JURNAL JOI DEVI FKM PEMINATAN PROMKES 2013

22
JURNAL GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN TINDAKAN SEKS PRANIKAH PADA SISWA-SISWI SMP NEGERI 8 KELURAHAN MALUHU KECAMATAN TENGGARONG TAHUN 2013 Oleh: Joi Devi NPM. 09.11.107.13201.01102

Transcript of JURNAL JOI DEVI FKM PEMINATAN PROMKES 2013

JURNAL

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

REMAJA DAN TINDAKAN SEKS PRANIKAH

PADA SISWA-SISWI SMP NEGERI 8 KELURAHAN MALUHU KECAMATAN

TENGGARONG TAHUN 2013

Oleh:Joi Devi

NPM. 09.11.107.13201.01102

PEMINATAN PROMOSI KESEHATANFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM

SAMARINDA

ABSTRAK

Joi Devi, Gambaran pengetahuan dan sikap tentangkesehatan reproduksi remaja dan tindakan seks pranikah padasiswa-siswi SMP Negeri 8 Kelurahan Maluhu Kecamatan TenggarongTahun 2013, dibawah bimbingan ibu dr. Evi Fitriany dan ibuRosdiana Hanur, SKM., M.Kes. selaku pembimbing I danpembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuibagaimana gambaran pengetahuan, sikap tentang kesehatanreproduksi remaja dan tindakan seks pranikah pada siswa-siswiSMP Negeri 8 Kelurahan Maluhu.Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasipenelitian adalah seluruh siswa-siswi yang ada di SMP Negeri 8Kelurahan Maluhu Kecamatan Tenggarong tahun 2013 sebanyak 178orang.Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan denganmenggunakan metode stratified random sampling dengan jumlah sampelsebanyak 123 orang. Instrumen penelitian menggunakankuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknikanalisa univariat.Hasil penelitian ini yaitu mayoritas responden memilikipengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi remaja sebanyak89 orang (72,4%), memiliki sikap baik tentang kesehatanreproduksi remaja sebanyak 73 orang (59,3%) dan mayoritasresponden tidak melakukan tindakan seks pranikah sebanyak 81orang (65,9%). Saran dari penelitian ini diharapkan bagi siswa agar dapatmeningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remajabaik melalui bertanya langsung dengan guru, petugas puskesmasserta menambah informasi melalui media yang ada. Dapatmempertahankan sikap yang baik tentang kesehatan reproduksiremaja dengan cara mematuhi nasehat guru dan orang tua,memilih pergaulan dan menghindari pengaruh teman yang tidak

baik. Dapat menghindari tindakan seks pranikah denganmengikuti kegiatan remaja yang positif disekolah dandilingkungan rumah.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan seks pranikahKepustakaan: 39 (2000-2013)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secarafisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental danemosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangkapanjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanyaberpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi jugaterhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya.Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remajadapat dikelompokkan yaitu kehamilan tak dikehendaki,kehamilan dan persalinan usia muda berisiko, masalah IMS,termasuk infeksi HIV/AIDS dan tindak kekerasan seksual,seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi sekskomersial (Depkes, 2008).

Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remajakhususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Halini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yangmenunjukkan usia remaja ketika pertama kali mengadakanhubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14 sampai 23tahun dan usia terbanyak adalah antara 17 sampai 18 tahun(Fuad, dkk. 2003). Perilaku seksual pada remaja dapatdiwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulaidari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan,mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dadadi atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegangalat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawahbaju, dan melakukan senggama (Sarwono, 2003).

Hasil survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)Provinsi Kalimantan Timur tentang perspektif remaja terhadapseks diperoleh bahwa dari 400 orang responden terdapat 67%remaja mengaku belum pernah berhubungan seks, 14% mengakupernah melakukan hanya satu kali, 10% menjawab sudahmelakukan lebih daru dua kali, hampir 8% responden tidakmemberikan jawaban. Semua remaja (100%) sadar akan bahayaIMS dan HIV/ AIDS. Lebih dari 45% remaja putra dan putrimengaku takut pada HIV/AIDS dan IMS dibanding apa pun.Kehamilan merupakan kekhawatiran kedua setelah HIV/ AIDS danIMS bagi remaja. Sebanyak 32% remaja putri mengatakan takut

hamil, dan 18% remaja putra takut menjadi ayah pada usiamuda. Survei tersebut juga mengungkap tentang umur beraparemaja-remaja di Kaltim  pertama kali melakukan hubunganseks. Dari 400 responden, sebanyak 74% tidak menjawab danbersikap malu-malu, namun 9% menjawab pertama kali melakukanhubungan seksual pada usia 17-18 tahun.  Dan terdapat 1%atau 5 responden dibawah usia 13 tahun mengaku pernahmelakukan hubungan seksual (PKBI Kaltim, 2009).

