FARMAKOLOGI fkm 13

46
FARMAKOLOGI Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini memberikan pengetahuan dan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan informasi tentang obat , baik itu penyimpanan dan efek samping termasuk bagaimana cara untuk memperolehnya. Pokok Bahasan : 1. Konsep farmakologi, meliputi Farmakodinamika, Farmakokinetika, serta farmaseutika 2. Obat-obat yang lazim dipergunakan, meliputi : Analgetik antipyretika, antibiotik, anti jamur, anti hipertensi dan konvulsi, Diuretik, Vitamin, Des infektan, Napza 3. Metabolisme obat 4. Khasiat obat 5. Menjelaskan cara menggunakan dan efek samping obat 6. Menyampaikan aspek legal dan illegal 7. Mengelola dan mengadministrasikan pelaporan tentang obat

Transcript of FARMAKOLOGI fkm 13

FARMAKOLOGI

Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini memberikan pengetahuan dan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan informasi tentang obat , baik itu penyimpanan dan efek samping termasuk bagaimana cara untuk memperolehnya.

Pokok Bahasan :1. Konsep farmakologi, meliputi Farmakodinamika, Farmakokinetika, serta

farmaseutika2. Obat-obat yang lazim dipergunakan, meliputi : Analgetik antipyretika, antibiotik,

anti jamur, anti hipertensi dan konvulsi, Diuretik, Vitamin, Des infektan, Napza 3. Metabolisme obat4. Khasiat obat 5. Menjelaskan cara menggunakan dan efek samping obat6. Menyampaikan aspek legal dan illegal7. Mengelola dan mengadministrasikan pelaporan tentang obat

FARMAKOLOGI . . . .

Istilah farmakon dalam pemakaian bahasa sehari-hari sama artinya dengan bahan atau obat. Oleh karena itu dalam arti sempit dapat diefinisikan sebagai “ Ilmu tentang kerja obat pada organisme sehat atau sakit “ atau secara luas dapat didefinisikan sebagai “ Ilmu tentang interaksi antara senyawa kimia dan sistem biologi “

Sedangkan yang dimaksud dengan obat secara luas adalah bahan kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup, dengan perkataan lain, yaitu bahan kimia yang diberikan dengan kadar yang tepat dan digunakan secara benar akan memberikan efek therapy.

FARMAKOLOGI BERDASARKAN PADA FUNGSINYA :

1. FARMAKOKINETIK, ialah aspek farmakologi yang menyangkut nasib obat dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi dan metabolisme, dan ekskresinya

2. FARMAKODINAMIK, ialah ilmu yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya

3. FARMAKOTHERAPY, ialah ilmu yang mempelajari penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, disini aspek farmakokinetik dan farmakodinamik suatu obat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit tertentu.

4. TOKSIKOLOGI, ialah ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, industry maupun lingkungan hidup lain, misalnya insektisida, pestisida dan zat pengawet.

BEBERAPA BENTUK SEDIAAN OBAT

1. Tablet, yaitu suatu sediaan padat dari bahan obat yang dibentuk dengan cara kompresi dengan beberapa zat tambahan sesuai dengan kebutuhannya, seperti : zat pengisi, pelincir, penghancur, pemanis, penyalut dan lain sebagainya, dengan bentuk bulat pipih.

2. Tablet salut, sda dengan penambahan berbagai penyalut, seperti : salut selaput, enterik dan gula.

3. Kaplet, sda dengan bentuk seperti kapsul, yang berfungsi untuk memudahkan penggunaan

4. Dragge, sda dengan bentuk bulat sedikit pipih biasanya bersalut .

BEBERAPA BENTUK . . . . . . .

5. Larutan, suatu sediaan cair yang dibuat sirup dengan penambahan zat pewarna atau pewangi, dengan kandungan zat berkhasiat tunggal maupun campuran.

6. Suspensi, suatu sediaan padat dalam air yang tidak dapat larut tetapi terdispersi secara merata, dan untuk menghomogenkannya perlu ditambah suspending agent

7. Emulsi, sediaan cair yang merupakan campuran minyak dalam air, untuk menghomogenkannya diperlukan emulgator, dapat diberi pewarna, pemanis maupun pewangi.

