ieLma's blog Kamis, 23 Februari 2012 KONDISI HEWAN TANAH PADA EKOSISTEM RUMPUT FBS UNY

78
ieLma's blog Kamis, 23 Februari 2012 KONDISI HEWAN TANAH PADA EKOSISTEM RUMPUT FBS UNY A. Judul Kondisi Hewan Tanah pada Ekosistem Rumput di FBS UNY B. Tujuan Untuk mengetahui kondisi hewan tanah pada ekosistem rumput di FBS UNY C. Prosedur Kerja 1. Alat dan Bahan a. Plastik b. Cetok c. Ekstraktor panas d. Gelas beker e. Sampel tanah di 3 Plot 2. Langkah Kerja a. Menyiapkan alat dan bahan. b. Menentukan tiga plot yang akan diambil sampel tanahnya dan dilihat hewan-hewan yang ada di dalamnya. Diusahakan keadaan tanah di ketiga plot berbeda.

Transcript of ieLma's blog Kamis, 23 Februari 2012 KONDISI HEWAN TANAH PADA EKOSISTEM RUMPUT FBS UNY

ieLma's blog Kamis, 23 Februari 2012KONDISI HEWAN TANAH PADA EKOSISTEM RUMPUT FBS UNY

A.      Judul

Kondisi Hewan Tanah pada Ekosistem Rumput di FBS UNY

B.       Tujuan

Untuk mengetahui kondisi hewan tanah pada ekosistem rumput di FBS

UNY

C.      Prosedur Kerja

1.         Alat dan Bahan

a.    Plastik

b.    Cetok

c.    Ekstraktor panas

d.   Gelas beker

e.    Sampel tanah di 3 Plot

2.         Langkah Kerja

a.    Menyiapkan alat dan bahan.

b.    Menentukan tiga plot yang akan diambil sampel tanahnya dan

dilihat hewan-hewan yang ada di dalamnya. Diusahakan keadaan

tanah di ketiga plot berbeda.

c.    Menentukan jarak tiap plot, ± 5 meter.

d.   Menggali tanah di tiap plot dengan ukuran kuadran luas 10x10

dan kedalaman masing-masing plot 15 cm (hingga ditemukan minimal

dua lapisan tanah).

e.    Mengamati hewan apa saja yang ditemukan di tiap lapisan tanah

pada masing-masing pot. Melakukan pengamatan hewan tanah dengan

menggunakan metode sortir tanah.

f.     Selanjutnya mengambil sampel tanah di setiap plot untuk

diekstraksi dengan menggunakan ekstraktor panas.

g.    Melakukan ekstrasi kering pada ketiga sampel tanah dengan

waktu ekstraksi masing-masing ± 3 jam.

h.    Mengamati hewan-hewan hasil ekstraksi tanah secara langsung

jika hewan tersebut berukuran makro.

i.      Mengamati hewan-hewan hasil ekstraksi tanah menggunakan

mikroskop jika hewan tersebut berukuran mikro.

D.      Rumusan masalah

Bagaimana kondisi kondisi hewan tanah pada ekosistem rumput di

FBS UNY

E.       Data Hasil Pengamatan

Tabel pengamatan tiga plot di ekosistem rumput

Plo

t

Lapisan

Tanah

Hewan yang ditemukan Jumlah

I 1 Semut 4 ekor 2 Hewan berwarna putih 2 ekor

II 1 Cacing 4 ekor 2 Hewan berwarna putih 2 ekor

III 1 Semut 2 ekor 2 - -

F.       Pembahasan

Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari

gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan biotik.

Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah

yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis

makhluk hidup, salah satunya adalah mesofauna tanah. Tanah dapat

didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang

tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup.

Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme

mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan

kesuburannya (Rao, 1994).

Bagi ekosistem darat, tanah merupakan titik pemasukan

sebagian besar bahan ke dalam tumbuhan. Melalui akar-akarnya

tumbuhan menyerap air, nitrat, fosfat, sulfat, kalium, tembaga,

seng dan mineral esensial lainnya. Dengan semua ini, tumbuhan

mengubah karbon dioksida (dimasukkan melalui daun) menjadi

protein, karbohidrat, lemak, asam nukleat dan vitamin yang dari

semuanya itu tumbuhan dan semua heterotrof bergantung. Bersamaan

dengan suhu dan air, tanah merupakan penentu utama dalam

produktivitas bumi (Kimball, 1999).

