IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SERVER CLUSTERING MENGGUNAKAN CLUSTER FILE SYSTEM PADA SAN (STORAGE AREA...
Transcript of IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SERVER CLUSTERING MENGGUNAKAN CLUSTER FILE SYSTEM PADA SAN (STORAGE AREA...
IMPLEMENTASI DAN ANALISIS
SERVER CLUSTERING MENGGUNAKAN CLUSTER FILE SYSTEM
PADA SAN (STORAGE AREA NETWORK) BERBASIS iSCSI UNTUK
LAYANAN CLOUD STORAGE
(Implementation and Analysis of Server Clustering using Cluster File System on
iSCSI SAN (Storage Area Network) for Cloud Storage Service)
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik
guna menyelesaikan jenjang studi S1 pada Program Studi Teknik Telekomunikasi
Fakultas Teknik Elektro
Universitas Telkom
Disusun Oleh :
FIRDAUSKA DARYA SATRIA S.Sy.
1101080033
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2014
i
UNIVERSITAS TELKOM No. Dokumen ITT-AK-FEK-
PTT-FM-004/001 Jl.Telekomunikasi No. 1 Ters. Buah Batu Bandung 40257 No. Revisi 00
FORMULIR LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR Berlaku Efektif 2 Mei 2011
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
IMPLEMENTASI DAN ANALISIS
SERVER CLUSTERING MENGGUNAKAN CLUSTER FILE SYSTEM
PADA SAN (STORAGE AREA NETWORK) BERBASIS iSCSI UNTUK
LAYANAN CLOUD STORAGE
(Implementation and Analysis of Server Clustering using Cluster File System on
iSCSI SAN (Storage Area Network) for Cloud Storage Service)
Telah disetujui dan disahkan sebagai Tugas Akhir
Program S1 Teknik Telekomunikasi
Fakultas Teknik Elektro
Universitas Telkom
Disusun oleh :
FIRDAUSKA DARYA SATRIA S.Sy.
1101080033
Bandung, 11 September 2014
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Tody Ariefianto Wibowo ST, MT. Leanna Vidya Yovita, ST,. MT.
10820584-1 08830413-1
ii
UNIVERSITAS TELKOM No. Dokumen ITT-AK-FEK-
PTT-FM-004/001 Jl.Telekomunikasi No. 1 Ters. Buah Batu Bandung 40257 No. Revisi 00
FORMULIR LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS Berlaku Efektif 2 Mei 2011
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Nama : Firdauska Darya Satria S.Sy.
NIM : 1101080033
Alamat : Palem Residence 1 Blok B4 No 1. Desa Sukapura, Kec.
Dayeuhkolot, Kab. Bandung, Jawa Barat
No. Telp/HP +6281220182645
E-mail : [email protected]
Menyatakan bahwa Tugas Akhir ini merupakan karya orisinal saya sendiri,
dengan judul:
IMPLEMENTASI DAN ANALISIS
SERVER CLUSTERING MENGGUNAKAN CLUSTER FILE SYSTEM PADA
SAN (STORAGE AREA NETWORK) BERBASIS iSCSI UNTUK LAYANAN
CLOUD STORAGE
(Implementation and Analysis of Server Clustering using Cluster File System on
iSCSI SAN (Storage Area Network) for Cloud Storage Service)
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap kejujuran
akademik atau etika keilmuan dalam karya ini, atau ditemukan bukti yang
menunjukkan ketidak aslian karya ini.
Bandung, 11 September 2014
Firdauska Darya Satria S.Sy.
NIM : 1101080033
iii
ABSTRAK
Pada pengalokasian media penyimpanan skala jaringan (network storage),
diperlukan konsep yang baru untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar
storage server dan client. Pada network storage konvensional, setiap node
berkomunikasi dengan storage server menggunakan single file image yang
terdapat pada server sehingga memungkinkan terjadinya kegagalan node tunggal
(single point failure) yang mengakibatkan node server untuk layanan tertentu
tidak dapat diakses sama sekali.
Proses transfer file pada server dapat dimodifikasi dengan mengubah mekanisme
menjadi end user-initiator-storage server dengan konsep redundant server
initiator sebagaimana konsep yang terdapat pada Storage Area Network. Dengan
demikian hal tersebut membuat setiap initiator node yang ingin mengakses
storage server harus memiliki file system yang sama dan mampu berkoordinasi
satu sama lain. Untuk mengatasi hal tersebut diimplementasikan Cluster File
System yang terpasang di setiap initiator node yang akan mengakses storage
server. Mekanisme ini mendukung High Availability Clustering, setiap cluster
node dapat mengakses dalam bentuk block-data pada storage server, dan file
system pada setiap node merupakan Cluster File System yang dapat melakukan
interkoneksi antar server dengan mekanisme fencing dan locking.
Pada Storage Area Network (SAN), Cluster File System yang diuji pada tugas
akhir ini, memiliki failover delay yang bervariasi antara 6-12 detik, memiliki
kemampuan IOPS yang seragam dengan nilai bervariasi bergantung kepada
spesifikasi hardware yang terdapat pada node server dan mengakibatkan
penggunaan resource memory dan CPU yang lebih besar pada saat menggunakan
block data dengan ukuran yang lebih kecil. Disamping itu, Cluster File System
menjadi suatu solusi agar setiap server tetap dapat mengakses Storage Server dan
dapat menghindari terjadinya single point failure
Kata kunci: Storage, File System, Cluster.
iv
ABSTRACT
Due to storage media allocation in network scale, it should be another approach
to increase the communication performance between storage server and client.
Since in some ordinary network storage, each node communicate to storage
server using single file image exists on server side that may cause single point of
failure that make server node fail to deliver any service at all.
File transfer process between nodes can be modified with changing the
mechanism. Large file size may interference the performance of the
communication between node.
This case may be solved by switching the mechanism to be end user-initiator-
storage server with redundant server initiator concept as the concept is already
existing in Storage Area Network. That is the reaseon that every initiator node
accessing the storeage server need to have the same file system image dan
coordinates one each other in the cluster. To solve those problems, then we
implement Cluster File System which has been installed on every initiator node
accessing the same storage. This mechanism supports High Availability
Clustering, that every node may access the storage in data-block, and the File
System on every node is Cluster File System which capable to interconnect among
server using fencing and locking mechanism.
In Storage Area Network (SAN), Cluster File System tested on this paper, gives
various failover delay from 6 to 12 second. The IOPS performance on each node
are similarly has the same thread pattern with various throughput result depends
on the hardware of each node cluster, and the system consumed more memory
and CPU in order to transfer using smaller block-data for each file. Although this
system can be some solution so every node may still accessing Storage Server
and avoiding of single point failure.
Keywords: Storage, File System, Cluster.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya. Serta shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas
Akhir dengan judul “Implementasi Dan Analisis Server Clustering Menggunakan
Cluster File System Pada San (Storage Area Network) Berbasis Iscsi Untuk
Layanan Cloud Storage” yang merupakan salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program pendidikan S-1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik
Elektro di Universitas Telkom.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian pembuatan
tugas akhir ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Hal ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis, untuk itu penulis
mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk dijadikan bahan
perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ini.
Demikianlah, semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandung,11 Septemberi 2014
Penulis
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah ya Allah. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya. Serta shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Implementasi Dan Analisis Server
Clustering Menggunakan Cluster File System Pada San (Storage Area Network)
Berbasis Iscsi Untuk Layanan Cloud Storage” yang merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan S-1 Teknik
Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro di Telkom University.
Tidak lupa penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang selama ini telah membantu dan memberikan dukungan
moral spiritual dalam penulisan Tugas Akhir ini, antara lain:
1. Ibunda dan Ayahanda tercinta, Dr. Atiek Rohmiyati M.Ad. dan Kompol
MH Dardak yang selama ini senantiasa meberikan dukungan terbesar
berupa doa, nasehat, dan bimbingan tanpa henti.
2. Adinda, Firdausi Darya Perkasa yang senantiasa memberikan dukungan
semangat dari jarak jauh.
3. Bapak Tody Ariefianto Wibowo ST. MT, selaku pembimbing I yang
selalu memberikan arahan moril maupun arahan teknis dalam pelaksanaan
tugas akhir ini.
4. Ibu Leanna Vidya Yovita ST. MT, selaku pembimbing II yang turut serta
memberikan arahan moril akademik dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Ibu Raditianna Patmasari ST. MT, selaku dosen wali yang selama ini
bertindak sebagai orang tua kedua selama menempuh masa-masa kuliah
hingga penyusunan Tugas Akhir.
6. Siti Nurzanah S.PdI, yang memberikan perhatian tak terhingga dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
7. Gagan Badruzzaman, S.S, yang senantiasa menampung keluh kesah dan
menjadi seorang figur kakak bagi penulis.
8. Ismail Yulianto S.Kom, yang terus memberikan semangat tanpa henti
dalam menyelesaikan masa perkuliahan.
vii
9. Keluarga Besar Racana Pramuka Tumenggung Wiraangunangun-Nyai
Prabu Universitas Telkom yang mengawali peran berorganisasi
kepramukaan.
10. KH. Hasan Abdullah Sahal, yeng telah menanamkan nilai-nilai ke-Islaman
semasa menuntut ilmu di Pondok Modern Darussalam Gontor
11. Mas Imron Rusmunanto SE, yang senantiasa menjadi inspirasi dalam
menjalani pengalaman-pengalaman di dunia persilatan.
12. M Arief Bachri, sebagai rekan terbaik selama mengarungi suka dan duka
dunia persilatan di Universitas Telkom.
13. Keluarga Besar UKM PPS Betako Merpati Putih, terutama Mas Tanjung,
Mas Rizki John, Mas Rizqy, Mbak Ria, Mbak Vira, Mas Udadhi, Mas
Alfin, dan rekan-rekan pendekar yang selama ini senantiasa menemani
perjalanan selama menuntut ilmu di perguruan tinggi ini dan perguruan
silat ini.
14. Segenap rekan-rekan Fakultas Syariah STAI Bhakti Persada yang selalu
memberikan support dan pengalaman dalam berbagi ilmu di dunia
pendidikan yang lain.
15. Keluarga Besar HMI Komisariat IT Telkom yang senantiasa hadir sebagai
rekan seperjuangan dan menanamkan nilai-nilai kearifan lokal, Yakin
Usaha Sampai
16. Rekan-rekan seperjuangan TT 2008 yang selalu saling memberikan
semangat dan saling mengingatkan untuk menuntaskan perjuangan kita.
17. Rekan-rekan penghuni BJS 102 yang pernah mendampingi masa awal
perkuliahan.
