laporan hasil penelitian
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of laporan hasil penelitian
i
Unggul Dalam IPTEK Kokoh Dalam IMTAQ
LAPORAN HASIL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PENGETAHUAN IBU TENTANG PENANGANAN AWAL DEMAM
PADA ANAK USIA TODLER DI KLINIK ANAK RS HAJI
JAKARTA
OLEH
WINDY SAFRIYANTI
2013727131
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
iv
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Riset keperawatan, Maret 2015
Windy Safriyanti
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENANGANAN AWAL DEMAM PADA ANAK USIA TODLER
Klinik Anak RS Haji Jakarta
VII BAB + 61 Halaman + 3 tabel + 6 Lampiran
ABSTRAK
Demam merupakan suatu kondisi yang biasa terjadi pada anak dan bukan indikasi penyakit serius kecuali bila disertai dengan perubahan penampilan, perubahan tingkah laku dan gejala tambahan seperti kesulitan bernafas, kaku kuduk atau kehilangan kesadaran. Pada usia todler regulasi suhu tubuh sudah membaik namun masih sangat rentan terhadap fluktuasi suhu, dimana diperlukan perhatian dari orangtua khususnya ibu sehingga tidak timbul kecemasan yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor (usia, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan pengalaman ) yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam pada anak usia todler. Metode penelitian yang digunakan diskriptif analitik dengan cara observasional melalui pendekatan cross sectional dengan uji Chi Square, adapun jumlah responden 41 orang ibu. Hasil penelitian didapatkan usia ibu terbanyak adalah kelompok dewasa muda (26 th-35 th), berpendidikan tinggi, ibu yang bekerja, sumber informasi melalui tenaga kesehatan, keluarga dan teman, berpengalaman baik dan berpengetahuan baik. Hasil penelitian disimpulkan ada hubungan antara pendidikan, sumber informasi melalui tenaga kesehatan, keluarga, teman dan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam. Dan tidak ada hubungan antara usia dan ibu yang bekerja dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam. Saran penelitian selanjutnya untuk melihat derajat keeratan hubungan dari faktor-faktor pengetahuan dapat menggunakan uji korelasi regresi.
Daftar Pustaka : 22 (2000 – 2013)
Kata Kunci : Faktor (usia, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, pengalaman), pengetahuan ibu, anak usia todler.
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Penanganan Awal Demam Pada Anak Usia Todler di RS HAJI Jakarta“. Penelitian
merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana keperawatan ( S.Kep ) pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Penelitian ini tersusun atas dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti ucapkan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang berkat rahmat, hidayah, kasih sayang, nikmat sehat dan rezeki-
Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM, MKes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Irna Nursanti, M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Kepala Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Ibu Miciko Umeda, Skp, M.Biomed, selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, saran serta perhatian kepada peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini
vi
5. Direktur Rumah Sakit Haji Jakarta beserta jajarannya yang telah memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan program transfer di
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan dukungan dan
kerjasamanya sehingga peneliti mendapat bekal dalam proses penelitian ini.
7. Suami tercinta Aji Azhari dan anak - anakku tersayang Najma Izzati Azhar, Fajra
Ijlal Azhar dan Gifar Alfatha Azhar yang telah menjadi penyemangat dan selalu
menemani dan memberikan dukungan serta doa yang teruntai sehingga
meringankan langkahku untuk terus berkarya.
8. Kakakku tersayang Lis Irmayanti beserta keluarganya yang dengan tulus, banyak
membantu sehingga memudahkanku untuk selalu berkarya.
9. Seluruh temen-temanku di klinik anak atas perhatian dan pengertiannya sehingga
peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini.
Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti menyadari masih jauh dari sempurna karena
tiada gading yang tak retak, untuk itu saran dan kritik serta masukannya dari berbagai
pihak sekalian sangat peneliti harapkan untuk perbaikan. Harapan peneliti semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Jakarta, Maret 2015
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ………………………………………………………………….i
LEMBAR PERSETUJUAN………………..…………………………………………..ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………..….iii
ABSTRAK ......................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….…...v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..........vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….……………..x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………..xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….………...1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………………….…6
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………………7
1.4 Manfaat Penelitian……………………...……………………………………7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dan Konsep Terkait…………………………………………………..9
2.2 Penelitian Terkait……………………………………………………….…30
viii
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………………..32
3.2 Hipotesa …………………………………………………………………...33
3.3 Definisi Operasional………………………………………………….…....34
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian…………………………………………………….……35
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………….....35
4.3 Populasi dan Sampel……………………………………………………...36
4.4 Pengumpulan Data…………………………………………………….….38
4.5 Etika Penelitian……………………………….…………………...…..….41
4.6 Pengolahan Data……………………………………………………….….42
4.7 Analisa Data……………………………………………………………....43
BAB V HASIL PENELITIAN
5.I Analisa Univariat…………………………………………………………..45
5.2 Analisa Bivariat……………………………………...………………...….47
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian…………………………………………….…… 50
6.2 Pembahasan………………………………………………………….…...51
ix
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan………………………………………….………….………..57
7.2 Saran…………………………….……………………………………….58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 60
LAMPIRAN - LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 : Definisi operasional variabel independen dan dependen ……………….34
2. Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Responden …….…………………………………..46
3. Tabel 5.2 : Distribusi Responden menurut usia, pendidikan, pekerjaan, sumber
informasi, pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam...47
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar permohonan penelitian
Lampiran 2 : Lembar persetujuan responden
Lampiran 3 : Instrumen / kuesioner penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan buah hati yang sangat berharga, yang akan menjadi generasi
penerus bagi orangtua, bangsa dan negara dikemudian hari. Untuk itu diperlukan
anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritualnya. Dalam rentang
kehidupannya seorang anak mengalami perubahan semua jaringan dan sistem
organ termasuk perubahan pada fungsi dasar seperti suhu, metabolisme, pola
tidur dan istirahat ( Wong, 2009)
Pada anak usia todler regulasi suhu tubuh sudah membaik namun masih sangat
rentan terhadap fluktuasi suhu. Suhu tubuh berespon terhadap perubahan suhu
lingkungan dan meningkat saat latihan fisik aktif, menangis dan kemarahan
emosional. Ketika terjadi infeksi dapat pula menyebabkan suhu tubuh yang lebih
tinggi dan lebih cepat meningkat pada bayi dan anak kecil dibandingkan anak-
anak yang lebih besar. Selain itu perubahan suhu tubuh ada kaitannya dengan
berat badan dan lebih banyak menghasilkan panas per unit daripada anak-anak
yang mendekati maturitas.(Wong, 2009).
Proses tumbuh kembang anak usia todler masih bergantung pada orang dewasa
dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi
2
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Selain itu
lingkungan dapat pula mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan internal
yang meliputi; genetik, kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi,
dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit maupun lingkungan
eksternal seperti nutrisi, orang tua, saudara kandung (sibling), masyarakat,
budaya agama, iklim, cuaca. Selama proses ini kerap terjadi gangguan dan
masalah kesehatan salah satunya serangan demam (Supartini, 2004).
Demam adalah ketika otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38ºC.
Demam bukan merupakan suatu penyakit. Demam merupakan mekanisme
fisiologis normal dan dianggap bermanfaat untuk memerangi infeksi, terjadi
bentuk ulang set point hipotalamus dalam menanggapi pirogen endogen dan
eksogen selama masa episode demam (Nursing Practice, 2013). Peningkatan
ringan suhu tubuh sampai 39ºC akan meningkatkan sistem imun tubuh. Selama
episode demam, produksi sel darah putih distimulasi. Suhu yang meningkat dapat
menghambat perkembangbiakan bakteri dengan meningkatkan kebutuhan bakteri
akan besi (Sherwood, 2013). Namun pada saat demam, terjadi peningkatan
metabolisme tubuh yang membuat anak sangat tidak nyaman, gelisah, nafsu
makan dan minum berkurang, dehidrasi karena peningkatan penguapan cairan
tubuh, tidak bisa tidur, dan dapat menimbulkan kejang (Kania, 2007).
Menurut Wong, 2005 setiap derajat demam meningkatkan metabolisme basal 10
% disertai kebutuhan cairan. Demam yang terjadi karena infeksi bakteri atau
virus pada umumnya tidak akan menyebabkan kerusakan otak atau kerusakan
3
fisik permanen seperti anggapan yang dianut selama ini. Demam merupakan hal
yang biasa terjadi pada anak dan bukan indikasi penyakit serius kecuali bila
disertai dengan perubahan penampilan, perubahan tingkah laku atau gejala-gejala
tambahan seperti kesulitan bernafas, kaku kuduk atau kehilangan kesadaran.
Hanya demam diatas 42,20 C yang telah diketahui dapat menyebabkan kerusakan
otak dan ini biasanya terjadi akibat hipertemi bukan akibat demam. Hipertermi
harus dibedakan dengan demam karena hipertermi merupakan peningkatan suhu
tubuh tak terkontrol yang tidak melibatkan hipotalamus sebagai pusat pengontrol
suhu pada demam. (Harjaningrum, 2004)
Demam telah dikenal sebagai manifestasi penting pada infeksi masa kanak-
kanak sejak zaman dahulu kala. Demam seringkali merupakan gejala pertama
yang disadari orangtua, tanda bahwa anak mereka sakit. (Moses Grossman dalam
Rudolph, 2006). Walaupun demam penyebab tersering adalah virus yang tidak
memerlukan penanganan medis, banyak keluarga tetap mencari pertolongan
medis. 20 tahun lalu, dr. Barton Schmitt meneliti miskonsepsi orangtua tentang
demam yang dikenal dengan istilah “Phobia demam” karena ketakutan yang
berlebihan pada dampak buruk demam. Orangtua memiliki pengetahuan yang
kurang dan mengukur demam secara tidak akurat. Dan sampai sekarang pun
phobia demam masih terjadi dikalangan orangtua. (Soejatmiko, 2005).
