majalah infestera edisi ii - Inspektorat Utama | Badan Riset ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of majalah infestera edisi ii - Inspektorat Utama | Badan Riset ...
2
Vol 002 | 2018 INFESTERA 2
Gelombang Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) sejak beberapa tahun terakhir, telah memorakporandakan tatanan ekonomi dunia, tidak terkecuali Indonesia. Perubahan besar dan sangat cepat di bidang Industri yang ditandai dengan Cyber Physical Systems (sistem keterhubungan secara fi sik) melalui jaringan internet, big data, artifi cial intelegence, dan robotic. Gelombang RI 4.0 tentunya juga melanda dunia industri Pendidikan. Disruptif teknologi (disruptive technology) hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent. disruptive technology juga terjadi dalam dunia pendidikan khusus dunia Pendidikan Tinggi, dimana dalam bidang pendidikan, saat ini telah muncul sebuah inovasi yang merubah cara untuk mendapatkan pendidikan. Seseorang tidak harus lagi pergi ke kelas, mendengarkan dosen mengajar, melainkan hanya dengan koneksi internet, dapat mendapatkan pendidikan berkualitas yang ditawarkan berbagai perguruan tinggi terkemuka.Era RI 4.0 dikenal juga sebagai era disruptive innovation. Dalam era ini, tidak ada yang strategis, enabler technology datang dan pergi dalam waktu singkat, tidak ada rahasia (untuk waktu lama), usia pakai teknologi semakin pendek, dan tidak ada yang bisa diprediksi dalam konteks pengembangan produk. Sejarah telah mencatat bahwa revolusi industri telah banyak menelan korban dengan matinya perusahaan-perusahaan raksasa.Dalam upaya memanfaatkan peluang serta menghadapi acaman atau gangguan yang diakibatkan gelombang RI 4.0 pada industrI Pendidikan Tinggi di Indonesia, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi telah mencoba mengantisipasi dengan membuat beberapa kebijakan strategis. Kebijakan Kemenristekdikti dalam menghadapi era RI 4.0, telah dibahas dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke 2 yang diselenggarakan pada tanggal 18 Januari 2018 di Universitas Sumatera Utara.Dalam Edisi ke 2 ini, INFESTERA akan mengangkat tema utama terkait “Era Revolusi Industri 4.0” dalam Dunia Pendidikan dan bagaimana para pelaku bisinis Pendidikan dapat meningkatkan kualitas Pendidikan dengan mengedepankan potensi - potensi yang dimiliki, serta bagaimana peran pengawasan intern dapat mengawal pelaksanaan kebijakan tersebut. Diharapkan para pembaca dapat mengerti secara ringkas mengenai Revolusi Industri 4.0 khususnya dalam dunia Pendidikan dan dampaknya terhadap bidang Pengawasan.
Penan� un� JawabMohamad Nasir
Jamal Wiwoho
Penan� un� Jawa!PelaksanaYusrial Bachtiar
Dewa" RedaksiSatria El. Karimun
Djaswadin
Mohamad Hardi
Dadit Herdikiangung
Yohanes Indrayono
Salwin
Agus Bintoro
Sekretaria# RedaksiRd Asep Saepudin
I Dewa Made M.
Timbul Bona N.
Nilawati
Mulyadi
Amalia Maretita
Lis Purwanti
Febri Qurrata
Putri Raudhatul J.
Wirawan Adhi P
Edi$o%Aldina Mahtiasari
Azhar Syahrir
Firdaus R. Akbar
Suranto
R. Mokhamad Isa
Dianita Aryantini
Wiweko I.
FotograferIntan Komala P.
M. Firmansah
Endryono
Ilham H.
Mahardhika
DesignYusron Nurrachim
Tri Nugro S.
Ilham Hanif.
Kharis Habib H.
IINFESTERA Adalah Majalah resmi Inspektorat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang diterbitkan dengan tujuan sebagai media komunikasi dan penyebarluasan berbagai informasi
seputar dunia pengawasan , akuntansi dan lainnya. Selain itu majalah ini juga bertujuan untuk menunjang kreatifi tas bagi para professional dalam dunia penulisan.
SALAM REDAKSI
IINFESTERA Adalah Majalah resmi Inspektorat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang diterbitkan dengan tujuan sebagai media komunikasi dan penyebarluasan berbagai informasi
seputar dunia pengawasan , akuntansi dan lainnya. Selain itu majalah ini juga bertujuan untuk menunjang kreatifi tas bagi para professional dalam dunia penulisan.
INFESTERAINTEGRITAS PROFESIONAL SEJAHTERA
3
Vol 002 | 2018 INFESTERA 3
DAFTAR ISI...
KEMENRISTEKDIKTI DAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0
LAPORAN UTAMA
Tantangan pengawasan Internal di Tahun 2018
6
ARTIKEL
TANYA, JAWAB
Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawas Internal dalam Melakukan Evaluasi SAKIP dan LAKIP
Entry Meeting Pemeriksaan BPK-RI atas Laporan Keuangan Kemenristekdikti Tahun 2017
PROFILKOORDINASI dan SINERGI Strategi Persiapan Universitas Riau dalam Menyambut Peringatan Hakteknas Ke - 23(Wawancara Rektor Universitas RIAU )
DISIPLIN Kunci Sukses Seorang Auditor
GALERI PHOTO
Peran SPI dalam Pemanfaatan Teknologi
Makna yang Terkandung dalam Slogan ITJEN KEMENRISTEKDIKTI
Pengawasan Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti menghadapi Revolusi Industri 4.0
Makna Peran Secara Berjenjang Jabatan Fungsional Auditor
Urgensi Kebijakan BOPTN dalam mencapai tujuan “Sustainable Development Goals”
7
10
52
54
4
20
11
Teknologi dan Masa Depan Auditor
Pembekalan Kepada Para “AMUNISI BARU” di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
8
Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2018 Merupakan Hari yang Penuh Makna, Inspirasi dan Motivasi dalam Memajukan Peradaban Nasional
9
2426
30
34
38
48
Menanamkan Jiwa Besar dan Ksatria 44
4
Vol 002 | 2018 INFESTERA 4
LAPORAN UTAMA
Gelombang Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) sejak beberapa tahun terakhir, telah memorakporandakan tatanan ekonomi dunia,
tidak terkecuali Indonesia. Perubahan besar dan sangat cepat di bidang Industri yang ditandai dengan Cyber Physical Systems (sistem keterhubungan secara fi sik) melalui jaringan internet, big data, artifi cial intelegence, dan robotic. Gelombang RI 4.0 tentunya juga melanda dunia industri Pendidikan. Disruptif teknologi (disruptive technology) hadir begitu cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent. Disruptif Teknologi terjadi pula dalam dunia pendidikan khusus dunia Pendidikan Tinggi. Dalam dunia Pendidikan telah muncul inovasi yang merubah cara untuk mendapatkan pendidikan. Seseorang tidak harus lagi pergi ke kelas, mendengarkan dosen mengajar, melainkan hanya dengan koneksi internet, dapat mendapatkan pendidikan berkualitas yang ditawarkan berbagai perguruan tinggi terkemuka.
Mengantisipasi serangan gelombang RI 4.0, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Tahun 2018, telah dibahas berbagai hal terkait tugas dan fungsi Kementerian yang berdampak pada era Revolusi Industri 4.0. RAKERNAS yang diselenggarakan pada tanggal 18 Januari 2018 di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, bertema “Ristek Dikti di Era Revolusi Industri 4. 0”.
Dalam sambutan pembukaannya, Menteri Ristekdikti, Muhammad Nasir, meminta seluruh pemangku kepentingan cepat merespon kemajuan perkembangan teknologi informasi. Beliau menegaskan bahwa kebijakan strategis terkait perumusan berbagai aspek pada Pendidikan tinggi, sangat diperlukan demi menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0.“Kebijakan strategis perlu dirumuskan dalam berbagai aspek mulai dari kelembagaan, bidang studi, kurikulum, sumber daya, serta pengembangan
KEMENRISTEKDIKTI
DANREVOLUSI INDUSTRI 4.0
5
Vol 002 | 2018 INFESTERA 5
cyber university, risbang hingga inovasi,” ujar Nasir.Nasir berharap, Rakernas Kemenristekdikti yang dihadiri oleh pemangku kepentingan di bidang pendidikntingi, yang juga turut dihadiri oleh tiga orang Menteri cabinet Kerja (Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimujono), 17 orang Atase Pendidikan Indonesia di Luar Negeri dan Gubernur Sumatera Utara, dapat menghasilkan rekomendasi yang baik dalam pengembangan Iptek dan Dikti.Sehingga kedepannya, Indonesia mampu menghadapi revolusi industri 4.0 yang telah masuk dalam seluruh aspek kehidupan manusia.Rakernas tersebut menjadi cara bagi Kemenristekdikti dalam upaya membahas sejumlah elemen demi mendorong pertunbuhan ekonomi dan daya saing bangsa pada era revolusi industri 4.0 ini.Selain mengangkat isu digitalisasi di dunia pendidikan tinggi, Kemenristekdikti juga melakukan pembahasan terkait dengan pelaksanaan program, kegiatan & anggaran 2017 dan juga memantapkan program/kegiatan & anggaran 2018 agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar
Sesi Rapat Panel pada Acara Rakornas
Pada RAKERNAS ini juga dibahas bidang pengawasan dan pengendalian Internal di Lingkungan Kemenristekdikti yaitu Penuntasan Zona Integritas, Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) serta bidang dukungan manajemen terkait langkah untuk memastikan pencapaian Target Reformasi Birokrasi 2018 yang menjadi salah satu program Nasional dalam membantu percepatan pemberantasan korupsiProgram pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM dilingkungan Kemenristekdikti menjadi fokus utama Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti di tahun 2018 dalam mencapai tujuan nasional percepatan pemberantasan korupsi.Pada tahun 2018 Kemenristekdikti menargetkan 60 (enam puluh) unit kerja sebagai zona integritas, WBK dan WBBM dimana hasil yang diharapkan dengan adanya pembangunan zona integritas tersebut dapat terwujud pemerintah yang bersih dan bebas KKN dan terjadi peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat. (Tns/Itjen)
6
Vol 002 | 2018 INFESTERA 6
Reportase
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti melakukan rapat koordinasi pengawasan untuk ke-3 kalinya yang saat ini dilaksanakan di negeri laskar
Pelangi di Belitung. Acara secara resmi dibuka oleh Inspektur Jenderal Kemenristekdikti sekaligus memberikan arahannya. Dalam sambutannya beliau menyampaikan “melihat sejarah Itjen Kemenristekdikti sudah melakukan rapat koordinasi pengawasan yakni yang pertama dilaksanakan di pulau Dewata Bali, Rakorwas yang kedua dilaksanakan di Lombok”.
Inspektorat Jenderal menekankan dalam arahannya agar semua peserta rakorwas dapat memanfaatkan kegiatan rakorwas ini dengan baik, sehingga pemanfaatannya secara efektif dan efi sien (harapannya output dan outcome nya juga harus lebih baik lagi). Kegiatan rakorwas ini adalah sangat strategis untuk evaluasi kegiatan di tahun 2017 dan menatap kegiatan di tahun 2018.
Beliau juga berpesan :
“Bahwa tahun 2018 adalah penuh tantangan
dan rintangan semakin berat sehingga
integritas juga harus di tingkatkan menjadi
lebih baik, begitu juga dengan pegawai di
Inspektorat Jenderal bisa menjadi contoh.”
Tingkat profesional juga harus ditingkatkan dan untuk sejahtera agar tidak dipahami secara pendek (hanya diukur dari materi/uang) sebagaimana seperti saat ini seluruh pegawai menggunakan seragam
sehingga tidak ada pembeda atasan dan bawahan yang ada adalah bersama-sama saling mewujudkan Itjen yang ber-Integritas, Profesional dan Sejahtera.Tahun 2018 adalah tahun panas karena -+ 100 daerah melaksanakan pemilihan kepala daerah secara serentak sehingga pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal dihimbau tidak boleh ikut politik praktis baik mendatangi deklarasi, kampanye ataupun mendukung calon tertentu karena bertentangan dengan peraturan Kepegawaian yang mengharuskan pegawai negeri berlaku Netral. Diakhir arahannya beliau sampaikan bahwa”pemutahiran data dan informasi pengawasan menjadi penting karena satker-satker terus berkembang dan berubah status. Perubahan-perubahan itu terjadi karena perubahan undang-undang sebagaimana Lembaga Layanan Dikti (L2DIKTI) yang akan menggantikan Kopertis. Sehingga para auditor harus mengetahui anatomi/perubahan-perubahan peraturan tersebut.
Dalam rakorwas ini juga diadakan penandatanganan Pakta Integritas dan perjanjian yang dilakukan seluruh pejabat eselon dilingkungan Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti. Rakornas menjadi penting sekali khususnya pegawai itjen tentang posisi masing-masing agar koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di itjen agar lebih mudah, masing-masing dapat memberikan kontribusi sesuai tusinya dan rakorwas ini untuk meningkatkan kualitas lebih baik serta saling mengenal, pungkasnya”. (TNS/Itjen)
TANTANGAN PENGAWAS INTERNAL DI TAHUN 2018
Pembukaan Acara Rapat Koordinasi
Pengawasan Internal
7
Vol 002 | 2018 INFESTERA 7
Dalam rangka peningkatan kompetensi Aparatur Pengawas Internal Pemerintah, Inspektorat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi menyelenggarakan “Workshop Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawas Internal dalam Melakukan Evaluasi SAKIP dan LAKIP”. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada hari Rabu sampai dengan Jumat 21 sd 23 Februari 2018.Acara diikuti oleh sekitar 70 orang yang berasal dari Inspektorat Jenderal Kemristekdikti dan Anggota SPI (Satuan Pengawas Internal) di Lingkungan Perguruan Tinggi Negeri dan Kopertis.Dalam sambutan nya Inspektur Jenderal Kemenristekdikti menyampaikan bahwa
“Kegiatan peningkatan Ini dilakukan
dalam wujud peningkatan kapasitas yang
akan memberikan dasar dasar penguatan
pengenalan mengenai apa itu Lakip dan LAKIP “.
Dalam ruang lingkup evaluasi LAKIP dan SAKIP ada dua hal penting yang harus diperhatikan yaitu :1. Evaluasi dalam Penerapan Sistem Akuntabilitas Pemerintah dan pelaporan atas kinerja suatu Instansi2. Evaluasi SAKIP dengan mempertimbangkan kepada kemajuan yang telah dicapai dan pembahasan hasil evaluasi yang sudah dilakukan.Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan integrasi dari sistem perencanaan, system penganggaran dan system pelaporan kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas, sedangkan LAKIP berisi laporan kinerja
dan akuntabilitas, yaitu gambaran pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi.LAKIP sendiri merupakan bagian dari Instansi Pemerintah atau SAKIP.“Kita sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah harus mengerti bagaimana melakukan evaluasi terhadap kinerja dari suatu Instansi”.Dalam akhir sambutannya Inspektur Jenderal berharap bahwa dalam 3 (tiga hari) kedepan peserta kegiatan dapat memiliki kompetensi dan kecakapan dalam melakukan penilaian terhadap SAKIP dan LAKIP mulai dari Penilaian,Pengukuran,Pelaporan dan Evaluasi SAKIP dan LAKIP dengan Standar dan Pengertian yang sama sehingga perbedaan Persepsi yang seringkali ditemukan dalam melakukan evaluasi SAKIP dan LAKIP dapat dihilangkan. (TNS/Itjen)
Kita sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah harus
mengerti bagaimana melakukan evaluasi
terhadap kinerja dari suatu Instansi
“
Peningkatan Kapasitas Aparat Pengawas Internal dalam Melakukan Evaluasi SAKIP dan LAKIP
8
Vol 002 | 2018 INFESTERA 8
Reportase
Pembekalan Kepada Para “AMUNISI BARU” di Lingkungan Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti berkomitmen untuk memajukan dan memperkuat pengawasan intern di lingkungan Kementerian Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi dengan mengutamakan pengembangan pengetahuan dan pembelajaran dari pengalaman- pengalaman mengenai dasar – dasar di bidang pengawasan intern sehingga diharapkan para Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) di lingkungan Kemenristekdikti memiliki kehandalan, professionalitas dan Integritas yang tinggi.Hal ini disampaikan Irjen Kemenristekdikti pada sambutannya di acara kegiatan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Dasar – Dasar Pengawas Intern bagi Aparat Pengawas Intern di Lingkungan Kemenristekdikti kepada para CPNS dan Personil SPI.
Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai seluk beluk terkait dengan pengendalian Intern maka kita harus mengetahui pengertian dari Pengendalian Intern tersebut yakni “seluruh kegiatan audit,review pemantauan dan pengawasan lainnya yang dilakukan , sehingga dapat diyakini seluruh kegiatan operasional yang ada dalam suatu instansi berjalan dengan baik, efi sien dan efektif sehingga dapat mewujudkan Good Corporate Governance dan Good University Governance diseluruh Kementerian Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Terkait dengan image dan kontribusi personel SPI dan para auditor di Kemenristekdikti dalam perspektif publik yang ada sekarang, sepertinya masih belum terlalu disukai,hal tersebut tidak lepas dari paradigma lama dari Pengawasan Intern yang lebih Bersifat Watch Dog yang biasanya menjadi momok yang menyeramkan bagi para Auditee,oleh karena itu sehingga kita harus melakukan terobosan sehingga persepsi SPI yang awalnya tidak disukai menjadi disukai.“Dengan adanya Paradigma Baru di bidang pengawasan kita harus menjadi sesuatu hal yang menyenangkan dimata para auditee dimana adanya peran sebagai konsultan dan katalisator bagi para auditee yang akan membantu menyelesaikan dan memecahkan masalah” Ujar Irjen Kemenristekdikti.Dengan penguatan dari sisi Profesionalitas, Kompetensi dan Integritas dari Para Auditor dan Anggota SPI di Lingkungan Kemenristekdikti yang didukung oleh paradigma baru dari Pengawasan Intern Pemerintah yang lebih bersifat konsultatif dan katalisator, maka diharapkan kedepan permasalahan yang ada di Kemenristekdikti dapat terselesaikan dengan lebih baik dan pengendalian intern yang dilakukan akan lebih efektif sehingga permasalahan yang sebelumnya muncul tidak akan terulang kembali dan Pengendalian Intern yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti yang dibantu oleh jajaran SPI diseluruh satuan kerja menjadi pusat unggulan di Kemenristekdikti. (tns/itjen)
9
Vol 002 | 2018 INFESTERA 9
Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2018 Merupakan Hari yang Penuh Makna, Inspirasi dan Motivasi dalam Memajukan Peradaban Nasional
Pada pelaksanaan Upacara Bendera untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional 2018 kali ini Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengangkat tema “Membumikan Pendidikan Tinggi dan Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia” dengan tema Nasional yaitu “Menguatkan Pendidikan dan Memajukan Kebudayaan”.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi adalah salah satu Kementerian yang Bertugas dan Bertanggungjawab dalam memajukan Pendidikan Nasional di Indonesia khusus nya dalam Bidang Pendidikan Tinggi dimana Semua Perguruan Tinggi Baik Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta merupakan ujung tombak dari tugas Nasional tersebut .
Pada sambutannya Menristekdikti menyampaikan bahwa tanggal 2 Mei merupakan yang hari yang sangat penting dan penuh makna inspirasi dan motivasi dalam memajukan peradaban nasional melalui pengembangan sumberdaya manusia. Pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan salah satu cara sekaligus tujuan untuk meningkatkan daya saing bangsa di Era Revolusi Industri 4.0. Salah satu cara dalam pengembangan Sumber Daya Manusia adalah dengan meningkatkan kualitas Pendidikan Tinggi yang ada di Indonesia, adalah sesuatu yang menjadi suatu keharusan bagi Seluruh bangsa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, berbagai cara/ metoda antara lain yaitu dengan meningkatkan kualitas pengajar yang ada di perguruan tinggi, meningkatkan kualitas Infrastruktur Pendukung Pendidikan Tinggi serta penguatan dalam bidang Riset dan Inovasi.
Salah satu kebijakan yang akan dilaksanakan terkait dengan peningkatan Infrastruktur Pendukung Pendidikan Tinggi adalah dengan penerapan Program Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), di mana dalam
waktu dekat Kemenristekdikti akan mengeluarkan Permenristekdikti untuk mendukung pelaksanaan program ini. Adapun salah satu implementasi dari kebijakan mengenai PJJ nantinya adalah pembangunan universitas siber (Cyber University). Selain masalah infrastruktur, masalah globalisasi merupakan sesuatu yang harus kita sikapi dan menjadi sesuatu yang mutlak terjadi sehingga peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia di Indonesia merupakan suatu keharusan.di akhir sambutanya Menristekdikti mengatakan bahwa untuk menciptakan tujuan – tujuan tersebut kita semua seluruh bangsa Indonesia kita harus selalu berkerja sama , bergandengan tangan dan berkerja keras untuk mencapai seluruh tujuan – tujuan tersebut. (TNS/Itjen)
10
Vol 002 | 2018 INFESTERA 10
Reportase
ENTRY MEETING PEMERIKSAAN
BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN
KEMENRISTEKDIKTI TAHUN 2017
Menristekdikti Memberikan Arahan pada Saat Entry Meeting dengan BPK
11
Vol 002 | 2018 INFESTERA 11
Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu lembaga sangatlah perlu
untuk mengetahui kondisi keuangan dari lembaga yang dipimpinnya tersebut. Dimana kondisi keuangan suatu lembaga tercermin dalam laporan keuangannya, terkait dengan hal tersebut Badan Pemeriksaan Keuangan RI ( BPK RI ) bersama dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi melakukan entry meeting atas pemeriksaan Laporan Keuangan Kemristekdikti tahun 2017 sebagai tahap awal koordinasi dan konsolidasi . Kegiatan berlangsung di Kantor Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Gedung D Lantai 2. Acara dihadiri oleh Anggota III BPK Achsanul Qasasi, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Natsir berserta jajaran pejabat di lingkungan Kemristekdikti.Dalam sambutannya BPK menyampaikan pentingnya komunikasi dan koordinasi positif antara Kementerian
dan Pihak BPK sehingga dapat menghasilkan pelaporan keuangan yang akuntabel dan transparan, Semua permasalahan dapat disampaikan dan di diskusikan antara dua lembaga tersebut sebelum dilakukan pengambilan keputusan diharapkan siapapun yang akan mencoba mempolitisir dan mengkriminalisasi terhadap temuan BPK tidak akan bisa terjadi.
TUJUAN UTAMA BPK
Tujuan utama dari BPK bukan temuan dan rekomendasi dari hasil pemeriksaan tetapi adalah tindak lanjut, Apabila tindak lanjut dibiarkan maka yang biasanya menindaklanjuti adalah penegak hukum. Sebelum jatuh ke pihak penegak hukum maka sebaiknya entitas segera menindaklanjuti, dan para auditor BPK harus concern terhadap tindak lanjut. “Jika ada rekomendasi BPK yang ternyata yang menurut auditee sudah tidak dapat lagi ditindaklanjuti, sehingga terus muncul di dalam temuan, saya usulkan ini segera diselesaikan dengan cara membuat berita acara dan dimasukan ke dalam kolom temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti”.
PENTING NYA BERSIKAP TRANSPARAN
DAN AKUNTABEL
Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menyampaikan kepada seluruh peserta rapat akan pentingnya untuk selalu bersikap transparan dan akuntabel dalam membuat pertanggung jawaban seperti halnya dalam penyusunan Laporan Keuangan, Jangan ada yang di tutup tutupi, semua harus full disclosure dalam penyajian laporan, terkait dengan tindak – lanjut temuan tahun 2016 menristekdikti menyampaikan untuk selalu di monitor dengan baik perkembangannya, karena masih ada beberapa temuan yang belum ditindaklanjuti oleh Kemenristekdikti.
Jika ada rekomendasi BPK yang ternyata yang menurut auditee sudah tidak dapat
lagi ditindaklanjuti, sehingga terus muncul di dalam temuan, saya usulkan ini segera diselesaikan dengan cara membuat berita
acara dan dimasukan ke dalam kolom temuan yang tidak dapat ditindaklanjuti
“
12
Vol 002 | 2018 INFESTERA 12
PROFIL
KOORDINASI dan SINERGI Strategi Persiapan Universitas Riau dalam Menyambut Peringatan Hakteknas Ke - 23
Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) merupakan tonggak sejarah dalam rangka memperingati momen kebangkitan teknologi
di Indonesia, diawali dengan penerbangan perdana pesawat terbang N-250 Gatotkaca pada tanggal 10 Agustus 1995 di Kota Bandung, pesawat hasil produksi bangsa Indonesia. Sejalan momen itulah, untuk kembali membangkitkan semangat kebangkitan teknologi ini, maka pada tahun 2018 Provinsi Riau didaulat sebagai tuan rumah dalam pelaksanaan peringatan Hakteknas ke-23 Tahun 2018.
PERSIAPAN PELAKSANAAN HAKTEKNAS
Pelaksanaan Hakteknas ke-23 Tahun 2018 di Provinsi Riau ini, Puncak Kegiatannya direncanakan bakal dilaksanakan pada 9 Agustus 2018. Berkenaan dengan pelaksanaan rangkaian kegiatannya, berbagai unsur berperan aktif menyukseskan baik dari unsur pemerintah pusat, daerah, maupun Perguruan Tinggi. Universitas Riau (UNRI) sebagai Perguruan Tinggi tertua yang ada di Provinsi Riau, turut berperan aktif dalam membangkitkan semangat teknologi tersebut.
Untuk mengetahui peran aktif Universitas Riau dalam Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-23 Tahun 2018 ini, Tim Infestera memperoleh kehormatan untuk bertemu Rektor Universitas Riau, Prof Dr Ir Aras Mulyadi DEA di ruang kerjanya beberapa waktu lalu di Pekanbaru Provinsi Riau. Mari kita simak petikan wawancaranya berikut ini.
Infestera:Dalam rangka memperingati Hakteknas ke-23 yang akan dilaksanakan di Provinsi Riau, langkah-langkah persiapan apa yang sudah dilakukan pihak UNRI apakah teknisnya sama seperti sebelumnya atau ada langkah-langkah khusus yang sudah dipersiapkan pihak UNRI bersama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) sebagai panitia?
Rektor UNRI:Kegiatan dalam rangka Hakteknas ke-23 yang diselenggarakan di Provinsi Riau ini, merupakan kegiatan yang dilaksanakan kedua kalinya di luar pulau Jawa, dan pertama kalinya di Pulau Sumatera. Sebelumnya, Hakteknas dilaksanakan di Kota
13
Vol 002 | 2018 INFESTERA 13
Makassar Sulawesi Selatan. Kami tentunya atas nama Universitas Riau yang merupakan Perguruan Tinggi yang ada di Provinsi Riau, sedini mungkin telah melakukan koordinasi dengan berbagai unsur yang berkaitan dengan pelaksanaan rangkaian kegiatan dalam rangka Hakteknas ke-23 tahun 2018 ini.
Unsur-unsur serta bentuk koordinasi yang berkaitan tersebut, diantaranya adalah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), pemerintah daerah, lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang ada di Provinsi Riau, serta bersinergi dengan berbagai pihak mitra ekternal UNRI. Sejalan hal itulah, UNRI selalu bersinergi bergandengan tangan dengan berbagai pihak adalah untuk bersama-sama mewujudkan tujuan yang sama dalam menyukseskan pelaksanaan rangkaian kegiatan Hakteknas Tahun 2018 ini.
Lebih lanjut, adapun persiapan UNRI dalam rangka Hakteknas ke-23 ini, adalah mengacu pada pengalaman UNRI saat berpartisipasi dan mengumpulkan berbagai informasi penyelenggaraan
rangkaian kegiatan Hakteknas sebelumnya, dimana terdapat sejumlah kegiatan utama yang telah ditentukan panitia pusat melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Inovasi Kemenristekdikti.
Berkenaan dengan Hakteknas ke-23 ini, Universitas Riau sudah mulai mempersiapkan beberapa bentuk kegiatan, baik sebagai peserta maupun pelaksana. Namun pada prinsipnya UNRI melaksanakan kegiatan yang bersifat subtantif maupun koordinatif pada berbagai rangkaian kegiatan yang sudah dirancang bersama.
RENCANA RANGKAIAN KEGIATAN
HAKTEKNAS
Secara garis besar, ada 12 rangkaian kegiatan yang telah disusun bersama sebagai bentuk koordinasi UNRI bersama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Riau. Kegiatan tersebut yakni:
1. Launcing Logo Hakteknas Tahun 2018 (Pada prinsipnya merupakan kegiatan kepanitiaan
Peringatan Hakteknas ke-23 yang diselenggarakan di Provinsi Riau ini, merupakan kegiatan yang dilaksanakan kedua kalinya di luar pulau Jawa, dan pertama kalinya di Pulau Sumatera.
“
14
Vol 002 | 2018 INFESTERA 14
PROFIL
yang bersifat koordinatif dalam rangka persiapan pelaksanaan Peringatan Hakteknas tahun 2018)
2. Bakti Teknologi (Kegiatan ini merupakan pemilihan teknologi dan inovasi terhadap jenis atau komoditas produk unggulan daerah yang bertemakan Kemandirian Pangan dan Energi, dimana pihak UNRI sudah melakukan koordinasi bersama pemerintah daerah Provinsi Riau melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dalam menginventarisir produk-produk unggulan yang berpotensi di daerah Riau. Di antara produk dimaksud yakni teknologi terkait dengan pengolahan sagu (mie sagu).
3. Anugerah Iptek (Pada kegiatan ini, UNRI tengah melakukan sosialisasi dan penyebarluasan informasi serta mendorong dosen-dosen peneliti yang ada di UNRI terkait dengan adanya peluang ini).
4. Lomba Inovasi (Setakat ini, UNRI tengah
melakukan sosialisasi dan penyebarluasan informasi terkait kelompok perseorangan dari unsur mahasiswa, dosen, pegawai akan memanfaatkan peluang ini, dan secara bertahap akan melakukan seleksi dan inventarisasi oleh Tim Hakteknas UNRI untuk memberikan dukungan dan fasilitas dalam mengikuti kompetisi ini).
5. Jalan Sehat (UNRI bersama-sama dengan segala unsur yang ada, baik tenaga pendidik maupun kependidikan, serta maupun mahasiswa turut aktif mengikuti kegiatan ini).
6. Lomba IPTEK (Kegiatan yang terdiri dari beberapa kategori lomba, seperti tulisan atau paper, foto, dan media iptek dengan skala nasional, maka potensi yang ada di UNRI di dorong untuk menyiapkan dan mempersiapkan diri mengikuti lomba dimaksud).
