Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di

35
Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook , Twitter dan Instagram [tutu p ] Komodo Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas "Komodo" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Komodo, lihat Komodo (disambiguasi) . ? Komodo Status konservasi Rentan (IUCN 3.1 ) Klasifikasi ilmiah Keraja an: Animalia Filum: Chordata Kelas: Reptilia Ordo: Squamata Upaord o: Autarchoglo ssa Famili : Varanidae Genus: Varanus Spesie s: V. komodoensis Nama binomial

Transcript of Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Twitter dan Instagram

[tutup]

KomodoDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas"Komodo" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Komodo,lihat Komodo (disambiguasi).

?Komodo

Status konservasi

Rentan (IUCN 3.1)Klasifikasi ilmiahKerajaan:

Animalia

Filum: ChordataKelas: ReptiliaOrdo: SquamataUpaordo:

Autarchoglossa

Famili:

Varanidae

Genus: VaranusSpesies:

V. komodoensis

Nama binomial

Varanus komodoensisOuwens, 1912

Distribusi komodo

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis[1]), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara.[2] Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.[3]

Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejalagigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil.[4][5] Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.[6]

Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.

Daftar isi 1 Anatomi dan morfologi

2 Fisiologi 3 Ekologi, perilaku dan cara hidup

o 3.1 Perilaku makan o 3.2 Bisa dan bakteri o 3.3 Reproduksi o 3.4 Partenogenesis

4 Evolusi 5 Komodo dan manusia

o 5.1 Penemuan o 5.2 Penelitian o 5.3 Konservasi o 5.4 Penangkaran

6 Lihat pula 7 Catatan kaki 8 Daftar pustaka 9 Pranala luar

Anatomi dan morfologi

Kulit komodo.

Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki berat sekitar 70 kilogram,[7] namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya.[8] Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesaryang masih hidup, namun bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua (Varanus salvadorii).[9]

Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5

cm, yang kerap diganti.[10] Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan.[11] Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka.[12]

Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang.[8] Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam.

Fisiologi

Komodo yang berjemur.

Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga.[13] Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yangtak bergerak.[14]

Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap.[15] Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer.[11] Lubang hidung komodo bukan merupakan

alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan.[16] Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.[15]

Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih.[11]

Komodo pernah dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak mengakibatkan agitasi (gangguan) pada komodo liar. Hal ini terbantah kemudian ketika karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor melatih biawak untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga ketika ia tidak terlihat oleh si biawak.[17]

Ekologi, perilaku dan cara hidup

Kaki dan ekor komodo.

Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara.[18] Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak.

Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter;[19] serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat.[7] Untuk menangkap mangsa yangberada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang.[17] Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.

Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meterdengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat.[20] Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya.[21] Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas.[22] Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut,terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa.[23]

Perilaku makan

Komodo di Rinca.

Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai,[4] penelitian menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap diikuti dengan

serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu tiba di dekat tempat sembunyi komodo, hewan ini segera menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan.[11] Komodo dapat menemukan mangsanya dengan menggunakan penciumannya yang tajam, yang dapat menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.[11]

Komodo muda di Rinca yang makan bangkai kerbau.

Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar dagingdan lalu menelannya bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isiperut mangsa yang berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh.[23]

Air liur yang kemerahan dan keluar dalam jumlah banyak amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski demikian, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor kambing. Komodo kadang-kadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekankan daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, agar karkas itu bisa masuk melewati kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu begitu keras sehingga pohon itu menjadi rebah.[23]

Untuk menghindari agar tak tercekik ketika menelan, komodo bernapas melalui sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung dengan paru-parunya.[11] Rahangnya yang dapatdikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya yang lentur, dan lambungnya yang dapat melar luar biasa memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar, hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan.[6][24]

Setelah makan, komodo berjalan menyeret tubuhnya yang kekenyanganmencari sinar matahari untuk berjemur dan mempercepat proses pencernaan. Kalau tidak, makanan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni tubuhnya sendiri. Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat bertahan dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira-kira sekali sebulan.[11]

Setelah daging mangsanya tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk, gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet. Setelah itu komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan sisa-sisa lendir yang masih menempel, perilaku yang menimbulkan dugaan bahwa komodo, sebagaimana halnya manusia, tidak menyukai bau ludahnya sendiri.[11]

Dalam kumpulan, komodo yang berukuran paling besar biasanya makanlebih dahulu, diikuti yang berukuran lebih kecil menurut hirarki.Jantan terbesar menunjukkan dominansinya melalui bahasa tubuh dandesisannya; yang disambut dengan bahasa yang sama oleh jantan-jantan lain yang lebih kecil untuk memperlihatkan pengakuannya atas kekuasaan itu. Komodo-komodo yang berukuran sama mungkin akan berkelahi mengadu kekuatan, dengan cara semacam gulat biawak, hingga salah satunya mengaku kalah dan mundur; meskipun adakalanya yang kalah dapat terbunuh dalam perkelahian dan dimangsa oleh si pemenang.[11]

Mangsa biawak komodo amat bervariasi, mencakup aneka avertebrata,reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan, kambing, rusa, kuda, dan kerbau. Komodo muda memangsa serangga, telur, cecak, dan mamalia kecil.[4][24] Kadang-kadang komodo juga memangsamanusia dan mayat yang digali dari lubang makam yang dangkal.[17] Kebiasaan ini menyebabkan penduduk pulau Komodo menghindari tanahberpasir dan memilih mengubur jenazah di tanah liat, serta menutupi atasnya dengan batu-batu agar tak dapat digali komodo.[23]

