MANAJEMEN PENDIDIKAN-dikonversi.pdf

242

Transcript of MANAJEMEN PENDIDIKAN-dikonversi.pdf

MANAJEMEN PENDIDIKAN

Oleh:

ELBADIANSYAH

International Research and Development for Human Beings

Malang

2018

Sanksi Pelanggaran Pasal 27 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta:

1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatansebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat(1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masingpaling singkat 1 (satu) bulan dan atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00(lima miliar rupiah).

2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan ataubarang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara palinglama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii

Penulis : Dr. Elbadiansyah, M.PdISBN : 978-602-6672-74-2Editor : Cakti Indra Gunawan, SE., MM., Ph.D Cover & Layout: Bayu Febri Basudewo, SE.

Cetakan Pertama, April 2018

Diterbitkan oleh:

CV. IRDH (Research & Publishing)Anggota IKAPI No. 159-JTE -2017Office: Jl. A. Yani Gg. Sokajaya 59 Purwokerto

New Villa Bukit Sengkaling C9 No.1 MalangHP. 081 357 217 319 WA. 089 621 424 412www.irdhcenter.comemail: [email protected]

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga buku ini

dapat diselesaikan dengan baik, buku ini berisi tentang manajemen

dalam mengelola lembaga pendidikan yang diajarkan disetiap

perguruan tinggi di Indonesia, mengungkapkan tentang materi kuliah

Manajemen Pendidikan berdasarkan kurikulum yang berlaku di

perguruan tinggi.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberi

dorongan dan bantuan berupa arahan dan perbaikan dalam penulisan

buku ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor IKIP PGRI

Kalimantan Timur Drs. H. M. Kasdie A, MM. yang berkenan

memberikan pengantar dalam penerbitan buku ini.

Kemudian juga dengan perasaan bangga penulis sampaikan

kepada isteri dan anak-anak tercinta, yang selalu memberikan dorongan

semangat kepada penulis, sehingga buku ini dapat diselesaikan sesuai

harapan untuk meniti karir sebagai dosen di perguruan tinggi.

Semoga buku ini dapat dipergunakan para mahasiswa

diperguruan tinggi, khususnya di Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia (IKIP PGRI)

Kalimantan Timur, dimana penulis mengabdi saat ini sebagai dosen

DPK dari Kopertis Wilayah XI Kalimantan.

iv

Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan mendapat

balasan yang layak dari Allah SWT Aamiin.

Samarinda, 15 April 2018

Elbadiansyah

v

SAMBUTAN REKTOR IKIP PGRI KALIMANTAN TIMUR

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................iii

SAMBUTAN REKTOR IKIP PGRI KALIMANTAN TIMUR............v

DAFTAR ISI..........................................................................................vi

BAB I KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN...................1

1.1 Pengertian Dasar Manajemen Pendidikan............................1

1.2 Peran dan Fungsi Manajemen Pendidikan...........................5

1.3 Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan..............................9

BAB II ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN...........................13

2.1 Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan 13

2.2 Jalur, Jenjang, dan Jenis Lembaga Pendidikan..................15

2.2.1 Jalur Pendidikan.......................................................15

2.2.2 Jenjang Pendidikan...................................................17

2.2.3 Jenis Pendidikan.......................................................19

2.3 Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan.......................20

BAB III MANAJEMEN KURIKULUM..............................................33

3.1 Konsep Dasar Kurikulum...................................................34

3.2 Pengorganisasian Kurikulum.............................................35

3.3 Ketatalaksanaan Kurikulum...............................................41

3.4 Pengembangan Kurikulum.................................................45

BAB IV MANAJEMEN PESERTA DIDIK.........................................49

4.1 Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik...........................49

4.2 Pencatatan Data Peserta Didik...........................................55

4.3 Mutasi dan Promosi Peserta Didik.....................................64

4.4 Layanan Khusus.................................................................67

BAB V MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK DAN

vii

KEPENDIDIKAN.......................................................................74

5.1 Pengertian dan Jenis-jenis Tenaga Pendidik dan Kependidikan......................................................................74

5.1.1 Pengertian Tenaga Pendidik dan Jenis-Jenisnya......74

5.1.2 Pengertian Tenaga Kependidikan dan

Jenis-Jenisnya...........................................................75

5.2 Pengadaan Tenaga Kependidikan......................................76

5.3 Pengangkatan dan Penempatan Tenaga Kependidikan......80

5.4 Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kependidikan......83

5.5 Pemberhentian Tenaga Kependidikan................................89

BAB VI MANAJEMEN FASILITAS PENDIDIKAN.........................95

6.1.......................................................................................Pengertian dan Jenis-Jenis Fasilitas Pendidikan................................95

6.2.....................................................................................PengadaanFasilitas Pendidikan..........................................................100

6.3 Pendayagunaan dan Pemeliharaan Fasilitas Pendidikan 107

6.4 Penghapusan Fasilitas Pendidikan....................................114

6.5 Pelaporan dan Fasilitas Pendidikan..................................116

BAB VII MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN...............121

7.1 Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan............................121

7.2 Sumber-sumber Pembiayaan Pendidikan.........................124

7.3 Perencanaan Anggaran dan Belanja LembagaPendidikan........................................................................135

7.4 Pelaksanaan Anggaran Pendidikan..................................137

7.5 Pengawasan Pembiayaan Pendidikan...............................149

BAB VIII MANAJEMEN HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN

DENGAN MASYARAKAT.....................................................154

8.1 Konsep Dasar Hubungan Lembaga Pendidikandengan Masyarakat...........................................................154

8.2 Jenis-jenis Kegiatan Hubungan Lembaga

viii

Pendidikan dengan Masyarakat........................................156

8.3 Bentuk-Bentuk Kerjasama Lembaga Pendidikandengan Masyarakat...........................................................157

8.4 Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat 166

BAB IX KETATALAKSANAAN LEMBAGA PENDIDIKAN.......175

9.1 Manajemen Ketalaksanaan Pendidikan............................175

9.1.1 Pengertian Ketalaksanaan Pendidikan....................175

9.1.2 Penanganan Surat Menyurat...................................177

9.1.3 Ruang Lingkup Kegiatan dalam Urusan

Ketatalaksanaan Pendidikan...................................179

9.2 Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan.............180

9.2.1 Konsep Dasar SIM..................................................180

9.2.2 Konsep Dasar Informasi.........................................181

9.2.3 Definisi SIM...........................................................182

9.2.4 Unsur-unsur SIM Berbasis Komputer....................184

9.2.5 Mekanisme Kerja SIM Berbasis Komputer............184

9.3 Administrasi Sekolah.......................................................186

9.3.1 Administrasi Kesiswaan.........................................187

9.3.2 Administrasi Sarana Prasarana...............................188

9.3.3 Administrasi Personal.............................................189

9.3.4 Administrasi Keuangan..........................................191

9.3.5 Administrasi Kurikulum.........................................192

9.3.6 Administrasi Humas...............................................192

BAB X KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN........194

10.1 Dasar-dasar Kepemimpinan Pendidikan..........................194

10.2 Konsep Dasar Supervisi Pendidikan................................197

10.3 Jenis-jenis Supervisi Pendidikan......................................198

10.4 Teknik-teknik Supervisi Pendidikan................................201

ix

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................210

GLOSARIUM.....................................................................................212

INDEKS..............................................................................................215

TENTANG PENULIS........................................................................217

1

BAB I

KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN

Sebelum membahas tentang pengertian manajemen pendidikan

dan penjelasannya perlu diketahui latar belakang munculnya

manajemen pendidikan, pendidikan adalah salah satu elemen dalam

perwujudan kebudayaan suatu bangsa yang selalu berkembang dari

masa ke masa. Oleh karena itu perlu adanya perkembangan manajemen

pendidikan untuk mengimbangi perubahan dan perkembangan yang ada

supaya bisa selaras dengan kebudayaan yang berlaku, perubahan dan

perkembangan manajemen pendidikan ke arah yang lebih baik di

berbagai bidang ilmu harus terus dilakukan sebagai kebutuhan di masa

yang akan datang.

1.1 Pengertian Dasar Manajemen Pendidikan

Manajemen berasal dari kata latin yaitu “manus” yang artinya “to

control by hand” atau “gain result”. Kata manajemen mungkin juga

berasal dari bahasa Italia maneggiare yang berarti “mengendalikan,”

kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti

“kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni

mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari

bahasa Italia. Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa

Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan

dan mengatur. Manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses

perencanaan, pengorganisasian, pengisian staf, kepemimpinan, dan

pengontrolan untuk optimalisasi penggunaan sumber-sumber dan

pelaksanaan tugas- tugas dalam mencapai tujuan organisasi secara

efektif dan efisien. Manajemen adalah suatu proses dalam rangka

mencapai tujuan dengan bekerjasama melalui orang-orang dan sumber

2

daya organisasi lainnya.

3

Menurut The Liang Gie, “manajemen adalah segenap proses

penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia

untuk mencapai tujuan tertentu”, dan menurut Sondang P. Siagian,

“manajemen adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang

atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai

tujuan yang ditentukan sebelumnya.

Sedangkan kata Pendidikan berdasarkan KBI berasal dari kata

“didik” dan kemudian mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”, maka

kata ini mempunyai arti proses atau cara perbuatan mendidik. Kata

Pendidikan juga berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu dari kata

“pedagogi” kata dasarnya “paid“ yang artinya “anak“ dan juga kata

“ogogos“ artinya “membimbing”. dari beberapa pengertian kata

tersebut maka dapat disimpulkan kata “pedagos” dalam bahasa Yunani

adalah ilmu yang mempelajari tentang seni mendidik anak. Secara

bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai prosedur

pendidikan itu sendiri.

Pendidikan adalah merupakan salah satu bentuk perwujudan dari

sebuah kebudayaan manusia yang dinamis dan selalu mengalami

perubahan dan perkembangan. Oleh karenanya, perubahan atau

perkembangan pendidikan adalah suatu hal yang memang seharusnya

terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan manusia,

perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat dan

pada setiap bidang keilmuan harus terus menerus dilakukan sebagai

antisipasi kepentingan masa depan bangsa dan untuk meningkatkan

daya saing bangsa dimata dunia.

4

Proses pendidikan mencakup proses hominisasi dan proses

humanisasi, pendidikan dalam pengertian ini perlu dijadikan upaya

mengembangkan manusia sebagai makhluk hidup, dan makhluk yang

mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun terhadap

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesempatan untuk belajar

bertanggung jawab mengenal dan menghayati serta melaksanakan nilai-

nilai moral perlu selalu ditumbuh kembangkan dalam pendidikan,

terkait dengan itu relevanlah budaya demokrasi dihidupkan dalam

seluruh proses belajar mengajar, dengan budaya seperti itu jiwa

demokrasi akan tumbuh dan berkembang secara baik, perbaikan

pendidikan harus dimulai dengan perbaikan manajemennya, kemudian

perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalamnya.

Pengertian pendidikan adalah: “sebuah usaha yang di lakukan

secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,

membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara (Undang-Undang Sisdiknas, 2003). Pengertian pendidikan

menurut para ahli, diantaranya mengambil pengertian pendidikan

menurut pendapat bapak Pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar

Dewantara, beliau telah menjelaskan tentang pengertian pendidikan

sebagai berikut : “Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya

anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala

kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai

manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai

keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.” Kemudian

pengertian

5

pendidikan menurut John Dewey, Education is all one with growing; it

has no end beyond itself. (pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan

dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di

balik dirinya), dalam pendapat lain John Dewey berpendapat:

“Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang

fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama

manusia” .

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara. Oleh karena itu, pengertian manajemen pendidikan adalah

manajemen pendidikan sebagai suatu proses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam mengelola

sumber daya yang berupa man, money, materials, method, machines,

market, minute dan information untuk mencapai tujuan yang efektif dan

efisien dalam bidang pendidikan.

Manajemen pendidikan adalah suatu proses atau sistem

pengelolaan manajemen pendidikan sebagai organisasi dan peningkatan

kemanusiaan dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan,

kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk

terlaksananya proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup:

Program kurikulum yang meliputi administrasi peserta didik,

kurikulum, metode penyampaian, sistem evaluasi, sistem bimbingan,

program ketenagaan, program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas

dan alat-alat, pendidikan, program pembiayaan, program hubungan

dengan masyarakat, supervisi

6

dan evaluasi. Pendekatan sistem dalam manajemen pendidikan sebagai

akibat dari dianutnya pendekatan dalam sistem pendidikan, sistem

pendidikan adalah suatu kesatuan dari berbagai unsur yang satu dengan

yang lainnya saling berhubungan dan bergantung didalam mengemban

tugas untuk mencapai tujuan sistem tersebut.

1.2 Peran dan Fungsi Manajemen Pendidikan

Peranan dan fungsi manajemen dalam sebuah organisasi sangat

penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka fungsi dari

manajemen pendidikan mengandung empat unsur:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah proses menyusun tujuan dan sasaran

organisasi serta menyusun “peta kerja” yang melibatkan cara

pencapaian tujuan, perencanaan adalah suatu proses yang rasional dan

sistematis dalam menetapkan langkah-langkah kegiatan yang akan

dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah-

langkah perencanaan tersebut:

a. Merumuskan tujuan secara jelas.

b. Mengumpulkan data dan informasi.

c. Menganalisis data dan informasi.

d. Merumuskan dan menetapkan alternatif pencapaian tujuan.

e. Menentukan prioritas.

f. Menyusun langkah konkret untuk dilaksanakan.

Teknik melaksanakan perencanaan adalah dengan menjawab

pertanyaan 5W + 1H (What, Why, Who, When, Where, How)

7

Kegiatan planning menurut Louise Allen:

a. Forecasting.

b. Objectives.

c. Policies.

d. Scheduling.

e. Programming.

f. Procedure.

g. Budgetting.

Sedangkan prinsip-prinsip dalam perencanaan:

a. Aplicable.

b. Comprehensive.

c. Integrative.

d. Parsitipatif.

e. Memperhitungkan segala kemungkinan.

f. Mendayagunakan semaksimal mungkin sumberdaya yang ada.

g. Jangkauan waktu yang jelas.

h. Cukup waktu.

i. Fleksibel.

Sementara syarat perencanaan yang baik adalah:

a. Mempermudah tercapainya tujuan.

b. Dibuat oleh ahli perencanaan.

c. Dibuat secara rinci dan mendetail.

d. Mudah dilaksanakan.

e. Sederhana dan fleksibel.

f. Forecasting.

g. Praktis.

8

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan

orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewenang

sekaligus penempatan dan pembagian tugas kepada orang yang terlibat

dalam kerjasama sehingga dapat mencapai tujuan. Dalam

pengorganisasian yang baik diantaranya:

a. Perumusan tujuan secara jelas dan tepat.

b. Pengelompokan dan pembagian kerja.

c. Kesatuan arah dan komando (unity of direction and command).

d. Adanya keseimbangan antara tugas, tanggung jawab dan

wewenang.

e. Koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi (KISS).

f. Balas jasa setimpal dengan jasa yang diberikan.

g. The right man in the right place.

h. Kesinambungan.

3. Pelaksanaan (Implementation)

Proses dengan menggerakkan sumber daya manusia (SDM) yang

ada untuk melakukan kegiatan pencapaian tujuan sehingga efisiensi

proses terjadi dan menghasilkan efektivitas hasil kerja. Penggerakkan

adalah keseluruhan proses menggerakkan orang lain agar mau bekerja

dengan ikhlas dan sukarela demi tercapainya tujuan organisasi secara

efektif dan efisien. Menggerakkan yang baik adalah:

a. Jelaskan tujuan organisasi.

b. Setiap orang menyadari, memahami, dan menerima tujuan.

c. Jelaskan filsafat yang dianut organisasi.

d. Jelaskan kebijaksanaan yang ditempuh.

e. Mengerti struktur organisasi.

9

f. Peranan dan fungsi setiap orang harus jelas.

g. Pentingnya kerjasama.

h. Berilah pujian, teguran, dan bimbingan.

i. Bila bekerja dengan baik tujuan pribadi maupun organisasi

akan tercapai.

Teknik Penggerakan:

a. Commanding.

b. Directing.

c. Comunicating.

d. Stimulating.

e. Coordinating.

f. Leading.

g. Motivating.

4. Pengawasan (Controlling)

Proses pemberian balikan dan tindak lanjut dari pembandingan

antara hasil yang dicapai dengan rencana yang telah dibuat kemudian

terdapat tindakan penyesuaian apabila terjadi penyimpangan.

Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh

kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan berjalan

sesuai dengan rencana (membandingkan antara hasil degan rencana).

Controlling dan monitoring yang baik harus adalah:

a. Menemukan fakta (objektif)

b. Bersifat preventif

c. Sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi/tujuan

d. Memudahkan tujuan (efisien dan efektif)

e. Bukan mencari-cari kesalahan

f. Bersifat membimbing.

10

1.3 Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan memiliki ruang lingkup tersendiri, ruang

lingkup manajemen pendidikan dapat dibagi berdasarkan wilayah kerja,

objek garapan, urutan kegiatan, dan pelaksana, berikut penjelasan tiap-

tiap ruang lingkup manajemen pendidikan.

Wilayah Kerja, Manajemen pendidikan menurut wilayah kerja

dibagi menjadi berbagai tingkatan wilayah, diantaranya: Manajemen

pendidikan seluruh negara adalah manajemen pendidikan pada level

nasional, proses pendidikan disini dilaksanakan tidak hanya oleh pihak

sekolah namun pihak luar sekolah termasuk pada penyelenggara

berbagai kegiatan pendidikan yang tentu saja skalanya adalah nasional.

Tingkat Provinsi : Manajemen pendidikan satu provinsi memiliki ruang

lingkup provinsi dimana pelaksana proses pendidikan didukung oleh

pihak yang berkaitan yang ada di Kabupaten dan Kecamatan. Tingkat

Kabupaten atau Kota : Manajemen pendidikan ini fokus pada wilayah

satu kabupaten maupun satu kota saja.

Satu Unit Kerja, Proses pendidikan satu unit kerja

menitikberatkan pada satu unit kerja yang secara langsung menangani

proses pendidikan. Kelas: Manajemen pendidikan dengan tingkat

terkecil yang secara langsung berhadapan dengan peserta didik.

Objek Garapan, Berdasarkan objek garapan, manajemen

pendidikan mengelola: siswa, personil/tenaga kerja pendidikan di tiap

lembaga, manajemen kurikulum, sarana prasarana, tata usaha dan tata

laksana pendidikan, manajemen anggaran, manajemen lembaga,

manajemen hubungan masyarakat/komunikasi pendidikan.

11

Urutan Kegiatan, Menurut urutan kegiatan manajemen

pendidikan meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

mengkoordinasian, komunikasi, dan mengawasi serta mengevaluasi.

Pelaksana, Pada ruang lingkup pelaksana, guru merupakan

administrator. Guru wajib menjalankan aktivitas manajemen

pendidikan seperti pengelolaan. Sehingga dalam hal ini guru

merupakan manajer pendidikan di kelas yang dipimpinnya.

Satu unit kerja ialah manajemen ini hanya di titik beratkan pada

satu unit kerja yang langsung dalam menangani dalam pekerjaan

mendidik. Manajemen kelas ialah sebagai suatu kesatuan kegiatan yang

terkecil dalam manajemen pendidikan yang menjadi inti dari semua

jenis manajemen Ruang lingkup berdasarkan wilayah kerja

Bila di tinjauan dari wilayah kerjanya maka ruang lingkup

manajemen pendidikan bisa dibedakan menjadi: Manajemen

pendidikan seluruh negara yaitu majejemen pendidikan untuk tingkat

nasional ini ditangani bukan hanya dengan pelaksanaan pelatihan

pendidikan di dalam sekolah saja, tetapi juga pendidikan luar sekolah,

penyelenggaraan pelatihan, pengayaan penelitian, ataupun pendidikan

yang meliputi kebudayaan dan kesenian secara nasional. Menejemen

pendidikan dalam satu provinsi ialah ruang lingkupnya yang meliputi

wilayah kerja satu sebaras provinsi saja, yang dimana pelaksanaannya

dibantu oleh petugas manajemen pendidikan yang berada di kabupaten

dan di kecamatan. Manajemen pendidikan dalam satu kabupaten atau

kota ialah ruang lingkupnya hanya meliputi wilayah kerja satu

kabupaten maupun satu kota saja.

12

1. Ruang lingkup menurut objek garapan

Bila ditinjau berdasarkan objek garapan, yaitu sebagai berikut ini

: Manajemen siswa. Manajemen personil-personil sekolah. Manajemen

kurikulum. Manajemen prasarana atau material. Manajemen ketata

usahaan sekolah atau tata laksana pendidikan. Manajemen anggaran.

Manajemen lembaga atau organisasi pendidikan, Manajemen hubungan

masyarakat atau manajemen kominikasi pendidikan.

2. Ruang lingkup menurut fungsi atau urutan kegiatannya

Merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,

mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengawasi ataupun

mengevaluasi.

Fungsi Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan memiliki fungsi yang sama dengan fungsi

manajemen secara umum yaitu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan, namun dalam manajemen pendidikan

fungsi manajemen tersebut lebih spesifik menangani bidang

pendidikan, berikut penjelasan mengenai fungsi-fungsi manajemen

pendidikan:

- Perencanaan

Pelaksanaan perencanaan diatur dan disesuaikan dengan sumber

daya yang dimiliki, pada dunia pendidikan perencanaan disusun untuk

mengarahkan pada tujuan pendidikan secara menyeluruh dan

menggunakan metode terbaik untuk meraihnya. Hasil dari perencanaan

dapat berupa peta kerja dalam pencapaian tujuan seperti rencana

strategis lembaga pendidikan dalam pencapaian visi dan misi, rencana

pembelajaran semester (RPS), kurikulum dan silabus mata

pelajaran/kuliah, dan lainya.

13

- Pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian dalam manajemen pendidikan memiliki

tujuan untuk membagi tugas besar menjadi aktivitas yang lebih

sederhana, fungsi ini memudahkan dalam pelaksanaan pengawasan dan

dalam penentuan jumlah dan kualifikasi sumber daya yang diperlukan.

Pengorganisasian dalam manajemen pendidikan contohnya adalah

menyusun apa saja yang dibutuhkan lembaga pendidikan, berapa

tenaga pengajar dan karyawan yang dibutuhkan, tenaga pengajar di

bidang apa saja yang diperlukan, dan lain-lain.

- Pengarahan

Setelah pengorganisasian kemudian dilakukan pengarahan

terhadap berbagai sumberdaya khususnya sumber daya manusia untuk

melakukan tanggung jawab yang sesuai dengan tujuan. Pada intinnya

pengarahan merupakan proses menggerakkan orang untuk menjalankan

aktivitas dalam rangka meraih tujuan sehingga tercipta efisiensi dan

efektifitas.

- Pengawasan

Kegiatan penilaian kinerja yang mengacu pada perencanaan yang

telah disusun bersama sebelumnya, tujuan dari pengawasan adalah

untuk menjamin kegiatan yang sedang dilaksanakan agar sesuai dengan

tujuan, selain itu memberikan penilaian terhadap kegiatan yang telah

dilaksanakan supaya menjadi masukan perbaikan di masa mendatang.

Contoh evaluasi dalam manajemen pendidikan adalah melakukan

evaluasi pembelajaran terhadap siswa, mengadakan jejak pendapat

tentang sistem pendidikan yang ada si suatu lembaga pendidikan.

14

BAB II

ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN

Organisasi bukan merupakan tujuan, tetapi organisasi adalah alat

untuk mencapai tujuan, oleh karena itu manusia tidak dapat terpisahkan

dengan organisasi dalam kehidupannya, walaupun pengalaman

berorganisasi itu ada yang menyenangkan dan tidak menyanangkan,

ada yang positif dan ada pula yang negatif tetapi manusia tetap

memerlukan organisasi, adanya dinamika ini sebagai konsekuensi

bahwa manusia pada hakikatnya tidak sama atau penuh dengan

perbedaan. Organisasi lembaga pendidikan perlu dikelola dengan baik,

agar pendidikan dapat berjalan sesuai dengan perencanaan yang dibuat

dan dapat mencapai tujuan dalam manajemen pendidikan. sebuah

wadah, tempat, atau sistem untuk melakukan kegiatan bersama untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan, pengorganisasian

(organizing) merupakan proses pembentukan wadah atau sistem dan

penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi, jika dikaitkan dengan pendidikan (organisasi

pendidikan), organisasi adalah tempat untuk melakukan aktivitas

pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

2.1 Pengertian dan Struktur Organisasi Lembaga Pendidikan

Istilah organisasi secara etimologi berasal dari bahasa latin

organum yang berarti alat. Sedangkan, Organize (bahasa inggris)

berarti mengorganisasikan, yang berarti menunjukkan suatu tindakan

atau usaha untuk mencapai sesuatu. Organizing (pengorganisasian)

berarti menunjukkan sebuah proses tindakan untuk mencapai suatu

tujuan. Organisasi adalah sebagai salah satu fungsi manajemen yang

15

sesungguhnya telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Diantaranya

menurut Gibson at.al mengartikan organisasi sebagai wadah yang

memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak

dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri, demikian pula

menurut Robbins mendefinisikan organisasi sebagai kesatuan sosial

yang dikoordinasikan secara sadar dengan batasan yang relatif dapat

diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk

mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. Sedangkan

menurut Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa organisasi adalah

setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang

bekerjasama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu

tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan dimana terdapat seseorang

atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekolompok

orang yang disebut bawahan.

Bentuk dari sebuah organisasi secara keseluruhan yang

menggambarkan kesatuan dari berbagai sekmen dan fungsi organisasi

yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan teknologi yang

digunakan dan sasaran yang hendak dicapai. Sedangkan struktur dalam

sebuah organisasi diartikan sebagai bentuk hubungan komponen-

komponen atau bagian dalam suatu organisasi, struktur merupakan

sistem formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasikan

tugas orang atau kelompok agar dapat mencapai tujuan yang

diinginkan. Lembaga Pendidikan (Sekolah) sebagai sebuah institusi

pendidikan merupakan wadah atau tempat proses pendidikan dilakukan,

memiliki sistem yang komplek dan dinamis, dalam kaitan itu sekolah

adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan

murid, melainkan berada pada suatu tatanan yang rumit dan saling

berkaitan serta saling

16

menunjang. Oleh karena itu sekolah dipandang sebagai sebuah

organisasi yang membutuhkan pengelolaan yang baik dan serius, selain

itu kegiatan lain organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya

manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan lulusan yang

berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serta pada

gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada pembangunan bangsa yang pada akhirnya dapat meningkatkan

daya saing bangsa dimata dunia.

2.2 Jalur, Jenjang, dan Jenis Lembaga Pendidikan

Didalam Undang-Undang Pendidikan No. 20 tahun 2003 Pasal 13

ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan

formal, non-formal dan informal.

2.2.1 Jalur Pendidikan

1. Pendidikan Formal.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu

TK/RA, Pendidikan Dasar yaitu (SD/MI), dan Pendidikan Menengah

yaitu: (SMP/MTs dan SMA/MA/SMK), dan Pendidikan Tinggi (PT).

Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus negeri dan

pendidikan formal berstatus swasta.

Ciri-ciri Pendidikan Formal antara lain :

- Tempat pembelajaran di gedung sekolah.

- Ada persyaratan khusus untuk menjadi peserta didik.

- Kurikulumnya jelas.

- Materi pembelajaran bersifat akademis.

- Proses pendidikannya memakan waktu yang lama.

17

- Ada ujian formal.

- Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah dan swasta

(masyarakat).

- Tenaga pengajar memiliki klasifikasi tertentu.

- Diselenggarakan dengan administrasi yang seragam

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil

pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program

pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh

lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah

dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Seperti Lembaga

Kursus dan Pelatihan, Paket A,B,C di Ponpes Salafiah, Kelompok

Belajar, Sanggar, dll. Ciri-ciri Pendidikan Non-Formal antara lain :

- Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung.

- Kadang tidak ada persyaratan khusus.

- Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.

- Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.

- Bersifat praktis dan khusus.

- Pendidikannya berlangsung singkat.

- Terkadang ada ujian.

- Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta

3 Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil

pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan

18

nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar

nasional pendidikan. Seperti; pendidikan agama, budi pekerti, etika,

sopan santun, moral dan sosialisasi. Ciri-ciri Pendidikan Informal

antara lain :

- Tempat pembelajaran bisa di mana saja.

- Tidak ada persyaratan.

- Tidak berjenjang.

- Tidak ada program yang direncanakan secara formal.

- Tidak ada materi tertentu yang harus tersaji secara formal.

- Tidak ada ujian.

- Tidak ada lembaga sebagai penyelenggara.

3.1.1 Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang diterapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan. Menurut UU

Pendidikan No. 20 tahun 2003 pasal 14, jenjang pendidikan formal

terdiri atas: Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah

jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. SD/MI

ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.

SMP/MTs adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di

Indonesia siswa yang diterima setelah lulus SD atau sederajat.

SMP/MTs ditempuh dalam waktu 3 tahun. SMA/MA adalah jenjang

pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia, siswa yang

diterima setelah lulus SMP atau sederajat. SMA/MA ditempuh dalam

waktu 3 tahun, SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal

yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan

19

menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs, atau bentuk lain yang

sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara

SMP/MTs. Di SMK terdapat banyak sekali Program Keahlian.

Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan formal dalam binaan Kementeri Agama yang

menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam

pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs,

atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang

diakui sama/setara SMP/MTs.

Perguruan Tinggi (PT) adalah satuan pendidikan penyelenggara

pendidikan tinggi, peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa,

sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Di

Indonesia ada beberapa jenis perguruan tinggi, antara lain:

1) Sekolah tinggi dalam pendidikan di Indonesia adalah perguruan

tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau

vokasi dalam lingkup satu disiplin ilmu pengetahuan, teknologi,

dan/atau seni dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan

pendidikan profesi.

2) Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan

pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu.

3) Politeknik atau sering disamakan dengan institut teknologi adalah

penamaan yang digunakan dalam berbagai institusi pendidikan yang

memberikan berbagai jenis gelar dan sering beroperasi pada tingkat

yang berbeda-beda dalam sistem pendidikan. Politeknik dapat

merupakan institusi pendidikan tinggi dan teknik lanjutan serta

penelitian ilmiah ternama dunia atau pendidikan vokasi profesional,

20

yang memiliki spesialiasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknik,

dan teknologi atau jurusan-jurusan teknis yang berbeda jenis.

4) Institut adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

akademik dan/atau vokasi dalam sekelompok disiplin ilmu

pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan jika memenuhi syarat

dapat menyelenggarakan pendidikan profesi.

5) Universitas adalah suatu institusi pendidikan tinggi dan penelitian,

yang memberikan gelar akademik dalam berbagai bidang. Sebuah

universitas menyediakan pendidikan sarjana dan pascasarjana.

3.1.2 Jenis Pendidikan

1) Pendidikan Umum

Pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan

perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

2) Pendidikan Kejuruan

Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik

untuk bekerja dalam bidang tertentu.

3) Pendidikan Akademik

Pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan

dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan

atau seni tertentu (program sarjana dan pascasarjana).

4) Pendidikan Profesi

Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan

peserta didik agar memiliki pekerjaan dengan persyaratan

keahlian khusus.

21

5) Pendidikan Vokasi

Pendidikan tinggi yang diarahkan untuk mempersiapkan

peserta didik agar memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan

tertentu maksimal setara dengan program sarjana.

6) Pendidikan Keagamaan

7) Pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi yang mempersiapkan

peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut

penguasaan ilmu pengetahuan tentang ajaran agama atau

menjadi ahli ilmu agama. Contohnya : Pesantren, MI, MTS,

MA, MAK, Sekolah Tinggi Theologia, Sekolah Tinggi Agama

Budha, Agama Hindu dll.

8) Pendidikan Khusus

9) Pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang

berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar

biasa yang diselenggarakan secara inklusif. Contohnya:

Sekolah Luar Biasa (SLB).

3.2 Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan

Indikator-indikator berhasil tidaknya suatu lembaga pendidikan

dalam mengelola lembaga pendidikan atau sekolah dapat dilihat

sebagai berikut:

a. Pada jumlah peserta didik yang naik kelas dan tidak naik kelas

Jika sekolah menjalankan manajemen pendidikan dengan benar,

maka ketentuan naik tidak naik kelas bagi peserta didik sudah ada

ukurannya, jika hasil belajar sesuai kriteria kenaikan maka anak bisa

dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi, bukan karena balas kasihan,

22

sebaliknya jika peserta didik tidak memperoleh nilai sesuai ketentuan

maka anak tidak naik kelas.

b. Jumlah peserta didik yang drop out

Sekolah yang mampu menekan peserta didiknya tidak ada yang

putus sekolah (drop out) berarti sekolah memiliki manajemen

pendidikan yang baik, dimana peserta didik yang putus sekolah

biasanya memiliki permasalahan secara pribadi, mungkin karena biaya,

karena waktu, karena kondisi kesehatan dan kondisi tempat tinggal,

sekolah yang baik permasalahan peserta didik dapat dicarikan jalan

keluarnya sehingga anak tidak berhenti sekolah.

c. Jumlah kelulusan dan ketidak lulusan

Setiap jenjang pendidikan ada alat evaluasinya, apakah Ujian

Nasional, Evaluasi Belajar Tahap Akhir atau apapun namanya, yang

jelas untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian program pembelajaran

yang diukur secara nasional, sekolah yang mampu meluluskan peserta

didiknya dengan baik, tanpa ada rekayasa proses penilaian berarti

sekolah tersebut berhasil dalam menjalankan proses pembelajaran yang

baik.

d. Keadaan hasil kelulusan peserta didik secara akademik.

Hasil ujian akhir yang dilakukan secara nasional, jika

menghasilkan nilai yang tinggi atau dilihat sejauhmana rangking nilai

yang diperoleh anak dalam mengikuti ujian akhir yang bersifat

nasional, semakin banyak anak yang memperoleh nilai yang tinggi

maka semakin baik mutu dan kualitas sekolah tersebut, sehingga

lulusannya untuk melanjutkan pendidikan ke janjang yang lebih tinggi

tidak mendapat kesulitan atau ingin mencari pekerjaan bagi sekolah

menengah atau perguruan tinggi mendapat kemudahan dan siap untuk

diterima.

23

Outcome peserta didik juga berperan dalam menentukan berhasil

tidaknya lembaga pendidikan, misalnya keberhasilan mereka dalam

meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau jenis

pekerjaan yang diperoleh jika peserta didik lulus sekolah.

Proses pembelajaran merupakan salah satu aspek yang memegang

peranan penting dalam proses pengelolaan pendidikan karena sebaik

apapun perangkat pembelajaran tertulis jika tidak dilaksanakan secara

efektif maka hasil belajar yang dicapai baik aspek kognitif, afektif dan

psikomotor juga tidak akan memadai, karena itu kualitas sebuah

lembaga pendidikan tercermin dari kualitas proses pembelajarannya,

untuk itu kriteria mutu dan keberhasilan pembelajaran harus dibuat

secara rinci sehingga benar-benar dapat diukur dan diamati, kejelasan

kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran akan memperjelas

target dalam setiap tahapan pembelajaran, kemampuan menyusun

kriteria dan indikator keberhasilan pembelajaran harus dimiliki Guru

dan Kepala Sekolah agar dapat menjalankan tugas masing-masing. Hal

ini memerlukan pembinaan atau bimbingan dari pengawas.

Apakah kriteria keberhasilan pembelajaran itu?

Keberhasilan pembelajaran, mengandung makna ketuntasan

dalam belajar dan ketuntasan dalam proses pembelajaran, artinya

tercapainya kompetensi yang meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap,

atau nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Fungsi ketuntasan belajar adalah memastikan semua peserta didik

menguasai kompetensi yang diharapkan sebelum pindah ke kompetensi

selanjutnya. Panduan ketuntasan belajar mengacu pada standar

kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang terdapat dalam

kurikulum,

24

sedangkan ketuntasan dalam pembelajaran berkaitan dengan standar

pelaksanaannya yang melibatkan komponen guru dan siswa. Kriteria

keberhasilan adalah ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar yang

mengacu pada kompetensi dasar dan standar kompetensi yang

ditetapkan yang mencirikan penguasaan konsep atau ketrampilan yang

dapat diamati dan diukur.

Secara umum kriteria keberhasilan pembelajaran adalah:

1) Keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes,

baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes ketrampilan.

2) Setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang mengacu kepada

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), atau Kriteria Ketuntasan

Ideal (KKI) 75%.

3) Ketercapaian keterampilan vokasional atau praktik bergantung

pada KKM atau KKI.

Sedangkan indikator adalah acuan untuk menentukan apakah

peserta didik telah berhasil menguasai kompetensi. Untuk

mengumpulkan informasi apakah suatu indikator telah dicapai siswa,

dilakukan penilaian sewaktu pembelajaran berlangsung atau

sesudahnya. Pencapaian inidikator dapat dijaring dengan beberapa

soal/tugas. Seperti telah diungkapkan di atas, kriteria ketuntasan belajar

setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar

berkisar antara 0%- 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing

indikator adalah 75% (KKI). Satuan pendidikan dapat menentukan

kriteria ketuntasan minimal lebih kecil atau lebih besar dari KKI (75%)

dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan guru serta

ketersediaan prasarana dan sarana.

25

Bagaimana cara identifikasi kriteria keberhasilan pembelajaran?

Pada pembelajaran tuntas, kriteria pencapaian kompetensi yang

ideal ditetapkan adalah minimal 75% oleh karena itu setiap kegiatan

belajar mengajar diakhiri dengan penilaian pencapaian kompetensi

siswa dan diikuti rencana tindak lanjutnya. Layanan pembelajaran

remedial akan lebih efektif bila melalui kerjasama terpadu antara guru

mata pelajaran, wali kelas, dan konselor sekolah (guru BK). Guru

memberi bimbingan akademis, sedangkan wali kelas dan konselor

sekolah memberi bimbingan psikologi bagi siswa yang menghadapi

masalah psikologi.

