KARYA TULIS ILMIAH ANALISA KANDUNGAN TIMBAL (Pb ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of KARYA TULIS ILMIAH ANALISA KANDUNGAN TIMBAL (Pb ...
1
KARYA TULIS ILMIAH
ANALISA KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA LIPSTIK
IMPOR DAN PRODUK DALAM NEGRI
CYNTHIA AULIA MAPPANYUKKI
P07534017014
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
2
KARYA TULIS ILMIAH
ANALISA KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA LIPSTIK IMPOR DAN
PRODUK DALAM NEGRI
Sebagai Syarat Menyelesaikan pedidikan Progaram Studi Diploma III
CYNTHIA AULIA MAPPANYUKKI
P07534017014
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL :Analisa Kandungan Timbal (Pb) Pada Lipstik Impor dan
Produk Dalam Negri
Nama : Cynthia Aulia Mappanyukki
NIM : P07534017014
Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji
Medan,10 Juni 2020
Menyetujui
Pembimbing
Musthari S.Si. M.Biomed
NIP.195707141981011001
Ketua Jurusan TLM
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Endang Sofia, S.Si, M. Si
NIP. 196010131986032001
iv
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : Analisa Kandungan Timbal (Pb) Pada Lipstik Impor dan
Produk Dalam Negri
NAMA : Cynthia Aulia Mappanyukki
NIM : P07534017014
Karya Tulis Ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program Jurusan
Teknologi Laboratorium Medis
Medan,10 Juni 2020
Penguji I Penguji II
Dewi Setiyawati, SKM, M.Kes Halimah Fitriani Pane, SKM, MKES
NIP. 196705051986032001 NIP. 197211051998032002
Ketua Penguji
Musthari S.Si, M.Biomed
NIP. 19570714 198101 1 001
Ketua Jurusan TLM
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Endang Sofia Srg, S.Si, M.Si
NIP. 19601013 198603 2 001
v
LEMBAR PERNYATAAN
ANALISA KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA LIPSTIK IMPOR DAN
PRODUK DALAM NEGRI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2020
Cynthia Aulia Mappanyukki
P07534017014
i
Polytechnic Of Health Kemenkes Medan
Department of Medical Laboratory Technology
KTI, June 2020
Cynthia Aulia Mappanyukki
ANALYSIS OF LEAD (Pb) ON THE LIPSTICK IMPORT AND DOSMETIC
viii + 28 Pages, 11 images, 3 Tables, 2 Attachments
ABSTRACT
cosmetic is a material or ingredient mixture to rub, splash, or spray on a
human body or part with a view to cleaning, adding traction, or altering, and
excluding the drug. One of the cosmetics that is often used by women is lipstick.
Lipstick can become unsafe if it is polluted by heavy metals like lead metals (Pb)
which can cause adverse effects to health. Lead (PB) is usually added for color.
The purpose of this research is to know the presence of lead metals (Pb) on
lipstick. This type of research is descriptive observational by conducting testing of
samples. The research was conducted in 2015 in provincial health Laboratory of
North Sumatra and in year 2014 in laboratory Faculty of Pharmacy Universitas
Muslim Indonesia. The population in the research is a lipstick that is sold in the
market of Medan and Yogyakarta city. Sample research based on reference 1 as
much as 13 and reference 2 as many as 4 samples. Based on the study of the
literature found research result of lead metal content (Pb) on lipstick that is
closely from the total sample is 0.6135 mg/kg-12.6485 μg/g which still complies
with regulation requirements BPOM RI ≤ ≤20 mg/kg atau 20 mg/L (20 ppm).
Keywords: cosmetics, lipstick, lead (Pb)
ii
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
KTI, Juni 2020
Cynthia Aulia Mappanyukki
ANALISA KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA LIPSTIK IMPOR DAN
PRODUK DALAM NEGRI
Ix + 28 halaman, 11 gambar, 3 tabel, 2 lampiran
ABSTRAK
Kosemetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, atau
disemprotkan pada badan atau bagian manusia dengan maksud untuk
membersihkan, menambah daya tarik, atau mengubah rupa, dan tidak termasuk
golongan obat. Salah satu kosmetik yang sering digunakan oleh wanita adalah
lipstik. Lipstik dapat menjadi tidak aman jika dicemari oleh logam berat seperti
logam timbal (Pb) yang dapat menyebabkan efek buruk terhadap kesehatan.
Timbal (Pb) biasanya ditambahkan untuk sedian warna. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya logam timbal (Pb) pada lipstik. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif observasional dengan melakukan pengujian terhadap sampel.
Penelitian dilakukan pada tahun 2015 Di Laboratorium Kesehatan Provinsi
Sumatera utara dan pada tahun 2014 Di Laboratorium Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia. Populasi pada penelitian adalah lipstik yang
diperjual belikan di pasar Kota Medan dan Kota Yogyakarta. Sampel penelitian
berdasarkan referensi 1 sebanyak 13 dan referensi 2 sebanyak 4 sampel.
Berdasarkan studi literatur ditemukan hasil penelitian kadar logam timbal (Pb)
pada lipstik yang di teliti dari total keseluruhan sampel adalah 0,6135 mg/kg -
12,6485 µg/g yang masih sesuai dengan persyaratan peraturan BPOM RI ≤ 20
mg/kg atau 20 mg/L (20 ppm).
Kata Kunci : Kosmetik, Lipstik, Timbal (Pb)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
kasih dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini yang berjudul “Analisa Kandungan Timbal (Pb) Pada Lipstik Impor Dan
Produk Dalam Negri”
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan dalam rangka melengkapi salah satu persyaratan
untuk menempuh ujian akhir program studi Teknologi Laboratorium Medis
PoltekkesKemenkes Medan untuk mencapai gelar Ahli Teknologi Laboratorium
Medis. Penyelesaian Karya Tulis ini tidak terlepas dari bantuan , bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Medan.
2. Ibu Endang Sofia Srg, S.Si, M.Si selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes RI Medan.
3. Bapak Musthari S.Si, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Alm. Ibu Rosmayani, Ibu Dewi Setiyawati, SKM, M.Kes selaku Penguji I
dan Ibu Halimah Fitriani Pane, SKM, M.Kes selaku Penguji II Yang telah
memberikan masukan serta perbaikan untuk kesempurnaan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Staff dan Dosen Akademik Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Poltekkes Kemenkes Medan yang telah mendidik dan membimbing
penulis selama mengikuti Pendidikan.
6. Teristimewa kedua orang tua tercinta, Bapak Nurdin dan Ibu Siti Nurbaya
yang sangat sabar dengan penuh kasih sayang merawat, menjaga,
membesarkan dan mendidik penulis serta tak henti-hentinya mendoakan
dan memberikan dukungan serta motivasi yang luar biasa kepada penulis
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
iv
7. Semua rekan-rekan mahasiswa Teknologi Laboratorium Medis angkatan
2017 yang telah berbagi suka dan duka selama mengikuti perkuliahan,
serta memberikan semangat dan dukungan kepada penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritikan atau saran yang
bersifat membangun kepada dosen dan para pembaca sehingga Karya Tulis Ilmiah
dapat disajikan secara sempurna. Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini
bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam
dunia Pendidikan.
