Makalah keuangan syariah 1

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menabung merupakan aktifitas yang dilakukan oleh manusia sebagai upaya untuk menyimpan uangnya agar aman. Zaman dahulu manusia menabung di bawah bantal, di bawah kasur, ataupun diletakkan di salah satu sudut bagian rumah. Perkembangan peradaban manusia membawa jalan pikiran manusia untuk membuat aktivitas menabung berpindah tempat tidak lagi hanya di lingkungan rumah, namun telah berpindah ke sebuah lembaga yang di anggap berpotensi untuk menjaga uangnya agar aman. Lembaga tersebut biasa dikenal oleh masyarakat sekarang ini dengan sebutan bank. Perbankan syari’ah dalam peistilahan internasional dikenal sebagai Islamic Banking atau juga diesebut dengan interest-free banking. Peristilahan dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat dilepaskan dari asal-usul sistem perbankan syari’ah itu sendiri. Bank syari’ah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan Muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip- prinsip syari’ah Islam. Utamanya adalah berkaitan dengan Manajemen bank syariah 1 | Page

Transcript of Makalah keuangan syariah 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menabung merupakan aktifitas yang dilakukan oleh

manusia  sebagai upaya untuk menyimpan uangnya agar aman.

Zaman dahulu manusia menabung di bawah bantal, di bawah

kasur, ataupun diletakkan di salah satu sudut bagian

rumah. Perkembangan peradaban manusia membawa jalan

pikiran manusia untuk membuat aktivitas menabung

berpindah tempat tidak lagi hanya di lingkungan rumah,

namun telah berpindah ke sebuah lembaga yang di anggap

berpotensi untuk menjaga uangnya agar aman. Lembaga

tersebut biasa dikenal oleh masyarakat sekarang ini

dengan sebutan bank.

Perbankan syari’ah dalam peistilahan internasional

dikenal sebagai Islamic Banking atau juga diesebut dengan

interest-free banking. Peristilahan dengan menggunakan kata

Islamic tidak dapat dilepaskan dari asal-usul sistem

perbankan syari’ah itu sendiri. Bank syari’ah pada

awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok

ekonom dan praktisi perbankan Muslim yang berupaya

mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang

menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang

dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-

prinsip syari’ah Islam. Utamanya adalah berkaitan dengan

Manajemen bank syariah 1 | P a g e

pelarangan praktek riba, kegiatan maisir (spekulasi), dan

gharar (ketidakjelasan).

Belakangan ini bank syari’ah menjadi incaran bagi

para pelaku bisnis perbankan. Hal ini terjadi, karena

dari sisi ekonomi keberadaan bank syari’ah ini memberikan

nilai lebih dibandingkan dengan bank konvensional.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam makalah ini

akan menjelaskan tentang manajemen bank syari’ah.

1.2. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui dan memahami sistem bank syariah

b. Mengetahui pelaksaan manajeman bank syariah

c. Memahami pentingnya sistem syariah di lembaga keuangan

1.3. Perumusan Masalah

a. Apa peranan bank syariah?

b. Apakah Bunga bank = Riba ?

c. Perbedaan sistem bunga dengan sistem bagi hasil?

d. Bagaimana pola manajemen syari’ah?

e. Bagaimana kunci sukses dan strategi manajemen bank

syari’ah?

Manajemen bank syariah 2 | P a g e

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bank Syari’ah

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank

Syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak

Manajemen bank syariah 3 | P a g e

mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut

dengan Bank Tanpa Bunga adalah lembaga keuangan/perbankan

yang beroperasional dan produknya dikembangkan

berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist Nabi SAW. Atau

dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang

usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa

lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang

yang pengoperasiaannya disesuaikan dengan prinsip syariat

Islam.

Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua

pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi

dengan prinsip syari’ah Islam. Bank Islam adalah (1) bank

yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah

Islam, (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu

kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadist.

Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa

disebut financial intermediary. Artinya, lembaga bank adalah

lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah

uang. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan

komoditas, antara lain :

1. Memindahkan uang

2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam

rekening koran

3. Mendiskonto surat wesel, surat order, maupun

surat berharga lainnya

4. Membeli dan menjual surat-surat berharga

Manajemen bank syariah 4 | P a g e

5. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas

dagang

6. Memberi jaminan bank

Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem

bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah

Islam. Dengan kata lain, Bank Syari’ah lahir sebagai

salah satu solusi alternatif terhadap persoalan

pertentangan antara bunga bank dengan riba. Bank Islam

lahir di Indonesia, yang gencarnya pada sekitar tahun 90-

an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No.7 tahun

1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No.10

tahun 1998 dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya

dengan sistem bagi hasil atau bank syari’ah.

2.2. Peranan Bank Syari’ah

Adanya Bank Islam (Bank Syari’ah) diharapkan dapat

memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi

masyarakat melalui pembiayan-pembiayan yang dikeluarkan

oleh Bank Islam. Melalui pembiayaan ini Bank Syari’ah

dapat menjadi mitra dengan nasabah, sehingga hubungan

Bank Islam dengan nasanah tidak sebagai kreditur dan

debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan.

Secara khusus peranan Bank syari’ah secara nyata

dapat terwujud dalam aspek-aspek berikut:

a. Menjadi perekat nasionalisme baru. Artinya, bank

syari’ah dapat menjadi fasilitator aktif bagi

terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan.

Manajemen bank syariah 5 | P a g e

b. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara

transparan. Artinya, pengelolan bank syari’ah harus

didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan upaya ini

terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.

c. Memberikan return yang lebih baik. Artinya, investasi

di bank syari’ah tidak member janji yang pasti

mengenai return (keuntungan) yang diberikan kepada

investor.

d. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan.

Artinya, bank syari’ah mendorong terjadinya transaksi

produktif dari dana masyarakat. Dengan demikian

spekulasi dapat ditekan.

e. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank

syari’ah bukan hanya mengumpulkan dana pihak ketiga,

namun dapat mengumpulkan dana Zakat, Infaq dan

Shadaqah (ZIS).

f. Peningkatan efisiensi mobilisaasi dana. Artinya,

adanya produk al-mudharabah al-muqayyah, berarti

terjadi kebebasan bank untuk melakukan investasi atas

dana yang diserahkan oleh investor, maka bank syari’ah

sebagai financial arranger, bank memperoleh komisi

atau bagi hasil, bukan karena spread bunga.

2.3. Riba, Keuangan dan Bunga Bank

Secara lekssikal, bunga sebagai terjemahan dari kata

interest. Secara istilah sebagaimana diungkapkan dalam

suatu kamus dinyatakan, bahwa “interest is a charge for a financial

Manajemen bank syariah 6 | P a g e

loan, usually a percentage of the amount loaned”. Bunga adalah

tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan

dengan persentase dari uang yang dipinjamkan.

Kata riba = ziyadah berarti : bertumbuh, menambah atau

berlebih. Al-Riba atau ar-Rima makna asalnya ialah tambah,

tumbuh dan subur. Adapun pengertian tambah dalam konteks

riba ialah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan

cara yang tidak dibenarkan syara, apakah tambahan itu

berjumlah sedikit maupun berjumlah banyak seperti yang

diisyaratkan dalam Al-Quran. Sementara para ulama fikih

mendefinisikan riba dengan “kelebihan harta dalam suatu

muamalah dengan tidak ada imbalan/gantinya”. Maksud dari

pernyataan ini adalah tambahan terhadap modal uang yang

timbul akibat transaksi utang piutang yang harus

diberikan terutang kepada pemilik uang pada saat utang

jatuh tempo.

Allah telah menurunkan larangan memakan riba secara

bertahap untuk mengurangi kesengsaraan masyarakat,

larangan tersebut adalah :

a. Perintah berawal dari Allah adalah sekedar

mengingatkan manusia bahwa riba itu tidak akan

menambah kekayaan individu maupun negara, namun

mengurangi kekayaan (Ar-Rum :39).

b. Perintah kedua melarang umat Islam mengambil bunga

sekiranya mereka menginginkan kebahagiaan yang

hakiki, ketenangan pikiran dan kejayaan hidup (An-Nisa

:160-1).

Manajemen bank syariah 7 | P a g e

c. Peraturan pertama yang melarang kaum Muslim memakan

riba. Selain itu, ayat ini juga menjelaskan bahwa

sifat umum riba adalah berlipat ganda (Ali-Imran :130).

d. Seterusnya setengah orang mulanya mencampuradukkan

jual beli dengan kegiatan riba. Bagi mereka tidak

ada perbedaan antara keduanya. (Al-Baqarah :275-276).