Ada pula yang menduga bahwa komodo berevolusi untuk memangsa gajah kerdil Stegodon yang pernah hidup di Flores.[25] Komodo juga

pernah teramati ketika mengejutkan dan menakuti rusa-rusa betina yang tengah hamil, dengan harapan agar keguguran dan bangkai janinnya dapat dimangsa, suatu perilaku yang juga didapati pada predator besar di Afrika.[25]

Karena tak memiliki sekat rongga badan, komodo tak dapat menghirup air atau menjilati air untuk minum (seperti kucing). Alih-alih, komodo ‘mencedok’ air dengan seluruh mulutnya, lalu mengangkat kepalanya agar air mengalir masuk ke perutnya.[11]

Bisa dan bakteri

Pada akhir 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus) dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku Agamidae, kemungkinanmemiliki semacam bisa. Selama ini diketahui bahwa luka-luka akibat gigitan hewan-hewan ini sangat rawan infeksi karena adanyabakteria yang hidup di mulut kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti ini menunjukkan bahwa efek langsung yang muncul pada luka-luka gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah.

Para peneliti ini telah mengamati luka-luka di tangan manusia akibat gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris dan komodo, dan semuanya memperlihatkan reaksi yang serupa: bengkak secara cepat dalam beberapa menit, gangguan lokal dalam pembekuan darah, rasa sakit yang mencekam hingga ke siku, dengan beberapa gejala yang bertahan hingga beberapa jam kemudian.[26]

Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang amat beracun telah berhasildiambil dari mulut seekor komodo di Kebun Binatang Singapura, danmeyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang dipunyai komodo[27].

Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka bakteri mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatifdan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini.[28] Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya. Jika gigitan komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu

dapat melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu minggu akibat infeksi.

Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya adalah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium.[29] Karena komodo nampaknya kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.[30]

Reproduksi

Pada gambar ini, ekor dan cakar komodo dapat terlihat dengan jelas.

Komodo yang tidur. Perhatikan kukunya yang besar. Kukunya digunakan untuk bertempur dan makan.

Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo diletakkan pada bulan September.[19] Selama periode ini, komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya dengan cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuhdan "terkunci" ke tanah. Kedua komodo jantan itu dapat muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk bertempur.[17]

Pemenang pertarungan akan menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina.[6] Komodo

betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah jantan menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung dan menjilat.[31] Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka betina.[14] Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk "pasangan," suatu sifat yang langka untuk kadal.[17][24]

Betina akan meletakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan sarang burung gosong berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan telur-telurnya disarang yang telah ditinggalkan.[32] Sebuah sarang komodo rata-rataberisi 20 telur yang akan menetas setelah 7–8 bulan.[17] Betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya sampai menetas di sekitar bulan April, pada akhir musim hujan ketika terdapat sangat banyak serangga.[19]

Proses penetasan adalah usaha melelahkan untuk anak komodo, yang keluar dari cangkang telur setelah menyobeknya dengan gigi telur yang akan tanggal setelah pekerjaan berat ini selesai. Setelah berhasil menyobek kulit telur, bayi komodo dapat berbaring di cangkang telur mereka untuk beberapa jam sebelum memulai menggalikeluar sarang mereka. Ketika menetas, bayi-bayi ini tak seberapa berdaya dan dapat dimangsa oleh predator.[11]

Komodo muda menghabiskan tahun-tahun pertamanya di atas pohon, tempat mereka relatif aman dari predator, termasuk dari komodo dewasa yang kanibal, yang sekitar 10% dari makanannya adalah biawak-biawak muda yang berhasil diburu.[17][33] Komodo membutuhkan tiga sampai lima tahun untuk menjadi dewasa, dan dapat hidup lebih dari 50 tahun.[20]

Di samping proses reproduksi yang normal, terdapat beberapa contoh kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa kehadiran pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui muncul pada beberapa spesies reptil lainnya seperti pada Cnemidophorus.[7]

Partenogenesis

Bayi komodo partenogenetik di Kebun Binatang Chester, Inggris.

Sungai, seekor komodo di Kebun Binatang London, telah bertelur pada awal tahun 2006 setelah dipisah dari jantan selama lebih dari dua tahun. Ilmuwan pada awalnya mengira bahwa komodo ini dapat menyimpan sperma beberapa lama hasil dari perkawinan dengankomodo jantan pada waktu sebelumnya, suatu adaptasi yang dikenal dengan istilah superfekundasi.[34]

Pada tanggal 20 Desember 2006, dilaporkan bahwa Flora, komodo yang hidup di Kebun Binatang Chester, Inggris adalah komodo keduayang diketahui menghasilkan telur tanpa fertilisasi (pembuahan dari perkawinan). Ia mengeluarkan 11 telur, dan 7 di antaranya berhasil menetas.[35]

Peneliti dari Universitas Liverpool di Inggris utara melakukan tes genetika pada tiga telur yang gagal menetas setelah dipindah ke inkubator, dan terbukti bahwa Flora tidak memiliki kontak fisik dengan komodo jantan. Setelah temuan yang mengejutkan ini, pengujian lalu dilakukan terhadap telur-telur Sungai dan mendapatkan bahwa telur-telur itupun dihasilkan tanpa pembuahan dari luar.[36]

Bayi komodo partenogenetik di Kebun Binatang Chester, Inggris.