Dengan demikian siswa yang berprestasi bisa mengikuti program

akselerasi atau percepatan studinya secara alami. Berdasarkan hasil

penilaian tersebut maka tidak lanjutnya adalah kemungkinan,

pemberian remidi, pengayaan, dan atau akselerasi. Perbedaan tindak

lanjut tersebut dilakukan berdasarkan variasi pencapaian kompetensi

siswa sebagai berikut:

a. Melanjutkan KBM berikutnya secara klasikal bila dalam

waktu terjadwal siswa yang sudah mencapai KKI (75%) atau

KKM satuan pendidikan yang bersangkutan mencapai jumlah

minimal 85%.

b. Pemberian remidi secara individual/kelompok kepada siswa

yang belum mencapai KKM.

c. Pemberian pengayaan horisontal (memperkaya kompetensi

tersebut) kepada siswa yang sudah mencapai kompetensi

antara 75%-85% sedangkan waktu terjadwalnya masih tersisa.

d. Pemberian pengayaan vertikal (percepatan) ke pembelajaran

Kompetensi Dasar (KD) berikutnya secara individual kepada

26

siswa yang sudah mencapai kompeten lebih dari 85 %

sedangkan waktu terjadwal belum habis.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan

landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran,

dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Sedangkan ketuntasan dalam proses pembelajaran berkaitan

dengan waktu yang cukup untuk menguasai sesuatu hasil pembelajaran

yang ditentukan serta proses pengajaran dan pembelajaran yang

berkualitas. Ketuntasan tersebut bercirikan sebagai berikut:

a. Pengelolaan kegiatan pembelajaran dilakukan melalui tema

pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Tema dapat terdiri

dari sekumpulan bahan pelajaran yang disusun secara

sistematis dan saling terkait. Pembelajaran dipecahkan ke

beberapa tema kecil agar mudah dikuasai.

b. Peserta didik belum mempelajari kompetensi berikutnya,

apabila kompetensi sebelumnya belum tercapai.

c. Peserta didik diberi waktu cukup untuk menguasai sesuatu

hasil pembelajaran yang ditentukan.

d. Peserta didik memperoleh arahan pembelajaran untuk setiap

tema secara jelas.

Apakah itu standar kompetensi dan kompetensi dasar?

Indikator dan kriteria keberhasilan pembelajaran dapat dijabarkan

dari standar kompetensi. Ukuran keberhasilan pembelajaran tercermin

dari tercapai tidaknya indikator kompetensi dasar mata pelajaran

tersebut. Untuk memberikan pemahaman terhadap indikator

27

keberhasilan pembelajaran berdasarkan stándar kompetensi ini, berikut

akan dijelaskan makna stándar kompetensi dan kompetesi dasar.

a. Standar Kompetensi ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar

ditentukan berdasarkan kriteria keberhasilan yang mengacu pada

kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ditetapkan yang

mencirikan penguasaan konsep atau ketrampilan yang dapat

diamati dan diukur. Berkaitan dengan hal tersebut maka

pengawas perlu memahami tujuan pembelajaran, kompetensi

dasar dan standar kompetensi setiap pelajaran, termasuk standar

pelaksanaannya. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi

untuk penilaian.

b. Kompetensi Dasar merupakan perincian lebih lanjut dari Standar

Kompetensi. Kompetensi Dasar adalah pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang minimal harus dikuasai siswa untuk

menunjukan bahwa siswa tersebut telah menguasai standar

kompetensi dan materi pelajaran. Caranya dengan jalan

mengajukan pertanyaan “kemampuan atau sub kemampuan apa

saja yang harus dikuasai siswa dalam rangka mencapai standar

kompetensi?”.

Jawaban atas pertanyaan tersebut berupa daftar lengkap

pengetahuan, keterampilan atau sikap yang harus dikuasai siswa dalam

rangka mencapai standard kompetensi. Setelah diperoleh daftar rincian

tersebut, kemudian daftar tersebut diurutkan. Cara mengurutkan

kompetensi dasar sama dengan cara mengurutkan standar kompetensi,

yaitu menggunakan pendekatan prosedural, pendekatan hirarkis, dari

28

mudah ke sukar, dari kongkret ke abstrak, pendekatan spiral, pendekatan

tematis, pendekatan terpadu (integrated), dan sebagainya.

Pendekatan prosedural digunakan jika kemampuan dasar yang

dipelajari bersifat prosedural seperti langkah-langkah mengerjakan

tugas. Pendekatan hirarkis digunakan jika hubungan antara kompetensi

dasar yang satu dengan kompetensi dasar yang lain bersifat prasyarat,

dalam arti suatu kompetensi harus dipelajari dulu sebelum mempelajari

kompetensi berikutnya.

Menurut pendekatan spiral, suatu pokok bahasan atau topik

diberikan berulang-ulang, semakin luas dan semakin mendalam.

Misalnya topik sama, tetapi kedalaman dan keluasannya berbeda.

Semakin tinggi kelasnya semakin mendalam dan luas cakupan materi

yang diajarkan. Jika digambarkan akan tampak seperti spiral.

Pendekatan terintegrasi atau terpadu, dalam penyajian pelajaran,

topik dari beberapa mata pelajaran yang relevan disajikan secara

terpadu atau terintegrasi dengan menggunakan suatu tema sebagai titik

sentral. Misalnya kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai siswa

adalah memecahkan suatu masalah pencemaran udara. Bertolak dari

permasalahan pencemaran udara dikaji dari segi ekonomi, hukum,

lingkungan. Hubungan antar tema dan sub tema jika digambarkan akan

merupakan sebuah jejaring (web).

Rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari setiap

mata pelajaran, khususnya pada jenjang SD dapat dilihat pada

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

29

Apakah indikator keberhasilan pembelajaran?

Indikator keberhasilan pembelajaran melekat kepada sejauh mana

tujuan pembelajaran telah tercapai. Tujuan umum setiap mata pelajaran

telah tercantum di dalam Standar Isi. Tujuan umum tersebut selanjutnya

dijabarkan Hukum Ekonomi Pencemaran Lingkungan Komunikasi

SDM lebih rinci dalam tujuan pembelajaran, yaitu dalam Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap atau beberapa

pertemuan. Dalam prakteknya oleh guru tujuan pembelajaran

dirumuskan berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.

Rumusan tujuan tersebut biasanya lebih rinci dari KD dan Indikator,

dan pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan

pembelajaran, karena indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat

dijabarkan lagi.

Identifikasi keberhasilan pembelajaran dari aspek siswa, desain

pembelajaran dan pelaksanaannya Setiap hasil pembelajaran memiliki

suatu indikator. Indikator-indikator tersebut menjawab pertanyaan,

bagaimana kita dapat mengetahui bahwa siswa sudah dapat mencapai

hasil pembelajarannya. Guru akan menggunakan indikator sebagai

dasar penilaian bagi siswa. Indikator menjelaskan gagasan kunci

tentang kinerja siswa yang dapat ditunjukan melalui tulisan, presentasi

dan kinerja dalam tes atau tugas yang dihasilkan siswa.

Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas,

selain itu, sebuah tugas dapat dirancang untuk menjaring informasi

tentang ketercapaian beberapa indikator. Sebagaimana telah disinggung

di atas bahwa kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah

ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%.

Kriteria ideal untuk masing-masing indikator minimal 75%. Namun

satuan pendidikan

30

dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah

50%, 60% atau 70%.

Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti

kemampuan peserta didik dan guru serta ketersediaan prasarana dan

sarana. Bagi peserta didik yang belum berhasil mencapai kriteria

tersebut dapat diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan remedial

yang berupa tatap muka dengan guru atau diberi kesempatan untuk

belajar sendiri, kemudian dilakukan evaluasi dengan cara: menjawab

pertanyaan sesuai dengan topiknya, membuat rangkuman pelajaran,

atau mengerjakan tugas mengumpulkan data.

Kriteria Keberhasilan Pembelajaran

Secara sederhana pengertian keberhasilan proses belajar adalah

keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Selama

proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui, apakah siswa

cukup aktif dalam pembelajaran, apakah siswa kita dapat bekerja sama

dengan teman lain, apakah siswa memiliki keberanian untuk bertanya

atau mengungkapkan pendapatnya. Keberhasilan-keberhasilan siswa

sebagaimana disebutkan di atas merupakan keberhasilan proses belajar.

Lazimnya, keberhasilan proses belajar siswa ditunjukkan oleh kinerja

siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu,

keberhasilan proses belajar siswa dapat kita ketahui dari hasil penilaian

kita terhadap kinerja siswa selama mengikuti pembelajaran.

Untuk memperoleh informasi mengenai keberhasilan proses

belajar siswa, kita dapat menggunakan cara, misalnya mengamati

keaktifan siswa dalam bekerjasama, atau wawancara tentang kesulitan-

kesulitan yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran.

Keberhasilan adalah patokan ukuran tingkat pencapaian prestasi belajar

31

yang mengacu pada kompetensi dasar dan standar kompetensi yang

ditetapkan yang mencirikan penguasaan konsep atau ketrampilan yang

dapat diamati dan diukur. Secara umum kriteria keberhasilan

pembelajaran adalah:

1) Keberhasilan peserta didik menyelesaikan serangkaian tes,

baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes ketrampilan yang

mencapai tingkat keberhasilan rata-rata 60%.

2) Setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan oleh

kurikulum, tingkat ketercapaian kompetensi ini ideal 75%.

3) Ketercapaian keterampilan vokasional atau praktik bergantung

pada tingkat resiko dan tingkat kesulitan, ditetapkan idealnya

sebesar 75 %.

Keberhasilan Hasil Belajar

Di samping dari proses belajar, keberhasilan siswa juga dilihat

dari hasil belajarnya. Keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan

pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar.

Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui,

apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa kita dapat

melakukan sesuatu, apakah siswa memiliki keterampilan atau

kemahiran tertentu.

Keberhasilan-keberhasilan siswa sebagaimana disebutkan di atas

merupakan keberhasilan hasil belajar. Lazimnya, keberhasilan hasil

belajar siswa ditunjukkan oleh kemampuan siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran. Oleh karena itu, keberhasilan hasil belajar siswa

dapat kita ketahui dari hasil penilaian kita terhadap hasil siswa setelah

32

mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar siswa dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:

1) Domain Kognitif (pengetahuan atau mencakup kecerdasan bahasa

dan kecerdasan logika-matematika),

2) Domain Afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan

antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi, dengan kata lain

kecerdasan emosional)

3) Domain Psikomotor (keterampilan atau yang mencakup

kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan

musikal).

Dari hasil penilaian terhadap hasil belajar siswa, dapat diketahui

keberhasilan dari hasil belajar. Untuk mendapatkan informasi yang

lebih lengkap tentang keberhasilan siswa (komprehensif), penilaian dari

satu atau dua aspek keberhasilan saja tidaklah cukup. Penilaian hasil

belajar bertujuan melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal

penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar

tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan

dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam

jenis penilaian sebagai berikut:

1. Tes Formatif

Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok

bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang

daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini

dimanfatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan

tertentu dalam bahan tertentu.

33

2. Tes Sub Sumatif

Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran dalam waktu tertentu.

Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya para siswa

untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes

subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar

mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

3. Tes Sumatif

Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan

pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester,

satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan

tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode

pembelajaran tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk

kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran

mutu sekolah.

34

BAB III

MANAJEMEN KURIKULUM

Manajemen kurikulum berasal dari dua kata yaitu manajemen dan

kurikulum keduanya memiliki pengertian yang berbeda. manajemen

sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Kurikulum adalah seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum

adalah program pendidikan (sekolah) bagi siswa berdasarkan program

pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai

dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Manajemen kurikulum ialah sebagai suatu sistem pengelolaan

kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dalam rangka

mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Otonomi yang diberikan

pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola kurikulum

secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian

sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak

mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan. Manajemen

kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar

pencapaian tujuan pembelajaran dengan dititik beratkan pada usaha,

meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar, dan manajemen

kurikulum adalah proses kerjasama dalam pengolahan kurikulum agar

berguna bagi lembaga untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

35

Manajemen kurikulum merupakan suatu sistem kurikulum yang

berorientasi pada produktivitas dimana kurikulum tersebut berorientasi

pada peserta didik, kurikulum dibuat sebagaimana dapat membuat

peserta didik dapat mencapai tujuan hasil belajar. Manajemen

kurikulum adalah pemberdayaan dan pendayagunaan manusia, materi,

uang, informasi, dan rekayasa untuk dapat mengantarkan anak didik

menjadi kompeten dalam berbagai kehidupan yang dipelajarinya.

Manajemen kurikulum adalah upaya untuk mengurus, mengatur,

dan mengelola perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan pada

lembaga pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Keterlibatan

masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat

memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum,

sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif

juga mampu mandiri dalam mengidentifikasikan kebutuhan kurikulum,

mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan

pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan

sumber dan hasil kurikulum, baik kepada masyarakat maupun pada

pemerintah.

3.1 Konsep Dasar Kurikulum

Dalam konteks pendidikan nasional, secara formal kurikulum

lebih diartikan sebagai suatu rencana atau dokumen tertulis, hal ini

dapat dilihat dari pengertian kurikulum sebagaimana tercantum dalam

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, yang

berbunyi bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

36

sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu. Konsep dasar kurikulum adalah rencana

yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah

tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan.

Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, pendidik

mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan pengajaran atau sekarang

lebih dikenal dengan istilah pembelajaran. Kegiatan pembelajaran

diwujudkan dalam bentuk interaksi antara pendidik dengan peserta

didik. Peserta didik memiliki tugas pokok belajar yakni berusaha

memperoleh perubahan perilaku atau pencapaian kemampuan tertentu

berdasarkan pengalaman belajarnya yang diperoleh dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu,

pendidik berupaya menyampaikan sejumlah isi dan bahan pembelajaran

kepada peserta didik melalui proses atau cara tertentu, serta

melaksanakan evaluasi untuk mengetahui proses dan hasil

pembelajaran, yang keseluruhannya dikemas dalam bentuk kurikulum,

dengan demikian, kurikulum dapat dikatakan sebagai salah satu

komponen utama dalam sistem pendidikan.

3.2 Pengorganisasian Kurikulum

Terdapat bebarapa jenis organisasi kurikulum dengan memiliki

ciri-ciri tersendiri, dalam hal ini, Asep Herry Hernawan dkk (2002)

menguraikan tentang 6 (enam) jenis organisasi kurikulum, yaitu:

1) Mata Pelajaran Terpisah (Isolated Subject); kurikulum terdiri dari

sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan

sendiri- sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya.

Masing- masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak

mempertimbangkan

37

minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi

diberikan sama.

2) Mata Pelajaran Berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk

mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata

pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-

pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik

memahami pelajaran tertentu.

3) Bidang Studi (Broad Field); yaitu organisasi kurikulum yang

berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta

memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam

satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan

“core subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan

core tersebut.

4) Program yang Berpusat Pada Anak (Child Centered), yaitu program

kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta

didik, bukan pada mata pelajaran.

5) Inti Masalah (Core Program), yaitu merupakan suatu program yang

berupa unit-unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari

suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan

melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan

masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau

analisisnya diberikan secara terintegrasi.

6) Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan

antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan

peserta didik.

38

Pengertian Organisasi Kurikulum: Urutan, dan integrasi kegiatan

belajar sedemikian rupa sehingga hasil belajar yang dituju dapat

tercapai. Pengaturan jadwal waktu dalam proses belajar mengajar

penyebaran staf tenaga pengajar.

Organisasi Kurikulum

1) Kurikulum yang berpusat pada Mata Pelajaran (Subject Centered)

Organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran berisi materi

pembelajaran yang diambil dari tiap mata pelajaran yang menjadi

isi. Organisasi kurikulum meliputi:

a. Kurikulum yang berisi beberapa mata pelajaran yang terpisah-

pisah (Separated Subject Curriculum).

b. Kurikulum yang berisi beberapa mata pelajaran yang

dihubung- hubungkan (Correlated Curriculum).

c. Kurikulum yang terdiri dari peleburan (fusi) beberapa mata

pelajaran sejenis (Broad Field).

Bentuk separated subject terdiri dari beberapa mata pelajaran

yang terpisah satu dengan yang lain. Bentuk ini termasuk paling tua

dalam sejarah kurikulum. Sejak jaman dahulu orang Yunani maupun

orang Romawi sudah menggunakan bentuk kurikulum semacam ini.

Orang Yunani mengajarkan di sekolah berbagai mata pelajaran seperti

kesusastraan, matematika, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan

orang Romawi mengajarkan gramatika, retorika dan logika yang

dinamakan sebagai trivium, serta aritmatika, geometri, astronomi dan

musik yang dinamakan dengan quadrivium. Ketujuh mata pelajaran

dalam tivium dan quadrivium itu kemudian dikenal dengan The Seven

Liberal Arts.

39

Berbagai mata pelajaran ini disusun sedemikian rupa secara logis

dan sistematis, sehingga siswa dapat mempelajarinya dengan baik,

akibat dari penggunaan bentuk kurikulum semacam ini adalah jika

muncul suatu cabang baru dalam ilmu pengetahuan, maka mata

pelajaran menjadi berubah.

Esensi dari organisasi kurikulum semacam ini adalah bahwa ia

mengikuti disiplin yang baik dan logis. Dengan demikian baik materi

pembelajaran maupun pengalaman belajar yang diperoleh bersifat

terpisah-pisah. Adapun isi dari setiap mata pelajaran ditentukan oleh

ahli-ahli mata pelajaran masing-masing. Guru dalam hal ini berfungsi

untuk mencari cara bagaimana agar siswa dapat menguasai mata

pelajaran dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, metode

pembelajaran yang paling tepat untuk digunakan adalah metode

exposisi-penyampaian materi pembelajaran. Untuk itu sumber utama

yang patut dan paling penting dalam belajar adalah buku teks siswa.

Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah digolongkan ke dalam

mata pelajaran yang diutamakan dan tidak diutamakan, hal ini dibuat

berdasarkan pada nilai suatu mata pelajaran yang berfungsi untuk

mendisiplin mental. Dengan demikian mata pelajaran yang termasuk

kategori sulit, seperti matematika sangat diutamakan dibandingkan

dengan yang lain, meskipun bagi individu tertentu mata pelajaran ini

mempunyai arti atau nilai tersendiri.

Keunggulan dari bentuk organisasi separated subject yang paling

menonjol adalah karena materi pembelajaran disusun secara logis dan

sistematis, sehingga metode untuk mempelajarinya dapat efektif,

demikian juga metode untuk mengorganisasi pengetahuan. Dengan

demikian siswa dapat menghimpun sebanyak mungkin ilmu

40

pengetahuan secara efektif dan ekonomis. Pada saat dibutuhkan ia dapat

menggunakan pengetahuan itu.

Dengan mempelajari mata pelajaran seseorang dapat mengikuti

suatu disiplin ilmu pengetahuan tertentu, juga terlatih untuk

menggunakan sistem berfikir tertentu. Dengan demikian kekuatan

intelektualnya berkembang.

Manfaat praktis lain adalah karena bentuk kurikulum ini sudah

lama digunakan, maka pada umumnya banyak perguruan tinggi

menetapkan syarat masuk berdasarkan kemampuan dalam mata

pelajaran. Juga pada umumnya guru sudah terbiasa dan terdidik dalam

mata pelajaran yang terpisah-pisah. Dengan demikian separated subject

dipandang lebih mudah dilaksanakan.

Selain mempunyai berbagai keunggulan, terdapat pula berbagai

kelemahan. Kelemahan yang paling menonjol adalah, oleh karena

kurikulum terdiri dari mata pelajaran yang terpisah-pisah, tidak dapat

mengembangkan kemampuan berfikir aktif dan terpadu. Materi/isi

kurikulum merupakan warisan kebudayaan masa lampau, bukan

masalah-masalah yang dihadapi pada situasi sekarang. Ini

menyebabkan tidak diperhatikannya prinsip psikologis yaitu minat dan

motivasi. Sehingga materi pembelajaran yang dipelajari sering kali

mudah dilupakan, juga tidak sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan

dibutuhkan siswa.

Baik kurikulum yang dikorelasikan maupun broad field

sebenarnya mempunyai prinsip yang sama dengan separated subject

karena ketiganya masih mempunyai berbagai mata pelajaran sehingga

organisasi materi pembelajaran terpusat pada beberapa mata pelajaran.

Perbedaan terletak pada ruang lingkup dan cara mengorganisasi materi

41

pembelajaran itu dalam mata pelajaran. Pada separated subject materi

pembelajaran dikelompokan pada mata pelajaran yang sempit, sehingga

banyaklah jenis mata pelajaran, dan menjadi sempit ruang lingkup

setiap mata pelajaran. Sedangkan pada correlated dan broad field mata

pelajaran dihubungkan antara satu dengan yang lain, sehingga ruang

lingkupnya menjadi lebih luas. Bahkan pada broad field, oleh karena

beberapa mata pelajaran sejenis dilebur menjadi satu mata pelajaran,

akan lebih memperkecil jumlah mata pelajaran dan lebih memperluas

lagi ruang lingkup tiap mata pelajaran.

Correlated curriculum merupakan bentuk organisasi yang

menghubungkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain.

Hubungan itu dapat dilakukan, baik secara sewaktu-waktu ataupun

secara diupayakan. Pada cara yang pertama, hubungan antara tiap mata

pelajaran terjadi secara kebetulan. Jika suatu materi pembelajaran

kebetulan mempunyai pertalian dengan pelajaran lain. Sebagai contoh

dalam pelajaran sejarah, kalau kebetulan materi pembelajaran yang

diajarkan mempunyai hubungan dengan geografi, dilakukan korelasi.

Demikian pula sebaliknya. Cara kedua, hubungan dilakukan dengan

cara membahas satu pokok permasalahan dengan dipelajari dalam

berbagai mata pelajaran.

Broad field merupakan bentuk organisasi kurikulum yang dibuat

dengan melebur beberapa mata pelajaran sejenis ke dalam satu mata

pelajaran. Batas-batas antara mata pelajaran yang dilebur itu menjadi

kabur. Bahkan jenis mata pelajaran peleburan mempunyai nama yang

lain dari nama mata pelajaran asalnya. Kita mengenal lima macam

broad field dalam kurikulum, yaitu:

42

1. Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies), peleburan dari mata

pelajaran ilmu bumi, sejarah, hukum dan kewarganegaraan,

ekonomi, dan sejenis.

2. Bahasa (Language Arts), peleburan dari mata pelajaran membaca,

tata bahasa, menulis, mengarang, menyimak, pengetahuan

bahasa.

3. Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Sciences), peleburan dari ilmu

alam, ilmu hayat/ ilmu bumi, ilmu kimia, ilmu kesehatan.

4. Matematika, peleburan dari berhitung, aljabar, ilmu ukur sudut,

bidang dan ruang, serta statistika.

5. Kesenian, peleburan dari seni tari, seni suara, seni lukis, seni

pahat, dan seni drama.

3.3 Ketatalaksanaan Kurikulum

Pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa, bangsa

yang maju adalah bangsa yang mementingkan mutu pendidikan. Untuk

mencapai mutu pendidikan yang baik, diperlukan alat, alat yang sangat

penting bagi keberhasilan pendidikan adalah kurikulum. Tanpa

kurikulum yang sesuai dan tepat, akan sulit untuk mencapai tujuan dan

sasaran pendidikan yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan pengertian

kurikulum dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19, yang

mengatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Sebagai alat pendidikan yang baik, kurikulum harus dapat

memenuhi tuntutan pendidikan mendasar yaitu mampu menjamin

pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi

43

dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan

sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global

untuk itu perlu diupayakan pembaruan kurikulum pendidikan secara

terencana, terarah, dan berkesinambungan. Kurikulum tentu suatu hal

yang dirancang untuk dilaksanakan hingga selesai dan tidak terhenti di

tengah perjalanan. Kurikulum ini kemudian diadaptasi dalam bidang

pendidikan dengan analogi pelari adalah seorang peserta didik yang

harus menempuh serangkaian kompetensi dasar agar mendapatkan

penghargaan berupa sertifikat.

Dengan demikian dapat diartikan secara sederhana bahwa

kurikulum adalah sejumlah kompetensi dasar dalam mata pelajaran

yang harus dikuasai oleh peserta didik dengan mengikuti program dari

awal hingga akhir program untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah

sebagai imbalan. Sebuah kurikulum dirancang sedemikian rupa untuk

mengatur proses pembelajaran. Karena kurikulum adalah sebuah

rencana pembelajaran yang disebutkan secara eksplisit dengan kalimat

a plan for learning. Sebuah sistem dan seluruh rangkaian yang akan

dijalani oleh peserta didik selama mengikuti pembelajaran

direncanakan terlebih dahulu.

Implikasi lain dari pandangan ini dapat dinyatakan sebagai

dokumen tertulis yang menjelaskan mengenai kegiatan peserta didik

selama di sekolah dan kaitanya dengan program pembelajaran.

Dokumen tertulis tentu saja pengertian kurikulum secara terbatas dan

dianggap akan berarti apa-apa tanpa implementasi. Proses implementasi

dari rencana pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk kegiatan

belajar harus dijaga sedemikian rupa agar sesuai dengan rencana yang

telah disusun.

44

Alberty (1965) menjelaskan bahwa kurikulum adalah segala

bentuk aktivitas yang diberikan kepada peserta didik selama mengikuti

program pembelajaran yang ada di dalam sekolah. Meskipun

kelemahan dari pandangan Alberty ini hanya dibatasi oleh seluruh

kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik selama di sekolah saja

sedangkan kegiatan pembelajaran dan pembentukan peserta didik tentu

sangat kompleks dan terjadi di mana saja. Peserta didik adalah manusia

yang sangat dinamis dan dapat berubah oleh suatu hal yang kecil dan

besar sebagai bentuk tanggapan atas perubahan yang terjadi dimana

pun mereka berada, oleh karena itu jika dari keseluruhan perubahan

yang didapatkan dapat dikategorikan sebagai hasil belajar, maka

kurikulum tidak terbatas kegiatan yang ada di dalam sekolah saja.

Senada dengan pendapat ini, Saylor, Alexander dan Lewis (1974)

menegaskan bahwa seluruh aspek yang dapat memberikan pengalaman

kepada peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan di

setiap tempat meskipun berada di luar lingkungan sekolah adalah

tempat peserta memperoleh pengajaran dan pembelajaran. Implikasi

sederhana dari pendapat Saylor, Alexander dan Lewis adalah

pemberian tugas di luar jam sekolah namun secara luas peserta didik

dapat memperloleh sebuah ilmu baru yang tidak mampu disediakan

oleh sekolah karena keterbatasan sekolah. Proses perencanaan program

pembelajaran harus disusun sistematis dan hirarki disesuaikan dengan

tingkatan kemampuan peserta didik. Kurikulum tidak boleh disusun

sede+mikian rupa hanya berdasarkan tujuan dari suatu lembaga

penyusun kurikulum agar tujuan tercapai akan tetapi harus

memperhatikan aspek-aspek yang melekat pada peserta didik.

45

Carter (1973) menjelaskan bahwa kurikulum harus disusun

berdasarkan sekumpulan kursus-kursus ataupun urutan pembelajaran

yang sistematik. Tujuan dari penyusunan ini agar peserta didik dapat

dengan mudah mengikuti keseluruhan program yang telah

direncanakan. Dalam proses penyelesaian beban yang telah ditentukan

dalam kurikulum maka tidak seluruh peserta didik mampu

menyelesaikan beban dengan beban dan waktu yang sama. Kurikulum

tentu saja memberikan hasil yang berbeda dari setiap peserta didik

apakah mereka tetap berjalan sesuai dengan gerbong atau keluar dari

lintasan oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem penilaian yang dapat

menunjukkan kesimpulan mengenai proses yang dilakukan oleh peserta

didik. Hasil ini harus dievaluasi agar bisa diambil keputusan mengenai

pembuatan, pelaksanaan dan hasil dari implementasi dari kurikulum.

Berdasarkan uraian yang telah dilakukan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa kurikulum terdiri 4 aspek penting yakni:

Kompetensi, beban yang harus dikuasai oleh peserta didik selama

mengikuti program pembelajaran. Kompetensi tersebut tertuang

dalam mata pelajaran atau mata kuliah yang diberikan dengan

kriteria tertentu.

Peserta Didik, subjek yang melakukan pembelajaran. Peserta didik

dituntut untuk menguasai beberapa kompetensi minimal agar dapat

dikatakan melewati suatu jenjang tertentu.

Pelaksana, suatu lembaga yang bertanggung jawab dalam

mengimplementasikan kurikulum. Pelaksana pada awalnya hanya

terdiri dari satu lembaga yakni sekolah yang menaungi peserta didik,

namun dalam skala nasional tentu saja dibutuhkan banyak lembaga

46

yang berperan untuk mengarahkan peserta didik tetap berada pada

jalur yang sesuai.

Evaluasi, sistem evaluasi adalah proses penilaian proses

implementasi kurikulum secara keseluruhan. Evaluasi akan menilai

seluruh proses baik secara parsial maupun terintegrasi dengan tujuan

melakukan perbaikan terhadap aspek-aspek yang ada dalam program

atau bahkan program secara keseluruhan jika dianggap gagal dalam

melaksanakan tujuan kurikulum.

3.4 Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan

penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum

developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang

dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum, sebagai suatu

rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena

seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu

pentingnya kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus

benar-benar dikembangkan. Pengembangan kurikulum dilakukan

karena sifat kurikulum yang dinamis, selalu berubah, menyesuaikan diri

dengan kebutuhan mereka yang belajar. Disamping itu, masyarakat dan

mereka yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam

perumusan kurikulum ialah penyelidikan mengenai situasi (situation

analysis) yang kita hadapi, termasuk situasi lingkungan belajar dalam

artian menyeluruh, situasi peserta didik, dan para calon pengajar yang

diharapkan melaksanakan kegiatan.

47

Pada hakikatnya pengembangan kurikulum itu merupakan usaha

untuk mencari bagaimana rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu dalam

suatu lembaga. Pengembangan kurikulum di arahkan pada pencapaian

nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan keterampilan yang akan

menjadi isi kurikulum yang disusun dengan fokus pada nilai-nilai tadi.

Adapun selain berpedoman pada landasan-landasan yang ada,

pengembangan kurikulum juga berpijak pada prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 Bab X

tentang kurikulum, pasal 36 ayat 1 dijelaskan bahwa pengembangan

kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional

pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Suatu

kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi dan menjadi pedoman

bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan

tuntunan dan tantangan perkembangan masyarakat.

Setiap pengembangan kurikulum, selain harus berpijak pada

sejumlah landasan, juga harus menerapkan atau menggunakan prinsip-

prinsip tertentu. Dengan adanya prinsip tersebut, setiap pengembangan

kurikulum diikat oleh ketentuan atau hukum sehingga dalam

pengembangannya mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip

yang telah disepakati. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah

sebagai berikut:

48

Prinsip Relevansi

Prinsip relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara komponen

tujuan, isi, strategi, dan evaluasi. Ada dua macam relevansi yang harus

dimiliki kurikulum,yaitu relevansi keluar dan relevansi di dalam

kurikulum itu sendiri. Relevansi keluar yaitu tujuan, isi dan proses

belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan

tuntutan dan keadaan, serta kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

Adapun relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian antara komponen-

komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan

penilaian. Relevansi ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.

Prinsip Fleksibilitas

Prinsip fleksibilitas adalah yang berkenaan dengan

kebebasan/keluwesan yang dimiliki oleh seorang guru dalam

mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun dan adanya

alternatif pilihan program pendidikan bagi siswa sesuai dengan minat

dan bakat anak, karena setiap anak atau peserta didik memiliki minat

dan bakat yang berbeda-beda.

Prinsip Kontinuitas

Prinsip kontinuitas berkenaan dengan adanya kesinambungan

materi pelajaran antar berbagai jenis dan jenjang sekolah serta antar

tingkatan kelas. Perkembangan dan proses belajar berlangsung secara

berkesinambungan, tidak terputus-putus atau terhenti-henti.

Prinsip Praktis dan Efisiensi

Kurikulum harus mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat

sederhana dan biayanya juga murah. Tepat pelaksanaannya dan

menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga,

dan biaya.

49

Prinsip Efektivitas

Keberhasilan pelaksanaan kurikulum harus diperhatikan, baik

kuantitas maupun kualitas. Keberhasilan kuantitas ditinjau dari

komponen-komponen kurikulum, seperti tujuan, isi, proses belajar, dan

evaluasi. Sedangkan keberhasilan kualitasnya dilihat dari hasil

pelaksanaan kurikulum yang ada.

Prinsip Khusus

Adapun prinsip khusus yang harus diperhatikan dalam

mengembangkan kurikulum, antara lain: prinsip keimanan, nilai dan

budi pekerti luhur, penguasaan integrasi nasional, keseimbangan etika,

logika, estetika, dan kinetika, kesamaan memperoleh kesempatan, abad

pengetahuan dan teknologi informasi, pengembangan keterampilan

hidup, berpusat pada anak, serta pendekatan menyeluruh dan

kemitraan.

50

BAB IV

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Tujuan umum manajemen peserta didik adalah mengatur

kegiatan- kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut

menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses

belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur

sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah

dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

4.1 Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik

Manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha

pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut

masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Manajemen

peserta didik sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian pada

pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas

seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti

pengembangan keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia

matang di sekolah.

Secara sosiologis, setiap peserta didik mempunyai kesamaan-

kesamaan, adanya kesamaan-kesamaan yang dipunyai anak inilah yang

melahirkan konsekuensi kesamaan hak-hak yang mereka punyai,

kesamaan hak-hak yang dimiliki oleh anak itulah, yang kemudian

melahirkan layanan pendidikan yang sama melalui sistem persekolahan

(schooling). Pendidikan melalui sistem schooling dalam realitasnya

memang lebih bersifat massal ketimbang bersifat individual.

Layanan yang lebih diaksentuasikan kepada kesamaan anak yang

bersifat massal ini, kemudian digugat. Gugatan demikian, berkaitan erat

dengan pandangan psikologis mengenai anak. Bahwa setiap individu

51

pada hakikatnya adalah berbeda. Oleh karena berbeda, maka mereka

membutuhkan layanan-layanan pendidikan yang berbeda. Layanan atas

kesamaan yang dilakukan oleh sistem schooling tersebut dipertanyakan,

dan sebagai responnya kemudian diselipkan layanan-layanan yang

berbeda pada sistem schooling tersebut.

Adanya dua tuntutan pelayanan terhadap siswa, yakni aksentuasi

pada layanan kesamaan dan perbedaan anak, melahirkan pemikiran

pentingnya manajemen peserta didik untuk mengatur bagaimana agar

tuntutan dua macam layanan tersebut dapat dipenuhi di sekolah, baik

layanan yang teraksentuasi pada kesamaan maupun pada perbedaan

peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik berkembang

seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Sebagaimana diketahui tujuan umum dan tujuan khusus

manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta

didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses belajar

mengajar di sekolah. Lebih lanjut, proses belajar mengajar di sekolah

dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan

kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara

keseluruhan, sedangkan tujuan khusus manajemen peserta didik adalah

sebagai berikut:

1) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor

peserta didik.

2) Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum

(kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.

3) Menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan

peserta didik.

52

Dengan terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik

dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut

dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.

Fungsi manajemen peserta didik secara umum adalah: sebagai

wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal

mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi

sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi

peserta didik lainnya. Sedangkan fungsi manajemen peserta didik

secara khusus dirumuskan sebagai berikut:

a) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas

peserta didik, ialah agar mereka dapat mengembangkan

potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat.

Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi: kemampuan umum

(kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan

lainnya.

b) Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial

peserta didik ialah agar peserta didik dapat mengadakan

sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua dan

keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan

lingkungan sosial masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan

hakekat peserta didik sebagai makhluk sosial.

c) Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan

harapan peserta didik, ialah agar peserta didik tersalur hobi,

kesenangan dan minatnya, hobi, kesenangan dan minat peserta

didik demikian patut disalurkan, oleh karena ia juga dapat

menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik secara

keseluruhan.

53

d) Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan

kesejahteraan peserta didik ialah agar peserta didik sejahtera

dalam hidupnya, kesejahteraan demikian sangat penting

karena dengan demikian ia akan juga turut memikirkan

kesejahteraan sebayanya.

Prinsip-Prinsip Manajemen Peserta Didik

Yang dimaksudkan dengan prinsip adalah sesuatu yang harus

dipedomani dalam melaksanakan tugas, jika sesuatu tersebut sudah

tidak dipedomani lagi, maka akan tinggal sebagai suatu prinsip. Prinsip

manajemen peserta didik mengandung arti bahwa dalam rangka

mengatur peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan di bawah ini

haruslah selalu dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip

manajemen peserta didik tersebut adalah sebagai berikut:

Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian dari

keseluruhan manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai

tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen

secara keseluruhan, ambisi sektoral manajemen peserta didik tetap

ditempatkan dalam kerangka manajemen sekolah, ia tidak boleh

ditempatkan di luar sistem manajemen sekolah. Segala bentuk kegiatan

manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan

dalam rangka mendidik para peserta didik. Segala bentuk kegiatan, baik

itu ringan, berat, disukai atau tidak disukai oleh peserta didik, haruslah

diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.

Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan

untuk mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar

belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang ada

54

pada peserta didik, tidak diarahkan bagi munculnya konflik di antara

mereka melainkan justru mempersatukan dan saling memahami dan

menghargai. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang

sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik. Oleh

karena membimbing, haruslah terdapat ketersediaan dari pihak yang

dibimbing. Ialah peserta didik sendiri, tidak mungkin pembimbingan

demikian akan terlaksana dengan baik manakala terdapat keengganan

dari peserta didik sendiri.

Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan

memacu kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian demikian akan

bermanfaat bagi peserta didik tidak hanya ketika di sekolah, melainkan

juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Ini mengandung arti bahwa

ketergantungan peserta didik haruslah sedikit demi sedikit dihilangkan

melalui kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik. Apa yang

diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh

kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan

peserta didik baik di sekolah lebih-lebih di masa depan.

