Makalah tentang budaya batak

35
BAB I PENDAHULUAN Ilmu budaya dasar adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk mengenai konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti basic humanities yaitu nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Kebudayaan atau sering dikatakan suku di Indonesia terdiri dari berbagai macam jenis sesuai dengan daerah yang ditempati. Mulai dari sabang sampai merauke memiliki suku atau kebudayaan masing-masing. Misalnya di Sumatera Barat terkenal dengan suku minang, Kalimantan barat yaitu suku dayak, suku bugis di Sulawesi Selatan, suku sunda di Jawa Barat, suku batak di Sumatera Utara dan llain sebagainya. Pembahasan yang akan dipaparkan adalah mengenai salah satu suku di Indonesia yaitu suku batak. Suku batak merupakan sebuah nama kolektif untuk mengidentifikasi beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai batak adalah Batak toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Suku bangsa batak di atas memiliki adat, kebiasaan agama ataupun hal lainnya yang tidak sama. Sejarah, identitas, agama, kekerabatan, sistem kemasyarakatan dan lain-lain mengenai suku batak akan dibahas lebih mendetail. Memaparkan pula perbedaan jenis suku batak ditinjau dari berbagai sisi.

Transcript of Makalah tentang budaya batak

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu budaya dasar adalah ilmu yang mempelajari seluk

beluk mengenai konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah

manusia dan kebudayaan. Ilmu budaya dasar dikembangkan di

Indonesia sebagai pengganti basic humanities yaitu nilai-nilai

manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya.

Kebudayaan atau sering dikatakan suku di Indonesia

terdiri dari berbagai macam jenis sesuai dengan daerah yang

ditempati. Mulai dari sabang sampai merauke memiliki suku atau

kebudayaan masing-masing. Misalnya di Sumatera Barat terkenal

dengan suku minang, Kalimantan barat yaitu suku dayak, suku

bugis di Sulawesi Selatan, suku sunda di Jawa Barat, suku

batak di Sumatera Utara dan llain sebagainya.

Pembahasan yang akan dipaparkan adalah mengenai salah

satu suku di Indonesia yaitu suku batak. Suku batak merupakan

sebuah nama kolektif untuk mengidentifikasi beberapa suku

bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera

Timur di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan

sebagai batak adalah Batak toba,  Batak Karo,  Batak Pakpak,

Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.

            Suku bangsa batak di atas memiliki adat, kebiasaan

agama ataupun hal lainnya yang tidak sama. Sejarah, identitas,

agama, kekerabatan, sistem kemasyarakatan dan lain-lain

mengenai suku batak akan dibahas lebih mendetail. Memaparkan

pula perbedaan jenis suku batak ditinjau dari berbagai sisi.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sejarah

Batak merupakan satu istilah yang digunakan untuk

kumpulan suku yang terdapat di daratan tertinggi di Sumatera

Utara, Suku Batak berasal dari keturunan Raja Batak

Suku batak termasuk suku bangsa melayu tua yang berasal

dari indocina atau hindia belakang, nenek moyang orang batak

berasal dari utara berpindah ke Filipina dan berpindah lagi ke

Sulewesi Selatan, berlayar hingga akhirnya menetap di

pelabuhan barus, kemudian bergeser ke pedalaman dan menetap

dikaki gunung pusuk buhit, di tepi pulau samosir, tempat asal

usul peradaban suku batak.

Keturunan suku batak berasal dari hindia muka (india),

pindah ke burma, kemudian ke tanah genting Kera di Utara

Malaysia. Berlayar sampai ke tanjung balai batubara dan di

pangkalan brandan atau kuala simpang di aceh dari sana naik ke

pedalaman danau toba

Suku batak termasuk dalam rumpun proto-melayu yang

berasal dari Asia selatan yakni dari burmayang berlayar sampai

malaysia, menyeberang dan menghuni daerah sekitar danau toba.

B.     Jenis Suku Batak

Suku bangsa batak yang bermukim dan berasal dari Tapanuli

dan Sumatera Timur di Sumatera Utara.

Jenis-jenis suku batak :

1)      Batak toba

2)      Batak karo

3)      Batak pakpak

4)      Batak simalungun

5)      Batak angkola

6)      Batak mandailing

C.    Identitas Suku Budaya Batak

1.      Suku Batak Toba

Wilayah-wilayah Suku Batak Toba meliputi balige porsea,

parsoburan, laguboti, ajibata, ulunan, borbor, lumban, julu,

dan sekitar. Sitorus, sirait, butar-butar manurung merupakan

beberapa marga dari Suku Batak toba. Suku Batak Toba ialah

marga-marga pada Suku Bangsa Batak yang berkampung halaman

(marbona pasogit) di daerah Toba. Sonak Malela yang mempunyai

3 (tiga) orang putera dan menurunkan 4marga, yaitu:

Simangunsong, Marpaung, Napitupulu, dan Pardede, merupakan

salah satu cotoh marga pada suku bangsa Batak Toba.

Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai

macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi

keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian

penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann,

berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat,

yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka

Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di

Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur

pembentuk masyarakat Karo.banyaknya nama marga Karo yang

diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi

pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat

serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk

menguasai Barus.

a.      Kebudayan

Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba,

wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat

budaya yang bernilai tinggi dan kuliner.Batak Karo yang

terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan

indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah

menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih

tradisional.Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai

peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan

peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai

sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang terkenal dengan kultur

budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan

merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah

dapat menembus pasar global.Batak Pakpak Dairi yang dikenal

dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung

ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari

daerah juga alat musik yang khusus.

b.      Musik

Toba Kuno di jaman dinasti Tuan Sorimangaraja (Pahompu-

nya Si Raja Batak) Berawal dari musik Raja-raja.Bukan musik

untuk Raja, tetapi musik yang dimainkan oleh Raja. Musik Batak

awalnya diciptakan untuk upacara ritual yang dipimpin pada

Datu (dukun) pada masa itu untuk penghormatan leluhur, minta

panen yang sukses kepada Mula Jadi Nabolon.

Batak untuk ritual ini adalah yang disebut Gondang

Sabangunan yang terdiri dari 5 Ogung, 5 Gondang, Sarune Bolon

lubang 5. Namun para Rakyat juga ingin main musik, maka

berkembanglah musik batak ini di kalangan rakyat dengan format

Taganing, Garantung, Hasapi, Seruling dan Sarune Etek. Dengan

alat-alat musik inilah tercipta banyak sekali lagu rakyat yang

bernuansa pentatonis (Do Re Mi Fa Sol, kadang2 ada juga La)

dan susunan nada (licks)-nya sangat khas tidak didapati di

musik suku lain.

c.       Tarian

Seni tari tradisional meliputi berbagai jenis.Ada yang

bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat

hiburan saja yang berupa tari profan.tari adat yang merupakan

bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh

dayu-datu.Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari

tungkat.Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti

yang disebut Tunggal Panaluan.

d.      Kerajinan

Tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku

Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket.

Ulos merupakan kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-

upacara perkawinan, kematian, mendirikan rumah, kesenian,dsb.

Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami.Warna ulos

biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai makna

tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi

kehidupan.

e.       Bahasa Batak Toba

Bahasa Batak Toba adalah salah satu bahasa daerah yang

terutama dipertuturkan di daerah sekitar Danau Toba dan

sekitarnya, meliputi Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli

utara, dan Toba samosir, sumatera Utara, Indonesia. Bahasa

Batak Toba termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, dan

merupakan bagian dari kelompok bahasa-bahasa Batak.

Saat ini diperkirakan terdapat kurang-lebih 2.000.000

orang penutur Bahasa Batak Toba, yang tinggal di bagian barat

dan selatan Danau Toba.Penulisan bahasa ini dalam sejarahnya

pernah menggunakan aksara Batak, namun saat ini para

penuturnya hampir selalu menggunakan aksara Latin untuk

menuliskannya.

2.      Ulos Pada Suku Batak

Ulos adalah sebuah kain tenun hasil karya suku Batak yang

berbentuk selendang.Ulos dikenal oleh suku Batak sejak abad

ke-14, seiring masuknya alat tenun tangan dari India.Umumnya,

panjang ulos mencapai 2 meter dengan lebar 70 cm. Ulos

melambangkan cinta kasih seseorang terhadap sesama.Awalnya

ulos berfunsi untuk menghangtkan badan (sebagai selimut atau

sebagai selendang untuk menutupi tubuh dari udara dingin),suku

Batak, ada tiga unsur dalam kehidupan manusia, yaitu darah,

nafas, dan panas.Darah dan nafas adalah pemberian dari Tuhan,

sedangkan panas yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk

menghangatkan udara dingin dipemukiman suku Batak, apalagi

pada saat malam hari. Menurut suku Batak, ada tiga sumber yang

dapat memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api dan

ulos. Ulos memiliki fungsi memberi panas yang bermanfaat bagi

kesehatan tubuh pengguna ulos tersebut.

            Cara memakai ulos bermacam-macam tergantung pada

situasinya.ada orang yang memaki ulos dibahunya seperti

memakai selendang, ada yang memakainya sebagai kain sarung,

ada yang melilitkannya dikepala dan ada pula yang mengikatnya

secara ketat dipinggang. Arti dan fungsi kain khas suku Batak

ini sejak dulu hingga sekarang tidak mengalami perubahan,

kecuali berbeda variasi yang disesuaikan dengan kondisi sosial

budaya.Ulos kini tidak hanya berfungsi sebagai lambang

penghangat dan kasih sayang, melainkan juga sebagai lambang

komunikasi dan solidaritas.

Jenis-jenis Ulos :

1)      Ulos Ragidup

2)      Ulos Ragihotang

3)      Ulos Sibolang Rasta

4)      Ulos abit godang

5)      Ulos mangiring

6)      Ulos lobu-lobu

7)      Ulos Runjat

8)      Ulos Ragi Pakko

3.      Kekerabatan suku Batak

      Kekerabatan pada suku batak mempunyai 2 jenis yaitu:

kekerabatan pada garis keturunan dan sosiologis. dan intinnya

semua suku batak memiliki marga,

Dalam tradisi masyarakat batak, yang menjadi pengikat adalah

marga (sedarah),Suku bangsa batak terbagi menjadi 6 puak:

  Batak Toba

  Batak Karo

  Batak pak pak

  Batak simalungun

  Batak angkola

  Batak mandailing

Semuanya memiliki cirri khas masing masing yang dapat

membedakan jenis puak tersebut.

            Kelompok kekerabatan ditentukan dari garis

keturunan laki-laki, penerus untuk harta warisan yang akan

meneruskan garis keturunan,(leluhur marga),yang diketahui ada

416 jenis marga termasuk didalamnya suku Nias.Ini dapat

diketahui dari TAROMBO,dari keturunan mana dia berasal yang

asal usulnya yang berakhir pada Si Raja batak(anak perempuan

dari keturunan Debata Mulajadi Nabolon/Tuhan pencipta bumi dan

isinya)

Hulahula/Mora adalah pihak keluarga dari isteri. Hula-

hula ini menempati posisi yang paling dihormati dalam

pergaulan dan adat-istiadat Batak (semua sub-suku Batak)

sehingga kepada semua orang Batak dipesankan harus hormat

kepada Hulahula (Somba marhula-hula).

Dongan Tubu/Hahanggi disebut juga Dongan Sabutuha adalah

saudara laki-laki satu marga. Arti harfiahnya lahir dari perut

yang sama. Mereka ini seperti batang pohon yang saling

berdekatan, saling menopang, walaupun karena saking dekatnya

kadang-kadang saling gesek. Namun, pertikaian tidak membuat

hubungan satu marga bisa terpisah. Diumpamakan seperti air

yang dibelah dengan pisau, kendati dibelah tetapi tetap

bersatu. Namun demikian kepada semua orang Batak (berbudaya

Batak) dipesankan harus bijaksana kepada saudara semarga.

Diistilahkan, manat mardongan tubu.

Boru/Anak Boru adalah pihak keluarga yang mengambil

isteri dari suatu marga (keluarga lain). Boru ini menempati

posisi paling rendah sebagai 'parhobas' atau pelayan, baik

dalam pergaulan sehari-hari maupun (terutama) dalam setiap

upacara adat. Namun walaupun berfungsi sebagai pelayan bukan

berarti bisa diperlakukan dengan semena-mena. Melainkan pihak

boru harus diambil hatinya, dibujuk, diistilahkan: Elek

marboru.

Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan

Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat

kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti

pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga

sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya

secara kontekstual.

Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus

berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan

berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku

baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak.

Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni

Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.

4.      Tarian Tor-tor

Tor tor adalah tari tradisional Suku Batak.Gerakan tarian

ini seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan

menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang,

suling, terompet batak, dan lain-lain.

Menurut sejarah, tari tor tor digunakan dalam acara

ritual yang berhubungan dengan roh.Roh tersebut dipanggil dan

"masuk" ke patung-patung batu (merupakan simbol

leluhur).Patung-patung tersebut tersebut kemudian bergerak

seperti menari, tetapi dengan gerakan yang kaku.Gerakan

tersebut berupa gerakan kaki (jinjit-jinjit) dan gerakan

tangan.

Jenis tari tor tor beragam.Ada yang dinamakan tor tor

Pangurason (tari pembersihan).Tari ini biasanya digelar pada

saat pesta besar.Sebelum pesta dimulai, tempat dan lokasi

pesta terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan jeruk

purut agar jauh dari mara bahaya.Selanjutnya ada tari tor tor

Sipitu Cawan (Tari tujuh cawan).Tari ini biasa digelar pada

saat pengukuhan seorang raja.

Tari ini juga berasal dari 7 putri kayangan yang mandi di

sebuah telaga di puncak gunung pusuk buhit bersamaan dengan

datangnya piso sipitu sasarung (Pisau tujuh sarung).Terakhir,

ada tor tor Tunggal Panaluan yang merupakan suatu budaya

ritual.Biasanya digelar apabila suatu desa dilanda

musibah.Tunggal panaluan ditarikan oleh para dukun untuk

mendapat petunjuk solusi untuk mengatasi masalah

tersebut.Sebab tongkat tunggal panaluan adalah perpaduan

kesaktian Debata Natolu yaitu Benua atas, Benua tengah, dan

Benua bawah.

