dukungan sosial gerakan untuk
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of dukungan sosial gerakan untuk
DUKUNGAN SOSIAL GERAKAN UNTUK
KESEJAHTERAAN TUNARUNGU INDONESIA
(GERKATIN) TERHADAP PENYANDANG TULI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S. Sos)
Oleh:
Maulidina Sekar Jannati
11150541000058
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ABSTRAK
Maulidina Sekar Jannati, 11150541000058, 2019
Dukungan Sosial Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia
(GERKATIN) Terhadap Penyandang Tuli
Orang dengan penyandang Tuli adalah seseorang yang
mengalami gangguan atau kerusakan pada organ-organ
telinganya. Mereka lebih senang di panggil dengan Tuli dari pada
Tunarungu. Sebagai bahasa yang digunakan sehari-hari membuat
teman Tuli mendapatkan aksesbilitas dalam memenuhi hak-hak
mereka dan dukungan dari teman-teman dengar maupun teman-
teman Tuli.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan menggunakan hasil dari wawancara,
studi dokumentasi dan observasi untuk mengetahui dan
mendeskripsikan bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh
Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia
(GERKATIN) kepada teman Tuli. Juga meneliti tentang
Pengaruh teman Tuli yang telah bergabung di organisasi ini.
Adapun hasil penelitian yang penulis dapatkan mengenai
dukungan sosial yang diberikan oleh GERKATIN terdapat lima
dukungan sosial, yaitu pada aspek dukungan informatif seperti
dengan adanya Juru Bahasa Isyarat (JBI), adanya sosial media
yang membantu teman Tuli mengakses informasi. Dukungan
emosional, seperti adanya teman sharing antar sesama anggota.
Dukungan instrumental, seperti adanya tempat-tempat belajar
BISINDO sebagai akses sosialisasi kepada masyarakat.Dukungan
penghargaan, seperti adanya JBI di televisi atau di acara-acara
formal. Dan dukungan kelompok, seperti berbagi rasa antar
sesama teman Tuli. Pengaruh langsung seperti adanya dukungan
dan komunikasi intensif yang diberikan oleh sesama anggota
Pengaruh tidak langsung, yaitu adanya tempat berbagi kisah. Dan
pengaruh interaktif seperti GERKATIN mempunyai pengaruh
kepada teman Tuli untuk menjadikan organisasi ini sebagai
wadah kesejahteraan mereka seperti terhindarnya dari
diskriminasi yang mempunyai banyak dampak negatif.
Kata Kunci: Dukungan sosial, penyandang Tuli, BISINDO.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan
Karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Dukungan Sosial
Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia
(GERKATIN) Tehadap Penyandang Tuli”. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni
Nabi Muhammad SAW, para keluarga, para sahabat, serta para
umatnya yang insya Allah hingga kini terus mencintainya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang
penulis miliki. Oleh karena itu kritik, saran dan masukan yang
bertujuan membangun sungguh merupakan suatu yang berharga
sehingga penulis bisa menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik
lagi.
Penulis juga menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan
saran serta dukungan dari semua pihak, hingga selesainya
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
penulis ingin menghanturkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak sebagai berikut:
1. Suparto M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Siti Napsiyah, S. Ag,
BSW, MSW sebagai Wakil Dekan Akademik. Drs.
Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
iii
Administrasi Umum. Drs. Cecep Sastrawijaya, MA
sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Ahmad Zaky, M.Si sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program
Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ismet Firdaus, M.Si., sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak meluangkan waktunya dalam
membantu dan memberikan pengarahan serta
bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
4. Dr. H. Arief Subhan, MA sebagai dosen pembimbing
akademik.
5. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang
telah memberikan sumbangsih wawasan keilmuan dan
membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan sumbangsih
wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama
melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi dan Perpustakaan Utama atas pelayanan dan
iv
tersedianya buku-buku, jurnal, atau skripsi-skripsi
penelitian terdahulu yang penulis butuhkan dalam
penulisan skripsi ini.
8. Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia
(GERKATIN) DPP Pusat dengan seluruh pengurus dan
anggotanya. Bambang Prasetyo sebagai Ketua Umum
GERKATIN yang memberikan banyak informasi
mengenai organisasi ini. Wilma Redjeki sebagai guru
Bahasa Isyarat penulis dan sangat membantu memberikan
kemudahan untuk mendapatkan data-data yang penulis
perlukan. Dimas Hendrayanto dan Iwan Satryawan juga
sebagai guru Bahasa Isyarat penulis dan narasumber yang
banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
9. Adhi Kusumo Bharoto, Andhika Irlang, Rully Anjar
Arifianto sebagai Juru Bahasa Isyarat dan narasumber
yang membantu penulis melengkapi data-data penulisan.
10. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2015 yang
memberikan warna untuk penulis dalam menjalani
perkuliahan selama 4 tahun.
11. Bapak dan Ibu penulis sebagai orang tua kandung yang
selalu memberikan doa-doa dan semangat untuk anak
tunggalnya. Kalian juga memberikan usaha-usaha terbesar
untuk anakmu menyelesaikan pendidikan di Strata Satu.
12. Achmad Fadilah manusia paling baik yang selalu
memberikan waktu, usaha, doa, semangat dan
v
mendengarkan keluh kesah penulis sehingga penulis bisa
terus berusaha menyelesaikan skripsi ini.
13. Anisa Yusman, Afni Alfiyani, Alvionita Rizqi Aulia,
Chessy Candra Saputri, Fani Ayu Lestari dan Sal Sal
Billah yang memberikan kehadirannya dan memberikan
cerita-cerita yang berkesan selama berteman di bangku
perkuliahan.
14. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
mendukung, mendoakan, meluangkan waktu dan memberikan
semangat yang tiada henti kepada penulis. Semoga segala
kebaikan kalian dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan menjadi referensi bagi
mahasiswa Kesejahteraan Sosial maupun peneliti-peneliti
selanjutnya.
Jakarta, Oktober 2019
Penulis,
Maulidina Sekar Jannati
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................... 1
B. Batasan Masalah ........................................... 11
C. Rumusan Masalah ........................................ 11
D. Tujuan dan Manfaat Masalah ....................... 12
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ........................... 13
F. Metode Penelitian ......................................... 15
G. Sistematika Penulisan ................................... 24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................... 27
A. Dukungan Sosial........................................... 27
1. Pengertian ................................................ 27
vii
2. Sumber ......................................................... 29
3. Aspek ....................................................... 30
4. Faktor ........................................................... 32
5. Pengaruh ...................................................... 33
B. Tinjauan Tentang Disabilitas dan Tuli .......... 34
1. Disabilitas ................................................ 34
a. Pengertian .......................................... 34
b. Jenis-jenis .......................................... 35
1) Disabilitas Mental .......................... 35
2) Disabilitas Fisik .............................. 36
3) Disabilitas Ganda ........................... 37
2. Tunarungu/Tuli ........................................... 37
a. Pengertian .......................................... 37
b. Penyebab ............................................ 39
c. Karakteristik ...................................... 42
d. Klasifikasi .......................................... 43
C. Kesejahteraan ................................................... 46
D. Komunikasi ...................................................... 47
1. Pengertian ............................................... 47
E. Bahasa Isyarat .................................................. 49
1. Pengertian ............................................... 49
2. Bahasa Isyarat Indonesia ........................ 51
3. System Isyarat Bahasa Indonesia ........... 54
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ... 57
A. GERKATIN.................................................. 57
viii
1. Sejarah .................................................... 57
2. Visi dan Misi .......................................... 59
a. Visi ................................................... 59
b. Misi ................................................... 59
c. Tujuan ............................................... 60
d. Landasan Hukum .............................. 60
B. Struktur Organisasi ....................................... 61
C. Program Kerja .............................................. 62
a) Tenaga Kerja .................................... 62
b) Kesehatan ......................................... 62
c) Kewanitaan ....................................... 63
d) Seni Budaya ...................................... 63
e) Pendidikan ........................................ 63
f) Hubungan Masyarakat ...................... 63
g) Kepemudaan ..................................... 64
h) Organisasi ......................................... 64
i) BISINDO .......................................... 64
BAB IV HASIL TEMUAN PENELITIAN ........................... 65
A. Informasi Informan .................................... 65
B. Dukungan Sosial ........................................ 66
a. Dukungan Emosional ................................. 66
b. Dukungan Penghargaan ............................. 69
c. Dukungan Instrumental .............................. 73
d. Dukungan Informatif ................................. 77
e. Dukungan Kelompok ................................. 85
ix
C. Pengaruh Dukungan Sosial .............................. 89
a. Pengaruh Langsung .................................... 89
b. Pengaruh Tidak Langsung ......................... 90
c. Pengaruh Interaktif .................................... 91
BAB V PEMBAHASAN ....................................................... 93
A. Dukungan Sosial........................................... 94
a. Dukungan Emosional .............................. 94
b. Dukungan Penghargaan ............................. 95
c. Dukungan Instrumental ............................. 94
d. Dukungan Informatif ................................. 99
e. Dukungan Kelompok ............................... 100
B. Pengaruh Dukungan Sosial ........................ 101
a. Pengaruh Langsung ............................... 101
b. Pengaruh Tidak Langsung..................... 102
c. Pengaruh Interaktif ................................ 103
BAB VI PENUTUP ............................................................. 105
A. Kesimpulan ................................................. 102
B. Saran ........................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 109
LAMPIRAN ............................................................................. 124
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rancangan Penelitian ................................... 19
Tabel 2.1 Penggolongan Tunarungu ............................. 45
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)Abjad ........... 53
Gambar 2.2 Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) Angka ......... 53
Gambar 2.3 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) Abjad ....... 55
Gambar 2.4 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) Angka ...... 55
Gambar 4.1 Instagram Handai Tuli .......................................... 67
Gambar 4.2 Kelas ACE PPKM ................................................ 70
Gambar 4.3 Kelas ACE PPKM ................................................ 71
Gambar 4.4 Berita Kopi Tuli ................................................... 76
Gambar 4.5 Berita Sunyi Coffe ................................................ 76
Gambar 4.6 Instagram PLJ ....................................................... 82
Gambar 4.7 WhatsApp Group GERKATIN............................. 83
Gambar 4.8 Instagram GERKATIN ........................................ 80
Gambar 4.9 Instagram Kopi Tuli ............................................. 86
Gambar 4.10 Instagram Sunyi Coffe ........................................ 87
xii
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Pedoman Observasi
LAMPIRAN 2 Transkip Wawancara dengan Bambang
Prasetyo
LAMPIRAN 3 Transkip Wawancara dengan Wilma
Redjeki
LAMPIRAN 4 Transkip Wawancara dengan Iwan
Satryawan
LAMPIRAN 5 Transkip Wawancara dengan Michelle
Layanto
LAMPIRAN 6 Transkip Wawancara dengan Adhi
Kusumo Bharoto
LAMPIRAN 7 Transkip Wawancara dengan Dimas
Hendrayanto
LAMPIRAN 8 Surat Keterangan Prodi
LAMPIRAN 9 Cover Persetujuan Skripsi
LAMPIRAN 10 Surat Permohonan Dosen Pembimbing
LAMPIRAN 11 Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN 12 Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial, manusia pada umumnya
memiliki keinginan untuk berbicara, saling berbagi ide atau
pengetahuan, berbagi pengalaman kepada sesama sebagai
kebutuhan manusia, mengirim dan menerima informasi.
Berbagai kegiatan tersebut hanya dapat terpenuhi melalui
kegiatan interaksi dengan orang lain dalam suatu sistem sosial
tertentu. Menurut Ghufron dan Risnawita (Ghufron & S,
2012) bahwa manusia mempunyai ciri khas masing-masing,
sehingga setiap manusia yang dilahirkan di bumi ini tidak ada
yang sama. Maka manusia memiliki perbedaan yang
membuat mereka memiliki keistimewaan tersendiri.
Penyandang disabilitas menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 adalah setiap orang
yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,
dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan
dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Dan
menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang
Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, yaitu orang
yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau
2
sensorik dalam jangka waktu lama dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui
hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan
efektif berdasarkan kesamaan hak.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
DKI Jakarta, pada 2015 tercatat jumlah penyandang
disabilitas di Ibu Kota mencapai 6.003 jiwa. Jakarta Selatan
menjadi daerah dengan penyandang disabilitas terbanyak,
yakni berjumlah 2.290, disusul oleh Jakarta Barat 1.155 jiwa.
Kepulauan Seribu menjadi wilayah yang paling sedikit
dengan 69 penyandang disabilitas (databoks, 2017).
Orang dengan penyandang Tuli adalah seseorang yang
mengalami gangguan atau kerusakan pada organ-organ
telinganya seperti organ telinga bagian dalam, organ telinga
bagian tengah dan organ telinga bagian luar yang disebabkan
oleh banyak hal seperti kecelakaan, penyakit atau sebab lain
sehingga organ-organ tersebut tidak bisa menjalankan
fungsinya dengan baik (Efendi, 2006). Tunarungu disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu, faktor keturunan, menderita
campak jerman (Rubella) dari pihak ibu, komplikasi selama
kehamilan dan kelahiran, mengalami radang selaput otak
(Meningitis), otitis media (radang pada bagian tengah
telinga), penyakit anak-anak, radang dan luka-luka (Rahmi,
2012).
3
Penyandang disabilitas Tuli disebut dengan teman Tuli
dan orang normal yang bisa mendengar disebut dengan teman
dengar. Menurut Murni Winarsih penyandang Tuli adalah
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran
yang mengakibatkan seseorang memiliki kekurangan atau
kehilangan dalam hal kemampuan mendengar baik sebagian
maupun seluruhnya, sehingga individu tersebut tidak dapat
menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini juga memberikan dampak terhadap
kehidupannya secara kompleks terutama pada kemampuan
bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting
(Winarsih, 2007).
Komunikasi adalah interaksi yang terjadi apabila orang
yang mengirim atau menyampaikan pesan dan orang yang
menerima pesan. Pada dasarnya komunikasi adalah
penyampaian atau pengiriman pesan yang biasanya berupa
perasaan dan pikiran oleh seorang komunikator untuk
memberitahu kepada orang lain yang berguna untuk merubah
sikap dan perilaku secara langsung maupun tidak langsung
dan poin yang paling penting adalah proses penyampaian
pesan harus jelas (Effendy, Ilmu Komunikasi, 2005).
Komunikasi sangat penting untuk kehidupan sehari-hari.
Komunikasi digunakan sebagai alat sosialisasi dan interaksi
antara sesama manusia. Komunikasi dibagi menjadi dua,
komunikasi nonverbal seperti gerak badan, ekspresi muka dan
4
gerakan lainnya tanpa diiringi oleh suara. Dan komunikasi
verbal seperti yang dihasilkan oleh suara maupun tulisan.
Dengan menggunakan komunikasi, kegiatan yang kita
lakukan menjadi mudah. Tetapi diluar sana ada yang tidak
bisa menggunakan komunikasi verbal, seperti teman tuli atau
biasanya disebut dengan tunarungu dan tuna wicara. Mereka
membutuhkan metode khusus melalui layanan dan fasilitas
khusus untuk mengembangkan kemampuan berbahasa sesuai
dengan kebutuhannya karena terdapat perbedaan kemampuan
berbahasa yang dimilikinya (Hernawati, 2007).
Teman Tuli berkomunikasi dengan melakukan
komunikasi nonverbal, mereka merasa kesulitan
berkomunikasi dengan cara verbal karena mereka memiliki
keterbatasan pendengaran. Komunikasi verbal adalah
komunikasi dengan menggunakan lisan maupun tulisan.
Mereka berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat,
gestur tubuh, gerak bibir dan menggunakan jari yang telah
dibuat dan disepakati oleh teman-teman Tuli lainnya
(Sugianto & Samopa, Analisis Manfaat dan Penerimaan
Terhadap Implementasi Bahasa Isyarat Indonesia Pada Latar
Belakang Komplek Menggunakan Kinect dan Jaringan Syaraf
Tiruan, 2015).Bahasa isyarat pada setiap daerah berbeda-beda
tetapi mempunyai makna yang sama.
Bahasa isyarat (sign language) dikenal dengan sebutan
bahasa gerakan. Pada beberapa tahun belakang, banyak
5
orang-orang yang mengembangkan bahasa isyarat untuk
individu yang mempunyai gangguan pendengaran atau
gangguan bicara. Cara berkomunikasi dengan teman Tuli
adalah menggunakan bahasa isyarat yang mengutamakan
gestur gerakan tubuh serta ekspresi wajah sebagai penunjang
bagi kemampuan komunikasinya yang bersifat non-verbal.
Isyarat dapat didefinisikan secara sederhana sebagai
penggunaan tangan, lengan dan kepala untuk membuat tanda.
Serta salah satu bentuk komunikasi penyandang tunarungu
adalah komunikasi total yakni komunikasi yang berusaha
menggabungkan berbagai bentuk komunikasi untuk
mengembangkan konsep bahasa pada penyandang tunarungu.
Didalamnya terdapat gerakan-gerakan, suara yang diperkeras,
ejaan jari, bahasa isyarat, membaca dan menulis. Bahasa
tubuh adalah istilah umum yang digunakan untuk
mengidentifikasikan komunikasi melalui isyarat, gestur,
sinyal dan tanda tubuh lainnya baik sadar maupun tidak sadar.
Bahasa tubuh mengkomunikasikan informasi tak terucap
mengenai identitas, hubungan, pikiran seseorang, suasana
hati, motivasi dan sikap yang lebih berkomunikasi total
(Danesi, 2012).
Bahasa adalah peran yang sangat penting dalam
melakukan komunikasi. Bahasa yang digunakan teman Tuli
berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh teman dengar
dan seharusnya teman Tuli mendapatkan kesetaraan sesuai
yang diatur pada Undang-Undang Nomor 8 tahun 2016 Pasal
6
2 tentang Pelaksanaan dan Pemenuhan Hak Penyandang
Disabilitas yang berbunyi:
a. Penghormatan terhadap martabat;
b. otonomi individu;
c. tanpa Diskriminasi;
d. partisipasi penuh;
e. keragaman manusia dan kemanusiaan;
f. Kesamaan Kesempatan;
g. kesetaraan;
h. Aksesibilitas;
i. kapasitas yang terus berkembang dan identitas anak;
j. inklusif; dan
k. perlakuan khusus dan Pelindungan lebih.
Pada Januari 2018, seorang aktifis Tuli bernama Anggi
masih merasakan diskriminasi dilingkungan sosial hingga
pendidikan di daerahnya. Menurut Anggi, teman Tuli masih
sering didiskriminasi karena mempunyai hambatan sering
terbalik-balik pada saat menggunakan kosa kata bahasa
Indonesia. Anggi mengatakan bahwa teman-teman Tuli juga
mempunyai hak untuk setara dengan teman-teman dengar.
Hambatan juga dirasakan pada susahnya mendapatkan
aksesibilitas informasi karena belum banyak masyarakat yang
mengerti bahasa isyarat. Dan dalam bidang pendidikan, teman
tuli seharusnya mendapatkan kesetaraan dalam hal kurikulum,
7
ilmu-ilmu dasar dan diremehkan dengan tim pengajar (Nur,
2018).
Di dunia ini terdapat manusia yang lengkap fisiknya dan
tidak memiliki kekurangan tetapi ada juga yang sebaliknya.
Manusia diciptakan di dalam dunia ini berbeda-beda. Ada
yang berjenis kelamin perempuan dan ada juga yang berjenis
kelamin laki-laki. Walaupun di dunia ini seseorang diciptakan
dalam keadaan kembar, tetapi perbedaan itu masih (Zahroh &
Asyhar, 2014). Maka dalam kehidupan sehari-hari kita
sebagai manusia pasti bertemu dengan orang yang berbeda-
beda mulai dari yang sempurna fisiknya atau alat inderanya
maupun yang tidak sempurna. Hal ini sejalan dengan surat
Al-Hujurat ayat 11 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi
yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan
pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya,
boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
8
gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-
orang yang zalim.”
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak membolehkan
seluruh manusia saling mengejek kekurangan yang dimiliki
oleh orang lain karena mungkin orang yang sendang
direndahkan adalah orang yang lebih tinggi derajatnya
dihadapan Allah. Maka Allah menyiptakan semua manusia ini
sama, sama-sama mempunyai kekurangan dan kelebihan.
Tidak ada yang perlu ditakutkan untuk berkomunikasi
dengan teman Tuli. Pada saat pertama kali bertemu, teman
dengar boleh menanyakan kepada teman Tuli komunikasi apa
yang mereka gunakan seperti gerak bibir, tulisan atau isyarat.
Teman Tuli juga butuh dukungan dari teman dengar untuk
terus mensosialisasikan bahasa isyarat agar teman tuli bisa
setara dengan teman dengar (Fadlillah, 2018).
Semua manusia pasti membutuhkan dukungan sosial dari
orang lain. House, dkk (Sarafino, Healthy Psychology,
1994)mengatakan bentuk dukungan sosial bermacam-macam,
mulai dari dukungan penghargaan, dukungan emosional,
dukungan intrumental dan dukungan informatif. Menurut
Gottlieb dukungan sosial adalah saran atau nasihat yang
memberikan informasi non-verbal dan verbal, dukungan
9
sosial diberikan oleh suatu objek di dalam lingkungan sosial
individu sebagai bentuk kehadiran dan hal-hal yang
memberikan manfaat emosional atau yang bisa memberikan
pengaruh tingkah laku terhadap penerimanya (Armstrong,
Birnie-Lefcovitch, & Ungar, 2005).
Faktor dukungan sosial sebagai faktor eksternal yang
berasal dari lingkungan sekitar individu mempengaruhi
kebermaknaan hidup seseorang. Dalam jurnal penelitian
tentang Hubungan Antara Dukungan Sosial dan
Kebermaknaan Hidup pada Penyandang Tunarungu di
Komunitas PERTURI Surabaya telah meneliti bahwa
dukungan sosial dari individu lain yang diberikan kepada
teman Tuli cukup kuat dalam menemukan makna hidupnya,
karena teman Tuli sangat membutuhkan lingkungan
sekitarnya untuk melaksanakan komunikasi dan interaksi
sosial dalam kehidupan sehari-hari (Hayyu & Mulyana,
2015).
Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia
(GERKATIN) adalah sebuah organisasi yang mempunyai
anggota orang-orang yang paham dengan bahasa isyarat.
GERKATIN dideklarasikan melalui Kongres Nasional I, pada
tanggal 23 Februari 1981 di Jakarta. Di dalam organisasi ini
terdapat teman-teman tuli maupun teman-teman dengar yang
saling membantu. Biasanya teman dengar berperan untuk
menerjemahkan bahasa isyarat ketika teman Tuli berhadapan
10
dengan masyarakat umum yang ingin berkomunikasi dan juga
belum mengerti bahasa isyarat. GERKATIN mempunyai
kegiatan sosial yang banyak, mulai dari kelas bahasa isyarat
yang diadakan setiap 3 bulan sekali, melatih teman-teman
Tuli menjadi JBI (Juru Bahasa Isyarat), memberikan
sosialisasi kepada masyarakat umum, memberdayakan teman
Tuli melalui kesenian dan keterampilan. Melalui kegiatan
sosial ini, banyak masyarakat yang tertarik untuk bisa
berbahasa isyarat dan juga memberikan kesempatan kepada
teman Tuli untuk berdaya. Organisasi ini juga memberikan
hak-hak yang sesuai untuk penyandang disabilitas agar tidak
adanya diskriminasi dari kelompok mana pun (Indonesia,
2018). Karena perkembangan yang cukup pesat, bahasa
isyarat sudah digunakan oleh teman dengar dan teman Tuli.
Mereka sering berkomunikasi dengan Bahasa Isyarat ini
untuk mencapai tujuan dalam komunikasi.
