Makna Kata Rabb ( له) dan Ila>h (رب� serta Perbedaan (إ�Antar Keduanyaoleh Zulhendra
A. Pendahuluan
Allah mensifati diri-Nya sendiri—demikian pula
Rasu>lulla>h —dengan dua kata yang senantiasa diulang-ulang
pada sejumlah tempat dengan berbagai siyagh dalam al-Qura>n,
demikian pula h}adi>ts. Kedua kata ini senantiasa dan umum
diterjemahkan dengan kata “tuhan”. Kata yang dimaksud ialah
kata rabb ( (رب� dan kata ila>h له) .(إ� Penggunaan kata “tuhan”sebagai kata pengganti dalam sebuah terjemahan, untuk kata rabb
juga ila>h, tentunya menimbulkan sejumlah permasalahan. Termasuk
permasalahan yang paling besar, ialah terkait dengan pemahaman
pembaca terjemah tersebut terkati makna dari dua kata ini,
bahkan makna dari kalimat yang diterjemahkan tersebut secara
utuh. Merupakan konsekuensi yang paling jelas dari hal ini
ialah timbulnya kesan bahkan pemahaman nyata bagi pembaca bahwa
makna kata rabb dan kata ila>h adalah sama. Kedua kata ini
merupakan dua kata yang tidak memiliki perbedaan signifikan,
bahkan mungkin sama sekali tidak berbeda dalam
“mendeskripsikan” sifat Allah .
Pertanyaan yang muncul setelahnya ialah “Apakah benar
demikian?” Benarkah kedua kata ini memiliki makna yang sama dan
serupa? Jika benar demikian, lantas apa signifikansi penggunaan
kedua kata ini sekaligus dalam kalimat yang sama dari sejumlah
1
2
firman Allah ? Selain itu, apa signifikansi penggunaan kedua
kata ini secara terpisah pada sejumlah ayat yang berbeda, yang
konteks ayat tersebut terkadang tidak berbeda dengan cukup
signifikan? Jika benar kedua kata ini memiliki makna yang sama,
lantas apa faidahnya? Sedangkan merupakan suatu perkara yang
mustahil dan tidak mungkin dikatakan oleh muslim manapun, jika
Allah menurunkan al-Qura>n secara sia-sia serta bermain-main.
Subh}a>nalla>h!
Berikut sebagian ayat yang di dalamnya terdapat salah
satu dari dua kata ini, atau pun keduanya secara bersamaan
dalam satu ayat:
Allah berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia
berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Ila>h bagimu
selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut
kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)”.1
Firman-Nya pada tempat yang lain,
“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut,
ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah
1 Surah al-A‘raf [7]: 59
3
sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Ila>h-mu dan
Ila>h nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Ila>h yang satu
dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.2
Kemudian firman-Nya pada ayat yang lain,
“Hai manusia, sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.3
Demikian pula firman-Nya,
“Dan sembahlah Rabb-mu sampai datang kepadamu yang diyakini
(ajal)”.4
Seluruh ayat yang telah disebutkan ini, kata rabb dan ila>h
yang ada di dalamnya, secara umum diterjemahkan dengan “tuhan”.
Termasuk terjemahan al-Qura>n yang dikeluarkan oleh Kementerian
(Departemen) Agama Republik Indonesia. Masih banyak lagi
contoh-contoh ayat lain dari al-Qura>n yang insya Allah nanti
akan dipaparkan sebagiannya. Adapun terjemah yang dibawakan di
sini semata-mata terjemah dari penulis, untuk membedakan kedua
kata tersebut.
Memperhatikan perkara ini, tentunya pertanyaan yang
penulis ajukan sebelumnya amat mendesak untuk mendapatkan
jawaban tuntas. Hal ini mengingat eratnya kaitan permasalahan
ini dengan pemahaman yang benar terhadap firman-firman Allah ,
bahkan bisa jadi berkaitan erat dengan permasalahan yang amat
2 Surah al-Baqarah [2]: 1333 Surah al-Baqarah [2]: 214 Surah al-H{ijr [15]: 99
4
pokok dari Islam, yaitu akidah. Berdasarkan alasan tersebut,
maka penulis hendak memaparkan suatu pembahasan yang tuntas
terkait hal ini dengan format yang i>jaz (ringkas).
م ي ق� ن� وإل�لسان� إل�مست� ي ه� إل�مت� ي ن� وإل�حج� ة� إل�مت� ن" ي له إل�ت� س�ا& دإد وإ& ق� وإل�س* ي وف�" ل إل�له إل�ي� س�ا& إ&
B. Pengertian Rabb ( رب� Secara Bahasa dan Penggunaannya di (إل�222Dalam al-Qura>n
Secara bahasa, rabb bermakna pemilik. Dikatakan bahwa
Fulan rabb al-da>r دإر) لاو رب� إل�222222222 ,(ف�" maksudnya ialah orang tersebutmerupakan pemilik rumah yang dimaksud. Dan kata ini ditak
disebut secara mutlak tanpa penyandaran, selain apabila yang
dimaksud adalah Allah . Apabila dikatakan al-rabb, maka yang
dimaksud ialah Allah . Namun jika disebutkan dengan
disandarkan kepada sesuatu, makna yang dimaksud dengan kata ini
bisa Allah, mungkin pula selain Allah. Seperti contoh yang
disebutkan tadi, maka yang dimakssud rabb pada kalimat ersbut
adalah orang yang memiliki rumah tersebut. Contoh lain, jika
dikatakan ل ب�9 maka maknanya ialah ,(Rabb-nya Unta) رب� إلا� ل ب�9 ك> إلا� م�ال�222222atau ل ب�9 اح�ب� إلا� ,ص�22222222 yakni pemiliknya. Dikatakan ك22222222ه� Rabb-nya) رب� إل�ملائ�&
Malaikat), atau اس maka yang dimaksud ,(Rabb-nya manusia) رب� إل�ت2222"
di sini tidak lain adalah Allah .
