KATA PENGANTAR - SMP Negeri 20 Malang

286
Butiran Cerita. i KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb. Kami ucapkan puji syukur yang tak terhingga dan rasa terimakasih kami kepada Tuhan Yang Maha ESA yang telah menurunkan rahmat dan karunia Nya sehingga kami sebagai penulis dan pengarang cerpen dapat menyelesaikan karya Antologi Cerpen sebagai proyek akhir dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kali ini. Kami juga banyak mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah mendukung baik moril maupun materiil yang diberikan, dan juga teman-teman yang telah bekerja sama dan bekerja keras untuk menghasilkan karya cerpen yang dibuat bersama, serta Bu Nurul Agustin Chusnah yang telah memberikan bimbingan dan arahan sampai karya ini tercipta. Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam buku yang kami susun ini, namun kami semua berharap buku yang kami susun ini bisa menjadi sumber baca yang

Transcript of KATA PENGANTAR - SMP Negeri 20 Malang

Butiran Cerita. i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Kami ucapkan puji

syukur yang tak terhingga dan rasa

terimakasih kami kepada Tuhan Yang Maha

ESA yang telah menurunkan rahmat dan

karunia Nya sehingga kami sebagai penulis dan

pengarang cerpen dapat menyelesaikan karya

Antologi Cerpen sebagai proyek akhir dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia kali ini.

Kami juga banyak mengucapkan terima

kasih kepada orang tua yang telah mendukung

baik moril maupun materiil yang diberikan, dan

juga teman-teman yang telah bekerja sama dan

bekerja keras untuk menghasilkan karya

cerpen yang dibuat bersama, serta Bu Nurul

Agustin Chusnah yang telah memberikan

bimbingan dan arahan sampai karya ini tercipta.

Kami sadar bahwa masih banyak

kekurangan dalam buku yang kami susun ini,

namun kami semua berharap buku yang kami

susun ini bisa menjadi sumber baca yang

Butiran Cerita. ii

menghibur dan dapat dinikmati oleh semua

kalangan. Kami juga sangat mengharapkan saran

atau kritikan yang membangun agar karya

selanjutnya lebih baik lagi.

Malang, 24 Desember 2021

Penulis

Butiran Cerita. iii

Editor:

AMANDA, ANIMHA, FAIZ, NOVAL, QEISAL,

VIRGI

Desain Cover:

GALAN, SHEVA

Pengarang:

AALIYA # ABEL # VIRGI # AMANDA #

ANDRA # ANITA # DISTA # FAIZ # FANI

# FATHIR # GALAN # GISKA # HITTA #

IQBAL # IRMA # MUTHIA # QEISAL #

NOVAL # ABID # GIGIH # ANIMHA #

ISMAH # NEYZHA # NUR # PASHA #

REFALINA # SAIFANI # SEKAR # SHEVA

# YASMIN # YORDAN # ENCEP

Pembina:

Dra. NURUL AGUSTIN CHUSNAH

Butiran Cerita. iv

DAFTAR ISI

1. Kata Pengantar……………………………….…………..i

2. Profil Penyusun…………………………………….…..iii

3. Daftar Isi………………………………………………….iv

4. Akibat Jajan Sembarangan……………..………1

5. Aku Penentu Nasib Keluargaku………………8

6. Albedra Dengan Segala Kebucinannya..16

7. Andai Aku Bisa Kembali…………………………25

8. Arti Persahabatan………………………………….31

9. Asap Pak Tua……………………………………………39

10. Belum Terlambat…………………………………….51

11. Berlibur Bersama Keluarga…………………..60

12. Bermain Dengan Sahabat Baru…………….69

13. Cinta Segitiga Diantara Teman Satu

Kelas………………………………………………………….79

14. Deril Si Anak Rajin…………………………………91

15. Hayato Penyelamat Kota……………………….97

16. Hutan Kasar……………………………………………101

17. Kebaikan dibalas Kebaikan………………….106

18. Kegagalan…………………………………………………113

19. Kekuatan Doa Sang Mahaguru…………….117

Butiran Cerita. v

20. Keluarga Miskin Yang Baik Hati………...123

21. Kenakalan Remaja…………………………….……129

22. Literally Love…………………………………………136

23. Luficer, Dari Negara Barat…………………179

24. Memilih Bahagia…………………………………….188

25. Mengejar Sebuah Impian……………………192

26. Persahabatan Sejati Di SMP……………..208

27. Persahabatan Yang Hampir Roboh….…216

28. Rama Si Penjual Kue…………………………….229

29. Reyna dan Raysha…………………………………232

30. Sahabatku Hilang Karena Cinta…………241

31. Sahabat Sejati……………………………………..247

32. Strongest One………………………………………253

33. Study Tour Ke Jogja……………………………262

34. Tasya danTania………………………………….….270

35. Teman Yang Baik…………………………………..277

Butiran Cerita. 1

Akibat Jajan Sembarangan

Karya: Faiz Rozan Anas

Pagi mulai tiba. Mentari bersinar diatas

kepalaku. Udara pagi pun terasa sejuk

dikulitku. Waktu menunjukkan pukul 06.30.

Waktunya aku untuk pergi ke sekolah. Disana

aku mempunyai teman yang bernama Lani, Ana,

dan Fadil. Kami bermain bersama dari sejak

kelas 1. Kami juga selalu menghabiskan waktu

bersama saat pulang sekolah dari bermain

layang layang, bersepeda, menulis,

menggambar, dan petak umpet. Kadang kami

sempat juga bertengkar, tetapi itu tidak

merubah rasa sayang kami terhadap satu sama

lain.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, tanda

akhir dari pelajaran untuk hari ini sudah

selesai. Sebelum pulang sekolah, aku, Lani, Ana,

dan Fadil berjanjian untuk pergi kepinggir

Butiran Cerita. 2

lapangan untuk berbincang dahulu sebelum

pulang. Tiba saat pulang sekolah. Aku, Lani,

Ana, dan Fadil seusai janji tadi, kami disana

berbincang tentang pelajaran yang diterangkan

tadi dikelas.

”Eh, bagaimana menurut kalian pelajaran

yang diterangkan tadi?” tanyaku. ”Aku sih

paham aja tentang materi yang tadi” ucap Lani

dan Ana secara bersamaan. ”Kalau kamu Fadil?”

tanyaku. ”Aku tadi masih ada yang kurang

paham dari materi tadi, mungkin aku harus

belajar lagi agar lebih paham” ujar Fadil. ”Kalau

kamu sendiri bagaimana?” tanya dari Ana

untukku. ”Sama seperti Fadil sih, juga masih

kurang paham aku, apalagi itu pelajaran yang

kurang kusukai” ucapku. ”Ya meski itu pelajaran

yang kamu kurang sukai, ya jangan lupa untuk

belajar dong” ucap Ana sambil menegurku

dengan halus. ”Eh keliatannya udah mulai sore

nih, mending kita pulang aja daripada nanti

dicariin kita” ucap Lani. ”Iya juga ya, ayolah

kita pulang” ucapku dan Fadil. Setelah itu kami

Butiran Cerita. 3

pulang kerumah masing masing karena hari

sudah mulai sore.

Esok harinya, aku seperti biasa berangkat

sekolah dengan senang hati sambil membawa

rubik yang biasa ku bawa ke sekolah. Ternyata,

Lani tidak masuk sekolah. Padahal dia itu anak

yang rajin dan sebelumnya tak pernah begini,

sehingga aku beserta Ana dan Fadil berencana

mengunjunginya usai pulang sekolah. Saat

sudah pulang sekolah, sesuai janji kami aku dan

dan teman kerumahnya si Lani, tapi aku harus

menunggu mereka dahalu pun menunggu teman-

temanku di samping pintu gerbang sekolah. Aku

menunggu mereka sambil memainkan rubik yang

ku bawa.

Tiba-tiba mereka mengejutkanku dan

berteriak. “Dor!!! kaget yaaa," “Huh,

mengagetkanku saja, coba kalau aku jantungan

gimana” seruku. “Iya iya maaf, bercanda...” ujar

Ana dan Fadil. “Kemana aja sih kalian?”

tanyaku. "Tadi kami ke ruang guru sebentar,

ada tugas yang belum kami kumpulin” jawab

Butiran Cerita. 4

dari Fadil. “Ohh yaudah, ayo berangkat”

ucapku.

Setelah itu, kami berjalan bersama-sama

kerumahnya Lani. Ditengah perjalanan, kami

memikirkan oleh-oleh untuk Lani nanti saat tiba

di rumah. “Enaknya nanti Lani kita kasih

apaya?” tanya Ana. “Kita belikan roti isi yang ia

sukai aja sama buah segar yang ada disana”

ucapku. “Ana kamu beli aja dulu buahnya, aku

mau beli es dulu, haus nih” ucap Fadil.

Lalu aku mampir ke warung bersama Ana

untuk membeli roti isi kesukaan Lani dan buah-

buahan segar. Setelah aku dan Ana sudah

membeli buah-buahan dan roti isi, bersamaan

dengan Fadil yang sudah membeli minuman yang

dia inginkan. Lalu kami berjalan lagi kerumah

Lani. Tak terasa kami telah sampai di depan

pintu rumah Lani. Kami pun mengetuk serta

mengucapkan salam. Beberapa saat kemudian,

terdengar suara Wa’alaikumussalam dan pintu

mulai terbuka. “Ooh.., rupanya teman-temanya

Butiran Cerita. 5

Lani, silakan masuk dan duduk dulu yaa" ucap

ibunya Lani.

Setelah itu kami duduk, sedangkan

ibunya memanggil Lani. terlihat kurus dan

wajahnya tampak pucat sehingga kami

menuntunnya keruang tamu. Mendadak dia

berkata, “Fadil, jajannya dijaga, jangan jajan

sembarangan gitu!” sembari mengarahkan

telunjuknya ke arah kantong es yang Fadil

bawa. Fadil menjawab, “Kenapa? Aku kan

kehausan” dengan polosnya. Lani menjelaskan

bahwa dia sakit karena jajan sembarangan,

termasuk minum es seperti yang sedang Fadil

bawa. Lani juga memberi tahu kami kalau lebih

baik kita membawa bekal dari rumah sendiri

sebab itu lebih bersih dan aman.

Ternyata selain menjenguk temanku ini, aku

juga jadi tahu kalau kita memang gak boleh

jajan sembarangan. Lagian lebih baik bawa

bekal dari rumah, terus uang sakunya bisa

ditabung untuk keperluan yang lebih

Butiran Cerita. 6

bermanfaat. Dan pastinya masakan bekal dari

rumah pasti lebih sehat dibandingkan jajanan

sembarangan.

Setelah itu kami memberitahu jika

besok ada ulangan dan memberitahu beberapa

materi yang akan keluar di ulangan besoknya.

“Lani jangan lupa ya besok ada ulangan, jangan

lupa belajar tapi jangan terlalu dipaksa juga."

ucapku kepada Lani. “Materi mana yang akan

keluar?” tanya Lani. “Materi yang akan keluar

bab 1 dan bab 2 saja”, ucap Fadil dan Ana. “Oh,

syukurlah aku masih bisa di bab itu” ucap Lani.

T ak berapa lama kemudian ibunya Lani

membuatkan teh hangat untuk kami semua.

Kami meminum teh tersebut sambil berbincang

dan bergurau bersama. Hari telah menunjukkan

sore hari, kami pamit untuk pulang kepada Lani

dan ibunya. Sebelum pulang, kami juga

menyemangati Lani agar lekas sembuh.

Butiran Cerita. 7

“Lani kami pamit pulang dulu yah, udah sore

ini,” ucap dari Fadil. “Oh iya, terimakasih ya

sudah menjengukku,” ucap Lani dengan senag

hati. “Iya, semoga kamu lekas sembuh ya dan

harus selalu bersemangat,” ucapku dan Ana.

“Amiin… sekali lagi terimakasih yaa teman-

teman” jawab Lani dengan senang hati.

Kita tidak lupa juga berpamitan dengan

orang tua Lani. Setelah itu kami pulang

kerumah masing masing. Alhamdulillah

perjalanan kami di hari itu berakhir dengan

senyuman dan semangat untuk menghadapi

ulangan di esok hari dan pembelajaran tidak

jajan sembarangan.

Butiran Cerita. 8

Aku Penentu Nasib Keluargaku

Karya: Anita Leksono Putri

Aku adalah wanita yang menjadi harapan

terakhir dari keluargaku. Meski kurasa sulit

sekali untuk mendapatkan keberhasilan dan

kesuksesan namun mau tidak mau aku harus

bisa. Aku adalah anak terakhir dari 4

bersaudara dan selisih umurku dengan

saudaraku terpaut cukup jauh. Usia orang

tuaku juga sudah tua. Beberapa hal tersebut

yang mendorong saya harus bisa berhasil.

Aku dan keluargaku tinggal di sebuah

rumah sederhana di dalam desa Miranti Asri.

Aku dijadikan harapan terakhir. Selain karena

aku anak terakhir, kakak-kakakku sebelumnya

bisa dibilang kurang beruntung. Untuk kakak

pertamaku yang bernama Aldi, dia tidak mau

dikuliahkan dan sekarang dia menjadi tukang

parkir yang penghasilannya pun hanya bisa

Butiran Cerita. 9

mencukupi kebutuhan dirinya sendiri bahkan

bisa dibilang kurang. Untuk kakak kedua ku

yang bernama Atika dia sudah menikah dengan

lelaki yang kaya raya namun dia melupakan

keluargaku. Dan kakak ke tigaku dia baru saja

di PHK dari kantornya dan sekarang dia masih

menjadi pengangguran. Sedih rasanya hidup

didalam keluarga seperti ini, namun aku sangat

yakin bahwa aku bisa merubah nasib keluargaku

menjadi lebih baik.

Disuatu pagi aku terbangun dari tempat

tidurku dan bersiap untuk menjalani hidup

kembali dengan keadaan yang seperti ini.

Setiap pagi aku selalu pergi ke kampus untuk

menimba ilmu dan berjuang agar bisa

membanggakan kedua orangtua ku. Walau

penghasilan orang tuaku tak banyak tapi

mereka selalu berprinsip bahwa jika mereka

tidak bisa namun anaknya harus bisa dan

anaknya harus memiliki pendidikan tinggi.

Terkadang melihat mereka bekerja keras,

hatiku tersentuh dan meneteskan air mata.

Butiran Cerita. 10

Ayah bekerja sebagai supir di rumah orang

kaya yang sombong. Sedangkan ibu juga

bekerja ditempat yang sama namun ibu sebagai

ART. Sebagai anak pastinya rasa ingin

membantu selalu ada namun ayah dan ibuku

selalu berkata “Kamu adalah anakku dan

tugasku adalah menafkahi dan menyayangimu,

maka fokuslah menimba ilmumu nak jangan

hiraukan ayah dan ibu."

Sebagai keluarga dengan ekonomi yang

bisa dibilang kurang keluargaku selalu

direndahkan namun itu tidak bisa membuatku

berhenti untuk berjuang dan meraih

kesuksesanku demi membahagiakan kedua

orangtuaku. Di kampus aku juga selalu

mendapatkan gangguan dari teman-temanku

yang selalu menghinaku. Aku masuk ke kampus

bagus dan mahal ini karena kemampuanku

sendiri. Aku mendapatkan biaya siswa yang

memudahkanku untuk bisa menimba dikampus

ini. Tepat 1 bulan lagi aku akan melaksanakan

sidang penentu kelulusanku.

Butiran Cerita. 11

Mentari telah terbit, hari dimana aku

akan melakukan sidang kelulusan tiba. Rasa

cemas sangat menggangguku namun aku harus

bisa melakukan ini. Tepat jam 12.00 siang

sidang yang aku lakukan selesai dan aku

dinyatakan lulus. Rasa senang dan sedih ku

rasakan. Saatnya aku mengumumkan kabar baik

ini kepada kakak-kakakku dan orangtua ku.

Betapa senangnya mereka ketika mendengar

bahwa aku dinyatakan lulus sampai air mata

menetes perlahan dari mata mereka.

Keesokan harinya aku bergegas untuk

melaksanakan wisuda. Karena aku bukan orang

yang kaya raya maka aku mengenakan kebaya

turunan dari nenekku. Ayah dan ibuku

mengenakan baju sederhana. Aku serta ayah

dan ibu memang tidak berpakaian mewah

layaknya teman-temanku tapi setidaknya aku

masih bisa meraih kelulusan dan memiliki nilai

tertinggi. Betapa bangganya kedua orangtuaku

menghadiri acara wisuda. Ketika namaku

dipanggil “Asri Wulandari” Ucap pembawa

Butiran Cerita. 12

acara. Mereka tersenyum lebar menyaksikanku

mendapatkan penghargaan atas nilai

tertinggiku.

Setelah acara wisuda selesai, aku dan

orang tuaku bergegas pulang dengan jalan kaki.

Kami menikmati udara yang sejuk. Beberapa

lama kemudian ibu dan ayah sempat bertanya

kepadaku “Apa kamu tidak malu punya orangtua

seperti ini? “ ucap mereka. Dan dengan yakin

tanpa berpikir aku menjawab “Kenapa aku

harus malu dengan orang tua yang telah

membesarkanku dan rela menerjang badai demi

anaknya bisa mendapatkan apapun yang

diinginkan."Ayah juga sempat memberikan

sepatah kata yang membuatku tersentuh

“Jangan sia-siakan perjuangan ayah dan ibu ya

nak, ayah dan ibu minta tolong berjuanglah

agar bisa sukses dan terutama bisa

mengangkat derajat keluarga kita.” ucap ayah.

Lalu aku menjawab “Aku akan berjuang demi

keluarga kita yah dan aku akan membuktikan

Butiran Cerita. 13

kepada mereka yang telah merendahkan kita

bahwa kita bisa sukses."

Matahari terbit mulai menyinari pagiku.

Saatnya aku untuk mencari kerja. Setiap

kantor ku hampiri untuk melamar kerja. Hari

demi hari berlalu sulit sekali aku mendapatkan

pekerjaan. Akhirnya pada hari ke 7 aku

mendapatkan pekerjaan dikantor ternama.

Bersyukur aku mendapatkan pekerjaan ini.

Hari-hari berlalu aku bahagia sekali bisa

membahagiakan orang tuaku dari hasil kerja

kerasku pada minggu depan aku harus pergi

keluar kota untuk kerja. Berat rasanya aku

meninggalkan kedua orangtuaku. Namun, ini

sudah menjadi tanggung jawabku sebagai

karyawan.

Tibalah aku di surabaya untuk bekerja.

Sehari selepas aku sampai di surabaya aku

mendapatkan kabar buruk bahwa ayahku

meninggal dunia. Betapa hancurnya hatiku

ketika mendengar kabar tersebut, namun hari

Butiran Cerita. 14

ini aku masih punya perkerjaan yang harus

diselesaikan. Hari ini aku ada rapat penting.

Betapa bimbangnya hatiku untuk menentukan

pilihan. Ibuku serta keluargaku berusaha

menenangkanku. Akhirnya aku melakukan rapat

dan setelah rapat selesai aku bergegas pulang

untuk menyaksikan jasad terakhir ayahku yang

telah dibungkus kain kafan. Hatiku sangat

hancur karena aku masih belum bisa

membahagiakan ayah dan belum bisa menemani

ayah pada saat hari-hari terakhirnya.

Ibuku selalu berusaha menenangkan aku

namun tetap saja air mata berlinang dari

mataku terus-menerus. Namun, ini semua harus

di iklhaskan karena semua akan kembali kepada

sang Pencipta Tepat 40 hari setelah ayahku

meninggal aku mendapatkan kabar baik bahwa

aku akan naik jabatan di perusahaan. Betapa

senangnya ibuku mendengar itu. Setelah ayah

meninggal, aku menjadi pribadi yang lebih baik

dan lebih mengutamakan ibuku dan keluargaku.

Semua yang ibu minta sekarang langsung aku

Butiran Cerita. 15

turuti karena dulu aku menyesal belum bisa

mengabulkan beberapa permintaan ayah yang

blm tersampaikan. Sekarang aku hidup dengan

serba berkecukupan dan mimpiku untuk sukses

berhasil dan sekarang keluargaku sudah

menjadi keluarga yang tidak direndahkan lagi.

Butiran Cerita. 16

Albedra Dengan Segala Kebucinannya

Karya: Galan Faith Maulidin

Cerita ini dimulai pada hari Kamis Kliwon

tanggal 12 November tahun 2021 pukul 9 pagi

saat murid baru yang jelita, glowing, rapi,

tertib, bijaksana, juga pengertian bak putri

Sakura datang ke kelas kami yang sedikit

kumuh dan terdapat bercak tanah hujan di

depan pintu serta atap yang bolong seperti

tempat bidadari keluar masuk. Murid ini

namanya Raffa, dia pindahan dari SMA Sikat

Sabuk 2 di Konoha, diketahui dari pertanyaan,

penyelidikan, dan perintrogasian yang sempat

kami lakukan, diketahui Raffa berpindah dari

sekolah yang lama karena mengikuti sekolah

pianonya yang kini naik tingkat dan dipindah ke

kota kami, Tisuma. Seperti yang tergambar di

atas, dirinya adalah seorang sosok yang begitu

waw, sayangnya dia pendek, aku tidak

bermaksud membully, aku hanya ingin

Butiran Cerita. 17

menambah satu ciri agar cerita ini lengkap.

Lanjut Raffa duduk di meja nomor 5,

bertepatan juga di belakang Raffa ada seorang

cowo yang ganteng, glowing, baik, santun,

ramah, tapi jomblo namanya Albedra, aku

bingung ingin bilang ini kebetulan atau bukan,

dan aku yang duduk di pojok dekat jendela

hanya bisa mengelus dada, dan hatiku berkata:

“His.. gitu aja iri”, tapi sesuai fakta, dan realita

yang ada di depan mata saya mereka terlihat

juga begitu serasi dan mungkin bisa serasa.

Hari kedua si Albedra mulai beraksi

menunjukkan prestasinya dalam bidang ahli

tata perbucinan dunia, “Hai jelita! Aku Albedra,

anak terganteng di kelas ini”, sapa Albedra

dengan congkak dan mengesalkan, lalu Raffa

menjawab dengan polos, “Oh hai Albedra!,

namaku Raffa, bukan Jelita!”,, lalu Albedra

menanggapi, “Maaf, karena kamu begitu jelita

bak putri Sakura”, lalu terjadilah pipi Raffa

yang mulai berwarna merah seperti senja,

beruntungnya Raffa adalah sosok yang agak

Butiran Cerita. 18

polos, jadi Ia tidak terlalu terjerumus dalam

lubang cinta tanpa ujung.

Hari kedua saatnya matematika, guru

kami Bu Bawon masuk dengan gagah, semangat,

dan mengerikan masuk dengan kacamatanya

yang seolah bersinar dengan di tangannya

membawa sebilah penggaris dan setumpuk

kertas putih penuh tulisan yang artinya bel

kengerian akan semakin berguncang dan benar

saja ulangan harian dimulai, bagi anda ini

hanyalah ulangan harian biasa dengan

menuliskan jawaban di lembar jawaban, tetapi

bagi kami ini adalah salah satu siksaan neraka

yang meleset ke bumi. Ulangan dimulai,

semuanya segera menggoreskan sesuatu di

kertas mereka dengan Bu Bawon yang

mengawasi di meja depan sambil mencari

sasaran untuk dihukum. Waktu berjalan,

beruntungnya pada jam 9 lebih 20 menit tiba-

tiba “Bu Bawon ke kamar mandi sebentar,

jangan ada yang rame!”, tetap saja aku bingung

karena nampaknya teman-teman hanya

Butiran Cerita. 19

menuliskan nama mereka saja di kolom nama,

tapi nampaknya Raffa sudah mulai mengukir

sesuatu yang indah bagai awan surga yaitu

jawaban di kertasnya walaupun nampaknya

hanya beberapa persen, tapi aku juga malu

menyontek miliknya karna dia begitu waw. Dan

lagi-lagi Albedra.. nih anak.. “Hai Raffa, you is a

very beautiful today, can I see your answer?”.

Kata Albedra yang sok ke India-Indiaan, tapi

Raffa berkata, “Tidak, ini ujian, kamu tidak

boleh begitu!”. wakakak mengakak keras aku

jadinya dan si anak bucin itu nampaknya kesal,

tapi wajahnya tetap tersenyum maksudku

dalam arti yang buruk. Bu Bawon pun kembali

dari kamar mandi dan mengatakan: “Silahkan

dikumpulkan lembar jawabannya!” dan kami

belum selesai mengerjakannya, bahkan hanya

sebuah nama yang ku ukir di atas kertas putih

halus itu, “Maaf bu, kami belum selesai

mengerjakannya”. Kata si Vanny dengan ahli.

“Loh.. gimana kalian ini, ini sudah 30 menit

lebih, sudah Bu Bawon tinggal ke warteg juga

Butiran Cerita. 20

kok belum selesai?”. Kata Bu Bawon sambil

menaikkan nada bicaranya nyaris ke C5. Waktu

berselang dan akhirnya kami selesai

mengerjakan dan kertas jawaban pun kami

kumpulkan.

Kringgg dush tak duer sambil ngelag-

ngelag bel istirahat pun tiba, Nampaknya si

Albedra mulai mengajak Raffa makan bersama

di kantin, tapi nampaknya Raffa membawa

bekal dari rumahnya, dan benar saja Raffa

membawa bekal. “Maaf aku membawa bekal

dari rumah, tapi apakah kamu mau ku bagi?”,

ucap Raffa dengan sopan. Waktu berlalu dan

waktu istirahat pun berakhir.

Baik, sekarang adalah saatnya mata

pelajaran Bimbingan dan Konseling, kami di

perintahkan untuk membentuk kelompok,

“Sekarang silahkan kalian membentuk kelompok

dimana satu kelompok berisi delapan orang!”,

kata Pak Armada dengan lugas, dan anda bisa

menebak tragedi apa yang akan terjadi

Butiran Cerita. 21

selanjutnya, ya.. benar sekali! Perang dunia

ketiga dimulai, setiap siswa berebut siswa lain

untuk mendapatkan kelompok dan agar

kelompok mereka berisikan orang-orang jenius,

dan Pak Armada hanya bisa mengelus dada

“Wah.. salah masuk kelas nih, ini kelas apa

hutan rimba?” kata Pak Armada dalam

pikirannya. 30 menit segera berlalu bdan semua

mendapatkan kelompoknya masing-masing,

seperti biasanya Albedra bersama dengan

Raffa tak terpisahkan bagai tiang dan

bangunan, “Aku akan selalu bersamamu Raffa,

aku akan selalu ada”, kata Albedra dengan

bucin, dan rasanya aku ingin segera muntah

karena kata-kata itu. Oke lanjut, kami pun

diperintahkan untuk mengerjakan majalah

dinding tentang manfaat menggunakan media

sosial.

Wiiuuww.. wiiiuwww.. suara bel pulang

berbunyi bak sirine damkar, segera semua

murid berlarian bergegas pulang, tapi aku ada

latihan menyanyi jadi aku tetap disekolah

Butiran Cerita. 22

sampai latihannya selesai, aku melihat ada juga

yang masih disekolah, nongkrong di kantin dan

membeli es cendol dawet segar. Melihat aku ke

sekeliling sambil menunggu guru latihan tiba

dan bertanya dalam hati: “Mana tuh si anak

bucin?”, tanyaku dalam hati, dan ternyata si

bucin sedang menuju ke perpustakaan, kupikir

dia akan membaca sebuah buku kunci jawaban

Bupena, dan nampaknya oh nampaknya dia

meminjam buku bertuliskan 975 Triliun Kata-

Kata bucin Dijamin Mempan, hah? Hah? Aku

terheran heran, bukan karena si Albedra

meminjam buku tersebut, tapi bagaimana bisa

sebuah buku seperti itu ternyata ada di

perpustakaan? “Ini perpustakaan punya bunker

rahasia nampaknya” kataku dalam hati sambil

terkaget kaget.

Beberapa minggu berlalu, Si Raffa sudah

bukan lagi anak yang polos gegara Albedra, dia

sudah bermetamorfosis menjadi seperti anak

yang lainnya, dan bahkan dia mewarisi

kebucinan Albedra dan tentu saja hari ini

Butiran Cerita. 23

mereka akan melakukan suatu pentas seni

dimana Albedra akan menembak Raffa di depan

seluruh siswa sekelas, pukul 9 lewat 5 menit

waktu istirahat pun tiba dan ini saatnya

pertunjukan dimulai, semua siswa berkumpul

mengelilingi mereka berdua, “Wahai belahan

jiwaku, sinar matahariku, bintangku,

kesayanganku, dihadapan seluruh masyarakat

sekitar yang bersaksi, dengan ini apakah kamu

mau untuk menjadi pacarku?” Tanya Albedra

sambil deg-degan, “Yes, sure, I love you”, kata

Raffa dengan senang, dan seperti biasa aka

nada wasit yang berkata: “para saksi! Sah?”

“Sah!!”, jawab siswa satu kelas dengan

senangnya, dan sejak itu mereka secara resmi,

legal, dan social berpacaran, bahkan pada saat

pulang mereka bergandengan bersama dan ibu

Raffa juga sempat bertemu dan berbicara,

“Raffa, ini pacarmu?”, Tanya ibunya “Iya ma, ini

pacarku”, jawab Raffa, lalu Albedra menyapa

dengan ramah: “Selamat siang tante!”, ibunya

Raffa menanggapi “Iya selamat siang!”, “wah..

Butiran Cerita. 24

pacarmu ganteng ya!”, puji ibu Raffa, Albedra

pun tertawa malu, “yasudah.. tante dan Raffa

pulang dulu ya! Atau kamu mau naik mobil tante

juga?” Tanya ibu Raffa ramah, “Tidak,

terimakasih tante, saya dijemput orangtua

saya” jawab Albedra.

Hari berikutnya keadaan mereka

semakin mesra, mereka menjalankan semua

aktivits bersama terkecuali ke kamar mandi.

Mereka makan, menuju perpusatakaan, ke

kantin, semuanya bersama dan mesra bagai

adik dan kakak, keharmonisan dan kebucinan

mereka pun berlanjut hingga status

whatsappku dipenuhi dengan ke uwuan mereka,

dan aku yakin mereka bisa melangkah menuju

bahtera rumah tangga suatu hari nanti.

Butiran Cerita. 25

Andai Aku Bisa Kembali

Karya: Ahmad Virgiawan Widianto

Hidup tidak ada yang tahu, bahkan sejak

lahir tidak ada yang tahu bagaimana masa

depan kelak. Apa yang akan terjadi, yang

penting kitaharus bisa mengisi kehidupan ini

dengan hal yang berarti. Dan itulah yang ingin

dilakukan Dini, gadis berusia 16 tahun yang

harus berhadapan dengan Kanker.

Dini merasa tidak ada yang pernah tahu

bagaimana dan kapan Tuhan menjemputnya.

Saat ini Dini hanya ingin mengisi hidupnya

setiap hari untuk membantu orangtuanya.

peninggalan ayahnya. sejak dia berusia 6 tahun

ayahnya meninggal dunia. Dini memiliki kakak

perempuan bernama Nami. Nami kini

melanjutkan sekolahnya di universitas.

Sepulang kuliah Nami juga membantu adiknya

Dini menjaga warung dengan hal-hal yang dia

Butiran Cerita. 26

inginkan dan membuat dia lupa dengan

penyakitnya. Dini adalah gadis yang hobinya

membuat puisi, selain itu dia juga sering

mengisi waktunya Sepulang sekolah dini

membantu ibunya berjualan sembako di toko

kecil kecil itu. Nami sangat menyayangi adiknya

itu, dia sedih melihat adiknya yang harus

melawan penyakit ganas tersebut.

Dini sering menyalurkan hobinya saat

waktu itu, sedikit cerita kisah hidupnya yang

dia tulis dalam bentuk puisi. Dini duduk

dibangku sekolah kelas XI, iya banyak memiliki

waktu luangnya. Bahkan saat ini Dini memiliki 15

puisi, sahabat yang peduli padanya. Hingga pada

suatu hari temannya menyatakan cinta padanya.

Dengan setangkai bunga mawar ditangan Rendi

menyatakan isi hatinya kepada Dini. Dini

mengambil bunga mawar Rendi " aku akan

menjawab ketika kelopak bunga mawar ini

berguguran'.

Butiran Cerita. 27

Hari demi hari berlalu, ketika kelopak

bunga mawar sudah mulai berguguran.

Sesampainya di sekolah Rendi menemui Dini

"Hai cantik, bagimana jawabanmu? Bukankah

mahkota bunga yang aku berikan sudah mulai

berguguran?" sapa Randi yang penasaran

menunggu jawaban Dini.

"Maaf Randi, aku tidak bisa

menerimamu, bukan karena aku tidak

menyayangimu atau aku tidak menghargai

perasaanmu. Tapi aku hanya ingin kita

berteman saja, aku tidak ingin ketika aku pergi

jauh ada orang yang merasa kehilanganku"

sahut Dini dengan menyembunyikan perasaan

yang sesungguhnya. Randi memikirkan apa yang

dikatakan Dini tentang dirinya yang akan pergi

jauh, "apa magsud perkataan Dini tadi ya?" Dini

terlihat menghindar dari Randi karena ia tidak

ingin melukai perasaan Randi.Tetapi Randi

terlihat menerima apa jawaban dari Dini degan

lapang dada. Randi menyapa sahabat-sahabat

Dini yang juga temansekelasnya yang sedang

Butiran Cerita. 28

berkumpul di kantin, Randi juga menyapa Dini

dengan sapaan yang manis "hai cantik" sapa

Randi. Dini menjawab sapaan Randi hanya

dengan tersenyum saja.

Suatu hari saat ulangan harian

berlangsung, tiba-tiba mata Dini memerah dan

keluar darah dari hidungnya. " Din, kenapa

hidungmu berdarah? Tanya salah satu

sahabatnya. Dini kaget, dia tiba-tiba pingsan.

Dan dibawa ke RS oleh guru walinya. Sepulang

sekolah Randi dan sahabat-sahabat Dini datang

ke rumah sakit untuk menjenguk Dini. Randi

membelikan dini boneka beruang berwarna pink

karena dia tau Dini sangat suka warna pink.

Ternyata Dini belum jugasadar dari pingsannya,

Randi dan sahabat-sahabat Dini bertemu

dengan Ibu Dini dan Ibu Dini bercerita tentang

penyakit Dini. Teman-temannya terharu

mendengar cerita dari Ibu Dini. Terutama

Randi. Dia akhirnya mengetahui alasan Dini

mengapa dini tidak menerimanya dan

mengatakan dirinya akan pergi jauh.

Butiran Cerita. 29

Setelah beberapa hari dirawat di RS

akhirnya dini bisa pulang kembali kerumahnya.

Randi datang kerumah Dini ingin menjenguk dan

memberikan boneka yang hendak diberikannya

pada saat Dini masih dirumah sakit. Dini sangat

menyukai boneka yang diberikan Randi

kepadanya, Dini tidak bisa tidur jika tidak

memeluk boneka pemberian dari Randi. Dini

merasa terhibursemenjak Randi datang

dalamkehidupannya.

Dini kini tidak bisa bersekolah karena

tubuhnya sudah mulai melemas. Setelah

beberapa minggu, penyakit Dini kambuh lagi,

Dokter sudah mengatakan bahwa penyakit yang

diderita Dini sudah stadium akhir. Kini Dini

tinggal mendapat perlakuan isitimewa dari

Tuhan. Keluarga dan teman-teman Dini

termasuk Randi sangat sedih, melihat keadaan

Dini koma. Randi dan keluarga dirasaannya. Kini

dini sudah menghembuskn nafas terakhirnya

dengan tersenyum dan memeluk boneka

pemberian Randi. menunggumenunggu

Butiran Cerita. 30

keputusan dari tuhan. Dini bukanlah satu-

satunya orang yang Dini pergi untuk

bersembahyang dan meminta kepada tuhan

untuk menghilangkan penderitaan yang dialami

oleh Dini akibat menahan rasa sakit yang

dirasakan selama 2 tahun ini.. Randi sudah

tidak kuat melihat Dini menahan rasa sakit

yang telah lama.