Keyakinan untuk segera menurunkan panas ketika anak demam pun sudah
melekat erat dibenak orangtua. Demam diidentikkan dengan penyakit, sehingga
saat demam berhasil diturunkan orangtua merasa lega karena menganggap
4
penyakit akan segera pergi bersama turunnya panas tubuh. Masih banyak pula
orangtua yang tanpa mengukur suhu tubuh anaknya dan hanya dengan perabaan
tangan langsung memberikan penurun panas walaupun anak mereka masih bisa
tersenyum dan bermain riang. (Harjaningrum, 2004).
Menurut Bloom (1908) seorang psikologi pendidikan membagi perilaku manusia
itu kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pengetahuan
seseorang masuk kedalam ranah kognitif yang merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan sendiri dipengaruhi
oleh faktor –faktor usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman merawat anak dan
sumber informasi (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan orang tua yang baik dalam perawatan anak akan mempengaruhi
kesiapan mereka dalam menjalankan peran pengasuhan (Shifrin 1997 & Wong
2001 dalam Supartini, 2004), dan juga dalam hal penanganan awal demam pada
anak usia toddler. Ibu merupakan orang paling dekat dengan anak dengan
kelembutan dan kehalusannya merawat dan mengasuh anak secara terampil agar
anak tumbuh dengan sehat.
Menurut jurnal yang dipublikasikan 31 Desember 2013 di Perancis, beberapa
departemen kesehatan memiliki rekomendasi yang telah disebarluaskan untuk
rasionalisasi dalam pengelolaan demam pada anak bagi orangtua dengan
panduan kunci 5 langkah, yaitu methode pengukuran temperature, ambang
untuk definisi demam, indikasi untuk memulai pemberian obat antypiretik dan
5
pengelolaan fisik ( hidrasi oral yaitu banyak minum, menggunakan baju yang
tipis dan tanpa selimut, menempatkan pada suhu ruangan yang normal) serta
terapi obat (asetaminofen, ibuprofen). Dari hasil penelitiannya orangtua dengan
metode pengukuran temperatur sebanyak 89%, mendefinisikan ambang demam
sebanyak 61%, memulai memberikan terapi obat pada suhu 38,50 C untuk
menurunkan gejala demam sebanyak 32%, dan 66 % nya dibawah suhu demam,
orang tua memulai pengelolaan fisik sebelum kontak dengan pelayanan
kesehatan 90% dan untuk 95% pengobatan fisik termasuk 1 dari 3 ukuran yang
direkomendasikan :oral hydrasi 78%, tanpa pakaian 62%, ditempatkan pada suhu
ruangan 27%, dan yang melakukan ketiga langkah tersebut sebanyak 15%.
Orang tua yang memberikan terapi obat pada suhu dibawah suhu demam
sebelum kontak dengan pelayanan kesehatan sebanyak 91%, dengan
memberikan satu obat sebanyak 74%, 24% dengan menggunakan asetaminofen,
14 % menggunakan ibuprofen.
RS Haji Jakarta merupakan salah satu rujukan penyediaan pelayanan kesehatan
di wilayah Jakarta Timur, dimana terdapat fasilitas pelayanan rawat inap dan
rawat jalan. Pelayanan masalah kesehatan anak terdapat di poliklinik anak. Dari
data kunjungan semua anak usia todler yang berkunjung ke klinik anak dalam 6
bulan terakhir berjumlah 3389 orang, 659 orang diantaranya merupakan kasus
dengan gejala demam. Berdasarkan data tersebut peneliti melakukan study
pendahuluan melalui wawancara dan observasi langsung untuk mengetahui
bagaimana penanganan awal demam yang dilakukan ibu terhadap anak usia
todler. Dari 10 orang ibu didapatkan rata-rata mereka tidak memiliki
6
thermometer, pengukuran berdasarkan perabaan, mereka mengatakan demam
anak pada kisaran suhu 37ºC, bila anak mereka demam mereka langsung
memberikan obat antipiretik, dan satu diantaranya mengatakan pemberian
antipiretik sering diberikan bila anak mereka minta walaupun dalam jarak yang
berdekatan, mereka khawatir apabila demam tidak turun akan menimbulkan
kejang, mereka akan langsung membawa berobat walaupun baru panas satu hari.
Dari observasi terlihat anak yang demam menggunakan mantel atau jaket dan
sarung kaki. Pengetahuan tentang penanganan awal demam yang kurang tepat
akan menyebabkan pemberian antipiretik yang berlebihan dan kunjungan ke
pelayanang kesehatan lebih sering, apalagi bila orang tua khususnya ibu
memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan tentang penanganan demam
pada anaknya sehingga tingkat kecemasan ibu semakin tinggi.
Bedasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang
penanganan awal demam pada anak usia todler di klinik anak RS Haji Jakarta.
1.2 Perumusan Masalah
Demam bukan merupakan penyakit, demam merupakan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Untuk itu diperlukan pengetahuan dalam penanganan
awal demam sehingga tidak terjadi gangguan kesehatan yang lebih serius. Oleh
karena itu didapatkan rumusan masalah “faktor-faktor yang berhubungan dengan
7
pegetahuan ibu tentang penanganan awal demam pada anak usia todler di klinik
anak RS Haji Jakarta”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan
ibu tentang penanganan awal demam pada anak usia todler di Klinik
Anak RS Haji Jakarta.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi usia, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan
pengalaman ibu tentang pengetahuan penanganan awal demam pada
anak usia todler.
b.Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan awal
demam pada anak usia todler.
c. Menganalisis hubungan usia, pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan
sumber informasi dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal
demam pada anak usia todler.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bidang Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
menambah wawasan mengenai pengetahuan ibu tentang demam dan
penanganan awal demam pada anak usia todler.
8
1.4.2 Bidang Pelayanan Kesehatan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam
upaya meningkatkan pengetahuan penanganan awal demam serta
penyuluhan kepada ibu tentang penanganan awal demam.
1.4.3. Bidang Pengembangan Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan dan data
yang didapat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pada
penelitian selanjutnya
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dan Konsep Terkait
2. 1.1. Anak Usia Todler
Anak usia todler adalah anak antara rentang usia 12 sampai 36 bulan yang
ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan
kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar. Anak usia todler
memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhan dan
perkembangannya.
Karakteristik Maturitas Sistem Pada Anak Usia Todler
Sebagian sistem fisiologis relatife matur pada akhir masa todler. Volume
saluran pernafasan dan pertumbuhan struktur yang bersangkutan terus
bertambah selama masa kanak-kanak awal, mengurangi beberapa faktor yang
membuat anak rentan mengalami infeksi secara sering dan serius selama
masa bayi.
10
Struktur internal telinga dan tenggorokan terus memendek dan melurus, dan
jaringan limfoid, tonsil dan adenoid terus bertambah besar. Akibatnya sering
terjadi otitis media, tonsillitis dan infeksi saluran pernafasan atas.
Kecepatan respirasi dan jantung melambat dan tekanan darah meningkat.
Pernafasan masih tetap berupa pernafasan abdomen.
Dibawah kondisi variasi suhu yang moderat, todler jarang mengalami
kesulitan. Walaupun regulasi suhu sudah membaik, bayi dan anak kecil
sangat rentan terhadap fluktuasi suhu. Suhu tubuh berespon terhadap
perubahan suhu lingkungan dan meningkat saat latihan fisik aktif, menangis
dan kemarahan emosional. Infeksi dapat menyebabkan suhu yang lebih
tinggi dan lebih cepat meningkat. Dalam kaitannya dengan berat badan, bayi
lebih menghasilkan lebih banyak panas per unit daripada anak-anak yang
mendekati maturitas. Akibatnya selama bermain aktif atau berpakaian tebal
cenderung kepanasan. Maturnya fungsi sistem ginjal membantu
mempertahankan cairan pada saat stress, mengurangi resiko dehidrasi.
Proses digestif sudah cukup lengkap pada awal masa todler. Keasaman isi
lambung terus meningkat dan memiliki fungsi protektif, karena sudah
mampu menghancurkan berbagai jenis bakteri. Kapasitas lambung
meningkat untuk memungkinkan jadwal makan tiga kali sehari. Salah satu
perubahan sistem gastrointestinal yang paling menonjol adalah control
eliminasi secara volunter. Dengan komplitnya mielinasi korda spinalis,
pengontrolan sfinter anal dan uretra dapat dicapai secara bertahap.
11
Mekanisme pertahanan kulit dan darah terutama fagositosis jauh lebih
efisien pada todler daripada bayi. Produksi antibodi sudah berkembang baik.
Akan tetapi banyak anak kecil memperlihatkan peningkatan flu dan infeksi
minor mendadak ketika mereka memasuki kelas pra sekolah atau situasi
kelompok lain, seperti penitipan anak karena mereka terpajan pathogen.