Demikian juga, kata ini diambil dari kata kerja ا ئ�92 ,رب� ي�رب� رyang bermakna م2222ام ال إل�ت� لى ح�2222 ال إ� لى ح�2222 ال إ� ء م�ن� ح�2222 ي ا& إل�ش2222* س2222* ,ن�" yaitu mengembangkan
5
sesuatu dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain hingga pada
keadaan yang sempurna. Karenanya Ibnu al-Anba>ry (271-328 H)
berkata,”Al-Rabb terbagi dalam tiga jenis: al-Rabb bermakna ma>lik
(pemilik), al-rabb berarti tuan yang ditaati, dan al-rabb bermakna
yang memperbaiki”.5
Ini makna kata rabb secara asal, yaitu dari makana
kebahasaannya. Namun pada pembahasan ini, fokus pembicaraan
adalah makna kata rabb di dalam al-Qura>n yang berkaitan dengan
Allah . Yaitu makna kata rabb yang disandarkan kepada Allah .
Berikut beberapa ayat dari al-Qura>n yang menunjukkan
penggunaan kata rabb yang menunjukkan kepada Allah :
إ.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Rabb-ku, Jadikanlah negeri
ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan
sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-
buruk tempat kembali".6
5 Muh}ammad bin Mukarram Ibnu Manz}u>r, Lisa>n al-‘Arab, (Beirut; Da>r al-S{a>dir, 1300 H), jilid I, hal. 399-401. S{alih} bin Fawz}a>n bin Abdulla>hal-Fawz}a>n, al-Tawh}i>d li al—S{aff al-Awwal al-‘Aliy, terj. Agus Hasan Bashari,(Jakarta: Yayasan al-Shofwa, 2000), hlm. 25.
6 Surah al-Baqarah [2]: 126
6
. ب�
“Ya Rabb kami, utuslah untuk mereka sesorang rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah)
serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi
Maha Bijaksana”.7
. ج�
“Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Rabb kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka”.8
د.
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat
Ibrahim tentang Rabbnya? Allah telah memberikan kepada orang itu
pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah
yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat
7 Surah al-Baqarah [2]: 1298 Surah al-Baqarah [2]: 201
7
menghidupkan dan mematikan".[164]Ibrahim berkata: "Sesungguhnya
Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah Dia dari barat,"
lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim”.9
ه.
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada
mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan
tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba
sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh),
seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka
berkata: "Ya Rabb kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami?
mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami
sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini
hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa,
dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”.10
و.“Musa berkata: "Rabb kami ialah yang telah memberikan kepada tiap-
tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk”.11
9 Surah al-Baqarah [2]: 15810 Surah al-Nisa>’ [4]: 7711 Surah T{a>ha> [20]: 50
8
. ر"
“Dan orang orang yang berkata: "Ya Rabb kami, anugrahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.12
Dari lima ayat yang dibawakan, makna kata rabb yang
kesemuanya disandarkan kepada Allah tidak keluar dari Allah
sebagai pencipta seluruh makhluk-Nya, Allah sebagai pemilik
kekuasaan atas segala makhluk-Nya, Allah sebagai pemberi
karunia terhadap semua makhluk-Nya, Allah sebagai pengatur
seluruh makhluk-Nya. Pada ayat pertama, Allah menceritakan
doa Nabi Ibra>hi>m ketika meminta karunia-Nya dan beliau
menyebut Allah dengan kata rabb.13Pada ayat kedua, kata rabb
diiringi dengan permintaan Nabi Ibra>hi>m kepada Allah agar
mengutus seorang rasul yang mengajarkan agama-Nya, apa yang
menjadi kewajiban mereka, dan sebagainya. Demikianpula hal yang
serupa pada ayat ketiga, yaitu kata rabb diringi dengan
permintaan untuk menurunkan dan memberikan kebaikan-kebaikan,
baik kebaikan dunia ataupun akhirat. Pada ayat keempat, kata
rabb dimaksudkan kepada Allah sebagai pengatur alam dan yang
menciptakannya serta mematikannya. Pada ayat berikutnya, kata
rabb dimaksudkan kepada Allah sebagai Dzat yang memerintah dan
mengatur hal ihwal hamba. Demikian pula pada dua ayat terakhir
12 Surah al-Furqa>n [25]: 7413 Merupakan perkara yang maklum bahwa semestinya permintaan seorang
hamba kepada Allah dengan menyebutkan nama dan sifat-Nya yang sesuai denganapa yang dipinta. Seorang hamba yang mengharapkan ampunan-Nya, berdoa denganberwasilah dengan sifat-Nya yang maha mengampuni, yaitu al-Ghafu>r, dandemikian seterusnya.
