kesantunan berbahasa dalam novel surga untuk ibuku

11
1 KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NOVEL SURGA UNTUK IBUKU KARYA RIRI ANSAR: KAJIAN PRAGMATIK Roby Afandi, Patriantoro, Amriani Amir Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN Pontianak Email: [email protected] Abstract This research uses descriptive method in a qualitative form using documentary study techniques. The data source in this research is the novel Surga Untuk Ibuku by Riri Ansar in the form of a speech or dialogue between characters. The data collection tool is the researcher as a key instrument assisted by notes in the form of inter-character speeches which contain the principle of politeness according to Leech in the novel Surga Untuk Ibuku by Riri Ansar. The technique of testing the validity of the data was carried out using three techniques, namely observer persistence, reference adequacy, and peer examination. The research results in this study were 59 utterances. The maxim of generosity consists of 14 utterances, the maxim of sympathy is 7 utterances, the maxim of appreciation is 5, the maxim of wisdom is 10, the maxim of simplicity is 3, the maxims of consensus are 2, very polite utterances are 4, the polite utterances are 4, utterances very impolite amounted to 5 utterances, and disrespectful speech totaled 5 utterances. Based on the results of the research analysis, it can be concluded that the maxim of generosity, maxim of wisdom, utterance is very impolite, and very few utterances in the novel Surga Untuk Ibuku by Riri Ansar are the maxims of consensus and simplicity. Keywords: pragmatic, the principle of politeness, novel PENDAHULUAN Berkomunikasi merupakan kegiatan dalam mengirim informasi atau pesan yang dilakukan penutur kepada mitra tutur. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan individu maupun kelompok sosial. Tanpa bahasa, manusia tidak mampu menyampaikan keinginan maksud dan informasi atau pesan kepada orang lain. Bahasa yang santun ialah bahasa yang mencerminkan perilaku atau perangai penutur sebagai manusia bermartabat dan mampu menjadikan mitra tutur berkenaan dengan bahasa tersebut. Pranowo (2012, p.14) menyatakan bahwa setiap orang memiliki gaya tersendiri dalam berkomunikasi. Hal ini bergantung pada lawan bicaranya (starata sosial antarpembicara dengan lawan bicara), keadaan situasi (formal atau informal), dan aspek-aspek lain yang perlu dipertimbangkan. Kesantunan dalam berbahasa sangat berperan penting untuk membina kepribadian penutur. Kesantunan adalah perilaku yang diekspresikan dengan cara yang baik. Kesantunan sangat diperlukan dalam berkomunikasi yang bertujuan untuk menghindari menyakiti perasaan lawan tutur. Hal ini dilakukan untuk menciptakan komunikasi yang baik yaitu menghargai lawan tutur dan diri sendiri. Grice (dalam Pranowo, 2012, p.14) mengemukakan empat prinsip komunikasi menggunakan bahasa santun atau yang dikenal dengan prinsip kerja sama (cooperative principle), yaitu: 1) prinsip kualitas, 2) prinsip kuantitas, 3) prinsip relevansi, dan 4) prinsip cara. Alasan peneliti memilih novel Surga untuk Ibuku karya Riri Ansar ini sebagai objek penelitian sebagai berikut. Pertama, novel Surga untuk Ibuku karya Riri Ansar belum

Transcript of kesantunan berbahasa dalam novel surga untuk ibuku

1

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NOVEL SURGA UNTUK IBUKU

KARYA RIRI ANSAR: KAJIAN PRAGMATIK

Roby Afandi, Patriantoro, Amriani Amir

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN Pontianak

Email: [email protected]

Abstract

This research uses descriptive method in a qualitative form using documentary study

techniques. The data source in this research is the novel Surga Untuk Ibuku by Riri Ansar

in the form of a speech or dialogue between characters. The data collection tool is the

researcher as a key instrument assisted by notes in the form of inter-character speeches

which contain the principle of politeness according to Leech in the novel Surga Untuk Ibuku

by Riri Ansar. The technique of testing the validity of the data was carried out using three

techniques, namely observer persistence, reference adequacy, and peer examination. The

research results in this study were 59 utterances. The maxim of generosity consists of 14

utterances, the maxim of sympathy is 7 utterances, the maxim of appreciation is 5, the

maxim of wisdom is 10, the maxim of simplicity is 3, the maxims of consensus are 2, very

polite utterances are 4, the polite utterances are 4, utterances very impolite amounted to 5

utterances, and disrespectful speech totaled 5 utterances. Based on the results of the

research analysis, it can be concluded that the maxim of generosity, maxim of wisdom,

utterance is very impolite, and very few utterances in the novel Surga Untuk Ibuku by Riri

Ansar are the maxims of consensus and simplicity.

Keywords: pragmatic, the principle of politeness, novel

PENDAHULUAN

Berkomunikasi merupakan

kegiatan dalam mengirim informasi atau

pesan yang dilakukan penutur kepada

mitra tutur. Bahasa adalah alat

komunikasi yang digunakan manusia

untuk berkomunikasi dengan individu

maupun kelompok sosial. Tanpa bahasa,

manusia tidak mampu menyampaikan

keinginan maksud dan informasi atau

pesan kepada orang lain.

Bahasa yang santun ialah bahasa yang

mencerminkan perilaku atau perangai

penutur sebagai manusia bermartabat dan

mampu menjadikan mitra tutur berkenaan

dengan bahasa tersebut. Pranowo (2012,

p.14) menyatakan bahwa setiap orang

memiliki gaya tersendiri dalam

berkomunikasi. Hal ini bergantung pada

lawan bicaranya (starata sosial

antarpembicara dengan lawan bicara),

keadaan situasi (formal atau informal),

dan aspek-aspek lain yang perlu

dipertimbangkan.

Kesantunan dalam berbahasa

sangat berperan penting untuk membina

kepribadian penutur. Kesantunan adalah

perilaku yang diekspresikan dengan cara

yang baik. Kesantunan sangat diperlukan

dalam berkomunikasi yang bertujuan

untuk menghindari menyakiti perasaan

lawan tutur. Hal ini dilakukan untuk

menciptakan komunikasi yang baik yaitu

menghargai lawan tutur dan diri sendiri.