18. Segenap rekan-rekan Laboratorium FEK dan IF yang membantu dalam
implementasi Tugas Akhir ini
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH.............................................................................. vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.4 Batasan Masalah ......................................................................................... 4
1.5 Metodologi Penelitian .................................................................................. 5
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Server ......... ................................................................................................... 7
2.2 Computer Cluster ......................................................................................... 7
2.3 Load Balancing Cluster ................................................................................ 8
2.4 Cloud Computing ......................................................................................... 9
2.5 Cloud Storagei................. ............................................................................ 10
2.6 Storage Area Network .................................................................................. 11
2.7 iSCSI ............... ............................................................................................ 13
2.8 File System ................................................................................................... 15
2.8.1 Shared File System vs Shared Storage ............................................ 16
2.8.2 Cluster File System .......................................................................... 19
2.8.3 GFS2 ................................................................................................ 20
2.8.4 Journaling dan Locking .................................................................... 20
ix
2.8.5 Fencing ............................................................................................. 21
2.8.6 Cluster Management ........................................................................ 22
2.8.7 Cluster Configuration Management ................................................. 23
BAB III PERANCANGAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI
3.1 Flowchart Perancangan Sistem .................................................................... 24
3.1.1 Menentukan topologi jaringan ............................................................ 25
3.1.2 Melakukan instalasi dan konfigurasi pada iSCSI target ..................... 25
3.1.3 Melakukan instalasi dan konfigurasi pada iSCSI Inititator ................ 26
3.1.4 Melakukan interkoneksi antar node .................................................... 26
3.1.5 Implementasi Cluster File System ...................................................... 28
3.1.6 Implementasi skenario pengujian........................................................ 29
3.1.7 Analisa hasil keluaran ......................................................................... 29
3.2 Keluaran Yang Diharapkan .......................................................................... 30
3.3 Konfigurasi Hardware .................................................................................. 30
3.4 Proses Instalasi dan Konfigurasi Software................................................... 32
3.5 Skenario Pengujian ...................................................................................... 32
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI
4.1 IOPS GFS2 Cluster File System Benchmark ................................................ 34
4.1.1 Sistematika Pengukuran ...................................................................... 34
4.1.2 Hasil Pengukuran ................................................................................ 35
4.1.3 Analisis Hasil Pengukuran .................................................................. 39
4.2 Beban Processor (CPU Load) ....................................................................... 41
4.2.1 Sistematika Pengukuran ...................................................................... 41
4.2.2 Hasil Pengukuran ................................................................................ 41
4.2.3 Analisis Hasil Pengukuran .................................................................. 44
4.3 Throughput...... .............................................................................................. 45
4.3.1 Sistematika Pengukuran ...................................................................... 45
4.3.2 Hasil Pengukuran ................................................................................ 46
4.3.3 Analisis Hasil Pengukuran .................................................................. 46
4.4 Failover Delay ............................................................................................... 47
4.4.1 Sistematika Pengukuran ...................................................................... 47
x
4.4.2 Hasil Pengukuran ................................................................................ 48
4.4.3 Analisis Hasil Pengukuran .................................................................. 50
4.5 Video Streaming Server ................................................................................ 53
4.5.1 Sistematika Pengukuran ...................................................................... 53
4.5.2 Hasil Pengukuran ................................................................................ 54
4.5.3 Analisis Hasil Pengukuran .................................................................. 56
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 57
5.2. Saran ............................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Ilustrasi teknologi Cloud Computing .............................................. 2
Gambar 2.1 Ilustrasi Computer Cluster .............................................................. 8
Gambar 2.2 Arsitektur umum dari Infrastruktru Cloud Computing ................... 10
Gambar 2.3 Ilustrasi cloud storage...................................................................... 11
Gambar 2.4 Ilustrasi konsep SAN ....................................................................... 12
Gambar 2.5 iSCSI PDU ...................................................................................... 14
Gambar 2.6 Topologi konsep iSCSI ................................................................... 15
Gambar 2.7 Ilustrasi cara kerja file system ......................................................... 16
Gambar 2.8 Ilustrasi Shared File System ............................................................ 17
Gambar 2.9 Ilustrasi Shared Disk ....................................................................... 17
Gambar 2.10 Ilustrasi Cluster File System ......................................................... 20
Gambar 2.11 Power fencing overview ................................................................ 22
Gambar 2.12 CMAN/DLM overview ................................................................. 22
Gambar 3.1 Flowchart Skema perancangan sistem ............................................ 24
Gambar 3.2 Topologi sistem yang dirancang ..................................................... 25
Gambar 3.3 Tidak terjadi Disk Space Allocation Inconsistency ........................ 29
Gambar 3.4 Flow chart pengerjaan tugas akhir .................................................. 30
Gambar 4.1 Grafik IOPS file system tanpa cluster node 1 ................................. 35
Gambar 4.2 Grafik IOPS cluster node 1 ............................................................. 36
Gambar 4.3 Grafik IOPS file system tanpa cluster node 2 ................................. 37
Gambar 4.4 Grafik IOPS cluster node 2 ............................................................. 37
Gambar 4.5 Grafik IOPS file system tanpa cluster node 3 ................................. 38
Gambar 4.6 Grafik IOPS cluster node 2 ............................................................. 38
Gambar 4.7 iSCSI PDU ...................................................................................... 40
Gambar 4.8 Grafik CPU Load tanpa cluster file system node 1 ......................... 41
Gambar 4.9 Grafik CPU Load cluster node 1 ..................................................... 42
Gambar 4.10 Grafik CPU Load tanpa cluster file system node 2 ....................... 42
Gambar 4.11Grafik CPU Load cluster node 2 .................................................... 43
Gambar 4.12 Grafik CPU Load tanpa cluster file system node 3 ....................... 43
Gambar 4.13 Grafik CPU Load cluster node 3 ................................................... 44
xii
Gambar 4.14 Hasil throughput FTP pada client.................................................. 46
Gambar 4.15 Pengamatan failover melalui syslog .............................................. 48
Gambar 4.16 Pengamatan failover melalui wireshark ........................................ 49
Gambar 4.17 Pengamatan Service GFS failover dari node 1 ke node 2 ............. 49
Gambar 4.18 Mekanisme fencing dan locking ketika GFS failover ................... 51
Gambar 4.19 Pengamatan Service GFS failover saat terjadi kegagalan di 2
node....................... .............................................................................................. 51
Gambar 4.20 Pengamatan failover delay Service GFS dari node 1 ke node 2 dan
node 2 ke node 3....................... .......................................................................... 52
Gambar 4.21 Pengamatan cpu load sebelum dan sesudah failover................... . 52
Gambar 4.23 Pengamatan video streaming melalui wireshark....................... .... 54
Gambar 4.23 Pengamatan video streaming saat terjadi failover....................... .. 55
Gambar 4.24 Nilai throughput video pada client....................... ......................... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi informasi saat ini yang semakin berkembang,
mendorong user untuk terus melakukan penambahan resource pada perangkat
komunikasi yang digunakan. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya
aplikasi maupun software yang membutuhkan sumberdaya (resource) berupa
penambahan memory, cpu, storage, platform dan sebagainya. Hal tersebut
memicu munculnya sebuah konsep komputasi yang dapat menyediakan semua
resource secara eksternal, dinamis, openess, share, colaborations, mobile, easy
maintenance, one click, scalability, concurency, terdistribusi/tersebar dan
transparan serta fleksibel.
Berdasarkan Redbooks yang dirilis oleh IBM;
Cloud computing has the potential to make an enormous affect to your
business by providing the following benefits:
a) Reducing IT labor costs for configuration, operations, management,
and monitoring
b) Improving capital utilization and significantly reducing license
costs
c) Reducing provisioning cycle times from weeks to minutes
d) Improving quality and eliminating many software defects
e) Reducing user IT support costs
Cloud Computing hadir sebagai salah satu konsep yang memberikan
kebebasan bagi user untuk mendapatkan akses informasi secara online tanpa harus
memiliki resource tersebut. Model ini memungkinkan usernya untuk
menggunakan resource (networks, servers, storage, applications, dan services)
yang ada dalam sebuah jaringan cloud (internet) sehingga dapat di share dan
digunakan bersama. Secara ekonomis, penerapan cloud computing mampu
menghemat pengeluaran karena, tidak perlu mengalokasikan anggaran untuk
biaya hardware maupun software.
2
Dengan demikian konsep tersebut memungkinkan pengguna atau
perusahaan untuk melakukan akses terhadap informasi dari mana saja dan
menggunakan perangkat fixed atau mobile device menggunakan internet cloud
sebagai tempat menyimpan data, applications dan lainnya yang dapat dengan
mudah mengambil data, download aplikasi dan berpindah ke cloud lainnya, hal ini
akan memberikan banyak keuntungan baik dari sisi pemberi layanan (provider)
atau dari sisi pengguna.
Gambar 1.1: Ilustrasi teknologi Cloud Computing
Kesuksesan dari Generasi Cloud computing akan sangat bergantung
kepada kemampuan infrastruktur Cloud computing dimana setiap layanan,
platform, service dan aplikasi haruslah ditunjang oleh performansi data yang
dapat diakses dari jarak jauh. Dengan demikian kebutuhan terhadap kapasitas data
dari setiap layanan akan terus meningkat dan membutuhkan media penyimpanan
data jarak jauh (network storage) yang handal dan dapat diakses oleh banyak user
seccara simultan dan terus menerus. Sehingga layanan Cloud Storage merupakan
peranan yang penting dari konsep Cloud Computing.
Perkembangan teknologi media penyimpanan data network yang ada saat
ini ialah DAS (Direct Attached Storage), NAS (Network Attached Storage), dan
SAN (Storage Area Network). Diantara ketiga konsep network storage diatas,
3
SAN dengan protokol iSCSI dianggap sebagai konsep storage yang paling
mendukung layanan Cloud Storage, dikarenakan protokol iSCSI dapat berjalan
pada jaringan internet pada umumnya, dengan kata lain SAN adalah konsep
storage yang sangat cocok diterapkan untuk mendukung infrastruktur pada Cloud
Computing. Dikarenakan SAN dapat melakukan transfer data kepada server
dalam bentuk block data bukan dalam bentuk transfer file, sehingga tidak
membebani storage server dan diharapkan berimplikasi terhadap kecepatan, dan
kehandalan dari sistem penyimpanan yang ada.
Meskipun demikian, perlu dilakukan analisis terhadap kinerja cluster
server terhadap storage server yang mengalami pembebanan ketika melakukan
proses IO Read dan Write secara simultan oleh user. Sehingga akses user terhadap
media storage senantiasa terjaga meskipun terdapat server yang failed. Untuk itu
digunakanlah konsep Cluster File System pada Cluster Server sebagai antisipasi
apabila suatu saat server sedang mengalami kondisi failure, aktifitas komunikasi
data tidak terganggu karena trafik dapat dialihkan melalui cluster node yang lain
tanpa disadari oleh user.
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Mampu menerapkan konsep Cluster File System pada server yang dapat
menunjang layanan Cloud Storage berbasis iSCSI SAN.
2. Mengetahui dampak dari penggunaan Cluster File System pada kinerja
server berdasarkan parameter IOPS, CPU load, Throughput, dan delay
failover.
3. Mampu mengimplementasikan konsep High Availability pada Storage
Area Network sebagai pendukung infrastruktur layanan Cloud Storage.
4. Mampu melakukan interkoneksi antar cluster node pada iSCSI Inititator
dan storage server sebagai iSCSI Target.
4
1.3 RUMUSAN MASALAH
Permasalahan-permasalahan yang akan dibahas pada tugas akhir ini
meliputi:
1. Bagaimana menerapkan konsep Cluster File System pada server yang
dapat menunjang layanan Cloud Storage berbasis iSCSI SAN.
2. Apa dampak dari penggunaan Cluster File System pada kinerja server
berdasarkan parameter IOPS, CPU load, Throughput, dan delay failover.
3. Bagaimana mengimplementasikan konsep High Availability Cluster File
System pada Storage Area Network sebagai layanan Cloud Storage.
4. Bagiamana melakukan interkoneksi antar cluster node pada iSCSI
Inititator dan storage server sebagai iSCSI Target.
1.4 BATASAN MASALAH
Permasalahan pada tugas akhir ini akan dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Menerapkan metode Storage Area Network sebagai konsep Cloud Storage
dengan memanfaatkan protokol FTP
2. Implementasi Cluster File System menggunakan GFS2 dari Sistem
Operasi CentOS 6.5
3. Hanya dilakukan pada jaringan LAN skala kecil
4. Storage Area Network mengunakan protokol iSCSI.
5. Tidak melakukan implementasi melalui jaringan ISP.
6. Terbatas pada konsep server clustering.
7. Terbatas pada penggunaan Cluster File System.
8. Tidak melakukan virtualisasi ataupun hypervisor pada cluster server.
9. Storage server dibangun dengan sederhana dari PC.
10. Parameter yang diukur adalah IOPS (Input Output pers Second), Beban
kerja CPU (CPU Load intitator), throughput, dan delay failover.
11. Tidak membahas aspek trafik secara mendalam.
12. Tidak membahas aspek keamanan sistem dan jaringan.
13. Tidak membahas secara mendalam sisi komunikasi dan transmisi.
5
1.5 METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penulisan Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut
a. Tahap Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan pencarian dan pengumpulan sumber informasi
berupa literatur, artikel, jurnal, tutorial, buku referensi, dan wawancara kepada
pihak-pihak yang berkompeten dan berkaitan dengan judul penelitian.
b. Tahap Implementasi
Pada tahap ini dilakukan implementasi terhadap skenario perancangan
Server Clustering pada Cloud Storage menggunakan protokol iSCSI dengan
Cluster File System pada Storage Area Network meliputi instalasi Operating
System, software penunjang, konfigurasi antar node dan melakukan pengujian
terhadap sistem yang diimplementasikan berdasarkan paramater-parameter uji
serta melakukan pengumpulan data dari pengujian sistem.
c. Tahap Analisa
Dari tahapan implementasi kemudian dilakukan analisa untuk mengetahui
performansi kinerja sistem dengan menganalisa data-data berdasarkan parameter
yang telah ditentukan.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini dibagi
menjadi beberapa bab yang meliputi
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, tujuan, perumusan masalah,
batasan masalah, metode penilitan dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Membahas berbagai konsep dasar teori yang berkaitan dengan topik penelitian
yang dilakukan dan hal-hal yang berguna dalam proses analisis permasalahan
6
serta tinjauan terhadap penelitian-penelitian serupa yang pernah dilakukan
sebelumnya.
BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
Bab ini membahas analisis terhadap sistem yang dibuat serta bagaimana
merancang dan menerapkan Server Clustering Pada SAN (Storage Area Network)
Berbasis iSCSI Untuk Layanan Cloud Storage.
BAB IV ANALISA IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
Berisi tentang tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menerapkan sistem
yang telah dirancang. Serta melakukan pengujian terhadap infrastruktur yang telah
dibangun.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan hasil analisis dan memberikan masukan atau saran bagi
perbaikan sistem guna memperoleh kesempurnaan system di masa mendatang.
7
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Server [10]
Server adalah sebuah sistem komputer yang menyediakan jenis layanan
tertentu dalam sebuah jaringan komputer. Terkadang istilah server disebut sebagai
web server, namun pada umumnya orang lebih suka menyebutnya sebagai
‘server’ saja. Sebuah server didukung dengan prosesor yang bersifat scalable dan
RAM yang besar, juga dilengkapi dengan sistem operasi khusus. Sistem operasi
ini berbeda dengan sistem operasi biasa.