(Wong, 2009)
2.1.2. Demam
A. Pengertian
Demam adalah peningkatan set point sehingga pengaturan suhu tubuh
lebih tinggi. Demam dapat didefinisikan secara mutlak sebagai suhu diatas
38ºC (100ºF). Set point adalah area di hipotalamus sebagai pusat
pengaturan suhu atau thermostat. Demam harus dibedakan dengan
hypertermi. Hypertermi adalah situasi ketika suhu tubuh melebihi set
point, yang biasanya terjadi akibat kondisi tubuh atau kondisi eksternal
yang menciptakan lebih banyak panas dari yang dapat dihilangkan tubuh,
seperti heatstroke, toksisitas, kejang atau hipertiroidesme. (Wong, 2009)
B. Patogenesis Demam
Suhu tubuh diatur oleh suatu mekanisme yang meliputi susunan saraf,
biokimia, dan hormonal. Suhu adalah hasil produksi metabolisme tubuh
yang diperlukan untuk kelancaran aliran darah dan menjaga agar reaksi
12
kimia tubuh dapat berjalan baik (enzim hanya bekerja pada suhu tertentu)
(Ismoedijanto, 2000). Temperatur inti tubuh secara normal dipertahankan
dalam kisaran 1ºC-1,5ºC dengan rentang suhu 37ºC-38ºC. Suhu tubuh
normal secara umum disebutkan 37ºC. (Karen J, dkk, 2011)
Dari sudut pandang termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu
inti ditengah (central core) dengan lapisan pembungkus disebelah luar
(outer shell). Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organ –organ
abdomen, toraks, sistem saraf pusat, dan otot rangka umumnya relative
konstan yang dianggap sebagai suhu tubuh dan menjadi subjek pengaturan
ketat untuk mempertahankan kestabilannya. Jaringan tubuh dibagian
tengah ini berfungsi optimum pada suhu relatif konstan sekitar 37,8ºC.
Kulit dan jaringan subkutis membentuk lapisan disebelah luar dan suhu di
dalam lapisan luar umumnya lebih dingin dan pada dasarnya berubah-
ubah (Sherwood, 2013).
Hipotalamus menerima informasi suhu tubuh bagian dalam dari suhu
darah yang masuk ke otak dan informasi suhu luar tubuh dari reseptor
panas dikulit, kemudian suhu dipertahankan dengan menjaga
keseimbangan pembentukan atau pelepasan panas. Hipotalamus posterior
merupakan pusat pengatur yang bertugas meningkatkan produksi panas
dan mengurangi pengeluaran panas bila suhu luar lebih rendah.
Hipotalamus anterior merupakan pusat pengatur pengeluaran panas bila
suhu di luar tubuh lebih tinggi. Bila suhu luar lebih rendah, pembentukan
13
panas akan dilakukan dengan meningkatkan metabolisme, dengan
mekanisme kontraksi otot / menggigil, pengeluaran panas akan dikurangi
dengan vasokonstriksi pembuluh darah, kulit dan pengurangan produksi
keringat. Bila suhu di luar tubuh lebih tinggi maka pengeluaran panas
ditingkatkan dengan cara vasodilatasi, evaporasi (berkeringat), radiasi
(dipancarkan), kontak (bersinggungan/ kompres), aliran (dari daerah panas
ke dingin), dan konveksi. Permukaan tubuh anak relatif lebih luas
dibandingkan dewasa, sehingga proses penguapan dan radiasi sangat
penting, terutama untuk daerah tropis. (Ismoedijanto, 2000).
Walaupun suhu inti dipertahankan relative konstan, terdapat beberapa
factor yang sedikit dapat mengubahnya:
a. Dalam keadaan normal sebagian besar suhu inti manusia bervariasi sekitar
1 ºC selama siang hari, dengan tingkat terendah terjadi di pagi hari (pukul
6 sampai pukul 7 pagi) dan titik tertinggi terjadi di sore hari (pukul 5
sampai 7 sore).
b. Pada wanita suhu inti rata-rata 0,5 ºC lebih tinggi selama separuh terakhir
siklus dari saat ovulasi ke haid. Penyebab peningkatan ringan suhu ini
masih belum diketahui.
c. Selama olahraga suhu inti meningkat dikarenakan peningkatan luar biasa
produksi panas oleh otot-otot yang berkontraksi.
d. Suhu inti dapat berubah-ubah jika tubuh terpapar ke suhu yang ekstrim. Ini
dikarenakan mekanisme pengatur suhu tidak 100% efektif (Sherwood,
2013).
14
Demam terjadi akibat infeksi atau peradangan. Sebagai respon terhadap
masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu (makrofag) mengeluarkan
suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen ( endogen berarti
“dari dalam tubuh”; piro artinya “panas” atau “api”; gen artinya
produksi”. Respon ini terjadi terutama jika organisme penginvasi telah
menyebar ke dalam darah. Pirogen endogen menyebabkan pengeluaran
prostaglandin, perantara kimiawi lokal yang “menyalakan thermostat”
hipotalamus yang mengatur suhu tubuh. Hipotalamus akan menganggap
suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini
memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain
menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai
selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan
pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh
naik ke patokan yang baru.
Mekanisme molekular yang pasti tentang hilangnya demam secara alami
belum diketahui, meskipun hal ini diperkirakan karena berkurangnya
pengeluaran pirogen atau sintesis prostaglandin. Suhu yang meningkat
dapat menghambat perkembangbiakan bakteri dengan meningkatkan
kebutuhan bakteri akan besi. Karena itu terjadinya demam sebagai respon
infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan
mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2013). Bila suhu luar lebih rendah,
pembentukan panas akan dilakukan dengan meningkatkan metabolisme,
15
dengan mekanisme kontraksi otot / menggigil, pengeluaran panas akan
dikurangi dengan vasokonstriksi pembuluh darah
Secara teoritis kenaikan suhu pada infeksi dinilai menguntungkan, oleh
karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin
lancar. Namun kalau suhu terlalu tinggi (diatas 38,5ºC) pasien mulai
merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri
organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga volume darah ke
ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan teraba dingin. Demam
yang tinggi memacu metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa
lebih kuat dan cepat, frekuensi napas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat
penguapan kulit dan paru dan disertai dengan ketidakseimbangan
elektrolit, yang mendorong suhu makin tinggi. Kerusakan jaringan akan
terjadi bila suhu tubuh lebih tinggi dari 41ºC, terutama pada jaringan otak
dan otot yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan
kerusakan batang otak, terjadinya kejang, koma sampai kelumpuhan.
Kerusakan otot yang terjadi berupa rabdomiolisis dengan akibat terjadinya
mioglobinemia. (Ismoedijanto, 2000).
C. Tipe Demam
Demam Septik : Pada tipe demam ini, suhu badan berangsur naik ke
tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat
diatas normal pada pagi hari. Biasanya sering disertai keluhan menggigil
16
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
Demam Remiten : Pada tipe demam ini, setiap hari suhu badan dapat
turun tetapi tidak pernah mencapai suhu badan yang normal. Perbedaan
suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar
perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
Demam intermiten : pada tipe demam ini, suhu badan turun ketingkat
yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini
terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
Demam kontinyu : pada tipe demam ini variasi suhu sepanjang hari tidak
berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus
tinggi sekali disebut hiperpireksia.
Demam siklik : pada tipe demam ini terjadi kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari
yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. (Nelwan,2009)
2.1.3. Penanganan Awal Demam
Arti kata penanganan menurut Wikipedia, adalah proses, cara, perbuatan
menangani, penggarapan. Penanganan awal demam adalah cara awal untuk
menangani demam. Menurut Wong, 2009, alasan utama menangani demam
adalah mengurangi ketidaknyamanan; tidak terdapat tingkat demam yang
17
spesifik yang memerlukan pengobatan. Untuk menentukan apakah anak
demam sebaiknya diukur dengan mengunakan thermometer, bukan dengan
perabaan tangan. Menurut Elena Chiappini, dkk, pada Management of Fever in
Children in Italian, 2009, untuk pengukuran di rumah oleh orangtua atau
pengasuh, pengukuran aksila dengan menggunakan termometer digital
direkomendasikan pada semua anak. Dan sebelum memberikan obat penurun
panas, sebaiknya ibu lebih fokus memperhatikan kondisi dan tingkah laku anak
dari pada tinggi suhu dalam thermometer.
Berikut ini cara penanganan awal demam menurut Clinical Manual of fever in
Children, 2009 dalam Smart Patient Harjaningrum 2014, yaitu:
Berikan lebih banyak cairan pada anak sedikit-sedikit tapi sering untuk
mencegah dehidrasi. Asupan cairan sangat penting karena demam dapat
menyebabkan anak kehilangan cairan tubuh dengan cepat. Selain minum air
putih, anak juga bisa diberi sup hangat atau jus. Tapi jangan beri anak
minuman bersoda, teh, kopi karena dapat menyebabkan anak sering buang air
kecil.
Jangan menggunakan selimut tebal atau baju tebal. Pemakaian baju atau
selimut yang berlebihan membuat panas tubuh terperangkap sehingga suhu
tubuh malah naik. Jadi cukup pakaikan baju tipis dan tutupi anak dengan
selimut tipis saja.
18
Secara umum biarkan anak makan sejumlah yang ia mau, tidak perlu
memaksakan makan jika ia tidak ingin makan asalkan anak masih mau minum
dan masih bisa buang air kecil dengan normal, tidak perlu khawatir jika anak
belum doyan makan. Nanti setelah sembuh nafsu makannya akan kembali
meningkat.
Anak yang demam harus mendapat istirahat yang cukup. Memaksakan anak
yang demam untuk terus menerus istirahat ditempat tidur (bedrest) bukan
hanya tidak berpengaruh untuk menurunkan demam, tapi secara psikologis
juga dampaknnya buruk untuk anak.
Di masa kini, kompres yang diperbolehkan hanyalah mengompres anak yang
demam dengan air hangat. Itu pun sebetulnya tidak perlu dilakukan karena saat
ini sudah tersedia obat penurun panas dan mengompres badan cenderung
membuat anak merasa tidak nyaman. Kalaupun perlu, lakukan jika suhu anak
melebihi 40ºC dengan catatan sebelumnya sudah diberi obat penurun panas
terlebih dahulu dan penurun panas tidak berespon.
