Kumpulan Perundang-Undang Tentang Listrik

100
Peraturan Perundang-Undangan Yang Berkaitan Dengan Listrik PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2014 Oleh: Kelompok 2 Kelas B Aldhila Liantika M. (R0012004) Arda Chanaloka Z. (R0012008) Desi Kurniawati (R0012020) Dimas Ganung Ashary (R0012024) Ira Pracinasari (R0012048) Penny Damayanti (R0012070) Romadona (R0012086) Yesi Apriyani (R0012104)

Transcript of Kumpulan Perundang-Undang Tentang Listrik

Peraturan Perundang-Undangan Yang

Berkaitan Dengan Listrik

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2014

Oleh:

Kelompok 2

Kelas B

Aldhila Liantika M. (R0012004)

Arda Chanaloka Z. (R0012008)

Desi Kurniawati (R0012020)

Dimas Ganung Ashary (R0012024)

Ira Pracinasari (R0012048)

Penny Damayanti (R0012070)

Romadona (R0012086)

Yesi Apriyani (R0012104)

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 2

Kumpulan Peraturan

Perundang-Undangan Yang Berkaitan

Dengan Listrik

1. UU No. 1 Tahun 1970

2. UU No 20 Tahuh 2002

3. UU No.30 Tahun 2009 BAB V

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun

2012 Tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik

6. SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000

(PUIL 2000)

7. Per.Menaker No. 02/1989 - Instalasi Petir

8. Per.Menaker No. 03/1999 - Lif Listrik

9. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 6

Tahun 2012Tentang Ketenagalistrikan Dan Pemanfaatan Energi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 3

Peraturan

Perundang-Undangan

Yang Berkaitan Dengan

Listrik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 4

No. Regulasi Pasal/ Bagian Ayat Keterangan

1. SNI 04-0225-2000

Persyaratan Umum

Instalasi Listrik 2000

(PUIL 2000)

2. Persyaratan Dasar 2.1

2.1.2

Proteksi untuk keselamatan

Proteksi dari kejut listrik

2.1.2.1 Proteksi dari sentuh langsung

2.1.2.2 Proteksi dari sentuh tak langsung

2.1.3

2.1.4

2.1.5

2.1.6

2.2

2.2.1

2.2.2

2.3

2.3.1

2.3.3

Proteksi dari efek termal

2.1.3.1 Penyusunan Instalasi listrik

Proteksi dari arus lebih

2.1.4.1 Keselamatan bagi manusia /

ternak dari arus lebih serta

pengendaliannya

Proteksi dari arus gangguan

2.1.5.1 Fungsi dari penghantar, selain

penghantar aktif, dan bagian lain

Proteksi dari tegangan lebih ditujukan

kepada manusia / hewan

Proteksi perlengkapan dan instalasi listrik

Perlengkapan listrik

2.2.1.1 – 2.2.1.3 Pemeriksaan tanda

pengenal yg jelas, Persyaratan untuk

pemasangan dan beban sesuai

kemampuan.

Instalasi listrik

2.2.2.1 -2.2.2.2 Pemeriksaan, pengujian

serta pengoperasian instalasi listrik.

Perancangan instalasi listrik

Umum

2.3.1.1 tujuan merancang instalasi listrik

2.3.2 Karakteristik suplai

2.3.2.1 - 2.3.2.2 Macam-macam arus dan

jumlah penghantar

Macam kebutuhan akan listrik

2.3.3.1 Penentuan Jumlah dan jenis sirkit

untuk penerangan, pemanasan, daya,

kendali, sinyal, telekomunikasi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 5

2.3.4

2.3.5

2.3.6

2.3.7

2.3.8

2.3.9

2.3.10

2.3.11

2.3.12

2.3.13

2.4

2.4.2

2.4.3

Suplai darurat (perlu diperhatikan)

Kondisi lingkungan

2.3.5.1 Faktor dan parameter lingkungan

Luas penampang penghantar

2.3.6.1 Ukuran penghantar

2.3.6.4 Penentuan Luas penampang

penghantar

Jenis pengawatan dan cara pemasangan

Gawai proteksi

2.3.8.1 Karakteristik gawai proteksi

berdasarkan fungsinya

Kendali darurat

2.3.9.2 pemutusan suplai bila keadaan

bahaya

Gawai pemisah

Pencegahan pengaruh timbal-balik

2.3.11.1 Pengharusan penataan Instalasi

listrik

Keterjangkauan perlengkapan listrik

2.3.12.1 Tujuan perlengkapan listrik

Ruang kerja di sekitar perlengkapan

listrik

2.3.13.1 Bagian yang perlu diperhatikan

Pemilihan perlengkapan listrik

Karakteristik

2.4.2.1 kesesuaian karakteristik nilai dan

kondisi

2.4.2.2 Tegangan (persyaratan tegangan)

2.4.2.3 Arus ( persyaratan arus)

2.4.2.4 Frekuensi (persyaratan frekuensi)

2.4.2.5 Daya (persyaratan daya)

Kondisi instalasi dan pencegahan

pengaruh yang merusak

2.4.3.1 perhatikan dalam menentukan

jenis, ukuran, tegangan dan

kemampuannya

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 6

2.4.4

2.5

2.5.2

2.5.3

2.5.4

2.5.5

2.5.6

2.5.7

2.5.8

2.6

2.6.1

2.6.2

2.4.3.2 Kondisi instalasi (pemilihan

perlengkapan listrik dengan kondisi

lingkungan)

2.4.3.3 Pencegahan dari efek yang

merusak

Gawai proteksi

2.4.4.1-2.4.4.2 persyaratan pemutus sirkit

dan Gawai proteks)

Pemasangan dan verifikasi awal instalasi

listrik

2.5.1.1 Persyaratan pemasangan Instalasi

listrik

2.5.1.2 Persyaratan pengawatan

2.5.1.3 Persyaratan perlengkapan listrik

2.5.1.4 Kondisi dalam proses

pemasangan

2.5.1.5 Perawatan perlengkapan listrik

Penandaan dan polaritas

Pemasangan dan penempatan

perlengkapan listrik

Sambungan listrik

Bagian aktif

Bagian yang menimbulkan percikan api

Nilai resistans isolasi instalasi tegangan

rendah

Pemeriksaan dan pengujian (verifikasi)

Pemeliharaan

Ruang lingkup

Ketentuan dasar

2. 3. Proteksi untuk

keselamatan

3.2

3.2.1

3.3

3.3.1

Proteksi dari kejut listrik

Ruang lingkup (penerapan tindakan yang

sesuai)

Proteksi dari sentuh langsung maupun tak

langsung (pengertian SELV dan PELV )

Proteksi dengan tegangan ekstra rendah :

SELV dan PELV

3.3.1.1 persyaratan terpenuhinya Proteksi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 7

3.3.2

3.4

3.4.1

3.4.2

3.4.3

dari kejut listrik

3.3.1.2 Sumber untuk SELV dan PELV

3.3.1.3 Susunan sirkit

3.3.1.4 Persyaratan untuk sirkit tegangan

ekstra rendah yang tidak dibumikan

(SELV)

3.3.1.5 Persyaratan untuk sirkit yang

dibumikan (PELV)

Sistem PELV

3.3.2.1 Umum (Kombinasi tindakan)

3.3.2.2 Perlengkapan Proteksi dari sentuh

langsung

3.3.2.3 Perlengkapan Proteksi dari sentuh

tak langsung

3.3.2.4 Tusuk kontak dan kotak kontak

(persyaratan)

Proteksi dari sentuh langsung (proteksi

dari kejut listrik dalam pelayanan normal

atau proteksi dasar)

a. Pengertian sentuh langsung

b. Cara penanggulangan bahaya

sentuh langsung

c. Pengecualian cara

penaggulangan

Proteksi dengan isolasi bagian aktif

3.4.1.1 Bagian aktif harus seluruhnya

tertutup dengan isolasi yang hanya dapat

dilepas dengan merusaknya.

Proteksi dengan penghalang atau

selungkup

3.4.2.1 Proteksi manusia

3.4.2.4 Syarat pemasangan Penghalang

dan selungkup

3.4.2.5 Beberapa hal untuk membuka /

menutup selungkup

Proteksi dengan rintangan

3.4.3.1Pencegahan terhadap rintangan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 8

3.4.4

3.4.5

3.4.6

3.5

3.5.1

3.5.2

3.5.3

3.5.4

3.5.5

3.5.6

3.6

3.6.1

3.4.3.2 pelepasan rintangan tanpa kunci

Proteksi dengan penempatan di luar

jangkauan

3.4.4.1 Bagian berbeda potensial yang

dapat terjangkau secara simultan harus

berada di luar jangkauan tangan.

3.4.4.3 penambahan jarak pada benda

konduksi

Proteksi tambahan dengan Gawai

Proteksi Arus Sisa (GPAS)

Kode IP

3.4.6.1 Pengertian Kode IP

3.4.6.2 Susunan kode IP

3.4.6.3 Elemen kode IP dan artinya

3.4.6.4 Contoh penggunaan kode IP

Proteksi dari sentuh tak langsung

Umum

3.5.1.1 - 3.5.1.2 pengertian Sentuh tak

langsung dan BKT

3.5.1.3 Cara Pencegahan Kegagalan

isolasi

3.5.1.5 Pengertian Tegangan sentuh yang

terlalu tinggi

Cara proteksi

Jenis sistem distribusi

3.5.3.1 Karakteristik sistem distribusi

3.5.3.2 Jenis sistem penghantar aktif

(perhitungannya)

3.5.3.3 Jenis pembumian system

Sistem TN (lihat 3.13) (tiga jenis sistem

TN)

Sistem TT (lihat 3.12)

Sistem IT (lihat 3.14)

Ketentuan umum bagi proteksi dari

sentuh tak langsung

Penggunaan

3.6.1.1 Tindakan proteksi

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 9

3.6.2

3.6.3

3.7

3.7.1

3.7.2

3.8

3.8.1

3.8.2

3.9

3.6.1.2 Proteksi tidak diperlukan pada

instalasi dan perlengkapan listrik

Pelaksanaan

3.6.2.1 Memilih cara proteksi dan

mengusahakan proteksi yang efektif

3.6.2.2 Syarat Penghantar proteksi

3.6.2.3 Syarat Hubungan penghantar

proteksi melalui kontak tusuk

3.6.2.4 Syarat Perlengkapan listrik yang

memakai isolasi proteksi

3.6.2.5 Syarat perluasan atau

penyambungan instalasi listrik yang

memakai tindakan proteksi

Penghantar ikatan penyama potensial

3.6.3.1 Syarat Penghantar ikatan

penyama potensial.

Proteksi dengan pemutusan suplai secara

otomatis

Tindakan konvensional yang sesuai

dengan 3.7.1.1 (Pemutusan suplai) dan

3.7.1.2 (Pembumian) diberikan dalam

3.12 hingga 3.14 sesuai jenis pembumian

sistem.

Ikatan penyama potensial

3.7.2.1 Ikatan penyama potensial utama

3.7.2.2 Ikatan penyama potensial

suplemen

Proteksi dengan menggunakan

perlengkapan kelas II atau dengan isolasi

ekuivalen

Persyaratan Proteksi

Kelas perlengkapan

3.8.2.1 Perlengkapan kelas 0

3.8.2.2 Perlengkapan kelas I

3.8.2.3 Perlengkapan kelas II

3.8.2.4 Perlengkapan kelas III

Proteksi dengan lokasi tidak konduktif

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 10

3.9.1

3.9.2

3.9.3

3.9.4

3.9.5

3.9.6

3.10

3.10.1

3.10.2

3.10.3

3.11

3.11.2

3.12

3.13

3.13.2

3.14

3.14.2

3.15

3.15.1

3.15.2

3.15.3

Persyaratan BKT

Dalam lokasi yang tidak konduktif tidak

boleh ada penghantar proteksi

3.9.4 Resistans lantai dan dinding

berisolasi pada setiap titik pengukuran

dalam kondisi yang ditentukan pada 3.22

Syarat pada Ayat 3.9.2

Resistans lantai dan dinding berisolasi

pada setiap titik pengukuran dalam

kondisi yang ditentukan pada 3.22

Persyaratan susunan

Persyaratan Tindakan pencegahan

Proteksi dengan ikatan penyama

potensial lokal bebas bumi

Persyaratan Penghantar ikatan penyama

potensial

Sistem ikatan penyama potensial lokal

tidak boleh sentuh listrik secara langsung

dengan bumi melalui BKT atau melalui

BKE

Tindakan pencegahan

Proteksi dengan separasi listrik

Persyaratan

Sistem TT atau sistem Pembumian

Pengaman (sistem PP)

Sistem TN atau sistem Pembumian

Netral Pengaman (PNP)

Persyaratan

Sistem IT atau sistem Penghantar

Pengaman (sistem HP)

Persyaratan

Penggunaan Gawai Proteksi Arus Sisa

(GPAS)

Umum (Pengertian dan pemilihan GPAS)

Persyaratan

Contoh pemasangan Gawai Proteksi Arus

Sisa (GPAS), pada system TN dan TT.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 11

3.16

3.16.1

3.16.2

3.17

3.18

3.18.1

3.18.2

3.18.3

3.18.43.

18.5

3.19

3.19.1

3.19.2

3.20

3.20.1

3.20.2

3.20.3

3.21

3.21.1

3.21.2

3.21.3

3.22

3.22.1

Luas penampang penghantar proteksi dan

penghantar netral

Luas penampang penghantar proteksi

Luas penampang penghantar fase dan

penghantar netral

Rekomendasi untuk sistem TT, TN dan

IT

Peraturan umum untuk elektrode bumi

dan penghantar bumi

Umum (Pengertian Elektrode bumi)

Jenis elektrode bumi (Elektrode pita,

Elektrode batang)

Resistans jenis tanah dan resistans

pembumian

Bahan dan ukuran electrode

Jenis elektrode lain

Pemasangan dan susunan elektrode bumi

dan penghantar bumi

Pemasangan dan susunan elektrode bumi

Penghantar bumi

Resistans isolasi suatu instalasi listrik

tegangan rendah

Pengertian Resistans isolasi

Cara pengukuran Resistans isolasi

Hasil perbandingan resistans isolasi yang

diukur dengan nilai tegangan uji

Pengujian sistem proteksi yang memakai

penghantar proteksi

Umum (Pengujian terhadap semua sistem

proteksi)

Pemeriksaan awal

Pengukuran dan pengujian

Pengukuran resistans isolasi lantai dan

dinding berkaitan dengan proteksi dengan

lokasi tidak konduktif.

Definisi dan nilai isolasi lantai dan

dinding

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 12

4 Perancangan

instalasi listrik

3.22.2

3.23

3.23.1

3.23.2

3.23.3

3.23.4

3.24

3.24.1

3.24.2

3.24.3

3.24.4

3.24.5

3.24.6

3.25

3.25.2

4.1

4.1.1

4.1.2

4.2.2

4.2.3

4.2.4

4.2.5

4.2.6

4.2.7

4.2.8

4.2.9

4.3

4.3.1

Pengukuran isolasi lantai dan dinding

Proteksi dari efek termal

Umum (perlengkapan listrik harus diberi

proteksi dari efek panas)

Proteksi dari kebakaran

Proteksi dari luka bakar

Proteksi dari panas lebih

Proteksi dari arus lebih

Umum (persyaratan Penghantar aktif)

Sifat gawai proteksi

Proteksi dari arus beban lebih

Proteksi dari arus hubung pendek

Koordinasi proteksi beban lebih dan

hubung pendek

Pembatasan arus lebih dengan

karakteristik suplai

Proteksi instalasi listrik dari tegangan

lebih akibat petir

Persyaratan (Proteksi instalasi listrik

yang dihubungkan dengan penghantar

saluran udara tegangan rendah)

Persyaratan umum

Ketentuan umum (persyaratan rancangan

instalasi listrik)

Ketentuan rancangan instalasi listrik

Ukuran dan jenis kabel dan penghantar

Susut tegangan

Batas suhu

Sambungan penghantar parallel

Arus pengenal gawai pengendali

Arus pengenal dan jenis gawai proteksi

Arus pengenal gawai proteksi

Pembatas arus gangguan

Cara perhitungan kebutuhan maksimum

di sirkit utama konsumen dan sirkit

Cabang

Cara menentukan kebutuhan maksimum

4.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 13

4.3.2

4.3.3

4.3.4

4.3.5

4.3.6

4.4

4.4.1

4.4.2

4.5

4.5.1

4.5.2

4.6

4.6.1

4.6.2

4.6.3

4.6.4

4.7

4.7.1

4.7.2

4.8

4.8.1

4.8.2

4.8.3

4.9

4.9.1

Perhitungan kebutuhan maksimum di

sirkit utama konsumen dan sirkit cabang

Penentuan kebutuhan maksimum dengan

penaksiran

Penentuan kebutuhan maksimum sirkit

utama konsumen dan sirkit cabang

dengan cara pengukuran atau pembatasan

Kebutuhan maksimum sirkit akhir

Sirkit akhir terpisah yang diperlukan

Jumlah titik beban dalam tiap sirkit akhir

Jumlah titik beban maksimum dalam tiap

sirkit akhir

Jumlah titik per sirkit akhir sirkit akhir

untuk aplikasi khusus dalam instalasi

bukan rumah

Sirkit utama konsumen

Penampang minimum

Sistem pengawatan

Susunan sirkit cabang dan sirkit akhir

Titik awal dari sirkit cabang dan sirkit

akhir

Penampang minimum sirkit

Penurunan kemampuan hantar arus di

sirkit cabang

Penurunan kemampuan hantar arus di

sirkit akhir

Penghantar netral bersama

Sirkit utama konsumen dan sirkit cabang

Sirkit akhir

Pengendalian sirkit yang netralnya

dibumikan langsung

Sakelar utama

Sakelar tambahan

Penyambungan sakelar utama

Proteksi sirkit yang netralnya dibumikan

langsung

Sirkit cabang dan sirkit akhir

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 14

5 Perlengkapan listrik

4.9.2

4.9.3

4.10

4.11

4.11.1

4.11.2

4.11.3

4.11.4

4.11.5

4.11.6

4.11.7

4.11.8

4.12

4.12.1

4.12.2

4.13

4.13.1

4.13.2

4.13.3

4.13.4

5.1

5.1.1

5.1.2

5.1.3

5.1.4

5.1.5

5.1.6

Sirkit kendali

Pengaman lebur di penghantar netral

Pengendalian dan proteksi sirkit yang

netralnya dibumikan tidak langsung

Perlengkapan pengendalian api dan asap

kebakaran, perlengkapan evakuasi

darurat dan lif

Umum (Persyaratan ini dimaksud untuk

menjamin agar suplai listrik ke

perlengkapan yang diperlukan untuk

beroperasi dalam keadaan darurat, tidak

terputus karena tidak sengaja)

Perlengkapan penting (pengendalian api

dan asap kebakaran, evakuasi dan Lif )

Sakelar utama

Susunan

Pemberian tanda

Sistem pengawatan

Pemisahan

Persyaratan tambahan bagi motor pompa

kebakaran

Sakelar dan pemutus sirkit

Operasi

Sakelar di penghantar netral

Lokasi dan pencapaian PHB

Lokasi PHB

Pencapaian PHB

Jalan masuk ke dalam selungkup PHB

Jalan keluar dari daerah PHB

Ketentuan umum

Syarat umum

Proteksi dari gejala api

Perlengkapan

Bagian aktif

Proteksi dari tegangan sentuh

Proteksi terhadap tegangan lebih

5.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 15

5.1.7

5.1.8

5.1.9

5.2

5.2.1

5.2.2

5.3

5.3.1

5.3.2

5.3.3

5.3.4

5.3.5

5.3.6

5.3.7

5.3.8

5.3.10

5.3.11

5.3.12

5.4

5.4.1

5.4.2

5.5

5.5.1

5.5.2

5.5.3

5.5.4

5.5.5

5.5.6

5.5.7

5.5.8

5.5.9

5.5.10

5.5.11

5.6

Pengamanan gagang

Pelayanan

Pemberian tanda

Pengawatan perlengkapan listrik

Kabel fleksibel

Kabel lampu

Armatur penerangan, fiting lampu, lampu

dan roset

Proteksi terhadap sentuh langsung dan

tak langsung

Pembumian

Persyaratan dalam keadaan khusus

Syarat kotak sambung dan kap armature

Penunjang armature

Perkawatan armatur

Konstruksi

Fiting lampu dengan sakelar

Lampu dan perlengkapan bantu

Lampu tabung gas

Roset

Tusuk kontak dan kotak kontak

Konstruksi tusuk kontak

Ketentuan yang berkaitan dengan

keadaan lingkungan

Motor, sirkit dan kendali

Syarat umum

Keadaan lingkungan

Sirkit motor

Proteksi beban lebih

Proteksi hubung pendek sirkit motor

Proteksi hubung pendek sirkit cabang

Kendali

Sarana pemutus

Tegangan di atas 1000 V

Pencegahan terhadap sentuhan langsung

Pembumian

Generator

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 16

5.7

5.7.1

5.7.2

5.8

5.8. 1

5.8.2

5.8.3

5.9

5.9.1

5.9.2

5.9.3

5.9.4

5.9.5

5.9.6

5.9.7

5.10

5.10.1

5.10.2

5.10.3

5.10.4

5.10.5

5.11

5.12

5.12.1

5.12.2

5.12.3

5.12.4

5.12.5

5.12.6

5.12.7

5.12.8

5.12.9

5.13

Peranti randah

Kabel penghubung pada terminal

Pembumian

Transformator dan gardu transformator

Umum

Ketentuan khusus yang dapat berlaku

pada bermacam-macam transformator

Ketentuan untuk kubu transformator

Akumulator

Ruang lingkup dan definisi

Perkawatan

Penyekatan dan isolasi

Rak dan baki

Ruang akumulator

Pengisi akumulator

Pemberian tanda

Kapasitor

Instalasi

Penghantar

Pemasangan

Pembumian dan perlindungan

Pemberian tanda

Resistor dan reactor

Peranti pemanas

Peranti pemanas harus dirancang,

dipasang, dihubungkan, dan/atau

dilindungi sedemikian rupa.

Bahan peranti pemanas harus memenuhi

ketentuan

Pembumian

Pemberian tanda

Lengkapan

Konstruksi

Gawai pembatas

Pemanas zat cair

Keadaan ruang

Perlengkapan pemanas induksi dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 17

6. Perlengkapan

Hubung Bagi dan

Kendali (PHB)

serta komponennya

6.1 Ruang lingkup

6.1.1 Bab ini mengatur persyaratan PHB

yang meliputi, pemasangan, sirkit,

ruang

pelayanan, penandaan untuk semua

jenis PHB, baik tertutup, terbuka, dan

pasangan dalam,

maupun pasangan luar.

6.1.2 Bab ini mengatur juga persyaratan

khusus untuk komponen yang

merupakan bagian

PHB.

6.2 Ketentuan umum

6.2.1 Penataan PHB

6.2.2 Ruang pelayanan dan ruang bebas

sekitar PHB pemeriksaan, perbaikan,

5.13.1

5.13.2

5.13.3

5.13.4

5.14

5.15

5.15.2

5.15.3

5.16

5.16.2

5.17

5.17.2

5.17.3

5.17.4

5.18

dielektrik

Ruang lingkup dan umum

Perlengkapan motor generator

Perlengkapan bukan motor generator

Perlindungan, pembumian dan penandaan

Pemanfaat dengan penggerak

elektromekanis

Mesin las listrik

Mesin las busur listrik yang

menggunakan transformator, penyearah,

dan motor generator

Mesin las resistans

Mesin perkakas

Penghantar

Perlengkapan sinar X

Kendali

Transformator dan kapasitor

Perlindungan dan pembumian

Lampu busur

6.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 18

pelayanan dan lalulintas dapat

dilakukan dengan mudah dan aman.

6.2.3 Penandaan

6.2.4 Pemasangan sakelar masuk

6.2.5 Pemasangan sakelar keluar

6.2.6 Pengelompokan perlengkapan sirkit

6.2.7 Penempatan pengaman lebur, sakelar,

dan rel

6.2.8 Pemasangan pemisah

6.2.9 Jarak minimum antar bagian yang

telanjang

6.3 Perlengkapan Hubung Bagi dan

Kendali (PHB) tertutup

6.3.1 Umum

6.3.2 PHB tertutup pasangan dalam

6.3.3 PHB tertutup pasangan luar

6.4 Perlengkapan Hubung Bagi dan

Kendali (PHB) terbuka

6.4.1 Syarat umum

6.4.2 PHB terbuka pasangan dalam

6.4.3 PHB terbuka pasangan luar

6.5 Lemari hubung bagi, kotak hubung

bagi dan meja hubung bagi

6.5.1 Bentuk

6.5.2 Pemasangan

6.5.3 Konstruksi lemari dan panelnya

6.6 Komponen yang dipasang pada

Perlengkapan Hubung Bagi dan

Kendali (PHB)

6.6.1 Syarat umum

6.6.2 Sakelar, pemisah, pengaman lebur dan

pemutus

6.6.3 Instrumen ukur dan indikator

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 19

6.6.4 Penghantar rel

6.6.5 Komponen gawai kendali

6.6.6 Terminal dan sepatu kabel

7. Penghantar dan

pemasangannya

7.1 Umum

7.1.1 Persyaratan umum penghantar

7.1.2 Kabel

7.1.3 Kabel tanah

7.1.4 Penghantar udara di sekitar bangunan

7.1.5 Penghantar jenis lain

7.2 Identifikasi penghantar dengan warna

7.2.1 Ketentuan umum

7.2.2 Penggunaan warna loreng hijau-

kuning

7.2.3 Penggunaan warna biru

7.2.4 Penggunaan warna untuk pengawatan

dengan kabel berinti tunggal

7.2.5 Pengenal untuk inti atau rel

7.2.6 Warna untuk kabel berselubung

berinti tunggal

7.2.7 Warna selubung kabel

7.3 Pembebanan penghantar

7.3.1 Pembebanan terus menerus kabel

instalasi dengan isolasi tunggal

7.3.2 Pembebanan terus menerus kabel

instalasi dengan isolasi dan selubung

PVC

dan kabel fleksibel

7.3.3 Pembebanan terus menerus dan

proteksi kabel berisolasi dan

berselubung

jenis lain

7.3.4 Pembebanan terus menerus kabel

tanah berisolasi PVC

7.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 20

7.3.5 Pembebanan terus menerus kabel

tanah berisolasi kertas, berpelindung

logam

(timbal atau aluminium)

7.3.6 Pembebanan terus menerus kabel

tanah berisolasi XLPE

7.3.7 Pembebanan terus menerus

penghantar udara di luar bangunan

7.4

7.4.1

7.4.2

7.5

7.5.1

7.5.2

7.5.3

7.5.4

7.6

7.7

7.7.1

7.5.4

7.6

7.7

7.7.1

7.8

7.8.1

7.8.2

Pembebanan penghantar dalam

keadaan khusus

Definisi

Perhitungan pembebanan singkat dan

intermiten

Proteksi arus lebih

Ketentuan umum

Penempatan gawai proteksi arus lebih

Penempatan gawai proteksi arus

hubung pendek

Proteksi penghantar yang

dihubungkan paralel

Proteksi penghantar dari kerusakan

karena suhu yang sangat tinggi atau

sangat rendah

Proteksi sirkit listrik

Sirkit penerangan

Proteksi penghantar yang

dihubungkan paralel

Proteksi penghantar dari kerusakan

karena suhu yang sangat tinggi atau

sangat rendah

Proteksi sirkit listrik

Sirkit penerangan

Isolator, pipa instalasi dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 21

7.8.3

7.8.4

7.8.5

7.9

7.9.1

7.9.2

7.9.3

7.9.4

7.9.5

7.10

7.10.1

7.10.2

7.10.3

7.10.4

7.10.5

lengkapannya

Umum

Isolator

Pipa instalasi

Pemasangan isolator

Memasang pipa instalasi

Jalur pengantar

Umum

Jenis jalur pengantar

Penggunaan

Syarat umum

Syarat penerangan

Syarat umum pemasangan penghantar

(sampai dengan 1.000 volt)

Daerah penggunaan

Pemasangan penghantar harus

dilaksanakan demikian rupa sehingga

tercapai suatu keseluruhan yang baik

dan aman serta kelangsungan kerja

terjamin.

Pemasangan penghantar harus

dilaksanakan demikian rupa sehingga

instalasi itu tahan terhadap pengaruh

gaya elektrodinamik dan pembebanan

termis yang merusak akibat arus

hubung pendek yang mungkin timbul.

Untuk melaksanakan pemasangan

yang baik, harus dipilih penghantar

yang

memenuhi persyaratan ditinjau dari

KHA, kekuatan isolasi, dan

pembebanan mekanis sesuai Tabel-

tabel 7.1.3, 7.1.4, 7.1.5, 7.1.6, 7.1.7

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 22

7.10.6

7.10.7

7.10.8

7.10.9

7.10.10

7.10.11

dan 7.1.10.

Penghantar harus dilindungi terhadap

kerusakan mekanis dengan cara

pemasangannya yang tepat atau

dengan selubung khusus. Pada jarak

yang masih

terjangkau oleh tangan, penghantar

harus diberi perlindungan yang

memenuhi syarat

terhadap kerusakan mekanis, kecuali

pada tempat tertutup.

Penghantar yang boleh dipasang di

dalam pipa instalasi ialah penghantar

berisolasi dengan bahan isolasi yang

sesuai dengan keperluan itu dan

dengan kemampuan

isolasi yang cukup, sesuai yang

tercantum pada Tabel 7.1.3.

Yang boleh dipasang di dalam tanah

atau di dalam air hanya kabel yang

dibuat

khusus untuk itu (lihat Tabel 7.1-5 dan

7.1-6).

Kabel instalasi (misalnya NYM) di

dalam dan di bawah plesteran, pada

atau di

atas langit-langit dan di dalam dinding

berongga dapat dianggap sebagai

instalasi di luar jangkauan tangan serta

dianggap telah dilindungi secara

mekanis. Di tempat-tempat tersebut di

atas, kabel instalasi harus dipasang

tegak lurus atau mendatar.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 23

7.10.12

7.10.13

7.10.14

7.10.15

Pada pemasangan kabel berisolasi dan

berinti tunggal (misalnya kabel rumah

NYA) di dalam pipa, yang boleh

dipasang di dalam suatu pipa hanya

kabel dari satu sirkit daya dan atau

sirkit bantu.

Pada pemasangan kabel atau kabel

tanah yang berinti banyak, boleh

dipasang

lebih dari satu sirkit daya dalam satu

pipa instalasi, berikut sirkit bantu yang

diperuntukkanbagi sirkit daya itu.

Kalau sirkit bantu dipasang terpisah

dari sirkit daya, maka penghantar dari

beberapa sirkit bantu tersebut boleh

disatukan di dalam satu pipa atau

dipakai kabel tanah berinti banyak.

Apabila beberapa sirkit daya yang

dipasang di dalam satu pipa

mempunyai

tegangan yang berbeda-beda, maka

kabel atau kabel tanah berinti banyak

yang digunakan untuk itu haruslah

dipilih dari yang sesuai dengan

tegangan kerja yang tertinggi.

Penghantar satu sirkit daya tidak boleh

dibagi ke dalam beberapa pipa, kabel

atau

kabel tanah berinti banyak yang

berbeda-beda, yang mengandung juga

sirkit daya yang lain.

Pada pemasangan kabel berinti

banyak, penghantar netral dari suatu

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 24

7.10.16

7.10.17

7.10.18

7.10.19

7.10.20

sirkit tidak

boleh digunakan sebagai penghantar

netral sirkit yang lain, kecuali pada

perlengkapan

hubung bagi asalkan luas penampang

penghantar netral itu minimum sama

dengan jumlah luas penampang

normal dari penghantar netral masing-

masing sirkit daya.

Beberapa sirkit daya selama tidak

terpotong penghantarnya boleh

dilewatkan

bersama-sama melalui satu kontak

tarik tanpa menggunakan isolasi

pemisah. Isolasi pemisah diperlukan

pada kotak tarik tersebut bila

dilakukan penyambungan sirkit daya

termaksud di atas. Untuk itu harus

diperhatikan ketentuan 7.11.1.2.