Dahulu, tarian ini juga dilakukan untuk acara seremoni

ketika orangtua atau anggota keluarganya meninggal dunia.Kini,

tari tor tor biasanya hanya digunakan untuk menyambut turis.

5.      Alat musik tradisional suku batak karo

Alat musik suku Batak Karo atau disebut dengan Gendang

karo atau gendang lima si dalinen terdiri dari lima perangkat

alat musik tabuh (perkusi) yang dimainkan oleh lima orang

pemusik. Kelima perangkat tersebut adalah satu penaruné, dua

penggual, dan dua si malu gong. Gendang Lima sedalanen disebut

karena ensambel musik tersebut terdiri dari lima instrumen

musik, yaitu Sarune (aerofon), gendang indung (membranofon),

gendang anak (mebranofon, gung, dan penganak. Namun biasa juga

disebut dengan gendang lima sedalanen, ranggutna sepulu dua,

yaitu angka dua belas untuk hitung-hitungan perangkat yang

dipergunakan seluruhnya, termasuk stik atau alat memukul

instrumen musik tersebut.

Jika diklasifikasi berdasarkan ensambel musik, sebenarnya

gendang Karo terdiri dari gendang lima sedalanen dan gendang

telu sedalanen. Gendang telu sedalanen adalah terdiri dari

tiga instrumen musik yang dimainkan secara bersamaan, yang

terdiri dari kulcapi (long neck lute) sebagai pembawa melodi,

keteng-keteng (idiokordofon, tube-zhyter) sebagai pembawa

ritmis, dan mangkuk mbentar (idiofon) sebagai pembawa tempo.

Sierjabaten begitulah sebutan Orang Karo kepada pemain

musik tradisional-nya, dimana mereka (Sierjabaten atau

penggual) berfungsi sebagai pengiring musik upacara adat Suku

Karo, baik itu pernikahan, pesta panen, kemalangan atau

lainnya. Jadi dari hal tersebut maka sebenarnya profesi ini

bisa dibilang sudah cukup lama sekali ada dalam perkembangan

dan perjalanan hidup Suku Karo. Mengenai kepastian mulai kapan

julukan atau penamaan ini mulai dikenal dan di populerkan saya

kurang tau pasti , yang jelas profesi ini berkaitan sekali

dengan kesenian tradisional Suku Karo. Jadi menurut saya

mereka mulai dikenal ketika masyarakat Karo menyadari

kebutuhan akan hiburan dalan setiap acara adat mereka.

Pada kenyataanya peran serta mereka sangatlah vital dalam

setiap acara pesta adat, sebab tanpa mereka sebuah acara adat

tidak lengkap dan sempurna, mereka adalah sekumpulan penghibur

juga bisa dibilang irama, nyawa dan tolak ukur kemeriahan

sebuah acara adat. Semakin hebat keahlian mereka dalam bermain

musik maka makin tinggi pula pamor mereka (Sierjabaten) dimata

masayarakat Karo.

Sierjabaten (Pemusik) memiliki keahlian dalam bemain

berbagai macam alat musik tradisoanal suku Batak Karo yang

terdiri atas Sarune, Gendang Singanaki, Gendang singindungi,

Gendang penganak, dan gung. Setiap pemain alat musik mempunyai

nama masing masing sesuai dengan alat musik yang mereka

mainkan, pemain sarune disebut panarune, pemain gendang

(singanaki dan singindungi) disebut penggua, dan pemain

penganak disebut simalu penganak, dan pemain gung disebut

simalu gung, serta pemain mangkuk michiho disebut simalu

mangkuk michiho.Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan

mengenai setiap alat musik Tradisonal Karo :

a.       Sarune.

a)      Anak-anak sarune, terbuat dari daun kelapa dan embulu-

embulu (pipa kecil) diameter 1 mm dan panjang 3-4 mm. Daun

kelapa dipilih yang sudah tua dan kering. Daun dibentuk

triangel sebanyak dua lembar. Salah satu sudut dari kedua

lembaran daun yang dibentuk diikatkan pada embulu-embulu,

dengan posisi kedua sudut daun tersebut,

b)      Tongkeh sarune, bagian ini berguna untuk menghubungkan

anak-anak sarune. Biasanya dibuat dari timah, panjangnya sama

dengan jarak antara satu lobang nada dengan nada yang lain

pada lobang sarune,

c)       Ampang-ampang sarune, bagian ini ditempatkan pada embulu-

embulu sarune yang berguna untuk penampung bibir pada saat

meniup sarune. Bentuknya melingkar dnegan diameter 3 cm dan

ketebalan 2 mm. Dibuat dari bahan tulang (hewan), tempurung,

atau perak,

d)     Batang sarune, bagian ini adalah tempat lobang nada sarune,

bentuknya konis baik bagian dalam maupun luar. Sarune

mempunyai delapan buah lobang nada. Tujuh di sisi atas dan

satu di belakang. Jarak lobang 1 ke lobang adalah 4,6 cm dan

jarak lobang VII ke ujung sarune 5,6 cm. Jarak antara tiap-

tiap lobang nada adalah 2 cm, dan jarak lubang bagian belakang

ke lempengan 5,6 cm.

e)       Gundal sarune, letaknya pada bagian bawah batang sarune.

Gundal sarune terbuat dari bahan yang sama dengan batang

sarune. Bentuk bagian dalamnya barel, sedangkan bentuk bagian

luarnya konis. ukuran panjang gundal sarune tergantung panjang

batang sarune yaitu 5/9.

b.      Gendang

Alat musik gendang adalah berfungsi membawa ritme

variasi. Alat ini dapat diklasifikasi ke dalam kelompok

membranofon konis ganda yang dipukul dengan dua stik. Dalam

budaya musik Karo gendang ini terdiri dari dua jenis yaitu

gendang singanaki (anak) dan gendang singindung (induk).

Gendang singanaki di tambahi bagian gerantung. Bagian-bagian

gendang anak dan induk adalah sama, yang berbeda adalah ukuran

dan fungsi estetis akustiknya. Bagian-bagian gendang itu

adalah:

a)      Tutup gendang, yaitu bagian ujung konis atas. Tutup gendang

ini terbuat dari kulit napuh (kancil). Kulit napuh ini

dipasang ke bingkai bibir penampang endang. Bingkainya terbuat

dari bambu.

b)      Tali gendang lazim disebut dengan tarik gendang terbuat

dari kayu nangka(Artocarpus integra sp).

c)      Gendang anak, berdiameter dibagian atas adalah 5 cm,

diameter bagian bawah 4 cm dan keseluruhan 44 cm. Sedangkan

ukuran gendang kecil yang dilekatkan pada gendang anak,

diameter bagian atas 4 cm, diameter bagian bawah 3 cm, dan

panjang keseluruhan 11,5 cm. Alat pukulnya (stik) terbuat dari

kayu jeruk purut. Alat pukul gendang keduanya sama besar dan

bentuknya. Panjangnya 14 cm dan penampang dan penampung

relatif 2 cm.

d)     Gendang indung, berdiameter dibagian atas 5,5 cm, bagian

bawah 4,5 cm, panjang keseluruhan 45,5 cm. Bahan alat pukulnya

juga terbuat dari kayu jeruk purut. Ukuran alat pukul ini

berbeda yaitu yang kanan penampangnya lebih besar dari yang

kiri, yaitu 2 cm untuk kanan dan 0,6 cm untuk kiri. Panjang

keduanya sama 14 cm.

c.       Gung dan Penganak

Gung dan penganak berfungsi sebagai pengatur ritme musik

tradisional Karo. Gung ini diklasifikasikan ke dalam kategori

idiofon yang terbuat dari logam yang cara memainkannya

digantung.

