Makalah keuangan syariah 1
Transcript of Makalah keuangan syariah 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menabung merupakan aktifitas yang dilakukan oleh
manusia sebagai upaya untuk menyimpan uangnya agar aman.
Zaman dahulu manusia menabung di bawah bantal, di bawah
kasur, ataupun diletakkan di salah satu sudut bagian
rumah. Perkembangan peradaban manusia membawa jalan
pikiran manusia untuk membuat aktivitas menabung
berpindah tempat tidak lagi hanya di lingkungan rumah,
namun telah berpindah ke sebuah lembaga yang di anggap
berpotensi untuk menjaga uangnya agar aman. Lembaga
tersebut biasa dikenal oleh masyarakat sekarang ini
dengan sebutan bank.
Perbankan syari’ah dalam peistilahan internasional
dikenal sebagai Islamic Banking atau juga diesebut dengan
interest-free banking. Peristilahan dengan menggunakan kata
Islamic tidak dapat dilepaskan dari asal-usul sistem
perbankan syari’ah itu sendiri. Bank syari’ah pada
awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok
ekonom dan praktisi perbankan Muslim yang berupaya
mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang
menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang
dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-
prinsip syari’ah Islam. Utamanya adalah berkaitan dengan
Manajemen bank syariah 1 | P a g e
pelarangan praktek riba, kegiatan maisir (spekulasi), dan
gharar (ketidakjelasan).
Belakangan ini bank syari’ah menjadi incaran bagi
para pelaku bisnis perbankan. Hal ini terjadi, karena
dari sisi ekonomi keberadaan bank syari’ah ini memberikan
nilai lebih dibandingkan dengan bank konvensional.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam makalah ini
akan menjelaskan tentang manajemen bank syari’ah.
1.2. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui dan memahami sistem bank syariah
b. Mengetahui pelaksaan manajeman bank syariah
c. Memahami pentingnya sistem syariah di lembaga keuangan
1.3. Perumusan Masalah
a. Apa peranan bank syariah?
b. Apakah Bunga bank = Riba ?
c. Perbedaan sistem bunga dengan sistem bagi hasil?
d. Bagaimana pola manajemen syari’ah?
e. Bagaimana kunci sukses dan strategi manajemen bank
syari’ah?
Manajemen bank syariah 2 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bank Syari’ah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank
Syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
Manajemen bank syariah 3 | P a g e
mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut
dengan Bank Tanpa Bunga adalah lembaga keuangan/perbankan
yang beroperasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist Nabi SAW. Atau
dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang pengoperasiaannya disesuaikan dengan prinsip syariat
Islam.
Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi
dengan prinsip syari’ah Islam. Bank Islam adalah (1) bank
yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah
Islam, (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu
kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadist.
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa
disebut financial intermediary. Artinya, lembaga bank adalah
lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah
uang. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan
komoditas, antara lain :
1. Memindahkan uang
2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam
rekening koran
3. Mendiskonto surat wesel, surat order, maupun
surat berharga lainnya
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga
Manajemen bank syariah 4 | P a g e
5. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas
dagang
6. Memberi jaminan bank
Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem
bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah
Islam. Dengan kata lain, Bank Syari’ah lahir sebagai
salah satu solusi alternatif terhadap persoalan
pertentangan antara bunga bank dengan riba. Bank Islam
lahir di Indonesia, yang gencarnya pada sekitar tahun 90-
an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No.7 tahun
1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No.10
tahun 1998 dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya
dengan sistem bagi hasil atau bank syari’ah.
2.2. Peranan Bank Syari’ah
Adanya Bank Islam (Bank Syari’ah) diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi
masyarakat melalui pembiayan-pembiayan yang dikeluarkan
oleh Bank Islam. Melalui pembiayaan ini Bank Syari’ah
dapat menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan
Bank Islam dengan nasanah tidak sebagai kreditur dan
debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan.
Secara khusus peranan Bank syari’ah secara nyata
dapat terwujud dalam aspek-aspek berikut:
a. Menjadi perekat nasionalisme baru. Artinya, bank
syari’ah dapat menjadi fasilitator aktif bagi
terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan.