Butiran Cerita. 31

Arti Persahabatan

Karya: Neyzha Putri Sekararum

Bagaikan langit tanpa awan yang tidak

pernah terpisahkan, sama seperti Rani dan

Risa. Kedua orang remaja yang bersahabat dari

SD sampai sekarang tepatnya SMA. Dalam

keadaan suka maupun duka mereka lalui

bersama. Selain itu mereka memiliki ciri khas

yang sama yaitu berambut Panjang dan

menyukai makanan yang berbau coklat.

Terkadang mereka sering dikira kembar

terhadap orang asing. Bahkan kedua orang tua

mereka sangat akrab.

Setiap harinya mereka selalu berangkat

sekolah bersama dengan tepat waktu. Tetapi

beda dengan hari ini Rani bangun kesiangan

karena menonton darma korea terlalu larut

malam sehingga mengakibatkan Risa menunggu

lama dihate bis tempat mereka berjanjian.

“ishh ….. dimana Rani apakah di bagun

Butiran Cerita. 32

kesiangan” gerutu Risa. Saat melihat Rani

sudah datang merekapun segera masuk kedalam

bis menuju sekolah. Untungnya pagar sekolah

masih terbuka, jika saja mereka terlambat 5

menit mereka akan berdiri dilapangan tepat

dibawah sinar matahari. Sesampai dikelas

mereka mengikuti pelajaran dengan tertib.

Waktu Pulang sekolahpun tiba Risa mengajak

Rani untuk kerja kelompok dirumahnya karena

ada beberapa tugas kelompok yang besok harus

segera dikumpulkan “Rani ayo kerja kelompok

dirumahku karena tugas sekolah yang dilakukan

secara berkelompok harus selesai besok” kata

Risa menjelaskan mengenai tugas sekolah. Rani

menjawab, “baiklah aku izin kepada orang tuaku

dulu ya”.

Setelah mendapatkan izin akhirnya

mereka pergi kerumah Risa untuk mengerjakan

tugas kelompok tersebut. Orang tua Rani

mengizinkan Rani untuk kerja kelompok

dirumah Risa karena kebetulan mereka sedang

diluar rumah untuk mengerjakan proyek kantor.

Butiran Cerita. 33

Setelah beberapa jam akhirnya tugas kelompok

mereka sudah selesai, saat Rani ingin

berpamitan untuk pulang tiba tiba ia

mendapatkan telepon dari orang yang tidak

dikenal, ternyata orang tersebut adalah pihak

rumah sakit dan pihak rumah sakit tersebut

berkata “ apa benar ini Rani , saya dari Rumah

Sakit Melati ingin mengabarkan jika kedua

orang tua anda terlibat kecelakaan dan nyawa

mereka tidak bisa diselamatkan , mohon segera

datang kerumah sakit sekian terimakasih”

mendengar kabar tersebut Rani menangis

tersedu sedu. Begitupun dengan Risa yang

sudah menganggap orang tua Rani seperti orang

tuanya sendiri. Kecelakaan yang dialami kedua

orang tua Rani adalah kecelakaan beruntun

yang mengakibatkan 4 mobil rusak parah yang

dimana salah satu mobilnya adalah mobil orang

tua Rani. Rani mencoba untuk megiklaskan

semuanya, berkat dukungan dari orang orang

terdekatnya terutama sahabatnya Risa. Ada

penyesalan dihati Rani karena sebelum orang

Butiran Cerita. 34

tuanya kecelakaan mereka sempat ingin

berlibur bersama kepantai untuk melepaskan

penat, tetapi karena pada hari sabtu serta

minggu Rani ada urusan yang harus diselesaikan

disekolah. Jadi liburan tersebut tertunda dan

akan merencankan ulang liburan diminggu ini

tetapi sebelum liburan, tetapi kedua orang tua

Rani sudah pergi terlebih dahulu meninggalkan

Rani untuk selamanya.

Sejak kejadian orang tua Rani

meninggal,Risa mencoba untuk menawarkan

tinggal bersama keluarganya karena

keluarganya Risa juga khawatir jika Rani tinggal

sendiri dirumahnya, tetapi Rani tetap kekeh

untuk tinggal dirumahnya sendiri. Dari situlah

Rani berubah menjadi pribadi yang pendiam.

Terkadang ketika Rani mengajak Rani makan

dikantin atau pulang sekolah bersama Rani

selalu menolak dan beralasan malas dan ingin

segera istirahat dirumah. Risa berfikir Rani

membutuhkan waktu sendiri karena masih syok

dengan kabar duka itu.

Butiran Cerita. 35

Hari terus berlalu sikap Rani tidak

berubah dan membuat Risa curiga apa yang

membuat Rani berubah. Akhirnya dengan diam

diam ia mengikuti Rani saat pulang sekolah.

Saat mengikuti Rani, Risa bingung karena Rani

masuk kedalam restoran bukannya langsung

pulang kerumah. “kenapa Rani masuk kedalam

restoran bukankah dia bilang capek dan ingin

langsung mau pulang kerumah” kata Risa dalam

hati.

Akhirnya ia masuk kedalam restoran

tersebut dengan berpura pura sebagai

pelanggan restoran. Setelah duduk disalah satu

meja dekat dengan tempat beristirahat pada

staff ia terkejut melihat Rani menggunakan

pakaian pelayan. Setelah hampir 1 jam Rani

berkerja ia pun istirahat karena kelelahan.

Melihat Rani sedang berbincang dengan

karyawan lain yang bernama Sita, ia pun segera

mendekat dan mendengarkan pembicaraan

mereka. “kamu kenapa Rani terlihat sangat

pucat hari ini” kata Sita memulai pembicaraan,

Butiran Cerita. 36

Rani menjawab “aku sangat capek karena

sepulang sekolah aku harus segera pergi

berkerja”. Sita kembali bertanya “sampai kapan

kamu menutupi ini semua dari Risa”.

“sebenernya aku tidak ingin menutupi jika aku

berkerja menjadi pelayan untuk membayar

sekolah, tetapi aku sudah banyak merepotkan

Risa dan keluarganya, maka dari itu akhirnya

aku berkerja agar tidak merepotkanya” kata

Rani menjelaskan yang sebenarnya. “tetapi

dengan kamu seperti ini membuat Risa khawatir

dan cemas, serta bukan membuat Risa menjauh,

jadi sebaiknya kamu jangan seperti ini” kata

Sita menasehati Rina yang sedang bimbang.

Risa mendengar itu menangis dalam diam,

sekarang ia tau kenapa Rani berubah dan

menjauh. Sebenarnya dari dalam hati Risa yang

paling dalam ia tidak pernah merasa direpotkan

oleh Rani, karena ia sudah menganggap Rani

sebagai keluarganya sendiri. Risa yang dari tadi

diam ia tidak tahan lalu langsung memeluk rani

dengan erat. Rani kaget kenapa Risa bisa ada

Butiran Cerita. 37

direstoran tempat ia berkerja. Sita melihat

itupun pergi karena ia tahu mereka harus

memiliki waktu berbicara berdua untuk

menyelesaikan masalah. “kamu tidak

merepotkanku sama sekali tetapi perubahan

sifat mu menjadi seperti ini yang membuatku

khawatir” kata Risa melepas pelukannya.

“kamu sudah tau kebenaranya ya …. emm… aku

minta maaf ini semua salahku” kata Rani

menyalahkan dirinya. Risa menjawab, “sudah

jangan mengalahkan dirimu, kita sama sama

salah disini”. Dari situ mereka mendapatkan

pelajaran agar saling terbuka satu sama lain.

Dengan berbagi desakan dan bujukan yang

diberikan oleh Risa kepada Rani untuk tinggal

bersama keluarganya akhirnya pun Rani

bersedia untuk tinggal bersama keluarga Risa.

Ternyata sejak dahulu orang tua Rani sudah

menitipkan Rani serta tabungan untuk

Pendidikan Rani karena padatnya pekerjaan

kantor orang tua Rani. Orang tua Risa berjanji

melakukan wasiat tersebut dengan senang hati.

Butiran Cerita. 38

Kehidupan baru mereka jalani saat memasuki

kuliah, mereka berkerja keras untuk bisa lulus

dengan nilai yang terbaik. Dengan segala kerja

keras mereka bisa sukses sesuai dengan yang

diinginkan. Dari sini kita tahu segala masalah

apapun yang kita hadapi pasti ada jalannya dan

pasti ada seseorang dari kejauhan atau dekat

yang menjaga kita dengan sepenuh hati.

Butiran Cerita. 39

Asap Pak Tua!

Karya: Yordani Dwi Winata

“Rute ini sudah benar bukan?” tanya dari

Widya kepada Wulan teman satu kelompoknya

dalam misi cross country kali ini.

Yang ditanya hanya mengangguk sibuk dengan

kompas dan peta pita yang dipengangnya

dengan tangan kiri dan kanan Mereka berdua

sibuk dengan aktivitas masing masing tapi

masih dengan tujuan yang sama mencapai posko

terakhir dengan waktu seminimal mungkin.

Matahari telah semakin condong ke barat

menyisakan suasana gelap nan mencekap Pohon-

pohon terdiam anggun seakan mengamati dua

bocah yang masih meraba-raba jalan menghalau

semak untuk sekadar bisa berjalan terus

berjalan duduk untuk sekedar beristirahat

meneguk air dari botol aqua mengelap keringat

dan kembali mengangkat pantat berdiri tegap

Butiran Cerita. 40

melanjutkan berjalan dan kemudian mereka

memutuskan untuk berpisah mencari jalan dan

akan berjanji bertemu pada suatu tempat.

Widya mengambil rute kanan, Wulan

mengambil rute kiri dan dengan keberanian

bercampur semangat dan takut tak kalah besar

mereka kembali berjalan, mencoba memahami

struktur hutan lebat ini. Widya mengarahkan

teleskopnya berfikir mungkin bisa melihat

sekelompok panitia pada posko terakhir

matanya menyipit berkali-kali mengarahkan

teleskop ke tempat yang sama mengedipkan

mata berulang-ulang meletakkan teleskop di

depan mata lagi setelah melakukan hal yang

sama berulang kali barulah ia yakin tidak salah

lagi tadi ia melihat sekelompok orang.

Keraguan menyelimuti pikiran widya apakah ia

harus berbalik ke tempat mereka berjanji atau

seorang diri mencapai posko terakhir dan

membiarkan Wulan mencari jalannya sendiri

eentahlah ia tidak mampu berfikir jernih dan

Butiran Cerita. 41

hanya membiarkan kakinya melangkah

mendekati posko terakhir yang ia yakini tadi.

Tak butuh waktu lama tinggal beberapa

langkah lagi ia akan mendekati kelompok itu.

Tiba-tiba ia baru menyadari sesuatu dan mulai

bertanya, “Ada apa dengan kelompok ini?,

kenapa mereka tidak menggunakan seragam

berwarna kuning seperti panitia pada pos

sebelumnya? dan Tunggu dulu bukankah mereka

terlihat lebih tua? dan astaga alat alat apa

yang mereka bawa.”

banyak pertanyaan yang tiba-tiba menyerubung

di otaknya. Dan secepat yang ia bisa ia langsung

bersembunyi di belakang pohon besar di

dekatnya buru-buru, sebelum orang-orang aneh

itu mengetahui keberadaannya.

“Untuk bulan ini cukup hutan ini yang

jadi proyek kalian. Dan untuk bulan berikutnya

aku akan yg memberitakan perintah lewat kau

Dino. Kau saja nanti yang kasih tahu mereka

dan aku peringatkan lagi tolong bekerja dengan

Butiran Cerita. 42

rapi Mengerti kalian? masyarakat sekitar

sudah aku kasih uang dan ajak kerja sama.

Pemerintah itu paling gampang aku sogok

dengan uang pun mereka semua langsung diam

hahaha” cerca bapak berumur sekitar 65an itu

dengan wajah angkuh, lalu menghembuskan

asap roknya lagi tepat di depan pemuda

pekerja yang menunduk tak berani menatap

pandangan bapak tua nan garang itu.

Tak berapa lama kemudian kelompok itu

berjalan mengikuti bapak tua tadi meninggalkan

Widya yang menghembus nafas lega karena

berhasil meringkuk bersembunyi di balik pohon

besar penyelamatnya namun juga bingung

dengan apa yang direncanakan kelompok itu.

Walaupun tidak benar-benar memahami apa

rencana mereka tapi ia tahu benar ada sesuatu

rencana jahat yang akan orang-orang itu

lakukan. Tapi apa Ia menggeleng berusaha

tidak memedulikan hal itu Lebih baik ia

memikirkan bagaimana ia bisa segera keluar

dari hutan ini.

Butiran Cerita. 43

Satu Bulan Kemudian

Sudah satu minggu berlalu dengan asap kabut

yang masih setia menutupi seluruh daerah

Pekanbaru. Mata telanjang atau bahkan

teleskop tercanggih pun hanya mampu

menembus jarak 50 meter tidak lebih. Di

pelataran jalan raya berserakan para pedagang

masker menjadikan orang yang lewat seperti

ninja bermasker. Itu saja yang bisa mereka

lakukan, entah masker masih berguna atau

tidak. Asap putih ini sudah terlalu bahaya dan

tidak akan cukup hanya dengan memakai

masker itu benar-benar membuat takut rakyat

Riau Pekanbaru, khususnya Wulan membacakan

salah satu tulisan pada kolom bacaan koran

gagasan. Selesai membaca lalu koran itu

dilemparnya sembarang ke meja di depannya.

“Sudahlah, kan tidak ada gunanya kau

kesal dengan asap itu, kita cuma bisa bersabar

dan berdoa semoga Tuhan bermurah hati

menurunkan hujan di tanah lancang kuning ini.”

Butiran Cerita. 44

ucap Widya untuk menenangkan Wulan yang

sudah tidak tahan dengan keadaan kota yang

membuat dadanya sesak, baginya tak apa kalau

hanya sekedar memakai masker, tapi ia tidak

bisa tahan dengan kabut asap yang semakin

hari semakin menebal tanpa hujan setetes pun.

“Apa yang di pikirkan para pembakar hutan itu?

kenapa mereka bisa seegois itu membakar

hutan hanya untuk kepentingan segelintir

orang? kenapa pemerintah seolah diam? apa

mereka tidak memikirkan orang yang menjadi

korban gara-gara ulah mereka?” wulan masih

saja mencerocos matanya kali ini sudah merah

seperti akan menangis.

Kali ini Widya membiarkan sahabatnya

itu menangis, dia sangat mengerti mengapa

Wulan seperti itu. Semenjak hari ketika Widya

pingsan di lapangan sekolah karena tidak tahan

dengan kabut asap. Kepalanya pusing, matanya

perih, dadanya sesak. Semuanya akhirnya

mampu menumbangkan tubuh Widya. Wulan

Butiran Cerita. 45

yang kebetulan melihat langsung berlari

menerobos siswa yang semakin lama semakin

banyak mengerubungi tubuh Widya. Wulan

membuka maskernya dengan sigap, berteriak

memanggil nama Widya. Dia kalut, takut

sesuatu yang buruk benar-benar terjadi pada

sahabatnya itu.

Sejak hari itu Widya tak pernah lagi

keluar dari rumah sakit. Bahkan suasana rumah

sakit sudah benar-benar ia nikmati. Bagaimana

bisa ia tidak menikmati? Sepertinya ia akan

hidup lama disitu, bau obat pun sudah seperti

bau parfum yang tersebar dimana-mana.

Kondisinya sudah jauh sangat berbeda, bahkan

untuk bernafas pun ia teramat susah. Dan

bukan sembarang udara yang bisa ia hirup. Dua

puluh empat jam setiap hari ia harus membeli

oksigen sebagai udara untuk ia bertahan hidup.

Udara bebas tidak boleh masuk sedikit pun ke

alat pernapasannya, itu hanya akan

membuatnya berhenti bernafas.

Butiran Cerita. 46

Mengeluh? sedih? ingin mati? sudah lama ia

tidak merasakan perasaan itu. “Aku hanyalah

satu dari banyak korban” pikirnya menghibur

diri. Lagi pula tidak ada hal tersisa lagi yang

bisa ia berikan, selain senyuman semangatnya

untuk Mama dan Wulan yang selalu bergantian

membesuknya. Ia tidak ingin membuat dua

orang itu sedih dan terluka lebih dalam dengan

kondisinya. Satu hal yang membuatnya tetap

bersemangat menjalani hidupnya, wajah

sombong bapak tua itu.

Wulan selalu membawakan koran edisi

terbaru setiap berkunjung ke kamarnya, Widya

jadi tahu lebih banyak perkembangan tentang

penangkapan pelaku pembakaran hutan dan

bagaimana kabut asap. Tapi tak sekalipun ia

melihat wajah bapak tua nan sombong itu.

‘Sepertinya dia orang yang benar-benar

berkuasa’ ia berbicara sendiri. Ia mengingat

sesuatu kemudian mencoba meraih lemari di

samping tempat tidurnya, mencoba dengan

sekuat tenaga membuka laci lemari. Mengaduk-

Butiran Cerita. 47

aduk kertas tanpa melihat, karena matanya

terlalu perih membaca tulisan di kertas-kertas

itu. Akhirnya ia berhasil meraih foto itu, ia

bersorak girang.

Widya membuka lagi buku catatan

kecilnya, melihat tempelan koran dengan

berbagai tanggal dan foto. Di bagian terakhir

halaman ia lemkan foto tersebut, lalu dengan

bersusah payah ia mulai menulis lagi.

“Suatu saat mungkin ini akan sangat

bermanfaat” pikirnya sambil merangkai kata

mengisi lembaran terakhir catatan kecil itu.

Trak!, pena yang tadi dipegangnya lepas dari

genggamannya, menggelinding jatuh di bawah

tempat tidurnya. Entah kenapa akhir-akhir ini

ia jadi sering menjatuhkan barang yang

dipegangnya.

“Ah padahal bagian ini harus aku tuliskan”

Widya merenggut kesal.

Butiran Cerita. 48

Sekuat tenaga ia coba menjangkau lantai

dengan tangan kirinya. Tangan mungilnya mulai

meraba lantai putih nan licin itu, tidak semudah

itu ternyata untuk menemukannya. Widya lagi-

lagi meraba lantai mencoba ke bagian yang

paling jauh yang bisa ia capai, hal yang tak ia

pikirkan bahwa tangannya sudah terlalu jauh

menjangkau bawah kasur putih. Ia tak dapat

mencegah lagi, tubuhnya sempurna berdentum

di atas lantai putih dan licin itu. Sekujur

tubuhnya nyeri dan kaku bersamaan, tapi bukan

itu yang penting sekarang. Selang

pernapasannya terpelanting jauh membuat

nafasnya turun naik begitu cepat, ia panik.

“Tolong!” suaranya tercekat di

tenggorokan tubuhnya mulai memerah, keringat

menjalari setiap bagian tubuhnya,

pandangannya mendadak kabur. Ia mulai

menangis mencoba kembali bersuara tapi gagal.

Ia pasrah.

Butiran Cerita. 49

Satu minggu berlalu Wulan keluar dari ruangan

itu dengan wajah lega.

“Usahamu tidak sia-sia Widya” batinnya.

Ia tak lagi menangis seperti pada hari kematian

Widya, kali ini ia tersenyum merasa bangga

bisa menyelesaikan misi sahabatnya. Ia buru-

buru memasang masker, menstarter motor

beatnya dan berlalu meninggalkan kantor pers

masyarakat Pekanbaru tersebut. Kabut asap

masih membuatnya kesal dan marah. Tapi ia

masih sangat bersyukur selama ini tak pernah

terjangkit ISPA atau penyakit lainnya.

Keesokan harinya, media digemparkan

dengan wajah baru Foto bapak tua dan

sombong yang ditempelkan Widya di bukunya

beredar dimana-mana. Media elektronik, cetak

bahkan dari mulut ke mulut. Dari mulut ke

mulut nama Widya, dan Wulan selalu disebut-

sebut.

“Mereka benar-benar berlebihan” cerca Wulan

pura-pura kesal.

Butiran Cerita. 50

“Kau yang harusnya mendengar pujian-pujian

itu, wid. Bukan aku. tapi, hey.. kau benar-benar

hebat Widya! Jadi aku boleh berharap bukan

dalam minggu ini Pekanbaru akan cerah lagi?”

Wulan berbicara lantang seperti biasa

menganggap Widya benar-benar ada di

sampingnya.

Butiran Cerita. 51

Belum Terlambat

Karya : Muhammad Gigih wiguna

Pagi itu aku terbangun oleh teriakan

tukang tempe “ Pee.......... tempe prei opo ora “,

“ Tempee “ Teriak ibu lalu ibu sedikit berlari

mengejar si tukang tempe.” Ah mengganggu

saja “ Gumamku sambil kutarik kembali selimut

ku kembali. Kemudian ibuku menghampiri ku

yang kembali tidur untuk membangunkanku. “

Mau bangun jam berapa le.... arek ngganteng “

Kata ibuku sambil menarik selimutku. “ ah

sebentar lagi bu “ gumamku. “ ini sudah jam

enam, ayo lekas bangun dan mandi sana “ kata

ibuku lagi.

Ibuku selalu rajin membangunkanku dengan

sabar, tapi aku ini anaknya memang agak

pemalas, sehingga tak jarang aku berangkat

kesiangan ketika ke sekolah. Aku anak ke tiga

dari empat bersaudara, diantara mereka

Butiran Cerita. 52

mungkin aku yang paling sering membuat ibuku

jengkel, terkadang entah kenapa ya aku merasa

malas mengerjakan tugas tugasku sehingga

tugasku menumpuk, tak jarang juga aku

berbohong pada ibuku. Setelah telat terus

beberapa hari ini aku berusaha untuk tidur

lebih awal agar bangun lebih pagi. Dan itu

berhasil tadi aku bangun pagi dan berangkat

pagi pagi.

Tapi aku masih belum bisa membiasakan

diriku untuk tidak menunda-nunda tugas yang

di berikan guruku. Dia mengerjakan pr dengan

cepat agar tidak ada yang melihatnya menyalin

PR. Setelah dia selesai dia mengembalikan

bukuku. Dan tak lama kemudian anak anak yang

lain datang setelah itu bel masuk berbunyi. Aku

terlalu malas sampai aku tidak bisa langsung

mengerjakan tugasku. Di sekolah biasanya aku

di bully karena lemah karna itu aku jadi malas

sekolah. Suatu hari aku sakit, aku meminta

ibuku untuk menulis surat izin karena sakit,

jadi aku tidak sekolah di hari itu. Keesokan

Butiran Cerita. 53

harinya adalah hari selasa aku masih sakit jadi

ibuku masih belum mengizinkanku ke sekolah.

Sudah 3 hari berlalu dan aku sudah sembuh.

Pada hari kamis aku berangkat ke sekolah. “

Ah aku kepagian berangkat sekolahnya “ aku

terus bermain HP sambil menunggubel masuk.

Setelah beberapa menit ada temanku yang

bertanya, “ kamu sudah ngerjain PR belum ? “

tanya temanku, “ ooh sudah, kenapa? “ balasku

“ aku boleh nyalin prmu ngaa? “ katanya “ lho

kamu belum ta, tumben sekali kamu nggak

ngerjain PR “ ucapku “ iya kemarin aku bantu

bantu nikahannya tanteku “ ucapnya “ owh “

balasku, karena dia selalu membantuku jadi

kupinjami bukuku. Dia mengerjakan pr dengan

cepat agar tidak ada yang melihatnya menyalin

PR. Setelah dia selesai dia mengembalikan

bukuku. Dan tak lama kemudian anak anak yang

lain datang setelah itu bel masuk berbunyi.

Jam pelajaran di mulai, guruku menerangkan

lalu memberi tugas sampai jam istirahat.

Butiran Cerita. 54

“Kriiiing kriiing” Bunyi belum istirahat aku pergi

keluar dengan temanku sambil membicarakan

tentang ulangan. “ seminggu lagi kita ulangan ya

“ ucapku, “ iya, cepet ya tiba tiba udah ulangan

akhir semester “ balas temanku. “Entah

mengapa tiba – tiba timbul niat dalam hatiku

untuk pergi meninggalkan rumah “ ucapku, “

pikirkan lagi apa yang mau kamu perbuat “ kata

temanku dengan wajah serius,” tapi aku

mengurungkan niatku “. Pada sore hari aku di

marahi ayahku karna nilai ulangan di bawah kkm

dan banyak tugas yang kosong, ayah memarahi

aku habis habisan lalu ayahku menyita hpku

karna hpku lah penyebab aku tidak

mengerjakan tugas dan juga malas belajar.

Keesokan harinya aku pergi dari rumah tanpa

bilang ayah dan ibuku. Aku membawa beberapa

pakaian dan juga uang, aku merasa ayahku tidak

adil padaku, mereka tidak pernah

memperhatikan ku mereka lebih sayang pada

kakak dan adiku. Aku merasa kesal dan marah “

coba saja aku di lahir kan dari keluarga yang

Butiran Cerita. 55

kaya pasti enak sekali, setiap hari bisa makan

enak, punya banyak uang dan bebas melakukan

apapun. Aku sudah berjalan cukup jauh dari

rumah, aku berjalan melihat lihat srkeliling.

Lalu aku melihat anak – yang jalan – jalan

bersama ayahnya, “ enak ya jadi mereka bisa

jalan – jalan dan juga bisa minta jajan

sepuasnya.

lain dengan keluargaku setiap hari hanya

makan sama tempe dan sambal. Jangankan

untuk membeli benda yang kuinginkan untuk

membeli jajanan saja harus menunggu lama,

harus menunggu ayah dan ibu gajian. Kalau

adiku enak selalu di kasih makanan yang lebih

enak, bahkan adiku meminum susu hampir

setiap hari. Setelah sampai di jalan besar aku

menyegat angkot, setelah lama menunggu

akhirnya ada juga angkot yang lewat. Aku

berniat untuk pergi kerumah nenek dalam

perjalananku kabur dari rumah perutku mulai

Butiran Cerita. 56

terasa lapar aku turun dan aku mulai melihat

sekeliling mencari warung nasi.

Setelah aku melihat sebuah warung nasi aku

berjalan kesana dan ada orang yang menabraku

“ oh maaf dek saya buru buru “ ucap orang itu,

“ oh tidak apa apa om jawabku lalu aku berjalan

kembali ke warung nasi itu dan masuk dengan

berlagak sombong. Lalu aku memesan pada

penjaga toko “ Pak saya mau makan pak “

kataku pada penjaga warung, “ o Iya dik mau

makan apa? “ tanya penjaga warung “ nasi

campur pakai telor ceplok pak “ jawabku, “ baik

tunggu sebentar ya “ kata penjaga warung. “ Ah

ini sangat enak, tidak seperti sambel tempe di

rumah “ ucapku.

setelah selesai makan, aku berniat

membayar tapi setelah aku cari-cari uang yang

ada di sakuku aku sangat terkejut ” e.... e....

maaf pak saya tidak punya uang, mungkin saya

kecopetan waktu naik angkutan umum pa “ aku

mencoba menjelaskan pada penjaga warung. “

Butiran Cerita. 57

alaaaah jangan banyak alasan kamu, kalau tidak

punya uang ya jangan makan di sini sudah sana

pergi “ teriak penjaga itu mengusir ku.setelah

ku ingat ingat kembali uangku masih ada ketika

membayar ke sopir angkot, sepertinya aku di

copet sama om om yang menabraku tadi. Aku

merasa sangat malu, sedih bercampur aduk.

dengan lemas aku melangkahkan kakiku

menyusuri trotoar, aku tak tahu lagi akan pergi

kemana.

sambil menangis kuperhatikan orang-orang di

sekelilingku. Ada seorang anak laki-laki

seusiaku yang sedang mengais sampah dan

memungut makanan kemudian memakannya. Ada

pula seorang bapak bapak tua yang meminta

minta di jalanan dan tidur di jalanan yang kotor

hanya beralakan kardus bekas. Kemudian aku

duduk termenung membayangkan hari – hari

yang kulalui sebelum aku meninggalkan rumah.

Andai saja aku tidak meninggalkan rumah

tangisku semakin menjadi jadi, aku teringat

ibuku dan keluargaku. Meskipun kami tidak

Butiran Cerita. 58

kaya, setidaknya aku tidak perlu memungut

makanan dari sampah, tidak tidur di kamar

yang yang mewah dan kasur yang empuk,

setidaknya kami masih punya tempat untuk

berlindung Penyesalan demi penyesalan muncul

dalam hatiku mau pulang tapi aku sangat malu

tapi kalau aku tidak pulang bagaimana aku

menjalani hidupku.

Ketika aku terdiam tiba-tiba tanpa kusadari

ayah dan ibuku sudah menghampiriku mereka

berhamburan mendekatiku, mereka merangkul

dan menciumi aku. Kami bertiga menangis dan

berpelukan" maaf kan aku yah, maafkan aku bu

“ kataku. “ kemana saja kamu nak, kami cemas

dan bingung memikirkanmu “ kata ibu sambil

menangis. “ mengapa kamu meninggalkan

rumah? “ tanya ayah, “ sudah ayah sebaiknya

kita pulang dulu, alhamdulillah anak kita

selamat “ kata ibu.

Sesudah menyuruhku mandi ibu menyiapkan

makanan untuku. Sebelum aku makan aku

Butiran Cerita. 59

meminta maaf kepada ayah dan ibuku. Aku

menyadari apa yang kulakukan itu salah dan

mungkin memang uang ibu hanya cukup untuk

hidup yang sederhana, bahkan aku salah telah

mengira ayah dan ibu tidak menyayangiku. Dan

sejak saat itu aku berjanji dalam hatiku aku

ingin menjadi seseorang yang lebih baik lagi

dan berusaha keadaan orangtua ku. Karena aku

menyadari bahwa ternyata masih banyak orang

yang lebih kurang beruntung dibandingkan

dengan diriku. Belum terlambat bagi diriku

untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik

lagi.

Butiran Cerita. 60

Berlibur Bersama Keluarga

Karya: Sekar Ayu Pambudi

Lea beserta ke 4 saudara kandungnya

berniat berlibur bersama ke Pantai

Parangtritis. Setelah berhari-hari telah di

rencanakan akhirnya datanglah hari yang

dinanti-nanti. Semua persiapan sudah jauh-jauh

hari selesai di siapkan, semua orang sangat

bergembira, tak sabar untuk menikmati

indahnya pemandangan pantai tersebut.

Terakhir kali Lea beserta ke 5 saudaranya

berkunjung ke pantai tersebut 1 bulan sebelum

kematian kedua orang tuanya, tepatnya saat

Lea dan ke 2 kembaranya Teo dan Ale masih

berumur 10 tahun, yang artinya mereka sudah

2 tahun tidak pernah berkunjung ke Pantai

Parangtritis lagi.

Namun sekarang berbeda, mereka

sekeluarga akan pergi bersama setelah sekin

Butiran Cerita. 61

lama. Pagi-pagi sekali dengan Bora kakak sulung

laki-lakinya yang berprofesi sebagai pilot

namun kini beralih profesi sebagai supir di

dalam mobil yang digunakan mereka sebagai

transportasi. Zo kakak laki-laki keduanya

bertugas sebagai pemandu jalan di karenakan

ia sendiri sering kepantai Parangtritis dan

paling hafal denah perjalanan pulang maupun

pergi dari rumah ke tempat tujuan, yah ia

sangat suka treveling dan memiliki pekerjaan

sebagai fotografer di entertaiment ternama.

Terakhir Teo, Ale, dan Lea sebagai

peramai di mobil, mereka bertiga kembar tak

identik di dahului Teo kakak laki-laki ketiga,

Ale kakak perempuan pertama dan terakhir Lea

adik bungsu perempuan kesayangan mereka ber

empat. Bayangkan saja, Ale dan Teo sendari

tadi tak henti hentinya memulai keributan di

dalam mobil , sedangkan Lea sendiri hanya

menyimak tanpa minat, menunggu kedua

stamina kembaranya habis tak tersisa dengan

Butiran Cerita. 62

menyempatkan diri membaca novel di kursi

belakang seorang diri tanpa terusik.

Salah satunya seperti...

"Heh Ale, minuman Teo itu woy!" Seru

Teo sembari berusaha mengambil susu coklat

kemasan dari tangan Ale.

"Oh tidak semudah itu Ferguso, siapa

cepat dia dapat, Bwahahaha" Ucap Ale

terbahak di akhir, setelahnya ia malah

melempar susu kemasan tersebut tepat di

depan pangkuan kakak sulung mereka yang

sedang serius menyetir.

Selang beberapa detik keadaan di dalam

mobil kembali hening. Wajah Teo dan Ale sudah

sedikit pucat, beberapa kesamaan 2 kembaran

tersebut adalah takut kepada amarah sang

adik bungsu, Lea. Dan kedua kakak laki lakinya,

saat serius saja sudah menyeramkan apa lagi

kalau marah.

Butiran Cerita. 63

Dengan segala doa yang di panjatkan Ale

dan segala Keberanian yang di kumpulkan Teo.

"Kak B-" belum sempat Teo

menyelesaikan ucapanya, tiba tiba sang kakak

sulung membuka kemasan dengan cepat dan

meinum susu milik. Teo hingga kandas dalam

hitungan detik.

Pas sekali jalan raya tengah lampu merah

membuat Bora leluasa mengerjai adiknya.

Tanpa rasa bersalah Bora menyimpan

sampah susu ke dalam saku jaketnya, berniat

saat turun lekas ia buang ke tempat sampah.

Seperkian menit di dalam keheningan tak

membuat Ale dan Teo tidak berani membuat

ramai keadaan kembali nyatanya,

"Hahaha Teo bukankah yang ini lucu" gemas Ale

menatap layar ponsel yang di pegang oleh

kembaranya.

Butiran Cerita. 64

"Huh biasa saja" jawab Teo malas dan kembali

menggeser layar ponselnya.

"Yang benar saja! Hei kau-"

Dan seterusnya hanya di isi perdebatan mereka

berdua.

Sekitar 15 menit perjalanan saat di rasa

mereka berdua masih asik dengan keributnya

sendiri, sebagai kakak yang baik Zo melerai

mereka dengan sedikit kekerasan tentunya

memukul kedua kepala masing-masing kembaran

Lea dengan sama keras tanpa adanya satu kata

terucap di bibir kakak kedua mereka bertiga.

Ringisan kecil tentunya ada dan kalian pasti tau

siapa yang mengeluarkanya kan? Yup Teo dan

Ale. Dan keadaan kembali tenang.

Namun di tengah jalan terdapat musibah

yaitu salah dua dari keempat ban mobil mereka

meletus di tengah perjalanan, menyebabkan

mereka harus berhenti sejenak. Bora dan Zo

meminta adik-adik nya turun dan menepi di

Butiran Cerita. 65

pinggir jalan terlebih dahulu sedangkan mereka

berdua berniat mengganti ban mobil yang

meletus dengan dan serep. Untungnya ada ban

serep di bagasi, dengan sedikit bantuan mereka

bertiga kedua ban tersebut dengan cepat

terpasang dari waktu yang telah di perkirakan,

satu jam lama waktu yang mereka gunakan

untuk mengganti kedua ban tersebut. Namun

nyatanya kendala tak sampai di sana saja dalam

perjalanan menuju ke Pantai Parangtritis tak di

sangka mereka terjebak macet total bahkan

mengemudikan mobil sulit rasanya hingga Zo

harus menggantikan sang kakak Bora yang

sudah kelelahan mengemudi.