7. Kegiatan Ilmiah (Dalam kegiatan ilmiah ini, UNRI mengagendakan beberapa kegiatan seminar,
15
Vol 002 | 2018 INFESTERA 15
berskala nasional bahkan internasional. Untuk penyelenggaraannya, diantaranya UNRI bekerjasama dengan pihak Kemenristekdikti melalui Direktorat Penjamin Mutu, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Sementara untuk seminar nasional, UNRI berkoordinasi dengan beberapa pihak).
8. Welcome Dinner (Persiapan Pembukaan Hakteknas)
9. Acara Puncak (Dalam hal ini, UNRI melakukan kegiatan koordinatif dengan berbagai pihak untuk mendukung persiapan pelaksanaan kegiatan. Berkenaan hal itu, UNRI telah menyiapkan sejumlah personil serta perangkat pendukung acara).
10. Pameran Ritech Expo (Pada kegiatan ini, UNRI menampilkan produk-produk teknologi dan inovasi yang telah dihasilkan oleh Universitas Riau).
11. Pameran Inovasi Daerah (Dalam hal ini, UNRI berkesempatan untuk menampilkan produk-
produk unggulan yang ada di UNRI). 12. Malam Apresiasi
Secara garis besar, berkait dengan peringatan Hakteknas ke-23, UNRI mengedepankan koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait, guna suksesnya penyelenggaraan kegiatan Hakteknas di Provinsi Riau. Ada satu hal yang kita dapat banggakan terkait dengan rencana pelaksanaan peringatan hakteknas di Riau ini, pihak Pemerintah Provinsi sebagai pelaksana kegiatan, selalu menggandeng pihak perguruan tinggi yang ada di Riau terutama UNRI.
Oleh karena itulah, untuk menunjang kelancaran urusan koordinasi dan kelancaran penyelenggaraan kegiatan, UNRI telah membentuk tim khusus yang menangangi bidang pangan dan bidang energi, sesuai dengan tema Hakteknas ke-23.
Bertemu dengan Rektor Universitas RIAU di sela sela waktu kesibukannya
16
Vol 002 | 2018 INFESTERA 16
PROFIL
KETERLIBATAN SEKTOR INDUSTRI DAN
SWASTA
Infestera:Terkait dengan Hakteknas, salah satu elemen penting dalam kesuksesan pendidikan tinggi adalah daya saing bangsa dan daya serap tenaga kerja dari sektor pendidikan. Apakah pada Hakteknas ke-23 ini melibatkan pihak-pihak dari sektor industri maupun atau swasta?Rektor UNRI:Pelaksanaan rangkaian kegiatan Haktenas tentunya akan melibatkan berbagai pihak, termasuk pihak industri maupun swasta. UNRI, sebagai wadah
dalam kegiatan riset dalam menghasilkan temuan-temuan ilmiah, tentunya hasil riset dimaksud dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak. Berkenaan hal tersebut, melalui momentum Hakteknas inilah sejumlah pihak dapat bertemu dalam satu kesempatan, seperti pada kegiatan inovasi, pameran, maupun kegiatan lainnya yang ada pada rangkaian
acara Hakteknas.
Melalui momentum tersebut, beberapa pihak pengusaha akan kita pertemukan dengan berbagai pihak yang dapat bersama-sama berfokus pada pemecahan permasalahan yang mungkin ada di daerah, sehingga dapat dilakukan koordinasi yang baik untuk pengembangan serta peningkatan pemanfaatan pengetahuan yang tersedia.
Infestera:Terkait dengan persiapan peringatan Hakteknas ini, apakah terdapat kendala-kendala yang ditemukan,
dan bagaimana cara untuk mengatasi kendala tersebut?
Rektor UNRI:Hingga saat ini, belum ada kendala yang berarti terkait dengan tahapan-tahapan persiapan peringatan Hakteknas. Hal ini merupakan bentuk dari sinergi dan koordinasi yang baik dengan berbagai pihak, baik pihak
Foto Bersama Tim INFESTERA bersama Jajaran Rektorat Universitas RIAU
17
Vol 002 | 2018 INFESTERA 17
Pemerintah Provinsi Riau maupun Kemenristekdikti.
TEMA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Infestera:Pada peringatan Haktenas ke-23, mengangkat tema besar yaitu Inovasi Kemandirian Pangan dan Energi dengan Sub Tema Sektor Pangan dan Energi di Era 4.0, apakah menurut Bapak Indonesia siap dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0?
Rektor UNRI:Kita memang harus siap untuk menghadapi era revolusi Industri 4.0. Terkait dengan pangan dan energi,
kita memiliki keunggulan dari sisi sumber alam yang melimpah yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk sektor pangan dan energi. Kita berharap pada Hakteknas ini dapat menggali dan memaksimalkan potensi yang ada terkait dengan peningkatan teknologi dalam sektor energi dan pangan seperti inovasi dalam sektor energi terbarukan.
Intinya untuk pangan, Indonesia jauh lebih mampu untuk bersaing dalam dunia global karena kita memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah seperti lahan yang luas dan bahan pangan yang beragam. Seiring itulah, UNRI telah berupaya semaksimal mungkin untuk memanfaatkan sumber daya yang ada, seperti pengolahan hasil pertanian unggulan yang ada di daerah Riau. Satu diantaranya adalah buah nenas yang budidayanya sangat cocok di wilayah Riau. Pada sektor budidaya kelapa sawit, Riau juga sudah mulai mengembangkan teknologi terapan untuk menghasilkan biofuel dari kelapa sawit. Pada komoditas kelapa, daerah Riau juga sudah mengembangkan produk-produk unggulannya. Tentunya potensi tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan memanfaatkan keunggulan teknologi.
POTENSI SUMBERDAYA LOKAL DI PROVINSI
RIAU
Infestera:Terkait dengan pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang ada, satu diantara keunggulan yang dimiliki Provinsi Riau adalah lahan yang sangat luas, meskipun
memiliki lahan yang luas tetapi mayoritas jenis lahan yang ada di Provinsi Riau adalah lahan gambut. Terkait hal itu, apa yang sudah dilakukan para penggiat teknologi di Provinsi Riau untuk memanfaatkan lahan gambut tersebut agar lebih produktif dan bermanfat bagi masyarakat?
Rektor UNRI:Provinsi Riau memang sangat identik dengan lahan gambut dimana hampir 60% lahan yang ada di Provinsi Riau merupakan lahan gambut. Sampai saat ini rekayasa terus dilakukan terutama untuk budidaya kelapa sawit. Dalam pemanfaatan lahan gambut, fokus kita kepada optimalisasi teknologi
18
Vol 002 | 2018 INFESTERA 18
PROFIL
sistem pengairan air untuk lahan pertanian, sehingga dapat menutupi defi siensi air yang merupakan salah satu permasalahan dalam melakukan budidaya pada lahan gambut, selain itu kita juga mengembangkan teknik budidaya tanaman sela, yang mana dimana untuk lahan gambut, dapat menanam tanaman kakao maupun dengan tanaman kelapa, sehingga diharapkan lebih produktif.
Lebih lanjut, kita juga sedang melakukan riset untuk pemanfaatan lahan gambut yang digunakan sebagai bahan baku campuran untuk pupuk organik, dan satu hal yang terpenting kita juga sedang mengkaji terkait dengan penanganan kebakaran untuk lahan gambut, sehingga kedepan kita bisa lebih cepat dalam proses penanganan kebakaran.
LANGKAH - LANGKAH UNRI MENGHADAPI
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Infestera:Dalam menyambut Inovasi Kemandirian Pangan dan Revolusi Industri 4.0, Apakah ada kebijakan
dari Universitas Riau dalam rangka menghadapi kemandirian pangan, sehingga lulusannya selain berkualifi kasi akademik yang baik tetapi juga dapat bersaing dalam Revolusi Industri ini?
Rektor UNRI:Pada program yang dilaksanakan oleh UNRI, kita memfokuskan topik penelitian dan inovasi pangan dan industri pada sektor Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Riau. Sebagai contoh karena daerah Riau merupakan kawasan perairan dan pesisir, maka diharapkan sumberdaya manusia yang ada di provinsi Riau memiliki kompetensi dalam mengembangkan kawasan pesisir dan perairan kedepannya, sehingga dapat menjadi suatu keunggulan yang dimiliki oleh daerah Riau.
Terkait dengan pengembangan kompetensi sumberdaya manusia khususnya mahasiswa, kita menggiatkan dan mendukung aktif kegiatan-kegiatan UKM mahasiswa. Kedepannya kita mengarahkan agar mahasiswa diharuskan untuk melakukan magang di berbagai perusahaan dan pemerintah, sehingga lulusan dapat memiliki kompetensi yang memadai dan berguna saat mereka sudah berada di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
Lebih lanjut, kita juga mesyaratkan kepada para mahasiswa yang akan lulus untuk memiliki nilai TOEFL dengan besaran nilai minimal 450. Persyaratan ini adalah untuk memacu semangat para mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya khususnya kemampuan bahasa Inggris, sehingga mereka dapat bersaing di era globalisasi. Sejalan dengan fokus dari Revolusi Industri 4.0 ini juga, tentunya unsur komunikasi dan informasi menjadi hal yang utama dari tercapainya revolusi ini. Sebab itulah perlunya pendalaman bahasa yang perlu dikuasai dalam menyikapi perkembangan tersebut. Seiring itu pula, UNRI juga telah mencantumkan unsur pendidikan kewirausahaan dalam kurikulum perkuliahan, sehingga diharapkan para mahasiswa memiliki kemampuan kewirausahaan sebagai kemampuan dasar.
Humas Unri
Mahasiswa tengah melakukan pengujian dan pemanfaatan mesin bubut di laboratorium fakultas teknik mesin Universitas Riau
19
Vol 002 | 2018 INFESTERA 19
Infestera:Dalam sambutan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, pada acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) di Medan beberapa waktu lalu, disampaikan bahwa Era Revolusi Industri 4.0 sangat penting bagi bangsa Indonesia khususnya di bidang Pendidikan Tinggi untuk memiliki kemampuan tertentu yang seperti High Order Mental Skill, berfi kir deskriptif, sistemik, dan diharuskan mempelajari berbagai literasi tambahan seperti literasi data, literasi teknologi. Bagaimana pihak UNRI menanggapi terkait dengan tuntutan listerasi ini khususnya pada peningkatan kompetensi dosen dan mahasiswa?Rektor UNRI:Terkait dengan perkembangan era Digital dan Teknologi Informasi saat ini, memang dari awal Universitas Riau mengharuskan para calon mahasiswa untuk mengenal teknologi informasi. Hal tersebut dapat dilihat dari proses penda" aran mahasiswa baru di UNRI yang menggunakan Sistem Berbasis ICT (Information and Technology). Selain itu dalam rangka peningkatan kapasitas dosen dalam pembelajaran TIK, pihak Universitas Riau juga berkerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu (LPM) Provinsi Riau mengadakan pelatihan Teknologi Informasi. Begitu pula dari aspek penyusunan kurikulum pengajaran di UNRI, juga tidak terlepas dari unsur yang berbasis teknologi informasi, dan selalu senantiasa dievaluasi dan dikembangkan melalui implementasi penyusunan rencana pengembangan kurikulum berbasis ICT untuk mendukung proses pembelajaran.
Lebih lanjut, dari aspek Layanan Administrasi di UNRI juga sudah kita terapkan Sistem Pengelolaan berbasis teknologi informasi yang terintegrasi, baik dari layanan pendidikan, kemahasiswaan, maupun administrasi.
Berkaitan dengan kegiatan dalam menyambut Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ini, UNRI senantiasa aktif dalam mengambil peran secara total dan selalu mengedepankan koordinasi dengan berbagai pihak agar bisa terwujud sinergitas dan kebersamaan untuk membangkitkan semangat teknologi inovasi bagi kesejahteraan masyarakat. BRAVO untuk Universitas Riau, sampai bertemu di kegiatan HAKTEKNAS Ke-23 di Provinsi Riau. ***
Rekto� Universi�a� Ria�Prof. Dr. Ir. Aras Mulyadi, DEATempat Tanggal Lahir : Simandolak, Agustus 1952Bidang Keahlian :Ekologi dan Pemanfaatan Algae
20
Vol 002 | 2018 INFESTERA 20
Ditemui di sela-sela kesibukannya, kami mencoba membuka percakapan dengan
salah seorang Pengendali Mutu Inspektorat Jenderal yang sekaligus Pegawai Teladan (kategori Auditor-red), Bapak Agus Bintoro.
Tiga puluh satu tahun menggeluti dunia auditor kami ingin mengulik kiat-kiat sukses beliau untuk menjadi seorang auditor handal, inilah perbincangan santai kami…
PERJALANAN KARIER
T : Sejak Kapan bapak menjadi seorang auditor? J : Saya pertama menjadi CPNS Tahun 1986 dan diangkat menjadi PNS di Tahun 1987, pada Tahun 1989 saya menjadi Auditor, dulu sebutan nya adalah Pemeriksa dan mendapatkan penempatan di Inspektorat Jenderal Kemendikbud.
T : Bisa sedikit diceritakan pak, bagaimana bapak bisa terjun atau memutuskan menjadi seorang Auditor atau Pemeriksa. Apakah memang keinginan atau cita-cita dari kecil?
J : Sebenarnya bukan karena keinginan atau cita-cita, mungkin takdir yang membawa saya menjadi seperti sekarang, awalnya, setelah lulus pada tahun 1985 saya mulai melamar pekerjaan dan saya mengawali karir menjadi pegawai di Pemda Surakarta. Di Tahun yang sama saya sudah menjadi CPNS di Bappeda Pemda Surakarta, karena pada waktu itu saya menda! ar ke dua Departemen, ternyata tidak lama kemudian SK dari Kemendikbud turun dan saya memutuskan hijrah ke Jakarta untuk menjadi Pemeriksa dan mengundurkan diri dari Bappeda Pemda Surakarta. Dan kebetulan istri saya bekerja di Jakarta, di Departemen Pehubungan.
T : Pada waktu melamar, apakah memang untuk posisi Pemeriksa?
PROFIL
DISIPLINKUNCI SUKSES SEORANG
AUDITOR
21
Vol 002 | 2018 INFESTERA 21
J : Awalnya saya tidak tahu kalau ditempatkan di pengawasan pokoknya niat awal saya mau bekerja, dan ternyata saya menikmati profesi ini, terbukti sampai dengan saat ini (31 tahun) saya masih berkecimpung di dunia pengawasan.
KIAT KIAT SEBAGAI AUDITOR YANG
KOMPETEN DAN PROFESIONAL
T : Sebagai Auditor Senior sekaligus sebagai pegawai teladan, kiat-kiat apa saja yang dilakukan oleh seorang Auditor agar bisa melakukan tugasnya dengan baik?
J : Yang Pertama harus disiplin. Bicara soal disiplin, dari kecil saya sudah dituntut untuk menerapkan disiplin. Lahir di keluarga militer, dari seorang Ayah yang berprofesi sebagai tentara, sejak kecil saya sudah dituntut untuk berdisiplin. Sehingga buat saya, untuk disiplin sudah menjadi kebiasaan dan gaya hidup saya.