Manajemen bank syariah 5 | P a g e
b. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara
transparan. Artinya, pengelolan bank syari’ah harus
didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan upaya ini
terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.
c. Memberikan return yang lebih baik. Artinya, investasi
di bank syari’ah tidak member janji yang pasti
mengenai return (keuntungan) yang diberikan kepada
investor.
d. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan.
Artinya, bank syari’ah mendorong terjadinya transaksi
produktif dari dana masyarakat. Dengan demikian
spekulasi dapat ditekan.
e. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank
syari’ah bukan hanya mengumpulkan dana pihak ketiga,
namun dapat mengumpulkan dana Zakat, Infaq dan
Shadaqah (ZIS).
f. Peningkatan efisiensi mobilisaasi dana. Artinya,
adanya produk al-mudharabah al-muqayyah, berarti
terjadi kebebasan bank untuk melakukan investasi atas
dana yang diserahkan oleh investor, maka bank syari’ah
sebagai financial arranger, bank memperoleh komisi
atau bagi hasil, bukan karena spread bunga.
2.3. Riba, Keuangan dan Bunga Bank
Secara lekssikal, bunga sebagai terjemahan dari kata
interest. Secara istilah sebagaimana diungkapkan dalam
suatu kamus dinyatakan, bahwa “interest is a charge for a financial
Manajemen bank syariah 6 | P a g e
loan, usually a percentage of the amount loaned”. Bunga adalah
tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan
dengan persentase dari uang yang dipinjamkan.
Kata riba = ziyadah berarti : bertumbuh, menambah atau
berlebih. Al-Riba atau ar-Rima makna asalnya ialah tambah,
tumbuh dan subur. Adapun pengertian tambah dalam konteks
riba ialah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan
cara yang tidak dibenarkan syara, apakah tambahan itu
berjumlah sedikit maupun berjumlah banyak seperti yang
diisyaratkan dalam Al-Quran. Sementara para ulama fikih
mendefinisikan riba dengan “kelebihan harta dalam suatu
muamalah dengan tidak ada imbalan/gantinya”. Maksud dari
pernyataan ini adalah tambahan terhadap modal uang yang
timbul akibat transaksi utang piutang yang harus
diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat utang
jatuh tempo.
Allah telah menurunkan larangan memakan riba secara
bertahap untuk mengurangi kesengsaraan masyarakat,
larangan tersebut adalah :
a. Perintah berawal dari Allah adalah sekedar
mengingatkan manusia bahwa riba itu tidak akan
menambah kekayaan individu maupun negara, namun
mengurangi kekayaan (Ar-Rum :39).
b. Perintah kedua melarang umat Islam mengambil bunga
sekiranya mereka menginginkan kebahagiaan yang
hakiki, ketenangan pikiran dan kejayaan hidup (An-Nisa
:160-1).
Manajemen bank syariah 7 | P a g e
c. Peraturan pertama yang melarang kaum Muslim memakan
riba. Selain itu, ayat ini juga menjelaskan bahwa
sifat umum riba adalah berlipat ganda (Ali-Imran :130).
d. Seterusnya setengah orang mulanya mencampuradukkan
jual beli dengan kegiatan riba. Bagi mereka tidak
ada perbedaan antara keduanya. (Al-Baqarah :275-276).
2.4. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan
non Syari’ah dan Syari’ah adalah terletak pada
pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh
nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang diberikan
oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Oleh karena itu,
muncullah istilah bunga dan bagi hasil.
Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
Hal Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil
Penentuan
besarnya
hasil
SebelumnyaSesudah berusaha,
sesudah ada untungnya
Yang
ditentukan
sebelumnya
Bunga, besarnya
nilai rupiah
Menyepakati proporsi
pembagian untung untuk
masing-masing pihak,
misalnya 50:50, 40:60,
35:65
Manajemen bank syariah 8 | P a g e
Jika terjadi
kerugian
Ditanggung nasabah
saja
Ditanggung kedua
pihak, Nasabah dan
Lembaga
Dihitung
dari
mana?
