Kerajinan-Batik-Pewarna-Alam-di-Desa-Jarum-Kecamatan ...

50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 51 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Rumah Industri Batik Sri Endah Rumah industri batik Sri Endah berada di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan. Jarak tempuh desa ini dari Ibu kota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) sekitar 110 km atau sekitar 4 jam perjalanan. Bila dari pusat kota Klaten desa ini berjarak sekitar 15 km atau sekitar 30 menit perjalanan, sedangkan jika dari pusat pemerintahan Kecamatan Bayat, desa ini berjarak sekitar 12 km atau sekitar 30 menit perjalanan. Luas Desa Jarum 151, 3310 Ha. Yang terbagi menjadi 3 Dukuh. Dengan 10 RW dan 31 RT. Dukuh 1 terdiri dari 4 RW dan 14 RW meliputi : Kebon Agung, Pundungrejo, Kalisogo Sigubet, Tunggul. Dukuh 2 terdiri dari 3 RW dan 9 RT meliputi : Jarum, Pendem, Setren, Melikan, Karanggumuk. Dukuh 3 terdiri dari 3 RW dan 8 RT meliputi : Karangnongko, Karanganom, Karangploso, Tirejan. Dengan batas wilayah sebelah utara Desa Banyuripan, sebelah selatan Desa Tegalrejo, Sebelah barat Desa Tegalrejo, dan sebelah timur Desa Tancip. Gambar 4.1 Rumah Industri Batik Sri Endah (Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)

Transcript of Kerajinan-Batik-Pewarna-Alam-di-Desa-Jarum-Kecamatan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Rumah Industri Batik Sri Endah

Rumah industri batik Sri Endah berada di Desa Jarum, Kecamatan Bayat,

Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini berbatasan dengan

Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan. Jarak

tempuh desa ini dari Ibu kota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) sekitar 110 km

atau sekitar 4 jam perjalanan. Bila dari pusat kota Klaten desa ini berjarak sekitar

15 km atau sekitar 30 menit perjalanan, sedangkan jika dari pusat pemerintahan

Kecamatan Bayat, desa ini berjarak sekitar 12 km atau sekitar 30 menit

perjalanan.

Luas Desa Jarum 151, 3310 Ha. Yang terbagi menjadi 3 Dukuh. Dengan

10 RW dan 31 RT. Dukuh 1 terdiri dari 4 RW dan 14 RW meliputi : Kebon

Agung, Pundungrejo, Kalisogo Sigubet, Tunggul. Dukuh 2 terdiri dari 3 RW dan

9 RT meliputi : Jarum, Pendem, Setren, Melikan, Karanggumuk. Dukuh 3 terdiri

dari 3 RW dan 8 RT meliputi : Karangnongko, Karanganom, Karangploso,

Tirejan. Dengan batas wilayah sebelah utara Desa Banyuripan, sebelah selatan

Desa Tegalrejo, Sebelah barat Desa Tegalrejo, dan sebelah timur Desa Tancip.

Gambar 4.1 Rumah Industri Batik Sri Endah

(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Rumah industri batik Sri Endah tepatnya berada di dusun Pendem RT 01/

RW 06, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah.

Rumah tersebut berdampingan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, karena

merupakan perbatasan antara klaten dengan jogja dengan batas pemisah jalan dan

pegunungan. Luas lokasi rumah industri ini adalah 30 m x 20 m, dengan

bangunan utama yaitu bangunan permanen yang terdapat di bagian depan dengan

luas 12 m x 10 m, dan di belakang terdapat bangunan semi permanen dengan luas

18 m x 10 m, dan sisa wilayah lain merupakan tempat terbuka dan kebun.

Dalam proses produksinya, rumah industri batik Sri Endah memiliki

beberapa ruang/tempat produksi yang berbeda, namun tempat-tempat produksi

masih berada di satu lingkungan, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-

beda, namun ada juga satu tempat digunakan untuk beberapa kegiatan. Tempat

produksi merupakan bangunan permanen dan semi permanen, namun sebagian

besar merupakan bangunan semi permanen dengan ruang terbuka, sehingga dalam

proses produksi lebih leluasa. Ruang/tempat-tempat itu antara lain adalah:

1. Showroom Batik Sri Endah

Gambar 4.2 Showroom Batik Sri Endah

(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Showroom tersebut merupakan ruangan untuk memajang hasil karya

batik Sri Endah. Ruangan ini terdiri dari dua lantai, lantai dasar yang terdapat

hasil karya yang berupa kain batik pewarna alam antara lain: baju batik, gaun

batik, blus, daster, selendang dan berbagai jenis produk batik yang dihasilkan

oleh Batik Sri Endah.

Sedangkan produk dengan media kayu antara lain : sandal batik,

gelang-gelang, couster, jam dinding, nampan bambu, tudung saji, cermin,

gantungan kunci, tempat tisu dan lain-lain. Dan untuk penataannya showroom

tersebut terdapat patung manekin untuk memajang gaun batik, lemari etalase,

meja, dan tempat untuk menggantung baju. Lantai atas digunakan sebagai

penyimpanan barang dagangan.

2. Tempat Memola

Gambar 4.3 Tempat Memola

(Dokumentasi : Kurnia, 18 Desember 2012)

Kegiatan membuat pola dilakukan di ruangan terbuka bisa disebut

teras rumah dengan bantuan cahaya sinar matahari, dengan tujuan supaya pada

saat proses memola pada siang hari tidak perlu menggunakan lampu, karena di

tempat yang cerah, gambar pola pada kertas dapat terlihat pada kain. Di teras

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

tersebut terdapat meja untuk meletakkan kertas pola dan kain di atas kertas.

Biasanya Ibu Sri melakukan proses mola di lantai (lesehan).

3. Tempat Nyanting

Gambar 4.4 Tempat Nyanting

(Dokumentasi: Kurnia, 18 Desember 2012)

Tempat tersebut merupakan bangunan semi permanen yang berada di

belakang showroom. Kondisi tempat ini terbuka, dengan tujuan supaya

sirkulasi udara lancar, udara panas dan asap yang ditimbulkan dari kompor

yang digunakan untuk memasak malam, dapat hilang dengan mudah sehingga

pengobeng (orang yang pekerjaannya nyanting) yang bergerombol merasa

lebih leluasa, tidak pengap, dan nyaman saat bekerja. Luas tempat ini adalah 3

m x 5 m, dan mampu menampung 10 pengobeng. Di tempat ini terdapat

perlengkapan untuk nyanting, yaitu: kompor, canting, gawangan, dingklik, dan

wajan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

4. Tempat Pewarnaan

Tempat pewarnaan berada tepat di samping ruang pembatikan.

Tempat ini merupakan bangunan semi permanen yang berada di belakang

showroom. Kondisi tempat ini terbuka, dengan tujuan supaya sirkulasi udara

lancar, di samping terdapat selokan untuk membuang sisa air pewarna yang

sudah tidak dipakai. Proses pencelupan warna dilakukan oleh Bapak Sriyanto

dibantu oleh 4 karyawan. Proses pencelupan dilakukan dengan cara kain

dicelupkan di dalam pewarna yang sudah disiapkan di dalam ember kemudian

ditiriskan dengan cara disampirkan pada palang bambu yang sudah disediakan.

Setelah itu di diamkan sebentar sampai air habis menetes dan kemudian

dijemur di belakang tempat pencelupan warna.

Gambar 4.5 Tempat Pencelupan.

(Dokumentasi : Kurnia, 18 Desember 2012).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

5. Tempat Penjemuran

Gambar 4.6 Tempat Penjemuran.

