metode penelitian korelasional

34
METODE PENELITIAN KORELASIONAL (diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian) ) Disusun oleh: Gibarn Sapta Wigoena NIM 1002457 Osad Imron Rosadi NIM 1002457 Rere Garet Rustawan NIM 1002457 Rinaldi Pranata Sitepu NIM 1002457 Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri Fakultas Pendidikan dan Teknologi Kejuruan

Transcript of metode penelitian korelasional

METODE PENELITIAN KORELASIONAL(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian)

) Disusun oleh:

Gibarn Sapta Wigoena NIM 1002457

Osad Imron Rosadi NIM 1002457

Rere Garet Rustawan NIM 1002457

Rinaldi Pranata Sitepu NIM 1002457

Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri

Fakultas Pendidikan dan Teknologi Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

suatu masalah yang memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan

selalu ada masalah, baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat

dan negara. Dari semua masalah tersebut, tidak semua masalah yang

memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan penelitian. Perbedaanya

adalah pada kegiatan penyelesaian masalah. Selain masalah,

komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan

penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk

penyelesain masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut

penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan mengikuti

metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta

diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).

Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek,

diantaranya aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian.  Menurut

Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek tujuan terdiri dari penelitian

dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas penelitian

deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-

postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen.

Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi

menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan dan penelitian

nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).

Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang

diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan

lain-lain. Salah satu bidang penelitian yang memerlukan perhatian

khusus adalah bidang penelitian pendidikan. Secara umum metode

penyelesaian masalah pada penelitian pendidikan ada dua, yaitu

metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang yang

pengumpulan datanya berinteraksi langsung dengan objek

penelitianya dan hasilnya  tidak diperoleh melalui prosedur

statistik. Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan datanya

melalui instrumen penelitian berupa populasi dan sampel serta

hasilnya diperoleh melalui prosedur statistic. Salah satu

peneltian yang penting dan bermanfaat dalam dunia pendidikan

adalah penelitian korelasional.

Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat

hubungan antarunsur-unsurnya. Seperti hubungan antara guru dengan

siswa, guru dengan materi/kurikulum, materi dengan evaluasi, dan

lain-lain. Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat

korelasinya secara ilmiah secara statistik melalui metode

penelitian korelasional.

B. Tujuan Penulisan

Mendeskripsikan teori penelitian korelasional dan contoh

penerapan

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian Korelasional

Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu

penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara

dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi

variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel

(Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat

variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan

yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan

tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan

ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi

(Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia,

2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk

menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan

antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.

Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi

merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya

peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan

langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan

variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.

Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan

penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena

penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang

sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha

menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang

direfleksikan dalam variabel.

Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang

diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini

hanya terbatas pada penafsiran hubungan antarvariabel saja tidak

sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat

dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti

penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi

(2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik

penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga

karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan

peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol

variabel seperti dalam penelitian eksperimen.

2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting

(lingkungan) nyata.

3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang

signifikan.

B. Tujuan Penelitian Korelasional

Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam

Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi

pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau

lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan

menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional

adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk

menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi

hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya

berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar

variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi

dieliminasi dari perhatian selanjutnya.

C. Ciri-ciri Penelitian Korelasional

1.    Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel

yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode

eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.

2.    Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel

dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan

realistiknya.

3.    Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-

rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling

hubungan tersebut.

4.    Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu

berdasarkan variabel bebas.

D. Macam Penelitian  Korelasional

1.    Penelitian Hubungan

Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana

(seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk

menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua

variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini

bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara

sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini

seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan

sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks.

Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti

hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu

diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat

bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama

lain secara berpasangan.

Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar

variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi.

Nilai koofisien  korelasi merupakn suatu alat statistik yang

digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan

tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00

diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai

dengan karakter dari data masing-masing variabel.

Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup

sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari

kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien

korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini,

pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan

diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut

harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang

mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin

berhubungan.

2.    Penelitian Prediktif

Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang

menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun

ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan

fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan

diterima menjadi calon siswa baru.

Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran

terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk

memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau

variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini

sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan

korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni

variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan

kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang

diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang

dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang

digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel

tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai

koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.

Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan

penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan

antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional,

peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi

secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki

apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai

anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain.

Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang

bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin

menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai

anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang

lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti

penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang

berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel

kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.