Grice (dalam Pranowo, 2012, p.14)

mengemukakan empat prinsip

komunikasi menggunakan bahasa santun

atau yang dikenal dengan prinsip kerja

sama (cooperative principle), yaitu: 1)

prinsip kualitas, 2) prinsip kuantitas, 3)

prinsip relevansi, dan 4) prinsip cara.

Alasan peneliti memilih novel Surga untuk

Ibuku karya Riri Ansar ini sebagai objek

penelitian sebagai berikut. Pertama, novel

Surga untuk Ibuku karya Riri Ansar belum

2

pernah diteliti mengenai kesantunan

dalam berbahasa. Kedua, untuk

menemukan ada atau tidaknya prinsip

kesantunan menurut Leech dan tingkat

kesantunan berbahasa dalam novel Surga

untuk Ibuku karya Riri Ansar. Ketiga, ada

penelitian sebelumnya pada novel Surga

untuk Ibuku mengenai Polisemi Linier

Autosuperordinat. Maka dari itu, peneliti

ingin melengkapi penelitian sebelumnya

mengenai kesantunan berbahasa yang ada

di dalam novel Surga untuk Ibuku karya

Riri Ansar.

Peneliti memilih novel Surga untuk Ibuku

karya Riri Ansar sebagai berikut.

1) Riri Ansar sudah menghasilkan

puluhan karya cerita pendek sejak

tahun 90-an yang dimuat dalam

berbagai media cetak.

2) Salah satu buku kumpulan cerita

pendeknya berjudul A Coffe Time

Diary From Neighborhood dijadikan

FTV.

3) Riri Ansar merupakan pendiri

Kinomedia Writer Academy, lembaga

ini merupakan media pelatihan

menulis naskah novel dan skenario

film.

Alasan peneliti meneliti novel Surga

untuk Ibuku karya Riri Ansar, yaitu.

Pertama, peneliti akan meneliti berbagai

dialog yang mematuhi prinsip kesantunan

dan memiliki tingkat kesantunan yang

berbeda-beda. Kedua, tokoh utama dalam

novel Surga untuk Ibuku karya Riri Ansar

adalah Lontar dan Marni, peneliti juga

memilih beberapa tokoh figuran yang juga

berperan dalam mematuhi prinsip

kesantunan berbahasa. Penelitian

sebelumnya mengenai novel Surga untuk

Ibuku karya Riri Ansar pernah dilakukan

di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Jombang oleh Ririn Novita

Sari (2018) dengan judul Hubungan

Polisemi Linier Autosuperordinat dalam

Novel Surga untuk Ibuku karya Riri Ansar

dengan hasil penelitian yaitu adanya

varietas polisemi yang mencakup

polisemi linier dan polisemi nonlinier

dalam novel Surga untuk Ibuku karya Riri

Ansar meliputi autosuperordinat,

automeronimi, dan autoholonimi. Adapun

pengertian polisemi ialah suatu kata yang

mempunyai makna lebih dari satu.

Penelitian yang berjudul Kesantunan

Berbahasa dalam novel Surga untuk Ibuku

karya Riri Ansar belum pernah diteliti,

oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut.

Penelitian sebelumnya tentang

kesantunan bahasa telah dilakukan di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tanjungpura Pontianak oleh

Hafizurrahman (2018) dengan judul

Prinsip Kesantunan dalam 360 Cerita

Jenaka Nasrudin Hoja yang sebagian

besar memenuhi prinsip kesantunan

menurut Leech. Penelitian sebelumnya

juga pernah dilakukan oleh Erni Pratiwi

(2019) berjudul Maksim Kesantunan

dalam Novel Dear Nathan karya Erisca

Febriani dengan hasil penelitian yaitu

tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan

dan tuturan yang menyimpang dari

prinsip kesantunan yang ada di dalam

novel Dear Nathan serta

mengimplementasikan penelitiannya ke

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

sebagai bahan ajar yang terdapat di dalam

kurikulum 2013.

Maksim merupakan kaidah bahasa

yang terdapat di dalam interaksi lingual,

penggunaan bahasa dan interpretasi-

interpretasi terhadap suatu tindakan dan

ucapan lawan tuturnya, dan kaidah-kaidah

yang mengatur tindakannya. Rahardi

(2009, p.38) maksim adalah peribahasa

yang mengandung nasihat, peringatan,

sindiran, dan sebagainya. Chaer (2010,

p.34) maksim adalah pernyataan ringkas

yang mengandung ajaran atau

kebenaran.” Leech (2015, p.206—207)

merumuskan maksim sopan santun

sebagai berikut.

1) Maksim kearifan (Tact Maxim)

Buatlah kerugian orang lain

sekecil mungkin dan buatlah

keuntungan orang lain sebesar

mungkin.

2) Maksim kedermawanan (Generosity

3

Maxim)

Buatlah ikeuntungan idiri isendiri

isekecil imungkin idan ibuatlah ikerugian

idiri isendiri isebesar imungkin.

3) Maksim ipujian i(Approbation iMaxim)

Kecamlah iorang ilain isedikit

imungkin idan idan ipujilah iorang ilain

isebanyak imungkin.

4) Maksim ikerendahan ihati i(Modesty

iMaxim)

Pujilah idiri isendiri isedikit

imungkin idan ikecamlah idiri isendiri

isebanyak imungkin.

5) Maksim ikesepakatan i(Agreement

iMaxim)

Usahakan iagar iketaksepakatan iantara

idiri idan iorang ilain iterjadi isedikit

imungkin idan iusahakan iagar

ikesepakatan iantara idiri idengan ilain

iterjadi isebanyak imungkin.

6) Maksim isimpati i(Sympathy iMaxim)

Kurangilah irasa iantipati iantara idiri ilain

ihingga isekecil imungkin idan

itingkatkan irasa isimpati isebanyak-

banyaknya iantara idiri idan ilain.