Dalam mengisi kebosanan dan mengusir

kesedihan Lea memutar rekaman suara dalam

kaset di mobil, itu adalah rekaman suara

mereka ber 5 dengan kedua orang tuanya dulu,

Lea ingin mengenang bersama masa-masa manis

mereka, bahkan Bora sang kakak dan Teo

kembaran Lea dan Ale tengah cekcok mengejek

satu sama lain di dalam mobil.

Butiran Cerita. 66

Momen hangat tersebut dinikmati oleh

mereka masing masing walau kini mereka ber

lima hidup tanpa orang tua, namun kebahagiaan

masih tetap tersalurkan di dalam relung hati

mereka, setiap kenangan membekas, setiap

kejadian yang di kenang, tak terasa berjam jam

telah mereka lewati. Langit kini mulai

menguning, pemandangan pantai kini

terpampang jelas di depan mereka, walau hanya

di dalam mobil sekalipun.

Bersamaan dengan rasa lega di hati kian

berganti dengan rasa gembira yang tengah

meletup-letup, dengan semangat ketiga anak

kembartersebut meloncat keluar mobil pas

saat mobil berhenti di parkiran pantai.

"Akhirnyaaaaaa!" Teriak Lea di dekat bibir

pantai.

Di ikuti semua saudaranya melepaskan sedikit

beban di pundak mereka dengan berteriak

sekencang kencangnya di Pantai Parangtriris

tanpa malu di jadikan tontonan orang lain.

Butiran Cerita. 67

Hanya ada kelegaan dan kebahagiaan di hati

mereka masing masing.

"Yoshaaaa!!" Seru Teo.

"Yeyyyyy!" Seru Ale.

"Haaaaaaa!" Teriak Zo.

"Aaaaaaa!" Teriak Bora.

Disusul dengan gelak tawa serta pekikan

riang gembira mereka berlima bergandengan

tangan menuju pesisir pantai, memandang langit

lepas, dengan senyum setia terpatri di bibir

masing masing, kehangatan itu akan terus

mereka jaga samai kapanpun tanpa terkecuali

itulah sumpah mereka di sore hari tersebut.

Semuanya telah terbayar semua penantian dan

kesabaran untuk sekedar menikmati indahnya

alam, ternyata terdapat kejutan hangat dari

sang adik yang membuat mereka tetap

mengenang seluruh perjalanan hidup mereka

kembali.

Butiran Cerita. 68

Setelah puas beberapa jam bermain di

pantai kini mereka kembali pulang menuju

rumah dengan mengukir kenangan baru serta

mengenang memori lama yang sangat

mengharukan sekaligus membahagiakan bagi

mereka.

Butiran Cerita. 69

Bermain Bersama Dengan Sahabat

Baru

Karya: Encep Rijalludin

Aku adalah anak yang baru pindah dari

provinsi sebelah. Sekarang aku tinggal di Kota

Lamongan. Aku tidak menyangka, ternyata Kota

Lamongan itu sangat indah. Tempat yang sangat

asri, bukit-bukit yang menjulang, dan di daerah

rumahku yang masih banyak pepohonan dan

rumput rumputan, sehingga terlihat hijau-

hijau. Meski banyak pepohonan dan rumput-

rumputan, suhu di Kota Lamongan memang

sedikit panas. Tetapi aku senang berada di sini.

Di setiap harinya, aku bisa melihat

lautan yang sangat luas, jarang sekali aku bisa

main ditempat tinggal ku dulu. Tapi disini aku

bisa bermain dengan bebas. Kebetulan saat

disini, ada tetangga ku yang bernama Luqman,

Butiran Cerita. 70

dia juga seumuran dengan aku, dan dia masih

duduk di bangku kelas 8 SMP. Aku berkenalan

dengan dia dan biasanya bermain bersama. Dia

juga orangnya baik dan tidak membeda-

bedakan teman.

Rencananya, aku akan sekolah disini kata

orang tuaku, karena aku juga akan menetap di

kota ini. Maka aku juga harus pindah sekolah

dan mendaftar kesekolah yang baru.

Kebetulan aku satu sekolah dengan teman

baruku ini yaitu si Luqman. Aku pun terkejut

saat pertama masuk sekolah, aku melihat jika

Luqman juga ada di kelas tersebut. Kebetulan

juga aku duduk dekat dia, yaitu di depan si

Luqman.

Aku juga disana sudah mulai memiliki

banyak teman. Aku bercanda dan bermain

bersama dengan Luqman dan teman-teman yang

ada di kelasku. Aku juga diajari beberapa

pembelajaran yang aku masih kurang paham.

Kebetulan juga saat itu ada pembelajaran

Butiran Cerita. 71

olahraga, itu adalah pembelajaran yang paling

aku sukai. Disitu aku berlari memutari lapangan

yang ada di sekolahku. Meski kecil, tetapi juga

bisa untuk bermain basket, voli, dan sepak bola

disana. Akupun juga merasa betah untuk

sekolah disini.

Setiap hari aku berangkat sekolah

bersama si Luqman, karena rumah kita juga

cukup berdekatan. Aku janjian dengan si

Luqman saat disekolah nanti ke pantai dulu.

Saat waktunya pulang sekolah, kami bermain di

pesisir pantai.dahulu sebelum balik ke rumah

masing-masing, kebetulan juga besok adalah

hari libur. Kami hanya membutuhkan beberapa

menit untuk pergi ke bibir pantai. Di pantai ini

kami bermain pasir dan saling kejar kejaran.

Setelah hari mulai gelap, kami lekas pulang ke

rumah masing-masing.

Keesokan harinya, aku memanggil dia

dirumahnya untuk bermain bersama.

Butiran Cerita. 72

"Luqman… main yok…" panggilku dari depan

rumahnya.

Luqman pun menjawab dan berkata, “mau

kemana kita?”

“Biasa, kepantai kita" ujar dariku.

"Okeh… ayoo" jawab dari Luqman.

Tiba saat di pantai, aku dan Luqman melihat

salah satu teman sekolahku yang sedang

duduk diatas pasir, ia adalah Anton. Aku dan

Luqman langsung memanggil dia sambil

berteriak.

"Ooy… Anton" teriakku dan Luqman untuk

memanggil Anton.

Diapun menoleh, dan dia menghampiri kami

berdua

“Kalian sedang apa?” ucap Anton.

Butiran Cerita. 73

"Kita ke sini untuk bermain, soalnya kita juga

sering main disini” ucap dariku.

“Aku boleh ikut bermainkan?” tanya dari

Anton.

“Boleh, ayo kita main bersama” ucapku dan

Luqman.

Lalu aku bermain bersama-sama disana.

Kami bermain kejar-kejaran, bermain pasir

seperti membuat istana pasir, dan saling

menciprati air pantai satu sama lain. Setelah

beberapa saat kita bermain, kita kelelahan

dan kita duduk di pinggir pantai sambal

berteduh. Beberapa saat Anton pergi ke

warung dekat pantai. Ternyata ia membelikan

kami minuman sebuah kelapa. Karena langit

sudah mendung, kami meminumnya dengan

cepat. Selepas minum kami berterimakasih

kepada Anton dan saling berpamitan. Kami pun

pulang.

Butiran Cerita. 74

Keesokan harinya pada saat di sekolah

Anton mengajak aku dan Luqman untuk

memancing ikan di laut bersama kakeknya

pada Selasa yang kebetulan hari itu tanggal

merah.

“Hai Andi, Luqman” ucap Anton.

“Iya Anton ada apa?” ucap dariku.

“Besok aku akan memancing ikan di laut

bersama kakekku apakah kalian mau ikut juga?”

ucap Anton.

“Ya aku ingin sekali ikut memancing ikan di

laut” ucap dariku.

“Oke baiklah aku akan kerumah mu besok pagi”

ucap Anton.

Keesokan hari pun tiba, Anton

menjemput Aku dan luqman ke rumah pada pagi

hari.

“Andi… Main yok…” teriak Anton di depan

rumah ku dengan nada sedang.

Butiran Cerita. 75

“Oh iya bentar” ucap dariku.

“Ayo kita jemput Luqman di rumah nya” ucap

dariku.

“Ayo…” ucap Anton.

Setelah menjemput Luqman kami bertiga

pergi ke pelabuhan untuk menemui kakeknya

Anton, setelah beberapa menit berjalan kami

pun sampai di pelabuhan dan bertemu kakeknya

Anton yang sedang mempersiapkan kapal.

“Apakah kalian sudah siap” ucap kakeknya

Anton.

“Kami sudah siap” ucap Anton dengan nada

semangat.

“Ayo cepat naik” ujar kakeknya Anton.

“Baik kek” ucap Anton.

Lalu kakeknya Anton mulai menyalakan

mesin kapal dan mulai menjauh dari bibir

pantai, setelah cukup jauh dari bibir pantai,

Butiran Cerita. 76

kakeknya Anton mematikan mesin kapal dan

menyuruh kami untuk mencoba memancing ikan

di tempat tersebut.

“Kita memancing di sini saja” ucap kakeknya

Anton.

“baiklah” ucap kami bertiga.

Kami pun mulai memancing di tempat

tersebut. Setelah menunggu beberapa saat,

kakeknya Anton mendapatkan ikan yang cukup

besar. Kemudian Luqman juga dapat hanya saja

ikan tersebut sangatlah kecil.

“Liat kakek mendapat ikan” ujar kakek Anton.

“Wah ikannya besar” ucap dariku.

“Aku juga dapat” ucap Luqman.

“Ikan yang kamu dapat kecil sekali” ucap

dariku. Dan kami pun tertawa karena itu.

Butiran Cerita. 77

Hari pun mulai siang, kemudian Anton

mendapatkan ikan juga, namun aku masih belum

mendapat ikan sama sekali.

“Wah aku dapat ikan juga” ucap Anton.

“Kok aku masih belum dapat juga ya?” ucap

dariku.

“Tenang aja kita akan tunggu sampe kamu

dapat ikan juga” ucap Anton.

Kemudian aku bersabar menunggu,

sampai hari pun mulai sore tetapi masih belum

mendapatkan ikan sama sekali. Setelah

menunggu beberapa saat aku merasakan ada

yang menarik pancingan ku dengan sangat kuat

aku merasa senang sekali karena aku akan

mendapatkan ikan juga, namun karena terlalu

kuat benang pancinganku putus dan ikan

tersebut kabur, dan aku masih belum

menyerah. Aku mencoba untuk memperbaiki

benang itu dan mencoba kembali. Setelah lama

aku menunggu akhirnya ikan yang sangat besar

Butiran Cerita. 78

menarik benang pancinganku dengan sangat

kuat. Aku pun sangat senang, kemudian aku

menggulung benang pancinganku dengan sekuat

tenaga. Setelah itu aku menggulung dan aku pun

berhasil mendapatkan ikan yang sangat besar.

Setelah itu kamipun pulang dengan membawa

ikan yang kami tangkap.

Butiran Cerita. 79

Cinta Segitiga Diantara Teman

Satu Kelas

Karya: Nur Rahmadani

Bagaikan pinang dibelah dua Dika

dan Fikri begitulah orang-orang

menyebutnya. Mereka adalah dua anak

manusia yang menjalin persahabatan

sejak mereka kecil, latar belakang

keduanya pun sangat terpaut jauh. Dika

terlahir dari keluarga yang berada ayah

ibunya merupakan seorang pengusaha

yang kaya raya sedangkan Fikri lahir di

keluarga yang kurang mampu ayah ibunya

hanyalah seorang buruh serabutan.

Namun perbedaan tersebut tidak

menjadi penghalang bagi persahabatan

mereka berdua, mereka saling menerima

satu sama lain dan saling melengkapi.

Waktu demi waktu telah berlalu,

kini mereka sudah sama-sama menginjak

bangku SMA dan berada di sekolah yang

Butiran Cerita. 80

sama. Suatu ketika Fikri hendak

berangkat ke sekolah. Seperti biasa ia

berpamitan dan mencium tangan kedua

orangtuanya menjadi hal utama yang

selalu ia lakukan ketika ia ingin

berangkat ke sekolah.

“Ayah, ibu aku berangkat dulu ya?” Ucap

Fikri sambil mencium kedua tangan orang

tuanya.

“Iya nak, ibu dan ayah selalu berharap

agar kamu mendapatkan ilmu yang

bermanfaat di sekolah” Ucap ibu sambil

membelai rambut Fikri.

“Iya bu, aku juga ingin

membahagiakan ayah dan ibu” Ucap Fikri

sambil tersenyum semangat.

Perjalanan ke depan masih sangat

panjang Fikri.... Belajar dan berdoa itu

penting. Jangan pernah membuang-buang

waktumu untuk hal yang tidak berguna.”

Sahut sang ayah sambil menyiapkan

sepeda untuk ia berangkat bekerja. “Iya

Butiran Cerita. 81

ayah siap, Fikri berjanji akan

memanfaatkan waktu yang Fikri punya

dan akan terus berjuang menggapai cita-

cita Fikri.” Kalau begitu Fikri berangkat

dulu ya! Assalamualaikum!” Ucap Fikri

sambil menaiki sepeda miliknya.

“Waalaikumsalam”. Sahut ayah ibu nya.

Pada saat yang sama, Dika juga akan

berangkat ke sekolah. Diapun juga

melakukan hal yang sama seperti apa

yang dilakukan Fikri, berpamitan dan

mencium tangan kedua orangtuanya

terlebih dahulu. Berbeda dengan Fikri,

Dika berangkat ke sekolah menggunakan

motor mahal. Meski demikian Dika

bukanlah seorang anak yang pemalas,

manja, dan sombong. Dari kecil orang

tuanya selalu mengajarkan padanya

untuk selalu hidup sederhana meskipun

hidupnya sangat berkecukupan.

“Ya sudah, kalau begitu segera

siap-siap berangkat ke sekolah, ayah dan

Butiran Cerita. 82

ibu juga siap-siap berangkat ke kantor”

Ucap ayah Dika.

“Baik ayah, Dika juga mau siap-siap

berangkat. Kalau begitu ayah, ibu, Dika

berangkat dulu ya.

Assalamualaikum!”. Ucap Dika.

“Waalaikumsalam!”. Balas orang tua Dika.

“Hati-hati ya nak, jangan ngebut di

jalanan”. Sahut ibu Dika lagi.

“Oke bu”. Balas Dika sambil menyalakan

sepeda motor nya.

Di tengah jalan kedua sahabat ini

bertemu.

“Hai Fikri”. Teriak Dika menyapa

sahabatnya.

“Akhirnya kita ketemu juga di jalan”.

Balas Fikri

“Sampai kapan kamu Fik menolak ajakan

ku untuk berangkat ke sekolah bersama

naik sepeda motorku”.

“Maaf Dik, aku sudah bilang berkali-kali

kalau aku tidak mau merepotkan kamu”.

Butiran Cerita. 83

“Aku tidak merasa di repotkan kok,

justru aku sangat senang bisa berangkat

bersama kamu Fik”.

“Tapi.....” Ucap Fikri berfikir

“Cukup! Tidak ada tapi-tapian. Mulai

besok aku akan menjemputmu. Titik!”.

Sahut Dika.

“Yasudah aku mau. Terimakasih ya

sahabat baikku”.

“Nah.... gitu dong”.

Tak terasa waktu begitu cepat

berlalu, sekarang mereka berdua sudah

menginjak bangku SMA kelas 2 dan

mereka tetap satu kelas. Hari pertama

semester baru pun dimulai. Saat itu

pelajaran matematika. Gurunya pun tiba

di kelas. Namun guru tersebut datang

bersama seorang siswi perempuan yang

sangat cantik dan anggun. Rupanya gadis

ini adalah murid baru di sekolah ini.

“Selamat pagi anak-anak”. Sambut

pak guru matematika.

Butiran Cerita. 84

“Selamat pagi pak”. Jawab semua siswa

dengan kompak.

“Baik sebelum kita memulai pelajaran

hari ini, bapak akan memperkenalkan

teman baru kalian, Lisa silahkan

perkenalkan dirimu”. Ucap pak guru.

“Baik pak”. Jawab Lisa dengan santun.

“Selamat pagi teman-teman, perkenalkan

nama saya Lalisa melati, bisa dipanggil

Lisa. Usiaku 17 tahun. Sekarang saya

tinggal di perumahan Cempaka Putih.

Hobi saya membaca novel saya sangat

suka sekali dengan novel. Sekian

perkenalan saya sekian terimakasih”.

“Mungkin ada yang mau bertanya?” Ucap

pak guru.

“Lisa sudah ada pacar belum?” Tanya

seorang siswa.

“Huuuu....” Teriak seluruh siswa.

“Sudah-sudah mari kita lanjutkan

pelajaran hari ini. Lisa silahkan duduk di

bangku yang kosong itu” Ucap pak guru.

Butiran Cerita. 85

“Baik pak” Jawab Lisa dengan santun.

Sudah lima bulan lebih Lisa

menimba ilmu disekolah barunya itu.

Diapun juga sudah akrab dengan Dika

dab Fikri. Suatu ketika saat Fikri pergi

ke perpustakaan diapun bertemu dengan

Lisa.

“Hai Fik” Sapa Lisa.

“Eh Kamu Lis, Ngapain kamu kesini Lis?”.

Tanya Fikri.

“Ini loh Fik aku sedang mencari novel,

disini kan banyak banget novel yang

bagus-bagus”. Jawab Lisa sambil

tersenyum manis.

“Wah novel mulu nih yang dibaca, buku

pelajaran nya juga jangan lupa di baca

dong”. Sindir Fikri sambil tertawa.

“Oooo.... Kalau itu juga nggak lupa selalu

aku baca dong Fik”. Balas Lisa

“Aku mau mengembalikan buku nih!”.

Jawab Fikri.

Butiran Cerita. 86

“Oooo... kalau begitu aku duluan ya.

Assalamualaikum”.

“O iy-ya. Waalaikumsalam”.

Bel pulang sekolah pun tiba, Lisa

mendapatkan sms dari ayahnya bahwa

ayahnya tidak dapat menjemputnya

dikarenakan ada meeting mendadak.

Terpaksa Lisa harus naik angkot. Tiba-

tiba datanglah Dika yang berboncengan

dengan Fikri.

“Hey Lisa, kok kamu masih disini ayahmu

belum menjemput kamu ya”. Tanya Dika.

“Iya, aku lagi nunggu angkot ayahku

tidak bisa menjemput. Dia lagi meeting”.

Jawab Lisa

“Kalau begitu kamu bareng Dika saja”.

Pinta Fikri.

“Terus kamu gimana Fik”. Tanya Dika.

“Ah tidak masalah aku bisa pulang

sendiri kok. Biar aku saja yang naik

angkot”. Jawab Fikri.

Butiran Cerita. 87

“Baiklah, kalau begitu ayo Lis naik ke

motorku”. Ujar Dika.

“Yasudah, terimakasih ya Fik dan juga

terimakasih ya Dik sudah mau

mengantarkan ku pulang”.

Dika dan Lisa pun pergi meninggalkan

Fikri. Entah mengapa terbesit rasa tidak

suka di hati Fikri saat melihat Dika dan

Lisa pulang bersama. “Ada apa dengan ku

kok seperti tidak senang saat melihat

Dika dan Lisa pulang bersama. Ah...

Mungkin hanya perasaanku saja”. Ucap

Fikri dalam lubuk hatinya.

Rupanya maupun Dika atau Fikri

sama-sama menyimpan rasa kepada Lisa.

Namun mereka berdua tidak saling

mengetahui jika mereka sama-sama

menyimpan rasa kepada Lisa.

Kedekatan Dika dan Lisa semakin

membuat hati Fikri panas. Suatu ketika

saat jam istirahat Fikri tak sengaja

Butiran Cerita. 88

melihat Dika duduk bersama Lisa di

taman sekolah.

“Lis kamu suka cokelat nggak?”. Tanya

Dika sambil tersenyum.

“Iya aku sangat suka dengan cokelat”.

Ucap Lisa.

“Kalau aku traktir cokelat mau nggak

Lis?”.

“Wah iya boleh, tapi satu kardus yaa

hahahaha, eh nggak kok cuman

bercanda”. Ujar Lisa sambil tertawa.

“Waduh masa iya cantik-cantik rakus

sihhh”.

“”Iya-iya maaf kan tadi aku cuman bilang

itu bercanda”.

Melihat keduanya semakin dekat.

Mulailah tumbuh benih-benih kebencian

di dalam hati Fikri. Fikri pun

meninggalkan mereka dan beberapa hari

kemudian Dika yang melihat Fikri dan

Lisa berbicara bersama. Dan mulailah

Butiran Cerita. 89

tumbuh rasa kebencian pada hati Dika

terhadap Fikri.

Dika pun menghampiri Fikri dan

mereka pun berbincang serius, Dika

berkata bahwa ia tak suka melihat Fikri

dan Lisa bersama, dan Fikri pun juga

begitu sangat tidak suka melihat Lisa

dan Dika selalu bersama.

Akhirnya mereka berdua pun

saling memperebutkan Lisa. Lisa yang

menyadari bahwa ada perubahan sikap di

antara dua sahabatnya yaitu Fikri dan

Dika pun mulai menyelidiki hal itu.

Waktu demi waktu Lisa pun

mengetahui perihal dua sahabatnya itu

jadi berbeda. Lisa pun menemui mereka

dua.

“Ohhhh... jadi selama ini kalian

ribut di belakang ku, memperebutkan

aku. Kalian kenapasih kita ini bersahabat

loh. Aku tidak mau ya melihat kalian

Butiran Cerita. 90

terus bertengkar hanya karena aku”.

Ujar Lisa dengan wajah cemberut.

“Iya-iya Lisa kami minta maaf ya, kami

berjanji tidak akan seperti ini lagi”.

Ucap Dika dan Fikri.

“Yasudah sekarang kalian saling minta

maaf satu sama lain”.

“Fik, aku minta maaf ya kepadamu”. Ucap

Dika.

“Iya Dik, aku juga begitu ya”. Jawab

Fikri.

Dan kini hubungan persahabatan mereka

pun kembali rukun tak ada rasa tidak

suka satu sama lain.

Lisa yang melihat keduanya

kembali akur pun turut senang, dan kini

mereka bertiga tetap menjadi sahabat

dan saling menyayangi satu sama lain.

Butiran Cerita. 91

Deril Si Anak Rajin

Karya : Nabila Ismah Hanifah

Didesa Sumber Baru hiduplah seorang

anak yang bernama Deril Arga Saputra yang

biasanya dikenal dengan nama Deril oleh

teman-temannya. Deril anak dari ibu yang

bernama Ibu Yuni dan Deril mempunyai dua

saudara kandung yang bernama Rafa dan

Vano. Deril orangnya ramah bahkan ia dikenal

didesanya anak yang sangat rajin selain rajin ia

juga anak yang berbakti kepada orang tua.

Deril sekolah di MTS al-falah di Banyuwangi,

Jawa timur.

Pada suatu hari disekolah ada

pengumuman akan diadakan turnamen game

mobile bernama Mobile Legends antar kelas

diacara ulang tahun sekolah. Deril memutuskan

untuk ikut turnamen tersebut yang akan

Butiran Cerita. 92

diadakan 5 hari lagi. Di saat ia pulang sekolah

ia bercerita ke ibunya.

“Mak, disekolahku akan diadakan turnamen

Mobile Legends antar kelas” ucap Deril.

Mamak pun menjawab

“Iyah Ril jika kamu ingin ikut maka ikutlah,

kamu juga berpotensi dibidang itu” ucap ibu

yuni. 3 jam kemudian

“Tok...tok...tok..., Deril ayo latihan buat ikut

turnamen” ucap teman deril satu kelas.

“Iya Ky, Dra, Aril tunggu sebentar” ucap Deril.

Deril izin ke ibunya mau latihan main

Mobile Legends bersama Rizky, Andra, dan Aril

di teras depan rumahnya. Disaat dia latihan

tiba-tiba Rafa dan Vano datang pulang dari

ngaji. Vano yang pulang ngaji sambil bawa

minuman Pop Ice lari sambil teriak memanggil

nama Deril dari jauh disaat di mau nyamperin

Butiran Cerita. 93

Deril, Vano tiba-tiba terjatuh dan minuman Pop

Icenya jatuh di hp Deril.

Hp Deril tidak bisa menyala lagi padahal

4 hari lagi dia akan mengikuti turnamen mobile

legends antar kelas. Deril pun merasa kecewa,

walau pun ia kecewa kalo hpnya tidak bisa

menyala ia tetap menunjukkan senyuman untuk

menutupi rasa kecewanya. Vano yang

menumpahkan Pop Ice pun minta maaf ke

kakaknya Deril.

“Kak aku minta maaf, aku tidak sengaja”

ucap Vano dengan wajah sedih.

“iya Vano, tidak apa-apa yang penting kamu

tidak ada yang sakit, masalah hp nanti dipikir

belakangan Vano” ucap Deril dengan wajah

tersenyum.

Rafa ikut sedih dan minta maaf ke

kakaknya Deril

Butiran Cerita. 94

“Kak maaf, tadi aku kurang was was waktu jaga

adek” ucap Rafa. “Iya Rafa gapapa, udah

lupakan” ucap Deril dengan wajah tersenyum.

Di saat temannya udah pulang, Deril

masuk ke kamar dan ngelamun dipojokan kamar

karena ia bingung bagaimana bisa ikut

turnamen antar kelas kalo hpnya rusak. Ibu

Yuni yang tau kalo Deril lagi ngelamun di kamar

langsung masuk dan nyamperin Deril.

“Ril, ngelamun apa sini cerita ke mamak”

ucap Ibu Yuni

“Tidak apa apa, mak” ucap deril dengan lembut

dan menutupi kesedihannya agar ibunya tidak

kepikiran dengan dia.

Keesokan harinya, Deril berangkat

sekolah sambil memikirkan gimana caranya agar

ia bisa kekonter hp buat betulkan hpnya yang

rusak pakai uang sendiri. Dikelas ia duduk

dibelakang dan bingung mau gimana supaya lusa

bisa mengikuti turnamen tersebut.

Disaat ia perjalanan pulang ia bertemu

Butiran Cerita. 95

dengan kakek tua yang kesusahan untuk

menyebrang jalan. Deril pun langsung

membantu kakek tersebut menyebrang jalan.

Disaat sudah nyebrang kakek tersebut tanya.

“kamu memikirkan apa, nak ko sepertu cemas”

ucap kakek tersebut.

“jadi gini kek aku butuh perkerjaan agar bisa

bayar buat ngebetulin hp aku yang adek ga

sengaja tumpahin minuman, kek” ucap Deril

dengan wajah kecewa.

Kakek tersebut membantu Deril dengan

cara suruh bantu kakeknya untuk jualan kacang

keliling. Disaat hari sudah sore Deril pulang

dengan membawa uang Rp. 20.000,00. Ia

langsung pergi kekonter hp buat ngebetulkan

hpnya yang rusak. Ternyata Deril butuh uang

sekitar Rp 50.000,00 untuk ngebetulin hpnya.

Ia pulang lagi kerumah.

Disaat diperjalanan pulang ia menemukan

uang sebanyak Rp 100.000,00, ia bingung ini

uang siapa dan disaat itu juga ada orang yang

Butiran Cerita. 96

mencari uang Rp 100.000,00. Deril yang

awalnya berpikiran jahat ingin tidak

dikembalikan sadar wahwa itu salah. Disaat

Deril mengembalikan uang tersebut Deril

malah dikasih 3 kali lipat uang tersebut tetapi

Deril menolak karena ia ikhlas mengembalikan.

Orang tersebut bilang ke Deril bahwa ia sudah

berjanji bila uang itu ketemu akan ngasih ke

orang yang mengembalikan sebanyak 3 kali

lipat. Deril pun menerima uang tersebut.

Ia kembali kekonter dengan membawa

uang yang dikasih tadi. Dan ia senang karena

bisa memperbaiki hp pakai uang kerja keras ia

sendiri. Deril yang senang karena hpnya bisa

digunakan kembali dan langsung peluk ibu san

adek adeknya.

Butiran Cerita. 97

Hayato Penyelamat Kota

Karya: M. Abid ubaidillah

Di sebuah desa terdapat keluarga yang

miskin,keluarga itu mempunyai 3 anak yang

bernama Jibran,Andrew,dan Hayato.2 anak itu

yang bernama Jibran,dan Andrew disayang oleh

kedua orangtua nya.Sedangkan Hayato hanya

disayang oleh ayah nya saja.ketika mereka

bertiga diajari silat oleh ayah nya,Jibran dan

Andrew merasa letih dan mereka

beristirahat,tetapi dilarang oleh ayah

nya.Mereka mengadu kepada ibunya,beberapa

menit kemudian ibu mreka keluar dan

mengomeli ayah nya dan mengusir ayah nya dan

Hayato.

Ahirnya Hayato dan ayah nya pergi ke

kota.Di tengah tengah perjalanan mereka

bertemu seorang perampok mereka dihadang

oleh tiga orang perampok perampok itu

Butiran Cerita. 98

menodongkan senjata ke arah mereka.Lalu

Hayato melawan perampok menggunakan

senjata yaitu samurai yang diberikan oleh ayah

nya.Hayato mengayunkan samutai ke arah

perampok,tapi samurai Hayato di tendang oleh

ayah nya dan samurai nya mengeluar kan cahaya

yang mengarah ke pohon,tiba-tiba pohon itu

terbelah menjadi dua karena terkane cahaya

yang di keluar kan oleh samurai nya.Hayato

kaget karena melihat hal yang aneh,lalu

komplotan perampok itu lari terbirit-birit dan

meninggal kan hasil rampokannya.Hayato

melihat isi karung yanb di tinggal kan oleh

perampok itu ,ternyata isi karung itu bahan

pangan.Hayato dan ayah nya melanjut kan

pejalanannya menuju kota.

Sesampai nya ia di gerbang kota Hayato

dan ayah merasa aneh karena kota itu seperti

tidam ada lenghuni nya.mereka melanjut kan

prjalanan ke pusat kota donat di pusat kota

rumah ada beberapa orang mereka Langsung

menjual barang yang di tinggalkan perampok

Butiran Cerita. 99

tadi .tak disangka Ayah Hayato bertemu teman

lama nya yang mempunyai padepokan

silat.mereka di ajak ke padepokan untuk

menjadi guru. Di saat prjalanan ada orang yang

katanya mempunyai ilmu silat yang tidak

terbatas. Ayah Hayato menantang orang itu.

Pertarungan berlang sung tak lama ke udian

ayah Hayato kalah karena terkena pukulan di

dada nya. Hayato marah dan khirnya Hayato

belajar di padepokan teman ayah nya. Setelah

5 tahun Hayato mencari orang yang telah

membunu ayah8 nya. Hayato menyebarkan

selebara yang mengumumkan ia menantang

orang yang telah membunuh ayah nya pada

tengah hari di tengah kota.Ke esokan harinya

Hayato pergi ke tengah kota untuk berkelahi

dengan orang itu. Pada jam 12 tepat

pertarungan berlangsung hingga

menghancurkan separuh kota .Hayato hampir

kalah ia teringat dengan samurai yang di

berikan ayah nya akhirnya dengan satu tebasan

cahaya yang keluar sangatlah besar dan orang

Butiran Cerita. 100

itu terbelah menjadi dua dan langsung meledak.

Ahirnya warga kota berterimakasih kepada

Hayato. Akhirnya aktivitas di kota pun menjadi

seperti biasa dan kota menjadi aman karena

Hayato. Setelah pertarungan itu aya tuh

menginap beberapa hari di hotel Lalu ia pulang

ke desanya ternyata rumah lamanya yang

berada di desa hilang tinggal Hamparan tanah

yang tidak ada tanaman atau tanda-tanda

kehidupan Ayahku kembali ke kota dan tinggal

di Padepokan yang milik teman ayahnya ia

tinggal di sana Dan juga menjadi guru kayaknya

Hayato disebut sebagai pahlawan kota.

Butiran Cerita. 101

Hutan Kasar

Karya: M.Animha

Pada libur Panjang ini Aku dan teman

temanku berencana untuk berlibur camping di

suatu hutan yang jauhnya 15 KM dari kota. Aku

dan 3 temanku akan berangkat besok siang

menggunakan motor.Pada malam harinya Aku di

rumah mulai menyiapkanpakaian yang dibawa

dan alat-alat camping dan setelah itu Aku pun

tidur.

Besok paginya mulai lah kami berangkat sekitar

pukul 8 pagi.Perjalanan ini memang cukup jauh

apabila ditempuh menggunakan motor,tetapi

perjalanan kami tidaklah membosankan karena

disuguhkan pemandangan-pemandangan gunung

,hutan lebat dan air terjun.Tibalah kami di

lokasi sekitar pukul 10 siang ,namaa hutan itu

adalah HUTAN KASAR kaena banyak pohon

yang akarnya keluar atau menjalar di

Butiran Cerita. 102

permukaan tanah ,lanjut kami memesan tiket

dan mencari tempat untuk ber camping .

Setelah mendapakan tempat yang cocok kami

menata alat- alat kami dan tas tas kami., aku

sempat menuju pusat informasi untuk bertanya

apa saja fasilitas di wisata HUTAN KASAR ini.

Ternyata di sebelah barat terdapat restoran

atau warung,dan disebelah timur terdapat

kolam air panas menunjukkan jam 12 siang .

Kata Aku “ayo renang , dingin sekali di sini” dan

mereka menjawab “ayo!” . Kami pun berennang

seperti layaknya orang bersantai dan

bersemedi digunung ,dan merasakan

kehangatan kolam air panas yang membuat kita

merasakan relaksasi yang maksimal. Salah satu

temanku bilang “oh iya kita belum beli kayu

bakar ,gimana nanti kita buat apinya”.Sehingga

membuat aku dan teman temanku keluar dari

kolam dan mengganti baju dan cepat-cepat

mencarinya ,untungnya kami berhasil

menemukannya .

Butiran Cerita. 103

Hari sudah mulai malam Aku dan teman –

temanku mulai membuat api unggun untuk

memasak makanan . Suhu disini benar-benar

dingin dan berkabut ketika malam hari . Aku

dan teman – temanku akan memasak mie dan

kopi ditemani nyanyian dari temanku .Setelah

kami selesai makan makan ,kami melanjutkan

bernyanyi bersama di malam hari.

Tak terasa sudah lebih 2 jam kayu bakar

kami habis ,kami berencana untuk mencarinya

,Aku dan temanku mulai mencarinya sedangkan

yang lain menjaga tenda .Kami mencari didekat

sini tidak ada kami pun bertanya kepada

petugas di sana apakah menjual kayu

bakar.Ternyata petugas tersebut tidak

menjualnya .Tetapi petugas itu menyarankan

untuk mencari kayu bakar di hutan saja ,akan

tetapi karena malam yang sangat dingin dan

kabut membuat kami tidak diperbolehkan .

Akan tetapi kami bersikeras untuk mencarinya

.Pada akhirnya kami mencari kayu bakar

tersebut dan ditemani oleh 2 petugas .

Butiran Cerita. 104

Perjalanan pun dimulai pada awlnya kami

berjalan menuju hutan sangat kesusahan

dikarenakan medan hutan yang sangat

ekstrim.dan berjalan hingga kaki menatap akar

akar pohon yang menjalar .sekitar 30 menit

mencari kayu bakar akhirnya ditemukan di

ujunng jurang karena kami mulai panik kami pun

segara memotong pohon tersebut.Setelah

selesai memotong pohon tersebut kami pun

ingin kembali tetapi masalahnya tidak ada

satupun yang tau arah jalan pulang.