3.    Korelasi Multivariat

Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan

antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik

korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan,

dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda

atau multiple regresion dan korelasi kanonik.

Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya

dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali

hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal,

semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi

yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010),

yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel

prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat

dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel

prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan

jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.

Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi

ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi

variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang

hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik

melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini

berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel

prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan

demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan

dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat

dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam

Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian

eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah

variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau

berbeda.

E. Rancangan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan.

Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:

1.    Korelasi Bivariat

Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu

rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel

diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat

hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam

angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi.

Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien

korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan

korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).

Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu

korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu

variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau

sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi

skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel

lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).

2.    Regresi dan Prediksi

Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita

mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel

kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik

kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien

korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.

3.    Regresi Jamak (Multiple Regresion)

Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi

sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa

variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk

membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut

variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk

membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut

variabel prediktor (predictor variables).

4.    Analisis Faktor

Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang

ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya

antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting

yang umum.

5.    Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik

kesimpulan kausal

Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat

pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode

korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur

(path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged

panel design).

Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah

jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya.

Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada

dua titik sekaligus.

6.    Analisis sistem (System Analysis)

Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang

kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan

sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran

hubungan.

F. Desain Dasar Penelitian Korelasional

Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan

perhitungan korelasi antara variabel yang komplek (variabel

kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan

(variabel prediktor). Langkah-langkah tesebut penelitian ini

antara lain secara umum menurut Mc Milan dan Schumaker (2003),

yaitu penentuan masalah, peninjauan masalah atau studi pustaka,

pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan penelitian dan

metodologi penelitian,  pengumpulan data, dan analisis data,

simpulan.

1.    Penentuan masalah

Dewey (dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan

masalah dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang

diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan

target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target

tersebut tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang

harus dilakukan peneliti adalah menentukan masalah penelitian

yang akan menjadi fokus studinya. Ciri-ciri permasalahan yang

layak diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable), mempunyai

kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat didukung

oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti

(Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah

yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola

perilaku fenomena yang kompleks yang memerlukan pemahaman.

Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus

didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar,

bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini

biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.

2.    Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan

Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting

adalah studi kepustakaan yang menjadi dasar pijakan untuk

memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan penentuan dugaan

sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan,

mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam

bidangnya. Macam-macam sumber untuk memperoleh  teori yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal,

laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang

relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.

3.    Rancangan penelitian atau Metodologi  Penelitian

Pada tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian yang

akan dipilih dan menentukan cara pengolahan datanya. Subyek yang

dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam

variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut

harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang

diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila

subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam

faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti

menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti

dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok

berdasarkan tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan

antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.

4.    Pengumpulan data

Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan

mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes,

pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan

dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-

instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian

korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu

yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel

prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel

kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap

kriteria tersebut tidak ada  artinya.

5.    Analisis data

Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional

dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu

variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian

korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis

datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara

variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian

prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk

mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor

terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan

analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila

melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan

apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk

memprediksi variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan

secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple

regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis

tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien

korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya,

disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila

dua variabel hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi

dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan

nilai dari -1 samapai +1.  Nilai (-) menunjukan korelasi negatif

yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+)

menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke

arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).

6.    Simpulan

Berisi tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan

tentang hal yang diteliti dengan menggunakan mudah dipahami

pembaca secara ringkas.

G. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan,

antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara

beberapa variabel secara bersama-sama (simultan);  dan Penelitian

korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat

(kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti

(Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan

penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi

masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial.

Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki

beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian

ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel

yang besar.

Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain:

Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak

mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika

dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian

korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan

kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan

itu sering tak menentu dan kabur; sering merangsang penggunaannya

sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data

tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang

berguna atau bermakna. (Abidin, 2010).

BAB III

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel).

Dalam http://www.Muhammad Zainal Abidin Personal Blog.htm. di

akses tanggal 25 September 2010.

Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta:

Fikom Universitas Mercubuana Jakarta

Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif.

Jakarta: PT Raja Grafindo Pergoda.

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research

in Education. New York: McGraw-Hill.

McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York:

Longman.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra

edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Perguruan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan

Tinggi.

Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian

Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

METODE PENELITIAN KORELASIONAL

A.    Pendahuluan

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses

sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan

menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah

untuk menjelaskan, memprediksikan, membandingkan, mencari

hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki.

