Paper model gravitasi

23
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permukaan bumi ini menjadi ruang yang amat luas bagi kehidupan manusia. Manusia dapat memanfaatkan ruang di permukaan bumi ini pada atas maupun bawah permukaan bumi selagi kegiatan- kegiatan manusia awam masih dapat dilakukan dan masih bisa dijangkau. Ruang di permukaan bumi ini menentukan posisi dan posisi menentukan lokasi. Lokasi dapat diketahui berdasarkan lintang dan bujur pada ruang. Oleh karena munculnya lokasi- lokasi yang berkaitan dengan aktifitas manusia, lebih- lebih aktifitas yang berhubungan dengan masalah ekonomi maka muncullah Teori Lokasi. Makna dari teori lokasi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tata ruang ( spatial order ) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Munculnya teori lokasi membawa dampak keberadaaan potensi suatu wilayah atau lokasi untuk diadakannya kegiatan ekonomi. Untuk menentukan lokasi suatu industri (skala besar) secara komprehensif, diperlukan gabungan dari berbagai pengetahuan dan disiplin. Pengusaha bertaraf internasional pada umumnya memilih lokasi yang 1

Transcript of Paper model gravitasi

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Permukaan bumi ini menjadi ruang yang amat luas bagi

kehidupan manusia. Manusia dapat memanfaatkan ruang di

permukaan bumi ini pada atas maupun bawah permukaan bumi

selagi kegiatan- kegiatan manusia awam masih dapat

dilakukan dan masih bisa dijangkau. Ruang di permukaan

bumi ini menentukan posisi dan posisi menentukan lokasi.

Lokasi dapat diketahui berdasarkan lintang dan bujur pada

ruang.

Oleh karena munculnya lokasi- lokasi yang berkaitan

dengan aktifitas manusia, lebih- lebih aktifitas yang

berhubungan dengan masalah ekonomi maka muncullah Teori

Lokasi. Makna dari teori lokasi merupakan ilmu yang

mempelajari mengenai tata ruang (spatial order) kegiatan

ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis

dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya atau

pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam

usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.

Munculnya teori lokasi membawa dampak keberadaaan

potensi suatu wilayah atau lokasi untuk diadakannya

kegiatan ekonomi. Untuk menentukan lokasi suatu industri

(skala besar) secara komprehensif, diperlukan gabungan

dari berbagai pengetahuan dan disiplin. Pengusaha

bertaraf internasional pada umumnya memilih lokasi yang

1

memungkinkan menjangkau pasar yang seluas mungkin. Namun,

mereka tidak bisa lepas dari tindakan para pengusaha lain

yang telah atau akan beroperasi pada lokasi tertentu.

Para pengusaha internasional mempertimbangkan beberapa

faktor antara lain adalah ketersediaan bahan baku , upah

buruh, jaminan keamanan , fasilitas penunjang, daya serap

pasar lokal, dan aksebilitas dari tempat produksi ke

wilayah pemasaran yang dituju (terutama aksesibilitas

pemasaran ke luar negeri). Dan belakangan ini faktor

stabilitas politik juga berpengaruh.

Pada tingkat pemilihan lokasi, penetapan lokasi

industri terkait dengan dua sudut pandang, yaitu sudut

pandang pengusaha dan sudut pandang pemerintah. Dalam

sudut pandang pengusaha, bisa jadi sebuah perusahaan

masih terikat dengan perusahaan induk. Selain itu dengan

pertimbangan melihat lokasi juga memperhatikan efisiensi

pemakaian ruang, artinya untuk setiap lahan yang tersedia

, dipilih kegiatan apa yang paling cocok di situ yang

menjamin keserasian pemakaian lahan yang secara nasional

akan memberikan nilai tambah yang optimal, keahlian yang

menyangkut teknis, seperti ahli dibidang teknis bangunan,

ahli daya dukung lahan, ahli permesinan, dan beberapa

ahli lain-lainnya. Sehingga apabila hendak membangun atau

mengembangkan sebuah usaha baru pada lokasi tertentu,

2

pengusaha harus melakukan apa yang dinamakan studi

kelayakan finansial.