Sambungan kabel, selubung logam,

pelindung konsentris dan lapisan

pelindung

mekanis harus saling

dihubunghantarkan dengan baik,

kecuali bila disyaratkan bahwa gawai-

gawai itu dipisahkan.

Pada pencabangan atau

penyambungan dari penghantar yang

selubung atau

pelindung logamnya dibumikan,

pelindung logam tersebut harus

dihubunghantarkan dengan baik,

kecuali jika masing-masing bagian

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 25

7.10.21

7.10.22

7.10.23

7.10.24

7.10.25

dari selubung atau pelindung logam

itu telah dibumikan dengan baik pada

kedua sisi pencabangan atau

penyambungannya.

Bumi tidak boleh sekali-kali

digunakan sebagai penghantar balik

untuk instalasi

arus kuat, untuk hal semacam itu harus

digunakan penghantar tersendiri

Di dalam bangunan pada persilangan

atau pendekatan antara kabel arus kuat

dan

kabel arus lemah harus diambil

tindakan untuk melindungi penghantar

listrik arus lemah (telekomunikasi)

terhadap pengaruh yang berbahaya

atau merusak dengan membuat jarak

minimum sebesar 1 cm atau dengan

satu dinding pemisah. Klem dari

instalasi arus kuat dan arus lemah

yang letaknya berdekatan harus di

susun terpisah dan diletakkan

demikian rupa

sehingga mudah dibedakan yang satu

dengan yang lain.

Di luar bangunan penghantar listrik

arus kuat dan bagian konstruksi yang

bersangkutan, sedapat mungkin

berjarak minimum 1 m dari

penghantar listrik arus lemah

(telekomunikasi) yang tidak dilindungi

oleh pelindung elektromagnetik.

Sistem penghantar penyalur arus harus

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 26

7.11

7.11.1

7.11.2

7.11.3

7.11.4

7.11.5

7.12

7.12.1

7.12.2

7.12.3

7.12.4

7.12.5

7.12.6

7.13

7.13.1

7.13.2

7.13.3

7.13.4

merupakan sirkit yang tidak terputus.

Pipa

gas, pipa air, bumi, dan benda logam

lain yang kegunaan utamanya bukan

untuk penyalur arus tidak

diperbolehkan dipakai sebagai

pengganti penyalur arus.

Penghantar netral atau penghantar nol

sistem penghantar penyalur arus

dalam

bangunan pada seluruh panjangnya

harus berisolasi, yang memenuhi

ketentuan yang sama dengan yang

disyaratkan untuk penghantar kutub

atau penghantar fase dari sistem yang

bersangkutan, kecuali jika penghantar

kutub atau penghantar fase ini juga

tidak berisolasi.

Penghantar netral dan penghantar nol

dalam bangunan, termasuk pula semua

penghantar cabang yang dihubungkan

padanya harus dapat dikenal secara

jelas dan seragam pada seluruh

panjangnya sesuai dengan 7.2.2 dan

7.2.3.

Pada penghantar netral atau

penghantar nol tidak boleh dipasang

sakelar, kecuali

sesuai dengan 4.12.2.

Penghantar yang terpasang akan tetapi

tidak dipakai lagi, harus dibebaskan

dari

sumber tegangan. Penghantar tersebut

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 27

7.13.5

7.13.6

7.13.7

7.13.8

7.13.9

tidak boleh tinggal bersama-sama

dengan

penghantar yang masih bertegangan,

kecuali jika kedua ujungnya diproteksi

secara baik dari sentuh langsung

(misalnya ujung kabelnya ditutup

dengan isolasi secara baik atau

dihubungkan dengan klem yang

tertutup).

Sambungan dan hubungan

Umum

Sambungan kabel dan kabel tanah

Cara menghubungkan

Hubungan kabel instalasi permanen

dengan perlengkapan listrik

Penutupan ujung kabel tanah yang

terbuka

Instalasi dalam bangunan

Kabel rumah tanpa selubung

Kabel instalasi berselubung

Pemasangan kabel instalasi pipih

Penghantar telanjang

Pemasangan kabel instalasi yang

fleksibel

Pemasangan kabel fleksibel

Pemasangan penghantar dalam pipa

instalasi

Hanya kabel rumah yang tidak rusak

boleh dipasang di dalam pipa instalasi.

Di dalam pipa instalasi tidak boleh ada

sambungan penghantar;

penyambungan

penghantar ini harus dilaksanakan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 28

7.14

7.14.1

7.14.2

7.14.3

7.14.4

dalam kotak sambung atau kotak

cabang yang

diperuntukkan bagi maksud itu.

Kabel rumah berisolasi karet (NGA)

dan berisolasi PVC (NYA) harus

dipasang di

dalam pipa instalasi; jika tidak, maka

harus ditempuh cara-cara tersebut

dalam 7.12.1.

Kabel rumah dan kabel instalasi hanya

boleh dimasukkan/ditarik ke dalam

pipa

instalasi setelah pipa untuk setiap

sirkit daya terpasang lengkap.

Kabel rumah dan kabel instalasi tidak

boleh dipasang dalam pipa sebelum

pekerjaan kasar, antara lain

pembetonan dan plesteran,

diselesaikan.

Jumlah kabel rumah berisolasi karet

(NGA) dan berisolasi PVC (NYA)

yang

dipasang dalam pipa, harus

memungkinkan penarikan dengan

mudah. Jumlah kabel rumah

tersebut, tidak boleh melebihi apa

yang tercantum dalam Tabel 7.8-1 dan

7.8-2.

Untuk macam kabel rumah tersebut

yang mempunyai diameter luar lebih

besar

dari apa yang terdapat dalam tabel,

jumlahnya harus dikurangi sehingga

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 29

7.15

7.15.1

7.15.2

7.15.3

7.15.4

7.15.5

7.15.6

7.16

7.16.1

7.16.2

7.16.3

7.16.4

7.16.4

7.16.6

7.16.7

7.16.8

7.16.9

penarikan yang dimaksud di atas dapat

dilakukan dengan mudah, dengan

memperhatikan 7.13.1.8.

Untuk jenis penghantar, yang

ukurannya tidak tercantum dalam

Tabel 7.8-1 dan

7.8-2, jumlah dan ukuran penghantar

yang boleh dimasukkan dalam satu

pipa instalasi

harus ditentukan sehingga faktor

pengisian tidak lebih dari ketentuan

Kabel rumah dari sistem arus bolak-

balik yang dipasang di dalam pipa

yang

bersifat magnetis (misalnya: pipa

instalasi dari baja) harus

dikelompokkan sehingga kabel rumah

yang tersebut di bawah ini berada

dalam pipa yang sama :

Pada sistem fase tiga : Kabel rumah

dari ketiga fase dan kawat netralnya

(kalau ada)

Pada sistem fase dua :Kabel rumah

dari kedua fase dan kawat netralnya

(kalau ada)

Pada sistem fase tunggal : Kabel

rumah dari fase dan kawat netralnya.

Penghantar seret dan penghantar

kontak

Penghantar telanjang yang

bertegangan dari penghantar seret dan

penghantar

kontak dan bagian telanjang yang

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 30

7.16.10

7.17

tergolong di dalamnya, harus

dilindungi secara baik dan tepat dari

sentuhan, dengan cara pemasangannya

atau dengan pertolongan perlengkapan

khusus.

Di tempat yang dekat dan mudah

terlihat dari penghantar seret dan

penghantar

kontak harus terdapat perlengkapan

pengaman yang dapat dilayani dari

bawah, yang dapat membuat

penghantar tersebut bebas tegangan

dan mem-pertahankannya tetap bebas

tegangan.

Jika penghantar seret dan penghantar

kontak terbagi dalam dua bagian atau

lebih

maka masing-masing bagian harus

dapat dibuat bebas tegangan dan

dipertahankan tetap bebas tegangan.

Kedudukan kerja sakelar bagian atau

pemisah bagian harus dapat dilihat

jelas dari tempat pelayanannya,

sedang kedudukan terbukanya harus

dapat dijamin dengan cara

menguncinya atau cara lain yang

sekurang-kurangnya sederajat, dan

anak kuncinya diserahkan kepada

pegawai ahli yang bertanggung jawab

dan ditugaskan untuk itu.

Pemasangan kabel tanah

Umum

Persilangan dan pendekatan kabel

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 31

tanah dengan kabel tanah instalasi

telekomunikasi

Persilangan dan pendekatan kabel

tanah dengan jalan kereta rel dan jalan

raya

Persilangan dan pendekatan kabel

tanah dengan saluran air dan bangunan

Pengairan

Pendekatan kabel tanah dengan

instalasi listrik di atas tanah

Kabel tanah yang keluar dari tanah

Pemasangan penghantar udara di

sekitar bangunan

Umum

Penghantar udara

Jarak penghantar udara tegangan

rendah dengan tanah dan dengan

benda lain

Penghantar udara telanjang tegangan

rendah di atas atap bangunan

Proteksi penghantar udara tegangan

rendah dari hubung pendek, tegangan

lebih dan beban mekanis

Perlindungan terhadap gas, uap dan

lain-lain

Kawat tambat dan tiang sangga

Penghantar udara berisolasi dipasang

pada tembok dan lain-lain

Jarak bagian konstruksi penghantar

udara terhadap kabel tanah

Penghantar udara yang tidak bekerja

atau yang tidak digunakan

Pemasangan penghantar khusus

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 32

8. 8. Ketentuan untuk

berbagai ruang dan

instalasi khusus

8.1

8.2

8.2.1

8.2.2

8.2.3

8.3

8.3.1

8.4

8.4.1

8.4.2

8.4.3

8.5

8.5.1

8.5.2

8.5.3

8.5.4

8.5.5

8.5.6

8.5.7

8.5.8

8.5.9

8.5.10

8.5.11

8.5.12

8.6

8.6.1

8.6.2

8.7

8.8

8.8.1

Ruang lingkup

Ruang kerja listrik

Umum

Perlindungan

Instalasi

Ruang kerja listrik terkunci

Umum

Ruang uji bahan listrik dan

laboratorium listrik

Umum

Instalasi

Ruang dengan bahaya kebakaran dan

ledakan

Umum

Klasifikasi ruang

Kelompok perlengkapan

Penggunaan dan penandaan

Pemilihan perlengkapan listrik

Perlengkapan yang digunakan dalam

setiap zone

Proteksi dari pembusuran yang

membahayakan

Penyama potensial

Sistem pengawatan

Sistem kabel

Sistem konduit untuk selungkup tahan

api

Tanda

Ruang lembab termasuk ruang

pendingin

Ruang lembab

Ruang pendingin

Ruang sangat panas

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 33

8.8.2

8.9

8.9.1

8.9.2

8.10

8.10.1

8.10.2

8.10.3

8.10.4

8.10.5

8.10.6

8.10.7

8.11

8.11.1

8.11.2

8.11.3

8.12

8.12.1

8.12.2

8.13

8.13.1

Ruang berdebu

Definisi

Ruang berdebu merujuk ke Publikasi

IEC 1241-1-2, 1241-2-1 dan 1241-2-2

Ruang dengan gas, bahan atau debu

yang korosif

Untuk ruang dengan gas atau debu

yang korosif mengacu ke Publikasi

IEC 1241-1-1, IEC 1241-1-2, IEC

1241-2-1 dan IEC 1241-2-2.

Mesin, pesawat, dan penghantar

listrik, serta pelindung yang

bersangkutan harus

didesain, dilindungi, dipasang dan

dihubungkan sedemikian rupa

sehingga tahan terhadap pengaruh

yang merusak dari bahan, debu, atau

gas yang korosif itu.

Ruang radiasi

Ruang sinar X

Ruang radiasi tinggi

Ruang mikroskop elektron

Sel radioaktif

Ruang gama

Ruang linac (linear accelerator)

Ruang neutron

Perusahaan kasar

Perlengkapan Hubung Bagi dan

Kendali (PHB)

Penghantar

Peranti lain

Pekerjaan dalam ketel uap, tangki dan

bejana logam lainnya

Batas tegangan dan pembumian

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 34

8.13.2

8.13.3

8.13.4

8.14

8.14.1

8.14.2

8.14.3

8.15

8.15.1

8.16

8.16.1

8.16.2

8.16.3

8.16.4

8.16.5

8.17

8.17.1

8.17.2

8.17.3

8.18

Penghantar

Peluncur, dok, galangan kapal dan

sebagainya

Jika pada peluncur, dok, galangan

kapal dan sebagainya, digunakan

tenaga listrik,

badan kapal dari logam harus

dibumikan dengan baik.

Untuk pemasangan instalasi listrik

pada peluncur, dok, galangan kapal

dan

sebagainya, berlaku ketentuan dalam

8.6 dan 8.11.

Untuk penghantar mesin dan pesawat

randah berlaku juga ketentuan dalam

8.12.

Ketentuan dalam 8.13.3.1 tidak

berlaku untuk penghantar mesin dan

pesawat

randah, yang dipasang untuk waktu

lama pada suatu tempat dan di luar

jangkauan tangan.

Derek dan lif listrik

Pencegahan bahaya tegangan sentuh

Instalasi

Perlengkapan Hubung Bagi dan

Kendali (PHB)

Instalasi rumah dan gedung khusus

Umum

Gedung pertunjukan, gedung

pertemuan, musium, pasar, toko dan

gedung umum lainnya

Umum

Penghantar

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 35

8.18.1

8.18.2

8.18.3

8.19

8.19.1

8.19.2

8.20

8.20.1

8.20.2

8.20.3

8.20.4

8.20.5

Penerangan ruangan

Penerangan darurat

Perlengkapan listrik

Instalasi listrik desa

Umum

Instalasi-rumah sederhana di desa

Sambungan Rumah Desa (SRD)

Instalasi sementara

Umum

Penghantar

Penerangan pesta

Instalasi semi permanen

Instalasi semi permanen untuk

tegangan menengah seluruhnya harus

memenuhi ketentuan umum yang

berlaku untuk tegangan itu.

Instalasi semi permanen untuk

tegangan rendah harus memenuhi

ketentuan yang berlaku untuk instalasi

permanen. Penghantar yang digunakan

sekurang-kurangnya harus dari jenis

penghantar berisolasi karet atau PVC.

Instalasi dalam masa pekerjaan

pembangunan

Sepanjang dalam pasal ini tidak

ditetapkan lain, berlaku 8.18 dengan

memperhatikan 9.13.4.1.

Instalasi listrik di tempat yang lembab,

seperti dalam galian, dalam ruang

bawah

tanah dan sebagainya harus dipasang

sedemikian rupa sehingga instalasi

tidak kena air, dan sedapat mungkin di

luar jangkauan tangan.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 36

8.20.6

8.20.7

8.20.8

8.21

8.21.1

8.21.2

8.21.3

8.22

8.22.1

8.22.2

8.22.3

8.22.4

8.22.5

8.22.6

8.22.7

8.23

8.23.1

8.23.2

8.23.3

8.23.4

8.24.5

8.24.6

8.24.7

8.24.8

8.24.9

Penghantar suplai yang tidak untuk

dipindah-pindahkan sedapat mungkin

harus memenuhi ketentuan umum

yang berlaku.

Bagian luar dari fiting lampu harus

dibuat dari bahan porselin, atau bahan

isolasi

lain yang setara.

Untuk melindungi perlengkapan harus

dipasang pengaman lebur atau gawai

proteksi lain pada sirkit yang

bersangkutan.

Lemari hubung bagi harus diberi

perlindungan terhadap percikan air.

Penghantar berisolasi harus dipasang

sedemikian rupa sehingga tidak

mengganggu lalu lintas

orang.Sambungan pada penghantar

berisolasi harus diberi isolasi yang

cukup.