Komodo memiliki sistem penentuan seks kromosomal ZW, bukan sistempenentuan seks XY. Keturunan Flora yang berkelamin jantan, menunjukkan terjadinya beberapa hal. Yalah bahwa telur Flora yangtidak dibuahi bersifat haploid pada mulanya dan kemudian menggandakan kromosomnya sendiri menjadi diploid; dan bahwa ia tidak menghasilkan telur diploid, sebagaimana bisa terjadi jika salah satu proses pembelahan-reduksi meiosis pada ovariumnya gagal.

Ketika komodo betina (memiliki kromosom seks ZW) menghasilkan anak dengan cara ini, ia mewariskan hanya salah satu dari pasangan-pasangan kromosom yang dipunyainya, termasuk satu dari dua kromosom seksnya. Satu set kromosom tunggal ini kemudian diduplikasi dalam telur, yang berkembang secara partenogenetika. Telur yang menerima kromosom Z akan menjadi ZZ (jantan); dan yangmenerima kromosom W akan menjadi WW dan gagal untuk berkembang.[37]

Diduga bahwa adaptasi reproduktif semacam ini memungkinkan seekorhewan betina memasuki sebuah relung ekologi yang terisolasi (seperti halnya pulau) dan dengan cara partenogenesis kemudian menghasilkan keturunan jantan. Melalui perkawinan dengan anaknya itu pada saat yang berikutnya hewan-hewan ini dapat membentuk populasi yang bereproduksi secara seksual, karena dapat menghasilkan keturunan jantan dan betina.[37] Meskipun adaptasi ini bersifat menguntungkan, kebun binatang perlu waspada kerena partenogenesis mungkin dapat mengurangi keragaman genetika.[38]

Pada 31 Januari 2008, Kebun Binatang Sedgwick County di Wichita, Kansas menjadi kebun binatang yang pertama kali mendokumentasi partenogenesis pada komodo di Amerika. Kebun binatang ini memiliki dua komodo betina dewasa, yang salah satu di antaranya menghasilkan 17 butir telur pada 19-20 Mei 2007. Hanya dua telur yang diinkubasi dan ditetaskan karena persoalan ketersediaan ruang; yang pertama menetas pada 31 Januari 2008, diikuti oleh yang kedua pada 1 Februari. Kedua anak komodo itu berkelamin jantan.[39][40]

EvolusiPerkembangan evolusi komodo dimulai dengan marga Varanus, yang muncul di Asia sekitar 40 juta tahun yang silam dan lalu bermigrasi ke Australia. Sekitar 15 juta tahun yang lalu, pertemuan lempeng benua Australia dan Asia Tenggara memungkinkan para biawak bergerak menuju wilayah yang dikenal sebagai Indonesia sekarang. Komodo diyakini berevolusi dari nenek-moyang Australianya pada sekitar 4 juta tahun yang lampau, dan meluaskanwilayah persebarannya ke timur hingga sejauh Timor. Perubahan-perubahan tinggi muka laut semenjak zaman Es telah menjadikan agihan komodo terbatas pada wilayah sebarannya yang sekarang.[41]

Komodo dan manusia

Koin Rupiah Indonesia yang bergambar komodo.

Penemuan

Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910. Namanya meluas setelah tahun 1912, ketika Peter Ouwens, direktur Museum Zoologi di Bogor, menerbitkan paper tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini.[17][33] Nantinya,komodo adalah faktor pendorong dilakukannya ekspedisi ke pulau Komodo oleh W. Douglas Burden pada tahun 1926. Setelah kembali dengan 12 spesimen yang diawetkan dan 2 ekor komodo hidup, ekspedisi ini memberikan inspirasi untuk film King Kong tahun 1933.[42] W. Douglas Burden adalah orang yang pertama memberikan nama "Komodo dragon" kepada hewan ini.[22] Tiga dari spesimen komodo

yang diperolehnya dibentuk kembali menjadi hewan pajangan dan hingga kini masih disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika.[43]

Penelitian

Orang Belanda, karena menyadari berkurangnya jumlah hewan ini di alam bebas, melarang perburuan komodo dan membatasi jumlah hewan yang diambil untuk penelitian ilmiah. Ekspedisi komodo terhenti semasa Perang Dunia II, dan tak dilanjutkan sampai dengan tahun 1950an dan ‘60an tatkala dilakukan penelitian-penelitian terhadapperilaku makan, reproduksi dan temperatur tubuh komodo. Pada tahun-tahun itu, sebuah ekspedisi yang lain dirancang untuk meneliti komodo dalam jangka panjang. Tugas ini jatuh ke tangan keluarga Auffenberg, yang kemudian tinggal selama 11 bulan di Pulau Komodo pada tahun 1969. Selama masa itu, Walter Auffenberg dan Putra Sastrawan sebagai asistennya, berhasil menangkap dan menandai lebih dari 50 ekor komodo.[30] Hasil ekspedisi ini ternyata sangat berpengaruh terhadap meningkatnya penangkaran komodo.[2] Penelitian-penelitian yang berikutnya kemudian memberikan gambaran yang lebih terang dan jelas mengenai sifat-sifat alami komodo, sehingga para biolog seperti halnya Claudio Ciofi dapat melanjutkan kajian yang lebih mendalam.[44]

Konservasi

Dua ekor komodo di Pulau Komodo.