Medan,10 Juni 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iiii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB 1 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.3.1.Tujuan Umum 3
1.3.2.Tujuan Khusus 3
1.4. Manfaat Penelitian 4
BAB 2 5
2.1. Kosmetik 5
2.1.1. Defenisi Kosmetik 5
2.1.2. Penggolongan Kosmetik 5
2.2. Lipstik 6
2.2.1. Defenisi Lipstik 6
2.2.2. Jenis-jenis Lipstik 6
2.2.3. Komposisi Lipstik 12
2.2.4. Persyaratan Logam Timbal (Pb) dalam Lipstik 12
2.3. Timbal 13
2.3.1. Pengertian Timbal 13
2.3.2. Sifat Timbal 13
2.3.3. Bahaya Timbal 14
2.3.4. Keracunan Timbal 15
vi
2.3.5. Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan 16
2.4. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 16
2.4.1.Pengertian Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) 16
2.5. Kerangka Konsep 17
2.6. Defenisi Operasional 18
BAB 3 19
3.1. Jenis dan DesainPenelitian 19
3.3. Objek Penelitian 19
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19
3.5. Metode Pemeriksaan 19
3.6. Prinsip Kerja 20
3.7. Alat dan Reagensia 20
3.7.1.Alat 20
3.7.2.Reagensia 20
3.8. Prosedur Kerja 21
3.8.1.Cara Kerja Pembuatan Kurva Kalibrasi Pb 21
3.8.2.Cara Kerja Preparasi Sampel 21
3.8.3. Cara Kerja Penentuan Timbal dalam Sampel 22
3.9. Pengolahan dan Analisa Data 22
BAB 4 23
4.1. Hasil 23
4.2. Pembahasan 25
BAB 5 28
5.1. Kesimpulan 28
5.2. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan Logam Timbal (Pb) pada Lipstik 17
Impor dan Dalam Negri
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Regresi Analisis Timbal (Pb) 18
Tabel 4.3. Hasil Data pemeriksaan kadar Timbal (Pb) pada lipstik 18
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Jenis Lip Liner 6
Gambar 2.2. Jenis Sheer/ Gloss Lipstik 6
Gambar 2.3. Jenis Creamy Lipstik 7
Gambar 2.4. Jenis Liquid Lipstik 7
Gambar 2.5. Jenis Crayon Lipstik 8
Gambar 2.6. Jenis Palette Lipstik 8
Gambar 2.7. Jenis Matte Lipstik 9
Gambar 2.8. Jenis Frosty Lipstik 9
Gambar 2.9. Jenis Satin Lipstik 10
Gambar 2.10. Jenis Lip Tint/ Lip Stains 10
Gambar 2.11. Jenis Moisturing Lipstik 11
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Ethical Clearance
2. Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun
2011
3. Jadwal Penelitian
4. Jadwal Konsultasi
5. Daftar Riwayat hidup
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Di indonesia sudah menjadi kodrat wanita untuk selalu tampil cantik di
mana pun dan kapan pun. Tidak mengherankan jika di dalam tas seorang wanita
Sselalu terdapat seperangkat alat kosmetik untuk mendukung kecantikannya.
Mulai dari bedak, alas bedak, blush on, lipstick, dan sebagainya. Kosmetik
merupakan bahan pemoles kecantikan wanita yang bersifat ”wajib” dimliki
wanita. Dalam hal ini tidak harus lengkap mulai dari pembersih muka, penyegar,
alas bedak, bedak eye shadow, blush on, lipstick dan sebagainya. Sebab, tidak
sedikit juga wanita justru menyukai riasan yang sederhana. Meskipun demikian,
riasan sederhana juga memerlukan kosmetik (Al-Lubna, 2013).
Kosmetik telah digunakan selama ribuan tahun. Menurut peraturan kepala
BPOM RI No. HK.00.05.42.1018 tentang bahan kosmetik menyatakan bahwa
kosmetik adalah setiap bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ bagian
luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik(Gede Agus Beni Widana,
2014).
Salah satu kosmetik yang sering digunakan oleh wanita adalah lipstik,
lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Selain memperindah
bibir, lipstik dapat juga digunakan unuk melembabkan bibir yang kering. Lipstik
dapat menjadi tidak aman bila tercemar oleh logam berat, dan dapat menimbulkan
efek buruk terhadap kesehatan lipstik harus aman dan tidak mengandung bahan-
bahan berbahaya karena dapat ikut masuk bersama makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Bahan-bahan utama dalam lipstik yaitu lilin, minyak, lemak,
2
acetoglycerides, zat pewarna, surfaktan, antioksidan, pengawet dan pewangi
(Tranggono, 2007).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Nomor Hk.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011
Tentang Persayaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dan Kosmetik,
menyatakan bahwa batasan cemaran timbal dalam kosmetik adalah ≤20mg/kg
atau 20mg/L (20bpj).
Tahun 2009 dan 2011 Food and Drug Administration (FDA)
mempublikasikan penemuan kandungan timbal pada lipstik. Penelitian yang
dilakukan, menemukan banyaknya logam dalam produk kecantikan bibir seperti
timbal, alumunium, cadmium, kobalt, krom, tembaga, mangan, nikel, dan titanium
(Liu et al., 2013). Pada bulan Desember tahun 2014, BPOM RI rilis 10 kosmetik
berbahaya yang salah satunya adalah lipstik impor yang mengandung timbal
berlebihan (Adityowati, 2014)
Menurut Junger dan Greeven, logam berat seperti timbal (Pb) dalam
kosmetik adalah sebagai penstabil dan pelembut tekstur. Adanya kandungan
timbal pada kosmetik dapat disebabkan oleh beberapa sumber, meliputi
pesenyawaan timbal sebagai zat pewarna atau pigmen lipstik, misalnya Pb
karbonat dan Pb sulfat, kontaminasi lainnya juga dapat tercemar dari proses
produksi berlangsung, selain itu sumber timbal dapat berasal dari peralatan yang
digunakan pada proses produksi.
Timbal (Pb) merupakan logam berat yang sangat berbahaya pada tingkat
pertama. Sedangkan penggunaan timbal (Pb) biasanya ditambahkan untuk sediaan
warna(Jaya, 2013).Jika kosmetik yang mengandung timbal (Pb) terus-menerus
digunakan dan dioleskan pada kulit, maka melalui penetrasi kulit akan masuk ke
jaringan tubuh pemakai dan seiring dengan lamanya pemakaian.
Jika timbal (Pb) terakumulasi dalam tubuh, tingkat paparan dan
konsekuensinya yang signifikan, maka timbal (Pb) dapat membahayakan bagi
kesehatan yang serius, seperti keracunan akut dan kronis, serta perubahan
patologis organ. Hal ini dapat menyebabkan penyakit pada sistem kardiovaskular,
3
ginjal, tulang dan hati, bahkan dapat menyebabkan kanker saat timbal (Pb)
berlebihan masuk ke dalam tubuh manusia(Soares, 2013). (Pb) dalam tubuh
terakumulasi dalam tulang, karena timbal (Pb) dalam bentuk Pb2+ (ion timbal)
dapat menggantikan keberadaan Ca2+ (ion kalsium) dalam jaringan tulang serta
toksisitas timbal (Pb) digolongkan bedasarkan organ yang
dipengaruhinya(Afriyana, 2018).
Pada tahun 2012, ditemukan cemaran timbal pada lipstik impor dan dalam
negri yang beredar di Iran. Kadar timbal tertinggi terdapat pada lipstik warna
merah muda yaitu ±40 mg/kg (Ziarati et.al.2012). Di Jakarta Selatan juga
ditemukan kandungan timbal pada lipstik. Sampel lipstik yang diuji yaitu
sebanyak 6 sampel seluruhnya mengandung timbal melebihi persayaratan yang
ditetapkan oleh BPOM. Rentang kadar timbal dalam sampel lipstik yang berasal
dari luar negri (impor) adalah 189,9-202,1 mg/kg dan yang berasal dari dalam
negri adalah 183,3-196 mg/kg (Vida et.al.2012).
Bedasarka latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian tentang
analisa kandungan timbal (Pb) pada lipstik impor dan produk dalam negri
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat kandungan
Timbal (Pb) pada lipstik impor dan produk dalam negri
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kandungan timbal (Pb) pada lipstik impor dan produk
dalam negri
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk menentukan kadar kandungan timbal (Pb) pada lipstik impor dan
produk dalam negri.
4
1.4.Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan terhadap peneliti dan pembaca dimasa
yang akan datang
2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya logam berat
timbal pada lipstik terhadap kesehatan, untuk lebih berhati-hati dalam
memilih lipstik yang digunakan.
3. Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma III
Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Medan
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kosmetik
2.1.1. Defenisi Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan
yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-
bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan
kecantikan. Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan ntuk digosokkan,
diletakkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan pada badan atau bagian
badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah
daya tarik, atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat. Banyak orang
menganggap bahwa kosmetik tidak akan menimbulkan hal-hal yang
membahayakan manusia karena hanya ditempelkan dibagian luar kulit. Pendapat
ini ternyata salah karena kulit ternyata mampu menyerap bahan yang melekat
padanya (Tranggono, 2007)
2.1.2. Penggolongan Kosmetik
Bedasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 045/C/SK/1977
tanggal 22 januari 1977, menurut kegunaanya kosmetik dikelompokkan dalam 13
golongan yaitu: preparat untuk bayi, misalnya shampo bayi, bedak bayi, dan lain-
lain; preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lain-lain;
preparat untuk mata, misanya eye shadow, maskara, dan lain-lain; peparat untuk
wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain; preparat untuk
rambut, misalnya kondisioner rambut, hair spray, dan lain-lain; preparat untuk
pewarna rambut, misalnya pewarna rambut, dan lain-lain; preparat untuk make-up
(kecuali mata), misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain; preparat untuk kebersihan
mulut, misalnya pasta gigi, mouthwashes, dan lain-lain; preparat untuk kuku,
misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain; preparat untuk kebersihan badan,
misalnya deodoran, dan lain-lain; preparat untuk cukur, misalnya sabun cukur,
6
dan lain-lain; preparat untuk perawat kulit, misalnya pembersih, pelembab, dan
lain-lain; preparat untk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan
lain-lain. Bedasarkan sifat dan cara pembuatan kosmetik dapat digolongkan
menjadi 2 golngan yaitu: kosmetik modern (kosmetik yang diramu dari bahan
kimia dan diolah secara modern); dan kosmetik tradisional (betul-betul
tradisional, semi tradisional, hanya namanya yang tradisional(Sartono, 2001).
2.2. Lipstik
2.2.1. Defenisi Lipstik
Lipstik adalah make-up bibir yang anatomis dan fisioogisnya agak berbeda
dari kulit bagian badan lainnya.Misalnya, stratum korneumnya sangat tipis dan
dermisnya tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak,
sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang
dingin dan kering (Tranggono, 2007).
Menurut(Tranggono, 2007)persyaratan untuk lipstik yang dituntut
masyarakat antara lain melapisi bibir secara mencukupi, dapat bertahan di bibir
dalam jangka waktu lama, cukup melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket,
tidak mengiritasi untuk menimbulkan alergi pada bibir, melembabkan bibir dan
tidak mengeringkannya, memberi warna yang merata pada bibir, penampilannya
harus menarik, baik warna maupun bentuknya, tidak meneteskan minyak,
permukaannya mulus (tidak berbintik-bintik) atau memperlihatkan hal lain yang
tidak menarik.
2.2.2. Jenis-jenis Lipstik
1. Lip Liner, disebut juga dengan lip pencil. Lip pencil yang berfungsi sebagai
pembingkai bibir mampu membuat bibir terihat lebih canik bisa memberi efek
sesuai yag diinginkan. Selain itu, lip liner membuat bibir menjadi lebih
bervolume dengan mengaplikasikan warna satu tingkat di atas warna bibir
alami
7
Gambar 2.1. Jenis Lip Liner
(Anonim, 2017).
2. Sheer/Gloss Lipsik, kandungan minyak dan pelembab yang tinggi, sehingga
dapat menjaga kelembaban bibir serta meghindari bibir keringdan pecah-pecah.
Sheer lipstik tidak memiliki pigmentasi yan kuat, bersifat lengket, dan mudah
hilang sehngga kamu harus mengaplikasinya berkali-kali. Dengan warna yang
tipis dan transparan, sheer lipstik membuat bibir terlihat lebih berkilau dan
sesuai dipakai untuk sehari-hari
Gambar 2.2. Jenis Sheer/ Gloss Lipstik
(Anonim, 2017).
3. Creamy Lipstik,lipstik yang berbentuk krim ini menghasilkan efek polesan
yang tidak terlalu mengkilap dengan tekstur yang terasa nyaman di bibir.
Creamy lipstik yang memiliki kandungan zat lilin (wax) yang berguna untuk
melindungi bibir dari paparan sinar matahari langsung inibisa membuat warna
bibir terlihat lebih menonjol.
8
Gambar 2.3. Jenis Creamy Lipstik
(Anonim, 2017).
4. Liquid Lipstik, jenis lipstik ini berbentuk cair yang dikemas dalam tabung dan
memerlukan kuas aplikator untuk memulaskannya. Liquid lipstik banyak
digunakan cewek yang menginginkan polesan bibir yang praktis.
Gambar 2.4. Jenis Liquid Lipstik
(Anonim, 2017).
5. Crayon Lipstik, crayon lipstik tidak beda jauh dengan lip pencil, bedanya
bagian ujungnya lebih besar dan membulat. Berbeda dengan lip pencil kamu
tak perlu meruncingkan bagian ujung crayon lipstik. Jenis lipstik ini memiliki
kandungan pelembab untuk melembabkan bibir dan ada pula yang mempunyai
pigmentasi warna yang tinggi
9
Gambar 2.5. Jenis Crayon Lipstik
(Anonim, 2017).
6. Palette Lipstik, Palette lipstik menjadi pilihan para wanita karena sangat
praktis dengan banyaknya variasi pilihan warna dalam satu tempat. Untuk
memoleskan palette lipstik, kamu memerlukan kuas aplikator yang tersedia
dalam kotaknya.
Gambar 2.6. Jenis Palette Lipstik
7. Matte Lipstik, lipstik bertekstur matte adalah jenis lipstik yang paling
dikagumi banyak wanita karena pigmented, tahan lama dan sama sekali tidak
berkilau. Lipstik matte banyak muncul dalam bentuk liquid yang membuatnya
semakin mudah diaplikasikan. Namun lipstik jenis ini biasnya membuat bibir
kering dan dapat memperjelas garis-garis bibir. Namun jika ingin
menggunakan lipstik ini sebaiknya memakai pelembab bibir terdahulu
Gambar 2.7. Jenis Matte Lipstik
10
(Anonim, 2015).