Gunakan penurun panas secara selektif. Obat penurun panas hanya
direkomendasikan bila demam yang timbul menyebabkan nyeri badan dan rasa
tidak nyaman pada anak. Anak dengan suhu <38,5°C tidak perlu diberikan
penurun panas kecuali ada riwayat kejang. Menurut Wong, 2009, kejang yang
berkaitan dengan demam terjadi pada 3%-4% anak-anak, biasanya usia 3 bulan
19
sampai 5 tahun. Untuk anak-anak yang alami kejang demam, pemberian
antipiretik tidak mencegah kekambuhan.
Antipiretik yang dianjurkan adalah asetaminofen, ibuprofen dan aspirin.
Aspirin karena efek sampingnya merangsang lambung, perdarahan usus, dan
syndrome Reye, maka tidak dianjurkan untuk demam ringan (Soedjatmiko,
2005). Menurut pedoman NICE, antipiretik tidak bisa digunakan secara rutin
pada penanganan anak dengan demam, walaupun dapat digunakan pada anak
yang menunjukkan gejala ketidaknyamanan, termasuk menangis
berkepanjangan, iritabilitas, aktivitas yang berkurang, selera makan menurun,
dan gangguan tidur. Sebaliknya pedoman WHO menganjurkan penggunaan
parasetamol apabila suhu tubuh >39°C. Dan dokumen terbaru dari WHO tidak
menganjurkan penggunaan rutin antipiretik pada anak, terutama pada situasi
keluarga harus menanggung biaya pengobatan dan juga karena peran obat
antipiretik pada anak dengan malaria, sepsis atau malnutrisi kronik masih
belum ditetapkan (Chiappini, E dkk, 2009).
2.1.4. Ibu
Menurut Wikipedia, 2015 ibu adalah orang tua perempuan seorang anak, baik
melalui hubungan biologis maupun sosial.
20
A. Peran Ibu
Peranan ibu menurut Effendy ( 2004), adalah
1. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya
ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh atau perawatan dan pendidik anak-anaknya
2. Sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
3. Sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
B. Peran Ibu Dalam Sehat Sakit
Peran penting ibu disebagian besar keluarga adalah sebagai pemimpin
kesehatan dan pemberi asuhan. Dalam peran ibu sebagai pemimpin
kesehatan adalah ibu sebagai pengambil keputusan kesehatan utama
dengan mendefinisikan gejala dan memutuskan alternatif sumber yang
tepat. Ia juga memegang kendali yang kuat terhadap apakah anak akan
mendapat layanan pencegahan atau pengobatan. ( Aday & Eichhorn,1972;
Rayner, 1970, dalam Marilyn M Friedman, 2010). Dalam kaitannya
dengan penanganan awal demam pada anak, ibu diharapkan dapat
memainkan peranan sebagai pemimpin keputusan dengan melakukan
langkah-langkah dalam memutuskan untuk melakukan tindakan yang tepat
pada anaknya sehingga anak dapat terhindar dari keadaan yang lebih parah
sebelum dilakukan penanganan secara medis.
21
Untuk peran pemberi asuhan, kemampuan dan kemauan ibu untuk
memberi asuhan sering menjadi sebuah faktor yang penting dalam
menetukan apakah bisa atau tidak anak yang sakit dapat menghindari
masuk rumah sakit.( Marilyn M Friedman, 2010)
Tujuan peran pengasuhan ibu adalah mempertahankan kehidupan fisik
anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk
mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahap perkembangannya dan
mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai
agama dan budaya yang diyakininya. Kemampuan ibu dalam menjalankan
peran pengasuhan ini tidak dipelajari melalui pendidikan secara formal,
melainkan berdasarkan pengalaman dalam menjalankan peran tersebut
secara trial and error dan mempelajari pengalaman orang lain. (Supartini,
2004)
2.1.5. Pengetahuan
A. Pengertian
Menurut Notoatmodjo, 2012 pengetahuan adalah merupakan hasil dari
tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
sesuatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia
yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, raba, dan rasa. Sebagian
besar pengetahuan diperoleh melalui mata, telinga. Pengetahuan atau
22
ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan
faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial
budaya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang tersebut
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu dan dapat berkenaan
dengan proses pembelajaran.
B. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan (Notoatmodjo, 2012), yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
23
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya. Contoh: seseorang dapat menyebutkan suhu tubuh saat
demam.
2.Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya
dapat menjelaskan mengapa anak demam tidak perlu menggunakan jaket
atau selimut tebal.
3. Aplikasi (Aplikation)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
24
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasa dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat
menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penelitian terhadap sesuatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
25
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada.
2.1.6. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan
A. Usia
Usia adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. Usia
juga berpengaruh terhadap psikis seseorang dimana usia muda sering
menimbulkan ketegangan, kebingungan, rasa cemas dan rasa takut sehingga
dapat berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Mubarak (2007) menyatakan
bahwa bertambahnya usia seseorang akan menjadikan perubahan pada aspek
fisik dan psikologis, dimana pada aspek psikologis taraf berfikir seseorang
akan semakin matang dan dewasa.
.Dalam teori Hurlock yang dikutip Nursalam ( 2012) semakin cukup tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang orang tersebut
dalam berfikir dan bekerja.
Namun dalam buku Psikologi Perkembangan , Penney Upton, 2012,
disebutkan terdapat bukti yang mendukung pendapat bahwa kemampuan-
kemampuan mental menurun seiring usia bertambah. Kemampuan mental
tersebut merupakan kemampuan kognitif yang salah satunya adalah
pengetahuan. Pengetahuan seseorang masuk kedalam ranah kognitif yang
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
26
seseorang. Contoh orang-orang dewasa tua didapati berkinerja lebih buruk
ketimbang orang-orang dewasa muda dalam tugas – tugas kognitif.
Walaupun aspek kognitif menurun sesuai usia namun aspek kognitif dapat
terus ditingkatkan melalui efek belajar dan pengalaman).
Keberfungsian kemampuan kognitif keterkaitannya dengan usia bila dilatih
secara konsisten ditemukan meningkat setidak-tidaknya hingga usia 60 tahun
( Salthouse, 2009 dalam Penney Upton,2012) dan penurunan kognitif
berkurang mungkin terjadi bila tidak menderita penyakit kardiovaskuler dan
penyakit kronis lainnya (Wendell,2009 dalam Penney Upton,2012). Status
sosioekonomi tinggi bisa dikaitkan dengan penurunan yang lebih lambat
(Fotenos,2008 dalam Penney Upton,2012) . Keterlibatan dalam lingkungan
yang kompleks dan merangsang intelektualitas akan mendorong
keberfungsian yang baik (Valenzuela, Breakspear & Sachdev,2007 dalam
Penney Upton,2012 ). Bukti dari studi kelompok di Inggris menunjukkan
bahwa menjalani gaya hidup aktif dapat membantu memperlambat proses
penurunan kognitif karena penuaan (Richards, Hardy & Wadsworth, 2003
dalam Penney Upton,2012).
Menurut Depkes RI, 2009 katagori Usia dewasa terbagi atas :
1. Masa dewasa awal yaitu usia 26 tahun - 35 tahun
2. Masa dewasa akhir yaitu usia 36 tahun - 45 tahun
27
B. Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal),
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. (Budiman dan Riyanto A,
2013)
Menurut Notoatmodjo, 2010 pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang
pendidikan yang diselesaikan berdasarkan ijazah yang diterima dari sekolah
formal terakhir dengan sertifikat kelulusan.
Pendidikan adalah adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang
lain terhadap suatu hal agar mereka memahami. Tidak dapat dipungkiri
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula menerima
informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah akan menghambat
perkembangan sikap dan pengetahuan terhadap penerimaan, informasi, dan
nilai-nilai yang baru diperkenalkannya (Mubarak, 2007).
28
Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Jenjang pendidikan formal terdiri atas (Depdiknas, 2009):
a. Pendidikan Dasar, Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat; serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk
lain yang sederajat.
b. Pendidikan Menengah, Pendidikan menengah berbentuk: Sekolah
Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk
lain yang sederajat.
c. Pendidikan Tinggi, Perguruan tinggi dapat berbentuk: akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.
C. Pekerjaan
Menurut KBJI ( Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia), 2002,
pekerjaan adalah rangkaian tugas yang dirancang untuk dikerjakan oleh
seseorang dan sebagai imbalan diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi
dan berat ringannya pekerjaan tersebut.
29
Kriteria pekerjaan :
Bekerja yaitu suatu yang dapat menghasilkan uang dari pekerjaannya
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI/POLRI, karyawan swasta,
wiraswasta.
Tidak bekerja yaitu sesuatu yang tidak dapat menghasilkan uang atau
tanpa penghasilan.
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Contohnya, seseorang yang bekerja sebagai tenaga medis akan
lebih mengerti mengenai demam dan pengelolaannya dari pada tenaga non
medis. Bekerja akan memudahkan seseorang untuk menjangkau berbagai
informasi. (Mubarak,2007).
D. Pengalaman.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2013) mengartikan
pengalaman sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasakan,
ditanggung dan sebagainya).
