Kerajinan-Batik-Pewarna-Alam-di-Desa-Jarum-Kecamatan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Kerajinan-Batik-Pewarna-Alam-di-Desa-Jarum-Kecamatan ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Rumah Industri Batik Sri Endah
Rumah industri batik Sri Endah berada di Desa Jarum, Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan ini berbatasan dengan
Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan. Jarak
tempuh desa ini dari Ibu kota Propinsi Jawa Tengah (Semarang) sekitar 110 km
atau sekitar 4 jam perjalanan. Bila dari pusat kota Klaten desa ini berjarak sekitar
15 km atau sekitar 30 menit perjalanan, sedangkan jika dari pusat pemerintahan
Kecamatan Bayat, desa ini berjarak sekitar 12 km atau sekitar 30 menit
perjalanan.
Luas Desa Jarum 151, 3310 Ha. Yang terbagi menjadi 3 Dukuh. Dengan
10 RW dan 31 RT. Dukuh 1 terdiri dari 4 RW dan 14 RW meliputi : Kebon
Agung, Pundungrejo, Kalisogo Sigubet, Tunggul. Dukuh 2 terdiri dari 3 RW dan
9 RT meliputi : Jarum, Pendem, Setren, Melikan, Karanggumuk. Dukuh 3 terdiri
dari 3 RW dan 8 RT meliputi : Karangnongko, Karanganom, Karangploso,
Tirejan. Dengan batas wilayah sebelah utara Desa Banyuripan, sebelah selatan
Desa Tegalrejo, Sebelah barat Desa Tegalrejo, dan sebelah timur Desa Tancip.
Gambar 4.1 Rumah Industri Batik Sri Endah
(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Rumah industri batik Sri Endah tepatnya berada di dusun Pendem RT 01/
RW 06, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah.
Rumah tersebut berdampingan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, karena
merupakan perbatasan antara klaten dengan jogja dengan batas pemisah jalan dan
pegunungan. Luas lokasi rumah industri ini adalah 30 m x 20 m, dengan
bangunan utama yaitu bangunan permanen yang terdapat di bagian depan dengan
luas 12 m x 10 m, dan di belakang terdapat bangunan semi permanen dengan luas
18 m x 10 m, dan sisa wilayah lain merupakan tempat terbuka dan kebun.
Dalam proses produksinya, rumah industri batik Sri Endah memiliki
beberapa ruang/tempat produksi yang berbeda, namun tempat-tempat produksi
masih berada di satu lingkungan, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-
beda, namun ada juga satu tempat digunakan untuk beberapa kegiatan. Tempat
produksi merupakan bangunan permanen dan semi permanen, namun sebagian
besar merupakan bangunan semi permanen dengan ruang terbuka, sehingga dalam
proses produksi lebih leluasa. Ruang/tempat-tempat itu antara lain adalah:
1. Showroom Batik Sri Endah
Gambar 4.2 Showroom Batik Sri Endah
(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Showroom tersebut merupakan ruangan untuk memajang hasil karya
batik Sri Endah. Ruangan ini terdiri dari dua lantai, lantai dasar yang terdapat
hasil karya yang berupa kain batik pewarna alam antara lain: baju batik, gaun
batik, blus, daster, selendang dan berbagai jenis produk batik yang dihasilkan
oleh Batik Sri Endah.
Sedangkan produk dengan media kayu antara lain : sandal batik,
gelang-gelang, couster, jam dinding, nampan bambu, tudung saji, cermin,
gantungan kunci, tempat tisu dan lain-lain. Dan untuk penataannya showroom
tersebut terdapat patung manekin untuk memajang gaun batik, lemari etalase,
meja, dan tempat untuk menggantung baju. Lantai atas digunakan sebagai
penyimpanan barang dagangan.
2. Tempat Memola
Gambar 4.3 Tempat Memola
(Dokumentasi : Kurnia, 18 Desember 2012)
Kegiatan membuat pola dilakukan di ruangan terbuka bisa disebut
teras rumah dengan bantuan cahaya sinar matahari, dengan tujuan supaya pada
saat proses memola pada siang hari tidak perlu menggunakan lampu, karena di
tempat yang cerah, gambar pola pada kertas dapat terlihat pada kain. Di teras
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
tersebut terdapat meja untuk meletakkan kertas pola dan kain di atas kertas.
Biasanya Ibu Sri melakukan proses mola di lantai (lesehan).
3. Tempat Nyanting
Gambar 4.4 Tempat Nyanting
(Dokumentasi: Kurnia, 18 Desember 2012)
Tempat tersebut merupakan bangunan semi permanen yang berada di
belakang showroom. Kondisi tempat ini terbuka, dengan tujuan supaya
sirkulasi udara lancar, udara panas dan asap yang ditimbulkan dari kompor
yang digunakan untuk memasak malam, dapat hilang dengan mudah sehingga
pengobeng (orang yang pekerjaannya nyanting) yang bergerombol merasa
lebih leluasa, tidak pengap, dan nyaman saat bekerja. Luas tempat ini adalah 3
m x 5 m, dan mampu menampung 10 pengobeng. Di tempat ini terdapat
perlengkapan untuk nyanting, yaitu: kompor, canting, gawangan, dingklik, dan
wajan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4. Tempat Pewarnaan
Tempat pewarnaan berada tepat di samping ruang pembatikan.
Tempat ini merupakan bangunan semi permanen yang berada di belakang
showroom. Kondisi tempat ini terbuka, dengan tujuan supaya sirkulasi udara
lancar, di samping terdapat selokan untuk membuang sisa air pewarna yang
sudah tidak dipakai. Proses pencelupan warna dilakukan oleh Bapak Sriyanto
dibantu oleh 4 karyawan. Proses pencelupan dilakukan dengan cara kain
dicelupkan di dalam pewarna yang sudah disiapkan di dalam ember kemudian
ditiriskan dengan cara disampirkan pada palang bambu yang sudah disediakan.
Setelah itu di diamkan sebentar sampai air habis menetes dan kemudian
dijemur di belakang tempat pencelupan warna.
Gambar 4.5 Tempat Pencelupan.
(Dokumentasi : Kurnia, 18 Desember 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
5. Tempat Penjemuran
Gambar 4.6 Tempat Penjemuran.
(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)
Tempat penjemuran berada di sebelah tempat pewarnaan, tempat
tersebut berada di belakang rumah dengan luas 3 m x 7 m. Rumah industri
batik Sri Endah memiliki 2 tempat penjemuran, tempat penjemuran yang
memiliki atap genting, dan tempat penjemuran yang terbuka. Kondisi tempat
pada gambar diatas terbuka dengan atap genting, bertujuan agar kain yang
dijemur dapat mudah terkena angin dan tidak langsung terkena air saat hujan.
Tempat tersebut terdapat tali-tali yang melintang untuk menggantung kain pada
saat proses penjemuran. Tempat tersebut mampu menjemur kurang lebih 10
potong kain. Yang dijemur di sini merupakan kain batik dari pewarnaan awal
sampai akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 4.7 Tempat Penjemuran yang terbuka
(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)
Tempat penjemuran tersebut terdapat bambu penyangga dan
melintang, serta terdapat tali-tali untuk merintangkan kain batik pada saat
penjemuran. Kondisi tempat tersebut terbuka, dan disekitar terdapat pohon-
pohon yang rindang agar kain yang dijemur tidak banyak terkena sinar
matahari secara langsung. Tempat ini terletak di belakang rumah produksi
batik Sri Endah, tempat tersebut mampu menampung kurang lebih 20 potong
kain.