2 petugas itupun juga tidak tau karena

sebelumnya mereka belum pernah menuju

hutan pada malam hari.petugas pun mulai

menyalakan flare untuk mencari bantuan

.syukur kami pun bias selamat hanya

menggunakan flare untuk menuju jalan pulang.

Setelah itu kami melanjutkan acara

kami. Aku dan teman temanku mulai kecapekan

dan memutuskan untuk tidur , keesokan harinya

kami membereskan barang barang kami untuk

Butiran Cerita. 105

persiapan untuk pulang.Setelah selesai

membereskannya ,kami pun pulang dengan

selamat

Butiran Cerita. 106

Kebaikan dibalas Kebaikan

Karya: Irma Putri Andriani

Pagi yang cerah ditemani dengan

hembusan angin serta kicauan burung yang

menjadikan suasana pagi ini menjadi lebih

berwarna.Pak Naryo adalah salah satu

pedagang yang berjualan di Pasar

Kotalama.Setiap pagi istrinya yang bernama

Susiana selalu membantu untuk menyiapkan

barang barang yang akan dijualnya ke pasar.Pak

Naryo dan Bu Susiana memiliki 3 orang

anak.Anak pertama mereka bersekolah di SMA

Terpadu 2,anak kedua bersekolah di SMP Jaya

Sakti, sedangkan anak ketiga mereka

bersekolah di SD Sejahtera.

Mereka juga tidak terlalu mewah

mereka hidup dengan sederhana di rumah

seadanya yang mungkin bagi mereka sudah

lebih dari cukup untuk berteduh dari panas dan

Butiran Cerita. 107

hujan.Mereka tidak pernah mengeluh atas apa

yang mereka alami sekarang, justru mereka

malah bersyukur dan selalu membantu orang

lain meskipun kehidupan mereka juga pas pasan.

Pagi ini Pak Naryo seperti biasanya mulai

berangkat ke pasar untuk menjual

barangnya.Sebelum berangkat beliau

berpamitan kepada istri serta anak anaknya

“buk,nak...bapak berangkat dulu ke

pasar.”pamit Pak Naryo kepada anak

istrinya.”iyaa pak hati hati dijalan jangan lupa

berdoa supaya dilariskan dagangannya.”ucap

istrinya.

Ternyata hari ini semua barang yang

diperdagangkan oleh Pak Naryo tersisa sangat

banyak ,Hal ini Karena keadaan pasar sangat

sepi. “maaf ya buk maaf banget hari ini uang

belanja berkurang, karena hasil penjualan hari

ini sangat sepi

Lalu istrinya berkata “Ya gak masalah kok pak,

semoga saja uang pendapatan tersebut masih

Butiran Cerita. 108

bisa mencukupi untuk kebutuhan makan dan

juga uang jajan sekolah anak-anak.” Dengan

nada lirih dan lembut sambil menyodorkan

segelas teh hangat dihadapan suaminya.

Lalu keesokannya Pak Naryo melanjutkan

kembali berdagang ke pasar untuk mencoba

keburuntungan dengan menjajakan barang

dagangannya. Kemudian ketika ia sampai

dipertengahan jalan ia bertemu dengan seorang

kakek tua yang nampak terlihat sudah rapuh.

Ia nampak sangat kebingungan, kemudian

dihampirilah kakek tersebut oleh Pak Naryo.

“Ada apa kek tanya Pak Naryo, apakah ada

yang bisa saya bantu?”Lalu Kakek tersebut

Menjawab “saya hendak pulang, namun saya

tidak mempunyai ongkos. Kakek gak tahu musti

bagaimana sebab rasanya bekerja pun di usia

ku saat ini sudah tidak memungkinkan.”

Keadaan kakek tua dan rentah itu

membuat hati Pak Naryo iba dan tak kuasa

untuk membiarkannya. Walaupun Pak Naryo

Butiran Cerita. 109

hanya mempunyai uang yang pas-pasan, namun

ia tetap menyerahkan uang yang ia miliki

kepada kakek tersebut. Kemudian ia juga

mengantarkan kakek tersebut ke terminal dan

mencari bus tujuan kakek.

“Kakek mengucapkan banyak terima kasih ya

nak, semoga saja tuhan memberikan kemudahan

dan kelacaran atas rejekimu, maaf jika hanya

doa yang bisa kakek berikan kepada kamu atas

kebaikan mu ini” kata kakek sambil memeluk

Pak Naryo.“Amin terima makasih banyak kek

atas doa’nya, semoga bisa selamat sampai

tujuan.”

Lalu Seperginya kakek tua itu akhirnya Pak

Naryo kembali melanjutkan berjualan ke pasar,

namun ternyata setiba ia dipasar ternyata

disana sudah terdapat salah seorang yang

menunggu dan ingin memborong habis semua

dagangannya dengan harga yang sangat tinggi.

Dengan kemurahan hati yang dimiliki oleh Pak

Butiran Cerita. 110

Naryo yang akhirnya sudah membawa

keuntungan terhadap dirinya sendiri.

Keesokan harinya Pak Naryo kembali

berdagang di pasar kemudian Pak Naryo

dihampiri oleh 2 mobil yang dikawal dengan

sepeda motor besar berjumlahkan 5-8

orang.Lalu tiba tiba ada seseorang yang turun

dari salah satu mobil tersebut, Pak Naryo

terkejut ternyata ia adalah kakek yang

ditolongnya kemarin.

Kemudian Pak Naryo diantar pulang oleh

kakek dan semua bodyguard nya.sesampainya di

rumah pak naryo, kakek tersebut terkejut

ternyata pak naryo, adalah orang yang hidup

dengan rumah sederhana dan biaya yang pas-

pasan,tetapi ia selalu membantu orang lain

dengan ikhlas.

Lalu kakek yang bernama Subono ini

berniat membantu keluarga pak naryo,ia akan

membiayai sekolah anak anaknya serta akan

membenarkan rumahnya. “Pak Naryo tidak

Butiran Cerita. 111

perlu khawatir lagi” ucap Kakek Subono.Pak

Naryo menangis terharu karena kebaikan yang

Ia perbuat ada saja balasannya.

Pak Naryo terus terusan berterimakasih

kepada kakek subono dengan badan yang sangat

lemas serta hati yang riang gembira. 15 tahun

kemudian anak anak Pak Naryo menjadi orang

yang sukses semua.mereka tidak lupa berziarah

ke makam alm.Kakek Subono dan mengirimkan

doa kepada beliau.

Beliau dikabarkan meninggal 2 tahun lalu

keluarga Pak Naryo merasa sangat terpukul

karena mereka kehilangan orang yang sudah

baik dan selalu membantu keluarganya. Kini

mereka selalu hidup bersyukur.Mereka juga

tidak lupa untuk selalu berbagi rezeki.kepada

orang orang yang membutuhkan seperti anak

yatim-piatu,pengemis,anak jalanan dan lain

sebagainya.

Mereka kini hidup bahagia mereka selalu

berdoa agar alm..Kakek Subono diterima disisi

Butiran Cerita. 112

Allah SWT dan diberikan tempat yang paling

indah.Pak Naryo dan istrinya juga berharap

supaya anak anak serta cucu cucunya nanti

selalu membantu orang lain tanpa

mengharapkan imbalan.

Butiran Cerita. 113

Kegagalan

Karya: Giska Eileen Nathania

Di hari minggu pekan lalu, aku

mendaftarkan diri kedalam lomba olimpiade

matematika. 1 hari lagi lomba akan

dilaksanakan. Aku berjanji akan belajar dengan

giat agar dapat memenangkan lomba tersebut

dan membanggakan orang tua. Pukul 10.00

WIB, aku berangkat menuju rumah Bu Dian

untuk melakukan les.

Aku benar benar memperhatikan Bu Dian

saat menjelaskan materi itu, tetapi materi itu

sangat sulit untuk masuk di otakku. Setelah

menjelaskan Bu Dian memberiku soal terkait

materi tersebut, aku sungguh kebingungan

mengerjakan soal itu.

Aku meminta Bu Dian menjelaskan ulang

materi tersebut, tapi aku masih sulit untuk

menerima materi tersebut. Aku merasa sedih

Butiran Cerita. 114

dn khawatir. Aku sering bertanya kepada diriku

sendiri, “apakah aku bisa memenangkan

olimpiade matematika dengan keadaan seperti

ini?” berakhir sudah jadwal lesku, aku pulang

dengan rasa kecewa kepada diriku sendiri.

Sesampainya dirumah aku terus mengulang

materi yang telah dijelaskan oleh Bu Dian.

Bunyi azan terdengar jelas ditelingaku, aku

bergegas mengambil air wudu, lalu

melaksanakan sholat zuhur dengan khusyuk,

selesainya sholat aku terus berdoa kepada

Tuhan Yang Maha Esa agar dilancarkan pada

saat mengerjakan soal olimpiade. Setelah

melaksanakan sholat aku melanjutkan belajar.

Rasanya aku ingin menyerah dan

mengundurkan diri. Tetapi sudah terlanjur, jika

aku mengundurkan diri semua usahaku selama

imi akan menjadi sia-sia. Aku mencoba

mengerjakan ulang soal-soal yang telah Bu Dian

kassih kepadaku. Aku menjawab sebisanya dan

semampu otakku.

Butiran Cerita. 115

Tak terasa hari sudah senakin larut.

Setelah pulang dari tempat les, aku belum

makan sama sekali. Badanku terasa lemas dan

aku merasakan mual-mual. Sepertinya penyakit

maagku kambuh lagi. Aku bergegas keluar dari

kamar dan langsung memakan apa yang ada di

meja makan. Tak lupa juga aku meminum obat

maag. Orang tuaku menyuruhku untuk

beristirahat agar besok bisa kembali sembuh.

Aku mengabaikan perkataan orang tuaku.

Aku tetap belajar sampai larut malam.

Keesokan paginya aku merasa sangat pusing,

aku juga merasa sangat kedinginan. Aku

menggigil hebat. Orang tuaku menyuruhkku

mengundurkan diri dalam olimpiade tersebut.

Tapi aku menolak dan memaksa tetap datang ke

olimpiade tersebut.

Akhirnya dengan segala pertimbangan aku

diizinkan untuk datang ke olimpiade itu. Soal

sudah dibagikandan aku lupa semua materi yang

sudah aku pelajari selama 1 minggu ini. Tiba

Butiran Cerita. 116

tiba aku merasa sangat pusing, perutku terasa

perih, dan badanku panas. Pengelihatanku

sedikit demi sedikit menjadi kabur, dan aku

tidak sadarkan diri.

Aku terbangun dan aku sudah berada

dirumah sakit. Aku menyesali diri sendiri

karena tidak mendengarkan perkataan orang

tuaku. Dengan kondisi tubuhku yang menurun

aku terpaksa tidak mengikuti olimpiade. Pada

akhirnya harapan untuk juara hanya impian

saja.

Butiran Cerita. 117

Kekuatan Doa Sang Mahaguru

Karya: Kanthi Jaya Muthia

Dahulu kala, di pedalaman Nanchung di

negeri Cina, hiduplah seorang Guru bernama

Paman Yao. Ia sudah tua, dan satu-satunya

guru di wilayah itu. Sudah sejak masih muda,

Paman Yao mengajari berbagai ilmu pada

pemuda-pemuda Nanchung. Ia mengajar di

sebuah pondok tua di samping rumahnya.

Walaupun sudah puluhan tahun mengajar,

Paman Yao belum menemukan calon

penggantinya. Murid-muridnya tak ada yang

mau menjadi guru. Mereka senang pergi ke

kota besar Wuhan dan berdagang disana.

Menurut murid-muridnya, kalau hanya menjadi

guru seperti Paman Yao, maka hidup mereka

akan kekurangan. Paman Yao menjadi bersedih.

Bagaimana kalau suatu saat nanti ia meninggal?

Tak akan ada yang meneruskan perjuangannya

Butiran Cerita. 118

menjadi guru di daerah Nanchung ini.

Sayangnya ia dan istrinya tak dikarunia anak

satupun.

“Sudahlah, Pak. Tak perlu bersedih,”

hibur Bibi Yiang, istri Paman Yao. “Berdoa saja,

Pak, agar Kaisar nantinya mau mengirim guru ke

sini.” “Tidak mungkin! Nanchung ini sangat

terpencil. Lagipula Kaisar terlalu sibuk

berperang dengan musuh dan terus memperluas

kerajaan. Tak mungkin dia mau memikirkan

Nanchung,” Tukas Paman Yao. Suatu hari, Liu,

pemuda mantan murid Paman Yao, datang ke

rumah Paman Yao. Liu berkata ingin belajar lagi

pada Paman Yao. “Saya ingin meneruskan

pekerjaan Paman menjadi guru disini. Saya

ingin belajar menjadi guru yang pandai, seperti

Paman,” sahut Liu.

Paman Yao tersentak kaget. Ia tak

menyangka, di hadaapannya kini ada pemuda

Nanchung yang mau meneruskan pekerjaannya

menjadi guru. “Bukankah pekerjaan ini tak akan

Butiran Cerita. 119

menghasilkan apa-apa bagimu? Bukankah lebih

baik kamu pergi ke kota?” uji Paman Yao. “Kalau

semua berpikir akan ke kota, siapa nanti yang

akan mengajar di sini? Bukankah Paman Yao

suatu saat nanti juga akan pensiun?” ujar Liu.

Paman Yao sangat senang dengan jawaban Liu.

Ia merasa yakin, Liu nanti dapat

menggantikannya sebagai guru di Nanchung.

Paman Yao lalu mengajarkan semua ilmu

tentang bagaimana menjadi guru pada Liu.

Karena tekun belajar, beberapa bulan kemudian

Liu sudah siap untuk menjadi guru. Anehnya,

beberapa hari setelah memberikan semua

ilmunya pada Liu, Paman Yao lalu meninggal

dunia. Ia meninggal dunia dengan bahagia.

Namun, Liu yang tadinya berniat menjadi

guru di Nanchung, tiba-tiba menjadi ragu. Ia

melihat sendiri bagaimana Paman Yao ternyata

tak meninggalkan warisan apapun pada istrinya.

Untuk pemakamannya pun, istrinya banyak

berhutang. Liu akhirnya mengurungkan niatnya

menggantikan Paman Yao. Ia malah pergi ke

Butiran Cerita. 120

Wuhan, mencoba menjadi guru di sana. Ia

berharap mendapatkan penghidupan yang lebih

layak. Di Wuhan, Liu melamar ke berbagai

sekolah di sana. Namun ternyata tak ada yang

mau menerimanya. Akhirnya, Liu mencoba untuk

melamar pekerjaan lain. Bahkan Liu rela

menjadi buruh kasar. Namun anehnya, Ia tak

juga diterima bekerja di mana pun. Akh, apakah

aku kena kutuk Paman Yao? Aku telah ingkar

janji dan meninggalkan Nanchung. Makanya aku

tak dapat bekerja di mana-mana, pikir Liu.

Akhirnya Liu memutuskan untuk pulang kembali

ke Nanchung. Ia bertekad memenuhi janjinya

pada Paman Yao.

Liu kini menjalankan tugasnya menjadi

guru di Nanchung. Seua ilmu yang diperolehnya

dari Paman Yao, diberikannya pada kaum muda

di kota kelahirannya itu. Waktu pun berlalu.

Tak terasa sudah lewat dua puluh lima tahun.

Liu pun kini sudah berusia lima puluh tahun. Ia

sudah dipanggil dengan sebutan Paman Liu. Ia

menikahi wanita Nanchung bernama Bibi Yuan.

Butiran Cerita. 121

Puteranya sudah beranjak dewasa bernama

Lao. Seperti Paman Yao dahulu, Liu selama ini

hidup kekurangan. Namun demikian, Liu tidak

pernah mau mengeluh. Ia merasa bahagia

karena dapat memberikan ilmunya pada

generasi muda. Namun nasib siapa yang

menduga. Suatu hari, Liu didatangi oleh

seseorang pembesar kerajaan. Rupanya orang

itu adalah Lung, mantan murid Liu. Lung telah

diangkat menjadi menteri di istana kaisar.

Bahkan ia juga menjadi menantu kaisar, karena

Lung menikahi salah satu putri kesayangan

kaisar.

Lung orang yang tahu membalas budi. Ia

menjadi seperti sekarang berkat jasa Liu

dahulu. Lung lalu menghadiahkan Liu uang emas

yang sangat banyak. Lung membangun rumah

yang bagus buat Liu dan keluarganya. Juga

membangunkan sebuah sekolah yang bagus di

Nanchung, agar Liu dan anak-anak didiknya bisa

belajar dengan lebih nyaman. Liu pun tak

menyangka, kini ia bisa hidup berkecukupan. Liu

Butiran Cerita. 122

lalu teringat pada doa gurunya dahulu,

mendiang Paman Yao. “Saya juga berdoa agar

kamu nanti dapat menjadi kaya raya dengan

pekerjaan ini.” Liu menangis terharu. Ternyata

doa dari gurunya dikabulkan Tuhan

Butiran Cerita. 123

Keluarga Miskin Yang Baik Hati

Karya: Fathir Afrizal Faiz

Di sebuah dusun yang terpencil hiduplah

sebuah keluarga yang sangat miskin. Gubugnya

reot seakan akan mau roboh dan tidak ada uang

untuk membenahi gubug tersebut. Keluarga itu

terdiri dari 4 orang. Ayahnya bernama Ojin

ibunya bernama Ulin. Mereka mempunyai 2 anak

kembar bernama Ariana dan Briana. Mereka

tidak bisa melanjutkan sekolah karena melihat

kondisi kedua orang tuanya yang tak

memungkinkan. Pekerjaan ayah mencari ikan

dan ibu mencari daun pisang untuk dijual

dipasar.

Pagi itu ayah pamit berangkat pergi ke

pantai “Bu ayah mau berangkat dulu ya doakan

bisa menghasilkan tangkapan yang banyak pada

hari ini” ucap ayah. ”Iya, semoga tangkapan

ikan hari ini banyak dan semoga bisa memenuhi

Butiran Cerita. 124

keperluan dapur karena semua sudah habis."

kata ibu dengan sedih. Setalah itu ibu memberi

bekal yang sudah ia siapkan untuk

ayah."Kasihan anak anak pada kelaparan semua"

ibu berkata lagi. "Iya bu kasian mereka sampai

belum makan" jawab ayah. Mendadak mereka

berdua datang dan bertanya "Bu kita lapar

mau makan apa," "Iya nak, sama ibu juga lapar

nanti setelah ayah pulang dari cari ikan kita

makan bersama." kata ibu dengan senyuman

kecil. Berangkat lah ayah menuju pantai dengan

peralatan yang dia punya.

Setelah sore hari pak Ojin pulang

dengan membawa hasil tangkapan nya.

“Allhamdulilah tangkapan ku hari ini melimpah

dan semoga berkah untuk kita makan." kata

ayah dengan sangat senang. Ditengah jalan

bertemulah ayah dengan nenek tua renta.

Nenek itu mengeluh lapar, haus dan lelah. Ayah

menghampiri nenek itu dan berkata “Nek ini

saya punya makanan minuman dan beberapa

ikan, ini semua boleh nenek ambil.” jawab ayah

Butiran Cerita. 125

sambil membayangkan anak dan istrinya yang

kelaparan dirumah, tapi ia dengan ikhlas

memberikannya kepada nenek itu. Kemudian

nenek berterimakasih kepada ayah dan

memberi sebuah bungkusan yang tidak tau

isinya apa. Ketika ayah akan berterimakasih

kepada nenek itu, nenek sudah menghilang.

Malam tiba, ayah kembali pulang ke

rumah. Sesampainya dirumah, ia langsung

menceritakan kejadian tadi. Ibu langsung

terkejut dan meminta ayah untuk membuka

bungkusan itu. Beberapa kemudian mereka

berdua melihat emas yang melimpah

didalamnya. Mereka sangat terkejut. Tapi

tetap bersyukur karena diberi nikmat yang

melimpah.

Beberapa lama kemudian ibu selesai

memasak makanan. Ibu, ayah, Ariana dan

Briana langsung makan dengan lahapnya.

Setelah itu mereka beristirahat dikamar

masing masing. Sementara ayah dan ibu masih

Butiran Cerita. 126

terheran heran dengan isi bungkusan tadi.

"Kita apakan emas ini bu" ucap ayah dengan

wajah bingung. "Pertama kita harus memberi

sedekah ke panti asuhan, setelah itu kita buat

untuk kebutuhan kita sehari hari dan mencicil

untuk memperbaiki rumah." jawab ibu dengan

senang. Ayah langsung setuju dengan ibu.

Mereka berdua beristirahat sambil menunggu

esok hari.

Pagi tiba, mentari menyinari rumah

mereka. Perlahan mereka semua bangun untuk

sarapan pagi. Ariana dan Briana jalan ke meja

makan. Alangkah terkejudnya mereka bahwa

ada berbagai macam lauk dimeja. "Bu, apakah

benar ini yang kita makan hari ini?" tanya

Briana dengan heran. "Iya nak, kemarin kita

mendapat rezeki yang banyak dari seorang

nenek yang telah ditolong oleh ayah." jawab

ibu. "Yeeee kita makan enakkk" Ariana

berteriak kencang. Ibu dan ayah yang

menyaksikan itu langsung tersenyum lebar.

Butiran Cerita. 127

Akhirnya mereka bisa membahagiakan anak-

anaknya.

Siang hari, mereka pergi ke panti asuhan

untuk menyumbang beberapa uang untuk

membantu anak yatim disana. Mereka sangat

senang akhirnya bisa menyumbang kesini. Saat

perjalanan pulang mereka melihat sebuah

rumah yang sedang dibangun. Ayah langsung

berfikir untuk memperbaiki rumahnya agar

terlihat lebih baik lagi. Sedangkan ibu setuju

dengannya. Sesampainya dirumah ayah mulai

membangun rumahnya perlahan lahan dengan

bantuan tukang-tukang lainya. Setiap hari

mereka bekerja dengan giat dan penuh

semangat.

Satu bulan kemudian rumah mereka

sudah terbangun dengan mewah. Mereka tak

menyangka akan memiliki rumah yang mewah

seperti sekarang. Ayah, ibu, sera 2 anak

kembar itu sangat bersyukur kepada tuhan.

Mereka menjadi keluarga yang kaya tetapi baik

Butiran Cerita. 128

dan tidak pelit. Jika ada orang yang

membutuhkan mereka pasti membantunya.

Ariana dan Briana bisa melanjutkan sekolah

lagi. Mereka hidup bahagia selamanya.

Butiran Cerita. 129

Kenakalan Remaja

Karya: Saifani Dinulhaq

Kisah seorang siswa SMP di sebuah kota

kecil. Dia bernama Rehan. Dia adalah murid

yang cukup pintar di kelasnya namun sayangnya

dia tidak memiliki teman. Dia sangat pendiam

dan tidak mudah bergaul. Walaupun Rehan

murid yang pintar namun tidak banyak yang

mau berteman dengannya karena Rehan berasal

dari keluarga yang tidak kaya. Rehan semakin

menutup dirinya ketika kedua orang tuanya

bercerai.

Tidak jarang pula Rehan diejek teman-

temannya karena dia cupu lah, miskin, anak dari

keluarga yang berantakan lah dan ejekan

lainnya. Rehan sempat berpikir apabila dia

menjadi anak yang pintar dan juara kelas

mungkin teman-temannya akan menerimanya

dengan baik. Tetapi semua itu malah membuat

Butiran Cerita. 130

teman-temannya semakin berfikir jelek

tentangnya. Mereka pikir Rehan curang saat

ujian.

Pada suatu hari Rehan tidak sengaja

memergoki beberapa temannya yang sedang

merokok di belakang sekolah. Melihat itu,

Rehan langsung berbalik dan berniat untuk

melaporkan kelakuan teman-temannya itu

kepada guru BK. Namun, temannya langsung

mencegahnya dan menarik Rehan untuk

bergabung bersama mereka.

“Mau kemana lu bro, sini aja gabung sama kita.”

ujar salah satu temannya. “Yang kalian lakuin ini

melanggar peraturan sekolah, aku mau laporin

ke guru BK.” jawab Rehan.

Kemudian teman-temannya mengancam,

jika Rehan melaporkan mereka Rehan akan

semakin diasingkan dan di bully lebih dari

sebelumnya. Kemudian Rehan terdiam dan

berpikir. Melihat kebingungan di wajah Rehan

teman-temannya pun malah menawari rokok

Butiran Cerita. 131

kepada Rehan. Rehan pun sempat menolak dan

ingin pergi, namun tawaran temannya agar

Rehan bergabung dengan kelompok mereka

supaya tidak dibully dan diasingkan lagi

membuat Rehan berubah pikiran. Akhirnya

Rehan mulai mencoba ikut merokok dan

semakin ketagihan.

Mulai hari itu, Rehan resmi bergabung

dengan kelompok nakal teman sekelasnya itu.

Dia sudah tidak dibully lagi oleh temannya

namun dia berubah menjadi anak yang nakal,

perokok hebat, suka berkelahi sampai keluar

masuk ruang BK. Rehan berubah 180 derajat,

yang awalnya masih sering membantu

keluarganya sekarang justru menyusahkan

ibunya karena sering dipanggil pihak sekolah

karena kelakuannya. Dia juga sering meminta

uang dengan kasar kepada ibunya dengan alasan

untuk beli keperluan sekolah padahal untuk

membeli rokok karena kecanduannya. Hal

tersebut sangatlah tidak patut dicontoh

Butiran Cerita. 132

karena orang tua adalah orang yang sangat

harus dihormati dan dihargai.

Rehan semakin menjadi di karenakan ia

tidak bisa mengontrol napsu untuk merokok ia

sangat napsu karena sudah pencandu berat.

Suatu hari kemudian ia kehabisan rokok, Rehan

berfikir untuk mencuri rokok di toko, satu jam

kemudian, Rehan berhasil mencuri rokok

tersebut dari toko yang ia incar, dan ia sangat

senang, dan itu berjalan setiap dia kehabisan

rokok. Suatu hari kemudian ia di datangi oleh

guru sekolah di rumah di karenakan ia tidak

masuk sekolah selama 1 Minggu, Rehan berfikir

jika ia kabur ia tidak bisa atau tidak dapat

tempat tinggal, jika tidak ia akan di tanya oleh

seseorang guru BK (bimbingan konseling), ia

sangat takut dengan guru itu, lalu Rehan

menemui guru tersebut dan berkata "saya

tidak suka sekolah pak dikarenakan tidak ada

guru yang baik semua sama aja di mata saya,

saya merasa sangat tertekan jika hal ini trus

saya alami.

Butiran Cerita. 133

Rehan menjadi sangat nakal semenjak

hari itu Rehan tetap masuk sekolah hingga ia

lulus sekolah, setelah ia lulus ia bergabung

dengan gengg sangat nakallll sekali, dia dan

geng motornya melakukan tindakan kriminal,

seperti hal nya mencuri sampai suatu hari ia

kenal apa itu narkoba ia sangat ingin tau apa itu

narkoba, dia mencari tau apa itu narkoba

sampai ia tau dan pencandu narkoba berat, ia

juga menjadi bandar narkoba di usia nya yang

dini, dan Rehan menjadi buruan polisi karena

menjadi pelaku bandar narkoba, Rehan sangat

pintar untuk menghadapi polisi dan Rehan tidak

Diketahui oleh polisi jika ia adalah bandar

narkoba.

Suatu hari melakukan pertemuan jual

beli narkoba berupa sekitar 3 kg sabu dan

ganja. Ia di todong senjata dan ia kabur sangat

ketakutan dan ia sangat panik, lalu polisi

mendatangi Rehan dan bertanya, “Kau kenapa

dek?” tanya polisi sambil kebingungan.

Butiran Cerita. 134

"saya sangat takut dengan orang disana karena

ia membawa senjata api, ia menodong saya”

ucap Rehan dengan panik.

"Kamu mengapa sampai di todong?" tanya polisi.

“Saya kan mau menjual sabu dan ganja, tetapi

orang itu menodong saya” jawab dari Rehan

dengan tidak sadar karena pengaruh narkoba

yang ia konsumsi sebelum berangkat.

“Kamu umur masih segini sudah menjadi bandar

narkoba, sudah kamu ikut saya saja ke kantor!”

ucap polisi sambil marah dan terkejut.

Rehan pun diam tidak bisa beralasan lagi

karena sudah tertangkap jelas.

Setelah di kantor polisi, Rehan di

introgasi oleh polisi disana dan menyuruh

mengeluarkan barang bukti narkobayang ia

bawa. Setelah itu polisi segera membuat surat

laporan penangkapan. Lalu keluarga Rehan di

hubungi oleh pihak kepolisian untuk datang di

kantor polisi.

Butiran Cerita. 135

Setelah sampai di kantor polisi, polisi

lalu menjelaskan kejadian mengapa anaknya di

tangkap. Ibu Rehan jelas kaget dan marah

karena tidak tau anaknya adalah pemakai

sekaligus bandar dari narkoba. Setelah itu

Rehan dan ibunya di pertemukan. Disitu Rehan

sangat menyesal dan meminta maaf kepada

ibunya sambil menangis dan, tiba-tiba Rehan di

tampar oleh ibunya yang sedang marah. Ibunya

memaafkan Rehan, tetapi ibunya tidak akan

memaafkannya jika mengulangi lagi. Rehan juga

berjanji tidak mengulangi lagi dan akan

bertaubat.

Butiran Cerita. 136

Literally Love

Karya: Abel Rahmat Al Habsyi

Pagi yang indah. Awan secantik senja.

Mentari tersenyum ria. Angin berlarimanja .

Bunga tumbuh ceria. Burung menari bahagia.

Tuhan, terimakasih telahmemberiku

kesempatan hidup di bumi juga keluarga yang

begitu hangat dan penyanyang. Anna sayang

Ayah Bunda, Anna sayang Eyang, Anna

sayang adik , kakakdan abang. Kecuali manusia

jahat di luar sana.

“Katanya, yang lahir dari perut Bunda itu

namanya orang ya Bun? berarti Anna juga

orang? tapi kenapa aku dipanggil Anna, bukan

orang?" ucap si kecil Anna."Hahaha, iya sayang,

semua orang yang dilahirkan mempunyai nama,

termasuk kamu, Anna." ucap Bunda Hera, ibu

kandung Anna. "Nanti orang itu namanya siapa?

Apakah Anna juga?" Ucap Anna sambil

Butiran Cerita. 137

menunjuk perut bundanya. "Bunda akan

memberikannama yang berbeda dong setiap

orangnya. Pertama Tareeza, kedua--" "

KeduaGhazan, ketiga Freeya, keempat Anna,

kelima orang " ucap Anna memotong

perkataan Bundanya dengan ekspresi datar.Bun

da Hera dan Ayah Tama tertawa keras , sedang

kan Anna hanya cemberut tidak mengerti apa-

apa. Anna, anak keempat darikeluarga

kesayangannya.

"Dannn lahirlah seorang bayi kecil yang Anna

sendiri beri nama. ". "Zahra.Aku memberikan

nama Zahra kan eyang??" Ucap Anna sambil

tersenyum. "iya, kamumemaksa terus ingin

memberi nama untuk adik kamu yang terakhir".

Eyang dan Annatersenyum lembut. Bunda Anna

memang sengaja ingin berhenti mempunyai

anak, iarasa punya anak 5 sudah lebih dari

cukup.Pagi ini terlalu indah untuk bercerita

masa lalu. Hari ini aku harus sekolahdan

meninggalkan eyang. Aku masih rindu pada

eyang. Beliau hanya setahun sekali bermain

Butiran Cerita. 138

ke rumah. Seperti lebaran saja setahun sekali.

Dan kalau eyang kesini, pastimenceritakan

bagaimana bawelnya aku waktu kecil.

Menceritakan bagaimana ayah bunda merawat

aku dan saudara-saudaraku waktu dulu. Karena

aku selalu rindu masa-masa dimana aku belum

mengenal orang orang jahat di dunia ini.

Semua telah berkumpul di ruang

makan. Ada Tama ayahku yang super galaktapi

baik, Hera bundaku tercantik, dan kelima

anaknya serta Eyang. Tareeza atau

biasadisebut Risa ber anak 2 dan ber ayah 1,

tentu. Ghazan atau ojan abangku satu -

satunya,ia pengusaha sukses seperti Tama yang

juga mungkin akan disusul olehku. Freeya

ataukak Iya yang super pintar, buktinya ia

mendapat beasiswa terus di kampusnya.

Zahraatau Ara generasi terakhir keluarga

Tama, dan Yohana, eyangku yang lembut,

sertaAnna anak ter polos dan banyak maunya,

katanya. Anna Seehab Punjabi, Ia

sangat bawel, tapi jarang sekali ceria. Ia

Butiran Cerita. 139

cantik, putih, tinggi, galak dan hobby melamun.

Tapiia banyak teman, karena selalu dipercaya

teman se gengnya sebagai pendengar yang baik,

mungkin?

Hari ini aku bersemangat sekolah karena hari

Jum’at. Ini tahun pertengahan

ke- 2 ku di SMK 34 Bandung. Yah seperti yang

kalian baca, aku bersekolah di SMKyang

mungkin sedikit peminatnya bagi orang yang

famous. Sudah tau kan tempatnyaorang famous

itu dimana? Kalau bukan SMA Negeri ya

sekolah swasta elit. Dulu akuterkenal, tapi

sekarang jiwaku terasa terlempar dari

kalangan anak muda. Mereka yang berkuasa

dengan uang akan lebih banyak teman

daripada orang yang polos apa adanya.Sejak

saat itu, aku mulai membenci teman – teman

SMPku. Ada acara aku kena tikung,lalu cowok

pas-pasan tapi selingkuh dan satu per satu

temanku hilang tanpa

kabar, pergi saat dibutuhkan dan datang saat a

Butiran Cerita. 140

ku terpandang. Maksudku terpandang disiniadal

ah terkenal di sosial media. Pernah sekali aku

coba gaya hidup tinggi dan lihat apa yang

terjadi. Mereka mulai menganggapku “teman”.

Namun aku tidak melakukannya lagi, kurasa itu

menjijikan. Menjadi diri sendiri akan lebih

nyaman. Berkat teman – teman ku di 34, aku

sadar bahwa hidup tidak bisa tergantung pada

orang lain.Aku lulus dengan nem yang kurang

bagus, padahal aku pintar, dalam halmengoceh.

Itu alasan mengapa aku ada di sekolah ini.

Padahal bisa saja aku menyogok,namun

keluargaku tidak mengajarkan ku untuk curang.

Aku pilih Jurusan Akuntansi, bukan, Bunda

sebenarnya yang memilih. Katanya di jurusan ini

akan membuatku kayakarena selalu menghitung

uang orang lain. Aku berusaha menyibukkan diri

agar bisanyaman sama sekolah ini. Aku ikut

ekstrakulikuler alam, masuk OSIS dan les

mingguan Bahasa inggris. Entah apa yang

merasuki ku padahal aku benci

pelajaran itu.Aku kelas 11 Kejuruan Akuntansi

Butiran Cerita. 141

1. Temanku tidak berganti, itu-itu saja karena

tidakada sistem acak. Dan kalian tau apa yang

membosankan? Di kelas ku isinya

berjilbabsemua. Kecuali aku, karena menurutku

belum ingin saja dan Bunda juga Ayah

tidak bisa memaksaku, toh mereka juga mau ak

u berjilbab karena ingin, bukan karenadipaksa.

Oh ya, di kelas tidak ada cowo yang bisa ku

mintai traktiran, atau aku tabokkalau aku kesal

atau juga dijadikan curhat. Itu sangat

membosankan.

Menurutku berteman dengan pria lebih seru ke

jujurannya daripada dengan wanita. Tapi aku be

rsyukur, mereka terlihat apa adanya, mereka

baik, dan aku bahagia.Sudah cukup

perkenalannya, sekarang aku mau bercerita

tentang seorangmakhluk. Ia banyak digemari,

bersosok tinggi dan berwajah tampan. Yah dia

ketua basket 34. Dia kelas 11 Jurusan Arsitek.

Aku menyukainya dari awal

masuk sekolah.Siapa yang tidak suka? Dia

tampan, tinggi, putih, badan ideal dan no minus.

Butiran Cerita. 142

Sering kudengar gosip bahwa dia dingin, cuek

dan sangat tidak peduli dengan cewek –

cewekyang mengejarnya termasuk aku. Aku

sudah terbiasa diabaikan olehnya, aku

tidak peduli. Toh kalau menyukai seseorang dila

rang keras untuk berharap disukai balik, beresi

ko tinggi bagi hati. Padahal tiap detik aku meng

harapkannya. Akupun aneh,sebelumnya aku

tidak pernah menyukai orang selama dan

sedalam ini. Dulu mana mauaku yang suka

duluan, yang ada gengsi. Tapi sekarang, ambyar

sudah. Pria bernamaTaysaar Ganna Hafzan

telah merusak semuanya.Hari ini jadwal

Taysaar olahraga. Sudah tau dong kenapa aku

suka hariJum'at?. Tidak hanya hari jumat saja,

akupun selalu menonton Taysaar basket saat

ada jadwal eskulnya. Sambil melihat dari korido

r atas, aku merasa sedih. Tak terasasebentar

lagi aku akan berpisah dan tidak bisa melihat

pemandangan indah lagi.Apalagi kelas 12 tidak

seutuhnya masuk 1 tahun ." Ann, udah ada guru

nih, ayo masuk " ucap Silla teman kelas Anna, ia

Butiran Cerita. 143

sangatcantik dan selalu setia menemani saat

saat seperti ini. " Aku masih betah, La. ". "

Yakalo Taysaar olahraraga sampai magrib juga

kamu pasti bilangnya betah terus Ann".

"yaudah ayo ". " udahlah, ini tuh masa masa kita

sekolah terakhir, nanti kita sibuk kuliah

dan kerja. Jangan sia sia in waktu kamu buat

suka sama orang yang ga suka kamu,come on

Ann, banyak cowo cowo disana yang nunggu

kamu". " Aku gamau la, gataukenapa instingku

tentang Taysaar benar, "." benar apa?". " benar

bahwa dia jodohku"ucap cengir Anna membuat

Silla geleng geleng kepala.

6 bulan kemudian

Setelah Ujian akhir semeter berakhir,

Sekolah mengadakan classmeet selama3 hari.

Tentu saja aku tidak boleh melewatkannya

karena Taysaar pasti main. " Okekaka kaka

yang cantik dan tampan untuk lebih

memeriahkan acara classmeet di akhirtahun ini,

buat yang mau titip titip pesan buat si doi bisa

Butiran Cerita. 144

tulis di kertas dan simpan di box depan yaa "

ucap MC terkenal di 34 Bandung, Gege.

Pertandingan basket kelas 12 pun sudah mulai.

Dan MC pun mulai membacakan satu per satu

pesannya. " Oke yang pertama untuk bang Adit

nicc dari Teteh Dita, semangat basketnyaa

muac muac , unccmeni romantisme kie iyeu teh

, netizen siap siap lebih baper di penghujung

taun 2018ini oksss! bang rama semangat , kalo

menang aku kasih itu ... , wah wah wah

APANIH!, dari anisa adik kelas buat kamu ka

Andi, aku mencintaimu sejak pertama

melihatmu, aweuuu aweuuuu mantan ketos jadi

target dede gemesh eyy, ka Taysaar jangan

judes judes nanti tampannya nambah, Taysaar

nanti pulang bareng yukk, Taysaar sayangseman

gattt, Taysaar aku menunggumu sejak kamu

lahir, wadududuhh bang Taysaar jadi

target setelahnya nihh. Ehh asal kalian tau aja

ya netijen Taysaar itu udah

punya pacar. " ucap Gege setelah beres memba

ca semua kertas yang terlipat di wadah.Pertan

Butiran Cerita. 145

dingan basketpun semakin seru setelah

Taysaar memasuki poin beberapa kaliditambah

MC yang unyu unyu itu terus menggoda

Taysaar. " Pacarnya

adalahhhh, jeeng jeeng jengggg. AKU. hehe". "

huuuuuuuu!!!" Semua siswa bersorak karenaTay

saar sudah sangat popoler di kalangan siswa

siswi 34 Bandung.Selain mereka ricuh dengan

pertandingan basket, disini , di koridor kelas

atasaku sangat bersemangat menonton Taysaar

sekaligus aku bahagia karena handuk yangaku

berikan sewaktu Taysaar ulang tahun yang ke -

17 dipakai. Yah, saat Taysaar ulangtahun, aku

diam diam memberikan kado seperangkat alat

basket, hanya handuk danheadband saja sih.

Aku menitipkan lewat temannya.

Kali ini aku ditemani Sani. Ia

teman sekelasku juga. Tempat

berceritaku banyak, tidak hanya 1/2 melainkan

1 baris. Kami sama sama tukang gosip. Oh ya,

Sillasakit, jadi tidak bisa masuk sekolah. "San,

aku ga mimpi kan? Sannnn aku seneng banget!".

Butiran Cerita. 146

" Uuwww senengnya. Tapi sayang sih dia kan

taunya itu bukan dari kamu"." Ya masa bodo lah

tentang itu, yang penting dipake!!!" ucap

gregetku sakingsenangnya. Namun disana

terlihat ada seorang wanita yang duduk di

dekat lapang. Iamembawa botol minuman segar

dan nampaknya itu akan diberikan pada

Taysaar.Dilihat dari jauh sih seperti ka Yessy,

anak osis kelas 12 yang sangat baik. Ah

mungkinwajar saja ia datang untuk

menyemangati Taysaar sesama rekan osis.

PertandinganPertandingan pun berakhir juara

yang dimenangkan oleh kelas Taysaar

yang pemainnya terdapat geng tampan juga. Ya

ng jago hanya Taysaar sih, sisanya hanyaingin

pamer tampan. Hari pun berganti jadi sore,

cuacanya mendung dan angin mulaimemasuki

tubuh mungilku. Padahal aku alergi singin,

semua badanku bisa pegal danhidungku bisa

mimisan. Aku tidak peduli, aku sangat senang

dan tidak ingin berpindahdari sini. Taysaar

terus membawa bawa handuk itu, dijinjing, di

Butiran Cerita. 147

simpan di kepala, disimpan di dada bidangnya

dan dipegang erat erat. Saat ia jadi wasit pun,

handuknyamasih di bawa. Ga kebayang tuh hati

semeledak apa sampai sampai makan saja

tidakingin kecuali kalo Sani membelikannya.

Aku sudah terhipnotis pria tampan.

Tak terasa hari-hari pun berlalu cepat

seperti air sungai yang mengalir. Niatnya,

setelah pulang les Inggris aku mau

menonton Taysaar eskul basket. Mumpung hari

Rabu dan biasanya koridor kelas atas sepi.

"Mau nonton lagi?’’ tanya Silla padaku.“Hmm’’

jawabku disertai anggukan yang semangat. “Kali

ini aku temani deh, siapa tau ketagihan juga

nonton Taysaar.’’ Dengan reflek aku menabok

lengan Silla. Habisnyakalau ngomong gak

difilter dulu sih.“Ann, kamu yakin mau bersaing

sama anak cewe sebanyak itu? Bayangin deh.

Kelas 12 ada 30 orang. Kelas 11 ada 27 orang.

Kelas 10ada 115 orang. Total jadi seratus….’’

“Aaaaaaa itu Taysaarrr!!!!’’ teriakku pelan

sambil jingkrak – jingkrak di koridor atas kelas.

Butiran Cerita. 148

Posisi yang tepat untuk

menonton anak basket. Silla hanya geleng –

geleng kepala saja. Aneh dengan rutinitasku

yang sukahari rabu dan jumat di jam pulang.

Silla tidak bisa lama-lama menemaniku disini. Ia

sudah dijemput pacarnya di depan. Akupun

berniat pergi 15 menit lagi karena Taysaar juga

sebentar lagi beres. " Eh mbak Anna, masih

suka nontonin Taysaar nih? ". " siapaya? Anna

gakenal sama bapak". " Masa gatau saya sih ,

neng cantik " ucap genit priatua itu sambil

menyentuh bahu Anna. " Eh apa apaan ini.

Jangan macem macem yaAnna bisa teriak!"

ucap Anna sangat ketakutan." Hahahha, cuman

ada kita disini, danyang lagi main basket juga

gakan denger. Taysaar pasti lebih merhatiin

basket daripadakamu, cantik " Ucap pria tua

itu sambil memegang kedua bahu

Anna."Tolonggggg!!!!!!! TOLONGIN ANNA,

MOHONNNN!!" Anna ketakutan.

Benar benar ketakutan. Ia punya trauma tinggi

tentang orang orang jahat yang dulumenyakitin

Butiran Cerita. 149

ya. Seperti penculikan, pencopetan, dan lainnya.

Makanya Anna sangattidak ingin berteman dan

berkenalan dengan mudahnya dengan orang

orang di luarsana. " Anna mohon omm, Anna

mohon jangan sakitin Anna. Anna salah aapa

samaom? Anna juga gakenal sama om. Anna

mohonnnn ommm" ucap Anna gemetar

sambilmenangis. " Denger ya cantik, suruh

siapa kamu sore sore begini masih nontonin

pacarkamu hah? Saya juga tampan. Saya

berhak mendapat perlakuan manis dari orang

cantikdari kamu" Pria tua itu semakin menjadi

jadi. "Tolonggggggg--". "Aaaaaa!".

Suaraku berteriak kaget. Pria tua itu

jatuh tidak sadarkan diri. Taysaar dan

beberapa temannyadatang. Taysaar menendang

keras punggung pria itu dari belakang. Demi

apapun akumerasa lega. Aku senang, sudah

hampir mau pingsan tadi. "Udah jangan nangis,

udahada kita disini." ucap Acil sambil

menenangkanku. Ia mantan ketua basket

sekaligusteman dekat Taysaar. "Mau ngapain

Butiran Cerita. 150

sih kamu disini ? Jam segini masih keluyuran

disekolah. Nonton pacarnya gabisa besok

besoknya? Demi modus ginian kamu rela diemdi

sekolah? Hah? " ucap kejam itu keluar dari

mulut Taysaar. Aku kaget setengah mati, baru

pertama kali aku melihat Taysaar marah." AKU

DISINI BUAT NONTONINKAMU DAN AKU

GAPUNYA PACAR TAYSAAR, INGET YA!" Aku

kesal sambilmengusap air mata di pipi, aku

meninggalkan semua orang disana tanpa

mengucapkanterimakasih, lupa. "Mau kemana

kamu?" ucap Taysaar sambil berdiri.

"PULANG!"."Sama siapa?". "PACAR!". Aku pergi

dengan cepat. Baru saja aku merasa senang

,sudah dibuat sakit hati lagi. Mungkin aku tidak

pantas bahagia. Taysaar memberi kode kepada

Acil untuk memberikan kunci motornya.

Meskipun Taysaar marah karenakhawatir, ia

tidak bisa membiarkanku pergi sendiri apalagi

setelah kejadian ini. Hariini Taysaar bawa

mobil. Jadi sedikit ribet untuk mengejarku.

Pria tua itu sudah ditangani oleh Acil dan sudah

Butiran Cerita. 151

dilaporkan ke polisi. Dia adalah tukang

bangunan disekolah. Tenyata diam diam ia

menguntit Anna, sampai tau Anna diam di

sekolah sampai sore untuk Taysaar.

Saat depan gerbang sekolah, Taysaar

menghampiriku. "Mana pacar kamu?"ucap

Taysaar sambil mengendarai motor ninja

merah. "ada, bentar lagi juga dateng!"ucap

judesku sambil mengusap air mata, aku masih

menangis. " Maaf. Ayo pulang". "Bentar lagi

juga pacar Anna dateng gausa--". Taysaar

merebut handphoneku danmembatalkan

pesanan ojek online nya. Kebetulan hari ini aku

tidak dijemput. "Naik".Aku malah cemberut

melihat Taysaar. "Naik atau dikasih pria tua itu

lagi?" Dengancepat aku menaiki motor itu dan

memeluk erat Taysaar. " Jangan pernahh

ngomong ngomong lagi tentang ini , Anna bener

bener takut, Anna punya penyakit trauma

tinggi.Anna mohon" Aku memeluk erat tubuh

Taysaar. "Maaf" Taysaar memegangi tangan

Anna yang mungil.

Butiran Cerita. 152

Taysaar menjalani motor itu dengan pelan.

Sambil menikmati udara sore Taysaar berusaha

menenangkanku. Ia benar benar menyesal atas

kejadian hari ini yang menimpaku. Ia tidak bisa

berada di dekatku. Meskipun sebenarnya

Taysaar tau aku selalu pulang sore untuk

menunggunya. Setelah menanyakan arah rumah

dan segala macem, kami sampai di depan

rumah. Tanpa banyak kata Taysaar langsung

menyalakan motor dan pergi. "Taysar. " ucapku

memberhentikan motornya. "Hm?". "Makasih ,

udah anterin Anna pulang dengan selamat. "

"hm". " Taysaar," " kenapa?"."Makasih sekali

lagi". "iya Anna. Tapi kan aku kaka kelas,

kenapa gapake 'ka' ? ". " Gamau, ga nyaman".

Taysaar hanya diam. Ia menyalakan

motornya."Taysaar,". "kenapa? mau bilang

makasih lagi?". "Anna gapunya pacar. Anna juga

nontonin Taysaar, Anna ga nontonin yang lain.

Anna ga modus kesiapa siapa selain Taysaar.

Beneran". " oh "." Hah? ". "yaudah. terus

kenapa?" " ko cuman jawab 'oh' doang sih "

Butiran Cerita. 153

ucapku sedih."Masuk sana " Aku tidak

menjawab dan malah nunduk " Anna cepetan.

Motor nya di tunggu Acil." " oke, hati hati

Taysaar. Makasih " ucapku tanpa melihat

Taysaar dan"brukkk!" Awww. Aku menubruk

gerbang rumahku sendiri. Suruh siapa berjalan

tanpa melihat ke depan. haduh. " Ann,

gapapa?". " gapapa, " ucapku sambil

berbalik, perlahan aku menangis. " Ann kenapa?

sakit ? mana yang luka?" ucap Taysaarmendeka

tiku setelah turun dari motor. " Anna malu "

aku menangis. " huhh. " Taysaar bernafas lega.

Ia ta habis pikir kenapa juga harus nangis. "

yaudah sana masuk ". " Hatihati , liat liat

jalannya " lanjutnya. Aku pun masuk ke halaman

rumah. " aduhhh!" kaliini Aku menendang batu

dan hampir kehilangan keseimbangan.

"huaaaaa!!!" Aku menangis semakin kencang.

"Ann udahh jangan nangiss, gausah malu lagiii

aku gapapa ko beneran dah " ucap Taysaar

sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

Butiran Cerita. 154

Hari ini waktunya berkumpul dengan keluarga

kesayanganku, ada eyang juga. Kami berencana

mengantar Bang Ojan ke Bandara di

Jakarta. Ia ada urusan bisnisdi Jerman dan

akan tinggal disana selama 1 tahun. Tentu kami

sedih, 1 tahun adalah bukan waktu yang

sebentar. Kemarin lusa Kak Freeya dapat

KKN di Jogja 6 bulan danAra ambil kelas

pesantren di Bandung. Ka Risa pun sudah beda

rumah. Kini di rumah hanya ada aku, Bunda,

Ayah dan Eyang. Aku memaksa Eyang untuk

tinggal di rumah karena Bunda dan Ayah sering

ke luar kota urusan bisnis. Kami mengunjungi

Mall terdekat untuk makan di sebuah restoran

sunda kesukaan eyang. Bunda juga membekali

Bang Ojan beberapa mantel hangat. Aku senang

dan selalu berharap kami akur seperti ini.

Walaupun ada yang beberapa LDR tapi kami

tetap saling menyayangi.

Saat sampai di rumah, bunda memanggilku ke

ruang keluarga. Di sana adaAyah dengan

tampang seriusnya dan Eyang sedang membaca

Butiran Cerita. 155

majalah. "Ada

apa bunda? Anna ngantuk." ucapku sambil dudu

k dekat bunda. "Bunda mau ngomongsesuatu

yang penting sama Ayah. Bunda berencana

menikahkan puteri kesayangan bunda,"

"Bukannya Ka Iya masih kuliah ya Bun?

Lagian Bang Ojan juga belum nikah"ucapku

memotong. "Bukan Kakakmu, tapi kamu"

"HAAAA??? BUNDA APAAPAAN IH GASUKA

ANNA GALUCU DEH BENERAN" Sontak aku

berdiri kaget dengan omongan bunda yang

sangat tidak masuk akal. "Anna, duduk gausah

teriak-teriak. Jodohmu itu anak temen Ayah di

kampung. Dia sekolah juga di Bandung." "Tapi

ayah. Anna masih kecil terus masa ngelangkahin

Bang Ojan sama Kak Iya,

Aneh banget ini bun" ucapku tanpa spasi sambil

duduk. "Yaa menurut Eyang juga kalaukamu

nikah duluan tidak ada salahnya. Kamu cucu

kesayangan eyang, eyang mau lihat kamu

bahagia sebelum eyang gaada." "Eyang ih apaan

ah. Dah pokonya Anna gamau ya, Anna tidur!

Butiran Cerita. 156

samlikum!" aku meninggalkan ruang keluarga

dengan penuh emosi. Benar-benar, mereka

kemasukan jin apa sih sampai bilang begitu.

"Apa ayah yakin anak teman ayah itu bisa

dipercaya?" ucap bunda sedikit ragu, wajar.

"Hm, dulu kami sepakat menjodohkan tapi Ayah

menganggap ini serius. Ayah hanya terlalu

menyayangi Anna, dia butuh pendamping hidup

dengan cepat." "Eyang setuju eyang setuju, kali

kali bawa dia ke rumah ya Tama. " ucap eyang

sambil mengacungkan jempol. Aku diam-diam

menguping penasaran sosok jodoh untukku

nanti. Sumpah aku malas, alasan perjodohan?

Sangat kuno sekali. Pokoknya aku tidak mau!.

Besok ada acara diklat osis di Lembang. Tentu

aku sangat senang, Taysaar ada disana. Aku

sudah tidak ingin memikirkan omongan mereka

masalah perjodohan lagi. Seperti biasa anak

kelas 10 yang baru masuk akan kami beri

pelajaran sedikit. Sekaligus latihan sertijab

pada kelas 11.“Ada yang liat Anna?’’ ucap Andi

mantan ketua osis. “Disinii.. disini ka.. maaf

Butiran Cerita. 157

datang ter..” “Apa kamu tau? Kita harus

nunggu20 menit buat nunggu anak ngaret

gajelas disini.” “Aku datang sedikit

terlambat, padahal hanya telat 19 menit lebih

55 detik. Ia melebih – lebihkan , hih 20 menit

apanya!” Ucapku dalam hati. Namanya Lisa, dia

mantan Taysaar yang sangat sinis padaku

karena aku menyukai mantannya. Suruh siapa

selingkuh, punya pacar ganteng di sia-sia in, kan

nyesel jadinya. “Sudah lengkap ya? Ayo masuk

ke Bis.” Ucap Andi.“Ann, masuk.” Andi

menyuruhku duduk di kursi kosong yang

sepertinya secara tidak langsung ia mengajakku

duduk dengannya. “Okay ka.” Aku menurut saja,

karena aku tidak merasa dirugikan. Toh

Taysaar duduk dikursi depanku. Selama

perjalanan Andi terus mengoceh. Ia bercerita

tentang pengalamannya menjadi ketos.

Sedangkan aku tidak mendengarkannya. Aku

terganggu dengan pemandangan di depanku.

Lisa terus menempel pada Taysaar. Sangat

menyebalkan!. “arggghhh!.” Sontak semua orang

Butiran Cerita. 158

melihat ke arahku. “Kenapa Ann? Ada yang

luka?” tanya Andi khawatir. “Ohhh haha..

hahaha.. itu ka aku lagi latihan nyanyi katanya

biar suara bagus harus banyak teriak. Haa..ha..”

Semua orang ber oh ria padahal itu entah

alasan yang tepat entah bukan. Ahh masa bodo

yang jelas aku malu Taysaar memandang aneh

terhadapku. Kami pun dibagikan makanan ringan

oleh ka Yessy. Semua dibagi rata dan makanan

Taysaar entah kenapa diberikan lagi pada ka

Yessy. Apakah Taysaar puasa? Tidak mungkin.

Sesampainya di Lembang, kami menyiapkan

kamar dan segala peralatan yang dibutuhkan

untuk diklat. Yah, tidak ada istirahat. Padahal

kalau dibilang cape sangat cape, enaknya

rebahan sambil nonton drama korea. Tapi harus

sadar diri aku disini bukan untuk

liburan. Semua anggota osis baru sudah

dikumpulkan dan melaksanakan post to post. Ini

sangat seru, akhirnya mereka merasakan

bagaimana rasanya dirundung seperti aku dan

teman osis lainnya tahun lalu. "JAWAB!!!" ucap

Butiran Cerita. 159

tegas Andi. Aku tersentak kaget. Aku tertidur

pada tembok yang cukup tinggi, lelah sekali

rasanya padahal tidak ngapa-

ngapain. Beberapa detik kemudian perutku bun

yi. Seperti orang kelaparan, buru-buru aku

bersin untuk menutupi suara perut. Ahhh

sangat memalukan!."Ngantuk tidur laper makan.

" ucap tiis Taysaar. Bukannya menjawab aku

malah menatapnya seperti orang bodoh, antara

percaya dan tidak percaya kok bisa manusia es

itu care? ya meskipun dalam perkataan yang

biasa saja. " Ahh.. itu kaa anuu.. ituaku gak

laper tadi suara kodok kayanya.. push pushh

keluar kamu takk katakk.. " "Bisa izin ke Andi.

Jangan maksain" Taysaar pun pergi tanpa

meninggalkan sepatah kata lagi. Demi apa sih

itu orang mau ngobrol walaupun sedetik. Rasa

ngantuk pun hilang, dan aku sudah kenyang

dengan omongan care Taysaar.

"Yuhuuuu!!!!!!!!".Semua orang di ruangan melihat,

dan aku langsung terdiam sebagai tanda ucapan

maaf. Andi yang tadinya sibuk memarahi

Butiran Cerita. 160

anggota osis jadi tertawa kecil melihatku. Ah

tiada hari tanpa memalukan bagi seorang Anna.

Bunda dan ayah, sepertinya sudah pasrah

mempunyai anak sepertiku.

Api unggun pun menyala. Setelah beberapa kali

gagal karena kurangnya kayu bakar. Kami semua

dikumpulkan di halaman Villa

sebagai acara bebas. Acara diklat sudah resmi

beres besok pagi. Malam ini waktunya

bersenang-senang seperti biasa Andi dan

Taysaar main gitar dan semua orang menyanyi.

Semua orang menikmati lagu canda tawa dan

keharmonisan. Dan aku hanya menikmati

Taysaar. Kami layaknya keluarga kecil ketiga,

setelah rumah dan sekolah. Jam 12 malam pun

tiba. Kami di bagi kelompok untuk jerit malam.

Ini sih sebenarnya tidak terdaftar di acara,

tapi Udin sekbid Olahraga kelas 12

menyarankan ini. Si Udin itu memang tidak

punya hati, sudah tau aku penakut tapi tidak

mau mengerti. Tapi setelah beberapa detik

kemudian aku berterimakasih padanya

Butiran Cerita. 161

dalam hati. Karena Udin aku bisa 1 kelompok

dengan Taysaar. Meskipun Udin masuk

kelompok dengan kami, tapi dia bukan

penghambat toh Taysaarkan gak suka cowo

apalagi macam Udin.

"Ada yang keberatan dengan kelompoknya?"

ucap Andi. "tiii..daak.." ucapku sangat kecil.

"Aku, aku mau sama Taysaar Di, gak nyaman

kalau di kelompok ini cewek semua kan harus

ada pelindung" ucap Lisa si nenek lampir.

"Baiklah Tay--""Udah ayo udah jam set1 malam

nanti keburu pagi. " ucap Taysaar memotong

ucapan Andi dan langsung pergi begitu saja.

Ucapku yes dalam hati dengan penuh tenaga

karena senang tidak jadi tukar kelompok. Bye

bye Lisa jelek. Ah senang sekali aku

memojokkan dia meskipun beraninya cuman

dalam hati. " Ka, emang bener ya jalannya kaya

gini?". Baik Taysaar maupun Udin gak ada yang

jawab pertanyaanku. Kalau Taysaar sih gak

papa, dia cool cool saja bersikap acuh. Tapi ini

si Udin, apa-apaan? Sangat menjijikan. "Anna,

Butiran Cerita. 162

menurut geografis, arah jalan ditentukan

dengan niat hati dan bantuan doa, kamu sebagai

wanita harus bisa meminta doa pada Tuhan

sebanyak- banyaknya, karena-- ehh buset dah

gua ditinggal woyyy Ann, Tayy, tungguinnn!!!".

Kami terus berjalan menelusuri hutan. " Aaak!!"

Kakiku menendang batu keras cukup besar.

"Jalan itu pakai kaki liatnya pakai mata Anna

jelek! Sini gue bantuin" ucap si Udin. "yeee kalo

ga niat bantu gausah sosoan bantu Udin jelek"

Btw aku sama Udin sudah seperti teman

seumuran karena kami bisa dibilang dekat tapi

tidak akur, sering berantem karena Udin sering

ngajak ribut. "Lo bawa sendalnya,

gue bawa nene sihirnya. " ucap Udin pada Taysa

ar. Taysaar hanya menanggapi dengandiam.

"Paansih Din, kamu mau gendong Anna? Ogah

ah. Anna bisa sendiri, mending jalan kaki

daripada nempel ke Udin. " "Dih dasar nene

jomblang udah dibantuin malahngatain" "Naik"

Taysaar langsung memposisikan diri jongkok

depan mereka. Aku dan Udin pun terdiam saat

Butiran Cerita. 163

Taysaar buka suara. "Gue tay gapapa ko ka,

lagian aku berat banget aku yakin ini bakal

malu-maluin hehe.." "keburu pagi" ucapnya

masih dalam posisi jongkok. Mau gak mau aku

naik ke punggung Taysaar. Senang? Sudah pasti

ini kaya mimpi yang gabisa aku lupain. Punggung

Taysaar yang hangat dan parfumnya yang wangi

bikin aku nyaman dan rasanya gamau turun

seharian. "Lo bawa sendalnya

gue bawa Anna" Kini ucapan Udin berbalik pada

dirinya sendiri. Ahhhhhhh aku sudahseperti

puteri yang direbutkan 2 pangeran yang

padahal Udin sangat jauh

tampangnya jika harus disebut pangeran. Hihi a

mpun yak, Udin. Sepanjang jalan aku tersenyum

bahagia padahal itu dini hari

di tengah hutan. Selama ada Taysaar

aku merasa dunia adalah Surga.

"Turun". Hening, ucapan Taysaar diacuhkan.

Udin sudah duluan pergi kedepan Villa lapar

katanya ingin jagung bakar. "Ann? Tidur?" Aku

tertidur di pangkuan Taysaar. Mau gak mau dia

Butiran Cerita. 164

harus nurunin aku depan semua orang di Villa

nanti. Tapiaku gak tau kenapa Taysaar mau

nurunin aku di jalan, bukan di depan Villa. Aku

senang saja, tidak merasa dirugikan. Aku sudah

bangun padahal, hanya saja ingin berlama

lama memeluk pria tampan bernama Taysaar

Ganna Hafzan ini. Dari kejauhan anak-anak

sudah melihat serius ke arah kami sambil

memakan jagung bakar mereka."Anna kenapa

Tay?" ucap Andi panik menghampiri kami.

"Kelihatannya?" balasTaysaar dingin. "Anna

tidur? Sepanjang jalan?" sahut Andi lagi. " Tadi

si nenek sihir kakinya nendang batu terus

kakinya luka, jadi Taysaar nawari diri deh buat

gendong Anna." ucap si Udin yang gak pakai

spasi koma sambil gigit jagung. "Langsung bawa

aja ke kamar, Mel, tunjukkin ke Taysaar

kamarnya." "Oke ka, ayo ka Taysaar" ucap

Amel. Ia salah satu teman dekatku di osis.

Namun pandangan Taysaar tidak berhenti

menatap wanita yang ada di pojok sana,

nampaknya melihat ke arah Yessy. Entah apa

Butiran Cerita. 165

yang aku lihat sekarang, namun Taysaar tidak

berhenti menatap Yessy, yang dikenal sebagai

wanita paling ramah di osis. Sesampainya di

kamar, Amel

mengucapkan banyak terimakasih pada Taysaar

, lalu Taysaar pun pergi. Aku terbangun dari ka

surkarena ingin melihat kepergian Taysaar

namun tidak keburu. "Loh Ann, udah

bangun? Kaki kamu mana yang sakit?" "

Taysaar nya mana? udah pulang? yahh kenapa

dia gak tidur disini aja sama Anna." " Hushh

ngawur kamu. Jadi kamu ngerjain dia?

Berani banget kamu Ann sama kaka kelas, ka

Taysaar lagi." "Hahaha, bodo amat

deh. Yang penting aku gak akan mandi 7 hari 7

malam biar wangi Taysaar terus nempel""Teers

erahhh aku mau tidur aja." ucap Amel pasrah

sambil tarik selimut. 20 menit kemudian

setelah aku basuh muka, aku berniat keluar

cari udara segar karena waktu menunjukkan

pukul set 5. Aku berjalan berniat mencari

Taysaar siapa tau dia

Butiran Cerita. 166

sudah bangun dan ternyata benar, aku menemu

kannya tapi tidak sendiri. Dia bersamaa...Yessy

? Wanita tadi yang dipandang lama oleh

Taysaar? Ko mereka berduaan, depan Villa?

Pegangan ta-- "So sweet ya mereka?" "huhhh!

ka Andi? ngapain ka disini malem malem?" "Mau

lihat orang pacaran." " Siapa? Mereka?"

"Heem". Kakiku bergetar lemas, entah kenapa

sekujur tubuhku kaku setelah mendengar

ucapan Andi. Mereka...Pacaran?. "Oh iya Ann,

kakimu mana yang sakit?" Setelah menoleh

kesamping aku sudah tidak ada. Aku langsung

meninggalkan mereka detik itu juga. Merasa

tidak adildengan semuanya, Hah? yang benar

saja? Lagi lagi aku terjatuh ke lubang yang

salah? Lagi?.

Libur semester akan tiba, aku harus

mempersiapkan berbagai ujian karena aku ingin

mendaftar kuliah di Polban. Kini mereka yang

menjadi beban hidupku telah lulus, tidak akan

ada lagi yang membuatku kesal di sekolah.

Belakangan ini

Butiran Cerita. 167

aku berhenti melakukan rutinitas, aku vakum di

osis dan berusaha menyibukkan diridengan

belajar. Aku ingin melupakan semuanya. Lagi

dan lagi aku dibodohi.

Tidak, bukan. Bukan dibodohi namun nampaknya

aku yang bodoh. Dia hanya baik, Anna.Bukan

mencintaimu atau sayang padamu, dia hanya....

baik. Aku menundukkan kepala di meja

berharap suara isakan tangisku tidak

terdengar. "Ann kamu kenapa? kamunangis?"

ucap Silla. "San, kamu tau Anna kenapa?" ucap

teman teman dibarisan kusahut menyahut dan

sudah menebak aku menjadi pendiam dan

terlihat menyedihkan sejak Taysaar menjadi

daftar orang jahat di hidupku. Siapa yang tidak

berharap? Akuyakin pembaca mengharapkan

paling tidak 25% tentang Taysaar. Dan benar,

Taysaardan wanita itu-- ahh rasanya aku malas

menyebutkan namanya. Yah, mereka pacaran,

bahkan setelah apa yang Taysaar lakukan

padaku, wanitanya tidak cemburu. Mungkin

mentalnya sudah terlatih menerima resiko

Butiran Cerita. 168

pacaran dengan manusia tampan. Hari-

hari pun berlalu, tentu sulit namun aku tidak a

mbil pusing. Kini kami sudah bebas dantinggal

menunggu hasil pendaftaran ke universitas.

Bunda menyarankan ku ke Unpas, dan aku

jadikan Polban pilihan ke dua. Alhamdulillah aku

diterima di jurusan Ekonomi Bisnis di Unpas.

Sebelum masuk kuliah, mumpung masih ada

waktu nyantai, Silla mengajakku liburan ke

pantai. Tidak jauh-jauh hanya Pangandaran.

Mungkin liburan sedetik bisa menenangkan

pikiranku. Tidak hanya berdua, ia juga

mengajak teman-teman tapi bukan anak

sekolah. Mereka terlihat seru dan aku cukup

senang karena banyak cowok yang receh.

Karena perjalanan kami naik motor, mau tidak

mau cewek harus dibonceng. Aku kebagian

dengan cowok yang emm tidak terlalu jelek tapi

terlalu tampan namun terlihat oon. Ah apa sih

aku ini. Masih untung dapat boncengan masih

saja ngatain. Selama perjalanan sangat seru,

mulai dari berhenti di rest area, lalu touring

Butiran Cerita. 169

dan mengebut di jalan raya seperti jalan

sendiri. 1 hal yang aku lupa adalah aku lupa

membawa jaket tebal hanya jaket jeans saja

padahal itu kebutuhan utama karena aku alergi

dingin. Selama perjalanan aku bersin dan

untungnya tidak mimisan. Dafin, teman Silla

yang memboncengiku menyuruhku memeluknya,

bukan untuk modus katanya tapi biar tidak

kedinginan. Aku hanya memegang jaket bagian

sampingnya saja. Tidak berani memeluk apalagi

ini hari pertama kami bertemu. Aku juga mudah

mengantuk, kalian tahu apa yang paling

memalukan? Aku tertidur nunduk dengan kedua

tangan menutupi wajah. Mereka langsung

menertawaiku saat lampu merah dan Dafin

tidak membangunkanku, ia malah memegangi

kakiku, sedikit mengusap. Aku sadar tidak

sadar saat itu, tapi jantungku langsung sakit,

kaget dengan sikap Dafin. Memang di jalan tadi

ia berusaha mengajakku ngobrol, memegang

tangan kiri ku dengan erat karena dia juga

kedinginan katanya, memegang kakiku agar aku

Butiran Cerita. 170

tidak tertidur. Tapi kaca helm ku terus

membentur helm Dafin, itu pasti sangat

mengganggu. Tidak lama dari situ ia menarik

tanganku dan menyuruhku memeluk erat, lalu

menempatkan kepalaku di pundak kanannya.

Bukannya mendapat posisi enak untuk tidur aku

malah tidak nyaman, karena ini baru pertama

kali ku. Saat mau

melepas pelukan, Dafin menahanku. Ia bilang, "

Tenang saja, aku tidak modus. Demikeselamata

nmu". Kira-kira begitu suka duka ku selama

perjalanan. Aku tidak mau jatuh lagi, luka yang

kemarin belum terobati. Jangan sampai aku

tertipu lagi.

Saat sampai di pantai, kami menikmati senja,

bercanda dan bermain air, menyewa sepeda

juga makan Seafood pinggir pantai. Mereka

disini berpasangan, hanya aku dan Dafin yang

tak punya pacar. Keesokannya kami pulang

karena perkiraan cuaca buruk di sini. Kami

sampai dengan selamat, Dafin mengantarku

pulang padahal aku sudah bilang tidak perlu.