Sebenarnya terkait pertimbangan untuk memilih

lokasi, entah dari sudut perusahaan maupun pemerintah,

ada lima faktor yang sangat mempengaruhi, antara lain

faktor tenaga kerja, komponen bahan baku, ekonomi

eksternal, pasar dan lahan dan bangunan. Kelima faktor

tersebut nantinya berdampak pada keterjangkauan biaya dan

transportasi. Keterjangkauan biaya dan transportasi

mempengaruhi pula kepada bahan baku lokal yang akan

diambil dan perkiraan kompetitor atau pesaing yang juga

menginginkan lokasi tersebut. Hingga muncullah lokasi

alternatif yang dipilih dan kemungkinan lokasi tersebut

telah benar- benar dipilih setelah dilakukan pertimbangan

yang matang. Namun, tetap saja final lokasi yang dipilih

kembali pada pertimbangan tenaga kerja, komponen bahan

baku, ekonomi eksternal, pasar dan lahan dan bangunan.

Menetapkan lokasi sebuah usaha juga harus

mempelajari peraturan atau regulasi yang ada, yaitu di

mana saja usaha seperti itu boleh dibangun. Terkadang ada

pilihan antara berlokasi pada industrial estate (kawasan

industri) yang sudah mendapakan izin dari pemerintah atau

luar industrial estate. Kedua pilihan itu harus dihitung

terlebih dahulu kerugian dan keuntungannya, bukan hanya

dari sudut keuangan tapi juga dari sudut keamanan/sikap

3

masyarakat. Dalam menganalisis masing-masing faktor

diatas, tidak cukup hanya berdasarkan pada keadaan masa

kini. Artinya, harus dapat diramalkan perubahan yang

bakal terjadi dimasa yang akan datang, baik perubahan

yang disebabkan oleh faktor yang datang dari luar maupun

perubahan karena perusahaan mulai beroperasi di daerah

tersebut. Hal ini terutama penting diperhatikan oleh

perusahaan yang berskala besar karena akan langsung

mengubah kondisi ekonomi dari sosial di sekitar

lingkungannya. Contoh perubahan yang berasal dari luar,

termasuk perubahan kebijakan pemerintah. Jadi diperlukan

kerja sama antara berbagai keahlian untuk dapat membuat

suatu perhitungan yang tepat.

Keputusan untuk memilih lokasi

Terikat dg perusahaan lama Pengaruh pemerintah

Tenaga Kerja Komponen bahan baku Ekonomi eksternal Pasar

Lahan dan Bangunan

Keterjangkauan Biaya dan Transportasi

Feedback

Bahan baku lokal Perkiraan reaksi

kompetitor

4

Lokasi Alternatif

Lokasi yang dipilih

Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan

ruang wilayah dan perencanaan aktivitas pada ruang

wilayah. Perencanaan pembangunan wilayah sebaiknya

menggunakan pendekatan sektoral dan pendekatan regional.

Pendekatan sektoral biasanya less-spatial (kurang

memperhatikan aspek ruang secara keseluruhan), sedangkan

penedekatan regional lebih bersifat spasial dan merupakan

jembatan untuk mengaitkan perencanaan pembangunan dengan

rencana tata ruang. Karena di dalam pengembangan wilayah

penggunaan lahan dan sistem pergerakan manusia yang

dijadikan kajian maka perencana harus terlebih dahulu

memperhatikan daya tarik lokasi tersebut. Dan salah satu

model yang banyak digunakan untuk menganalisa perencanaan

pengembangan wilayah adalah model gravitasi. Model ini

dapat membantu para perencana wilayah untuk memperkirakan

daya tarik suatu lokasi dibanding dengan lokasi lain di

sekitarnya.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan Model Gravitasi dalam Studi

Geografi, khususnya untuk menentukan lokasi ?

5

3. Tujuan

Untuk mengetahui penerapan Model Gravitasi dalam

Studi Geografi, khususnya untuk menentukan lokasi.