Biawak komodo merupakan spesies yang rentan terhadap kepunahan, dan dikatagorikan sebagai spesies Rentan dalam daftar IUCN Red List.[45] Sekitar 4.000–5.000 ekor komodo diperkirakan masih hidupdi alam liar. Populasi ini terbatas menyebar di pulau-pulau Rinca(1.300 ekor), Gili Motang (100), Gili Dasami (100), Komodo

(1.700), dan Flores (mungkin sekitar 2.000 ekor).[2] Meski demikian, ada keprihatinan mengenai populasi ini karena diperkirakan dari semuanya itu hanya tinggal 350 ekor betina yangproduktif dan dapat berbiak.[3] Bertolak dari kekhawatiran ini, pada tahun 1980 Pemerintah Indonesia menetapkan berdirinya Taman Nasional Komodo untuk melindungi populasi komodo dan ekosistemnyadi beberapa pulau termasuk Komodo, Rinca, dan Padar.[46]

Belakangan ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian komodo.[44] Namun pada sisi yang lain, ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa komodo, setidaknya sebagian, telah terbiasa pada kehadiran manusia. Komodo-komodo ini terbiasa diberi makan karkas hewan ternak, sebagai atraksi untuk menarik turis pada beberapa lokasi kunjungan.[4]

Aktivitas vulkanis, gempa bumi, kerusakan habitat, kebakaran (populasi komodo di Pulau Padar hampir punah karena kebakaran alami[44]),[11] berkurangnya mangsa, meningkatnya pariwisata, dan perburuan gelap; semuanya menyumbang pada status rentan yang disandang komodo. CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species) telah menetapkan bahwa perdagangan komodo, kulitnya, dan produk-produk lain dari hewan ini adalah ilegal.[16]

Meskipun jarang terjadi, komodo diketahui dapat membunuh manusia.Pada tanggal 4 Juni 2007, seekor komodo diketahui menyerang seorang anak laki-laki berumur delapan tahun. Anak ini kemudian meninggal karena perdarahan berat dari luka-lukanya. Ini adalah catatan pertama mengenai serangan yang berakibat kematian pada 33tahun terakhir.[47]

Penangkaran

Komodo di Kebun Binatang Toronto.

Telah semenjak lama komodo menjadi tontonan yang menarik di berbagai kebun binatang, terutama karena ukuran tubuh dan reputasinya yang membuatnya begitu populer. Meski demikian hewan ini jarang dipunyai kebun binatang, karena komodo rentan terhadapinfeksi dan penyakit akibat parasit, serta tak mudah berkembang biak.[3]

Komodo yang pertama dipertontonkan adalah pada Kebun Binatang Smithsonian pada tahun 1934, namun hewan ini hanya bertahan hidupselama dua tahun. Upaya-upaya untuk memelihara reptil ini terus dilanjutkan, namun usia binatang ini dalam tangkaran tak begitu panjang, rata-rata hanya 5 tahun di kebun binatang tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Walter Auffenberg di atas, yang hasilnya kemudian diterbitkan sebagai buku The Behavioral Ecology of theKomodo Monitor, pada akhirnya memungkinkan pemeliharaan dan pembiakan satwa langka ini di penangkaran.[2]

Telah teramati bahwa banyak individu komodo yang dipelihara memperlihatkan perilaku yang jinak untuk jangka waktu tertentu. Dilaporkan pada banyak kali kejadian, bahwa para pawang berhasil membawa keluar komodo dari kandangnya untuk berinteraksi dengan pengunjung, termasuk pula anak-anak di antaranya, tanpa akibat yang membahayakan pengunjung.[48][49] Komodo agaknya dapat mengenaliorang satu persatu. Ruston Hartdegen dari Kebun Binatang Dallas melaporkan bahwa komodo-komodo yang dipeliharanya bereaksi berbeda apabila berhadapan dengan pawang yang biasa memeliharanya, dengan pawang lain yang kurang lebih sudah dikenal, atau dengan pawang yang sama sekali belum dikenal.[50]

Penelitian terhadap komodo peliharaan membuktikan bahwa hewan inisenang bermain. Suatu kajian mengenai komodo yang mau mendorong sekop yang ditinggalkan oleh pawangnya, nyata-nyata memperlihatkan bahwa hewan itu tertarik pada suara yang ditimbulkan sekop ketika menggeser sepanjang permukaan yang berbatu. Seekor komodo betina muda di Kebun Binatang Nasional di Washington, D.C. senang meraih dan mengguncangkan aneka benda termasuk patung-patung, kaleng-kaleng minuman, lingkaran plastik,dan selimut. Komodo ini pun senang memasuk-masukkan kepalanya ke dalam kotak, sepatu, dan aneka obyek lainnya. Komodo tersebut bukan tak bisa membedakan benda-benda tadi dengan makanan; ia

baru memakannya apabila benda-benda tadi dilumuri dengan darah tikus. Perilaku bermain-main ini dapat diperbandingkan dengan perilaku bermain mamalia.[6]