Butiran Cerita. 171

Saat di depan rumah, aku meminta hand phone

ku padanya. Aku sengaja menitipkan pada waist

bagnya agar mudah menghubungi saatdijalan

tadi. Akupun mengucapkan terima kasih

padanya. Dafin pun pergi dengan motor Ninja

hitamnya. Bayangkan punggungku sakit setelah

berjam-jam dijalan tadi."Huffftttt" aku pun

merebahkan badanku di kasur sambil mescroll

kontak entah kenapa ingin saja. Terlihat nama

Dafin disitu. Namun ditulis "Dhafin" bukan

Dafin.

Aku berpikir perasaan tidak punya teman berna

ma Dhafin. Hah? jangan-

jangan dia savenomornya di handphoneku?

begitu? tidak mungkin. Sewaktu di penginapan

kemarin Silla bercerita tentang Dhafin kalau

dia sangat baik tapi cuek ke cewek karena

banyak yang mengejarnya, apalagi denganku

belum kenal lama. Pikiranku buyar memikirkan

sikap Dhafin sangat beda dengan apa yang

diceritakan Silla. Dia juga tidak secuek

itu padaku. "Ahahha.. hahahha ga mungkin

Butiran Cerita. 172

Dhafin suka sama Anna, haa..haa..huhh." aku

tertawa sekaligus menghela nafas, malas

menanggapi hal begini, paling malas sakit

hatidan uring-uringan seperti orang gak waras.

Tiba-tiba ada chat dari Silla. "Ann, congrats

ya. Dhafin minta nomor kamu *emot tertawa* "

Ehh sebentar, ini benerann???? .

Malam yang dingin ini tak terasa karena saking

hangat lembutnya mereka, ya, kami bermain

lagi di lain tempat yaitu Punclut. Semakin kini

kami semakin

dekat begitupun hubunganku dengan Dhafin. En

tah mengapa hal itu berjalan dengansendirinya.

Aku datang terlambat karena tadi ke kamar

mandi dulu. Dari jauh aku melihat ada..

Taysaar? dengan Yessy? Ingin ku tertawa

melihat mereka, ingin sekali menyumpah, tapi

aku tidak boleh jahat seperti mereka. Ia

memandangiku dalam, aku langsung pergi dan

tidak ingin mengungkitnya lagi. Masa bodoh dia

mau minta maaf atau apapun itu, aku masih

membencinya. Aku duduk di dekat Silla dan

Butiran Cerita. 173

sebelahku kosong. Aku mencari keberadaan

Dhafin tapi ia tidak ada. Tiba-tiba ada yang

memegang tangan kananku dengan erat, dan

ternyata Dhafin. "Dari mana lo fin, ngududya?"

ucap Hari. "Habis anter Anna ke kamar mandi"

"HEYY?? HAH barengan gitu?ke dalem?"

teriak Rama. Saat aku mau mengangkat tangan

kanan karena reflek mau menyangkal perkataan

mereka, Dhafin malah lebih memegang erat.

Entah

kenapa jantungku sudah tidak bisa diajak komp

romi. "Enggak ko tadi aku sendiri, kamugaada."

" Kan aku ngintip makanya kamu gatau."

"Dhafinn!!" ucapku sedikit kesal. Ia tertawa

kecil. "Duh bau bau aroma kelapa ya ini mah,

Fin, gaskeun!" "Udah ayo kita mulai main game

TODnya sambil nunggu makanan." ucap Silla.

Aku menatap Dhafi dengan penuh tanya, tapi ia

malah tersenyum, duh jangan gitu-gitu ah

ganteng banget soalnya. "Yashhhh Iqbal

botolnya ngarah ke elu. Jawab gue ya. Diantara

semua cewe disini siapa yang lo suka?" Iqbal

Butiran Cerita. 174

jawab dengan entengnya "Tadinya gue suka

Anna dari pertama liat tapi keburu sama

Dhafin. Jadi gue suka diri gue sendiri aja."

" Gue suka gaya lo." ucap Dahfin sambil

mengacungkan jempol. Semua orang tertawa

dan entah kenapa aku merasa senang, hal

sederhana yang padahal tidak aku kejar tapi

mampu membuatku bahagia. Kini aku sudah lupa

Taysaar. Tuhan, aku menemukan

kebahagiaanku. Entah apa yang akan terjadi

selanjutnya denganku dan Dhafin, tapi kuharap

Dhafin tidak akan dan tidak pernah terdaftar

sebagai orang jahat di hidupku. Dan 1 kejutan

lagi, ternyata Dhafin adalah anak dari ayahku

yang akan dijodohkan denganku. Aku merasa ini

seperti sinetron tapi aku sangat senang. Ayah

benar-benar memilihkan jodoh yang baik. Kalau

tahu begitu aku sudah mau terima nikah dengan

Dhafin saat lulus juga.

Hari ini Dhafin mengajakku jalan. Tapi tidak

dengan anak lainnya,

ingin berdua saja katanya. Kami pergi ke Braga

Butiran Cerita. 175

mencicipi setiap makanan yang ada dan berswaf

oto di sana. Liburanku tinggal sebentar lagi, jad

i aku harus banyakmenghabiskan waktu

dengannya. "Ann, aku cinta kamu." Aku tertawa,

aneh saja."Gombal" ucapku sambil tersenyum

meledek. Dhafin hanya tersenyum, tampan

sekali ya Tuhan. "Ann, " ia memanggilku lagi.

"hm?" "ayo pulang udah jam set10 malam. Kamu

tunggu disini bentar ya aku ambil motor dulu. "

Aku hanya mengangguk.

Aku juga membeli beberapa makanan untuk eya

ng karena eyang tadi meminta roti bakar pada

Dhafin. Aku menunggunya di pinggir jalan

tapi ia tak kunjung datang. Perasaan kumulai

tak enak, tapi aku lega saat ia datang dengan

motor hitam kesayangannya. Aku tersenyum

padanya lalu tiba-tiba sebuah mobil truk

menghantam keras motor Dhafin. Aku melepas

kantong kresek belanjaanku dan berlari lemas

ke arah Dhafin sambil menangis. Tuhan, Anna

mohon. Kali ini Anna tidak mau kehilangan lagi

orang yang Anna cintai. Anna... mohon... Aku

Butiran Cerita. 176

terjatuh tidak sadarkan diri. Setibanya di

rumah sakit, aku sudah terbangun lemas, ada

Silla juga anak-anak. Dilihat dari raut mukanya

mereka sedih, Iqbal menangis, Rama menunduk

pasrah dan yang lainnya, melihat sedih ke

arahku. "Silla,, Dhafinn.. manaa," aku bertanya

dengan penuh harap. Silla menjawab dengan

gelengan kepala sambil menangis dan

memelukku. Aku tidak bisa menahan diri. Aku

nangis sekencang kencangnya. Aku benar-benar

tidak mau kehilangan Dhafin, Tuhan Anna

mohon, Anna gak punya orang yang tulus kaya

Dhafin, Anna gamau yang lain Anna cuma mau

Dhafin. Aku berteriak dalam hati berharap

Dhafin kembali, namun hasilnya nihil. Tuhan

lebih sayang Dhafin, selamat tinggal. Aku

menyesal belum sempat bilang aku cinta kamu.

Aku, cinta kamu, Dhafin. Aku berjalan menuju

kamar mayat Dhafin, aku benar-benar

tidak menyangka ini malam terakhir aku

dengannya. Lagi-lagi aku menangis, memeluk

erat Dhafin yang terakhir kalinya. Tiba-tiba

Butiran Cerita. 177

handphone ku berdering, panggilan dari Bunda.

"Anna, eyang masuk rumah sakit."Tanpa

berkata-kata aku langsung pergi keluar mencari

kamar eyang. Kebetulan mereka di rumah sakit

yang sama. "Annaa..." bunda memanggilku

sambil menangis, "Bundaa.." disitu aku

menumpahkan segala kesedihanku mulai dari

kehilangan Dhafin dan melihat eyang sakit, aku

merasa terpukul. Tuhan jangan sampai kau

mengambil eyang, jangan lagi kau ambil orang-

orang yang aku cintai. Jika sampai begitu, aku

marah!Akan sangat marah dan membenci semua

takdir omong kosong ini.

1 tahun kemudian aku menjalani hari-hariku,

Alhamduliah eyang sehat kembali hanya

sesekali perlu kursi roda karena sakit faktor

usia. Aku sudah mulai berhijab. Mulai dari

kerudung dan pakaian yang rapi. Entah harus

merasa senang atau sedih, aku masih merasa

kehilangan tapi aku sudah ikhlas, aku akan

menerima segala takdir yang Tuhan kasih

karena itu yang terbaik. Di tempat kuliah aku

Butiran Cerita. 178

cukup sibuk, mulai dari banyaknya tugas hingga

bisnis sampingan online ku yang

Alhamdulillah berjalan lancar. Aku memang sud

ah merencanakan ini dari dulu, karena menurut

ku bekerja harus sesuai hobi agar nyaman. Kini

aku berencana menikah, dia adalah anak

kenalan Bunda ku di tempat mengaji. Dirfas

Fauzi Malik namanya. Ia 1 kuliah denganku dan

kami beda 3 tahun. Ia jurusan teknologi.

Rencananya bulan depan kami menikah setelah

wisuda Kak Dirfas. Aku harus bisa

menghilangkan traumaku, meskipun jika kali ini

Tuhan akan mengambil orang yang aku cintai

lagi, aku ikhlas karena aku hanya hamba-Nya

yang diciptakan dan dikembalikan pada-Nya.

Begitu pun dengan Kak Dirfas, bunda, ayah

dan eyang.

Butiran Cerita. 179

Luficer, Dari Negara Barat

Karya Oleh: Sheva Isma Wicaksana

Ini kisah Lucifer, pria yang selalu

disebut sebut sebagai pemuda Negara Barat

atau diantara pria yang tak terkalahkan.

Panggilan terkenal itu dimulai sejak umurnya

yang baru menginjak 12 tahun. Dirinya yang

hanya berniat membantu seorang nenek yang

sedang diganggu oleh beberapa orang dewasa,

malah menjadi pujaan para orang di desa. Tidak

satu orang yang Lucifer selamat kan selama ini,

sudah terhitung sampai berpuluh-puluh orang.

Hari ini, di pagi yang cerah, sudah

terlihat dirinya sudah rapi dengan baju putih

bersih dan celana biru panjang. Bukan tanpa

sebab yang biasanya dirinya selalu sedikit

berantakan sekarang sudah sangat rapi apalagi

di pagi buta ini. Lucifer ternyata akan

mengikuti akademi sekolah menengah. Dimana

Butiran Cerita. 180

dia akan bertemu orang-orang yang

seumurannya atau mempelajari sesuatu yang

tidak pernah Lucifer ketahui.

Pemuda ini sangat beruntung, ketika

membantu salah seorang kakek tunanetra di

jalan hampir kehilangan nyawanya. Sebagai

balasan membantu nyawa seorang tersebut,

anak kakek tersebut akan menanggung seluruh

biaya sekolahnya.

Sesampai di akademi, Lucifer bisa

melihat banyak nya para siswa. Tapi

kedatangannya dengan gaya yang berbeda di

sekolah membuat Lucifer menjadi pusat

perhatian. Bukan karna mengenal sebagai

seorang penyelamat tetapi menatap dirinya

seperti seorang pengganggu yang datang ke

sekolah mereka semua.

Sampai dimana pemuda itu yang ingin dirinya

masuk ke gerbang sekolah dihadang oleh

beberapa siswa lain.

Butiran Cerita. 181

“Bagaimana bisa seorang pengemis akan masuk

ke sekolah ini?” ujar salah satu siswa itu.

Lucifer malah tidak terganggu atau apapun, dia

hanya diam menatap mereka

“Oh apakah kau juga bisu? kenapa kriteria

siswa disekolah ini menjadi turun?.”

“Apakah kalian bisa minggir? Aku ingin masuk”

akhirnya Lucifer membuka mulutnya juga.

Lelaki bernama Trevan yang sedari tadi

didepan Lucifer, menatapnya kesal. Dia paling

benci parasit yang seperti Lucifer.

“Aku hari ini tidak ingin membuat masalah

dengan kalian, apa bisa aku menikmati waktu

sekolah ku?” mohon Lucifer.

Trevan menarik ujung bibirnya, “boleh saja,

setelah aku puas melihatmu menderita lebih

dulu.”

Tanpa sebab apapun mereka berempat sudah

menyeret Lucifer menuju pojok gedung

Butiran Cerita. 182

sekolah. Disana mereka menyiksa juga

memukul Lucifer, tapi Lucifer tidak

membalasnya. Dia hanya diam saat dirinya

disiksa begitu saja

“Kuperingatkan sekali lagi, kau tidak pantas

disekolah ini. Sebaiknya keluar saja dari sini!”.

Mereka berempat pergi begitu saja

meninggalkan Lucifer yang sudah terkapar

tidak berdaya. Keesokannya, Lucifer tetap

datang ke sekolah dan hal itu terjadi lagi

sampai seterusnya Trevan menatap kesal

kembali Lucifer yang tetap teguh untuk datang.

“Apa kau tidak lelah dengan kami lakukan hah?!

kenapa kau terus datang” bentak Trevan.

“Aku yang harusnya bertanya, apa kalian tidak

lelah selalu mengganggu ku. Apa dengan itu

membuat kalian berempat puas? jika iya, aku

juga puas karena bisa membantu siswa yang lain

keluar dari gangguan kalian berempat. Dan

daripada itu lebih baik sadarlah, yang semua

Butiran Cerita. 183

kalian lakukan tidak berguna. Hanya akan

membuang tenaga juga emosi kalian”

Entah kenapa perkataan Lucifer sedikit

membuat mereka terdiam. Tapi bukan Trevan

namanya jika akan berubah hanya dengan

perkataan seperti itu.

Trevan sudah mulai berhenti mengganggu

Lucifer, tetapi hanya korban yang mulai

berganti. Seorang siswa lain yang sering

terlihat di perpustakaan dan hanya menyendiri

biasa menjadi sasaran empuk kawan kawan

Trevan.

Dimulai kembali siksaan yang mereka

berikan, dari membully di kamar mandi dengan

sering menyiram menggunakan air pel sampai

memukul siswa siswa di lorong kelas yang sepi.

Lucifer sebenarnya sudah memberikan

peringatan terus menerus tetapi tetap tidak di

dengar, seperti omongan Lucifer hanya angin

lewat saja.

Butiran Cerita. 184

Sehingga di sore hari, waktu hari sekolah

sudah tamat. Lelaki dengan julukan pemuda

negara barat ini mendapati Trevan sedang

berdiri menunduk disebuah gang kecil dengan

seseorang yang sepertinya selalu dipanggil ayah

oleh Trevan. Sampai dimana Lucifer

membulatkan matanya melihat seorang Trevan

yang selalu membully siswa, ditampar habis-

habisan oleh ayahnya.

“Gunakan akal pikiranmu Trevan!! apa kau ingin

merusak reputasi ayahmu ini?!” ucap ayah

Trevan sambil marah.

Terlihat Trevan hanya berdiri dan menunduk

kembali sembari mengusap ujung bibirnya yang

mengeluarkan darah.

“Maafkan aku...” gumamnya Trevan.

Sang ayah pergi begitu saja meninggalkan

anaknya setelah puas memberikan sedikit

pelajaran terhadap anaknya. Dan sepertinya

Lucifer tau maksud dari semua apa yang selalu

Butiran Cerita. 185

dilakukan Trevan di sekolah selama ini. Lelaki

yang masih berseragam itu memilih mendekati

sang pembully dengan wajah iba.

“Apa kau tidak apa-apa?” tanya Lucifer

sembari mengulurkan tangannya

Bukannya menerima, Trevan menepis dan

kembali berdiri, dan mengatakan

“Lebih baik urus dirimu lebih dulu, dan jangan

pernah bicarakan hal ini disekolah jika tak mau

kuganggu kembali”

Lucifer menghela nafas panjang, dia memang

kasihan terhadap kehidupan Trevan ini, tetapi

tidak bisa dibenarkan tindakannya yang tidak

benar itu disekolah. Keesokannya, demi sekolah

yang damai, Lucifer memilih memberikan bukti

video dimana Trevan dan sekawannya

mengganggu seluruh siswa sekolah.

Dan ini lah cara Lucifer mencari kebenaran dan

keadilan tanpa selalu menggunakan kekuatannya

dengan berkelahi.

Butiran Cerita. 186

“Maafkan aku Trevan, tapi aku tidak bercanda

mengatakan itu, kalian boleh melakukan apapun

kepadaku tapi kalian berempat tidak punya hak

untuk mengganggu siswa yang lain. Jadi ini

akibat dari perbuatanmu Trevan”

Trevan tidak mendengar kan sama sekali

perkataan Lucifer, dia sibuk memberontak

terhadap orang yang akan membawanya menuju

pengurungan khusus siswa atau dengan kata

lain tempat penjara anak yang bisa

membuatnya lebih baik kembali.

Setelah itu, siswa lain juga tidak banyak

berubah tetap selalu merendahkan orang yang

tidak sederajat dengan mereka. Tapi dilain

tempat juga Lucifer akhirnya mempunyai juga

teman tanpa memandang statusnya.

Dan juga pihak sekolah memberi penghargaan

Lucifer dengan memberikan predikat presiden

akademi sekolah kepadanya. Dengan predikat

itu, dia akan selalu menggunakan nya dengan

benar, membantu sekolah menjadi lebih baik

Butiran Cerita. 187

kembali tetapi tidak disekolah saja. Tetap dia

adalah seorang Lucifer pemuda negara barat

yang selalu membantu orang yang kesusahan

diluar sana.

Dilain itu, Lucifer tidak pernah absen

mengunjungi Trevan di penjara anak. Membantu

temannya ini menjadi lebih baik kembali. Jadi

ini akhir kisah Lucifer pemuda negara barat

yang akan selalu membantu seseorang tanpa

memandang status, lewat kisah ini juga dapat

memberi kesan juga bahwa tidak selalu juga

tokoh antagonis memang selalu dari sananya

akan selalu jahat. Pasti mereka juga memiliki

alasan melakukan tindakan seperti itu.

Butiran Cerita. 188

Memilih Bahagia

Karya: M.Noval Tri Wibowo

Dani merupakan salah satu anak yang

selalu kurang suka melihat temannya bahagia,

dia selalu bercerita kepadaku dengan

mengatakan mengapa pundak orang lain seperti

tak diberi beban. Seolah-olah hanya pundaknya

yang berat dengan beban.

Dan dengan itu dia suka mengeluh

tentang hidupnya. Aku yang mendengarnya

selalu risih dengan keluhan dia yang tidak

hanya dia yang alami itu.

“Dik, kok gue aneh ya kenapa sih hidup

orang itu lurus-lurus aja, sedangkan gue

Butiran Cerita. 189

kesusahan buat baik baik aja?” katanya saat

itu.

Hari itu aku katakan kepadanya bahwa,

beban hidupmu akan terasa berat jika terus

membandingkan hal yang tidak sepenuhnya dia

ketahui. Padahal,dia sendiri tidak mengetahui

seberat apa orang lain, orang yang menurutnya

lurus-lurus saja hidupnya, memiliki beban

seperti apa dan perjuangan yang telah orang

tersebut menangkan.

Lalu, dia hanya terdiam memikirkan

perkataanku saat itu. Kadang, menasihati orang

lain itu lebih mudah daripada menasihati diri

sendiri. Akupun kadang melakukan kebiasaan

buruk itu, membanding-bandingkan sesuatu.

Butiran Cerita. 190

Dulu, seseorang juga yang menasihatiku bahwa

Tuhan menciptakan setiap pundak memang

untuk diberi beban, tergantung kita merasa

terbebani atau tidak.

“Untuk porsi jangan dipertanyakan, ya.

Karena Dia Maha Segalanya termasuk perihal

keadilan.” Ujar seseorang itu padaku dulu.

Pada akhirnya ini tergantung dari sikap

yang kita pilih, ingin memilih terbebani ataukah

bahagia. Waktu pun akan terus berjalan tanpa

peduli siapa yang aku pilih. Sungguh sangat

merugi Ketika waktu tak lagi berputar dan aku

masih saja bergelut dengan apa-apa yang

terasa membebani.

Untuk itu, aku memilih bahagia dan

menjatuhkan diri pada syukur sebanyak

Butiran Cerita. 191

banyaknya. Pada tiap-tiap hikmah yang

bertebaran di manapun aku berpijak, atas

semua suka maupun duka dalam alur kisah hidup

yang aku jalani yang telah dirancang oleh-Nya.

Butiran Cerita. 192

Mengejar Sebuah Impian

Karya: Yasmin Nuraini Devi

Malam ini adalah malam yang indah,

langit bertabur bintang. Di bawah bulan yang

bersinar terang tepatnya di lapangan desa

warga berkumpul untuk menyaksikan

pertunjukan wayang kulit. Penonton merasa

senang dan terhibur, tetapi tidak untuk anak

yang sedang duduk di pinggir jalan samping

lapangan. Anak itu menunduk, butiran air mata

mulai menetes membasahi pipi kanan dan

kirinya yang kini terlihat merah menyala.

Nampaknya anak itu terlihat sedih

karena dua hari yang lalu dia telah kehilangan

sesosok ayah yang sangat dia cintai. Panggil

saja anak itu Jono. Dia lahir dari keluarga yang

sangat sederhana. Jono mempunyai dua adik

yang bernana Eva dan Nia. Eva saat ini baru

Butiran Cerita. 193

menginjak kelas 2 SD dan Nia baru memasuki

TK.

Saat itu Jono bingung, bagaimana cara

dia untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi

Jono masih tetap kuat dan bersemangat.Jono

memang anak yang sabar, di saat Jono akan

berdiri untuk menyaksikan Wayang, Jono

dipanggil oleh seseorang. Ternyata itu adalah

Pak Tono, dia terlihat sangat tergesa-gesa.

“Pak ada apa?” tanya Jono.

“Itu, Ibu kamu…” jawab Pak Tono dengan

gugup.

“Kenapa, Ibu saya kenapa?” tanya Jono dengan

raut wajah panik.

“Ibu kamu pingsan, Jono!” ucap Pak Tono.

“Ibu saya pingsan pak?” tanya Jono dengan

panik,

“Iya, ayo cepat pulang!” ujar Pak Tono.

Butiran Cerita. 194

Lalu Jono berlari menuju rumahnya. Jono

sangat kaget dengan perkataan Pak Tono tadi,

dia takut jika terjadi sesuatu dengan ibunya, di

sepanjang jalan Jono hanya memikirkan ibunya.

Setelah berjalan cukup jauh Jono sampai di

rumahnya dan disusul oleh Pak Tono.

“Eva, Nia, ibu kenapa?” tanya Jono.

“Tadi ibu pingsan, Mas!” jawab Eva.

Jono bergegas pergi ke kamar ibunya untuk

melihat keadaan ibunya. Jono membelai rambut

ibunya. Di kamar ibu ternyata telah ada ibu

Tias. Sambil melihat keadaan ibunya tak terasa

air mata tak dapat dibendung lagi.

“Sudah Jono, jangan menangis lagi!” ucap Bu

Tias sambil menenangkan Jono.

“Iya, Jono, jangan menangis, ibu sudah

sembuh!” kata ibu Jono.

“Iya Bu, Jono tidak akan menangis lagi!” ucap

Jono.

Butiran Cerita. 195

“Ya sudah, lebih baik kamu istirahat

dulu!”suruh Ibu.

“Baiklah, Bu!” jawab Jono.

Jono bergegas ke kamar, lalu dia merebahkan

tubuhnya di ranjang kusam miliknya. Di saat dia

akan memejamkan matanya dia teringat pada

ibunya lagi. Jono terbangun, lalu duduk di

pinggir tempat tidurnya. Jono sangat ingin

memeriksakan keadaan ibunya ke dokter tapi

bagaimana caranya? Saat Jono melihat jam

ternyata waktu telah menunjukkan pukul 10.00.

Jono bergegas tidur mengistirahatkan lelah.

Tak terasa hari telah pagi dan waktu

telah menunjukkan pukul 05.00. Jono bergegas

mandi lalu segera berangkat ke sekolah. Tetapi

sebelum berangkat, Jono berpamitan kepada

ibunya.

“Bu, Jono berangkat ke sekolah dulu!” kata

Jono sambil menyodorkan secangkir teh hangat

untuk ibunya.

Butiran Cerita. 196

“Iya, kamu hati hati di jalan ya!” balas Ibu.

“Baik bu!” balas Jono.

Jono bergegas berangkat ke sekolah bersama

kedua sahabatnya Tino dan Paijo. Mereka

berangkat selayaknya sahabat yang tak akan

pernah terpisahkan. Setelah mereka sampai di

sekolah, mereka masuk ke kelas masing masing.

Mereka menyelesaikan pelajaran pada hari ini.

Pada akhirnya bel pulang sekolah berbunyi dan

para siswa pulang menuju rumah masing masing

begitu juga dengan Jono, Tino, dan Paijo. Saat

mereka sampai di tengah perjalanan, Pak Tono,

tetangga Jono menghampiri mereka bertiga.

“Jono, Pujo, Tino!” teriak Pak Tono.

“Iya, ada apa pak” balas dari mereka.

“Ayo sini, kalian duduk sebentar saja saya

traktir minum es cendol ini,” kata Pak Tono.

“Begini. bapak mau mengajari kalian belajar

jadi dalang. Biar budaya wayang ini tidak punah.

Butiran Cerita. 197

Kalian tahu kan, kalau kalian menjadi sangat

piawai, bahkan beberapa dalang bisa keliling

dunia dan makmur hidupnya. Bagaimana? Kalian

bertiga kan anak cerdas dan sering

membanggakan, jadi kalau kalian bersedia,

anak-anak lain juga akan tertarik untuk ikut

belajar?” ucap Pak Tono sambil merayu.

Tino menunjukkan binar matanya, “wah,

senengnya bisa ikut mendalang, pakai blankon

dan baju jawa dan menceritakan berbagai kisah

pewayangan dengan nama-nama unik dan kisah-

kisah menarik!” Ia berdiri dan kedua tangannya

menepuk satu sama lain.

“Oh, kau tertarik untuk belajar Tino?

Bagaimana dengan yang lain?”

“Mau mau!” Jono meyakinkan.

“Kalau begitu. kita mulai Jumat sore

bagaimana? Di rumah bapak!” ucap dari Pak

Tono.

Butiran Cerita. 198

“Iya, Pak! Baik Pak Tono!” Pujo kali ini

menyahut.

Sehabis mereka meminum es cendol traktiran

Pak Tono, mereka berpamitan untuk pulang

dengan perasaan yang sangat senang. Mereka

tak sabar jumat depan belajar menjadi dalang.

Mereka boleh menyentuh seperangkat wayang

milik Pak Tono dan juga mungkin memainkan

beberapa alat musik Jawa di rumah joglo besar

tersebut.

Pak Tono selalu baik sama siapa saja, tetapi

rasanya menyentuh semua benda benda di

rumah joglo Pak Tono merupakan kesempatan

emas. Tak sembarang orang diperbolehkan

melakukannya. Pada saat kebahagiaan melanda

dua temannya, terlihat Jono masih menyimpan

kemurungan.

“Kamu kenapa Jono, kamu masih sedih?” tanya

Pak Tono.

Butiran Cerita. 199

“Saya memikirkan keadaan ibu saya!” jawab

Jono dengan bimbang.

“Jono, kamu harus sabar!” ucap Pak Tono

dengan yakin.

“Iya Pak, saya akan berusaha!” ucap Jono

dengan lega.

Setelah sampai di rumah, Jono demikian tak

sabar untuk ketemu ibunya, “bu, maaf Jono

pulang terlambat.”

“Iya. ayo masuk. Segeralah makan. Tapi maaf,

ibu hanya memasak apa adanya!” ucap Ibu.

“Iya, Bu!” jawab Jono dengan ikhlas.

Setelah makan, Jono membantu adiknya

menyapu halaman. Jono melakukan tugasnya itu

dengan senang hati, dan tetap bersabar, lalu

Jono meminta untuk adiknya agar istirahat

saja, karena Jono tidak mau adiknya

kecapekan. Tetapi adik Jono menolaknya

Butiran Cerita. 200

karena adik Jono Eva dan Nia juga adik yang

baik.

Sore itu, saat Jono tengah asyik menyapu,

Jono tak menyangka akan kedatangan Tino.

“Ada apa Tino? Tumben sore sore begini kamu

ke rumahku” tanya Jono dengan kebingugan.

“Begini, tadi saat aku sampai di rumah Joglo,

Pak Tono memberi kabar bahwa akan

diadakannya lomba menjadi Dalang!” ucap Tino.

“Wah, itu kesempatan yang bagus. Kapan

dilaksanakannya?” tanya Jono.

“Tiga bulan lagi!” jawab Tino.

“Oh, jadi begitu? Terus, berarti kita akan

latihan lebih sering?” tanya Jono.

“Iya, betul. Dua kali seminggu. Nanti malam ini

kita latihan juga” jawab Tino.

“Baiklah, aku siap.” Ucap Jono dengan senang

hati.

Butiran Cerita. 201

Jono bisa merasakan semangat Tino demikian

besar dari gerak tubuhnya saat ia

meninggalkan kebun rumahnya. Penglihatannya

mengikut kepergiannya di atas sadel sepeda.

Demikian pula di relung hatinya, ia berharap

dan berandai-andai, mungkin ini adalah jalan

Jono mencapai cita-citanya menjadi seorang

dalang yang trampil dan dibutuhkan banyak

orang untuk pentas.

Setelah Jono selesai menyapu karena hari juga

sudah petang, Jono memutuskan untuk masuk

ke dalam rumah untuk segera mandi. Ia

menjelaskan pada ibu dan kedua adiknya

mengenai lomba mendalang dan kebaikan hati

Pak Tono yag akan melatih mereka dua kali

seminggunya. Dengan sangat sabar Jono

menjelaskan semua kepada adiknya mengenai

kemungkinan jalan prestasi untuknya.

Untung saja adik Jono juga adik yang bisa

menerima impiannya mendalami seni budaya

Butiran Cerita. 202

tradisional yang sudah kian ditinggalkan orang

orang muda belakangan ini. Tapi dari penjelasan

Pak Tono yang kini ditirukannya dalam

penjelasannya pada kedua adiknya, keduanya

ikut menaruh harapan atas impian Jono. Bahkan

juga dalam diri ibunya.

Di saat Jono akan menuju kamarnya

Jono melihat ibunya yang sedang duduk di

ruang tengah. Ibu Jono terlihat sangat sedih.

Jono menghampiri ibunya.Ibunya memulai

berbicara,

“Kau boleh memiliki cita-cita yang bagaimana

pun tingginya, tapi sungguh ibu minta maaf

tidak bisa memberi dukungan sebaik baiknya.”

ucap Ibu Jono dengan sedih.

“Ibu tidak usah berfikir begitu. Pak Tono tidak

meminta jasa apa pun dari kami. Beliau orang

kaya yang baik hati. Apalagi beliau hanya

memiliki harapan mengenai lestarinya dunia

pewayangan saja. Nah, jika salah satu dari kami

menang, itu sudah membahagiakan beliau. Saya

Butiran Cerita. 203

akan berusaha bu.” Ucap dari Jono dengan

meyakinkan ibunya. Ibunya mengusap-usap

pundak Jono memberi semangat.

Pagi itu, persis pada hari Sumpah Pemuda, Sang

Fajar telah bersinar menampakkan

kecerahannya. Seperti biasa, keluarga Jono

bergegas beraktivitas seperti biasa. Adik-

adiknya berangkat sekolah. Tetapi ada yang

beda bahwa hari ini ibunya mengantarkannya

mengikuti lomba mendalang di kabupaten.

“Jono, jangan lupa, nanti sebelum kamu

main, kamu baca basmalah dahulu!” pesan dari

Ibu.

“Baik, Bu!” ucap Jono dengan senang.

Mereka berangkat, wajah ibu masih terlihat

pucat. Meski begitu ia berusaha memberikan

kekuatan semangat untuk anak pertamanya

yang selalu berperangai menyenangkan. Hampir

tengah hari, nomor undian Jono membawanya

melangkahkan kaki menuju panggung tempatnya

Butiran Cerita. 204

berpentas. Pujo dan Tino sudah melewati

gilirannya lebih awal.

“Bu Pujo hebat sekali ya!” celetuk Jono usai

temannya itu pentas tadi.

“Iya, jika kamu mau berusaha pasti kamu akan

lebih baik darinya!”

“Iya, Bu, Jono pasti akan berusaha

membanggakan ibu!” ucap Jono.

Sekarang saatnya Jono membuktikan

kemampuannya. Ia mencoba memainkan sebuah

bagian perang Baratayudha antara Pandhawa

dan Kurawa. Di hitungan sepertiga pentas Jono

memainkan pertunjukan, ibu Jono pingsan.

Bergegas Jono meninggalkan pertunjukan itu.

Ia tak lagi peduli dengan sebuah iming-iming

kemenangan. Beberapa orang mengantarkan

keduanya ke rumah sakit dengan mobil panitia.

Untunglah, hasil pemeriksaan dokter

menyebutkan bahwa Ibu Jono boleh rawat

jalan sembari menunggu rujukan yang dapat

Butiran Cerita. 205

digunakannya ke rumah sakit di kota. Bahkan

ibunya membujuknya untuk kembali ke tempat

lomba tersebut demi mengetahui dan

menyemangati teman-temannya.

Tiba di sana, sudah sangat sore. Jono demikian

perhatian terhadap suara dewan juri

yangmengumumkan peraih juaranya.

“Yang menjadi juara pertama adalah …!”

Seperti biasa, Sang Juri memberi jeda untuk

memberikan efek rasa penasaran dan kejutan.

“Ia bernama Pujo Satriyo!” Seketika Pujo

melonjak dan Jono memeluknya erat dari

belakang hingga keduanya hampir jatuh

bersamaan.

“Pujo, selamat ya!”ucap Jono dengan

senang hati.

“Iya, Jono aku berhasil! Ini semua berkat Pak

Tono.”

Butiran Cerita. 206

“Kau memang layak mendapatkannya, Pujo!”

Tino menepuk nepuk pipi Pujo.

“Kemenangan ini aku persembahkan buat pak

Tono dan buat kalian!” muka Pulo bersemu

merah, hendak menangis karena kebahagiaan

itu.

Entah dari mana, Pak Tono tiba tiba sudah

berada dekat dengan ketiganya. Roman muka

Pak Tono demikian bahagia. Ketulusan dari

kerja kerasnya menghasilkan buah kemenangan.

“Pak Tono, uang itu nanti saya akan berikan

separuh buat ibu Jono untuk membeli beras,”

ucap Pujo.

Pujo langsung saja menyatakan keinginannya.

Memang di antara ketiga sahabat tersebut,

Jono lah yang hidupnya sering berkekurangan.

“Kamu memang berhati mulia, Pujo. Kalian

semua memang anak-anak yang bersedia untuk

belajar. Bapak membanggakan kalian.” Ucap Pak

Tono dengan gembira.

Butiran Cerita. 207

Jono terkejut mendengar perkataan Pujo,

“Terima kasih Pujo!” Sekali lagi ia memberi

pelukan pada temannya tersebut, “Iya, sama

sama!” Pada ajang perlombaan itu, ternyata

bukan saja kemenangan yang berarti, tetapi

sebuah nilai persahabatan dan kepedulian

sesama teman.

Butiran Cerita. 208

Persahabatan Sejati Di SMP

Karya: Dista Amelia

Saat ini aku berada di kelas 3 SMP.