Menurut Arikunto, 2006, pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau
suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dimasa lalu. Orang yang memiliki
30
pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik dibandingkan dengan
orang yang tidak memiliki pengalaman dalam segi apapun (Mubarok, 2008)
E. Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh seseorang
sehingga mengetahui tentang hal yang baru. Kemudahan memperoleh suatu
informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh
pengetahuan yang baru. (Notoatmojo,2012)
Informasi dapat diperoleh di rumah, sekolah, media cetak,, elektronik dan
tempat pelayanan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi
membutuhkan informasi sekaligus menghasilkan informasi
(Arikunto,2006). Jika pengetahuan berkembang sangat cepat, maka
informasi berkembang sangat cepat pula. Tindakan pengetahuan
menimbulkan tindakan informasi, dimana semakin banyaknya
perkembangan dalam bidang ilmu dan penelitian maka semakin banyak
pengetahuan baru bermunculan sehingga sangat saling keterkaitan.
2.2. Penelitian Terkait
Natahalie Bertille dkk, Desember 2013 mempublikasikan penanganan demam
pada anak melalui survey nasional tentang pengetahuan dan praktek orangtua di
Perancis terhadap 1534 profesional Kesehatan (HPs) termasuk 6596 anak-anak.
Orang tua melakukan pengukuran suhu sebanyak 89%, ambang demam
31
menentukan demam sebanyak 61 %, pemberian antipiretik terhadap ambang
batas demam sebanyak 32%, metode fisik sebanyak 15 % dan penggunaan obat
sebanyak 23%. Di Perancis pengetahuan dan praktek berhubungan dengan
penanganan demam pada anak berbeda frekuensinya dari yang
direkomendasikan.
32
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka
konsep ini digunakan untuk menghubungkan atau menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas. (Setiadi,2013)
Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor- faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam pada
usia todler.
Variable independent Variable dependent
Usia
Keterangan : : yang diteliti
pePengetahuan ibu tentang
Penanganan awal demam pada
usia toddler
1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pengalaman 5. Sumber Informasi
6.
Pengetahuan ibu tentang
Penanganan awal demam pada anak usia toddler
33
Subyek dari kerangka konsep diatas adalah ibu. Ibu merupakan representasi dari
kelompok individu yang berjenis kelamin perempuan yang memiliki anak
dengan usia antara 1-3 tahun. Proses dari kerangka konsep penelitian adalah
internalisasi informasi mengenai pengetahuan dalam penanganan awal demam
3.2 Hipotesa
Hipotasa adalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan kebenarannya
melalui analisis terhadap bukti – bukti empiris. (Setiadi, 2013).
Adapun hipotesa dalam dalam penelitian ini adalah
1. Ada hubungan antara usia dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal
demam pada anak usia todler.
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang
penanganan awal demam pada anak usia todler.
3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang penanganan
awal demam pada anak usia todler.
4. Ada hubungan antara pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang
penanganan awal demam pada anak usia todler.
5. Ada hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan ibu tentang
penanganan awal demam pada anak usia todler.
34
3.3. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Alat ukur dan cara pengukuran
Hasil pengukuran skala
independent
Usia Jumlah tahun yang telah dilalui seseorang pada saat hidup sampai saat dilakukan penelitian
Kuesioner Mengisi kolom usia
1 = dewasa awal 2 = dewasa akhir
ordinal
Pendidikan Pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh responden yang dinyatakan lulus dengan ijazah
Kuesioner Mencheck list pendidikan terakhir
1= Menengah SMA 2=Tinggi Diploma PT
ordinal
Pekerjaan Aktivitas yang dilakukan responden untuk mendapatkan penghasilan.
Kuesioner Menchek list pekerjaan yang sesuai dengan responden.
1=Tidak bekerja 2 = Bekerja PNS Swasta Wiraswasta
ordinal
Pengalaman Sesuatu yang pernah dialami seseorang.
Kuesioner Responden memilih salah satu pernyataan dengan mencheck list 1.Tidak 2. Kadang-kadang 3. Ya
1 = Kurang ( jika skor jawaban ≤
median) 2 = Baik ( jika skor jawaban ≥ median)
ordinal
Sumber infomasi
Perantara atau media dalam mendapatkan pesan yang di sampaikan
Kuesioner Mencheck list sumber informasi yang sesuai dengan responden
1= media cetak&elektronik 2=non media tenaga kesehatan Keluarga dan teman
ordinal
dependent Pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam pada usia toddler
Segala sesuatu yang diketahui tentang penanganan demam awal pada usia toddler meliputi : Definisi demam Jenis thermometer yang direkomendasikan Langkah-langkah penanganan demam
Kuesioner Responden memilih salah satu pernyataan dengan mencheck list 1.Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. sangat setuju
1=Kurang (jika skor jawaban ≤ mean) 2= Baik (Jika skor jawaban ≥mean)
ordinal
35
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa
sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
(Setiadi, 2013)
Desain penelitian yang digunakaan adalah penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas
dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yanng bersamaan
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam
pada anak todler.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Klinik anak RS Haji Jakarta lantai 1 pada bulan
Februari 2015.
36
4.3 Populasi Dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 1 tahun-
3 tahun yang datang berobat ke klinik anak RS Haji Jakarta. Jumlah
populasi yang diambil dalam 3 bulan terakhir berjumlah 123 orang
dengan rata-rata perbulan sebanyak 41 orang.
4.3.2 Sampel
Teknik sampling yang digunakan adalah Non Probaboility Sampling
dengan teknik Consecutive sampling, dimana pemilihan sampel
dilakukan ibu yang saat anak usia todler berobat ke klinik anak RS Haji
Jakarta sampai kurun waktu tertentu sehingga memenuhi jumlah sampel
yang dibutuhkan.
A. Kriteria inklusi
1. Ibu dari anak usia todler (1 th – 3 th ) yang berobat di klinik anak
RS Haji Jakarta.
2. Ibu tinggal serumah dengan anak
3. Ibu pasien dapat diwawancarai
37
B. Kriteria eksklusi
1. Ibu berprofesi sebagai tenaga medis/paramedis; dokter, perawat
dan bidan.
2. Ibu memiliki kepercayaan tertentu mengenai pengelolaan demam
atau sakit pada anak
C. Besarnya sampel
Sesuai dengan rancangan penelitian yaitu cross sectional besar
sampel dihitung dengan rumus besar sampel untuk proposi tunggal,
yaitu : d= Presisi atau deviasi sebesar 5% =0,05
n = Sampel
N = Populasi : sudah diketahui populasinya 41orang
Dengan demikian maka rumus sampel adalah sebagai berikut :
N
n = -----------------------
1+ N (d²)
41
= -----------------------------
1+ 41 (0,05)²
41
=----------------- = 37
1.1025
Dalam sampel penelitian ditambahkan 10% jadi jumlah sampelnya yaitu:
37 + 4 = 41 jadi jumlah sampel keseluruhan 41 responden
38
4.4. Pengumpulan Data
4.4.1 Alat pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi pernyataan yang
dirancang oleh peneliti yang mengacu pada literature, kerangka konsep
yang telah dibuat dan tujuan penelitian. Kuisioner menggunakan skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau yang
dialaminya. (Aziz Alimul, 2009) pada pernyataan pengetahuan berupa
check list yang berisi pernyataan STS (Sangat Tidak Setuju ) = 1 , TS
(Tidak Setuju) = 2, S (Setuju) = 3, SS (Sangat Setuju) = 4. Sedangkan
pada pernyataan pengalaman ibu berupa chek list yang berisi pernyataan,
Tidak = 1 Kadang-Kadang = 2 Ya = 3 Responden memberi jawaban
dengan memberi chek list pada pernyataan tersebut. Pernyataan kuisioner
berjumlah 23 buah.
Lembar kuesioner berisi :
1. Data Demografi : usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, usia anak,
jenis kelamin anak, sumber informasi.
2. Pernyataan Pengetahuan Ibu sebanyak 15 pernyataan
3. Pernyataan Pengalaman ibu tentang penanganan awal demam
sebanyak 8 pernyataan
39
Uji Validitas dan Reabilitas
Karena alat ukur yang berupa kuesioner ini dibuat oleh peneliti sendiri
maka sebelum digunakan kuesioner ini dilakukan ujicoba terlebih
dahulu. Uji coba dimaksudkan agar dapat melihat tingkat validitas dan
reliabilitas dari kuisioner ini. Uji coba ini dilakukan di lingkungan
perumahan Kenaris Residence Depok sebanyak 15 responden dan
didapatkan nilai Cronbach Alpha adalah 0,939 untuk pernyataan
pengetahuan ibu dan 0,899 untuk pernyataan pengalaman. Dari semua
penyataan, baik penyataan pengetahuan dan pengalaman yang
berjumlah 23 pernyataan semua mempunyai nilai r hasil ( Corrected
item-Total Correlation) berada diatas nilai r tabel (0,514). Sehingga
dapat disimpulkan ke 23 pernyataan tersebut valid dan reabel.
4.4.2. Cara Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan ditempat penelitian yang telah ditentukan
dengan prosedur sebagai berikut :
a. Setelah proposal disetujui dan ditanda tangani oleh koordinator mata ajar
riset dan dosen pembimbing, kemudian dilanjutkan dengan mengajukan
surat permohonan ijin untuk pengambilan data kepada pihak RS Haji
Jakarta dan Kepala Instalasi Rawat Jalan RS Haji Jakarta.
b. Menyerahkan surat permohonan ijin praktek mata ajar riset dari pihak
fakultas kepada pihak terkait.