2.4. Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil

Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan

non Syari’ah dan Syari’ah adalah terletak pada

pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh

nasabah kepada lembaga keuangan dan atau yang diberikan

oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Oleh karena itu,

muncullah istilah bunga dan bagi hasil.

Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil

Hal Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

Penentuan

besarnya

hasil

SebelumnyaSesudah berusaha,

sesudah ada untungnya

Yang

ditentukan

sebelumnya

Bunga, besarnya

nilai rupiah

Menyepakati proporsi

pembagian untung untuk

masing-masing pihak,

misalnya 50:50, 40:60,

35:65

Manajemen bank syariah 8 | P a g e

Jika terjadi

kerugian

Ditanggung nasabah

saja

Ditanggung kedua

pihak, Nasabah dan

Lembaga

Dihitung

dari

mana?

Dari dana yang

dipinjamkan, fixed,

tetap

Dari untung yang bakal

diperoleh, belum tentu

besarnya

Titik

perhatian

proyek/usaha

Besarnya bunga yang

harus dibayar

nasabah atau pasti

diterima bank

Keberhasilan proyek

atau usaha jadi

perhatian bersama

(Nasabah dan Lembaga)

Berapa

besarnya?

Pasti: (%) kali

jumlah pinjaman

yang telah

diketahui

Proporsi (%) kali

jumlah untung yang

belum diketahui =

belum diketahui

Status hukumBerlawanan dengan

QS Luqman : 34

Melaksanakan QS Luqman

: 34

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil di Bank Syari’ah

Kontrak mudharobah adalah suatu kontrak yang

dilakukan oleh minimal dua pihak. Tujuan utama kontrak

ini adalah memperoleh hasil investasi. Besar kecilnya

hasil investasi, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor

pengaruh tersebut ada yang berdampak langsung dan ada

yang tidak langsung.

a. Faktor langsung

Manajemen bank syariah 9 | P a g e

Di antara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi

perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah

dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit

sharing ratio).

Investment rate merupakan persentase aktual dana

yang diinvestasikan dari total dana.

Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan

merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana

yang tersedia untuk diinvestasikan.

Nisbah

Salah satu ciri al-mudharobah adalah nisbah

yang harus di tentukan dan disetujui pada awal

perjanjian.

Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya

dapat berbeda.

Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu

dalam satu bank.

Nisbah juga dapat berbeda antara satu account

dengan account lainnya sesuai dengan besarnya

dana dan jatuh temponya.

b. Faktor tidak langsung

Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya

mudharabah

Bank dan nasbah melakukan share dalam pendapatan

dan biaya.

Pendapatan yang dibagik-bagikan merupakan

pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.

Manajemen bank syariah 10 | P a g e

Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini

disebut revenue sharing.

Kebijakan akunting (prinsip dna metode akuntansi)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh

berjalannya aktifitas yang diterapkan, terutama

sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

2.6. Konsep Dasar Operasional Sistem Syariah

Kerangka kegiatan Muamalat secara garis besar dapat

dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu politik, social,

dan ekonomi. Dari ekonomi dapat diambil menjadi tiga

turunan lagi yaitu, konsumsi, simpanan dan investasi.

Islam mengajarkan pola konsumsi yang moderat, tidak

berlebihan tidak juga keterlaluan. Dengan tegas di Al-

qur’an surat Al-Isra ayat 17 melarang terjadinya

perbuatan tabzir (pemboroson), “Sesungguhnya orang-orang

yang melakukan itu adalah saudara-saudara syaitan”.

Doktrin Al-qur’an ini secara ekonomi dapat diartikan

mendorong terpupuknya surplus konsumen dalam bentuk

simpanan, untuk dihimpun, kemudian dipergunakan dalam

membiayai investasi, baik untuk perdagangan (trade),

produk (manufacture) dan jasa (service). Kehadiran

lembaga keungan mutlak adanya karena ia bertindak

sebagai intermediate antara unit supplay dengan unit

demand. Siklus antara pola komsumsi, simpanan, investasi

dan lembaga keuangan ini dapat digambar dalam gambar

1.1.

