KORELASI ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN HASIL ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of KORELASI ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN HASIL ...
1
KORELASI ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN
HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA
PELAJARAN KIMIA DI SMA
Majidah, Hairida, Erlina
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan
Email: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: tingkat self-efficacy siswa
kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah, tingkat
hasil belajar siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2
Mempawah dan untuk mengetahui kuat atau tidak koreasi antara keduanya dalam
mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian korelasional. Subjek
penelitian adalah 34 siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah. Hasil analisis
menunjukkan bahwa sebanyak 55,9% siswa mempunyai self-efficacy yang rendah
dan sebanyak 52,9% siswa mempunyai hasil belajar yang tinggi dalam mata
pelajaran kimia. Dari hasil korelasi pearson product moment terdapat hubungan
yang kuat dan positif antara self-efficacy dan hasil belajar siswa kelas XI IPA
dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah dengan koefisien
korelasi 0,796.
Kata kunci : Self-Efficacy, Hasil Belajar
Abstract: The aims of this research are to know; level of student’s self-efficacy
class XI IPA in chemistry at SMA Negeri 2 Mempawah, level of student’s
learning outcomes class XI IPA in chemistry at SMA Negeri 2 Mempawah and to
know correlation strength between self-efficacy with learning outcomes in
chemistry. The research method that used in this study is descriptive which is
correlation. The subject of this research were 34 students in class XI IPA SMA
Negeri 2 Mempawah. The results show that 55,9% students have low self-efficacy
and 52,9% students have high learning outcomes in chemistry. From outcome
correlation pearson product moment there is a strong relationship and positive
between self-efficacy with learning outcomes in chemistry at SMA Negeri 2
Mempawah with correlation coefficient is 0,796.
Key words : self-efficacy, Learning Outcomes
lmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan
menakutkan di jenjang SMA (Das Salirawati, 2008). Sulitnya mata pelajaran
kimia disebabkan oleh karakteristik dari ilmu kimia, yaitu: materi kimia yang
bersifat abstrak, ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya,
materi kimia yang berurutan dan berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak
hanya sekedar memecahkan soal-soal tetapi siswa juga harus mempelajari
deskripsi seperti fakta-fakta kimia, aturan-aturan kimia, istilah-istilah kimia, serta
I
2
materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak (Elisabeth Kean &
Catherine Middlecamp , 1985).
Ruang lingkup ilmu kimia yang begitu luas, baik secara deskriptif dan
teoritis, telah membuat siswa merasa kesulitan dalam mempelajari kimia secara
menyeluruh. Kesulitan ini juga berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang
memuaskan. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif juga dipengaruhi
oleh kondisi afektif peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh Popham (dalam
Sudrajat, 2008) bahwa ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Ada lima karakteristik afektif yang penting dalam mempengaruhi hasil belajar
peserta didik yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral (Sudrajat, 2008).
Selanjutnya menurut Ardhana dan Willis (dalam Purwaningsih, 2007), bahwa
salah satu faktor yang menentukan hasil belajar siswa adalah konsep diri. Konsep
diri ini berkaitan erat dengan keyakinan diri siswa (Self-Efficacy).
Menurut Carole Wade dan Carol Tavris (2007) keberhasilan seseorang
dalam menguasai suatu materi disebabkan oleh keyakinan yang dimilikinya,
karena keyakinan yang akan menyebabkan orang tersebut berperilaku sedemikian
rupa sehingga keyakinan tersebut akan menjadi kenyataan. Salah satu sumber
keyakinan adalah tingkat kepercayaan diri kita terhadap kemampuan kita sendiri
(self-efficacy). Albert Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy adalah
keyakinan akan kemampuan diri yang dimiliki individu untuk menentukan dan
melaksanakan berbagai tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu
pencapaian. Albert Bandura juga menyebutkan bahwa self-efficacy memiiki
dampak yang penting, bahkan sebagai motivator utama terhadap keberhasilan
seseorang. Dengan memiliki self-efficacy siswa akan lebih mungkin mengerjakan
aktivitas yang dia yakini dapat ia lakukan daripada melakukan pekerjaan yang
mereka rasa tidak bisa diselesaikanya.
