LAPORAN PRAKTEK KLINIK ( RSKDIA SITTI FATIMAH )docx
Transcript of LAPORAN PRAKTEK KLINIK ( RSKDIA SITTI FATIMAH )docx
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
LAPORAN PRAKTEK KLINIK
RSKDIA SITTI FATIMAH
PERIODE I
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI GANGGUAN FUNGSIONAL IBU
NIFAS AKIBAT POST SECTIO CAESAR DI RSKDIA SITTI FATIMAH
OLEH :
WIDYA AYU WANDIRA
PO.71.3.241.11.1.092
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN FISIOTERAPI
PRODI DIII FISIOTERAPI
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
2013
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Klinik dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi
Pada Kondisi Gangguan Fungsional Ibu Nifas Akibat Post Sectio
Caesar Di RSKDIA Sitti Fatimah” ini di buat untuk memenuhi salah
satu persyaratan bahwa telah mengikuti Praktek Klinik di RSKDIA
Sitti Fatimah dari tanggal 8 Oktober sampai tanggal 2 September
2013.
Makassar, September 2013
Menyetujui,
PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI
____________________
_______________________
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Astuti Nur, Amd. Ft Andy Ma Hariandja, Dipl.
Pt, M.Kes
NIP.
196506051988031005
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian
fisiologis yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal
dan tanpa komplikasi (Departmen of Health, 1993). Pada akhir masa
puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah
lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimisis Bagi banyak
wanita, pemulihan adalah sesuatu yang berlangsung terjadi menjadi
seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun beberapa
studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan
jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah
yang banyak ditemui (Hillan, 1992b; glazener et al. 1993; bick
dan MacArthur,1995a), dapat berlangsung dalam waktu lama
(macArthuretal. 1991). Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan
fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat
penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan
memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan.
Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas
pascapartum dalam jangka panjang dan faktor-faktor yang
berhubungan dengannya seperti obstetric, anestesi dan faktor
sosial. Salah satu metode yang digunakan dalam proses kelahiran
dengan mempertimbangkan banyak hal baik keadaan ibu dan janin
yaitu kelahiran dengan metode Sectio Caesar (SC).
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
atau vagina atau histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim (Mochtar, 1998). Sedang menurut Prawirohardjo (2002),
sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding
uterus yang masih utuh/intact. Jadi sectio caesarea adalah
persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan cara melakukan
pembedahan atau membuat sayatan pada dinding perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
Pada manusia dewasa, panggul terbentuk di punggung posterior
(belakang) oleh sakrum dan tulang ekor (bagian ekor dari kerangka
axial), lateral dan anterior oleh sepasang tulang pinggul (bagian dari
kerangka apendikularis). Pada manusia dewasa,panggul normal terdiri dari
tiga tulang besar dan tulang ekor (3-5 tulang). Namun, sebelum masa
pubertas tulang pinggul terdiri dari tiga tulang yang terpisah yaitu
ilium, ischium, dan pubis. Jadi, sebelum pubertas panggul dapat terdiri
dari lebih dari sepuluh tulang, tergantung pada komposisi tulang ekor.
Pinggul ini dibagi menjadi 2, satu di sebelah kanan dan satu di sebelah
kiri tubuh. Kedua tulang pinggul yang terdiri dari 3 bagian, ilium,
ichium dan pubis. Bagian-bagian ini digabungkan bersama selama pubertas,
yang berarti di masa kanak-kanak mereka adalah tulang terpisah. Tulang
sacrum merupakan penghubung tulang belakang ke panggul dan juga menjadi
tempat yang memungkinkan bagi sepasang pinggul kita untuk melekat.
Pelvis merupakan cincin cekung berbentuk tulang yang menghubungkan
kolom vertebral ke femur. Fungsi utamanya untuk menyangga berat tubuh
bagian atas ketika kita sedang duduk, berdiri dan beraktivitas. Fungsi
sekundernya adalah untuk mengandung (pada wanita) ketika hamil dan
melindungi viscera pelvis dan abdominopelvic viscera (bagian inferior
saluran kemih, organ reproduksi internal). Tulang pinggul saling
terhubung satu sama lain pada anterior pubis symphysis dan posterior
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
dengan sacrum pada sendi sacroiliac untuk membentuk cincin panggul.