Manajemen bank syariah 11 | P a g e

Gambar 1.1

Siklus keterkaitan antara pola konsumsi, simpanan,

investasi dan lembaga keuangan

2.6.1. Prinsip-prinsip Dasar Operasional Bank Syari’ah

Prinsip-prinsip dasar operasional bank syari’ah

adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah)

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang

diberikan oleh Bank Islam untuk memberikan kesempatan

kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan

dananya dalam bentuk al-Wadiah.

b. Bagi hasil (syirkah)

Manajemen bank syariah 12 | P a g e

ISLAM

AKHLAQ AQIDAHMUAMALAH

KEGIATANPOLITIK

KEGIATANEKONOMI

KEGIATANSOSIAL

POLAKONSUMSI

POLASIMPANAN

POLAINVESTAS

MANAFACTURE

TRADE

SERVICE

KEGIATAN LEMBAGA KEUNAGAN

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata

cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan

pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat

terjadi antar bank dengan penyimpanan dana, maupun

antara bank dengan nasabah penerima dana.

c. Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan

tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih

dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah

sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama

bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada

nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah

keuntungan.

d. Prinsip Sewa (al-Ijarah)

Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada dua

jenis, yaitu yang pertama Ijarah, sewa murni, seperti

halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya.

Yang kedua Bai’al takjiri merupkan penggabungan sewa

dan beli, diman si penyewa memunyai hak untuk memliki

barang pada akhirnya masa sewa.

e. Prinsip Jasa/fee (al-Ajr walumullah)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayan

yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan

prinsip ini antara lain Bank Garansi, kliring, Jasa

dan lain-lain.

Manajemen bank syariah 13 | P a g e

2.7. Manajemen dalam Islam

Manajemen dalam bahasa Arab disebut dengan idarah.

Idarah diambil dari perkataan adartasy-syai’a atau

perkataan adarta bihi juga dapat didasarkan pada kata

ad-dauran. Secara istilah idarah (manajemen) adalah

suatu aktifitas khusus menyangkut kepemimpinan,

pengarahan, pengembangan personal, perencanaan, dan

pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan

dengan unsur-unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya

adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat tercapai

dengan cara yang efektif dan efisien.

2.7.1. Prinsip Manajemen dalam Islam

Beberapa prinsip atau kaidah dan teknik manajemen

yang ada relevansinya dengan Al-Quran atau Al-Hadits

antara lain sebagai berikut:

a. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Setiap muslim wajib melakukan perbuatan yang ma’ruf,

yaitu perbuatan yang baik dan terpuji. Sedangkan

perbuatan munkar, seperti korupsi, suap, dan lain-

lain. Menyeru kepada kebajikan (amar ma’ruf) dan

mencegah kemunkaran (nahi munkar) adalah wajib

sebagaimana firman Allah SWT:

“Hendaklah ada diantara kamu umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah

perbuatan keji”. (QS Ali Imran (03):104)

Manajemen bank syariah 14 | P a g e

Untuk melaksanakan prinsip tersebut, ilmu

manajemen harus dipelajari dan dilaksanakan secara

sehat, baik secara bijak maupun secara ilmiah.

b. Kewajiban Menegakkan Kebenaran

c. Kewajiban Menegakkan Keadilan

d. Kewajiban Menegakkan Amanah

2.7.2. Tujuan Manajemen Syariah

Semua organisasi, baik yang berbentuk badan usaha

swasta, badan yang bersifat publik ataupun lembaga-

lembaga social masyarakat tertentu mempunyai suatu

tujuan sendiri-sendiri yang merupakan motivasi dari

pendiriannya. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik

industry, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa

perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan.

Untuk mendapat keuntungan yang besar manajemen haruslah

diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki

oleh setiap pengusaha dan manajer di manapun mereka

berada.

2.8. Strategi dan Kunci Sukses Manajemen Syari’ah

Tahun 2002 merupakan tahun ke sepuluh berdirinya

Bank Syari’ah di Indonesia, utamanya Bank Muamalat

Indonesia ( BMI ). Dalam usia yang kesepuluh BMI ini

tentunya dapat dijadikan pijakan dalam mengevaluasi dan

memposisikan keberadaan bank syari’ah.