Pendekatan Manajemen Peserta Didik

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen peserta

didik (Yeager, 1994). Pertama, pendekatan kuantitatif (the quantitative

approach). Pendekatan ini lebih menitik beratkan pada segi-segi

administratif dan birokratik lembaga pendidikan. Dalam pendekatan

demikian, peserta didik diharapkan banyak memenuhi tuntutan-tuntutan

dan harapan-harapan lembaga pendidikan di tempat peserta didik

tersebut berada. Asumsi pendekatan ini adalah, bahwa peserta didik

akan dapat matang dan mencapai keinginannya, manakala dapat

memenuhi

55

aturan-aturan, tugas-tugas, dan harapan-harapan yang diminta oleh

lembaga pendidikannya. Wujud pendekatan ini dalam manajemen

peserta didik secara operasional adalah: mengharuskan kehadiran

secara mutlak bagi peserta didik di sekolah, memperketat presensi,

penuntutan disiplin yang tinggi, menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan kepadanya. Pendekatan demikian, memang teraksentuasi

pada upaya agar peserta didik menjadi mampu.

Kedua, pendekatan kualitatif (the qualitative approach).

Pendekatan ini lebih memberikan perhatian kepada kesejahteraan

peserta didik. Jika pendekatan kuantitatif di atas diarahkan agar peserta

didik mampu, maka pendekatan kualitatif ini lebih diarahkan agar

peserta didik senang. Asumsi dari pendekatan ini adalah, jika peserta

didik senang dan sejahtera, maka mereka dapat belajar dengan baik

serta senang juga untuk mengembangkan diri mereka sendiri di

lembaga pendidikan seperti sekolah. Pendekatan ini juga menekankan

perlunya penyediaan iklim yang kondusif dan menyenangkan bagi

pengembangan diri secara optimal.

Antara kedua pendekatan tersebut, tentu dapat diambil jalan

tengahnya, atau sebutlah dengan pendekatan padu. Dalam pendekatan

padu demikian, peserta didik diminta untuk memenuhi tuntutan-

tuntutan birokratik dan administratif sekolah di satu pihak, tetapi di sisi

lain sekolah juga menawarkan insentif-insentif lain yang dapat

memenuhi kebutuhan dan kesejahteraannya. Di satu pihak siswa

diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas berat yang berasal dari

lembaganya, tetapi di sisi lain juga disediakan iklim yang kondusif

untuk menyelesaikan tugasnya. Atau, jika dikemukakan dengan kalimat

terbalik, penyediaan kesejahteraan, iklim yang kondusif, pemberian

layanan-layanan yang

56

andal adalah dalam rangka mendisiplinkan peserta didik, penyelesaian

tugas-tugas peserta didik.

4.2 Pencatatan Data Peserta Didik

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas diperlukan

manajemen pendidikan yang dapat memobilisasi segala sumber daya

pendidikan. Manajemen pendidikan itu terkait dengan manajemen

peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga

pelaksanaannya. Fakta-fakta dilapangan ditemukan sistem pengelolaan

anak didik masih menggunakan cara-cara konvensional dan lebih

menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan

kurang memberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta

didik. Padahal Kreativitas disamping bermanfaat untuk pengembangan

diri anak didik juga merupakan kebutuhan akan perwujudan diri

sebagai salah satu kebutuhan paling tinggi bagi manusia.

Perkembangan anak didik yang baik adalah perubahan kualitas

yang seimbang baik fisik maupun mental, tidak ada satu aspek

perkembangan dalam diri anak didik yang dinilai lebih penting dari

yang lainnya. Oleh karena itu, teori kecerdasan majemuk yang

dikembangkan oleh psikolog asal Amerika Serikat, Gardner dinilai

dapat memenuhi kecenderungan perkembangan anak didik yang

bervariasi. Penyelenggaraan pendidikan saat ini harus diupayakan

untuk memberikan pelayanan khusus kepada peserta didik yang

mempunyai kreativitas dan juga keberbakatan yang berbeda agar tujuan

pendidikan dapat diarahkan menjadi lebih baik.

Jika kita memahami bahwa akar kata dari pendidikan adalah didik

atau mendidik yang secara harfiah diartikan memelihara dan memberi

57

latihan. Sedangkan pendidikan, merupakan tahapan-tahapan kegiatan

mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui

upaya pelatihan dan pengajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa

pendidikan tidak dapat lepas dari pengajaran. Kegiatan dari pengajaran

ini melibatkan peserta didik sebagai penerima bahan ajar dengan

maksud akhir dari semua hal ini sesuai yang diamanatkan dalam

Undang-undang No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun

2003 agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pendidikan, siswa merupakan titik fokus yang strategis

karena kepadanyalah bahan ajar melalui sebuah proses pengajaran

diberikan. Sebagai seorang manusia menjadi sebuah aksioma bahwa

peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-

masing, mereka unik dengan seluruh potensi dan kapasitas yang ada

pada diri mereka dan keunikan ini tidak dapat diseragamkan dengan

satu aturan yang sama antara peserta didik yang satu dengan peserta

didik yang lain, para pendidik dan lembaga sekolah harus menghargai

perbedaan yang ada pada diri mereka. Keunikan yang terjadi pada

peserta didik memang menimbulkan satu permasalahan tersendiri yang

harus diketahui dan dipecahkan sehingga pengelolaan murid (peserta

didik) dalam satu kerangka kerja yang terpadu mutlak diperhatikan.

Oleh karena itu, manajemen pengelolaan siswa harus dipahami oleh

orang-orang yang bekerja di lembaga sekolah, baik itu tenaga pendidik

maupun tenaga kependidikan yang kesehariannya berinteraksi dengan

siswa.

58

Pengertian Peserta Didik

Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta

didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang

sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang sedang

memperoleh pendidikan dasar dari sutu lembaga pendidikan. Peserta

didik adalah subjek utama dalam pendidikan, dia lah yang belajar setiap

saat. Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang

menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang

menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak

didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada

tanggung jawab pendidik (Yusrina, 2006).

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, sebagaimana dijelaskan bahwa yang dimaksud

peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada

jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud peserta didik adalah individu manusia yang secara sadar

berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan

rohani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada

jenjang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam

kegiatan pendidikan merupakan objek utama (central object), yang

kepadanyalah segala yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan

dirujukan.

59

Pengertian Pengelolaan Peserta Didik/Siswa

Dalam hal ini pengelolaan peserta didik menurut Hendayat

Soetopo dan Wasty Soemanto (1982) adalah merupakan suatu penataan

atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik,

yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya

peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga. Dengan

demikian pengelolaan peserta didik itu bukanlah dalam bentuk

pencatatan/pengelolaan data peserta didik saja, melainkan meliputi

aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan

untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan

peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.

Strategi Pengelolaan Siswa Baru

Sebelum melangkah pada penerimaan siswa atau peserta didik,

paling tidak ada satu langkah, yaitu perencanaan kesiswaan. Dalam

perencanaan kesiswaan meliputi hal-hal berikut:

Rekrutmen Siswa Baru

Setiap tahun ajaran baru, sekolah disibukkan oleh penerimaan

siswa yang baru. Sebelum kegiatan ini dimulai, pengelola lembaga

terlebih dahulu membentuk panitia yang terdiri dari:

Ketua : Kepala Sekolah

Sekertaris : Salah seorang guru

Bendahara : Bendahara Sekolah

Seksi Pendaftaran : Maksimum 3 (tiga) orang guru

60

Adapun tugas dari panitia ini adalah mengadakan pendaftaran

calon siswa, seleksi, pendaftaran kembali siswa yang diterima dan

melaporkan pertanggung jawaban pelaksanaan penerimaan calon siswa

baru kepada pengelola lembaga didik. Rekrutmen ini mencakup:

1. Iklan (Open House), Open House biasanya dilakukan untuk

memperkenalkan sekolah serta sistem pembelajaran di sekolah juga

meliputi sarana dan prasarana. Ketika Open House berlangsung

biasanya sekolah juga menyediakan formulir pendaftaran.

2. Pendaftaran, ini dilakukan untuk mengisi formulir pendaftaran.

3. Syarat-syarat pendaftaran diperlukan untuk mengetahui segala

sesuatu yang berkaitan dengan kondisi peserta didik, seperti:

a. Akte kelahiran anak.

b. Formulir data anak yang meliputi, data wali murid, kalau

memungkinkan data orang-orang yang tinggal serumah dengan

anak baik itu keluarga maupun pengasuh.

c. Riwayat kesehatan anak, imunisasi, riwayat alergi makanan atau

obat, dan lain-lain.

4. Seleksi (Placement Test), hal ini biasanya dilakukan ketika daya

tampung kelas terbatas.

5. Pengumuman/daftar ulang, ini dilakukan untuk mengumumkan hasil

placement test serta daftar ulang digunakan untuk kepastian siswa

yang masuk, biasanya dengan membayar uang sarana dan prasarana

sekolah.

6. Masa Orientasi Siswa (MOS), sebelum peserta didik mengikuti

pelajaran pada sekolah yang baru diadakan masa orientasi. Adapun

tujuan diadakannya orientasi bagi calon peserta didik antara lain

adalah:

61

a. Memperkenalkan nama-nama tempat di sekolah dan di kelas,

kegunaan masing masing tempat, serta pengenalan peraturan dan

tata tertib sekolah.

b. Mengenalkan peserta didik dengan orang-orang yang berada di

lingkungan sekolah berserta tugasnya masing-masing.

c. Peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang

berlaku di sekolah.

d. Peserta didik dapat aktif dalam kegiatan sekolah.

e. Agar calon peserta didik merasa betah di sekolah, semua warga

sekolah yang lama harus bersikap ramah kepada calon peserta

didik dan selalu siap membantu apabila diperlukan.

Adapun Suharsimi Arikunto mendeskripsikan secara detail

langkah-langkah penerimaan siswa baru yang secara garis besar dapat

ditentukan sebagai berikut:

1) Menentukan panitia.

2) Menentukan syarat-syarat penerimaan.

3) Mengadakan pengumuman, menyiapkan soal-soal tesuntuk

seleksi dan menyiapkan tempatnya.

4) Melaksanakan penyarinagan melalui tes tertulis maupun lisan.

5) Mengadakan pengumuman penerimaan.

6) Mendaftar kembali calon siswa yang diterima.

7) Melaporkan hasil pekerjaaan kepada kepala sekolah.

8) Penempatan Siswa Baru

Sebelum siswa yang telah diterima mengikuti kegiatan belajar,

terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok

62

belajarnya. Menurut William A. Jeager yang diperhatikan dalam

pengelompokkan belajar yaitu:

(i) Fungsi integrasi yaitu dalam pengelompokkan siswa menurut

umur, jenis kelamin, dan sebagainya.

(ii) Fungsi perbedaan, yaitu dalam pengelompokkan siswa

berdasarkan pada perbedaan individu, misalnya: bakat,

kemampuan, minat dan sebagainya.

Dasar-dasar pengelompokkan siswa ada lima macam, yaitu :

a) Friendship Grouping. Pengelompokkan siswa berdasarkan kesukaan

di dalam memilih teman diantaranya siswa itu sendiri.

b) Achievement Grouping. Pengelompokkan belajar dalam hal ini

adalah campuran antara anak yang berprestasi tinggi dan siswa yang

berprestasi rendah.

c) Aptitude Grouping. Pengelompokkan siswa berdasarkan atas

kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki oleh

peserta didik itu sendiri.

d) Attention or Interest Grouping. Pengelompokkan peserta didik

berdasarkan atas perhatian atau minat yang didasari oleh kesenangan

peserta didik itu sendiri.

e) Intelligence Grouping. Pengelompokkan yang didasarkan atas hasil

test intelegensi yang diberikan kepada peserta didik.

Keberhasilan kemajuan belajar peserta didik serta prestasi yang

ditempuh peserta didik, memerlukan data otentik yang dapat dipercaya

serta memiliki keabsahan. Karena kemajuan peserta didik merupakan

faktor yang sangat vital bagi kebutuhan perkembangan berlangsungnya

proses pendidikan. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dipengaruhi

63

oleh beberapa faktor. Salah satu faktor pengaruh itu adalah penilaian

yang dilakukan oleh para guru atau lembaga kependidikan. Berarti pula

bahwa penilaian-penilaian menurut keobjektifan dari penilai. Jadi, guru

sebagai pendidik berperan penting dalam kemajuan peserta didik dan

juga dalam pelayanan proses pembelajaran.

Peranan guru dalam pelayanan peserta didik:

a. Kehadiran peserta didik dan masalah-masalahnya

b. Penerimaan, orientasi, klasifikasi dan petunjuk bagi peserta

didik baru tentang kelas dan tata tertib sekolah

c. Evaluasi dan pelaporan perkembangan peserta didik

d. Program bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus

e. Pengendalian disiplin peserta didik

f. Program bimbingan dan penyuluhan

g. Program kesehatan dan keamanan

h. Penyesuaian pribadi, sosial dan emosional peserta didik

i. Pelayanan diarahkan kepada:

1) Perkembangan kreativitas, bakat dan minat anak;

2) Keikutsertaan dalam memiliki sekolah sebagai lembaga

pendidikan di mata mereka memperoleh pengetahuan,

pengalaman, keterampilan secara langsung melalui proses

belajar mengajar.

3) Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa dirinya

memiliki potensi positif yang dapat dikembangkan.

4) Pembentukan moral dan etika sebagai peserta didik, dan

5) Kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kesulitan

belajar.

j. Pelayanan yang memperhatikan kebutuhan peserta didik

64

Penyesuaian Bidang-bidang Studi yang Akan Dipelajari

Penyesuaian situasi sekolah sebagai lembaga yang membina pada

proses pendidikan.

Identifikasi terhadap pribadi

Kesulitan dalam mencerna materi pendidikan

Memilih bakat, minat dan kegemaran

Membantu menelaah situasi pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi

Memberikan gambaran situasi pendidikan secara terpadu

Menentukan langkah apa yang harus ditempuh jika menemukan

kesulitan belajar

Kesukaran penyesuaian diri dengan lingkungan, dan

Identifikasi hambatan fisik,mental dan emosi.

Pelayanan pada lembaga pendidikan, yang menjadi fokus utama

tentunya adalah peserta didik, yang mana kesuksesan lembaga akan

terukur dari perkembangan anak yang optimal dari setiap aspek

perkembangannya. Oleh karena itu manajemen pengelolaan peserta

didik menjadi hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap

pengelola lembaga pendidikan. Pengelolaan peserta didik dalam

lembaga pendidikan (sekolah) meliputi, rekrutmen peserta, pembinaan

peserta dan banyak hal yang terkait dengan kebutuhan peserta didik

yang harus disediakan oleh pengelola lembaga pendidikan anak usia

dini.

Saat ini banyak fenomena tenaga pendidik atau tenaga

kependidikan yang tidak begitu memahami kebutuhan siswa (peserta

didik), sehingga terjadi banyak kasus yang membuat aspek

perkembangan peserta didik terhambat bahkan cenderung merusak. Ini

dikarenakan pengelolaan peserta didik yang tidak mempunyai

65

perencanaan maupun keahlian yang memadai. Diharapkan dengan

banyaknya literatur dan pengalaman para ahli dalam mengatasi

berbagai permasalahan dalam menangani peserta didik baru, dapat

dijadikan bekal oleh setiap pengelola lembaga pendidikam agar dapat

mengembangkan seluruh potensi peserta didik yang belajar di

tempatnya.

4.3 Mutasi dan Promosi Peserta Didik

Promosi dan Mutasi merupakan salah satu fase dalam pembinaan

murid/siswa. Promosi merupakan perpindahan murid/siswa dari satu

kelas ke kelas yang lebih tinggi setelah memenuhi persyaratan tertentu.

Promosi ini dilaksanakan berpedoman kepada norma-norma kenaikan

kelas yang ditetapkan bersama, antar guru-guru dengan kepala sekolah.

Keputusan kenaikan kelas ini hendaklah diambil dari landasan yang

mewakili sosok murid secara utuh, baik ditinjau dari aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

Ada beberapa prinsip promosi yang harus diperhatikan oleh

setiap guru yaitu :

1) Promosi dilaksanakan atas dasar pertimbangan berbagai hal

tentang murid secara pribadi.

2) Promosi harus mempertimbangkan aspek kognitif,

psikomotori, dan afektif yang dicapai oleh murid

3) Promosi harus mempertimbangkan laju perkembangan prestasi

yang dicapai oleh murid.

4) Promosi mempertimbangkan mata pelajaran yang akan

dipelajari murid/siswa di kelas yang lebih tinggi.

Disamping yang dimaksud dengan mutasi adalah perpindahan

murid dari satu sekolah ke sekolah lainnya karena alasan-alasan

66

tertentu.

67

Mutasi ini merupakan hak bagi setiap murid/siswa, oleh sebab itu pihak

sekolah harus memberikan kesempatan kepada murid/siswa untuk

menggunakan haknya. Adapun prosedur-prosedur mutasi tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Orang tua atau wali murid harus mengajukan surat

permohonan pindah sekolah anaknya kepada kepala sekolah

asal, dengan menggunakan format yang telah disediakan.

b. Selanjutnya setelah kepala sekolah asal mempelajari dan

menyetujui perpindahan tersebut, maka kepala sekolah

mengeluarkan surat pindah.

c. Setelah anak tersebut diterima di sekolah yang dituju, isian

(nama sekolah, status sekolah, alamat, desa/kelurahan,

kecamatan, kab/kodya, provinsi, diterima tanggal, di

tingkat/kelas) dikirim ke sekolah asal.

d. Surat keterangan yang dikeluarkan oleh sekolah asal sangat

penting sekali dilakukan karena secara hukum telah terlepas

tanggung jawab sekolah kepada siswa yang bersangkutan, dan

kalau terjadi hal-hal negatif dari siswa tersebut maka sekolah

lama terhindar dari tuntutan hukum.

Berdasarkan uraian tentang kegiatan-kegiatan administrasi

kesiswaan di atas, bahwa kegiatan tersebut bertujuan agar teraturnya

proses belajar mengajar di sekolah tersebut sehingga mudah untuk

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara umum,

maupun tujuan dari sekolah tersebut secara khusus.

68

Kegiatan administrasi kesiswaan meliputi:

Mengatur kegiatan penerimaan siswa baru

Mengatur kegiatan orientasi siswa baru

Pengelolaan kelas

Pembinaan disiplin murid/siswa

Mengatur pemberian bimbingan dan penyuluhan

Pengelolaan OSIS (organisasi siswa intra sekolah)

Pengelolaan data siswa

Promosi dan mutasi

Instrumen administrasi kesiswaan terdiri dari:

Buku induk

Buku klaper

Buku /daftar keadaan siswa

Daftar hadir siswa

File penyimpan berkas siswa

Menurut Ali Imron (2011:152) mutasi adalah perpindahan peserta

didik dari kelas satu ke kelas lain yang sejajar, dan perpindahan peserta

didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar. Pendapat lain

dikemukakan oleh Tatang M. Amirin, dkk (2001: 64), mutasi

merupakan perpindahan peserta didik baik dalam lingkup satu sekolah

maupun antar sekolah. Mutasi dilakukan agar peserta didik mendapat

layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa mutasi peserta didik adalah perpindahan peserta didik baik

dalam lingkup sekolah, dari satu kelas ke kelas lain yang sejajar,

dan

69

perpindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain yang

sejajar. Mutasi peserta didik terdiri dari dua macam yaitu mutasi intern

dan mutasi ekstern (Tatang M. Amirin, dkk, 2010: 64).

4.4 Layanan Khusus

Menurut Kusmintardjo (1992:1) sekolah tidak akan berfungsi jika

tidak ada sesuatu yang membuatnya berfungsi. Dalam sebuah

pendidikan harus mempunyai unsur-unsur yang meliputi administrasi

sekolah. Unsur-unsur dalam administrasi sekolah tersebut masing-

masing mempunyai fungsi, hubungan, dan ketergantungan dengan

komponen-komponen lainnya. Unsur-unsur tersebut meliputi:

a. administrasi murid.

b. administrasi kurikulum.

c. administrasi personil.

d. administrasi materiil.

e. administrasi keuangan.

f. administrasi hubungan sekolah dan masyarakat.

g. administrasi pelayanan khusus.

Pada lembaga pendidikan keenam unsur merupakan hal yang

biasa ada. Melihat kondisi sekolah yang jumlah muridnya begitu

banyak, maka perlu mengusahakan unsur ketujuh dalam administrasi

sekolah. Agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan lancar. Tidak

hanya itu dengan menambah layanan khusus di sekolah peserta didik

atau murid akan dapat melengkapi usaha pencapaian tujuan pendidikan

di sekolah. Hingga saat ini layanan khusus di anggap sangat penting

dalam perwujudan pendidikan. Maka hampir setiap sekolah di

Indonesia menyediakan layanan khusus bagi peserta didik. Memang

perlu adanya

70

usaha pemerintah untuk terus mendukung teraplikasinya layanan

khusus bagi peserta didik ini agar peserta didik merasa nyaman, senang

dan bahagia.

a) Pengertian Manajemen Layanan Khusus

Manajemen layanan khusus di sekolah ditetapkan dan

diorganisasikan untuk memudahkan atau memperlancar pembelajaran,

serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Diantaranya

meliputi: manajemen layanan bimbingan konseling, layanan

perpustakaan sekolah, layanan kesehatan, layanan asrama, dan

manajemen layanan kafetaria/kantin sekolah. Layanan-layanan tersebut

harus di kelola secara baik dan benar sehingga dapat membantu

memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

b) Tujuan Manajemen Layanan Khusus

Kusmintardjo (1992:4), pelayanan khusus atau pelayanan bantuan

diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar

pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan di

sekolah.

Kepala sekolah perlu mempertimbangkan secara matang apabila

akan menyelenggarakan program layanan khusus. Apakah bidang-

bidang layanan khusus tersebut, memberikan bantuan terhadap sekolah

dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Meskipun

demikian, apabila layanan bantuan atau layanan khusus diorganisasi

secara baik dan dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan

kemungkinan-kemungkinan perbaikan pertumbuhan murid. Kepala

sekolah harus selalu melihat hubungan antara layanan khusus dengan

program pendidikan secara menyeluruh.

71

Pada hakikatnya, untuk mempermudah penyelenggaraan kegiatan

layanan khusus, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan

menerapkan pendekatan psikologis didalam mengadministrasian

personal. Para petugas kesehatan, pekerja kafetaria, dan petugas

bimbingan, serta personil lainnya, harus merasa bahwa mereka

merupakan bagian yang penting dari penyelenggaraan sekolah secara

keseluruhan. Kepala sekolah harus membantu staf non-edukatif untuk

mencapai sikap tersebut, dengan memberikan kesempatan

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Perhatian kepala sekolah

akan hal ini dapat dilihat dari kemauannya untuk mengundang mereka

dalan pertemuan-pertemuan lainnya.

Disamping pendekatan psikologis dalam mengadministrasi

personil, ada pendekatan lain yang dapat dipergunakan oleh kepala

sekolah, yakni pendekatan analisis bidang. Dalam pendekatan ini,

kepala sekolah harus mengetahui tanggung jawab dari masing-masing

personil yang terlibat, disamping membantu mengklarifikasikan

tanggungjawab tersebut melalui pemahaman atau saling pengertian.

Dalam hal ini perlu dikembangkan suatu pendekatan “team-work”

didalam pengelolaan layanan khusus atau layanan bantuan melalui

penegasan tugas hubungannya dengan personil, baik bidang pengajaran

maupun non pengajaran.

Kepala sekolah yang baik harus memanfaatkan ketrampilan

kepemimpinannya akan menunjukan tindakan yang menghasilkan

organisasi dan manajemen yang efisien atas layanan khusus. Ini akan

menghasilkan pengalaman yang sangat bernilai dalam kehidupan

kelompok, baik bagi anak didik maupun bagi personil sekolah. Peran

kepala sekolah sangat signifikan dalam usaha pemenuhan dan

72

pemanfaatan unit layanan khusus di sekolah dan merupakan stimulator

dan fasilitator

c) Prinsip-Prinsip Layanan Khusus Sekolah

Prinsip-prinsip layanan khusus sekolah terdiri atas prinsip-prinsip

yang berhubungan dengan siswa, pembimbing dan organisasi dan

administrasi.

Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan siswa yang

dibimbing:

a. Pelayanan bimbingan harus diberikan kepada seluruh

peserta.

b. Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan

bimbingan kepada siswa. Diperlukan suatu alat pengukur

yang cermat agar dapat dibedakan siswa yang mana yang

harus didahulukan.

c. Program bimbingan hrus dipusatkan kepada siswa.

d. Pelayanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan

kebutuhan individu yang bersangkutan.

e. Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan

oleh individu yang dibimbing. Pembimbing bertugas

membantu siswa untuk menanggulangi masalah dengan

berbagai alternatif keputuasan, sehingga pengembalian

keputusan pada siswa sendiri.

f. Individu yang mendapat bimbingan harus dapat berangsur-

angsur dapat membingan dirinya sendiri.

73

Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan pembimbing:

a. Petugas-petugas bimbingan harus melakukan tugasnya

sesuai dengan kemampuan dan kewajiban masing-masing.

b. Petugas-petugas bimbingan di sekolah dipilih atas dasar

kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman dan

kemampuan.

c. Petugas bimbingan harus mendapat kesempatan untuk

mengembangkan diri serta keahlian melalui berbagai

latihan.

d. Petugas bimbingan hendaknya mempergunakan informasi

yang tersedia mengenai individu yang dibimbing beserta

lingkungannya sebagai bahan untuk membuat individu

yang bersangkutan ke arah penyesuaian diri yang lebih

baik.

e. Petugas bimbingan harus menghormati dan menjaga

kerahasiaan informasi tentang individu yang dibimbing.

f. Petugas-petugas bimbingan hendaknya mempergunakan

berbagai jenis metode dan teknik yang tepat dalam

melaksanakan tugasnya.

g. Petugas-petugas bimbingan hendaknya memperhatikan dan

mempergunakan hasil penelitian dalam bidang minat

kemampuan dan hasil belajar individu untuk kepentingan

perkembangn kurikulum sekolah.

Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan organisasi dan

administrasi bimbingan:

a. Bimbingan harus dilaksanakan secara berkesinambungan.

b. Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi

bagi setiap individu siswa. Hal ini sangat diperlukan untuk

74

mencatat data pribadi individu secara sistematik yang dapat

digunakan untuk kemajuan individu yang bersangkutan.

c. Program bimbingan harus disusun dengan kebutuhan

sekolah yang bersangkutan, sehingga layanan bimbingan

mempunyai sumbangan yang besar terhadap program

sekolah.

d. Pembagian waktu untuk setiap bimbingan secara teratur;

e. Bimbingan harus dilaksanakan selam dalam situasi

individuan dan dalam situasi kelompok, sesui dengan

masalah dan metode yang dipergunakan dlam memecahkan

masalah itu.

f. Kepala sekolah memegang tanggung jawab mendasar

dalam pelaksanaan bimbingan (Rusliana, 2010).

d) Jenis-Jenis Layanan Khusus Sekolah

Berikut ini adalah jenis-jenis layanan khusus yang di sediakan

sekolah:

1. Layanan Bimbingan dan Konseling (BK)

2. Layanan Kesehatan Sekolah (UKS)

3. Layanan kafetaria sekolah

4. Layanan asrama sekolah

5. Layanan transportasi sekolah

6. Layanan perpustakaan sekolah

7. Layanan laboratorium/bengkel sekolah.

Berikut adalah jenis-jenis layanan bimbingan yang ada di

beberapa lembaga pendidikan sesuai dengan umur anak menurut

Lembaga Psikologi Episentrum:

75

1. Layanan untuk Anak: konseling, pemeriksaan psikologi, terapi.

2. Layanan untuk Remaja: konseling, pemeriksaan psikologi,

training, outbond.

3. Tingkat TK dan SD: pemeriksaan psikologi, pendidikan seks

untuk anak usia dini dan sekolah dasar, layanan kunjungan

psikolog.

4. Layanan untuk Tingkat Sekolah Menengah: pemeriksaan

psikologi, konsultasi, konseling, training, outbond, layanan

psikologi sekolah.

76

BAB V

MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN

Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan

memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak

bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang

diinginkan, dilihat dari dimensi pendidikan peranan pendidik dalam

masyarakat Indonesia tetap masih dominan meskipun teknologi yang

dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat

cepat, begitu pula dengan tenaga kependidikan mereka bertugas

melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan

dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan

pendidikan.

Sehubungan dengan tuntutan ke arah profesionalisme tenaga

pendidik dan kependidikan, maka semakin dirasakannya desakan untuk

peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan

yang telah menjadi komitmen pendidikan nasional, untuk

meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu tenaga

pendidik dan kependidikan, kita harus memahami terlebih dahulu

bagaimana mengelola pendidik dan tenaga kependidikan.

5.1 Pengertian dan Jenis-jenis Tenaga Pendidik dan

Kependidikan

5.1.1 Pengertian Tenaga Pendidik dan Jenis-Jenisnya

Pengertian tenaga pendidik adalah merupakan tenaga profesional

yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (UU No.20 Tahun 2003,

77

Pasal 39 (2)). Tenaga pendidik yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,

konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan

sebutan lainnya yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi

dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1

Bab 1 Ketentuan Umum)

Jenis-jenisnya adalah:

- Guru

- Dosen

- Tutor

- Instruktur

- Pamong Belajar

- Konselor

- Widyaiswara

- Fasilitator

- Penguji

- Ustadz

- Sebutan lainnya

5.1.2 Pengertian Tenaga Kependidikan dan Jenis-Jenisnya

Pengertian tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang

mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan

pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1, Bab 1 Ketentuan umum),

yang merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan,

dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan

pendidikan. (UU No.20 Tahun 2003, Pasal 39 (1). Dan menurut

UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa tenaga kependidikan

adalah anggota

78

masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang

penyelenggaraan pendidikan, dimana tenaga kependidikan tersebut

memenuhi syarat yang ditentukan oleh undang-uandang yang berlaku,

diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu

jabatan dan digaji pula menurut aturan yang berlaku.

Jenis-Jenisnya:

- Tenaga Administrasi/TU

- Tenaga Fungsional lainnya (Guru BP, Pustakawan, Laboran

dan Teknisi Sumber Belajar)

- Penjaga Sekolah/ kebersihan sekolah dan tukang kebun

- Petugas keamanan

Jadi, tugas tenaga pendidikan dan kependidikan, di jelaskan pada

Pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang menyatakan

bahwa:

1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,

pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan

teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan

pendidikan.

2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

5.2 Pengadaan Tenaga Kependidikan

Tenaga pendidik dan kependidikan memegang peran penting

dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan, terutama dalam hal

79

membentuk karakter bangsa, melalui pengembangan kepribadian dan

nilai-nilai yang memiliki tujuan luhur berlandaskan keinginan bangsa

Indonesia yang disesuaikan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan

Pancasila.

Jika dipandang dari dimensi pembelajaran peran pendidik dalam

rangka memperjuangkan kehidupan berbangsa dan bernegara demi

memenuhi kebutuhan akan pentingnya kebutuhan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berkarakter, pendidik

memiliki posisi sebagai manajer mutlak dalam siklus pendidikan meski

perkembangan teknologi berkembang sangat pesat yang tidak menutup

kemungkinan akan menjadi partner pengiring dalam kinerja tenaga

kependidikan. Setiap kegiatan yang memiliki konsistensi yang

tersetruktur dan memiliki legalitas yang disahkan secara undang-

undang dan memiliki badan hukum, pasti memiliki kestrukturan yang

paten dalam pengelolaannya, begitu juga dengan lembaga pendidikan,

tidak mungkin sebuah lembaga di kelola tanpa ada : planning,

organizing, actuating, dan controlling.

Pengadaan Tenaga Kependidikan

Rekruitmen/pengadaan adalah suatu proses kegiatan

mengusahakan calon pegawai yang tepat sesuai dengan persyaratan

yang telah ada ditetapakan dalam klasifikasi jabatan. Sumber pegawai

dapat dari lembaga itu sendiri (internal) dan dari luar lembaga

(eksternal). Internal lembaga, artinya pegawai yang akan mengisi

lowongan jabatan itu ditarik dari pegawai yang telah ada dalam

organisasi bersangkutan. Rekruitmen dengan cara ini merupakan usaha

untuk pengembangan karir, promosi jabatan dalam lingkungan kerja

yang sama, promosi

80

mutasi untuk kenaikan jabatan perpindahan kerja ke unit kerja bagian

lain. Perekrutan dari dalam (internal) perlu memperhatikan informasi

tentang kualifikasi pegawai.

Format kualifikasi berisi informasi tentang catatan prestasi

pegawai, latar belakang pendidikan dan dapat tidaknya dipromosikan.

Cara ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain meningkatkan

moral, kegairahan kerja, prestasi kerja dan lain-lain. Ini tidak lain

karena para pegawai mengharapkan akan mendapatkan kesempatan

promosi.

Sebaliknya cara yang kedua, eksternal lembaga, berarti bahwa

untuk mengisi lowongan jabatan itu ditarik orang-orang dari luar

organisasi. Sumber-sumber eksternal itu adalah lembaga pendidikan,

kantor penempatan tenaga kerja, pasar tenaga kerja, referensi dari

karyawan yang ada, serta referensi dari kawan pimpinan/manajer.

Perekrutan dengan cara ini dilakukan dengan menerima lamaran-

lamaran dan berlaku bagi semua masyarakat luas yang memenuhi

persyaratan. Metode ini mempunyai segi positif karena dengan sistem

ini tenaga kerja yang diterima merupakan pilihan dari pelamar-pelamar

yang telah memenuhi syarat-syarat maksimum, dengan demikian dapat

diharapkan bahwa tenaga yang diterima adalah tenaga dengan mutu

terbaik.

Alasan-alasan diadakanya tenaga kependidikan

1. Adanya perluasan pekerjaan karena mekarnya lembaga/sekolah

dan tambah besarnya beban tugas.

2. Ada mutasi pegawai.

Kedua alasan tersebut mengakibatkan adanya kekurangan dan

kebutuhan pegawai atau biasa disebut dengan formasi. Formasi adalah

81

jumlah dan susunan perangkat, pegawai yang diperlukan untuk mampu

melaksanakan tugas disuatu instansi.

Berikut ini langkah-langkah penyelenggaraan pengadaan tenaga

kependidikan

1. Pengumuman

2. Pendaftaran

3. Seleksi atau penyaringan tes administrasi

4. Pengumuman

Telah diketahui pengangkatan dan penempatan tenaga

kependidikan berdasarkan dibawah naungan siapakah, departemen atau

non departemen sesuai undang-undang yang berlaku.

Syarat-syarat menjadi tenaga kependidikan yang telah disetujui

sejak dulu

1) Sehat jasmani dan rohani

2) Tidak menderita penyakit kronis/menahun

3) Tidak memiliki cacat tubuh

4) Tidak menderita kelainan mental

5) Kepribadian yang meliputi

- Ber IMTAQ

- Berkepribadian Pancasila

Jadi pengelolaan mengenai pengadaan tenaga kependidikan yaitu

proses dimana mengadakan seorang tenaga/pegawai yang belum ada,

guna mengisi kekosongan tugas yang harus ditanggung, menempatkan

dimanakah seharusnya dia layak dan mampu menjalankan tugasnya dan

82

terakhir bagaimanah kebijakan yang harus dilakukan ketika tenaga

kependidikan sudah memasuki usia non produktif.

Sehingga kita simpulkan bahwa pengelolaan, perencanakan, dan

pengadaan tenaga pendidik/kependidikan, yaitu dikelola berarti

didalamnya mengandung unsur POAC (planning, organizing,

actuating, dan controlling) planning berarti (5w+1h), organizing berarti

layak atau tidak layak.

Actuating berarti bagaimanakah tindakannya dan controlling

bagaimanakah mengawasinya, lantas perencanaan yaitu mau dibawa ke

mana tenaga kependidikan ini sekarang dan masa depannya dan

terakhir diadakannya tenaga kependidikan adalah demi terjaganya

stabilitas dan elektabilitas lembaga karena lembaga bisa berkembang

jika pengelolanya yang ada didalamnya memiliki etos kerja yang baik.

5.3 Pengangkatan dan Penempatan Tenaga Kependidikan

Dalam rangka memiliki guru yang berkualitas sangat tergantung

pada kualitas proses rekrutmennya. Semakin baik prosesnya, semakin

besar pula kemungkinan didapatkannya individu-individu yang sangat

memenuhi kualifikasi sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah.

Rekrutmen atau penerimaan tenaga kependidikan merupakan kegiatan

untuk memenuhi kebutuhan tenagakependidikan pada lembaga

pendidikan, baik jumlah maupun kualitasnya, untuk kegiatan tersebut

diperlukan kegiatan penarikan. Menurut Hani Handoko mengemukakan

bahwa Penarikan (rekrutmen) adalah proses pencarian dan pemikatan

para calon karyawan (pelamar) yang mampu untuk melamar sebagai

karyawan. (Hani Handoko, 1987:69).

83

Pengelolaan unsur manusia mulai dari perencanaan sampai pada

tahap akhir, pada intinya diorientasikan untuk tahap mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan dalam organisasi. Dalam hal ini mencari

dan mendapatkan calon-calon tenaga kependidikan yang memenuhi

syarat sebanyak mungkin. Selain itu menurut T.Hani Handoko.

Penarikan berkenaan dengan pencarian dan penarikan sejumlah

karyawan potensial yangakan di seleksi untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan organisasi (Hani Handoko,1984:240).

Dari pengertian di atas tentang rekrutmen, maka dapat diambil

suatu kesimpulan bahwa rekrutmen adalah proses menghasilkan satu

kelompok para pelamar kerja yang memenuhi syarat untuk bekerja di

dalam organisasi. Kegiatan rekrutmen sebagai suatu proses selalu

diikuti dengan seleksi untuk menemukan kesesuaian kebutuhan dengan

kemampuan pribadi sumber daya manusia.

Menurut Ibrahim Bafadal rekrutmen guru merupakan satu

aktivitas manajemen yang mengupayakan didapatkannya seorang atau

lebih calon pegawai yang betul-betul potensial untuk menduduki posisi

tertentu di sebuah lembaga. Sebagai bagian dari organisasi seluruh

sumber daya manusia (SDM) yang ada memang harus mendapatkan

perhatian, karena mereka akan memberikan kontribusinya masing-

masing dalam pencapaian tujuan organisasi (Ibrahim Bafadal, 2003:

21)

Perekrutan atau penarikan tenaga kependidikan merupakan

usaha- usaha yang dilakukan untuk memperoleh tenaga kependidikan

yang dibutuhkan untuk mengisi jabatan-jabatan tertentu yang masih

kosong. Perekrutan ini merupakan usaha-usaha mengatur komponis

tenaga kependidikan secara seimbang sesuai dengan tuntutan

pelaksanaan tugas kependidikan melalui penyeleksian yang dilakukan.