8. Salep, yaitu sediaan obat luar dengan bahan obat pada basis salep ( vaselin putih maupun kuning )

9. Krim, yaitu sediaan obat luar, dengan bahan obat dimasukan pada basis krim ( minyak dalam air )

BENTUK SEDIAAN OBAT . . . . . . .

10. Kapsul keras ( hard capsul ), suatu sediaan padat yang dimasukan dalam wadah berbentuk kapsul dengan berbagai ukuran.

11. Kapsul lunak ( Soft capsul ) adalah sediaan cair yang dimasukan kedalam kapsul

12. Suppositoria, yaitu suatu sediaan untuk penggunaan tertentu yang dimasukan kedalam anus dan berbentuk supp. Biasanya terbuat dari oleum Cacao yang akan meleleh pada suhu kamar

13. Ovula, yaitu sediaan bahan obat yang dipergunakan intra vagina biasanya sebagai anti fungi

BENTUK SEDIAAN OBAT . . . . . . .

15. Larutan suntik, yaitu sediaan obat yang dibuat secara steril dengan kadar kecil dan pembawanya dapat berupa air ataupun minyak

16. Larutan infus, yaitu sediaan steril dibuat dengan jumlah yang banyak antara 500 ml sampai 1000 ml

17. Implantasi, suatu sediaan berbentuk padat yang di masukan secara implant di bawah kulit yang biasanya berisi hormon

18. Spray, suatu sediaan yang dimasukan pada suatu media yang berbentuk fasa gas

19. Inhalasi, adalah suatu sediaan yang dimasukan pada pembawa yang mudah menguap seperti : vick inhaler

BENTUK SEDIAAN OBAT . . . .

20. Gargarisma ( obat kumur), adalah bentuk sediaan cair dengan kadar bahan berkhasiat yang kecil, dan pada umumnya bersifat antiseptik

21. Tetes mata/telinga, suatu sediaan cair untuk obat luar yang dibuat steril, isotonis, dan isohidris yang sesuai dengan cairan tubuh

22.Cairan mata/telinga, suatu sediaan yang biasanya digunakan sebagai obat pencuci mata/telinga dengan kadar yang kecil dan sediaan ini tidak perlu steril, seperti obat cuci mata dan telinga

BENTUK SEDIAAN OBAT . . . . .

23. Plester, suatu sediaan yang dimasukan pada bentuk plester seperti salonpas, daryantulle, supratulle dan laian sebagainya

24. Pasta, suatu sediaan berbentuk setengah padat ( odol)

25. Tablet efferfescent, suatu sediaan tablet yang diberi tambahan zat penyegar ( soda )

26. Tablet kunyah, suatu sediaan yang dibuat sedemikian rupa dengan penambahan pemanis dan bahan tambahan lain yang bisanya digunakan untuk peneutral asam lambung

Penggolongan ObatBerdasarkan jenis Berdasarkan mekanisme kerja Berdasarkan tempat/lokasi pemakaian Berdasarkan efek yang ditimbulkan Berdasarkan cara pemberian Berdasarkan komposisi obat Berdasarkan cara pembuatan Berdasarkan daya kerja/terapi

Berdasarkan Jenis Obat keras/obat daftar G (Gevarlijk) Contoh : Semua Antibiotika, obat suntik, preparat

hormon, Anaestesi lokal, Nitrogliserin, obat baru, semua preparat sulfa kecuali sulfaguanidin dalam jumlah tertentu, adrenalin, digitalis dan glikosidanya, dll

OKT/Psikotropika contoh : Bromamfetamin, Amfetamin, Aprazolam,

Phenobarbital,Amobarbital,Flunitrazepam Diazepam, dll

Obat bebas/OTC (Over The Counter) contoh : Vitamin dan mineral, beberapa analgetik-

antipiretik, obat gosok, antiseptik,dll.

