MENGKAJI DESAIN PEMBELAJARAN MODEL ISMAN

16
1 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected] MENGKAJI DESAIN PEMBELAJARAN MODEL ISMAN oleh Dewa Gede Agus Putra Prabawa NIM 1129071004 Prodi Teknologi Pembelajaran PPS Undiksha Singaraja-Bali 2012 A. Pendahuluan Pembelajaran adalah proses sistematis di mana setiap komponen seperti guru, peserta didik, bahan, dan lingkungan merupakan faktor penting yang berinteraksi terhadap keberhasilan belajar (Dick & Carey, 1996). Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh keterampilan tertentu, pengetahuan, dan sikap. Pembelajaran dapat efektif, apabila peserta didik dapat termotivasi dengan baik. Untuk memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, dapat mengikuti empat prinsip penting. Pertama, membuat perencanaan yang jelas dengan mengidentifikasi tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan akan dicapai peserta didik. Kedua, merencanakan kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan tersebut. Ketiga, mengembangkan instrumen penilaian yang mengukur pencapaian tujuan tersebut. Keempat, merevisi pembelajaran mengingat kinerja peserta didik pada setiap pencapaian tujuan pembelajaran dan sikap peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran berbeda-beda (Reiser & Dick, 1996). Empat prinsip di atas berkaitan dengan kegiatan mendesain pembelajaran. Dalam proses desain pembelajaran, ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor-faktor ini berhubungan erat satu sama lain dan saling mempengaruhi sampai batas tertentu. Faktor-faktor ini harus diatur dalam langkah-langkah desain pembelajaran. Misalnya, jika tujuan dan sasaran tidak dipilih, ditentukan, atau tertulis dengan benar, maka langkah selanjutnya akan mengalami beberapa masalah, karena cara maupun alat yang digunakan tidak

Transcript of MENGKAJI DESAIN PEMBELAJARAN MODEL ISMAN

1 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

MENGKAJI DESAIN PEMBELAJARAN

MODEL ISMAN

oleh

Dewa Gede Agus Putra Prabawa

NIM 1129071004

Prodi Teknologi Pembelajaran PPS Undiksha

Singaraja-Bali 2012

A. Pendahuluan

Pembelajaran adalah proses sistematis di mana setiap komponen seperti

guru, peserta didik, bahan, dan lingkungan merupakan faktor penting yang

berinteraksi terhadap keberhasilan belajar (Dick & Carey, 1996). Pembelajaran

yang efektif adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk

memperoleh keterampilan tertentu, pengetahuan, dan sikap. Pembelajaran dapat

efektif, apabila peserta didik dapat termotivasi dengan baik. Untuk memotivasi

peserta didik dalam proses pembelajaran, dapat mengikuti empat prinsip penting.

Pertama, membuat perencanaan yang jelas dengan mengidentifikasi tujuan umum

dan tujuan khusus yang diharapkan akan dicapai peserta didik. Kedua,

merencanakan kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk membantu peserta

didik mencapai tujuan tersebut. Ketiga, mengembangkan instrumen penilaian

yang mengukur pencapaian tujuan tersebut. Keempat, merevisi pembelajaran

mengingat kinerja peserta didik pada setiap pencapaian tujuan pembelajaran dan

sikap peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran berbeda-beda (Reiser & Dick,

1996).

Empat prinsip di atas berkaitan dengan kegiatan mendesain pembelajaran.

Dalam proses desain pembelajaran, ada banyak faktor yang harus

dipertimbangkan. Faktor-faktor ini berhubungan erat satu sama lain dan saling

mempengaruhi sampai batas tertentu. Faktor-faktor ini harus diatur dalam

langkah-langkah desain pembelajaran. Misalnya, jika tujuan dan sasaran tidak

dipilih, ditentukan, atau tertulis dengan benar, maka langkah selanjutnya akan

mengalami beberapa masalah, karena cara maupun alat yang digunakan tidak

2 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

tepat dan tidak lengkap sesuai langkah sebelumnya. Dalam mendesain

pembelajaran, semua langkah-langkah saling terkait satu sama lain. Semua

langkah harus dipikirkan dan dipilih secara teliti dan disusun secara cermat.

