pemberih roda truck tanah dari tanah yang melekat di as roda double
MENGHITUNG BAUT RODA TRUK FUSO
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of MENGHITUNG BAUT RODA TRUK FUSO
TUGAS MANDIRI ELEMEN MESIN I
PERENCANAAN BAUT RODA BELAKANG
PADA TRUK FUSO FN 627 6X4 250 PS
Oleh:
NAHAR 113010245
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2014
1
DAFTAR ISI…………...….……………………………………………………………3
BAB I....................................................4
PENDAHULUAN.............................................4
1.1 Latar Belakang.....................................4
1.2 Tujuan.............................................4
1.3 Batasan masalah....................................4
BAB II...................................................5
DASAR TEORI.............................................5
2.1 Pengertian Baut.....................................5
2.2 Fungsi Baut........................................6
2.3 Rumus Rumus Yang Di Gunakan Dalam Perhitungan.......7
BAB III..................................................8
PERHITUNGAN.............................................8
3.1 Perhitungan Perencanaan Baut Roda pada Truk........8
3.2 PERENCANAAN.........................................8
BAB IV..................................................11
Penutup................................................11
4.1 Kesimpulan.........................................11
4.2 Saran..............................................12
2
Daftar Pustaka.........................................13
KATA PENGANTAR
Asalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan karunia, atas terselesaikannya
Tugas Elemen Mesin ini walaupun masih jauh dari tahap
kesempurnaan.
Dalam Tugas Elemen Mesin ini, penulis mencoba
merencanakan suatu baut roda pada sebuah truk dengan daya
motor dan putaran tertentu. Dalam merencanakan sebuah baut
pada truk ini, penulis mengambil literatur dari berbagai
buku-buku mesin dan masukan dari teman-teman serta dosen.
Penulis hendak mengucapkan banyak terimakasih kepada
Bapak Darmanto,ST.,M Eng. selaku pembimbing tugas dalam
perencanaan ini, yang telah banyak membimbing dalam
penyusunan Tugas Elemen Mesin ini. Serta kepada rekan-rekan
mahasiswa jurusan Teknik Mesin Unwahas.
3
Akhir kata penulis mengharapkan adanya sumbang saran
yang dapat bermanfaat bagi penulis untuk memperbaiki isi
perencanaan ini.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb
Semarang,……..……………
( Nahar)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Baut dan mur merupakan pengikat dua komponen atau
lebih yang ikatannya bersifat semi permanen dan
digunakan secara Luas oleh masyarakat. Baut bisa
digunakan untuk mengikat suatu konstruksi bangunan baja
dengan rigiditas yang tinggi, menutup suatu perrnukaan·
nozle, dan menutup permukaan atas dari suatu £lens
sebuah bejana proses. Dalam aplikasinya, mur biasa
digunakan untuk komponen dinamis contohnya mur
4
roda .mobil, sedangkan untuk ulir dalam (pengganti mur)
bukan mur, biasa digunakan pada komponen statis dan
konstruksi yang presisi, seperti pada bejana proses.
Baut dan mur yang mengikat suatu konstruksi banyak
mengalami perubahan kondisi fisik, yang mengakibatkan
terjadinya suatu kegagalan dari suatu alat. Pemilihan
baut juga merupakan faktor yang penting untuk
menghindari terjadinya kegagalan sambungan baut. Oleh
karenanya untuk menjamin suatu konstruksi agar aman
ketika beroperasi maka kondisi baut dan mur harus
terjamin kekuatannya. Untuk itu perlu dilakukan suatu
analisis sambungan baut dan mur dengan model pendekatan
terdistribusi merata. Hasil analisis ini diharapkan bisa
dijadikan sebagai pedoman untuk aplikasi baut pada suatu
konstruksi, khususnya bejana proses.