40
c. Setelah mendapatkan ijin dari pihak terkait maka kegiatan dilanjutkan
dengan mengidentifikasi calon responden sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
d. Mengadakan pendekatan kepada calon responden dengan
memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan dan manfaat dari
penelitian yang akan dilakukan.Kemudian calon responden yang
bersedia dapat membaca lembar persetujuan atau informed concent dan
menanda tangani.
e. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner, waktu yang diperlukan
serta kelengkapan pengisian kuesioner.
f. Selama pengisian kuesioner, peneliti berada di dekat responden dan
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya tentang hal-
hal yang tidak dimengerti.
g. Responden diharapkan dapat menjawab semua daftar pertanyaan dan
setelah selesai diserahkan kembali kepada peneliti.
h. Peneliti memeriksa kelengkapan kuesioner yang telah diisi oleh
responden.
i. Setelah semua kuesioner terkumpul, peneliti mengucapkan terima kasih
kepada responden atas waktu dan kesediaannya berpartisipasi dalam
penelitian ini.
41
4.5. Etika Penelitian
Prinsip utama etik dalam penelitian ini ada tiga hal yaitu : manfaat,
menghormati hak azasi manusia, dan keadilan (Setiadi, 2013 ).
Prinsip manfaat dalam penelitian ini adalah harus bermanfaat bagi semua pihak
yang terkait dengan penelitian, khususnya responden. Adapun manfaat
penelitian ini sudah dijelaskan pada bab pertama. Manfaat penelitian harus lebih
besar dari resiko bahaya yang telah diperkirakan terjadi. Perlu ditegaskan bahwa
penelitian ini tidak akan merugikan atau berdampak buruk terhadap responden.
Prinsip yang kedua adalah menghormati hak azasi manusia yang berupa
penghargaan terhadap individu (responden bersedia secara sukarela mengikuti
penelitian atau tanpa adanya paksaan dari pihak manapun). Responden
mempunyai hak untuk memilih dan mengetahui semua tentang penelitian yang
akan dilakukan. Responden akan dijelaskan secara mendetail mengenai tujuan,
manfaat, dan segala hal yang berkaitan dengan penelitian sehingga responden
dapat memilih apakah akan berperan serta dalam penelitian atau tidak. Peneliti
akan memberikan kesempatan responden untuk bertanya mengenai penjelasan
yang telah diberikan.
Apabila responden bersedia mengikuti penelitian ini maka responden
diharapkan bersedia mengisi surat persetujuan untuk menjadi responden. Selain
itu peneliti juga menjamin kerahasiaan identitas responden yaitu dengan cara
tanpa mencantumkan nama dan identitas lain dari responden. Responden dapat
42
mengundurkan diri sewaktu-waktu dengan tidak kehilangan hak apapun.
Responden tidak akan dikenakan sangsi atau mengalami kerugian apabila
mengundurkan diri. Data yang diberikan akan digunakan oleh peneliti dan data
tersebut akan segera dimusnahkan apabila data tersebut sudah tidak digunakan
lagi.
Prinsip yang ketiga adalah keadilan. Pada prinsip ini responden berhak untuk
mendapatkan perlakuan adil dalam penelitian dan privasi responden akan dijaga
dengan cara yang telah diuraikan diatas
4.6. Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul berupa kuesioner yang telah diisi oleh
responden maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan dilihat dulu
kelengkapan pengisiaannya yang meliputi :
1. Editing yaitu memeriksa daftar pernyataan yang telah diserahkan meliputi
kelengkapan jawaban, kejelasan tulisan danrelevansi jawaban.
2. Coding yaitu mengklarifikasi jawaban-jawaban dari para responden ke
dalam bentuk angka/bilangan dengan cara memberi tanda/kode.
3. Processing yaitu pemprosesan data yang di lakukan dengan cara di entry
data dari kuesioner ke paket computer.
43
4. Cleaning yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.
(Setiadi,2013)
4.7 Analisa Data
Agar lebih bermakna data yang telah diberi skore dianalisa dengan uji
statistik.Analisa data yang dilakukan dengan 2 tahap, yaitu :
1. Analisa Univariat
Analisa data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan untuk
distribusi frekuensi dari data demografi responden dan data pengetahuan.
Pengolahan data dari tiap-tiap kuesioner kedalam tabel penataan data, data ini
untuk mengetahui karakteristik sampel yang diteliti.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara usia,
pendidikan, pekerjaan, pengalaman, sumber informasi dengan pengetahuan
ibu tentang penanganan awal demam pada anak usia todler. Menggunakan uji
statistik Chi square karena jenis data yang dipakai adalah kategorik untuk
variabel independent dan kategorik untuk variabel dependent
44
Rumus uji Chi square :
∑ ( O ‒ E )2
X2 = —————
E
Keterangan :
O : Nilai hasil pengamatan ( observed )
E : Nilai ekspektasi ( harapan )
X2 : Kuantitas distribusi
Tingkat kepercayaan 95 %
45
BAB V
HASIL PENELITIAN
Setelah melakukan pengolahan data, maka tahapan selanjutnya adalah menganalisa data
dengan analisis univariat dan analisis bivariat. Pada analisis univariat dalam penelitian
ini akan mendeskripsikan masing-masing variabel yaitu variabel independen meliputi
usia ibu, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, pengalaman dan variabel dependen
yaitu pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam. Pada analisis bivariat akan
mendeskripsikan tentang hubungan antara dua variabel independen dan dependen
dengan uji chi square.
5.1 Analisa Univariat
Pada penelitian ini jenis data berupa katagorik maka hasil deskriptif disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi dengan ukuran presentasenya.
46
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden di Klinik Anak RS Haji Jakarta
Februari 2015
Variabel Kategorik Frekuensi
n = 41 % Usia Dewasa awal
(26th – 35th) Dewasa akhir (36th
– 45th)
30
11
73,2
26,8
Pendidikan
Menengah (SMA) Tinggi (Diploma,Sarjana)
13
28
31,7
68,3
Pekerjaan Tidak bekerja bekerja
20 21
48,8 51,2
Sumber Informasi
Media (cetak&elektronik) Non media (tenaga kesehatan Klg&teman)
19
22
46,3
53,7
Pengalaman Pengetahuan
Kurang Baik Kurang Baik
14 27
15 26
34,1 65,9
36,6 63,4
Tabel 5.1 menunjukkan kelompok usia ibu terbanyak pada dewasa awal ( 26
th- 35 th) (73,2 %), berpendidikan tinggi (68,3%), bekerja (51,2%), sumber
informasi ibu melalui non media ( tenaga kesehatan, keluarga dan teman)
(53,7%), berpengalaman baik (65,9 %) dan berpengetahuan baik (63,4 %).
47
5.2. Analisis Bivariat
Tabel 5.2
Distribusi responden menurut Usia, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal
demam, Februari 2015
Variabel
Pengetahuan ibu tentang penanganan
awal demam
Total
OR
( 95 % Confidence Interval )
P-Value
Kurang Baik
n % N % n %
Usia ibu
Dewasa
awal 13 43,3 17 56,7 30 100
3,441
(0,633 – 18,721) 0,168
Dewasa
akhir 2 18,2 9 81,8 11 100
Pendidikan
Menengah 9 69,2 4 30,8 13 100 8,250
(1,871– 36,385 )
0,005
Tinggi 6 21,4 22 78,6 22 100
Pekerjaan
Tidak
bekerja
10 50,0 10 50,0 20 100
3,200
(0,844-12,135) 0.157
Bekerja 5 23,8 16
76,2 21 100
Sumber informasi
Media 12 63,2 7 36,8 19 100 10,857
( 2,343-50,315)
0,003
Non media 3 13,6 19 86,4 22 100
Pengalaman Kurang 9 64,3 5 35,7 14 100 6,300
(1,522-26,081)
0,021
Baik 6 22,2 21 77,8 27 100
48
Dari tabel 5.2 hasil analisis hubungan antara usia ibu dengan pengetahuan ibu
tentang penanganan awal demam bahwa ada sebanyak 17 orang (65,7%) pada usia
dewasa awal yang berpengetahuan baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai pValue =
0,168 berarti tidak ada hubungan antara usia ibu dengan pengetahuan tentang
penanganan awal demam.
Dari tabel 5.2 hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu
tentang penanganan awal demam bahwa ada sebanyak 22 orang (78,6%) ibu yang
berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai
pValue = 0,005 berarti ada hubungan antara pendidikan terhadap pengetahuan ibu
tentang penanganan awal demam. Dan dari hasil analisa diperoleh juga nilai OR =
8,250 (95% CI 1,871 – 36,385) artinya ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang
8,250 kali lebih tinggi untuk mempunyai pengetahuan yang baik dibanding ibu
yang berpendidikan menengah.
Dari tabel 5.2 hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan pengetahuan ibu
tentang penanganan awal demam bahwa ada sebanyak 16 orang (76,2%) pada ibu
yang bekerja berpengetahuan baik. Hasil uji statistic diperoleh nilai pValue =
0.157 berarti tidak ada hubungan antara ibu yang bekerja dengan pengetahuan ibu
tentang penanganan awal demam.
49
Dari tabel 5.2 hasil analisis hubungan antara sumber informasi dengan
pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam bahwa ada sebanyak 19 orang
(86,4%) ibu yang memperoleh informasi dari non media ( tenaga kesehatan,
keluarga dan teman ) yang berpengetahuan baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai
pValue = 0,003 berarti ada hubungan antara ibu yang memperoleh sumber
informasi melalui non media yaitu tenaga kesehatan, keluarga dan teman
terhadap pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam. Dan dari hasil
analisa diperoleh juga nilai OR = 10,857 ( 95 % CI 2,343-50,315) artinya ibu yang
memperoleh sumber informasi melalui non media yaitu dari tenaga kesehatan,
keluarga dan teman berpeluang 10,857 kali lebih tinggi untuk mempunyai
pengetahuan yang baik dibanding ibu yang memperoleh sumber informasi dari
media elektronik dan cetak.