T : Dilihat dari Kedisiplinan yang telah menjadi gaya hidup bapak sekarang, apakah menurut Bapak, pegawai lainnya juga perlu dibina secara militer agar bisa menerapkan disiplin? Karna seperti yang kita lihat bahwa selalu ada pegawai yang disiplin dan ada juga yang tidak peduli akan kedisiplinan. Apakah budaya yang harus dirubah atau aturan nya harus diperketat?
J : Peraturan dari dulu sudah ketat, semua kembali ke pribadi masing-masing pegawai, seketat apapun aturan, jika tidak terdapat kesadaran dari masing-masing individu, aturan hanya akan menjadi sebuah aturan.
T : kalau dilihat dari segi hukuman /punishment, apakah perlu di tingkatkan, mengingat ada pegawai yang disiplin nya tinggi dan di sisi lain ada pula pegawai yang tidak disiplin, bagaimana menurut bapak?
J : Sebetulnya peraturan disiplin kan sudah diterapkan, dan penerapan nya sekarang baru pada tahap
“Disiplin harusnya jangan dijadikan beban, tetapi hendaknya suatu dijadikan suatu kebiasaan“
22
Vol 002 | 2018 INFESTERA 22
pemotongan tunjangan kinerja. Kembali lagi, buat saya pribadi, berdisiplin itu bukan menjadi beban, namun sudah menjadi kebiasaan, sehingga tiba dikantor selalu jam 6 pagi karna sudah terbiasa. Jadi ada atau tidak punishment, saya akan tetap disiplin.
T : Sebagai auditor senior dengan penugasan yang sangat padat, Bapak masih terlihat segar dan fi t, adakah kiat khusus untuk menjaga fi sik dan mental agar tetap sehat ?
A : Olahraga hukum nya wajib. Setiap hari apakah itu lagi dinas atau tidak, saya selalu meluangkan waktu setidaknya satu jam untuk berolahraga, minimal jalan kaki. Yang kedua, tidak membawa urusan kantor kedalam keluarga, karena hal itu akan membawa dampak buruk kedalam keluarga. Dan yang terakhir selalu komunikasi dengan keluarga, keluarga tetap membutuhkan kita, meskipun kita sedang berada di luar kota, selalu luangkan waktu untuk mereka.
D : Bicara tentang integritas, auditor dituntut untuk menjaga integritas. Terlebih lagi, profesi auditor sangat rentan dengan hal-hal yang berbau penyimpangan, fraud, gratifkasi.
Tapi kita tidak dapat menutup mata bahwa masih ada oknum yang melakukan fraud atau menerima gratifi kasi. Bagaimana menurut bapak agar terhindar dari tindakan fraud atau gratifi kasi ?
A : Memang kita harus menjaga Integritas, kita harus pintar untuk memilah – milah mana tindakan yang diperbolehkan, mana tindakan yang memang dilarang. Jangan sekali-kali meminta uang atau fasilitas, atau hanya sekedar memberi kode.
D : Apakah Bapak pernah menolak Gratifi kasi?
PROFIL
A : Kita bicara jaman sekarang ya (tergelak) Saya tidak pernah menerima tawaran uang/amplop selama saya benerka di Kemenristekdikti. JIka orang memberikan sesuatu karena hubungan pekerjaan, tentu saja hal tersebut adalah sesuatu yang harus kita tolak. Jadi harus tau mana yang halal dan mana yang tidak. Segala sesuatu yang tidak halal, jangan pernah sampai dibawa kerumah karna akan menjadi penyakit dan dampaknya jangka panjang. Saya selalu mengingatkan tim saya, jika sedang bertugas, jangan pernah memberikan kode, atau bertanya informasi mengenai suatu barang khas daerah tersebut karna bias saja menimbulkan penafsiran yang berbeda.
PENGALAMAN DALAM DUNIA AUDIT
D : Bisa diceritakan kepada kami pengalaman Bapak selama melakukan audit, resiko terbesar apa yang pernah Bapak alami ?
A : Resiko mendapatkan aduan yang bersifat fi tnah pernah saya alami. Istilahnya mendapatkan “Surat Cinta”. Pada saat kita sedang melakukan audit, mungkin ada pihak yang tidak senang dengan keberadaan kita disana atau tidak puas dengan hasil audit yang kita keluarkan. Untuk itu kita harus berhati-hati dalam menyikapi segala bentuk pemberian atau fasilitas yang ditawarkan pihak yang kita periksa, karena jika dibelakang hari terdapat ketidakpuasan akan hasil audit, hal tersebut dapat menjadi boomerang untuk auditor tersebut.
D : Apa yang paling berkesan selama menjadi auditor pak ?
A : Piknik gratis, hahhahhaa (kembali tergelak). Bisa keliling Indonesia dibayarin sama Negara"
23
Vol 002 | 2018 INFESTERA 23
Agus Bintoro Auditor UtamaInspektorat JenderalKemenristekdikti
“Dan pembicaraan kami akhiri dengan suatu kesimpulan…, disiplin
dan intergrtas, adalah kunci utama untuk menjadi kan seorang
auditor itu berintegritas dan dapat menjadi panutan. Agus Bintoro,
adalah salah satu Auditor Terbaik yang Kemenristekdikti miliki, dapat
dijadikan panutan dan contoh untuk para Auditor lainnya, bukan
hanya kinerja, tapi sikap dan gaya hidup yang jujur dan berintegritas
adalah salah satu hal yang dapat menjadi teladan.(Danit/Febri/
Firman) “
24
Vol 002 | 2018 INFESTERA 24
ARTIKEL PENGAWASAN
Menurut menteri perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam http://ekonomi.kompas.com Langkah-langkah Indonesia
menyongsong revolusi industri 4.0, yaitu:
1. Angkatan kerja di Indonesia terus belajar dan meningkatkan keterampilannya untuk memahami penggunaan teknologi internet of things atau mengintegrasikan kemampuan internet dengan lini produksi di industri.
2. Pemanfaatan teknologi digital untuk memacu produktivitas dan daya saing bagi industri kecil dan menengah (IKM) sehingga mampu menembus pasar ekspor melalui program e-smart IKM.
3. Industri nasional dapat menggunakan teknologi digital seperti Big Data atau otomatisasi industri yang digunakan untuk mengoptimalkan jadwal produksi berdasarkan supplier, pelanggan, ketersediaan mesin dan kendala biaya.
4. Inovasi teknologi melalui pengembangan startup dengan memfasilitasi tempat inkubasi bisnis.
Dalam bidang pengawasan tentunya, juga dapat memanfaatkan teknologi yang terus berkembang. “Pengawasan dituntut harus cepat dengan hasil yang akurat”. Untuk mencapai hasil yang cepat dan akurat diperlukan program atau aplikasi yang memanfaatkan jaringan. Ada 3 langkah dalam pemanfaatan teknologi pengawasan internal antara lain:
1. Pengawasan berbasis Online
Di era yang telah menggunakan komputerisasi, pengawasan pun juga harus berinovasi dengan pemanfaatan teknologi yang berbasis online. Pengawasan berbasis online harus mempunyai keseragaman yang menjadi acuan untuk semua pengawasan internal, sehingga tidak ada perbedaan penafsiran dalam satu masalah. Dengan menggunakan pengawasan berbasis online informasi pelaksanaan suatu kegiatan dapat dimonitor oleh atasan tanpa harus meminta laporan tertulis dari satuan pengawas.
Misalkan dalam suatu pelaksanaan kontrak PBJ, satuan pengawas harus menginput data kontrak pada sistem pengawasan online paling lambat 5 hari setelah kontrak ditandatangani oleh PPK dan rekanan, sehingga pelaksanaan kontrak dapat terkontrol dan progress kemajuan pelaksanaan kontrak dapat di monitoring.
Dalam penggunaan pengawasan berbasis online tentunya diperlukan suatu aplikasi yang sinergi dan keseragaman. Aplikasi ini tentunya harus memiliki security system yang menjaga keamanan informasi yang telah terekam di dalamnya. Penggunaan user account yang terekam pada saat login tentunya akan menjaga keamanan data pada aplikasi. Jika terjadi penyalahgunaan data informasi yang telah direkam dapat di telusuri dari user account pengguna tersebut.
PERAN SPI
dalam
Pemanfaatan
TEKNOLOGI
http://www.tomsitpro.com
25
Vol 002 | 2018 INFESTERA 25
2. Pembuatan Database yang sinkron dengan pusat
Dalam pengawasan online agar terintegrasi dengan pusat (Inspektorat Jenderal) tentunya harus ada sistim basis data yang terpadu. Sistim ini menghimpun seluruh data pengawasan dari Satker yang menjadi wilayah tugasnya, sehingga proses untuk mendapatkan informasi dan kontrol terhadap pelaksanaan suatu kegiatan dapat dimonitor oleh pusat tanpa harus bersurat dan menunggu suatu dokumen atau informasi dikirim. Ini akan menghemat waktu dan informasi yang diperlukan lebih cepat diperoleh.
Dengan Database yang tersinkronisasi dengan baik, Pusat basis data dapat mengontrol pelaksanaan suatu kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Satker. Pengawasan di pusat juga dapat mendeteksi dini pelanggaran atau penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
3. Sumber daya dalam pengawasan internal
Untuk menjalankan pengawasan berbasis online tentunya harus didukung oleh sumber daya manusia dibidang pengawasan yang memadai. Dalam hal ini adalah bagaimana tata cara penggunaan aplikasi yang akan digunakan. Penggunaan aplikasi ini bukan ditujukan kepada operator tetapi kepada pengawas internal itu sendiri. Hal ini bertujuan untuk menjaga keabsahan data yang telah di input dalam aplikasi tersebut yang menjadi tanggungjawab pengawas itu sendiri.Selain sumber daya manusia juga diperlukan adanya dukungan fasilitas penunjang diantaranya jaringan internet, karena jaringan ini yang akan menentukan proses sharing data informasi dalam pengawasan lebih cepat.
Dengan memanfaatkan kemajuan dan perkembangan teknologi, pengawasan di internal dapat terkontrol dan dapat di deteksi secara dini pelanggaran atau penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan oleh Inspektorat Jenderal.
Pengawasan dituntut harus CEPAT dengan hasil yang AKURAT“
Sugeng Mukti WibowoPoliteknik Negeri Tanah Laut
26
Vol 002 | 2018 INFESTERA 26
ARTIKEL PENGAWASAN
Setiap pengarahan ataupun rapat koordinasi di intern Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
sebagai pembukaan pengarahan dari pimpinan, selalu diawali dengan pengucapan slogan “ Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti : Profesional, Integritas, Sejahtera,” dimana kalimat tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama untuk dijadikan suatu slogan di intern Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti. Pengucapan kalimat tersebut disetiap moment tertentu paling tidak mengandung tiga makna pokok, yaitu sebagai:
1. Dorongan atau pemberian semangat dari Pimpinan kepada seluruh jajaran pegawai Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti, dalam mengawali dan menjalani pelaksanaan tugas/kegiatan yang harus diembannya;
2. Suatu bentuk keakraban dengan nuansa kekeluargaan dalam berinteraksi dan berkomunikasi baik secara vertikal maupun secara horizontal;
3. Pesan dan pengingat dari Pimpinan atas Jati Diri Institusi Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti termasuk seluruh unsur/komponen yang ada di dalamnya;
4. Salah satu bentuk komitmen dan pembinaan dari Pimpinan kepada unsur/komponen yang ada dibawahnya.
MAKNA PROFESIONAL,INTEGRITAS DAN SEJAHTERA
Berkaitan dengan slogan yang telah menjadi kesepakatan Bersama dari seluruh unsur/komponen yang bernaung dalam Institusi Inspektorat Jenderal kemenristekdikti, berikut ini adalah penjabaran secara umum mengenai apa makna dari “ Profesional, Integritas dan Sejahtera “.
1. Profesional
Pengertian/Defi nisi dari kata Profesional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “Sesuatu yang bersangkutan dengan profesi yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.”
Hal ini sangat berkaitan dengan apa yang selalu disampaikan oleh Pimpinan Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti dalam setiap pengarahannya, bahwa pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti harus selalu ‘mengunyah’ (membaca, mempelajari dan memahami hingga menguasai) peraturan-peraturan yang berlaku termasuk perubahan-perubahan yang begitu cepat setidaknya sesuai dengan profesi bidang tugas yang diembannya dengan harapan bahwa pegawai Inspektorat Jenderal baik yang di Struktural
MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM SLOGAN
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI
“PROFESIONAL”
“INTEGRITAS”
“SEJAHTERA”
27
Vol 002 | 2018 INFESTERA 27
maupun di Fungsional selangkah lebih didepan dalam memahami atau menguasai peraturan-peraturan yang berlaku dibandingkan dengan pegawai pada Satker yang menjadi wilayah kerjanya. Serta jangan sampai terjadi, justru pegawai Satker yang menjadi wilayah kerja Inspektorat jenderal Kemenristekdikti lebih dulu atau lebih memahami/menguasai terhadap ketentuan yang berlaku.
Dari uraian di atas secara tegas bahwa, seluruh pegawai Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti dalam menjalankan profesinya dituntut untuk bersikap Profesional.
2. Integritas
Pengertian/Defi nisi dari kata Integritas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah diartikan sebagai “Sifat, Mutu dan Keandalan yang menggambarkan suatu kesatuan yang utuh, sehingga mempunyai potensi dan kemampuan yang selalu memancarkan kejujuran dan kewibawaan” secara umum Integritas diartikan sebagai sebuah konsistensi dan keteguhan yang tidak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur serta keyakinan.
Dari defi nisi di atas bila dikaitkan dengan slogan
Integritas, seluruh unsur/komponen yang ada di dalam Institusi Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti dalam mengemban tugas pekerjaan sesuai bidangnya masing-masing dituntut untuk terus menerus memiliki dan meningkatkan potensi dan kemampuan yang ada. Didukung dengan sifat yang konsisten dan keteguhan hati dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam mengemban tugas pekerjaan dengan berlandaskan kejujuran. Apabila seluruh unsur/kompenen yang ada bersatu padu secara bertahap untuk mewujudkannya, maka tidak ada hal yang mustahil untuk mewujudkan nilai kejujuran dan kewibawaan, baik secara Institusi maupun setiap individu yang ada di dalamnya, secara murni bukan karena dibuat-buat/dipaksakan.
3. Sejahtera
Pengertian/Defi nisi dari kata Integritas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai “Aman, Sentosa dan Makmur; Selamat (Terlepas dari Segala Macam Gangguan)” dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam
“Profesional, Integritas, Sejahtera” bukan hanya sebagai slogan yang jauh dari realita, tetapi secara bertahap bisa diwujudnyatakan,
“https://www.freepik.com
28
Vol 002 | 2018 INFESTERA 28
ARTIKEL PENGAWASAN
keadaan sehat dan damai.
