METODE PENELITIAN KORELASIONAL(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian)
) Disusun oleh:
Gibarn Sapta Wigoena NIM 1002457
Osad Imron Rosadi NIM 1002457
Rere Garet Rustawan NIM 1002457
Rinaldi Pranata Sitepu NIM 1002457
Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri
Fakultas Pendidikan dan Teknologi Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
suatu masalah yang memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan
selalu ada masalah, baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat
dan negara. Dari semua masalah tersebut, tidak semua masalah yang
memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan penelitian. Perbedaanya
adalah pada kegiatan penyelesaian masalah. Selain masalah,
komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan
penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk
penyelesain masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut
penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan mengikuti
metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta
diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).
Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek,
diantaranya aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian. Menurut
Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek tujuan terdiri dari penelitian
dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas penelitian
deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-
postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen.
Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi
menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan dan penelitian
nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).
Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang
diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan
lain-lain. Salah satu bidang penelitian yang memerlukan perhatian
khusus adalah bidang penelitian pendidikan. Secara umum metode
penyelesaian masalah pada penelitian pendidikan ada dua, yaitu
metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang yang
pengumpulan datanya berinteraksi langsung dengan objek
penelitianya dan hasilnya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik. Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan datanya
melalui instrumen penelitian berupa populasi dan sampel serta
hasilnya diperoleh melalui prosedur statistic. Salah satu
peneltian yang penting dan bermanfaat dalam dunia pendidikan
adalah penelitian korelasional.
Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat
hubungan antarunsur-unsurnya. Seperti hubungan antara guru dengan
siswa, guru dengan materi/kurikulum, materi dengan evaluasi, dan
lain-lain. Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat
korelasinya secara ilmiah secara statistik melalui metode
penelitian korelasional.
B. Tujuan Penulisan
KAJIAN TEORI
A. Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu
penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara
dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi
variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel
(Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat
variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan
yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan
tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan
ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi
(Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia,
2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk
menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan
antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.
Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi
merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya
peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan
langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan
variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.
Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan
penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena
penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang
sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang
direfleksikan dalam variabel.
Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang
diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini
hanya terbatas pada penafsiran hubungan antarvariabel saja tidak
sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat
dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti
penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi
(2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik
penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan
peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol
variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting
(lingkungan) nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang
signifikan.
B. Tujuan Penelitian Korelasional
Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam
Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi
pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau
lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan
menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional
adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk
menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi
hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya
berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar
variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi
dieliminasi dari perhatian selanjutnya.
C. Ciri-ciri Penelitian Korelasional
1. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel
yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode
eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
2. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel
dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan
realistiknya.
3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-
rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling
hubungan tersebut.
4. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu
berdasarkan variabel bebas.
D. Macam Penelitian Korelasional
1. Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana
(seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk
menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua
variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara
sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini
seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan
sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks.
Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti
hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu
diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat
bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama
lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar
variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi.
Nilai koofisien korelasi merupakn suatu alat statistik yang
digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan
tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00
diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai
dengan karakter dari data masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup
sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari
kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien
korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini,
pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan
diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut
harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang
mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin
berhubungan.
2. Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang
menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun
ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan
fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan
diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran
terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk
memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau
variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini
sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan
korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni
variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan
kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang
diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang
dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang
digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel
tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai
koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan
penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan
antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional,
peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi
secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki
apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai
anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain.
Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang
bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin
menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai
anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang
lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti
penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang
berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel
kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3. Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan
antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik
korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan,
dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda
atau multiple regresion dan korelasi kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya
dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali
hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal,
semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi
yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010),
yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel
prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat
dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel
prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan
jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi
ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi
variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang
hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik
melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini
berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel
prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan
demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan
dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat
dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam
Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian
eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah
variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau
berbeda.
E. Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan.
Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
1. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu
rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel
diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat
hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam
angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi.
Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien
korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan
korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu
korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu
variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau
sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi
skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel
lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
2. Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita
mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel
kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik
kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien
korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
3. Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi
sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa
variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk
membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut
variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk
membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut
variabel prediktor (predictor variables).
4. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang
ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya
antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting
yang umum.
5. Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik
kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat
pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode
korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur
(path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged
panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah
jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya.
Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada
dua titik sekaligus.
6. Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang
kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan
sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran
hubungan.
F. Desain Dasar Penelitian Korelasional
Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan
perhitungan korelasi antara variabel yang komplek (variabel
kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan
(variabel prediktor). Langkah-langkah tesebut penelitian ini
antara lain secara umum menurut Mc Milan dan Schumaker (2003),
yaitu penentuan masalah, peninjauan masalah atau studi pustaka,
pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan penelitian dan
metodologi penelitian, pengumpulan data, dan analisis data,
simpulan.
1. Penentuan masalah
Dewey (dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan
masalah dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang
diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan
target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target
tersebut tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang
harus dilakukan peneliti adalah menentukan masalah penelitian
yang akan menjadi fokus studinya. Ciri-ciri permasalahan yang
layak diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable), mempunyai
kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat didukung
oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti
(Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah
yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola
perilaku fenomena yang kompleks yang memerlukan pemahaman.
Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus
didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar,
bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini
biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.
2. Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan
Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting
adalah studi kepustakaan yang menjadi dasar pijakan untuk
memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan penentuan dugaan
sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan,
mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam
bidangnya. Macam-macam sumber untuk memperoleh teori yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal,
laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang
relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.
3. Rancangan penelitian atau Metodologi Penelitian
Pada tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian yang
akan dipilih dan menentukan cara pengolahan datanya. Subyek yang
dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam
variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian. Subyek tersebut
harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang
diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila
subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam
faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti
menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti
dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok
berdasarkan tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan
antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.
4. Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan
mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes,
pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-
instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian
korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu
yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel
prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel
kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap
kriteria tersebut tidak ada artinya.
5. Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional
dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu
variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian
korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis
datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara
variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian
prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk
mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor
terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan
analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila
melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan
apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk
memprediksi variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan
secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple
regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis
tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien
korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya,
disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila
dua variabel hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi
dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan
nilai dari -1 samapai +1. Nilai (-) menunjukan korelasi negatif
yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+)
menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke
arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).
6. Simpulan
Berisi tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan
tentang hal yang diteliti dengan menggunakan mudah dipahami
pembaca secara ringkas.
G. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan,
antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara
beberapa variabel secara bersama-sama (simultan); dan Penelitian
korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat
(kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti
(Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan
penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial.
Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki
beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian
ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel
yang besar.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain:
Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak
mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika
dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian
korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan
kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan
itu sering tak menentu dan kabur; sering merangsang penggunaannya
sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data
tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang
berguna atau bermakna. (Abidin, 2010).
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel).
Dalam http://www.Muhammad Zainal Abidin Personal Blog.htm. di
akses tanggal 25 September 2010.
Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta:
Fikom Universitas Mercubuana Jakarta
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Pergoda.
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research
in Education. New York: McGraw-Hill.
McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York:
Longman.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan
Tinggi.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
METODE PENELITIAN KORELASIONAL
A. Pendahuluan
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses
sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan
menerapkan metode ilmiah. Tujuan dari semua usaha ilmiah adalah
untuk menjelaskan, memprediksikan, membandingkan, mencari
hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki.
Masalah yang ada di dalam sebuah penelitian dapat dipecahkan
melalui sebuah alat. Alat atau instrumen yang digunakan adalah
metodologi penelitian yang biasanya berisi tentang cara-cara
menggunakan beberapa metode pendekatan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
Pada prinsipnya metode penelitian itu digolongkan menjadi
dua, yaitu metode non ilmiah dan metode ilmiah. Dibandingkan
dengan sumber pengetahuan yang lain, seperti pengalaman,
otoritas, penalaran induktif, dan penalaran deduktif, penerapan
metode ilmiah tidak diragukan, paling efisien, dan paling
terpercaya.
Banyak metode penelitian atau model rancangan penelitian
yang biasa digunakan dalam berbagai penelitian terutama dalam
bidang pendidikan, salah satunya adalah metode penelitian
korelasional. Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan
terdapat hubungan antar unsur-unsurnya. Seperti hubungan antara
guru dengan siswa, guru dengan materi atau kurikulum, materi
dengan evaluasi pembelajaran, dan masih banyak yang lainnya.
Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya
secara ilmiah dan secara statistik melalui metode penelitian
korelasional.
B. Isi
1. Penelitian Korelasional
Correlational research is a research study that involves collecting data in order
to determine whether and to what degree a relationship exists between two or more
quantifiable variables (Gay, 1982:430) dalam Sukardi (2008:166).
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan
tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan
dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian
ini dilakukan, ketika kita ingin mengetahui tentang ada tidaknya
dan kuat lemahnya hubungan variabel yang terkait dalam suatu
objek atau subjek yang diteliti. Adanya hubungan dan tingkat
variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan
yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan
tujuan penelitian.
Menurut Gay (dalam Sukardi, 2008:165) penelitian
korelasional merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto
karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang
ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan
variabel yang direfleksikan dalam koefesien korelasi.
Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting
untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga
karakteristik tersebut, diantaranya adalah:
1. penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan
peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol
variabel seperti dalam penelitian eksperimen,
2. memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting
(lingkungan) nyata, dan
3. memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang
signifikan.
(Sukardi, 2008:166)
Disamping itu, penelitian korelasi dilakukan untuk menjawab
tiga pertanyaan penelitian tentang dua variabel atau lebih.
Pertanyaan tersebut yaitu:
1. Adakah hubungan diantara dua variabel?
2. Bagaimanakah arah hubungan tersebut?
3. Berapa besar/ jauh hubungan tersebut dapat diterangkan?
Penelitian korelasional bertujuan untuk menentukan ada
tidaknya hubungan, kearah mana hubungan tersebut
(positif/negatif), dan seberapa jauh hubungan ada antara dua
variabel atau lebih (yang dapat diukur). Misalnya hubungan antara
kecerdasan dengan kreativitas, semangat dengan pencapaian, tinggi
badan dengan umur, nilai bahasa Inggris dengan nilai statistika,
dan sebagainya. Tujuan dari suatu penyelidikan korelasi adalah
untuk menetapkan atau mengungkapkan suatu hubungan atau
menggunakan hubungan-hubungan dalam membuat prediksi (prakiraan).
Dalam penelitian korelasional, para peneliti biasanya hanya
mendasarkan pada penampilan variabel sebagaimana adanya, tanpa
mengatur kondisi atau memanipulasi variabel tersebut. Oleh karena
itu, peneliti hendaknya mengetahui cukup banyak alasan yang kuat
guna mempertahankan hasil hubungan yang ditemukan.
Penelitian korelasi lebih tepat, jika dalam penelitian
peneliti memfokuskan usahanya dalam mencapai informasi yang dapat
menerangkan adanya fenomena yang kompleks melalui hubungan antar
variabel. Sehingga, peneliti juga dapat melakukan eksplorasi
studi melalui teknik korelasi parsial, di mana peneliti
mengeliminasi salah satu pengaruh variabel agar dapat dilihat
hubungan dua variabel yang dianggap penting.
Dibidang pendidikan, studi korelasi biasanya digunakan untuk
melakukan penelitian terhadap sejumlah variabel yang diperkirakan
mempunyai peranan yang signifikan dalam mencapai proses
pembelajaran. Sebagai contoh, misalnya tentang pencapaian hasil
belajar dengan motivasi internal, belajar strategi, intensitas
kehadiran mengikuti kuliah, dan lain sebagainya.
Seorang peneliti tepat menggunakan penelitian korelasi
ketika peneliti mempunyai beberapa alasan penting, di antaranya
sebagai berikut.
a. Ada kebutuhan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel
dimana koefisien korelasi dapat mencapainya.
b. Penelitian korelasi perlu diperhitungkan kegunaannya
apabila variabel yang muncul itu kompleks, dan peneliti tidak
mungkin dapat melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-
variabel tersebut.
c. Dalam penelitian memungkinkan dilakukan pengukuran
beberapa variabel dan hubungan yang ada dalam setting yang
realistis. Alasan penting lain adalah bahwa penelitian korelasi
tepat dilakukan, jika salah satu tujuan penelitian adalah
mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan adanya
asumsi hubungan antarvariabel.
