MANAJEMEN PENDIDIKAN-dikonversi.pdf
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of MANAJEMEN PENDIDIKAN-dikonversi.pdf
MANAJEMEN PENDIDIKAN
Oleh:
ELBADIANSYAH
International Research and Development for Human Beings
Malang
2018
Sanksi Pelanggaran Pasal 27 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta:
1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatansebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat(1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masingpaling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00(lima miliar rupiah).
2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan ataubarang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ii
Penulis : Dr. Elbadiansyah, M.PdISBN : 978-602-6672-74-2Editor : Cakti Indra Gunawan, SE., MM., Ph.D Cover & Layout: Bayu Febri Basudewo, SE.
Cetakan Pertama, April 2018
Diterbitkan oleh:
CV. IRDH (Research & Publishing)Anggota IKAPI No. 159-JTE -2017Office: Jl. A. Yani Gg. Sokajaya 59 Purwokerto
New Villa Bukit Sengkaling C9 No.1 MalangHP. 081 357 217 319 WA. 089 621 424 412www.irdhcenter.comemail: [email protected]
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga buku ini
dapat diselesaikan dengan baik, buku ini berisi tentang manajemen
dalam mengelola lembaga pendidikan yang diajarkan disetiap
perguruan tinggi di Indonesia, mengungkapkan tentang materi kuliah
Manajemen Pendidikan berdasarkan kurikulum yang berlaku di
perguruan tinggi.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberi
dorongan dan bantuan berupa arahan dan perbaikan dalam penulisan
buku ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor IKIP PGRI
Kalimantan Timur Drs. H. M. Kasdie A, MM. yang berkenan
memberikan pengantar dalam penerbitan buku ini.
Kemudian juga dengan perasaan bangga penulis sampaikan
kepada isteri dan anak-anak tercinta, yang selalu memberikan dorongan
semangat kepada penulis, sehingga buku ini dapat diselesaikan sesuai
harapan untuk meniti karir sebagai dosen di perguruan tinggi.
Semoga buku ini dapat dipergunakan para mahasiswa
diperguruan tinggi, khususnya di Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (IKIP PGRI)
Kalimantan Timur, dimana penulis mengabdi saat ini sebagai dosen
DPK dari Kopertis Wilayah XI Kalimantan.
iv
Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan mendapat
balasan yang layak dari Allah SWT Aamiin.
Samarinda, 15 April 2018
Elbadiansyah
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................iii
SAMBUTAN REKTOR IKIP PGRI KALIMANTAN TIMUR............v
DAFTAR ISI..........................................................................................vi
BAB I KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN...................1
1.1 Pengertian Dasar Manajemen Pendidikan............................1
1.2 Peran dan Fungsi Manajemen Pendidikan...........................5
1.3 Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan..............................9
BAB II ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN...........................13
2.1 Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan 13
2.2 Jalur, Jenjang, dan Jenis Lembaga Pendidikan..................15
2.2.1 Jalur Pendidikan.......................................................15
2.2.2 Jenjang Pendidikan...................................................17
2.2.3 Jenis Pendidikan.......................................................19
2.3 Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan.......................20
BAB III MANAJEMEN KURIKULUM..............................................33
3.1 Konsep Dasar Kurikulum...................................................34
3.2 Pengorganisasian Kurikulum.............................................35
3.3 Ketatalaksanaan Kurikulum...............................................41
3.4 Pengembangan Kurikulum.................................................45
BAB IV MANAJEMEN PESERTA DIDIK.........................................49
4.1 Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik...........................49
4.2 Pencatatan Data Peserta Didik...........................................55
4.3 Mutasi dan Promosi Peserta Didik.....................................64
4.4 Layanan Khusus.................................................................67
BAB V MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK DAN
vii
KEPENDIDIKAN.......................................................................74
5.1 Pengertian dan Jenis-jenis Tenaga Pendidik dan Kependidikan......................................................................74
5.1.1 Pengertian Tenaga Pendidik dan Jenis-Jenisnya......74
5.1.2 Pengertian Tenaga Kependidikan dan
Jenis-Jenisnya...........................................................75
5.2 Pengadaan Tenaga Kependidikan......................................76
5.3 Pengangkatan dan Penempatan Tenaga Kependidikan......80
5.4 Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kependidikan......83
5.5 Pemberhentian Tenaga Kependidikan................................89
BAB VI MANAJEMEN FASILITAS PENDIDIKAN.........................95
6.1.......................................................................................Pengertian dan Jenis-Jenis Fasilitas Pendidikan................................95
6.2.....................................................................................PengadaanFasilitas Pendidikan..........................................................100
6.3 Pendayagunaan dan Pemeliharaan Fasilitas Pendidikan 107
6.4 Penghapusan Fasilitas Pendidikan....................................114
6.5 Pelaporan dan Fasilitas Pendidikan..................................116
BAB VII MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN...............121
7.1 Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan............................121
7.2 Sumber-sumber Pembiayaan Pendidikan.........................124
7.3 Perencanaan Anggaran dan Belanja LembagaPendidikan........................................................................135
7.4 Pelaksanaan Anggaran Pendidikan..................................137
7.5 Pengawasan Pembiayaan Pendidikan...............................149
BAB VIII MANAJEMEN HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
DENGAN MASYARAKAT.....................................................154
8.1 Konsep Dasar Hubungan Lembaga Pendidikandengan Masyarakat...........................................................154
8.2 Jenis-jenis Kegiatan Hubungan Lembaga
viii
Pendidikan dengan Masyarakat........................................156
8.3 Bentuk-Bentuk Kerjasama Lembaga Pendidikandengan Masyarakat...........................................................157
8.4 Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat 166
BAB IX KETATALAKSANAAN LEMBAGA PENDIDIKAN.......175
9.1 Manajemen Ketalaksanaan Pendidikan............................175
9.1.1 Pengertian Ketalaksanaan Pendidikan....................175
9.1.2 Penanganan Surat Menyurat...................................177
9.1.3 Ruang Lingkup Kegiatan dalam Urusan
Ketatalaksanaan Pendidikan...................................179
9.2 Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan.............180
9.2.1 Konsep Dasar SIM..................................................180
9.2.2 Konsep Dasar Informasi.........................................181
9.2.3 Definisi SIM...........................................................182
9.2.4 Unsur-unsur SIM Berbasis Komputer....................184
9.2.5 Mekanisme Kerja SIM Berbasis Komputer............184
9.3 Administrasi Sekolah.......................................................186
9.3.1 Administrasi Kesiswaan.........................................187
9.3.2 Administrasi Sarana Prasarana...............................188
9.3.3 Administrasi Personal.............................................189
9.3.4 Administrasi Keuangan..........................................191
9.3.5 Administrasi Kurikulum.........................................192
9.3.6 Administrasi Humas...............................................192
BAB X KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN........194
10.1 Dasar-dasar Kepemimpinan Pendidikan..........................194
10.2 Konsep Dasar Supervisi Pendidikan................................197
10.3 Jenis-jenis Supervisi Pendidikan......................................198
10.4 Teknik-teknik Supervisi Pendidikan................................201
ix
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................210
GLOSARIUM.....................................................................................212
INDEKS..............................................................................................215
TENTANG PENULIS........................................................................217
1
BAB I
KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN
Sebelum membahas tentang pengertian manajemen pendidikan
dan penjelasannya perlu diketahui latar belakang munculnya
manajemen pendidikan, pendidikan adalah salah satu elemen dalam
perwujudan kebudayaan suatu bangsa yang selalu berkembang dari
masa ke masa. Oleh karena itu perlu adanya perkembangan manajemen
pendidikan untuk mengimbangi perubahan dan perkembangan yang ada
supaya bisa selaras dengan kebudayaan yang berlaku, perubahan dan
perkembangan manajemen pendidikan ke arah yang lebih baik di
berbagai bidang ilmu harus terus dilakukan sebagai kebutuhan di masa
yang akan datang.
1.1 Pengertian Dasar Manajemen Pendidikan
Manajemen berasal dari kata latin yaitu “manus” yang artinya “to
control by hand” atau “gain result”. Kata manajemen mungkin juga
berasal dari bahasa Italia maneggiare yang berarti “mengendalikan,”
kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti
“kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni
mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari
bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa
Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan
dan mengatur. Manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses
perencanaan, pengorganisasian, pengisian staf, kepemimpinan, dan
pengontrolan untuk optimalisasi penggunaan sumber-sumber dan
pelaksanaan tugas- tugas dalam mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien. Manajemen adalah suatu proses dalam rangka
mencapai tujuan dengan bekerjasama melalui orang-orang dan sumber
3
Menurut The Liang Gie, “manajemen adalah segenap proses
penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia
untuk mencapai tujuan tertentu”, dan menurut Sondang P. Siagian,
“manajemen adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang
atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai
tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Sedangkan kata Pendidikan berdasarkan KBI berasal dari kata
“didik” dan kemudian mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”, maka
kata ini mempunyai arti proses atau cara perbuatan mendidik. Kata
Pendidikan juga berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu dari kata
“pedagogi” kata dasarnya “paid“ yang artinya “anak“ dan juga kata
“ogogos“ artinya “membimbing”. dari beberapa pengertian kata
tersebut maka dapat disimpulkan kata “pedagos” dalam bahasa Yunani
adalah ilmu yang mempelajari tentang seni mendidik anak. Secara
bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur
pendidikan itu sendiri.
Pendidikan adalah merupakan salah satu bentuk perwujudan dari
sebuah kebudayaan manusia yang dinamis dan selalu mengalami
perubahan dan perkembangan. Oleh karenanya, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah suatu hal yang memang seharusnya
terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan manusia,
perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat dan
pada setiap bidang keilmuan harus terus menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan bangsa dan untuk meningkatkan
daya saing bangsa dimata dunia.
4
Proses pendidikan mencakup proses hominisasi dan proses
humanisasi, pendidikan dalam pengertian ini perlu dijadikan upaya
mengembangkan manusia sebagai makhluk hidup, dan makhluk yang
mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun terhadap
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesempatan untuk belajar
bertanggung jawab mengenal dan menghayati serta melaksanakan nilai-
nilai moral perlu selalu ditumbuh kembangkan dalam pendidikan,
terkait dengan itu relevanlah budaya demokrasi dihidupkan dalam
seluruh proses belajar mengajar, dengan budaya seperti itu jiwa
demokrasi akan tumbuh dan berkembang secara baik, perbaikan
pendidikan harus dimulai dengan perbaikan manajemennya, kemudian
perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalamnya.
Pengertian pendidikan adalah: “sebuah usaha yang di lakukan
secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara (Undang-Undang Sisdiknas, 2003). Pengertian pendidikan
menurut para ahli, diantaranya mengambil pengertian pendidikan
menurut pendapat bapak Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar
Dewantara, beliau telah menjelaskan tentang pengertian pendidikan
sebagai berikut : “Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.” Kemudian
pengertian
5
pendidikan menurut John Dewey, Education is all one with growing; it
has no end beyond itself. (pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan
dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di
balik dirinya), dalam pendapat lain John Dewey berpendapat:
“Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia” .
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Oleh karena itu, pengertian manajemen pendidikan adalah
manajemen pendidikan sebagai suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola
sumber daya yang berupa man, money, materials, method, machines,
market, minute dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan
efisien dalam bidang pendidikan.
Manajemen pendidikan adalah suatu proses atau sistem
pengelolaan manajemen pendidikan sebagai organisasi dan peningkatan
kemanusiaan dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan,
kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk
terlaksananya proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup:
Program kurikulum yang meliputi administrasi peserta didik,
kurikulum, metode penyampaian, sistem evaluasi, sistem bimbingan,
program ketenagaan, program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas
dan alat-alat, pendidikan, program pembiayaan, program hubungan
dengan masyarakat, supervisi
6
dan evaluasi. Pendekatan sistem dalam manajemen pendidikan sebagai
akibat dari dianutnya pendekatan dalam sistem pendidikan, sistem
pendidikan adalah suatu kesatuan dari berbagai unsur yang satu dengan
yang lainnya saling berhubungan dan bergantung didalam mengemban
tugas untuk mencapai tujuan sistem tersebut.
1.2 Peran dan Fungsi Manajemen Pendidikan
Peranan dan fungsi manajemen dalam sebuah organisasi sangat
penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka fungsi dari
manajemen pendidikan mengandung empat unsur:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses menyusun tujuan dan sasaran
organisasi serta menyusun “peta kerja” yang melibatkan cara
pencapaian tujuan, perencanaan adalah suatu proses yang rasional dan
sistematis dalam menetapkan langkah-langkah kegiatan yang akan
dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-
langkah perencanaan tersebut:
a. Merumuskan tujuan secara jelas.
b. Mengumpulkan data dan informasi.
c. Menganalisis data dan informasi.
d. Merumuskan dan menetapkan alternatif pencapaian tujuan.
e. Menentukan prioritas.
f. Menyusun langkah konkret untuk dilaksanakan.
Teknik melaksanakan perencanaan adalah dengan menjawab
pertanyaan 5W + 1H (What, Why, Who, When, Where, How)
7
Kegiatan planning menurut Louise Allen:
a. Forecasting.
b. Objectives.
c. Policies.
d. Scheduling.
e. Programming.
f. Procedure.
g. Budgetting.
Sedangkan prinsip-prinsip dalam perencanaan:
a. Aplicable.
b. Comprehensive.
c. Integrative.
d. Parsitipatif.
e. Memperhitungkan segala kemungkinan.
f. Mendayagunakan semaksimal mungkin sumberdaya yang ada.
g. Jangkauan waktu yang jelas.
h. Cukup waktu.
i. Fleksibel.
Sementara syarat perencanaan yang baik adalah:
a. Mempermudah tercapainya tujuan.
b. Dibuat oleh ahli perencanaan.
c. Dibuat secara rinci dan mendetail.
d. Mudah dilaksanakan.
e. Sederhana dan fleksibel.
f. Forecasting.
g. Praktis.
8
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan
orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang
sekaligus penempatan dan pembagian tugas kepada orang yang terlibat
dalam kerjasama sehingga dapat mencapai tujuan. Dalam
pengorganisasian yang baik diantaranya:
a. Perumusan tujuan secara jelas dan tepat.
b. Pengelompokan dan pembagian kerja.
c. Kesatuan arah dan komando (unity of direction and command).
d. Adanya keseimbangan antara tugas, tanggung jawab dan
wewenang.
e. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi (KISS).
f. Balas jasa setimpal dengan jasa yang diberikan.
g. The right man in the right place.
h. Kesinambungan.
3. Pelaksanaan (Implementation)
Proses dengan menggerakkan sumber daya manusia (SDM) yang
ada untuk melakukan kegiatan pencapaian tujuan sehingga efisiensi
proses terjadi dan menghasilkan efektivitas hasil kerja. Penggerakkan
adalah keseluruhan proses menggerakkan orang lain agar mau bekerja
dengan ikhlas dan sukarela demi tercapainya tujuan organisasi secara
efektif dan efisien. Menggerakkan yang baik adalah:
a. Jelaskan tujuan organisasi.
b. Setiap orang menyadari, memahami, dan menerima tujuan.
c. Jelaskan filsafat yang dianut organisasi.
d. Jelaskan kebijaksanaan yang ditempuh.
e. Mengerti struktur organisasi.
9
f. Peranan dan fungsi setiap orang harus jelas.
g. Pentingnya kerjasama.
h. Berilah pujian, teguran, dan bimbingan.
i. Bila bekerja dengan baik tujuan pribadi maupun organisasi
akan tercapai.
Teknik Penggerakan:
a. Commanding.
b. Directing.
c. Comunicating.
d. Stimulating.
e. Coordinating.
f. Leading.
g. Motivating.
4. Pengawasan (Controlling)
Proses pemberian balikan dan tindak lanjut dari pembandingan
antara hasil yang dicapai dengan rencana yang telah dibuat kemudian
terdapat tindakan penyesuaian apabila terjadi penyimpangan.
Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan berjalan
sesuai dengan rencana (membandingkan antara hasil degan rencana).
Controlling dan monitoring yang baik harus adalah:
a. Menemukan fakta (objektif)
b. Bersifat preventif
c. Sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi/tujuan
d. Memudahkan tujuan (efisien dan efektif)
e. Bukan mencari-cari kesalahan
f. Bersifat membimbing.
10
1.3 Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan memiliki ruang lingkup tersendiri, ruang
lingkup manajemen pendidikan dapat dibagi berdasarkan wilayah kerja,
objek garapan, urutan kegiatan, dan pelaksana, berikut penjelasan tiap-
tiap ruang lingkup manajemen pendidikan.
Wilayah Kerja, Manajemen pendidikan menurut wilayah kerja
dibagi menjadi berbagai tingkatan wilayah, diantaranya: Manajemen
pendidikan seluruh negara adalah manajemen pendidikan pada level
nasional, proses pendidikan disini dilaksanakan tidak hanya oleh pihak
sekolah namun pihak luar sekolah termasuk pada penyelenggara
berbagai kegiatan pendidikan yang tentu saja skalanya adalah nasional.
Tingkat Provinsi : Manajemen pendidikan satu provinsi memiliki ruang
lingkup provinsi dimana pelaksana proses pendidikan didukung oleh
pihak yang berkaitan yang ada di Kabupaten dan Kecamatan. Tingkat
Kabupaten atau Kota : Manajemen pendidikan ini fokus pada wilayah
satu kabupaten maupun satu kota saja.
Satu Unit Kerja, Proses pendidikan satu unit kerja
menitikberatkan pada satu unit kerja yang secara langsung menangani
proses pendidikan. Kelas: Manajemen pendidikan dengan tingkat
terkecil yang secara langsung berhadapan dengan peserta didik.
Objek Garapan, Berdasarkan objek garapan, manajemen
pendidikan mengelola: siswa, personil/tenaga kerja pendidikan di tiap
lembaga, manajemen kurikulum, sarana prasarana, tata usaha dan tata
laksana pendidikan, manajemen anggaran, manajemen lembaga,
manajemen hubungan masyarakat/komunikasi pendidikan.
11
Urutan Kegiatan, Menurut urutan kegiatan manajemen
pendidikan meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
mengkoordinasian, komunikasi, dan mengawasi serta mengevaluasi.
Pelaksana, Pada ruang lingkup pelaksana, guru merupakan
administrator. Guru wajib menjalankan aktivitas manajemen
pendidikan seperti pengelolaan. Sehingga dalam hal ini guru
merupakan manajer pendidikan di kelas yang dipimpinnya.
Satu unit kerja ialah manajemen ini hanya di titik beratkan pada
satu unit kerja yang langsung dalam menangani dalam pekerjaan
mendidik. Manajemen kelas ialah sebagai suatu kesatuan kegiatan yang
terkecil dalam manajemen pendidikan yang menjadi inti dari semua
jenis manajemen Ruang lingkup berdasarkan wilayah kerja
Bila di tinjauan dari wilayah kerjanya maka ruang lingkup
manajemen pendidikan bisa dibedakan menjadi: Manajemen
pendidikan seluruh negara yaitu majejemen pendidikan untuk tingkat
nasional ini ditangani bukan hanya dengan pelaksanaan pelatihan
pendidikan di dalam sekolah saja, tetapi juga pendidikan luar sekolah,
penyelenggaraan pelatihan, pengayaan penelitian, ataupun pendidikan
yang meliputi kebudayaan dan kesenian secara nasional. Menejemen
pendidikan dalam satu provinsi ialah ruang lingkupnya yang meliputi
wilayah kerja satu sebaras provinsi saja, yang dimana pelaksanaannya
dibantu oleh petugas manajemen pendidikan yang berada di kabupaten
dan di kecamatan. Manajemen pendidikan dalam satu kabupaten atau
kota ialah ruang lingkupnya hanya meliputi wilayah kerja satu
kabupaten maupun satu kota saja.
12
1. Ruang lingkup menurut objek garapan
Bila ditinjau berdasarkan objek garapan, yaitu sebagai berikut ini
: Manajemen siswa. Manajemen personil-personil sekolah. Manajemen
kurikulum. Manajemen prasarana atau material. Manajemen ketata
usahaan sekolah atau tata laksana pendidikan. Manajemen anggaran.
Manajemen lembaga atau organisasi pendidikan, Manajemen hubungan
masyarakat atau manajemen kominikasi pendidikan.
2. Ruang lingkup menurut fungsi atau urutan kegiatannya
Merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengawasi ataupun
mengevaluasi.
Fungsi Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan memiliki fungsi yang sama dengan fungsi
manajemen secara umum yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan, namun dalam manajemen pendidikan
fungsi manajemen tersebut lebih spesifik menangani bidang
pendidikan, berikut penjelasan mengenai fungsi-fungsi manajemen
pendidikan:
- Perencanaan
Pelaksanaan perencanaan diatur dan disesuaikan dengan sumber
daya yang dimiliki, pada dunia pendidikan perencanaan disusun untuk
mengarahkan pada tujuan pendidikan secara menyeluruh dan
menggunakan metode terbaik untuk meraihnya. Hasil dari perencanaan
dapat berupa peta kerja dalam pencapaian tujuan seperti rencana
strategis lembaga pendidikan dalam pencapaian visi dan misi, rencana
pembelajaran semester (RPS), kurikulum dan silabus mata
pelajaran/kuliah, dan lainya.
13
- Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian dalam manajemen pendidikan memiliki
tujuan untuk membagi tugas besar menjadi aktivitas yang lebih
sederhana, fungsi ini memudahkan dalam pelaksanaan pengawasan dan
dalam penentuan jumlah dan kualifikasi sumber daya yang diperlukan.
Pengorganisasian dalam manajemen pendidikan contohnya adalah
menyusun apa saja yang dibutuhkan lembaga pendidikan, berapa
tenaga pengajar dan karyawan yang dibutuhkan, tenaga pengajar di
bidang apa saja yang diperlukan, dan lain-lain.
- Pengarahan
Setelah pengorganisasian kemudian dilakukan pengarahan
terhadap berbagai sumberdaya khususnya sumber daya manusia untuk
melakukan tanggung jawab yang sesuai dengan tujuan. Pada intinnya
pengarahan merupakan proses menggerakkan orang untuk menjalankan
aktivitas dalam rangka meraih tujuan sehingga tercipta efisiensi dan
efektifitas.
- Pengawasan
Kegiatan penilaian kinerja yang mengacu pada perencanaan yang
telah disusun bersama sebelumnya, tujuan dari pengawasan adalah
untuk menjamin kegiatan yang sedang dilaksanakan agar sesuai dengan
tujuan, selain itu memberikan penilaian terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan supaya menjadi masukan perbaikan di masa mendatang.
Contoh evaluasi dalam manajemen pendidikan adalah melakukan
evaluasi pembelajaran terhadap siswa, mengadakan jejak pendapat
tentang sistem pendidikan yang ada si suatu lembaga pendidikan.
14
BAB II
ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN
Organisasi bukan merupakan tujuan, tetapi organisasi adalah alat
untuk mencapai tujuan, oleh karena itu manusia tidak dapat terpisahkan
dengan organisasi dalam kehidupannya, walaupun pengalaman
berorganisasi itu ada yang menyenangkan dan tidak menyanangkan,
ada yang positif dan ada pula yang negatif tetapi manusia tetap
memerlukan organisasi, adanya dinamika ini sebagai konsekuensi
bahwa manusia pada hakikatnya tidak sama atau penuh dengan
perbedaan. Organisasi lembaga pendidikan perlu dikelola dengan baik,
agar pendidikan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang dibuat
dan dapat mencapai tujuan dalam manajemen pendidikan. sebuah
wadah, tempat, atau sistem untuk melakukan kegiatan bersama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan, pengorganisasian
(organizing) merupakan proses pembentukan wadah atau sistem dan
penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi, jika dikaitkan dengan pendidikan (organisasi
pendidikan), organisasi adalah tempat untuk melakukan aktivitas
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
2.1 Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan
Istilah organisasi secara etimologi berasal dari bahasa latin
organum yang berarti alat. Sedangkan, Organize (bahasa inggris)
berarti mengorganisasikan, yang berarti menunjukkan suatu tindakan
atau usaha untuk mencapai sesuatu. Organizing (pengorganisasian)
berarti menunjukkan sebuah proses tindakan untuk mencapai suatu
tujuan. Organisasi adalah sebagai salah satu fungsi manajemen yang
15
sesungguhnya telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Diantaranya
menurut Gibson at.al mengartikan organisasi sebagai wadah yang
memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak
dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri, demikian pula
menurut Robbins mendefinisikan organisasi sebagai kesatuan sosial
yang dikoordinasikan secara sadar dengan batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk
mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Sedangkan
menurut Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa organisasi adalah
setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang
bekerjasama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu
tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan dimana terdapat seseorang
atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekolompok
orang yang disebut bawahan.
Bentuk dari sebuah organisasi secara keseluruhan yang
menggambarkan kesatuan dari berbagai sekmen dan fungsi organisasi
yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan teknologi yang
digunakan dan sasaran yang hendak dicapai. Sedangkan struktur dalam
sebuah organisasi diartikan sebagai bentuk hubungan komponen-
komponen atau bagian dalam suatu organisasi, struktur merupakan
sistem formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan
tugas orang atau kelompok agar dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Lembaga Pendidikan (Sekolah) sebagai sebuah institusi
pendidikan merupakan wadah atau tempat proses pendidikan dilakukan,
memiliki sistem yang komplek dan dinamis, dalam kaitan itu sekolah
adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan
murid, melainkan berada pada suatu tatanan yang rumit dan saling
berkaitan serta saling
16
menunjang. Oleh karena itu sekolah dipandang sebagai sebuah
organisasi yang membutuhkan pengelolaan yang baik dan serius, selain
itu kegiatan lain organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya
manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan lulusan yang
berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serta pada
gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada pembangunan bangsa yang pada akhirnya dapat meningkatkan
daya saing bangsa dimata dunia.
2.2 Jalur, Jenjang, dan Jenis Lembaga Pendidikan
Didalam Undang-Undang Pendidikan No. 20 tahun 2003 Pasal 13
ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan
formal, non-formal dan informal.
2.2.1 Jalur Pendidikan
1. Pendidikan Formal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu
TK/RA, Pendidikan Dasar yaitu (SD/MI), dan Pendidikan Menengah
yaitu: (SMP/MTs dan SMA/MA/SMK), dan Pendidikan Tinggi (PT).
Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan
pendidikan formal berstatus swasta.
Ciri-ciri Pendidikan Formal antara lain :
- Tempat pembelajaran di gedung sekolah.
- Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.
- Kurikulumnya jelas.
- Materi pembelajaran bersifat akademis.
- Proses pendidikannya memakan waktu yang lama.
17
- Ada ujian formal.
- Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah dan swasta
(masyarakat).
- Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu.
- Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam
2. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil
pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh
lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Seperti Lembaga
Kursus dan Pelatihan, Paket A,B,C di Ponpes Salafiah, Kelompok
Belajar, Sanggar, dll. Ciri-ciri Pendidikan Non-Formal antara lain :
- Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung.
- Kadang tidak ada persyaratan khusus.
- Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.
- Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.
- Bersifat praktis dan khusus.
- Pendidikannya berlangsung singkat.
- Terkadang ada ujian.
- Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta
3 Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil
pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
18
nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar
nasional pendidikan. Seperti; pendidikan agama, budi pekerti, etika,
sopan santun, moral dan sosialisasi. Ciri-ciri Pendidikan Informal
antara lain :
- Tempat pembelajaran bisa di mana saja.
- Tidak ada persyaratan.
- Tidak berjenjang.
- Tidak ada program yang direncanakan secara formal.
- Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal.
- Tidak ada ujian.
- Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara.
3.1.1 Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang diterapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan. Menurut UU
Pendidikan No. 20 tahun 2003 pasal 14, jenjang pendidikan formal
terdiri atas: Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah
jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. SD/MI
ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
SMP/MTs adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di
Indonesia siswa yang diterima setelah lulus SD atau sederajat.
SMP/MTs ditempuh dalam waktu 3 tahun. SMA/MA adalah jenjang
pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia, siswa yang
diterima setelah lulus SMP atau sederajat. SMA/MA ditempuh dalam
waktu 3 tahun, SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan
19
menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs, atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara
SMP/MTs. Di SMK terdapat banyak sekali Program Keahlian.
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan
pendidikan formal dalam binaan Kementeri Agama yang
menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam
pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs,
atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang
diakui sama/setara SMP/MTs.
Perguruan Tinggi (PT) adalah satuan pendidikan penyelenggara
pendidikan tinggi, peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa,
sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Di
Indonesia ada beberapa jenis perguruan tinggi, antara lain:
1) Sekolah tinggi dalam pendidikan di Indonesia adalah perguruan
tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan
pendidikan profesi.
2) Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu.
3) Politeknik atau sering disamakan dengan institut teknologi adalah
penamaan yang digunakan dalam berbagai institusi pendidikan yang
memberikan berbagai jenis gelar dan sering beroperasi pada tingkat
yang berbeda-beda dalam sistem pendidikan. Politeknik dapat
merupakan institusi pendidikan tinggi dan teknik lanjutan serta
penelitian ilmiah ternama dunia atau pendidikan vokasi profesional,
20
yang memiliki spesialiasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknik,
dan teknologi atau jurusan-jurusan teknis yang berbeda jenis.
4) Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
akademik dan/atau vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat
dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.
5) Universitas adalah suatu institusi pendidikan tinggi dan penelitian,
yang memberikan gelar akademik dalam berbagai bidang. Sebuah
universitas menyediakan pendidikan sarjana dan pascasarjana.
3.1.2 Jenis Pendidikan
1) Pendidikan Umum
Pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan
perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2) Pendidikan Kejuruan
Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
untuk bekerja dalam bidang tertentu.
3) Pendidikan Akademik
Pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan
dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan
atau seni tertentu (program sarjana dan pascasarjana).
4) Pendidikan Profesi
Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan
peserta didik agar memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus.
21
5) Pendidikan Vokasi
Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan
peserta didik agar memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan
tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
6) Pendidikan Keagamaan
7) Pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan ilmu pengetahuan tentang ajaran agama atau
menjadi ahli ilmu agama. Contohnya : Pesantren, MI, MTS,
MA, MAK, Sekolah Tinggi Theologia, Sekolah Tinggi Agama
Budha, Agama Hindu dll.
8) Pendidikan Khusus
9) Pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar
biasa yang diselenggarakan secara inklusif. Contohnya:
Sekolah Luar Biasa (SLB).
3.2 Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan
Indikator-indikator berhasil tidaknya suatu lembaga pendidikan
dalam mengelola lembaga pendidikan atau sekolah dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Pada jumlah peserta didik yang naik kelas dan tidak naik kelas
Jika sekolah menjalankan manajemen pendidikan dengan benar,
maka ketentuan naik tidak naik kelas bagi peserta didik sudah ada
ukurannya, jika hasil belajar sesuai kriteria kenaikan maka anak bisa
dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi, bukan karena balas kasihan,
22
sebaliknya jika peserta didik tidak memperoleh nilai sesuai ketentuan
maka anak tidak naik kelas.
b. Jumlah peserta didik yang drop out
Sekolah yang mampu menekan peserta didiknya tidak ada yang
putus sekolah (drop out) berarti sekolah memiliki manajemen
pendidikan yang baik, dimana peserta didik yang putus sekolah
biasanya memiliki permasalahan secara pribadi, mungkin karena biaya,
karena waktu, karena kondisi kesehatan dan kondisi tempat tinggal,
sekolah yang baik permasalahan peserta didik dapat dicarikan jalan
keluarnya sehingga anak tidak berhenti sekolah.
c. Jumlah kelulusan dan ketidak lulusan
Setiap jenjang pendidikan ada alat evaluasinya, apakah Ujian
Nasional, Evaluasi Belajar Tahap Akhir atau apapun namanya, yang
jelas untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian program pembelajaran
yang diukur secara nasional, sekolah yang mampu meluluskan peserta
didiknya dengan baik, tanpa ada rekayasa proses penilaian berarti
sekolah tersebut berhasil dalam menjalankan proses pembelajaran yang
baik.
d. Keadaan hasil kelulusan peserta didik secara akademik.
Hasil ujian akhir yang dilakukan secara nasional, jika
menghasilkan nilai yang tinggi atau dilihat sejauhmana rangking nilai
yang diperoleh anak dalam mengikuti ujian akhir yang bersifat
nasional, semakin banyak anak yang memperoleh nilai yang tinggi
maka semakin baik mutu dan kualitas sekolah tersebut, sehingga
lulusannya untuk melanjutkan pendidikan ke janjang yang lebih tinggi
tidak mendapat kesulitan atau ingin mencari pekerjaan bagi sekolah
menengah atau perguruan tinggi mendapat kemudahan dan siap untuk
diterima.
23
Outcome peserta didik juga berperan dalam menentukan berhasil
tidaknya lembaga pendidikan, misalnya keberhasilan mereka dalam
meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau jenis
pekerjaan yang diperoleh jika peserta didik lulus sekolah.
Proses pembelajaran merupakan salah satu aspek yang memegang
peranan penting dalam proses pengelolaan pendidikan karena sebaik
apapun perangkat pembelajaran tertulis jika tidak dilaksanakan secara
efektif maka hasil belajar yang dicapai baik aspek kognitif, afektif dan
psikomotor juga tidak akan memadai, karena itu kualitas sebuah
lembaga pendidikan tercermin dari kualitas proses pembelajarannya,
untuk itu kriteria mutu dan keberhasilan pembelajaran harus dibuat
secara rinci sehingga benar-benar dapat diukur dan diamati, kejelasan
kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran akan memperjelas
target dalam setiap tahapan pembelajaran, kemampuan menyusun
kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran harus dimiliki Guru
dan Kepala Sekolah agar dapat menjalankan tugas masing-masing. Hal
ini memerlukan pembinaan atau bimbingan dari pengawas.
Apakah kriteria keberhasilan pembelajaran itu?
Keberhasilan pembelajaran, mengandung makna ketuntasan
dalam belajar dan ketuntasan dalam proses pembelajaran, artinya
tercapainya kompetensi yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap,
atau nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Fungsi ketuntasan belajar adalah memastikan semua peserta didik
menguasai kompetensi yang diharapkan sebelum pindah ke kompetensi
selanjutnya. Panduan ketuntasan belajar mengacu pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang terdapat dalam
kurikulum,
24
sedangkan ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar
pelaksanaannya yang melibatkan komponen guru dan siswa. Kriteria
keberhasilan adalah ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang
mengacu pada kompetensi dasar dan standar kompetensi yang
ditetapkan yang mencirikan penguasaan konsep atau ketrampilan yang
dapat diamati dan diukur.
Secara umum kriteria keberhasilan pembelajaran adalah:
1) Keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes,
baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes ketrampilan.
2) Setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang mengacu kepada
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), atau Kriteria Ketuntasan
Ideal (KKI) 75%.
3) Ketercapaian keterampilan vokasional atau praktik bergantung
pada KKM atau KKI.
Sedangkan indikator adalah acuan untuk menentukan apakah
peserta didik telah berhasil menguasai kompetensi. Untuk
mengumpulkan informasi apakah suatu indikator telah dicapai siswa,
dilakukan penilaian sewaktu pembelajaran berlangsung atau
sesudahnya. Pencapaian inidikator dapat dijaring dengan beberapa
soal/tugas. Seperti telah diungkapkan di atas, kriteria ketuntasan belajar
setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar
berkisar antara 0%- 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing
indikator adalah 75% (KKI). Satuan pendidikan dapat menentukan
kriteria ketuntasan minimal lebih kecil atau lebih besar dari KKI (75%)
dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan guru serta
ketersediaan prasarana dan sarana.
25
Bagaimana cara identifikasi kriteria keberhasilan pembelajaran?
Pada pembelajaran tuntas, kriteria pencapaian kompetensi yang
ideal ditetapkan adalah minimal 75% oleh karena itu setiap kegiatan
belajar mengajar diakhiri dengan penilaian pencapaian kompetensi
siswa dan diikuti rencana tindak lanjutnya. Layanan pembelajaran
remedial akan lebih efektif bila melalui kerjasama terpadu antara guru
mata pelajaran, wali kelas, dan konselor sekolah (guru BK). Guru
memberi bimbingan akademis, sedangkan wali kelas dan konselor
sekolah memberi bimbingan psikologi bagi siswa yang menghadapi
masalah psikologi.
