BAB V HASIL PENELITIAN

27
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum PT. Adhi Karya, Tbk 5.1.1. Sejarah Singkat PT. Adhi Karya, Tbk Sejarah PT. Adhi Karya, Tbk dimulai dengan berdirinya perusahaan industry milik pemerintah Belanda yang bernama Associate N.V. (Architects, Ingenieurs en Aannemer Bedrif Associate Selle en De Brujn, Reserye en De Vries). Pada tanggal 3 Desember 1957, pemerintah Indonesia mengambil alih perusahaan ini berdasarkan No. KPTS. 160/ PKMDR/ 1957. Pada tahun 1960 dengan PP No. 2 tahun 1960 perusahaan tersebut dinyatakan sebagai perusahaan nasional dan kemudian dengan PP No. 65 tahun 1961 dirubah menjadi Perusahaan Negra (PN) Adhi Karya. Empat tahun kemudian berdasarkan SK Menteri Cipta Karya dan Konstruksi No. 016 tahun 1965 tanggal 17 Agustus 1965, unit produksi bangunan ex Tikind (N.V. Tiedeman en Van Kerehen Indonesie) dilebur kedalam PN Adhi Karya. PN Adhi Karya sampai tahun 1965 telah berkembang menjadi industry konstruksi yang besar, terutama dalam bidang highrise building. Pada tahun 1966 mulai tersasa kesulitan- kesulitan yang dihadapi oleh Adhi Karya seperti proyek-proyek yang macet keuangannya serta masalah nasional seperti Gerakan 30 September atau G30S PKI yang membuat harus dibersihkannya perusahaan dari karyawan-karyawan yang diindikasi terlibat dalam gerakan komunis tersebut. Awal tahun 1972 dengan diperbesarnya anggaran belanja pembangunan sejak PELITA I, Adhi Karya mulai bangkit kembali dan menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, terutama cabang di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk memberikan konsultasi dalam perbaikkan-perbaikkan dalam tubuh Adhi Karya keluarlah SK Menteri P.U.T.L No. 93/KPTS/1972 dan pada tanggal 5 April 1972 dibentukklah tim asisten yang terdiri dari Ir. S. Danunegoro sebagai ketua, dengan P. H Jacon dan Drs. Herman Rusdi sebagai anggotanya. Dari tim asisten ini akhirnya Adhi Karya berubah status menjadi persero. Pada tanggal 1 Juni 1974 berdasarkan PP No. 41 tahun 1971 terbentuklah PTAdhi Karya (Persero), disahkan dengan akta notaries Kartini Mulyadi, SH No. 1 tanggal 1 Juni 1974. Sebagai bagian dari langkah pengembangan perusahaan dan untuk memenuhi standar internasional, pada tahun 1995 PT. Adhi Karya meraih sertifikat ISO 9000 dari Llyod ‘s Register

Transcript of BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum PT. Adhi Karya, Tbk

5.1.1. Sejarah Singkat PT. Adhi Karya, Tbk

Sejarah PT. Adhi Karya, Tbk dimulai dengan berdirinya perusahaan industry milik

pemerintah Belanda yang bernama Associate N.V. (Architects, Ingenieurs en Aannemer Bedrif

Associate Selle en De Brujn, Reserye en De Vries). Pada tanggal 3 Desember 1957, pemerintah

Indonesia mengambil alih perusahaan ini berdasarkan No. KPTS. 160/ PKMDR/ 1957. Pada

tahun 1960 dengan PP No. 2 tahun 1960 perusahaan tersebut dinyatakan sebagai perusahaan

nasional dan kemudian dengan PP No. 65 tahun 1961 dirubah menjadi Perusahaan Negra (PN)

Adhi Karya. Empat tahun kemudian berdasarkan SK Menteri Cipta Karya dan Konstruksi No.

016 tahun 1965 tanggal 17 Agustus 1965, unit produksi bangunan ex Tikind (N.V. Tiedeman en

Van Kerehen Indonesie) dilebur kedalam PN Adhi Karya.

PN Adhi Karya sampai tahun 1965 telah berkembang menjadi industry konstruksi yang

besar, terutama dalam bidang highrise building. Pada tahun 1966 mulai tersasa kesulitan-

kesulitan yang dihadapi oleh Adhi Karya seperti proyek-proyek yang macet keuangannya serta

masalah nasional seperti Gerakan 30 September atau G30S PKI yang membuat harus

dibersihkannya perusahaan dari karyawan-karyawan yang diindikasi terlibat dalam gerakan

komunis tersebut. Awal tahun 1972 dengan diperbesarnya anggaran belanja pembangunan sejak

PELITA I, Adhi Karya mulai bangkit kembali dan menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan, terutama cabang di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Untuk memberikan konsultasi dalam perbaikkan-perbaikkan dalam tubuh Adhi Karya

keluarlah SK Menteri P.U.T.L No. 93/KPTS/1972 dan pada tanggal 5 April 1972 dibentukklah

tim asisten yang terdiri dari Ir. S. Danunegoro sebagai ketua, dengan P. H Jacon dan Drs.