Sistem operasi dari server adalah sistem operasi jaringan atau dikenal
dengan network operating system. Server juga bertugas untuk menjalankan
software administratif. Yakni software yang mengontrol akses terhadap jaringan
dan sumber daya yang terdapat di dalamnya. Hal ini termasuk file maupun
perangkat yang digunakan bersamaan (shared) dan memberikan akses kepada
workstation anggota jaringan.
Umumnya, di dalam sistem operasi server terdapat berbagai macam
layanan yang menggunakan arsitektur client/server. Contoh dari layanan server
adalah DHCP, Mail Server, HTTP Server, FTP Server, DNS server, dan lain
sebagainya. Setiap sistem operasi server umumnya membundel layanan-layanan
tersebut, meskipun pihak ketiga dapat pula membuat layanan tersendiri. Setiap
layanan tersebut akan merespon request dari client.
2.2 Computer Cluster [5]
Computer cluster adalah sekumpulan komputer independen yang
beroperasi dan terlihat oleh klien jaringan tersebut seolah-olah komputer tersebut
adalah satu buah unit komputer. Sedangkan yang dimaksud dengan Server
Clustering ialah menggunakan lebih dari satu server yang menyediakan redundant
interconnections, sehingga user hanya mengetahui ada satu sistem server yang
tersedia dan komputer client tidak menyadari jika terjadi kegagalan pada sistem
server karena tersedianya server cadangan sebagai redundant atau backup.
8
Gambar 2.1: Ilustrasi Computer Cluster
Sistem Cluster didesain agar meningkatkan kemampuan server, yakni dengan
meningkatkan hal-hal berikut:
1. Toleransi kesalahan (fault tolerance), yang dapat menyebabkan server
lainnya akan mengambil alih kerja server utama ketika server utama
mengalami kegagalan. Client tidak akan melihat pergantian peran ini.
Dengan begitu, downtime pun dapat dikurangi secara drastis.
2. Penyerataan beban (load-balancing), yang dapat mendistribusikan beban
server ke semua server anggota cluster. Dengan begitu, kinerja dan
skalabilitas server pun menjadi relatif lebih baik.
2.3 Load Balancing Clustering [22]
Load Balancing adalah sebuah konsep untuk berbagi beban atau muatan kerja
dengan mendistribusikan request dari client ke beberapa komputer server. cara
kerja load balancer adalah menerima incoming request dari client dan
meneruskan request tersebut pada server tertentu jika dibutuhkan. Load Balancing
clustering berfungsi untuk:
o Membagi traffic jaringan menjadi individual request dan menentukan
server mana yang akan menerima individual requests.
o Me-monitor server yang ada serta memastikan server server tersebut
merespon traffic. Jika terjadi kegagalan pada sebuah server maka server
9
yang gagal tidak akan digunakan (menggunakan server yang masih
bekerja).
o Menyediakan redundancy dengan menggunakan lebih dari satu
unit failover scenario.
o Menawarkan distribusi content-aware seperti melakukan pembacaan
URLs, intercepting cookies danXML parsing.
2.4 Cloud Computing [4]
Menurut A. Rifai ZA (2010) dalam e-book “Cloud Computing Strategies”
karangan Dimitris N. Chorafas menjelaskan Cloud Computing sebagai Teknologi
On-Demand “OnDemand is a generic issue in cloud computing; cloud computing
is a strategic inflection point in information technology. Not only applications
software but also platforms, infrastructure, and enabling services”
Maksudnya adalah teknologi Cloud Computing merupakan teknologi yang
berbasiskan pada kebutuhan dari User. Teknologi ini merupakan salah satu titik
perubahan (Inflection Point), tidak hanya aplikasi perangkat lunak yang
berbasiskan Cloud Computing tapi juga meliputi plaform, infrastruktur basis data
maupun pelayanan berbasiskan Cloud Computing
Teknologi Cloud Computing dapat didefinisikan secara sederhana sebagai
sebuah perusahaan dengan pusat data yang menyediakan rental Space Storage.
Perusahaan ini hanya menyediakan Infrastruktur untuk tempat penyimpanan data
dan aplikasi dari suatu perusahaan.
Sementara, model layanan utama yang disediakan oleh cloud computing
dikategorikan kepada 3 bagian:
A. IaaS (Infrastructure as a Service),
Kemampuan dalam menetapkan ketersediaan perangkat keras kepada
konsumen meliputi: processing,storage, networks and other fundamental
computing resource. Termasuk operating systems and applications.
10
B. PaaS (Platform as a Service),
Kemampuan dalam menyediakan layanan kepada konsumen untuk dapat
membangun aplikasi yang mendukung kedalam infrastruktur cloud computing
dengan menggunakan bahasa pemrograman sehingga aplikasi tersebut dapat
berjalan pada platform yang telah disediakan.
C. SaaS (Software as a service),
Kemampuan dalam menyediakan layanan yang ditujukan kepada
konsumen untuk dapat menjalankan aplikasi diatas infrastruktur cloud computing
yang telah disediakan. Jika digambarkan antara karakteristik dengan layanan yang
disediakan pada teknologi cloud computing akan terlihat seperti gambar berikut:
Gambar 2.2: Arsitektur umum dari Infrastruktru Cloud Computing.
2.5 Cloud Storage [10]
Cloud Storage adalah media penyimpanan data yang dapat diakses oleh
para penggunanya lewat jaringan internet. Tentu saja filenya berada di storage
server dimana kita membuat akun cloud storage. Misalnya diilustasikan seperti ini,
jika seorang web designer memerlukan banyak gambar, font, ilustrasi, flash
dll,supaya untuk memudahkannya bekerja dimana saja, maka akan menyimpannya di
cloud storage.
11
Pada dasarnya terdapat banyak pilihan untuk menyimpan data-data. Dapat
disimpan pada media penyimpanan fisik seperti harddisk, CD, flashdisk. Tapi untuk
sebagian pengguna komputer hal tersebut mulai menjadi penghalang efisiensi kerja
saat data-data yang dibutuhkan tak dapat diakses. Misalnya flashdisk yang tertinggal
atau keeping CD yang rusak.
Saat data disimpan secara ‘cloud’, data-data tersebut dapat dengan mudah
diakses lewat jaringan internet. Tidak perlu mengambil laptop atau flashdisk.
Yang perlu ditekankan dari keuntungan teknologi ini adalah kemudahan
mengakses data dimana saja, kapan saja, dan menggunakan perangkat apa saja.
Gambar 2.3: Ilustrasi cloud storage
2.6 Storage Area Network [6]
SAN adalah sebuah jaringan yang bertindak sebagai jalur transfer data
antara sistem komputer dan elemen penyimpanan. Sebuah SAN terdiri dari
infrastruktur komunikasi yang menyediakan koneksi fisik dan lapisan manajemen
yang mengatur koneksi, unsur-unsur storage, dan sistem komputer sehingga
transfer data jadi jauh lebih aman dan lebih kuat. Sebuah SAN juga dapat menjadi
sistem penyimpanan yang terdiri dari perangkat penyimpanan, sistem komputer,
peralatan network, dan perangkat-perangkat lunak lainnya yang berkomunikasi
melalui jaringan.
12
SAN mampu menyediakan kualitas kecepatan yang baik antara server dan
storage. Karena hal inilah terkadang SAN biasa disebut juga sebagai “Jaringan di
Belakang Server”.
SAN memungkinkan koneksi “any-to-any” melalui komponen
interkoneksi seperti router, gateway, hub, switch. SAN menghapus konsep
tradisional dari koneksi dedicated antar server dengan media storage dengan
mengenalkan fleksibilitas jaringan untuk memungkinkan satu atau banyak server
berbagi utilitas storage seperti disk, tape, dan penyimpanan. Maka dengan SAN,
utilitas storage bisa saja terletak jauh dari server yang menggunakannya. SAN
dapat menghilangkan batasan jumlah data yang bisa ditransfer ke storage akibat
limitasi dari perangkat server. SAN menciptakan metode baru dengan
melampirkan penyimpanan ke server sehingga memungkinkan peningkatan besar
baik dalam availabillity dan performance.
Gambar 2.4: Ilustrasi konsep SAN
SAN berpotensi untuk dipakai di salah satu dari tiga metode berikut:
Server-to-Storage: merupakan model interaksi tradisional dengan
penyimpanan perangkat. Keuntungannya adalah perangkat
penyimpanannya dapat diakses secara serial atau bersamaan oleh beberapa
server.
Server-to-Server: Sebuah SAN dapat digunakan untuk transfer data
berkecepatan tinggi, dan komunikasi bervolume tinggi antar server.
13
Storage-to-Storage: memungkinkan data untuk dipindahkan tanpa
intervensi server, sehingga membebaskan prosesor server dari tugas untuk
memproses kegiatan seperti pengolahan aplikasi.
SAN menawarkan beberapa keunggulan seperti:
Perbaikan availabillity aplikasi: Penyimpanan dapat berjalan secara
independen dari aplikasi dan dapat diakses melalui jalur data ganda untuk
kehandalan, ketersediaan, dan servis yang lebih baik.
Kinerja aplikasi yang lebih baik: Pengolahan storage off-load dari server
dapat berpindah secara otomatis ke sebuah jaringan yang terpisah.
Penyimpanan lebih terpusat dan terkonsolidasi sehingga bisa lebih mudah
untuk manajemen, skalabilitas, fleksibilitas, dan ketersediaan.
Transfer backup data: Remote backup data dapat diaktifkan untuk
perlindungan bencana dan perlindungan terhadap serangan berbahaya.
Manajemen yang terpusat yang sederhana dengan sebuah single image
dari media penyimpanan.
2.7 iSCSI (Internet Small Computer System Interface) [26]
iSCSI merupakan protokol yang bekerja pada transport layer. Hal ini
menggambarkan tentang protokol SCSI yang dapat bekerja melalui jaringan
TCP/IP. iSCSI memungkinkan prosedur yang bekerja pada protokol SCSI biasa
agar dapat dikirimkan end-to-end melewati jaringan LAN, WAN, ataupun
Internet.
iSCSI dikembangkan oleh IETF (Internet Engineering Task Force) dengan
kode nomor RFP 3720. iSCSI merupakan salah satu pendekatan yang digunakan
untuk melakukan transmisi data melalui jaringan IP, metode ini merupakan
alternatif dari metode Fibre Channel (FCIP) yang dikenal mahal.
Protokol iSCSI menjadi kunci utama dalam pengembangan teknologi
Storage Area Network. Hal ini dikarenakan iSCSI dapat diimplementasikan
dengan Ethernet NIC biasa pada jaringan existing. iSCSI bekerja dengan cara
14
mengirimkan block-level data antara iSCSI Initiator pada sisi server dengan iSCSI
Target pada sisi storage device.
Protokol iSCSI melakukan enkapsulasi SCSI command dan merakit data
dalam beberapa paket yang dikirimkan melalui TCP/IP. Ketika paket diterima,
protokol iSCSI mengurai ulang (disassembles) paket-paket tersebut, lalu
memisahkan SCSI command, dengan demikian sistem operasi (OS) dapat melihat
storage device seolah-olah tampak sebagai local storage.
Gambar 2.5 iSCSI PDU
Konsep iSCSI berbeda dengan NFS dan Samba, dimana NFS dan Samba
menempelkan direktori suatu komputer ke direktori komputer yang lain. iSCSI
secara faktual ialah ditujukan untuk menempelkan storage (blok hard disk) pada
suatu server (komputer) ke server lain, dan hard disk yang ditempel dibaca
seolah-olah blok hard disk internal pada suatu komputer (dapat diformat dan di-
mount).
Yang diperlukan untuk membangun iSCSI adalah :
Perangkat lunak iSCSI Target seperti IET (iSCSI Enterprise Target) atau
TGT yang di-install pada storage server. iSCSI Target adalah perangkat
lunak yang berfungsi agar blok hard disk pada suatu server dapat ditempel
pada komputer lain (komputer lain harus menggunaan iscsi initiator).
15
Perangkat lunak iSCSI Initiator yang di-install pada komputer yang akan
menggunakan hard disk pada iSCSI target. Fungsi perangkat lunak ini
adalah untuk menghubungkan komputer pada hard disk server iSCSI
target.
Gambar 2.6 Topologi konsep iSCSI
Kelebihan menggunakan iSCSI :
Bisa menambah kapasitas hard disk tanpa harus memasukan hard disk ke
dalam server.
Hard disk iSCSI bertingkah laku seperti hard disk internal yang bisa
diformat dan dipartisi.
Jika tempat hard disk internal internal sudah tidak cukup mau tidak mau
harus menggunakan external storage, salah satunya mengunakan iSCSI.
Lebih mudah melakukan backup secara remote dari jarak jauh.
2.8 File System [14]
Setiap Sistem Operasi modern (OS) memiliki komponen yang disebut File
System. Komponen ini merupakan bagian dari kernel OS dan mengatur
implementasi dari "file" dan "file direktori".