Instalasi generator (genset) darurat

Umum

Syarat bangunan/ruang

Generator darurat

Instalasi penerangan darurat

Ruang lingkup

Persyaratan pokok

Jenis penerangan

Jenis sistem

Sistem instalasi listrik

Sumber daya darurat

Sistem kendali

Instalasi listrik di dalam kamar mandi

Umum

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 37

8.24

8.24.1

8.25

8.25.1

8.25.2

8.25.3

8.25.4

8.25.5

8.25.6

8.25.7

8.25.8

8.26

8.26.1

8.26.2

8.26.3

8.27

8.27.1

8.27.2

8.27.3

8.27.4

8.27.5

8.27.6

8.28

Klasifikasi zone

Proteksi dari kejut listrik

Ikatan penyama potensial suplemen

Penerapan tindakan proteksi dari kejut

listrik

Pemilihan dan pemasangan

perlengkapan listrik

Pengawatan

Perlengkapan Hubung Bagi dan

Kendali (PHB)

Perlengkapan lain yang dipasang

Instalasi ruang terbuka

Umum

Kolam renang dan kolam lainnya

Umum

Klasifikasi

Proteksi untuk keselamatan

Persyaratan khusus untuk setiap zone

Pengaruh luar

Pengawetan

Perlengkapan listrik untuk air mancur

Persyaratan khusus untuk instalasi

perlengkapan listrik tegangan rendah

dalam Zone 1 pada kolam renang dan

juga kolam lainnya.

Penerangan tanda dan penerangan

bentuk

Umum

Penerangan tanda dan penerangan

bentuk tegangan rendah

Penerangan tanda dan penerangan

bentuk tegangan menengah

Fasilitas pelayanan kesehatan

Ruang lingkup dan klasifikasi ruang

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 38

Cara pengawatan dan perlengkapan

Tindakan proteksi

Tindakan proteksi terhadap bahaya

ledakan dan kebakaran

Catu Daya Pengganti Khusus (CDPK)

Menguji instalasi

Jenis ruang khusus

9. Bagian 9

Pengusahaan

instalasi listrik

9.1

9.2

9.2.1

9.2.2

9.3

9.4

9.4.1

9.4.2

9.4.3

9.4.4

9.4.5

9.4.6

9.5

9.5.1

9.5.2

Ruang lingkup (meliputi perancangan,

pembangunan,pemasangan,

pelayanan, pemeliharaan, pemeriksaan

dan pengujian instalasi listrik serta

pengamanannya)

Izin

Setiap orang atau badan perancang,

pemasang dan pemeriksa atau penguji

instalasi listrik harus mendapat izin

kerja dari instansi yang berwenang.

Setiap instalasi listrik harus dilengkapi

dengan rancangan instalasi yang

dibuat oleh

perancang yang mendapat izin kerja

dari instansi yang berwenang.

Pelaporan

Proteksi pemasangan instalasi listrik

Pencegahan bahaya kebakaran

Perlengkapan listrik yang diperbaiki

atau diganti

Pemeriksaan dan pengujian instalasi

listrik

Pemasangan gambar instalasi

Pemasangan papan dan tanda

peringatan

Pemasangan instrumen ukur dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 39

9.5.3

9.5.4

9.5.5

9.5.6

9.5.7

9.5.8

9.6

9.6.1

9.6.2

9.6.3

9.7

9.7.1

9.7.2

9.7.3

9.8

9.8.1

9.8.2

gawai kendali

Pemasangan instalasi listrik

Persyaratan umum (persyaratan

pekerjaan instalasi listrik di luar atau

di dalam gedung)

Perancang, pemasang dan pemeriksa

atau penguji instalasi listrik

Tenaga kerja

Tempat kerja pemasangan instalasi

listrik

Pamasangan rambu bahaya dan papan

pemberitahuan

Pemeriksaan dan pengujian instalasi

listrik

Uji coba instalasi listrik

Wewenang dan tanggung jawab

Pengaturan instalasi bangunan

bertingkat

Fungsi PHB Utama

Pada setiap lantai gedung bertingkat

harus dipasang sakelar masuk untuk

pengaturan seluruh instalasi pada

lantai yang bersangkutan.

Pada setiap unit rumah tinggal dari

setiap lantai harus dipasang sakelar

masuk untuk

pengaturan instalasi unit rumah

tinggal tersebut.

Pemasangan kabel tanah

Sebelum dipasang, kabel tanah harus

diperiksa dahulu

Hal-hal yang harus dilakukan setelah

kabel terpasang dalam parit galian.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 40

9.8.3

9.9

9.9.1

9.9.2

9.9.3

9.9.4

9.10

9.10.2

9.10.3

9.10.4

9.10.5

9.10.6

9.10.7

9.11

9.11.1

9.11.2

9.11.3

9.11.4

9.12

9.12.1

9.12.2

9.12.3

Untuk keselamatan manusia dan

keandalan kabel tanah yang sudah

ditanam, sebelum kabel itu diberi

tegangan kerja, resistans isolasinya

harus diukur dan kabelnya diuji

pada tegangan ujinya.

Pemasangan penghantar udara

tegangan rendah (TR) dan tegangan

menengah (TM)

Syarat Pada sambungan listrik

berderet

Syarat Untuk menjaga keselamatan

pembongkaran salah satu bangunan

Bangunan berderet yang rapat, seperti

antara lain rumah petak, dikecualikan

dari

ketentuan dalam 9.8.2 di atas.

Keselamatan dalam pekerjaan

Memasuki ruang kerja listrik

Bekerja pada keadaan tidak

bertegangan

Bekerja pada keadaan bertegangan

Bekerja di dekat instalasi yang

bertegangan

Pelayanan

Petugas pelayanan

Ruang bebas

Pengusahaan instalasi besar (di atas

200 kVA)

Cara membebaskan tegangan

Mengamankan keadaan tidak

bertegangan

Cara memulihkan tegangan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 41

9.12.4

9.12.5

9.13

9.13.1

9.13.2

9.13.3

9.13.4

Hal yang tidak dibenarkan dalam

pelayanan

Orang yang tidak berwenang dilarang

melayani atau mendekati bagian

instalasi

yang dapat menimbulkan bahaya

Dilarang melayani instalasi listrik

tanpa perintah dari penanggung jawab,

kecuali

dalam keadaan darurat sebagaimana

tersebut pada 9.10.5.2.

Dilarang melayani instalasi listrik

Pada instalasi rumah, seseorang yang

mengerti listrik dapat melayani

instalasi

listrik seorang diri.

Pemeliharaan

Ketentuan

Gejala kerusakan

Penerangan di tempat perlengkapan

listrik

Pengingat

Rambu peringatan

Pemeliharaan ruang dan instalasi

khusus

Ruang dengan bahaya ledakan

Bahan mudah terbakar

Instalasi darurat

Instalasi sementara

SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 42

No. Regulasi Pasal Ayat Keterangan

1

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

1 1 Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

2

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

1 2 Daerah adalah Provinsi Kalimantan

Tengah.

3

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

1 3

Pemerintah Daerah adalah Gubernur,

Bupati/Walikota, dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah.

4

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

4

Menteri adalah Menteri yang tugas dan

tanggung jawabnya dibidang

ketenagalistrikan dan energi.

5

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

5

Gubernur adalah Gubernur

Kalimantan Tengah.

6

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

6

Daerah Kabupaten dan Daerah Kota

adalah Daerah Kabupaten dan Daerah

Kota dalam Provinsi Kalimantan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 43

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

Tengah.

7

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

7

Bupati/Walikota adalah

Bupati/Walikota yang berada di

wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.

8

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

8

Dinas adalah Dinas yang tugas dan

tanggungjawabnya dibidang

ketenagalistrikan dan energi di

Provinsi Kalimantan Tengah.

9

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

9

Kepala Dinas adalah Kepala Dinas

yang tugas dan tanggungjawabnya

dibidang ketenagalistrikan dan energi

di Provinsi Kalimantan Tengah.

10

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

10

Ketenagalistrikan adalah segala

sesuatu yang menyangkut penyediaan

dan pemanfaatan tenaga listrik serta

usaha penunjang tenaga listrik.

11

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

11

Tenaga Listrik adalah suatu energi

sekunder yang dibangkitkan,

ditransmisikan dan distribusikan untuk

segala macam keperluan tidak

termasuk listrik yang dipakai untuk

komunikasi elektronika atau isyarat.

12

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

12

Penyediaan Tenaga Listrik adalah

pengadaan tenaga listrik mulai dari

pembangkitan sampai dengan titik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 44

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

pemakaian.

13

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

13 Pembangkitan Tenaga Listrik adalah

kegiatan memproduksi tenaga listrik.

14

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

14

Transmisi Tenaga Listrik adalah

penyaluran tenaga listrik dari suatu

sumber pembangkit ke suatu sistem

distribusi atau kepada konsumen atau

penyaluran tenaga listrik antar sistem.

15

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

15

Distribusi Tenaga Listrik adalah

penyaluran tenaga listrik dari sistem

transmisi atau dari sistem

pembangkitan kepada konsumen.

16

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

16

Sistem Tenaga Listrik adalah

rangkaian instalasi tenaga listrik dari

pembangkitan, transmisi dan distribusi

yang dioperasikan secara serentak

dalam rangka penyediaan tenaga

listrik.

17

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

17 Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah

penggunaan tenaga listrik.

18

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

18

Konsumen adalah setiap orang atau

badan usaha yang menggunakan

tenaga listrik.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 45

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

19

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

19

Penjualan Tenaga Listrik adalah

kegiatan usaha untuk penjualan tenaga

listrik kepada konsumen.

20

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

20

Usaha Penjualan Tenaga Listrik adalah

penyelenggaraan kegiatan usaha

penjualan tenaga listrik kepada

konsumen yang tersambung pada

tegangan rendah.

21

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

21

Harga Jual Tenaga Listrik adalah

harga tenaga listrik yang disepakati

antara penjual dan pembeli tenaga

listrik atau harga tenaga listrik kepada

konsumen yang ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah.

22

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

22

Rencana Umum Ketenagalistrikan

Nasional adalah rencana

pengembangan, transmisi dan

distribusi tenaga listrik yang meliputi

bidang pembangkitan, transmisi dan

distribusi tenaga listrik yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

tenaga listrik di suatu wilayah, antar

wilayah atau secara nasional.

23

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

23

Rencana Umum Ketenagalistrikan

Daerah adalah rencana pengembangan

sistem penyediaan tenaga listrik yang

meliputi bidang pembangkitan

transmisi dan distribusi tenaga listrik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 46

yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan tenaga listrik di suatu

daerah atau antar daerah.

24

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

24

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga

Listrik atau RUPTL adalah pedoman

pelaksanaan penyediaan tenaga listrtik

bagi pemegang izin usaha penyedia

tenaga listrik dan pemegang izin

operasi.

25

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

25

Izin Operasi yang selanjutnya

disingkat IO adalah izin untuk

melakukan penyediaan tenaga listrik

untuk kepentingan sendiri.

26

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

26

Izin Usaha Penyedian Tenaga Listrik

yang selanjutnya disingkat IUPTL

adalah izin untuk melakukan usaha

penyediaan tenaga listrik untuk

kepentingan umum.

27

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

27

Pemegang Izin Usaha Penyediaan

Tenaga Listrik yang selanjutnya

disingkat PIUPTL adalah

BUMN/BUMD, Koperasi, Badan

Hukum Swasta, yang telah mendapat

izin untuk melakukan usaha

penyediaan tenaga listrik untuk

kepetingan umum.

28

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

28

Pemegang Izin Operasi untuk

kepentingan sendiri yang selanjutnya

disingkat PIO adalah Koperasi, Badan

Hukum Swasta, BUMN/BUMD atau

Lembaga Negara lainnya yang telah

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 47

mendapat izin operasi dari Kepala

Daerah untuk melakukan usaha

penyediaan tenaga listrik untuk

kepentingan sendiri.

29

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

29

Usaha Penunjang Tenaga Listrik

adalah usaha yang menunjang

penyediaan tenaga listrik.

30

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

30

Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik

dan Industri Penunjang Tenaga Listrik

adalah usaha yang menunjang

penyediaan tenaga listrik meliputi

konsultasi, pembangunan dan

pemasangan instalasi tenaga listrik,

pemeliharaan instalasi tenaga listrik

penelitian dan pengembangan,

pendidikan dan pelatihan, usaha jasa

lain yang langsung berkaitan dengan

penyediaan tenaga listrik.

31

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

31

Persyaratan Umum Instalasi Listrik

yang selanjutnya disingkat PUIL

Tahun 2000 adalah hasil

penyempurnaan dari Peraturan Umum

Instalasi Listrik 1987 dengan

memperhatikan standar IEC

(International Electrotechnical

Commision) dan standar internasional

lainnya yang berkaitan.

32

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

32

Pemegang Izin Usaha Penunjang

Tenaga listrik yang selanjutnya

disingkat PIUPTL adalah Koperasi,

Badan Usaha, Badan Usaha

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 48

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

Ketenagalistrikan yang telah

mendapatkan Izin Usaha Penunjang

Tenaga Listrik.

33

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

33

Konsultasi dalam bidang tenaga listrik

adalah yang berhubungan dengan

penyediaan dan pemanfaatan tenaga

listrik, yang selanjutnya disebut

konsultasi ketenagalistrikan adalah

segala kegiatan yang bersifat non fisik

yang meliputi studi kelayakan

perencanaan, rekayasa, pengawasan,

inspeksi dan pengujian di bidang

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan

Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan Pemanfaatan

Energipenyediaan dan pemanfaatan

tenaga listrik.

34

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

34

Pembangunan dan Pemasangan

Instalasi Tenaga Listrik adalah segala

kegiatan fisik pelaksanaan pekerjaan

pembangunan dan pemasangan

instalasi ketenagalistrikan termasuk

pengadaannya yang berdasarkan

kepada perencanaan tertentu

35

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

35

Pengujian Instalasi Tenaga Listrik

adalah kegiatan pengukuran dan

penilaian untuk kerja suatu instalasi

hasil pembangunan dan pemasangan

termasuk hasil pemeliharaan.

36 Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah 36

Konsuil adalah Komite Nasional

Keselamatan Untuk Instalasi Tenaga

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 49

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

Listrik.

37

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

37

Laik operasi instalasi adalah kelaikan

suatu instalasi baik instalasi yang baru

dipasang atau hasil perbaikan atau

renovasi baik secara teknis yang

mengacu pada Standar Nasional

Indonesia (SNI).

38

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

38

Pengoperasian Instalasi Tenaga Listrik

adalah kegiatan usaha untuk

mengendalikan dan

mengkoordinasikan antar sistem

pembangkitan, transmisi dan distribusi

serta membuat rencana pengembangan

sistem tenaga listrik.

39

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

39

Pemeliharaan Instalasi Tenaga Listrik

adalah segala kegiatan yang meliputi

pemeriksaan, perawatan, perbaikan

dan pengujian yang meliputi

pemeriksaan, perawatan, perbaikan

dan pengujian atas instalasi

pembangkit jaringan transmisi,

jaringan distribusi dan instalasi

pemanfaatan tenaga listrik, dengan

maksud agar instalasi tetap berada

dalam keadaan baik dan bersih

sehingga penggunaanya aman serta

segala gangguan dan

kerusakan dapat diketahui, dicegah

dan diperkecil.

40 Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah 40 Penelitian dan Pengembangan adalah

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 50

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

kegiatan yang mencakup penelitian

dan pengembangan teknologi untuk

memperbaiki mutu dan meningkatkan

kemampuan secara ekonomi atas

peralatan atau instalasi

ketenagalistrikan dalam rangka

penyediaan dan pemanfaatan tenaga

listrik.

41

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

41

Perencanaan adalah suatu kegiatan

membuat rancangan yang berupa suatu

berkas gambar instalasi dan uraian

teknik yang digunakan sebagai dasar

untuk melaksanakan pembangunan

dan pemasangan instalasi.

42

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

42

Instalasi Tenaga Listrik adalah

bangunan sipil, elektromekanik, mesin,

peralatan, saluran dan perlengkapan

yang di gunakan untuk pembangkitan,

konversi transformasi, distribusi dan

pemanfaatan tenaga listrik.

43

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

43

Tenaga Teknik adalah orang yang

mempunyai sertifikat keahlian khusus

yang diperlukan dalam pelaksanaan

pekerjaan, konsultasi, pembangunan

dan pemasangan atau pemeliharaan

instalasi ketenagalistrikan yang

berhubungan dengan penyediaan dan

pemanfaatan tenaga listrik.

44

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

44

Lembaga Sertifikasi adalah lembaga

yang telah diakreditasi oleh instansi

yang berwenang dalam rangka

penerbitan sertifikat keahlian,

sertifikasi keterangan dan sertifikat

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 51

operasi.

45

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

45

Jaringan Distribusi adalah jaringan

tenaga listrik yang bertegangan kerja

sampai dengan 35000 Volt.

46

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

46

Jaringan Transmisi adalah jaringan

tegangan listrik yang bertegangan

kerja di atas 35000 Volt.

47

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

47

Pembangkit adalah pembangkit tenaga

listrik termasuk gedung dan

perlengkapan yang dipakai untuk

maksud itu beserta alat- alat yang

diperlukan.

48

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

48

Koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau

badan hukum Koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip dan azas kekeluargaan sebagai

gerakan ekonomi rakyat.

49

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

49

Swasta adalah badan hukum yang

didirikan dan berdasarkan hukum di

Indonesia yang berusaha di bidang

tenaga listrik.

50

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

50

Ganti Kerugian adalah penggantian

atas nilai tanah berikut bangunan,

tumbuh-tumbuhan dan atau benda-

benda lain yang terkait dengan tanah

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 52

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

sebagai akibat pelepasan atau

penyerahan hak atas tanah.

51

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

51

Kompensasi adalah pemberian

sejumlah uang kepada pemegang hak

atas tanah, bangunan-bangunan dan

atau penyerahan hak atas tanah,

bangunan-bangunan dan atau benda-

benda lain yang terkait dengan tanah.

52

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

52

Perusahaan Jasa Inspeksi ialah

perusahaan yang bergerak dalam

bidang jasa inspeksi ketenagalistrikan

yang diakreditasi oleh Lembaga yang

berwenang.

53

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

53

Rencana Umum Energi Daerah adalah

rencana pengembangan energi

didaerah sesuai potensi yang ada guna

memenuhi kebutuhan energi didaerah.

54

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

54

Energi adalah kemampuan untuk

melakukan kerja yang dapat berupa

panas, cahaya, mekanik, kimia dan

elektromagnetika.

55

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

55

Sumber energi adalah suatu yang dapat

menghasilkan energi, baik secara

langsung maupun melalui proses

konversi atau transformasi.

56

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

56 Energi alternatif adalah energi selain

minyak bumi.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 53

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

57

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

57

Sumber Energi Baru adalah sumber

energi yang dapat dihasilkan oleh

teknologi baru baik yang berasal dari

sumber energi terbarukan maupun

sumber energi tak terbarukan, antara

lain nuklir, gas metana batu bara (coal

bed methan ), batubara tercairkan (

liguified coal ), dan batubara tergaskan

(gasified coal ).

58

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

58 Energi Baru adalah energi yang

berasal dari sumber energi baru.

59

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

59

Sumber energi terbarukan adalah

sumber energi yang dihasilkan dari

sumber energi yang berkelanjutan jika

dikelola dengan baik, antara lain panas

bumi, angin, bioenergi, sinar matahari,

aliran dan terjunan air, serta gerakan

dan perbedaan suhu lapisan laut.

60

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

60 Energi terbarukan adalah energi yang

berasal dari sumber energi terbarukan.

61

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

61

Sumber energi tak terbarukan adalah

sumber energi yang dihasilkan dari

sumber energi yang akan habis jika

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 54

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

dieksploitasi secara terus menerus,

antara lain minyak bumi, gas bumi,

batubara, gambut, dan serpih bitumen.

62

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

62

Energi tak terbarukan adalah energi

yang berasal dari sumber energi tak

terbarukan.

63

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

63

Energi primer adalah energi yang

langsung diberikan oleh alam dalam

wujud aslinya dan belum mengalami

perubahan/konversi.

64

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2 -

BAB II

Penyelenggaraan usaha

ketenagalistrikan dan pemanfaatan

energi menganut asas manfaat,

efisiensi, optimasi ekonomi dalam

pemanfaatan sumberdaya alam secara

adil dan berkelanjutan, percaya pada

kemampuan sendiri, keamanan dan

keselamatan serta kelestarian fungsi

lingkungan.

(ASAS, TUJUAN DAN RUANG

LINGKUP )

65

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3 -

Penyelenggaraan usaha

ketenagalistrikan dan pemanfaatan

energi memiliki tujuan :

a. untuk menjamin tersedianya tenaga

listrik dalam jumlah cukup, kualitas

yang baik dan harga yang wajar untuk

meningkatkan kesejahteraan dan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 55

kemakmuran masyarakat secara adil

dan merata;

b. mendorong peningkatan kegiatan

ekonomi yang berkelanjutan;

c. mendorong terciptanya kegiatan

usaha ketenagalistrikan dan

pemanfaatan energi di daerah lebih

efektif, efisien dan mandiri agar

mampu berperan dan bersaing secara

kompetitif.

66

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

4 -

Ruang Lingkup Peraturan Daerah ini

meliputi :

a. wewenang dan tanggung jawab;

b. perencanaan;

c. perizinan;

d. penyediaan;

e. pengelolaan;

f. pembinaan dan pengawasan;

g. pemanfaatan;

h. evaluasi; dan

i. sanksi.

67

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

5 -

BAB III

Kewenangan dan tanggung jawab

pengelolaan usaha ketenagalistrikan

dan pemanfaatan energi dilaksanakan

oleh Gubernur/Bupati/Walikota sesuai

lingkup kewenangan masing- masing

yang diatur dan ditetapkan dalam

Peraturan Daerah.

(WEWENANG DAN TANGGUNG

JAWAB)

68 Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah 6 1

PERENCANAAN

KETENAGALISTRIKAN

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 56

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

Pemerintah Daerah menyusun

Rencana Umum Ketenagalistrikan

Daerah.

69

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Dalam menyusun Rencana Umum

Ketenagalistrikan Daerah, Pemerintah

Provinsi menampung dan

mengikutsertakan Pemerintah

Kabupaten/Kota, pikiran serta

pandangan yang hidup dalam

masyarakat dengan berpedoman pada

petunjuk teknis yang ditetapkan oleh

Menteri.

70

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Dalam menyusun RUPTL Pihak

PIUPTL maupun PIO wajib

memperhatikan masukan yang dibuat

oleh Pemerintah Daerah dalam RUKD.

71

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

4

Apabila RUKD Pemerintah Daerah

belum tersedia, maka pihak PIUPTL

maupun PIO sebelum menetapkan

RUPTL, terlebih dahulu wajib

meminta masukan kepada Pemerintah

Daerah melalui Dinas.

72

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

7 1

PERIZINAN USAHA

KETENAGALISTRIKAN Bagian

Kesatu Jenis Usaha

Usaha ketenagalistrikan terdiri dari :

a. usaha penyediaan tenaga listrik; dan

b. usaha penunjang tenaga listrik.

73

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

2

Usaha penyediaan tenaga listrik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a di atas meliputi jenis usaha :

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 57

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

a. pembangkitan tenaga listrik;

b. transmisi tenaga listrik; c. distribusi

tenaga listrik;

d. penjualan tenaga listrik.

74

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

5

Usaha Penunjang Tenaga Listrik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b terdiri atas : a. usaha jasa

penunjang tenaga listrik; dan b.

industri penunjang tenaga listrik.

75

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

6

Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik

sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf a di atas meliputi :

a. konsultasi dalam bidang tenaga

listrik;

b. pembangunan dan pemasangan

instalasi tenaga listrik;

c. pengujian instalasi tenaga listrik;

d. pengoperasian instalasi tenaga

listrik;

e. pemeliharaan instalasi tenaga listrik;

f. penelitian dan pengembangan ;

g. pendidikan dan pelatihan;

h. usaha jasa lain yang secara langsung

berkaitan dengan penyediaan tenaga

listrik.

76

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

7

Industri Penunjang Tenaga Listrik

sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf b di atas meliputi : a. industri

peralatan tenaga listrik; dan b. industri

pemanfaatan tenaga listrik.

77 Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah 8 1

Bagian Kedua

Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 58

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

dan Izin Operasi

Izin usaha untuk menyediakan tenaga

listrik terdiri atas :

a. izin usaha penyediaan tenaga listrik;

dan b. izin operasi.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Setiap orang yang menyelenggarakan

penyediaan tenaga listrik untuk

kepentingan umum wajib memiliki

IUPTL.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Setiap orang yang menyelenggarakan

penyediaan tenaga listrik untuk

kepentingan sendiri wajib memiliki

izin operasi.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

4

IUPTL untuk kepentingan umum

berlaku dalam jangka waktu 5 (lima)

tahun dan dapat diperpanjang kembali.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

5

IO penyediaan listrik untuk

kepentingan sendiri berlaku dalam

jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat

diperpanjang kembali.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

6

Permohonan perpanjangan IUPTL dan

IO diajukan selambat- lambatnya 1

(satu) bulan sebelum habis masa

berlakunya.

Peraturan Daerah Provinsi 9 1 IUPTL sebagaimana dimaksud dalam

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 59

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

Pasal 8 ayat (1) huruf a ditetapkan

sesuai jenis usahanya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Ketentuan mengenai prosedur, syarat-

syarat serta besaran kapasitas IO

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (1) huruf b diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Gubernur.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

10 1

IUPTL dan IO sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3)

diberikan setelah memenuhi

persyaratan teknis dan persyaratan

administrasi.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Ketentuan mengenai syarat dan tata

cara permohonan dan pemberian

IUPTL, terlebih dahulu dikeluarkan

Izin Prinsip kepada Badan Usaha yang

telah memenuhi persyaratan

administrasi dan persyaratan teknis

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Tata cara penerbitan IUPTL akan

diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Gubernur.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

4

IUPTL dicabut atau dibatalkan apabila

melanggar ketentuan atau peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 60

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

11 1

Bagian Ketiga

Kewenangan Penerbitan Izin Usaha

Penyedia Tenaga Listrik dan Izin

Operasi

Penyediaan tenaga listrik untuk

kepentingan sendiri apabila

fasilitasnya lintas Kabupaten/Kota

dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha

setelah mendapatkan IO dari

Gubernur.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Penerbitan IO tenaga listrik untuk

kepentingan sendiri yang tidak lintas

Kabupaten/Kota namun Pemerintah

Kabupaten/Kota belum

melaksanakannya, maka Pemerintah

Provinsi wajib memberikan asistensi

kepada Kabupaten/Kota.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Penerbitan IUPTL dan IO tenaga

listrik yang tidak lintas

Kabupaten/Kota dapat dilakukan oleh

Pemerintah Provinsi setelah ada

penyerahan secara tertulis dari

Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai

dengan peraturan perundang-

undangan.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

12 1

Izin Usaha Penunjang Tenaga

Listrik

Kegiatan Usaha Jasa Penunjang

Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan

huruf b dapat dilaksanakan oleh Badan

Usaha setelah mendapat Izin Usaha

Penunjang Tenaga Listrik dari

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 61

Gubernur.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

a. usaha konsultasi dalam bidang

listrik;

b. usaha pembangunan dan

pemasangan instalasi tenaga listrik;

c. usaha pengujian instalasi tenaga

listrik;

d. usaha pengoperasian instalasi tenaga

listrik;

e. usaha pemeliharaan instalasi tenaga

listrik; f. usaha penelitian dan

pembangunan;

g. usaha pendidikan dan pelatihan; dan

h. usaha jasa lain yang secara langsung

berkaitan dengan penyediaan tenaga

listrik.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Ketentuan mengenai persyaratan

teknik, tata cara permohonan,

klasifikasi jenis usaha, penggolongan

dan lingkup layanan bidang pekerjaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Gubernur.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

4

Untuk Jenis-Jenis Usaha Penunjang

Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) yang berkaitan dengan

jasa kontruksi diatur tersendiri dalam

Undang-Undang Jasa Kontruksi.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah 5

Biaya pemasangan instalasi ditetapkan

oleh Gubernur atas usulan dari

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 62

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

masing-masing lembaga usaha jasa

penunjang.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

13 1

Bagian Kelima

Izin Pengoperasian Instalasi Tenaga

Listrik

Setiap instalasi tenaga listrik yang

akan dioperasikan secara komersial

atau pribadi wajib memiliki Sertifikat

Uji Laik Operasi yang dituangkan

dalam Berita Acara Uji Laik Operasi.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Penerbitan sertifikat laik operasi untuk

instalasi tegangan rendah dilaksanakan

oleh lembaga independen yang sifat

usahanya nirlaba.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Pemeriksaan dan pengujian instalasi

pemanfaatan tenaga listrik konsumen

tegangan menengah dan instalasi

pemanfaatan tenaga listrik tegangan

rendah yang dimiliki oleh konsumen

tegangan menengah dilakukan oleh

lembaga inspeksi teknik yang telah

terakreditasi.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

4

Syarat laik operasi harus sesuai PUIL

Tahun 2000 dan peralatan yang

digunakan harus berlabel Standar

Nasional Indonesia.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

5 Biaya untuk pelaksanaan uji laik

operasi dibebankan kepada pemohon

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 63

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

pemegang IO dan pemegang IUPTL

yang jumlahnya sesuai peraturan yang

berlaku.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

14 1

HARGA JUAL TENAGA LISTRIK

Pemegang IO dapat menjual kelebihan

tenaga listriknya untuk kepentingan

umum setelah mendapat persetujuan

dari Gubernur atau Bupati/Walikota

sesuai dengan kewenangannya.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Harga Jual Tenaga Listrik didasarkan

kepada kesepakatan kedua belah

pihak.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Harga Jual Tenaga Listrik kepada

masyarakat yang telah disepakati

dalam mata uang rupiah dan harus

mendapat persetujuan

Gubernur/Bupati/Walikota.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

15 1

HAK DAN KEWAJIBAN

PEMEGANG IZIN USAHA

PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

DAN KONSUMEN TENAGA

LISTRIK

Untuk kepentingan umum, pemegang

Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

dalam melaksanakan usaha penyediaan

tenaga listrik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 ayat 2 huruf a, huruf b

dan huruf c diberi kewenangan untuk :

a. melintasi sungai atau danau baik

diatas maupun dibawah permukaan;

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 64

b. melintasi laut baik di atas maupun

dibawah permukaan;

c. melintasi jalan umum dan jalan

kereta api.

2

Sepanjang tidak bertentangan dengan

peraturan perundang- undangan yang

berlaku, maka untuk kepentingan

umum pemegang Izin Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik juga diberi

kewenangan untuk :

a. masuk ke tempat umum atau

perorangan dan menggunakannya

untuk sementara waktu;

b. menggunakan tanah, melintas

diatas atau di bawah tanah;

c. menebang atau memotong tumbuh-

tumbuhan yang menghalanginya.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Dalam melaksanakan kegiatan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

pemegang IUPTL harus mendapat

persetujuan terlebih dahulu dari pihak

yang berhak atas tanah, bangunan

dan/atau tumbuh-tumbuhan.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

16 -

Pemegang Izin Usaha Penyediaan

Tenaga Listrik wajib :

a. menyediakan tenaga listrik sesuai

standar mutu yang berlaku;

b. memberikan pelayanan yang

sebaik-baiknya kepada masyarakat dan

memperhatikan hak-hak konsumen

sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku di bidang perlindungan

konsumen;

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 65

c. memperhatikan keselamatan

ketenagalistrikan.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

17 1

Konsumen tenaga listrik mempunyai

hak untuk :

a. mendapat tenaga listrik secara terus

menerus dengan mutu dan keandalan

yang baik;

b. memperoleh listrik dengan harga

listrik wajar; c. mendapatkan

pelayanan untuk perbaikan apabila ada

gangguan tenaga listrik; dan d.

mendapat ganti rugi apabila terjadi

pemadaman yang diakibatkan

kesengajaan dan/atau kelalaian

pengoperasian oleh pemegang IUPTL

sesuai syarat-syarat yang diatur dalam

perjanjian jual beli tenaga listrik.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Konsumen tenaga listrik mempunyai

kewajiban :

a. melaksanakan pengamanan terhadap

bahaya yang mungkin timbul akibat

pemanfaatan tenaga listrik;

b. menjaga dan memelihara keamanan

instalasi ketenagalistrikan;

c. memanfaatkan tenaga listrik sesuai

dengan peruntukannya;

d. membayar uang langganan atau

harga tenaga listrik sesuai ketentuan

atau perjanjian.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

3

Konsumen tenaga listrik bertanggung

jawab apabila karena kelalaiannya

mengakibatkan kerugian Pemegang

Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 66

Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

4

Konsumen tenaga listrik wajib

mentaati persyaratan teknis di bidang

ketenagalistrikan.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

18 1

PENGGUNAAN TANAH OLEH

PEMEGANG IZIN USAHA

BIDANG KETENAGALISTRIKAN

Untuk kepentingan umum, pihak yang

berhak atas tanah, bangunan dan

tumbuh-tumbuhan mengizinkan

Pemegang Izin Usaha Penyediaan

Tenaga Listrik melaksanakan

kewenangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 15 ayat (2), dengan

mendapatkan ganti kerugian atau

kompensasi.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Ganti kerugian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) adalah untuk tanah yang

dipergunakan secara langsung oleh

pemegang IUPTL dan untuk bangunan

serta tumbuh- tumbuhan di atas tanah

dimaksud.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Kompensasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) adalah untuk tanah,

bangunan dan tumbuh-tumbuhan yang

terkena lintasan pembangunan

transmisi tenaga listrik.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

4

Apabila tanah yang digunakan

Pemegang Izin Usaha Penyediaan

Tenaga Listrik terdapat bagian-bagian

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 67

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

tanah yang dikuasai oleh pemegang

hak atas tanah atau memakai tanah

negara, maka sebelum memulai

kegiatan, pemegang Izin Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik wajib

menyelesaikan masalah tanah tersebut

sesuai peraturan perundang-undangan

di bidang pertanahan.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

5

Dalam hal tanah yang digunakan

Pemegang Izin Usaha Penyediaan

Tenaga Listrik terdapat tanah ulayat

dan yang serupa dari masyarakat

hukum adat maka penyelesaiannya

dilakukan oleh Pemegang Izin Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik dengan

masyarakat hukum adat yang

bersangkutan menurut ketentuan

perundang-undangn yang berlaku

dengan tetap memperhatikan hukum

adat setempat.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

6

Dalam hal penyelesaian sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)

belum dapat mencapai tahap akhir,

Pemegang IUPTL dapat melaksanakan

kegiatan, dengan ketentuan bahwa

Pemegang IUPTL memberikan

jaminan penyelesaian yang disetujui

oleh pemegang hak atas tanah atau

pemakai tanah negara.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

7

Penyelesaian atas tanah dari

masyarakat pemilik tanah sebagaimana

dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6)

dilakukan berdasarkan musyawarah.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 68

Pemanfaatan Energi

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

19 -

Kewajiban untuk memberikan ganti

rugi atau kompensasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)

tidak berlaku terhadap mereka yang

bertujuan untuk memperoleh ganti rugi

atau kompensasi dengan cara

mendirikan bangunan, menanam

tumbuh- tumbuhan dan lain-lain di

atas tanah yang sudah memiliki izin

lokasi dan peruntukan tanah untuk

usaha penyediaan tenaga listrik.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

20 1

Penetapan, tata cara dan pembayaran

ganti rugi atau kompensasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

ayat (1) dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang pertanahan.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Ganti rugi atau kompensasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

ayat (1) dibebankan kepada Pemegang

IUPTL.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Dalam pelaksanaan pemberian

kompensasi atau ganti rugi seperti

dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2)

harus diketahui oleh Pemerintah

Daerah.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

21 1

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pemerintah Daerah melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap

usaha penyedia tenaga listrik sesuai

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 69

Pemanfaatan Energi dengan kewenangannya dalam hal :

a. penyediaan dan pemanfaatan

sumber energi untuk pembangkit

listrik;

b. pemenuhan kecukupan pasokan

tenaga listrik;

c. pemenuhan aspek perlindungan

lingkungan hidup;

d. pemenuhan persyaratan keteknikan;

e. pemenuhan persyaratan perizinan;

f. penerapan tarif tenaga listrik;

g. pemenuhan mutu jasa yang

diberikan oleh usaha penunjang tenaga

listrik; h. pemenuhan aspek

perlindungan konsumen.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Dalam melakukan pengawasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Pemerintah Daerah dapat :

a. melakukan inspeksi pengawasan

lapangan;

b. meminta laporan pelaksanaan usaha

di bidang ketenagalistrikan;

c. melakukan penelitian dan evaluasi

atas laporan pelaksanaan usaha di

bidang ketenagalistrikan; d.

memberikan sanksi administrasi

terhadap pelanggaran ketentuan

perizinan.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Dalam melaksanakan pengawasan

keteknikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Pemerintah Daerah

dibantu oleh inspektur

ketenagalistrikan dan/atau Penyidik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 70

Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

4

Gubernur melalui Dinas Pertambangan

dan Energi Provinsi Kalimantan

Tengah melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap kegiatan usaha

jasa penunjang.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

5

Ketentuan mengenai pembinaan dan

pengawasan diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Gubernur.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

22 -

PEMANFAATAN ENERGI

Kewenangan dan tanggung jawab

Gubernur melakukan pemanfaatan

energi yang meliputi :

a. menyusun program Pemerintah

Daerah dalam bidang energi yaitu

program diversifikasi energi,

intensifikasi energi, konservasi energi

dan program pemanfaatan energi yang

berwawasan lingkungan dalam rangka

menunjang kebijakan pemerintah

daerah di bidang energi;

b. mengumpulkan, mengolah dan

mengevaluasi data sumber energi dan

pemanfaatan energi daerah;

c. menyelenggarakan penyuluhan di

bidang energi;

d. menggalakkan Pemanfaatan Energi

Baru Terbarukan sebagai sumber

energi listrik dengan teknologi baru

untuk energi pedesaan; dan e.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 71

menyampaikan laporan pelaksanaan

penyelenggaraan program dan

penerapan kebijakan energi kepada

Menteri.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

23 1

Sumber energi primer yang terdapat di

daerah dan/atau berasal dari luar

daerah harus dimanfaatkan secara

optimal sesuai dengan kebijakan

energi daerah untuk menjamin

penyediaan tenaga listrik yang

berkelanjutan.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

2

Pemanfaatan sumber energi primer

sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus dilaksanakan dengan

mengutamakan sumber energi baru

dan energi terbarukan.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

3

Pemanfaatan sumber energi primer

yang terdapat di daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diutamakan

untuk kepentingan ketenagalistrikan

daerah.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

24 1

Pemerintah Daerah dalam

mempercepat pembangunan kelistrikan

desa wajib mengutamakan sumber

energi baru dan terbarukan.

Peraturan Daerah Provinsi

Kalimantan Tengah

Nomor 6 Tahun 2012

Tentang

Ketenagalistrikan Dan

Pemanfaatan Energi

24 2

Dalam Pemanfaatan sumber energi

baru dan terbarukan oleh pihak swasta

dan perorangan, Pemerintah Daerah

wajib memberikan kemudahan dan

insentif sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 72

No Regulasi Pasal Ayat keterangan

1 Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2012

tentang Kegiatan Usaha

Penyediaan Tenaga

Listrik

1 1 Pengertian Usaha penyediaan tenaga

listrik

2 Pengertian Pembangkitan tenaga

listrik

3 Pengertian Transmisi tenaga listrik

4 Pengertian konsumen

5 Pengertian Usaha penjualan tenaga

listrik

6 Pengertian Usaha penjualan tenaga

listrik

7 Pengertian Rencana umum

ketenagalistrikan

8 Pengertian Izin usaha penyediaan

tenaga listrik

9 Pengertian Izin operasi

10 Pengertian Ganti rugi hak atas tanah

11 Pengertian kompensasi

12 Pengertian instalasi tenaga listrik

13 Menteri yang melaksanakan

ketenagalistrikan

2 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

terdiri atas : untuk kepentingan umum

dan kepentingan sendiri

3 1 Usaha penyediaan tenaga listrik

untuk kepentingan umum meliputi

jenis usaha:

a. pembangkitan tenaga listrik;

b. transmisi tenaga listrik;

c. distribusi tenaga listrik; dan/atau

d. penjualan tenaga listrik.

2 Usaha penyediaan tenaga listrik

secara terintegrasi

4 1 Usaha transmisi tenaga listrik wajib

membuka kesempatan pemanfaatan

bersama jaringan transmisi untuk

kepentingan umum.

2 Kewajiban membuka kesempatan

pemanfaatan bersama jaringan

transmisi

3 Pemanfaatan bersama jaringan

transmisi dilaksanakan sesuai dengan

kemampuan kapasitas jaringan

transmisi.

4 Harga atas sewa jaringan transmisi

tenaga listrik wajib mendapatkan

persetujuan Menteri, gubernur, atau

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 73

bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

5 1 Usaha distribusi tenaga listrik

2 Kesempatan pemanfaatan bersama

jaringan distribusi

3 Pemanfaatan bersama jaringan

distribusi

4 Harga atas sewa jaringan distribusi

tenaga listrik

Ketentuan lebih lanjut mengenai

pemanfaatan bersama jaringan

transmisi

7 Usaha distribusi tenaga listrik, usaha

penjualan tenaga listrik, dan usaha

penyediaan tenaga listrik secara

terintegrasi dilakukan dalam 1 (satu)

wilayah usaha oleh satu badan usaha.

8 1 Usaha penyediaan tenaga listrik

untuk kepentingan umum

dilaksanakan sesuai dengan Rencana

Umum Ketenagalistrikan dan

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga

Listrik.

9 1 Badan usaha sebagaimana meliputi

badan usaha milik negara, badan

usaha milik daerah, badan usaha

swasta yang berbadan hukum

Indonesia, koperasi, dan swadaya

masyarakat yang berusaha di bidang

penyediaan tenaga listrik.

2 Badan usaha milik negara

3 Badan usaha milik negara tidak dapat

memenuhi prioritas yang diberikan

10 1 Izin Usaha Penyediaan Tenaga

Listrik untuk kepentingan umum

2 Izin usaha penyediaan tenaga listrik

oleh:

a. Menteri untuk badan usaha yang:

b. Gubernur untuk badan usaha

c. Bupati/walikota untuk badan

usaha

11 Izin usaha penyediaan tenaga listrik

dapat diberikan untuk jangka waktu

paling lama 30 (tiga puluh) tahun dan

dapat diperpanjang.

12 1 Jual beli atau sewa jaringan tenaga

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 74

listrik tidak perlu izin usaha.

2 Harga jual tenaga listrik atau sewa

jaringan tenaga listrik wajib

mendapat persetujuan Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota sesuai

dengan kewenangannya.

13 1 Untuk memperoleh izin usaha

penyediaan tenaga listrik pemohon

harus memenuhi persyaratan

administratif, teknis, dan lingkungan.

2 Persyaratan administratif meliputi:

a. identitas pemohon;

b. profil pemohon;

c. Nomor Pokok Wajib Pajak;

d. kemampuan pendanaan.

3 Persyaratan teknis meliputi:

a. studi kelayakan usaha penyediaan

tenaga listrik;

b. lokasi instalasi kecuali untuk usaha

penjualan tenaga listrik;

c. diagram satu garis;

d. jenis dan kapasitas usaha yang

akan dilakukan;

e. jadwal pembangunan; dan

f. jadwal pengoperasian.

4 Izin usaha penyediaan tenaga listrik

diajukan untuk usaha pembangkitan.

5 Izin usaha penyediaan tenaga listrik

diajukan untuk usaha transmisi atau

usaha distribusi.

6 Izin usaha penyediaan tenaga listrik

diajukan untuk usaha distribusi, usaha

penjualan, atau usaha penyediaan

tenaga listrik yang terintegrasi.

7 Persyaratan lingkungan

14 1 Rencana usaha penyediaan tenaga

2 Rencana usaha penyediaan tenaga

listrik disahkan oleh Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota sesuai

dengan kewenangannya.

3 Tata cara penyusunan rencana usaha

penyediaan tenaga listrik diatur

Peraturan Menteri.

15 1 Permohonan yang memenuhi

persyaratan diberikan izin usaha

penyediaan tenaga listrik.

2 Pemberian izin diberikan bersamaan

dengan pengesahan rencana usaha

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 75

penyediaan tenaga listrik.

3 Rencana usaha penyediaan tenaga

digunakan oleh pemegang izin usaha

penyediaan tenaga listrik sebagai

pedoman pelaksanaan kegiatan usaha.

16 1 Rencana usaha penyediaan tenaga

listrik dievaluasi secara berkala setiap

satu tahun oleh pemegang izin usaha.

2 Hasil evaluasi diperlukan perubahan,

sesuai dengan kewenangannya untuk

memperoleh pengesahan.

17 1 Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota memerintahkan

kepada pemegang izin usaha

penyediaan tenaga listrik untuk

mengubah rencana usaha penyediaan

tenaga listrik

2 Pemegang izin usaha penyediaan

tenaga listrik wajib mengubah

rencana usaha penyediaan tenaga

listrik.

3 Perubahan rencana usaha penyediaan

tenaga listrik disampaikan kepada

Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya untuk memperoleh

pengesahan.

18 Tata cara pemberian izin usaha

penyediaan tenaga listrik diatur oleh

Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

19 1 Untuk usaha distribusi, usaha

penjualan, dan usaha penyediaan

tenaga listrik yang terintegrasi,

permohonan izin usaha penyediaan

tenaga listrik diajukan oleh pemohon

setelah memperoleh wilayah usaha

yang ditetapkan oleh Menteri

2 Untuk memperoleh wilayah usaha

pemohon mengajukan permohonan

kepada Menteri setelah memperoleh

rekomendasi dari gubernur atau

bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

3 Rekomendasi dikecualikan bagi

pemohon yang akan melakukan usaha

20 1 Permohonan harus memenuhi

persyaratan administratif dan teknis.

2 Persyaratan administratif meliputi:

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 76

a. identitas pemohon;

b. profil pemohon;

c. Nomor Pokok Wajib Pajak;

d. kemampuan pendanaan;

e. rekomendasi dari gubernur atau

bupati/walikota

3 Persyaratan teknis meliputi:

a. batasan wilayah usaha dan peta

lokasi; dan

b. analisis kebutuhan dan rencana

usaha penyediaan tenaga listrik di

wilayah usaha yang diusulkan.

4 Tata cara permohonan wilayah usaha

diatur dengan Peraturan Menteri.

21 1 Pemegang izin wajib menyediakan

tenaga listrik secara terus menerus

yang memenuhi standar mutu dan

keandalan tenaga listrik.

2 Hal tertentu pemegang izin usaha

penyediaan tenaga listrik dapat

menghentikan sementara penyediaan

tenaga listrik,

3 Pemegang izin usaha penyediaan

tenaga listrik harus memberitahukan

pelaksanaan

4 Pemegang izin usaha penyediaan

tenaga listrik tidak memberikan ganti

rugi kepada konsumen atas

penghentian sementara

5 Ketentuan mengenai standar mutu

dan keandalan tenaga listrik) diatur

dengan Peraturan Menteri.

22 1 Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota menetapkan tingkat

mutu pelayanan tenaga listrik.

2 Pemegang izin usaha penyediaan

tenaga listrik wajib memenuhi tingkat

mutu pelayanan tenaga listrik .

23 1 sanksi pemegang izin usaha berupa

pembayaran kompensasi mutu

pelayanan kepada konsumen.

2 Menteri, gubernur, atau

bupati/walikota menetapkan besaran

kompensasi mutu pelayanan

24 1 Pemegang izin usaha penyediaan

tenaga listrik dapat melakukan

pembelian tenaga listrik, sewa

jaringan tenaga listrik, dan

interkoneksi jaringan tenaga listrik.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 77

2 Interkoneksi jaringan tenaga listrik

dilakukan lintas negara berdasarkan

izin Menteri.

3 Ketentuan interkoneksi jaringan

tenaga listrik lintas negara diatur

dengan Peraturan Menteri.

25 1 Pembelian tenaga listrik dan/atau

sewa jaringan tenaga listrik oleh

pemegang izin usaha

2 Pembelian tenaga listrik melalui

pelelangan umum.

3 Pembelian tenaga listrik dapat

dilakukan melalui pemilihan

langsung.

4 Pembelian tenaga dapat dilakukan

melalui penunjukan langsung.

5 Penetapan kondisi krisis atau darurat

penyediaan tenaga listrik

6 Lokasi pusat pembangkit tenaga

listrik

26 Pemegang izin usaha wajib

menggunakan produk dan potensi

dalam negeri

27 1 Usaha penyediaan tenaga listrik

untuk kepentingan sendiri :

a. pembangkitan tenaga listrik;

b. pembangkitan tenaga listrik dan

distribusi tenaga listrik; atau

c. pembangkitan tenaga listrik,

transmisi tenaga listrik, dan distribusi

tenaga listrik.