Demikian halnya yang terjadi Kabupaten Kutai Kartanegara,setiap tahunnya selalu terjadi peningkatan jumlah kasusremaja dengan permasalahan seksual. Berdasarkan hasil FocusGroup Discussion (FGD) yang dilakukan PKBI ProvinsiKalimantan Timur dalam kegiatan pengkajian layak anak tahun2008 di Kabupaten Kutai Kartanegara terdapatpermasalahan dimana remaja banyak  yang terlibat pacarantidak sehat dan mengkonsumsi media porno seperti film,gambar dan cerita porno. Hal ini sebagai dampak masihkurangnya sosialisasi informasi tentang kesehatan reproduksiuntuk remaja wilayah Kutai Kartanegara. Berdasarkan hasilPraktek Kerja Lapangan di PKBI Kaltim juga mendapatkanrendahnya pengetahuan remaja merupakan masalah yang menjadiprioritas untuk remaja sering melakukan tindakan yangmembuat dirinya terjerumus dalam pergaulan bebas danterinfeksi HIV/ AIDS dan IMS yang lain. Rendahnyapengetahuan tentang kesehatan reproduksi, dapat pula berasaldari kurangnya informasi dari pihak terkait (PKBI, 2009).

Arma, (2007) mengatakan bahwa menjadi remaja berarti akanmenjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaiandan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani danpematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalahbesar yang mereka hadapi. Perasaan seksual yang menguat takbisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnyaberbeda satu dengan yang lain, begitu juga kemampuan untukmengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenalisisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik, psikis, dansosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya kerasmenyembunyikan segala hal tentang seks. Tidak tersedianyainformasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksimemaksa remaja mencari akses dan melakukan eksplorasisendiri. Pengetahuan remaja terhadap reproduksi sehat sangat

tergantung pada informasi yang diterima baik dari penyuluhanmaupun dari media massa serta kemampuan untuk menyerapinformasi.

Sekolah sebagai institusi formal yang merupakan tempatsebagian besar kelompok remaja adalah wadah yang tepat untukmemberikan pengetahuan kepada remaja tentang kesehatanreproduksi atau perilaku seksual yang sehat dan aman melaluipendidikan yang dimasukkan dalam kurikulum. Pada dasarnya,tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah untukmembekali remaja dalam menghadapi gejolak biologisnya agarmereka tidak melakukan hubungan seks pranikah. Seandainyamereka tetap melakukannya juga, mereka dapat mencegah risikoburuk yang dapat terjadi. Jika risiko terjadi juga, merekaakan menghadapinya secara bertanggung jawab (Arma, 2007).

Puskesmas Loa Ipuh merupakan unit pelaksana teknis DinasKesehatan Kabupaten Kutai Kertanegara yang bertanggungjawabterhadap pelayanan kesehatan di Kecamatan Tenggarong.Berdasarkan data program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja(PKPR) di Puskesmas Loa Ipuh periode bulan Januari sampaiJuni 2013 diperoleh data persalinan remaja sebanyak 22kasus, kehamilan tak diinginkan sebanyak 10 kasus, seks pranikah sebanyak 7 kasus, dan infeksi menular seksual sebanyak7 kasus.