Cincin ini sangat stabil sehingga menyebabkan sedikitnya
mobilitas/pergerakan.
Ligamen yang paling penting dari sendi sacroiliac adalah ligamen
sacrospinous dan sacrotuberous yang menstabilkan tulang pinggul pada
sacrum dan mencegah promonotory dari miring ke depan. Sendi antara
sacrum dan tulang ekor, sacrococcygeal symphysis. diperkuat oleh
serangkaian ligamen.
Ligamen sacrococcygeal anterior merupakan perpanjangan dari
anterior longitudinal ligament (ALL) yang berjalan di sisi anterior dari
badan vertebra. Serat tidak teratur tersebut menyatu dengan periosteum.
Setiap sisi panggul terbentuk sebagai tulang rawan, yang mengeras
sebagai tiga tulang utama yang tinggal terpisah melalui masa kanak-
kanak:: ilium, ichium, pubis. Saat kelahiran seluruh sendi pinggul (area
acetabulum dan bagian atas femur) masih terbuat dari tulang dan otot.
Gerakkan trunk/batang (bending forward) pada dasarnya adalah sebuah
gerakan dari otot-otot rektus, sementara flexi lateral (bending
menyamping) dicapai oleh kontraksi obliques bersama dengan lumborum
kuadratus dan otot punggung intrinsic.
Dasar panggul memiliki dua fungsi: Salah satunya adalah untuk
menutup ronggapanggul dan perut, serta menanggung beban dari organ
visceral, yang lain adalahuntuk mengontrol bukaan rektum dan organ
urogenital yang menembus dasar pangguldan membuatnya lebih lemah. Untuk
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
melakukan keduanya, dasar panggul terdiri daribeberapa lembar otot dan
jaringan ikat.
a. Os Sacrum
Os sacrum terdiri dari lima vertebrae rudimenter yang bersatu
membentuk tulang berbentuk baji yang cekung kearah anterior. Pinggir
atas atau basis ossis sacri bersendi dengan vertebra lumbalis V. Pinggir
inferior yang sempit bersendi dengan os coceygis. Di lateral, os sacrum
bersendi dengan kedua os coxae membentuk ar ticulation sacroiliaca.
Pinggir anterior dan atas vertebra sacralis pertama menonjol ke depan
sebagai batas posterior apertura pelvis superior, disebut promontorium
os sacrum, yang merupakan bagian penting bagi ahli kandungan untuk
menentukan ukuran pelvis. Foramina vertebralia bersama-sama membentuk
canalis sacralis. Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior
nervi lumbales, sacrales, dan coccygeus filum terminale dan lemak
fibrosa.
b. Os Coccygis
Os coccygis berartikulasi dengan sacrum di superior. Tulang ini
terdiri dari empat vertebra rudimenter yang bersatu membentuk tulang
segitiga kecil yang basisnya bersendi dengan ujung bawah sacrum.Vertebra
coccygea hanya terdiri atas corpus, namun vertebra pertama mempunyai
pr ocessus transverses rudimenter dan cornu coccygeum. Cornu adalah sisa
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
pediculus dan processus articularis superior yang menonjol ke atas untuk
bersendi dengan cornu sacrale.
c. Os Inominatum (Tulang Panggul)
Tulang ini terdiri dari tiga bagian komponen, yaitu: ilium,
iskium, dan pubis. Saat dewasa tulang-tulang ini telah menyatu selurunya
pada asetabulum.
a. Ilium: batas atas tulang ini adalah Krista ilika.
b. Krista iliaka berjalan ke belakang dari spina iliaka
anterior superior menuju spina iliaka posterior superior.
Di bawah tonjolan tulang ini terdapat spina inferiornya.
Permukaan aurikularis ilium disebut permukaan glutealis
karena disitulah pelekatan gluteus. Linea glutealis
inferior, anterior, dan posterior membatasi pelekatan
gluteike tulang. Permukaan dalam ilium halus dan berongga
membentuk fosailiaka. Fosailiaka merupakan tempat
melekatnya m. iliakus. Permukaan aurikularis ilium
berartikulasi dengan sacrum pada sendi sakro iliaka
(sendi sinovial). Ligamentum sakro iliakaposterior,
interoseus, dan anterior memperkuat sendi sakro iliaka.
Linea iliopektinealis berjalan di sebelah anterior
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
permukaan dalam ilium dari permukaan aurikularis menuju
pubis.
c. Iskium: terdiri dari spina di bagian posterior yang
membatasi insisura iskiadika mayor (atas) dan minor
(bawah. Tuberositas iskia adalah penebalan bagian bawah
korpus iskium yang menyangga berat badan saat duduk.
Ramus iskium menonjol ke depan dari tuberositas ini dan
bertemu serta menyatu dengan ramus pubis inferior.
d. Pubis: terdiri dari korpus serta rami pubis superior dan
inferior. Tulang iniberartikulasi dengan tulang pubis di
tiap sisi simfisis pubis. Permukaan superior dari korpus
memiliki krista pubikum dan tuberkulum pubikum. Foramen
obturatorium merupakan lubangbesar yang dibatasi oleh
rami pubis dan iskium.
d. Pelvis Major (Panggul Besar, Pelvis Spurium)
1. Terletak cranial terhadap aperture pelvis superior (aditus
pelvis).
2. Terbuka dan melebar pada ujung atasnya dan harus dipikirkan
sebagai bagiancavitas abdominalis.
3. Melindungi isi abdomen dan setelah kehamilan bulan ketiga,
membantu menyokong uterus gravidarum
4. Selama stadium awal persalinan, pelvis major membantu menuntun
janin masukke pelvis minor.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
5. Kearah ventral dibatasi dinding abdomen, kearah lateral oleh
fossa iliaca dextra dan fossa iliaka sinistra, dan kearah
dorsal oleh vertebra L. S dan vertebra S1.
e. Pelvis Minor (Panggul Kecil, Pelvis Verum)
Berada antara aperture pelvis superior dan aperture pelvis
inferior (exitus pelvis).
Merupakan lokasi visera pelvis (misalnya vesica urinaria).
Dibatasi oleh permukaan dalam os coxae, os sacrum,
dan os coccygis.
Ke bawah dibatasi oleh diaphragma pelvis.
Pelvis minor mempunyai pintu masuk, pintu
keluar, dan sebuah cavitas.
Pelvis minor merupakan saluran tulang yang harus dilalui
oleh janin pada proses persalinan. Pada wanita, di luar kehamilan
artikulasio hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada
kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan
lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang
sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila
ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada
pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat
ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua
bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea
terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang
terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true
pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ
–organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat
perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan
pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari
kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan
ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang
dibentuk oleh muskulus levator anidan muskulus koksigeus.Jika
diamati dari superior panggul. Jika diamati dari belakang.
1. Diameter transversa pintu atas panggul. Diameter terpanjang
kiri-kanan dari pintu atas panggul. Bukan “diameter” karena
tidak melalui titik pusat pintu atas panggul.
2. Diameter / distantia interspinarum pada rongga panggul.
Jarak antara kedua ujung spina ischiadica kiri dan kanan.
3. Diameter anteroposterior pintu bawah panggul. Jarak antara
ujung os coccygis sampai pinggir bawah symphisis os pubis.
4. Diameter transversa pintu bawah panggul. Jarak antara
bagian dalam dari kedua tuberositas os ischii.
5. Diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul. Jarak
antara bagian tengah diameter transversa sampai ke ujung os
sacrum.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Arteri Pelvis
Arteri dari pelvis adalah cabang dari arteri iliaka. Kecuali
arteri rektum superior yang merupakan cabang dari arteri
mesenterika inferior. Cabang-cabang dari arteri iliaka interior
adalah :
Iliolumbar
Superior glutealolateral sacral
Inferior gluteal
Internal pudendal
Middle rectal
Inferior vescical (the uterine in the female)
Obturator
Superior vesical
Bagian terminal dari iliaca yang tersumbat dan membentuk
ligamentum ubilicalis lateral dinding anterior abdomen bawah
Ligamen - Ligamen Penyangga Uterus
1. Ligamentum Kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackendrot) :
Ligamen terpenting untuk mencegah uterus tidak turun.
Jaringan ikat tebal serviks dan puncak vagina kearah lateral
dinding pelvis.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
2. Ligamentum Sacro - uterina sinistrum dan dekstrum : Menahan
uterus tidak banyak bergerak Melengkung dari bagian belakang
serviks kiri dan kanan melalui dinding rektum kearah os
sacrum kiri dan kanan.
3. Ligamentum Rotundum sinistrum dan dekstrum (Round
Ligament) : Ligamen yang menahan uterus dalam posisi
antefleksi. Sudut fundus uterus kiri dan kanan ke inguinal
kiri dan kanan.
4. Ligamentum Latum sinistrum dan dekstrum (Broad Ligament) :
Dari uterus kearah lateral.
5. Ligamentum infundibulo pelvikum : Menahan tubafallopi. Dari
infundibulum ke dinding pelvis.
Perkiraan Ukuran Rata-Rata Panggul Wanita Normal
1. Pintu Atas Panggul (Pelvic Inlet)
Diameter transversa (DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) +
12.0 cm.
Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 22.0 cm.
2. Pintu Tengah Panggul (Mid Pelvis).
Distansia interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior
posterior (AP) + 11.0 cm.
Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm
3. Pintu Bawah Panggul (Pelvic Outlet)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Diameter anterior posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia
intertuberosum + 10.5 cm.
Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
BAB III
PATOLOGI TERAPAN
Bedah caesar adalah operasi untuk mengeluarkan bayi lewat
perut ibunya. Dibandingkan dengan 15 tahun yang lalu, dewasa ini
semakin banyak dilakukan , sebab kelahiran Caesar sudah menjadi
populer dan menjadi prosedur untuk menyelamatkan kehidupan. Salah
satu alasan untuk peningkatan ini adalah karena jumlah sebahagian
besar dari persalinan sunsang tidak lagi dilakukan lewat vagina,
disamping itu masih ada lagi soal hukum yang membuat dokter
gentar dan meningkatnya penggunaan pemantau ( monitor ) janin
seperti USG. Selain daripada itu harus pula dipikirkan bahwa
persalinan Caesar tersebut dilakukan jika dibutuhkan, sebab
peningkatan teknologi sekarang ini tanpa perhitungan pemanfaatan
penggunaannya rasanya tidak perlu apabila persalinan lewat vagina
masih memungkinkan, karena lebih terjamin keselamatannya baik ibu
maupun anak.
Bedah Caesar bagi seseorang mungkin dapat merupakan suatu
peristiwa yang sangat menyenangkan dan dapat dinikmati dalam
keadaan sadar, bahkan terdapat rumah bersalin yang memutar lagu-
lagu saat dilangsungkannya bedah Caesar tersebut, sebab mereka
mungkin merasa bahwa metode melahirkan tidak penting dibandingkan
dengan memiliki bayi yang sehat, apalagi bagi ibu-ibu yang pernah
abortus atau kesulitan pembuahan. Tetapi bagi orang lain, bedah
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Caesar mungkin bisa menjadi pengalaman yang traumatik dan
mengerikan baginya. Mereka menerima dengan shock baik fisik
maupun mental yang dapat berlanjut setelah bayi lahir, maka perlu
direncanakan sesuai dengan keperluannya.