2 Pelaksana Usaha penyediaan tenaga

listrik untuk kepentingan sendiri

28 1 Pelaksanaan Usaha penyediaan

tenaga listrik untuk kepentingan

sendiri n setelah mendapatkan izin

operasi.

2 Kapasitas tertentu diatur dengan

Peraturan Menteri.

3 Pemberian izin operasi untuk

Menteri, Gubernur, Bupati/ walikota.

29 1 Izin operasi memenuhi persyaratan

administratif, teknis, dan lingkungan.

2 Persyaratan administratif meliputi:

a. identitas pemohon;

b. profil pemohon; dan

c. Nomor Pokok Wajib Pajak.

3 Persyaratan teknis meliputi:

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 78

a. lokasi instalasi;

b. diagram satu garis;

c. jenis dan kapasitas instalasi

penyediaan tenaga listrik;

d. jadwal pembangunan; dan

e. jadwal pengoperasian.

4 Persyaratan lingkungan sesuai

peraturan perundang-undangan di

bidang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup.

30 1 Izin operasi paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan dapat diperpanjang.

2 Izin operasi menurut sifat

penggunaannya, yaitu:

penggunaan utama, cadangan,

darurat, sementara.

31 1 Kelebihan Pemegang izin operasi

2 Penjualan kelebihan tenaga listrik

kepada masyarakat

3 Penjualan kelebihan tenaga listrik

mendapat persetujuan dari Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota.

32 Ketentuan dan tata cara permohonan

izin operasi diatur oleh Menteri,

gubernur, atau bupati/walikota.

33 Penggunaan tanah oleh pemegang

izin usaha penyediaan tenaga listrik.

34 1 Ganti rugi diberikan untuk tanah yang

dipergunakan secara langsung oleh

pemegang izin usaha.

2 Ganti rugi dilakukan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang pertanahan.

35 Kompensasi diberikan untuk

penggunaan tanah secara tidak

langsung oleh pemegang izin usaha.

36 1 Kompensasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 33 diberikan untuk

penggunaan tanah secara tidak

langsung oleh pemegang izin usaha

2 Ketentuan ruang bebas jaringan

transmisi tenaga listrik diatur dengan

Peraturan Menteri.

37 1 Besaran kompensasi kepada

pemegang hak atas tanah, bangunan,

dan tanaman

2 Perhitungan besaran kompensasi.

38 Ketentuan mengenai formula

perhitungan dan tata cara pembayaran

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 79

kompensasi tanah, bangunan, dan

tanaman diatur Peraturan Menteri.

39 1 Persetujuan Harga jual tenaga listrik

dan sewa jaringan tenaga listrik wajib

mendapatkan.

2 Persetujuan harga jual tenaga listrik

dapat berupa harga patokan.

3 Harga jual tenaga listrik dan sewa

jaringan tenaga listrik dinyatakan

dalam mata uang rupiah atau mata

uang asing.

4 Kesepakatan harga jual tenaga listrik

dan sewa jaringan tenaga listrik.

5 Persetujuan penyesuaian harga jual

tenaga listrik dan sewa jaringan

tenaga listrik.

40 1 Pengajuan tertulis harga jual tenaga

listrik dan sewa jaringan tenaga

listrik.

2 Tata cara permohonan persetujuan

harga jual tenaga listrik dan sewa

jaringan tenaga listrik diatur dengan

Peraturan Menteri.

41 1 Penetapan tarif tenaga listrik untuk

konsumen oleh Menteri, Geburnur,

Bupati/walikota.

2 Syarat menetapkan tarif tenaga listrik

3 Pengaturan biaya lain yang terkait

dengan penyaluran tenaga listrik yang

akan dibebankan kepada konsumen.

4 penetapan tarif tenaga listrik untuk

konsumen.

5 Ketentuan dan tata cara permohonan

tarif tenaga listrik dan biaya lain yang

terkait dengan penyaluran tenaga

listrik.

42 1 Setiap kegiatan usaha

ketenagalistrikan wajib memenuhi

ketentuan keselamatan

ketenagalistrikan.

2 Ketentuan keselamatan

ketenagalistrikan

3 Ketentuan keselamatan

ketenagalistrikan meliputi:

a. pemenuhan standardisasi peralatan

dan pemanfaat tenaga listrik;

b. pengamanan instalasi tenaga

listrik; dan

c. pengamanan pemanfaat tenaga

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 80

listrik.

4 Ketentuan tentang keselamatan

ketenagalistrikan diatur dengan

Peraturan Menteri.

43 1 Menteri memberlakukan standar

wajib di bidang ketenagalistrikan.

2 standar wajib Menteri memperhatikan

kesiapan sarana dan prasarana.

3 Ketentuan tentang standardisasi di

bidang ketenagalistrikan diatur

Peraturan Menteri.

44 1 Menteri menetapkan peralatan tenaga

listrik yang wajib dibubuhi tanda

Standar Nasional Indonesia.

2 Menteri menetapkan pemanfaat

tenaga listrik yang wajib dibubuhi

tanda keselamatan.

3 Dalam menetapkan peralatan tenaga

listrik dan pemanfaat tenaga listrik

Menteri memperhatikan kesiapan

sarana dan prasarana.

4 Ketentuan dan tata cara pembubuhan

tanda Standar Nasional Indonesia dan

tanda keselamatan diatur dengan

Peraturan Menteri.

45 1 Instalasi tenaga listrik terdiri atas

instalasi penyediaan tenaga listrik dan

instalasi pemanfaatan tenaga listrik.

2 Macam Instalasi penyediaan tenaga

listrik

3 Macam Instalasi pemanfaatan tenaga

listrik

46 1 Instalasi tenaga listrik yang

beroperasi wajib memiliki sertifikat

laik operasi.

2 Syarat memperoleh sertifikat laik

operasi.

3 Akreditasi diberikan oleh Menteri.

4 Daerah belum terdapat lembaga

inspeksi teknik yang terakreditasi,

dapat menunjuk lembaga inspeksi

teknik.

5 Daerah belum terdapat lembaga

inspeksi teknik menunjuk pejabat

yang bertanggung jawab mengenai

kelaikan operasi.

6 Pemeriksaan dan pengujian instalasi

tenaga listrik oleh lembaga inspeksi

teknik terakreditasi.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 81

7 Pemeriksaan dan pengujian instalasi

tenaga listrik oleh lembaga inspeksi

teknik dan ditetapkan oleh Menteri.

8 Penerbitan Sertifikat laik operasi

9 Ketentuan mengenai instalasi tenaga

listrik diatur dengan Peraturan

Menteri.

47 1 Tenaga teknik dalam usaha

penyediaan tenaga listrik wajib

memenuhi standar kompetensi yang

dibuktikan dengan sertifikat

kompetensi.

2 Sertifikat kompetensi diberikan oleh

lembaga sertifikasi kompetensi yang

terakreditasi.

3 Akreditasi diberikan oleh Menteri.

4 Daerah belum terdapat lembaga

sertifikasi kompetensi yang

terakreditasi dapat menunjuk lembaga

sertifikasi kompetensi.

5 Daerah belum terdapat lembaga

sertifikasi kompetensi yang dapat

ditunjuk dapat menunjuk pejabat

yang bertanggung jawab mengenai

sertifikasi kompetensi.

6 Menteri menetapkan standar

kompetensi tenaga teknik.

7 Ketentuan mengenai standardisasi

kompetensi tenaga teknik diatur

dengan Peraturan Menteri.

48 Dalam pelaksanaan akreditasi

Menteri dapat dibantu oleh panitia

akreditasi ketenagalistrikan.

49 Ketentuan mengenai instalasi tenaga

listrik, sertifikasi kompetensi, tata

cara pemberian sertifikat dan diatur

dengan Peraturan Menteri.

50 1 Pemanfaatan jaringan tenaga listrik .

2 Ketentuan pemanfaatan jaringan

tenaga listrik.

3 Macam Pemanfaatan jaringan tenaga

listrik .

4 Syarat memperoleh izin pemanfaatan

jaringan.

5 Ketentuan mengenai tata cara

permohonan izin pemanfaatan

jaringan tenaga listrik.

51 1 Pelaksanaan pembinaan dan

pengawasan.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 82

2 Ketentuan melaksanakan

pengawasan.

3 Dalam melaksanakan pengawasan

keteknikan dibantu oleh inspektur

ketenagalistrikan.

52 Menteri menetapkan norma, standar,

prosedur, dan kriteria di bidang usaha

penyediaan tenaga listrik.

53 1 Pelanggaran ketentuan akan

mendapat sansi administratif.

2 pemegang izin operasi yang

melanggar ketentuan dalam Pasal 31

ayat (3) dikenai sanksi administratif.

3 Ketentuan Sanksi administratif.

4 Sanksi administratif

5 Sanksi tertulis yang melanggar

ketentuan

6 pemegang izin usaha penyediaan

tenaga listrik atau izin operasi yang

mendapat sanksi teguran tertulis.

7 Sanksi administratif berupa

pembekuan kegiatan sementara untuk

jangka waktu paling lama 3 (tiga)

bulan.

8 Ketentuan pencabutan Sanksi

administratif

9 Sanksi administratif berupa

pencabutan izin.

54 1

Peraturan pelaksanaan di bidang

ketenagalistrikan.

2 Peraturan Pemerintah yang berlaku

saat ini.

55 Peraturan Pemerintah ini mulai

berlaku pada tanggal diundangkan.

No. Regulasi Pasal Ayat Keterangan

1. PERATURAN

PEMERINTAH

REPUBLIK

INDONESIA NOMOR

62 TAHUN 2012

TENTANG

USAHA JASA

PENUNJANG

TENAGA LISTRIK

2 - Usaha jasa penunjang tenaga listrik

3

1 Pelaksana usaha jasa penunjang

tenaga listrik

2 Izin pelaksanaan usaha jasa

penunjang tenaga listrik

4

1 Jasa konsultasi dalam bidang instalasi

penyediaan tenaga listrik

2 Klasifikasi bidang usaha jasa

konsultasi

3 Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa konsultasi di bidang

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 83

pembangkitan tenaga listrik

4

Klasifikasi dalam subbidang usaha

konsultasi di bidang transmisi tenaga

listrik

5

Klasifikasi dalam subbidang usaha

konsultasi di bidang distribusi tenaga

listrik

6

Klasifikasi dalam subbidang usaha

konsultasi di bidang instalasi

pemanfaatan tenaga listrik

5

1

Klasifikasi dalam bidang usaha jasa

pembangunan dan pemasangan

instalasi penyediaan tenaga listrik

2

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pembangunan dan pemasangan

dibidang pembangkitan tenaga listrik

3

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pembangunan dan pemasangan

dibidang tranmisi tenaga listrik

4

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pembangunan dan pemasangan

dibidang distribusi tenaga listrik

5

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pembangunan dan pemasangan

dibidang instalasi pemanfaatan

tenaga listrik

6

Ketentuan peraturan tentang

Klasifikasi, Kualifikasi, dan

sertifikasi perencana, pelaksana, dan

pengawas bangunan sipil dan gedung

untuk instalasi penyediaan tenaga

listrik

6

1

Klasifikasi dalam bidang usaha dan

jasa pemeriksaan dan pengujian

instalasi tenaga listrik

2

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pemeriksaan dan pengujian di

bidang pembangkitan tenaga listrik

3

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pemeriksaan dan pengujian di

bidang transmisi tenaga listrik

4

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pemeriksaan dan pengujian di

bidang distribusi tenaga listrik

5

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pemeriksaan dan pengujian di

bidang instalasi pemanfaatan tenaga

listrik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 84

7

1 Klasifikasi dalam bidang usaha jasa

pengoprasian instalasi tenaga listrik

2

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pengoprasian di bidang

pembakitan tenaga listrik

3

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pengoprasian di bidang transmisi

tenaga listrik

4

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pengoprasian di bidang distribusi

tenaga listrik

8

1 Klasifikasi dalam bidang usaha jasa

pemeliharaan instalasi tenaga listrik

2

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pemeliharaan di bidang

pembangkitan tenaga listrik

3

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pemeliharaan di bidang transmisi

tenaga listrik

4

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pemeliharaan di bidang distribusi

tenaga listrik

9

1 Klasifikasi dalam bidang usaha jasa

pendidikan dan pelatihan

2

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pendidikan di bidang

pembangkitan tenaga listrik

3

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pendidikan di bidang transmisi

tenaga listrik

4

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pendidikan di bidang distribusi

tenaga listrik

5

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pendidikan di bidang instalasi

pemanfaatan tenaga listrik

6 Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pendidikan di bidang asesor

ketenagalistrikan

7

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa pendidikan di bidang industri

penunjang tenaga listrik

10

1

Klasifikasi dalam bidang usaha jasa

sertifikasi kompetisi tenaga teknik

ketenagalistrikan

2

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa sertifikasi kompetensi tenaga

teknik ketenagalistrikan di bidang

pembangkitan tenaga listrik

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 85

3

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa sertifikasi kompetensi tenaga

teknik ketenagalistrikan di bidang

transmisi tenaga listrik

4

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa sertifikasi kompetensi tenaga

teknik ketenagalistrikan di bidang

distribusi tenaga listrik

5

Klasifikasi dalam subbidang usaha

jasa sertifikasi kompetensi tenaga

teknik ketenagalistrikan di bidang

instalasi pemanfaatan tenaga listrik

11

1 Pengklasifikasian menurut

perundang-undangan

2 Pengklasifikasian menurut peraturan

menteri

12

1 Kualifikasi usaha jasa penunjang

tenaga listrik

2 Kualifikasi usaha jasa penunjang

tenaga listrik pada ayat (1)

3

Ketentuan lebih lanjut mengenai

kualifikasi usaha jasa penunjang

tenaga listrik

13

1

Usaha jasa penunjangan tenaga listrik

pasal 2 hurur f,h,dan i

dikualifikasikan sesuai dengan

perundang-undangan

2

Kualifikasi untuk usaha jasa

penunjang tenaga listrik dalam pasal

2 huruf k diatur dalam peraturan

menteri

14

1 Sertifikat pada pasal 3 (1) diperoleh

melalui sertifikasi badan usaha

2

Sertifikat pada pasal 2 a,b,c,d,e dan j

diberikan oleh lembaga srtifikasi

badan usaha yang terakreditasi

3

Sertifikasi pada pasal 2 huruf

f,g,h,i,dan k diberikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-

undangan.

4

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata

cara sertifikasi badan usaha diatur

dalam Peraturan Menteri.

15 1

Akreditasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 ayat (2) diberikan

oleh Menteri.

2 pelaksanaan akreditasi pada ayat (1),

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 86

Menteri dapat dibantu oleh panitia

akreditasi ketenagalistrikan.

3

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata

cara akreditasi diatur dalam Peraturan

Menteri.

16 -

Akreditasi usaha jasa penunjang

tenaga listrik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 huruf f, huruf g, huruf

h, huruf i, dan huruf k dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

17

1 Izin usaha jasa penunjang tenaga

listrik

2 Penerima izi usaha jasa penunjang

tenaga listrik

3

Izin usaha jasa penunjang tenaga

listrik yang diberikan oleh

bupati/walikota

4

Izin untuk usaha pemeriksaan dan

pengujian di bidang instalasi

pemanfaatan tenaga listrik

18

1 Tata cara untuk mendapatkan izin

usaha jasa penunjang tenaga listrik

2 Syatar untuk permohonan izin

3 Persyaratan administratif

4 Persyaratan teknis

5 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata

cara permohonan izin

19

1 Tenaga teknik wajib memiliki

sertifikat kompetensi

2 Penanggung jawab teknik

3 Sertifikat harus memenuhi standar

kompetensi

4 Lembaga wajib diakreditasi oleh

menteri

5

Pelaksanaan akreditasi dapat dibantu

oleh panitia akreditasi

ketenagalistrikan

6 Standar kompetensi ditetapkan oleh

menteri

7

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata

cara Sertifikasi Kompetensi Tenaga

Teknik diatur dalam Peraturan

Menteri.