Menurut Gustafson (1996) desain pembelajaran adalah: 1) menganalisis apa yang

diajarkan atau dipelajari, 2) menentukan bagaimana itu harus diajarkan atau

dipelajari, 3) melakukan ujicoba dan revisi, dan (4) menilai apakah peserta didik

sudah belajar. Tujuan utama dari desain pembelajaran adalah merencanakan,

mengembangkan, mengevaluasi, dan mengelola proses pembelajaran (Isman,

2011). Pada akhir proses pembelajaran, dapat dilihat kinerja belajar peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran yang didasarkan pada tujuan yang ditetapkan.

Kegiatan mendesain pembelajaran memperhatikan aktivitas belajar dari

perspektif peserta didik dan dari tipe konten. Dalam proses desain pembelajaran

ada empat elemen kunci yaitu: 1) siapa yang harus mengajar, 2) apa yang akan

diajarkan, 3) cara mengajar, dan 4) cara mengevaluasi. Masing-masing dapat

dijelaskan seperti berikut. Pertama, dalam hal siapa yang harus mengajar?

jawabannya adalah guru. Guru adalah pencipta proses pembelajaran. Proses dapat

berjalan efektif apabila guru mengetahui kepribadian peserta didiknya. Dalam

mendesain pembelajaran yang efektif, guru harus mendapatkan informasi tentang

karakteristik peserta didik. Kedua, apa yang akan diajarkan berkaitan dengan

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Guru terlebih dahulu harus

merumuskan tentang tujuan dan sasaran dalam desain pembelajaran. Tujuan

pembelajaran memberikan informasi kepada guru tentang apa yang harus

diberikan kepada peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Ketiga, dalam hal

cara mengajar. Guru mendapatkan informasi tentang cara untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Cara penyampaian pesan pembelajaran yang digunakan guru

menunjukkan jenis metode pembelajaran yang digunakan. Keempat, dalam cara

mengevaluasi. Alat penilaian memainkan peran penting karena guru dapat

memperoleh informasi tentang tercapainya tujuan pembelajaran. Selama proses

evaluasi, alat-alat penilaian seperti pilihan ganda, jawaban singkat, jawaban

benar-salah, pertanyaan esai, pertanyaan pemecahan masalah, dan yang lain-lain

harus digunakan untuk menentukan keberhasilan kegiatan belajar peserta didik.

Alat-alat ini harus memiliki karakteristik reliabilitas dan validitas untuk

3 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

menentukan hasil belajar peseta didik. Keempat elemen di atas digunakan untuk

membuat model desain pembelajaran.

Ada empat jenis model desain pembelajaran menurut Gustafson, (1996)

yaitu model kelas, model produk, model sistem pembelajaran, dan tren & isu.

Model berorientasi kelas memiliki karakteristik: 1) ciri khas keluaran berdurasi

satu atau jam pembelajaran, 2) sumber daya untuk kegiatan pengembangan

sangat rendah, 3) pengembangan cenderung bersifat individu, 4) tidak perlu

keterampilan yang mapan untuk membuat mendesain, 5 menekankan pada

pemilihan, 6) penilaian kebutuhan rendah, 7) menggunakan teknologi sederhana,

8) tidak banyak memerlukan uji coba dan revisi, 9) cenderung tidak untuk

didistribusikan atau diseminasi. Guru dapat menggunakan model ini untuk

merancang kegiatan pembelajaran. Model-model berorientasi kelas adalah model

Gerlack & Ely, model Kemp, model Heinich, dan model Reiser & Dick. Model-

model ini dirancang berorientasi pengajaran yang dilakukan guru.

Model berorientasi produk memiliki karakteristik: 1) ciri khas keluaran

adalah pembelajaran mandiri atau guru memberikan paket pembelajaran, 2)

sumber daya untuk kegiatan pengembangan tinggi, 3) pengembangan bersifat tim,

4) memerlukan keterampilan yang mapan untuk membuat desain, 5) menekankan

pada pengembangan, 6) jumlah analisis dari awal sampai akhir atau penilaian

kebutuhan berkategori rendah menuju sedang, 7) menggunakan teknologi yang

cukup kompleks, 8) jumlah uji coba dan revisi sangat tinggi, 9) jumlah distribusi

atau diseminasi tinggi. Model-model berorientasi produk adalah model Bergman

& Moore (1990), model Van Patten (1989), model Leshin, Pollock, and Reigeluth

(1990) dan model Hannafin & Peck (1988). Model-model ini berorientasi untuk

menghasilkan produk pembelajaran misalnya, video pembelajaran, multimedia

pembelajaran, maupun modul (Supriatna dan Mulyadi, 2009).