DOA DAN HARAPAN KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA
Merujuk dari defi nisi di atas dikaitkan dengan slogan Sejahtera, secara umum di dalamnya mengandung unsur doa dan harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk seluruh unsur/komponen yang ada di dalam Institusi Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti baik di dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengemban tugas pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Selalu mendapatkan perlindungan, kekuatan dan tuntunanNya termasuk dalam upaya mewujudkan Visi dan Misi Institusi Inspektorat Jenderal, serta Visi dan Misi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
a. Aman :
Suatu harapan untuk seluruh pegawai Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti untuk bisa mendapatkan rasa aman, baik dalam melaksanakan tugas di kantor maupun dalam melaksanakan penugasan di luar kantor.
b. Sentosa :
Mendapatkan kekuatan lahir dan batin dalam mengemban tugas pekerjaan yang tidak ringan dan tentunya tidak terlepas dari berbagai permasalahan, baik permasalahan secara individu, permasalahan dalam tim (bekerjasama), maupun permasalahan dalam penugasan yang berhadapan dengan manusia dari berbagai budaya, suku, sifat/karakter. Permasalahan godaan yang bersifat materi berkaitan dengan kewenangan yang melekat dalam jabatannya.
c. Makmur :
Pendapatan sebagai imbalan setelah melaksanaan tugas pekerjaan, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Tentunya disertai dengan mensyukuri apa yang telah diterimanya sesuai dengan peran dan tingkatannya, sehingga perasaan hidup dalam kemakmuran muncul dari hati sanubari, tanpa larut dalam perasaan selalu merasa kurang yang pada akhirnya perasaan sejahtera jauh dari kehidupannya,
sehingga memacu semangat untuk berprestasi dalam berkarya di lingkungan Institusinya.
d. Selamat :
Keselamatan bisa selalu mengiringi baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di dalam lingkungan tugas pekerjaan.
Kiranya tulisan ini bisa menjadi pencerahan bagi seluruh unsur/komponen yang ada di dalam Institusi Inspektorat jenderal Kemenristekdikti, semoga dengan kemauan, upaya dan komitmen bersama slogan Inspektorat Jenderal Ristekdikti “Profesional, Integritas, Sejahtera” bukan hanya sebagai slogan yang jauh dari realita, tetapi secara bertahap bisa diwujudnyatakan, sehingga kehadiran Inspektorat Jenderal di Kemenristekdikti dan ke Wilayah Kerjanya (Satker-satker), bukan semata-mata karena sebagai pelengkap dari unsur Manajemen atau hanya karena program, akan tetapi merupakan Institusi yang sangat dibutuhkan karya nyatanya, serta merupakan suatu kebutuhan Satker- satker atas kehadiran Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti.
Bambang SudarmadjiAuditor Inspektorat JenderalKemenristekdikti
29
Vol 002 | 2018 INFESTERA 29
30
Vol 002 | 2018 INFESTERA 30
PENGAWASAN
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI
MENGHADAPI
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
ARTIKEL PENGAWASAN
31
Vol 002 | 2018 INFESTERA 31
Di era arus globalisasi dan keterbukaan informasi, dewasa ini telah membuat pandangan
publik dan kalangan akademik membawa semakin kritik dan kebebasan informasi, yang merupakan salah satu ukuran kinerja suatu lembaga atau organisasi. Budaya atau peradaban yang diterapkan pada lembaga atau organisasi memunculkan fakta bahwa meningkatnya perhatian masyarakat terhadap jalannya pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan, tidak terkecuali pada sektor Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Perguruan Tinggi (Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta) merupakan suatu lembaga organisasi yang kinerjanya link and match dengan dunia industri (keterkaitan antara dunia pendidikan dengan dunia usaha/industri) secara global. Untuk itu, Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
sebagai Aparatur Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) memiliki kewajiban terhadap pengawasan penyelengaraan pendidikan tinggi di Indonesia. Apalagi dalam era globalisasi, kinerja perguruan tinggi itu, kualitas ”Penyelenggaraan dan Alumni” sangat menentukan keberhasilannya. Sudah sejauh mana Perguruan Tinggi itu telah berkiprah dalam Revolusi Industri 4.0? Akhir-akhir ini Perguruan Tinggi sangat dikedepankan oleh penyelenggara pemerintahan, khususnya oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah mencanangkan untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi itu melalui adanya Program Kerja link and match dengan peradaban Revolusi Industri 4.0 (keterkaitan antara dunia pendidikan dengan dunia usaha/industri) dari semua sector, untuk kemajuan Negara dan Bangsa Indonesia.
“Dengan Memberdayakan segala sumber daya yang ada di Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti dan SPI PTN, untuk menggerakkan dan membangun Inspektorat Jenderal yang handal dan terperaya “ “
REV. INDUSTRI 4.0
32
Vol 002 | 2018 INFESTERA 32
Permasalahan tersebut mendorong Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti yang baru terbentuk melalui Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 15 Tahun 2015 yang menyatakan bahwa visi Inspektorat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi adalah terwujudnya Pengawasan Intern yang Profesional dan berkualitas untuk mendorong Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang bermutu dan berdaya saing. Hal ini diwujudkan dalam misi Inspektorat Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yakni:
1. Menyelenggarakan pengawasan internal yang berkualitas dan bernilai tambah untuk mendukung Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
2. Membina Sumber Daya Manusia (SDM) pengawasan internal yang profesional dan berintegritas.
3. Menyelenggarakan manajemen pengawasan internal yang berkualitas.
Visi dan misi Kemenristekdikti tersebut di atas, sebagai lembaga organisasi yang tugas dan fungsinya melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi lebih maksimal. Mengacu kepada visi dan misi Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti yang dikemukakan di atas sebagai aparatur pengawasan, dalam hal peningkatan kinerja perguruan tinggi, sudah selayaknya mendorong peningkatan kinerja terhadap kualitas daya saing Penyelenggaraan dan Alumni Perguruan Tinggi, yang berkaitan dengan peradaban Revolusi Industri 4.0 untuk meningkatkan kinerjanya.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam tulisan ini adalah untuk mengetahui gambaran kebijakan “Pengawasan Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti Menghadapi Peningkatan Kinerja Daya Saing Perguruan Tinggi”, yang handal dan terpercaya dalam meningkatkan efektifi tas dan efesiensi
penyelenggaraan riset, teknologi, dan pendidikan tinggi terhadap peningkatan kinerja daya saing. Secara spesifi k tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Mendorong Penyelenggaraan dan
Alumni Perguruan Tinggi untuk peduli terhadap link and match (keterkaitan antara dunia pendidikan dengan dunia usaha/industri).
2. Mengetahui tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal sebagai aparatur pengawasan pemerintah dalam mengawal kebijakan-kebijakan program Kemenristekdikti, untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan perguruan tinggi dan Alumni, agar peduli terhadap Revolusi Industri 4.0 sebagai suatu peradaban peningkatan kehidupan berbangsa dan bernegara.
GAMBARAN KINERJA DAYA SAING
PERGURUAN TINGGI MENGHADAPI
Revolusi Industri 4.0.
Kebijakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, dituangkan dalam pengarahan Menteri kepada peserta Rapat Kerja Koordinasi Nasional Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Medan tanggal 17 s.d 20 Januari 2018, sehingga peranan Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dalam upaya peningkatan kinerja perguruan tinggi untuk meningkatkan daya saing, terhadap penyelenggaraan pendidikan tinggi dan alumninya tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal ini dapat kita simak dari kebijakan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti pada tahun 2018, yang disampaikan dihadapan peserta Rakor Kemenristekdikti berikut ini.
Penyelenggaraan pendidikan tinggi di era Revolusi Industri 4.0, setiap universitas perlu sedini mungkin menjabarkan proses belajar mengajar sebagai transfer ilmu ke mahasiswa, melalui pengembangan kognitif mahasiswa guna menjabarkan ilmu yang di peroleh dari perguruan tinggi harus sinkron dengan dunia
ARTIKEL PENGAWASAN
33
Vol 002 | 2018 INFESTERA 33
industri, dimana alumni tersebut dapat menerapkan sesuai ilmu yang di dapatkannya. Sebagai solusinya dapat dilihat dari gambar visual di bawah ini.
Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti, selaku pendukung seluruh program kebijakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi juga memberikan beberapa program dalam hal manajemen pendukung tercapainya peningkatan kinerja perguruan tinggi untuk meningkatkan daya saing dalam hal penyelenggaraan perguruan tinggi di era Revolusi Industri 4.0.Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa manajemen penyelenggaraan pendidikan tinggi dalam rangka mewujudkan atau meningkatkan kinerja daya saing perguruan tinggi pada era Revolusi Industri 4.0, harus mengacu kepada tata kelola yang baik dan strategi yang tepat, sehingga kegiatan pada era Revolusi Industri 4.0 dapat terlaksana dengan baik sesuai perencanaan. Selanjutnya selaku APIP Kemenristekdikti, maka Inspektorat Jenderal sebagai aparatur pengawasan internal kementerian, membuat suatu kebijakan strategis untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, sebagai pengawasan sektor riset, pengembangan teknologi dan pendidikan tinggi (Tri Dharma Perguruan Tinggi), untuk mengantisipasi di era Revolusi Industri 4.0 ini, antara lain dengan merekrut atau melibatkan dari kalangan SPI pada setiap perguruan tinggi negeri, untuk bersama-sama melakukan audit pada berbagai Perguruan tinggi dengan cara silang, sesuai dengan yang tertuang dalam Renstra Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti tahun 2015-2019.
KESIMPULAN
Sebagai simpulan dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Inspekrotat Jenderal Kemenristekdikti telah membuat suatu kebijakan strategis untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pengawasan sektor riset, teknologi dan pendidikan tinggi, guna mewujudkan visi dan misinya Inspektorat Jenderal dalam mengemban tanggung jawab terhadap pelayanan pengawasan program-program riset, teknologi dan pendidikan tinggi, demi terwujudnya peningkatan kinerja perguruan tinggi.Untuk mewujudkan peningkatan
kinerja penyelenggaraan perguruan tinggi, maka Direktorat Pembelajaran Kemenristekdikti telah memprogramkan link and match yang merupakan prioritas utama, guna mengantisipasi daya saing perguruan tinggi, sehingga Revolusi Industri 4.0 merupakan program prioritas penyelenggaraan perguruan tinggi. Memberdayakan segala sumber daya yang ada di Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti dan SPI PTN, untuk menggerakkan dan membangun Inspektorat Jenderal yang handal dan terperaya, guna mempertahankan Laporan Keuangan Kemenristekdikti tahun 2018 Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Salwin MDAuditor UtamaInspektorat JenderalKemenristekdikti
34
Vol 002 | 2018 INFESTERA 34
Sepuluh tahun lalu, ide mobil tanpa
sopir atau printer 3Dimensi hanya ada
pada novel ataupun film science fiction.
Namun, hari ini semua itu adalah fakta. Kita
tengah menghadapi perubahan besar dan cepat
bernama Revolusi Industri 4.0. Kita memasuki
zaman keterhubungan, internet of things (IoT),
big data, otomatisasi, artificial intelligence (AI),
dan robotics.
Perubahan besar dan cepat akan senantiasa
menimbulkan ancaman dan juga peluang. Pada
revolusi industri pertama, kuda-kuda pekerja yang
terbiasa menarik kereta tiba-tiba menganggur
lantaran tugasnya digantikan oleh mobil dan
mesin uap. Ke depan, korbannya tidak lagi kuda
yang kehilangan pekerjaan. Tetapi para pekerja
dengan skill rendah berpotensi besar digantikan
oleh robot dan AI.
Dampak lain yang perlu diperhatikan adalah
disruption. Ada gangguan dan kekacauan pola
kehidupan pada masyarakat yang tidak terprediksi
dan tidak terlihat. Pada saat masyarakat
mengadopsi teknologi baru akan terjadi pula
pada restrukturisasi bidang sosial budaya,
politik dan ekonomi. Disruption innovation pada
aplikasi telepon pintar (smartphone) seperti
pada taksi daring dan agen perjalanan (travel
agent) daring yang mengeruk pangsa pasar taksi
luring dan ribuan agen perjalanan yang justru
memiliki jumlah aset lebih besar. Dalam waktu
yang singkat, ojek pengkolan dan taksi luring
mengalami hantaman yang signifikan. Kondisi
gangguan pada industri pertahana (incumbent
industry) oleh industry pemula sebagai akibat
adanya inovasi baru, telah digambarkan pada
tahun 2015 oleh Clayton M. Christensen, Michael
Raynor, and Rory McDonald, dalam bukunya
“What is Disruptive Innovation”.
Perubahan dan penggunaan teknologi baru,
cepat atau lambat juga akan terjadi pula di
bidang pengawasan. Inspektorat Jenderal atau
nama lainnya yang memiliki fungsi melakukan
pengawasan internal di Kementerian/Lembaga
tidak akan terlepas dari adanya disruptive
innovation yang telah mendorong terjadinya
revolusi Industri 4.0. Lalu bagaimana masa
depan auditor dan proses pengawasan internal
di lingkungan Kementerian/Lembaga? Berikut
35
Vol 002 | 2018 INFESTERA 35
ini sedikit ulasan mengenai kemungkinan
penggunaan teknologi baru dan persiapan SDM
pengawasan internal dalam menghadapi Revolusi
Industri 4.0.
Menyadari Perubahan & Tantangan
Baru
Mayoritas kita tidak sadar dengan gelombang
perubahan dan bersikap pasif seperti buih di
lautan. Kebanyakan kita juga dididik dengan
cara pandang dan pola pikir lama yakni zaman
teknologi 3.0 atau Zaman Digital. Zaman ini
berlangsung mulai pertengahan dekade tahun
1970-an sampai dengan tahun 2015 lalu. Zaman
digital ini didukung oleh komputer, internet dan
ponsel.Ke depan, kita perlu menyadari bahwa
zaman baru telah datang dan diperlukan cara
pandang baru. Imajinasi dan inovasi sangat
diperlukan dalam menghadapi perubahan. Di era
disruptive, masa depan menjadi tidak terduga
dan penuh kejutan. Kita memerlukan imajinasi
agar lebih siap dengan segala skenario yang akan
terjadi. Atau bahkan membuat masa depan terjadi
sesuai dengan skenario imajinasi yang kita buat.
Hal tak kalah penting lainnya adalah inovasi.
Inovasi mendorong hal-hal baru, perubahan-
perubahan baru, penemuan baru, penggunaan
teknologi baru yang membuat kinerja dan
pelaksanaan tugas menjadi lebih mudah, murah,
efektif dan efisien.
Dalam hal aplikasi bidang pengawasan, Internet of
Things (IoT) kemungkinan akan mengambil peran
yang cukup besar. IoT pada dasarnya merupakan
teknologi yang menghubungkan berbagai benda
“Adanya teknologi baru dan big data juga memungkinkan auditor untuk menggali dan menganalisa 100% data dan tidak hanya sebatas sample “
“
36
Vol 002 | 2018 INFESTERA 36
dengan internet. Kita dapat berimajinasi suatu
saat Barang Milik Negara (BMN) seperti mobil
dinas terhubung dengan internet. Kita dapat
memperoleh semua informasi mengenai BMN
tersebut melalui aplikasi sehingga memudahkan
pengawasan dan keberadaannya pun lebih
terkontrol. Selain itu, pengecekan fisik dan
lapangan bisa saja dibantu dengan menggunakan
drone.
Isu penting lainnya adalah soal Big Data. Menurut
Juan Zhang, Xiongsheng Yang, & Deniz Appelbaum
(2015) big data dideskripsikan dengan 4 V:
Massive Volume, High Velocity, Large Variety, &
UncertainVeracity. Big Data dapat mengacu pada
semua format file baik teks, gambar maupun
video. Big data juga bukan hanya sekedar data
terstruktur seperti file kantor tetapi juga data tak
struktur yang ada di media sosial seperti facebook,
google maupun aplikasi lain.