Dari dana yang
dipinjamkan, fixed,
tetap
Dari untung yang bakal
diperoleh, belum tentu
besarnya
Titik
perhatian
proyek/usaha
Besarnya bunga yang
harus dibayar
nasabah atau pasti
diterima bank
Keberhasilan proyek
atau usaha jadi
perhatian bersama
(Nasabah dan Lembaga)
Berapa
besarnya?
Pasti: (%) kali
jumlah pinjaman
yang telah
diketahui
Proporsi (%) kali
jumlah untung yang
belum diketahui =
belum diketahui
Status hukumBerlawanan dengan
QS Luqman : 34
Melaksanakan QS Luqman
: 34
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil di Bank Syari’ah
Kontrak mudharobah adalah suatu kontrak yang
dilakukan oleh minimal dua pihak. Tujuan utama kontrak
ini adalah memperoleh hasil investasi. Besar kecilnya
hasil investasi, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor
pengaruh tersebut ada yang berdampak langsung dan ada
yang tidak langsung.
a. Faktor langsung
Manajemen bank syariah 9 | P a g e
Di antara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi
perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah
dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit
sharing ratio).
Investment rate merupakan persentase aktual dana
yang diinvestasikan dari total dana.
Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan
merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana
yang tersedia untuk diinvestasikan.
Nisbah
Salah satu ciri al-mudharobah adalah nisbah
yang harus di tentukan dan disetujui pada awal
perjanjian.
Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya
dapat berbeda.
Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu
dalam satu bank.
Nisbah juga dapat berbeda antara satu account
dengan account lainnya sesuai dengan besarnya
dana dan jatuh temponya.
b. Faktor tidak langsung
Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya
mudharabah
Bank dan nasbah melakukan share dalam pendapatan
dan biaya.
Pendapatan yang dibagik-bagikan merupakan
pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.
Manajemen bank syariah 10 | P a g e
Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini
disebut revenue sharing.
Kebijakan akunting (prinsip dna metode akuntansi)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh
berjalannya aktifitas yang diterapkan, terutama
sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
2.6. Konsep Dasar Operasional Sistem Syariah
Kerangka kegiatan Muamalat secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu politik, social,
dan ekonomi. Dari ekonomi dapat diambil menjadi tiga
turunan lagi yaitu, konsumsi, simpanan dan investasi.
Islam mengajarkan pola konsumsi yang moderat, tidak
berlebihan tidak juga keterlaluan. Dengan tegas di Al-
qur’an surat Al-Isra ayat 17 melarang terjadinya
perbuatan tabzir (pemboroson), “Sesungguhnya orang-orang
yang melakukan itu adalah saudara-saudara syaitan”.
Doktrin Al-qur’an ini secara ekonomi dapat diartikan
mendorong terpupuknya surplus konsumen dalam bentuk
simpanan, untuk dihimpun, kemudian dipergunakan dalam
membiayai investasi, baik untuk perdagangan (trade),
produk (manufacture) dan jasa (service). Kehadiran
lembaga keungan mutlak adanya karena ia bertindak
sebagai intermediate antara unit supplay dengan unit
demand. Siklus antara pola komsumsi, simpanan, investasi
dan lembaga keuangan ini dapat digambar dalam gambar
1.1.
Manajemen bank syariah 11 | P a g e
Gambar 1.1
Siklus keterkaitan antara pola konsumsi, simpanan,
investasi dan lembaga keuangan
2.6.1. Prinsip-prinsip Dasar Operasional Bank Syari’ah
Prinsip-prinsip dasar operasional bank syari’ah
adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang
diberikan oleh Bank Islam untuk memberikan kesempatan
kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan
dananya dalam bentuk al-Wadiah.
b. Bagi hasil (syirkah)
Manajemen bank syariah 12 | P a g e
ISLAM
AKHLAQ AQIDAHMUAMALAH
KEGIATANPOLITIK
KEGIATANEKONOMI
KEGIATANSOSIAL
POLAKONSUMSI
POLASIMPANAN
POLAINVESTAS
MANAFACTURE
TRADE
SERVICE
KEGIATAN LEMBAGA KEUNAGAN
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata
cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan
pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat
terjadi antar bank dengan penyimpanan dana, maupun
antara bank dengan nasabah penerima dana.
c. Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan
tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih
dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah
sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama
bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah
keuntungan.
d. Prinsip Sewa (al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada dua
jenis, yaitu yang pertama Ijarah, sewa murni, seperti
halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya.