6

PEMBAHASAN

Hukum gravitasi dicetuskan oleh Sir Issac Newton

seorang ahli ilmu fisika atau fisikawan pada tahun 1687.

Dia mengatakan bahwa dua buah benda atau materi memiliki

gaya tarik-menarik yang kekuatannya berbanding lurus

dengan hasil kali kedua massa tersebut dan berbanding

terbalik dengan kuadrat jarak benda tersebut.

Secara matematis, rumus dari Hukum Gravitasi adalah

sebagai berikut :

Keterangan :

G : Kekuatan gravitasi diantara dua benda

g : Ketetapan gravitasi Newton

mA : Massa benda A

mB : Massa benda B

Hukum gravitasi Newton dapat diterapkan dalam studi

geografi pemasaran dan studi transportasi. Selain itu,

juga digunakan dalam studi perpindahan penduduk, masalah

memilih lokasi, dan masalah interaksi. Model Gravitasi

dapat pula digunakan untuk mendeskripsikan intensitas

pergerakan manusia atau komoditas diantara wilayah-

7

wilayah dengan berbagai jenis ukuran (dimana

kecenderungan interaksi naik seiring dengan luas

wilayah) menarik ke dalam “penipisan” efek jarak.

Menurut Tarigan model gravitasi yang digunakan untuk

menganalisa daya tarik suatu lokasi dapat juga digunakan

untuk memperkirakan besarnya arus lalulintas pada jalan

tertentu, menaksir banyaknya perjalanan antara dua tempat

(berdasarkan daya tarik masing- masing tempat), banyaknya

pemukim untuk lokasi tertentu (berdasarkan daya tarik

masing-masing permukiman), banyaknya pelanggan untuk

suatu kompleks pasar (berdasarkan daya tarik masing-

masing pasar), banyak murid sekolah untuk masing-masing

lokasi (berdasarkan daya tarik masing-masing sekolah

untuk jenjang dan kualitas yang sama), banyaknya

masyarakat yang berobat pada berbagai lokasi tempat

berobat (berdasarkan daya tarik masing-masing tempat

berobat dengan kualitas yang sama). Selain itu, model ini

juga banyak digunakan untuk perencanaan transportasi

untuk melihat besarnya arus lalu lintas ke suatu lokasi

sesuai daya tarik lokasi tersebut. Dengan demikian dapat

diperkirakan volume arus lalu lintas dan lebar jalan yang

perlu dibangun sesuai volume jalan tersebut.

Jika hukum gravitasi Newton digunakan untuk

menghitung besarnya interaksi antara wilayah pertumbuhan

A dan B, maka rumusnya menjadi:

8

Keterangan :

IA.B : Interaksi pertumbuhan wilayah A dan B

PA : Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A

PB : Jumlah penduduk wilayah pertumbuahan B

DAB : Jarak antara wilayah pertumbuhan A dan B

Contoh soal:

Hitunglah interaksi antara A, B, dan C, bila diketahui:

Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan A = 300.000 jiwa.

Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan B = 20.000 jiwa.

Jumlah penduduk wilayah pertumbuhan C = 10.000 jiwa.

Jarak antara wilayah pertumbuhan A dengan wilayah

pertumbuhan B = 5 km maka,

Jika di dekat wilayah pertumbuhan A ada desa lain, yaitu

wilayah pertumbuhan C dengan jumlah penduduk 10.000 jiwa

dan jaraknya dengan A = 10 km, maka:

9

Jadi, interaksi antara wilayah pertumbuhan A dengan

wilayah pertumbuhan B dan wilayah pertumbuhan C dapat

ditulis dengan angka sederhana, yaitu 24 berbanding 3

atau 8 berbanding 1. Jika digambarkan sebagai berikut.

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi A

dengan B lebih besar daripada interaksi antara A dengan

C. Berarti pengaruh A terhadap B lebih besar daripada

pengaruh A terhadap C.