Berdasarkan Jenis Obat bebas terbatas, daftar W (Warscwing) Contoh : Tinctur Iod, Papaverin 10 mg,

Sulfa-sulfa usus 600 mg, ekspektotan, Iodium komplek, antihistamin untuk pemakaian luar, dextromethopan dll

Obat narkotika/opiat (opiat /candu) Contoh : Opium mentah, Cocain, Heroin,

Morfin, Pethidin, Methadon, Codein, Doveri, Etilmorfin, dll.

Berdasarkan Mekanisme Kerja Kausatif : Bekerja terhadap penyebab

penyakit (antibiotik) Profilaktik : Mencegah penyakit (serum,

vaksin) Terapi Simptomatik : Meringankan gejala

yang timbul akibat penyakit (analgesik) Terapi substitusi : Menambah/mengganti

atau suplemen (vitamin dan asam amino) Plasebo (aqua injectionum)

Berdasarkan Tempat/Lokasi Pemakaian

Berdasarkan Efek yang ditimbulkan• Sistemik

Contoh : Oral, Oromucosal, injeksi, implantasi, rektal, transdermal.

• Lokalcontoh : Kulit, inhalasi, mukosa mata dan telinga, intranasal , intravaginal.

• Obat dalam (etiket putih)• Obat luar (etiket biru)

Berdasarkan Cara Pemberian

Oral ● Intra peritoneal Perektal ● Intrapleural Sublingual ● Intracardial Bucal ● Intraartikulair Subcutan ● Implantasi Intramuscular ● Intranasal Intravena ● Inhalasi Intra arteri ● Mukosa mata

dan telinga Intracutan ● Intavaginal intralumbal ● dll

Berdasarkan Komposisi Obat Obat cacing Obat sakit

kepala Obat infeksi Obat kanker Hipnotikum Sedatif Oksitosik

• Medriasis• Emetik• Diuretik• Ekspektrorans• Katartika• Sudorifika• dll

Berdasarkan Cara Pembuatan• Alamiah• Sintetik

Berdasarkan Daya Kerja Terapi• Farmakodinamik• Kemoterapi• Diagnosa

Kerja Obat Berdasarkan Tiga Fase Reaksi

Fase Farmasetik/Biofarmasi Fase Farmakokinetik Fase Farmakodinamik

Absorpsi Obat Difusi Pasif Difusi Terfasilitasi Mekanisme Transfor Khusus

Jalur Absorpsi Obat• Absorpsi peroral

Mudah, aman, menyenangkan, diabsorpsi dalam usus halus, respon lambat

• Absorpsi sublingualDi bawah lidah, trochisi, lozenges, gargarisma

Jalur Absorpsi Obat• Absorpsi perektal Melalui mukosa usus besar,

suppositoria, enema• Absorpsi perenteral Intravena,intramuskular, intraarterial

Distribusi Obat• Kompleks protein darah-obat,

penimbunan pada organ tertentu• Efek obat ditentukan oleh kapasitas

permeabilitas sel/jaringan, afinitas reseptor, waktu paruh (T1/2)

Metabolisme Obat Meliputi proses biokimia

(oksidasi, reduksi, hidrolisis, konjugasi)

Ekskresi dan Eliminasi• Dalam bentuk obat asli dan metabolit• Ekskresi melalui : urin, faeses, empedu,

keringat, air liur• Detoksifikasi/inaktivasi (fenobarbital,

fenasetin, asetaminofen)• Pengaruh obat-obat lain serta asam/basa

Interaksi Obat OTT (Obat Tidak Tersatukan)

Kimia (Berubah secara kimia), misalnya endapan yang terjadi karena reaksi kimia pada tetes mata yang mengandung Argentum proteinatum dan Cocain HCl.