B. Latar Belakang Berdirinya Rumah Industri Batik Sri Endah di Desa
Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten
Rumah Industri batik Sri Endah didirikan oleh Ibu Sri Mawarti bersama
sang suami bernama Sriyanto pada tahun 2006, dan sudah berlangsung selama
kurang lebih 7 tahun. Pada awalnya Ibu Sri Mawarti memperoleh keterampilan
membatik sejak kecil belajar dari ayahnya yang kebetulan seorang pembatik yang
bernama Bapak Suhardi dan Ibu Saminem, Ibu Sri Mawarti adalah anak pertama
dari lima bersaudara yaitu : Ibu Sri Mawarti, Bapak Sajino, Ibu Marsita, Bapak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Giyatno, Ibu Suyati. Kelima anak dari Bapak Suhardi tersebut berprofesi sebagai
pengusaha batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat.
Pada tahun 1990 Ibu Sri Mawarti masih berumur 16 tahun sudah bekerja
sebagai pembuat desain batik di perusahaan Kong Galery jogja selama 2 tahun,
sambil bekerja Ibu Sri Mawarti menyerap ilmu tentang proses serta pengelolaan
usaha batik. Selain itu beliau juga mengikuti program kursus menjahit, dan kursus
rias pengantin. pada tahun 1992 Kong Galery mempunyai masalah keuangan dan
akhirnya Ibu Sri mawarti memutuskan untuk keluar dari Kong Galery dengan
pertimbangan ingin benar-benar usaha sendiri dan tidak ingin selamanya menjadi
buruh pabrik.
Setelah Ibu Sri mawarti keluar dari perusahaan Kong Galery beliau mulai
usaha mandiri, berkarya dirumah memproduksi batik kain yang berfungsi sebagai
hiasan dinding berukuran kurang lebih 20 x 30 dengan motif bunga-bunga, kupu,
capung, cicak, dll. Selain itu Ibu Sri mawarti juga membuka jasa potong rambut
dan rias pengantin. beliau menikah pada tahun 1993 dengan Bapak Sriyanto yang
dulunya berprofesi sebagai pedagang buah di jakarta.
Lebih lanjut lagi sesudah menikah pada umur 19 tahun, Ibu Sri Mawarti
mengajak sang suami menekuni batik, namun pada awalnya Bapak Sriyanto
kurang berminat karna ia sudah cukup senang menjadi pedagang buah. Akan
tetapi lambat laun Bapak Sriyanto mulai membantu finishing dan hal tersebut
membuat Bapak Sriyanto menjadi senang menekuni batik.
Nama batik Sri Endah diambil dari nama pendiri yaitu Bapak Sriyanto
dan Ibu Sri Mawarti yang kebetulan mempunyai nama depan yang sama yaitu
“sri’ yang dipersatukan dalam pernikahan dengan harapan akan menjadi indah
pada akhirnya. Pada tahun 1995 batik Sri Endah bekerjasama dengan batik Mirota
Jogja dengan mengirimkan barang produksi berupa batik gelang dan batik sandal.
awal usaha dimulai dari bawah dengan tempat dan peralatan yang seadanya,
rumah industri batik Sri Endah dulunya masih seperti rumah biasa dan proses
pembatikan dilakukan di teras (emperan) rumah, proses pewarnaan dilakukan
menggunakan ember seadanya. Karna modalnya tergolong kecil dan belum
mempunyai fasilitas yang memadai. batik Sri Endah hanya mempunyai 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
karyawan saja yang membantu mencanting dan proses pewarnaan. Dengan
demikian hasil produksinya masih sedikit.
Hasil produksi batik Sri Endah pada masa dahulu yaitu berupa batik kain:
(jarik, kain, selendang) dan batik kayu : (sandal, gelang, gantungan kunci, lepek
gelas, nampan). Untuk memenuhi kebutuhan pasar batik Sri Endah Dulu
menggunakan pewarna sintetis, disamping prosesnya mudah dan harga nya
terjangkau.
Namun kegiatan produksi terhenti pada saat terjadinya gempa bumi Mei
2006, yang merupakan peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih
pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada
skala Richter yang meruntuhkan sebagian rumah industri batik Sri Endah dan
menyebabkan kerugian.
Kebijakan pemerintah sangat membantu para korban terutama di daerah
Bayat Klaten saat itu, karena setelah gempa tersebut pemerintah menyalurkan
bantuan sandang pangan dan salah satunya berupa pelatihan bagi para pembatik
Bayat yaitu diklat yang selenggarakan oleh Badan Kerjasama Internasional
Jepang atau yang lebih sering dikenal sebagai JICA (Japan Internasional
Cooperation Agency) di lakukan selama satu minggu di Jakarta, anggota diklat
yang terdiri dari para pembatik di daerah Bayat memperoleh banyak fasilitas
antara lain : hotel (penginapan), makanan, dan buku modul pelatihan. Dalam
diklat tersebut para anggota dilatih untuk mengembangkan usahanya dengan cara
menambah pengetahuan tentang batik menggunakan bahan pewarna alam
(natural). Para anggota belajar cara membuat pewarna alam menggunakan bahan
yang berasal dari alam seperti: kulit pohon, akar pohon, buah, daun, dan tanaman
jamu-jamuan.
Badan Kerjasama Internasional Jepang atau yang lebih sering dikenal
sebagai JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) adalah sebuah lembaga
yang didirikan pemerintah Jepang untuk membantu pembangunan negara-negara
berkembang. Lembaga ini berada di bawah kekuasan Departemen Luar Negeri
dan didirikan pada Agustus 1974. Lembaga ini juga dimaksudkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
meningkatkan kerja sama internasional antara Jepang dengan negara-negara lain.
Pada 1 Oktober 2003 lembaga ini dijadikan sebuah institusi administrasi yang
mandiri.
Program JICA menolong pengembangan pemerintah dengan memberikan
bantuan teknis dan dana yang tidak mengikat. Tujuan JICA adalah membangun
daya manusia di negara berkembang atau memperkuat organisasi-organisasi,
membantu dalam kebijaksanaan pembangunan negara berkembang, dan
melakukan penelitian untuk rencana dasar atau kemungkinan pelaksanaan operasi
pembangunan.
Selain itu, lembaga tersebut terkenal karena mereka mengirim orang
muda atau tua kepada negara berkembang sebagai “Korps pertolongan” yaitu
Pertolongan Darurat Internasional yang dikirim luar negeri ketika bencana alam
terjadi.
Setelah mengikuti diklat yang diselenggarakan oleh Badan Kerjasama
Internasional Jepang, batik Sri Endah mulai menemukan titik terang. Karena
selain dapat ilmu, batik Sri Endah juga mendapatkan modal untuk pengembangan
antara lain adalah uang pesangon dan bahan baku berupa: kain, malam, dan bahan
pewarna alam. Mulai saat itu rumah yang sebelumnya rubuh dibenahi dan ditata
kembali. batik Sri Endah membangun usaha kembali batik kain dengan pewarna
alam.
Awal mula produksi batik kain pewarna alam Ibu Sri Mawarti belum
yakin karena belum mengerti tentang pemasarannya, dengan keyakinan seadanya
Ibu Sri Mawarti beserta suami mencoba menawarkan hasil produksi ke showroom
batik yang berada di sekitar Solo dan Jogja. Pada tahun 2007 terjalin kerjasama
antara batik Sri Endah dan batik Gunawan Setiawan yang bertempat di Solo,
berlanjut Galery Batik Jawa di Jogja, batik Margaria di Jogja, dan tahun 2011
batik Sri Endah menembus pasar sampai Jakarta dengan produk batik kain
pewarna alam antara lain : bahan baju batik, selendang tenun berukuran 60 x 200
cm, dan lain-lain.
Batik Sri Endah sekarang sudah mempunyai 15 karyawan yang
membantu mengerjakan proses nyanting dan 4 karyawan yang membantu proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pewarnaan. Hal tersebut dikarenakan batik Sri Endah sudah mempunyai 4 relasi
bisnis yang telah disebutkan di atas. Sehingga membutuhkan banyak karyawan
untuk memenuhi pesanan.
C. Proses Pembuatan Zat Pewarna Alam di Rumah Industri Batik Sri
Endah Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten
Batik Sri Endah menggunakan berbagai kombinasi pewarna batik untuk
menimbulkan keindahan karya sehingga banyak diminati dipasaran. Dalam
pembuatan zat pewarna alam batik Sri Endah menggunakan alat dan bahan yang
sangat sederhana dan mudah diperoleh di sekitar, antara lain sebagai berikut:
1. Alat
a. Jimbeng
Gambar 4.8 Jimbeng
(Dokumentasi: Suryani 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Alat tersebut berfungsi sebagai tempat untuk merebus bahan
pewarna alam yang akan diambil zat warnanya. Jimbeng terbuat dari tong
besar berbahan pelat logam, dengan diameter 70cm dan tinggi 1 m.
jimbeng dari bahan logam sering digunakan karena lebih mudah panas
sehingga proses ekstraksi dapat lebih cepat .
b. Pawon
Pawon berfungsi sebagai alat untuk merebus air yang akan
digunakan untuk nglorod dan untuk merebus bahan pewarna alam yang
akan diambil zat warnanya. Pawon dIbuat sendiri dari bahan batu bata yang
disusun. Di rumah industri ini terdapat 6 pawon, yaitu 2 pawon untuk proses
nglorod dan 4 pawon untuk proses perebusan (ekstraksi) zat pewarna alam.
Gambar 4.9 Pawon
(Dokumentasi: Suryani 19 Desember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
c. Alat Penyaringan
Alat tersebut berbentuk bulat mempunyai lubang kecil-kecil berfungsi
Saringan sebagai alat untuk menyaring zat warna alam yang sudah selesai di
ekstraksi ( perebusan) untuk di ambil sarinya dan dIbuang ampas nya.
Gambar 4.10 Alat Penyaringan
(Dokumentasi: Suryani 2012)
d. Ember
Ember merupakan alat untuk melarutkan obat pewarna dan untuk
tempat menyimpan larutan pewarna alam. Ember yang digunakan terbuat dari
bahan plastik, karena lebih awet dibanding dengan ember seng, karena ember
dari bahan seng mudah berkarat jika terus terkena larutan zat warna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 4.11 Ember
(Dokumentasi: Suryani 2012)
e. Gayung
Gayung dalam proses pembuatan zat warna alam berfungsi sebagai
alat untuk memindahkan larutan dan untuk mengetahui takaran larutan zat
pewarna alam.
Gambar 4.12 Gayung
(Dokumentasi: Suryani 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2. Bahan
Batik Sri Endah menggunakan pewarna sintetis dan pewarna alam,
namun dalam pembuatan batik kain perusahaan tersebut menggunakan
pewarna alam, hal sedemikian dikarenakan harga jual nya lebih tinggi dan
keuntungan nya lebih besar. Zat warna alam merupakan zat pewarna yang
diperoleh dari tumbuh-tumbuhan tanpa melalui proses kimiawi. Tidak semua
bagian tumbuhan dapat dijadikan pewarna, ada yang diperoleh dari daun, buah,
kulit, atau kayunya. Batik Sri Endah menggunakan bahan pewarna alam antara
lain sebagai berikut:
a. Kulit Kayu (kliko)Mahoni
Gambar 4.13 Kulit kayu (Kliko) Mahoni
(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)
Pohon mahoni dapat dimanfaatkan untuk membuat pewarna batik
dengan cara diambil kulitnya (kliko), pohon tersebut menghasilkan warna
merah muda. Kuatnya warna dipengaruhi oleh usia pohon, lebih tua usia
pohon lebih kuat warna yang dihasilkan. Kulit kayu mahoni baru bisa
digunakan setelah kayu tersebut dipotong dan dijemur sampai benar-benar
kering. Kulit kayu mahoni didatangkan dari Gambirsari, Semilir, Wonosari.
Harga Kulit kayu mahoni per Kg Rp. 15.000,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
b. Kayu Tingi
Gambar 4.14 Kayu Tingi
(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)
Tingi (Ceriops candolleana arn) dapat menghasilkan warna merah
tua, bagian tumbuhan ini yang digunakan adalah pada kayu teras akar.
Kuatnya warna di pengaruhi oleh usia pohon, lebih tua usia pohon lebih
kuat warna yang dihasilkan. Kayu tingi baru bisa digunakan setelah kayu
tersebut dipotong dan dijemur sampai kering. Kayu tersebut di datangkan
dari Gambirsari, Semilir, Wonosari dengan harga Rp.15.000,00 per Kg.
Biasanya 5 Kg untuk 1 kali perebusan sebanyak setengah Jimbeng besar.
c. Buah Jolawe
Gambar 4.15 Buah Jolawe
(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Buah jolawe, buah ini berbentuk oval dengan diameter rata-rata 2
cm. warna yang diperoleh dari buah ini adalah kuning atau coklat kusam,
warna dengan fiksasi yang berbeda akan beda pula warna yang dihasilkan
semisal menggunakan fiksasi tawas akan menimbulkan warna kuning muda,
menggunakan fiksasi kapur akan menimbulkan warna netral, sedangkan
menggunakan fiksasi tunjung akan menimbulkan warna kunig gelap
kecoklatan. biasanya digunakan untuk batik lawasan ( kain batik dengan
warna coklat suram).
Bahan tersebut didatangkan dari sebuah toko batik Santoso yang
berada di daerah Solo. Bahan pewarna Jolawe cenderung lebih mahal
dengan harga Rp. 27.000,00 per 1 Kg.
d. Pohon Duwet
Gambar 4.16 Kulit kayu (kliko) Duwet.
(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)
Bagian tumbuhan ini yang digunakan adalah kulit kayu (kliko).
Kulit kayu duwet menghasilkan warna abu-abu. Kuatnya warna dipengaruhi
oleh usia pohon, lebih tua usia pohon lebih kuat warna yang dihasilkan.
Kayu tingi baru bisa digunakan setelah kayu tersebut dipotong dan dijemur.
Kayu tersebut didatangkan dari Gambirsari, Semilir, Wonosari. Harga per
Kg adalah Rp. 15.000.00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
e. Pohon Mangga
Gambar 4.17 Kulit kayu (kliko) Mangga
(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)
Mangga atau Mangifera indica bagian tumbuhan ini yang
digunakan adalah kulit kayu (kliko) mangga dapat menghasilkan warna
coklat tua, kuatnya warna yang dihasilkan tergantung usia pohon yang
dipergunakan. Makin tua usia pohon makin kuat warna yang dihasilkan.
Kulit kayu tersebut baru bisa digunakan apabila kliko sudah benar-benar
kering. Kliko Mangga didatangkan dari Gambirsari, Semilir, Wonosari.
Harga per Kg adalah Rp.15.000.00.
f. Tegeran
Gambar 4.18 Kayu Pohon Tegeran.
(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tegeran atau Maclura cochinchinensis dapat menghasilkan motif
warna kuning pada kain batik, bagian tumbuhan ini yang digunakan adalah
pada kayu teras akar. Kuatnya warna yang dihasilkan tergantung usia pohon
yang dipergunakan. Makin tua usia pohon makin kuat warna yang
dihasilkan. Kayu tegeran baru bisa digunakan setelah dipotong-potong dan
di keringkan. Hal tersebut dilakukan agar waktu ekstraksi warna bisa mudah
keluar. Bahan tersebut didatangkan dari sebuah toko batik Santoso yang
berada di daerah Solo. Bahan pewarna dengan harga Rp. 20.000,00 per 1Kg.
g. Kayu Secang
Gambar 4.19 Kayu Secang
(Dokumentasi : Suryani, 6 February 2013)
Tanaman secang atau Caesalpinia sappan dapat menghasilkan
motif warna merah kearah coklat pada kain batik, bagian tumbuhan ini yang
digunakan adalah pada kayu teras akar. Kuatnya warna yang dihasilkan
tergantung usia pohon yang dipergunakan. Makin tua usia pohon makin kuat
warna yang dihasilkan. Kayu secang baru bisa digunakan setelah dipotong-
potong dan di keringkan. Hal tersebut dilakukan agar waktu ekstraksi warna
bisa mudah keluar. Bahan tersebut didatangkan dari toko batik Santoso yang
berada di daerah Solo dengan harga Rp. 15.000,00 per 1 Kg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
h. Kulit kayu (Kliko) Jambu Mete
Gambar 4.20 Kulit kayu (Kliko) Jambu Mete
(Dokumentasi : Suryani, 6 February 2013)
Kulit kayu tersebut menghasilkan warna coklat pucat arah ke abu-
abuan, Makin tua usia pohon makin kuat warna yang dihasilkan. Bahan
tersebut baru bisa digunakan setelah dipotong-potong diambil kulitnya
(kliko) dan setelah itu di keringkan. Hal tersebut dilakukan agar waktu
ekstraksi warna bisa mudah keluar. Bahan tersebut didatangkan dari toko
batik Santoso yang berada di daerah Solo dengan harga Rp. 15.000 per 1Kg.
i. Daun Tom (indigofera)
Gambar 4.21 Daun Tom
(Dokumentasi : Suryani, 6 February 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Pewarna biru indigo terbuat dari daun Tom, sejenis tanaman
melanding dan berbuah kecil-kecil di sela daunnya. oleh ahli biologi
tanaman ini di ekstraksi menjadi serbuk yang berwarna biru dan pasta putih
untuk penyampuran nya, yang sering disebut biru indigo. Bapak Sriyanto
menyatakan “... .Sebenarnya buat sendiri itu bisa, tetapi tumbuhan nila sulit
dicari, saya dulu pernah mencoba menanam tapi akhirnya mati” (wawancara
tanggal 18 Desember 2012).
Dengan demikian para pengrajin batik pewarna alam lebih memilih
membeli bahan pewarna tersebut karena relatif praktis dan warna nya tidak
mudah luntur. Akan tetapi warna indigo mudah hilang jika masih basah.
Setelah pencelupan kain batik segera di jemur dengan cara dijepit pada sisi
samping dengan penjepit kain, hal tersebut bertujuan supaya tidak tergesek
yang mengakibatkan warna akan pudar. Setelah kering kain dicelupkan
kembali dan dijemur lagi, proses ini dilakukan berulang-ulang, pada
teorinya pencelupan dilakukan sampai 10-25 kali, akan tetapi rumah industri
batik Sri Endah cukup melakukan 7-10 kali celupan.
Gambar 4.22 Pewarna biru Indigo
(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
3. Proses
Proses pembuatan zat pewarna alam di rumah industri batik Sri Endah
tergolong mudah, dengan cara sebagai berikut : (1) Potong menjadi ukuran
kecil kecil bagian tanaman yang diinginkan misalnya: daun, batang , kulit atau
buah. Bahan dapat dikeringkan terlebih dulu maupun langsung diekstrak.
Ambil potongan tersebut seberat 500 gr. (2) Masukkan potongan-potongan
tersebut ke dalam panci. Tambahkan air dengan perbandingan 1:10. Contohnya
jika berat bahan yang diekstrak 500gr maka airnya 5 liter. (3) Rebus bahan
hingga volume air menjadi setengahnya (2,5liter). Jika menghendaki larutan
zat warna jadi lebih kental volume sisa perebusan bisa diperkecil misalnya
menjadi sepertiganya. Sebagai indikasi bahwa pigmen warna yang ada dalam
tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi
berwarna. Jika larutan tetap bening berarti tanaman tersebut hampir dipastikan
tidak mengandung pigmen warna. (4) Saring dengan kasa penyaring larutan
hasil proses ekstraksi tersebut untuk memisahkan dengan sisa bahan yang
diesktrak (residu). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat
warna alam. Setelah dingin larutan siap digunakan
Gambar 4.23 Perebusan zat pewarna alam
(Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 20012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Zat pewarna yang duhasilkan dari alam tidak bisa pakem atau sama,
sulit untuk membuat warna yang sama, hal tersebut dikarenakan perbedaan
takaran fiksasi. Fiksasi merupakan proses untuk menimbulkan warna disebut
juga kancing warna. Sebagai contoh pewarna dari pohon tingi beda fiksasi akan
beda pula warna yang akan dihasilkan. Dalam pembuatan pewarna alam batik
Sri Endah menggunakan beberapa macam bahan fiksasi sebagai berikut :
a. Kapur (Gamping)
Gambar 4.24 Kapur Gamping
(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)
Kapur gamping adalah salah satu bahan untuk fiksasi warna. Kapur
gamping baru bisa dipakai dengan cara dicampur terlebih dahulu dengan air
dan diendapkan, setelah kapur gamping diendapkan diambil air sarinya.
b. Tawas
Tawas berbentuk seperti batu putih, sebelum digunakan harus
dihaluskan terlebih dahulu menggunakan penumbuk yang terbuat dari batu
(lumpang). Cara fiksasinya dengan dicampur air. Tawas bisa mengunci
warna, dan warna yang dihasilkan cenderung netral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 4.25 Tawas
(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)
c. Tunjung
Tunjung berbentuk seperti garam bata yang berwarna hijau, dengan
fiksasi ini warna yang dihasilkan cenderung lebih tua. Cara fiksasi tunjung
dengan dicampur air panas agar bisa larut.
Gambar 4.26 Tunjung
(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
d. Cuka
Cuka digunakan khusus untuk mengunci warna biru indigo, proses
awal kain dicelup warna indigo sebanyak yang diinginkan sampai dirasa
sudah cukup lalu ditiriskan. pada mulanya warna yang sudah dicelup ke
dalam warna indigo berwarna hijau namun setelah terkena angin dan kering
warnanya akan berubah menjadi biru. Proses selanjutnya adalah proses
fiksasi, Dengan Cuka yang sudah dicampur atau dilarutkan dengan air bersih
didalam ember besar. Takaran cuka tergantung keinginan si pembuat, jika
cuka lebih banyak yang dilarutkan maka hasil warna nya akan menjadi lebih
tua.
Gambar 4.27 Cuka
(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
4. Hasil
Berikut adalah contoh warna yang dihasilkan dari zat pewarna alam beserta
fiksasinya.
Tabel 2. Contoh warna yang dihasilkan dari bahan alam beserta fiksasinya.
No. Hasil Warna Alam Keterangan
1.
Kayu tingi, dengan fiksasi tunjung dan
kapur.
2.
Kayu tingi. dengan fiksasi tawas.
3.
Kayu tingi, dengan fiksasi kapur.
4.
Kayu tingi, dengan fiksasi tunjung
5.
Buah jolawe, dengan fiksasi kapur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
6.
Kombinasi dari kulit kayu (kliko) mahoni,
kulit kayu duwet, dan kulit kayu mangga
dengan fiksasi kapur.
7.
Kulit kayu duwet dengan fiksasi tunjung.
8.
Kulit kayu duwet dengan fiksasi tunjung.
9.
Kombinasi dari Indigo, kulit kayu duwet
dengan fiksasi cuka dan tunjung.
10.
Kombinasi dari Indigo dengan fiksasi
cuka. Warna cenderung biru muda, bisa
disebabkan oleh perbandingan fiksasi dan
pencelupan zat warna
11.
Kombinasi dari Indigo dengan fiksasi
cuka. Warna biru cenderung lebih tua
disebabkan oleh banyaknya fiksasi dan
banyaknya pencelupan warna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
12.
Kombinasi dari Indigo, kulit kayu duwet
dengan fiksasi cuka dan kapur.
13.
Kombinasi dari kulit kayu mahoni, kulit
kayu duwet, kulit kayu mangga, dengan
fiksasi tunjung.
(Sumber : Suryani, 6 Januari 2013)
D. Proses Produksi di Rumah Industri Batik Sri Endah Menggunakan
Pewarna Alam
Proses pembatikan dilakukan oleh Ibu Sri Mawarti dibantu Ibu-Ibu
pengobeng (orang yang pekerjaannya mencanting) yang berjumlah 15 karyawan,
proses pewarnaan dilakukan oleh Bapak Sriyanto dibantu 3 karyawan yang sudah
berpengalaman dalam pembuatan pewarna alam. Peralatan yang digunakan dalam
memproduksi batik tulis merupakan peralatan yang tergolong sederhana dan
tradisional, dan bahannyapun pada umumnya sama, bahan pewarna dapat
diperoleh di alam sekitar, dapat juga diperoleh di toko batik Santoso yang berada
di Solo. Dan di daerah Wonosari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
1. Peralatan membatik
Tabel 3. Peralartan membatik di rumah industri Sri Endah
No. Alat Keterangan
1. Kompor
Gambar Kompor Gas
(Dokumentasi: Suryani, 2013)
Berfungsi sebagai alat untuk memasak
malam supaya cair, yang akan
digunakan untuk membatik. Kompor
yang digunakan adalah kompor gas,
dikarenakan minyak tanah sudah
langka. Di rumah industri ini terdapat 2
kompor, satu kompor biasanya
digunakan oleh 3 - 4 orang.
2. Gas Elpiji
Gambar Gas Elpiji
(Dokumentasi: Suryani, 2013)
Tabung gas elpiji adalah sebagai piranti
kompor yang berisikan gas yang
disalurkan ke kompor. Tabung gas yang
biasa digunakan berisi 3 Kg.
3. Wajan
Gambar Wajan
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Berfungsi sebagai alat untuk tempat
mencairkan malam. Wajan yang dipakai
seperti wajan untuk membatik pada
umumnya, berukuran kecil, dan terbuat
dari logam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
4. Besi pemanas
Gambar besi pemanas
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Alat tersebut berfungsi untuk
menghilangkan malam yang mblobor.
Dengan cara memanaskan ujung besi
tersebut kemudian di saputkan pada
malam yang mbolor yang sudah disaput
dengan air terlebih dahulu.
5. Dingklik
Gambar Dingklik
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Berfungsi untuk tempat duduk orang
yang sedang membatik. Dingklik dIbuat
sendiri yang terbuat dari kayu, dengan
tinggi kurang lebih 15 cm.
6. Ember
Gambar Ember
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Merupakan alat untuk melarutkan obat
pewarna dan untuk tempat menyimpan
larutan pewarna alam. Ember yang
digunakan terbuat dari bahan plastik,
karena lebih awet dibanding dengan
ember seng, karena ember dari bahan
seng mudah berkarat jika terus terkena
larutan zat warna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
7. Sarung Tangan
Gambar Sarung Tangan
(Dokumentasi: Suryani, 2013)
Sarung tangan digunakan saat
pencelupan warna dan proses
fiksasi.bertujuan agar tangan tetap
terlindungi dan tidak iritasi.
8. Jimbeng
Gambar Jimbeng
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Jimbeng berfungsi untuk memasak air
dalam proses nglorod (proses
penghilangan malam pada kain batik).
Jimbeng dIbuat dari tong besar
berbahan pelat logam, dengan diameter
70cm dan tinggi 1 m.
9. Canting.
Gambar Canting Cecekan
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Berfungsi untuk melukis pada waktu
membatik pada kain. Canting yang
digunakan ada 3 macam, yaitu :
a. Canting cecekan, digunakan untuk
memberi isen-isen yang berupa titik-
titik kecil (cecek). Canting jenis ini
memiliki cucuk (lubang tempat
keluarnya malam) yang kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
10. Canting Klowongan
Gambar Canting Klowongan
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
b. Canting klowongan, digunakan untuk
membuat klowongan atau untuk
membatik mengikuti garis pola.
Canting jenis ini memiliki cucuk
(lubang tempat keluarnya malam)
yang lebih besar dibanding cucuk
canting ceceakan.
11. Canting Tembokan
Gambar Canting Tembokan
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
c. Canting tèmbokan, digunakan untuk
menutup bidang polaan. Canting
jenis ini memiliki cucuk (lubang
tempat keluarnya malam) yang
paling besar, sehingga mudah untuk
melekatkan malam dalam bidang
polaan yang luas.
12. Canting Telon
Gambar Canting Telon
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
d. Canting telon. Canting ini bercurut 3,
mempunyai 3 lubang. Berfingsi
untuk isen-isen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
13. Pensil
Gambar Pensil
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Digunakan untuk menggambar motif
batik di atas kertas kalkir dan kain
putih. yang digunakan adalah pensil
jenis 4B untuk proses awal mola pada
kertas maupun kain, dan spidol
snowman hitam berukuran kecil yang
digunakan pada saat menggambar
proses akhir memola pada kertas. Pensil
jenis 4B digunakan dengan karena hasil
coretan mudah membekas.
14. Penghapus
Gambar Penghapus
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Penghapus digunakan untuk menghapus
gambar yang salah pada saat memola
dengan pensil pada kertas kalkir
maupun pada kain. Penghapus yang
digunakan yaitu penghapus karet
berwarna putih, dipilih warna putih
karena tidak meninggalkan warna saat
digunakan untuk menghapus.
15. Gunting
Gambar Gunting
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Gunting digunakan untuk memotong
kain mori yang akan digunakan untuk
bahan membatik, gunting yang dipakai
berukuran besar dan tajam, karena lebih
mudah dipakai dan dapat memotong
lebih cepat dibanding gunting kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
16. Kuas
Gambar Kuas
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Kuas digunakan untuk mencolet larutan
obat pewarna batik ke bagian yang akan
diberi warna. Kuas yang digunakan
adalah kuas cat air dengan ukuran kecil
yaitu ukuran 6-10. masing-masing
ukuran tersebut digunakan sesuai
kebutuhan.
17.
Tongkat
Gambar Tongkat
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Tongkat digunakan untuk mengait kain
pada waktu nglorod. Bertujuan agar
tangan tidak terkena air panas saat kain
batik di celupkan ke dalam jimbeng
yang berisikan air mendidih. Tongkat
yang digunakan terbuat dari bahan kayu
dengan panjang 1 meter.
18. Gawangan
Gambar Gawangan
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Digunakan untuk menggantungkan kain
pada waktu membatik. Gawangan
dIbuat sendiri dari bahan bambu,
ukuran panjang gawang 100 cm, tinggi
60 cm, bahan yang digunakan dari
bambu karena bahan baku mudah
didapat di lingkungan desa, dan ringan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
19. Bambu
Gambar Bambu
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Berfungsi sebagai alat untuk menjemur
kain batik setelah proses pewarnaan,
bambu yang digunakan adalah bambu
apus yang sudah kering dengan panjang
rata-rata 5m. Sebelumnya bambu harus
di haluskan ruas-ruasnya, supaya tidak
merusak kain.
2. Bahan
Bahan merupakan salah satu unsur penting dalam proses produksi,
karena jika bahan tidak tersedia, maka proses produksi tidak dapat dijalankan.
Bahan yang dipakai untuk proses produksi batik tulis di rumah industri batik
Sri Endah dapat dibeli di toko-toko perlengkapan membatik di daerah Solo dan
Jogja. Bahan pewarna alam di datangkan dari Solo dan Wonosari. Bahan-bahan
tersebut antara lain sebagai berikut :
Tabel 4. Bahan-bahan yang dipergunakan di rumah industri batik Sri Endah.
No. Bahan Keterangan
1. Kain Mori
Gambar Mori Primis
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Kain mori merupakan media untuk
membatik. Kain mori yang
digunakan adalah jenis mori
primis, kain jenis ini dipilih karena
kualitas yang termasuk baik,
dengan tingkat kehalusan sedang.
Kualitas atau kehalusan mori jenis
ini memang masih di bawah mori
primissima, namun masih di atas
mori prima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
2. Malam Jeboran
Gambar Malam Jeboran
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Malam Jeboran adalah malam
bekas hasil lorotan yang sudah
menjadi dingin dan mengapung di
atas Jimbeng (tempat untuk
nglorod). Biasa dipakai untuk
nemboki atau Menutup bagian
motif yang bidangnya luas.
3. Malam kualitas No. 1
Gambar Malam
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Untuk menutup permukaan kain
menurut desain, sehingga
permukaan yang tertutup tersebut
menolak zat warna. Malam
tersebut berkualitas no. 1
10. Zat Pewarna Alam
Gambar Zat Pewarna Alam
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Bahan pewarna alam merupakan
zat pewarna yang diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan, tanpa melalui
proses kimiawi. Bahan tersebut
sudah diproses (direbus) menjadi
Larutan Pewarna Alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
15. Soda Abu
Gambar Soda Abu
(Dokumentasi: Suryani, 2012)
Soda abu merupakan bahan
pembantu untuk nglorod.
Berfungsi untuk mempercepat
menghilangkan malam pada
proses nglorod.
3. Proses Produksi Batik
Proses produksi batik merupakan proses pembuatan batik dari mori
batik sampai menjadi kain batik yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan
menggunakan alat dan bahan yang tersedia. Di rumah industri ini dalam setiap
proses produksi terbagi beberapa tahapan,
Proses membuat batik di sini ada 3 tahap, semua tahap dilakukan di
tempatnya masing-masing, dan dikerjakan oleh orang yang berbeda-beda,
tahap pertama yaitu membuat pola motif dikerjakan oleh Ibu Sri Mawarti
dibantu oleh anak perempuan yang bernama Selvi berusia 17 tahun siswa SMK
ROTA. Berikut ini proses produksi batik di rumah industri batik Sri Endah
dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu: (a) Tahap Persiapan. (b) Tahap
Pembatikan, (c) Tahap Pewarnaan, (d) Tahap Nglorod.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
a. Tahap Persiapan
Persiapan dimaksudkan sebagai bermacam-macam proses untuk
mempersiapkan mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat batik.
Di rumah industri batik Sri Endah, proses persiapan ada beberapa tahapan,
yaitu:
1) Pemotongan Kain.
Dalam proses pemotongan kain yang pertama adalah: kain diukur dengan
lebar 150 cm dan panjang 250 cm, nantinya setelah jadi oleh konsumen
bisa digunakan untuk baju lengan panjang, ukuran kain jarik 200cm x
150 dan ukuran 125 cm x 250 cm digunakan untuk membuat baju lengan
pendek. Kain kemudian digaris menggunakan penggaris dan pensil,
kemudian kain dipotong menurut garis yang sudah ada dengan
menggunakan gunting. Setelah kain dipotong mori primis tidak perlu
dikanji, tetapi hanya dicelup ke dalam air bersih hingga merata dan
dijemur hingga kering.
2) Memola
Memola merupakan proses menggambar motif pada kain mori. Proses
memola dapat dilakukan dengan menggunakan kertas pola yang terbuat
dari kertas karton atau kertas kalkir dan dapat juga menggambar lansung
pada kain/ tanpa kertas pola, namun di rumah industri ini memola
dilakukan dengan menggunakan kertas pola. Kertas pola (terdapat
gambar motif) diletakkan di atas meja pola, kemudian kain diletakkan di
atas kertas pola tadi, dan lampu yang terdapat di bawah meja dinyalakan,
sehingga pada permukaan kain akan terlihat bayangan garis-garis motif
dari kertas pola tersebut, kemudian bayang-bayang garis motif disalin ke
dalam kain dengan menggunakan pensil 4B. Kegiatan ini dilakukan oleh
Ibu Sri Mawarti dan anaknya bernama Selvi siswa SMK ROTA Bayat
Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
b. Tahap Pembatikan
Membatik merupakan kegiatan menempelkan malam sebagai
perintang warna dengan menggunakan alat yang disebut canting, dan
dilakukan oleh pengobeng (orang yang pekerjaannya mencanting). Di
rumah industri batik Sri Endah hanya mengerjakan batik tulis, dalam
pengerjaan membatik dilakukan oleh Ibu-Ibu pekerja.
1) Nglowongi
Gambar 4.28 Proses Memola
Dokumentasi : Suryani, 18 Desember 2012
Merupakan kegiatan awal pada saat proses nyanting,
dilakukan dengan cara membatik mengikuti garis pola yang terdapat
pada kain batik. Jenis canting yang digunakan adalah canting
klowongan dengan cucuk (lubang keluarnya malam) berukuran
sedang. Proses ini dilakukan oleh Ibu-Ibu pekerja, kain batik yang
sudah selesai dalam proses ini disebut batik kosongan atau klowongan.
2) Ngisen-iseni
Tahap ini merupakan tahap dimana kain yang sudah selesai
dibatik klowongan kemudian diberi isi. disebut ngisen-iseni dari kata
isi yang berarti memberi isi di bagian dalam motif menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
canting cecekan atau disebut juga canting isen. Canting tersebut
mempunyai cucuk yang kecil. Isen-iseni dapat berupa titik-titik dan
garis-garis. Malam yang digunakan adalah malam gladhak putih dan
gondorukem dengan takaran sama seperti malam yang digunakan
untuk nglowongi yaitu malam gondorukem sebanyak ¼ dari malam
gladhak putih.
3) Nerusi
Batikan yang sudah selesai diberi isen-isen kemudian dibalik
permukaannya, dan dibatik lagi pada permukaan kedua itu disebut
nerusi. Nerusi dilakukan dengan cara mengikuti motif pembatikan
pertama pada bekas tembusannya. Nerusi tidak berbeda dengan
memola, dan batikan pertama berfungsi sebagai pola. canting yang
digunakan sama seperti untuk nglowongi, yaitu canting klowongan.
4) Nemboki
Tahap ini merupakan tahap dimana sebuah batikan tidak
seluruhnya diberi warna, maka bagian-bagian yang tidak diberi warna
ditutupi dengan malam disebut nemboki. Malam yang digunakan
adalah malam gladhak ireng, dan bisa juga menggunakan malam
jeboran (malam hasil bekas lorotan). Cara penutupannya, seperti
membatik bagian lain dengan mempergunakan canting tembokan, jika
bidang tembokan terlalu luas dan sulit dikerjakan dengan canting,
maka bisa menggunakan kuas. Kain batik yang sudah selesai di proses
ini disebut batik putihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Gambar 4.29 Nemboki Menggunakan Kuas
(Dokumentasi: Suryani, 6 Februari 2013)
5) Ngrining
Proses ngrining adalah proses pengambilan warna ketiga,
dengan cara menutup motif yang diinginkan dengan malam. Proses ini
merupakan proses pembatikan terakhir. Setelah proses ini selesai
dilanjutkan proses pewarnaan ketiga setelah itu dilorod lagi. Proses
tersebut dikerjakan oleh karyawan batik Sri Endah.
Gambar 4.30 Proses Ngrining
(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
c. Tahap Pewarnaan
Pada dasarnya hampir seluruh jenis tumbuhan dapat
menghasilkan zat pewarna alami yang dapat digunakan pada proses
pewarnaan batik dengan teknik celup. Zat warna tumbuhan dapat
diambill dari akar, batang (kayu), kulit, daun dan bunga.
Pewarnaan di rumah industri batik Sri Endah menggunakan zat
pewarna alam, dalam proses pewarnaan kain batik, menggunakan teknik
celup . Teknik celup dengan cara mencelupkan kain ke dalam larutan zat
warna kurang lebih 7 sampai 10 kali pencelupan. Pewarnaan batik
melalui beberapa proses, Berikut proses pewarnaan dengan zat pewarna
alam :
1) Proses Pencelupan Warna.
Gambar 4.31 Proses Pencelupan Warna
(Dokumentasi: Suryani, 6 Febriari 2013)
Pencelupan dilakukan berulang-ulang. Pertama kain batik di
celupkan dalam larutan TRO. Proses ini dilakukan dengan cara
melarutkan 15 gram TRO ke dalam bak (ember) yang berisi 30 liter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
air. Kemudian kain batik putihan direndam ke dalam larutan tersebut
selama 2 menit hingga basah merata, kain diangkat dan ditiriskan
sampai air berhenti menetes. Larutan TRO berfungsi sebagai zat
pembasah serta pembantu penguraian kain dengan zat warna alam,
sehingga zat warna alam akan dengan mudah menempel pada kain.
TRO bisa di ganti dengan deterjen
Kain yang sudah selesai dalam proses pembatikan dicelupkan
ke zat pewarna alam yang sudah disiapkan di dalam ember besar.
Setelah pencelupan warna kain ditiriskan sampai air berhenti menetes
di jemur. Proses penjemuran dilakukan Dengan cara di bentangkan
dengan tali rafia yang dihubungkan dengan bambu dengan di jepit
dengan penjepit jemuran. Pencelupan dilakukan secara berulang-ulang
kurang lebih 10sampai 25 kali bahkan bisa lebih, sampai dirasa sudah
cukup.
Gambar 4.32 Proses Penjemuran
(Dokumentasi: Kurnia, 18 Desember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
2) Proses Fiksasi
Setelah proses pencelupan warna dikira sudah selesai
dilanjutkan dengan proses fiksasi, yaitu proses untuk menimbulkan
warna (mengunci warna) dengan teknik celup. Hal tersebut bertujuan
agar warna yang di hasilkan tidak mudah luntur.
Gambar 4.33 Proses fiksasi ( Jolawe dengan Kapur)
(Dokumentasi: Suryani, 18 Desember 2012)
Proses fiksasi di batik Sri Endah menggunakan 4 macam
bahan diantaranya: Kapur (gamping), Tawas, Tunjung, dan Cuka.
Beberapa macam fiksasi tersebut menimbulkan hasil warna yang
berbeda. Semisal :
a) Fiksasi dengan kapur atau gambing dapat menimbulkan warna
netral sama seperti warna asli sebelum proses fiksasi.
b) Fiksasi dengan tawas dapat menimbulkan warna cenderung muda.
c) Fiksasi dengan Tunjung akan menimbulkan warna yang cenderumg
lebih tua.
d) Fiksasi dengan cuka khusus untuk pewarna biru indigo. Apabila
dalam pencampuran fiksasi cuka lebih banyak maka hasil warna
yang ditimbulkan cenderung lebih tua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Sebagai contoh membuat warna hijau, pada umumnya zat
warna alam yang menghasilkan warna hijau itu tidak ada, semisal ada
itupun warna nya kurang kuat. Batik Sri Endah membuat warna hijau
menggunakan warna biru indigo dengan dicampur warna kuning dari
buah jolawe.
Dengan cara kain batik di celup ke pewarna indigo setelah itu
dijemur dan di celup lagi. Hal tersebut dilakukan secara berulang-
ulang sampai dikira warna sudah selesai kurang lebih 7-10 kali
pencelupan. Setelah mendapatkan warna indigo yang diinginkan,
maka proses selanjutnya adalah mendapatkan warna hijau dengan cara
mencelupkan kain batik yang sudah berwarna biru tersebut ke dalam
zat warna kuning dari buah jolawe. Pencelupan dilakukan berulang-
ulang sehingga mendapatkan warna hijau yang diinginkan, dan setelah
itu kain batik tersebut berlanjut ke proses fiksasi.
d. Tahap Nglorod
Setelah kain batik selesai diwarna indigo, maka proses
selanjutnya adalah penghilangan malam pada kain batik dengan cara
direbus ke dalam air panas, proses ini disebut nglorod. Proses ini
menggunakan peralatan dan bahan yang sederhana, yaitu: Pawon, kayu
bakar, jimbeng, tongkat kayu, air, dan soda abu.
Proses nglorod biasanya dilakukan setelah kain batik yang
sudah selesai diwarnai terkumpul banyak, kira-kira kalau sudah ada 70
kain baru nglorod, karena sekalian yang merebus air dan membuat
larutannya. Proses ini memang tidak memerlukan keterampilan khusus,
proses tersebut dikerjakan sendiri oleh Bapak Sriyanto dan dibantu oleh
pegawainya, waktu yang dIbutuhkan juga tidak lama. Berikut proses
nglorod kain batik di rumah industri batik Sri Endah: (1) Merebus air
dengan jumlah separuh lebih dari jimbeng, dengan menggunakan pawon
hingga air mendidih. (2) Melarutkan 100 gram soda abu ke dalam air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
mendidih, kain dilorod sedikit-sedikit dan bergantian, kain dimasukkan
ke dalam larutan dengan jumlah 4 kain, (3) Kain direndam ke dalam air
mendidih selama 10 menit, kemudian diaduk-aduk menggunakan tongkat
kayu hingga semua lilin di kain rontok/hilang (4) Setelah kain bersih dari
lilin, kain direndam ke dalam air bersih, dan ditiriskan Kemudian kain
dijemur hingga kering.
Gambar 4.34 Proses Nglorod
(Dokumentasi: Suryani, 6 Februari 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
E. Keunggulan Zat Pewarna Alam di Batik Sri Endah.
Pada dasarnya sesuatu yang alami itu lebih istimewa dan berkualitas.
Akan tetapi di era globalisasi sekarang ini manusia kebanyakan selalu
berkeinginan segalanya instan karna dipandang lebih praktis dan efisien. Sama
halnya dengan pemakaian zat pewarna dalam batik.
Pada zaman dahulu pembatik menggunakan pewarna alam hampir
seluruh jenis tumbuhan dapat menghasilkan zat pewarna alami yang dapat
digunakan pada proses pewarnaan batik dengan teknik celup. Zat warna tumbuhan
dapat diambill dari akar, batang (kayu), kulit, daun, buah dan bunga.
Hal tersebut bertolak belakang dengan masa sekarang yang mulai
banyak bermunculan pewarna sintetis yang berupa : Napthol, remazol, dan
indigosol. Jenis pewarna tersebut merupakan pewarna yang praktis dan mudah
untuk dipergunakan. Akan tetapi lain halnya di rumah industri batik Sri Endah
yang makin meningkatkan hasil produksi batik menggunakan zat warna alam.
Pembuatan batik dengan zat pewarna alam memang sangat tergantung dari cuaca.
Ketika cuaca panas, batik alam ini akan selesai dalam kurun waktu dua hari.
Semakin terkena panas, batik alam akan menyerap panas dan membuat warnanya
makin cerah. Dengan demikian, keunikan warna justru akan terlihat ketika batik
itu lama terpakai. Berikut keunggulan pewarna alam di Batik Sri Endah:
1. Hasil Warna Bervariasi.
Rumah industri batik Sri Endah kurang lebih sudah 7 tahun
menggunakan zat pewarna alam, dan menghasilkan warna-warna dari alam
yang diolahnya dengan telaten. Warna unggulan dari batik Sri Endah yaitu
warna Soga yang dihasilkan dari kulit kayu tingi yang kini semakin diminati
oleh pasar. Dengan permainan fiksasi batik Sri Endah mampu membuat banyak
jenis warna yang bervariasi. Hasil warna akan lebih kaya variasi dengan
mengkombinasikan larutan zat warna alam, sebagai contoh warna soga yang
berasal dari beberapa bahan alam. Semisal larutan dari kayu tingi, larutan
warna dari kayu mahoni, dan larutan warna dengan kayu secang yang
dikombinasikan akan menimbulkan hasil warna yang berbeda dan sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
bervariasi apabila terus di olah dan terus di kombinasikan antara larutan warna
satu dengan larutan warna yang lain.
2. Daya Jual Batik Pewarna Alam Lebih Tinggi
Pada umumnya batik itu adalah sama-sama kain yang bermotif akan
tetapi yang membedakan adalah bahan, dan prosesnya. Kebanyakan
perusahaan batik lebih mengutamakan minat pasar dengan menggunakan zat
pewarna sintetis yang lebih praktis dan instan, akan tetapi hal tersebut sangat
berdampak negatif pada lingkungan.
Rumah industri batik Sri Endah menggunakan bahan yang berkualitas,
dan menggunakan pewarna alami, prosesnyapun jauh lebih rumit sehingga
menghasilkan karya yang bernilai tinggi. karena terbuat dari bahan-bahan yang
memanfaatkan sumber daya alam hususnya dalam pewarnaanya yang
menggunakan zat pewarna alam.
Kain batik yang menggunakan zat warna alam memiliki nilai jual atau
nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna yang khas
sehingga berkesan etnik dan eksklusif. Karena prosesnya yang tidak mudah,
harga jual batik warna alam juga tidak murah, berkisar mulai Rp.400.000,00
sampai Rp.1.000.000,00 untuk kain dengan panjang 200cm x 150cm.
Selain memproduksi batik sendiri, Batik Sri Endah melayani pesanan
dari para pelanggannya yang berada di Solo dan Jogja. Batik Sri Endah
bekerjasama dengan Mirota Jogja, Galery Batik Jawa di Jogja, batik Margaria
di Jogja, dan batik Gunawan Setiawan Solo. Terpercayanya batik Sri Endah
perusahaan batik Gunawan Setiawan yang bertempat di Solo setiap minggunya
menyetor kain batikan yang sudah siap di warna kurang lebih 60 potong kain
berukuran 200cm x 150cm untuk di proses menggunakan pewarna alam sampai
hasil jadi atau selesai. Upah harga proses pewarnaan dalam satu potong kain
berukuran 200cm x 150cm berkisar antara Rp.150.000,00 sampai
Rp.300.000,00 tergantung kerumitan dan pesanan warna yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Jika batik dan kerajinan tradisional sebagai identitas bangsa dapat
dIbuat dengan menggunakan pewarna alami, tentunya akan meningkatkan daya
jual produk dalam negeri, yang pada akhirnya akan meningkatkan devisa
negara dan kesejahteraan masyarakat. Dikarenakan produknya akan lebih
disukai lagi oleh masyarakat dunia. Sebagai komoditas unggulan produk
Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang
unik, etnik dan eksklusif.
3. Aman Bagi Kesehatan
Dilihat dari segi warnanya Intensitas colour terhadap kornea mata
manusia terasa sangat menyejukkan dan pengaruh warna dari zat pewarna
alami akan menyehatkan kornea mata manusia. sedangkan pewarna sintetis
cenderung mencolok.
Zat pewarna alam tidak menimbulkan iritasi kulit, aman bagi
kesehatan sedangkan zat pewarna sintetis berbahaya bagi kesehatan. Pewarna
sintetis yang memiliki grup azo dicurigai sebagai penyebab kanker kulit.
.Rumah Industri batik Sri Endah mengutamakan kesehatan pada para
Karyawannya, selain pewarna alam cenderung memiliki nilai jual yang tinggi
zat pewarna alam tidak menimbulkan bekas warna di tangan, dengan demikian
para karyawan yang mengolah zat pewarna alam tidak perlu takut akan terjadi
iritasi dan rasa gatal-gatal. Karena zat warna alam aman bagi kesehatan.
4. Ramah Lingkungan
Zat Pewarna alam ramah lingkungan, dalam artian limbah dari
pencelupan batik dengan pewarna alami dinilai lebih aman dan tidak
menimbulkan dampak pencemaran lingkungan. Karena berasal dari alam,
dengan sendirinya zat-zat yang terkandung dalam pewarna alami dapat mudah
terurai, berbeda dengan pewarna tekstil sintetis yang sulit terurai di alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Di rumah industri batik Sri Endah proses pewarnaan tidak perlu ada
pembuangan limbah. Proses pewarnaan dilakukan di tempat yang terbuka dan
sisa larutan yang menetes dibiarkan meresap ketanah dikarenakan zat warna
alam ramah lingkungan dan mudah terurai ke alam.
Bahan pewarna yang berasal dari alam tidak mengandung unsur kimia
yang dapat merusak lingkungan hidup. Selain bisa melestarikan budaya batik,
menggunakan zat pewarna alam ini juga berupaya untuk lebih ramah
lingkungan. Bekas bahan yang sudah direbus tidak menimbulkan limbah dan
sampah, oleh para karyawan batik Sri Endah limbah tersebut bisa dimanfaatkan
untuk dijadikan pupuk kompos.