Dalam perencanaan wilayah, model gravitasi yang

pertama kali digunakan adalah model gravitasi yang

dikembangkan oleh W.G Hansen. Model ini berkaitan dengan

prediksi lokasi dari pemukiman penduduk berdasarkan daya

tarik masing-masing lokasi. Model ini didasarkan pada

asumsi bahwa tersedianya lapangan kerja, tingkat

aksesibilatas,dan adanya lahan perumahan yang masih

10

kosong, akan menarik penduduk berlokasi ke subwilayah

tersebut.

Sekali lagi menurut Tarigan, model ini tidak persis

sama dengan model gravitasi karena tidak didasarkan atas

saling interaksi antar subwilayah (zona), melainkan tiap

subwilayah destinasi dianggap memiliki daya tarik

tersendiri dan bagaimana suatu kegiatan dari keseluruhan

wilayah bereaksi terhadap daya tarik tersebut. Artinya,

origin tidak diperinci per subwilayah hanya destinasi

yang diperinci per subwilayah. Hansen mula-mula

menggabung jumlah lapangan kerja dan kemudahan mencapai

lokasi sebagai accessibility index (indeks aksesibilitas).

Secara umum indeks aksesibilitas adalah adanya unsur daya

tarik yang terdapat di suatu subwilayah dan kemudahan

untuk mencapai subwilayah tersebut. Menurut Hansen

accessibility index adalah faktor utama dalam menentukan orang

memilih lokasi tempat tinggalnya.

Selain indeks aksesibilitas, adanya lahan kosong dan

tersediannya fasilitas lainnya adalah merupakan unsur

daya tarik lain yang harus diperhatikan, untuk berlokasi

di subwilayah tersebut. Lahan kosong ini oleh Hansen

dinamakan holding capacity. Perlu diingat pengertian lahan

kosong di Indonesia adalah lahan yang cocok untuk

pemukiman penduduk. Lahan kosong yang tidak sesuai dengan

pemukiman penduduk harus dikeluarkan dari perhitungan

11

ini, misalnya lahan yang kemiringannya diatas 30°, daerah

rawa-rawa, daerah yang sering banjir, sawah beririgasi

teknis, badan jalan, sungai, drainase, dan lahan yang

sudah diperuntukan untuk tujuan tertentu, misalnya

perkantoran, kompleks militer, kawasan industri, lapangan

olahraga, dan pariwisata. Gabungan accessibility index dan

holding capacity adalah potensi pengembangan daerah tersebut.

Untuk mengetahui daya tarik subwilayah tersebut, potensi

pengembangan subwilayah tersebut harus dibandingkan

dengan daya tarik keseluruhan wilayah.

Ada kegiatan yang harus berada di suatu lokasi tanpa

ada pilihan lain, misalnya apabila kegiatan itu terkait

dengan potensi alam, seperti pertambangan , daerah

pariwisata, olahraga ski (salju), pengelolahan hutan,

perkebunan tembakau Deli, dan pelabuhan laut. Ada lokasi

kegiatan yang walaupun hasil kreasi manusia telah berada

di tempat tersebut sejak dahulu kala sehingga

keberadaannya sudah merupakan suatu yang given atau

anugerah. Namun, berbagai kegiatan yang kemudian muncul

dapat dianalisis mengapa kegiatan itu memilih lokasi di

tempat tersebut. Salah satu analisis yang memungkinkan

kita menjelaskan keberadaan kegiatan pada lokasi tersebut

adalah Model Gravitasi.

Model gravitasi adalah model yang paling banyak

digunakan untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu

12

potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering

digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan

besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut.

Dalam perencanaan wilayah, model ini sering

dijadikan alat untuk melihat apakah lokasi berbagai

fasilitas kepentingan umum telah berada pada tempat yang

benar. Selain itu, apabila kita ingin membangun suatu

fasilitas yang baru maka model ini dapat digunakan untuk

menentukan lokasi yang optimal. Artinya, fasilitas itu

akan digunakan sesuai dengan kapasitasnya. Itulah

sebabnya model gravitasi berfungsi ganda, yaitu sebagai

teori lokasi dan sebagai alat dalam perencanaan.

