LAPORAN AKHIR PKM JUDUL PROGRAM : Pengaruh Variasi komposisi Asam Glutamat sebagai inhibitor baja...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of LAPORAN AKHIR PKM JUDUL PROGRAM : Pengaruh Variasi komposisi Asam Glutamat sebagai inhibitor baja...
I
LAPORAN AKHIR PKM
JUDUL PROGRAM :
Pengaruh Variasi komposisi Asam Glutamat sebagai inhibitor
baja karbon dalam media air laut
BIDANG KEGIATAN :
PKM P
Diusulkan oleh :
Ken Ninez Nurpramesti p 2710100071 Angkatan 2010
Luthfi Ardiansyah 2710100063 Angkatan 2010
Retno Damastuti 2711100031 Angkatan 2011
Yogie Arisandi Trisnawan 2711100041 Angkatan 2011
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2013
i
I
I. PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Logam terutama baja banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Baja
banyak digunakan dalam dunia industri dikarenakan baja memiliki sifat-sifat yang
sesuai dengan penerapannya.
Pada aplikasinya baja sering mengalami korosi sehingga dapat
mengakibatkan penurunan kualitas material baja yang disebabkan oleh
lingkungannya baik ditinjau dari segi ekonomi ataupun lingkungan.Korosi yang
merugikan ini dapat diminimalisir melalui penggunaan teknik-teknik proteksi
korosi. Beberapa cara dapat digunakan untuk mengurangi laju korosi pada suatu
material. Salah satunya adalah dengan penggunaan inhibitor.Inhibitor adalah suatu
zat yang ditambahkan pada media korosif yang bersifat menghambat laju
korosi.Penggunaan inhibitor anorganik seperti kromat, nitrat telah banyak
digunakan dan memiliki inhibisi yang baik dalam mengambat reaksi korosi, tetapi
jenis inhibitor anorganik ini tidak ramah lingkungan dan berpotensi menganngu
kesehatan manusia.Sedangkan pada inhibitor organic dengan menggunakan bahan
kimia sintesis harganya relatif mahal dan beberapa diantaranya cenderung tidak
ramah lingkungan.
Oleh sebab itu, pengembangan inhibitor organik berbahan dasar alam saat
ini lebih diintesifkan sebagai alternatif karena bersifat aman, mudah didapatkan,
bersifat biodegradable, biaya murah dan ramah lingkungan. Senyawa organik
mengandung heteroatom seperti O,N atau S, ikatan ganda yang dapat teradsorbsi
pada permukaan logam dan mengeblok permukaan yang aktif untuk mengurangi
laju korosi. Maka dalam penelitian kali ini, akan membahas mengenai inhibitor
dari ekstrak Asam Glutamat yang memiliki rumus kimia C5H9NO4 yang dapat
berfungsi sebagai antioksidan yaitu dapat menghambat reaksi oksidasi. Dengan
pemberian variasi komposisi asam glutamat penelitian ini diaplikasikan pada baja
karbon rendah karena jenis baja karbon ini banyak digunakan dalam aplikasi di
dunia industri. Sedangkan media yang digunakan adalah air laut karena air laut
merupakan media yang korosif.
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah yang akan dibahas dalam program ini adalah :
1. Bagaimana metode ekstraksi dari asam glutamat
2. Bagaimana efektivitas dari ektraksi asam glutamat bila digunakan dalam inhibitor
I
korosi pada baja karbon.
3. Bagaimana mekanisme inhibisi dari inhibitor organik ektraksi asam glutamat pada
baja karbon
I.3. TUJUAN PROGRAM
Adapun yang menjadi tujuan dari Program ini adalah :
1.
2.
3.
Untuk mempelajari metode ekstraksi dari asam glutamat
Untuk menentukan efektivitas ekstraksi dari asam glutamate digunakan dalam
inhibitor korosi pada baja karbon.
Untuk mempelajari mekanisme inhibisi dari inhibitor organik ektraksi asam
glutamat pada baja karbon.
I.4. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Adanya inovasi dan pengakuan paten atas penelitian yang telah dilakukan, yaitu
mengenai efektivitas asam glutamat sebagai inhibitor organik pada baja karbon
rendah.
2. Dari penelitian ini diharapkan kedepannya dapat menjadi acuan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan korosi khususnya di lingkungan air laut.
I.5. KEGUNAAN
Kegunaan program ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Memanfaatkan asam glutamat sebagai alternatif inhibitor organik
Menghasilkan solusi penanganan korosi pada infrastruktur yang menggunakan
struktur baja karbon dalam lingkungan air laut .