Masalah yang ada di dalam sebuah penelitian dapat dipecahkan

melalui sebuah alat. Alat atau instrumen yang digunakan adalah

metodologi penelitian yang biasanya berisi tentang cara-cara

menggunakan beberapa metode pendekatan untuk memecahkan masalah

yang dihadapi.

Pada prinsipnya metode penelitian itu digolongkan menjadi

dua, yaitu metode non ilmiah dan metode ilmiah. Dibandingkan

dengan sumber pengetahuan yang lain, seperti pengalaman,

otoritas, penalaran induktif, dan penalaran deduktif, penerapan

metode ilmiah tidak diragukan, paling efisien, dan paling

terpercaya.

Banyak metode penelitian atau model rancangan penelitian

yang biasa digunakan dalam berbagai penelitian terutama dalam

bidang pendidikan, salah satunya adalah metode penelitian

korelasional. Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan

terdapat hubungan antar unsur-unsurnya. Seperti hubungan antara

guru dengan siswa, guru dengan materi atau kurikulum, materi

dengan evaluasi pembelajaran, dan masih banyak yang lainnya.

Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya

secara ilmiah dan secara statistik melalui metode penelitian

korelasional.

B.     Isi

1.      Penelitian Korelasional

Correlational research is a research study that involves collecting data in order

to determine whether and to what degree a relationship exists between two or more

quantifiable variables (Gay, 1982:430) dalam Sukardi (2008:166).

Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan

tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan

dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian

ini dilakukan, ketika kita ingin mengetahui tentang ada tidaknya

dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu

objek atau subjek yang diteliti. Adanya hubungan dan tingkat

variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan

yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan

tujuan penelitian.

Menurut Gay (dalam Sukardi, 2008:165) penelitian

korelasional merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto

karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang

ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan

variabel yang direfleksikan dalam koefesien korelasi.

Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting

untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga

karakteristik tersebut, diantaranya adalah:

1.      penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan

peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol

variabel seperti dalam penelitian eksperimen,

2.      memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting

(lingkungan) nyata, dan

3.      memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang

signifikan.

(Sukardi, 2008:166)

Disamping itu, penelitian korelasi dilakukan untuk menjawab

tiga pertanyaan penelitian tentang dua variabel atau lebih.

Pertanyaan tersebut yaitu:

1.      Adakah hubungan diantara dua variabel?

2.      Bagaimanakah arah hubungan tersebut?

3.      Berapa besar/ jauh hubungan tersebut dapat diterangkan?

Penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan ada

tidaknya hubungan, kearah mana hubungan tersebut

(positif/negatif), dan seberapa jauh hubungan ada antara dua

variabel atau lebih (yang dapat diukur). Misalnya hubungan antara

kecerdasan dengan kreativitas, semangat dengan pencapaian, tinggi

badan dengan umur, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika,

dan sebagainya. Tujuan dari suatu penyelidikan korelasi adalah

untuk menetapkan atau mengungkapkan suatu hubungan atau

menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi (prakiraan).

Dalam penelitian korelasional, para peneliti biasanya hanya

mendasarkan pada penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa

mengatur kondisi atau memanipulasi variabel tersebut. Oleh karena

itu, peneliti hendaknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat

guna mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.

Penelitian korelasi lebih tepat, jika dalam penelitian

peneliti memfokuskan usahanya dalam mencapai informasi yang dapat

menerangkan adanya fenomena yang kompleks melalui hubungan antar

variabel. Sehingga, peneliti juga dapat melakukan eksplorasi

studi melalui teknik korelasi parsial, di mana peneliti

mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat

hubungan dua variabel yang dianggap penting.

Dibidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan untuk

melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan

mempunyai peranan yang signifikan  dalam mencapai proses

pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya tentang pencapaian hasil

belajar dengan motivasi internal, belajar strategi, intensitas

kehadiran mengikuti kuliah, dan lain sebagainya.

Seorang peneliti tepat menggunakan penelitian korelasi

ketika peneliti mempunyai beberapa alasan penting, di antaranya

sebagai berikut.

a.       Ada kebutuhan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel

dimana koefisien korelasi dapat mencapainya.

b.      Penelitian korelasi perlu diperhitungkan kegunaannya

apabila variabel yang muncul itu kompleks, dan peneliti tidak

mungkin dapat melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-

variabel tersebut.

c.       Dalam penelitian memungkinkan dilakukan pengukuran

beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang

realistis. Alasan penting lain adalah bahwa penelitian korelasi

tepat dilakukan, jika salah satu tujuan penelitian adalah

mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan adanya

asumsi hubungan antarvariabel.