20 - Pemegang izin usaha jasa penunjang

tenaga listrik

21 1 Kewenangan melakukan pembinaan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 87

dan pengawasan usaha jasa

penunjang tenaga listrik

2 Pembinaan dan pengawasan yang

harus dipenuhi

3

Pembinaan dilakukan dengan bentuk

penyuluhan, bimbingan dan

pelatihan.

4 Ketentuan dalam melakukan

pengawasan

5

Melaksanakan pengawasan harus

sesuai dengan kewenangan dibantu

oleh inspektur ketenagalistrikan

6

Penunjukan penanggung jawab di

bidang ketenagalistrikan untuk

melakukan pengawasan

22 -

Menteri menetapkan norma, standar,

prosedur dan kriteria di bidang usaha

jasa penunjang tenaga listrik.

23

1 Sanksi administratif

2 Bentuk sanksi administratif

3 Sanksi teguran tertulis

4

Sanksi teguran dilakukan apabila

membahayakan keselamatan

ketenagalistrikan

5

Apbila jangka waktu teguran tertulis

sudah berakhir, tetapi belum

melaksanakan, maka dapat diberikan

sanksi administratif berupa

pembekuan kegiatan sementara

6 Jangka waktu sanksi administratif

7 Sanksi administratif berupa

pencabutan izin

8 Pencabutan izin sebagaimana

dimaksud pada ayat (7) tidak

menghapus kewajiban pemegang izin

usaha jasa penunjang tenaga listrik

kepada pihak ketiga.

24 1 & 2 Ketentuan peralihan

25

Setelah peraturan pemerintah ini

berlaku, maka peraturan sebelumnya

dinyatakan tetap berlaku sepanjang

tidak bertentangan dengan peraturan

ini

26

Padasaat peraturan pemerintah ini

mulai berlaku,dan peraturan

sebelumnya dicabut dan dinyatakan

tidak berlaku

27 Peraturan Pemerintah ini mulai

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 88

berlaku pada tanggal diundangkan.

No Regulasi Pasal Ayat Keterangan

1 (1)Pemerintah

Daerah berwenang

menyusun Rencana

Umum

Energi Daerah.

(2) Dalam

menyusun Rencana

Umum Energi

Daerah, Pemerintah

Provinsi

mengikutsertakan

Pemerintah

Kabupaten/Kota

untuk

menampung

pemikiran serta

pandangan hidup

dalam

masyarakat dengan

berpedoman pada

petunjuk teknis

yang

ditetapkan oleh

Menteri.

25 1

2

Menyusun rencana umum daerah

Keikutsertaan kabupaten/kota dalam

menampung aspirasi masyarakat.

2 Dalam merancang

dan merumuskan

kebijakan energi

daerah

yang akan

dituangkan dalam

perencanaan energi

daerah,

Pemerintah Daerah

dapat membentuk

Dewan Energi

Daerah.

(2) Anggota Dewan

Energi Daerah

melibatkan semua

stakeholder

yang ditetapkan

melalui keputusan

Gubernur.

26 1

2

Pemerintah membentuk Dewan

Energi Daerah.

Gubernur menetapkan stakeholder

yang dipilih oleh Dewan Energi

Daerah.

3 Guna mendukung

pulau Kalimantan

27 1

Pemerintah daerah wajib menyusun

perencanaan induk kelistrikan.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 89

sebagai salah satu

lumbung energi

nasional maka

Pemerintah Daerah

wajib

menyusun

perencanaan induk

ketenagalistrikan.

(2) Pemanfaatan

sumber energi guna

mendukung pulau

Kalimantan sebagai

lumbung energi

Pemerintah Daerah

wajib

memperhatikan

masukan yang

tertuang dalam

Rencana Umum

Energi Daerah

(RUED).

2

Pemanfaatan energi guna menjadikan

kalimantan sebagai lumbung energi.

4 Setiap kegiatan

usaha

ketenagalistrikan

wajib memenuhi

ketentuan mengenai

keselamatan

ketenagalistrikan.

(2) Ketentuan

keselamatan

ketenagalistrikan

sebagaimana

dimaksud pada ayat

(1) meliputi

standarisasi,

pengamanan

instalasi tenaga

listrik dan

pengamanan

pemanfaatan tenaga

listrik untuk

mewujudkan

kondisi andal bagi

instalasi dan

kondisi aman dari

bahaya bagi

manusia serta

kondisi ramah

lingkungan.

(3) Setiap peralatan

28

1

2

3

Setiap kegiatan usaha

ketenagalistrikan wajib memenuhi

ketentuan mengenai keselamatan

ketenagalistrikan.

Ketentuan keselamatan

ketenagalistrikan.

Peralatan dan pemanfaatan listrik

harus diberi tanda keselamatan.

Pewajiban pemenuhan ketentuan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 90

dan pemanfaatan

tenaga listrik yang

akan

diperjualbelikan

harus memiliki

tanda keselamatan.

(4) Setiap kegiatan

usaha

ketenagalistrikan

wajib memenuhi

ketentuan mengenai

pengelolaan

lingkungan hidup.

(5) Ketentuan

mengenai

keselamatan

ketenagalistrikan

dan

lingkungan hidup

sebagaimana

dimaksud pada ayat

(1), ayat

(2), ayat (3) dan

ayat (4) sesuai

dengan peraturan

perundangundangan

yang berlaku.

4

5

pengelolaan lingkungan hidup.

Ketentuan keselamatan kelistrikan

dan lingkungan hidup.

5. Apabila Pemegang

Izin Usaha

Penyediaan Tenaga

Listrik dalam

mengoperasikan

pembangkit

listriknya tanpa

dilakukan uji laik

operasi dan

lingkungan

dikenakan sanksi

sesuai dengan

peraturan

perundang-

undangan yang

berlaku.

(2) Dalam hal

terjadinya

pelanggaran yang

dilakukan oleh

Pemegang IUPTL

dan Pemegang Izin

Usaha Penunjang

29 1

2

Izin usaha penyediaan tenaga listrik.

Pertanggungjawaban pelaanggaran.

Sanksi dministrasi.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 91

Tenaga

Listrik dikenakan

sanksi administrasi

dan/atau pidana.

(3) Sanksi

administrasi

sebagaimana

dimaksud pada ayat

(2)

adalah berupa

pencabutan izin.

(4) Selain

pelanggaran

sebagaimana

dimaksud pada ayat

(1), bagi

tindakan yang

mengakibatkan

kerusakan dan

pencemaran

lingkungan

dikenakan ancaman

pidana sesuai

dengan

peraturan

perundang-

undangan yang

berlaku.

3

4

Hal lain diluar pelanggaran.

6. Setiap orang yang

melakukan usaha

penyediaan tenaga

untuk

kepentingan umum

tanpa memiliki izin

usaha penyedia

tenaga

listrik sebagaimana

dimaksud dalam

Pasal 8 ayat (2)

dipidana

dengan pidana

penjara paling lama

3 (tiga) tahun dan

denda

paling banyak Rp.

2.000.000.000,00

(dua miliar rupiah).

(2) Setiap orang

yang melakukan

usaha penyediaan

30 1

2

Sanksi administratif tanpa memiliki

izin usaha penyedia tenanga listrik.

Sanksi administratif tanpa memiliki

izin usaha penyedia tenanga listrik.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 92

tenaga listrik

tanpa izin operasi

sebagaimana

dimaksud dalam

Pasal 9 ayat

(2) dipidana penjara

paling lama 5

(lima) tahun dan

denda

paling banyak Rp.

4.000.000.000,00

(empat miliar

rupiah).

(3) Setiap orang

yang

mengoperasikan

instalasi tenaga

listrik

tanpa sertifikat

layak operasi

sebagaimana

dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (1)

dipidana dengan

pidana penjara

paling lama 5

(lima) tahun dan

denda paling

banyak Rp.

500.000.000,00

(lima ratus juta

rupiah).

(4) Setiap orang

yang memproduksi,

mengedarkan, atau

memperjual belikan

peralatan dan

pemanfaatan tenaga

listrik

yang tidak sesuai

dengan Standar

Nasional Indonesia

dan

tanda keselamatan

sebagaimana

dimaksud dalam

Pasal 13

ayat (5) dan Pasal

25 ayat (3) dipidana

3

4

5

Sanksi administratif tanpa memiliki

izin usaha penyedia tenanga listrik.

Sanksi administratif tanpa memiliki

izin usaha penyedia tenanga listrik.

Sanksi administratif tanpa memiliki

izin usaha penyedia tenanga listrik.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 93

dengan pidana

penjara

paling lama 5

(lima) tahun dan

denda paling

banyak Rp.

5.000.000.000,00

(lima miliar

rupiah).

(5) Setiap orang

yang melakukan

kegiatan usaha jasa

penunjang

tenaga listrik tanpa

izin sebagaimana

dimaksud dalam

Pasal

12 ayat (2) dipidana

penjara paling lama

5 (lima) tahun dan

denda paling

banyak Rp.

2.000.000.000,00

(dua miliar

rupiah).

(6) Pemegang izin

usaha penyediaan

tenaga listrik yang

tidak

mentaati ketentuan

pelaksanaan

sebagaimana

dimaksud

dalam Pasal 19

dipidana sesuai

dengan peraturan

perundangundang

yang berlaku.

(7) Selain pidana

dan denda

sebagaimana

dimaksud pada ayat

(6),

pemegang izin

usaha dapat

dikenakan sanksi

tambahan

berupa pencabutan

IUPTL.

7. Selain Penyidik 31 1 Pihak terkait tentang usaha

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 94

Umum tindak

pidana, penyidikan

atas tindak

pidana sebagaimana

dimaksud dalam

Peraturan Daerah

ini

serta

pelaksanaannya

dapat juga

dilakukan oleh

Penyidik

Pegawai Negeri

Sipil Bidang

Ketenagalistrikan

yang diangkat

dengan peraturan

perundang-

undangan yang

berlaku.

(2) Penyidik

sebagaimana

dimaksud pada ayat

(1) berwenang :

a. melakukan

pemeriksaan atas

kebenaran laporan

atau

keterangan

berkenaan dengan

tindak pidana dalam

kegiatan usaha

ketenagalistrikan;

b. melakukan

pemeriksaan

terhadap orang atau

badan yang

diduga melakukan

tindak pidana dalam

kegiatan usaha

ketenagalistrikan;

c. memanggil orang

untuk didengar dan

diperiksa sebagai

saksi atau tersangka

dalam perkara

tindak pidana

kegiatan

usaha

ketenagalistrikan;

2

penyediaan tenanga listrik.

Penyidik yang terkait

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 95

d. menggeledah

tempat yang diduga

digunakan untuk

melakukan tindak

pidana dalam

kegiatan usaha

ketenagalistrikan;

e. melakukan

pemeriksaan sarana

dan prasarana

kegiatan

usaha

ketenagalistrikan

dan menghentikan

penggunaan

peralatan yang

diduga digunakan

untuk melakukan

tindak

pidana;

f. menyegel

dan/atau menyita

alat kegiatan usaha

ketenagalistrikan

yang digunakan

untuk melakukan

tindak

pidana sebagai alat

bukti; dan

g. mendatangkan

tenaga ahli yang

diperlukan dalam

hubungan dengan

pemeriksaan

perkara tindak

pidana

dalam kegiatan

usaha

ketenagalistrikan.

3) Penyidik

Pegawai Negeri

Sipil sebagaimana

dimaksud pada ayat

(2)

memberitahukan

dimulainya

penyidikan kepada

kepolisian

dan menyerahkan

hasil penyidikan

3

Penyidik yang terkait

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 96

kepada Penuntut

Umum

sesuai dengan

ketentuan KItab

Undang-Undang

Hukum Acara

Pidana.

8. Pembiayaan

kegiatan

pembinaan,

pengendalian dan

pengawasan

usaha

ketenagalistrikan

serta pemanfaatan

energi dibebankan

pada

Anggaran

Pendapatan dan

Belanja Daerah

Provinsi

Kalimantan

Tengah dan

Anggaran

Pendapatan dan

Belanja Negara.

32

Pembiayaan kegiatan pembinaan,

pengendalian dan pengawasan

usaha ketenagalistrikan

9. Pembiayaan

kegiatan

pembinaan,

pengendalian dan

pengawasan

usaha

ketenagalistrikan

serta pemanfaatan

energi dibebankan

pada

Anggaran

Pendapatan dan

Belanja Daerah

Provinsi

Kalimantan

Tengah dan

Anggaran

Pendapatan dan

Belanja Negara.

33 Pembiayaan kegiatan pembinaan,

pengendalian dan pengawasan

usaha ketenagalistrikan

10. (1) IO, IUPTL dan

Izin Usaha

Penunjang Tenaga

Listrik yang

dimiliki oleh

35 Regulasi izin usaha penyedia tenaga

listrik.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 97

BUMN/BUMD,

Koperasi, Badan

Hukum Swasta

atau Badan Usaha

lainnya yang

mempunyai hak

berdasarkan

peraturan yang ada

sebelum berlakunya

Peraturan Daerah

ini,

wajib mendaftarkan

ulang untuk

diklarifikasikan

keabsahan dan

kelengkapan

dokumen perizinan

yang dimilikinya

sesuai dengan

ketentuan yang

berlaku.

(2) Bagi yang tidak

dapat membuktikan

keabsahan dan

kelengkapan

dokumen perizinan

sebagaimana

dimaksud pada

ayat (2) akan

dikenakan tindakan

penertiban.

(3) Dengan

berlakunya

Peraturan Daerah

ini, maka IO dan

Izin

Kerja yang telah

diberikan sebelum

ditetapkan

Peraturan Daerah

ini, dinyatakan

tetap berlaku

sampai dengan

berakhirnya masa

berlakunya.

11. Hal-hal yang belum

diatur dalam

Peraturan Daerah

ini,

sepanjang

35 Peraturan lanjutan ditetapkan oleh

Gubernur.

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 98

mengenai teknis

pelaksanaannya

akan diatur lebih

lanjut dan

ditetapkan dengan

Peraturan

Gubernur.

12. Peraturan Daerah

ini berlaku pada

tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang

mengetahuinya,

memerintahkan

pengundangan

Peraturan Daerah

ini dengan

penempatannya

dalam Lembaran

Daerah Provinsi

Kalimantan

Tengah.

36 Setiap orang wajib mematuhi perda

ini.

No Regulasi Pasal Ayat Keterangan

1 UU no 1 th 1970 Bab

II

2 2 Dari pembangkitan listrik,Jaringan

transmisi teg.extra tinggi

(TET),Jaringan tegangan

tinggi,Jaringan tegangan

menengah,Jaringan tegangan

rendah,Dan sampai ketempat kerja

2 UU no 1 th 1970

huruf q

3 1 Dengan peraturan perundangan

ditetapkan syarat-syarat

keselamatan kerja untuk mencegah

terkena aliran listrik

berbahaya.(objektif)

3 UU no 1 th 1970

huruf q

2 1 Setiap tempat dimana listrik

dibangkitkan,ditransmisikan,

dibagi-bagikan, disalurkan dan

digunakan.(ruang lingkup)

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 99

4 UU no 1 th 1970

huruf q

5 1 Pegawai pengawas dan ahli

keselamatan kerja ditugaskan

menjalankan pengawasan langsung

terhadap ditaatinya undang-undang

ini dan membantu pelaksanaannya.

5 No 20 Th 2002 Pengusahaan Listrik

6 UU no.30 th 2009

bab V

5 1 Kewenangan Pemerintah di bidang

ketenagalistrikan

no Regulasi PasalAyat Ayat Keterangaan

1

UU RI No 30

Tahun 1999

TentangKetenagali

strikan

42 Tentangkewajibanusahaketenagalist

rikanmemenuhipersyaratanlingkung

anhidup

44 2 Memuattujuanketentuankeselamata

nketenagalistrikan

44 3 Memuatketentuankeselamatanketen

agalistrikan

46 2 Ketentuanpengawasanterhadapusah

aketenagalistrikanolehpemerintah

47 1, 2 Kewenanganpenyidikusahaketenag

alistrikan

48 1, 2, 3 Sanksi administrative bagi yang

melanggarketentuan yang

terteraalamUU RI No 30 Tahun

1999 TentangKetenagalistrikan

49 1,2,3 Ketentuanpidanabagi yang

melanggarketentuan yang

terteraalam UU RI No 30 Tahun

1999 TentangKetenagalistrikan

Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 100