Dengan penjabaran dan kasus yang ada dan karena di era
globalisasi sekarang banyak teman Tuli yang membutuhkan
bahasa isyarat sebagai bahasa ibu mereka. Sebagai bahasa
yang digunakan sehari-hari membuat teman Tuli
mendapatkan aksesbilitas dalam memenuhi hak-hak mereka
dan dukungan dari teman-teman dengar maupun teman-teman
Tuli, maka penulis ingin meneliti tentang “Dukungan Sosial
Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia
(GERKATIN) terhadap Penyandang Tuli”
11
B. Pembatasan Masalah
Peneliti mencoba membatasi permasalah hanya pada
bentuk Dukungan sosial yang diberikan oleh Lembaga
Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia
(GERKATIN) kepada teman Tuli, dukungan seperti apa, serta
pengaruh yang dirasakan dari teman Tuli yang bergabung
dalam GERKATIN. Di dalam GERKATIN hanya
mempunyai anggota yang mengalami Tuli. Maka penulis
ingin meneliti 6 anggota GERKATIN. Penulis juga ingin
melihat bentuk dukungan sosial seperti dukungan emosional,
penghargaan dan informasi yang didapatkan oleh teman Tuli.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Apa saja bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh
GERKATIN kepada teman Tuli?
b. Bagaimana pengaruh yang dirasakan teman Tuli setelah
mendapatkan dukungan sosial dari GERKATIN?
12
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk
dukungan sosial yang diberikan oleh GERKATIN
kepada teman Tuli.
b. Untuk melihat pengaruh yang dirasakan oleh teman
Tuli setelah mendapatkan dukungan sosial dari
GERKATIN.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi kepada mahasiswa/i Jurusan Kesejahteraan
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan khususnya bagi masyarakat umum yang ingin
lebih memperdalam khazanah keilmuan yang berkaitan
dengan penyandang Tuli.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
dukungan positif kepada teman Tuli dan juga sebagai
bahan masukan atau acuan kepada GERKATIN sehingga
dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan
kepada teman Tuli lainnya.
13
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
1. Rosidah, Skripsi Tahun 2016, “Gambaran Dukungan
Sosial Teman Sebaya dalam Penyesuaian Diri Anak
Tunagrahita (Studi Kasus Anak Tunagrahita di SDN
Rambutan 01 Jakarta)”, Jakarta. Skripsi ini
menggunakan metode penelitian kualitatif.
Membahas tentang dukungan sosial yang diberikan
teman sebaya yang bukan penyandang tunagrahita
kepada penyandang tunagrahita. Persamaannya
adalah meneliti tentang dukungan sosial yang
diberikan seseorang. Perbedaannya adalah objek
penelitiannya dan lokasi.
2. Putri, Shabrina Dwi Pitarini, Skripsi Tahun 2014,
“Dukungan Sosial Yayasan Persatuan Orang Tua
Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Kepada
Orang Tua Anak Down Syndrome”, Jakarta. Skripsi
ini membahas tentang apa saja dukungan sosial yang
diberikan dari yayasan POTADS kepada orang tua
dengan anak Down Syndrome. Persamaan dari skripsi
ini adalah membahas tentang bagaimana dan apa saja
dukungan sosial yang diberikan kepada anggota dari
yayasan tersebut. Perbedaannya adalah penulis
meneliti dukungan sosial yang diberikan agar
terlaksananya hak-hak penyandang Tuli.
3. Hernawati, Tati, Jurnal Tahun 2007, “Pengembangan
Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak
14
Tunarungu”, Bandung. Dalam jurnal ini membahasa
tentang gambaran untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa dan berbicara anak tunarungu.
Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang
penyandang Tuli dan perbedaanya terdapat pada
lokasi penelitian.
4. Zimet, Gregory D., Dahlem, Nancy W., Sara G.
Zimet, and Gordon K. Farley, Jurnal Tahun 1988,
“The Multidimensional Scale Of Perceived Social
Support”, Lawrence Erlbaum Associaties. Dalam
jurnal ini membahas tentang dukungan sosial yang
dirasakan oleh seseorang diukur dengan MSSPS dan
pemberian dukungan diberikan oleh keluarga, teman
dan significant other orang tersebut. Persamaannya
adalah sama-sama meneliti tentang dukungan sosial
yang diberikan kepada seseorang dan perbedaannya
terdapat pada objek penelitian peneliti.
5. Tin, Win., Lin, Zaw., Swe, and Nang Khin Mya,
Jurnal Tahun 2017, “Deaf Mute or Deaf”, Malaysia.
Jurnal ini membahas tentang penyebab tuli. Penyebab
tuli bisa terjadi sebelum kelahir dan sesudah lahir.
Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang
Tuli dan perbedaannya adalah peneliti tidak hanya
berfokus pada dasar pembahasan tentang Tuli.
15
F. Metodologi Penelitian
I. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode
yang digunakan untuk melakukan penelitian pada kondisi
objek yang alamiah dan peneliti itulah yang menjadi
instrument kunci. Gabungan adalah salah satu teknik
pengumpulan data, analisis datanya bersifat induktif dan
hasil dari penelitian ini lebih menekankan makna dari
pada generalisasi (Moleong L. J., 2004).
Menurut Ghoni & Almanshur penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisa fenomena, peristiwa, sikap, kepercayaan,
persepsi dan pemikiran manusia secara individu maupun
secara kelompok. Penelitian kualitatif bersifat induktif
yang berarti penulis membiarkan permasalahan-
permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka
untuk memberikan pandangan teoritis terhadap sesuatu.
Data-data yang dihimpun dalam penelitian ini dihimpun
dengan cara pengamatan yang seksama, mencakup
deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-
catatan hasil wawancara yang mendalam serta hasil
analisis dokumentasi yang lain (Fauzan & Djunaidi,
2012).
16
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan desktiptif kualitatif, pendekatan ini berarti
sebuah penelitian yang bertujuan untuk menjabarkan dan
memberikan penfsiran tentang kondisi atau hubungan
yang ada, anggapan yang sedang berkembang, proses
yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi atau
kecenderungan yang tengah berkembang (Sumanto,
1990).
Penelitian deskriptif didefinisikan sebagai pencarian
fakta dengan pandangan teoritis terhadap suatu yang tepat.
Pendekatan ini mempelajari masalah-masalah yang terjadi
dalam masyarakat dan situasi-situasi tertentu, termasuk
tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, proses-proses,
pandangan-pandangan dan pengaruh dari fenomena di
masyarakat. Ciri dari metode ini adalah metode penelitian
yang bertujuan membuat gambaran mengenai situasi atau
kejadian tertentu (Pujileksono, 2015).
II. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Tuli yang
ada di Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia
(GERKATIN). Dan objek penelitiannya adalah dukungan
sosial yang diberikan oleh GERKATIN kepada teman
Tuli.
17
III. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gerakan Untuk
Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN), Jalan
Ranco Indah Dalam, No. 47 BC RT 005 RW 06, Tanjung
Barat, Jakarta Selatan.
IV. Teknik Pemilihan Informan
Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan
adalah non-probability sampling yaitu, pengambilan data
yang mengutamakan ciri atau kriteria tertentu. Maksudnya
adalah sample yang diteliti mempunyai kriteria sesuai
dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini, jenis non-
probability sampling yang digunakan adalah purosive
sampling dan snowball sampling (Swarjana, 2012).
Purposive sampling digunakan berdasarkan
pertimbangan bahwa informan yang dipilih dapat
memberikan informasi sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman yang sama dengan konteks penelitian. Dalam
hal ini peneliti memilih ketua GERKATIN terlebih dahulu
sebagai sumber informan yang tepat untuk membantu
menjawab pertanyaan peneliti mengenai profil lembaga.
Penulis juga menggunakan jenis snowball sampling
karena penulis tidak mengetahui siapa saja anggota
GERKATIN yang sesuai dengan kriteria penelitian.
18
Dalam buku ini dijelaskan bahwa yang akan menjadi
sample awal penelitian akan ditanyakan untuk mencari
atau mengidentifikasi dan menunjuk orang lain yang
sesuai dengan kriteria sample yang telah ditentukan.
Maka peneliti memilih ketua GERKATIN sebagai
sample awal yang dapat memberikan informasi yang
sesuai berkaitan dengan penelitian, lalu ketua
GERKATIN membantuk untuk menunjuk pengurus
lainnya, seperti sekretaris GERKATIN untuk dapat
memberikan informasi mengenai siapa anggota yang
dapat dijadikan informan dalam penelitian ini. Untuk
memenuhi informasi mengenai dukungan sosial yang
didapatkan, maka diperlukan beberapa informan yang
dapat memberikan ungkapan yang jelas. Informan tersebut
seperti anggota yang sudah lama bisa berbahasa Isyarat
dan sering bersosialisasi dengan masyarakat umum.
Kriteria yang peneliti buat untuk menjadi informan
yaitu:
1. Anggota yang sudah bisa dan lancar berbahasa
Isyarat selama 5 tahun.
2. Anggota yang sudah lama bergabung dalam
GERKATIN.
3. Anggota yang aktif dalam kegiatan yang dibuat
oleh GERKATIN.
Berikut adalah keterangan informasi informan yang
diperoleh:
19
TABEL. 1.1 Rancangan Penelitian
NO Informan Informasi yang
dicari
Jumlah
dan
Klasifikasi
1 Bambang
Prasetyo, Ketua
Umum
GERKATIN
Wawancara untuk
mengetahui profil
lembaga dan
sejarah dari
GERKATIN
1 Orang
Tuli Berat
2 Wilma Redjeki,
Wakil
Sekretaris
GERKATIN
Wawancara untuk
mengetahui profil
lembaga dan
sejarah dari
GERKATIN
1 Orang
Tuli Berat
3 Iwan
Satryawan,
Anggota
GERKATIN
Wawancara untuk
mengetahui detail
kegiatan-kegiatan
yang ada di
GERKATIN
1 Orang
Tuli Berat
4 Michelle
Layanto,
Anggota
GERKATIN
dan Sekretaris
Pusbisindo
Wawancara untuk
mengetahui
manfaat yang
dirasakan setelah
bergabung di
GERKATIN
1 Orang
Tuli Total
20
budaya tuli dan
BISINDO (Bahasa
Isyarat Indonesia)
5 Dimas
Hendrayanto,
Anggota
GERKATIN
Wawancara untuk
mengetahui
manfaat yang
dirasakan setelah
bergabung di
GERKATIN dan
bagaimana
kegiatan dari
pemuda/i tuli yang
ada di
GERKATIN
1 Orang
Tuli Berat
6 Adhi Kusumo
Bhroto,
Konsultan
GERKATIN
dan Juru Bahasa
Isyarat (JBI)
Wawancara untuk
mengetahui
manfaat yang
dirasakan setelah
bergabung di
GERKATIN
1 Orang
Tuli Berat
21
V. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan data
Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang
digunakanoleh peneliti dalam penelitian ini meliputi tiga
teknik, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan dan melakukan pencatatan
sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Di dalam
penelitian, peneliti harus terjun langsung ke lapagan untuk
mengamati hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa
terjadinya kegiatan tersebut (Djunaedi, Ghoni, &
Almansyur, 2012). Dengan menggunakan metode ini
peneliti merekam hasil wawancara, berfoto, dan
mengamati objek penelitian saat anggota tuli dan dengar
melakukan komunikasi di Gerakan Untuk Kesejahteraan
Tunarungu Indonesia (GERKATIN).
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik yang dilakukan sebagai
upaya meghimpun data yang akurat untuk keperluan
pemecah masalah penelitian. Kemudian data yang
diperoleh menggunakan teknik ini adalah dengan
melakukan tanya jawab dengan menggunakan BISINDO
22
dan berkomunikasi dengan tatap muka langsung antara
seorang atau beberapa orang yang diwawancarai
(Bachtiar, 1997). Peneliti melakukan wawancara seperti
tanya jawab kepada Ketua Umum, Wakil Sekretaris, dan
Anggota dari GERKATIN secara langsung dengan
bertujuan untuk mendapatkan keterangan dan informasi
secara jelas mengenai dukungan sosial yang diberikan
antara teman dengar dan teman Tuli dalam melaksanakan
komunikasi sesuai dengan tujuan yang telah peneliti
tetapkan. Peneliti menggunakan wawancara
semiterstruktur dan tak terstruktur.
3. Studi Dokumentasi
Dalam tahap dokumentasi ini peneliti mencari dan
berusaha untuk mendapatkan informasi dokumenter
sebanyak-banyaknya yang peneliti butuhkan untuk
mencapai hasil yang relevan (Sarwono, 2006).
Dokumentasi dikumpulkan dalam berbentuk dokumen
seperti, jurnal, artikel, studi pustaka, buku bacaan dan
segala macam bentuk dokumentasi yang bisa dijadikan
bahan kelengkapan yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Teknik Pengolahan data
Cara yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan
pengolahan data adalah tahap persiapan dan penyeleksian.
Dalam tahap persiapan dilakukan dengan memperhatikan
23
apa saja yang harus dipersiapkan seperti, data lapangan,
catatan lapangan, maupun foto. Data lapangan berupa
rekaman suara disalin dalam bentuk tulisan sedangkan
yang berupa foto dideskripsikan sesuai dengan keterangan
foto yang ada (Sugiono, 2006). Setelah semua data-data
yang diteliti sudah terkumpul maka peneliti melakukan
penyeleksian jika ada data-data yang tidak sesuai dengan
objek penelitian.
c. Analisis data
Analisis data di dalam penelitian kualitatif adalah
proses pencarian dan penyusunan data secara sistematis
yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi yang dapat memberikan kesimpulan yang
mudah dipahami (Sugiono, 2006). Di dalam penelitian ini,
peneliti melakukan pengambilan kesimpulan-kesimpulan
yang sesuai dengan tema dan objek penelitian melalui
proses pengumpulan, penyusunan, penyajian dan hasil
analisa yang berupa kata-kata. Kemudian peneliti
berusaha untuk melakukan analisis data dengan menyusun
kata-kata yang ditulis dalam penelitian secara lebih luas.
d. Teknik Keabsahan data
Dalam melakukan keabsahan data, peneliti
menggunakan 2 teknik yaitu pengamatan dan kecukupan
referensial. Teknik pengamatan yang dimaksud adalah
24
meningkatkan keseriusan dan ketekunan untuk
mendapatkan hasil kesimpulan yang akurat dari data-data
penelitian. Dan yang kedua kecukupan referensial.
Peneliti memaksimalkan referensi-referensi yang ada dan
menelaah lebih lanjut sebagai rujukan dalam melakukan
pemeriksaan keabsahan data. Jika belum mencukupi,
maka peneliti akan mencari referensi-referensi lain sesuai
dengan data penelitian. Dan pada teknik ini data
digunakan untuk memperkuat argumen pada penelitian
(Moleong L. J., 2007).
VI. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dimulai pada bulan Maret 2019
sampai dengan Agustus 2019 di Gerakan Untuk
Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN).
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan dan
pembahasan penelitian ini, sistematika penulisan laporan
penelitian di bagi dalam lima bab yang terdiri dari sub-
sub. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Di dalam penulisan laporan penelitian ini terdiri dari Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
25
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Review Kajian
Terdahulu, Metodologi Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam penulisan laporan penelitian ini terdiri dari
Dukungan Sosial, Tinjauan Tentang Disabilitas, Tinjauan
Tentang Tuli, Pengertian Komunikasi dan Bahasa Isyarat
Indonesia (BISINDO).
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR
PENELITIAN
Di dalam penulisan laporan penelitian ini terdiri dari
Profil, Visi dan Misi, Tujuan, Sejarah dan Struktur
Organisasi Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu
Indonesia (GERKATIN).
BAB IV DATA DANTEMUAN PENELITIAN
Berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian.
BAB V PEMBAHASAN
Di dalam penulisan laporan penelitian ini mengaitkan latar
belakang, teori dan rumusan teori baru dari penelitian.
27
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dukungan Sosial
1. Pengertian Dukungan Sosial
Menurut Gottlieb dukungan sosial adalah saran atau
nasihat yang memberikan informasi verbal dan nonverbal,
dukungan sosial diberikan oleh suatu subjek di dalam
lingkungan sosial individu sebagai bentuk kehadiran dan
hal-hal yang memberikan manfaat emosional atau yang
bisa memberikan pengaruh tingkah laku terhadap
penerimanya (Armstrong, Birnie-Lefcovitch, & Ungar,
2005).
Albrecth dan Adelman (Mattson & Hall, 2011)
menyebutkan bahwa dukungan sosial adalah komunikasi
verbal dan nonverbal antar individu yang dapat
mengurangi situasi ketidakpastian dan dapat berfungsi
untuk meningkatkan persepsi mengenai bantuan yang
diterima.
Hupcey (Peterson & Bredow, 2013)mendefinisikan
dukungan sosial sebagai tindakan yang diberikan secara
sukarela kepada orang lain yang mempunyai hubungan
persoalan dengannya dan tindakan tersebut akan
28
membawa dampak positif baik secara langsung maupun
tidak langsung pada penerimanya.
Sarafino dan Smith mendifinisikan dukungan sosial
sebagai rasa nyaman yang didapatkan, rasa peduli, harga
diri dan pertolongan dari orang lain atau kelompok
tertentu. Dukungan sosial ini mengacu pada perasaan dan
persepsi seseorang mengenai kenyamanan, perhatian dan
bantuan yang diterima pada saat membutuhkannya
(Sarafino & Smith, Health Psychology Biopsychosocial
Interactions Seventh edition, 2011).
Dukungan sosial sebagai adanya orang lain yang
dipercaya, dapat diandalkan, dapat memberikan perhatian
dan dapat menjadikan seseorang merasa dirinya ada
(Maslihah, 2011).
(Zimet, Dahlem, Zimet, & Farley, 1988)
mendefinisikan dukungan sosial sebagai kecukupan
bantuan dari keluarga, teman, dan orang terdekat. Jadi
dukungan sosial adalah bantuan yang didapatkan oleh
seseorang yang dipercayainya berupa nasehat atau saran
agar mendapatkan perhatian, penghargaan dan merasa
dicintai oleh orang disekelilingnya. Hal ini membuat
penerima merasa bahwa ada orang-orang disekitar yang
dapat membantu mereka yang bermasalah menjadi
mempunyai kekuatan.
29
2. Sumber Dukungan Sosial
Sumber-sumber dukungan sosial menurut Gottlieb
(Maslihah, 2011) berasal dari:
a. Hubungan profesional yang bersumber dari orang-
orang yang ahli dalam bidangnya seperti pekerja sosial,
konselor, psikolog, dokter dan psikiater.
b. Hubungan non profesional yang bersumber dari orang-
orang terdekat seperti dukungan sosial yang didapatkan
dari teman, keluarga dan sahabat. Dukungan ini
menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial
karena mudah diperoleh dan berakar pada keakraban
yang
Weis (Purba, Yulianto, Widyanti, Esa, & Esa, 2007)
mengemukakan bahwa setiap fungsi sosial memiliki
sumber-sumber dukungan yang berbeda, seperti sumber
dukungan bagi individu untuk mendapatkan saran
didapatkan dari orang tua, teman atau rekan kerja.
Sedangkan sumber dukungan bagi individu untuk
mendapatkan kasih sayang bisa didapatkan dari pasangan
hidup, sahabat maupun keluarga. (Taylor, Peplau, &
Sears, 2009) menyatakan dukungan sosial bisa bersumber
dari pasangan atau partner, anggota keluarga, kawan,
masyarakat, teman sekelompok, suatu komunitas dan
teman kerja.
30
Sumber-sumber dukungan sosial dibagi menjadi tiga
menurut Kahn & Antonoucci (Ellyazar, 2013), yaitu:
a. Sumber dukungan yang didapatkan dari orang-orang
yang ada di sepanjang hidupnya, yang menemani
bersama dan selalu mendukungnya. Sumber dukungan
ini meliputi: keluarga dekat, pasangan dan teman dekat.
b. Sumber dukungan yang didapatkan dari seseorang
yang mendapatkan sedikit peran dalam hidupnya dan
memiliki kecenderungan perubahan sesuai dengan
waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja,
sanak keluarga dan teman bermain.
c. Sumber dukungan yang diberikan dari seseorang yang
sangat jarang memberikan dukungan dan memberikan
peran perubahan cepat pada hidupnya. Sumber
dukungan ini meliputi keluarga jauh, dokter, tenaga
ahli atau profesional.
3. Aspek Dukungan Sosial
Menurut Sarafino (Tarmidi & Rambe, 2010) terdapat
lima aspek dukungan sosial, yaitu:
a. Dukungan Emosional
Didalam dukungan emosial terdiri dari ekspresi seperti
perhatian, empati dan turut prihatin kepada seseorang.
31
Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan
merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan
dicintai, memberi bantuan dalam bentuk semangat.
b. Dukungan Penghargaan
Dukungan ini didapatkan dari seseorang ketika
memberikan penghargaan positif kepada orang lain,
dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan
individu. Dukungan ini menyebabkan individu
mendapatkan rasa percaya diri dan merasa bernilai.
c. Dukungan Instrumental
Dukungan ini didefinisikan sebagai dukungan yang
memberikan bantuan langsung seperti pinjaman uang atau
memberikan pertolongan dan membantu individu
melaksanakan aktifitasnya. Dukungan ini dianggap
paling sederhana.
d. Dukungan Informatif
Ketika individu membutuhkan sesuatu maka orang lain
memberikan informasi, nasehat, arahan, saran, sugesti
atau umpan balik dari individu lainnya.
32
e. Dukungan Kelompok
Dukungan ini menyebabkan individu merasa ada
didalam sebuah kelompok dan merupakan bagian dari
kelompok tersebut dimana anggota-anggota lainnya dapat
saling berbagi.
4. Faktor-faktor Dukungan Sosial
Myres (Maslihah, 2011) mengemukakan bahwa ada
tiga faktor seseorang untuk memberikan dukungan yang
positif, yaitu:
a. Empati
Ikut serta dalam merasakan kesusahan orang lain yang
bertujuan untuk mengantisipasi emosi dan motivasi
tingkah laku untuk mengurangi kesusahan dan
meningkatkan kesejahteraan pada diri seseorang.
b. Norma-norma dan nilai sosial
Manusia selayaknya berkembang dan terus tumbuh,
selama itu manusia juga mengalami masa pertumbuhan
dan perkembangan pribadinya. Manusia dalam masa
tersebut menerima norma-norma dan nilai-nilai sosial
dari lingkungan sebagai bagian dari pengalaman sosial.
Fungsi dari norma-norma dan nilai sosial ini yang akan
mengarahkan setiap individu untuk bertingkah laku dan
menjelaskan kewajiban-kewajiban dalam
33
kehidupannya. Di dalam lingkup lingkungan sosial
setiap individu mengalami desakan untuk memberikan
pertolongan kepada orang lain agar dapat
mengembangkan kehidupan sosialnya.
c. Pertukaran sosial
Terdapat hubungan timbal balik dari perilaku sosial
antar individu dalam hal cinta, pelayanan dan
informasi. Keseimbangan yang terjadi dalam
pertukaran ini akan menghasilkan kondisi hubungan
interpersonal yang memuaskan. Pengalaman dalam hal
ini secara timbal balik membuat individu lebih percaya
bahwa ada seseorang
5. Pengaruh Dukungan Sosial
Menurut Brownell dan Schumaker (STKS, 2008)ada
tiga pengaruh dukungan sosial, yaitu:
a. Pengaruh langsung
Yaitu terciptanya hubungan antarpribadi dan hubungan
yang bersifat menolong. Hubungan tersebut dapat
memudahkan terciptanya tingkah laku yang lebih sehat.
b. Pengaruh tidak langsung
Yaitu menghadapi orang yang sedang dalam masalah
34
dengan cara membantu mengatasi dan menghadapi stres
yang datang, dengan mencoba membantu individu
mempelajari cara pemecahan masalah sebelum masalah-
masalah tersebut menjadi besar.
c. Pengaruh interaktif
Berupa dampak yang di jelaskan untuk mengurangi atau
memperbaiki dampak-dampak yang merugikan individu
dengan mengurangi kualitas dan kuantitas terhadap
sumber copying. Seperti seseorang yang sudah terlalu
nyaman dengan keadaannya dan mengikuti hal-hal yang
sama dengan orang lain bisa memperbaiki dampak yang
akan terjadi.
B. Tinjauan Disabilitas dan Tuli
1. Disabilitas
a. Pengertian Disabilitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyandang
diartikan dengan orang yang menyandang (menderita)
sesuatu. Sedangkan disabilitas merupakan kata bahasa
Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris
disability (jamak: disabilities) yang berarti cacat atau
ketidakmampuan (Nasional D. P., 2008). Dan menurut
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang
Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas, yaitu orang
35
yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau
sensorik dalam jangka waktu lama dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat
menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi
penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak.
Orang berkebutuhan khusus atau yang disebut dengan
disabilitas adalah orang yang hidup dengan karakteristik
khusus dan mempunyai perbedaan dalam hal tertentu
dengan orang pada umumnya. Penyandang disabilitas juga
mempunyai hak-haknya sebagai manusia yang hidup di
muka bumi ini. Orang dengan berkebutuhan khusus
memiliki definisi yang sangat luas, mencakup orang-orang
yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ
(Intelligence Quotient) rendah, serta orang dengan
permasalahan sangat komplek, sehingga fungsi-fungsi
kognitifnya mengalami gangguan (Yahya, 2018).
b. Jenis-jenis Disabilitas
Terdapat jenis-jenis disabilitas yang berarti bahwa
setiap penyandang disabilitas memiliki definisi masing-
masing yang mana kesemuanya memerlukan dukungan
untuk tumbuh dan berkembang secara baik. Berikut
adalah tiga jenis disabilitas menurut (Reefani, 2013):
36
1. Disabilitas Mental
a) Mental Tinggi. Disabilitas ini sering juga dikenal
sebagai orang yang berbakat intelektual. Selain
memiliki kemampuan intelektual yang tinggi,
biasanya penyandang disabilitas ini memiliki
kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas yang
mereka kerjakan.
b) Mental Rendah. Penyandang disabilitas ini biaanya
memiliki kapasitas rendah dalam hal intelektual/IQ
(Intelligence Quotient) di bawah rata-rata. Disabilitas
ini dibagi dalam dua kelompok yaitu, anak lamban
belajar dan anak berkebutuhan khusus. Anak yang
memiliki IQ antara 70-90 yaitu anak yang lamban
dalam belajar dan IQ di bawah 70 dikenal dengan
anak berkebutuhan khusus.
c) Berkesulitan Belajar Spesifik. Disabilitas ini
mengalami kesulitan dalam belajar yang berkaitan
dengan prestasi belajar yang diperoleh.
2. Disabilitas Fisik
Terdapat beberapa macam kelainan dalam disabilitas
fisik, yaitu:
a) Tuna Daksa. Disabilitas ini merupakan orang yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang
37
bersifat bawaan, sakit atau kehilangan organ tubuh
dalam kecelakaan, polio dan lumpuh.
b) Tuna Netra. Disabilitas ini merupakan orang yang
kehilangan, memiliki hambatan dan memiliki
keterbatasan dalam penglihatan. Tunanetra
diklasifikasikan dalam dua golongan yaitu buta total
(blind) dan low vision.
c) Tunarungu. Disabilitas ini memiliki kelainan
pendengaran dan memiliki hambatan dalam
pendengarannya baik permanen maupun tidak. Dalam
hal ini dikarenakan disabilitas tunarungu memiliki
hambatan pendengaran maka mereka biasanya juga
memiliki hambatan dalam berbicara yang disebut
sebagai tunawicara.
d) Tunawicara. Disabilitas ini memiliki kelainan dalam
berbicara dan mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal,
sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh
orang lain.
3. Disabilitas ganda. Disabilitas ini memiliki gangguan
lebih dari satu seperti disabilitas fisik dan mental.
38
2. TunaRungu atau Tuli
a. Pengertian Tunarungu/Tuli
Tunarungu adalah sesuatu keadaan seseorang yang
kehilangan keberfungsian pendengarannya secara
keseluruhan maupun hanya sebagian pada alat
pendengarannya. Karena mempunyai dampak pada
kehidupan sehari-harinya, maka seseorang yang
mengalami tunarungu mempunyai gangguan
terhambatnya kemampuan berbahasa. Berbahasa adalah
salah satu unsur penting dalam berkomunikasi,
berkomunikasi dengan orang lain membutuhkan artikulasi
yang jelas agar pesan tersebut bisa tersampaikan
(Winarsih, 2007).
Hallahan &Kauffman (Hernawati, 2007)
berpendapat bahwa orang yang Tuli (a deaf person)
adalah orang yang mengalami hambatan dalam
mendapatkan informasi berbahasa oleh alat
pendengarannya tanpa menggunakan alat bantu
pendengaran. Sedangkan orang yang kurang dengar (a
hard of hearing person) adalah seseorang yang biasanya
memiliki pendengaran yang kurang dan dibantu oleh alat
bantu pendengaran. Alat bantu pendengaran tersebut
berfungsi untuk memproses informasi bahasa dan dapat
menangkap pembicaraan melalui pendengarannya.
39
Tuli menurut Marschark (Nisa, 2012) adalah istilah
yang mengacu pada arti hilangnya fungsi pendengaran.
Kebanyakan yang mewakili kelompom tersebut adalah
mereka yang memiliki gangguan pendengaran daripada
yang tuli. Tuli disini diartikan sebagai orang-orang yang
tidak memiliki pendengaran yang cukup untuk
melaksanakan peran dalam sehari-hari. Sementara itu,
gangguan pendengaran adalah seseorang yang tidak cukup
bisa mendengar namun masih memiliki sisa pendengaran
sehingga bisa dibantu dengan alat bantu pendengaran.
Istilah gangguan pendengaran (hearing impairment)
dipakai dalam menjelaskan baik orang yang benar-benar
tuli maupun yang hanya sulit dalam mendengar. Sulit
mendengar merupakan gangguan pendengaran yang bisa
bersifat permanen maupun sementara, yang jelas
berpengaruh pada kegiatan sehari-hari dalam melakukan
aktifitas. Sedangkan Tuli adalah suatu gangguan
pendengaran yang sangat berat sehingga seseorang tidak
bisa melakukan proses informasi bahasa melalui
pendengaran, dengan ataupun tanpa alat pengeras suara
yang sangat jelas mengganggu dalam proses bersosialisasi
(Smith, 2006).
b. Penyebab Tunarungu/Tuli
Tuli bisa terjadi pada saat sebelum dan sesudah
melahirkan. Pada saat belum lahir, sebagian kecil
40
disebabkan oleh kecacatan dari alat pendengaran.
Sementara di India, penyebab lain karena perkawinan
hubungan sedarah. Selain penyebab dari perkawinan
sedarah, penyebab lainnya adalah adanya keluarga yang
memiliki latar belakang genetik tuli. Kelainan kromosom
juga dapat menyebabkan ketulian dengan atau tanpa
faktor lainnya. Pada saat sudah melahirkan, ibu yang
mengandung sebelumnya terkena infeksi dari bakteri
meningitis. Meningitis dapat menyebabkan gangguan
pendengaran pada bagian alat pendengaran dan juga
menyebabkan luka pada otak yang memengaruhi fungsi
dari koklea (Tin, Lin, Swe, & Mya, 2017).
Trybus (Rahmi, 2012) mengemukakan ada beberpa
faktor yang menyebabkan ketunarunguan yang terjadi di
Amerika Serikat, yaitu:
a. Keturunan
b. Campak jerman dari pihak ibu
c. Komplikasi selama masa kehamilan
d. Radang selaput otak/meningitis
e. Otitis media/radang pada telinga bagian tengah
f. Penyakit anak-anak, luka-luka dan radang
Berikut beberapa faktor-faktor penyebab
ketunarunguan dalam pengelompokkan dari dalam diri
41
anak dan luar:
1. Faktor dari Diri Anak
a. Disebabkan karena adanya faktor keturunan dari
salah satu atau kedua orang tuanya yang mengalami
ketunarunguan. Kondisi genetik seperti perubahan
yang disebabkan oleh gen yang dominan represif
dan berhubungan dengan jenis kelamin adalah fakor
dari penyebab ketunarunguan.
b. Ibu yang selama masa kehamilannya mengalami
campak jerman (Rubella). Penyakit ini akan
berpengaruh buruk pada janin pada tiga bulan
pertama masa kandungan dan menyebabkan
kelainan pendengaran.
c. Ibu yang selama masa kehamilannya menderita
keracunan darah atau Toxaminia. Ibu hamil bisa
mengalami kerusakan pada plasenta yang
mempengaruhi pertumbuhan janin dan jika
menyerang saraf atau alat pendengaran maka bayi
tersebut akan lahir dalam keadaan tunarungu.
2. Faktor dari Luar Diri Anak
a. Bayi yang ada di kandungan mengalami
infeksi pada masa kelahiran. Contohnya jika
bayi mengalami Herpes Implex dan menyerang
alat kelamin ibu maka bisa tertular pada anak
saat dilahirkan dan menimbulkan infeksi yang
42
dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat
atau syaraf pendengaran.
b. Meningitis atau Radang selaput otak.
c. Otitis media. Jika anak terserang radang pada
bagian telinga maka telinga anak tersebut bisa
mengalami ketunarunguan karena terdapat
nanah dalam telinga dan nanah tersebut
mengumpul mengakibatkan terganggunya
hantaran bunyi.
d. Penyakit lainnya atau kecelakaan yang dapat
mempengaruhi alat-alat pendengaran.
c. Karakteristik Tunarungu/Tuli
Teman Tuli dari segi fisik tidak memiliki
karakteristik yang berbeda karena secara fisik mereka
tidak mengalami gangguan yang terlihat. Menurut
Permanarian Somad dan Tati Hernawati teman Tuli
memilik karakteristik yang berbeda dilihat dari berbagai
aspek sebagai dampak dari kekurangan pendengaran
(Somad & Hernawati, 1995), yaitu:
a) Segi Intelegensi
Penyandang Tuli sering mengalami kesulitan dalam
hal aspek intelegensi yang bersumber pada verba.
Sedangkan gerakan dan penglihatan yang berasal dari
sumber bahasa akan mudah ditanggapi. Penyandang Tuli
43
adalah sama dengan orang lain tetapi bedanya adalah
memiliki intelegensi yang sangat rendah dari pada orang
normal karena berpengaruh pada kemampuan pemahaman
mereka melalui bahasa verbal dalam melakukan interaksi.
b) Segi bahasa dan bicara
Penyandang Tuli memiliki kemampuan dalam
berbahasa dan berbicara yang berbeda dengan orang
normal pada umumnya. Hambatan dalam berkomunikasi
sering dirasakan oleh mereka. Kemampuan penyandang
tuli dalam hal berbicara juga dipengaruhi oleh
kemampuan bahasa yang mereka miliki.
c) Segi Emosi dan Sosial
Penyandang Tuli adalah orang yang memiliki
kekurangan dalam hal pendengaran, oleh karena itu sering
kali mereka merasakan keterangsingan dilingkungan. Efek
dari keterasingan tersebut meliputi egosentrisme yang
melebihi orang normal pada umumnya, membuat
penyandang Tuli takut akan lingkungan yang lebih luas,
bisa berakibat bergantung pada orang lain dan menjadi
mudah tersinggung.
d. Klasifikasi Tunarungu/Tuli
Dalam buku Edja Sadjaah terdapat klasifikasi
menurut the comitee on conservation of hearing dari
44
American academi of optamology and otolaryngology
sebagai berikut (Sadjaah, 2005):
1. Non significant, berada pada derajat 0 dB-25 dB.
Kehilangan pendengaran ini tidak berarti. Pada derajat
ini termasuk anak normal. Dalam percakapan sehari-
hari hampir tanpa kendala.
2. Slight handicap, pada derajat 25 dB-40 dB. Pada tahap
ini anak mengalami kesulitan dalam berbicara.
3. Mild handicap, pada derajat 40 dB-55 dB. Anak
memahami percakapan pada jarak 90-150 cm dari
dirinya. Anak mengalami kesulitan mendengar dalam
pembelajaran di kelas. Anak sudah membutuhkan alat
bantu dengar.
4. Mark handicap, antara 55-70 dB. Pada tahap ini
mengalami lemah dalam berbicara, artikulasi tidak
sempurna karena terbatasnyaperbendaharaan kata.
Agar dimengerti anak komunikasi harus keras dan
berhadapan.
5. Severe handicap, antara 70-90 dB. Kemampuannya
yaitu dapat mendengarkan suara yang diperkeras pada
jarak 1 kaki (30 cm). Kemampuan berbicara lemah
sehingga membutuhkan teknik khusus.
6. Extreme handicap, pada jarak 90 dB atau lebih. Tahap
ini sering disebut Tuli (the deaf). Kemampuan yang
dimiliki yaitu bunyi keras yang didengar hanya
45
getaran, pola suara kurang jelas sebagai alat
komunikasi.
Klasifikasi ketunarunguan menurut Arthur Boothroyd
(1982) dalam (Bunawan & Yuwati, 2000), sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Penggolongan Tunarungu
Kel Rentang
Ambang
Tingkat
Ketulian
Daya
Tangkap
Suara
Daya
Mengenal
i Suara
I 15-30 db Ringan Normal Normal
II 31-60 db Sedang Sebagian Hampir
Normal
III 61-90 db Berat Tidak ada Tidak
berarti
IV 91-120
db
Sangat
Berat
Tidak ada Tidak
berarti
V 121 db
atau
lebih
Total Tidak ada Tidak
berarti
46
Arthur Boothroyd juga menggolongkan tiga kelompok-
kelompok besar yang didasarkan oleh kemampuan
menyimak suara, yaitu:
1. Kurang Dengar
Kelompok pertama adalah orang yang mengalami
gangguan pendengaran tetapi masih bisa menggunakan
alat pendengarannya untuk menyimak suara dengan
cukup jelas dan mengembangkan kemampuan
berbicaranya
2. Tuli
Dalam kelompok ini alat pendengaran orang tersebut
sudah tidak mampu dipakai untuk menyimak atau
mengenali suara. Tetapi mereka bisa menangkap suara
dengan alat bantu pendengaran.
3. Tuli Total
Pada kelompok yang terakhir adalah orang yang alat
pendengarannya sudah tidak mampu dipakai untuk
menangkap dan menyimak suara walaupun dibantu
dengan alat bantu pendengaran.
C. Kesejahteraan
Kesejahteraan secara definisi merupakan suatu
kondisi atau situasi sejahtera pada seseorang baik dalam
fisik, mental maupun sosial dan bukan dalam perbaikan
47
penyakit sosial tertentunya saja (Chalid, Nursiah, &
Yusuf, 2014). Seseorang yang merasakan perasaan
nyaman, aman, tentram dan bisa memenuhi kebutuhannya
juga termasuk dalam kesejahteraan. Undang-undang
Nomor 1 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
menyebutkan kesejahteraan sosial adalahkondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agardapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehinga dapatmelaksanakan fungsi
sosialnya.
Dalam hal ini kesejahteraan itu sendiri adalah dimana
seseorang merasakan hidupnya sudah mampu mandiri
untuk memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya.
Jika dikaitkan dengan penelitian, maka kesejahteraan
teman Tuli disini seperti tercapainya hak-hak yang
mereka butuhkan. Hak-hak seperti berbahasa Isyarat dan
berkomunikasi dengan nyaman sesuai kemampuannya,
tidak ada batasan antara teman Tuli dan teman dengar dan
tidak adanya diskrimintasi kepada mereka.
D. Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Dalam “bahasa” komunikasi dinamakan pesan, orang
yang menerima pesan disebut sebagai komunikator
sedangkan orang yang menerima pernyataan disebut
komunikan. Komunikasi berarti mempunyai makna, yakni
48
proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan. Pesan komunikasi memiliki dua aspek, yaitu
isi pesan dan lambang pesan. Secara konkrit pesan itu
adalah pikiran atau perasaan dan lambang adalah bahasa
(Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, 2007).
Komunikasi dilakukan dengan cara kontak antar
manusia dengan kelompok, individu dengan kelompok.
Komunikasi juga sebagai sarana untuk saling tukar-
menukar pendapat yang dibutuhkan untuk saling
melakukan sosialisasi agar mencapai keberlangsungan
hidup. Komunikasi juga penting bagi manusia karena
berkaitan dengan hubungan antar makhluk sosial (Pontoh,
2013).
Teman Tuli berkomunikasi dengan menggunakan
komunikasi primer. Yang dimaksud dengan komunikasi
primer adalah komunikasi dengan proses penyampaian
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang atau simbol sebagai media.
Simbol yang biasanya digunakan dalam melakukan
komunikasi primer adalah isyarat, gambar dan bisa
menggunakan telepon (Ardini, 2013).
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian
informasi berupa pesan, ide dan gagasan dari satu pihak
kepada pihak yang lain. Pada umumnya komunikasi
49
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat mudah
dimengerti oleh kedua pihak, jika salah satu atau
keduanya tidak bisa menggunakan komunikasi secara
lisan maka komunikasi masih bisa dilakukan dengan cara
komunikasi nonverbal seperti menggunakan bahasa
isyarat, gestur tubuh dan yang lainnya yang bisa membuat
kedua pihak mengerti maksud dari pesan tersebut
begitulah teman tuli melakukan komunikasi.
E. Bahasa Isyarat
1. Pengertian Bahasa Isyarat
Bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan
komunikasi manual, bahsa tubuh dan gerak bibir. Bahasa
isyarat bukan bahasa yang digunakan seperti
menggunakan suara untuk berkomunikasi. Disabilitas
tunarungu adalah yang menggunakan bahasa ini, biasanya
dengan menggambungkan bentuk tangan dan gerak
tangan, lengan, tubuh, serta ekspresi wajah untuk
mengungkapkan pesan dalam berkomunikasi dalam
pikiran mereka (Setyawan, Tolle, & Kharisma, 2018).
Dalam Jurnal (Sugianto & Samopa, Analisis Manfaat
dan Penerimaan Terhadap Implementasi Bahasa Isyarat
Indonesia Pada Latar Belakang Komplek Menggunakan
Kinect dan Jaringan Syaraf Tiruan, 2015), Bahasa isyarat
termasuk dalam komunikasi non verbal karena merupakan
bahasa yang tidak mempergunakan lisan. Didalam bahasa
50
isyarat belum ada bahasa isyarat internasional
dikarenakan setiap daerah bahkan negara masih memiliki
bahasa isyaratnya sendiri dan belum tentu sama dengan
bahasa isyarat yang lain. Misalkan dalam bahasa isyarat
yang digunakan di Indonesia mungkin ada beberapa yang
sama maknanya dengan bahasa isyarat di Amerika, tetapi
tidak di negara lain. Bahasa isyarat biasanya berkembang
dengan lingkungan dan bahasa dari budaya setempat.
Terdapat beberapa bahasa isyarat yang digunakan
diantaranya American Sign Language (ASL), French Sign
Language (LSF), German Sign Language (DGS) dan
Arabic Sign Language(ArSL).Dalam berbahasa isyarat
harus mengenali beberapa karakteristik dari anggota tubuh
manusia yang bisa membedakan dalam penggunaan
bahasa isyarat yang satu dengan yang lain. Anggota tubuh
tersebut meliputi penampil (tangan atau bagian tangan
yang digunakan untuk membentuk isyarat), posisi
(kedudukan tangan atau kedua tangan pada waktu
melakukan komunikasi), tempat (bagian badan atau arah
akhir isyarat), arah (gerak seseorang ketika
berkomunikasi), mimik muka, gerak tubuh dan kelenturan
dari gerakan pada saat melakukan komunikasi.
Isyarat didefinisikan secara sederhana sebagai
penggunaan dari tangan, lengan dan terkadang bagian
kepala untuk membuat suatu tanda (Danesi, 2012). Ada
dua jenis bahasa yang digunakan di Indonesia dan dipakai
51
oleh teman Tuli yaitu, BISINDO (Bahasa Isyarat
Indonesia) dan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia).BISINDO dikembangkan oleh teman Tuli
melalui GERKATIN (Gerakan Untuk Kesejahteraan
Tunarungu Indonesia) dan SIBI dibuat dari hasil rekayasa
teman dengar yang sama dengan sistem isyarat di
Amerika (ASL).
2. Bahasa Isyarat Indonesia
Bahasa Isyarat Indonesia atau yang sering dikenal
dengan sebutan BISINDO. Bahasa Isyarat ini berguna
sebagai sarana atau alat yang digunakan oleh teman Tuli
untuk berkomunikasi dengan gerakan bibir, gerakan
tubuh, gerakan tangan dan juga hal yang terpenting yaitu
ekspresi wajah. BISINDO dirancang oleh komunitas
teman-teman Tuli di Indonesia yang tidak puas dengan
keefektifan SIBI sebagai sarana komunikasi mereka dan
dianggap sebagai bahasa isyarat yang alami atau bahasa
ibu untuk teman-teman Tuli lainnya.
Menurut Dewan Pengurus Daerah Gerakan untuk
Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (DPD GERKATIN)
BISINDO adalah sistem komunikas yang praktis dan
efektif untuk teman Tuli yang ada di Indonesia dan
sebagai komunikasi yang bisa dipahami dengan teman
52
Tuli maupun teman dengar. Bahasa isyarat ini berawal
dari bahasa ibu tunarungu yang penggunaannya
disesuaikan dengan pemahaman dari bahasa yang teman
Tuli pahami tanpa memberikan stuktur imbuhan bahasa
Indonesia (Mursita, 2015).
Dalam pemakaian BISINDO dianggap oleh teman Tuli
bahwa bahasa inilah yang mewakili budaya mereka di
Indonesia. BISINDO dianggap sebagai bahasa isyarat
yang muncul secara alami dari interaksi teman Tuli
dengan lingkungannya sejak kecil. Pemakaian BISINDO
seperti memiliki keunikan dari setiap daerahnya dan
mempunyai keragaman. Hal inilah yang membuat teman
Tuli banyak menyukai BISINDO dari pada SIBI
(Gumelar, Hafiar, & Subekti, 2018).
53
Gambar 2.1 Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)
Abjad (Almuharam, 2019)
Gambar 2.2 Bahasa Isyarat Indonesia
(BISINDO) Angka (Krisnan, 2019)
54
3. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
SIBI merupakan bahasa isyarat yang diciptakan oleh
Alm. Anton Widyatmoko. Beberapa tahun yang lalu
teman Tuli sudah terlebih dahulu memakai kamus Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). Kamus SIBI diterbitkan
oleh pemerintah dan sudah digunakan oleh siswa-siswa
yang bersekolah di SLB/B di Indonesia. Keberadaan
bahasa isyarat ini begitu populer di sekolah-sekolah
SLB/B karena digunakan sebagai pengantar materi
pembelajaran bagi siswa Tuli (Winarsih, 2007).
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) merupakan
salah satu media yang selama ini membantu teman Tuli
berkomunikasi di dalam masyarakat yang lebih luas
(Nasional D. P., 2002). Wujudnya adalah aturan yang
sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan
berbagai gerak dalam melambangkan kosa kata dari
makna bahasa Indonesia.
Menurut Hakim, Lukman, Samino, dkk (2008), tata
makna dalam Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI),
yaitu pemberian kata-kata dengan makna yang sama,
pemberian kata-kata yang sama dengan makna yang sama
dilambangkan dengan isyarat yang sama dan beberapa
kata yang memiliki makna yang berlawanan diisyaratkan
dengan penampil dan tempat yang sama, tetapi arah
gerakannya yang berbeda (Mursita, 2015).
55
Gambar 2.3 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)
Abjad (Krisnan, 2019)
Gambar 2.4 Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)
Angka
57
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. GERKATIN
1. Sejarah Terbentuknya
Tuna Rungu atau Tuli adalah seseorang yang
kehilangan daya pendengarannya saat sejak masa
kelahiran yang disebabkan oleh takdir dan faktor lainnya,
seperti musibah, sakit, kecelakaan dan lanjut usia. Orang
Tuna Rungu/Tuli terlihat jelas banyak menrima
ketertinggalan dalam berbagai informasi, komunikasi
yang menggunakan verbal juga menjadi halangan. Tetapi
walaupun teman Tuli di dalam sisi yang tidak
menguntungkan, ada pepatah yang sesuai “raga boleh
cacat asal jiwanya tidak cacat”, pepatah inilah yang
memberikan mereka semangat untuk mengejar
ketertinggalan dan sanggup memiliki kesetaraan dengan
orang yang mempunyai pendengaran normal melalui
pendidikan yang mendapatkan akses bervisualisasi antara
lain membaca bibir (oral), menulis, membaca teks
berjalan dan berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Sebelum organisasi yang bernama GERKATIN ini
terbentuk, ada beberapa organisasi tuna rungu Indonesia
yang bersifat kedaerahan yang sudah terbentuk pada tahun
1960, yaitu SEKATUBI (Serikat Kaum Tuli Bisu
58
Indonesia) yang didirikan di Bandung, PTRS (Persatuan
Tuna Rungu Semarang) yang didirikan di Semarang dan
PEKATUR (Perkumpulan Kaum Tuli Surabaya) yang
didirikan di Surabaya.
Dikarenakan banyaknya komunitas organisasi tuna
rungu yang bersifat kedaerahan, maka beberapa pimpinan
dari organisasi-organisasi ini sepakat untuk mengadakan
Kongres Nasional I pada tanggal 23 Februari 1981 di
Jakarta. Hasil dari kongres tersebut membuat beberapa
keputusan. Salah satu keputusannya adalah
menyempurnakan nama organisasi-organisasi pada tiap
daerahnya menjadi satu nama, yaitu GERKATIN yang
mempunyai kepanjangan dari Gerakan untuk
Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia atau dalam bahasa
Inggrisnya yaitu IAWD (Indonesian Association for the
Welfare of the Deaf). Dalam perkembangan selanjutnya,
GERKATIN/IAWD telah resmi terdaftar sejak tahun 1983
sebagai anggota dari WFD (World Federation of the
Deaf), dalam bahasa Indonesia berarti Federasi Tuna
Rungu se-Dunia yang bertempat di Helsinki, Finlandia
GERKATIN berada di Jalan Rancho Indah Dalam No.
47 BC Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Pada saat ini
mempunyai DPP tingkat provinsi dan tingkat
kota/kabupaten. (Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna
Rungu Indonesia).
59
2. Visi dan Misi
a. Visi
1) Mencapai kesetaraan kesempatan dalam semua
aspek kehidupan dan penghidupan.
2) Menciptakan organisasi tuna rungu yang madani.
3) Menjadikan organisasi Nasional yang bermitra
dengan pemerintah dan non pemerintah untuk
mewujudkan tercapainya kesetaraan dalam
kesempatan, meningkatkan kesejahteraan dan
kompetensi tuna rungu dalam segala aspek
kehidupan dan penghidupan.
b. Misi
1) Memberdayakan tuna rungu agar dapat turut
berperan aktif selaku insan pembangun yang
berintegrasi, mandiri dan produktif di era
globalisasi.
2) Meningkatkan kepedulian dan kesadaran
masyarakat umum melalui media sosial dan
informasi tentang kemampuan tuna rungu
menggunakan bahasa isyarat dalam
berkomunikasi.
3) Meningkatkan peran tuna rungu dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4) Meningkatkan fungsi Bahasa Isyarat Indonesia
(BISINDO) sebagai bahasa utama diantara para
60
tuna rungu maupun diantara tuna rungu dengan
non tuna rungu berkomunikasi.
c. Tujuan
1) Menggali dan meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) tuna rungu Indonesia.
2) Berperan aktif membantu melaksanakan usaha-
usaha Pemerintah dalam program pengembangan
kesejahteraan sosial bagi tuna rungu di Indonesia.
3) Mengupayakan pemenuhan hak-hak tuna rungu
Indonesia.
4) Untuk mencapai tujuannya GERKATIN dapat
membentuk lembaga atau badan usaha demi
menunjang kesejahteraan tuna rungu Indonesia.
d. Landasan Hukum
1) Hasil Kongres Nasional I GERKATIN, Tahun
1981;
2) Akta Notaris Anasrul Jambi Nomor 12 tertanggal
5 Maret 1985;
3) Pengesahan Kementrian Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 192/D,III.2/VII/2009 tertanggal
30 Juli 2009;
4) Pengesahan dari Kementrian Hukum dan HAM
RI Nomor Register AHU-166.AH.01.06 Tahun
2010 tertanggal 20 Desember 2010;
61
5) Undang-Undang No. 19 Tahun 2011 Tentang
Konvensi Hak Disabilitas (Gerakan untuk
Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia).
B. Struktur Organisasi
GERKATIN sendiri mempunyai 68 DPC. Seluruh
Indonesia sudah ada DPC GERKATIN dan seluruh DPC
hanya mempunyai 20 anggota. Di Dewan Pengurus Pusat
(DPP) GERKATIN mempunyai 20 anggota. Dibawah ini
struktur organisasi dari DPP GERKATIN (Prasetyo &
Redjeki, Struktur Organisasi GERKATIN, 2019)
Ketua Umum : Bambang Prasetyo
Wakil Ketua Umum : Juniati Effendi
Sekretaris Umum : Tori Hermawan
Wakil Sekretaris Umum : Wilma Redjeki
Bendahara Umum : Dhita Indriyanti
Wakil Bendahara Umum : Achmad Iwan
Koordinator Bidang-Bidang
1. Aksesibilitas : Irdanelly
2. Tenaga Kerja : Ira Putri
3. Kepemudaan : Phieter Angdika
62
4. Olahraga : Kumala Manurung
5. Pendidikan : Panji Surya Sahetapy
6. Organisasi : Tori Hermawan
7. Humas dan Publikasi : Panji Surya Sahetapy
8. Kewanitaan : Lidya Miranita
9. Teknologi Infokom : Abdul Abbas
10. Pendataan : Dimas Hendrayanto
11. Hubungan Internasional : Iwan Sartyawan
12. Ekonomi : Fedayen Alquasi
C. Program Kerja
GERKATIN mempunyai beberapa program kerja yang
dapat membantu teman-teman Tuli agar mendapatkan
hak-hak yang setara (Putri, 2014), yaitu:
a) Tenaga Kerja
Dalam program ketenagakerjaan, GERKATIN
menyalurkan dan menempatkan teman Tuli dalam bidang
salon, menjahit, make up, kayu, bengkel dan lain-lain
pada industri atau perusahaan-perusahaan yang telah
bekerja sama. Serta menjadikan teman Tuli sebagai guru
yang mengajarkan BISINDO.
b) Kesehatan
GERKATIN dalam program ini mengusahakan
memberikan teman Tuli pelayanan bebas biaya atau
63
meringankan biaya dalam perawatan dan penyediaan alat
bantu dengar.
c) Kewanitaan
GERKATIN mendirikan seksi kewanitaan untuk
melindungi dan memberikan payung hukum bagi teman
Tuli yang mengalami kekerasan dan mendata teman Tuli
yang berjenis kelamin wanita yang ada di Indonesia.
d) Seni Budaya
Dalam program ini GERKATIN memberikan akses
kepada teman Tuli untuk berkreasi dan berekspresi,
mengaktifkan peranan seniman dan menyelenggarakan
pentas seni pada tingkat daerah hingga Internasional.
e) Pendidikan
GERKATIN telah bekerja sama dengan Kementrian
Pendidikan untuk memberikan beasiswa kepada teman
Tuli yang mempunyai orang tua Tuli juga. Biasanya
beasiswa tersebut berjumlah Rp 1.000.000-, per-orangnya.
f) Hubungan Masyarakat
GERKATIN mempunyai misi untuk mempublikasikan
tentang teman Tuli kepada masyarakat melalui media
elektronik, pelatihan teknologi informasi dan komunikasi,
mengedarkan brosur dan membuat website resmi.
64
g) Kepemudaan
GERKATIN mendirikan seksi kepemudaan pada
tingkat pusat, daerah dan cabang, melakukan pendataan
keanggotaan kepada teman Tuli yang berusia 17-35 tahun
dan mengadakan acara perkemahan antar anggota
GERKATIN untuk meningkatkan rasa kekeluargaan.
h) Organisasi
GERKATIN mengadakan sosialisasi undang-undang
dan peraturan pemerintah dengan mitra terkait, mereka
juga mengadakan rakernas untuk membuat laporan
berkala tentang aktifitas dan keuangan, serta melakukan
komunikasi aktif antara organisasi pusat daerah dan
cabang. Selain itu, GERKATIN juga berperan aktif secara
luas sebagai mitra kerja dengan pemerintah pusat atau
departemen terkait seperti yayasan sosial, WFD RS Asia
Pasifik dan yayasan pendidikan SLB/B.
i) Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)
GERKATIN melakukan kerja sama dengan mahasiswa
Universitas Indonesia untuk meneliti kosa kata BISINDO,
bekerja sama dengan tim proyek kamus bahasa Isyarat
Asia-Pasifik, mengumpulkan kosa Isyarat lokal,
menerbitkan buku pengantar BISINDO dan melatih teman
Tuli menjadi interpreter.
65
BAB IV
HASIL TEMUAN
Berdasarkan hasil temuan penulis melalui proses
penemuan data, observasi, wawancara dan studi dokumentasi
diperoleh suatu data mengenai dukungan sosial GERKATIN
yang diberikan kepada teman Tuli dan Pengaruh dari dukungan
sosial tersebut.
A. Informasi Informan
1. Nama : Bambang Prasetyo
Penyebab Tuli : Sudah dari lahir
Golongan Tuli : Tuli Berat
2. Nama : Wilma Redjeki
Penyebab Tuli : Sudah dari lahir
Golongan Tuli : Tuli Berat
3. Nama : Iwan Satryawan
Penyebab Tuli : Sakit demam
Golongan Tuli : Tuli Berat
4. Nama : Michelle Layanto
Penyebab Tuli : Kecelakaan saat berenang
Golongan Tuli : Total
5. Nama : Dimas Hendrayanto
Penyebab Tuli : Pada saat bayi jatuh
Golongan Tuli : Tuli Berat
6. Nama : Adhi Kusumo Bharoto
66
Penyebab Tuli : Sudah dari lahir
Golongan Tuli : Tuli Berat
Dalam bab ini, penulis memaparkan hasil temuan dengan
menggunakan teori yang dikemukakan oleh Sarafino yang telah
di paparkan pada Bab 2 halaman 26. Adapun sub bab yang akan
dibahas diantaranya ialah mengenai macam-macam aspek
dukungan sosial GERKATIN kepada teman Tuli yaitu, dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental,
dukungan informatif, dukungan kelompok serta membahas
pengaruh yang dirasakan teman Tuli setelah bergabung dalam
GERKATIN. Dari beberapa dukungan sosial GERKATIN kepada
teman Tuli dapat dianalisa bahwa:
B. Dukungan Sosial
a. Dukungan Emosional
Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan
merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan
dicintai, memberi bantuan dalam bentuk semangat. Seperti
ungkapan pada saat wawancara berikut ini:
“Saya sih suka ya kalau ada kegiatan kayak gini.
Bisa sharing sama teman dengar juga. Dulu waktu
saya masih muda mana ada acara kayak gini.
GERKATIN bantu semua teman Tuli merasa
dipedulikan sih….kan temanya belajar untuk
ngedit video, ini juga dari acara kominfo, jadi ya
kominfo aja bisa peduli sama kita pasti yang lain
juga. Saya rasa pasti tahun-tahun berikutnya
semakin banyak acara yang sengaja dibuat untuk
memperdulikan dan memperhatikan teman Tuli”
67
ungkapan Kak Adhi dengan berkomunikasi
menggunakan BISINDO (Bharoto, 2019).
Dalam wawancara ini saya berkomunikasi
langsung dengan Kak Adhi selaku Juru Bahasa Isyarat
(JBI) yang memandu acara. Wawancara ini saya dan
informan berkomunikasi dengan BISINDO. Terlihat jelas
bahwa informan tersebut percaya diri untuk
berkomunikasi dengan teman dengar karena sudah
terbiasa untuk bersosialisasi. Kak Adhi selama wawancara
menunjukan gestur tubuh yang tegap dan terlihat menarik
untuk mengungkapkan bagaimana acara ini memberikan
dukungan emosial kepada dirinya maupun teman Tuli
lainnya.
Gambar 4.1
Sumber: Instagram Handai Tuli
68
Gambar diatas adalah contoh acara yang di adakan
oleh organisasi eksternal yang bekerja sama dengan
GERKATIN yang mana orang-orang yang ada di Handai
Tuli sebagian juga anggota dari GERKATIN. Kegiatan
tersebut di adakan pada hari Sabtu tanggal 20 April 2019
di Museum Penerangan TMII. Peserta yang datang
merupakan teman dengar dan teman Tuli. Acara ini
bertujuan untuk teman Tuli maupun dengar bisa belajar
bagaimana cara membuat dan meng-edit video. Di dalam
kegiatan ini terlihat bahwa teman-teman Tuli banyak
berinteraksi kepada narasumber maupun teman dengar
karena mereka merasa nyaman berada di kegiatan
tersebut.
“GERKATIN juga memberikan saya teman
sharing yang berpengalaman. Contohnya saat
saya ingin mengambil S2 dan tidak percaya diri
menghadapi IELTS, saya sharing dengan Laura
dan dia membantu saya dengan menceritakan
caranya menghadapi tes tersebut. Laura juga
meminjamkan buku-buku dan menawarkan diri
untuk menemani saya mengunjungi lembaga
tersebut. Saya merasa mempunyai teman untuk
memberikan semangat kepada saya.” (Layanto,
2019).
Adanya GERKATIN sangat membantu teman-
teman Tuli untuk sharing apa saja yang mereka belum
mengetahui dan memberikan dukungan lebih agar teman-
teman Tuli juga bisa bersemangat dalam melalukan
sesuatu, seperti contoh wawancara di atas.
69
“Di GERKATIN saya mendapat kekuatan dan
pelajaran yang tidak henti-henti. Dari awal mula
saya tidak bisa Bahasa Isyarat, lalu diajarkan
sampai benar-benar bisa dan sekarang mampu
mengajarkan dan mentransfer ilmu saya dalam
berbagai acara seminar atau kelas Bahasa Isyarat
kepada teman Tuli lainnya bahkan teman dengar.
Saya bangga bisa menjadi salah satu dari bagian
lembaga ini.” (Hendrayanto, 2019).
Dalam wawancara kali ini, saya mewawancarai
Kak Dimas. Beliau adalah guru Bahasa Isyarat yang
mengajar BISINDO dasar. Pada saat mewawancarai Kak
Dimas, saya mendapatkan bantuan dari teman dengar
yang sudah lancar berbahasa Isyarat, dikarenakan
informan tersebut tidak terlalu mengerti kalimat yang saya
gunakan. Disini terlihat bahwa Kak Dimas lebih nyaman
ditemani oleh teman dengar yang ditunjuk langsung
olehnya agar informasi yang disampaikan dapat
dimengerti. Sempat ada gerakan garuk-garuk kepala pada
saat wawancara ini karena informan berusaha mengingat
kejadian yang dialaminya.
b. Dukungan Penghargaan
Dukungan ini didapatkan dari seseorang ketika
memberikan penghargaan positif kepada orang lain,
dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan
individu dan memberikan rasa bernilai. Berikut hasil
wawancara antara penulis dan anggota GERKATIN:
70
“GERKATIN memberikan akses kepada seluruh
anggota dan teman Tuli lainnya untuk belajar
BISINDO yang diadakan oleh Pusat Bahasa
Isyarat Indonesia atau yang disingkat menjadi
PUSBISINDO. PUSBISINDO sendiri adalah
naungan yang ada di bawah GERKATIN. Setelah
bisa bahasa Isyarat, GERKATIN memberikan
kesempatan untuk kami, para anggota mengajar
kelas bahasa Isyarat yang sudah berjalan sejak
lama. Maka dari itu GERKATIN memberikan
kesempatan yang berharga bagi seluruh anggota-
anggotanya.” (Layanto, 2019).
Gambar 4.2
Sumber: Dokumen Pribadi, Mei 2019.
71
Gambar 4.3
Sumber: Dokumen Pribadi, Mei 2019.
Seperti inilah suasana kelas yang ada di salah satu
tempat belajar Bahasa Isyarat yaitu, ACE PPKM. Tempat
ini adalah salah satu pusat pembelajaran BISINDO untuk
teman dengar maupun teman Tuli. ACE PPKM berada di
Jalan Pasar Minggu No. 39 A, Jakarta Selatan. Para
pengajar adalah anggota dari GERKATIN yang sudah
mahir dengan BISINDO. Siswa-siswa yang di ajarkan
pada foto diatas adalah teman dengar. Satu kelas biasanya
hanya berisi 20 sampai 25 orang. Terlihat bahwa pengajar
dan siswa berkomunikasi langsung dengan BISINDO.
Kelas BISINDO sudah ada 9 angkatan yang di buka
pendaftarannya setiap 3 bulan sekali dalam setahun.
“Para anggota yang ada di GERKATIN yang
sudah belajar lama BISINDO dan sudah mahir,
72
sengaja diberikan kesempatan untuk mengajar di
kelas-kelas teman dengar. Mereka di bagi
dibeberapa tempat perwilayah dari DPC
GERKATIN dan juga kelas Bahasa Isyarat yang
diadakan di ACE PPKM, Koptul dan Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia.” (Satryawan, 2019).
Pada kesempatan kali ini saya mewawancarai
langsung Pak Iwan sebagai guru BISINDO level 3 di
ACE PPKM. Terlihat disini bahwa beliau sudah mahir
Bahasa oralnya yang membuat saya sebagai teman dengar
sangat mengerti apa yang disampaikannya. Terkadang
jika saya tidak mengerti maksud BISINDO yang
disampaikan, beliau langsung berkomunikasi dengan
Bahasa oral. Berkomunikasi dengan Pak Iwan dengan
cara komunikasi terfokuskan, karena saat berkomunikasi,
Pak Iwan hanya melihat dan fokus dengan teman
bicaranya.
Teman-teman Tuli yang sudah mahir dan mengerti
kebudayaan Tuli sangat di anjurkan untuk mengajar
teman-teman Tuli maupun teman dengar agar terus
mengasah kemahiran berbahasa. GERKATIN
mengapresiasikan teman Tuli yang sudah bisa BISINDO
untuk terjun langsung mengajar. Dari contoh seperti itulah
teman Tuli diberikan dukungan penghargaan dari
GERKATIN.
73
c. Dukungan Instrumental
Dukungan ini didefinisikan sebagai dukungan yang
memberikan bantuan langsung seperti pinjaman uang atau
memberikan pertolongan dan membantu individu
melaksanakan aktifitasnya. Wawancara antara penulis dan
anggota GERKATIN sebagai berikut:
“Jika anggota sulit untuk mencari pekerjaan,
GERKATIN pernah memberikan akses untuk
mereka mencari pekerjaan. Seperti contoh waktu
itu ada lowongan Carrefour sekitar tahun 2012
yang memperbolehkan Tuli mendaftar.
GERKATIN memberi tahu informasi kepada
anggota untuk ikut daftar lowongan tersebut. Dan
hasilnya ada beberapa yang bisa bekerja disana.
Sampai sekarang masih ada teman Tuli yang
bernama Ahmad Ridwan bekerja di Carrefour
Lebak Bulus dengan hasil mencari informasi dari
GERKATIN.” (Prasetyo, 2019).
Dengan melakukan wawancara bersama Pak
Bambang, beliau berusaha untuk mengeluarkan suara
yang beliau miliki. Pak Bambang juga sangat mahir dalam
berkomunikasi menggunakan Bahasa oral. Pada saat
memberikan informasi mengenai lowongan pekerjaan,
beliau sering mengerutkan dahi dan juga menggerakan
matanya seperti berusaha mengingat bagaimana
GERKATIN memberikan dan mencarikan informasi
lowongan pekerjaan kepada anggotanya.
74
GERKATIN pernah mendapatkan informasi
mengenai lowongan pekerjaan di pusat perbelanjaan
Carrefour yang menerima teman Tuli untuk
berkesempatan bekerja. Terlihat dari data yang ada bahwa
teman Tuli yang mendaftar pada tahun 2012 sekitar 10
orang dan yang di terima 3 orang.
“Waktu itu ada salah satu anggota yang rumahnya
kebakaran, terus saya dikabarkan kalau anggota
itu sangat butuh bantuan. Apalagi bantuan secara
materi. Pasti kan butuh banget. Terus saya coba
hubungin ketua GERKATIN, tanya apa yang harus
dilakuin. Eh katanya suruh ngabarin yang lain
terus kumpulin iuran sukarela biar membantu
yang kena musibah. Akhirnya saya tanyain di
grup, untungnya anggota yang lain juga setuju
sama arahan Pak Bambang. Yauda abis itu
kumpulin iuran terus datengin tempat kejadian.
Disitu anggota yang dapat musibah tadinya sedih
tapi karena kita datang, jadinya dia terhibur.
Apalagi setelah tau kita kasih bantuan, dia
akhirnya terima kasih banget sama kita.”
(Hendrayanto, 2019).
Terlihat pada contoh di atas bahwa GERKATIN
sudah memberikan bantuan kepada para anggota untuk
menolong dan meringankan masalah yang menimpa para
anggota maupun pengurus. Dan juga dalam
pengungkapan wawancara, Kak Dimas terlihat beberapa
kali tersenyum seperti menandakan bahwa senang
mengungkapkan cerita tersebut.
75
“Setiap satu tahun sekali ada program dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu
memberikan program beasiswa kepada Tuli yang
bapak ibunya Tuli atau hanya anak dan bapaknya
saja yang Tuli. Anak-anak yang ikut program
tersebut diberikan tunjangan satu juta rupiah
melalui GERKATIN.” (Prasetyo, 2019).
Melalui data yang diberikan oleh ketua
GERKATIN bahwa pernyataannya tentang wawancara
diatas, maka organisasi ini sebenarnya sudah mencari dan
memberikan akses pada anak-anak Tuli yang kurang
mampu agar bisa menempuh pendidikan.
“Teman Tuli juga ada yang membuka usaha
seperti Kopi Tuli (Koptul) dan Sunyi Coffee.
Pemilik usaha tersebut bukan pengurus atau
anggota GERKATIN. Tetapi dengan adanya
Coffee Shop tersebut, teman Tuli mendapatkan
lapangan pekerjaan seperti barista di tempat
tersebut. Koptul berdiri sejak 2018 dan Sunyi
Coffee beroperasi pada tahun 2019. Kami juga
sering berkumpul disana.” (Redjeki, 2019).
Berdasarkan artikel yang penulis dapatkan dari website
(indonesiadevelopmentforum.com, 2019) dan (Ade Indra
Kusuma, 2019) bahwa Koptul dan Sunyi Coffee memberikan
dampak positif kepada teman Tuli seperti mereka bisa
berinteraksi disana dan mengajarkan orang-orang yang mau
datang untuk belajar BISINDO. Bahkan menurut observasi
penulis, GERKATIN bekerja sama dengan Koptul untuk
membuka kelas belajar BISINDO untuk teman dengar. Berita di
bawah adalah beberapa data yang penulis dapat.
76
Gambar 4.4
Sumber: https://indonesiadevelopmentforum.com
Gambar 4.5
Sumber: https://www.suara.com
77
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka
GERKATIN membantu anggotanya dengan mencarikan
pekerjaan dan juga melaksanakan iuran serta memerikan
kesempatan menjadi pengisi acara komersil. Dengan hal
tersebut GERKATIN telah menolong dan memberikan
bantuan kepada anggotanya agar mereka dapat berdaya
dan menghasilkan karya yang bisa di komersilkan untuk
pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan.
d. Dukungan Informatif
Dukungan informatif di definisikan ketika individu
membutuhkan sesuatu maka orang lain memberikan
informasi, nasehat, arahan, saran, sugesti atau umpan
balik dari individu lainnya.
1. JBI
JBI atau yang sering disebut sebagai juru bahasa
Isyarat adalah salah satu yang dibutuhkan oleh
teman Tuli untuk melaksanakan komunikasi.
GERKATIN bekerja sama dengan PLJ (Pusat
Layanan Bahasa Isyarat) menyediakan JBI untuk
dipekerjakan di Televisi. Melalui JBI ini
GERKATIN memberikan dukungan sosial untuk
teman Tuli mengakses informasi atau berita yang
ada. Seperti pemaparan berikut:
“JBI di Televisi merupakan kemajuan yang
baik. Informasi-informasi dapat diakses
78
oleh teman-teman Tuli meskipun tidak
semuanya. Maksudnya tidak semua karena
masih ada yang belum bisa berbahasa
Isyarat. Saya sendiri adalah JBI dan
mendapatkan respon positif dari teman-
teman. Saya memulai karir sebagai JBI
pada tahun 2016. Saya sudah mengisi
beberapa acara seperti di Buletin Inews
siang stasiun televisi GTV dan Inews siang
di RCTI dengan jadwal hari sabtu dan
minggu. Biasanya setiap tampil di televisi
fee yang diberikan sekitar 150 sampai 400
ribu rupiah perepisode. Tetapi tidak semua
tempat saat saya mengisi acara sebagai
JBI selalu di bayar, ada juga yang tidak
mendapatkan fee.” (Bharoto, 2019).
Gambar 4.6
Sumber: Instagram Plj.indonesia.
Salah satu dukungan sosial yang diberikan oleh
GERKATIN adalah adanya akses bagi teman Tuli untuk
79
memberikan informasi melalui JBI yang ada di bawah
naungan PLJ. Terlihat bahwa GERKATIN memberikan
dukungan ini melalui media sosial dan menyediakan JBI.
Tujuan dukungan ini adalah untuk mempermudah anggota
untuk memperoleh informasi seputar kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh GERKATIN dan memberikan
informasi yang ada di Televisi melalui JBI.
“Kalau mau jadi JBI bisa ikut ke PLJ dulu.
PLJ itu Pusat Layanan Bahasa Isyarat. JBI
ini tuh bantu banget teman Tuli yang gak
bisa komunikasi atau gak ngerti sama isi
acara. Sekarang mah banyak yang pake
JBI karena mereka mulai dikenal sama
pihak-pihak yang mau adain acara.”
(Satryawan, 2019).
Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota JBI dan
merupakan anggota GERKATIN dapat dikatakan bahwa
tayangan yang mengikutsertakan JBI sangat memberikan
informasi kepada teman-teman Tuli untuk mengakses
berita yang ada. JBI adalah jembatan simbiosis
mutualisme bagi teman Tuli dan teman dengar saat
melakukan komunkasi dalam mentransfer informasi di
suatu acara. Sebab,tidak semua teman dengar dapat
paham dan fasih dengan Bahasa Isyarat begitupun teman
Tuli yang tidak bisa mendengar suara narasumber dan
akan sangat sulit kala mengikuti acara yang
diselenggarakan.
80
2. Buku Kamus BISINDO
Kamus BISINDO di buat oleh PUSBISINDO
melalui GERKATIN. Kamus ini sengaja di buat
untuk memudahkan teman-teman Tuli yang hanya
bisa SIBI dan mau belajar BISINDO. Biasanya
kamus ini di sediakan untuk teman-teman Tuli
maupun dengar yang mengikuti kelas BISINDO.
Berikut hasil wawancara penulis.
“Kami bekerja sama dengan Laboratorium
Riset Bahasa Isyarat (LRBI) Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas
Indonesia dengan GERKATIN dan didanai
oleh The Nippon Foudation. Di dalam
buku ini terdapat penjelasan tentang
Bahasa Isyarat Indonesia. Hal ini
memudahkan untuk semua orang yang mau
belajar BISINDO dasar. Buku ini dibuat
berdasarkan riset dari teman Tuli dan
teman dengar yang bekerja di LRBI UI.”
(Satryawan, 2019).
3. Brosur
Salah satu informasi yang bisa di dapatkan untuk
mengetahui secara garis besar GERKATIN bisa di
lihat dari brosur yang mereka buat. Sebagaimana
yang dipaparkan sebagai berikut:
“GERKATIN mempunyai program seperti
membuat brosur untuk dibawa ketika ada
kegiatan-kegiatan seperti pameran, Car
Free Day (CFD), penampilan teater 7 dan
81
seminar. Ituberguna untuk
memberikanengagement kepada partner
kerja sama.” (Redjeki, 2019).
4. Media Sosial
Adapun bentuk media sosial yang diberikan adalah
WhatsApp Group, Instagram dan Email.
a) WhatsApp Group
Dalam hal berkomunikasi, WhatsApp Group lebih
sering digunakan oleh anggota dan pengurus
GERKATIN untuk berinteraksi mengenai rencana
kegiatan yang akan dilaksankan. Karena
perkembangan zaman dan untuk mempersingkat
waktu maka pengurus GERKATIN sepakat untuk
menggunakan perangkat yang ada dalam
berdiskusi atau berbagi informasi lainnya. Media
sosial ini juga memberikan informasi untuk temu
sapa antara anggota dan pengurus, sebagaimana
yang dipaparkan oleh pengurus GERKATIN
berikut ini:
“Karena media sosial yang paling
gampang adalah WhatsApp Group maka
kami suka berbagi informasi
disini.WhatsApp grup ini dibuat pada
tahun 2015 dan sudah ada 20 anggota
yang ada dalam group DPP GERKATIN.
Mayoritas semua anggota dan pengurus
punya WhatsApp jadi lebih sering janjian
untuk temu sapa disini. Seperti ngumpul di
Koptul atau Sunyi Coffe.”.
82
Gambar 4.7
Sumber: Iwan Satryawan, Juli 2019.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa adanya WhatsApp
Group bisa menjadi jembatan media diantara pengurus
dan anggota untuk melakukan komunikasi dalam
melakukan kegiatan temu sapa membahas apapun.
b) Instagram
Instagram menjadi media sosial yang paling sering
digunakan. Media sosial ini menjadi wadah untuk
83
pengurus dan anggota GERKATIN berbagi
informasi mengenai kegiatan atau acara yang akan
dilaksanakan. Seperti contoh yang ada di gambar
berikut:
Gambar 4.8
Sumber: Instagram DPP GERKATIN PUSAT
Berdasarkan dokumen yang ada di Instagram DPP
GERKATIN Pusat, maka banyak acara-acara yang bisa di
informasikan. Acara-acara tersebut seperti lomba untuk
teman Tuli, acara yang GERKATIN adakan di luar negeri
pada tahun 2016, diskusi yang diadakan oleh GERKATIN
bekerja sama dengan Universitas Indonesia pada tahun
2016, acara Hari Bahasa Isyarat Internasional pada tahun
2018, acara Hari Disabilitas Internsional pada tahun 2018
84
di Bekasi dan masih banyak acara-acara lainnya yang bisa
diketahui oleh pengurus, anggota GERKATIN maupun
teman Tuli lainnya melalui instagram.
Dan dengan adanya instagram terlihat sebagai
salah satu bentuk dukungan sosial GERKATIN yang
dapat mengumpulkan anggota dan teman Tuli lainnya
untuk berbagi informasi tentang akses teman Tuli,
menambah relasi untuk dunia pekerjaan dan
melaksanakan lomba bagi anggota maupun teman Tuli
yang ada di daerah Jakarta dan sekitarnya. Di dalam
media sosial instagram ini juga memiliki kontribusi untuk
menyebarkan informasi mengenai lowongan pekerjaan
seperti JBI (Juru Bahasa Isyarat).
c) Email
Email merupakan media yang jarang digunakan
oleh anggota GERKATIN untuk berbagi informasi
dan juga melakukan percakapan. Email hanya baru
biasa digunakan untuk keperluan birokrasi kepada
lembaga luar. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua
GERKATIN, sebagai berikut:
“Kami memanfaatkan email hanya untuk
keperluan birokrasi seperti, surat
undangan acara, rundown acara, atau
TOR untuk kami dari penyelenggara”
(Prasetyo, 2019).
85
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dilihat bahwa
belum begitu aktif kegiatan sharing di email karena
anggota merasa lebih efektif jika dilakukan melalui media
sosial lainnya. Whatsapp menjadi pilihan media sosial
utama untuk melakukan interaksi sesama teman tuli dan
biasa dilakukan perwilayah atau cabang GERKATIN.
Instagram menjadi pilihan jalur pintas interaksi serta
mewadahi tujuan komersil.
e. Dukungan Kelompok
Dukungan ini menyebabkan individu merasa ada didalam
sebuah kelompok dan merupakan bagian dari kelompok
tersebut dimana anggota-anggota lainnya dapat saling
berbagi. Sebagaimana yang dipaparkan sebagai berikut:
“Terkadang setelah acara workshop, seminar atau
mengajar kelas bahasa Isyarat anggota dan
pengurus GERKATIN berkumpul di Koptul dan
Sunyi Coffe untuk sekedar bermain agar lebih
terasa kekeluargaannya. Di kantor DPP
GERKATIN juga bisa kalau ada keperluan
sekaligus bertemu dengan pengurus dan anggota.
Biasanya teman Tuli lebih nyaman berkumpul
bersama dengan teman Tuli lainnya karena tidak
terkendala apapun” (Redjeki, 2019).
86
Berikut ini adalah media sosial dari Coffee ShopKoptul dan Sunyi
Coffee.
Gambar 4.9
Sumber: Instagram Koptu.id
87
Gambar 4.10
Sumber: Instagram Sunyi Coffee
Wawancara berikut ini adalah gambaran mengapa
GERKATIN perlu didirikan sebagai wadah kelompok dari
teman-teman Tuli yang ada di seluruh Indonesia.
“GERKATIN dibangun atas dasar kesadaran
teman Tuli untuk menjawab diskriminasi teman
dengar sebagai wadah untuk berlindung, belajar,
88
berdaya dan berkelompok dengan sesama Tuli,
berinteraksi dengan Isyarat. Organisasi ini berdiri
atas nama musyawarah untuk mengangkat
minoritas yang tak bisa dengar seperti saya, sebab
itu hampir semua hal saya termasuk orang yang
dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang
diampu oleh DPP GERKATIN. Kedua kalinya
saya sangat merasa dihargai sebagai seorang
manusia, di sini dan di keluarga saya.” (Prasetyo,
2019).
Dengan pemaparan hasil wawancara tersebut GERKATIN
sebenarnya belum ada tempat tersendiri untuk berkumpul. Tetapi
teman Tuli lainnya mempunyai tempat berkumpul untuk saling
sharing. Ketika GERKATIN memiliki kebijakan atau peninjauan
kembali mengenai aturan lembaga, anggota teman tuli diajak
untuk duduk diskusi terkait hal-hal yang akan berpengaruh pada
kebijakan yang nantinya akan dilaksanakan seluruh anggota dan
pengurus.
Saat teman-teman Tuli berkumpul, saya melihat bahwa
memang mereka sangat nyaman dan seperti leluasa untuk saling
berkomunikasi, bertukar informasi, memperhatikan satu sama
lainnya dan juga mereka tidak khawatir bagaimana orang lain
melihatnya. Mereka bisa tertawa lepas dan menghibur satu sama
lain saat berkumpul. Seperti waktu saya ikut berkumpul di Kopi
tuli, mereka memang sudah membuat janji antara teman-teman
lainnya. Mereka seperti sudah menunggu di meja masing-masing
untuk saling bertemu. Saat sedang menunggu, mereka hanya
fokus pada handphone. Tetapi saat teman-temannya sudah datang
89
mereka terlihat tersenyum sambil menyapa dengan ucapan halo
dengan BISINDO. Setelah itu mereka ada yang langsung sharing
menu makanan, ada yang langsung berbincang dan juga biasanya
mereka mengakhiri pertemuan itu dengan swafoto bersama.
C. Pengaruh Dukungan Sosial
1. Pengaruh langsung
Terciptanya hubungan antarpribadi dan hubungan yang
bersifat menolong. Hubungan tersebut dapat memudahkan
terciptanya tingkah laku yang lebih sehat. Seperti hasil
wawancara berikut ini:
“Bukan cuma setiap hari, hampir setiap saat
kami bertukar cerita dan menjalin komunikasi
untuk tau kabar satu sama lain lewat personal
chat WhatsApp ataupun di group kami. Lagi apa,
lagi dimana, sedang apa, sama siapa saja itu
sudah menjadi pertanyaan yang selalu ada di
notifikasi handphone saya. Bahkan, ketika saya
kehabisan bensin dan beri kabar lewat group pun
beberapa teman saya langsung datang ke lokasi
untuk bantu saya. Kami dekat bukan hanya
sekedar dalam cyrcle pertemanan, melainkan
sedekat keluarga.” (Hendrayanto, 2019).
Saling memberikan dukungan sudah selalu di
terapkan oleh teman-teman Tuli. Setiap bulan pasti teman-
teman Tuli selalu bertemu untuk saling menanyakan kabar
atau sharing tentang kendala yang mereka alami. Ketika
ada kegiatan teman Tuli juga bisa memanfaatkan waktu
90
mereka untuk bertemu dan bisa juga belajar dari acara
tersebut.
“Saat beberapa teman Tuli mengisi dan menjadi
narasumber maupun interpreteur JBI di suatu
acara, kami yang memiliki waktu luang pasti
hadir dalam acara tersebut hanya sekedar
memberikan support dengan cara menonton dan
menemani mereka yang sedang sibuk dalam
acara tersebut. Cara seperti ini sudah menjadi
budaya kami.” (Bharoto, 2019).
Bentuk jalinan komunikasi yang intensitas
interaksi dibangun secara terus-menerus membuat teman
Tuli saling memiliki keterikatan satu sama lain sehingga
kecenderungan tingkah laku pun juga ikut berangsur
menyelaraskan.
2. Pengaruh tidak langsung
Menghadapi orang yang sedang dalam masalah dengan
cara membantu mengatasi dan menghadapi stres yang
datang dengan mencoba membantu individu mempelajari
cara pemecahan masalah sebelum masalah-masalah
tersebut menjadi besar. Seperti hasil wawancara berikut
ini:
“Kemarin salah satu teman saya yang sedang
tegang terlihat dari ekspresi wajahnya dalam
menghadapi pra test ujian masuk salah satu
universitas di Jakarta saya ajak ngobrol dengan
teman Tuli lain di Sunyi Coffee dan saya minta
untuk sharing ketegangan dia ke teman-teman
91
supaya bisa relax dan dapat belajar dengan enjoy.
Benar saja ketika mendapat semangat dari kami,
dia langsung memisahkan diri dari bincang kami
dan mulai fokus dengan kertas-kertas soalnya.
Dan saya dengar juga kemarin dia sudah lolos di
salah satu kampus”. (Layanto, 2019).
Sifat keterbukaan dan empati dari pola hubungan
mereka membangun kesadaran akan mendampingi
sesama ketika ada masalah dan mengajak sharing
untuk memecahkan masalah tersebut dan membantu
pemangku masalah menyelesaikan perihal tersebut
sampai selesai.
3. Pengaruh Interaktif
Berupa dampak yang di jelaskan untuk mengurangi atau
memperbaiki dampak-dampak yang merugikan individu
dengan mengurangi kualitas dan kuantitas terhadap
sumber copying.
“Disini kami merasa bahwa GERKATIN hadir
bukan hanya sekedar untuk memberikan kami
harapan dan pelajaran, melainkan menjadikan
kami bagian dari GERKATIN itu sendiri. Teman
Tuli yang sudah bisa berbahasa Isyarat pun pasti
lebih mudah menjalin komunikasi dengan teman
dengar. GERKATIN pun adalah lembaga serius,
bisa terlihat dari jam terbang dan banyaknya
kerjasama dengan lembaga pemerintah atau tidak.
tanpa adanya MOU dimana-mana, mungkin teman
Tuli akan kesulitan secara finansial untuk
mengeluarkan uang banyak demi mengikuti kelas
92
dan acara terkait Bahasa Isyarat.” (Prasetyo,
2019).
Seperti visinya, GERKATIN datang untuk
mencapai kesetaraan dalam aspek kehidupan dan
penghidupan teman tuli dengan cara bermitra kepada
lembaga pemerintah maupun non pemerintah untuk
terjanlinnya kesepakatan bersama dalam meningkatkan
kesejahteraan teman tuli dengan fasilitas yang dinaungi
program-program di dalamnya yang bertujuan untuk
meng-edukasi dan mengubah cara pandang hidup teman
tuli agar mandiri dan berdaya dengan usaha sendiri.
GERKATIN berperan besar dalam proses penggalian
potensi serta dampak positif yang teman tuli dapatkan.
93
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas hasil temuan penelitian
yang telah di paparkan pada bab 4 yang dikaitkan pada landasan
teori yang telah penulis rancang yang ditulis dalam bab 2.
Pada bab 2 halaman 26, Hupcey (Peterson & Bredow,
2013)mendefinisikan dukungan sosial sebagai tindakan yang
diberikan secara sukarela kepada orang lain yang mempunyai
hubungan persoalan dengannya dan tindakan tersebut akan
membawa dampak positif baik secara langsung maupun tidak
langsung pada penerimanya.
Pada penelitian ini, penulis membatasi permasalahan
hanya pada dukungan sosial dalam 5 aspek yang dikemukakan
oleh Sarafino. Sarafino dan Smith mendifinisikan dukungan
sosial sebagai rasa nyaman yang didapatkan, rasa peduli, harga
diri dan pertolongan dari orang lain atau kelompok tertentu.
Dukungan sosial ini mengacu pada perasaan dan persepsi
seseorang mengenai kenyamanan, perhatian dan bantuan yang
diterima pada saat membutuhkannya. Aspek tersebut, yaitu
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental, dukungan informatif dan dukungan kelompok.
Dukungan sosial GERKATIN yang diberikan kepada
teman Tuli merupakan bentuk kepedulian yang di bangun oleh
94
semua pengurus GERKATIN untuk meningkatkan rasa nyaman,
rasa peduli, perhatian dan bantuan yang diterima antar sesama
anggota yang bergabung di GERKATIN. Bentuk dukungan yang
di berikan terlihat dari adanya banyak program kegiatan yang
telah dibuat oleh pengurus. Dan adanya acara-acara tertentu yang
melibatkan kerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya.
Dari lima aspek dukungan sosial diatas, dapat di bahas
bahwa:
A. Dukungan Sosial
a. Dukungan Emosional
Berdasarkan hasil temuan penulis, dukungan
emosional yang diberikan oleh GERKATIN kepada para
anggota yaitu adanya kegiatan-kegiatan yang bekerjasama
dengan organisasi lain yang bisa membuat teman Tuli
bertemu dan berinteraksi dengan masyarakat umum
menggunakan BISINDO, Bahasa yang mereka miliki.
Dalam penggunaan Bahasa Isyarat dalam kegiatan
tertentu, teman Tuli bisa sekaligus mensosialisasikan
Bahasa yang mereka miliki. Semakin banyak orang yang
tau maka semakin percaya diri teman Tuli untuk
melakukan aktifitasnya.
Adanya teman sharing antar sesama anggota
maupun pengurus yang membuat mereka merasa terbantu
untuk meringankan masalah seperti contoh pada bab 4
95
halaman 67, ketika salah satu anggota ingin menghadapi
tes maka diberikan masukan-masukan agar bisa
melaksanakan tes tersebut. Hubungan kelekatan dan
kekeluargaan yang di bangun oleh GERKATIN kepada
sesama anggotanya membuat mereka merasa terlindungi
dan di cintai oleh organisasi ini.
Seperti yang sudah dipaparkan pada bab 2
halaman 29, dukungan ini akan menyebabkan penerima
dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa
dimiliki dan dicintai, memberi bantuan dalam bentuk
semangat. Dalam pemberian dukungan ini GERKATIN
sudah mampu banyak memberikan anggotanya rasa
nyaman dan semangat dalam diri individu masing-masing
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sarafino.
b. Dukungan Penghargaan
Berdasarkan hasil temuan penulis, dukungan
penghargaan yang diberikan oleh GERKATIN kepada
para anggota terlihat dari adanya kesempatan teman Tuli
untuk belajar BISINDO yang di ajarkan oleh pengurus-
pengurus dan ketika mereka sudah mahir, maka
selanjutnya di anjurkan untuk mengajarkan kepada teman
dengar. Disini GERKATIN sebagai wadah yang
menjembatani teman Tuli untuk bisa bangkit dan
96
menunjukan kemampuan mereka dalam literatur
berbahasa Isyarat.
Adanya tempat-tempat untuk mengajarkan
BISINDO juga memberikan teman Tuli akses untuk
berkumpul, saling belajar bersama, bertemu dengan JBI
yang sudah senior dan membuat teman-teman Tuli merasa
bernilai. Dan juga ketika ada acara-acara besar yang
membutuhkan cendera mata, maka anggota-anggota dari
GERKATIN dilibatkan langsung untuk memproduksi dan
akhirnya memakai jasa mereka sebagai bentuk apresiasi
dari kemampuan yang mereka miliki. Teman Tuli sendiri
merasa sangat diberikan ruang oleh GERKATIN agar
mereka bisa menampilkan bakat atau kemampuan mereka.
Terlihat dari ketika penulis mendatangi acara yang dibuat
oleh GERKATIN, banyak cendera mata yang di
perlihatkan pada booth-booth tertentu.
Dukungan penghargaan yang sesuai dengan bab 2
halaman 30, yaitu dukungan seseorang ketika
memberikan penghargaan positif kepada orang lain,
dorongan atau persetujuan terhadap ide ataupun perasaan
individu. Dukungan ini menyebabkan individu
mendapatkan rasa percaya diri dan merasa bernilai.
Dukungan penghargaan yang diberikan GERKATIN
sudah dirasakan oleh anggotanya di lihat dari bab 4
gambar 2. 1 halaman 69 dan juga kutipan wawancara
97
halaman 70, anggota GERKATIN yang mahir BISINDO
sengaja diberikan kesempatan untuk mengajar di kelas-
kelas teman dengar.
c. Dukungan Instrumental
Dari hasil temuan lapangan penulis, dukungan-
dukungan instrumental yang diberikan oleh GERKATIN
kepada para anggotanya berupa diberikan informasi
mengenai lapangan pekerjaan untuk teman Tuli dan
memberikan akses untuk mereka mendaftar pada
lowongan tersebut. Dikarenakan masih banyaknya
perusahaan-perusahaan atau tempat kerja lainnya yang
tidak menerima disabilitas, maka GERKATIN terus
mencari info untuk anggota maupun teman-teman Tuli
lainnya untuk mendapatkan pekerjaan.
Adanya iuran yang diberikan secara suka rela
kepada teman-teman Tuli yang sedang berduka atau
sedang mendapatkan musibah juga salah satu bentuk
gerakan yang dibuat oleh GERKATIN untuk memberikan
pertolongan dan meringankan beban pada mereka karena
mereka adalah keluarga di dalam organisasi ini.
GERKATIN juga memberikan bantuan langsung
kepada anak-anak Tuli yang tidak mampu dalam hal
ekonomi melalui Kemendikbud untuk mereka
meneruskan pendidikannya tanpa terhalang kendala
apapun. Dalam hal ini GERKATIN sangat
98
memperhatikan kepada mereka yang akan terus
menggapai dan meraih mimpinya. Karena banyak teman-
teman Tuli yang memiliki kemampuan untuk meraih
pendidikan di luar negeri.
Adanya gerai kopi yang dibuka seperti Kopi Tuli
dan Sunyi Coffee membuka lebar kesempatan kerja untuk
teman Tuli yang masih belum mendapatkan pekerjaan. Di
gerai kopi tersebut, teman-teman Tuli juga mendapatkan
informasi mengenai lowongan pekerjaan menjadi barista.
Akhirnya banyak dari anggota GERKATIN yang bisa
bekerja di tempat tersebut. GERKATIN juga melakukan
kerja sama dengan Koptul membuka kelas Bahasa Isyarat
untuk teman-teman dengar maupun Tuli belajar.
Sesuai dengan definisi dukungan instrumental
yang dapat di lihat pada bab 2 halaman 30, yaitu
dukungan yang memberikan bantuan langsung seperti
pinjaman uang atau memberikan pertolongan dan
membantu individu melaksanakan aktifitasnya. Dukungan
yang diberikan GERKATIN mampu menambah relasi
teman-teman Tuli seperti adanya coffe shop yang ada pada
bab 4 gambar 3.1 dan 3.2, halaman 74 dan 75. Hal ini
membantu meringankan anggotanya untuk mencari
pekerjaan dan juga membantu finansialnya.
99
d. Dukungan Informatif
Berdasarkan hasil temuan lapangan penulis,
dukungan informatif yang diberikan oleh GERKATIN
pada para anggota meliputi adanya Juru Bahasa Isyarat,
brosur, buku dan media sosial yang sangat penting untuk
memberikan informasi.
Dukungan-dukungan informatif yang diberikan
GERKATIN bertujuan untuk memudahkan para anggota
dan teman-teman Tuli untuk berkomunikasi dan
memberikan dukungan kepada mereka sehingga merasa
dianggap oleh teman-teman dengar dan merasa tidak di
diskriminasi.
Adanya JBI di televisi atau di acara-acara formal
membuat teman Tuli bisa mengerti informasi yang
diberikan. Seperti contohnya menonton acara di televisi
tetapi tidak ada JBI maka teman Tuli tidak mengerti apa
pun informasi yang diberikan. Sebenarnya juga teman
Tuli terbantu dengan adanya teks di bawah acara atau
tampilan visual yang diberikan.
Kamus BISINDO yang dibuat oleh GERKATIN
bekerja sama dengan LRBI UI dan The Nippon
Foundation juga sangat membantu teman-teman Tuli
untuk belajar Bahasa Isyarat yang mudah di mengerti.
Banyak yang terbantu dengan adanya kamus tersebut
100
untuk melakukan komunikasi sesama Tuli maupun
dengan teman dengar.
Adanya brosur yang diberikan kepada partner
yang mau melakukan kerja sama dengan GERKATIN
juga sangat membantu karena sudah terlihat sedikit
rangkuman mengenai organisasi ini dan tidak perlu di
jelaskan lagi oleh pengurus atau anggota GERKATIN.
Media sosial juga sangat berperan penting sebagai
alat komunikasi teman-teman Tuli. Mereka bisa
mengakses langsung mengenai kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh GERKATIN dan juga sebagai
tempat sharing kepada sesama anggota maupun pengurus.
Pada bab 2 halaman 30 dukungan ini didefinisikan
ketika individu membutuhkan sesuatu maka orang lain
memberikan informasi, nasehat, arahan, saran, sugesti
atau umpan balik dari individu lainnya. Informasi-
informasi yang di berikan oleh GERKATIN bisa juga
memberikan arahan dan saran kepada para anggotanya,
seperti yang ada di bab 4 halaman 82.
e. Dukungan Kelompok
Adanya dukungan-dukungan dari kelompok
bertujuan untuk membangun rasa kenyamanan dan saling
berbagi sesama anggota atau teman-teman Tuli lainnya.
101
Dukungan kelompok juga memberikan dampak langsung
untuk teman Tuli karena mereka pasti akan merasa di
hargai jika berkumpul dengan kelompoknya.
Gerai-gerai kopi yang ada di sekitar Jakarta
membuat teman-teman Tuli merasa mendapatkan tempat
untuk bertemu, bermain atau hanya untuk menghilangkan
rasa bosan di rumah. Selain itu dikarenakan lebih banyak
teman-teman Tuli yang datang, mereka bisa saling
bertukar informasi maupun saling memberikan dukungan
satu sama lainnya.
Dukungan kelompok menyebabkan individu
merasa ada didalam sebuah kelompok dan merupakan
bagian dari kelompok tersebut dimana anggota-anggota
lainnya dapat saling berbagi, hal ini sesuai paparan pada
bab 2 halaman 30. Dukungan kelompok di rasakan oleh
teman Tuli seperti adanya GERKATIN itu sendiri.
Mereka merasa mempunyai wadah dan rumah bagi tuli.
B. Pengaruh Dukungan Sosial
1. Pengaruh Langsung
Dengan adanya dukungan dan komunikasi intensif
yang diberikan oleh sesama anggota maka menciptakan
hubungan yang harmonis dan hubungan yang positif.
Kehadiran teman-teman Tuli saat ada salah satu yang
mengisi acara sangat berpengaruh besar bagi individu
102
tersebut, mereka merasa sangat diperhatikan dan
dipedulikan. Tingkah laku yang berulang seperti itu
membuat teman Tuli lainnya menyelaraskankebiasaan
tersebut.
Pada bab 2 halaman 33, pengaruh langsung adalah
terciptanya hubungan antarpribadi dan hubungan yang
bersifat menolong. Hubungan tersebut dapat memudahkan
terciptanya tingkah laku yang lebih sehat. Di hasil temuan
penulis terlihat jelas bahwa adanya pengaruh langsung
anggota saat bergabung pada GERKATIN yang
memberikan rasa tolong menolong seperti yang di
gambarkan pada wawancara bab 4 halaman 87, Bahkan,
ketika saya kehabisan bensin dan beri kabar lewat group
pun beberapa teman saya langsung datang ke lokasi untuk
bantu saya. Hal ini yang di dapatkan oleh para anggota
GERKATIN.
2. Pengaruh Tidak Langsung
Adanya pengaruh yang di rasakan oleh teman Tuli,
yaitu jika teman Tuli mendapatkan masalah dan tidak tau
mau membagi kisahnya dengan siapa, maka teman-teman
satu kelompoknya yang pasti di cari. Mereka bagaikan
sudah mendapatkan feel tersendiri jika bersama dengan
kelompoknya. Teman Tuli pasti akan mencari teman satu
103
kelompoknya karena mereka juga lebih mengerti Bahasa
Isyarat yang mereka gunakan dalam berkomunikasi.
Pengertian pengaruh tidak langsung sendiri ada
pada bab 2 halaman 33, yaitu menghadapi orang yang
sedang dalam masalah dengan cara membantu mengatasi
dan menghadapi stres yang datang, dengan mencoba
membantu individu mempelajari cara pemecahan masalah
sebelum masalah-masalah tersebut menjadi besar.Pengaruh
ini di terapkan kepada seseorang anggota GERKATIN
kepada anggota lainnya yang di paparkan pada wawancara
di bab 4 halaman 88 Salah satu teman saya yang sedang
tegang terlihat dari ekspresi wajahnya dalam menghadapi
pra test ujian masuk salah satu universitas di Jakarta saya
ajak ngobrol dengan teman Tuli lain di Sunyi Coffee dan
saya minta untuk sharing ketegangan dia ke teman-teman
supaya bisa relax dan dapat belajar dengan enjoy.
3. Pengaruh Interaktif
GERKATIN mempunyai pengaruh kepada teman
Tuli untuk menjadikan organisasi ini sebagai wadah
kesejahteraan mereka seperti terhindarnya dari
diskriminasi yang mempunyai banyak dampak negatif.
Masih banyak hak-hak teman Tuli yang harus di
perjuangkan, maka dari itu GERKATIN dengan anggota-
anggotanya selalu memperjuangkan Tuli.
104
Penjelasan pengaruh interaktif ada pada bab 2
halaman 34 berupa dampak yang di jelaskan untuk
mengurangi atau memperbaiki dampak-dampak yang
merugikan individu dengan mengurangi kualitas dan
kuantitas terhadap sumber copying. Seperti seseorang yang
sudah terlalu nyaman dengan keadaannya dan mengikuti
hal-hal yang sama dengan orang lain bisa memperbaiki
dampak yang akan terjadi. Pengaruh ini terlihat sudah di
rasakan oleh anggota GERKATIN karena adanya hasil
temuan penulis yang sesuai seperti pada bab 4 halaman 90.
Pada bab 4 ini dijelaskan program-program di dalamnya
yang bertujuan untuk mengedukasi dan mengubah cara
pandang hidup teman tuli agar mandiri dan berdaya dengan
usaha sendiri.
105
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut teori Sarafino, diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Terlihat bahwa yang paling banyak memberikan
dukungan sosial ada pada aspek dukungan informatif,
yaitu adanya Juru Bahasa Isyarat (JBI), membuat kamus
BISINDO, membuat brosur. Yang termasuk media
informatif sepertiWhatsapp Group, Email dan Instagram
yang membantu teman Tuli mengakses informasi yang
diberikan GERKATIN.
Dukungan yang kedua adalah dukungan
emosional. Dukungan sosial ini memberikan rasa nyaman
kepada teman-teman Tuli untuk berlindung, berkeluh
kesah dan saling memberikan support satu sama lain.
GERKATIN menjadi tempat untuk sharing sesama teman
Tuli lainnya, memberikan semangat untuk bangkit dan
melihat dunia luar dengan bahasa ibu yang mereka miliki,
yaitu BISINDO.
Selanjutnya dukungan instrumental yang
memberikan teman-teman Tuli bantuan pertolongan
seperti GERKATIN memberikan dan mencarikan
106
informasi mengenai lowongan pekerjaan yang sesuai bagi
teman Tuli, memberikan bantuan materiil ketika sedang
mengalami musibah, memberikan bantuan pendidikan
untuk anak-anak Tuli dan menyediakan lapangan
pekerjaan sebagai guru BISINDO di bawah naungan
GERKATIN.
Selanjutnya dukungan penghargaan. Dari
sebelum-sebelumnya teman Tuli belum bisa BISINDO,
GERKATIN dan para anggotanya memikirkan jalan yang
terbaik untuk mereka yang tidak puas dengan Sistem
Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). Setelah mereka bisa dan
mampu mengerti BISINDO, maka GERKATIN
memberikan teman Tuli tempat untuk mensosialisasikan
Bahasa Isyarat tersebut .
Aspek yang terakhir adalah dukungan kelompok.
GERKATIN membangun kehangatan dalam kelompok
untuk duduk bersama membicarakan hak-hak teman Tuli
yang belum tercapai agar bisa diselesaikan bersama-sama.
Pengaruh yang di dapatkan anggota GERKATIN,
yaitu pengaruh langsung seperti adanya dukungan dan
komunikasi intensif yang diberikan oleh sesama anggota
maka menciptakan hubungan yang harmonis dan
hubungan yang positif. Pengaruh tidak langsung, yaitu
jika teman Tuli mendapatkan masalah dan tidak tau mau
107
membagi kisahnya dengan siapa, maka teman-teman satu
kelompoknya yang pasti di cari. Dan pengaruh interaktif
seperti GERKATIN mempunyai pengaruh kepada teman
Tuli untuk menjadikan organisasi ini sebagai wadah
kesejahteraan mereka seperti terhindarnya dari
diskriminasi yang mempunyai banyak dampak negatif.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis, terdapat saran yang akan penulis berikan baik
kepada organisasi dan penelitian selanjutnya. Adapun
saran yang diberikan sebagai berikut:
1. Organisasi
Sebagai salah satu organisasi yang besar bagi
teman-teman Tuli diharapkan GERKATIN mampu
melengkapi dokumen-dokumen pada kegiatan yang
akan dilaksanakan maupun yang sudah dilaksanakan
dan lebih aktif dalam memberikan informasi pada
sosial media Instagram yang dimiliki oleh DPP
Gerkatin Pusat. Sebab, banyak informasi-informasi
yang teman Tuli maupun teman dengar butuhkan
lewat media sosial yang sudah tersedia.
Oleh karena itu diperlukan evaluasi terhadap
kelengkapan dokumen-dokumen yang GERKATIN
108
miliki dan lebih aktif kembali dalam mengelola
Instagram untuk kepentingan bersama.
2. Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya bisa melakukan
penelitian terhadap kesejahteraan Tuli maupun JBI
yang ada. Hal ini bertujuan untuk memberikan hak-
hak yang belum teman-teman Tuli rasakan.
109
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bachtiar, W. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta:
Logos.
Budyatna, M., & Ganiem, L. M. (2011). Teori Komunikasi Antar Pribadi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Bunawan, L., & Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan Bahasa Anaka
Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.
Canggara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Cohen, S., & Syme, S. L. (1985). Social Support and Health. Florida:
Academic Press. Inc.
Danesi, M. (2012). Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Efendi, M. (2006). Psikopedagagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Effendy, O. U. (2005). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Effendy, O. U. (2007). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Fauzan, A., & Djunaidi, G. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Ghufron, M. N., & S, R. R. (2012). Gaya Belajar Kajian Teoritik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
110
Mattson, M., & Hall, J. G. (2011). Health as communication nexus: a
service-learning approach. United States: Kendall Hunt
Publishing Company.
Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2002). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nasional, D. P. (2002). Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Luar Biasa Proyek Pengembangan
Sistem dan Standarisasi Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa.
Nasional, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: Gramedia.
Peterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013). Middle Range Theories.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams &
Wilkins.
Pujileksono, S. (2015). Metodologi Penelitian Komunikasi Kualitatif.
Malang: Intrans Publishing.
Reefani, N. K. (2013). Panduan Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Imperium.
Sadjaah, E. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan
Pendengaran dalam Keluarga. Jakarta: Depdiknas Dirjen
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Sarafino, E. P. (1994). Healthy Psychology. Trenton State Collage: PT.
Cakra Indah Pusaka.
111
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology
Biopsychosocial Interactions Seventh edition. United State:
Wiley.
Smith, J. D. (2006). INKLUSI (Sekolah Ramah untuk Semua). Bandung:
Nuansa.
Somad, P., & Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
STKS, S. T. (2008). Teknologi Pengembangan Masyarakat. Bandung:
STKS.
Sumanto. (1990). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Swarjana, I. K. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Winarsih, M. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu dalam
Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Dapartemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagakerjaan.
Brosur:
Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia. (t.thn.). Brosur.
112
Jurnal:
Ardini, P. P. (2013). Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap
Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun. Jurnal Pendidikan
Anak, 50.
Armstrong, M. I., Birnie-Lefcovitch, S., & Ungar, M. T. (2005). Pathways
Between Social Support, Family, Well Being, Quality of Parenting, adn
Child Resilience: What We Know. Journal of Child and Family Studies,
27
Dewi, U. (2015). Implementasi Kebijakan Kuota Bagi Penyandang
Disabilitas Untuk Mendapatkan Pekerjaan di Kota Yogyakarta.
Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara, 68.
Ellyazar, Y. (2013). Hubungan Antara Orientasi Religius dan Dukungan
Sosial dengan Kedisiplinan Beribadah Pada Warga Gereja.
Jurnal Penelitian Humaniora, 45-46.
Gumelar, G., Hafiar, H., & Subekti, P. (2018). Bahasa Isyarat Indonesia
Sebagai Budaya Tuli Melalui Pemaknaan Anggota Gerakan
Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu. INFORMASI: Kajian Ilmu
Komunikasi, 65-77.
Hayyu, A., & Mulyana, O. P. (2015). Hubungan Antara Dukungan Sosial
dan Kebermaknaan Hidup Pada Penyandang Tuna Rungu di
Komunitas Persatuan Tuna Rungu Indonesia (PERTURI)
Surabaya. Jurnal Psikologi Teori & Terapan, 111-116.
Hernawati, T. (2007). Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan
Berbicara Anak Tunarungu. Jurnal Asesmen Dan Intervensi
Anak Berkebutuhan Khusus, 101-110.
Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Hubungan Sosial, Penyesuaian
Sosial di Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa
113
SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal
Psikologi Undip, 103-107.
Mursita, R. A. (2015). Respon Tunarungu Terhadap Penggunaan Sistem
Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia
(BISINDO) dalam Komunikasi. INKLUSI, 222-230.
Nisa, R. A. (2012). Sumbangan Sef-Esteem, Dukungan Orang Tua, Guru,
dan Teman Sebaya terhadap Kepuasan Sekolah pada Siswa
Tunarungu di SMP dan SMA/SMK Inklusi. Tesis, 7.
Pontoh, W. P. (2013). Peranan Komunikasi Interpersonal Guru dalam
Meningkatkan Pengetahuan Anak. Journal Acta Diurna, 1-9.
Purba, J., Yulianto, A., Widyanti, E., Esa, D., & Esa, M. (2007). Pengaruh
Dukungan Sosial Terhadap Burnout Pada Guru. Jurnal
Psikologi, 77-87.
Rahmi, H. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pengoperasian Perkalian
Melalui Metode Horizontal Bagi Anak Tunarungu. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus, 114.
Setyawan, D. I., Tolle, H., & Kharisma, A. P. (2018). Perancangan
Aplikasi Communication Board Berbasis Android Tablet
Sebagai Media Pembelajaran dan Komunikasi Bagi Anak Tuna
Rungi. Jurnal Pengembangan Teknologi dan Ilmu Komputer,
2935.
Sugianto, N. (2015). Analisis Manfaat Dan Penerimaan Terhadap
Implementasi Bahasa Isyarat Indonesia Pada Latar Belakang
Komplek Menggunakan Kinect Dan Jaringan Syaraf Tiruan.
Jurnal Informatika dan Sistem Informasi, 57-70.
Sugianto, N., & Samopa, F. (2015). Analisis Manfaat dan Penerimaan
Terhadap Implementasi Bahasa Isyarat Indonesia Pada Latar
114
Belakang Komplek Menggunakan Kinect dan Jaringan Syaraf
Tiruan. Jurnal Informatika dan Sistem Informatika, 56-70.
Syafi'e, M. (2014). Pemenuhan Aksesibilitas Bagi Penyandang
Disabilitas. Jurnal INKLUSI, 270.
Tarmidi, & Rambe, A. R. (2010). Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang
Tua dan Sel-Directed Learning pada Siswa SMA. Jurnal
Psikologi, 217.
Tin, W., Lin, Z., Swe, & Mya, N. K. (2017). Deaf mute or Deaf. Asian
Journal of Medical and Biological Research, 11-12.
Zahroh, U., & Asyhar, B. (2014). Kecenderungan Gaya Belajar
Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi Bijektif.
Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 72.
Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The
Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Journal of
Personality Assesment, 30-41.
Skripsi:
Putri, D. A. (2014). Akses Informasi Peremouan Penyandang Disabilitas
Rungu mengenai Kesehatan Reproduksi . 45.
Putri, S. D. P (2014). Dukungan Sosial Yayasan Persatuan Orang Tua
Anak dengan Down Syndrome (POTADS) Kepada Orang Tua
Anak dengan Down Syndrome.
Rosidah (2014). Gambaran Dukungan Sosial Teman Sebaya dalam
Penyesuaian Diri Anak Tunagrahita (Studi Kasus Anak
Tunagrahita di SDN Rambutan 01 Jakarta).
115
Yahya, N. F. (2018). Komunikasi Interpersonal Anggota Tuli dengan
Anggota Dengar dalam Komunitas Aksi Tuli (AKTU) Sidoarjo.
Skripsi, 58.
Website:
Ade Indra Kusuma, F. N. (2019, September 6). Sunyi House of Coffee
and Hope, Gerai Kopi yang Hadirkan Barista Difabel. Retrieved
from www.suara.com
Almuharam. (2019, Maret 2). Berkas: Isyarat Bisindo. Retrieved from
Wikipedia:
https:id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Isyarat_Bisindo.jpg
Ardini, P. P. (2013). Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap
Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun. Jurnal Pendidikan
Anak, 50.
Armstrong, M. I., Birnie-Lefcovitch, S., & Ungar, M. T. (2005). Pathways
Between Social Support, Family, Well Being, Quality of
Parenting, adn Child Resilience: What We Know. Journal of
Child and Family Studies, 271.
Bachtiar, W. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta:
Logos.
Bharoto, A. K. (2019, Maret 30). (M. S. Jannati, Interviewer)
116
Budyatna, M., & Ganiem, L. M. (2011). Teori Komunikasi Antar Pribadi.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Bunawan, L., & Yuwati, C. S. (2000). Penguasaan Bahasa Anaka
Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.
Canggara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Chalid, Nursiah, & Yusuf, Y. (2014). Pengaruh Tingkat Kemiskinan,
Tingkat Pengangguran, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan
Laju Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Provinsi Riau. Jurnal Ekonomi Universitas Riau.
Cohen, S., & Syme, S. L. (1985). Social Support and Health. Florida:
Academic Press. Inc.
Danesi, M. (2012). Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
databoks. (2017, Februari 9). Penyandang Disabilitas di Jakarta 6 Ribu
Jiwa. Retrieved Oktober 28, 2019, from databoks:
https://databoks.katadata.co.id
Dewi, U. (2015). Implementasi Kebijakan Kuota Bagi Penyandang
Disabilitas Untuk Mendapatkan Pekerjaan di Kota Yogyakarta.
Jurnal Kajian Ilmu Administrasi Negara, 68.
Djunaedi, Ghoni, M., & Almansyur, F. (2012). In Metode Penelitian
Kualitatif (p. 25). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
117
Efendi, M. (2006). Psikopedagagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Effendy, O. U. (2005). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Effendy, O. U. (2007). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Ellyazar, Y. (2013). Hubungan Antara Orientasi Religius dan Dukungan
Sosial dengan Kedisiplinan Beribadah Pada Warga Gereja.
Jurnal Penelitian Humaniora, 45-46.
Fadlillah, A. (2018, Desember 18). Belajar Saling Memahami dari
Penyandang Tuli. Retrieved from merahputih:
www.merahputih.com
Fauzan, A., & Djunaidi, G. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia. (n.d.). Brosur.
Ghufron, M. N., & S, R. R. (2012). Gaya Belajar Kajian Teoritik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gumelar, G., Hafiar, H., & Subekti, P. (2018). Bahasa Isyarat Indonesia
Sebagai Budaya Tuli Melalui Pemaknaan Anggota Gerakan
Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu. INFORMASI: Kajian Ilmu
Komunikasi, 65-77.
118
Hayyu, A., & Mulyana, O. P. (2015). Hubungan Antara Dukungan Sosial
dan Kebermaknaan Hidup Pada Penyandang Tuna Rungu di
Komunitas Persatuan Tuna Rungu Indonesia (PERTURI)
Surabaya. Jurnal Psikologi Teori & Terapan, 111-116.
Hendrayanto, D. (2019, April 6). (M. S. Jannati, Interviewer)
Hendrayanto, D. (2019, April 6). (M. S. Jannati, Interviewer)
Hernawati, T. (2007). Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan
Berbicara Anak Tunarungu. Jurnal Asesmen Dan Intervensi
Anak Berkebutuhan Khusus, 101-110.
Indonesia, P. S. (2018, Desember 20). DPP GERKATIN. Retrieved from
www.gerkatin.org
indonesiadevelopmentforum.com. (2019, September 6). Ditolak Kerja
Ratusan Kali, Teman Tuli Ajarkan Bahasa Isyarat Lewat
Secangkir Kopi.
Krisnan. (2019, Maret 2). Belajar Bahasa Isyarat Tingkat Dasar:
Mengenal Huruf dan Angka. Retrieved from meenta.net:
https://meenta.net/belajar-bahasa-isyarat-dasar/
Layanto, M. (2019, Juni 11). (M. S. Jannati, Interviewer)
Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Hubungan Sosial, Penyesuaian
Sosial di Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa
119
SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Jurnal
Psikologi Undip, 103-107.
Mattson, M., & Hall, J. G. (2011). Health as communication nexus: a
service-learning approach. United States: Kendall Hunt
Publishing Company.
Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Moleong, L. J. (2007). In Metodologi Penelitian Kualitatif (p. 248).
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2002). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mursita, R. A. (2015). Respon Tunarungu Terhadap Penggunaan Sistem
Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia
(BISINDO) dalam Komunikasi. INKLUSI, 222-230.
Nasional, D. P. (2002). Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Luar Biasa Proyek Pengembangan
Sistem dan Standarisasi Pengelolaan Pendidikan Luar Biasa.
Nasional, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: Gramedia.
120
Nisa, R. A. (2012). Sumbangan Sef-Esteem, Dukungan Orang Tua, Guru,
dan Teman Sebaya terhadap Kepuasan Sekolah pada Siswa
Tunarungu di SMP dan SMA/SMK Inklusi. Tesis, 7.
Nur, M. F. (2018, Desember 19). Ini Pandangan Mahasiswi Tuli Bahas
Diskriminasi. Retrieved from Kabar Makassar:
www.kabarmakassar.com
Peterson, S. J., & Bredow, T. S. (2013). Middle Range Theories.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams &
Wilkins.
Pontoh, W. P. (2013). Peranan Komunikasi Interpersonal Guru dalam
Meningkatkan Pengetahuan Anak. Journal Acta Diurna, 1-9.
Prasetyo, B. (2019, Maret 19). (M. S. Jannati, Interviewer)
Prasetyo, B., & Redjeki, W. (2019, Maret 19). Struktur Organisasi
GERKATIN. (M. S. Jannati, Interviewer)
Pujileksono, S. (2015). Metodologi Penelitian Komunikasi Kualitatif.
Malang: Intrans Publishing.
Purba, J., Yulianto, A., Widyanti, E., Esa, D., & Esa, M. (2007). Pengaruh
Dukungan Sosial Terhadap Burnout Pada Guru. Jurnal
Psikologi, 77-87.
Putri, D. A. (2014). Akses Informasi Peremouan Penyandang Disabilitas
Rungu mengenai Kesehatan Reproduksi . 45.
121
Rahmi, H. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pengoperasian Perkalian
Melalui Metode Horizontal Bagi Anak Tunarungu. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus, 114.
Redjeki, W. (2019, Maret 23). (M. S. Jannati, Interviewer)
Reefani, N. K. (2013). Panduan Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Imperium.
Sadjaah, E. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan
Pendengaran dalam Keluarga. Jakarta: Depdiknas Dirjen
Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Sarafino, E. P. (1994). Healthy Psychology. Trenton State Collage: PT.
Cakra Indah Pusaka.
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology
Biopsychosocial Interactions Seventh edition. United State:
Wiley.
Sarwono, J. (2006). In Metode Penelitian Kualitatif (p. 22). Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Satryawan, I. (2019, Juli 6). (M. S. Jannati, Interviewer)
Setyawan, D. I., Tolle, H., & Kharisma, A. P. (2018). Perancangan
Aplikasi Communication Board Berbasis Android Tablet
Sebagai Media Pembelajaran dan Komunikasi Bagi Anak Tuna
122
Rungi. Jurnal Pengembangan Teknologi dan Ilmu Komputer,
2935.
Smith, J. D. (2006). INKLUSI (Sekolah Ramah untuk Semua). Bandung:
Nuansa.
Somad, P., & Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
STKS, S. T. (2008). Teknologi Pengembangan Masyarakat. Bandung:
STKS.
Sugianto, N. (2015). Analisis Manfaat Dan Penerimaan Terhadap
Implementasi Bahasa Isyarat Indonesia Pada Latar Belakang
Komplek Menggunakan Kinect Dan Jaringan Syaraf Tiruan.
Jurnal Informatika dan Sistem Informasi, 57-70.
Sugianto, N., & Samopa, F. (2015). Analisis Manfaat dan Penerimaan
Terhadap Implementasi Bahasa Isyarat Indonesia Pada Latar
Belakang Komplek Menggunakan Kinect dan Jaringan Syaraf
Tiruan. Jurnal Informatika dan Sistem Informatika, 56-70.
Sugiono. (2006). In Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(p. 224). Bandung: Alfabeta.
Sumanto. (1990). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Yogyakarta: Andi Offset.
123
Swarjana, I. K. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.
Syafi'e, M. (2014). Pemenuhan Aksesibilitas Bagi Penyandang
Disabilitas. Jurnal INKLUSI, 270.
Tarmidi, & Rambe, A. R. (2010). Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang
Tua dan Sel-Directed Learning pada Siswa SMA. Jurnal
Psikologi, 217.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tin, W., Lin, Z., Swe, & Mya, N. K. (2017). Deaf mute or Deaf. Asian
Journal of Medical and Biological Research, 11-12.
Winarsih, M. (2007). Intervensi Dini Bagi Anak Tunarungu dalam
Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Dapartemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Ketenagakerjaan.
Yahya, N. F. (2018). Komunikasi Interpersonal Anggota Tuli dengan
Anggota Dengar dalam Komunitas Aksi Tuli (AKTU) Sidoarjo.
Skripsi, 58.
Zahroh, U., & Asyhar, B. (2014). Kecenderungan Gaya Belajar
Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi Bijektif.
Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 72.
124
Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The
Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Journal of
Personality Assesment, 30-41.
Lampiran 1
Pedoman Observasi
Waktu Kegiatan Hasil Kegiatan
11 Maret
2019
Berkunjung ke kantor
DPP Gerkatin Pusat.
Hari ini saya membuat
janji bertemu dengan
pengurus Gerkatin, yaitu
Bapak Bambang dan Ibu
Wilma. Pak Bambang
selaku ketua dari
Gerkatin Pusat dan Ibu
Wilma sebagai
sekretaris. Kantor ini
berlokasi di Jalan
Tanjung. 27 Nomer 47,
RT 10/RW 2, Tanjung
Barat, Jakarta Selatan.
Dengan pagar warna
coklat dan bangunan
yang seperti rumah,
disinilah anggota dan
pengurus berkumpul.
Saat masuk dari pagar
rumah, sudah disediakan
meja dan tempat duduk
untuk menjamu tamu.
Ada sekitar 3 kursi yang
disediakan beserta satu
meja. Di atas meja
tersebut terdapat laptop
dan printer.Masuk ke
dalam rumah ada
ruangan berukuran 5x3
untuk dijadikan tempat
menaruh peralatan
GERKATIN, seperti
brosur atau buku-buku.
Ada kamar mandi, dapur
dan satu kamar. Rumah
ini biasanya dijadikan
tempat untuk mengurus
pengadmistrasian
kegiatan yang
dilaksanakan oleh
Gerkatin. Pada
kesempatan hari ini saya
juga melakukan disposisi
surat izin untuk
melakukan penelitian.
19 Maret
2019
Melakukan wawancara
dengan pengurus
Gerkatin Pusat.
Pada kesempatan ini saya
melakukan wawancara
kepada kedua pengurus
Gerkatin, yaitu Bapak
Bambang dan Ibu
Wilma. Mulai dari
pertanyaan tentang
lembaga ini, sejarah,
kegiatan dan dukungan
apa saja yang diberikan
kepada teman Tuli. Saat
wawancara tentang profil
lembaga, Pak Bambang
tampak lancer
mendeskripsikan dengan
BISINDO dan oral.
Posisi duduknya juga
tegap tetapi sedikit
santai. Dilihat dari
ketersediaan yang ada
bahwa data-data yang
dimiliki oleh Gerkatin
tidak lengkap. Saat
menanyakan data-data,
terlihat bahwa Ibu Wilma
mengekspresikan muka
bingung dan memegang
handphone untuk
mencari data yang ada.
Sedangkan Pak Bambang
juga terlihat garuk-garuk
kepala dan badannya
sedikit membungkuk
untuk mencari data di
laptopnya karena lupa
menaruh data tersebut.
Laporan kegiatan tidak
dibuat dengan rinci tetapi
mereka hanya membuat
nama-nama kegiatan
yang sudah terlaksana
dan yang akan
dilaksanakan.
30 Maret
2019
Melihat perkumpulan
Juru Bahasa Isyarat di
ACE PPKM dan
melakukan wawancara.
Kegiatan hari ini adalah
adanya perkumpulan dari
teman-teman tuli maupun
teman dengar untuk
mengikuti ujian Juru
Bahasa Isyarat (JBI)
yang diadakan oleh Pusat
Layanan Juru Bahasa
Isyarat (PLJ). Ujian di
bagi 2 sesi, ada yang
diadakan pagi dan siang.
Untuk kualifikasinya
adalah teman-teman yang
sudah sangat mahir untuk
berbahasa isyarat dan
mengerti tentang
kebudayaan tuli.
Teman-teman dengar
juga bisa mendaftarkan
diri karena teman dengar
juga mempunyai
kesempatan yang sama
untuk menjadi JBI.
Pada kesempatan yang
sama, saya melakukan
wawancara terhadap
Adhi Kusumo Bharoto.
Sesi wawancara ini
meliputi dukungan-
dukungan sosial yang
teman Tuli dapatkan dan
bagaimana peran
interpreter bagi teman
Tuli. Saat wawancara
dengan Kak Adhi,
komunikasi yang di
sampaikan perlu di
damping oleh interpreter
juga, agar pesan yang
dimaksudkan tercapai.
Terlihat Kak Adhi
percaya diri untuk
menyampaikan isi dari
wawancara saya dan
menunjukkan gestur
tubuh yang tegap.
6 April
2019
Melakukan wawancara
dengan guru Bahasa
Isyarat Indonesia
(BISINDO) di ACE
PPKM.
Hari ini saya bertemu
dengan guru Bahasa
Isyarat yang bernama
Dimas Hendrayanto.
Setelah beliau mengajar
di ACE PPKM, saya
menanyakan beberapa
pertanyaan tentang
dukungan-dukungan
sosial yang di dapatkan
oleh teman Tuli dan
bagaimana bisa mengajar
BISINDO kepada teman
dengar. Wawancara
dilakukan dengan
memakai komunikasi
BISINDO. Saya juga
dibantu oleh teman dari
Kak Dimas, yaitu teman
dengar yang sudah mahir
BISINDO agar informasi
yang saya dapatkan
sesuai dengan maksud
yang Kak Dimas
sampaikan. Pada saat
wawancara sempat
terlihat gerakan garuk-
garuk kepala dikarenakan
Kak Dimas berusaha
mengingat apa saja
cerita-cerita yang mau
disampaikan dengan
menggabungkan isi
wawancara.
20 April
2019
Mengikuti kegiatan
workshop dan sharing
yang diadakan oleh
Handai Tuli bekerja
sama dengan Kominfo
yang diselenggarakan di
Museum Penerangan,
TMII.
Hari ini diadakan
kegiatan workshop yang
ditujukan untuk teman-
teman Tuli. Isi kegiatan
ini adalah teman Tuli
diberikan pengetahuan
tentang bagaimana
memanfaatkan era digital
ini untuk berkreasi.
Acara ini dipandu oleh
teman dengar yang
berasal dari Kominfo dan
dibantu dengan JBI yang
menterjemahkan
informasi-informasi yang
disampaikan. Terlihat
bahwa teman Tuli sangat
terbantu oleh JBI karena
untuk memudahkan
akses yang diterima.
Antusias teman-teman
tuli ini terlihat dari
mereka yang maju
kedepan agar bisa
mendapatkan informasi
yang mereka inginkan.
Di dalam ruangan
museum tempat
duduknya seperti
bioskop, tetapi yang
membedakan hanya
disediakan layar TV
yang berhadapan
langsung dengan tempat
duduk.
18 Mei
2019
Mengikuti kelas
BISINDO dan
melakukan wawancara
kepada pengurus
Pusbisindo.
Hari ini saya mengikuti
pembukaan kelas
BISINDO yang diadakan
di ACE PPKM. Terlihat
banyak teman-teman
dengar yang datang
antusias untuk belajar
lebih lanjut tentang
Bahasa Isyarat yang
digunakan oleh teman
Tuli. Dan setelah
sosialisasi itu selesai,
saya langsung
melanjutkan wawancara
kepada pengurus
Pusbisindo, yaitu
Michelle Layanto.
Wawacara meliputi
dukungan sosial yang
dirasakan dan didapatkan
oleh beliau. Pada
wawancara kali ini,
terlihat bahwa Kak
Michelle tidak begitu
nyaman untuk
melakukan wawancara
berdua.
25 Mei
2019
Melakukan wawancara Wawancara pada sesi ini
untuk mewawancarai
guru level 3 BISINDO,
yang artinya sudah
berpengalaman dalam
mengajarkan Bahasa
Isyarat ini. Saya
mewawancarai Pak Iwan.
Saya mengamati beliau
menjawab dengan
menggunakan oral juga
agar saya lebih mengerti
maksud yang beliau
informasikan kepada
saya. Komunikasi yang
digunakan Pak Iwan
adalah komunikasi
terfokus. Beliau
memberikan informasi
langsung seperti face to
face kepada saya.
Lampiran 2
Transkip Wawancara
Pengurus GERKATIN
Nama Informan : Bambang Prasetyo
Klasifikasi Tuli : Berat
Tempat Wawancara : Kantor DPP Gerkatin
Pertanyaan :
1. Apa itu GERKATIN? (gambaran umum GERKATIN
terkait profil umum, tujuan, program, visi dan misi,
sejarah berdiri dan susunan organisasi).
Jawab : Gerkatin secara garis besar adalah suatu
organisasi yang menjadi wadah bagi teman-teman Tuli
untuk memperjuangkan hak-haknya. Sebelumnya belum
ada organisasi untuk Tuli yang bersifat nasional, hanya
ada pada tiap-tiap daerah. Maka pimpinan-pimpinan
organisasi kedaerahan mengadakan Kongres Nasional I
pada tanggal 23 Februari 1981 di Jakarta. Hasil dari
kongres tersebut membuat beberapa keputusan. Salah satu
keputusannya adalah menyempurnakan nama organisasi-
organisasi pada tiap daerahnya menjadi satu nama, yaitu
GERKATIN. Dalam perkembangan selanjutnya,
GERKATIN/IAWD telah resmi terdaftar sejak tahun 1983
sebagai anggota dari WFD (World Federation of the
Deaf), dalam bahasa Indonesia berarti Federasi Tuna
Rungu se-Dunia yang bertempat di Helsinki, Finlandia.
GERKATIN dibangun atas dasar kesadaran teman Tuli
untuk menjawab diskriminasi teman dengar sebagai
wadah untuk berlindung, belajar, berdaya dan
berkelompok dengan sesama Tuli, berinteraksi dengan
Isyarat. Organisasi ini berdiri atas nama musyawarah
untuk mengangkat minoritas yang tak bisa dengar seperti
saya, sebab itu hampir semua hal saya termasuk orang
yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang
diampu oleh DPP GERKATIN. Kedua kalinya saya
sangat merasa dihargai sebagai seorang manusia, di sini
dan di keluarga saya.
Sekarang sudah banyak juga cabang-cabang organisasi
GERKATIN yang dibuka pada tiap regional daerah
seperti Jawa Barat, Tangerang, Solo dan masih banyak
lagi.
2. Bagaimana peran GERKATIN untuk memberikan
dukungan kepada teman Tuli dalam berkomunikasi?
Jawab : Waktu itu kami semua menggunakan SIBI dan
isyarat natural yang begitu saja terjadi untuk
berkomunikasi. Setelah itu banyak teman Tuli yang tidak
puas menggunakan Bahasa Isyarat tersebut. Karena
banyaknya permintaan, maka teman-teman pengurus
melakukan penelitian yang akhirnya terlahir BISINDO
yang bisa digunakan dengan mudah untuk Tuli.
3. Bagaimana peran GERKATIN untuk memberikan
dukungan sosial bagi teman Tuli?
Jawab : Teman Tuli yang merasakan seperti itu kami
rangkul untuk berani melawan jika dirinya benar. Dan
karena kami sudah banyak melakukan perkumpulan maka
teman-teman bisa langsung sharing kepada sesama untuk
meringankan masalah mereka.
4. Apa saja bidang pekerjaan pengurus GERKATIN?
Jawab : Tenaga kerja, kesehatan, kewanitaan, seni
budaya, pendidikan, hubungan masyarakat, kepemudaan
dan Bahasa Isyarat Indonesia. Semua itu sudah kami
paparkan dalam brosur yang sudah kami buat.
5. Siapa saja yang bekerja sama dengan GERKATIN?
Jawab : Kalau organisasi langsung dibawah naungan
Gerkatin adalah Pusbisindo dan PLJ. Kalau yang sudah
bekerja sama ya ada banyak salah satunya kita bekerja
sama dengan Universitas Indonesia untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang Bisindo.
6. Jika teman Tuli mengalami kesulitan mencari pekerjaan
dan finansial, bagaimana langkah yang diberikan oleh
GERKATIN?Coba ceritakan.
Jawab: Jika anggota sulit untuk mencari pekerjaan,
GERKATIN pernah memberikan akses untuk mereka
mencari pekerjaan. Seperti contoh waktu itu ada
lowongan Carrefour sekitar tahun 2012 yang
memperbolehkan Tuli mendaftar. GERKATIN memberi
tahu informasi kepada anggota untuk ikut daftar lowongan
tersebut. Dan hasilnya ada beberapa yang bisa bekerja
disana. Sampai sekarang masih ada teman Tuli yang
bernama Ahmad Ridwan bekerja di Carrefour Lebak
Bulus dengan hasil mencari informasi dari GERKATIN.
7. Apa itu BISINDO? (gambaran umum BISINDO terkait
sejarah terbentuknya bahasa isyarat tersebut).
Jawab : Bisindo bisa dibilang adalah Bahasa ibu yang
dimiliki Tuli. Bahasa ini dianggap sebagai bahasa isyarat
yang muncul secara alami dari interaksi teman Tuli
dengan lingkungannya sejak kecil. Pemakaian BISINDO
seperti memiliki keunikan dari setiap daerahnya dan
mempunyai keragaman.
8. Mengapa setiap daerah mempunyai Bahasa Isyarat yang
berbeda-beda?
Jawab : Karena seperti Bahasa Indonesia saja. Tiap daerah
pasti punya Bahasa yang berbeda-beda tetapi artinya
sama. Kalau di Bisindo gerakan isyaratnya pasti hampir
sama dengan gerakan daerah lain. Bisindo sengaja dibuat
untuk mensederhanakan komunikasi sesama Tuli.
Lampiran 3
Transkip Wawancara
Pengurus GERKATIN
Nama Informan : Wilma Redjeki
Klasifikasi Tuli : Berat
Tempat Wawancara : Kantor DPP Gerkatin
Pertanyaan :
1. Kegiatan apa saja yang di adakan oleh GERKATIN?
Jawab : Untuk kegiatan yang biasa teman-teman pengurus
dan anggota adakan adalah hanya kumpul-kumpul sekedar
sharing saja. Misalkan di Koptul, Sunyi Coffee, ACE
PPKM dan Kantor DPP. Biasanya kalau ada ujian yang
diadakan oleh PLJ maka semua teman-teman bisa kumpul
ramai-ramai.
Nah kalau untuk kegiatan yang diadakan di luar ya
banyak seperti melaksanakan seminar tentang Tuli atau
Bahasa Isyarat, workshop dan setiap tahunnya ada
perkemahan anak Tuli yang rutin dilaksanakan oleh
teman-teman.
Terkadang setelah acara workshop, seminar atau mengajar
kelas bahasa Isyarat anggota dan pengurus GERKATIN
berkumpul di Koptul dan Sunyi Coffe untuk sekedar
bermain agar lebih terasa kekeluargaannya. Di kantor
DPP GERKATIN juga bisa kalau ada keperluan sekaligus
bertemu dengan pengurus dan anggota. Biasanya teman
Tuli lebih nyaman berkumpul bersama dengan teman Tuli
lainnya karena tidak terkendala apapun.
2. Apa saja yang dilakukan oleh GERKATIN untuk
mensosialisasikan tentang Tuli?
Jawab : Gerkatin kan membuat brosur, biasanya kalau ada
acara-acara seperti Car Free Day di Bundaran HI suka
kita bawa untuk di sebarkan, terus jika ada acara dari
teater 7 pasti kita bawa karena mungkin ada partner luar
yang ingin bekerja sama dengan kami.
3. Bagaimana GERKATIN memberikan dukungan sosial
kepada teman-teman Tuli?
Jawab: GERKATIN memberikan tempat bagi teman-
teman Tuli untuk menunjukan kemampuannya. Biasanya,
bagi teman Tuli yang jago dibidang design dan pembuatan
logo ketika ada acara besar dari GERKATIN pasti akan di
booking untuk membuat baju panitia atau souvenir-
souvenir lucu bergambar yang menampilkan huruf
alphabet dengan bahasa Isyarat atau gambar lainnya. Dari
situlah GERKATIN mengapresiasikan kemampuan yang
teman Tuli miliki.
4. Jika teman Tuli mengalami kesulitan mencari pekerjaan
dan finansial, bagaimana langkah yang diberikan oleh
GERKATIN?Coba ceritakan.
Jawab: Setiap satu tahun sekali ada program dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu
memberikan program beasiswa kepada Tuli yang bapak
ibunya Tuli atau hanya anak dan bapaknya saja yang Tuli.
Anak-anak yang ikut program tersebut diberikan
tunjangan satu juta rupiah melalui GERKATIN.
5. Apakah ada media informasi yang di gunakan
GERKATIN untuk berkomunikasi dengan teman-teman
Tuli?
Jawab : Ada beberapa media yang kami gunakan seperti
WhatsApp Group, Email dan Instagram. Kami sih paling
sering berkomunikasi di grup WhatsApp karena lebih bisa
intens berkomunikasinya. Di grup tersebut juga kami
biasanya saling bertukar informasi dan bertukar kabar.
Kalau media sosial yang kita gunakan selanjutnya email.
Tapi email biasanya digunakan pada hal-hal yang sangat
penting saja dan tidak bisa digunakan seperti menanyakan
kabar, karena tidak ada grup juga. Email kita gunakan
untuk melakukan perjanjian, bikin MOU dan hal-hal
penting lainnya.
Dan yang terakhir adalah media sosial seperti Instagram.
Dulu sih kami aktif untuk sharing tentang kegiatan-
kegiatan gitu di Instagram, tapi karena beberapa hal jadi
kami kurang mengaktifkan media sosial tersebut. Tetapi
organisasi di bawah kami seperti Pusbisindo dan PLJ
masih tetap lumayan aktif untuk menginformasikan
kegiatan yang kami buat.
GERKATIN juga mempunyai program seperti membuat
brosur untuk dibawa ketika ada kegiatan-kegiatan seperti
pameran, Car Free Day (CFD), penampilan teater 7 dan
seminar. Itu berguna untuk memberikan engagement
kepada partner kerja sama.
Lampiran 4
Transkip Wawancara
Teman Tuli
Nama Informan : Iwan Satryawan
Klasifikasi Tuli : Berat
Tempat Wawancara : ACE PPKM
Pertanyaan :
a. Dukungan Emosional dan Penghargaan (meliputi
perhatian, empati turut prihatin kepada seseorang.
Individu mendapatkan rasa percaya diri dan merasa
bernilai)
1. Dukungan seperti apa yang diberikan teman dengar
maupun teman Tuli kepada anda selama ini untuk
memberikan semangat percaya diri? Coba ceritakan
dan beri contoh.
Jawab: Dengan adanya kegiatan atau acara yang
dilaksanakan oleh GERKATIN atau semua
organisasi yang bekerja sama maupun organisasi
yang ada di bawah naungan GERKATIN yang
melibatkan masyarakat umum, teman Tuli merasa
adanya dukungan positif dan bermanfaat. Teman
Tuli merasa bahwa teman dengar tidak memandang
teman Tuli sebagai disabilitas atau orang yang
membutuhkan perhatian berlebih melainkan
memandang teman-teman Tuli sebagai manusia
biasa.
2. Apakah anda masih mengalami diskriminasi? Kalau
ya, kapan kejadian tersebut? Coba ceritakan dan beri
contoh.
Jawab: Untuk sekarang tidak mengalami lagi karena
khususnya teman dengar sudah menerima
keberadaan kami.
3. Bagaimana bentuk kepedulian yang diberikan
teman-teman kepada anda untuk memberikan
semangat dalam menjalani aktifitas? Coba ceritakan
dan beri contoh.
Jawab: Ketika saya sudah bisa menggunakan
BISINDO maka saya bisa terus lancer untuk
berkomunikasi. Dari komunikasi itulah teman-teman
bisa sharing berbagai macam hal.
b. Dukungan Instrumental (dukungan yang memberikan
bantuan langsung seperti pinjaman uang atau
memberikan pertolongan)
1. Jika anda mengalami kesulitan mencari pekerjaan,
apakah yang dilakukan oleh GERKATIN?Coba
ceritakan.
Jawab: Teman Tuli juga ada yang membuka usaha
seperti Kopi Tuli (Koptul) dan Sunyi Coffee.
Pemilik usaha tersebut bukan pengurus atau anggota
GERKATIN. Tetapi dengan adanya Coffee Shop
tersebut, teman Tuli mendapatkan lapangan
pekerjaan seperti barista di tempat tersebut. Koptul
berdiri sejak 2018 dan Sunyi Coffee beroperasi pada
tahun 2019. Saya dan teman-teman juga sering
berkumpul disana. Dengan menggunakan BISINDO
membuat teman Tuli jadi gampang berkomunikasi,
bersosialisasi dan membangun relasi. Peran
GERKATIN ini penting karena sudah memberikan
akses untuk belajar BISINDO. Koptul juga sudah
bekerja sama dengan GERKATIN untuk membuka
kelas Bahasa Isyarat, dari situ juga saya dan teman-
teman bisa mengajar.
2. Jika anda mengalami kesulitan dalam hal finansial,
bagaimana langkah yang diberikan oleh
GERKATIN? Kapan kejadian tersebut? Coba
ceritakan.
Jawab: Untuk hal finansial, saya tidak pernah
langsung meminta pertolongan kepada GERKATIN.
Biasanya juga banyak Tuli yang sudah mandiri dan
bisa menyelesaikan masalah finasialnya sendiri.
3. Apakah GERKATIN mempunyai layanan untuk
teman Tuli yang sedang mengalami stres? Jika ya,
dimanakah biasanya teman Tuli mendapatkan
layanan tersebut?Coba ceritakan.
Jawab: Tidak mempunyai. Mungkin jika ada teman
Tuli yang mengalami hal itu, saya pribadi
memberikan saran untuk mereka datang ke Rumah
Sakit atau Puskesmas dan saya juga menawarkan
agar bisa menemani mereka.
c. Dukungan Informatif (memberikan informasi, nasehat,
arahan, saran, sugesti atau umpan balik)
1. Apakah anda masih sulit mendapatkan informasi?
Jika ya, dimana tempat yang biasanya anda merasa
sulit mendapatkan informasi? Dan apakah yang
akan anda lakukan? Coba ceritakan dan beri contoh.
Mungkin masih sulitnya saya dan teman-teman
untuk mengakses informasi dari tayangan televisi.
Baru hanya ada di tayangan berita-berita. Sebab itu
saya sendiri memilih tayangan di youtube atau
platform yang lainnya untuk mengakses informasi.
2. Bagaimana peran Interpreter dalam memberikan
informasi kepada anda? Coba ceritakan.
Dengan adanya JBI yang diselenggarakan PLJ,
teman dengar maupun teman Tuli yang memiliki
kepentingan pribadi atau komunitas bisa
mendapatkan jasa JBI profesional tanpa harus takut
tidak bisa berkomunikasi secara interaktif. Seperti
contohnya dalam acara seminar atau Talk Show
yang mengharuskan pembicara adalah seorang Tuli
dan teman dengar dengan audien banyak diikuti oleh
teman dengar serta teman Tuli, pihak acara dapat
mengajukan jasa JBI melalui PLJ untuk memenuhi
kebutuhan panitia agar memudahan audiens
memahami informasi acara.
3. Apakah nasihat yang diberikan dari teman-teman
Tuli kepada anda jika mengalami kesulitan? Coba
ceritakan dan berikan contoh.
Jawab: Palingan saya hanya di tegur jika saya
sedang melakukan kesalahan. Tidak ada nasihat-
nasihat yang mendalam. Misalkan jika saya salah
menyampaikan informasi, teman Tuli lainnya
memberitahu saya bahwa informasi itu tidak benar.
d. Dukungan Kelompok (individu merasa ada didalam
sebuah kelompok dan merupakan bagian dari
kelompok tersebut dimana anggota-anggota lainnya
dapat saling berbagi)
1. Apakah biasanya teman-teman Tuli berkumpul
bersama dengan teman dengar? Dan dimanakah
biasanya teman Tuli dan teman dengar berkumpul?
Jawab: Kalau saya sendiri kan lebih banyak
menghabiskan waktu di UI karena saya bekerja di
LRBI dan menjadi guru BISINDO di sana, maka
saya sering juga kumpul dengan teman-teman
dengar. Saya biasanya berkumpul jika sedang
makan siang di kantin FIB UI.
2. Apakah selama ini teman Tuli nyaman bermain
dengan teman dengar? Coba ceritakan dan beri
alasan.
Jawab: Nyaman saja jika teman dengar itu sendiri
bisa berkomunikasi dengan saya. Tidak memakai
BISINDO juga tidak apa-apa. Tidak ada halangan
bagi teman dengar yang mau bermain dengan teman
Tuli.
Lampiran 5
Transkip Wawancara
Teman Tuli
Nama Informan : Michelle Layanto
Klasifikasi Tuli : Total
Tempat Wawancara : ACE PPKM
Pertanyaan :
a. Dukungan Emosional dan Penghargaan (meliputi
perhatian, empati, turut prihatin kepada seseorang.
Individu mendapatkan rasa percaya diri dan merasa
bernilai)
1. Dukungan seperti apa yang diberikan teman dengar
maupun teman Tuli kepada anda selama ini untuk
memberikan semangat percaya diri? Coba ceritakan
dan beri contoh.
Jawab: GERKATIN juga memberikan saya teman
sharing yang berpengalaman. Contohnya saat saya
ingin mengambil S2 dan tidak percaya diri
menghadapi IELTS, saya sharing dengan Laura dan
dia membantu saya dengan menceritakan caranya
menghadapi tes tersebut. Laura juga meminjamkan
buku-buku dan menawarkan diri untuk menemani
saya mengunjungi lembaga tersebut. Saya merasa
mempunyai teman untuk memberikan semangat
kepada saya.
GERKATIN memberikan akses kepada seluruh
teman Tuli lainnya untuk belajar BISINDO yang
diadakan oleh Pusat Bahasa Isyarat Indonesia atau
yang disingkat menjadi PUSBISINDO.
PUSBISINDO sendiri adalah naungan yang ada di
bawah GERKATIN. Setelah bisa bahasa Isyarat,
GERKATIN memberikan kesempatan untuk kami,
para anggota mengajar kelas bahasa Isyarat yang
sudah berjalan sejak lama. Maka dari itu
GERKATIN memberikan kesempatan yang
berharga bagi seluruh teman Tuli.
2. Apakah anda masih mengalami diskriminasi? Kalau
ya, kapan kejadian tersebut? Coba ceritakan dan beri
contoh.
Jawab: Waktu dulu saya pernah mengalami
diskriminasi. Saat saya SMA, saat tugas kelompok
ada anggota kelompok yang tidak mau sekelompok
dengan saya karena kata dia saya tidak bisa apa-apa.
Pada saat itu pemilihan kelompok berdasarkan guru
saya.
3. Bagaimana bentuk kepedulian yang diberikan
teman-teman kepada anda untuk memberikan
semangat dalam menjalani aktifitas? Coba ceritakan
dan beri contoh.
Jawab: Teman-teman sangat mendukung saya untuk
bergabung dengan Pusbisindo. Mereka memberikan
saya dukungan dan memberitahu saya jika saya
bergabung pasti lebih banyak teman yang saya kenal
dan miliki.
b. Dukungan Instrumental (dukungan yang memberikan
bantuan langsung seperti pinjaman uang atau
memberikan pertolongan)
1. Jika anda mengalami kesulitan mencari pekerjaan,
apakah yang dilakukan oleh GERKATIN?Coba
ceritakan.
Jawab: Saya tidak mendapatkan saran langsung oleh
GERKATIN, tetapi dari Pusbisindo. Lembaga
tersebut merekomendasikan saya lowongan
pekerjaan di kamibijak dan PLJ.
2. Jika anda mengalami kesulitan dalam hal finansial,
bagaimana langkah yang diberikan oleh
GERKATIN? Kapan kejadian tersebut? Coba
ceritakan.
Jawab: GERKATIN melalui Pusbisindo
memberikan pertolongan finansial saat rumah saya
kebakaran pada bulan Januari 2019.
3. Apakah GERKATIN mempunyai layanan untuk
teman Tuli yang sedang mengalami stres? Jika ya,
dimanakah biasanya teman Tuli mendapatkan
layanan tersebut?Coba ceritakan.
Jawab: GERKATIN tidak mempunyai layanan
seperti itu.
c. Dukungan Informatif (memberikan informasi, nasehat,
arahan, saran, sugesti atau umpan balik)
1. Apakah anda masih sulit mendapatkan informasi?
Jika ya, dimana tempat yang biasanya anda merasa
sulit mendapatkan informasi? Dan apakah yang
akan anda lakukan? Coba ceritakan dan beri contoh.
Jawab: Ya. Saya masih sulit mendapatkan informasi
seperti di berbagai acara seminar, tempat umum
yang tidak ada papan informasinya dan acara-acara
di televisi. Yang saya lakukan adalah saya akan
meminta tolong mereka untuk menggunakan
interpreter di acara tersebut. Atau saya bisa
meminta teman saya yang mengerti isi acara
tersebut untuk menyampaikan ulang dan menjadi
notetaker/interpreter saya.
2. Bagaimana peran Interpreter dalam memberikan
informasi kepada anda? Coba ceritakan.
Jawab: Dengan adanya interpreter, saya lebih bisa
menangkap informasi yang di sampaikan.
Contohnya di televisi, akhirnya saya bisa
mengetahui apa berita terbaru dikarenakan adanya
akses kepada teman Tuli.
3. Apakah nasihat yang diberikan dari teman-teman
Tuli kepada anda jika mengalami kesulitan? Coba
ceritakan dan berikan contoh.
Jawab: Nasihat yang diberikan pastinya beragam.
Contohnya jika saya sedang mengerjakan suatu
pekerjaan dan saya melakukan kesulitan dan
kesalahan, biasanya teman-teman hanya menegur.
d. Dukungan Kelompok (individu merasa ada didalam
sebuah kelompok dan merupakan bagian dari
kelompok tersebut dimana anggota-anggota lainnya
dapat saling berbagi)
1. Apakah biasanya teman-teman Tuli berkumpul
bersama dengan teman dengar? Dan dimanakah
biasanya teman Tuli dan teman dengar berkumpul?
Jawab: Ya. Biasanya di Kopi Tulia tau Cafe Sunyi.
2. Apakah selama ini teman Tuli nyaman bermain
dengan teman dengar? Coba ceritakan dan beri
alasan.
Jawab: Bagi saya, iya. Karena pada satu sisi, teman
dengar juga mempunyai sudut pandang yang
berbeda dan kegiatan yang lebih banyak. Jadi
dengan teman dengar bisa mendapatkan ilmu dan
pengalaman baru.
Lampiran 6
Transkip Wawancara
Teman Tuli
Nama Informan : Adhi Kusumo Bharoto
Klasifikasi Tuli : Sedang
Tempat Wawancara : ACE PPKM
Pertanyaan :
a. Dukungan Emosional dan Penghargaan (meliputi
perhatian, empati turut prihatin kepada seseorang.
Individu mendapatkan rasa percaya diri dan merasa
bernilai)
1. Dukungan seperti apa yang diberikan teman dengar
maupun teman Tuli kepada anda selama ini untuk
memberikan semangat percaya diri? Coba ceritakan
dan beri contoh.
Jawab: Dukungan seperti tidak dibeda-bedakan
antara teman Tuli dengan teman dengar. Perbedaan
di antara keduanya hanya Bahasa dan budaya yang
dapat saling mempelajari, sehingga dapat
memberikan rasa nyaman dan percaya diri. Itulah
yang saya alami.
2. Apakah anda masih mengalami diskriminasi? Kalau
ya, kapan kejadian tersebut? Coba ceritakan dan beri
contoh.
Jawab: Kalau dulu ada, tetapi dewasa ini saya jarang
mengalaminya. Dulu misalnya sewaktu saya masih
di bangku SMU dan pada saat saya kuliah. Saya
sering dipandang rendah oleh teman-teman saya
karena kondisi saya. Contohnya pada saat ada tugas
kelompok dan diskusi. Saya sering tidak dilibatkan
karena saya tuli.
3. Bagaimana bentuk kepedulian yang diberikan
teman-teman kepada anda untuk memberikan
semangat dalam menjalani aktifitas? Coba ceritakan
dan beri contoh.
Jawab: Saling melibatkan satu sama lainnya jika di
dalam tim. Juga saling berbagi ide. Dengan seperti
itu saya yakin untuk menjalankan aktifitas pasti
terasa ringan dan selalu semangat.
b. Dukungan Instrumental (dukungan yang memberikan
bantuan langsung seperti pinjaman uang atau
memberikan pertolongan)
1. Jika anda mengalami kesulitan mencari pekerjaan,
apakah yang dilakukan oleh GERKATIN?Coba
ceritakan.
Jawab: Jika saya mengalami kesulitan mencari
pekerjaan, saya mencari cara lain seperti
membangun usaha, mencari mitra kerja, mencari
jalan apapun yang penting pekerjaan yang halal.
Saya tidak bisa mengandalkan GERKATIN saja,
karena jumlah calon pekerja yang dibutuhkan
terbatas dan masih banyak teman-teman Tuli lainna
yang kesulitan mencari kerjaan.
2. Jika anda mengalami kesulitan dalam hal finansial,
bagaimana langkah yang diberikan oleh
GERKATIN? Kapan kejadian tersebut? Coba
ceritakan.
Jawab: Saya pribadi tidak pernah mengandalkan
GERKATIN perihal finansial. GERKATIN
merupakan organisasi non profit, pemasukan uang
akan dibutuhkan untuk kegiatan-kegiatan lain yang
lebih mementingkan teman-teman Tuli. Menurut
saya, masalah pribadi adalah urusan pribadi.
3. Apakah GERKATIN mempunyai layanan untuk
teman Tuli yang sedang mengalami stres? Jika ya,
dimanakah biasanya teman Tuli mendapatkan
layanan tersebut?Coba ceritakan.
Jawab: Setahu saya tidak ada layanan khusus untuk
teman Tuli yang sedang mengalami hal tersebut.
c. Dukungan Informatif (memberikan informasi, nasehat,
arahan, saran, sugesti atau umpan balik)
1. Apakah anda masih sulit mendapatkan informasi?
Jika ya, dimana tempat yang biasanya anda merasa
sulit mendapatkan informasi? Dan apakah yang
akan anda lakukan? Coba ceritakan dan beri contoh.
Jawab: Masih banyak tetapi tergantung dalam aspek
apa. Misalnya kesehatan, masih banyak Rumah
Sakit atau Klinik yang tidak ada monitor
pengumuman informasi seperti antrian. Bandara-
bandara juga jika ada perubahan informasi terlalu
mengandalkan pengumuman lewat suara. Program-
program di televisi juga tidak ada teks yang tersedia.
2. Bagaimana peran Interpreter dalam memberikan
informasi kepada anda? Coba ceritakan.
Jawab: Juru Bahasa Isyarat di TV merupakan
kemajuan yang baik. Informasi-informasi dapat
diakses melalui interpreter meskipun tidak semua.
Saya sendiri bekerja sebagai interpreter di stasiun
televisi dan bekerja setiap sabtu dan minggu. Hal ini
mendapatkan respon positif dari teman-teman.
3. Apakah nasihat yang diberikan dari teman-teman
kepada anda jika mengalami kesulitan? Coba
ceritakan dan berikan contoh.
Jawab: Tergantung tentang apa. Saya sendiri bisa
mengurus sesuatu tanpa mengandalkan orang lain.
Namun ada kalanya saya membutuhkan nasihat
apabila saya kesulitan. Contohnya saya tidak
mengetahui cara mengurus KTP baru dan
bagaimana cara mendaftar pernikahan di KUA. Pasti
saya akan diberikan masukan-masukan dari teman.
d. Dukungan Kelompok (individu merasa ada didalam
sebuah kelompok dan merupakan bagian dari
kelompok tersebut dimana anggota-anggota lainnya
dapat saling berbagi)
1. Apakah biasanya teman-teman Tuli berkumpul
bersama dengan teman dengar? Dan dimanakah
biasanya teman Tuli dan teman dengar berkumpul?
Jawab: Biasanya sesama teman Tuli berkumpulnya
lebih banyak waktu dari pada sama teman dengar,
karena teman-teman Tuli hidup di dunia mereka
sendiri. Tetapi kadang-kadang teman dengar bisa
gabung. Biasanya berkumpul di komunitas Tuli
(tergantung ada tidaknya tempat), di kafe dan di
kantor GERKATIN.
2. Apakah selama ini teman Tuli nyaman bermain
dengan teman dengar? Coba ceritakan dan beri
alasan.
Jawab: Tergantung bagaimana sikap dan karakter
dari teman dengar. Teman-teman Tuli juga bisa
menilai sikap dan karakter seseorang. Jika mereka
bisa bermain bersama maka kami juga nyaman.
Lampiran 7
Transkip Wawancara
Teman Tuli
Nama Informan : Dimas Hendrayanto
Klasifikasi Tuli : Berat
Tempat Wawancara : ACE PPKM
Pertanyaan :
a. Dukungan Emosional dan Penghargaan (meliputi
perhatian, empati turut prihatin kepada seseorang.
Individu mendapatkan rasa percaya diri dan merasa
bernilai)
1. Dukungan seperti apa yang diberikan kepada anda
selama ini untuk memberikan semangat percaya
diri? Coba ceritakan dan beri contoh.
Jawab: Waktu itu umur 9 tahun saya tidak percaya
diri. Tetapi ketika saya sudah umur 13 tahun dan
bertemu teman-teman Tuli juga, saya sudah mulai
percaya diri dan semangat. Prosesnya mungkin pada
saat saling mengenal satu sama lain.
2. Apakah anda masih mengalami diskriminasi? Kalau
ya, kapan kejadian tersebut? Coba ceritakan dan beri
contoh.
Jawab: Dulu masih mengalami diskriminasi.
Contohnya seperti biasanya masyarakat menilai Tuli
itu normal hanya tidak bisa berbicara. Ada juga
yang menganggap Tuli itu tidak punya perasaan dan
saya kesal mengenai hal tersebut. Kejadiannya pada
tahun 2006 saat saya masih kuliah.
3. Bagaimana bentuk kepedulian yang diberikan
teman-teman kepada anda untuk memberikan
semangat dalam menjalani aktifitas? Coba ceritakan
dan beri contoh.
Jawab: Misalnya saat saya sulit mengakses suatu
informasi, ada teman dengar atau teman Tuli yang
lebih mengerti hal tersebut dan akhirnya membantu
saya. Seperti itulah kepedulian yang sering saya
dapatkan dan saya lebih semangat dalam menjalani
aktifitas.
Di GERKATIN saya mendapat kekuatan dan
pelajaran yang tidak henti-henti. Dari awal mula
saya tidak bisa Bahasa Isyarat, lalu diajarkan sampai
benar-benar bisa dan sekarang mampu mengajarkan
dan mentransfer ilmu saya dalam berbagai acara
seminar atau kelas Bahasa Isyarat kepada teman
Tuli lainnya bahkan teman dengar. Saya bangga bisa
menjadi salah satu dari bagian lembaga ini.
b. Dukungan Instrumental (dukungan yang memberikan
bantuan langsung seperti pinjaman uang atau
memberikan pertolongan)
1. Jika anda mengalami kesulitan mencari pekerjaan,
apakah yang dilakukan oleh GERKATIN?Coba
ceritakan.
Jawab: Karena saya bisa BISINDO. GERKATIN
memberikan akses kepada saya untuk mengajar
teman-teman dengar di ACE PPKM dan Koptul.
2. Jika anda mengalami kesulitan dalam hal finansial,
bagaimana langkah yang diberikan oleh
GERKATIN? Kapan kejadian tersebut? Coba
ceritakan.
Jawab: Apabila anggota ada yang sedang berduka
atau mengalami kecelakaan maka pengurus
mengadakan iuran seikhlasnya untuk anggota
tersebut. Setiap ada kejadian seperti itu seluruh
pengurus memberikan bantuan uang kepada anggota
yang membutuhkan. Seperti contoh waktu itu ada
anggota yang masuk rumah sakit, pengurus
GERKATIN langsung mengadakan iuran agar
anggota tersebut merasa teringankan masalahnya.
Saya senang mengenai rasa kekeluargaan yang ada
di organisasi ini.
3. Apakah GERKATIN mempunyai layanan untuk
teman Tuli yang sedang mengalami stres? Jika ya,
dimanakah biasanya teman Tuli mendapatkan
layanan tersebut?Coba ceritakan.
Jawab: Dulu GERKATIN bekerja sama dengan
organisasi Ibunda untuk sharing mengenai hal-hal
psikologis. Tetapi kalua dari GERKATIN sendiri
tidak mempunyai layanan tersebut.
c. Dukungan Informatif (memberikan informasi, nasehat,
arahan, saran, sugesti atau umpan balik)
1. Apakah anda masih sulit mendapatkan informasi?
Jika ya, dimana tempat yang biasanya anda merasa
sulit mendapatkan informasi? Dan apakah yang
akan anda lakukan? Coba ceritakan dan beri contoh.
Jawab: Masih. Tetapi saya tidak begitu merasakan
karena saya sehari-hari mengendarai motor.
Mungkin pada saat saya naik Commuter Line, tidak
adanya informasi mengenai stasiun mana saja yang
sudah di lewati. Saya juga bingung pada saat mau
turun sudah di stasiun mana.
2. Bagaimana peran Interpreter di dalam memberikan
informasi kepada anda? Coba ceritakan.
Jawab: Peran interpreter itu sangat membantu bagi
saya dan teman-teman Tuli lainnya. Jika saya
mendatangi acara yang ada interpreternya pasti saya
lebih gampang mengetahui apa maksud dari isi
acara tersebut.
3. Apakah nasihat yang diberikan dari teman dengar
kepada anda jika mengalami kesulitan? Coba
ceritakan dan berikan contoh.
Jawab: Mungkin karena saya jarang bercerita
dengan orang jika saya mengalami kesulitan. Maka
saya jarang mendapatkan nasihat-nasihat seperti itu.
d. Dukungan Kelompok (individu merasa ada didalam
sebuah kelompok dan merupakan bagian dari
kelompok tersebut dimana anggota-anggota lainnya
dapat saling berbagi)
1. Apakah biasanya teman-teman Tuli berkumpul
bersama dengan teman dengar? Dan dimanakah
biasanya teman Tuli dan teman dengar berkumpul?
Jawab: Iya. Biasanya saat setelah selesai kelas
BISINDO. Kumpulnya biasanya di Koptul.
2. Apakah selama ini teman Tuli nyaman bermain
dengan teman dengar? Coba ceritakan dan beri
alasan.
Jawab: Nyaman saja tetapi lebih nyaman pastinya
dengan sesama teman Tuli.