2.      Proses Dasar Penelitian Korelasional

a.       Pemilihan Masalah

Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel

mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk

menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel

yang dilibatkan harus diseleksi. Dengan kata lain, hubungan yang

akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari

pengalaman.

b.      Sampel dan Pemilihan Instrumen

Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan

metode sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang

sebagai ukuran sampel minimal yang dapat diterima. Sebagaimana

suatu studi, adalah penting untuk memilih dan mengembangkan

pengukuran yang valid dan reliable terhadap variabel yang

diteliti. Jika variabel yang tidak memadai dikumpulkan, koefisien

korelasi yang dihasilkan akan mewakili prakiraan tingkat korelasi

yang tidak akurat. Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan

tidak secara nyata mengukur variabel yang diinginkan, koefisien

yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang

diinginkan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam memilih

dan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel.

c.       Desain dan prosedur

Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih

skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu

skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan

kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan

mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua

variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah

variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistic yang

kompleks, namun desain dasar tetap sama dalam semua studi

korelasional.

d.      Analisis Data dan Interpretasi

Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien

korelasi, biasanya dinyatakan dalam harga r yang mempunyai nilai

-1 sampai +1. Nilai negatif (-) menunjukkan arah dua variabel

bertolak belakang. Nilai positif (+) menunjukkan dua variabel

pada arah yang sama. Jika ada hubungan antara 2 variabel, berarti

skor dalam 2 variabel mempunyai asosiasi dengan variabel tertentu

yang terukur. Harga r =-1 atau +1 menunjukkan asosiasi sempurna

diantara 2 variabel, sedangkan harga r = 0 mempunyai arti bahwa 

dua variabel tersebut tidak memiliki hubungan antara variabel

satu dengan variabel yang lainnya.

(Cohen dan Manion,1981:128) dalam Sukardi (2008:170) menunjukkan

harga r (hubungan) sebagai berikut:

1)      Nilai r = 0,20-0,35 menunjukkan hubungan dua variabel lemah

walaupun signifikan.

2)      Nilai r = 0,35-0,65 menunjukkan hubungan sedang, umumnya

signifikan pada lebih dari 1%, hubungan tersebut berguna untuk

analisis prediksi

3)      Nilai r = 0,65-0,85 menunjukkan hubungan cukup tinggi yang

memungkinkan peneliti melakukan prediksi yang tepat

4)      Nilai r = >0,85 menunjukkan hubungan antarvariabel tinggi,

dan peneliti dianjurkan melakukan prediksi grup secara tepat. Di

samping itu, prediksi individual juga dapat dilakukan secara

cermat.

Hubungan variabel yang lemah mungkin tidak memberikan

rekomendasi untuk dilanjutkan, tetapi untuk variabel yang kuat

misalnya r>0,80, peneliti dianjurkan untuk melakukan analisis

prediksi hubungan sebab-akibat (causal comparative study) atau bahkan

ke studi eksperimen untuk dapat mendapatkan kepastian apakah

hubungan tersebut memiliki sebab akibat.

Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada

bagaimana ia digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia

diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitungannya.

Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki atau mengetahui

hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi

diinterpretasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Dalam

studi prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari

koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat.

Ketika menginterpretasikan suatu koefisien korelasi, anda

harus selalu ingat bahwa anda hanya berbicara tentang suatu

hubungan, bukan hubungan sebab akibat. Koefisien korelasi yang

signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat, tetapi

tidak menetapkannya. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling

memengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang memengaruhi

kedua variabel.

3.      Macam-macam Penelitian Korelasional

a.       Penelitian Hubungan

Penelitian hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh

pemahaman faktor-faktor atau variabel yang berhubungan dengan

variabel yang kompleks. Variabel yang diketahui tidak berhubungan

dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan selanjutnya.

Dengan kata lain, peneliti mencoba mengidentifikasi variabel yang

berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya

yang tidak akan bercampur dengan variabel bebas.

b.      Penelitian Prediksi

Jika dua variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor

pada satu variabel dapat digunakan untuk memprediksi skor pada

variabel yang lain. Variabel yang menjadi dasar pembuatan

prediksi diacu sebagai prediktor, dan variabel yang diprediksikan

diacu sebagai kriteria. Studi prediksi sering dilakukan untuk

memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu atau membantu

pemilihan individu. Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji

hipotesis teorietis menengenai variabel yang dipercaya menjadi

prediktor suatu kriteria, dan untuk menentukan validitas

prediktif instrumen pengukuran individual.