Ada banyak File System yang berbeda, dan menggunakan berbagai metode
dan algoritma, tapi fungsi dasar yang sama hadir di sebagian besar File System:
File System memelihara semacam FAT (File Allocation Table) - informasi
yang mengaitkan file logic dengan nomor blok disk fisik. Sebagai contoh,
dapat dimisalkan bahwa "File1" disimpan dalam 5 blok disk dengan
16
nomor 123400, 123405, 123401, 177777, 123456 dan "File2" disimpan
dalam 6 blok disk dengan nomor 323400, 323405, 323401, 377777,
323456, 893456
File System menyimpan daftar semua blok disk yang tidak terpakai dan
secara otomatis mengalokasikan blok disk baru ketika file tersebut
bertambah ukurannya, dan mengembalikan blok ke daftar blok yang tidak
terpakai bila file berkurang ukurannya atau ketika file dihapus.
File System memproses permintaan aplikasi yang perlu membaca dari atau
menulis ke file logic. File System mengubah permintaan ini ke dalam satu
atau beberapa blok disk operasi read and write, menggunakan informasi
dalam File Allocation Table.
File System memelihara file khusus yang disebut "file direktori" dan
menyimpan informasi tentang file lain di direktori ini.
File System memelihara "file cache." Ketika informasi baru ditulis ke file,
menyimpannya pada disk dan juga salinan informasi ini ke dalam "cache
buffer " pada File System Ketika informasi file dibaca dari disk, informasi
tersebut diloloskan ke program aplikasi serta disalin ke dalam "cache
buffer" Ketika aplikasi yang sama (atau yang lain) perlu membaca bagian
yang sama dari file lagi, File System hanya mengambil informasi itu dari
buffer cache saja tanpa kembali membaca ulang dari disk
Gambar 2.7 Ilustrasi cara kerja file system
2.8.1 Shared File System vs Shared Storage [9]
Dalam desain sistem cluster konvensional, maka cluster tersebut
menggunakan Shared File System seperti yang terjadi pada konsep NAS. Dalam
17
hal ini, setiap server mengakses File System yang sama pada Storage Server.
Secara populer, implementasi dari Shared File System disebut juga sebagai
Network File System yang juga dikenal sebagai NAS (Network Attached Storage).
Implikasi dari sistem ini ialah komunikasi yang terjadi antara server dan storage
merupakan transfer data dalam bentuk file.
Gambar 2.8 Ilustrasi Shared File System
Sedangkan sistem cluster pada SAN (Storage Area Network) ialah tidak
menggunakan file system pada storage server secara bersamaan melainkan setiap
anggota cluster memiliki file system yang terdistribusi pada masing-masing server
(distributed file system). Sehingga yang digunakan secara bersamaan (shared)
ialah media storage (shared disk). Implikasi dari sistem ini ialah komunikasi yang
terjadi antara server dan storage adalah transfer data dalam bentuk block-block
data.
Gambar 2.9 Ilustrasi Shared Disk
18
Storage Area Network adalah tipe khusus dari jaringan yang menghubungkan
komputer dan perangkat disk, dalam cara yang sama seperti kabel SCSI
menghubungkan perangkat disk untuk satu komputer.
Setiap komputer yang terhubung ke SAN dapat mengirimkan perintah
terhadap disk untuk setiap perangkat disk yang terhubung ke SAN yang sama.
Pada tingkat fisik, SAN dapat diimplementasikan dengan menggunakan FDDI,
Ethernet, atau jenis lain dari jaringan.
Beberapa disk drive atau array memiliki "dual-channel" controller SCSI dan
dapat dihubungkan ke dua komputer menggunakan kabel SCSI biasa. Karena
kedua komputer dapat mengirim perintah disk read/write dengan shared disk,
konfigurasi ini memiliki fungsi yang sama sebagai satu-disk SAN.
SAN menyediakan Shared Disk, tapi SAN sendiri tidak menyediakan Shared
File System. Jika beberapa komputer yang memiliki akses ke Shared Disk (melalui
SAN atau dual-channel SCSI), dan mencoba untuk menggunakan disk dengan
File System biasa, struktur logical disk akan rusak.
Namun ada dua masalah utama dengan mekanisme Shared Disk dan File
System reguler:
a. Disk Space Allocation Inconsistency
Jika komputer X dan Y keduanya komputer terhubung ("mounted") bersama,
Sistem Berkas mereka dimuat pada File Allocation Table ke dalam memori setiap
komputer. Sekarang, jika beberapa program yang berjalan pada komputer X
mencoba menulis blok baru untuk beberapa file, File System yang berjalan pada
komputer yang akan memeriksa nya Tabel Alokasi Berkas dan daftar blok yang
kosong, dan akan mengalokasikan file nomor blok baru 13.477 ke file yang sama.
File Sistem yang berjalan pada komputer yang akan mengubah Tabel Alokasi
Berkas, tetapi itu tidak akan berpengaruh pada Tabel Alokasi Berkas dimuat di
komputer lain. Jika aplikasi yang berjalan pada beberapa Y komputer lainnya
perlu untuk memperluas file, File System yang berjalan pada komputer yang dapat
mengalokasikan blok yang sama 13.477 ke file lain, karena tidak tahu bahwa blok
ini telah sudah dialokasikan oleh komputer X.
19
b. Data File inconsistency
Jika sebuah program yang berjalan pada komputer X telah membaca
blok 5 dari beberapa File1, bahwa blok disalin ke X File System Cache komputer.
Jika sama atau program lain yang berjalan pada komputer X mencoba untuk
membaca blok yang sama 5 dari file yang sama, komputer X File System hanya
akan menyalin data dari cache. Sebuah program yang berjalan pada beberapa Y
komputer lain dapat memodifikasi informasi di blok 5 dari File1. Karena File
System yang berjalan pada komputer X tidak menyadari fakta ini, ia akan terus
menggunakan cache menyediakan aplikasi X komputer dengan data yang tidak
lagi valid.
Masalah-masalah ini membuat tidak mungkin untuk menggunakan Shared
Disk dengan File System biasa sebagai Shared File System. Mereka dapat
digunakan untuk fail-over sistem atau konfigurasi lain di mana hanya satu
komputer yang benar-benar menggunakan disk pada waktu tertentu. File System
pada komputer Y mulai memproses Shared Disk hanya bila komputer X telah
shutdown, atau berhenti menggunakan Shared Disk.
2.8.2 Cluster File System [23]
Cluster File Systems adalah mekanisme yang dirancang untuk
memecahkan masalah yang dijelaskan di atas. Ini memungkinkan untuk
membangun sistem multi-komputer dengan Shared Disk, dan memecahkan
masalah inkonsistensi.
Cluster File Systems biasanya diimplementasikan sebagai penghubung
beberapa File System. Cluster File Systems menggunakan beberapa jenis jaringan
antar-server untuk berkomunikasi satu sama lain dan untuk sinkronisasi kegiatan
mereka. Antar-server "interkoneksi" dapat diimplementasikan dengan
menggunakan jaringan Ethernet biasa, menggunakan SAN yang sama yang
menghubungkan komputer dan disk, atau menggunakan perangkat low-latency
"cluster interkoneksi" khusus tertentu.
20
Gambar 2.10 Ilustrasi Cluster File System
2.8.3 GFS2 [17]
GFS2 (Global File System 2) merupakan Cluster File System,
pengembangan dari GFS (Global File System) generasi pertama. GFS adalah
Cluster File System dan volume manager yang dikembangkan oleh Red Hat Linux
dan bersifat open-source, yang mampu bekerja pada server-server yang terhubung
pada suatu Storage Area Network (SAN). GFS2 dapat berjalan pada hampir setiap
platform server.
GFS2 memungkinkan beberapa Linux server untuk melakukan proses read
dan write secara simultan pada suatu file system yang digunakan secara bersama
pada suatu SAN. Mampu untuk meningkatkan perfomansi dan mengurangi
kompleksitas maupun overhead yang terjadi dikarenakan mampu melakukan
redundant data copies. GFS2 tidak memiliki single point of failure, dan dapat
diperluas penggunaannya hingga ratusan server.
2.8.4 Journaling dan Locking [16]
Journaling merupakan fungsi yang terdapat dalam Cluster File System
yang mencatat sequence dari seluruh operasi I/O di dalam seluruh sistem cluster.
Apabila sesuatu gangguan terjadi pada cluster yang menyebabkan cluster
mengalami kegagalan, maka Journal digunakan untuk merekonstruksi ulang data
berdasarkan kondisi terakhir. Pada GFS, setiap node memiliki minimal satu buah
jurnal yang akan digunakan untuk saling bertukar informasi dengan jurnal pada
node yang lainnya selama cluster bekerja.
21
Sedangkan Locking adalah suatu mekanisme yang digunakan oleh aplikasi
untuk menangani operasi I/O tertentu terhadap suatu objek data. Locking
merupakan mekanisme yang memungkinkan file system untuk menjaga
eksklusifitas maupun prioritas akses terhadap suatu file. Didalam cluster, suatu
aplikasi dapat dijalankan melalui beberapa sistem yang berbeda. Oleh karena itu,
mekanisme locking dibutuhkan untuk mendukung suatu user untuk menyelesaikan
suatu operasi terhadap suatu file tanpa ada interferensi dari user lainnya hingga
user yang awal selesai. Locking management merupakan fungsi yang sangat
penting di dalam cluster file system guna menghindari data inconsistency.
Pada GFS, Lock management dilakukan oleh Distributed Lock Manager
(DLM) yang memegang peran untuk melakukan sinkronisasi akses terhadap
shared devices. DLM terdapat di setiap node.
2.8.5 Fencing [16]
Fencing ialah pemutusan akses suatu node terhadap shared storage device.
Fencing memutus aliran I/O dari storage devices untuk menjamin integritas data.
Ketika CMAN menetapkan salah satu node mengalami kegagalan, maka CMAN
berinteraksi dengan komponen infrastruktur cluster untuk memberitahukan
kegagalan node tersebut dan kemudian melakukan fencing. Pada saat tersebut
cluster infrastructure yang lain melakukan proses recovery yang perlu dilakukan.
Sebagai contoh, ketika DLM dan GFS mengetahui adanya node yang
mengalami kegagalan, maka aktivitas cluster akan berada pada kondisi suspend
hingga proses fencing pada node yang failure selesai. Setelah mendapatkan
konfirmasi, maka DLM dan GFS melakukan recovery, DLM melepaskan locking
pada failed node, dan GFS melakukan recovery terhadap journal dari failed node.
22
Gambar 2.11 Power fencing overview
2.8.6 Cluster Management [16]
Cluster management mengatur cluster quorum dan cluster membership.
CMAN (Cluster manager) merupakan cluster manager yang terdistribusi dan
berjalan di setiap cluster node.
Gambar 2.12 CMAN/DLM overview
CMAN senantiasa menjaga agar cluster berada dalam kondisi quorum
dengan melakukan monitoring terhadap jumlah cluster node yang aktif. Apabila
terdapat lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan cluster node, maka cluster
tersebut dianggap quorum. Apabila tidak demikian, maka cluster tidak quorum
dan seluruh aktivitas di dalam cluster akan dinonaktifkan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari kondisi “split-brain”, yaitu kondisi dimana dua instances berjalan
pada cluster yang sama yang dapat mengakibatkan integritas cluster menjadi
corrupt.
23
2.8.7 Cluster Configuration Management [16]
Cluster Configuration System (CCS) mengatur cluster configuration dan
menyediakan informasi kepada komponen-komponen cluster mengenai
konfigurasi yang dilakukan. CCS berjalan di setiap node dan memastikan bahwa
cluster configuration file di setiap cluster selalu up to date. Cluster configuration
file terdapat pada direktori /etc/cluster/cluster.conf.
24
BAB III
PERANCANGAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI
3.1. Flowchart Perancangan Sistem
DASAR TEORI PERSIAPAN
MULAI
DASAR TEORI
PENENTUAN
TOPOOGI
PERANCANGAN
DISTRIBUTED SYSTEM
PERANCANGAN SERVER
iSCSI INITIATORPERANCANGAN
ISCSI TARGET
INTERKONEKSI
PENENTUAN
SKENARIO
PENGAMBILAN
DATA
ANALISA
SKENARIO
SELESAI
KESIMPULAN DAN
SARAN
SELESAI
DATA VALID
GAGAL
Gambar 3.1: Flowchart Skema perancangan sistem
Dalam proses perancangan sistem, diperlukan sebuah skenario yang
tersusun dengan baik. Pada diagram alir tersebut menjelaskan cara penelitian
tugas akhir ini dari tahap awal hingga tahap akhir. Yang berawal pada studi
literatur mengenai Storage Area Network hingga implementasi sistem untuk
diperoleh hasil untuk dianalisis.
25
Pada bab ini akan membahas mengenai perancangan Cluster File System
pada jaringan iSCSI SAN. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
3.1.1. Menentukan topologi jaringan yang digunakan pada iSCSI SAN
Penentuan topologi jaringan adalah langkah awal dimana perancangan
sistem yang berbasis server clustering dapat dimulai. Karena dengan topologi
tersebut suatu komunikasi yang terjalin antar storage server dan klien dapat sesuai
dengan dasar teori. Adapun topologi jaringan yang dirancang adalah seperti
berikut:
Gambar 3.2 Topologi sistem yang dirancang
Storage Area Network yang di implementasikan merupakan suatu jaringan
tersendiri yang terisolasi dengan jaringan luar. Hal itu dimaksudkan agar tidak
terjadi saturasi trafik antara trafik I/O iSCSI dengan trafik lain yang berasal dari
jaringan LAN lain sehingga dapat memberikan hasil pengujian troughput yang
lebih optimal.