Dari tabel 5.2 hasil analisis hubungan antara pengalaman dengan pengetahuan ibu
tentang penanganan awal demam bahwa ada sebanyak 21 orang (77,8%) ibu yang
berpengalaman baik memiliki pengetahuan yang baik. Hasil uji statistik diperoleh
nilai pValue = 0,021 berarti ada hubungan pengalaman ibu terhadap
pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam . Dan dari hasil analisa
diperoleh juga nilai OR = 6,300 ( 95 % CI 1,522 – 26,081) artinya ibu yang
berpengalaman baik berpeluang 6,300 kali lebih tinggi untuk mempunyai
pengetahuan yang baik dibanding ibu yang berpengalaman kurang.
50
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang keterbatasan penelitian dan pembahasan
interpretasi hasil penelitian. Keterbatasan penelitian ditinjau dari segi kelemahan desain,
populasi, sampel dan instrumen penelitian. Sedangkan interpretasi diskusi hasil akan
disampaikan mengenai hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori yang dibahas pada
tinjauan pustaka.
6.1 Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan. Keterbatasan
penelitian ini yaitu :
a. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan responden ibu yang anaknya
berobat di RS Haji Jakarta dengan gejala demam dan belum melibatkan
responden yang berasal dari populasi umum.
b. Sumber infomasi tentang penanganan awal demam melalui tenaga kesehatan
khususnya perawat hanya sebatas lisan sehingga dalam penerimaan informasi
bagi orang tua khususnya ibu tidak maksimal.
c. Dalam penyampaian informasi tentang penanganan awal demam anak di klinik
anak sangat singkat sehingga membutuhkan waktu yang lebih intens.
51
6.2 Pembahasan
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang penanganan
awal demam pada anak usia todler.
6.2.1 Hubungan Usia ibu dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal
demam pada anak usia todler di klinik anak RS Haji Jakarta
Hasil penelitian dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan
pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam dengan p Value 0,168 ( >α
0,05)
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu
(Notoatmojo,2012). Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
usia, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan pengalaman. Dengan
bertambah usia maka pengetahuan seseorang akan bertambah baik
(Mubarak,2007).
Dengan bertambah usia akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologi
(mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat katagori
perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan propsi, hilang ciri-ciri lama,
timbul cirri-ciri baru. Ini akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologi
atau mental taraf berfikir seseorang makin matang. (Notoatmojo, 2012)
52
Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian ini, dimana ibu yang berusia
dewasa awal justru memiliki pengetahuan yang baik dibanding ibu yang
berusia dewasa akhir. Dan diperkuat oleh Blackburn & Papila, 1992 dalam
Penney Upton , 2012 bahwa terdapat bukti yang mendukung pendapat bahwa
kemampuan-kemampuan mental menurun seiring usia bertambah. Contoh
orang-orang dewasa tua didapati berkinerja lebih buruk ketimbang orang-orang
dewasa muda dalam tugas – tugas kognitif. Namun ternyata pada usia dewasa
akhir pun aspek kognitif dapat terus ditingkatkan melalui efek belajar dan
pengalaman) dan keberfungsian kemampuan kognitif keterkaitannya dengan
usia bila dilatih secara konsisten ditemukan meningkat setidak-tidaknya hingga
usia 60 tahun ( Salthouse, 2009 dalam Penney Upton,2012) dan penurunan
kognitif berkurang mungkin terjadi bila tidak menderita penyakit
kardiovaskuler dan penyakit kronis lainnya (Wendell,2009 dalam Penney
Upton,2012). Status sosioekonomi tinggi dikaitkan dengan penurunan yang
lebih lambat (Fotenos,2008 dalam Penney Upton,2012) . Keterlibatan dalam
lingkungan yang kompleks dan merangsang intelektualitas akan mendorong
keberfungsian yang baik (Valenzuela, Breakspear & Sachdev,2007 dalam
Penney Upton,2012 ). Bukti dari studi kelompok di Inggris menunjukkan
bahwa menjalani gaya hidup aktif dapat membantu memperlambat proses
penurunan kognitif karena penuaan (Richards, Hardy & Wadsworth, 2003
dalam Penney Upton,2012).
53
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa usia tidak berpengaruh
terhadap pengetahuan karena tergantung dari tiap individunya serta faktor
faktor yang mempengaruhinya.
6.2.2. Hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal
demam pada anak usia todler di klinik anak RS Haji Jakarta
Hasil penelitian dijelaskan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam dengan nilai pValue = 0,005
(<α 0,05) dan diperoleh juga nilai OR = 8,250 ( 95 % CI1,871- 36,385) artinya
ibu yang berpendidikan tinggi berpeluang 8,250 kali lebih tinggi untuk
mempunyai pengetahuan yang baik dibandingkan dengan ibu yang
berpendidikan menengah.
Sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa pendidikan memegang peranan penting
dalam mengukur tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi pendidikan
seorang semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya.
Pendidikan adalah adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang
alin terhadap suatu hal agar mereka memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula menerima informasi dan
pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya jika
seseorang tingkat pendidikannya rendah akan menghambat perkembangan sikap
dan pengetahuan terhadap penerimaan, informasi, dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkannya (Mubarak, 2007). Namun perlu ditekankan bahwa seorang
54
yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
(Budiman dan Agus Riyanto, 2013)
6.2.3 Hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal
demam pada anak usia todler di klinik anak RS Haji Jakarta.
Hasil penelitian dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara ibu yang bekerja
terhadap pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam dengan pValue =
0.157 ( >α 0,05)
Pada penelitian ini bertolak belakang dengan tinjauan pustaka yang menjelaskan
bahwa bekerja akan memudahkan seseorang untuk menjangkau berbagai
informasi. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
(Mubarak,2007).
Namun demikian dengan adanya pengalaman, interaksi dengan lingkungan serta
informasi dari media masa dan elektronik serta tenaga kesehatan akan membantu
mendapatkan informasi yang maksimal untuk mempengaruhi pengetahuan menjadi
cukup baik. sehingga dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara pekerjaan
dengan pengetahuan.
55
6.2.4. Hubungan sumber informasi dengan pengetahuan ibu tentang penanganan
awal demam pada usia toddler di klinik anak RS Haji Jakarta
Hasil penelitian dijelaskan bahwa ada hubungan antara ibu yang mendapatkan
sumber informasi dari non media dalam hal ini diperoleh dari tenaga kesehatan
maupun keluarga dan teman terhadap pengetahuan ibu tentang penanganan
awal demam dengan pValue = 0.003 ( >α 0,05) dan diperoleh juga nilai OR =
10,857 (95% 2,343 - 50,315) artinya ibu yang memperoleh sumber informasi
melalui non media yaitu tenaga kesehatan, keluarga dan teman berpeluang
10,857 kali lebih tinggi untuk mempunyai pengetahuan yang baik dibanding ibu
yang mendapatkan informasi melalui media cetak maupun elektronik.
Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh seseorang
sehingga mengetahui tentang hal yang baru. Kemudahan memperoleh suatu
informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh
pengetahuan yang baru. (Notoatmojo,2012)
Informasi dapat diperoleh di rumah, sekolah, media cetak,, elektronik dan
tempat pelayanan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan
informasi sekaligus menghasilkan informasi (Arikunto,2006). Jika pengetahuan
berkembang sangat cepat, maka informasi berkembang sangat cepat pula.
Tindakan pengetahuan menimbulkan tindakan informasi, dimana semakin
banyaknya perkembangan dalam bidang ilmu dan penelitian maka semakin
banyak pengetahuan baru bermunculan sehingga sangat saling keterkaitan.
56
Dalam penelitian ini sumber informasi dibagi dua kelompok yaitu sumber
informasi melalui media yaitu media cetak dan elektronik dan non media yaitu
tenaga kesehatan, keluarga dan teman. Dan ada hubungan antara sumber
informasi non media dengan pengetahuan yaitu melalui tenaga kesehatan,
keluarga dan teman dengan pengetahuan ibu tentang penanganan demam.
6.2.5. Hubungan pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal
demam pada anak usia todler di klinik anak RS Haji Jakarta
Hasil penelitian dijelaskan bahwa ada hubungan antara ibu yang
berpengalaman dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam
dengan pValue = 0.021 (<α 0,05) dan diperoleh juga nilai OR = 6,300 (95%
1,522 – 26,081) artinya ibu mempunyai pengalaman berpeluang 6,300 kali
lebih tinggi untuk mempunyai pengetahuan yang baik dibanding ibu yang tidak
mempunyai pengalaman.
Sesuai dengan tinjauaun pustaka bahwa disamping pendidikan, sumber
informasi, pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan. Pengalaman
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
(Arikunto,2006). Menurut Mubarok, 2008, pengalaman dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dimasa lalu. Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai
pengetahuan yang baik dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki
pengalaman dalam segi apapun.
57
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan usia responden di klinik anak RS Haji
Jakarta terbanyak pada kelompok usia dewasa muda yaitu usia 26 th – 35 th,
berpendidikan tinggi, bekerja, sumber informasi yang didapat melalui non media
yaitu tenaga medis, keluarga dan teman, berpengalaman baik dan tingkat
pengetahuan responden tentang penanganan awal demam baik.
Dari hasil uji statistik diperoleh kesimpulan ada hubungan antara pendidikan,
sumber informasi melalui tenaga kesehatan, keluarga dan teman, dan
pengalaman dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam. Dan
dipeoleh kesimpulan pula tidak ada hubungan antara usia ibu dan ibu yang
bekerja dengan pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam..
