Kumpulan Perundang-Undang Tentang Listrik
Transcript of Kumpulan Perundang-Undang Tentang Listrik
Peraturan Perundang-Undangan Yang
Berkaitan Dengan Listrik
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2014
Oleh:
Kelompok 2
Kelas B
Aldhila Liantika M. (R0012004)
Arda Chanaloka Z. (R0012008)
Desi Kurniawati (R0012020)
Dimas Ganung Ashary (R0012024)
Ira Pracinasari (R0012048)
Penny Damayanti (R0012070)
Romadona (R0012086)
Yesi Apriyani (R0012104)
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 2
Kumpulan Peraturan
Perundang-Undangan Yang Berkaitan
Dengan Listrik
1. UU No. 1 Tahun 1970
2. UU No 20 Tahuh 2002
3. UU No.30 Tahun 2009 BAB V
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun
2012 Tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik
6. SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000)
7. Per.Menaker No. 02/1989 - Instalasi Petir
8. Per.Menaker No. 03/1999 - Lif Listrik
9. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 6
Tahun 2012Tentang Ketenagalistrikan Dan Pemanfaatan Energi
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 3
Peraturan
Perundang-Undangan
Yang Berkaitan Dengan
Listrik
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 4
No. Regulasi Pasal/ Bagian Ayat Keterangan
1. SNI 04-0225-2000
Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000)
2. Persyaratan Dasar 2.1
2.1.2
Proteksi untuk keselamatan
Proteksi dari kejut listrik
2.1.2.1 Proteksi dari sentuh langsung
2.1.2.2 Proteksi dari sentuh tak langsung
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.2
2.2.1
2.2.2
2.3
2.3.1
2.3.3
Proteksi dari efek termal
2.1.3.1 Penyusunan Instalasi listrik
Proteksi dari arus lebih
2.1.4.1 Keselamatan bagi manusia /
ternak dari arus lebih serta
pengendaliannya
Proteksi dari arus gangguan
2.1.5.1 Fungsi dari penghantar, selain
penghantar aktif, dan bagian lain
Proteksi dari tegangan lebih ditujukan
kepada manusia / hewan
Proteksi perlengkapan dan instalasi listrik
Perlengkapan listrik
2.2.1.1 – 2.2.1.3 Pemeriksaan tanda
pengenal yg jelas, Persyaratan untuk
pemasangan dan beban sesuai
kemampuan.
Instalasi listrik
2.2.2.1 -2.2.2.2 Pemeriksaan, pengujian
serta pengoperasian instalasi listrik.
Perancangan instalasi listrik
Umum
2.3.1.1 tujuan merancang instalasi listrik
2.3.2 Karakteristik suplai
2.3.2.1 - 2.3.2.2 Macam-macam arus dan
jumlah penghantar
Macam kebutuhan akan listrik
2.3.3.1 Penentuan Jumlah dan jenis sirkit
untuk penerangan, pemanasan, daya,
kendali, sinyal, telekomunikasi
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 5
2.3.4
2.3.5
2.3.6
2.3.7
2.3.8
2.3.9
2.3.10
2.3.11
2.3.12
2.3.13
2.4
2.4.2
2.4.3
Suplai darurat (perlu diperhatikan)
Kondisi lingkungan
2.3.5.1 Faktor dan parameter lingkungan
Luas penampang penghantar
2.3.6.1 Ukuran penghantar
2.3.6.4 Penentuan Luas penampang
penghantar
Jenis pengawatan dan cara pemasangan
Gawai proteksi
2.3.8.1 Karakteristik gawai proteksi
berdasarkan fungsinya
Kendali darurat
2.3.9.2 pemutusan suplai bila keadaan
bahaya
Gawai pemisah
Pencegahan pengaruh timbal-balik
2.3.11.1 Pengharusan penataan Instalasi
listrik
Keterjangkauan perlengkapan listrik
2.3.12.1 Tujuan perlengkapan listrik
Ruang kerja di sekitar perlengkapan
listrik
2.3.13.1 Bagian yang perlu diperhatikan
Pemilihan perlengkapan listrik
Karakteristik
2.4.2.1 kesesuaian karakteristik nilai dan
kondisi
2.4.2.2 Tegangan (persyaratan tegangan)
2.4.2.3 Arus ( persyaratan arus)
2.4.2.4 Frekuensi (persyaratan frekuensi)
2.4.2.5 Daya (persyaratan daya)
Kondisi instalasi dan pencegahan
pengaruh yang merusak
2.4.3.1 perhatikan dalam menentukan
jenis, ukuran, tegangan dan
kemampuannya
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 6
2.4.4
2.5
2.5.2
2.5.3
2.5.4
2.5.5
2.5.6
2.5.7
2.5.8
2.6
2.6.1
2.6.2
2.4.3.2 Kondisi instalasi (pemilihan
perlengkapan listrik dengan kondisi
lingkungan)
2.4.3.3 Pencegahan dari efek yang
merusak
Gawai proteksi
2.4.4.1-2.4.4.2 persyaratan pemutus sirkit
dan Gawai proteks)
Pemasangan dan verifikasi awal instalasi
listrik
2.5.1.1 Persyaratan pemasangan Instalasi
listrik
2.5.1.2 Persyaratan pengawatan
2.5.1.3 Persyaratan perlengkapan listrik
2.5.1.4 Kondisi dalam proses
pemasangan
2.5.1.5 Perawatan perlengkapan listrik
Penandaan dan polaritas
Pemasangan dan penempatan
perlengkapan listrik
Sambungan listrik
Bagian aktif
Bagian yang menimbulkan percikan api
Nilai resistans isolasi instalasi tegangan
rendah
Pemeriksaan dan pengujian (verifikasi)
Pemeliharaan
Ruang lingkup
Ketentuan dasar
2. 3. Proteksi untuk
keselamatan
3.2
3.2.1
3.3
3.3.1
Proteksi dari kejut listrik
Ruang lingkup (penerapan tindakan yang
sesuai)
Proteksi dari sentuh langsung maupun tak
langsung (pengertian SELV dan PELV )
Proteksi dengan tegangan ekstra rendah :
SELV dan PELV
3.3.1.1 persyaratan terpenuhinya Proteksi
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 7
3.3.2
3.4
3.4.1
3.4.2
3.4.3
dari kejut listrik
3.3.1.2 Sumber untuk SELV dan PELV
3.3.1.3 Susunan sirkit
3.3.1.4 Persyaratan untuk sirkit tegangan
ekstra rendah yang tidak dibumikan
(SELV)
3.3.1.5 Persyaratan untuk sirkit yang
dibumikan (PELV)
Sistem PELV
3.3.2.1 Umum (Kombinasi tindakan)
3.3.2.2 Perlengkapan Proteksi dari sentuh
langsung
3.3.2.3 Perlengkapan Proteksi dari sentuh
tak langsung
3.3.2.4 Tusuk kontak dan kotak kontak
(persyaratan)
Proteksi dari sentuh langsung (proteksi
dari kejut listrik dalam pelayanan normal
atau proteksi dasar)
a. Pengertian sentuh langsung
b. Cara penanggulangan bahaya
sentuh langsung
c. Pengecualian cara
penaggulangan
Proteksi dengan isolasi bagian aktif
3.4.1.1 Bagian aktif harus seluruhnya
tertutup dengan isolasi yang hanya dapat
dilepas dengan merusaknya.
Proteksi dengan penghalang atau
selungkup
3.4.2.1 Proteksi manusia
3.4.2.4 Syarat pemasangan Penghalang
dan selungkup
3.4.2.5 Beberapa hal untuk membuka /
menutup selungkup
Proteksi dengan rintangan
3.4.3.1Pencegahan terhadap rintangan
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 8
3.4.4
3.4.5
3.4.6
3.5
3.5.1
3.5.2
3.5.3
3.5.4
3.5.5
3.5.6
3.6
3.6.1
3.4.3.2 pelepasan rintangan tanpa kunci
Proteksi dengan penempatan di luar
jangkauan
3.4.4.1 Bagian berbeda potensial yang
dapat terjangkau secara simultan harus
berada di luar jangkauan tangan.
3.4.4.3 penambahan jarak pada benda
konduksi
Proteksi tambahan dengan Gawai
Proteksi Arus Sisa (GPAS)
Kode IP
3.4.6.1 Pengertian Kode IP
3.4.6.2 Susunan kode IP
3.4.6.3 Elemen kode IP dan artinya
3.4.6.4 Contoh penggunaan kode IP
Proteksi dari sentuh tak langsung
Umum
3.5.1.1 - 3.5.1.2 pengertian Sentuh tak
langsung dan BKT
3.5.1.3 Cara Pencegahan Kegagalan
isolasi
3.5.1.5 Pengertian Tegangan sentuh yang
terlalu tinggi
Cara proteksi
Jenis sistem distribusi
3.5.3.1 Karakteristik sistem distribusi
3.5.3.2 Jenis sistem penghantar aktif
(perhitungannya)
3.5.3.3 Jenis pembumian system
Sistem TN (lihat 3.13) (tiga jenis sistem
TN)
Sistem TT (lihat 3.12)
Sistem IT (lihat 3.14)
Ketentuan umum bagi proteksi dari
sentuh tak langsung
Penggunaan
3.6.1.1 Tindakan proteksi
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 9
3.6.2
3.6.3
3.7
3.7.1
3.7.2
3.8
3.8.1
3.8.2
3.9
3.6.1.2 Proteksi tidak diperlukan pada
instalasi dan perlengkapan listrik
Pelaksanaan
3.6.2.1 Memilih cara proteksi dan
mengusahakan proteksi yang efektif
3.6.2.2 Syarat Penghantar proteksi
3.6.2.3 Syarat Hubungan penghantar
proteksi melalui kontak tusuk
3.6.2.4 Syarat Perlengkapan listrik yang
memakai isolasi proteksi
3.6.2.5 Syarat perluasan atau
penyambungan instalasi listrik yang
memakai tindakan proteksi
Penghantar ikatan penyama potensial
3.6.3.1 Syarat Penghantar ikatan
penyama potensial.
Proteksi dengan pemutusan suplai secara
otomatis
Tindakan konvensional yang sesuai
dengan 3.7.1.1 (Pemutusan suplai) dan
3.7.1.2 (Pembumian) diberikan dalam
3.12 hingga 3.14 sesuai jenis pembumian
sistem.
Ikatan penyama potensial
3.7.2.1 Ikatan penyama potensial utama
3.7.2.2 Ikatan penyama potensial
suplemen
Proteksi dengan menggunakan
perlengkapan kelas II atau dengan isolasi
ekuivalen
Persyaratan Proteksi
Kelas perlengkapan
3.8.2.1 Perlengkapan kelas 0
3.8.2.2 Perlengkapan kelas I
3.8.2.3 Perlengkapan kelas II
3.8.2.4 Perlengkapan kelas III
Proteksi dengan lokasi tidak konduktif
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 10
3.9.1
3.9.2
3.9.3
3.9.4
3.9.5
3.9.6
3.10
3.10.1
3.10.2
3.10.3
3.11
3.11.2
3.12
3.13
3.13.2
3.14
3.14.2
3.15
3.15.1
3.15.2
3.15.3
Persyaratan BKT
Dalam lokasi yang tidak konduktif tidak
boleh ada penghantar proteksi
3.9.4 Resistans lantai dan dinding
berisolasi pada setiap titik pengukuran
dalam kondisi yang ditentukan pada 3.22
Syarat pada Ayat 3.9.2
Resistans lantai dan dinding berisolasi
pada setiap titik pengukuran dalam
kondisi yang ditentukan pada 3.22
Persyaratan susunan
Persyaratan Tindakan pencegahan
Proteksi dengan ikatan penyama
potensial lokal bebas bumi
Persyaratan Penghantar ikatan penyama
potensial
Sistem ikatan penyama potensial lokal
tidak boleh sentuh listrik secara langsung
dengan bumi melalui BKT atau melalui
BKE
Tindakan pencegahan
Proteksi dengan separasi listrik
Persyaratan
Sistem TT atau sistem Pembumian
Pengaman (sistem PP)
Sistem TN atau sistem Pembumian
Netral Pengaman (PNP)
Persyaratan
Sistem IT atau sistem Penghantar
Pengaman (sistem HP)
Persyaratan
Penggunaan Gawai Proteksi Arus Sisa
(GPAS)
Umum (Pengertian dan pemilihan GPAS)
Persyaratan
Contoh pemasangan Gawai Proteksi Arus
Sisa (GPAS), pada system TN dan TT.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 11
3.16
3.16.1
3.16.2
3.17
3.18
3.18.1
3.18.2
3.18.3
3.18.43.
18.5
3.19
3.19.1
3.19.2
3.20
3.20.1
3.20.2
3.20.3
3.21
3.21.1
3.21.2
3.21.3
3.22
3.22.1
Luas penampang penghantar proteksi dan
penghantar netral
Luas penampang penghantar proteksi
Luas penampang penghantar fase dan
penghantar netral
Rekomendasi untuk sistem TT, TN dan
IT
Peraturan umum untuk elektrode bumi
dan penghantar bumi
Umum (Pengertian Elektrode bumi)
Jenis elektrode bumi (Elektrode pita,
Elektrode batang)
Resistans jenis tanah dan resistans
pembumian
Bahan dan ukuran electrode
Jenis elektrode lain
Pemasangan dan susunan elektrode bumi
dan penghantar bumi
Pemasangan dan susunan elektrode bumi
Penghantar bumi
Resistans isolasi suatu instalasi listrik
tegangan rendah
Pengertian Resistans isolasi
Cara pengukuran Resistans isolasi
Hasil perbandingan resistans isolasi yang
diukur dengan nilai tegangan uji
Pengujian sistem proteksi yang memakai
penghantar proteksi
Umum (Pengujian terhadap semua sistem
proteksi)
Pemeriksaan awal
Pengukuran dan pengujian
Pengukuran resistans isolasi lantai dan
dinding berkaitan dengan proteksi dengan
lokasi tidak konduktif.