9
yang dibawakan, tidak keluar dari salah satu dari perkara-
perkara yang telah disebutkan.
Banyak sekali kata rabb dalam al-Qura>n untuk menunjukkan
Allah . Namun seluruhnya tidak keluar dari makna yang telah
disebutkan tadi. Maka ringkasnya, Allah sebagai rabb ialah
bermakna pencipta, pemilik atau penguasa, juga bermakna tadbi>r
(pengatur) yang mengatur kebaikan-kebaikan untuk hamba, serta
pemberi karunia berupa rizki, pengutusan rasul, menurunkan
kita>b, dan sebagainya termasuk memerintah dan melarang. Ibnu
Qayyim al-Jawziyah (691-751 H) berkata,
ه ح�س22ان�" ا\ هم ئ�[ إء م�حس22ن" ز" هم وج��22 هن اد ون�" مر إل�عت� ي إ& ض" ت� ق� ه� ت�� ن ]mب و �pب ن� إل�ر ا� ا ف�" ه رئ�9 ال�ث* ك�ون�" إل�ت*
وه� ي� ال�رس�اله� وإل�ي" لا ئ�� م إ� ي� ل�ك> لا ب� ه� ود" ن ]mب و �pب ه� إل�ر ق� ت إ ح�ق� ه ه�د" س�اءن�� ا\ هم ئ�[ ن& وم�سيKetiga, Dia sebagai Rabb, maka rubu>biyah mencakup memerintahkan
hamba serta melarang mereka, juga membalas kebaikan mereka dengan kebaikan
dan keburukan mereka dengan keburukan. Ini adalah hakikat rbu>biyah, dan
demikian ini tidak sempurna, melainkan dengan risa>lah dan kebanian”.14
C. Hamba Rabba>ny dan Kaitannya dengan al-Rabb
Allah berfirman,
14 Muh}ammad bin Abu> Bakr Ibnu Qayyim al-Jawziyah, Mada>rij al-Sa>liki>nbayna Mana>zil Iyya>ka Na‘budu wa Iyya>ka Nasta‘i>n, (Beirut; Da>r al-Kutubal-‘Ilmiyah, t.t.), jilid I, hal. 80
10
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-
Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Ddia berkata kepada manusia: "Hendaklah
kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi
(dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabba>ny, karena kamu
selalu mengajarkan al-kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.15
Melalui ayat yang mulia ini, Allah memerintahkan hamba-
hamba-Nya untuk menjadi hamba rabba>ny. Seperti yang tampak, kata
rabba>ny merupakan kata yang berakar dari kata rabb, sedangkan
huruf ( ) pada akhir kata tersebut merupakan huruf (ي (ي nisbat
atau penyandaran. Maka rabba>ny ialah suatu sifat yang
disandarkan kepada al-Rabb, yaitu Allah . Dengan merujuk kepada
makna rabb, sebagaimana telah lalu, maka makna hamba rabba>ny
ialah seorang hamba yang menyandarkan dirinya kepada al-Rabb,
yang mengajarkan manusia kebaikan yang bersumber dari al-kitab,
yakni al-Qura>n, baik kebaikan dunia, maupun akhirat mereka.
Juga yang senantiasa berusaha mewujudkan perbaikan di tengah-
tengah mereka. Karenanya Ibnu ‘Abba>s berkata mengenai makna
hamba rabba>ny dalam ayat ini,”Yaitu seorang hamba yang bijak
(hukama>’), berilmu (‘ulama>’), dan penuh kesantunan
(h}ulama>’)”.16 Memang benar, ketiga perkara ini merupakan
cakupan dari makna kata rabb.
Kemudian perintah Allah kepada hamba-Nya agar menjadi
hamba rabba>ny diiringi dengan kewajiban mereka untuk
mempelajari al-Qura>n dan mengajarkannya. Maka kesempurnaan
makan hamba rabb>ny ialah seorang hamba yang bertakwa kepada
15 Surah Ali ‘Imra>n [3]: 7916 Abu> al-Fida>’ Isma>‘i>l bin Katsi>r, Tafsi>r al-Qura>n al-‘Az}i>m, tahqiq:
Mus}t}a>fa> Sayyid Muh}ammad dkk. (Ji>zah; Muasasah Qurt}ubah, 1421 H),jilid III, hal. 99
11
Allah, yang kemudian ia mempelajari agama Allah dari sumber-
sumbernya, lalu mengajarkan hal tersbut kepada manusia dengan
ilmu, hikmah, dan penuh kesantunan. Di samping itu, tidak ada
yang mereka harapkan dari hal itu semua melainkan balasan dari
sisi Allah , serta harapan yang sempurna bahwa mereka dapat
memperbaiki kondisi ummat. Walla>hu a‘lam!