Dari dua pengalaman tersebut diatas, maka bedah Caesar dapat
dibedakan menjadi dua yakni :
1. Bedah Caesar Efektif
Adalah bedah Caesar yang direncanakan lebih dahulu yang
telh dipersiapkan sengala sesuatunya sehingga orang tidak
perlu menjadi panik.
2. Bedah Caesar Darurat
Adalah bedah Caesar yang tidak direncanakan sebelumnya
bahkan seringkali mengejutkan, baik dokter menangani
ataupun orang yang akan melahirkan itu sendiri.
Bedah yang pertama mempunyai keuntungan tidak menjadi
paniknya orang yang akan melahirkan pada menit-menit
terakhir, bahkan dapat mengetahui hari tibanya dan jam
berapa si bayi dilahirkan.
Sedangkan bedah yang kedua seringkali datang
mengejutkan mungkin saja orang yang akan melahirkan
datangan dengan sehat-sehat saja, sementara persalinan
berjalan, namun keadaan tersebut bisa berubah secara
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
perlahan-lahan, makin lama menunjukkan perlunya dilakukan
bedah Caesar.
Berikut ini merupakan beberapa sebab dokter melakukan operasi
caesar pada ibu hamil, yakni:
1. Rongga panggul ibu sempit.
Dokter biasanya akan mengukur panggul ibu hamil di trimester
tiga menjelang persalinan untuk memastikan apakah ukuran
panggul ibu mendukung untuk melahirkan normal atau harus
dengan caesar.
2. Ukuran bayi terlalu besar lebih dari 4000 gram.
Jika ukuran bayi melebihi 4000 gram setelah dilakukan
pemeriksaan USG, dokter akan menyarankan untuk caesar karena
akan berakibat mengganggu pernapasan dan proses mengejan.
3. Kelainan letak posisi janin.
Posisi janin tidak normal yang sering disebut sungsang atau
melintang disarankan untuk melakukan proses persalinan caesar.
Namun, ada pula ibu hamil dengan posisi janin sungsang dan
melahirkan dengan normal karena dokter atau bidan masih bisa
mengatasinya.
4. Kelainan letak plasenta.
Letak plasenta yang menutupi jalan lahir (plasenta previa)
bisa berakibat pada perdarahan sehingga dilakukan operasi
caesar.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
5. Riwayat operasi caesar kurang dari 2 tahun
Operasi caesar dilakukan pada persalinan dengan riwayat caesar
sebelum 2 tahun lalu dilakukan karena berisiko pada membukanya
kembali sayatan bekas operasi sebelumnya.
6. Ibu menderita penyakit jantung dan preeklampsia
Pada ibu hamil yang punya penyakit jantung, persalinan
disarankan dengan caesar karena akan berisiko saat persalinan
normal nanti, yakni saat mengejan. Pada ibu yang menderita
preeklampsia dengan tekanan darah yang tinggi, dokter biasanya
akan memutuskan operasi caesar jika terlalu berisiko
dilahirkan secara normal demi keselamatan ibu dan janin.
7. Ketuban pecah dini lebih dari 24 jam bayi belum lahir.
Ketika ketuban sudah pecah, tidak ada lagi pelindung untuk
janin. Dikhawatirkan akan terjadi infeksi dan keracunan pada
bayi jika selama 24 jam setelah ketuban pecah bayi belum
lahir. Apabila bayi sudah cukup umur untuk dilahirkan, dokter
biasanya akan melakukan tindakan caesar apabila jalan normal
sudah tidak mungkin ditempuh.
8. Kontraksi terlalu lemah.
Proses persalinan dengan kontraksi terlalu lemah bisa
membahayakan untuk ibu dan janin. Pembukaan tidak maju-maju
padahal sang ibu sudah kehilangan tenaga. Oleh karena itu,
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
operasi caesarlah yang kemudian dilakukan untuk menyelamatkan
ibu dan janin.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
BAB IV
LAPORAN STATUS KLINIK
Nama Mahasiswa : Widya Ayu Wandira
N.I.M : PO. 71.3.241.11.1.092
Tempat Praktek : RSKDIA Sitti Fatimah
Pembimbing : Astuty Nur, Amd. Ft
Tanggal Pembuatan Laporan : 27 Oktober 2013
Kondisi Kasus : Fisioterapi Obstetri
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA
Nama : Ny. Risma
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : IRT
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sunu IV No.22 C RT.3/RW.2 Kec.