Perkembangan Bank Syari’ah di Indonesia mulai

membaik secara kuantitas sejak adanya perubahan Undang-

Manajemen bank syariah 15 | P a g e

Undang Perbankan No.7 Tahun 1992 menjadi Undang-undang

No. 10 tahun 1998. Sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia, pokok-pokok ketentuan

tersebut memuat antara lain :

a. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan

prinsip syari’ah

b. Pembentukan dan tugas pokok Dewan pengawas Syari’ah

c. Persyaratan bagi pembukaaan kantor cabang yang

melakukan kegiatan usaha secara konvensional untuk

melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah

Memasuki tahun 2002 bank umum di Indonesia yang

melakukan kegiatan operasional dengan prinsip syari’ah,

di antaranya: Bank Muamalah Indonesia, Bank IFI, Bank BNI

Syari’ah, Bank Mandiri Syari’ah, Bank BRI Syari’ah. Dan

dimungkinkan akan bermunculan konversi bank konvesional

ke bank syari’ah.

Peranan perbankan syari’ah dalam mobilisasi dana dan

penyaluran pembiayaan walaupun masih kecil, namun

mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan adanya

peningkatan volume penyaluran pembiayaan dari Rp 455

Milyar pada tahun 1998 menjadi Rp 472 miyar pada tahun

1999 dan pada saat bersamaan penyaluran kredit oleh

perbankan konvensional menurun dari Rp 545 trilyun

menjadi Rp 227 trilyun.

Memang tidak adil untuk membandingkan antara bank

syari’ah dengan bank konvensional. Sebab, bank

konvensional telah berdiri sejak sebelum negeri Indonesia

Manajemen bank syariah 16 | P a g e

ini ada, sementara bank syari’ah di Indonesia baru

berawal pada tahun 1992. Pemberian fasilitas oleh

pemerintah juga menjadi faktor, terkait dengan situasi

krisis, hampir semua bank konvensional pernah mendapatkan

dana rekapitalisasi dari pemerintah dalam hal penyehatan

modalnya, sementara bank syari’ah tidak pernah.

2.8.1. Strategi Pengembangan Bank Syari’ah

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk

mengembangkan bank syari’ah dalam memberdayakan ekonomi

umat, yaitu :

a. Strategi Pengembangan: Islamic Full Branch

Di Indonesia dengan menggunakan sistem Islamic Full

Branch, yaitu suatu cabang penuh menerapkan sistem

syari’ah. Dengan ciri-ciri sebagai berikut, cabang

menerapkan sistem syari’ah secara penuh. Pembukaannya

secara terpisah dengan kantor induk Bank Induk masih

konvensional harus menyisihkan sejumlah modal untuk

unit usaha syari’ah (UUS). Sistem ini seperti yang

diterapkan di Arab Saudi. Contoh Bank penerap Sistem

Islamic Full Branch: Bank IFI, Bank Syari’ah Mandiri,

BNI Syari’ah.

b. Strategi Pengelolaan: Pembiayaan

Para pengusaha kecil lebih mendambakan sistem

pembiayaan dengan sistem bagi hasil, karena dirasa

leih sesuai dengan siklus bisnis usaha menengah kecil

Manajemen bank syariah 17 | P a g e

c. Strategi Pengelolaan : Persepsi Masyarakat

Persepsi masyarakat tentang bank syari’ah masih

keliru. Implikasi kekeliruan persepsi pertama

berdampak pada pemahaman bahwa :

Bank Syari’ah tidak boleh meminta jaminan dalam

memberikan pembiayaan

Bank Syari’ah tidak mengenakan denda bila nasabah

tidak membayar tepat pada waktunya

Bank Syari’ah tidak boleh menyita jaminan

Kemudian implikasi dari kekeliruan persepsi

kedua, memberikan efek atas pandangan masyarakat

tentang bank syari’ah sebagai berikut :

Bagi hasil yang diberikan bank kepada nasabah harus

lebih besar jika dibandingkan dengan bunga dari

bank konvensional, sehingga bagi hasil nasabah

pembiayaan harus lebih kecil dari pada bunga

Bank akan turut memiliki perusahaan nasabah

Bank akan turut campur dalam manajemen perusahaan

nasabah

Bagi hasil dibayar setahun sekali, seperti waktu

pembayaran deviden

2.8.2 Kunci Sukses Pengelolaan Bank Islam

Manajemen bank syariah 18 | P a g e

Beberapa hal yang perlu diperhatikan para

pengelolaan Bank Islam dalam mencapai sukses pengelolaan

adalah memperhatikan hal berikut:

a. Misi bank Syari’ah

Kehadiran lembaga keuangan syari’ah di persada ini

memiliki misi khusus. Misi yang paling utama adalah

misi sosial dan bisnis. Berkaitan dengan ini, lembaga

keuangan Syari’ah, khsusunya Bank Islam, di samping

membawa misi juga sekaligus membawa beban yang

membuatnya harus dikelola secara ketat.

Dalam seluruh operasinya Bank Islam diawasi secara

ketat. Para pengelola Bank Islam harus menaruhkan jiwa

dan raganya untuk dunia dan akhirat. Bank Syari’ah

membawa misi keadilan, maka untuk dapat menjalani usaha

yang halal harus diawasi oleh Dewan Pengawas Syari’at.

Pengelolaan Bank syari’ah memang lebih rawan

dibandingkan perbankan konvensial, ada dua hal dalam

ini:

Harus ditumbuhkan tekad yang kuat dari para

pengelolanya dalam mengemban dan menjadikan

berhasilnya pelaksanaan misi.

Dalam pengelolaan Bank Syari’ah perlu dicarikan

orang-orang atau sumber daya yang memang betul-betul

profesional.

b. Sifat Istiqomah

Masalah utama keberhasilan Bank Islam terletak

pada kesiapan nasabah menerima bagi hasil yang rendah

Manajemen bank syariah 19 | P a g e

atau tanpa imbalan sama sekali pada tahap awal

operasional Bank Islam. Di sinilah diperlukan nasabah-

nasabah yang istiqomah terhadap praktik perbankan

syari’ah.

Perlu dipahami, bahwa pada tahap awal, khususnya

pada masa 3 bulan pertama kondisi masih zero. Sebab

pada tahap ini Bank Islam memulai dengan modal saja,

tanpa tabungan. Setelah kira-kira 6 bulan, Bank Islam

baru mendapatkan tabungan. Dalam kondisi ini, para

pengelola juga harus istiqomah. Artinya , mereka harus

mau menerima gaji yang mungkin lebih rendah daripada

gajinya yang dulu.

c. Memperhatikan Likuiditas

Persoalan likuiditas tidak hanya persoalan Bank

Islam saja, namun BPR dan bank umum akan

mengalaminya.Persoalan yang muncul adalah bagaimana

caranya agar likuiditas bank tetap terjaga. Bagi Bank

Islam dalam menjaga likuiditas ini sebenarnya ada

kiat-kiat jitu untuk mengamankan likuiditas. Paling

sedikit ada dua kiat untuk hal likuiditas, yaitu :

Penggalangan umat

Di sini kuncinya adalah kekompakan tiga

komponen pengurus, yaitu : Direksi, Komisaris dan

Dewan Syari’ah. Jika ketiganya kompak, maka

masalah pasokan sumber dana dapat tertolong.

Kasus yang sering terjadi adalah, para pengelola

Bank Islam ini belum secara maksimal memanfaatkan

Manajemen bank syariah 20 | P a g e

potensi Dewan Pengawas Syari’ah. Padahal anggota

Dewan Pengawas Syari’ah itu sebenarnya dapat

dimanfaatkan untuk dakwah, sehingga dapat menarik

sebanyak-banyaknya calon nasabah bank syari’ah

yang bersangkutan. Harus diingat, sejak awal Bank

Islam mencari nasabah-nasabah inti yang istiqomah.

Sebelumnya penabung harus sudah

diberitahu,bahwa imbalan bagi hasil tergantung

pada tingkat keuntungan riil bank syari’ah. Secara

bertahap, si pemilik dana akan memperoleh bagi

hasil yang semakin besar sampai akhirnya tidak

terbatas. Maka dari itu, kalau bagi hasil sudah

melebihi tingkat suku bunga, persoalan likuiditas

tidak lagi muncul.

Kalau misalnya terpaksanya harus memberikan

imbalan bagi hasil yang memadai, maka lebih bagus

bank syari’ah jangan dulu menerima simpanan.