Kesantunan ibersifat irelatif idi idalam

imasyarakat. iUjaran itertentu ibisa

idikatakan isantun idi idalam isuatu

ikelompok imasyarakat itertentu, iakan itetapi

idi ikelompok imasyarakat ilain ibisa

idikatakan itidak isantun. iZamzani, idkk.

i(2011, p.2) ikesantunan i(politeness)

imerupakan iperilaku iyang idiekspresikan

idengan icara iyang ibaik iatau iberetika.

iKesantunan imerupakan ifenomena

ikultural, isehingga iapa iyang idianggap

isantun ioleh isuatu ikultur imungkin itidak

idemikian ihalnya idengan ikultur iyang ilain.

iTujuan ikesantunan, itermasuk ikesantunan

iberbahasa iadalah imembuat isuasana

iberinteraksi imenyenangkan, itidak

imengancam imuka idan iefektif.

Kesantunan iberbahasa itercermin

idalam itatacara iberkomunikasi ilewat itanda

iverbal iatau itatacara iberbahasa. iKetika

iberkomunikasi, ikita itunduk ipada inorma-

inorma ibudaya, itidak ihanya

imenyampaikan iide iyang ikita ipikirkan.

iTata icara iberbahasa iharus isesuai idengan

iunsur-unsur ibudaya iyang iada idalam

imasyarakat itempat ihidup idan ipenggunaan

isuatu ibahasa idalam iberkomunikasi.

iApabila itata icara iberbahasa iseseorang

itidak isesuai idengan inorma-norma ibudaya,

imaka iia i akan imendapatkan inilai inegatif,

imisalnya idituduh isebagai iorang iyang

isombong, iangkuh, itak iacuh, iegois, itidak

iberadat ibahkan itidak iberbudaya.

Rahardi i(2005:35) ipenelitian

ikesantunan imengkaji ipenggunaan ibahasa

i(language iuse) idalam isuatu imasyarakat

ibahasa itertentu. iMasyarakat itutur iyang

idimaksud iadalah imasyarakat idengan

ianeka ilatar ibelakang isituasi isosial idan

ibudaya iyang imewadahinya. iAdapun iyang

idikaji idalam ipenelitian ikesantunan iadalah

isegi imaksud idan ifungsi ituturan.

Fraser i(melalui iRahardi, i2005, p.38—

40) imenyebutkan ibahwa isedikitnya

iterdapat iempat ipandangan iyang idapat

idigunakan iuntuk imengkaji imasalah

ikesantunan idalam ibertutur.

1) Pandangan ikesantunan iyang iberkaitan

idengan inorma-norma isosial i(the

isocial-norm iview). iDalam ipandangan

iini, ikesantunan idalam ibertutur

iditentukan iberdasarkan inorma-norma

isosial idan ikultural iyang iada idan

iberlaku idi idalam imasyarakat ibahasa

iitu. iSantun idalam ibertutur iini

idisejajarkan idengan ietiket iberbahasa

i(language ietiquette).

2) Pandangan iyang imelihat ikesantunan

isebagai isebuah imaksim ipercakapan

i(conversational imaxim) idan isebagai

isebuah iupaya ipenyelamatan imuka

i(face isaving). iPandangan ikesantunan

isebagai imaksim ipercakapan

imenganggap iprinsip ikesantunan

i(politeness iprinciple) ihanyalah

isebagai ipelengkap iprinsip ikerja isama

i(cooperative iprinciple).

3) Pandangan iini imelihat ikesantunan

isebagai itindakan iuntuk imemenuhi

ipersyaratan iterpenuhinya isebuah

ikontrak ipekerjaan i(conversational

icontract). iJadi, ibertindak isantun iitu

isejajar idengan ibertutur iyang ipenuh

ipertimbangan ietiket iberbahasa.

4) Pandangan ikesantunan iyang ikeempat

4

iberkaitan idengan ipenelitian

isosiolinguistik. iDalam ipandangan iini,

ikesantunan idipandang isebagai isebuah

iindeks isosial i(social iindexing). iIndeks

isosial iyang idemikian iterdapat idalam

ibentuk-bentuk ireferensi isosial i(social

ireference), ihonorific i(honorific) idan

igaya ibicara i(style iof ispeaking).

METODE iPENELITIAN

Metode ipenelitian imerupakan

imetode iyang idipakai ipada ipenelitian

i baik imetode iuntuk imengumpulkan idata

imaupun iuntuk ianalisis idata. iSugiyono

i(2019, p.2) imenyatakan ibahwa imetode

ipenelitian imerupakan icara iilmiah

imedapatkan idata idengan itujuan idan

ikegunaan itertentu. icara iilmiah iberarti

ikegiatan ipenelitian iberdasarkan ipada iciri-

ciri ikeilmuan iyakni ibersifat irasional,

iempiris, idan isistematis. iSubagyo i(dalam

iArikunto, i2014, p.3) imengatakan ibahwa

imetode ipenelitian iadalah icara iatau ijalan

iuntuk imendapatkan ipemecahan imasalah

iterhadap isuatu ipermasalahan iyang

idiajukan ioleh ipeneliti. iDalam ipenelitian

idiperlukan ibeberapa iteori iuntuk imemilih

isuatu imetode iyang irelevan iuntuk

ipermasalahan iyang idiajukan, itidak isemua

imasalah ipenelitian iyang iditeliti itentu isaja

iberkaitan idengan ikemampuan isi ipeneliti,

ibiaya idan ilokasi.

Ada iempat itahap idalam ipenelitian,

iyaitu: i1) itahapan iobservasi, i2) itahapan

ipengumpulan idata, i3) itahapan ianalisis

idata, idan i4) itahapan ipelaporan. iMetode

iadalah iseperangkat ilangkah i(apa iyang

iharus idikerjakan) iurutan ilogis). iMetode

iyang idigunakan iuntuk imengumpulkan

idata ipeneliti imenggunakan imetode

idokumenter. iAlasan ipeneliti

imenggunakan imetode idokumenter idalam

ipenelitian iini ikarena icara ipengumpulan

idata idiperoleh idari idokumen-dokumen

iyang itersimpan, i yaitu inovel iSurga iuntuk

iIbuku ikarya iRiri iAnsar. iMetode iyang

idipakai idalam i menganalisis idata

ipenelitian iini ipeneliti imenggunakan

imetode ianalisis ikonteks idengan iteknik

ispeaking.

