Keragaman Individu dalam Organisasi (BK Industri)

25
1 MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING INDUSTRI Keragaman Individu dalam Organisasi Dosen pengasuh : Nina Pematasari, S.Psi, M.Pd Di Susun Oleh, KELOMPOK 5 ADAM MAULANA AIE2I3077 IKLIMAH A1E213013 KHAIRIL MUNAWAR AIE213059 MUHAMMAD RAMLI AIE213210 MUHAMMAD ZAINI A1E213206 SISKA FITRIANI AIE213209 UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING 2013 / 2014

Transcript of Keragaman Individu dalam Organisasi (BK Industri)

1

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING INDUSTRI

Keragaman Individu dalam Organisasi Dosen pengasuh :

Nina Pematasari, S.Psi, M.Pd

Di Susun Oleh,

KELOMPOK 5 ADAM MAULANA AIE2I3077

IKLIMAH A1E213013

KHAIRIL MUNAWAR AIE213059

MUHAMMAD RAMLI AIE213210

MUHAMMAD ZAINI A1E213206

SISKA FITRIANI AIE213209

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

2013 / 2014

2

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang berkat taufik dan

hidayah-Nya jualah makalah ini dapat disusun oleh tim penulis untuk

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran.

Makalah Bimbingan dan Konseling Industri ini hadir sebagai tindak lanjut

pembelajaran mengenai “ Keragaman Individu dalam Organisasi ” disusun

sedemikian rupa dengan mengacu materi – meteri terkait untuk mengenal dan

mempelajari secara optimal.

Penulis berterima kasih pada pihak yang terlibat dalam penyusunan dan

penyajian makalah ini. Serta para pembaca yang menjadikan suatu bahan

mendalami pemahaman tentang mengukur hasil belajar pada peserta didik

baik dalam intitusi kependidikan maupun hanya dalam kalangan kecil yaitu

keluarga.

Penulis menyadari makalah ini mempunyai kekurangan dan sekiranya

pembaca dapat memberikan saran yang membangun. Akhirnya dengan

terselesaikannya makalah ini, kepada pihak semua tim penulis serta dosen

pembimbing diucapkan terima kasih. Semoga makalah ini akan banyak

memberikan pengetahuan baru kepada kita semua.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Banjarmasin, 24 September 2014

PENYUSUN

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pemahaman keragaman individu organisasi ...................................................... 2

2.2 Pengaruh hereditas dan lingkungan ................................................................... 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 21

3.2 Saran ................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja

organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya.

Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang

menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan

produktivitas perusahaan harus dimulai dari perbaikan produktivitas

karyawan. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi

sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerjanya.

Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan

membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan,

kebutuhan dan pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik

individualnya. Oleh karena itu, maaf-maaf kalau kita mengamati karyawan

baru di kantor. Ada yang terlampau aktif, maupun yang terlampau pasif. Hal

ini dapat dimengerti karena karyawan baru biasanya masih membawa sifat-

sifat karakteristik individualnya.

Selanjutnya karakteristik ini menurut Thoha (1983), akan berinteraksi

dengan tatanan organisasi seperti: peraturan dan hirarki, tugas-tugas,

wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan sistem

pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-perilaku

tertentu individu dalam organisasi. Oleh karena itu penting bagi manajer

untuk mengenalkan aturan-aturan perusahaan kepada karyawan baru.

Misalnya dengan memberikan masa orientasi.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat di rumuskan beberapa masalah:

a. Bagaimana pemahaman keragaman individu organisasi ?

b. Bagaimana pengaruh hereditas dan lingkungan ? 1.3 Tujuan

a. Mengetahui tentang keragaman individu organisasi.

b. Mengetahui pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap individu.

5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pemahaman Keragaman Individu Organisasi A. Perilaku Individu Dalam Organisasi

Perilaku merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari, baik

perilaku individu ataupun perilaku kelompok. Mempelajari perilaku itu sendiri

mungkin terdengar asing, namun hal ini sangat penting karena dengan

mengetahui arti dari perilaku, kita dapat mengetahui apa yang diinginkan

oleh individu tersebut. Hal ini bertujuan agar apa yang kita harapkan dapat

tercapai dengan kerja sama setiap individu dengan keanekaragaman

perilakunya. Selain itu, perilaku dalam sebuah organisasi sangat

mempengaruhi jalannya suatu organisasi tersebut.

Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara

karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam

organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan

perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang

memang berbeda. Individu membawa ke dalam tatanan organisasi

kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan

pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai individu ini akan

dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu organisasi atau yang

lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mempunyai

karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hierarki,

pekerjaan, tugas, wewenang tanggung jawab, sistem penggajian, sistem

pengendalian, dan lain sebagainya. 1

B. Definisi Perilaku Individu

Perilaku individu adalah suatu reaksi yang dimiliki seorang individu

terhadap segala sesuatu yang dilihat, dirasa, dan dipahami untuk

selanjutnya terbentuk dalam perbuatan dan sikap. Dalam konteks ilmu

perilaku dijelaskan bahwa setiap orang memilikipandangan yang berbeda-

beda dalam menilai dan memahami keadaan apalagi jika itu dituangkan

dalam latar belakang yang pernah di jalaninya. Aplikasinya tergambarkan 1 Subkhi Akhmad, Jauhar Mohammad, 2013, Pengantar Teori & Perilaku Organisasi, PT. Prestasi

Pustakaraya, Jakarta., h 22

6

pada setiap keputusan yang dibuat, termasuk keputusan itu bisa memberi

pengaruh pada organisasi tempat ia bernaung.2

Perilaku individu adalah perilaku atau interaksi yang dilakukan oleh

manusia atau individu dilingkungannya. Perilaku setiap individu sangatlah

berbeda dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut

tinggal. Perilaku yang berbeda mengakibatkan berbedanya kebutuhan setiap

individu. Untuk itulah, suatu organisasi diperlukan agar kebutuhan yang

berbeda tersebut dapat dipenuhi dengan bekerja sama antar individu. 3

C. Definisi Organisasi

Organisasi berasal dari kata organ (sebuah kata dalam bahasa

Yunani) yang berarti alat. Jadi, organisasi adalah sebuah wadah yang

memiliki multi peran dan didirikan dengan tujuan mampu memberikan serta

mewujudkan keinginan berbagai pihak, dan tak terkecualai kepuasan bagi

pemiliknya. Stephen P. Robbins mendefinisikan organisasi adalah kesatuan

(entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan

yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus

menerus untuk mencapai suatau tujuan bersama atau sekelompok tujuan.4

D. Karakteristik Individu dalam Organisasi Perilaku individu dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik

individu. Nimran menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu terdiri

dari ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap. Berikut ini adalah

penjelasan dari masing-masing karakteristik tersebut.

1. Ciri-ciri biografis.

Ini adalah ciri-ciri yang melekat pada individu antara lain:

a. Umur.

Dijelaskan secara empiris bahwa umur berpengaruh terhadap

bagaimana perilaku seorang individu, termasuk bagaimana

kemampuannya untuk bekerja, merespons stimulus yang dilancarkan

oleh individu lainnya. Setidaknya ada tiga alasan yang menjadikan umur penting untuk dikaji. Pertama, adanya persepsi bahwa semakin

2 Fahmi Irham, 2013, Perilaku Organisasi, Alfabeta, Bandung.h 34 3 Subkhi Akhmad, dan Jauhar Mohammad, 2013, Pengantar Teori & Perilaku Organisasi, PT.

Prestasi Pustakaraya, Jakarta. h 23 4 Fahmi Irham, 2013, Perilaku Organisasi, Alfabeta, Bandung

7

tua seseorang maka prestasi kerjanya akan semakin merosot karena faktor biologis alamiah. Kedua, adanya realitas bahwa semua pekerja

akan menua. Di Amerika Serikat, pada tahun 1995-2005, sektor

pekerja usia 50 tahun ke atas ternyata berkembang jauh lebih cepat dari generasi penggantiya. Ketiga, adanya ketentuan peraturan (di

Amerika Serikat) pensiunan yang sifatnya perintah adalah melanggar

hukum karena batasasn pensiun bukanlah umur, melainkan ketika

yang bersangkutan menyatakan tidak mampu lagi bekerja. Jika

terlaksana demikian, maka banyak pekerja usia 70 tahun belum akan

pensiun. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa absensi

pegawai usia tua ternyata lebih baik, karena persoalan yang dihadapi

orang tua yang menyebabkan mangkir adalah relatif lebih sedikit dari

orang muda. Namun, karena alasan kesehatan, akhirnya orang tua

lebih banyak absen pada usia lanjut.

Orang tua cenderung semakin menyenangi pekerjaannya,

sehingga semakin tua, orang lebih enggan untuk berganti-ganti

pekerjaan dibandingkan orang muda yang selalu ingin tahu, mencoba,

dan membutuhkan pengalaman sehingga sering berganti-ganti

pekerjaan.

Dari segi produktivitas, ternyata orang tua lebih produktif karena

lebih berpengalaman, sehingga terampil dan menguasai pekerjaan

lebih baik dibandingkan orang yang lebih muda. Motivasi dan dedikasi

kerja juga ternyata lebih tinggi. Namun tidak dapat dihindari, pada usia

60 tahun kekuatan fisik tidak akan menunjang semangat dan

pengalaman yang tinggi tersebut, sehingga produktivitas akan

menurun pada usia tersebut.

b. Jenis Kelamin.

Penelitian membuktikan bahwa sebenarnya kinerja pria dan

wanita dalam menangani pekerjaan adalah relatif sama. Keduanya

hampir sama konsistensinya dalam memecahkan masalah,

keterampilan analitis dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, dan

kemampuan belajar. Pendekatan psikologi menyatakan bahwa wanita

lebih patuh aturan dan otoritas. Sedangkan pria lebih agresif, sehingga

lebih besar kemungkinan mencapai sukses walaupun perbedaan ini

terbukti sangat kecil. Sehingga sebenarnya dalam pemberian

8

kesempatan kerja tidak perlu ada perbedaan karena tidak ada cukup

bukti yang membedakan pria dan wanita dalam hal kepuasan kerja.

Secara kodrati, Tuhan menciptakan perbedaan laki-laki- dan

perempuan dari kapasitas fisik, peran, tugas, dan tanggung jawab

dalam lingkungan keluarga. Perempuan lebih sering tidak masuk kerja

karena menanggung beban rumah tangga misalnya menunggui anak

yang sakit, hamil, melahirkan sehingga harus absen.

c. Status Perkawinan

Penelitian membuktikan bahwa orang yang telah berumah

tangga adalah relatif lebih baik dibandingkan dengan yang single baik

ditinjau dari segi absensi, keluar untuk beralih kerja dan kepuasan

kerja. Hal ini disebabkan karna orang yang telah berkeluarga mempunyai rasa tanggung jawab dan membuat pekerjaan lebih Ajeg,

lebih tertib, dan menganggap pekerjaan lebih berharga dan lebih

penting. Penelitian selama ini belum belum menjangkau pada orang-

orang yang bercerai, janda, duda, dan orang yang kumpul kebo.

d. Jumlah atau banyaknya tanggungan

Banyak penelitian menunjukan bahwa semakin banyak jumlah

tanggungan dalam keluarga berpengaruh terhadap produkvitas kerja

karyawan.

e. Masa Kerja.

Relevansi masa kerja adalah berkaitan langsung dengan

senioritas dalam perkerjaan. Artinya tidak relevan membandingkan

Pria-wanita-tua-muda dan seterusnya karena penelitian menunjukan

bahwa belum tentu yang lebih lama dalam berkerja memiliki

produkvitas yang lebih tinggi. Itu dikarenakan bisa jadi orang yang

baru bekerja itu tetapi memiliki pengalaman yang lebih baik dari

pekerjaan masa lalu. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengalaman

masa lalu merupakan penentu masa depan seorang dalam pekerjaan.

Kebanyakan Penelitian menujunkan bahwa hubungan positif

antara lama masa kerja dengan kepuasan kerja berarti bahwa

semakin lama seorang karyawan bekerja, maka semakin rendah

keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya.

9

2. Kepribadian Robin mengemukakan, "personality is the dynamic organization

within the individual of those psychophycal system that determine his

unique adjustment to his environment". Nimran memaknainya,

"Kepribadian sebagai pengorganisasian dari sistem psikofisik dalam

individu yang menentukan penyesuaian diri dengan lingkungannya".

Robbins mengartikan kepribadian sebagai cara tentang bagaimana

seorang bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Adapun

karakterisitik kepribadian yang populer diantaranya adalah agresif, malu,

pasrah, malas, ambisius, setia, jujur. Semakin konsistennya karakterisktik

tersebut disaat merespon lingkungan, hal itu menunjukan faktor keturunan atas pembawaan (traits), yang merupakan faktor penting

dalam pembentukan keribadian seseorang. Kunarto menyebutkan bahwa temperamen adalah "we are born

with", sedangkan karakter adalah "we have to make". Berangkat dari

pendapat ini, pribadi seorang selalu diwarnai oleh temperamen dan

sekaligus karakter. Temperamen mengandung sifat-sifat yang diperoleh

dari keturunan, seangkanb karakter terbentuk dari lingkungan dan situasi.

Ada sejumlah atribut kepribadian yang perlu dicermati, diantaranya: a. Daerah Pengendalian (locus of control).

Ada dua daerah pengendalian kepribadian, yaitu eksternal dan

internal. Kepribadian yang bersifat penegndalian internal adalah

kepribadian yang di mana seorang percaya bahwa dialah yang

mengendalikan apa yang terjadi pada dirinya. Sedangkan sifat

kepribadian pengendalian eksternal adalah keyakianan seorang

bahwa apa yang terjadi pada dirinya ditentukan oleh lingkungan (di

luar dirinya), seperti nasib dan keberuntungan.

b. Paham ototarian.

Paham ini berkeyakinan bahwa ada perbedaan status yang

keyakianan pada orang-orang yang ada dalam organisasi. Sifat

kepribadian otoritarian yang tinggi memiliki intelektual yang kaku,

membedakan orang atau kedudukan dalam organisasi,

mengeksploitasi orang yang memiliki status di bawahnya, suka

curiga dan menolak perubahan.

10

c. Orientasi Prestasi.

Orientasi juga merupakan karakteristik kepribadian yang dapat

digunakan untuk meramal perilaku orang. Berkaitan dengan

kebutuhan untuk berprestasi, Mc Clelland menyebutkan bahwa

terdapat dua karakteristik sifat kepribadian seseroang yang memiliki

kebutuhan untuk berprestasi tinggi, yaitu: (1) Mereka, secara pribadi,

ingin bertanggung jawab atas keberhasilan dalam menyelesaikan

tugas yang diberikan kepadanya. (2) Mereka lebih senang dengan

suatu resiko. Resiko merupakan tantangan yang mengasyikan. Jika

berhasil melewatinya, maka ia akan merasa puas.

Introversi adalah sifat kepribadian seseorang yang cenderung

menghabiskan waktu dengan dunianya sendiri dan menghasilkan

kepuasan atas pikiran dan perasaannya. Ekstroversi merupakan sifat

kepribadian yang cenderung mengarahkan perhatian kepada orang

lain, kejadian di lingkungan dan mengasilkan kepuasan dan stimulus

lingkungan.

3. Sikap (attitude)

Sikap merupakan satu faktor yang harus dipahami agar kita dapat

memahami perilaku orang lain. Dengan saling memahami individu,maka

organisasi akan dapat dikelola dengan baik. Definisi sikap dapat

dijelaskan dalam tiga komponen sikap,yaitu afektif,kognitif dan

psikomotorik. Afektif berkenaan dengan komponen emosional atau

perasaan seseorang.komponen kognitif ini berkaitan dengan proses

berfikir yang menekankan pada rasionalitas dan logika. Komponen

psikomotorik meerupakan kecenderungan seseorang dalam bertindak

terhadap lingkungannya.

4. kemampuan

Yang dimaksud dengan istilah kemampuan adalah kapasitas

seseorang untuk melaksanakan beberapa kegatan dalam satu

pekerjaan. Pencapaian tujuan organisasi atau manajemen yang berhasil

adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengeksploitasikan

kelebihan sebesar-besarnya dan menekankan kekurangannya dari

berbagai orang untuk bersama-sama meningkatkan produktivitas.

Kategori dikelompokkan menjadi dua yaitu kemmampuan intelektual

dan kemampuan fisik.

11

Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk

menjalankan kegiatan mental. Untuk mengungkap kemampuan ini,

digunakanlah tes IQ yang berusaha mengeksplorasi dimensi: Kecerdasan numerik, yaitu kemampuan berhitung dengan

cepat dan tepat. Pemahaman verbal, yaitu kemampuan memahami apa yang

dibaca dan didengar serta relasinya satu sama lain. Kecepatan perseptual, yaitu kemampuan mengenali kemiripan

dan benda visual dengan cepat dan tepat. Penalaran induktif, yaitu kemampuan mengenali suatu urutan

secara logis dalam suatu masalah dan kemudian

memecahkan masalah tersebut. penalaran deduktif yaitu kemampuan menggunakan logika

dan meniai implikasi dari suatu argumen visualisasi ruang yaitu kemampuan membayangkan

bagaimana suatu obek akan tampak seandainya posisinya

dalam ruang diubah ingatan (memory) yaitu kemampuan menahan dan

mengenang kembali kenangan masa lalu. Untuk pekerjaan

yang memerlukan rutinitas tinggi dan tidak memerlukan

intelektualitas tinggi, IQ tinggi tidak adarelevasinya dengan

kinerja. Namun pemahaman verbal, kecepatan persepsi,

visualisasi ruang dan ingatan banyak diperlukan di berbagai

bidang pekerjaan sehingga tes IQ tetap diperlukan

kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk

melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina,

kecekatan,kekuatan,dan keterampilan.

Karyawan yang mempunyai kemampuan intelektual dan fisiknya

tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan, dipastikan akan menjadi

penghambat pencapaian tujuan kinerja atau produktivitas. Seorang

pilot, misalnya, harus memiliki kualitas yang tinggi dalam

kemampuan visualisasi ruangnya, dan penjaga pantai harus kuat

dalam kemampuan visualisasi dan koordinasi tubuhnya.

5. Persepsi

Gitosudarmo memberikannn definisi persepsi sebagai suatu

proses memperhatikan dan menyeleksi,mengorganisasikan, dan

12

menafsirkan stimulus lingkungan. Dia menambahkan bahwa ada

sejumlah faktor yang mempengaruhi persepsi, di antaranya:

a. Ukuran

b. Intensitas. Semakin tinggi tingkat intensitas stimulus, maka akan

semakin besar kemungkinannya untuk dipersepsikan.

c. Frekuensi. Semakin tinggi frekuensi suatu stimulus,maka akan

semakin dipersepsikan orang. Misalnya, perusahaan yang gencar

mengiklankan produknya di berbagai media.

d. Kontras. Stimulus yang kontras/mencolok dengan lingkungannya

akan semakin dipersepsikan orang. Seseorang yang tampil ”beda”

secara fisik akan semakin dipersepsikan banyak orang.

e. Gerakan. Stimulus dengan gerakan yang lebih banyak akan semakin

dipersepsikan orang dibandingkan dengan stimulus yang gerakannya

kurang. Misalnya, di suatu ruangan yang hening, semua diam, tiba-

tiba ada seseorang yang bergerak, maka semua orang di ruangan

tersebut akan memperhatikan orang yang bergerak itu.

f. Perubahan/stimulus yang berubah-ubah akan menarik untuk

diperhatikan dibandingkan dengan dengan stimulus yang tetap.

Misalnya, lampu yang nyalanya berkelip-kelip atau memiliki warna

yang bermacam-macam.

g. Baru. Suatu stimulus baru akan lebih menarik perhatian orang

dibanding stimuus lama. Misalnya, buku terbitan baru tentu akan

lebih menarik perhatian publik dibandingkan buku terbitan lama.

h. Unik. Semakin unik suatu objek kejadian, maka akan semakin menarik orang untuk memperhatikannya.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya distorsi dalam

persepsi atau adanya perbedaan persepsi dalam memaknai sesuatu.

Faktor tersebut adalah: a. Pemberian kesan (percevier)

Bagaimana seseorang memberikan arti terhadap sesuatu sangat

ditentukan oleh karakteristik kepribadian orang tersebut, misalnay,

umur, lama bekerja, status, tingkat pendidikan,agama, budaya,

dan lain-lain.

b. Sasaran

Atribut yang melekat pada objek yang sedang diamati akan

dipersepsikan sehingga dapat mempengaruhi bagaimana orang

13

mempersepsikan hal tersebut, misalnya, dari wujud fisik, tinggi,

bentuk tubuh, rambut, cara berpakaian,suara, gerakan, bahasa

tubuh maupun sikapnya yang memberikan berbagai persepsi yang

berbeda dari tiap orang yang berbeda.

c. Situasi

Lingkungan sangat mementukan individu/kelompok dalam

mempersepsikan objek atau kejadian. Contoh, setiap malam

minggu anda melihat seseorang di sebuah kafe. Menurut anda,

orang tersebut menjadi sangat menarik. Namun mungkin saja

orang lain tidak menilainya demikian.

Gudson mengemukakan ada sejumlah kesalahan yang sering terjadi

dalam mempersepsikan suatu objek atau kejadian tertentu yaitu:

Stereotyping. Yaitu menilai seseorang hanya atas dasar satu atau

beberapa sifat kelompoknya. Stereotyypt sering didasarkan atas jenis

kelamin, umur, agama, kebangsaan, kedudukan, jabatan. Misalnya,

seorang pimpinan menilai perempuan yang sudah menikah, apalagi

punya anak cenderung memiliki tingkat absensi tinggi.

Halo effect. Yaitu kecenderungan untuk menilai seseorang hanya

atas dasar salah satu sifatnya saja, misalnya, orang yang mudah

tersenyum dan berpenampilan menarik, maka orang tersebut dinilai

baik dan jujur. Pada pada saat wawancara sering kali tertipu dengan

penampilan sesaat calon karyawan. Hal ini tentu sangat berbahaya.

Projection. Yaitu kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain

atas dasar perasaan atau sifatnya. Misalnya, jika seseorang

membenci orang lain, maka apapun yang dilakukan orang itu tentu

akan membuatnya tidak suka. Begitu pula sebaliknya, jika ia suka

terhadap orang tertentu, maka apapun yang akan dilakukannya,

walau menyakaitkan, tetap saja orang tersebut tidak bisa

membencinya.

6. Belajar

Robbins menyebutkan belajar adalah proses perubahan yang relatif

konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena adanya suatu

pengalaman atau latihan. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami tiga

komponen belajat yaitu: (1) belajar melibatkan adanya perubahan, dari

buruk menjadi baik, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi

bisa. (2) perubahan yang terjadi relatif permanen. Perubahan yang

14

bersifat sementara menunjukkan kegagalan dalam proses belajar. (3)

belajar berarti adanya perubahan perilaku. Belajar tidak hanya mengubah

pikiran dan sikap, tetapi ada yang lebih penting lagi yakni belajar harus

mengubah perilaku subjek ajar.

Jenis-jenis Teori Belajar:

a. Teori pengondisi klasik. Teori ini dikemukakan oleh paplov. Hasil

percobaannya terhadap anjing mengenai keterkaitan antara stimulus

dan respons menunjukkan bahwa stimulus yang tidak dikondisikan

akan menghasilkan respon yang tidak dikondisikan pula, dan melalui

proses belajar, stimulus yang dikondisikan itu akan menghasilkan

respons yang dikondisikan.

b. Teori pengondisisan operan. Menurut teori ini, perilaku merupakan

fungsi dan akibat dari prilaku itu sendiri. Kecenderungan mengulangi

sebuah perilaku tertentu dipengaruhi penguatan yang disebabkan

oleh adanya akibat dari perilaku itu. Misalnya, bila seorang karyawan

berprestasi di atas standar dan kemudian diberi insentif oleh

pimpinan, maka itu akan berdampak positif/kesenangan sehingga

pada bulan berikutnya karyawan itu akan melakukan hal yang sama

untuk memeperoleh imbalan.

c. Teori sosial. Teori sosial tentang belajar adalah suatu proses belajar

yang dilakukan melalui suatau pengamatan dan pengalaman secara

langsung. Agar memperoleh hasil yang meksimal, ada empat hal

yang harus diperhatikan oleh seorang pengajar dalam melakukan

proses belajar-mengajar yaitu:

1) Proses perhatian, di mana pengajar harus menyampaikan materi

pelajran dengan menarik, dan susana belajar yang kondusif.

2) Prose ingatan, di mana proses belajar juga tergantung pada

seberapa besar daya ingat si subjek belajar.

3) Prose reproduksi, di mana subjek ajar setelah belajr harus

mengalami perubahan sikap, berpikir dan berprilaku.

4) Proses penguatan, di mana apabial subjek belajar telah belajar

denga baik maka harus diberikan penguatan. Misalnya, karyawan

yang mengikuti pelatihan, setelah selesai pelatihan dan kinerjanya

15

menjadi lebih baik maka ia harus mendapatkan imbalan yang

sesuai.5

E. Karakteristik Organisasi dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku

Individu Karakteristik organisasi adalah ciri khusus yang dimiliki oleh suatu

organisasi tertentu, misalnya:

1. Terdapat komunikasi dua arah.

2. Tujuan kelompok jelas dan diterima oleh anggota.

3. Kontoversi dan konflik tidak diabaikan, diingkari atau diteka.

Namun, karakteristik organisasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap prilaku individu. Hanya saja, perilaku individu tersebut akan

menyesuaikan dengan karakteristik organisasi tersebut, yaitu berupa

peraturan-peraturan. Hal itu hanya berlaku ketika individu tersebut berada

dilingkungan organisasi. Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa hal itu

akan berdampak pada perilaku di lingkungan luar, misalnya, keluarga dan

masyarakat, yaitu sikap yang sering dilakukan individu dalam organisasi

seperti cara berfikir, berbicara dan mengambil keputusan serta gaya atau

cara ia dalam menghadapi suatu masalah yang timbul.6

F. Pendekatan-Pendekatan untuk Memahami Perilaku Individu

Untuk memahami perilaku individu, pendekatan yang dikelompokkan

menjadi tiga dapat dipergunakan, yaitu:

1. Pendekatan kognitif.

Ini adalah perilaku oleh suatu rangsangan, di mana perilaku individu

terjadi atau timbul dikarenakan adanya rangsangan sehingga timbullh

respons atas rangsangan tersebut. Contohnya, jika kita bertemu dengan

teman dan kemudian dia bersikap baik kepada kita, maka, tentu saja, kita

pun akan bersikap baik pula.

5 Subkhi Akhmad, dan Jauhar Mohammad, 2013, Pengantar Teori & Perilaku Organisasi, PT.

Prestasi Pustakaraya, Jakarta., hh 24-36 6 Subkhi Akhmad, dan Jauhar Muhammad, 2013, Pengantar Teori & Perilaku Organisasi, PT.

Prestasi Pustakaraya, Jakarta., h 36

Impuls Kognisi Respons

16

2. Pendekatan penguatan.

Ini adalah perilaku yang dipengaruhi oleh gerakan refleks yang didorong

oleh sistem syaraf motorik yang ada di otak kita. Contohnya, jika tangan

kita kena api, maka secara otomatis kita menjauhkan atau menarik

tangan dari api tersebut.

3. Pendekatan psikoanalitis.

Ini adalah perilaku yang dipengaruhi oleh kepribadiannya. Sedangkan

individu yang memiliki kepribadian yang baik adalah individu yang telah

matang, yaitu oarang ynag dapat membedakan mana yang baik dan tidak

baik bagi dirinya dan lingkungannya. Orang yang baik tidak hanya

mementingkan kepentingan pribadinya saja, melainkan juga

mementingkan kepentingan lingkungannya.7

G. Persepsi, Kepribadian, dan Emosi Perilaku individu dalam organisasi meliputi persepsi, kepribadian dan emosi

( sikap). Persepsi merupaka suatu proses, di mana individu-individu

mengoganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar

memberikan makna bagi lingkungannya. Kepribadian merupaka cara

individu bereaksi dan berinteaksi denagn orang lain. Kepribadian terbentuk

dari faktor keturunan, lingkungan (budaya, normal keluarga dan pengaruh

lainya), dan juga situasi, sedangkan emosi (sikap) adalah pernyataan atau

pertimbangan evaluatif (menguntungkan atau tidak menguntungkan)

mengenai objek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan begaimana

manusia merasakan tentang sesuatu. Dalam perilaku organisasi,

pemahaman atas sikap adalah penting karena sikap mempengaruhi perilaku

kerja. 8

7 Subkhi Akhmad, dan Jauhar Mohammad, 2013, Pengantar Teori & Perilaku Organisasi, PT.

Prestasi Pustakaraya, Jakarta., hh 36-37 8 Subkhi Ahmad, dan Jauhar Mohammad, 2013, Pengantar Teori & Perilaku Organisasi, PT.

Prestasi Pustakaraya, Jakarta., hh 37-38

17

Terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi perilaku individu,

seperti yang tertera pada gambar di bawah ini:

H. Memahami Perilaku Manusia

Thoha menjelaskan perbedaan perilaku manusia beberapa aspek mendasar

sebagai berikut:

1. Manusia berbeda perilakunya karena kemampuanya tidak sama.

Berbagai pendapat menjelaskan pendapat perbedaan ini seperti yang

beranggapan karena sejak lahir manusia ditakdirkan tidak sama

kemampuanya, ada yang mengatakan karena perbedaan dalam

kemampuannya, ada yang mengatakan karena perbedaan dalam

kemampuan menyerap informasi dari suatu gejala, dan ada juga yang

beranggapan karena kombinasi diantara keduanya. Oleh karenanya,

kecerdasaan menjadi perwujudan dari kemampuan seseorang.

Terbentuknya kecerdasaan juga dijelaskan beragam. Ada yang

mengatakan kecerdasan merupakan pembawaan sejak lahir, ada yng

mengatakan karena pendidikan dan pengalaman. Karena adanya

perbedaan perilaku atas kemampuan ini, maka itu dapat memberikan

prediksi pelaksanaan dan hasil kerja seseorang yang bekerja dalam

suatu organisasi. Kalau kita berhasil memahami sifat-sifat manusia dari

sudut manusia dari sudut ini, maka akan memahami pula mengapa

Sikap

Kepribadian

Kemampuan

Perilaku individu

Pembelajaran

Persepsi

Motivasi

18

seseorang perilaku berbeda dengan lain dalam melaksanakan suatu

pekerjaan yang sama.

2. Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda.

Perilaku umumnya didorong oleh perangkaian kebutuhan, yaitu beberapa pernyataan dalam diri seseorang (internal state) yang menyebabakan

seseorang itu berbuat untuk mencapainya sebagai objek atau hasil.

Sebagaimana teori kebutuhan dari Abraham Maslow yang menjelaskan 5

tingkatan yang menjadi kebutuhan manusia, ketika satu tingkat

kebutuhan telah terpenuhi, maka akan beranjak untuk memenuhi

kebutuhan pada tingkat selanjutnya atau berganti dengan kebutuhan

yang lain. Kebutuhan sekarang yang mendorong seseorang mugkin akan

menjadi suatu hal yang potensial dan juga mungkin tidak, berkaiatan

dengan penetapan perilakunya dikemudian hari. Pemahaman terhadap

perbedaan dalam kebutuhan ini sangat diperlukan karena dapat

memprediksi dan menjelaskan perilaku yang berorientasi pada tujuan

kerja sama dalam organisasi, serta membantu memahami mengapa

suatu hasil dianggap penting bagi seseorang yang masih berhubungan

dengan konsep motivasi.

3. Orang berfikir tentang masa depan, dan membuat pilihan tentang

bagaimana bertindak.

Seseorang dapat dihadapan pada sejumlah kebutuhan yang potensial,

yang harus dipenuhi lewat perilaku yang dipilihnya. Cara untuk

menjelaskan bagimana seseorang membuat pilihan diantara sejumlah

besar rangkaian pilihan perilaku yang terbuka baginya adalah dengan mengunakan teori expectancy. Teori expectancy didasarkan pada suatu

anggapan yng menunjukan bagaimana menganalisa dan mengamalkan

rangkaian tindakan apakah yang akan diikuti oleh seseorang manakala ia

mempunyai kesempatan untuk membuat pilihan mengenai perilakunya.

Teori ini berdasarkan proposisi yang sederhana yakni bahwa seseorang

telah memiliki berperilaku sedemikian karena ia yakin dapat

mengarahkan diri untuk mendapat suatu hasil tertentu (misalnya,

mendapatkan hadiah, upah, dikenal oleh atasan yang menarik baginya)

karena sesuai dengan tuntutan kebutuhannya. Dengan model ini, dapat

dipahami bahwa kekuatan yang mendorong seseorang yang berperilaku

19

dalam suatu cara tertentu akan menjadi besar manakala individu

tersebut:

a. Percaya bahwa pelaksanaan kerja suatu tingkat yang diinginkan itu memungkinkan (tingginya expectancy U-P).

b. Percaya bahwa perilakunya akan memimpin kearah pencapaian suatu hasil (terdapatnya expectancy P-H yang tinggi)

c. Dan apabila hasil-hasil tersebut mempunyai nilai yang positif (mempunyai daya tarik yang tinggi).

Sehingga dapat dijelaskan bahwa individu akan memilih perilaku yang

memberikan dorongan motivasi besar. Model ecpectancy ini tidak bisa

dipergunakan untuk meramalkan bahwa seseorang akan selalu

berperilaku dengan cara yang terbaik agar tercapai tujuan yang

diinginkan. Model ini hanya membuat asumsi bahwa seseorang

membuat keputusan yang rasional jika didasarkan pada persepsinya

terhadap lingkunganya.

4. Seseorang memahami lingkunganya dalam hubunganya dengan

pengalaman masa lampau dan kebutuhanya. Memahami lingkungan

adalah suatu peroses yang aktif, dimana seseorang mencoba membuat

lingkunganya itu mepunyai arti baginya. Proses aktif ini melibatkan

seseorang individu untuk mengakui secara selektif aspek-aspek yang

berbeda dari lingkungan, menilai apa yang dilihatnyaberkaitan dengan

pengalaman masa lalu, dan mengevaluasi apa yang dialami berkaiatan

dengan kebutuhan-kebutuhan dan pengalaman seseorang itu sering kali

berbeda sifatnya, maka persepsinya terhadap lingkungan juga akan

berbeda. Suatu contoh, orang-orang yang berada dalam organisasi

yang sama sekali mempunyai perbedaan dalam pengharapan (expextancy) mengenai suatu jenis perilaku yang membuahkan suatu

penghargaan, misalnya naiknya gaji dan cepatnya promosi.

5. Seseorang mempunyai reaksi senang atau tidak senang (affective)9

9 Subkhi Akhmad,dan Jauhar Mohammad, 2013, Pengantar Teori & Perilaku Organisasi, PT.

Prestasi Pustakaraya, Jakarta., hh38-41

20

I. Kinerja Individu

Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh usaha (effort), kemampuan

(ability) dan situasi lingkungan.

1. Usaha (effort)

Usaha individu diwujudkan dalam bentuk motivasi. Motivasi adalah

kekuatan yang dimiliki seseorang dan kekuatan tersebut akan

melahirkan intensitas dan ketekunan yang dilakukan secara sukarela.

Motivasi ada 2 macam:

a. Motivasi dari dalam: keinginan yang besar yang muncul dari

dalam diri individu tersebut untuk mencapai tujuan-tujuan dalam

hidupnya.

b. Motivasi dari luar: motivasi yang bersumber dari luar diri yang

menjadi kekuatan bagi individu tersebut untuk meraih cita-cita

dan tujuan-tujuan hidupnya seperti pengaruh atasan, teman,

keluarga, dan lain sebagainya. 2. Kemampuan (ability)

Kemampuan seseorang individu diwujudkan dalam bentuk

kompetensi. Individu yang kompeten memiliki pengetahuan dan

keahlian. Sejak dilahirkan, setiap individu dianugrahi Tuhan dengan

bakat dan kemampuan. Bakat adalah kecerdasan alami yang bersifat

bawaan. Kemampuan adalah kecerdasan individu yang diperoleh

melalui belajar.

3. Situasi lingkungan.

Lingkungan dapat memberikan dampak positif dan negatif.

Contoh situasi yang kondusif adalah dukungan dari atasan, teman

kerja, sarana dan prasaranayang memadai, dan lain-lain. Contoh

situasi lingkungan yang negatif adalah suatu kerja yang tidak nyaman

karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak adanya

dukungan dari atasan, teman kerja dan lain-lain.10

10 Subkhi Akhmad, dan Jauhar Mohammad, 2013, Pengantar Teori & Perilaku Organisasi, PT.

Prestasi Pustakaraya, Jakarta., hh 41-42

21

2.2 Pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap individu

A. Pengaruh hereditas Masing-masing individu lahir ke dunia dengan suatu hereditas

tertentu. Ini berarti bahwa, karakteristik individu diperoleh melalui

pewarisan atau pemindahan dari cairan-cairan “germinal’ dari pihak orang

tuanya. Di samping itu individu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari

lingkungannya, baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun

lingkungan social.

1. Teori Nativisme

Teori ini mengemukakan bahwa anak yang telah lahir dilengkapi

pembawaan bakat alami. Dan pembawaan (natives= pembawaan) inilah

yang akan menentukan wujud kpribadiaan seorang anak. Pengaruh lain

dari luar tidak akan mampu mengubah pembawaan anak. Dengan demikian maka pendidikan bagi anak akan sia-sia. Istilah lain dari aliran

ini disebut teori pesimisme (pedagogis-pesimisti), karena teori ini sama

dengan teori bioogisme, disebabkan menitikberatkan pada faktor

biologis, faktor keturunan (genetic) dan konstitusi atau keadaaan

psikolofiik yang dibawa sejak lahir dan menolak pengaruh luar.

2. Teori Empirisme.

Tokoh utama teori ini adalah Francis Bacon (Inggris 1561-1662),

dan John Locke (Inggris 1632-1704). Teori ini berpandangan bahwa:

pada dasarnya anak lahir kedunia; perkembangannya di tentukan oleh

adanya pengaruh dari luar, termasuk pendidikan dan pengajaran.

Dianggapnya anak lahir dalam kondisi kosong, putih bersih seperti meja

lilib (tabularasa), maka pengalaman (empiris) anaklah yang bakal

menentukan corak dan bentuk perkembangan jiwa anak.Dengan

demikian menurut teori ini, pendidikan atau pengajaran anak pasti

berhasil. Dalam perkembangannya, teori ini membentuk teori lain

adalah:

a) Teori Optimisme (pedagogis optimism) dengan alasan

adanya karena teori ini sangat yakin dan optimis akan

22

keberhasilan upaya pendidikan dalam membina keperibadian

anak.

b) Teori yang beriorentasi lingkungan (enevironmentalisme),

dinamakan demikian karena lingkungan lebih banyak

menentuka terhasap corak perkembangan anak.

c) Teori Tabularas: karena paham ini mengibaratkan anak lahiar

salam kondisi putih bersih seperti lilin (Tabula/Table = meja;

rasa= lilin).

3. Teori Konvergensi

Dalam teori ini diungkapkan bahwa perkembangan jiwa

perkembangan jiwa anak lebih banyak ditentukan oleh dua faktor yang

saling menopang, yakni faktor bakat dan pengaruh lingkungan,

keduanya tidak dapat dipisahkan seolah-olah memadu, bertemu dalam

satu titik. Di sini dapat dipahami bahwa kepribadian seorang anak akan

terbentuk dengan baik apabila dibina oleh suatu pendidikan

(pengalaman) yang baik serta ditopang oleh bakat yang merupakan

pembawaan lahir.

Para penganut aliran konvergensi berkeyakinan bahwa baik faktor

pembawaan mau pun faktor lingkungaan andilanya sama besar dalam

menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir

dari keluarga santri atau kiai , maupun, kelak ia akan menjadi ahli

agama apabila ia dididik di lingkungaan pendididkan keagamaan.11

B. Pengaruh lingkungan

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan

anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan

anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga

bermain sehari-hari dan keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan

faunanya.

Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan

perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri

serta jasmani dan rohaninya.

11 Khairani Makmur, 2013, Psikologi Perkembangan, Aswaja Pressindo, Yogyakarta., hh 38-39

23

a. Keluarga

Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar

terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi

rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam merawat yang

sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak.

Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap

perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan

pendidikannya.

b. Sekolah

Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.

Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal.

Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di

sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi

rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir

serta kepribadian anak.

Anak yang memasuki sekolah guru berbeda kepribadiannya dengan

anak yang masuk STM. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan

berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak bersekolah.

c. Masyarakat

Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga

termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di

lingkungan desa atau kota tempat tinggal anak juga turut mempengaruhi

perkembangan jiwanya.

d. Keadaan Alam sekitar

Kedaan alam sekitar tempat tinggal anak juga berpengaruh bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam tempat tinggal manusia

memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran rendah dan

daerah pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat

tinggal. Sebagai contoh, anak yang tinggal di daerah pegunungan akan

cenderung bersifat lebih keras daripada anak yang tinggal di daerah

pantai, anak yang tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak

yang tinggal di daerah panas. Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh

keadan alam yang berbeda. Keadaan alam yang berbeda akan

berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.12

12 http://mymuslim-muslimat.blogspot.com/2012/04/pengaruh-hereditas-dan-lingkungan.html

24

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara

karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam

organisasi, semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lainnya.

Karakteristik individu dalam organisasi:

a. Biografis.

b. Kepribadian.

c. Sikap.

d. Kemampuan.

e. Persepsi.

Hereditas dan lingkungan cukup berpengaruh terhadap perilaku

individu, dimana pertumbuhan dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh

faktor dalam (hereditas) dan faktor luar (lingkungan). Faktor internal, yaitu

faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang meliputi pembawaan dan

potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.

Meliputi, antara lain: bentuk tubuh, raut muka, sifat-sifat, bakat, intelegensi

dan penyakit. Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar

diri anak yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman

berinteraksi anak tersebut dengan lingkungan. Meliputi: Lingkungan (dapat

berupa pendidikan dan pengalaman yang diberikan).Keduanya memiliki

keterkaitan yang kuat, setiap hereditas beroperasi dengan cara berbeda-

beda sesuai dengan kondisi lingkungan. Pembawaan tidak akan berarti

apa-apa tanpa didukung dengan lingkungan yang kondusif terhadap

bawaaan itu sendiri.

3.2 Saran

Agar pembaca dapat lebih memahami dan sedikit menambah

wawasan tentang perilaku individu dalam organisi.

25

Daftar Pustaka

Fahmi Irham, 2013, Perilaku Organisasi, Alfabeta, Bandung. Subkhi Akhmad, dan Jauhar Mohammad, 2013, Pengantar Teori & Perilaku

Organisasi, PT. Prestasi Pustakaraya, Jakarta. Khairani Makmur, 2013, Psikologi Perkembangan, Aswaja Pressindo,

Yogyakarta. http://ocen22.blogspot.com/2011/11/perilaku-individu-dalam-organisasi.html http://mymuslim-muslimat.blogspot.com/2012/04/pengaruh-hereditas-dan-

lingkungan.html