Pelaksanaan program PKPR oleh Puskesmas Loa Ipuh, salah satusasarannya adalah SMP Negeri 8 Kelurahan Maluhu melaluipeningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.SMP Negeri 8 Kelurahan Maluhu dengan jumlah siswa-siswitahun ajaran 2012-2013 sebanyak 188 orang dan tahun ajaran2013-2014 sebanyak 178 orang, mempunyai visi mengembangkankompetensi siswa, prestasi akademik, membina akhlak muliadan berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan hasil survei awal yang telah dilakukan penelitipada tanggal 26 April 2013 dengan metode wawancara terhadap10 orang siswa-siswi SMP Negeri 8 Kelurahan Maluhu kelas IXA diperoleh data sebanyak tiga orang siswa (30%) belummengetahui tentang kesehatan reproduksi. Terdapat tujuhorang siswa (70%) menyatakan tidak setuju dengan tindakanseksual pranikah dan tiga orang siswa (30%) menyatakansetuju dengan tindakan seksual pranikah. Peneliti juga

mendapatkan informasi dari satu orang siswa yang menyatakanpernah melakukan hubungan seksual dan mengetahui haltersebut dari internet.

Dari uraian tersebut di atas peneliti tertarik untukmeneliti tentang  “Gambaran pengetahuan, sikap tentang kesehatanreproduksi remaja dan tindakan seks pranikah pada siswa-siswi SMP Negeri 8Kelurahan Maluhu Kecamatan Tenggarong Tahun 2013”.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana gambaranpengetahuan, sikap tentang kesehatan reproduksi remaja dantindakan seks pranikah pada siswa-siswi SMP Negeri 8Kelurahan Maluhu Kecamatan Tenggarong?.

Tujuan Penelitian

Tujuan UmumPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubunganpengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi remajadengan tindakan seks pranikah pada siswa-siswi SMP Negeri 8Kelurahan Maluhu.

Tujuan Khusus Mengidentifikasi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

remaja pada siswa-siswi SMP Negeri 8 Kelurahan MaluhuKecamatan Tenggarong.

Mengidentifikasi sikap tentang kesehatan reproduksiremaja pada siswa-siswi SMP Negeri 8 Kelurahan MaluhuKecamatan Tenggarong.

Mengidentifikasi tindakan seks pranikah pada siswa-siswiSMP Negeri 8 Kelurahan Maluhu Kecamatan Tenggarong

Manfaat Penelitian

Bagi RemajaSebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dansikap tentang kesehatan reproduksi serta pencegahan tindakanseks pranikah.

Bagi Pihak SekolahSebagai informasi yang dapat dipergunakan untuk peningkatanpendidikan kesehatan reproduksi anak sekolah.

Bagi Pihak PuskesmasDapat menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan maupunimplementasi program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja(PKPR) khususnya tingkat anak sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasipenelitian adalah seluruh siswa-siswi yang ada di SMP Negeri8 Kelurahan Maluhu Kecamatan Tenggarong tahun 2013 sebanyak178 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukandengan menggunakan metode stratified random sampling denganjumlah sampel sebanyak 123 orang. Instrumen penelitianmenggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis denganteknik analisa univariat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Adapun karakteristik respoden penelitian ini yang merupakansiswa-siswi SMP Negeri 8 Kelurahan Maluhu Tenggarongdisajikan dalam tabel sebagai berikut:

1. Berdasarkan Umur

Tabel 4.1. Karakteristik responden penelitianberdasarkan umur di SMP Negeri 8 Kelurahan MaluhuKecamatan Tenggarong tahun 2013 (n=123)

Umur Frekuensi Persentase (%)12 tahun 15 12,213 tahun 39 31,714 tahun 42 34,115 tahun 27 22,0Jumlah 123 100

Dari tabel 4.1. diperoleh hasil bahwa mayoritasresponden berumur 14 tahun sebanyak 42 orang (34,1%),sedangkan responden yang berumur 13 tahun sebanyak 39orang (31,7%), umur 15 tahun sebanyak 27 orang (22%)dan umur 12 tahun sebanyak 15 orang (12,2%).

2. Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2. Karakteristik responden penelitianberdasarkan jenis kelamin di SMP Negeri 8 KelurahanMaluhu Kecamatan Tenggarong tahun 2013 (n=123)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)Laki-Laki 80 65Perempuan 43 35Jumlah 123 100

Dari tabel 4.2. diperoleh hasil bahwa mayoritasresponden adalah laki-laki sebanyak 80 orang (65%)sedangkan responden perempuan sebanyak 43 orang (35%).