Catatan lain mengenai kesenangan bermain komodo didapat dari Universitas Tennessee. Seekor komodo muda yang diberi nama "Kraken" bermain dengan gelang-gelang plastik, sepatu, ember, dankaleng, dengan cara mendorongnya, memukul-mukulnya, dan membawanya dengan mulutnya. Kraken memperlakukan benda-benda itu berbeda dengan apa yang menjadi makanannya, mendorong Gordon Burghardt –peneliti– menyimpulkan bahwa hewan-hewan ini telah mementahkan pandangan bahwa permainan semacam itu adalah “perilaku predator bermotif-pemangsaan”.[51]

Komodo yang nampak jinak sekalipun dapat berperilaku agresif secara tak terduga, khususnya apabila teritorinya dilanggar oleh seseorang yang tak dikenalnya. Pada bulan Juni 2001, serangan seekor komodo menimbulkan luka-luka serius pada Phil Bronstein—editor eksekutif harian San Francisco Chronicle dan bekas suami SharonStone, seorang aktris Amerika terkenal—ketika ia memasuki kandangbinatang itu atas undangan pawangnya. Bronstein digigit komodo itu di kakinya yang telanjang, setelah si pawang menyarankannya agar membuka sepatu putihnya, yang dikhawatirkan bisa memancing perhatian si komodo.[52][53] Meski pria itu berhasil lolos, namun iamembutuhkan pembedahan untuk menyambung kembali tendon ototnya yang terluka.[54]

Lihat pula Biawak Gigantisme pulau Megalania prisca – biawak raksasa yang telah punah Partenogenesis

Catatan kaki1. ̂ Varanus komodoensis (TSN 202168). Integrated Taxonomic

Information System. URL diakses 19 June 2007.

2. ^ a b c d Trooper Walsh; Murphy, James Jerome; Claudio Ciofi;Colomba De LA Panouse. Komodo Dragons: Biology and Conservation (Zoo and Aquarium Biology and Conservation Series). Washington, D.C: Smithsonian Books. ISBN 1-58834-073-2.

3. ^ a b c Endangered! Ora URL diakses pada 15 Januari 2007.4. ^ a b c d Chris Mattison, (1989 & 1992). Lizards of the World (Of the

World). New York: Facts on File. hlm. pp. 16, 57, 99, 175. ISBN 0-8160-5716-8.

5. ̂ Burness G, Diamond J, Flannery T (2001). "Dinosaurs, dragons, and dwarfs: the evolution of maximal body size". Proc Natl Acad Sci U S A 98 (25): 14518–23. PMID 11724953.

6. ^ a b c d Tim Halliday (Editor), Kraig Adler (Editor). Firefly Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. Hove: Firefly Books Ltd. hlm. 112, 113, 144, 147, 168, 169. ISBN 1-55297-613-0.

7. ^ a b c Burnie, David; Don E. Wilson (2001). Animal. New York,New York: DK Publishing, Inc. hlm. 417, 420. ISBN 0-7894-7764-5.

8. ^ a b Ciofi, Claudia. The Komodo Dragon. Scientific American, March 1999. URL diakses pada 21 Desember 2006

9. ̂ "Komodo Dragon - An Information Resource - Fact Sheet". Diakses 2008-03-13.

10. ̂ Whozoo Komodo Dragon URL accessed December 21, 2006.11. ^ a b c d e f g h i j k l Tara Darling (Illustrator).

Komodo Dragon: On Location (Darling, Kathy. on Location.). Lothrop, Lee and Shepard Books. ISBN 0-688-13777-6.

12. ̂ Komodo Dragon URL accessed December 21, 2006.13. ̂ "BBC - Science & Nature - Articles - The Komodo

conundrum". Diarsipkan dari aslinya tanggal 2012-12-23. Diakses 2007-11-25.

14. ^ a b "Komodo Dragon Fact Sheet - National Zoo". Diakses 2007-11-25. Text " FONZ " ignored (help)

15. ^ a b Komodo Dragon - Background URL accessed April 13,2007

16. ^ a b Zipcodezoo.com - Varanus komodoensis URL accessedFebruary 1, 2007.

17. ^ a b c d e f g h text by David Badger; photography by John Netherton (2002). Lizards: a natural history of some uncommon creatures, extraordinary chameleons, iguanas, geckos, and more.

Stillwater, MN: Voyageur Press. hlm. 32, 52, 78, 81, 84, 140–145, 151. ISBN 0-89658-520-4.

18. ̂ Sedgewick County Zoo information about Varanus Komodoensis Pranala diakses pada 21 Desember 2006.

19. ^ a b c The Biogeography of the Komodo Dragon URL diakses pada 24 Februari 2007.

20. ^ a b consultant editors, Harold G. Cogger & Richard G.Zweifel; illustrations by David Kirshner (1998). Encyclopedia of reptiles & amphibians. Boston: Academic Press. hlm. 132, 157–8. ISBN 0-12-178560-2.

21. ̂ Eric R. Pianka and Laurie J. Vitt; with a foreword byHarry W. Greene (2003). Lizards: windows to the evolution of diversity. Berkeley: University of California Press. hlm. 244. ISBN 0-520-23401-4.