Dengan demikian siswa yang berprestasi bisa mengikuti program
akselerasi atau percepatan studinya secara alami. Berdasarkan hasil
penilaian tersebut maka tidak lanjutnya adalah kemungkinan,
pemberian remidi, pengayaan, dan atau akselerasi. Perbedaan tindak
lanjut tersebut dilakukan berdasarkan variasi pencapaian kompetensi
siswa sebagai berikut:
a. Melanjutkan KBM berikutnya secara klasikal bila dalam
waktu terjadwal siswa yang sudah mencapai KKI (75%) atau
KKM satuan pendidikan yang bersangkutan mencapai jumlah
minimal 85%.
b. Pemberian remidi secara individual/kelompok kepada siswa
yang belum mencapai KKM.
c. Pemberian pengayaan horisontal (memperkaya kompetensi
tersebut) kepada siswa yang sudah mencapai kompetensi
antara 75%-85% sedangkan waktu terjadwalnya masih tersisa.
d. Pemberian pengayaan vertikal (percepatan) ke pembelajaran
Kompetensi Dasar (KD) berikutnya secara individual kepada
26
siswa yang sudah mencapai kompeten lebih dari 85 %
sedangkan waktu terjadwal belum habis.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan
landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Sedangkan ketuntasan dalam proses pembelajaran berkaitan
dengan waktu yang cukup untuk menguasai sesuatu hasil pembelajaran
yang ditentukan serta proses pengajaran dan pembelajaran yang
berkualitas. Ketuntasan tersebut bercirikan sebagai berikut:
a. Pengelolaan kegiatan pembelajaran dilakukan melalui tema
pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Tema dapat terdiri
dari sekumpulan bahan pelajaran yang disusun secara
sistematis dan saling terkait. Pembelajaran dipecahkan ke
beberapa tema kecil agar mudah dikuasai.
b. Peserta didik belum mempelajari kompetensi berikutnya,
apabila kompetensi sebelumnya belum tercapai.
c. Peserta didik diberi waktu cukup untuk menguasai sesuatu
hasil pembelajaran yang ditentukan.
d. Peserta didik memperoleh arahan pembelajaran untuk setiap
tema secara jelas.
Apakah itu standar kompetensi dan kompetensi dasar?
Indikator dan kriteria keberhasilan pembelajaran dapat dijabarkan
dari standar kompetensi. Ukuran keberhasilan pembelajaran tercermin
dari tercapai tidaknya indikator kompetensi dasar mata pelajaran
tersebut. Untuk memberikan pemahaman terhadap indikator
27
keberhasilan pembelajaran berdasarkan stándar kompetensi ini, berikut
akan dijelaskan makna stándar kompetensi dan kompetesi dasar.
a. Standar Kompetensi ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar
ditentukan berdasarkan kriteria keberhasilan yang mengacu pada
kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ditetapkan yang
mencirikan penguasaan konsep atau ketrampilan yang dapat
diamati dan diukur. Berkaitan dengan hal tersebut maka
pengawas perlu memahami tujuan pembelajaran, kompetensi
dasar dan standar kompetensi setiap pelajaran, termasuk standar
pelaksanaannya. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian.
b. Kompetensi Dasar merupakan perincian lebih lanjut dari Standar
Kompetensi. Kompetensi Dasar adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang minimal harus dikuasai siswa untuk
menunjukan bahwa siswa tersebut telah menguasai standar
kompetensi dan materi pelajaran. Caranya dengan jalan
mengajukan pertanyaan “kemampuan atau sub kemampuan apa
saja yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi?”.
Jawaban atas pertanyaan tersebut berupa daftar lengkap
pengetahuan, keterampilan atau sikap yang harus dikuasai siswa dalam
rangka mencapai standard kompetensi. Setelah diperoleh daftar rincian
tersebut, kemudian daftar tersebut diurutkan. Cara mengurutkan
kompetensi dasar sama dengan cara mengurutkan standar kompetensi,
yaitu menggunakan pendekatan prosedural, pendekatan hirarkis, dari
28
mudah ke sukar, dari kongkret ke abstrak, pendekatan spiral, pendekatan
tematis, pendekatan terpadu (integrated), dan sebagainya.
Pendekatan prosedural digunakan jika kemampuan dasar yang
dipelajari bersifat prosedural seperti langkah-langkah mengerjakan
tugas. Pendekatan hirarkis digunakan jika hubungan antara kompetensi
dasar yang satu dengan kompetensi dasar yang lain bersifat prasyarat,
dalam arti suatu kompetensi harus dipelajari dulu sebelum mempelajari
kompetensi berikutnya.
Menurut pendekatan spiral, suatu pokok bahasan atau topik
diberikan berulang-ulang, semakin luas dan semakin mendalam.
Misalnya topik sama, tetapi kedalaman dan keluasannya berbeda.
Semakin tinggi kelasnya semakin mendalam dan luas cakupan materi
yang diajarkan. Jika digambarkan akan tampak seperti spiral.
Pendekatan terintegrasi atau terpadu, dalam penyajian pelajaran,
topik dari beberapa mata pelajaran yang relevan disajikan secara
terpadu atau terintegrasi dengan menggunakan suatu tema sebagai titik
sentral. Misalnya kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa
adalah memecahkan suatu masalah pencemaran udara. Bertolak dari
permasalahan pencemaran udara dikaji dari segi ekonomi, hukum,
lingkungan. Hubungan antar tema dan sub tema jika digambarkan akan
merupakan sebuah jejaring (web).
Rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari setiap
mata pelajaran, khususnya pada jenjang SD dapat dilihat pada
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
29
Apakah indikator keberhasilan pembelajaran?
Indikator keberhasilan pembelajaran melekat kepada sejauh mana
tujuan pembelajaran telah tercapai. Tujuan umum setiap mata pelajaran
telah tercantum di dalam Standar Isi. Tujuan umum tersebut selanjutnya
dijabarkan Hukum Ekonomi Pencemaran Lingkungan Komunikasi
SDM lebih rinci dalam tujuan pembelajaran, yaitu dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap atau beberapa
pertemuan. Dalam prakteknya oleh guru tujuan pembelajaran
dirumuskan berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.
Rumusan tujuan tersebut biasanya lebih rinci dari KD dan Indikator,
dan pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan
pembelajaran, karena indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat
dijabarkan lagi.
Identifikasi keberhasilan pembelajaran dari aspek siswa, desain
pembelajaran dan pelaksanaannya Setiap hasil pembelajaran memiliki
suatu indikator. Indikator-indikator tersebut menjawab pertanyaan,
bagaimana kita dapat mengetahui bahwa siswa sudah dapat mencapai
hasil pembelajarannya. Guru akan menggunakan indikator sebagai
dasar penilaian bagi siswa. Indikator menjelaskan gagasan kunci
tentang kinerja siswa yang dapat ditunjukan melalui tulisan, presentasi
dan kinerja dalam tes atau tugas yang dihasilkan siswa.
Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas,
selain itu, sebuah tugas dapat dirancang untuk menjaring informasi
tentang ketercapaian beberapa indikator. Sebagaimana telah disinggung
di atas bahwa kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah
ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%.
Kriteria ideal untuk masing-masing indikator minimal 75%. Namun
satuan pendidikan
30
dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah
50%, 60% atau 70%.
Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti
kemampuan peserta didik dan guru serta ketersediaan prasarana dan
sarana. Bagi peserta didik yang belum berhasil mencapai kriteria
tersebut dapat diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan remedial
yang berupa tatap muka dengan guru atau diberi kesempatan untuk
belajar sendiri, kemudian dilakukan evaluasi dengan cara: menjawab
pertanyaan sesuai dengan topiknya, membuat rangkuman pelajaran,
atau mengerjakan tugas mengumpulkan data.
Kriteria Keberhasilan Pembelajaran
Secara sederhana pengertian keberhasilan proses belajar adalah
keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Selama
proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui, apakah siswa
cukup aktif dalam pembelajaran, apakah siswa kita dapat bekerja sama
dengan teman lain, apakah siswa memiliki keberanian untuk bertanya
atau mengungkapkan pendapatnya. Keberhasilan-keberhasilan siswa
sebagaimana disebutkan di atas merupakan keberhasilan proses belajar.
Lazimnya, keberhasilan proses belajar siswa ditunjukkan oleh kinerja
siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu,
keberhasilan proses belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian
kita terhadap kinerja siswa selama mengikuti pembelajaran.
Untuk memperoleh informasi mengenai keberhasilan proses
belajar siswa, kita dapat menggunakan cara, misalnya mengamati
keaktifan siswa dalam bekerjasama, atau wawancara tentang kesulitan-
kesulitan yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran.
Keberhasilan adalah patokan ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar
31
yang mengacu pada kompetensi dasar dan standar kompetensi yang
ditetapkan yang mencirikan penguasaan konsep atau ketrampilan yang
dapat diamati dan diukur. Secara umum kriteria keberhasilan
pembelajaran adalah:
1) Keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes,
baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes ketrampilan yang
mencapai tingkat keberhasilan rata-rata 60%.
2) Setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan oleh
kurikulum, tingkat ketercapaian kompetensi ini ideal 75%.
3) Ketercapaian keterampilan vokasional atau praktik bergantung
pada tingkat resiko dan tingkat kesulitan, ditetapkan idealnya
sebesar 75 %.
Keberhasilan Hasil Belajar
Di samping dari proses belajar, keberhasilan siswa juga dilihat
dari hasil belajarnya. Keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan
pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar.
Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui,
apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa kita dapat
melakukan sesuatu, apakah siswa memiliki keterampilan atau
kemahiran tertentu.
Keberhasilan-keberhasilan siswa sebagaimana disebutkan di atas
merupakan keberhasilan hasil belajar. Lazimnya, keberhasilan hasil
belajar siswa ditunjukkan oleh kemampuan siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan hasil belajar siswa
dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil siswa setelah
32
mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:
1) Domain Kognitif (pengetahuan atau mencakup kecerdasan bahasa
dan kecerdasan logika-matematika),
2) Domain Afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan
antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain
kecerdasan emosional)
3) Domain Psikomotor (keterampilan atau yang mencakup
kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan
musikal).
Dari hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa, dapat diketahui
keberhasilan dari hasil belajar. Untuk mendapatkan informasi yang
lebih lengkap tentang keberhasilan siswa (komprehensif), penilaian dari
satu atau dua aspek keberhasilan saja tidaklah cukup. Penilaian hasil
belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal
penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar
tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan
dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam
jenis penilaian sebagai berikut:
1. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini
dimanfatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan
tertentu dalam bahan tertentu.
33
2. Tes Sub Sumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran dalam waktu tertentu.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya para siswa
untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes
subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar
mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester,
satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan
tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode
pembelajaran tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk
kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran
mutu sekolah.
34
BAB III
MANAJEMEN KURIKULUM
Manajemen kurikulum berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
kurikulum keduanya memiliki pengertian yang berbeda. manajemen
sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
adalah program pendidikan (sekolah) bagi siswa berdasarkan program
pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,
sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai
dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Manajemen kurikulum ialah sebagai suatu sistem pengelolaan
kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Otonomi yang diberikan
pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum
secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian
sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak
mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan. Manajemen
kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar
pencapaian tujuan pembelajaran dengan dititik beratkan pada usaha,
meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar, dan manajemen
kurikulum adalah proses kerjasama dalam pengolahan kurikulum agar
berguna bagi lembaga untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
35
Manajemen kurikulum merupakan suatu sistem kurikulum yang
berorientasi pada produktivitas dimana kurikulum tersebut berorientasi
pada peserta didik, kurikulum dibuat sebagaimana dapat membuat
peserta didik dapat mencapai tujuan hasil belajar. Manajemen
kurikulum adalah pemberdayaan dan pendayagunaan manusia, materi,
uang, informasi, dan rekayasa untuk dapat mengantarkan anak didik
menjadi kompeten dalam berbagai kehidupan yang dipelajarinya.
Manajemen kurikulum adalah upaya untuk mengurus, mengatur,
dan mengelola perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada
lembaga pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Keterlibatan
masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat
memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum,
sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif
juga mampu mandiri dalam mengidentifikasikan kebutuhan kurikulum,
mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan
pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan
sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pada
pemerintah.
3.1 Konsep Dasar Kurikulum
Dalam konteks pendidikan nasional, secara formal kurikulum
lebih diartikan sebagai suatu rencana atau dokumen tertulis, hal ini
dapat dilihat dari pengertian kurikulum sebagaimana tercantum dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yang
berbunyi bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
36
sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Konsep dasar kurikulum adalah rencana
yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah
tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, pendidik
mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan pengajaran atau sekarang
lebih dikenal dengan istilah pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
diwujudkan dalam bentuk interaksi antara pendidik dengan peserta
didik. Peserta didik memiliki tugas pokok belajar yakni berusaha
memperoleh perubahan perilaku atau pencapaian kemampuan tertentu
berdasarkan pengalaman belajarnya yang diperoleh dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu,
pendidik berupaya menyampaikan sejumlah isi dan bahan pembelajaran
kepada peserta didik melalui proses atau cara tertentu, serta
melaksanakan evaluasi untuk mengetahui proses dan hasil
pembelajaran, yang keseluruhannya dikemas dalam bentuk kurikulum,
dengan demikian, kurikulum dapat dikatakan sebagai salah satu
komponen utama dalam sistem pendidikan.
3.2 Pengorganisasian Kurikulum
Terdapat bebarapa jenis organisasi kurikulum dengan memiliki
ciri-ciri tersendiri, dalam hal ini, Asep Herry Hernawan dkk (2002)
menguraikan tentang 6 (enam) jenis organisasi kurikulum, yaitu:
1) Mata Pelajaran Terpisah (Isolated Subject); kurikulum terdiri dari
sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan
sendiri- sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya.
Masing- masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
mempertimbangkan
37
minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi
diberikan sama.
2) Mata Pelajaran Berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk
mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata
pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-
pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik
memahami pelajaran tertentu.
3) Bidang Studi (Broad Field); yaitu organisasi kurikulum yang
berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta
memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam
satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan
“core subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan
core tersebut.
4) Program yang Berpusat Pada Anak (Child Centered), yaitu program
kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta
didik, bukan pada mata pelajaran.
5) Inti Masalah (Core Program), yaitu merupakan suatu program yang
berupa unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari
suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan
melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan
masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau
analisisnya diberikan secara terintegrasi.
6) Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan
antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan
peserta didik.
38
Pengertian Organisasi Kurikulum: Urutan, dan integrasi kegiatan
belajar sedemikian rupa sehingga hasil belajar yang dituju dapat
tercapai. Pengaturan jadwal waktu dalam proses belajar mengajar
penyebaran staf tenaga pengajar.
Organisasi Kurikulum
1) Kurikulum yang berpusat pada Mata Pelajaran (Subject Centered)
Organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran berisi materi
pembelajaran yang diambil dari tiap mata pelajaran yang menjadi
isi. Organisasi kurikulum meliputi:
a. Kurikulum yang berisi beberapa mata pelajaran yang terpisah-
pisah (Separated Subject Curriculum).
b. Kurikulum yang berisi beberapa mata pelajaran yang
dihubung- hubungkan (Correlated Curriculum).
c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan (fusi) beberapa mata
pelajaran sejenis (Broad Field).
Bentuk separated subject terdiri dari beberapa mata pelajaran
yang terpisah satu dengan yang lain. Bentuk ini termasuk paling tua
dalam sejarah kurikulum. Sejak jaman dahulu orang Yunani maupun
orang Romawi sudah menggunakan bentuk kurikulum semacam ini.
Orang Yunani mengajarkan di sekolah berbagai mata pelajaran seperti
kesusastraan, matematika, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan
orang Romawi mengajarkan gramatika, retorika dan logika yang
dinamakan sebagai trivium, serta aritmatika, geometri, astronomi dan
musik yang dinamakan dengan quadrivium. Ketujuh mata pelajaran
dalam tivium dan quadrivium itu kemudian dikenal dengan The Seven
Liberal Arts.
39
Berbagai mata pelajaran ini disusun sedemikian rupa secara logis
dan sistematis, sehingga siswa dapat mempelajarinya dengan baik,
akibat dari penggunaan bentuk kurikulum semacam ini adalah jika
muncul suatu cabang baru dalam ilmu pengetahuan, maka mata
pelajaran menjadi berubah.
Esensi dari organisasi kurikulum semacam ini adalah bahwa ia
mengikuti disiplin yang baik dan logis. Dengan demikian baik materi
pembelajaran maupun pengalaman belajar yang diperoleh bersifat
terpisah-pisah. Adapun isi dari setiap mata pelajaran ditentukan oleh
ahli-ahli mata pelajaran masing-masing. Guru dalam hal ini berfungsi
untuk mencari cara bagaimana agar siswa dapat menguasai mata
pelajaran dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, metode
pembelajaran yang paling tepat untuk digunakan adalah metode
exposisi-penyampaian materi pembelajaran. Untuk itu sumber utama
yang patut dan paling penting dalam belajar adalah buku teks siswa.
Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah digolongkan ke dalam
mata pelajaran yang diutamakan dan tidak diutamakan, hal ini dibuat
berdasarkan pada nilai suatu mata pelajaran yang berfungsi untuk
mendisiplin mental. Dengan demikian mata pelajaran yang termasuk
kategori sulit, seperti matematika sangat diutamakan dibandingkan
dengan yang lain, meskipun bagi individu tertentu mata pelajaran ini
mempunyai arti atau nilai tersendiri.
Keunggulan dari bentuk organisasi separated subject yang paling
menonjol adalah karena materi pembelajaran disusun secara logis dan
sistematis, sehingga metode untuk mempelajarinya dapat efektif,
demikian juga metode untuk mengorganisasi pengetahuan. Dengan
demikian siswa dapat menghimpun sebanyak mungkin ilmu
40
pengetahuan secara efektif dan ekonomis. Pada saat dibutuhkan ia dapat
menggunakan pengetahuan itu.
Dengan mempelajari mata pelajaran seseorang dapat mengikuti
suatu disiplin ilmu pengetahuan tertentu, juga terlatih untuk
menggunakan sistem berfikir tertentu. Dengan demikian kekuatan
intelektualnya berkembang.
Manfaat praktis lain adalah karena bentuk kurikulum ini sudah
lama digunakan, maka pada umumnya banyak perguruan tinggi
menetapkan syarat masuk berdasarkan kemampuan dalam mata
pelajaran. Juga pada umumnya guru sudah terbiasa dan terdidik dalam
mata pelajaran yang terpisah-pisah. Dengan demikian separated subject
dipandang lebih mudah dilaksanakan.
Selain mempunyai berbagai keunggulan, terdapat pula berbagai
kelemahan. Kelemahan yang paling menonjol adalah, oleh karena
kurikulum terdiri dari mata pelajaran yang terpisah-pisah, tidak dapat
mengembangkan kemampuan berfikir aktif dan terpadu. Materi/isi
kurikulum merupakan warisan kebudayaan masa lampau, bukan
masalah-masalah yang dihadapi pada situasi sekarang. Ini
menyebabkan tidak diperhatikannya prinsip psikologis yaitu minat dan
motivasi. Sehingga materi pembelajaran yang dipelajari sering kali
mudah dilupakan, juga tidak sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan
dibutuhkan siswa.
Baik kurikulum yang dikorelasikan maupun broad field
sebenarnya mempunyai prinsip yang sama dengan separated subject
karena ketiganya masih mempunyai berbagai mata pelajaran sehingga
organisasi materi pembelajaran terpusat pada beberapa mata pelajaran.
Perbedaan terletak pada ruang lingkup dan cara mengorganisasi materi
41
pembelajaran itu dalam mata pelajaran. Pada separated subject materi
pembelajaran dikelompokan pada mata pelajaran yang sempit, sehingga
banyaklah jenis mata pelajaran, dan menjadi sempit ruang lingkup
setiap mata pelajaran. Sedangkan pada correlated dan broad field mata
pelajaran dihubungkan antara satu dengan yang lain, sehingga ruang
lingkupnya menjadi lebih luas. Bahkan pada broad field, oleh karena
beberapa mata pelajaran sejenis dilebur menjadi satu mata pelajaran,
akan lebih memperkecil jumlah mata pelajaran dan lebih memperluas
lagi ruang lingkup tiap mata pelajaran.
Correlated curriculum merupakan bentuk organisasi yang
menghubungkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain.
Hubungan itu dapat dilakukan, baik secara sewaktu-waktu ataupun
secara diupayakan. Pada cara yang pertama, hubungan antara tiap mata
pelajaran terjadi secara kebetulan. Jika suatu materi pembelajaran
kebetulan mempunyai pertalian dengan pelajaran lain. Sebagai contoh
dalam pelajaran sejarah, kalau kebetulan materi pembelajaran yang
diajarkan mempunyai hubungan dengan geografi, dilakukan korelasi.
Demikian pula sebaliknya. Cara kedua, hubungan dilakukan dengan
cara membahas satu pokok permasalahan dengan dipelajari dalam
berbagai mata pelajaran.
Broad field merupakan bentuk organisasi kurikulum yang dibuat
dengan melebur beberapa mata pelajaran sejenis ke dalam satu mata
pelajaran. Batas-batas antara mata pelajaran yang dilebur itu menjadi
kabur. Bahkan jenis mata pelajaran peleburan mempunyai nama yang
lain dari nama mata pelajaran asalnya. Kita mengenal lima macam
broad field dalam kurikulum, yaitu:
42
1. Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies), peleburan dari mata
pelajaran ilmu bumi, sejarah, hukum dan kewarganegaraan,
ekonomi, dan sejenis.
2. Bahasa (Language Arts), peleburan dari mata pelajaran membaca,
tata bahasa, menulis, mengarang, menyimak, pengetahuan
bahasa.
3. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Sciences), peleburan dari ilmu
alam, ilmu hayat/ ilmu bumi, ilmu kimia, ilmu kesehatan.
4. Matematika, peleburan dari berhitung, aljabar, ilmu ukur sudut,
bidang dan ruang, serta statistika.
5. Kesenian, peleburan dari seni tari, seni suara, seni lukis, seni
pahat, dan seni drama.
3.3 Ketatalaksanaan Kurikulum
Pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa, bangsa
yang maju adalah bangsa yang mementingkan mutu pendidikan. Untuk
mencapai mutu pendidikan yang baik, diperlukan alat, alat yang sangat
penting bagi keberhasilan pendidikan adalah kurikulum. Tanpa
kurikulum yang sesuai dan tepat, akan sulit untuk mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan pengertian
kurikulum dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19, yang
mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sebagai alat pendidikan yang baik, kurikulum harus dapat
memenuhi tuntutan pendidikan mendasar yaitu mampu menjamin
pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi
43
dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global
untuk itu perlu diupayakan pembaruan kurikulum pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan. Kurikulum tentu suatu hal
yang dirancang untuk dilaksanakan hingga selesai dan tidak terhenti di
tengah perjalanan. Kurikulum ini kemudian diadaptasi dalam bidang
pendidikan dengan analogi pelari adalah seorang peserta didik yang
harus menempuh serangkaian kompetensi dasar agar mendapatkan
penghargaan berupa sertifikat.
Dengan demikian dapat diartikan secara sederhana bahwa
kurikulum adalah sejumlah kompetensi dasar dalam mata pelajaran
yang harus dikuasai oleh peserta didik dengan mengikuti program dari
awal hingga akhir program untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah
sebagai imbalan. Sebuah kurikulum dirancang sedemikian rupa untuk
mengatur proses pembelajaran. Karena kurikulum adalah sebuah
rencana pembelajaran yang disebutkan secara eksplisit dengan kalimat
a plan for learning. Sebuah sistem dan seluruh rangkaian yang akan
dijalani oleh peserta didik selama mengikuti pembelajaran
direncanakan terlebih dahulu.
Implikasi lain dari pandangan ini dapat dinyatakan sebagai
dokumen tertulis yang menjelaskan mengenai kegiatan peserta didik
selama di sekolah dan kaitanya dengan program pembelajaran.
Dokumen tertulis tentu saja pengertian kurikulum secara terbatas dan
dianggap akan berarti apa-apa tanpa implementasi. Proses implementasi
dari rencana pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk kegiatan
belajar harus dijaga sedemikian rupa agar sesuai dengan rencana yang
telah disusun.
44
Alberty (1965) menjelaskan bahwa kurikulum adalah segala
bentuk aktivitas yang diberikan kepada peserta didik selama mengikuti
program pembelajaran yang ada di dalam sekolah. Meskipun
kelemahan dari pandangan Alberty ini hanya dibatasi oleh seluruh
kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik selama di sekolah saja
sedangkan kegiatan pembelajaran dan pembentukan peserta didik tentu
sangat kompleks dan terjadi di mana saja. Peserta didik adalah manusia
yang sangat dinamis dan dapat berubah oleh suatu hal yang kecil dan
besar sebagai bentuk tanggapan atas perubahan yang terjadi dimana
pun mereka berada, oleh karena itu jika dari keseluruhan perubahan
yang didapatkan dapat dikategorikan sebagai hasil belajar, maka
kurikulum tidak terbatas kegiatan yang ada di dalam sekolah saja.
Senada dengan pendapat ini, Saylor, Alexander dan Lewis (1974)
menegaskan bahwa seluruh aspek yang dapat memberikan pengalaman
kepada peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan di
setiap tempat meskipun berada di luar lingkungan sekolah adalah
tempat peserta memperoleh pengajaran dan pembelajaran. Implikasi
sederhana dari pendapat Saylor, Alexander dan Lewis adalah
pemberian tugas di luar jam sekolah namun secara luas peserta didik
dapat memperloleh sebuah ilmu baru yang tidak mampu disediakan
oleh sekolah karena keterbatasan sekolah. Proses perencanaan program
pembelajaran harus disusun sistematis dan hirarki disesuaikan dengan
tingkatan kemampuan peserta didik. Kurikulum tidak boleh disusun
sede+mikian rupa hanya berdasarkan tujuan dari suatu lembaga
penyusun kurikulum agar tujuan tercapai akan tetapi harus
memperhatikan aspek-aspek yang melekat pada peserta didik.
45
Carter (1973) menjelaskan bahwa kurikulum harus disusun
berdasarkan sekumpulan kursus-kursus ataupun urutan pembelajaran
yang sistematik. Tujuan dari penyusunan ini agar peserta didik dapat
dengan mudah mengikuti keseluruhan program yang telah
direncanakan. Dalam proses penyelesaian beban yang telah ditentukan
dalam kurikulum maka tidak seluruh peserta didik mampu
menyelesaikan beban dengan beban dan waktu yang sama. Kurikulum
tentu saja memberikan hasil yang berbeda dari setiap peserta didik
apakah mereka tetap berjalan sesuai dengan gerbong atau keluar dari
lintasan oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem penilaian yang dapat
menunjukkan kesimpulan mengenai proses yang dilakukan oleh peserta
didik. Hasil ini harus dievaluasi agar bisa diambil keputusan mengenai
pembuatan, pelaksanaan dan hasil dari implementasi dari kurikulum.
Berdasarkan uraian yang telah dilakukan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kurikulum terdiri 4 aspek penting yakni:
Kompetensi, beban yang harus dikuasai oleh peserta didik selama
mengikuti program pembelajaran. Kompetensi tersebut tertuang
dalam mata pelajaran atau mata kuliah yang diberikan dengan
kriteria tertentu.
Peserta Didik, subjek yang melakukan pembelajaran. Peserta didik
dituntut untuk menguasai beberapa kompetensi minimal agar dapat
dikatakan melewati suatu jenjang tertentu.
Pelaksana, suatu lembaga yang bertanggung jawab dalam
mengimplementasikan kurikulum. Pelaksana pada awalnya hanya
terdiri dari satu lembaga yakni sekolah yang menaungi peserta didik,
namun dalam skala nasional tentu saja dibutuhkan banyak lembaga
46
yang berperan untuk mengarahkan peserta didik tetap berada pada
jalur yang sesuai.
Evaluasi, sistem evaluasi adalah proses penilaian proses
implementasi kurikulum secara keseluruhan. Evaluasi akan menilai
seluruh proses baik secara parsial maupun terintegrasi dengan tujuan
melakukan perbaikan terhadap aspek-aspek yang ada dalam program
atau bahkan program secara keseluruhan jika dianggap gagal dalam
melaksanakan tujuan kurikulum.
3.4 Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan
penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum
developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang
dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum, sebagai suatu
rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena
seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu
pentingnya kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus
benar-benar dikembangkan. Pengembangan kurikulum dilakukan
karena sifat kurikulum yang dinamis, selalu berubah, menyesuaikan diri
dengan kebutuhan mereka yang belajar. Disamping itu, masyarakat dan
mereka yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam
perumusan kurikulum ialah penyelidikan mengenai situasi (situation
analysis) yang kita hadapi, termasuk situasi lingkungan belajar dalam
artian menyeluruh, situasi peserta didik, dan para calon pengajar yang
diharapkan melaksanakan kegiatan.
47
Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha
untuk mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam
suatu lembaga. Pengembangan kurikulum di arahkan pada pencapaian
nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan
menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi.
Adapun selain berpedoman pada landasan-landasan yang ada,
pengembangan kurikulum juga berpijak pada prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X
tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 dijelaskan bahwa pengembangan
kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu
kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman
bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan
tuntunan dan tantangan perkembangan masyarakat.
Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada
sejumlah landasan, juga harus menerapkan atau menggunakan prinsip-
prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap pengembangan
kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam
pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip
yang telah disepakati. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah
sebagai berikut:
48
Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara komponen
tujuan, isi, strategi, dan evaluasi. Ada dua macam relevansi yang harus
dimiliki kurikulum,yaitu relevansi keluar dan relevansi di dalam
kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar yaitu tujuan, isi dan proses
belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan
tuntutan dan keadaan, serta kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Adapun relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian antara komponen-
komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan
penilaian. Relevansi ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas adalah yang berkenaan dengan
kebebasan/keluwesan yang dimiliki oleh seorang guru dalam
mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun dan adanya
alternatif pilihan program pendidikan bagi siswa sesuai dengan minat
dan bakat anak, karena setiap anak atau peserta didik memiliki minat
dan bakat yang berbeda-beda.
Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan
materi pelajaran antar berbagai jenis dan jenjang sekolah serta antar
tingkatan kelas. Perkembangan dan proses belajar berlangsung secara
berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti.
Prinsip Praktis dan Efisiensi
Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dan biayanya juga murah. Tepat pelaksanaannya dan
menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga,
dan biaya.
49
Prinsip Efektivitas
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum harus diperhatikan, baik
kuantitas maupun kualitas. Keberhasilan kuantitas ditinjau dari
komponen-komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses belajar, dan
evaluasi. Sedangkan keberhasilan kualitasnya dilihat dari hasil
pelaksanaan kurikulum yang ada.
Prinsip Khusus
Adapun prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan kurikulum, antara lain: prinsip keimanan, nilai dan
budi pekerti luhur, penguasaan integrasi nasional, keseimbangan etika,
logika, estetika, dan kinetika, kesamaan memperoleh kesempatan, abad
pengetahuan dan teknologi informasi, pengembangan keterampilan
hidup, berpusat pada anak, serta pendekatan menyeluruh dan
kemitraan.
50
BAB IV
MANAJEMEN PESERTA DIDIK
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur
kegiatan- kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut
menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses
belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur
sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah
dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.
4.1 Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik
Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha
pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut
masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Manajemen
peserta didik sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada
pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas
seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti
pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia
matang di sekolah.
Secara sosiologis, setiap peserta didik mempunyai kesamaan-
kesamaan, adanya kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak inilah yang
melahirkan konsekuensi kesamaan hak-hak yang mereka punyai,
kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian
melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan
(schooling). Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya
memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual.
Layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak yang
bersifat massal ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat
dengan pandangan psikologis mengenai anak. Bahwa setiap individu
51
pada hakikatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka
membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda. Layanan atas
kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan,
dan sebagai responnya kemudian diselipkan layanan-layanan yang
berbeda pada sistem schooling tersebut.
Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap siswa, yakni aksentuasi
pada layanan kesamaan dan perbedaan anak, melahirkan pemikiran
pentingnya manajemen peserta didik untuk mengatur bagaimana agar
tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah, baik
layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun pada perbedaan
peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang
seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Sebagaimana diketahui tujuan umum dan tujuan khusus
manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta
didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar
mengajar di sekolah. Lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah
dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan
kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara
keseluruhan, sedangkan tujuan khusus manajemen peserta didik adalah
sebagai berikut:
1) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor
peserta didik.
2) Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum
(kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
3) Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan
peserta didik.
52
Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik
dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut
dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.
Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai
wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal
mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi
sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi
peserta didik lainnya. Sedangkan fungsi manajemen peserta didik
secara khusus dirumuskan sebagai berikut:
a) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas
peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan
potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat.
Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum
(kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan
lainnya.
b) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial
peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan
sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan
keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan
lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan
hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.
c) Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan
harapan peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi,
kesenangan dan minatnya, hobi, kesenangan dan minat peserta
didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat
menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara
keseluruhan.
53
d) Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan
kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera
dalam hidupnya, kesejahteraan demikian sangat penting
karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan
kesejahteraan sebayanya.
Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik
Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu yang harus
dipedomani dalam melaksanakan tugas, jika sesuatu tersebut sudah
tidak dipedomani lagi, maka akan tinggal sebagai suatu prinsip. Prinsip
manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka
mengatur peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini
haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip
manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai berikut:
Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari
keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai
tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen
secara keseluruhan, ambisi sektoral manajemen peserta didik tetap
ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah, ia tidak boleh
ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah. Segala bentuk kegiatan
manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan
dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik
itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah
diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.
Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan
untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar
belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada
54
pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara
mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan
menghargai. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang
sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh
karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang
dibimbing. Ialah peserta didik sendiri, tidak mungkin pembimbingan
demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan
dari peserta didik sendiri.
Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan
memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan
bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan
juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa
ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan
melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik. Apa yang
diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh
kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan
peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.
Pendekatan Manajemen Peserta Didik
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta
didik (Yeager, 1994). Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative
approach). Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi
administratif dan birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan
demikian, peserta didik diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan
dan harapan-harapan lembaga pendidikan di tempat peserta didik
tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah, bahwa peserta didik
akan dapat matang dan mencapai keinginannya, manakala dapat
memenuhi
55
aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan yang diminta oleh
lembaga pendidikannya. Wujud pendekatan ini dalam manajemen
peserta didik secara operasional adalah: mengharuskan kehadiran
secara mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat presensi,
penuntutan disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi
pada upaya agar peserta didik menjadi mampu.
Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach).
Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan
peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar peserta
didik mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar
peserta didik senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta
didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik
serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di
lembaga pendidikan seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan
perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi
pengembangan diri secara optimal.
Antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan
tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan
padu demikian, peserta didik diminta untuk memenuhi tuntutan-
tuntutan birokratik dan administratif sekolah di satu pihak, tetapi di sisi
lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu pihak siswa
diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari
lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan iklim yang kondusif
untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika dikemukakan dengan kalimat
terbalik, penyediaan kesejahteraan, iklim yang kondusif, pemberian
layanan-layanan yang
56
andal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta didik, penyelesaian
tugas-tugas peserta didik.
4.2 Pencatatan Data Peserta Didik
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan
manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya
pendidikan. Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen
peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga
pelaksanaannya. Fakta-fakta dilapangan ditemukan sistem pengelolaan
anak didik masih menggunakan cara-cara konvensional dan lebih
menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan
kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta
didik. Padahal Kreativitas disamping bermanfaat untuk pengembangan
diri anak didik juga merupakan kebutuhan akan perwujudan diri
sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia.
Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas
yang seimbang baik fisik maupun mental, tidak ada satu aspek
perkembangan dalam diri anak didik yang dinilai lebih penting dari
yang lainnya. Oleh karena itu, teori kecerdasan majemuk yang
dikembangkan oleh psikolog asal Amerika Serikat, Gardner dinilai
dapat memenuhi kecenderungan perkembangan anak didik yang
bervariasi. Penyelenggaraan pendidikan saat ini harus diupayakan
untuk memberikan pelayanan khusus kepada peserta didik yang
mempunyai kreativitas dan juga keberbakatan yang berbeda agar tujuan
pendidikan dapat diarahkan menjadi lebih baik.