Sebagai bahan rujukan untuk mengatasi permasalahn korosi khususnya di daerah
Lingkungan air laut
I
II. TINJAUAN PUSTAKA
Asam Glutamat sebagai inhibitor senyawa organik yang mengandung gugus
amina dan karboksilat seperti asam amino juga dapat digunakan sebagai inhibitor
korosi (Srhiri dkk., 1996; Heeg dkk., 1998; Rajendran dkk., 2001; Stupnisek-
Lisac dkk., 2002).
Hal ini disebabkan oleh adanya gugus amina, gugus karboksilat, dan gugus
samping yang mengandung gugus fungsi belerang, senyawa aromatik dan
heterosiklik nitrogen,yang berpotensi untuk dapat berinteraksi dengan permukaan
logam dan membentuk lapisan pelindung terhadap lingkungan yang korosif.
Dengan adanya gugus-gugus tersebut maka dapat diasumsikan senyawa asam
amino dan turunannya merupakan kandidat yang potensial sebagai inhibitor
korosi. Beberapa penelitian telah melibatkan beberapa asam amino sebagai
inhibitor korosi, diantaranya adalah asam amino histidin (Wahyuningrum, 2004,
2006; Mateo dkk., 2003), sistein (Brolo dkk., 2002; Matos, 2004), dan triptofan
(El-Shafei dkk., 2004). Asam amino lain dan turunannya yang sudah diteliti
memberikan efisiensi inhibisi (EI) yang baik tetapi secara ekonomi masih belum
menguntungkan (Rajendran dkk., 2001; Stupnisek-Lisac dkk., 2002).
II.1. Mekanisme terjadinya Korosi
Korosi adalah perusakan, penurunan mutu material (logam) akibat
terjadinya reaksi dengan lingkungan yang korosif. Pada umumnya proses korosi
ini dapat dikatakan sebagai suatu proses atau reaksi elektrokimia yang dapat
terjadi dan bersifat secara alami serta berlangsung dengan sendirinya. Reaksi
anoda adalah reaksi utama untuk korosi. Menurut Sulistijono, 2000, korosi akan
terjadi bila terdapat empat komponen, yaitu anoda, katoda, larutan elektrolit
sebagai media penghantar listrik, factor yang terakhir adalah adanya kontak
metalik antar anoda dan katoda sehingga electron dapat mengalir dari anoda
menuju katoda
II.2. Inhibitor Korosi
Inhibitor adalah zat yang apabila ditambahkan ke dalam suatu lingkungan
dalam jumlah kecil (secara berkesinambungan) dapat menurunkan laju korosi
logam.
Keefektifan inhibitor korosi dihitung menurut rumus (Roberge, 1999)
I
Inhibitor korosi dapat dibedakan berdasarkan bahan dasarnya yaitu inhibitor
organic dan inhibitor inorganic. Contoh dari senyawa karbon yang berpotensi
sebagai inhibitor organic adalahsenyawa organik heteroatom yang mengandung
atom nitrogen, oksigen, atau sulfur pada molekulnya seperti asam glutamat dapat
digunakan sebagai inhibitor korosi
II.3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukakan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi kedalam dua
cara, yaitu cara dingin dan cara panas. Cara dingin yaitu menggunakan metode
maerasi dan perkolasi. Cara panas menggunakan refluks, soxhlet, digesti dan infus
II.4. Asam Glutamat
Korosi terhadap bagian dalam pipa ladang minyak merupakan salah satu
masalah yang paling mengganggu dalam industri minyak dan gas. Asam amino
dan turunannya berpotensi sebagai inhibitor korosi, termasuk asam glutamat, yang
telah dipelajari dalam proyek penelitian ini. Efektivitas asam glutamat sebagai
inhibitor korosi pada baja karbon dalam 1% (b / v) larutan NaCl jenuh CO2 oleh
telah ditentukan menggunakan metode Tafel dengan optimasi konsentrasi asam
glutamat, pH, dan temperature dari media uji. Asam glutamat adalah asam amino
yang memiliki dua gugus karboksilat dan satu gugus amina yang diharapkan dapat
menginhibisi korosi dengan cara teradsorpsi pada permukaan baja karbon. Asam
glutamat merupakan senyawa antara dalam pembuatan mono sodium glutamat
(MSG) yang relatif murah di pasaran, sehingga apabila asam glutamat terbukti
berpotensi sebagai inhibitor korosi, maka secara otomatis asam glutamat menjadi
suatu kandidat inhibitor korosi yang secara ekonomi relatif murah dan
meningkatkan nilai ekonomis pada produksi MSG secara umum.
I
III. METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM
Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini antara lain studi literatur dan
eksperimen. Studi literatur mengacu pada buku-buku dan jurnal penelitian terbaru
yang mempelajari tentang inhibitor organik. Eksperimen dilakukan sesuai dengan
diagram alir penelitian.
I
III.1. Preparasi Spesimen
Material yang digunakan pada penelitian ini adalah baja AISI 1020. Material yang
diuji dibentuk menjadi elektroda untuk pengujian menggunakan potensiostat.
Spesimen akan dibubut dan dipotong sampai ø 10 mm kemudian disambung
dengan kawat tembaga pada salah satu sisinya (panjang ±20 cm) dan dilapisi
dengan plastik.Penampakan visual dari spesimen untuk pengujian potensistat
dapat dilihat seperti gambar 3.2 berikut ini.
Gambar 1 Spesimen uji potensiostat
III.2. Preparasi Asam Glutamat sebagai Inhibitor
1. Asam Glutamat diekstrak menggunakan air mendidih selama 2 jam
larutan ekstrak kemudian difilter
2. Selanjutnya konsentrat dihilangkan kandungan airnya dengan cara
evaporasi
3. Solid ekstrak kemudian digunakan sebagai inhibitor
III.3. Metode Pengujian
a. Pengujian Korosi Elektrokimia Potensiostat
Pengujian elektrokimia sel tiga – elektroda (potensiostate) menggunakan jenis
versastat 4 dengan jenis software versa Studio. dengan menggunakan alat ini
dapat diketahui secara langsung laju korosi dari logam, namun perhitungan pada
penelitian ini digunakan interpolasi diagram tafel secara manual pada exel. Pada
diagram tafel yang didapat adalah Ecorr pada absis Y dan Log Icorr pada absis X.
Gambar 2 Sel Tiga Elektroda
b. Pengujian korosi dengan metode EIS
Spektroskopi impedansi elektrokimia adalah suatu metode untuk
I
menganalisis respon suatu elektroda terkorosi terhadap suatu sinyal potensial AC
pada amplitude rendah (±10 mV) dari rentang frekuensi yang sangat lebar.
c. Pengujian Scanning Electron Microscope (SEM) EDAX
d. Pengujian Kromatografi Gas
I
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1. OPTIMASI KONSENTRASI ASAM GLUTAMAT DALAM MEDIA AIR LAUT BUATAN
Pengukuran efisiensi inhibisi korosi asam glutamat terhadap baja API 5L Grade B dilakukan pada konsentrasi 5, 8 10,
15, 20 dan 25 ppm . Untuk memperoleh konsentrasi ini dibuat larutan induk asam glutamat 200 ppm yang diencerkan
dengan media air laut buatan. Data yang diperoleh ditampilkan pada Tabel 1 dan Gambar 2 yang menunjukkan kurva
hubungan antara potensial korosi dan kerapatan arus korosi hasil uji korosi logam baja karbon dalam larutan media air
laut buatan (NaCl 3%) dan larutan asam glutamat pada variasi konsentrasi 5, 8 10, 15, 20 dan 25 ppm dalam larutan air
laut buatan.
Gambar 1. Kurva Polarisasi Tafel untuk perilaku korosi baja karbon dalam larutan air laut buatan (NaCl 3%) pada
temperatur ruangan
Penambahan asam glutamat ke dalam larutan blanko (larutan NaCl 1% w/v) menyebabkan potensial korosi, Ekor,
bergeser ke arah yang positif seperti ditampilkan pada Tabel 1. Spesi-spesi dalam media yang dapat mempolarisasi baja
karbon ke arah anoda (positif) adalah yang bermuatan negatif atau bermuatan parsial negatif. Molekul asam glutamat
memiliki dua gugus bermuatan negatif yaitu gugus karboksilat dari gugus pokok asam amino dan rantai sampingnya.
Hal ini menyebabkan kerapatan arus
pada proses anoda (iFe�Fe2+) berkurang, yang juga berdampak pada penurunan kerapatan arus korosi, ikor. Oleh
karena permukaan baja karbon terpolarisasi secara anoda dan laju korosi baja karbon diinhibisi oleh asam glutamat,
maka asam glutamat dikategorikan sebagai inhibitor jenis anoda, yaitu inhibitor yang menginhibisi pelarutan ion-ion
Fe2+ dengan cara menurunkan kerapatan arus pada proses anoda.
I
Pada konsentrasi 8 ppm asam glutamat memberikan daya inhibisi paling besar sebesar 48,19 %. Pada konsentrasi
tersebut, asam glutamat memberikan kerapatan arus korosi dan laju korosi paling kecil. Polarisasi permukaan baja
karbon ke arah lebih positif akibat terpolarisasi oleh gugus fungsi amina sangat kecil, sebab gugus tersebut dalam
media uji berada dalam keadaan terprotonasi sebagai gugus amonium, –NH3+.
Sifat adsorpsi asam glutamat pada baja karbon adalah merupakan adsorpsi fisik, hal ini ditunjukkan oleh kecilnya nilai
∆G0ads asam glutamat yang ditentukan menggunakan Persamaan (3-1), (3-2) dan (3-3). Derajat penutupan permukaan
(θ, degree of surface coverage) dapat dihitung dari data kerapatan arus korosi berdasarkan metode Tafel, sebagaimana
dinyatakan oleh persamaan berikut (Khaled, 2003; Morad dan Kamal El-Dean, 2006)
dengan iinh dan iuninh adalah kerapatan arus korosi (dalam mA/cm2), secara berturut-turut, larutan sampel dengan
dan tanpa inhibitor korosi. Ternyata data yang dianalisis bersesuaian dengan isoterm adsorpsi Langmuir dalam bentuk
yang paling sederhana, yaitu grafik linier hubungan antara konsentrasi sampel inhibitor korosi (Cinh) dengan Cinh/ θ,
sesuai persamaan berikut (Bentiss dkk., 2004; Morad dan Kamal El-Dean, 2006).
dengan θ adalah derajat penutupan permukaan dan b adalah nilai koefisien adsorpsi, yang juga merupakan nilai tetapan
kesetimbangan adsorpsi (Kads) untuk asam glutamat, yang mengikuti hubungan linier isoterm adsorpsi Langmuir
dalam bentuk senderhana (Persamaan 3-2). Nilai energi bebas adsorpsi (∆G0ads, dalam kJ/mol) dapat ditentukan
melalui persamaan berikut (Morad dan Kamal El-Dean, 2006; Refaey dkk., 2006; Fouda dkk., 2007):
dengan R = tetapan gas ideal = 8,314 J/mol.K, nilai 55,55 adalah konsentrasi air (H2O) dalam larutan (dalam satuan
mol), dan T adalah suhu dalam K. Berdasarkan ketiga persamaan tersebut diperoleh nilai koefisien adsorpsi, b, adalah
9465,4 M-1 dan energi bebas adsorpsi, ∆G0 ads adalah −32,85 kJ/mol. Nilai ∆G0 ads sampai dengan – 20 kJ/mol
konsisten dengan adanya adsorpsi fisik (fisiosorpsi), sedangkan untuk nilai ∆G0ads di atas – 40 kJ/mol konsisten
dengan adanya adsorpsi kimia (kemisorpsi) (Migahed dkk., 2003; Morad dan Kamal El-Dean, 2006). Dengan
demikian asam glutamat termasuk mengalami interaksi adsorpsi secara fisik (fisiosorpsi)
pada permukaan baja karbon.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Asam glutamat memberikan efisiensi inhibisi korosi paling efektif pada konsentrasi 8 ppm dalam larutan air laut buatan
yaitu sebesar 48,19%. Nilai efisiensi inhibisi korosi ini relatif tidak begitu tinggi, namun dalam penggunaannya dapat
I
ditingkatkan potensi efisiensi inhibisi korosinya dengan formulasi yang sesuai maupun dengan modifikasi gugus-gugus
fungsi pada
asam glutamat, yang dapat dijadikan suatu kajian penelitian lanjutan. Adanya spesi asam asetat dan natrium asetat
sebagai larutan buffer dalam media uji serta kondisi media uji di atas suhu kamar menyebabkan potensi asam glutamat
8 ppm dalam larutan NaCl 1% sebagai inhibitor korosi menjadi sangat berkurang, bahkan korosif pada pH dalam
sistem buffer asetat dan suhu yang lebih tinggi sehingga pada kondisi tersebut tidak efektif digunakan sebagai
inhibitor korosi.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Deret Elektrokimia.(www.wikipedia.org). 16 Oktober 2011
Uhlig, Herbert H. 1963, Corrosion and Corrosion Control, John Willey &
Sons Inc.
Fontana, Mars G. 1978, Corrosion Engineering, McGraw-Hill Inc.
ASTM Symposium. 1978, Corrosion of Reinforcing Steel in Concrete.
ASTM Standards Handbook. (1994) vol. 04.02,01.04,03.02
Setyorini, Yuli. 2003. Perancangan Proteksi Kanodik dengan Metode Anoda
Tumbal pada Tiang Pancang Dermaga PT. ISM Bogasari Flour Mills
Surabaya, Laporan Kerja Praktek Jurusan Teknik Material FTI-ITS
Sulistijono. (2004). Aplikasi Anoda Seng Galvashield XP sebagai Proteksi
terhadap Korosi pada Baja Tulangan dalam Struktur Beton di
Lingkungan Air laut, Makalah SEMATEK 2004-2005. Teknik Material
FTI-ITS.
Sungkono, Isfandi. 2009. Pengaruh Perlakuan Homogenisasi Terhadap