Namaku adalah Sinta. Hari hariku kujalani

bersama dengan ketiga sahabatku yaitu Aris,

Andri, dan Ana. Kita berempat sudah

bersahabat sejak kecil. Suatu saat kami

menulis surat perjanjian persahabatan di

sobekan kertas yang dimasukkan ke dalam

sebuah botol, kemudian botol tersebut dikubur

dibawah pohon yang nantinya surat tersebut

akan kami buka saat kami menerima hasil ujian

kelulusan. Hari yang kami berempat tunggu

akhirnya tiba, kami pun menerima hasil ujian

dan hasilnya kita berempat lulus semua. Kami

serentak langsung pergi berlari ke bawah

pohon yang pernah kami datangi dan menggali

tepat dimana botol yang dulu kami kubur. Kami

berempat membuka botol tersebut dan

membaca tulisan yang dulu pernah kami tulis.

Butiran Cerita. 209

Kertas tersebut bertuliskan “Kami berjanji

akan selalu bersama untuk selamanya.”

Keesokan harinya, Aris berencana untuk

merayakan kelulusan kami berempat. Malamnya

kami ber 4 pergi bersama ke suatu tempat dan

disitulah saat-saat yang tidak bisa ku lupakan

karena Aris berencana untuk menyatakan

perasannya kepadaku. Malam itu sungguh malam

yang istimewa untuk kami berempat..

Kami pun bergegas untuk pulang

menggunakan mobil. Ketika perjalanan pulang,

entah mengapa perasaan ku tidak enak.

“Perasaanku kenapa aneh begini ya?” ucapku

penuh cemas. “Udahlah Sin, santai aja, kita

bakal baik baik saja” jawab Andri dengan

santai. Andri berusaha menenangkanku.. Tak

lama setelah itu, hal yang ku khawatirkan

terjadi. “Arissss awasss! di depan ada jurang!”

Teriakku. “Aaaaaaaaaa!!!”

Bruuukkkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke

dalam jurang. Aku tak kuasa menahan air mata

yang terus mengalir dimataku sampai aku tak

Butiran Cerita. 210

sadarkan diri. Perlahan aku buka mataku

sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada

di sampingku dan langsung memelukku.

“Sintaa... kamu sudah sadar nak?” Tanya ibuku.

"Aku ada dimana bu" tanyaku tanpa menjawab.

"Kamu ada dirumah sakit nak" kata ibu. kamu

yang sabar ya, Andri dan aris tidak tertolong di

lokasi. Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan

air mataku seketika menetes. Tangisku tiada

henti mendengar pernyataan ibu. Aku masih tak

percaya kalau sahabatku pergi begitu cepat.

“Aris, Andri mengapa kamu tinggalkan aku dan

Ana. Lalu bagaimana dengan persahabatan kita"

tanyaku dalam hati. 2 hari berlalu dan aku

berkunjung ke makam mereka. Aku berharap

kami bisa menghabiskan waktu bersama sampai

lulus kuliah, tetapi sekarang semua itu hanya

angan-angan. Aku berada di makam 1 jam.

Sedikit mengenang saat saat dlu kita bermain

bersama. Setelah beberapa bulan kemudian.

Aku sudah bisa mengikhlaskan kepergian Aris

dan Andri. Saat keluar dari rumah sakit aku

Butiran Cerita. 211

tidak bertemu sama sekali dengan Ana. Aku

bertanya pada ibu, dan ibu berkata bahwa ia

sudah dibawa pulang kerumah sebelumnya.

Tiba saatnya aku sekolah SMA. Aku sekolah di

SMA Melati. Disana aku mendapat banyak

teman baru. Awal aku masuk ke kelas, seorang

anak menyapaku. "Haiii," kata anak itu. Aku

membalas sapaannya "Haii juga." Kita saling

berkenalan satu sama lain. Dia bernama Lili.

Akhirnya aku memutuskan duduk disampingnya.

Beberapa lama kemudian, seorang anak masuk

ke kelas. Betapa terkejutnya aku ketika

melihat anak itu. Dia adalah Ana. Aku berteriak

"Anaaaa" dan langsung memeluknya. Seketika

Ana melepaskan pelukanku, " Kamu siapa"

tanyanya. Aku terheran kenapa Ana lupa

denganku. Aku mulai merasa sedih. Dia langsung

mencari tempat duduk yang jauh dariku. "Ana

temenmu?" tanya Lili. "Dia adalah sahabatku

waktu SMP. Dulu kami mengalami kecelakaan.

Mobil kami masuk ke jurang dan dua sahabat

kami meninggal dunia." ceritaku panjang. Lili

Butiran Cerita. 212

sedih mendengarkan ceritaku dan langsung

menenangkanku.

Sepulang sekolah aku sempat mampir kerumah

Ana. Aku mengucapkan salam dan bertemu

dengan ibunya. Saat itu juga ibunya langsung

merasa sedih. Ibu Ana menceritakan semua

tentang Ana bahwa Ana telah kehilangan

ingatannya setelah kecelakaan itu terjadi. Aku

langsung terkejut. Ibunya tak berhenti

menangis. Tetapi aku berjanji kepada ibunya

akan mengembalikan ingatan Ana kembali.

Keesokan harinya, aku berangkat kesekolah.

Aku menceritakan pada Lili bahwa Ana telah

kehilangan ingatannya. Lili pun langsung

memahami kesedihanku. Saat jam istirahat, aku

dan Lili memutuskan untuk mengajak Ana pergi

ke kantin. Ana menerima ajakkanku. Ia membeli

roti coklat. Aku masih ingat bahwa Ana sangat

suka makan roti coklat. Sesudah itu kami pergi

ke taman. Aku bercerita panjang kepada Ana

Butiran Cerita. 213

dan Lili dengan niatan Ana bisa mengingat lagi

memori kita dulu.

Hari demi hari terlewat begitu cepat. Aku

masih berusaha membantu Ana mengembalikan

kembali ingatannya. Lalu aku berniat bertanya

beberapa pertanyaan kepada Ana."Ana...

apakah dulu saat SMP kamu mempunyai

sahabat?" tanyaku. "Sepertinya aku punya tapi

aku lupa dengan mereka dan dimana mereka

sekarang." jawab Ana dengan wajah bingung.

"Kringgggg" bel masuk telah terdengar. Aku

tidak meneruskan ucapakan dan langsung

mengajak Ana dan Lili ke kelas.

Satu bulan kemudian, Ana mulai mengingat

memori kita dulu. Aku berusaha lagi agar Ana

mengingatku kembali. 2 bulan terlewat. Ana

sudah kembali ingatannya. Aku sangat senang

dan langsung memeluknya. Seketika ia bertanya

kemana Aris dan Andri. Aku tidak tega

menceritakannya kepada Ana..

"Aris dan Andri meninggal dunia Ana" jawabku

Butiran Cerita. 214

dengan sedih. "Apaaa!!!!???" teriak Ana dan

seketika mengeluarkan tangisan. "Maaf Ana

tapi aku harus mengatakan ini padamu."

jawabku. "Iya Sin tidak apa apa, mungkin ini

kehendak tuhan." jawabnya "Bisakah kamu

mengatarkanku ke makam mereka berdua saat

pulang sekolah nanti Sinta?" tanyanya lagi..

"Tentu Ana. Kita akan pergi bersama." jawabku

dengan semangat.

Sore hari tiba. Aku dan Ana bergegas ke

makam Andri dan Aris. Ana langsung merasa

sedih melihat kedua makam sahabatnya. Aku

langsung mengajak Ana untuk berdoa agar

semua amal baik Andri dan Aris diterima oleh

tuhan dan mengampuni semua dosanya. Kami

memutuskan pulang. Di perjalanan Ana berkata

"Aku sangat bersyukur karena kita masih

diberi kesempatan oleh tuhan," "Iya Ana kita

harus bangkit dari kesedihan dan harus

melanjutkan hidup." jawabku dengan senyuman.

Persahabatan kami pun semakin erat. Selain itu

Butiran Cerita. 215

Lili juga menjadi sahabat kami. Aku sangat

bahagia dengan kedua sahabatku.

Butiran Cerita. 216

Persahabatan Yang Hampir Roboh

Karya: M.Qeisal Amin

Hari sekolah dimulai seperti biasa. Hari

senin yang cerah seperti biasa para murid

mengadakan upacara bendera. Setelah upacara

seluruh murid kembali kekelasnya masing-

masing untuk mendapatkan pelajaran. Pada hari

senin itu terdapat pelajaran Bahasa Indonesia,

PPKN dan Matematika. Proses belajar

mengajar berjalan seperti biasa tenang dan

tertib.

Pada saat jam pembelajaran PPKN, guru

yang mengajar pada waktu itu bernama Ibu

Wiwit.Pada saat itu Ibu Wiwit memberikan

tugas kelompok kepada murid-muridnya. Dan

beriringnya waktu Ibu Wiwit pun menjelaskban

tata cara untuk mengerjakan tugas kelompok

yang telah ia berikan.

Butiran Cerita. 217

Terdapat pada kelompok 3 yang

beranggotakan Lina, Raffa, Aulia, dan Novi.

Novi selaku ketua kelompok langsung

menjelaskan tata cara yang telah dijelaskan

oleh Ibu Wiwit supaya tugas kelompok mereka

mendapatkan nilai yang bagus dan tidak

mengecewakan.

Waktu jam istirahat pun tiba, semua

murid berbondong-bondong untuk pergi ke

kantin, selesai makan makanan yang telah ia

beli, Raffa teringat sesuatu, bahwa bolpoin dan

spidol untuk mereka kerjakan tugas kelompok

telah habis. Raffa pun mengajak Lina untuk

membeli bolpoin dan spidol di kantin. “Eh,Lin

aku ingat bulpoin dan spidol kita untuk

mengerjakan tugas kelompok kita kan telah

habis,gimana ini Lin!” Lina yang langsung

teringat bahwa di koperasi sekolah jualan

berbagai macam alat sekolah. “Tanang wae Raf,

kan di koperasi sekolah jualan macam alat

sekolah, jadi jangan khawatir.” ucap Lina yang

kalau berbicara menggunakan logat Jawa.

Butiran Cerita. 218

Setelah mereka berdua membeli bulpoin dan

spidol, mereka bergegas kembali ke kelas

dikarenakan waktu jam istirahat telah habis.

Sesampainya di kelas, Novi langsung menyuruh

mereka bertiga untuk mengerjakan tugas

kelompok tersebut. Novi sedang mencari inti-

inti dari tugas kelompok tersebut supaya lekas

ditulis oleh Raffa dan Aulia, sedangkan Lina

ditugaskan untuk menghiasi tugas kelompok

tersebut dengan spidol yang telah ia beli

bersama Raffa di kantin.

Tugas kelompok mereka pun telah

selesai dikerjakan, dan Novi langsung

menyerahkan tugas kelompoknya kepada Ibu

Wiwit yang telah menunggu dengan sabar.

Mereka berempat pun merasa penasaran dan

ragu akan hasil dari kerja kelompok mereka.

Mereka kembali duduk ke kursi masing-masing

dan menunggu hasil dari kerja kelompok yang

akan diumumkan di kelas mereka.

Butiran Cerita. 219

Seiring berjalannya waktu, Ibu Wiwit

pun mengumumkan hasil kerja kelompok dari

murid-muridnya itu. Kelompok 1 mendapatkan

nilai 91 yang beranggotakan Reza, Tiara,

Jasmin, dan Budi. Kelompok 2 mendapatkan

nilai 88 yang beranggotakan Haikal, Amanda,

Eko, dan Nike. Sedangkan Kelompok 3 yang

beranggotakan Novi, Lina, Raffa, Dan Aulia

tersebut mendapatkan nilai 97. Kelompok 4

mendapatkan nilai 93 yang beranggotakan Rani,

Edo, Dayu, dan Ridho.

Novi beserta anggota kelompoknya pun

sontak gembira dan senang mendengarkan hasil

pengumuman nilai kerja kelompoknya. Bisa

disimpulkan bahwa hasil nilai Kelompok 3 adalah

paling bagus. Novi pun berbicara gembira

kepada anggotanya “Wihhh, gak nyangka bakal

dapat nilai sebagus ini y ges!”. Aulia pun juga

berkata “Iyh, ternyata usaha kita semua

membuahkan hasil.” Lina dan Raffa juga

bersorak gembira.

Butiran Cerita. 220

Waktu pembelajaran Matematika pun

sudah tiba. Ini pelajaran yang paling tidak

disukai oleh seluruh murid di kelas,

dikarenakan gurunya yang suka marah kepada

murid-murid nya. Guru Matematika tersebut

bernama Ibu Bawon. Dikarenakan murid-murid

takut kepada guru tersebut, akhirnya waktu

pembelajaran Matematika habis dan juga

waktu untuk pulang. Mereka semua diberi

Pekerjaan Rumah(PR) oleh Ibu Bawon untuk

mengerjakan tugas tentang Garis Koordinat.

Novi yang berinisiatif untuk mengerjakan tugas

rumah dari Bu Bawon tersebut mengajak Raffa,

Lina, dan juga Aulia untuk mengerjakan

bersama-sama di rumah nya yang dekat dengan

sekolah hanya berjarak 800 meter dari

sekolah. Keesokan harinya pada pukul 08.00

Lina, Raffa, dan juga Aulia sampai di rumah

Novi.

Mereka bertiga pun masuk disambut

baik oleh keluarga Novi, Ibu Novi yang

mengetahui bahwa teman-teman Novi sudah

Butiran Cerita. 221

datang pun langsung memasakkan nasi goreng

untuk mereka berempat. Mereka berempat pun

bergegas mengerjakan tugas yang sudah

diberikan oleh Bu Bawon, awal-awal kegiatan

berjalan lancar, ditengah kegiatan, tangan

Aulia tidak sengaja tersenggol oleh Lina,

otomatis tulisan Aulia terkena coretan dan

Aulia pun marah. Lina yang mengetahui kejadian

tersebut langsung meminta maaf kepada Aulia,

“Loh, gimana sih Lin kan tulisan aku jadi

tercoret gara-gara kamu, kalau ngerjakan itu

yang tenang jangan keburu-buru dong, aelah

Lina-Lina.” sontak Lina yang merasa bersalah

itu pun langsung meminta maaf, “Aduhh, maaf

tadi itu gk sengaja, kan itu tinggal dihapus

dengan penghapus, gitu doang marah.” Aulia

yang orangnya baperan pun marahnya 2 kali

lipat. “Ini bukan masalah tinggal ngehapus, ini

tentang km kalau ngerjakan kaga bisa diem,

ngerjakan aj sambil ketawa-ketiwi.”

Novi dan Raffa yang mengetahui

kejadian tersebut langsung melerai keduanya.

Butiran Cerita. 222

“Udahh-udahh,jangan marah Ul nanti kaga

selesai-selesai malahan tugas nya” ucap Raffa

yang berusaha menenangkan suasana. Raffa

yang mengetahui bahwa penghapus Aulia tidak

dia bawah langsung bilang, “Udahh, sini pake

penghapus ku, ayo buruan hapus biar cepat

selesai tugasnya”

Aulia yang amarahnya meluap masih

belum bisa ditenangkan, begitu ia mengetahui

bahwa penghapusnya lupa ia bawa, ia pun tanya

kepada Novi toko terdekat yang berjualan

alat-alat sekolah. “Ehh Nov deket sini yang

jualan alat-alat sekolah di mana Nov?” Novi

sontak menjawab pertanyaan Aulia tersebut

“Ehh, di Gang 5c disitu ada yang jualan alat-

alat sekolah deket kok kamu tinggal jalan

keluar gang depan itu langsung belok kanan aj

itu udh kelihatan Gang 5c toko nya cat warna

biru Ul!”

Lina yang tidak terima dikatakan begitu dengan

Aulia pun sontak menyulut amarahnya dan

Butiran Cerita. 223

berkata, “Ya, sono pergi beli penghapus

sekalian pulang!” Aulia yang mendengar

perkataan Lina pun membalas perkataan Lina

“Lah serah ku lah mau pulang apa gimana!” Novi

dan Raffa pun pusing bagaimana cara untuk

melerai mereka berdua, “Udahhh, jangan

tengkar dong ini kan tujuannya ngerjakan tugas

bukan tengkar” ucap Raffa yang kehabisan

cara. “Hooh” Novi yang menyaut pembicaraan

Raffa.

Aulia yang mendengar perkataan Raffa

pun bergegas membeli penghapus. Sesampainya

di toko alat sekolah tersebut Aulia pun

membeli penghapus dengan memasang muka

kesal, ibu penjaga tokonya pun lantas

menanyakan kenapa Aulia memasang muka

kesal, “Loh, neng kenapa muka kok kelihatan

marah dan kesal begitu?” Aulia pun menjawab

“Ohh, gpp kok bu cuman ada masalah ama

temen aj” “Oalah neng, y wis gpp kalau gitu,

ehh jadi beli yang mana ini neng?” “Hmmm beli

yang itu aj deh bu yang merk student, iru

Butiran Cerita. 224

harganya Rp.2.500 kan bu?” ucap Aulia yang

sedang menanyakan harga. “Iyh neng itu

harganga Rp.2.500.” jawaban Ibu penjaga toko

tersebut “Ya udah deh bu beli yang itu aja”

“Nih neng penghapusnya, makasih y neng” Ibu

penjaga toko yang mengambil uang dari Aulia

yang telah diletakkan diatas etalase tersebut.

“Makasih banyak ta bu, mari” ibu yang akan

membalas ucapan Aulia pun hanya meanggukkan

kepala dan tersenyum ramah.

Aulia pun sontak berjalan menuju

kembali ke rumah Novi, “Assalamualaikum”

salam Aulia yang sudah datang.

“Waalaikummussalam” balas dari seisi rumah

Novi. “Nahh si Baperan sudah datang.” Aulia

yang mendengarkan perkataan Lina pun sontak

marah dan bilang “Ehh rame aj lu, biarin serah

ku lah mau gimana -gimana!” “Hadehhhh” ucap

Novi dan Raffa. Aulia yang bersikap bodo amat

kepada omongan Lina pun langsung menghapus

coretan yang disebabkan oleh ketidak

sengajaan Lina.

Butiran Cerita. 225

Dan akhirnya nasi goreng yang telah

dimasakkan oleh Ibu Novi pun tiba, “Nihhh

makanannya, ayo buruan dimakan enak dimakan

anget-anget!” ucap Ibu Novi sambil

menyodorkan piring.

“Wahhh makasih ya Tante.” Ucap Raffa dan

Lina, “Ohh iyh sama-sama” balasan Ibu Novi

kepada mereka berdua. Aulia yang masih bete

itu pun sedang sibuk mengerjakan tugas

matematikanya sedangkan yang lain makan nasi

goreng yang telah disiapkan. “Ayo buruan

dimakan Ul, nanti itu nasinya dingin gk enak

kalau nasi goreng dingin tau!” ucap Novi yang

masih ada nasi di dalam mulutnya. “Iya deh iya,

nih aku makan” balas Aulia yang masih bt

dengan ketidak sengajaan Lina. Lina yang

melihat Aulia memakan nasi goreng tersebut

senyum dan tertawa bahwa Aulia kalau makan

suka bercomotan sampai ke pipi-pipi. “Ngapain

kamu ketawain aku begitu?” Aulia yang merasa

bahwa ia sedang diketawain olen Lina pun

merasa marah. “Lah siapa yang ketawa, lagian

Butiran Cerita. 226

kamu makan aj pake acara comot segala malu

tau kalau dilihat”, Aulia yang mendengarkan pun

langsung membersihkan comotan nasi yang

berada di pipinya dan ia merasa malu.

Kerja kelompok mereka pun telah usai,

waktunya mereka untuk pulang ke rumah

masing-masing dan menyiapkan diri untuk hari

sekolah esok. Raffa pun sebelum naik ke motor

menyempatkan bilang “Ehh Nov makasih ya

waktu dan tempatnya btw nasi gorengnya enak

loh tolong bilangin ibumu ya makasih banyak!”

Aulia dan Lina pun mengucapkan kata-kata yang

bersamaan “Iya Nov sama aku mau bilang gitu!”

Raffa yang pulang duluan dikarenakan telah

dijemput oleh Bapaknya yang telah menunggu di

depan pagar, “Bya-bye semua,sampai nanti

besok ya,dadahh!” Ucap Raffa yang telah

menaiki motor dan melambaikan tangan. Novi

pun membalikkan bada dan sedang meilhat Lina

yang sedang bercanda dengan Aulia. Novi pun

berkata dalam hati “Alhamdulillah ternyata

mereka telah baikkan.”. Dan mereka pun telah

Butiran Cerita. 227

pulang yang sudah dijemput. Aulia yang pulang

dijemput oleh Kakaknya. Selang 3 menit Lina

pun dijemput oleh Ibunya. Novi yang mengingat

tadi bahwa mereka sedang bercanda bersama-

sana pun merasa bahagia.

Kesokan harinya waktu sekolah

dimulai,pada hari Selasa terdapat pelajaran

Matematika, Penjaskes, dan Agama. Novi

datang masuk ke kelas dan menyapa seisi kelas.

Ia menuju meja Raffa dan berkata “Ehh Raf,

kenapa Aulia dan Lina belum datang ya?” “Hmm

palingan mereka berdua terjebak macet deh.”

Ucap Raffa yang membalas pertanyaan Novi.

Dan mereka berdua itu pun datang dan

disambut riang gembira oleh Novi dan Rafa.

“Cieeee yang sudah baikan.” Ucap Novi dan

Raffa. Lina yang mengetahui perkataan

tersebut langsung menjawab “Iya dong kan kita

teman, yekan Ul?”. Aulia yang mendengarkan

perkataan tersebut pun langsung tersipu malu

dan berkata “Ehh iyh.”. “Hmm Lin aku minta

maaf ya atas yang kemarin, minta maaf

Butiran Cerita. 228

banget!” Permintaan maaf dari Aulia pun

diterima oleh Lina “Iyh aku maafin kok, sama

aku juga minta maaf ya Ul” “Akhirnya ya Raf

mereka berdua telah baikan.” “Iyh Nov

alhamdulillah”.

Dan waktu pembelajaran Matematika

pun telah tiba, mereka berempat menjalani hari

di sekolah seperti biasanya aman, damai, dan

sentosa, begitu juga dengan pembelajaran

selanjutnya samapi selesai.

Butiran Cerita. 229

Rama Si Penjual Kue

Karya: Iqbal Mulyana

Tisu buat tengah kota terdapat 1 pasang

suami istri yang hidupnya serba kekurangan

entah itu biaya makan dan kebutuhan lainnya.

Hingga pada suatu hari istrinya

melahirkan seorang anak laki-laki yang ia beri

nama Rama. Mereka berdua sangat khawatir

akan kehidupan Rama kedepannya karena ia

terhalang sulitnya ekonomi.

Hari berganti….

hari hingga akhirnya si rama sudah besar

berumur 7 tahun. Namun

kehidupannya sangat miris hingga akhirnya si

rama berpikiran ia ingin membantu keluarganya

berjualan kue pasar di pinggir jalan sepulang

sekolah.

Butiran Cerita. 230

Setelah pulang sekolah ramah segera

pulang ke rumah untuk berganti pakaian dan

segera menjualkan kue pasar milik tetangganya

yang bernama Bu lastri. Setiap hari Rahma

berjualan tanpa ada hari libur dan uang hasil

dagangannya selalu ia tabung untuk keperluan

yang mendadak.

Hingga di suatu hari raya Kramat jati

sakit dan hanya bisa terbaring di tempat tidur.

Di saat itulah mulai sedih dan mulai putus asa

namun ia selalu membangun semangatnya lagi

untuk berjualan agar ayahnya bisa sembuh

kembali seperti dulu. Uang hasil dagangan nya

terus ditabung hingga suatu saat ia harus

membuka tabungannya untuk beli obat ayahnya

di dokter. Dan siapa sangka ia saat ingin

membeli obat untuk ayahnya malah bertemu

orang baik. Iya adalah seorang pengusaha

sukses yang bernama bapak uda yang

memberikan uang lama untuk membeli obat

ayahnya. Dan bapak udah berjanji akan

Butiran Cerita. 231

membiayai Ramadan keluarganya hingga sampai

Rama menjadi sukses.

Hingga berganti-ganti tahun Rama sudah

beranjak dewasa dan sudah lulus menjadi

seorang dokter dan ayah ibunya bangsa serta

ia juga berterima kasih kepada bapak udah

yang sudah membantunya sampai menjadi orang

sukses.

Butiran Cerita. 232

Reyna dan Raysha

Nama: Aaliya Zahra Inara

Di pagi yang mendung, gerimis menyirami

Desa Trikala. Desa yang penuh akan memori

persahabatan Reyna dan Raysha. Reyna dan

Raysha merupakan sahabat baik sedari kecil.

Mereka tumbuh dan besar bersama-sama di

Desa Trikala yang indah nan asri itu. Hubungan

antara kedua orang tua merekapun sangat erat.

Hingga bisa dibilang hubungan mereka lebih

dari sekedar sahabat melainkan layaknya

saudara.

Gerimis pun mulai reda, matahari mulai

menampakkan sinarnya. Saat itu lah Reyna bisa

bertemu dengan Raysha. Mereka memulai

harinya dengan berangkat ke sekolah bersama.

Belajar bersama dan melakukan aktivitas

bersama-sama merupakan hal yang telah

Butiran Cerita. 233

mereka lakukan sedari kecil hingga saat

mereka telah menduduki bangku SMP.

Sepulang dari sekolah Raysha mengajak

Reyna ke taman untuk mengobrol. Raysha

mengatakan bahwa ia akan pindah ke kota,

karena ayahnya yang dipindah tugaskan kesana.

Sontak Reyna pun kaget mendengar perkataan

Raysha tadi. Seolah-olah pelangi yang telah

menghiasi harinya tergantikan secepat kilat

dengan badai hujan yang menggelegar.

"A-APAA KAU AKAN PINDAH KE KOTA

DAN MENINGGALKAN KU RAYSHAAA?!"

ucap Reyna dengan penuh kesedihan.

"I-iya Reyna, maafkan aku.. Aku pun

sebenarnya tak ingin meninggalkanmu dan desa

ini" jawab Raysha.

"Hmm,, iya Sha.. ta-tapi kamu ga lama kan

tinggal di kotanya?? cuma sebentar kan? iya

kan Shaaa??!" tanya Reyna dengan tersengguk-

sengguk.

Butiran Cerita. 234

"Doain aja ya Rey, semoga ayah ga lama-lama

dipindah tugaskan ke sana. Biar aku bisa kesini

lagi" jawab Raysha dengan penuh senyuman.

"I-iyaa Sha, aamiin.." ucap Reyna dengan wajah

yang masih murung dan sedih.

"Udah dong nangisnya,, jangan cemberutt jugaa

nanti cantiknya hilang lhoo dibawa kucing..

Ututuuu mananih cenyumnyaa" rayu Raysha.

Akhirnya Reyna pun tersenyum dan mulai

memahami keadaan Raysha yang memang

mengharuskan ia untuk pergi ke kota untuk

beberapa saat.

Haripun berganti, cerahnya sinar

mentari mengiringi langkah Reyna tuk bertemu

dengan Raysha. Karena hari ini hari terakhir

Raysha di Desa Trikala, Reyna tak ingin

menyia-nyiakan kesempatannya tuk

menghabiskan waktunya bersama Raysha

sepanjang hari. Membuat memori dan kenangan

indah yang akan terkenang dibenak mereka.

Butiran Cerita. 235

Reyna pun mengajak Raysha ke suatu

tempat yang telah ia persiapkan. Tak jauh-jauh

darirumah mereka. Tempat itu semacam

sebuah gudang yang telah Reyna hias sebaik

mungkin dan mengisi setiap ruangan itu dengan

foto, tulisan, mainan masa kecil mereka serta

hal-hal yang mereka buat selama mereka

bersama. Tentunya hal itu membuat Raysha

terharu dan bahagia. Ia sangat berterima kasih

pada Tuhan telah mengirimkan Reyna untuk

menjadi sahabat terbaik dalam hidupnya.

Ia pun berterima kasih pada Reyna yang

telah menyiapkan ini semua. Lalu mereka pun

menghabiskan waktu mereka disana dan

membicarakan masalalu yang mereka lalui

bersama

hingga senja datang.

Hari perpisahan mereka pun akhirnya

tiba. Haru biru menyelimuti perpisahan dihari

itu. Tepatnya pukul 09.30 pagi nanti Raysha

dan keluarganya akan pergi meninggalkan Desa

Butiran Cerita. 236

Trikala. Sebagai sahabat baik, Reyna pun

menemani Raysha hingga saat waktu

kepergiannya itu tiba.

Sudah pukul 10.00 pagi, Raysha sudah

pergi. Kali ini hanya secarik kertas lah yang

bisa menjadi penghubung antara mereka.

Mereka akan berkomunikasi dan bertegur sapa

dalam tiap kalimat yang mereka tuliskan. Reyna

pun berharap ini tak berlangsung lama.

5 tahun telah berlalu, terkadang

komunikasi antar mereka pun semakin

berkurang. Mungkin karena Raysha yang juga

sudah sibuk di Kota. Yang membuatnya tak

sempat membalas surat-surat dari Reyna.

Beberapa surat telah Reyna kirimkan. Namun

akhir-akhir

ini tak ada satupun yang Raysha balas.

Hingga suatu hari saat mentari akan

terbenam, tiba-tiba ada surat balasan dari

Raysha yang mengabari kalau ia akan

Butiran Cerita. 237

berkunjung ke Desa, betapa senangnya Reyna

membaca surat itu. Ia pun tak sabar menunggu

hari esok, hari dimana ia bertemu dengan orang

yang selama ini telah hilang kabar.

Sang mentari pun terbit dihari yang

dinanti-nantikannya. Reyna menunggu Raysha di

taman seperti yang Raysha inginkan. Namun

betapa terkejutnya Reyna melihat Raysha yang

telah berubah serta teman-teman baru yang

berada di sampingnya. Reyna tetap bersikap

tenang dan menyambut mereka. Raysha yang

sangat senang bertemu dengan Reyna dengan

antusias mengenalkan teman-teman barunya

yakni Alana, Clara dan Salma. Tak berselang

lama mereka berbicara. Namun Reyna melihat

beberapa perubahan. Perhatian lebih Raysha

pada teman-teman barunya dibanding padanya

membuat ia cemburu.

Namun Reyna tak ingin tak ingin merusak

suasana, ia tetap sabar. Tak sengaja ia pun

mendengar percakapan antara Alana, Clara dan

Butiran Cerita. 238

Salma disaat Raysha pergi membeli jajanan

untuk mereka.

"Style Reyna kenapa beda sama kita?" tanya

Clara

"Yakan ini dikampung. Ya kampungan lah

gayanya" sahut Alana

"Hahahaha" tawa Salma dan Clara, Hal itu

tentunya membuat Reyna sakit hati, akhirnya

Reyna bertanya pada mereka.

"Ekhem... apakah kalian membicarakan ku?"

tanya Reyna dengan sopan.

"Idih ke-pd an gue ga mungkin ngomongin lo

kali" jawab Alana dengan sinis.

"Tapi kalau ga salah kalian membicarakan

tentang gaya ku, apakah ada yang salah atau

menganggu kalian?" tanya Reyna menahan rasa

sesak didada.

"Udah deh diem aja, orang kampung mah mana

bisa atur gaya.. kok bisa sih Raysha temenan

Butiran Cerita. 239

sama orang kaya lo? Haha kampungan" sahut

Clara dengan angkuh.

Tak lama Raysha pun datang dan

bertanya tentang apa yang terjadi. Namun

Alana dan Clara pun kompak memfitnah Reyna

telah berkata kasar pada mereka. Raysha pun

bimbang karna tak mungkin Reyna bisa berbuat

seperti itu. Tetapi hasutan teman-teman

kotanya itulah yang membuat Raysha percaya

dan menyalahkan Reyna.Reyna yang tak terima

akhirnya meminta maaf lalu menegaskann kalau

ia tak pernah melakukan hal seburuk itu. Dan ia

mengatakan "Jika kamu percaya pada mereka?

Silahkan. Dan silahkan kamu pergi bersama

teman-teman barumu itu dan tinggalkan aku

tuk selamanya" ucap Reyna terakhir kalinya

dengan menahan kekecewaannya. Reyna pun

pulang, ia masih tidak menyangka sikap Raysha

bisa berubah secepat itu. Hanya karna

pengaruh pergaulan yang salah. Ia pun

menangis dan bercerita pada kedua orang

tuanya. Orang tuanya pun paham akan keadaan

Butiran Cerita. 240

anaknya itu. Akhirnya memutuskan untuk

menghubungi orang tua Raysha. Mereka

menyepakati akan bertemu besok.

Sesampainya orang tua Raysha di rumah

Reyna. Masing-masing orang tua itu pun mulai

membahas apa yang telah terjadi pada anak-

anak mereka. Orang tua Raysha pun menasehati

Raysha. Raysha pun akhirnya tersadar bahwa

perbuatannya itu tak sepantasnya ia lakukan.

Terlebih lagi pada sahabatnya itu sendiri.

Akhirnya Raysha pun meminta maaf dan

hubungan persahabatan mereka pun kembali

membaik.

Butiran Cerita. 241

Sahabatku Hilang Karena Cinta

Karya: Pasha Iqbal Pratama

Aku Amel, siswa kelas 10. Dulu, aku

seseorang yang menolak dan mengabaikan

orang-orang yang menyatakan cintanya

kepadaku. Tetapi sekarang justru aku yang

selalu diabadikan oleh orang yang aku cintai.

Aku suka dengan teman sekelasku,

namanya Ferdin , dia merupakan sahabat

dekatku sejak lama. Awal diriku suka

dengannya berawal saat aku kenalan dengannya

dan berteman cukup akrab dan lama-lama

dekat, sehingga sekarang diriku jatuh cinta.

Oh iya, aku punya teman bernama Afni,

dia temanku sejak SMP. Sedangkan Aku, Afni,

dan Ferdin sudah berteman dekat sejak masuk

SMA.

Butiran Cerita. 242

Suatu hari aku melihat Afni dan Ferdin

bermain bersama dan mereka terlihat akrab

seperti orang pacaran. Jujur saat itu aku

cemburu tapi tidak membicarakan ke Afni.

Tetapi lama - kelamaan rasa cemburu ini

ingin dikeluarkan, akhirnya aku memutuskan

untuk cerita ke Afni tentang perasaanku ke

Ferdin.

“Af, aku mau ngomong sesuatu nih, tapi jangan

bilang ke siapa-siapa ya”.

“emangnya mau ngomong apa mel?” tanya Afni.

“Jujur aku suka dengan Ferdin sejak lama, dan

aku cemburu saat kamu dekat sama Ferdin!” .

“Kamu suka sama Ferdin? Serius Mel?” Tanya

Afni.

“Iya, tapi kamu jangan bilang ke Ferdin ya”

Ucapku.

“Iya, maaf sebelumya aku gatau kalau kamu

suka sama Ferdin" Jawab Afni.

Butiran Cerita. 243

Seiring berjalan nya waktu aku semakin

dekat dengan Ferdin, tapi aku perhatikan

Ferdin tidak pernah mau jatuh cinta denganku.

Tapi aku tetap berjuang sepenuh hati.

Suatu hari aku mengetahui Afni juga

suka sama Ferdin ketika aku membaca buku

sehari hari milik Afni. Di beberapa lembaran

tertulis curhatan tentang hati Afni kepada

Ferdin.

Saat waktu itu juga aku kecewa karena

teman baik ku ternyata juga suka dengan

cowok yang sama denganku. Aku berfikir rasa

suka dimiliki oleh siapapun.

Saat sepulang sekolah aku melihat Afni

dan Ferdin sedang berbicara berdua. Aku pun

penasaran dan mendengarkan apa yang mereka

bicarakan.