Yang kedua Bai’al takjiri merupkan penggabungan sewa
dan beli, diman si penyewa memunyai hak untuk memliki
barang pada akhirnya masa sewa.
e. Prinsip Jasa/fee (al-Ajr walumullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayan
yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan
prinsip ini antara lain Bank Garansi, kliring, Jasa
dan lain-lain.
Manajemen bank syariah 13 | P a g e
2.7. Manajemen dalam Islam
Manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan idarah.
Idarah diambil dari perkataan adartasy-syai’a atau
perkataan adarta bihi juga dapat didasarkan pada kata
ad-dauran. Secara istilah idarah (manajemen) adalah
suatu aktifitas khusus menyangkut kepemimpinan,
pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan
pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan
dengan unsur-unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya
adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat tercapai
dengan cara yang efektif dan efisien.
2.7.1. Prinsip Manajemen dalam Islam
Beberapa prinsip atau kaidah dan teknik manajemen
yang ada relevansinya dengan Al-Quran atau Al-Hadits
antara lain sebagai berikut:
a. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Setiap muslim wajib melakukan perbuatan yang ma’ruf,
yaitu perbuatan yang baik dan terpuji. Sedangkan
perbuatan munkar, seperti korupsi, suap, dan lain-
lain. Menyeru kepada kebajikan (amar ma’ruf) dan
mencegah kemunkaran (nahi munkar) adalah wajib
sebagaimana firman Allah SWT:
“Hendaklah ada diantara kamu umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah
perbuatan keji”. (QS Ali Imran (03):104)
Manajemen bank syariah 14 | P a g e
Untuk melaksanakan prinsip tersebut, ilmu
manajemen harus dipelajari dan dilaksanakan secara
sehat, baik secara bijak maupun secara ilmiah.
b. Kewajiban Menegakkan Kebenaran
c. Kewajiban Menegakkan Keadilan
d. Kewajiban Menegakkan Amanah
2.7.2. Tujuan Manajemen Syariah
Semua organisasi, baik yang berbentuk badan usaha
swasta, badan yang bersifat publik ataupun lembaga-
lembaga social masyarakat tertentu mempunyai suatu
tujuan sendiri-sendiri yang merupakan motivasi dari
pendiriannya. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik
industry, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa
perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan.
Untuk mendapat keuntungan yang besar manajemen haruslah
diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki
oleh setiap pengusaha dan manajer di manapun mereka
berada.
2.8. Strategi dan Kunci Sukses Manajemen Syari’ah
Tahun 2002 merupakan tahun ke sepuluh berdirinya
Bank Syari’ah di Indonesia, utamanya Bank Muamalat
Indonesia ( BMI ). Dalam usia yang kesepuluh BMI ini
tentunya dapat dijadikan pijakan dalam mengevaluasi dan
memposisikan keberadaan bank syari’ah.
Perkembangan Bank Syari’ah di Indonesia mulai
membaik secara kuantitas sejak adanya perubahan Undang-
Manajemen bank syariah 15 | P a g e
Undang Perbankan No.7 Tahun 1992 menjadi Undang-undang
No. 10 tahun 1998. Sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, pokok-pokok ketentuan
tersebut memuat antara lain :
a. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan
prinsip syari’ah
b. Pembentukan dan tugas pokok Dewan pengawas Syari’ah
c. Persyaratan bagi pembukaaan kantor cabang yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional untuk
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah
Memasuki tahun 2002 bank umum di Indonesia yang
melakukan kegiatan operasional dengan prinsip syari’ah,
di antaranya: Bank Muamalah Indonesia, Bank IFI, Bank BNI
Syari’ah, Bank Mandiri Syari’ah, Bank BRI Syari’ah. Dan
dimungkinkan akan bermunculan konversi bank konvesional
ke bank syari’ah.