Self-efficacy yang dimiliki seseorang dapat dilihat berdasarkan tiga aspek.
Pertama, aspek level yang berkaitan dengan derajat kesulitan tugas individu.
Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu yang ia persepsikan dapat
dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan
di luar batas kemampuannya. Kedua, aspek strength yang berkaitan dengan
kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat
dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai
tujuan. Ketiga, aspek generality yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku
di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa
yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan
dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada
serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi (Albert Bandura,
1997).
Beberapa peneliti juga berhasil menunjukkan bahwa keyakinan self-
efficacy berhubungan positif dalam mempengaruhi prestasi akademik. Sebuah
studi meta-analisis yang dilakukan oleh Multon & Brown mengungkapkan bahwa
keyakinan keberhasilan berhubungan positif dengan prestasi akademik (dalam
Frank Pajares dan Dale H Schunk, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho
(2007) yang berjudul “hubungan antara self-efficacy, penyesuaian diri dengan
prestasi akademik mahasiswa” menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif
3
dan signifikan antara self-efficacy dan prestasi akademik mahasiswa. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin tinggi pula
prestasi akademik mahasiswa. Namun, penelitian ini belum pernah dilakukan
untuk mata pelajaran kimia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui: 1) tingkat self-efficacy siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran
kimia di SMA Negeri 2 Mempawah; 2) tingkat hasil belajar siswa kelas XI IPA
dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Mempawah; 3) kuat atau tidak
koreasi antara keduanya dalam mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2
Mempawah.
METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan bentuk korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kuat
atau tidaknya korelasi antara self-efficacy dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 2 Mempawah dalam mata pelajaran kimia. Subjek penelitian adalah
siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah yang berjumlah 34 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengukuran
dengan alat pengumpul data berupa angket, wawancara bebas terstruktur dan
dokumen nilai rata-rata ulangan siswa kelas XI IPA semester ganjil tahun jaran
2012/2013. Angket yang digunakan adalah angket self-efficacy dengan skala
Likert 5 point. Skala Likert 5 point digunakan karena secara teori sikap
digambarkan dalam suatu kontinum dari negatif, lewat daerah netral ke positif
(Suryabrata, 1998). Sebelum digunakan dalam penelitian, angket diberikan
beberapa perlakuan sebagai berikut:
Validitas konstruk
Dilakukan oleh 5 orang ahli (1 Dosen Pendidikan Kimia, 1 Dosen Pendidikan
Bahasa Indonesia, 1 Dosen Bimbingan Konseling, dan 2 Guru Kimia).
Hasil: Tidak ada pernyataan yang dibuang, namun ada beberapa pernyataan yang
harus diperbaiki.
Uji Coba Angket
Dilakukan terhadap siswa kelas XII IPA SMA Negeri 2 Mempawah.
Hasil
Uji Validitas
Angket self-efficacy: 38 pernyataan
valid, 6 pernyataan tidak valid.
Uji Reliabilitas
Angket self-efficacy : 0,919 (tergolong
sangat tinggi).
Skema 1 Alur perlakuan terhadap angket
Setelah melalui beberapa perlakuan, maka angket dapat dikatakan layak untuk
digunakan dalam penelitian. Data yang didapatkan dari hasil angket, harus diuji
kenormalan dan kehomogenannya guna menentukan metode statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis. Berikut ini adalah ringkasan dari keseluruhan
uji yang dilakukan.
