II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

12
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam pelaksanaanya berusaha menghindarkan penggunaan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat. Selain itu, juga untuk menghasilkan produksi tanaman yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah melalui penggunaan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian (Anonimous, 2005). Dalam pelaksanaannya, pertanian organik membatasi ketergantungan petani pada penggunaan bahan kimia dan pupuk anorganik dan bahan kimia lainnya. Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk bokashi yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga (Anonimous, 2005). Pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk bokashi. Bokashi merupakan “bahan organik yang telah difermentasikan”. Pupuk bokashi di buat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik dan EM (Efektif Mikroorganisme). Biasanya bokashi di temukan dalam bentuk serbuk atau butiran. Bokashi sudah digunakan para petani dalam perbaikan tanah secara tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman. Secara tradisional bokashi dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organik seperti dedak dengan tanah Universitas Sumatera Utara

Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Pertanian organik merupakan bagian dari pertanian alami yang dalam

pelaksanaanya berusaha menghindarkan penggunaan bahan kimia dan pupuk yang

bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi

lingkungan yang sehat. Selain itu, juga untuk menghasilkan produksi tanaman

yang berkelanjutan dengan cara memperbaiki kesuburan tanah melalui

penggunaan sumberdaya alami seperti mendaur ulang limbah pertanian

(Anonimous, 2005).

Dalam pelaksanaannya, pertanian organik membatasi ketergantungan petani

pada penggunaan bahan kimia dan pupuk anorganik dan bahan kimia lainnya.

Pupuk anorganik yang selalu digunakan petani dapat diganti dengan pupuk

organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan alami seperti penggunaan

pupuk bokashi yang dapat dibuat dari bahan jerami dan sampah rumah tangga

(Anonimous, 2005).

Pupuk organik yang sekarang sedang banyak digunakan adalah pupuk

bokashi. Bokashi merupakan “bahan organik yang telah difermentasikan”. Pupuk

bokashi di buat dengan memfermentasikan bahan-bahan organik dan EM (Efektif

Mikroorganisme). Biasanya bokashi di temukan dalam bentuk serbuk atau

butiran. Bokashi sudah digunakan para petani dalam perbaikan tanah secara

tradisional untuk meningkatkan keragaman mikroba dalam tanah dan

meningkatkan persediaan unsur hara bagi tanaman. Secara tradisional bokashi

dibuat dengan cara menfermentasikan bahan organik seperti dedak dengan tanah

Universitas Sumatera Utara

dari hutan atau gunung yang mengandung berbagai jenis mikroorganisme

(Anonimous, 2005).

Meskipun sama-sama organik namun ada perbedaan yang cukup antara

bokashi dengan pupuk organik lainnya. Bokashi merupakan teknologi untuk

menghasilkan pupuk kompos yang lebih efektif melalui formulasi bahan-bahan

pembuat. Bokashi ini memiliki kelebihan yang terkandung di dalam pupuk kimia

sekaligus juga bisa menutupi kekurangan yang ada pada kompos, misalnya saja

untuk kandungan gizi dan vitamin ( Anonimous, 2007).

Kelebihan lain dari bokashi ini, dengan formulasi bahan-bahan maka sangat

mudah untuk mengontrol jumlah vitamin. Sementara unsur yang terkandung pada

pupuk bokashi sama dengan kompos, bedanya kalau bokashi sama artinya dengan

peragian dengan sistem cepat dengan jangka waktu 2minggu, bokasi sudah dapat

digunakan sedangkan kalau pembuatan kompos prosesnya pembusukan dengan

jangka waktu yang lebih lama mencapai waktu 2 bulan (Anonimous, 2007).

Bokashi merupakan pupuk organik dengan kandungan nutrisi tanaman

yang dikandung yaitu :

Tabel 2. Komponen Nutrisi Tanaman yang terkandung dalam Pupuk Bokashi

Komponen Kandungan (%) bahan organik 70 % total N 1,2 % ratio C/N 3,5 % P2O5 0,5 % K2O 0,3 %

Dengan kandungan tersebut bokashi mampu meningkatkan kesuburan

tanah, memperluas pori bagi pertumbuhan akar dan mengefektifkan dampak

positif pupuk kimia yang digunakan petani (Anonimous, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Gabungan dari mikroorganisme tersebut secara fisiologis mempunyai

kecocokan untuk dapat hidup bersama dalam kultur campuran. Sewaktu kultur

campuran tersebut dikembalikan ke dalam lingkungan alaminya, terdapat

pengaruh yang paling menguntungkan pada setiap individu mikroorganisme itu

secara cepat bertambah dalam aksi yang saling menunjang. Kultur campuran dari

mikroorganisme yang saling menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman,

meningkatkan produksi tanaman, kesehatan tanaman, lebih tahan terhadap hama

dan penyakit memperbaiki dan menguraikan bahan organik dan residu tanaman

serta mempercepat daur ulang hara tersebut (Tamba, 1999).

