Makna Kata Rabb

28
Makna Kata Rabb ( رب) dan Ila>h ( له إ) serta Perbedaan Antar Keduanya oleh Zulhendra [email protected] A. Pendahuluan Allah mensifati diri-Nya sendiri—demikian pula Rasu>lulla>h —dengan dua kata yang senantiasa diulang-ulang pada sejumlah tempat dengan berbagai siyagh dalam al-Qura>n, demikian pula h}adi>ts. Kedua kata ini senantiasa dan umum diterjemahkan dengan kata “tuhan”. Kata yang dimaksud ialah kata rabb ( رب) dan kata ila>h ( له إ). Penggunaan kata “tuhan” sebagai kata pengganti dalam sebuah terjemahan, untuk kata rabb juga ila>h, tentunya menimbulkan sejumlah permasalahan. Termasuk permasalahan yang paling besar, ialah terkait dengan pemahaman pembaca terjemah tersebut terkati makna dari dua kata ini, bahkan makna dari kalimat yang diterjemahkan tersebut secara utuh. Merupakan konsekuensi yang paling jelas dari hal ini ialah timbulnya kesan bahkan pemahaman nyata bagi pembaca bahwa makna kata rabb dan kata ila>h adalah sama. Kedua kata ini merupakan dua kata yang tidak memiliki perbedaan signifikan, bahkan mungkin sama sekali tidak berbeda dalam “mendeskripsikan” sifat Allah . Pertanyaan yang muncul setelahnya ialah “Apakah benar demikian?” Benarkah kedua kata ini memiliki makna yang sama dan serupa? Jika benar demikian, lantas apa signifikansi penggunaan kedua kata ini sekaligus dalam kalimat yang sama dari sejumlah 1

Transcript of Makna Kata Rabb

Makna Kata Rabb ( له) dan Ila>h (رب� serta Perbedaan (إ�Antar Keduanyaoleh Zulhendra

[email protected]

A. Pendahuluan

Allah mensifati diri-Nya sendiri—demikian pula

Rasu>lulla>h —dengan dua kata yang senantiasa diulang-ulang

pada sejumlah tempat dengan berbagai siyagh dalam al-Qura>n,

demikian pula h}adi>ts. Kedua kata ini senantiasa dan umum

diterjemahkan dengan kata “tuhan”. Kata yang dimaksud ialah

kata rabb ( (رب� dan kata ila>h له) .(إ� Penggunaan kata “tuhan”sebagai kata pengganti dalam sebuah terjemahan, untuk kata rabb

juga ila>h, tentunya menimbulkan sejumlah permasalahan. Termasuk

permasalahan yang paling besar, ialah terkait dengan pemahaman

pembaca terjemah tersebut terkati makna dari dua kata ini,

bahkan makna dari kalimat yang diterjemahkan tersebut secara

utuh. Merupakan konsekuensi yang paling jelas dari hal ini

ialah timbulnya kesan bahkan pemahaman nyata bagi pembaca bahwa

makna kata rabb dan kata ila>h adalah sama. Kedua kata ini

merupakan dua kata yang tidak memiliki perbedaan signifikan,

bahkan mungkin sama sekali tidak berbeda dalam

“mendeskripsikan” sifat Allah .

Pertanyaan yang muncul setelahnya ialah “Apakah benar

demikian?” Benarkah kedua kata ini memiliki makna yang sama dan

serupa? Jika benar demikian, lantas apa signifikansi penggunaan

kedua kata ini sekaligus dalam kalimat yang sama dari sejumlah

1

2

firman Allah ? Selain itu, apa signifikansi penggunaan kedua

kata ini secara terpisah pada sejumlah ayat yang berbeda, yang

konteks ayat tersebut terkadang tidak berbeda dengan cukup

signifikan? Jika benar kedua kata ini memiliki makna yang sama,

lantas apa faidahnya? Sedangkan merupakan suatu perkara yang

mustahil dan tidak mungkin dikatakan oleh muslim manapun, jika

Allah menurunkan al-Qura>n secara sia-sia serta bermain-main.

Subh}a>nalla>h!

Berikut sebagian ayat yang di dalamnya terdapat salah

satu dari dua kata ini, atau pun keduanya secara bersamaan

dalam satu ayat:

Allah berfirman,

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia

berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Ila>h bagimu

selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut

kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)”.1

Firman-Nya pada tempat yang lain,

“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut,

ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah

1 Surah al-A‘raf [7]: 59

3

sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Ila>h-mu dan

Ila>h nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Ila>h yang satu

dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.2

Kemudian firman-Nya pada ayat yang lain,

“Hai manusia, sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan

orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.3

Demikian pula firman-Nya,

“Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu yang diyakini

(ajal)”.4

Seluruh ayat yang telah disebutkan ini, kata rabb dan ila>h

yang ada di dalamnya, secara umum diterjemahkan dengan “tuhan”.

Termasuk terjemahan al-Qura>n yang dikeluarkan oleh Kementerian

(Departemen) Agama Republik Indonesia. Masih banyak lagi

contoh-contoh ayat lain dari al-Qura>n yang insya Allah nanti

akan dipaparkan sebagiannya. Adapun terjemah yang dibawakan di

sini semata-mata terjemah dari penulis, untuk membedakan kedua

kata tersebut.

Memperhatikan perkara ini, tentunya pertanyaan yang

penulis ajukan sebelumnya amat mendesak untuk mendapatkan

jawaban tuntas. Hal ini mengingat eratnya kaitan permasalahan

ini dengan pemahaman yang benar terhadap firman-firman Allah ,

bahkan bisa jadi berkaitan erat dengan permasalahan yang amat

2 Surah al-Baqarah [2]: 1333 Surah al-Baqarah [2]: 214 Surah al-H{ijr [15]: 99

4

pokok dari Islam, yaitu akidah. Berdasarkan alasan tersebut,

maka penulis hendak memaparkan suatu pembahasan yang tuntas

terkait hal ini dengan format yang i>jaz (ringkas).

م ي ق� ن� وإل�لسان� إل�مست� ي ه� إل�مت� ي ن� وإل�حج� ة� إل�مت� ن" ي له إل�ت� س�ا& دإد وإ& ق� وإل�س* ي وف�" ل إل�له إل�ي� س�ا& إ&

B. Pengertian Rabb ( رب� Secara Bahasa dan Penggunaannya di (إل�222Dalam al-Qura>n

Secara bahasa, rabb bermakna pemilik. Dikatakan bahwa

Fulan rabb al-da>r دإر) لاو رب� إل�222222222 ,(ف�" maksudnya ialah orang tersebutmerupakan pemilik rumah yang dimaksud. Dan kata ini ditak

disebut secara mutlak tanpa penyandaran, selain apabila yang

dimaksud adalah Allah . Apabila dikatakan al-rabb, maka yang

dimaksud ialah Allah . Namun jika disebutkan dengan

disandarkan kepada sesuatu, makna yang dimaksud dengan kata ini

bisa Allah, mungkin pula selain Allah. Seperti contoh yang

disebutkan tadi, maka yang dimakssud rabb pada kalimat ersbut

adalah orang yang memiliki rumah tersebut. Contoh lain, jika

dikatakan ل ب�9 maka maknanya ialah ,(Rabb-nya Unta) رب� إلا� ل ب�9 ك> إلا� م�ال�222222atau ل ب�9 اح�ب� إلا� ,ص�22222222 yakni pemiliknya. Dikatakan ك22222222ه� Rabb-nya) رب� إل�ملائ�&

Malaikat), atau اس maka yang dimaksud ,(Rabb-nya manusia) رب� إل�ت2222"

di sini tidak lain adalah Allah .

Demikian juga, kata ini diambil dari kata kerja ا ئ�92 ,رب� ي�رب� رyang bermakna م2222ام ال إل�ت� لى ح�2222 ال إ� لى ح�2222 ال إ� ء م�ن� ح�2222 ي ا& إل�ش2222* س2222* ,ن�" yaitu mengembangkan

5

sesuatu dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain hingga pada

keadaan yang sempurna. Karenanya Ibnu al-Anba>ry (271-328 H)

berkata,”Al-Rabb terbagi dalam tiga jenis: al-Rabb bermakna ma>lik

(pemilik), al-rabb berarti tuan yang ditaati, dan al-rabb bermakna

yang memperbaiki”.5

Ini makna kata rabb secara asal, yaitu dari makana

kebahasaannya. Namun pada pembahasan ini, fokus pembicaraan

adalah makna kata rabb di dalam al-Qura>n yang berkaitan dengan

Allah . Yaitu makna kata rabb yang disandarkan kepada Allah .

Berikut beberapa ayat dari al-Qura>n yang menunjukkan

penggunaan kata rabb yang menunjukkan kepada Allah :

إ.

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Rabb-ku, Jadikanlah negeri

ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada

penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.

Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan

sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-

buruk tempat kembali".6

5 Muh}ammad bin Mukarram Ibnu Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arab, (Beirut; Da>r al-S{a>dir, 1300 H), jilid I, hal. 399-401. S{alih} bin Fawz}a>n bin Abdulla>hal-Fawz}a>n, al-Tawh}i>d li al—S{aff al-Awwal al-‘Aliy, terj. Agus Hasan Bashari,(Jakarta: Yayasan al-Shofwa, 2000), hlm. 25.

6 Surah al-Baqarah [2]: 126

6

. ب�

“Ya Rabb kami, utuslah untuk mereka sesorang rasul dari kalangan

mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan

mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah)

serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi

Maha Bijaksana”.7

. ج�

“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Rabb kami, berilah

kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa

neraka”.8

د.

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat

Ibrahim tentang Rabbnya? Allah telah memberikan kepada orang itu

pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah

yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat

7 Surah al-Baqarah [2]: 1298 Surah al-Baqarah [2]: 201

7

menghidupkan dan mematikan".[164]Ibrahim berkata: "Sesungguhnya

Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia dari barat,"

lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada

orang-orang yang zalim”.9

ه.

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada

mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan

tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba

sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh),

seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka

berkata: "Ya Rabb kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami?

mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami

sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini

hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa,

dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”.10

و.“Musa berkata: "Rabb kami ialah yang telah memberikan kepada tiap-

tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk”.11

9 Surah al-Baqarah [2]: 15810 Surah al-Nisa>’ [4]: 7711 Surah T{a>ha> [20]: 50

8

. ر"

“Dan orang orang yang berkata: "Ya Rabb kami, anugrahkanlah

kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati

(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.12

Dari lima ayat yang dibawakan, makna kata rabb yang

kesemuanya disandarkan kepada Allah tidak keluar dari Allah

sebagai pencipta seluruh makhluk-Nya, Allah sebagai pemilik

kekuasaan atas segala makhluk-Nya, Allah sebagai pemberi

karunia terhadap semua makhluk-Nya, Allah sebagai pengatur

seluruh makhluk-Nya. Pada ayat pertama, Allah menceritakan

doa Nabi Ibra>hi>m ketika meminta karunia-Nya dan beliau

menyebut Allah dengan kata rabb.13Pada ayat kedua, kata rabb

diiringi dengan permintaan Nabi Ibra>hi>m kepada Allah agar

mengutus seorang rasul yang mengajarkan agama-Nya, apa yang

menjadi kewajiban mereka, dan sebagainya. Demikianpula hal yang

serupa pada ayat ketiga, yaitu kata rabb diringi dengan

permintaan untuk menurunkan dan memberikan kebaikan-kebaikan,

baik kebaikan dunia ataupun akhirat. Pada ayat keempat, kata

rabb dimaksudkan kepada Allah sebagai pengatur alam dan yang

menciptakannya serta mematikannya. Pada ayat berikutnya, kata

rabb dimaksudkan kepada Allah sebagai Dzat yang memerintah dan

mengatur hal ihwal hamba. Demikian pula pada dua ayat terakhir

12 Surah al-Furqa>n [25]: 7413 Merupakan perkara yang maklum bahwa semestinya permintaan seorang

hamba kepada Allah dengan menyebutkan nama dan sifat-Nya yang sesuai denganapa yang dipinta. Seorang hamba yang mengharapkan ampunan-Nya, berdoa denganberwasilah dengan sifat-Nya yang maha mengampuni, yaitu al-Ghafu>r, dandemikian seterusnya.

9

yang dibawakan, tidak keluar dari salah satu dari perkara-

perkara yang telah disebutkan.

Banyak sekali kata rabb dalam al-Qura>n untuk menunjukkan

Allah . Namun seluruhnya tidak keluar dari makna yang telah

disebutkan tadi. Maka ringkasnya, Allah sebagai rabb ialah

bermakna pencipta, pemilik atau penguasa, juga bermakna tadbi>r

(pengatur) yang mengatur kebaikan-kebaikan untuk hamba, serta

pemberi karunia berupa rizki, pengutusan rasul, menurunkan

kita>b, dan sebagainya termasuk memerintah dan melarang. Ibnu

Qayyim al-Jawziyah (691-751 H) berkata,

ه ح�س22ان�" ا\ هم ئ�[ إء م�حس22ن" ز" هم وج��22 هن اد ون�" مر إل�عت� ي إ& ض" ت� ق� ه� ت�� ن ]mب و �pب ن� إل�ر ا� ا ف�" ه رئ�9 ال�ث* ك�ون�" إل�ت*

وه� ي� ال�رس�اله� وإل�ي" لا ئ�� م إ� ي� ل�ك> لا ب� ه� ود" ن ]mب و �pب ه� إل�ر ق� ت إ ح�ق� ه ه�د" س�اءن�� ا\ هم ئ�[ ن& وم�سيKetiga, Dia sebagai Rabb, maka rubu>biyah mencakup memerintahkan

hamba serta melarang mereka, juga membalas kebaikan mereka dengan kebaikan

dan keburukan mereka dengan keburukan. Ini adalah hakikat rbu>biyah, dan

demikian ini tidak sempurna, melainkan dengan risa>lah dan kebanian”.14

C. Hamba Rabba>ny dan Kaitannya dengan al-Rabb

Allah berfirman,

14 Muh}ammad bin Abu> Bakr Ibnu Qayyim al-Jawziyah, Mada>rij al-Sa>liki>nbayna Mana>zil Iyya>ka Na‘budu wa Iyya>ka Nasta‘i>n, (Beirut; Da>r al-Kutubal-‘Ilmiyah, t.t.), jilid I, hal. 80

10

“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-

Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Ddia berkata kepada manusia: "Hendaklah

kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi

(dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabba>ny, karena kamu

selalu mengajarkan al-kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.15

Melalui ayat yang mulia ini, Allah memerintahkan hamba-

hamba-Nya untuk menjadi hamba rabba>ny. Seperti yang tampak, kata

rabba>ny merupakan kata yang berakar dari kata rabb, sedangkan

huruf ( ) pada akhir kata tersebut merupakan huruf (ي (ي nisbat

atau penyandaran. Maka rabba>ny ialah suatu sifat yang

disandarkan kepada al-Rabb, yaitu Allah . Dengan merujuk kepada

makna rabb, sebagaimana telah lalu, maka makna hamba rabba>ny

ialah seorang hamba yang menyandarkan dirinya kepada al-Rabb,

yang mengajarkan manusia kebaikan yang bersumber dari al-kitab,

yakni al-Qura>n, baik kebaikan dunia, maupun akhirat mereka.

Juga yang senantiasa berusaha mewujudkan perbaikan di tengah-

tengah mereka. Karenanya Ibnu ‘Abba>s berkata mengenai makna

hamba rabba>ny dalam ayat ini,”Yaitu seorang hamba yang bijak

(hukama>’), berilmu (‘ulama>’), dan penuh kesantunan

(h}ulama>’)”.16 Memang benar, ketiga perkara ini merupakan

cakupan dari makna kata rabb.

Kemudian perintah Allah kepada hamba-Nya agar menjadi

hamba rabba>ny diiringi dengan kewajiban mereka untuk

mempelajari al-Qura>n dan mengajarkannya. Maka kesempurnaan

makan hamba rabb>ny ialah seorang hamba yang bertakwa kepada

15 Surah Ali ‘Imra>n [3]: 7916 Abu> al-Fida>’ Isma>‘i>l bin Katsi>r, Tafsi>r al-Qura>n al-‘Az}i>m, tahqiq:

Mus}t}a>fa> Sayyid Muh}ammad dkk. (Ji>zah; Muasasah Qurt}ubah, 1421 H),jilid III, hal. 99

11

Allah, yang kemudian ia mempelajari agama Allah dari sumber-

sumbernya, lalu mengajarkan hal tersbut kepada manusia dengan

ilmu, hikmah, dan penuh kesantunan. Di samping itu, tidak ada

yang mereka harapkan dari hal itu semua melainkan balasan dari

sisi Allah , serta harapan yang sempurna bahwa mereka dapat

memperbaiki kondisi ummat. Walla>hu a‘lam!

Kemudian dari kata ini pula diambil kata tarbiyah, atau

sering diterjemahkan sebagai “pendidikan” dalam bahasa

Indonesia. Namun tentunya makna tarbiyah bukan sekedar

pendidikan. Lebih dari itu, makna tarbiyah, ialah pendidikan yang

memiliki seluruh komponen yang telah disebutkan tadi. Maka

tarbiyah ialah suatu upaya pendidikan kepada ummat demi mencapai

kesempurnaan kebaikan dan perbaikan kehidupan dunia serta

akhirat mereka yang dijalankan sesuai dengan koridor yang

ditetapkan oleh Allah sebagai rabb, sebagai pendidik

tertinggi.17 Dari, Dr. Kha>lid al-H{a>zimy, seorang pengajar di

Ja>mi‘ah Isla>miyah bi al-Madi>nah, pada jurusan Tarbiyah, menyatakan

bahwa pengertian tarbiyah ialah,

س�لامي هج� إلا� ق� إل�من" ن� وف" اء س�عاده� إل�دإري9 ع" ت� ه إب�� ن� وإب9" ع ج�� مت ي ج�� ا ف" ت& ي س* ا ف�" ت& ي سان� س�* ن�" ة� إلا� ن& س* ن� ب��“Upaya pengembanyan manusia sedikit demi sedikit, pada seluruh

bagiannya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sesuai dengan manhaj

Isla>my”.18

17 Kha>lid bin H{a>mid al-H{a>zimy, Us}u>l al-Tarbiyah al-Isla>miyah, (Riyadh;Da>r ‘Ala>m al-Kutub, 1420 H), hal. 17-19

18 Ibid, hal. 19

12

D. Pengertian Ila>h له) (إ� Secara Bahasa dan Penggunaannya diDalam al-Quran

Kata ila>h merupakan kata benda ber-wazan fi‘a>l ع222ال) yang ,(ف�"bermakna sebagai kata benda yang menunjukkan objek (عل س2222م إل�مف" .(إ�Maka makna kata al-ila>h (له له) ialah al-ma’luh (إلا� ) yang bermakna ,(إل�ما&د yaitu yang diibadahi. Maka setiap yang dijadikan manusia ,(إل�معت�sebagai sesembahhan, maka ia disebut ila>h, terlepas dari benar

atau tidaknya sesuatu itu untuk dijadikan ila>h.

Berikut sebagian penggunaan kata ila>h di dalam al-Qura>n:

إ.

“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut,

ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah

sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Ila>h-mu dan

Ila>h nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Ila>h yang Maha

Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.19

. ب�

19 Surah al-Baqarah [2]: 133

13

“Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu,

dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.

Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang

diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan

(dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-

rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(ila>h itu) tiga", berhentilah (dari

ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah ialah Ila>h yang Maha

Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi

adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara”.20

. ج�

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya

Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada ila>h yang

haq selain dari Ila>h yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang

mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan

ditimpa siksaan yang pedih”.21

د.

20 Surah al-Nisa>’ [4]: 17121 Surah al-Ma>idah [5]: 73

14

“Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah:

"Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. dan al-Quran ini diwahyukan

kepadaku supaya dengan Dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada

orang-orang yang sampai al-Quran (kepadanya). Apakah Sesungguhnya kamu

mengakui bahwa ada ila>h-ila>h lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak

mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan

Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan

Allah)”.22

ه.

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia

berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada ila>h yang haq

bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku

takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)”.23

و.

“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka

setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala

mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk Kami sebuah ila>h

sebagaimana mereka mempunyai beberapa ila>h". Musa menjawab:

"Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang bodoh”.24

22 Surah al-An‘am [6]: 9623 Surah al-A‘ra>f [7]: 5924 Surah al-A‘ra>f [7]: 138

15

. ر"

“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan

malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh

untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih

malam dan siang tiada henti-hentinya. Apakah mereka mengambil ila>h-ila>h

dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)?”.25

ج.

“Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-

sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya" dan mereka

kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat

jalanNya. “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa

nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara

atasnya?”.26

Dari seluruh ayat yang dibawakan—bahkan seluruh ayat

dalam al-Qura>n yang menggunakan kata ila>h—seluruhnya

menunjukkan kepada satu makna. Yaitu sesuatu yang seseorang

menghambakan dirinya dengan penuh pengagungan kepada dzat yang

disebut ila>h tersebut. Baik ila>h yang dimaksud adalah Allah,

maupun selainnya. Hal ini tampak dari seluruh ayat yang

dibawakan, baik secara z}ahir ataupun dari konteks ayat.25 Surah al-Anbiya>’ [21]: 19-2126 Surah al-Furqa>n [25]: 42-43

16

E. Konsekuensi Perbedaan Makna dari Kedua Kata pada Sejumlah

Permasalahan

Tampak bahwa makna kata rabb dan ila>h yang dikaitkan

kepada Allah --dalam hal ini—memiliki perbedaan yang

signifikan. Kata rabb menunjukkan kepada makna yang bersifat

rubu>biyah yang meliputi penciptaan, kepemilikan, pemeliharaan

dan pengaturan (tadbi>r), serta pemberian karunia. Adapun kata

ila>h menunjukkan makna yang bersifat uluhiyah, yaitu Allah

sebagai Dzat yang harus diibadahi dengan penuh pengagungan.