Jika kita memahami bahwa akar kata dari pendidikan adalah didik
atau mendidik yang secara harfiah diartikan memelihara dan memberi
57
latihan. Sedangkan pendidikan, merupakan tahapan-tahapan kegiatan
mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui
upaya pelatihan dan pengajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa
pendidikan tidak dapat lepas dari pengajaran. Kegiatan dari pengajaran
ini melibatkan peserta didik sebagai penerima bahan ajar dengan
maksud akhir dari semua hal ini sesuai yang diamanatkan dalam
Undang-undang No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
2003 agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pendidikan, siswa merupakan titik fokus yang strategis
karena kepadanyalah bahan ajar melalui sebuah proses pengajaran
diberikan. Sebagai seorang manusia menjadi sebuah aksioma bahwa
peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-
masing, mereka unik dengan seluruh potensi dan kapasitas yang ada
pada diri mereka dan keunikan ini tidak dapat diseragamkan dengan
satu aturan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta
didik yang lain, para pendidik dan lembaga sekolah harus menghargai
perbedaan yang ada pada diri mereka. Keunikan yang terjadi pada
peserta didik memang menimbulkan satu permasalahan tersendiri yang
harus diketahui dan dipecahkan sehingga pengelolaan murid (peserta
didik) dalam satu kerangka kerja yang terpadu mutlak diperhatikan.
Oleh karena itu, manajemen pengelolaan siswa harus dipahami oleh
orang-orang yang bekerja di lembaga sekolah, baik itu tenaga pendidik
maupun tenaga kependidikan yang kesehariannya berinteraksi dengan
siswa.
58
Pengertian Peserta Didik
Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta
didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang
sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang sedang
memperoleh pendidikan dasar dari sutu lembaga pendidikan. Peserta
didik adalah subjek utama dalam pendidikan, dia lah yang belajar setiap
saat. Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak
didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada
tanggung jawab pendidik (Yusrina, 2006).
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, sebagaimana dijelaskan bahwa yang dimaksud
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud peserta didik adalah individu manusia yang secara sadar
berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan
rohani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada
jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam
kegiatan pendidikan merupakan objek utama (central object), yang
kepadanyalah segala yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan
dirujukan.
59
Pengertian Pengelolaan Peserta Didik/Siswa
Dalam hal ini pengelolaan peserta didik menurut Hendayat
Soetopo dan Wasty Soemanto (1982) adalah merupakan suatu penataan
atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik,
yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya
peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga. Dengan
demikian pengelolaan peserta didik itu bukanlah dalam bentuk
pencatatan/pengelolaan data peserta didik saja, melainkan meliputi
aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan
untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Strategi Pengelolaan Siswa Baru
Sebelum melangkah pada penerimaan siswa atau peserta didik,
paling tidak ada satu langkah, yaitu perencanaan kesiswaan. Dalam
perencanaan kesiswaan meliputi hal-hal berikut:
Rekrutmen Siswa Baru
Setiap tahun ajaran baru, sekolah disibukkan oleh penerimaan
siswa yang baru. Sebelum kegiatan ini dimulai, pengelola lembaga
terlebih dahulu membentuk panitia yang terdiri dari:
Ketua : Kepala Sekolah
Sekertaris : Salah seorang guru
Bendahara : Bendahara Sekolah
Seksi Pendaftaran : Maksimum 3 (tiga) orang guru
60
Adapun tugas dari panitia ini adalah mengadakan pendaftaran
calon siswa, seleksi, pendaftaran kembali siswa yang diterima dan
melaporkan pertanggung jawaban pelaksanaan penerimaan calon siswa
baru kepada pengelola lembaga didik. Rekrutmen ini mencakup:
1. Iklan (Open House), Open House biasanya dilakukan untuk
memperkenalkan sekolah serta sistem pembelajaran di sekolah juga
meliputi sarana dan prasarana. Ketika Open House berlangsung
biasanya sekolah juga menyediakan formulir pendaftaran.
2. Pendaftaran, ini dilakukan untuk mengisi formulir pendaftaran.
3. Syarat-syarat pendaftaran diperlukan untuk mengetahui segala
sesuatu yang berkaitan dengan kondisi peserta didik, seperti:
a. Akte kelahiran anak.
b. Formulir data anak yang meliputi, data wali murid, kalau
memungkinkan data orang-orang yang tinggal serumah dengan
anak baik itu keluarga maupun pengasuh.
c. Riwayat kesehatan anak, imunisasi, riwayat alergi makanan atau
obat, dan lain-lain.
4. Seleksi (Placement Test), hal ini biasanya dilakukan ketika daya
tampung kelas terbatas.
5. Pengumuman/daftar ulang, ini dilakukan untuk mengumumkan hasil
placement test serta daftar ulang digunakan untuk kepastian siswa
yang masuk, biasanya dengan membayar uang sarana dan prasarana
sekolah.
6. Masa Orientasi Siswa (MOS), sebelum peserta didik mengikuti
pelajaran pada sekolah yang baru diadakan masa orientasi. Adapun
tujuan diadakannya orientasi bagi calon peserta didik antara lain
adalah:
61
a. Memperkenalkan nama-nama tempat di sekolah dan di kelas,
kegunaan masing masing tempat, serta pengenalan peraturan dan
tata tertib sekolah.
b. Mengenalkan peserta didik dengan orang-orang yang berada di
lingkungan sekolah berserta tugasnya masing-masing.
c. Peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang
berlaku di sekolah.
d. Peserta didik dapat aktif dalam kegiatan sekolah.
e. Agar calon peserta didik merasa betah di sekolah, semua warga
sekolah yang lama harus bersikap ramah kepada calon peserta
didik dan selalu siap membantu apabila diperlukan.
Adapun Suharsimi Arikunto mendeskripsikan secara detail
langkah-langkah penerimaan siswa baru yang secara garis besar dapat
ditentukan sebagai berikut:
1) Menentukan panitia.
2) Menentukan syarat-syarat penerimaan.
3) Mengadakan pengumuman, menyiapkan soal-soal tesuntuk
seleksi dan menyiapkan tempatnya.
4) Melaksanakan penyarinagan melalui tes tertulis maupun lisan.
5) Mengadakan pengumuman penerimaan.
6) Mendaftar kembali calon siswa yang diterima.
7) Melaporkan hasil pekerjaaan kepada kepala sekolah.
8) Penempatan Siswa Baru
Sebelum siswa yang telah diterima mengikuti kegiatan belajar,
terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok
62
belajarnya. Menurut William A. Jeager yang diperhatikan dalam
pengelompokkan belajar yaitu:
(i) Fungsi integrasi yaitu dalam pengelompokkan siswa menurut
umur, jenis kelamin, dan sebagainya.
(ii) Fungsi perbedaan, yaitu dalam pengelompokkan siswa
berdasarkan pada perbedaan individu, misalnya: bakat,
kemampuan, minat dan sebagainya.
Dasar-dasar pengelompokkan siswa ada lima macam, yaitu :
a) Friendship Grouping. Pengelompokkan siswa berdasarkan kesukaan
di dalam memilih teman diantaranya siswa itu sendiri.
b) Achievement Grouping. Pengelompokkan belajar dalam hal ini
adalah campuran antara anak yang berprestasi tinggi dan siswa yang
berprestasi rendah.
c) Aptitude Grouping. Pengelompokkan siswa berdasarkan atas
kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki oleh
peserta didik itu sendiri.
d) Attention or Interest Grouping. Pengelompokkan peserta didik
berdasarkan atas perhatian atau minat yang didasari oleh kesenangan
peserta didik itu sendiri.
e) Intelligence Grouping. Pengelompokkan yang didasarkan atas hasil
test intelegensi yang diberikan kepada peserta didik.
Keberhasilan kemajuan belajar peserta didik serta prestasi yang
ditempuh peserta didik, memerlukan data otentik yang dapat dipercaya
serta memiliki keabsahan. Karena kemajuan peserta didik merupakan
faktor yang sangat vital bagi kebutuhan perkembangan berlangsungnya
proses pendidikan. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dipengaruhi
63
oleh beberapa faktor. Salah satu faktor pengaruh itu adalah penilaian
yang dilakukan oleh para guru atau lembaga kependidikan. Berarti pula
bahwa penilaian-penilaian menurut keobjektifan dari penilai. Jadi, guru
sebagai pendidik berperan penting dalam kemajuan peserta didik dan
juga dalam pelayanan proses pembelajaran.
Peranan guru dalam pelayanan peserta didik:
a. Kehadiran peserta didik dan masalah-masalahnya
b. Penerimaan, orientasi, klasifikasi dan petunjuk bagi peserta
didik baru tentang kelas dan tata tertib sekolah
c. Evaluasi dan pelaporan perkembangan peserta didik
d. Program bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus
e. Pengendalian disiplin peserta didik
f. Program bimbingan dan penyuluhan
g. Program kesehatan dan keamanan
h. Penyesuaian pribadi, sosial dan emosional peserta didik
i. Pelayanan diarahkan kepada:
1) Perkembangan kreativitas, bakat dan minat anak;
2) Keikutsertaan dalam memiliki sekolah sebagai lembaga
pendidikan di mata mereka memperoleh pengetahuan,
pengalaman, keterampilan secara langsung melalui proses
belajar mengajar.
3) Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa dirinya
memiliki potensi positif yang dapat dikembangkan.
4) Pembentukan moral dan etika sebagai peserta didik, dan
5) Kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kesulitan
belajar.
j. Pelayanan yang memperhatikan kebutuhan peserta didik
64
Penyesuaian Bidang-bidang Studi yang Akan Dipelajari
Penyesuaian situasi sekolah sebagai lembaga yang membina pada
proses pendidikan.
Identifikasi terhadap pribadi
Kesulitan dalam mencerna materi pendidikan
Memilih bakat, minat dan kegemaran
Membantu menelaah situasi pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi
Memberikan gambaran situasi pendidikan secara terpadu
Menentukan langkah apa yang harus ditempuh jika menemukan
kesulitan belajar
Kesukaran penyesuaian diri dengan lingkungan, dan
Identifikasi hambatan fisik,mental dan emosi.
Pelayanan pada lembaga pendidikan, yang menjadi fokus utama
tentunya adalah peserta didik, yang mana kesuksesan lembaga akan
terukur dari perkembangan anak yang optimal dari setiap aspek
perkembangannya. Oleh karena itu manajemen pengelolaan peserta
didik menjadi hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap
pengelola lembaga pendidikan. Pengelolaan peserta didik dalam
lembaga pendidikan (sekolah) meliputi, rekrutmen peserta, pembinaan
peserta dan banyak hal yang terkait dengan kebutuhan peserta didik
yang harus disediakan oleh pengelola lembaga pendidikan anak usia
dini.
Saat ini banyak fenomena tenaga pendidik atau tenaga
kependidikan yang tidak begitu memahami kebutuhan siswa (peserta
didik), sehingga terjadi banyak kasus yang membuat aspek
perkembangan peserta didik terhambat bahkan cenderung merusak. Ini
dikarenakan pengelolaan peserta didik yang tidak mempunyai
65
perencanaan maupun keahlian yang memadai. Diharapkan dengan
banyaknya literatur dan pengalaman para ahli dalam mengatasi
berbagai permasalahan dalam menangani peserta didik baru, dapat
dijadikan bekal oleh setiap pengelola lembaga pendidikam agar dapat
mengembangkan seluruh potensi peserta didik yang belajar di
tempatnya.
4.3 Mutasi dan Promosi Peserta Didik
Promosi dan Mutasi merupakan salah satu fase dalam pembinaan
murid/siswa. Promosi merupakan perpindahan murid/siswa dari satu
kelas ke kelas yang lebih tinggi setelah memenuhi persyaratan tertentu.
Promosi ini dilaksanakan berpedoman kepada norma-norma kenaikan
kelas yang ditetapkan bersama, antar guru-guru dengan kepala sekolah.
Keputusan kenaikan kelas ini hendaklah diambil dari landasan yang
mewakili sosok murid secara utuh, baik ditinjau dari aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Ada beberapa prinsip promosi yang harus diperhatikan oleh
setiap guru yaitu :
1) Promosi dilaksanakan atas dasar pertimbangan berbagai hal
tentang murid secara pribadi.
2) Promosi harus mempertimbangkan aspek kognitif,
psikomotori, dan afektif yang dicapai oleh murid
3) Promosi harus mempertimbangkan laju perkembangan prestasi
yang dicapai oleh murid.
4) Promosi mempertimbangkan mata pelajaran yang akan
dipelajari murid/siswa di kelas yang lebih tinggi.
Disamping yang dimaksud dengan mutasi adalah perpindahan
murid dari satu sekolah ke sekolah lainnya karena alasan-alasan
67
Mutasi ini merupakan hak bagi setiap murid/siswa, oleh sebab itu pihak
sekolah harus memberikan kesempatan kepada murid/siswa untuk
menggunakan haknya. Adapun prosedur-prosedur mutasi tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Orang tua atau wali murid harus mengajukan surat
permohonan pindah sekolah anaknya kepada kepala sekolah
asal, dengan menggunakan format yang telah disediakan.
b. Selanjutnya setelah kepala sekolah asal mempelajari dan
menyetujui perpindahan tersebut, maka kepala sekolah
mengeluarkan surat pindah.
c. Setelah anak tersebut diterima di sekolah yang dituju, isian
(nama sekolah, status sekolah, alamat, desa/kelurahan,
kecamatan, kab/kodya, provinsi, diterima tanggal, di
tingkat/kelas) dikirim ke sekolah asal.
d. Surat keterangan yang dikeluarkan oleh sekolah asal sangat
penting sekali dilakukan karena secara hukum telah terlepas
tanggung jawab sekolah kepada siswa yang bersangkutan, dan
kalau terjadi hal-hal negatif dari siswa tersebut maka sekolah
lama terhindar dari tuntutan hukum.
Berdasarkan uraian tentang kegiatan-kegiatan administrasi
kesiswaan di atas, bahwa kegiatan tersebut bertujuan agar teraturnya
proses belajar mengajar di sekolah tersebut sehingga mudah untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara umum,
maupun tujuan dari sekolah tersebut secara khusus.
68
Kegiatan administrasi kesiswaan meliputi:
Mengatur kegiatan penerimaan siswa baru
Mengatur kegiatan orientasi siswa baru
Pengelolaan kelas
Pembinaan disiplin murid/siswa
Mengatur pemberian bimbingan dan penyuluhan
Pengelolaan OSIS (organisasi siswa intra sekolah)
Pengelolaan data siswa
Promosi dan mutasi
Instrumen administrasi kesiswaan terdiri dari:
Buku induk
Buku klaper
Buku /daftar keadaan siswa
Daftar hadir siswa
File penyimpan berkas siswa
Menurut Ali Imron (2011:152) mutasi adalah perpindahan peserta
didik dari kelas satu ke kelas lain yang sejajar, dan perpindahan peserta
didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar. Pendapat lain
dikemukakan oleh Tatang M. Amirin, dkk (2001: 64), mutasi
merupakan perpindahan peserta didik baik dalam lingkup satu sekolah
maupun antar sekolah. Mutasi dilakukan agar peserta didik mendapat
layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa mutasi peserta didik adalah perpindahan peserta didik baik
dalam lingkup sekolah, dari satu kelas ke kelas lain yang sejajar,
dan
69
perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain yang
sejajar. Mutasi peserta didik terdiri dari dua macam yaitu mutasi intern
dan mutasi ekstern (Tatang M. Amirin, dkk, 2010: 64).
4.4 Layanan Khusus
Menurut Kusmintardjo (1992:1) sekolah tidak akan berfungsi jika
tidak ada sesuatu yang membuatnya berfungsi. Dalam sebuah
pendidikan harus mempunyai unsur-unsur yang meliputi administrasi
sekolah. Unsur-unsur dalam administrasi sekolah tersebut masing-
masing mempunyai fungsi, hubungan, dan ketergantungan dengan
komponen-komponen lainnya. Unsur-unsur tersebut meliputi:
a. administrasi murid.
b. administrasi kurikulum.
c. administrasi personil.
d. administrasi materiil.
e. administrasi keuangan.
f. administrasi hubungan sekolah dan masyarakat.
g. administrasi pelayanan khusus.
Pada lembaga pendidikan keenam unsur merupakan hal yang
biasa ada. Melihat kondisi sekolah yang jumlah muridnya begitu
banyak, maka perlu mengusahakan unsur ketujuh dalam administrasi
sekolah. Agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan lancar. Tidak
hanya itu dengan menambah layanan khusus di sekolah peserta didik
atau murid akan dapat melengkapi usaha pencapaian tujuan pendidikan
di sekolah. Hingga saat ini layanan khusus di anggap sangat penting
dalam perwujudan pendidikan. Maka hampir setiap sekolah di
Indonesia menyediakan layanan khusus bagi peserta didik. Memang
perlu adanya
70
usaha pemerintah untuk terus mendukung teraplikasinya layanan
khusus bagi peserta didik ini agar peserta didik merasa nyaman, senang
dan bahagia.
a) Pengertian Manajemen Layanan Khusus
Manajemen layanan khusus di sekolah ditetapkan dan
diorganisasikan untuk memudahkan atau memperlancar pembelajaran,
serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Diantaranya
meliputi: manajemen layanan bimbingan konseling, layanan
perpustakaan sekolah, layanan kesehatan, layanan asrama, dan
manajemen layanan kafetaria/kantin sekolah. Layanan-layanan tersebut
harus di kelola secara baik dan benar sehingga dapat membantu
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
b) Tujuan Manajemen Layanan Khusus
Kusmintardjo (1992:4), pelayanan khusus atau pelayanan bantuan
diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar
pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah.
Kepala sekolah perlu mempertimbangkan secara matang apabila
akan menyelenggarakan program layanan khusus. Apakah bidang-
bidang layanan khusus tersebut, memberikan bantuan terhadap sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Meskipun
demikian, apabila layanan bantuan atau layanan khusus diorganisasi
secara baik dan dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan
kemungkinan-kemungkinan perbaikan pertumbuhan murid. Kepala
sekolah harus selalu melihat hubungan antara layanan khusus dengan
program pendidikan secara menyeluruh.
71
Pada hakikatnya, untuk mempermudah penyelenggaraan kegiatan
layanan khusus, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan
menerapkan pendekatan psikologis didalam mengadministrasian
personal. Para petugas kesehatan, pekerja kafetaria, dan petugas
bimbingan, serta personil lainnya, harus merasa bahwa mereka
merupakan bagian yang penting dari penyelenggaraan sekolah secara
keseluruhan. Kepala sekolah harus membantu staf non-edukatif untuk
mencapai sikap tersebut, dengan memberikan kesempatan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Perhatian kepala sekolah
akan hal ini dapat dilihat dari kemauannya untuk mengundang mereka
dalan pertemuan-pertemuan lainnya.
Disamping pendekatan psikologis dalam mengadministrasi
personil, ada pendekatan lain yang dapat dipergunakan oleh kepala
sekolah, yakni pendekatan analisis bidang. Dalam pendekatan ini,
kepala sekolah harus mengetahui tanggung jawab dari masing-masing
personil yang terlibat, disamping membantu mengklarifikasikan
tanggungjawab tersebut melalui pemahaman atau saling pengertian.
Dalam hal ini perlu dikembangkan suatu pendekatan “team-work”
didalam pengelolaan layanan khusus atau layanan bantuan melalui
penegasan tugas hubungannya dengan personil, baik bidang pengajaran
maupun non pengajaran.
Kepala sekolah yang baik harus memanfaatkan ketrampilan
kepemimpinannya akan menunjukan tindakan yang menghasilkan
organisasi dan manajemen yang efisien atas layanan khusus. Ini akan
menghasilkan pengalaman yang sangat bernilai dalam kehidupan
kelompok, baik bagi anak didik maupun bagi personil sekolah. Peran
kepala sekolah sangat signifikan dalam usaha pemenuhan dan
72
pemanfaatan unit layanan khusus di sekolah dan merupakan stimulator
dan fasilitator
c) Prinsip-Prinsip Layanan Khusus Sekolah
Prinsip-prinsip layanan khusus sekolah terdiri atas prinsip-prinsip
yang berhubungan dengan siswa, pembimbing dan organisasi dan
administrasi.
Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan siswa yang
dibimbing:
a. Pelayanan bimbingan harus diberikan kepada seluruh
peserta.
b. Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan
bimbingan kepada siswa. Diperlukan suatu alat pengukur
yang cermat agar dapat dibedakan siswa yang mana yang
harus didahulukan.
c. Program bimbingan hrus dipusatkan kepada siswa.
d. Pelayanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan
kebutuhan individu yang bersangkutan.
e. Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan
oleh individu yang dibimbing. Pembimbing bertugas
membantu siswa untuk menanggulangi masalah dengan
berbagai alternatif keputuasan, sehingga pengembalian
keputusan pada siswa sendiri.
f. Individu yang mendapat bimbingan harus dapat berangsur-
angsur dapat membingan dirinya sendiri.
73
Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pembimbing:
a. Petugas-petugas bimbingan harus melakukan tugasnya
sesuai dengan kemampuan dan kewajiban masing-masing.
b. Petugas-petugas bimbingan di sekolah dipilih atas dasar
kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman dan
kemampuan.
c. Petugas bimbingan harus mendapat kesempatan untuk
mengembangkan diri serta keahlian melalui berbagai
latihan.
d. Petugas bimbingan hendaknya mempergunakan informasi
yang tersedia mengenai individu yang dibimbing beserta
lingkungannya sebagai bahan untuk membuat individu
yang bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang lebih
baik.
e. Petugas bimbingan harus menghormati dan menjaga
kerahasiaan informasi tentang individu yang dibimbing.
f. Petugas-petugas bimbingan hendaknya mempergunakan
berbagai jenis metode dan teknik yang tepat dalam
melaksanakan tugasnya.
g. Petugas-petugas bimbingan hendaknya memperhatikan dan
mempergunakan hasil penelitian dalam bidang minat
kemampuan dan hasil belajar individu untuk kepentingan
perkembangn kurikulum sekolah.
Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan
administrasi bimbingan:
a. Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan.
b. Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi
bagi setiap individu siswa. Hal ini sangat diperlukan untuk
74
mencatat data pribadi individu secara sistematik yang dapat
digunakan untuk kemajuan individu yang bersangkutan.
c. Program bimbingan harus disusun dengan kebutuhan
sekolah yang bersangkutan, sehingga layanan bimbingan
mempunyai sumbangan yang besar terhadap program
sekolah.
d. Pembagian waktu untuk setiap bimbingan secara teratur;
e. Bimbingan harus dilaksanakan selam dalam situasi
individuan dan dalam situasi kelompok, sesui dengan
masalah dan metode yang dipergunakan dlam memecahkan
masalah itu.
f. Kepala sekolah memegang tanggung jawab mendasar
dalam pelaksanaan bimbingan (Rusliana, 2010).
d) Jenis-Jenis Layanan Khusus Sekolah
Berikut ini adalah jenis-jenis layanan khusus yang di sediakan
sekolah:
1. Layanan Bimbingan dan Konseling (BK)
2. Layanan Kesehatan Sekolah (UKS)
3. Layanan kafetaria sekolah
4. Layanan asrama sekolah
5. Layanan transportasi sekolah
6. Layanan perpustakaan sekolah
7. Layanan laboratorium/bengkel sekolah.
Berikut adalah jenis-jenis layanan bimbingan yang ada di
beberapa lembaga pendidikan sesuai dengan umur anak menurut
Lembaga Psikologi Episentrum:
75
1. Layanan untuk Anak: konseling, pemeriksaan psikologi, terapi.
2. Layanan untuk Remaja: konseling, pemeriksaan psikologi,
training, outbond.
3. Tingkat TK dan SD: pemeriksaan psikologi, pendidikan seks
untuk anak usia dini dan sekolah dasar, layanan kunjungan
psikolog.
4. Layanan untuk Tingkat Sekolah Menengah: pemeriksaan
psikologi, konsultasi, konseling, training, outbond, layanan
psikologi sekolah.
76
BAB V
MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN
Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan
memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak
bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang
diinginkan, dilihat dari dimensi pendidikan peranan pendidik dalam
masyarakat Indonesia tetap masih dominan meskipun teknologi yang
dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat
cepat, begitu pula dengan tenaga kependidikan mereka bertugas
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan
dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan.
Sehubungan dengan tuntutan ke arah profesionalisme tenaga
pendidik dan kependidikan, maka semakin dirasakannya desakan untuk
peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan
yang telah menjadi komitmen pendidikan nasional, untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu tenaga
pendidik dan kependidikan, kita harus memahami terlebih dahulu
bagaimana mengelola pendidik dan tenaga kependidikan.
5.1 Pengertian dan Jenis-jenis Tenaga Pendidik dan
Kependidikan
5.1.1 Pengertian Tenaga Pendidik dan Jenis-Jenisnya
Pengertian tenaga pendidik adalah merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (UU No.20 Tahun 2003,
77
Pasal 39 (2)). Tenaga pendidik yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lainnya yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1
Bab 1 Ketentuan Umum)
Jenis-jenisnya adalah:
- Guru
- Dosen
- Tutor
- Instruktur
- Pamong Belajar
- Konselor
- Widyaiswara
- Fasilitator
- Penguji
- Ustadz
- Sebutan lainnya
5.1.2 Pengertian Tenaga Kependidikan dan Jenis-Jenisnya
Pengertian tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1, Bab 1 Ketentuan umum),
yang merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan,
dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan. (UU No.20 Tahun 2003, Pasal 39 (1). Dan menurut
UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa tenaga kependidikan
adalah anggota
78
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan, dimana tenaga kependidikan tersebut
memenuhi syarat yang ditentukan oleh undang-uandang yang berlaku,
diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu
jabatan dan digaji pula menurut aturan yang berlaku.
Jenis-Jenisnya:
- Tenaga Administrasi/TU
- Tenaga Fungsional lainnya (Guru BP, Pustakawan, Laboran
dan Teknisi Sumber Belajar)
- Penjaga Sekolah/ kebersihan sekolah dan tukang kebun
- Petugas keamanan
Jadi, tugas tenaga pendidikan dan kependidikan, di jelaskan pada
Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang menyatakan
bahwa:
1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan.
2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
5.2 Pengadaan Tenaga Kependidikan
Tenaga pendidik dan kependidikan memegang peran penting
dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan, terutama dalam hal
79
membentuk karakter bangsa, melalui pengembangan kepribadian dan
nilai-nilai yang memiliki tujuan luhur berlandaskan keinginan bangsa
Indonesia yang disesuaikan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan
Pancasila.
Jika dipandang dari dimensi pembelajaran peran pendidik dalam
rangka memperjuangkan kehidupan berbangsa dan bernegara demi
memenuhi kebutuhan akan pentingnya kebutuhan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berkarakter, pendidik
memiliki posisi sebagai manajer mutlak dalam siklus pendidikan meski
perkembangan teknologi berkembang sangat pesat yang tidak menutup
kemungkinan akan menjadi partner pengiring dalam kinerja tenaga
kependidikan. Setiap kegiatan yang memiliki konsistensi yang
tersetruktur dan memiliki legalitas yang disahkan secara undang-
undang dan memiliki badan hukum, pasti memiliki kestrukturan yang
paten dalam pengelolaannya, begitu juga dengan lembaga pendidikan,
tidak mungkin sebuah lembaga di kelola tanpa ada : planning,
organizing, actuating, dan controlling.
Pengadaan Tenaga Kependidikan
Rekruitmen/pengadaan adalah suatu proses kegiatan
mengusahakan calon pegawai yang tepat sesuai dengan persyaratan
yang telah ada ditetapakan dalam klasifikasi jabatan. Sumber pegawai
dapat dari lembaga itu sendiri (internal) dan dari luar lembaga
(eksternal). Internal lembaga, artinya pegawai yang akan mengisi
lowongan jabatan itu ditarik dari pegawai yang telah ada dalam
organisasi bersangkutan. Rekruitmen dengan cara ini merupakan usaha
untuk pengembangan karir, promosi jabatan dalam lingkungan kerja
yang sama, promosi
80
mutasi untuk kenaikan jabatan perpindahan kerja ke unit kerja bagian
lain. Perekrutan dari dalam (internal) perlu memperhatikan informasi
tentang kualifikasi pegawai.
Format kualifikasi berisi informasi tentang catatan prestasi
pegawai, latar belakang pendidikan dan dapat tidaknya dipromosikan.
Cara ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain meningkatkan
moral, kegairahan kerja, prestasi kerja dan lain-lain. Ini tidak lain
karena para pegawai mengharapkan akan mendapatkan kesempatan
promosi.
Sebaliknya cara yang kedua, eksternal lembaga, berarti bahwa
untuk mengisi lowongan jabatan itu ditarik orang-orang dari luar
organisasi. Sumber-sumber eksternal itu adalah lembaga pendidikan,
kantor penempatan tenaga kerja, pasar tenaga kerja, referensi dari
karyawan yang ada, serta referensi dari kawan pimpinan/manajer.
Perekrutan dengan cara ini dilakukan dengan menerima lamaran-
lamaran dan berlaku bagi semua masyarakat luas yang memenuhi
persyaratan. Metode ini mempunyai segi positif karena dengan sistem
ini tenaga kerja yang diterima merupakan pilihan dari pelamar-pelamar
yang telah memenuhi syarat-syarat maksimum, dengan demikian dapat
diharapkan bahwa tenaga yang diterima adalah tenaga dengan mutu
terbaik.
Alasan-alasan diadakanya tenaga kependidikan
1. Adanya perluasan pekerjaan karena mekarnya lembaga/sekolah
dan tambah besarnya beban tugas.
2. Ada mutasi pegawai.
Kedua alasan tersebut mengakibatkan adanya kekurangan dan
kebutuhan pegawai atau biasa disebut dengan formasi. Formasi adalah
81
jumlah dan susunan perangkat, pegawai yang diperlukan untuk mampu
melaksanakan tugas disuatu instansi.
Berikut ini langkah-langkah penyelenggaraan pengadaan tenaga
kependidikan
1. Pengumuman
2. Pendaftaran
3. Seleksi atau penyaringan tes administrasi
4. Pengumuman
Telah diketahui pengangkatan dan penempatan tenaga
kependidikan berdasarkan dibawah naungan siapakah, departemen atau
non departemen sesuai undang-undang yang berlaku.
Syarat-syarat menjadi tenaga kependidikan yang telah disetujui
sejak dulu
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Tidak menderita penyakit kronis/menahun
3) Tidak memiliki cacat tubuh
4) Tidak menderita kelainan mental
5) Kepribadian yang meliputi
- Ber IMTAQ
- Berkepribadian Pancasila
Jadi pengelolaan mengenai pengadaan tenaga kependidikan yaitu
proses dimana mengadakan seorang tenaga/pegawai yang belum ada,
guna mengisi kekosongan tugas yang harus ditanggung, menempatkan
dimanakah seharusnya dia layak dan mampu menjalankan tugasnya dan
82
terakhir bagaimanah kebijakan yang harus dilakukan ketika tenaga
kependidikan sudah memasuki usia non produktif.
Sehingga kita simpulkan bahwa pengelolaan, perencanakan, dan
pengadaan tenaga pendidik/kependidikan, yaitu dikelola berarti
didalamnya mengandung unsur POAC (planning, organizing,
actuating, dan controlling) planning berarti (5w+1h), organizing berarti
layak atau tidak layak.
Actuating berarti bagaimanakah tindakannya dan controlling
bagaimanakah mengawasinya, lantas perencanaan yaitu mau dibawa ke
mana tenaga kependidikan ini sekarang dan masa depannya dan
terakhir diadakannya tenaga kependidikan adalah demi terjaganya
stabilitas dan elektabilitas lembaga karena lembaga bisa berkembang
jika pengelolanya yang ada didalamnya memiliki etos kerja yang baik.
5.3 Pengangkatan dan Penempatan Tenaga Kependidikan
Dalam rangka memiliki guru yang berkualitas sangat tergantung
pada kualitas proses rekrutmennya. Semakin baik prosesnya, semakin
besar pula kemungkinan didapatkannya individu-individu yang sangat
memenuhi kualifikasi sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah.
Rekrutmen atau penerimaan tenaga kependidikan merupakan kegiatan
untuk memenuhi kebutuhan tenagakependidikan pada lembaga
pendidikan, baik jumlah maupun kualitasnya, untuk kegiatan tersebut
diperlukan kegiatan penarikan. Menurut Hani Handoko mengemukakan
bahwa Penarikan (rekrutmen) adalah proses pencarian dan pemikatan
para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai
karyawan. (Hani Handoko, 1987:69).
83
Pengelolaan unsur manusia mulai dari perencanaan sampai pada
tahap akhir, pada intinya diorientasikan untuk tahap mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi. Dalam hal ini mencari
dan mendapatkan calon-calon tenaga kependidikan yang memenuhi
syarat sebanyak mungkin. Selain itu menurut T.Hani Handoko.
Penarikan berkenaan dengan pencarian dan penarikan sejumlah
karyawan potensial yangakan di seleksi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan organisasi (Hani Handoko,1984:240).
Dari pengertian di atas tentang rekrutmen, maka dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa rekrutmen adalah proses menghasilkan satu
kelompok para pelamar kerja yang memenuhi syarat untuk bekerja di
dalam organisasi. Kegiatan rekrutmen sebagai suatu proses selalu
diikuti dengan seleksi untuk menemukan kesesuaian kebutuhan dengan
kemampuan pribadi sumber daya manusia.
Menurut Ibrahim Bafadal rekrutmen guru merupakan satu
aktivitas manajemen yang mengupayakan didapatkannya seorang atau
lebih calon pegawai yang betul-betul potensial untuk menduduki posisi
tertentu di sebuah lembaga. Sebagai bagian dari organisasi seluruh
sumber daya manusia (SDM) yang ada memang harus mendapatkan
perhatian, karena mereka akan memberikan kontribusinya masing-
masing dalam pencapaian tujuan organisasi (Ibrahim Bafadal, 2003:
21)
Perekrutan atau penarikan tenaga kependidikan merupakan
usaha- usaha yang dilakukan untuk memperoleh tenaga kependidikan
yang dibutuhkan untuk mengisi jabatan-jabatan tertentu yang masih
kosong. Perekrutan ini merupakan usaha-usaha mengatur komponis
tenaga kependidikan secara seimbang sesuai dengan tuntutan
pelaksanaan tugas kependidikan melalui penyeleksian yang dilakukan.
84
Langkah penting dalam proses perekrutan sebagai kelanjutan
perencanaan tenaga kependidikan:
1) Menyebarluaskan pengumuman tentang kebutuhan tenaga
kependidikan dalam berbagai jenis dan kualifikasi sebagaimana
proses perencanaan yang telah ditetapkan
2) Membuka pendaftaran bagi pelamar atau sesuai dengan persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan baik persyaratan-persyaratan
administratif maupun persyaratan akademis
3) Menyelenggarakan pengujian berdasarkan standar seleksi dan
dengan menggunakan teknik-teknik seleksi atau cara-cara tertentu
yang dibutuhkan. Standar seleksi menyangkut:
a) Umur
b) Kesehatan fisik
c) Pendidikan
d) Pengalaman
e) Tujuan-tujuan
f) Perangai
g) Pengetahuan umum
h) Keterampilan
komunikasi
i) Motivasi
j) Minat
k) Sikap dan nilai-nilai
l) Kesehatan mental
m)Kepantasan bekerja di
dunia pendidikan
n) Faktor-faktor lain yang
ditetapkan
Teknik-teknik seleksi yang dapat digunakan atau cara-cara yang
dapat ditempuh melalui:
1) Pengumpulan informasi tentang calon-calon yang memberi harapan
baik. Informasi ini dapat mencakup “personal references” dan
“employment references”. Sejumlah infornasi ini dapat diperoleh
melalui dokumen-dokumen atau berkas-berkas lamaran yang masuk
dan dapat pula dilakukan melalui kontak-kontak lainnya.
85
2) Penyelenggaraan “testing” secara tertulis, misalnya penggunaaan
tes- tes psikologis, tes-tes pengetahuan, dan bentuk tes yang
mengukur beberapa bagian pekerjaan yang akan diemban.
3) Penyelenggaraaan testing secara lisan dan wawancara seleksi, yaitu
percakapan formal yang dilakukan secara cukup mendalam untuk
mengevaluasi calon.
4) Pemeriksaan medis atau kesehatan calon, baik dengan menunjukkan
informasi kesehatan, maupun pemeriksaan yang dilakukan sacara
langsung oleh tim yang sengaja dibentuk.
5.4 Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kependidikan
Pembinaan Tenaga Kependidikan Pembinaan dilakukan dalam
upaya mengelola dan mengendalikan pegawai selama melaksanakan
kerja di lembaga/sekolah. Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya
peningkatan pegawai agar lebih berkualitas kinerjanya. Pendidikan dan
pelatihan dimaksudkan sebagai pengembangan bagi tenaga
kependidikan. Pendidikan dan pelatihan dalam contoh memberikan
kesempatan kepada guru-guru dan staf untuk mengikuti penataran,
melanjutkan pendidikan, seminar, workshop, dan lain-lain. (Rugaiyah
dan Atiek, 2011:80)
Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan
pengembangan profesi dan karier. Pembinaan dan pengembangan
profesi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru dilakukan melalui jabatan fungsional.