Fisika (terjadi perubahan secara fisika misalnya timbulnya endapan, mengkristal, melebur, dll)

Farmakologi

Interaksi Obat Efek Kombinasi

Antagonis dan sub aditifSinergis (sinergis aditif dan sinergis

superaditif/potensiasi)Toleransi/habituasi

MELALUI SELAPUT LENDIR (MUKOSA), SELAIN SELAPUT LENDIR DARI SALURAN LAMBUNG USUS, JUGA MUKOSA LAIN DARI BADAN DAPAT MENYERAP OBAT DENGAN BAIK, DENGAN BEBERAPA CARA :

1. Oromukosal (sublingual), karena resorpsi lebih cepat dari pemberian oral, maka dosis dapat diperkecil, keuntungannya obat langsung masuk kedalam sirkulasi tanpa melalui hati, dapat diberikan dalam bentuk tablet atau tetes (drops)

2. Intranasal, resorpsi dari mukosa hidung sangat baik dan jalan ini kadang digunakan untuk pengobatan antihistamin, yang diberikan dalam bentuk spray atau dalam larutan garam fisiologis

3. Inhalasi, gas-gas dan zat yang mudah menguap digunakan sebagai inhalasi dan dengan cepat masuk ke pembuluh darah melalui mukosa saluran nafas dan lapisan dari dalam paru-paru. Biasanya digunakan obat anaestesi atau zat yang bersifat vasodilator untuk pengobatan asma dan angina pektoris

4. Vagina, penggunaan obat ini diperlukan untuk efek lokal, misal fungisidal dan desinfektansia

PEMAKAIAN OBAT . . . . . . . .

Suatu obat biasanya selalu diberikan per oral, tetapi dapat juga diberikan pada permukaan tubuh, yaitu kulit atau mukosa maupun disuntikan dengan alat perforasi ( alat suntik atau imunisasi) ke dalam bagian tubuh

Tempat dan cara pemberian, serta bentuk sediaan obat diatur menurut :

1. Sifat fisika dan kimia2. Muncul dan lamanya kerja yang diinginkan3. Tempat obat seharusnya bekerja

Apabila diharapkan kerja yang cepat, maka harus dipilih cara pemberian dengan menghilangkan absorpsi ( penyuntikan dan inhalasi ), sebaliknya bila diharapkan dengan cara yang tertunda, maka diberikan melalui absorpsi

TEMPAT DAN CARA PEMAKAIAN OBAT

1. Per oral (melalui mulut), pada umumnya obat lebih banyak diberikan per oral biasanya resorpsinya terjadi di mukosa usus, hanya beberapa zat saja yang mulai di absorpsi di lambung, kelemahannya untuk obat berkhasiat yang bersifat merangsang tidak dapat diberikan dengan cara ini, juga obat-obat yang terurai oleh enzym pencernaan dapat dihindarkan dengan cara memberikan penyalut yang tahan terhadap mukosa lambung

2. Pemakaian topikal, digunakan untuk pengobatan lokal, juga digunakan sebagai oral adsorbansia atau astringensia, dan broncholitika dalam bentuk aeorol

3. Secara parenteral (per injeksi), penggunaan obat melalui cara ini mempunyai keuntungan cepat dalam resorpsinya, dan kelemahannya tidak semua orang dapat menggunakannya

CARA PARENTERAL (INJEKSI) . . . . . . .

4. Injeksi intracutan ( Ic, intradermal), dimasukan kedalam corium, yaitu lapisan kulit yang berada di lapisan kulit luar, dilakukan untuk memperoleh resorpsi yang lebih perlahan daripada injeksi hypodermal. Terutama digunakan untuk tujuan diagnostik guna mendapat reaksi setempat, misal pada reaksi tuberculin pada tes mantoux

5. Injeksi intrathecal ( lumbal ), injeksi ini dilakukan dengan suatu tusukan dibagian punggung (punctio lumbal) untuk memperoleh efek langsung yang lokal terhadap sumsum atau akar-akar syaraf. Digunakan terutama untuk obat anaestesi guna mencapai efek lokal, juga antibiotik dapat dilakukan dengan cara ini.

6. Intra rectal ( melalui dubur ), penggunaan obat melalui rectal mempunyai beberapa keuntungan, yang pertama bagaian atas dari usus tidak dirangsang dan kedua obat ini tidak melintasi hati, sehingga aktivitas ditiadakan. Aktivitas dapat lebih besar dan lebih cepat daripada oral, dan bentuknya dapat berupa supositoria atau cairan

ADA BEBERAPA CARA PARENTERAL (INJEKSI) . . . .