Model sistem pembelajaran memiliki karakteristik: 1) ciri khas keluaran

adalah sistem pelatihan atau kurikulum, 2) sumber daya untuk pengembangan

tinggi, 3) pengembangan bersifat tim, 4) untuk mendesain model sistem

pembelajaran memerlukan keterampilan atau pengalaman yang tinggi bahkan

sangat tinggi, 5) menekankan pada pengembangan, 6) jumlah analisis awal dan

akhir atau penilaian kebutuhan sangat tinggi, 7) menggunakan teknologi yang

4 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

cukup kompleks, 8) jumlah uji coba dan revisi cukup bahkan tinggi, 9) jumlah

distribusi atau diseminasi cukup bahkan tinggi. Contoh model sistem

pembelajaran adalah model Seels & Glasgow, model Bridggs, model Gagne,

model IDI (Instructional Development Institute) yang dikembangkan oleh

National Special Media Institute, tahun 1971, model IPISD (Interservices

Procedures for Instructional Systems Development) dari Branson tahun 1975,

Model Diamond dari Robert Diamond tahun 1989 dan tahun 1997, model Smith

dan Ragan tahun 1993, model Gentry IPDM (Instructional Project Development

and Management Model) oleh Gentry tahun 1994, dan model Dick dan Carey

tahun 1996. Model-model ini digunakan untuk merancang sistem pelatihan,

merancang proses belajar pada suatu organisasi maupun merancang kurikulum

(skala makro). Sesuai karakteristiknya model ini membutuhkan usaha tim untuk

merancang pembelajaran (Gustafson, 1997 dalam Uwes, 2009).

Tren dan isu berkaitan dengan beberapa kecenderungan dan isu dalam

model desain pembelajaran. Hypermedia atau internet adalah salah satunya. Ini

mempengaruhi desain pembelajaran. Tren ini memacu kreativitas untuk

menghasilkan inovasi dalam desain lingkungan pendidikan dan pelatihan

(Gustafson, 1996). Tren dan isu lainnya adalah konstruktivisme. Hal ini juga

mempengaruhi proses pembelajaran. Tren konstruktivisme melahirkan model C-

ID (Constructivist Instructional Design) dari Willis (dalam Mustaji, 2012). C-ID

adalah suatu model pengembangan pembelajaran dengan pendekatan

konstruktivistik dengan pola kerja R2D2 (reflective, recursive, design, and

development). Struktur model C-ID itu terdiri dari empat tahap, yakni 1) difine, 2)

design, 3) development, dan 4) dissemination.

Guru dapat memilih model-model desain pembelajaran yang disebutkan di

atas untuk merancang pembelajaran yang efektif. Pemilihan dilakukan dengan

beberapa pertimbangan seperti karakteristik pebelajar, karakteristik hasil belajar,

tipe isi pembelajaran, dan kemampuan guru mengimplementasikannya. Pemilihan

model desain pembelajaran yang tepat dapat mempengaruhi efektivitas proses

dan hasil pembelajaran. Dari beberapa model desain pembelajaran di atas, pada

pembahasan selanjutnya akan dijelaskan salah satu model berorientasi kelas yaitu

model Isman yang dicetuskan pada tahun 2011.

5 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

B. Gambaran Singkat Model Isman

Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang

teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau

penjelasan berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukkan bahwa suatu model

desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas

dasar teori-teori belajar, pembelajaran, psikologi, sistem, dan sebagainya

(Prawiradilaga, 2008). Desain pembelajaran terdiri atas kegiatan-kegiatan yang

perlu dilaksanakan untuk suatu proses belajar. Model Isman adalah model desain

pembelajaran tentang bagaimana merencanakan, mengembangkan, melaksanakan,

mengevaluasi, dan mengorganisasi kegiatan belajar secara efektif sehingga

menjamin kinerja yang kompeten dari peserta didik. Tujuan utama dari model

Isman adalah mengorganisir kegiatan belajar jangka panjang dan aktivitas full

learning. Model ini masuk dalam kategori model desain pembelajaran berorientasi

kelas (untuk skala mikro).

