MAKALAH KIMIA TENTANG KOLOID

22
MAKALAH KIMIA TENTANG KOLOID "Manfaat Koloid Dalam Industri dan Penerapan Konsep Sistem Koloid Lalam Dunia Industri" KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Kimia, yaitu berjudul “ Penerapan Konsep Sistem Koloid Dalam Dunia Industri dan Manfaat Koloid Dalam Dunia Industri” tepat pada waktunya. Dalam penulisan ini, penulis sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang kepada pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan jalannya tulisan ini. Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetauan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat meperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang, oleh karena itu penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Bangkinang, 30 Penulis BAB I PENDAHULUAN

Transcript of MAKALAH KIMIA TENTANG KOLOID

MAKALAH KIMIA TENTANG KOLOID "Manfaat Koloid Dalam Industri dan Penerapan Konsep Sistem Koloid Lalam Dunia Industri"

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

Kimia, yaitu berjudul “ Penerapan Konsep Sistem Koloid Dalam Dunia

Industri       dan Manfaat Koloid Dalam Dunia Industri” tepat pada

waktunya.

            Dalam penulisan ini, penulis sangat banyak mendapat

bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih

yang kepada pihak-pihak yang telah membantu keberhasilan jalannya

tulisan ini.

            Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah

pengetauan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat

meperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat

lebih baik.

            Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena

pengalaman yang penulis miliki sangat kurang, oleh karena itu

penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan

masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

                                                                     

                            Bangkinang, 30

     Penulis

   

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Era globalisasi merupakan era atau zaman yang

mengedepankan industri. Sehingga, tidak mengherankan jika di era

globalisasi ini, dunia industri berkembang semakin pesat. Hal ini

dapat dilihat dari menjamurnya berbagai macam perusahaan di bidang

industri dewasa ini. Perkembangan industri yang semakin pesat ini

tidak lepas dari dukungan berbagai faktor, seperti sumber daya alam

(S D A), sumber daya manusia (S D M), serta ilmu pengetahuan dan

teknologi (I P T E K). Dengan perpaduan ketiga faktor di atas yang

bekerja secara sinergis dan continue, maka akan dapat menciptakan

suatu kemajuan yang tentunya akan berimbas pada tingkat

kesejahteraan masyarakat.                                      

            Industri yang berkembang saat ini tidak terlepas dari

bantuan dari berbagai ilmu pengetahuan. Salah satu contoh industri

yang ada adalah industri cat. Dalam industri cat ini, salah satu

cabang ilmu pengetahuan yang digunakan adalah ilmu kimia. Cabang

ilmu kimia yang diaplikasikan dalam industri cat adalah penerapan

konsep sistem koloid. Dimana, dalam cat ini ada 2 (dua) fase zat

yang bercampur menjadi satu. Partikel-partikel yang bercampur tidak

dapat diamati dengan mata telanjang, melainkan harus menggunakan

suatu alat bantu yang berupa mikroskop ultra[1]. Dalam hal ini, fase

zat yang terdispersi adalah zat padat dan zat cair sebagai medium

pendispersinya. Pada pencampuran dua zat yang berbeda fase ini tidak

terjadi pengendapan. Sehingga konsep sistem koloid ini sangat tepat

digunakan dalam industri cat.

            Lebih jauh, konsep sistem koloid yang diterapkan dalam

dunia industri tidak hanya sebatas zat padat yang terdispersi dalam

medium pendispersi yang berupa zat cair. Berbagai jenis sistem

koloid telah diterapkan di dunia industri dan hasilnya terciptalah

berbagai produk industri yang bisa dinikmati, seperti susu, kerupuk,

mentega, dan lain sebagainya. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi

kehidupan manusia.           

            Dalam dunia industri, kadangkala dijumpai suatu bahan

yang tidak dapat larut dalam suatu pelarut. Oleh karena itu, untuk

membuat bahan tersebut stabil (dapat larut) diterapkanlah konsep

sistem koloid ini. Hal ini karena koloid mempunyai gerak Brown.

