dukungan sosial gerakan untuk

187
DUKUNGAN SOSIAL GERAKAN UNTUK KESEJAHTERAAN TUNARUNGU INDONESIA (GERKATIN) TERHADAP PENYANDANG TULI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: Maulidina Sekar Jannati 11150541000058 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Transcript of dukungan sosial gerakan untuk

DUKUNGAN SOSIAL GERAKAN UNTUK

KESEJAHTERAAN TUNARUNGU INDONESIA

(GERKATIN) TERHADAP PENYANDANG TULI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

(S. Sos)

Oleh:

Maulidina Sekar Jannati

11150541000058

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

i

ABSTRAK

Maulidina Sekar Jannati, 11150541000058, 2019

Dukungan Sosial Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN) Terhadap Penyandang Tuli

Orang dengan penyandang Tuli adalah seseorang yang

mengalami gangguan atau kerusakan pada organ-organ

telinganya. Mereka lebih senang di panggil dengan Tuli dari pada

Tunarungu. Sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari membuat

teman Tuli mendapatkan aksesbilitas dalam memenuhi hak-hak

mereka dan dukungan dari teman-teman dengar maupun teman-

teman Tuli.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan menggunakan hasil dari wawancara,

studi dokumentasi dan observasi untuk mengetahui dan

mendeskripsikan bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh

Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN) kepada teman Tuli. Juga meneliti tentang

Pengaruh teman Tuli yang telah bergabung di organisasi ini.

Adapun hasil penelitian yang penulis dapatkan mengenai

dukungan sosial yang diberikan oleh GERKATIN terdapat lima

dukungan sosial, yaitu pada aspek dukungan informatif seperti

dengan adanya Juru Bahasa Isyarat (JBI), adanya sosial media

yang membantu teman Tuli mengakses informasi. Dukungan

emosional, seperti adanya teman sharing antar sesama anggota.

Dukungan instrumental, seperti adanya tempat-tempat belajar

BISINDO sebagai akses sosialisasi kepada masyarakat.Dukungan

penghargaan, seperti adanya JBI di televisi atau di acara-acara

formal. Dan dukungan kelompok, seperti berbagi rasa antar

sesama teman Tuli. Pengaruh langsung seperti adanya dukungan

dan komunikasi intensif yang diberikan oleh sesama anggota

Pengaruh tidak langsung, yaitu adanya tempat berbagi kisah. Dan

pengaruh interaktif seperti GERKATIN mempunyai pengaruh

kepada teman Tuli untuk menjadikan organisasi ini sebagai

wadah kesejahteraan mereka seperti terhindarnya dari

diskriminasi yang mempunyai banyak dampak negatif.

Kata Kunci: Dukungan sosial, penyandang Tuli, BISINDO.

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan

Karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Dukungan Sosial

Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN) Tehadap Penyandang Tuli”. Shalawat dan

salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni

Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat, serta para

umatnya yang insya Allah hingga kini terus mencintainya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang

penulis miliki. Oleh karena itu kritik, saran dan masukan yang

bertujuan membangun sungguh merupakan suatu yang berharga

sehingga penulis bisa menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik

lagi.

Penulis juga menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan

saran serta dukungan dari semua pihak, hingga selesainya

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati

penulis ingin menghanturkan banyak terima kasih kepada pihak-

pihak sebagai berikut:

1. Suparto M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Siti Napsiyah, S. Ag,

BSW, MSW sebagai Wakil Dekan Akademik. Drs.

Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang

iii

Administrasi Umum. Drs. Cecep Sastrawijaya, MA

sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Program Studi

Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program

Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ismet Firdaus, M.Si., sebagai dosen pembimbing skripsi

yang telah banyak meluangkan waktunya dalam

membantu dan memberikan pengarahan serta

bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik.

4. Dr. H. Arief Subhan, MA sebagai dosen pembimbing

akademik.

5. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang

telah memberikan sumbangsih wawasan keilmuan dan

membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi yang telah memberikan sumbangsih

wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama

melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi dan Perpustakaan Utama atas pelayanan dan

iv

tersedianya buku-buku, jurnal, atau skripsi-skripsi

penelitian terdahulu yang penulis butuhkan dalam

penulisan skripsi ini.

8. Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN) DPP Pusat dengan seluruh pengurus dan

anggotanya. Bambang Prasetyo sebagai Ketua Umum

GERKATIN yang memberikan banyak informasi

mengenai organisasi ini. Wilma Redjeki sebagai guru

Bahasa Isyarat penulis dan sangat membantu memberikan

kemudahan untuk mendapatkan data-data yang penulis

perlukan. Dimas Hendrayanto dan Iwan Satryawan juga

sebagai guru Bahasa Isyarat penulis dan narasumber yang

banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

9. Adhi Kusumo Bharoto, Andhika Irlang, Rully Anjar

Arifianto sebagai Juru Bahasa Isyarat dan narasumber

yang membantu penulis melengkapi data-data penulisan.

10. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2015 yang

memberikan warna untuk penulis dalam menjalani

perkuliahan selama 4 tahun.

11. Bapak dan Ibu penulis sebagai orang tua kandung yang

selalu memberikan doa-doa dan semangat untuk anak

tunggalnya. Kalian juga memberikan usaha-usaha terbesar

untuk anakmu menyelesaikan pendidikan di Strata Satu.

12. Achmad Fadilah manusia paling baik yang selalu

memberikan waktu, usaha, doa, semangat dan

v

mendengarkan keluh kesah penulis sehingga penulis bisa

terus berusaha menyelesaikan skripsi ini.

13. Anisa Yusman, Afni Alfiyani, Alvionita Rizqi Aulia,

Chessy Candra Saputri, Fani Ayu Lestari dan Sal Sal

Billah yang memberikan kehadirannya dan memberikan

cerita-cerita yang berkesan selama berteman di bangku

perkuliahan.

14. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan

laporan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,

mendukung, mendoakan, meluangkan waktu dan memberikan

semangat yang tiada henti kepada penulis. Semoga segala

kebaikan kalian dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.

Semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi referensi bagi

mahasiswa Kesejahteraan Sosial maupun peneliti-peneliti

selanjutnya.

Jakarta, Oktober 2019

Penulis,

Maulidina Sekar Jannati

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................... vi

DAFTAR TABEL........................................................................ x

DAFTAR GAMBAR .................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................... 1

B. Batasan Masalah ........................................... 11

C. Rumusan Masalah ........................................ 11

D. Tujuan dan Manfaat Masalah ....................... 12

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ........................... 13

F. Metode Penelitian ......................................... 15

G. Sistematika Penulisan ................................... 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................... 27

A. Dukungan Sosial........................................... 27

1. Pengertian ................................................ 27

vii

2. Sumber ......................................................... 29

3. Aspek ....................................................... 30

4. Faktor ........................................................... 32

5. Pengaruh ...................................................... 33

B. Tinjauan Tentang Disabilitas dan Tuli .......... 34

1. Disabilitas ................................................ 34

a. Pengertian .......................................... 34

b. Jenis-jenis .......................................... 35

1) Disabilitas Mental .......................... 35

2) Disabilitas Fisik .............................. 36

3) Disabilitas Ganda ........................... 37

2. Tunarungu/Tuli ........................................... 37

a. Pengertian .......................................... 37

b. Penyebab ............................................ 39

c. Karakteristik ...................................... 42

d. Klasifikasi .......................................... 43

C. Kesejahteraan ................................................... 46

D. Komunikasi ...................................................... 47

1. Pengertian ............................................... 47

E. Bahasa Isyarat .................................................. 49

1. Pengertian ............................................... 49

2. Bahasa Isyarat Indonesia ........................ 51

3. System Isyarat Bahasa Indonesia ........... 54

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ... 57

A. GERKATIN.................................................. 57

viii

1. Sejarah .................................................... 57

2. Visi dan Misi .......................................... 59

a. Visi ................................................... 59

b. Misi ................................................... 59

c. Tujuan ............................................... 60

d. Landasan Hukum .............................. 60

B. Struktur Organisasi ....................................... 61

C. Program Kerja .............................................. 62

a) Tenaga Kerja .................................... 62

b) Kesehatan ......................................... 62

c) Kewanitaan ....................................... 63

d) Seni Budaya ...................................... 63

e) Pendidikan ........................................ 63

f) Hubungan Masyarakat ...................... 63

g) Kepemudaan ..................................... 64

h) Organisasi ......................................... 64

i) BISINDO .......................................... 64

BAB IV HASIL TEMUAN PENELITIAN ........................... 65

A. Informasi Informan .................................... 65

B. Dukungan Sosial ........................................ 66

a. Dukungan Emosional ................................. 66

b. Dukungan Penghargaan ............................. 69

c. Dukungan Instrumental .............................. 73

d. Dukungan Informatif ................................. 77

e. Dukungan Kelompok ................................. 85

ix

C. Pengaruh Dukungan Sosial .............................. 89

a. Pengaruh Langsung .................................... 89

b. Pengaruh Tidak Langsung ......................... 90

c. Pengaruh Interaktif .................................... 91

BAB V PEMBAHASAN ....................................................... 93

A. Dukungan Sosial........................................... 94

a. Dukungan Emosional .............................. 94

b. Dukungan Penghargaan ............................. 95

c. Dukungan Instrumental ............................. 94

d. Dukungan Informatif ................................. 99

e. Dukungan Kelompok ............................... 100

B. Pengaruh Dukungan Sosial ........................ 101

a. Pengaruh Langsung ............................... 101

b. Pengaruh Tidak Langsung..................... 102

c. Pengaruh Interaktif ................................ 103

BAB VI PENUTUP ............................................................. 105

A. Kesimpulan ................................................. 102

B. Saran ........................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 109

LAMPIRAN ............................................................................. 124

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rancangan Penelitian ................................... 19

Tabel 2.1 Penggolongan Tunarungu ............................. 45

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)Abjad ........... 53

Gambar 2.2 Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) Angka ......... 53

Gambar 2.3 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) Abjad ....... 55

Gambar 2.4 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) Angka ...... 55

Gambar 4.1 Instagram Handai Tuli .......................................... 67

Gambar 4.2 Kelas ACE PPKM ................................................ 70

Gambar 4.3 Kelas ACE PPKM ................................................ 71

Gambar 4.4 Berita Kopi Tuli ................................................... 76

Gambar 4.5 Berita Sunyi Coffe ................................................ 76

Gambar 4.6 Instagram PLJ ....................................................... 82

Gambar 4.7 WhatsApp Group GERKATIN............................. 83

Gambar 4.8 Instagram GERKATIN ........................................ 80

Gambar 4.9 Instagram Kopi Tuli ............................................. 86

Gambar 4.10 Instagram Sunyi Coffe ........................................ 87

xii

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Pedoman Observasi

LAMPIRAN 2 Transkip Wawancara dengan Bambang

Prasetyo

LAMPIRAN 3 Transkip Wawancara dengan Wilma

Redjeki

LAMPIRAN 4 Transkip Wawancara dengan Iwan

Satryawan

LAMPIRAN 5 Transkip Wawancara dengan Michelle

Layanto

LAMPIRAN 6 Transkip Wawancara dengan Adhi

Kusumo Bharoto

LAMPIRAN 7 Transkip Wawancara dengan Dimas

Hendrayanto

LAMPIRAN 8 Surat Keterangan Prodi

LAMPIRAN 9 Cover Persetujuan Skripsi

LAMPIRAN 10 Surat Permohonan Dosen Pembimbing

LAMPIRAN 11 Surat Keterangan Penelitian

LAMPIRAN 12 Dokumentasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial, manusia pada umumnya

memiliki keinginan untuk berbicara, saling berbagi ide atau

pengetahuan, berbagi pengalaman kepada sesama sebagai

kebutuhan manusia, mengirim dan menerima informasi.

Berbagai kegiatan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui

kegiatan interaksi dengan orang lain dalam suatu sistem sosial

tertentu. Menurut Ghufron dan Risnawita (Ghufron & S,

2012) bahwa manusia mempunyai ciri khas masing-masing,

sehingga setiap manusia yang dilahirkan di bumi ini tidak ada

yang sama. Maka manusia memiliki perbedaan yang

membuat mereka memiliki keistimewaan tersendiri.

Penyandang disabilitas menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 adalah setiap orang

yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,

dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam

berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan

dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif

dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Dan

menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang

Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, yaitu orang

yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau

2

sensorik dalam jangka waktu lama dalam berinteraksi dengan

lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui

hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan

efektif berdasarkan kesamaan hak.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

DKI Jakarta, pada 2015 tercatat jumlah penyandang

disabilitas di Ibu Kota mencapai 6.003 jiwa. Jakarta Selatan

menjadi daerah dengan penyandang disabilitas terbanyak,

yakni berjumlah 2.290, disusul oleh Jakarta Barat 1.155 jiwa.

Kepulauan Seribu menjadi wilayah yang paling sedikit

dengan 69 penyandang disabilitas (databoks, 2017).

Orang dengan penyandang Tuli adalah seseorang yang

mengalami gangguan atau kerusakan pada organ-organ

telinganya seperti organ telinga bagian dalam, organ telinga

bagian tengah dan organ telinga bagian luar yang disebabkan

oleh banyak hal seperti kecelakaan, penyakit atau sebab lain

sehingga organ-organ tersebut tidak bisa menjalankan

fungsinya dengan baik (Efendi, 2006). Tunarungu disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu, faktor keturunan, menderita

campak jerman (Rubella) dari pihak ibu, komplikasi selama

kehamilan dan kelahiran, mengalami radang selaput otak

(Meningitis), otitis media (radang pada bagian tengah

telinga), penyakit anak-anak, radang dan luka-luka (Rahmi,

2012).

3

Penyandang disabilitas Tuli disebut dengan teman Tuli

dan orang normal yang bisa mendengar disebut dengan teman

dengar. Menurut Murni Winarsih penyandang Tuli adalah

tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran

yang mengakibatkan seseorang memiliki kekurangan atau

kehilangan dalam hal kemampuan mendengar baik sebagian

maupun seluruhnya, sehingga individu tersebut tidak dapat

menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-

hari. Hal ini juga memberikan dampak terhadap

kehidupannya secara kompleks terutama pada kemampuan

bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting

(Winarsih, 2007).

Komunikasi adalah interaksi yang terjadi apabila orang

yang mengirim atau menyampaikan pesan dan orang yang

menerima pesan. Pada dasarnya komunikasi adalah

penyampaian atau pengiriman pesan yang biasanya berupa

perasaan dan pikiran oleh seorang komunikator untuk

memberitahu kepada orang lain yang berguna untuk merubah

sikap dan perilaku secara langsung maupun tidak langsung

dan poin yang paling penting adalah proses penyampaian

pesan harus jelas (Effendy, Ilmu Komunikasi, 2005).

Komunikasi sangat penting untuk kehidupan sehari-hari.

Komunikasi digunakan sebagai alat sosialisasi dan interaksi

antara sesama manusia. Komunikasi dibagi menjadi dua,

komunikasi nonverbal seperti gerak badan, ekspresi muka dan

4

gerakan lainnya tanpa diiringi oleh suara. Dan komunikasi

verbal seperti yang dihasilkan oleh suara maupun tulisan.

Dengan menggunakan komunikasi, kegiatan yang kita

lakukan menjadi mudah. Tetapi diluar sana ada yang tidak

bisa menggunakan komunikasi verbal, seperti teman tuli atau

biasanya disebut dengan tunarungu dan tuna wicara. Mereka

membutuhkan metode khusus melalui layanan dan fasilitas

khusus untuk mengembangkan kemampuan berbahasa sesuai

dengan kebutuhannya karena terdapat perbedaan kemampuan

berbahasa yang dimilikinya (Hernawati, 2007).

Teman Tuli berkomunikasi dengan melakukan

komunikasi nonverbal, mereka merasa kesulitan

berkomunikasi dengan cara verbal karena mereka memiliki

keterbatasan pendengaran. Komunikasi verbal adalah

komunikasi dengan menggunakan lisan maupun tulisan.

Mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat,

gestur tubuh, gerak bibir dan menggunakan jari yang telah

dibuat dan disepakati oleh teman-teman Tuli lainnya

(Sugianto & Samopa, Analisis Manfaat dan Penerimaan

Terhadap Implementasi Bahasa Isyarat Indonesia Pada Latar

Belakang Komplek Menggunakan Kinect dan Jaringan Syaraf

Tiruan, 2015).Bahasa isyarat pada setiap daerah berbeda-beda

tetapi mempunyai makna yang sama.

Bahasa isyarat (sign language) dikenal dengan sebutan

bahasa gerakan. Pada beberapa tahun belakang, banyak

5

orang-orang yang mengembangkan bahasa isyarat untuk

individu yang mempunyai gangguan pendengaran atau

gangguan bicara. Cara berkomunikasi dengan teman Tuli

adalah menggunakan bahasa isyarat yang mengutamakan

gestur gerakan tubuh serta ekspresi wajah sebagai penunjang

bagi kemampuan komunikasinya yang bersifat non-verbal.

Isyarat dapat didefinisikan secara sederhana sebagai

penggunaan tangan, lengan dan kepala untuk membuat tanda.

Serta salah satu bentuk komunikasi penyandang tunarungu

adalah komunikasi total yakni komunikasi yang berusaha

menggabungkan berbagai bentuk komunikasi untuk

mengembangkan konsep bahasa pada penyandang tunarungu.

Didalamnya terdapat gerakan-gerakan, suara yang diperkeras,

ejaan jari, bahasa isyarat, membaca dan menulis. Bahasa

tubuh adalah istilah umum yang digunakan untuk

mengidentifikasikan komunikasi melalui isyarat, gestur,

sinyal dan tanda tubuh lainnya baik sadar maupun tidak sadar.

Bahasa tubuh mengkomunikasikan informasi tak terucap

mengenai identitas, hubungan, pikiran seseorang, suasana

hati, motivasi dan sikap yang lebih berkomunikasi total

(Danesi, 2012).

Bahasa adalah peran yang sangat penting dalam

melakukan komunikasi. Bahasa yang digunakan teman Tuli

berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh teman dengar

dan seharusnya teman Tuli mendapatkan kesetaraan sesuai

yang diatur pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 Pasal

6

2 tentang Pelaksanaan dan Pemenuhan Hak Penyandang

Disabilitas yang berbunyi:

a. Penghormatan terhadap martabat;

b. otonomi individu;

c. tanpa Diskriminasi;

d. partisipasi penuh;

e. keragaman manusia dan kemanusiaan;

f. Kesamaan Kesempatan;

g. kesetaraan;

h. Aksesibilitas;

i. kapasitas yang terus berkembang dan identitas anak;

j. inklusif; dan

k. perlakuan khusus dan Pelindungan lebih.

Pada Januari 2018, seorang aktifis Tuli bernama Anggi

masih merasakan diskriminasi dilingkungan sosial hingga

pendidikan di daerahnya. Menurut Anggi, teman Tuli masih

sering didiskriminasi karena mempunyai hambatan sering

terbalik-balik pada saat menggunakan kosa kata bahasa

Indonesia. Anggi mengatakan bahwa teman-teman Tuli juga

mempunyai hak untuk setara dengan teman-teman dengar.

Hambatan juga dirasakan pada susahnya mendapatkan

aksesibilitas informasi karena belum banyak masyarakat yang

mengerti bahasa isyarat. Dan dalam bidang pendidikan, teman

tuli seharusnya mendapatkan kesetaraan dalam hal kurikulum,

7

ilmu-ilmu dasar dan diremehkan dengan tim pengajar (Nur,

2018).

Di dunia ini terdapat manusia yang lengkap fisiknya dan

tidak memiliki kekurangan tetapi ada juga yang sebaliknya.

Manusia diciptakan di dalam dunia ini berbeda-beda. Ada

yang berjenis kelamin perempuan dan ada juga yang berjenis

kelamin laki-laki. Walaupun di dunia ini seseorang diciptakan

dalam keadaan kembar, tetapi perbedaan itu masih (Zahroh &

Asyhar, 2014). Maka dalam kehidupan sehari-hari kita

sebagai manusia pasti bertemu dengan orang yang berbeda-

beda mulai dari yang sempurna fisiknya atau alat inderanya

maupun yang tidak sempurna. Hal ini sejalan dengan surat

Al-Hujurat ayat 11 yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan

orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi

yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan

pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,

boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah

suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan

8

gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan

adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan

barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-

orang yang zalim.”

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak membolehkan

seluruh manusia saling mengejek kekurangan yang dimiliki

oleh orang lain karena mungkin orang yang sendang

direndahkan adalah orang yang lebih tinggi derajatnya

dihadapan Allah. Maka Allah menyiptakan semua manusia ini

sama, sama-sama mempunyai kekurangan dan kelebihan.

Tidak ada yang perlu ditakutkan untuk berkomunikasi

dengan teman Tuli. Pada saat pertama kali bertemu, teman

dengar boleh menanyakan kepada teman Tuli komunikasi apa

yang mereka gunakan seperti gerak bibir, tulisan atau isyarat.

Teman Tuli juga butuh dukungan dari teman dengar untuk

terus mensosialisasikan bahasa isyarat agar teman tuli bisa

setara dengan teman dengar (Fadlillah, 2018).

Semua manusia pasti membutuhkan dukungan sosial dari

orang lain. House, dkk (Sarafino, Healthy Psychology,

1994)mengatakan bentuk dukungan sosial bermacam-macam,

mulai dari dukungan penghargaan, dukungan emosional,

dukungan intrumental dan dukungan informatif. Menurut

Gottlieb dukungan sosial adalah saran atau nasihat yang

memberikan informasi non-verbal dan verbal, dukungan

9

sosial diberikan oleh suatu objek di dalam lingkungan sosial

individu sebagai bentuk kehadiran dan hal-hal yang

memberikan manfaat emosional atau yang bisa memberikan

pengaruh tingkah laku terhadap penerimanya (Armstrong,

Birnie-Lefcovitch, & Ungar, 2005).

Faktor dukungan sosial sebagai faktor eksternal yang

berasal dari lingkungan sekitar individu mempengaruhi

kebermaknaan hidup seseorang. Dalam jurnal penelitian

tentang Hubungan Antara Dukungan Sosial dan

Kebermaknaan Hidup pada Penyandang Tunarungu di

Komunitas PERTURI Surabaya telah meneliti bahwa

dukungan sosial dari individu lain yang diberikan kepada

teman Tuli cukup kuat dalam menemukan makna hidupnya,

karena teman Tuli sangat membutuhkan lingkungan

sekitarnya untuk melaksanakan komunikasi dan interaksi

sosial dalam kehidupan sehari-hari (Hayyu & Mulyana,

2015).

Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN) adalah sebuah organisasi yang mempunyai

anggota orang-orang yang paham dengan bahasa isyarat.

GERKATIN dideklarasikan melalui Kongres Nasional I, pada

tanggal 23 Februari 1981 di Jakarta. Di dalam organisasi ini

terdapat teman-teman tuli maupun teman-teman dengar yang

saling membantu. Biasanya teman dengar berperan untuk

menerjemahkan bahasa isyarat ketika teman Tuli berhadapan

10

dengan masyarakat umum yang ingin berkomunikasi dan juga

belum mengerti bahasa isyarat. GERKATIN mempunyai

kegiatan sosial yang banyak, mulai dari kelas bahasa isyarat

yang diadakan setiap 3 bulan sekali, melatih teman-teman

Tuli menjadi JBI (Juru Bahasa Isyarat), memberikan

sosialisasi kepada masyarakat umum, memberdayakan teman

Tuli melalui kesenian dan keterampilan. Melalui kegiatan

sosial ini, banyak masyarakat yang tertarik untuk bisa

berbahasa isyarat dan juga memberikan kesempatan kepada

teman Tuli untuk berdaya. Organisasi ini juga memberikan

hak-hak yang sesuai untuk penyandang disabilitas agar tidak

adanya diskriminasi dari kelompok mana pun (Indonesia,

2018). Karena perkembangan yang cukup pesat, bahasa

isyarat sudah digunakan oleh teman dengar dan teman Tuli.