Gung terbuat dari tembaga, berbentuk bundar mempunyai

pencu. Gung dalam musik tradisional Karo terbagi dua yaitu

gung penganak dangung. Salah satu contoh ukuran gung penganak

diameternya 15,6 cm dengan pencu 4 cm dan ketebalan sisi

lingkarannya 2,8 cm. Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapis

dengan karet. Gung mempunyai diameter 65 cm dengan pencu

berdiameter 15 cm dan tebal sisi lingkarannya 10 cm.

Pemukulnya terbuat dari kayu dan dilapisi karet.

6.      Upacara adat

            Kehidupan masyarakat batak adalah kehidupan yang

sangat menjujunjung tinggi aatnya.Bahkan sebelum lahir ke

dunia pun sudah melakoni adat sampai seorang Batak tersebut

meninggal dan menjadi tulang belulang masih ada serangkian

adat, bukan rumit tapi adt batak menunjukkan bahwa DALIHAN

NATOLU yang didalamnya adalah somba marhula - hula, Elek

marboru,Manat mardongan tubu dan selalu terlihat pada saat

perayaan serta syukuran dan adat yang digunakan sebagai

penanda didalamnya. Beberapa macam Adat Batak Toba :

a.       Upacara Adat Mangirdak atau mangganje/mambosuri boru (adat

tujuh bulanan)

b.      Upacara Adat Mangharoan

c.       Upacara adat mangharoan adalah upacara  adat yang 

dilaksanakan setelah  dua minggu  kelahiran bayi  untuk

menyambut  kedatangan  bayi tersebut  dalam keluarga tersebut.

d.      Upacara Adat Martutu aek

e.       Adat pemberian nama kepada bayi , namun pada saat ini sudah

jarng dilakukan kepada bayi karena dianggap tidak sesuai

dengan ajaran agama .

f.       Upacara Adat Marhajabuan

g.       Upacara adat pernikahan sesuai dengan adat Batak Toba,

Marhajabuan (berumag tangga). Jenis-jenis upacara pernikahan

adat batak :

1)      PATIUR BABA NI MUAL (Permisi dan mohon doa  restu tulang)

2)      MARHORI HORI DINGDING (Perkenalan keluarga secara tertutup)

3)      MARHUSIP (Perundingan diam diam  & Patua dan Hata  (Melamar

secara resmi

4)      MARTOMPUL

5)      MARTONGGO RAJA DAN MARIA RAJA (Pesta pertunangan

h.      Upacara Adat Manulangi

      Upacar adat yang diberikan kepada orang tua yang lanjut

usianya dengan menyuapi/menyulangkan makanan kesukaan  oleh

anak dan cucunya.

i.        Upacara adat Hamatean

      Ketika seseorang  batak meninggal  disesuaikan dengan

adat  batak toba  apakah adat yang akan dibuat jika seseorang

meninggal  sebagai sari matua , saur matua,  maulibulung.

j.        Upacara adat mangongkal holi

      Upacara adat penggalian tulang belulang orang tua yang

telah meninggal untuk dimasukkan  kedalam tugu ( monument yang

lebih bagus dari sebelumnya unuk menghormati  orang yang sudah

meninggal )

7.      Masakan Suku batak

            Masakan adat Batak  jenis masakan yang dipengaruhi

seni suku batak, dan termasuk masakan Nusantara. Yang paling

sering digunakan dalam memasak sebuah pesta adalah andaliman

(merica batak).Bahkan di tradisi orang batak banyak

menggunakan Babi ataupun daging Anjing, yang dimasak sesuai

selera masing masing . dan juga menggunakan makanan yang

berasal dari danau, sepert ikan ikanan yaitu hasil pancingan

para nelayan, mereka memasaknya biasanya disebut

(napinadar,dipanggang,atau ikan arsik).

Jenis makanan Batak yang dapat dijumpai dan dikenal oleh

masyarakat umumnya adalah:

a.       Saksang

b.      Arsik

c.       Panggang

d.      Ayam tasak telu

e.       Manuk Napinadar

f.       Tangotanggo

g.      Dengke Mas naniura

h.      Natinombur

i.        Mie Gomak

j.        Na nidugu

k.      Dali ni horbo

l.        Sambal tuktuk

m.    Pagitpagit

n.      Itak gurgur

o.      Kue lampet

p.      Kue Ombus ombus

q.      Kue Pohul pohul

r.        Kacang sihobuk

8.      Rumah adat Suku Batak

a.       Rumah adat Suku Batak Toba

            Rumah adat batak toba disebut juga RUMAH BOLON ,

yang berbentuk panggung dengan bahan utama dari kayu,dengan

cirri khas atapnya yang melengkung  dan runcing ditiap

ujungnya.

            Rumah adalah hal yang terpenting, dibuat dengan

formasi berbentuk segi empat, dipadu tiang dan dinding yang

kuat. Makna dari pondasi ini sendiri adalah saling kerja sama

demi memikul yang  berat.

1)      Gorga adalah pahatan/ukiran kayu yang ada pada rumah adat

suku Batak. Hiasan ini sendiri memiliki nama-nama tersendiri

berdasarkan bentuk ukirannya :

Gorga simataniari (matahari) : menggambarkan matahari yang

merupakan sumber kehidupan manusia.

2)      Gorga desa naualu : menggambarkan 8 penjuru mata angin yang

sangat berkaitan erat dengan aktivitas ritual suku Batak

3)      Gorga singa-singa : menggambarkan tuan rumah sebagai orang

yang kuat, kokoh, pemberani dan berwibaw

Gorga dituliskan dengan 3 warna:

  Merah : Melambangkan kecerdasan  dan wawasan  yang luas

  Putih: melambangkan kejujuran  yang tulus  sehingga lahir

kesucian

  Hitam : melahirkan kewibawaan yang bersifat pemimpin.

b.      Rumah Adat Batak Karo

            Gambar rumah adat Batak di atas adalah

gambar rumah adat Batak Toba (gambar pertama) dan gambar rumah

adat Batak Karo. Rumah adat tersebut telah disempurnakan

oleh nenek moyang suku Batak selama berabad-abad hingga

mencapai bentuk yang ada sekarang. Penyempurnaan bentuk

tersebut tentunya disesuaikan dengan kondisi alam sekitar dan

mungkin juga kepercayaan setempat.

9.      Aneka Legenda Suku Batak

a.       LAGENDA DANAU TOBA

b.      PATUNG SIGALE GALE

            Patung sigale gale ini dibuat oleh seorang raja,

dan ditempkan di sebuah pondok kecil yang berada dihutn pada

zaman dahulu, tetapi sekarang ada di kabupaten samosir daerah

simanindo.

Patung ini sering dipertunjukkan untuk mengetahui seluk

beluknya berikut dengan keunikan patung sigale gale tersebut.

  TONGKAT TUNGGAL PANALUNGAN

      Tongkat tunggal panalungan di adat batak itu sangat

sakral, karena merupakan tongkat ke besaran, dan biasabta

tongkat tunggal panaluan ini diguanakan oleh para penetua adat

batak, seperti penyambutan

D.    Sejarah Perkembangan Agama Suku Batak

1.      Agama Parmalim

Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen

ke tanah Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama

dan istilah “dewa-dewa”. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno)

adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan

kepada benda-benda mati.

Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah

leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi

orang tersebut maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang

paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan

yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia.

Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India

dan istilah “Debata”, sombaon yang paling besar orang Batak

(kuno) disebut “Ompu Na Bolon” (Kakek/Nenek Yang Maha Besar).

Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan

tetapi dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek

moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga

menciptakan adat bagi manusia. Tetapi setelah masuknya

kepercayaan dan istilah luar khususnya agama Hindu; Ompu

Nabolon ini dijadikan sebagai dewa yang dipuja orang Batak

kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa.

Untuk menekankan bahwa “Ompu Nabolon” ini sebagai kakek/nenek

yang terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia,

Ompu Nabolon menjadi “Mula Jadi Nabolon” atau “Tuan Mula Jadi

Nabolon”.

Mereka beribadah setiap hari sabtu dan memiliki dua hari

peringatan besar setiap tahunnya yaitu Sipaha Sada dan Sipaha

Lima. Sipaha Sada ini dilakukan saat masuk tahun baru Batak

yang dimulai setiap bulan Maret. Dan Sipaha Lima yang

dilakukan saat bulan Purnama yang dilakukan antara bulan juni-

juli.

Dalam upacara, laki-laki yang telah menikah biasanya

mengunakan sorban seperti layaknya orang muslim, sarung dan

Ulos (selendang batak). Sementara yang wanitanya bersarung dan

mengonde rambut mereka. Semua acara Parmalin dipimpin langsung

oleh Raja Marnokkok Naipospos. Kakek Raja Marnokkok adalah

Raja Mulia Naipospos yang menjadi pembantu utama

Sisingamangaraja XI. Kini penganut Parmalin ini mencapai 7000

orang termasuk yang bukan orang batak. Mereka tersebar di 39

tempat di Indonesia termasuk di Singkil Nanggroe Aceh

Darussalam.

Kitab-Kitab Dalam Agama Parmalim

a.       Kitab Batara Guru,Kitab ini berisi seluruh rahasia Allah

tentang terjadinya bumi dan manusia beserta kodrat kehidupan

dan kebijakan manusia.

b.      Kitab Debata Sorisohaliapan, Kitab ini berisi tatanan hidup

manusia.

c.       Kitab Mangala Bulan, Kitab Mangala Bulan menerangkan

tentang cerminan kekuatan Allah.

d.      Debata Asi-Asi, Kitab ini menerangkan tentang inti dari

Kitab Batara Guru, Debata Sorisohaliapan, Mangala Bulan

(Debata Natolu) dan induk dari segala kitab.

e.       Kitab Boru Debata, Kitab ini berisikan tentang kehidupan

wanita hingga memperoleh anak.

f.       Kitab Pengobatan, Kitab ini menerangkan tentang bagaimana

manusia agar selalu sehat, bagi orang sakit menjadi sembuh,

bagaimana agar dekat dengan Tuhan dan bagaimana cara

melaksanakan budaya ritual agar manusia itu sehat.

g.      Falsafah Batak, Kitab ini berisi tentang adat istiadat,

budaya, hukum, aksara seni tari, seni musik terutama bidang

pemerintahan kerajaan sosial ekonomi.

h.      Kitab Pane Nabolon, Sejak zaman dahulu orang batak sudah

mengetahui perjalanan bulan dan bintang setiap harinya.

i.        Kitab Raja Uhum Manisia, Kitab ini adalah kitab yang

berisi penghakiman.

2.      Agama Islam

Perang Paderi Sumatera Barat berawal dari pertentangan

antara kaum adat dengan kaum ulama. Sebagaimana seluruh

wilayah di Asia Tenggara lainnya, sebelum masuknya agama

Islam, agama yang dianut masyarakat di Sumatera Barat juga

agama Buddha dan Hindu. Setelah kembalinya beberapa tokoh

Islam dari Mazhab Hambali yang ingin menerapkan alirannya di

Sumatera Barat, timbul pertentangan antara kaum adat dan kaum

ulama, yang bereskalasi kepada konflik bersenjata. Karena

tidak kuat melawan kaum ulama (Paderi), kaum adat meminta

bantuan Belanda, yang tentu disambut dengan gembira. Maka

pecahlah Perang Paderi yang berlangsung dari tahun 1816 sampai

1833. Selama berlangsungnya Perang Paderi, pasukan kaum Paderi

bukan hanya berperang melawan kaum adat dan Belanda, melainkan

juga menyerang Tanah Batak Selatan, Mandailing, tahun 1816 –

1820 dan kemudian mengIslamkan Tanah Batak selatan dengan

kekerasan senjata, bahkan di beberapa tempat dengan tindakan

yang sangat kejam.

Agama Islam yang masuk ke Mandailing dinamakan oleh

penduduk setempat sebagai Silom Bonjol (Islam Bonjol) karena

para penyerbunya datang dari Bonjol. Seperti juga di Jawa

Timur dan Banten rakyat setempat yang tidak mau masuk Islam,

menyingkir ke utara dan bahkan akibat agresi kaum Paderi dari

Bonjol, tak sedikit yang melarikan diri sampai Malaya.

Penyerbuan Islam ke Mandailing berawal dari dendam keturunan

marga Siregar terhadap dinasti Singamangaraja dan seorang anak

hasil incest (hubungan seksual dalam satu keluarga) dari

keluarga Singamangaraja X.

Penyebaran Mazhab Hambali dimulai tahun 1804 dengan

pemusnahan keluarga Kerajaan Pagarruyung di Suroaso, yang

menolak aliran baru. Penyerbuan ke Tanah Batak dimulai pada 1

Ramadhan 1231 H (tahun 1816 M), dengan penyerbuan terhadap

benteng Muarasipongi yang dipertahankan oleh Marga Lubis.

5.000 orang dari pasukan berkuda ditambah 6.000 infanteri

meluluhlantakkan benteng Muarasipongi, dan seluruh penduduknya

dibantai tanpa menyisakan seorangpun. Kekejaman ini sengaja

dilakukan dan disebarluaskan untuk menebarkan teror dan rasa

takut agar memudahkan penaklukkan. Setelah itu, satu persatu

wilayah Mandailing ditaklukkan oleh pasukan Paderi, yang

dipimpin oleh Tuanku Rao dan Tuanku Lelo, yang adalah putra-

putra Batak sendiri. Selain kedua nama ini, ada sejumlah orang

Batak yang telah masuk Islam, ikut pasukan Paderi menyerang

Tanak Batak, yaitu Tuanku Tambusai (Harahap), Tuanku Sorik

Marapin (Nasution), Tuanku Mandailing (Lubis), Tuanku Asahan

(Mansur Marpaung), Tuanku Kotapinang (Alamsyah Dasopang),

Tuanku Daulat (Harahap), Tuanku Patuan Soripada (Siregar),

Tuanku Saman (Hutagalung), Tuanku Ali Sakti (Jatengger

Siregar), Tuanku Junjungan (Tahir Daulay) dan Tuanku Marajo

(Harahap).

3.      Agama Kristen

Ketika pekabaran Injil sudah dilakukan secara sistematis

di sejumlah daerah di Indonesia tidak demikian halnya di Tanah

Batak (Utara). Kawasan ini masih sangat tertutup seperti

dikelilingi kabut misteri. Suku Batak Toba yang mendiaminya

tetap asyik dengan kehidupan sosial yang dicengkeram agama

suku, masih pele begu, peradaban yang cenderung primitif

karena hidup dalam permusuhan, perbudakan, penculikan,

perampokan, perjudian, dan kanibalisme. Maka istilah “Jangan

coba-coba mendekati orang Batak” memaksa Burton dan Ward menarik

langkah mereka mundur dari Tanah Batak saat berkunjung Juli

1824. Burton dan Ward adalah utusan Babtist Church of England,

tercatat sebagai misionaris pertama yang mengunjungi Tanah

Batak.

Secara umum Pekabaran Injil di dunia adalah mengkuti

pembukaan segala benua melalui gerakan imperialisme dan

kolonialisme. Maka, tak heran apabila mesionaris perintis di

Tanah Batak tertahan di Sipirok dan Angkola yang sudah masuk

dalam penaklukan Belanda, belum masuk ke Tanah Batak sebelum

daerah itu betul-betul masuk dalam kekuasaan Belanda .

Setelah Burton-Ward dan Munson-Lyman, misionaris perintis

lain yang menyusul adalah Gerrit van Asselt. Dia diutus Ds

Wetteven dari kota Ermello, Belanda, tiba di Sumatra Mei 1856

dan berpos di Sipirok ,1857. Organisasi yang megirimkan Gerrit

van Asselt sangat kecil, bahkan dalam buku Sejarah Gereja,

karangan Dr.H .Berkog dan Dr. IH Enklar sama sekali tidak

disebut-sebut. Ada yang mencatat Zending Ermello berada di

bawah naungan Nederlandse Zendingsvereniging (NZV). Akan

tetapi, karena NZV baru berdiri pada tahun 1856, besar

kemungkinan Zending Ermello berada di bawah naungan Nederandse

Zending-Genootschap (NZG) yang berdiri pada tahun 1797, sebuah

organisasi Zending dari mana NZV berasal.

Koster dan van Dalen ditempatkan di Pargarutan. Van

Dallen kemudian pindah ke Simapilapil. Dammerbooer jadi

opzichter di sekolah Belanda sebelum ke Huta Rimbaru dan masuk

ke Mission Java Komite. Gerrit van Asselt sendiri pada 31

Maret 1961 membaptis orang Batak Kristen pertama, Simon

Siregar dan Jakobus Tampubolon di Sipirok.

Semangat Pekabran Injil de Eropah tak lagi tergantung

pada kerjasama suatu Gereja dengan pemerintahnya yang

melakukan kolinialisasi ke berbagai benua. Di Jerman, di tepi

sungai Zending. Rheinische Missionsgesellschaft (RM) yang

berdiri pada tahun 1818 mengutus misionaris ke daratan luas

dan suku-suku bangsa besar di Afrika dan Tiongkok, termasuk ke

Indonesia yang berada di bawah penguasaan Belanda.

Pemindahan Zendeling dari Kalimantan ke Tanah Batak

terkait dengan penugasan pimpinan RM, Inspektur Dr.Friedrich

Fabri kepada misionaris yang tertahan di Batavia akibat Perang

Banjar, pada tahun 1860. Ketika itu Febri berkunjung ke

Amsterdam, Belanda. Dia sangat tertarik pada dokumen van der

Took mengenai suku Batak Toba yang ditelitinya pada tahun

1849. Fabri mengutus Hoefen mengunjungi Tanah Batak, dan

berdasarkan laporan Hoefen RM menugaskan dua misionaris,

Klammer yang bertahan di Batavia dan Heine yang langsung

didatangkan dari Barmen, ke Tanah Batak. Keduanya tiba di

Sibolga 17 Agustus 1961 dan memilih Sipirok sebagai pos utama.

Heine dan Klammer tinggal melapor ke residen Tapanuli di

Sibolga karena Fabri sudah lebih dahulu meminta izin atas

penugasan kedua misionaris itu ke pemerintahan Belanda.

Ingwer Ludwig Nommensen (1834-1918) merupakan tokoh

sentral Pekabaran Injil di Tanah Batak. Dialah yang kemudian

dijuluki sebagai “Rasul Batak” yang menjadikan suku Batak Toba

menjadi suku bangsa maju.

Dia menginjakkan kaki di Barus Juni 1862, ditempatkan

oleh rekan-rekan pendahulunya di Parausorat Desember 1862,

lalu menginjakkan kaki di Silindung November 1863. Pekerjaan

di perbatasan, menurutnya tidak memadai karena dominan

penduduknya sudah memeluk agama Islam. Tak ada cara lain

kecuali memasuki Tanah Batak, Silindung adalah pilihan utama

karena jumlah penduduknya sangat besar, meskipun ditentang

pemerintah Hindia Belanda, harus ditempuh melalui medan yang

berat yaitu hutan belantara yang penuh marabahaya, serta

kemungkinan ditolak bahkan bisa terbunuh.

Dr.H.Berkof dan Dr.IH Enklaar dalam sejarah Gereja

mencatat, ”sungguhpun mula-mula pekerjaannya (pekerjaan Nommensen) amat

susah dan ia sering ditimpa sengsara dan bahaya, tetapi ia bernubuat: Aku melihat

seluruh daerah ini ditaburi dengan gedung-gedung gereja dan sekolah! Sekarang

ramalan itu sudah di genapi, karena oleh strategi Zending yang cakap, pimpinan

yang kuat, pekerja yang banyak dan latihan pengantar-pengantar jemaat dan guru

sekolah dengan secukupnya dari permulaan, maka lama kelamaan Gereja Kristus di

Tanah Batak meluas sampai menjadi Gereja muda paling besar di dunia.”:

Ditandai dengan didirikannya Universitas Nommensen (1954)

dengan kira-kira 3.000 mahasiswa pada tahun 1971,dan suatu

tata gereja baru (1962) yang dengannya dihapuskan sinode

distrik. HKBP juga mengembangkan usaha pendidikan dan

penginjilan dikalangan orang-orang Jawa di Sumatera Timur,

orang-orang Sakai di Riau, dan di Malaysia. Pada permulaan

tahun 1960-an HKBP hampir mempunyai 900.000 anggota di

sumatera dan banyak jemaat di pulau lainnya dan di Singapura.

Dalam perkembangannya HKBP beberapa kali mengalami

peristiwa “ditinggalkan jemaat”, di mulai tahun 1927 dengan

berdirinya Mission Batak, disusul Huria Christen Batak (HCB),

Punguan Kristen Batak (PKB), dan Huria Kristen Indonesia

(HKI). Pada tahun 1964 sejumlah anggota keluar dan menamakan

diri Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI). Atas kemelut

HKBP yang terjadi pada tahun 1990-an sejumlah anggota juga

banyak yang pindah ke Gereja lain. Menurut Almanak HKBP tahun

2007 HKBP memiliki 3.139 gereja yang tersebar di Indonesia

bahkan di Singapura dan Amerika Serikat. Dengan jumlah lebih

dari 5 juta jemaat HKBP di catat sebagai lembaga keagamaan

dengan jumlah angota terbesar ketiga setelah Nahdatul Ulama

(NU) dan Muhamadiyah.