4.      Rancangan Penelitian Korelasional

Menurut Shaughnessy dan Zechmeinte (2000:2-5) dalam Emzir

(2010:48-51) penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis

rancangan.

a.       Korelasi Bivariat

Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu

rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel

diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.

Arah hubungan diindikasikan oleh simbol “-“ dan “+”. Suatu

korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu

variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau

sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi

skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel

lain atau sebaliknya. Hubungan antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Hubungan

antara stres dan sehat merupakan contoh korelasi negatif.

b.      Regresi dan Prediksi

Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita

mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel

kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik

kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien

korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.

Sebagai contoh, terdapat hubungan antara stres dan kesehatan.

Jika kita mengetahui skor stres kita maka kita akan memprediksi

skor kesehatan kita dimasa yang akan datang.

c.       Regresi Jamak (Multiple Regresion)

Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi

sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa

variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk

membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut

variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk

membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut

variabel prediktor (predictor variables). Sebagai contoh, jika kita

tidak hanya mengetahui skor stres kita, tetapi juga mengetahui

skor perilaku kesehatan (seberapa baik saya memerhatikan diri

sendiri) dan bagaimana kesehatan kita selama ini (baik yang

secara umum sehat atau sakit), kita akan memprediksikan secara

tepat status kesehatan kita. Dengan demikian, terdapat tiga

variabeln prediktor, stres, perilaku kesehatan, dan status

kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan

di masa yang akan datang.

d.      Analisis Faktor

Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang

ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya

antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting

yang umum. Sebagai contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar

aspek kesehatan fisik, emosi, mental, dan spiritual. Setiap

pertanyaan akan memberikan kita suatu skor. Korelasi yang tinggi

(baik positif maupun negatif) antara beberapa skor ini akan

mengidentifikasikan factor penting yang bersifat umum.

e.       Analisis Sistem (System Analysis)

Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang

kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan

sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran

hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk

menggambar atau membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil

dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah

harapan guru terhadap performansi siswa, usaha pengajaran, dan

performansi siswa. Masaing-masing unsur ini saling memengaruhi

dan berubah sepanjang waktu. 

5.      Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasi

Penelitian korelasi mempunyai kelebihan yang dapat

diterangkan sebagai berikut.

a.       Berguna dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan

bidang pendidikan, ekonomi, sosial, karena dengan penelitian ini

peneliti dimungkinkan untuk mengukur beberapa variabel dan

hubungannya secara simultan.

b.      Dengan penelitian korelasi, dimungkinkan beberapa variabel

yang mempunyai kontribusi pada suatu variabel tertentu dapat

diselidiki secara intensif.

c.       Penelitian korelasi pada  umumnya melakukan studi tingkah

laku dengan setting yang realistis.

d.      Peneliti dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan

sampel yang besar.

Sedangkan kelemahan penelitian korelasional yang perlu

diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa dengan penelitian

korelasi, peneliti hanya mengidentifikasi apa yang terjadi dengan

tanpa melakukan manipulasi dan mengontrol variabel. Di samping

itu, dengan penelitian tersebut peneliti tidak dapat membangun

hubungan sebab akibat.

C.    Penutup

Penelitian korelasi mencakup kegiatan pengumpulan data guna

menentukan adakah hubungan antarvariabel dalam subjek atau objek

yang menjadi perhatian untuk diteliti. Adanya korelasi antara dua

variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan

sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.

Meskipun dari kenyataan ada hubungan yang erat antara dua

variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa variabel yang

satu adalah penyebab dari variabel yang lain. Hal ini disebabkan

mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi variabel pertama,

variabel kedua, atau mungkin mempengaruhi kedua-duanya. Dengan

mengabaikan ada atau tidaknya suatu hubungan sebab akibat, adanya

hubungan yang erat memungkinkan kita untuk membuat prakiraan.

Daftar PustakaArikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Emzir. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta :

Rajagrafindo Persada

Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research

in Education. New York : McGraw-Hill.

Ibrahim, dan Nana Sudjana. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.

Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta : Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Saodah. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :

Remaja Rosdakarya