Kemudian dari kata ini pula diambil kata tarbiyah, atau
sering diterjemahkan sebagai “pendidikan” dalam bahasa
Indonesia. Namun tentunya makna tarbiyah bukan sekedar
pendidikan. Lebih dari itu, makna tarbiyah, ialah pendidikan yang
memiliki seluruh komponen yang telah disebutkan tadi. Maka
tarbiyah ialah suatu upaya pendidikan kepada ummat demi mencapai
kesempurnaan kebaikan dan perbaikan kehidupan dunia serta
akhirat mereka yang dijalankan sesuai dengan koridor yang
ditetapkan oleh Allah sebagai rabb, sebagai pendidik
tertinggi.17 Dari, Dr. Kha>lid al-H{a>zimy, seorang pengajar di
Ja>mi‘ah Isla>miyah bi al-Madi>nah, pada jurusan Tarbiyah, menyatakan
bahwa pengertian tarbiyah ialah,
س�لامي هج� إلا� ق� إل�من" ن� وف" اء س�عاده� إل�دإري9 ع" ت� ه إب�� ن� وإب9" ع ج�� مت ي ج�� ا ف" ت& ي س* ا ف�" ت& ي سان� س�* ن�" ة� إلا� ن& س* ن� ب��“Upaya pengembanyan manusia sedikit demi sedikit, pada seluruh
bagiannya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sesuai dengan manhaj
Isla>my”.18
17 Kha>lid bin H{a>mid al-H{a>zimy, Us}u>l al-Tarbiyah al-Isla>miyah, (Riyadh;Da>r ‘Ala>m al-Kutub, 1420 H), hal. 17-19
18 Ibid, hal. 19
12
D. Pengertian Ila>h له) (إ� Secara Bahasa dan Penggunaannya diDalam al-Quran
Kata ila>h merupakan kata benda ber-wazan fi‘a>l ع222ال) yang ,(ف�"bermakna sebagai kata benda yang menunjukkan objek (عل س2222م إل�مف" .(إ�Maka makna kata al-ila>h (له له) ialah al-ma’luh (إلا� ) yang bermakna ,(إل�ما&د yaitu yang diibadahi. Maka setiap yang dijadikan manusia ,(إل�معت�sebagai sesembahhan, maka ia disebut ila>h, terlepas dari benar
atau tidaknya sesuatu itu untuk dijadikan ila>h.
Berikut sebagian penggunaan kata ila>h di dalam al-Qura>n:
إ.
“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut,
ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah
sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Ila>h-mu dan
Ila>h nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Ila>h yang Maha
Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.19
. ب�
19 Surah al-Baqarah [2]: 133
13
“Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu,
dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang
diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan
(dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-
rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(ila>h itu) tiga", berhentilah (dari
ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah ialah Ila>h yang Maha
Esa, Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi
adalah kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara”.20
. ج�
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya
Allah salah seorang dari yang tiga", Padahal sekali-kali tidak ada ila>h yang
haq selain dari Ila>h yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang
mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan
ditimpa siksaan yang pedih”.21
د.
20 Surah al-Nisa>’ [4]: 17121 Surah al-Ma>idah [5]: 73
14
“Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah:
"Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. dan al-Quran ini diwahyukan
kepadaku supaya dengan Dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada
orang-orang yang sampai al-Quran (kepadanya). Apakah Sesungguhnya kamu
mengakui bahwa ada ila>h-ila>h lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak
mengakui." Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan
Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan
Allah)”.22
ه.
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia
berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada ila>h yang haq
bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku
takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)”.23
و.
“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, Maka
setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala
mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk Kami sebuah ila>h
sebagaimana mereka mempunyai beberapa ila>h". Musa menjawab:
"Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang bodoh”.24
22 Surah al-An‘am [6]: 9623 Surah al-A‘ra>f [7]: 5924 Surah al-A‘ra>f [7]: 138
15
. ر"
“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan
malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh
untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih
malam dan siang tiada henti-hentinya. Apakah mereka mengambil ila>h-ila>h
dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)?”.25
ج.
“Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-
sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya" dan mereka
kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat
jalanNya. “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara
atasnya?”.26
Dari seluruh ayat yang dibawakan—bahkan seluruh ayat
dalam al-Qura>n yang menggunakan kata ila>h—seluruhnya
menunjukkan kepada satu makna. Yaitu sesuatu yang seseorang
menghambakan dirinya dengan penuh pengagungan kepada dzat yang
disebut ila>h tersebut. Baik ila>h yang dimaksud adalah Allah,
maupun selainnya. Hal ini tampak dari seluruh ayat yang
dibawakan, baik secara z}ahir ataupun dari konteks ayat.25 Surah al-Anbiya>’ [21]: 19-2126 Surah al-Furqa>n [25]: 42-43
16
E. Konsekuensi Perbedaan Makna dari Kedua Kata pada Sejumlah
Permasalahan
Tampak bahwa makna kata rabb dan ila>h yang dikaitkan
kepada Allah --dalam hal ini—memiliki perbedaan yang
signifikan. Kata rabb menunjukkan kepada makna yang bersifat
rubu>biyah yang meliputi penciptaan, kepemilikan, pemeliharaan
dan pengaturan (tadbi>r), serta pemberian karunia. Adapun kata
ila>h menunjukkan makna yang bersifat uluhiyah, yaitu Allah
sebagai Dzat yang harus diibadahi dengan penuh pengagungan.