84

Langkah penting dalam proses perekrutan sebagai kelanjutan

perencanaan tenaga kependidikan:

1) Menyebarluaskan pengumuman tentang kebutuhan tenaga

kependidikan dalam berbagai jenis dan kualifikasi sebagaimana

proses perencanaan yang telah ditetapkan

2) Membuka pendaftaran bagi pelamar atau sesuai dengan persyaratan-

persyaratan yang ditetapkan baik persyaratan-persyaratan

administratif maupun persyaratan akademis

3) Menyelenggarakan pengujian berdasarkan standar seleksi dan

dengan menggunakan teknik-teknik seleksi atau cara-cara tertentu

yang dibutuhkan. Standar seleksi menyangkut:

a) Umur

b) Kesehatan fisik

c) Pendidikan

d) Pengalaman

e) Tujuan-tujuan

f) Perangai

g) Pengetahuan umum

h) Keterampilan

komunikasi

i) Motivasi

j) Minat

k) Sikap dan nilai-nilai

l) Kesehatan mental

m)Kepantasan bekerja di

dunia pendidikan

n) Faktor-faktor lain yang

ditetapkan

Teknik-teknik seleksi yang dapat digunakan atau cara-cara yang

dapat ditempuh melalui:

1) Pengumpulan informasi tentang calon-calon yang memberi harapan

baik. Informasi ini dapat mencakup “personal references” dan

“employment references”. Sejumlah infornasi ini dapat diperoleh

melalui dokumen-dokumen atau berkas-berkas lamaran yang masuk

dan dapat pula dilakukan melalui kontak-kontak lainnya.

85

2) Penyelenggaraan “testing” secara tertulis, misalnya penggunaaan

tes- tes psikologis, tes-tes pengetahuan, dan bentuk tes yang

mengukur beberapa bagian pekerjaan yang akan diemban.

3) Penyelenggaraaan testing secara lisan dan wawancara seleksi, yaitu

percakapan formal yang dilakukan secara cukup mendalam untuk

mengevaluasi calon.

4) Pemeriksaan medis atau kesehatan calon, baik dengan menunjukkan

informasi kesehatan, maupun pemeriksaan yang dilakukan sacara

langsung oleh tim yang sengaja dibentuk.

5.4 Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kependidikan

Pembinaan Tenaga Kependidikan Pembinaan dilakukan dalam

upaya mengelola dan mengendalikan pegawai selama melaksanakan

kerja di lembaga/sekolah. Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya

peningkatan pegawai agar lebih berkualitas kinerjanya. Pendidikan dan

pelatihan dimaksudkan sebagai pengembangan bagi tenaga

kependidikan. Pendidikan dan pelatihan dalam contoh memberikan

kesempatan kepada guru-guru dan staf untuk mengikuti penataran,

melanjutkan pendidikan, seminar, workshop, dan lain-lain. (Rugaiyah

dan Atiek, 2011:80)

Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan

pengembangan profesi dan karier. Pembinaan dan pengembangan

profesi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Pembinaan dan

pengembangan profesi guru dilakukan melalui jabatan fungsional.

Pembinaan dan pengembangan karier guru meliputi penugasan,

kenaikan pangkat, dan promosi.

86

Kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan

karier guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan

peraturan Menteri. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina

dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah

daerah, dan/atau masyarakat. Satuan pendidikan yang diselenggarakan

oleh masyarakat wajib membina dan mengembangkan kualifikasi

akademik dan kompetensi guru. Pemerintah dan pemerintah daerah

wajib memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalitas dan

pengabdian guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. (Hartani,

2011:121)

Pengembangan Tenaga Kependidikan Sejalan dengan azas proses

manajemen sumber daya manusia, lebih-lebih untuk pendidik dan

tenaga kependidikan, ada suatu usaha untuk memelihara,

meningkatkan kemampuan, kapasitas maupun profesionalismenya.

Proses tersebut disebut dengan pendidikan, pelatihan, dan

pengembangan. Diklat dan pengembangan merupakan proses

sistematik pengubahan perilaku para pendidik dan tenaga kependidikan

dalam suatu arah guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

Diklat dan pengembangan penting karena keduanya merupakan

cara yang digunakan oleh organisasi untuk mempertahankan, menjaga,

memelihara pendidik dan tenaga kependidikan dan sekaligus

meningkatkan keahlian para pendidik dan tenaga kependidikan untuk

kemudian dapat meningkatkan produktivitasnya. Pengembangan

(development) adalah mewakili suatu investasi yang berorientasi ke

87

masa depan dalam diri pendidik dan tenaga kependidikan.

Pengembangan didasarkan pada kenyataan bahwa seorang pendidik dan

tenaga kependidikan akan membutuhkan serangkaian pengetahuan,

keahlian, dan kemampuan yang berkembang supaya bekerja dengan

baik dan suksesi posisi yang ditemui selama karirnya.

Tujuan utama diklat dan pengembangan adalah berikut ini:

a. Memperbaiki kinerja, memutakhirkan keahlian para pendidik

dan tenaga kependidikan sejalan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan seni.

b. Mengurangi waktu belajar bagi pendidik dan tenaga

kependidikan yang baru agar memiliki kompetensi yang

dipersyaratkan oleh profesinya.

c. Membantu memecahkan persoalan pendidikan.

d. Mempersiapkan pendidik dan tenaga kependidikan untuk

kepentingan promosi dan perkembangan karirnya.

e. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi

(Hartani, 2011:115).

Pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan merupakan

usaha memberdayagunakan, memajukan dan meningkatkan

produktifitas kerja setiap tenaga kependidikan yang ada diseluruh

tingkatan manajemen organisasi dan jenjang pendidikan. Tujuan dari

pembinaan tenaga kependidikan ini tumbuhnya kemampuan setiap

tenaga kependidikan yang meliputi kemampuan keilmuan dan wawasan

berpikir sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan dalam pelaksanaan

tugas sehari-hari sehingga produktifitas kerja dapat meningkat.

Pengembangan tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui jalur

atau cara diklat dan jalur non diklat. Jalur diklat seperti melanjutkan

88

pendidikan, penataran, kegiatan seminar, lokakarya, dan lain-lain, jalur

non diklat misalnya dapat berbentuk promosi jabatan, pemberian bonus

dan insentif, teguran dan hukuman. Di samping itu, pengembangan

tenaga kependidikan atau pegawai dapat menghasilkan sesuatu yang

nyata dalam waktu yang cepat. Contohnya seorang pegawai sebelum

dilatih sering melakukan kesalahan dalam bekerja, tetapi setelah dilatih

tingkat kesalahan menjadi berkurang.

Landasan hukum pembinaan PNS adalah UU No. 43 Tahun 1999

perubahan atas UU No. 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok

Kepegawaian berisi pengaturan pokok-pokok tentang kedudukan,

kewajiban, hak dan pembinaan pegawai. Pembinaan adalah semua

upaya yang dilakukan oleh lembaga untuk mempertahankan para

pegawai agar tetap berada di lingkungan organisasi dan mengupayakan

pula kedinamisan keterampilan, pengatahuan, serta sikapnya agar mutu

kerjanya bisa tetap dipertahankan. Pembinaan pegawai biasa dilakukan

secara mandiri dengan kursus-kursus, membaca artikel dari internet,

dan bias melalui membaca buku. Selain mandiri bisa dilakukan secara

kelompok dapat ditempuh dengan cara lokakarya, seminar, simposium,

promosi.

Promosi berarti kenaikan jabatan menerima kekuasaan dan

tanggung jawab lebih besar dari kekuasaan dan tanggung jawab

sebelumnya. Ada beberapa system pembinaan PNS melalui promosi:

1) Sistem Karier, adalah suatu system kepegawaian di mana

untuk pengangkatan pertama didasarkan atas kecakapan yang

bersangkutan, sedang dalam pengembangannya lebih lanjut,

masa kerja, pengalaman, kesetiaan, pengabdian dan syarat-

syarat objektif lainnya juga turut menentukan. Dalam system

89

karier dimungkinkan naik pangkat tanpa ujian jabatan dan

pengangkatannya dalam jabatan dilaksanakan berdasarkan

jenjang yang telah ditentukan .

2) Sistem Prestasi Kerja, adalah suatu system kepegawaian di

mana untuk pengangkatan seseorang dalam jabatan didasarkan

atas kecakapan dan prestasi yang dicapai oleh orang yang

diangkat itu. Kecakapan tersebut harus dibuktikan dengan

lulus ujian jabatan dan prestasinya itu harus terbukti secara

nyata.

3) Kenaikan Pangkat, adalah suatu penghargaan bagi seorang

pegawai yang juga merupakan salah satu bentuk dari promosi .

kenaikan pangkat ditetapkan pada tanggal 1 April dan 1

Oktober. Jenis-jenis kenaikan pangkat adalah kenaikan

pangkat regular, pilihan, istimewa, pengabdian, anumerta,

dalam tugas belajar, menjadi pejabat negara, dalam penugasan

di luar instansi, dalam wajib militer, dan penyesuaian ijazah,

serta kenaikan pangkat lain-lain.

Pengembangan Tenaga Kependidikan

Pengertian pengembangan tenaga kependidikan adalah suatu

proses pendidikan jangka panjang yang mempergunakan prosedur

secara sistematis dan terorganisir dimana peagawai dapat memperoleh

pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuannya.

Dalam UU No 43 Tahun 1999 Pasal 31 pendidikan dan pelatihan

bagi PNS dibagi menjadi 2 yakni pendidikan dan pelatihan prajabatan

dan pendidikan dan pelatihan jabatan.

90

a) Pendidikan dan pelatihan prajabatan adalah suatu pelatihan kepada

CPNS dengan tujuan agar ia dapat terampil melaksanakan tugas

yang dipercayakan kepadanya.

b) Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan adalah suatu pelatihan untuk

meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan.

Pengembangan kualitas tenaga kependidikan dapat ditempuh

melalui :

a) Pendidikan lanjutan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan

lembaga akan tenaga kependidikan yang berkualifikasi S2 atau S3

dalam spesialisasi yang diperlukan oleh suatu program. Program

pendidikan lanjutan disusun berdasarkan kebutuhan program studi,

ketersediaan SDM dan rencana pengembangan program.

b) Melalui pencangkokan tenaga dosen, dengan cara ini dapat diperoleh

tenaga untutk memenuhi kebutuhan mendesak dan temporer.

c) Program penyegaran, program ini mencakup pelatihan atau

lokakarya diamksudkan untuk memantapkan penguasaan materi

dibidang keterampilan yang berkenaan dengan bidang studi dan

pengembangan bidang studi.

d) Pertemuan ilmiah (seminar, orasi ilmiah, dsb), program ini

dikembangkan untuk memutakhirkan pengetahuan atau keterampilan

melalui partisipasi aktifnya dalam berbagai forum ilmiah, baik

sebagai peserta, penggagas ataupun narasumber.

e) Komunikasi ilmiah, kegiatan komunikasi ilmiah antar dosen baik di

Indonesia maupun luar negeri dan kerjasama antar program studi

sejenis atau dengan berbagai pihak yang relevan. Komunikasi ini

dimaksudkan untuk meningkakan wawasan dosen kerjasama dan

pertukaran informasi terutama tentang perkembangan ipteks yang

91

mutakhir dilakukan terus menerus antara lain pemanfaatan internet

dan publikasi jurnal.

f) Pertukaran staf pengajar atau ahli, kegiatan kerjasama ini

dilaksanakan dalam rangka alih kepakaran perluasan wawasan dan

peningkatan layanan kepada dunia pasar kerja.

g) Pembinaan karir/professional jabatan perlu dilakukan secara

terencana dan terus menerus dalam rangka regenerasi dan

peningkatan mutu dosen mulai dari tahap awal profesi sampai

kepada professional seorang dosen.

5.5 Pemberhentian Tenaga Kependidikan

Pemberhentian dan pemensiunan merupakan konsep yang hampir

bersamaan, yaitu sama-sama terjadi pemutusan kerja. Istilah

pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja digunakan di

perusahaan. Istilah pensiun sering digunakan pada lembaga

pemerintahan atau bagi pegawai negeri. Pemberhentian adalah

pemutusan hubungan kerja seorang karyawan dengan suatu organisasi

perusahaan. Pensiun adalah pemberhentian karyawan atas keinginan

perusahaan/undang-undang atau keinginan karyawan sendiri.

Alasan pemberhentian disebabkan oleh undang-undang,

keinginan perusahaan, keinginan karyawan, pensiun, kontrak kerja

berakhir, kesehatan karyawan, meninggal dunia, perusahaan likuidasi.

Pemberhentian harus didasarkan UU No. 12 Tahun 1964 KUHP dan

seijin Panitia Perselisihan Pegawai dan Perusahaan Daerah (P4D)

secara berperikemanusiaan dan menghargai pengabdian yang

diberikannya kepada organisasi.

92

Pemensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) maksudnya adalah

berakhirnya status seseorang dari status pegawai negeri sipil karena

alasan-alasan tertentu. Pemberhentian PNS dapat tejadi karena

permintaan sendiri, mencapai batas usia pensiun, adanya

penyederhanaan organisasi, tidak cakap jasmani/rohani, meninggalkan

tugas, meninggal dunia atau hilang dan lain-lain.

Hak pensiun PNS diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun

1969. Pensiun maksudnya adalah berhentinya seseorang yang telah

selesai menjalankan tugasnya sebagai pegawai negeri sipil karena telah

mencapai batas yang telah ditentukan atau karena menjalankan hak atas

pensiunnya. Batas usia seseorang pegawai negeri sipil untuk

mendapatkan pensiun adalah 56 tahun. Batas usia ini dapat

diperpanjang menjadi (1) 65 tahun bagi pegawai negeri sipil yang

memangku jabatan ahli peneliti dan peneliti, guru besar, lektor kepala

dan lektor, jabatan lainnya yang ditentukan presiden, (2) 60 tahun bagi

pegawai negeri sipil yang memangku jabatan eselon I dan eselon II,

pengawas, guru sekolah menengah sampai dengan SMTA (kepala

sekolah, dan pengawas), dan

(3) 65 tahun bagi pegawai negeri sipil yang memangku jabatan sebagai

hakim (Rugaiyah dan Atiek, 2011:96).

Pemberhentian adalah fungsi operatif terakhir manajemen SDM.

Istilah pemberhentian sinonim dengan separation, pemisahan atau

pemutusan hubungan tenaga kerja karyawan dari suatu organisasi

perusahaan. Fungsi pemberhentian harus mendapat perhatian serius dari

pimpinan (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan

Indonesia, 2009:250).

Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang

menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan

93

kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai. Untuk

selanjutnya mungkin masing-masing pihak terikat dalam perjanjian dan

ketentuan sebagai bekas pegawai dan bekas lembaga tempat kerja.

Dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan di sekolah,

khususnya pegawai negeri sipil, sebab-sebab pemberhentian pegawai

ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis: (1) Pemberhentian atas

permohonan sendiri; (2) Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah;

dan

(3) Pemberhentian sebab lain-lain. Pemberhentian atas permohonan

pegawai sendiri, misalnya karena pindah lapangan pekerjaan yang

bertujuan memperbaiki nasib. Pemberhentian oleh dinas atau

pemerintah bisa dilakukan dengan beberapa alasan berikut: 1) Pegawai

yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki kemampuan untuk

melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik; 2) Perampingan atau

penyederhanaan organisasi; 3) Peremajaan, biasanya pegawai yang

telah berusia 50 tahun dan berhak pensiun harus diberhentikan dalam

jangka waktu satu tahun; 4) Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga

tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik; 5) Melakukan

pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara atau kurungan; 6)

Melanggar sumpah atau janji pegawai negeri sipil. Sementara

pemberhentian karena alasan lain penyebabnya adalah pegawai yang

bersangkutan meninggal dunia, hilang, habis menjalani cuti di luar

tanggungan negara dan tidak melaporkan diri kepada yang

berwewenang, serta telah mencapai batas usia pensiun (Suharno,

2008:24).

Pengertian Pemberhentian

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 mengartikan bahwa

94

Pemberhentian atau Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran

95

hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan

berakhirnya hak dan kewajiban antar pekerja dan pengusaha.

Sedangkan menurut Moekijat mengartikan bahwa Pemberhentian

adalah pemutusan hubungan kerja seseorang karyawan dengan suatu

organisasi perusahaan.

Istilah pemberhentian juga mempunyai arti yang sama dengan

separation yaitu pemisahan. Pemberhentian juga bisa berarti Pemutusan

Hubungan Kerja (PHK) karyawan dari suatu organisasi perusahaan.

Pemberhentian yang dilakukan oleh perusahaan harus berdasarkan

dengan Undang – undang No 12 Tahun 1964 KUHP dan seijin P4D

atau P4P atau seijin keputusan pengadilan. Pemberhentian juga harus

memperhatikan pasal 1603 ayat 1 KUHP yaitu mengenai “tenggang

waktu dan ijin pemberhentian”. Perusahaan yang melakukan

pemberhentian akan mengalami kerugian karena karyawan yang

diberhentikan membawa biaya penarikan, seleksi, pelatihan dan proses

produksi berhenti. Pemberhentian yang dilakukan oleh perusahaan juga

harus dengan baik – baik, mengingat saat karyawan tersebut masuk

juga diterima baik – baik.

Dampak pemberhentian bagi karyawan yang diberhentikan yaitu

dampak secara psikologis dan dampak secara biologis. Pemberhentian

yang berdasarkan pada Undang –undang 12 tahun 1964 KUHP, harus

berperikemanusiaan dan menghargai pengabdian yang diberikannya

kepada perusahaan misalnya memberikan uang pensiun atau pesangon.

Pemberhentian juga dapat diartikan sebagai pemutusan hubungan kerja

seseorang karyawan dengan organisasi perusahaan. Dengan

pemberhentian dilakukan berarti karyawan tersebut sudah tidak ada

96

ikatan lagi dengan perusahaan (Drs. Malayu Hasibuan, Manajemen

Sumber Daya Manusia,2001).

Pemutusan hubungan kerja merupakan fungsi terakhir manajer

sumberdaya manusia yang dapat didefinisikan sebagai pengakhiran

hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha yang dapat disebabkan

oleh berbagai macam alasan, sehingga berakhir pula hak dan kewajiban

di antara mereka (Mutiara Sibarani Panggabean, Manajemen Sumber

Daya Manusia, 2004).

Alasan Pemberhentian

Ada beberapa alasan yang menyebabkan seseorang berhenti atau

putus hubungan kerjanya dengan perusahaan, ada yang bersifat karena

peraturan perundang-undangan, tapi ada juga karena keinginan

pengusaha, agar tidak terjadi hal semena-mena yang dilakukan

pengusaha, maka pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan

yang berkaitan dengan pemberhentian karyawan. Dalam pengertian ini

pemerintah tidak melarang secara umum untuk memberhentikan

karyawan dari pekerjaannya. Jangan karena tidak cocok dengan

pendapat perusahaan atau bertentangan dengan kehendak atau

keinginan pengusaha yang mengharapkan karyawan terus bekerja utuk

meningkatkan produksinya, karyawan tersebut langsung diberhentikan,

tanpa melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan

tanpa dijelaskan alasan-alasannya kepada karyawan. Oleh karena

demikian, untuk melindungi karyawan dari tindakan demikian, maka

pemerintah telah mendaptkan kebijakannya sebagai tertuang di dalam

undang- undang No. 13 Tahun 2003 bahwa, pengusaha dilarang

melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan:

97

Pekerja berhalangan masuk karena sakit menurut keterangan dokter

selama waktu tidak melampaui 12 bulan secara terus menerus.

Pekerja berhalangan Negara sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

Pekerja mengerjakan ibadah yang diperintahkan agamanya.

Pekerja menikah

Pekerja perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan atau

menyusui bayinya.

Pekerja mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan

dengan pekerjaan lainnya dalam satu perusahaan, kecuali telah

diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian

kerja bersama.

Pekerja mendirikan, menjadi anggota dan atau pengurus serikat

pekerja, pekerja melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja

atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau

berdasarkan ketentuan yang diatur dalam pernjanjian kerja bersama.

Pekerja yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib

mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindakan pidana

kejahatan.

Karena perbedaan yang paham, agama, aliran politik, suku, wana

kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan.

Pekerjaan dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja,

atau karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter

yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan

98

BAB VI

MANAJEMEN FASILITAS PENDIDIKAN

Dalam dunia pendidikan yang sangat urgent, tentunya dibutuhkan

beberapa instrumen yang dapat menunjang proses pendidikan.

Insrumen tersebut digunakan dalam rangka memberikan manfaat dan

kemudahan kepada semua komponen yang ada di sekolah, untuk bisa

menjalankan fungsinnya dengan baik. Sehinggsa tujuan pendidikan

yang diharapkan akan tercapai. Instrumen-instrumen tersebut

selanjutnnya disebut dengan istilah fasilitas.

Fasilitas yang digunakan dalam menunjang pendidikan di

lembaga pendidikan, biasannya dikenal dengan sebutan sarana dan

prasarana. Seperti yang dikemukakan oleh Wahyuningrum (2004:4),

menyatakan bahwa fasilitas “segala sesuatu yang dapat memudahkan

dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha”. Berdasarkan pengertian di

atas, dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan sarana dan

prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan atau memperlancar suatu

kegiatan. Kedua hal tersebut sangat menunjang dan mendukung dalam

dunia pendidikan. Sehingga perlu adannya pengelolaan dengan tepat.

Tanpa adanya pengelolaan yang tepat terhadap fasilitas maka

keberadaan fasilitas tidak akan membantu tercapainnya tujuan. Selain

itu pengelolaan fasilitas juga ditujukan dalam rangka selalu

menyediakan fasilitas dalam keadaan siap dipakai dan digunakan demi

kemaslahatan proses bersama.

6.1 Pengertian dan Jenis-jenis Fasilitas Pendidikan

Pengertian sarana dan prasarana pendidikan menurut Tim

Perumus Penyusun Pedoman Pembukuan Media Pendidikan

99

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, dibedakan sesuai dengan

fungsinya, yaitu:

Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam

proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan

dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.

Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung

menunjang jalannya proses pendidikan, seperti : halaman, kebun

atau taman sekolah, jalan menuju ke sekolah, tata tertib sekolah,

dan sebagainya.

Dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana

pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 disebutkan bahwa :

a. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi

perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan

sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan

lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran

yang teratur dan berkelanjutan.

b. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang

meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan

pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang

perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang

unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat

berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat

berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan.

100

Dengan demikian perbedaan sarana pendidikan dan prasarana

pendidikan adalah pada fungsi masing-masing yaitu: sarana pendidikan

untuk memudahkan dalam penyampaian materi ajar, dalam artian

segala macam peralatan yang digunakan guru dan murid untuk

memudahkan penyampaian dan menerima materi pelajaran. Sedangkan

prasarana pendidikan untuk memudahkan penyelenggaraan pendidikan

dalam artian segala macam peralatan, kelengkapan, dan benda-benda

yang digunakan guru dan murid untuk memudahkan penyelenggaraan

pendidikan.

Secara umum, sarana dan prasarana pendidikan dapat

dikelompokkan dalam empat kelompok, yaitu: lahan tanah, bangunan,

perlengkapan, dan perabot sekolah (site, building, equipment, and

furniture).

1. Lahan tanah

Lahan yang di perlukan untuk mendirikan sekolah harus di sertai

dengan tanda bukti kepemilikan yang sah dan lengkap (sertifikat),

adapun jenis lahan tersebut harus memenuhi beberapa kriteria antara

lain: a) Lahan untuk bangunan adalah lahan yang diatasnya berisi

bangunan, b) Lahan terbuka adalah lahan yang belum ada bangunan

diatasnya, c) Lahan kegiatan praktek adalah lahan yang di gunakan

untuk pelaksanaan kegiatan praktek, d) Lahan pengembangan adalah

lahan yang di butuhkan untuk pengembangan bangunan dan kegiatan

praktek. Lokasi sekolah harus berada di wilayah pemukiman yang

sesuai dengan cakupan wilayah sehingga mudah di jangkau dan aman

dari gangguan bencana alam dan lingkungan yang kurang baik.

101

2. Bangunan

Adapun bangunan yang di perlukan di sekolah demi kelancaran

dan keberhasilan kegiatan proses pendidikan sekolah adalah:

a. Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang Tata

Usaha/Administrasi

b. Ruang Kelas : tempat siswa dan guru melaksanakan proses

kegiatan belajar mengajar.

c. Ruang Perpustakaan: tempat koleksi berbagai jenis bacaan

bagi siswa dandari sinilah siswa dapat menambah

pengetahuan.

d. Ruang Laboratorium (tempat praktek): tempat siswa

mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan serta

tempat meneliti dengan menggunakan media yang ada untuk

memecahkan suatu masalah atau konsep pengetahuan.

e. Ruang Keterampilan adalah tempat siswa melaksanakan

latihan mengenai keterampilan tertentu.

f. Ruang Kesenian: adalah tempat berlangsungnya kegiatan-

kegiatan seni.

g. Fasilitas Olah raga: tempat berlangsungnya latihan-latihan

olah-raga.

Ruang penunjang berfungsi untuk menunjang kegiatan yang

mendukung proses kegiatan belajar mengajar antara lain : a) Ruang

Ibadah, b) Ruang serbaguna, c) Ruang koperasi sekolah, d) Ruang

UKS, e) Ruang OSIS, f) Ruang WC/ kamar mandi, g) Ruang BP

3. Perlengkapan alat dan media pendidikan.

Setiap mata pelajaran sekurang-kurangnya memiliki satu jenis

alat peraga praktek yang sesuai dengan keperluan pendidikan dan

102

pembelajaran,sehingga dengan demikian proses pembelajaran tersebut

akan berjalan dengan optimal.

1) Buku atau bahan pembelajaran

Bahan pembelajaran adalah sekumpulan bahan pelajaran yang di

gunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar.

2) Buku pegangan

Buku pegangan di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai

acuan dalam pembelajaran yang bersifat Normatif, adaptif dan

produktif.

3) Buku pelengkap

Buku ini di gunakan oleh guru untuk memperluas dan

memperdalam penguasaan materi.

4) Buku sumber

Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik untuk

memperoleh kejelasan informasi mengenai suatu bidang ilmu /

keterampilan.

5) Buku bacaan

Buku ini dapat di gunakan oleh guru dan peserta didik sebagai

bahan bacaan tambahan (non fiksi) untuk memperluas

pengetahuan dan wawasan serta sebagai bahan bacaan (fiksi )

yang bersifat relatif.

4. Perabot

Secara umum perabot sekolah mendukung 3 (tiga) fungsi yaitu:

fungsi pendidikan, fungsi administrasi, dan fungsi penunjang. Jenis

perabot sekolah dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:

103

1) Perabot pendidikan

Perabot pendidikan adalah semua jenis mebel yang di gunakan

untuk proses kegiatan belajar mengajar. Adapun Jenis, bentuk

dan ukurannya mengacu pada kegiatan itu sendiri.

2) Perabot administrasi

Perabot administrasi adalah perabot yang di gunakan untuk

mendukung kegiatan kantor. Jenis perabot ini banyak sekali

ragam dan jenisnya.

3) Perabot penunjang

Perabot penunjang adalah perabot yang digunakan atau di

butuhkan dalam ruang penunjang, seperti perabot

perpustakaan, perabot UKS, perabot OSIS dan sebagainya.

6.2 Pengadaan Fasilitas Pendidikan

Pengadaan adalah kegiatan menyediakan semua keperluan

barang/benda/jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas. Pengadaan

fasilitas meliputi: tanah, bangunan, perabot, alat kantor/buku dan

kendaraan.

1) Pengadaan Tanah

Cara pengadaan: membeli, menerima hibah, menerima hak pakai,

dan menukar.

Pengadaan tanah dengan cara membeli:

a. Menyusun Panitia

b. Menetapkan tugas panitia: menetapkan syarat – syarat tanah

yang akan dibeli (lokasi tanah), meneliti surat – surat tanah

yang akan dibeli, mendapatkan penawaran harga,

memperhatikan perencanaan tata kota, mendapatkan bukti

pembebasan tanah, menyaksikan pembayaran.

104

c. Memperhatikan syarat – syarat tanah yang akan dibeli misal

bebas banjir, fasilitas listrik, air, transport, kondisi

lingkungan dan perkembangan.

d. Penyelesaian pembelian tanah

- Membentuk panitia pembebasan tanah (agraria, Pemda,

PU, Camat, Kades)

- Penanda tanganan akte jual beli tanah di depan notaris

PPAT atau Camat setempat.

- Pembayaran dilakukan melalui KPN setempat.

- Menyelesaikan sertifikat.

Pengadaan tanah dengan cara menerima hibah

- Hibah dapat berasal dari pemerintah dan swasta/ seseorang.

- Panitia penerima hibah tanah, anggotanya terdiri dari

agraria, pemda, dinas PU, dan dari Depdiknas.

- Panitia mengadakan penelitian kemungkinan kelayakan atas

penerimaan hibah.

- Serah terima dilakukan dengan akte serah terima hibah

yang dibuat Notaris PPAT.

- Kepala satuan kerja menyelesaikan sertifikat tanah pada

Dinas Agraria setempat.

a. Pengadaan tanah dengan cara menerima hak pakai

Dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah disertai

dengan surat keputusan dari pemerintah yang bersangkutan

dengan satuan berita acara serah terima.

b. Dengan cara penukaran tanah

Karena tanah/bangunan dipandang tidak memnuhi

fungsinya lagi maka dapat diusulkan untuk ditukar dengan

tanah

105

dilokasi lain. Pengusulan pada Menteri Diknas yang

dilampiri alasan, taksiran harga tanah lama dan baru.

Menteri keuangan kemudian menyetujui, apabila harga

disepakati kemudian membuat akte tanah.

2) Pengadaan Bangunan

Cara pengadaan: membangun baru, membeli, menyewa, menerima

hibah.

a. Membangun Baru

1) Pengertian membangun baru adalah mendirikan bangunan

baru dapat berarti memperbaharui (rehabilitasi/ renovasi),

memperluas dan mengubah dengan cara membongkar seluruh

bangunan gedung atau sebagian gedung.

2) Lingkup kegiatan membangun baru terdiri dari kegiatan

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan lapangan.

Kegiatan Perencanaan

Meliputi kegiatan (1) Persiapan perencanaan: penyusunan

jadwal kerja, pembentukan organisasi, pengendalian dan

pengawasan pembangunan, mengadakan pembebasan tanah

sesuai dengan fungsi bangunan dan perencanaan tata kota/

daerah, menyiapkan data pengukuran tanah secara rinci dan

teliti. (2) Desain skematik meliputi: rencana situasi secara

keseluruhan, rencana denah, potongan dan tampak,

perspektif interior dan eksterior, penjelasan dasar

perencanaan; (3) rencana akhir merupakan hasil

pengembangan perencanaan dari desain skematik dengan

106

luas dan perkiraan biaya yang telah disesuaikan dengan

dana yang tersedia.

Pelaksanaan

Pelaku dalam pelaksanaan pengadaan banguan baru adalah

kontraktor dan pengawas/ direksi lapangan. Kontraktor

akan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan fisik.

Pengawas/ direksi lapangan mengadakan pengawasan

terhadap pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Pengawasan lapangan

Menyelenggarakan kegiatan pengawasan di lapanagn yang

menyangkut pengendalian kualitas dan kuantitas serta

ketepatan waktu penyelesaian.

b. Membeli bangunan

Pada prinsipnya membeli banguan yang sudah jadi termasuk

tanahnya tidak diperbolehkan tetapi dalam hal – hal yang luar

biasa dapat diusulkan kepeda Menteri keuangan dan Bappenas

dengan disertai alasan yang kuat.

Setelah ada persetujuan dan dananya tersedia, penawaran

harga dari pemilik perlu diajukan kepada panitia pembebasan

tanah setempat.

Apabila harga penawaran dan harga taksiran panitia sudah

disepakati, maka akte jual beli langsung diselesaikan di depan

notaris/ PPAT dan balik nama sertifikat tanah.

107

c. Menyewa bangunan

Apabila diperlukan, misal untuk gedung sekolah, kantor. Suatu

instansi diperkenankan menyewa bangunan atas persetujuan

pejabat yang berwenang menurut peraturan.

Anggaran untuk membayar sewa bangunan sudah tersedia.

Untuk dapat melaksanakan penyewaan bangunan berlaku

ketentuan – ketentuan pengadaan dengan cara penunjukan

langsung.

Setelah ditetapkan sewanya, dibuat surat penjanjian antara

pihak penyewa dengan pihak yang menyewakan.

d. Menerima hibah

Departemen Pendidikan Nasional dapat meneriima hibah

bangunan berikut tanahnya dari pihak lain (pemerintah daerah/

swasta).

Serah terima dilakukan dengan Notaris PPAT setempat dan

dilaporkan kepada Menteri Pendidikan Nasional.

3) Pengadaan Perabot

a. Menurut buku pedoman umum pengelolaan perlengkapan

yang dimaksud dengan perabot adalah barang yang berfungsi

sebagai tempat duduk, tempat menulis, tempat istirahat, tempat

penyimpanan alat/ atau bahan.

b. Cara pengadaan dengan membeli, membuat sendiri menerima

bantuan dan menyewa.

108

c. Proses pengadaan

Membeli perabot-perabot yang akan dibeli harus memenuhi

syarat-syarat yang sudah ditentukan, misal ukurannya

anatomi, teknik konstruksi, dan harga standar.

Membuat sendiri perabot sekolah yang dibuat sendiri

dimungkinkan hanya dalam rangka praktek serta

disesuaikan dengan dana dan kemampuan yang tersedia.

Menerima bantuan/hibah. Perabot yang dihibahkan dapat

berasal dari seseorang/donatur. Penyerahan bantuan harus

bersifat sukarela, tidak mengikat dan dilaksanakan dengan

perjanjian.

4) Pengadaan Alat Kantor

a. Pengertian

Yang dimaksud dengan alat kantor adalah alat-alat yang

biasanya digunakan di kantor seperti mesin tulis, mesin hitung,

mesin stensil, alat-alat lain yang menunjang kegiatan

perkantoran.

b. Cara pengadaan

Pengadaan alat kantor dapat dilakukan dengan membeli secara

serentak atau membeli sendiri dan menerima

batuan/hadiah/hibah.

Membeli alat kantor dapat dilakukan tanpa lelang atau

dengan lelang.

Mengikuti tatacara atau peraturan-peraturan yang berlaku.

Untuk alat-alat laboratorium IPA perlu melalui penawaran

dengan prototipenya.

109

Pengadaan adalah proses kegiatan mengadakan sarana dan

prasarana yang dapat dilakukan dengan cara-cara membeli, sumbangan,

hibah dan lain-lain. Pengadaan sarana dan prasarana dapat berbentuk

pengadaan buku, alat, perabot dan bangunan. Lebih lanjut, pengadaan

perlengkapan sekolah adalah kegiatan untuk mengadakan sarana dan

prasarana dalam rangka mendukung PBM, dilaksanakan dengan cara:

pembelian, buatan sendiri, penerimaan hibah atau bantuan, penyewaan,

pinjaman dan pendaurulangan. Mustari (2014:125) mengatakan bahwa

sistem pengadaan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan dengan

berbagai cara, seperti:

1. Dropping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan yang

diberikan pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya

terbatas sehingga pengelola sarana dan prasarana pendidikan di

sekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain.

2. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli,

baik secara langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu.

3. Meminta sumbangan wali murid atau mengajukan proposal

bantuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke lembaga

sosial yang tidak mengikat.

4. Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam.

5. Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara tukar menukar

barang yang dimilki dengan barang lain yang dibutuhkan sekolah.

110

Menurut Bafadal (2014:30) menjabarkan bahwa langkah-langkah

pengadaan peralatan sekolah dasar sebagai berikut:

1. Dinas Pendidikan Kab/Kota menyusun daftar perlengkapan

sekolah yang memenuhi standar mutu.

2. Dinas Pendidikan Kab/Kota memberitahu kepada sekolah, bahwa

sekolah yang bersangkutan akan mendapatkan bantuan dana

untuk pengadaan perlengkapan sekolah.

3. Kepala sekolah bersama guru dan juga komite sekolah memilih

daftar perlengkapan yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan

sekolah masing-masing.

4. Kepala sekolah mengajukan permohonan kepada Dinas

Pendidikan Kab/Kota untuk mendapatkan dana bantuan

pembelian perlengkapan sekolah.

5. Dinas Pendidikan Kab/Kota memberikan persetujuan dan

mencairkan dana yang diminta sekolah yang bersangkutan

melalui prosedur pencairan dana sebagaimana berlaku (misalnya

melalui KPKN). Berdasarkan uang yang diterima, kepala sekolah

membeli perlengkapan sekolah sesuai dengan pilihannya ke toko

atau langsung ke produsen.

6. Kepala sekolah membuat laporan pelaksanaan pengadaan

perlengkapan sekolah dan membuat pertanggungjawaban

terhadap sejumlah dana yang telah diterima, kemudian

disampaikan segera kepada Dinas Pendidikan Kab/Kota

6.3 Pendayagunaan dan Pemeliharaan Fasilitas Pendidikan

Sarana dan Prasarana sekolah merupakan salah satu faktor

penunjang dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di

111

sekolah. Tentunya hal tersebut dapat dicapai apabila ketersedian sarana

dan prasarana yang memadai disertai dengan pengelolaan secara

optimal.

Untuk mewujudkan dan mengatur hal tersebut pemerintah

melalui PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

Pasal 1 Ayat (8) mengemukakan standar sarana dan prasarana adalah

Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan kriteria minimal tentang

ruang belajar, tempat olah raga, tempat beribadah, perpustakaan,

laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi dan

berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi.

Pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; (1) Setiap

satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,

peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar

lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan

untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan

Sarana dan prasarana pendidikan juga menjadi salah satu tolok

ukur dari mutu sekolah. Tetapi fakta dilapangan banyak ditemukan

sarana dan prasarana yang tidak dioptimalkan pendayagunaannya dan

belum dikelola dengan baik, untuk itu diperlukan pemahaman dan

pengaplikasian manajemen sarana dan prasarana pendidikan

persekolahan berbasis sekolah. Bagi pengambil kebijakan di sekolah

pemahaman tentang sarana dan prasarana akan membantu memperluas

wawasan tentang bagaimana ia dapat berperan dalam merencanakan,

menggunakan dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang ada

sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal guna mencapai tujuan

pendidikan.