22. ^ a b "Komodo National Park". Diakses 2007-10-25. Text " Komodo Island " ignored (help); Text " Frequently Asked Questions " ignored (help)

23. ^ a b c d Alison Ballance; Morris, Rod. South Sea Islands: A Natural History. Hove: Firefly Books Ltd. ISBN 1-55297-609-2.

24. ^ a b c The Reptipage: Komodo dragons URL accessed February 13, 2007.

25. ^ a b Diamond, J (1987) "Did Komodo dragons evolve to eat pygmy elephants?" Nature 326(6116): 832-832

26. ̂ Fry, Brian G., et al. "Early evolution of the venom system in lizards and snakes" (PDF). Diakses 2008-03-13.

27. ̂ Scientists discover deadly secret of Komodo's bite, Yahoo News diakses pada 20/05/2009

28. ̂ Montgomery JM, Gillespie D, Sastrawan P, Fredeking TM, Stewart GL (2002) "Aerobic salivary bacteria in wild andcaptive Komodo dragons" Journal of Wildlife Diseases 38 (3): 545-551

29. ̂ Feldman, Ruth Tenzer. "Dragon drool!(Animal Angles)(komodo dragons)(Brief article)." Odyssey 16.2 (Feb 2007): 49(1). Student Resource Center - Gold. Gale. 23 Oct. 2007 [1].

30. ^ a b "Chasing the Magic Dragon - National Wildlife Magazine". Diakses 2007-11-06.

31. ̂ Komodo Dragon: Varanus komodoensis 1998 URL accessed January 24, 2007.

32. ̂ Jessop TS, Sumner J, Rudiharto H, Purwandana D, Imansyah MJ, Phillips JA (2004) "Distribution, use and selection of nest type by Komodo Dragons" Biological Conservation117 (5): 463-470

33. ^ a b Facts and Data on the Komodo Dragon URL diakses pada 5 Januari 2006.

34. ̂ Virgin Birth? No, Virgin Hatch.35. ̂ Catatan kandangnya di Kebun Binatang Chester, Inggris36. ̂ "Wise men testify to Dragon's virgin birth - Times

Online". Diakses 2007-11-26.37. ^ a b Virgin births for giant lizards38. ̂ Watts PC, Buley KR, Sanderson S, Boardman W, Ciofi C,

Gibson R (2006). "Parthenogenesis in Komodo Dragons". Nature444 (7122): 1021–2. doi:10.1038/4441021a. PMID 17183308.

39. ̂ "Recent News - Sedgwick County Zoo". Diakses 2008-02-12.

40. ̂ "Komodo dragons hatch with no male involved - Science- MSNBC.com". Diakses 2008-02-12.

41. ̂ "Komodo Dragon - Evolution theory of the Komodo Dragon". Diakses 2008-03-13.

42. ̂ The Virtual Exploration Society: the Burden Expedition to Komodo Island URL accessed March 18, 2007.

43. ̂ American Museum of Natural History: Komodo Dragons. Retrieved 7 June 2007.

44. ^ a b c "Trapping Komodo Dragons for Conservation". Diakses 2007-11-08.

45. ̂ World Conservation Monitoring Centre (1996). Varanus komodoensis. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. IUCN 2006. Diakses 11 May 2006. Listed as Vulnerable (VU B1+2cde v2.3) URL accessed December 21, 2006

46. ̂ "The official website of Komodo National Park, Indonesia.". Diakses 2007-02-02.

47. ̂ "Komodo dragon kills boy in Indonesia - Asia-Pacific - MSNBC.com". Diakses 2007-06-07.

48. ̂ Procter, J. B. 1928. On a living Komodo Dragon Varanus komodensis Ouwens, exhibited at the Scientific Meeting, October 23rd, 1928. Proc. Zool. Soc. London 1928:1017-1019.

49. ̂ Lederer, G. 1931. Erkennen wechselwarme Tiere ihren Pfleger? Wochenschr. Aquar.-Terrarienkunde 28: 636-638.

50. ̂ Murphy, J., and Walsh, T., 2006. Dragons and Humans. Herpetological Review, 37: 269-275.

51. ̂ "Such jokers, those Komodo dragons. (Reptiles)." Science News 162.5 (August 3, 2002): 78(1). Student ResourceCenter - Gold. Gale. 8 Oct. 2007 [2].

52. ̂ Transcript: Sharon Stone vs. the Komodo Dragon53. ̂ Phillip T. Robinson (2004). Life at the zoo: behind the scenes

with the animal doctors. New York: Columbia University Press. hlm. 79. ISBN 0-231-13248-4.

54. ̂ "Tale of the Dragon. (World News)." National Geographic World (Nov 2001): 7(1). Student Resource Center -Gold. Gale. 23 Oct. 2007 <http://find.galegroup.com/ips/start.do?prodId=IPS>.

Daftar pustaka Auffenberg, Walter (1981). The Behavioral Ecology of the Komodo

Monitor. Gainesville: University Presses of Florida. ISBN 0-8130-0621-X.

King, Dennis & Green, Brian. 1999. Goannas: The Biology of Varanid Lizards. University of New South Wales Press. ISBN 0-86840-456-X

Richard L. Lutz, Judy Marie Lutz,. Komodo, the Living Dragon: The Living Dragon. Salem, Or: DiMI Press. ISBN 0-931625-27-0.