Herman Rusdi sebagai anggotanya. Dari tim asisten ini akhirnya Adhi Karya berubah status

menjadi persero. Pada tanggal 1 Juni 1974 berdasarkan PP No. 41 tahun 1971 terbentuklah

PTAdhi Karya (Persero), disahkan dengan akta notaries Kartini Mulyadi, SH No. 1 tanggal 1

Juni 1974.

Sebagai bagian dari langkah pengembangan perusahaan dan untuk memenuhi standar

internasional, pada tahun 1995 PT. Adhi Karya meraih sertifikat ISO 9000 dari Llyod ‘s Register

Quality Assurance. Pada sertifikat tanggal 5 November 2001, PT Adhi Karya dinyatakan sesuai

dengan standar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang diperuntukkan perusahaan yang

bergerak dibidang jasa konstruksi.

PT. Adhi Karya terus berkembang sebagai salah satu perusahaan jasa konstruksi terbesar

di Indonesia. Proyek-proyek besar yang pernah ditangani sangatlah banyak, beberapa

diantaranya adalah pembangunan Monumen Nasional (Monas), Masjid Istiqlal, Stadion Senayan,

Gedung Sarinah, Bandar Udara Adi Sucipto, jalur kereta api Depok-Bogor,, jembatan Semampir

di Jawa Timur, Fly Over Lawang di Malang, jembatan semuntai, Bendungan Jati di Jawa Timur,

Bendungan Estuari di Bali dan masih banyak lagi. Dengan penerapan tekhnologi dan metode-

metode engineering terbaru, diharapkan PT. Adhi Karya tetap mendapatkan kepercayaan

menjadi mitra kerjasama dibidang konstruksi, dan dapat memberikan kontribusi yang positif

terhadap pembangunan di Indonesia.

5.1.2. Bidang Usaha PT. Adhi Karya, Tbk

PT. Adhi Karya lebih banyak bergeraki di bidang usaha jasa konstruksi, diantaranya

pelaksanaan pembangunan jalan, jembatan, gedung bertingkat, saran irigasi, jalan kereta api,

fasilitas lapangan terbang, pelabuhan, sarana dan prasarana penunjangnya (termasuk mekanikal

dan elektrikal) serta memproduksi dan memasok produk aspal campur (hotmix).

Sebagai bagian dari pelaksanaan jasa konstruksi tersebut, PT. Adhi Karya juga

melakukan usaha di bidang engineering, procurement, dan construction di bidang industri

tertentu yang dipilih berdasarkan potensi, kemampuan sertya pengalaman terutama dibidang

minyak dan gas, kimia, dan banguna pabrik. Selain itu PT. Adhi Karya juga melakukan usaha

dalam bidang jasa perencanaan, pengadaan, pabrikasi, instalasi dan pengujian dari pekerjaan

mekanikal dan elektrikal.

Selain bidang usaha tersebut diatas, PT. Adhi Karya juga memiliki beberapa anak

perusahaan yang bergerak dibidang produksi beton siap pakai dan bekesting, serta pembangunan

dan pengolahan reality dan property

5.1.3. Lokasi Kantor PT. Adhi Karya, Tbk

PT. Adhi Karya berkantor pusat di Jalan Raya Pasar Minggu Km. 18 Jakarta Selatan.

Untuk menjamin kelancaran dan mengorganisir kegiatan perusahaan, PT Adhi Karya memiliki

beberapa divisi dan cabang. Divisi Konstruksi I terletak di Jalan Iskandarsyah Raya NHo. 65 A-

B, divisi ini khusus menangani proyek-proyek pembangunan gedung bertingkat. Sedangkan

Divisi Konstruksi II bergerak dibidang infrastruktur dan Divisi III (join operation) masing-

masing terletak di gedung Adhi Graha Jalan Gatot Subroto Lt. 3 ruang 304 dan Lt. 15 ruang

1502.

PT. Adhi Karya Memiliki sebelas cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, antara lain :

1. Medan

2. Padang

3. Pekanbaru

4. Bandar Lampung

5. Bandung

6. Semarang

7. Surabaya

8. Balikpapan

9. Makassar

10. Denpasar

11. Jayapura

Selain itu untuk menangani pekerjaan mekanikal PT. Adhi Karya memiliki divisi M&E

tersendiri yang berlokasi di Jalan Iskandarsyah Raya I No. 8 Jakarta

5.1.4. Struktur Organisasi PT. Adhi Karya, Tbk

Struktur organisasi PT. Adhi Karya ditetapkan pada tanggal 7 Januari 2003 dengan surat

keputusan direksi PT. Adhi Karya No. 014-6/001. Struktur organisasi tersebut dapat dilihat pada

lampiran.

5.1.5. Visi dan Misi PT. Adhi Karya, Tbk

• Visi

Sebagai dasar dari gerak langkah PT Adhi Karya untuk ikut berkiprah dalam

pembangunan nasional di Indonesia, perusahaan ini memiliki visi yang merupakan pedoman arah

perusahaan tersebut sebagai berikut:

“Menjadi mitra pilihan utama dalam bidang usaha konstruksi dan perekayasaan”

Visi tersebut sesuai dnegan kedudukan PT. Adhi Karya saat ini yang merupakan salah satu

perusahaan kontraktor terbesar di Indonesia dan dipercaya untuk menegrjakan proyek-proyek

dengan kualitas yang bermutu

• Misi

Misi yang diemban oleh PT. Adhi karya berikut merupakan tujuan yang ingin dicapai

oleh perusahaan. Misi-misi tersebut antara lain :

1. menciptakan nilai bagi para pemegang saham

2. memenuhi kebutuhan pelanggan dengan produk dan layanan ang handal dan bermutu

3. menyediakan lingkungan kerja yang aman, sejahtera dan memberikan kesempatan untuk

berkembang secara professional bagi semua karyawannya.