Pembinaan dan pengembangan karier guru meliputi penugasan,
kenaikan pangkat, dan promosi.
86
Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan
karier guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan
peraturan Menteri. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina
dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat. Satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat wajib membina dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi guru. Pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalitas dan
pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. (Hartani,
2011:121)
Pengembangan Tenaga Kependidikan Sejalan dengan azas proses
manajemen sumber daya manusia, lebih-lebih untuk pendidik dan
tenaga kependidikan, ada suatu usaha untuk memelihara,
meningkatkan kemampuan, kapasitas maupun profesionalismenya.
Proses tersebut disebut dengan pendidikan, pelatihan, dan
pengembangan. Diklat dan pengembangan merupakan proses
sistematik pengubahan perilaku para pendidik dan tenaga kependidikan
dalam suatu arah guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Diklat dan pengembangan penting karena keduanya merupakan
cara yang digunakan oleh organisasi untuk mempertahankan, menjaga,
memelihara pendidik dan tenaga kependidikan dan sekaligus
meningkatkan keahlian para pendidik dan tenaga kependidikan untuk
kemudian dapat meningkatkan produktivitasnya. Pengembangan
(development) adalah mewakili suatu investasi yang berorientasi ke
87
masa depan dalam diri pendidik dan tenaga kependidikan.
Pengembangan didasarkan pada kenyataan bahwa seorang pendidik dan
tenaga kependidikan akan membutuhkan serangkaian pengetahuan,
keahlian, dan kemampuan yang berkembang supaya bekerja dengan
baik dan suksesi posisi yang ditemui selama karirnya.
Tujuan utama diklat dan pengembangan adalah berikut ini:
a. Memperbaiki kinerja, memutakhirkan keahlian para pendidik
dan tenaga kependidikan sejalan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
b. Mengurangi waktu belajar bagi pendidik dan tenaga
kependidikan yang baru agar memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan oleh profesinya.
c. Membantu memecahkan persoalan pendidikan.
d. Mempersiapkan pendidik dan tenaga kependidikan untuk
kepentingan promosi dan perkembangan karirnya.
e. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi
(Hartani, 2011:115).
Pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan merupakan
usaha memberdayagunakan, memajukan dan meningkatkan
produktifitas kerja setiap tenaga kependidikan yang ada diseluruh
tingkatan manajemen organisasi dan jenjang pendidikan. Tujuan dari
pembinaan tenaga kependidikan ini tumbuhnya kemampuan setiap
tenaga kependidikan yang meliputi kemampuan keilmuan dan wawasan
berpikir sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari sehingga produktifitas kerja dapat meningkat.
Pengembangan tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui jalur
atau cara diklat dan jalur non diklat. Jalur diklat seperti melanjutkan
88
pendidikan, penataran, kegiatan seminar, lokakarya, dan lain-lain, jalur
non diklat misalnya dapat berbentuk promosi jabatan, pemberian bonus
dan insentif, teguran dan hukuman. Di samping itu, pengembangan
tenaga kependidikan atau pegawai dapat menghasilkan sesuatu yang
nyata dalam waktu yang cepat. Contohnya seorang pegawai sebelum
dilatih sering melakukan kesalahan dalam bekerja, tetapi setelah dilatih
tingkat kesalahan menjadi berkurang.
Landasan hukum pembinaan PNS adalah UU No. 43 Tahun 1999
perubahan atas UU No. 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
Kepegawaian berisi pengaturan pokok-pokok tentang kedudukan,
kewajiban, hak dan pembinaan pegawai. Pembinaan adalah semua
upaya yang dilakukan oleh lembaga untuk mempertahankan para
pegawai agar tetap berada di lingkungan organisasi dan mengupayakan
pula kedinamisan keterampilan, pengatahuan, serta sikapnya agar mutu
kerjanya bisa tetap dipertahankan. Pembinaan pegawai biasa dilakukan
secara mandiri dengan kursus-kursus, membaca artikel dari internet,
dan bias melalui membaca buku. Selain mandiri bisa dilakukan secara
kelompok dapat ditempuh dengan cara lokakarya, seminar, simposium,
promosi.
Promosi berarti kenaikan jabatan menerima kekuasaan dan
tanggung jawab lebih besar dari kekuasaan dan tanggung jawab
sebelumnya. Ada beberapa system pembinaan PNS melalui promosi:
1) Sistem Karier, adalah suatu system kepegawaian di mana
untuk pengangkatan pertama didasarkan atas kecakapan yang
bersangkutan, sedang dalam pengembangannya lebih lanjut,
masa kerja, pengalaman, kesetiaan, pengabdian dan syarat-
syarat objektif lainnya juga turut menentukan. Dalam system
89
karier dimungkinkan naik pangkat tanpa ujian jabatan dan
pengangkatannya dalam jabatan dilaksanakan berdasarkan
jenjang yang telah ditentukan .
2) Sistem Prestasi Kerja, adalah suatu system kepegawaian di
mana untuk pengangkatan seseorang dalam jabatan didasarkan
atas kecakapan dan prestasi yang dicapai oleh orang yang
diangkat itu. Kecakapan tersebut harus dibuktikan dengan
lulus ujian jabatan dan prestasinya itu harus terbukti secara
nyata.
3) Kenaikan Pangkat, adalah suatu penghargaan bagi seorang
pegawai yang juga merupakan salah satu bentuk dari promosi .
kenaikan pangkat ditetapkan pada tanggal 1 April dan 1
Oktober. Jenis-jenis kenaikan pangkat adalah kenaikan
pangkat regular, pilihan, istimewa, pengabdian, anumerta,
dalam tugas belajar, menjadi pejabat negara, dalam penugasan
di luar instansi, dalam wajib militer, dan penyesuaian ijazah,
serta kenaikan pangkat lain-lain.
Pengembangan Tenaga Kependidikan
Pengertian pengembangan tenaga kependidikan adalah suatu
proses pendidikan jangka panjang yang mempergunakan prosedur
secara sistematis dan terorganisir dimana peagawai dapat memperoleh
pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuannya.
Dalam UU No 43 Tahun 1999 Pasal 31 pendidikan dan pelatihan
bagi PNS dibagi menjadi 2 yakni pendidikan dan pelatihan prajabatan
dan pendidikan dan pelatihan jabatan.
90
a) Pendidikan dan pelatihan prajabatan adalah suatu pelatihan kepada
CPNS dengan tujuan agar ia dapat terampil melaksanakan tugas
yang dipercayakan kepadanya.
b) Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan adalah suatu pelatihan untuk
meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan.
Pengembangan kualitas tenaga kependidikan dapat ditempuh
melalui :
a) Pendidikan lanjutan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
lembaga akan tenaga kependidikan yang berkualifikasi S2 atau S3
dalam spesialisasi yang diperlukan oleh suatu program. Program
pendidikan lanjutan disusun berdasarkan kebutuhan program studi,
ketersediaan SDM dan rencana pengembangan program.
b) Melalui pencangkokan tenaga dosen, dengan cara ini dapat diperoleh
tenaga untutk memenuhi kebutuhan mendesak dan temporer.
c) Program penyegaran, program ini mencakup pelatihan atau
lokakarya diamksudkan untuk memantapkan penguasaan materi
dibidang keterampilan yang berkenaan dengan bidang studi dan
pengembangan bidang studi.
d) Pertemuan ilmiah (seminar, orasi ilmiah, dsb), program ini
dikembangkan untuk memutakhirkan pengetahuan atau keterampilan
melalui partisipasi aktifnya dalam berbagai forum ilmiah, baik
sebagai peserta, penggagas ataupun narasumber.
e) Komunikasi ilmiah, kegiatan komunikasi ilmiah antar dosen baik di
Indonesia maupun luar negeri dan kerjasama antar program studi
sejenis atau dengan berbagai pihak yang relevan. Komunikasi ini
dimaksudkan untuk meningkakan wawasan dosen kerjasama dan
pertukaran informasi terutama tentang perkembangan ipteks yang
91
mutakhir dilakukan terus menerus antara lain pemanfaatan internet
dan publikasi jurnal.
f) Pertukaran staf pengajar atau ahli, kegiatan kerjasama ini
dilaksanakan dalam rangka alih kepakaran perluasan wawasan dan
peningkatan layanan kepada dunia pasar kerja.
g) Pembinaan karir/professional jabatan perlu dilakukan secara
terencana dan terus menerus dalam rangka regenerasi dan
peningkatan mutu dosen mulai dari tahap awal profesi sampai
kepada professional seorang dosen.
5.5 Pemberhentian Tenaga Kependidikan
Pemberhentian dan pemensiunan merupakan konsep yang hampir
bersamaan, yaitu sama-sama terjadi pemutusan kerja. Istilah
pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja digunakan di
perusahaan. Istilah pensiun sering digunakan pada lembaga
pemerintahan atau bagi pegawai negeri. Pemberhentian adalah
pemutusan hubungan kerja seorang karyawan dengan suatu organisasi
perusahaan. Pensiun adalah pemberhentian karyawan atas keinginan
perusahaan/undang-undang atau keinginan karyawan sendiri.
Alasan pemberhentian disebabkan oleh undang-undang,
keinginan perusahaan, keinginan karyawan, pensiun, kontrak kerja
berakhir, kesehatan karyawan, meninggal dunia, perusahaan likuidasi.
Pemberhentian harus didasarkan UU No. 12 Tahun 1964 KUHP dan
seijin Panitia Perselisihan Pegawai dan Perusahaan Daerah (P4D)
secara berperikemanusiaan dan menghargai pengabdian yang
diberikannya kepada organisasi.
92
Pemensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) maksudnya adalah
berakhirnya status seseorang dari status pegawai negeri sipil karena
alasan-alasan tertentu. Pemberhentian PNS dapat tejadi karena
permintaan sendiri, mencapai batas usia pensiun, adanya
penyederhanaan organisasi, tidak cakap jasmani/rohani, meninggalkan
tugas, meninggal dunia atau hilang dan lain-lain.
Hak pensiun PNS diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun
1969. Pensiun maksudnya adalah berhentinya seseorang yang telah
selesai menjalankan tugasnya sebagai pegawai negeri sipil karena telah
mencapai batas yang telah ditentukan atau karena menjalankan hak atas
pensiunnya. Batas usia seseorang pegawai negeri sipil untuk
mendapatkan pensiun adalah 56 tahun. Batas usia ini dapat
diperpanjang menjadi (1) 65 tahun bagi pegawai negeri sipil yang
memangku jabatan ahli peneliti dan peneliti, guru besar, lektor kepala
dan lektor, jabatan lainnya yang ditentukan presiden, (2) 60 tahun bagi
pegawai negeri sipil yang memangku jabatan eselon I dan eselon II,
pengawas, guru sekolah menengah sampai dengan SMTA (kepala
sekolah, dan pengawas), dan
(3) 65 tahun bagi pegawai negeri sipil yang memangku jabatan sebagai
hakim (Rugaiyah dan Atiek, 2011:96).
Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir manajemen SDM.
Istilah pemberhentian sinonim dengan separation, pemisahan atau
pemutusan hubungan tenaga kerja karyawan dari suatu organisasi
perusahaan. Fungsi pemberhentian harus mendapat perhatian serius dari
pimpinan (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia, 2009:250).
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang
menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan
93
kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai. Untuk
selanjutnya mungkin masing-masing pihak terikat dalam perjanjian dan
ketentuan sebagai bekas pegawai dan bekas lembaga tempat kerja.
Dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan di sekolah,
khususnya pegawai negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian pegawai
ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis: (1) Pemberhentian atas
permohonan sendiri; (2) Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah;
dan
(3) Pemberhentian sebab lain-lain. Pemberhentian atas permohonan
pegawai sendiri, misalnya karena pindah lapangan pekerjaan yang
bertujuan memperbaiki nasib. Pemberhentian oleh dinas atau
pemerintah bisa dilakukan dengan beberapa alasan berikut: 1) Pegawai
yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik; 2) Perampingan atau
penyederhanaan organisasi; 3) Peremajaan, biasanya pegawai yang
telah berusia 50 tahun dan berhak pensiun harus diberhentikan dalam
jangka waktu satu tahun; 4) Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga
tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik; 5) Melakukan
pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara atau kurungan; 6)
Melanggar sumpah atau janji pegawai negeri sipil. Sementara
pemberhentian karena alasan lain penyebabnya adalah pegawai yang
bersangkutan meninggal dunia, hilang, habis menjalani cuti di luar
tanggungan negara dan tidak melaporkan diri kepada yang
berwewenang, serta telah mencapai batas usia pensiun (Suharno,
2008:24).
Pengertian Pemberhentian
Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 mengartikan bahwa
95
hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antar pekerja dan pengusaha.
Sedangkan menurut Moekijat mengartikan bahwa Pemberhentian
adalah pemutusan hubungan kerja seseorang karyawan dengan suatu
organisasi perusahaan.
Istilah pemberhentian juga mempunyai arti yang sama dengan
separation yaitu pemisahan. Pemberhentian juga bisa berarti Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) karyawan dari suatu organisasi perusahaan.
Pemberhentian yang dilakukan oleh perusahaan harus berdasarkan
dengan Undang – undang No 12 Tahun 1964 KUHP dan seijin P4D
atau P4P atau seijin keputusan pengadilan. Pemberhentian juga harus
memperhatikan pasal 1603 ayat 1 KUHP yaitu mengenai “tenggang
waktu dan ijin pemberhentian”. Perusahaan yang melakukan
pemberhentian akan mengalami kerugian karena karyawan yang
diberhentikan membawa biaya penarikan, seleksi, pelatihan dan proses
produksi berhenti. Pemberhentian yang dilakukan oleh perusahaan juga
harus dengan baik – baik, mengingat saat karyawan tersebut masuk
juga diterima baik – baik.
Dampak pemberhentian bagi karyawan yang diberhentikan yaitu
dampak secara psikologis dan dampak secara biologis. Pemberhentian
yang berdasarkan pada Undang –undang 12 tahun 1964 KUHP, harus
berperikemanusiaan dan menghargai pengabdian yang diberikannya
kepada perusahaan misalnya memberikan uang pensiun atau pesangon.
Pemberhentian juga dapat diartikan sebagai pemutusan hubungan kerja
seseorang karyawan dengan organisasi perusahaan. Dengan
pemberhentian dilakukan berarti karyawan tersebut sudah tidak ada
96
ikatan lagi dengan perusahaan (Drs. Malayu Hasibuan, Manajemen
Sumber Daya Manusia,2001).
Pemutusan hubungan kerja merupakan fungsi terakhir manajer
sumberdaya manusia yang dapat didefinisikan sebagai pengakhiran
hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha yang dapat disebabkan
oleh berbagai macam alasan, sehingga berakhir pula hak dan kewajiban
di antara mereka (Mutiara Sibarani Panggabean, Manajemen Sumber
Daya Manusia, 2004).
Alasan Pemberhentian
Ada beberapa alasan yang menyebabkan seseorang berhenti atau
putus hubungan kerjanya dengan perusahaan, ada yang bersifat karena
peraturan perundang-undangan, tapi ada juga karena keinginan
pengusaha, agar tidak terjadi hal semena-mena yang dilakukan
pengusaha, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan
yang berkaitan dengan pemberhentian karyawan. Dalam pengertian ini
pemerintah tidak melarang secara umum untuk memberhentikan
karyawan dari pekerjaannya. Jangan karena tidak cocok dengan
pendapat perusahaan atau bertentangan dengan kehendak atau
keinginan pengusaha yang mengharapkan karyawan terus bekerja utuk
meningkatkan produksinya, karyawan tersebut langsung diberhentikan,
tanpa melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan
tanpa dijelaskan alasan-alasannya kepada karyawan. Oleh karena
demikian, untuk melindungi karyawan dari tindakan demikian, maka
pemerintah telah mendaptkan kebijakannya sebagai tertuang di dalam
undang- undang No. 13 Tahun 2003 bahwa, pengusaha dilarang
melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan:
97
Pekerja berhalangan masuk karena sakit menurut keterangan dokter
selama waktu tidak melampaui 12 bulan secara terus menerus.
Pekerja berhalangan Negara sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Pekerja mengerjakan ibadah yang diperintahkan agamanya.
Pekerja menikah
Pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan atau
menyusui bayinya.
Pekerja mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan
dengan pekerjaan lainnya dalam satu perusahaan, kecuali telah
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama.
Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan atau pengurus serikat
pekerja, pekerja melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja
atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam pernjanjian kerja bersama.
Pekerja yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib
mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindakan pidana
kejahatan.
Karena perbedaan yang paham, agama, aliran politik, suku, wana
kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan.
Pekerjaan dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja,
atau karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter
yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan
98
BAB VI
MANAJEMEN FASILITAS PENDIDIKAN
Dalam dunia pendidikan yang sangat urgent, tentunya dibutuhkan
beberapa instrumen yang dapat menunjang proses pendidikan.
Insrumen tersebut digunakan dalam rangka memberikan manfaat dan
kemudahan kepada semua komponen yang ada di sekolah, untuk bisa
menjalankan fungsinnya dengan baik. Sehinggsa tujuan pendidikan
yang diharapkan akan tercapai. Instrumen-instrumen tersebut
selanjutnnya disebut dengan istilah fasilitas.
Fasilitas yang digunakan dalam menunjang pendidikan di
lembaga pendidikan, biasannya dikenal dengan sebutan sarana dan
prasarana. Seperti yang dikemukakan oleh Wahyuningrum (2004:4),
menyatakan bahwa fasilitas “segala sesuatu yang dapat memudahkan
dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha”. Berdasarkan pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu
kegiatan. Kedua hal tersebut sangat menunjang dan mendukung dalam
dunia pendidikan. Sehingga perlu adannya pengelolaan dengan tepat.
Tanpa adanya pengelolaan yang tepat terhadap fasilitas maka
keberadaan fasilitas tidak akan membantu tercapainnya tujuan. Selain
itu pengelolaan fasilitas juga ditujukan dalam rangka selalu
menyediakan fasilitas dalam keadaan siap dipakai dan digunakan demi
kemaslahatan proses bersama.
6.1 Pengertian dan Jenis-jenis Fasilitas Pendidikan
Pengertian sarana dan prasarana pendidikan menurut Tim
Perumus Penyusun Pedoman Pembukuan Media Pendidikan
99
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, dibedakan sesuai dengan
fungsinya, yaitu:
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam
proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan
dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan, seperti : halaman, kebun
atau taman sekolah, jalan menuju ke sekolah, tata tertib sekolah,
dan sebagainya.
Dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana
pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 disebutkan bahwa :
a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.
b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang
meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
100
Dengan demikian perbedaan sarana pendidikan dan prasarana
pendidikan adalah pada fungsi masing-masing yaitu: sarana pendidikan
untuk memudahkan dalam penyampaian materi ajar, dalam artian
segala macam peralatan yang digunakan guru dan murid untuk
memudahkan penyampaian dan menerima materi pelajaran. Sedangkan
prasarana pendidikan untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan
dalam artian segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda
yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan penyelenggaraan
pendidikan.
Secara umum, sarana dan prasarana pendidikan dapat
dikelompokkan dalam empat kelompok, yaitu: lahan tanah, bangunan,
perlengkapan, dan perabot sekolah (site, building, equipment, and
furniture).
1. Lahan tanah
Lahan yang di perlukan untuk mendirikan sekolah harus di sertai
dengan tanda bukti kepemilikan yang sah dan lengkap (sertifikat),
adapun jenis lahan tersebut harus memenuhi beberapa kriteria antara
lain: a) Lahan untuk bangunan adalah lahan yang diatasnya berisi
bangunan, b) Lahan terbuka adalah lahan yang belum ada bangunan
diatasnya, c) Lahan kegiatan praktek adalah lahan yang di gunakan
untuk pelaksanaan kegiatan praktek, d) Lahan pengembangan adalah
lahan yang di butuhkan untuk pengembangan bangunan dan kegiatan
praktek. Lokasi sekolah harus berada di wilayah pemukiman yang
sesuai dengan cakupan wilayah sehingga mudah di jangkau dan aman
dari gangguan bencana alam dan lingkungan yang kurang baik.
101
2. Bangunan
Adapun bangunan yang di perlukan di sekolah demi kelancaran
dan keberhasilan kegiatan proses pendidikan sekolah adalah:
a. Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang Tata
Usaha/Administrasi
b. Ruang Kelas : tempat siswa dan guru melaksanakan proses
kegiatan belajar mengajar.
c. Ruang Perpustakaan: tempat koleksi berbagai jenis bacaan
bagi siswa dandari sinilah siswa dapat menambah
pengetahuan.
d. Ruang Laboratorium (tempat praktek): tempat siswa
mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan serta
tempat meneliti dengan menggunakan media yang ada untuk
memecahkan suatu masalah atau konsep pengetahuan.
e. Ruang Keterampilan adalah tempat siswa melaksanakan
latihan mengenai keterampilan tertentu.
f. Ruang Kesenian: adalah tempat berlangsungnya kegiatan-
kegiatan seni.
g. Fasilitas Olah raga: tempat berlangsungnya latihan-latihan
olah-raga.
Ruang penunjang berfungsi untuk menunjang kegiatan yang
mendukung proses kegiatan belajar mengajar antara lain : a) Ruang
Ibadah, b) Ruang serbaguna, c) Ruang koperasi sekolah, d) Ruang
UKS, e) Ruang OSIS, f) Ruang WC/ kamar mandi, g) Ruang BP
3. Perlengkapan alat dan media pendidikan.
Setiap mata pelajaran sekurang-kurangnya memiliki satu jenis
alat peraga praktek yang sesuai dengan keperluan pendidikan dan
102
pembelajaran,sehingga dengan demikian proses pembelajaran tersebut
akan berjalan dengan optimal.
1) Buku atau bahan pembelajaran
Bahan pembelajaran adalah sekumpulan bahan pelajaran yang di
gunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar.
2) Buku pegangan
Buku pegangan di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai
acuan dalam pembelajaran yang bersifat Normatif, adaptif dan
produktif.
3) Buku pelengkap
Buku ini di gunakan oleh guru untuk memperluas dan
memperdalam penguasaan materi.
4) Buku sumber
Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik untuk
memperoleh kejelasan informasi mengenai suatu bidang ilmu /
keterampilan.
5) Buku bacaan
Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai
bahan bacaan tambahan (non fiksi) untuk memperluas
pengetahuan dan wawasan serta sebagai bahan bacaan (fiksi )
yang bersifat relatif.
4. Perabot
Secara umum perabot sekolah mendukung 3 (tiga) fungsi yaitu:
fungsi pendidikan, fungsi administrasi, dan fungsi penunjang. Jenis
perabot sekolah dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
103
1) Perabot pendidikan
Perabot pendidikan adalah semua jenis mebel yang di gunakan
untuk proses kegiatan belajar mengajar. Adapun Jenis, bentuk
dan ukurannya mengacu pada kegiatan itu sendiri.
2) Perabot administrasi
Perabot administrasi adalah perabot yang di gunakan untuk
mendukung kegiatan kantor. Jenis perabot ini banyak sekali
ragam dan jenisnya.
3) Perabot penunjang
Perabot penunjang adalah perabot yang digunakan atau di
butuhkan dalam ruang penunjang, seperti perabot
perpustakaan, perabot UKS, perabot OSIS dan sebagainya.
6.2 Pengadaan Fasilitas Pendidikan
Pengadaan adalah kegiatan menyediakan semua keperluan
barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas. Pengadaan
fasilitas meliputi: tanah, bangunan, perabot, alat kantor/buku dan
kendaraan.
1) Pengadaan Tanah
Cara pengadaan: membeli, menerima hibah, menerima hak pakai,
dan menukar.
Pengadaan tanah dengan cara membeli:
a. Menyusun Panitia
b. Menetapkan tugas panitia: menetapkan syarat – syarat tanah
yang akan dibeli (lokasi tanah), meneliti surat – surat tanah
yang akan dibeli, mendapatkan penawaran harga,
memperhatikan perencanaan tata kota, mendapatkan bukti
pembebasan tanah, menyaksikan pembayaran.
104
c. Memperhatikan syarat – syarat tanah yang akan dibeli misal
bebas banjir, fasilitas listrik, air, transport, kondisi
lingkungan dan perkembangan.
d. Penyelesaian pembelian tanah
- Membentuk panitia pembebasan tanah (agraria, Pemda,
PU, Camat, Kades)
- Penanda tanganan akte jual beli tanah di depan notaris
PPAT atau Camat setempat.
- Pembayaran dilakukan melalui KPN setempat.
- Menyelesaikan sertifikat.
Pengadaan tanah dengan cara menerima hibah
- Hibah dapat berasal dari pemerintah dan swasta/ seseorang.
- Panitia penerima hibah tanah, anggotanya terdiri dari
agraria, pemda, dinas PU, dan dari Depdiknas.
- Panitia mengadakan penelitian kemungkinan kelayakan atas
penerimaan hibah.
- Serah terima dilakukan dengan akte serah terima hibah
yang dibuat Notaris PPAT.
- Kepala satuan kerja menyelesaikan sertifikat tanah pada
Dinas Agraria setempat.
a. Pengadaan tanah dengan cara menerima hak pakai
Dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah disertai
dengan surat keputusan dari pemerintah yang bersangkutan
dengan satuan berita acara serah terima.
b. Dengan cara penukaran tanah
Karena tanah/bangunan dipandang tidak memnuhi
fungsinya lagi maka dapat diusulkan untuk ditukar dengan
tanah
105
dilokasi lain. Pengusulan pada Menteri Diknas yang
dilampiri alasan, taksiran harga tanah lama dan baru.
Menteri keuangan kemudian menyetujui, apabila harga
disepakati kemudian membuat akte tanah.
2) Pengadaan Bangunan
Cara pengadaan: membangun baru, membeli, menyewa, menerima
hibah.
a. Membangun Baru
1) Pengertian membangun baru adalah mendirikan bangunan
baru dapat berarti memperbaharui (rehabilitasi/ renovasi),
memperluas dan mengubah dengan cara membongkar seluruh
bangunan gedung atau sebagian gedung.
2) Lingkup kegiatan membangun baru terdiri dari kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan lapangan.
Kegiatan Perencanaan
Meliputi kegiatan (1) Persiapan perencanaan: penyusunan
jadwal kerja, pembentukan organisasi, pengendalian dan
pengawasan pembangunan, mengadakan pembebasan tanah
sesuai dengan fungsi bangunan dan perencanaan tata kota/
daerah, menyiapkan data pengukuran tanah secara rinci dan
teliti. (2) Desain skematik meliputi: rencana situasi secara
keseluruhan, rencana denah, potongan dan tampak,
perspektif interior dan eksterior, penjelasan dasar
perencanaan; (3) rencana akhir merupakan hasil
pengembangan perencanaan dari desain skematik dengan
106
luas dan perkiraan biaya yang telah disesuaikan dengan
dana yang tersedia.
Pelaksanaan
Pelaku dalam pelaksanaan pengadaan banguan baru adalah
kontraktor dan pengawas/ direksi lapangan. Kontraktor
akan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan fisik.
Pengawas/ direksi lapangan mengadakan pengawasan
terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Pengawasan lapangan
Menyelenggarakan kegiatan pengawasan di lapanagn yang
menyangkut pengendalian kualitas dan kuantitas serta
ketepatan waktu penyelesaian.
b. Membeli bangunan
Pada prinsipnya membeli banguan yang sudah jadi termasuk
tanahnya tidak diperbolehkan tetapi dalam hal – hal yang luar
biasa dapat diusulkan kepeda Menteri keuangan dan Bappenas
dengan disertai alasan yang kuat.
Setelah ada persetujuan dan dananya tersedia, penawaran
harga dari pemilik perlu diajukan kepada panitia pembebasan
tanah setempat.
Apabila harga penawaran dan harga taksiran panitia sudah
disepakati, maka akte jual beli langsung diselesaikan di depan
notaris/ PPAT dan balik nama sertifikat tanah.
107
c. Menyewa bangunan
Apabila diperlukan, misal untuk gedung sekolah, kantor. Suatu
instansi diperkenankan menyewa bangunan atas persetujuan
pejabat yang berwenang menurut peraturan.
Anggaran untuk membayar sewa bangunan sudah tersedia.
Untuk dapat melaksanakan penyewaan bangunan berlaku
ketentuan – ketentuan pengadaan dengan cara penunjukan
langsung.
Setelah ditetapkan sewanya, dibuat surat penjanjian antara
pihak penyewa dengan pihak yang menyewakan.
d. Menerima hibah
Departemen Pendidikan Nasional dapat meneriima hibah
bangunan berikut tanahnya dari pihak lain (pemerintah daerah/
swasta).
Serah terima dilakukan dengan Notaris PPAT setempat dan
dilaporkan kepada Menteri Pendidikan Nasional.
3) Pengadaan Perabot
a. Menurut buku pedoman umum pengelolaan perlengkapan
yang dimaksud dengan perabot adalah barang yang berfungsi
sebagai tempat duduk, tempat menulis, tempat istirahat, tempat
penyimpanan alat/ atau bahan.
b. Cara pengadaan dengan membeli, membuat sendiri menerima
bantuan dan menyewa.
108
c. Proses pengadaan
Membeli perabot-perabot yang akan dibeli harus memenuhi
syarat-syarat yang sudah ditentukan, misal ukurannya
anatomi, teknik konstruksi, dan harga standar.
Membuat sendiri perabot sekolah yang dibuat sendiri
dimungkinkan hanya dalam rangka praktek serta
disesuaikan dengan dana dan kemampuan yang tersedia.
Menerima bantuan/hibah. Perabot yang dihibahkan dapat
berasal dari seseorang/donatur. Penyerahan bantuan harus
bersifat sukarela, tidak mengikat dan dilaksanakan dengan
perjanjian.
4) Pengadaan Alat Kantor
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan alat kantor adalah alat-alat yang
biasanya digunakan di kantor seperti mesin tulis, mesin hitung,
mesin stensil, alat-alat lain yang menunjang kegiatan
perkantoran.
b. Cara pengadaan
Pengadaan alat kantor dapat dilakukan dengan membeli secara
serentak atau membeli sendiri dan menerima
batuan/hadiah/hibah.
Membeli alat kantor dapat dilakukan tanpa lelang atau
dengan lelang.
Mengikuti tatacara atau peraturan-peraturan yang berlaku.
Untuk alat-alat laboratorium IPA perlu melalui penawaran
dengan prototipenya.
109
Pengadaan adalah proses kegiatan mengadakan sarana dan
prasarana yang dapat dilakukan dengan cara-cara membeli, sumbangan,
hibah dan lain-lain. Pengadaan sarana dan prasarana dapat berbentuk
pengadaan buku, alat, perabot dan bangunan. Lebih lanjut, pengadaan
perlengkapan sekolah adalah kegiatan untuk mengadakan sarana dan
prasarana dalam rangka mendukung PBM, dilaksanakan dengan cara:
pembelian, buatan sendiri, penerimaan hibah atau bantuan, penyewaan,
pinjaman dan pendaurulangan. Mustari (2014:125) mengatakan bahwa
sistem pengadaan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti:
1. Dropping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan yang
diberikan pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya
terbatas sehingga pengelola sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain.
2. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli,
baik secara langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu.
3. Meminta sumbangan wali murid atau mengajukan proposal
bantuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke lembaga
sosial yang tidak mengikat.
4. Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam.
5. Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara tukar menukar
barang yang dimilki dengan barang lain yang dibutuhkan sekolah.
110
Menurut Bafadal (2014:30) menjabarkan bahwa langkah-langkah
pengadaan peralatan sekolah dasar sebagai berikut:
1. Dinas Pendidikan Kab/Kota menyusun daftar perlengkapan
sekolah yang memenuhi standar mutu.
2. Dinas Pendidikan Kab/Kota memberitahu kepada sekolah, bahwa
sekolah yang bersangkutan akan mendapatkan bantuan dana
untuk pengadaan perlengkapan sekolah.
3. Kepala sekolah bersama guru dan juga komite sekolah memilih
daftar perlengkapan yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan
sekolah masing-masing.
4. Kepala sekolah mengajukan permohonan kepada Dinas
Pendidikan Kab/Kota untuk mendapatkan dana bantuan
pembelian perlengkapan sekolah.
5. Dinas Pendidikan Kab/Kota memberikan persetujuan dan
mencairkan dana yang diminta sekolah yang bersangkutan
melalui prosedur pencairan dana sebagaimana berlaku (misalnya
melalui KPKN). Berdasarkan uang yang diterima, kepala sekolah
membeli perlengkapan sekolah sesuai dengan pilihannya ke toko
atau langsung ke produsen.
6. Kepala sekolah membuat laporan pelaksanaan pengadaan
perlengkapan sekolah dan membuat pertanggungjawaban
terhadap sejumlah dana yang telah diterima, kemudian
disampaikan segera kepada Dinas Pendidikan Kab/Kota
6.3 Pendayagunaan dan Pemeliharaan Fasilitas Pendidikan
Sarana dan Prasarana sekolah merupakan salah satu faktor
penunjang dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di
111
sekolah. Tentunya hal tersebut dapat dicapai apabila ketersedian sarana
dan prasarana yang memadai disertai dengan pengelolaan secara
optimal.
Untuk mewujudkan dan mengatur hal tersebut pemerintah
melalui PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 1 Ayat (8) mengemukakan standar sarana dan prasarana adalah
Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan kriteria minimal tentang
ruang belajar, tempat olah raga, tempat beribadah, perpustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan
berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.
Pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; (1) Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar
lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan
Sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi salah satu tolok
ukur dari mutu sekolah. Tetapi fakta dilapangan banyak ditemukan
sarana dan prasarana yang tidak dioptimalkan pendayagunaannya dan
belum dikelola dengan baik, untuk itu diperlukan pemahaman dan
pengaplikasian manajemen sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan berbasis sekolah. Bagi pengambil kebijakan di sekolah
pemahaman tentang sarana dan prasarana akan membantu memperluas
wawasan tentang bagaimana ia dapat berperan dalam merencanakan,
menggunakan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang ada
sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal guna mencapai tujuan
pendidikan.
112
Pendayagunaan memiliki arti pengusahaan agar mampu
mendatangkan hasil dan manfaat; pengusahaan tenaga agar mampu
menjalankan tugas dengan baik dan efisien. Sedangkan dalam Oxford
Dictionary pendayagunaan atau utility diartikan dengan “usefull,
especially through being able to perform several functions. (Berguna,
terutama melalui kemampuan untuk melakukan beberapa fungsi).
Kemudian pengertian pendayagunaan sering juga diartikan sebagai
pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disintesakan bahwa
pendayagunaan adalah suatu usaha untuk mendatangkan hasil atau
manfaat yang lebih besar dan lebih baik dengan mamanfaatkan segala
sumber daya dan potensi yang dimiliki. Pendayagunaan ditujukan
untuk memanfaatkan segala potensi yang melekat pada sumber daya
yang dimiliki secara optimal.
Pada konteks sekolah, pendayagunaan dapat dilakukan hampir
kepada semua sumber daya yang dimiliki seperti sumber daya manusia
yang meliputi guru, pegawai, siswa, komite sekolah, maupun alumni.
Selain itu, pendayagunaan juga dapat dilakukan pada sumber daya fisik
maupun finansial yang dimiliki oleh sekolah. Sarana dan prasarana
seperti tanah, bangunan, lapangan maupun hal lainnya dapat
didayagunakan guna membantu upaya mewujudkan visi dan misi
sekolah. sarana pendidikan merupakan hal-hal yang berkaitan langsung
dengan kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan prasarana adalah
hal- hal yang tidak secara langsung berkaitan namun menunjang
terlaksananya proses pembelajaran di sekolah. Sumber lain yang dapat
didayagunakan adalah sumber daya finansial. Sumber daya finansial
merupakan salah satu hal vital yang harus didayagunakan dengan
sebaik-
113
baiknya. Hal ini bukan hanya menyangkut pembukuan sekolah, tapi juga
menjamin keberlangsungan kegiatan belajar pembelajaran di sekolah.
Tujuan Pendayagunaan
Kegiatan pendayagunaan pada dasarnya bertujuan mendatangkan
manfaat atau hasil dengan memanfaatkan sumber-sumber yang
dimiliki. Pada satuan pendidikan, pendayagunaan bertujuan mendukung
upaya menuwujdkan visi dan misi sekolah dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia secara optimal. Pendayagunaan juga
menjadi salah satu opsi dalam meningkatkan kualitas sekolah.