Adanya teknologi baru dan big data juga
memungkinkan auditor untuk menggali dan
menganalisa 100% data dan tidak hanya sebatas
sample. Jika sistem di unit utama, satker,
PTN dan Kopertis (LLDIKTI) sudah terkoneksi
sempurna, maka dengan menggunakan AI
sangat memungkinkan untuk mentransfer dan
mengkompilasi data dalam jumlah besar. Big
Data juga berperan dalam mencegah terjadinya
fraud (kecurangan). Sebab pelaku akan kesulitan
untuk memanipulasi semua bukti dan data yang
banyak.
Isu yang sangat penting terkait dengan
pengendalian internal adalah bagaimana para
auditor dapat memiliki keyakinan yang memadai
bahwa data dan aset yang dimiliki
Budaya Belajar & Literasi
Kompetensi SDM yang harus disiapkan adalah
soal literasi. Literasi sederhananya bermakna
kemampuan membaca dan menulis. Namun ada
juga yang mendefinisikan lebih kompleks daripada
sekedar membaca dan menulis. Kini ada istilah
digital literacy, technology literacy dan lainnya.
Literasi mutlak diperlukan untuk belajar hal-hal
baru dan mengadopsi teknologi baru.
Hampir semua kita tahu bahwa membaca dan
menulis itu baik. Tapi hanya sedikit di antara kita
yang memiliki kebiasaan membaca dan menulis.
Budaya literasi harus dibentuk dengan paksaan
ataupun paksa rela. Jika sudah dipaksa akan
terbiasa dan menjadi bagian daripada karakter.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah adanya
miss match antara apa yang dipelajari di bangku
kuliah atau pengalaman kerja sebelumnya dengan
apa yang akan terjadi nanti di era disruptive
innovation. Kita wajib belajar seumur hidup
(long last learning). Adanya kebijakan baru di
seperti masuknya Universitas Unggul Asing dan
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ/Daring) juga menuntut
kita untuk terus belajar. Jika tidak, maka kita akan
susah bersaing dengan bangsa lain di masa depan.
Berdasarkan laporan World Economic Forum,
80% skill yang dibutuhkan untuk mampu bersaing
dalam revolusi industri 4.0 adalah so! skill. So!
skill merupakan sikap, kebiasaan dan karakter
seseorang. Contohnya adalah kemampuan
memecahkan masalah, kemampuan menganalisis,
kemampuan beradaptasi, fleksibilitas,
pengendalian diri, dan semacamnya. Maka so!
skill mutlak diperlukan dibandingkan dengan hard
skill (kemampuan teknis).
Membangun Kecerdasan Hati &
Karakter Integritas
37
Vol 002 | 2018 INFESTERA 37
Ray Kurzweil seorang futuris memprediksi bahwa
pada tahun 2029, komputer (CPU) akan memiliki
kapasitas kognitif atau kecerdasan akal yang
sama dengan manusia. Hal ini dapat berdampak
pada tersingkirnya manusia digantikan oleh robot
dan AI. Apalagi robot tidak memiliki nafsu seperti
manusia sehingga lebih efektif dan efisien dalam
menjalankan berbagai tugas teknis dan rutin.
Jika akal manusia tergantikan dan terpinggirkan,
maka hakikat manusia tak ubahnya seperti
binatang. Untungnya, binatang maupun robot
tidak memiliki hati sebagaimana manusia.
Mengembangkan kecerdasan hati akan
menegaskan eksistensi manusia.
Apalagi konsep “Winner take all” membuat kondisi
sosial ekonomi menjadi berat bagi kaum yang
lemah. Ada kecenderungan praktek monopoli
ekonomi dalam era disruption. Golongan 10%
bahkan 1% yang kuat akan mengambil hampir
semua jatah kue ekonomi dan menyisakan sedikit
untuk pesaingnya. Setelah kue ekonomi diambil,
maka kue politik pun akan diambil juga. Kondisi
timpang yang tidak adil ini membuat potensi
konflik sosial semakin besar. Kecerdasan hati
dan kebijakan yang adil dari pemerintah sangat
diperlukan untuk mengatasinya.
Tren spiritualitas dan menguatnya kembali peran
agama di tengah masyarakat tampaknya akan
mewarnai kehidupan masa depan. Hal ini tentu
selaras dengan falsafah dasar Pancasila di mana
nilai-nilai Ketuhanan dan religiusitas menjiwai
setiap langkah dan hidup kita.
B agi auditor, integritas dan kepercayaan adalah
modal yang sangat besar. Integritas berangkat
dari hati yang bersih dan lingkungan yang baik.
Nafi s Mudrika
Calon Auditor
Inspektorat Jenderal
Kemenristekdikti
Jika hati bersih, apa yang dipikirkan, dikatakan
dan dilakukan akan selaras. Secanggih apapun
perkembangan teknologi tidak akan mampu
menggantikan peran hati manusia. Oleh karena
itu, kita harus optimis menyongsong revolusi
industri 4.0. Kita harus yakin bahwa adanya
teknologi baru tersebut akan mempermudah
pekerjaan auditor.
Terakhir, kita dihadapkan pada dua pilihan.
Melewati revolusi industry 4.0 secara pasif
dan berlalu begitu saja. Ataukah pro aktif
merancangnya by design untuk mengambil
keuntungan dan peluang dari momentum
perubahan dunia saat ini. Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi diharapkan
menjadi lokomotif terdepan dalam menghadapi
Revolusi Industri 4.0. Semua ini demi kemajuan
serta kesejahteraan bangsa Indonesia.
38
Vol 002 | 2018 INFESTERA 38
ARTIKEL PENGAWASAN
PENDAHULUAN
Sesuai ketentuan aturan yang dituangkan dalam PERMENRISTEKDIKTI Nomor 15 Tahun 2015, pasal 522 dinyatakan bahwa tugas Inspektorat Jenderal adalah menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Dalam menjalankan Tugas tersebut secara operasional dilaksanakan oleh setiap Inspektorat, dan yang menjalankan kegiatan pengawasan adalah auditor, yang didukung oleh Sekretariat Inspektorat Jenderal dan Subbag Tata Usaha di setiap Inspektorat.
Dalam menjalankan fungsi pengawasan, Itjen didukung oleh sumber daya manusia yang menduduki jabatan sebagai fungsional auditor, terdiri dari Jabatan Auditor Terampil dan Penyelia ( Non Sarjana) serta Auditor Ahli yang terdiri dari Jabatan Auditor Pertama, Auditor Muda, Auditor Madya, dan Auditor Utama dengan kualifi kasi Sarjana, Magister hingga Dokter.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasan Jabatan Fungsional Auditor diperankan sesuai jenjang jabatan dan kepangkatan yang dimiliki oleh setiap auditor. Dengan demikian Inspektur sebagai Pemimpin pada Inspektorat memiliki kewenangan dalam hal menentukan atau menetapkan siapa yang menduduki peran dalam suatu tim, pada setiap penugasan kegiatan pengawasan, namun tidak terlepas dari kompetensi, profesionalisme dan integritas, sesuai jenjang jabatan fungsinal auditor, kepangkatan auditor yang ditugaskan, yang mengacu ketentuan yang berlaku secara berjenjang.
JENJANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR
Jabatan Fungsional Auditor dimulai dari Jenjang Auditor terampil dan penyelia sampai kepada Auditor Ahli Pertama, Auditor Muda, Auditor Madya, dan Auditor Utama pada peraturan Menteri Ristekdikti Nomor 15 tahun 2015 pasal 543 antara lain fungsinya adalah melakukan ”Audit, Reviu, Evaluasi, Pemantauan, melaksanakan audit tertentu dan kegiatan pengawasan lainnya”. Sedangkan untuk Auditor Utama yang merupakan Jabatan Fungsional Tertinggi (Pangkat IVd dan IVe) dari Auditor, tidak lagi melakukan Audit, namun tugas dan fungsi Auditor Utama sebagai pengendali kegiatan baik teknis, maupun mutu audit. Selain itu ditambah lagi dengan ”telaah-telaah hasil pengawasan, reviu-reviu hasil pengawasan, perencanaan kegiatan pengawasan, dan membantu inspektur hal-hal lain terhadap manajemen pengawasan”. Namun demikian, karena di Inspektorat Jenderal Kemristekdikti, belum mencukupi (Analisis Beban Kerja) untuk Jabatan Auditor sesuai kebutuhan, maka Jabatan Auditor Utama (PM) juga ikut dalam melaksanakan tugas pengawasan sebagai Pengendali Mutu dari hasil kegiatan pengawasan dan reviu lainnya.
Adapun tugas dan fungsi dari jenjang jabatan fungsional Auditor dalam melaksanakan tugas dapat diuraikan sebagai berikut;
Mengacu pada PERMENPAN No. 220/M.PAN/7/2008, tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka
AUDITO
R ?
MAKNA PERAN SECARA BERJENJANG JABATAN FUNGSIONAL
AUDITOR
39
Vol 002 | 2018 INFESTERA 39
Kreditnya pasal 7 ayat (1 sd. 3), dapat diuraikan:
Jabatan Fungsional Auditor terdiri dai :
1. Auditor Terampil; (Non Sarjana)
2. Auditor Ahli.(Sarjana)
Jenjang Jabatan Fungsional Auditor Terampil paling rendah sampai dengan paling tinggi, yaitu:
1. Auditor Pelaksana; (IIc sampai IId)
2. Auditor Pelaksana Lanjutan; dan (III/a sampai III/b)
3. Auditor Penyelia. (III/c sampai III/d)
4. Jenjang Jabatan Fungsional Auditor Ahli paling rendah sampai dengan paling tinggi, yaitu:
5. Auditor Pertama; (III/a sampai III/b)
6. Auditor Muda; (III/c sampai III/d)
7. Auditor Madya; (IV/a sampai IV/c)
8. Auditor Utama; ( IV/d sampai IVe)
PENUGASAN AUDITOR
Olah karena itu berikut timbul pertanyaan kita, bagaimana kalau seseorang dengan Status PNS ditugaskan menjadi Anggota Tim dalam suatu Kegiatan pengawasan (audit) ? Pertanyaan ini dapat dijawab, pada prinsipnya hasil pekerjaan secara mandiri, tidak dapat diterima sepenuhnya bahwa itu hasil audit, karena seorang menjadi anggota Audit dalam suatu Tim, apabila yang bersangkutan telah memiliki ”sertifi kat Auditor” yang dikeluarkan oleh Pusat Pembina Jabatan Fungsional Auditor (PUSBIN-JFA-BPKP). Hal ini jika dimaknai hasil pekerjaan yang bersangkutan dipakai untuk keperluan data dokumen hasil audit. Tetapi jika dimaknai lain untuk (bukan hasil audit) hal demikian sah-sah saja, dalam arti hasil pekerjaan itu dapat diterima. Mengapa demikian? Karena menurut Peraturan Menpan RB Nomor Per/220/M.PAN/7/2008 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya pada pasal 1 ayat (2), Pasal (3) ayat (3) dan (ayat (4) yang merupakan wewenang dari Auditor yang telah memiliki Sertifi kat yang dikeluarkan oleh pusat pembinaan Jabatan Fungsional Auditor. Oleh karena itu Jika adanya PNS yang melaksanakan tugas satu TIM dengan auditor, maka yang bertanggungjawab sepenuhnya adalah Ketua Tim, Pengendali Teknis
40
Vol 002 | 2018 INFESTERA 40
ARTIKEL PENGAWASAN
KESIMPULAN
Merujuk dari uraian di atas, dapat disimpulkan antara lain, jenjang jabatan fungsional Auditor, merupakan prasyarat dalam melakukan audit terhadap satker, sehingga hasil pekerjaan auditor yang merupakan dokumen negara, dapat diakui kebenarannya, apabila dilakukan melalui langkah-langkah audit dari penentuan TAO, ke PKA, dari PKA ke KKA dari KKA ke KDA, kemudian baru dibuat laporan hasil audit yang dikerjakan oleh anggota Tim ke Ketua Tim, direvieu oleh Pengendali Teknis dan kemudian terakhir oleh Pengentali Mutu serta Inspektur sebagai pertanggujawaban pelaksanaan tugas.
Jabatan Fungsional Auditor terdiri dari Auditor Terampil (non Sarjana) dan Auditor Ahli dengan jenjang Auditor pelaksana, Pelaksana Lanjutan, penyelia, Auditor Pertama, Auditor Muda, Auditor Madya dan Auditor Utrama. Masing-masing memiliki kewenangan, tanggungjawab yang berbeda sesuai ketentuan yang berlaku.
dan Pengendali Mutu yang telah memiliki Sertikat sesuai jenjangnya. Agar hasil yang dikerjakan anggota tim PNS dan belum memiliki Sertifi kat Auditor dapat digunakan sebagaimana mestinya sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Dalam penugasan pengawasan jabatan fungsional Auditor, memiliki proses dan langkah-langkah, terdiri dari Tentatif Audit Objektif (TAO), setelah TAO muncul Program Kerja Audit (PKA), dari program kerja audit di jabarkan lagi ke dalam Kertas Kerja Audit (KKA), dilanjutkan dengan Kertas Data Temuan (KDA) yang memiliki kode temuan tersendiri dan proses akhirnya adalah pembuatan Laporan Hasil Audit (LHA). sebagai bahan langkah-langkah audit sudah dilakukan dengan baik dan benar. Adapun TAO ditentukan sesuai dengan sasaran audit, setelah TAO ditentukan jumlah dan sararan audit oleh Pengendali Mutu dan Inspektur pada Setiap Inspektorat, TAO tersebut diserahkan kepada Pengendali Teknis (PT) dan Ketua Tim (KT) untuk dijabarkan dan dibahas serta dibuat dalam bentuk Program Kerja Audit (PKA), sesuai sasaran lingkup yang akan di audit. Begitu PKA selesai dibuat oleh PT dan KT, dikembalikan kepada Inspektur dan Pengendali Mutu, untuk di revieu kembali dan sekaligus menentukan personil tim yang akan diturunkan, melakukan audit sesuai program. Sedngkan tugas dari anggota tim ialah menyusun KKA sesuai langkah-langkahnya dan membuat kesimpulan setiap KKA apakah layak untuk di buat KDA atau tidak? Yang menyusun KDA kesepakatan antara Ketua tim dan Anggota tim.
Di sasaran Tim Audit melakukan temu awal dan menyampaikan hal-hal yang akan dilakukan sesuai surat tugas yang diebankan. Begitu proses audit selesai dokumen PKA dan KKA sudah diperolah dan disusun sesuai Makna peruntukkannya, ketua Tim mulai menyusun dra# LHA untuk direviu oleh PT, PM, dan Inspektur. Begitu selesai LHA dan Routing slip semua yang terlibat membuat LHA memparafnya, maka tugas akhir audit tersebut Inspektur membuat surat Laporan pertanggungjawaban kepada Inspektur Jenderal Kemristekdikti dan menyampaikan LHA kepada satuan kerja yang di audit untuk menindaklanjutinya.
Yudha Adi prakasaAuditor Inspektorat JenderalKemenristekdikti
41
Vol 002 | 2018 INFESTERA 41
42
Vol 002 | 2018 INFESTERA 42
Revolusi industri 4.0 adalah istilah yang pertama
kali muncul di Jerman pada tahun 2011. Pada
pertemuan Forum Ekonomi Dunia tahun
2015, Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan,
revolusi industri 4.0 merupakan sistem yang
mengintegrasikan dunia online dengan produksi
industri. Efek revolusi tersebut adalah meningkatnya
efi siensi produksi karena menggunakan teknologi
digital dan otomatisasi, serta perubahan komposisi
lapangan kerja. Ada kebutuhan tenaga kerja baru
yang tumbuh pesat, sekaligus ada kebutuhan tenaga
kerja lama yang tergantikan oleh mesin.