Definisi dan nilai isolasi lantai dan
dinding
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 12
4 Perancangan
instalasi listrik
3.22.2
3.23
3.23.1
3.23.2
3.23.3
3.23.4
3.24
3.24.1
3.24.2
3.24.3
3.24.4
3.24.5
3.24.6
3.25
3.25.2
4.1
4.1.1
4.1.2
4.2.2
4.2.3
4.2.4
4.2.5
4.2.6
4.2.7
4.2.8
4.2.9
4.3
4.3.1
Pengukuran isolasi lantai dan dinding
Proteksi dari efek termal
Umum (perlengkapan listrik harus diberi
proteksi dari efek panas)
Proteksi dari kebakaran
Proteksi dari luka bakar
Proteksi dari panas lebih
Proteksi dari arus lebih
Umum (persyaratan Penghantar aktif)
Sifat gawai proteksi
Proteksi dari arus beban lebih
Proteksi dari arus hubung pendek
Koordinasi proteksi beban lebih dan
hubung pendek
Pembatasan arus lebih dengan
karakteristik suplai
Proteksi instalasi listrik dari tegangan
lebih akibat petir
Persyaratan (Proteksi instalasi listrik
yang dihubungkan dengan penghantar
saluran udara tegangan rendah)
Persyaratan umum
Ketentuan umum (persyaratan rancangan
instalasi listrik)
Ketentuan rancangan instalasi listrik
Ukuran dan jenis kabel dan penghantar
Susut tegangan
Batas suhu
Sambungan penghantar parallel
Arus pengenal gawai pengendali
Arus pengenal dan jenis gawai proteksi
Arus pengenal gawai proteksi
Pembatas arus gangguan
Cara perhitungan kebutuhan maksimum
di sirkit utama konsumen dan sirkit
Cabang
Cara menentukan kebutuhan maksimum
4.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 13
4.3.2
4.3.3
4.3.4
4.3.5
4.3.6
4.4
4.4.1
4.4.2
4.5
4.5.1
4.5.2
4.6
4.6.1
4.6.2
4.6.3
4.6.4
4.7
4.7.1
4.7.2
4.8
4.8.1
4.8.2
4.8.3
4.9
4.9.1
Perhitungan kebutuhan maksimum di
sirkit utama konsumen dan sirkit cabang
Penentuan kebutuhan maksimum dengan
penaksiran
Penentuan kebutuhan maksimum sirkit
utama konsumen dan sirkit cabang
dengan cara pengukuran atau pembatasan
Kebutuhan maksimum sirkit akhir
Sirkit akhir terpisah yang diperlukan
Jumlah titik beban dalam tiap sirkit akhir
Jumlah titik beban maksimum dalam tiap
sirkit akhir
Jumlah titik per sirkit akhir sirkit akhir
untuk aplikasi khusus dalam instalasi
bukan rumah
Sirkit utama konsumen
Penampang minimum
Sistem pengawatan
Susunan sirkit cabang dan sirkit akhir
Titik awal dari sirkit cabang dan sirkit
akhir
Penampang minimum sirkit
Penurunan kemampuan hantar arus di
sirkit cabang
Penurunan kemampuan hantar arus di
sirkit akhir
Penghantar netral bersama
Sirkit utama konsumen dan sirkit cabang
Sirkit akhir
Pengendalian sirkit yang netralnya
dibumikan langsung
Sakelar utama
Sakelar tambahan
Penyambungan sakelar utama
Proteksi sirkit yang netralnya dibumikan
langsung
Sirkit cabang dan sirkit akhir
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 14
5 Perlengkapan listrik
4.9.2
4.9.3
4.10
4.11
4.11.1
4.11.2
4.11.3
4.11.4
4.11.5
4.11.6
4.11.7
4.11.8
4.12
4.12.1
4.12.2
4.13
4.13.1
4.13.2
4.13.3
4.13.4
5.1
5.1.1
5.1.2
5.1.3
5.1.4
5.1.5
5.1.6
Sirkit kendali
Pengaman lebur di penghantar netral
Pengendalian dan proteksi sirkit yang
netralnya dibumikan tidak langsung
Perlengkapan pengendalian api dan asap
kebakaran, perlengkapan evakuasi
darurat dan lif
Umum (Persyaratan ini dimaksud untuk
menjamin agar suplai listrik ke
perlengkapan yang diperlukan untuk
beroperasi dalam keadaan darurat, tidak
terputus karena tidak sengaja)
Perlengkapan penting (pengendalian api
dan asap kebakaran, evakuasi dan Lif )
Sakelar utama
Susunan
Pemberian tanda
Sistem pengawatan
Pemisahan
Persyaratan tambahan bagi motor pompa
kebakaran
Sakelar dan pemutus sirkit
Operasi
Sakelar di penghantar netral
Lokasi dan pencapaian PHB
Lokasi PHB
Pencapaian PHB
Jalan masuk ke dalam selungkup PHB
Jalan keluar dari daerah PHB
Ketentuan umum
Syarat umum
Proteksi dari gejala api
Perlengkapan
Bagian aktif
Proteksi dari tegangan sentuh
Proteksi terhadap tegangan lebih
5.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 15
5.1.7
5.1.8
5.1.9
5.2
5.2.1
5.2.2
5.3
5.3.1
5.3.2
5.3.3
5.3.4
5.3.5
5.3.6
5.3.7
5.3.8
5.3.10
5.3.11
5.3.12
5.4
5.4.1
5.4.2
5.5
5.5.1
5.5.2
5.5.3
5.5.4
5.5.5
5.5.6
5.5.7
5.5.8
5.5.9
5.5.10
5.5.11
5.6
Pengamanan gagang
Pelayanan
Pemberian tanda
Pengawatan perlengkapan listrik
Kabel fleksibel
Kabel lampu
Armatur penerangan, fiting lampu, lampu
dan roset
Proteksi terhadap sentuh langsung dan
tak langsung
Pembumian
Persyaratan dalam keadaan khusus
Syarat kotak sambung dan kap armature
Penunjang armature
Perkawatan armatur
Konstruksi
Fiting lampu dengan sakelar
Lampu dan perlengkapan bantu
Lampu tabung gas
Roset
Tusuk kontak dan kotak kontak
Konstruksi tusuk kontak
Ketentuan yang berkaitan dengan
keadaan lingkungan
Motor, sirkit dan kendali
Syarat umum
Keadaan lingkungan
Sirkit motor
Proteksi beban lebih
Proteksi hubung pendek sirkit motor
Proteksi hubung pendek sirkit cabang
Kendali
Sarana pemutus
Tegangan di atas 1000 V
Pencegahan terhadap sentuhan langsung
Pembumian
Generator
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 16
5.7
5.7.1
5.7.2
5.8
5.8. 1
5.8.2
5.8.3
5.9
5.9.1
5.9.2
5.9.3
5.9.4
5.9.5
5.9.6
5.9.7
5.10
5.10.1
5.10.2
5.10.3
5.10.4
5.10.5
5.11
5.12
5.12.1
5.12.2
5.12.3
5.12.4
5.12.5
5.12.6
5.12.7
5.12.8
5.12.9
5.13
Peranti randah
Kabel penghubung pada terminal
Pembumian
Transformator dan gardu transformator
Umum
Ketentuan khusus yang dapat berlaku
pada bermacam-macam transformator
Ketentuan untuk kubu transformator
Akumulator
Ruang lingkup dan definisi
Perkawatan
Penyekatan dan isolasi
Rak dan baki
Ruang akumulator
Pengisi akumulator
Pemberian tanda
Kapasitor
Instalasi
Penghantar
Pemasangan
Pembumian dan perlindungan
Pemberian tanda
Resistor dan reactor
Peranti pemanas
Peranti pemanas harus dirancang,
dipasang, dihubungkan, dan/atau
dilindungi sedemikian rupa.
Bahan peranti pemanas harus memenuhi
ketentuan
Pembumian
Pemberian tanda
Lengkapan
Konstruksi
Gawai pembatas
Pemanas zat cair
Keadaan ruang
Perlengkapan pemanas induksi dan
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 17
6. Perlengkapan
Hubung Bagi dan
Kendali (PHB)
serta komponennya
6.1 Ruang lingkup
6.1.1 Bab ini mengatur persyaratan PHB
yang meliputi, pemasangan, sirkit,
ruang
pelayanan, penandaan untuk semua
jenis PHB, baik tertutup, terbuka, dan
pasangan dalam,
maupun pasangan luar.
6.1.2 Bab ini mengatur juga persyaratan
khusus untuk komponen yang
merupakan bagian
PHB.
6.2 Ketentuan umum
6.2.1 Penataan PHB
6.2.2 Ruang pelayanan dan ruang bebas
sekitar PHB pemeriksaan, perbaikan,
5.13.1
5.13.2
5.13.3
5.13.4
5.14
5.15
5.15.2
5.15.3
5.16
5.16.2
5.17
5.17.2
5.17.3
5.17.4
5.18
dielektrik
Ruang lingkup dan umum
Perlengkapan motor generator
Perlengkapan bukan motor generator
Perlindungan, pembumian dan penandaan
Pemanfaat dengan penggerak
elektromekanis
Mesin las listrik
Mesin las busur listrik yang
menggunakan transformator, penyearah,
dan motor generator
Mesin las resistans
Mesin perkakas
Penghantar
Perlengkapan sinar X
Kendali
Transformator dan kapasitor
Perlindungan dan pembumian
Lampu busur
6.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 18
pelayanan dan lalulintas dapat
dilakukan dengan mudah dan aman.
6.2.3 Penandaan
6.2.4 Pemasangan sakelar masuk
6.2.5 Pemasangan sakelar keluar
6.2.6 Pengelompokan perlengkapan sirkit
6.2.7 Penempatan pengaman lebur, sakelar,
dan rel
6.2.8 Pemasangan pemisah
6.2.9 Jarak minimum antar bagian yang
telanjang
6.3 Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB) tertutup
6.3.1 Umum
6.3.2 PHB tertutup pasangan dalam
6.3.3 PHB tertutup pasangan luar
6.4 Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB) terbuka
6.4.1 Syarat umum
6.4.2 PHB terbuka pasangan dalam
6.4.3 PHB terbuka pasangan luar
6.5 Lemari hubung bagi, kotak hubung
bagi dan meja hubung bagi
6.5.1 Bentuk
6.5.2 Pemasangan
6.5.3 Konstruksi lemari dan panelnya
6.6 Komponen yang dipasang pada
Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB)
6.6.1 Syarat umum
6.6.2 Sakelar, pemisah, pengaman lebur dan
pemutus
6.6.3 Instrumen ukur dan indikator
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 19
6.6.4 Penghantar rel
6.6.5 Komponen gawai kendali
6.6.6 Terminal dan sepatu kabel
7. Penghantar dan
pemasangannya
7.1 Umum
7.1.1 Persyaratan umum penghantar
7.1.2 Kabel
7.1.3 Kabel tanah
7.1.4 Penghantar udara di sekitar bangunan
7.1.5 Penghantar jenis lain
7.2 Identifikasi penghantar dengan warna
7.2.1 Ketentuan umum
7.2.2 Penggunaan warna loreng hijau-
kuning
7.2.3 Penggunaan warna biru
7.2.4 Penggunaan warna untuk pengawatan
dengan kabel berinti tunggal
7.2.5 Pengenal untuk inti atau rel
7.2.6 Warna untuk kabel berselubung
berinti tunggal
7.2.7 Warna selubung kabel
7.3 Pembebanan penghantar
7.3.1 Pembebanan terus menerus kabel
instalasi dengan isolasi tunggal
7.3.2 Pembebanan terus menerus kabel
instalasi dengan isolasi dan selubung
PVC
dan kabel fleksibel
7.3.3 Pembebanan terus menerus dan
proteksi kabel berisolasi dan
berselubung
jenis lain
7.3.4 Pembebanan terus menerus kabel
tanah berisolasi PVC
7.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 20
7.3.5 Pembebanan terus menerus kabel
tanah berisolasi kertas, berpelindung
logam
(timbal atau aluminium)
7.3.6 Pembebanan terus menerus kabel
tanah berisolasi XLPE
7.3.7 Pembebanan terus menerus
penghantar udara di luar bangunan
7.4
7.4.1
7.4.2
7.5
7.5.1
7.5.2
7.5.3
7.5.4
7.6
7.7
7.7.1
7.5.4
7.6
7.7
7.7.1
7.8
7.8.1
7.8.2
Pembebanan penghantar dalam
keadaan khusus
Definisi
Perhitungan pembebanan singkat dan
intermiten
Proteksi arus lebih
Ketentuan umum
Penempatan gawai proteksi arus lebih
Penempatan gawai proteksi arus
hubung pendek
Proteksi penghantar yang
dihubungkan paralel
Proteksi penghantar dari kerusakan
karena suhu yang sangat tinggi atau
sangat rendah
Proteksi sirkit listrik
Sirkit penerangan
Proteksi penghantar yang
dihubungkan paralel
Proteksi penghantar dari kerusakan
karena suhu yang sangat tinggi atau
sangat rendah
Proteksi sirkit listrik
Sirkit penerangan
Isolator, pipa instalasi dan
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 21
7.8.3
7.8.4
7.8.5
7.9
7.9.1
7.9.2
7.9.3
7.9.4
7.9.5
7.10
7.10.1
7.10.2
7.10.3
7.10.4
7.10.5
lengkapannya
Umum
Isolator
Pipa instalasi
Pemasangan isolator
Memasang pipa instalasi
Jalur pengantar
Umum
Jenis jalur pengantar
Penggunaan
Syarat umum
Syarat penerangan
Syarat umum pemasangan penghantar
(sampai dengan 1.000 volt)
Daerah penggunaan
Pemasangan penghantar harus
dilaksanakan demikian rupa sehingga
tercapai suatu keseluruhan yang baik
dan aman serta kelangsungan kerja
terjamin.
Pemasangan penghantar harus
dilaksanakan demikian rupa sehingga
instalasi itu tahan terhadap pengaruh
gaya elektrodinamik dan pembebanan
termis yang merusak akibat arus
hubung pendek yang mungkin timbul.
Untuk melaksanakan pemasangan
yang baik, harus dipilih penghantar
yang
memenuhi persyaratan ditinjau dari
KHA, kekuatan isolasi, dan
pembebanan mekanis sesuai Tabel-
tabel 7.1.3, 7.1.4, 7.1.5, 7.1.6, 7.1.7
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 22
7.10.6
7.10.7
7.10.8
7.10.9
7.10.10
7.10.11
dan 7.1.10.
Penghantar harus dilindungi terhadap
kerusakan mekanis dengan cara
pemasangannya yang tepat atau
dengan selubung khusus. Pada jarak
yang masih
terjangkau oleh tangan, penghantar
harus diberi perlindungan yang
memenuhi syarat
terhadap kerusakan mekanis, kecuali
pada tempat tertutup.
Penghantar yang boleh dipasang di
dalam pipa instalasi ialah penghantar
berisolasi dengan bahan isolasi yang
sesuai dengan keperluan itu dan
dengan kemampuan
isolasi yang cukup, sesuai yang
tercantum pada Tabel 7.1.3.
Yang boleh dipasang di dalam tanah
atau di dalam air hanya kabel yang
dibuat
khusus untuk itu (lihat Tabel 7.1-5 dan
7.1-6).
Kabel instalasi (misalnya NYM) di
dalam dan di bawah plesteran, pada
atau di
atas langit-langit dan di dalam dinding
berongga dapat dianggap sebagai
instalasi di luar jangkauan tangan serta
dianggap telah dilindungi secara
mekanis. Di tempat-tempat tersebut di
atas, kabel instalasi harus dipasang
tegak lurus atau mendatar.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 23
7.10.12
7.10.13
7.10.14
7.10.15
Pada pemasangan kabel berisolasi dan
berinti tunggal (misalnya kabel rumah
NYA) di dalam pipa, yang boleh
dipasang di dalam suatu pipa hanya
kabel dari satu sirkit daya dan atau
sirkit bantu.
Pada pemasangan kabel atau kabel
tanah yang berinti banyak, boleh
dipasang
lebih dari satu sirkit daya dalam satu
pipa instalasi, berikut sirkit bantu yang
diperuntukkanbagi sirkit daya itu.
Kalau sirkit bantu dipasang terpisah
dari sirkit daya, maka penghantar dari
beberapa sirkit bantu tersebut boleh
disatukan di dalam satu pipa atau
dipakai kabel tanah berinti banyak.
Apabila beberapa sirkit daya yang
dipasang di dalam satu pipa
mempunyai
tegangan yang berbeda-beda, maka
kabel atau kabel tanah berinti banyak
yang digunakan untuk itu haruslah
dipilih dari yang sesuai dengan
tegangan kerja yang tertinggi.
Penghantar satu sirkit daya tidak boleh
dibagi ke dalam beberapa pipa, kabel
atau
kabel tanah berinti banyak yang
berbeda-beda, yang mengandung juga
sirkit daya yang lain.
Pada pemasangan kabel berinti
banyak, penghantar netral dari suatu
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 24
7.10.16
7.10.17
7.10.18
7.10.19
7.10.20
sirkit tidak
boleh digunakan sebagai penghantar
netral sirkit yang lain, kecuali pada
perlengkapan
hubung bagi asalkan luas penampang
penghantar netral itu minimum sama
dengan jumlah luas penampang
normal dari penghantar netral masing-
masing sirkit daya.
