Bahasa Indonesia KALIMAT EFEKTIF
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Bahasa Indonesia KALIMAT EFEKTIF
MAKALAHBAHASA INDONESIA
Penggunaan Kalimat Efektif Dalam Bahasa
IndonesiaDosen Pembimbing
Mhd. Mukhlis, S.Pd., M.Pd
Oleh:
Kelompok V
Tuah Wahyu Fitrah
PROGRAM STUDI SENDRATASIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan nikmat, karunia serta hidayahnya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
untuk memenuhi studi mata kuliah Bahasa Indonesia ini.
Serta tak lupa shalawat dan salam penulis sampaikan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, dimana berkat pejuangan
dan keberanian beliau, kita dapat merasakan hidup di
zaman yang serba canggih yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga menjadikan dunia
menjadi tidak terbatas.
Ucapan terimakasih penulis ungkapkan kepada Dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia Bapak Mhd.
Mukhlis, S.Pd., M.Pd. atas bimbingan dan masukan serta
ilmu pengetahuan pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Karya tulis yang berupa makalah ini merupakan
kutipan-kutipan dari berbagai macam sumber dan
referensi yang dianggap sesuai dengan tema yang penulis
angkat, yaitu tentang penggunaan kalimat efektif dalam
tuntunan bahasa indonesia.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan dalam
pengantar ini, semoga makalah yang penulis sajikan ini
bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Permohonan maaf penulis aturkan kiranya dalam penulisan
makalah ini terdapat kesalahan yang berasal dari
kurangnya ilmu pengetahuan pada diri penulis sendiri.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan penulis dapat memperbaikinya.
Pekanbaru, 02
Oktober 2013 Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar belakang
Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk
berkomunikasi dengan sesama anggota masyarakat lain
yang menggunakan bahasa yang sama. Bahasa itu berisi
pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si
pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu
hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa
yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat
diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang
dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan
kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat
dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula.
Jika gagasan yang disampaikan sudah tepat, maka
pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi,
sebagian harapan tersebut tidak tercapai. Misalnya, ada
sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa
maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya
kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan
harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur
kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak
perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan
semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,
1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-
kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa
ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin
kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak
logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu,
pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita
sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.
Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk
membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
2.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahasa pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?
2.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam
penulisan makalah ini adalah sebgai berikut
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan
bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan
benar.
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat
efektif dalam berbahasa.
3. Menjaga kemurnian bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat
sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara
tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat
yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau
pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain,
kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang
dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
2.2 Unsur-Unsur Kalimat Efektif
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam
buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut
jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat,
yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap
(Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia
baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni
subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap,
dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir,
tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
2.2.1 Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan
pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu
masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek
biasanya diisi oleh jenis kata atau frasa benda
(nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas
adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda
terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi
oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S
yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d)
dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa
pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret atau
abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata
yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata
benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.
Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d),
yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda).
Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil
membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di
samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada
nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e),
yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal
kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan
cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)…
atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis
atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata
jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti
kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat”
yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas
pelaku atau bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat
sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya
kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang
melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik
pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada,
jawaban itu terasa tidak logis.
2.2.2 Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang
memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan
bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam
suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau
perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat,
situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga
sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang
jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat
juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas
verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia,
nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas
adalah P. kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan
perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita
pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya,
dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan
situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat
(f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat
(g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P
karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan,
sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis
seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun
di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi
sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan
apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh
(a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada
apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung
terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan
(c). karena tidak ada informasi tentang tindakan,
sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh
(a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian
kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c)
itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan
kelompok kata atau frasa.
2.2.3 Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal,
atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng
pada contoh tersebut adalah P yang menuntut untuk
dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga
kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak
diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat
dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi,
rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak
menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S
jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat
berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan
posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu oleh orang itu.
2.2.4 Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat
yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang
P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati
oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga
sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P
O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P
Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya
sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak
dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a)
menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak
bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif.
Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis
pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal,
Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan
frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu
persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat
O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan
penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut
adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
2.2.5 Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang
menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang
lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O,
dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di
tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa
nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam
Ket dalam kalimat. Para ahli membagi keterangan atas
Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti
yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel Jenis Keterangan dan Contoh Pemakaiannya
No
.
Jenis
Keterangan
Posisi /
Penghubung
Contoh Pemakaian
1. Tempat Di
Ke
Di kamar, di
kota
Ke Surabaya, ke
Dari
Pada
rumahnya
Dari Manado,
dari sawah
Pada permukaan
2. Waktu -
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
sepanjang
Sekarang,
kemarin
Pada pukul 5
hari ini
Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
Sepanjang
perjalanan
3. Alat Dengan Dengan pisau,
dengan mobil
4. Tujuan Supaya/agar
Untuk
Supaya/agar kamu
faham
Untuk
Bagi
Demi
kemerdekaan
Bagi masa depan
Demi orang tuamu
5. Cara Secara
Dengan cara
Dengan jalan
Secara hati-hati
Dengan cara
damai
Dengan jalan
berunding
6. Kesalingan - Satu sama lain
7. Similatif Seperti
Bagaikan
Laksana
Seperti angin
Bagaikan seorang
dewi
Laksana bintang
di langit
8. Penyebab Karena
Sebab
Karena perempuan
itu
Sebab
kegagalannya
9. Penyerta Dengan Dengan adiknya
Bersama
Beserta
Bersama orang
tuanya
Beserta
saudaranya
2.3 Ciri-Ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat
harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu
adanya:
2.3.1 Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah
keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur
bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini
diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu
memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
1. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan
jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat
tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan
subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan
dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam
bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut,
dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus
membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang
kuliah. (Benar)
2. Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para
dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara
berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para
dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
3. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada
kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak
dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia
membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi
kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung
intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat,
sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak
dapat mengikuti acara pertama. Atau Kami datang
terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia
membeli sepeda motor Suzuki. Atau Kakaknya membeli
sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli
sepeda motor Suzuki.
4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop
Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2.3.2 Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan
bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya,
kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah
kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan
tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua
bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk
yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk
itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata
yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu
kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.
Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat
yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
2.3.3 Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan
ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan
kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa
dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada
dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun
bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah
posisi kalimat.
2. Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
2.3.4 Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat
efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini
mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang
tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata
bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke
tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui
bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi
kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak
menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-
orang
Bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
2.3.5 Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat
itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat
berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu
menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang
terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah
uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu
rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri
raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang
bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
2.3.6 Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah
kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang
dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian
kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian
manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil
dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen
+ verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang
berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek
terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu
berbentuk
Surat itu sudah saya baca.
Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah
kata seperti daripada atau tentang antara predikat
kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain
interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-
rumah adat.
2.3.7 Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide
kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku.
2.4 Syarat-Syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai
berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau
penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara
pikiran pendengar atau pembaca dengan yang
dipikirkan pembaca atau penulisnya.
2.5 Struktur Kalimat Efektif
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat
itu harus memiliki kesatuan bentuk, sebab kesatuan
bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti.
Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan
bentuk dan sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat
yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan
kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang
salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur
atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di
dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus
menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama
lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-
aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang,
aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat
papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila
dikatakan:
1. Buat Papa menulis surat saya.
2. Surat saya menulis buat Papa.
3. Menuis saya surat buat Papa.
4. Papa saya buat menulis surat.
5. Saya Papa buat menulis surat.
6. Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu
sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan itu terjadi
karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak
jelas fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang
lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan
berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai
bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat
penyimpangan terhadap kebiasaan struktural pemakaian
bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah
kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka
si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag
sudah dibiasakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami
pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap
seperti apa yang dimasud oleh penulis atau
pembicaranya.
2. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S),
prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket).
3. Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan,
keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan,
kepaduan, kelogisan.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku.
Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.