Tabel 1 Ringkasan Hasil Uj
Dengan Hasil
IPA di SMA
UjiStatistik
Uji Normalitas
Self-EfficacyKolmogorov
SmirnovHasil Balajar
Kimia
Uji Homogenitas
Self-Efficacy
Levene’s Test
Hasil Balajar
Kimia
Uji Korelasi
Self-Efficacy
dan Hasil
Balajar Kimia
Pearson
Setelah dilakukan
kesenjangan skor antara
kimia. Keenam siswa
tentang penyebab kesenjangan skor tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tingkat Self-Efficacy
Berdasarkan
mata pelajaran kimia,
siswa (44,1%) dan
(55,9%). Untuk memperjelas
bentuk piechart berikut ini
Gambar
Ringkasan Hasil Uji Prasyarat dan Uji Korelasi Antara
Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Kimia
di SMA Negeri 2 Mempawah
Metode
StatistikKriteria Uji
Nilai
sig.uji
Nilai
sig.test
Kolmogorov-
Smirnov
Normal,
Jika nilai
sig.uji > nilai
sig.F test
0,592
0,05
0,152
Levene’s Test
Homogen,
jika nilai
sig.uji > nilai
sig. table
0,795
0,05
0,432
Pearson
Product
Moment
Korelasi akan
berarti berarti
jika nilai
sig.uji < nilai
sig.r-test
0,001 0,05
dilakukan analisis ternyata ada 6 siswa yang
skor antara self-efficacy dan hasil belajar dalam mata
siswa tersebut diwawancara untuk mengetahui
tentang penyebab kesenjangan skor tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efficacy Siswa
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat
pelajaran kimia, siswa dengan self-efficacy yang tinggi
%) dan siswa dengan self-efficacy yang rendah berjumlah
Untuk memperjelas kategorisasi tersebut, data ditampilkan
berikut ini:
ambar 1 Pie Chart Persentase Kategori Self-Efficacy
44.1%
55.9%
Self-Efficacy Tinggi
Self-Efficacy Rendah
4
Antara Self-Efficacy
Pelajaran Kimia Kelas XI
Kesimpulan
Berdistribusi
Normal
Berdistribusi
Normal
Homogen
Homogen
Korelasi
tergolong
kuat
(r = 0,796)
siswa yang mempunyai
dalam mata pelajaran
mengetahui lebih dalam
dilihat bahwa dalam
tinggi berjumlah 15
berjumlah 19 siswa
data ditampilkan dalam
Efficacy Siswa
Efficacy Tinggi
Efficacy Rendah
5
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa kelas XI IPA
mempunyai self-efficacy pada kategori rendah dalam belajar kimia. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum mempunyai keyakinan akan
kemampuan dirinya dalam menentukan dan melaksanakan aktifitas belajarnya
untuk mencapai apa yang telah ditargetkan sebelumnya dalam belajar kimia,
meskipun kenyataannya sudah ada beberapa siswa yang mempunyai self-
efficacy tinggi dalam mata pelajaran kimia.
Guna memahami materi kimia dengan baik, siswa juga harus mempunyai
self-efficacy yang tinggi dalam mata pelajaran kimia. Siswa dengan self-
efficacy rendah belum bisa menganalisis perilaku yang akan dilakukannya
dengan baik serta meningkatkan usahanya guna mencapai tujuan belajar
kimianya. Perasaan mudah putus asa atau kurangnya usaha yang dilakukan
juga menyebabkan siswa sulit untuk menemukan solusi dari permasalahan
yang ia hadapi. Siswa dengan self-efficacy rendah masih ragu akan
kemampuan dirinya sendiri sehingga menyebabkan siswa tersebut
menghindari tugas-tugas yang ia anggap sulit, sebelum melakukan usaha yang
lebih keras dalam menyelesaikannya.
Berbeda dengan siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan cenderung
untuk mengembangkan minat mereka dan ketertarikan yang mendalam
terhadap suatu aktivitas, mengembangkan tujuan, dan berkomitmen dalam
mencapai tujuan tersebut. Mereka juga meningkatkan usaha mereka dalam
mencegah kegagalan yang mungkin timbul. Siswa dengan self-efficacy yang
tinggi sudah mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam
melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka memiliki rasa percaya diri dalam
menghadapi tugas-tugas yang sulit dan merasa yakin terhadap kemampuannya
untuk menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapinya. Siswa sudah
bisa menganalisis perilaku yang akan dilakukannya dengan baik serta
meningkatkan usahanya guna mencapai tujuan belajar kimianya.