Arus Globalisasi yang masuk ke Indonesia
sudah tidak terbendung lagi. Disertai dengan
perkembangan teknologi yang semakin canggih,
dunia kini memasuki era revolusi industri 4.0, yakni
menekankan pada pola digital economy, artifi cial
intelligence, big data, robotic, dan lain sebagainya
atau dikenal dengan fenomena disruptive innovation.
Menghadapi tantangan tersebut, pengajaran di
perguruan tinggi pun dituntut untuk berubah,
termasuk dalam menghasilkan dosen berkualitas
bagi generasi masa depan.
Kondisi ini mau tidak mau harus dihadapi dengan
sikap yang bijak dalam menentukan calon pemimpin
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang membawa
pada arus globalisasi itu. Dalam menghadapi era
Revolusi industri 4.0 para pemimpin PTN tidak boleh
terbelenggu dengan masalah-masalah yang kontra
produktif, seperti kondisi pasca-pilrek yang sering
kali menggaggu kehidupan akademis di kampus.
MENGAMBIL SIKAP DALAM KONFLIK
YANG TERJADI
Suhu persaingan politik pada perhelatan Pemilihan
Rektor (Pilrek) Perguruan Tinggi Negeri sekarang
memang dapat dikatakan selalu panas, penyebabnya
adalah persaingan dalam memenangkan calon
tidak hanya terkait dengan adu gagasan, program,
keluasan dan kedalaman visi dalam proses bisnis
MENANAMKAN JIWA
KSATRIA
ARTIKEL UMUM
43
Vol 002 | 2018 INFESTERA 43
pengelolaan perguruan tinggi yang profesional dan
inovatif. Di akar rumput, isu-isu non-konseptual
berkembang dan mengalir dengan sangat deras,
seperti halnya isu soal suku, agama dan ras (SARA)
. Apa yang akan terjadi jika melihat pada masalah
tersebut? Maka jawabannya adalah pilihan Senat
akan ditentukan oleh unsur fear factor. Senat takut
memilih calon tertentu karena akan bersinggungan
dengan kelompok SARA yang mempermasalahkan
pengurusan pelayanan terkait dengan urusan
SARA. Berlangsungnya kondisi ini jelas memberikan
ancaman terhadap kehidupan akademik yang sudah
terbangun, sebab Senat tidak lagi dapat memilih
kandidat sesuai dengan hati nuraninya. Panasnya
persaingan pada Pemilihan Rektor PTN juga sudah
banyak diketahui oleh Masyarakat luas bahkan
nasional, persoalan ini yang kemudian diharapkan
tidak akan berlanjut pada kehidupan akademik
pasca Pilrek.
KONDISI SOSIAL DAN POLITIK
Sejauh ini memang dapat dikatakan kondisi sosial
dan politik masih kondusif, tidak berujung pada
konfl ik fi sik, sebab masing-masing pihak menyadari
bahwa konfl ik fi sik menimbulkan risiko dan dampak
negatif yang luas terhadap pelayanan akademik.
Namun demikian bukan berarti tidak ada ancaman
44
Vol 002 | 2018 INFESTERA 44
yang tidak perlu diwaspadai, konfl ik bisa terjadi bila
terus terjadi gesekan sosial yang semakin mendalam,
karenanya langkah antisipatif tetap perlu dilakukan.
Siapapun yang bersaing dalam sebuah kompetisi
pasti akan selalu menginginkan kemenangan, dan
ini bukan hanya berlaku bagi calon Rektor dan
tim sukesnya, namun juga bagi para pendukung
yang bergerak secara sukarela. Bagi para relawan,
sebagian besar dari mereka bergerak atas dasar hati
nurani dan keyakinan bahwa calon yang mereka
usung akan memberikan perubahan dan kebaikan
bagi Civitas Akademika. Oleh karenanya mereka
kemudian mau bergerak untuk mensosialisasikan
sosok dan program dari pihak yang diusungnya
diiringi harapan bahwa calon yang mereka dukung
dapat memenangkan dalam Pilrek.
Dalam sebuah kontestasi Pilrek, dukungan tim
sukses atau relawan memberikan dampak yang
sangat penting bagi calon Rektor, mereka tidak hanya
menjadi penyemangat layaknya suporter sepak bola
namun juga dapat menjadi penentu kemenangan.
Gerakan mereka yang bersifat sukarela dan massive
didasarkan atas keyakinan terhadap calon yang
diusung, mendorong mereka bekerja layaknya bola
ARTIKEL UMUM
45
Vol 002 | 2018 INFESTERA 45
salju, yang ketika di atas masih kecil kemudian ketika
meluncur kebawah bentuknya akan semakin besar.
Inilah yang kemudian membuat para calon Rektor
selalu berusaha untuk terus menjaga hubungan
baik dengan para relawan yang bekerja atas dasar
adanya kepentingan. Meskipun kepentingan tidak
selamanya dapat dikonotasikan secara negatif,
sebab dukungan atas calon umumnya bisa
didasarkan atas kesamaan visi, program kerja dan/
atau ideologis. Ketika tim sukses memberikan
dukungan maka partai akan menggerakan seluruh
unsur organisasinya untuk memenangkan calon
yang mereka usung, tidak jarang pula segala daya
dan upaya dilakukan relawan untuk menggolkan
kandidatnya sebagai juara. Kemenangan bagi
calon Rektor, tim sukses dan relawan merupakan
hal yang perlu diraih dengan kerja keras dan usaha
yang optimal. Akan tetapi indikator itu tidak boleh
dilepaskan dari adanya strategi yang bijak, dimana
kemenangan harus diraih dengan cara yang baik jika
untuk sebuah tujuan yang baik.
Hal yang kemudian perlu dicamkan adalah
kemenangan yang diraih dalam persaingan
adalah untuk kebaikan semua civitas akademika,
sebagaimana politik menurut Aristoteles adalah for
the goodness of society. Dengan melakukan cara-
cara yang baik dalam memperoleh kemenangan
maka dapat membuat pengorbanan politik akan
menjadi sangat berharga, sebab menang atau
kalah akan tetap memberikan apresiasi positif atas
upaya bersama dalam menjalankan prinsip fair
play. Akan tetapi sebaliknya sebuah kemenangan
akan menjadi tidak bermakna jika dilakukan melalui
cara-cara yang tidak baik, seperti dengan melakukan
black campaign atau fi tnah, serta menyinggung soal
agama pihak lain yang pada akhirnya semua itu
menimbulkan adanya konfl ik. Meski pada umumnya
persaingan Pilrek selalu panas hingga pada saat
pemilihan, namun bukan berarti hal tersebut akan
berhenti ketika sudah ada pemenang.
Apabila panasnya persaingan hanya terkait dengan
program kerja dan perolehan suara, persoalan
tersebut dapat berhenti hingga pada saat keluar
pemenang. Namun bila hal tersebut telah
menyinggung unsur SARA, maka panasnya suhu
politik akan masih terasa pada kehidupan pasca
Pilrek. Untuk mengantisipasi terjadinya potensi
konfl ik antar pendukung bukan hanya menjadi
tugas dari Menteri, peran utama dan terpenting
ada pada calon Rektor yang bersaing pada Pilrek
harus memiliki kemampuan dalam mengendalikan
diri dan mengendalikan massa pendukungnya
“Berjiwa ksatria adalah sikap dimana berbuat sesuatu yang menghasilkan kebaikan kepada orang lain“
““Berjiwa ksatria adalah sikap “dimana berbuat sesuatu yang menghasilkan kebaikan kepada orang lain“
46
Vol 002 | 2018 INFESTERA 46
untuk tidak melontarkan ucapan-ucapan yang
mampu menyulut emosi pihak lawan. Calon Rektor
juga diharapkan dapat mengontrol dan meminta
kepada para pendukungnya untuk dapat meraih
kemenangan dengan cara-cara yang baik. Calon
Rektor memang memainkan peran yang sangat
penting dalam setiap perhelatan Pilrek, terutama
dalam mendorong para pendukungnya untuk selalu
menjaga perilaku dalam kehidupan berpolitik.
Sosok calon Rektor adalah panutan yang sikap dan
ucapannya seringkali menjadi rujukan bagi para
pengikutnya.
Contoh yang paling elegan adalah hubungan
sosial-politik Hillary dan Obama. Betapa kontestasi
antara keduanya untuk memperebutkan posisi
sebagai calon dari Partai Demokrat untuk menuju
Gedung Putih. Namun, persahabatan dan
persaingannya sangat memukau, penuh kecerdasan
dan kesantunan dalam berpolitik. Ketika Hillary
kalah, dia memuji Obama dan menyatakan siap
membantu sepenuhnya. Begitu pun Obama, dia
sangat berterima kasih atas persahabatannya dan
dukungannya dalam proses konvensi yang amat
mahal itu. Dari segi ajaran dan nilai, para pemuka
agama baik di masjid, gereja, maupun wihara
selalu menekankan agar kita saling memaafkan
dan berterima kasih. Kalau saja nilai dan sikap
ini dihayati dan dipraktikkan,dari lingkungan dan
komunitas terdekat, pasti akan tercipta suasana
yang damai,nyaman,dan kondusif untuk berprestasi.
Sebaliknya, kebencian dan perasaan tidak dihargai
akan membuat suasana kontra-produktif bahkan
cenderung saling menjegal dan menyerang pribadi
dan kehidupan keluarga calon lain. Maaf dan terima
kasih yang disampaikan secara tulus akan membuka
katup-katup penghubung empati dan simpati di
antara kita yang sudah tertutup.
Dalam kasus Pilrek, apresiasi perlu diberikan kepada
Calon Rektor yang mampu meminta dan mengontrol
anggota senat pendukungnya untuk meredakan isu-
isu SARA. Apabila calon tidak bisa memberikan arah
dan contoh yang baik maka bukan tidak mungkin
hal itu akan diikuti oleh para pendukungnya, bahkan
hingga pada saat pasca Pilrek. Dalam contoh kasus
Pilrek di beberapa PTN dapat ditemukan adanya
konfl ik yang masih berlanjut meski pemenang telah
ditetapkan. Apa yang kemudian dikhawatirkan
adalah bahwa kehidupan akademik pasca Pilrek
akan terganggu oleh adanya konfl ik. Tidak hanya
itu, munculnya konfl ik yang terjadi pasca-Pilrek juga
meruntuhkan proses kedewasaan berpolitik yang
sudah dibangun dengan susah payah.
BERJIWA KSATRIA
Penting pula bagi Calon Rektor yang ikut serta
dalam kontestasi Pilrek untuk ingat dengan janjinya
dulu sebelum mencalonkan diri. Janji tersebut
adalah siap menerima hasilnya, menang ataupun
kalah. Siapapun akan merasa kecewa jika menerima
kekalahan, namun jati diri seorang pemenang
dan petarung profesional adalah dewasa dalam
menerima kekalahan. Apa yang telah dijanjikan oleh
para calon juga seharusnya tidak cuma sekadar
wacana, melainkan harus dibuktikan melalui sikap
dan tindakan.
Siapapun calon harus berjiwa ksatria adalah sikap
dimana berbuat sesuatu yang menghasilkan
kebaikan antara dengan orang lain. Dalam makna
yang sesungguhnya adalah “mengalah” karena lebih
mengutamakan kepentingan orang lain/yang lebih
besar daripada kepentingan diri sendiri, hal itulah
yang kini sulit untuk dicapai. Mengalah bukan berarti
47
Vol 002 | 2018 INFESTERA 47
kalah, namun berbuat sesuatu yang membuat situasi
yang lebih terkendali. Biarlah diri tersakiti, namun
yakinlah suatu saat rasa sakit itu akan terobati dan
tergantikan dengan kebahagiaan. Ada racun pasti
ada pula penawar racunnya, meski penawar itu
kadang sulit untuk didapat.
Semua calon harus mengalah demi kebahagiaan
dan kepentingan yang lebih besar. Memang berat
rasanya untuk mengalah demi kebahagiaan orang
lain. Namun setidaknya calon selaku akademisi
bangga pada dirinya, karena bisa menang melawan
rasa egois. Karena sesungguhnya sikap egois
itulah yang kelak menjadi racun dalam hidupnya.
Senyumlah terhadap kebahagiaan mereka, jangan
menyesal telah bersikap mengalah. Tuhan akan
membalas segala ketulusan yang diperbuat.
Memang sulit sekali dilakukan, namun setidaknya
dipraktikkan dari hal yang kecil terlebih dahulu.
Hidup tak selamanya pahit dan getir, suatu saat
akan temukan manisnya hidup yang telah dipupuk
dengan rasa tulus tanpa pamrih itu. Bahkan akan
lebih manis dari yang dibayangkan. Dunia memang
banyak orang yang pandai, tapi orang yang pandai
belum tentu bersikap benar. Namun hakekatnya,
orang yang bersikap benar adalah pandai.
BERJIWA BESAR
Seorang Calon Rektor harus berjiwa besar lebih
merujuk kepada sikap siap menerima keadaan
apapun (Qonaah) atau dapat dikatakan rasa
syukur. Rela terhadap kondisi yang ada di depan
mata saat itu, namun tak harus selamanya terdiam
terjebak dalam situasi yang buruk. Menerima segala
sesuatu keadaan yang memang sudah terlanjur
terjadi, walaupun buruk kenyataannya dan sudah
tak mungkin untuk diubah kearah yang lebih baik.
Buatlah keadaan seperti itu menjadi cambuk dan
Budi Agung PrasetyaAuditor MudaInspektorat JenderalKemenristekdikti
sebagai pelajaran bagi semua calon rektor. Sikap inilah
yang paling sulit untuk dilakukan. Namun semuanya
butuh proses untuk menjalaninya, jadi Calon Rektor
harus berusaha untuk dapat memiliki sikap itu.
Meski sulit dan penuh rintangan. Dan sesungguhnya
rintangan itu akan membuat Calon Rektor semakin
bisa berpikir lebih dewasa. Dengan bagaimana cara
menyikapi dan menyelesaikan suatu masalah yang
ada. Semakin mereka mempunyai pola pemikiran
yang dewasa maka tantangan masalah akan datang
sesuai dengan porsinya. Lakukanlah hal terbaik untuk
hidup berdemokrasi di kampus. Beruntunglah bagi
orang biasa. Karena tidak dibebani oleh keharusan
untuk ‘menyelamatkan nama baik’ dari perilaku
buruk yang mencorengnya. Namun, jika saat ini Anda
sudah memiliki posisi tinggi, dan reputasi yang harum
mewangi; mungkin sudah waktunya bagi Anda untuk
kembali membiasakan diri menjadi orang biasa lagi.
Karena perasaan menjadi orang ‘luar biasa’ sering
menjauhkan kita dari sifat dan sikap jiwa besar dan
ksatria.
48
Vol 002 | 2018 INFESTERA 48
ARTIKEL UMUM
https://sustainabledevelopment.un.org
Urgensi Kebijakan BOPTN dalam mencapai tujuan
“Sustainable
Development
Goals”
Untuk menghindari dan mengejar
ketertinggalannya dengan bangsa-bangsa
lain, Pemerintah melakukan pembangunan di
berbagai bidang termasuk bidang pendidikan
tinggi yang merupakan salah satu pilar
kemajuan peradaban bangsa, lebih penting
lagi adalah fokus dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development Goals
- SDGs) adalah kualitas pendidikan yang baik
dengan menjamin pemerataan pendidikan yang
berkualitas dan meningkatkan kesempatan
belajar seumur hidup untuk semua orang.
