Merdeka: Menolong Harus Tanpa Pamrih, Suara

Merdeka, 9 Maret 2009. Diperoleh dari http://www.suara merdeka.com/v1/

index.php/read/cetak/2012/03/29/181549/Menolong-Harus-Tanpa-Pamrih

diakses 23 September 2012

Efendi, Noor M. 2008. Luwih Apik Tuku tinimbang Ngedol Tanah . Suara Merdeka,

24 Maret 2008. Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com /v1/index.php/

read/cetak/2008/03/24/5875/Lu wih-Apik-Tuku-tinimbang-Ngedol-Tanah

_______. 2009. Melintasi Alur Sungai Penuhi Lintah . Suara Merdeka, 17 Februari

2009. Diperoleh dari http://www.suaramerdeka.com/v2/index.php/read/ cetak/

2009/02/17/52278/Melintasi-Alur-Sungai-Penuh-Lintah

Hartiningsih, Maria. 2012. Sedulur Sikep Merawat Bumi. Kompas, Jumat, 4 Mei 2012

Herusansono, Winarto. 2009. Aneh! Diskusi Amdal Pabrik Semen Dibubarkan Polisi.

Kompas, 29 Januari 2009. Diperoleh dari http://bisniskeuangan. kompas.

com/read/2009/01/29/17165054/Aneh.Diskusi.Amdal.Pabrik.Sem

en.Dibubarkan.Polisi

Himawan, Furqon Ulya. 2012. Srawung dalam Komunitas Sedulur Sikep. Media

Indonesia, 12 Mei 2012. Diperoleh dari http://pmlseaepaper.pressmart

.com/mediaindonesia/PUBLICATIONS/MI/MI/2012/05/12/ArticleHtmls/Sra

wung-dalam-Komunitas-Sedulur-Sikep-12052012024021.shtml?Mode =1

170

Rofiuddin. 2008. Dampak Pendirian PT Semen akan Dikaji. Tempo, 4 Desember 2008.

Diperoleh dari http://www.tempo.co/read/news/2008/12/04/058149558/Da

mpak-Lingkungan-Pendirian-PT-Semen-akan-Dikaji

_______. 2008. Gubernur Tetapkan Kawasan Kars untuk Pabrik Semen. Tempo, 27

oktober 2008. Diperoleh dari http://www.tempo.co/read/news/2008 /10/27/

058142378/Gubernur-Tetapkan-Kawasan-Kars-untuk-Pabrik-Semen

_______. 2009. 13 Pegawai PT. Semen Gresik Disandera Warga. Tempo, 23 Januari 2009.

Diperoleh dari http://www.tempo.co/read/news/2009/01/22/05815652 4/13-

Pegawai-PT-Semen-Gresik-Disandera-Warga

_______. 2009. Bibit Waluyo Geram, LSM Sontoloyo Bubarkan Proyek Rp 5 Triliun.

Tempo, 25 Juli 2009. Diperoleh dari http://www.tempo.co/read/news/2009

/07/25/078188974/Bibit-Waluyo-Geram-LSM-Sontoloyo-Bubarkan-Proyek-

Rp-5-Triliun

_______. 2009. Gubernur Diminta Cabut Keputusan Amdal Semen Gresik. Tempo, 23

Februari 2009. Diperoleh dari http://www.tempo.co/read/news/2009 /02/23

/058161622/Gubernur-Diminta-Cabut-Keputusan-Amdal-Semen-Gresik

_______. 2009. Izin Pabrik Semen Gresik di Pati Langgar Aturan. Tempo, 6 Agustus

2009. Diperoleh dari http://www.tempo.co/read/news/2009/08/06/058 191185/

Izin-Pabrik-Semen-Gresik-di-Pati-Langgar-Aturan

_______. 2010. Gugatan Izin Pendirian Semen Gresik Ditolak. Tempo, 11 Januari 2010.

Diperoleh dari http://www.tempo.co/read/news/2010/01/11/06321 8494/

Samhadi, Sri Hartati dan Ahmad Arif. 2008. Gerakan Petani: Mereka yang Tak Mau

Tunduk . Kompas, 1 Agustus 2008

_______. 2008. Investasi Semen: Kami Juga Ingin Maju. Kompas, 1 Agustus 2008

_______. 2008. Saminisme: Seratus Tahun Melawan Pemburu Rente . Kompas, 1

Agustus 2008.

Susanto, Gunawan Budi. 2012. Gunretno: Pada Tanah Pun Kita harus Jujur. Suara

Merdeka, 5 Agustus 2012. Diperoleh dari epaper.suaramerdeka.com/..

./02EM05H12MGU.pdf

Suprapto, Natanael. 2009. Perempuan Unsur Strategis Kelestarian Lingkungan.

Kompas, 18 Juni 2009. Diperoleh dari http://regional.kompas.com/ read/

2009/06/18/19102838/Perempuan.Unsur.Strategis.Kelestarian.Lingkungan.

pada 16 Desember 2012

Sohirin. 2009. Gubernur Dukung Pengajuan Banding Semen Gresik. Tempo, 14 Agustus

2009. Diperoleh dari http://www.tempo.co/read/news/2009/08/14 /058192643

/Gubernur-Dukung-Pengajuan-Banding-Semen-Gresik

171

Tobing, Sorta. 2009. “Tiga Produsen Semen Diduga Lakukan Monopoli”. Tempo,

16 April 2009. Diperoleh dari http://www.tempo.co/read/news/2009/04

/16/090170705/Tiga-Produsen-Semen-Diduga-Lakukan-Monopoli diakses

pada 28 April 2013

Widi, Hendriyo. 2010. “Perang Saudara” di Bumi Nusa Kendeng . Kompas, 11 Juni

2010. Diperoleh dari http://regional.kompas.com/read/2010/06/11/14354

520/.Perang.Saudara.di.Bumi.Nu a.K endeng.

Sumber Internet

A.B. Rodhial Falah & Akhmad Zona Adiardi. 2011. Kekayaan Alam Bawah Tanah

Kars Sukolilo. Acintyacunyata Speleological Club: Yogyakarta. Diperoleh

dari http://petrasawacana.wordpress.com/2011/07/11/kekaya an-alam-bawah-

tanah-kars-sukolilo/ pada 10 Juni 2013

Anonim. 2012. Srawung dalam Komunitas Sedulur Sikep. Diperoleh dari

http://kabupatenpati.com/s rawung-dalam-komunitas-sedulur-sikep/ Pada 21

Mei 2012

Fauzan, Uzair. 2007. Kelompok Minoritas dan Strategi Non-Konfrontasi Refleksi

Lapangan di Komunitas Sedulur Sikep dan Parmalim. Diperoleh dari

http://interseksi.org/publications/essays/articles/minoritas_non_konfrontasi.ht

ml pada 27 Mei 2012

Himawan, Heru. 2012. Aspirasi Keadaban Komunitas Sedulur Sikep. Laporan PHT

PGMW-3. Diperoleh dari http://www.beritagkmi.com/details.php?

module=detailnews&idberita=236&judul=Aspirasi%20Keadaban%20Komuni

tas%20Sedulur%20Sikep&kategori=Potret pada 26 Juni 2013

Jaringan Nasional Advokasi Penolakan PT. Semen Gresik di Sukolilo Pati: WALHI,

Desantara, ANBTI, KontraS, ICEL, JATAM, KRuHA, AMAN, HUMA, LBH

Jakarta, LBH Masyarakat .2009. Masyarakat Sukolilo-Pati Menekan dari

Jakarta, Kita Tunggu Hasilnya. Diperoleh dari http://www.kontras.org/

index.php?hal=siaran_pers&id=839 pada 23 Juli 2013

Khalid, Khalisah. 2008. Hari Perempuan Internasional, 8 Maret 2008 Ekofeminis di

Indonesia, Adakah?. Penulis adalah Gender Vocal Point Friends of the Earth

Indonesia (WALHI), sekaligus Kandidat Dewan Nasional WALHI . Diperoleh

dari http://sangperempuan.blogspot.com/2008/07/ekofeminis-di-indonesia-

adakah.html pada 15 November 2012

Kristianto, Erwin Dwi. 2010. Siaran Pers: YLBH-LBH Semarang, LPH YAPHI dan

Yayasan SHEEP. Diperoleh dari http://catatan-kaki-erwin.blogspot.com/2010

/01/siaran-pers-ylbh-lbh-semarang-lph-yaphi.html pada 31 Juli 2013

172

Lawantiran, Sariman. 2009. Flora dan Fauna Pegunungan Kendeng Butuh Bantuan

Teman-Teman. Diperoleh dari http://wartawarga.gunadarma.ac.id/ 2010/01/

flora-dan-fauna-pegunungan-kendeng-utara-butuh-bantuan-teman-teman/Pada

12 Juni 2013

Pasfmpati. 2009. Massa Pro Tuntut Bupati Dan Ketua Dewan Segera Realiasai

Pabrik Semen. Diperoleh dari http://pasfmpati.wordpress.com/2009/05/09/

massa-pro-tuntut-bupati-dan-ketua-dewan-segera-realiasai-pabrik-semen/

pada 27 Juli 2013

_______. 2009. Warga Kontra Kembali Gelar Unjuk Rasa. Diperoleh dari

http://pasfmpati.wordpress.com/2009/05/15/warga-kontra-kembali-gelar-

unjuk-rasa/#more-1097 pada 27 Juli 2013

Rahim, Supli Effendi. 2008. Etika Lingkungan dan Persfektif Filsafat. Diperoleh dari

http://www.scribd.com/doc/92500253/Etika-Lingkungan-Dan-Filsafat pada 4

Oktober 2013, 15.19 WIB

Rustanto, Bambang. 2010. Pengembangan Organisasi Lokal. Diperoleh dari

http://bambang-rustanto.blogspot.com/2011/08/pekerjaan-sosial-danpenge

mbangan.html pada 3 Juli 2012

Setiawan, Mobi B: Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi dan Komodivikasi

Ruang di Kampung. Makalah pada Seminar dan Lokakarya Pemberdayaan

Ruang Publik di Dalam Kota, Ikatan Arsitek Indonesia, 2004. Dipeoleh dari

file.upi.edu/Direktori/.../Ruang_Publik _%26_Modal_Sosial.pdf Pada 29 Mei

2012

Suyami. 2007. Kearifan lokal di lingkungan masyarakat samin kabupaten blora, jawa

tengah. Yogyakarta: kantor pariwisata dan kebudayaan kabupaten blora.

Diperoleh dari Website resmi Pemkab blora, Sejarah Samin,

http://www.blorakab.go.id/03samin.php Pada Pada 21 Mei 2012

Ujianto, Ari. 2012. Simbar Wareh dan Kontekstualisasi Kearifan Lingkungan.

Srinthil (Media Perempuan Multikultural) edisi 23. Diperoleh dari

http://srinthil.org/75/simbar-wareh-dan-kontekstualisasi-kearifan-lingkungan/

pada 19 Februari 2012

YLBHI-LBH Semarang, LPH YAPHI, Yayasan SHEEP Indonesia, Walhi Jate ng.