Berdasarkan hasil wawancara dan nilai ulangan kimia siswa, rendahnya
self-efficacy siswa disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kegagalan siswa
dalam mata pelajaran kimia sebelumnya. Ketika siswa merasa pernah gagal
pada saat ulangan maupun latihan pada materi kimia sebelumnya, siswa yang
memiliki self-efficacy rendah akan cenderung merasa ragu bahwa mereka
dapat menyelesaikan ulangan maupun tugas-tugas kimia selanjutnya. Kedua,
kurangnya pesan dari orang lain. Menurut Umar dan Syambasril (2011)
meskipun terlihat sederhana, namun pesan atau penguatan dari orang lain
mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi siswa. Dari hasil wawancara di
peroleh informasi bahwa guru jarang sekali memberikan penguatan terhadap
siswa saat menyampaikan materi kimia di kelas. Kurangnya penguatan yang
diberikan oleh guru menyebabkan rendahnya self-efficacy siswa karena siswa
merasa hal-hal baik yang telah dilakukannya tidak mendapat tanggapan dari
guru sehingga siswa kurang bersemangat untuk menyelesaikan tugas dengan
lebih baik lagi kedepannya. Ketiga, kegagalan orang lain. Siswa kelas XI IPA
sebagian besar mempunyai nilai kimia yang rendah dan banyak siswa yang
gagal dalam belajar kimia. Hal ini menyebabkan self-efficacy siswa juga
6
rendah karena mereka melihat kegagalan dari teman sekelasnya dan ia merasa
ragu akan kemampuannya untuk memahami materi dan menyelesaikan tugas-
tugas kimianya. Karena sebagian besar lingkungan kelas XI IPA mempunyai
self-efficacy yang rendah dalam mata pelajaran kimia, maka siswa yang lain
juga akan mempunyai self-efficacy yang rendah juga. Jeanne Ellis Ormrod
(2008) menyatakan jika siswa melihat teman-temannya gagal dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan, mereka juga akan jauh kurang optimis
dalam menyelesaikan tugas tersebut. Keempat, kegagalan dalam kelompok
belajar kimia, Siswa mungkin memiliki self-efficacy yang lebih besar ketika
mereka bekerja dalam kelompok daripada sendiri, asalkan kelompok tersebut
berfungsi dengan lancar dan efektif (Jeanne Ellis Ormrod, 2008). Berdasarkan
hasil wawancara, guru sangat jarang sekali menggunakan model-model
pembelajaran yang menggunakan kelompok.. Hal ini dapat menyebabkan self-
efficacy siswa menjadi rendah.
Ditinjau dari aspek level (tingkat kesulitan tugas), strength (kekuatan
keyakinan) dan generality (generalitas) kemampuan self-effficacy siswa
berbeda pada setiap aspek. Untuk lebih jelasnya, self-efficacy siswa pada
setiap aspek ditampilkan pada histogram berikut ini :
Gambar 2 Diagram Persentase Kategori Self-Efficacy Siswa Pada
Aspek Magnitude, Strength dan Generality
Self-efficacy siswa pada aspek magnitude yang rendah menunjukkan
bahwa siswa belum mampu mempersepsi dirinya bahwa ia mampu untuk
menyelesaikan tugas-tugas kimia yang sulit sehingga siswa mudah menyerah
saat mengalami kesulitan dalam memahami materi kimia sehingga ia tidak
bisa menemukan solusi dari kesulitan belajar kimia yang dihadapinya. Selain
itu siswa dengan self-efficacy yang rendah pada dimensi magnitude juga
cenderung tidak bisa memilih aktifitas yang akan dilakukannya dengan baik
serta belum bisa meningkatkan daya usahanya secara maksimal dalam belajar
kimia. Siswa dengan self-efficacy yang tinggi pada aspek strength tidak
mudah terpengaruh oleh lingkungan yang mempengaruhi kekuatan keyakinan
47,1
52,9
47,1
52,9
47,1
52,9
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
Magnitude Strength Generality
Self_EfficacyTinggi
Self_EfficacyRendah
Aspek Self-Efficacy
Persentase
Siswa
( % )
akan kemampua
keuletan dalam belajar
aspek generality
terbatas pada rangkaian
menyebar pada berbagai aktifitas
B. Tingkat Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan
bahwa siswa dengan
(52,9%) dan siswa
(47,1%). Untuk memperjelas
bentuk piechart berikut ini
Gambar 3 Pie Chart
Dari Gambar
(52,9%) mencapai
16 orang siswa (47,1%)
hasil perhitungan tersebut,
jumlah siswa kelas
sebanyak 16 orang dari 34 siswa.