Fauna tanah merupakan salah satu komponen tanah. Kehidupan

fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan

dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah

sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan perkataan

lain keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di

suatu daerah sangat tergantung dari faktor lingkungan, yaitu

lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Fauna tanah merupakan

bagian dari ekosistem tanah, oleh karena itu dalam mempelajari

ekologi fauna tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur

(Suin, 1997).

Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang

hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah

(Suin,1997). Beberapa fauna tanah, seperti herbivora, sebenarnya

memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas akarnya, tetapi juga

hidup dari tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Jika telah mengalami

kematian, fauna-fauna tersebut memberikan masukan bagi tumbuhan

yang masih hidup, meskipun adapula sebagai kehidupan fauna yang

lain. Fauna tanah merupakan salah satu kelompok heterotrof

(makhluk hidup di luar tumbuh-tumbuhan dan bakteria yang hidupnya

tergantung dari tersedianya makhluk hidup produsen) utama di

dalam tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu

berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna

tanah. Keberadaan mesofauna tanah dalam tanah sangat tergantung

pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan

hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya

berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan

ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka

perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik

dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan

tanah. Dalam sistem tanah, interaksi biota tanah tampaknya sulit

dihindarkan karena biota tanah banyak terlibat dalam suatu

jaring-jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001).

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui

kondisi hewan tanah pada ekosistem rumput di FBS UNY, yaitu

dengan melakukan pengamatan hewan-hewan pada kedalaman tertentu.

Pengamatan tersebut dilakukan pada tiga plot. Pada plot pertama

kami menemukan ada 4 ekor semut pada lapisan pertama, kemudian

ditemukan pula hewan berwarna putih sebanyak 2 ekor. Pada plot ke

dua ditemukan 4 ekor cacing di lapisan pertama, dan ditemukan

hewan berwarna putih sebanyak 2 ekor. Selanjutnya pada plot ke

tiga hanya ditemukan 2 ekor semut di lapisan pertama. Keberadaan

hewan-hewan tanah sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah.

Pengamatan hewan dapat dilakukan secara langsung dengan

menggunakan metode sortir tangan dan ekstraksi hewan tanah dengan

menggunakan metode ekstraktor panas. Metode sortir tangan adalah

metode pengambilan cacing tanah yang paling baik dan hasilnya

paling baik bila dibandingkan dengan metode yang lain. Metode ini

dilakukan untuk hewan-hewan yang dapat dilihat dengan mata

telanjang, sehingga dapat dilakukan secara langsung dengan sortir

tangan. Kelemahan metode ini hanyalah karena metode ini

membutuhkan banyak waktu dan tenaga dan ketelitian yang tinggi.

Efisiensi metode ini telah dibuktikan oleh Raw, Nelson, dan

satchel pada taun 1960 dan 1962.

Pada metode ini tanah diambil pada kuadran (plot) yang telah

ditentukan luasnya dari kedalamannya dan tanah itu dimasukan ke

dalam suatu karung/plastik . namun untuk cacing tanah yang

terdapat di dalamnya langsung disortir dan dihitung jumlahnya.

Seperti pada pengamatan, kami menemukan cacing pada plot ke dua

di lapisan tanah pertama. Pada plot II dengan ukuran luas 10x10

cm dan kedalaman ± 15 cm, kami menemukan 4 ekor cacing tepatnya

pada lapisan pertama. Hal tersebut menunjukan tingkat kesuburan

di lapisan tersebut cukup tinggi. Secara singkat dapat di

jelaskan bahwa horizon O tersusun atas atau didominasi oleh bahan

organik, pecahan-pecahan volumenya kecil sekali dan berwarna

gelap dari horizon yang lain dan biasanya berada di atas horizon–

horizon yang kondisinya menghambat perombakan bahan organik. Bila

lapisan permukaan mencapai suatu ketebalan tertentu dan berwarna

gelap karena akumulasi bahan organik, maka horizon A akan

terbentuk dan horizon B berada di bawah horizon A dimana

partikel-partikel koloid di akumulasikan. Selain itu, dengan

metode sortir pula kami menemukan semut dan hewan yang berwarna

putih.

Pengamatan juga dilakukan dengan metode dinamik dengan

merangsang hewan tanah untuk berkumpul pada bejana koleksi dan

kemudian diambil. Namun metode ini memiliki kekurangan karena

yang akan terkumpul hanyalah hewan yang hidup dan aktif dan dapat

mencapai tempat koleksi, sehingga hewan yang lemah tidak akan

terambil. Kelemahan ini akan menyebabkan data yang di dapat akan

rendah dri kenyataan yang sebenarnya (under estimate), selain itu

pupa dan telur tidak akan di dapat.