3.1.2. Melakukan instalasi dan konfigurasi pada iSCSI target
Pada tahap ini iSCSI Target yaitu Storage Server yang berupa PC Storage
akan dikonfigurasi menggunakan OS (Operating System) yang dapat menunjang
26
implementasi Cluster File System dan bertindak sebagai SAN yang diakses
melalui iSCSI Initiator. Dalam Tugas Akhir ini, OS yang digunakan ialah CentOS
6.5 dengan GFS2 (Global File System2) pada iSCSI Initiator yang mendukung
implementasi Cluster File System.
# yum -y --disablerepo=\* --enablerepo=c6-media install scsi-target-utils # vi /etc/tgt/targets.conf
<target iqn.2014-09.com.example:disk1> backing-store /dev/sdb3 allow-in-use yes </target> # service tgtd start;chkconfig tgtd on # fdisk –l | grep Disk # tgt-admin –s # yum -y --disablerepo=\* --enablerepo=c6-media install gfs2-utils
3.1.3. Melakukan instalasi dan konfigurasi pada iSCSI Inititator
Pada tahap ini adalah melakukan konfigurasi tiga buah cluster node
sebagai iSCSI Initiator menggunakan OS (Operating System) yang dapat
menunjang implementasi Cluster File System. Setelah instalasi package iSCSI
Initiator, maka dilakukan penamaan pada setiap node dengan nama node 1, node
2, dan node3. Pada setiap node dilakukan instalasi “High Availability” packages
dan “Reselient Storage” packages yang terdapat didalam cd repository CentOS
6.5, termasuk dengan GFS (Global File System) sehingga memungkinkan
mekanisme fencing dan locking antar node.
Pada setiap Initiator dilakukan konfigurasi sebagai berikut:
# yum -y --disablerepo=\* --enablerepo=c6-media install iscsi-initiator-utils
# yum -y --disablerepo=\* --enablerepo=c6-media groupinstall “High Availability”
# vi /etc/iscsi/initiatorname.iscsi (merubah nama initiator)
# /etc/init.d/iscsid force-start (mengaktifkan service iscsi initiator)
# service iscsi status
# chkconfig iscsid on
3.1.4. Melakukan interkoneksi antar node
Setelah iSCSI Target dan Inititator berhasil dikonfigurasi, maka dilakukan
konfigurasi lanjutan interkoneksi untuk menjamin bahwa sistem dapat berjalan
27
sebagaimana semestinya. Konfigurasi tersebut ialah proses discovery dan login
dari Initiator menuju Target.
memulai proses deteksi dan login ke iscsi target
# iscsiadm –m discoverydb –t st --portal 192.168.1.2:3260 --discover
# iscsiadm –m discoverydb –t st --portal 192.168.1.3:3260 --discover
# iscsiadm –m node --portal 192.168.1.2:3260 –T iqn.2014-06.com.example:disk1 –l
# fdisk –l | grep Disk (cek apabila hardisk storage server sudah terdeteksi
sebagai local storage)
# yum -y --disablerepo=\* --enablerepo=c6-media install httpd
# yum -y --disablerepo=\* --enablerepo=c6-media install ricci
# Passwd ricci (password : ricci123)
# Service NetworkManager stop
# Chkconfig NetworkManager off
# Service ricci status
# Vi /etc/hosts
192.168.1.4 node1
192.168.1.6 node2
192.168.1.8 node3
# Service ricci start ; chkconfig ricci on
# Iptables –I INPUT –m state --state NEW –p tcp –s 192.168.1.0/24 –d
192.168.1.0/24 --dport 11111 –j ACCEPT
# Iptables –I INPUT –m state --state NEW –p tcp –s 192.168.1.0/24 –d
192.168.1.0/24 --dport 21064 –j ACCEPT
# Iptables –I INPUT –m state --state NEW –p tcp –s 192.168.1.0/24 –d
192.168.1.0/24 --dport 16851 –j ACCEPT
# Iptables –I INPUT –m state --state NEW –m multiport –p udp –s 192.168.1.0/24 –
d 192.168.1.0/24 --dports 5405,5405 –j ACCEPT
# Iptables –I INPUT –m addrtype –dst-type MULTICAST –m state --state NEW –m
multiport –p udp –s 192.168.1.0/24 –d 192.168.1.0/24 --dports 5405,5405 –j
ACCEPT
# Iptables –I INPUT –p igmp –j ACCEPT
# Service iptables save ; service iptables restart
# yum -y --disablerepo=\* --enablerepo=c6-media groupinstall “Resilient Storage”
Setelah berhasil login ke dalam iSCSI Target maka dilakukan cluster
configuration antar sesama iSCSI Initiator menggunakan Luci Server hal ini
dilakukan untuk mempermudah proses konfigurasi melalui aplikasi berbasis web
yang terdapat pada Luci Server.
28
# yum -y --disablerepo=\* --enablerepo=c6-media install luci
# service luci start ; chkconfig luci on
# vi /etc/hosts (samakan dengan yang ada di initiator)
lalu buka we browser dengan alamat url = https://localhost:8084
3.1.5. Implementasi Cluster File System pada seluruh cluster node
Pada tahap ini, setiap cluster node dikonfigurasi untuk
mengimplementasikan Cluster File System melalui Luci Cluster Manager.
Melalui Cluster Management, setiap cluster node dipantau menggunakan
mekanisme CMAN (Cluster Manager) untuk memastikan apabila terdapat salah
satu cluster node yang failure. Setiap node akan dirancang untuk mampu
melakukan sinkronisasi file system terhadap perubahan yang terjadi pada storage
server.
Untuk mengimplementasikan GFS2, maka pada masing-masing node
dibuat direktori khusus yang berfungsi sebagai mount point dari GFS2. Setelah
GFS2 berhasil di-mount pada setiap node, maka setiap file yang terdapat pada
direktori /GFS, akan tampak serupa bila dilihat dari node manapun.
# /sbin/mkfs.gfs2 –j 3 –lock_dlm –t cluster1:GFS /dev/sdb # mkdir /GFS # vim /etc/fstab /dev/sdb /GFS gfs2 defaults 0 0
Setelah GFS2 terinstall pada setiap node, maka dilakukan pengecekan
terhadap data pada drive yang memuat GFS2 dengan cara melihat direktori yang
digunakan sebagai mount point oleh GFS2. Hal tersebut dilakukan untuk
memastikan setiap node memiliki pandangan yang sama terhadap shared storage
untuk mencegah terjadinya Disk Space Allocation Inconsistency.
Dengan pengecekan tersebut, Cluster File System dapat dikonfigurasi
lebih lanjut untuk melakukan konfigurasi terhadap layanan yang akan diaktifkan
pada masing-masing node. Sehingga apabila salah satu node mengalami failure,
data masih dapat diakses melalui cluster node yang lainnya tanpa adanya
perubahan.
29
Hasilnya seperti berikut:
Gambar 3.3 Tidak terjadi Disk Space Allocation Inconsistency
3.1.6. Implementasi skenario pengujian yang ingin dilakukan
Pada tahap ini akan dilakukan skenario pengujian untuk mendapatkan
data-data yang akan dianalisa meliputi parameter IOPS, CPU Load pada target
dan initiator, delay failover/delay failback, dan throughput.
3.1.7. Analisa hasil keluaran berdasarkan parameter yang diuji
Dari masing-masing keluaran tiap variabel kecepatan akan menunjukkan
hasil apakah koneksi mengalami perubahan performa atau tidak. Selanjutnya akan
di analisa dan ditarik kesimpulan berdasarkan hasil pengujian yang didapatkan.
Gambar berikut merupakan diagram alir dari pengerjaan tugas akhir ini.
30
MULAI
KONFIGURASI ISCSI TARGET
INSTALASI OS KONFIGURASI ISCSI INITIATORLOGIN DARI ISCSI KE TARGETINTERKONEKSI ANTAR NODE
KONFIGURASI CLUSTER FILE SYTEMKONFIGURASI FTP SERVER
INTERKONEKSI FTP SERVER CLUSTERING
PENGUKURAN DAN PENGAMBILAN DATA
ANALISA
SELESAI
INTALASI STORAGE SERVER
SUKSES
gagal
INSTALASI OS KONFIGURASI ISCSI INITIATORLOGIN DARI ISCSI KE TARGETINTERKONEKSI ANTAR NODE
KONFIGURASI CLUSTER FILE SYTEMKONFIGURASI FTP SERVER
SUKSES gagal
Gambar 3.4 Flow chart pengerjaan tugas akhir
3.2. Keluaran yang Diharapkan
Dari pelaksanaan Tugas Akhir ini diharapkan keluaran dari hasil simulasi
yang menunjukkan kenaikan performansi dari Cluster File System pada sistem
Cloud Storage. Untuk sistem SAN dengan protokol iSCSI diharapkan dapat
diintegrasikan dengan Cluster File System sehingga dapat mendukung layanan
Cloud Storage pada teknologi Cloud Computing.
3.3. Konfigurasi Hardware
a. Perangkat Utama
1. iSCSI Initiator
3 buah iSCSI Initiator berfungsi sebagai cluster server yang akan
mengakses storage server secara simultan menggunakan cluster file
31
system. Cluster server dapat diperlakukan sebagai web server, ftp server,
database server, dsb. Namun dalam kasus Cloud Storage ini, penulis
akan menerapkan sistem sebagai FTP Server karena dianggap
merepresentasikan konsep Cloud Storage secara teknikal.
Node 1 Node 2 Node 3
Intel Dualcore E5300
2.6 GHz
AMD A4 5300
3.4 GHz
AMD Athlon X2
5000+ 2.2 GHz
1 GB DDR2 4 GB DDR3 2 GB DDR2
CentOS 6.5 CentOS 6.5 CentOS 6.5
2. Luci Server
Luci server berfungsi sebagai Cluster Management control,
mengendalikan cluster server yang aktif dan yang non-aktif sehingga
menjaga konsistensi cluster file system dan juga mempermudah Cluster
Management.
3. iSCSI Target
iSCSI Target berfungsi sebagai Storage Server yang diakses melalui
iSCSI Initiator sehingga harddisk dalam Target dapat tampil seolah-olah
harddisk lokal pada Initiator. Spesifikasi iSCSI Target: PC Intel core i5
processor, 2 GB DDR3 RAM, CentOS Operating System.
b. Perangkat Penunjang
1. Hardware
Perangkat jaringan yang dibutuhkan ialah:
a. Fast Ethernet Switch yang akan digunakan sebagai SAN Switch
2. Software
a. CentOS 6.5
b. Luci Cluster Management
c. Redhat “High Availability” dan “Resilient Storage” packages.
d. IOzone
32
Software ini berfungsi untuk melakukan pengujian berupa
pembangkitan trafik I/O pada media penyimpanan yang ada pada
server.
e. Wireshark
Program ini digunakan untuk melakukan capture paket data didalam
jaringan sehingga memiliki fungsi untuk melakukan diagnosa
keadaan jaringan yang sedang berjalan. Paket yang dicapture akan
ditamppilkan beserta dengan parameter yang lain secara lengkap,
seperti protocol pada paket data, payload paket data, waktu terima,
waktu kirim, alamat tujuan dan sumber. Program ini menjadi sangat
fleksibel karena dapat melakukan capture paket data pada semua
layer OSI.
3.4. Proses Instalasi dan Konfigurasi Software
Pada sistem yang dibangun ini, untuk mengimplementasikan Cloud
Storage, maka setiap node bertindak sebagai FTP server yang dapat diakses oleh
FTP client melalui jaringan Ethernet LAN. Untuk mempermudah mekanisme file
transfer menggunakan FTP, maka akan digunakan software Filezilla yang di-
install pada sisi client maupun sisi server.
3.5. Skenario Pengujian
Software yang digunakan untuk pengujian atau benchmark adalah Iozone
untuk benchmark Input/Output per second (IOPS). Beberapa skenario yang akan
dijalankan untuk menguji performansi sistem dan juga menunjukkan berjalannya
semua fitur yang disediakan oleh iSCSI SAN yang telah dibuat adalah:
a. Skenario satu pengujian
Untuk mendapatkan hasil benchmark IOPS dan CPU load, maka Iozone
dijalankan pada masing-masing Initiator secara bergantian untuk menguji
kemampuan Cluster File System pada direktori /GFS yang terdapat pada
tiap-tiap cluster node dengan kondisi Initiator sudah terhubung kepada
Target (Storage Server)
33
b. Skenario dua pengujian
Untuk mendapatkan hasil failover delay dan failback delay, maka salah satu
Initiator yang sedang digunakan akan dinonaktifkan dengan cara
memindahkan service dari salah satu node kepada node lain. Mekanisme
tersebut digunakan untuk mengetahui apakah layanan yang berjalan pada
suatu node berhasil dialihkan ke node yang lain apabila terjadi kegagalan.