58
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan adanya
keterbatasan serta kekurangan dalam penelitian, maka peneliti ingin
memberikan saran – saran sebagai berikut :
1. Penelitian Selanjutnya
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar dalam mengembangkan
riset keperawatan selanjutnya yang berkaitan dengan penanganan awal
demam pada usia todler.
b. Untuk mengetahui derajat keeratan hubungan antar variabel dapat
menggunakan uji statistic dengan uji Korelasi regresi.
2. Pihak Rumah Sakit (Pelayanan Kesehatan)
Tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan awal demam pada todler di
klinik anak RS Haji Jakarta sudah baik namun masih perlu dilakukan
Pendidikan kesehatan sebagai proses belajar untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Selain
itu pembuatan pamfleat sebagai sarana informasi juga sangat diperlukan
mengingat keterbatasan waktu sehingga infomasi yang diperoleh orangtua
khususnya ibu lebih efektif.
59
3. Orang Tua
Ilmu pengetahuan akan terus berkembang sesuai dengan kemajuan zaman
diharapkan orang tua khususnya ibu berperan aktif dalam mencari sumber
informasi yang kompeten sehingga dapat meningkatkan dan menjaga
kesehatan keluarga khususnya anak –anak.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abraham M. Rudolph (2006), Buku Ajar Pediatri Rudolph, Ed.20, Vol 1, alih bahasa oleh Prof.Dr.dr. A.Samik Wahab, SpA(K), dr.Moeljono T, dr. Brahm U.Pendit, dr. Awal Prasetyo & dr. Sugiarto, Jakarta, EGC
Harjaningrum A (2004), Smart Patient, Jakarta : Mizan Digital Publishing
Arikunto, S (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , Jakarta : Rineka Cipta
Azis Alimul H (2010) Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika
Bertille N, dkk, (2013) Managing Fever in Children : A National Survey of Parenst Knowledge and Practices in France, //www.plosone.org, Tanggal 19 Desember 2014 jam 02.18 WIB
Budiman , Agus Riyanto (2013), Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan, Jakarta : Salemba Medika
Chiappini E, Principi N, Longhi R. Management of fever in children: summary of the Italian Pediatric Society guidelines. Clin Ther 2009; 31: 1826-43.
Depkes RI (2009), Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta : Departemen Republik Indonesia
Effendy ( 2004), Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, EGC
Ismoedijanto (2000), Demam Pada Anak, //www.idai.org, Tanggal 28 September 2014 Jam 03.02 WIB
Karen J Marcdante, Robert M Kligman, Hal B Jenson and Richard E. Behman (2011) Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam, alih bahasa oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia : Saunders Elsevier
Marilyn M. Friedman (2010), Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori & Praktik, Ed. 5 alih bahasa oleh Achir Yani S. Hamid, Jakarta : EGC.
Mubarak wahid iqbal (2007), Promosi Kesehatan, Jogjakarta Graha ilmu
61
Mubarak wahid iqbal (2007) ilmu keperawatan komunitas konsep dan aplikasi, Jakarta Salemba medika
Notoatmodjo, Soekidjo (2012) Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam (2008), Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
Sherwood L (2013), Fisiologi Manusia, alih bahasa oleh Brahm U. Pendit, Nella Yesdelita, Jakarta: EGC
Soejatmiko (2005), Penanganan Demam Anak Secara Profesional, Jakarta : RSCM
Supartini Y (2004), Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta, EGC
Upton P (2012), Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga
Wong D L (2009), Buku ajar keperawatan pediatrik Wong Volume 1, alih bahasa oleh Agus Sutarna, Neti Juniarti, H.Y.Kuncara, Egi komara, Jakarta : EGC
Wong D L (2009), Buku ajar keperawatan pediatrik Wong Volume 2, alih bahasa oleh Andry Hartono, Sari Kurnianingsih, Setiawan, Egi komara, Jakarta : EGC
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN PENELITIAN
Kepada YTH
Calon Responden
Ditempat
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Windy Safriyanti
NPM : 2013727131
Saya mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang
sedang melakukan penelitian dengan judul : Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Awal Demam Pada Anak Usia Todler
Sehubungan dengan hal di atas, saya meminta kesediaan ibu mengisi lembar kuesioner
yang diberikan. Penelitian ini tidak akan merugikan responden, serta hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Apabila ibu menolak melanjutkan penelitian pada saat
lembar permohonan diajukan atau pada saat kuesioner berlangsung, maka kami anggap
gugur menjadi responden. Bersama surat ini kami lampirkan lembar persetujuan
responden, Ibu dipersilahkan menandatangani surat persetujuan bila bersedia secara
sukarela menjadi responden penelitian. Besar harapan kami agar ibu bersedia menjadi
responden penelitian. Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih
Peneliti
Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Alamat :
Setelah mendapatkan penjelasan serta maksud dan tujuan secara rinci mengenai
penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Ibu Tentang
Penanganan Awal Demam Pada Anak Usia Todler, maka dengan ini saya secara
sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bahwa saya bersedia ikut dalam penelitian
tersebut.
Jakarta, Februari 2015
Peneliti Peserta Penelitian
(Windy Safriyanti) (…………………………)
No. Responden: Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah pertanyaan dengan teliti sehingga benar-benar dimengerti
2. Pada pertanyaan bagian A, pertanyaan tentang data umum demografi di jawab
langsung pada tempat yang telah disediakan.
3. Pada pertanyaan bagian B, ibu diharapkan memilih salah satu jawaban dengan
memberi tanda chek list ( √ ) pada kolom yang tersedia.
4. Jika ingin diperbaiki yang salah, silahkan coret dan menulis jawaban baru atau
coret dua garis pada salah satu pilihan yang salah dan membubuhkan tanda chek
list ( √ ) pada kolom lainnya yang dianggap benar.
A. DATA DEMOGRAFI
1. Usia ibu : …….tahun 2. Usia Anak : ……...tahun
2. Pendidikan terakhir : ( ) SD ( ) Perguruan Tinggi
( ) SMP ( ) Lain-lain
( ) SMA/SMK
3. Pekerjaan ibu : ( ) Ibu Rumah Tangga ( ) swasta
( ) PNS ( ) wiraswasta
4. Jenis Kelamin anak : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
5. Sumber informasi tentang penanganan demam : ( ) petugas kesehatan
( ) media cetak dan elektronik
( ) keluarga dan teman
B. PENGETAHUAN RESPONDEN
Keterangan :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
NO PERTANYAAN STS TS S SS
1. Demam adalah ketika suhu tubuh meningkat diatas
38ºC
2. Ibu mengukur suhu anak menggunakan termometer
3. Pengukuran suhu menggunakan perabaan tangan
tidak akurat
4. Thermometer yang direkomendasikan untuk
digunakan dirumah adalah thermometer digital
karena penggunaannya yang mudah dengan
ditempatkan pada ketiak anak.
5. Thermometer air raksa sudah tidak
direkomendasikan lagi karena mudah pecah jika
terjatuh dan mengandung mercuri.
6. Penanganan awal yang ibu lakukan jika suhu tubuh
anak meningkat dengan memberi minum lebih
sering.
7. Kemudian mengenakan anak baju yang tipis, tanpa
selimut tebal dan kaus kaki.
8. Mengkompres dengan air hangat
9. Mengistirahatkan anak
NO PERTANYAAN STS TS S SS
10. Ketika anak menggigil tanda bahwa suhu tubuh
meningkat, ibu menyelimuti anak dengan selimut
tebal.
11. Memberikan penurun panas ketika suhu tubuh
meningkat diatas 38,5ºC, kecuali ada riwayat
kejang demam.
12. Ketika anak demam ibu membiarkan anak tertidur
pulas tanda bahwa anak merasa nyaman tanpa
membangunkan untuk memberi obat penurun panas.
13. Ibu tidak memberikan kombinasi parasetamol (cth:
sanmol) dan ibuprofen ( cth: proris)
14.. Tidak mengenakan baju tebal dan dan kaus kaki
pada saat saat demam membantu menurunkan panas
tubuh.
15. Memberi minum lebih sering pada saat demam
dapat mencegah dehidrasi .
C. PENGALAMAN RESPONDEN
NO PERTANYAAN YA KADANG KADANG
TIDAK
1. Anak ibu sering mengalami demam.
2. Ibu sudah terbiasa menangani anak demam
tanpa rasa khawatir.
3. Ibu melakukan penanganan awal demam pada
anak sebelum berobat ke layanan kesehatan.
NO PERTANYAAN YA KADANG KADANG
TIDAK
4. Ibu pernah mengalami kesulitan dalam
penanganan awal demam pada anak seperti
anak tidak mau dikompres, tidak mau minum
penurun panas.
5. Anak ibu pernah mengalami kejang ketika
panas tinggi.
6. Biasanya ibu akan membawa anak berobat ke
layanan kesehatan bila panas lebih dari 3 hari.
7 Setiap anak demam ibu merasa khawatir.
8 Penanganan awal demam lebih mudah
dilakukan pada anak yang lebih besar.
Lampiran 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Peneliti
Nama : Windy Safriyanti
NIM : 2013727131
Tempat, tanggal lahir : Cirebon, 24 April 1977
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. De Kenaris Residen
Jl. Kenari 1 A10 RT. 15 RW.13 Mekarsari Cimanggis
Depok Jawa Barat
Riwayat Pendidikan Formal
1. SD Negeri Pangrango Cirebon Tahun 1990
2. SMP Negeri 1 Cirebon Tahun 1993
3. SMA Negeri 2 Cirebon Tahun 1996
4. AKPER DEPKES RI Cirebon Tahun 1999
5. FIK UMJ Jakarta masuk tahun 2013