3. Berdasarkan Agama

Tabel 4.3. Karakteristik responden penelitianberdasarkan agama di SMP Negeri 8 Kelurahan MaluhuKecamatan Tenggarong tahun 2013 (n=123)

Agama Frekuensi Persentase (%)Islam 104 84,6

Protestan 11 8,9Katolik 7 5,7Hindu 1 0,8Jumlah 123 100

Dari tabel 4.3. diperoleh hasil bahwa mayoritasresponden beragama Islam sebanyak 104 orang (84,6%),sedangkan yang beragama Protestan sebanyak 11 orang(8,9%), beragama Katolik sebanyak 7 orang (5,7%) danyang beragama Hindu sebanyak 1 orang (0,8%).

4. Berdasarkan Kelas

Tabel 4.4. Karakteristik responden penelitianberdasarkan kelas di SMP Negeri 8 Kelurahan MaluhuKecamatan Tenggarong tahun 2013 (n=123)

Kelas Frekuensi Persentase (%)Kelas VII 39 31,7Kelas VIII 41 33,3Kelas IX 43 35,0Jumlah 123 100

Dari tabel 4.4. diperoleh hasil bahwa mayoritasresponden berasal dari kelas IX sebanyak 43 orang(35%), kelas VIII sebanyak 41 orang (33,3%), dan kelasVII sebanyak 39 orang (31,7%).

5. Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Tabel 4.5. Analisis variabel pengetahuan respondenpenelitian di SMP Negeri 8 Kelurahan Maluhu KecamatanTenggarong tahun 2013 (n=123)

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)Baik 89 72,4

Kurang Baik 34 27,6Jumlah 123 100

Dari tabel 4.5. diperoleh hasil bahwa mayoritasresponden memiliki pengetahuan baik tentang kesehatanreproduksi remaja sebanyak 89 orang, sedangkanresponden yang memiliki pengetahuan kurang baiksebanyak 34 orang.

6. Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi RemajaTabel 4.6. Analisis variabel sikap respondenpenelitian di SMP Negeri 8 Kelurahan Maluhu KecamatanTenggarong tahun 2013 (n=123)

Sikap Frekuensi Persentase (%)Baik 73 59,3

Kurang Baik 50 40,7Jumlah 123 100

Dari tabel 4.6. diperoleh hasil bahwa mayoritasresponden memiliki sikap baik tentang kesehatanreproduksi sebanyak 73 orang, sedangkan yang memilikisikap kurang baik sebanyak 50 orang.

7. Tindakan Seks PranikahTabel 4.7. Analisis variabel tindakan respondenpenelitian di SMP Negeri 8 Kelurahan Maluhu KecamatanTenggarong tahun 2013 (n=123)

Tindakan Frekuensi Persentase (%)Tidak Melakukan 81 65,9

Melakukan 42 34,1Jumlah 123 100

Dari tabel 4.7. diperoleh hasil bahwa mayoritasresponden tidak melakukan tindakan seks pranikahsebanyak 81 orang, sedangkan responden yangmelakukan tindakan seks pranikah sebanyak 42 orang.

PEMBAHASAN

1. Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Berdasarkan hasil analisa variabel pengetahuandiperoleh hasil bahwa mayoritas responden memilikipengetahuan baik tentang kesehatan reproduksi remaja.Sedangkan berdasarkan jenis pertanyaan dalamkuesioner, mayoritas jawaban responden yang benaradalah pada pertanyaan nomor tiga yaitu tentang organreproduksi laki-laki. Hasil penelitian ini sejalandengan hasil penelitian Endarto dan Purnomo (2006)yang meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuantentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksualberisiko pada remaja di SMK Negeri 4 Yogyakarta,

dimana diperoleh hasil bahwa mayoritas respondenmemiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatanreproduksi. Teguh, dkk. (2013) tentang hubunganpengetahuan, sikap terhadap kesehatan reproduksidengan praktik seksual pranikah pada mahasiswikebidanan di Politeknik Kesehatan Depkes Semarang jugamendapatkan hasil yang serupa dimana diperoleh hampirsemua responden berpengetahuan baik tentang kesehatanreproduksi.

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan initerjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatuobyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, penciumanrasa dan raba. Pengetahuan manusia diperoleh dari matadan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yanglebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawidikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuanaposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan denganmelakukan pengamatan dan observasi yang dilakukansecara empiris dan rasional. Pengetahuan empiristersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuandeskriptif bila seseorang dapat melukiskan danmenggambarkan segala ciri, sifat dan gejala yang adapada obyek empiris tersebut.