1. Injeksi intra vena ( IV) ini merupakan jalan langsung dan menghasilkan efek tercepat dengan waktu hanya 18 detik, obat sudah tersebar keseluruh tubuh, kelemahannya bila terdapat benda asing akan langsung masuk ke pembuuh darah dan menyebabkan terganggunya keseimbangan koloidalnya, dan salah satu akibat yang tidak diharapkan adalah terjadinya “ Shock”

2. Injeksi intra muskuler ( IM), cara ini banyak digunakan untuk larutan dan suspensi dari obat dalam air, resorpsi berlangsung cepat, dan bila diharapkan resorpsi yang berjalan lambat, maka digunakan suspensi obat dalam minyak (depo)

3. Injeksi subcutan ( SC, hypodermal), banyak digunakan untuk obat-obat yang tidak bersifat merangsang dan dapat larut dalam air dan minyak, efek dapat tercapai secepat im dan iv. Bila di kehendaki kerja lambat digunakan pelarut minyak atau dengan menambah zat pengecil pembuluh darah ( vasokonstruktor), misalnya adrenalin pada anaestesi lokal

MELALUI KULIT . . . . . .

Melalui kulit ( per cutan ), banyak obat digunakan melalui kulit untuk efek lokalnya, karena kulit yang tidak sehat dapat menyerap zat kimia dengan baik, resorpsi dapat dipercepat dengan pemanasan atau massage. Obat dapat dilarutkan dalam minyak dan bila perlu ditambahkan zat keratolitik yang dapat melarutkan lapisan luar dari kulit (epidermis), misalnya asam salisilat dan resorchin.Sebaliknya reaksi dapat diperlambat dengan penambahan astringent yang dapat menciutkan kulit sebagai penyamak atau formaldehide

INPLANTASI . . . . .

Inplantasi ( subcutan ), bila dikehendaki resorpsi yang sempurna guna mencapai efek sistemis yang lama, jadi masuk ke saluran darah dan tersebar keseluruh tubuh. Dosis lebih kecil dari per oral dan efek jangka panjang, sering digunakan untuk hormon estradiol, testoteron dan biasanya di buat sebagai tablet silindris kecil yang steril dimasukan di bawah kulit dengan alat yang disebut “ trocar”

KERJA OBAT . . . . .

Kerja suatu obat merupakan hasil dari berbagai proses yang sangat rumit, umumnya di dasari suatu rangkaian reaksi yang dibagi dalam 3 fase :

1. Fase Farmaseutik, meliputi hancurnya bentuk sediaan obat dan melarutnya bahan obat ( padat ), fase ini ditentukan sifat galeniknya.

2. Fase Farmakokinetik, meliputi proses invasi yaitu proses yang berlangsung pada pengambilan obat ke dalam organisme ( absorpsi, distribusi ) dan eliminasi yang merupakan proses biotransformasi dan ekskresi ( evasi ). Dalam farmamokinetik, organisme merupakan sistem terbuka dimana terjadi aliran yang selalu terjadi pertukaraan aliran bahan, energi dengan sekitarnya, apabila pemasukan dan pengeluaran sama, maka akan terjadi keseimbangan ( Steady state ), adanya bahan obat akan merubah kesimbangan, oleh karena itu diperlukan upaya untuk menyeimbangkannya.

KERJA OBAT . . . . .