"Afni,aku suka denganmu dari dulu kamu mau ga

jadi pacar aku"? Tanya Ferdin.

Butiran Cerita. 244

Afni kaget sekali dan bingung mendengar

apa yang diomongin Ferdin. Tidak banyak basa

basi Afni langsung menerima tawaran dari

Ferdin

"Iya aku mau" jawab Afni.

Aku langsung mendatangi mereka

berdua. Afni dan Ferdin kaget dan bertanya

"sejak kapan kau berada disini Amel" tanya

Ferdin.

"Kamu tega banget ya Af" ucap Amel.

"Maafin aku ya Mel tapi aku sudah cinta banget

sama ferdin" ucap Afni.

Amel pergi meninggalkan Afni dan

Ferdin.

Sejak saat itu persahabatanku hancur dengan

Afni karena cinta.

Butiran Cerita. 245

Sahabat sejati

Karya : Hitta Karana

Pagi hari ini aku dan sahabatku akan

berangkat jooging di taman dekat rumah kami.

Sahabatku bernama Lia dan aku bernama Kia.

Kami bersahabat mulai kelas 1 sd hingga kini

kelas 3 Smp. Setiap hari sabtu sore ia

mengajaku untuk jooging di hari minggu pagi

terkadang juga aku yang mengajaknya. Tidak

hanya jooging kadang bersepeda pun juga kami

lakukan setiap minggu pagi.

Pagi hari ini aku segera siap siap untuk

berangkat jooging bersama Lia. Jam 06.00

telah tiba dan Lia sudah berada tepat di depan

rumah ku dan memencet bel yang ada di di

samping pintu rumah. Aku segera bergegas

keluar untuk menemuinya.

“haii Lia” sapa ku

Butiran Cerita. 246

“haii juga Kia” sahut Lia menyahut sapaan ku

Aku segera berangkat jooging seperti biasanya

kepada Lia.

Tak lama kemudian aku dan Lia sampai ke

taman dekat rumah kami.

“cuaca pagi ini sangat bagus untuk kita pergi

jooging ya” kata Lia tiba tiba pada ku

“iya Lia betul cuaca hari ini sangat bagus cerah

dan sejuk sekali” sahut ku menjawab Lia

Kami pun melanjutkan kegiatan jooging pagi ini.

Tak kerasa setelah berbincang lama ternyata

sudah hampur tiga jam kami jooging, kami pun

memutuskan untuk membeli makanan terlebih

dahulu.

“Emm… enak nya makan apa ya, aku sangat

lapar Kia” tanya Lia yang kelaparan

“bagaimana jika kita membeli itu saja” tunjuk

ku ke salah satu warung milik bu sri

Butiran Cerita. 247

“ya ayo kita kesana saja” sahut Lia pada ku

Dan kami pun mulai memilih lauk apa saja yang

akan kami makan.

“wahh masakan di sini memang enakk bangett,

aku suka sekali” kata Lia pada ku

“iya betul banget aku juga suka banget” sahut

ku pada lia

Setelah makan kami pun berjalan menuju mini

market untuk membeli minuman. Setelah

berjalan tidak jauh dari warung kamu pun

sampai ke mini market. Saat memasuki mini

market tak di sengaja kami bertemu dengan

teman kami yang bernama Lini.

“Haii Lini bagai mana kabar mu” sahut aku dan

Lia bersamaan

“hai teman teman kabar ku baik bagaimana juga

jengan kalian” sahut Lini kepada ku dan Lia

Butiran Cerita. 248

“kami juga baik, tak disangka ya kita bertemu

disini sudah lama kita tidak bertemu” kata ku

kepada Lini

“hehe iya ya sudah lama sekali, terakhir

bertemu waktu kita kelas 6 sd” sahut Lini

Lini adalah anak sekolah seberang dengan kami,

kami memang sudah lama tidak bertemu dan

jarang berkomunikasi meski kita saling memiliki

kontak WA masing masing.

“bagaimana jika kita bertemu bersama sama

saat ada waktu luang, bersama Nana juga” kata

Lia pada ku dan Lini

Nana adalah anak satu sekolah dengan Lini kami

pun juga bersahabat saat waktu masih sd

“wahh boleh juga kita bertemu akan bertemu

dimana?” sahut Lini pada kami

“emm… bagaimana jika kita bertemu di mie

cuan saja hehe” kata Lia memberikan ide pada

kami

Butiran Cerita. 249

“boleh juga Li…” sahut ku

Setelah berbincang di mini market kami pun

bergegas untuk pulang karena jam sudah juga

menunjukkan pukul 10.25, dan kami pun pulang

kerumah masing masing. setelah kami sampai di

rumah Lia membuat grub untuk kami berempat

Lia, aku, Lini, dan Nana.

“haii Nana bagaimana kabar mu” kata Lia

mengirimkan pesan lewat whatsapp

“haii aku baik baik sana bagaimana dengan

kabar kalian” Nana menjawab pesan dari Lia

“kami baik baik saja” sahut Lini menjawab

pesan Nana

“Nana bagaimana jika kita bertemu bersama di

mie cuan apa kamu bersedia” kataku lewat

whatsapp

“emm aku tanyakan pada ibu ku dulu ya” sahut

Nana menjawab pesan ku

Butiran Cerita. 250

“baiklah, kita bertemu akan bertemu kapan

teman teman?” tanya Lia pada kami

“bagaimana jika minggu depan saja?” sahut Lini

mengirim pesan pada kami

“okee” sahut kami menunjukan setuju pada usul

Lini

Hari hari berlalu tak terasa sudah hari

minggu lagi saja saatnya aku bersiap siap pergi

bersama teman teman ku, karena jam juga

sudah menjukan 14.45 karena kami akan

bertemu jam 15.15 .

“ting tong…” bunyi bel depan rumah ku kurasa

Lia sudah datang menjemputku. Aku segera

membukakan pintu yang ternyata dugaan ku

benar Lia sudah datang menjemputku. Ku liahat

jam ternyata jam sudah menunjukan pukul

15.05 aku segera bergegas untuk pergi.

Butiran Cerita. 251

“maaf Lia aku sedikit terlambat dan membuat

mu menunggu ku” kata ku tergesah gesah

“iya tidak apa apa Kia lagian juga suma

sebentar” sahut Lia kepada ku

Aku segera memesan ojek online. Setelah

datang di tempat itu ternyata sudah ada Lini

menunggu kami di meja resto tersebut.

“haii… dimana Nana apa kah belum datang?”

tanya ku pada Lini

“belum aku belum melihat Nana datang kemari”

sahut Lini

Jam sudah memunjukan pada 15.25 tetapi Nana

belum juga datang.

“dertt…” bunyi ponsel ku bertandakan ada

pesan

“maaf teman teman aku tidak bisa datang hari

ini” kata Nana mengirimkan pesan di grub

Butiran Cerita. 252

“yahh… kenapa kamu tidak datang Nana” kata

ku mengirim pesan

“aku harus menjaga adik ku karena ibu

menyuruhku untuk menjaga adik ku” sahut

Nana

“aku tadi juga sudah bersiap siap untuk

bertemu dari kalian”pesan whatsapp Nana lagi

pada kami

“maaf ya teman teman sudah membuat kalian

kecewa” pesan whatsapp yang ke tiga kalinya

Nana pada kami

“iya tidak apa apa Nana” kata Lia mewakilkan

aku dan Lini

“kapan kapan apakah kita bisa bertemu

bersama” kata Lia mengirimkan pesan

“okeyy” ketik ku Lini dan Nana bersamaan

menjawab Lia

Akhirnya kami pun makan bersama meski

kurangnya kehadiran sahabat kita Nana.

Butiran Cerita. 253

Strongest One

Karya: Andra Febian Abdi Nugraha

Disuatu hari tepatnya di Desa Micenae

tinggallah ibu yg sedang mengandung,dilain

tempat tepatnya kota langit Olimpus terdapat

dewa yg memimpin kerajaan yaitu Dewa

Zeus.Telah lama berlalu ibu yg mengandung

telah melahirkan anak bernama Chris,Chris

adalah anak yg tidak mudah bersosialisasi dan

berambisi untuk menjadi kesatria terkuat di

Kerajaan Pathenon.Kau tidak akan bisa kesana

Chris,kata temannya Jhon,lalu Chris

menjawab”belum dicoba belum tahu,toh aku

mengalahkan mu beberapa kali”.

Waktu telah berlalu Chris dan temannya

John telah masuk ke tahap seleksi untuk

menjadi kesatria,waduh gimana ini kayaknya

mereka kuat,kata John tapi perkataan itu tidak

digubris oleh Chris karena dia berlatih untuk

Butiran Cerita. 254

ujian seleksi.Ujian pun dimulai,yg bertarung

pertama adalah Garou dan Mio, pertandingan

itu hanya memerlukan waktu 10detik untuk

Garou mengalahkan Mio,waduh kayaknya dia

kuat,kata John tapi Chris berkata”kapan ya aku

bisa bertanding dengan dia?”.

2hari berlalu,hanya orang 4 yg masih

bertahan yaitu Garou,Chris,Leon dan

John.Pertandingan selanjutnya adalah Garou

dengan Chris,pertempuran itu sangat sengit

sehingga mengabiskan waktu 5jam lamanya.Dan

akhir Chris memenangkan pertandingan itu

karena Garou menyerah,udah udah 5 jam gk

capek?,kata Garou dan Chris menjawab”nanti

waktu perang lebih capek bro”.Dan

pertandingan kedua dimenangkan oleh John

dengan mudah.

Sekarang telah ditentukan siapa yg

masuk atau tidak,kata komandan Gabriel,dan yg

masuk adalah Chris,John dan Garou.Lah aku

masuk?,kata Garou Gabriel menjawab”iya

Butiran Cerita. 255

karena kamu mempunyai scor teratas

kedua”.Chris dan kawan kawannya mengikuti

kelas prajurit untuk pertama kalinya,wah disini

Bagus gk kayak didesa,walau udaranya lebih

sejuk didesa,kata Chris.6bulan berlalu,Chris

dan kawan-kawan mengikuti perang pertama

melawan kerajaan lain untuk mengambil

kekuasaan, performa Garou dan Chris sangat

bagus hingga mereka dijuluki Killer Twin,John

ikut dalam perang menjadi ahli pemanah,Jhon

hampir mati karena serangan calvalary milik

musuh,tapi Gabriel menyelamatkannya,karena

itulah Gabriel tewas.1 tahun pelatihan,Chris yg

awalnya prajurit sekarang jadi komandan

karena Gabriel telah mati.

John ditetapkan sebagai tersangka atas

kematian Gabriel dan karena itu John menjadi

tahanan,perang akan segera dimulai melawan

Kerajaan Chronos,kata Chris.Perang melawan

Kerajaan Chronos dimulai,tidak butuh waktu

lama semua prajurit Kerajaan Pathenon habis

menyisakan Garou dan Chris,kata Garou”kita gk

Butiran Cerita. 256

bisa lari bro”disahut Chris”memang, kalo bisa

lari aku udah dari tadi”mereka pun bertempur

dan pertempuran dimenangkan oleh Kerajaan

Pathenon.Nama Chris dan Garou pun terdengar

sampai ke Olimpus.

Zeus pun kagum akan Garou dan

Chris,undang mereka ke sini akan ku ajak

mereka makan malam,kata Zeus tak selang

waktu lama datanglah mereka ke perjamuan

Zeus.kalian anak ajaib karena bisa mengalahkan

satu kerajaan hanya berdua,kata Zeus lalu

Chris pun hanya bisa tersenyum karena

dipuji,Adik Zeus yaitu Hades tinggal di neraka

juga telah mendengar kabar jika Chris dan

Garou adalah manusia spesial,karena itu Hades

ingin menginginkan mereka menjadi prajurit

neraka untuk mengalahkan Zeus.

Terimakasih atas perjamuannya aku

hanya akan membawa makanan ini untuk

John,kata Chris.Waktu sudah sampai ke

Kerajaan Pathenon mereka disambut oleh anak

Butiran Cerita. 257

buah Hades ,kamu siapa?,kata Chris lalu anak

buah Hades berkata”aku adalah Helldoss aku

kesini untuk merekrut mu menjadi anggota

prajurit neraka,dan kamu harus mengalahkanku

jika kalian tak setuju”Garou dan Chris pun

melawan Helldoss.Karena mereka sudah makan

banyak mereka pun kelelahan dan akhirnya

kalah,agar tidak menjadi anak buah prajurit

Hades mereka pun lari dan bersembunyi di

hutan.

Waduh gimana ini?,kata Garou lalu Chris

menjawab”ya ndak tau kok tanya saya”.Tiba

tiba ada anjing menuntun mereka ke rumah

kosong yg bisa mereka tinggali,dan didalamnya

terdapat mayat yg telah dimakan oleh anjing

tersebut,dan ternyata anjing itu adalah

makhluk mistis yg hanya ingin memakan daging

manusia.Dengan cepat mereka membunuhnya

dan membersihkan tempat itu untuk tinggal

sementara.Saat mereka istirahat mereka

mendengar suara langkah kaki dan ternyata itu

adalah Helldoss,karena mereka sudah cukup

Butiran Cerita. 258

beristirahat merekapun dapat mengalahkan

Helldoss.

Hades pun mengetahui jika Helldoss

mati,Hades pun marah dan ingin memaksa

mereka untuk bergabung dengan cara

menantang mereka.Chris dan Garou pun kembali

keistana dan disana mereka disambut meriah

oleh prajurit dan warga kerajaan karena

mereka adalah salah satu manusia yg diundang

Zeus.Bagaimana jika Hades menyerang

kerajaan ini?,kata Garou Chris

menjawab”jangan memikirkan itu pikirkan cara

mengalahkan mereka”.Mereka pun tidur ,dan

besoknya Chris ditemani oleh Garou melatih

tentara kerajaan dan meminta raja untuk

melepaskan John dari penjara agar bisa

menang melawan Hades,raja pun setuju.

Seminggu setelah John dilepas Hades

mulai menyerang Kerajaan Phatenon.Chris,John

dan Garou pun kewalahan menghadapi pasukan

neraka milik Hades,kok bisa hidup lagi?kalo gini

Butiran Cerita. 259

ya gak mungkin bisa menang,kata

John.pertempuran telah terjadi selama

5minggu,mengapa Zeus tidak membantu?,kata

Garou lalu dijawab oleh Chris”walau tanpa dia

kita harus menang!”.Hah gk mungkin kalian bisa

menang prajurit kalian yg sudah mati akan

bangkit kembali sebagai pasukan ku,kata

Hades,tiba tiba ada 2 pedang dan 1 panah

terjun dari langit,itu adalah senjata prajurit

terbaik ku,kata Zeus yg baru saja datang”aku

tidak tidak bisa membantu mu aku juga ada

urusan”

Dengan mengambil senjata tersebut

John, Chris dan Garou pun mendapatkan

kekuatan yg sangat aneh,Chris mendapatkan

kekuatan yg sangat kuat,Garou bisa berlari

dengan cepat,dan John bisa menembakkan anak

panah dengan cepat.Wow liat ini John,kata

Garou lalu disahut oleh Chris dan John”aku

juga punya kekuatan spesial”.Dengan cepat

mereka bisa mengalahkan seluruh pasukan

Hades, sekarang hanya tersisa Hades ayo kita

Butiran Cerita. 260

selesaikan,kata Chris dan dengan tiba tiba

terdapat Hades dihadapan mereka,akan tetapi

Hades disana ada banyak,bagaimana bisa 1

Hades aja udah sangat kuat,ini banyak bet,kata

John

Pertempuran melawan Hades pun kembali

terjadi,mereka sangat kewalahan dalam

menghadapi kloningan Hades tapi mereka

berhasil,mereka pun hampir pingsan kecuali

Chris.Kalian lemah tujuan ku sekarang bukan

menjadi kesatrian terkuat, tapi menjadi

manusia terkuat,kata Chris.Dengan tekadnya

Chris pun maju sendirian untuk menantang

Hades duel,Hades pun setuju dan mereka pun

bertempur sangat sengit,setelah John dan

Garou tersadar mereka segera menyusul

Chris,jangan mendekat biar kan aku duel

dengan Hades,kata Chris dan Jhon pun

menjawab”aku tidak akan membiarkan mu

bertarung sendirian”.Iya benar kata John,kata

Garou,mereka pun bertarung bersama dan

Hades akhirnya dikalahkan,Zeus pun datang

Butiran Cerita. 261

setelah selesai dengan urusannya dan

berbicara”selamat akhirnya kamu berhasil

mencegah Hades menguasai bumi,dia memang

sengaja dikurung di neraka karena

sifatnya,kalian akan kuangkat menjadi prajurit

di tanah Olimpus dan kalian kukasih 1

permintaan”Chris dan kawan kawan menjawab

dengan serentak”kita ingin agar seluruh

kekacauan yg terjadi diperbaiki”,Dangan 1

hentikan Zeus memperbaiki nya.Mereka pun

datang sebagai prajurit di Olimpus.

Butiran Cerita. 262

Study Tour Ke Jogja

Karya: Fani Putri Febriyanti

Hari ini tepatnya tanggal 8 Juni 2019 Aurel

dan teman-teman satu sekolahnya akan pergi

ke Jogja. Mereka pergi ke Jogja dari Malang,

karna merayakan kelulusan mereka setelah 3

tahun bersekolah di SMP. Mereka berkumpul di

sekolah pukul 11.00 karna bus yang mereka

naiki akan berangkat pukul 12.00.

Saat ini Aurel sudah di halaman sekolah

bersama teman-temannya. Mereka mulai

menaiki bus sesuai yang sudah ditentukan oleh

panitia. Aurel mendapat tempat duduk di bus 3.

Dia duduk disebelah sahabatnya. "Alma kita

mendapat tempat duduk bersebelahan" ucap

Aurel kepada sahabatnya dengan riang. Alma

menjawab "Benar Aurel kita sangat beruntung."

Tempat duduknya sudah ditentukan oleh

Butiran Cerita. 263

panitia. Panitia di kegiatan ini adalah para guru

dan staff sekolah.

Panitia memeriksa kehadiran anggotanya,

setelah mereka rasa anggotanya lengkap

mereka segera berangkat untuk ke Jogja.

"Baiklah anak-anak semua bus sudah terisi

lengkap karena itu bus akan segera jalan.

Sebelum melakukan perjalanan jauh alangkah

baiknya jika kita berdoa bersama terlebih

dahulu" ucap panitia kepada rombongannya.

"Baik bu." jawab serentak para murid di bus

Aurel. Merekapun berdoa bersama sama.

Sekitar pukul 20.30 rombongan dari

sekolah aurel telah sampai di Jogja. "Akhirnya

kita sampai di Jogja Al. Aku sangat lelah aku

sangat ingin tidur dikasur." kata Aurel pada

Alma. "Ya benar, aku juga sudah sangat lelah

mari kita segera ke hotel dan beristirahat"

jawab Alma. Karena mereka sudah merasa lelah

karna duduk di bus dalam waktu yang lama

Butiran Cerita. 264

mereka memutuskan untuk pergi ke hotel dan

beristirahat terlebih dahulu.

Keesokan paginya sesuai jadwal yang

diberikan oleh panitia mereka akan pergi ke

pantai terlebih dahulu. "Hari ini kita akan pergi

ke pantai rel," kata Alma. "Benarrr aku sangat

tidak sabar pergi ke sanaa all," kata Aurel.

"Saat disana jangan lupa untuk berfoto rel kita

harus mengabadikan ini di media sosial," Ucap

Alma dengan senang. "Tentu saja aku tidak

akan lupa al," ucap Aurel. "Baiklah mari kita

bersiap-siap sekarang rel aku tidak mau

ketinggalan bus." kata Alma.

Pantai yang mereka datangi bernama Pantai

Parangtritis. Mereka berangkat pukul 7.00.

Setelah menempuh perjalanan sekitar -+ 45

menit mereka sampai di pantai. Aurel dan

teman-temannya memilih untuk mengganti baju.

"Ayo kita berganti baju ke toilet al aku tidak

sabar untuk bermain air di pesisir pantai" ucap

Aurel dengan semangat. "Ayo rel" jawab Alma.

Butiran Cerita. 265

Setelah berganti baju mereka segera bermain

ke pinggir pantai. Ada juga yang berenang dan

bermain pasir.

Saat sedang bermain air di pinggir pantai

Aurel dan Alma mendengar suara seseorang

meminta tolong. Ternyata teman sekelas Aurel

yang bernama Septian hampir tenggelam

karena berenang terlalu jauh dari pinggir

pantai. Sepertinya saat berenang dia terseret

ombak. Melihat itu aurel dan Alma segera

memanggil panitia dan petugas pantai tersebut

untuk meminta tolong agar membantu

menyelamatkan Septian. "Alma mari kita

segera meminta bantuan kepada panitia!" kata

Aurel dengan panik. "Ya ayo cepatt" ucap Alma.

Panitia dan petugas segera datang dan

langsung pergi menyelamatkan Septian dengan

membawa pelampung. Setelah itu Septian

dibawa pergi ke pinggir pantai. Septian merasa

sangat terkejut. Dia masih sibuk mengatur

nafasnya. Aurel dan Alma serta teman

Butiran Cerita. 266

sekelasnya yang lain membantu menenangkan

Septian yang terkejut. "Septian apa kamu baik-

baik saja?" ucap salah satu teman sekelasnya.

"Aku sangat terkejut" jawab Septian dengan

linglung. Mereka mencoba menghibur Septian

agar tidak terlalu memikirkan kejadian

tersebut.

Sementara itu petugas dan panitia langsung

memperingati mereka agar segera menjauh

dari area laut. "Kalian boleh bermain di pinggir

pantai tetapi jangan berenang terlalu jauh. Itu

bisa berbahaya bagi diri kalian sendiri, apalagi

ombak laut itu sangat keras juga sangat

berbahaya." ucap panitia memperingatkan

mereka. Mereka mengatakan ombak laut

sangatlah berbahaya. Karena itu ketika kalian

pergi kepantai berhati hatilah dan jangan

berenang terlalu jauh karna ombak bisa

menyeret kalian ke tengah laut.

Setelah kejadian yang menimpa Septian

mereka memutuskan untuk segera pergi

Butiran Cerita. 267

membersihkan diri dan pergi ke wisata

selanjutnya. "Alma bukankah tadi sangat

mengejutkan. Aku membayangkan betapa

takutnya Septian," kata Aurel. "Benar aku

benar-benar sangat terkejut tadi," jawab

Alma. "Untunglah kita tidak bermain terlalu

jauh tadi," kata Aurel. "Kita harus bersyukur

untuk itu Aurel." balas Alma. Untuk selebihnya

mereka akan lebih berhati-hati lagi saat

berlibur ke pantai. "Alma setelah ini kita akan

pergi kemana?" tanya Aurel. Alma menjawab

"Kita akan pergi ke candi Borobudur Rel.".

"Wahh itu pasti sangat menyenangkan! Sejak

dulu aku selalu mengagumi keindahan alam

Indonesia Al. Aku benar-benar merasa sangat

senang dan sangat tidak sabar untuk segera

sampai disana." balas Aurel dengan semangat.

Ya benar wisata yang akan dikunjungi

rombongan sekolah Aurel selanjutnya adalah

candi Borobudur. Mereka sampai disana sekitar

pukul 12.00. Sebelum masuk candi mereka yang

beragama islam memutuskan untuk beribadah

Butiran Cerita. 268

terlebih dahulu di mushola/masjid terdekat.

Setelah menunaikan ibadah wajib mereka

membeli tiket dan masuk ke candi Borobudur.

"Wahh Almaa ini sangat indahh bukann! aku

sangat senang bisa mendapat kesempatan pergi

kesini," kata Aurel dengan semangat yang tidak

hilang sejak tadi. "Ayo kita berfoto rel. aku

tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini,"

Ajak Alma. "Ayo!." kata Aurel.

Setelah puas berfoto dan melihat-lihat di

candi Borobudur, mereka memutuskan untuk

pergi ke malioboro dan membeli oleh-oleh.

"Mari membeli oleh-oleh untuk keluarga kita,"

ajak Aurel. "Benar ayo, aku akan membeli

beberapa pakaian dan cendera mata khas

Jogja." jawab Alma.

Saat di malioboro mereka memisah diri

dengan rombongan yang ikut karna waktu yang

diberikan untuk membeli oleh-oleh lumayan

lama. "Tidak kerasa ya besok kita akan pulang,"

kata Aurel. "Benar aku merasa kita hanya

Butiran Cerita. 269

sebentar disini," jawab Alma. "Semoga kita

bisa kembali lagi ke Jogja suatu saat nanti dan

mengunjungi wisata yang belum kita kunjungi

hari ini," kata Aurel. " Ya semoga saja." Jawab

Alma. Mereka kembali ke hotel saat malam hari

dan bersiap tidur karena keesokan harinya

mereka akan pergi dari Jogja dan kembali ke

Malang.

Butiran Cerita. 270

Tasya dan Tania

Karya: Amanda Zahwalia Novianti

Di pagi yang cerah, matahari bersinar

sangat terang menyinari kota yang penuh

dengan kemacetan dan polusi. Tinggal dua

sahabat bernama Tasya dan Tania. Mereka

merupakan sahabat baik dari kecil sampai

sekarang. Suka maupun duka mereka lewati

bersama, kemana mana selalu bersama, hingga

berangkat sekolah pun mereka saling menunggu

satu sama lain. Mereka tidak bisa jauh walau

sedetik pun. Ibu mereka dulu juga merupakan

sahabat baik waktu kecil.

Jam pun menunjukkan pukul 06.30. Tasya

dan Tania memulai hari dengan berangkat

sekolah bersama. Mereka bertemu di pos

tempat yang biasanya mereka jadikan sebagai

tempat bertemu. Sekolahnya tidak jauh dari

pos itu. Tasya dan Tania berangkat dengan

Butiran Cerita. 271

jalan kaki karena saat perjalanan mereka

habiskan untuk mengobrol. Di kelas mereka

duduk bersebelahan. Teman-teman yang lain

menyukai mereka berdua karena memliki sikap

yang baik dan selalu membantu saat temannya

kesusahan.

Sepulang dari sekolah mereka pulang

bersama. Mereka sempat mampir ke toko untuk

membeli roti. Mereka saling bertanya tentang

pelajaran yang diterangkan tadi. Tak lama

kemudian Tasya mengatakan bahwa ia akan

pindah ke desa karena neneknya sedang sakit

dan tidak ada yang merawatnya. Sontak Tania

kaget dengan perkataan Tasya tadi dan ia mulai

merasa rsedih.

" A-APAA NENEKMU SAKIT? DAN KAU

AKAN PINDAH KE DESA TASYAA? " ucap

Tania dengan penuh kesedihan.

" Iyaa Tania, maafkan aku... Aku sebenarnya

tidak ingin pergi tetapi siapa yang akan

merawat nenekku disana " jawab Tasya.

Butiran Cerita. 272

" Hmm, tapi kalau nenekmu sudah sembuh,

kamu akan langsung pulang ke kota kan?! "

tanya Tania dengan mata berkaca kaca.

" Semoga begitu, Aku akan minta ke ayah jika

nenek sudah sembuh, agar segera balik ke kota

" jawab Tasya dengan senyuman.

" Baiklahh, semoga nenekmu cepat sembuh, aku

akan selalu mendoakanmu " jawab Tania dengan

perasaan sedikit tenang.

Akhirnya Tania pun memahami keadaan

Tasya yang harus pergi ke desa untuk merawat

neneknya yang sedang sakit. Ia akan selalu

menunggu saat Tasya pulang.

Hari pun berganti, hari ini adalah minngu

hari terakhir Tasya dikota. Sekarang

menunjukkan pukul 07.30. Tania bergegas pergi

menemui Tasya yang rumahnya tidak jauh

darinya.

Mereka pergi ke taman untuk

menghabiskan waktu bersama. Mulai dari

Butiran Cerita. 273

bermain, menggambar, dan bergurau. Tania

membawa sebuah kamera untuk memotret

setiap kegiatan yang mereka lakukan bersama.

Mereka pun bersenang senang sampai tak sadar

sekarang menunjukkan pukul 03.00 sore.

Waktunya untuk mereka pulang. Malam hari

Tania membuat sebuah album yang isinya foto

kenangan mereka berdua yang di taman tadi.

Tania menghias album itu dengan sangat indah.

Ia membuat 2 album yang sama persis. 1 album

itu akan diberikan kepada Tasya untuk dibawa

ke desa agar selalu mengingat Tania.

Hari perpisahan pun tiba. Tania menemani

Tasya hingga waktu kepergiannya. Tania

langsung memberikan album yang ia buat

kemarin. "Sya.. kemarin aku buat album ini

untukmu" ucap Tania. "Kamu membuatnya

sendiri? tapi untuk apa" tanya Tasya. "Iya aku

yang membuat, aku buat semua ini agar kamu

selalu mengingatku saat di desa nanti"

jawabnya. "Terimakasih Tania.. aku akan

menyimpan baik-baik album ini" jawabnya

Butiran Cerita. 274

dengan sedih. Sampai tiba saatnya mereka

berpisah. Tasya sudah pergi bersama

keluargannya meninggalkan Tania. Tania mulai

merasa sedih, tetapi ia tetap berharap Tasya

akan segera pulang ke kota.

Tasya dan Tania tetap berkomunikasi

melewati surat. Tetapi semakin hari komunikasi

mereka semakin berkurang. Tania hanya bisa

melihat kenangannya bersama Tasya lewat

kameranya dengan perasaan sedih. Ia masih

berharap Tasya dapat membalas suratnya

kembali dan mengabarinya.

Satu tahun kemudian. Tania mendapat

balasan dari Tasya. Tasya mengatakan bahwa ia

akan pulang ke kota esok hari. membaca surat

itu Tania langsung merasa senang setelah cukup

lama akhirnya ia bisa bertemu dengan

sahabatnya lagi. Ia menceritakan kepada

ibunya bahwa sahabatnya akan kembali.

Mendengar hal itu ibunya juga ikut senang.

Butiran Cerita. 275

Kesesokan harinya, Tania bangun pagi. Ia

bersiap untuk menunggu kepulangan

sahabatnya. Setelah beberapa jam kemudian,

Tasya dan keluarganya sudah sampai di kota.

Tasya pun langsung pergi menghampiri Tania

dan memeluknya.

Sore hari pun tiba. Mereka memutuskan

untuk bermain dirumah Tania. Tasya berjalan

dengan penuh semangat menuju rumah Tania.

Sesampainya disana, ia mulai bercerita saat ia

berada di desa. Ia bercerita sangat panjang

sampai sampai Tania hampir tidak bisa

berbicara apa apa.

" Aku sangat merindukanmu.... Sya " ucap Tania

dengan penuh senyuman.

" Aku juga sangat merindukanmu Tania.... aku

merasa kesepian saat berada di desa " jawab

Tasya.

" Tapi, apakah nenekmu sudah sembuh? " tanya

Tania.

Butiran Cerita. 276

" Alhamdulillah sudah, sekarang nenek sehat

kembali seperti sediakala " jawab Tasya

senang.

Mereka melanjutkan dengan bermain

bersama diluar rumah. Tasya dan Tania sangat

senang karena bisa bertemu lagi. Satu hari

penuh mereka habiskan bersama. Persahabatan

mereka pun semakin erat.

Butiran Cerita. 277

Teman yang Baik

Karya : Refalina Atsila Austrin

Rina dan Dini dikenal sebagai sahabat

baik yang populer di sekolah. Meskipun

berbeda kelas, tapi mereka selalu

menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak

ada yang meragukan eratnya persahabatan di

antara mereka.

Meski berbeda karakter, tetap tidak

menghalangi kedekatan mereka. Rina

merupakan seorang siswi pendiam yang tidak

akan populer jika tidak bersama Dini.

Sedangkan Dini cenderung seperti seorang

pembual yang hobi memamerkan barang-barang

milik Rina.

Suatu hari pada sebuah acara

pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah

satu pemenang. Ia datang bersama Dini. Di

sana para pemenang diperbolehkan untuk

memilih sendiri hadiah berupa voucher belanja

dengan berbagai nominal.

Butiran Cerita. 278

Dari lima pemenang terpilih, Rina

mendapat giliran keempat untuk mengambil

hadiah. Rina melihat pemenang yang akan

mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu

berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang

masih kecil. Ia kemudian melihat voucher yang

tersisa.

Melihat nominal pada voucher yang

tinggal dua pilihan, ia memilih voucher belanja

dengan nominal paling rendah kemudian

berbalik dan tersenyum pada ibu dan empat

anaknya. Hal ini membuat Dini terkejut dan

menganggapnya bodoh.

Dini kemudian mencoba menguji Rina

dengan uang yang ia bawa. Ia meminta Rina

untuk mengambil salah satu uang yang ia

sodorkan. Sedikit bingung, Rina mengambil uang

dengan nominal paling rendah.

Keesokan harinya Dini bercerita kepada

teman-temannya tentang kebodohan Rina.

Untuk membuktikannya, Dini memanggil Rina ke

hadapan teman-teman kelasnya.

Butiran Cerita. 279

“Hai, Rin, aku ada uang nganggur nih.

Kamu pilih yang mana? Aku kasih buat kamu.”

Dini menyodorkan uang sejumlah Rp10.000,00

dan Rp20.000,00 kepada Rina.

Rina pun mengambil Rp10.000,00 dari

Dini. Dini dan teman - temannya tertawa dan

mengatakan bahwa Rina bodoh. Peristiwa ini

tidak hanya terjadi satu atau dua kali.

Beberapa teman Dini juga ikut-ikutan

melakukan hal itu.

Rina tetap diam dipermalukan seperti

itu. Dan setiap kali dipaksa untuk memilih, ia

selalu bersikap tenang dan memilih uang dengan

nominal yang paling rendah. Ia juga ikut

tertawa ketika orang - orang

menertawakannya.

Hingga suatu hari ketika Dini

memamerkan kebodohan Rina pada salah

seorang kakak kelas terpopuler bernama Rifki

dihadapan teman-teman kelasnya. Dini kembali

menyodorkan uang, kali ini bernominal

Butiran Cerita. 280

Rp50.000,00 dan Rp100.000,00 kepada Rina

dan memintanya memilih.

Lagi-lagi Rina memilih uang dengan

nominal terendah. Semua orang tertawa,

menertawakan Rina yang hanya tertunduk,

kecuali Rifki. Ia tertegun mengamati siapa

sebenarnya yang sedang membodohi siapa.

“Lihat, Kak. Teman baikku yang satu ini

unik kan?” kata Dini kembali mulai

mempermalukan Rina.

“Ya, dia memang unik dan cerdas. Jika

saja ia memilih uang dengan nominal tertinggi

dari awal, maka kalian tidak akan mau bermain

dengannya bukan? Cobalah kalian hitung berapa

ratus ribu yang sudah kalian keluarkan cuma-

cuma,” kata Rifki.

Dia pintar, memilih bersabar untuk

mengambil keuntungan lebih. Jadi, sebenarnya

siapa yang sedang membodohi siapa?” lanjut

Rifki tertawa.

Semua orang terdiam mendengar

penjelasan dari Kak Rifki. Seketika mereka

merasa telah melakukan hal bodoh yang sia-sia.

Butiran Cerita. 281

Sedangkan Rina tersenyum memandang Kak

Rifki yang berbalik menertawakan Dini dan

teman-temannya.

Pada akhirnya, bagi Rina teman yang baik

itu selalu ada memberikan tambahan

penghasilan tak terduga meski harus dibayar

dengan kesabarannya. Tapi tidak apa-apa,

setiap perbuatan pasti ada bayarannya dan

perbuatan Dini dibayar dengan uang serta rasa

malu.