Pengetahuan remaja tentang reproduksi sehat sangattergantung pada informasi yang diterima baik daripenyuluhan maupun dari media massa serta kemampuanuntuk menyerap informasi. Sekolah sebagai institusiformal yang merupakan tempat sebagian besar kelompokremaja adalah wadah yang tepat untuk memberikanpengetahuan kepada remaja tentang kesehatan reproduksiatau perilaku seksual yang sehat dan aman melaluipendidikan yang dimasukkan dalam kurikulum. Padadasarnya, tujuan pendidikan kesehatan reproduksiremaja adalah untuk membekali remaja dalam menghadapigejolak biologisnya agar mereka tidak melakukanhubungan seks pranikah (Arma, 2007).

Menurut peneliti, siswa-siswi SMP Negeri 8 KelurahanMaluhu Tenggarong sudah memiliki pengetahuan yang baik

tentang kesehatan reproduksi remaja disebabkan karenapihak sekolah telah memberikan informasi yang memadaitentang materi kesehatan reproduksi melalui kurikulumyang ada ditambah pula keberhasilan pemberianinformasi yang dilakukan oleh petugas Puskesmas LoaIpuh melalui Program PKPR berupa penyuluhan dandiskusi langsung dengan siswa ataupun konseling. Letaksekolah yang berada di daerah ibukota kabupaten jugamempermudah penyebaran informasi yang adekuat baikmelalui media cetak maupun elektronik seperti televisidan internet.

Selain itu banyaknya reponden laki-laki dalampenelitian ini juga mendukung sudah baiknyapengetahuan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatNotoatmodjo (2003) dimana perbedaan jenis kelamindalam pendidikan ditemukan bahwa laki-laki lebihterampil menghitung, menyesuaikan lingkungan dan lebihagresif. Sementara wanita kemampuan bahasa verbal yanglebih baik atau wanita lebih sering menggunakanemosinya dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan.Sehingga siswa laki-laki lebih terbuka dan aktif dalammencari informasi tentang kesehatan reproduksi remaja.

Terkait dengan hal tersebut, disarankan bagi siswa-siswi agar dapat mempertahankan dan meningkatkanpengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja baikmelalui bertanya langsung dengan guru, petugaspuskesmas serta menambah informasi melalui media yangada. Bagi pihak sekolah agar dapat meningkatkanpemahaman siswa melalui integrasi materi KRR ke dalammata pelajaran yang relevan dan mengembangkan kegiatanekstrakurikuler seperti bimbingan dan konseling.

Bagi pihak puskesmas Loa Ipuh agar dapat menambahjadwal kunjungan program PKPR ke sekolah, meningkatkanfrekuensi penyuluhan dan menyebarluaskan informasimelalui pemberian leaflet kesehatan kepada siswa.Selain itu, pemberian informasi berupa penyuluhan jugadapat dilakukan berdasarkan jenis kelamin sepertimemisahkan kelompok siswa perempuan dengan kelompok

laki-laki sehingga dapat dilakukan diskusi atau tanyajawab secara lebih terbuka.

2. Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

Berdasarkan hasil analisa variabel sikap diperolehhasil bahwa mayoritas responden memiliki sikap baiktentang kesehatan reproduksi remaja. Sedangkanberdasarkan jenis pernyataan dalam kuesioner,mayoritas jawaban responden yang sangat setuju adalahpada pertanyaan nomor dua yaitu tentang pentingnyaremaja mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitianKusumastuti (2010) yang meneliti tentang hubunganantara pengetahuan dengan sikap seksual pranikahremaja SMAN 3 Surakarta dimana diperoleh sebagianbesar responden memiliki sikap negatif (kecenderunganuntuk menghindari seksual pranikah). Demikian pulaTeguh, dkk. (2013) yang mendapatkan hasil bahwasebagian besar responden mempunyai sikap permisif(terbuka) terhadap kesehatan reproduksi danseksualitas.

Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat oleh manusiaterhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu(Petty, 1986 dalam Wawan, 2010). Sikap merupakanreaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulusatau objek. Di dalam sikap yang baik terhadapkesehatan reproduksi remaja ini terdapat kecenderunganuntuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukaiobyek tertentu. Sikap ini dipengaruhi oleh faktorantara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lainyang dianggap penting, media massa, institusi ataulembaga pendidikan/ agama dan faktor emosi dalam diriindividu (Azwar 2009). Faktor lain yang mempengaruhipembentukan sikap adalah faktor pengetahuan. MenurutNotoatmodjo (2007), sikap merupakan kesiapan untukbereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagaisuatu penghayatan terhadap objek.

Pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan olehdua faktor, yaitu faktor internal (individu itu

sendiri) adalah cara individu dalam menanggapi dunialuarnya dengan selektif sehingga tidak semua yangdatang akan diterima atau ditolak dan faktor eksternaladalah keadaan-keadaan yang ada diluar individu yangmerupakan stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap.Di samping itu Mednick, Higgins & Kirschenbaum (dalamDayakisni, 2003) menyebutkan pembentukan sikapdipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu pengaruh sosialseperti norma dan kebudayaan, karakter kepribadianindividu, dan informasi yang selama ini diterimaindividu.

Peneliti berpendapat sikap siswa-siswi SMP Negeri 8Kelurahan Maluhu terhadap kesehatan reproduksi remajadalam kategori baik, hal ini disebabkan karena sudahbaiknya tingkat pengetahuan siswa tentang kesehatanreproduksi remaja sehingga hal ini membentuk sikapyang baik dalam diri siswa tersebut. Dukungan danmotivasi guru sekolah serta petugas Puskesmas jugamenjadi faktor pembentukan sikap siswa tersebut.Selain itu, faktor jenis kelamin juga dapatmempengaruhi pada hasil penelitian ini dimanamayoritas responden adalah laki-laki. MenurutNotoatmodjo (2003) laki-laki dan perempuan mempunyaiperbedaan menghadapi suatu permasalahan. Perempuanbiasanya lebih menekankan mencari dukungan sosial danlebih berfokus pada religius, sedangkan priasebaliknya. Sehingga dalam hal ini, siswa laki-lakicenderung tidak malu-malu dalam bersikap menerimamasalah kesehatan reproduksi.

Terkait hal tersebut, diharapkan bagi siswa-siswi SMPNegeri 8 Kelurahan Maluhu agar dapat mempertahankansikap yang baik tersebut dengan cara mematuhi nasehatguru dan orang tua, memilih pergaulan dan menghindaripengaruh teman yang tidak baik. Dapat pula bagi pihaksekolah untuk memperhatikan peningkatan kegiatankeagamaan, seperti kegiatan pesantren kilat dimanahampir semua siswa beragama Islam sehingga dalampelaksanaan kegiatannya dapat disertakan pembentukansikap tentang kesehatan reproduksi yang baik.

3. Tindakan Seks Pranikah

Berdasarkan hasil analisa variabel tindakan diperolehhasil bahwa mayoritas responden tidak melakukantindakan seks pranikah. Hasil penelitian ini sejalandengan hasil penelitian Endarto dan Purnomo (2006),dimana diperoleh hasil bahwa mayoritas respondenresponden penelitian memiliki perilaku seksual yangbaik. Demikian pula Teguh, dkk. (2013) yangmendapatkan hasil bahwa dimana sebagian besar perilakuseksual pranikah responden dalam penelitian ini adalahtidak melakukan perilaku seks intercourse.

Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yangmuncul dari persepsi sehingga ada respon untukmewujudkan suatu tindakan. Setelah seseorangmengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaianatau pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untukdilaksanakan atau dipraktekkan. Suatu sikap belumotomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar terwujudsikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktorpendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihaklain (Notoatmodjo, 2007). Menurut Sarwono (2003), tindakan seksual adalah segalatingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baikyang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupunsesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurutagama. Tindakan seksual yang sehat dan adaptifdilakukan di tempat pribadi dalam ikatan yang sahmenurut hukum. Sedangkan tindakan seksual pranikahmerupakan tindakan seksual yang dilakukan tanpamelalui proses pernikahan yang resmi menurut hukummaupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing(Mu’tadin, 2002). Sedangkan menurut Irawati (2005)remaja melakukan berbagai macam tindakan seksualberesiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentuyaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering,cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagiansensitif, petting, oral sex, dan bersenggama (sexualintercourse).