Konsekuensi logis dari perbedaan ini ialah tidak
tepatnya, bahkan keliru, jika kedua kata ini diterjemahkan
dengan kata yang sama, yakni “tuhan”. Hal ini karena beberapa
alasan, diantaranya ialah bahwa dengan mengganti dua kata ini
dengan kata lain yang sama, tentu menghilangkan perbedaan makna
yang terkandung di dalamnya. Karena kata “tuhan”, hanya
memiliki satu makna, yaitu sesuatu yang dipentingkan, atau yang
dianggap penting.27
Di samping itu, sesuatu yang dikatakan rabb, tidak
melazimkan ia adalah ila>h, sebagaimana sesuatu yang disebut ila>h,
tidak melazimkan ia adalah rabb. Hal ini amat jelas dilihat dari
realita yang ada. Seperti, di antaranya, firman Allah ,
“Hai kedua penghuni penjara, adapun salah seorang diantara kamu
berdua, akan memberi minuman rabb-nya dengan khamar”.28
Kata rabb pada ayat ini maksudnya ialah tuan dari
penghuni penjara tersebut. Dan orang yang dimaksud tidak
27 KBBI28 Surah Yu>suf [12]: 41
17
menjadikan tuannya sebagai tempat ia memberikan peribadatannya.
Semata-mata ia hanya memperikan pelayanan sebagai budak atau
pembantunya. Tentunya banyak contoh lain yang amat nyata dalam
kehidupan manusia.
Adapun sesuatu yang dijadikan atau diangap sebagai ila>h,
namun tidak menjadi rabb sama sekali, ialah seperti halnya
berhala-berhala kaum musyrikin. Mereka memberikan
peribadatannya kepada berhala-berhala tersebut, berupa
penyembelihan, t}awaf di sekitarnya, berdoa kepadanya, dan lain
sebagainya, namun kaum musyrikin itu sekalipun tidak menyatakan
bahwa berhala yang mereka sembah memiliki sebagai sifat
rubu>biyah. Bahkan mereka dengan jelas dan tegas meyakini serta
menyatakan bahwa yang memiliki sifat rububiyah adalah Allah
semata. Allah berfirman,
“Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka
akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan
yang benar)”.29
Masih ada beberapa ayat lain dengan redaksi yang serupa,
yang dengannya Allah membatalkan sikap kaum musyrikin yang
beribadah kepada sesuatu yang tidak memberikan mereka
sesuatupun, tidak kebaikan, tidak pula keburukan.
29 Surah al-Ankabut [29]: 61
18
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat
memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak
berkuasa (sedikit juapun)”.30
“Katakanlah: "Siapakah Rabb langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah".
Katakanlah, "Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindungmu dari
selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula)
kemudharatan bagi diri mereka sendiri?”. 31
Namun dari itu, tidak pula berarti bahwa sifat rubu>biyah
Allah, yakni Allah sebagai rabb, tidak berhubungan dengan sifat
uluhiyah-Nya, yakni Allah sebagai ila>h. Bahkan dengan mengetahui
serta memahami perbedaan yang signifikan antara dua kata ini,
kaitan yang erat di antara keduanya tampak dengan jelas.
F. Kaitan Antara Sifat Rubu>biyah Allah dengan Sifat Uluhiyah-
Nya
Allah berfirman,
“Hai manusia, sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
30 Surah al-Nah}l [16]: 7331 Surah al-Ra‘d [13]: 16
19
dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
padahal kamu mengetahui”.32
Pada ayat ini dan yang semisal dengannya, Allah
memerintahkan hamba untuk beribadah semata-mata kepada-Nya.
Kemudian perintah itu disertai dengan penegasan bahwa Allah
merupakan pencipta dan pengatur seluruh makhluk, yang
menurunkan hujan, menghidupkan bumi, dan seterusnya. Dari ayat
ini tampak bahwa Allah berhujjah dengan rubu>biyah-Nya untuk
menetapkan hak uluhiyah-Nya. Demikian pula halnya dengan firman
Allah ,
“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada
padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah."
Katakanlah: "Maka Apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah yang
Rabb-nya langit yang tujuh dan Rabb-nya 'Arsy yang agung?" Mereka akan
menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka Apakah kamu tidak
bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas
segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi
dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan
Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu
ditipu?”.33
32 Surah al-Baqarah [2]: 21-2233 Surah al-Mu’minu>n [23]: 84-89
20
Ayat-ayat ini seluruhnya dalam rangka membantah
peribadatan kaum musyrikin terhadap berhala-berhala mereka.
Dengan ayat ini Allah menjadikannya hujjah bagi Rasu>l-Nya di
hadapan kaum musyrikin yang ia dakwahi. Adapun dakwah
Rasu>lulla>h , bahkan dakwah seluruh rasul, ialah menetapkan
satu-satunya Dzat yang berhak diibdahi, yaitu Allah . Terlebih
mereka, kaum musyrikin, tidak pernah menafikan bahwa Allah
merupakan pencipta, pengatur, serta pemberi rizki satu-satunya
kepada dan terhadap seluruh makhluk. Mereka hanya mengikuti
hawa nafsunya agar dzat yang diibadahi itu mungkin bahkan harus
berbilang. Allah berfirman menceritakan ucapan mereka,
“Mengapa ia menjadikan ila>h-ila>h itu sebagai ila>h yang satu saja?
Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan”.34
Dari ayat ini setidaknya dua pelajaran penting yang
dipahami. Pertama bahwa ila>h merupakan dzat yang diibadahi,
merupakan perkara yang sudah maklum. Kedua, mereka
menysekutukan Allah dalam hal uluhiyah-Nya, yaitu mereka
memaksudkan ibadah mereka tidak hanya kepada Allah, dan pada
saat yang bersamaan mereka tidak mensekutukan Allah dalam hal
penciptaan, pengaturan makhluk, pemeberian rizki, dan
sebagainya dari konsekuensi rubu>biyah.