Beberapa sirkit daya selama tidak
terpotong penghantarnya boleh
dilewatkan
bersama-sama melalui satu kontak
tarik tanpa menggunakan isolasi
pemisah. Isolasi pemisah diperlukan
pada kotak tarik tersebut bila
dilakukan penyambungan sirkit daya
termaksud di atas. Untuk itu harus
diperhatikan ketentuan 7.11.1.2.
Sambungan kabel, selubung logam,
pelindung konsentris dan lapisan
pelindung
mekanis harus saling
dihubunghantarkan dengan baik,
kecuali bila disyaratkan bahwa gawai-
gawai itu dipisahkan.
Pada pencabangan atau
penyambungan dari penghantar yang
selubung atau
pelindung logamnya dibumikan,
pelindung logam tersebut harus
dihubunghantarkan dengan baik,
kecuali jika masing-masing bagian
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 25
7.10.21
7.10.22
7.10.23
7.10.24
7.10.25
dari selubung atau pelindung logam
itu telah dibumikan dengan baik pada
kedua sisi pencabangan atau
penyambungannya.
Bumi tidak boleh sekali-kali
digunakan sebagai penghantar balik
untuk instalasi
arus kuat, untuk hal semacam itu harus
digunakan penghantar tersendiri
Di dalam bangunan pada persilangan
atau pendekatan antara kabel arus kuat
dan
kabel arus lemah harus diambil
tindakan untuk melindungi penghantar
listrik arus lemah (telekomunikasi)
terhadap pengaruh yang berbahaya
atau merusak dengan membuat jarak
minimum sebesar 1 cm atau dengan
satu dinding pemisah. Klem dari
instalasi arus kuat dan arus lemah
yang letaknya berdekatan harus di
susun terpisah dan diletakkan
demikian rupa
sehingga mudah dibedakan yang satu
dengan yang lain.
Di luar bangunan penghantar listrik
arus kuat dan bagian konstruksi yang
bersangkutan, sedapat mungkin
berjarak minimum 1 m dari
penghantar listrik arus lemah
(telekomunikasi) yang tidak dilindungi
oleh pelindung elektromagnetik.
Sistem penghantar penyalur arus harus
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 26
7.11
7.11.1
7.11.2
7.11.3
7.11.4
7.11.5
7.12
7.12.1
7.12.2
7.12.3
7.12.4
7.12.5
7.12.6
7.13
7.13.1
7.13.2
7.13.3
7.13.4
merupakan sirkit yang tidak terputus.
Pipa
gas, pipa air, bumi, dan benda logam
lain yang kegunaan utamanya bukan
untuk penyalur arus tidak
diperbolehkan dipakai sebagai
pengganti penyalur arus.
Penghantar netral atau penghantar nol
sistem penghantar penyalur arus
dalam
bangunan pada seluruh panjangnya
harus berisolasi, yang memenuhi
ketentuan yang sama dengan yang
disyaratkan untuk penghantar kutub
atau penghantar fase dari sistem yang
bersangkutan, kecuali jika penghantar
kutub atau penghantar fase ini juga
tidak berisolasi.
Penghantar netral dan penghantar nol
dalam bangunan, termasuk pula semua
penghantar cabang yang dihubungkan
padanya harus dapat dikenal secara
jelas dan seragam pada seluruh
panjangnya sesuai dengan 7.2.2 dan
7.2.3.
Pada penghantar netral atau
penghantar nol tidak boleh dipasang
sakelar, kecuali
sesuai dengan 4.12.2.
Penghantar yang terpasang akan tetapi
tidak dipakai lagi, harus dibebaskan
dari
sumber tegangan. Penghantar tersebut
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 27
7.13.5
7.13.6
7.13.7
7.13.8
7.13.9
tidak boleh tinggal bersama-sama
dengan
penghantar yang masih bertegangan,
kecuali jika kedua ujungnya diproteksi
secara baik dari sentuh langsung
(misalnya ujung kabelnya ditutup
dengan isolasi secara baik atau
dihubungkan dengan klem yang
tertutup).
Sambungan dan hubungan
Umum
Sambungan kabel dan kabel tanah
Cara menghubungkan
Hubungan kabel instalasi permanen
dengan perlengkapan listrik
Penutupan ujung kabel tanah yang
terbuka
Instalasi dalam bangunan
Kabel rumah tanpa selubung
Kabel instalasi berselubung
Pemasangan kabel instalasi pipih
Penghantar telanjang
Pemasangan kabel instalasi yang
fleksibel
Pemasangan kabel fleksibel
Pemasangan penghantar dalam pipa
instalasi
Hanya kabel rumah yang tidak rusak
boleh dipasang di dalam pipa instalasi.
Di dalam pipa instalasi tidak boleh ada
sambungan penghantar;
penyambungan
penghantar ini harus dilaksanakan
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 28
7.14
7.14.1
7.14.2
7.14.3
7.14.4
dalam kotak sambung atau kotak
cabang yang
diperuntukkan bagi maksud itu.
Kabel rumah berisolasi karet (NGA)
dan berisolasi PVC (NYA) harus
dipasang di
dalam pipa instalasi; jika tidak, maka
harus ditempuh cara-cara tersebut
dalam 7.12.1.
Kabel rumah dan kabel instalasi hanya
boleh dimasukkan/ditarik ke dalam
pipa
instalasi setelah pipa untuk setiap
sirkit daya terpasang lengkap.
Kabel rumah dan kabel instalasi tidak
boleh dipasang dalam pipa sebelum
pekerjaan kasar, antara lain
pembetonan dan plesteran,
diselesaikan.
Jumlah kabel rumah berisolasi karet
(NGA) dan berisolasi PVC (NYA)
yang
dipasang dalam pipa, harus
memungkinkan penarikan dengan
mudah. Jumlah kabel rumah
tersebut, tidak boleh melebihi apa
yang tercantum dalam Tabel 7.8-1 dan
7.8-2.
Untuk macam kabel rumah tersebut
yang mempunyai diameter luar lebih
besar
dari apa yang terdapat dalam tabel,
jumlahnya harus dikurangi sehingga
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 29
7.15
7.15.1
7.15.2
7.15.3
7.15.4
7.15.5
7.15.6
7.16
7.16.1
7.16.2
7.16.3
7.16.4
7.16.4
7.16.6
7.16.7
7.16.8
7.16.9
penarikan yang dimaksud di atas dapat
dilakukan dengan mudah, dengan
memperhatikan 7.13.1.8.
Untuk jenis penghantar, yang
ukurannya tidak tercantum dalam
Tabel 7.8-1 dan
7.8-2, jumlah dan ukuran penghantar
yang boleh dimasukkan dalam satu
pipa instalasi
harus ditentukan sehingga faktor
pengisian tidak lebih dari ketentuan
Kabel rumah dari sistem arus bolak-
balik yang dipasang di dalam pipa
yang
bersifat magnetis (misalnya: pipa
instalasi dari baja) harus
dikelompokkan sehingga kabel rumah
yang tersebut di bawah ini berada
dalam pipa yang sama :
Pada sistem fase tiga : Kabel rumah
dari ketiga fase dan kawat netralnya
(kalau ada)
Pada sistem fase dua :Kabel rumah
dari kedua fase dan kawat netralnya
(kalau ada)
Pada sistem fase tunggal : Kabel
rumah dari fase dan kawat netralnya.
Penghantar seret dan penghantar
kontak
Penghantar telanjang yang
bertegangan dari penghantar seret dan
penghantar
kontak dan bagian telanjang yang
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 30
7.16.10
7.17
tergolong di dalamnya, harus
dilindungi secara baik dan tepat dari
sentuhan, dengan cara pemasangannya
atau dengan pertolongan perlengkapan
khusus.
Di tempat yang dekat dan mudah
terlihat dari penghantar seret dan
penghantar
kontak harus terdapat perlengkapan
pengaman yang dapat dilayani dari
bawah, yang dapat membuat
penghantar tersebut bebas tegangan
dan mem-pertahankannya tetap bebas
tegangan.
Jika penghantar seret dan penghantar
kontak terbagi dalam dua bagian atau
lebih
maka masing-masing bagian harus
dapat dibuat bebas tegangan dan
dipertahankan tetap bebas tegangan.
Kedudukan kerja sakelar bagian atau
pemisah bagian harus dapat dilihat
jelas dari tempat pelayanannya,
sedang kedudukan terbukanya harus
dapat dijamin dengan cara
menguncinya atau cara lain yang
sekurang-kurangnya sederajat, dan
anak kuncinya diserahkan kepada
pegawai ahli yang bertanggung jawab
dan ditugaskan untuk itu.
Pemasangan kabel tanah
Umum
Persilangan dan pendekatan kabel
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 31
tanah dengan kabel tanah instalasi
telekomunikasi
Persilangan dan pendekatan kabel
tanah dengan jalan kereta rel dan jalan
raya
Persilangan dan pendekatan kabel
tanah dengan saluran air dan bangunan
Pengairan
Pendekatan kabel tanah dengan
instalasi listrik di atas tanah
Kabel tanah yang keluar dari tanah
Pemasangan penghantar udara di
sekitar bangunan
Umum
Penghantar udara
Jarak penghantar udara tegangan
rendah dengan tanah dan dengan
benda lain
Penghantar udara telanjang tegangan
rendah di atas atap bangunan
Proteksi penghantar udara tegangan
rendah dari hubung pendek, tegangan
lebih dan beban mekanis
Perlindungan terhadap gas, uap dan
lain-lain
Kawat tambat dan tiang sangga
Penghantar udara berisolasi dipasang
pada tembok dan lain-lain
Jarak bagian konstruksi penghantar
udara terhadap kabel tanah
Penghantar udara yang tidak bekerja
atau yang tidak digunakan
Pemasangan penghantar khusus
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 32
8. 8. Ketentuan untuk
berbagai ruang dan
instalasi khusus
8.1
8.2
8.2.1
8.2.2
8.2.3
8.3
8.3.1
8.4
8.4.1
8.4.2
8.4.3
8.5
8.5.1
8.5.2
8.5.3
8.5.4
8.5.5
8.5.6
8.5.7
8.5.8
8.5.9
8.5.10
8.5.11
8.5.12
8.6
8.6.1
8.6.2
8.7
8.8
8.8.1
Ruang lingkup
Ruang kerja listrik
Umum
Perlindungan
Instalasi
Ruang kerja listrik terkunci
Umum
Ruang uji bahan listrik dan
laboratorium listrik
Umum
Instalasi
Ruang dengan bahaya kebakaran dan
ledakan
Umum
Klasifikasi ruang
Kelompok perlengkapan
Penggunaan dan penandaan
Pemilihan perlengkapan listrik
Perlengkapan yang digunakan dalam
setiap zone
Proteksi dari pembusuran yang
membahayakan
Penyama potensial
Sistem pengawatan
Sistem kabel
Sistem konduit untuk selungkup tahan
api
Tanda
Ruang lembab termasuk ruang
pendingin
Ruang lembab
Ruang pendingin
Ruang sangat panas
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 33
8.8.2
8.9
8.9.1
8.9.2
8.10
8.10.1
8.10.2
8.10.3
8.10.4
8.10.5
8.10.6
8.10.7
8.11
8.11.1
8.11.2
8.11.3
8.12
8.12.1
8.12.2
8.13
8.13.1
Ruang berdebu
Definisi
Ruang berdebu merujuk ke Publikasi
IEC 1241-1-2, 1241-2-1 dan 1241-2-2
Ruang dengan gas, bahan atau debu
yang korosif
Untuk ruang dengan gas atau debu
yang korosif mengacu ke Publikasi
IEC 1241-1-1, IEC 1241-1-2, IEC
1241-2-1 dan IEC 1241-2-2.
Mesin, pesawat, dan penghantar
listrik, serta pelindung yang
bersangkutan harus
didesain, dilindungi, dipasang dan
dihubungkan sedemikian rupa
sehingga tahan terhadap pengaruh
yang merusak dari bahan, debu, atau
gas yang korosif itu.
Ruang radiasi
Ruang sinar X
Ruang radiasi tinggi
Ruang mikroskop elektron
Sel radioaktif
Ruang gama
Ruang linac (linear accelerator)
Ruang neutron
Perusahaan kasar
Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB)
Penghantar
Peranti lain
Pekerjaan dalam ketel uap, tangki dan
bejana logam lainnya
Batas tegangan dan pembumian
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 34
8.13.2
8.13.3
8.13.4
8.14
8.14.1
8.14.2
8.14.3
8.15
8.15.1
8.16
8.16.1
8.16.2
8.16.3
8.16.4
8.16.5
8.17
8.17.1
8.17.2
8.17.3
8.18
Penghantar
Peluncur, dok, galangan kapal dan
sebagainya
Jika pada peluncur, dok, galangan
kapal dan sebagainya, digunakan
tenaga listrik,
badan kapal dari logam harus
dibumikan dengan baik.
Untuk pemasangan instalasi listrik
pada peluncur, dok, galangan kapal
dan
sebagainya, berlaku ketentuan dalam
8.6 dan 8.11.
Untuk penghantar mesin dan pesawat
randah berlaku juga ketentuan dalam
8.12.
Ketentuan dalam 8.13.3.1 tidak
berlaku untuk penghantar mesin dan
pesawat
randah, yang dipasang untuk waktu
lama pada suatu tempat dan di luar
jangkauan tangan.
Derek dan lif listrik
Pencegahan bahaya tegangan sentuh
Instalasi
Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB)
Instalasi rumah dan gedung khusus
Umum
Gedung pertunjukan, gedung
pertemuan, musium, pasar, toko dan
gedung umum lainnya
Umum
Penghantar
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 35
8.18.1
8.18.2
8.18.3
8.19
8.19.1
8.19.2
8.20
8.20.1
8.20.2
8.20.3
8.20.4
8.20.5
Penerangan ruangan
Penerangan darurat
Perlengkapan listrik
Instalasi listrik desa
Umum
Instalasi-rumah sederhana di desa
Sambungan Rumah Desa (SRD)
Instalasi sementara
Umum
Penghantar
Penerangan pesta
Instalasi semi permanen
Instalasi semi permanen untuk
tegangan menengah seluruhnya harus
memenuhi ketentuan umum yang
berlaku untuk tegangan itu.
Instalasi semi permanen untuk
tegangan rendah harus memenuhi
ketentuan yang berlaku untuk instalasi
permanen. Penghantar yang digunakan
sekurang-kurangnya harus dari jenis
penghantar berisolasi karet atau PVC.
Instalasi dalam masa pekerjaan
pembangunan
Sepanjang dalam pasal ini tidak
ditetapkan lain, berlaku 8.18 dengan
memperhatikan 9.13.4.1.
Instalasi listrik di tempat yang lembab,
seperti dalam galian, dalam ruang
bawah
tanah dan sebagainya harus dipasang
sedemikian rupa sehingga instalasi
tidak kena air, dan sedapat mungkin di
luar jangkauan tangan.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 36
8.20.6
8.20.7
8.20.8
8.21
8.21.1
8.21.2
8.21.3
8.22
8.22.1
8.22.2
8.22.3
8.22.4
8.22.5
8.22.6
8.22.7
8.23
8.23.1
8.23.2
8.23.3
8.23.4
8.24.5
8.24.6
8.24.7
8.24.8
8.24.9
Penghantar suplai yang tidak untuk
dipindah-pindahkan sedapat mungkin
harus memenuhi ketentuan umum
yang berlaku.
Bagian luar dari fiting lampu harus
dibuat dari bahan porselin, atau bahan
isolasi
lain yang setara.