3. Fase Farmakodinamik, merupakan interaksi obat reseptor dan juga proses

yang terlibat akhir efek farmakologi terjadi, dari bentuk kerja obat yang

digambarkan jelas bahwa ini tidak hanya bergantung pada sifat

farmakodinamika bahan obat, tetapi juga bergantung pada :

* Bentuk sediaan dan bahan pembantu yang digunakan, jenis dan tempat

pemberian

* Keterabsorpsian dan kecepatan absorpsi, distribusi dalam organisme

* Ikatan dan lokalisasi dalam jaringan, Biotransformasi ( proses

metabolisme )

* Ekskresi dan kecepatan ekskresi

1.FARMASEUTIK :PROSES PEMBERIAN OBAT TERHADAP ORGANISME :

Pemakaian 1 Penghancuran sediaan obat/Pelarutan bahan berkhasiat

2Absorpsi

3 4b

Cadangan Distribusi Fase Farmakodinamik4a

4d 6b 4c 5 6a

6Ekskresi Biotransformasi

2. FARMAKOKINETIK : a. Absorpsi . . . .

Absorpsi adalah pengambilan obat dari permukaan tubuh ( mukosa saluran cerna ), atau tempat tertentu dalam organ ke aliran darah atau ke dalam sistem pembuluh limpa yang selanjutnya di distrisbusikan ke seluruh tubuh.Suatu obat akan berkhasiat bila mencapai konsentrasi yang sesuai serta tempat kerja dan absorpsi yang cukup, dan ini merupakan syarat untuk efek theurapeutik.1. Sawar absorpsi, yaitu proses dimana membrane permukaaan sel yang merupakan batas pemisah antara lingkungan luar dan dalam, terdapat dua struktur membran yang berbeda secara kualitatif, pertama lapisan lipid yang akan mengambil bahan yang bersifat lipofil dan pori yang berisi air untuk penetrasi yang bersifat hidrofil.2. Mekanisme absorpsi, penetrasi senyawa melalui membrane dapat terjadi sebagai : * Difusi murni ( pasif ) * Difusi terfasilitasi ( melalui pembawa ) * Tranport aktif atau pinositosis, fagositosis dan persorbsi

FARMAKOKINETIK : a. Absorpsi . . . .

3. Absorpsi obat, kebanyakan terjadi secara pasif melalui difusi, kecepatan absorpsi dan kuosien absorpsi ( hubungan bagian yang di absorpsi terhadap jumlah yang diberikan ), yang bergantung pada banyak faktor, antara lain : * Sifat fisika kimia bahan obat, terutama stereo kimia dan kelarutannya * Sediaan obat, besarnya partikel dan dosis * Nilai pH dalam, yang mengabsorpsi * Integritas membrane * Rute dan tempat pemberian * Waktu kontak dan besarnya luas permukaan absorpsi * Aliran darah organ yang mengabsorpsi

2. FARMAKOKINETIK : b. Distribusi . . . . .

Apabila obat mencapai pembuluh darah, obat akan dibawa lebih lanjut bersama aliran darah dalam sistem sirkulasi, akibat landaian konsentrasi darah terhadap jaringan, bahan obat mencoba meninggalkan pembuluh darah dan terdistribusi dalam organisme keseluruhan.Distribusi ini tergantung pada ukuran molekul, ikatan pada protein plasma dan protein jaringan, kelarutan dan sifat kimia, juga tergantung pada pasokan darah dari organ dan jaringan masing-masing.

BAGIAN PROSES FARMAKOKINETIKA

Invasi Eliminasi

Absorpsi Distribusi Biotransformasi Ekskresi

2. FARMAKOKINETIK : c. Biotransformasi . . . . . .

Sebagian besar senyawa lipofil diresorpsi ke dalam tubuli ginjal setelah filtrasi di glumerulus, maka senyawa ini hanya dapat di ekskresi dengan lambat melalui ginjal, bila senyawa ini tidak dirubah secara kimia akan membahayakan, karena bahan akan terakumulasi terutama di jaringan lemak.Oleh karena itu organisme memiliki sistem enzym yang dapat merubah xenobiotik lipofil menjadi bahan yang hidrofil dan lebih mudah dapat di ekskresi.Laju eliminasi bahan yang larut dalam minyak bergantung sebagian besar pada kecepatan senyawa ini dimetabolisme menjadi senyawa yang lebih larut dalam air pada organisme.Proses perubahan senyawa asing ini disebut Biotransformasi.Biotransformasi terjadi terutama dalam hati dan hanya dalam jumlah yang sangat rendah terjadi dalam organ lain ( misal pada usus, ginjal, paru-paru, lympa, otot, kulit atau dalam darah ).