Mereka sering berkomunikasi dengan Bahasa Isyarat ini

untuk mencapai tujuan dalam komunikasi.

Dengan penjabaran dan kasus yang ada dan karena di era

globalisasi sekarang banyak teman Tuli yang membutuhkan

bahasa isyarat sebagai bahasa ibu mereka. Sebagai bahasa

yang digunakan sehari-hari membuat teman Tuli

mendapatkan aksesbilitas dalam memenuhi hak-hak mereka

dan dukungan dari teman-teman dengar maupun teman-teman

Tuli, maka penulis ingin meneliti tentang “Dukungan Sosial

Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN) terhadap Penyandang Tuli”

11

B. Pembatasan Masalah

Peneliti mencoba membatasi permasalah hanya pada

bentuk Dukungan sosial yang diberikan oleh Lembaga

Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN) kepada teman Tuli, dukungan seperti apa, serta

pengaruh yang dirasakan dari teman Tuli yang bergabung

dalam GERKATIN. Di dalam GERKATIN hanya

mempunyai anggota yang mengalami Tuli. Maka penulis

ingin meneliti 6 anggota GERKATIN. Penulis juga ingin

melihat bentuk dukungan sosial seperti dukungan emosional,

penghargaan dan informasi yang didapatkan oleh teman Tuli.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Apa saja bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh

GERKATIN kepada teman Tuli?

b. Bagaimana pengaruh yang dirasakan teman Tuli setelah

mendapatkan dukungan sosial dari GERKATIN?

12

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk

dukungan sosial yang diberikan oleh GERKATIN

kepada teman Tuli.

b. Untuk melihat pengaruh yang dirasakan oleh teman

Tuli setelah mendapatkan dukungan sosial dari

GERKATIN.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademik

Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi kepada mahasiswa/i Jurusan Kesejahteraan

Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta dan khususnya bagi masyarakat umum yang ingin

lebih memperdalam khazanah keilmuan yang berkaitan

dengan penyandang Tuli.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

dukungan positif kepada teman Tuli dan juga sebagai

bahan masukan atau acuan kepada GERKATIN sehingga

dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan

kepada teman Tuli lainnya.

13

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

1. Rosidah, Skripsi Tahun 2016, “Gambaran Dukungan

Sosial Teman Sebaya dalam Penyesuaian Diri Anak

Tunagrahita (Studi Kasus Anak Tunagrahita di SDN

Rambutan 01 Jakarta)”, Jakarta. Skripsi ini

menggunakan metode penelitian kualitatif.

Membahas tentang dukungan sosial yang diberikan

teman sebaya yang bukan penyandang tunagrahita

kepada penyandang tunagrahita. Persamaannya

adalah meneliti tentang dukungan sosial yang

diberikan seseorang. Perbedaannya adalah objek

penelitiannya dan lokasi.

2. Putri, Shabrina Dwi Pitarini, Skripsi Tahun 2014,

“Dukungan Sosial Yayasan Persatuan Orang Tua

Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Kepada

Orang Tua Anak Down Syndrome”, Jakarta. Skripsi

ini membahas tentang apa saja dukungan sosial yang

diberikan dari yayasan POTADS kepada orang tua

dengan anak Down Syndrome. Persamaan dari skripsi

ini adalah membahas tentang bagaimana dan apa saja

dukungan sosial yang diberikan kepada anggota dari

yayasan tersebut. Perbedaannya adalah penulis

meneliti dukungan sosial yang diberikan agar

terlaksananya hak-hak penyandang Tuli.

3. Hernawati, Tati, Jurnal Tahun 2007, “Pengembangan

Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak

14

Tunarungu”, Bandung. Dalam jurnal ini membahasa

tentang gambaran untuk mengembangkan

kemampuan berbahasa dan berbicara anak tunarungu.

Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang

penyandang Tuli dan perbedaanya terdapat pada

lokasi penelitian.

4. Zimet, Gregory D., Dahlem, Nancy W., Sara G.

Zimet, and Gordon K. Farley, Jurnal Tahun 1988,

“The Multidimensional Scale Of Perceived Social

Support”, Lawrence Erlbaum Associaties. Dalam

jurnal ini membahas tentang dukungan sosial yang

dirasakan oleh seseorang diukur dengan MSSPS dan

pemberian dukungan diberikan oleh keluarga, teman

dan significant other orang tersebut. Persamaannya

adalah sama-sama meneliti tentang dukungan sosial

yang diberikan kepada seseorang dan perbedaannya

terdapat pada objek penelitian peneliti.

5. Tin, Win., Lin, Zaw., Swe, and Nang Khin Mya,

Jurnal Tahun 2017, “Deaf Mute or Deaf”, Malaysia.

Jurnal ini membahas tentang penyebab tuli. Penyebab

tuli bisa terjadi sebelum kelahir dan sesudah lahir.

Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang

Tuli dan perbedaannya adalah peneliti tidak hanya

berfokus pada dasar pembahasan tentang Tuli.

15

F. Metodologi Penelitian

I. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode

yang digunakan untuk melakukan penelitian pada kondisi

objek yang alamiah dan peneliti itulah yang menjadi

instrument kunci. Gabungan adalah salah satu teknik

pengumpulan data, analisis datanya bersifat induktif dan

hasil dari penelitian ini lebih menekankan makna dari

pada generalisasi (Moleong L. J., 2004).

Menurut Ghoni & Almanshur penelitian kualitatif yaitu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan

menganalisa fenomena, peristiwa, sikap, kepercayaan,

persepsi dan pemikiran manusia secara individu maupun

secara kelompok. Penelitian kualitatif bersifat induktif

yang berarti penulis membiarkan permasalahan-

permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka

untuk memberikan pandangan teoritis terhadap sesuatu.

Data-data yang dihimpun dalam penelitian ini dihimpun

dengan cara pengamatan yang seksama, mencakup

deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-

catatan hasil wawancara yang mendalam serta hasil

analisis dokumentasi yang lain (Fauzan & Djunaidi,

2012).

16

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah

pendekatan desktiptif kualitatif, pendekatan ini berarti

sebuah penelitian yang bertujuan untuk menjabarkan dan

memberikan penfsiran tentang kondisi atau hubungan

yang ada, anggapan yang sedang berkembang, proses

yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau

kecenderungan yang tengah berkembang (Sumanto,

1990).

Penelitian deskriptif didefinisikan sebagai pencarian

fakta dengan pandangan teoritis terhadap suatu yang tepat.

Pendekatan ini mempelajari masalah-masalah yang terjadi

dalam masyarakat dan situasi-situasi tertentu, termasuk

tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, proses-proses,

pandangan-pandangan dan pengaruh dari fenomena di

masyarakat. Ciri dari metode ini adalah metode penelitian

yang bertujuan membuat gambaran mengenai situasi atau

kejadian tertentu (Pujileksono, 2015).

II. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Tuli yang

ada di Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia

(GERKATIN). Dan objek penelitiannya adalah dukungan

sosial yang diberikan oleh GERKATIN kepada teman

Tuli.

17

III. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Gerakan Untuk

Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN), Jalan

Ranco Indah Dalam, No. 47 BC RT 005 RW 06, Tanjung

Barat, Jakarta Selatan.

IV. Teknik Pemilihan Informan

Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan

adalah non-probability sampling yaitu, pengambilan data

yang mengutamakan ciri atau kriteria tertentu. Maksudnya

adalah sample yang diteliti mempunyai kriteria sesuai

dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini, jenis non-

probability sampling yang digunakan adalah purosive

sampling dan snowball sampling (Swarjana, 2012).

Purposive sampling digunakan berdasarkan

pertimbangan bahwa informan yang dipilih dapat

memberikan informasi sesuai dengan pengetahuan dan

pengalaman yang sama dengan konteks penelitian. Dalam

hal ini peneliti memilih ketua GERKATIN terlebih dahulu

sebagai sumber informan yang tepat untuk membantu

menjawab pertanyaan peneliti mengenai profil lembaga.

Penulis juga menggunakan jenis snowball sampling

karena penulis tidak mengetahui siapa saja anggota

GERKATIN yang sesuai dengan kriteria penelitian.

18

Dalam buku ini dijelaskan bahwa yang akan menjadi

sample awal penelitian akan ditanyakan untuk mencari

atau mengidentifikasi dan menunjuk orang lain yang

sesuai dengan kriteria sample yang telah ditentukan.

Maka peneliti memilih ketua GERKATIN sebagai

sample awal yang dapat memberikan informasi yang

sesuai berkaitan dengan penelitian, lalu ketua

GERKATIN membantuk untuk menunjuk pengurus

lainnya, seperti sekretaris GERKATIN untuk dapat

memberikan informasi mengenai siapa anggota yang

dapat dijadikan informan dalam penelitian ini. Untuk

memenuhi informasi mengenai dukungan sosial yang

didapatkan, maka diperlukan beberapa informan yang

dapat memberikan ungkapan yang jelas. Informan tersebut

seperti anggota yang sudah lama bisa berbahasa Isyarat

dan sering bersosialisasi dengan masyarakat umum.

Kriteria yang peneliti buat untuk menjadi informan

yaitu:

1. Anggota yang sudah bisa dan lancar berbahasa

Isyarat selama 5 tahun.

2. Anggota yang sudah lama bergabung dalam

GERKATIN.

3. Anggota yang aktif dalam kegiatan yang dibuat

oleh GERKATIN.

Berikut adalah keterangan informasi informan yang

diperoleh:

19

TABEL. 1.1 Rancangan Penelitian

NO Informan Informasi yang

dicari

Jumlah

dan

Klasifikasi

1 Bambang

Prasetyo, Ketua

Umum

GERKATIN

Wawancara untuk

mengetahui profil

lembaga dan

sejarah dari

GERKATIN

1 Orang

Tuli Berat

2 Wilma Redjeki,

Wakil

Sekretaris

GERKATIN

Wawancara untuk

mengetahui profil

lembaga dan

sejarah dari

GERKATIN

1 Orang

Tuli Berat

3 Iwan

Satryawan,

Anggota

GERKATIN

Wawancara untuk

mengetahui detail

kegiatan-kegiatan

yang ada di

GERKATIN

1 Orang

Tuli Berat

4 Michelle

Layanto,

Anggota

GERKATIN

dan Sekretaris

Pusbisindo

Wawancara untuk

mengetahui

manfaat yang

dirasakan setelah

bergabung di

GERKATIN

1 Orang

Tuli Total

20

budaya tuli dan

BISINDO (Bahasa

Isyarat Indonesia)

5 Dimas

Hendrayanto,

Anggota

GERKATIN

Wawancara untuk

mengetahui

manfaat yang

dirasakan setelah

bergabung di

GERKATIN dan

bagaimana

kegiatan dari

pemuda/i tuli yang

ada di

GERKATIN

1 Orang

Tuli Berat

6 Adhi Kusumo

Bhroto,

Konsultan

GERKATIN

dan Juru Bahasa

Isyarat (JBI)

Wawancara untuk

mengetahui

manfaat yang

dirasakan setelah

bergabung di

GERKATIN

1 Orang

Tuli Berat

21

V. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan data

Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang

digunakanoleh peneliti dalam penelitian ini meliputi tiga

teknik, yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan dan melakukan pencatatan

sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Di dalam

penelitian, peneliti harus terjun langsung ke lapagan untuk

mengamati hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa

terjadinya kegiatan tersebut (Djunaedi, Ghoni, &

Almansyur, 2012). Dengan menggunakan metode ini

peneliti merekam hasil wawancara, berfoto, dan

mengamati objek penelitian saat anggota tuli dan dengar

melakukan komunikasi di Gerakan Untuk Kesejahteraan

Tunarungu Indonesia (GERKATIN).

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik yang dilakukan sebagai

upaya meghimpun data yang akurat untuk keperluan

pemecah masalah penelitian. Kemudian data yang

diperoleh menggunakan teknik ini adalah dengan

melakukan tanya jawab dengan menggunakan BISINDO

22

dan berkomunikasi dengan tatap muka langsung antara

seorang atau beberapa orang yang diwawancarai

(Bachtiar, 1997). Peneliti melakukan wawancara seperti

tanya jawab kepada Ketua Umum, Wakil Sekretaris, dan

Anggota dari GERKATIN secara langsung dengan

bertujuan untuk mendapatkan keterangan dan informasi

secara jelas mengenai dukungan sosial yang diberikan

antara teman dengar dan teman Tuli dalam melaksanakan

komunikasi sesuai dengan tujuan yang telah peneliti

tetapkan. Peneliti menggunakan wawancara

semiterstruktur dan tak terstruktur.

3. Studi Dokumentasi

Dalam tahap dokumentasi ini peneliti mencari dan

berusaha untuk mendapatkan informasi dokumenter

sebanyak-banyaknya yang peneliti butuhkan untuk

mencapai hasil yang relevan (Sarwono, 2006).

Dokumentasi dikumpulkan dalam berbentuk dokumen

seperti, jurnal, artikel, studi pustaka, buku bacaan dan

segala macam bentuk dokumentasi yang bisa dijadikan

bahan kelengkapan yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Teknik Pengolahan data

Cara yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan

pengolahan data adalah tahap persiapan dan penyeleksian.

Dalam tahap persiapan dilakukan dengan memperhatikan

23

apa saja yang harus dipersiapkan seperti, data lapangan,

catatan lapangan, maupun foto. Data lapangan berupa

rekaman suara disalin dalam bentuk tulisan sedangkan

yang berupa foto dideskripsikan sesuai dengan keterangan

foto yang ada (Sugiono, 2006). Setelah semua data-data

yang diteliti sudah terkumpul maka peneliti melakukan

penyeleksian jika ada data-data yang tidak sesuai dengan

objek penelitian.

c. Analisis data

Analisis data di dalam penelitian kualitatif adalah

proses pencarian dan penyusunan data secara sistematis

yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi

dokumentasi yang dapat memberikan kesimpulan yang

mudah dipahami (Sugiono, 2006). Di dalam penelitian ini,

peneliti melakukan pengambilan kesimpulan-kesimpulan

yang sesuai dengan tema dan objek penelitian melalui

proses pengumpulan, penyusunan, penyajian dan hasil

analisa yang berupa kata-kata. Kemudian peneliti

berusaha untuk melakukan analisis data dengan menyusun

kata-kata yang ditulis dalam penelitian secara lebih luas.

d. Teknik Keabsahan data

Dalam melakukan keabsahan data, peneliti

menggunakan 2 teknik yaitu pengamatan dan kecukupan

referensial. Teknik pengamatan yang dimaksud adalah

24

meningkatkan keseriusan dan ketekunan untuk

mendapatkan hasil kesimpulan yang akurat dari data-data

penelitian. Dan yang kedua kecukupan referensial.

Peneliti memaksimalkan referensi-referensi yang ada dan

menelaah lebih lanjut sebagai rujukan dalam melakukan

pemeriksaan keabsahan data. Jika belum mencukupi,

maka peneliti akan mencari referensi-referensi lain sesuai

dengan data penelitian. Dan pada teknik ini data

digunakan untuk memperkuat argumen pada penelitian

(Moleong L. J., 2007).

VI. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dimulai pada bulan Maret 2019

sampai dengan Agustus 2019 di Gerakan Untuk

Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN).

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan dan

pembahasan penelitian ini, sistematika penulisan laporan

penelitian di bagi dalam lima bab yang terdiri dari sub-

sub. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Di dalam penulisan laporan penelitian ini terdiri dari Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,

25

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Review Kajian

Terdahulu, Metodologi Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam penulisan laporan penelitian ini terdiri dari

Dukungan Sosial, Tinjauan Tentang Disabilitas, Tinjauan

Tentang Tuli, Pengertian Komunikasi dan Bahasa Isyarat

Indonesia (BISINDO).

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR

PENELITIAN

Di dalam penulisan laporan penelitian ini terdiri dari

Profil, Visi dan Misi, Tujuan, Sejarah dan Struktur

Organisasi Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu

Indonesia (GERKATIN).

BAB IV DATA DANTEMUAN PENELITIAN

Berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian.

BAB V PEMBAHASAN

Di dalam penulisan laporan penelitian ini mengaitkan latar

belakang, teori dan rumusan teori baru dari penelitian.

26

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Menurut Gottlieb dukungan sosial adalah saran atau

nasihat yang memberikan informasi verbal dan nonverbal,

dukungan sosial diberikan oleh suatu subjek di dalam

lingkungan sosial individu sebagai bentuk kehadiran dan

hal-hal yang memberikan manfaat emosional atau yang

bisa memberikan pengaruh tingkah laku terhadap

penerimanya (Armstrong, Birnie-Lefcovitch, & Ungar,

2005).

Albrecth dan Adelman (Mattson & Hall, 2011)

menyebutkan bahwa dukungan sosial adalah komunikasi

verbal dan nonverbal antar individu yang dapat

mengurangi situasi ketidakpastian dan dapat berfungsi

untuk meningkatkan persepsi mengenai bantuan yang

diterima.

Hupcey (Peterson & Bredow, 2013)mendefinisikan

dukungan sosial sebagai tindakan yang diberikan secara

sukarela kepada orang lain yang mempunyai hubungan

persoalan dengannya dan tindakan tersebut akan

28

membawa dampak positif baik secara langsung maupun

tidak langsung pada penerimanya.

Sarafino dan Smith mendifinisikan dukungan sosial

sebagai rasa nyaman yang didapatkan, rasa peduli, harga

diri dan pertolongan dari orang lain atau kelompok

tertentu. Dukungan sosial ini mengacu pada perasaan dan

persepsi seseorang mengenai kenyamanan, perhatian dan

bantuan yang diterima pada saat membutuhkannya

(Sarafino & Smith, Health Psychology Biopsychosocial

Interactions Seventh edition, 2011).

Dukungan sosial sebagai adanya orang lain yang

dipercaya, dapat diandalkan, dapat memberikan perhatian

dan dapat menjadikan seseorang merasa dirinya ada

(Maslihah, 2011).

(Zimet, Dahlem, Zimet, & Farley, 1988)

mendefinisikan dukungan sosial sebagai kecukupan

bantuan dari keluarga, teman, dan orang terdekat. Jadi

dukungan sosial adalah bantuan yang didapatkan oleh

seseorang yang dipercayainya berupa nasehat atau saran

agar mendapatkan perhatian, penghargaan dan merasa

dicintai oleh orang disekelilingnya. Hal ini membuat

penerima merasa bahwa ada orang-orang disekitar yang

dapat membantu mereka yang bermasalah menjadi

mempunyai kekuatan.

29

2. Sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial menurut Gottlieb

(Maslihah, 2011) berasal dari:

a. Hubungan profesional yang bersumber dari orang-

orang yang ahli dalam bidangnya seperti pekerja sosial,

konselor, psikolog, dokter dan psikiater.

b. Hubungan non profesional yang bersumber dari orang-

orang terdekat seperti dukungan sosial yang didapatkan

dari teman, keluarga dan sahabat. Dukungan ini

menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial

karena mudah diperoleh dan berakar pada keakraban

yang

Weis (Purba, Yulianto, Widyanti, Esa, & Esa, 2007)

mengemukakan bahwa setiap fungsi sosial memiliki

sumber-sumber dukungan yang berbeda, seperti sumber

dukungan bagi individu untuk mendapatkan saran

didapatkan dari orang tua, teman atau rekan kerja.

Sedangkan sumber dukungan bagi individu untuk

mendapatkan kasih sayang bisa didapatkan dari pasangan

hidup, sahabat maupun keluarga. (Taylor, Peplau, &

Sears, 2009) menyatakan dukungan sosial bisa bersumber

dari pasangan atau partner, anggota keluarga, kawan,

masyarakat, teman sekelompok, suatu komunitas dan

teman kerja.

30

Sumber-sumber dukungan sosial dibagi menjadi tiga

menurut Kahn & Antonoucci (Ellyazar, 2013), yaitu:

a. Sumber dukungan yang didapatkan dari orang-orang

yang ada di sepanjang hidupnya, yang menemani

bersama dan selalu mendukungnya. Sumber dukungan

ini meliputi: keluarga dekat, pasangan dan teman dekat.

b. Sumber dukungan yang didapatkan dari seseorang

yang mendapatkan sedikit peran dalam hidupnya dan

memiliki kecenderungan perubahan sesuai dengan

waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja,

sanak keluarga dan teman bermain.

c. Sumber dukungan yang diberikan dari seseorang yang

sangat jarang memberikan dukungan dan memberikan

peran perubahan cepat pada hidupnya. Sumber

dukungan ini meliputi keluarga jauh, dokter, tenaga

ahli atau profesional.

3. Aspek Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (Tarmidi & Rambe, 2010) terdapat

lima aspek dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan Emosional

Didalam dukungan emosial terdiri dari ekspresi seperti

perhatian, empati dan turut prihatin kepada seseorang.

31

Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan

merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan

dicintai, memberi bantuan dalam bentuk semangat.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan ini didapatkan dari seseorang ketika

memberikan penghargaan positif kepada orang lain,

dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan

individu. Dukungan ini menyebabkan individu

mendapatkan rasa percaya diri dan merasa bernilai.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan ini didefinisikan sebagai dukungan yang

memberikan bantuan langsung seperti pinjaman uang atau

memberikan pertolongan dan membantu individu

melaksanakan aktifitasnya. Dukungan ini dianggap

paling sederhana.

d. Dukungan Informatif

Ketika individu membutuhkan sesuatu maka orang lain

memberikan informasi, nasehat, arahan, saran, sugesti

atau umpan balik dari individu lainnya.

32

e. Dukungan Kelompok

Dukungan ini menyebabkan individu merasa ada

didalam sebuah kelompok dan merupakan bagian dari

kelompok tersebut dimana anggota-anggota lainnya dapat

saling berbagi.

4. Faktor-faktor Dukungan Sosial

Myres (Maslihah, 2011) mengemukakan bahwa ada

tiga faktor seseorang untuk memberikan dukungan yang

positif, yaitu:

a. Empati

Ikut serta dalam merasakan kesusahan orang lain yang

bertujuan untuk mengantisipasi emosi dan motivasi

tingkah laku untuk mengurangi kesusahan dan

meningkatkan kesejahteraan pada diri seseorang.

b. Norma-norma dan nilai sosial

Manusia selayaknya berkembang dan terus tumbuh,

selama itu manusia juga mengalami masa pertumbuhan

dan perkembangan pribadinya. Manusia dalam masa

tersebut menerima norma-norma dan nilai-nilai sosial

dari lingkungan sebagai bagian dari pengalaman sosial.

Fungsi dari norma-norma dan nilai sosial ini yang akan

mengarahkan setiap individu untuk bertingkah laku dan

menjelaskan kewajiban-kewajiban dalam

33

kehidupannya. Di dalam lingkup lingkungan sosial

setiap individu mengalami desakan untuk memberikan

pertolongan kepada orang lain agar dapat

mengembangkan kehidupan sosialnya.

c. Pertukaran sosial

Terdapat hubungan timbal balik dari perilaku sosial

antar individu dalam hal cinta, pelayanan dan

informasi. Keseimbangan yang terjadi dalam

pertukaran ini akan menghasilkan kondisi hubungan

interpersonal yang memuaskan. Pengalaman dalam hal

ini secara timbal balik membuat individu lebih percaya

bahwa ada seseorang

5. Pengaruh Dukungan Sosial

Menurut Brownell dan Schumaker (STKS, 2008)ada

tiga pengaruh dukungan sosial, yaitu:

a. Pengaruh langsung

Yaitu terciptanya hubungan antarpribadi dan hubungan

yang bersifat menolong. Hubungan tersebut dapat

memudahkan terciptanya tingkah laku yang lebih sehat.

b. Pengaruh tidak langsung

Yaitu menghadapi orang yang sedang dalam masalah

34

dengan cara membantu mengatasi dan menghadapi stres

yang datang, dengan mencoba membantu individu

mempelajari cara pemecahan masalah sebelum masalah-

masalah tersebut menjadi besar.

c. Pengaruh interaktif

Berupa dampak yang di jelaskan untuk mengurangi atau

memperbaiki dampak-dampak yang merugikan individu

dengan mengurangi kualitas dan kuantitas terhadap

sumber copying. Seperti seseorang yang sudah terlalu

nyaman dengan keadaannya dan mengikuti hal-hal yang

sama dengan orang lain bisa memperbaiki dampak yang

akan terjadi.