Hasil pengamatan dapat dilihat melalui syslog pada node yang menjadi
backup terhadap node yang failure.
c. Skenario tiga pengujian
Untuk mendapatakan hasil throughput sistem sebagai layanan Cloud
Storage, maka tiap-tiap Initiator diperlakukan sebagai FTP server. Sehingga
client atau user dapat mengakses file maupun data pada Initiator melalui
protokol FTP secara bersamaan. Nilai throughput dapat diamati melalui
wireshark pada user.
34
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI
Pada bab ini akan dibahas analisis dari hasil implementasi yang telah
dilakukan atas Implementasi iSCSI SAN. Pengujian dan analisis yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui letak kelemahan, kelebihan, gambaran kinerja system
secara meyeluruh. Analisis yang dilakukan berdasarkan skenario pengujian yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Dalam pengujian ini parameter yang akan di uji adalah :
1. IOPS (Input Output per second) yang didefinisikan sebagai kecepatan rata-
rata atas proses baca dan tulis terhadap sebuah file melalui file system
yang terjadi antara iSCSI Target dan iSCSI Initiator.
2. CPU load, yang didefinisikan sebagai beban kerja CPU atas proses I/O
yang sedang dilakukan.
3. Throughput merupakan banyaknya data yang dilayani dengan bernar
dalam suatu selang waktu tertentu dengan satuan byte per detik..
4. Failover delay. Failover delay adalah waktu yang diperlukan bagi initiator
untuk merubah sekaligus menjaga sesi yang telah dibangun ke link yang
lain saat link yang sedang digunakan mngalami failure. Sedangan failback
delay adalah waktu yang diperlukan bagi initiator untuk mengembalikan
jalur pada preferred link saat preferred link sudah diaktifkan kembali.
4.1 IOPS (Input Output per Second) GFS2 Cluster Files System Benchmark
4.1.1 Sistematika Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan software IOzone.
Pengukuran dilakukan pada setiap iSCSI Initiator dengan ukuran block 4KB
hingga 16384KB, dengan ukuran sebesar 1 GB. Trafik yang dibangkitkan ialah
trafik I/O antar iSCSI Initiator dengan iSCSI Target. Pengukuran atau benchmark
dilakukan secara bergantian antara Initiator di node 1, node 2, dan node 3. Hal ini
ditujukan untuk mendapatkan hasil IOPS yang tidak dipengaruhi oleh trafik dari
sesama Initiator.
35
Pengukuran dilakukan sebanyak 30 kali untuk meningkatkan akurasi
pengukuran, mengeliminasi anomali pengukuran, dan menggambarkan pola hasil
pengukuran yang muncul.
Pengukuran dilakukan pada GFS2 yang sudah terkonfigurasi pada 3 buah
cluster node yang berperan sebagai Initiator dengan Sistem Operasi Centos 6.5.
File system yang digunakan sudah ter-mount pada masing-masing node dibawah
direktori /GFS. Direktori tersebut merupakan shared device yang berasal dari
iSCSI Target dengan kapasitas 500 GB. Interkoneksi antara iSCSI Initiator dan
iSCSI Target menggunakan FastEthernet Switch.
Proses benchmark terhadap File System dilakukan untuk mengukur IOPS
write dan IOPS Read pada GFS2 Cluster File System yang terdapat pada cluster
node. Benchmarking dilakukan melalui aplikasi IOzone, yang bekerja dengan
melakukan pengujian file system menggunakan data yang di generate secara
sequential berdasarkan ukuran block data pada tiap-tiap ukuran file yang
berukuran 1 GB. Proses pengujian IOPS Write dan IOPS Read pada setiap file
juga dilakukan secara sequential mulai dari ukuran block 4 KB hingga 16 MB.
Pengujian dilakukan pada iSCSI Initiator secara bergantian untuk melihat
kemampuan GFS2 Cluster File Systerm di masing-masing node.
4.1.2 Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran Read dan Write IOPS berulang pada Initiator node1
Gambar 4.1 Grafik IOPS file system tanpa cluster node 1
0
500000
1000000
1500000
2000000
4 8
16
32
64
12
8
25
6
51
2
10
24
20
48
40
96
81
92
16
38
4
IOPS Read & Write node 1 (1G)
Write
Read
36
Gambar 4.2 Grafik IOPS cluster node 1
Pada hasil pengukuran IOPS Write dan Read di node 1, performa file
system terus cenderung meningkat mengikuti besar block data yang digunakan
sekitar 27000 – 65000 IOPS READ dan 24000 – 64000 IOPS Write. Hasil
tersebut didapatkan pada block dengan ukuran 4 KB hingga 256 KB. Dari hasil
tersebut juga tampak bahwa kemampuan Cluster File System GFS2 terus
meningkat dari 27000 IOPS READ dan 24000 IOPS WRITE pada block 4 KB
dan mulai stabil pada kisaran 65000 IOPS READ dan 64000 IOPS WRITE pada
block dengan ukuran 32 KB.
Nilai IOPS READ kemudian cenderung stabil pada blok-blok data dengan
ukuran yang lebih besar dari 32 KB, yaitu IOPS READ berada pada kisaran
62000 IOPS. Sedangkan pada hasil IOPS WRITE terdapat penurunan performa
yang signifikan hingga kisaran 30000 IOPS ketika pengukuran berada pada
ukuran block 512 KB dan seterusnya hingga ukuran block 16 MB.
Hasil pengukuran Read dan Write IOPS berulang pada Initiator node2
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
IOPS node 1 (1G)
write
read
37
Gambar 4.3 Grafik IOPS file system tanpa cluster node 2
Gambar 4.4 Grafik IOPS cluster node 2
Pada hasil pengukuran IOPS write dan Read di node 2, performa file
system cenderung menigkat mengikuti besar block data yang diuji, yaitu mulai
dari 58000 – 192000 IOPS READ dan 39000 – 190000 IOPS WRITE.
Berdasarkan hasil pengujian, performa IOPS Read file system pada masing file
size semakin meningkat pada saat ukuran block data semakin besar.
Hasil pengukuran Read dan Write IOPS berulang pada Initiator node3
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
IOPS Read & Write node 2 (1G)
Write
Read
0
50000
100000
150000
200000
250000
IOPS node 2 (1G)
Writer
Reader
38
Gambar 4.5 Grafik IOPS file system tanpa cluster node 2
Gambar 4.6 Grafik IOPS cluster node 3
Pada hasil pengukuran IOPS Read dan Write di node 3, performa file
system cenderung mengalami peningkatan performa seiring dengan peningkatan
block size yang diuji menggunakan IOzone, yaitu mulai dari 12000 – 28000 IOPS
Read dan 11000 – 27000 IOPS Write. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan
IOzone, performa IOPS Read file system pada masing-masing block memiliki
trend yang serupa dengan hasil pengukuran pada node-node sebelumnya.
Dari hasil tersebut juga tampak bahwa kemampuan Cluster File System
GFS2 terus meningkat dari 12000 IOPS READ dan 11000 IOPS WRITE pada
block 4 KB dan mulai stabil pada kisaran 27000 IOPS READ dan 28000 IOPS
WRITE pada block dengan ukuran 16 KB.
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
90000
IOPS Read & Write node 3 (1G)
Write
Read
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
IOPS node 3 (1G)
write
read
39
Pada hasil pengukuran di node 3, tidak terdapat penurunan performa yang
signifikan pada block data dengan ukuran lebih besar dari 16 KB. Hal tersebut
dapat terlihat pada saat pengujian dilakukan dengan ukuran blok data sebesar
1MB, terdapat penurunan sekitar 200 – 500 IOPS pada IOPS READ maupun
IOPS WRITE.
Sedangkan hasil pengukuran pada iSCSI Initiator sebelum menggunakan
Cluster File System adalah sebagai berikut:
4.1.3 Analisis Hasil Pengukuran
Dari hasil pengujian diatas dapat terlihat bahwa pada masing-masing node
yang sudah terkonfigurasi dengan GFS2 Cluster File System, performa IOPS
Cluster File System cenderung mengalami peningkatan seiring dengan besar block
data yang digunakan dalam proses IO Read dan Write. Namun tingkat performa
IOPS Cluster Files System antar node memiliki skala yang berbeda-beda. Dilihat
dari hasil pengukuran, kemampuan IOPS Read dan Write tertinggi didapatkan
pada GFS2 Cluster File System pada node 2 dibandingkan dengan node 1 dan
node 3. Sedangkan performa GFS2 Cluster File System pada node 3 menunjukkan
nilai IOPS Read dan Write yang paling rendah, namun memiliki stabilitas IOPS
yang cukup baik. Berbeda dengan node 1, meskipun memiliki nilai IOPS yang
dapat mencapai 60000 IOPS Read, Cluster File System pada node 1 memiliki
tingkat stabilitas yang paling rendah atau tidak stabil, hal tersebut terlihat dari
penurunan performa yang sangat drastis ketika melakukan proses IO Write dan
Read pada blok berukuran 512 KB.
Perbedaan tersebut sangat jelas dipengaruhi oleh spesifikasi hardware atau
peripheral yang berbeda-beda antar iSCSI Initiator. Hal tersebut dapat
mempengaruhi tingkat IOPS Read dan Write karena proses IO merupakan proses
yang amat erat kaitannya dengan kinerja hardware. Dimana proses IO adalah
proses lalu lintas komunikasi data yang terjadi antar peripheral. IOPS dipengaruhi
oleh latency yang berasal dari buffering pada memory (RAM) dan memory cache
pada CPU. Itulah sebabnya ketika terjadi perbedaan CPU ataupun RAM hasil
IOPS yang didapatkan bisa berbeda-beda meskipun terhubung pada jaringan yang
sama, pengaruh lain juga disebabkan oleh penggunaan NIC yang berbeda-beda
40
antar node, dimana interkoneksi antara iSCSI Initiator dengan iSCSI Target
(Shared Storage) menggunakan kabel Ethernet maka kemampuan dari NIC
tersebut juga berpengaruh terhadap lalu lintas data paket iSCSI yang dikirimkan
melalui jalur Ethernet menggunakan protokol TCP/IP.
Dari hasil pengukuran Write dan Read IOPS pada node 1, 2, dan 3 diatas,
tampak perbedaan yang mencolok antara kemampuan Write dan Read.
Kemampuan Cluster File System dalam proses rata-rata read lebih cepat
dibandingkan dengan proses write.
Dari data diatas juga tampak bahwa di setiap ukuran block, proses Read
dan Write dapat bekerja lebih optimal pada saat block size mendekati ukuran file.
Hal ini dikarenakan oleh proses enkapsulasi pada tiap-tiap blok melalui jaringan
TCP/IP akan berupa PDU yang akan mendapatkan header tambahan dari protokol
iSCSI. Sehingga semakin kecil ukuran blok yang dikirimkan, maka besar total
keseluruhan frame dari suatu file akan menjadi lebih besar, dan beban transmisi
pada jaringan akan lebih besar.
Gambar 4.7 iSCSI PDU
Selain itu, tampak hasil pengukuran antar node dapat terjadi perbedaan
yang dipengaruhi dengan spesifikasi Hardware di dalam PC yang menjadi
41
Initiator. Sehingga dengan spesifikasi yang lebih tinggi, dapat terlihat performa
yang lebih baik.
4.2 Beban Processor (CPU Load)
4.2.1 Sistematika Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan software Iozone. Pengukuran
dilakukan pada iSCSI Initiator dengan ukuran block 4KB hingga 16384KB,
dengan ukuran file sebesar 1 GB. Trafik yang dibangkitkan ialah trafik I/O antar
iSCSI Initiator dengan iSCSI Target. Parameter yang diambil dalam pengukuran
ini adalah processor interrupt time untuk mengukur beban processor terhadap
proses I/O yang ditampilkan dalam bentuk persen. Pada iSCSI initiator
pengukuran dengan menggunakan Iozone.
4.2.2 Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran CPU Load pada node 1:
Gambar 4.8 Grafik CPU Load tanpa cluster file system node 1
0
20
40
60
80
100
120
CPU Load Read & Write node 1 (1G)
Write
Read
42
Gambar 4.9 Grafik CPU Load cluster node 1
Berdasarkan grafik CPU Load pada node 1, tampak bahwa proses IO
Write menggunakan resource CPU yang lebih besar daripada yang digunakan
pada proses IO Read meskipun pada blok 8 KB dan 16 KB resource untuk IO
Read lebih besar daripada IO Write. Dari masing-masing ukuran block, terlihat
resource yang digunakan lebih besar saat ukuran block jauh lebih kecil dari
ukuran file. Beban tertinggi sebesar 48% didapat pada block 4 KB.