8. Frosty Lipstik, frosty lipstik atau disebut dengan pearlescent lipstick sangat
cocok untuk dipakai buat kamu yang ingin tampil glamour dengan butiran-
butiran glitter yang terkandung didalamnya. Frosty lipstik membuat bibir kamu
tampak bercahaya. Namun, penggunaan frosty lipstik yang telalu lama
menyebabkan bibir menjadi kering
Gambar 2.8. Jenis Frosty Lipstik
(Anonim, 2015).
9. Satin Lipstik, satin lipstik memberi efek polesan yang hampir mirip dengan
matte lipstik dan memiliki kandungan pelembab yang lebih tinggi dan
memberikan kesan mengkilap seperti sheer lipstik. Satin lipstik memiliki sifat
yang tidak lengket dan tidak mudah hilang sehingga mempermudah kalian
dalam menggunakannya serta tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang
Gambar 2.9. Jenis Satin Lipstik
(Anonim, 2015).
11
10. Lip tint/ Lip Stains, lip tint yang berfungsi untuk dan memberi riasan warna
alami pada bibir. Biasanya, lip tint berbentuk cair namun ada pula yang
berbentuk spidol, pensil maupun krim. Kelebihan lip tint yaitu mampu
bertahan lama dan bisa memberi efek gradasi pada bibir
Gambar 2.10. Jenis Lip Tint/ Lip Stains
(Anonim, 2017).
11. Moisturing Lipstik, moisturizing lipstik mengandung bahan-bahan alami
seperti vitamin E, lidah buaya, glycerin yang berfungsi melembabkan
bibir.selain itu, moisturizing lipstik mampu melembutkan dan menghaluskan
bibir
Gambar 2.11. Jenis Moisturing Lipstik
(Anonim, 2017).
12
2.2.3.Komposisi Lipstik
1. Lilin, Misalnya: carnauba wax, paraffin waxes, ozokerite, beesswax, candellila
wax, spermaci, ceresine. Semuanya berperan pada kekerasan lipstik.
2. Minyak. Fase minyak dalam lipstik memiliki kemampuan melarutkan zat-zat
warna eosin. Misalnya: castor oil, tetrahydrofurfuryl alkohol, fatty acid
alkylolamides, dihydric alkohol beserta monoethers, dan monofatty acid
esternya, isopropyl myristate, isopropyl palmitate, butyl stearat, paraffin oil.
3. Lemak. Misalnya: krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi
(misalnya hidrogenated castrol oil) cetly alkohol, oleyil alkohol, lanolin.
4. Asetogliserid. Berfungsi untuk memperbaiki sifat thixotropik batang lipstik
sehingga meskipun temperatur berfluktasi, kepadatan lipstik tetap konstan.
5. Zat-zat pewarna. Zat pewarna yang dipakai secara universal didalam lipstik
adalah zat warna eosin yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna
untuk lipstik, yaitu kelekatan, pada kulit dan kelarutannya didalam minyak.
Pelarut terbaik untuk eosin adalah minyak castrol. Tetapi furfury alkohol
beserta ester-esternya terutama stearat dan ricinoleat memiliki daya melarutkan
eosin yang lebih besar. Fatty acid alkilolamida, jika dipakai sebagai pelarut
eosin akan memberikan warna yang sangat intensif pada bibir.
6. Surfaktan. Surfaktan berfungsi memudahkan pembahasan dan dispersi
partikel-partikel pigmen warna yang padat.
7. Antioksidan.
8. Pengawet
9. Bahan pewangi
2.2.4. Persyaratan Logam Timbal (Pb) dalam Lipstik
Bedasarkan peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 tentang
Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika, timbal dalam
lipstik yang diperbolehkan sebesar tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/L (20bpj)
13
2.3. Timbal
2.3.1. Pengertian Timbal
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam,
dalam bahasa ilmiahnya adalah plumbum dan disimbolkan dengan Pb. Timbal
adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, dengan rapatan yang
tinggi (11,48 gr/Ml pada suhu kamar). Timbal memiliki nomor atom 82, berat
atom 207. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,
bersifat lunak, dengan titik leleh 328oC dan titik didih 174oC. Pada suhu 550-
600oC timbal menguap dan bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk
timbal oksida. Timbal merupakan kelompok logam-logam golongan IV-A pada
tabel periodik unsur kimia. Partikel timbal mempunyai ukuran 0,045-0,33 µm
(Widowati, 2008.)
Menurut palar (1994) logam berat merupakan bahan kimia golongan logam
yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh, dimana jika masuk ke dalam tubuh
organisme hidup dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan efek negatif
terhadap fungsi fisiologis tubuh. Logam berat dalam jumlah kecil akan
berakumulasi di dalam tubuh, sehingga pada suatu saat juga dapat menimbulkan
efek negatif dan gangguan kesehatan.
2.3.2. Sifat Timbal
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan
pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga
logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5 derajat C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam
biasa, kecuali emas dan merkuri.
5. Merupakan penghantar listrik yang tidak baik (Palar, 2004).
14
2.3.3. Bahaya Timbal
Paparan bahan tercemar pb dapat membahayakan gangguan pada organ
sebagai berikut:
1. Bahaya Timbal terhadap fungsi ginjal
Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, sclerosis vaskular,
sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat
menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut
dapat terjadi nefritis kronis.
2. Bahaya Timbal terhadap sistem reproduksi
Pb dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa kegugura,
kesakitan dan kematian janin. Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan
menyebabkan cacat kromosom. Anak-anak sangat peka terhadap paparan Pb di
udara. Paparan Pb dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dan
menurunkan IQ.Pada wanita hamil Pb dapat melewati plasenta dan kemudian
akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi
lahir, Pb akan dikeluarkan bersama air susu ibu .
3. Bahaya Timbal terhadap sistem syaraf
Efek pencemaran pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan pb dapat
menyebabkan lead encephalopahty.gambaran klinis yang timbul adalah rasa
malas, gampang tersinggung, sakit kepala, gampang lupa, sukar konsentrasi dan
menurunnya kecerdasan(Widowati, 2008.)
Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, sclerosis vaskular,
sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat
menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut
dapat terjadi nefritis kronisDaya racun Pb yang berada di dalam tubuh antara lain
disebabkan oleh penghambatan enzim ion-ion Pb2+(Sunu, 2001). Timbal di dalam
tubuh terutama terikat dalam gugus –SH dalam molekul protein dalam hal ini
menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim (Darmono, 2001).
15
2.3.4. Keracunan Timbal
Ada beberapa bentuk keracunan timbal, yaitu keracunan akut, subakut, dan
kronis.
1. Keracunan akut, gejala keracunan akut mulai timbul 30 menit setelah
meminum racun. Berat ringannya gejala yang timbul tergantung pada dosisnya.
Gejala lain yang sering muncul ialah mual, muntah dengan muntahan yang
berwarna putih seperti susu karena pb chlorida dan rasa sakit perut yang hebat.
Lidah berlapis dan nafas mengeluarkan bau yang menyengat.
2. Keracunan subakut keracunan sub akut terjadi bila seseorang berulang kali
terpapar racun dalam dosis kecil, misalnya timbal asetat yang menyebabkan
gejala-gejala pada sistem syaraf yang lebih menonjol, seperti rasa kebas, kaku,
otot, vertigo, dan plarisis flaksid pada tungkai. Keadaan ini kemudian akan
diikuti dengan kejang-kejang dan koma.