C. Landasan Teori Model Isman

Landasan teori model Isman berasal dari aliran behaviorisme,

kognitivisme, dan pandangan konstruktivisme. Behaviorisme sebagai teori belajar

menjadi pijakan untuk menciptakan hubungan antara stimulus & respon, faktor

penguatan, dan merancang kondisi lingkungan. Teori ini digunakan untuk

memotivasi siswa supaya mau belajar. Behavioris memandang desain

pembelajaran memiliki lima langkah yaitu analisis, desain, pengembangan,

implementasi, dan evaluasi. Dalam langkah-langkah analisis, desainer

pembelajaran mengidentifikasi informasi inputan seperti tujuan pembelajaran,

sasaran, karakteristik guru, karakteristik siswa, bahan, dan lainnya. Pada langkah

desain, desainer pembelajaran merancang kegiatan belajar mengajar. Pada

langkah pengembangan, desainer pembelajaran mengembangkan bahan

pembelajaran dan metode pembelajaran. Pada langkah pelaksanaan, guru

melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada langkah terakhir, perancang

pembelajaran memeriksa output pembelajaran. Model Isman menggunakan

keempat langkah tersebut untuk merancang kegiatan pembelajaran.

6 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

Teori kognitivisme berorientasi pada motivasi, proses belajar intelektual,

pengalaman, dan isi. Model Isman menggunakan teori ini yang melandasi

bagaimana pebelajar/peserta didik menyimpan informasi ke dalam memori jangka

panjang. Pandangan aliran kognitivisme terhadap desain pembelajaran adalah

membangun pengetahuan baru dengan pengalaman mereka sendiri. Peserta didik

harus belajar bagaimana berpikir dan bagaimana cara belajar memecahkan

masalah belajar mereka. Peran guru adalah merancang pengalaman yang berarti

dalam lingkungan belajar. Rancangan pembelajaran memberikan pengalaman

bermakna dan harus memotivasi peserta didik untuk membangun pengetahuan

baru di memori jangka panjang mereka. Peran peserta didik adalah bergabung

dalam diskusi dan kegiatan kolaborasi. Teori kognitif menjadi landasan model

Isman karena model desain pembelajaran ini lebih menekankan siswa membangun

pengetahuan baru, memberikan pengalaman belajar bermakna, memotivasi, dan

pengorganisasian.

Konstruktivisme cenderung menekankan kemampuan pribadi. Menurut

McGriff (2001), proses pembelajaran harus memperhatikan pengalaman dan

konteks yang membuat peserta didik mau dan memungkinkan untuk belajar. Ini

adalah salah satu hal bahwa model Isman menggunakan teori ini dalam kegiatan

pembelajaran. Peserta didik menjadi subjek aktif, mencerminkan pemikiran

mereka sendiri dan menjadi pebelajar yang otonom. Selama kegiatan

pembelajaran, peserta didik mencoba untuk mendapatkan suatu pengalaman

mereka sendiri. Pengalaman pribadi mereka memotivasi untuk terlibat dalam

proses tersebut secara aktif. Dengan bantuan pengalaman, mereka mencari makna

sendiri dengan informasi yang dipelajari sehingga memungkinkan lebih mudah

untuk diingat.

Pandangan konstruktivis terhadap desain pembelajaran adalah belajar

dengan melakukan. Dengan kata lain, pembelajaran aktif adalah jantungnya

konstruktivis dari proses desain pembelajaran. Konstruktivis menekankan proses

aktif selama kegiatan pembelajaran. Peserta didik harus aktif dan menggunakan

aktivitas kognitif untuk membangun pengetahuan baru. Selama kegiatan kognitif,

lingkungan belajar memainkan peran kunci untuk membantu membangun

pengetahuan baru. Lingkungan belajar harus mencerminkan aktivitas kehidupan

7 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

nyata. Dalam lingkungan ini, apa yang dipelajari dan bagaimana ia harus belajar

dirancang bersama-sama karena bagaimana ia belajar tergantung pada apa yang

dipelajari.

Model desain pembelajaran Isman didasarkan pada pembelajaran aktif.

Selama kegiatan pembelajaran, peserta didik aktif dan menggunakan kegiatan

belajar kognitif untuk membangun pengetahuan baru. Untuk membangun

pengetahuan baru, material teknologi pendidikan digunakan. Bahan-bahan ini

terkait dengan tujuan pembelajaran.