Untuk mempermudah akses ke perguruan tinggi
tersebut, telah ada UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, yang telah mengamanatkan
melalui Pasal 85 ayat (5) : Pemerintah mengalokasikan
dana bantuan operasional PTN dari anggaran
fungsi pendidikan, dan ayat (6) : Pemerintah
mengalokasikan paling sedikit 30% (tigapuluh
persen) dari dana sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) untuk dana Penelitian di PTN dan PTS.
Terkait hal tersebut, Kemenristekdikti telah
menerbitkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Nomor 6 Tahun 2016
tentang Bantuan Operasional Perguruan Tinggi
Negeri (BOPTN), yang merupakan bantuan
biaya dari Pemerintah yang diberikan pada PTN
49
Vol 002 | 2018 INFESTERA 49
untuk menjaga kelangsungan proses belajar
mengajar sesuai dengan pelayanan minimal dan
untuk membiayai kekurangan biaya operasional
sebagai akibat adanya batasan pada sumbangan
pendidikan di PTN tersebut, termasuk untuk
penelitian, yang langsung atau tidak langsung dapat
meningkatkan mutu lulusan namun terkendala
jika seluruhnya dipungut kepada mahasiswa.
PENGATURAN BO PTN
Pengaturan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi
Negeri (BOPTN) telah diatur dalam Peraturan Menteri
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 6
Tahun 2016. diantaranya dalam Pasal 2 (penggunaan
BOPTN) dan Pasal 3 (larangan penggunaan Bantuan
BOPTN) Pasal 4 (pertimbangan criteria pemberian
BOPTN kepada perguruan tinggi negeri), disamping
manfaat pemberian BOPTN bagi Perguruan
Tinggi sebagai untuk Menutupi kekurangan
biaya operasional, mendukung peningkatan
mutu layanan, dan memperlancar proses
pembelajaran di perguruan tinggi, terdapat juga
manfaat bagi masyarakat/orang tua mahasiswa
diantaranya adalah; Terbantunya beban
pembiayaan operasional pendidikan tinggi bagi
mahasiswa, dan Terjaminnya keberlangsungan
layanan perguruan tinggi bagi mahasiswa
Proses bisnis pengelolaan Bantuan
Operasional Perguruan Tinggi Negeri
(BOPTN) dapat digambarkan sebagai berikut:
50
Vol 002 | 2018 INFESTERA 50
Dana BOPTN dicantumkan dalam DIPA
BOPTN Perguruan Tinggi Negeri. Pelaksanaan
pengelolaan dana dan pertanggungjawaban
mengacu pada ketentuan pengelolaan anggaran
APBN, dengan prinsip dasar pembiayaan dan
perhitungan biaya kuliah sebagai berikut :
1. Prinsip Dasar Pembiayaan Perguruan Tinggi
Negeri. Penetapan Bantuan Operasional
Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Biaya Kuliah
Tunggal (BKT), dan Uang Kuliah Tunggal
(UKT) menggunakan prinsip dasar bahwa
uang kuliah yang ditanggung oleh mahasiswa
diusahakan semakin lama semakin kecil dengan
memperhatikan masyarakat yang tidak mampu
(afi rmasi), subsidi silang (yang kaya mensubsidi
yang miskin), dan pengendalian biaya yang
tepat. Untuk menjamin keakuratannya, maka
setiap tahun kebijakan penetapan BOPTN, BKT,
dan UKT akan diaudit dan diperbaiki disesuaikan
dengan kondisi terkini
2. Perhitungan Biaya Kuliah Tunggal
Biaya kuliah tunggal merupakan keseluruhan
biayaoperasional per mahasiswa per semester
padaprogram studi di perguruan tinggi negeri.
Biaya kuliah tunggal digunakan sebagai
dasarpenetapan biaya yang dibebankan kepada
mahasiswa, masyarakat dan Pemerintah.
BIAYA KULIIAH TUNGGAL dan UANG
KULIAH TUNGGAL
Pelaksanaan penerapan Biaya Kuliah Tunggal
dan Uang Kuliah Tunggal ditetapkan berdasarkan
Permenristekdikti Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2016Tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang
Kuliah Tunggal Pada Perguruan Tinggi Negeri di
Lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggidengan pokok-pokok ketentuan
yang telah diatur dalam pasal 1 (Angka 5 Biaya Kuliah
Tunggal yang selanjutnya disingkat BKT adalah
keseluruhan biaya operasional yang terkait langsung
dengan proses pembelajaran mahasiswa per semester
pada program studi di PTN dan Angka 6 Uang Kuliah
Tunggal yang selanjutnya disingkat UKT adalah
sebagian BKT yang ditanggung setiap mahasiswa
berdasarkan kemampuan ekonominya), Pasal 2 (Ayat
(1) BKT digunakan sebagai dasar penetapan biaya
yang dibebankan kepada masyarakat dan Pemerintah
Ayat (2) UKT ditetapkan dengan memperhatikan BKT.
Rumus yang digunakan Pemerintah dalam
menghitung besaran alokasi Biaya Kuliah
Tunggal pada perguruan tinggi negeri adalah:
5,08 JT x K1 x K2 x K3 dimana Rp5,08 juta merupakan
basis biaya kuliah tunggal, K1 = indeks jenis program
studi; K2 = Indek mutu PT dan K3 = Indek kemahalan.
Penetapan jumlah Biaya Kuliah Tunggal dan
Pengelompokan Uang Kuliah Tunggal pada masing-
masing Perguruan Tinggi Negeri dilampirkan dalam
Peraturan Menteri tersebut di atas.
TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DAN PERAN KEMENRISTEKDIKTI
Semua catatan diatas dapat memberikan pemahaman
tentang makna Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Sustainable Development Goals - SDGs) serta
peran Kemenristekdikti sebagai kementrian yang
membidanginya. Dalam menjawab tantangan
tujuan SDGs tersebut melalui peningkatan peran
PTN sebagai lembaga yang terlibat secara langsung
agar lebih berperan secara aktif melaksanakan
dan meningkatkan pengelolaan pendidikan yang
berkualitas, dan Untuk menjamin keakuratan tatakelola
yg baik, maka Inspektorat Jenderal Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi agar mengaudit
setiap kebijakan penetapan BOPTN, BKT, dan UKT
ARTIKEL UMUM
51
Vol 002 | 2018 INFESTERA 51
untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi
terkini, Itjen juga diharapkan mampu mengawal
setiap kebijakan sebagaimana aturan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun Sekretariat Jenderal Kemrisetekditi
melakukan evaluasi atas pelaksanaan pemberian
dana BOPTN setiap tahunnya. Laporan
Pertanggungjawaban BOPTN disampaikan
kepada Sekretariat Jenderal Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam
bentuk laporan realisasi penggunaan dana
BOPTN per Output secara triwulanan dan
tahunan. Dengan demikian sinergitas jajaran
Kemenristekdikti telah berjalan sesuai fungsinya.
Demikian yang perlu diketahui oleh para
pembaca terhadap tulisan ini, tentang pentingnya
memahami SDGs bidang pendidikan tinggi
dan Sinergitas Kemenristekdikti dalam mencapai
tujuan ”Sustainable Development Goals” , Tulisan
ini diangkat dari buku “Petunjuk Teknis Audit
Atas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional
Pendidikan Tinggi Negeri” yag diterbitkan BPKP
Tahun 2016, tujuan nya agar lebih di ketahui
masyarakat dan semoga dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan umumnya,
dan khususnya bisa digunakan sebagai alat bagi
para pimpinan pengelola anggaran serta para
auditor yang mempunyai tugas dan fungsi untuk
memahami aturan atau ketentuan yang berlaku.
Catatan Penting:
a. Pasal-Pasal lengkap peraturan ini dapat
dibaca dalam UU No. 12 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan TinggiPasal 85 ayat (5)dan ayat (6)
b. PeraturanMenteriRiset, Teknologi,Dan
PendidikanTinggi Republik Indonesia Nomor39
Tahun 2016 Tentang BiayaKuliah Tunggal
Dan Uang Kuliah Tunggal Pada Perguruan
Tinggi Negeri DiLingkungan Kementerian
Riset,Teknologi,Dan PendidikanTinggi
c. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Nomor 6 Tahun 2016
tentang Bantuan Operasional Perguruan
Tinggi Negeri.
Supriadi Arifi nAuditor Inspektorat Jenderal Kemenristekdikti
52
Vol 002 | 2018 INFESTERA 52
TANYA JAWAB
Prof. Dr. JAMAL WIWOHO,S.H,M.Hum
INSPEKTUR JENDERAL
KEMENRISTEKDIKTI
Dr. Yusrial Bachtial,Ak,M.M,CA.
SEKRETARIS INSPEKTORAT
JENDERAL KEMENRISTEKDIKTI
PERTANYAAN :
Pada saat melakukan reviu atau evaluasi atas kasus pengadaan barang dan jasa yang ditangani oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI), timbul pertanyaan dari beberapa pihak termasuk dari hakim pengadil, terkait posisi dan kewenangan SPI. Menurut pengasuh, apakah SPI termasuk APIP?
JAWABAN :
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada pasal 47 ayat (1) menyatakan bahwa Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing. Sedangkan dalam ayat (2) huruf a dinyatakan bahwa Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas Sistem Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara. Pada pasal 48 (1) dinyatakan bahwa Pengawasan intern sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (2) huruf a dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah (APIP). Pada Pasal 1 angka 5 dinyatakan bahwa Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada menteri/pimpinan Lembaga.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Statuta PTN BH fungsi pengawasan intern di PTN BH dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI) atau Kantor Audit Intern (KAI). Sedangkan pada PTN Badan Layanan Umum dan PTN Satuan Kerja, fungsi pengawasan intern dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI).
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa SPI atau KAI melaksanakan fungsi pengawasan intern di lingkungan PTN masing-masing dan sesuai dengan Pasal 1 angka 5 PP No. 60 Tahun 2008 dan SPI atau KAI telah memenuhi kriteria sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
PERTANYAAN :
Struktur Organisasi Satuan Pengawasan Internal (SPI) pada beberapa PTN PK-BLU saat ini terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota. Pada beberapa PTN BLU, hanya Ketua dan Sekretaris yang memperoleh honor sesuai PMK tentang SBML. Pada beberapa PTN PK-BLU ada yang tidak memperoleh alokasi anggaran secara mandiri. Anggaran operasional mereka masih tergabung pada unit kerja lainnya seperti Unit Penjamin Mutu, Biro Administrasi Umum dan Keuangan, dan lain-lain. Kondisi ini menunjukkan tidak samanya perlakuan pimpinan PTN terhadap SPI. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut pengasuh, apakah ada aturan/standar mengenai struktur organisasi dan pembiayaan SPI?
JAWABAN :
Pengendalian intern di Lingkungan Instansi Pemerintah diatur dalam PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sedangkan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan Kemenristekdikti diatur dalam Permenristekdikti No. 56 Tahun 2016. Organisasi Satuan Pengawasan Intern (SPI) atau nama lain yang melaksanakan fungsi pengawasan intern di lingkungan PTN diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Statuta PTN BH, Permenristekdikti tentang statuta PTN satker dan BLU. Dalam peraturan tersebut, letak organisasi SPI berada di bawah pimpinan PTN dan sejajar dengan Senat. Penjabaran lebih lanjut tentang struktur organisasi SPI
53
Vol 002 | 2018 INFESTERA 53
sendiri sampai saat ini masih mengacu kepada Permendikbud Nomor 47 Tahun 2011 yang sudah tidak berlaku lagi dengan dikeluarkannya Permendikbud No 22 Tahun 2017 tentang Satuan Pengawasan Intern di Lingkungan Kemendikbud. Untuk PTN BLU aturan tentang struktur organisasi SPI tedapat dalam PMK No. 200/PMK.05/2017 tentang Satuan Pengawasan Intern pada Badan Layanan Umum. Aturan tentang Standar organisasi SPI di lingkungan Kemenristekdikti, saat ini masih dalam proses pembahasan dengan Biro Hukum dan Organisasi Kemenristekdikti
PERTANYAAN :
Pada saat pelaksanaan audit di PTN dan Kopertis, sering dijumpai permasalahan perbedaan persepsi antara pelaksana kegiatan dengan auditor mengenai ketentuan atau peraturan yang dijadikan dasar pelaksanaan kegiatan. Salah satu contohnya adalah pembayaran perjalanan dinas bagi pimpinan PTN dana atau Kopertis. Pelaksana kegiatan membayarkan biaya perjalanan sebesar jumlah yang diatur dalam PMK tentang standar biaya masukan (SBM) dan SE Sekjen Nomor 2781/A.AA/SE/2017 tentang Pedoman Teknis Tata Kelola Keuangan di Lingkungan Kemenristekdikti, sementara sebagian auditor berpendapat bahwa Surat Edaran bukan merupakan dasar hukum. Menurut pengasuh, apakah SE termasuk termasuk peraturan yang dapat dijadikan dasar pembayaran?
JAWABAN :
Audit adalah proses identifi kasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif dan professional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efi siensi, dan keandalan informasi pelaksanaan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Di sisi lain, Audit juga dapat didefi nisikan sebagai proses pembandingan antara kondisi dengan kriteria. Kriteria yang dijadikan dasar pembandingan dalam pelaksanaan audit dapat berupa ketentuan hukum, norma atau standar, dan pertimbangan kewajaran dan kepatutan. Ketentuan hukum dapat dibagi menjadi ketentuan hukum mengikat dan ketentuan hukum tidak mengikat. Ketentuan hukum mengikat bermakna bahwa apabila dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dapat dikenakan sanksi. Sedangkan ketentuan hukum tidak mengikat bermakna jika dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tidak memiliki sanksi yang dinyatakan dalam ketentuan tersebut, namun jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka risiko tersebut menjadi tanggung jawab pribadi pelaksana kegiatan. Peraturan yang terdapat dalam Surat Edaran yang dijadikan pedoman dalam melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan termasuk dalam ketentuan hukum tidak mengikat. Contoh nyata SE yang sudah digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan adalah surat edaran yang di keluarkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Oleh sebab itu, SE Sekjen Nomor 2781/A.AA/SE/2017 tentang Pedoman Teknis Tata Kelola Keuangan di Lingkungan Kemenristekdikti dapat dijadikan dasar oleh satker di lingkungan Kemristekdikti dalam pelaksanaan anggaran dan merupakan salah satu kriteria yang dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan audit
TANYA JAWAB Rubrik tanya jawab ini disediakan bagi para pembaca atau khalayak umum yang ingin menanyakan sesuatu hal atau permasalahan yang terkait dengan Pengawasan dan Pengetahuan umum di Lingkup Kementerian Riset,Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
54
Vol 002 | 2018 INFESTERA 54
GALERI FOTO
55
Vol 002 | 2018 INFESTERA 55
PELANTIKAN
Pejabat Struktural dan Fungsional
di Lingkungan ITJEN KEMENRISTEKDIKTI
56
Vol 002 | 2018 INFESTERA 56
GALERI FOTO
SENAM SEHAT
ITJEN
57
Vol 002 | 2018 INFESTERA 57
BUMI
LASKAR
PELANGI