112

Pendayagunaan memiliki arti pengusahaan agar mampu

mendatangkan hasil dan manfaat; pengusahaan tenaga agar mampu

menjalankan tugas dengan baik dan efisien. Sedangkan dalam Oxford

Dictionary pendayagunaan atau utility diartikan dengan “usefull,

especially through being able to perform several functions. (Berguna,

terutama melalui kemampuan untuk melakukan beberapa fungsi).

Kemudian pengertian pendayagunaan sering juga diartikan sebagai

pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disintesakan bahwa

pendayagunaan adalah suatu usaha untuk mendatangkan hasil atau

manfaat yang lebih besar dan lebih baik dengan mamanfaatkan segala

sumber daya dan potensi yang dimiliki. Pendayagunaan ditujukan

untuk memanfaatkan segala potensi yang melekat pada sumber daya

yang dimiliki secara optimal.

Pada konteks sekolah, pendayagunaan dapat dilakukan hampir

kepada semua sumber daya yang dimiliki seperti sumber daya manusia

yang meliputi guru, pegawai, siswa, komite sekolah, maupun alumni.

Selain itu, pendayagunaan juga dapat dilakukan pada sumber daya fisik

maupun finansial yang dimiliki oleh sekolah. Sarana dan prasarana

seperti tanah, bangunan, lapangan maupun hal lainnya dapat

didayagunakan guna membantu upaya mewujudkan visi dan misi

sekolah. sarana pendidikan merupakan hal-hal yang berkaitan langsung

dengan kegiatan pembelajaran di kelas, sedangkan prasarana adalah

hal- hal yang tidak secara langsung berkaitan namun menunjang

terlaksananya proses pembelajaran di sekolah. Sumber lain yang dapat

didayagunakan adalah sumber daya finansial. Sumber daya finansial

merupakan salah satu hal vital yang harus didayagunakan dengan

sebaik-

113

baiknya. Hal ini bukan hanya menyangkut pembukuan sekolah, tapi juga

menjamin keberlangsungan kegiatan belajar pembelajaran di sekolah.

Tujuan Pendayagunaan

Kegiatan pendayagunaan pada dasarnya bertujuan mendatangkan

manfaat atau hasil dengan memanfaatkan sumber-sumber yang

dimiliki. Pada satuan pendidikan, pendayagunaan bertujuan mendukung

upaya menuwujdkan visi dan misi sekolah dengan menggunakan

sumber daya yang tersedia secara optimal. Pendayagunaan juga

menjadi salah satu opsi dalam meningkatkan kualitas sekolah.

Aspek-Aspek Pendayagunaan

Dalam upaya pendayagunaan sumber daya sekolah, terdapat

beberapa aspek yang harus diperhatikan dengan cermat, yaitu:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan hal yang sangat vital guna

memastikan tiap-tiap sumber daya akan mendatangkan

manfaat bagi sekolah.

b. Penggunaan

Setiap sumber daya yang memiliki nilai guna hendaknya

dialokasikan sesuai dengan fungsinya. Hal ini ditujukan untuk

menghindari adanya tumpang tindih fungsi dan kegunaan

sumber.

c. Evaluasi

Tindakan evaluasi dilakukan hanya pada akhir masa

penggunaan sumber, melainkan dimulai sejak tahap

perencanaan. Evaluasi berguna untuk meminimalisasi adanya

penyimpangan dan penyalahgunaan sumber.

114

Strategi Pendayagunaan

Strategi pendayagunaan adalah kiat-kiat atau cara yang dilakukan

sebagai usaha atau tindakan untuk memberikan hasil dan manfaat yang

lebih besar dalam rangka mensukseskan program pendidikan

khususnya di sekolah adalah dengan mengerahkan sumber daya baik

sumber daya manusia maupun sarana parasarana yang dimiliki.

Indikator Keberhasilan

Ada tiga hal yang menjadi indikator keberhasilan tercapainya

pendayagunaan sumber di sekolah, yaitu:

a. Adanya perencanaan yang mengatur penggunaan sumber dengan

mengacu pada kebutuhan sekolah.

b. Tiap-tiap sumber yang dimiliki digunakan dengan memanfaatkan

daya atau potensi yang dimilikinya.

c. Dilakukannya evaluasi berkala guna memastikan tidak ada

penyimpangan dan kesia-siaan dari sumber yang digunakan.

Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan

untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan

prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara

berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan.

Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari

kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisinya baik dan

siap digunakan. Pemeliharaan mencakup segala daya upaya yang terus

menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam

keadaan baik. Pemeliharaan dimulai dari pemakaian barang, yaitu

dengan cara hati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang

115

bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai keahlian

sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.

Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan perlu dilakukan

agar kondisi barang tetap dalam keadaan baik atau siap dipakai dan

dapat bertahan lama, sehingga dapat menghemat pengeluaran aggaran

untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Menurut hukum

waktunya pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dapat

dibedakan dalam (Bowersox, 1989:158):

Pemeliharaan sehari-hari dilakukan oleh pegawai yang

menggunakan barang-barang tersebut dan bertanggung jawab atas

barang tersebut.

Dilakukan dalam jangka waktu tertentu, misalnya 2 bulan sekali,

3 bulan sekali, dan sebagainya. Pelaksanaan pemeliharaan dapat

dilakukan sendiri dan dengan pihak kedua.

Adapun tujuan dan manfaat dari pemeliharaan sarana dan

prasarana pendidikan adalah sebagai berikut:

Tujuan Pemeliharaan:

Untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Hal ini sangat penting

terutama jika dilihat dari aspek biaya, karena untuk membeli suatu

peralatan akan jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan merawat

bagian dari peralatan tersebut.

Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung

kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk

menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui

pengecekan secara rutin dan teratur.

116

Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan

alat tersebut.

Manfaat pemeliharaan:

Jika peralatan terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti

tidak perlu mengadakan penggantian dalam waktu yang singkat.

Pemeliharaan yang baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan

yang berarti biaya perbaikan dapat ditekan seminim mungkin.

Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka akan lebih terkontrol

sehingga menghindar kehilangan.

Dengan adanya pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan

dipandang.

Pemeliharaan yang baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.

Sarana dan prasarana merupakan penunjang untuk keaktifan

proses belajar mengajar. Barang-barang tersebut kondisinya tidak akan

tetap, tetapi lama kelamaan akan mengarah pada kerusakan, kehancuran

bahkan kepunahan. Namun agar saran dan prasarana tersebut tidak

cepat rusak atau hancur diperlukan usaha pemeliharaan yang baik dari

pihak pemakainya. Pemeliharaan atau maintenanace merupakan suatu

kegiatan yang kontinu untuk mengusahakan agar sarana dan prasarana

pendidikan yang ada tetap dalam keadaan baik dan siap untuk

dipergunakan.

Menurut J. Mamusung (1991:80), pemeliharaan adalah suatu

kegiatan dengan pengadaan biaya yang termasuk dalam keseluruhan

anggaran persekolahan dan diperuntukan bagi kelangsungan

“building”, “equipment”, serta “furniture”, termasuk penyediaan biaya

bagi kepentingan perbaikan dan pemugaran, serta penggantian.

Perlunya pemeliharaan yang baik terhadap bangunan, perabot dan

117

perlengkapan

118

sekolah dikarenakan kerusakan sebenarnya telah dimulai semenjak hari

pertama gedung, perabot dan perlengkapan itu diterima dari pihak

pemborong, penjual atau pembeli sarana tersebut, kemudian disusul

oleh proses kepunahan, meskipun pemeliharaan yang baik telah

dilakukan terhadapa sarana tersebut selama dipergunakan.

J. Mamusung telah mengelompokan, ada 5 faktor yang

mengakibatkan kerusakan pada bangunan, perabot dan perlengkapan

sekolah, yaitu:

1. Kerusakan dikarenakan pemakaian dan pengrusakan, baik disengaja

maupun yang tidak oleh pemakai.

2. Kerusakan dikarenakan pengaruh udara, cuaca, musim, maupun

keadaan lingkungan.

3. Keusangan (out of date) disebabkan moderenisasi di bidang

pendidikan serta perkembangannya.

4. Kerusakan karena kecelakaan atau bencana disebabkan kecerobohan

dalam perencanaan, pemeliharaan, pelaksanaan, maupun

penggunaan yang salah.

5. Kerusakan karena timbulnya bencana alam seperti banjir gempa dan

lain-lain.

Menurut waktunya kegiatan pemeliharaan terhadap bangunan dan

perlengkapan serta perabot sekolah dapat dibedakan menjadi

pemeliharaan yang dilakukan setiap hari dan pemeliharaan yang

dilakukan secara berkala

6.4 Penghapusan Fasilitas Pendidikan

Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan

pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang

119

berlaku dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara lebih

operasional penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan

yang bertujuan untuk mengeluarkan/menghilangkan sarana dan

prasarana dari daftar inventaris, kerena sarana dan prasarana tersebut

sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama

untuk kepentingan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.

Penghapusan sarana dan prasarana dilakukan berdasarkan

peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Penghapusan sebagai

salah satu fungsi manajemen sarana dan prasarana pendidikan

persekolahan harus mempertimbangkan alasan-alasan normatif tertentu

dalam pelaksanaannya. Oleh karena muara berbagai pertimbangan

tersebut tidak lain adalah demi efektivitas dan efisiensi kegiatan

persekolahan.

Tujuan Penghapusan Sarana dan Prasarana

Penghapusan sarana dan prasarana pada dasarnya bertujuan untuk:

Mencegah atau sekurang-kurangnya membatasi

kerugian/pemborosan biaya pemeliharaan sarana dan

prasarana yang kondisinya semakin buruk, berlebihan atau

rusak dan sudah tidak dapat digunakan lagi.

Meringankan beban kerja pelaksanaan inventaris.

Membebaskan ruangan dari penumpukan barang-barang yang

tidak dipergunakan lagi.

Membebaskan barang dari tanggung jawab pengurusan kerja.

120

Bila biaya rehabilitasi lebih besar sedang daya pakai terlalu

singkat, maka barang tersebut lebih baik dikeluarkan dari daftar

inventaris (dihapus) dan harus berdasarkan UU yang berlaku.

Proses kegiatan yang bertujuan untuk

mengeluarkan/menghilangkan barang-barang milik negara dari daftar

inventaris negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku disebut penghapusan.

Penghapusan sebagai salah satu fungsi administrasi sarana

pendidikan mempunyai arti:

1) Mencegah kerugian atau pemborosan dari biaya perbaikan

2) Meringankan beban kerja dan tanggung jawab pelaksanaan

inventaris

3) Membebaskan satuan organisasi dalam pengurusan barang

yang tidak produktif lagi.

4) Membebaskan ruangan atau perkarangan kantor dari

penumpukan barang yang tidak di pergunakan.

Sedangkan jenis-jenis penghapusan yaitu:

1) Menghapus dengan menjual barang-barang melalui Kantor

Lelang Negara

2) Mengembalikan ke negara untuk digantikan yang lebih baru.

3) Pemusnahan

Pemusnahan berarti meniadakan barang-barang yang dianggap

sudah tidak layak untuk digunakan dengan cara misalnya.

6.5 Pelaporan dan Fasilitas Pendidikan

Salah satu aspek yang seharusnya mendapat perhatian utama oleh

setiap pengelola pendidikan adalah mengenai fasilitas pendidikan.

121

Sarana pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara

langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan,

seperti: Gedung, ruangan belajar/kelas, alat-alat atau media pendidikan,

meja, kursi, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan

fasilitas/prasarana adalah yang secara tidak langsung menunjang

jalannya proses pendidikan, seperti; halaman, kebun/taman sekolah,

jalan menuju ke sekolah.

Fasilitas pendidikan pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam

empat kelompok yaitu tanah, bangunan, perlengkapan, dan perabot

sekolah (site, building, equipment, and furniture). Agar semua fasilitas

tersebut memberikan kontribusi yang berarti pada jalannya proses

pendidikan, hendaknya dikelola dengan baik. Manajemen yang

dimaksud meliputi:

1) Perencanaan

Perencanaan saran dan prasarana dapat diartikan sebagai

keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan pembelian,

pengadaan, rehabilitasi, distribusi sewa atau pembuatan peralatan

dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan.diperhatikan dalam

perencanaan fasilitas sekolah, antara lain: Fasilitas yang ada

disekolah harus disesuaikan dengan kebutuhan anak yang beraneka

ragam sifat dan kebutuhannya, baik secara individual maupun

kelompok. Serta fasilitas yang ada harus disesuaikan dengan

kurikulum/program pendidikan yang akan dilaksanakan sekolah.

2) Pengadaan

Pengadaan adalah segala kegiatan untuk menyediakan semua

keperluan barang bagi keperluan pelaksanaan tugas untuk mencapai

tujuan pendidikan. Dalam pengadaan barang sebenarnya tidak

122

terlepas dari perencanaan pengadaan yang telah dibuat sebelumnya

baik mengenai jumlah maupun jenisnya.

3) Inventarisasi

Inventarisasi adalah kegiatan melaksanakan pengurusan

penyelenggaraan, pengaturan, dan pencatatan barang-barang,

menyusun daftar barang yang menjadi milik sekolah yang

bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang secara teratur

dan menurut ketentuan yang berlaku.

4) Penyimpanan

Penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan

menyimpan suatu barang baik berupa perabot, alat tulis kantor,

surat- surat maupun barang elektronik dalam keadaan baru ataupun

sudah rusak yang dapat dilakukan oleh seorang beberapa orang yang

ditunjuk atau ditugaskan pada lembaga pendidikan. Aspek yang

perlu diperhatikan dalam penyimpanan adalah aspek fisik dan aspek

administratif.

5) Penataan

Penataan sarana dan prasarana pendidikan dapat dibagi menjadi:

a. Penataan barang bergerak

Yang dimaksud dengan barang bergerak adalah barang yang

dapat dipindahkan dari penempatan sebelumnya, misalnya kursi,

meja, dan lain-lain.

b. Penataan barang tidak bergerak

Barang tidak bergerak adalah barang yang tidak dapat

dipindahkan, seperti tanah, gedung, halaman, lapangan, dan lain-

lain. Dalam hal ini sebelum dibangun, terlebih dahulu dilakukan

123

perencanaan yang matang agar tidak terjadi perbaikan yang

menimbulkan pemborosan.

c. Penataan barang habis pakai

Barang habis pakai adalah barang yang tidak tahan lama, cepat

susut, dan habis setelah digunakan atau dipakai, contoh kertas,

karbon, kapur, spidol, dan lain-lain.

d. Penataan barang barang tidak habis pakai

Yaitu dengan cara mengatur barang yang ada dengan

memberikan nomor dan kode pada barang tersebut sesuai dengan

sandi yang berlaku. Hal ini dilakukan agar petugas dan pemakai

lebih mudah memakai dan mengawasi pemakaiannya

6) Penggunaan

Pengaturan bagi penggunaan sarana dan prasarana tersebut yaitu

dengan cara:

a. Alat pelajaran diangkut ke kelas yang membutuhkan dan saat

dikembalikan jumlah harus sama.

b. Alat pelajaran disimpan di suatu tempat, bila siswa ingin

menggunakan, siswa mengajak guru yang mengajar untuk

membawa barang tersebut.

Penggunaan atau pemakaian fasilitas pendidikan di sekolah

merupakan tanggung jawab kepala sekolah pada tiap jenjang

pendidikan. Untuk kelancaran kegiatan tersebut, bagi kepala sekolah

yang mempunyai wakil bidang sarana dan prasarana atau petugas yang

berhubungan dengan penanganan fasilitas sekolah diberi tanggun jawab

untuk menyusun jadwal tersebut. Dalam penggunaan fasilitas, semua

pengguna baik peserta didik, guru, dan komponen sekolah lainnya

harus dapat mempertanggungjawabkan penggunaan fasilitas yang telah

124

digunakan. Dalam artian bahwa dalam menggunakan fasilitas harus

dengan baik dan tidak merusak fasilitas yang telah ada.

Jadi, secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang

keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan

publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan

yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai

dengan rencana. Standar sarana dan prasarana pendidikan telah diatur

dalam PP No.32 tahun 2013 dikatakan Standar Sarana dan Prasarana

adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat

beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,

tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk

penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Aset pendidikan tersebut harus terdata dengan baik, agar semua

fasilitas yang ada terpelihara dan terawat dengan baik, dan terdata

dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu fasilitas tersebut harus

dilaporkan dengan dokumen yang lengkap

7) Pemeliharaan

Pemeliharaan berarti sarana dan prasarana yang digunakan harus

dipelihara agar tidak rusak.

8) Penghapusan

Penghapusan ialah kegiatan meniadakan barang-barang dari daftar

inventaris karena barang itu dianggap sudah tidak mempunyai nilai

guna atau sudah tidak berfungsi sebagaimanan yang diharapkan,

atau biaya pemeliharaannya sudah terlalu mahal.

125

BAB VII

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

7.1 Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan

Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan

instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam setiap upaya

pencapaian tujuan pendidikan baik tujuan-tujuan yang bersifat

kuantitatif – biaya pendidikan memiliki peran yang sangat menentukan.

Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan

biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan

tidak akan berjalan. Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang

luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan

penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang

dan tenaga.

a. Konsep Biaya

Biaya dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan

tidak langsung (indirect cost), biaya langsung terdiri dari biaya-biaya

yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan

kegiatan- kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat

pembelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang

dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua maupun siswa sendiri.

Sedangkan biaya tidak langsung berupa keuntungan yang hilang

(earning forgone) dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang

(opportunity cost) yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.

Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan

satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran

pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran

126

penerimaan adalah

127

pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai

sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar

pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk

kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.

Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen

yang jumlah dan proporsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dan

daerah yang lainnya. Serta dari waktu kewaktu. Berdasarkan

pendekatan unsur biaya pengeluaran sekolah dapat dikategorikan ke

dalam beberapa item pengeluaran, yaitu

1. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran

2. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah

3. Pemeliharaan sarana-prasarana sekolah

4. Kesejahteraan pegawai

5. Administrasi

6. Pembinaan teknis edukatif

7. Pendataan.

Dalam konsep pembiayaan pendidikan dasar ada dua hal penting

yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara

keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa (unit cost). Biaya

satuan ditingkat sekolah merupakan agregate biaya pendidikan tingkat

sekolah, baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan

masyarakat yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pendidikan dalam

satu tahun pelajaran. Biaya satuan permurid merupakan ukuran yang

menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan ke sekolah-

sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh

pedidikan.

128

b. Komponen Biaya Pendidikan.

Konsep biaya pendidikan sifatnya lebih kompleks dari

keuntungan, karena komponen biaya terdiri dari lembaga jenis dan

sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang dan rupiah,

tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan (opportunity cost). Biaya

kesempatan ini sering disebut “Income Forgone” yaitu potensi

pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau

mengikuti study. Sebagai contoh, seorang lulusan SMP yang tidak

diterima untuk melanjutkan pendidikan SMU, jika ia bekerja tentu

memproleh penghasilan dan jika ia melanjutkan besarnya pendapatan

(upah,gaji) selama tiga tahun belajar di SMU harus diperhitungkan.

Oleh karena itu, biaya pendidikan akan terdiri dari biaya langsung dan

biaya tidak langsung atau biaya kesempatan.

Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan

gambaran karakteristik keuangan sekolah. Analisis efesiensi keuangan

sekolah dalam pemanfataan sumber-sumber keuangan sekolah dan hasil

(output) sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisa biaya satuan

(unit cost) per siswa. Biaya satuan persiswa adalah biaya rata-rata

persiswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh

siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Dengan

mengetahui besarnya biaya satuan persiswa menurut jenjang dan jenis

pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif kebijakan dalam

upaya peningkatan mutu pendidikan.

Dalam menentukan biaya satuan terdapat dua pendekatan, yaitu

pendekatan makro dan mikro. Pendekatan makro mendasarkan

perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan yang

diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah murid.

129

Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi

pengeluaran perkomponen pendidikan yang digunakan oleh murid.

7.2 Sumber-sumber Pembiayaan Pendidikan

1. Dana dari Pemerintah

Dana dari pemerintah disediakan melalui jalur Anggaran Rutin

dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) yang dialokasikan kepada semua

sekolah untuk setiap tahun ajaran. Dana ini lazim disebut dana rutin.

Besarnya dana yang dialokasikan di dalam DIK biasanya ditentukan

berdasarkan jumlah siswa kelas I, II dan III. Mata anggaran dan

besarnya dana untuk masing-masing jenis pengeluaran sudah

ditentukan Pemerintah di dalam DIK. Pengeluaran dan

pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana rutin (DIK) harus benar-

benar sesuai dengan mata anggara tersebut.

2. Dana dari Orang Tua Siswa

Dana ini disebut dana BP3 (Bantuan Penyelenggaraan dan

Pembinaan Pendidikan). Besarnya sumbangan dana BP3 yang harus

dibayar oleh orang tua siswa ditentukan oleh rapat BP3. Pada umumnya

dana BP3 terdiri atas:

a) Dana tetap bulan sebagai uang kontribusi yang harus dibayar

oleh orang tua setiap bulan selama anaknya menjadi siswa di

sekolah

b) Dana insidental yang dibebankan kepada siswa baru yang

biasanya hanya satu kali selama tiga tahun menjadi siswa

(pembayarannya dapat diangsur).

130

c) Dana sukarela yang biasanya ditawarkan kepada orang tua

siswa terterntu yang dermawan dan bersedia memberikan

sumbangannya secara sukarela tanpa suatu ikatan apapun.

3. Dana dari Masyarakat

Dana ini biasanya merupakan sumbangan sukarela yang tidak

mengikat dari anggota-anggota masyarakat sekolah yang

menaruh perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu sekolah.

Sumbangan sukarela yang diberikan tersebut merupakan wujud

dari kepeduliannya karena merasa terpanggil untuk turut

membantu kemajuan pendidikan. Dana ini ada yang diterima dari

perorangan, dari suatu organisasi, dari yayasan ataupun dari

badan usaha baik milik pemerintah maupun milik swasta.

4. Dana dari Alumni

Bantuan dari para Alumni untuk membantu peningkatan mutu

sekolah tidak selalu dalam bentuk uang (misalnya buku-buku, alat

dan perlengkapan belajar). Namun dana yang dihimpun oleh

sekolah dari para alumni merupakan sumbangan sukarela yang

tidak mengikat dari mereka yang merasa terpanggil untuk turut

mendukung kelancaran kegiatan-kegiatan demi kemajuan dan

pengembangan sekolah. Dana ini ada yang diterima langsung dari

alumni, tetapi ada juga yang dihimpun melalui acara reuni atau

lustrum sekolah.

5. Dana dari Peserta Kegiatan

Dana ini dipungut dari siswa sendiri atau anggota masyarakat

yang menikmati pelayanan kegiatan pendidikan tambahan atau

131

ekstrakurikuler, seperti pelatihan komputer, kursus bahasa Inggris

atau keterampilan lainnya.

6. Dana dari Kegiatan Wirausaha Sekolah

Ada beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan usaha untuk

mendapatkan dana. Dana ini merupakan kumpulan hasil berbagai

kegiatan wirausaha sekolah yang pengelolaannya dapat dilakukan

oleh staf sekolah atau para siswa misalnya koperasi, kantin

sekolah, bazaar tahunan, wartel, usaha fotokopi, dll.

7. Dana Subsidi

Dana yang diterima dari Subsidi Pemerintah di sekolah yang

disusun berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah

(APBS), dimana terdapat rencana pendapatan yang berupa:

a. Dana Rutin (DIK), yang di gunakan untuk:

1) Belanja Pegawai (Gaji Pokok)

2) Belanja Barang dan Jasa

3) Biaya Pemeliharaan Gedung & Mebelair

4) Uang Lembur Pegawai

5) Belanja Modal

Dari penggunaan dana rutin ini berjumlah pendapatan sekolah

b. Dana SUBSIDI, yang digunakan untuk:

1. Pengadaan bahan praktek

2. Pengadaan alat praktek

3. Pembangunan RKB dan Mebeler

4. Pelaksanaan PSB, MOS, dan TKJ

5. Pelaksanaa Ujian Nasional

6. Bantuan untuk siswa tidak mampu

132

c. Dana Sumbangan Orang Tua, yang digunakan untuk

1. Pengadaan, pemeliharaan, perawatan, rehabilitasi

sarana/prasarana pendidikan

2. Peningkatan KBM/PBM

3. Peningkatan kegiatan pembinaan kesiswaan

4. Dukungan biaya kegiatan peningkatan kualitas personal

5. Kegiatan rumah tangga sekolah dan komite

Oleh karena itu pendapatan dan penggunaan biaya yang

dikeluarkan oleh sekolah dari seluruh jumlah dana yang digunakan

secara keseluruhan. Lembaga pendidikan dalam melaksanakan

tugasnya menerima dana dari berbagai sumber. Penerimaan dari

berbagai sumber tersebut perlu dikelola dengan baik dan benar. Banyak

pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan

pendidikan, namun dalam pelaksanaannya pendekatan-pendekatan

tersebut memiliki berbagai persamaan.

Sumber-sumber dana pendidikan antara lain meliputi: anggaran

rutin (DIK); anggaran pembangunan (DIP); dana penunjang pendidikan

(DPP); Dana BP3; Donatur; dan lain-lain yang dianggap sah oleh

semua pihak yang terkait. Pendanaan pendidikan pada dasarnya

bersumber dari pemerintah, orang tua dan masyarakat (Pasal 33 No. 2

Tahun 1989).

Sejalan dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),

sekolah dapat menggali dan mencari sumber-sumber dana dari pihak

masyarakat, baik secara perorangan maupun secara melembaga, baik di

dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan semangat globalisasi.

Dana yang diperoleh dari berbagai sumber itu perlu digunakan

untuk kepentingan sekolah, khususnya kegiatan belajar mengajar secara

efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, setiap perolehan dana,

133

pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah

disesuaikan dengan rencana anggaran pembiayaan sekolah (RAPBS).

Sumber dana pendidikan adalah semua pihak-pihak yang

memberikan bantuan subsidi dan sumbangan yang diterima oleh

lembaga sekolah, baik dari lembaga sumber resmi ataupun dari

masyarakat sendiri secara teratur. Diperjelas dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78 pasal 1 menjelaskan

bahwa dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan

untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Sedangkan

pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang

diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.

1. Sumber Pendanaan Pendidikan

Dana pendidikan diperoleh dari 3 sumber yakni dana yang

bersumber dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Masyarakat.

Di perjelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 78 pasal (2) ayat (1&2) yang berbunyi bahwa

Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara

Pemerintah,pemerintah daerah, dan masyarakat

2. Sumber Dana dari Pemerintah Pusat

Berasal dari Aggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) baik

untuk membiayai kegiatan rutin yang tercantum dalam Daftar Isian

Kegiatan (DIK) maupun untuk membiayai kegiatan pembangunan yang

tercantum dalam Daftar Isian Proyek (DIP). Selain itu juga terdapat

bantuan dana dari pemerintah pusat berupa Bantuan Operasional

134

Sekolah (BOS) yang sudah ditentukan jumlahnya berdasar pada

kaarkteristik siswa dan jenjang pendidikanya.

3. Sumber Dana Pemerintah Pusat

Pemerintah juga memberikan bantuan dana pendidikan berupa

BOS (Biaya Operasional Sekolah). BOS adalah program pemerintah

untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan

pendiidkan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

4. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa

baru Pembelian Buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi

di Perpustakaan Pembelian bahan-bahan habis pakai, misalnya kapur

tulis peralat. Pembiayaan kegiatan kesiswaan: program remedial,

program pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka,

palang merah remaja dan sejenisnya Pembiayaan ulangan harian,

ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa

5. Dana dari pemerintah daerah berasal dari APBD tingkat

kabuapaten /kota. Dana dari APBD digunakan untuk mendukung

kegiatan- kegiatan bidang pendidikan yang ada didaerah yang

bersangkutan baik untuk kegiatan rutin maupun untuk kegiatan

pembangunan.

6. Sumber Dana Pemerintah Daerah

Sumbangan biaya pendidikan dari masyarakat biasanya dalam

bentuk barang peralatan dan jasa yang sifatnya tidak mengikat.

Sumbangan ini sulit untuk di data, dan selalu kurang diperhitungkan

dalam perencanaan biaya pendidikan.

135

7. Sumber Dana dari Masyarakat

Salah satu bentuk sumbangan dari masyarakat seperti CSR,

hibah, wakaf, dan lain-lain. CSR (Corporate Social Reponsibility)

adalah bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan

sekitar, sederhananya bahwa setiap bentuk perusahaan mempunyai

tanggungjawab untuk mengembangkan lingkungan sekitarnya melalui

program-program social, yang ditekankan adalah program pendidikan

dan lingkungan.

8. Sumber dana dari orang tua siswa berasal dari SPP (Sumbangan

Pembinaan Pendidikan) yang selanjutnya menjadi dana pembinaan

pendidikan (DPP), dan dari sumbangan organisasi persatuan orang tua

murid dan guru (POMG)

9. Ada beberapa akses yang dapat ditempuh mengenai sumber dana

yang mungkin dapat diupayakan dalam lembaga pendidikan islam.

Menurut Mujamil sumber keuangan dan pembiayaan sekolah secara

garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga sumber yaitu: Sumber

Penggalian Pendanaan Pendidikan Islam Pemerintah, baik pusat

maupun daerah Orang tua atau peserta didik. Masyarakat, baik

mengikat maupun tidak mengikat.

Beberapa hal di atas adalah upaya yang memungkinkan bagi

lembaga pendidikan islam dalam menggali dana yang berbasis pada

orang tua siswa dan masyarakat. hal tersebut lebih sering dilakukan

oleh lembaga islam yang kurang mendapatkan sokongan yang memadai

dari pemerintah, seperti TPQ, madrasah diniyah, dan pondok pesatren.

Beberapa upaya penggalian dana yang juga dapat dilakukan

menurut Mujamil adalah mengajukan proposal finansial kepada

136

pemerintah pusat maupun daerah. Mengedarkan surat permohonan

bantuan kepada orangtua siswa. Mengundang alumni yang sukses

untuk dimintai bantuan. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat

mendatangkan keuntungan finansial. Mengajukan proposal bantuan

finansial kepada kolega, dan donatur luar negeri. Memberdayakan

wakaf, hibah, infaq, jariyah, dan sebagainya. Memberdayakan

solidaritas anggota organisasi keagamaan yang menaungi lembaga

pendidikan islam untuk membantu mencarikan dana.

Lembaga pendidikan dalam melaksanakan tugasnya menerima

dana dari berbagai sumber. Penerimaan dari berbagai sumber tersebut

perlu dikelola dengan baik dan benar. Banyak pendekatan yang

digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan pendidikan,

namun dalam pelaksanaannya pendekatan-pendekatan tersebut

memiliki berbagai persamaan.

Sumber-sumber dana pendidikan antara lain meliputi: Anggaran

Rutin (DIK); Anggaran Pembangunan (DIP); Dana Penunjang

Pendidikan (DPP); Dana BP3; Donatur; dan lain-lain yang dianggap

sah oleh semua pihak yang terkait. Pendanaan pendidikan pada

dasarnya bersumber dari pemerintah, orang tua dan masyarakat (Pasal

33 No. 2 Tahun 1989).

Sejalan dengan adanya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),

sekolah dapat menggali dan mencari sumber-sumber dana dari pihak

masyarakat, baik secara perorangan maupun secara lembaga, baik di

dalam maupun di luar negeri, sejalan dengan semangat globalisasi.

Dana yang diperoleh dari berbagai sumber itu perlu digunakan

untuk kepentingan sekolah, khususnya kegiatan belajar mengajar secara

efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu, setiap perolehan dana,

137

pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah

disesuaikan dengan rencana anggaran pembiayaan sekolah (RAPBS).

Sumber dana pendidikan adalah semua pihak-pihak yang

memberikan bantuan subsidi dan sumbangan yang diterima oleh

lembaga sekolah, baik dari lembaga sumber resmi ataupun dari

masyarakat sendiri secara teratur. Diperjelas dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78 Pasal 1 menjelaskan

bahwa dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan

untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Sedangkan

pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang

diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.

Sumber Pendanaan Pendidikan

Dana pendidikan diperoleh dari 3 sumber yakni dana yang

bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat.

Diperjelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 78 Pasal (2) Ayat (1 & 2) yang berbunyi bahwa

pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara

pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat

Sumber dana dari pemerintah pusat adalah berasal dari Aggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN) baik untuk membiayai kegiatan

rutin yang tercantum dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) maupun untuk

membiayai kegiatan pembangunan yang tercantum dalam Daftar Isian

Proyek (DIP). Selain itu juga terdapat bantuan dana dari pemerintah

pusat berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang sudah

138

ditentukan jumlahnya berdasar pada kaarkteristik siswa dan jenjang

pendidikanya.

Sumber Dana Pemerintahan Pusat

Pemerintah juga memberikan bantuan dana pendidikan berupa

BOS (Biaya Operasional Sekolah). BOS adalah program pemerintah

untuk penyediaan pendanaan biaya non-personalia bagi satuan

pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa

baru pembelian buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi

di perpustakaan, pembelian bahan-bahan habis pakai, misalnya kapur

tulis peralat. Pembiayaan kegiatan kesiswaan: program remedial,

program pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka,

palang merah remaja dan sejenisnya Pembiayaan ulangan harian,

ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa

Dana dari pemerintah daerah berasal dari APBD tingkat

kabuapaten/kota. Dana dari APBD digunakan untuk mendukung

kegiatan-kegiatan bidang pendidikan yang ada di daerah yang

bersangkutan baik untuk kegiatan rutin maupun untuk kegiatan

pembangunan.

Sumber Dana Pemerintahan Daerah

Sumbangan biaya pendidikan dari masyarakat biasanya dalam

bentuk barang peralatan dan jasa yang sifatnya tidak mengikat.

Sumbangan ini sulit untuk di data, dan selalu kurang diperhitungkan

dalam perencanaan biaya pendidikan.

139

Sumber Dana Atau Biaya Dari Masyarakat

Salah satu bentuk sumbangan dari masyarakat seperti; CSR,

hibah, dan wakaf. CSR (Corporate Social Reponsibility) adalah bentuk

pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan sekitar,

sederhananya bahwa setiap bentuk perusahaan mempunyai

tanggungjawab untuk mengembangkan lingkungan sekitarnya melalui

program-program sosial, yang ditekankan adalah program pendidikan

dan lingkungan.

Sumber dana dari orang tua siswa berasal dari SPP (Sumbangan

Pembinaan Pendidikan) yang selanjutnya menjadi dana pembinaan

pendidikan (DPP), dan dari sumbangan organisasi persatuan orang tua

murid dan guru (POMG)

Ada beberapa akses yang dapat ditempuh mengenai sumber dana

yang mungkin dapat diupayakan dalam lembaga pendidikan islam.

Menurut Mujamil sumber keuangan dan pembiayaan sekolah secara

garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga sumber yaitu: sumber

penggalian pendanaan pendidikan islam pemerintah, baik pusat maupun

daerah orang tua atau peserta didik. Masyarakat, baik mengikat maupun

tidak mengikat.

Dalam Upaya Penggalian Dana Biasanya Sekolah Islam

Mengembangkannya dalam Bentuk

Beberapa hal di atas adalah upaya yang memungkinkan bagi

lembaga pendidikan islam dalam menggali dana yang berbasis pada

orang tua siswa dan masyarakat. hal tersebut lebih sering dilakukan

oleh lembaga islam yang kurang mendapatkan sokongan yang memadai

dari pemerintah, seperti TPQ, madrasah diniyah, dan pondok pesatren.

140

Beberapa upaya penggalian dana yang juga dapat dilakukan

menurut Mujamil:

Mengajukan proposal finansial kepada pemerintah pusat maupun

daerah.

Mengedarkan surat permohonan bantuan kepada orangtua siswa.

Mengundang alumni yang sukses untuk dimintai bantuan.

Mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat mendatangkan

keuntungan finansial.

Mengajukan proposal bantuan finansial kepada kolega, dan

donatur luar negeri.

Memberdayakan wakaf, hibah, infaq, jariyah, dan sebagainya.

Memberdayakan solidaritas anggota organisasi keagamaan yang

menaungi lembaga pendidikan islam untuk membantu

mencarikan dana.

7.3 Perencanaan Anggaran dan Belanja Lembaga Pendidikan

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah & Madrasah

(RAPBS/RAPBM) adalah rencana biaya dan pendanaan rinci untuk

tahun pertama RPS & RPM. RAPBS & RAPBM merupakan dokumen

anggaran sekolah & madrasah resmi yang harus ditandatangani oleh

Komite Sekolah & Madrasah dan Kepala Sekolah & Madrasah serta

penanggungjawab perumusan RAPBS & RAPBM, untuk menjadi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah & madrasah (APBS &

APBM).

RAPBS & RAPBM dibuat hanya untuk satu tahun

anggaran/pelajaran mendatang, dan terdiri dari 2 (dua) bagian:

1) pendapatan; dan 2) pengeluaran. RAPBS & RAPBM mencakup

141

semua biaya dan pendapatan yang ada pada Rencana Anggaran

Pendapatan dan Biaya Tahunan, khususnya untuk tahun anggaran

mendatang. Pendapatan yang dicantumkan di RAPBS & RAPBM

hanya mencakup dana dalam bentuk uang, baik yang akan diterima dan

dikelola langsung oleh sekolah & madrasah.

APBS merupakan rumusan panduan bagi pelaksanaan kegiatan di

sekolah dalam satu tahun yang mengambarkan distribusi hak dan

kewajiban antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, sekaligus

menjadi perwujudan amanah orang tua siswa pada penyelenggara

sekolah untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Penting karenanya

dalam penyusunan maupun pelaksanaan APBS melibatkan berbagai

pihak dalam sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, komite sekolah,

maupun masyarakat.

Secara formal pemerintah memang mendorong keikutsertaan

masyarakat dalam penyusunan RAPBS menjadi APBS dan memantau

pelaksanaannya. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

(Permendikbud) No. 75 Tahun 2016 dengan jelas menyatakan salah

satu fungsi komite sekolah yang mewadahi aspirasi masyarakat

memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi dalam

penentuan RAPBS, termasuk melakukan evaluasi dan pelaksanaannya.

Selain itu, APBS merupakan cerminan kekuatan sekolah dalam

membiayai penyelenggaraan kegiatan pendidikannya sekaligus

menggambarkan status ekonomi keluarga siswa. APBS terdiri dari

rencana pendapatan dan rencana pengeluaran sekolah.

Dalam rencana pendapatan terdapat komponen sumber dana yang

berasal dari pemerintah, siswa, dan sumbangan masyarakat lainnya.

Sedangkan pengeluaran terdapat komponen gaji guru (pegawai) yang

142

paling dominan dan non-gaji (pemeliharaan, pengadaan sarana

penunjang seperti alat peraga, penyelenggaraan KBM, serta kegiatan

ekstrakurikuler). Komponen gaji di sekolah negeri yang bersumber dari

pemerintah bersifat tetap. Sekolah tidak dapat melakukan perubahan

kecuali menyalurkan kepada para guru. Karena komponen gaji sangat

dominan maka besar kecil APBS sangat bergantung pada jumlah guru.

Selain itu, APBS juga sangat bergantung pada jumlah siswa,

semakin banyak semakin besar dana APBS. Sedangkan komponen non-

gaji mencerminkan kekuatan sekolah dalam mendukung proses

pendidikan karena alokasinya langsung menunjang keperluan sekolah.

Oleh karena itu kekuatan APBS dalam mendukung penyelenggaraan

pendidikan bukan semata-mata bergantung pada jumlah totalnya,

malainkan berapa besar komponen non-gaji di dalamnya

7.4 Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

Sebuah lembaga pendidikan yang sukses tidak lepas dari

sokongan biaya pendidikan yang tinggi pula, karena pada hakikatnya

mutu pendidikan akan berbanding lurus dengan biaya pendidikan yang

dikeluarkan, semakin tinggi dan mahal biaya pendidikan yang

digunakan dan dikeluarkan maka semakin baik pula layanan pendidikan

tersebut dan mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang bermutu

dengan hasil belajar yang tinggi. Sepertinya akan sulit merealisasikan

mutu pendidikan yang baik apabila tidak didukung oleh biaya

pendidikan yang tinggi pula.

Biaya pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam

sektor lembaga pendidikan seperti sekolah, baik sekolah yang dikelola

oleh pemerintah (sekolah negeri) dan juga sekolah yang dikelola oleh

143

masyarakat sendiri (sekolah swasta) yang dikelola oleh yayasan atau

badan penyelenggara pendidikan tertentu. Biaya-biaya pendidikan yang

berputar dan dipergunakan harus terkelola dan tercatat dengan baik

sehingga biaya pendidikan tersebut dapat mengefisienkan dan

mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah dan dan berbagai

program-program sekolah. Pembiayaan pendidikan yang terorganisir

dengan baik akan dapat mengoptimalisasikan layanan pendidikan

kepada para konsumennya baik konsumen internal seperti guru, siswa,

staf, dan para karyawan yang terlibat dan konsumen external seperti

masyarakat, orang tua, dan pemerintah. Namun hal sebaliknya apabila

pembiayaan pendidikan tidak terorganisir dengan baik maka segala

bentuk layanan pendidikan dan program-program pendidian di sekolah

tidak akan berjalan dengan baik dan tidak akan menghasilkan mutu

pendidikan yang ditergetkan.

Pengelolaan biaya pendidikan dilakukan sejak dari perencanaan

hingga pembuatan pertanggungjawaban oleh bendaharawan sekolah,

dalam konteks manajemen biaya pendidikan juga harus memiliki

pendekatan sistem yang dikenal dengan Planing Programing Budgeting

Systems (PPBS) pada awal tahun 1980-an yang selanjutnya dikenal

dengan istilah Sistem Penyusunan Program dan Anggaran (SIPPA).

Untuk melakukan pendekatan ini maka bendaharawan di bawah kepala

madrasah harus dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang

meliputi; perencanaa (planning), pelaksanaan (actuating),

penataausahaan (organizing), pengawasan (controlling),

pertanggungjawaban (reporting) apabila kesemua fungsi itu dapat

dijalani dengan baik dan sesuai dengan apa yang seharusnya maka

144

dipastikan biaya pendidikan yang didapat, digunakan, dan dikeluarkan

akan termanajemen dengan baik.

Dalam pembiayaan pendidikan ada semacam tarik ulur antara

peningkatan mutu dengan pemerataan pendidikan. Dalam hal ini

pemerintah akan sangat memerlukan pemikiran yang mendalam untuk

menemukan jalar keluar yang akan ditempuh sebagai wujud usaha

peningkatan mutu pendidikan melalui sokongan dana, karena

peningkatan mutu pendidikan harus melalui peningkatan proses

pembelajaran di dalam kelas, dan proses pembelajaran dikelas akan

bermutu jika ada pembiayan tinggi yang terorganisir. Perhitungan

alokasi biaya pendidikan (pembiayaan pendidikan) harus dilakukan

seakurat mungkin sesuai dengan komponen kegiatan pendidikan dan

biaya satuan, apabila sudah dilakukan maka menganalisis semua

penggunaan biaya pendidikan menjadi langkah yang tidak bisa

ditinggalkan.

Untuk lebih memahami bagaimana sebenarnya manajemen

pembiayan pendidikan dalam lembaga pendidian ditingkat

persekolahan maka dari tulisan ini mencoba menjelaskan secara singkat

segala hal yang berkaitan dengan manajemen pembiayaan pendidikan,

namun tidak menghilangkan substansinya. Dari hal yang akan

dijelaskan dalam tulisan kali ini adalah (1) perencanaan

anggaran pendidikan,

(2) pelaksanaan anggaran pendidikan, (3) penataausahaan keuangan

pendidikan, (4) pengawasan anggaran pendidikan, dan

(5) pertanggungjawaban keuangan pendidikan.

Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama

untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Bahkan warga negara

145

yang

146

memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial

berhak memperoleh pendidikan khusus. Demikian pula warga negara di

daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil

berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan

pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta

menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga

negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah

wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan

bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas

tahun.

Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi

mutu dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara

lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji

pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor

pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD).

Dengan besarnya anggaran pendidikan yang berasal dari sumber

APBN yang mencapai 20% dari total pendapatan daerah, banyak

harapan masyarakat Indonesia khususnya para murid dan para orang

tua dengan besarnya anggaran pendidikan bisa meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi. Namun hal ini

berbanding terbalik dengan kenyataannya di lapangan, banyak sekolah-

sekolah yang berada di bawah pemerintah pusat (sekolah negeri)

terbengkalai tidak terurus, atap yang dan langit-langit yang jebol

termakan usia, tembok-tembok yang rapuh, dan bangunan yang kumuh,

ini sekedar potret yang sesuai

147

dengan fakta yang ada. Dengan melihat kemungkinan adanya

ketersediaan anggaran yang mungkin dapat diperoleh oleh sekolah

negeri dari pemerintah pusat dan sekolah swasta dari yayasan dan

penyelenggara pendidikan dari golongan masyarakat maka perlu

diadakan semacam perencanaan anggaran untuk menopang

keberlangsungan kegiatan dan program pendidikan di sekolah.

Perencanaan Anggaran Pendidikan

Dalam sebuah manajemen apapun selalu pelaksanaannya diawali

dengan perencanaan, pun begitu dengan bidang pendidikan yang

berkaitan dengan penganggaran. Untuk dapat menyusun anggaran

pendidikan yang tepat para administrator dan manajer pendidikan harus

mengerti dan memahami segala hal yang berkaitan dengan sistem

penganggaran yang berlaku di suatu Negara. Di antara sistem yang ada

adalah Line Item Budgeting (LIB), Capital Budgeting (CAB),

Performance Budgeting (PEB), dan Zero Based Budgeting (ZBB).

LIB adalah sistem penganggaran yang menitik beratkan pada

jenis barang yang diperlukan. Pengalokasian barangnya pun

disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pendidikan misalnya;

komputer, kursi-meja, 12 lusin ATK, 3 LCD proyektor, dan 6 lemari

guru dan lain- lainnya. Sedangan CAB adalah sistem penganggaran

yang menitik beratkan pada jangka waktu yang lama, dalam CAB ini

anggaran diperhitungkan untuk jumlah anggaran yang diperlukan untuk

perencanaan jangka panjang. Misalnya rencana jangka panjang adalah

membangun 15 lokal kelas, merehabilitasi gedung sekolah,

membangun 10 ruang laboratorium, dan membangun 25 gedung

perpustakaan. Dalam sistem CAB ini dipergunakan untuk hal-hal yang

mengandung nilai

148

investasi jangka panjang, jadi hal ini bisa dikatakan dengan sistem

pengalokasian anggaran untuk biaya modal atau biaya pembangunan.

PEB sendiri adalah sistem penganggaran pendidikan yang

menitik beratkan pada jenis barang yang diperlukan dalam jangka

waktu yang lebih lama lagi dan juga dikategorikan dengan keluaran.

Maka dari hal itu pengeluaran ini harus ditulis secara ketat yang

berkaitan dengan perumusan tujuan umum maupun tujuan khusus.

Sedangkan yang dimaksud dengan sistem penganggaran pendidikan

yang berorientasi pada keterbatasan sumber dana. Karena dana terbatas

maka dalam melakukan pengalokasian anggaran harus ada penajaman

prioritas baik mengenai program, kegiatan, maupun sasaran yang ingin

dicapai.

Indonesia sendiri menggunakan sistem yang dikenal dengan

SIPPA yang merupakan kepanjangan dari Sistem Perencanaan,

Penyusunan Program dan Anggaran. Untuk dapat melakukan SIPPA ini

perlu diperhatikan langkah-langkah berikut ini:

1) Merumuskan kebijakan program berdasarkan pada rencana umum

yang ada.

2) Menyusun alternative tujuan-tujuan program yang dijabarkan dari

kebijakan program yang sudah dirumuskan.

3) Memilih program dengan mempertimbangkan tujuan program,

alternative-alternatif, dan cara pembiayaannya.

4) Program yang terpilih selanjutnya dirumuskan dengan mengacu

kepada alternative tujuan dan biaya yang dikaitkan dengan

dimensi waktu.

Dalam kaitannya dengan satuan pendidikan (sekolah), maka

perencanaan anggaran pendidikannya mengikuti alur berikut;

perencanaan tingkat sekolah, perencanaan tingkat kabupaten/kota, dan

149

perencanaan tingkat provinsi. Berbicara pada tatanan tingkat mikro

yaitu sekolah yang merupakan unit kerja yang bertugas mengelola

keuangan yang diperolehnya dari berbagai sumber serta memiliki

kewenangan dalam penggunaannya dalam untuk berbagai kebutuhan

seperti untuk membiayai proses belajar mengajar, melengkapi sarana

sekolah, meningkatkan kesejahteraan guru, dan pekerja sekolah, dan

lain-lain sebagainya, maka sekolah harus mempunyai Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Kemudian

RAPBS ini memuat jenis dan besarnya pendapatan serta jenis dan

besarnya pengeluaran sekolah. Besarnya pengeluaran sekolah harus

sesuai dengan besarnya pemasukan dan sumber daya sekolah yang

berasal dari pendapatan sekolah.

Sumber pendapatan dan penerimaan sekolah dapat berasal dari

pemerintah, masyarakat, organisasi dan perorangan. Anggaran yang

berasal dari pemerintah berbentuk dari kegiatan-kegiatan rutin (DIK)

dan proyek-proyek pembangunan (DIP). Sedangkan anggaran yang

datang dari masyarakat bisa berupa bentuk SPP/DPP dan sumbangan-

sumbangan sukarela. Walau banyak sumberdana yang datang namun

tetap yang masih manjadi andalan setiap sekolah adalah anggaran yang

datang dari pemerintah.

Dalam penyusunan RAPBS, semua aspek keuangan beserta

mekanisme penerimaan dan pengeluaran serta harga satuan setiap

komponen kegiatan harus diperhitungkan. Kepala sekolah harus

memasukkan anggaran yang diperoleh dari pemerintah dalam usulan

kebutuhannya di tahun yang akan datang. Sehingga kebutuhan besarnya

biaya yang dibutuhkan akan terpenuhi dan tidak mengalami

kekurangan.

150

Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

Mekanisme pembiayaan pendidikan sekolah negeri di Indonesia

mengalami perubahan seiring dengan pelaksanaan kebijakan

desentralisasi dan otonomi daerah. Saat ini aliran dana dari pusat ke

daerah dilakukan melalui mekanisme dan perimbangan, khususnya

melalui Dana Alokasi Umum (DAU) yang bersifat block grant. Melalui

alokasi ini pemerintah daerah lebih memiliki kepastian tentang waktu

dan jumlah dana yang diterimanya. Dari sisi pembelanjaan, pemerintah

daerah juga mempunyai keleluasaan dalam merencanakan

anggarannya, sehingga dapat mengalokasikan anggaran sesuai prioritas

pembangunan di daerahnya. Menurut UU No. 25 Tahun 1999 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, selain

DAU, dana perimbangan yang diterima daerah adalah dana bagi hasil

dan dana alokasi khusus (DAK). Sumber penerimaan daerah lainnya

adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), pinjaman daerah dan lain-lain

penerimaan yang sah. Semua penerimaan dan pengeluaran dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi dicatat dan dikelola dalam APBD.

Selain melalui mekanisme dana perimbangan, alokasi dana pusat

ke daerah juga dilakukan melalui mekanisme pelaksanaan

dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pemerintah provinsi selain

melaksanakan tugas desentralisasi, sekaligus juga melaksanakan tugas

dekonsentralisasi yang secara operasional dilakukan oleh dinas (teknis)

provinsi. Anggaran pelaksanaan dekonsentralisasi merupakan bagian

dari APBN yang disalurkan melalui gubernur oleh departemen/lembaga

pemerintah non- departemen terkait. Anggaran tugas pembantuan sama

dengan anggaran dekonsentralisasi, tetapi dapat disalurkan baik ke

provinsi maupun kabupaten/kota, bahkan langsung ke desa.

Pertanggung jawaban

151

penggunaan dana dekonsentralisasi dan tugas pembantuan langsung

kepada pemerintah pusat melalui departemen/lembaga pemerintah non-

departemen yang menugaskan. Administrasi penggunaan dana

dekonsentrasi dan tugas pembantuan dipisahkan dari administrasi

penggunaan dana desentralisasi.

Sektor pendidikan, pelimpahan kewenangan dan anggaran yang

terkait dengan dekonsentralisasi dilakukan oleh Depdiknas kepada

gubernur yang pelaksanaannya diserahkan oleh gubernur kepada dinas

pendidikan tingkat provinsi. Sementara itu pelimpahan kewenangan

dan anggaran tugas pembantuan dilakukan oleh Depsiknas ke dinas

pendidikan provinsi, atau dinas pendidikan kabupaten/kota atau

langsung ke tingkat desa. Mengingat sebagian besar kewenangan di

bidang pendidikan dasar dan menengah telah diserahkan ke daerah,

khususnya ke pemerintah kabupaten/kota, maka seharusnya

penanganan sebagian besar masalah pendidikan termasuk

pengalokasian dananya menjadi tanggungjawab Pemkab/Pemkot.

Dengan demikian, di masa depan kemajuan pendidikan nasional akan

sangat bergantung pada perhatian Pemkab/Pemkot pada sektor

pendidikan.

Saat ini peran pemerintah pusat dalam pendanaan pembangunan

secara umum masih besar, hal ini terlihat dari besarnya proporsi belanja

APBN yang menjadi tanggungjawab pemerintah pusat yang tercermin

dari besarnya belanja pemerintah pusat. Pemerintah pusat masih akan

tetap berperan dalam menentukan dan mewujudkan pembangunan pada

umumnya, termasuk pembangunan pendidikan yang merata dan

bermutu di Indonesia.

Dalam melaksanakan anggaran pendidikan harus sesuai dengan

sasaran yang tepat dan sesuai dengan sumber daya-sumbar daya yang

152

diperoleh. Biaya pendidikan yang didapat dari sumber-sumber dana

kemudian dipergunakan dan dialokasikan sesuai dengan kebutuhan dan

kegiatan sekolah. Dalam mengalokasikan dana pendidikan biasanya

memperhatikan komponen-komponen siswa, guru, dan ruang belajar.

Selain itu ada juga pengalokasian dana berdasarkan bobot-bobot tujuan

pendidikan, berdasarkan tingkat angka partisipasi siswa, dan

berdasarkan rumus-rumus alokasi keuangan.

Untuk mengalokasikan dana kepada siswa bisa digunakan cara

yang paling mudah yaitu berdasarkan perhitungan siswa dari awal

tahun, tengah tahun dan akhir tahun. Cara seperti ini sering digunakan

dalam pengalokasian dana karena dianggap paling mudah, karena

mudahnya sering menimbulkan ketidak akuratan data. Untuk menutupi

kekurangan itu cara yang digunakan adalah menghitung jumlah rata-

rata siswa setiap hari untuk mengetahui siswa yang putus sekolah dan

yang tidak masuk. Sehingga memudahkan dalam pentatausahaan dan

pelaporannya yang bisa dikerjakan secara tahunan, bulanan, dan

mingguan.

Sedangkan pengalokasian dana bagi para guru perlu

memperhatikan karakteristik dari tiap-tiap guru, karena guru yang ada

itu bermacam-macam berdasarkan latar belakang pendidikannya,

kehliannya baik guru kelas atau guru mata pelajaran, menurut tempat

tugs di kota atau di desa. Pengalokasian dana pendidikan untuk guru ini

memiliki dampak terhadap rasio siswa yang terkadang hasilnya negatif.

Oleh sebab itu hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik guru harus

dicermati dengan baik.

153

Penatausahaan Anggaran Pendidikan

Penatausahan keuangan pendidikan adalah kegiatan pencatatan

transaksi keluar masuknya uang yang digunakan untuk membiayai

program pendidikan dengan maksud agar diperoleh informasi tentang

pengelolaan anggaran pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Kegiatan ini perlu diperhatikan dengan baik, karena hal ini sangat

berguna dalam rangka pembuatan kebijakan dan pengambilan

keputusan yang berhubungan dengan pengguna anggaran pendidikan.

Dalam hal penatausahaan anggaran pendidikan setidaknya ada

dua hal penting yang harus dilakukan yaitu pendataan dan pelaporan

keuangan pendidikan, dan pembukuan pelaksanaan anggaran

pendidikan. Dalam kegiatan pendataan ini meliputi identifikasi dan

pengukuran data keuangan, pencatatan dan pengklasifikasian data

keuangan, dan melakukan pelaporan keuangan kepada pihak pengguna.

Untuk mengidentifikasi data keuangan pendidikan dilakukan secara

mendetail dan ditulis secara kronologis dan sistematis selama satu

periode tertentu di dalam sebuah buku atau jurnal. Setiap pencatatan

harus didukung dengan sejumlah faktur, kwitansi, dan nota yang sesuai

dan telah disahkan oleh pihak yang berwenang mengeluarkan itu.

Dalam memproses data keuangan pendidikan hal yang perlu

dilakukan adalah pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran.

Pencatatan transaksi yang dimaksud adalah pengumpulan data secara

kronologis yang kemudian akan digolong-golongkan kedalam kategori

tertentu agar penyajian dapat diringkaskan. Misalnya upah guru dan

para staf digolongkan dalam sebuah rubrik khusus “gaji pegawai”.

Apabila telah digolongkan maka selanjutnya harus disajikan dalam

bentuk

154

laporan bertabel, diagram, dan pie agar orang lain dapat membaca

informasi yang disajikan.

Data keuangan pendidikan yang sudah dicatat, dikelompokkan,

dan diikhtisarkan harus dilaporkan kepada pihak-pihak yang terkait.

Pelaporan harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Bisanya agar laporan keuangan berguna dalam

proses pengambilan keputusan, maka laporan tersebut harus dianalisis

dan diinterpretasikan. Analisis laporan keuangan merupakan kegiatan

menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan

pada angka lain.

Kemudian hal kedua yang berkaitan dengan pembukuan

pelaksanaan pendidikan harus dijalani dengan baik setelah melakukan

pendataan dan pelaporan keuangan. Kegiatan pembukuan adalah

kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan teknis akuntansi yaitu

melakukan pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran berbagai

macam transaksi-transaksi keuangan yang beredar. Selain berhubungan

dengan pencatatan akuntansi juga bergelut dengan melakukan

pemeriksaan, penyusunan laporan, penafsiran laporan dan lain-lain.

Jadi bisa disimpulkan bahwa akuntansi merupakan kegiatan

penatausahaan keuangan suatu unit kerja.

Dari buku-buku yang dapat digunakan untuk mendukung

kegiatan akuntansi ini adalah; buka kas umum skontro dan buku kas

umum tabelaris. Semua jenis pembukuan yang digunakan dalam hal

akuntansi dimaksudkan untuk memiliki kemudahan membaca informasi

yang dihasilkan dari kegiatan pentatausahaan keuangan pendidikan.

Maka dari itu seharusnya pencatatan keuangan pendidik ini harus

dilakukan oleh seorang profesional yang memiliki keahlian dalam

akuntansi.

155

7.5 Pengawasan Pembiayaan Pendidikan

Dalam sebuah manajemen manapun tidak akan pernah lepas

dengan pengawasan atau yang kita kenal dengan controlling. Secara

istilah pengawasan ini bermakna suatu kegiatan melihat, memerhatikan,

memonitor, memeriksa, menilai, dan melaporkan pelaksaanan dari

sebuah program yang telah dicanangkan untuk melihat ketercapaian

tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam kaitannya dengan

pengawasan penggunaan dana pendidikan dapat diartikan dengan

memperhatikan, melihat, menilai, dan melaporkan penggunaan

anggaran pendidikan yang telah dialokasikan untuk membiayai

program-program pendidikan agar anggaran yang dialokasikan tersebut

digunakan sesuai dengan semestinya, dan program pendidikan dapat

berjalan secara baik, efesian, dan efektif.

Agar pengawasan keuangan pendidikan ini dapat hasil yang

diinginkan, maka pengawasan tersebut harus dijalani dengan baik

secara sistematik dan sistematis muali dari kegiatan memonitor,

memeriksa, menilai, dan melaporkan. Pengawasan dana pendidikan

tidak dapat dilakukan dengan setengah-setengah namun ia harus

dilakukan secara total. Pola pengawasan yang digunakan dalam

pengawasan keuangan pendidikan ditujukan pada kondisi riil dari

kinerja (input), informasi yang tepat untuk bahan pelaporan kepada

pihak yang berwenang melakukan pengambilan kebijaksanaan (output),

dan monitoring, evaluating, dan reporting menjadi fokus utama dalam

proses pengawasan.

Pengawasan penggunaan anggaran pendidikan merupakan

kegiatan untuk mengamankan rencana, program, dan keputusan-

keputusan yang telah dibuat dan sedang dilaksanakan di bidang

156

pendidikan. Oleh sebab itu pengawasan penggunaan anggaran

pendidikan juga dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk

menetapkan suatu pekerjaan yang sedang dan telah dikerjakaan,

menilainya, mengkoreksinya dengan maksud agar pelaksaanaan

pekerjaan sesuai dengan rencana awal.

Setidaknya ada empat perspektif pelaksanaan pengawasan biaya

pendidikan di antaranya adalah pengawasan melekat, pengawasan

fungsional, pengawasan legislatif, dan pengawasan masyarakat. Ini

merupakan bentuk optimalisasikan peran pengawasan keuangan

pendidikan.

Pertanggung Jawaban Keuangan Pendidikan

Dalam pengolahan keuangan pendidikan tidak akan terlepas dari

pembuatan pertanggung jawaban keuangan pendidikan, yang dimaksud

dengan pertanggung jawaban keuangan pendidikan adalah aktivitas

membuat laporan keuangan dari kegiatan pengelolaan keunangan

pendidikan yang disusun setelah semua bukti pengeluaran diuji

kebenarannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, dan disajikan untuk atasan langsung bendaharawan atau

untuk instansi yang terkait.

Kegiatan pertanggung jawaban keuangan pendidikan dilakukan

dengan mengecek keabsahan bukti pengeluaran, keabsahan itu harus

memiliki komponen berikut; nama instansi, nama yang berhak

menerima pembayaran, uraian pembayaran, jumlah uang yang dibayar,

tahun anggaran dan mata anggaran, bea materai tempel. Sebenarnya

masih banyak sekali hal yang terkait dengan pertanggung jawaban

keuangan pendidikan, hal ini dianggap penting karena jika tidak ada

pelaporan

157

pertanggung jawaban maka bisa jadi akan terjadi penyimpangan-

penyimpangan penggunaan keuangan yang ada.

Kepala sekolah wajib menyampaikan laporan di bidang keuangan

terutama mengenai penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah.

Pengevaluasian dilakukan setiap triwulan atau per semester. Dana yang

digunakan akan dipertanggung jawabkan kepada sumber dana. Jika

dana tersebut diperoleh dari orang tua siswa, maka dana tersebut akan

dipertanggung jawabkan oleh kepala sekolah kepada orang tua siswa.

Begitu pula jika dana tersebut bersumber dari pemerintah maka akan

dipertanggung jawabkan kepada pemerintah.

Pengelola anggaran sekolah biasanya adalah kepala sekolah,

tetapi bisa juga guru berpengalaman (senior) atau anggota komite

sekolah. Di sekolah-sekolah yang lebih besar, mungkin ada pihak lain

yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sebagian anggaran. Secara

khusus, pengendalian anggaran terdiri dari serangkaian kegiatan

pemeriksaan dan persetujuan untuk memastikan bahwa:

1. Dana dibelanjakan sesuai rencana,

2. Ada kelonggaran dalam penganggaran untuk pembayaran pajak

3. Pembelanjaan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya

yang tersedia

4. Dana tidak dihabiskan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak

disetujui atau diberikan kepada pihak penerima tanpa

persetujuan.

Hasil analisis kebutuhan secara logis diklasifikasikan ke dalam

kelompok staf, materi kurikulum, barang, jasa, pemeliharaan bangunan,

dsb. Pengelola anggaran sekolah diharapkan membelanjakan uang

sesuai alokasi dana yang direncanakan. Setiap perubahan anggaran

harus

158

disetujui oleh komite sekolah bila memang harus ada perubahan dalam

tahun berjalan.

Penutup

Dari pembahasan singkat di atas bisa kita simpulkan bahwa

pembiayaan pendidikan sangat penting dan harus tertata dengan baik

sehingga dapat menghasilkan efektifitas dan efesiensi pendidikan.

Mustahil nampaknya pendidikan akan berjalan dengan baik jika

keuangan pendidikan tersebut tidak diolah dengan sabaik mungkin.

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia berarti

sama juga dengan meningkatkan anggaran biaya pendidikan, karena

biaya pendidikan yang tinggi sejalan dengan mutu pendidikan yang

akan dihasikan, maka sebaliknya biaya pendidikan yang minim maka

bisa jadi mutu pendidikan akan sulit berkembang.

Sektor pendidikan, pelimpahan kewenangan dan anggaran yang

terkait dengan dekonsentralisasi dilakukan oleh Depdiknas kepada

Gubernur yang pelaksanaannya diserahkan oleh Gubernur kepada

Dinas Pendidikan Provinsi. Sementara itu pelimpahan kewenangan dan

anggaran tugas pembantuan dilakukan oleh Depsiknas ke Dinas

Pendidikan Provinsi, atau Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau

langsung ke tingkat desa. Mengingat sebagian besar kewenangan di

bidang pendidikan dasar dan menengah telah diserahkan ke daerah,

khususnya ke Pemerintah Kabupaten/Kota, maka seharusnya

penanganan sebagian besar masalah pendidikan termasuk

pengalokasian dananya menjadi tanggung jawab Pemkab/Pemkot.

Dengan demikian, di masa depan kemajuan pendidikan nasional akan

sangat bergantung pada perhatian Pemkab/Pemkot pada sektor

pendidikan.

159

Saat ini peran pemerintah pusat dalam pendanaan pembangunan

secara umum masih besar, hal ini terlihat dari besarnya proporsi belanja

APBN yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat yang tercermin

dari besarnya belanja pemerintah pusat. Pemerintah pusat masih akan

tetap berperan dalam menentukan dan mewujudkan pembangunan pada

umumnya, termasuk pembangunan pendidikan yang merata dan

bermutu di Indonesia.

160

BAB VIII

MANAJEMEN HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN

DENGAN MASYARAKAT

8.1 Konsep Dasar Hubungan Lembaga Pendidikan dengan

Masyarakat

Hubungan antara sekolah dan masyarakat pada hakikatnya adalah

suatu sarana yang cukup mempunyai peranan yang menentukan dalam

rangka usaha mengadakan pembinaan pertumbuhan dan pengembangan

murid-murid di sekolah. Secara umum orang dapat mengatakan apabila

terjadi kontak, pertemuan dan lain-lain antara sekolah dengan orang di

luar sekolah, adalah kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.

Arthur B. Mochlan menyatakan school public relation adalah kegiatan

yang dilakukan sekolah atau sekolah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Ada suatu kebutuhan yang sama antara keduanya, baik dilihat

dari segi edukatif, maupun dilihat dari segi psikologi. Hubungan antar

sekolah dan masyarakat lebih dibutuhkan dan lebih terasa fungsinya,

karena adanya kecenderungan perubahan dalam pendidikan yang

menekankan perkembangan pribadi dan sosial anak melalui

pengalaman-pengalaman anak dibawah bimbingan guru, baik diluar

maupun di dalam sekolah.

Ada tiga faktor yang menyebabkan sekolah harus berhubungan

dengan masyarakat:

a. Faktor perubahan sifat, tujuan dan metode mengajar di sekolah.

161

b. Faktor masyarakat, yang menuntut adanya perubahan-perubahan

dalam pendidikan di sekolah dan perlunya bantuan masyarakat

terhadap sekolah.

c. Faktor perkembangan ide demokrasi bagi masyarakat terhadap

pendidikan.

Pengertian di atas memberikan isyarat kepada kita bahwa

hubungan sekolah dengan masyarakat lebih banyak menekankan pada

pemenuhan akan kebutuhan masyarakat yang terkait dengan sekolah.

Di sisi lain pengertian tersebut di atas menggambarkan bahwa

pelaksanaan hubungan masyarakat tidak menunggu adanya permintaan

masyarakat, tetapi sekolah berusaha secara aktif serta mengambil

inisiatif untuk melakukan berbagai aktivitas agar tercipta hubungan dan

kerjasama harmonis.

Hubungan sekolah dengan orang tua siswa dan warga

masyarakat, bentuk hubungan ini bisa individual atau organisatoris.

Secara individual orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi

mengenai anaknya. Secara sukarela orang tua siswa datang ke sekolah

menyapaikan saran- saran bahkan sumbangan untuk sekolah. Secara

organisasi selain organisasi ini akan lebih efektif bila sekolah mampu

menggerakkan potensi yang ada di kalangan orang tua. Hubungan

sekolah dengan alumni sekolah memperoleh masukan tentang

kekurangan sekolah yang perlu dibenahi, juga melalui alumni dapat

dihimpun dana bagi peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan

maupun perbaikan pembangunan sekolah, mengundang para alumni

untuk menyampaikan pengalaman keberhasilannya untuk motivasi dan

tambahan wawasan bukan hanya untuk siswa tetapi juga untuk para

guru dan warga sekolah lainnya.

162

8.2 Jenis-jenis Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan dengan

Masyarakat

Jenis hubungan sekolah dan masyarakat itu dapat digolongkan

menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal

mendidik murid, antara guru di sekolah dan orang tua di dalam

keluarga. Adanya hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi

perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang dapat

mengakibatkan keragu-raguan pendirian dan sikap pada diri anak.

2. Hubungan kultural, yaitu usaha kerja sama antara sekolah dan

masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan

mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu

berada. Untuk itu diperlukan hubungan kerja sama antara

kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Kegiatan

kurikulum sekolah disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan

perkembangan masyarakat. Demikian pula tentang pemilihan

bahan pengajaran dan metode-metode pengajarannya.

3. Hubungan institusional, yaitu hubungan kerja sama antara

sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi resmi lain, baik

swasta maupun pemerintah, seperti hubungan kerja sama antara

sekolah satu dengan sekolah-sekolah lainnya, kepala pemerintah

setempat, ataupun perusahaan-perusahaan negara, yang berkaitan

dengan perbaikan dan perkembangan pendidikan pada umumnya.

163

Faktor Pendukung Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bisa berjalan baik

apabila didukung oleh beberapa faktor yakni:

1. Adanya program dan perencanaan yang sistematis.

2. Tersedia basis dokumentasi yang lengkap.

3. Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang

memadai.

4. Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk

meningkatkan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat

8.3 Bentuk-Bentuk Kerjasama Lembaga Pendidikan dengan

Masyarakat

Secara sederhana hubungan atau communication dapat diartikan

sebagai process by wich a person transmits a massage to another

(proses penyampaian berita dari seorang kepada orang lain). Kerja

sama lembaga pendidikan dengan masyarakat di sini mengandung

beberapa pelibatan secara langsung yaitu:

1) Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan sesuatu kepada

orang lain (juga sebagai sumber berita)

2) Apa yang disampaikan (isi/informasi)

3) Alat medis yang digunakan (dapat berupa kata-kata bunyi,

laporan dan lain sebagainya)

4) Tujuan penyampaian (dapat perintah, pemberitahuan)

5) Orang yang menerima informasi (komunikasi/communicate)

6) Respon/jawaban yang diberikan oleh si penerima.

Pada bagian sebelumnya telah sedikit disinggung mengenai

bentuk kerjasama lembaga pendidikan dengan masyarakat. Berbagai

bentuk

164

humas dalam lingkup lembaga pendidikan dapat dikelompokkan lagi

menjadi bentuk langsung dan tidak langsung. Bentuk langsung anatara

lain pertemuan formal (rapat) antara guru, pertemuan dengan

orangtua/wali murid, pertemuan sekolah dengan masyarakat atau

instansi terkait lainnya.

Bentuk tidak langsung misalnya melalui media cetak (majalah

dinding, majalah pendidikan, pamflet), media elektronik (iklan pada

televisi dan radio), dan media pameran sekolah. Beberapa bentuk

kerjasama hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat

sebagaimana telah disebutkan di atas adalah majalah dinding dan media

pendidikan. Dalam membuat media publisitas tersebut, ada beberapa

asas publisitas yang seharusnya diperhatikan, yaitu:

Materi objektif dan resmi

Penyelenggara mading terorganisir

Mendorong partisipasi warga sekolah

Mempertahanka kontinyuitas

Memperhatikan respons/tanggapan

Hubungan antara sekolah dan masyarakat pada hakikatnya adalah

suatu sarana yang cukup mempunyai peranan yang menentukan dalam

rangka usaha mengadakan pembinaan pertumbuhan dan pengembangan

murid-murid di sekolah. Secara umum orang dapat mengatakan apabila

terjadi kontak, pertemuan dan lain-lain antara sekolah dengan orang di

luar sekolah, adalah kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.

Ada suatu kebutuhan yang sama antara keduanya, baik dilihat

dari segi edukatif, maupun dilihat dari segi psikologi. Hubungan antar

sekolah dan masyarakat lebih dibutuhkan dan lebih terasa fungsinya,

165

karena adanya kecenderungan perubahan dalam pendidikan yang

menekankan perkembangan pribadi dan sosial anak melalui

pengalaman-pengalaman anak dibawah bimbingan guru, baik diluar

maupun di dalam sekolah.

Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Adapun tujuan tentang hubungan antara sekolah dan masyarakat

adalah sebagai berikut:

a. Untuk memajukan kualitas belajar dan pertumbuhan anak.

b. Untuk memperkokoh tujuan dan memajukan kualitas

penghidupan masyarakat.

c. Untuk mendorong masyarakat dalam membantu program

bantuan sekolah dan masyarakat di sekolah.

Dalam masyarakat ada sumber daya manusia dan sumber daya

non manusia. Dari kedua sumber daya itu, sekolah dapat memilih dan

memanfaatkan untuk program pendidikan sekolah. Jika sekolah itu

berhasil memanfaatkan secara maksimal, maka hasil belajar anak akan

lebih baik. Dengan demikian potensi anak akan bertumbuh dan

berkembang secara maksimal. Pengaruh yang lebih jauh dari

perkembangan anak tersebut adalah tujuan pendidikan sekolah akan

tercapai dengan meyakinkan. Hal ini berarti bahwa tamatan (output)

sekolah secara langsung akan ikut serta dalam memajukan penghidupan

dan kehidupan masyarakat. Karena itu hubungan timbal balik antara

sekolah dengan masyarakat perlu dipelihara dan dikembangkan secara

terus menerus.

166

Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Hubungan Sekolah dengan

Masyarakat

Apabila kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat ingin

berhasil mencapai sasaran, baik dalam arti sasaran masyarakat atau

orang tua yang dapat diajak kerjasama maupun sasaran hasil yang

diinginkan, maka beberapa prinsip-prinsip pelaksanaan di bawah ini

harus menjadi pertimbangan dan perhatian. Beberapa prinsip yang

perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan hubungan

sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut:

a) Integrity

Prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan hubungan

sekolah dengan masyarakat harus terpadu, dalam arti apa yang

dijelaskan, disampaikan dan disuguhkan kepada masyarakat harus

informasi yang terpadu antara informasi kegiatan akademik maupun

informasi kegiatan yang bersifat non akademik.

Biasanya sering terjadi sekolah tidak menginformasikan atau

menutupi sesuatu yang sebenarnya menjadi masalah sekolah dan perlu

bantuan atau dukungan orang tua murid. Oleh sebab itu sekolah harus

sedini mungkin mengantisipasi kemungkinan adanya salah persepsi,

salah interpretasi tentang informasi yang disajikan dengan melengkapi

informasi yang akurat dan data yang lengkap, sehingga dapat diterima

secara rasional oleh masyarakat. Hal ini sangat penting untuk

meningkatkan penilaian dan kepercayaan masyarakat atau orang tua

murid terhadap sekolah, atau dengan kata lain transparansi sekolah

sangat diperlukan, lebih-lebih dalam era reformasi dan abad informasi

ini, masyarakat akan semakin kritis dan berani memberikan penilaian

secara langsung tentang sekolah.