Suatu wilayah tertentu bergantung pada wilayah lain,

demikian juga wilayah lain memiliki ketergantungan pada

wilayah tertentu. Diantara wilayah-wilayah tersebut,

terdapat wilayah-wilayah tertentu yang memiliki kelebihan

dibanding yang lain sehingga wilayah tersebut memiliki

beberapa fasilitas yang mampu melayani kebutuhan penduduk

dalam radius yang lebih luas, sehingga penduduk pada

radius tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk

memperoleh kebutuhan yang diperlukan. Morlok (1988)

mengemukakan bahwa akibat adanya perbedaan tingkat

pemilikan sumberdaya dan keterbatasan kemampuan wilayah

dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu wilayah

menyebabkan terjadinya pertukaran barang, orang dan jasa

13

antar wilayah. Dalam menyelenggarakan kehidupannya,

manusia mempergunakan ruang tempat tinggal yang disebut

permukiman yang terbentuk dari unsur-unsur working,

opportunities, circulation, housing, recreation, and other living

facilities.

Unsur circulation adalah jaringan transportasi dan

komunikasi yang ada dalam permukiman. Sistem transportasi

dan komunikasi meliputi sistem internal dan eksternal.

Perpindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat

lain selalu melalui jalur-jalur tertentu. Tempat asal dan

tempat tujuan dihubungkan satu sama lain dengan suatu

jaringan (network) dalam ruang. Jaringan tersebut dapat

berupa jaringan jalan, yang merupakan bagian dari sistem

transportasi.

Transportasi merupakan hal yang penting dalam suatu

sistem kehidupan suatu penduduk. Tanpa adanya

transportasi perhubungan antara satu tempat dengan tempat

lain tidak terwujud secara baik. Semakin bertambahnya

teknologi karena kemajuan iptek, alat transportasi

semakin beragam jenisnya. Adanya transportasi mengurangi

gangguan jarak, yakni antara lain :

a. Dibutuhkan waktu dan tenaga (biaya) untuk

mencapai lokasi dari suatu lokasi tertentu.

14

b. Semakin jauh dari lokasi, makin kurang diketahui

potensi atau karakter yang ada pada suatu

wilayah.

c. Semakin jauh jarak yang ditempuh, makin

menurunkan minat orang untuk berpergian.

Ketiga gangguan tersebut sudah dapat diatasi oleh

adanya perkembangan transportasi. Misalnya, dahulu kita

tidak mengetahui objek wisata Raja Ampat di Papua karena

letaknya yang sangat jauh dan tidak ada informasi

mengenai objek wisata tersebut. Namun, seiring dengan

perkembangan teknologi, komunikasi, dan transportasi,

seolah- olah Raja Ampat begitu dekat dan mudah untuk

dijangkau. Dalam interaksi antar wilayah, semakin kuat

interaksinya akan terlihat pada keadaan fasilitas

transportasi serta aliran orang, barang, maupun jasa.

Transportasilah yang dapat dijadikan tolok ukur dalam

interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting

peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu

wilayah.

Selian tranportasi, rekreasi juga dapat dijadikan

faktor pertimbangan pilihan tinggal atau mendirikan

kegiatan ekonomi bagi seseorang atau perusahaan. Rekreasi

sebagai tempat berlibur di akhir pekan bagi keluarga.

Bila dari susut pandang pelaku kegiatan ekonomi dan

mengerti celah ekonomi, maka tempat rekreasi dapat

15

diajadikan sebagai ladang rizki. Biasanya, di temapt-

tempat rekreasi banyak pedangan bverjualan. Mulai dari

pedagang kaki lima, hingga pelaku ekonomi besar seperti

pemilik sewa vila, hotel, apartemen dll.

Housing sebagai faktor penarik berikutnnya dapat

diartikan sebagai perumahan, kualitas rumah, letak

kestrategisan rumah,kualitas sir dalam rumah, hingga

harga jual jual rumah yang dinilai sebagai prestise bagi

orang- orang tertentu. Harga rumah disesuaikan dengan

harga lahan. Bila semakin strstegis suatu tempat, maka

sewa atau harga jual lahan semakin tinggi. Semakin

bertambahnya zaman, daya dukung atau fasilitas rumah atau

bangunan semakin banyak digunakan oleh orang lain.

Sehingga orang sekarang berpikiran agar dapat tinggal dan

dengan adanya transports semakin memperpendek jarak.

Dengan kata lain, saat ini telah terjadi alternatif

pilihan dari yang hospitable ke non-hospitable karena faktor

lahan.

Fasilitas- fasilitas lain yang mendukung adanya daya

tarik wilayah atau tempat. Misalnya, fasilitas

pendidikan, kesehatan dan informasi. Untuk saat ini,

pendidikan dan kesehatan diinilai sangat penting.

Sehingga kedua hal tersebut juga menjadi bahan

pertimbangan. Informasi tak ayal lagi dipandang sebagai

keharusan dan bukanlah suatu pilihan lagi bagi seseorang

16

atau pelaku kegiatan ekonomi. Terletak di kawasan

industri menyebabkan informasi lebih mudah didapatkan dan

harganya relatif terjangkau tergantung pada pentingnya

informasi tersebut.

Pada umumnya pengusaha yang bertaraf internasional

akan memilih lokasi yang dapat menjangkau pasar seluas

mungkin. Maka dari itu, untuk penetapan lokasi industri

yang secara komprehensif, diperlukan berbagai ilmu

pengetahuan dan disiplin. Pemilihan lokasi industri

memiliki arti yang sangat penting sebab akan mempengaruhi

perkembangan dan kontinuitas proses dan kegiatan

industri. Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi dan

perlu diperhitungkan dalam menentukan pilihan lokasi

industri antara lain ketersediaan bahan baku, upah buruh,

jaminan keamanan, fasilitas penunjang, daya serap pasar

lokal, dan aksebilitas dari tempat produksi ke wilayah

pasar yang di tuju (terutama aksebilitas pemasaran ke

luar negeri). Pada dasarnya lokasi industri yang paling

ideal terletak pada suatu tempat yang dapat memberikan

total biaya produksi yang rendah dan keuntungan yang

maksimal. Maksudnya, lokasi tersebut memiliki unit cost dari

proses produksi dan distribusi yang rendah, sedangkan

untuk harga dan volume penjualan produk akan mampu untuk

menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi suatu

perusahaan.

17

Masalah lokasi timbul karena unsur-unsur yang

mempengaruhi faktor lokasi tersebut tidak selalu terdapat

pada daerah yang sama dan sering terpencar. Oleh karena

itu, berdasarkan orientasi faktor-faktor lokasi yang

mempengaruhinya maka ada kecenderungan lokasi industri

berada dekat dengan bahan mentah atau berada dekat sumber

tenaga atau berada sumber tenaga kerja atau dekat dengan

pasar. Pada umumnya industri demikian akan memilih daerah

pasar sebagai lokasinya.

Satu hal lagi yang perlu diingat bagi pelaku

kegiatan ekonomi/industri. Semakin banyak keutungan yang

didapatkan dari suatu wilayah maka akan semakin banyak

yang mengingkan lokasi tersebut. Kompetitor- kompetitor

bermunculan. Bila tidak mempunyai kekuatan atau daya

saing yang kuat, bisa dipercayai bahwa lokasi yang

menentukan tersebut akan lenyap terebut orang lain. Untuk

itu, produk yang dihasilkan harus mempunyai kualitas dan

kedekatan di hati konsumen. Konsumen juga patut

dipertimbangkan dalam sebuah pasar yang bertaraf besar.

Satu konsumen sangat berarti nilainya.

Bila faktor tenaga kerja yang dipilih sebagai bahan

pertimbangan pelaku kegiatan ekonomi maka bisa dianalisa

sebagi berikut. Berdirinya suatu pabrik di sekitar

permukiman warga yang berpendidikan rendah dan mempunyai

taraf hidup ng ekonomi bawah, menjadi contohnya.

18

Masyarakat akan senang bila diberi kesempatan bekerja di

pabrik tersebut wlaupun dibayar dengan harga murah. Ada

pula orientasi usaha pada tenaga kerja ynag bukan karena

bersedia dibayar murah, tapi karena kteranpilan dan

keahliannya.