3. Keracunan kronis keracunan timbal dalam bentuk kronis lebih sering terjadi
dibandingkan keracunan akut. Keracunan kronis dapat mempengaruhi sistem
syaraf dan ginjal, sehingga menyebabkan anemia dan kolik, mempengaruhi
fertilitas, menghambat pertumbuhan janin atau memberikan efek kumulatif
yang dapat muncul kemudian.
Menurut Richard N et al (2006) keracunan timbal disebabkan oleh hal-hal
berikut ini :
1. Afinitasnya tinggi untuk gugus sulfihidril, dapat menghambat fungsi enzim
seperti enzim-enzim yang terlibat dalam penyatuan besi kedalam molekul
heme.
2. Kompetisi dengan ion kalsium untuk memperebutkan penyimpanannya di
dalam tulang.
3. Inhibisi enzim yang berkaitan dengan membran sel sehingga terjadi gangguan
pada kelangsungan hidup sel darah merah (hemolisis), kerusakan ginjal dan
hipertensi.
a. Gangguan pada metabolisme 1,25dihidroksivitamin D.
16
2.3.5. Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan
1. Dapat menyebabkan bibir menjadi hitam. Kondisi menghitamnya bibir ini tidak
lain dan tidak bukan adalah karena pengendapan dari pigmen warna yang
dimiliki oleh lipstik itu sendiri.
2. Dapat menyebakan alergi. Alergi pada bagian bibir ini akan muncul, terutama
apabila kandungan pigmen dan ada juga bahan kimia lainnya yang terkandung
didalam lipstik tersebut tidak dapat diterima oleh sistem kekebaan tubuh
dengan baik.
3. Dapat menyebabkan gangguan reproduksi. Dalam lipstik juga terkadang
memiliki kandungan retinylpalmitate. Kandungan zat kimia ini ternyata,selain
dapat menyebabkan kanker, juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pada sistem reproduksi.
4. Dapat menyebabkan kulit bibir menjadi pecah-pecah dan juga kasar, hal ini
akan terjadi apabila terlalu sering menggunakan lipstik secara terus menurus,
dan juga tidak memperhatikan kandungan bahan kimia dari lipstik yang
mungkin berbahaya bagi kesehatan.
2.4.Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
2.4.1. Pengertian Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Spektrofotometer Serapan Atom digunakan untuk analisis kualitatif unsur-
unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit dan sangat kelumit. Cara analisis ini
memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung
pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara ini cocok untuk
analisis kelumit logam karena mempunyaikepekaan yang tinggi (batas deteksi
kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana dan interferensinya sedikit.
Spektrofotometer serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar tampak
ultraviolet. Dalam garis besarnya prinsip spektrofotometer serapan atom sama saja
dengan spektrofotometer sinar tampak atau ultraviolet. Perbedaanya terletak pada
bentuk spectrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya.
17
2.5 Kerangka Konsep
VariabelBebas VariabelTerikat
Lipstik Kadar Timbal
SesuaidenganPera
turan BPOM
Nomor
Hk.03.1.23.07.11.
6662 Tahun
2011.Nilai≤ 20
ppm
Tidaksesuaidenga
nPeratuan BPOM
Nomor
Hk.03.1.23.07.11.
6662 Tahun
2011.Nilai≤ 20
ppm
18
2.6 Defenisi Operasional
1. Lipstik merupakan kosmetik yang berfungsi mewarnai bibir dengan sentuhan
artistik sehingga bibir terkesan cantik, dan wajah terlihat segar dan untuk
melembabkan bibir.
2. Timbal adalah zat toksik ataupun logam berat yang berbahaya bersifat kronis
bagi tubuh karena pemakaiannya yang secara terus menerus dan
menimbulkan keracunan yang bersifat neurotoksik yang mempengaruhi
sistem saraf tubuh.
3. Menurut peraturan Kepala Badan Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 17 Tahun 2014 tentang perubahan Atas Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun
2011 tentang Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika,
menyatakan bahwa batas cemaran timbal dalam Kosmetika adalah ≤20mg/L
atau 20 ppm.
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan DesainPenelitian
Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan secara kepustakaan yaitu mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah
yang berkaitan dengan objek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat
kepustakaan dengan mengadakan studi penelahaan terhadap buku-buku, literatur ,
catatan, laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.
3.2. Lokasi dan waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2020 dengan
menggunakan penelusuran (studi) literature, kepustakaan, jurnal, proseding,
google scholar.
3.3. Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian studi literature ini adalah lipstik
impor dan produk dlam negri
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis dan Cara pengumpulan data adalah secara sekunder. Data sekunder
berasal dari instansi terkait dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan
penelitian ini baik dari karya tulis ilmiah (KTI) yang berupa buku-buku, skripsi,
tesis, jurnal ilmiah, internet, koran dan sebagainya.
3.5. Metode Pemeriksaan
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
20
3.6. Prinsip Kerja
Kerja alat SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelobang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Contoh: Pb dengan panjang gelombang 283,3 nm
3.7. Alat dan Reagensia
3.7.1. Alat
No Nama Alat Ukuran Merek
1 Spektrofotometri Serapan Atom - AA-7000
2 Lemari Asam - -
3 Neraca Analitik - -
4 Kaca Arlogi - -
5 Labu Ukur 50 ml pyrex
6 Pipet Tetes - -
7 Kertas Saring - Whattman 42
8 Tangkai Pengaduk - -
9 Corong - -
10 Tissue - -
11 Labu Ukur 100 ml pyrex
12 Erlenmeyer 50 ml pyrex
13 Lap - -
14 Beaker Glass - -
3.7.2. Reagensia
1. Larutan Standar (Pb(NO3)2)
2. Larutan Asam Nitrat (HNO3) 65%
3. Asam Klorida (HCL) 37%
4. Aquadest
21
3.8. Prosedur Kerja
3.8.1. Cara Kerja Pembuatan Kurva Kalibrasi Pb
1. pipet 10 ml larutan Pb(NO3)2 sebanyak 1000 ppm, masukkan kedalam labu
ukur 100 ml, larutkan dengan aquades, lalu di dapatkan larutan 100 ppm
Pb(NO3)2.
2. Lalu pipet 10 ml larutan Pb(NO3)2 100 ppm yang sudah dilarutkan, kemudian
larutkan kembali dengan aquades, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml,
maka akan di dapatkan larutan Pb(NO3)2 10 ppm.
3. Pipet kembali 10 ml larutan Pb(NO3)2 10 ppm di atas, kemudian larutkan
kembali dengan aquades, maka akan di dapatkan larutan Pb(NO3)2 1 ppm.
4. Selanjutnya dibuat larutan standart 0,2 ppm; 0,4 ppm; 0,6 ppm; 0,8 ppm; 1,00
ppm.
5. Larutan standart yang telah dibuat tersebut masing-masing diukur serapannya
dengan SSA pada panjang gelombang 283,3 nm. Lalu hasilnya diplot menjadi
kurva kalibrasi.
3.8.2. Cara Kerja Preparasi Sampel
1. Preparasi sampel dengan menggunakan destruksi basah yaitu dengan sampel
ditimbang ± 2,00 gr
2. Lalu dimasukkan ke dalam beaker glass 250 ml untuk dilakukan destruksi
basah dengan menggunakan campuran asam HNO3 65% dan HCL 37% (1:3)
3. Destruksi dilakukan dengan HNO365% sebanyak 5 ml dan HCL 37% 15 ml,
dimasukkan kedalam beaker glass dan sambil dipanaskan di hotplate sampai
mendidih.