167

b) Continuity

Prinsip ini berarti bahwa pelaksanaan hubungan sekolah dengan

masyarakat, harus dilakukan secara terus menerus. Jadi pelaksanaan

hubungan sekolah dengan masyarakat tidak hanya dilakukan secara

insidental atau sewaktu-waktu, misalnya satu kali dalam satu tahun atau

sekali dalam satu semester, hanya dilakukan oleh sekolah pada saat

akan meminta bantuan keuangan kepada orang tua atau masyarakat.

Hal inilah yang menyebabkan masyarakat selalu beranggapan apabila

ada panggilan sekolah untuk datang ke sekolah selalu dikaitkan dengan

uang. Akibatnya mereka cenderung untuk tidak menghadiri atau

sekedar mewakilkan kepada orang lain untuk menghadiri undangan

sekolah. Apabila ini terkondisi, maka sekolah akan sulit mendapat

dukungan yang kuat dari semua orang tua murid dan masyarakat.

Perkembangan informasi, perkembangan kemajuan sekolah,

permasalahan-permasalahan sekolah bahkan permasalahan belajar

siswa selalu muncul dan berkembang setiap saat, karena itu maka

diperlukan penjelasan informasi yang terus menerus dari sekolah untuk

masyarakat atau orang tua murid, sehingga mereka sadar akan

pentingnya keikutsertaan mereka dalam meningkatkan mutu pendidikan

putra- putrinya.

c) Simplicity

Prinsip ini menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah

dengan masyarakat yang dilakukan baik komunikasi personal maupun

komunikasi kelompok pihak pemberi informasi (sekolah) dapat

menyederhanakan berbagai informasi yang disajikan kepada

masyarakat. Informasi yang disajikan kepada masyarakat melalui

168

pertemuan langsung maupun melalui media hendaknya disajikan dalam

bentuk sederhana sesuai dengan kondisi dan karakteristik pendengar

(masyarakat setempat).

Prinsip kesederhanaan ini juga mengandung makna bahwa:

informasi yang disajikan dinyatakan dengan kata-kata yang penuh

persahabatan dan mudah dimengerti. Banyak masyarakat yang tidak

memahami istilah-istilah yang sangat ilmiah, oleh sebab itu

penggunaan istilah sedapat mungkin disesuaikan dengan tingkat

pemahaman masyarakat.

d) Coverage

Kegiatan pemberian informasi hendaknya menyeluruh dan

mencakup semua aspek, faktor atau substansi yang perlu disampaikan

dan diketahui oleh masyarakat, misalnya program ekstrakurikuler,

kegiatan kurikuler, remedial teaching dan lain-lain kegiatan. Prinsip ini

juga mengandung makna bahwa segala informasi hendaknya:

a. Lengkap, artinya tidak satu informasi pun yang harus ditutupi

atau disimpan, padahal masyarakat atau orang tua murid

mempunyai hak untuk mengetahui keberadaan dan kemajuan

sekolah di mana anaknya belajar. Oleh sebab itu informasi

kemajuan sekolah, masalah yang dihadapi sekolah serta prestasi

yang dapat dicapai sekolah harus diinformasikan kepada

masyarakat.

b. Akurat, artinya informasi yang diberikan memang tepat dan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dalam kaitannya ini juga

berarti bahwa informasi yang diberikan jangan dibuat-buat atau

informasi yang objektif.

169

c. Up to date, berarti informasi yang diberikan adalah informasi

perkembangan, kemajuan, masalah dan prestasi sekolah terakhir.

Dengan demikian masyarakat dapat memberikan penilaian sejauh

mana sekolah dapat mencapai misi dan visi yang disusunnya.

e) Constructiveness

Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya

konstruktif dalam arti sekolah memberikan informasi yang konstruktif

kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan memberikan

respon hal-hal positif tentang sekolah serta mengerti dan memahami

secara detail berbagai masalah yang dihadapi sekolah. Apabila hal

tersebut dapat mereka mengerti, akan merupakan salah satu faktor yang

dapat mendorong mereka untuk memberikan bantuan kepada sekolah

sesuai dengan permasalahan sekolah yang perlu mendapat perhatian

dan pemecahan bersama. Hal ini menuntut sekolah untuk membuat

daftar masalah yang perlu dikomunikasikan secara terus menerus

kepada sasaran masyarakat tertentu.

Prinsip ini juga berarti dalam penyajian informasi hendaknya

objektif tanpa emosi dan rekayasa tertentu, termasuk dalam hal ini

memberitahukan kelemahan-kelemahan sekolah dalam memacu

peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Penjelasan yang konstruktif akan menarik bagi masyarakat dan

akan diterima oleh masyarakat tanpa prasangka tertentu, hal ini akan

mengarahkan mereka untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan

sekolah. Untuk itu informasi yang ramah, objektif berdasarkan data-

data yang ada pada sekolah.

170

f) Adaptability

Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya

disesuaikan dengan keadaan di dalam lingkungan masyarakat tersebut.

Penyesuaian dalam hal ini termasuk penyesuaian terhadap aktivitas,

kebiasaan, budaya (culture) dan bahan informasi yang ada dan berlaku

di dalam kehidupan masyarakat. Bahkan pelaksanaan kegiatan

hubungan dengan masyarakat pun harus disesuaikan dengan kondisi

masyarakat. Misalnya saja masyarakat daerah pertanian yang setiap

pagi bekerja di sawah, tidak mungkin sekolah mengadakan kunjungan

(home visit) pada pagi hari.

Pengertian-pengertian yang benar dan valid tentang opini serta

faktor-faktor yang mendukung akan dapat menumbuhkan kemauan

bagi masyarakat untuk berpartisipasi ke dalam pemecahan persoalan-

persoalan yang dihadapi sekolah.

Peranan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Sekolah sebagai partner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi

pendidikan. Dalam konteks ini, berarti keduanya, yaitu sekolah dan

masyarakat dilihat sebagai pusat-pusat pendidikan yang potensial

dan mempunyai hubungan yang fungsional.

Sekolah sebagai prosedur yang melayani kesan pesan pendidikan

dari masyarakat lingkungannya. Berdasarkan hal ini, berarti antara

masyarakat dengan sekolah memiliki ikatan hubungan rasional

berdasarkan kepentingan di kedua belah pihak.

Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai

sekolah.

171

Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah

tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan

masyarakat.

Masyarakat yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti

gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung

kesenian, dan sebagainya.

Masyarakat yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah.

Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat

belajar seperti aspek alami, industri, perumahan, transportasi,

perkebunan, pertambangan dan sebagainya.

Tugas Pokok Hubungan Sekolah dan Masyarakat dalam

Pendidikan

Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada

masyarakat atau pihak-pihak lain yang membutuhkannya.

Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat

langsung memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-

pihak yang memerlukannya.

Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang

permasalahan dan informasi yang akan disampaikan atau yang

menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu.

Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam

masyarakat tentang masalah pendidikan.

Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh

bantuan dan kerja sama.

Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan untuk

kemajuan pelaksanaan pendidikan.

172

Faktor Pendukung Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bisa berjalan baik

apabila didukung oleh beberapa faktor yakni:

1. Adanya program dan perencanaan yang sistematis.

2. Tersedia basis dokumentasi yang lengkap.

3. Tersedia tenaga ahli, terampil dan alat sarana serta dana yang

memadai.

4. Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk

meningkatkan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.

Teknik-teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (Orang Tua

Murid)

Kenyataan membuktikan, hubungan sekolah dengan masyarakat

tidak selalu berjalan baik. Berbagai kendala yang sering ditemukan

antara lain; komunikasi yang terhambat dan tidak professional, tindak

lanjut program yang tidak lancar dan pengawasan yang tidak

terstruktur. Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut beberapa hal

bisa menjadi alternatif, adanya laporan berkala mengenai berbagai

kegiatan sekolah serta keuangannya, diadakannya berbagai kegiatan

yang mengakrabkan seperti open house kunjungan timbal balik dan

program kegiatan bersama seperti pentas seni, perpisahan, dan

sebagainya.

Ada sejumlah teknik yang kiranya dapat diterapkan lembaga

pendidikan, teknik-teknik tersebut dapat dikelompokkan menjadi

empat, yaitu teknik tertulis, teknik lisan, dan teknik peragaan, teknik

elektronik.

8.4 Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat

Partisipasi dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah ikut serta

173

dalam suatu kegiatan. Sedangkan masyarakat menurut Aly dan Supatra

(dalam

174

Yulianto, 2010) adalah eksistensi yang hidup, dinamis, dan selalu

berkembang. Menurut pendapat Mubyarto (dalam Amransyah, 2012)

bahwa mendefinisikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu

keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang

tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.

Menurut Canter (dalam Amransyah, 2012) mendefinisikan

partisipasi sebagai feed-forward information and feedback information.

Dengan definisi ini, partisipasi masyarakat sebagai proses komunikasi

dua arah yang terus menerus dapat diartikan bahwa partisipasi

masyarakat merupakan komunikasi antara pihak pemerintah sebagai

pemegang kebijakan dan masyarakat di pihak lain sebagai pihak yang

merasakan langsung dampak dari kebijakan tersebut. Dari pendapat

Canter juga tersirat bahwa masyarakat dapat memberikan respon positif

dalam artian mendukung atau memberikan masukan terhadap program

atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah, namun dapat juga

menolak kebijakan.

Kebijakan pendidikan dibuat dan diimplementasikan untuk

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh rakyat. Oleh karena

masalah-masalah rakyat yang bermaksud dipecahkan, maka dalam

pelaksanaannya memerlukan dukungan dan partisipasi rakyat.

Peran serta masyarakat/partisipasi masyarakat dalam pendidikan

meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi

profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam

penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Selain

itu masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan

pengguna hasil.

175

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah sesuai dengan

paradigma baru manajemen pendidikan, disarankan perlunya

memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekolah secara optimal.

Hal ini penting, karena sekolah memerlukan masukan dari masyarakat

dalam menyusun program yang relevan, sekaligus memerlukan

dukungan masyarakat dalam melaksanakan program tersebut. Sisi lain

masyarakat juga memerlukan jasa sekolah untuk mendapatkan

program-program pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Jalinan

semacam itu dapat terjadi, jika kepala sekolah aktif dan dapat

membangun hubungan yang saling menguntungkan (mutualisme).

Sebenarrnya di sekolah sudah ada petugas khusus untuk membina

hubungan dengan masyarakat, yaitu wakil kepala sekolah urusan

humas. Dengan demikian, yang penting adalah bagaimana

mengoptimalkan peran dan fungsi petugas tersebut.

Sutisna (1987:145) mengemukakan maksud hubungan sekolah

dengan masyarakat, yaitu:

1) Untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan

saran-saran dari sekolah.

2) Untuk menilai program sekolah

3) Untuk mempersatukan orang tua murid dan guru dalam

memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik.

4) Untuk mengembangkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan

sekolah dalam era pembangunan.

5) Untuk membangun dan memelihara kepercayaan masyarakat

terhadap sekolah.

6) Untuk memberitahu masyarakat tentang pekerjaan sekolah.

7) Untuk mengerahkan dukungan dan bantuan bagi pemeliharaan

dan peningkatan program sekolah. Hubungan

176

sekolah dengan

177

masyarakat sangat besar manfaat dan artinya bagi kepentingan

pembinaan dukungan moral, material, dan pemanfaatan

masyarakat sebagai sumber belajar.

Selanjutnya bagi masyarakat dapat mengetahui berbagai hal

mengenai sekolah dan inovasi-inovasi yang dihasilkan, menyalurkan

kebutuhan berpartisipasi dalam pendidikan, melakukan tekanan, dan

tuntutan terhadap sekolah. Berbagai teknik dan media dapat dilakukan

dalam konteks ini, seperti mengadakan rapat atau pertemuan, surat

menyurat, buku penghubung, buletin sekolah, dan kegiatan-kegiatan

ekstrakurikuler yang bermanfaat bagi peserta didik maupun orang tua.

Model manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat

merupakan seluruh proses kegiatan sekolah yang direncanakan dan

diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, serta pembinaan

secara berkelanjutan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada

umumnya, khususnya masyarakat yang berkepentingan langsung

dengan sekolah. Dengan demikian, kegiatan operasional pendidikan,

kinerja, dan produktivitas sekolah diharapkan semakin efektif, dan

efisien.

Pada hakikatnya, sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari masyarakat, seperti para orang tua yang tergabung dalam Badan

Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) dan atasan langsung.

Demikian pula hasil pendidikan yang berupa lulusan, akan menjadi

harapan dan dambaan masyarakat. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh

menjadi menara gading bagi masyarakat.

Keterbatasan pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana,

serta pembiayaan pendidikan, menyebabkan dukungan serta partisipasi

masyarakat menjadi semakin penting, terutama masyarakat yang terkait

langsung dengan sekolah yang bersangkutan. Pendidikan sebagai

178

lembaga sosial akan semakin lancar dan berhasil dalam melaksanakan

tugasnya, serta memperoleh simpati dari masyarakat, jika dapat

menjalin hubungan yang akrab dan serasi dengan segenap masyarakat

dan lingkungan, melalui manajemen pengembangan hubungan sekolah

dengan masyarakat.

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya

merupakan sarana yang sangat berperan dalam membina dan

mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam

hal ini, sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari

sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan

masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai

tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.

Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau

pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan.

Oleh karena itu, sekolah berkewajiban memberi penerangan tentang

tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan masyarakat.

Sebaliknya, sekolah juga harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan,

harapan, dan tuntutan masyarakat, terutama terhadap sekolah. Dengan

perkataan lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina dan

dikembangkan suatu hubungan yang harmonis.

Memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar ini semakin

dirasakan pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan

memahami pentingnya pendidikan. Namun tidak berarti pada

masyarakat yang masih kurang menyadari pentingnya pendidikan,

hubungan kerja sama ini tidak perlu dibina dan dikembangkan. Pada

masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan,

sekolah dituntut lebih aktif dan kreatif untuk mengembangkan

hubungan

179

kerja sama ini tidak perlu dibina dan dikembangkan. Pada masyarakat

yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan, sekolah dituntut

lebih aktif dan kreatif untuk mengembangkan hubungan kerja sama

yang harmonis.

Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik,

rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan

sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan dan kerja

sama yang baik antara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu

mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang

bersangkutan. Gambaran dan kondisi sekolah ini dapat diinformasikan

kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid, buletin

bulanan, penerbitan surat kabar, pameran sekolah, open house,

kunjungan ke sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan oleh

tenaga kependidikan sekolah, radio dan televisi, serta laporan tahunan.

Dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar

sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan kunci keberhasilan, yang

harus menaruh perhatian terhadap apa yang terjadi pada peserta didik di

sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua dan masyarakat tentang

sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina

dan mengembangkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah

dan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien.

Hubungan yang harmonis ini akan membentuk:

1) Saling pengertian antara sekolah, orang tua, masyarakat, dan

lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia

kerja.

180

2) Saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena

mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-

masing.

3) Kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak

yang ada di masyarakat dan mereka merasa bangga dan ikut

bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan di sekolah.

Dengan memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar

sekolah diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan

masyarakat, yaitu meningkatnya kinerja sekolah dan terlaksananya

proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien

sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan berkualitas. Lulusan

yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap

berbagai kompetensi dasar yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja di

dunia usaha, melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang

lebih tinggi, hidup di masyarakat secara layak, dan belajar untuk terns

meningkatkan diri sesuai dengan asas belajar sepanjang hayat (life long

learning).

Menggalang partisipasi orang tua merupakan keterlibatan tua

secara nyata dalam suatu kegiatan. Partisipasi itu bisa berupa gagasan,

kritik membangun, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Dalam

konteks MBS dan KBK, partisipasi orang tua, sangat diperlukan,

karena sekolah merupakan partner orang tua dalam mengantarkan cita-

cita dan membentuk pribadi peserta didik. Karakteristik orang tua,

misalnya pengusaha, petani, nelayan, pedagang, pegawai, kaya, miskin

akan mewarnai kondisi dan kualitas sekolah. Perbedaan karakteristik

orang tua tersebut membuat harapannya terhadap sekolah terutama,

lulusannya

181

berbeda pula. Oleh karena itu sekolah harus menjalin hubungan,

kerjasama dengan orangtua peserta didik.

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan

dan kemajuan sekolah, oleh karena itu penting mengkaji dan

memahami cara-cara yang dapat ditempuh untuk menggalang

partisipasi orang tua terhadap kegiatan pendidikan di sekolah. Dari

berbagai sumber dapat dikemukakan bahwa peran paling penting dan

efektif dari orang tua adalah menyediakan lingkungan belajar yang

kondusif, sehingga peserta didik dapat belajar dengan tenang dan

menyenangkan. Beberapa hal yang dapat disarankan kepala sekolah

terhadap orang tua untuk membentuk lingkungan belajar yang kondusif

di rumah, antara lain:

1. Menciptakan budaya belajar di rumah. Pada jam-jam belajar,

orang tua juga sebaiknya ikut belajar, misalnya membaca tafsir

atau ayat- ayat Al Qur'an membaca majalah, menulis puisi, dan

menulis program kerja, sehingga tercipta budaya belajar.

2. Memprioritaskan tugas yang terkait secara langsung dengan

pembelajaran di sekolah. Jika banyak kegiatan yang harus

dilakukan anak, maka utamakan yang terkait dengan tugas

pembelajaran.

3. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan

organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun

ekstrakurikuler.

4. Memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan

gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan

belajar.

5. Menciptakan situasi yang demokratis di rumah, agar terjadi tukar

pendapat dan pikiran sebagai sarana belajar dan membelajarkan.

182

6. Memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh

sekolah, dalam mengembangkan potensi anaknya.

7. Menyediakan sarana belajar yang memadai, sesuai dengan

kemampuan orang tua dan kebutuhan sekolah.

183

BAB IX

KETATALAKSANAAN LEMBAGA PENDIDIKAN

9.1 Manajemen Ketalaksanaan Pendidikan

9.1.1 Pengertian Ketalaksanaan Pendidikan

Tatalaksana pendidikan yaitu segenap proses kegiatan dalam

menghimpun (menerima), mencatat, mengolah, menggandakan,

mengirim dan menyimpan semua bahan atau keterangan yang

diperlukan oleh organisasi, dalam pengertian ini tata usaha bukan

hanya meliputi surat-surat saja tetapi mencakup pengelolaan semua

bahan keterangan atau informasi yang berujud warkat. Dalam

membahas pengelolaan warkat, tidak lepas dari pengelolaan arsip atau

disebut dengan kearsipan.

Kearsipan diartikan sebagai suatu proses pengelolaan warkat

mulai dari penciptaan, penerimaan, pengumpulan, pengaturan,

pengendalian, pemeliharaan dan perawatan serta penyimpanan warkat

menurut sistem tertentu, sehingga pada saat dibutuhkan dapat dengan

cepat dan tepat ditemukan, serta bila arsip-arsip tersebut sudah

kedaluarsa atau tidak digunakan lagi, maka harus dimusnahkan.

Kearsipan memiliki peranan penting bagi jalannya suatu organisasi,

yaitu sebagai sumber informasi dan sebagai pusat ingatan bagi

organisasi, pekerjaan kantor atau ketatalaksanan ini pekerjaannya

menyangkut segala usaha perbuatan menyangkut warkat, pemakaian

warkat-warkat dan pemeliharaannya guna dipakai untuk mencari

keterangan dikemudian hari.

Keunggulan dan fungsi sistem penanganan kearsipan yang tertata

dalam setiap organisasi, yaitu sebagai berikut:

a. Aktivitas kantor/organisasi akan berjalan dengan lancar.

184

b. Dapat dijadikan bukti-bukti tertulis apabila terjadi masalah.

185

c. Dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi secara tertulis.

d. Dapat dijadikan bahan komunikasi.

e. Dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya.

f. Sebagai alat pengingat.

g. Sebagai alat penyimpan warkat.

h. Sebagai alat bantu perpustakaan di organisasi apabila memiliki

perpustakaan.

i. Merupakan bantuan yang berguna bagi pimpinan dalam

menentukan kebijaksanaan organisasi.

j. Kearispan berarti penyimpanan secara tetap dan teratur

warkat- warkat penting mengenai kemajuan organisasi.

Sistem kearsipan yang sering dan masih berlaku di instansi-

instansi diantaranya sebagai berikut:

a. Sistem sentralisasi merupakan kearsipan dimana semua surat

penting disimpan dalam satu ruangan bukan dalam kantor

terpisah.

b. Sistem desentralisasi adalah sistem kearsipan yang dalam

pelaksanaannya tidak dipusatkan pada satu unit kerja, karena

masing-masing unit pengolah menyimpan arsipnya.

Kegiatan inti dari kearsipan adalah: filling yaitu penyimpanan

secara tetap dan teratur warkat-warkat penting mengenai kemajuan

sistem organisasi. Filling diartikan suatu proses penciptaan,

pengumpulan, pemeliharaan, pengaturan, pengawasan, penyusunan,

dan penyimpanan warkat dengan cara atau metode yang sistematis

sehingga warkat tersebut dengan mudah cepat dan tepat dapat

ditemukan kembali

186

apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Sistem penyimpanan yang sesuai

diantaranya sebagai berikut:

a. Sistem abjad

b. Sistem masalah

c. Sistem nomor

d. Sistem tanggal

e. Sistem wilayah

9.1.2 Penanganan Surat Menyurat

Surat adalah salah satu alat komunikasi tertulis yang banyak

digunakan di lembaga atau organisasi. Ida Nuraida (2013: 61)

mengemukakan surat sebagai suatu media komunikasi yang berisi

pernyataan tertulis yang berisi data atau informasi yang ingin

disampaikan atau ditanyakan kepada si penerima surat. beberapa jenis

surat yang sering beredar di dalam maupun antar instansi adalah; surat

dinas, nota dinas, memo, surat pengantar, surat kawat, surat edaran,

surat undangan, surat keputusan, instruksi, surat tugas, dan

pengumuman. Menurut sifatnya, surat dinas dapat dibedakan atas; surat

rahasia, surat penting, dan surat biasa, menurut derajat penyelesaiannya

ada surat segera dan sangat segera.

Proses penanganan surat melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Penyortiran surat, berdasarkan surat penting, surat dinas

pemerintahan, surat dinas perusahaan dan surat dinas

perorangan.

b. Pembukaan sampul dan pengeluaran surat dari dalam sampul.

c. Meneliti surat.

d. Pembacaan surat dan pemberian kartu disposisi.

187

e. Penyampaian surat (intern).

f. Pencatatan surat (menggunakan kartu kendali, buku agenda,

buku pembantu agenda).

g. Langkah akhir (penyimpanan surat baik arsip aktif maupun

inaktif).

Dalam penyusunan surat dikenal beberapa petugas penghimpun

(penerima), penyortir, pencatat, pengarah, pengolah dan penata arsip.

a. Penerima surat bertugas:

1) Menerima surat

2) Menerima jumlah dan alamat surat

3) Memberi paraf dan nama terang pada buku ekspedisi

4) Meneliti tanda-tanda kerahasiaan surat, kesesuaian isi surat

5) Meneruskan kepada penyortir surat

b. Penyortir surat bertugas:

1) Menerima surat masuk

2) Mengelompokkan surat kedalam surat dinas dan pribadi

3) Membuka surat dinas berdasarkan jenis surat penting dan surat

biasa

4) Meneliti lampiran

5) Membubuhkan tanda penerimaan pada setiap surat

6) Menyampaikan surat yang sudah terbuka atau masih tertutup

kepada pencatat surat.

c. Pencatat surat bertugas:

1) Menerima, menghitung dan mencatat surat yang sudah diteliti

2) Mencatat surat tersebut pada pengantar surat, kartu kendali,

lembar pengatar surat rahasia

188

3) Menyampaikan surat diatas setelah dilampiri lembar pengantar

dan kartu kendali.

d. Pengarah bertugas:

1) Menerima, meneliti surat yang telah dilampiri lembaran

pengantar atau kartu kendali, untuk itu serahkan dengan

menunjukkan siapa pengolah surat

2) Menyampaikan surat tersebut diatas kepada pengolah, dengan

melalui petugas tata usaha sekolah

3) Menyimpan arsip kartu kendali satu lembar.

e. Pengolah bertugas:

1) Menerima surat, membahas sendiri atau membahas dengan

memberikan disposisi pada lembar disposisi yang telah tersedia

2) Mengembalikan surat yang telah diolah kepada pengarah melalui

petugas tata usaha yang ditempatkan pada staf.

f. Penata arsip bertugas:

1) Mengolah surat dari pengarah yang telah disimpan pada almari

berkassesuai dengan system klasifikasi yang berlaku

2) Menerima kartu kendali untuk disimpan pada tempatnya

3) Mengirim kartu kendali lain pada pengolah sebagai bukti bahwa

surat yang sudah diolah sudah disimpan di bagian arsip

9.1.3 Ruang Lingkup Kegiatan dalam Urusan

Ketatalaksanaan Pendidikan

Bagian ketatausahaan sekolah dimaksudkan untuk dapat

mempermudah proses penyelanggaraan kegiatan pendidikan di sekolah.

Secara rinci kegiatan sekolah yang dibantu kemudahannya adalah

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

189

a. Kegiatan yang menyangkut manajemen kurikulum.

b. Kegiatan yang menyangkut manajemen murid.

c. Kegiatan yang menyangkut manajemen personil atau tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan.

d. Kegiatan mengenai pekerjaan surat menyurat.

e. Kegiatan yang menunjang manajemen keuangan.

f. Kegiatan yang menunjang manajemen sarana prasarana.

g. Kegiatan yang menunjang hubungan sekolah dengan

masyarakat.

Sesuai dengan perkembangan Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK), pekerjaan tatalaksana sekolah dapat dibantu dengan

pemanfaatan teknologi yang sesuai. Dalam penerapan TIK untuk

kegiatan tatausaha di lingkungan pendidikan, akan berjalan seiring

dengan kemampuan lembaga atau sekolah dalam menyiapkan

perangkat otak (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat

lunak (software), dan organisasi atau manajemen. Salah satu bentuknya

yaitu pengembangan sistem informasi manajemen (SIM) sebagai upaya

menyediakan data dan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan

keputusan di semua level manajemen (bawah, menengah, dan atas).

Implementasi SIM ini membutuhkan jaringan komputer yaitu LAN

(local area network) dan WAN (wide area network) jaringan telepon

agar dapat dengan mudah diakses.

9.2 Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pendidikan

9.2.1 Konsep Dasar SIM

Posisi Sistem Informasi Manajemen (SIM) ini sering disamakan

dengan Teknologi Informasi Kompoter (TIK) atau bahkan dianggap

190

lebih luas dibandingkan dengan TIK sehinggga sering salah dalam

menentukan posisinya. TIK memiliki bidang kajian yang bermacam-

macam karena dalam TIK tidak hanya membahas masalah teknologi

informasi dan komputer tetapi juga membahas teknologi

komunikasi/telekomunikasi.

Adapun bidang kajian TIK sebagai berikut:

a. E-learning

b. Manajemen informasi

c. Teknologi informasi

d. Teknologi komputer

e. SIM

f. Internet

g. Teknologi komunikasi

h. Teknologi jaringan komputer

i. Sistem keamanan jaringan komputer

j. Sistem berbasis data

Jika kita melihat bidang kajian TIK maka SIM adalah bagian

kajian dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dalam tataran

teknis atau implementasi di sekolah-sekolah kedua hal ini (TIK dan

SIM) saling terkait.

9.2.2 Konsep Dasar Informasi

Data adalah fakta-fakta, simbol-simbol dan angka-angka yang

relatif tidak berarti sebelum diadakan proses selanjutnya terhadap data

tersebut. Sedangkan definisi informasi adalah data yang diolah menjadi

bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima.

191

Berdasarkan ciri-ciri informasinya, terdapat perbedaan antara data

dan informasi. Data adalah sebagai bahan baku yang akan diolah

menjadi suatu informasi yang berarti bagi penerimanya, sedangkan

informasi dapat digunakan dalam rangka mengambil keputusan.

Murdick (1997:194) mengatakan ada 6 (enam) karakteristik dari jenis

informasi yang paling tepat dalam penggunaannya dengan komputer

yaitu:

a. Kecepatan, alat komputer sangat besar nilainya apabila

diperlukan kecepatan dalam pengolahan data.

b. Kuantitas, data dalam volume yang besar dapat diproses

dengan cepat.

c. Repetitif, data dalam volume yang besar dapat diproses

dengan sangat cepat.

d. Kompleksitas, masalah yang bermacam-macam variabel yang

saling berinteraksi, dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.

e. Input yang pasti, komputer membutuhkan input yang pasti

intuisi dan pertimbangan bukanlah atribut dari mesin.

f. Output yang akurat, hasil yang sangat akurat dapat diperoleh,

dan hal ini tidak dipengaruhi oleh rasa kebosanan dan

kelelahan.

9.2.3 Definisi SIM

Definisi SIM adalah suatu sistem yang diperlukan oleh suatu

organisasi untuk menyediakan informasi yang penting dalam rangka

mencapai tujuan organisasi. Dengan adanya SIM yang baik maka

pengembangan dan kelangsungan hidup suatu organisasi dapat dicapai

dengan baik. Dalam rangka mengikuti perkembangan teknologi

informasi yang semakin pesat, maka keberadaan SIM berbasis

192

komputer dalam suatu organisasi sangat diperlukan.Gordon B. Davis

(1995),

193

bahwa sistem informasi manajemen merupakan sebuah sistem manusia

dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung

fungsi operasi, manajemen, dan proses pengambilan keputusan dalam

sebuah organisasi. SIM adalah sistem yang dirancang untuk

menyajikan informasi pilihan yang berorientasi kepada keputusan yang

diperlukan oleh manajemen guna merencanakan, mengawasi, dan

menilai aktivitas organisasi yang dirancang dalam kerangka kerja yang

menitik beratkan pada perencanaan keuntungan, perencanaan

penampilan, dan pengawasan pada semua tahap.

Dengan demikian, Sistem Informasi Manajemen Pendidikan

merupakan perpaduan antara sumberdaya manusia dan aplikasi

teknologi informasi untuk memilih, menyimpan, mengolah, dan

mengambil kembali data dalam rangka mendukung proses pengambilan

keputusan bidang pendidikan. Pengertian lain SIM Pendidikan adalah

suatu sistem yang dirancang untuk informasi guna mendukung

pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen (perencanaan,

penggerakan, pengorganisasian, dan pengendalian) dalam lembaga

pendidikan. Untuk menerapkan SIM Pendidikan yang terpadu, dan

memiliki kapabilitas dalam mendukung keberhasilan dunia pendidikan

yang signifikan, diperlukan keseimbangan sumberdaya yang tersedia

antara ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan

dalam mengoperasikan teknologi informasi seperti komputer dan

ketersediaan dana untuk pengadaan perangkat komputer yang sudah

semakin canggih.

Peranan SIM berbasis komputer dalam organisasi sangat penting

dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut, karena setiap

kebijakan atau keputusan yang diambil jika didasarkan pada informasi

194

yang akurat dan relevan akan menghasilkan keputusan yang baik.

Tugas dari SIM adalah memberikan kemudahan informasi yang

digunakan dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian terhadap kegiatan suatu organisasi sehingga tujuan

organisasi tersebut dapat dicapai.

9.2.4 Unsur-unsur SIM Berbasis Komputer

SIM berbasis komputer memiliki beberapa unsur yang menjadi

bagian dari sistem, sehingga sistem tersebut dapat berjalan dengan baik.

Unsur dasar dari SIM berbasis komputer terdiri dari 3 unsur yaitu:

a. Hardware (Perangkat Keras)

B. Software (Perangkat Lunak)

C. Brainware (Personalia)

9.2.5 Mekanisme Kerja SIM Berbasis Komputer

Sebuah SIM, baik sistem informasi manual maupun yang

dilengkapi dengan dengan perlengkapan sistem komputer memiliki

komponen dasar yang sama, yaitu masukan berupa bahan

informasi/data, pengolahan data, instruksi dan prosedur, keluaran serta

catatan-catatan dan arsip. Bahan informasi ini yang akan diolah

menjadi suatu informasi yang berguna bagi manusia. Proses

pengolahan data ini dilakukan dalam suatu mekanisme kerja SIM.

Menurut Richard L. Nolan terdapat 6 (enam) tahap pertumbuhan dan

perkembangan SIM pada organisasi, yaitu tahap initation, contagion,

control, integration, administration, dan maturity.

Murdick (1997: 98) menyatakan komponen-komponen SIM dibagi

menjadi 5 (lima) bagian, yaitu:

195

a. Input data

b. Pengolah data

c. Catatan dan arsip

d. Intruksi dan prosedur

e. Output

Mekanisme kerja SIM ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai

berikut:

- Implementasi SIM Berbasis Komputer dalam Pendidikan

- Implementasi SIM berbasis komputer sangat diperlukan dalam

pengembangan dunia pendidikan. Peran tersebut dapat dilihat

dari banyaknya manfaat dan keunggulan yang dapat diambil

dari implementasi SIM berbasis komputer untuk mendukung

pengembangan pendidikan, seperti kecepatan, akurasi

informasi, tampilan yang menarik, kemudahan dalam

pelacakan data, dan lainnya. Implementasi SIM berbasis

komputer dapat berupa; sistem informasi akademik, sistem

informsi keuangan di sekolah-sekolah, pemanfaatan LAN,

internet dan lainnya.

Peranan SIM berbasis komputer dalam bidang pendidikan antara

lain sebagai berikut:

a. Implementasi sistem informasi akademik (Siakad)

b. Input Data

c. Output laporan Catatan dan Arsip Pengolah Data Instruksi dan

Prosedur

d. Implementasi SIM Berbasis Komputer dalam Pendidikan

196

9.3 Administrasi Sekolah

Definisi administrasi sekolah adalah segala usaha bersama untuk

mendayagunakan sumber-sumber yang ada dalam organisasi

pendidikan baik personal maupun material, secara efektif dan efisien

guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di sekolah secara

optimal. Administrasi Sekolah bersifat praktis dan fleksibel, dapat

dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi yang nyata di sekolah.

Administrasi Sekolah berfungsi sebagai sumber informasi bagi

peningkatan pengelolaan pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar.

Administrasi sekolah disebut dengan tatalaksana pendidikan atau istilah

lain administrasi tata usaha, yaitu segenap proses kegiatan pengelolaan

surat- menyurat yang dimulai dari menghimpun (menerima), mencatat,

mengelola, menggandakan, mengirim dan menyimpan semua bahan

keterangan yang diperlukan dalam organisasi pendidikan.

Dalam ketatalaksanaan lembaga pendidikan menurut Tatang M.

Amin minimal ada 7 (tujuh) ruang lingkup yang harus ditangani yaitu:

1) Kegiatan yang menyangkut manajemen kurikulum.

2) Kegiatan yang menyangkut managemen murid

3) Kegiatan yang menangkut managemen personil atau tenaga

pendidik.

4) Kegiatan yang menyangkut surat-menyurat.

5) Kegiatan yang menunjang managemen keuangan.

6) Kegiatan yang menunjang managemen sarana prasarana.

7) Kegiatan yang menyangkut hubungan sekolah dengan

masyarakat.

197

9.3.1 Administrasi Kesiswaan

Administrasi kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal

yang berkaitan dengan siswa, pembinaan selama siswa berada di

sekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui

penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses

belajar mengajar yang efektif. Adapun fungsi administrasi kesiswaan:

1) Mengetahui secara umum kondisi siswa yang sedang

mengikuti pembelajaran pada setiap tahun pembelajaran

2) Merencanakan jumlah siswa yang dapat direkrut untuk tahun

pembelajaran berikutnya

3) Sebagai masukan dalam merencanakan Rencana Anggaran

Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).

Kegiatan dalam Administrasi Kesiswaan

Penerimaan Siswa, adalah proses pencatatan dan layanan

kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka

memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh

sekolah.

Pembinaan Siswa, adalah pemberian layanan kepada siswa di

suatu lembaga pendidikan baik di dalam maupun di luar jam

belajarnya di kelas.

Tamat Belajar, untuk sekolah menengah, pada dasarnya

merupakan pencapaian salah satu tangga untuk pendidikan

lebih lajut, atau pencapaian suatu ketrampilan yang dapat

dipergunakan untuk menopang kehidupan di masyarakat.

198

9.3.2 Administrasi Sarana Prasarana

Sarana prasarana sekolah adalah semua benda bergerak maupun

yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang

penyelenggaraan proses belajar mengajar baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kegiatan dalam Administrasi Sarana dan Prasaran,

terdiri dari:

1. Perencanaan kebutuhan, penyusunan daftar kebutuhan sarana dan

prasarana sekolah didasarkan atas pertimbangan bahwa; a) karena

berkembangnya kebutuhan sekolah, b) untuk penggantian barang-

barang yang rusak, dihapuskan, atau hilang, c) untuk persediaan

barang.

2. Pengadaan Sarana Prasarana Pendidikan, yaitu kegiatan untuk

meghadirkan sarana prasarana pendidikan dalam rangka

menunjang pelaksanaan tugas-tugas sekolah. Pengadaan tersebut

dapat dilaksanaka dengan cara; 1) pembelian, 2) buatan sendiri,

3) penerimaan hibah atau bantuan, 4) penyewaan, 5) pinjaman,

6) pendaurulangan.

3. Penyimpanan sarana dan prasarana pendidikan, adalah kegiatan

pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan persediaan

prasarana dan sarana di dalam ruang penyimpanan/gudang.

4. Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan, adalah kegiatan

melaksanakan pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan dan

pencatatan barang-barang yang menjadi milik sekolah menengah

yang bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang.

5. Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, merupakan

kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang,

sehingga barang tersebut dalam kondisi baik dan siap pakai.

199

Pemeliharaan berbeda dengan rehabilitasi. Rehabilitasi adalah

perbaikan berskala besar dan dilakukan pada waktu tertentu saja.

6. Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan, adalah kegiatan

meniadakan barang-barang milik negara/daerah dari daftar

inventaris karena barang itu dianggap sudah tidak mempunyai

nilai guna atau sudah tidak berfungsi sebagaimana diharapkan,

atau biaya pemeliharaannya sudah terlalu mahal.

7. Pengawasan sarana dan prasarana, merupakan kegiatan

pengamatan, pemerikasaan dan penilaian terhadap pelaksanaan

administrasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah untuk

menghindari penyimpangan, penggelapan atau penyalahgunaan.