BAGAN PROSES PENTING PADA BIOTRANSFORMASIOBAT

Hidrofil Polar Lipofil Sangat lipofil, relative Alkilansia stabil terhadap biotranformasi

Penimbunan dalam Ikatan jaringan Jaringan lemak kovalen

Reaksi phase 1 Produk antara yang meng alkilasi

elektrofil

Polar Reaksi phase 2 Hidrofil

Sirkulasi darah

Ekskresi biller Ekskresi ginjal aktif Ultrafiltrasi

Reabsorpsi Reabsorpsi

Konjugat terhidrolisis Lipofil Faeses Hidrofil Urine

2. FARMAKOKINETIK : d. Ekskresi . . . . . . .

Seperti hal nya biotransformasi, ekskresi suatu obat dan metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi bahan berkhasiat dalam tubuh, ekskresi ini dapat terjadi bergantung pada sifat fisika kimia ( BM, pKa, kelarutan, Tekanan uap ), senyawa ini di ekskresikan melalui :1. Ginjal ( urine ) merupakan organ terpenting, ekskresi yang kecepatan dan besarnya ekskresi ditentukan oleh filtrasi glumerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus.2. Empedu dan usus ( faeces ) yang di ekskresikan melalaui empedu adalah senyawa yang mempunyai BM 500, sedangkan BM 300 dikeluarkan melalui urine, sedangkan ekskresi melalui usus sebetulnya jarang terjadi dan seandainya terdapat bahan obat pada faeces ini di akibatkan absorsi yang kurang sempurna, atau ekskresi melalu empedu tanpa reabsorpsi.3. Paru-paru ( udara ekspirasi ), pengeluaran gas melalui paru-paru, khususnya setelah pembiusan yang terjadi karena perbedaan konsentrasi dan tekanan dalam darah dan udara pernafasan.

3. FARMAKODINAMIK : Interaksi obat reseptor . . . . . .

Yang di maksud reseptor adalah makromolekul ( biopolimer ) khas atau bagiannya dalam organisme, yaitu tempat aktif biologi, tempat obat terikat.Pengikatan dengan reseptor dengan berbagai jenis ikatan seperti : ikatan ion, ikatan jembatan hidrogen, ikatan hydrofob melalui Gaya Vander Wall.Hampir selalu terjadi jenis ikatan yang berbeda-beda secara bersamaan, pada fase primer pertemuan obat reseptor, maka ikatan ion mempunyai peranan penting, sedangkan pada pencocokan yang saling menyambung antara obat reseptor, maka yang berfungsi adalah ikatan dipol-dipol, ikatan jembatan hidrogen dan ikatan hydrofob, disamping itu ikatan-ikatan ini menunjang terjadinya fiksasi obat pada reseptor.

4. MEKANISME KERJA OBAT

Yaitu proses biokimia atau biofisika yang mendasari aktivitas obat, anatara lain : menghambat dan mengaktifkan enzym tubuh sendiri, mempengaruhi proses transport, mempengaruhi biosintesis dalam mikroorganisme, efek osmotik, pembentukan komplek dan reaksi neutralisasi.

Beberapa contoh mekanisme kerja obat, antara lain :

1. Pengaruh terhadap enzym, dapat berupa inhibisi atau aktivasi enzym

2. Pengaruh terhadap transport, dengan meningkatkan ketetapan membrane, menurunkan ketetapan membrane, mempengaruhi mekanisme pembawa, dan mempengaruhi transport aktif.

4. MEKANISME KERJA OBAT

3. Pengaruh terhadap biosintesis dalam mikroorganisme, berupa inhibisi sintesis sel bakteri yang merupakan kerja dari golongan penisilin, mengganggu sintesis protein normal bakteri yang merupakan kerja dari tetrasiklin, dan gangguan sintesis asam folat yang merupakan kerja dari sulfonamide.

4. Memberikan efek somatik, seperti pada osmodiuretika dan obat pencahar

5. Pembentukan komplek, seperti penghambatan pembekuan darah oleh natrium sitrat akibat pembentukan komplek dengan ion kalium dan penggunaan kalium edetat sebagai anti dotum pada keracunan logam berat.

6. Reaksi neutralisasi, seperti neutralisasi asam lambung oleh antasida

5. PENGATURAN DOSIS . . . .

Pemberian dosis yang cukup dan sesuai sehingga diperoleh efek yang diinginkan tanpa dosis berlebihan dan efek samping toksik. Karena efek yang ditimbulkan oleh suatu obat dalam organisme bergantung pada konsentrasi dan tempat kerja, maka pemberian dosis bergantung pada berat badan seseorang.

Berat badan orang dewasa normal 70 kg ( F Ind )Pengertian pemberian dosis :

1. Dosis tunggal, yaitu pemberian dosis tunggal yang lazim ( berkhasiat secara teurapetik )

2. Dosis tunggal maksimum, yaitu pemberian dosis tunggal maksimum sehari

3. Dosis harian, yaitu dosis lazim yang dipakai selama 24 jam

5. PENGATURAN DOSIS . . . .

4. Dosis harian maksimum, yaitu dosis maksimum yang diberikan selama 24 jam

5. Dosis inisiasi, yaitu dosis yang diberikan pada awal suatu teurapi sampai tercapai kadar yang diinginkan secara teurapetik

6. Dosis pemeliharaan, yaitu dosis yang harus diberikan selanjutnya setelah tercapainya kejenuhan untuk memelihara kerja serta konsentrasi jaringan

7. Dosis terbagi, yaitu suatu sediaan yang diberikan secara terbagi yang disesuaikan dengan waktu paruhnya, dapat diberikan 2 X, 3X, 4X atau setiap 2 jam sekali

6. SINERGISME

Sinergisme terjadi jika pada pemakaian dua obat atau lebih

secara bersamaan, efek salah satu obat diperkuat oleh lainnya.

Jika efek keseluruhan obat sama besar dengan jumlah kekuatan

masing-masing obat, maka disebut sinergisme adisi, ada juga

yang disebut sinergisme superadisi ( potensiasi ).

Untuk memperoleh keterangan yang tepat, kenaikan aktivitas

harus dinilai dengan bantuan kurva dosis – aktivitas yang

bersangkutan, baru setelah itu dapat diputuskan , apakah suatu

kombinasi obat bekerja aditif, superaditif atau subaditif ( antagonis

)

HABITUASI ( PENGEMBANGAN TOLERANSI ) DAN TAKHIFILAKSIS

Habituasi atau pengembangan toleransi terjadi jika setelah pemberian

berulang-ulang suatu obat, maka dosis harus dipertinggi untuk mencapai

efek yang sama.

Dibedakan perkembangan toleransi farmakokinetika, penurunan efek

terutama disebabkan oleh induksi enzim, dan pada pengembangan toleransi

farmakodinamika dibahas adanya perubahan kepekaan reseptor dan/atau

perubahan kerapatan reseptor.

Karena barbiturat merupakan induktor enzim yang sangat baik, dan pada

morphin terjadi suatu toleransi farmakodinamik yang sangat menonjol, maka

pada hal yang pertama disebut perkembangan toleransi jenis barbiturat, dan

yang kedua jenis morphin.

TAKHIFILAKSIS . . . . .

Takhifilaksis, bila terjadi perkembangan toleransi dalam waktu yang relatif

singkat ( menit sampai jam ) dan demikian juga setelah pemberian obat,

kerja normal akan timbul kembali setelah waktu singkat yang sebanding.

Sebagai contoh adalah takhifilaksis setelah pemberian simpatomimetika

tak langsung seperti ephedrine. Pada pemberian ephedrine berturut-turut

secara cepat, cadangan nor adrenalin makin cepat dikosongkan,

mekanisme untuk mengisi kembali tidak cukup untuk menggantikan

kehilangan ini, dengan demikian kerja terus menerus menurun, walau

demikian pada penghentian pemakaian ephedrine, sistem akan pulih

kembali setelah beberapa saat dengan pengisian cadangan.