B. Tinjauan Disabilitas dan Tuli

1. Disabilitas

a. Pengertian Disabilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyandang

diartikan dengan orang yang menyandang (menderita)

sesuatu. Sedangkan disabilitas merupakan kata bahasa

Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris

disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau

ketidakmampuan (Nasional D. P., 2008). Dan menurut

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang

Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, yaitu orang

35

yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau

sensorik dalam jangka waktu lama dalam berinteraksi

dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat

menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi

penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.

Orang berkebutuhan khusus atau yang disebut dengan

disabilitas adalah orang yang hidup dengan karakteristik

khusus dan mempunyai perbedaan dalam hal tertentu

dengan orang pada umumnya. Penyandang disabilitas juga

mempunyai hak-haknya sebagai manusia yang hidup di

muka bumi ini. Orang dengan berkebutuhan khusus

memiliki definisi yang sangat luas, mencakup orang-orang

yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ

(Intelligence Quotient) rendah, serta orang dengan

permasalahan sangat komplek, sehingga fungsi-fungsi

kognitifnya mengalami gangguan (Yahya, 2018).

b. Jenis-jenis Disabilitas

Terdapat jenis-jenis disabilitas yang berarti bahwa

setiap penyandang disabilitas memiliki definisi masing-

masing yang mana kesemuanya memerlukan dukungan

untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Berikut

adalah tiga jenis disabilitas menurut (Reefani, 2013):

36

1. Disabilitas Mental

a) Mental Tinggi. Disabilitas ini sering juga dikenal

sebagai orang yang berbakat intelektual. Selain

memiliki kemampuan intelektual yang tinggi,

biasanya penyandang disabilitas ini memiliki

kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas yang

mereka kerjakan.

b) Mental Rendah. Penyandang disabilitas ini biaanya

memiliki kapasitas rendah dalam hal intelektual/IQ

(Intelligence Quotient) di bawah rata-rata. Disabilitas

ini dibagi dalam dua kelompok yaitu, anak lamban

belajar dan anak berkebutuhan khusus. Anak yang

memiliki IQ antara 70-90 yaitu anak yang lamban

dalam belajar dan IQ di bawah 70 dikenal dengan

anak berkebutuhan khusus.

c) Berkesulitan Belajar Spesifik. Disabilitas ini

mengalami kesulitan dalam belajar yang berkaitan

dengan prestasi belajar yang diperoleh.

2. Disabilitas Fisik

Terdapat beberapa macam kelainan dalam disabilitas

fisik, yaitu:

a) Tuna Daksa. Disabilitas ini merupakan orang yang

memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh

kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang

37

bersifat bawaan, sakit atau kehilangan organ tubuh

dalam kecelakaan, polio dan lumpuh.

b) Tuna Netra. Disabilitas ini merupakan orang yang

kehilangan, memiliki hambatan dan memiliki

keterbatasan dalam penglihatan. Tunanetra

diklasifikasikan dalam dua golongan yaitu buta total

(blind) dan low vision.

c) Tunarungu. Disabilitas ini memiliki kelainan

pendengaran dan memiliki hambatan dalam

pendengarannya baik permanen maupun tidak. Dalam

hal ini dikarenakan disabilitas tunarungu memiliki

hambatan pendengaran maka mereka biasanya juga

memiliki hambatan dalam berbicara yang disebut

sebagai tunawicara.

d) Tunawicara. Disabilitas ini memiliki kelainan dalam

berbicara dan mengalami kesulitan dalam

mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal,

sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh

orang lain.

3. Disabilitas ganda. Disabilitas ini memiliki gangguan

lebih dari satu seperti disabilitas fisik dan mental.

38

2. TunaRungu atau Tuli

a. Pengertian Tunarungu/Tuli

Tunarungu adalah sesuatu keadaan seseorang yang

kehilangan keberfungsian pendengarannya secara

keseluruhan maupun hanya sebagian pada alat

pendengarannya. Karena mempunyai dampak pada

kehidupan sehari-harinya, maka seseorang yang

mengalami tunarungu mempunyai gangguan

terhambatnya kemampuan berbahasa. Berbahasa adalah

salah satu unsur penting dalam berkomunikasi,

berkomunikasi dengan orang lain membutuhkan artikulasi

yang jelas agar pesan tersebut bisa tersampaikan

(Winarsih, 2007).

Hallahan &Kauffman (Hernawati, 2007)

berpendapat bahwa orang yang Tuli (a deaf person)

adalah orang yang mengalami hambatan dalam

mendapatkan informasi berbahasa oleh alat

pendengarannya tanpa menggunakan alat bantu

pendengaran. Sedangkan orang yang kurang dengar (a

hard of hearing person) adalah seseorang yang biasanya

memiliki pendengaran yang kurang dan dibantu oleh alat

bantu pendengaran. Alat bantu pendengaran tersebut

berfungsi untuk memproses informasi bahasa dan dapat

menangkap pembicaraan melalui pendengarannya.

39

Tuli menurut Marschark (Nisa, 2012) adalah istilah

yang mengacu pada arti hilangnya fungsi pendengaran.

Kebanyakan yang mewakili kelompom tersebut adalah

mereka yang memiliki gangguan pendengaran daripada

yang tuli. Tuli disini diartikan sebagai orang-orang yang

tidak memiliki pendengaran yang cukup untuk

melaksanakan peran dalam sehari-hari. Sementara itu,

gangguan pendengaran adalah seseorang yang tidak cukup

bisa mendengar namun masih memiliki sisa pendengaran

sehingga bisa dibantu dengan alat bantu pendengaran.

Istilah gangguan pendengaran (hearing impairment)

dipakai dalam menjelaskan baik orang yang benar-benar

tuli maupun yang hanya sulit dalam mendengar. Sulit

mendengar merupakan gangguan pendengaran yang bisa

bersifat permanen maupun sementara, yang jelas

berpengaruh pada kegiatan sehari-hari dalam melakukan

aktifitas. Sedangkan Tuli adalah suatu gangguan

pendengaran yang sangat berat sehingga seseorang tidak

bisa melakukan proses informasi bahasa melalui

pendengaran, dengan ataupun tanpa alat pengeras suara

yang sangat jelas mengganggu dalam proses bersosialisasi

(Smith, 2006).

b. Penyebab Tunarungu/Tuli

Tuli bisa terjadi pada saat sebelum dan sesudah

melahirkan. Pada saat belum lahir, sebagian kecil

40

disebabkan oleh kecacatan dari alat pendengaran.

Sementara di India, penyebab lain karena perkawinan

hubungan sedarah. Selain penyebab dari perkawinan

sedarah, penyebab lainnya adalah adanya keluarga yang

memiliki latar belakang genetik tuli. Kelainan kromosom

juga dapat menyebabkan ketulian dengan atau tanpa

faktor lainnya. Pada saat sudah melahirkan, ibu yang

mengandung sebelumnya terkena infeksi dari bakteri

meningitis. Meningitis dapat menyebabkan gangguan

pendengaran pada bagian alat pendengaran dan juga

menyebabkan luka pada otak yang memengaruhi fungsi

dari koklea (Tin, Lin, Swe, & Mya, 2017).

Trybus (Rahmi, 2012) mengemukakan ada beberpa

faktor yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi di

Amerika Serikat, yaitu:

a. Keturunan

b. Campak jerman dari pihak ibu

c. Komplikasi selama masa kehamilan

d. Radang selaput otak/meningitis

e. Otitis media/radang pada telinga bagian tengah

f. Penyakit anak-anak, luka-luka dan radang

Berikut beberapa faktor-faktor penyebab

ketunarunguan dalam pengelompokkan dari dalam diri

41

anak dan luar:

1. Faktor dari Diri Anak

a. Disebabkan karena adanya faktor keturunan dari

salah satu atau kedua orang tuanya yang mengalami

ketunarunguan. Kondisi genetik seperti perubahan

yang disebabkan oleh gen yang dominan represif

dan berhubungan dengan jenis kelamin adalah fakor

dari penyebab ketunarunguan.

b. Ibu yang selama masa kehamilannya mengalami

campak jerman (Rubella). Penyakit ini akan

berpengaruh buruk pada janin pada tiga bulan

pertama masa kandungan dan menyebabkan

kelainan pendengaran.

c. Ibu yang selama masa kehamilannya menderita

keracunan darah atau Toxaminia. Ibu hamil bisa

mengalami kerusakan pada plasenta yang

mempengaruhi pertumbuhan janin dan jika

menyerang saraf atau alat pendengaran maka bayi

tersebut akan lahir dalam keadaan tunarungu.

2. Faktor dari Luar Diri Anak

a. Bayi yang ada di kandungan mengalami

infeksi pada masa kelahiran. Contohnya jika

bayi mengalami Herpes Implex dan menyerang

alat kelamin ibu maka bisa tertular pada anak

saat dilahirkan dan menimbulkan infeksi yang

42

dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat

atau syaraf pendengaran.

b. Meningitis atau Radang selaput otak.

c. Otitis media. Jika anak terserang radang pada

bagian telinga maka telinga anak tersebut bisa

mengalami ketunarunguan karena terdapat

nanah dalam telinga dan nanah tersebut

mengumpul mengakibatkan terganggunya

hantaran bunyi.

d. Penyakit lainnya atau kecelakaan yang dapat

mempengaruhi alat-alat pendengaran.

c. Karakteristik Tunarungu/Tuli

Teman Tuli dari segi fisik tidak memiliki

karakteristik yang berbeda karena secara fisik mereka

tidak mengalami gangguan yang terlihat. Menurut

Permanarian Somad dan Tati Hernawati teman Tuli

memilik karakteristik yang berbeda dilihat dari berbagai

aspek sebagai dampak dari kekurangan pendengaran

(Somad & Hernawati, 1995), yaitu:

a) Segi Intelegensi

Penyandang Tuli sering mengalami kesulitan dalam

hal aspek intelegensi yang bersumber pada verba.

Sedangkan gerakan dan penglihatan yang berasal dari

sumber bahasa akan mudah ditanggapi. Penyandang Tuli

43

adalah sama dengan orang lain tetapi bedanya adalah

memiliki intelegensi yang sangat rendah dari pada orang

normal karena berpengaruh pada kemampuan pemahaman

mereka melalui bahasa verbal dalam melakukan interaksi.

b) Segi bahasa dan bicara

Penyandang Tuli memiliki kemampuan dalam

berbahasa dan berbicara yang berbeda dengan orang

normal pada umumnya. Hambatan dalam berkomunikasi

sering dirasakan oleh mereka. Kemampuan penyandang

tuli dalam hal berbicara juga dipengaruhi oleh

kemampuan bahasa yang mereka miliki.

c) Segi Emosi dan Sosial

Penyandang Tuli adalah orang yang memiliki

kekurangan dalam hal pendengaran, oleh karena itu sering

kali mereka merasakan keterangsingan dilingkungan. Efek

dari keterasingan tersebut meliputi egosentrisme yang

melebihi orang normal pada umumnya, membuat

penyandang Tuli takut akan lingkungan yang lebih luas,

bisa berakibat bergantung pada orang lain dan menjadi

mudah tersinggung.

d. Klasifikasi Tunarungu/Tuli

Dalam buku Edja Sadjaah terdapat klasifikasi

menurut the comitee on conservation of hearing dari

44

American academi of optamology and otolaryngology

sebagai berikut (Sadjaah, 2005):

1. Non significant, berada pada derajat 0 dB-25 dB.

Kehilangan pendengaran ini tidak berarti. Pada derajat

ini termasuk anak normal. Dalam percakapan sehari-

hari hampir tanpa kendala.

2. Slight handicap, pada derajat 25 dB-40 dB. Pada tahap

ini anak mengalami kesulitan dalam berbicara.

3. Mild handicap, pada derajat 40 dB-55 dB. Anak

memahami percakapan pada jarak 90-150 cm dari

dirinya. Anak mengalami kesulitan mendengar dalam

pembelajaran di kelas. Anak sudah membutuhkan alat

bantu dengar.

4. Mark handicap, antara 55-70 dB. Pada tahap ini

mengalami lemah dalam berbicara, artikulasi tidak

sempurna karena terbatasnyaperbendaharaan kata.

Agar dimengerti anak komunikasi harus keras dan

berhadapan.

5. Severe handicap, antara 70-90 dB. Kemampuannya

yaitu dapat mendengarkan suara yang diperkeras pada

jarak 1 kaki (30 cm). Kemampuan berbicara lemah

sehingga membutuhkan teknik khusus.

6. Extreme handicap, pada jarak 90 dB atau lebih. Tahap

ini sering disebut Tuli (the deaf). Kemampuan yang

dimiliki yaitu bunyi keras yang didengar hanya

45

getaran, pola suara kurang jelas sebagai alat

komunikasi.

Klasifikasi ketunarunguan menurut Arthur Boothroyd

(1982) dalam (Bunawan & Yuwati, 2000), sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Penggolongan Tunarungu

Kel Rentang

Ambang

Tingkat

Ketulian

Daya

Tangkap

Suara

Daya

Mengenal

i Suara

I 15-30 db Ringan Normal Normal

II 31-60 db Sedang Sebagian Hampir

Normal

III 61-90 db Berat Tidak ada Tidak

berarti

IV 91-120

db

Sangat

Berat

Tidak ada Tidak

berarti

V 121 db

atau

lebih

Total Tidak ada Tidak

berarti

46

Arthur Boothroyd juga menggolongkan tiga kelompok-

kelompok besar yang didasarkan oleh kemampuan

menyimak suara, yaitu:

1. Kurang Dengar

Kelompok pertama adalah orang yang mengalami

gangguan pendengaran tetapi masih bisa menggunakan

alat pendengarannya untuk menyimak suara dengan

cukup jelas dan mengembangkan kemampuan

berbicaranya

2. Tuli

Dalam kelompok ini alat pendengaran orang tersebut

sudah tidak mampu dipakai untuk menyimak atau

mengenali suara. Tetapi mereka bisa menangkap suara

dengan alat bantu pendengaran.

3. Tuli Total

Pada kelompok yang terakhir adalah orang yang alat

pendengarannya sudah tidak mampu dipakai untuk

menangkap dan menyimak suara walaupun dibantu

dengan alat bantu pendengaran.

C. Kesejahteraan

Kesejahteraan secara definisi merupakan suatu

kondisi atau situasi sejahtera pada seseorang baik dalam

fisik, mental maupun sosial dan bukan dalam perbaikan

47

penyakit sosial tertentunya saja (Chalid, Nursiah, &

Yusuf, 2014). Seseorang yang merasakan perasaan

nyaman, aman, tentram dan bisa memenuhi kebutuhannya

juga termasuk dalam kesejahteraan. Undang-undang

Nomor 1 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

menyebutkan kesejahteraan sosial adalahkondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial

warga negara agardapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehinga dapatmelaksanakan fungsi

sosialnya.

Dalam hal ini kesejahteraan itu sendiri adalah dimana

seseorang merasakan hidupnya sudah mampu mandiri

untuk memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya.

Jika dikaitkan dengan penelitian, maka kesejahteraan

teman Tuli disini seperti tercapainya hak-hak yang

mereka butuhkan. Hak-hak seperti berbahasa Isyarat dan

berkomunikasi dengan nyaman sesuai kemampuannya,

tidak ada batasan antara teman Tuli dan teman dengar dan

tidak adanya diskrimintasi kepada mereka.

D. Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Dalam “bahasa” komunikasi dinamakan pesan, orang

yang menerima pesan disebut sebagai komunikator

sedangkan orang yang menerima pernyataan disebut

komunikan. Komunikasi berarti mempunyai makna, yakni

48

proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan. Pesan komunikasi memiliki dua aspek, yaitu

isi pesan dan lambang pesan. Secara konkrit pesan itu

adalah pikiran atau perasaan dan lambang adalah bahasa

(Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, 2007).

Komunikasi dilakukan dengan cara kontak antar

manusia dengan kelompok, individu dengan kelompok.

Komunikasi juga sebagai sarana untuk saling tukar-

menukar pendapat yang dibutuhkan untuk saling

melakukan sosialisasi agar mencapai keberlangsungan

hidup. Komunikasi juga penting bagi manusia karena

berkaitan dengan hubungan antar makhluk sosial (Pontoh,

2013).

Teman Tuli berkomunikasi dengan menggunakan

komunikasi primer. Yang dimaksud dengan komunikasi

primer adalah komunikasi dengan proses penyampaian

pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan lambang atau simbol sebagai media.

Simbol yang biasanya digunakan dalam melakukan

komunikasi primer adalah isyarat, gambar dan bisa

menggunakan telepon (Ardini, 2013).

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian

informasi berupa pesan, ide dan gagasan dari satu pihak

kepada pihak yang lain. Pada umumnya komunikasi

49

dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat mudah

dimengerti oleh kedua pihak, jika salah satu atau

keduanya tidak bisa menggunakan komunikasi secara

lisan maka komunikasi masih bisa dilakukan dengan cara

komunikasi nonverbal seperti menggunakan bahasa

isyarat, gestur tubuh dan yang lainnya yang bisa membuat

kedua pihak mengerti maksud dari pesan tersebut

begitulah teman tuli melakukan komunikasi.

E. Bahasa Isyarat

1. Pengertian Bahasa Isyarat

Bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan

komunikasi manual, bahsa tubuh dan gerak bibir. Bahasa

isyarat bukan bahasa yang digunakan seperti

menggunakan suara untuk berkomunikasi. Disabilitas

tunarungu adalah yang menggunakan bahasa ini, biasanya

dengan menggambungkan bentuk tangan dan gerak

tangan, lengan, tubuh, serta ekspresi wajah untuk

mengungkapkan pesan dalam berkomunikasi dalam

pikiran mereka (Setyawan, Tolle, & Kharisma, 2018).

Dalam Jurnal (Sugianto & Samopa, Analisis Manfaat

dan Penerimaan Terhadap Implementasi Bahasa Isyarat

Indonesia Pada Latar Belakang Komplek Menggunakan

Kinect dan Jaringan Syaraf Tiruan, 2015), Bahasa isyarat

termasuk dalam komunikasi non verbal karena merupakan

bahasa yang tidak mempergunakan lisan. Didalam bahasa

50

isyarat belum ada bahasa isyarat internasional

dikarenakan setiap daerah bahkan negara masih memiliki

bahasa isyaratnya sendiri dan belum tentu sama dengan

bahasa isyarat yang lain. Misalkan dalam bahasa isyarat

yang digunakan di Indonesia mungkin ada beberapa yang

sama maknanya dengan bahasa isyarat di Amerika, tetapi

tidak di negara lain. Bahasa isyarat biasanya berkembang

dengan lingkungan dan bahasa dari budaya setempat.

Terdapat beberapa bahasa isyarat yang digunakan

diantaranya American Sign Language (ASL), French Sign

Language (LSF), German Sign Language (DGS) dan

Arabic Sign Language(ArSL).Dalam berbahasa isyarat

harus mengenali beberapa karakteristik dari anggota tubuh

manusia yang bisa membedakan dalam penggunaan

bahasa isyarat yang satu dengan yang lain. Anggota tubuh

tersebut meliputi penampil (tangan atau bagian tangan

yang digunakan untuk membentuk isyarat), posisi

(kedudukan tangan atau kedua tangan pada waktu

melakukan komunikasi), tempat (bagian badan atau arah

akhir isyarat), arah (gerak seseorang ketika

berkomunikasi), mimik muka, gerak tubuh dan kelenturan

dari gerakan pada saat melakukan komunikasi.

Isyarat didefinisikan secara sederhana sebagai

penggunaan dari tangan, lengan dan terkadang bagian

kepala untuk membuat suatu tanda (Danesi, 2012). Ada

dua jenis bahasa yang digunakan di Indonesia dan dipakai

51

oleh teman Tuli yaitu, BISINDO (Bahasa Isyarat

Indonesia) dan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa

Indonesia).BISINDO dikembangkan oleh teman Tuli

melalui GERKATIN (Gerakan Untuk Kesejahteraan

Tunarungu Indonesia) dan SIBI dibuat dari hasil rekayasa

teman dengar yang sama dengan sistem isyarat di

Amerika (ASL).

2. Bahasa Isyarat Indonesia

Bahasa Isyarat Indonesia atau yang sering dikenal

dengan sebutan BISINDO. Bahasa Isyarat ini berguna

sebagai sarana atau alat yang digunakan oleh teman Tuli

untuk berkomunikasi dengan gerakan bibir, gerakan

tubuh, gerakan tangan dan juga hal yang terpenting yaitu

ekspresi wajah. BISINDO dirancang oleh komunitas

teman-teman Tuli di Indonesia yang tidak puas dengan

keefektifan SIBI sebagai sarana komunikasi mereka dan

dianggap sebagai bahasa isyarat yang alami atau bahasa

ibu untuk teman-teman Tuli lainnya.

Menurut Dewan Pengurus Daerah Gerakan untuk

Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (DPD GERKATIN)

BISINDO adalah sistem komunikas yang praktis dan

efektif untuk teman Tuli yang ada di Indonesia dan

sebagai komunikasi yang bisa dipahami dengan teman

52

Tuli maupun teman dengar. Bahasa isyarat ini berawal

dari bahasa ibu tunarungu yang penggunaannya

disesuaikan dengan pemahaman dari bahasa yang teman

Tuli pahami tanpa memberikan stuktur imbuhan bahasa

Indonesia (Mursita, 2015).

Dalam pemakaian BISINDO dianggap oleh teman Tuli

bahwa bahasa inilah yang mewakili budaya mereka di

Indonesia. BISINDO dianggap sebagai bahasa isyarat

yang muncul secara alami dari interaksi teman Tuli

dengan lingkungannya sejak kecil. Pemakaian BISINDO

seperti memiliki keunikan dari setiap daerahnya dan

mempunyai keragaman. Hal inilah yang membuat teman

Tuli banyak menyukai BISINDO dari pada SIBI

(Gumelar, Hafiar, & Subekti, 2018).

53

Gambar 2.1 Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)

Abjad (Almuharam, 2019)

Gambar 2.2 Bahasa Isyarat Indonesia

(BISINDO) Angka (Krisnan, 2019)

54

3. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia

SIBI merupakan bahasa isyarat yang diciptakan oleh

Alm. Anton Widyatmoko. Beberapa tahun yang lalu

teman Tuli sudah terlebih dahulu memakai kamus Sistem

Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). Kamus SIBI diterbitkan

oleh pemerintah dan sudah digunakan oleh siswa-siswa

yang bersekolah di SLB/B di Indonesia. Keberadaan

bahasa isyarat ini begitu populer di sekolah-sekolah

SLB/B karena digunakan sebagai pengantar materi

pembelajaran bagi siswa Tuli (Winarsih, 2007).

Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) merupakan

salah satu media yang selama ini membantu teman Tuli

berkomunikasi di dalam masyarakat yang lebih luas

(Nasional D. P., 2002). Wujudnya adalah aturan yang

sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan

berbagai gerak dalam melambangkan kosa kata dari

makna bahasa Indonesia.

Menurut Hakim, Lukman, Samino, dkk (2008), tata

makna dalam Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI),

yaitu pemberian kata-kata dengan makna yang sama,

pemberian kata-kata yang sama dengan makna yang sama

dilambangkan dengan isyarat yang sama dan beberapa

kata yang memiliki makna yang berlawanan diisyaratkan

dengan penampil dan tempat yang sama, tetapi arah

gerakannya yang berbeda (Mursita, 2015).

55

Gambar 2.3 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)

Abjad (Krisnan, 2019)

Gambar 2.4 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)

Angka

56

57

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. GERKATIN

1. Sejarah Terbentuknya

Tuna Rungu atau Tuli adalah seseorang yang

kehilangan daya pendengarannya saat sejak masa

kelahiran yang disebabkan oleh takdir dan faktor lainnya,

seperti musibah, sakit, kecelakaan dan lanjut usia. Orang

Tuna Rungu/Tuli terlihat jelas banyak menrima

ketertinggalan dalam berbagai informasi, komunikasi

yang menggunakan verbal juga menjadi halangan. Tetapi

walaupun teman Tuli di dalam sisi yang tidak

menguntungkan, ada pepatah yang sesuai “raga boleh

cacat asal jiwanya tidak cacat”, pepatah inilah yang

memberikan mereka semangat untuk mengejar

ketertinggalan dan sanggup memiliki kesetaraan dengan

orang yang mempunyai pendengaran normal melalui

pendidikan yang mendapatkan akses bervisualisasi antara

lain membaca bibir (oral), menulis, membaca teks

berjalan dan berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Sebelum organisasi yang bernama GERKATIN ini

terbentuk, ada beberapa organisasi tuna rungu Indonesia

yang bersifat kedaerahan yang sudah terbentuk pada tahun

1960, yaitu SEKATUBI (Serikat Kaum Tuli Bisu

58

Indonesia) yang didirikan di Bandung, PTRS (Persatuan

Tuna Rungu Semarang) yang didirikan di Semarang dan

PEKATUR (Perkumpulan Kaum Tuli Surabaya) yang

didirikan di Surabaya.

Dikarenakan banyaknya komunitas organisasi tuna

rungu yang bersifat kedaerahan, maka beberapa pimpinan

dari organisasi-organisasi ini sepakat untuk mengadakan

Kongres Nasional I pada tanggal 23 Februari 1981 di

Jakarta. Hasil dari kongres tersebut membuat beberapa

keputusan. Salah satu keputusannya adalah

menyempurnakan nama organisasi-organisasi pada tiap

daerahnya menjadi satu nama, yaitu GERKATIN yang

mempunyai kepanjangan dari Gerakan untuk

Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia atau dalam bahasa

Inggrisnya yaitu IAWD (Indonesian Association for the

Welfare of the Deaf). Dalam perkembangan selanjutnya,

GERKATIN/IAWD telah resmi terdaftar sejak tahun 1983

sebagai anggota dari WFD (World Federation of the

Deaf), dalam bahasa Indonesia berarti Federasi Tuna

Rungu se-Dunia yang bertempat di Helsinki, Finlandia

GERKATIN berada di Jalan Rancho Indah Dalam No.

47 BC Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Pada saat ini

mempunyai DPP tingkat provinsi dan tingkat

kota/kabupaten. (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna

Rungu Indonesia).

59

2. Visi dan Misi

a. Visi

1) Mencapai kesetaraan kesempatan dalam semua

aspek kehidupan dan penghidupan.

2) Menciptakan organisasi tuna rungu yang madani.

3) Menjadikan organisasi Nasional yang bermitra

dengan pemerintah dan non pemerintah untuk

mewujudkan tercapainya kesetaraan dalam

kesempatan, meningkatkan kesejahteraan dan

kompetensi tuna rungu dalam segala aspek

kehidupan dan penghidupan.

b. Misi

1) Memberdayakan tuna rungu agar dapat turut

berperan aktif selaku insan pembangun yang

berintegrasi, mandiri dan produktif di era

globalisasi.

2) Meningkatkan kepedulian dan kesadaran

masyarakat umum melalui media sosial dan

informasi tentang kemampuan tuna rungu

menggunakan bahasa isyarat dalam

berkomunikasi.

3) Meningkatkan peran tuna rungu dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4) Meningkatkan fungsi Bahasa Isyarat Indonesia

(BISINDO) sebagai bahasa utama diantara para

60

tuna rungu maupun diantara tuna rungu dengan

non tuna rungu berkomunikasi.

c. Tujuan

1) Menggali dan meningkatkan Sumber Daya

Manusia (SDM) tuna rungu Indonesia.

2) Berperan aktif membantu melaksanakan usaha-

usaha Pemerintah dalam program pengembangan

kesejahteraan sosial bagi tuna rungu di Indonesia.

3) Mengupayakan pemenuhan hak-hak tuna rungu

Indonesia.

4) Untuk mencapai tujuannya GERKATIN dapat

membentuk lembaga atau badan usaha demi

menunjang kesejahteraan tuna rungu Indonesia.

d. Landasan Hukum

1) Hasil Kongres Nasional I GERKATIN, Tahun

1981;

2) Akta Notaris Anasrul Jambi Nomor 12 tertanggal

5 Maret 1985;

3) Pengesahan Kementrian Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 192/D,III.2/VII/2009 tertanggal

30 Juli 2009;

4) Pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM

RI Nomor Register AHU-166.AH.01.06 Tahun

2010 tertanggal 20 Desember 2010;

61

5) Undang-Undang No. 19 Tahun 2011 Tentang

Konvensi Hak Disabilitas (Gerakan untuk

Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia).

B. Struktur Organisasi

GERKATIN sendiri mempunyai 68 DPC. Seluruh

Indonesia sudah ada DPC GERKATIN dan seluruh DPC

hanya mempunyai 20 anggota. Di Dewan Pengurus Pusat

(DPP) GERKATIN mempunyai 20 anggota. Dibawah ini

struktur organisasi dari DPP GERKATIN (Prasetyo &

Redjeki, Struktur Organisasi GERKATIN, 2019)

Ketua Umum : Bambang Prasetyo

Wakil Ketua Umum : Juniati Effendi

Sekretaris Umum : Tori Hermawan

Wakil Sekretaris Umum : Wilma Redjeki

Bendahara Umum : Dhita Indriyanti

Wakil Bendahara Umum : Achmad Iwan

Koordinator Bidang-Bidang

1. Aksesibilitas : Irdanelly

2. Tenaga Kerja : Ira Putri

3. Kepemudaan : Phieter Angdika

62

4. Olahraga : Kumala Manurung

5. Pendidikan : Panji Surya Sahetapy

6. Organisasi : Tori Hermawan

7. Humas dan Publikasi : Panji Surya Sahetapy

8. Kewanitaan : Lidya Miranita

9. Teknologi Infokom : Abdul Abbas

10. Pendataan : Dimas Hendrayanto

11. Hubungan Internasional : Iwan Sartyawan

12. Ekonomi : Fedayen Alquasi

C. Program Kerja

GERKATIN mempunyai beberapa program kerja yang

dapat membantu teman-teman Tuli agar mendapatkan

hak-hak yang setara (Putri, 2014), yaitu:

a) Tenaga Kerja

Dalam program ketenagakerjaan, GERKATIN

menyalurkan dan menempatkan teman Tuli dalam bidang

salon, menjahit, make up, kayu, bengkel dan lain-lain

pada industri atau perusahaan-perusahaan yang telah

bekerja sama. Serta menjadikan teman Tuli sebagai guru

yang mengajarkan BISINDO.

b) Kesehatan

GERKATIN dalam program ini mengusahakan

memberikan teman Tuli pelayanan bebas biaya atau

63

meringankan biaya dalam perawatan dan penyediaan alat

bantu dengar.

c) Kewanitaan

GERKATIN mendirikan seksi kewanitaan untuk

melindungi dan memberikan payung hukum bagi teman

Tuli yang mengalami kekerasan dan mendata teman Tuli

yang berjenis kelamin wanita yang ada di Indonesia.

d) Seni Budaya

Dalam program ini GERKATIN memberikan akses

kepada teman Tuli untuk berkreasi dan berekspresi,

mengaktifkan peranan seniman dan menyelenggarakan

pentas seni pada tingkat daerah hingga Internasional.

e) Pendidikan

GERKATIN telah bekerja sama dengan Kementrian

Pendidikan untuk memberikan beasiswa kepada teman

Tuli yang mempunyai orang tua Tuli juga. Biasanya

beasiswa tersebut berjumlah Rp 1.000.000-, per-orangnya.

f) Hubungan Masyarakat

GERKATIN mempunyai misi untuk mempublikasikan

tentang teman Tuli kepada masyarakat melalui media

elektronik, pelatihan teknologi informasi dan komunikasi,

mengedarkan brosur dan membuat website resmi.

64

g) Kepemudaan

GERKATIN mendirikan seksi kepemudaan pada

tingkat pusat, daerah dan cabang, melakukan pendataan

keanggotaan kepada teman Tuli yang berusia 17-35 tahun

dan mengadakan acara perkemahan antar anggota

GERKATIN untuk meningkatkan rasa kekeluargaan.

h) Organisasi

GERKATIN mengadakan sosialisasi undang-undang

dan peraturan pemerintah dengan mitra terkait, mereka

juga mengadakan rakernas untuk membuat laporan

berkala tentang aktifitas dan keuangan, serta melakukan

komunikasi aktif antara organisasi pusat daerah dan

cabang. Selain itu, GERKATIN juga berperan aktif secara

luas sebagai mitra kerja dengan pemerintah pusat atau

departemen terkait seperti yayasan sosial, WFD RS Asia

Pasifik dan yayasan pendidikan SLB/B.

i) Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)

GERKATIN melakukan kerja sama dengan mahasiswa

Universitas Indonesia untuk meneliti kosa kata BISINDO,

bekerja sama dengan tim proyek kamus bahasa Isyarat

Asia-Pasifik, mengumpulkan kosa Isyarat lokal,

menerbitkan buku pengantar BISINDO dan melatih teman

Tuli menjadi interpreter.

65

BAB IV

HASIL TEMUAN

Berdasarkan hasil temuan penulis melalui proses

penemuan data, observasi, wawancara dan studi dokumentasi

diperoleh suatu data mengenai dukungan sosial GERKATIN

yang diberikan kepada teman Tuli dan Pengaruh dari dukungan

sosial tersebut.

A. Informasi Informan

1. Nama : Bambang Prasetyo

Penyebab Tuli : Sudah dari lahir

Golongan Tuli : Tuli Berat

2. Nama : Wilma Redjeki

Penyebab Tuli : Sudah dari lahir

Golongan Tuli : Tuli Berat

3. Nama : Iwan Satryawan

Penyebab Tuli : Sakit demam

Golongan Tuli : Tuli Berat

4. Nama : Michelle Layanto

Penyebab Tuli : Kecelakaan saat berenang

Golongan Tuli : Total

5. Nama : Dimas Hendrayanto

Penyebab Tuli : Pada saat bayi jatuh

Golongan Tuli : Tuli Berat

6. Nama : Adhi Kusumo Bharoto

66

Penyebab Tuli : Sudah dari lahir

Golongan Tuli : Tuli Berat

Dalam bab ini, penulis memaparkan hasil temuan dengan

menggunakan teori yang dikemukakan oleh Sarafino yang telah

di paparkan pada Bab 2 halaman 26. Adapun sub bab yang akan

dibahas diantaranya ialah mengenai macam-macam aspek

dukungan sosial GERKATIN kepada teman Tuli yaitu, dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,

dukungan informatif, dukungan kelompok serta membahas

pengaruh yang dirasakan teman Tuli setelah bergabung dalam

GERKATIN. Dari beberapa dukungan sosial GERKATIN kepada

teman Tuli dapat dianalisa bahwa:

B. Dukungan Sosial

a. Dukungan Emosional

Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan

merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan

dicintai, memberi bantuan dalam bentuk semangat. Seperti

ungkapan pada saat wawancara berikut ini:

“Saya sih suka ya kalau ada kegiatan kayak gini.

Bisa sharing sama teman dengar juga. Dulu waktu

saya masih muda mana ada acara kayak gini.

GERKATIN bantu semua teman Tuli merasa

dipedulikan sih….kan temanya belajar untuk

ngedit video, ini juga dari acara kominfo, jadi ya

kominfo aja bisa peduli sama kita pasti yang lain

juga. Saya rasa pasti tahun-tahun berikutnya

semakin banyak acara yang sengaja dibuat untuk

memperdulikan dan memperhatikan teman Tuli”

67

ungkapan Kak Adhi dengan berkomunikasi

menggunakan BISINDO (Bharoto, 2019).

Dalam wawancara ini saya berkomunikasi

langsung dengan Kak Adhi selaku Juru Bahasa Isyarat

(JBI) yang memandu acara. Wawancara ini saya dan

informan berkomunikasi dengan BISINDO. Terlihat jelas

bahwa informan tersebut percaya diri untuk

berkomunikasi dengan teman dengar karena sudah

terbiasa untuk bersosialisasi. Kak Adhi selama wawancara

menunjukan gestur tubuh yang tegap dan terlihat menarik

untuk mengungkapkan bagaimana acara ini memberikan

dukungan emosial kepada dirinya maupun teman Tuli

lainnya.

Gambar 4.1

Sumber: Instagram Handai Tuli

68

Gambar diatas adalah contoh acara yang di adakan

oleh organisasi eksternal yang bekerja sama dengan

GERKATIN yang mana orang-orang yang ada di Handai

Tuli sebagian juga anggota dari GERKATIN. Kegiatan

tersebut di adakan pada hari Sabtu tanggal 20 April 2019

di Museum Penerangan TMII. Peserta yang datang

merupakan teman dengar dan teman Tuli. Acara ini

bertujuan untuk teman Tuli maupun dengar bisa belajar

bagaimana cara membuat dan meng-edit video. Di dalam

kegiatan ini terlihat bahwa teman-teman Tuli banyak

berinteraksi kepada narasumber maupun teman dengar

karena mereka merasa nyaman berada di kegiatan

tersebut.

“GERKATIN juga memberikan saya teman

sharing yang berpengalaman. Contohnya saat

saya ingin mengambil S2 dan tidak percaya diri

menghadapi IELTS, saya sharing dengan Laura

dan dia membantu saya dengan menceritakan

caranya menghadapi tes tersebut. Laura juga

meminjamkan buku-buku dan menawarkan diri

untuk menemani saya mengunjungi lembaga

tersebut. Saya merasa mempunyai teman untuk

memberikan semangat kepada saya.” (Layanto,

2019).

Adanya GERKATIN sangat membantu teman-

teman Tuli untuk sharing apa saja yang mereka belum

mengetahui dan memberikan dukungan lebih agar teman-

teman Tuli juga bisa bersemangat dalam melalukan

sesuatu, seperti contoh wawancara di atas.

69

“Di GERKATIN saya mendapat kekuatan dan

pelajaran yang tidak henti-henti. Dari awal mula

saya tidak bisa Bahasa Isyarat, lalu diajarkan

sampai benar-benar bisa dan sekarang mampu

mengajarkan dan mentransfer ilmu saya dalam

berbagai acara seminar atau kelas Bahasa Isyarat

kepada teman Tuli lainnya bahkan teman dengar.

Saya bangga bisa menjadi salah satu dari bagian

lembaga ini.” (Hendrayanto, 2019).

Dalam wawancara kali ini, saya mewawancarai

Kak Dimas. Beliau adalah guru Bahasa Isyarat yang

mengajar BISINDO dasar. Pada saat mewawancarai Kak

Dimas, saya mendapatkan bantuan dari teman dengar

yang sudah lancar berbahasa Isyarat, dikarenakan

informan tersebut tidak terlalu mengerti kalimat yang saya

gunakan. Disini terlihat bahwa Kak Dimas lebih nyaman

ditemani oleh teman dengar yang ditunjuk langsung

olehnya agar informasi yang disampaikan dapat

dimengerti. Sempat ada gerakan garuk-garuk kepala pada

saat wawancara ini karena informan berusaha mengingat

kejadian yang dialaminya.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan ini didapatkan dari seseorang ketika

memberikan penghargaan positif kepada orang lain,

dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan

individu dan memberikan rasa bernilai. Berikut hasil

wawancara antara penulis dan anggota GERKATIN:

70

“GERKATIN memberikan akses kepada seluruh

anggota dan teman Tuli lainnya untuk belajar

BISINDO yang diadakan oleh Pusat Bahasa

Isyarat Indonesia atau yang disingkat menjadi

PUSBISINDO. PUSBISINDO sendiri adalah

naungan yang ada di bawah GERKATIN. Setelah

bisa bahasa Isyarat, GERKATIN memberikan

kesempatan untuk kami, para anggota mengajar

kelas bahasa Isyarat yang sudah berjalan sejak

lama. Maka dari itu GERKATIN memberikan

kesempatan yang berharga bagi seluruh anggota-

anggotanya.” (Layanto, 2019).

Gambar 4.2

Sumber: Dokumen Pribadi, Mei 2019.

71

Gambar 4.3

Sumber: Dokumen Pribadi, Mei 2019.

Seperti inilah suasana kelas yang ada di salah satu

tempat belajar Bahasa Isyarat yaitu, ACE PPKM. Tempat

ini adalah salah satu pusat pembelajaran BISINDO untuk

teman dengar maupun teman Tuli. ACE PPKM berada di

Jalan Pasar Minggu No. 39 A, Jakarta Selatan. Para

pengajar adalah anggota dari GERKATIN yang sudah

mahir dengan BISINDO. Siswa-siswa yang di ajarkan

pada foto diatas adalah teman dengar. Satu kelas biasanya

hanya berisi 20 sampai 25 orang. Terlihat bahwa pengajar

dan siswa berkomunikasi langsung dengan BISINDO.

Kelas BISINDO sudah ada 9 angkatan yang di buka

pendaftarannya setiap 3 bulan sekali dalam setahun.

“Para anggota yang ada di GERKATIN yang

sudah belajar lama BISINDO dan sudah mahir,

72

sengaja diberikan kesempatan untuk mengajar di

kelas-kelas teman dengar. Mereka di bagi

dibeberapa tempat perwilayah dari DPC

GERKATIN dan juga kelas Bahasa Isyarat yang

diadakan di ACE PPKM, Koptul dan Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas

Indonesia.” (Satryawan, 2019).

Pada kesempatan kali ini saya mewawancarai

langsung Pak Iwan sebagai guru BISINDO level 3 di

ACE PPKM. Terlihat disini bahwa beliau sudah mahir

Bahasa oralnya yang membuat saya sebagai teman dengar

sangat mengerti apa yang disampaikannya. Terkadang

jika saya tidak mengerti maksud BISINDO yang

disampaikan, beliau langsung berkomunikasi dengan

Bahasa oral. Berkomunikasi dengan Pak Iwan dengan

cara komunikasi terfokuskan, karena saat berkomunikasi,

Pak Iwan hanya melihat dan fokus dengan teman

bicaranya.

Teman-teman Tuli yang sudah mahir dan mengerti

kebudayaan Tuli sangat di anjurkan untuk mengajar

teman-teman Tuli maupun teman dengar agar terus

mengasah kemahiran berbahasa. GERKATIN

mengapresiasikan teman Tuli yang sudah bisa BISINDO

untuk terjun langsung mengajar. Dari contoh seperti itulah

teman Tuli diberikan dukungan penghargaan dari

GERKATIN.

73

c. Dukungan Instrumental

Dukungan ini didefinisikan sebagai dukungan yang

memberikan bantuan langsung seperti pinjaman uang atau

memberikan pertolongan dan membantu individu

melaksanakan aktifitasnya. Wawancara antara penulis dan

anggota GERKATIN sebagai berikut:

“Jika anggota sulit untuk mencari pekerjaan,

GERKATIN pernah memberikan akses untuk

mereka mencari pekerjaan. Seperti contoh waktu

itu ada lowongan Carrefour sekitar tahun 2012

yang memperbolehkan Tuli mendaftar.

GERKATIN memberi tahu informasi kepada

anggota untuk ikut daftar lowongan tersebut. Dan

hasilnya ada beberapa yang bisa bekerja disana.

Sampai sekarang masih ada teman Tuli yang

bernama Ahmad Ridwan bekerja di Carrefour

Lebak Bulus dengan hasil mencari informasi dari

GERKATIN.” (Prasetyo, 2019).

Dengan melakukan wawancara bersama Pak

Bambang, beliau berusaha untuk mengeluarkan suara

yang beliau miliki. Pak Bambang juga sangat mahir dalam

berkomunikasi menggunakan Bahasa oral. Pada saat

memberikan informasi mengenai lowongan pekerjaan,

beliau sering mengerutkan dahi dan juga menggerakan

matanya seperti berusaha mengingat bagaimana

GERKATIN memberikan dan mencarikan informasi

lowongan pekerjaan kepada anggotanya.

74

GERKATIN pernah mendapatkan informasi

mengenai lowongan pekerjaan di pusat perbelanjaan

Carrefour yang menerima teman Tuli untuk

berkesempatan bekerja. Terlihat dari data yang ada bahwa

teman Tuli yang mendaftar pada tahun 2012 sekitar 10

orang dan yang di terima 3 orang.

“Waktu itu ada salah satu anggota yang rumahnya

kebakaran, terus saya dikabarkan kalau anggota

itu sangat butuh bantuan. Apalagi bantuan secara

materi. Pasti kan butuh banget. Terus saya coba

hubungin ketua GERKATIN, tanya apa yang harus

dilakuin. Eh katanya suruh ngabarin yang lain

terus kumpulin iuran sukarela biar membantu

yang kena musibah. Akhirnya saya tanyain di

grup, untungnya anggota yang lain juga setuju

sama arahan Pak Bambang. Yauda abis itu

kumpulin iuran terus datengin tempat kejadian.

Disitu anggota yang dapat musibah tadinya sedih

tapi karena kita datang, jadinya dia terhibur.

Apalagi setelah tau kita kasih bantuan, dia

akhirnya terima kasih banget sama kita.”

(Hendrayanto, 2019).

Terlihat pada contoh di atas bahwa GERKATIN

sudah memberikan bantuan kepada para anggota untuk

menolong dan meringankan masalah yang menimpa para

anggota maupun pengurus. Dan juga dalam

pengungkapan wawancara, Kak Dimas terlihat beberapa

kali tersenyum seperti menandakan bahwa senang

mengungkapkan cerita tersebut.

75

“Setiap satu tahun sekali ada program dari

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu

memberikan program beasiswa kepada Tuli yang

bapak ibunya Tuli atau hanya anak dan bapaknya

saja yang Tuli. Anak-anak yang ikut program

tersebut diberikan tunjangan satu juta rupiah

melalui GERKATIN.” (Prasetyo, 2019).

Melalui data yang diberikan oleh ketua

GERKATIN bahwa pernyataannya tentang wawancara

diatas, maka organisasi ini sebenarnya sudah mencari dan

memberikan akses pada anak-anak Tuli yang kurang

mampu agar bisa menempuh pendidikan.

“Teman Tuli juga ada yang membuka usaha

seperti Kopi Tuli (Koptul) dan Sunyi Coffee.

Pemilik usaha tersebut bukan pengurus atau

anggota GERKATIN. Tetapi dengan adanya

Coffee Shop tersebut, teman Tuli mendapatkan

lapangan pekerjaan seperti barista di tempat

tersebut. Koptul berdiri sejak 2018 dan Sunyi

Coffee beroperasi pada tahun 2019. Kami juga

sering berkumpul disana.” (Redjeki, 2019).

Berdasarkan artikel yang penulis dapatkan dari website

(indonesiadevelopmentforum.com, 2019) dan (Ade Indra

Kusuma, 2019) bahwa Koptul dan Sunyi Coffee memberikan

dampak positif kepada teman Tuli seperti mereka bisa

berinteraksi disana dan mengajarkan orang-orang yang mau

datang untuk belajar BISINDO. Bahkan menurut observasi

penulis, GERKATIN bekerja sama dengan Koptul untuk

membuka kelas belajar BISINDO untuk teman dengar. Berita di

bawah adalah beberapa data yang penulis dapat.

76

Gambar 4.4

Sumber: https://indonesiadevelopmentforum.com

Gambar 4.5

Sumber: https://www.suara.com

77

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka

GERKATIN membantu anggotanya dengan mencarikan

pekerjaan dan juga melaksanakan iuran serta memerikan

kesempatan menjadi pengisi acara komersil. Dengan hal

tersebut GERKATIN telah menolong dan memberikan

bantuan kepada anggotanya agar mereka dapat berdaya

dan menghasilkan karya yang bisa di komersilkan untuk

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan.

d. Dukungan Informatif

Dukungan informatif di definisikan ketika individu

membutuhkan sesuatu maka orang lain memberikan

informasi, nasehat, arahan, saran, sugesti atau umpan

balik dari individu lainnya.

1. JBI

JBI atau yang sering disebut sebagai juru bahasa

Isyarat adalah salah satu yang dibutuhkan oleh

teman Tuli untuk melaksanakan komunikasi.

GERKATIN bekerja sama dengan PLJ (Pusat

Layanan Bahasa Isyarat) menyediakan JBI untuk

dipekerjakan di Televisi. Melalui JBI ini

GERKATIN memberikan dukungan sosial untuk

teman Tuli mengakses informasi atau berita yang

ada. Seperti pemaparan berikut:

“JBI di Televisi merupakan kemajuan yang

baik. Informasi-informasi dapat diakses

78

oleh teman-teman Tuli meskipun tidak

semuanya. Maksudnya tidak semua karena

masih ada yang belum bisa berbahasa

Isyarat. Saya sendiri adalah JBI dan

mendapatkan respon positif dari teman-

teman. Saya memulai karir sebagai JBI

pada tahun 2016. Saya sudah mengisi

beberapa acara seperti di Buletin Inews

siang stasiun televisi GTV dan Inews siang

di RCTI dengan jadwal hari sabtu dan

minggu. Biasanya setiap tampil di televisi

fee yang diberikan sekitar 150 sampai 400

ribu rupiah perepisode. Tetapi tidak semua

tempat saat saya mengisi acara sebagai

JBI selalu di bayar, ada juga yang tidak

mendapatkan fee.” (Bharoto, 2019).

Gambar 4.6

Sumber: Instagram Plj.indonesia.

Salah satu dukungan sosial yang diberikan oleh

GERKATIN adalah adanya akses bagi teman Tuli untuk

79

memberikan informasi melalui JBI yang ada di bawah

naungan PLJ. Terlihat bahwa GERKATIN memberikan

dukungan ini melalui media sosial dan menyediakan JBI.

Tujuan dukungan ini adalah untuk mempermudah anggota

untuk memperoleh informasi seputar kegiatan-kegiatan

yang dilaksanakan oleh GERKATIN dan memberikan

informasi yang ada di Televisi melalui JBI.

“Kalau mau jadi JBI bisa ikut ke PLJ dulu.

PLJ itu Pusat Layanan Bahasa Isyarat. JBI

ini tuh bantu banget teman Tuli yang gak

bisa komunikasi atau gak ngerti sama isi

acara. Sekarang mah banyak yang pake

JBI karena mereka mulai dikenal sama

pihak-pihak yang mau adain acara.”

(Satryawan, 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota JBI dan

merupakan anggota GERKATIN dapat dikatakan bahwa

tayangan yang mengikutsertakan JBI sangat memberikan

informasi kepada teman-teman Tuli untuk mengakses

berita yang ada. JBI adalah jembatan simbiosis

mutualisme bagi teman Tuli dan teman dengar saat

melakukan komunkasi dalam mentransfer informasi di

suatu acara. Sebab,tidak semua teman dengar dapat

paham dan fasih dengan Bahasa Isyarat begitupun teman

Tuli yang tidak bisa mendengar suara narasumber dan

akan sangat sulit kala mengikuti acara yang

diselenggarakan.

80

2. Buku Kamus BISINDO

Kamus BISINDO di buat oleh PUSBISINDO

melalui GERKATIN. Kamus ini sengaja di buat

untuk memudahkan teman-teman Tuli yang hanya

bisa SIBI dan mau belajar BISINDO. Biasanya

kamus ini di sediakan untuk teman-teman Tuli

maupun dengar yang mengikuti kelas BISINDO.

Berikut hasil wawancara penulis.

“Kami bekerja sama dengan Laboratorium

Riset Bahasa Isyarat (LRBI) Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya Universitas

Indonesia dengan GERKATIN dan didanai

oleh The Nippon Foudation. Di dalam

buku ini terdapat penjelasan tentang

Bahasa Isyarat Indonesia. Hal ini

memudahkan untuk semua orang yang mau

belajar BISINDO dasar. Buku ini dibuat

berdasarkan riset dari teman Tuli dan

teman dengar yang bekerja di LRBI UI.”

(Satryawan, 2019).

3. Brosur

Salah satu informasi yang bisa di dapatkan untuk

mengetahui secara garis besar GERKATIN bisa di

lihat dari brosur yang mereka buat. Sebagaimana

yang dipaparkan sebagai berikut:

“GERKATIN mempunyai program seperti

membuat brosur untuk dibawa ketika ada

kegiatan-kegiatan seperti pameran, Car

Free Day (CFD), penampilan teater 7 dan

81

seminar. Ituberguna untuk

memberikanengagement kepada partner

kerja sama.” (Redjeki, 2019).

4. Media Sosial

Adapun bentuk media sosial yang diberikan adalah

WhatsApp Group, Instagram dan Email.

a) WhatsApp Group

Dalam hal berkomunikasi, WhatsApp Group lebih

sering digunakan oleh anggota dan pengurus

GERKATIN untuk berinteraksi mengenai rencana

kegiatan yang akan dilaksankan. Karena

perkembangan zaman dan untuk mempersingkat

waktu maka pengurus GERKATIN sepakat untuk

menggunakan perangkat yang ada dalam

berdiskusi atau berbagi informasi lainnya. Media

sosial ini juga memberikan informasi untuk temu

sapa antara anggota dan pengurus, sebagaimana

yang dipaparkan oleh pengurus GERKATIN

berikut ini:

“Karena media sosial yang paling

gampang adalah WhatsApp Group maka

kami suka berbagi informasi

disini.WhatsApp grup ini dibuat pada

tahun 2015 dan sudah ada 20 anggota

yang ada dalam group DPP GERKATIN.

Mayoritas semua anggota dan pengurus

punya WhatsApp jadi lebih sering janjian

untuk temu sapa disini. Seperti ngumpul di

Koptul atau Sunyi Coffe.”.

82

Gambar 4.7

Sumber: Iwan Satryawan, Juli 2019.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan

diatas maka dapat disimpulkan bahwa adanya WhatsApp

Group bisa menjadi jembatan media diantara pengurus

dan anggota untuk melakukan komunikasi dalam

melakukan kegiatan temu sapa membahas apapun.

b) Instagram

Instagram menjadi media sosial yang paling sering

digunakan. Media sosial ini menjadi wadah untuk

83

pengurus dan anggota GERKATIN berbagi

informasi mengenai kegiatan atau acara yang akan

dilaksanakan. Seperti contoh yang ada di gambar

berikut:

Gambar 4.8

Sumber: Instagram DPP GERKATIN PUSAT

Berdasarkan dokumen yang ada di Instagram DPP

GERKATIN Pusat, maka banyak acara-acara yang bisa di

informasikan. Acara-acara tersebut seperti lomba untuk

teman Tuli, acara yang GERKATIN adakan di luar negeri

pada tahun 2016, diskusi yang diadakan oleh GERKATIN

bekerja sama dengan Universitas Indonesia pada tahun

2016, acara Hari Bahasa Isyarat Internasional pada tahun

2018, acara Hari Disabilitas Internsional pada tahun 2018

84

di Bekasi dan masih banyak acara-acara lainnya yang bisa

diketahui oleh pengurus, anggota GERKATIN maupun

teman Tuli lainnya melalui instagram.

Dan dengan adanya instagram terlihat sebagai

salah satu bentuk dukungan sosial GERKATIN yang

dapat mengumpulkan anggota dan teman Tuli lainnya

untuk berbagi informasi tentang akses teman Tuli,

menambah relasi untuk dunia pekerjaan dan

melaksanakan lomba bagi anggota maupun teman Tuli

yang ada di daerah Jakarta dan sekitarnya. Di dalam

media sosial instagram ini juga memiliki kontribusi untuk

menyebarkan informasi mengenai lowongan pekerjaan

seperti JBI (Juru Bahasa Isyarat).

c) Email

Email merupakan media yang jarang digunakan

oleh anggota GERKATIN untuk berbagi informasi

dan juga melakukan percakapan. Email hanya baru

biasa digunakan untuk keperluan birokrasi kepada

lembaga luar. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua

GERKATIN, sebagai berikut:

“Kami memanfaatkan email hanya untuk

keperluan birokrasi seperti, surat

undangan acara, rundown acara, atau

TOR untuk kami dari penyelenggara”

(Prasetyo, 2019).

85

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dilihat bahwa

belum begitu aktif kegiatan sharing di email karena

anggota merasa lebih efektif jika dilakukan melalui media

sosial lainnya. Whatsapp menjadi pilihan media sosial

utama untuk melakukan interaksi sesama teman tuli dan

biasa dilakukan perwilayah atau cabang GERKATIN.

Instagram menjadi pilihan jalur pintas interaksi serta

mewadahi tujuan komersil.

e. Dukungan Kelompok

Dukungan ini menyebabkan individu merasa ada didalam

sebuah kelompok dan merupakan bagian dari kelompok

tersebut dimana anggota-anggota lainnya dapat saling

berbagi. Sebagaimana yang dipaparkan sebagai berikut:

“Terkadang setelah acara workshop, seminar atau

mengajar kelas bahasa Isyarat anggota dan

pengurus GERKATIN berkumpul di Koptul dan

Sunyi Coffe untuk sekedar bermain agar lebih

terasa kekeluargaannya. Di kantor DPP

GERKATIN juga bisa kalau ada keperluan

sekaligus bertemu dengan pengurus dan anggota.

Biasanya teman Tuli lebih nyaman berkumpul

bersama dengan teman Tuli lainnya karena tidak

terkendala apapun” (Redjeki, 2019).

86

Berikut ini adalah media sosial dari Coffee ShopKoptul dan Sunyi

Coffee.

Gambar 4.9

Sumber: Instagram Koptu.id

87

Gambar 4.10

Sumber: Instagram Sunyi Coffee

Wawancara berikut ini adalah gambaran mengapa

GERKATIN perlu didirikan sebagai wadah kelompok dari

teman-teman Tuli yang ada di seluruh Indonesia.

“GERKATIN dibangun atas dasar kesadaran

teman Tuli untuk menjawab diskriminasi teman

dengar sebagai wadah untuk berlindung, belajar,

88

berdaya dan berkelompok dengan sesama Tuli,

berinteraksi dengan Isyarat. Organisasi ini berdiri

atas nama musyawarah untuk mengangkat

minoritas yang tak bisa dengar seperti saya, sebab

itu hampir semua hal saya termasuk orang yang

dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang

diampu oleh DPP GERKATIN. Kedua kalinya

saya sangat merasa dihargai sebagai seorang

manusia, di sini dan di keluarga saya.” (Prasetyo,

2019).

Dengan pemaparan hasil wawancara tersebut GERKATIN

sebenarnya belum ada tempat tersendiri untuk berkumpul. Tetapi

teman Tuli lainnya mempunyai tempat berkumpul untuk saling

sharing. Ketika GERKATIN memiliki kebijakan atau peninjauan

kembali mengenai aturan lembaga, anggota teman tuli diajak

untuk duduk diskusi terkait hal-hal yang akan berpengaruh pada

kebijakan yang nantinya akan dilaksanakan seluruh anggota dan

pengurus.

Saat teman-teman Tuli berkumpul, saya melihat bahwa

memang mereka sangat nyaman dan seperti leluasa untuk saling

berkomunikasi, bertukar informasi, memperhatikan satu sama

lainnya dan juga mereka tidak khawatir bagaimana orang lain

melihatnya. Mereka bisa tertawa lepas dan menghibur satu sama

lain saat berkumpul. Seperti waktu saya ikut berkumpul di Kopi

tuli, mereka memang sudah membuat janji antara teman-teman

lainnya. Mereka seperti sudah menunggu di meja masing-masing

untuk saling bertemu. Saat sedang menunggu, mereka hanya

fokus pada handphone. Tetapi saat teman-temannya sudah datang

89

mereka terlihat tersenyum sambil menyapa dengan ucapan halo

dengan BISINDO. Setelah itu mereka ada yang langsung sharing

menu makanan, ada yang langsung berbincang dan juga biasanya

mereka mengakhiri pertemuan itu dengan swafoto bersama.

C. Pengaruh Dukungan Sosial

1. Pengaruh langsung

Terciptanya hubungan antarpribadi dan hubungan yang

bersifat menolong. Hubungan tersebut dapat memudahkan

terciptanya tingkah laku yang lebih sehat. Seperti hasil

wawancara berikut ini:

“Bukan cuma setiap hari, hampir setiap saat

kami bertukar cerita dan menjalin komunikasi

untuk tau kabar satu sama lain lewat personal

chat WhatsApp ataupun di group kami. Lagi apa,

lagi dimana, sedang apa, sama siapa saja itu

sudah menjadi pertanyaan yang selalu ada di

notifikasi handphone saya. Bahkan, ketika saya

kehabisan bensin dan beri kabar lewat group pun

beberapa teman saya langsung datang ke lokasi

untuk bantu saya. Kami dekat bukan hanya

sekedar dalam cyrcle pertemanan, melainkan

sedekat keluarga.” (Hendrayanto, 2019).

Saling memberikan dukungan sudah selalu di

terapkan oleh teman-teman Tuli. Setiap bulan pasti teman-

teman Tuli selalu bertemu untuk saling menanyakan kabar

atau sharing tentang kendala yang mereka alami. Ketika

ada kegiatan teman Tuli juga bisa memanfaatkan waktu

90

mereka untuk bertemu dan bisa juga belajar dari acara

tersebut.

“Saat beberapa teman Tuli mengisi dan menjadi

narasumber maupun interpreteur JBI di suatu

acara, kami yang memiliki waktu luang pasti

hadir dalam acara tersebut hanya sekedar

memberikan support dengan cara menonton dan

menemani mereka yang sedang sibuk dalam

acara tersebut. Cara seperti ini sudah menjadi

budaya kami.” (Bharoto, 2019).

Bentuk jalinan komunikasi yang intensitas

interaksi dibangun secara terus-menerus membuat teman

Tuli saling memiliki keterikatan satu sama lain sehingga

kecenderungan tingkah laku pun juga ikut berangsur

menyelaraskan.

2. Pengaruh tidak langsung

Menghadapi orang yang sedang dalam masalah dengan

cara membantu mengatasi dan menghadapi stres yang

datang dengan mencoba membantu individu mempelajari

cara pemecahan masalah sebelum masalah-masalah

tersebut menjadi besar. Seperti hasil wawancara berikut

ini:

“Kemarin salah satu teman saya yang sedang

tegang terlihat dari ekspresi wajahnya dalam

menghadapi pra test ujian masuk salah satu

universitas di Jakarta saya ajak ngobrol dengan

teman Tuli lain di Sunyi Coffee dan saya minta

untuk sharing ketegangan dia ke teman-teman

91

supaya bisa relax dan dapat belajar dengan enjoy.

Benar saja ketika mendapat semangat dari kami,

dia langsung memisahkan diri dari bincang kami

dan mulai fokus dengan kertas-kertas soalnya.

Dan saya dengar juga kemarin dia sudah lolos di

salah satu kampus”. (Layanto, 2019).

Sifat keterbukaan dan empati dari pola hubungan

mereka membangun kesadaran akan mendampingi

sesama ketika ada masalah dan mengajak sharing

untuk memecahkan masalah tersebut dan membantu

pemangku masalah menyelesaikan perihal tersebut

sampai selesai.

3. Pengaruh Interaktif

Berupa dampak yang di jelaskan untuk mengurangi atau

memperbaiki dampak-dampak yang merugikan individu

dengan mengurangi kualitas dan kuantitas terhadap

sumber copying.

“Disini kami merasa bahwa GERKATIN hadir

bukan hanya sekedar untuk memberikan kami

harapan dan pelajaran, melainkan menjadikan

kami bagian dari GERKATIN itu sendiri. Teman

Tuli yang sudah bisa berbahasa Isyarat pun pasti

lebih mudah menjalin komunikasi dengan teman

dengar. GERKATIN pun adalah lembaga serius,

bisa terlihat dari jam terbang dan banyaknya

kerjasama dengan lembaga pemerintah atau tidak.

tanpa adanya MOU dimana-mana, mungkin teman

Tuli akan kesulitan secara finansial untuk

mengeluarkan uang banyak demi mengikuti kelas

92

dan acara terkait Bahasa Isyarat.” (Prasetyo,

2019).

Seperti visinya, GERKATIN datang untuk

mencapai kesetaraan dalam aspek kehidupan dan

penghidupan teman tuli dengan cara bermitra kepada

lembaga pemerintah maupun non pemerintah untuk

terjanlinnya kesepakatan bersama dalam meningkatkan

kesejahteraan teman tuli dengan fasilitas yang dinaungi

program-program di dalamnya yang bertujuan untuk

meng-edukasi dan mengubah cara pandang hidup teman

tuli agar mandiri dan berdaya dengan usaha sendiri.

GERKATIN berperan besar dalam proses penggalian

potensi serta dampak positif yang teman tuli dapatkan.

93

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas hasil temuan penelitian

yang telah di paparkan pada bab 4 yang dikaitkan pada landasan

teori yang telah penulis rancang yang ditulis dalam bab 2.

Pada bab 2 halaman 26, Hupcey (Peterson & Bredow,

2013)mendefinisikan dukungan sosial sebagai tindakan yang

diberikan secara sukarela kepada orang lain yang mempunyai

hubungan persoalan dengannya dan tindakan tersebut akan

membawa dampak positif baik secara langsung maupun tidak

langsung pada penerimanya.

Pada penelitian ini, penulis membatasi permasalahan

hanya pada dukungan sosial dalam 5 aspek yang dikemukakan

oleh Sarafino. Sarafino dan Smith mendifinisikan dukungan

sosial sebagai rasa nyaman yang didapatkan, rasa peduli, harga

diri dan pertolongan dari orang lain atau kelompok tertentu.

Dukungan sosial ini mengacu pada perasaan dan persepsi

seseorang mengenai kenyamanan, perhatian dan bantuan yang

diterima pada saat membutuhkannya. Aspek tersebut, yaitu

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informatif dan dukungan kelompok.

Dukungan sosial GERKATIN yang diberikan kepada

teman Tuli merupakan bentuk kepedulian yang di bangun oleh

94

semua pengurus GERKATIN untuk meningkatkan rasa nyaman,

rasa peduli, perhatian dan bantuan yang diterima antar sesama

anggota yang bergabung di GERKATIN. Bentuk dukungan yang

di berikan terlihat dari adanya banyak program kegiatan yang

telah dibuat oleh pengurus. Dan adanya acara-acara tertentu yang

melibatkan kerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya.

Dari lima aspek dukungan sosial diatas, dapat di bahas

bahwa:

A. Dukungan Sosial

a. Dukungan Emosional

Berdasarkan hasil temuan penulis, dukungan

emosional yang diberikan oleh GERKATIN kepada para

anggota yaitu adanya kegiatan-kegiatan yang bekerjasama

dengan organisasi lain yang bisa membuat teman Tuli

bertemu dan berinteraksi dengan masyarakat umum

menggunakan BISINDO, Bahasa yang mereka miliki.

Dalam penggunaan Bahasa Isyarat dalam kegiatan

tertentu, teman Tuli bisa sekaligus mensosialisasikan

Bahasa yang mereka miliki. Semakin banyak orang yang

tau maka semakin percaya diri teman Tuli untuk

melakukan aktifitasnya.

Adanya teman sharing antar sesama anggota

maupun pengurus yang membuat mereka merasa terbantu

untuk meringankan masalah seperti contoh pada bab 4

95

halaman 67, ketika salah satu anggota ingin menghadapi

tes maka diberikan masukan-masukan agar bisa

melaksanakan tes tersebut. Hubungan kelekatan dan

kekeluargaan yang di bangun oleh GERKATIN kepada

sesama anggotanya membuat mereka merasa terlindungi

dan di cintai oleh organisasi ini.

Seperti yang sudah dipaparkan pada bab 2

halaman 29, dukungan ini akan menyebabkan penerima

dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa

dimiliki dan dicintai, memberi bantuan dalam bentuk

semangat. Dalam pemberian dukungan ini GERKATIN

sudah mampu banyak memberikan anggotanya rasa

nyaman dan semangat dalam diri individu masing-masing

sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sarafino.

b. Dukungan Penghargaan

Berdasarkan hasil temuan penulis, dukungan

penghargaan yang diberikan oleh GERKATIN kepada

para anggota terlihat dari adanya kesempatan teman Tuli

untuk belajar BISINDO yang di ajarkan oleh pengurus-

pengurus dan ketika mereka sudah mahir, maka

selanjutnya di anjurkan untuk mengajarkan kepada teman

dengar. Disini GERKATIN sebagai wadah yang

menjembatani teman Tuli untuk bisa bangkit dan

96

menunjukan kemampuan mereka dalam literatur

berbahasa Isyarat.

Adanya tempat-tempat untuk mengajarkan

BISINDO juga memberikan teman Tuli akses untuk

berkumpul, saling belajar bersama, bertemu dengan JBI

yang sudah senior dan membuat teman-teman Tuli merasa

bernilai. Dan juga ketika ada acara-acara besar yang

membutuhkan cendera mata, maka anggota-anggota dari

GERKATIN dilibatkan langsung untuk memproduksi dan

akhirnya memakai jasa mereka sebagai bentuk apresiasi

dari kemampuan yang mereka miliki. Teman Tuli sendiri

merasa sangat diberikan ruang oleh GERKATIN agar

mereka bisa menampilkan bakat atau kemampuan mereka.

Terlihat dari ketika penulis mendatangi acara yang dibuat

oleh GERKATIN, banyak cendera mata yang di

perlihatkan pada booth-booth tertentu.

Dukungan penghargaan yang sesuai dengan bab 2

halaman 30, yaitu dukungan seseorang ketika

memberikan penghargaan positif kepada orang lain,

dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan

individu. Dukungan ini menyebabkan individu

mendapatkan rasa percaya diri dan merasa bernilai.

Dukungan penghargaan yang diberikan GERKATIN

sudah dirasakan oleh anggotanya di lihat dari bab 4

gambar 2. 1 halaman 69 dan juga kutipan wawancara

97

halaman 70, anggota GERKATIN yang mahir BISINDO

sengaja diberikan kesempatan untuk mengajar di kelas-

kelas teman dengar.

c. Dukungan Instrumental

Dari hasil temuan lapangan penulis, dukungan-

dukungan instrumental yang diberikan oleh GERKATIN

kepada para anggotanya berupa diberikan informasi

mengenai lapangan pekerjaan untuk teman Tuli dan

memberikan akses untuk mereka mendaftar pada

lowongan tersebut. Dikarenakan masih banyaknya

perusahaan-perusahaan atau tempat kerja lainnya yang

tidak menerima disabilitas, maka GERKATIN terus

mencari info untuk anggota maupun teman-teman Tuli

lainnya untuk mendapatkan pekerjaan.

Adanya iuran yang diberikan secara suka rela

kepada teman-teman Tuli yang sedang berduka atau

sedang mendapatkan musibah juga salah satu bentuk

gerakan yang dibuat oleh GERKATIN untuk memberikan

pertolongan dan meringankan beban pada mereka karena

mereka adalah keluarga di dalam organisasi ini.

GERKATIN juga memberikan bantuan langsung

kepada anak-anak Tuli yang tidak mampu dalam hal

ekonomi melalui Kemendikbud untuk mereka

meneruskan pendidikannya tanpa terhalang kendala

apapun. Dalam hal ini GERKATIN sangat

98

memperhatikan kepada mereka yang akan terus

menggapai dan meraih mimpinya. Karena banyak teman-

teman Tuli yang memiliki kemampuan untuk meraih

pendidikan di luar negeri.

Adanya gerai kopi yang dibuka seperti Kopi Tuli

dan Sunyi Coffee membuka lebar kesempatan kerja untuk

teman Tuli yang masih belum mendapatkan pekerjaan. Di

gerai kopi tersebut, teman-teman Tuli juga mendapatkan

informasi mengenai lowongan pekerjaan menjadi barista.

Akhirnya banyak dari anggota GERKATIN yang bisa

bekerja di tempat tersebut. GERKATIN juga melakukan

kerja sama dengan Koptul membuka kelas Bahasa Isyarat

untuk teman-teman dengar maupun Tuli belajar.

Sesuai dengan definisi dukungan instrumental

yang dapat di lihat pada bab 2 halaman 30, yaitu

dukungan yang memberikan bantuan langsung seperti

pinjaman uang atau memberikan pertolongan dan

membantu individu melaksanakan aktifitasnya. Dukungan

yang diberikan GERKATIN mampu menambah relasi

teman-teman Tuli seperti adanya coffe shop yang ada pada

bab 4 gambar 3.1 dan 3.2, halaman 74 dan 75. Hal ini

membantu meringankan anggotanya untuk mencari

pekerjaan dan juga membantu finansialnya.

99

d. Dukungan Informatif

Berdasarkan hasil temuan lapangan penulis,

dukungan informatif yang diberikan oleh GERKATIN

pada para anggota meliputi adanya Juru Bahasa Isyarat,

brosur, buku dan media sosial yang sangat penting untuk

memberikan informasi.

Dukungan-dukungan informatif yang diberikan

GERKATIN bertujuan untuk memudahkan para anggota

dan teman-teman Tuli untuk berkomunikasi dan

memberikan dukungan kepada mereka sehingga merasa

dianggap oleh teman-teman dengar dan merasa tidak di

diskriminasi.

Adanya JBI di televisi atau di acara-acara formal

membuat teman Tuli bisa mengerti informasi yang

diberikan. Seperti contohnya menonton acara di televisi

tetapi tidak ada JBI maka teman Tuli tidak mengerti apa

pun informasi yang diberikan. Sebenarnya juga teman

Tuli terbantu dengan adanya teks di bawah acara atau

tampilan visual yang diberikan.

Kamus BISINDO yang dibuat oleh GERKATIN

bekerja sama dengan LRBI UI dan The Nippon

Foundation juga sangat membantu teman-teman Tuli

untuk belajar Bahasa Isyarat yang mudah di mengerti.

Banyak yang terbantu dengan adanya kamus tersebut

100

untuk melakukan komunikasi sesama Tuli maupun

dengan teman dengar.

Adanya brosur yang diberikan kepada partner

yang mau melakukan kerja sama dengan GERKATIN

juga sangat membantu karena sudah terlihat sedikit

rangkuman mengenai organisasi ini dan tidak perlu di

jelaskan lagi oleh pengurus atau anggota GERKATIN.

Media sosial juga sangat berperan penting sebagai

alat komunikasi teman-teman Tuli. Mereka bisa

mengakses langsung mengenai kegiatan-kegiatan yang

diselenggarakan oleh GERKATIN dan juga sebagai

tempat sharing kepada sesama anggota maupun pengurus.

Pada bab 2 halaman 30 dukungan ini didefinisikan

ketika individu membutuhkan sesuatu maka orang lain

memberikan informasi, nasehat, arahan, saran, sugesti

atau umpan balik dari individu lainnya. Informasi-

informasi yang di berikan oleh GERKATIN bisa juga

memberikan arahan dan saran kepada para anggotanya,

seperti yang ada di bab 4 halaman 82.

e. Dukungan Kelompok

Adanya dukungan-dukungan dari kelompok

bertujuan untuk membangun rasa kenyamanan dan saling

berbagi sesama anggota atau teman-teman Tuli lainnya.

101

Dukungan kelompok juga memberikan dampak langsung

untuk teman Tuli karena mereka pasti akan merasa di

hargai jika berkumpul dengan kelompoknya.

Gerai-gerai kopi yang ada di sekitar Jakarta

membuat teman-teman Tuli merasa mendapatkan tempat

untuk bertemu, bermain atau hanya untuk menghilangkan

rasa bosan di rumah. Selain itu dikarenakan lebih banyak

teman-teman Tuli yang datang, mereka bisa saling

bertukar informasi maupun saling memberikan dukungan

satu sama lainnya.

Dukungan kelompok menyebabkan individu

merasa ada didalam sebuah kelompok dan merupakan

bagian dari kelompok tersebut dimana anggota-anggota

lainnya dapat saling berbagi, hal ini sesuai paparan pada

bab 2 halaman 30. Dukungan kelompok di rasakan oleh

teman Tuli seperti adanya GERKATIN itu sendiri.

Mereka merasa mempunyai wadah dan rumah bagi tuli.

B. Pengaruh Dukungan Sosial

1. Pengaruh Langsung

Dengan adanya dukungan dan komunikasi intensif

yang diberikan oleh sesama anggota maka menciptakan

hubungan yang harmonis dan hubungan yang positif.

Kehadiran teman-teman Tuli saat ada salah satu yang

mengisi acara sangat berpengaruh besar bagi individu

102

tersebut, mereka merasa sangat diperhatikan dan

dipedulikan. Tingkah laku yang berulang seperti itu

membuat teman Tuli lainnya menyelaraskankebiasaan

tersebut.

Pada bab 2 halaman 33, pengaruh langsung adalah

terciptanya hubungan antarpribadi dan hubungan yang

bersifat menolong. Hubungan tersebut dapat memudahkan

terciptanya tingkah laku yang lebih sehat. Di hasil temuan

penulis terlihat jelas bahwa adanya pengaruh langsung

anggota saat bergabung pada GERKATIN yang

memberikan rasa tolong menolong seperti yang di

gambarkan pada wawancara bab 4 halaman 87, Bahkan,

ketika saya kehabisan bensin dan beri kabar lewat group

pun beberapa teman saya langsung datang ke lokasi untuk

bantu saya. Hal ini yang di dapatkan oleh para anggota

GERKATIN.

2. Pengaruh Tidak Langsung

Adanya pengaruh yang di rasakan oleh teman Tuli,

yaitu jika teman Tuli mendapatkan masalah dan tidak tau

mau membagi kisahnya dengan siapa, maka teman-teman

satu kelompoknya yang pasti di cari. Mereka bagaikan

sudah mendapatkan feel tersendiri jika bersama dengan

kelompoknya. Teman Tuli pasti akan mencari teman satu

103

kelompoknya karena mereka juga lebih mengerti Bahasa

Isyarat yang mereka gunakan dalam berkomunikasi.

Pengertian pengaruh tidak langsung sendiri ada

pada bab 2 halaman 33, yaitu menghadapi orang yang

sedang dalam masalah dengan cara membantu mengatasi

dan menghadapi stres yang datang, dengan mencoba

membantu individu mempelajari cara pemecahan masalah

sebelum masalah-masalah tersebut menjadi besar.Pengaruh

ini di terapkan kepada seseorang anggota GERKATIN

kepada anggota lainnya yang di paparkan pada wawancara

di bab 4 halaman 88 Salah satu teman saya yang sedang

tegang terlihat dari ekspresi wajahnya dalam menghadapi

pra test ujian masuk salah satu universitas di Jakarta saya

ajak ngobrol dengan teman Tuli lain di Sunyi Coffee dan

saya minta untuk sharing ketegangan dia ke teman-teman

supaya bisa relax dan dapat belajar dengan enjoy.

3. Pengaruh Interaktif

GERKATIN mempunyai pengaruh kepada teman

Tuli untuk menjadikan organisasi ini sebagai wadah

kesejahteraan mereka seperti terhindarnya dari

diskriminasi yang mempunyai banyak dampak negatif.

Masih banyak hak-hak teman Tuli yang harus di

perjuangkan, maka dari itu GERKATIN dengan anggota-

anggotanya selalu memperjuangkan Tuli.

104

Penjelasan pengaruh interaktif ada pada bab 2

halaman 34 berupa dampak yang di jelaskan untuk

mengurangi atau memperbaiki dampak-dampak yang

merugikan individu dengan mengurangi kualitas dan

kuantitas terhadap sumber copying. Seperti seseorang yang

sudah terlalu nyaman dengan keadaannya dan mengikuti

hal-hal yang sama dengan orang lain bisa memperbaiki

dampak yang akan terjadi. Pengaruh ini terlihat sudah di

rasakan oleh anggota GERKATIN karena adanya hasil

temuan penulis yang sesuai seperti pada bab 4 halaman 90.

Pada bab 4 ini dijelaskan program-program di dalamnya

yang bertujuan untuk mengedukasi dan mengubah cara

pandang hidup teman tuli agar mandiri dan berdaya dengan

usaha sendiri.

105

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut teori Sarafino, diambil kesimpulan

sebagai berikut:

Terlihat bahwa yang paling banyak memberikan

dukungan sosial ada pada aspek dukungan informatif,

yaitu adanya Juru Bahasa Isyarat (JBI), membuat kamus

BISINDO, membuat brosur. Yang termasuk media

informatif sepertiWhatsapp Group, Email dan Instagram

yang membantu teman Tuli mengakses informasi yang

diberikan GERKATIN.

Dukungan yang kedua adalah dukungan

emosional. Dukungan sosial ini memberikan rasa nyaman

kepada teman-teman Tuli untuk berlindung, berkeluh

kesah dan saling memberikan support satu sama lain.

GERKATIN menjadi tempat untuk sharing sesama teman

Tuli lainnya, memberikan semangat untuk bangkit dan

melihat dunia luar dengan bahasa ibu yang mereka miliki,

yaitu BISINDO.

Selanjutnya dukungan instrumental yang

memberikan teman-teman Tuli bantuan pertolongan

seperti GERKATIN memberikan dan mencarikan

106

informasi mengenai lowongan pekerjaan yang sesuai bagi

teman Tuli, memberikan bantuan materiil ketika sedang

mengalami musibah, memberikan bantuan pendidikan

untuk anak-anak Tuli dan menyediakan lapangan

pekerjaan sebagai guru BISINDO di bawah naungan

GERKATIN.

Selanjutnya dukungan penghargaan. Dari

sebelum-sebelumnya teman Tuli belum bisa BISINDO,

GERKATIN dan para anggotanya memikirkan jalan yang

terbaik untuk mereka yang tidak puas dengan Sistem

Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). Setelah mereka bisa dan

mampu mengerti BISINDO, maka GERKATIN

memberikan teman Tuli tempat untuk mensosialisasikan

Bahasa Isyarat tersebut .

Aspek yang terakhir adalah dukungan kelompok.

GERKATIN membangun kehangatan dalam kelompok

untuk duduk bersama membicarakan hak-hak teman Tuli

yang belum tercapai agar bisa diselesaikan bersama-sama.

Pengaruh yang di dapatkan anggota GERKATIN,

yaitu pengaruh langsung seperti adanya dukungan dan

komunikasi intensif yang diberikan oleh sesama anggota

maka menciptakan hubungan yang harmonis dan

hubungan yang positif. Pengaruh tidak langsung, yaitu

jika teman Tuli mendapatkan masalah dan tidak tau mau

107

membagi kisahnya dengan siapa, maka teman-teman satu

kelompoknya yang pasti di cari. Dan pengaruh interaktif

seperti GERKATIN mempunyai pengaruh kepada teman

Tuli untuk menjadikan organisasi ini sebagai wadah

kesejahteraan mereka seperti terhindarnya dari

diskriminasi yang mempunyai banyak dampak negatif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

penulis, terdapat saran yang akan penulis berikan baik

kepada organisasi dan penelitian selanjutnya. Adapun

saran yang diberikan sebagai berikut:

1. Organisasi

Sebagai salah satu organisasi yang besar bagi

teman-teman Tuli diharapkan GERKATIN mampu

melengkapi dokumen-dokumen pada kegiatan yang

akan dilaksanakan maupun yang sudah dilaksanakan

dan lebih aktif dalam memberikan informasi pada

sosial media Instagram yang dimiliki oleh DPP

Gerkatin Pusat. Sebab, banyak informasi-informasi

yang teman Tuli maupun teman dengar butuhkan

lewat media sosial yang sudah tersedia.

Oleh karena itu diperlukan evaluasi terhadap

kelengkapan dokumen-dokumen yang GERKATIN

108

miliki dan lebih aktif kembali dalam mengelola

Instagram untuk kepentingan bersama.

2. Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya bisa melakukan

penelitian terhadap kesejahteraan Tuli maupun JBI

yang ada. Hal ini bertujuan untuk memberikan hak-

hak yang belum teman-teman Tuli rasakan.

109

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bachtiar, W. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta:

Logos.

Budyatna, M., & Ganiem, L. M. (2011). Teori Komunikasi Antar Pribadi.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bunawan, L., & Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan Bahasa Anaka

Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.

Canggara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Cohen, S., & Syme, S. L. (1985). Social Support and Health. Florida:

Academic Press. Inc.

Danesi, M. (2012). Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.

Efendi, M. (2006). Psikopedagagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Effendy, O. U. (2005). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Effendy, O. U. (2007). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

Fauzan, A., & Djunaidi, G. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ghufron, M. N., & S, R. R. (2012). Gaya Belajar Kajian Teoritik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

110

Mattson, M., & Hall, J. G. (2011). Health as communication nexus: a

service-learning approach. United States: Kendall Hunt

Publishing Company.

Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. (2002). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Nasional, D. P. (2002). Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. Jakarta:

Direktorat Pendidikan Luar Biasa Proyek Pengembangan

Sistem dan Standarisasi Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa.

Nasional, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: Gramedia.

Peterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013). Middle Range Theories.

Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams &

Wilkins.

Pujileksono, S. (2015). Metodologi Penelitian Komunikasi Kualitatif.

Malang: Intrans Publishing.

Reefani, N. K. (2013). Panduan Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta: Imperium.

Sadjaah, E. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan

Pendengaran dalam Keluarga. Jakarta: Depdiknas Dirjen

Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Sarafino, E. P. (1994). Healthy Psychology. Trenton State Collage: PT.

Cakra Indah Pusaka.

111

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology

Biopsychosocial Interactions Seventh edition. United State:

Wiley.

Smith, J. D. (2006). INKLUSI (Sekolah Ramah untuk Semua). Bandung:

Nuansa.

Somad, P., & Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

STKS, S. T. (2008). Teknologi Pengembangan Masyarakat. Bandung:

STKS.

Sumanto. (1990). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.

Yogyakarta: Andi Offset.

Swarjana, I. K. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Penerbit ANDI.

Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Winarsih, M. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu dalam

Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Dapartemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat

Ketenagakerjaan.

Brosur:

Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia. (t.thn.). Brosur.

112

Jurnal:

Ardini, P. P. (2013). Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap

Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun. Jurnal Pendidikan

Anak, 50.

Armstrong, M. I., Birnie-Lefcovitch, S., & Ungar, M. T. (2005). Pathways

Between Social Support, Family, Well Being, Quality of Parenting, adn

Child Resilience: What We Know. Journal of Child and Family Studies,

27

Dewi, U. (2015). Implementasi Kebijakan Kuota Bagi Penyandang

Disabilitas Untuk Mendapatkan Pekerjaan di Kota Yogyakarta.

Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara, 68.

Ellyazar, Y. (2013). Hubungan Antara Orientasi Religius dan Dukungan

Sosial dengan Kedisiplinan Beribadah Pada Warga Gereja.

Jurnal Penelitian Humaniora, 45-46.

Gumelar, G., Hafiar, H., & Subekti, P. (2018). Bahasa Isyarat Indonesia

Sebagai Budaya Tuli Melalui Pemaknaan Anggota Gerakan

Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu. INFORMASI: Kajian Ilmu

Komunikasi, 65-77.

Hayyu, A., & Mulyana, O. P. (2015). Hubungan Antara Dukungan Sosial

dan Kebermaknaan Hidup Pada Penyandang Tuna Rungu di

Komunitas Persatuan Tuna Rungu Indonesia (PERTURI)

Surabaya. Jurnal Psikologi Teori & Terapan, 111-116.

Hernawati, T. (2007). Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan

Berbicara Anak Tunarungu. Jurnal Asesmen Dan Intervensi

Anak Berkebutuhan Khusus, 101-110.

Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Hubungan Sosial, Penyesuaian

Sosial di Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa

113

SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal

Psikologi Undip, 103-107.

Mursita, R. A. (2015). Respon Tunarungu Terhadap Penggunaan Sistem

Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia

(BISINDO) dalam Komunikasi. INKLUSI, 222-230.

Nisa, R. A. (2012). Sumbangan Sef-Esteem, Dukungan Orang Tua, Guru,

dan Teman Sebaya terhadap Kepuasan Sekolah pada Siswa

Tunarungu di SMP dan SMA/SMK Inklusi. Tesis, 7.

Pontoh, W. P. (2013). Peranan Komunikasi Interpersonal Guru dalam

Meningkatkan Pengetahuan Anak. Journal Acta Diurna, 1-9.

Purba, J., Yulianto, A., Widyanti, E., Esa, D., & Esa, M. (2007). Pengaruh

Dukungan Sosial Terhadap Burnout Pada Guru. Jurnal

Psikologi, 77-87.

Rahmi, H. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pengoperasian Perkalian

Melalui Metode Horizontal Bagi Anak Tunarungu. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Khusus, 114.

Setyawan, D. I., Tolle, H., & Kharisma, A. P. (2018). Perancangan

Aplikasi Communication Board Berbasis Android Tablet

Sebagai Media Pembelajaran dan Komunikasi Bagi Anak Tuna

Rungi. Jurnal Pengembangan Teknologi dan Ilmu Komputer,

2935.

Sugianto, N. (2015). Analisis Manfaat Dan Penerimaan Terhadap

Implementasi Bahasa Isyarat Indonesia Pada Latar Belakang

Komplek Menggunakan Kinect Dan Jaringan Syaraf Tiruan.

Jurnal Informatika dan Sistem Informasi, 57-70.

Sugianto, N., & Samopa, F. (2015). Analisis Manfaat dan Penerimaan

Terhadap Implementasi Bahasa Isyarat Indonesia Pada Latar

114

Belakang Komplek Menggunakan Kinect dan Jaringan Syaraf

Tiruan. Jurnal Informatika dan Sistem Informatika, 56-70.

Syafi'e, M. (2014). Pemenuhan Aksesibilitas Bagi Penyandang

Disabilitas. Jurnal INKLUSI, 270.

Tarmidi, & Rambe, A. R. (2010). Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang

Tua dan Sel-Directed Learning pada Siswa SMA. Jurnal

Psikologi, 217.

Tin, W., Lin, Z., Swe, & Mya, N. K. (2017). Deaf mute or Deaf. Asian

Journal of Medical and Biological Research, 11-12.

Zahroh, U., & Asyhar, B. (2014). Kecenderungan Gaya Belajar

Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi Bijektif.

Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 72.

Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The

Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Journal of

Personality Assesment, 30-41.

Skripsi:

Putri, D. A. (2014). Akses Informasi Peremouan Penyandang Disabilitas

Rungu mengenai Kesehatan Reproduksi . 45.

Putri, S. D. P (2014). Dukungan Sosial Yayasan Persatuan Orang Tua

Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Kepada Orang Tua

Anak dengan Down Syndrome.

Rosidah (2014). Gambaran Dukungan Sosial Teman Sebaya dalam

Penyesuaian Diri Anak Tunagrahita (Studi Kasus Anak

Tunagrahita di SDN Rambutan 01 Jakarta).

115

Yahya, N. F. (2018). Komunikasi Interpersonal Anggota Tuli dengan

Anggota Dengar dalam Komunitas Aksi Tuli (AKTU) Sidoarjo.

Skripsi, 58.

Website:

Ade Indra Kusuma, F. N. (2019, September 6). Sunyi House of Coffee

and Hope, Gerai Kopi yang Hadirkan Barista Difabel. Retrieved

from www.suara.com

Almuharam. (2019, Maret 2). Berkas: Isyarat Bisindo. Retrieved from

Wikipedia:

https:id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Isyarat_Bisindo.jpg

Ardini, P. P. (2013). Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap

Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun. Jurnal Pendidikan

Anak, 50.

Armstrong, M. I., Birnie-Lefcovitch, S., & Ungar, M. T. (2005). Pathways

Between Social Support, Family, Well Being, Quality of

Parenting, adn Child Resilience: What We Know. Journal of

Child and Family Studies, 271.

Bachtiar, W. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta:

Logos.

Bharoto, A. K. (2019, Maret 30). (M. S. Jannati, Interviewer)

116

Budyatna, M., & Ganiem, L. M. (2011). Teori Komunikasi Antar Pribadi.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bunawan, L., & Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan Bahasa Anaka

Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.

Canggara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Chalid, Nursiah, & Yusuf, Y. (2014). Pengaruh Tingkat Kemiskinan,

Tingkat Pengangguran, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan

Laju Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di Provinsi Riau. Jurnal Ekonomi Universitas Riau.

Cohen, S., & Syme, S. L. (1985). Social Support and Health. Florida:

Academic Press. Inc.

Danesi, M. (2012). Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.

databoks. (2017, Februari 9). Penyandang Disabilitas di Jakarta 6 Ribu

Jiwa. Retrieved Oktober 28, 2019, from databoks:

https://databoks.katadata.co.id

Dewi, U. (2015). Implementasi Kebijakan Kuota Bagi Penyandang

Disabilitas Untuk Mendapatkan Pekerjaan di Kota Yogyakarta.

Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara, 68.

Djunaedi, Ghoni, M., & Almansyur, F. (2012). In Metode Penelitian

Kualitatif (p. 25). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

117

Efendi, M. (2006). Psikopedagagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Effendy, O. U. (2005). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Effendy, O. U. (2007). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

Ellyazar, Y. (2013). Hubungan Antara Orientasi Religius dan Dukungan

Sosial dengan Kedisiplinan Beribadah Pada Warga Gereja.

Jurnal Penelitian Humaniora, 45-46.

Fadlillah, A. (2018, Desember 18). Belajar Saling Memahami dari

Penyandang Tuli. Retrieved from merahputih:

www.merahputih.com

Fauzan, A., & Djunaidi, G. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia. (n.d.). Brosur.

Ghufron, M. N., & S, R. R. (2012). Gaya Belajar Kajian Teoritik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gumelar, G., Hafiar, H., & Subekti, P. (2018). Bahasa Isyarat Indonesia

Sebagai Budaya Tuli Melalui Pemaknaan Anggota Gerakan

Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu. INFORMASI: Kajian Ilmu

Komunikasi, 65-77.

118

Hayyu, A., & Mulyana, O. P. (2015). Hubungan Antara Dukungan Sosial

dan Kebermaknaan Hidup Pada Penyandang Tuna Rungu di

Komunitas Persatuan Tuna Rungu Indonesia (PERTURI)

Surabaya. Jurnal Psikologi Teori & Terapan, 111-116.

Hendrayanto, D. (2019, April 6). (M. S. Jannati, Interviewer)

Hendrayanto, D. (2019, April 6). (M. S. Jannati, Interviewer)

Hernawati, T. (2007). Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan

Berbicara Anak Tunarungu. Jurnal Asesmen Dan Intervensi

Anak Berkebutuhan Khusus, 101-110.

Indonesia, P. S. (2018, Desember 20). DPP GERKATIN. Retrieved from

www.gerkatin.org

indonesiadevelopmentforum.com. (2019, September 6). Ditolak Kerja

Ratusan Kali, Teman Tuli Ajarkan Bahasa Isyarat Lewat

Secangkir Kopi.

Krisnan. (2019, Maret 2). Belajar Bahasa Isyarat Tingkat Dasar:

Mengenal Huruf dan Angka. Retrieved from meenta.net:

https://meenta.net/belajar-bahasa-isyarat-dasar/

Layanto, M. (2019, Juni 11). (M. S. Jannati, Interviewer)

Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Hubungan Sosial, Penyesuaian

Sosial di Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa

119

SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal

Psikologi Undip, 103-107.

Mattson, M., & Hall, J. G. (2011). Health as communication nexus: a

service-learning approach. United States: Kendall Hunt

Publishing Company.

Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Moleong, L. J. (2007). In Metodologi Penelitian Kualitatif (p. 248).

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. (2002). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Mursita, R. A. (2015). Respon Tunarungu Terhadap Penggunaan Sistem

Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia

(BISINDO) dalam Komunikasi. INKLUSI, 222-230.

Nasional, D. P. (2002). Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. Jakarta:

Direktorat Pendidikan Luar Biasa Proyek Pengembangan

Sistem dan Standarisasi Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa.

Nasional, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: Gramedia.

120

Nisa, R. A. (2012). Sumbangan Sef-Esteem, Dukungan Orang Tua, Guru,

dan Teman Sebaya terhadap Kepuasan Sekolah pada Siswa

Tunarungu di SMP dan SMA/SMK Inklusi. Tesis, 7.

Nur, M. F. (2018, Desember 19). Ini Pandangan Mahasiswi Tuli Bahas

Diskriminasi. Retrieved from Kabar Makassar:

www.kabarmakassar.com

Peterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013). Middle Range Theories.

Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams &

Wilkins.

Pontoh, W. P. (2013). Peranan Komunikasi Interpersonal Guru dalam

Meningkatkan Pengetahuan Anak. Journal Acta Diurna, 1-9.

Prasetyo, B. (2019, Maret 19). (M. S. Jannati, Interviewer)

Prasetyo, B., & Redjeki, W. (2019, Maret 19). Struktur Organisasi

GERKATIN. (M. S. Jannati, Interviewer)

Pujileksono, S. (2015). Metodologi Penelitian Komunikasi Kualitatif.

Malang: Intrans Publishing.

Purba, J., Yulianto, A., Widyanti, E., Esa, D., & Esa, M. (2007). Pengaruh

Dukungan Sosial Terhadap Burnout Pada Guru. Jurnal

Psikologi, 77-87.

Putri, D. A. (2014). Akses Informasi Peremouan Penyandang Disabilitas

Rungu mengenai Kesehatan Reproduksi . 45.

121

Rahmi, H. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pengoperasian Perkalian

Melalui Metode Horizontal Bagi Anak Tunarungu. Jurnal Ilmiah

Pendidikan Khusus, 114.

Redjeki, W. (2019, Maret 23). (M. S. Jannati, Interviewer)

Reefani, N. K. (2013). Panduan Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta: Imperium.

Sadjaah, E. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan

Pendengaran dalam Keluarga. Jakarta: Depdiknas Dirjen

Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Sarafino, E. P. (1994). Healthy Psychology. Trenton State Collage: PT.

Cakra Indah Pusaka.

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology

Biopsychosocial Interactions Seventh edition. United State:

Wiley.

Sarwono, J. (2006). In Metode Penelitian Kualitatif (p. 22). Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Satryawan, I. (2019, Juli 6). (M. S. Jannati, Interviewer)

Setyawan, D. I., Tolle, H., & Kharisma, A. P. (2018). Perancangan

Aplikasi Communication Board Berbasis Android Tablet

Sebagai Media Pembelajaran dan Komunikasi Bagi Anak Tuna

122

Rungi. Jurnal Pengembangan Teknologi dan Ilmu Komputer,

2935.

Smith, J. D. (2006). INKLUSI (Sekolah Ramah untuk Semua). Bandung:

Nuansa.

Somad, P., & Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

STKS, S. T. (2008). Teknologi Pengembangan Masyarakat. Bandung:

STKS.

Sugianto, N. (2015). Analisis Manfaat Dan Penerimaan Terhadap

Implementasi Bahasa Isyarat Indonesia Pada Latar Belakang

Komplek Menggunakan Kinect Dan Jaringan Syaraf Tiruan.

Jurnal Informatika dan Sistem Informasi, 57-70.

Sugianto, N., & Samopa, F. (2015). Analisis Manfaat dan Penerimaan

Terhadap Implementasi Bahasa Isyarat Indonesia Pada Latar

Belakang Komplek Menggunakan Kinect dan Jaringan Syaraf

Tiruan. Jurnal Informatika dan Sistem Informatika, 56-70.

Sugiono. (2006). In Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D

(p. 224). Bandung: Alfabeta.

Sumanto. (1990). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.

Yogyakarta: Andi Offset.

123

Swarjana, I. K. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Penerbit ANDI.

Syafi'e, M. (2014). Pemenuhan Aksesibilitas Bagi Penyandang

Disabilitas. Jurnal INKLUSI, 270.

Tarmidi, & Rambe, A. R. (2010). Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang

Tua dan Sel-Directed Learning pada Siswa SMA. Jurnal

Psikologi, 217.

Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tin, W., Lin, Z., Swe, & Mya, N. K. (2017). Deaf mute or Deaf. Asian

Journal of Medical and Biological Research, 11-12.

Winarsih, M. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu dalam

Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Dapartemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat

Ketenagakerjaan.

Yahya, N. F. (2018). Komunikasi Interpersonal Anggota Tuli dengan

Anggota Dengar dalam Komunitas Aksi Tuli (AKTU) Sidoarjo.

Skripsi, 58.

Zahroh, U., & Asyhar, B. (2014). Kecenderungan Gaya Belajar

Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi Bijektif.

Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 72.

124

Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The

Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Journal of

Personality Assesment, 30-41.

Lampiran 1

Pedoman Observasi

Waktu Kegiatan Hasil Kegiatan

11 Maret

2019

Berkunjung ke kantor

DPP Gerkatin Pusat.

Hari ini saya membuat

janji bertemu dengan

pengurus Gerkatin, yaitu

Bapak Bambang dan Ibu

Wilma. Pak Bambang

selaku ketua dari

Gerkatin Pusat dan Ibu

Wilma sebagai

sekretaris. Kantor ini

berlokasi di Jalan

Tanjung. 27 Nomer 47,

RT 10/RW 2, Tanjung

Barat, Jakarta Selatan.

Dengan pagar warna

coklat dan bangunan

yang seperti rumah,

disinilah anggota dan

pengurus berkumpul.

Saat masuk dari pagar

rumah, sudah disediakan

meja dan tempat duduk

untuk menjamu tamu.

Ada sekitar 3 kursi yang

disediakan beserta satu

meja. Di atas meja

tersebut terdapat laptop

dan printer.Masuk ke

dalam rumah ada

ruangan berukuran 5x3

untuk dijadikan tempat

menaruh peralatan

GERKATIN, seperti

brosur atau buku-buku.

Ada kamar mandi, dapur

dan satu kamar. Rumah

ini biasanya dijadikan

tempat untuk mengurus

pengadmistrasian

kegiatan yang

dilaksanakan oleh

Gerkatin. Pada

kesempatan hari ini saya

juga melakukan disposisi

surat izin untuk

melakukan penelitian.

19 Maret

2019

Melakukan wawancara

dengan pengurus

Gerkatin Pusat.

Pada kesempatan ini saya

melakukan wawancara

kepada kedua pengurus

Gerkatin, yaitu Bapak

Bambang dan Ibu

Wilma. Mulai dari

pertanyaan tentang

lembaga ini, sejarah,

kegiatan dan dukungan

apa saja yang diberikan

kepada teman Tuli. Saat

wawancara tentang profil

lembaga, Pak Bambang

tampak lancer

mendeskripsikan dengan

BISINDO dan oral.

Posisi duduknya juga

tegap tetapi sedikit

santai. Dilihat dari

ketersediaan yang ada

bahwa data-data yang

dimiliki oleh Gerkatin

tidak lengkap. Saat

menanyakan data-data,

terlihat bahwa Ibu Wilma

mengekspresikan muka

bingung dan memegang

handphone untuk

mencari data yang ada.

Sedangkan Pak Bambang

juga terlihat garuk-garuk

kepala dan badannya

sedikit membungkuk

untuk mencari data di

laptopnya karena lupa

menaruh data tersebut.

Laporan kegiatan tidak

dibuat dengan rinci tetapi

mereka hanya membuat

nama-nama kegiatan

yang sudah terlaksana

dan yang akan

dilaksanakan.

30 Maret

2019

Melihat perkumpulan

Juru Bahasa Isyarat di

ACE PPKM dan

melakukan wawancara.

Kegiatan hari ini adalah

adanya perkumpulan dari

teman-teman tuli maupun

teman dengar untuk

mengikuti ujian Juru

Bahasa Isyarat (JBI)

yang diadakan oleh Pusat

Layanan Juru Bahasa

Isyarat (PLJ). Ujian di

bagi 2 sesi, ada yang

diadakan pagi dan siang.

Untuk kualifikasinya

adalah teman-teman yang

sudah sangat mahir untuk

berbahasa isyarat dan

mengerti tentang

kebudayaan tuli.

Teman-teman dengar

juga bisa mendaftarkan

diri karena teman dengar

juga mempunyai

kesempatan yang sama

untuk menjadi JBI.

Pada kesempatan yang

sama, saya melakukan

wawancara terhadap

Adhi Kusumo Bharoto.

Sesi wawancara ini

meliputi dukungan-

dukungan sosial yang

teman Tuli dapatkan dan

bagaimana peran

interpreter bagi teman

Tuli. Saat wawancara

dengan Kak Adhi,

komunikasi yang di

sampaikan perlu di

damping oleh interpreter

juga, agar pesan yang

dimaksudkan tercapai.

Terlihat Kak Adhi

percaya diri untuk

menyampaikan isi dari

wawancara saya dan

menunjukkan gestur

tubuh yang tegap.

6 April

2019

Melakukan wawancara

dengan guru Bahasa

Isyarat Indonesia

(BISINDO) di ACE

PPKM.

Hari ini saya bertemu

dengan guru Bahasa

Isyarat yang bernama

Dimas Hendrayanto.

Setelah beliau mengajar

di ACE PPKM, saya

menanyakan beberapa

pertanyaan tentang

dukungan-dukungan

sosial yang di dapatkan

oleh teman Tuli dan

bagaimana bisa mengajar

BISINDO kepada teman

dengar. Wawancara

dilakukan dengan

memakai komunikasi

BISINDO. Saya juga

dibantu oleh teman dari

Kak Dimas, yaitu teman

dengar yang sudah mahir

BISINDO agar informasi

yang saya dapatkan

sesuai dengan maksud

yang Kak Dimas

sampaikan. Pada saat

wawancara sempat

terlihat gerakan garuk-

garuk kepala dikarenakan

Kak Dimas berusaha

mengingat apa saja

cerita-cerita yang mau

disampaikan dengan

menggabungkan isi

wawancara.

20 April

2019

Mengikuti kegiatan

workshop dan sharing

yang diadakan oleh

Handai Tuli bekerja

sama dengan Kominfo

yang diselenggarakan di

Museum Penerangan,

TMII.

Hari ini diadakan

kegiatan workshop yang

ditujukan untuk teman-

teman Tuli. Isi kegiatan

ini adalah teman Tuli

diberikan pengetahuan

tentang bagaimana

memanfaatkan era digital

ini untuk berkreasi.

Acara ini dipandu oleh

teman dengar yang

berasal dari Kominfo dan

dibantu dengan JBI yang

menterjemahkan

informasi-informasi yang

disampaikan. Terlihat

bahwa teman Tuli sangat

terbantu oleh JBI karena

untuk memudahkan

akses yang diterima.

Antusias teman-teman

tuli ini terlihat dari

mereka yang maju

kedepan agar bisa

mendapatkan informasi

yang mereka inginkan.

Di dalam ruangan

museum tempat

duduknya seperti

bioskop, tetapi yang

membedakan hanya

disediakan layar TV

yang berhadapan

langsung dengan tempat

duduk.

18 Mei

2019

Mengikuti kelas

BISINDO dan

melakukan wawancara

kepada pengurus

Pusbisindo.

Hari ini saya mengikuti

pembukaan kelas

BISINDO yang diadakan

di ACE PPKM. Terlihat

banyak teman-teman

dengar yang datang

antusias untuk belajar

lebih lanjut tentang

Bahasa Isyarat yang

digunakan oleh teman

Tuli. Dan setelah

sosialisasi itu selesai,

saya langsung

melanjutkan wawancara

kepada pengurus

Pusbisindo, yaitu

Michelle Layanto.

Wawacara meliputi

dukungan sosial yang

dirasakan dan didapatkan

oleh beliau. Pada

wawancara kali ini,

terlihat bahwa Kak

Michelle tidak begitu

nyaman untuk

melakukan wawancara

berdua.

25 Mei

2019

Melakukan wawancara Wawancara pada sesi ini

untuk mewawancarai

guru level 3 BISINDO,

yang artinya sudah

berpengalaman dalam

mengajarkan Bahasa

Isyarat ini. Saya

mewawancarai Pak Iwan.

Saya mengamati beliau

menjawab dengan

menggunakan oral juga

agar saya lebih mengerti

maksud yang beliau

informasikan kepada

saya. Komunikasi yang

digunakan Pak Iwan

adalah komunikasi

terfokus. Beliau

memberikan informasi

langsung seperti face to

face kepada saya.

Lampiran 2

Transkip Wawancara

Pengurus GERKATIN

Nama Informan : Bambang Prasetyo

Klasifikasi Tuli : Berat

Tempat Wawancara : Kantor DPP Gerkatin

Pertanyaan :

1. Apa itu GERKATIN? (gambaran umum GERKATIN

terkait profil umum, tujuan, program, visi dan misi,

sejarah berdiri dan susunan organisasi).

Jawab : Gerkatin secara garis besar adalah suatu

organisasi yang menjadi wadah bagi teman-teman Tuli

untuk memperjuangkan hak-haknya. Sebelumnya belum

ada organisasi untuk Tuli yang bersifat nasional, hanya

ada pada tiap-tiap daerah. Maka pimpinan-pimpinan

organisasi kedaerahan mengadakan Kongres Nasional I

pada tanggal 23 Februari 1981 di Jakarta. Hasil dari

kongres tersebut membuat beberapa keputusan. Salah satu

keputusannya adalah menyempurnakan nama organisasi-

organisasi pada tiap daerahnya menjadi satu nama, yaitu

GERKATIN. Dalam perkembangan selanjutnya,

GERKATIN/IAWD telah resmi terdaftar sejak tahun 1983

sebagai anggota dari WFD (World Federation of the

Deaf), dalam bahasa Indonesia berarti Federasi Tuna

Rungu se-Dunia yang bertempat di Helsinki, Finlandia.

GERKATIN dibangun atas dasar kesadaran teman Tuli

untuk menjawab diskriminasi teman dengar sebagai

wadah untuk berlindung, belajar, berdaya dan

berkelompok dengan sesama Tuli, berinteraksi dengan

Isyarat. Organisasi ini berdiri atas nama musyawarah

untuk mengangkat minoritas yang tak bisa dengar seperti

saya, sebab itu hampir semua hal saya termasuk orang

yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang

diampu oleh DPP GERKATIN. Kedua kalinya saya

sangat merasa dihargai sebagai seorang manusia, di sini

dan di keluarga saya.

Sekarang sudah banyak juga cabang-cabang organisasi

GERKATIN yang dibuka pada tiap regional daerah

seperti Jawa Barat, Tangerang, Solo dan masih banyak

lagi.

2. Bagaimana peran GERKATIN untuk memberikan

dukungan kepada teman Tuli dalam berkomunikasi?

Jawab : Waktu itu kami semua menggunakan SIBI dan

isyarat natural yang begitu saja terjadi untuk

berkomunikasi. Setelah itu banyak teman Tuli yang tidak

puas menggunakan Bahasa Isyarat tersebut. Karena

banyaknya permintaan, maka teman-teman pengurus

melakukan penelitian yang akhirnya terlahir BISINDO

yang bisa digunakan dengan mudah untuk Tuli.

3. Bagaimana peran GERKATIN untuk memberikan

dukungan sosial bagi teman Tuli?

Jawab : Teman Tuli yang merasakan seperti itu kami

rangkul untuk berani melawan jika dirinya benar. Dan

karena kami sudah banyak melakukan perkumpulan maka

teman-teman bisa langsung sharing kepada sesama untuk

meringankan masalah mereka.

4. Apa saja bidang pekerjaan pengurus GERKATIN?

Jawab : Tenaga kerja, kesehatan, kewanitaan, seni

budaya, pendidikan, hubungan masyarakat, kepemudaan

dan Bahasa Isyarat Indonesia. Semua itu sudah kami

paparkan dalam brosur yang sudah kami buat.

5. Siapa saja yang bekerja sama dengan GERKATIN?

Jawab : Kalau organisasi langsung dibawah naungan

Gerkatin adalah Pusbisindo dan PLJ. Kalau yang sudah

bekerja sama ya ada banyak salah satunya kita bekerja

sama dengan Universitas Indonesia untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang Bisindo.

6. Jika teman Tuli mengalami kesulitan mencari pekerjaan

dan finansial, bagaimana langkah yang diberikan oleh

GERKATIN?Coba ceritakan.

Jawab: Jika anggota sulit untuk mencari pekerjaan,

GERKATIN pernah memberikan akses untuk mereka

mencari pekerjaan. Seperti contoh waktu itu ada

lowongan Carrefour sekitar tahun 2012 yang

memperbolehkan Tuli mendaftar. GERKATIN memberi

tahu informasi kepada anggota untuk ikut daftar lowongan

tersebut. Dan hasilnya ada beberapa yang bisa bekerja

disana. Sampai sekarang masih ada teman Tuli yang

bernama Ahmad Ridwan bekerja di Carrefour Lebak

Bulus dengan hasil mencari informasi dari GERKATIN.

7. Apa itu BISINDO? (gambaran umum BISINDO terkait

sejarah terbentuknya bahasa isyarat tersebut).

Jawab : Bisindo bisa dibilang adalah Bahasa ibu yang

dimiliki Tuli. Bahasa ini dianggap sebagai bahasa isyarat

yang muncul secara alami dari interaksi teman Tuli

dengan lingkungannya sejak kecil. Pemakaian BISINDO

seperti memiliki keunikan dari setiap daerahnya dan

mempunyai keragaman.

8. Mengapa setiap daerah mempunyai Bahasa Isyarat yang

berbeda-beda?

Jawab : Karena seperti Bahasa Indonesia saja. Tiap daerah

pasti punya Bahasa yang berbeda-beda tetapi artinya

sama. Kalau di Bisindo gerakan isyaratnya pasti hampir

sama dengan gerakan daerah lain. Bisindo sengaja dibuat

untuk mensederhanakan komunikasi sesama Tuli.

Lampiran 3

Transkip Wawancara

Pengurus GERKATIN

Nama Informan : Wilma Redjeki

Klasifikasi Tuli : Berat

Tempat Wawancara : Kantor DPP Gerkatin

Pertanyaan :

1. Kegiatan apa saja yang di adakan oleh GERKATIN?

Jawab : Untuk kegiatan yang biasa teman-teman pengurus

dan anggota adakan adalah hanya kumpul-kumpul sekedar

sharing saja. Misalkan di Koptul, Sunyi Coffee, ACE

PPKM dan Kantor DPP. Biasanya kalau ada ujian yang

diadakan oleh PLJ maka semua teman-teman bisa kumpul

ramai-ramai.

Nah kalau untuk kegiatan yang diadakan di luar ya

banyak seperti melaksanakan seminar tentang Tuli atau

Bahasa Isyarat, workshop dan setiap tahunnya ada

perkemahan anak Tuli yang rutin dilaksanakan oleh

teman-teman.

Terkadang setelah acara workshop, seminar atau mengajar

kelas bahasa Isyarat anggota dan pengurus GERKATIN

berkumpul di Koptul dan Sunyi Coffe untuk sekedar

bermain agar lebih terasa kekeluargaannya. Di kantor

DPP GERKATIN juga bisa kalau ada keperluan sekaligus

bertemu dengan pengurus dan anggota. Biasanya teman

Tuli lebih nyaman berkumpul bersama dengan teman Tuli

lainnya karena tidak terkendala apapun.

2. Apa saja yang dilakukan oleh GERKATIN untuk

mensosialisasikan tentang Tuli?

Jawab : Gerkatin kan membuat brosur, biasanya kalau ada

acara-acara seperti Car Free Day di Bundaran HI suka

kita bawa untuk di sebarkan, terus jika ada acara dari

teater 7 pasti kita bawa karena mungkin ada partner luar

yang ingin bekerja sama dengan kami.

3. Bagaimana GERKATIN memberikan dukungan sosial

kepada teman-teman Tuli?

Jawab: GERKATIN memberikan tempat bagi teman-

teman Tuli untuk menunjukan kemampuannya. Biasanya,

bagi teman Tuli yang jago dibidang design dan pembuatan

logo ketika ada acara besar dari GERKATIN pasti akan di

booking untuk membuat baju panitia atau souvenir-

souvenir lucu bergambar yang menampilkan huruf

alphabet dengan bahasa Isyarat atau gambar lainnya. Dari

situlah GERKATIN mengapresiasikan kemampuan yang

teman Tuli miliki.

4. Jika teman Tuli mengalami kesulitan mencari pekerjaan

dan finansial, bagaimana langkah yang diberikan oleh

GERKATIN?Coba ceritakan.

Jawab: Setiap satu tahun sekali ada program dari

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu

memberikan program beasiswa kepada Tuli yang bapak

ibunya Tuli atau hanya anak dan bapaknya saja yang Tuli.

Anak-anak yang ikut program tersebut diberikan

tunjangan satu juta rupiah melalui GERKATIN.

5. Apakah ada media informasi yang di gunakan

GERKATIN untuk berkomunikasi dengan teman-teman

Tuli?

Jawab : Ada beberapa media yang kami gunakan seperti

WhatsApp Group, Email dan Instagram. Kami sih paling

sering berkomunikasi di grup WhatsApp karena lebih bisa

intens berkomunikasinya. Di grup tersebut juga kami

biasanya saling bertukar informasi dan bertukar kabar.

Kalau media sosial yang kita gunakan selanjutnya email.

Tapi email biasanya digunakan pada hal-hal yang sangat

penting saja dan tidak bisa digunakan seperti menanyakan

kabar, karena tidak ada grup juga. Email kita gunakan

untuk melakukan perjanjian, bikin MOU dan hal-hal

penting lainnya.

Dan yang terakhir adalah media sosial seperti Instagram.

Dulu sih kami aktif untuk sharing tentang kegiatan-

kegiatan gitu di Instagram, tapi karena beberapa hal jadi

kami kurang mengaktifkan media sosial tersebut. Tetapi

organisasi di bawah kami seperti Pusbisindo dan PLJ

masih tetap lumayan aktif untuk menginformasikan

kegiatan yang kami buat.

GERKATIN juga mempunyai program seperti membuat

brosur untuk dibawa ketika ada kegiatan-kegiatan seperti

pameran, Car Free Day (CFD), penampilan teater 7 dan

seminar. Itu berguna untuk memberikan engagement

kepada partner kerja sama.

Lampiran 4

Transkip Wawancara

Teman Tuli

Nama Informan : Iwan Satryawan

Klasifikasi Tuli : Berat

Tempat Wawancara : ACE PPKM

Pertanyaan :

a. Dukungan Emosional dan Penghargaan (meliputi

perhatian, empati turut prihatin kepada seseorang.

Individu mendapatkan rasa percaya diri dan merasa

bernilai)

1. Dukungan seperti apa yang diberikan teman dengar

maupun teman Tuli kepada anda selama ini untuk

memberikan semangat percaya diri? Coba ceritakan

dan beri contoh.

Jawab: Dengan adanya kegiatan atau acara yang

dilaksanakan oleh GERKATIN atau semua

organisasi yang bekerja sama maupun organisasi

yang ada di bawah naungan GERKATIN yang

melibatkan masyarakat umum, teman Tuli merasa

adanya dukungan positif dan bermanfaat. Teman

Tuli merasa bahwa teman dengar tidak memandang

teman Tuli sebagai disabilitas atau orang yang

membutuhkan perhatian berlebih melainkan

memandang teman-teman Tuli sebagai manusia

biasa.

2. Apakah anda masih mengalami diskriminasi? Kalau

ya, kapan kejadian tersebut? Coba ceritakan dan beri

contoh.

Jawab: Untuk sekarang tidak mengalami lagi karena

khususnya teman dengar sudah menerima

keberadaan kami.

3. Bagaimana bentuk kepedulian yang diberikan

teman-teman kepada anda untuk memberikan

semangat dalam menjalani aktifitas? Coba ceritakan

dan beri contoh.

Jawab: Ketika saya sudah bisa menggunakan

BISINDO maka saya bisa terus lancer untuk

berkomunikasi. Dari komunikasi itulah teman-teman

bisa sharing berbagai macam hal.

b. Dukungan Instrumental (dukungan yang memberikan

bantuan langsung seperti pinjaman uang atau

memberikan pertolongan)

1. Jika anda mengalami kesulitan mencari pekerjaan,

apakah yang dilakukan oleh GERKATIN?Coba

ceritakan.

Jawab: Teman Tuli juga ada yang membuka usaha

seperti Kopi Tuli (Koptul) dan Sunyi Coffee.

Pemilik usaha tersebut bukan pengurus atau anggota

GERKATIN. Tetapi dengan adanya Coffee Shop

tersebut, teman Tuli mendapatkan lapangan

pekerjaan seperti barista di tempat tersebut. Koptul

berdiri sejak 2018 dan Sunyi Coffee beroperasi pada

tahun 2019. Saya dan teman-teman juga sering

berkumpul disana. Dengan menggunakan BISINDO

membuat teman Tuli jadi gampang berkomunikasi,

bersosialisasi dan membangun relasi. Peran

GERKATIN ini penting karena sudah memberikan

akses untuk belajar BISINDO. Koptul juga sudah

bekerja sama dengan GERKATIN untuk membuka

kelas Bahasa Isyarat, dari situ juga saya dan teman-

teman bisa mengajar.

2. Jika anda mengalami kesulitan dalam hal finansial,

bagaimana langkah yang diberikan oleh

GERKATIN? Kapan kejadian tersebut? Coba

ceritakan.

Jawab: Untuk hal finansial, saya tidak pernah

langsung meminta pertolongan kepada GERKATIN.

Biasanya juga banyak Tuli yang sudah mandiri dan

bisa menyelesaikan masalah finasialnya sendiri.

3. Apakah GERKATIN mempunyai layanan untuk

teman Tuli yang sedang mengalami stres? Jika ya,

dimanakah biasanya teman Tuli mendapatkan

layanan tersebut?Coba ceritakan.

Jawab: Tidak mempunyai. Mungkin jika ada teman

Tuli yang mengalami hal itu, saya pribadi

memberikan saran untuk mereka datang ke Rumah

Sakit atau Puskesmas dan saya juga menawarkan

agar bisa menemani mereka.

c. Dukungan Informatif (memberikan informasi, nasehat,

arahan, saran, sugesti atau umpan balik)

1. Apakah anda masih sulit mendapatkan informasi?

Jika ya, dimana tempat yang biasanya anda merasa

sulit mendapatkan informasi? Dan apakah yang

akan anda lakukan? Coba ceritakan dan beri contoh.

Mungkin masih sulitnya saya dan teman-teman

untuk mengakses informasi dari tayangan televisi.

Baru hanya ada di tayangan berita-berita. Sebab itu

saya sendiri memilih tayangan di youtube atau

platform yang lainnya untuk mengakses informasi.

2. Bagaimana peran Interpreter dalam memberikan

informasi kepada anda? Coba ceritakan.

Dengan adanya JBI yang diselenggarakan PLJ,

teman dengar maupun teman Tuli yang memiliki

kepentingan pribadi atau komunitas bisa

mendapatkan jasa JBI profesional tanpa harus takut

tidak bisa berkomunikasi secara interaktif. Seperti

contohnya dalam acara seminar atau Talk Show

yang mengharuskan pembicara adalah seorang Tuli

dan teman dengar dengan audien banyak diikuti oleh

teman dengar serta teman Tuli, pihak acara dapat

mengajukan jasa JBI melalui PLJ untuk memenuhi

kebutuhan panitia agar memudahan audiens

memahami informasi acara.

3. Apakah nasihat yang diberikan dari teman-teman

Tuli kepada anda jika mengalami kesulitan? Coba

ceritakan dan berikan contoh.

Jawab: Palingan saya hanya di tegur jika saya

sedang melakukan kesalahan. Tidak ada nasihat-

nasihat yang mendalam. Misalkan jika saya salah

menyampaikan informasi, teman Tuli lainnya

memberitahu saya bahwa informasi itu tidak benar.

d. Dukungan Kelompok (individu merasa ada didalam

sebuah kelompok dan merupakan bagian dari

kelompok tersebut dimana anggota-anggota lainnya

dapat saling berbagi)

1. Apakah biasanya teman-teman Tuli berkumpul

bersama dengan teman dengar? Dan dimanakah

biasanya teman Tuli dan teman dengar berkumpul?

Jawab: Kalau saya sendiri kan lebih banyak

menghabiskan waktu di UI karena saya bekerja di

LRBI dan menjadi guru BISINDO di sana, maka

saya sering juga kumpul dengan teman-teman

dengar. Saya biasanya berkumpul jika sedang

makan siang di kantin FIB UI.

2. Apakah selama ini teman Tuli nyaman bermain

dengan teman dengar? Coba ceritakan dan beri

alasan.

Jawab: Nyaman saja jika teman dengar itu sendiri

bisa berkomunikasi dengan saya. Tidak memakai

BISINDO juga tidak apa-apa. Tidak ada halangan

bagi teman dengar yang mau bermain dengan teman

Tuli.

Lampiran 5

Transkip Wawancara

Teman Tuli

Nama Informan : Michelle Layanto

Klasifikasi Tuli : Total

Tempat Wawancara : ACE PPKM

Pertanyaan :

a. Dukungan Emosional dan Penghargaan (meliputi

perhatian, empati, turut prihatin kepada seseorang.

Individu mendapatkan rasa percaya diri dan merasa

bernilai)

1. Dukungan seperti apa yang diberikan teman dengar

maupun teman Tuli kepada anda selama ini untuk

memberikan semangat percaya diri? Coba ceritakan

dan beri contoh.

Jawab: GERKATIN juga memberikan saya teman

sharing yang berpengalaman. Contohnya saat saya

ingin mengambil S2 dan tidak percaya diri

menghadapi IELTS, saya sharing dengan Laura dan

dia membantu saya dengan menceritakan caranya

menghadapi tes tersebut. Laura juga meminjamkan

buku-buku dan menawarkan diri untuk menemani

saya mengunjungi lembaga tersebut. Saya merasa

mempunyai teman untuk memberikan semangat

kepada saya.

GERKATIN memberikan akses kepada seluruh

teman Tuli lainnya untuk belajar BISINDO yang

diadakan oleh Pusat Bahasa Isyarat Indonesia atau

yang disingkat menjadi PUSBISINDO.

PUSBISINDO sendiri adalah naungan yang ada di

bawah GERKATIN. Setelah bisa bahasa Isyarat,

GERKATIN memberikan kesempatan untuk kami,

para anggota mengajar kelas bahasa Isyarat yang

sudah berjalan sejak lama. Maka dari itu

GERKATIN memberikan kesempatan yang

berharga bagi seluruh teman Tuli.

2. Apakah anda masih mengalami diskriminasi? Kalau

ya, kapan kejadian tersebut? Coba ceritakan dan beri

contoh.

Jawab: Waktu dulu saya pernah mengalami

diskriminasi. Saat saya SMA, saat tugas kelompok

ada anggota kelompok yang tidak mau sekelompok

dengan saya karena kata dia saya tidak bisa apa-apa.

Pada saat itu pemilihan kelompok berdasarkan guru

saya.

3. Bagaimana bentuk kepedulian yang diberikan

teman-teman kepada anda untuk memberikan

semangat dalam menjalani aktifitas? Coba ceritakan

dan beri contoh.

Jawab: Teman-teman sangat mendukung saya untuk

bergabung dengan Pusbisindo. Mereka memberikan

saya dukungan dan memberitahu saya jika saya

bergabung pasti lebih banyak teman yang saya kenal

dan miliki.

b. Dukungan Instrumental (dukungan yang memberikan

bantuan langsung seperti pinjaman uang atau

memberikan pertolongan)

1. Jika anda mengalami kesulitan mencari pekerjaan,

apakah yang dilakukan oleh GERKATIN?Coba

ceritakan.

Jawab: Saya tidak mendapatkan saran langsung oleh

GERKATIN, tetapi dari Pusbisindo. Lembaga

tersebut merekomendasikan saya lowongan

pekerjaan di kamibijak dan PLJ.

2. Jika anda mengalami kesulitan dalam hal finansial,

bagaimana langkah yang diberikan oleh

GERKATIN? Kapan kejadian tersebut? Coba

ceritakan.

Jawab: GERKATIN melalui Pusbisindo

memberikan pertolongan finansial saat rumah saya

kebakaran pada bulan Januari 2019.

3. Apakah GERKATIN mempunyai layanan untuk

teman Tuli yang sedang mengalami stres? Jika ya,

dimanakah biasanya teman Tuli mendapatkan

layanan tersebut?Coba ceritakan.

Jawab: GERKATIN tidak mempunyai layanan

seperti itu.

c. Dukungan Informatif (memberikan informasi, nasehat,

arahan, saran, sugesti atau umpan balik)

1. Apakah anda masih sulit mendapatkan informasi?

Jika ya, dimana tempat yang biasanya anda merasa

sulit mendapatkan informasi? Dan apakah yang

akan anda lakukan? Coba ceritakan dan beri contoh.

Jawab: Ya. Saya masih sulit mendapatkan informasi

seperti di berbagai acara seminar, tempat umum

yang tidak ada papan informasinya dan acara-acara

di televisi. Yang saya lakukan adalah saya akan

meminta tolong mereka untuk menggunakan

interpreter di acara tersebut. Atau saya bisa

meminta teman saya yang mengerti isi acara

tersebut untuk menyampaikan ulang dan menjadi

notetaker/interpreter saya.

2. Bagaimana peran Interpreter dalam memberikan

informasi kepada anda? Coba ceritakan.

Jawab: Dengan adanya interpreter, saya lebih bisa

menangkap informasi yang di sampaikan.

Contohnya di televisi, akhirnya saya bisa

mengetahui apa berita terbaru dikarenakan adanya

akses kepada teman Tuli.

3. Apakah nasihat yang diberikan dari teman-teman

Tuli kepada anda jika mengalami kesulitan? Coba

ceritakan dan berikan contoh.

Jawab: Nasihat yang diberikan pastinya beragam.

Contohnya jika saya sedang mengerjakan suatu

pekerjaan dan saya melakukan kesulitan dan

kesalahan, biasanya teman-teman hanya menegur.

d. Dukungan Kelompok (individu merasa ada didalam

sebuah kelompok dan merupakan bagian dari

kelompok tersebut dimana anggota-anggota lainnya

dapat saling berbagi)

1. Apakah biasanya teman-teman Tuli berkumpul

bersama dengan teman dengar? Dan dimanakah

biasanya teman Tuli dan teman dengar berkumpul?

Jawab: Ya. Biasanya di Kopi Tulia tau Cafe Sunyi.

2. Apakah selama ini teman Tuli nyaman bermain

dengan teman dengar? Coba ceritakan dan beri

alasan.

Jawab: Bagi saya, iya. Karena pada satu sisi, teman

dengar juga mempunyai sudut pandang yang

berbeda dan kegiatan yang lebih banyak. Jadi

dengan teman dengar bisa mendapatkan ilmu dan

pengalaman baru.

Lampiran 6

Transkip Wawancara

Teman Tuli

Nama Informan : Adhi Kusumo Bharoto

Klasifikasi Tuli : Sedang

Tempat Wawancara : ACE PPKM

Pertanyaan :

a. Dukungan Emosional dan Penghargaan (meliputi

perhatian, empati turut prihatin kepada seseorang.

Individu mendapatkan rasa percaya diri dan merasa

bernilai)

1. Dukungan seperti apa yang diberikan teman dengar

maupun teman Tuli kepada anda selama ini untuk

memberikan semangat percaya diri? Coba ceritakan

dan beri contoh.

Jawab: Dukungan seperti tidak dibeda-bedakan

antara teman Tuli dengan teman dengar. Perbedaan

di antara keduanya hanya Bahasa dan budaya yang

dapat saling mempelajari, sehingga dapat

memberikan rasa nyaman dan percaya diri. Itulah

yang saya alami.

2. Apakah anda masih mengalami diskriminasi? Kalau

ya, kapan kejadian tersebut? Coba ceritakan dan beri

contoh.

Jawab: Kalau dulu ada, tetapi dewasa ini saya jarang

mengalaminya. Dulu misalnya sewaktu saya masih

di bangku SMU dan pada saat saya kuliah. Saya

sering dipandang rendah oleh teman-teman saya

karena kondisi saya. Contohnya pada saat ada tugas

kelompok dan diskusi. Saya sering tidak dilibatkan

karena saya tuli.

3. Bagaimana bentuk kepedulian yang diberikan

teman-teman kepada anda untuk memberikan

semangat dalam menjalani aktifitas? Coba ceritakan

dan beri contoh.

Jawab: Saling melibatkan satu sama lainnya jika di

dalam tim. Juga saling berbagi ide. Dengan seperti

itu saya yakin untuk menjalankan aktifitas pasti

terasa ringan dan selalu semangat.

b. Dukungan Instrumental (dukungan yang memberikan

bantuan langsung seperti pinjaman uang atau

memberikan pertolongan)

1. Jika anda mengalami kesulitan mencari pekerjaan,

apakah yang dilakukan oleh GERKATIN?Coba

ceritakan.

Jawab: Jika saya mengalami kesulitan mencari

pekerjaan, saya mencari cara lain seperti

membangun usaha, mencari mitra kerja, mencari

jalan apapun yang penting pekerjaan yang halal.

Saya tidak bisa mengandalkan GERKATIN saja,

karena jumlah calon pekerja yang dibutuhkan

terbatas dan masih banyak teman-teman Tuli lainna

yang kesulitan mencari kerjaan.

2. Jika anda mengalami kesulitan dalam hal finansial,

bagaimana langkah yang diberikan oleh

GERKATIN? Kapan kejadian tersebut? Coba

ceritakan.

Jawab: Saya pribadi tidak pernah mengandalkan

GERKATIN perihal finansial. GERKATIN

merupakan organisasi non profit, pemasukan uang

akan dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan lain yang

lebih mementingkan teman-teman Tuli. Menurut

saya, masalah pribadi adalah urusan pribadi.

3. Apakah GERKATIN mempunyai layanan untuk

teman Tuli yang sedang mengalami stres? Jika ya,

dimanakah biasanya teman Tuli mendapatkan

layanan tersebut?Coba ceritakan.

Jawab: Setahu saya tidak ada layanan khusus untuk

teman Tuli yang sedang mengalami hal tersebut.

c. Dukungan Informatif (memberikan informasi, nasehat,

arahan, saran, sugesti atau umpan balik)

1. Apakah anda masih sulit mendapatkan informasi?

Jika ya, dimana tempat yang biasanya anda merasa

sulit mendapatkan informasi? Dan apakah yang

akan anda lakukan? Coba ceritakan dan beri contoh.

Jawab: Masih banyak tetapi tergantung dalam aspek

apa. Misalnya kesehatan, masih banyak Rumah

Sakit atau Klinik yang tidak ada monitor

pengumuman informasi seperti antrian. Bandara-

bandara juga jika ada perubahan informasi terlalu

mengandalkan pengumuman lewat suara. Program-

program di televisi juga tidak ada teks yang tersedia.

2. Bagaimana peran Interpreter dalam memberikan

informasi kepada anda? Coba ceritakan.

Jawab: Juru Bahasa Isyarat di TV merupakan

kemajuan yang baik. Informasi-informasi dapat

diakses melalui interpreter meskipun tidak semua.

Saya sendiri bekerja sebagai interpreter di stasiun

televisi dan bekerja setiap sabtu dan minggu. Hal ini

mendapatkan respon positif dari teman-teman.

3. Apakah nasihat yang diberikan dari teman-teman

kepada anda jika mengalami kesulitan? Coba

ceritakan dan berikan contoh.

Jawab: Tergantung tentang apa. Saya sendiri bisa

mengurus sesuatu tanpa mengandalkan orang lain.

Namun ada kalanya saya membutuhkan nasihat

apabila saya kesulitan. Contohnya saya tidak

mengetahui cara mengurus KTP baru dan

bagaimana cara mendaftar pernikahan di KUA. Pasti

saya akan diberikan masukan-masukan dari teman.

d. Dukungan Kelompok (individu merasa ada didalam

sebuah kelompok dan merupakan bagian dari

kelompok tersebut dimana anggota-anggota lainnya

dapat saling berbagi)

1. Apakah biasanya teman-teman Tuli berkumpul

bersama dengan teman dengar? Dan dimanakah

biasanya teman Tuli dan teman dengar berkumpul?

Jawab: Biasanya sesama teman Tuli berkumpulnya

lebih banyak waktu dari pada sama teman dengar,

karena teman-teman Tuli hidup di dunia mereka

sendiri. Tetapi kadang-kadang teman dengar bisa

gabung. Biasanya berkumpul di komunitas Tuli

(tergantung ada tidaknya tempat), di kafe dan di

kantor GERKATIN.

2. Apakah selama ini teman Tuli nyaman bermain

dengan teman dengar? Coba ceritakan dan beri

alasan.

Jawab: Tergantung bagaimana sikap dan karakter

dari teman dengar. Teman-teman Tuli juga bisa

menilai sikap dan karakter seseorang. Jika mereka

bisa bermain bersama maka kami juga nyaman.

Lampiran 7

Transkip Wawancara

Teman Tuli

Nama Informan : Dimas Hendrayanto

Klasifikasi Tuli : Berat

Tempat Wawancara : ACE PPKM

Pertanyaan :

a. Dukungan Emosional dan Penghargaan (meliputi

perhatian, empati turut prihatin kepada seseorang.

Individu mendapatkan rasa percaya diri dan merasa

bernilai)

1. Dukungan seperti apa yang diberikan kepada anda

selama ini untuk memberikan semangat percaya

diri? Coba ceritakan dan beri contoh.

Jawab: Waktu itu umur 9 tahun saya tidak percaya

diri. Tetapi ketika saya sudah umur 13 tahun dan

bertemu teman-teman Tuli juga, saya sudah mulai

percaya diri dan semangat. Prosesnya mungkin pada

saat saling mengenal satu sama lain.

2. Apakah anda masih mengalami diskriminasi? Kalau

ya, kapan kejadian tersebut? Coba ceritakan dan beri

contoh.

Jawab: Dulu masih mengalami diskriminasi.

Contohnya seperti biasanya masyarakat menilai Tuli

itu normal hanya tidak bisa berbicara. Ada juga

yang menganggap Tuli itu tidak punya perasaan dan

saya kesal mengenai hal tersebut. Kejadiannya pada

tahun 2006 saat saya masih kuliah.

3. Bagaimana bentuk kepedulian yang diberikan

teman-teman kepada anda untuk memberikan

semangat dalam menjalani aktifitas? Coba ceritakan

dan beri contoh.

Jawab: Misalnya saat saya sulit mengakses suatu

informasi, ada teman dengar atau teman Tuli yang

lebih mengerti hal tersebut dan akhirnya membantu

saya. Seperti itulah kepedulian yang sering saya

dapatkan dan saya lebih semangat dalam menjalani

aktifitas.

Di GERKATIN saya mendapat kekuatan dan

pelajaran yang tidak henti-henti. Dari awal mula

saya tidak bisa Bahasa Isyarat, lalu diajarkan sampai

benar-benar bisa dan sekarang mampu mengajarkan

dan mentransfer ilmu saya dalam berbagai acara

seminar atau kelas Bahasa Isyarat kepada teman

Tuli lainnya bahkan teman dengar. Saya bangga bisa

menjadi salah satu dari bagian lembaga ini.

b. Dukungan Instrumental (dukungan yang memberikan

bantuan langsung seperti pinjaman uang atau

memberikan pertolongan)

1. Jika anda mengalami kesulitan mencari pekerjaan,

apakah yang dilakukan oleh GERKATIN?Coba

ceritakan.

Jawab: Karena saya bisa BISINDO. GERKATIN

memberikan akses kepada saya untuk mengajar

teman-teman dengar di ACE PPKM dan Koptul.

2. Jika anda mengalami kesulitan dalam hal finansial,

bagaimana langkah yang diberikan oleh

GERKATIN? Kapan kejadian tersebut? Coba

ceritakan.

Jawab: Apabila anggota ada yang sedang berduka

atau mengalami kecelakaan maka pengurus

mengadakan iuran seikhlasnya untuk anggota

tersebut. Setiap ada kejadian seperti itu seluruh

pengurus memberikan bantuan uang kepada anggota

yang membutuhkan. Seperti contoh waktu itu ada

anggota yang masuk rumah sakit, pengurus

GERKATIN langsung mengadakan iuran agar

anggota tersebut merasa teringankan masalahnya.

Saya senang mengenai rasa kekeluargaan yang ada

di organisasi ini.

3. Apakah GERKATIN mempunyai layanan untuk

teman Tuli yang sedang mengalami stres? Jika ya,

dimanakah biasanya teman Tuli mendapatkan

layanan tersebut?Coba ceritakan.

Jawab: Dulu GERKATIN bekerja sama dengan

organisasi Ibunda untuk sharing mengenai hal-hal

psikologis. Tetapi kalua dari GERKATIN sendiri

tidak mempunyai layanan tersebut.

c. Dukungan Informatif (memberikan informasi, nasehat,

arahan, saran, sugesti atau umpan balik)

1. Apakah anda masih sulit mendapatkan informasi?

Jika ya, dimana tempat yang biasanya anda merasa

sulit mendapatkan informasi? Dan apakah yang

akan anda lakukan? Coba ceritakan dan beri contoh.

Jawab: Masih. Tetapi saya tidak begitu merasakan

karena saya sehari-hari mengendarai motor.

Mungkin pada saat saya naik Commuter Line, tidak

adanya informasi mengenai stasiun mana saja yang

sudah di lewati. Saya juga bingung pada saat mau

turun sudah di stasiun mana.

2. Bagaimana peran Interpreter di dalam memberikan

informasi kepada anda? Coba ceritakan.

Jawab: Peran interpreter itu sangat membantu bagi

saya dan teman-teman Tuli lainnya. Jika saya

mendatangi acara yang ada interpreternya pasti saya

lebih gampang mengetahui apa maksud dari isi

acara tersebut.

3. Apakah nasihat yang diberikan dari teman dengar

kepada anda jika mengalami kesulitan? Coba

ceritakan dan berikan contoh.

Jawab: Mungkin karena saya jarang bercerita

dengan orang jika saya mengalami kesulitan. Maka

saya jarang mendapatkan nasihat-nasihat seperti itu.

d. Dukungan Kelompok (individu merasa ada didalam

sebuah kelompok dan merupakan bagian dari

kelompok tersebut dimana anggota-anggota lainnya

dapat saling berbagi)

1. Apakah biasanya teman-teman Tuli berkumpul

bersama dengan teman dengar? Dan dimanakah

biasanya teman Tuli dan teman dengar berkumpul?

Jawab: Iya. Biasanya saat setelah selesai kelas

BISINDO. Kumpulnya biasanya di Koptul.

2. Apakah selama ini teman Tuli nyaman bermain

dengan teman dengar? Coba ceritakan dan beri

alasan.

Jawab: Nyaman saja tetapi lebih nyaman pastinya

dengan sesama teman Tuli.

Lampiran 8

Surat Keterangan Prodi

Lampiran 9

Cover Persetujuan Skripsi

Lampiran 10

Surat Permohonan Dosen Pembimbing

Lampiran 11

Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 12

Foto Dokumentasi

Kantor DPP GERKATIN

Ketua dan Sekretaris GERKATIN

ACE PPKM

Kelas Bahasa Isyarat

Foto dengan JBI

Foto dengan Guru Bahasa Isyarat