W. Douglas Burden,. Dragon Lizards of Komodo: An Expedition to the Lost World of the Dutch East Indies. Kessinger Publishing. ISBN 0-7661-6579-5.

Pranala luarWikimedia Commons memiliki galerimengenai: KomodoWikispecies mempunyai informasi mengenai Varanus komodoensis

(Inggris) Discovery of venom in monitor lizards (Inggris) National Geographic NEWS: Virgin Birth Expected at

Christmas -- By Komodo Dragon (Inggris) BBC NEWS: 'Virgin births' for giant lizards

(Komodo Dragon) (Inggris) The Komodo Dragon (Inggris) Komodo Dragon Central

Kategori:

Spesies rentan Artikel spesies Agustus 2014 Kadal Satwa nasional Indonesia

Menu navigasi Buat akun baru Masuk log

Halaman Pembicaraan

Baca Sunting Sunting sumber Versi terdahulu

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman baru Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang Hubungi kami Bak pasir

Bagikan

Facebook Google+ Twitter

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh versi PDF Versi cetak

Peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Informasi halaman Item di Wikidata Kutip halaman ini

Bahasa lain

ة� ي� ب�� العر Беларуская Беларуская (тарашкевіца) Български ববববব Brezhoneg

Bosanski Català Cebuano Čeština Cymraeg Dansk Deutsch Ελληνικά English Esperanto Español Eesti Euskara

ارسی � ف Suomi Français Gaeilge ববববব বববববব Hrvatski Magyar Íslenska Italiano ববব Basa Jawa ববব Kurdî Lietuvių Latviešu Македонски বববববব Bahasa Melayu বববববববববব Nedersaksies Nederlands Norsk bokmål Diné bizaad Polski

ی اب�� ج� ن� � ب Português Русский Srpskohrvatski / српскохрватски Simple English Slovenčina Slovenščina Српски / srpski Basa Sunda Svenska Kiswahili ববববব То ҷ ик ӣ ববব Türkçe Українська

اردو Tiếng Việt Winaray বব বব

Sunting interwiki

Halaman ini terakhir diubah pada 05.17, 26 Agustus 2014. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa

Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan Developers Tampilan seluler

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Twitter dan Instagram

[tutup]

BiawakDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasBelum Diperiksa

?Biawak

Varanus albigularisKlasifikasi ilmiahKerajaan:

Animalia

Filum: ChordataKelas: Sauropsid

aOrdo: SquamataUpaordo: Scleroglo

ssaInfraordo:

Anguimorpha

Superfamili:

Varanoidea

Famili: VaranidaeGenus: Varanus

Merrem, 1820

Biawak

Biawak adalah sebangsa reptil yang masuk ke dalam golongan kadal besar, suku biawak-biawakan (Varanidae). Biawak dalam bahasa laindisebut sebagai bayawak (Sunda), menyawak atau nyambik (Jawa), berekai (Madura), dan monitor lizard atau goanna (Inggris).

Biawak banyak macamnya. Yang terbesar dan terkenal ialah biawak komodo (Varanus komodoensis), yang panjangnya dapat melebihi 3 m. Biawak ini, karena besarnya, dapat memburu rusa, babi hutan dan anak kerbau. Bahkan ada kasus-kasus di mana biawak komodo menyerang manusia, meskipun jarang. Biawak ini hanya menyebar terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti di p. Komodo, p. Padar, p. Rinca dan di ujung barat p. Flores.

Biawak yang kerap ditemui di desa-desa dan perkotaan di Indonesiabarat kebanyakan adalah biawak air dari jenis Varanus salvator. Panjang tubuhnya (moncong hingga ujung ekor) umumnya hanya sekitar 1 m lebih sedikit, meskipun ada pula yang dapat mencapai 2,5 m.

Daftar isi 1 Habitat dan Makanan 2 Kehidupan Biawak 3 Biawak dan Manusia 4 Jenis-jenis Biawak

Habitat dan MakananBiawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepiandanau, pantai, dan rawa-rawa termasuk rawa bakau. Di perkotaan, biawak kerap pula ditemukan hidup di gorong-gorong saluran air yang bermuara ke sungai.

Biawak memangsa aneka serangga, ketam atau yuyu, berbagai jenis kodok, ikan, kadal, burung, serta mamalia kecil seperti tikus dancerurut. Biawak pandai memanjat pohon. Di hutan bakau, biawak kerap mencuri telur atau memangsa anak burung. Biawak juga memakan bangkai, telur kura-kura, penyu atau buaya.

Kehidupan BiawakBiawak berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini betinanya, biawak jantan biasanya berkelahi lebih dulu untuk memperlihatkan penguasaannya. Pertarungan biawak ini unik dan menarik, karena dilakukan sambil ‘berdiri’. Kedua biawak itu lalusaling pukul atau saling tolak sambil berdiri pada kaki belakangnya, sehingga tampak seperti menari bersama.

Telur-telur biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai, bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Panas dari sinar matahari dan proses pembusukan serasah akan menghangatkan telur, sehingga menetas.