2011. “Kemenangan Kecil” di Mahkamah Agung: Momentum Mendorong

Penataan Ruang Yang Berkeadilan . Diperoleh dari http://www.walhi.or.id/

index.php/id/kampanye-dan-advokasi/tematik/kebijakan-psda/212-kemena

ngan-kecil-di-mahkamah-agung-momentum-mendorong-penataan-ruang-

yang-berkeadilan.html pada 15 Agustus 2013

Yumni, Akbar. 2008. Refleksi Proses Transformasi dalam Advokasi Masyarakat

Lokal dan Sedulur Sikep di Pati, dalam Menolak Pabrik Semen . Diperoleh

173

dari http://www.desantara.or.id/07-2008/247/bahasa-dan-peta-kepentingan

pada 2 Januari 2012

Yusuf Effendi SC, S.HI. Dasar-dasar Advokasi dan Manajemen Aksi. disampaikan

pada sesi materi Advokasi dan Manajemen Aksi dalam PKD PMII Komisariat

Gadjah Mada di PP Sunan Pandan Aran, 18-20 April 2008. Diperoleh dari

http://pmiigadjahmada.wordpress.com/2010/04/14/dasar-dasar-advokasi-dan-

manajemen-aksi1/ pada 25 Juli 2012

Virri, Kristina. 2012. Gerakan Perempuan Kendeng Menolak Pabrik Semen. Srinthil

(Media Perempuan Multikultural) edisi 23. Diperoleh dari http://srinthil.org

/77/gerakan-perempuan-kendeng-menolak-pabrik-semen/ pada 11 Januari

2012

Zulfikar, Teuku Muhammad. Perempuan dan Lingkungan Hidup. Disampaikan pada

Seminar Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup Berwawasan Gender, 11

September 2007, P3G LPPM UNS dengan KLH RI. Diperoleh dari

http://www.ccde.or.id/index.php?option=com_content&view=article &id=590

:perempuan-danlingkungan-hidup&catid=3:bingkai&Itemid=4 pada 2 Januari

2013

174

LAMPIRAN

175

Pedoman Wawancara (Interview Guide)

Issue Data/Informasi Jenis Data Sumber Informasi Metode

Isu Strategis a) Apakah yang menjadi isu strategis atau alasan masyarakat Sedulur Sikep dan

masyarakat kontra semen menolak rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati?

Primer/

Sekunder

Masyarakat kontra

Semen/Masyarakat

Sedulur Sikep/JM-

PPK/Media/

Artikel/Jurnal

Ilmiah

Wawancara/

Dokumen

Membangun

Opini dan

fakta

b) Bagaimana tanggapan masyarakat Sedulur Sikep mengenai rencana pembangunan

pabrik semen?

c) Mengapa masyarakat Sedulur Sikep menganggap rencana pembangunan pabrik semen

sebagai permasalahan publik?

d) Apakah masyarakat di sekitar Pegunungan Kedeng dilibatkan dalam pengambilan

keputusan terkait rencana pembangunan pabrik semen?

e) Apakah masyarakat Sedulur Sikep dan masyarakat kontra semen lainnya dilibatkan

dalam kajian analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal)?

f) Apakah dari pihak pemerintah maupun swasta sudah melakukan sosialisasi terkait

rencana pembangunan pabrik semen?

g) Apa saja kearifan lokal di masyarakat Sedulur Sikep yang berkaitan dengan isu

lingkungan?

h) Apakah kearifan lokal tersebut bertentangan dengan pendirian pabrik semen?

Primer Masyarakat Sedulur

Sikep/LSM

Wawancara

i) Fakta mengenai Pegunungan Kendeng Utara atau kajian terhadap Pegunungan

Kendeng Utara

j) Penelusuran Amdal terkait rencana pendirian pabrik semen oleh PT. Semen Gresik

Sekunder

Media/

Artikel/Jurnal

Ilmiah

Dokumen

Memahami

Sistem

a) Bagaimana masyarakat Sedulur Sikep memaknai kebijakan yang sudah dikeluarkan

pemerintah terkait rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Pati? Primer

Masyarakat Sedulur

Sikep

Wawancara

176

Kebijakan b) Bagaimana konsekuensi kebijakan rencana pembangunan pabrik semen terhadap

kehidupan masyarakat di sekitar pegunungan Kendeng, khususnya bagi masyarakat

Sedulur Sikep sendiri?

c) Apakah Sedulur Sikep/masyarakat sekitar merasa diuntungkan atau sebaliknya?

d) Menurut Sedulur Sikep siapa yang diuntungkan dalam hal ini?

e) Setelah memahami isi kebijakan, bagaimana masyarakat Sedulur Sikep merumuskan

tujuan advokasi kebijakan? dan apa tujuan tersebut?

f) Analisis aktor yang terlibat dalam rencana pendirian pabrik semen Sekunder

Media/

Artikel/Jurnal

Ilmiah

Dokumen

g) Komparasi antara kebijakan rencana pendirian pabrik semen dengan (1) Kearifan lokal

masyarakat Sedulur Sikep; (2) Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; (3) Keputusan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral Nomor: 1456.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan

Kars Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; dan (4) Kajian Acintyacunyata

Speleological Club (ASC) Yogyakarta mengenai Pegunungan Kendeng Utara

Sekunder

Kebijakan

Pemerintah daerah

Pati terkait rencana

pembangunan

pabrik semen

/Artikel/Jurnal

Ilmiah

Dokumen

Membangun

Koalisi

a) Bagaimana Sedulur Sikep memaknai koalisi/jaringan sebagai basis gerakan?

b) Bagaimana cara Sedulur Sikep membangun koalisi/jaringan?

c) Siapa saja koalisi/jaringan formal maupun informal masyarakat Sedulur Sikep?

d) Bagaimana peran dari koalisi/jaringan?

e) Bagaimana bentuk kerjasama yang terbangun dengan koalisi/jaringan?

f) Apakah dengan banyak koalisi/jaringan akan memperkuat basis gerakan?

g) Bagaimana respon Sedulur Sikep terhadap aktor/masyarakat yang pro pembanguan

pabrik semen?

h) Apakah (pernah) ada konflik antara masyrakat Sedulur Sikep dengan pemerintah

Primer Masyarakat Sedulur

Sikep Wawancara

177

Kabupaten Pati, perusahaan PT. Semen Gresik, atau dengan masyarakat yang pro

pembangunan?

i) Bagaimana tanggapan dan soslusi untuk menyelesaikannya?

Merancang

Sasaran dan

Strategi

a) Setelah membangun koalisi, bagaimana Sedulur Sikep merancang sasaran dan strategi

terkait rencana pembangunan pabrik semen?

b) Siapa yang menjadi sasaran advokasi?

c) Strategi apa yang akan digunakan dalam advokasi?

d) Bagaimana peran koalisi/jaringan dalam merancang strategi advokasi?

e) Apa alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan masyarakat Sedulur Sikep?

Primer Masyarakat Sedulur

Sikep Wawancara

Pengaruhi

Kebijakan

a) Setelah merancang sasaran dan strategi, apa saja bentuk-bentuk advokasi masyarakat

Sedulur Sikep terhadap kebijakan rencana pembangunan pabrik semen?

b) Bagaimana koordinasi dengan koalisi/jaringan sosia l terkait advokasi?

c) Bagaimana pembagian tugas antar koalisi terhadap teamwork advokasi?

Primer Masyarakat Sedulur

Sikep Wawancara

d) Mengidentifikasi bentuk-bentuk advokasi masyarakat Sedulur Sikep dan

koalisi/jaringan terhadap kebijakan rencana pendirian pabrik semen Sekunder

Media/Artikel/

Jurnal Ilmiah Dokumen

Evaluasi

a) Setelah melakukan berbagai advokasi kebijakan publik terhadap rencana pendirian

pabrik semen, bagaimana masyarakat Sedulur Sikep menilai tingkat keberhasilan

advokasi?

Primer Masyarakat Sedulur

Sikep/ Wawancara

b) Mengidentifikasi tingkat keberhasilan advokasi masyarakat Sedulur Sikep terhadap

rencana pendirian pabrik semen Sekunder

Media/Artikel/

Jurnal Ilmiah Dokumen