Untuk melindungi perlengkapan harus
dipasang pengaman lebur atau gawai
proteksi lain pada sirkit yang
bersangkutan.
Lemari hubung bagi harus diberi
perlindungan terhadap percikan air.
Penghantar berisolasi harus dipasang
sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu lalu lintas
orang.Sambungan pada penghantar
berisolasi harus diberi isolasi yang
cukup.
Instalasi generator (genset) darurat
Umum
Syarat bangunan/ruang
Generator darurat
Instalasi penerangan darurat
Ruang lingkup
Persyaratan pokok
Jenis penerangan
Jenis sistem
Sistem instalasi listrik
Sumber daya darurat
Sistem kendali
Instalasi listrik di dalam kamar mandi
Umum
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 37
8.24
8.24.1
8.25
8.25.1
8.25.2
8.25.3
8.25.4
8.25.5
8.25.6
8.25.7
8.25.8
8.26
8.26.1
8.26.2
8.26.3
8.27
8.27.1
8.27.2
8.27.3
8.27.4
8.27.5
8.27.6
8.28
Klasifikasi zone
Proteksi dari kejut listrik
Ikatan penyama potensial suplemen
Penerapan tindakan proteksi dari kejut
listrik
Pemilihan dan pemasangan
perlengkapan listrik
Pengawatan
Perlengkapan Hubung Bagi dan
Kendali (PHB)
Perlengkapan lain yang dipasang
Instalasi ruang terbuka
Umum
Kolam renang dan kolam lainnya
Umum
Klasifikasi
Proteksi untuk keselamatan
Persyaratan khusus untuk setiap zone
Pengaruh luar
Pengawetan
Perlengkapan listrik untuk air mancur
Persyaratan khusus untuk instalasi
perlengkapan listrik tegangan rendah
dalam Zone 1 pada kolam renang dan
juga kolam lainnya.
Penerangan tanda dan penerangan
bentuk
Umum
Penerangan tanda dan penerangan
bentuk tegangan rendah
Penerangan tanda dan penerangan
bentuk tegangan menengah
Fasilitas pelayanan kesehatan
Ruang lingkup dan klasifikasi ruang
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 38
Cara pengawatan dan perlengkapan
Tindakan proteksi
Tindakan proteksi terhadap bahaya
ledakan dan kebakaran
Catu Daya Pengganti Khusus (CDPK)
Menguji instalasi
Jenis ruang khusus
9. Bagian 9
Pengusahaan
instalasi listrik
9.1
9.2
9.2.1
9.2.2
9.3
9.4
9.4.1
9.4.2
9.4.3
9.4.4
9.4.5
9.4.6
9.5
9.5.1
9.5.2
Ruang lingkup (meliputi perancangan,
pembangunan,pemasangan,
pelayanan, pemeliharaan, pemeriksaan
dan pengujian instalasi listrik serta
pengamanannya)
Izin
Setiap orang atau badan perancang,
pemasang dan pemeriksa atau penguji
instalasi listrik harus mendapat izin
kerja dari instansi yang berwenang.
Setiap instalasi listrik harus dilengkapi
dengan rancangan instalasi yang
dibuat oleh
perancang yang mendapat izin kerja
dari instansi yang berwenang.
Pelaporan
Proteksi pemasangan instalasi listrik
Pencegahan bahaya kebakaran
Perlengkapan listrik yang diperbaiki
atau diganti
Pemeriksaan dan pengujian instalasi
listrik
Pemasangan gambar instalasi
Pemasangan papan dan tanda
peringatan
Pemasangan instrumen ukur dan
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 39
9.5.3
9.5.4
9.5.5
9.5.6
9.5.7
9.5.8
9.6
9.6.1
9.6.2
9.6.3
9.7
9.7.1
9.7.2
9.7.3
9.8
9.8.1
9.8.2
gawai kendali
Pemasangan instalasi listrik
Persyaratan umum (persyaratan
pekerjaan instalasi listrik di luar atau
di dalam gedung)
Perancang, pemasang dan pemeriksa
atau penguji instalasi listrik
Tenaga kerja
Tempat kerja pemasangan instalasi
listrik
Pamasangan rambu bahaya dan papan
pemberitahuan
Pemeriksaan dan pengujian instalasi
listrik
Uji coba instalasi listrik
Wewenang dan tanggung jawab
Pengaturan instalasi bangunan
bertingkat
Fungsi PHB Utama
Pada setiap lantai gedung bertingkat
harus dipasang sakelar masuk untuk
pengaturan seluruh instalasi pada
lantai yang bersangkutan.
Pada setiap unit rumah tinggal dari
setiap lantai harus dipasang sakelar
masuk untuk
pengaturan instalasi unit rumah
tinggal tersebut.
Pemasangan kabel tanah
Sebelum dipasang, kabel tanah harus
diperiksa dahulu
Hal-hal yang harus dilakukan setelah
kabel terpasang dalam parit galian.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 40
9.8.3
9.9
9.9.1
9.9.2
9.9.3
9.9.4
9.10
9.10.2
9.10.3
9.10.4
9.10.5
9.10.6
9.10.7
9.11
9.11.1
9.11.2
9.11.3
9.11.4
9.12
9.12.1
9.12.2
9.12.3
Untuk keselamatan manusia dan
keandalan kabel tanah yang sudah
ditanam, sebelum kabel itu diberi
tegangan kerja, resistans isolasinya
harus diukur dan kabelnya diuji
pada tegangan ujinya.
Pemasangan penghantar udara
tegangan rendah (TR) dan tegangan
menengah (TM)
Syarat Pada sambungan listrik
berderet
Syarat Untuk menjaga keselamatan
pembongkaran salah satu bangunan
Bangunan berderet yang rapat, seperti
antara lain rumah petak, dikecualikan
dari
ketentuan dalam 9.8.2 di atas.
Keselamatan dalam pekerjaan
Memasuki ruang kerja listrik
Bekerja pada keadaan tidak
bertegangan
Bekerja pada keadaan bertegangan
Bekerja di dekat instalasi yang
bertegangan
Pelayanan
Petugas pelayanan
Ruang bebas
Pengusahaan instalasi besar (di atas
200 kVA)
Cara membebaskan tegangan
Mengamankan keadaan tidak
bertegangan
Cara memulihkan tegangan
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 41
9.12.4
9.12.5
9.13
9.13.1
9.13.2
9.13.3
9.13.4
Hal yang tidak dibenarkan dalam
pelayanan
Orang yang tidak berwenang dilarang
melayani atau mendekati bagian
instalasi
yang dapat menimbulkan bahaya
Dilarang melayani instalasi listrik
tanpa perintah dari penanggung jawab,
kecuali
dalam keadaan darurat sebagaimana
tersebut pada 9.10.5.2.
Dilarang melayani instalasi listrik
Pada instalasi rumah, seseorang yang
mengerti listrik dapat melayani
instalasi
listrik seorang diri.
Pemeliharaan
Ketentuan
Gejala kerusakan
Penerangan di tempat perlengkapan
listrik
Pengingat
Rambu peringatan
Pemeliharaan ruang dan instalasi
khusus
Ruang dengan bahaya ledakan
Bahan mudah terbakar
Instalasi darurat
Instalasi sementara
SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 42
No. Regulasi Pasal Ayat Keterangan
1
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
1 1 Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
2
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
1 2 Daerah adalah Provinsi Kalimantan
Tengah.
3
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
1 3
Pemerintah Daerah adalah Gubernur,
Bupati/Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
4
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
4
Menteri adalah Menteri yang tugas dan
tanggung jawabnya dibidang
ketenagalistrikan dan energi.
5
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
5
Gubernur adalah Gubernur
Kalimantan Tengah.
6
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
6
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota
adalah Daerah Kabupaten dan Daerah
Kota dalam Provinsi Kalimantan
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 43
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Tengah.
7
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
7
Bupati/Walikota adalah
Bupati/Walikota yang berada di
wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.
8
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
8
Dinas adalah Dinas yang tugas dan
tanggungjawabnya dibidang
ketenagalistrikan dan energi di
Provinsi Kalimantan Tengah.
9
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
9
Kepala Dinas adalah Kepala Dinas
yang tugas dan tanggungjawabnya
dibidang ketenagalistrikan dan energi
di Provinsi Kalimantan Tengah.
10
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
10
Ketenagalistrikan adalah segala
sesuatu yang menyangkut penyediaan
dan pemanfaatan tenaga listrik serta
usaha penunjang tenaga listrik.
11
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
11
Tenaga Listrik adalah suatu energi
sekunder yang dibangkitkan,
ditransmisikan dan distribusikan untuk
segala macam keperluan tidak
termasuk listrik yang dipakai untuk
komunikasi elektronika atau isyarat.
12
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
12
Penyediaan Tenaga Listrik adalah
pengadaan tenaga listrik mulai dari
pembangkitan sampai dengan titik
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 44
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
pemakaian.
13
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
13 Pembangkitan Tenaga Listrik adalah
kegiatan memproduksi tenaga listrik.
14
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
14
Transmisi Tenaga Listrik adalah
penyaluran tenaga listrik dari suatu
sumber pembangkit ke suatu sistem
distribusi atau kepada konsumen atau
penyaluran tenaga listrik antar sistem.
15
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
15
Distribusi Tenaga Listrik adalah
penyaluran tenaga listrik dari sistem
transmisi atau dari sistem
pembangkitan kepada konsumen.
16
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
16
Sistem Tenaga Listrik adalah
rangkaian instalasi tenaga listrik dari
pembangkitan, transmisi dan distribusi
yang dioperasikan secara serentak
dalam rangka penyediaan tenaga
listrik.
17
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
17 Pemanfaatan Tenaga Listrik adalah
penggunaan tenaga listrik.
18
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
18
Konsumen adalah setiap orang atau
badan usaha yang menggunakan
tenaga listrik.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 45
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
19
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
19
Penjualan Tenaga Listrik adalah
kegiatan usaha untuk penjualan tenaga
listrik kepada konsumen.
20
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
20
Usaha Penjualan Tenaga Listrik adalah
penyelenggaraan kegiatan usaha
penjualan tenaga listrik kepada
konsumen yang tersambung pada
tegangan rendah.
21
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
21
Harga Jual Tenaga Listrik adalah
harga tenaga listrik yang disepakati
antara penjual dan pembeli tenaga
listrik atau harga tenaga listrik kepada
konsumen yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah.
22
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
22
Rencana Umum Ketenagalistrikan
Nasional adalah rencana
pengembangan, transmisi dan
distribusi tenaga listrik yang meliputi
bidang pembangkitan, transmisi dan
distribusi tenaga listrik yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga listrik di suatu wilayah, antar
wilayah atau secara nasional.
23
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
23
Rencana Umum Ketenagalistrikan
Daerah adalah rencana pengembangan
sistem penyediaan tenaga listrik yang
meliputi bidang pembangkitan
transmisi dan distribusi tenaga listrik
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 46
yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga listrik di suatu
daerah atau antar daerah.
24
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
24
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik atau RUPTL adalah pedoman
pelaksanaan penyediaan tenaga listrtik
bagi pemegang izin usaha penyedia
tenaga listrik dan pemegang izin
operasi.
25
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
25
Izin Operasi yang selanjutnya
disingkat IO adalah izin untuk
melakukan penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan sendiri.
26
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
26
Izin Usaha Penyedian Tenaga Listrik
yang selanjutnya disingkat IUPTL
adalah izin untuk melakukan usaha
penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum.
27
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
27
Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik yang selanjutnya
disingkat PIUPTL adalah
BUMN/BUMD, Koperasi, Badan
Hukum Swasta, yang telah mendapat
izin untuk melakukan usaha
penyediaan tenaga listrik untuk
kepetingan umum.
28
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
28
Pemegang Izin Operasi untuk
kepentingan sendiri yang selanjutnya
disingkat PIO adalah Koperasi, Badan
Hukum Swasta, BUMN/BUMD atau
Lembaga Negara lainnya yang telah
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 47
mendapat izin operasi dari Kepala
Daerah untuk melakukan usaha
penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan sendiri.
29
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
29
Usaha Penunjang Tenaga Listrik
adalah usaha yang menunjang
penyediaan tenaga listrik.
30
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
30
Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik
dan Industri Penunjang Tenaga Listrik
adalah usaha yang menunjang
penyediaan tenaga listrik meliputi
konsultasi, pembangunan dan
pemasangan instalasi tenaga listrik,
pemeliharaan instalasi tenaga listrik
penelitian dan pengembangan,
pendidikan dan pelatihan, usaha jasa
lain yang langsung berkaitan dengan
penyediaan tenaga listrik.
31
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
31
Persyaratan Umum Instalasi Listrik
yang selanjutnya disingkat PUIL
Tahun 2000 adalah hasil
penyempurnaan dari Peraturan Umum
Instalasi Listrik 1987 dengan
memperhatikan standar IEC
(International Electrotechnical
Commision) dan standar internasional
lainnya yang berkaitan.
32
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
32
Pemegang Izin Usaha Penunjang
Tenaga listrik yang selanjutnya
disingkat PIUPTL adalah Koperasi,
Badan Usaha, Badan Usaha
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 48
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Ketenagalistrikan yang telah
mendapatkan Izin Usaha Penunjang
Tenaga Listrik.
33
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
33
Konsultasi dalam bidang tenaga listrik
adalah yang berhubungan dengan
penyediaan dan pemanfaatan tenaga
listrik, yang selanjutnya disebut
konsultasi ketenagalistrikan adalah
segala kegiatan yang bersifat non fisik
yang meliputi studi kelayakan
perencanaan, rekayasa, pengawasan,
inspeksi dan pengujian di bidang
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan
Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan Pemanfaatan
Energipenyediaan dan pemanfaatan
tenaga listrik.
34
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
34
Pembangunan dan Pemasangan
Instalasi Tenaga Listrik adalah segala
kegiatan fisik pelaksanaan pekerjaan
pembangunan dan pemasangan
instalasi ketenagalistrikan termasuk
pengadaannya yang berdasarkan
kepada perencanaan tertentu
35
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
35
Pengujian Instalasi Tenaga Listrik
adalah kegiatan pengukuran dan
penilaian untuk kerja suatu instalasi
hasil pembangunan dan pemasangan
termasuk hasil pemeliharaan.
36 Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah 36
Konsuil adalah Komite Nasional
Keselamatan Untuk Instalasi Tenaga
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 49
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Listrik.
37
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
37
Laik operasi instalasi adalah kelaikan
suatu instalasi baik instalasi yang baru
dipasang atau hasil perbaikan atau
renovasi baik secara teknis yang
mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI).
38
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
38
Pengoperasian Instalasi Tenaga Listrik
adalah kegiatan usaha untuk
mengendalikan dan
mengkoordinasikan antar sistem
pembangkitan, transmisi dan distribusi
serta membuat rencana pengembangan
sistem tenaga listrik.
39
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
39
Pemeliharaan Instalasi Tenaga Listrik
adalah segala kegiatan yang meliputi
pemeriksaan, perawatan, perbaikan
dan pengujian yang meliputi
pemeriksaan, perawatan, perbaikan
dan pengujian atas instalasi
pembangkit jaringan transmisi,
jaringan distribusi dan instalasi
pemanfaatan tenaga listrik, dengan
maksud agar instalasi tetap berada
dalam keadaan baik dan bersih
sehingga penggunaanya aman serta
segala gangguan dan
kerusakan dapat diketahui, dicegah
dan diperkecil.
40 Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah 40 Penelitian dan Pengembangan adalah
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 50
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
kegiatan yang mencakup penelitian
dan pengembangan teknologi untuk
memperbaiki mutu dan meningkatkan
kemampuan secara ekonomi atas
peralatan atau instalasi
ketenagalistrikan dalam rangka
penyediaan dan pemanfaatan tenaga
listrik.
41
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
41
Perencanaan adalah suatu kegiatan
membuat rancangan yang berupa suatu
berkas gambar instalasi dan uraian
teknik yang digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan pembangunan
dan pemasangan instalasi.
42
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
42
Instalasi Tenaga Listrik adalah
bangunan sipil, elektromekanik, mesin,
peralatan, saluran dan perlengkapan
yang di gunakan untuk pembangkitan,
konversi transformasi, distribusi dan
pemanfaatan tenaga listrik.
43
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
43
Tenaga Teknik adalah orang yang
mempunyai sertifikat keahlian khusus
yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan, konsultasi, pembangunan
dan pemasangan atau pemeliharaan
instalasi ketenagalistrikan yang
berhubungan dengan penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik.
44
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
44
Lembaga Sertifikasi adalah lembaga
yang telah diakreditasi oleh instansi
yang berwenang dalam rangka
penerbitan sertifikat keahlian,
sertifikasi keterangan dan sertifikat
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 51
operasi.
45
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
45
Jaringan Distribusi adalah jaringan
tenaga listrik yang bertegangan kerja
sampai dengan 35000 Volt.
46
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
46
Jaringan Transmisi adalah jaringan
tegangan listrik yang bertegangan
kerja di atas 35000 Volt.
47
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
47
Pembangkit adalah pembangkit tenaga
listrik termasuk gedung dan
perlengkapan yang dipakai untuk
maksud itu beserta alat- alat yang
diperlukan.
48
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
48
Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau
badan hukum Koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip dan azas kekeluargaan sebagai
gerakan ekonomi rakyat.
49
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
49
Swasta adalah badan hukum yang
didirikan dan berdasarkan hukum di
Indonesia yang berusaha di bidang
tenaga listrik.
50
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
50
Ganti Kerugian adalah penggantian
atas nilai tanah berikut bangunan,
tumbuh-tumbuhan dan atau benda-
benda lain yang terkait dengan tanah
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 52
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
sebagai akibat pelepasan atau
penyerahan hak atas tanah.
51
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
51
Kompensasi adalah pemberian
sejumlah uang kepada pemegang hak
atas tanah, bangunan-bangunan dan
atau penyerahan hak atas tanah,
bangunan-bangunan dan atau benda-
benda lain yang terkait dengan tanah.
52
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
52
Perusahaan Jasa Inspeksi ialah
perusahaan yang bergerak dalam
bidang jasa inspeksi ketenagalistrikan
yang diakreditasi oleh Lembaga yang
berwenang.
53
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
53
Rencana Umum Energi Daerah adalah
rencana pengembangan energi
didaerah sesuai potensi yang ada guna
memenuhi kebutuhan energi didaerah.
54
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
54
Energi adalah kemampuan untuk
melakukan kerja yang dapat berupa
panas, cahaya, mekanik, kimia dan
elektromagnetika.
55
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
55
Sumber energi adalah suatu yang dapat
menghasilkan energi, baik secara
langsung maupun melalui proses
konversi atau transformasi.
56
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
56 Energi alternatif adalah energi selain
minyak bumi.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 53
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
57
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
57
Sumber Energi Baru adalah sumber
energi yang dapat dihasilkan oleh
teknologi baru baik yang berasal dari
sumber energi terbarukan maupun
sumber energi tak terbarukan, antara
lain nuklir, gas metana batu bara (coal
bed methan ), batubara tercairkan (
liguified coal ), dan batubara tergaskan
(gasified coal ).
58
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
58 Energi Baru adalah energi yang
berasal dari sumber energi baru.
59
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
59
Sumber energi terbarukan adalah
sumber energi yang dihasilkan dari
sumber energi yang berkelanjutan jika
dikelola dengan baik, antara lain panas
bumi, angin, bioenergi, sinar matahari,
aliran dan terjunan air, serta gerakan
dan perbedaan suhu lapisan laut.
60
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
60 Energi terbarukan adalah energi yang
berasal dari sumber energi terbarukan.
61
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
61
Sumber energi tak terbarukan adalah
sumber energi yang dihasilkan dari
sumber energi yang akan habis jika
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 54
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
dieksploitasi secara terus menerus,
antara lain minyak bumi, gas bumi,
batubara, gambut, dan serpih bitumen.
62
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
62
Energi tak terbarukan adalah energi
yang berasal dari sumber energi tak
terbarukan.
63
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
63
Energi primer adalah energi yang
langsung diberikan oleh alam dalam
wujud aslinya dan belum mengalami
perubahan/konversi.
64
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2 -
BAB II
Penyelenggaraan usaha
ketenagalistrikan dan pemanfaatan
energi menganut asas manfaat,
efisiensi, optimasi ekonomi dalam
pemanfaatan sumberdaya alam secara
adil dan berkelanjutan, percaya pada
kemampuan sendiri, keamanan dan
keselamatan serta kelestarian fungsi
lingkungan.
(ASAS, TUJUAN DAN RUANG
LINGKUP )
65
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3 -
Penyelenggaraan usaha
ketenagalistrikan dan pemanfaatan
energi memiliki tujuan :
a. untuk menjamin tersedianya tenaga
listrik dalam jumlah cukup, kualitas
yang baik dan harga yang wajar untuk
meningkatkan kesejahteraan dan
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 55
kemakmuran masyarakat secara adil
dan merata;
b. mendorong peningkatan kegiatan
ekonomi yang berkelanjutan;
c. mendorong terciptanya kegiatan
usaha ketenagalistrikan dan
pemanfaatan energi di daerah lebih
efektif, efisien dan mandiri agar
mampu berperan dan bersaing secara
kompetitif.
66
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
4 -
Ruang Lingkup Peraturan Daerah ini
meliputi :
a. wewenang dan tanggung jawab;
b. perencanaan;
c. perizinan;
d. penyediaan;
e. pengelolaan;
f. pembinaan dan pengawasan;
g. pemanfaatan;
h. evaluasi; dan
i. sanksi.
67
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
5 -
BAB III
Kewenangan dan tanggung jawab
pengelolaan usaha ketenagalistrikan
dan pemanfaatan energi dilaksanakan
oleh Gubernur/Bupati/Walikota sesuai
lingkup kewenangan masing- masing
yang diatur dan ditetapkan dalam
Peraturan Daerah.
(WEWENANG DAN TANGGUNG
JAWAB)
68 Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah 6 1
PERENCANAAN
KETENAGALISTRIKAN
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 56
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Pemerintah Daerah menyusun
Rencana Umum Ketenagalistrikan
Daerah.
69
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Dalam menyusun Rencana Umum
Ketenagalistrikan Daerah, Pemerintah
Provinsi menampung dan
mengikutsertakan Pemerintah
Kabupaten/Kota, pikiran serta
pandangan yang hidup dalam
masyarakat dengan berpedoman pada
petunjuk teknis yang ditetapkan oleh
Menteri.
70
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Dalam menyusun RUPTL Pihak
PIUPTL maupun PIO wajib
memperhatikan masukan yang dibuat
oleh Pemerintah Daerah dalam RUKD.
71
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
4
Apabila RUKD Pemerintah Daerah
belum tersedia, maka pihak PIUPTL
maupun PIO sebelum menetapkan
RUPTL, terlebih dahulu wajib
meminta masukan kepada Pemerintah
Daerah melalui Dinas.
72
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
7 1
PERIZINAN USAHA
KETENAGALISTRIKAN Bagian
Kesatu Jenis Usaha
Usaha ketenagalistrikan terdiri dari :
a. usaha penyediaan tenaga listrik; dan
b. usaha penunjang tenaga listrik.
73
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
2
Usaha penyediaan tenaga listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a di atas meliputi jenis usaha :
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 57
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
a. pembangkitan tenaga listrik;
b. transmisi tenaga listrik; c. distribusi
tenaga listrik;
d. penjualan tenaga listrik.
74
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
5
Usaha Penunjang Tenaga Listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas : a. usaha jasa
penunjang tenaga listrik; dan b.
industri penunjang tenaga listrik.
75
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
6
Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a di atas meliputi :
a. konsultasi dalam bidang tenaga
listrik;
b. pembangunan dan pemasangan
instalasi tenaga listrik;
c. pengujian instalasi tenaga listrik;
d. pengoperasian instalasi tenaga
listrik;
e. pemeliharaan instalasi tenaga listrik;
f. penelitian dan pengembangan ;
g. pendidikan dan pelatihan;
h. usaha jasa lain yang secara langsung
berkaitan dengan penyediaan tenaga
listrik.
76
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
7
Industri Penunjang Tenaga Listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b di atas meliputi : a. industri
peralatan tenaga listrik; dan b. industri
pemanfaatan tenaga listrik.
77 Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah 8 1
Bagian Kedua
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 58
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
dan Izin Operasi
Izin usaha untuk menyediakan tenaga
listrik terdiri atas :
a. izin usaha penyediaan tenaga listrik;
dan b. izin operasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Setiap orang yang menyelenggarakan
penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan umum wajib memiliki
IUPTL.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Setiap orang yang menyelenggarakan
penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan sendiri wajib memiliki
izin operasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
4
IUPTL untuk kepentingan umum
berlaku dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjang kembali.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
5
IO penyediaan listrik untuk
kepentingan sendiri berlaku dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang kembali.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
6
Permohonan perpanjangan IUPTL dan
IO diajukan selambat- lambatnya 1
(satu) bulan sebelum habis masa
berlakunya.
Peraturan Daerah Provinsi 9 1 IUPTL sebagaimana dimaksud dalam
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 59
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
Pasal 8 ayat (1) huruf a ditetapkan
sesuai jenis usahanya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Ketentuan mengenai prosedur, syarat-
syarat serta besaran kapasitas IO
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1) huruf b diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Gubernur.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
10 1
IUPTL dan IO sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3)
diberikan setelah memenuhi
persyaratan teknis dan persyaratan
administrasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Ketentuan mengenai syarat dan tata
cara permohonan dan pemberian
IUPTL, terlebih dahulu dikeluarkan
Izin Prinsip kepada Badan Usaha yang
telah memenuhi persyaratan
administrasi dan persyaratan teknis
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Tata cara penerbitan IUPTL akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
4
IUPTL dicabut atau dibatalkan apabila
melanggar ketentuan atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 60
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
11 1
Bagian Ketiga
Kewenangan Penerbitan Izin Usaha
Penyedia Tenaga Listrik dan Izin
Operasi
Penyediaan tenaga listrik untuk
kepentingan sendiri apabila
fasilitasnya lintas Kabupaten/Kota
dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha
setelah mendapatkan IO dari
Gubernur.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Penerbitan IO tenaga listrik untuk
kepentingan sendiri yang tidak lintas
Kabupaten/Kota namun Pemerintah
Kabupaten/Kota belum
melaksanakannya, maka Pemerintah
Provinsi wajib memberikan asistensi
kepada Kabupaten/Kota.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Penerbitan IUPTL dan IO tenaga
listrik yang tidak lintas
Kabupaten/Kota dapat dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi setelah ada
penyerahan secara tertulis dari
Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
12 1
Izin Usaha Penunjang Tenaga
Listrik
Kegiatan Usaha Jasa Penunjang
Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (3) huruf a dan
huruf b dapat dilaksanakan oleh Badan
Usaha setelah mendapat Izin Usaha
Penunjang Tenaga Listrik dari
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 61
Gubernur.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. usaha konsultasi dalam bidang
listrik;
b. usaha pembangunan dan
pemasangan instalasi tenaga listrik;
c. usaha pengujian instalasi tenaga
listrik;
d. usaha pengoperasian instalasi tenaga
listrik;
e. usaha pemeliharaan instalasi tenaga
listrik; f. usaha penelitian dan
pembangunan;
g. usaha pendidikan dan pelatihan; dan
h. usaha jasa lain yang secara langsung
berkaitan dengan penyediaan tenaga
listrik.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Ketentuan mengenai persyaratan
teknik, tata cara permohonan,
klasifikasi jenis usaha, penggolongan
dan lingkup layanan bidang pekerjaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
4
Untuk Jenis-Jenis Usaha Penunjang
Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) yang berkaitan dengan
jasa kontruksi diatur tersendiri dalam
Undang-Undang Jasa Kontruksi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah 5
Biaya pemasangan instalasi ditetapkan
oleh Gubernur atas usulan dari
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 62
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
masing-masing lembaga usaha jasa
penunjang.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
13 1
Bagian Kelima
Izin Pengoperasian Instalasi Tenaga
Listrik
Setiap instalasi tenaga listrik yang
akan dioperasikan secara komersial
atau pribadi wajib memiliki Sertifikat
Uji Laik Operasi yang dituangkan
dalam Berita Acara Uji Laik Operasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Penerbitan sertifikat laik operasi untuk
instalasi tegangan rendah dilaksanakan
oleh lembaga independen yang sifat
usahanya nirlaba.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Pemeriksaan dan pengujian instalasi
pemanfaatan tenaga listrik konsumen
tegangan menengah dan instalasi
pemanfaatan tenaga listrik tegangan
rendah yang dimiliki oleh konsumen
tegangan menengah dilakukan oleh
lembaga inspeksi teknik yang telah
terakreditasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
4
Syarat laik operasi harus sesuai PUIL
Tahun 2000 dan peralatan yang
digunakan harus berlabel Standar
Nasional Indonesia.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
5 Biaya untuk pelaksanaan uji laik
operasi dibebankan kepada pemohon
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 63
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
pemegang IO dan pemegang IUPTL
yang jumlahnya sesuai peraturan yang
berlaku.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
14 1
HARGA JUAL TENAGA LISTRIK
Pemegang IO dapat menjual kelebihan
tenaga listriknya untuk kepentingan
umum setelah mendapat persetujuan
dari Gubernur atau Bupati/Walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Harga Jual Tenaga Listrik didasarkan
kepada kesepakatan kedua belah
pihak.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Harga Jual Tenaga Listrik kepada
masyarakat yang telah disepakati
dalam mata uang rupiah dan harus
mendapat persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
15 1
HAK DAN KEWAJIBAN
PEMEGANG IZIN USAHA
PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
DAN KONSUMEN TENAGA
LISTRIK
Untuk kepentingan umum, pemegang
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
dalam melaksanakan usaha penyediaan
tenaga listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat 2 huruf a, huruf b
dan huruf c diberi kewenangan untuk :
a. melintasi sungai atau danau baik
diatas maupun dibawah permukaan;
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 64
b. melintasi laut baik di atas maupun
dibawah permukaan;
c. melintasi jalan umum dan jalan
kereta api.
2
Sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang- undangan yang
berlaku, maka untuk kepentingan
umum pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik juga diberi
kewenangan untuk :
a. masuk ke tempat umum atau
perorangan dan menggunakannya
untuk sementara waktu;
b. menggunakan tanah, melintas
diatas atau di bawah tanah;
c. menebang atau memotong tumbuh-
tumbuhan yang menghalanginya.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Dalam melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemegang IUPTL harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari pihak
yang berhak atas tanah, bangunan
dan/atau tumbuh-tumbuhan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
16 -
Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik wajib :
a. menyediakan tenaga listrik sesuai
standar mutu yang berlaku;
b. memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya kepada masyarakat dan
memperhatikan hak-hak konsumen
sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku di bidang perlindungan
konsumen;
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 65
c. memperhatikan keselamatan
ketenagalistrikan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
17 1
Konsumen tenaga listrik mempunyai
hak untuk :
a. mendapat tenaga listrik secara terus
menerus dengan mutu dan keandalan
yang baik;
b. memperoleh listrik dengan harga
listrik wajar; c. mendapatkan
pelayanan untuk perbaikan apabila ada
gangguan tenaga listrik; dan d.
mendapat ganti rugi apabila terjadi
pemadaman yang diakibatkan
kesengajaan dan/atau kelalaian
pengoperasian oleh pemegang IUPTL
sesuai syarat-syarat yang diatur dalam
perjanjian jual beli tenaga listrik.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Konsumen tenaga listrik mempunyai
kewajiban :
a. melaksanakan pengamanan terhadap
bahaya yang mungkin timbul akibat
pemanfaatan tenaga listrik;
b. menjaga dan memelihara keamanan
instalasi ketenagalistrikan;
c. memanfaatkan tenaga listrik sesuai
dengan peruntukannya;
d. membayar uang langganan atau
harga tenaga listrik sesuai ketentuan
atau perjanjian.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
3
Konsumen tenaga listrik bertanggung
jawab apabila karena kelalaiannya
mengakibatkan kerugian Pemegang
Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 66
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
4
Konsumen tenaga listrik wajib
mentaati persyaratan teknis di bidang
ketenagalistrikan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
18 1
PENGGUNAAN TANAH OLEH
PEMEGANG IZIN USAHA
BIDANG KETENAGALISTRIKAN
Untuk kepentingan umum, pihak yang
berhak atas tanah, bangunan dan
tumbuh-tumbuhan mengizinkan
Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik melaksanakan
kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2), dengan
mendapatkan ganti kerugian atau
kompensasi.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Ganti kerugian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah untuk tanah yang
dipergunakan secara langsung oleh
pemegang IUPTL dan untuk bangunan
serta tumbuh- tumbuhan di atas tanah
dimaksud.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Kompensasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah untuk tanah,
bangunan dan tumbuh-tumbuhan yang
terkena lintasan pembangunan
transmisi tenaga listrik.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
4
Apabila tanah yang digunakan
Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik terdapat bagian-bagian
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 67
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
tanah yang dikuasai oleh pemegang
hak atas tanah atau memakai tanah
negara, maka sebelum memulai
kegiatan, pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik wajib
menyelesaikan masalah tanah tersebut
sesuai peraturan perundang-undangan
di bidang pertanahan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
5
Dalam hal tanah yang digunakan
Pemegang Izin Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik terdapat tanah ulayat
dan yang serupa dari masyarakat
hukum adat maka penyelesaiannya
dilakukan oleh Pemegang Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik dengan
masyarakat hukum adat yang
bersangkutan menurut ketentuan
perundang-undangn yang berlaku
dengan tetap memperhatikan hukum
adat setempat.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
6
Dalam hal penyelesaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)
belum dapat mencapai tahap akhir,
Pemegang IUPTL dapat melaksanakan
kegiatan, dengan ketentuan bahwa
Pemegang IUPTL memberikan
jaminan penyelesaian yang disetujui
oleh pemegang hak atas tanah atau
pemakai tanah negara.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
7
Penyelesaian atas tanah dari
masyarakat pemilik tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6)
dilakukan berdasarkan musyawarah.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 68
Pemanfaatan Energi
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
19 -
Kewajiban untuk memberikan ganti
rugi atau kompensasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
tidak berlaku terhadap mereka yang
bertujuan untuk memperoleh ganti rugi
atau kompensasi dengan cara
mendirikan bangunan, menanam
tumbuh- tumbuhan dan lain-lain di
atas tanah yang sudah memiliki izin
lokasi dan peruntukan tanah untuk
usaha penyediaan tenaga listrik.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
20 1
Penetapan, tata cara dan pembayaran
ganti rugi atau kompensasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pertanahan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Ganti rugi atau kompensasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (1) dibebankan kepada Pemegang
IUPTL.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Dalam pelaksanaan pemberian
kompensasi atau ganti rugi seperti
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2)
harus diketahui oleh Pemerintah
Daerah.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
21 1
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pemerintah Daerah melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap
usaha penyedia tenaga listrik sesuai
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 69
Pemanfaatan Energi dengan kewenangannya dalam hal :
a. penyediaan dan pemanfaatan
sumber energi untuk pembangkit
listrik;
b. pemenuhan kecukupan pasokan
tenaga listrik;
c. pemenuhan aspek perlindungan
lingkungan hidup;
d. pemenuhan persyaratan keteknikan;
e. pemenuhan persyaratan perizinan;
f. penerapan tarif tenaga listrik;
g. pemenuhan mutu jasa yang
diberikan oleh usaha penunjang tenaga
listrik; h. pemenuhan aspek
perlindungan konsumen.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Dalam melakukan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah Daerah dapat :
a. melakukan inspeksi pengawasan
lapangan;
b. meminta laporan pelaksanaan usaha
di bidang ketenagalistrikan;
c. melakukan penelitian dan evaluasi
atas laporan pelaksanaan usaha di
bidang ketenagalistrikan; d.
memberikan sanksi administrasi
terhadap pelanggaran ketentuan
perizinan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Dalam melaksanakan pengawasan
keteknikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemerintah Daerah
dibantu oleh inspektur
ketenagalistrikan dan/atau Penyidik
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 70
Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
4
Gubernur melalui Dinas Pertambangan
dan Energi Provinsi Kalimantan
Tengah melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap kegiatan usaha
jasa penunjang.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
5
Ketentuan mengenai pembinaan dan
pengawasan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Gubernur.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
22 -
PEMANFAATAN ENERGI
Kewenangan dan tanggung jawab
Gubernur melakukan pemanfaatan
energi yang meliputi :
a. menyusun program Pemerintah
Daerah dalam bidang energi yaitu
program diversifikasi energi,
intensifikasi energi, konservasi energi
dan program pemanfaatan energi yang
berwawasan lingkungan dalam rangka
menunjang kebijakan pemerintah
daerah di bidang energi;
b. mengumpulkan, mengolah dan
mengevaluasi data sumber energi dan
pemanfaatan energi daerah;
c. menyelenggarakan penyuluhan di
bidang energi;
d. menggalakkan Pemanfaatan Energi
Baru Terbarukan sebagai sumber
energi listrik dengan teknologi baru
untuk energi pedesaan; dan e.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 71
menyampaikan laporan pelaksanaan
penyelenggaraan program dan
penerapan kebijakan energi kepada
Menteri.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
23 1
Sumber energi primer yang terdapat di
daerah dan/atau berasal dari luar
daerah harus dimanfaatkan secara
optimal sesuai dengan kebijakan
energi daerah untuk menjamin
penyediaan tenaga listrik yang
berkelanjutan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
2
Pemanfaatan sumber energi primer
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan dengan
mengutamakan sumber energi baru
dan energi terbarukan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
3
Pemanfaatan sumber energi primer
yang terdapat di daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diutamakan
untuk kepentingan ketenagalistrikan
daerah.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
24 1
Pemerintah Daerah dalam
mempercepat pembangunan kelistrikan
desa wajib mengutamakan sumber
energi baru dan terbarukan.
Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Tengah
Nomor 6 Tahun 2012
Tentang
Ketenagalistrikan Dan
Pemanfaatan Energi
24 2
Dalam Pemanfaatan sumber energi
baru dan terbarukan oleh pihak swasta
dan perorangan, Pemerintah Daerah
wajib memberikan kemudahan dan
insentif sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 72
No Regulasi Pasal Ayat keterangan
1 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2012
tentang Kegiatan Usaha
Penyediaan Tenaga
Listrik
1 1 Pengertian Usaha penyediaan tenaga
listrik
2 Pengertian Pembangkitan tenaga
listrik
3 Pengertian Transmisi tenaga listrik
4 Pengertian konsumen
5 Pengertian Usaha penjualan tenaga
listrik
6 Pengertian Usaha penjualan tenaga
listrik
7 Pengertian Rencana umum
ketenagalistrikan
8 Pengertian Izin usaha penyediaan
tenaga listrik
9 Pengertian Izin operasi
10 Pengertian Ganti rugi hak atas tanah
11 Pengertian kompensasi
12 Pengertian instalasi tenaga listrik
13 Menteri yang melaksanakan
ketenagalistrikan
2 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
terdiri atas : untuk kepentingan umum
dan kepentingan sendiri
3 1 Usaha penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan umum meliputi
jenis usaha:
a. pembangkitan tenaga listrik;
b. transmisi tenaga listrik;
c. distribusi tenaga listrik; dan/atau
d. penjualan tenaga listrik.
2 Usaha penyediaan tenaga listrik
secara terintegrasi
4 1 Usaha transmisi tenaga listrik wajib
membuka kesempatan pemanfaatan
bersama jaringan transmisi untuk
kepentingan umum.
2 Kewajiban membuka kesempatan
pemanfaatan bersama jaringan
transmisi
3 Pemanfaatan bersama jaringan
transmisi dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan kapasitas jaringan
transmisi.
4 Harga atas sewa jaringan transmisi
tenaga listrik wajib mendapatkan
persetujuan Menteri, gubernur, atau
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 73
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
5 1 Usaha distribusi tenaga listrik
2 Kesempatan pemanfaatan bersama
jaringan distribusi
3 Pemanfaatan bersama jaringan
distribusi
4 Harga atas sewa jaringan distribusi
tenaga listrik
Ketentuan lebih lanjut mengenai
pemanfaatan bersama jaringan
transmisi
7 Usaha distribusi tenaga listrik, usaha
penjualan tenaga listrik, dan usaha
penyediaan tenaga listrik secara
terintegrasi dilakukan dalam 1 (satu)
wilayah usaha oleh satu badan usaha.
8 1 Usaha penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan umum
dilaksanakan sesuai dengan Rencana
Umum Ketenagalistrikan dan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik.
9 1 Badan usaha sebagaimana meliputi
badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, badan usaha
swasta yang berbadan hukum
Indonesia, koperasi, dan swadaya
masyarakat yang berusaha di bidang
penyediaan tenaga listrik.
2 Badan usaha milik negara
3 Badan usaha milik negara tidak dapat
memenuhi prioritas yang diberikan
10 1 Izin Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik untuk kepentingan umum
2 Izin usaha penyediaan tenaga listrik
oleh:
a. Menteri untuk badan usaha yang:
b. Gubernur untuk badan usaha
c. Bupati/walikota untuk badan
usaha
11 Izin usaha penyediaan tenaga listrik
dapat diberikan untuk jangka waktu
paling lama 30 (tiga puluh) tahun dan
dapat diperpanjang.
12 1 Jual beli atau sewa jaringan tenaga
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 74
listrik tidak perlu izin usaha.
2 Harga jual tenaga listrik atau sewa
jaringan tenaga listrik wajib
mendapat persetujuan Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
13 1 Untuk memperoleh izin usaha
penyediaan tenaga listrik pemohon
harus memenuhi persyaratan
administratif, teknis, dan lingkungan.
2 Persyaratan administratif meliputi:
a. identitas pemohon;
b. profil pemohon;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak;
d. kemampuan pendanaan.
3 Persyaratan teknis meliputi:
a. studi kelayakan usaha penyediaan
tenaga listrik;
b. lokasi instalasi kecuali untuk usaha
penjualan tenaga listrik;
c. diagram satu garis;
d. jenis dan kapasitas usaha yang
akan dilakukan;
e. jadwal pembangunan; dan
f. jadwal pengoperasian.
4 Izin usaha penyediaan tenaga listrik
diajukan untuk usaha pembangkitan.
5 Izin usaha penyediaan tenaga listrik
diajukan untuk usaha transmisi atau
usaha distribusi.
6 Izin usaha penyediaan tenaga listrik
diajukan untuk usaha distribusi, usaha
penjualan, atau usaha penyediaan
tenaga listrik yang terintegrasi.
7 Persyaratan lingkungan
14 1 Rencana usaha penyediaan tenaga
2 Rencana usaha penyediaan tenaga
listrik disahkan oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
3 Tata cara penyusunan rencana usaha
penyediaan tenaga listrik diatur
Peraturan Menteri.
15 1 Permohonan yang memenuhi
persyaratan diberikan izin usaha
penyediaan tenaga listrik.
2 Pemberian izin diberikan bersamaan
dengan pengesahan rencana usaha
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 75
penyediaan tenaga listrik.
3 Rencana usaha penyediaan tenaga
digunakan oleh pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan usaha.
16 1 Rencana usaha penyediaan tenaga
listrik dievaluasi secara berkala setiap
satu tahun oleh pemegang izin usaha.
2 Hasil evaluasi diperlukan perubahan,
sesuai dengan kewenangannya untuk
memperoleh pengesahan.
17 1 Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota memerintahkan
kepada pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik untuk
mengubah rencana usaha penyediaan
tenaga listrik
2 Pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik wajib mengubah
rencana usaha penyediaan tenaga
listrik.
3 Perubahan rencana usaha penyediaan
tenaga listrik disampaikan kepada
Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya untuk memperoleh
pengesahan.
18 Tata cara pemberian izin usaha
penyediaan tenaga listrik diatur oleh
Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
19 1 Untuk usaha distribusi, usaha
penjualan, dan usaha penyediaan
tenaga listrik yang terintegrasi,
permohonan izin usaha penyediaan
tenaga listrik diajukan oleh pemohon
setelah memperoleh wilayah usaha
yang ditetapkan oleh Menteri
2 Untuk memperoleh wilayah usaha
pemohon mengajukan permohonan
kepada Menteri setelah memperoleh
rekomendasi dari gubernur atau
bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
3 Rekomendasi dikecualikan bagi
pemohon yang akan melakukan usaha
20 1 Permohonan harus memenuhi
persyaratan administratif dan teknis.
2 Persyaratan administratif meliputi:
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 76
a. identitas pemohon;
b. profil pemohon;
c. Nomor Pokok Wajib Pajak;
d. kemampuan pendanaan;
e. rekomendasi dari gubernur atau
bupati/walikota
3 Persyaratan teknis meliputi:
a. batasan wilayah usaha dan peta
lokasi; dan
b. analisis kebutuhan dan rencana
usaha penyediaan tenaga listrik di
wilayah usaha yang diusulkan.
4 Tata cara permohonan wilayah usaha
diatur dengan Peraturan Menteri.
21 1 Pemegang izin wajib menyediakan
tenaga listrik secara terus menerus
yang memenuhi standar mutu dan
keandalan tenaga listrik.
2 Hal tertentu pemegang izin usaha
penyediaan tenaga listrik dapat
menghentikan sementara penyediaan
tenaga listrik,
3 Pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik harus memberitahukan
pelaksanaan
4 Pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik tidak memberikan ganti
rugi kepada konsumen atas
penghentian sementara
5 Ketentuan mengenai standar mutu
dan keandalan tenaga listrik) diatur
dengan Peraturan Menteri.
22 1 Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan tingkat
mutu pelayanan tenaga listrik.
2 Pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik wajib memenuhi tingkat
mutu pelayanan tenaga listrik .
23 1 sanksi pemegang izin usaha berupa
pembayaran kompensasi mutu
pelayanan kepada konsumen.
2 Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan besaran
kompensasi mutu pelayanan
24 1 Pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik dapat melakukan
pembelian tenaga listrik, sewa
jaringan tenaga listrik, dan
interkoneksi jaringan tenaga listrik.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 77
2 Interkoneksi jaringan tenaga listrik
dilakukan lintas negara berdasarkan
izin Menteri.
3 Ketentuan interkoneksi jaringan
tenaga listrik lintas negara diatur
dengan Peraturan Menteri.
25 1 Pembelian tenaga listrik dan/atau
sewa jaringan tenaga listrik oleh
pemegang izin usaha
2 Pembelian tenaga listrik melalui
pelelangan umum.
3 Pembelian tenaga listrik dapat
dilakukan melalui pemilihan
langsung.
4 Pembelian tenaga dapat dilakukan
melalui penunjukan langsung.
5 Penetapan kondisi krisis atau darurat
penyediaan tenaga listrik
6 Lokasi pusat pembangkit tenaga
listrik
26 Pemegang izin usaha wajib
menggunakan produk dan potensi
dalam negeri
27 1 Usaha penyediaan tenaga listrik
untuk kepentingan sendiri :
a. pembangkitan tenaga listrik;
b. pembangkitan tenaga listrik dan
distribusi tenaga listrik; atau
c. pembangkitan tenaga listrik,
transmisi tenaga listrik, dan distribusi
tenaga listrik.
2 Pelaksana Usaha penyediaan tenaga
listrik untuk kepentingan sendiri
28 1 Pelaksanaan Usaha penyediaan
tenaga listrik untuk kepentingan
sendiri n setelah mendapatkan izin
operasi.
2 Kapasitas tertentu diatur dengan
Peraturan Menteri.
3 Pemberian izin operasi untuk
Menteri, Gubernur, Bupati/ walikota.
29 1 Izin operasi memenuhi persyaratan
administratif, teknis, dan lingkungan.
2 Persyaratan administratif meliputi:
a. identitas pemohon;
b. profil pemohon; dan
c. Nomor Pokok Wajib Pajak.
3 Persyaratan teknis meliputi:
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 78
a. lokasi instalasi;
b. diagram satu garis;
c. jenis dan kapasitas instalasi
penyediaan tenaga listrik;
d. jadwal pembangunan; dan
e. jadwal pengoperasian.
4 Persyaratan lingkungan sesuai
peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
30 1 Izin operasi paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan dapat diperpanjang.
2 Izin operasi menurut sifat
penggunaannya, yaitu:
penggunaan utama, cadangan,
darurat, sementara.
31 1 Kelebihan Pemegang izin operasi
2 Penjualan kelebihan tenaga listrik
kepada masyarakat
3 Penjualan kelebihan tenaga listrik
mendapat persetujuan dari Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota.
32 Ketentuan dan tata cara permohonan
izin operasi diatur oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota.
33 Penggunaan tanah oleh pemegang
izin usaha penyediaan tenaga listrik.
34 1 Ganti rugi diberikan untuk tanah yang
dipergunakan secara langsung oleh
pemegang izin usaha.
2 Ganti rugi dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pertanahan.
35 Kompensasi diberikan untuk
penggunaan tanah secara tidak
langsung oleh pemegang izin usaha.
36 1 Kompensasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 33 diberikan untuk
penggunaan tanah secara tidak
langsung oleh pemegang izin usaha
2 Ketentuan ruang bebas jaringan
transmisi tenaga listrik diatur dengan
Peraturan Menteri.
37 1 Besaran kompensasi kepada
pemegang hak atas tanah, bangunan,
dan tanaman
2 Perhitungan besaran kompensasi.
38 Ketentuan mengenai formula
perhitungan dan tata cara pembayaran
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 79
kompensasi tanah, bangunan, dan
tanaman diatur Peraturan Menteri.
39 1 Persetujuan Harga jual tenaga listrik
dan sewa jaringan tenaga listrik wajib
mendapatkan.
2 Persetujuan harga jual tenaga listrik
dapat berupa harga patokan.
3 Harga jual tenaga listrik dan sewa
jaringan tenaga listrik dinyatakan
dalam mata uang rupiah atau mata
uang asing.
4 Kesepakatan harga jual tenaga listrik
dan sewa jaringan tenaga listrik.
5 Persetujuan penyesuaian harga jual
tenaga listrik dan sewa jaringan
tenaga listrik.
40 1 Pengajuan tertulis harga jual tenaga
listrik dan sewa jaringan tenaga
listrik.
2 Tata cara permohonan persetujuan
harga jual tenaga listrik dan sewa
jaringan tenaga listrik diatur dengan
Peraturan Menteri.
41 1 Penetapan tarif tenaga listrik untuk
konsumen oleh Menteri, Geburnur,
Bupati/walikota.
2 Syarat menetapkan tarif tenaga listrik
3 Pengaturan biaya lain yang terkait
dengan penyaluran tenaga listrik yang
akan dibebankan kepada konsumen.
4 penetapan tarif tenaga listrik untuk
konsumen.
5 Ketentuan dan tata cara permohonan
tarif tenaga listrik dan biaya lain yang
terkait dengan penyaluran tenaga
listrik.
42 1 Setiap kegiatan usaha
ketenagalistrikan wajib memenuhi
ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan.
2 Ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan
3 Ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan meliputi:
a. pemenuhan standardisasi peralatan
dan pemanfaat tenaga listrik;
b. pengamanan instalasi tenaga
listrik; dan
c. pengamanan pemanfaat tenaga
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 80
listrik.
4 Ketentuan tentang keselamatan
ketenagalistrikan diatur dengan
Peraturan Menteri.
43 1 Menteri memberlakukan standar
wajib di bidang ketenagalistrikan.
2 standar wajib Menteri memperhatikan
kesiapan sarana dan prasarana.
3 Ketentuan tentang standardisasi di
bidang ketenagalistrikan diatur
Peraturan Menteri.
44 1 Menteri menetapkan peralatan tenaga
listrik yang wajib dibubuhi tanda
Standar Nasional Indonesia.
2 Menteri menetapkan pemanfaat
tenaga listrik yang wajib dibubuhi
tanda keselamatan.
3 Dalam menetapkan peralatan tenaga
listrik dan pemanfaat tenaga listrik
Menteri memperhatikan kesiapan
sarana dan prasarana.
4 Ketentuan dan tata cara pembubuhan
tanda Standar Nasional Indonesia dan
tanda keselamatan diatur dengan
Peraturan Menteri.
45 1 Instalasi tenaga listrik terdiri atas
instalasi penyediaan tenaga listrik dan
instalasi pemanfaatan tenaga listrik.
2 Macam Instalasi penyediaan tenaga
listrik
3 Macam Instalasi pemanfaatan tenaga
listrik
46 1 Instalasi tenaga listrik yang
beroperasi wajib memiliki sertifikat
laik operasi.
2 Syarat memperoleh sertifikat laik
operasi.
3 Akreditasi diberikan oleh Menteri.
4 Daerah belum terdapat lembaga
inspeksi teknik yang terakreditasi,
dapat menunjuk lembaga inspeksi
teknik.
5 Daerah belum terdapat lembaga
inspeksi teknik menunjuk pejabat
yang bertanggung jawab mengenai
kelaikan operasi.
6 Pemeriksaan dan pengujian instalasi
tenaga listrik oleh lembaga inspeksi
teknik terakreditasi.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 81
7 Pemeriksaan dan pengujian instalasi
tenaga listrik oleh lembaga inspeksi
teknik dan ditetapkan oleh Menteri.
8 Penerbitan Sertifikat laik operasi
9 Ketentuan mengenai instalasi tenaga
listrik diatur dengan Peraturan
Menteri.
47 1 Tenaga teknik dalam usaha
penyediaan tenaga listrik wajib
memenuhi standar kompetensi yang
dibuktikan dengan sertifikat
kompetensi.
2 Sertifikat kompetensi diberikan oleh
lembaga sertifikasi kompetensi yang
terakreditasi.
3 Akreditasi diberikan oleh Menteri.
4 Daerah belum terdapat lembaga
sertifikasi kompetensi yang
terakreditasi dapat menunjuk lembaga
sertifikasi kompetensi.
5 Daerah belum terdapat lembaga
sertifikasi kompetensi yang dapat
ditunjuk dapat menunjuk pejabat
yang bertanggung jawab mengenai
sertifikasi kompetensi.
6 Menteri menetapkan standar
kompetensi tenaga teknik.
7 Ketentuan mengenai standardisasi
kompetensi tenaga teknik diatur
dengan Peraturan Menteri.
48 Dalam pelaksanaan akreditasi
Menteri dapat dibantu oleh panitia
akreditasi ketenagalistrikan.
49 Ketentuan mengenai instalasi tenaga
listrik, sertifikasi kompetensi, tata
cara pemberian sertifikat dan diatur
dengan Peraturan Menteri.
50 1 Pemanfaatan jaringan tenaga listrik .
2 Ketentuan pemanfaatan jaringan
tenaga listrik.
3 Macam Pemanfaatan jaringan tenaga
listrik .
4 Syarat memperoleh izin pemanfaatan
jaringan.
5 Ketentuan mengenai tata cara
permohonan izin pemanfaatan
jaringan tenaga listrik.
51 1 Pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 82
2 Ketentuan melaksanakan
pengawasan.
3 Dalam melaksanakan pengawasan
keteknikan dibantu oleh inspektur
ketenagalistrikan.
52 Menteri menetapkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria di bidang usaha
penyediaan tenaga listrik.
53 1 Pelanggaran ketentuan akan
mendapat sansi administratif.
2 pemegang izin operasi yang
melanggar ketentuan dalam Pasal 31
ayat (3) dikenai sanksi administratif.
3 Ketentuan Sanksi administratif.
4 Sanksi administratif
5 Sanksi tertulis yang melanggar
ketentuan
6 pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik atau izin operasi yang
mendapat sanksi teguran tertulis.
7 Sanksi administratif berupa
pembekuan kegiatan sementara untuk
jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan.
8 Ketentuan pencabutan Sanksi
administratif
9 Sanksi administratif berupa
pencabutan izin.
54 1
Peraturan pelaksanaan di bidang
ketenagalistrikan.
2 Peraturan Pemerintah yang berlaku
saat ini.
55 Peraturan Pemerintah ini mulai
berlaku pada tanggal diundangkan.
No. Regulasi Pasal Ayat Keterangan
1. PERATURAN
PEMERINTAH
REPUBLIK
INDONESIA NOMOR
62 TAHUN 2012
TENTANG
USAHA JASA
PENUNJANG
TENAGA LISTRIK
2 - Usaha jasa penunjang tenaga listrik
3
1 Pelaksana usaha jasa penunjang
tenaga listrik
2 Izin pelaksanaan usaha jasa
penunjang tenaga listrik
4
1 Jasa konsultasi dalam bidang instalasi
penyediaan tenaga listrik
2 Klasifikasi bidang usaha jasa
konsultasi
3 Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa konsultasi di bidang
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 83
pembangkitan tenaga listrik
4
Klasifikasi dalam subbidang usaha
konsultasi di bidang transmisi tenaga
listrik
5
Klasifikasi dalam subbidang usaha
konsultasi di bidang distribusi tenaga
listrik
6
Klasifikasi dalam subbidang usaha
konsultasi di bidang instalasi
pemanfaatan tenaga listrik
5
1
Klasifikasi dalam bidang usaha jasa
pembangunan dan pemasangan
instalasi penyediaan tenaga listrik
2
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pembangunan dan pemasangan
dibidang pembangkitan tenaga listrik
3
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pembangunan dan pemasangan
dibidang tranmisi tenaga listrik
4
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pembangunan dan pemasangan
dibidang distribusi tenaga listrik
5
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pembangunan dan pemasangan
dibidang instalasi pemanfaatan
tenaga listrik
6
Ketentuan peraturan tentang
Klasifikasi, Kualifikasi, dan
sertifikasi perencana, pelaksana, dan
pengawas bangunan sipil dan gedung
untuk instalasi penyediaan tenaga
listrik
6
1
Klasifikasi dalam bidang usaha dan
jasa pemeriksaan dan pengujian
instalasi tenaga listrik
2
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pemeriksaan dan pengujian di
bidang pembangkitan tenaga listrik
3
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pemeriksaan dan pengujian di
bidang transmisi tenaga listrik
4
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pemeriksaan dan pengujian di
bidang distribusi tenaga listrik
5
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pemeriksaan dan pengujian di
bidang instalasi pemanfaatan tenaga
listrik
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 84
7
1 Klasifikasi dalam bidang usaha jasa
pengoprasian instalasi tenaga listrik
2
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pengoprasian di bidang
pembakitan tenaga listrik
3
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pengoprasian di bidang transmisi
tenaga listrik
4
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pengoprasian di bidang distribusi
tenaga listrik
8
1 Klasifikasi dalam bidang usaha jasa
pemeliharaan instalasi tenaga listrik
2
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pemeliharaan di bidang
pembangkitan tenaga listrik
3
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pemeliharaan di bidang transmisi
tenaga listrik
4
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pemeliharaan di bidang distribusi
tenaga listrik
9
1 Klasifikasi dalam bidang usaha jasa
pendidikan dan pelatihan
2
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pendidikan di bidang
pembangkitan tenaga listrik
3
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pendidikan di bidang transmisi
tenaga listrik
4
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pendidikan di bidang distribusi
tenaga listrik
5
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pendidikan di bidang instalasi
pemanfaatan tenaga listrik
6 Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pendidikan di bidang asesor
ketenagalistrikan
7
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa pendidikan di bidang industri
penunjang tenaga listrik
10
1
Klasifikasi dalam bidang usaha jasa
sertifikasi kompetisi tenaga teknik
ketenagalistrikan
2
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa sertifikasi kompetensi tenaga
teknik ketenagalistrikan di bidang
pembangkitan tenaga listrik
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 85
3
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa sertifikasi kompetensi tenaga
teknik ketenagalistrikan di bidang
transmisi tenaga listrik
4
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa sertifikasi kompetensi tenaga
teknik ketenagalistrikan di bidang
distribusi tenaga listrik
5
Klasifikasi dalam subbidang usaha
jasa sertifikasi kompetensi tenaga
teknik ketenagalistrikan di bidang
instalasi pemanfaatan tenaga listrik
11
1 Pengklasifikasian menurut
perundang-undangan
2 Pengklasifikasian menurut peraturan
menteri
12
1 Kualifikasi usaha jasa penunjang
tenaga listrik
2 Kualifikasi usaha jasa penunjang
tenaga listrik pada ayat (1)
3
Ketentuan lebih lanjut mengenai
kualifikasi usaha jasa penunjang
tenaga listrik
13
1
Usaha jasa penunjangan tenaga listrik
pasal 2 hurur f,h,dan i
dikualifikasikan sesuai dengan
perundang-undangan
2
Kualifikasi untuk usaha jasa
penunjang tenaga listrik dalam pasal
2 huruf k diatur dalam peraturan
menteri
14
1 Sertifikat pada pasal 3 (1) diperoleh
melalui sertifikasi badan usaha
2
Sertifikat pada pasal 2 a,b,c,d,e dan j
diberikan oleh lembaga srtifikasi
badan usaha yang terakreditasi
3
Sertifikasi pada pasal 2 huruf
f,g,h,i,dan k diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara sertifikasi badan usaha diatur
dalam Peraturan Menteri.
15 1
Akreditasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (2) diberikan
oleh Menteri.
2 pelaksanaan akreditasi pada ayat (1),
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 86
Menteri dapat dibantu oleh panitia
akreditasi ketenagalistrikan.
3
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara akreditasi diatur dalam Peraturan
Menteri.
16 -
Akreditasi usaha jasa penunjang
tenaga listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 huruf f, huruf g, huruf
h, huruf i, dan huruf k dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
17
1 Izin usaha jasa penunjang tenaga
listrik
2 Penerima izi usaha jasa penunjang
tenaga listrik
3
Izin usaha jasa penunjang tenaga
listrik yang diberikan oleh
bupati/walikota
4
Izin untuk usaha pemeriksaan dan
pengujian di bidang instalasi
pemanfaatan tenaga listrik
18
1 Tata cara untuk mendapatkan izin
usaha jasa penunjang tenaga listrik
2 Syatar untuk permohonan izin
3 Persyaratan administratif
4 Persyaratan teknis
5 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara permohonan izin
19
1 Tenaga teknik wajib memiliki
sertifikat kompetensi
2 Penanggung jawab teknik
3 Sertifikat harus memenuhi standar
kompetensi
4 Lembaga wajib diakreditasi oleh
menteri
5
Pelaksanaan akreditasi dapat dibantu
oleh panitia akreditasi
ketenagalistrikan
6 Standar kompetensi ditetapkan oleh
menteri
7
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara Sertifikasi Kompetensi Tenaga
Teknik diatur dalam Peraturan
Menteri.
20 - Pemegang izin usaha jasa penunjang
tenaga listrik
21 1 Kewenangan melakukan pembinaan
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 87
dan pengawasan usaha jasa
penunjang tenaga listrik
2 Pembinaan dan pengawasan yang
harus dipenuhi
3
Pembinaan dilakukan dengan bentuk
penyuluhan, bimbingan dan
pelatihan.
4 Ketentuan dalam melakukan
pengawasan
5
Melaksanakan pengawasan harus
sesuai dengan kewenangan dibantu
oleh inspektur ketenagalistrikan
6
Penunjukan penanggung jawab di
bidang ketenagalistrikan untuk
melakukan pengawasan
22 -
Menteri menetapkan norma, standar,
prosedur dan kriteria di bidang usaha
jasa penunjang tenaga listrik.
23
1 Sanksi administratif
2 Bentuk sanksi administratif
3 Sanksi teguran tertulis
4
Sanksi teguran dilakukan apabila
membahayakan keselamatan
ketenagalistrikan
5
Apbila jangka waktu teguran tertulis
sudah berakhir, tetapi belum
melaksanakan, maka dapat diberikan
sanksi administratif berupa
pembekuan kegiatan sementara
6 Jangka waktu sanksi administratif
7 Sanksi administratif berupa
pencabutan izin
8 Pencabutan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) tidak
menghapus kewajiban pemegang izin
usaha jasa penunjang tenaga listrik
kepada pihak ketiga.
24 1 & 2 Ketentuan peralihan
25
Setelah peraturan pemerintah ini
berlaku, maka peraturan sebelumnya
dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan
ini
26
Padasaat peraturan pemerintah ini
mulai berlaku,dan peraturan
sebelumnya dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku
27 Peraturan Pemerintah ini mulai
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 88
berlaku pada tanggal diundangkan.
No Regulasi Pasal Ayat Keterangan
1 (1)Pemerintah
Daerah berwenang
menyusun Rencana
Umum
Energi Daerah.
(2) Dalam
menyusun Rencana
Umum Energi
Daerah, Pemerintah
Provinsi
mengikutsertakan
Pemerintah
Kabupaten/Kota
untuk
menampung
pemikiran serta
pandangan hidup
dalam
masyarakat dengan
berpedoman pada
petunjuk teknis
yang
ditetapkan oleh
Menteri.
25 1
2
Menyusun rencana umum daerah
Keikutsertaan kabupaten/kota dalam
menampung aspirasi masyarakat.
2 Dalam merancang
dan merumuskan
kebijakan energi
daerah
yang akan
dituangkan dalam
perencanaan energi
daerah,
Pemerintah Daerah
dapat membentuk
Dewan Energi
Daerah.
(2) Anggota Dewan
Energi Daerah
melibatkan semua
stakeholder
yang ditetapkan
melalui keputusan
Gubernur.
26 1
2
Pemerintah membentuk Dewan
Energi Daerah.
Gubernur menetapkan stakeholder
yang dipilih oleh Dewan Energi
Daerah.
3 Guna mendukung
pulau Kalimantan
27 1
Pemerintah daerah wajib menyusun
perencanaan induk kelistrikan.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 89
sebagai salah satu
lumbung energi
nasional maka
Pemerintah Daerah
wajib
menyusun
perencanaan induk
ketenagalistrikan.
(2) Pemanfaatan
sumber energi guna
mendukung pulau
Kalimantan sebagai
lumbung energi
Pemerintah Daerah
wajib
memperhatikan
masukan yang
tertuang dalam
Rencana Umum
Energi Daerah
(RUED).
2
Pemanfaatan energi guna menjadikan
kalimantan sebagai lumbung energi.
4 Setiap kegiatan
usaha
ketenagalistrikan
wajib memenuhi
ketentuan mengenai
keselamatan
ketenagalistrikan.
(2) Ketentuan
keselamatan
ketenagalistrikan
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) meliputi
standarisasi,
pengamanan
instalasi tenaga
listrik dan
pengamanan
pemanfaatan tenaga
listrik untuk
mewujudkan
kondisi andal bagi
instalasi dan
kondisi aman dari
bahaya bagi
manusia serta
kondisi ramah
lingkungan.
(3) Setiap peralatan
28
1
2
3
Setiap kegiatan usaha
ketenagalistrikan wajib memenuhi
ketentuan mengenai keselamatan
ketenagalistrikan.
Ketentuan keselamatan
ketenagalistrikan.
Peralatan dan pemanfaatan listrik
harus diberi tanda keselamatan.
Pewajiban pemenuhan ketentuan
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 90
dan pemanfaatan
tenaga listrik yang
akan
diperjualbelikan
harus memiliki
tanda keselamatan.
(4) Setiap kegiatan
usaha
ketenagalistrikan
wajib memenuhi
ketentuan mengenai
pengelolaan
lingkungan hidup.
(5) Ketentuan
mengenai
keselamatan
ketenagalistrikan
dan
lingkungan hidup
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1), ayat
(2), ayat (3) dan
ayat (4) sesuai
dengan peraturan
perundangundangan
yang berlaku.
4
5
pengelolaan lingkungan hidup.
Ketentuan keselamatan kelistrikan
dan lingkungan hidup.
5. Apabila Pemegang
Izin Usaha
Penyediaan Tenaga
Listrik dalam
mengoperasikan
pembangkit
listriknya tanpa
dilakukan uji laik
operasi dan
lingkungan
dikenakan sanksi
sesuai dengan
peraturan
perundang-
undangan yang
berlaku.
(2) Dalam hal
terjadinya
pelanggaran yang
dilakukan oleh
Pemegang IUPTL
dan Pemegang Izin
Usaha Penunjang
29 1
2
Izin usaha penyediaan tenaga listrik.
Pertanggungjawaban pelaanggaran.
Sanksi dministrasi.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 91
Tenaga
Listrik dikenakan
sanksi administrasi
dan/atau pidana.
(3) Sanksi
administrasi
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(2)
adalah berupa
pencabutan izin.
(4) Selain
pelanggaran
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1), bagi
tindakan yang
mengakibatkan
kerusakan dan
pencemaran
lingkungan
dikenakan ancaman
pidana sesuai
dengan
peraturan
perundang-
undangan yang
berlaku.
3
4
Hal lain diluar pelanggaran.
6. Setiap orang yang
melakukan usaha
penyediaan tenaga
untuk
kepentingan umum
tanpa memiliki izin
usaha penyedia
tenaga
listrik sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (2)
dipidana
dengan pidana
penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan
denda
paling banyak Rp.
2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah).
(2) Setiap orang
yang melakukan
usaha penyediaan
30 1
2
Sanksi administratif tanpa memiliki
izin usaha penyedia tenanga listrik.
Sanksi administratif tanpa memiliki
izin usaha penyedia tenanga listrik.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 92
tenaga listrik
tanpa izin operasi
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 9 ayat
(2) dipidana penjara
paling lama 5
(lima) tahun dan
denda
paling banyak Rp.
4.000.000.000,00
(empat miliar
rupiah).
(3) Setiap orang
yang
mengoperasikan
instalasi tenaga
listrik
tanpa sertifikat
layak operasi
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1)
dipidana dengan
pidana penjara
paling lama 5
(lima) tahun dan
denda paling
banyak Rp.
500.000.000,00
(lima ratus juta
rupiah).
(4) Setiap orang
yang memproduksi,
mengedarkan, atau
memperjual belikan
peralatan dan
pemanfaatan tenaga
listrik
yang tidak sesuai
dengan Standar
Nasional Indonesia
dan
tanda keselamatan
sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal 13
ayat (5) dan Pasal
25 ayat (3) dipidana
3
4
5
Sanksi administratif tanpa memiliki
izin usaha penyedia tenanga listrik.
Sanksi administratif tanpa memiliki
izin usaha penyedia tenanga listrik.
Sanksi administratif tanpa memiliki
izin usaha penyedia tenanga listrik.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 93
dengan pidana
penjara
paling lama 5
(lima) tahun dan
denda paling
banyak Rp.
5.000.000.000,00
(lima miliar
rupiah).
(5) Setiap orang
yang melakukan
kegiatan usaha jasa
penunjang
tenaga listrik tanpa
izin sebagaimana
dimaksud dalam
Pasal
12 ayat (2) dipidana
penjara paling lama
5 (lima) tahun dan
denda paling
banyak Rp.
2.000.000.000,00
(dua miliar
rupiah).
(6) Pemegang izin
usaha penyediaan
tenaga listrik yang
tidak
mentaati ketentuan
pelaksanaan
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 19
dipidana sesuai
dengan peraturan
perundangundang
yang berlaku.
(7) Selain pidana
dan denda
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(6),
pemegang izin
usaha dapat
dikenakan sanksi
tambahan
berupa pencabutan
IUPTL.
7. Selain Penyidik 31 1 Pihak terkait tentang usaha
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 94
Umum tindak
pidana, penyidikan
atas tindak
pidana sebagaimana
dimaksud dalam
Peraturan Daerah
ini
serta
pelaksanaannya
dapat juga
dilakukan oleh
Penyidik
Pegawai Negeri
Sipil Bidang
Ketenagalistrikan
yang diangkat
dengan peraturan
perundang-
undangan yang
berlaku.
(2) Penyidik
sebagaimana
dimaksud pada ayat
(1) berwenang :
a. melakukan
pemeriksaan atas
kebenaran laporan
atau
keterangan
berkenaan dengan
tindak pidana dalam
kegiatan usaha
ketenagalistrikan;
b. melakukan
pemeriksaan
terhadap orang atau
badan yang
diduga melakukan
tindak pidana dalam
kegiatan usaha
ketenagalistrikan;
c. memanggil orang
untuk didengar dan
diperiksa sebagai
saksi atau tersangka
dalam perkara
tindak pidana
kegiatan
usaha
ketenagalistrikan;
2
penyediaan tenanga listrik.
Penyidik yang terkait
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 95
d. menggeledah
tempat yang diduga
digunakan untuk
melakukan tindak
pidana dalam
kegiatan usaha
ketenagalistrikan;
e. melakukan
pemeriksaan sarana
dan prasarana
kegiatan
usaha
ketenagalistrikan
dan menghentikan
penggunaan
peralatan yang
diduga digunakan
untuk melakukan
tindak
pidana;
f. menyegel
dan/atau menyita
alat kegiatan usaha
ketenagalistrikan
yang digunakan
untuk melakukan
tindak
pidana sebagai alat
bukti; dan
g. mendatangkan
tenaga ahli yang
diperlukan dalam
hubungan dengan
pemeriksaan
perkara tindak
pidana
dalam kegiatan
usaha
ketenagalistrikan.
3) Penyidik
Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat
(2)
memberitahukan
dimulainya
penyidikan kepada
kepolisian
dan menyerahkan
hasil penyidikan
3
Penyidik yang terkait
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 96
kepada Penuntut
Umum
sesuai dengan
ketentuan KItab
Undang-Undang
Hukum Acara
Pidana.
8. Pembiayaan
kegiatan
pembinaan,
pengendalian dan
pengawasan
usaha
ketenagalistrikan
serta pemanfaatan
energi dibebankan
pada
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah
Provinsi
Kalimantan
Tengah dan
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Negara.
32
Pembiayaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawasan
usaha ketenagalistrikan
9. Pembiayaan
kegiatan
pembinaan,
pengendalian dan
pengawasan
usaha
ketenagalistrikan
serta pemanfaatan
energi dibebankan
pada
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah
Provinsi
Kalimantan
Tengah dan
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Negara.
33 Pembiayaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawasan
usaha ketenagalistrikan
10. (1) IO, IUPTL dan
Izin Usaha
Penunjang Tenaga
Listrik yang
dimiliki oleh
35 Regulasi izin usaha penyedia tenaga
listrik.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 97
BUMN/BUMD,
Koperasi, Badan
Hukum Swasta
atau Badan Usaha
lainnya yang
mempunyai hak
berdasarkan
peraturan yang ada
sebelum berlakunya
Peraturan Daerah
ini,
wajib mendaftarkan
ulang untuk
diklarifikasikan
keabsahan dan
kelengkapan
dokumen perizinan
yang dimilikinya
sesuai dengan
ketentuan yang
berlaku.
(2) Bagi yang tidak
dapat membuktikan
keabsahan dan
kelengkapan
dokumen perizinan
sebagaimana
dimaksud pada
ayat (2) akan
dikenakan tindakan
penertiban.
(3) Dengan
berlakunya
Peraturan Daerah
ini, maka IO dan
Izin
Kerja yang telah
diberikan sebelum
ditetapkan
Peraturan Daerah
ini, dinyatakan
tetap berlaku
sampai dengan
berakhirnya masa
berlakunya.
11. Hal-hal yang belum
diatur dalam
Peraturan Daerah
ini,
sepanjang
35 Peraturan lanjutan ditetapkan oleh
Gubernur.
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 98
mengenai teknis
pelaksanaannya
akan diatur lebih
lanjut dan
ditetapkan dengan
Peraturan
Gubernur.
12. Peraturan Daerah
ini berlaku pada
tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan Daerah
ini dengan
penempatannya
dalam Lembaran
Daerah Provinsi
Kalimantan
Tengah.
36 Setiap orang wajib mematuhi perda
ini.
No Regulasi Pasal Ayat Keterangan
1 UU no 1 th 1970 Bab
II
2 2 Dari pembangkitan listrik,Jaringan
transmisi teg.extra tinggi
(TET),Jaringan tegangan
tinggi,Jaringan tegangan
menengah,Jaringan tegangan
rendah,Dan sampai ketempat kerja
2 UU no 1 th 1970
huruf q
3 1 Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk mencegah
terkena aliran listrik
berbahaya.(objektif)
3 UU no 1 th 1970
huruf q
2 1 Setiap tempat dimana listrik
dibangkitkan,ditransmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan.(ruang lingkup)
Tugas PKL (Keselamatan Kerja) Peraturan Listrik Kelompok 2 Kelas B | 99
4 UU no 1 th 1970
huruf q
5 1 Pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerja ditugaskan
menjalankan pengawasan langsung
terhadap ditaatinya undang-undang
ini dan membantu pelaksanaannya.
5 No 20 Th 2002 Pengusahaan Listrik
6 UU no.30 th 2009
bab V
5 1 Kewenangan Pemerintah di bidang
ketenagalistrikan
no Regulasi PasalAyat Ayat Keterangaan
1
UU RI No 30
Tahun 1999
TentangKetenagali
strikan
42 Tentangkewajibanusahaketenagalist
rikanmemenuhipersyaratanlingkung
anhidup
44 2 Memuattujuanketentuankeselamata
nketenagalistrikan
44 3 Memuatketentuankeselamatanketen
agalistrikan
46 2 Ketentuanpengawasanterhadapusah
aketenagalistrikanolehpemerintah
47 1, 2 Kewenanganpenyidikusahaketenag
alistrikan
48 1, 2, 3 Sanksi administrative bagi yang
melanggarketentuan yang
terteraalamUU RI No 30 Tahun
1999 TentangKetenagalistrikan
49 1,2,3 Ketentuanpidanabagi yang
melanggarketentuan yang
terteraalam UU RI No 30 Tahun
1999 TentangKetenagalistrikan