D. Tahapan-tahapan Model Isman

Model Isman memiliki lima langkah sistematis yaitu: input, proses, output,

umpan balik, dan belajar. Kelima langkah sistematis ini secara bertahap tersaji

pada gambar 1.

8 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

Gambar 1. Model Isman

Berdasarkan gambar model desain pembelajaran Isman di atas, model

tersebut mencerminkan adanya suatu urutan yang harus lewati tahap demi tahap.

Lebih detail berikut dijelaskan aktivitas yang dilakukan pada setiap tahap.

A. Tahap Input

Langkah pertama dalam model Isman adalah mengidentifikasi faktor

input. Input atau masukan adalah dasar dari kegiatan belajar dan pembelajaran.

INPUT

1. Identifikasi

Kebutuhan

2. Identifikasi

Isi

3. Identifikasi

Tujuan dan Sasaran

4. Identifikasi Metode

Pembelajaran

5. Identifikasi

Media Pembelajaran

PROSES

6. Pengujian

Prototipe

8. Kegiatan

Pembelajaran

7. Desain

Ulang

OUTPUT

10. Revisi

Pembelajaran 9. Penilaian

11. Kembali ke

Tahap Terkait UMPAN BALIK

12. Belajar Jangka

Panjang BELAJAR

9 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

Pada langkah input terdapat lima komponen di dalamnya seperti tersaji pada

gambar 2.

Gambar 2. Tahap Input dari Model Isman

Berdasarkan gambar di atas, tahap input memiliki lima langkah-langkah kecil

di dalamnya yang dapat dijelaskan berikut ini.

1. Mengidentifikasi Kebutuhan

Ini merupakan faktor penting dalam proses desain pembelajaran. Desainer

pembelajaran menggunakan metode survei, observasi, dan wawancara untuk

menentukan apa yang akan siswa pelajari. Identifikasi kebutuhan juga dapat

berasal dari penilaian kebutuhan berkenaan dengan kurikulum tertentu.

2. Mengidentifikasi isi

Isi berasal dari kebutuhan siswa. Tujuan utama dari langkah ini adalah untuk

memperjelas apa yang akan diajarkan.

3. Mengidentifikasi Tujuan dan Sasaran

Identifikasi tujuan dan sasaran merupakan tahap penting dalam model desain

pembelajaran. Hal utama identifikasi tujuan dan sasaran adalah untuk menentukan

apa yang siswa akan dapat dilakukan setelah proses pembelajaran. Hasil belajar

biasanya diklarifikasi sebagai tujuan perilaku, tujuan pembelajaran, atau tujuan

kinerja. Ada lima kategori hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi

kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Tujuan dan sasaran

biasanya mengandung keterampilan, pengetahuan, dan sikap. Keterampilan bisa

menjadi keterampilan psikomotor dan keterampilan intelektual. Ketika siswa

belajar keterampilan psikomotor, mereka mengembangkan tindakan otot. Ketika

siswa belajar keterampilan intelektual, mereka mengembangkan aktivitas kognitif

INPUT

1. Identifikasi

Kebutuhan

2. Identifikasi

Isi

3. Identifikasi

Tujuan dan Sasaran

4. Identifikasi Metode

Pembelajaran

5. Identifikasi

Media Pembelajaran

10 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

seperti diskriminasi, pelaksanaan, dan pemecahan masalah. Tujuan dan sasaran

berasal dari penilaian kebutuhan dan isi.

4. Mengidentifikasi Metode Pembelajaran

Setelah identifikasi kebutuhan, isi, dan tujuan, selanjutnya adalah menetapkan

metode pembelajaran. Metode pembelajaran harus berkaitan dengan isi dan tujuan

karena tujuan pembelajaran akan tercapai dengan metode yang tepat.

5. Mengidentifikasi Media Pembelajaran

Tahap terakhir adalah mengidentifikasi media pembelajaran. Ini adalah cara

pengiriman pesan dalam proses desain pembelajaran. Ada dua kelompok media

pembelajaran yaitu media pembelajaran tradisional dan media pembelajaran

modern. Media pembelajaran tradisional meliputi buku-buku, jurnal, grafik,

model, gambar, poster, kartun, koran, diorama, perjalanan, papan tulis dan

lainnya. Media pembelajaran modern termasuk multimedia, film, radio, telepon,

televisi, komputer, proyeksi data, internet, dan lain-lain. Media pembelajaran

biasanya digunakan untuk meningkatkan proses terjadinya belajar. Tujuan utama

media adalah untuk menerapkan aktivitas komunikasi dan aktivitas pembelajaran.