(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)

Tempat penjemuran berada di sebelah tempat pewarnaan, tempat

tersebut berada di belakang rumah dengan luas 3 m x 7 m. Rumah industri

batik Sri Endah memiliki 2 tempat penjemuran, tempat penjemuran yang

memiliki atap genting, dan tempat penjemuran yang terbuka. Kondisi tempat

pada gambar diatas terbuka dengan atap genting, bertujuan agar kain yang

dijemur dapat mudah terkena angin dan tidak langsung terkena air saat hujan.

Tempat tersebut terdapat tali-tali yang melintang untuk menggantung kain pada

saat proses penjemuran. Tempat tersebut mampu menjemur kurang lebih 10

potong kain. Yang dijemur di sini merupakan kain batik dari pewarnaan awal

sampai akhir.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Gambar 4.7 Tempat Penjemuran yang terbuka

(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)

Tempat penjemuran tersebut terdapat bambu penyangga dan

melintang, serta terdapat tali-tali untuk merintangkan kain batik pada saat

penjemuran. Kondisi tempat tersebut terbuka, dan disekitar terdapat pohon-

pohon yang rindang agar kain yang dijemur tidak banyak terkena sinar

matahari secara langsung. Tempat ini terletak di belakang rumah produksi

batik Sri Endah, tempat tersebut mampu menampung kurang lebih 20 potong

kain.

B. Latar Belakang Berdirinya Rumah Industri Batik Sri Endah di Desa

Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Rumah Industri batik Sri Endah didirikan oleh Ibu Sri Mawarti bersama

sang suami bernama Sriyanto pada tahun 2006, dan sudah berlangsung selama

kurang lebih 7 tahun. Pada awalnya Ibu Sri Mawarti memperoleh keterampilan

membatik sejak kecil belajar dari ayahnya yang kebetulan seorang pembatik yang

bernama Bapak Suhardi dan Ibu Saminem, Ibu Sri Mawarti adalah anak pertama

dari lima bersaudara yaitu : Ibu Sri Mawarti, Bapak Sajino, Ibu Marsita, Bapak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Giyatno, Ibu Suyati. Kelima anak dari Bapak Suhardi tersebut berprofesi sebagai

pengusaha batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat.

Pada tahun 1990 Ibu Sri Mawarti masih berumur 16 tahun sudah bekerja

sebagai pembuat desain batik di perusahaan Kong Galery jogja selama 2 tahun,

sambil bekerja Ibu Sri Mawarti menyerap ilmu tentang proses serta pengelolaan

usaha batik. Selain itu beliau juga mengikuti program kursus menjahit, dan kursus

rias pengantin. pada tahun 1992 Kong Galery mempunyai masalah keuangan dan

akhirnya Ibu Sri mawarti memutuskan untuk keluar dari Kong Galery dengan

pertimbangan ingin benar-benar usaha sendiri dan tidak ingin selamanya menjadi

buruh pabrik.

Setelah Ibu Sri mawarti keluar dari perusahaan Kong Galery beliau mulai

usaha mandiri, berkarya dirumah memproduksi batik kain yang berfungsi sebagai

hiasan dinding berukuran kurang lebih 20 x 30 dengan motif bunga-bunga, kupu,

capung, cicak, dll. Selain itu Ibu Sri mawarti juga membuka jasa potong rambut

dan rias pengantin. beliau menikah pada tahun 1993 dengan Bapak Sriyanto yang

dulunya berprofesi sebagai pedagang buah di jakarta.

Lebih lanjut lagi sesudah menikah pada umur 19 tahun, Ibu Sri Mawarti

mengajak sang suami menekuni batik, namun pada awalnya Bapak Sriyanto

kurang berminat karna ia sudah cukup senang menjadi pedagang buah. Akan

tetapi lambat laun Bapak Sriyanto mulai membantu finishing dan hal tersebut

membuat Bapak Sriyanto menjadi senang menekuni batik.

Nama batik Sri Endah diambil dari nama pendiri yaitu Bapak Sriyanto

dan Ibu Sri Mawarti yang kebetulan mempunyai nama depan yang sama yaitu

“sri’ yang dipersatukan dalam pernikahan dengan harapan akan menjadi indah

pada akhirnya. Pada tahun 1995 batik Sri Endah bekerjasama dengan batik Mirota

Jogja dengan mengirimkan barang produksi berupa batik gelang dan batik sandal.

awal usaha dimulai dari bawah dengan tempat dan peralatan yang seadanya,

rumah industri batik Sri Endah dulunya masih seperti rumah biasa dan proses

pembatikan dilakukan di teras (emperan) rumah, proses pewarnaan dilakukan

menggunakan ember seadanya. Karna modalnya tergolong kecil dan belum

mempunyai fasilitas yang memadai. batik Sri Endah hanya mempunyai 2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

karyawan saja yang membantu mencanting dan proses pewarnaan. Dengan

demikian hasil produksinya masih sedikit.

Hasil produksi batik Sri Endah pada masa dahulu yaitu berupa batik kain:

(jarik, kain, selendang) dan batik kayu : (sandal, gelang, gantungan kunci, lepek

gelas, nampan). Untuk memenuhi kebutuhan pasar batik Sri Endah Dulu

menggunakan pewarna sintetis, disamping prosesnya mudah dan harga nya

terjangkau.

Namun kegiatan produksi terhenti pada saat terjadinya gempa bumi Mei

2006, yang merupakan peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang

Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih

pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada

skala Richter yang meruntuhkan sebagian rumah industri batik Sri Endah dan

menyebabkan kerugian.

Kebijakan pemerintah sangat membantu para korban terutama di daerah

Bayat Klaten saat itu, karena setelah gempa tersebut pemerintah menyalurkan

bantuan sandang pangan dan salah satunya berupa pelatihan bagi para pembatik

Bayat yaitu diklat yang selenggarakan oleh Badan Kerjasama Internasional

Jepang atau yang lebih sering dikenal sebagai JICA (Japan Internasional

Cooperation Agency) di lakukan selama satu minggu di Jakarta, anggota diklat

yang terdiri dari para pembatik di daerah Bayat memperoleh banyak fasilitas

antara lain : hotel (penginapan), makanan, dan buku modul pelatihan. Dalam

diklat tersebut para anggota dilatih untuk mengembangkan usahanya dengan cara

menambah pengetahuan tentang batik menggunakan bahan pewarna alam

(natural). Para anggota belajar cara membuat pewarna alam menggunakan bahan

yang berasal dari alam seperti: kulit pohon, akar pohon, buah, daun, dan tanaman

jamu-jamuan.

Badan Kerjasama Internasional Jepang atau yang lebih sering dikenal

sebagai JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) adalah sebuah lembaga

yang didirikan pemerintah Jepang untuk membantu pembangunan negara-negara

berkembang. Lembaga ini berada di bawah kekuasan Departemen Luar Negeri

dan didirikan pada Agustus 1974. Lembaga ini juga dimaksudkan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

meningkatkan kerja sama internasional antara Jepang dengan negara-negara lain.

Pada 1 Oktober 2003 lembaga ini dijadikan sebuah institusi administrasi yang

mandiri.

Program JICA menolong pengembangan pemerintah dengan memberikan

bantuan teknis dan dana yang tidak mengikat. Tujuan JICA adalah membangun

daya manusia di negara berkembang atau memperkuat organisasi-organisasi,

membantu dalam kebijaksanaan pembangunan negara berkembang, dan

melakukan penelitian untuk rencana dasar atau kemungkinan pelaksanaan operasi

pembangunan.