Keyakinan seperti inilah yang diperangi oleh Islam. Dalam
rangka memberantas keyakinan yang timpang ini, maka Allah
mengutus para rasul, menurunkan kitab-kitab, memerintahkan para
rasul tersebut untuk berperang.
34 Surah al-S{a>d [38]: 5
21
اس ل إل�ت"22 22 اب9� ف�� ن� إ& م22رب� إ& ال إ& م ف��22 ل ه وس�22 لن ع� ي إهلل ل ص� ول إهلل ن� رس� مر إ& ع� ن� ن� إي�� ع�
إ د" ا� اه� ف�"22 ك�22 وإ إل�ر" ب9�22 و& ب9 لاه� و وإ إل�ص22 م22 ت ق� وت� ول إهلل دإ رس�22 م22 ح ن� م� وإ& ا إهلل ل ه إ� ل22 ن� لا إ� هدوإ إ& ش22* ي ن� ت� ح�
لي إهلل هم ع� سان�� لام وح� س� إلا� ق� ح ا ب�� ل هم إ� وإل� م� م وإ& اءه� ي دم� ت" موإ م� ص ك> ع� ل� علوإ د" ف�"“Dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Rasu>lulla>h bersabda, “Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mempersaksikan
bahwasanya tidak ada ila>h yang hak selian Allah dan Muhamamd adalah
Rasu>lulla>h, serta mendirikan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka
melakukannya, darah-darah mereka serta harata-harata mereka terlindung
dariku kesuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka pada Allah”.35
Adapun hujjah yang paling kuat dalam menetapkan uluhiyah
Allah ini ialah rubu>biyah-Nya. Karena Dzat yang memberikan
kehidupan, menguasai segala sesuatu, mengaturnya,
memperbaikinya, memeliharanya, memberikan rizki, dan
seterusnya, semestinya menjadi Dzat yang berhak dengan
peribadatan makhluk. Karena bagaimanapun manusia
mengingkarinya, rubu>biyah itu sendiri memberikan konsekuensi
uluhiyah. Maka ketika mereka menetapkan uluhiyah, maka kewajiban
mereka yang sejatinya sesuai dengan fitrah yang mereka miliki
ialah menetapkan uluhiyah.
Dari sini jelas sekali eratnya kaitan antara Allah
sebagai rabb dan Allah sebagai ila>h. Pertama ialah penetapan
35 H{adi>ts s}ah}i>h}, diriwayatkan oleh al-Bukha>ry, kita>b al-i>ma>n, ba>bfa in ta>bu> wa aqa>mu> al-s}ala>h wa a>tu> al-zaka>h fa khallu> sabi>lahum, no. 26. Muslim,kita>b al-i>ma>n, ba>b al-amr bi qita>l al-na>s h}atta yaqu>lu> la> ila>ha illalla>h muh}ammadrasu>lulla>h, no. 22, dan selain keduanya.
22
Allah sebagai rabb tertinggi, yang rububiyah-Nya mencakup segala
hal, dan sempurna, tentunya memberikan konsekuensi bahwa Allah
pula yang memiliki hak uluhiyah. Kedua bahwa penetapan rubu>biyah
semata terhadap Allah, tidak menjadikan pelakunya selamat dan
dikatakan sebagai seorang mukmin yang bertauhid, sampai ia
menetapkan uluhiyah Allah. Manhaj al-Qura>n dalam menetapkan
uluhiyah Allah ialah dengan menetapkan rubu>biyah-Nya. Dengan
metode demikian, tentunya amat tampak kelembutan dakwah ilahiyah
ini. Karena ia menyentuh perkara yang paling dasar dari objek
dakwah, yakni hamba, yaitu fitrah mereka yang bersih. Kemudian
membangkinkan kesadaran yang bersifat fitrah tersebut untuk
menjadi landasan bagi bangunan keimanan mereka. Dari ini
seakan-akan Allah hendak berkata kepada hamba-hamba-Nya,
bahwa jika kalian hendak mempersekutukan Allah, mengambil
sesuatu yang lain sebagai ila>h, selain Allah, hendaklah kalian
meminta kehidupan, rizki, pengajaran, dan berbagai kebaikan
lainnya kepada ila>h-ila>h tersebut. Namun selama kalian masih
meminta kehidupan, rizki, penjagaan, dan seterusnya kepada
Allah , hendaknya kalian tidak mengambil sesuatu apapun
sebagai tandingan bagi-Nya. Maka fitrah yang mana yang akan
mampu menegasikan perkara seperti ini?
Kemudian, dari semua ini, jelas pula makna dari kalimat
syahadat yang senantiasa diucapkan kaum muslimin. Serta
batilnya pemahaman sebagian kaum muslimin terkait dengan makna
kalimat tersebut.