Mengidentifikasi media pembelajaran didasarkan pada kajian kebutuhan, isi,

tujuan, dan metode pengajaran. Media pembelajaran harus memotivasi peserta

didik untuk belajar dan membantu membangun pengetahuan baru dalam memori

jangka panjang.

B. Tahap Proses

Aktivitas proses dalam desain pembelajaran seperti tersaji pada gambar 3.

Gambar 3. Tahap Proses dari Model Isman

Tahap proses memiliki tiga langkah yaitu menguji prototipe, merancang

ulang pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Langkah pertama adalah

menguji prototipe. Pada langkah ini, guru siap untuk mencoba pembelajaran yang

direncanakan dengan peserta didik. Tujuan utama dari tahap pertama adalah untuk

PROSES

6. Pengujian

Prototipe

8. Kegiatan

Pembelajaran

7. Desain

Ulang

11 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

mengetahui tahapan yang bekerja dan yang tahap tidak bekerja. Dengan kata lain,

masalah dalam desain pembelajaran diidentifikasi selama pengujian prototipe.

Langkah kedua adalah mendesain ulang pembelajaran. Setelah masalah

diidentifikasi, desainer pembelajaran mereorganisasi kegiatan pembelajaran.

Untuk mengatur kembali kegiatan pembelajaran, pra-pengujian memainkan peran

penting untuk merancang pembelajaran yang efektif. Jika pembelajaran dirancang

dengan baik, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.

Langkah ketiga adalah kegiatan pembelajaran. Guru mulai membelajarkan

isi dan menerapkan metode pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

dengan bantuan media pembelajaran.

C. Tahap Output

Tahap ketiga dari model Isman adalah output atau keluaran. Aktivitas pada

tahap ini disajikan seperti gambar 4.

Gambar 4. Tahap Output dari Model Isman

Tahap output berisi dua langkah yaitu kegiatan penilaian dan revisi

pembelajaran. Pada langkah penilaian, guru menilai kegiatan pembelajaran dalam

model desain pembelajaran. Desainer pembelajaran menggunakan metode

evaluasi formatif dan sumatif untuk memeriksa tujuan dan sasaran. Proses ini

menuntut guru untuk mengimplementasikan alat penilaian untuk menentukan

apakah peserta didik menunjukkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang

dijelaskan guru dalam tujuan pembelajaran atau tidak. Untuk menentukan

aktivitas belajar peserta didik, pengukuran pembelajaran dan proses evaluasi

harus dilaksanakan oleh guru. Proses ini memberikan hasil tentang apa yang

peserta didik pelajari dari kegiatan pembelajaran. Guru harus menganalisis hasil

dan membuat keputusan tentang efektivitas pembelajaran. Langkah revisi

dilakukan, setelah desainer pembelajaran mengevaluasi semua kegiatan

pembelajaran. Apabila desainer pembelajaran menemukan adanya masalah,

OUTPUT

10. Revisi

pembelajaran 9. Penilaian

12 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

kemudian desainer pembelajaran merevisi bagian yang mengalami masalah

tersebut.

D. Tahap Umpan Balik

Pada tahap umpan balik adalah kembali ke tahap atau langkah terkait.

Gambar 5. Tahap Umpan Balik dari Model Isman

Proses umpan balik melibatkan data revisi pembelajaran yang dikumpulkan

selama tahap implementasi. Jika selama tahap implementasi, guru menemukan

bahwa siswa tidak belajar sesuai apa yang direncanakan atau apa yang ingin

mereka pelajari atau mereka tidak menikmati proses belajar, guru kembali ke

langkah terkait dan mencoba untuk merevisi beberapa aspek dari pembelajaran

mereka sehingga lebih memungkinkan siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Misalnya, jika ada masalah pada tahap input, desainer

pembelajaran akan kembali ke tahap input. Kemudian, desainer pembelajaran

akan membuat perubahan dan memulai proses dari tahap input. Proses ini akan

dilakukan sampai semua tujuan pembelajaran dipelajari atau tercapai oleh peserta

didik. Selama siklus ini, perancang pembelajaran dapat kembali ke langkah

manapun terkait masalah yang terjadi.