2. Proses Dasar Penelitian Korelasional
a. Pemilihan Masalah
Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel
mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk
menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel
yang dilibatkan harus diseleksi. Dengan kata lain, hubungan yang
akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari
pengalaman.
b. Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan
metode sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang
sebagai ukuran sampel minimal yang dapat diterima. Sebagaimana
suatu studi, adalah penting untuk memilih dan mengembangkan
pengukuran yang valid dan reliable terhadap variabel yang
diteliti. Jika variabel yang tidak memadai dikumpulkan, koefisien
korelasi yang dihasilkan akan mewakili prakiraan tingkat korelasi
yang tidak akurat. Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan
tidak secara nyata mengukur variabel yang diinginkan, koefisien
yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang
diinginkan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam memilih
dan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel.
c. Desain dan prosedur
Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih
skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu
skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan
kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan
mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua
variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah
variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistic yang
kompleks, namun desain dasar tetap sama dalam semua studi
korelasional.
d. Analisis Data dan Interpretasi
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien
korelasi, biasanya dinyatakan dalam harga r yang mempunyai nilai
-1 sampai +1. Nilai negatif (-) menunjukkan arah dua variabel
bertolak belakang. Nilai positif (+) menunjukkan dua variabel
pada arah yang sama. Jika ada hubungan antara 2 variabel, berarti
skor dalam 2 variabel mempunyai asosiasi dengan variabel tertentu
yang terukur. Harga r =-1 atau +1 menunjukkan asosiasi sempurna
diantara 2 variabel, sedangkan harga r = 0 mempunyai arti bahwa
dua variabel tersebut tidak memiliki hubungan antara variabel
satu dengan variabel yang lainnya.
(Cohen dan Manion,1981:128) dalam Sukardi (2008:170) menunjukkan
harga r (hubungan) sebagai berikut:
1) Nilai r = 0,20-0,35 menunjukkan hubungan dua variabel lemah
walaupun signifikan.
2) Nilai r = 0,35-0,65 menunjukkan hubungan sedang, umumnya
signifikan pada lebih dari 1%, hubungan tersebut berguna untuk
analisis prediksi
3) Nilai r = 0,65-0,85 menunjukkan hubungan cukup tinggi yang
memungkinkan peneliti melakukan prediksi yang tepat
4) Nilai r = >0,85 menunjukkan hubungan antarvariabel tinggi,
dan peneliti dianjurkan melakukan prediksi grup secara tepat. Di
samping itu, prediksi individual juga dapat dilakukan secara
cermat.
Hubungan variabel yang lemah mungkin tidak memberikan
rekomendasi untuk dilanjutkan, tetapi untuk variabel yang kuat
misalnya r>0,80, peneliti dianjurkan untuk melakukan analisis
prediksi hubungan sebab-akibat (causal comparative study) atau bahkan
ke studi eksperimen untuk dapat mendapatkan kepastian apakah
hubungan tersebut memiliki sebab akibat.
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada
bagaimana ia digunakan. Dengan kata lain, seberapa besar ia
diperlukan agar bermanfaat tergantung pada tujuan perhitungannya.
Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki atau mengetahui
hubungan yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi
diinterpretasikan dalam istilah signifikansi statistiknya. Dalam
studi prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari
koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat.
Ketika menginterpretasikan suatu koefisien korelasi, anda
harus selalu ingat bahwa anda hanya berbicara tentang suatu
hubungan, bukan hubungan sebab akibat. Koefisien korelasi yang
signifikan mungkin menyarankan hubungan sebab akibat, tetapi
tidak menetapkannya. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling
memengaruhi; mungkin terdapat variabel ketiga yang memengaruhi
kedua variabel.
3. Macam-macam Penelitian Korelasional
a. Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan dilakukan dalam suatu usaha memperoleh
pemahaman faktor-faktor atau variabel yang berhubungan dengan
variabel yang kompleks. Variabel yang diketahui tidak berhubungan
dapat dieliminasi dari perhatian atau pertimbangan selanjutnya.
Dengan kata lain, peneliti mencoba mengidentifikasi variabel yang
berhubungan dengan variabel terikat dan menyingkirkan pengaruhnya
yang tidak akan bercampur dengan variabel bebas.
b. Penelitian Prediksi
Jika dua variabel mempunyai hubungan yang signifikan, skor
pada satu variabel dapat digunakan untuk memprediksi skor pada
variabel yang lain. Variabel yang menjadi dasar pembuatan
prediksi diacu sebagai prediktor, dan variabel yang diprediksikan
diacu sebagai kriteria. Studi prediksi sering dilakukan untuk
memudahkan pengambilan kesimpulan mengenai individu atau membantu
pemilihan individu. Studi prediksi juga dilakukan untuk menguji
hipotesis teorietis menengenai variabel yang dipercaya menjadi
prediktor suatu kriteria, dan untuk menentukan validitas
prediktif instrumen pengukuran individual.