Aspek-Aspek Pendayagunaan
Dalam upaya pendayagunaan sumber daya sekolah, terdapat
beberapa aspek yang harus diperhatikan dengan cermat, yaitu:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang sangat vital guna
memastikan tiap-tiap sumber daya akan mendatangkan
manfaat bagi sekolah.
b. Penggunaan
Setiap sumber daya yang memiliki nilai guna hendaknya
dialokasikan sesuai dengan fungsinya. Hal ini ditujukan untuk
menghindari adanya tumpang tindih fungsi dan kegunaan
sumber.
c. Evaluasi
Tindakan evaluasi dilakukan hanya pada akhir masa
penggunaan sumber, melainkan dimulai sejak tahap
perencanaan. Evaluasi berguna untuk meminimalisasi adanya
penyimpangan dan penyalahgunaan sumber.
114
Strategi Pendayagunaan
Strategi pendayagunaan adalah kiat-kiat atau cara yang dilakukan
sebagai usaha atau tindakan untuk memberikan hasil dan manfaat yang
lebih besar dalam rangka mensukseskan program pendidikan
khususnya di sekolah adalah dengan mengerahkan sumber daya baik
sumber daya manusia maupun sarana parasarana yang dimiliki.
Indikator Keberhasilan
Ada tiga hal yang menjadi indikator keberhasilan tercapainya
pendayagunaan sumber di sekolah, yaitu:
a. Adanya perencanaan yang mengatur penggunaan sumber dengan
mengacu pada kebutuhan sekolah.
b. Tiap-tiap sumber yang dimiliki digunakan dengan memanfaatkan
daya atau potensi yang dimilikinya.
c. Dilakukannya evaluasi berkala guna memastikan tidak ada
penyimpangan dan kesia-siaan dari sumber yang digunakan.
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan
untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan
prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara
berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari
kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisinya baik dan
siap digunakan. Pemeliharaan mencakup segala daya upaya yang terus
menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam
keadaan baik. Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu
dengan cara hati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang
115
bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai keahlian
sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan perlu dilakukan
agar kondisi barang tetap dalam keadaan baik atau siap dipakai dan
dapat bertahan lama, sehingga dapat menghemat pengeluaran aggaran
untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Menurut hukum
waktunya pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dapat
dibedakan dalam (Bowersox, 1989:158):
Pemeliharaan sehari-hari dilakukan oleh pegawai yang
menggunakan barang-barang tersebut dan bertanggung jawab atas
barang tersebut.
Dilakukan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 2 bulan sekali,
3 bulan sekali, dan sebagainya. Pelaksanaan pemeliharaan dapat
dilakukan sendiri dan dengan pihak kedua.
Adapun tujuan dan manfaat dari pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan adalah sebagai berikut:
Tujuan Pemeliharaan:
Untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Hal ini sangat penting
terutama jika dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli suatu
peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat
bagian dari peralatan tersebut.
Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung
kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk
menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui
pengecekan secara rutin dan teratur.
116
Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan
alat tersebut.
Manfaat pemeliharaan:
Jika peralatan terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti
tidak perlu mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat.
Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan
yang berarti biaya perbaikan dapat ditekan seminim mungkin.
Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih terkontrol
sehingga menghindar kehilangan.
Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan
dipandang.
Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.
Sarana dan prasarana merupakan penunjang untuk keaktifan
proses belajar mengajar. Barang-barang tersebut kondisinya tidak akan
tetap, tetapi lama kelamaan akan mengarah pada kerusakan, kehancuran
bahkan kepunahan. Namun agar saran dan prasarana tersebut tidak
cepat rusak atau hancur diperlukan usaha pemeliharaan yang baik dari
pihak pemakainya. Pemeliharaan atau maintenanace merupakan suatu
kegiatan yang kontinu untuk mengusahakan agar sarana dan prasarana
pendidikan yang ada tetap dalam keadaan baik dan siap untuk
dipergunakan.
Menurut J. Mamusung (1991:80), pemeliharaan adalah suatu
kegiatan dengan pengadaan biaya yang termasuk dalam keseluruhan
anggaran persekolahan dan diperuntukan bagi kelangsungan
“building”, “equipment”, serta “furniture”, termasuk penyediaan biaya
bagi kepentingan perbaikan dan pemugaran, serta penggantian.
Perlunya pemeliharaan yang baik terhadap bangunan, perabot dan
118
sekolah dikarenakan kerusakan sebenarnya telah dimulai semenjak hari
pertama gedung, perabot dan perlengkapan itu diterima dari pihak
pemborong, penjual atau pembeli sarana tersebut, kemudian disusul
oleh proses kepunahan, meskipun pemeliharaan yang baik telah
dilakukan terhadapa sarana tersebut selama dipergunakan.
J. Mamusung telah mengelompokan, ada 5 faktor yang
mengakibatkan kerusakan pada bangunan, perabot dan perlengkapan
sekolah, yaitu:
1. Kerusakan dikarenakan pemakaian dan pengrusakan, baik disengaja
maupun yang tidak oleh pemakai.
2. Kerusakan dikarenakan pengaruh udara, cuaca, musim, maupun
keadaan lingkungan.
3. Keusangan (out of date) disebabkan moderenisasi di bidang
pendidikan serta perkembangannya.
4. Kerusakan karena kecelakaan atau bencana disebabkan kecerobohan
dalam perencanaan, pemeliharaan, pelaksanaan, maupun
penggunaan yang salah.
5. Kerusakan karena timbulnya bencana alam seperti banjir gempa dan
lain-lain.
Menurut waktunya kegiatan pemeliharaan terhadap bangunan dan
perlengkapan serta perabot sekolah dapat dibedakan menjadi
pemeliharaan yang dilakukan setiap hari dan pemeliharaan yang
dilakukan secara berkala
6.4 Penghapusan Fasilitas Pendidikan
Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan
pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang
119
berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara lebih
operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan
yang bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan
prasarana dari daftar inventaris, kerena sarana dan prasarana tersebut
sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama
untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Penghapusan sebagai
salah satu fungsi manajemen sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan harus mempertimbangkan alasan-alasan normatif tertentu
dalam pelaksanaannya. Oleh karena muara berbagai pertimbangan
tersebut tidak lain adalah demi efektivitas dan efisiensi kegiatan
persekolahan.
Tujuan Penghapusan Sarana dan Prasarana
Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk:
Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi
kerugian/pemborosan biaya pemeliharaan sarana dan
prasarana yang kondisinya semakin buruk, berlebihan atau
rusak dan sudah tidak dapat digunakan lagi.
Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris.
Membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang
tidak dipergunakan lagi.
Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja.
120
Bila biaya rehabilitasi lebih besar sedang daya pakai terlalu
singkat, maka barang tersebut lebih baik dikeluarkan dari daftar
inventaris (dihapus) dan harus berdasarkan UU yang berlaku.
Proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghilangkan barang-barang milik negara dari daftar
inventaris negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku disebut penghapusan.
Penghapusan sebagai salah satu fungsi administrasi sarana
pendidikan mempunyai arti:
1) Mencegah kerugian atau pemborosan dari biaya perbaikan
2) Meringankan beban kerja dan tanggung jawab pelaksanaan
inventaris
3) Membebaskan satuan organisasi dalam pengurusan barang
yang tidak produktif lagi.
4) Membebaskan ruangan atau perkarangan kantor dari
penumpukan barang yang tidak di pergunakan.
Sedangkan jenis-jenis penghapusan yaitu:
1) Menghapus dengan menjual barang-barang melalui Kantor
Lelang Negara
2) Mengembalikan ke negara untuk digantikan yang lebih baru.
3) Pemusnahan
Pemusnahan berarti meniadakan barang-barang yang dianggap
sudah tidak layak untuk digunakan dengan cara misalnya.
6.5 Pelaporan dan Fasilitas Pendidikan
Salah satu aspek yang seharusnya mendapat perhatian utama oleh
setiap pengelola pendidikan adalah mengenai fasilitas pendidikan.
121
Sarana pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan,
seperti: Gedung, ruangan belajar/kelas, alat-alat atau media pendidikan,
meja, kursi, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan
fasilitas/prasarana adalah yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan, seperti; halaman, kebun/taman sekolah,
jalan menuju ke sekolah.
Fasilitas pendidikan pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam
empat kelompok yaitu tanah, bangunan, perlengkapan, dan perabot
sekolah (site, building, equipment, and furniture). Agar semua fasilitas
tersebut memberikan kontribusi yang berarti pada jalannya proses
pendidikan, hendaknya dikelola dengan baik. Manajemen yang
dimaksud meliputi:
1) Perencanaan
Perencanaan saran dan prasarana dapat diartikan sebagai
keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian,
pengadaan, rehabilitasi, distribusi sewa atau pembuatan peralatan
dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan.diperhatikan dalam
perencanaan fasilitas sekolah, antara lain: Fasilitas yang ada
disekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan anak yang beraneka
ragam sifat dan kebutuhannya, baik secara individual maupun
kelompok. Serta fasilitas yang ada harus disesuaikan dengan
kurikulum/program pendidikan yang akan dilaksanakan sekolah.
2) Pengadaan
Pengadaan adalah segala kegiatan untuk menyediakan semua
keperluan barang bagi keperluan pelaksanaan tugas untuk mencapai
tujuan pendidikan. Dalam pengadaan barang sebenarnya tidak
122
terlepas dari perencanaan pengadaan yang telah dibuat sebelumnya
baik mengenai jumlah maupun jenisnya.
3) Inventarisasi
Inventarisasi adalah kegiatan melaksanakan pengurusan
penyelenggaraan, pengaturan, dan pencatatan barang-barang,
menyusun daftar barang yang menjadi milik sekolah yang
bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang secara teratur
dan menurut ketentuan yang berlaku.
4) Penyimpanan
Penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan
menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat tulis kantor,
surat- surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru ataupun
sudah rusak yang dapat dilakukan oleh seorang beberapa orang yang
ditunjuk atau ditugaskan pada lembaga pendidikan. Aspek yang
perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah aspek fisik dan aspek
administratif.
5) Penataan
Penataan sarana dan prasarana pendidikan dapat dibagi menjadi:
a. Penataan barang bergerak
Yang dimaksud dengan barang bergerak adalah barang yang
dapat dipindahkan dari penempatan sebelumnya, misalnya kursi,
meja, dan lain-lain.
b. Penataan barang tidak bergerak
Barang tidak bergerak adalah barang yang tidak dapat
dipindahkan, seperti tanah, gedung, halaman, lapangan, dan lain-
lain. Dalam hal ini sebelum dibangun, terlebih dahulu dilakukan
123
perencanaan yang matang agar tidak terjadi perbaikan yang
menimbulkan pemborosan.
c. Penataan barang habis pakai
Barang habis pakai adalah barang yang tidak tahan lama, cepat
susut, dan habis setelah digunakan atau dipakai, contoh kertas,
karbon, kapur, spidol, dan lain-lain.
d. Penataan barang barang tidak habis pakai
Yaitu dengan cara mengatur barang yang ada dengan
memberikan nomor dan kode pada barang tersebut sesuai dengan
sandi yang berlaku. Hal ini dilakukan agar petugas dan pemakai
lebih mudah memakai dan mengawasi pemakaiannya
6) Penggunaan
Pengaturan bagi penggunaan sarana dan prasarana tersebut yaitu
dengan cara:
a. Alat pelajaran diangkut ke kelas yang membutuhkan dan saat
dikembalikan jumlah harus sama.
b. Alat pelajaran disimpan di suatu tempat, bila siswa ingin
menggunakan, siswa mengajak guru yang mengajar untuk
membawa barang tersebut.
Penggunaan atau pemakaian fasilitas pendidikan di sekolah
merupakan tanggung jawab kepala sekolah pada tiap jenjang
pendidikan. Untuk kelancaran kegiatan tersebut, bagi kepala sekolah
yang mempunyai wakil bidang sarana dan prasarana atau petugas yang
berhubungan dengan penanganan fasilitas sekolah diberi tanggun jawab
untuk menyusun jadwal tersebut. Dalam penggunaan fasilitas, semua
pengguna baik peserta didik, guru, dan komponen sekolah lainnya
harus dapat mempertanggungjawabkan penggunaan fasilitas yang telah
124
digunakan. Dalam artian bahwa dalam menggunakan fasilitas harus
dengan baik dan tidak merusak fasilitas yang telah ada.
Jadi, secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang
keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan
publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan
yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai
dengan rencana. Standar sarana dan prasarana pendidikan telah diatur
dalam PP No.32 tahun 2013 dikatakan Standar Sarana dan Prasarana
adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat
beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Aset pendidikan tersebut harus terdata dengan baik, agar semua
fasilitas yang ada terpelihara dan terawat dengan baik, dan terdata
dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu fasilitas tersebut harus
dilaporkan dengan dokumen yang lengkap
7) Pemeliharaan
Pemeliharaan berarti sarana dan prasarana yang digunakan harus
dipelihara agar tidak rusak.
8) Penghapusan
Penghapusan ialah kegiatan meniadakan barang-barang dari daftar
inventaris karena barang itu dianggap sudah tidak mempunyai nilai
guna atau sudah tidak berfungsi sebagaimanan yang diharapkan,
atau biaya pemeliharaannya sudah terlalu mahal.
125
BAB VII
MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
7.1 Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan
Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan
instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam setiap upaya
pencapaian tujuan pendidikan baik tujuan-tujuan yang bersifat
kuantitatif – biaya pendidikan memiliki peran yang sangat menentukan.
Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan
biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan
tidak akan berjalan. Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang
luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang
dan tenaga.
a. Konsep Biaya
Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan
tidak langsung (indirect cost), biaya langsung terdiri dari biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan
kegiatan- kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat
pembelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang
dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri.
Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang
(earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang
(opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan
satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran
pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran
127
pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai
sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar
pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk
kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen
yang jumlah dan proporsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dan
daerah yang lainnya. Serta dari waktu kewaktu. Berdasarkan
pendekatan unsur biaya pengeluaran sekolah dapat dikategorikan ke
dalam beberapa item pengeluaran, yaitu
1. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran
2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah
3. Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah
4. Kesejahteraan pegawai
5. Administrasi
6. Pembinaan teknis edukatif
7. Pendataan.
Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting
yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara
keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa (unit cost). Biaya
satuan ditingkat sekolah merupakan agregate biaya pendidikan tingkat
sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan
masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan dalam
satu tahun pelajaran. Biaya satuan permurid merupakan ukuran yang
menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-
sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh
pedidikan.
128
b. Komponen Biaya Pendidikan.
Konsep biaya pendidikan sifatnya lebih kompleks dari
keuntungan, karena komponen biaya terdiri dari lembaga jenis dan
sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang dan rupiah,
tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya
kesempatan ini sering disebut “Income Forgone” yaitu potensi
pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau
mengikuti study. Sebagai contoh, seorang lulusan SMP yang tidak
diterima untuk melanjutkan pendidikan SMU, jika ia bekerja tentu
memproleh penghasilan dan jika ia melanjutkan besarnya pendapatan
(upah,gaji) selama tiga tahun belajar di SMU harus diperhitungkan.
Oleh karena itu, biaya pendidikan akan terdiri dari biaya langsung dan
biaya tidak langsung atau biaya kesempatan.
Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan
gambaran karakteristik keuangan sekolah. Analisis efesiensi keuangan
sekolah dalam pemanfataan sumber-sumber keuangan sekolah dan hasil
(output) sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisa biaya satuan
(unit cost) per siswa. Biaya satuan persiswa adalah biaya rata-rata
persiswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh
siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Dengan
mengetahui besarnya biaya satuan persiswa menurut jenjang dan jenis
pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif kebijakan dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan.
Dalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu
pendekatan makro dan mikro. Pendekatan makro mendasarkan
perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan yang
diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah murid.
129
Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi
pengeluaran perkomponen pendidikan yang digunakan oleh murid.
7.2 Sumber-sumber Pembiayaan Pendidikan
1. Dana dari Pemerintah
Dana dari pemerintah disediakan melalui jalur Anggaran Rutin
dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) yang dialokasikan kepada semua
sekolah untuk setiap tahun ajaran. Dana ini lazim disebut dana rutin.
Besarnya dana yang dialokasikan di dalam DIK biasanya ditentukan
berdasarkan jumlah siswa kelas I, II dan III. Mata anggaran dan
besarnya dana untuk masing-masing jenis pengeluaran sudah
ditentukan Pemerintah di dalam DIK. Pengeluaran dan
pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana rutin (DIK) harus benar-
benar sesuai dengan mata anggara tersebut.
2. Dana dari Orang Tua Siswa
Dana ini disebut dana BP3 (Bantuan Penyelenggaraan dan
Pembinaan Pendidikan). Besarnya sumbangan dana BP3 yang harus
dibayar oleh orang tua siswa ditentukan oleh rapat BP3. Pada umumnya
dana BP3 terdiri atas:
a) Dana tetap bulan sebagai uang kontribusi yang harus dibayar
oleh orang tua setiap bulan selama anaknya menjadi siswa di
sekolah
b) Dana insidental yang dibebankan kepada siswa baru yang
biasanya hanya satu kali selama tiga tahun menjadi siswa
(pembayarannya dapat diangsur).
130
c) Dana sukarela yang biasanya ditawarkan kepada orang tua
siswa terterntu yang dermawan dan bersedia memberikan
sumbangannya secara sukarela tanpa suatu ikatan apapun.
3. Dana dari Masyarakat
Dana ini biasanya merupakan sumbangan sukarela yang tidak
mengikat dari anggota-anggota masyarakat sekolah yang
menaruh perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu sekolah.
Sumbangan sukarela yang diberikan tersebut merupakan wujud
dari kepeduliannya karena merasa terpanggil untuk turut
membantu kemajuan pendidikan. Dana ini ada yang diterima dari
perorangan, dari suatu organisasi, dari yayasan ataupun dari
badan usaha baik milik pemerintah maupun milik swasta.
4. Dana dari Alumni
Bantuan dari para Alumni untuk membantu peningkatan mutu
sekolah tidak selalu dalam bentuk uang (misalnya buku-buku, alat
dan perlengkapan belajar). Namun dana yang dihimpun oleh
sekolah dari para alumni merupakan sumbangan sukarela yang
tidak mengikat dari mereka yang merasa terpanggil untuk turut
mendukung kelancaran kegiatan-kegiatan demi kemajuan dan
pengembangan sekolah. Dana ini ada yang diterima langsung dari
alumni, tetapi ada juga yang dihimpun melalui acara reuni atau
lustrum sekolah.
5. Dana dari Peserta Kegiatan
Dana ini dipungut dari siswa sendiri atau anggota masyarakat
yang menikmati pelayanan kegiatan pendidikan tambahan atau
131
ekstrakurikuler, seperti pelatihan komputer, kursus bahasa Inggris
atau keterampilan lainnya.
6. Dana dari Kegiatan Wirausaha Sekolah
Ada beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan usaha untuk
mendapatkan dana. Dana ini merupakan kumpulan hasil berbagai
kegiatan wirausaha sekolah yang pengelolaannya dapat dilakukan
oleh staf sekolah atau para siswa misalnya koperasi, kantin
sekolah, bazaar tahunan, wartel, usaha fotokopi, dll.
7. Dana Subsidi
Dana yang diterima dari Subsidi Pemerintah di sekolah yang
disusun berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(APBS), dimana terdapat rencana pendapatan yang berupa:
a. Dana Rutin (DIK), yang di gunakan untuk:
1) Belanja Pegawai (Gaji Pokok)
2) Belanja Barang dan Jasa
3) Biaya Pemeliharaan Gedung & Mebelair
4) Uang Lembur Pegawai
5) Belanja Modal
Dari penggunaan dana rutin ini berjumlah pendapatan sekolah
b. Dana SUBSIDI, yang digunakan untuk:
1. Pengadaan bahan praktek
2. Pengadaan alat praktek
3. Pembangunan RKB dan Mebeler
4. Pelaksanaan PSB, MOS, dan TKJ
5. Pelaksanaa Ujian Nasional
6. Bantuan untuk siswa tidak mampu
132
c. Dana Sumbangan Orang Tua, yang digunakan untuk
1. Pengadaan, pemeliharaan, perawatan, rehabilitasi
sarana/prasarana pendidikan
2. Peningkatan KBM/PBM
3. Peningkatan kegiatan pembinaan kesiswaan
4. Dukungan biaya kegiatan peningkatan kualitas personal
5. Kegiatan rumah tangga sekolah dan komite
Oleh karena itu pendapatan dan penggunaan biaya yang
dikeluarkan oleh sekolah dari seluruh jumlah dana yang digunakan
secara keseluruhan. Lembaga pendidikan dalam melaksanakan
tugasnya menerima dana dari berbagai sumber. Penerimaan dari
berbagai sumber tersebut perlu dikelola dengan baik dan benar. Banyak
pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan
pendidikan, namun dalam pelaksanaannya pendekatan-pendekatan
tersebut memiliki berbagai persamaan.
Sumber-sumber dana pendidikan antara lain meliputi: anggaran
rutin (DIK); anggaran pembangunan (DIP); dana penunjang pendidikan
(DPP); Dana BP3; Donatur; dan lain-lain yang dianggap sah oleh
semua pihak yang terkait. Pendanaan pendidikan pada dasarnya
bersumber dari pemerintah, orang tua dan masyarakat (Pasal 33 No. 2
Tahun 1989).
Sejalan dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
sekolah dapat menggali dan mencari sumber-sumber dana dari pihak
masyarakat, baik secara perorangan maupun secara melembaga, baik di
dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan semangat globalisasi.
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber itu perlu digunakan
untuk kepentingan sekolah, khususnya kegiatan belajar mengajar secara
efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, setiap perolehan dana,
133
pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah
disesuaikan dengan rencana anggaran pembiayaan sekolah (RAPBS).
Sumber dana pendidikan adalah semua pihak-pihak yang
memberikan bantuan subsidi dan sumbangan yang diterima oleh
lembaga sekolah, baik dari lembaga sumber resmi ataupun dari
masyarakat sendiri secara teratur. Diperjelas dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78 pasal 1 menjelaskan
bahwa dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan
untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Sedangkan
pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang
diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
1. Sumber Pendanaan Pendidikan
Dana pendidikan diperoleh dari 3 sumber yakni dana yang
bersumber dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat.
Di perjelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78 pasal (2) ayat (1&2) yang berbunyi bahwa
Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
Pemerintah,pemerintah daerah, dan masyarakat
2. Sumber Dana dari Pemerintah Pusat
Berasal dari Aggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) baik
untuk membiayai kegiatan rutin yang tercantum dalam Daftar Isian
Kegiatan (DIK) maupun untuk membiayai kegiatan pembangunan yang
tercantum dalam Daftar Isian Proyek (DIP). Selain itu juga terdapat
bantuan dana dari pemerintah pusat berupa Bantuan Operasional
134
Sekolah (BOS) yang sudah ditentukan jumlahnya berdasar pada
kaarkteristik siswa dan jenjang pendidikanya.
3. Sumber Dana Pemerintah Pusat
Pemerintah juga memberikan bantuan dana pendidikan berupa
BOS (Biaya Operasional Sekolah). BOS adalah program pemerintah
untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan
pendiidkan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.
4. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa
baru Pembelian Buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi
di Perpustakaan Pembelian bahan-bahan habis pakai, misalnya kapur
tulis peralat. Pembiayaan kegiatan kesiswaan: program remedial,
program pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka,
palang merah remaja dan sejenisnya Pembiayaan ulangan harian,
ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa
5. Dana dari pemerintah daerah berasal dari APBD tingkat
kabuapaten /kota. Dana dari APBD digunakan untuk mendukung
kegiatan- kegiatan bidang pendidikan yang ada didaerah yang
bersangkutan baik untuk kegiatan rutin maupun untuk kegiatan
pembangunan.
6. Sumber Dana Pemerintah Daerah
Sumbangan biaya pendidikan dari masyarakat biasanya dalam
bentuk barang peralatan dan jasa yang sifatnya tidak mengikat.
Sumbangan ini sulit untuk di data, dan selalu kurang diperhitungkan
dalam perencanaan biaya pendidikan.
135
7. Sumber Dana dari Masyarakat
Salah satu bentuk sumbangan dari masyarakat seperti CSR,
hibah, wakaf, dan lain-lain. CSR (Corporate Social Reponsibility)
adalah bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan
sekitar, sederhananya bahwa setiap bentuk perusahaan mempunyai
tanggungjawab untuk mengembangkan lingkungan sekitarnya melalui
program-program social, yang ditekankan adalah program pendidikan
dan lingkungan.
8. Sumber dana dari orang tua siswa berasal dari SPP (Sumbangan
Pembinaan Pendidikan) yang selanjutnya menjadi dana pembinaan
pendidikan (DPP), dan dari sumbangan organisasi persatuan orang tua
murid dan guru (POMG)
9. Ada beberapa akses yang dapat ditempuh mengenai sumber dana
yang mungkin dapat diupayakan dalam lembaga pendidikan islam.
Menurut Mujamil sumber keuangan dan pembiayaan sekolah secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga sumber yaitu: Sumber
Penggalian Pendanaan Pendidikan Islam Pemerintah, baik pusat
maupun daerah Orang tua atau peserta didik. Masyarakat, baik
mengikat maupun tidak mengikat.
Beberapa hal di atas adalah upaya yang memungkinkan bagi
lembaga pendidikan islam dalam menggali dana yang berbasis pada
orang tua siswa dan masyarakat. hal tersebut lebih sering dilakukan
oleh lembaga islam yang kurang mendapatkan sokongan yang memadai
dari pemerintah, seperti TPQ, madrasah diniyah, dan pondok pesatren.
Beberapa upaya penggalian dana yang juga dapat dilakukan
menurut Mujamil adalah mengajukan proposal finansial kepada
136
pemerintah pusat maupun daerah. Mengedarkan surat permohonan
bantuan kepada orangtua siswa. Mengundang alumni yang sukses
untuk dimintai bantuan. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat
mendatangkan keuntungan finansial. Mengajukan proposal bantuan
finansial kepada kolega, dan donatur luar negeri. Memberdayakan
wakaf, hibah, infaq, jariyah, dan sebagainya. Memberdayakan
solidaritas anggota organisasi keagamaan yang menaungi lembaga
pendidikan islam untuk membantu mencarikan dana.
Lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya menerima
dana dari berbagai sumber. Penerimaan dari berbagai sumber tersebut
perlu dikelola dengan baik dan benar. Banyak pendekatan yang
digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan pendidikan,
namun dalam pelaksanaannya pendekatan-pendekatan tersebut
memiliki berbagai persamaan.
Sumber-sumber dana pendidikan antara lain meliputi: Anggaran
Rutin (DIK); Anggaran Pembangunan (DIP); Dana Penunjang
Pendidikan (DPP); Dana BP3; Donatur; dan lain-lain yang dianggap
sah oleh semua pihak yang terkait. Pendanaan pendidikan pada
dasarnya bersumber dari pemerintah, orang tua dan masyarakat (Pasal
33 No. 2 Tahun 1989).
Sejalan dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
sekolah dapat menggali dan mencari sumber-sumber dana dari pihak
masyarakat, baik secara perorangan maupun secara lembaga, baik di
dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan semangat globalisasi.
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber itu perlu digunakan
untuk kepentingan sekolah, khususnya kegiatan belajar mengajar secara
efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, setiap perolehan dana,
137
pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah
disesuaikan dengan rencana anggaran pembiayaan sekolah (RAPBS).
Sumber dana pendidikan adalah semua pihak-pihak yang
memberikan bantuan subsidi dan sumbangan yang diterima oleh
lembaga sekolah, baik dari lembaga sumber resmi ataupun dari
masyarakat sendiri secara teratur. Diperjelas dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78 Pasal 1 menjelaskan
bahwa dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan
untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Sedangkan
pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang
diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
Sumber Pendanaan Pendidikan
Dana pendidikan diperoleh dari 3 sumber yakni dana yang
bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat.
Diperjelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78 Pasal (2) Ayat (1 & 2) yang berbunyi bahwa
pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat
Sumber dana dari pemerintah pusat adalah berasal dari Aggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) baik untuk membiayai kegiatan
rutin yang tercantum dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) maupun untuk
membiayai kegiatan pembangunan yang tercantum dalam Daftar Isian
Proyek (DIP). Selain itu juga terdapat bantuan dana dari pemerintah
pusat berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang sudah
138
ditentukan jumlahnya berdasar pada kaarkteristik siswa dan jenjang
pendidikanya.
Sumber Dana Pemerintahan Pusat
Pemerintah juga memberikan bantuan dana pendidikan berupa
BOS (Biaya Operasional Sekolah). BOS adalah program pemerintah
untuk penyediaan pendanaan biaya non-personalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.
Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa
baru pembelian buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi
di perpustakaan, pembelian bahan-bahan habis pakai, misalnya kapur
tulis peralat. Pembiayaan kegiatan kesiswaan: program remedial,
program pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka,
palang merah remaja dan sejenisnya Pembiayaan ulangan harian,
ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa
Dana dari pemerintah daerah berasal dari APBD tingkat
kabuapaten/kota. Dana dari APBD digunakan untuk mendukung
kegiatan-kegiatan bidang pendidikan yang ada di daerah yang
bersangkutan baik untuk kegiatan rutin maupun untuk kegiatan
pembangunan.
Sumber Dana Pemerintahan Daerah
Sumbangan biaya pendidikan dari masyarakat biasanya dalam
bentuk barang peralatan dan jasa yang sifatnya tidak mengikat.
Sumbangan ini sulit untuk di data, dan selalu kurang diperhitungkan
dalam perencanaan biaya pendidikan.
139
Sumber Dana Atau Biaya Dari Masyarakat
Salah satu bentuk sumbangan dari masyarakat seperti; CSR,
hibah, dan wakaf. CSR (Corporate Social Reponsibility) adalah bentuk
pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan sekitar,
sederhananya bahwa setiap bentuk perusahaan mempunyai
tanggungjawab untuk mengembangkan lingkungan sekitarnya melalui
program-program sosial, yang ditekankan adalah program pendidikan
dan lingkungan.
Sumber dana dari orang tua siswa berasal dari SPP (Sumbangan
Pembinaan Pendidikan) yang selanjutnya menjadi dana pembinaan
pendidikan (DPP), dan dari sumbangan organisasi persatuan orang tua
murid dan guru (POMG)
Ada beberapa akses yang dapat ditempuh mengenai sumber dana
yang mungkin dapat diupayakan dalam lembaga pendidikan islam.
Menurut Mujamil sumber keuangan dan pembiayaan sekolah secara
garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga sumber yaitu: sumber
penggalian pendanaan pendidikan islam pemerintah, baik pusat maupun
daerah orang tua atau peserta didik. Masyarakat, baik mengikat maupun
tidak mengikat.
Dalam Upaya Penggalian Dana Biasanya Sekolah Islam
Mengembangkannya dalam Bentuk
Beberapa hal di atas adalah upaya yang memungkinkan bagi
lembaga pendidikan islam dalam menggali dana yang berbasis pada
orang tua siswa dan masyarakat. hal tersebut lebih sering dilakukan
oleh lembaga islam yang kurang mendapatkan sokongan yang memadai
dari pemerintah, seperti TPQ, madrasah diniyah, dan pondok pesatren.
140
Beberapa upaya penggalian dana yang juga dapat dilakukan
menurut Mujamil:
Mengajukan proposal finansial kepada pemerintah pusat maupun
daerah.
Mengedarkan surat permohonan bantuan kepada orangtua siswa.
Mengundang alumni yang sukses untuk dimintai bantuan.
Mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mendatangkan
keuntungan finansial.
Mengajukan proposal bantuan finansial kepada kolega, dan
donatur luar negeri.
Memberdayakan wakaf, hibah, infaq, jariyah, dan sebagainya.
Memberdayakan solidaritas anggota organisasi keagamaan yang
menaungi lembaga pendidikan islam untuk membantu
mencarikan dana.
7.3 Perencanaan Anggaran dan Belanja Lembaga Pendidikan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah & Madrasah
(RAPBS/RAPBM) adalah rencana biaya dan pendanaan rinci untuk
tahun pertama RPS & RPM. RAPBS & RAPBM merupakan dokumen
anggaran sekolah & madrasah resmi yang harus ditandatangani oleh
Komite Sekolah & Madrasah dan Kepala Sekolah & Madrasah serta
penanggungjawab perumusan RAPBS & RAPBM, untuk menjadi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah & madrasah (APBS &
APBM).
RAPBS & RAPBM dibuat hanya untuk satu tahun
anggaran/pelajaran mendatang, dan terdiri dari 2 (dua) bagian:
1) pendapatan; dan 2) pengeluaran. RAPBS & RAPBM mencakup
141
semua biaya dan pendapatan yang ada pada Rencana Anggaran
Pendapatan dan Biaya Tahunan, khususnya untuk tahun anggaran
mendatang. Pendapatan yang dicantumkan di RAPBS & RAPBM
hanya mencakup dana dalam bentuk uang, baik yang akan diterima dan
dikelola langsung oleh sekolah & madrasah.
APBS merupakan rumusan panduan bagi pelaksanaan kegiatan di
sekolah dalam satu tahun yang mengambarkan distribusi hak dan
kewajiban antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, sekaligus
menjadi perwujudan amanah orang tua siswa pada penyelenggara
sekolah untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Penting karenanya
dalam penyusunan maupun pelaksanaan APBS melibatkan berbagai
pihak dalam sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, komite sekolah,
maupun masyarakat.
Secara formal pemerintah memang mendorong keikutsertaan
masyarakat dalam penyusunan RAPBS menjadi APBS dan memantau
pelaksanaannya. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) No. 75 Tahun 2016 dengan jelas menyatakan salah
satu fungsi komite sekolah yang mewadahi aspirasi masyarakat
memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi dalam
penentuan RAPBS, termasuk melakukan evaluasi dan pelaksanaannya.
Selain itu, APBS merupakan cerminan kekuatan sekolah dalam
membiayai penyelenggaraan kegiatan pendidikannya sekaligus
menggambarkan status ekonomi keluarga siswa. APBS terdiri dari
rencana pendapatan dan rencana pengeluaran sekolah.
Dalam rencana pendapatan terdapat komponen sumber dana yang
berasal dari pemerintah, siswa, dan sumbangan masyarakat lainnya.
Sedangkan pengeluaran terdapat komponen gaji guru (pegawai) yang
142
paling dominan dan non-gaji (pemeliharaan, pengadaan sarana
penunjang seperti alat peraga, penyelenggaraan KBM, serta kegiatan
ekstrakurikuler). Komponen gaji di sekolah negeri yang bersumber dari
pemerintah bersifat tetap. Sekolah tidak dapat melakukan perubahan
kecuali menyalurkan kepada para guru. Karena komponen gaji sangat
dominan maka besar kecil APBS sangat bergantung pada jumlah guru.
Selain itu, APBS juga sangat bergantung pada jumlah siswa,
semakin banyak semakin besar dana APBS. Sedangkan komponen non-
gaji mencerminkan kekuatan sekolah dalam mendukung proses
pendidikan karena alokasinya langsung menunjang keperluan sekolah.
Oleh karena itu kekuatan APBS dalam mendukung penyelenggaraan
pendidikan bukan semata-mata bergantung pada jumlah totalnya,
malainkan berapa besar komponen non-gaji di dalamnya
7.4 Pelaksanaan Anggaran Pendidikan
Sebuah lembaga pendidikan yang sukses tidak lepas dari
sokongan biaya pendidikan yang tinggi pula, karena pada hakikatnya
mutu pendidikan akan berbanding lurus dengan biaya pendidikan yang
dikeluarkan, semakin tinggi dan mahal biaya pendidikan yang
digunakan dan dikeluarkan maka semakin baik pula layanan pendidikan
tersebut dan mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang bermutu
dengan hasil belajar yang tinggi. Sepertinya akan sulit merealisasikan
mutu pendidikan yang baik apabila tidak didukung oleh biaya
pendidikan yang tinggi pula.