Konsekuensi logis dari perbedaan ini ialah tidak

tepatnya, bahkan keliru, jika kedua kata ini diterjemahkan

dengan kata yang sama, yakni “tuhan”. Hal ini karena beberapa

alasan, diantaranya ialah bahwa dengan mengganti dua kata ini

dengan kata lain yang sama, tentu menghilangkan perbedaan makna

yang terkandung di dalamnya. Karena kata “tuhan”, hanya

memiliki satu makna, yaitu sesuatu yang dipentingkan, atau yang

dianggap penting.27

Di samping itu, sesuatu yang dikatakan rabb, tidak

melazimkan ia adalah ila>h, sebagaimana sesuatu yang disebut ila>h,

tidak melazimkan ia adalah rabb. Hal ini amat jelas dilihat dari

realita yang ada. Seperti, di antaranya, firman Allah ,

“Hai kedua penghuni penjara, adapun salah seorang diantara kamu

berdua, akan memberi minuman rabb-nya dengan khamar”.28

Kata rabb pada ayat ini maksudnya ialah tuan dari

penghuni penjara tersebut. Dan orang yang dimaksud tidak

27 KBBI28 Surah Yu>suf [12]: 41

17

menjadikan tuannya sebagai tempat ia memberikan peribadatannya.

Semata-mata ia hanya memperikan pelayanan sebagai budak atau

pembantunya. Tentunya banyak contoh lain yang amat nyata dalam

kehidupan manusia.

Adapun sesuatu yang dijadikan atau diangap sebagai ila>h,

namun tidak menjadi rabb sama sekali, ialah seperti halnya

berhala-berhala kaum musyrikin. Mereka memberikan

peribadatannya kepada berhala-berhala tersebut, berupa

penyembelihan, t}awaf di sekitarnya, berdoa kepadanya, dan lain

sebagainya, namun kaum musyrikin itu sekalipun tidak menyatakan

bahwa berhala yang mereka sembah memiliki sebagai sifat

rubu>biyah. Bahkan mereka dengan jelas dan tegas meyakini serta

menyatakan bahwa yang memiliki sifat rububiyah adalah Allah

semata. Allah berfirman,

“Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang

menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka

akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan

yang benar)”.29

Masih ada beberapa ayat lain dengan redaksi yang serupa,

yang dengannya Allah membatalkan sikap kaum musyrikin yang

beribadah kepada sesuatu yang tidak memberikan mereka

sesuatupun, tidak kebaikan, tidak pula keburukan.

29 Surah al-Ankabut [29]: 61

18

“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat

memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak

berkuasa (sedikit juapun)”.30

“Katakanlah: "Siapakah Rabb langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah".

Katakanlah, "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari

selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula)

kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. 31

Namun dari itu, tidak pula berarti bahwa sifat rubu>biyah

Allah, yakni Allah sebagai rabb, tidak berhubungan dengan sifat

uluhiyah-Nya, yakni Allah sebagai ila>h. Bahkan dengan mengetahui

serta memahami perbedaan yang signifikan antara dua kata ini,

kaitan yang erat di antara keduanya tampak dengan jelas.

F. Kaitan Antara Sifat Rubu>biyah Allah dengan Sifat Uluhiyah-

Nya

Allah berfirman,

“Hai manusia, sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-

orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi

sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)

30 Surah al-Nah}l [16]: 7331 Surah al-Ra‘d [13]: 16

19

dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai

rezki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,

padahal kamu mengetahui”.32

Pada ayat ini dan yang semisal dengannya, Allah

memerintahkan hamba untuk beribadah semata-mata kepada-Nya.

Kemudian perintah itu disertai dengan penegasan bahwa Allah

merupakan pencipta dan pengatur seluruh makhluk, yang

menurunkan hujan, menghidupkan bumi, dan seterusnya. Dari ayat

ini tampak bahwa Allah berhujjah dengan rubu>biyah-Nya untuk

menetapkan hak uluhiyah-Nya. Demikian pula halnya dengan firman

Allah ,

“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada

padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."

Katakanlah: "Maka Apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah yang

Rabb-nya langit yang tujuh dan Rabb-nya 'Arsy yang agung?" Mereka akan

menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka Apakah kamu tidak

bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas

segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi

dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan

Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu

ditipu?”.33

32 Surah al-Baqarah [2]: 21-2233 Surah al-Mu’minu>n [23]: 84-89

20

Ayat-ayat ini seluruhnya dalam rangka membantah

peribadatan kaum musyrikin terhadap berhala-berhala mereka.

Dengan ayat ini Allah menjadikannya hujjah bagi Rasu>l-Nya di

hadapan kaum musyrikin yang ia dakwahi. Adapun dakwah

Rasu>lulla>h , bahkan dakwah seluruh rasul, ialah menetapkan

satu-satunya Dzat yang berhak diibdahi, yaitu Allah . Terlebih

mereka, kaum musyrikin, tidak pernah menafikan bahwa Allah

merupakan pencipta, pengatur, serta pemberi rizki satu-satunya

kepada dan terhadap seluruh makhluk. Mereka hanya mengikuti

hawa nafsunya agar dzat yang diibadahi itu mungkin bahkan harus

berbilang. Allah berfirman menceritakan ucapan mereka,

“Mengapa ia menjadikan ila>h-ila>h itu sebagai ila>h yang satu saja?

Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”.34

Dari ayat ini setidaknya dua pelajaran penting yang

dipahami. Pertama bahwa ila>h merupakan dzat yang diibadahi,

merupakan perkara yang sudah maklum. Kedua, mereka

menysekutukan Allah dalam hal uluhiyah-Nya, yaitu mereka

memaksudkan ibadah mereka tidak hanya kepada Allah, dan pada

saat yang bersamaan mereka tidak mensekutukan Allah dalam hal

penciptaan, pengaturan makhluk, pemeberian rizki, dan

sebagainya dari konsekuensi rubu>biyah.

Keyakinan seperti inilah yang diperangi oleh Islam. Dalam

rangka memberantas keyakinan yang timpang ini, maka Allah

mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab, memerintahkan para

rasul tersebut untuk berperang.

34 Surah al-S{a>d [38]: 5

21

اس ل إل�ت"22 22 اب9� ف�� ن� إ& م22رب� إ& ال إ& م ف��22 ل ه وس�22 لن ع� ي إهلل ل ص� ول إهلل ن� رس� مر إ& ع� ن� ن� إي�� ع�

إ د" ا� اه� ف�"22 ك�22 وإ إل�ر" ب9�22 و& ب9 لاه� و وإ إل�ص22 م22 ت ق� وت� ول إهلل دإ رس�22 م22 ح ن� م� وإ& ا إهلل ل ه إ� ل22 ن� لا إ� هدوإ إ& ش22* ي ن� ت� ح�

لي إهلل هم ع� سان�� لام وح� س� إلا� ق� ح ا ب�� ل هم إ� وإل� م� م وإ& اءه� ي دم� ت" موإ م� ص ك> ع� ل� علوإ د" ف�"“Dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Rasu>lulla>h bersabda, “Aku

diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mempersaksikan

bahwasanya tidak ada ila>h yang hak selian Allah dan Muhamamd adalah

Rasu>lulla>h, serta mendirikan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka

melakukannya, darah-darah mereka serta harata-harata mereka terlindung

dariku kesuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka pada Allah”.35

Adapun hujjah yang paling kuat dalam menetapkan uluhiyah

Allah ini ialah rubu>biyah-Nya. Karena Dzat yang memberikan

kehidupan, menguasai segala sesuatu, mengaturnya,

memperbaikinya, memeliharanya, memberikan rizki, dan

seterusnya, semestinya menjadi Dzat yang berhak dengan

peribadatan makhluk. Karena bagaimanapun manusia

mengingkarinya, rubu>biyah itu sendiri memberikan konsekuensi

uluhiyah. Maka ketika mereka menetapkan uluhiyah, maka kewajiban

mereka yang sejatinya sesuai dengan fitrah yang mereka miliki

ialah menetapkan uluhiyah.

Dari sini jelas sekali eratnya kaitan antara Allah

sebagai rabb dan Allah sebagai ila>h. Pertama ialah penetapan

35 H{adi>ts s}ah}i>h}, diriwayatkan oleh al-Bukha>ry, kita>b al-i>ma>n, ba>bfa in ta>bu> wa aqa>mu> al-s}ala>h wa a>tu> al-zaka>h fa khallu> sabi>lahum, no. 26. Muslim,kita>b al-i>ma>n, ba>b al-amr bi qita>l al-na>s h}atta yaqu>lu> la> ila>ha illalla>h muh}ammadrasu>lulla>h, no. 22, dan selain keduanya.

22

Allah sebagai rabb tertinggi, yang rububiyah-Nya mencakup segala

hal, dan sempurna, tentunya memberikan konsekuensi bahwa Allah

pula yang memiliki hak uluhiyah. Kedua bahwa penetapan rubu>biyah

semata terhadap Allah, tidak menjadikan pelakunya selamat dan

dikatakan sebagai seorang mukmin yang bertauhid, sampai ia

menetapkan uluhiyah Allah. Manhaj al-Qura>n dalam menetapkan

uluhiyah Allah ialah dengan menetapkan rubu>biyah-Nya. Dengan

metode demikian, tentunya amat tampak kelembutan dakwah ilahiyah

ini. Karena ia menyentuh perkara yang paling dasar dari objek

dakwah, yakni hamba, yaitu fitrah mereka yang bersih. Kemudian

membangkinkan kesadaran yang bersifat fitrah tersebut untuk

menjadi landasan bagi bangunan keimanan mereka. Dari ini

seakan-akan Allah hendak berkata kepada hamba-hamba-Nya,

bahwa jika kalian hendak mempersekutukan Allah, mengambil

sesuatu yang lain sebagai ila>h, selain Allah, hendaklah kalian

meminta kehidupan, rizki, pengajaran, dan berbagai kebaikan

lainnya kepada ila>h-ila>h tersebut. Namun selama kalian masih

meminta kehidupan, rizki, penjagaan, dan seterusnya kepada

Allah , hendaknya kalian tidak mengambil sesuatu apapun

sebagai tandingan bagi-Nya. Maka fitrah yang mana yang akan

mampu menegasikan perkara seperti ini?