Hasil pengukuran CPU Load pada node 2:
Gambar 4.10 Grafik CPU Load tanpa cluster file system node 2
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
CPU LOAD node 1 (1G)
write
read
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
CPU Load Read & Write node 2 (1G)
Write
Read
43
Gambar 4.11 Grafik CPU Load cluster node 2
Berdasarkan grafik CPU Load pada node 2, tampak bahwa rata-rata proses
IO Write menggunakan resource CPU yang lebih besar daripada yang digunakan
pada proses IO Read. Dari masing-masing ukuran block, terlihat resource yang
digunakan lebih besar saat ukuran block jauh lebih kecil dari ukuran file.
Hasil pengukuran CPU Load pada node 3:
Gambar 4.12 Grafik CPU Load tanpa cluster file system node 3
0
5
10
15
20
25
30
CPU LOAD node 2 (1G)
write
read
0
2
4
6
8
10
12
14
CPU Load Read & Write node 3 (1G)
Write
Read
44
Gambar 4.13 Grafik CPU Load cluster node 3
Berdasarkan grafik CPU Load pada node 3, tampak bahwa rata-rata proses
IO Write menggunakan resource CPU yang lebih besar daripada yang digunakan
pada proses IO Read. Dari masing-masing ukuran file, terlihat resource yang
digunakan lebih besar saat ukuran block jauh lebih kecil dari ukuran block.
4.2.3 Analisis Hasil Pengukuran
Berdasarikan hasil pengukuran rata-rata CPU load pada Initiator (node 1,2
dan 3) terlihat kecenderungan kenaikan persentase utilisasi CPU berbanding lurus
dengan besar block size yang digunakan selama proses benchmark menggunakan
IOzone. Dari keseluruhan node, meskipun memiliki tingkat persentase utilisiasi
yang berbeda, namun terdapat pola kenaikan yang serupa. Yakni kenaikan CPU
Load maksimal terjadi pada block size dengan ukuran file sebesar 4 KB.
Pada ukuran block yang lebih kecil, prosesor akan memproses instruksi
lebih banyak untuk melakukan sebuah proses I/O kedalam harddisk, prosesor juga
menambahkan instruksi untuk melakukan proses I/O melalui NIC yang juga
meningkatkan beban prosesor karena adanya proses tambahan tersebut. CPU
mendapat beban yang lebih besar karena terdapat overhead dari setiap paket yang
akan diproses. Hal tersebutlah yang menyebabkan beban CPU yang meningkat
pada block yang lebih kecil untuk file size yang sama
0
5
10
15
20
25
30
35
40
CPU LOAD node 3 (1G)
write
read
45
Hasil tersebut dapat dibandingkan dengan nilai CPU Load tanpa cluster
file system. Nilai CPU Load cenderung tidak mengalami perubahan yang
signifikan untuk besar file yang sama meskipun menggunakan block size yang
berbeda-beda. Hal ini dikarenakan proses IOPS file yang terjadi pada internal
CPU tidak melibatkan block data dan tidak terdapat overhead pada transmisi paket
data melaui NIC.
4.3 Throughput
4.3.1 Sistematika Pengukuran
Semua cluster node terkonfigurasi sebagai FTP Server, dengan Floating
IP Address 192.168.1.100, Dengan menggunakan floating IP, maka client hanya
akan memandang satu buah IP address yang berperan sebagai gateway menuju
ketiga Cluster Node, sehingga ketika client sedang mengakses FTP server dari
salah satu node dan terjadi failover ke node yang lain, maka client tidak perlu
merubah IP Address yang menuju FTP server.
Masing-masing iSCSI Initiator dikonfigurasi secara manual untuk menjadi
FTP server, kemudian layanan FTP diintegrasikan dengan floating IP Address
sebagai Cluster Service Group melalui Luci Cluster Management. Direktori yang
digunakan media penyimpanan pada layanan FTP ialah /GFS, yaitu direktori
dimana GFS2 Cluster File System berada. Interkoneksi antar Client menuju
Cluster Node menggunakan FastEthernet Switch. Client kemudian terhubung
kepada salah satu iSCSI initiator untuk menggunakan layanan FTP menggunakan
software FileZilla. Setelah proses login dan authentikasi user dilakukan, maka
client men-download file yang terdapat pada direktori /GFS. File yang digunakan
sebagai pengujian proses transfer file ialah file video dengan ukuran 1,2 GB. Nilai
Throughput didapatkan berdasarkan pengamatan selama proses download pada
sisi client menggunakan Wireshark.
46
4.3.2 Hasil Pengukuran
Gambar 4.14 Hasil throughput FTP pada client
Dari hasil pengamatan menggunakan wireshark, didapatkan nilai
throughput layanan FTP pada Cluster File System sebesar 34 MBps. Nilai
tersebut didapatkan pada jaringan lokal yang terisolasi dari trafik internet
menggunakan interkoneksi Fast Ethernet Switch. Dengan FTP Server
menggunakan IP Address 192.168.1.100. Pengukuran dilakukan menggunakan
wireshark pada sisi client dengan sistem operasi CentOS 6.5.
Pada saat mekanisme failover diberlakukan pada Cluster Node, hal
tersebut tidak mempengaruhi transmisi paket dari Cluster Node menuju client. Hal
tersebut diamati dari software dimana tetap terjadi komunikasi dari client menuju
FTP Server dengan IP Address 192.168.1.100
4.3.3 Analisis Hasil Pengukuran
Dari hasil pengukuran throughput, tampak bahwa nilai throughput sebesar
34 MBps dengan kanal informasi menggunakan kabel 100 MBps Ethernet LAN
ialah tidak maksimal. Hal tersebut merupakan indikasi terjadinya bottleneck pada
jaringan tersebut. Bottleneck yang terjadi dapat diakibatkan oleh FastEthernet
Switch yang digunakan. Keterbatasan kapasitas dan kualitas FastEthernet yang
digunakan mengakibatkan trafik yang mengalir dari Cluster Node menuju client
tidak dialirkan dengan sempurna. Latency dan bottleneck juga dapat terjadi pada
NIC yang menjadi port koneksi menuju kabel Ethernet. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa penggunaan dan pemilihan Hardware dalam interkoneksi
47
jaringan memegang peranan penting dalam nilai throughput yang akan didapatkan
oleh Client.
Peningkatan throughput dapat diupayakan dengan penggunaan high-end
technology interconnection, seperti GigabitEthernet Switch. Hal tersebut dapat
dilakukan untuk menjembatani gap yang terjadi antara CPU/memory speed dan
IO speed pada file system dengan kecepatan bandwidth kanal informasi. Hal
tersebut perlu dilakukan terutama untuk mendukung layanan trafik pada jaringan
Cluster File System yang lebih besar
Sementara itu proses failover pada cluster node tidak mempengaruhi
transmisi paket-paket FTP dari Cluster menuju client. Berdasarkan pengamatan
dari wireshark, tidak terdapat perubahan FTP Server IP Address 192.168.1.100
meskipun terjadi proses failover di dalam Cluster, dan juga koneksi dari FTP
Client menuju FTP Server tidak terputus. Dengan demikian terlihat dengan jelas
kemampuan High Availability pada Cluster Node dengan Cluster File System
dapat bekerja dengan baik.
4.4 Failover Delay
4.4.1 Sistematika Pengukuran
Proses failover digunakan sebagai salah satu parameter pengujian guna
mengetahui performa High-Availability pada GFS2 Cluster File System sebagai
layanan media penyimpanan data. Suatu service hanya dapat berjalan pada salah
satu node,. Pada kasus ini, service yang dijalankan dalam mekanisme failover
ialah FTP Client-Server. Service tersebut dikonfigurasi secara default agar
berjalan pada node 1 iSCSI Initator yang sudah terintegrasi dengan floating IP
Address sebagai Resource Group pada Cluster.
Floating IP Address digunakan untuk memastikan saat proses failover
terjadi, client tidak menyadari bahwa terdapat migrasi sistem (failover) dari node
1 ke node failover (node2). Sebelum melakukan mekanisme pengujian failover,
terlebih dahulu dilakukan konfigurasi failover domain berdasarkan skala prioritas,
48
sehingga ketika node 1 failure, service akan berpindah ke node 2, dan apabila
node 2 mengalami failure, service FTP akan berpindah lagi menuju node 3.
Dalam mekanisme failover terdapat dua macam metode yang bisa
digunakan. Metode pertama ialah dengan salah satu node dimatikan (poweroff)
agar service berpindah kepada node yang masih aktif. Yang kedua ialah dengan
metode cold failover, dimana service pada node yang aktif dipindahkan kepada
node yang lain sesuai keinginan admin melalui perintah / command.
:#clusvcadm –r GFS –m node2
Untuk mengetahui kemampuan failover secara alami, maka metode yang
digunakan dalam menguji delay failover ialah dengan metode yang pertama. Pada
kasus ini node 1 sebagai active node akan dimatikan (poweroff). Dan pada node 2
sebagai standby node akan dipantau melalui wireshark dan syslog untuk
mengetahui aktivitas yang terjadi pada node 2 selama proses failover dari awal
semenjak service pada node 1 terdeteksi non-aktif hingga service dapat dilayani
melalui node 2. Dengan membandingkan hasil capture antar initiator maka dapat
diketahui selang waktu yang dibutuhkan (delay) failover.
4.4.2 Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran dengan proses failover:
Gambar 4.15 Pengamatan failover melalui syslog
Hasil pengukuran dengan proses failover melalui wireshark:
49
Gambar 4.16 Pengamatan failover melalui wireshark
Gambar 4.17 Pengamatan Service GFS failover dari node 1 ke node 2
Dari hasil pengamatan pada syslog dan wireshark di node 2, dapat terlihat
bahwa selama proses failover terjadi semenjak suatu node dinyatakan DOWN
oleh rgmanager. Berikutnya, kernel akan melakukan mekanisme fencing dan
locking melalui DLM (Distributed Lock Manager) serta melakukan pengecekan
terhadap journal yang terdapat pada setiap node. Kemudian GFS2 Cluster File
50
System akan dinyatakan siap oleh kernel dan kemudian service mulai aktif pada
node 2.
Setelah node 2 dinyatakan sebagai active node, dan layanan FTP berjalan
pada node 2, dilakukan pengecekan ulang pada node 2 terhadap status Cluster
melalui perintah CLUSTAT untuk memastikan bahwa service telah berpindah ke
node 2.
4.4.3 Analisa Hasil Pengukuran
Dari hasil pengukuran delay failover diatas, tampak delay selama
perpindahan ialah sebesar 42 second. Dan melalui proses cold failover, tingkat
akurasi delay dapat diamati dengan lebih detail melalui wireshark dengan delay
sebesar < 0,2 second.
Dengan demikian proses perpindahan trafik maupun service dari suatu
node yang mengalami failure dapat mengakibatkan gangguan terhadap user
dikerenakan delay failover yang cukup lama. Namun apabila menggunakan cold
failover maka migrasi terjadi secara singkat tanpa dirasakan oleh user.
Berdasarkan hasil pengamatan, selama proses failover berlangsung.
Cluster Manager (CMAN) akan melakukan monitoring terhadap jumlah cluster
node yang berada dalam posisi on. Ketika kondisi dalam suatu cluster berubah,
maka CMAN akan mendeteksi perubahan tersebut dan melakukan tindakan yang
perlu dilakukan. Dalam hal ini, ketika cluster node tidak memberikan message
apapun untuk berkomunikasi dengan node yang lain dalam rentang waktu tertentu,
maka CMAN akan melakukan proses remove terhadap node tersebut dan
membership of cluster pada node tersebut dinonaktifkan, dan node tersebut tidak
lagi dianggap sebagai cluster member.
Selanjutnya, DLM dan kernel akan melakukan proses recovery terhadap
Cluster File System. Ketika suatu node dianggap failure, maka aktivitas cluster
akan di-suspend, DLM dan GFS akan melakukan recovery. DLM melepas locking
management pada failure node, dan GFS melakukan recovery journal terhadap
node yang failure.
51
Setelah mekanisme recovery diatas selesai, maka aktivitas pada Cluster
akan dilanjutkan. Service yang sebelumnya berjalan pada node 1 siap untuk
diaktifkan melalui node 2. Kemudian pemulihan service dilakukan berdasarkan
konfigurasi cluster yang terdapat pada Cluster Configuration Management.
Layanan FTP yang sempat di-suspend, kembali dijalankan, dan proses transfer file
data dapat diteruskan berdasarkan journal yang sudah di-recovery tanpa harus
mengirimkan data ulang dari awal.
Mekanisme fencing dan locking tampak pada hasil screenshoot berikut.
Gambar 4.18 Mekanisme fencing dan locking ketika GFS failover
Analisa juga dilakukan dengan melakukan failover ketika terdapat 2 buah cluster
node yang dinonaktifkan.
Gambar 4.19 Pengamatan Service GFS failover saat terjadi kegagalan di 2 node
fencing
locking
52
Berdasarkan pengamatan diatas, dapat dilihat bahwa failover yang terjadi
ketika dua buah node mengalami kegagalan ialah failover yang sesuai dengan
failover domain sebagaimana yang sudah terkonfigurasi pada Cluster Manager.
Sehingga ketika node 1 dan node 2 mengalami kegagalan, maka service akan mati
dan cluster akan nonaktif dikarenakan cluster tidak memenuhi quorum (1/2+1
jumlah total node yang aktif).