Sambungan baut kelihatan sangat sederhana, namun
memiliki fungsi yang sangat penting,sambungan baut yang
berfungsi dengan baik akan menghindari mesin dari
kebocoran,keausan, selip, pecah (rupture). Banyak
penyebab terjadi kegagalan sambungan baut. Jenis
permasalahannya berbeda-beda, misalnya konstruksi
sambungan baut pada bejana proses, turbin uap, atau
ketel uap dan lain-lain. Kegagalan tersebut akibat panas
dan tekanan tinggi yang menyebabkan kegagalan fatal pada
bejana proses atau turbin itu sendiri, namun alat
tersebut dapat menghindarinya, karena ada faktor-faktor
redundan yang dimiliki alat tersebut. Berdasarkan
5
pengamatan yang telah dilakukan, penyebab kegagalan
dapat diakibatkan oleh adanya kesalahan pada saat
desain, saat perakitan dan saat operasi. Dan penyebab
kegagalan lain dapat juga terjadi karena kesalahan,
Creep, getas, palstik dan korosi. ( Prosiding Pertemuan IImiah
Nasional Rekayasa Perangkat Nuklir Serpong, 20 Nopember 2007, ISSN 1693-
3346, source: http://mardiyan22.files.wordpress.com/2011/01/ban-dan-
roda.pdf )
Truk sebagai moda transportasi darat yang
notabenenya menggunakan alat alat permesinan, juga
mengalami hal hal yang terjadi diatas. Bahwa faktor
kegagalan sambungan baut terjadi bukan saja dari besamya
tekanan yang terjadi didalam proses kerja, tetapi juga
diakibatkan oleh adanya kesalahan teknis, diantaranya
adalah pecah akibat beban statis,getas dan kelelahan
bahan. Selain itu kegagalan bisa disebabkan oleh
pengencangan yang berlebihan, sehingga baut mengalami
pengecilan.
Dalam kehidupan sehari-hari alat alat permesinan
merupakan alat yang penting untuk menunjang peralatan
peralatan yang berbasis keteknikan. Dalam hal ini
perencanaan baut haruslah tepat demi mendapatkan kerja
baut yang efektif, maksimal serta ekonomis, baut sangat
dibutuhkan untuk mendukung kerja suatu alat permesinan
oleh karna itu, ide-ide pengembangan atau inovasi
penggunaannya harus ada, setidaknya kalaupun itu sulit
6
seorang engineer harus dapat merancang atau membuat baut
dapat bekerja dengan efektif dan maksimal.
1.2 Tujuan
Karena suatu perencanaan elemen mesin haruslah
benar-benar akurat atau teliti, maka dalam perencanaan
baut roda pada truk ini terdapat beberapa tujuan yang
hendak dicapai, antara lain :
1. Kekuatan baut.
2. Penggunaan material baut tersebut.
1.3 Batasan masalah
Dalam perencanaan baut roda pada truk , hal yang
paling penting dan perlu diperhatikan adalah:
1.Mengetahui material yang dipakai
2.Beban tarik dan beban geser.
7
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Baut
Baut adalah suatu batang atau tabung dengan alut
heliks pada permukaannya. Penggunaan utamanya adalah
sebagai pengikat (fatener) untuk menahan dua objek yang
sama, dan sebagai pesawat sederhana untuk mengubah torsi
(torque) menjadi gaya linear. Baut juga didefinisikan
sebagai bidang miring yang membungkus suatu batang.
Sebagian besar baut dipererat dengan memutarnya searah
jarum jam, yang disebut ulit kanan. Baut pada ulir kiri
digunakan pada kasus tertentu, misalnya saat baut akan
menjadi pelaku torsi berlawanan arah jarum jam.