4. Memperkokoh posisi Adhi Karya di pasar dalam negeri dengan dukungan jaringan kerja

yang kuat didaerah-daerah potensial serta memasuki pasar luar negri.

5. Memperkuat posisi kepemimpinan Adhi Karya dibidang infrastruktur dan banguna

gedung serta mulai membangun posisi yang kuat di bidang perekayasaan yang

difokuskan pada industri-industri tertentu.

6. Meningkatakna kemampuan dan daya saing sumber daya manusia dengan menguatkan

pada pengembangan keahlian teknik dan manajemen proyek

7. Secara konsisten Adhi Karya menghasilkan ROE diatas suku bangsa SBI

• Filosofi

Komitmen terhadap kepuasan pelanggan melalui KERJASAMA, INOVASI,

INTEGRITAS BERBUAT YANG TERBAIK.

5.1.6. Sasaran Mutu PT. Adhi Karya, Tbk

Dalam memenuhi kebutuhan pelangganya, PT. Adhi Karya selalu berusaha untuk

memberikan yang terbaik dan hasil yang berkualitas, seperti dinyatakan dalam sasaran mutu

yang ditetapkan oleh perusahaan dibawah ini:

“Memberikan produk dan layanan kepada pelanggan dan pemegang saham, minimal

sesuai dengan ketentuan dan spesifikasi yang dijanjikan serta mencapai sasaran

perusahaan tanpa kecelakaan atau zero accident”

5.1.7. Kebijakan Mutu PT. Adhi Karya, Tbk

Dengan tujuan untuk dapat memenuhi sasaran mutu perusahaan serta persyaratan produk

baik ditingkat nasional maupun internasional dan untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan

pemegang saham, maka pada tanggal 1 Agustus 2002 PT. Adhi Karya menerbitkan kebijakkan

mutu perusahaan yang merupakan revisi dan versi sebelumnya, dengan isi sebagai berikut:

a. meningkatkan mutu, cara kerja, dan hasil

b. melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan dan mencegah ketidaksesuaian pada

semua tahapan

c. melaksanakan norma-norma perlindungan tenaga kerja dan lingkungan serta menciptakan

tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari kecelakaan

Kebijakan mutu tersebut merupakan revisi untuk menyatukan dua hal, yaitu kebijakan

mutu dan kebijakan K3, seperti tertuang dalam kebijakan mutu (c) diatas.

51.8. Strategi PT. Adhi Karya, Tbk

Dewasa ini perusahaan-perusahaan jasa konstruksi di Indonesia terus bertambah

jumlahnya, sehingga masing-masing perusahaan tersebut harus mampu bersaing agar tetap

berjalan dan diakui oleh para pelangganya. Untuk tetap menjadi salah satu perusahaan jasa

konstruksi terbesar di Indonesia dan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya,

PT. Adhi Karya menyusun perencanaan dan strategi sebagai berikut:

1. Pertumbuhan pasar jasa konstruksi melalui penyediaan konsep dan solusi

2. Pertumbuhan pasar perekayasaan dengan memasuki bidang minyak dan gas, energy dan

pebrik pengolahan minyak kelapa sawit

3. Divestasi bisnis reality

4. Divestasi bisnis reasymix dan precast

5. Reposisi pengadaan menjadi unit pengadaan internal

6. Peningkatan kepuasan pelanggan

7. Peningkatan elemen iklim organisasi

8. Melakukan management trainee, hire & training/ on the job training

9. Keseimbangan antara pertumbuhan usaha/ investasi dengan tingkat pengembalian yang

diharapkan

5.1.9. Penanganan Kecelakaan di Lokasi

Bila terjadi kecelakaan pekerja tidak susah melaporkan kejadian kecelakaan, karena

sudah ada jalur penanganan apabila terjadi kecelakaan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat

pada lampiran.

1.2. Identifikasi Risiko Pemakaian Tower Crane Pada Proses Pembangunan Apartement

Taman Melati Margonda Residence di Site Project PT. Adhi Karya, Tbk

Hasil identifikasi risiko pemakaian toer crane pada proses pembangunan apartement

Taman Melati Margonda Residence di site project PT. Adhi Karya, Tbk yang telah dilakukan

terlihat seperti tabel berikut :

 

Tabel 5.1 

 

Tabel 5.2 

1.3. Analisis Risiko Pemakaian Tower Crane Pada Proses Proses Pembangunan Apartement Taman Melati Margonda Residence di Site Project PT. Adhi Karya, Tbk

Hasil analisis pemakaian tower crane pada proses Proses Pembangunan Apartement Taman Melati Margonda Residence di Site Project PT. Adhi Karya, Tbk yang telah dilakukan terlihat seperti pada tabel 5.3 dan table 5.4