Bokashi EM yaitu bokashi dengan bahan organik yang difermentasikan

dengan mikrooganisme efektif, bukan dengan tanah dari hutan atau dari gunung.

EM yang digunakan dalam pembuatan bokashi adalah suatu kultur campuran

berbagai mikroorganisme yang bermanfaat terutama (bakteri fotosintetik dan

bakteri asam laktat, ragi, actinary cetes dan jamur peragian) dan dapat digunakan

sebagi inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah. Penggunaan EM

dalam pembuatan bokashi selain dapat memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah

juga bermanfaat memperbaiki pertumbuhan serta jumlah dan mutu hasil tanaman

(Anonimous, 2005).

Pemupukan akan efektif jika sifat pupuk yang ditebarkan dapat menambah

atau melengkapi unsur hara yang telah tersedia di dalam tanah. Karena hanya

bersifat menambah atau melengkapi unsur hara, sebelum digunakan harus

diketahui gambaran tentang keadaan tanahnya terlebih dahulu, khususnya untuk

mendukung pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Adapun teknologi yang digunakan untuk pembuatan pupuk bokashi ini

yaitu mesin penggiling ‘Molen’, yang biasanya digunakan oleh tukang bangunan

untuk mengkocok semen. Mesin ini digunakan untuk pengolahan bahan yang

jumlahnya besar, sedangkan dalam jumlah kecil cukup di aduk dengan cangkul,

pengolahan ini biasanya untuk petani yang membuat untuk kalangan sendiri.

2.2. Landasan Teori Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi

kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental,

yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalamn, dan yang menyebabkan

timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-

objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Perubahan sikap

bergantung darai upaya mengubah perasaan-perasaan atau keyakinan-keyakinan

tersebut. Manusia memiliki sikap yang terdiri dari berbagai macam komponen

afektif dan kognitif. Afektif yang merupakan komponen yang emosional atau

perasaan. Komponen kognitif sebuah sikap terdiri dari persepsi, opini dan

keyakinan seseorang (Winardi, 2004).

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi

individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai

sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang

memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-

negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristalkan

sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan kecenderungan

seseorang yang kurang lebih bersifat permanent mengenai aspek-aspek tertentu

dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan,

dan kecenderungan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki

konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap.

Tekanannya pada kebanyakan penelitian dewasa ini adalah perasaan atau emosi

(Van den Ban, 1999).

Pernyataan sikap mungkin berisi hal-hal yang positif mengenai objek

sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap.

Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai

objek sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek

sikap yang hendak diungkap (Azwar, 1997).

Apa yang terjadi pada sikap seluruh orang dewasa daripada selama

pertengahan masa kedewasaanya. Tiga faktor yang perlu diperhitungkan tentang

stabilitas sikap tengah baya, yaitu:

1. Kepastian kepribadian yang lebih besar

2. Merasa cukup pengalaman

3. Kebutuhan akan sikap yang kuat

Jadi pandangan konvensial tentang sikap umumnya yang cenderung tidak berubah

bersamaan dengan usia seseorang dapat ditolak. Orang yang lanjut usia, dan orang

yang beranjak dewasa, dapat berubah sikapnya karena mereka lebih terbuka dan

kurangnya keyakinan diri (Kreitner dan Kinicki, 2003).

Sikap merupakan organisasi dari unsur-unsur kognitif, emosional dan

momen-momen kemauan, yang khusus dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman

Universitas Sumatera Utara

masa lampau, sehingga sifatnya sangat dinamis, dan memberi pengarahan pada

setiap tingkah laku buruh, pegawai. Maka sikap ini dipengaruhi sekali oleh

suksesan-kegagalan pengalaman di masa lalu. Kegagalan dan sukses itu sedikit

atau banyak akan mengubah sikap jadi tingkah laku yang habitual terhadap suatu

situasi (Kreitner dan Kinicki, 2003).

Sikap terhadap suatu perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku

tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.

Keyakinan mengenai perilaku apa yang diharapkan oleh orang lain dan motivasi

untuk bertindak sesuai dengan harapan normative tersebut membentuk norma

subjektif dalam diri individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa

lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk

melakukan perilaku yang bersangkutan. Kontrol perilaku ini sangat penting

artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi yang

lemah (Azwar, 1997).

Pelaksanaan penyuluh menerapkan anjuran yang disampaikan oleh penyuluh

lapangan, terdapat suatu proses yang disebut dengan proses penerimaan dan

proses adopsi terhadap teknologi baru. alam penerimaan teknologi baru yang

dianjurkan oleh penyuluh lapangan, maka kecepatan penerimaan petani terhadap

teknologi tidaklah sama tergantung pada sikap dan kondisi masing-masing petani

pada saat teknologi diperkenalkan kepada mereka.

Setiap orang apabila mendengar satu ide baru, akan mengikuti tingkat-

tingkatan tertentu sebelum menerima ide tersebut, hal ini disebut “Proses Adopsi”.

Seorang penyuluh perlu memperhatikn tingkatan tersebut dan tidaklah mencoba

mendesak tergesa-gesa untuk menpercayainya. Tingkatan-tingkatan tersebut yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Sadar, seseorang belajar tentang satu ide baru, produk atau praktek baru

2. Tertarik, seseorang tidak puas hanya mengetahui keberadaan ide baru itu,

ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih mendetail

3. Penilaian, seseorangmenilai semua informasi yang diketahuinya dan

memutuskan apakah ide baru itu baik untuknya

4. Mencoba, sekali lagi diputuskan bahwa dia menyukai ide tersebut, dia

akan mengadakan percobaan

5. Mengadopsi, adalah tahapan dimana dia menyakini akan keberadaan atau

keunggulan ide baru tersebut sehingga menerapkannya

(Ginting, 2002).

Adopsi adalah keputusan yang diambil seseorang untuk menerima

motivasi dan menggunakannya dalam usaha taninya. Keputusan untuk menerima

inovasi merupakan perubahan perilaku yang meliputi kawasan pengetahuan, sikap

dan keterampilan seseorang untuk mengetahui adanya inovasi sampai mengambil

keputusan untuk menerimanya (Adjid, 2001).

Adopsi adalah penerapan atau penguasaan suatu ide baru, alat-alat atau

teknologi baru. Manivestasi dari bentuk adopsi teknologi dapat berupa perubahan

yang terlihat pada sikap dan perilaku, metoda, perubahan dalam pemakaian

peralatan atau teknologi yang digunakan dalam usahatani (Satia, 2000).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi baru:

1. Tingkat pendidikan petani ; mereka yang berpendidikan tinggi adalah

relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi

2. Umur petani ; makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk

ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha

Universitas Sumatera Utara

untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka

belum berpengalaman soal adopsi tersebut

3. Luas pemilikan lahan ; petani yang memiliki lahan luas kemungkinan

lebih mudah untuk menerima inovasi baru karena keefisienan penggunaan

sarana produksi

4. Pengalaman bertani ; petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah

menerapkan inovasi dari pada petani pemula, karena pengalaman yang

lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam

mengambil kepetusan.

(Ginting.M, 2002).

2.3. Faktor Sosial-Ekonomi Petani berkepentingan untuk meningkatkan penghasilan usahatani dan

keluarga sehingga tidak mengherankan apabila ada teknologi baru, petani akan

mempertimbangkan untung ruginya. Setelah secara teknis dan ekonomi dianggap

menguntungkan barulah petani memutuskan untuk menerima dan mempraktekkan

ide-ide baru tersebut.

Petani yang berumur 50 tahun ke atas biasanya fanatik terhadap tradisi dan

sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang mengubah cara berpikir, cara

kerja dan cara hidupnya. Mereka bersikap apatis terhadap inovasi. Semakin muda

umur petani maka makin semangat untuk mengetahui hal baru, sehingga dengan

demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya

mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam

memanfatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia. Usaha-usah petani

berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan yang rendah

(Kartasapoetra, 1994).

Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan

pertanian ditambah dengan pendapatan Rumah tangga dari luar usahatani.

Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya

modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya

dan yang cukup dalam berusaha tani. Rendahnya pendapatan menyebabkan

turunnya investasi (Soekartawi, 2002).

Tingkat kosmopolitan dapat diartikan sebagai keterbukaan maupun

hubungan petani dengan dunia luar yang nantinya akan memberikan inovasi baru

bagi para petani dalam menjalankan usahataninya. Tingkat kosmopolitan dapat

diukur dari perkembangan inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, Radio,

Telepon) media cetak (Surat kabar, Tabloid, Majalah) dan beperginya petani

keluar daerah tinggal mereka atau keluar desa dalam rangka memaskan usahatani

mereka juga untuk mendapatkan pendidikan dan informasi mengenai inovasi

pertanian (Fauzia dan Tampubolon, 1991).

2.4. Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

Dinas perkebunan melalui penyuluh pertanian mensosialisasikan dan

memberikan pelatihan teknologi pembuatan pupuk bokashi kepada para petani

cabai. Didalam mengelola usahataninya, ada petani menggunakan teknologi

pupuk bokashi dan yang tidak menggunakan teknologi pupuk bokashi. Hal ini

akan menimbulkan dampak yang berbeda terhadap tingkat adopsi yang diterima

oleh kedua kelompok petani tersebut.

Petani sebagai individu dalam kehidupan sehari-hari dihadapkan kepada

berbagai stimulus atau rangsangan yang berasal dari lingkungan sosialnya. Petani

yang dihubungkan dalam stimulus ini adalah petani cabai yang mengikuti

pelatihan dan yang tidak mengikuti pelatihan pembuatan pupuk bokashi. Salah

satu dari stimulus yang diperkenalkan pada daerah penelitian adalah penggunaan

pupuk bokashi dalam proses pemupukan tanaman mereka.

Untuk mengukur bagaimana sikap petani terhadap inovasi baru tidaklah

mudah, karena sikap merupakan suatu hal yang tertutup, dimana dalam keadaan

tertentu sikap dapat ditujukkan melalui perilaku akan tetapi tidak selamanya

perilaku meunjukkan sikap yang ada dalam diri seseorang. Misalnya sikap petani

cabai terhadap pembuatan pupuk bokashi adalah positif namun belum tentu petani

tersebut menerapkannya.

Penerapan teknologi yang menguntungkan akan lebih banyak terjadi

apabila tingkat adopsi petani tinggi. Beberapa faktor sosial petani meliputi umur,

tingkat pendidikan, pengalaman bertani, dan tingkat kosmopolitan maupun faktor

ekonomi petani meliputi luas lahan, jumlah tanggungan, dan total pendapatan

akan mempengaruhi sikap petani terhadap teknologi pembuatan pupuk bokashi.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

Keterangan:

Menyatakan Pengaruh

Menyatakan Hubungan

2.5. Hipotesis Penelitian

Petani Cabai

Teknologi Pembuatan Pupuk Bokashi

Penyuluh

Sikap

Adopsi

Faktor sosial-ekonomi Petani:

1. Umur 2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Bertani 4. Tingkat Kosmopilitan 5. Luas Lahan 6. Jumlah Tanggungan 7. Total Pendapatan

Universitas Sumatera Utara

Sesuai dengan identifikasi masalah dan tujuan penelitian maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Sikap petani cabai terhadap teknologi pembuatan pupuk bokashi di daerah

penelitian adalah positif

2. a. Tingkat adopsi petani peserta pelatihan pembuatan bokashi terhadap

pembuatan pupuk bokashi di daerah penelitian adalah tinggi

b. Tingkat adopsi petani non peserta pelatihan pembuatan bokashi terhadap

pembuatan pupuk bokashi di daerah penelitian adalah rendah

3. Terdapat perbedaan penggunaan jumlah pupuk bokashi antara petani cabai

peserta pelatihan dengan petani cabai non peserta pelatihan pembuatan

pupuk bokashi

4. Ada hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pengalaman bertani, tingkat

pendidikan, tingkat kosmopolitan, luas lahan, jumlah tanggungan dan total

pendapatan) petani dengan sikapnya terhadap teknologi pembuatan pupuk

bokashi di daerah penelitian

5. Ada hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pengalaman bertani, tingkat

pendidikan, luas lahan, jumlah tanggungan dan total pendapatan) petani

dengan jumlah penggunaan pupuk bokashi didaerah penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara