KORELASI ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN HASIL ...

10
1 KORELASI ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA Majidah, Hairida, Erlina Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: tingkat self-efficacy siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah, tingkat hasil belajar siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah dan untuk mengetahui kuat atau tidak koreasi antara keduanya dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian korelasional. Subjek penelitian adalah 34 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 55,9% siswa mempunyai self-efficacy yang rendah dan sebanyak 52,9% siswa mempunyai hasil belajar yang tinggi dalam mata pelajaran kimia. Dari hasil korelasi pearson product moment terdapat hubungan yang kuat dan positif antara self-efficacy dan hasil belajar siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah dengan koefisien korelasi 0,796. Kata kunci : Self-Efficacy, Hasil Belajar Abstract: The aims of this research are to know; level of student’s self-efficacy class XI IPA in chemistry at SMA Negeri 2 Mempawah, level of student’s learning outcomes class XI IPA in chemistry at SMA Negeri 2 Mempawah and to know correlation strength between self-efficacy with learning outcomes in chemistry. The research method that used in this study is descriptive which is correlation. The subject of this research were 34 students in class XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah. The results show that 55,9% students have low self-efficacy and 52,9% students have high learning outcomes in chemistry. From outcome correlation pearson product moment there is a strong relationship and positive between self-efficacy with learning outcomes in chemistry at SMA Negeri 2 Mempawah with correlation coefficient is 0,796. Key words : self-efficacy, Learning Outcomes lmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan di jenjang SMA (Das Salirawati, 2008). Sulitnya mata pelajaran kimia disebabkan oleh karakteristik dari ilmu kimia, yaitu: materi kimia yang bersifat abstrak, ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya, materi kimia yang berurutan dan berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal tetapi siswa juga harus mempelajari deskripsi seperti fakta-fakta kimia, aturan-aturan kimia, istilah-istilah kimia, serta I

Transcript of KORELASI ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN HASIL ...

1

KORELASI ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN

HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA

PELAJARAN KIMIA DI SMA

Majidah, Hairida, Erlina

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan

Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: tingkat self-efficacy siswa

kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah, tingkat

hasil belajar siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2

Mempawah dan untuk mengetahui kuat atau tidak koreasi antara keduanya dalam

mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah. Metode penelitian yang

digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian korelasional. Subjek

penelitian adalah 34 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah. Hasil analisis

menunjukkan bahwa sebanyak 55,9% siswa mempunyai self-efficacy yang rendah

dan sebanyak 52,9% siswa mempunyai hasil belajar yang tinggi dalam mata

pelajaran kimia. Dari hasil korelasi pearson product moment terdapat hubungan

yang kuat dan positif antara self-efficacy dan hasil belajar siswa kelas XI IPA

dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah dengan koefisien

korelasi 0,796.

Kata kunci : Self-Efficacy, Hasil Belajar

Abstract: The aims of this research are to know; level of student’s self-efficacy

class XI IPA in chemistry at SMA Negeri 2 Mempawah, level of student’s

learning outcomes class XI IPA in chemistry at SMA Negeri 2 Mempawah and to

know correlation strength between self-efficacy with learning outcomes in

chemistry. The research method that used in this study is descriptive which is

correlation. The subject of this research were 34 students in class XI IPA SMA

Negeri 2 Mempawah. The results show that 55,9% students have low self-efficacy

and 52,9% students have high learning outcomes in chemistry. From outcome

correlation pearson product moment there is a strong relationship and positive

between self-efficacy with learning outcomes in chemistry at SMA Negeri 2

Mempawah with correlation coefficient is 0,796.

Key words : self-efficacy, Learning Outcomes

lmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan

menakutkan di jenjang SMA (Das Salirawati, 2008). Sulitnya mata pelajaran

kimia disebabkan oleh karakteristik dari ilmu kimia, yaitu: materi kimia yang

bersifat abstrak, ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya,

materi kimia yang berurutan dan berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak

hanya sekedar memecahkan soal-soal tetapi siswa juga harus mempelajari

deskripsi seperti fakta-fakta kimia, aturan-aturan kimia, istilah-istilah kimia, serta

I

2

materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak (Elisabeth Kean &

Catherine Middlecamp , 1985).

Ruang lingkup ilmu kimia yang begitu luas, baik secara deskriptif dan

teoritis, telah membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajari kimia secara

menyeluruh. Kesulitan ini juga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang

memuaskan. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif juga dipengaruhi

oleh kondisi afektif peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh Popham (dalam

Sudrajat, 2008) bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang.

Ada lima karakteristik afektif yang penting dalam mempengaruhi hasil belajar

peserta didik yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral (Sudrajat, 2008).

Selanjutnya menurut Ardhana dan Willis (dalam Purwaningsih, 2007), bahwa

salah satu faktor yang menentukan hasil belajar siswa adalah konsep diri. Konsep

diri ini berkaitan erat dengan keyakinan diri siswa (Self-Efficacy).

Menurut Carole Wade dan Carol Tavris (2007) keberhasilan seseorang

dalam menguasai suatu materi disebabkan oleh keyakinan yang dimilikinya,

karena keyakinan yang akan menyebabkan orang tersebut berperilaku sedemikian

rupa sehingga keyakinan tersebut akan menjadi kenyataan. Salah satu sumber

keyakinan adalah tingkat kepercayaan diri kita terhadap kemampuan kita sendiri

(self-efficacy). Albert Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy adalah

keyakinan akan kemampuan diri yang dimiliki individu untuk menentukan dan

melaksanakan berbagai tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu

pencapaian. Albert Bandura juga menyebutkan bahwa self-efficacy memiiki

dampak yang penting, bahkan sebagai motivator utama terhadap keberhasilan

seseorang. Dengan memiliki self-efficacy siswa akan lebih mungkin mengerjakan

aktivitas yang dia yakini dapat ia lakukan daripada melakukan pekerjaan yang

mereka rasa tidak bisa diselesaikanya.

Self-efficacy yang dimiliki seseorang dapat dilihat berdasarkan tiga aspek.

Pertama, aspek level yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu.

Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat

dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan

di luar batas kemampuannya. Kedua, aspek strength yang berkaitan dengan

kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat

dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai

tujuan. Ketiga, aspek generality yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku

di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa

yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan

dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada

serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi (Albert Bandura,

1997).

Beberapa peneliti juga berhasil menunjukkan bahwa keyakinan self-

efficacy berhubungan positif dalam mempengaruhi prestasi akademik. Sebuah

studi meta-analisis yang dilakukan oleh Multon & Brown mengungkapkan bahwa

keyakinan keberhasilan berhubungan positif dengan prestasi akademik (dalam

Frank Pajares dan Dale H Schunk, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho

(2007) yang berjudul “hubungan antara self-efficacy, penyesuaian diri dengan

prestasi akademik mahasiswa” menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif

3

dan signifikan antara self-efficacy dan prestasi akademik mahasiswa. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin tinggi pula

prestasi akademik mahasiswa. Namun, penelitian ini belum pernah dilakukan

untuk mata pelajaran kimia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui: 1) tingkat self-efficacy siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran

kimia di SMA Negeri 2 Mempawah; 2) tingkat hasil belajar siswa kelas XI IPA

dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah; 3) kuat atau tidak

koreasi antara keduanya dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2

Mempawah.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan bentuk korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kuat

atau tidaknya korelasi antara self-efficacy dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA

SMA Negeri 2 Mempawah dalam mata pelajaran kimia. Subjek penelitian adalah

siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah yang berjumlah 34 siswa.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran

dengan alat pengumpul data berupa angket, wawancara bebas terstruktur dan

dokumen nilai rata-rata ulangan siswa kelas XI IPA semester ganjil tahun jaran

2012/2013. Angket yang digunakan adalah angket self-efficacy dengan skala

Likert 5 point. Skala Likert 5 point digunakan karena secara teori sikap

digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral ke positif

(Suryabrata, 1998). Sebelum digunakan dalam penelitian, angket diberikan

beberapa perlakuan sebagai berikut:

Validitas konstruk

Dilakukan oleh 5 orang ahli (1 Dosen Pendidikan Kimia, 1 Dosen Pendidikan

Bahasa Indonesia, 1 Dosen Bimbingan Konseling, dan 2 Guru Kimia).

Hasil: Tidak ada pernyataan yang dibuang, namun ada beberapa pernyataan yang

harus diperbaiki.

Uji Coba Angket

Dilakukan terhadap siswa kelas XII IPA SMA Negeri 2 Mempawah.

Hasil

Uji Validitas

Angket self-efficacy: 38 pernyataan

valid, 6 pernyataan tidak valid.

Uji Reliabilitas

Angket self-efficacy : 0,919 (tergolong

sangat tinggi).

Skema 1 Alur perlakuan terhadap angket

Setelah melalui beberapa perlakuan, maka angket dapat dikatakan layak untuk

digunakan dalam penelitian. Data yang didapatkan dari hasil angket, harus diuji

kenormalan dan kehomogenannya guna menentukan metode statistik yang

digunakan untuk menguji hipotesis. Berikut ini adalah ringkasan dari keseluruhan

uji yang dilakukan.

Tabel 1 Ringkasan Hasil Uj

Dengan Hasil

IPA di SMA

UjiStatistik

Uji Normalitas

Self-EfficacyKolmogorov

SmirnovHasil Balajar

Kimia

Uji Homogenitas

Self-Efficacy

Levene’s Test

Hasil Balajar

Kimia

Uji Korelasi

Self-Efficacy

dan Hasil

Balajar Kimia

Pearson

Setelah dilakukan

kesenjangan skor antara

kimia. Keenam siswa

tentang penyebab kesenjangan skor tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Self-Efficacy

Berdasarkan

mata pelajaran kimia,

siswa (44,1%) dan

(55,9%). Untuk memperjelas

bentuk piechart berikut ini

Gambar

Ringkasan Hasil Uji Prasyarat dan Uji Korelasi Antara

Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Kimia

di SMA Negeri 2 Mempawah

Metode

StatistikKriteria Uji

Nilai

sig.uji

Nilai

sig.test

Kolmogorov-

Smirnov

Normal,

Jika nilai

sig.uji > nilai

sig.F test

0,592

0,05

0,152

Levene’s Test

Homogen,

jika nilai

sig.uji > nilai

sig. table

0,795

0,05

0,432

Pearson

Product

Moment

Korelasi akan

berarti berarti

jika nilai

sig.uji < nilai

sig.r-test

0,001 0,05

dilakukan analisis ternyata ada 6 siswa yang

skor antara self-efficacy dan hasil belajar dalam mata

siswa tersebut diwawancara untuk mengetahui

tentang penyebab kesenjangan skor tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efficacy Siswa

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat

pelajaran kimia, siswa dengan self-efficacy yang tinggi

%) dan siswa dengan self-efficacy yang rendah berjumlah

Untuk memperjelas kategorisasi tersebut, data ditampilkan

berikut ini:

ambar 1 Pie Chart Persentase Kategori Self-Efficacy

44.1%

55.9%

Self-Efficacy Tinggi

Self-Efficacy Rendah

4

Antara Self-Efficacy

Pelajaran Kimia Kelas XI

Kesimpulan

Berdistribusi

Normal

Berdistribusi

Normal

Homogen

Homogen

Korelasi

tergolong

kuat

(r = 0,796)

siswa yang mempunyai

dalam mata pelajaran

mengetahui lebih dalam

dilihat bahwa dalam

tinggi berjumlah 15

berjumlah 19 siswa

data ditampilkan dalam

Efficacy Siswa

Efficacy Tinggi

Efficacy Rendah

5

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA

mempunyai self-efficacy pada kategori rendah dalam belajar kimia. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mempunyai keyakinan akan

kemampuan dirinya dalam menentukan dan melaksanakan aktifitas belajarnya

untuk mencapai apa yang telah ditargetkan sebelumnya dalam belajar kimia,

meskipun kenyataannya sudah ada beberapa siswa yang mempunyai self-

efficacy tinggi dalam mata pelajaran kimia.

Guna memahami materi kimia dengan baik, siswa juga harus mempunyai

self-efficacy yang tinggi dalam mata pelajaran kimia. Siswa dengan self-

efficacy rendah belum bisa menganalisis perilaku yang akan dilakukannya

dengan baik serta meningkatkan usahanya guna mencapai tujuan belajar

kimianya. Perasaan mudah putus asa atau kurangnya usaha yang dilakukan

juga menyebabkan siswa sulit untuk menemukan solusi dari permasalahan

yang ia hadapi. Siswa dengan self-efficacy rendah masih ragu akan

kemampuan dirinya sendiri sehingga menyebabkan siswa tersebut

menghindari tugas-tugas yang ia anggap sulit, sebelum melakukan usaha yang

lebih keras dalam menyelesaikannya.

Berbeda dengan siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan cenderung

untuk mengembangkan minat mereka dan ketertarikan yang mendalam

terhadap suatu aktivitas, mengembangkan tujuan, dan berkomitmen dalam

mencapai tujuan tersebut. Mereka juga meningkatkan usaha mereka dalam

mencegah kegagalan yang mungkin timbul. Siswa dengan self-efficacy yang

tinggi sudah mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam

melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka memiliki rasa percaya diri dalam

menghadapi tugas-tugas yang sulit dan merasa yakin terhadap kemampuannya

untuk menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Siswa sudah

bisa menganalisis perilaku yang akan dilakukannya dengan baik serta

meningkatkan usahanya guna mencapai tujuan belajar kimianya.

Berdasarkan hasil wawancara dan nilai ulangan kimia siswa, rendahnya

self-efficacy siswa disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kegagalan siswa

dalam mata pelajaran kimia sebelumnya. Ketika siswa merasa pernah gagal

pada saat ulangan maupun latihan pada materi kimia sebelumnya, siswa yang

memiliki self-efficacy rendah akan cenderung merasa ragu bahwa mereka

dapat menyelesaikan ulangan maupun tugas-tugas kimia selanjutnya. Kedua,

kurangnya pesan dari orang lain. Menurut Umar dan Syambasril (2011)

meskipun terlihat sederhana, namun pesan atau penguatan dari orang lain

mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi siswa. Dari hasil wawancara di

peroleh informasi bahwa guru jarang sekali memberikan penguatan terhadap

siswa saat menyampaikan materi kimia di kelas. Kurangnya penguatan yang

diberikan oleh guru menyebabkan rendahnya self-efficacy siswa karena siswa

merasa hal-hal baik yang telah dilakukannya tidak mendapat tanggapan dari

guru sehingga siswa kurang bersemangat untuk menyelesaikan tugas dengan

lebih baik lagi kedepannya. Ketiga, kegagalan orang lain. Siswa kelas XI IPA

sebagian besar mempunyai nilai kimia yang rendah dan banyak siswa yang

gagal dalam belajar kimia. Hal ini menyebabkan self-efficacy siswa juga

6

rendah karena mereka melihat kegagalan dari teman sekelasnya dan ia merasa

ragu akan kemampuannya untuk memahami materi dan menyelesaikan tugas-

tugas kimianya. Karena sebagian besar lingkungan kelas XI IPA mempunyai

self-efficacy yang rendah dalam mata pelajaran kimia, maka siswa yang lain

juga akan mempunyai self-efficacy yang rendah juga. Jeanne Ellis Ormrod

(2008) menyatakan jika siswa melihat teman-temannya gagal dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan, mereka juga akan jauh kurang optimis

dalam menyelesaikan tugas tersebut. Keempat, kegagalan dalam kelompok

belajar kimia, Siswa mungkin memiliki self-efficacy yang lebih besar ketika

mereka bekerja dalam kelompok daripada sendiri, asalkan kelompok tersebut

berfungsi dengan lancar dan efektif (Jeanne Ellis Ormrod, 2008). Berdasarkan

hasil wawancara, guru sangat jarang sekali menggunakan model-model

pembelajaran yang menggunakan kelompok.. Hal ini dapat menyebabkan self-

efficacy siswa menjadi rendah.

Ditinjau dari aspek level (tingkat kesulitan tugas), strength (kekuatan

keyakinan) dan generality (generalitas) kemampuan self-effficacy siswa

berbeda pada setiap aspek. Untuk lebih jelasnya, self-efficacy siswa pada

setiap aspek ditampilkan pada histogram berikut ini :

Gambar 2 Diagram Persentase Kategori Self-Efficacy Siswa Pada

Aspek Magnitude, Strength dan Generality

Self-efficacy siswa pada aspek magnitude yang rendah menunjukkan

bahwa siswa belum mampu mempersepsi dirinya bahwa ia mampu untuk

menyelesaikan tugas-tugas kimia yang sulit sehingga siswa mudah menyerah

saat mengalami kesulitan dalam memahami materi kimia sehingga ia tidak

bisa menemukan solusi dari kesulitan belajar kimia yang dihadapinya. Selain

itu siswa dengan self-efficacy yang rendah pada dimensi magnitude juga

cenderung tidak bisa memilih aktifitas yang akan dilakukannya dengan baik

serta belum bisa meningkatkan daya usahanya secara maksimal dalam belajar

kimia. Siswa dengan self-efficacy yang tinggi pada aspek strength tidak

mudah terpengaruh oleh lingkungan yang mempengaruhi kekuatan keyakinan

47,1

52,9

47,1

52,9

47,1

52,9

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

Magnitude Strength Generality

Self_EfficacyTinggi

Self_EfficacyRendah

Aspek Self-Efficacy

Persentase

Siswa

( % )

akan kemampua

keuletan dalam belajar

aspek generality

terbatas pada rangkaian

menyebar pada berbagai aktifitas

B. Tingkat Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan

bahwa siswa dengan

(52,9%) dan siswa

(47,1%). Untuk memperjelas

bentuk piechart berikut ini

Gambar 3 Pie Chart

Dari Gambar

(52,9%) mencapai

16 orang siswa (47,1%)

hasil perhitungan tersebut,

jumlah siswa kelas

sebanyak 16 orang dari 34 siswa.

Tinggi rendahnya

SMA Negeri 2 Mempawah

Slameto (2010) mengungkapkan

belajar yaitu faktor

secara langsung maupun

siswa. Menurut Slameto

faktor psikologis yaitu

dan kesiapan, sedangkan

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masya

Untuk faktor

dipengaruhi oleh faktor

juga memiliki peranan

belajar kimia siswa.

47.1%

kemampuan dirinya sehingga mereka mempunyai ketahanan

belajar kimia. Siswa dengan self-efficacy yang

berarti hanya mampu menampilkan aktifitas

pada rangkaian aktifitas belajar kimia tertentu saja,

menyebar pada berbagai aktifitas belajar kimia yang lain.

Belajar Siswa

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan,

siswa dengan hasil belajar kimia yang tinggi berjumlah

siswa dengan hasil belajar kimia yang rendah berjumlah 16

Untuk memperjelas kategorisasi tersebut, data ditampilkan

berikut ini

Pie Chart Persentase Kategori Hasil Belajar Kimia Siswa

Gambar 3 di atas diketahui terdapat 18 orang siswa

mencapai hasil belajar tinggi dalam mata pelajaran kimia,

siswa (47,1%) memiliki hasil belajar yang rendah. Dengan

perhitungan tersebut, dapat diindikasikan bahwa hampir

siswa kelas XI IPA masih memiliki hasil belajar yang

sebanyak 16 orang dari 34 siswa.

rendahnya hasil belajar kimia yang dicapai siswa

Negeri 2 Mempawah ini dapat dipengaruhi oleh beberapa

(2010) mengungkapkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi h

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor faktor

langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi

Menurut Slameto (2010) yang merupakan faktor internal

psikologis yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kesiapan, sedangkan yang termasuk faktor eksternal

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masya

faktor psikologis, rendahnya hasil belajar siswa

oleh faktor-faktor yang diungkapkan oleh Slameto,

memiliki peranan penting dalam menentukan tinggi rendahnya

kimia siswa. pernyataan tersebut senada dengan ungkapan

52,9%

47.1%Hasil Belajar Kimia Tinggi

Hasil Belajar Kimia Renda

7

mempunyai ketahanan dan

yang rendah pada

menampilkan aktifitas belajarnya

saja, tidak dapat

dilakukan, dapat diketahui

berjumlah 18 siswa

berjumlah 16 siswa

data ditampilkan dalam

Persentase Kategori Hasil Belajar Kimia Siswa

orang siswa kelas XI IPA

pelajaran kimia, sedangkan

rendah. Dengan melihat

hampir sebagian dari

belajar yang rendah, yaitu

dicapai siswa kelas XI IPA

oleh beberapa faktor.

ng mempengaruhi hasil

Faktor faktor tersebut baik

mempengaruhi hasil belajar

faktor internal diantaranya

bakat, motif, kematangan

eksternal diantaranya

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

belajar siswa ini selain

Slameto, self-efficacy

tinggi rendahnya hasil

ungkapan Schunk dan

Hasil Belajar Kimia Tinggi

Hasil Belajar Kimia Rendah

8

Pajares (2001) bahwa telah banyak penelitian menunjukkan self-efficacy

mempengaruhi motivasi akademik, belajar dan prestasi. Tingkatan self-

efficacy yang dimiliki oleh siswa akan berpengaruh kepada motivasi belajar

yang nantinya akan berdampak pada tinggi rendahnya hasil yang dicapai oleh

siswa.

Tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh seorang siswa di lingkungan

sekolah tergantung kepada cara mengajar guru, kurikulum yang diterapkan,

hubungan antara guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa,

kedisiplinan siswa di sekolah, kelengkapan fasilitas di sekolah dan lain

sebagainya. Dalam hai ini yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa kelas

XI IPA di SMA Negeri 2 Mempawah adalah cara guru kimia mengajar. Dari

hasil wawancara diperoleh informasi bahwa guru kimia jarang sekali

menyampaikan materi kepada siswa. Guru hanya sering meninggalkan tugas

atau latihan kepada siswa, kemudian dibahas bersama-sama. Jadi siswa lebih

dituntut untuk membaca dan memahami materi kimia tanpa harus dibimbing

oleh guru. Hal ini juga lah yang menjadi salah satu penyebab siswa

memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan, sehingga hasil belajar

siswa masih berada pada kategori rendah. Siswa masih belum terbiasa untuk

belajar secara mandiri, siswa masih membutuhkan guru untuk menjelaskan

materi dan membimbing mereka dalam memahami materi-materi kimia.

C. Korelasi antara Self-Efficacy dengan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan hasil uji korelasi antara self-

efficacy dan hasil belajar kimia siswa sebesar 0,796 yang termasuk pada

kategori kuat dengan nilai sig. 0,001. Jika melihat koefisien determinasi, self-

efficacy mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia sebesar

63,4% yang termasuk pada kategori cukup. Makna dari hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat dan positif antara self-

efficacy dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia

di SMA Negeri 2 Mempawah pada Tahun Ajaran 2012-2013.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian-penelitian

sebelumnya yaitu penelitian Wulansari (2002) mengungkapkan bahwa

terdapat hubungan kausal positif antara self-efficacy dengan prestasi belajar

pada siswa peserat dan non peserta pengajaran intensif disekolah dengan

koefisien korelasi sebesar 0,472. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh

Nugroho (2007) yang berjudul “hubungan antara self-efficacy, penyesuaian

diri dengan prestasi akademik mahasiswa” menunjukan bahwa terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara self-efficacy dan prestasi

akademik mahasiswa.

Dari hasil penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa self-efficacy

berkorelasi positif terhadap hasil belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi self-efficacy siswa, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar

siswa dalam mata pelajaran kimia. Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy

siswa maka akan semakin rendah pula hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran kimia.

9

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan 17,6% siswa yang

mempunyai kesenjangan skor antara self-efficacy dengan hasil belajar siswa.

Kesenjangan skor yang dimaksud adalah ada siswa yang mempunyai self-

efficacy yang rendah tetapi mempunyai hasil belajar yang tinggi dalam mata

pelajaran kimia, ataupun sebaliknya, siswa yang mempunyai self-efficacy yang

tinggi tetapi mempunyai hasil belajar yang rendah.

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan 80,3% siswa menjawab belum

pernah mengisi angket dengan tujuan untuk menilai dirinya sendiri, biasanya

mereka mengisi angket untuk menilai penampilan guru saat mengajar dan

hanya 16,7% siswa pernah mengisi angket untuk menilai dirinya sendiri yaitu

mengenai motivasi belajar dan minat. Hal ini menyebabkan siswa belum

terbiasa untuk mengisi angket untuk menilai dirinya sendiri, mereka belum

bisa menentukan sikap atas diri mereka sendiri sehingga dalam pengisian

angket mereka merasa belum melakukannya dengan maksimal. Hal ini

dibuktikan oleh sebanyak 67,7 % siswa menyatakan masih ragu dalam

menentukan sikap terhadap dirinya sendiri.

Pernyataan angket juga mendapat respon yang negatif dari 50% siswa

yang menyatakan bahwa pernyataan angket tidak dipahami oleh siswa.

Misalnya pernyataan: “Saya sering ragu dengan jawaban yang saya tulis

dalam ulangan”. Namun, saat mengisi angket 83,3% siswa mengaku jujur saat

memilih respon angket, hal ini berarti siswa mengisi angket sesuai dengan apa

yang ia lakukan dalam belajar kimia. Dari waktu yang disediakan, sebanyak

33,3 % menyatakan waktu yang diberikan cukup tetapi ada 67,7 % siswa

menyatakan bahwa untuk mengisi angket tersebut diperlukan waktu yang

lama, karena ia harus dijawab dengan sebenar-benarnya dan menggambarkan

diri siswa sendiri. Ada juga yang menyarankan supaya angket dibawa pulang

saja.

Salah satu hal yang perlu juga diperhatikan adalah self-efficacy cukup

mempengaruhi hasil belajar kimia siswa sebanyak 63,4 %, hal ini berarti

masih ada 36,6% faktor lain yang juga ikut mempengaruhi tinggi rendahnya

hasil belajar kimia siswa. Faktor-faktor yang lain tidak diteliti dalam

penelitian ini.

SIMPULAN

Sebanyak 55,9% siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah mempunyai

self-efficacy yang rendah dalam mata pelajaran kimia. Sebanyak 52,9% siswa

kelas XI IPA SMA SMA Negeri 2 Mempawah mempunyai hasil belajar yang

tinggi dalam mata pelajaran kimia. Terdapat hubungan yang kuat dan signifikan

antara self-efficacy dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2

Mempawah dalam mata pelajaran kimia dengan koefisien korelasi sebesar 0,796

yang berada pada ketegori kuat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

semakin tinggi self-efficacy siswa maka akan semakin tinggi pula hasil belajar

siswa dalam mata pelajaran kimia dan sebaliknya.

DAFTAR RUJUKAN

10

Albert Bandura. 1997. Self-efficacy The Exercise of Control. New York: W.H

Freeman and Company.

Carole Wade & Carol Tavris. 2007. Psikologi Jilid 2. (Penterjemah: Padang

Mursalin & Dinastuti). Jakarta: Erlangga.

Das Salirawati. 2008. Siapa Bilang Kimia Itu Sulit?. (Online). Available from:

http://staff.uny.ac.id. (2 Juni 2012)

Elisabeth Kean & Catherine Middlecamp. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar.

(Penerjemah: Hadyana Pujjaatmaka). Jakarta: PT Gramedia.

Frank Pajares & Dale H Schunk. 2001. Self- Beliefs and School Success : Self-

efficacy, Self-Concept, and School Achievment. (Online). Available from:

http://des.emory.edu/mfp/Frank PajaresDale H Schunk2001.htmlakses. (19

Oktober 2012).

Jeanne Ellis Ormrod. 2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh

dan Berkembang Jilid 2.(Penerjemah: Amitya Kumara). Jakarta: Erlangga.

Nugroho, O.A. (2007). Hubungan antara Self-Efficacy, Penyesuaian Diri

dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling

FKIP Universitas Widya Mandala Madiun. (Online). Available from:

www.scribd.com/mobile.doc/ 5109757. (23 Mei 2012).

Purwaningsih, D., D. 2007. Pengaruh Konsep Diri Siswa terhadap Hasil

Belajar Materi Bangun Ruang Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16

Semarang. (Online). Avaliable: http:// digilib.unnes.ac.id/ gsdl/ collect/

skripsi/ index/ assoc/HASH90be/9a925863.dir/doc.pdf. (5 Juni 2012).

Sudrajat, A. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. (Online).

Avaliable: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penilaian-

afektif.pdf. (4 Juni 2012)

Suryabrata, Sumadi. 1998. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta:

Depdikbud.

Umar, Syahwani & Syambasril. 2011. Buku Ajar Program Pengalaman

Lapangan-1 Micro Teaching (Implementasi Kemampuan Dasar Mengajar).

Pontianak : FKIP UNTAN.

Wulansari, Retno. 2002. Goal Orientantion, Self Efficacy dan Prestasi Belajar

pada Siswa Peserta dan Non Peserta Program Pengajaran Intensif di

Sekolah. (Online). Available from: www.scribd.com/mobile.doc/

51082786. (23 Mei 2012)