E.     Falsafah dan sistem kemasyarakatan

Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus

sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang

dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut

penyebutan Dalihan Natolu menurut keenam puak Batak

1.      Dalihan Na Tolu (Toba)

a.       Somba Marhula-hula

b.      Manat Mardongan Tubu

c.       Elek Marboru

2.      Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola)

a.       Hormat Marmora

b.      Manat Markahanggi

c.       Elek Maranak Boru

3.      Tolu Sahundulan (Simalungun)

a.       Martondong Ningon Hormat, Sombah

b.      Marsanina Ningon Pakkei, Manat

c.       Marsanina Ningon Pakkei, Manat

d.      Marboru Ningon Elek, Pakkei

4.      Rakut Sitelu (Karo)

a.       Nembah Man Kalimbubu

b.      Mehamat Man Sembuyak

c.       Nami-nami Man Anak Beru

5.      Daliken Sitelu (Pakpak)

a.       Sembah Merkula-kula

b.      Manat Merdengan Tubuh

c.       Elek Marberru

BAB III

                                                  

PENUTUP              

KESIMPULAN

Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang

beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional,

dan bahasa daerah. Masyyarakat terdiri atas beberapa suku,

seperti melayu, nias, batak toba, batak karo, simalungun,

tapanuli tengah, tapanuli selatan (meliputi sipirok, angkola,

padang, bolah, dan mandailing). Serta penduduk pendatang

seperti minang, jawa, dan aceh yang bawa budaya serta adat

istiadatnya sendiri.

Semua etnis memiliki budaya masing-masing, mulai dari

agama, adat istiadat, upacara adat dari daerah, jenis makanan,

dan pakaian adat juga memilki suatu khas atau ciri dari setiap

daerah. Keragaman budaya tersebut sangat mendukung untuk

digunakan sebagai pusat pariwisata maupun cagar budaya di

Sumatra Utara.

DAFTAR PUSTAKA

1.      http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak

2.      http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/952/suku-batak-

sumatera-utara]

3.      http://www.kidnesia.com/Kidnesia?Potret-Negriku/Teropong-

Daerah/Sumatera-Utara/Seni-Budaya/Tari-Tor-Tor

4.      Narasumber : Bapak Sholihin, Tour Guide Taman Mini Indonesia Indah

anjungan Sumatera Utara.

IV. Refleksi: Memandang dan Menyikapi Kebudayaan Batak Dalam UpayaMemperbaharui dan Melestarikan Kebudayaan Batak  Dalam TerangFirman Allah.

Kebudayaan adalah prestasi atau hasil cipta, rasa, dankarsa manusia dalam alam ini. Kemampuan untukberprestasi/berkarya ini merupakan sikap hakiki yang hanya adapada manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.Karena itu sejak penciptaan, manusia telah diberi amanatkebudayaan (Kej 1:26-30)

Namun kejatuhan manusia dalam dosa telah menyebabkanmanusia hanya mampu menghasilkan kebudayaan yang menyimpangdari rencana Allah dan hanya demi kemuliaan diri manusiasendiri (dari God-centered menjadi man-centered)

Manusia lalu berusaha untuk mengisi keadaan kosong dalamhatinya dengan kebudayaan (agama, ilmu dan teknologi, seks,hiburan, harta, kesalehan, kedudukan tinggi, dll.) Namunkebudayaan manusia tidak akan pernah dapat memulihkan keadaanmanusia yang sudah jatuh dalam dosa. Pemulihan keadaan manusiadan kebudayaannya terjadi ketika Anak Allah yang Tunggal turunke dalam dunia untuk menebus dosa manusia.

Awal kedatangan Injil Ke Tanah (Jiwa) Batak Begitu lama suku bangsa Batak hidup terisolasi di Tanah

Batak daerah bergunung-gunung di pedalaman Sumatera BagianUtara. Pada waktu yang ditentukanNya sendiri, Allah mengirimhamba-hambaNya yaitu para missionaris dari Eropah untukmemperkenalkan Injil kepada kakek-nenek (ompung) dan ayah-ibukita yang beragama dan berbudaya Batak itu. Mereka punmenerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruslamat. Mereka tidaklagi bergantung kepada dewa-dewa dan roh-roh nenek moyang yangmati tetapi beriman kepada Allah Tritunggal (Bapa, Anak danRoh Kudus) yang hidup.Mereka berpindah dari gelap kepadaterang, dari keterbelakangan kepada kemajuan, dan terutamadari kematian kepada kehidupan yang kekal.Injil telah datingdan merasuk ke Tanah Batak!

Namun penerimaan kepada Kristus sebagai Tuhan. Rajadan .Juruslamat tidaklah membuat warna kulit kakek-nenek kitaberubah dari “sawo matang” menjadi “putih” (bule), ataumengubah rambut mereka yang hitam menjadi pirang. Mereka tetappetani padi dan bukan gandum, memakan nasi dan bukan roti,hidup di sekitar danau Toba dan bukan di tepi sungai Rhein.Penerimaan Kristus itu juga tidak mengubah status kebangsaanmereka dari “Batak” menjadi “Jerman”. Sewaktu menerima Injildan dibabtis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus kakek-nenek dan ayah-ibu kita tetaplah Batak dan hidup sebagaimasyarakat agraris Sumatera dengan segala dinamika danpergumulannya. Para missionaris itu juga tidak berusahamencabut kakek-nenek dan ayah-ibu kita yang Kristen itu darikebatakannya dan kehidupan sehari-harinya. Bahkan merekabersusah-payah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Batakagar kakek-nenek kita dapat mengerti dan menghayati FirmanTuhan itu dengan baik sekali. Selanjutnya melatih merekamemuji dan berdoa kepada Kristus yang baru mereka kenal itujuga dengan bahasa Batak (baca: bukan Inggris atau Yahudi).

Injil itu kini juga sampai kepada kita sekarang.Sebagaimana kakek-nenek dan ayah-ibu kita dahulu kita sekarangpun menerima dan mengakui Kristus sebagai Tuhan, Raja danJurusiamat. Anak Allah yang hidup. Melalui iman kepada Kristusitulah kita menerima hidup baru yang kekal, pengampunan,berkat, damai sejahtera Allah dan Roh Kudus. (Yoh 3:16). Samaseperti kakek-nenek dan ayah-ibu kita dahulu. kita yangsekarang pun mengalami bahwa babtisan dan kekristenan tidaklahmengubah warna kulit kita dari sawo matang menjadi putih. Jugatidak mengubah kita dari Batak-Indonesia menjadi Eropah-Amerika. Sebagai pengikut Kristus rupanya kita tidak harusmenjadi orang yang berbahasa dan berbudaya lain. Tidak adabahasa dan budaya atau status sosial tertentu yang mutlakmenjamin kita lebih dekat kepada Kristus. (Gal 3:28) tidak adajuga bahasa yang menghalangi kita datang kepadaNya.