Tinggi rendahnya
SMA Negeri 2 Mempawah
Slameto (2010) mengungkapkan
belajar yaitu faktor
secara langsung maupun
siswa. Menurut Slameto
faktor psikologis yaitu
dan kesiapan, sedangkan
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masya
Untuk faktor
dipengaruhi oleh faktor
juga memiliki peranan
belajar kimia siswa.
47.1%
kemampuan dirinya sehingga mereka mempunyai ketahanan
belajar kimia. Siswa dengan self-efficacy yang
berarti hanya mampu menampilkan aktifitas
pada rangkaian aktifitas belajar kimia tertentu saja,
menyebar pada berbagai aktifitas belajar kimia yang lain.
Belajar Siswa
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan,
siswa dengan hasil belajar kimia yang tinggi berjumlah
siswa dengan hasil belajar kimia yang rendah berjumlah 16
Untuk memperjelas kategorisasi tersebut, data ditampilkan
berikut ini
Pie Chart Persentase Kategori Hasil Belajar Kimia Siswa
Gambar 3 di atas diketahui terdapat 18 orang siswa
mencapai hasil belajar tinggi dalam mata pelajaran kimia,
siswa (47,1%) memiliki hasil belajar yang rendah. Dengan
perhitungan tersebut, dapat diindikasikan bahwa hampir
siswa kelas XI IPA masih memiliki hasil belajar yang
sebanyak 16 orang dari 34 siswa.
rendahnya hasil belajar kimia yang dicapai siswa
Negeri 2 Mempawah ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
(2010) mengungkapkan terdapat dua faktor yang mempengaruhi h
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor faktor
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
Menurut Slameto (2010) yang merupakan faktor internal
psikologis yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kesiapan, sedangkan yang termasuk faktor eksternal
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masya
faktor psikologis, rendahnya hasil belajar siswa
oleh faktor-faktor yang diungkapkan oleh Slameto,
memiliki peranan penting dalam menentukan tinggi rendahnya
kimia siswa. pernyataan tersebut senada dengan ungkapan
52,9%
47.1%Hasil Belajar Kimia Tinggi
Hasil Belajar Kimia Renda
7
mempunyai ketahanan dan
yang rendah pada
menampilkan aktifitas belajarnya
saja, tidak dapat
dilakukan, dapat diketahui
berjumlah 18 siswa
berjumlah 16 siswa
data ditampilkan dalam
Persentase Kategori Hasil Belajar Kimia Siswa
orang siswa kelas XI IPA
pelajaran kimia, sedangkan
rendah. Dengan melihat
hampir sebagian dari
belajar yang rendah, yaitu
dicapai siswa kelas XI IPA
oleh beberapa faktor.
ng mempengaruhi hasil
Faktor faktor tersebut baik
mempengaruhi hasil belajar
faktor internal diantaranya
bakat, motif, kematangan
eksternal diantaranya
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
belajar siswa ini selain
Slameto, self-efficacy
tinggi rendahnya hasil
ungkapan Schunk dan
Hasil Belajar Kimia Tinggi
Hasil Belajar Kimia Rendah
8
Pajares (2001) bahwa telah banyak penelitian menunjukkan self-efficacy
mempengaruhi motivasi akademik, belajar dan prestasi. Tingkatan self-
efficacy yang dimiliki oleh siswa akan berpengaruh kepada motivasi belajar
yang nantinya akan berdampak pada tinggi rendahnya hasil yang dicapai oleh
siswa.
Tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh seorang siswa di lingkungan
sekolah tergantung kepada cara mengajar guru, kurikulum yang diterapkan,
hubungan antara guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa,
kedisiplinan siswa di sekolah, kelengkapan fasilitas di sekolah dan lain
sebagainya. Dalam hai ini yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa kelas
XI IPA di SMA Negeri 2 Mempawah adalah cara guru kimia mengajar. Dari
hasil wawancara diperoleh informasi bahwa guru kimia jarang sekali
menyampaikan materi kepada siswa. Guru hanya sering meninggalkan tugas
atau latihan kepada siswa, kemudian dibahas bersama-sama. Jadi siswa lebih
dituntut untuk membaca dan memahami materi kimia tanpa harus dibimbing
oleh guru. Hal ini juga lah yang menjadi salah satu penyebab siswa
memperoleh hasil belajar yang kurang memuaskan, sehingga hasil belajar
siswa masih berada pada kategori rendah. Siswa masih belum terbiasa untuk
belajar secara mandiri, siswa masih membutuhkan guru untuk menjelaskan
materi dan membimbing mereka dalam memahami materi-materi kimia.
C. Korelasi antara Self-Efficacy dengan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan hasil uji korelasi antara self-
efficacy dan hasil belajar kimia siswa sebesar 0,796 yang termasuk pada
kategori kuat dengan nilai sig. 0,001. Jika melihat koefisien determinasi, self-
efficacy mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran kimia sebesar
63,4% yang termasuk pada kategori cukup. Makna dari hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan kuat dan positif antara self-
efficacy dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran kimia
di SMA Negeri 2 Mempawah pada Tahun Ajaran 2012-2013.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian-penelitian
sebelumnya yaitu penelitian Wulansari (2002) mengungkapkan bahwa
terdapat hubungan kausal positif antara self-efficacy dengan prestasi belajar
pada siswa peserat dan non peserta pengajaran intensif disekolah dengan
koefisien korelasi sebesar 0,472. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho (2007) yang berjudul “hubungan antara self-efficacy, penyesuaian
diri dengan prestasi akademik mahasiswa” menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara self-efficacy dan prestasi
akademik mahasiswa.
Dari hasil penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa self-efficacy
berkorelasi positif terhadap hasil belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi self-efficacy siswa, maka akan semakin tinggi pula hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran kimia. Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy
siswa maka akan semakin rendah pula hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran kimia.
9
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan 17,6% siswa yang
mempunyai kesenjangan skor antara self-efficacy dengan hasil belajar siswa.
Kesenjangan skor yang dimaksud adalah ada siswa yang mempunyai self-
efficacy yang rendah tetapi mempunyai hasil belajar yang tinggi dalam mata
pelajaran kimia, ataupun sebaliknya, siswa yang mempunyai self-efficacy yang
tinggi tetapi mempunyai hasil belajar yang rendah.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan 80,3% siswa menjawab belum
pernah mengisi angket dengan tujuan untuk menilai dirinya sendiri, biasanya
mereka mengisi angket untuk menilai penampilan guru saat mengajar dan
hanya 16,7% siswa pernah mengisi angket untuk menilai dirinya sendiri yaitu
mengenai motivasi belajar dan minat. Hal ini menyebabkan siswa belum
terbiasa untuk mengisi angket untuk menilai dirinya sendiri, mereka belum
bisa menentukan sikap atas diri mereka sendiri sehingga dalam pengisian
angket mereka merasa belum melakukannya dengan maksimal. Hal ini
dibuktikan oleh sebanyak 67,7 % siswa menyatakan masih ragu dalam
menentukan sikap terhadap dirinya sendiri.
Pernyataan angket juga mendapat respon yang negatif dari 50% siswa
yang menyatakan bahwa pernyataan angket tidak dipahami oleh siswa.
