kesantunan berbahasa dalam novel surga untuk ibuku
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of kesantunan berbahasa dalam novel surga untuk ibuku
1
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM NOVEL SURGA UNTUK IBUKU
KARYA RIRI ANSAR: KAJIAN PRAGMATIK
Roby Afandi, Patriantoro, Amriani Amir
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN Pontianak
Email: [email protected]
Abstract
This research uses descriptive method in a qualitative form using documentary study
techniques. The data source in this research is the novel Surga Untuk Ibuku by Riri Ansar
in the form of a speech or dialogue between characters. The data collection tool is the
researcher as a key instrument assisted by notes in the form of inter-character speeches
which contain the principle of politeness according to Leech in the novel Surga Untuk Ibuku
by Riri Ansar. The technique of testing the validity of the data was carried out using three
techniques, namely observer persistence, reference adequacy, and peer examination. The
research results in this study were 59 utterances. The maxim of generosity consists of 14
utterances, the maxim of sympathy is 7 utterances, the maxim of appreciation is 5, the
maxim of wisdom is 10, the maxim of simplicity is 3, the maxims of consensus are 2, very
polite utterances are 4, the polite utterances are 4, utterances very impolite amounted to 5
utterances, and disrespectful speech totaled 5 utterances. Based on the results of the
research analysis, it can be concluded that the maxim of generosity, maxim of wisdom,
utterance is very impolite, and very few utterances in the novel Surga Untuk Ibuku by Riri
Ansar are the maxims of consensus and simplicity.
Keywords: pragmatic, the principle of politeness, novel
PENDAHULUAN
Berkomunikasi merupakan
kegiatan dalam mengirim informasi atau
pesan yang dilakukan penutur kepada
mitra tutur. Bahasa adalah alat
komunikasi yang digunakan manusia
untuk berkomunikasi dengan individu
maupun kelompok sosial. Tanpa bahasa,
manusia tidak mampu menyampaikan
keinginan maksud dan informasi atau
pesan kepada orang lain.
Bahasa yang santun ialah bahasa yang
mencerminkan perilaku atau perangai
penutur sebagai manusia bermartabat dan
mampu menjadikan mitra tutur berkenaan
dengan bahasa tersebut. Pranowo (2012,
p.14) menyatakan bahwa setiap orang
memiliki gaya tersendiri dalam
berkomunikasi. Hal ini bergantung pada
lawan bicaranya (starata sosial
antarpembicara dengan lawan bicara),
keadaan situasi (formal atau informal),
dan aspek-aspek lain yang perlu
dipertimbangkan.
Kesantunan dalam berbahasa
sangat berperan penting untuk membina
kepribadian penutur. Kesantunan adalah
perilaku yang diekspresikan dengan cara
yang baik. Kesantunan sangat diperlukan
dalam berkomunikasi yang bertujuan
untuk menghindari menyakiti perasaan
lawan tutur. Hal ini dilakukan untuk
menciptakan komunikasi yang baik yaitu
menghargai lawan tutur dan diri sendiri.
Grice (dalam Pranowo, 2012, p.14)
mengemukakan empat prinsip
komunikasi menggunakan bahasa santun
atau yang dikenal dengan prinsip kerja
sama (cooperative principle), yaitu: 1)
prinsip kualitas, 2) prinsip kuantitas, 3)
prinsip relevansi, dan 4) prinsip cara.
Alasan peneliti memilih novel Surga untuk
Ibuku karya Riri Ansar ini sebagai objek
penelitian sebagai berikut. Pertama, novel
Surga untuk Ibuku karya Riri Ansar belum
2
pernah diteliti mengenai kesantunan
dalam berbahasa. Kedua, untuk
menemukan ada atau tidaknya prinsip
kesantunan menurut Leech dan tingkat
kesantunan berbahasa dalam novel Surga
untuk Ibuku karya Riri Ansar. Ketiga, ada
penelitian sebelumnya pada novel Surga
untuk Ibuku mengenai Polisemi Linier
Autosuperordinat. Maka dari itu, peneliti
ingin melengkapi penelitian sebelumnya
mengenai kesantunan berbahasa yang ada
di dalam novel Surga untuk Ibuku karya
Riri Ansar.
Peneliti memilih novel Surga untuk Ibuku
karya Riri Ansar sebagai berikut.
1) Riri Ansar sudah menghasilkan
puluhan karya cerita pendek sejak
tahun 90-an yang dimuat dalam
berbagai media cetak.
2) Salah satu buku kumpulan cerita
pendeknya berjudul A Coffe Time
Diary From Neighborhood dijadikan
FTV.
3) Riri Ansar merupakan pendiri
Kinomedia Writer Academy, lembaga
ini merupakan media pelatihan
menulis naskah novel dan skenario
film.
Alasan peneliti meneliti novel Surga
untuk Ibuku karya Riri Ansar, yaitu.
Pertama, peneliti akan meneliti berbagai
dialog yang mematuhi prinsip kesantunan
dan memiliki tingkat kesantunan yang
berbeda-beda. Kedua, tokoh utama dalam
novel Surga untuk Ibuku karya Riri Ansar
adalah Lontar dan Marni, peneliti juga
memilih beberapa tokoh figuran yang juga
berperan dalam mematuhi prinsip
kesantunan berbahasa. Penelitian
sebelumnya mengenai novel Surga untuk
Ibuku karya Riri Ansar pernah dilakukan
di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Jombang oleh Ririn Novita
Sari (2018) dengan judul Hubungan
Polisemi Linier Autosuperordinat dalam
Novel Surga untuk Ibuku karya Riri Ansar
dengan hasil penelitian yaitu adanya
varietas polisemi yang mencakup
polisemi linier dan polisemi nonlinier
dalam novel Surga untuk Ibuku karya Riri
Ansar meliputi autosuperordinat,
automeronimi, dan autoholonimi. Adapun
pengertian polisemi ialah suatu kata yang
mempunyai makna lebih dari satu.
Penelitian yang berjudul Kesantunan
Berbahasa dalam novel Surga untuk Ibuku
karya Riri Ansar belum pernah diteliti,
oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut.
Penelitian sebelumnya tentang
kesantunan bahasa telah dilakukan di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura Pontianak oleh
Hafizurrahman (2018) dengan judul
Prinsip Kesantunan dalam 360 Cerita
Jenaka Nasrudin Hoja yang sebagian
besar memenuhi prinsip kesantunan
menurut Leech. Penelitian sebelumnya
juga pernah dilakukan oleh Erni Pratiwi
(2019) berjudul Maksim Kesantunan
dalam Novel Dear Nathan karya Erisca
Febriani dengan hasil penelitian yaitu
tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan
dan tuturan yang menyimpang dari
prinsip kesantunan yang ada di dalam
novel Dear Nathan serta
mengimplementasikan penelitiannya ke
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
sebagai bahan ajar yang terdapat di dalam
kurikulum 2013.
Maksim merupakan kaidah bahasa
yang terdapat di dalam interaksi lingual,
penggunaan bahasa dan interpretasi-
interpretasi terhadap suatu tindakan dan
ucapan lawan tuturnya, dan kaidah-kaidah
yang mengatur tindakannya. Rahardi
(2009, p.38) maksim adalah peribahasa
yang mengandung nasihat, peringatan,
sindiran, dan sebagainya. Chaer (2010,
p.34) maksim adalah pernyataan ringkas
yang mengandung ajaran atau
kebenaran.” Leech (2015, p.206—207)
merumuskan maksim sopan santun
sebagai berikut.
1) Maksim kearifan (Tact Maxim)
Buatlah kerugian orang lain
sekecil mungkin dan buatlah
keuntungan orang lain sebesar
mungkin.
2) Maksim kedermawanan (Generosity
3
Maxim)
Buatlah ikeuntungan idiri isendiri
isekecil imungkin idan ibuatlah ikerugian
idiri isendiri isebesar imungkin.
3) Maksim ipujian i(Approbation iMaxim)
Kecamlah iorang ilain isedikit
imungkin idan idan ipujilah iorang ilain
isebanyak imungkin.
4) Maksim ikerendahan ihati i(Modesty
iMaxim)
Pujilah idiri isendiri isedikit
imungkin idan ikecamlah idiri isendiri
isebanyak imungkin.
5) Maksim ikesepakatan i(Agreement
iMaxim)
Usahakan iagar iketaksepakatan iantara
idiri idan iorang ilain iterjadi isedikit
imungkin idan iusahakan iagar
ikesepakatan iantara idiri idengan ilain
iterjadi isebanyak imungkin.
6) Maksim isimpati i(Sympathy iMaxim)
Kurangilah irasa iantipati iantara idiri ilain
ihingga isekecil imungkin idan
itingkatkan irasa isimpati isebanyak-
banyaknya iantara idiri idan ilain.
Kesantunan ibersifat irelatif idi idalam
imasyarakat. iUjaran itertentu ibisa
idikatakan isantun idi idalam isuatu
ikelompok imasyarakat itertentu, iakan itetapi
idi ikelompok imasyarakat ilain ibisa
idikatakan itidak isantun. iZamzani, idkk.
i(2011, p.2) ikesantunan i(politeness)
imerupakan iperilaku iyang idiekspresikan
idengan icara iyang ibaik iatau iberetika.
iKesantunan imerupakan ifenomena
ikultural, isehingga iapa iyang idianggap
isantun ioleh isuatu ikultur imungkin itidak
idemikian ihalnya idengan ikultur iyang ilain.
iTujuan ikesantunan, itermasuk ikesantunan
iberbahasa iadalah imembuat isuasana
iberinteraksi imenyenangkan, itidak
imengancam imuka idan iefektif.
Kesantunan iberbahasa itercermin
idalam itatacara iberkomunikasi ilewat itanda
iverbal iatau itatacara iberbahasa. iKetika
iberkomunikasi, ikita itunduk ipada inorma-
inorma ibudaya, itidak ihanya
imenyampaikan iide iyang ikita ipikirkan.
iTata icara iberbahasa iharus isesuai idengan
iunsur-unsur ibudaya iyang iada idalam
imasyarakat itempat ihidup idan ipenggunaan
isuatu ibahasa idalam iberkomunikasi.
iApabila itata icara iberbahasa iseseorang
itidak isesuai idengan inorma-norma ibudaya,
imaka iia i akan imendapatkan inilai inegatif,
imisalnya idituduh isebagai iorang iyang
isombong, iangkuh, itak iacuh, iegois, itidak
iberadat ibahkan itidak iberbudaya.
Rahardi i(2005:35) ipenelitian
ikesantunan imengkaji ipenggunaan ibahasa
i(language iuse) idalam isuatu imasyarakat
ibahasa itertentu. iMasyarakat itutur iyang
idimaksud iadalah imasyarakat idengan
ianeka ilatar ibelakang isituasi isosial idan
ibudaya iyang imewadahinya. iAdapun iyang
idikaji idalam ipenelitian ikesantunan iadalah
isegi imaksud idan ifungsi ituturan.
Fraser i(melalui iRahardi, i2005, p.38—
40) imenyebutkan ibahwa isedikitnya
iterdapat iempat ipandangan iyang idapat
idigunakan iuntuk imengkaji imasalah
ikesantunan idalam ibertutur.
1) Pandangan ikesantunan iyang iberkaitan
idengan inorma-norma isosial i(the
isocial-norm iview). iDalam ipandangan
iini, ikesantunan idalam ibertutur
iditentukan iberdasarkan inorma-norma
isosial idan ikultural iyang iada idan
iberlaku idi idalam imasyarakat ibahasa
iitu. iSantun idalam ibertutur iini
idisejajarkan idengan ietiket iberbahasa
i(language ietiquette).
2) Pandangan iyang imelihat ikesantunan
isebagai isebuah imaksim ipercakapan
i(conversational imaxim) idan isebagai
isebuah iupaya ipenyelamatan imuka
i(face isaving). iPandangan ikesantunan
isebagai imaksim ipercakapan
imenganggap iprinsip ikesantunan
i(politeness iprinciple) ihanyalah
isebagai ipelengkap iprinsip ikerja isama
i(cooperative iprinciple).
3) Pandangan iini imelihat ikesantunan
isebagai itindakan iuntuk imemenuhi
ipersyaratan iterpenuhinya isebuah
ikontrak ipekerjaan i(conversational
icontract). iJadi, ibertindak isantun iitu
isejajar idengan ibertutur iyang ipenuh
ipertimbangan ietiket iberbahasa.
4) Pandangan ikesantunan iyang ikeempat
4
iberkaitan idengan ipenelitian
isosiolinguistik. iDalam ipandangan iini,
ikesantunan idipandang isebagai isebuah
iindeks isosial i(social iindexing). iIndeks
isosial iyang idemikian iterdapat idalam
ibentuk-bentuk ireferensi isosial i(social
ireference), ihonorific i(honorific) idan
igaya ibicara i(style iof ispeaking).
METODE iPENELITIAN
Metode ipenelitian imerupakan
imetode iyang idipakai ipada ipenelitian
i baik imetode iuntuk imengumpulkan idata
imaupun iuntuk ianalisis idata. iSugiyono
i(2019, p.2) imenyatakan ibahwa imetode
ipenelitian imerupakan icara iilmiah
imedapatkan idata idengan itujuan idan
ikegunaan itertentu. icara iilmiah iberarti
ikegiatan ipenelitian iberdasarkan ipada iciri-
ciri ikeilmuan iyakni ibersifat irasional,
iempiris, idan isistematis. iSubagyo i(dalam
iArikunto, i2014, p.3) imengatakan ibahwa
imetode ipenelitian iadalah icara iatau ijalan
iuntuk imendapatkan ipemecahan imasalah
iterhadap isuatu ipermasalahan iyang
idiajukan ioleh ipeneliti. iDalam ipenelitian
idiperlukan ibeberapa iteori iuntuk imemilih
isuatu imetode iyang irelevan iuntuk
ipermasalahan iyang idiajukan, itidak isemua
imasalah ipenelitian iyang iditeliti itentu isaja
iberkaitan idengan ikemampuan isi ipeneliti,
ibiaya idan ilokasi.
Ada iempat itahap idalam ipenelitian,
iyaitu: i1) itahapan iobservasi, i2) itahapan
ipengumpulan idata, i3) itahapan ianalisis
idata, idan i4) itahapan ipelaporan. iMetode
iadalah iseperangkat ilangkah i(apa iyang
iharus idikerjakan) iurutan ilogis). iMetode
iyang idigunakan iuntuk imengumpulkan
idata ipeneliti imenggunakan imetode
idokumenter. iAlasan ipeneliti
imenggunakan imetode idokumenter idalam
ipenelitian iini ikarena icara ipengumpulan
idata idiperoleh idari idokumen-dokumen
iyang itersimpan, i yaitu inovel iSurga iuntuk
iIbuku ikarya iRiri iAnsar. iMetode iyang
idipakai idalam i menganalisis idata
ipenelitian iini ipeneliti imenggunakan
imetode ianalisis ikonteks idengan iteknik
ispeaking.
Berdasarkan ipaparan idi iatas, imaka
ibentuk ipenelitian iini imenggunakan
ibentuk ipenelitian ikualitatif, ikarena
ipenelitian iini imemerlukan ipemahaman
idan ipenafsiran i si ipeneliti ikemudian idata
iyang ididapat idari idokumen idianalisis, idan
idata idiuraikan idalam ibentuk ikata-kata iatau
ikalimat. iPenelitian idalam inovel iSurga
iuntuk iIbuku ikarya iRiri iAnsar
imenghasilkan idata ideskripsi iberupa
ikalimat iyang iberkaitan idengan imaksim
ikesantunan idalam iberbahasa idan itingkat
ikesantunan iberbahasa iantartokoh idalam
inovel iSurga iuntuk iIbuku ikarya iRiri iAnsar.
Arikunto i(2014, p.144) imenyatakan
ibahwa isumber idata imerupakan isubjek i
idimana isuata idata ididapat. i Sutopo i(dalam
iSugiyono, i2019, p.397) imenyatakan
ibahwa isumber idata imerupakan itempat
idarimana idata iitu idiperoleh idengan
imenggunakan imetode itertentu.
Sumber idata idalam ipenelitian iini
iberasal idari inovel iSurga iuntuk iIbuku
ikarya iRiri iAnsar, iyang iditerbitkan ioleh
iEuthenia idi iJakarta iBarat ipada itahun
i2016.Data idari ipenelitian iini imerupakan
icuplikan idari ituturan iantartokoh iyang
iterdapat idalam inovel iSurga iuntuk iIbuku
ikarya iRiri iAnsar iyang idi idalam ituturan
itersebut imengandung ikesantunan
iberbahasa. iData itersebut idianalisis isatu
iper isatu iuntuk imengetahui imaksim
ikesantunan idan itingkat ikesantunan
iantartokoh idalam inovel iSurga iuntuk
iIbuku ikarya iRiri iAnsar.
Teknik ipengumpulan idata idari
ipenelitian iini iyaitu istudi idokumenter.
iMoleong i(2017, p.217) isumber idata
idokumen isudah isejak ilama idigunakan
idalam ipenelitian ikarena idokumen isebagai
isumber idata idimanfaatkan iuntuk imenguji,
imenafsirkan, ibahkan iuntuk imeramalkan.
iPeneliti imenggunakan ianalisis iprinsip
ikesantunan imenurut iLeech idan ianalisis
itingkat ikesantunan iberbahasa imenurut
iZamzani, idkk. dalam novel Surga untuk
Ibuku karya Riri Ansar sebagai sumber
data penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan studi dokumenter dipakai
dalam mengumpulkan data yang
5
berhubungan dengan tuturan yang
mematuhi prinsip kesantunan dan
mengukur tingkat kesantunan dialog
antartokoh dalam novel Surga Untuk
Ibuku karya Riri Ansar. Data dalam
penelitian ini dapat diperoleh dengan cara
sebagai berikut. (1) Membaca dengan
teliti novel Surga untuk Ibuku karya Riri
Ansar. (2) Memilih dan menandai data
(kutipan) yang mematuhi dari prinsip
kesantunan menurut Leech. (3)
Mengklasifikasi data berdasarkan
masalah yang akan diteliti dalam
penelitian mengenai maksim kesantunan
dan tingkat kesantunan antartokoh dalam
novel Surga untuk Ibuku karya Riri Ansar.
(4) Peneliti mencatat hal-hal penting di
buku catatan sesuai dengan masalah yang
ada.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dari hasil klasifikasi dan analisis
data yang telah dilakukan, maka peneliti
telah menemukan dua hal: pertama,
berdasarkan klasifikasi dan analisis data
berdasarkan prinsip kesantunan berbahasa
yang dilakukan peneliti. Maka, peneliti
menemukan enam jenis maksim
kesantunan yang terdapat pada dialog
antartokoh dalam novel Surga Untuk
Ibuku karya Riri Ansar. Keenam maksim
tersebut adalah maksim kedermawanan,
maksim simpati, maksim penghargaan,
maksim kebijaksanaan, maksim
kesederhanaan, dan maksim
permufakatan. Dari keenam maksim yang
didata oleh peneliti, maksim
kedermawanan adalah maksim yang
paling banyak ditemukan, yaitu berjumlah
14 tuturan. Kemudian, disusul dengan
maksim kebijaksanaan berjumlah 10
tuturan, maksim simpati berjumlah 7
tuturan, maksim penghargaan berjumlah 5
tuturan, maksim kesederhanaan berjumlah
3 tuturan, dan maksim permufakatan
berjumlah 2 tuturan. Kedua, selain
maksim, peneliti juga membuat klasifikasi
dan analisis data berdasarkan tingkat
kesantunan berbahasa antartokoh dalam
novel Surga Untuk Ibuku karya Riri
Ansar. Data dianalisis berdasarkan skala
kesantunan berbahasa, yakni kategori
ujaran sangat santun, kategori ujaran
santun, kategori ujaran sangat tidak
santun, dan kategori ujaran tidak santun
yang dirumuskan oleh Zamzani,dkk.
(2011, p.42). Peneliti membuat
pengelompokkan data tuturan yang telah
ditemukan dengan mengacu pada teori
yang dirumuskan oleh para ahli bahasa.
Hasil dari pengelompokkan tersebut telah
ditemukan sebanyak 4 tuturan yang
termasuk dalam kategori ujaran sangat
santun, 4 ujaran kategori santun, 5 ujaran
kategori sangat tidak santun, dan 5 ujaran
kategori tidak santun. Sehingga,
berjumlah 18 tuturan tingkat kesantunan
berbahasa antartokoh yang dianalisis.
Mengacu ke sebaran tuturan tingkat
kesantunan antartokoh dalam Novel
Surga Untuk Ibuku karya Riri Ansar,
peneliti mendapati bahwa jumlah tuturan
santun dan tidak santun, memiliki
perbandingan yang hampir serupa, untuk
mempermudah pemahaman, maka di
bawah ini disajikan analisis data dari dua
hasil temuan yang telah peneliti lakukan
dalam penelitian ini.
Pembahasan
Pada tahapan ini, peneliti
melakukan dua hal yaitu: pertama,
menggolongkan data yang diperoleh
kedalam jenis-jenis maksim, yaitu: (1)
maksim kedermawanan, (2) maksim
simpati, (3) maksim penghargaan, (4)
maksim kebijaksanaan, (5) maksim
kesederhanaan, (6) maksim
permufakatan. Peneliti harus
mengklasifikasikan data yang diperoleh
guna menjawab pertanyaan pertama pada
penelitian ini, yaitu maksim kesantunan
apa saja yang terdapat dalam dialog
antartokoh pada novel Surga Untuk Ibuku
karya Riri Ansar? Sedangkan untuk
menjawab pertanyaan kedua dalam
penelitian ini, peneliti melakukan
klasifikasi dan analisis data sehubungan
dengan kategorisasi bentuk-bentuk
6
kesantunan berdasarkan skala kesantunan
yang telah dipaparkan di bab sebelumnya.
Maksim Kesantunan Dalam Dialog
Antartokoh
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun
oleh peneliti setelah melalui proses
akumulasi data secara bertahap, melalui
pembacaan, menggarisbawahi, dan
membuat catatan yang terperinci tentang
maksim-maksim kesantunan dalam novel
Surga Untuk Ibuku karya Riri Ansar,
peneliti menemukan tuturan-tuturan yang
dapat dikategorikan kedalam maksim-
maksim kesantunan berbahasa
sebagaimana yang telah diuraikan di atas.
Berikut adalah tabel rangkuman data
tuturan yang ditemukan oleh peneliti.
Tabel 1. Prinsip Kesantunan
No
.
Jenis Maksim Halaman Jumlah
1. Kedermawanan 3, 24, 26, 43 (2), 54,
68, 82, 84,98, 104,
108, 109, 145
14
2. Simpati 8,16, 19, 90,91
(2),108 7
3. Penghargaan 42, 74, 107, 108 5
4. Kebijaksanaan 21, 30, 34, 36, 39,
43, 46, 67, 83,85 10
5. Kesederhanaan 62, 75, 101 3
6. Permufakatan 93, 133, 2
Jumlah 41
Salah satu maksim yang ditemukan oleh
peneliti adalah maksim kedermawanan.
Pada penerapannya, melalui maksim ini
penutur dianjurkan untuk memperlihatkan
sikap murah hati kepada lawan bicaranya.
Salah satu contoh maksim kedermawanan
yang akan diulas oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
Tuturan 1 “Asik bener? Bagi donk sama tante,” ucap
seorang waria yang melintas didepan
Lontar.
“Apaan?”
“Bercanda, masa iya, Tante cantik dikasih
rokok sisa?”
“Oh iya, Lontar, lo udah makan belum?
Tante ada makanan, sayang kalau
dibuang,” ucap waria itu lagi, kali ini ia
mengeluarkan sebuah bungkusan dari tas
yang ia tenteng.
(Ansar, 2016, p.3)
Memperlihatkan tuturan di atas sikap
penutur dan mitra tutur, yaitu Cindy dan
Lontar. Cindy sepertinya sayang sekaligus
merasa kasihan pada Lontar, ia tahu
bahwa Lontar pasti lapar karena ia terlihat
kurang terurus oleh ibunya. Jadi, Cindy
berinisiatif memberikan kelebihan
makanan yang ia punya kepada Lontar.
Bukti kutipan tuturan Cindy yang
menunjukkan maksim kedermawanan
“Oh iya, Lontar, lo udah makan belum?
Tante ada makanan, sayang kalau
dibuang,” Tuturan ini sudah menunjukkan
maksim kedermawanan.
Maksim lain yang ditemukan oleh
peneliti adalah maksim simpati. Leech
(2015, p.206—207) menyatakan bahwa
dalam penerapannya, didalam maksim
simpati, penutur diharapkan sanggup
mengurangi perasaan tidak suka terhadap
orang lain dan meningkatkan rasa simpati
sebesar-besarnya antara diri sendiri dan
pribadi lain. Dibawah ini adalah salah satu
analisis terhadapa tuturan yang memenuhi
kriteria maksim simpati.
Tuturan 1
“Ada anjing liar yang mengejar Lontar,
terpaksa Lontar memutar cari jalan,”
jawab Lontar yang masih mencoba
mengatur nafasnya.
“Kau tak apa-apa?” tanya Bang Ipul kali
ini suaranya yang berat terdengar seakan
menandakan rasa cemas.
(Ansar, 2016, p.8)
Memperlihatkan tuturan di atas sikap
penutur dan mitra tutur, yaitu Lontar dan
Bang Ipul. Bang Ipul mulai cemas karena
Lontar belum juga datang ke kiosnya
untuk mengambil koran untuk dijual.
Lontar beralasan bahwa dia dikejar oleh
seekor anjing, hal ini membuat Bang Ipul
merasa simpati dan bertanya apakah dia
baik-baik saja. Bukti kutipan tuturan Bang
Ipul yang menunjukkan maksim simpati:
““Kau tak apa-apa?” tanya Bang Ipul kali
ini suaranya yang berat terdengar seakan
menandakan rasa cemas.” Tuturan ini
7
sudah menunjukkan maksim simpati.
Tingkat Kesantunan Berbahasa dalam
Dialog Antartokoh
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti
setelah membaca dan menganalisis isi
ujaran antartokoh dalam novel Surga
Untuk Ibuku karya Riri Ansar, peneliti
menemukan tuturan-tuturan yang dapat
dikategorikan kedalam ujaran-ujaran
dengan berbagai tingkat kesantunan
antartokoh. Total ada 17 ujaran dengan
tingkat kesantunan yang berbeda. Ujaran-
ujaran tersebut adalah ujaran sangat
santun, ujaran santun, ujaran tidak santun,
dan ujaran sangat tidak santun. Berikut
adalah tabel rangkuman data jenis-jenis
ujaran yang ditemukan oleh peneliti.
Tabel 2
Jenis-Jenis Ujaran AntarTokoh
No. Jenis Ujaran Halaman Jumlah
1. Sangat
Santun
62,62, 97, 107, 4
2. Santun 52,83, 101 3
3. Tidak Santun 10, 11,30, 71,
148
5
4. Sangat Tidak
Santun
13, 59, 125,
126,131
5
Jumlah 17
Ujaran Sangat Santun
Jenis ujaran antartokoh yang
pertama dianalisis oleh peneliti adalah
ujaran sangat santun. Peneliti mengamati
bahwa kemampuan seseorang untuk
menerapkan ujaran sangat santun adalah
salah satu cerminan kepribadian dari
pribadi tersebut. Zamzani, dkk. (2011,
p.42) ujaran sangat santun dapat meliputi
penghargaan atau pujian tulus kepada
seseorang atas kerja keras atau bantuan
yang telah diberikan. Di bawah ini adalah
rangkuman ujaran sangat santun yang
ditemukan oleh peneliti dalam novel
Surga Untuk Ibuku karya Riri Ansar.
Ujaran 1
“Terima kasih Nak, tapi kan kau tak harus
membelinya, kau bisa menyimpan
uangmu untuk keperluan lain seperti
makan atau beli pakaian,” sambung
Marni.
(Ansar, 2016, p.62)
Konteks:
Setting pada kutipan tuturan ini, yaitu
rumah kardus milik Marni. Dituturkan
oleh partisipan Marni dan Lontar.
Lontar merasa bersalah karena telah
memecahkan cermin milik ibunya. Oleh
karena itu, setelah ia mendapat cukup
uang setelah seharian berjualan koran, ia
memutuskan untuk membelikan ibunya
sebuah cermin baru. Marni yang sedang
sakit untuk sejenak seperti mendapat
penghiburan dari anaknya yang berbakti
ini. Marni mengeluarkan ujaran sangat
santuan dengan mengatakan “Terima
kasih Nak, tapi kan kau tak harus
membelinya, kau bisa menyimpan
uangmu untuk keperluan lain seperti
makan atau beli pakaian,”
sambung Marni. Zamzani, dkk. (2011,
p.42) ujaran sangat santun dapat
mencakup penghargaan atau pujian tulus
kepada seseorang. Dalam hal ini, Marni
mengungkapkan penghargaan kepada
anaknya dan menasihatinya untuk pandai
dalam menggunakan uang. Ucapan Marni
termasuk ujaran sangat sopan.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali
kita menemukan tuturan sangat santun
yang diucapkan oleh orang-orang
diberbagai situasi yang berbeda. Tuturan
sangat santun selalu menyenangkan dan
dapat sangat memotivasi pikiran.
Zamzani,dkk. (2011, p.42) sebuah tuturan
dinyatakan dalam kategori sangat santun
apabila tuturan tersebut memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
(1) Penghargaan atau pujian yang
ditujukan kepada mitra tutur, (2)
memperlihatkan kerendahan hati atau
kesahajaan, (3) mmberikan sebuah nasihat
atau teguran yang jujur tetapi disampaikan
secara halus, (4) penolakan terhadap suatu
ajakan, atau sebuah gagasan yang diawali
dengan kata maaf, (5) memberikan
perintah dengan nada bertanya, dan (6)
memberikan dukungan atau motivasi yang
8
didasarkan pada niat yang tulus. Berikut
ini data tuturan yang memenuhi kategori
tuturan sangat santun. Peneliti
menemukan beberapa tuturan sangat
santun dalam novel Surga Untuk Ibuku.
Berikut ini adalah tuturan antartokoh
dalam novel Surga Untuk Ibuku yang
termasuk dalam kategori ujaran yang
sangat santun.
Ujaran 1
“Terima kasih Nak, tapi kan kau tak harus
membelinya, kau bisa menyimpan
uangmu untuk keperluan lain seperti
makan atau beli pakaian,” sambung
Marni.
(Ansar, 2016, p.62)
Konteks: Setting pada kutipan tuturan
ini, yaitu rumah kardus milik Marni.
Lontar masih merasa bersalah karena
telah memecahkan cermin milik ibunya.
Dalam tuturan (1) kita dapat
melihat sikap penutur yaitu Marni yang
memperlihatkan rasa sayang seorang ibu
kepada anaknya. Walaupun ia sempat
kesal karena Lontar memecahkan cermin
miliknya, ia tidak memandang cermin
tersebut lebih berharga daripada anaknya.
Ia tetap sangat mengasihi dan menyayangi
Lontar. Ia menasehati Lontar agar
menggunakan uang untuk keperluan yang
lebih penting.
Peneliti mendapati bahwa ujaran
yang sangat santun seringkali adalah
bentuk rasa sayang dan kasih seseorang
kepada pribadi yang mereka kasihi.
Dalam hal ini adalah rasa sayang Marni
kepada anaknya, Lontar. Marni
menganggap kerugian karena cermin yang
rusak tidak ada apa-apanya dibandingkan
dengan anaknya yang jauh lebih bernilai.
Ujaran sangat santun dari Marni yang
sederhana tetapi bermakna dalam yaitu
“Terima kasih Nak, tapi kan kau tak
harus membelinya, kau bisa menyimpan
uangmu untuk keperluan lain seperti
makan atau beli pakaian,” sambung
Marni, pastilah sangat membekas
diingatan Lontar.
Ujaran Santun
Ujaran antartokoh dalam novel
surga untuk ibuku yang dianalisa oleh
peneliti adalah ujaran santun. Sehubungan
dengan kesantunan, Rahardi, dkk. (2016,
p.41—42) menyatakan bahwa kesantunan
adalah perilaku atau cara pembawaan diri
yang dicirikan oleh etika, unsur kultural
tertentu seperti misalnya
membungkukkan badan ketika melewati
pribadi-pribadi yang lebih tua. Walaupun
fenomenan kultural ini bisa sangat
beragam diberagam tempat. Pada
dasarnya tujuan dari kesantunan adalah
menciptakan suasana yang bersahabat.
Dibawah ini adalah rangkuman ujaran
santun yang ditemukan oleh peneliti.
Ujaran 1
“Tapi ...”
“Sudah, tidurlah, semoga besok tubuhmu
sudah tak panas lagi,”
(Ansar, 2016, p.31)
Konteks:
Setting pada kutipan tuturan ini, yaitu di
rumah kardus milik Marni. Dituturkan
oleh partisipan Lontar dan Marni.
Lontar yang masih sedikit demam,
bertukar pikiran dengan ibunya tentang
dirinya bekerja untuk mendapatkan uang
tambahan. Marni lebih suka agar anaknya
tidak bekerja dulu karena ia merasa bahwa
dirinya masih sanggup menafkahi dirinya
dan Lontar. Ia tidak mau Lontar
menyusahkan orang lain misalnya Bang
Ipul. Ujaran yang dikeluarkan oleh Marni
termasuk ujaran santun karena
mengandung unsur ketegasan atau
mendisiplinkan. Ujaran santun dari waita
tersebut adalah “Sudah, tidurlah, semoga
besok tubuhmu sudah tak panas lagi,”
Ujaran ini termasuk ujaran santun.
Ujaran Tidak Santun
Ujaran tidak santun mudah sekali
ditemukan dewasa ini, baik di media cetak
maupun internet. Pranowo (2012, p.69)
berpendapat bahwa ada sejumlah faktor
yang menyebabkan sebuah tuturan
menjadi tidak santun, yaitu 1) kritik yang
disertai dengan umpatan atau kata-kata
kasar; 2) dorongan rasa emosi penutur; 3)
penutur menjadi marah karena
9
pendapatnya diserang oleh mitra turur; 4)
niat buruk dari penutur untuk sengaja
menuduh atau merendahkan mitra tutur.
Ujaran tidak santun yang ditemukan oleh
peneliti dalam novel Surga Untuk Ibuku
karya Riri Ansar memenuhi salah satu
kriteria diatas.
Ujaran 1
“Bang, Lontar sudah sering bilang itu,
tapi Ibu malah marah. Dibilangnya
Lontar tak mau tinggal sama Ibu, Lontar
habis dipukulinya,” ucap Lontar
menunjukkan bekas luka lebam di
pahanya.
“Gila kali Ibu kau itu.” Ucap Bang Ipul
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
(Ansar, 2016, p.10)
Konteks:
Setting pada kutipan tuturan ini, yaitu di
kios koran milik Bang Ipul. Dituturkan
oleh partisipan Lontar dan Bang Ipul.
Tuturan di atas adalah tuturan
yang diucapkan oleh Bang Ipul, pemilik
kios koran dimana Lontar biasa
mengambil koran dan menjualnya di
dekat lampu merah. Bang Ipul
berkeinginan agar Lontar ikut tinggal di
rumahnya, tetapi sepertinya Marni
keberatan dengan gagasan tersebut. Jika
ditelusuri seluruh konteks percakapan
antara Bang Ipul dan Lontar, dapat
dipahami bahwa Bang Ipul ingin yang
terbaik untuk anak itu. Bang Ipul juga
nampak kesal karena melihat Marni
memukul Lontar hingga pahanya lebam.
Bang Ipul meluapkan kekesalannya
dengan membuat ujaran yang tidak santun
sebagai berikut “Gila kali Ibu kau itu.”
Ucap Bang Ipul sambil menggeleng-
gelengkan kepalanya.” Ujaran ini
termasuk ujaran tidak santun karena
pilihan diksi kata yang ditujukan untuk
mengejek, merendahkan, dan
menjelekkan orang lain. Ungkapan
kekesalan dari Bang Ipul ini termasuk
dalam kelompok ujaran tidak santun.
Ujaran Sangat Tidak Santun
Peneliti mengamati bahwa ujaran
sangat tidak santun telah menjadi semakin
umum dewasa ini. Ini adalah hal yang
memprihatinkan. Ujaran yang buruk
seperti ini juga tergambar dalam dialog
antartokoh dalam novel Surga Untuk
Ibuku dalam bahasa sehari-hari mereka.
Berikut adalah rangkuman ujaran sangat
tidak santun yang ditemukan oleh peneliti.
Ujaran 1
Matanya tetap mengawasi arah jatuhnya
layang-layang itu sambil melihat ke
beberapa anak yang juga menuju layang-
layang itu.
Cittttt!!! Setan!!!
Decit suara kendaraan motor terdengar
keras sersenggol sepeda motor yang
melaju dari arah kanan.
(Ansar, 2016, p.13)
Konteks:
Setting pada kutipan tuturan ini,
yaitu di jalan menuju rumah Lontar.
Dituturkan oleh partisipan Lontar dan
seorang pengendara motor.
Lontar tampak asyik mengejar layang-
layang sampai dia lupa bahwa ia ada di
jalan raya dan ada banyak kendaraan yang
lalu lalang. Benar saja, seorang
pengendara motor hampir saja menabrak
Lontar jika ia tidak mengerem dengan
kuat. Pria yang marah ini kemudian
mengeluarkan ujaran yang sangat tidak
santun berupa umpatan kepada Lontar.
Ujaran yang tidak santun tersebut adalah
“Setan!!!”, menarik untuk dicermati
bahwa penulis novel ini mencoba
memberikan sebuah gambaran kepada
para pembacanya tentang gaya berbahasa
orang-orang di perkotaan, yang
didominasi oleh ujaran tidak santun
berupa sinisme, umpatan, hinaan dan lain-
lain. Ujaran si pengendara motor ini
termasuk ujaran sangat tidak santun
karena pilihan diksi kata yang ditujukan
untuk mengumpat lawan bicaranya.
Ungkapan kasar dari si pengendara motor
ini termasuk dalam kelompok ujaran tidak
santun.
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan dua pokok
utama, yaitu (1) simpulan dan (2) saran.
10
Simpulan berisi ringkasan atas
keseluruhan hasil penelitian ini.
Sedangkan saran berisi poin-poin praktis
yang perlu diperhatikan demi penelitian di
masa yang akan datang.
Simpulan
Berdasarkan hasil klasifikasi dan
analisis data pada percakapan
(dialog) antartokoh dalam novel
Surga Untuk Ibuku karya Riri Ansar,
peneliti menyampaikan beberapa
simpulan sebagai berikut.
1. Maksim Kesantunan dalam
Dialog Antartokoh
Peneliti menyimpulkan
bahwa tuturan antartokoh dalam
novel Surga Untuk Ibuku dapat
dikategorikan kedalam maksim-
maksim tertentu dan tingkatan
kesantunan berbahasa tertentu
dan telah memenuhi kriteria
maksim dalam prinsip kesantunan
berbahasa dalam konteks Bahasa
Indonesia. Peneliti menemukan
enam jenis maksim kesantunan
setelah membaca dan melakukan
klasifikasi, serta analisis data
tuturan para tokoh dalam novel
Surga Untuk Ibuku karya Riri
Ansar. Keenam maksim
kesantunan itu adalah maksim
kedermawanan, maksim simpati,
maksim penghargaan, maksim
kebijaksanaan, maksim
kesederhanaan, dan maksim
permufakatan dengan total 41
maksim. Dari keenam maksim
yang berhasil diidentifikasi oleh
peneliti, maksim kedermawanan
merupakan maskim yang paling
sering muncul dalam dialog
antartokoh dalam novel Surga
Untuk Ibuku. Maksim dengan
frekuensi pemunculan terendah
adalah maksim permufakatan
dalam tuturan antartokoh novel
Surga Untuk Ibuku.
2. Tingkat Kesantunan Berbahasa
dalam Dialog Antartokoh
Peneliti menemukan ada
4 tingkat kesantunan berbahasa
dalam tuturan antartokoh pada
novel Surga Untuk Ibuku karya
Riri Ansar. Temuan ini
didasarkan pada hasil klasifikasi
dan analisis data yang telah
peneliti lakukan. Peneliti
mengumpulkan sebanyak 17 data
tuturan antartokoh yang
dikategorikan kedalam 4 kategori
skala kesantunan yaitu, kategori
ujaran sangat santun, kategori
ujaran santun, kategori ujaran
tidak santun, dan kategori ujaran
sangat tidak santun.
Sesuai pengkategorian
data tuturan antartokoh ke dalam
4 kategori skala kesantunan,
peneliti menemukan sebanyak 4
tuturan yang termasuk dalam
ujaran yang sangat santun, 4
ujaran santun, 5 ujaran tidak
santun, dan 5 ujaran sangat tidak
santun. Berdasarkan hasil analisis
yang telah peneliti lakukan
terhadap tingkat kensantunan
berbahasa antartokoh, bahwa
ujaran santun maupun yang tidak
santun berada pada perbandingan
yang seimbang.
Saran
Peneliti menyadari bahwa
penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna dan pasti ada pokok-pokok
penting lain yang belum dijangkau
oleh penelitian ini. Oleh sebab itu,
peneliti ingin mengajukan saran
terutama bagi peneliti lain yang hendak
melakukan penelitian tentang maksim
dan kesantunan berbahasa dengan
aspek yang berbeda. Salah satu aspek
yang menarik untuk diteliti adalah
aspek deiksis, implikatur, dan korelasi
penggunaan maksim dan skala
kesantunan berbahasa dengan latar
pendidikan seseorang. Peneliti ingin
mengajukan saran agar juga dilakukan
penelitian terhadap novel Surga Untuk
Ibuku yang dikaji dari sisi pra-
11
anggapan, deiksis, implikatur, dan
lain-lain.
DAFTAR RUJUKAN
Ansar, R. (2016). Surga Untuk Ibuku.
SJakarta: Euthenia.
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan
Berbahasa (Edisi Revisi). Jakarta:
Rineka Cipta.
Hafizurrahman. (2018). Prinsip
Kesantunan dalam 360 Cerita
Jenaka Nasruddin Hoja. Skripsi.
Pontianak: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas
Tanjungpura.
Leech, G. (2015). Prinsip-Prinsip
Pragmatik (diterjemahkan oleh Dr.
M. D. D Oka, M. A.). Jakarta: UI-
Press.
Moleong, L.J. (2017). Metodologi
Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi).
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pranowo. (2012). Berbahasa Secara
Santun. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Pratiwi, E. (2019). Maksim Kesantunan
dalam Novel Dear Nathan Karya
Erisca Febriani. Skripsi.
Pontianak. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas
Tanjungpura.
Rahardi, K. (2005). Pragmatik
Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia.Jakarta: Erlangga.
Rahardi, K. (2009). Sosio Pragmatik.
Jakarta: Erlangga.
Sari, R.N. (2018). Hubungan Polisemi
Linier Autosuperordinat dalam
Novel Surga Untuk Ibuku Karya
Riri Ansar. Jurnal Ilmiah. Jombang:
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Jombang.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian
Pendidikan (Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi, R&D, dan Penelitian
Pendidikan). Bandung: Alfabeta.
Zamzani, dkk. (2011). Pengembangan
Alat Ukur Kesantunan Bahasa
Indonesia dalam Interaksi Sosial
Bersemuka. Jurnal Ilmiah.
Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.