Tallo
No. Telepon : 082 348 268 248
No. CM : 069910
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
( Diagnosis Medis, Catatan Klinis, Medika Mentosa, Hasil Lab,
Radiologi, dll )
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
A. Diagnosis Medis
Operasi Sectio Caesar
B. Catatan Klinis
- Pada tanggal 15 April 2012, pasien melahirkan anak pertama
dengan operasi Sectio Caesar.
- Pasien mendapatkan penanganan persalinan dari dokter atas
tindakan operasi Sectio Caesar pada tanggal 20 Oktober 2013
di RSKDIA Sitti Fatimah.
C. Medika Mentosa
Cefadroxil
Dosis 2 x 1
Fungsi : Antibiotik
Asam Mefenamat
Dosis 3 x 1
Fungsi : Analgetik
SF
Dosis 1 x 1
Fungsi : Penambah Darah (Generik)
D. Laboratorium
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL KET.HEMATOLOGI pr lk
Hemoglobin 10.6 g/dLLk. 13-16, Pr. 12-14, By.
16-20Leukosit 8.500 /mm3 4000 – 10000
Eritrosit3.710.000
/mm3
Lk : 4.500.000 – 5.500.000
Pr : 4.000.000 – 4.800.000Hematokrit 28.7 % Lk : 40-48. Pr : 37-43Trombosit 245.000 /mm3 150.000 – 400.000Waktu
Pembekuan
(CT)
8’30” 7-14 menit
Waktu
Perdarahan
(BT)
1’30” 1-4 menit
E. Hasil Radiologi
Hasil USG :
Gravid tunggal hidup
Letak kepala biometri
Uk. 35 mm
Tinggi Fundus Uteri (TFU) : 2,477 gram
III. SEGI FISIOTERAPI
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
A. Pemeriksaan Subyektif
Keluhan Utama : Nyeri pada saat pasien diam apalagi
bergerak.
Lokasi Keluhan : Sekitar bekas jahitan operasi Sectio Caesar
bagian lower abdominal.
Riwayat Persalinan : Pada tanggal 15 April 2012, pasien
melahirkan anak pertama dengan operasi Sectio Caesar. Jarak
antara persalinan pertama dengan kedua berselang 18 bulan.
B. Pemeriksaan Obyektif
1. Pemeriksaan Tanda Vital Sign
a. Tekanan Darah = 90/70 mmHg
b. Denyut Nadi = 82 x/’
c. Suhu = 36,5 0C
d. Pernapasan = 20 x/’
2. Inspeksi / Observasi
a. Statis
Terdapat bengkak dipunggung kaki.
Postur cenderung ke arah fleksi.
Tangan pasien menahan bagian abdominal yang telah di
operasi Sectio Caesar.
Pasien nampak pucat karena susah tidur
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
b. Dinamis
- Pasien telah mampu pindah posisi dari tidur
terlentang ke posisi duduk
- Pasien nampak kesakitan saat melakukan gerakan fleksi
lumbal
- Pasien kurang mampu mengangkat kepala dan bokong saat
tidur terlentang
- Pasien merasakan sakit ketika batuk
3. Test Orientasi / Quick Test
- Pasien kesulitan melakukan gerakan flexi lumbal
4. Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada daerah abdominal
Terdapat bengkak pada punggung kaki
5. Pemeriksaan Spesifik
Skala VAS (Visuale Analog Scale)
Tujuan : untuk mengetahui intensitas nyeri pada ibu nifas
post sectio caesar.
VAS pada Tanggal 22 Oktober 2013
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
0 8
10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien post
SC adalah sangat tinggi.