E. Tahap Belajar

Tahap belajar merupakan tahap terakhir dari model Isman. Tahap ini bisa

dicapai apabila tahap-tahap sebelum tidak mengalami kendala sehingga tercipta

modus full learning. Tahap belajar disajikan seperti gambar di bawah.

Gambar 6. Tahap Belajar dari Model Isman

12. Belajar Jangka

Panjang BELAJAR

11. Kembali ke

tahap terkait UMPAN BALIK

13 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

Tahap belajar memiliki satu bagian yaitu "belajar jangka panjang". Proses

belajar melibatkan belajar penuh (full learning). Sebagai poin terakhir, Isman

(2005a) menyatakan belajar jangka panjang terjadi ketika sesuatu dipraktekkan.

Jika ada sesuatu yang dipraktekkan, maka itu berarti memiliki makna bagi peserta

didik. Jika peserta didik tidak mempraktekkan pengetahuan atau jika pengetahuan

yang dimiliki peserta didik tidak bermakna bagi peserta didik sendiri, itu artinya

guru harus pergi ke awal model, dan melakukan hal yang sama dari awal sampai

akhir. Dalam proses ini, guru harus memastikan bahwa peserta didik mereka

belajar sesuai rencana pembelajaran. Jika selama tahap ini, guru menemukan

bahwa peserta didik mereka mencapai tujuan mereka dalam kegiatan

pembelajaran, guru dapat melanjutkan ke kegiatan pembelajaran baru.

F. Kesesuaian Model Isman untuk Mengembangkan Pembelajaran di Kelas

Model Isman cenderung lebih cocok untuk mendesain pengelolaan kelas.

Kunci keberhasilan pembelajaran di dalam kelas adalah merancang pembelajaran

dengan baik untuk peserta didik. Ditinjau dari sisi peserta didik, model ini

merancang satu periode belajar tertentu. Model ini memandu guru bagaimana

mengelola, menciptakan interaksi belajar mengajar, memotivasi peserta didik

dengan tepat, mendorong kreativitas peserta didik, membangun kerja sama antara

peserta didik dengan guru, peserta didik lainnya, maupun pihak-pihak lainnya

yang terlibat dalam model ini. Ditinjau dari komponen-komponen model, model

isman relatif lebih banyak memiliki komponen dari pada model-model yang

berorientasi produk seperti model Hannafin dan Peck yang terdiri dari tiga fase

yaitu fase analisis kebutuhan, fase desain, dan fase pengembangan dan

implementasi. Komponen model Isman lebih lengkap mulai dari identifikasi

faktor input, proses, output, feedback, dan aktivitas belajar dalam jangka panjang.

Perbaikan dalam model ini juga dimasukkan guna mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan. Model ini juga dapat diterapkan sendiri oleh guru tanpa

tim khusus. Peran guru dalam model ini adalah menyampaikan materi dan

mengelola kegiatan kelas. Pengelolaan kelas dapat dilakukan seperti

pengelompokan peserta didik menjadi belajar mandiri maupun belajar tim dengan

berpedoman pada teori belajar konstruktivistik individu dan sosial.

14 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

Hasil penelitian menujukan bahwa model Isman efektif untuk meningkatkan

pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan oleh Isman (2005b) pada

mahasiswa pascasarjana. Berdasarkan uji t, ada perbedaan yang signifikan antara

prestasi kelompok eksperimen dan prestasi kelompok kontrol. Hal ini

menunjukkan bahwa model Isman efektif untuk meningkatkan prestasi

mahasiswa. Jadi, dapat dikatakan bahwa model ini dapat diterapkan untuk

merancang pembelajaran di kelas.

G. Komentar

Model desain pembelajaran Isman memiliki tahap-tahap yang lengkap dan

detail. Implementasi dapat optimal dengan dipahaminya tiap tahap dan

diimplementasikan dengan baik. Model ini dapat memudahkan guru untuk

menciptakan pembelajaran yang efektif. Model Isman memenuhi esensi dari

sebuah model desain pembelajaran yaitu adanya tujuan, peserta didik, metode, dan

evaluasi. Keempat komponen itu telah dilandasi oleh teori belajar dan

pembelajaran yaitu teori belajar behavioristik, kognitif, dan konstruktivistik.

Model Isman juga menerapkan prinsip komunikasi. Hal ini ditandai dengan

adanya penentuan media pembelajaran dan penentuan metode pembelajaran.

Media pembelajaran membantu proses komunikasi antara guru dan siswa.

Sedangkan metode pembelajaran memudahkan terjadinya interaksi guru dengan

siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan sumber belajar terkait.

Dari beberapa sisi kelebihan model Isman, berdasarkan analisis tahap-tahapan

model tersebut dan penelusuran di internet tentang penelitian yang menggunakan

model Isman dapat dirumuskan beberapa kelemahannya. Pertama, pada tahap

input, langkah identifikasi kontent dilakukan sebelum identifikasi tujuan.

Berdasarkan kecenderungan perencanaan model desain pembelajaran yang

berorientasi konstruktivistik bahwa tujuan pembelajaran mesti identifikasi terlebih

dahulu. Pada tujuan pembelajaran dirumuskan apa yang hendak dicapai oleh

peserta didik. Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan melakukan langkah

berikutnya yaitu identifikasi kontent. Kedua, melatih peserta didik untuk

merefleksi diri dan menumbuhkan belajar jangka panjang (long term learning)

apabila dikaitkan dengan konteks pembelajaran di Indonesia cukup sulit dicapai.

15 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

Model ini menekankan apabila peserta didik belum mengalami full learning, maka

pembelajaran diulang hingga peserta didik benar-benar merasa belajar itu

bermakna dan memberikan dampak terhadap keberlanjutan proses belajar peserta

didik itu sendiri. Proses pengulangan ini membutuhkan waktu yang cukup lama,

karena mencari letak kesalahan pada setiap tahapnya dan melakukan

pembelajaran ulang. Sedangkan konteks pendidikan di Indonesia sudah ditentukan

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai atau dituntaskan

dalam kurun waktu tertentu. Ketiga, model Isman relatif baru, maka tidak semua

pengajar mengenal model ini sehingga belum banyak yang tahu mengenai

efektivitas penerapan model Isman. Ini sebagai akibat belum banyak penelitian

terkait model ini yang mengindikasikan keefektifannya. Keempat, model Isman

juga tidak menjelaskan secara detail karakteristik tipe isi dan kegiatan

pembelajaran yang cocok diterapkan dengan model Isman.

16 Desain Pembelajaran Model ISMAN | Dewa Gede Agus Putra Prabawa

Prodi Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Undiskha 2012 email: [email protected]

Daftar Pustaka

Dick, W. & Carey, L. 1996.The systematic design of instruction. Fourth edition.

Harper Collins College Publishers: New York USA.

Gustafson, K. L.1996. International Encyclopedia of Educational Technology.

Edited by Plomp, T. & Ely, A.P. Pergamon, USA.

Isman, A. 2005a. A new model for the world of instructional design: a new. The

turkish online journal of educational technology, 4 (3), 33-39.

Isman, A. 2005b. The implementation results of new instructional design model:

ISMAN model. The turkish online journal of educational technology, 4 (4).

Isman, A. 2011. Instructional design in education: New model. The turkish online

journal of educational technology, 10 (1), 136-142.

McGriff, J.S. 2001. ISD knowledge base/constructivism. Tersedia pada http://

www.personel.psu.edu. (diakses tanggal 28 Mei 2012).

Mustaji. 2012. Desain pembelajaran dengan model R2D2. Tersedia pada

http://pasca.tp.ac.id (diakses tanggal 28 Mei 2012).

Prawiradilaga, D. S. 2008. Prinsip desain pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Reiser, R. A. & Dick, W. 1996. Instructional planning: A guide for teachers.

Allyn and Bacon: Boston USA.

Supriatna, D & Mulyadi, M. 2009. Konsep dasar desain pembelajaran: Bahan

ajar untuk Diklat E-Training PPPPTK TK dan PLB. Pusat pengembangan

dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan taman kanak-kanak

dan pendidikan luar biasa.

Uwes, A. C. 2009. Taxonomy of ID models. Tersedia pada http://www.

teknologipendidikan.net (diakses tanggal 28 Mei 2012).