Sifat inilah yang menyebabkan suatu bahan yang tidak stabil menjadi

stabil. Karena partikel-partikel bergerak terus-menerus, maka

partikel-partikel koloid dapat mengimbangi gaya grafitasi sehingga

tidak mengalami sedimentasi (pengendapan). Sehingga, pembelajaran

dan pemahaman mengenai berbagai jenis sistem koloid, khususnya yang

diaplikasikan dalam dunia industri sangat diperlukan untuk menunjang

kemajuan dunia perindustrian.

1.2 Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan

perumusan masalah, yaitu sebagai berikut:

1.      Apakah yang dimaksud dengan sistem koloid?

2.       Apa sajakah jenis-jenis sistem koloid?

3.      Bagaimana penerapan konsep sistem koloid dalam dunia industri?

4.      Apakah Manfaat koloid dalam industri?

1.3  Tujuan

            Tujuan pembuatan makalah ini adalah:

  Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem koloid beserta

sifat-sifatnya sehingga dapat diterapkan dalam dunia industri.

   Untuk mengidentifikasi jenis-jenis sistem koloid sehingga mampu

menerapkan masing-masing jenis sistem koloid tersebut dengan tepat.

BAB II

LANDASAN

2.1 Pengertian Sistem Koloid

Nama koloid untuk pertama kali diberikan oleh Thomas Graham

pada tahun 1861. Istilah koloid berasal dari bahasa Yunani, yaitu

kolla yang berarti lem dan oid yang berarti seperti. Secara harfiah,

koloid dapat diartikan seoerti lem. Karena, koloid diibaratkan

seperti lem dalam hal kemampuan difusinya.Nilai difusi koloid sama

rendahnya dengan lem. .

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara

dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran

koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di

dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara

campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu

koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen

menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki

sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan

gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran

yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran,

contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.  

            Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran

yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal

dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah

tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan

(air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain,

seperti mayones, hairspray, jelly, dll.

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat

terlarut dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut,

sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent.

Contohnya larutan gula atau larutan garam.     

            Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem

dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki

ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga

terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi

tidak terpengaruh oleh gravitasi atau gaya lain yang dikenakan

kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya.

Secara sepintas, koloid hampir sama dengan larutan. Namun,

untuk membuktikan apakah suatu campuran itu dapat digolongkan koloid

atau bukan, maka diperlukan suatu alat bantu, yaitu mikroskop ultra

karena ukuran Berdasarkan tabel di atas, koloid terdiri dari dua

fase zat. Salah satu zat bersifat continue dan yang lain bersifat

discontinue (terputus-putus). Selanjutnya, fase continue disebut

sebagai medium dispersi dan zat yang berfase discontinue disebut

sebagai zat terdispersi.

2.2 Sifat-sifat Koloid

            Berikut ini merupakan sifat-sifat dari koloid antara

lain sebagai berikut :

1. Efek Tyndall

2. Gerak Brown  

3. Elektroforesis

4. Absorpsi

5. Koagulasi

6. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

7. Dialisis

8. Koloid Pelindung

2.3 Cara pembuatan Koloid

1.      Cara Kondensasi

  Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan

oksidasi.

Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen

sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan

mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2.

2H2S + SO2 2H2O + 3S (koloid)

Misalnya:

- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan

garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik

formaldehida HCOH;

2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam

air dengan mengalirnya gas H2S:

2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)

  Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.

Contoh : pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke

dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol

Fe(OH)3.

FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya:

- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan

memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air

mendidih;

FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion

H+)

- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam

air mendidih;

AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

  Dekomposisi Rangkap

Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan

larutan H2S

2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O

Misalnya:

- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan

melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang

berwarna kuning terang;

As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)

(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion

S2-)

- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan

larutan HCl encer;

AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

  Penambahan (percikan) pelarut yang sukar larut

Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan

terbentuk suatu koloid berupa gel.

Penggantian Pelarut

Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi

sehingga fasa terdispersi yang semulal arut setelah diganti

pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;

o   untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah

larut dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air,

belarang harus terlebih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh.

Baru kemudian larutan belerang dalam etanol tersebut ditambahkan

sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang

akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan

kelarutan belerang dalam air.

o   Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula

dilarutkan terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan

tersebut ditambahkan etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah

koloid kalsium asetat.

2.      Cara Dispersi

            Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi

partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik,

peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).

Cara Dispersi

Prinsip : Partikel Besar —————-> Partikel Koloid

Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:

  Cara Mekanik

Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau

penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu,

kemudian diaduk dengan medium dispersi.               

Contoh : sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang

bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian

mencampur serbuk halus itu dengan air.      

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat

dengan proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel

berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut

penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:  

- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.

- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir

sepatu, deterjen, dsb.

- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.

- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi,

tekstil, dan kertas.

Alat penggilingan koloid terdiri dari 2 pelat baja dengan arah

rotasi berlawanan. Partikel kasar akan dimasukkan ke ruang antara

kedua pelat tersebut dan selanjutnya digiling. Partikel berukuran

koloid yang terbuntuk kemudian didispersikan dalam medium

pendispersinya untuk membuat system koloid. Contoh koloid yang

dibuat dalam proses ini ialah koloid grafit untuk pelumas, tinta

cetak, cat, dan sol belerang.

  Cara Busur Bredik

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam

yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang

dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik

di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar

ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga

membentuk partikel koloid. Jadi cara busur ini merupakan gabungan

cara dispersi dan cara kondensasi.

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol

logam, sperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah

menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode.

Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air

suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian,

kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan

menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam

medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa

pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid

dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai

metode dispersi.

  Cara Peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar

atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi

(pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi

butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi,

yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh

enzim peptin.

Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton,

karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S

dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-

butir kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan

dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut

dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung ion sejenis

ataupun pelarut tertentu.

Contoh:

- Agar-agar dipeptisasi oleh air; karet oleh bensin.

- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.

- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru

terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi

Fe+3 sehingga bermuatan positif

- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan

membnetuk sistem kolid. Contohnya; gelatin dalam air.

Cara peptisasi adalah proses dispersinya endapan menjadi system

koloid dengan penambahan zat pemecah. Zat pemecah yang dimaksud

adalah elektrolit, terutama yang mengandung ion sejenis, atau

pelarut tertentu. Sebagai contoh: Jika pada endapan Fe(OH)3

ditambahkan elektrolit FeCl3 (mempunyai ion Fe3+ yang sejenis) maka

Fe(OH)3  maka Fe(OH)3  akan mengadsorpsi ion-ion Fe3+  tersebut.

Sehingga, endapan menjadi bermuatan positif dan memisahkan diri

untuk membentuk partikel-partikel koloid.

Beberapa contoh lain :

- Sol NiS dibuat dengan penambahan H2S kedalam endapan NiS

-     Sol AgCl dibuat dengan penambahan HCl ke dalam endapan AgCl

-     Sol  Al(OH)3 dibuat dengan penambahan AlCl3 ke dalam endapan

Al(OH)3

2.4 Jenis jenis koloid

            Sistem dispersi koloid dapat terjadi dari dispersi zat

padat, zat cair, atau zat gas ke dalam zat pendispersi dalam fase

padat, cair, atau gas. Gas yang terdispersi dalam gas tidak disebut

koloid karena selalu bersifat homogen (menghasilkan larutan, bukan

koloid).           

Sistem koloid diberi nama berdasarkan fase terdispersi dan fase

pendispersinya.

1)      Koloid Sol

Koloid sol merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat

terdispersi padat. Koloid sol ada tiga jenis, yaitu:                 

a. Sol padat (padat-padat)           

      Sol padat adalah jenis koloid dengan fase zat padat

terdispersi dan fase zat pendispersi padat. Contoh sol padat adalah

logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.

b. Sol cair (padat-cair       )

      Sol cair atau biasa disebut sol saja adalah jenis koloid

dengan fase zat padat terdispersi dan fase zat pendispersi cair.

Contoh: cat, tinta, dan kanji.     

c. Sol gas (padat-gas)       

      Sol gas atau biasa disebut aerosol padat adalah jenis koloid

dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase gas. Contoh: asap

dan debu.        

Berdasarkan sifat adsorbsi yang dimiliki oleh koloid sol, koloid sol

dibedakan menjadi 2, yaitu sol liofil dan sol liofob.       

a. Sol Liofil           

      ol liofil adalah sol yang zat terdispersinya akan menarik dan

mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut menggunakan air

sebagai mediumnya, maka disebut hidrofil.. Contoh sol hidrofil

adalah kanji, protein, sabun, agar-agar, detergen, dan gelatin.

b. Sol Liofob         

      Sol liofil adalah sol yang zat terdispersinya tidak menarik

dan tidak mengadsorpsi molekul mediumnya. Bila sol tersebut

menggunakan air sebagai mediumnya, maka disebut hidrofob. Contoh sol

hidrofob adalah sol sulfida, sol logam, sol belerang, dan sol

Fe(OH)3.

Sol liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terkoagulalsi

jika ditambah sedikit elektrolit. Oleh karena itu, koloid liofil

lebih stabil jika dibandingkan koloid liofob. Untuk mtnggumpalkan

koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak sebab

selubung molekul-molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung

harus dipecahkan terlebih dahulu. Untuk memisahkan mediumnya dari

koloid liofil dapat kita lakukan dengan cara pengendapan atau

penguapan. Akan tetapi, jika zat mediumnya ditambah lagi, maka akan

terbentuk koloid liofil lagi. Dengan kata lain, koloid liofil

bersifat reversibel. Koloid liofob mempunyai sifat yang brelawanan

dengan koloid liofil          

sifat liofob:           

1 Menarik dan mengadsorpsi molekul mediumnya. Tidak menarik dan

tidak mengadsorpsi molekul mediumnya.     

2 Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi besar

Afinitas fase terdispersi terhadap medium pendispersi kecil   

3 Jika mediumnya air disebut hidrofil Jika mediumnya air disebut

hidrofob      

4 Lebih kental daripada mediumnya Medium lebih kental         

5 Tidak terkoagulasi jika ditambah sedikit elektrolit Terkoagulasi

jika ditambah sedikit elektrolit.

6 Lebih stabil Kurang stabil         

7 Reversibel Irreversibel  

2)      Koloid Emulsi      

      Koloid emulsi merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat

terdispersi cair. Koloid emulsi ada tiga jenis, yaitu:

a. Emulsi padat (cair-padat)        

      Emulsi padat atau biasa disebut gel adalah jenis koloid dengan

fase zat cair terdispersi dalam fase zat pendispersi padat. Gel

(dari bahasa Latin gelu - membeku, dingin, es atau gelatus -

membeku) adalah campuran koloidal antara dua zat berbeda fase padat

dan cair. Penampilan gel seperti zat padat yang lunak dan kenyal

(seperti jelly), namun pada rentang suhu tertentu dapat berperilaku

seperti fluida (mengalir). Berdasarkan berat, kebanyakan gel

seharusnya tergolong zat cair, namun mereka juga memiliki sifat

seperti benda padat. Contoh gel adalah gelatin, agar-agar, mentega,

mutiara, dan, gel rambut

Nasi merupkan salah satu contoh koloid emulsi padat. Komponen nasi

adalah beras dan air. Seblum dicampur, beras merupakan fase padat

dan air fase cair. Setelah dicampur melalui proses memasak,

diperoleh nasi yang merupakan koloid dan fasenya padat. Dari

pengertian fasek continue dan discontinue tersebut, maka fase padat

merupakan fase continue dan fase cair merupakan fase discontinue.

Biasanya gel memiliki sifat tiksotropi (Ing.: thyxotropy), yaitu

menjadi cairan ketika digoyang, tetapi kembali memadat ketika

dibiarkan tenang. Beberapa gel juga menunjukkan gejala histeresis.

Dengan mengganti cairan dengan gas dimungkinkan pula untuk aerogel

('gel udara'), yang merupakan bahan dengan sifat-sifat yang khusus,

seperti massa jenis rendah, luas permukaan yang sangat besar, dan

isolator panas yang sangat baik.

b. Emulsi cair (cair-cair)  

       Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi

cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat

saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair

non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat

lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu, minyak ikan, dan

santan kelapa.

c. Emulsi Gas (cair-gas)  

      Emulsi gas atau biasa disebut aerosol cair adalah jenis koloid

dengan zat fase cair terdispersi dalam zat fase pendispersi gas.

Contoh: obat-obat insektisida (semprot), kabut, awan, dan hair

spray.

3)      Koloid Buih         

Koloid buih merupakan koloid yang terbentuk dari fase zat

terdispersi gas. Koloid emulsi ada dua jenis, yaitu:      

a. Buih padat (gas-padat)

      Buih padat adalah jenis koloid dengan fase zat gas terdispersi

dalam fase zat pendispersi padat. Kestabilan buih ini dapat

diperoleh dari zat pembuih juga (surfaktan).        

Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:  

1) Roti Proses peragian yang melepas gas karbondioksida (CO2)

terlibat dalam proses pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten

dari tepung kemudian akan membentuk lapisan tipis mengelilimgi

gelembung-gelembung karbondioksida (CO2) untuk membentuk buih padat.

2) Batu apung terbentuk dari proses solidifikasi gelas vulkanik.

3) Busa jok           

BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Penerapan Konsep Sistem Koloid Dalam Dunia Industri        

             Koloid merupakan satu-satunya bentuk campuran bukan

larutan yang komposisinya (susunannya) merata dan stabil (tidak

memisah jika didiamkan). Dari contoh-contoh koloid yang telah

disebutkan, kita dapat melihat kecenderungan industri membuat

produknya dalam bentuk koloid. Misalnya, industri kosmetik, industri

makanan, industri farmasi, dan lain-lain. Mengapa harus koloid? Hal

ini dilakukan karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk

menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan

secara "homogen" dan stabil (pada tingkat mikroskopis). Cat, sebagai

contoh, mengandung pigmen yang tidak larut dalam air atau medium

cat, tetapi dengan sistem koloid dapat dibuat suatu campuran yang

"homogen" (merata) dan stabil. Koloid juga sangat diperlukan dalam

industri cat, keramik, plastik, tekstil, kertas, karet, lem, semen,

tinta, kulit, film foto, bumbu selada, mentega, keju, makanan,

kosmetika, pelumas, sabun, obat semprot insektisida, detergen,

selai, gel, perekat, dan sejumlah besar produk-produk industri

lainnya.        

Berbagai jenis sistem koloid diterapkan di dalam dunia industri,

yaitu sebagai berikut:      

1.      Industri kosmetika     

Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant

berbentuk koloid dan umumnya sebagai emulsi.

Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium

pendispersi sama-sama merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran

koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator). Susu merupakan

emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-

obatan yang tidak larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan

dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak ikan. Emulsi yang dalam

bentuk semipadat disebut krim.

2        Industri tekstil

Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya

serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid

karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada

tekstil.     

3        Industri sabun dan deterjen   

Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara

kotoran (minyak) dengan air.            

4        Cotrell Pabrik Industri           

Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik,

digunakan suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk

menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas buangan

yang keluar dari cerobong asap pabrik.      

5        Penjernihan Air          

Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel

koloid tanah liat, lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang

bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk

diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid

tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan

tawas (Al2(SO4)3). Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan

terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan

positif melalui reaksi:           

Al3+ + 3H2O (Al(OH)3 + 3H+

Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari

partikel koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur.

Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap

karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema proses

penjernihan air secara lengkap.

6        Pemutihan Gula         

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan

gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid

tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat

warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat

warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.          

 3.2 Manfaat Koloid Dalam Industri

            Manfaatnya yaitu :

         Mengurangi polusi udara

Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya

dapat diatasi dengan smenggunakan alat yang disebut pengendap

cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan

penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah

bebas dari asap dan partikel berbahaya.

Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan

melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan

tinggi (20.000 sampai 75.000 volt).  Ujung-ujung yang runcing akan

mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan

diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya,

partikel  bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang

lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk

dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan

memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).

         Penggumpalan lateks

Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah

karet merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan.

Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar

(polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid

dalam sol  getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet

harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan terpisah dari medium

pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah  karet, biasanya

digunakan asam formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan

asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi

partikel karet. Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan

partikel karet sehingga karet akan menggumpal.

Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu diproses

lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi

karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain,  misalnya

pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan

melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk

menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan

amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi partikel

karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga

sol tidak menggumpal.                    

         Penjernihan air

Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan

air. Kadang-kadang air  dari mata air seperti sumur gali dan sumur

bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air

permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air

dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar

seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada

dasarnya penjernihan air itu dilakukan  secara bertahap. Mula-mula

mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut           

dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat

kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran

menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor

untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang  dihasilkan dari

penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus

dimasak  terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.

Untuk memperjelas tentang penjernihan air perhatikan gambar 9.13

berikut!

 Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum

diolah), namun pada  dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap

pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan

sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini 

memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang

berupa koloid  tidak dapat diendapkan dengan cara itu.

Pada  tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air

yang mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan

yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat,

besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian

koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga

untuk menjadikan  pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar

antara 5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat,

sedangkan untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–

5,5.

Pada  tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami

proses pengendapan, benda-benda koloid yang telah menggumpal

dibiarkan mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air tersebut

disaring melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih

terbawa di dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut.

Pada  tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi

sedikit air kapur untuk menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri

diberikan kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).

Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:

Jenis industri Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad

Industri kosmetika dan

perawatan tubuh

Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat Cat

Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen

Industri pertanian Peptisida dan insektisida

Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:

         Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem

dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen.

         Sistem Koloid ada tiga jenis, yaitu:

  Koloid Sol (fase terdispersi padat):

1) Sol padat (padat-padat), contoh intan hitam, kaca berwarna, dan

baja.

2) Sol cair (padat Cair), contohnya adalah cat, tinta, dan kanji.

3) Sol gas (padat-gas), contohnya adalah asap dan debu.

  Koloid Emulsi (fase terdispersi cair):

1) Emulsi padat (cair padat), contohnya adalah nasi, agar-agar,

mentega, mutiara.

2) Emulsi cair (cair-cair), contohnya adalah susu, minyak ikan, dan

santan kelapa.

3) Emulsi gas (cair-gas), contohnya adalah kabut, awan, dan hair

spray.

  Koloid buih (fase terdispersi gas):

1) Buih padat (gas-padat), contohnya contohnya adalah kerupuk, roti,

Styrofoam, dan busa jok.

2) Buih cair (padat-cair), contohnya adalah Buih hasil kocokan putih

telur, Buih hasil akibat pemadam kebakaran Alat pemadam kebakaran,

buih sabun, soda, pasta, dank rim kocok.

  Sistem Koloid digunakan dalam industri:

a. Industri kosmetika

b. Industri tekstil

c. Industri sabun dan deterjen

d. Cotrell Pabrik Industri

e. Penjernihan Air

f. Pemutihan Gula

4.2 Saran

Koloid merupakan hal yang penting dalam industri, karna sangat

banyak digunakan dalam industri, sebagai contoh yaitu untuk

pembuatan kosmetik, pembuaatan makanan, pembuatan pupuk dll. Oleh

sebab itu saya sebagai penulis mengharapkan agar kita semua untuk

mempelajari tentang koloid supaya wawasan kita semakin bertambah dan

mempermudah kita dalam berkehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmo Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI seri SMS. Surakarta:

Erlangga          

Purba, Michael. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI, semester 2.

Jakarta: Erlangga.       

Parning, Horale, dan Tiopan (anggota IKAPI). 2006. Kimia 2B SMA

Kelas XI Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira.           

Pratiwi, Dra. D.A., dkk. 2007. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI.

Jakarta: Erlangga.     

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

http://sistemkoloid11.blogspot.com/

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid/

http://sahri.ohlog.com/komponen-dan-pengelompokkan-sistem

koloid.       

http://kylite.blogspot.com/2010/10/koloid.html

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007

http://id.wikipedia.org/wiki/Emulsihttp://tugasgw.wordpress.com/2009

/07/24/pembuatan-sistem-koloid/