Jhon p. Thompson adalah seorang warga Negara amerika
yang menemukan kepala baut bersilang atau dalam bahasa
inggris disebut crosshead screw dan kemudian dikenal dengan
nama Philips-head screw. Pada tahun 1933 Jhon P.Thomason
menerima patens atas penemuan kepala skrup bersilang tujuan
dari penemua tersbut agar mata obeng yang digunakan secara
otomatis langsung berada pada posisi tengah position dari
bentuk bersilang. Lain halnya dengan sekrup model min f lat
slot tipe screw (umumnya kita temui pada sekrup kayu)
dimana mata obeng dapat tergelincir dari posisinya sehingga
memperlambat proses pekerjaan. Selain itu sekrup/baut
pilips juga dapat digunakan bersama dengan obeng yang
8
digrakan dengan tenaga listrik ( electric screwdriver )
atau dengan tenaga angin ( pneumatic screw ). Torsi atau momen
punter yang dihasilkan dari alat-alat tersebut dapat
menyebabkan posisi mata obeng dengan mudah terpleset dari
sekrup minus, sedangkan dengan sekrup Philips, hal ini
dapat diminimalisir berkat adanya alur silang yang mengunci
mata obeng pada tempatnya. Selama 6 bulan berikutnya
Thompson mendatangi berbagai perusahaan pembuatan sekrup di
Amerika agar penemuanya dapat diproduksi. Namun kesemuanya
tidak membuahkan hasil, sampai akhirnya Thompson bertemu
dengan Henry F. Philips, Philips adalah seorang dengan
latar belakang pebisnis dari Portland, Oregon. Philips
tertarik dengan penemuan Thompson sampai akhirnya membeli
hak paten penemuan tersebut dari Thompson dan mendirikan
Philips Screw Company pada tahun 1934. Philips kemudian
mendatangi kembali perusahaan American screw (saat itu
terbesar di Amerika) yang sebelumnya menolak Thompson.
Philips membawa penemuan Thompson (yang telah ia
sempurnakan) ke hadapan Eugene Clark, presiden dari American
Screw dan mengajak Clark untuk bekerja sama memproduksi
sekrup/baut milik Philips. Philips dan Clark akhirnya
menjadi sekrup/baut model bersilang selaku trend baru.
2.2 Klasifikasi Baut
A. Ditinjau dari segi penggunaannya baut ada 3 jenis;
I. Baut penjepit yang terdiri dari 3 macam :
a) Baut biasa ( baut tembus ) (gambar a)
9
b) Baut tap (gambar b)
c) Baut tanam (gambar c)
Gambar 2.1 Konstruksi Sambungan Baut (Yefri Chan, 2012)
II. baut untuk pemakaian khusus
a. Baut pondasi, yang digunakan untuk memasang mesin atau
bangunan pada pondasinya (gambar 5a)
b. Baut penahan, untuk menahan dua bagian dalam jarak
yang tetap (gambar 5b)
c. Baut mata atau baut kait, untuk peralatan kait mesin
pengait (gambar 5c)
d. Baut T untuk mengikat benda kerja atau peralatan pada
meja yang dasarnya mempunyai alur T (gambar 5d)
e. Baut kereta, dipakai pada kendaraan (gambar 5e)
Gambar 2.2 jenis baut pemakaian khusus (Yefri Chan , 2012)
10
2.2 Perencanaan
Tabel 2.1 Metriks Ulir, Baut dan Nut
( http://www.americanfastener.com/metric-sockets-bolts-screws-nuts/ , diakses april 2014)
DI
NDIA
ILLUSTRA
TION
M1
.6
M
2
M2
.5
M
3
M
4
M
5
M
6
M
8
M1
0
M1
2
M1
6
M2
0
M2
4
M3
0
M3
6
91
2
DIAd
23
3
.
8
4.
5
5
.
5
7
8
.
5
1
0
1
316 18 24 30 36 45 54
HEIGHT K1.
62
2.
53 4 5 6 8 10 12 16 20 24 30 36
HEX KEY
SIZEDIN
911
S1.
5
1
.
5
2
2
.
5
3 4 5 6 8 10 14 17 19 22 27
69
12
DIAd
2DIN
6912 IS
LOW
HEADDIN
6911 IS A
HEX KEY
WITH
GUIDE
7
8
.
5
1
0
1
316 18 24 30 36 45 54
HEIGHT K
2
.
8
3
.
5
4 56.
5
7.
510 12 14
17
.5
21
.5
HEX KEY
SIZEDIN
6911
S 3 4 5 6 8 10 14 17 19 22 27
11
79
84
DIAd
2
SIMILAR
TODIN
6912
BUT HEX
SOCKET
IS
WITHOUT
GUIDE
5
.
5
7
8
.
5
1
0
1
316 18 24 30 36
HEIGHT K 2
2
.
8
3
.
5
4 5 6 7 9 11 13
HEX KEY
SIZEDIN
911
S 2
2
.
5
3 4 5 7 8 12 14 17
79
91
DIAd
26 8
1
0
1
2
1
620 24 30 36 39
HEIGHT K
1
.
7
2
.
3
2
.
8
3
.
3
4
.
4
5.
5
6.
5
7.
5
8.
514
HEX KEY
SIZEDIN
911
S 2
2
.
5
3 4 5 6 8 10 12 14
93
1
ACROSS
FLATS(WR
ENCH
SIZE)
S
5
.
5
7 81
0
1
317 19 24 30 36 46 55
HEIGHT K 2 2
.
3
.
4 5
.
7 8 10 13 15 19 23
12
8 5 5
84
DIAd
23
3
.
8
4.
5
5
.
5
7
8
.
5
1
0
1
316
HEIGHT K 1
1
.
3
1.
62
2
.
6
3
.
3
3
.
9
5 6
79
85
DIAd
26 8
1
0
1
2
1
620
HEIGHT K
2
.
4
3
.
1
3
.
8
4
.
6
67.
5
93
4
ACROSS
FLATS(WR
ENCH
SIZE)
S3.
24 5
5
.
5
7 81
0
1
317 19 24 30 36 46 55
HEIGHT m1.
3
1
.
6
2
2
.
4
3
.
2
4 5
6
.
5
8 10 13 16 19 24 29
13
Tabel 2.2 Dimensi Alur Ulir, Baut dan Nut ( Khurmi,
2005 )
Designatio
n
Pitch
mm
Major or
nominal
diamete
r Nut
and Bolt
(d = D)
Effective
or pitch
diameter
Nut and
Bolt (dp
) mm
Minor
or
core
diamet
er (dc )
mm Bolt
Depth
of
threa
d
(bolt)
mm
Stres
s
area
mm
2
(1) (2) (3) (4) (5)
(6)
(
7
(8)CoarseM 0.4 0.1 0.400 0.335 0.27
7
0.29
2
0.061 0.074M 0.6 0.15 0.600 0.503 0.41
6
0.43
8
0.092 0.166M 0.8 0.2 0.800 0.670 0.55
5
0.58
4
0.123 0.295M 1 0.25 1.000 0.838 0.69
3
0.72
9
0.153 0.460M 1.2 0.25 1.200 1.038 0.89
3
0.92
9
0.158 0.732M 1.4 0.3 1.400 1.205 1.03
2
1.07
5
0.184 0.983M 1.6 0.35 1.600 1.373 1.17
1
1.22
1
0.215 1.27M 1.8 0.35 1.800 1.573 1.37
1
1.42
1
0.215 1.70M 2 0.4 2.000 1.740 1.50 1.56 0.245 2.07M 2.2 .45 2.200 1.908 1.64
8
1.71
3
0.276 2.48M 2.5 .45 2.500 2.208 1.94
8
2.01
3
0.276 3.39M 3 0.5 3.000 2.675 2.38
7
2.45
9
0.307 5.03M 3.5 0.6 3.500 3.110 2.76
4
2.85
0
0.368 6.78M 4 0.7 4.000 3.545 3.14
1
3.24
2
0.429 8.78M 4.5 .75 4.500 4.013 3.58
0
3.68
8
0.460 11.3M 5 0.8 5.000 4.480 4.01
9
4.13
4
0.491 14.2M 6 1 6.000 5.350 4.77
3
4.91
8
0.613 20.1M 7 1 7.000 6.350 5.77
3
5.9
18
0.61
3
28.9M 8 1.25 8.000 7.188 6.46
6
6.6
47
0.76
7
36.6M 10 1.5 10.000 9.026 8.16
0
8.8
76
0.92
0
58.3M 12 1.75 12.000 10.863 9.85
8
10.1
06
1.07
4
84.0M 14 2 14.000 12.701 11.5
46
11.8
35
1.22
7
115M 16 2 16.000 14.701 13.54
6
13.8
35
1.22
7
157
14
M 18 2.5 18.000 16.376 14.93
3
15.2
94
1.53
4
192M 20 2.5 20.000 18.376 16.93
3
17.2
94
1.53
4
245M 22 2.5 22.000 20.376 18.93
3
19.2
94
1.53
4
303M 24 3 24.000 22.051 20.32
0
20.7
52
1.84
0
353M 27 3 27.000 25.051 23.32
0
23.7
52
1.84
0
459M 30 3.5 30.000 27.727 25.70
6
26.2
11
2.14
7
561M 33 3.5 33.000 30.727 28.70
6
29.2
11
2.14
7
694M 36 4 36.000 33.402 31.09
3
31.6
70
2.45
4
817M 39 4 39.000 36.402 34.09
3
34.6
70
2.45
4
976M 42 4.5 42.000 39.077 36.41
6
37.1
29
2.76
0
1104M 45 4.5 45.000 42.077 39.41
6
40.1
29
2.76
0
1300M 48 5 48.000 44.752 41.79
5
42.5
87
3.06
7
1465M 52 5 52.000 48.752 45.79
5
46.5
87
3.06
7
1755M 56 5.5 56.000 52.428 49.17
7
50.0
46
3.06
7
2022M 60 5.5 60.000 56.428 53.17
7
54.0
46
3.37
4
2360Fine
seriesM 8 × 1 1 8.000 7.350 6.77
3
6.91
8
0.613 39.2M 10 ×
1.25
.25 10.000 9.188 8.46
6
8.64
7
0.767 61.6M 12 ×
1.25
.25 12.000 11.184 10.46
6
10.6
47
0.767 92.1M 14 ×
1.5
1.5 14.000 13.026 12.16
0
12.3
76
0.920 125M 16 ×
1.5
1.5 16.000 15.026 14.16
0
14.3
76
0.920 167M 18 ×
1.5
1.5 18.000 17.026 16.16
0
16.3
76
0.920 216M 20 ×
1.5
1.5 20.000 19.026 18.16
0
18.3
76
0.920 272M 22 ×
1.5
1.5 22.000 21.026 20.16
0
20.3
76
0.920 333M 24 × 2 2 24.000 22.701 21.54
6
21.8
35
1.227 384M 27 × 2 2 27.000 25.701 24.54
6
24.8
35
1.227 496M 30 × 2 2 30.000 28.701 27.54
6
27.8
35
1.227 621M 33 × 2 2 33.000 31.701 30.54
6
30.8
35
1.227 761M 36 × 3 3 36.000 34.051 32.31
9
32.7
52
1.840 865M 39 × 3 3 39.000 37.051 35.31
9
35.7
52
1.840 1028
A. Tegangan Internal (Internal Stress)
Tegangan internal meliputi tegangan – tegangan sebagai
berikut :
1. Tegangan tarik dikarenakan pengencangan ulir
15
Pi = 284d (digunakan untuk sambungan pada penggunaan
zat cair ) .....(1)
Pi = 142 d (digunakan pada sambungan pada pengunaan
non zat cair) …(2)
Pi = tahanan awal baut (kg)
d = diameter nominal (mm)
sehingga tegangan tariknya : ƒt = Pi / A
A = luas bidang tarik
= π4 (dp2 +
dc2 )
2
…….(3)
dp = diameter pitch (mm) dc = diameter minor (mm)
2. Tegangan geser ulir ƒs = P
πdbn
…….(4)
P = beban maksimum
d = diameter mayor
b = lebar ulir
n = jumlah ulir
dari tegangan diatas yang sering dipertimbangankan dalam
perhitungan kekuatan baut adalah tegangan tarik.
16
B. Tegangan dikarenakan beban Eksternal
Pengaruh beban eksternal menyebabkan timbulnya :
- tegangan tarik
- tegangan geser
- kombinasi keduanya
1. Tegangan tarik
P = π4 dc
2 ƒt Jika sambungan menggunakan n baut, maka :
P = π4 dc
2 ƒt
n ....................................................
.... (5)
2. Tegangan Geser
P = π4 d2 ƒs
n ...................................................
(6)
3. Tegangan kombinasi
ƒs (mak) = √fs2+(ft /2)2
......................................................
. (7)
ƒt (mak) = (ƒt/2) + √fs2+(ft /2)2
................................................
(8)
17
BAB III
PERHITUNGAN
2.1 Data ( sumber : brosur mitsubishi FUSO FN 627 6X4 250 PS, PT
Krama Yudha Motor Indonesia )
1. Jarak sumbu roda : 5450 mm =
545 cm
2. Panjang keseluruhan : 8525 mm
= 852.5 cm
3. Lebar keseluruhan : 2450 mm =
245 cm
4. Tinggi keseluruhan : 2685 mm =
268.5 cm
5. Jarak minimal dari tanah : 250 mm = 25
cm
6. Jarak roda depan kiri kanan : 1920 mm
= 192 cm
7. Jarak roda belakang kiri kanan : 1845 mm
= 184.5 cm
8. Berat chasis termasuk kabin : 6880 kg
9. GVW : 26000 kg
10. Ban : 10.00 R20 - 16 PR
11. Velg : 20 x 7.00 T
– 162 - 13t
12. Radius putar minimum : 8,5 m
19
13. Daya maksimum : 250 Ps / 2800 rpm
14. Torsi maksimum : 72 kgm/ 1400
rpm
15. Diameter x langkah : 118mm x
115mm
Ukuran baut yang digunakan adalah
M 20 x 2,5
Pith : 2,5 mm Major : 20 mm Pitch diameter (dp) : 18,376 mm Minor diameter (dc) : 16,933 mm
a. Tegangan Internal = Tegangan tarik diakibatkan
pengencangan baut sehingga tegangan tariknya : ƒt =
Pi / A
A =
π4 (dp2 +
dc2 )
2
= 3,144 ( 18,3762 + 16,9332 )2
= 0,785 (9,188 +8,466)2
= 0,785 x 17,6542
= 244.656 mm2
Pi = 142 d
= 142 x 20
20
= 2840 kg
ƒt = Pi / A
= 2840 / 244,66
= 11,607 kg/ mm2
b. Beban Per Baut =
Wt1 = W/n
= 75% x 26000/32
= 609,375 kg
c. Tegangan Geser
ƒs =
WtA
=
609,375 244,66
= 2,491 kg/mm 2
d. Tegangan kombinasi
ƒs (mak) = √fs2+(ft /2)2
= √(2,491)2+(11,607 /2)2
= 33,6806 kg/ mm2
21
ƒt (mak) = (ƒt/2) + √fs2+(ft /2)2
= 11,6072 + √(2,491)2+(11,607 /2)2
= 39,483 kg/ mm2
e. Perencanaan
Jadi Tegangan yang direncanakan baut roda belakang pada
truk fuso fn 627 6x4 250 ps adalah
ƒs x faktor keamanan = 33,6806 kg/ mm2 x 2 = 67, 2602 kg/ mm2
ƒt x faktor keamanan = 39,483 kg/ mm2 x 1 = 39,483 kg/ mm2
22
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan Perencanaan baut pada roda truk
sangatlah penting karena dari sini kita bisa menentukan
jenis material yang akan digunakan, lewat perhitungan
perhitungan yang dilakukan dapat disimpulkan dari
perhitungan diatas didapatkan tegangan tarik adalah :
39,483 kg/mm2, sementara tegangan geser adalah : 67,
2602 kg/ mm2.
4.2 Saran
Dari kesimpulan diatas dapat disarankan
1. Dari analisa yang terjadi pada baut agar tidak ada
kegagalan beban tarik. Maka dalam pengencangan pada
baut diharap menggunakan kunci yang sesuai.
2. Muatan pada truk juga mempengaruhi baut, jika truk
yang digunakan terus menerus terlalu overload, maka
dapat mengakibatkan kepatahan pada baut.
3. Disarankan menggunakan bahan material baja karbon S55C
dengan tegangan tarik 78,966 kg/mm2 atau lebih kecil
dari tegangan geser.
23
DAFTAR PUSTAKA
Khurmi, 2005, Machine design
Yefri Chan, (Universitas Darma Persada), klasifikasi baut
http://www.americanfastener.com/metric-sockets-bolts-screws-nuts/ , Tabel
Tabel Metriks Ulir, Baut dan Nut
Darmanto, 2007, Diktat Elemen mesin 1
25