Peranan perbankan syari’ah dalam mobilisasi dana dan
penyaluran pembiayaan walaupun masih kecil, namun
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan adanya
peningkatan volume penyaluran pembiayaan dari Rp 455
Milyar pada tahun 1998 menjadi Rp 472 miyar pada tahun
1999 dan pada saat bersamaan penyaluran kredit oleh
perbankan konvensional menurun dari Rp 545 trilyun
menjadi Rp 227 trilyun.
Memang tidak adil untuk membandingkan antara bank
syari’ah dengan bank konvensional. Sebab, bank
konvensional telah berdiri sejak sebelum negeri Indonesia
Manajemen bank syariah 16 | P a g e
ini ada, sementara bank syari’ah di Indonesia baru
berawal pada tahun 1992. Pemberian fasilitas oleh
pemerintah juga menjadi faktor, terkait dengan situasi
krisis, hampir semua bank konvensional pernah mendapatkan
dana rekapitalisasi dari pemerintah dalam hal penyehatan
modalnya, sementara bank syari’ah tidak pernah.
2.8.1. Strategi Pengembangan Bank Syari’ah
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan bank syari’ah dalam memberdayakan ekonomi
umat, yaitu :
a. Strategi Pengembangan: Islamic Full Branch
Di Indonesia dengan menggunakan sistem Islamic Full
Branch, yaitu suatu cabang penuh menerapkan sistem
syari’ah. Dengan ciri-ciri sebagai berikut, cabang
menerapkan sistem syari’ah secara penuh. Pembukaannya
secara terpisah dengan kantor induk Bank Induk masih
konvensional harus menyisihkan sejumlah modal untuk
unit usaha syari’ah (UUS). Sistem ini seperti yang
diterapkan di Arab Saudi. Contoh Bank penerap Sistem
Islamic Full Branch: Bank IFI, Bank Syari’ah Mandiri,
BNI Syari’ah.
b. Strategi Pengelolaan: Pembiayaan
Para pengusaha kecil lebih mendambakan sistem
pembiayaan dengan sistem bagi hasil, karena dirasa
leih sesuai dengan siklus bisnis usaha menengah kecil
Manajemen bank syariah 17 | P a g e
c. Strategi Pengelolaan : Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat tentang bank syari’ah masih
keliru. Implikasi kekeliruan persepsi pertama
berdampak pada pemahaman bahwa :
Bank Syari’ah tidak boleh meminta jaminan dalam
memberikan pembiayaan
Bank Syari’ah tidak mengenakan denda bila nasabah
tidak membayar tepat pada waktunya
Bank Syari’ah tidak boleh menyita jaminan
Kemudian implikasi dari kekeliruan persepsi
kedua, memberikan efek atas pandangan masyarakat
tentang bank syari’ah sebagai berikut :
Bagi hasil yang diberikan bank kepada nasabah harus
lebih besar jika dibandingkan dengan bunga dari
bank konvensional, sehingga bagi hasil nasabah
pembiayaan harus lebih kecil dari pada bunga
Bank akan turut memiliki perusahaan nasabah
Bank akan turut campur dalam manajemen perusahaan
nasabah
Bagi hasil dibayar setahun sekali, seperti waktu
pembayaran deviden
2.8.2 Kunci Sukses Pengelolaan Bank Islam
Manajemen bank syariah 18 | P a g e
Beberapa hal yang perlu diperhatikan para
pengelolaan Bank Islam dalam mencapai sukses pengelolaan
adalah memperhatikan hal berikut:
a. Misi bank Syari’ah
Kehadiran lembaga keuangan syari’ah di persada ini
memiliki misi khusus. Misi yang paling utama adalah
misi sosial dan bisnis. Berkaitan dengan ini, lembaga
keuangan Syari’ah, khsusunya Bank Islam, di samping
membawa misi juga sekaligus membawa beban yang
membuatnya harus dikelola secara ketat.
Dalam seluruh operasinya Bank Islam diawasi secara
ketat. Para pengelola Bank Islam harus menaruhkan jiwa
dan raganya untuk dunia dan akhirat. Bank Syari’ah
membawa misi keadilan, maka untuk dapat menjalani usaha
yang halal harus diawasi oleh Dewan Pengawas Syari’at.
Pengelolaan Bank syari’ah memang lebih rawan
dibandingkan perbankan konvensial, ada dua hal dalam
ini:
Harus ditumbuhkan tekad yang kuat dari para
pengelolanya dalam mengemban dan menjadikan
berhasilnya pelaksanaan misi.
Dalam pengelolaan Bank Syari’ah perlu dicarikan
orang-orang atau sumber daya yang memang betul-betul
profesional.
b. Sifat Istiqomah
Masalah utama keberhasilan Bank Islam terletak
pada kesiapan nasabah menerima bagi hasil yang rendah
Manajemen bank syariah 19 | P a g e
atau tanpa imbalan sama sekali pada tahap awal
operasional Bank Islam. Di sinilah diperlukan nasabah-
nasabah yang istiqomah terhadap praktik perbankan
syari’ah.
Perlu dipahami, bahwa pada tahap awal, khususnya
pada masa 3 bulan pertama kondisi masih zero. Sebab
pada tahap ini Bank Islam memulai dengan modal saja,
tanpa tabungan. Setelah kira-kira 6 bulan, Bank Islam
baru mendapatkan tabungan. Dalam kondisi ini, para
pengelola juga harus istiqomah. Artinya , mereka harus
mau menerima gaji yang mungkin lebih rendah daripada
gajinya yang dulu.
c. Memperhatikan Likuiditas
Persoalan likuiditas tidak hanya persoalan Bank
Islam saja, namun BPR dan bank umum akan
mengalaminya.Persoalan yang muncul adalah bagaimana
caranya agar likuiditas bank tetap terjaga. Bagi Bank
Islam dalam menjaga likuiditas ini sebenarnya ada
kiat-kiat jitu untuk mengamankan likuiditas. Paling
sedikit ada dua kiat untuk hal likuiditas, yaitu :
Penggalangan umat
Di sini kuncinya adalah kekompakan tiga
komponen pengurus, yaitu : Direksi, Komisaris dan
Dewan Syari’ah. Jika ketiganya kompak, maka
masalah pasokan sumber dana dapat tertolong.
Kasus yang sering terjadi adalah, para pengelola
Bank Islam ini belum secara maksimal memanfaatkan
Manajemen bank syariah 20 | P a g e
potensi Dewan Pengawas Syari’ah. Padahal anggota
Dewan Pengawas Syari’ah itu sebenarnya dapat
dimanfaatkan untuk dakwah, sehingga dapat menarik
sebanyak-banyaknya calon nasabah bank syari’ah
yang bersangkutan. Harus diingat, sejak awal Bank
Islam mencari nasabah-nasabah inti yang istiqomah.
Sebelumnya penabung harus sudah
diberitahu,bahwa imbalan bagi hasil tergantung
pada tingkat keuntungan riil bank syari’ah. Secara
bertahap, si pemilik dana akan memperoleh bagi
hasil yang semakin besar sampai akhirnya tidak
terbatas. Maka dari itu, kalau bagi hasil sudah
melebihi tingkat suku bunga, persoalan likuiditas
tidak lagi muncul.
Kalau misalnya terpaksanya harus memberikan
imbalan bagi hasil yang memadai, maka lebih bagus
bank syari’ah jangan dulu menerima simpanan.
Pergunakan dulu dana saham. Setelah ada hasilnya,
baru buka simpanan. Itupun harus diinformasikan
(pengertian) kepada nasabah.
d. Interest Oriented
Harus disadari oleh para pengelol bank syari’ah,
bahwa interest oriented akan menjadi masalah bagi bank
syari’ah pemula, dimana tingkat bagi hasilnya belum
mampu bersaing dengan bank konvensional. Ditambah lagi
nasabah belum siap terhadap praktek bagi hasil.
Sebenarnya, bank syari’ah tidak perlu khawatir
Manajemen bank syariah 21 | P a g e
nasabahnya lari, bila bagi hasilnya kecil. Kesalahan
dari pengelola bank syari’ah adalah pada asumsinya
yang menganggap bahwa masyarakat kita adalalh masih
materialistik, sehingga kebijakan imbalan bagi hasil
tetap mengacu pada bunga bank konvensional. Padahal
belum tentu masyarakat kita adalah materialistik.
Anggapan ini adalah sangat berbahaya. Bila bank
syari’ah memberikan bagi hasil di luar kemampuannya
secara terus-menerus untuk tiap bulannya, akan
terlihat dalam neraca, labanya semakin kecil. Kondisi
ini akan membawa kesan (image) yang tidak baik. Di
situ sebenarnya jaminan bank syari’ah terhadap
transparansi. Akan ketahuan semakin bagus dan semakin
bagus, atau sebaliknya semakin jelek dan semakin
jelek.
Bagi poengelola lembaga keuangan syari’ah yang
belum bagus, kembalilah kepada kewajaran. Coba kenakan
bagi hasil yang wajar dan apa adanya. Penabung
menginginkan bunga yang tinggi, peminjam menginginkan
bunga rendah, jika demikian tidak akan ketemu. Jika
keduanya diikuti, yang menjadi turun adalah
optimalisasi spread. Akibatnya, spread yang tidak akan
optimal menjadikan kinerja bank menurun. Tetapi, kalau
dalam operasional bank syari’ah terjadi satu alur
saja, yaitu dari pembiayaan ke pendanaan. Bagi hasil
pembiayaan yang diperoleh bank dibagikan apa adanya
kepada nasabah pemilik dana.
Manajemen bank syariah 22 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bank syariah adalah bank atau tempat penyimpanan
dana yang sesuai dengan hukum-hukum dan landasan agama
Islam. Bank ini banyak memberikan manfaat dan kemudahan
bagi masyarakat, khususnya bagi para muslim. Di
Indonesia, mayoritas penduduk beragama Islam, sehingga
seharusnya hukum keuangan yang diterapkan mengikuti
hukum perekonomian Islam yaitu bank syariah.
Bank syari’ah menganut sistem bagi hasil bagi
nasabah. Dimana sebuah keberhasilan suatu usaha
ditanggung bersama oleh nasabah dan lembaga. Dan dimana
prinsip-prinsip manajemen islami mencakup keadilan,
amanah dan pertanggungjawaban, dan komunitatif. Bank
syari’ah menggunakan sistem Islamic Full Branch yaitu suatu
cabang penuh penerapan sistem syari’ah. Dengan ciri :
cabang menerapkan sistem sya’riah secara penuh;
Pembukaannya secara terpisah dengan kantor induk; Bank
Induk masih konvensional harus menyisihkan sejumlah
modal untuk unit usaha syari’ah (UUS).
Manajemen bank syariah 23 | P a g e
3.2. Saran
Dilihat dari keuntungan-keuntungan dan manfaat dari
bank syariah sendiri, seharusnya masyarakat menggunakan
bank syariah sebagai tempat penyimpan modal. Namun
faktanya pada zaman ini masih banyak yang menggunakan
bank konvensional karena tergiur oleh bunga yang
dijanjikan. Padahal bunga adalah riba dalam hukum Islam.
Untuk mendapatkan bunga yang halal dan menyimpan
uang dengan cara yang benar sebaiknya seseorang
mempertimbangkan secara matang apakah ia akan menyimpan
uangnya di bank konvensional atau bank syariah. Adanya
Bank Islam (Bank Syari’ah) diharapkan dapat memberikan
sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat
melalui pembiayan-pembiayan yang dikeluarkan oleh Bank
Islam.
Manajemen bank syariah 24 | P a g e