VAS pada Tanggal 23 Oktober 2013 0 6,5
10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien post
SC adalah sedang.
VAS pada Tanggal 24 Oktober 2013 0 3,5
10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien post
SC adalah sangat rendah.
C. Diagnosa Fisioterapi
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Gangguan Fungsional Ibu Nifas Akibat
Post Sectio Caesar Di RSKDIA Sitti Fatimah
D. Problematik Fisioterapi
- Terdapat nyeri disekitar abdominal
- Adanya bengkak dipunggung kaki
- Adanya kelemahan otot-otot panggul dan abdominal
- Adanya gangguan Activity Daily Living (ADL)
E. Perencanaan Fisioterapi
1. Tujuan
a. Jangka Panjang
Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional.
b. Jangka Pendek
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi bengkak
- Meningkatkan kekuatan otot-otot panggul dan abdominal
- Mengembalikan kekencangan otot-otot vagina
- Meningkatkan keadaan umum pasien
2. Tindakan
Hari Pertama Post SC Tanggal 22 Oktober 2013
- Latihan pernapasan dada dan perut
- Latihan AROMEX pada sendi ankle
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
- Latihan PROMEX pada tungkai
Hari Kedua Post SC Tanggal 23 Oktober 2013
- Latihan pernapasan dada dan perut
- Latihan senam nifas
- Latihan senam keigel
Hari Ketiga Post SC Tanggal 24 Oktober 2013
- Latihan pernapasan dada dan perut
- Latihan senam nifas
- Latihan senam keigel
3. Edukasi
- Pasien dianjurkan untuk melakukan senam nifas pada saat
dirumah dalam posisi terlentang.
- Pasien tidur miring sebelum bangun
- Pasien dianjurkan tidak mengangkat barang yang berat
4. Interfensi Fisioterapi
Senam Nifas
Tujuan :
Memperkuat otot-otot terutama otot-otot panggul, perut,
kemaluan dan tungkai
Melancarkan kembali peredaran darah
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Mengurangi sakit pinggang akibat proses persalinan
Memperbaiki postur tubuh
Pelaksanaannya :
- Latihan Pernapasan
Pernapasan dada
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan dada
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik
nafas
Pernapasan perut
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan perut
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik
nafas
- Latihan AROMEX
Gerakan dorso-plantar fleksi ankle
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik salah satu telapak
kakinya ke arah kepala
Pasien menarik telapak kakinya yang
lain ke arah bawah
Dilakukan secara bergantian
Pengulangan 5-7 kali (8 hitungan)
Gerakan dorso-fleksi ankle
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik kedua telapak kakinya ke
arah kepala
Gerakan ditahan
Pengulangan 5-7 kali (8 hitungan)
Gerakan plantar-fleksi ankle
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik kedua telapak kakinya ke
arah bawah
Dilakukan secara bergantian
Pengulangan 5-7 kali (8 hitungan)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Gerakan rotasi ankle
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien melakukan gerakan memutar pada
pergelangan kaki
ke arah luar dan ke arah dalam
Dilakukan secara bergantian
Pengulangan 5-7 kali (8 hitungan)
Posisi pasien tidur terlentang, kedua tangan dikaitkan
didepan dada
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik kedua telapak kakinya ke
arah kepala
Pasien mengaitkan kedua tangannya lurus
di depan dada
Pasien mengangkat kepala sambil melihat
perut
Gerakan ditahan
Pengulangan 5-7 kali (8 hitungan)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
- Latihan Pernapasan
Pernapasan dada
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan dada
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik
nafas
Pernapasan perut
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan perut