9.3.3 Administrasi Personal

Personal Pendidikan adalah golongan petugas yang membidangi

edukatif dan yang membidangi kegiatan nonedukatif (ketatausahaan).

Personil bidang edukatif ialah mereka yang bertanggung jawab dalam

kegiatan belajar mengajar, yaitu guru dan konselor dan konseling (BK),

sedangkan yang termasuk di dalam kelompok personal bidang

nonedukatif, adalah petugas tata usaha dan penjaga atau pesuruh

sekolah. Tenaga pendidik, berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 adalah

tenaga yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya

dan ditugaskan untuk mengajar/sebagai guru.

Sedangkan tenaga kependidikan adalah

tenaga yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya

yang ditugaskan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran di

sekolah. Tenaga kependidikan meliputi; 1) pustakawan,

2) tenaga administrasi, 3) laboran, dan 4) penjaga sekolah.

200

Tenaga pendidik dan kependidikan bertugas menyelenggarakan

kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola,

dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

Administrasi kepegawaian antara lain meliputi:

1) Inventarisasi pegawai

2) Pengusulan formasi pegawai

3) Pengusulan pengangkatan, kenaikan tingkat, kenaikan berkala,

dan mutasi

4) Mengatur usaha kesejahteraan

5) Mengatur pembagian tugas

Adminsitrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan meliputi

kegiatan pencatatan tentang:

1) Ketersedian tenaga dan tenega kependidikan, yang meliputi;

a) jumlah keseluruhan tenaga pendidik, b) jumlah tenaga

pendidikan pada setiap tahun, dan c) distribusi bidang

keahliannnya.

2) Identitas pendidik dan tenaga kependidikan, yang meliputi:

a) jenis kelamin, b) umur (tempat tanggal lahir), c) latar

belakang pendidikan tenaga pendidik dantenaga kependidikan,

d) kepangkatan/golongan ruang tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan, e) masa kerja tenaga pendidik dan kependidikan

terhitung mulai TMT (tanggal mulai terbit) berdasarkan Surat

Keputusan.

3) Status tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, yang meliputi

status pegawai (tetap/honorer/diperbantukan).

201

Tujuan administrasi personil

a. Untuk menghitung ketersedian jumlah tenaga berdasarkan

jumlah rombongan belajar pda tiap-tiap kelas, sehingga tidak

terjadi overload ja pembelajaran,

b. Untuk digunakan sebagai dasar perencanaan penambahan dan

pengembangan tenaga.

c. Khusus untuk tenaga pendidik, administrasi juga mencatat

distribusi tugas mengajar dan beban jam pembelajaran pada

tiap semester.

9.3.4 Administrasi Keuangan

Komponen keuangan sekolah merupakan ketatausahaan dan

tindakan keuangan meliputi pencatatan data, perencanaan, pelaksanaan,

pelaporan, dan pertanggung jawaban keuangan. Keuangan merupakan

faktor penting untuk melakukan kegiatan hal ini sukar sekali

dibayangkan pelaksanaan kegiatan tersebut tanpa uang. Namun di balik

itu, mengadakan uang untuk melaksanakan kegiatan itupun tidak

mudah. Oleh karena itu pengadministrasian keuangan sangat perlu

demi tercapainya efektifitas dan efesiensi.

Adapun tugas keuangan yaitu antara lain:

Perencanaan RAPBS

Pelaksanaan anggaran dan Pertanggung jawaban Keuangan.

Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Bantuan operasional Pendidikan (BOP)

Komite Sekolah

202

9.3.5 Administrasi Kurikulum

Ketersediaan kurikulum yang digunakan sebagai pegangan

mengajar pada tiap angkatan

Ketersediaan jabaran kurikulum dari tiap-tiap mata pelajaran ,

yang meliputi: SK (Standar Kompetensi), KD (Kompetensi

Dasar), dan Indikator

Ketersediaan Satuan Acara pembelajaran /Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran pda tiap mata pelajaran pada setiap

tingkatan kelas,

Deskripsi sajian pokok bahasan dari tiap mata pelajaran untuk

tiap-tiap semester pembelajaran.

Disamping mencatat pelaksanaan kurikulum nasional,

administrasi kurikulum juga mencatat kurikulum lokal/muatan

lokal serta pengalokasian waktu pembelajaran kurikulum

muatan lokal.

9.3.6 Administrasi Humas

Sekolah sebagai suatu sistem sosial merupakan bagian integral

dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Maju mundurnya

sumberdaya manusia pada suatu daerah, tidak hanya bergantung pada

upaya-upaya yang dilakukan sekolah, namun sangat bergantung kepada

tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Semakin tinggi

tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan di suatu daerah,

akan semakin maju pula sumber daya manusia pada daerah tersebut,

dan sebaliknya.

Oleh karena itu, masyarakat hendaknya selalu dilibatkan dalam

pembangunan pendidikan di daerah. Masyarakat hendaknya

203

ditumbuhkan “rasa ikut memiliki” sekolah di daerah sekitarnya. Maju-

mundurnya sekolah di lingkungannya juga merupakan tanggung jawab

bersama masyarakat setempat.

204

BAB X

KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

10.1 Dasar-dasar Kepemimpinan Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengembangan individu secara utuh

yang mencakup aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor sehingga

terbentuk pribadi yang berpengetahuan, berkarakter, dan terampil.

Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003)

adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau

bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk

membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan

kelompok.

Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses

mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang

lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan

dan pelaksanaan pendidikan agar kegiatan yang dijalankan dapat lebih

efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.

Kepemimpinan adalah hubungan antar orang, dimana pemimpin

mempengaruhi orang lain ke arah kemauan bersama dalam

hubungannya dengan tugas-tugas untuk memperoleh sesuatu yang

diinginkan pemimpin. Kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan

atas manajemen, dan lebih dari itu adalah menentukan keberhasilan

administrasi. ini berarti bahwa akan menentukan tercapainya atau

tidaknya tujuan. Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang

dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mengajak, menuntun,

menggerakan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima

205

pengaruh itu, selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu

pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.

Kepemimpinan adalah sebuah proses dimana seseorang tidak

memperoleh pengikut karena status. Kemampuan seorang pemimpin

dibuktikan pertama dari bagaimana dia mampu meyakinkan orang-

orang yang dipimpinnya untuk memahami visi dan misi organisasi

untuk kemudian mau bersama-sama mengupayakan tujuan organisasi

tersebut. Seorang pemimpin berbeda dengan manajer. Pemimpin

mempunyai kekuasaan atas pengikutnya bukan karena jabatannya tetapi

karena kemampuan personality, sikap, tingkah laku yang kemudian

memunculkan wibawa. Sedangkan manajer memiliki kekuasaan karena

jabatan yang dimilikinya. Dia bisa memberi komando karena struktur

dan birokrasi, tetapi saat dia sudah tidak lagi menjabat maka tidak

satupun "bekas" bawahanya mau dia perintah. Perbedaan mendasar

antara pemimpin dan manajer adalah dari pola pikir dan cara bekerja.

Seorang pemimpin memiliki visi jauh kedepan, sanggup mengadopsi

perubahan sedangkan manajer berfikir untuk jangka pendek. Dalam

melaksanakan pekerjaanya pemimpin sangat fleksibel dan tidak kaku

sedangkan manajer melakukan apa yang telah digariskan, kaku dan

enggan berubah.

Pemimpin inilah yang mendorong dan menggerakan orang lain

agar mau bekerjasama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Fungsi

ini penting, sebab bagaimana pun juga baiknya perencanaan, tertibnya

organisasi dan tepatnya penempatan orang dalam organisasi, belum

berarti menjamin geraknya organisasi menuju sasaran dan tujuan.

Untuk itu diperlukan kecakapan, keuletan, pengalaman dan kesabaran.

Kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan orang lain guna

206

mencapai tujuan tertentu ini disebut kepemimpinan atau leadership.

Kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan atas manajemen, dan

lebih dari itu adalah menentukan keberhasilan administrasi. ini berarti

bahwa akan menentukan tercapainya atau tidaknya tujuan.

Dalam menggerakkan orang lain kita harus ingat 4 (empat) faktor

yaitu:

1) Kepemimpinan: kemampuan seseorang untuk mempengaruhi

serta menggiatkan orang lain bekerja sama dalam usaha

mencapai tujuan.

2) Komunikasi: cara dan media penyampain pesan.

3) Instruksi: perintah atau petunjuk kerja yang jelas, tegas,

tampak arahnya, jelas bagaimana jalan pelaksanaannya.

4) Fasilitas: kemudahan yang menyebabkan pekerjaan mudah

dilaksanakan.

Konsep Dasar Kepemimpinan

1. Kepemimpinan merupakan suatu aktivitas.

2. Kepemimpinan mengandung konsep pengaruh dimana pengikutnya

mentaati, mengikuti atau melaksanakan apa yanng dikehendaki

pemimpinnya.

3. Dalam konsep kepemimpinan terkandung dua pelaku, yaitu

pemimpin di satu pihak, dan pengikut di pihak lain.

4. Kepemimpinan merupakan proses mencapai tujuan untuk

mendapatkan hasil.

5. Merupakan proses mengarahkan anggota agar memiliki kesadaran

dan tanggung jawab akan tugas organisasi.

6. Dalam fungsi kepemimpinan selalu berada dalam variabel situasional.

207

10.2 Konsep Dasar Supervisi Pendidikan

Supervisi adalah segala bantuan dari pemimpin sekolah yang

tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personil

sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa

dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan

kelakapan guru-guru seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan

pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran

pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih

baik cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses

pengajaran dan sebagainya.

Supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan

membimbing secara berkelanjutan pertumbuhan guru-guru di sekolah

baik secara individual maupun secara kolektif agar lebih mengerti dan

lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.

Dalam dunia pendidikan di Indonesia perkataan supervisi belum

begitu popular. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang orang

lebih mengenal kata inspeksi dari pada supervisi. pengertian inspeksi

sebagai warisan pendidikan Belanda dulu cenderung kepada

pengawasan yang bersifat otokratis yang berarti mencari kesalahan-

kesalahan guru dan kemudian menghukumnya. Sedangkan supervisi

mengandung pengertian yang lebih demokratis. Dalam pelaksanaannya

supervisi bukan hanya mengawasi apakah guru atau pegawai

menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan instruksi atau

ketentuan-ketentuan yang telah digariskan tetapi juga berusaha bersama

guru-guru bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar.

Jadi dalam kegiatan supervisi guru-guru tidak dianggap sebagai

pelaksana pasif melainkan diperlakukan sebagai partner bekerja yang

memiliki ide-ide atau

208

pendapat-pendapat dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar

dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan

pendidikan.

10.3 Jenis-jenis Supervisi Pendidikan

Supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang

ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personil maupun

material yang memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan dalam

situasi belajar mengajar yang lebih baik. Supervisi macam ini lebih

mengutamakan kegiatan kunjungan kelas untuk mengobservasi proses

belajar mengajar di kelas. Supervisi pembelajaran didefinisikan sebagai

usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing pertumbuhan

guru- guru secara berkesinambungan di suatu sekolah baik secara

individual maupun kelompok agar lebih efektif melaksanakan fungsi

pembelajaran. Supervisi klinis pembahasan mengenai supervisi klinis

dari berbagai buku cukup bervariasi. Supervisi klinis menurut Ngalim

Purwanto termasuk bagian dari jenis supervisi pendidikan yang sejenis

dengan supervisi pengajaran. Sedangkan menurut Abd. Kadim

Masaong, supervisi klinis termasuk bagian dari model-model

kepengawasan pendidikan yang berupa Cooperative Professional

Development (CPD), Individualized Professional Development (IPD),

Clinical Supervision (CS, Informal Supervision dan

supportive supervision). Beliau menuturkan supervisi klinis

merupakan konvergensi antara pendekatan

ilmiah dan pendekatan artistik.

209

Pengertian Supervisi Klinis istilah supervisi klinis diadopsi dari

istilah kedokteran.Tujuannya adalah agar terinspirasi dari keakraban

yang terjalin seperti halnya seorang dokter dan pasien yang

mengeluhkan penyakitnya. Istilah ini memperhalus kata supervisi itu

sendiri yang memiliki arti pengawasan. Supervisi klinis diharapkan

dapat membuat gap antara supervisor dengan guru menjadi hilang

sehingga timbul keakraban dan pola komunikasi dengan baik dan pada

akhirnya pembinaan berjalan dengan efektif. Supervisi klinis adalah

bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan

melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan serta

analisis yang intensif tentang performa mengajar yang nyata dan

tujuannya adalah mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.

Definisi lain tentang supervisi klinis adalah pertemuan tatap

muka antara supervisor dan guru, membahas hal mengajar di dalam

kelas guna memperbaiki pembelajaran dan pengembangan profesi

dengan cara kolegial antara supervisor dan guru. Inti dari supervisi

klinis adalah proses supervisi yang bersifat keakraban agar tercipta

kenyamanan bagi guru karena tujuan dari supervisi klinis bukan hanya

perbaikan keterampilan mengajar guru tetapi juga perubahan

kepribadian guru

Tujuan supervisi klinis konsep dari supervisi adalah memberi

tekanan pada proses pembentukan dan pengembangan profesional.

Karena mengajar adalah suatu kegiatan yang dapat diamati, dapat

dikendalikan dan terdiri dari berbagai komponen keterampilan

mengajar. Maka supervisi klinis tujuan umumnya adalah berguna untuk

memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar. Sedangkan

tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

210

a. Menyediakan guru suatu balikan yang objektif dari kegiatan

yang telah mereka lakukan.

b. Mendiagnosa, kemudian membantu memecahkan masalah

mengajar.

c. Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam

menggunakan strategi.

d. Sebagai dasar untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan.

e. Membantu mengembangkan sikap positif guru.

f. Perhatian utama pada kebutuhan guru.

Ciri-ciri Supervisi Klinis

Agar lebih memahami apa itu supervisi klinis, ada beberapa ciri-

ciri atau karakteristik dari supervisi yang perlu diketahui yaitu sebagai

berikut:

a. Bantuan yang diberikan bukan bersifat memerintah tetapi tercipta

hubungan manusiawi.

b. Guru dengan inisiatifnya sendiri memohon bantuan.

c. Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan

satuan yang terintegrasi. Sehingga keterampilan yang spesifik

yang harus diperbaiki.

d. Suasana pemberian supervisi lebih terbuka, dekat, dan hangat

karena ada kenyamanan dari guru yang disupervisi.

e. Supervisi tidak hanya pada aspek keterampilan mengajar guru

tetapi juga aspek kepribadian guru.

f. Instrument supervisi disusun sesuai kesepakatan supervisor dan

guru.

g. Balikan diberikan harus secepat mungkin dan objektif.

211

h. Percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru terlebih

dahulu.

10.4 Teknik-teknik Supervisi Pendidikan

Teknik-teknik dalam Supervisi Pendidikan

Supervisor untuk meningkatkan program sekolah dapat

menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi pendidikan. Pada

hakikatnya, terdapat banyak teknik dalam menyelenggarakan program

supervisi pendidikan. Dari sejumlah teknik yang dapat diterapkan

dalam pembelajaran, ditinjau dari banyaknya guru dapat

dikelompokkan ke dalam dua bagian besar, yakni teknik individual dan

teknik kelompok. Berikut uraiannya:

1. Teknik Individual (Individual Technique)

Teknik individual ialah supervisi yang dilakukan secara

perseorangan, teknik ini digunakan apabila masalah yang dihadapi

bersifat pribadi apalagi khusus atau secret. Beberapa kegiatan yang

dapat dilakukan antara lain:

a. Kunjungan Kelas

b. Observasi Kelas

c. Pertemuan Individu

d. Kunjungan Antar Kelas

e. Menilai Diri Sendiri

a) Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)

Kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan

oleh supervisor (kepala sekolah, penilik, atau pengawas) untuk melihat

atau mengamati pelaksanaan proses pembelajaran sehingga diperoleh

data untuk tindak lanjut dalam pembinaan selanjutunya.

212

Tujuannya:

Mengobservasi bagaimana guru mengajar.

Menolong para guru untuk mengatasi masalah-masalah yang

mereka hadapi.

Fungsi:

Mengoptimalkan cara belajar mengajar yang dilaksanakan

para guru.

Membantu mereka untuk menumbuhkan profesi kerja secara

optimal.

b) Observasi Kelas (Classroom Observation)

Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan ketika

supervisor yang secara aktif mengikuti jalannya kunjungn kelas ketika

proses sedang berlangsung.

Tujuannya:

Memperoleh data yang subjektif mengenai aspek situasi dalam

proses pembelajaran yang diamati.

Mempelajari praktek-praktek pembelajaran setiap pendidik

dan mengevaluasinya.

Menemukan kelebihan dan sifat yang menonjol pada setiap

pendidik.

Menemukan kebutuhan para pendidik falam menunaikan

tugasnya.

Memperoleh bahan-bahan dan informasi guna penyusunan

program supervisi.

Mempererat dan memupuk integritas sekolah.

213

Aspek-aspek yang diobservasi:

Usaha dan aktifitas guru-siswa dalam proses pembelajaran.

Cara penggunaan media pembelajaran.

Reaksi mental para peserta didik dalam proses pembelajaran.

Keadaan media yang digunakan.

Lingkungan sosial, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar

kelas dan faktor-faktor penunjang lainnya.

Alat-alat Observasi:

Check-List, yakni alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data dalam melengkapi keterangan-keterangan yang lebih

objektif terhadap situasi pembelajaran dalam kelas.

c) Pertemuan Individu (Individual Conference)

Yaitu percakapan pribadi antara supervisor dengan seorang guru

mengenai usaha-usaha untuk memecahkan problematika yang dihadapi

oleh seorang pendidik.

Tujuannya:

Memupuk dan mengembangkan pembelajaran yang lebih baik.

Memperbaiki kelemahan dan kesalahan yang sering dialami.

Jenis-jenis Pertemuan Pribadi:

Classroom Conference, percakapan di kelas ketika para

peserta didik tidak berada di dalam kelas.

Office Conference, percakapan yang dilakukan di ruang kepala

sekolah atau ruang guru.

Casual Conference, percakapan yang dlaksanakan secara

kebetulan.

214

d) Saling Mengunjungi Kelas (Intervisitation)

Saling mengunjungi antar rekan guru yang satu dengan guru yang

lain yang sedang mengajar.

Keuntungan-keuntungan:

Memberikan kesempatan pada guru untuk mengamati rekan

lain yang sedang mengajar.

Membantu guru untuk mendapatkan pengalaman yang sangat

berguna mengenai teknik dan metode pembelajaran dalam

kelas.

Memberikan motivasi terhadap aktivitas mengajar.

Menciptakan suasana kewajaran dalam berdiskusi mengenai

masalah yang dihadapi.

Jenis-jenis kunjungan antar kelas:

Kunjungan intern, kunjungan yang berlangsung di sekolah

yang sama.

Kunjungan ekstern, kunjungan yang berlangsung antar sekolah

lain.

e) Menilai Diri Sendiri (Self Evaluation)

Salah satu tindakan atau tugas yang paling sukar dilakukan oleh

para pemimpin terutama bagi seorang guru adalah melaksanakan

penilaian terhadap dirinya sendiri dengan melihat kemampuannya

sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk mengukur

kemampuan pengajarannya, kita bisa melihat dari kemampuan para

peserta didiknya dan juga penilaian terhadap diri sendiri merupakan

teknik yang dapat membantu guru dalam memaksimalkan

pengajarannya.

215

2. Teknik Kelompok

Teknik kelompok adalah teknik yang digunakan bersama-sama

oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam suatu kelompok. Beberapa

orang yang diduga memiliki masalah dikelompokkan secara bersama

kemudian diberi pelayanan supervisi sesuai dengan permaslahan yang

mereka hadapi. Banyak bentuk-bentuk dalam teknik yang bersifat

kelompok ini, namun di antaranya yang lebih umum adalah sebagai

berikut:

- Pertemuan Orientasi bagi

Guru Baru

- Rapat Guru

- Kepanitiaan

- Diskusi

- Seminar

- Tukar Menukar Pengalaman

- Lokakarya (Workshop)

- Diskusi Panel

- Simposium

Berikut adalah uraiannya:

- Demonstrasi Mengajar

- Perpustakaan Jabatan

- Bulletin Supervisi

- Membaca Langsung

- Mengikuti Kursus

- Laboratorium Kurikulum

- Organisasi Jabatan

- Perjalanan Sekolah untuk

Staff

1) Pertemuan Orientasi Sekolah Bagi Guru Baru (Orientation Meeting

for New Teacher)

Yakni pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk

memasuki suasana kerja yang baru. Beberapa hal yang disajikan

adalah:

a. System kerja sekolah yang dimaksud.

b. Proses dan mekanisme administrasi organisasi sekolah.

216

2) Rapat Guru

Rapat ini diadakan untuk membahas masalah-masalah yang terjadi

pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Yang bertujuan

untuk:

a. Menyatukan pandangan-pandangan dan pendapat guru tentang

konsep umum maupun metode metodeuntuk mencapai tujuan

pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama.

b. Mendorong guru untuk melaksanakan tugasnya dan mendorong

kemajuan mereka.

3) Lokakarya (Workshop)

Adalah suatu usaha untuk mengembangkan kesanggupan berpikir

dan bekerja bersama-sama menangani masalah teoritis maupun

praktis untuk meningkatkan kualitas serta profesionaliasme seorang

pendidik. Ciri-ciri workshop meliputi:

a. Masalah yang dibahas bersifat “life centered” dan muncul dari

peserta.

b. Cara pemecahan masalahnya dengan musyawarah dan

penyelidikan.

c. Menggunakan resource person dan resource materials yang

memberi bantuan yang besar dalam emncapai hasil yang

maksimal.

Prosedur Pelaksanaan Workshop:

a. Merumuskan tujuan workshop (output yang dicapai).

b. Merumuskan pokok masalah.

c. Menentukan prosedur pemecahan masalah.

d. Menentukan alat dan bahan perlengkapan workshop.

e. Merumuskan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

217

f. Merumuskan kesimpulan dan saran-saran.

4) Diskusi Panel

Adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan di hadapan sejumlah

partisipan atau pendengar untuk memecahkan suatu problema dan

para panelis terdiri dari orang-orang yang dianggap ahli dalam

lapangan yang didiskusikan.

Tujuannya:

a. Untuk menjajaki suatu masalah secara terbuka agar memperoleh

lebih banyak pengetahuan mengenai maslah yang dihadapi dari

berbagai sudut pandang.

b. Untuk menstimulir para partisipan agar mengarahkan perhatian

terhadap masalah yang dibahas melalui dinamika kelompok

sebagai hasil interaksi dari para panelis.

5) Simposium

Adalah suatu pertemuan untuk meninjau aspek-aspek suatu pokok

masalah untuk mengumpulkan beberapa sudut pandang mengenai

suatu masalah. Tujuaanya adalah untuk mengumpulkan dan

membandingkan beberapa sudut pandang yang berbeda-beda tentang

suatu problema.

6) Penataran-penataran

Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-

penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-

guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran,

dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa

penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh

pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah

218

mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up)

dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.

Pelaksanaan Supervisi Pendidikan

Pelaksanaan supervisi pendidikan dengan menggunakan teknik-

teknik di atas, perlu mempertimbangkan hal-hal praktis yang ada

hubungannya dengan pelaksanaan program supervisi pendidikan di

sekolah secara menyeluruh, hal-hal yang menyangkut adalah sebagai

berikut:

1. Lingkungan kegiatan (teknik edukatif dan administrasi)

Supervisi merupakan bantuan yang diberikan kepada deluruh

sekolah untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalankan

tugas dan bertujuan untuk mengembangkan situasi belajar

mengajar yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan mutu

pendidikan. Bantuan tersebut dapat diterapkan dalam bidang

edukatif dan administrative.

2. Asas pelaksanaan

Pelaksanaan supervisi dalam bidang teknis edukatif maupun teknis

administrative hendaknya memperhatikan asas-asa berikut:

a. Terencana

b. Demokratis

c. Kooperatif

d. Konstruktif

e. Terpadu

219

3. Pelaksanaan Supervisi

Berdasarkan maslah yang dihadapi, pelaksanaan supervisi dapat

dibedakan dala dua macam, yakni:

a. Supervisi biasa, yang dilaksanakan secara continue

berdasarkan program supervisi tahunan atau semester.

b. Supervisi darurat, yang dilaksanakan jika ada suatu kasus yang

timbul di sekolah dan menghendaki penyelenggaraan segera.

Sedangkan berdasarkan pelaksanaannya, supervisi dapat

dibedakan dalam dua bentuk, yakni:

a. Supervisi intern, yang dilakukan oleh tugas pembinaan dalam

unit organisasi sendiri oleh pimpinan di suatu organisasi.

b. Supervisi ekstern, yang dilaksanakan oleh petugas dari Kantor

Wilayah atau Departemen yang diberi wewenang untuk

melakukan pembinaan terhadap sekolah.

4. Proses kegiatan supervisi (pelaporan dan monitoring)

Secara sistematis, kegiatan-kegiatan supervisi dapat dilaksanakan

melalui tahapan:

a. Penyusunan Program

b. Pelaksanaan Supervisi

c. Tindak Lanjut.

Hal demikian tak luput dengan adanya:

a) Pelaporan

b) Monitoring

220

DAFTAR PUSTAKA

Aminarti, Siti. 2011. Manajemen Sekolah Pengelola Pendidikan Secara

Mandiri. Jogjakarta: AR-MZ Media.

Amirin, Tatang M., dkk. 2010.Managemen Pendidikan. Yogyakarta:

UNY Press.

Amransyah, M.S. 2012. Teori Partisipasi Masyarakat Menurut Para

Ahli. (Online).

(https://pandidikan.blogspot.co.id/2010/05/partisipasi-

masyarakat-dalam.html) diakses 28 Januari 2013.

Arefah. 2010. Definisi Peserta Didik

Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. 2009. Manajemen Pendidikan.

Yogyakarta: Aditya Media.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Organisasi dan Administrasi Pendidikan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Dedi, Supriadi. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Eliadian. Pengertian manajemen, kurikulum, manajemen kurikulum,

dan konsep manajemen kurikulum, dalam

http://eliadian.blogspot.com, diakases 14 Maret 2015.

Fattah, Nanang. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

http://idb4.wikispaces.com/file/view/rc02pengaruh+PAI+terhadap+pe

mbentukan+akhlak+siswa.pdf, tanggal unduh 07 Desember 2013.

221

Masaong, Abd Kadim. 2012. Supervisi Pembelajaran dan

Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung: Alfabeta.

Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung: Alfabeta.

Nanang, Fattah. 2004. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung:

PT Remaja Rosdkarya.

Nasution. 2003. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

M. Noor, Rohinan. 2012. The Hidden Curriculum (Membangun

Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler). Yogyakarta: Insan

Madani.

Nuraida, Ida. 2013. Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta:

Kanisius.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.

Sagala, Syaiful. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat.

Jakarta: Nimas Multima.

Yulianto, J.A. 2010. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan

Pendidikan. (Online). (http://pandidikan.blogspot.com/2010/05

/partisipasi-masyarakat- dalam.html) diakses 28 Januari 2013.

222

GLOSARIUM

1. Dana Subsidi : Dana yang diterima dari SubsidiPemerintah di sekolah yang disusunberdasarkan Anggaran Pendapatan danBelanja Sekolah (APBS).

2. Diskusi Panel : Suatu bentuk diskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah partisipan ataupendengar untuk memecahkan suatuproblema dan para panelis terdiri dariorang-orang yang dianggap ahli dalamlapangan yang didiskusikan.

3. E-Learning : Suatu sistem atau konsep pendidikan yangmemanfaatkan teknologi informasi dalamproses belajar mengajar.

4. KompetensiDasar

: Pengetahuan, keterampilan dan sikapminimal yang harus dicapai / dimiliki olehseorang siswa untuk menunjukkan bahwasiswa tersebut telah mampu menguasaistandar kompetensi yang telah ditetapkan.

5. Lokakarya : Suatu acara di mana beberapa orangberkumpul untuk memecahkan masalahtertentu dan mencari solusinya.

6. ManajemenKurikulum

: Suatu sistem pengelolaan kurikulum yangkooperatif, komperhensif, sistemik, dansistematik dalam rangka mewujudkanketercapaian tujuan kurikulum.

7. Mutasi : Perpindahan murid dari satu sekolah kesekolah lainnya karena alasan-alasantertentu.

8. Observasi Kelas : Teknik observasi yang dilakukan ketika supervisor yang secara aktif mengikuti

223

jalannya kunjungn kelas ketika proses sedang berlangsung.

9. Penataran : Semacam pemberian arahan atau latihankepada sekelompok orang untukmelakukan tugas tertentu.

10. PendidikanFormal

: Merupakan pendidikan di sekolah yang diperoleh secara teratur, sistematis,bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas.

11. PendidikanKejuruan

: Pendidikan menengah yangmempersiapkan peserta didik terutamauntuk bekerja dalam bidang tertentu.

12. PendidikanNonformal

: Jalur pendidikan di luar pendidikan formalyang dapat dilaksanakan secara terstrukturdan berjenjang.

13. PendidikanProfesi

: Pendidikan tinggi setelah programpendidikan sarjana yang mempersiapkanpeserta didik untuk memiliki pekerjaandengan persyaratan keahlian khusus.

14. PendidikanVokasi

: Pendidikan tinggi yang menunjang padapenguasaan keahlian terapan tertentu,meliputi program pendidikan Diploma(diploma 1, diploma 2, diploma 3 dandiploma 4) yang setara dengan programpendidikan akademik strata 1.

15. Promosi : Merupakan perpindahan murid/siswa darisatu kelas ke kelas yang lebih tinggisetelah memenuhi persyaratan tertentu.

16. Sistem Informasi Manajemen

: Sistem perencanaan bagian daripengendalian internal suatu bisnis yangmeliputi pemanfaatan manusia,dokumen,teknologi, dan prosedur oleh akuntansi

224

manajemen untuk memecahkan masalahbisnis seperti biaya produk, layanan, atausuatu strategi bisnis.

17. Standar Kompetensi

: Tujuan pembelajaran secara umum.Standar kompetensi merupakan kualifikasikemampuan minimal peserta didik yangmenggambarkan penguasaan pengetahuan,sikap, dan keterampilan yang diharapkandicapai pada setiap kelas dan/atausemester pada suatu mata pelajaran.

18. Simposium : Serangkaian pidato pendek di depanpeserta dengan seorang pemimpin.Simposium menampilkan beberapa orangpembicara dan mereka mengemukakanaspek-aspek pandangan yang berbeda dantopik yang sama.

19. Tes Formatif : Penilaian yang digunakan untuk mengukursatu atau beberapa pokok bahasan tertentudan bertujuan untuk memperolehgambaran tentang daya serap siswaterhadap pokok bahasan tersebut.

20. Tes Sub Sumatif : Tes yang bertujuan untuk memperolehgambaran daya para siswa untukmeningkatkan tingkat prestasi belajarsiswa.

21. Tes Sumatif : Tes ini diadakan untuk mengukur dayaserap siswa terhadap bahan pokok-pokokbahasan yang telah diajarkan selama satusemester, satu atau dua tahun pelajaran.

225

INDEKS

Anggaran Biaya Pendidikan,

120

Biaya Pendidikan, 120

Dana Subsidi, 125

Diskusi Panel, 204, 206

E-Learning, 181

Fasilitas Pendidikan, 115

Fungsi Manajemen Pendidikan,

5, 10

Hubungan Edukatif, 155

Hubungan Institusional, 155

Hubungan Kultural, 155

Jalur Pendidikan, 14

Jenis Pendidikan, 18

Jenjang Pendidikan, 16

Kepemimpinan, 193-196

Kompetensi Dasar, 23-28, 191

Kompleksitas, 182

Konsep Biaya Pendidikan, 120

Konsep Dasar Kurikulum, 33

Lokakarya, 86, 204-205

Manajemen Kurikulum, 32-33

Manajemen Peserta Didik, 48

Manajemen, 1, 32, 48, 72

Mutasi, 63, 65, 76

Observasi Kelas, 200-201

Pelaksanaan, 6

Penataran, 206-207

Pendidikan Akademik, 18

Pendidikan Dasar, Menengah,

dan Tinggi, 19

Pendidikan Formal, 14

Pendidikan Informal, 15

Pendidikan Keagamaan, 19

Pendidikan Kejuruan, 18

Pendidikan Khusus, 19

Pendidikan Nonformal, 15

Pendidikan Profesi, 18

Pendidikan Umum, 18

Pendidikan Vokasi, 19

Pendidikan, 2-4

Pengawasan, 7, 11

Pengembangan Kurikulum, 44-

45

Pengorganisasian Kurikulum,

34-40

Pengorganisasian, 6, 11

Peranan Manajemen

Pendidikan, 5

226

Perencanaan Anggaran, 135,

139

Perencanaan, 5, 10

Peserta Didik, 43

Prinsip Efektivitas, 47

Prinsip Fleksibilitas, 46

Prinsip Khusus, 47

Prinsip Kontinuitas, 46

Prinsip Praktis dan Efisiensi,

46

Prinsip Relevansi, 46

Promosi, 63, 65, 84

Rekrutmen Siswa Baru, 57-60

Repetitif, 182

Ruang Lingkup Manajemen

Pendidikan, 8

Sistem Informasi Manajemen,

180, 182-183

Standar Kompetensi, 21-26

Struktur Organisasi Lembaga

Pendidikan, 12

Supervisi, 193, 196-201, 204

Simposium, 206

Tes Formatif, 30

Tes Sub Sumatif, 30

Tes Sumatif, 31

Wilayah Kerja, 8

227

TENTANG PENULIS

Elbadiansyah, Dr. M.Pd lahir di

Lampihong, sebuah Kecamatan di

Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan

Selatan, tanggal 2 Desember 1960. Anak

pertama dari tujuh bersaudara, nama ayah

H.Ilmie Sjailillah (alm) seorang guru dan

Kepala SD di Kecamatan Lampihong, nama

ibu Hj.Siti Sarah (almh) seorang petani dan

ibu rumah tangga.

Menikah, dengan seorang gadis Pantai Parangtritis Bantul

Yogyakarta bernama Hj. Siti Fatonah, S.Pd seorang guru pada SMPN

10 Samarinda bidang studi Bimbingan Konseling (BK), dari

perkawinan tersebut dikarunia anak putera 2 orang dan puteri 2 orang,

yaitu: Elfa Farid Syailillah, S.IP (alm), Elfa Noor Fatmasari,S.Pd

(Guru), Elfa Anshory Syailillah (Mahasiswa) dan Elfa Leny Savitri

(Pelajar), ditambah dua orang cucu perampuan yaitu : Aisyah Syifa Az-

Zahra dan Alfiyah Zaina Kamila.

Pendidikan, lulus SDN di Lampihong Kiri tahun 1973, lulus

PGAN 4 tahun 1977 dan PGAN 6 tahun di Amuntai 1980 di

Kalimantan Selatan, selanjutnya hijrah ke Samarinda Kalimantan

Timur melanjutkan pendidikan pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan

Ampel Samarinda lulus Sarjana Muda tahun 1984, melanjutkan

doctoral (Sarjana Lengkap) lulus tahun 1988, kemudian mendapat

beasiswa dari ADB pada Kanwil Pendidikan Nasional Provinsi

Kalimantan Timur untuk Magister Pendidikan (M.Pd) di Universitas

Negeri Yogyakarta lulus tahun 2005,

228

lulus tercepat dari 50 teman sejawat dari Kalimantan Timur dengan

IPK 3,41 dan menempuh program Doktor di Universitas Negeri Jakarta

kerjasama dengan Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda

jurusan Manajemen Pendidikan (MP) lulus tahun 2012 dengan IPK

3,43.

Pekerjaan, memulai karer sebagai PNS Departemen Agama tahun

1982 pada KUA Samarinda Seberang, staf Subbag Umum Kanwil

Departemen Agama Provinsi Kalimantan Timur, menjadi Guru Agama

Islam pada SMPN 10 Samarinda tahun 1985, kemudian menjadi Guru

MTsN Filial Samarinda dan diangkat menjadi Kepala MTs Labbaika

Samarinda, selanjutnya diangkat menjadi Kasi Kurikulum Bidang

Mapenda Kanwil Departemen Provinsi Kalimantan Timur, berikutnya

diangkat sebagai Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten PPU,

Kepala Kantor Departemen Agama Kota Samarinda, kembali Ke

Kanwil Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Timur sebagai Kabid

Pekapontren dan Penamas dan Kabid Urais yang berganti nama Bidang

Bimas Islam sampai tahun 2014, akhirnya tahun 2015 hijrah dari

Kementerian Agama ke Kemenristekdikti pada Kopertis XI Wilayah

Kalimantan sebagai Dosen Dpk IKIP PGRI Kalimantan Timur hingga

sekarang dengan pangkat golongan Pembina Tingkat I (IV/b) dengan

jabatan Fungsional Lektor.

Pengalaman, aktivis Remaja Masjid, anggota PMII Komisariat

IAIN Sunan Ampel Samarinda, Ketua GP. Ansor Samarinda dua

priode, Wakil Ketua KNPI Samarinda, Ketua LP. Ma’arif NU

Samarinda dua priode, Sekretaris dan Wakil Ketua PW NU Kalimantan

Timur, Wakil Ketua MUI Kalimantan Timur, Wakil Ketua MDI

Kalimantan Timur, Sekretaris LPTQ Kalimantan Timur, Sekretaris

PERAMUPADI (Perkumpulan Ahli Manajemen Mutu Pendidikan

229

Indonesia)

230

Kalimantan Timur, dan Wakil Sekretaris APTISI (Asosiasi Perguruan

Tinggi Swasta Indonesia) Wilayah XI B Kalimantan.

Demikian daftar riwayat hidup ini di buat untuk melengkapi

syarat penerbitan buku bahan ajar yang berjudul “Manajemen

Pendidikan” untuk Perguruan Tinggi di Indonesia.

Mengampu Mata Kuliah:

1. Pengantar Manajemen

2. Manajemen Sumber Daya Manusia

3. Manajemen Pendidikan

4. Pendidikan Karakter Bangsa

5. Ilmu Sosial Budaya Bangsa

6. Profesi Keguruan

7. Pendidikan Kewarganegaraan

231