 

Tabel 5.3 

1.3.1. Hasil analisis risiko proses persiapan atau Ground Ancor

1.3.1.1. Membuat lubang menggali tanah dengan mesin excavator/ back hoe untuk

pondasi section Tower Crane

1) Lengan pekerja terbentur

Pekerja yang ada disekitar backhoe terbentur lengan backhoe karena posisi

pekerja yang ada disekitar backhoe atau tidak memperhatikan rambu peringatan

dan pandangan operator backhoe yang terhalang sehingga lengan pekerja dapat

terbentur backhoe tersebut. Risiko ini memiliki konsekuensi 25 (Very Serous)

karena pekerja dapat mengalami luka yang sangat serius dan dapat menimbulkan

cacat yang menetap pada lengan pekerja. Nilai paparanya 1 (rare) karena pekerjaan

ini dilakukan hanya saat tahap pembuatan pondasi saja dan sangat jarang diketahui

kapan terjadinya. Sedangkan nilai kemungkinannya 3 (unusual) karena mungkin

terjadi tetapi jarang dan dapat terjadi apabila pekerja tidak memperhatikan safety

line diarea kerja tersebut. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 75dengan kategori

priority 3.

2) Backhoe terperosok kedalam lubang

Risiko backhoe terperosok kedalam lubang ini biasanya terjadi karena unsafe

action dari para pekerja atau operator. Risiko ini memiliki nilai kemungkinan 15

(serious) karena dapat tidak terjadinya penyakit yang parah namun dapat merusak

material dan kerugian material. Nilai pemaparannya adalah 1 (rare) jarang diketahui

kapan terjadinya. Sedangkan nilai kemungkinannya adalah 3 (unusual) ) karena

mungkin terjadi tetapi jarang dan dapat terjadi apabila pekerja tidak ceroboh dan

dapat berhati-hati. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 45dengan kategori priority 3.

1.3.1.2. Merapikan dan membentuk lubang Tower Crane dengan cara manual/

mencangkul

1) Kaki pekerja tergores/tertusuk saat mencangkul

Risiko kaki pekerja tergores atau tertusuk dapat terjadi karena pekerja yang tidak

dilengkapi dengan safety shoes. Risiko ini memiliki konsekuensi 25(very serious)

karena dapat menyebabkan penyakit atau cidera yang parah. Nilai pemaparannya

2(infrequent) tidak sering terjadi karena pekerjaan ini hanya dilakukan pada awal

pembuatan pondasi tower crane saja. Sedangkan nilai kemungkinannya 6 (likely)

kemungkinannya terjadi kecelakaan 50-50 karena pekerjaan ini menurut para

pekerja merupakan pekerjaan yang paling sedikit untuk terjadi kecelakaan. Nilai

risiko yang dihasilkan yaitu 300dengan kategori priority 1.

2) Kaki pekerja terperosok ke dalam lubang dan tertimbun tanah

Karena lubang galian yang licin dan dalam, kaki pekerja dapat terperosok ke

dalam lubang . risiko ini memiliki nilai konsekuensi 25(very serious) karena dapat

menyebabkan cidera yang serius. Nilai pemaparannya 1(rare) karena jarang

diketahu kapan terjadinya kecelakaan tersebut. Sedangkan nilai kemungkinannya

adalah 3(unusual) kecelakaan tersebut tidak biasa terjadi namun ada kemungkinan

untuk dapat terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 75dengan kategori priority 3.

1.3.1.3. Pengelasan section pada bore pile

1) Mata pekerja terkena percikan api las

Pada proses pengelasan , mata pekerja dapat terkena percikan api karena pekerja

yang tidak menggunakan APD. Risiko ini memiliki niali konsekuensi 15(serious)

karena dapat menyebabkan iritasi pada mata pekerja dan dapat menimbulkan

kebutaan. Nilai paparannya 2(infrequent) karena risiko pada pekerjaan ini tidak

sering terjadinya. Sedangkan niali kemiungkinannya adalah 3( unusual) tidak biasa

terjadi namun mempunyaoi kemungkinan untuk terjadi jika patra pekerja tidak

mentaati SOP yang ada. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 90dengan kategori

substansial.

2) Tangan pekerja tertusuk benda tajam dari pelengkapan las

Penyusunan dari perlengkapan las yang tidak tertata rapi dapat menyebabkan

tangan pekerja tertusuk benda-benda tersebut. Risiko ini memiliki nilai konsekuensi

15(serious) karena dapat menyebabkan luka yang serius tapi hanya sementara.

Nilai paparannya adalah 2(infrequent) tidak sering terjadi paparan dari pekerjaan

tersebut. Sedangkan nilai kemungkinannya 3 (unusual) tidak biasa terjadi

namunmungkin saja terjadi. . Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 90dengan kategori

substansial.