Pergunakan dulu dana saham. Setelah ada hasilnya,

baru buka simpanan. Itupun harus diinformasikan

(pengertian) kepada nasabah.

d. Interest Oriented

Harus disadari oleh para pengelol bank syari’ah,

bahwa interest oriented akan menjadi masalah bagi bank

syari’ah pemula, dimana tingkat bagi hasilnya belum

mampu bersaing dengan bank konvensional. Ditambah lagi

nasabah belum siap terhadap praktek bagi hasil.

Sebenarnya, bank syari’ah tidak perlu khawatir

Manajemen bank syariah 21 | P a g e

nasabahnya lari, bila bagi hasilnya kecil. Kesalahan

dari pengelola bank syari’ah adalah pada asumsinya

yang menganggap bahwa masyarakat kita adalalh masih

materialistik, sehingga kebijakan imbalan bagi hasil

tetap mengacu pada bunga bank konvensional. Padahal

belum tentu masyarakat kita adalah materialistik.

Anggapan ini adalah sangat berbahaya. Bila bank

syari’ah memberikan bagi hasil di luar kemampuannya

secara terus-menerus untuk tiap bulannya, akan

terlihat dalam neraca, labanya semakin kecil. Kondisi

ini akan membawa kesan (image) yang tidak baik. Di

situ sebenarnya jaminan bank syari’ah terhadap

transparansi. Akan ketahuan semakin bagus dan semakin

bagus, atau sebaliknya semakin jelek dan semakin

jelek.

Bagi poengelola lembaga keuangan syari’ah yang

belum bagus, kembalilah kepada kewajaran. Coba kenakan

bagi hasil yang wajar dan apa adanya. Penabung

menginginkan bunga yang tinggi, peminjam menginginkan

bunga rendah, jika demikian tidak akan ketemu. Jika

keduanya diikuti, yang menjadi turun adalah

optimalisasi spread. Akibatnya, spread yang tidak akan

optimal menjadikan kinerja bank menurun. Tetapi, kalau

dalam operasional bank syari’ah terjadi satu alur

saja, yaitu dari pembiayaan ke pendanaan. Bagi hasil

pembiayaan yang diperoleh bank dibagikan apa adanya

kepada nasabah pemilik dana.

Manajemen bank syariah 22 | P a g e

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bank syariah adalah bank atau tempat penyimpanan

dana yang sesuai dengan hukum-hukum dan landasan agama

Islam. Bank ini banyak memberikan manfaat dan kemudahan

bagi masyarakat, khususnya bagi para muslim. Di

Indonesia, mayoritas penduduk beragama Islam, sehingga

seharusnya hukum keuangan yang diterapkan mengikuti

hukum perekonomian Islam yaitu bank syariah.

Bank syari’ah menganut sistem bagi hasil bagi

nasabah. Dimana sebuah keberhasilan suatu usaha

ditanggung bersama oleh nasabah dan lembaga. Dan dimana

prinsip-prinsip manajemen islami mencakup keadilan,

amanah dan pertanggungjawaban, dan komunitatif. Bank

syari’ah menggunakan sistem Islamic Full Branch yaitu suatu

cabang penuh penerapan sistem syari’ah. Dengan ciri :

cabang menerapkan sistem sya’riah secara penuh;

Pembukaannya secara terpisah dengan kantor induk; Bank

Induk masih konvensional harus menyisihkan sejumlah

modal untuk unit usaha syari’ah (UUS).

Manajemen bank syariah 23 | P a g e

3.2. Saran

Dilihat dari keuntungan-keuntungan dan manfaat dari

bank syariah sendiri, seharusnya masyarakat menggunakan

bank syariah sebagai tempat penyimpan modal. Namun

faktanya pada zaman ini masih banyak yang menggunakan

bank konvensional karena tergiur oleh bunga yang

dijanjikan. Padahal bunga adalah riba dalam hukum Islam.

Untuk mendapatkan bunga yang halal dan menyimpan

uang dengan cara yang benar sebaiknya seseorang

mempertimbangkan secara matang apakah ia akan menyimpan

uangnya di bank konvensional atau bank syariah. Adanya

Bank Islam (Bank Syari’ah) diharapkan dapat memberikan

sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat

melalui pembiayan-pembiayan yang dikeluarkan oleh Bank

Islam.

Manajemen bank syariah 24 | P a g e