4. Proses ini dilakukan sampai hilangnya asap berwarna coklat.
5. Proses destruksi dihentikan sampai larutan jernih, yang menandakan bahwa
destruksi telah sempurna.
6. Setelah proses destruksi selesai, larutan didiamkan sampai dingin, lalu larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
7. Tambahkan aqudes sampai tanda batas ukur.
8. Kemudian larutan dihomogenkan.
22
9. Lalu disaring dengan menggunakan kertas saring whattman no.42 dan
dimasukkan kedalam vial.
3.8.3.Cara Kerja Penentuan Timbal dalam Sampel
1. Untuk menentukan kadar timbal mula-mula dilakukan pengukuran standar
yang telah dipersiapkan terlebih dahulu hingga diperoleh kurva kalibrasi dari
larutan standar 0,00 ppm; 0,2 ppm; 0,4 ppm; 0,6 ppm; 0,8 ppm; 1,00 ppm.
2. Setelah itu dilakukan pengukuran serapan sampel.
3. Pengukuran dilakukkan dengan menggunakan SSA (AA-7000) (ASC-7000)
dengan panjang gelombang 283,3 nm.
Perhitungan logam timbal (BPOM RI, 2011) adalah sebagai berikut:
Kadar Pb (µg/g) = 𝒄 (µ𝒈/𝒎𝒍)
𝑩 (𝒈) × p (ml)
Dimana :
C = konsentrasi timbal dalam sampel yang dihitung dari kurva kalibrasi.
P = faktor pengenceran sampel
B=bobotsampeldarilarutanuji.
3.9. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan Analisa data dengan menggunakan data sekunder yang
disajikan dalam bentuk tabel kemudian dilakukan pembahasan bedasarkan
pustaka yang ada.
23
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Data hasil penelitian ini diambil bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh
(Pricilia Elizabeth, dkk, 2015) yang dilakukan di laboratorium kesehatan provinsi
sumatera utara. Sampel yang digunakan adalah lipstik yang dibeli di beberapa
pasar kota medan yang berjumlah 13 sampel yang diuji. Dari data hasil
pemeriksaan diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.1. Hasil Data Pemeriksaan Logam Timbal pada Lipstik Impor dan
Dalam Negri yang Dijual di Beberapa Kota Medan 2015.
No Kode Merek Kandungan Baku Mutu MS/TMS
Lipstik Timbal (mg/kg) (mg/kg)
1 IS 1 0,6135 ≤20 MS
2 IS 2 0,8734 ≤20 MS
3 IS 3 1,8520 ≤20 MS
4 IS 4 2,6208 ≤20 MS
5 IL 1 2,4758 ≤20 MS
6 IL 2 6,7890 ≤20 MS
7 IL 3 2,2856 ≤20 MS
8 DNS 1 1,7321 ≤20 MS
9 DNS 2 1,6366 ≤20 MS
10 DNS 3 2,5190 ≤20 MS
11 DNL 1 2,0456 ≤20 MS
12 DNL 2 1,9776 ≤20 MS
13 DNL 3 3,0642 ≤20 MS
Keterangan: IS= Lipstik Impor Jenis Stik
IL= Lipstik Impor Jenis Liquid
DNS= Lipstik Dalam Negri Jenis Stik
DNL= Lipstik Dalam Negri Jenis Liquid
24
MS= Memenuhi Syarat
TMS= Tidak Memenuhi Syarat
Setelah dilakukan analisa terhadap 13 sampel lipstik impor dan dalam negri
pada jurnal I yang diuji dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom dengan
panjang gelombang 283,3 nm diperoleh kadar timbal (Pb) berkisar antara 0,6135
mg/kg – 6,7890 mg/kg. Hasil uji kandungan logam berat timbal (Pb) pada lipstik
menunjukan bahwa dari 13 sampel lipstik impor dan luar negri yang diuji, tidak
ada sampel lipstik yang melebihi batas yang ditetapkan BPOM RI ≤ 20 mg/kg
atau 20 mg/L (20 ppm). Secara keseluruhan kandungan logam timbal tertinggi
pada kode merek lipstik IL 2 penelitian ini adalah 6,7890 mg/kg.
Berikut data hasil penelitian (Nurmaya Effendi, dkk, 2014) yang
dilakukkan di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
Sampel yang digunakan adalah lipstik yang dibeli dengan harga dibawah Rp.
25.000.
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Regresi Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada
Kosmetik Lipstik Secara Spektrofotometri Serapan Atom pada Panjang
Gelombang 283,3 nm
No Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1 0,1 0,0046
2 0,5 0,0135
3 1,0 0,0270
4 1,5 0,0402
5 2,0 0,0534
Tabel 4.3. Hasil Data Pengukuran Kosmetik Lipstik pada Timbal (Pb)
Sampel Kadar Pb (µg/g)
A 6,1648
B 3,5054
C 12,6485
D 6,0464
25
Setelah dilakukan analisa terhadap 4 sampel lipstik impor dan dalam negri
pada jurnal II yang diuji dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom dengan
panjang gelombang 283,3 nm diperoleh kadar timbal (Pb) berkisar antara 3,5054
µg/g – 12,6485 µg/g. Hasil uji kandungan logam berat timbal (Pb) pada lipstik
menunjukan bahwa dari 4 sampel lipstik impor dan luar negri yang diuji, tidak ada
sampel lipstik yang melebihi batas yang ditetapkan BPOM RI ≤ 20 mg/kg atau 20
mg/L (20 ppm). Secara keseluruhan kandungan logam timbal tertinggi pada
sampel C penelitian ini adalah 12,6485 µg/g.
4.2. Pembahasan
Bedasarkan hasil studi literatur jurnal I telah dilakukan analisa terhadap 13
sampel lipstik impor dan dalam negri dan pada jurnal II telah dilakukan analisa
terhadap 4 sampel lipstik impor dan dalam negri yang masing-masing diuji
dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom dengan panjang gelombang 283,3
nm, diperoleh kadar timbal (Pb) 0,6135 mg/kg sampai dengan 12,6485 µg/g.
Masih didapatkan kandungan timbal (Pb) dalam lipstik impor dan dalam negri
namun tidak melebih batas yang ditetapkan BPOM RI ≤ 20 mg/kg atau 20 mg/L
(20 ppm).
Secara keseluruhan, kadar timbal tertinggi pada penelitian jurnal I dan jurnal
II adalah 12,6485 µg/g. Hasil tersebut sangat berbeda jauh dengan kadar timbal
pada lipstik yang telah dilaporkan oleh Vida et.al (2012) yaitu rentang kadar
timbal dalam sampel lipstik yang berasal dari luar negri (impor) adalah 189,9-
202,1 mg/kg dan yang berasal dari dalam negri adalah 183,3-196 mg/kg.