Biaya pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam
sektor lembaga pendidikan seperti sekolah, baik sekolah yang dikelola
oleh pemerintah (sekolah negeri) dan juga sekolah yang dikelola oleh
143
masyarakat sendiri (sekolah swasta) yang dikelola oleh yayasan atau
badan penyelenggara pendidikan tertentu. Biaya-biaya pendidikan yang
berputar dan dipergunakan harus terkelola dan tercatat dengan baik
sehingga biaya pendidikan tersebut dapat mengefisienkan dan
mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah dan dan berbagai
program-program sekolah. Pembiayaan pendidikan yang terorganisir
dengan baik akan dapat mengoptimalisasikan layanan pendidikan
kepada para konsumennya baik konsumen internal seperti guru, siswa,
staf, dan para karyawan yang terlibat dan konsumen external seperti
masyarakat, orang tua, dan pemerintah. Namun hal sebaliknya apabila
pembiayaan pendidikan tidak terorganisir dengan baik maka segala
bentuk layanan pendidikan dan program-program pendidian di sekolah
tidak akan berjalan dengan baik dan tidak akan menghasilkan mutu
pendidikan yang ditergetkan.
Pengelolaan biaya pendidikan dilakukan sejak dari perencanaan
hingga pembuatan pertanggungjawaban oleh bendaharawan sekolah,
dalam konteks manajemen biaya pendidikan juga harus memiliki
pendekatan sistem yang dikenal dengan Planing Programing Budgeting
Systems (PPBS) pada awal tahun 1980-an yang selanjutnya dikenal
dengan istilah Sistem Penyusunan Program dan Anggaran (SIPPA).
Untuk melakukan pendekatan ini maka bendaharawan di bawah kepala
madrasah harus dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang
meliputi; perencanaa (planning), pelaksanaan (actuating),
penataausahaan (organizing), pengawasan (controlling),
pertanggungjawaban (reporting) apabila kesemua fungsi itu dapat
dijalani dengan baik dan sesuai dengan apa yang seharusnya maka
144
dipastikan biaya pendidikan yang didapat, digunakan, dan dikeluarkan
akan termanajemen dengan baik.
Dalam pembiayaan pendidikan ada semacam tarik ulur antara
peningkatan mutu dengan pemerataan pendidikan. Dalam hal ini
pemerintah akan sangat memerlukan pemikiran yang mendalam untuk
menemukan jalar keluar yang akan ditempuh sebagai wujud usaha
peningkatan mutu pendidikan melalui sokongan dana, karena
peningkatan mutu pendidikan harus melalui peningkatan proses
pembelajaran di dalam kelas, dan proses pembelajaran dikelas akan
bermutu jika ada pembiayan tinggi yang terorganisir. Perhitungan
alokasi biaya pendidikan (pembiayaan pendidikan) harus dilakukan
seakurat mungkin sesuai dengan komponen kegiatan pendidikan dan
biaya satuan, apabila sudah dilakukan maka menganalisis semua
penggunaan biaya pendidikan menjadi langkah yang tidak bisa
ditinggalkan.
Untuk lebih memahami bagaimana sebenarnya manajemen
pembiayan pendidikan dalam lembaga pendidian ditingkat
persekolahan maka dari tulisan ini mencoba menjelaskan secara singkat
segala hal yang berkaitan dengan manajemen pembiayaan pendidikan,
namun tidak menghilangkan substansinya. Dari hal yang akan
dijelaskan dalam tulisan kali ini adalah (1) perencanaan
anggaran pendidikan,
(2) pelaksanaan anggaran pendidikan, (3) penataausahaan keuangan
pendidikan, (4) pengawasan anggaran pendidikan, dan
(5) pertanggungjawaban keuangan pendidikan.
Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Bahkan warga negara
146
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial
berhak memperoleh pendidikan khusus. Demikian pula warga negara di
daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil
berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan
bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun.
Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi
mutu dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara
lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Dengan besarnya anggaran pendidikan yang berasal dari sumber
APBN yang mencapai 20% dari total pendapatan daerah, banyak
harapan masyarakat Indonesia khususnya para murid dan para orang
tua dengan besarnya anggaran pendidikan bisa meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi. Namun hal ini
berbanding terbalik dengan kenyataannya di lapangan, banyak sekolah-
sekolah yang berada di bawah pemerintah pusat (sekolah negeri)
terbengkalai tidak terurus, atap yang dan langit-langit yang jebol
termakan usia, tembok-tembok yang rapuh, dan bangunan yang kumuh,
ini sekedar potret yang sesuai
147
dengan fakta yang ada. Dengan melihat kemungkinan adanya
ketersediaan anggaran yang mungkin dapat diperoleh oleh sekolah
negeri dari pemerintah pusat dan sekolah swasta dari yayasan dan
penyelenggara pendidikan dari golongan masyarakat maka perlu
diadakan semacam perencanaan anggaran untuk menopang
keberlangsungan kegiatan dan program pendidikan di sekolah.
Perencanaan Anggaran Pendidikan
Dalam sebuah manajemen apapun selalu pelaksanaannya diawali
dengan perencanaan, pun begitu dengan bidang pendidikan yang
berkaitan dengan penganggaran. Untuk dapat menyusun anggaran
pendidikan yang tepat para administrator dan manajer pendidikan harus
mengerti dan memahami segala hal yang berkaitan dengan sistem
penganggaran yang berlaku di suatu Negara. Di antara sistem yang ada
adalah Line Item Budgeting (LIB), Capital Budgeting (CAB),
Performance Budgeting (PEB), dan Zero Based Budgeting (ZBB).
LIB adalah sistem penganggaran yang menitik beratkan pada
jenis barang yang diperlukan. Pengalokasian barangnya pun
disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pendidikan misalnya;
komputer, kursi-meja, 12 lusin ATK, 3 LCD proyektor, dan 6 lemari
guru dan lain- lainnya. Sedangan CAB adalah sistem penganggaran
yang menitik beratkan pada jangka waktu yang lama, dalam CAB ini
anggaran diperhitungkan untuk jumlah anggaran yang diperlukan untuk
perencanaan jangka panjang. Misalnya rencana jangka panjang adalah
membangun 15 lokal kelas, merehabilitasi gedung sekolah,
membangun 10 ruang laboratorium, dan membangun 25 gedung
perpustakaan. Dalam sistem CAB ini dipergunakan untuk hal-hal yang
mengandung nilai
148
investasi jangka panjang, jadi hal ini bisa dikatakan dengan sistem
pengalokasian anggaran untuk biaya modal atau biaya pembangunan.
PEB sendiri adalah sistem penganggaran pendidikan yang
menitik beratkan pada jenis barang yang diperlukan dalam jangka
waktu yang lebih lama lagi dan juga dikategorikan dengan keluaran.
Maka dari hal itu pengeluaran ini harus ditulis secara ketat yang
berkaitan dengan perumusan tujuan umum maupun tujuan khusus.
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem penganggaran pendidikan
yang berorientasi pada keterbatasan sumber dana. Karena dana terbatas
maka dalam melakukan pengalokasian anggaran harus ada penajaman
prioritas baik mengenai program, kegiatan, maupun sasaran yang ingin
dicapai.
Indonesia sendiri menggunakan sistem yang dikenal dengan
SIPPA yang merupakan kepanjangan dari Sistem Perencanaan,
Penyusunan Program dan Anggaran. Untuk dapat melakukan SIPPA ini
perlu diperhatikan langkah-langkah berikut ini:
1) Merumuskan kebijakan program berdasarkan pada rencana umum
yang ada.
2) Menyusun alternative tujuan-tujuan program yang dijabarkan dari
kebijakan program yang sudah dirumuskan.
3) Memilih program dengan mempertimbangkan tujuan program,
alternative-alternatif, dan cara pembiayaannya.
4) Program yang terpilih selanjutnya dirumuskan dengan mengacu
kepada alternative tujuan dan biaya yang dikaitkan dengan
dimensi waktu.
Dalam kaitannya dengan satuan pendidikan (sekolah), maka
perencanaan anggaran pendidikannya mengikuti alur berikut;
perencanaan tingkat sekolah, perencanaan tingkat kabupaten/kota, dan
149
perencanaan tingkat provinsi. Berbicara pada tatanan tingkat mikro
yaitu sekolah yang merupakan unit kerja yang bertugas mengelola
keuangan yang diperolehnya dari berbagai sumber serta memiliki
kewenangan dalam penggunaannya dalam untuk berbagai kebutuhan
seperti untuk membiayai proses belajar mengajar, melengkapi sarana
sekolah, meningkatkan kesejahteraan guru, dan pekerja sekolah, dan
lain-lain sebagainya, maka sekolah harus mempunyai Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Kemudian
RAPBS ini memuat jenis dan besarnya pendapatan serta jenis dan
besarnya pengeluaran sekolah. Besarnya pengeluaran sekolah harus
sesuai dengan besarnya pemasukan dan sumber daya sekolah yang
berasal dari pendapatan sekolah.
Sumber pendapatan dan penerimaan sekolah dapat berasal dari
pemerintah, masyarakat, organisasi dan perorangan. Anggaran yang
berasal dari pemerintah berbentuk dari kegiatan-kegiatan rutin (DIK)
dan proyek-proyek pembangunan (DIP). Sedangkan anggaran yang
datang dari masyarakat bisa berupa bentuk SPP/DPP dan sumbangan-
sumbangan sukarela. Walau banyak sumberdana yang datang namun
tetap yang masih manjadi andalan setiap sekolah adalah anggaran yang
datang dari pemerintah.
Dalam penyusunan RAPBS, semua aspek keuangan beserta
mekanisme penerimaan dan pengeluaran serta harga satuan setiap
komponen kegiatan harus diperhitungkan. Kepala sekolah harus
memasukkan anggaran yang diperoleh dari pemerintah dalam usulan
kebutuhannya di tahun yang akan datang. Sehingga kebutuhan besarnya
biaya yang dibutuhkan akan terpenuhi dan tidak mengalami
kekurangan.
150
Pelaksanaan Anggaran Pendidikan
Mekanisme pembiayaan pendidikan sekolah negeri di Indonesia
mengalami perubahan seiring dengan pelaksanaan kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah. Saat ini aliran dana dari pusat ke
daerah dilakukan melalui mekanisme dan perimbangan, khususnya
melalui Dana Alokasi Umum (DAU) yang bersifat block grant. Melalui
alokasi ini pemerintah daerah lebih memiliki kepastian tentang waktu
dan jumlah dana yang diterimanya. Dari sisi pembelanjaan, pemerintah
daerah juga mempunyai keleluasaan dalam merencanakan
anggarannya, sehingga dapat mengalokasikan anggaran sesuai prioritas
pembangunan di daerahnya. Menurut UU No. 25 Tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, selain
DAU, dana perimbangan yang diterima daerah adalah dana bagi hasil
dan dana alokasi khusus (DAK). Sumber penerimaan daerah lainnya
adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), pinjaman daerah dan lain-lain
penerimaan yang sah. Semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD.
Selain melalui mekanisme dana perimbangan, alokasi dana pusat
ke daerah juga dilakukan melalui mekanisme pelaksanaan
dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pemerintah provinsi selain
melaksanakan tugas desentralisasi, sekaligus juga melaksanakan tugas
dekonsentralisasi yang secara operasional dilakukan oleh dinas (teknis)
provinsi. Anggaran pelaksanaan dekonsentralisasi merupakan bagian
dari APBN yang disalurkan melalui gubernur oleh departemen/lembaga
pemerintah non- departemen terkait. Anggaran tugas pembantuan sama
dengan anggaran dekonsentralisasi, tetapi dapat disalurkan baik ke
provinsi maupun kabupaten/kota, bahkan langsung ke desa.
Pertanggung jawaban
151
penggunaan dana dekonsentralisasi dan tugas pembantuan langsung
kepada pemerintah pusat melalui departemen/lembaga pemerintah non-
departemen yang menugaskan. Administrasi penggunaan dana
dekonsentrasi dan tugas pembantuan dipisahkan dari administrasi
penggunaan dana desentralisasi.
Sektor pendidikan, pelimpahan kewenangan dan anggaran yang
terkait dengan dekonsentralisasi dilakukan oleh Depdiknas kepada
gubernur yang pelaksanaannya diserahkan oleh gubernur kepada dinas
pendidikan tingkat provinsi. Sementara itu pelimpahan kewenangan
dan anggaran tugas pembantuan dilakukan oleh Depsiknas ke dinas
pendidikan provinsi, atau dinas pendidikan kabupaten/kota atau
langsung ke tingkat desa. Mengingat sebagian besar kewenangan di
bidang pendidikan dasar dan menengah telah diserahkan ke daerah,
khususnya ke pemerintah kabupaten/kota, maka seharusnya
penanganan sebagian besar masalah pendidikan termasuk
pengalokasian dananya menjadi tanggungjawab Pemkab/Pemkot.
Dengan demikian, di masa depan kemajuan pendidikan nasional akan
sangat bergantung pada perhatian Pemkab/Pemkot pada sektor
pendidikan.
Saat ini peran pemerintah pusat dalam pendanaan pembangunan
secara umum masih besar, hal ini terlihat dari besarnya proporsi belanja
APBN yang menjadi tanggungjawab pemerintah pusat yang tercermin
dari besarnya belanja pemerintah pusat. Pemerintah pusat masih akan
tetap berperan dalam menentukan dan mewujudkan pembangunan pada
umumnya, termasuk pembangunan pendidikan yang merata dan
bermutu di Indonesia.
Dalam melaksanakan anggaran pendidikan harus sesuai dengan
sasaran yang tepat dan sesuai dengan sumber daya-sumbar daya yang
152
diperoleh. Biaya pendidikan yang didapat dari sumber-sumber dana
kemudian dipergunakan dan dialokasikan sesuai dengan kebutuhan dan
kegiatan sekolah. Dalam mengalokasikan dana pendidikan biasanya
memperhatikan komponen-komponen siswa, guru, dan ruang belajar.
Selain itu ada juga pengalokasian dana berdasarkan bobot-bobot tujuan
pendidikan, berdasarkan tingkat angka partisipasi siswa, dan
berdasarkan rumus-rumus alokasi keuangan.
Untuk mengalokasikan dana kepada siswa bisa digunakan cara
yang paling mudah yaitu berdasarkan perhitungan siswa dari awal
tahun, tengah tahun dan akhir tahun. Cara seperti ini sering digunakan
dalam pengalokasian dana karena dianggap paling mudah, karena
mudahnya sering menimbulkan ketidak akuratan data. Untuk menutupi
kekurangan itu cara yang digunakan adalah menghitung jumlah rata-
rata siswa setiap hari untuk mengetahui siswa yang putus sekolah dan
yang tidak masuk. Sehingga memudahkan dalam pentatausahaan dan
pelaporannya yang bisa dikerjakan secara tahunan, bulanan, dan
mingguan.
Sedangkan pengalokasian dana bagi para guru perlu
memperhatikan karakteristik dari tiap-tiap guru, karena guru yang ada
itu bermacam-macam berdasarkan latar belakang pendidikannya,
kehliannya baik guru kelas atau guru mata pelajaran, menurut tempat
tugs di kota atau di desa. Pengalokasian dana pendidikan untuk guru ini
memiliki dampak terhadap rasio siswa yang terkadang hasilnya negatif.
Oleh sebab itu hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik guru harus
dicermati dengan baik.
153
Penatausahaan Anggaran Pendidikan
Penatausahan keuangan pendidikan adalah kegiatan pencatatan
transaksi keluar masuknya uang yang digunakan untuk membiayai
program pendidikan dengan maksud agar diperoleh informasi tentang
pengelolaan anggaran pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Kegiatan ini perlu diperhatikan dengan baik, karena hal ini sangat
berguna dalam rangka pembuatan kebijakan dan pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan pengguna anggaran pendidikan.
Dalam hal penatausahaan anggaran pendidikan setidaknya ada
dua hal penting yang harus dilakukan yaitu pendataan dan pelaporan
keuangan pendidikan, dan pembukuan pelaksanaan anggaran
pendidikan. Dalam kegiatan pendataan ini meliputi identifikasi dan
pengukuran data keuangan, pencatatan dan pengklasifikasian data
keuangan, dan melakukan pelaporan keuangan kepada pihak pengguna.
Untuk mengidentifikasi data keuangan pendidikan dilakukan secara
mendetail dan ditulis secara kronologis dan sistematis selama satu
periode tertentu di dalam sebuah buku atau jurnal. Setiap pencatatan
harus didukung dengan sejumlah faktur, kwitansi, dan nota yang sesuai
dan telah disahkan oleh pihak yang berwenang mengeluarkan itu.
Dalam memproses data keuangan pendidikan hal yang perlu
dilakukan adalah pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran.
Pencatatan transaksi yang dimaksud adalah pengumpulan data secara
kronologis yang kemudian akan digolong-golongkan kedalam kategori
tertentu agar penyajian dapat diringkaskan. Misalnya upah guru dan
para staf digolongkan dalam sebuah rubrik khusus “gaji pegawai”.
Apabila telah digolongkan maka selanjutnya harus disajikan dalam
bentuk
154
laporan bertabel, diagram, dan pie agar orang lain dapat membaca
informasi yang disajikan.
Data keuangan pendidikan yang sudah dicatat, dikelompokkan,
dan diikhtisarkan harus dilaporkan kepada pihak-pihak yang terkait.
Pelaporan harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Bisanya agar laporan keuangan berguna dalam
proses pengambilan keputusan, maka laporan tersebut harus dianalisis
dan diinterpretasikan. Analisis laporan keuangan merupakan kegiatan
menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan
pada angka lain.
Kemudian hal kedua yang berkaitan dengan pembukuan
pelaksanaan pendidikan harus dijalani dengan baik setelah melakukan
pendataan dan pelaporan keuangan. Kegiatan pembukuan adalah
kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan teknis akuntansi yaitu
melakukan pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran berbagai
macam transaksi-transaksi keuangan yang beredar. Selain berhubungan
dengan pencatatan akuntansi juga bergelut dengan melakukan
pemeriksaan, penyusunan laporan, penafsiran laporan dan lain-lain.
Jadi bisa disimpulkan bahwa akuntansi merupakan kegiatan
penatausahaan keuangan suatu unit kerja.
Dari buku-buku yang dapat digunakan untuk mendukung
kegiatan akuntansi ini adalah; buka kas umum skontro dan buku kas
umum tabelaris. Semua jenis pembukuan yang digunakan dalam hal
akuntansi dimaksudkan untuk memiliki kemudahan membaca informasi
yang dihasilkan dari kegiatan pentatausahaan keuangan pendidikan.
Maka dari itu seharusnya pencatatan keuangan pendidik ini harus
dilakukan oleh seorang profesional yang memiliki keahlian dalam
akuntansi.
155
7.5 Pengawasan Pembiayaan Pendidikan
Dalam sebuah manajemen manapun tidak akan pernah lepas
dengan pengawasan atau yang kita kenal dengan controlling. Secara
istilah pengawasan ini bermakna suatu kegiatan melihat, memerhatikan,
memonitor, memeriksa, menilai, dan melaporkan pelaksaanan dari
sebuah program yang telah dicanangkan untuk melihat ketercapaian
tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam kaitannya dengan
pengawasan penggunaan dana pendidikan dapat diartikan dengan
memperhatikan, melihat, menilai, dan melaporkan penggunaan
anggaran pendidikan yang telah dialokasikan untuk membiayai
program-program pendidikan agar anggaran yang dialokasikan tersebut
digunakan sesuai dengan semestinya, dan program pendidikan dapat
berjalan secara baik, efesian, dan efektif.
Agar pengawasan keuangan pendidikan ini dapat hasil yang
diinginkan, maka pengawasan tersebut harus dijalani dengan baik
secara sistematik dan sistematis muali dari kegiatan memonitor,
memeriksa, menilai, dan melaporkan. Pengawasan dana pendidikan
tidak dapat dilakukan dengan setengah-setengah namun ia harus
dilakukan secara total. Pola pengawasan yang digunakan dalam
pengawasan keuangan pendidikan ditujukan pada kondisi riil dari
kinerja (input), informasi yang tepat untuk bahan pelaporan kepada
pihak yang berwenang melakukan pengambilan kebijaksanaan (output),
dan monitoring, evaluating, dan reporting menjadi fokus utama dalam
proses pengawasan.
Pengawasan penggunaan anggaran pendidikan merupakan
kegiatan untuk mengamankan rencana, program, dan keputusan-
keputusan yang telah dibuat dan sedang dilaksanakan di bidang
156
pendidikan. Oleh sebab itu pengawasan penggunaan anggaran
pendidikan juga dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk
menetapkan suatu pekerjaan yang sedang dan telah dikerjakaan,
menilainya, mengkoreksinya dengan maksud agar pelaksaanaan
pekerjaan sesuai dengan rencana awal.
Setidaknya ada empat perspektif pelaksanaan pengawasan biaya
pendidikan di antaranya adalah pengawasan melekat, pengawasan
fungsional, pengawasan legislatif, dan pengawasan masyarakat. Ini
merupakan bentuk optimalisasikan peran pengawasan keuangan
pendidikan.
Pertanggung Jawaban Keuangan Pendidikan
Dalam pengolahan keuangan pendidikan tidak akan terlepas dari
pembuatan pertanggung jawaban keuangan pendidikan, yang dimaksud
dengan pertanggung jawaban keuangan pendidikan adalah aktivitas
membuat laporan keuangan dari kegiatan pengelolaan keunangan
pendidikan yang disusun setelah semua bukti pengeluaran diuji
kebenarannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dan disajikan untuk atasan langsung bendaharawan atau
untuk instansi yang terkait.
Kegiatan pertanggung jawaban keuangan pendidikan dilakukan
dengan mengecek keabsahan bukti pengeluaran, keabsahan itu harus
memiliki komponen berikut; nama instansi, nama yang berhak
menerima pembayaran, uraian pembayaran, jumlah uang yang dibayar,
tahun anggaran dan mata anggaran, bea materai tempel. Sebenarnya
masih banyak sekali hal yang terkait dengan pertanggung jawaban
keuangan pendidikan, hal ini dianggap penting karena jika tidak ada
pelaporan
157
pertanggung jawaban maka bisa jadi akan terjadi penyimpangan-
penyimpangan penggunaan keuangan yang ada.
Kepala sekolah wajib menyampaikan laporan di bidang keuangan
terutama mengenai penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah.
Pengevaluasian dilakukan setiap triwulan atau per semester. Dana yang
digunakan akan dipertanggung jawabkan kepada sumber dana. Jika
dana tersebut diperoleh dari orang tua siswa, maka dana tersebut akan
dipertanggung jawabkan oleh kepala sekolah kepada orang tua siswa.
Begitu pula jika dana tersebut bersumber dari pemerintah maka akan
dipertanggung jawabkan kepada pemerintah.
Pengelola anggaran sekolah biasanya adalah kepala sekolah,
tetapi bisa juga guru berpengalaman (senior) atau anggota komite
sekolah. Di sekolah-sekolah yang lebih besar, mungkin ada pihak lain
yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sebagian anggaran. Secara
khusus, pengendalian anggaran terdiri dari serangkaian kegiatan
pemeriksaan dan persetujuan untuk memastikan bahwa:
1. Dana dibelanjakan sesuai rencana,
2. Ada kelonggaran dalam penganggaran untuk pembayaran pajak
3. Pembelanjaan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya
yang tersedia
4. Dana tidak dihabiskan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak
disetujui atau diberikan kepada pihak penerima tanpa
persetujuan.
Hasil analisis kebutuhan secara logis diklasifikasikan ke dalam
kelompok staf, materi kurikulum, barang, jasa, pemeliharaan bangunan,
dsb. Pengelola anggaran sekolah diharapkan membelanjakan uang
sesuai alokasi dana yang direncanakan. Setiap perubahan anggaran
harus
158
disetujui oleh komite sekolah bila memang harus ada perubahan dalam
tahun berjalan.
Penutup
Dari pembahasan singkat di atas bisa kita simpulkan bahwa
pembiayaan pendidikan sangat penting dan harus tertata dengan baik
sehingga dapat menghasilkan efektifitas dan efesiensi pendidikan.
Mustahil nampaknya pendidikan akan berjalan dengan baik jika
keuangan pendidikan tersebut tidak diolah dengan sabaik mungkin.
Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia berarti
sama juga dengan meningkatkan anggaran biaya pendidikan, karena
biaya pendidikan yang tinggi sejalan dengan mutu pendidikan yang
akan dihasikan, maka sebaliknya biaya pendidikan yang minim maka
bisa jadi mutu pendidikan akan sulit berkembang.
Sektor pendidikan, pelimpahan kewenangan dan anggaran yang
terkait dengan dekonsentralisasi dilakukan oleh Depdiknas kepada
Gubernur yang pelaksanaannya diserahkan oleh Gubernur kepada
Dinas Pendidikan Provinsi. Sementara itu pelimpahan kewenangan dan
anggaran tugas pembantuan dilakukan oleh Depsiknas ke Dinas
Pendidikan Provinsi, atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau
langsung ke tingkat desa. Mengingat sebagian besar kewenangan di
bidang pendidikan dasar dan menengah telah diserahkan ke daerah,
khususnya ke Pemerintah Kabupaten/Kota, maka seharusnya
penanganan sebagian besar masalah pendidikan termasuk
pengalokasian dananya menjadi tanggung jawab Pemkab/Pemkot.
Dengan demikian, di masa depan kemajuan pendidikan nasional akan
sangat bergantung pada perhatian Pemkab/Pemkot pada sektor
pendidikan.
159
Saat ini peran pemerintah pusat dalam pendanaan pembangunan
secara umum masih besar, hal ini terlihat dari besarnya proporsi belanja
APBN yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat yang tercermin
dari besarnya belanja pemerintah pusat. Pemerintah pusat masih akan
tetap berperan dalam menentukan dan mewujudkan pembangunan pada
umumnya, termasuk pembangunan pendidikan yang merata dan
bermutu di Indonesia.
160
BAB VIII
MANAJEMEN HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
DENGAN MASYARAKAT
8.1 Konsep Dasar Hubungan Lembaga Pendidikan dengan
Masyarakat
Hubungan antara sekolah dan masyarakat pada hakikatnya adalah
suatu sarana yang cukup mempunyai peranan yang menentukan dalam
rangka usaha mengadakan pembinaan pertumbuhan dan pengembangan
murid-murid di sekolah. Secara umum orang dapat mengatakan apabila
terjadi kontak, pertemuan dan lain-lain antara sekolah dengan orang di
luar sekolah, adalah kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Arthur B. Mochlan menyatakan school public relation adalah kegiatan
yang dilakukan sekolah atau sekolah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Ada suatu kebutuhan yang sama antara keduanya, baik dilihat
dari segi edukatif, maupun dilihat dari segi psikologi. Hubungan antar
sekolah dan masyarakat lebih dibutuhkan dan lebih terasa fungsinya,
karena adanya kecenderungan perubahan dalam pendidikan yang
menekankan perkembangan pribadi dan sosial anak melalui
pengalaman-pengalaman anak dibawah bimbingan guru, baik diluar
maupun di dalam sekolah.
Ada tiga faktor yang menyebabkan sekolah harus berhubungan
dengan masyarakat:
a. Faktor perubahan sifat, tujuan dan metode mengajar di sekolah.
161
b. Faktor masyarakat, yang menuntut adanya perubahan-perubahan
dalam pendidikan di sekolah dan perlunya bantuan masyarakat
terhadap sekolah.
c. Faktor perkembangan ide demokrasi bagi masyarakat terhadap
pendidikan.
Pengertian di atas memberikan isyarat kepada kita bahwa
hubungan sekolah dengan masyarakat lebih banyak menekankan pada
pemenuhan akan kebutuhan masyarakat yang terkait dengan sekolah.
Di sisi lain pengertian tersebut di atas menggambarkan bahwa
pelaksanaan hubungan masyarakat tidak menunggu adanya permintaan
masyarakat, tetapi sekolah berusaha secara aktif serta mengambil
inisiatif untuk melakukan berbagai aktivitas agar tercipta hubungan dan
kerjasama harmonis.
Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dan warga
masyarakat, bentuk hubungan ini bisa individual atau organisatoris.
Secara individual orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi
mengenai anaknya. Secara sukarela orang tua siswa datang ke sekolah
menyapaikan saran- saran bahkan sumbangan untuk sekolah. Secara
organisasi selain organisasi ini akan lebih efektif bila sekolah mampu
menggerakkan potensi yang ada di kalangan orang tua. Hubungan
sekolah dengan alumni sekolah memperoleh masukan tentang
kekurangan sekolah yang perlu dibenahi, juga melalui alumni dapat
dihimpun dana bagi peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan
maupun perbaikan pembangunan sekolah, mengundang para alumni
untuk menyampaikan pengalaman keberhasilannya untuk motivasi dan
tambahan wawasan bukan hanya untuk siswa tetapi juga untuk para
guru dan warga sekolah lainnya.
162
8.2 Jenis-jenis Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan dengan
Masyarakat
Jenis hubungan sekolah dan masyarakat itu dapat digolongkan
menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal
mendidik murid, antara guru di sekolah dan orang tua di dalam
keluarga. Adanya hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi
perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang dapat
mengakibatkan keragu-raguan pendirian dan sikap pada diri anak.
2. Hubungan kultural, yaitu usaha kerja sama antara sekolah dan
masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu
berada. Untuk itu diperlukan hubungan kerja sama antara
kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Kegiatan
kurikulum sekolah disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan
perkembangan masyarakat. Demikian pula tentang pemilihan
bahan pengajaran dan metode-metode pengajarannya.
3. Hubungan institusional, yaitu hubungan kerja sama antara
sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi resmi lain, baik
swasta maupun pemerintah, seperti hubungan kerja sama antara
sekolah satu dengan sekolah-sekolah lainnya, kepala pemerintah
setempat, ataupun perusahaan-perusahaan negara, yang berkaitan
dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya.
163
Faktor Pendukung Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bisa berjalan baik
apabila didukung oleh beberapa faktor yakni:
1. Adanya program dan perencanaan yang sistematis.
2. Tersedia basis dokumentasi yang lengkap.
3. Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang
memadai.
4. Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk
meningkatkan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat
8.3 Bentuk-Bentuk Kerjasama Lembaga Pendidikan dengan
Masyarakat
Secara sederhana hubungan atau communication dapat diartikan
sebagai process by wich a person transmits a massage to another
(proses penyampaian berita dari seorang kepada orang lain). Kerja
sama lembaga pendidikan dengan masyarakat di sini mengandung
beberapa pelibatan secara langsung yaitu:
1) Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan sesuatu kepada
orang lain (juga sebagai sumber berita)
2) Apa yang disampaikan (isi/informasi)
3) Alat medis yang digunakan (dapat berupa kata-kata bunyi,
laporan dan lain sebagainya)
4) Tujuan penyampaian (dapat perintah, pemberitahuan)
5) Orang yang menerima informasi (komunikasi/communicate)
6) Respon/jawaban yang diberikan oleh si penerima.
Pada bagian sebelumnya telah sedikit disinggung mengenai
bentuk kerjasama lembaga pendidikan dengan masyarakat. Berbagai
bentuk
164
humas dalam lingkup lembaga pendidikan dapat dikelompokkan lagi
menjadi bentuk langsung dan tidak langsung. Bentuk langsung anatara
lain pertemuan formal (rapat) antara guru, pertemuan dengan
orangtua/wali murid, pertemuan sekolah dengan masyarakat atau
instansi terkait lainnya.
Bentuk tidak langsung misalnya melalui media cetak (majalah
dinding, majalah pendidikan, pamflet), media elektronik (iklan pada
televisi dan radio), dan media pameran sekolah. Beberapa bentuk
kerjasama hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat
sebagaimana telah disebutkan di atas adalah majalah dinding dan media
pendidikan. Dalam membuat media publisitas tersebut, ada beberapa
asas publisitas yang seharusnya diperhatikan, yaitu:
Materi objektif dan resmi
Penyelenggara mading terorganisir
Mendorong partisipasi warga sekolah
Mempertahanka kontinyuitas
Memperhatikan respons/tanggapan
Hubungan antara sekolah dan masyarakat pada hakikatnya adalah
suatu sarana yang cukup mempunyai peranan yang menentukan dalam
rangka usaha mengadakan pembinaan pertumbuhan dan pengembangan
murid-murid di sekolah. Secara umum orang dapat mengatakan apabila
terjadi kontak, pertemuan dan lain-lain antara sekolah dengan orang di
luar sekolah, adalah kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Ada suatu kebutuhan yang sama antara keduanya, baik dilihat
dari segi edukatif, maupun dilihat dari segi psikologi. Hubungan antar
sekolah dan masyarakat lebih dibutuhkan dan lebih terasa fungsinya,
165
karena adanya kecenderungan perubahan dalam pendidikan yang
menekankan perkembangan pribadi dan sosial anak melalui
pengalaman-pengalaman anak dibawah bimbingan guru, baik diluar
maupun di dalam sekolah.
Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Adapun tujuan tentang hubungan antara sekolah dan masyarakat
adalah sebagai berikut:
a. Untuk memajukan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.
b. Untuk memperkokoh tujuan dan memajukan kualitas
penghidupan masyarakat.
c. Untuk mendorong masyarakat dalam membantu program
bantuan sekolah dan masyarakat di sekolah.
Dalam masyarakat ada sumber daya manusia dan sumber daya
non manusia. Dari kedua sumber daya itu, sekolah dapat memilih dan
memanfaatkan untuk program pendidikan sekolah. Jika sekolah itu
berhasil memanfaatkan secara maksimal, maka hasil belajar anak akan
lebih baik. Dengan demikian potensi anak akan bertumbuh dan
berkembang secara maksimal. Pengaruh yang lebih jauh dari
perkembangan anak tersebut adalah tujuan pendidikan sekolah akan
tercapai dengan meyakinkan. Hal ini berarti bahwa tamatan (output)
sekolah secara langsung akan ikut serta dalam memajukan penghidupan
dan kehidupan masyarakat. Karena itu hubungan timbal balik antara
sekolah dengan masyarakat perlu dipelihara dan dikembangkan secara
terus menerus.
166
Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Hubungan Sekolah dengan
Masyarakat
Apabila kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat ingin
berhasil mencapai sasaran, baik dalam arti sasaran masyarakat atau
orang tua yang dapat diajak kerjasama maupun sasaran hasil yang
diinginkan, maka beberapa prinsip-prinsip pelaksanaan di bawah ini
harus menjadi pertimbangan dan perhatian. Beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan hubungan
sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut:
a) Integrity
Prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan hubungan
sekolah dengan masyarakat harus terpadu, dalam arti apa yang
dijelaskan, disampaikan dan disuguhkan kepada masyarakat harus
informasi yang terpadu antara informasi kegiatan akademik maupun
informasi kegiatan yang bersifat non akademik.
Biasanya sering terjadi sekolah tidak menginformasikan atau
menutupi sesuatu yang sebenarnya menjadi masalah sekolah dan perlu
bantuan atau dukungan orang tua murid. Oleh sebab itu sekolah harus
sedini mungkin mengantisipasi kemungkinan adanya salah persepsi,
salah interpretasi tentang informasi yang disajikan dengan melengkapi
informasi yang akurat dan data yang lengkap, sehingga dapat diterima
secara rasional oleh masyarakat. Hal ini sangat penting untuk
meningkatkan penilaian dan kepercayaan masyarakat atau orang tua
murid terhadap sekolah, atau dengan kata lain transparansi sekolah
sangat diperlukan, lebih-lebih dalam era reformasi dan abad informasi
ini, masyarakat akan semakin kritis dan berani memberikan penilaian
secara langsung tentang sekolah.
167
b) Continuity
Prinsip ini berarti bahwa pelaksanaan hubungan sekolah dengan
masyarakat, harus dilakukan secara terus menerus. Jadi pelaksanaan
hubungan sekolah dengan masyarakat tidak hanya dilakukan secara
insidental atau sewaktu-waktu, misalnya satu kali dalam satu tahun atau
sekali dalam satu semester, hanya dilakukan oleh sekolah pada saat
akan meminta bantuan keuangan kepada orang tua atau masyarakat.
Hal inilah yang menyebabkan masyarakat selalu beranggapan apabila
ada panggilan sekolah untuk datang ke sekolah selalu dikaitkan dengan
uang. Akibatnya mereka cenderung untuk tidak menghadiri atau
sekedar mewakilkan kepada orang lain untuk menghadiri undangan
sekolah. Apabila ini terkondisi, maka sekolah akan sulit mendapat
dukungan yang kuat dari semua orang tua murid dan masyarakat.
Perkembangan informasi, perkembangan kemajuan sekolah,
permasalahan-permasalahan sekolah bahkan permasalahan belajar
siswa selalu muncul dan berkembang setiap saat, karena itu maka
diperlukan penjelasan informasi yang terus menerus dari sekolah untuk
masyarakat atau orang tua murid, sehingga mereka sadar akan
pentingnya keikutsertaan mereka dalam meningkatkan mutu pendidikan
putra- putrinya.
c) Simplicity
Prinsip ini menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah
dengan masyarakat yang dilakukan baik komunikasi personal maupun
komunikasi kelompok pihak pemberi informasi (sekolah) dapat
menyederhanakan berbagai informasi yang disajikan kepada
masyarakat. Informasi yang disajikan kepada masyarakat melalui
168
pertemuan langsung maupun melalui media hendaknya disajikan dalam
bentuk sederhana sesuai dengan kondisi dan karakteristik pendengar
(masyarakat setempat).