Berdasarkan ipaparan idi iatas, imaka

ibentuk ipenelitian iini imenggunakan

ibentuk ipenelitian ikualitatif, ikarena

ipenelitian iini imemerlukan ipemahaman

idan ipenafsiran i si ipeneliti ikemudian idata

iyang ididapat idari idokumen idianalisis, idan

idata idiuraikan idalam ibentuk ikata-kata iatau

ikalimat. iPenelitian idalam inovel iSurga

iuntuk iIbuku ikarya iRiri iAnsar

imenghasilkan idata ideskripsi iberupa

ikalimat iyang iberkaitan idengan imaksim

ikesantunan idalam iberbahasa idan itingkat

ikesantunan iberbahasa iantartokoh idalam

inovel iSurga iuntuk iIbuku ikarya iRiri iAnsar.

Arikunto i(2014, p.144) imenyatakan

ibahwa isumber idata imerupakan isubjek i

idimana isuata idata ididapat. i Sutopo i(dalam

iSugiyono, i2019, p.397) imenyatakan

ibahwa isumber idata imerupakan itempat

idarimana idata iitu idiperoleh idengan

imenggunakan imetode itertentu.

Sumber idata idalam ipenelitian iini

iberasal idari inovel iSurga iuntuk iIbuku

ikarya iRiri iAnsar, iyang iditerbitkan ioleh

iEuthenia idi iJakarta iBarat ipada itahun

i2016.Data idari ipenelitian iini imerupakan

icuplikan idari ituturan iantartokoh iyang

iterdapat idalam inovel iSurga iuntuk iIbuku

ikarya iRiri iAnsar iyang idi idalam ituturan

itersebut imengandung ikesantunan

iberbahasa. iData itersebut idianalisis isatu

iper isatu iuntuk imengetahui imaksim

ikesantunan idan itingkat ikesantunan

iantartokoh idalam inovel iSurga iuntuk

iIbuku ikarya iRiri iAnsar.

Teknik ipengumpulan idata idari

ipenelitian iini iyaitu istudi idokumenter.

iMoleong i(2017, p.217) isumber idata

idokumen isudah isejak ilama idigunakan

idalam ipenelitian ikarena idokumen isebagai

isumber idata idimanfaatkan iuntuk imenguji,

imenafsirkan, ibahkan iuntuk imeramalkan.

iPeneliti imenggunakan ianalisis iprinsip

ikesantunan imenurut iLeech idan ianalisis

itingkat ikesantunan iberbahasa imenurut

iZamzani, idkk. dalam novel Surga untuk

Ibuku karya Riri Ansar sebagai sumber

data penelitian ini. Penelitian ini

menggunakan studi dokumenter dipakai

dalam mengumpulkan data yang

5

berhubungan dengan tuturan yang

mematuhi prinsip kesantunan dan

mengukur tingkat kesantunan dialog

antartokoh dalam novel Surga Untuk

Ibuku karya Riri Ansar. Data dalam

penelitian ini dapat diperoleh dengan cara

sebagai berikut. (1) Membaca dengan

teliti novel Surga untuk Ibuku karya Riri

Ansar. (2) Memilih dan menandai data

(kutipan) yang mematuhi dari prinsip

kesantunan menurut Leech. (3)

Mengklasifikasi data berdasarkan

masalah yang akan diteliti dalam

penelitian mengenai maksim kesantunan

dan tingkat kesantunan antartokoh dalam

novel Surga untuk Ibuku karya Riri Ansar.

(4) Peneliti mencatat hal-hal penting di

buku catatan sesuai dengan masalah yang

ada.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Dari hasil klasifikasi dan analisis

data yang telah dilakukan, maka peneliti

telah menemukan dua hal: pertama,

berdasarkan klasifikasi dan analisis data

berdasarkan prinsip kesantunan berbahasa

yang dilakukan peneliti. Maka, peneliti

menemukan enam jenis maksim

kesantunan yang terdapat pada dialog

antartokoh dalam novel Surga Untuk

Ibuku karya Riri Ansar. Keenam maksim

tersebut adalah maksim kedermawanan,

maksim simpati, maksim penghargaan,

maksim kebijaksanaan, maksim

kesederhanaan, dan maksim

permufakatan. Dari keenam maksim yang

didata oleh peneliti, maksim

kedermawanan adalah maksim yang

paling banyak ditemukan, yaitu berjumlah

14 tuturan. Kemudian, disusul dengan

maksim kebijaksanaan berjumlah 10

tuturan, maksim simpati berjumlah 7

tuturan, maksim penghargaan berjumlah 5

tuturan, maksim kesederhanaan berjumlah

3 tuturan, dan maksim permufakatan

berjumlah 2 tuturan. Kedua, selain

maksim, peneliti juga membuat klasifikasi

dan analisis data berdasarkan tingkat

kesantunan berbahasa antartokoh dalam

novel Surga Untuk Ibuku karya Riri

Ansar. Data dianalisis berdasarkan skala

kesantunan berbahasa, yakni kategori

ujaran sangat santun, kategori ujaran

santun, kategori ujaran sangat tidak

santun, dan kategori ujaran tidak santun

yang dirumuskan oleh Zamzani,dkk.

(2011, p.42). Peneliti membuat

pengelompokkan data tuturan yang telah

ditemukan dengan mengacu pada teori

yang dirumuskan oleh para ahli bahasa.

Hasil dari pengelompokkan tersebut telah

ditemukan sebanyak 4 tuturan yang

termasuk dalam kategori ujaran sangat

santun, 4 ujaran kategori santun, 5 ujaran

kategori sangat tidak santun, dan 5 ujaran

kategori tidak santun. Sehingga,

berjumlah 18 tuturan tingkat kesantunan

berbahasa antartokoh yang dianalisis.

Mengacu ke sebaran tuturan tingkat

kesantunan antartokoh dalam Novel

Surga Untuk Ibuku karya Riri Ansar,

peneliti mendapati bahwa jumlah tuturan

santun dan tidak santun, memiliki

perbandingan yang hampir serupa, untuk

mempermudah pemahaman, maka di

bawah ini disajikan analisis data dari dua

hasil temuan yang telah peneliti lakukan

dalam penelitian ini.

Pembahasan

Pada tahapan ini, peneliti

melakukan dua hal yaitu: pertama,

menggolongkan data yang diperoleh

kedalam jenis-jenis maksim, yaitu: (1)

maksim kedermawanan, (2) maksim

simpati, (3) maksim penghargaan, (4)

maksim kebijaksanaan, (5) maksim

kesederhanaan, (6) maksim

permufakatan. Peneliti harus

mengklasifikasikan data yang diperoleh

guna menjawab pertanyaan pertama pada

penelitian ini, yaitu maksim kesantunan

apa saja yang terdapat dalam dialog

antartokoh pada novel Surga Untuk Ibuku

karya Riri Ansar? Sedangkan untuk

menjawab pertanyaan kedua dalam

penelitian ini, peneliti melakukan

klasifikasi dan analisis data sehubungan

dengan kategorisasi bentuk-bentuk

6

kesantunan berdasarkan skala kesantunan

yang telah dipaparkan di bab sebelumnya.

Maksim Kesantunan Dalam Dialog

Antartokoh

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun

oleh peneliti setelah melalui proses

akumulasi data secara bertahap, melalui

pembacaan, menggarisbawahi, dan

membuat catatan yang terperinci tentang

maksim-maksim kesantunan dalam novel

Surga Untuk Ibuku karya Riri Ansar,

peneliti menemukan tuturan-tuturan yang

dapat dikategorikan kedalam maksim-

maksim kesantunan berbahasa

sebagaimana yang telah diuraikan di atas.

Berikut adalah tabel rangkuman data

tuturan yang ditemukan oleh peneliti.

Tabel 1. Prinsip Kesantunan

No

.

Jenis Maksim Halaman Jumlah

1. Kedermawanan 3, 24, 26, 43 (2), 54,

68, 82, 84,98, 104,

108, 109, 145

14

2. Simpati 8,16, 19, 90,91

(2),108 7

3. Penghargaan 42, 74, 107, 108 5

4. Kebijaksanaan 21, 30, 34, 36, 39,

43, 46, 67, 83,85 10

5. Kesederhanaan 62, 75, 101 3

6. Permufakatan 93, 133, 2

Jumlah 41

Salah satu maksim yang ditemukan oleh

peneliti adalah maksim kedermawanan.

Pada penerapannya, melalui maksim ini

penutur dianjurkan untuk memperlihatkan

sikap murah hati kepada lawan bicaranya.

Salah satu contoh maksim kedermawanan

yang akan diulas oleh peneliti adalah

sebagai berikut:

Tuturan 1 “Asik bener? Bagi donk sama tante,” ucap

seorang waria yang melintas didepan

Lontar.

“Apaan?”

“Bercanda, masa iya, Tante cantik dikasih

rokok sisa?”

“Oh iya, Lontar, lo udah makan belum?

Tante ada makanan, sayang kalau

dibuang,” ucap waria itu lagi, kali ini ia

mengeluarkan sebuah bungkusan dari tas

yang ia tenteng.

(Ansar, 2016, p.3)

Memperlihatkan tuturan di atas sikap

penutur dan mitra tutur, yaitu Cindy dan

Lontar. Cindy sepertinya sayang sekaligus

merasa kasihan pada Lontar, ia tahu

bahwa Lontar pasti lapar karena ia terlihat

kurang terurus oleh ibunya. Jadi, Cindy

berinisiatif memberikan kelebihan

makanan yang ia punya kepada Lontar.

Bukti kutipan tuturan Cindy yang

menunjukkan maksim kedermawanan

“Oh iya, Lontar, lo udah makan belum?

Tante ada makanan, sayang kalau

dibuang,” Tuturan ini sudah menunjukkan

maksim kedermawanan.

Maksim lain yang ditemukan oleh

peneliti adalah maksim simpati. Leech

(2015, p.206—207) menyatakan bahwa

dalam penerapannya, didalam maksim

simpati, penutur diharapkan sanggup

mengurangi perasaan tidak suka terhadap

orang lain dan meningkatkan rasa simpati

sebesar-besarnya antara diri sendiri dan

pribadi lain. Dibawah ini adalah salah satu

analisis terhadapa tuturan yang memenuhi

kriteria maksim simpati.

Tuturan 1

“Ada anjing liar yang mengejar Lontar,

terpaksa Lontar memutar cari jalan,”

jawab Lontar yang masih mencoba

mengatur nafasnya.

“Kau tak apa-apa?” tanya Bang Ipul kali

ini suaranya yang berat terdengar seakan

menandakan rasa cemas.

(Ansar, 2016, p.8)

Memperlihatkan tuturan di atas sikap

penutur dan mitra tutur, yaitu Lontar dan

Bang Ipul. Bang Ipul mulai cemas karena

Lontar belum juga datang ke kiosnya

untuk mengambil koran untuk dijual.

Lontar beralasan bahwa dia dikejar oleh

seekor anjing, hal ini membuat Bang Ipul

merasa simpati dan bertanya apakah dia

baik-baik saja. Bukti kutipan tuturan Bang

Ipul yang menunjukkan maksim simpati:

““Kau tak apa-apa?” tanya Bang Ipul kali

ini suaranya yang berat terdengar seakan

menandakan rasa cemas.” Tuturan ini

7

sudah menunjukkan maksim simpati.

Tingkat Kesantunan Berbahasa dalam

Dialog Antartokoh

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti

setelah membaca dan menganalisis isi

ujaran antartokoh dalam novel Surga

Untuk Ibuku karya Riri Ansar, peneliti

menemukan tuturan-tuturan yang dapat

dikategorikan kedalam ujaran-ujaran

dengan berbagai tingkat kesantunan

antartokoh. Total ada 17 ujaran dengan

tingkat kesantunan yang berbeda. Ujaran-

ujaran tersebut adalah ujaran sangat

santun, ujaran santun, ujaran tidak santun,

dan ujaran sangat tidak santun. Berikut

adalah tabel rangkuman data jenis-jenis

ujaran yang ditemukan oleh peneliti.

Tabel 2

Jenis-Jenis Ujaran AntarTokoh

No. Jenis Ujaran Halaman Jumlah

1. Sangat

Santun

62,62, 97, 107, 4

2. Santun 52,83, 101 3

3. Tidak Santun 10, 11,30, 71,

148

5

4. Sangat Tidak

Santun

13, 59, 125,

126,131

5

Jumlah 17

Ujaran Sangat Santun

Jenis ujaran antartokoh yang

pertama dianalisis oleh peneliti adalah

ujaran sangat santun. Peneliti mengamati

bahwa kemampuan seseorang untuk

menerapkan ujaran sangat santun adalah

salah satu cerminan kepribadian dari

pribadi tersebut. Zamzani, dkk. (2011,

p.42) ujaran sangat santun dapat meliputi

penghargaan atau pujian tulus kepada

seseorang atas kerja keras atau bantuan

yang telah diberikan. Di bawah ini adalah

rangkuman ujaran sangat santun yang

ditemukan oleh peneliti dalam novel

Surga Untuk Ibuku karya Riri Ansar.

Ujaran 1

“Terima kasih Nak, tapi kan kau tak harus

membelinya, kau bisa menyimpan

uangmu untuk keperluan lain seperti

makan atau beli pakaian,” sambung

Marni.

(Ansar, 2016, p.62)

Konteks:

Setting pada kutipan tuturan ini, yaitu

rumah kardus milik Marni. Dituturkan

oleh partisipan Marni dan Lontar.

Lontar merasa bersalah karena telah

memecahkan cermin milik ibunya. Oleh

karena itu, setelah ia mendapat cukup

uang setelah seharian berjualan koran, ia

memutuskan untuk membelikan ibunya

sebuah cermin baru. Marni yang sedang

sakit untuk sejenak seperti mendapat

penghiburan dari anaknya yang berbakti

ini. Marni mengeluarkan ujaran sangat

santuan dengan mengatakan “Terima

kasih Nak, tapi kan kau tak harus

membelinya, kau bisa menyimpan

uangmu untuk keperluan lain seperti

makan atau beli pakaian,”

sambung Marni. Zamzani, dkk. (2011,

p.42) ujaran sangat santun dapat

mencakup penghargaan atau pujian tulus

kepada seseorang. Dalam hal ini, Marni

mengungkapkan penghargaan kepada

anaknya dan menasihatinya untuk pandai

dalam menggunakan uang. Ucapan Marni

termasuk ujaran sangat sopan.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali

kita menemukan tuturan sangat santun

yang diucapkan oleh orang-orang

diberbagai situasi yang berbeda. Tuturan

sangat santun selalu menyenangkan dan

dapat sangat memotivasi pikiran.

Zamzani,dkk. (2011, p.42) sebuah tuturan

dinyatakan dalam kategori sangat santun

apabila tuturan tersebut memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

(1) Penghargaan atau pujian yang

ditujukan kepada mitra tutur, (2)

memperlihatkan kerendahan hati atau

kesahajaan, (3) mmberikan sebuah nasihat

atau teguran yang jujur tetapi disampaikan

secara halus, (4) penolakan terhadap suatu

ajakan, atau sebuah gagasan yang diawali

dengan kata maaf, (5) memberikan

perintah dengan nada bertanya, dan (6)

memberikan dukungan atau motivasi yang

8

didasarkan pada niat yang tulus. Berikut

ini data tuturan yang memenuhi kategori

tuturan sangat santun. Peneliti

menemukan beberapa tuturan sangat

santun dalam novel Surga Untuk Ibuku.

Berikut ini adalah tuturan antartokoh

dalam novel Surga Untuk Ibuku yang

termasuk dalam kategori ujaran yang

sangat santun.

Ujaran 1

“Terima kasih Nak, tapi kan kau tak harus

membelinya, kau bisa menyimpan

uangmu untuk keperluan lain seperti

makan atau beli pakaian,” sambung

Marni.

(Ansar, 2016, p.62)

Konteks: Setting pada kutipan tuturan

ini, yaitu rumah kardus milik Marni.

Lontar masih merasa bersalah karena

telah memecahkan cermin milik ibunya.

Dalam tuturan (1) kita dapat

melihat sikap penutur yaitu Marni yang

memperlihatkan rasa sayang seorang ibu

kepada anaknya. Walaupun ia sempat

kesal karena Lontar memecahkan cermin

miliknya, ia tidak memandang cermin

tersebut lebih berharga daripada anaknya.

Ia tetap sangat mengasihi dan menyayangi

Lontar. Ia menasehati Lontar agar

menggunakan uang untuk keperluan yang

lebih penting.

Peneliti mendapati bahwa ujaran

yang sangat santun seringkali adalah

bentuk rasa sayang dan kasih seseorang

kepada pribadi yang mereka kasihi.

Dalam hal ini adalah rasa sayang Marni

kepada anaknya, Lontar. Marni

menganggap kerugian karena cermin yang

rusak tidak ada apa-apanya dibandingkan

dengan anaknya yang jauh lebih bernilai.

Ujaran sangat santun dari Marni yang

sederhana tetapi bermakna dalam yaitu

“Terima kasih Nak, tapi kan kau tak

harus membelinya, kau bisa menyimpan

uangmu untuk keperluan lain seperti

makan atau beli pakaian,” sambung

Marni, pastilah sangat membekas

diingatan Lontar.

Ujaran Santun

Ujaran antartokoh dalam novel

surga untuk ibuku yang dianalisa oleh

peneliti adalah ujaran santun. Sehubungan

dengan kesantunan, Rahardi, dkk. (2016,

p.41—42) menyatakan bahwa kesantunan

adalah perilaku atau cara pembawaan diri

yang dicirikan oleh etika, unsur kultural

tertentu seperti misalnya

membungkukkan badan ketika melewati

pribadi-pribadi yang lebih tua. Walaupun

fenomenan kultural ini bisa sangat

beragam diberagam tempat. Pada

dasarnya tujuan dari kesantunan adalah

menciptakan suasana yang bersahabat.

Dibawah ini adalah rangkuman ujaran

santun yang ditemukan oleh peneliti.

Ujaran 1

“Tapi ...”

“Sudah, tidurlah, semoga besok tubuhmu

sudah tak panas lagi,”

(Ansar, 2016, p.31)

Konteks:

Setting pada kutipan tuturan ini, yaitu di

rumah kardus milik Marni. Dituturkan

oleh partisipan Lontar dan Marni.

Lontar yang masih sedikit demam,

bertukar pikiran dengan ibunya tentang

dirinya bekerja untuk mendapatkan uang

tambahan. Marni lebih suka agar anaknya

tidak bekerja dulu karena ia merasa bahwa

dirinya masih sanggup menafkahi dirinya

dan Lontar. Ia tidak mau Lontar

menyusahkan orang lain misalnya Bang

Ipul. Ujaran yang dikeluarkan oleh Marni

termasuk ujaran santun karena

mengandung unsur ketegasan atau

mendisiplinkan. Ujaran santun dari waita

tersebut adalah “Sudah, tidurlah, semoga

besok tubuhmu sudah tak panas lagi,”

Ujaran ini termasuk ujaran santun.

Ujaran Tidak Santun

Ujaran tidak santun mudah sekali

ditemukan dewasa ini, baik di media cetak

maupun internet. Pranowo (2012, p.69)

berpendapat bahwa ada sejumlah faktor

yang menyebabkan sebuah tuturan

menjadi tidak santun, yaitu 1) kritik yang

disertai dengan umpatan atau kata-kata

kasar; 2) dorongan rasa emosi penutur; 3)

penutur menjadi marah karena

9

pendapatnya diserang oleh mitra turur; 4)

niat buruk dari penutur untuk sengaja

menuduh atau merendahkan mitra tutur.

Ujaran tidak santun yang ditemukan oleh

peneliti dalam novel Surga Untuk Ibuku

karya Riri Ansar memenuhi salah satu

kriteria diatas.

Ujaran 1

“Bang, Lontar sudah sering bilang itu,

tapi Ibu malah marah. Dibilangnya

Lontar tak mau tinggal sama Ibu, Lontar

habis dipukulinya,” ucap Lontar

menunjukkan bekas luka lebam di

pahanya.

“Gila kali Ibu kau itu.” Ucap Bang Ipul

sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

(Ansar, 2016, p.10)

Konteks:

Setting pada kutipan tuturan ini, yaitu di

kios koran milik Bang Ipul. Dituturkan

oleh partisipan Lontar dan Bang Ipul.

Tuturan di atas adalah tuturan

yang diucapkan oleh Bang Ipul, pemilik

kios koran dimana Lontar biasa

mengambil koran dan menjualnya di

dekat lampu merah. Bang Ipul

berkeinginan agar Lontar ikut tinggal di

rumahnya, tetapi sepertinya Marni

keberatan dengan gagasan tersebut. Jika

ditelusuri seluruh konteks percakapan

antara Bang Ipul dan Lontar, dapat

dipahami bahwa Bang Ipul ingin yang

terbaik untuk anak itu. Bang Ipul juga

nampak kesal karena melihat Marni

memukul Lontar hingga pahanya lebam.

Bang Ipul meluapkan kekesalannya

dengan membuat ujaran yang tidak santun

sebagai berikut “Gila kali Ibu kau itu.”

Ucap Bang Ipul sambil menggeleng-

gelengkan kepalanya.” Ujaran ini

termasuk ujaran tidak santun karena

pilihan diksi kata yang ditujukan untuk

mengejek, merendahkan, dan

menjelekkan orang lain. Ungkapan

kekesalan dari Bang Ipul ini termasuk

dalam kelompok ujaran tidak santun.

Ujaran Sangat Tidak Santun

Peneliti mengamati bahwa ujaran

sangat tidak santun telah menjadi semakin

umum dewasa ini. Ini adalah hal yang

memprihatinkan. Ujaran yang buruk

seperti ini juga tergambar dalam dialog

antartokoh dalam novel Surga Untuk

Ibuku dalam bahasa sehari-hari mereka.

Berikut adalah rangkuman ujaran sangat

tidak santun yang ditemukan oleh peneliti.

Ujaran 1

Matanya tetap mengawasi arah jatuhnya

layang-layang itu sambil melihat ke

beberapa anak yang juga menuju layang-

layang itu.

Cittttt!!! Setan!!!

Decit suara kendaraan motor terdengar

keras sersenggol sepeda motor yang

melaju dari arah kanan.

(Ansar, 2016, p.13)

Konteks:

Setting pada kutipan tuturan ini,

yaitu di jalan menuju rumah Lontar.

Dituturkan oleh partisipan Lontar dan

seorang pengendara motor.

Lontar tampak asyik mengejar layang-

layang sampai dia lupa bahwa ia ada di

jalan raya dan ada banyak kendaraan yang

lalu lalang. Benar saja, seorang

pengendara motor hampir saja menabrak

Lontar jika ia tidak mengerem dengan

kuat. Pria yang marah ini kemudian

mengeluarkan ujaran yang sangat tidak

santun berupa umpatan kepada Lontar.

Ujaran yang tidak santun tersebut adalah

“Setan!!!”, menarik untuk dicermati

bahwa penulis novel ini mencoba

memberikan sebuah gambaran kepada

para pembacanya tentang gaya berbahasa

orang-orang di perkotaan, yang

didominasi oleh ujaran tidak santun

berupa sinisme, umpatan, hinaan dan lain-

lain. Ujaran si pengendara motor ini

termasuk ujaran sangat tidak santun

karena pilihan diksi kata yang ditujukan

untuk mengumpat lawan bicaranya.

Ungkapan kasar dari si pengendara motor

ini termasuk dalam kelompok ujaran tidak

santun.

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan dua pokok

utama, yaitu (1) simpulan dan (2) saran.

10

Simpulan berisi ringkasan atas

keseluruhan hasil penelitian ini.

Sedangkan saran berisi poin-poin praktis

yang perlu diperhatikan demi penelitian di

masa yang akan datang.

Simpulan

Berdasarkan hasil klasifikasi dan

analisis data pada percakapan

(dialog) antartokoh dalam novel

Surga Untuk Ibuku karya Riri Ansar,

peneliti menyampaikan beberapa

simpulan sebagai berikut.

1. Maksim Kesantunan dalam

Dialog Antartokoh

Peneliti menyimpulkan

bahwa tuturan antartokoh dalam

novel Surga Untuk Ibuku dapat

dikategorikan kedalam maksim-

maksim tertentu dan tingkatan

kesantunan berbahasa tertentu

dan telah memenuhi kriteria

maksim dalam prinsip kesantunan

berbahasa dalam konteks Bahasa

Indonesia. Peneliti menemukan

enam jenis maksim kesantunan

setelah membaca dan melakukan

klasifikasi, serta analisis data

tuturan para tokoh dalam novel

Surga Untuk Ibuku karya Riri

Ansar. Keenam maksim

kesantunan itu adalah maksim

kedermawanan, maksim simpati,

maksim penghargaan, maksim

kebijaksanaan, maksim

kesederhanaan, dan maksim

permufakatan dengan total 41

maksim. Dari keenam maksim

yang berhasil diidentifikasi oleh

peneliti, maksim kedermawanan

merupakan maskim yang paling

sering muncul dalam dialog

antartokoh dalam novel Surga

Untuk Ibuku. Maksim dengan

frekuensi pemunculan terendah

adalah maksim permufakatan

dalam tuturan antartokoh novel

Surga Untuk Ibuku.

2. Tingkat Kesantunan Berbahasa

dalam Dialog Antartokoh

Peneliti menemukan ada

4 tingkat kesantunan berbahasa

dalam tuturan antartokoh pada

novel Surga Untuk Ibuku karya

Riri Ansar. Temuan ini

didasarkan pada hasil klasifikasi

dan analisis data yang telah

peneliti lakukan. Peneliti

mengumpulkan sebanyak 17 data

tuturan antartokoh yang

dikategorikan kedalam 4 kategori

skala kesantunan yaitu, kategori

ujaran sangat santun, kategori

ujaran santun, kategori ujaran

tidak santun, dan kategori ujaran

sangat tidak santun.

Sesuai pengkategorian

data tuturan antartokoh ke dalam

4 kategori skala kesantunan,

peneliti menemukan sebanyak 4

tuturan yang termasuk dalam

ujaran yang sangat santun, 4

ujaran santun, 5 ujaran tidak

santun, dan 5 ujaran sangat tidak

santun. Berdasarkan hasil analisis

yang telah peneliti lakukan

terhadap tingkat kensantunan

berbahasa antartokoh, bahwa

ujaran santun maupun yang tidak

santun berada pada perbandingan

yang seimbang.

Saran

Peneliti menyadari bahwa

penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna dan pasti ada pokok-pokok

penting lain yang belum dijangkau

oleh penelitian ini. Oleh sebab itu,

peneliti ingin mengajukan saran

terutama bagi peneliti lain yang hendak

melakukan penelitian tentang maksim

dan kesantunan berbahasa dengan

aspek yang berbeda. Salah satu aspek

yang menarik untuk diteliti adalah

aspek deiksis, implikatur, dan korelasi

penggunaan maksim dan skala

kesantunan berbahasa dengan latar

pendidikan seseorang. Peneliti ingin

mengajukan saran agar juga dilakukan

penelitian terhadap novel Surga Untuk

Ibuku yang dikaji dari sisi pra-

11

anggapan, deiksis, implikatur, dan

lain-lain.

DAFTAR RUJUKAN

Ansar, R. (2016). Surga Untuk Ibuku.

SJakarta: Euthenia.

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan

Berbahasa (Edisi Revisi). Jakarta:

Rineka Cipta.

Hafizurrahman. (2018). Prinsip

Kesantunan dalam 360 Cerita

Jenaka Nasruddin Hoja. Skripsi.

Pontianak: Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas

Tanjungpura.

Leech, G. (2015). Prinsip-Prinsip

Pragmatik (diterjemahkan oleh Dr.

M. D. D Oka, M. A.). Jakarta: UI-

Press.

Moleong, L.J. (2017). Metodologi

Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pranowo. (2012). Berbahasa Secara

Santun. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Pratiwi, E. (2019). Maksim Kesantunan

dalam Novel Dear Nathan Karya

Erisca Febriani. Skripsi.

Pontianak. Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas

Tanjungpura.

Rahardi, K. (2005). Pragmatik

Kesantunan Imperatif Bahasa

Indonesia.Jakarta: Erlangga.

Rahardi, K. (2009). Sosio Pragmatik.

Jakarta: Erlangga.

Sari, R.N. (2018). Hubungan Polisemi

Linier Autosuperordinat dalam

Novel Surga Untuk Ibuku Karya

Riri Ansar. Jurnal Ilmiah. Jombang:

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Jombang.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian

Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif,

Kombinasi, R&D, dan Penelitian

Pendidikan). Bandung: Alfabeta.

Zamzani, dkk. (2011). Pengembangan

Alat Ukur Kesantunan Bahasa

Indonesia dalam Interaksi Sosial

Bersemuka. Jurnal Ilmiah.

Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.