Kemudian, dari semua ini, jelas pula makna dari kalimat

syahadat yang senantiasa diucapkan kaum muslimin. Serta

batilnya pemahaman sebagian kaum muslimin terkait dengan makna

kalimat tersebut.

G. Makna Kalimat Syahadat لا إل�له له إ� لا إ�

23

Sebagian orang memahami kalimat ini dengan pemahaman yang

batil dan jauh dari kebenaran. Di antara pemahaman mereka

terkait makna kalimat ini ialah sebagai berikut:

a. Tidak ada tuhan selain Allah

b. Tidak ada pencipta selain Allah

c. Tidak ada penetap hukum selain Allah

Ketiga makna ini seluruhnya batil. Untuk yang pertama,

baik yang dimaksud “tuhan” di sini sebagai dzat yang memiliki

sifat rubu>biyah, ataupun dzat yang diibadahi (karena samarnya

makna kata tuhan itu sendiri), kedua-duanya tetap merupakan

makna yang batil dan jauh dari kebenaran. Jika kata tuhan

dimaksudkan sebagai dzat yang memiliki hak rubu>biyah, maka amat

jelas kebatilannya dari berbagai sisi. Pertama, Kaum Musyrikin

tidak menegasikan rubu>biyah Allah, sebagaimana telah dijelaskan.

Kedua, demi menegakkan kalimat ini, kitab-kitab diturunkan,

para rasul diutus, kemudian mereka diperintahkan memerangi

setiap yang membangkang darinya. Jelas tidak ada kepentingan

untuk itu semua, sekiranya penetapan atas apa yang terkandung

di dalam kalimat ini tidak pernah dinegasikan oleh manusia yang

menjadi objek dakwah dan risalah yang dibawa oleh para rasul

tersebut. Kemudian jika tuhan di sini dimaksudkan sebagai dzat

yang diibadahi, maka tentu setiap yang dijadikan atau yang

dianggap ila>h merupakan Allah . Tentu ini amat jauh dari

kebenaran, karena bagaimana mungkin berhala-berhala itu adalah

Allah, kuburan-kuburan atau penghuni kuburan itu juga Allah,

malaikat-malaikat yang disembah itu adalah Allah, bintang-

bintang, matahari, dan sebagainya juga Allah?! Karena pemahaman

24

seperti ini sedikitpun tidak memberikan pemisah antara ila>h yang

hak dengan ila>h yang batil.

Untuk pemahaman kedua, yaitu mereka yang memahami kalimat

ini sebagai “Tidak ada pencipta selain Allah”. Inipun batil

dengan alasan pertama yang telah dipaparkan tadi. Karena

penciptaan merupakan bagain dari rubu>biyah Allah , dan hal ini

tidak diingkari oleh satu manusiapun yang masih berpegang pada

fitrah mereka yang paling dasar. Allah menegaskan hal ini,

“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang

menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya

diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.36

Adapun untuk persangkaan terakhir, yakni makna لا إل�له ل222222ه إ� لا إ�adalah tidak ada penetap hukum selian Allah, maka inipun

merupakan bagian dari rubu>biyah-Nya. Sehingga makna inipun

merupakan makna yang tidak sempurna. Karena semata-mata

menetapkan penetapan hukum hanya pada Allah , kemudian tetap

meminta pertolongan dan memalingkan sebagian ibadah kepada

selain-Nya, tidaklah menajdikan pelakunya sebagai orang yang

bertauhid.

Maka makna kalimat agung ini, yaitu kalimat لا إل�له ل22222222ه إ� ,لا إ�ialah “Tidak ada ila>h, yakni al-ma‘bu>d, yang hak, kecuali hanya

Allah . Benar di sana sangat banyak ila>h yang diibadahi, namun

seluruhnya itu adalah ila>h yang batil. Sedangkan hanya ada satu

36 Surah al-Zukhruf [43]: 9

25

dan satu-satunya ila>h yang hak, yaitu Allah . Maka kesempurnaan

kalimat ini ialah لا إل�ل222222ه ق� إ� ه ج�222222 ل222222 tidak makna yang lain. Tidak ,لا إ�bermakna لا إل�له ود إ� لا إل�له tidak pula ,لا م�عي� ال�ق� إ� لا serta tidak juga ,لا ح�" ه� إ� لا ح�اك�منterlebih ,إل�له إل�له لا إ� رب� dan ini amat jauh sekali, dan amat ,لا nyata.

H. Kesimpulan

Kesimpulan dari sleuruh uraian ini ialah sebagai berikut:

1. Allah sebagai rabb seluruh makhluk, yaitu makna و رب� إل�ل2222ه ه�2222ن� :ialah ,إل�عال�ميa. Allah adalah pencipta seluruh alam, yakni makhluk

b. Allah yang mengatur itu smeua, memerintahkan dan

melarang, memperbaikinya dan seterusnya

c. Allah yang memberi rizki kepada itu semua

2. Hamba rabba>ny ialah hamba yang bersandar kepada Allah

secara total, mempelajari syari‘at-Nya dan berpegang

teguh dengan itu, serta mengajarkannya kepada manusia

dnegan ilmu, hikmah, dan kesantunan. Semata-mata

mengharapkan kebaikan atas mereka, dan bersabar dalam hal

demikian.

3. Tarbiyah dalam Islam ialah upaya pengembanyan manusia

sedikit demi sedikit, pada seluruh bagiannya untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sesuai dengan

manhaj Isla>my.

26

4. Manhaj al-Qura>n dalam menetapkan tauhid uluhiyah ialah

dengan menetapkan tauhid rubu>biyah. Karena konsekuensi

logis dari rubu>biyah Allah yang sempurna ialah uluhiyah-Nya.