Adanya kandungan timbal (Pb) pada lipstik dapat terjadi secara sengaja
maupun tidak sengaja. Penambahan secara sengaja bisa saja terjadi karena dapat
membuat lipstik menjadi tahan dari pengoksidasian udara dan tahan air seperti
yang dikemukakan Utomo (2005). Adapun keberadaan timbal pada lipstik secara
tidak sengaja dapat terjadi karena kontaminasi solder timbal atau cat yang
mengandung timbal yang terdapat pada peralatan produksi yang dikemukakan
Hepp et.al (2009). Proses pembuatan lipstik menggunakan beberapa pelaratan
seperti wadah untuk mencampur bahan, mesin roll untuk mengahaluskan, cetakan,
26
dan kemasan peralatan tersebut dapat memungkinkan terjadinya kontaminasi. Hal
ini didukung dengan sifat logam timbal yang tahan terhadap peristiwa korosi atau
karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan pelapis seprti yang
dinyatakan oleh palar (2008).
Di indonesia banyak kosmetik yang di impor dari negara lain, salah satunya
adalah negara china. 95,91% lipstik yang di impor dari negara china mengandung
logam timbal jauh lebih tinggi dari 20 mg/kg dan semua lipstik Iran lebih rendah
dari 10 mg/kg. Ada perbedaan signifikan dalam tingkat timbal di seluruh empat
kelompok lipstik yang dianalisa. Warna merah muda memiliki konsentrasi
tertinggi timbal, warna ungu memiliki kandungan terendah timbal, warna coklat
dan oranye memiliki konsentrasi tertinggi dan terendah (Ziarati et.al., 2012)
Timbal dapat masuk ke dalam tubuh dapat mempengaruhi tubuh sesuai
dengan keparahannya tergantung pada jumlah timbal yang masuk dan durasi
paparannya (Brown and Margolis, 2012). Timbal dapat menyebabkan keracunan
akut maupun kronis, tergantung jumlah dan durasi pemaparan. Keracunan timbal
secara akut, menunjukan gejala otot terasa sakit dan lemah, dan kadang-kadang
gejala yang berhubungan dengan inflamasi otak. Pada gusi terlihat garis biru
keunguan yang dikenal dengan istilah Burton’s line (Pearce, 2007).
Timbal mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala sakit
perut, mual, muntah, diare, konstipasi. Absorpsi timbal dalam jumlah yang
banyak dalam waktu singkat dapat menyebabkan shock akibat kekurangan cairan
system sirkulasi karena kehilangan air di saluran gastrointestinal (Karen and
Brown, 2006).
Timbal dalam lipstik dapat diserap tubuh melalui absobsi kulit. Penelitian
Ratogi dan Clausen menunjukan absorbsi timbal melalui kulit dapat menurunkan
aktivitas enzim delta-aminolevulinic acid dehydratase (ALA-D) di hati tikus yang
dipapar senyawa timbal. Timbal terdistribusi pula pada organ hati, ginjal, otak,
limfa, dan otot tikus (Rastogi and Clausen, 1976). Hal ini menunjukan apabila
seseorang terpapar timbal setiap hari dengan dosis yang berlebihan melalui jalur
absorbs kulit dapat berefek lebih lanjut pada organ dalam tubuh.
27
Selain organ tubuh, sel darah merupakan target sasaran timbal. Eritrosit
memiliki afinitas yang tinggi terhadap timbal, mengikat 99% timbal dalam aliran
darah. Timbal dapat mendestabilasi membran sel, dan dalam sel darah merah
berefek pada berkurangnya fluiditas membran sel dan meningkatkan hemolysis
eritrosit. Hemolysis terjadi sebagai hasil akhir peroksidasi lipid yang diakibatkan
oleh ROS dalam membran sel darah merah (Mannem, 2014). Anemia hipokrom
ataupun normokrom merupkan ciri dari paparan timbal, hal ini merupakan efek
dari terbentuknya ROS dan hemolysis eritrosit.
Bedasarkan hasil uji laboratorium pada jurnal I dan II bahwa seluruh sampel
lipstik impor dan produk dalam negri mengandung timbal walaupun masih sangat
jauh dibawah batas yang ditetapkan BPOM RI ≤ 20 mg/kg atau 20 mg/L (20 ppm)
28
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Bedasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan baik dari referensi I
maupun referensi II diperoleh kesimpulan yaitu:
1. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada lipstik
impor dan produk dalam negri dan lipstik yang dibeli dengan harga dibawah
Rp.25.000 mengandung timbal (Pb) yang berkisar antara 0,6135-12,5485
mg/kg atau mg/L.Yang berarti lipstik tersebut masih berada dibawah batas
maksimum yang diperbolehkan oleh Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan
Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika, dinyatakan bahwa batas
cemaran timbal dalam kosmetik adalah ≤ 20 mg/kg atau 20 mg/L (20 ppm).
5.2. Saran
1. BPOM RI sebaiknya memberikan informasi lebih banyak tentang lipstik yang
mengandung timbal kepada masyarakat sehingga konsumen dan pedagang
dapat lebih berhati-hati memilih lipstik yang akan mereka gunakan atau jual
dan dapat terhindar dari gangguan kesehatan yang diakibatkan logam timbal.
2. BPOM RI sebaiknya lebih memperhatikan komposisi bahan lipstik yang
beredar.
3. Bagi masyarakat untuk meningkatkan wawasan dan sebagai bahan untuk
menigkatkan pengetahuan dan wawasan tentang kandungan timbal (Pb) pada
produk lipstik serta mengecek nomor regristrasi lipstik (website BPOM RI)
4. Bagi peneliti lain, agar melakukan penelitian mengenai bahan kimia berbahaya
lain yang terdapat pada lipstik.
1
DAFTAR PUSTAKA
Afriyana, D. (2018). Identifikasi Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) pada lipstik
yang beredar di pasar darmo trade center(DTC) surabya dengan reagen
sederhana. pharmacy
Al-Lubna, M. (2013). CANTIK DAN SEHAT DENGAN HERBAL: Aneka
Racikan & Ramuan Rahasia Khusus Wanita. Jogjakarta: Katahati.
Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam.
Gede Agus Beni Widana, S. M. (2014). Analisis Obat, Kosmetik, Dan Makanan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jaya, F. G. (2013). Penetapan Kadar Pb Pada Shampoo Berbagai Merk dengan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom. pharmaciana.
Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sartono, D. (2001). Racun Dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
Soares, A. R. (2013). Development of a Simple Method for The Determination of
Lead in Lipstick Using Alkaline Solubilization and Graphite Furnace Atomic
Absorption Spectrometry. Talanta .
Sunu, P. (2001). Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. 182.
Tranggono, R. d. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Umum.
Widowati, W. S. (2008.). Efek Toksik Logam : Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran. 119
2
LAMPIRAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.03.1.23.07.11.6662 TAHUN 2011
TENTANG
PERSYARATAN CEMARAN MIKROBA DAN LOGAM BERAT
DALAM KOSMETIKA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,
Menimbang : a. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari peredaran kosmetika yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan dan mutu;
b. bahwa kosmetika yang mengandung cemaran mikroba atau logam berat
melebihi persyaratan dapat merugikan dan/atau membahayakan
kesehatan;
c. bahwa pengaturan tentang persyaratan cemaran mikroba dan logam berat
perlu disesuaikan dengan persyaratan sebagaimana telah disepakati
dalam sidang ASEAN Cosmetic Committee (ACC) tahun 2007 di Laos
dan Vietnam;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan tentang Persyaratan Cemaran Mikroba dan
Logam Berat dalam Kosmetika; Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3
3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3781);
4
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
-2-
4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;
5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52
Tahun 2005;
6. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.21.4231 Tahun 2005;
7. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik;
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.4.3870 Tahun 2003 tentang Pedoman Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik;
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.00.05.42.1018 Tahun 2008 tentang Bahan Kosmetik;
10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Tata Cara
Pengajuan Notifikasi Kosmetika;
11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.12.10.12123 Tahun 2010 tentang Pedoman Dokumen
Informasi Produk;
12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010 tentang Persyaratan Teknis
Kosmetika;
5
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
-3-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
TENTANG PERSYARATAN CEMARAN MIKROBA DAN LOGAM
BERAT DALAM KOSMETIKA.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar
tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan
membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik. 2. Cemaran adalah sesuatu yang masuk ke dalam produk secara tidak disengaja dan tidak dapat
dihindari yang berasal dari proses pengolahan, penyimpanan dan/atau terbawa dari bahan
baku. 3. Kepala Badan adalah Kepala Badan yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pengawasan obat dan makanan.