Faktor penarik suatu lokasi usaha juga termasuk

didalamnya eksternalitas ekonomi. Penjelasan “klasik”

konsentrasi aktivitas ekonomi secara spasial biasanya

merujuk pada dua macam eksternalitas ekonomi yakni

penghematan lokalisasi (localization economies) dan penghematan

urbanisasi (urbanization economies). Kedua penghematan tersebut

sering disebut sebagai aglomerasi ekonomi (economies

agglomeration). Penghematan akibat lokasi terjadi apabila

produksi perusahaan pada suatu produksi menurun ketika

produksi total industri meningkat. Dengan kata lain,

dengan berdekatan dengan perusahaan lain dalam industri

yang sama atau sudah terspesialisasi yang memiliki

hubungan antara satu dengan yang alinnya, muncullah

fenomena klaster atau yang sering disebut dengain industrial

cluster . Kluster industri terkonsentrasi secara spasial

dan berspesialisasi hanya pada satu atau dua industri

utama.

Urbanisasi ekonomi terjadi bila biaya produksi suatu

perusahaan menurun ketika produksi seluruh perusahaan

dalam wilayah perkotaan yang sama meningkat. Penghematan

19

karena berlokasi di wilayah perkotaan terjadi karena

kegiatan ekonomi yang ada berskala besar dan luas dan

bukan dikatrenakan pada jenis skala industri tertentu.

Faktor penting dalam aglomerasi ekonomi adalah :

a. Penekanan atas keuntungan dari jarak kedekatan

(proximity) antar perusahaan

b. Ketersediaan dan penggunaan fasilitas perbaikan

yang terspesialisasi

c. Infrastruktur yang sama

d. Berkurangnya resiko dan ketidakpastian bagi

wirausahawan.

e. Informasi yang lebih baik.

20

PENUTUP

Kesimpulan

Hukum Gravitasi dicetuskan oleh Newton dan dapat

aiaplikasikan dalam bidang studi Geografi. Hun=kum

Gravitasi dalam bidang studi Geografi dapat digunakan

untuk menganalisa kekuatan interkasi suatu wilayah atau

obyek ekonomi yang ada dan dapat pula digunakan untuk

proyek perencanaan wilayah.

Setiap lokasi mempunyai daya tarik tersendiri untuk

diminati pelaku kegaiotan ekonomi. Salah satunya adalah

indeks aksesibilitas yang berarti adanya unsur daya tarik

yang terdapat di suatu subwilayah dan kemudahan untuk

mencapai subwilayah tersebut. Selain itu ada pula holding

capacity yang berarti lahan kosong yang masih dapat

digunakan sebagai lokasi industri. Gabungan antara

keduanya disebut potensi pengembangan wilayah. Ada yang

sengaja membangun ptensi tersebut adapula yang memang

sudah pemebrian dari Tuhan yakni given.

Selian karena kedua faktor penarik wilayah atau

lokasi tertentu diatas, ada pula pertimbangan-

21

pertimabangan yang lain dalam menentukan lokasi. Seperti,

working, opportunities, circulation, housing, recreation, and other

living facilities. Dapat disimpulakan bahwa model gravitasi

adanya proses tarik menarik antar loaksi atau wilayah dan

wilayah- wilayah tersebut mempunyai keunggulan-

keunggulan atau potensi tertentu yang dapat dijadikan

daya tarik bagi pencari temapt tinggal atau pelaku

kegiatan ekonomi, entah pengusahga atau pedagang biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Bale, John. 1981. The Location of Manufacturing Industry An

Introductory Approach- Second Edition. Edinburg: Oliver &

Boyd.

Fik, Timothy J. 1957. The Geography of Economic Development-

Second Edition. United States: The McGraw- Hill

Companies, Inc.

22

Prihadi, Singgih. 2013. Modul Kuliah Geografi Ekonomi.

UNS: Program Studi Pendidikan Geografi.

www.blogspot.com

23