Prinsip kesederhanaan ini juga mengandung makna bahwa:
informasi yang disajikan dinyatakan dengan kata-kata yang penuh
persahabatan dan mudah dimengerti. Banyak masyarakat yang tidak
memahami istilah-istilah yang sangat ilmiah, oleh sebab itu
penggunaan istilah sedapat mungkin disesuaikan dengan tingkat
pemahaman masyarakat.
d) Coverage
Kegiatan pemberian informasi hendaknya menyeluruh dan
mencakup semua aspek, faktor atau substansi yang perlu disampaikan
dan diketahui oleh masyarakat, misalnya program ekstrakurikuler,
kegiatan kurikuler, remedial teaching dan lain-lain kegiatan. Prinsip ini
juga mengandung makna bahwa segala informasi hendaknya:
a. Lengkap, artinya tidak satu informasi pun yang harus ditutupi
atau disimpan, padahal masyarakat atau orang tua murid
mempunyai hak untuk mengetahui keberadaan dan kemajuan
sekolah di mana anaknya belajar. Oleh sebab itu informasi
kemajuan sekolah, masalah yang dihadapi sekolah serta prestasi
yang dapat dicapai sekolah harus diinformasikan kepada
masyarakat.
b. Akurat, artinya informasi yang diberikan memang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dalam kaitannya ini juga
berarti bahwa informasi yang diberikan jangan dibuat-buat atau
informasi yang objektif.
169
c. Up to date, berarti informasi yang diberikan adalah informasi
perkembangan, kemajuan, masalah dan prestasi sekolah terakhir.
Dengan demikian masyarakat dapat memberikan penilaian sejauh
mana sekolah dapat mencapai misi dan visi yang disusunnya.
e) Constructiveness
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya
konstruktif dalam arti sekolah memberikan informasi yang konstruktif
kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan memberikan
respon hal-hal positif tentang sekolah serta mengerti dan memahami
secara detail berbagai masalah yang dihadapi sekolah. Apabila hal
tersebut dapat mereka mengerti, akan merupakan salah satu faktor yang
dapat mendorong mereka untuk memberikan bantuan kepada sekolah
sesuai dengan permasalahan sekolah yang perlu mendapat perhatian
dan pemecahan bersama. Hal ini menuntut sekolah untuk membuat
daftar masalah yang perlu dikomunikasikan secara terus menerus
kepada sasaran masyarakat tertentu.
Prinsip ini juga berarti dalam penyajian informasi hendaknya
objektif tanpa emosi dan rekayasa tertentu, termasuk dalam hal ini
memberitahukan kelemahan-kelemahan sekolah dalam memacu
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Penjelasan yang konstruktif akan menarik bagi masyarakat dan
akan diterima oleh masyarakat tanpa prasangka tertentu, hal ini akan
mengarahkan mereka untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan
sekolah. Untuk itu informasi yang ramah, objektif berdasarkan data-
data yang ada pada sekolah.
170
f) Adaptability
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya
disesuaikan dengan keadaan di dalam lingkungan masyarakat tersebut.
Penyesuaian dalam hal ini termasuk penyesuaian terhadap aktivitas,
kebiasaan, budaya (culture) dan bahan informasi yang ada dan berlaku
di dalam kehidupan masyarakat. Bahkan pelaksanaan kegiatan
hubungan dengan masyarakat pun harus disesuaikan dengan kondisi
masyarakat. Misalnya saja masyarakat daerah pertanian yang setiap
pagi bekerja di sawah, tidak mungkin sekolah mengadakan kunjungan
(home visit) pada pagi hari.
Pengertian-pengertian yang benar dan valid tentang opini serta
faktor-faktor yang mendukung akan dapat menumbuhkan kemauan
bagi masyarakat untuk berpartisipasi ke dalam pemecahan persoalan-
persoalan yang dihadapi sekolah.
Peranan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah sebagai partner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi
pendidikan. Dalam konteks ini, berarti keduanya, yaitu sekolah dan
masyarakat dilihat sebagai pusat-pusat pendidikan yang potensial
dan mempunyai hubungan yang fungsional.
Sekolah sebagai prosedur yang melayani kesan pesan pendidikan
dari masyarakat lingkungannya. Berdasarkan hal ini, berarti antara
masyarakat dengan sekolah memiliki ikatan hubungan rasional
berdasarkan kepentingan di kedua belah pihak.
Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai
sekolah.
171
Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah
tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan
masyarakat.
Masyarakat yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti
gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung
kesenian, dan sebagainya.
Masyarakat yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah.
Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat
belajar seperti aspek alami, industri, perumahan, transportasi,
perkebunan, pertambangan dan sebagainya.
Tugas Pokok Hubungan Sekolah dan Masyarakat dalam
Pendidikan
Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada
masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya.
Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat
langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-
pihak yang memerlukannya.
Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang
permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang
menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu.
Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam
masyarakat tentang masalah pendidikan.
Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh
bantuan dan kerja sama.
Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan untuk
kemajuan pelaksanaan pendidikan.
172
Faktor Pendukung Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bisa berjalan baik
apabila didukung oleh beberapa faktor yakni:
1. Adanya program dan perencanaan yang sistematis.
2. Tersedia basis dokumentasi yang lengkap.
3. Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang
memadai.
4. Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk
meningkatkan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.
Teknik-teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (Orang Tua
Murid)
Kenyataan membuktikan, hubungan sekolah dengan masyarakat
tidak selalu berjalan baik. Berbagai kendala yang sering ditemukan
antara lain; komunikasi yang terhambat dan tidak professional, tindak
lanjut program yang tidak lancar dan pengawasan yang tidak
terstruktur. Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut beberapa hal
bisa menjadi alternatif, adanya laporan berkala mengenai berbagai
kegiatan sekolah serta keuangannya, diadakannya berbagai kegiatan
yang mengakrabkan seperti open house kunjungan timbal balik dan
program kegiatan bersama seperti pentas seni, perpisahan, dan
sebagainya.
Ada sejumlah teknik yang kiranya dapat diterapkan lembaga
pendidikan, teknik-teknik tersebut dapat dikelompokkan menjadi
empat, yaitu teknik tertulis, teknik lisan, dan teknik peragaan, teknik
elektronik.
8.4 Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah ikut serta
174
Yulianto, 2010) adalah eksistensi yang hidup, dinamis, dan selalu
berkembang. Menurut pendapat Mubyarto (dalam Amransyah, 2012)
bahwa mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu
keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang
tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Menurut Canter (dalam Amransyah, 2012) mendefinisikan
partisipasi sebagai feed-forward information and feedback information.
Dengan definisi ini, partisipasi masyarakat sebagai proses komunikasi
dua arah yang terus menerus dapat diartikan bahwa partisipasi
masyarakat merupakan komunikasi antara pihak pemerintah sebagai
pemegang kebijakan dan masyarakat di pihak lain sebagai pihak yang
merasakan langsung dampak dari kebijakan tersebut. Dari pendapat
Canter juga tersirat bahwa masyarakat dapat memberikan respon positif
dalam artian mendukung atau memberikan masukan terhadap program
atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah, namun dapat juga
menolak kebijakan.
Kebijakan pendidikan dibuat dan diimplementasikan untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh rakyat. Oleh karena
masalah-masalah rakyat yang bermaksud dipecahkan, maka dalam
pelaksanaannya memerlukan dukungan dan partisipasi rakyat.
Peran serta masyarakat/partisipasi masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi
profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Selain
itu masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan
pengguna hasil.
175
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan
paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya
memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah secara optimal.
Hal ini penting, karena sekolah memerlukan masukan dari masyarakat
dalam menyusun program yang relevan, sekaligus memerlukan
dukungan masyarakat dalam melaksanakan program tersebut. Sisi lain
masyarakat juga memerlukan jasa sekolah untuk mendapatkan
program-program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Jalinan
semacam itu dapat terjadi, jika kepala sekolah aktif dan dapat
membangun hubungan yang saling menguntungkan (mutualisme).
Sebenarrnya di sekolah sudah ada petugas khusus untuk membina
hubungan dengan masyarakat, yaitu wakil kepala sekolah urusan
humas. Dengan demikian, yang penting adalah bagaimana
mengoptimalkan peran dan fungsi petugas tersebut.
Sutisna (1987:145) mengemukakan maksud hubungan sekolah
dengan masyarakat, yaitu:
1) Untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan
saran-saran dari sekolah.
2) Untuk menilai program sekolah
3) Untuk mempersatukan orang tua murid dan guru dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik.
4) Untuk mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan
sekolah dalam era pembangunan.
5) Untuk membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat
terhadap sekolah.
6) Untuk memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah.
7) Untuk mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan
dan peningkatan program sekolah. Hubungan
177
masyarakat sangat besar manfaat dan artinya bagi kepentingan
pembinaan dukungan moral, material, dan pemanfaatan
masyarakat sebagai sumber belajar.
Selanjutnya bagi masyarakat dapat mengetahui berbagai hal
mengenai sekolah dan inovasi-inovasi yang dihasilkan, menyalurkan
kebutuhan berpartisipasi dalam pendidikan, melakukan tekanan, dan
tuntutan terhadap sekolah. Berbagai teknik dan media dapat dilakukan
dalam konteks ini, seperti mengadakan rapat atau pertemuan, surat
menyurat, buku penghubung, buletin sekolah, dan kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler yang bermanfaat bagi peserta didik maupun orang tua.
Model manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat
merupakan seluruh proses kegiatan sekolah yang direncanakan dan
diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, serta pembinaan
secara berkelanjutan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada
umumnya, khususnya masyarakat yang berkepentingan langsung
dengan sekolah. Dengan demikian, kegiatan operasional pendidikan,
kinerja, dan produktivitas sekolah diharapkan semakin efektif, dan
efisien.
Pada hakikatnya, sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari masyarakat, seperti para orang tua yang tergabung dalam Badan
Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) dan atasan langsung.
Demikian pula hasil pendidikan yang berupa lulusan, akan menjadi
harapan dan dambaan masyarakat. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh
menjadi menara gading bagi masyarakat.
Keterbatasan pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana,
serta pembiayaan pendidikan, menyebabkan dukungan serta partisipasi
masyarakat menjadi semakin penting, terutama masyarakat yang terkait
langsung dengan sekolah yang bersangkutan. Pendidikan sebagai
178
lembaga sosial akan semakin lancar dan berhasil dalam melaksanakan
tugasnya, serta memperoleh simpati dari masyarakat, jika dapat
menjalin hubungan yang akrab dan serasi dengan segenap masyarakat
dan lingkungan, melalui manajemen pengembangan hubungan sekolah
dengan masyarakat.
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya
merupakan sarana yang sangat berperan dalam membina dan
mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam
hal ini, sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari
sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan
masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai
tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.
Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau
pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan.
Oleh karena itu, sekolah berkewajiban memberi penerangan tentang
tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan masyarakat.
Sebaliknya, sekolah juga harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan,
harapan, dan tuntutan masyarakat, terutama terhadap sekolah. Dengan
perkataan lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina dan
dikembangkan suatu hubungan yang harmonis.
Memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar ini semakin
dirasakan pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan
memahami pentingnya pendidikan. Namun tidak berarti pada
masyarakat yang masih kurang menyadari pentingnya pendidikan,
hubungan kerja sama ini tidak perlu dibina dan dikembangkan. Pada
masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan,
sekolah dituntut lebih aktif dan kreatif untuk mengembangkan
hubungan
179
kerja sama ini tidak perlu dibina dan dikembangkan. Pada masyarakat
yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan, sekolah dituntut
lebih aktif dan kreatif untuk mengembangkan hubungan kerja sama
yang harmonis.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik,
rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan
sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan dan kerja
sama yang baik antara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu
mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang
bersangkutan. Gambaran dan kondisi sekolah ini dapat diinformasikan
kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid, buletin
bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house,
kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan oleh
tenaga kependidikan sekolah, radio dan televisi, serta laporan tahunan.
Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar
sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan kunci keberhasilan, yang
harus menaruh perhatian terhadap apa yang terjadi pada peserta didik di
sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang
sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina
dan mengembangkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah
dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien.
Hubungan yang harmonis ini akan membentuk:
1) Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan
lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia
kerja.
180
2) Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena
mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-
masing.
3) Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak
yang ada di masyarakat dan mereka merasa bangga dan ikut
bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.
Dengan memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar
sekolah diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan
masyarakat, yaitu meningkatnya kinerja sekolah dan terlaksananya
proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien
sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan berkualitas. Lulusan
yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap
berbagai kompetensi dasar yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja di
dunia usaha, melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, hidup di masyarakat secara layak, dan belajar untuk terns
meningkatkan diri sesuai dengan asas belajar sepanjang hayat (life long
learning).
Menggalang partisipasi orang tua merupakan keterlibatan tua
secara nyata dalam suatu kegiatan. Partisipasi itu bisa berupa gagasan,
kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam
konteks MBS dan KBK, partisipasi orang tua, sangat diperlukan,
karena sekolah merupakan partner orang tua dalam mengantarkan cita-
cita dan membentuk pribadi peserta didik. Karakteristik orang tua,
misalnya pengusaha, petani, nelayan, pedagang, pegawai, kaya, miskin
akan mewarnai kondisi dan kualitas sekolah. Perbedaan karakteristik
orang tua tersebut membuat harapannya terhadap sekolah terutama,
lulusannya
181
berbeda pula. Oleh karena itu sekolah harus menjalin hubungan,
kerjasama dengan orangtua peserta didik.
Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan
dan kemajuan sekolah, oleh karena itu penting mengkaji dan
memahami cara-cara yang dapat ditempuh untuk menggalang
partisipasi orang tua terhadap kegiatan pendidikan di sekolah. Dari
berbagai sumber dapat dikemukakan bahwa peran paling penting dan
efektif dari orang tua adalah menyediakan lingkungan belajar yang
kondusif, sehingga peserta didik dapat belajar dengan tenang dan
menyenangkan. Beberapa hal yang dapat disarankan kepala sekolah
terhadap orang tua untuk membentuk lingkungan belajar yang kondusif
di rumah, antara lain:
1. Menciptakan budaya belajar di rumah. Pada jam-jam belajar,
orang tua juga sebaiknya ikut belajar, misalnya membaca tafsir
atau ayat- ayat Al Qur'an membaca majalah, menulis puisi, dan
menulis program kerja, sehingga tercipta budaya belajar.
2. Memprioritaskan tugas yang terkait secara langsung dengan
pembelajaran di sekolah. Jika banyak kegiatan yang harus
dilakukan anak, maka utamakan yang terkait dengan tugas
pembelajaran.
3. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan
organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun
ekstrakurikuler.
4. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan
belajar.
5. Menciptakan situasi yang demokratis di rumah, agar terjadi tukar
pendapat dan pikiran sebagai sarana belajar dan membelajarkan.
182
6. Memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh
sekolah, dalam mengembangkan potensi anaknya.
7. Menyediakan sarana belajar yang memadai, sesuai dengan
kemampuan orang tua dan kebutuhan sekolah.
183
BAB IX
KETATALAKSANAAN LEMBAGA PENDIDIKAN
9.1 Manajemen Ketalaksanaan Pendidikan
9.1.1 Pengertian Ketalaksanaan Pendidikan
Tatalaksana pendidikan yaitu segenap proses kegiatan dalam
menghimpun (menerima), mencatat, mengolah, menggandakan,
mengirim dan menyimpan semua bahan atau keterangan yang
diperlukan oleh organisasi, dalam pengertian ini tata usaha bukan
hanya meliputi surat-surat saja tetapi mencakup pengelolaan semua
bahan keterangan atau informasi yang berujud warkat. Dalam
membahas pengelolaan warkat, tidak lepas dari pengelolaan arsip atau
disebut dengan kearsipan.
Kearsipan diartikan sebagai suatu proses pengelolaan warkat
mulai dari penciptaan, penerimaan, pengumpulan, pengaturan,
pengendalian, pemeliharaan dan perawatan serta penyimpanan warkat
menurut sistem tertentu, sehingga pada saat dibutuhkan dapat dengan
cepat dan tepat ditemukan, serta bila arsip-arsip tersebut sudah
kedaluarsa atau tidak digunakan lagi, maka harus dimusnahkan.
Kearsipan memiliki peranan penting bagi jalannya suatu organisasi,
yaitu sebagai sumber informasi dan sebagai pusat ingatan bagi
organisasi, pekerjaan kantor atau ketatalaksanan ini pekerjaannya
menyangkut segala usaha perbuatan menyangkut warkat, pemakaian
warkat-warkat dan pemeliharaannya guna dipakai untuk mencari
keterangan dikemudian hari.
Keunggulan dan fungsi sistem penanganan kearsipan yang tertata
dalam setiap organisasi, yaitu sebagai berikut:
a. Aktivitas kantor/organisasi akan berjalan dengan lancar.
185
c. Dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi secara tertulis.
d. Dapat dijadikan bahan komunikasi.
e. Dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya.
f. Sebagai alat pengingat.
g. Sebagai alat penyimpan warkat.
h. Sebagai alat bantu perpustakaan di organisasi apabila memiliki
perpustakaan.
i. Merupakan bantuan yang berguna bagi pimpinan dalam
menentukan kebijaksanaan organisasi.
j. Kearispan berarti penyimpanan secara tetap dan teratur
warkat- warkat penting mengenai kemajuan organisasi.
Sistem kearsipan yang sering dan masih berlaku di instansi-
instansi diantaranya sebagai berikut:
a. Sistem sentralisasi merupakan kearsipan dimana semua surat
penting disimpan dalam satu ruangan bukan dalam kantor
terpisah.
b. Sistem desentralisasi adalah sistem kearsipan yang dalam
pelaksanaannya tidak dipusatkan pada satu unit kerja, karena
masing-masing unit pengolah menyimpan arsipnya.
Kegiatan inti dari kearsipan adalah: filling yaitu penyimpanan
secara tetap dan teratur warkat-warkat penting mengenai kemajuan
sistem organisasi. Filling diartikan suatu proses penciptaan,
pengumpulan, pemeliharaan, pengaturan, pengawasan, penyusunan,
dan penyimpanan warkat dengan cara atau metode yang sistematis
sehingga warkat tersebut dengan mudah cepat dan tepat dapat
ditemukan kembali
186
apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Sistem penyimpanan yang sesuai
diantaranya sebagai berikut:
a. Sistem abjad
b. Sistem masalah
c. Sistem nomor
d. Sistem tanggal
e. Sistem wilayah
9.1.2 Penanganan Surat Menyurat
Surat adalah salah satu alat komunikasi tertulis yang banyak
digunakan di lembaga atau organisasi. Ida Nuraida (2013: 61)
mengemukakan surat sebagai suatu media komunikasi yang berisi
pernyataan tertulis yang berisi data atau informasi yang ingin
disampaikan atau ditanyakan kepada si penerima surat. beberapa jenis
surat yang sering beredar di dalam maupun antar instansi adalah; surat
dinas, nota dinas, memo, surat pengantar, surat kawat, surat edaran,
surat undangan, surat keputusan, instruksi, surat tugas, dan
pengumuman. Menurut sifatnya, surat dinas dapat dibedakan atas; surat
rahasia, surat penting, dan surat biasa, menurut derajat penyelesaiannya
ada surat segera dan sangat segera.
Proses penanganan surat melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Penyortiran surat, berdasarkan surat penting, surat dinas
pemerintahan, surat dinas perusahaan dan surat dinas
perorangan.
b. Pembukaan sampul dan pengeluaran surat dari dalam sampul.
c. Meneliti surat.
d. Pembacaan surat dan pemberian kartu disposisi.
187
e. Penyampaian surat (intern).
f. Pencatatan surat (menggunakan kartu kendali, buku agenda,
buku pembantu agenda).
g. Langkah akhir (penyimpanan surat baik arsip aktif maupun
inaktif).
Dalam penyusunan surat dikenal beberapa petugas penghimpun
(penerima), penyortir, pencatat, pengarah, pengolah dan penata arsip.
a. Penerima surat bertugas:
1) Menerima surat
2) Menerima jumlah dan alamat surat
3) Memberi paraf dan nama terang pada buku ekspedisi
4) Meneliti tanda-tanda kerahasiaan surat, kesesuaian isi surat
5) Meneruskan kepada penyortir surat
b. Penyortir surat bertugas:
1) Menerima surat masuk
2) Mengelompokkan surat kedalam surat dinas dan pribadi
3) Membuka surat dinas berdasarkan jenis surat penting dan surat
biasa
4) Meneliti lampiran
5) Membubuhkan tanda penerimaan pada setiap surat
6) Menyampaikan surat yang sudah terbuka atau masih tertutup
kepada pencatat surat.
c. Pencatat surat bertugas:
1) Menerima, menghitung dan mencatat surat yang sudah diteliti
2) Mencatat surat tersebut pada pengantar surat, kartu kendali,
lembar pengatar surat rahasia
188
3) Menyampaikan surat diatas setelah dilampiri lembar pengantar
dan kartu kendali.
d. Pengarah bertugas:
1) Menerima, meneliti surat yang telah dilampiri lembaran
pengantar atau kartu kendali, untuk itu serahkan dengan
menunjukkan siapa pengolah surat
2) Menyampaikan surat tersebut diatas kepada pengolah, dengan
melalui petugas tata usaha sekolah
3) Menyimpan arsip kartu kendali satu lembar.
e. Pengolah bertugas:
1) Menerima surat, membahas sendiri atau membahas dengan
memberikan disposisi pada lembar disposisi yang telah tersedia
2) Mengembalikan surat yang telah diolah kepada pengarah melalui
petugas tata usaha yang ditempatkan pada staf.
f. Penata arsip bertugas:
1) Mengolah surat dari pengarah yang telah disimpan pada almari
berkassesuai dengan system klasifikasi yang berlaku
2) Menerima kartu kendali untuk disimpan pada tempatnya
3) Mengirim kartu kendali lain pada pengolah sebagai bukti bahwa
surat yang sudah diolah sudah disimpan di bagian arsip
9.1.3 Ruang Lingkup Kegiatan dalam Urusan
Ketatalaksanaan Pendidikan
Bagian ketatausahaan sekolah dimaksudkan untuk dapat
mempermudah proses penyelanggaraan kegiatan pendidikan di sekolah.
Secara rinci kegiatan sekolah yang dibantu kemudahannya adalah
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
189
a. Kegiatan yang menyangkut manajemen kurikulum.
b. Kegiatan yang menyangkut manajemen murid.
c. Kegiatan yang menyangkut manajemen personil atau tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan.
d. Kegiatan mengenai pekerjaan surat menyurat.
e. Kegiatan yang menunjang manajemen keuangan.
f. Kegiatan yang menunjang manajemen sarana prasarana.
g. Kegiatan yang menunjang hubungan sekolah dengan
masyarakat.
Sesuai dengan perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), pekerjaan tatalaksana sekolah dapat dibantu dengan
pemanfaatan teknologi yang sesuai. Dalam penerapan TIK untuk
kegiatan tatausaha di lingkungan pendidikan, akan berjalan seiring
dengan kemampuan lembaga atau sekolah dalam menyiapkan
perangkat otak (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat
lunak (software), dan organisasi atau manajemen. Salah satu bentuknya
yaitu pengembangan sistem informasi manajemen (SIM) sebagai upaya
menyediakan data dan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan di semua level manajemen (bawah, menengah, dan atas).
Implementasi SIM ini membutuhkan jaringan komputer yaitu LAN
(local area network) dan WAN (wide area network) jaringan telepon
agar dapat dengan mudah diakses.
9.2 Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan
9.2.1 Konsep Dasar SIM
Posisi Sistem Informasi Manajemen (SIM) ini sering disamakan
dengan Teknologi Informasi Kompoter (TIK) atau bahkan dianggap
190
lebih luas dibandingkan dengan TIK sehinggga sering salah dalam
menentukan posisinya. TIK memiliki bidang kajian yang bermacam-
macam karena dalam TIK tidak hanya membahas masalah teknologi
informasi dan komputer tetapi juga membahas teknologi
komunikasi/telekomunikasi.
Adapun bidang kajian TIK sebagai berikut:
a. E-learning
b. Manajemen informasi
c. Teknologi informasi
d. Teknologi komputer
e. SIM
f. Internet
g. Teknologi komunikasi
h. Teknologi jaringan komputer
i. Sistem keamanan jaringan komputer
j. Sistem berbasis data
Jika kita melihat bidang kajian TIK maka SIM adalah bagian
kajian dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dalam tataran
teknis atau implementasi di sekolah-sekolah kedua hal ini (TIK dan
SIM) saling terkait.
9.2.2 Konsep Dasar Informasi
Data adalah fakta-fakta, simbol-simbol dan angka-angka yang
relatif tidak berarti sebelum diadakan proses selanjutnya terhadap data
tersebut. Sedangkan definisi informasi adalah data yang diolah menjadi
bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima.
191
Berdasarkan ciri-ciri informasinya, terdapat perbedaan antara data
dan informasi. Data adalah sebagai bahan baku yang akan diolah
menjadi suatu informasi yang berarti bagi penerimanya, sedangkan
informasi dapat digunakan dalam rangka mengambil keputusan.
Murdick (1997:194) mengatakan ada 6 (enam) karakteristik dari jenis
informasi yang paling tepat dalam penggunaannya dengan komputer
yaitu:
a. Kecepatan, alat komputer sangat besar nilainya apabila
diperlukan kecepatan dalam pengolahan data.
b. Kuantitas, data dalam volume yang besar dapat diproses
dengan cepat.
c. Repetitif, data dalam volume yang besar dapat diproses
dengan sangat cepat.
d. Kompleksitas, masalah yang bermacam-macam variabel yang
saling berinteraksi, dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.
e. Input yang pasti, komputer membutuhkan input yang pasti
intuisi dan pertimbangan bukanlah atribut dari mesin.
f. Output yang akurat, hasil yang sangat akurat dapat diperoleh,
dan hal ini tidak dipengaruhi oleh rasa kebosanan dan
kelelahan.
9.2.3 Definisi SIM
Definisi SIM adalah suatu sistem yang diperlukan oleh suatu
organisasi untuk menyediakan informasi yang penting dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Dengan adanya SIM yang baik maka
pengembangan dan kelangsungan hidup suatu organisasi dapat dicapai
dengan baik. Dalam rangka mengikuti perkembangan teknologi
informasi yang semakin pesat, maka keberadaan SIM berbasis
193
bahwa sistem informasi manajemen merupakan sebuah sistem manusia
dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung
fungsi operasi, manajemen, dan proses pengambilan keputusan dalam
sebuah organisasi. SIM adalah sistem yang dirancang untuk
menyajikan informasi pilihan yang berorientasi kepada keputusan yang
diperlukan oleh manajemen guna merencanakan, mengawasi, dan
menilai aktivitas organisasi yang dirancang dalam kerangka kerja yang
menitik beratkan pada perencanaan keuntungan, perencanaan
penampilan, dan pengawasan pada semua tahap.
Dengan demikian, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan
merupakan perpaduan antara sumberdaya manusia dan aplikasi
teknologi informasi untuk memilih, menyimpan, mengolah, dan
mengambil kembali data dalam rangka mendukung proses pengambilan
keputusan bidang pendidikan. Pengertian lain SIM Pendidikan adalah
suatu sistem yang dirancang untuk informasi guna mendukung
pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen (perencanaan,
penggerakan, pengorganisasian, dan pengendalian) dalam lembaga
pendidikan. Untuk menerapkan SIM Pendidikan yang terpadu, dan
memiliki kapabilitas dalam mendukung keberhasilan dunia pendidikan
yang signifikan, diperlukan keseimbangan sumberdaya yang tersedia
antara ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan
dalam mengoperasikan teknologi informasi seperti komputer dan
ketersediaan dana untuk pengadaan perangkat komputer yang sudah
semakin canggih.
Peranan SIM berbasis komputer dalam organisasi sangat penting
dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut, karena setiap
kebijakan atau keputusan yang diambil jika didasarkan pada informasi
194
yang akurat dan relevan akan menghasilkan keputusan yang baik.
Tugas dari SIM adalah memberikan kemudahan informasi yang
digunakan dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian terhadap kegiatan suatu organisasi sehingga tujuan
organisasi tersebut dapat dicapai.
9.2.4 Unsur-unsur SIM Berbasis Komputer
SIM berbasis komputer memiliki beberapa unsur yang menjadi
bagian dari sistem, sehingga sistem tersebut dapat berjalan dengan baik.
Unsur dasar dari SIM berbasis komputer terdiri dari 3 unsur yaitu:
a. Hardware (Perangkat Keras)
B. Software (Perangkat Lunak)
C. Brainware (Personalia)
9.2.5 Mekanisme Kerja SIM Berbasis Komputer
Sebuah SIM, baik sistem informasi manual maupun yang
dilengkapi dengan dengan perlengkapan sistem komputer memiliki
komponen dasar yang sama, yaitu masukan berupa bahan
informasi/data, pengolahan data, instruksi dan prosedur, keluaran serta
catatan-catatan dan arsip. Bahan informasi ini yang akan diolah
menjadi suatu informasi yang berguna bagi manusia. Proses
pengolahan data ini dilakukan dalam suatu mekanisme kerja SIM.
Menurut Richard L. Nolan terdapat 6 (enam) tahap pertumbuhan dan
perkembangan SIM pada organisasi, yaitu tahap initation, contagion,
control, integration, administration, dan maturity.
Murdick (1997: 98) menyatakan komponen-komponen SIM dibagi
menjadi 5 (lima) bagian, yaitu:
195
a. Input data
b. Pengolah data
c. Catatan dan arsip
d. Intruksi dan prosedur
e. Output
Mekanisme kerja SIM ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai
berikut:
- Implementasi SIM Berbasis Komputer dalam Pendidikan
- Implementasi SIM berbasis komputer sangat diperlukan dalam
pengembangan dunia pendidikan. Peran tersebut dapat dilihat
dari banyaknya manfaat dan keunggulan yang dapat diambil
dari implementasi SIM berbasis komputer untuk mendukung
pengembangan pendidikan, seperti kecepatan, akurasi
informasi, tampilan yang menarik, kemudahan dalam
pelacakan data, dan lainnya. Implementasi SIM berbasis
komputer dapat berupa; sistem informasi akademik, sistem
informsi keuangan di sekolah-sekolah, pemanfaatan LAN,
internet dan lainnya.
Peranan SIM berbasis komputer dalam bidang pendidikan antara
lain sebagai berikut:
a. Implementasi sistem informasi akademik (Siakad)
b. Input Data
c. Output laporan Catatan dan Arsip Pengolah Data Instruksi dan
Prosedur
d. Implementasi SIM Berbasis Komputer dalam Pendidikan
196
9.3 Administrasi Sekolah
Definisi administrasi sekolah adalah segala usaha bersama untuk
mendayagunakan sumber-sumber yang ada dalam organisasi
pendidikan baik personal maupun material, secara efektif dan efisien
guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara
optimal. Administrasi Sekolah bersifat praktis dan fleksibel, dapat
dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi yang nyata di sekolah.
Administrasi Sekolah berfungsi sebagai sumber informasi bagi
peningkatan pengelolaan pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar.
Administrasi sekolah disebut dengan tatalaksana pendidikan atau istilah
lain administrasi tata usaha, yaitu segenap proses kegiatan pengelolaan
surat- menyurat yang dimulai dari menghimpun (menerima), mencatat,
mengelola, menggandakan, mengirim dan menyimpan semua bahan
keterangan yang diperlukan dalam organisasi pendidikan.
Dalam ketatalaksanaan lembaga pendidikan menurut Tatang M.
Amin minimal ada 7 (tujuh) ruang lingkup yang harus ditangani yaitu:
1) Kegiatan yang menyangkut manajemen kurikulum.
2) Kegiatan yang menyangkut managemen murid
3) Kegiatan yang menangkut managemen personil atau tenaga
pendidik.
4) Kegiatan yang menyangkut surat-menyurat.
5) Kegiatan yang menunjang managemen keuangan.
6) Kegiatan yang menunjang managemen sarana prasarana.
7) Kegiatan yang menyangkut hubungan sekolah dengan
masyarakat.
197
9.3.1 Administrasi Kesiswaan
Administrasi kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal
yang berkaitan dengan siswa, pembinaan selama siswa berada di
sekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui
penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses
belajar mengajar yang efektif. Adapun fungsi administrasi kesiswaan:
1) Mengetahui secara umum kondisi siswa yang sedang
mengikuti pembelajaran pada setiap tahun pembelajaran
2) Merencanakan jumlah siswa yang dapat direkrut untuk tahun
pembelajaran berikutnya
3) Sebagai masukan dalam merencanakan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).
Kegiatan dalam Administrasi Kesiswaan
Penerimaan Siswa, adalah proses pencatatan dan layanan
kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka
memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh
sekolah.
Pembinaan Siswa, adalah pemberian layanan kepada siswa di
suatu lembaga pendidikan baik di dalam maupun di luar jam
belajarnya di kelas.
Tamat Belajar, untuk sekolah menengah, pada dasarnya
merupakan pencapaian salah satu tangga untuk pendidikan
lebih lajut, atau pencapaian suatu ketrampilan yang dapat
dipergunakan untuk menopang kehidupan di masyarakat.
198
9.3.2 Administrasi Sarana Prasarana
Sarana prasarana sekolah adalah semua benda bergerak maupun
yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang
penyelenggaraan proses belajar mengajar baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kegiatan dalam Administrasi Sarana dan Prasaran,
terdiri dari:
1. Perencanaan kebutuhan, penyusunan daftar kebutuhan sarana dan
prasarana sekolah didasarkan atas pertimbangan bahwa; a) karena
berkembangnya kebutuhan sekolah, b) untuk penggantian barang-
barang yang rusak, dihapuskan, atau hilang, c) untuk persediaan
barang.
2. Pengadaan Sarana Prasarana Pendidikan, yaitu kegiatan untuk
meghadirkan sarana prasarana pendidikan dalam rangka
menunjang pelaksanaan tugas-tugas sekolah. Pengadaan tersebut
dapat dilaksanaka dengan cara; 1) pembelian, 2) buatan sendiri,
3) penerimaan hibah atau bantuan, 4) penyewaan, 5) pinjaman,
6) pendaurulangan.
3. Penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan, adalah kegiatan
pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan persediaan
prasarana dan sarana di dalam ruang penyimpanan/gudang.
4. Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan, adalah kegiatan
melaksanakan pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan dan
pencatatan barang-barang yang menjadi milik sekolah menengah
yang bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang.
5. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, merupakan
kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang,
sehingga barang tersebut dalam kondisi baik dan siap pakai.
199
Pemeliharaan berbeda dengan rehabilitasi. Rehabilitasi adalah
perbaikan berskala besar dan dilakukan pada waktu tertentu saja.
6. Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan, adalah kegiatan
meniadakan barang-barang milik negara/daerah dari daftar
inventaris karena barang itu dianggap sudah tidak mempunyai
nilai guna atau sudah tidak berfungsi sebagaimana diharapkan,
atau biaya pemeliharaannya sudah terlalu mahal.
7. Pengawasan sarana dan prasarana, merupakan kegiatan
pengamatan, pemerikasaan dan penilaian terhadap pelaksanaan
administrasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah untuk
menghindari penyimpangan, penggelapan atau penyalahgunaan.
9.3.3 Administrasi Personal
Personal Pendidikan adalah golongan petugas yang membidangi
edukatif dan yang membidangi kegiatan nonedukatif (ketatausahaan).
Personil bidang edukatif ialah mereka yang bertanggung jawab dalam
kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dan konselor dan konseling (BK),
sedangkan yang termasuk di dalam kelompok personal bidang
nonedukatif, adalah petugas tata usaha dan penjaga atau pesuruh
sekolah. Tenaga pendidik, berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 adalah
tenaga yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya
dan ditugaskan untuk mengajar/sebagai guru.
Sedangkan tenaga kependidikan adalah
tenaga yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya
yang ditugaskan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran di
sekolah. Tenaga kependidikan meliputi; 1) pustakawan,
2) tenaga administrasi, 3) laboran, dan 4) penjaga sekolah.