5. Allah satu-satunya Dzat yang memiliki sifat rubu>biyah

yang sempurna, karenanya Dia pula Dzat yang paling berhak

untuk dijadikan sebagai ila>h, yakni al-ma‘bu>d. Dan ini

merupakan kaitan yang amat erat antara al-rubu>biyah dan al-

uluhiyah Allah .

6. Allah sebagai ila>h, dan makna kalimat لا إل�له ل222222ه إ� ialah ,لا إ�bahwa Allah merupakan satu-satunya Dzat yang berhak

untuk diibadahi, berdoa kepada-Nya, meminta pertolongan,

dan seterunya dari berbagai bentuk peribadatan hanya

kepada-Nya. Tidak ada ila>h laian selain-Nya, melainkan

seluruhnya merupakan ila>h yang batil, yang tidak memiliki

kekuasaan apapun, tidak pula hak uluhiyah sedikitpun.

7. Makna rabb dan makan ila>h, memiliki perbedaan yang amat

signifikan, sehingga merupakan kekeliruan jika kedua kata

ini diganti dengan kata lain yang sama. Dalam hal ini,

mengganti keduanya dengan kata “tuhan”. Karena hal ini

menyebabkan pengaburan makna bagi kedua kata asalnya yang

pada akhirnya akan menimbulkan kerancuan bahkan

kekeliruan pemahaman bagi sejumlah kalimat yang

menggunakan kedua kata ini.

Demikian uraian sederhana mengenai makna kata rabb serta

ila>h, dan perbedaan diantara keduanya, serta beberapa perkara

yang berkaitan dengan hal ini.

27

م سلي ا إل�ن� ن" لي لاغ" وع� ت� م إل� ل ه وس� لن ع� ي إهلل ل ص� ول إهلل لي رس� اله� وع� س� إل�ر ن� إهلل م�

عهم ت� ن� ب�� ه وم� ان�� ح ص�22 ه وإ& ل22 لي إ° وله م�حم22د وع� ده ورس�22 ت� لي ع� ارك�> ع� ئ�9 م و ل لي إل�له وس� ق� ، وص� وإل�له إل�موف". ن� pي د وم إل�2222 2222لى ب� إ� ان� س2222 ح� ا\ ف"زك�>ئ�[ غ" ت� س�2222 ن�"ث� إ& ا إ& ل ه إ� ل2222 ن� لا إ� هد إ& ش�2222* دك�> إ& م2222 ح هم وب�� ك> إل�ل ب�9 ا ح ب� س�2222

إل�عال مد ل�له رب� إل�ح ن� ا إ& ز دعوإئ�" ج�" , وإ° ك> ت ل� وب� إ� �pب ن�وإ& مي

2, ب� له� إل�سب� ة� 27ل�ت ه� س�ن" وإل�حج� ه�ـ1434 م�ن� د"ه ف"زه� رن�� لى م�غ" ر إ� ي ق� إل�ف"

ن� ي9 ن� م�حمد ر" إي��Daftar Pustaka

Al-Bukha>ry, Muhammad bin Isma>‘i>l bin Ibra>hi>m. 2012 M. al-

Ja>mi‘ al-Musnad al-S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar min Umu>r Rasu>lilla>h wa

Sunanihi wa Ayya>mihi. Amman: Bayt al-Afka>r al-Dawliyah

Al-Fawza>n, S{a>lih} bin Fawza>n bin ‘Abdulla>h. 2000 M. al-

Tawh}i>d li al-S{aff al-Awwal al-‘Aliy. Terj. Agus Hasan Bashari.

Jakarta: Yayasan al-Shofwa

Al-H{a>zimy, Kha>lid bin H}a>mid. 1420 H. Us}u>l al-Tarbiyah al-

Isla>miyah. Riyadh: Da>r ‘Ala>m al-Kutub

28

Al-Jawziyah, Muhammad bin Abu> Bakr Ibnu Qayyim. t.t. Mada>rij

al-Sa>liki>n bayna Mana>zil Iyya>ka Na‘budu wa Iyya>ka Nasta‘i>n.

Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah

Al-Najdy, ‘Abd al-Rah}ma>n bin H{asan bin Muhamamd bin ‘Abd al-

Wahha>b. 1402 H. Fath} al-Maji>d Syarh} Kita>b al-Tawh}i>d. tahqiq:

‘Abd al-Qa>dir al-Arna>u>t}. Beirut: Maktabah Da>r al-

Baya>n

Al-Naysa>bu>ry, Muslim bin al-Hajja>j. 1429 H. al-Musnad al-

S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar min al-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ‘an

Rasu>lilla>h . tahqiq: Ah}mad Zahwuh dan Ah}mad ‘Ina>yah.

Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Araby

Al-‘Utsaymi>n, Muhamamd bin S{a>lih}. 1415 H. al-Qawlu al-Mufi>d

‘ala> Kita>b al-Tawh}i>d. Riyadh: Da>r al-‘As}imah

Ibnu Katsi>r, Abu> al-Fida>’ Isma>‘i>l. 1421 H. Tafsi>r al-Qura>n

al-‘Az}i>m. tahqiq: Mus}t}a>fa> Sayyid Muh}ammad dkk.

Ji>zah: Muasasah Qurt}ubah

Ibnu Manz}u>r, Muhammad bin Mukarram. 1300 H. Lisa>n al-‘Arab.

Beirut: Da>r al-S{a>dir