G. Makna Kalimat Syahadat لا إل�له له إ� لا إ�
23
Sebagian orang memahami kalimat ini dengan pemahaman yang
batil dan jauh dari kebenaran. Di antara pemahaman mereka
terkait makna kalimat ini ialah sebagai berikut:
a. Tidak ada tuhan selain Allah
b. Tidak ada pencipta selain Allah
c. Tidak ada penetap hukum selain Allah
Ketiga makna ini seluruhnya batil. Untuk yang pertama,
baik yang dimaksud “tuhan” di sini sebagai dzat yang memiliki
sifat rubu>biyah, ataupun dzat yang diibadahi (karena samarnya
makna kata tuhan itu sendiri), kedua-duanya tetap merupakan
makna yang batil dan jauh dari kebenaran. Jika kata tuhan
dimaksudkan sebagai dzat yang memiliki hak rubu>biyah, maka amat
jelas kebatilannya dari berbagai sisi. Pertama, Kaum Musyrikin
tidak menegasikan rubu>biyah Allah, sebagaimana telah dijelaskan.
Kedua, demi menegakkan kalimat ini, kitab-kitab diturunkan,
para rasul diutus, kemudian mereka diperintahkan memerangi
setiap yang membangkang darinya. Jelas tidak ada kepentingan
untuk itu semua, sekiranya penetapan atas apa yang terkandung
di dalam kalimat ini tidak pernah dinegasikan oleh manusia yang
menjadi objek dakwah dan risalah yang dibawa oleh para rasul
tersebut. Kemudian jika tuhan di sini dimaksudkan sebagai dzat
yang diibadahi, maka tentu setiap yang dijadikan atau yang
dianggap ila>h merupakan Allah . Tentu ini amat jauh dari
kebenaran, karena bagaimana mungkin berhala-berhala itu adalah
Allah, kuburan-kuburan atau penghuni kuburan itu juga Allah,
malaikat-malaikat yang disembah itu adalah Allah, bintang-
bintang, matahari, dan sebagainya juga Allah?! Karena pemahaman
24
seperti ini sedikitpun tidak memberikan pemisah antara ila>h yang
hak dengan ila>h yang batil.
Untuk pemahaman kedua, yaitu mereka yang memahami kalimat
ini sebagai “Tidak ada pencipta selain Allah”. Inipun batil
dengan alasan pertama yang telah dipaparkan tadi. Karena
penciptaan merupakan bagain dari rubu>biyah Allah , dan hal ini
tidak diingkari oleh satu manusiapun yang masih berpegang pada
fitrah mereka yang paling dasar. Allah menegaskan hal ini,
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya
diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.36
Adapun untuk persangkaan terakhir, yakni makna لا إل�له ل222222ه إ� لا إ�adalah tidak ada penetap hukum selian Allah, maka inipun
merupakan bagian dari rubu>biyah-Nya. Sehingga makna inipun
merupakan makna yang tidak sempurna. Karena semata-mata
menetapkan penetapan hukum hanya pada Allah , kemudian tetap
meminta pertolongan dan memalingkan sebagian ibadah kepada
selain-Nya, tidaklah menajdikan pelakunya sebagai orang yang
bertauhid.
Maka makna kalimat agung ini, yaitu kalimat لا إل�له ل22222222ه إ� ,لا إ�ialah “Tidak ada ila>h, yakni al-ma‘bu>d, yang hak, kecuali hanya
Allah . Benar di sana sangat banyak ila>h yang diibadahi, namun
seluruhnya itu adalah ila>h yang batil. Sedangkan hanya ada satu
36 Surah al-Zukhruf [43]: 9
25
dan satu-satunya ila>h yang hak, yaitu Allah . Maka kesempurnaan
kalimat ini ialah لا إل�ل222222ه ق� إ� ه ج�222222 ل222222 tidak makna yang lain. Tidak ,لا إ�bermakna لا إل�له ود إ� لا إل�له tidak pula ,لا م�عي� ال�ق� إ� لا serta tidak juga ,لا ح�" ه� إ� لا ح�اك�منterlebih ,إل�له إل�له لا إ� رب� dan ini amat jauh sekali, dan amat ,لا nyata.
H. Kesimpulan
Kesimpulan dari sleuruh uraian ini ialah sebagai berikut:
1. Allah sebagai rabb seluruh makhluk, yaitu makna و رب� إل�ل2222ه ه�2222ن� :ialah ,إل�عال�ميa. Allah adalah pencipta seluruh alam, yakni makhluk
b. Allah yang mengatur itu smeua, memerintahkan dan
melarang, memperbaikinya dan seterusnya
c. Allah yang memberi rizki kepada itu semua
2. Hamba rabba>ny ialah hamba yang bersandar kepada Allah
secara total, mempelajari syari‘at-Nya dan berpegang
teguh dengan itu, serta mengajarkannya kepada manusia
dnegan ilmu, hikmah, dan kesantunan. Semata-mata
mengharapkan kebaikan atas mereka, dan bersabar dalam hal
demikian.
3. Tarbiyah dalam Islam ialah upaya pengembanyan manusia
sedikit demi sedikit, pada seluruh bagiannya untuk
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sesuai dengan
manhaj Isla>my.
26
4. Manhaj al-Qura>n dalam menetapkan tauhid uluhiyah ialah
dengan menetapkan tauhid rubu>biyah. Karena konsekuensi
logis dari rubu>biyah Allah yang sempurna ialah uluhiyah-Nya.
5. Allah satu-satunya Dzat yang memiliki sifat rubu>biyah
yang sempurna, karenanya Dia pula Dzat yang paling berhak
untuk dijadikan sebagai ila>h, yakni al-ma‘bu>d. Dan ini
merupakan kaitan yang amat erat antara al-rubu>biyah dan al-
uluhiyah Allah .