Selain itu, lembaga tersebut terkenal karena mereka mengirim orang

muda atau tua kepada negara berkembang sebagai “Korps pertolongan” yaitu

Pertolongan Darurat Internasional yang dikirim luar negeri ketika bencana alam

terjadi.

Setelah mengikuti diklat yang diselenggarakan oleh Badan Kerjasama

Internasional Jepang, batik Sri Endah mulai menemukan titik terang. Karena

selain dapat ilmu, batik Sri Endah juga mendapatkan modal untuk pengembangan

antara lain adalah uang pesangon dan bahan baku berupa: kain, malam, dan bahan

pewarna alam. Mulai saat itu rumah yang sebelumnya rubuh dibenahi dan ditata

kembali. batik Sri Endah membangun usaha kembali batik kain dengan pewarna

alam.

Awal mula produksi batik kain pewarna alam Ibu Sri Mawarti belum

yakin karena belum mengerti tentang pemasarannya, dengan keyakinan seadanya

Ibu Sri Mawarti beserta suami mencoba menawarkan hasil produksi ke showroom

batik yang berada di sekitar Solo dan Jogja. Pada tahun 2007 terjalin kerjasama

antara batik Sri Endah dan batik Gunawan Setiawan yang bertempat di Solo,

berlanjut Galery Batik Jawa di Jogja, batik Margaria di Jogja, dan tahun 2011

batik Sri Endah menembus pasar sampai Jakarta dengan produk batik kain

pewarna alam antara lain : bahan baju batik, selendang tenun berukuran 60 x 200

cm, dan lain-lain.

Batik Sri Endah sekarang sudah mempunyai 15 karyawan yang

membantu mengerjakan proses nyanting dan 4 karyawan yang membantu proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

pewarnaan. Hal tersebut dikarenakan batik Sri Endah sudah mempunyai 4 relasi

bisnis yang telah disebutkan di atas. Sehingga membutuhkan banyak karyawan

untuk memenuhi pesanan.

C. Proses Pembuatan Zat Pewarna Alam di Rumah Industri Batik Sri

Endah Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Batik Sri Endah menggunakan berbagai kombinasi pewarna batik untuk

menimbulkan keindahan karya sehingga banyak diminati dipasaran. Dalam

pembuatan zat pewarna alam batik Sri Endah menggunakan alat dan bahan yang

sangat sederhana dan mudah diperoleh di sekitar, antara lain sebagai berikut:

1. Alat

a. Jimbeng

Gambar 4.8 Jimbeng

(Dokumentasi: Suryani 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Alat tersebut berfungsi sebagai tempat untuk merebus bahan

pewarna alam yang akan diambil zat warnanya. Jimbeng terbuat dari tong

besar berbahan pelat logam, dengan diameter 70cm dan tinggi 1 m.

jimbeng dari bahan logam sering digunakan karena lebih mudah panas

sehingga proses ekstraksi dapat lebih cepat .

b. Pawon

Pawon berfungsi sebagai alat untuk merebus air yang akan

digunakan untuk nglorod dan untuk merebus bahan pewarna alam yang

akan diambil zat warnanya. Pawon dIbuat sendiri dari bahan batu bata yang

disusun. Di rumah industri ini terdapat 6 pawon, yaitu 2 pawon untuk proses

nglorod dan 4 pawon untuk proses perebusan (ekstraksi) zat pewarna alam.

Gambar 4.9 Pawon

(Dokumentasi: Suryani 19 Desember 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

c. Alat Penyaringan

Alat tersebut berbentuk bulat mempunyai lubang kecil-kecil berfungsi

Saringan sebagai alat untuk menyaring zat warna alam yang sudah selesai di

ekstraksi ( perebusan) untuk di ambil sarinya dan dIbuang ampas nya.

Gambar 4.10 Alat Penyaringan

(Dokumentasi: Suryani 2012)

d. Ember

Ember merupakan alat untuk melarutkan obat pewarna dan untuk

tempat menyimpan larutan pewarna alam. Ember yang digunakan terbuat dari

bahan plastik, karena lebih awet dibanding dengan ember seng, karena ember

dari bahan seng mudah berkarat jika terus terkena larutan zat warna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Gambar 4.11 Ember

(Dokumentasi: Suryani 2012)

e. Gayung

Gayung dalam proses pembuatan zat warna alam berfungsi sebagai

alat untuk memindahkan larutan dan untuk mengetahui takaran larutan zat

pewarna alam.

Gambar 4.12 Gayung

(Dokumentasi: Suryani 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2. Bahan

Batik Sri Endah menggunakan pewarna sintetis dan pewarna alam,

namun dalam pembuatan batik kain perusahaan tersebut menggunakan

pewarna alam, hal sedemikian dikarenakan harga jual nya lebih tinggi dan

keuntungan nya lebih besar. Zat warna alam merupakan zat pewarna yang

diperoleh dari tumbuh-tumbuhan tanpa melalui proses kimiawi. Tidak semua

bagian tumbuhan dapat dijadikan pewarna, ada yang diperoleh dari daun, buah,

kulit, atau kayunya. Batik Sri Endah menggunakan bahan pewarna alam antara

lain sebagai berikut:

a. Kulit Kayu (kliko)Mahoni

Gambar 4.13 Kulit kayu (Kliko) Mahoni

(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)

Pohon mahoni dapat dimanfaatkan untuk membuat pewarna batik

dengan cara diambil kulitnya (kliko), pohon tersebut menghasilkan warna

merah muda. Kuatnya warna dipengaruhi oleh usia pohon, lebih tua usia

pohon lebih kuat warna yang dihasilkan. Kulit kayu mahoni baru bisa

digunakan setelah kayu tersebut dipotong dan dijemur sampai benar-benar

kering. Kulit kayu mahoni didatangkan dari Gambirsari, Semilir, Wonosari.

Harga Kulit kayu mahoni per Kg Rp. 15.000,00.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

b. Kayu Tingi

Gambar 4.14 Kayu Tingi

(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)

Tingi (Ceriops candolleana arn) dapat menghasilkan warna merah

tua, bagian tumbuhan ini yang digunakan adalah pada kayu teras akar.

Kuatnya warna di pengaruhi oleh usia pohon, lebih tua usia pohon lebih

kuat warna yang dihasilkan. Kayu tingi baru bisa digunakan setelah kayu

tersebut dipotong dan dijemur sampai kering. Kayu tersebut di datangkan

dari Gambirsari, Semilir, Wonosari dengan harga Rp.15.000,00 per Kg.

Biasanya 5 Kg untuk 1 kali perebusan sebanyak setengah Jimbeng besar.

c. Buah Jolawe

Gambar 4.15 Buah Jolawe

(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Buah jolawe, buah ini berbentuk oval dengan diameter rata-rata 2

cm. warna yang diperoleh dari buah ini adalah kuning atau coklat kusam,

warna dengan fiksasi yang berbeda akan beda pula warna yang dihasilkan

semisal menggunakan fiksasi tawas akan menimbulkan warna kuning muda,

menggunakan fiksasi kapur akan menimbulkan warna netral, sedangkan

menggunakan fiksasi tunjung akan menimbulkan warna kunig gelap

kecoklatan. biasanya digunakan untuk batik lawasan ( kain batik dengan

warna coklat suram).

Bahan tersebut didatangkan dari sebuah toko batik Santoso yang

berada di daerah Solo. Bahan pewarna Jolawe cenderung lebih mahal

dengan harga Rp. 27.000,00 per 1 Kg.

d. Pohon Duwet

Gambar 4.16 Kulit kayu (kliko) Duwet.

(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)

Bagian tumbuhan ini yang digunakan adalah kulit kayu (kliko).