Menurut peneliti, banyaknya siswa-siswi SMP Negeri 8Kelurahan Maluhu yang tidak melakukan tindakan sekspranikah disebabkan sudah baiknya pengetahuan dansikap siswa terhadap kesehatan reproduksi remajasehingga hal ini mempengaruhi siswa untuk tidakmelakukan tindakan seks pranikah. Walaupun masih adapula beberapa orang siswa yang melakukan tindakan sekspranikah dengan pacarnya, sehingga masih perludiperhatikan oleh guru dan orang tua siswa terkaitjenis tindakan seks pranikah.

Banyaknya siswa laki-laki juga dapat berpengaruhterhadap masih adanya siswa yang teridentifikasimelakukan tindakan seks pranikah. Kecenderungan inididukung dengan pendapat Notoatmodjo (2003) bahwalaki-laki lebih terampil menghitung, menyesuaikanlingkungan dan lebih agresif. Pola penyelesaianmasalah pada diri laki-laki juga lebih menekankan padatindakan secara langsung sehingga hal ini memungkinkanmasih adanya siswa yang melakukan tindakan sekspranikah.

Terkait dengan hal tersebut, disarankan bagi pihaksekolah agar lebih banyak melibatkan siswa-siswinyadalam kegiatan ekstrakulikuler khususnya siswa laki-laki agar dapat mengalihkan perhatiannya ke dalamkegiatan yang bersifat positif. Penjelasan-penjelasantentang dampak buruk pada moral dan akibat penyakitmenular seksual dari tindakan seks pranikah juga dapatdiberikan pada siswa ketika dalam kegiatan belajarmengajar ataupun oleh pihak puskesmas dalam penyuluhanremaja di sekolah.

KESIMPULAN

Adapun hal-hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini yaitu:

Mayoritas responden memiliki pengetahuan baik tentangkesehatan reproduksi remaja sebanyak 89 orang.

Mayoritas responden memiliki sikap baik tentang kesehatanreproduksi remaja sebanyak 73 orang

Mayoritas responden tidak melakukan tindakan sekspranikah sebanyak 81 orang.

SARAN

Bagi Siswa Agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi remaja baik melalui bertanya langsung denganguru, petugas puskesmas serta menambah informasi melaluimedia yang ada.

Dapat mempertahankan sikap yang baik tentang kesehatanreproduksi remaja dengan cara mematuhi nasehat guru danorang tua, memilih pergaulan dan menghindari pengaruhteman yang tidak baik.

Dapat menghindari tindakan seks pranikah dengan mengikutikegiatan remaja yang positif disekolah dan dilingkunganrumah.

Bagi Pihak Sekolah Agar dapat meningkatkan pengetahuan siswa melalui

integrasi materi KRR ke dalam mata pelajaran yang relevandan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler sepertibimbingan dan konseling.

Agar dapat memberikan motivasi secara terus meneruskepada siswa. Motivasi ini akan berdampak terhadappembentukan sikap siswa dalam memandang pentingnyakesehatan reproduksi remaja sehingga dapat menghindaritindakan seks pranikah.

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dapat jugadilakukan melalui pola intervensi di sekolah mencakupkegiatan formal dan non formal dan di luar sekolah denganmemakai pendekatan pendidik sebaya atau peer conselordengan melibatkan pihak terkait seperti petugaspuskesmas.

Bagi Puskesmas

Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja melaluipenerapan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dapatditingkatkan dengan menambah jadwal kunjungan ke sekolah,

meningkatkan frekuensi penyuluhan dan menyebarluaskaninformasi melalui pemberian leaflet kesehatan kepada siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Widodo. (2004). Psikologi belajar. Jakarta: RinekaCipta

Ali. (2008). Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: SinarBaru Algensindo

Anggraeni. (2009). Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentangtanda-tanda persalinan dengan sikap dan tindakan persiapanpersalinan. Skripsi. Universitas Airlangga

Arma. (2007). Pengaruh perubahan sosial terhadap perilaku seks remajadan pengetahuan kesehatan reproduksi sebagai penangkalnya. JurnalKesehatan Masyarakat. 11.(2) 190-193.