Firman telah menjadi manusia sama seperti kita dantinggal diantara kita (Yoh 1 :14). ltu dapat diartikan bahwaFirman itu juga telah menjadi manusia Batak dan hidup diantarakita orang yang berjiwa dan berkultur Batak juga. Sebab itutidak ada keragu-raguan kita untuk menyapa, memuji dan berdoakepada Allah dengan bahasa, idiom, terminologi, simbol, ritme,corak dan seluruh ekspressi kultur Batak (termasuk lndonesiadan modernitas) kita Mengapa? Sebab Tuhan Yesus Kristus lebih

dulu datang menyapa kita dengan bahasa Batak yang sangat kitapahami dan hayati.

Bagaimanakah kita menyikapi tortor, gondang dan ulosBatak sebagai orang Kristen? Memang harus diakui bahwa padaawalnya – jaman dahulu – tortor dan gondang adalah merupakanritual atau upacara keagamaan tradisional Batak yang belummengenal kekristenan. Harus kita akui dengan jujur bahwaleluhur kita yang belum Kristen menggunakan seni tari danmusik tortor dan gondang itu untuk menyembah dewa-dewanya danroh-roh, selain membangun kebersamaan dan komunalitas mereka.Disinilah kita sebagai orang Kristen ( sekaligus batak-Indonesia) harus bersikap bijaksana, jujur, dan hati-hatiserta kreatif. Kita komunitas Kristen Batak sekarang maumenerima seni tari dan musik Tortor dan Gondang Batak warisanleluhur pra kekristenan itu, namun dengan memberinya maknaatau arti yang baru. Tortor dan gondang tidak lagi sebagaisarana pemujaan dewa-dewa dan roh-roh nenek moyang tetapisebagai sarana mengungkapkan syukur dan sukacita kepada AllahBapa yang menciptakan langit dan bumi, Tuhan Yesus Kristusyang menyelamatkan kita dari dosa, dan  Roh kudus yangmembaharui hidup dan mendirikan gereja. Bentuknya mungkinmasih sama namun isinya baru. Ini mirip dengan apa yangdilakukan gereja purba dengan tradisi pohon natal. Padaawalnya pohon terang itu adalah tradisi bangsa bangsa eropahyang belum mengenal Kristus namun diberi isi yang baru, yaituperayaan kelahiran Kristus. Begitu juga dengan tradisi telurpaskah, santa claus dll.

Dalam Alkitab kita juga pernah menemukan problematikayang sama. Di gereja Korintus  pernah ada perdebatan yangsangat tajam apakah daging-daging sapi yang dijual pasar(sebelumnya dipersembahkan di kuil-kuil) boleh dimakan olehorang Kristen. Sebagian orang Kristen mengatakan “boleh” namunsebagian lagi mengatakan “tidak”. Rasul paulus memberi nasihatyang sangat bijak. *Makanan tidak mendekatkan atau Menjauhkankita dari Tuhan. (l Kor 8:1-11). Keadaan Yang mirip juga terjadi di gereja Roma: apakah orang Kristen boleh memakansegalanya. (1 kor 14:15) Rasul Paulus memberi nasihat“Kerajaan Allah bukan soal makanan atau minuman, tetapi soalkebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (lKor14:17). Kita boleh menarik analogi dari ayat-ayat ini untukpersoalan tortor dan gondang dan juga ulos.  Benar bahwatortor dan gondang dahulu dipakai untuk penyembahan berhala,

namun sekarang kita pakai untuk memuliakan Allah Bapa, Anakdan Roh kudus.  Selanjutnya kita sadar bahwa  kekristenanbukanlah soal makanan, minuman, jenis tekstil atau musik,tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita Roh Kudus. Nasi sangsang atau roti selai tidak ada bedanya di hadapan Tuhan, Tenunanulos batak, dengan batik jawa atau brokat prancis sama saja nilainyadihadapan Kristus. Taganing (gondang, atau gondrang), orgel adalah sama-sama alat yang tidak bernyawa dan netral. Keduanya dapat dipakai untukmemuliakan Allah.

Persoalan sesungguhnya adalah: bagaimana sesungguhnyahubungan iman Kristen dan budaya. Dalam Matius 5:13-16 TuhanYesus menyuruh orang Kristen untuk menggarami dan menerangidunia. Itu artinya Tuhan Yesus menyuruh kita mempengaruhi,mewarnai, merasuki memperbaiki realitas social, konomi,politik dan budaya yang ada. Itu artinya sebagai orang Kristenkita dipanggil bukan untuk menjauhkan diri atau memusuhibudaya (tortor, gondang dan ulos dll) namun untuk menggaramidan meneranginya dengan firman Tuhan, kasih dan kebenaranNya.Bukan membakar ulos tetapi memberinya makna baru yangkristiani. Namun sebaliknya kita juga diingatkan agar tidakterhisab atau tunduk begitu saja kepada tuntutan budaya itu.Agar dapat menggarami dan menerangi budaya (tortor. gondangdan ulos dll) kita tidak bersikap ekstrim: baik menolak ataumenerima secara absolut dan total. Kita sadar sebagai orangKristen, kita hanya tunduk secara absolute kepada Kristus danbukan kepada budaya.  Sebaliknya kita juga sadar bahwa sebagaiorang Kristen (di dunia) kita tidak dapat mengasingkan diridari budaya.  Lantas bagaimana? Disinilah pentingnya sikapkreatif dan kritis dalam menilai hubungan iman Kristen danbudaya batak itu, termasuk tortor dan gondang serta ulos. Manayang baik dan mana yang buruk? Mana yang harus dipertahankan(dilestarikan)  dan mana yang harus di ubah? Mana yang relevandengan kekristenan, dan yang tidak relevan dengan kekristenan?

Kita mengakui dengan jujur bahwa sebelum datangnyakekristenan tortor dan gondang adalah sarana untuk memintakesuburan (sawah, ternak. dan manusia). menolak bala dan ataumenghormati dewa-dewa dan roh nenek moyang. Bagi kita orangKristen tortor dan gondang bukanlah sarana membujuk TuhanAllah agar menurunkan berkatNya, namun salah satu cara kitamengekspressikan atau menyatakan syukur dan sukacita kitakepada Allah Bapa yang kita kenal dalam Yesus Kristus danmembangun persekutuan sesama kita.Selanjutnya sebelum

datangnya kekristenan gondang dianggap sebagai reflector atauyang memantulkan permintaan warga kepada dewa-dewa. Bagi kitayang beriman Kristen, gondang itu hanyalah alat musik belakadan para pemainnya hanyalah manusia fana ciptaan Allah. Kitadapat menyampaikan syukur atau permohonan kita kepada Allahbapa tanpa perantara atau reflektor kecuali Tuhan YesusKristus. Dahulu bagi nenek moyang kita sebelum kekristenan,tortor dan gondang sangat terikat kepada aturan-aturan pra-Kristen yang membelenggu: misalnya wanita yang tidakdikaruniai anak tidak boleh manortor dengan membuka tangan.Bagi kita yang beriman Kristen sekarang, tentu saja semuaorang boleh bersyukur dan bersukacita di hadapan Tuhannyatermasuk orang yang belum atau tidak menikah, memiliki anak,belum atau tidak memiliki anak, belum atau tidak memiliki anaklaki-laki. Semua manusia berharga dihadapan Tuhan dan telahditebusNya dengan darah Kristus yang suci dan tak bernoda (1pet 1:19).