6. Allah sebagai ila>h, dan makna kalimat لا إل�له ل222222ه إ� ialah ,لا إ�bahwa Allah merupakan satu-satunya Dzat yang berhak
untuk diibadahi, berdoa kepada-Nya, meminta pertolongan,
dan seterunya dari berbagai bentuk peribadatan hanya
kepada-Nya. Tidak ada ila>h laian selain-Nya, melainkan
seluruhnya merupakan ila>h yang batil, yang tidak memiliki
kekuasaan apapun, tidak pula hak uluhiyah sedikitpun.
7. Makna rabb dan makan ila>h, memiliki perbedaan yang amat
signifikan, sehingga merupakan kekeliruan jika kedua kata
ini diganti dengan kata lain yang sama. Dalam hal ini,
mengganti keduanya dengan kata “tuhan”. Karena hal ini
menyebabkan pengaburan makna bagi kedua kata asalnya yang
pada akhirnya akan menimbulkan kerancuan bahkan
kekeliruan pemahaman bagi sejumlah kalimat yang
menggunakan kedua kata ini.
Demikian uraian sederhana mengenai makna kata rabb serta
ila>h, dan perbedaan diantara keduanya, serta beberapa perkara
yang berkaitan dengan hal ini.
27
م سلي ا إل�ن� ن" لي لاغ" وع� ت� م إل� ل ه وس� لن ع� ي إهلل ل ص� ول إهلل لي رس� اله� وع� س� إل�ر ن� إهلل م�
عهم ت� ن� ب�� ه وم� ان�� ح ص�22 ه وإ& ل22 لي إ° وله م�حم22د وع� ده ورس�22 ت� لي ع� ارك�> ع� ئ�9 م و ل لي إل�له وس� ق� ، وص� وإل�له إل�موف". ن� pي د وم إل�2222 2222لى ب� إ� ان� س2222 ح� ا\ ف"زك�>ئ�[ غ" ت� س�2222 ن�"ث� إ& ا إ& ل ه إ� ل2222 ن� لا إ� هد إ& ش�2222* دك�> إ& م2222 ح هم وب�� ك> إل�ل ب�9 ا ح ب� س�2222
إل�عال مد ل�له رب� إل�ح ن� ا إ& ز دعوإئ�" ج�" , وإ° ك> ت ل� وب� إ� �pب ن�وإ& مي
2, ب� له� إل�سب� ة� 27ل�ت ه� س�ن" وإل�حج� ه�ـ1434 م�ن� د"ه ف"زه� رن�� لى م�غ" ر إ� ي ق� إل�ف"
ن� ي9 ن� م�حمد ر" إي��Daftar Pustaka
Al-Bukha>ry, Muhammad bin Isma>‘i>l bin Ibra>hi>m. 2012 M. al-
Ja>mi‘ al-Musnad al-S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar min Umu>r Rasu>lilla>h wa
Sunanihi wa Ayya>mihi. Amman: Bayt al-Afka>r al-Dawliyah
Al-Fawza>n, S{a>lih} bin Fawza>n bin ‘Abdulla>h. 2000 M. al-
Tawh}i>d li al-S{aff al-Awwal al-‘Aliy. Terj. Agus Hasan Bashari.
Jakarta: Yayasan al-Shofwa
Al-H{a>zimy, Kha>lid bin H}a>mid. 1420 H. Us}u>l al-Tarbiyah al-
Isla>miyah. Riyadh: Da>r ‘Ala>m al-Kutub
28
Al-Jawziyah, Muhammad bin Abu> Bakr Ibnu Qayyim. t.t. Mada>rij
al-Sa>liki>n bayna Mana>zil Iyya>ka Na‘budu wa Iyya>ka Nasta‘i>n.
Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah
Al-Najdy, ‘Abd al-Rah}ma>n bin H{asan bin Muhamamd bin ‘Abd al-
Wahha>b. 1402 H. Fath} al-Maji>d Syarh} Kita>b al-Tawh}i>d. tahqiq:
‘Abd al-Qa>dir al-Arna>u>t}. Beirut: Maktabah Da>r al-
Baya>n
Al-Naysa>bu>ry, Muslim bin al-Hajja>j. 1429 H. al-Musnad al-
S{ah}i>h} al-Mukhtas}ar min al-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ‘an
Rasu>lilla>h . tahqiq: Ah}mad Zahwuh dan Ah}mad ‘Ina>yah.
Beirut: Da>r al-Kita>b al-‘Araby
Al-‘Utsaymi>n, Muhamamd bin S{a>lih}. 1415 H. al-Qawlu al-Mufi>d
‘ala> Kita>b al-Tawh}i>d. Riyadh: Da>r al-‘As}imah
Ibnu Katsi>r, Abu> al-Fida>’ Isma>‘i>l. 1421 H. Tafsi>r al-Qura>n
al-‘Az}i>m. tahqiq: Mus}t}a>fa> Sayyid Muh}ammad dkk.
Ji>zah: Muasasah Qurt}ubah
Ibnu Manz}u>r, Muhammad bin Mukarram. 1300 H. Lisa>n al-‘Arab.
Beirut: Da>r al-S{a>dir