Biawak dan ManusiaBiawak telah ratusan bahkan ribuan tahun diburu manusia. Orang terutama memanfaatkan kulitnya sebagai bahan perhiasan, dan

dagingnya sebagai bahan makanan atau untuk obat. Pada waktu kini,perdagangan kulit biawak telah menghidupi beribu-ribu orang, mulai dari penangkap biawak di desa-desa, pengumpul, pengolah, eksportir, hingga industri kulit. Tidak kurang dari satu juta potong kulit biawak air dikumpulkan setiap tahunnya dari berbagaibagian dunia (Shine et al. 1996, Biological Conservation 77 : 125-134).

Biawak ditangkap orang dengan cara dijerat atau dikail. Jerat atau kail itu dipasang di tempat yang sering didatangi biawak. Seperti umumnya daging kadal, daging biawak juga dipercaya sebagai obat sakit kulit.

Jenis-jenis BiawakSuku Varanidae terdiri atas dua kelompok yang sedikit berbeda, yalah dari marga Varanus yang besar (lebih dari 35 spesies di seluruh dunia), dan marga Lanthanotus yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. borneensis dari Kalimantan. Marga yang kedua itu merupakan biawak yang bertubuh kecil (lk. 30 cm) dan tanpa lubangtelinga.

Beberapa jenis biawak yang terdapat di Indonesia: Genus: Varanus

Subgenus:1. Varanus

Varanus komodoensis (Komodo Dragon) --> NTT & NTB V. panoptes horni (Sand Goanna/ Argus Monitor) --> Papua

2. Empagusia

V. nebulosus (Clouded Monitor) --> Jawa Timur V. dumerilii (Dumeril's Monitor) --> Sumatera & Kalimantan V. rudicollis (Black Roughneck Monitor) --> Sumatera &

Kalimantan

3. Euprepiosaurus

Species group: V. indicus (indicus complex)

V. indicus (Mangrove Monitor) --> Papua V. cerambonensis (Ceram Mangrove Monitor) --> Maluku (Seram

& Ambon) V. rainerguentheri (Rainer's Monitor) --> Maluku (Halmahera) V. doreanus (Blue-tailed Monitor) --> Papua V. caerulivirens (Turquois Monitor) --> Maluku (Halmahera) V. jobiensis (Peach Throat Monitor) --> Papua V. melinus (Quince Monitor) --> Maluku (Obi & Sula) V. yuwonoi (Tri-colored Monitor) --> Maluku (Halmahera) V. zugorum (Olive Monitor) --> Maluku (Halmahera) V. lirungensis (Lirung Monitor) --> Maluku (Talaud) V. obor (Torch Monitor/ Sago Monitor) --> Maluku (Sanana)

Species group: V. prasinus (prasinus complex)

V. prasinus (Emerald Tree Monitor) --> Papua V. reisingeri (Yellow Tree Monitor/ Reisinger's Monitor) -->

Papua (Misool, Raja Ampat) V. kordensis (Korden's Monitor) --> Papua (Biak) V. macraei (Blue-spotted Tree Monitor) --> Papua (Raja

Ampat) V. boehmei (Golden-spotted Tree Monitor) --> Papua (Waigeo) V. beccarii (Black Tree Monitor) --> Papua (Aru)

4. Odatria (Dwarves Monitor) Species group: V. timorensis

V. timorensis (Timor Monitor) --> Timor V. auffenbergi (Peacock Monitor) --> Rote V. similis (Grey-spotted Tree Monitor) --> Papua

5. Papusaurus

V. salvadorii (Crocodile Monitor/ Tree Crocodile) --> Papua

6. Soterosaurus

V. salvator bivittatus (Asian Water Monitor) --> Jawa, Bali,Nusa Tenggara

V. togianus [Togian (Black) Water Monitor] --> Sulawesi (Togian)

V. salvator ssp. (Sulfur Water Monitor) --> Jawa (???) V. salvator ssp. (Sulawesi Spotted Water Monitor) -->

Sulawesi V. salvator ssp. (Black Dragon Water Monitor) --> Sumatera

(Lampung) V. salvator ssp. (Moluccas Water Monitor) --> Maluku

(Halmahera) V. salvator ziegleri --> Obi dan pulau2 sekitarnya V. salvator macromaculatus --> Sumatera dan Kalimantan

Kategori:

Kadal

Menu navigasi Buat akun baru Masuk log

Halaman Pembicaraan

Baca Sunting Sunting sumber Versi terdahulu

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman baru Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

Wikipedia

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang Hubungi kami Bak pasir

Bagikan

Facebook Google+ Twitter

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh versi PDF Versi cetak

Peralatan

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Pranala permanen Informasi halaman Item di Wikidata Kutip halaman ini

Bahasa lain

ة� ي� ب�� العر Bikol Central

Беларуская Беларуская (тарашкевіца) Български ববববব Brezhoneg Català Cebuano Čeština Dansk English Esperanto Español Eesti Euskara

ارسی � ف Suomi Français Gaeilge ববববব বববববব Hrvatski Magyar Italiano ববব ববববববব Қазақша ববব Kurdî Latina Lietuvių Latviešu বববববব Bahasa Melayu বববববববববব Nederlands Norsk bokmål বববববব Polski Português

Română Русский Srpskohrvatski / српскохрватски Simple English ChiShona Basa Sunda Svenska ববববব বববববব ববব Tagalog Українська Winaray বব

Sunting interwiki

Halaman ini terakhir diubah pada 15.42, 9 Mei 2014. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa

Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan Developers Tampilan seluler