BAB II PERSYARATAN CEMARAN MIKROBA DAN LOGAM BERAT
Pasal 2
1. Kosmetika yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan keamanan,
kemanfaatan dan mutu. 2. Selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga harus
memenuhi persyaratan cemaran mikroba dan logam berat.
Bagian Pertama
Cemaran Mikroba
Pasal 3 Persyaratan cemaran mikroba yang diatur dalam Peraturan ini meliputi Angka Lempeng Total,
Angka Kapang dan Khamir, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Candida
albicans,.
6
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
-4-
Bagian Kedua Cemaran Logam Berat
Pasal 4
(1) Cemaran Logam berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) merupakan sesepora
(trace element) yang tidak bisa dihindarkan. (2) Logam berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Merkuri, Timbal dan Arsen.
Pasal 5 Persyaratan cemaran mikroba dan logam berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
BAB III TINDAKAN ADMINISTRATIF
Pasal 6
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan secara tertulis; b. larangan mengedarkan kosmetika untuk sementara; c. penarikan kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan, mutu,
penandaan dan atau klaim dari peredaran;
d. pemusnahan kosmetika; dan/atau e. penghentian sementara kegiatan produksi dan atau impor kosmetika.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 7 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, kosmetika yang diproduksi dan/atau diedarkan berdasarkan
persyaratan yang diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Nomor HK.00.06.4.02894 Tahun 1994 tentang Persyaratan Cemaran Mikroba pada Kosmetika,
wajib menyesuaikan dengan persyaratan dalam peraturan ini paling lambat 6 (enam) bulan sejak
diundangkannya Peraturan ini.
7
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
-5-
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 Juli 2011
KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
KUSTANTINAH
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 Juli 2011 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd. PATRIALIS AKBAR
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 438
Lampiran
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan
Republik Indonesia
Nomor HK.03.1.23.07.11.6662
Tahun 2011
1. PERSYARATAN CEMARAN MIKROBA
Persyaratan
Kosmetika untuk: Kosmetika selain untuk:
i. anak dibawah 3 (tiga) i. anak dibawah 3 (tiga)
tahun tahun
ii. area sekitar mata dan ii. area sekitar mata dan
Pengujian iii. membran mukosa iii. membran mukosa
Angka Lempeng Tidak lebih dari 5 x 102 koloni/g Tidak lebih dari 103 koloni/g
Total (ALT) atau koloni/mL atau koloni/mL
Angka Kapang dan Tidak lebih dari 5 x 102 koloni/g Tidak lebih dari 103 koloni/g
Khamir (AKK) atau koloni/mL atau koloni/mL
P. aeruginosa Negatif per 0,1g atau 0,1 mL Negatif per 0,1g atau 0,1 mL
sampel (contoh uji) sampel (contoh uji)
S. aureus Negatif per 0,1g atau 0,1 mL Negatif per 0,1g atau 0,1 mL
sampel (contoh uji) sampel (contoh uji)
C. albicans Negatif per 0,1g atau 0,1 mL Negatif per 0,1g atau 0,1 mL
sampel (contoh uji) sampel (contoh uji)
2. PERSYARATAN CEMARAN LOGAM BERAT
Jenis Cemaran Persyaratan
Merkuri (Hg) tidak lebih dari 1 mg/kg atau 1 mg/L (1 ppm)
Timbal (Pb) tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/L (20 ppm)
Arsen (As) tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/L (5 ppm)
LAMPIRAN
JADWAL PENELITIAN
NO JADWAL
BULAN
M
A
R
E
T
A
P
R
I
L
M
E
I
1 Penelusuran pustaka
2 Pengajuan Judul KTI
3 Konsultasi Judul
4 Konsultasidengan
Pembimbing
5 Penulisan Proposal
6 Ujian Proposal
7 Pelaksanaan
Penelitian
8 Penulisan KTI
9 Ujian KTI
10 Perbaikan KTI
11 Yudisium
12 Wisuda
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
Nama : Cynthia Aulia Mappanyukki
NIM : P07534017014
Dosen Pembimbing : Musthari, S.Si, M.Biomed
Judul KTI : Analisa Kandungan Timbal (Pb) Pada Lipstik Impor Dan
Produk Dalam Negri
No. Hari/Tanggal Substansi Bimbingan Perbaikan Paraf Dosen
Pembimbing
1. Kamis, 24
Oktober 2019
Pengajuan Judul Menentukan
JudulYang
Diajukan
2.
Jumat, 08
November
2019
Persetujuan Judul
Laporan
Lanjutan Bab 1
3.
Kamis, 14
November
2019
Pengajuan Bab 1 Latar
Belakang
Perbaikan Bab 1
Latar Belakang
4.
Rabu, 20
November
2019
Pengajuan Bab 1 Perbaikan Bab 1
5.
Rabu, 27
November
2019
Pengajuan Bab 2
Pendahuluan
Perbaikan Bab 2
6.
Jumat, 29
November
2019
Pengajuan Bab 2 Perbaikan Bab 2
7.
Rabu, 04
Desember 2019
Pengajuan Bab 3 Perbaikan Bab 3
8.
Jumat, 06
Desember 2019
Pengajuan Bab 3 Pengajuan Bab 3
9. Rabu, 04 Maret
2020
Pengajuan Bab 3 Pengajuan Bab 3
10. Selasa, 10
Maret 2020
Proposal Proposal
11. Sabtu, 23 Mei
2020
Bab 4 dan 5 Bab 4 dan 5
12. Selasa, 26 Mei
2020
Perbaikan Bab 4 dan 5 Perbaikan bab 4
dan 5
13. Sabtu, 30 Mei
2020
Pengisian Formulir EC Memperbaiki
tujuandan metode
pada formulir EC
Medan, 2020
Dosen Pembimbing
(Musthari S.Si, M.Biomed)
NIP. 195707141981011001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Cynthia Aulia Mappanyukki
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan / 30 September 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Sejati no.20, Sari Rejo, Medan Polonia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak Ke : 3 dari 3 bersaudara
Pekerjaan : Mahasiswa
Kewarganegaraan : Indonesia
No. Telepon : 085261954391
E-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2005 – 2011 : SD Negeri 064027
Tahun 2011 – 2014 : SMP Swasta Yapena 45 Medan
Tahun 2014 – 2017 : SMA Negeri 13 Medan
Tahun 2017 – 2019 : Sedang menjalani pendidikan Diploma III Teknologi
Laboratorium Medis di Poltekkes KEMENKES Medan