Kulit kayu duwet menghasilkan warna abu-abu. Kuatnya warna dipengaruhi

oleh usia pohon, lebih tua usia pohon lebih kuat warna yang dihasilkan.

Kayu tingi baru bisa digunakan setelah kayu tersebut dipotong dan dijemur.

Kayu tersebut didatangkan dari Gambirsari, Semilir, Wonosari. Harga per

Kg adalah Rp. 15.000.00.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

e. Pohon Mangga

Gambar 4.17 Kulit kayu (kliko) Mangga

(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)

Mangga atau Mangifera indica bagian tumbuhan ini yang

digunakan adalah kulit kayu (kliko) mangga dapat menghasilkan warna

coklat tua, kuatnya warna yang dihasilkan tergantung usia pohon yang

dipergunakan. Makin tua usia pohon makin kuat warna yang dihasilkan.

Kulit kayu tersebut baru bisa digunakan apabila kliko sudah benar-benar

kering. Kliko Mangga didatangkan dari Gambirsari, Semilir, Wonosari.

Harga per Kg adalah Rp.15.000.00.

f. Tegeran

Gambar 4.18 Kayu Pohon Tegeran.

(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tegeran atau Maclura cochinchinensis dapat menghasilkan motif

warna kuning pada kain batik, bagian tumbuhan ini yang digunakan adalah

pada kayu teras akar. Kuatnya warna yang dihasilkan tergantung usia pohon

yang dipergunakan. Makin tua usia pohon makin kuat warna yang

dihasilkan. Kayu tegeran baru bisa digunakan setelah dipotong-potong dan

di keringkan. Hal tersebut dilakukan agar waktu ekstraksi warna bisa mudah

keluar. Bahan tersebut didatangkan dari sebuah toko batik Santoso yang

berada di daerah Solo. Bahan pewarna dengan harga Rp. 20.000,00 per 1Kg.

g. Kayu Secang

Gambar 4.19 Kayu Secang

(Dokumentasi : Suryani, 6 February 2013)

Tanaman secang atau Caesalpinia sappan dapat menghasilkan

motif warna merah kearah coklat pada kain batik, bagian tumbuhan ini yang

digunakan adalah pada kayu teras akar. Kuatnya warna yang dihasilkan

tergantung usia pohon yang dipergunakan. Makin tua usia pohon makin kuat

warna yang dihasilkan. Kayu secang baru bisa digunakan setelah dipotong-

potong dan di keringkan. Hal tersebut dilakukan agar waktu ekstraksi warna

bisa mudah keluar. Bahan tersebut didatangkan dari toko batik Santoso yang

berada di daerah Solo dengan harga Rp. 15.000,00 per 1 Kg.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

h. Kulit kayu (Kliko) Jambu Mete

Gambar 4.20 Kulit kayu (Kliko) Jambu Mete

(Dokumentasi : Suryani, 6 February 2013)

Kulit kayu tersebut menghasilkan warna coklat pucat arah ke abu-

abuan, Makin tua usia pohon makin kuat warna yang dihasilkan. Bahan

tersebut baru bisa digunakan setelah dipotong-potong diambil kulitnya

(kliko) dan setelah itu di keringkan. Hal tersebut dilakukan agar waktu

ekstraksi warna bisa mudah keluar. Bahan tersebut didatangkan dari toko

batik Santoso yang berada di daerah Solo dengan harga Rp. 15.000 per 1Kg.

i. Daun Tom (indigofera)

Gambar 4.21 Daun Tom

(Dokumentasi : Suryani, 6 February 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Pewarna biru indigo terbuat dari daun Tom, sejenis tanaman

melanding dan berbuah kecil-kecil di sela daunnya. oleh ahli biologi

tanaman ini di ekstraksi menjadi serbuk yang berwarna biru dan pasta putih

untuk penyampuran nya, yang sering disebut biru indigo. Bapak Sriyanto

menyatakan “... .Sebenarnya buat sendiri itu bisa, tetapi tumbuhan nila sulit

dicari, saya dulu pernah mencoba menanam tapi akhirnya mati” (wawancara

tanggal 18 Desember 2012).

Dengan demikian para pengrajin batik pewarna alam lebih memilih

membeli bahan pewarna tersebut karena relatif praktis dan warna nya tidak

mudah luntur. Akan tetapi warna indigo mudah hilang jika masih basah.

Setelah pencelupan kain batik segera di jemur dengan cara dijepit pada sisi

samping dengan penjepit kain, hal tersebut bertujuan supaya tidak tergesek

yang mengakibatkan warna akan pudar. Setelah kering kain dicelupkan

kembali dan dijemur lagi, proses ini dilakukan berulang-ulang, pada

teorinya pencelupan dilakukan sampai 10-25 kali, akan tetapi rumah industri

batik Sri Endah cukup melakukan 7-10 kali celupan.

Gambar 4.22 Pewarna biru Indigo

(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

3. Proses

Proses pembuatan zat pewarna alam di rumah industri batik Sri Endah

tergolong mudah, dengan cara sebagai berikut : (1) Potong menjadi ukuran

kecil kecil bagian tanaman yang diinginkan misalnya: daun, batang , kulit atau

buah. Bahan dapat dikeringkan terlebih dulu maupun langsung diekstrak.

Ambil potongan tersebut seberat 500 gr. (2) Masukkan potongan-potongan

tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan 1:10. Contohnya

jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5 liter. (3) Rebus bahan

hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki larutan

zat warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya

menjadi sepertiganya. Sebagai indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam

tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi

berwarna. Jika larutan tetap bening berarti tanaman tersebut hampir dipastikan

tidak mengandung pigmen warna. (4) Saring dengan kasa penyaring larutan

hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan sisa bahan yang

diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat

warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan

Gambar 4.23 Perebusan zat pewarna alam

(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 20012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Zat pewarna yang duhasilkan dari alam tidak bisa pakem atau sama,

sulit untuk membuat warna yang sama, hal tersebut dikarenakan perbedaan

takaran fiksasi. Fiksasi merupakan proses untuk menimbulkan warna disebut

juga kancing warna. Sebagai contoh pewarna dari pohon tingi beda fiksasi akan

beda pula warna yang akan dihasilkan. Dalam pembuatan pewarna alam batik

Sri Endah menggunakan beberapa macam bahan fiksasi sebagai berikut :

a. Kapur (Gamping)

Gambar 4.24 Kapur Gamping

(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)

Kapur gamping adalah salah satu bahan untuk fiksasi warna. Kapur

gamping baru bisa dipakai dengan cara dicampur terlebih dahulu dengan air

dan diendapkan, setelah kapur gamping diendapkan diambil air sarinya.

b. Tawas

Tawas berbentuk seperti batu putih, sebelum digunakan harus

dihaluskan terlebih dahulu menggunakan penumbuk yang terbuat dari batu

(lumpang). Cara fiksasinya dengan dicampur air. Tawas bisa mengunci

warna, dan warna yang dihasilkan cenderung netral.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Gambar 4.25 Tawas

(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)

c. Tunjung

Tunjung berbentuk seperti garam bata yang berwarna hijau, dengan

fiksasi ini warna yang dihasilkan cenderung lebih tua. Cara fiksasi tunjung

dengan dicampur air panas agar bisa larut.

Gambar 4.26 Tunjung

(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

d. Cuka

Cuka digunakan khusus untuk mengunci warna biru indigo, proses

awal kain dicelup warna indigo sebanyak yang diinginkan sampai dirasa

sudah cukup lalu ditiriskan. pada mulanya warna yang sudah dicelup ke

dalam warna indigo berwarna hijau namun setelah terkena angin dan kering

warnanya akan berubah menjadi biru. Proses selanjutnya adalah proses

fiksasi, Dengan Cuka yang sudah dicampur atau dilarutkan dengan air bersih

didalam ember besar. Takaran cuka tergantung keinginan si pembuat, jika

cuka lebih banyak yang dilarutkan maka hasil warna nya akan menjadi lebih

tua.

Gambar 4.27 Cuka

(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

4. Hasil

Berikut adalah contoh warna yang dihasilkan dari zat pewarna alam beserta

fiksasinya.

Tabel 2. Contoh warna yang dihasilkan dari bahan alam beserta fiksasinya.

No. Hasil Warna Alam Keterangan

1.

Kayu tingi, dengan fiksasi tunjung dan

kapur.

2.

Kayu tingi. dengan fiksasi tawas.

3.

Kayu tingi, dengan fiksasi kapur.

4.

Kayu tingi, dengan fiksasi tunjung

5.

Buah jolawe, dengan fiksasi kapur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

6.

Kombinasi dari kulit kayu (kliko) mahoni,

kulit kayu duwet, dan kulit kayu mangga

dengan fiksasi kapur.

7.

Kulit kayu duwet dengan fiksasi tunjung.

8.

Kulit kayu duwet dengan fiksasi tunjung.

9.

Kombinasi dari Indigo, kulit kayu duwet

dengan fiksasi cuka dan tunjung.

10.

Kombinasi dari Indigo dengan fiksasi

cuka. Warna cenderung biru muda, bisa

disebabkan oleh perbandingan fiksasi dan

pencelupan zat warna

11.

Kombinasi dari Indigo dengan fiksasi

cuka. Warna biru cenderung lebih tua

disebabkan oleh banyaknya fiksasi dan

banyaknya pencelupan warna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

12.

Kombinasi dari Indigo, kulit kayu duwet

dengan fiksasi cuka dan kapur.

13.

Kombinasi dari kulit kayu mahoni, kulit

kayu duwet, kulit kayu mangga, dengan

fiksasi tunjung.

(Sumber : Suryani, 6 Januari 2013)

D. Proses Produksi di Rumah Industri Batik Sri Endah Menggunakan

Pewarna Alam

Proses pembatikan dilakukan oleh Ibu Sri Mawarti dibantu Ibu-Ibu

pengobeng (orang yang pekerjaannya mencanting) yang berjumlah 15 karyawan,

proses pewarnaan dilakukan oleh Bapak Sriyanto dibantu 3 karyawan yang sudah

berpengalaman dalam pembuatan pewarna alam. Peralatan yang digunakan dalam

memproduksi batik tulis merupakan peralatan yang tergolong sederhana dan

tradisional, dan bahannyapun pada umumnya sama, bahan pewarna dapat

diperoleh di alam sekitar, dapat juga diperoleh di toko batik Santoso yang berada

di Solo. Dan di daerah Wonosari.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

1. Peralatan membatik

Tabel 3. Peralartan membatik di rumah industri Sri Endah

No. Alat Keterangan

1. Kompor

Gambar Kompor Gas

(Dokumentasi: Suryani, 2013)

Berfungsi sebagai alat untuk memasak

malam supaya cair, yang akan

digunakan untuk membatik. Kompor

yang digunakan adalah kompor gas,

dikarenakan minyak tanah sudah

langka. Di rumah industri ini terdapat 2

kompor, satu kompor biasanya

digunakan oleh 3 - 4 orang.

2. Gas Elpiji

Gambar Gas Elpiji

(Dokumentasi: Suryani, 2013)

Tabung gas elpiji adalah sebagai piranti

kompor yang berisikan gas yang

disalurkan ke kompor. Tabung gas yang

biasa digunakan berisi 3 Kg.

3. Wajan

Gambar Wajan

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Berfungsi sebagai alat untuk tempat

mencairkan malam. Wajan yang dipakai

seperti wajan untuk membatik pada

umumnya, berukuran kecil, dan terbuat

dari logam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

4. Besi pemanas

Gambar besi pemanas

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Alat tersebut berfungsi untuk

menghilangkan malam yang mblobor.

Dengan cara memanaskan ujung besi

tersebut kemudian di saputkan pada

malam yang mbolor yang sudah disaput

dengan air terlebih dahulu.

5. Dingklik

Gambar Dingklik

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Berfungsi untuk tempat duduk orang

yang sedang membatik. Dingklik dIbuat

sendiri yang terbuat dari kayu, dengan

tinggi kurang lebih 15 cm.

6. Ember

Gambar Ember

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Merupakan alat untuk melarutkan obat

pewarna dan untuk tempat menyimpan

larutan pewarna alam. Ember yang

digunakan terbuat dari bahan plastik,

karena lebih awet dibanding dengan

ember seng, karena ember dari bahan

seng mudah berkarat jika terus terkena

larutan zat warna.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

7. Sarung Tangan

Gambar Sarung Tangan

(Dokumentasi: Suryani, 2013)

Sarung tangan digunakan saat

pencelupan warna dan proses

fiksasi.bertujuan agar tangan tetap

terlindungi dan tidak iritasi.

8. Jimbeng

Gambar Jimbeng

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Jimbeng berfungsi untuk memasak air

dalam proses nglorod (proses

penghilangan malam pada kain batik).

Jimbeng dIbuat dari tong besar

berbahan pelat logam, dengan diameter

70cm dan tinggi 1 m.

9. Canting.

Gambar Canting Cecekan

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Berfungsi untuk melukis pada waktu

membatik pada kain. Canting yang

digunakan ada 3 macam, yaitu :

a. Canting cecekan, digunakan untuk

memberi isen-isen yang berupa titik-

titik kecil (cecek). Canting jenis ini

memiliki cucuk (lubang tempat

keluarnya malam) yang kecil.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

10. Canting Klowongan

Gambar Canting Klowongan

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

b. Canting klowongan, digunakan untuk

membuat klowongan atau untuk

membatik mengikuti garis pola.

Canting jenis ini memiliki cucuk

(lubang tempat keluarnya malam)

yang lebih besar dibanding cucuk

canting ceceakan.

11. Canting Tembokan

Gambar Canting Tembokan

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

c. Canting tèmbokan, digunakan untuk

menutup bidang polaan. Canting

jenis ini memiliki cucuk (lubang

tempat keluarnya malam) yang

paling besar, sehingga mudah untuk

melekatkan malam dalam bidang

polaan yang luas.

12. Canting Telon

Gambar Canting Telon

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

d. Canting telon. Canting ini bercurut 3,

mempunyai 3 lubang. Berfingsi

untuk isen-isen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

13. Pensil

Gambar Pensil

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Digunakan untuk menggambar motif

batik di atas kertas kalkir dan kain

putih. yang digunakan adalah pensil

jenis 4B untuk proses awal mola pada

kertas maupun kain, dan spidol

snowman hitam berukuran kecil yang

digunakan pada saat menggambar

proses akhir memola pada kertas. Pensil

jenis 4B digunakan dengan karena hasil

coretan mudah membekas.

14. Penghapus

Gambar Penghapus

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Penghapus digunakan untuk menghapus

gambar yang salah pada saat memola

dengan pensil pada kertas kalkir

maupun pada kain. Penghapus yang

digunakan yaitu penghapus karet

berwarna putih, dipilih warna putih

karena tidak meninggalkan warna saat

digunakan untuk menghapus.

15. Gunting

Gambar Gunting

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Gunting digunakan untuk memotong

kain mori yang akan digunakan untuk

bahan membatik, gunting yang dipakai

berukuran besar dan tajam, karena lebih

mudah dipakai dan dapat memotong

lebih cepat dibanding gunting kecil.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

16. Kuas

Gambar Kuas

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Kuas digunakan untuk mencolet larutan

obat pewarna batik ke bagian yang akan

diberi warna. Kuas yang digunakan

adalah kuas cat air dengan ukuran kecil

yaitu ukuran 6-10. masing-masing

ukuran tersebut digunakan sesuai

kebutuhan.

17.

Tongkat

Gambar Tongkat

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Tongkat digunakan untuk mengait kain

pada waktu nglorod. Bertujuan agar

tangan tidak terkena air panas saat kain

batik di celupkan ke dalam jimbeng

yang berisikan air mendidih. Tongkat

yang digunakan terbuat dari bahan kayu

dengan panjang 1 meter.

18. Gawangan

Gambar Gawangan

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Digunakan untuk menggantungkan kain

pada waktu membatik. Gawangan

dIbuat sendiri dari bahan bambu,

ukuran panjang gawang 100 cm, tinggi

60 cm, bahan yang digunakan dari

bambu karena bahan baku mudah

didapat di lingkungan desa, dan ringan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

19. Bambu

Gambar Bambu

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Berfungsi sebagai alat untuk menjemur

kain batik setelah proses pewarnaan,

bambu yang digunakan adalah bambu

apus yang sudah kering dengan panjang

rata-rata 5m. Sebelumnya bambu harus

di haluskan ruas-ruasnya, supaya tidak

merusak kain.

2. Bahan

Bahan merupakan salah satu unsur penting dalam proses produksi,

karena jika bahan tidak tersedia, maka proses produksi tidak dapat dijalankan.

Bahan yang dipakai untuk proses produksi batik tulis di rumah industri batik

Sri Endah dapat dibeli di toko-toko perlengkapan membatik di daerah Solo dan

Jogja. Bahan pewarna alam di datangkan dari Solo dan Wonosari. Bahan-bahan

tersebut antara lain sebagai berikut :

Tabel 4. Bahan-bahan yang dipergunakan di rumah industri batik Sri Endah.

No. Bahan Keterangan

1. Kain Mori

Gambar Mori Primis

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Kain mori merupakan media untuk

membatik. Kain mori yang

digunakan adalah jenis mori

primis, kain jenis ini dipilih karena

kualitas yang termasuk baik,

dengan tingkat kehalusan sedang.

Kualitas atau kehalusan mori jenis

ini memang masih di bawah mori

primissima, namun masih di atas

mori prima.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

2. Malam Jeboran

Gambar Malam Jeboran

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Malam Jeboran adalah malam

bekas hasil lorotan yang sudah

menjadi dingin dan mengapung di

atas Jimbeng (tempat untuk

nglorod). Biasa dipakai untuk

nemboki atau Menutup bagian

motif yang bidangnya luas.

3. Malam kualitas No. 1

Gambar Malam

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Untuk menutup permukaan kain

menurut desain, sehingga

permukaan yang tertutup tersebut

menolak zat warna. Malam

tersebut berkualitas no. 1

10. Zat Pewarna Alam

Gambar Zat Pewarna Alam

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Bahan pewarna alam merupakan

zat pewarna yang diperoleh dari

tumbuh-tumbuhan, tanpa melalui

proses kimiawi. Bahan tersebut

sudah diproses (direbus) menjadi

Larutan Pewarna Alam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

15. Soda Abu

Gambar Soda Abu

(Dokumentasi: Suryani, 2012)

Soda abu merupakan bahan

pembantu untuk nglorod.

Berfungsi untuk mempercepat

menghilangkan malam pada

proses nglorod.

3. Proses Produksi Batik

Proses produksi batik merupakan proses pembuatan batik dari mori

batik sampai menjadi kain batik yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan

menggunakan alat dan bahan yang tersedia. Di rumah industri ini dalam setiap

proses produksi terbagi beberapa tahapan,

Proses membuat batik di sini ada 3 tahap, semua tahap dilakukan di

tempatnya masing-masing, dan dikerjakan oleh orang yang berbeda-beda,

tahap pertama yaitu membuat pola motif dikerjakan oleh Ibu Sri Mawarti

dibantu oleh anak perempuan yang bernama Selvi berusia 17 tahun siswa SMK

ROTA. Berikut ini proses produksi batik di rumah industri batik Sri Endah

dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu: (a) Tahap Persiapan. (b) Tahap

Pembatikan, (c) Tahap Pewarnaan, (d) Tahap Nglorod.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

a. Tahap Persiapan

Persiapan dimaksudkan sebagai bermacam-macam proses untuk

mempersiapkan mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat batik.

Di rumah industri batik Sri Endah, proses persiapan ada beberapa tahapan,

yaitu:

1) Pemotongan Kain.

Dalam proses pemotongan kain yang pertama adalah: kain diukur dengan

lebar 150 cm dan panjang 250 cm, nantinya setelah jadi oleh konsumen

bisa digunakan untuk baju lengan panjang, ukuran kain jarik 200cm x

150 dan ukuran 125 cm x 250 cm digunakan untuk membuat baju lengan

pendek. Kain kemudian digaris menggunakan penggaris dan pensil,

kemudian kain dipotong menurut garis yang sudah ada dengan

menggunakan gunting. Setelah kain dipotong mori primis tidak perlu

dikanji, tetapi hanya dicelup ke dalam air bersih hingga merata dan

dijemur hingga kering.

2) Memola

Memola merupakan proses menggambar motif pada kain mori. Proses

memola dapat dilakukan dengan menggunakan kertas pola yang terbuat

dari kertas karton atau kertas kalkir dan dapat juga menggambar lansung

pada kain/ tanpa kertas pola, namun di rumah industri ini memola

dilakukan dengan menggunakan kertas pola. Kertas pola (terdapat

gambar motif) diletakkan di atas meja pola, kemudian kain diletakkan di

atas kertas pola tadi, dan lampu yang terdapat di bawah meja dinyalakan,

sehingga pada permukaan kain akan terlihat bayangan garis-garis motif

dari kertas pola tersebut, kemudian bayang-bayang garis motif disalin ke

dalam kain dengan menggunakan pensil 4B. Kegiatan ini dilakukan oleh

Ibu Sri Mawarti dan anaknya bernama Selvi siswa SMK ROTA Bayat

Klaten.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

b. Tahap Pembatikan

Membatik merupakan kegiatan menempelkan malam sebagai

perintang warna dengan menggunakan alat yang disebut canting, dan

dilakukan oleh pengobeng (orang yang pekerjaannya mencanting). Di

rumah industri batik Sri Endah hanya mengerjakan batik tulis, dalam

pengerjaan membatik dilakukan oleh Ibu-Ibu pekerja.

1) Nglowongi

Gambar 4.28 Proses Memola

Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012

Merupakan kegiatan awal pada saat proses nyanting,

dilakukan dengan cara membatik mengikuti garis pola yang terdapat

pada kain batik. Jenis canting yang digunakan adalah canting

klowongan dengan cucuk (lubang keluarnya malam) berukuran

sedang. Proses ini dilakukan oleh Ibu-Ibu pekerja, kain batik yang

sudah selesai dalam proses ini disebut batik kosongan atau klowongan.

2) Ngisen-iseni

Tahap ini merupakan tahap dimana kain yang sudah selesai

dibatik klowongan kemudian diberi isi. disebut ngisen-iseni dari kata

isi yang berarti memberi isi di bagian dalam motif menggunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

canting cecekan atau disebut juga canting isen. Canting tersebut

mempunyai cucuk yang kecil. Isen-iseni dapat berupa titik-titik dan

garis-garis. Malam yang digunakan adalah malam gladhak putih dan

gondorukem dengan takaran sama seperti malam yang digunakan

untuk nglowongi yaitu malam gondorukem sebanyak ¼ dari malam

gladhak putih.

3) Nerusi

Batikan yang sudah selesai diberi isen-isen kemudian dibalik

permukaannya, dan dibatik lagi pada permukaan kedua itu disebut

nerusi. Nerusi dilakukan dengan cara mengikuti motif pembatikan

pertama pada bekas tembusannya. Nerusi tidak berbeda dengan

memola, dan batikan pertama berfungsi sebagai pola. canting yang

digunakan sama seperti untuk nglowongi, yaitu canting klowongan.

4) Nemboki

Tahap ini merupakan tahap dimana sebuah batikan tidak

seluruhnya diberi warna, maka bagian-bagian yang tidak diberi warna

ditutupi dengan malam disebut nemboki. Malam yang digunakan

adalah malam gladhak ireng, dan bisa juga menggunakan malam

jeboran (malam hasil bekas lorotan). Cara penutupannya, seperti

membatik bagian lain dengan mempergunakan canting tembokan, jika

bidang tembokan terlalu luas dan sulit dikerjakan dengan canting,

maka bisa menggunakan kuas. Kain batik yang sudah selesai di proses

ini disebut batik putihan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Gambar 4.29 Nemboki Menggunakan Kuas

(Dokumentasi: Suryani, 6 Februari 2013)

5) Ngrining

Proses ngrining adalah proses pengambilan warna ketiga,

dengan cara menutup motif yang diinginkan dengan malam. Proses ini

merupakan proses pembatikan terakhir. Setelah proses ini selesai

dilanjutkan proses pewarnaan ketiga setelah itu dilorod lagi. Proses

tersebut dikerjakan oleh karyawan batik Sri Endah.

Gambar 4.30 Proses Ngrining

(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

c. Tahap Pewarnaan

Pada dasarnya hampir seluruh jenis tumbuhan dapat

menghasilkan zat pewarna alami yang dapat digunakan pada proses

pewarnaan batik dengan teknik celup. Zat warna tumbuhan dapat

diambill dari akar, batang (kayu), kulit, daun dan bunga.

Pewarnaan di rumah industri batik Sri Endah menggunakan zat

pewarna alam, dalam proses pewarnaan kain batik, menggunakan teknik

celup . Teknik celup dengan cara mencelupkan kain ke dalam larutan zat

warna kurang lebih 7 sampai 10 kali pencelupan. Pewarnaan batik

melalui beberapa proses, Berikut proses pewarnaan dengan zat pewarna

alam :

1) Proses Pencelupan Warna.

Gambar 4.31 Proses Pencelupan Warna

(Dokumentasi: Suryani, 6 Febriari 2013)

Pencelupan dilakukan berulang-ulang. Pertama kain batik di

celupkan dalam larutan TRO. Proses ini dilakukan dengan cara

melarutkan 15 gram TRO ke dalam bak (ember) yang berisi 30 liter

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

air. Kemudian kain batik putihan direndam ke dalam larutan tersebut

selama 2 menit hingga basah merata, kain diangkat dan ditiriskan

sampai air berhenti menetes. Larutan TRO berfungsi sebagai zat

pembasah serta pembantu penguraian kain dengan zat warna alam,

sehingga zat warna alam akan dengan mudah menempel pada kain.

TRO bisa di ganti dengan deterjen

Kain yang sudah selesai dalam proses pembatikan dicelupkan

ke zat pewarna alam yang sudah disiapkan di dalam ember besar.

Setelah pencelupan warna kain ditiriskan sampai air berhenti menetes

di jemur. Proses penjemuran dilakukan Dengan cara di bentangkan

dengan tali rafia yang dihubungkan dengan bambu dengan di jepit

dengan penjepit jemuran. Pencelupan dilakukan secara berulang-ulang

kurang lebih 10sampai 25 kali bahkan bisa lebih, sampai dirasa sudah

cukup.

Gambar 4.32 Proses Penjemuran

(Dokumentasi: Kurnia, 18 Desember 2012)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

2) Proses Fiksasi

Setelah proses pencelupan warna dikira sudah selesai

dilanjutkan dengan proses fiksasi, yaitu proses untuk menimbulkan

warna (mengunci warna) dengan teknik celup. Hal tersebut bertujuan

agar warna yang di hasilkan tidak mudah luntur.

Gambar 4.33 Proses fiksasi ( Jolawe dengan Kapur)

(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)

Proses fiksasi di batik Sri Endah menggunakan 4 macam

bahan diantaranya: Kapur (gamping), Tawas, Tunjung, dan Cuka.

Beberapa macam fiksasi tersebut menimbulkan hasil warna yang

berbeda. Semisal :

a) Fiksasi dengan kapur atau gambing dapat menimbulkan warna

netral sama seperti warna asli sebelum proses fiksasi.

b) Fiksasi dengan tawas dapat menimbulkan warna cenderung muda.

c) Fiksasi dengan Tunjung akan menimbulkan warna yang cenderumg

lebih tua.

d) Fiksasi dengan cuka khusus untuk pewarna biru indigo. Apabila

dalam pencampuran fiksasi cuka lebih banyak maka hasil warna

yang ditimbulkan cenderung lebih tua.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Sebagai contoh membuat warna hijau, pada umumnya zat

warna alam yang menghasilkan warna hijau itu tidak ada, semisal ada

itupun warna nya kurang kuat. Batik Sri Endah membuat warna hijau

menggunakan warna biru indigo dengan dicampur warna kuning dari

buah jolawe.

Dengan cara kain batik di celup ke pewarna indigo setelah itu

dijemur dan di celup lagi. Hal tersebut dilakukan secara berulang-

ulang sampai dikira warna sudah selesai kurang lebih 7-10 kali

pencelupan. Setelah mendapatkan warna indigo yang diinginkan,

maka proses selanjutnya adalah mendapatkan warna hijau dengan cara

mencelupkan kain batik yang sudah berwarna biru tersebut ke dalam

zat warna kuning dari buah jolawe. Pencelupan dilakukan berulang-

ulang sehingga mendapatkan warna hijau yang diinginkan, dan setelah

itu kain batik tersebut berlanjut ke proses fiksasi.

d. Tahap Nglorod

Setelah kain batik selesai diwarna indigo, maka proses

selanjutnya adalah penghilangan malam pada kain batik dengan cara

direbus ke dalam air panas, proses ini disebut nglorod. Proses ini

menggunakan peralatan dan bahan yang sederhana, yaitu: Pawon, kayu

bakar, jimbeng, tongkat kayu, air, dan soda abu.

Proses nglorod biasanya dilakukan setelah kain batik yang

sudah selesai diwarnai terkumpul banyak, kira-kira kalau sudah ada 70

kain baru nglorod, karena sekalian yang merebus air dan membuat

larutannya. Proses ini memang tidak memerlukan keterampilan khusus,

proses tersebut dikerjakan sendiri oleh Bapak Sriyanto dan dibantu oleh

pegawainya, waktu yang dIbutuhkan juga tidak lama. Berikut proses

nglorod kain batik di rumah industri batik Sri Endah: (1) Merebus air

dengan jumlah separuh lebih dari jimbeng, dengan menggunakan pawon

hingga air mendidih. (2) Melarutkan 100 gram soda abu ke dalam air

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

mendidih, kain dilorod sedikit-sedikit dan bergantian, kain dimasukkan

ke dalam larutan dengan jumlah 4 kain, (3) Kain direndam ke dalam air

mendidih selama 10 menit, kemudian diaduk-aduk menggunakan tongkat

kayu hingga semua lilin di kain rontok/hilang (4) Setelah kain bersih dari

lilin, kain direndam ke dalam air bersih, dan ditiriskan Kemudian kain

dijemur hingga kering.

Gambar 4.34 Proses Nglorod

(Dokumentasi: Suryani, 6 Februari 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

E. Keunggulan Zat Pewarna Alam di Batik Sri Endah.

Pada dasarnya sesuatu yang alami itu lebih istimewa dan berkualitas.

Akan tetapi di era globalisasi sekarang ini manusia kebanyakan selalu

berkeinginan segalanya instan karna dipandang lebih praktis dan efisien. Sama

halnya dengan pemakaian zat pewarna dalam batik.

Pada zaman dahulu pembatik menggunakan pewarna alam hampir

seluruh jenis tumbuhan dapat menghasilkan zat pewarna alami yang dapat

digunakan pada proses pewarnaan batik dengan teknik celup. Zat warna tumbuhan

dapat diambill dari akar, batang (kayu), kulit, daun, buah dan bunga.

Hal tersebut bertolak belakang dengan masa sekarang yang mulai

banyak bermunculan pewarna sintetis yang berupa : Napthol, remazol, dan

indigosol. Jenis pewarna tersebut merupakan pewarna yang praktis dan mudah

untuk dipergunakan. Akan tetapi lain halnya di rumah industri batik Sri Endah

yang makin meningkatkan hasil produksi batik menggunakan zat warna alam.

Pembuatan batik dengan zat pewarna alam memang sangat tergantung dari cuaca.

Ketika cuaca panas, batik alam ini akan selesai dalam kurun waktu dua hari.

Semakin terkena panas, batik alam akan menyerap panas dan membuat warnanya

makin cerah. Dengan demikian, keunikan warna justru akan terlihat ketika batik

itu lama terpakai. Berikut keunggulan pewarna alam di Batik Sri Endah:

1. Hasil Warna Bervariasi.

Rumah industri batik Sri Endah kurang lebih sudah 7 tahun

menggunakan zat pewarna alam, dan menghasilkan warna-warna dari alam

yang diolahnya dengan telaten. Warna unggulan dari batik Sri Endah yaitu

warna Soga yang dihasilkan dari kulit kayu tingi yang kini semakin diminati

oleh pasar. Dengan permainan fiksasi batik Sri Endah mampu membuat banyak

jenis warna yang bervariasi. Hasil warna akan lebih kaya variasi dengan

mengkombinasikan larutan zat warna alam, sebagai contoh warna soga yang

berasal dari beberapa bahan alam. Semisal larutan dari kayu tingi, larutan

warna dari kayu mahoni, dan larutan warna dengan kayu secang yang

dikombinasikan akan menimbulkan hasil warna yang berbeda dan sangat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

bervariasi apabila terus di olah dan terus di kombinasikan antara larutan warna

satu dengan larutan warna yang lain.

2. Daya Jual Batik Pewarna Alam Lebih Tinggi

Pada umumnya batik itu adalah sama-sama kain yang bermotif akan

tetapi yang membedakan adalah bahan, dan prosesnya. Kebanyakan

perusahaan batik lebih mengutamakan minat pasar dengan menggunakan zat

pewarna sintetis yang lebih praktis dan instan, akan tetapi hal tersebut sangat

berdampak negatif pada lingkungan.

Rumah industri batik Sri Endah menggunakan bahan yang berkualitas,

dan menggunakan pewarna alami, prosesnyapun jauh lebih rumit sehingga

menghasilkan karya yang bernilai tinggi. karena terbuat dari bahan-bahan yang

memanfaatkan sumber daya alam hususnya dalam pewarnaanya yang

menggunakan zat pewarna alam.

Kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau

nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna yang khas

sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Karena prosesnya yang tidak mudah,

harga jual batik warna alam juga tidak murah, berkisar mulai Rp.400.000,00

sampai Rp.1.000.000,00 untuk kain dengan panjang 200cm x 150cm.

Selain memproduksi batik sendiri, Batik Sri Endah melayani pesanan

dari para pelanggannya yang berada di Solo dan Jogja. Batik Sri Endah

bekerjasama dengan Mirota Jogja, Galery Batik Jawa di Jogja, batik Margaria

di Jogja, dan batik Gunawan Setiawan Solo. Terpercayanya batik Sri Endah

perusahaan batik Gunawan Setiawan yang bertempat di Solo setiap minggunya

menyetor kain batikan yang sudah siap di warna kurang lebih 60 potong kain

berukuran 200cm x 150cm untuk di proses menggunakan pewarna alam sampai

hasil jadi atau selesai. Upah harga proses pewarnaan dalam satu potong kain

berukuran 200cm x 150cm berkisar antara Rp.150.000,00 sampai

Rp.300.000,00 tergantung kerumitan dan pesanan warna yang diinginkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Jika batik dan kerajinan tradisional sebagai identitas bangsa dapat

dIbuat dengan menggunakan pewarna alami, tentunya akan meningkatkan daya

jual produk dalam negeri, yang pada akhirnya akan meningkatkan devisa

negara dan kesejahteraan masyarakat. Dikarenakan produknya akan lebih

disukai lagi oleh masyarakat dunia. Sebagai komoditas unggulan produk

Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang

unik, etnik dan eksklusif.

3. Aman Bagi Kesehatan

Dilihat dari segi warnanya Intensitas colour terhadap kornea mata

manusia terasa sangat menyejukkan dan pengaruh warna dari zat pewarna

alami akan menyehatkan kornea mata manusia. sedangkan pewarna sintetis

cenderung mencolok.

Zat pewarna alam tidak menimbulkan iritasi kulit, aman bagi

kesehatan sedangkan zat pewarna sintetis berbahaya bagi kesehatan. Pewarna

sintetis yang memiliki grup azo dicurigai sebagai penyebab kanker kulit.

.Rumah Industri batik Sri Endah mengutamakan kesehatan pada para

Karyawannya, selain pewarna alam cenderung memiliki nilai jual yang tinggi

zat pewarna alam tidak menimbulkan bekas warna di tangan, dengan demikian

para karyawan yang mengolah zat pewarna alam tidak perlu takut akan terjadi

iritasi dan rasa gatal-gatal. Karena zat warna alam aman bagi kesehatan.

4. Ramah Lingkungan

Zat Pewarna alam ramah lingkungan, dalam artian limbah dari

pencelupan batik dengan pewarna alami dinilai lebih aman dan tidak

menimbulkan dampak pencemaran lingkungan. Karena berasal dari alam,

dengan sendirinya zat-zat yang terkandung dalam pewarna alami dapat mudah

terurai, berbeda dengan pewarna tekstil sintetis yang sulit terurai di alam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Di rumah industri batik Sri Endah proses pewarnaan tidak perlu ada

pembuangan limbah. Proses pewarnaan dilakukan di tempat yang terbuka dan

sisa larutan yang menetes dibiarkan meresap ketanah dikarenakan zat warna

alam ramah lingkungan dan mudah terurai ke alam.

Bahan pewarna yang berasal dari alam tidak mengandung unsur kimia

yang dapat merusak lingkungan hidup. Selain bisa melestarikan budaya batik,

menggunakan zat pewarna alam ini juga berupaya untuk lebih ramah

lingkungan. Bekas bahan yang sudah direbus tidak menimbulkan limbah dan

sampah, oleh para karyawan batik Sri Endah limbah tersebut bisa dimanfaatkan

untuk dijadikan pupuk kompos.