4. Rancangan Penelitian Korelasional
Menurut Shaughnessy dan Zechmeinte (2000:2-5) dalam Emzir
(2010:48-51) penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis
rancangan.
a. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu
rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel
diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah.
Arah hubungan diindikasikan oleh simbol “-“ dan “+”. Suatu
korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu
variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau
sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi
skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel
lain atau sebaliknya. Hubungan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar merupakan contoh korelasi positif. Hubungan
antara stres dan sehat merupakan contoh korelasi negatif.
b. Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita
mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel
kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik
kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien
korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
Sebagai contoh, terdapat hubungan antara stres dan kesehatan.
Jika kita mengetahui skor stres kita maka kita akan memprediksi
skor kesehatan kita dimasa yang akan datang.
c. Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi
sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa
variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk
membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut
variabel kriteria (criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk
membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut
variabel prediktor (predictor variables). Sebagai contoh, jika kita
tidak hanya mengetahui skor stres kita, tetapi juga mengetahui
skor perilaku kesehatan (seberapa baik saya memerhatikan diri
sendiri) dan bagaimana kesehatan kita selama ini (baik yang
secara umum sehat atau sakit), kita akan memprediksikan secara
tepat status kesehatan kita. Dengan demikian, terdapat tiga
variabeln prediktor, stres, perilaku kesehatan, dan status
kesehatan sebelumnya, dan satu variabel kriteria, yaitu kesehatan
di masa yang akan datang.
d. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang
ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya
antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting
yang umum. Sebagai contoh, kita dapat mengukur sejumlah besar
aspek kesehatan fisik, emosi, mental, dan spiritual. Setiap
pertanyaan akan memberikan kita suatu skor. Korelasi yang tinggi
(baik positif maupun negatif) antara beberapa skor ini akan
mengidentifikasikan factor penting yang bersifat umum.
e. Analisis Sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang
kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan
sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran
hubungan. Sebagai contoh, sistem analisis digunakan untuk
menggambar atau membuat diagram perbedaan antara SD yang berhasil
dan SD yang tidak berhasil. Beberapa unsur dari sistem ini adalah
harapan guru terhadap performansi siswa, usaha pengajaran, dan
performansi siswa. Masaing-masing unsur ini saling memengaruhi
dan berubah sepanjang waktu.
5. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasi
Penelitian korelasi mempunyai kelebihan yang dapat
diterangkan sebagai berikut.
a. Berguna dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan
bidang pendidikan, ekonomi, sosial, karena dengan penelitian ini
peneliti dimungkinkan untuk mengukur beberapa variabel dan
hubungannya secara simultan.
b. Dengan penelitian korelasi, dimungkinkan beberapa variabel
yang mempunyai kontribusi pada suatu variabel tertentu dapat
diselidiki secara intensif.
c. Penelitian korelasi pada umumnya melakukan studi tingkah
laku dengan setting yang realistis.
d. Peneliti dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan
sampel yang besar.
Sedangkan kelemahan penelitian korelasional yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa dengan penelitian
korelasi, peneliti hanya mengidentifikasi apa yang terjadi dengan
tanpa melakukan manipulasi dan mengontrol variabel. Di samping
itu, dengan penelitian tersebut peneliti tidak dapat membangun
hubungan sebab akibat.
C. Penutup
Penelitian korelasi mencakup kegiatan pengumpulan data guna
menentukan adakah hubungan antarvariabel dalam subjek atau objek
yang menjadi perhatian untuk diteliti. Adanya korelasi antara dua
variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan
sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Meskipun dari kenyataan ada hubungan yang erat antara dua
variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa variabel yang
satu adalah penyebab dari variabel yang lain. Hal ini disebabkan
mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi variabel pertama,
variabel kedua, atau mungkin mempengaruhi kedua-duanya. Dengan
mengabaikan ada atau tidaknya suatu hubungan sebab akibat, adanya
hubungan yang erat memungkinkan kita untuk membuat prakiraan.
Daftar PustakaArikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Emzir. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta :
Rajagrafindo Persada
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research
in Education. New York : McGraw-Hill.
Ibrahim, dan Nana Sudjana. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Saodah. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Top Related