Sedangkan delay failover yang terjadi antara node yang satu dengan node
yang lainnya dapat dilihat pada grafik berikut:
Gambar 4.20 Pengamatan failover delay Service GFS dari node 1 ke node 2 dan
node 2 ke node 3
Gambar 4.21 Pengamatan cpu load sebelum dan sesudah failover
0
2
4
6
8
10
12
14
1 to 2 2 to 3
failover delay antar node (second)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
node 1 node 2 node 3
failover cpu load
before failover
after failover
53
Dari hasil pengukuran delay diatas, dapat terlihat bahwa spesifikasi
hardware pada masing-masing server dapat mempengaruhi delay ketika terjadi
kegagalan pada suatu node. Demikian pula saat terjadi failover dengan
menumpangkan layanan yang berbeda kepada node lain, terlihat bahwa dengan
hardware yang ber spesifikasi lebih tinggi, total resource yang digunakan tidak
terlalu besar.
Pada gambar 4.21 dapat dilihat nilai CPU Load pada masing-masing node
dengan kondisi ketika sebelum menerima service failover dari node lain, dan
kondisi sesudah node tersebut menerima service failover dan melakukan back up
terhadap layanan cluster node yang mengalami failure. Contohnya ialah saat
terdapat suatu layanan web service yang berjalan pada node 3, kemudian node 3
mengalami kegagalan, maka service tersebut akan mengalami failover kepada
node 1 atau node lain berdasarkan pada failover domain yang sudah dikonfigurasi
melalui cluster management.
Dikarenakan standby node menangani service yang sebelumnya berjalan
pada node yang mengalami kegagalan, maka terdapat kenaikan beban pada
initiator yang menerima service failover dan mengakibatkan penambahan layanan
atau service yang harus ditangani oleh standby node tersebut. Kenaikan beban
CPU Load dengan failover pada layanan yang berbeda berkisar antara 110%
hingga 250% terhadap CPU Load sebelum dilakukan failover.
4.5 Video Streaming Server
Streaming server pada layanan cloud storage merupakan salah satu
layanan dengan jenis Video on Demand. Pengujian terhadap kualitas Video on
Demand pada cluster file system digunakan untuk menggambarkan kemampuan
Storage sebagai penyedia layanan video yang diakses oleh client melalui Cluster
Server.
4.5.1 Sistematika Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan mengunakan aplikasi VLC Media Player
pada sisi client. Service layanan video pada Cluster Server dikonfigurasi
54
menggunakan nginx yang dapat diakses melalui setiap initiator node dengan
terintegrasi sebagai suatu cluster service. File video yang digunakan untuk
pengujian terletaka pada Storage Device dibawah direktori /GFS.
Pengukuran dilakukan dengan mengamati koneksi yang terjadi melalui
software Wireshark. Akan dilakukan simulasi failover pada saat user sedang
mengakses layanan video dari cluster service. Dengan demikian dapat diketahui
dampak dan performansi penggunaan Cluster File System pada layanan Video on
Demand.
Pengukuran dilakukan dengan mencoba menghubungkan client dengan
storage server melalui masing-masing node dan kemudian diambil capture
menggunakan wireshark untuk mendapatkan nilai throughput dari masing-masing
node.
4.5.2 Hasil Pengukuran
Gambar 4.22 Pengamatan video streaming melalui wireshark
Melalui gambar 4.22, dapat terlihat hasil video yang berhasil diakses oleh
client melalui mekanisme server cluster lewat salah satu node cluster
menggunakan cluster service. Dapat dilihat melalui hasil capture mengunakan
aplikasi wireshark, bahwa protokol yang yang digunakan pada layanan tersebut
ialah protokol-protokol yang mendukukng layanan video streaming, seperti UDP,
RTP, dan RSTP. File video yang digunakan merupakan file berekstensi .mp4
55
dengan ukuran 864 MB. Kualitas tayangan yang didapat cukup baik dan tidak
terjadi noise (0 % error).
Namun apabila dilakukan simulasi proses failover layanan, koneksi user
terhadap file video yang diakses akan terputus dan tidak tersambung kembali
secara otomatis. Hal ini dapat diamati lebih lanjut melalui gambar 4.23
Gambar 4.23 Pengamatan video streaming saat terjadi failover
Tampak bahwa ketika dilakukan proses failover, paket data yang berisikan
file video tidak dikirimkan oleh cluster dan tidak ada protokol UDP ataupun
RTMP yang masuk kepada client, melainkan laporan error yang dikirimkan oleh
cluster dengan berisikan pesan bahwa paket yang diminta dari node tersebut ialah
tidak diketahui (unknown).
Meskipun cluster server tidak dapat menjalankan proses failover terhadap
layanan akses video, skenario pengujian dapat dilakukan dengan menguji
kemampuan masing-masing node secara satu-persatu dan mengetahui nilai
throughput yang didapatkan oleh client pada saat mengakses file video dari node-
node yang berbeda. Nilai throughput pada client dapat dilihat melalui wireshark.
Dengan nilai throughput yang berbeda-beda ketika video diakses melalui node
yang berbeda-beda, hasil throughput yang didapatkan tidak mempengaruhi
kualitas video secara langsung.
56
Gambar 4.24 Nilai throughput video pada client
4.5.3 Analisis Hasil Pengukuran
Dari hasil pengujian diatas, menunjukkan bahwa ketika user mengakses
layanan video dan terjadi failover, maka koneksi terhadap file yang diakses akan
terputus, dan dapat diakses kembali dengan cara melakukan reload terhadap
alamat yang disediakan oleh Cluster Management. Hal ini terjadi karena pada
layanan video, akses streaming pada sesi tersebut akan terputus dan media player
tidak dapat mendeteksi sesi yang sudah dilakukan ketika terjadi failover dan tidak
mendapat packet video lagi dikarenakan terdapat delay selama proses failover.
Hal tersebut yang kemudian menyebabkan setiap terjadi failover, maka user harus
melakukan reload untuk membangun sesi streaming video dari awal untuk dapat
melanjutkan layanan video.
Tampak dari hasil pengukuran throughput melalui wireshark pada sisi
client, meskiputn hasil dari throughput relatif serupa, namun terdapat perbedaan
ketika jalur koneksi melalui node dengan spesifikasi hardware yang lebih baik,
pada jaringan dan layanan yang sama, maka nilai throughput juga ikut menjadi
lebih baik.
0
20
40
60
80
100
120
140
node 1 node 2 node 3
throughput video
throughput video
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengujian dan analisa yang dilakukan, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan konfigurasi dan implementasi Storage Device pada Cluster File
Systerm dengan melibatkan iSCSI Target, iSCSI Initiator dan GFS, maka
dapat disimpulkan bahwa Cluster File System pada SAN berbasis iSCSI dapat
digunakan sebagai salah satu metode yang dapat menunjang layanan Cloud
Storage.
2. Berdasarkan benchmark yang dilakukan menggunakan IOzone, maka kinerja
Cluster File System sebagai penunjang layanan Cloud Storage memiliki
kemampuan IO Write yang lebih baik dibanding dengan kemampuan IO
Read, dan juga membutuhkan resource yang cukup besar pada memory di
iSCSI Initiator yang dapat mencapai hingga 100%, namun tidak
menggunakan resource CPU yang tinggi karena rata-rata penggunaan CPU
pada Initiator hanya berkisar antara 0,2% - 30 %.
3. Pada pengukuran delay failover, dapat disimpulkan bahwa proses migrasi dari
suatu node ke node yang lain pada suatu cluster apabila salah satu sistem
terdapat kegagalan ialah >7 detik, hal ini mengakibatkan koneksi dan proses
transfer file akan terputus ketika user sedang mengakses suatu layanan pada
server.
4. Dari implementasi yang dilakukan penggunaan Cluster File System terbukti
dapat menghilangkan single node failure pada layanan Cloud Storage yang
terdapat pada suatu server.
5. Nilai throughput dalam jaringan dipengaruhi oleh kualitas hardware yang
digunakan untuk interkoneksi pada jaringan tersebut.
6. Cluster File System tidak mendukung failover pada layanan Video on
Demand yang diakses melalui Cluster Server
58
5.2 Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut
dengan:
1. Implementasi Multipath untuk membuat lebih banyak LUN yang
mengarah kepada iSCSI Target.
2. Melakukan analisis sistem ketika menggunakan high-end interconnection
hardware.
3. Menguji performa IOPS dengan menggunakan peripheral hardware
dengan high-end spesification.
4. Melakukan pengujian performansi sistem dengan parameter response time
dan pengaruh terhadap jumlah user yang dapat ditangani,.
5. Menggunakan layanan yang berbeda-beda pada setiap cluster node yang
dapat diakses secara simultan oleh multiuser.
6. Menggunakan komponen LVS Router sebagai tambahan dalam
menunjang trafik failover menuju Cluster Server.
7. Mengimplementasikan Cluster Server untuk berbagai layanan yang
berbeda antar node.
59
DAFTAR PUSTAKA
[1] Armanda, Ryan A.P. Skripsi: Implementasi Teknologi Cloud Computing
Menggunakan Cloudsim Untuk Implementasi TIK Hijau. Universitas
Indonesia. Depok. 2010.
[2] Boronzyk, Timothy dan Christopher Negus. CentOS Bible. Wiley
Publishing, Inc. Indianapolis. USA. 2009.
[3] Capps, Done (dkk). Analyzing NFS Client Performance with IOzone. NFS
Industry Conference. 2002.
[4] Carolan, Jason dan Steve Gaede. Introduction to Cloud Computing
Architectre, White Paper, 1st Edition. Sun Microsystem. Santa Clara. USA.
2009.
[5] Chevance, René J. Server Architecture: Multiprocessors, Clusters, Parallel
System, Web Servers, and Storage Solutions. Elsevier Digital Press,
Burlington, USA. 2005.
[6] Farley, Marc. Storage Networking Fundamentals: An Introduction to
Storage Devices, Subsystems, Applications, Management, and Filing
Systems. Cisco Press. Indianapolis. 2005
[7] Fatahna, Muhammad An’im. CentOS Network Administrator, Beta1.
CentOS Indonesia Community. Indonesia. 2011
[8] Gauger. C. M. (dkk). Modeling and Performance Evaluation of iSCSI
Storage Area Network over TCP/IP-based MAN and WAN networks.
University of Stuttgart. Stuttgart. Germany. 2005.
[9] Jacobi, Tim-Daniel dan Jan Lingermann. Evaluation of Distributed File
System. Universitat Hamburg. Germany. 2012.
[10] Kurniagraha, Deni. Tugas Akhir: Analisis Performansi Layanan Cloud
Storage pada sistem operasi windows dan linux. Institut Teknologi Telkom.
Bandung. 2012
[11] Lu, Yingping dan David. Performance Study of iSCSI-Based Storage
Subsystems. University of Minnesota. USA. 2003.
[12] McPherson, Amanda. Linux: The Operating System of the Cloud. The Linux
Foundation. 2009.
60
[13] Nimis. Jens. Cloud Computing Tutorial. IPE-Klausurtagung. Freudenstadt,
Germany. 2009.
[14] NN. iSCSI Protocol Concepts and Implementation. Cisco Systems, USA.
2001.
[15] NN. Network Protocols Handbook, 2nd Edition. Javvin Technologies, Inc.
Saratoga. USA. 2005.
[16] NN. Red Hat Enterprise Linux 5.8 Beta: Cluster Suite Overview RHEL,
Edition 5. Red Hat, Inc. USA. 2010
[17] NN. Red Hat Enterprise Linux 6: Global File System 2. Red Hat, Inc. USA.
2013
[18] NN. SAN System Design and Deployment Guide. Vmware, Inc. Hilview
Ave. USA. 2010.
[19] Norcott, William D. Iozone Filesystem Benchmark.doc.
http://www.iozone.org.
[20] Radkov, Peter (dkk). A Performance Comparison of NFS and iSCSI fo IP-
Networked Storage. University of Massachusetts. USA. 2004
[21] Routray, Ramani (dkk). iSAN: Storage Area Network Management
Modeling Simulation. IBM India System and Technology Lab. India.
International Conference on Networking, Architecture, and Storage. 2007.
[22] Tate, Jon dkk. Redbooks: Introduction to Storage Area Networking and
System Networking. 5th Edition. IBM, USA. 2012
[23] Thain, Douglass dkk. Chirp: A Practical Global Filesystem for Cluster and
Grid Computing. Department of Computer Science and Engineering,
University of Notre Dame. 2007.
[24] Towns, Anthony. Red Hat Cluster Suite for Red Hat Enterprise Linux 5:
Cluster Suite Overview, Edition 5. Redhat, Inc. 2010.
[25] Troppers, Ulf (dkk). Storage Networks Explained: Basics and Application of
Fibre Channel SAN, NAS, iSCSI, InfiniBand and FcoE, Second Edition.
John Wiley & Sons Ltd. 2009.
[26] Wiratama, Hendra. Tugas Akhir: Implementasi Storage Area Network
Menggunakan Protokol iSCSI Pada Sistem Terdistribusi. Institut Teknologi
Telkom, Bandung. 2012.