Azwar. (2009). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

BKKBN. (2001). Remaja mengenal dirinya. direktorat remaja danperlindungan hak-hak reproduksi. Jakarta

______. (2008). Gender dalam kesehatan reproduksi. pusat pelatihangender dan peningkatan kualitas perempuan. Jakarta

Dayakisni. (2003). Psikologi sosial. Malang: UniversitasMuhammadiyah

Depkes. (2002). Modul kesehatan reproduksi remaja. Jakarta

______. (2006). Lebih 1,2 juta remaja Indonesia sudah lakukan sekspranikah. Diakses padahttp://karodalnet.blogspot.com/2008/08/lebih-12-juta-remajaindonesia-sudah.html. tanggal 12 Juni 2013

______. (2008). Program kesehatan reproduksi dan pelayanan integratif ditingkat pelayanan dasar. Jakarta

Djamarah dan Zain. (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta:Rineka Cipta

Endarto dan Purnomo. (2006). Hubungan tingkat pengetahuan tentangkesehatan reproduksi dengan perilaku seksual berisiko pada remaja diSMK Negeri 4 Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Surya MedikaYogyakarta

Fuad, dkk. (2003). Pengaruh pendidikan kesehatan seksual terhadappengetahuan dan sikap remaja dalam upaya pencegahan penularanHIV/AIDS di Kota Yogyakarta. Berita Kedokteran MasyarakatXIX/IXI-60. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Hamalik. (2001). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hasan, dkk. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka

Hastono. (2001). Analisis data. Jakarta: Universitas Indonesia

Hurlock. (2004). Psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjanghidup. Edisi ke-5. Yogyakarta: Erlangga

Irawati. (2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadapperilaku seksual pria nikah pada remaja di Indonesia. BKKBN

K4-Health. (2012). Program-program kesehatan reproduksi remaja.Diakses pada http: //www.k4health.org/ toolkits/ indonesia/ program-program-kesehatan-reproduksi- remaja . tanggal 30 Juli 2013

Komisi Kesehatan Reproduksi. (2005). Kebijakan dan strateginasional kesehatan reproduksi di Indonesia. Jakarta

Kusumastuti. (2010). Hubungan antara pengetahuan dengan sikapseksual pranikah remaja SMAN 3 Surakarta. Karya Tulis IlmiahFakultas Kedokteran Universitas Sebelas MaretSurakarta

Makmun. (2003). Karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja.Diakses padahttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/05/karakteristik-perilakudan-pribadi-pada-masa-remaja . tanggal 12 Juni 2013

Mu’tadin. (2002). Pendidikan Seksual Pada Remaja. Diakses padahttp//:www.epsikologi.com. tanggal 12 Juni 2013

Nasution. (2000). Berbagai Pendekatan dalam proses belajar danmengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

__________. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmukeperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Pangkahila. (2007). Perilaku seksual remaja. Jakarta: Sagung Seto

PKBI Kaltim. (2009). Survei perspektif remaja terhadap seks. Diaksespadahttp://www.sapos.co.id/index.php/berita/detail/Rubrik/17/24474 Tanggal 13 Juni 2013

Riyanto. (2011). Aplikasi metodologi penelitian kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika

Sarwono. (2003). Psikologi remaja. Jakarta: Grafindo Persada

Soetjiningsih. (2006). Remaja Usia 15 - 18 Tahun Banyak LakukanPerilaku Seksual Pranikah. Diakses pada http://www.ugm.ac.id/ index.php?page= rilis&artikel=1659 . Tanggal 13 Juni 2013

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta

Suryoputro, dkk. (2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilakuseksual remaja di Jawa Tengah: implikasinya terhadap kebijakan danlayanan kesehatan seksual dan reproduksi. Jurnal MakaraKesehatan. vol.10. no.1: 29-40

Teguh, dkk. (2013). Hubungan pengetahuan, sikap terhadap kesehatanreproduksi dengan praktik seksual pranikah pada mahasiswi kebidanandi Politeknik Kesehatan Depkes Semarang . Jurnal KesehatanMasyarakat 2013, Volume 2, Nomor 2, April 2013

Usman dan Setiawati. (2002). Upaya optimalisasi kegiatan belajarmengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wawan. (2010). Teori dan pengukuran pengetahuan. sikap. dan perilakumanusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Wijaya. (2008). Biologi IX untuk SMP dan MTs Kelas IX. Jakarta:Grasindo