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik
nafas
- Latihan pada posisi Cruck Lying
Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua lutut
ditekuk
Otot-otot vagina dikencangkan seperti menahan buang
air kecil
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Menekan pantat ke bawah
Gerakan mengangkat pantat ke atas semaksimal mungkin
Kedua tangan lurus di atas kepala kemudian di bawa ke
depan dada sambil diikuti gerakan angkat kepala lihat
perut
Kedu tangan di bawa ke samping badan diikuti gerakan
angkat kepala dan diikuti pandangan mengikuti kedua
ujung jari tangan, gerakan di tahan
- Latihan Pernapasan
Pernapasan dada
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
Mengembangkan dada
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik
nafas
Pernapasan perut
Posisi Pasien : Tidur Terlentang
Posisi Fisioterapi : Di samping pasien
Instruksi : Pasien menarik nafas melalui hidung
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
Mengembangkan perut
Hembus melalui mulut seperti meniup
Hembusan 2x lebih panjang dari tarik
nafas
- Latihan Penguatan Otot Perut dan Tungkai
Pasien tidur terlentang
Angkat kedua kaki lurus secara bersamaan diikuti
gerakan dorso-fleksi ankle
Kedua kaki diturunkan secara perlahan
Angkat salah satu kaki ke atas lurus
Kaki yang lain lurus ke tempat tidur
Gerakan bergantian dengan kaki lurus ke atas
5. Evaluasi
Sesaat
1. Pasien nampak berkeringat setelah latihan
2. Bengkak mulai menurun
3. Pasien merasa lebih rileks setelah latihan
Berkala
1. Nyeri yang dirasakan pasien mulai berkurang. Parameter
pengukuran menggunakan skala VAS.
VAS pada Tanggal 22 Oktober 2013
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
0 8
10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien
post SC adalah sangat tinggi.
VAS pada Tanggal 23 Oktober 2013
0 6,5
10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien
post SC adalah sedang.
VAS pada Tanggal 24 Oktober 2013
0 3,5
10
Interpretasi : Intensitas nyeri yang dirasakan pasien
post SC adalah sangat rendah.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
2. Bengkak menurun
3. Aktifitas ADL semakin meningkat
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
LAMPIRAN FOLLOW UP
NO. TANGGAL KEGIATAN INTERPRETASI KET.1.
2.
Selasa,
22 Oktober
2013
Rabu,
23 Oktober
2013
Anamnesis
Vital Sign
Mengumpulkan
Data Medis
Pasien
Anamnesis
Vital Sign
Senam Nifas
Vital Sign
TD = 90/70 mmHg
DN = 82 x/’
S = 36,5 0C
P = 20 x/’
Nilai Skala VAS = 8
Bengkak masih ada
Vital Sign
Sebelum Latihan :
TD = 90/60 mmHg
DN = 81 x/’
S = 36,7 0C
P = 20 x/’
Sesudah Latihan :
TD = 92/60 mmHg
DN = 96 x/’
S = 36,7 0C
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
3.
4.
Kamis,
24 Oktober
2013
Anamnesis
Vital Sign
Senam Nifas
Nilai Skala VAS = 6.5
Bengkak mulai menurun
Vital Sign
Sebelum Latihan :
TD = 110/80 mmHg
DN = 86 x/’
P = 22 x/’
S = 36,5 0C
Sesudah Latihan :
TD = 110/70 mmHg
DN = 96 x/’
S = 36,9 0C
Nilai Skala VAS = 3,5
Bengkak sudah hilang
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
LAMPIRAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PROGRAM STUDI D.III
JURUSAN FISIOTERAPI MAKASSAR
DAFTAR PUSTAKA
Latief, Abd. 2013. Fisioterapi Obsterti. Makassar
Prof. Dr. Mochtar, Rustam, MPH. 2003. Synopsis Obstetri Jilid 1.
Jakarta: EGC
Veralls, Sylvia. 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam
Kebidanan. Jakarta: EGC
Prof. Sastrawinata, Sulaiman. 2002. Obstetric Fisiologi.
Bandung: Universitas Padjajaran Bandung
Prof. dr. Winkjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisologi Untuk Paramedis.
Jakarta: Kompas Gramedia
Drs. H. Syaifudin, AMK. 2005. Anatomi dan Fisiologi untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC