UK 3 bk dian

38
UK 3 (Uji Kompetensi3) Tugas ini disusun guna memenuhi nilai Uji Kompetensi 3 mata kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen Pembimbing : Sukarno, M.Pd Disusun oleh : Dian Ratri Rahayu K7112060 3A Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Transcript of UK 3 bk dian

UK 3 (Uji Kompetensi3)

Tugas ini disusun guna memenuhi nilai Uji Kompetensi 3 mata

kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pembimbing : Sukarno, M.Pd

Disusun oleh :

Dian Ratri Rahayu

K7112060

3A

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

2013

Soal.

1. Jelaskan apa faktor penyebab, dan bagaimana saran

terbaik untuk pendidikan anak yang bersangkutan dan

orang tua:

a. Anak cerdas

b. Anak berbakat

c. Anak berkebutuhan khusus

2. Jelaskan karakteristik dan bagaimana saran terbaik

untuk orang tua?

a. Anak indigo

b. Anak autis

c. Anak ADHD

3. Jelaskan apa penyebab dan bagaimana solusinya:

a. Disleksia

b. Disgrafia

4. Jelaskan langkah-langkah bimbingan dan konseling

dalam membantu memecahkan masalah anak!

5. Jelaskan gejala yang Nampak pada anak yang

bermasalah dari segi:

a. Fisik

b. Psikologis

c. Sosial

d. Akademik

6. Jelaskan mengapa individu/seseorang selalu

menghadapi masalah dan bagaimana mengatasinya?

7. Bagaimana cara/prosedur menentukan peserta didik

yang mengelami masalah belajar? Jelaskan!

8. Bagaimana cara menentukan peserta didik yang

populer, berkelompok dan terisolir dalam suatu

kelas/sekolah? Jelaskan!

9. Bisakah seorang guru yang merangkap sebagai

pembimbing menangani peserta didik yang mengalami

masalah? Jelasakn!

Jawaban

1. Jelaskan apa faktor penyebab, dan bagaimana saran

terbaik untuk pendidikan anak yang bersangkutan dan

orang tua:

a. Anak cerdas

b. Anak berbakat

c. Anak berkebutuhan khusus

Ada beberapa faktor penyebab keberbakatan anak,

diantaranya:

Faktor Genetik dan Biologis Lainnya

Pendapat bahwa intelegensi dan kemampuan yang

berkualitas adalah diturunkan kurang dapat diterima

di masayarakat yang memandang bahwa semua orang itu

sama. Penelitian dalam genetika perilaku menyatakan

bahwa setiap jenis dalam perkembangan perilaku

dipengaruhi secara signifikan melalui gen/keturunan.

Namun demikian faktor biologis juga tidak dapat

diingkari, faktor biologis yang belum bersifat

genetik yang berpengaruh pada intelegensi adalah

faktor gizi dan neurologik. Kekurangan nutrisi dan

gangguan neurologik pada masa kecil dapat

menyebabkan keterbelakangan mental. Studi dari

Terman terhadap orang-orang yang memiliki IQ tinggi

menunjukkan keunggulan fisik seperti: tinggi, berat,

daya tarik dan kesehatan, dibandingkan mereka yang

intelegensinya lebih rendah.

Penekanannya adalah, individu tidak mewarisi IQ atau

bakat. Yang diwariskan adalah sekumpulan gen yang

bersama dengan pengalaman-pengalaman akan menentukan

kapasitas dari intelegensi dan kemampuan-kemampuan

lainnya (Zigler & Ferber, dalam Hallahan & Kauffman,

1994).

Faktor Lingkungan

Stimulasi, kesempatan, harapan, tuntutan, dan

imbalan akan berpengaruh pada proses belajar seorang

anak. Penelitian tentang individu-individu berbakat

yang sukses menunjukkan masa kecil mereka di dalam

keluarga memiliki keadaan sebagai berikut:

Adanya minat pribadi dari orang tua terhadap 

bakat anak dan memberikan dorongan Orangtua

sebagai panutan.

Ada dorongan dari orangtua untuk menjelajah.

Pengajaran bersifat informal dan terjadi dalam

berbagai situasi, proses belajar awal lebih

bersifat eksplorasi dan bermain.

Keluarga berinteraksi dengan tutor/mentor.

Ada perilaku-perilaku dan nilai yang diharapkan

berkaitan dengan bakat anak dalam keluarga.

Orangtua menjadi pengamat latihan-latihan,

memberi pengarahan bila diperlukan, memberikan

pengukuran pada perilaku anak yang dilakuakn

dengan terpuji dan memenuhi standard yang

ditetapkan.

Orangtua mencarikan instruktur dan guru khusus

bagi anak.

Orantua mendorong keikutsertaan anak dalam

berbagai acara positif di mana kemampuan anak

dipertunjukkan pada khalayak ramai

Anak-anak yang disadari memiliki potensi perlu

dikembangkan, perlu memiliki keluarga yang penuh

rangsangan, pengarahan, dorongan, dan imbalan-

imbalan untuk kemampuan mereka.

Penelitian lain menunjukkan bahwa kelompok

budaya atau etnik-etnik tertentu menghasilkan lebih

banyak anak-anak berbakat walaupun tingkat sosial

ekonominya berbeda. Hal ini dikaitkan dengan

mobilitas sosial dan nilai yang tinggi pada prestasi

di dalam bidang-bidang tertentu yang ada dalam

kelompok budaya dan etnik tertentu yang menjadi

kontribusi dalam keberbakatan.

Jadi lingkungan memeiliki pengaruh yang banyak

terkait bagaimana genetik anak diekspresikan dalam

kesehariannya. Faktor keturunan lebih menentukan

rentang di mana seseorang akan berfungsi, dan faktor

lingkungan menentukan apakah individu akan berfungsi

pada pencapaian lebih rendah atau lebih tinggi dari

rentang tersebut.

Biasanya anak yang kreatif  selalu ingin tahu,

memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan

aktivitas yang kreatif. Mereka biasanya cukup

mandiri dan memiliki rasa percaya diri, lebih berani

mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan)

daripada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam

melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti,

penting, dan disukai, tidak terlalu menghiraukan

kritik atau ejekan orang lain. Merekapun tidak

merasa takut untuk membuat kesalahan dan

mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak

disetujui orang lain. Orang yang inovatif cenderung

menonjol, berbeda, membuat kejutan, atau menyimpang

dari tradisi/kebiasaan setempat. Rasa percaya diri,

keuletan, dan ketekunan membuat mereka tidak cepat

putus asa dalam mencapai tujuan mereka. Thomas Alpha

Edioson mengungkapkan bahwa “Genius is 1%

inspiration and 99% perspiration”.

Treffinger mengatakan bahwa pribadi yang

kreatif biasanya lebih terorganisasi dalam tindakan.

Rencana inovatif serta produk orisinil mereka telah

dipikirkan matang-matang lebih dahulu, dengan

mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan

implikasinya.

Apabila dilihat dari kemampuan – kemampuan yang

membedakan mereka dari anak-anak sebayanya, maka

kita akan menemukan karakteristik – karakteritik

berikut pada  anak-anak berbakat.

Karakteristik kogniti

Kualitas luar biasa di  informasi.

Ingatan yang kuat.

Kebiasaan perubhan minat & keinginan kemampuan

menghasilkan ide-ide dan solusi yang asli.

Karakteristik bahasa

Kemampuan verbal.

Perkembangan yang tinggi pada pengenalan bahasa dan

penulisan bahasa.

Perkembangan yang baik pada perkembangan sensorik.

Tidak kebal untuk keretakan kekurangan integrasi di

antara pikiran dan badan.

Karakteristik afektik

Pendekatan evaluasi terhadap diri sendiri dan

lainya.

Gigih, tujuan perilaku tak langsung.

Kepekaan yang tak bias untuk harapan & perasaan

orang lain.

Tingginya kesadaran diri, menyesuaikan dengan

perbedaan perasaan.

Perkembangan awal  dalam ‘focus of control’ dan

kepuasan kedalam dan identitas emosional yang tidak

biasa.

Harapan yang tinggi dan lainya, sering menuju

tingkat frustasi dirinya, lainya dan situasinya.

Kemampuan tingkat perkembangan moral.

Kemajuan kognitif dan kapasitas afektif dan

konseptualisasi dan pemecahan masalah sosial.

Upaya Penanganan (Intervensi)

Keluarga

Berbagai penelitian pakar psikologis menemukan

bahwa sikap dan nilai orangtua berkaitan erat dengan

kreativitas anak. Beberapa faktor dalam peran

orangtua yang menentukan adalah sebagai berikut:

o Kebebasan

Orangtua sebaiknya memberikan kebebasan pada

anak, tidak otoriter, tidak selalu mau

mengawasi anak, dan tidak terlalu membatasi

kegiatan anak. Mereka juga tidak terlalu cemas

mengenai anak mereka.

o Respek

Orangtua hendaknya menghormati anak-anak mereka

sebagai individu, percaya akan kemampuan

mereka, dan menghargai keunikan mereka. Dengan

sikap seperti ini, anak-anak akan secara

alamiah mengembangkan kepercayaan diri untuk

berani melakukan sesuatu yang orisinal.

o Kedekatan emosional yang sedang

Kreativitas anak akan terhambat dengan suasana

emosional yang mencerminkan rasa permusuhan,

penolakan, atau rasa terpisah. Tetapi

keterikatan emosional yang berlebih juga tidak

menunjang pengembangan kreativitas anak. Anak

perlu merasa bahwa ia diterima dan disayangi

tetapi seyogyanya tidak terlalu tergantung

kepada orangtua.

o Prestasi, bukan angka

Orangtua harus menghargai prestasi anak,

mendorong anak untuk berusaha sebaik-baiknya

dan menghasilkan karya-karya yang baik. Tetapi

tidak terlalu menekankan mereka untuk mencapai

angka atau nilai tinggi, atau peringkat

tertinggi

o Orangtua aktif dan mandiri

Orangtua adalah model bagi anak, orangtua yang

kreatif merasa aman dan yakin tentang diri

sendiri, tidak memperdulikan status sosial, dan

tidak terlalu terpengaruh oleh tuntutan sosial.

o Menghargai kreatifitas

Anak membutuhkan apresiasi atas segala

pencapaian mereka, hal itu akan membuat mereka

merasa apa yang telah mereka kerjakan tidak

sia-sia dan sangat berharga. Sehingga memacu

mereka untuk terus berkarya.

Sekolah

Anak berbakat membutuhkan guru yang tidak

sekedar baik, tapi memahami bagaimana cara terbaik

dan tepat untuk menangani anak berbakat. Mandell dan

Fiscus (dikutip Sisk, 1987) melaporkan hasil

penelitian bahwa anak berbakat dapat bereaksi dengan

kemarahan, kebencian, atau kesebalan jika guru

mereka. Ward menyebutkan bahwa anak berbakat

memerlukan pendidikan yang berdifferensiasi, yaitu

pendidikan yang sesuai dengan minat dan kemampuan

intelektualnya. Melalui pengembangan kurikulum yang

berdifferensiasi, maka keberbakatan akan muncul

dengan sendirinya melalui prestasi dan karya-karya

mereka.

Pendidikan untuk anak berbakat

Pendidikan anak berbakat dapat dilakukan dengan

berbagai jenis layanan pendidikan seperti :

Program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat.

Program akselerasi merupakan layanan pendidikan bagi

anak yang  memiliki potensi berbakat istimewa. Pada

program ini,  anak dapat menyelesaikan pendidikan

dengan jangka waktu yang lebih singkat dibandingkan

dengan program normal lainnya. Seperti anak didik

bias menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar dalam

jangka waktu 5 tahun.

Program Home-schooling.

Selain program akselerasi ada juga program yang

dikenal dengan home-schooling yang merupakan

pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah.

Pada home-schooling tenaga ahli yang ditugaskan

dapat membuat program khusus yang sesuai dengan

bakat istimewa anak yang bersangkutan.

Membuat kelas khusus untuk anak berbakat.

Pada program pembuatan kelas khusus ini, anak-anak

yang  diseleksi dan mempunyai kemampuan ataupun

bakat  yang unggul dikumpulkan dalam satu kelas

selanjutnya diberi pendidikan khusus, serta berbeda

dari kelas-kelas normal pada anak-anak sebayanya.

Kelas khusus ini harus merupakan kelas yang

mempunyai kapasitas kecil dan pendekatan individual

lebih difokuskan dari pada pendekatan klasikal.

Kelas khusus bagi anak berbakat juga harus mempunyai

kurikulum khusus dan didesain tersendiri sesuai

dengan kebutuhan anak-anak berbakat tersebut.

Langkah selanjutnya system evaluasi dan konsep

belajardibua tsesuai dengan kebutuhan mereka.

Saran orang tua

Mengenai keberbakatan anak bermanfaat bagi

orang tua agar mereka dapat memahami dan memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anak, baik kebutuhan kognitif,

afektif, maupun psikomotor anak. Setelah para orang

tua mengetahui bahwa anak-anak mereka mempunyai

bakat yang cukup tinggi, maka selaku orang tua harus

jeli dalam menyikapi keberbakatan anak. Langkah-

langkah yang harus dilakukan oleh para orang tua

adalah,

a. Mengetahui bakat anak secara tepat. Anak yang

berbakat akan memperlihatkan kemampuannya pada

satu bidang tertentu, dan ia terus mengeksplorasi

bidang keberbakatannya tersebut,

b. Tidak memaksakan kehendak. Di lain pihak, harus

diakui bahwa sering orang tua cenderung mengamati

dan menafsirkan perilaku anaknya sesuai dengan

harapan dan keinginan orang tua. Mereka mempunyai

aspirasi pendidikan yang sangat tinggi dan hal

ini dapat menyebabkan mereka tidak objektif dalam

pengamatan perilaku anaknya,

c. Berusaha untuk menyalurkan bakat khusus anak.

Tentu saja orang tua perlu membina agar anak mau

berprestasi secara optimal, karena kalau tidak

akan berarti suatu penyianyiaan terhadap bakat-

bakatnya,

d. Berusaha untuk tidak membatasi perkembangan anak,

tetapi tetap dalam jalur yang semestinya,

e. Menyediakan pendidikan yang sesuai dengan bidang

keberbakatan anak. Mereka dapat membantu anak

memahami dirinya agar tidak melihat

keberbakatannya sebagai suatu beban, tetap

sebagai suatu anugerah yang harus dihargai dan

dikembangkan. 

3. Jelaskan apa penyebab dan bagaimana solusinya:

a. Disleksia

Setiap anak-anak memiliki kemampuan yang

berbeda-beda dalam memproses informasi dan

pelajaran. Ada yang bisa memproses dengan mudah,

dan ada yang mengalami masalah yang mungkin cukup

besar untuk dilaluinya di sekolah formal yang

umum. Masalah-masalah yang terjadi tersebut

sering kali tidak disadari oleh orang tua maupun

guru-guru mereka di sekolah. Disleksia adalah

salah satunya. Banyak yang tidak mengerti atau

bahkan belum mengenal apa itu Disleksia. Baiklah,

kita mulai dari definisinya Disleksia (Inggtis:

dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan

belajar pada seseorang yang disebabkan oleh

kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan

aktivitas membaca dan menulis. Kata disleksia

berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan

untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau

"leksikal"). Pada umumnya keterbatasan ini hanya

ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca

dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam

perkembangan kemampuan standar yang lain seperti

kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya

sensorik pada indera perasa.

Terminologi disleksia juga digunakan untuk

merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada

seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak.

Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai

Aleksia. Selain memengaruhi kemampuan membaca dan

menulis, disleksia juga ditengarai juga

memengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa

pengidapnya.

Penderita disleksia secara fisik tidak akan

terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya

terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk

menyusun atau membaca kalimat dalam urutan

terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan,

termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan

sulit menerima perintah yang seharusnya

dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang

sering menyebabkan penderita disleksia dianggap

tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus

lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat

menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang

lebar.

Para peneliti menemukan disfungsi ini

disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang

tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat

bawaan keturunan dari orang tua.

Tipe Disleksia

Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental

dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired

dyslexsiaDevelopmental dyslexsia diderita sepanjang hidup

pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa

penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini

berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada

otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan

perubahan konektivitas di area fonologis

(membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia

bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak

jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari

bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara

konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna

instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia

sekolah, umumnya penderita disleksia dapat

mengalami keuslitan menggabungkan huruf menjadi

kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat

tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.

(didapat karena gangguan atau perubahan cara otak

kiri membaca).

Masalah yang dialami Penderita Disleksia

Penderita Disleksia mengalami berbagai macam

masalah yang dialaminya. Seperti, susah

berkonsentrasi dalam belajar, daya ingat yang

cenderung pendek (cepat lupa dengan instruksi

yang diberikan), tidak bisa mengikuti prosedur

dalam pengorganisasian, misalnya, memakai sepatu

tetapi lupa memakai kaus kaki. 

Masalah lainnya, kesulitan dalam penyusunan

atau pengurutan, entah itu hari, angka, atau

huruf.

Secara lebih detail, penyandang disleksia

biasanya mengalami masalah-masalah, seperti :

o Masalah fonologi: Yang dimaksud masalah

fonologi adalah hubungan sistematik antara

huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami

kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau

mereka keliru memahami kata-kata yang mempunyai

bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan

”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan

masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan

proses pengolahan input di dalam otak.

o Masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak

disleksia mempunyai level kecerdasan normal

atau di atas normal. Namun, mereka mempunyai

kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin

sulit menyebutkan nama teman-temannya dan

memilih untuk memanggilnya dengan istilah

“temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-

laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan

suatu cerita, tetapi tidak dapat mengingat

jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.

o Masalah penyusunan yang sistematis atau

berurut: Anak disleksia mengalami kesulitan

menyusun sesuatu secara berurutan misalnya

susunan bulan dalam setahun, hari dalam

seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka

sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah

direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah

setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah

atau langsung pergi ke tempat latihan sepak

bola. Padahal, orangtua sudah mengingatkannya

bahkan mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam

agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami

kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan

terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami

kesulitan memahami instruksi seperti ini:

”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45

menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit

sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk

meja satu kali”. Kadang kala mereka pun

”bingung” dengan perhitungan uang yang

sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah

uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau

tidak.

o Masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia

mengalami kesulitan memahami instruksi yang

panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya

ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu

di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan

tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan

siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta

buku PR Matematikanya, ya”, maka kemungkinan

besar anak disleksia tidak melakukan seluruh

instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak

mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.

o Masalah pemahaman sintaks: Anak disleksia

sering mengalami kebingungan dalam memahami

tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang

bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih

bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda.

Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa

keduanya apabila pengaturan tata bahasanya

berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam

bahasa Indonesia dikenal susunan diterangkan–

menerangkan (contoh: tas merah). Namun, dalam

bahasa Inggris dikenal susunan menerangkan-

diterangkan (contoh: red bag).

Pada orang yang mengalami dyslexia, maka

kata-kata yang sederhana pun akan menjadi susah

untuk dibaca, bahkan bila dilihat beberapa

kali. Kata-kata yang terlihat juga dapat

bercampur dengan kata-kata lain atau menjadi

keliru dibaca, misalnya saja kata “nakal”

menjadi “kanal” atau “dia” menjadi “adi”, dan

huruf-huruf menjadi satu seperti tidak ada

spasi. Berikut contoh kalimat yang mungkin

dilihat oleh penderita dyslexia: Bagi yang

mengalami dyslexia, kadang susah untuk

mengingat sesuatu yang mereka baca, kadang akan

menjadi lebih mudah bagi mereka untuk mengingat

apabila informasi tersebut dibacakan & didengar

oleh mereka.

Penyebab Disleksia

Ada beberapa tipe dyslexia yang dapat

mempengaruhi kemampuan mengeja & membaca

beserta penyebabnya, seperti berikut ini:

Trauma dyslexia

Biasanya terjadi akibat adanya trauma atau

luka pada bagian otak yang mengontrol cara

untuk membaca & menulis.

Dyslexia primer

Dyslexia ini disebabkan karena tidak

berfungsinya bagian otak kiri (cerebral cortex)

& tidak berubah karena usia. Orang yang

mengalami jenis dyslexia ini sangat jarang bisa

membaca dengan lancar, bahkan hingga dewasa.

Dyslexia primer ini dapat diturunkan secara

genetik & biasanya lebih banyak dialami oleh

pria daripada wanita.

Dyslexia sekunder

Dyslexia jenis ini disebabkan oleh

pembentukan hormon yang kurang sempurna pada

saat perkembangan awal janin. Dyslexia sekunder

ini akan menghilang seiring bertambahnya usia

anak, serta lebih sering terjadi juga pada anak

laki-laki.

Cara Mengetahui Disleksia Pada Anak

Kita dapat menegtahui apakah anak tersebut

mengalamai Disleksia dengan melihat ciri-

cirinya, sebagai berikut:

Kemampuan membaca yang buruk, meskipun memiliki

kepintaran yang normal.

Kemampuan mengeja & menulis yang buruk.

Mengalami kesulitan untuk menyelesakan tugas

atau tes sesuai batas waktunya.

Mengalami kesulitan untuk mengingat nama suatu

benda.

Mengalami kesulitan untuk mengingat daftar

tulisan atau nomor telepon.

Mengalami kesulitan dalam menentukan arah atau

membaca peta.

Jika ada seseorang yang mengalami masalah-

masalah tersebut di atas, bukan berarti ia

menderita dyslexia. Tetapi sebaiknya dilakukan

tes untuk mengetahui kondisinya. Suatu

pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan untuk

mengetahui ada tidaknya masalah medis, termasuk

tes pendengaran & penglihatan. Kemudian psikolog

sekolah atau orang yang ahli mengenai

pembelajaran dapat memberikan tes terstandar

untuk mengukur kemampuan berbicara, membaca,

mengeja & menulis.

Cara Penaganan Disleksia

Di bawah ini beberapa penangan terhadap anak

disleksia, sebagai berikut :

Selalu berikan dukungan pada anak. Memiliki

dyslexia atau gangguan kesulitan belajar

lainnya dapat membuat anak menjadi rendah diri.

Berikan selalu dukungan & cinta untuk mendukung

setiap kemampuannya.

Bicarakan dengan anak. Beritahukan kepada anak

apa yang dimaksud dengan dyslexia, bahwa hal

tersebut bukanlah suatu kesalahannya. Dengan

membantu anak memahami hal tersebut, maka ia

akan menjadi lebih mudah untuk mengatasi hal

tersebut.

Buatlah keadaan rumah menjadi tempat belajar

yang mudah untuk anak. Sediakan ruangan yang

sepi & terorganisasi sebagai tempat belajar

anak. Atur jadwal belajar yang nyaman & berikan

dukungan dari seluruh anggota keluarga untuk

membantu proses belajar anak.

Kerjasama dengan sekolah tempat anak belajar.

Sering berkomunikasi dengan guru di sekolahnya

untuk memastikan anak tidak tertinggal

pelajarnya, bila memungkinkan minta

rekaman/salinan bahan pelajaran hari itu untuk

dipelajari nanti sepulang sekolah atau les

khusus untuk membantunya belajar.

b. Disgrafia

Disgrafia adalah kesulitan khusus dimana

anak-anak tidak bisa menuliskan atau

mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk

tulisan,karena mereka tidak bisa menyuruh atau

menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan

motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Pada

anak-anak, umumnya kesulitan ini terjadi pada

saat anak mulai belajar menulis. Kesulitan ini

tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang

bisa sangat fasih dalam berbicara dan

keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai

kesulitan menulis. Kesulitan dalam menulis

biasanya menjadi problem utama dalam rangkaian

gangguan belajar, terutama pada anak yang berada

di tingkat SD.

Kesulitan dalam menulis seringkali juga

disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang

tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan

frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali

mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan

pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk

tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan. Sebagai

langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus

paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat

intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan

menulis, dan tidak mau belajar.

Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya

perhatian orang tua dan guru terhadap si anak,

ataupun keterlambatan proses visual motoriknya.

Dysgraphia / Disgrafia adalah learning disorder

dengan ciri perifernya berupa ketidakmampuan

menulis, terlepas dari kemampuan anak dalam

membaca maupun tingkat intelegensianya.Disgrafia

diidentifikasi sebagai keterampilan menulis yang

secara terus-menerus berada di bawah ekspektasi

jika dibandingkan usia anak dan tingkat

intelegensianya.

Penyebab Disgrafia

Secara spesifik penyebab disgrafia tidak

diketahui secara pasti, namun apabila disgrafia

terjadi secara tiba-tiba pada anak maupun orang

yang telah dewasa maka diduga disgrafia

disebabkan oleh trauma kepala entah karena

kecelakaan, penyakit, dan seterusnya. Disamping

itu para ahli juga menemukan bahwa anak dengan

gejala disgrafia terkadang mempunyai anggota

keluarga yang memiliki gejala serupa. Demikian

ada kemungkinan faktor herediter ikut berperan

dalam disgrafia.

Seperti halnya disleksia, disgrafia juga

disebabkan faktor neurologis, yakni adanya

gangguan pada otak bagian kiri depan yang

berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis.

Anak mengalami kesuitan dalam harmonisasi secara

otomatis antara kemampuan mengingat dan menguasai

gerakan otot menulis huruf dan angka. Kesulitan

ini tak terkait dengan masalah kemampuan

intelektual, kemalasan, asal-asalan menulis, dan

tidak mau belajar.

Ciri-Ciri Disgrafia

Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan

ini. Di antaranya adalah:

o Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam

tulisannya.

o Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf

kecil masih tercampur.

o Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak

proporsional.

o Anak tampak harus berusaha keras saat

mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau

pemahamannya lewat tulisan.

o Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan

mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali

terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan

kertas.

o Berbicara pada diri sendiri ketika sedang

menulis, atau malah terlalu memperhatikan

tangan yang dipakai untuk menulis.

o Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti

alur garis yang tepat dan proporsional.

o Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya

diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.

Cara Membantu Anak Disgrafia

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang

tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di

antaranya:

o Pahami keadaan anak

Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau

pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan

yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk

tidak membandingkan anak seperti itu dengan

anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat

kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun

anak merasa frustrasi dan stres. Jika

memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang

singkat saja setiap hari. Atau bisa juga orang

tua dari si anak meminta kebijakan dari pihak

sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan

gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.

o Menyajikan tulisan cetak

Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada

anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan

konsepnya dengan menggunakan komputer atau

mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-

alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan

menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan

sarana korektor ejaan agar ia mengetahui

kesalahannya.

o Membangun rasa percaya diri anak

Berikan pujian wajar pada setiap usaha

yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali

menyepelekan atau melecehkan karena hal itu

akan membuatnya merasa rendah diri dan

frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan

membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya

dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.

o Latih anak untuk terus menulis.

Libatkan anak secara bertahap, pilih

strategi yang sesuai dengan tingkat

kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis.

Berikan tugas yang menarik dan memang

diminatinya, seperti menulis surat untuk teman,

menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan

untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan

meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia

dan membantunya menuangkan konsep abstrak

tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan

konkret.

Adapun penanganan secara terstruktur dapat

dilakukan melalui beberapa hal berikut:

o Faktor kesiapan menulis

Menulis membutuhkan kontrol maskular,

koordinasi mata-tangan, dan diskriminasi

visual. Aktivitas yang mendukung kontrol

muskular antara lain: menggunting, mewarnai

gambar, finger painting, dan tracing. Kegiatan

koordinasi mata-tangan antara lain: membuat

lingkaran dan menyalin bentuk geomteri.

Sementara itu, pengembangan diskriminasi visual

dapat dilakukan dengan kegiatan membedakan

bentuk, ukuran, dan detailnya, sehingga anak

menyadari bagaimana cara menulis suatu huruf.

o Aktivitas lain yang mendukung

Kegiatan yang memberikan kerja aktif dari

pergerakan otot bahu, lengan atas serta

bawah, dan jari.

Menelusuri bentuk geometri dan barisan

titik.

Menyambungkan titik.

Membuat garis horizontal dari kiri ke

kanan.

Membuat garis vertikal dari atas ke bawah

dan dari bawah ke atas.

Membuat bentuk-bentuk lingkaran dan kurva.

Membuat garis miring secara vertikal.

Menyalin bentuk-bentuk sederhana.

Membedakan bentuk huruf yang mirip bentuknya

dan huruf yang hampir sama bunyinya.

o Menulis huruf lepas/cetak

Perlihatkan sebuah huruf yang akan ditulis.

Ucapkan dengan jelas nama huruf dan arah

garis untuk membuat huruf itu.

Anak menelusuri huruf itu dengan jarinya

sambil mengucapkan dengan jelas arah garis

untuk membuat huruf itu.

Anak menelusuri garis tersebut dengan

pensilnya.

Anak menyalin contoh huruf itu di

kertas/bukunya.

Jika cara ini sudah dikuasai, mintalah

anak menyambungkan titik yang dibentuk menjadi

huruf tertentu, sampai akhirnya anak mampu

membuat huruf dengan baik tanpa dibantu. Tahap

selanjutnya adalah menulis kata dan kalimat.

o Menulis huruf transisi

Huruf transisi adalah huruf yang digunakan

untuk melatih siswa sebelum menguasai huruf

sambung. Adapun langkah-langkah pengajarannya

sebagai berikut:

Kata atau huruf ditulis dalam bentuk lepas

atau cetak.

Huruf yang satu dan yang lain disambungkan

dengan titik-titik dengan meggunakan warna

yang berbeda.

Anak menelusuri huruf dan sambungannya

sehingga menjadi bentuk huruf sambung.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang

tua untuk membantu anak dengan gangguan ini. Di

antaranya:

- Pahami keadaan anak

Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau

pendamping memahami kesulitan dan

keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia.

Berusahalah untuk tidak membandingkan anak

seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap

itu hanya akan membuat kedua belah pihak,

baik orang tua/guru maupun anak merasa

frustrasi dan stres. Jika memungkinkan,

berikan tugas-tugas menulis yang singkat

saja. Atau bisa juga orang tua meminta

kebijakan dari pihak sekolah untuk

memberikan tes kepada anak dengan gangguan

ini secara lisan, bukan tulisan.

- Menyajikan tulisan cetak

Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada

anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide

dan konsepnya dengan menggunakan komputer

atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan

alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya.

Dengan menggunakan komputer, anak bisa

memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia

mengetahui kesalahannya.

- Membangun rasa percaya diri anak

Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang

dilakukan anak. Jangan sekali-kali

menyepelekan atau melecehkan karena hal itu

akan membuatnya merasa rendah diri dan

frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan

membuat anak tenang dan sabar terhadap

dirinya dan terhadap usaha yang sedang

dilakukannya.

- Latih anak untuk terus menulis

Libatkan anak secara bertahap, pilih

strategi yang sesuai dengan tingkat

kesulitannya untuk mengerjakan tugas

menulis. Berikan tugas yang menarik dan

memang diminatinya, seperti menulis surat

untuk teman, menulis pada selembar kartu

pos.

7. Bagaimana cara/prosedur menentukan peserta didik

yang mengalami masalah belajar? Jelaskan!

Menurut Prayitno (1995:90-94) siswa yang mengalami masalah belajar dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui :a. Tes kemampuan dasar

Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi tertentu. Tingkat kemampuan dasar inibiasanya diukur atau diungkapkan dengan mengadministra-sikan tes intelegensi yang sudah baku.

b. Melalui Pengisian AUM PTSDLSiswa mengisi alat ungkap masalah yang berkenan dengan masalah belajar. Alat ini dapat mengungkapkan prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, diri pribadi dan lingkungan belajar.

c. Tes DiagnostikTes diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu, misalnya untuk bidang studi matematika,apakah dijumpai kesalahan-kesalahan dalam operasimatematika atau dalam pemakaian rumus. Dengan tesdiagnostik sebenarnya sekaligus dapat diketahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam bidang studi tertentu.

d. Analisis Hasil BelajarTujuan analisis hasil belajar sama dengan tujuan tes diagnostik, yaitu untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalammata pelajaran atau bidang studi tertentu. Analisis hasil belajar prosedur dan pelaksanaannya di-lakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang ditampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik atau gambar, bentuk tiga dimensi berupa model, maket, dan bentuk tiga dimensi hasil kerajinan dan keterampilan tangan, gerak gerik suara, bentuk hasil belajar lainnya dapat berupa foto, film, ataupun rekaman video.Di samping pengungkapan masalah belajar tersebut di atas, dapat juga dilakukan melalui pengamatan langsung dan menggunakan tes bakat dan minat terhadap siswa.

Langkah-langkah atau prosedur dan teknik pengunaan masalah (diagnosa kesulitan belajar):1) Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan

belajar. Cara yang dapat ditempuh dalam

mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar ialah dengan menandaisiswa dalam satu kelas yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar dalam satu bidang studi.

2) Melokalisasi letaknya kesulitan ( permasalahan), setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.