3) Pernapasan pekerja terganggu karena uap las

Pernafasan pekerja terganggu akibat uap las dan pekerja yang tidak

menggunakan APD yang semestinya. Risiko ini memiliki nilai konsekuensi

15(serious) menyebabkan penyakit yang serius namun hanya sementara. Niali

paparannya adalah 1(rare) jarang diketahui kapan terjadinya. Sedangkan nilai

kemungkinanya 3(unusual) tidak biasa terjadi namun mungkin saja untuk

terjadinya kecelakaan tersebut. . Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 45dengan

kategori priority 3.

4) Pekerja terkena sengatan listrik

Risko terkena sengatan listrik dapat terjadi karena adanya kabel las yang

terbuka dan tidak terisolasi sehingga menyebabkan pekerja mengalami sengatan

listrik. Risiko ini memiliki nilai konsekuensi 5 (important) karena membutuhkan

penaganan medis. Nilai pemaparanya 3(occasionally) karena pekerjaan ini hamper

setiap hari dilakukan. Sedangkan nilai kemungkinannya 3(unusual) tidak biasa

terjadi namun mempunyai kemungkinan untyuk terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan

yaitu 45dengan kategori priority 3.

1.3.1.4. Pengecoran ground ancor

1) Pekerja terkena tumpahan adukan coran

Pada tahap ini pekerja dapat tekena tumpahan coran saat ,elakukan pengecoran

pada proses groun ancor. Risiko ini memiliki nilai konsekuensi 25(very serious)

karena dapat menyebabkan penyakit atau cidera yang parah pada bagian tubuh yang

terkena coran. Nilai paparannya adalah 1(rare) jarang diketahui kapan terjadinya.

Sedangkan nilai kemungkinannya adalah 3(unusual) tidak biasa terjadi namun

memiliki kemungkinan untuk terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 75dengan

kategori substansial.

Tabel 5.4 

1.3.2. Hasil Analisis Risiko Tahap Penambahan section atau Tahap Erection

Pembangunan Apartement Taman Melati Margonda Residence Site Project PT.

Adhi Karya, Tbk

5.3.2.1. Melepas pin pengunci section dari sambungan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas dan

operator tower crane, risiko keselamatan kerja yang terdapat pada saat melepas pin

pengunci section dari sambungan adalah

1) Pekerja kejatuhan benda dari atas

Pada tahapan ini terdapat risiko pekerja kejatuhan benda dari atas karena pekerja

yang kurang berhati-hati. Risiko ini memiliki nilai konsekuensi 25 (very serious)

karena mengakibatkan cidera yang sangat serius pada kepala pekerja dan dapat

menetap. Nilai paparannya 2 ((infrequent) kecelakaan ini tidak sering terjadi

biasanya 1 kali sebulan sampai satu kali setahun. Sedangkan nilai kemungkinannya

adalah 6 (likely) kemungkinan terjadinya 50-50. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu

300 dengan kategori priority 1.

2) Tangan pekerja terpukul

Risiko ini dapat terjadi karena posisi tangan yang tidak semestinya dan pekerja

yang tidak menggunakan APD. Risiko ini memiliki nilai konsekensi 15 (serious)

karena merupaka cidera yang serius namun tidak menimbulkan cacat yang menetap.

Nilai paparanya adalah 2 (infrequent) tidak sering terjadi. Sedangkan nilai

kemungkinannya adalah 6 (likely) kemungkinan kepala pekerja terpukul 50-50.

Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 180 dengan kategori priority 1.

3) Kepala pekerja terbentur ujung palu

Risiko ini dapat terjadi karena palu yang sudah longgar, dan memiliki nilai

konsekuensi 25 (very serious)karena dapat menyebabkan cidera yang sangat serius

dan bisa menetap. Nilai paparannya adalah 2 (infrequent) tidak begitu sering terjadi.

Sedangkan nilai kemnungkinannya adalah 3 (unusual) tidak biasa terjadi namun

memiliki kemungkinan untuk terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 150 dengan

kategori substansial.

4) Pekerja jatuh dari ketinggian

Risiko ini terjadi saat melepas kunci section yang berada pada ketinggian

sehingga dapat menyebabkan pekerja terjatuh dati ketinggian tersebut. Risiko ini

memiliki nilai konsekuensi 50 (disaster) karena dapat mnyebabkan kematian pada

pekerja. Nilai paparannya adalah 2(infrequent) tidak sering terjadi. Sedangkan nilai

kemungkinannya adalah 3 (unusual) tidak biada terjadi namun memiliki

kemungkinan untuk terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 300 dengan kategori

priority 1.

5.3.2.2. Rangkaian section diangkat/ didongkrak keatas

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas dan

operator rower crane, risiko keselamatan kerja yang terdapat pada saat merangkai

section untuk diangkat atau di dongkrak keatas adalah

1) Tangan pekerja terjepit section

Risiko ini terjadi saat menaikkan section yang akan didongkrak keatas, sehingga

tangan pekerja terjepit antara section yang akan diangkat. Risiko ini memiliki nilai

konsekuensi 15(serious) karena dapat menyebabkan cidera yang sangat serius. Nilai

paparannya adalah 2(infrequent) tidak sering terjadi pemaparannya. Sedangkan

nilai kemungkinannya adalah 3 (unusual) tidak biasa terjadi namun mempunyai

kemnungkinan untuk terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 90 dengan kategori

substansial.

2) Kepala pekerja terbentur bibir section

Pada saat mengangkat section dengan dongkrak, kepala pekerja dapat terbentur

bibir section tersebut. Memiliki nilai konsekuensi 25 (very serious) dapat cidera

yang serius dan menetap pada kepala pekerja. Nilai paparanya adalah 1 (rare)

jarang diketahui kapan terjadinya. Sedangkan nilai kemungkinannya adalah 1

(remotely possible) kejadian yang sangat kecil kejadiannya. Nilai risiko yang

dihasilkan yaitu 25dengan kategori priority 3.

5.3.2.3. Mengangkat besi section dari bawah dengan crane

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas dan

operator tower crane, risiko keselamatan kerja yang terdapat pada saat mengangkat besi

section dengan crane adalah

1) Pekerja terkena sabetan sling baja

Risko ini terjadi saat mengangkat besi section dari bawah dengan menggunakan

crane yang tali sling yang sudah renmtas sehingga tangan pekerja terkena sabetan

dari sling tersebut. Nilai konsekuensinya 15 (serious) karena menyebabkan cidera

yang serius. Nilai paparannya 2(infrequent) tidak sering terjadi. Sedangkan nilai

kemungkinannya adalah 6(likely) dapat cenderung terjadi. Nilai risiko yang

dihasilkan yaitu 180 dengan kategori priority 1.

2) Pekerja terkena/ tertimpa besi section

Risiko ini terjadi saat mengangkat besi section, jika besi section tersebut jatuh

akan tertimoa pekerja yang berada dibawahnya. Risiko ini memiliki nilai

konsekuensi 25(very serious) dapat mengakibatkan cidera kepala yang sangat

serius. Nilai paparannya adalah 2 (infrequent) tidak sering terjaidnya kecelakaan

tersebut. Sedangkan nilai kemungkinannya adalah 3 (unusual) tidak biasa terjadi

namun dapat terjadi kemungkinnanya. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 150

dengan kategori substansial.

5.3.2.4. Memasukkan section dalam rangkaian tiang Tower Crane

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas

dan operator rower crane, risiko keselamatan kerja yang terdapat pada saat

memasukkna section dari dalam rangkaian tiang tower crane adalah

1) Kepala pekerja terbentur besi section

Risiko ini dapat terjadi saat pekerja memasukkan section ke dalam rangkaian

tower crane kepala pekerja dapat terbentur besi section tersebut. Risiko ini memiliki

nilai konsekuensi 25 (very serious) dapat mengakibatkan cidera yang serius pada

kepala pekerja. Nilai paparannya adalah 2 (infrequent) tidak sering terjadi paparan.

Sedangkan nilai kemungkinannya 3 (unusual) tidak biasa untuk terjadi

kemungkinannya. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 150 dengan kategori

substansial.

2) Tangan pekerja terjepit

Tangan pekerja dapat terjepit pada saat pekerja memasukkan section tersebut

dalam rangkaian tower crane.risiko ini memiliki nilai konsekuensi 5(important)

karena tangan pekerja dapat terjepit dan membutuhkan penanganan medis. Nilai

paparannya 3( occasionally) terjadi 1 kali seminggu sampai 1 kali sebulan.

Sedangkan nilai kemungkinannya 6(likely) cendrung terjadi 50-50. Nilai risiko

yang dihasilkan yaitu 90 dengan kategori substansial.

5.3.2.5. Mengunci section dengan pin besi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas dan

operator rower crane, risiko keselamatan kerja yang terdapat pada saat mengunci section

dengan pin besi adalah

1) Tangan pekerja terjepit

Pada saat mengunci section dengan pin besi, tangan pekerja dapat terjepit besi

section tersebut. Risiko ini meiliki nilai konsekuensi 5(important) karena cedera

tersebut harus membutuhkan penaganan medis. Nilai paparannya 2(infrequent)

tidak sering terjadi. Sedangkan niali kemungkinannya 6 (likely) cenderung terjadi

apabila pekerja tidak menggunakan APD sarung tangan yang sesuai. Nilai risiko

yang dihasilkan yaitu 60 dengan kategori priority 3.

2) Tangan pekerja tergores/ tertusuk

Selain terjepit, tangan pekerja juga dapat tergores dari besi yang akan dikunci.

Nilai komsekuensinya adalah 5 (important) cidera yang ditimbulkan tidak begitu

serius namun butuh penanganan medis segera. Nilai paparannya 2(infrequent) tidak

sering terjadi Karena mengunci section hanya dilakukan pada saat menambah

ketinggian tower crane saja. Sedangkan nilai kemungkinannya adalah 6(likely)

cenderung terjadi apabila pekerja tidak menggunakan APD sarung tangan yang

sesuai. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 60 dengan kategori priority 3.

5.3.2.6. Mengangkat beam baja dengan Tower Crane

Pada tahap mengangkat beam baja denga tower crane, risiko yang ditimbulkan

adalah pekerja dapat tertimpa beam. Nilai konsekuensinya 25(very serious) karena

cidera yang ditimbulkan sangat serius dan dapat menimbulkan cidera yang

menetap. Nilai paparannya 1(rare) jarang diketahui kapan terjadinya. Sedangkan

nilai kemungkinannya 6 (likely) cenderung terjadi apabila para pekerja ceroboh

seperti tidak mengaitkan pengait dengan benar. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu

150 dengan kategori substansial.

5.3.2.7. Pengelasan beam baja

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas dan

operator rower crane, risiko keselamatan kerja yang terdapat pada saat pengelasan beam

baja adalah

1) Mata pekerja terkena percikan api

Pada pengelasan baja, mata pekerja dapat terkena percikan api dari pengelasan.

Nilai konsekuensi yang dimiliki 15 (serious) karena merupakan cidera yang serius.

Niali paparanya 6 (frequently) sering sekali terjadi sehari dalam sehari, karena

pengelasan dilakukan pada setiap hari. Sedangkan nilai kemungkinannya 3

(unusual) tidak biasa terjadi namun mempunyai kemungkinan untuk terjadi. Nilai

risiko yang dihasilkan yaitu 270 dengan kategori priority 1.

2) Tangan pekerja terusuk benda tajam

Akibat benda-benda las yang tidak tertata rapi dapat berisiko tangan tertusuk benda

tajam. Risiko ini memiliki nilai konsekuensi 15 (serious) karena cidera yang

ditimbulkan serius tapi hanya sementara efeknya. Nilai paparanya 6 (frequently)

sering terjadi seklai dalam sehari karena pengelasan dilakukan setiap hari. Sedangkan

niali kemungkinanya 3(unusual) tidak biasa terjadi namun mempunyai kemungkinan

untuk terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 270 dengan kategori priority 1.

3) Gangguan pernafasan

Gangguan pernafasan terjadi akibat pengaruh dari uap las saat pengelasan. Risiko ini

memiliki nilai konsekuensi 15 (serious) karena cidera yang ditimbulkan sangat serius

namun hanya gangguan yang tidak menetap. Nilai paparannya 6 (frequently) terjadi

sekali dalam sehari, karena pengelasan sering dilakukan setiap hari. Nilai

kemungkinannya adalah 6(likely)cenderung terjadi bila pekerja tidak menggunakan

APD pernafasan yang sesuai. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 540 dengan kategori

priority 1.

4) Terkena sengatan listrik

Pekerja terkena sengatan listrik dari kabel yang tidak terbungkus isolator. Risiko ini

memiliki niali konsekuensi 5 (simportant) karena cidera yang ditimbulkan butuh

penanganan medis. Niali pemaparannya 6 (frequently) terjadi sekali dalam sehari

karena pengelasan dilakukan setiap hari dalm penambahan section. Nilai

kemungkinannya 3(unusual) tidak biasa terjadi namun mempunyai kemungkinan

untuk terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 180 dengan kategori priority 1.

5) Terjatuh dari ketinggian

Pada pengelasan penambahan besi section di ketinggian dapat mengakibatkan

pekerja jatuh dari ketinggian. Risiko ini memiliki nilai konsekuensi 50 (disaster)

karena pekerja dapat jatuh dari ketinggian dan dapat menyebabkan kematian. Nilai

paparannya 6 (frequently) karena pengelasan dalam ketinggian dilakukan setiap hari.

Sedangkan nilai kemungkinannya adalah 3(unusual) tidak biasa terjadi namun

mempunyai kemnugkinan untuk terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu 900

dengan kategori priority 1.

5.3.2.8. Pemotongan beam dengan gerinda

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan petugas safety, pengawas dan

operator rower crane, risiko keselamatan kerja yang terdapat pada pemotongan beam

dengan gerinda adalah

1) Tangan pekerja terpotong

Pada pemotongan beam, risiko yang ditimbulkan adalah tangan pekerja yang

terpotong akibta kelalaian pekerja itu sendiri. Nilai konsekuensi yang dimiliki 25

(very serious) karena tangan pekerja dapat sobek sehingga menimbulkan cidera yang

menetap. Nilai paparannya 6 (frequently) paparan sering seklai terjadi, akrena

pekerjaan ini dilakukan setiap hari 1 kali. Sedangkan nilai kemungkinannya 3

(unusual) tidak biasa terjadi namun mempunyai kemungkinan untuk terjadi. Nilai

risiko yang dihasilkan yaitu 450 dengan kategori priority 1.

2) Pekerja tersengat listrik

Kabel-kabel yang tidak tertutup dengan rapi dapat menyebabkan pekerja tersengat

listrik. Nilai konsekuensi yang dimiliki 15 (serious) cidera yang ditimbulkan sangat

serius namun tidak menetap. Nilai paparannya 6 (frequently) paparan sering seklai

terjadi, akrena pekerjaan ini dilakukan setiap hari 1 kali.. Sedangkan nilai

kemungkinannya 6 (likely) kemungkinan terjadi kecelakaan 50-50. Nilai risiko yang

dihasilkan yaitu 540 dengan kategori priority 1.

3) Kebakaran akibat panas dari gesekan besi

Risiko kebakaran dapat terjadi karena adanya bahan-bahan yang dapat menimbulkan

api. Risiko ini memiliki nilai konsekuensi 100 (catastrhopic) karena lingkungan area

kerja berada di ketinggian dan angin yang besar dan dapat mengakibatkan kerusakan

yang sangat parah dan terhentinya aktifitas. Nilai paparannya 6 (frequently) karena

pekerjaan ini dilakukan satu kali setiap hari. Sedangkan nilai kemungkinan

0,5(conceivable) karena risiko ini mungkin terjadi, tetapi tidak pernah terjadi

meskipun dengan paparan yang bertahun-tahun. Nilai risiko yang dihasilkan yaitu

300 dengan kategori priority 1.

4) Potongan beam yang jatuh mengenai pekerja dan area yang dibawahnya

Tahap ini memiliki nilai konsekuensi 50 (disaster) karena mengakibatkan kematian

pekerja yang tertimpa beam. Nilai paparannya 6 (frequently) karena pekerjaan ini

dilakukan satu kali setiap hari. Sedangkan nilai kemungkinan 3 (unusual) tidak biasa

terjadi namun mempunyai kemungkinan untuk terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan

yaitu 450 dengan kategori priority 1.

5) Pekerja jatuh dari ketinggian

Pekerja jatuh dari ketinggian akibat dari bekerja ditempat yang tinggi dan angin yang

bertiup besar. Nilai konsekuensi yang dimiliki 50 (disaster) karena dapat

menyebabkan kematian. Nilai paparannya 6 (frequently) karena pekerjaan ini

dilakukan satu kali setiap hari. Sedangkan nilai kemungkinan 3 (unusual) tidak biasa

terjadi namun mempunyai kemungkinan untuk terjadi. Nilai risiko yang dihasilkan

yaitu 540 dengan kategori priority 1.

1.4. Evaluasi Risiko Pemakaian Tower crane Pada Proses Pembangunan Apartement Taman Melati Margonda Residence di Site Project PT. Adhi Karya, Tbk

Hasil evaluasi pemakaian tower crane pada proses Proses Pembangunan Apartement Taman Melati Margonda Residence di Site Project PT. Adhi Karya, Tbk yang telah dilakukan terlihat seperti pada tabel 5.5 dan tabe 5.6

Tabel 5.5 

1.4.1. Hasil Evaluasi RisikoTahap Persiapan/ Ground Ancor

Berdasarkan hasil analisis risiko pada tahap persiapan/ ground ancor, risiko yang

termasuk kategori substansial yaitu lengan pekerja yang terbentur, kaki pekerja yang

terperosok kedalam lubang, mata yang terkena percikaan api las dan tangan yang tertusuk

benda tajam sehingga mengharuskan adanya perbaikkan secara tekhnis.

Risiko backhoe terperosok ke dalam lubang dan terganggunya pernapasan pekerja

termasuk dalam kategori priority 3 yaitu perlu adanya pengawasan dan diperhatikan

secara berkesinambungan. Sedangkan risiko kaki pekerja tergores atau tertusuk pada saat

mencangkul termasuk dalam priority 1 yaitu perlunya pengendalian sesegera mungkin.

Tindakkan yang perlu dilakukan adalah memberi reward dan punishment yang

sudah ada sebelumnya, memasang warning sign permanen disetia aktifitas kerja sesuai

dengan risko yang ada, karena warnnong sign yang sudah ada sebelumnya tidak

permanen, memberi penjelasan SOP pada saat dilakukan toolbox meeting, menaikan

reward dan punishment yang pernah ada bagi pekerja yang melanggar dan mentaati

peraturan, mengecek kelengkapan P3K setiap minggu, mengadakan pelatihan P3K,

mengontrol sarung tangan dan kacamata yang sudah tidak layak pakai, melakukan

pengecekan mesin kabel tidak hanya ketika sebelum digunakan tetapi juga seteah selesai

digunakana, melakukan inspeksi mendadak APD pada saat bekerja.

Tabel 5.6 

1.4.2. Hasil Evaluasi RisikoTahap Erection

Berdasarkan hasil analisis risiko pada proses erection atau penambahan section, pekerja

kejatuhan benda dari atas, tangan pekerja terpukul, pekerja jatuh dari ketinggian, pekerja terkena

sabetan sling baja, terkena percikan api, tertusuk benda tajam, gangguan pernafasan, terkena

sengatan listrik, tangan terpotong, kebakaran akibat panas dari gesekan besi termasuk kedalam

kategori priority 1 yaitu perlu pengendalian sesegera mungkin. Risiko kepala pekerja terbentur

ujung palu, tangan pekerja terjepit section, pekerja terkena/ tertimpa besi section, kepala pekerja

terbentur besi section termasuk kategori substansial yaitu mengharuskan adanya perbaikkan

secara tekhnis. Sedangkan risko kepala pekerja terbentur, tangan pekerja terjepit pada saat

mengunci section dan tangan pekerja tergores/ tertusuk termasuk pada kategori priority 3 yaitu

perlu diawasi dan diperhatikan secara berksinambungan.

Tindakkan pengendalian yang disarankan adalah pelatihan komunikasi bahaya, memasang

warning sign permanen disetiap aktifitas kerja sesuai dengan jenis risiko yang ada, memasang

dengan jelas line safety area, menyediakan pelengkapan P3K yang memadai, pelatihan P3K,

mengatur dan menaika reward dan punishmeny yang sudah ada bagi para pekerja