200
Tenaga pendidik dan kependidikan bertugas menyelenggarakan
kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola,
dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
Administrasi kepegawaian antara lain meliputi:
1) Inventarisasi pegawai
2) Pengusulan formasi pegawai
3) Pengusulan pengangkatan, kenaikan tingkat, kenaikan berkala,
dan mutasi
4) Mengatur usaha kesejahteraan
5) Mengatur pembagian tugas
Adminsitrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan meliputi
kegiatan pencatatan tentang:
1) Ketersedian tenaga dan tenega kependidikan, yang meliputi;
a) jumlah keseluruhan tenaga pendidik, b) jumlah tenaga
pendidikan pada setiap tahun, dan c) distribusi bidang
keahliannnya.
2) Identitas pendidik dan tenaga kependidikan, yang meliputi:
a) jenis kelamin, b) umur (tempat tanggal lahir), c) latar
belakang pendidikan tenaga pendidik dantenaga kependidikan,
d) kepangkatan/golongan ruang tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan, e) masa kerja tenaga pendidik dan kependidikan
terhitung mulai TMT (tanggal mulai terbit) berdasarkan Surat
Keputusan.
3) Status tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, yang meliputi
status pegawai (tetap/honorer/diperbantukan).
201
Tujuan administrasi personil
a. Untuk menghitung ketersedian jumlah tenaga berdasarkan
jumlah rombongan belajar pda tiap-tiap kelas, sehingga tidak
terjadi overload ja pembelajaran,
b. Untuk digunakan sebagai dasar perencanaan penambahan dan
pengembangan tenaga.
c. Khusus untuk tenaga pendidik, administrasi juga mencatat
distribusi tugas mengajar dan beban jam pembelajaran pada
tiap semester.
9.3.4 Administrasi Keuangan
Komponen keuangan sekolah merupakan ketatausahaan dan
tindakan keuangan meliputi pencatatan data, perencanaan, pelaksanaan,
pelaporan, dan pertanggung jawaban keuangan. Keuangan merupakan
faktor penting untuk melakukan kegiatan hal ini sukar sekali
dibayangkan pelaksanaan kegiatan tersebut tanpa uang. Namun di balik
itu, mengadakan uang untuk melaksanakan kegiatan itupun tidak
mudah. Oleh karena itu pengadministrasian keuangan sangat perlu
demi tercapainya efektifitas dan efesiensi.
Adapun tugas keuangan yaitu antara lain:
Perencanaan RAPBS
Pelaksanaan anggaran dan Pertanggung jawaban Keuangan.
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Bantuan operasional Pendidikan (BOP)
Komite Sekolah
202
9.3.5 Administrasi Kurikulum
Ketersediaan kurikulum yang digunakan sebagai pegangan
mengajar pada tiap angkatan
Ketersediaan jabaran kurikulum dari tiap-tiap mata pelajaran ,
yang meliputi: SK (Standar Kompetensi), KD (Kompetensi
Dasar), dan Indikator
Ketersediaan Satuan Acara pembelajaran /Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran pda tiap mata pelajaran pada setiap
tingkatan kelas,
Deskripsi sajian pokok bahasan dari tiap mata pelajaran untuk
tiap-tiap semester pembelajaran.
Disamping mencatat pelaksanaan kurikulum nasional,
administrasi kurikulum juga mencatat kurikulum lokal/muatan
lokal serta pengalokasian waktu pembelajaran kurikulum
muatan lokal.
9.3.6 Administrasi Humas
Sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan bagian integral
dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Maju mundurnya
sumberdaya manusia pada suatu daerah, tidak hanya bergantung pada
upaya-upaya yang dilakukan sekolah, namun sangat bergantung kepada
tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Semakin tinggi
tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah,
akan semakin maju pula sumber daya manusia pada daerah tersebut,
dan sebaliknya.
Oleh karena itu, masyarakat hendaknya selalu dilibatkan dalam
pembangunan pendidikan di daerah. Masyarakat hendaknya
203
ditumbuhkan “rasa ikut memiliki” sekolah di daerah sekitarnya. Maju-
mundurnya sekolah di lingkungannya juga merupakan tanggung jawab
bersama masyarakat setempat.
204
BAB X
KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN
10.1 Dasar-dasar Kepemimpinan Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengembangan individu secara utuh
yang mencakup aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor sehingga
terbentuk pribadi yang berpengetahuan, berkarakter, dan terampil.
Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003)
adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan
kelompok.
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses
mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang
lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan
dan pelaksanaan pendidikan agar kegiatan yang dijalankan dapat lebih
efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
Kepemimpinan adalah hubungan antar orang, dimana pemimpin
mempengaruhi orang lain ke arah kemauan bersama dalam
hubungannya dengan tugas-tugas untuk memperoleh sesuatu yang
diinginkan pemimpin. Kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan
atas manajemen, dan lebih dari itu adalah menentukan keberhasilan
administrasi. ini berarti bahwa akan menentukan tercapainya atau
tidaknya tujuan. Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang
dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mengajak, menuntun,
menggerakan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima
205
pengaruh itu, selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu
pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.
Kepemimpinan adalah sebuah proses dimana seseorang tidak
memperoleh pengikut karena status. Kemampuan seorang pemimpin
dibuktikan pertama dari bagaimana dia mampu meyakinkan orang-
orang yang dipimpinnya untuk memahami visi dan misi organisasi
untuk kemudian mau bersama-sama mengupayakan tujuan organisasi
tersebut. Seorang pemimpin berbeda dengan manajer. Pemimpin
mempunyai kekuasaan atas pengikutnya bukan karena jabatannya tetapi
karena kemampuan personality, sikap, tingkah laku yang kemudian
memunculkan wibawa. Sedangkan manajer memiliki kekuasaan karena
jabatan yang dimilikinya. Dia bisa memberi komando karena struktur
dan birokrasi, tetapi saat dia sudah tidak lagi menjabat maka tidak
satupun "bekas" bawahanya mau dia perintah. Perbedaan mendasar
antara pemimpin dan manajer adalah dari pola pikir dan cara bekerja.
Seorang pemimpin memiliki visi jauh kedepan, sanggup mengadopsi
perubahan sedangkan manajer berfikir untuk jangka pendek. Dalam
melaksanakan pekerjaanya pemimpin sangat fleksibel dan tidak kaku
sedangkan manajer melakukan apa yang telah digariskan, kaku dan
enggan berubah.
Pemimpin inilah yang mendorong dan menggerakan orang lain
agar mau bekerjasama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Fungsi
ini penting, sebab bagaimana pun juga baiknya perencanaan, tertibnya
organisasi dan tepatnya penempatan orang dalam organisasi, belum
berarti menjamin geraknya organisasi menuju sasaran dan tujuan.
Untuk itu diperlukan kecakapan, keuletan, pengalaman dan kesabaran.
Kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan orang lain guna
206
mencapai tujuan tertentu ini disebut kepemimpinan atau leadership.
Kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan atas manajemen, dan
lebih dari itu adalah menentukan keberhasilan administrasi. ini berarti
bahwa akan menentukan tercapainya atau tidaknya tujuan.
Dalam menggerakkan orang lain kita harus ingat 4 (empat) faktor
yaitu:
1) Kepemimpinan: kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
serta menggiatkan orang lain bekerja sama dalam usaha
mencapai tujuan.
2) Komunikasi: cara dan media penyampain pesan.
3) Instruksi: perintah atau petunjuk kerja yang jelas, tegas,
tampak arahnya, jelas bagaimana jalan pelaksanaannya.
4) Fasilitas: kemudahan yang menyebabkan pekerjaan mudah
dilaksanakan.
Konsep Dasar Kepemimpinan
1. Kepemimpinan merupakan suatu aktivitas.
2. Kepemimpinan mengandung konsep pengaruh dimana pengikutnya
mentaati, mengikuti atau melaksanakan apa yanng dikehendaki
pemimpinnya.
3. Dalam konsep kepemimpinan terkandung dua pelaku, yaitu
pemimpin di satu pihak, dan pengikut di pihak lain.
4. Kepemimpinan merupakan proses mencapai tujuan untuk
mendapatkan hasil.
5. Merupakan proses mengarahkan anggota agar memiliki kesadaran
dan tanggung jawab akan tugas organisasi.
6. Dalam fungsi kepemimpinan selalu berada dalam variabel situasional.
207
10.2 Konsep Dasar Supervisi Pendidikan
Supervisi adalah segala bantuan dari pemimpin sekolah yang
tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personil
sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa
dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan
kelakapan guru-guru seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan
pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran
pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih
baik cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses
pengajaran dan sebagainya.
Supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan
membimbing secara berkelanjutan pertumbuhan guru-guru di sekolah
baik secara individual maupun secara kolektif agar lebih mengerti dan
lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia perkataan supervisi belum
begitu popular. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang orang
lebih mengenal kata inspeksi dari pada supervisi. pengertian inspeksi
sebagai warisan pendidikan Belanda dulu cenderung kepada
pengawasan yang bersifat otokratis yang berarti mencari kesalahan-
kesalahan guru dan kemudian menghukumnya. Sedangkan supervisi
mengandung pengertian yang lebih demokratis. Dalam pelaksanaannya
supervisi bukan hanya mengawasi apakah guru atau pegawai
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan tetapi juga berusaha bersama
guru-guru bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar.
Jadi dalam kegiatan supervisi guru-guru tidak dianggap sebagai
pelaksana pasif melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang
memiliki ide-ide atau
208
pendapat-pendapat dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar
dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan
pendidikan.
10.3 Jenis-jenis Supervisi Pendidikan
Supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang
ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personil maupun
material yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan dalam
situasi belajar mengajar yang lebih baik. Supervisi macam ini lebih
mengutamakan kegiatan kunjungan kelas untuk mengobservasi proses
belajar mengajar di kelas. Supervisi pembelajaran didefinisikan sebagai
usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing pertumbuhan
guru- guru secara berkesinambungan di suatu sekolah baik secara
individual maupun kelompok agar lebih efektif melaksanakan fungsi
pembelajaran. Supervisi klinis pembahasan mengenai supervisi klinis
dari berbagai buku cukup bervariasi. Supervisi klinis menurut Ngalim
Purwanto termasuk bagian dari jenis supervisi pendidikan yang sejenis
dengan supervisi pengajaran. Sedangkan menurut Abd. Kadim
Masaong, supervisi klinis termasuk bagian dari model-model
kepengawasan pendidikan yang berupa Cooperative Professional
Development (CPD), Individualized Professional Development (IPD),
Clinical Supervision (CS, Informal Supervision dan
supportive supervision). Beliau menuturkan supervisi klinis
merupakan konvergensi antara pendekatan
ilmiah dan pendekatan artistik.
209
Pengertian Supervisi Klinis istilah supervisi klinis diadopsi dari
istilah kedokteran.Tujuannya adalah agar terinspirasi dari keakraban
yang terjalin seperti halnya seorang dokter dan pasien yang
mengeluhkan penyakitnya. Istilah ini memperhalus kata supervisi itu
sendiri yang memiliki arti pengawasan. Supervisi klinis diharapkan
dapat membuat gap antara supervisor dengan guru menjadi hilang
sehingga timbul keakraban dan pola komunikasi dengan baik dan pada
akhirnya pembinaan berjalan dengan efektif. Supervisi klinis adalah
bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan
melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta
analisis yang intensif tentang performa mengajar yang nyata dan
tujuannya adalah mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.
Definisi lain tentang supervisi klinis adalah pertemuan tatap
muka antara supervisor dan guru, membahas hal mengajar di dalam
kelas guna memperbaiki pembelajaran dan pengembangan profesi
dengan cara kolegial antara supervisor dan guru. Inti dari supervisi
klinis adalah proses supervisi yang bersifat keakraban agar tercipta
kenyamanan bagi guru karena tujuan dari supervisi klinis bukan hanya
perbaikan keterampilan mengajar guru tetapi juga perubahan
kepribadian guru
Tujuan supervisi klinis konsep dari supervisi adalah memberi
tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan profesional.
Karena mengajar adalah suatu kegiatan yang dapat diamati, dapat
dikendalikan dan terdiri dari berbagai komponen keterampilan
mengajar. Maka supervisi klinis tujuan umumnya adalah berguna untuk
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar. Sedangkan
tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
210
a. Menyediakan guru suatu balikan yang objektif dari kegiatan
yang telah mereka lakukan.
b. Mendiagnosa, kemudian membantu memecahkan masalah
mengajar.
c. Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam
menggunakan strategi.
d. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan.
e. Membantu mengembangkan sikap positif guru.
f. Perhatian utama pada kebutuhan guru.
Ciri-ciri Supervisi Klinis
Agar lebih memahami apa itu supervisi klinis, ada beberapa ciri-
ciri atau karakteristik dari supervisi yang perlu diketahui yaitu sebagai
berikut:
a. Bantuan yang diberikan bukan bersifat memerintah tetapi tercipta
hubungan manusiawi.
b. Guru dengan inisiatifnya sendiri memohon bantuan.
c. Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan
satuan yang terintegrasi. Sehingga keterampilan yang spesifik
yang harus diperbaiki.
d. Suasana pemberian supervisi lebih terbuka, dekat, dan hangat
karena ada kenyamanan dari guru yang disupervisi.
e. Supervisi tidak hanya pada aspek keterampilan mengajar guru
tetapi juga aspek kepribadian guru.
f. Instrument supervisi disusun sesuai kesepakatan supervisor dan
guru.
g. Balikan diberikan harus secepat mungkin dan objektif.
211
h. Percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru terlebih
dahulu.
10.4 Teknik-teknik Supervisi Pendidikan
Teknik-teknik dalam Supervisi Pendidikan
Supervisor untuk meningkatkan program sekolah dapat
menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi pendidikan. Pada
hakikatnya, terdapat banyak teknik dalam menyelenggarakan program
supervisi pendidikan. Dari sejumlah teknik yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran, ditinjau dari banyaknya guru dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian besar, yakni teknik individual dan
teknik kelompok. Berikut uraiannya:
1. Teknik Individual (Individual Technique)
Teknik individual ialah supervisi yang dilakukan secara
perseorangan, teknik ini digunakan apabila masalah yang dihadapi
bersifat pribadi apalagi khusus atau secret. Beberapa kegiatan yang
dapat dilakukan antara lain:
a. Kunjungan Kelas
b. Observasi Kelas
c. Pertemuan Individu
d. Kunjungan Antar Kelas
e. Menilai Diri Sendiri
a) Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)
Kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan
oleh supervisor (kepala sekolah, penilik, atau pengawas) untuk melihat
atau mengamati pelaksanaan proses pembelajaran sehingga diperoleh
data untuk tindak lanjut dalam pembinaan selanjutunya.
212
Tujuannya:
Mengobservasi bagaimana guru mengajar.
Menolong para guru untuk mengatasi masalah-masalah yang
mereka hadapi.
Fungsi:
Mengoptimalkan cara belajar mengajar yang dilaksanakan
para guru.
Membantu mereka untuk menumbuhkan profesi kerja secara
optimal.
b) Observasi Kelas (Classroom Observation)
Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan ketika
supervisor yang secara aktif mengikuti jalannya kunjungn kelas ketika
proses sedang berlangsung.
Tujuannya:
Memperoleh data yang subjektif mengenai aspek situasi dalam
proses pembelajaran yang diamati.
Mempelajari praktek-praktek pembelajaran setiap pendidik
dan mengevaluasinya.
Menemukan kelebihan dan sifat yang menonjol pada setiap
pendidik.
Menemukan kebutuhan para pendidik falam menunaikan
tugasnya.
Memperoleh bahan-bahan dan informasi guna penyusunan
program supervisi.
Mempererat dan memupuk integritas sekolah.
213
Aspek-aspek yang diobservasi:
Usaha dan aktifitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.
Cara penggunaan media pembelajaran.
Reaksi mental para peserta didik dalam proses pembelajaran.
Keadaan media yang digunakan.
Lingkungan sosial, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar
kelas dan faktor-faktor penunjang lainnya.
Alat-alat Observasi:
Check-List, yakni alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam melengkapi keterangan-keterangan yang lebih
objektif terhadap situasi pembelajaran dalam kelas.
c) Pertemuan Individu (Individual Conference)
Yaitu percakapan pribadi antara supervisor dengan seorang guru
mengenai usaha-usaha untuk memecahkan problematika yang dihadapi
oleh seorang pendidik.
Tujuannya:
Memupuk dan mengembangkan pembelajaran yang lebih baik.
Memperbaiki kelemahan dan kesalahan yang sering dialami.
Jenis-jenis Pertemuan Pribadi:
Classroom Conference, percakapan di kelas ketika para
peserta didik tidak berada di dalam kelas.
Office Conference, percakapan yang dilakukan di ruang kepala
sekolah atau ruang guru.
Casual Conference, percakapan yang dlaksanakan secara
kebetulan.
214
d) Saling Mengunjungi Kelas (Intervisitation)
Saling mengunjungi antar rekan guru yang satu dengan guru yang
lain yang sedang mengajar.
Keuntungan-keuntungan:
Memberikan kesempatan pada guru untuk mengamati rekan
lain yang sedang mengajar.
Membantu guru untuk mendapatkan pengalaman yang sangat
berguna mengenai teknik dan metode pembelajaran dalam
kelas.
Memberikan motivasi terhadap aktivitas mengajar.
Menciptakan suasana kewajaran dalam berdiskusi mengenai
masalah yang dihadapi.
Jenis-jenis kunjungan antar kelas:
Kunjungan intern, kunjungan yang berlangsung di sekolah
yang sama.
Kunjungan ekstern, kunjungan yang berlangsung antar sekolah
lain.
e) Menilai Diri Sendiri (Self Evaluation)
Salah satu tindakan atau tugas yang paling sukar dilakukan oleh
para pemimpin terutama bagi seorang guru adalah melaksanakan
penilaian terhadap dirinya sendiri dengan melihat kemampuannya
sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk mengukur
kemampuan pengajarannya, kita bisa melihat dari kemampuan para
peserta didiknya dan juga penilaian terhadap diri sendiri merupakan
teknik yang dapat membantu guru dalam memaksimalkan
pengajarannya.
215
2. Teknik Kelompok
Teknik kelompok adalah teknik yang digunakan bersama-sama
oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam suatu kelompok. Beberapa
orang yang diduga memiliki masalah dikelompokkan secara bersama
kemudian diberi pelayanan supervisi sesuai dengan permaslahan yang
mereka hadapi. Banyak bentuk-bentuk dalam teknik yang bersifat
kelompok ini, namun di antaranya yang lebih umum adalah sebagai
berikut:
- Pertemuan Orientasi bagi
Guru Baru
- Rapat Guru
- Kepanitiaan
- Diskusi
- Seminar
- Tukar Menukar Pengalaman
- Lokakarya (Workshop)
- Diskusi Panel
- Simposium
Berikut adalah uraiannya:
- Demonstrasi Mengajar
- Perpustakaan Jabatan
- Bulletin Supervisi
- Membaca Langsung
- Mengikuti Kursus
- Laboratorium Kurikulum
- Organisasi Jabatan
- Perjalanan Sekolah untuk
Staff
1) Pertemuan Orientasi Sekolah Bagi Guru Baru (Orientation Meeting
for New Teacher)
Yakni pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk
memasuki suasana kerja yang baru. Beberapa hal yang disajikan
adalah:
a. System kerja sekolah yang dimaksud.
b. Proses dan mekanisme administrasi organisasi sekolah.
216
2) Rapat Guru
Rapat ini diadakan untuk membahas masalah-masalah yang terjadi
pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Yang bertujuan
untuk:
a. Menyatukan pandangan-pandangan dan pendapat guru tentang
konsep umum maupun metode metodeuntuk mencapai tujuan
pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama.
b. Mendorong guru untuk melaksanakan tugasnya dan mendorong
kemajuan mereka.
3) Lokakarya (Workshop)
Adalah suatu usaha untuk mengembangkan kesanggupan berpikir
dan bekerja bersama-sama menangani masalah teoritis maupun
praktis untuk meningkatkan kualitas serta profesionaliasme seorang
pendidik. Ciri-ciri workshop meliputi:
a. Masalah yang dibahas bersifat “life centered” dan muncul dari
peserta.
b. Cara pemecahan masalahnya dengan musyawarah dan
penyelidikan.
c. Menggunakan resource person dan resource materials yang
memberi bantuan yang besar dalam emncapai hasil yang
maksimal.
Prosedur Pelaksanaan Workshop:
a. Merumuskan tujuan workshop (output yang dicapai).
b. Merumuskan pokok masalah.
c. Menentukan prosedur pemecahan masalah.
d. Menentukan alat dan bahan perlengkapan workshop.
e. Merumuskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
217
f. Merumuskan kesimpulan dan saran-saran.
4) Diskusi Panel
Adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan di hadapan sejumlah
partisipan atau pendengar untuk memecahkan suatu problema dan
para panelis terdiri dari orang-orang yang dianggap ahli dalam
lapangan yang didiskusikan.
Tujuannya:
a. Untuk menjajaki suatu masalah secara terbuka agar memperoleh
lebih banyak pengetahuan mengenai maslah yang dihadapi dari
berbagai sudut pandang.
b. Untuk menstimulir para partisipan agar mengarahkan perhatian
terhadap masalah yang dibahas melalui dinamika kelompok
sebagai hasil interaksi dari para panelis.
5) Simposium
Adalah suatu pertemuan untuk meninjau aspek-aspek suatu pokok
masalah untuk mengumpulkan beberapa sudut pandang mengenai
suatu masalah. Tujuaanya adalah untuk mengumpulkan dan
membandingkan beberapa sudut pandang yang berbeda-beda tentang
suatu problema.
6) Penataran-penataran
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-
penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-
guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran,
dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa
penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh
pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah
218
mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up)
dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.
Pelaksanaan Supervisi Pendidikan
Pelaksanaan supervisi pendidikan dengan menggunakan teknik-
teknik di atas, perlu mempertimbangkan hal-hal praktis yang ada
hubungannya dengan pelaksanaan program supervisi pendidikan di
sekolah secara menyeluruh, hal-hal yang menyangkut adalah sebagai
berikut:
1. Lingkungan kegiatan (teknik edukatif dan administrasi)
Supervisi merupakan bantuan yang diberikan kepada deluruh
sekolah untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalankan
tugas dan bertujuan untuk mengembangkan situasi belajar
mengajar yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Bantuan tersebut dapat diterapkan dalam bidang
edukatif dan administrative.
2. Asas pelaksanaan
Pelaksanaan supervisi dalam bidang teknis edukatif maupun teknis
administrative hendaknya memperhatikan asas-asa berikut:
a. Terencana
b. Demokratis
c. Kooperatif
d. Konstruktif
e. Terpadu
219
3. Pelaksanaan Supervisi
Berdasarkan maslah yang dihadapi, pelaksanaan supervisi dapat
dibedakan dala dua macam, yakni:
a. Supervisi biasa, yang dilaksanakan secara continue
berdasarkan program supervisi tahunan atau semester.
b. Supervisi darurat, yang dilaksanakan jika ada suatu kasus yang
timbul di sekolah dan menghendaki penyelenggaraan segera.
Sedangkan berdasarkan pelaksanaannya, supervisi dapat
dibedakan dalam dua bentuk, yakni:
a. Supervisi intern, yang dilakukan oleh tugas pembinaan dalam
unit organisasi sendiri oleh pimpinan di suatu organisasi.
b. Supervisi ekstern, yang dilaksanakan oleh petugas dari Kantor
Wilayah atau Departemen yang diberi wewenang untuk
melakukan pembinaan terhadap sekolah.
4. Proses kegiatan supervisi (pelaporan dan monitoring)
Secara sistematis, kegiatan-kegiatan supervisi dapat dilaksanakan
melalui tahapan:
a. Penyusunan Program
b. Pelaksanaan Supervisi
c. Tindak Lanjut.
Hal demikian tak luput dengan adanya:
a) Pelaporan
b) Monitoring
220
DAFTAR PUSTAKA
Aminarti, Siti. 2011. Manajemen Sekolah Pengelola Pendidikan Secara
Mandiri. Jogjakarta: AR-MZ Media.
Amirin, Tatang M., dkk. 2010.Managemen Pendidikan. Yogyakarta:
UNY Press.
Amransyah, M.S. 2012. Teori Partisipasi Masyarakat Menurut Para
Ahli. (Online).
(https://pandidikan.blogspot.co.id/2010/05/partisipasi-
masyarakat-dalam.html) diakses 28 Januari 2013.
Arefah. 2010. Definisi Peserta Didik
Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. 2009. Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Aditya Media.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Organisasi dan Administrasi Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dedi, Supriadi. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Eliadian. Pengertian manajemen, kurikulum, manajemen kurikulum,
dan konsep manajemen kurikulum, dalam
http://eliadian.blogspot.com, diakases 14 Maret 2015.
Fattah, Nanang. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://idb4.wikispaces.com/file/view/rc02pengaruh+PAI+terhadap+pe
mbentukan+akhlak+siswa.pdf, tanggal unduh 07 Desember 2013.
221
Masaong, Abd Kadim. 2012. Supervisi Pembelajaran dan
Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung: Alfabeta.
Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Alfabeta.
Nanang, Fattah. 2004. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdkarya.
Nasution. 2003. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
M. Noor, Rohinan. 2012. The Hidden Curriculum (Membangun
Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler). Yogyakarta: Insan
Madani.
Nuraida, Ida. 2013. Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta:
Kanisius.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.
Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat.
Jakarta: Nimas Multima.
Yulianto, J.A. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan
Pendidikan. (Online). (http://pandidikan.blogspot.com/2010/05
/partisipasi-masyarakat- dalam.html) diakses 28 Januari 2013.
222
GLOSARIUM
1. Dana Subsidi : Dana yang diterima dari SubsidiPemerintah di sekolah yang disusunberdasarkan Anggaran Pendapatan danBelanja Sekolah (APBS).
2. Diskusi Panel : Suatu bentuk diskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah partisipan ataupendengar untuk memecahkan suatuproblema dan para panelis terdiri dariorang-orang yang dianggap ahli dalamlapangan yang didiskusikan.
3. E-Learning : Suatu sistem atau konsep pendidikan yangmemanfaatkan teknologi informasi dalamproses belajar mengajar.
4. KompetensiDasar
: Pengetahuan, keterampilan dan sikapminimal yang harus dicapai / dimiliki olehseorang siswa untuk menunjukkan bahwasiswa tersebut telah mampu menguasaistandar kompetensi yang telah ditetapkan.
5. Lokakarya : Suatu acara di mana beberapa orangberkumpul untuk memecahkan masalahtertentu dan mencari solusinya.
6. ManajemenKurikulum
: Suatu sistem pengelolaan kurikulum yangkooperatif, komperhensif, sistemik, dansistematik dalam rangka mewujudkanketercapaian tujuan kurikulum.
7. Mutasi : Perpindahan murid dari satu sekolah kesekolah lainnya karena alasan-alasantertentu.
8. Observasi Kelas : Teknik observasi yang dilakukan ketika supervisor yang secara aktif mengikuti
223
jalannya kunjungn kelas ketika proses sedang berlangsung.
9. Penataran : Semacam pemberian arahan atau latihankepada sekelompok orang untukmelakukan tugas tertentu.
10. PendidikanFormal
: Merupakan pendidikan di sekolah yang diperoleh secara teratur, sistematis,bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas.
11. PendidikanKejuruan
: Pendidikan menengah yangmempersiapkan peserta didik terutamauntuk bekerja dalam bidang tertentu.
12. PendidikanNonformal
: Jalur pendidikan di luar pendidikan formalyang dapat dilaksanakan secara terstrukturdan berjenjang.
13. PendidikanProfesi
: Pendidikan tinggi setelah programpendidikan sarjana yang mempersiapkanpeserta didik untuk memiliki pekerjaandengan persyaratan keahlian khusus.
14. PendidikanVokasi
: Pendidikan tinggi yang menunjang padapenguasaan keahlian terapan tertentu,meliputi program pendidikan Diploma(diploma 1, diploma 2, diploma 3 dandiploma 4) yang setara dengan programpendidikan akademik strata 1.
15. Promosi : Merupakan perpindahan murid/siswa darisatu kelas ke kelas yang lebih tinggisetelah memenuhi persyaratan tertentu.
16. Sistem Informasi Manajemen
: Sistem perencanaan bagian daripengendalian internal suatu bisnis yangmeliputi pemanfaatan manusia,dokumen,teknologi, dan prosedur oleh akuntansi
224
manajemen untuk memecahkan masalahbisnis seperti biaya produk, layanan, atausuatu strategi bisnis.
17. Standar Kompetensi
: Tujuan pembelajaran secara umum.Standar kompetensi merupakan kualifikasikemampuan minimal peserta didik yangmenggambarkan penguasaan pengetahuan,sikap, dan keterampilan yang diharapkandicapai pada setiap kelas dan/atausemester pada suatu mata pelajaran.
18. Simposium : Serangkaian pidato pendek di depanpeserta dengan seorang pemimpin.Simposium menampilkan beberapa orangpembicara dan mereka mengemukakanaspek-aspek pandangan yang berbeda dantopik yang sama.
19. Tes Formatif : Penilaian yang digunakan untuk mengukursatu atau beberapa pokok bahasan tertentudan bertujuan untuk memperolehgambaran tentang daya serap siswaterhadap pokok bahasan tersebut.
20. Tes Sub Sumatif : Tes yang bertujuan untuk memperolehgambaran daya para siswa untukmeningkatkan tingkat prestasi belajarsiswa.
21. Tes Sumatif : Tes ini diadakan untuk mengukur dayaserap siswa terhadap bahan pokok-pokokbahasan yang telah diajarkan selama satusemester, satu atau dua tahun pelajaran.
225
INDEKS
Anggaran Biaya Pendidikan,
120
Biaya Pendidikan, 120
Dana Subsidi, 125
Diskusi Panel, 204, 206
E-Learning, 181
Fasilitas Pendidikan, 115
Fungsi Manajemen Pendidikan,
5, 10
Hubungan Edukatif, 155
Hubungan Institusional, 155
Hubungan Kultural, 155
Jalur Pendidikan, 14
Jenis Pendidikan, 18
Jenjang Pendidikan, 16
Kepemimpinan, 193-196
Kompetensi Dasar, 23-28, 191
Kompleksitas, 182
Konsep Biaya Pendidikan, 120
Konsep Dasar Kurikulum, 33
Lokakarya, 86, 204-205
Manajemen Kurikulum, 32-33
Manajemen Peserta Didik, 48
Manajemen, 1, 32, 48, 72
Mutasi, 63, 65, 76
Observasi Kelas, 200-201
Pelaksanaan, 6
Penataran, 206-207
Pendidikan Akademik, 18
Pendidikan Dasar, Menengah,
dan Tinggi, 19
Pendidikan Formal, 14
Pendidikan Informal, 15
Pendidikan Keagamaan, 19
Pendidikan Kejuruan, 18
Pendidikan Khusus, 19
Pendidikan Nonformal, 15
Pendidikan Profesi, 18
Pendidikan Umum, 18
Pendidikan Vokasi, 19
Pendidikan, 2-4
Pengawasan, 7, 11
Pengembangan Kurikulum, 44-
45
Pengorganisasian Kurikulum,
34-40
Pengorganisasian, 6, 11
Peranan Manajemen
Pendidikan, 5
226
Perencanaan Anggaran, 135,
139
Perencanaan, 5, 10
Peserta Didik, 43
Prinsip Efektivitas, 47
Prinsip Fleksibilitas, 46
Prinsip Khusus, 47
Prinsip Kontinuitas, 46
Prinsip Praktis dan Efisiensi,
46
Prinsip Relevansi, 46
Promosi, 63, 65, 84
Rekrutmen Siswa Baru, 57-60
Repetitif, 182
Ruang Lingkup Manajemen
Pendidikan, 8
Sistem Informasi Manajemen,
180, 182-183
Standar Kompetensi, 21-26
Struktur Organisasi Lembaga
Pendidikan, 12
Supervisi, 193, 196-201, 204
Simposium, 206
Tes Formatif, 30
Tes Sub Sumatif, 30
Tes Sumatif, 31
Wilayah Kerja, 8
227
TENTANG PENULIS
Elbadiansyah, Dr. M.Pd lahir di
Lampihong, sebuah Kecamatan di
Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan
Selatan, tanggal 2 Desember 1960. Anak
pertama dari tujuh bersaudara, nama ayah
H.Ilmie Sjailillah (alm) seorang guru dan
Kepala SD di Kecamatan Lampihong, nama
ibu Hj.Siti Sarah (almh) seorang petani dan
ibu rumah tangga.
Menikah, dengan seorang gadis Pantai Parangtritis Bantul
Yogyakarta bernama Hj. Siti Fatonah, S.Pd seorang guru pada SMPN
10 Samarinda bidang studi Bimbingan Konseling (BK), dari
perkawinan tersebut dikarunia anak putera 2 orang dan puteri 2 orang,
yaitu: Elfa Farid Syailillah, S.IP (alm), Elfa Noor Fatmasari,S.Pd
(Guru), Elfa Anshory Syailillah (Mahasiswa) dan Elfa Leny Savitri
(Pelajar), ditambah dua orang cucu perampuan yaitu : Aisyah Syifa Az-
Zahra dan Alfiyah Zaina Kamila.
Pendidikan, lulus SDN di Lampihong Kiri tahun 1973, lulus
PGAN 4 tahun 1977 dan PGAN 6 tahun di Amuntai 1980 di
Kalimantan Selatan, selanjutnya hijrah ke Samarinda Kalimantan
Timur melanjutkan pendidikan pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Ampel Samarinda lulus Sarjana Muda tahun 1984, melanjutkan
doctoral (Sarjana Lengkap) lulus tahun 1988, kemudian mendapat
beasiswa dari ADB pada Kanwil Pendidikan Nasional Provinsi
Kalimantan Timur untuk Magister Pendidikan (M.Pd) di Universitas
Negeri Yogyakarta lulus tahun 2005,
228
lulus tercepat dari 50 teman sejawat dari Kalimantan Timur dengan
IPK 3,41 dan menempuh program Doktor di Universitas Negeri Jakarta
kerjasama dengan Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda
jurusan Manajemen Pendidikan (MP) lulus tahun 2012 dengan IPK
3,43.
Pekerjaan, memulai karer sebagai PNS Departemen Agama tahun
1982 pada KUA Samarinda Seberang, staf Subbag Umum Kanwil
Departemen Agama Provinsi Kalimantan Timur, menjadi Guru Agama
Islam pada SMPN 10 Samarinda tahun 1985, kemudian menjadi Guru
MTsN Filial Samarinda dan diangkat menjadi Kepala MTs Labbaika
Samarinda, selanjutnya diangkat menjadi Kasi Kurikulum Bidang
Mapenda Kanwil Departemen Provinsi Kalimantan Timur, berikutnya
diangkat sebagai Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten PPU,
Kepala Kantor Departemen Agama Kota Samarinda, kembali Ke
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Timur sebagai Kabid
Pekapontren dan Penamas dan Kabid Urais yang berganti nama Bidang
Bimas Islam sampai tahun 2014, akhirnya tahun 2015 hijrah dari
Kementerian Agama ke Kemenristekdikti pada Kopertis XI Wilayah
Kalimantan sebagai Dosen Dpk IKIP PGRI Kalimantan Timur hingga
sekarang dengan pangkat golongan Pembina Tingkat I (IV/b) dengan
jabatan Fungsional Lektor.
Pengalaman, aktivis Remaja Masjid, anggota PMII Komisariat
IAIN Sunan Ampel Samarinda, Ketua GP. Ansor Samarinda dua
priode, Wakil Ketua KNPI Samarinda, Ketua LP. Ma’arif NU
Samarinda dua priode, Sekretaris dan Wakil Ketua PW NU Kalimantan
Timur, Wakil Ketua MUI Kalimantan Timur, Wakil Ketua MDI
Kalimantan Timur, Sekretaris LPTQ Kalimantan Timur, Sekretaris
PERAMUPADI (Perkumpulan Ahli Manajemen Mutu Pendidikan
230
Kalimantan Timur, dan Wakil Sekretaris APTISI (Asosiasi Perguruan
Tinggi Swasta Indonesia) Wilayah XI B Kalimantan.
Demikian daftar riwayat hidup ini di buat untuk melengkapi
syarat penerbitan buku bahan ajar yang berjudul “Manajemen
Pendidikan” untuk Perguruan Tinggi di Indonesia.
Mengampu Mata Kuliah:
1. Pengantar Manajemen
2. Manajemen Sumber Daya Manusia
3. Manajemen Pendidikan
4. Pendidikan Karakter Bangsa
5. Ilmu Sosial Budaya Bangsa
6. Profesi Keguruan
7. Pendidikan Kewarganegaraan