Misalnya pernyataan: “Saya sering ragu dengan jawaban yang saya tulis
dalam ulangan”. Namun, saat mengisi angket 83,3% siswa mengaku jujur saat
memilih respon angket, hal ini berarti siswa mengisi angket sesuai dengan apa
yang ia lakukan dalam belajar kimia. Dari waktu yang disediakan, sebanyak
33,3 % menyatakan waktu yang diberikan cukup tetapi ada 67,7 % siswa
menyatakan bahwa untuk mengisi angket tersebut diperlukan waktu yang
lama, karena ia harus dijawab dengan sebenar-benarnya dan menggambarkan
diri siswa sendiri. Ada juga yang menyarankan supaya angket dibawa pulang
saja.
Salah satu hal yang perlu juga diperhatikan adalah self-efficacy cukup
mempengaruhi hasil belajar kimia siswa sebanyak 63,4 %, hal ini berarti
masih ada 36,6% faktor lain yang juga ikut mempengaruhi tinggi rendahnya
hasil belajar kimia siswa. Faktor-faktor yang lain tidak diteliti dalam
penelitian ini.
SIMPULAN
Sebanyak 55,9% siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Mempawah mempunyai
self-efficacy yang rendah dalam mata pelajaran kimia. Sebanyak 52,9% siswa
kelas XI IPA SMA SMA Negeri 2 Mempawah mempunyai hasil belajar yang
tinggi dalam mata pelajaran kimia. Terdapat hubungan yang kuat dan signifikan
antara self-efficacy dengan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2
Mempawah dalam mata pelajaran kimia dengan koefisien korelasi sebesar 0,796
yang berada pada ketegori kuat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi self-efficacy siswa maka akan semakin tinggi pula hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran kimia dan sebaliknya.
DAFTAR RUJUKAN
10
Albert Bandura. 1997. Self-efficacy The Exercise of Control. New York: W.H
Freeman and Company.
Carole Wade & Carol Tavris. 2007. Psikologi Jilid 2. (Penterjemah: Padang
Mursalin & Dinastuti). Jakarta: Erlangga.
Das Salirawati. 2008. Siapa Bilang Kimia Itu Sulit?. (Online). Available from:
http://staff.uny.ac.id. (2 Juni 2012)
Elisabeth Kean & Catherine Middlecamp. 1985. Panduan Belajar Kimia Dasar.
(Penerjemah: Hadyana Pujjaatmaka). Jakarta: PT Gramedia.
Frank Pajares & Dale H Schunk. 2001. Self- Beliefs and School Success : Self-
efficacy, Self-Concept, and School Achievment. (Online). Available from:
http://des.emory.edu/mfp/Frank PajaresDale H Schunk2001.htmlakses. (19
Oktober 2012).
Jeanne Ellis Ormrod. 2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh
dan Berkembang Jilid 2.(Penerjemah: Amitya Kumara). Jakarta: Erlangga.
Nugroho, O.A. (2007). Hubungan antara Self-Efficacy, Penyesuaian Diri
dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling
FKIP Universitas Widya Mandala Madiun. (Online). Available from:
www.scribd.com/mobile.doc/ 5109757. (23 Mei 2012).
Purwaningsih, D., D. 2007. Pengaruh Konsep Diri Siswa terhadap Hasil
Belajar Materi Bangun Ruang Siswa Kelas VIII SMP Negeri 16
Semarang. (Online). Avaliable: http:// digilib.unnes.ac.id/ gsdl/ collect/
skripsi/ index/ assoc/HASH90be/9a925863.dir/doc.pdf. (5 Juni 2012).
Sudrajat, A. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. (Online).
Avaliable: http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penilaian-
afektif.pdf. (4 Juni 2012)
Suryabrata, Sumadi. 1998. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta:
Depdikbud.
Umar, Syahwani & Syambasril. 2011. Buku Ajar Program Pengalaman
Lapangan-1 Micro Teaching (Implementasi Kemampuan Dasar Mengajar).
Pontianak : FKIP UNTAN.
Wulansari, Retno. 2002. Goal Orientantion, Self Efficacy dan Prestasi Belajar
pada Siswa Peserta dan Non Peserta Program Pengajaran Intensif di
Sekolah. (Online). Available from: www.scribd.com/mobile.doc/
51082786. (23 Mei 2012)