Cara pengambilan contoh tanah secara dinamik banyak

macamnya. Pada metode ini hewan tanah dirangsang untuk

meniggalkan sampel tanah. Rangsangan itu bisa berupa panas,

listrik, zat kimia, atau kelembaban. Metode ini juga disebut

metode kelakuan (behavioural) karena hewan tanah tadi menuju

bejana koleksi sesuai dengan tanggapannnya terhadap rangsangan

yang diberikan tadi. Pada metode dinamik dikenal metode ekstraksi

kering, ekstraksi basah, ekstraksi kimia, dan ekstraksi listrik.

Pada praktikum kali ini kami melakukan ekstraksi kering.

Ekstraktor kering seperti pada alat corong Barlese Tullgren

menggunakan panas untuk memaksa hewan tanah itu mennuju bejana

koleksi.

Pada pengukuran suhu sebelumnya, suhu tanah di ketiga plot

tersebut sebesar 28°C. Suhu tanah merupakan salah satu faktor

fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan

organisme tanah., dengan demikian suhu tanah akan menentukan

tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah

lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung

dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi

dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu

juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan

tanah (Suin, 1997). Menurut Wallwork (1970), besarnya perubahan

gelombang suhu di lapisan yang jauh dari tanah berhubungan dengan

jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada permukaan tanah.Besarnya radiasi yang terintersepsi sebelum sampai pada permukaan

tanah, tergantung pada vegetasi yang ada di atas permukaannya.

Sedangkan pH tanah di ketiga plot tersebut adalah 7.

Pengukuran pH tanah juga sangat diperlukan dalam melakukan

penelitian mengenai fauna tanah. Suin (1997), menyebutkan bahwa ada

fauna tanah yang hidup pada tanah yang pH-nya asam dan ada pula

yang senang hidup pada tanah yang memiliki pH basa. Keadaan iklim

daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya serta

berlimpahnya mikroorganisme yang mendiami suatu daerah sangat

mempengaruhi keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme.

Faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap

keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah reaksi yang

berlangsung di dalam tanah, kadar kelembaban serta kondisi-

kondisi serasi (Sutedjo dkk., 1996).

Perbedaan jenis serta jumlah hewan tanah yang ditemukan pada

masing-masing plot tersebut juga mungkin disebabkan oleh

keberadaan vegetasi yang tumbuh pada tanah tersebut, karena

keberadaan vegetasi juga mempengaruhi kelangsungan hidup

organisme tanah yang berada di dalamnya.

Pada praktikum kali ini hewan tanah yang dominan adalah

cacing tanah. Sedangkan cacing tanah (Lumbricus terristris) itu sendiri

merupakan contoh yang mewakili klas Chactopoda. Tubuhnya

terbungkus oleh kutikula yang transparan guna untuk melindungi

tubuh dari gangguan fisis atau khemis. Makanan cacing adalah

bakteri, fungi, bahan-bahan tanaman yang mudah membusuk. Cacing

tanah terdapat lubang-lubang, mempunyai pengaruh besar pada

tanah-tanah yang ditumbuhi tanaman dan jarang dijumpai pada tanah

yang kekurangan calcium, pada musim kering atau pada tanah asam.

Salah satu organisme penghuni tanah yang berperan sangat

besar dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses

dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat

bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Makrofauna

tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik

tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan meremah-remah

substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan

dikeluarkan dalam bentuk kotoran. Secara umum, keberadaan aneka

macam fauna tanah pada tanah yang tidak terganggu seperti padang

rumput, karena siklus hara berlangsung secara kontinyu.

Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam

pembusukan zat atau bahan-bahan organik dengan cara :

a.    Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan

ketersediaan daerah bagi aktifitas bakteri dan jamur

b.    Melakukan pembusukan pada bahan pilihan seperti gula,

sellulosa dan sejenis lignin

c.    Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus

d.   Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian

atas

e.    Membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan

mineral tanah

G.      Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada

semua plot ditemukan hewan tanah, namun pada plot ketiga lapisan

kedua tidak ditemukan hewan tanah.

1.      Plot 1

      Lapisan 1: semut (4 ekor)

      Lapisan 2: hewan berwarna putih (2 ekor)

2.      Plot 2

      Lapisan 1: cacing (4 ekor)

      Lapisan 2: hewan berwarna putih (2 ekor)

3.      Plot 3

      Lapisan 1: semut (2 ekor)

      Lapisan 2: tidak ditemukan hewan

H.      Daftar Pustaka

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta. Kanisius.

Barnes, B. V., Donald R. Z., Shirley R. D. and Stephen H. S. 1997.Forest Ecology. 4th Edition. John Wiley and Sons Inc. New York

Holmes W.E. and D.R. Zak. 1994. Soil microbial biomass dynamics and net nitrogenmineralization in Northern Hardwood ecosystems. Soil Sci. Soc. Am. J.58:238-243. (e-book)

Killham K. 1999. Soil ecology. Cambridge University Press. United Kingdom

Kimball, J. W. 1999. Biologi. Jilid Tiga. Erlangga. Jakarta

Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Terjemahan TjahjonoSamingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman.Universitas Indonesia Press. Jakarta

Handayanto, E. 2007. BIOLOGI TANAH Landasan Pengelolaan Tanah Sehat.Yogyakata: Pustaka Adipura

http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/12/profil-tanah.html

Diposkan oleh ieLma 's Blog di 21.51 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke PinterestLabel: Laporan Praktikum

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama BerandaLangganan: Poskan Komentar (Atom)

 

 

Statistik pengunjung50711

My Profile

ieLma 's Blog Batang, Semarang, IndonesiaKeep your promise as it would measure your honesty,,,

Lihat profil lengkapku

Follower

Kategori Artikel (3) Handout (3) Laporan Observasi (1) Laporan Praktikum (4) LKS (2) Makalah (7) Observasi (1) RPP (2)

Arsip Blog ▼   2012 (23)

o ►   Maret (4) o ▼   Februari (19)

KULTUR JARINGAN/SEL HEWAN (animal tissue/cell cul...

DAMPAK NEGATIF DARI PENGGUNAAN DAN HASIL TEKNOLOGI...

PERBEDAAN KARAKTERISTIK VEKTOR KLONING PADA E. co...

KONDISI HEWAN TANAH PADA EKOSISTEM RUMPUT FBS UNY HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN VEGETASI RUMPUT DENGAN

K... KLASIFIKASI LAHAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN

LA... KESUBURAN TANAH DAN PRODUKTIVITASNYA VERMICOMPOSTING MAU MATA SEHAT????? PENYEBAB KEMANDULAN PADA PRIA METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN INOVASI

PEMBELAJARA... ETOGRAM DIAGRAM SEMUT PENGAMATAN MIMOSA PUDICA BATANG MERAH ETIKA LINGKUNGAN DAN DEEP ECOLOGY PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA SUKUNAN PERBEDAAN ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA SINTESIS ANTIBIOTIK DARI ASAM AMINO Alat Kontrasepsi Dalam Rahim HAKIKAT IPA DAN PEMBELAJARAN IPA

link Media Pembelajaran Metode Pembelajaran

Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.

http://ielmasblog.blogspot.com/2012/02/kondisi-hewan-tanah-pada-ekosistem.html

ASSALAMU 'ALAIKUM Ahlan Wa Sahlan Yaa Akhi Yaa Ukhti

AHLAN WA SAHLAN

Jumat, 12 April 2013PROFIL TANAH

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit.

Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses

pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk.

Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup.

Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan

induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses

pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk

oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah,

pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari

bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga

apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat

lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan

biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon

tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon

tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.

Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan

melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon

tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk

dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi

oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga

terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan

air.

Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki

perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses

tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan Profil Tanah

dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui sifat fisik,

sifat kimia dan sifat biologis dari tanah itu serta faktor-faktor

yang mempengaruhinya.

Kegunaan praktikum ini adalah sebagai bahan acuan untuk

pelaksanaan analisis dilaboratorium, serta sebagai bahan

informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah

dan praktikum yang dilakukan di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Tanah

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah,

dibuat dengan secara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan

lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan

keadaan tanah dan kegiatan penelitiannya. Dalam hal ini misalnya

untuk keperluan genesa tanah pada Oksisol yang solumnya (tebal)

pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 – 3,5

meter (Kartasapoetra dan Mulyani, 1987).

Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh

tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang

dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai

dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan

pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka

air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak

demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).

Profil tanah yaitu urutan-urutan horizon tanah, yakni

lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan

buli. Profil tanah dipelajari dengan mengenali tanah dengan

lubang vertikal ke lapisan paling bawah. Warna, tekstur,

ketebalan horizon dan kedalaman solum, sifat perakaran atau

konkresi merupakan sifat-sifat penting tanah yang selanjutnya

menjadi parameter pengukuran profil tanah (Tim Asisten dan Dosen,

2010).

2.2. Faktor-faktor Pembentuk Tanah

Lima faktor yang mengontrol pembentukan dan perkembangan tanah

(Jenny,1941), yaitu: bahan induk, iklim, organisme, relief dan

waktu. Dalam kenyataannya ada interdependensi antar faktor,

misalnya antara organisme dan iklim. Iklim dan organisme

merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif, sedangkan bahan

induk adalah faktor pasif.

Bahan Induk Tanah

Tanah terbentuk dari bahan batuan yang mengalami fragmentasi dan

proses pelapukan (fragmented rock material). Fragmented rock material

dapat tetap di atas bedrock asal sebagai bahan yang relatif tidak

padu (uncosolidated material) atau  in situ, tapi kebanyakan telah

tererosi dan ditransportasikan baik oleh air, angin, es atau

gravitasi ke lain tempat membentuk deposit (debris mantles). Bahan-

bahan deposit tak padu inilah (bukan solid bedrock) yang umumnya

disebut sebagai bahan induk tanah (soil parent materials). Tanah

bersama dengan debris atau bedrock yang terlapuk di bawahnya

disebut sebagai regolith. Bahan yang merupakan asal

tanah disebut sebagai BAHAN INDUK. Sedikit tanah yang berkembang

secara langsung dari batuan di bawahnya. Kebanyakan tanah

berkembang dari bahan-bahan dari tempat lain. Bahan-bahan di

bagian bawah tanah biasan. Oleh karena batuan tersusun atas

mineral-mineral yang beragam serta berbeda ketahanannya terhadap

pelapukan, maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh atas

laju perkembangan tanah, tipe produk pelapukan, komposisi mineral

dari tanah,  dan kesuburan kimia tanah.

Iklim

Tanah bervariasi bergantung dari iklim. Suhu dan kelembaban

menyebabkan perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian

(leaching). Sedangkan angin mendistribusikan pasir dan partikel

lainnya terutama di daerah iklim arid. Jumlah, intensitas, waktu

dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan tanah.

Perubahan suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban,

aktifitas biologi, laju reaksi kimia dan tipe vegetasi.

Faktor yang sangat berpengaruh atas

pembentukan tanah. Iklim berpengaruh langsung terhadap

pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan, dan secara tidak

langsung melalui pengaruhnya atas vegetasi (organisme) dan

berinteraksi dengan bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi

hubungan air dan tanah.

Organisme

Organisme mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan tanah

dengan berbagai macam cara. Penyebaran flora dan fauna tergantung

sebagian besar kepada iklim, topografi, dan pengaruh bahan induk 

pengaruh organisme sulit dipisahkan dari pengaruh lainnya.Tetapi,

pengaruh vegetasi tampak dalam perbedaan bahan organik antara

hutan dan padang rumput. Pada hutan, input BO terbanyak pada

permukaan tanah (mor humus), sedang pada rumput, penambahan BO

juga terjadi pada tanah bawah dan tercampur dengan bahan mineral

tanah (mull humus) oleh aktifitas fauna tanah.

Relief

Ada 3 jalur utama pengaruh relief atas pembentukan tanah:a.       pengaruh kelerengan atas jeluk tanah

b.      modifikasi pengaruh iklim

c.       mempengaruhi hubungan kelembaban

Waktu

Pelapukan dan proses pembentukan tanah (pedogenesa) terjadi dalam

waktu yang lama. Tahap awal terjadi pencampuran bahan organik dan

perubahan kimia dan mineralogi pada bahan induk, selanjutnya

perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga membentuk

horison yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state,

yaitu keadaan tanah yang tidak berubah dalam waktu yang lama.

2.3. Sifat-sifat Tanah

A. WARNA TANAH

Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan

menunjukkan sifat dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan

campuran komponen lain yang terjadi karena mempengaruhi berbagai

faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna tanah adalah

hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Syarief, 1979).

 

Warna tanah dengan akurat dapat diukur dengan tiga sifat-sifat

prinsip warnanya. Dalam menentukan warna cahaya dapat juga

menggunakan Munsell Soil Colour Chart sebagai pembeda warna

tersebut. Penentuan ini meliputi penentuan warna dasar atau

matrik, warna karatan atau kohesi dan humus. Warna tanah penting

untuk diketahui karena berhubungan dengan kandungan bahan organik

yang terdapat di dalam tanah tersebut, iklim, drainase tanah dan

juga mineralogi tanah (Thompson dan Troen, 1978).

Mineral-mineral yang terdapat dalam jumlah

tertentu dalam tanah kebanyakan berwarna agak terang (light).

Sebagai akibatnya, tanah-tanah itu berwarna agak kelabu terang,

jika terdiri dari mineral-mineral serupa itu yang sedikit

mengalami perubahan kimiawi. Warna

gelap pada tanah umumnya disebabkan oleh kandungan tinggi dari

bahan organik yang terdekomposisi, jadi, dengan cara praktis

persentase bahan organik di dalam tanah diestimasi berdasarkan

warnanya. Bahan organik di dalam tanah akan mengahsilkan warna

kelabu gelap, coklat gelap, kecuali terdapat pengaruh mineral

seperti besi oksida ataupun akumulasi garam-garam sehingga sering

terjadi modifikasi dari warna-warna di atas.

B. TEKSTUR

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara

fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya

dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan

dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu

(Hakim et al, 1986).

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai golongan

besar, partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama

perbandingan relatif suatu fraksi liat, debu dan pasir. Tekstur

dapat menentukan tata air dalam tanah berupa akecepatanm

infiltrasinya, penetrasi setta kemampuan mengikat air

(Kartosapoetra, 1988).

 

Jika beberapa contoh tanah ditetapkan atau dianalisa di

laboratorium, maka hasilnya selalu memperlihatkan bahwa tanah itu

mengandung partikel-partikel yang beraneka ragam ukurannya, ada

yang berukuran koloi, sangat halus, halus, kasar dan sangat

kasar. Partikel-partikel ini telah dibagi ke dalam grup atau

kelompok-kelompok atas dasar ukuran diameternya, tanpa memandang

komposisi kimianya, warna, berat atau sifat lainnya. Kelompok

partikel ini pula disebut dengan “separate tanah”. Analisa

partikel laboratorium dimana partikel-partikel tanah itu

dipisahkan disebut analisa mekanis. Dalam analisa ini ditetapkan

distribusi menurut ukuran-ukuran partikel tanah (Hakim et al,

1986).  

Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap

air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi

dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara

tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan

perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan.

Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode pipet

dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan

berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air (Hakim

et al, 1986).

C. STRUKTUR

Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-

partikel tanah seperti pasir , debu dan liat yang membentuk

agregat satu dengan yang lainnya yang dibatasi oleh bidang belah

alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami disebut

dengan ped. Struktur yang daapat memodifikasi pengaruh tekstur

dalam hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur

hara, kegiatan jasad hidup dan pengaruh permukaan akar.

Tipe struktur terdapat empat bentuk

utamanya yaitu :

a. Bentuk lempung

b. Bentuk prisma

c. Bentuk gumpal

d. Bentuk spheroidel atau bulat

Struktur tanah dapat memodifikasi pengaruh tekstur dalam

hubungannya dalam kelembaban, porositas, tersedianya unsur hara,

kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan akar. Struktur lapisan olah

dipengaruhi oleh praktis dan di mana aerasi dan drainase

membatasi pertumbuhan tanaman, sistem pertanaman yang mampu

menjaga kemantapan agregat tanah akan memberikan hasil yang

tinggi bagi produksi pertanian (Hakim et al., 1986)

III. METODOLOGI

3.1. Letak Astronomi dan Geografis

Secara astronomis lokasi pengamatan profil tanah terletak di desa

Saule, Kecamatan Patallassang, Kabupaten Gowa dengan batas

wilayah sebagai berikut:

- Sebelah utara : pallaccina desa Pallantikang

- Sebelah timur : balangpunia (gunung padang taring)

- Sebelah selatan : desa borong p’la’lang

- Sebelah barat : bontoleba

Secara Geografis lokasi pengamatan profil yaitu 119o 33’ 7,68”

BT dan 05o 11’ 9,14” LS.

3.2. Waktu dan tempat

Praktek pengamatan profil tanah dilaksanakan di area persawahan

desa Saule, Kecamatan Patallassang, Kabupaten Gowa pada tanggal

20 oktober 2012 pada pukul 10.00 sampai 13.00 WITA.

3.3. alat dan bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah cangkul,

linggis, skop, cutter, ring sample dan meteran.

Bahan-bahan yang digunakan adalah kantong plastik, kertas

label, pulpen, air, tanah, serta daftar isian profil.

3.4. Prosedur Kerja

Syarat-syarat penampang profil

Pengamatan profil dilaksanakan dengan syarat :

1.             Lubang penampang harus cukup besar supaya orang dapat

dengan mudah duduk atau berdiri di dalamnya sehingga pengamatan

dapat dilakukan dengan sempurna.

2.             Ukuran penampang pengamatan dipilih lubang penampang yang

mendapat sinar matahari, di tempat miring penampang pengamatan

dipilih pada dinding teratas.

3.             Tanah bekas galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang

pengamatan.

4.             Penampang pewakil adalah tanah yang belum mengalami

gangguan misalnya tanah timbunan.

5.             Jika berair, maka air yang berada di dalam penampang harus

dikeluarkan sebelum pengamatan.

6.             Pengamatan dilakukan pada lokasi sinar matahari cukup

(tidak terlalu pagi dan tidak terlalu sore).

Sampel Tanah Utuh

Tahapan kerja pengambilan sampel tanah utuh yaitu :

1.        Meratakan dan membersihkan lapisan atas tanah yang akan

diambil kemudian meletakkan Ring Sample tegak lurus pada lapisan

tanah tersebut.

2.        Menggali tanah disekeliling Ring Sample dengan sekop.

3.        Mengiris tanah dengan pisau sampai hampir mendekati Ring

Sample.

4.        Menekan Ring Sample dengan papan sehingga tanah memenuhi

ruang Ring Sample.

Sampel Tanah Terganggu

Tahapan kerja pengambilan sampel tanah terganggu yaitu :

1.        Mengambil tanah dengan sekop atau pisau sesuai dengan lapisan

yang akan diambil.

2.        mengambil sampel tanah dan memasukannya ke dalam kantong

plastik yang telah diberi label.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan profil taanh di

lapangan dapat dilihat pada tabel berikut ini :Parameter

pengamatan

Lapisan

I IIKedalaman Lapisan

(cm)50 cm 35 cm

Batasan Lapisan Berbaur Berbaur

Topografi Batas

lapisanTidak teratur Tidak teratur

Warna (munsell) Cokelat Cokelat kekuningan

Tekstur Liat Liat berpasir

Struktur Granular Granular

Konsistensi Lembab gembur Basah, agak lekat

Karatan Ada Ada

Sumber: data primer 2012

4.2. Pembahasan

Pada lapisan pertama kedalaman lapisan yaitu 50 cm sedangkan pada

lapisan ke dua kedalaman lapisan yaitu 35 cm sedangkan pada area

persawahan (tanah dangkal), lapisan I kedalamannya 0-25 cm,

lapisan II kedalamannya 25-47 cm. Ini berarti tanah persawahan di

desa saule lebih dalam daripada area persawahan umumnya. Hal ini

terjadi karena tanah dalam mengalami pelapukan yang lebih hebat

dari pada tanah dangkal. Namun, dalam hal perkembangan profil

tanah tetap sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan

Brady (1982), bahwa perkembangan profil tanah dalam order Alfisol

selalu maju seiring dengan perkembangan kejenuhan basa tinggi

lebih dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah.

Batasan lapisan pertama dan kedua berbaur karena perbedaan

warna antara lapisan pertama dan kedua hampir tidak dapat

dibedakan dan biasanya disebabkan karena pencucian bahan organik

lapisan pertama terbawa kelapisan kedua Hal ini sesuai dengan

pendapat Foth (1998), bahwa adanya perbedaan lapisan pada tanah

disebabkan proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme atau proses

humufikasi.

Warna (munsell) lapisan pertama berwarna cokelat begitupun

dengan lapisan kedua namun pada lapisan kedua warna lapisan

cokelat kekuningan Hal ini disebabkan pada lapisan I, mengandung

bahan organik yang lebih tinggi yang merupakan salah satu bahan

yang mengendalikan warna pokok tanah. Selain itu juga banyak

terdapat tumbuhan sehingga jika mati akan terurai. Hal ini sesuai

dengan pendapat Poerwowidodo (1991), bahwa tanaman yang mengalami

penguraian akan memiliki warna tanah cenderung gelap. namun

perbedaan warnanya hampir tidak bisa dibedakan.

Tekstur pada lapisan pertama liat karena pada saat dipegang

tanah ini lengket dan halus Hal ini disebabkan karena kandungan

air pada tanah alfisol yang maksimum. Pada saat pengolahan akan

sangat mudah tetapi bila sangat basah maka alat yang digunakan

mudah lengket, sedangkan pada saat kering tanah tersebut akan

sangat keras sehingga sukar untuk diolah. Tanah ini memiliki

horizon B yang kaya akan liat. Hal ini sesuai dengan pendapat

Foth (1994), bahwa tanah yang berada pada horizon B cenderung

mengandung tekstur tanah yang liat. sedangkan pada lapisan kedua

liat berpasir, karena pada saat dipegang tanah ini lengket dan

terdapat butiran-butiran pasir. Struktur pada lapisan pertama dan

kedua granular.

Konsistensi pada lapisan pertama lembab gembur dan pada

lapisan kedua basah agak, lekat yang disebabkan volume air pada

lapisan kedua berbeda dengan lapisan petama. Konsistensi tanah

ditentukan dengan cara meremas segumpal tanah. Hal ini terjadi

karena pada saat tanah tersebut diremas tanahnya lembab pada

lapisan pertama dan pada lapisan kedua basah, agak lekat.

Lapisan tanah dan kedua memiliki karatan Hal ini disebabkan

karena tanah pada profil memiliki drainase yang baik karena tidak

tergenang air, sehingga warnanya bercampur cokelat kemerah-

merahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998) bahwa jika

tanah memiliki sistem drainase yang baik, maka biasanya

memberikan warna yang tidak terlalu gelap.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dapat disimpulkan bahwa

pada lapisan pertama memiliki kedalaman 50 cm, lapisan kedua 35

cm, yang memiliki batas lapisan berbaur dan batas topografi

masing-masing tidak teratur, warna pada lapisan pertama coklat

sedangkan pada lapidan kedua coklat kekuningan, tekstur lapisan

pertama liat sedangkan pada lapisan kedua liat berpasir, lapisan

pertama dan kedua memiliki struktur masing-masing granular,

konsistensi lapisan pertama lembab gembur sedangkan pada lapisan

kedua basah agak lekat. Dan masing-masing lapisan memiliki

karatan.

5.2. Saran

Sebaiknya pada lahan tersebut jika selesai panen padi hendaknya

jangan dibiarkan menganggur, sebaiknya ditanami sayur-mayur atau

buah-buahan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi pemilik lahan

persawahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Benito, 2011., ilmu tanah.

http://benitohp.wordpress.com/2011/03/09/ilmu-tanah/. Diakses pada tanggal 9 maret 2011.

Foth, 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Foth., 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press :Yogyakarta.

Hakim, N., Nyakpa Y.M., Lubis M.A., Nogroho G.S., Saul R.M., Diha A.M.,Hong B.G., dan Bailey H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung. Lampung

Kartasapoetra. A. G., 1991. Pengantar Ilmu Tanah. PT Bhineka Cipta :

Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah. CV Rajawali : Jakarta.

Madi, 2012 laporan profil tanah.http://madi-cmos.blogspot.com/2012/02/laporan-profil-tanah.html.diakses pada tanggal 16 oktober 2011.Tim asisten dan dosen universitas hasanuddin. Penuntun praktikum dasar-dasar ilmu tanah. Makassar. 2012.Vivin, suryati, 2012., laporan profil tanah. http://vivinsuryati.blogspot.com/2010/12/laporan-profil-

tanah.html.diakses pada tanggal 15 desember 2010

Diposkan oleh Andi Imha di Jumat, April 12, 2013 Reaksi: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest Label: DDIT

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

kalender!--Start: Cuteki·Widget-->

Cuteki e card birthday cars

Template Watermark. Gambar template oleh Juxtagirl. Diberdayakanoleh Blogger.

http://andi-imha.blogspot.com/2013/04/profil-tanah.html

About Bahan Kuliah Laporan Praktikum Tulisan Cerita

Melina RahmawatiBe you're self :)

Laporan Praktikum Pengamatan Profil Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH

PENGAMATAN PROFIL TANAH

 

DISUSUN OLEH :

Nama : Melina Rahmawati

NIM : D1B012016

Kelas : Agribisnis D

Dosen : 1. Ir. Zurhalena M.P.

   2. Ir. Endriani M.P.

 

 

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

I.                   PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah olehproses kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dari batuan induknya karna interaksi antara, hidrosfer,atmosfer,litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari konstituen mineral dan organic yang dalam keadaan padat,gas, dan cair.

Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizontanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.

Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air

Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan profil tanahdalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.

1.2  Tujuan dan Manfaat

Tujuan praktikum ini adalah pengamatan langsung di lapangan mengenai Profil Tanah dan untuk mengamati lapisan- lapisan tanah.

Manfaat praktikum adalah sebagai bahan informasi dan merupakan bahan perbandingan antara materi kuliah dan praktikum yang dilakukan di lapangan.

II.                TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001)

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besarplanet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan   relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Berdasar definisi tanah, dikenal limamacam faktor pembentuk tanah, yaitu :

1.  Iklim

2.  Kehidupan

3.  Bahan induk

4.  Topografi

5. Waktu.

Dari  kelima  faktor  tersebut yang bebas  pengaruhnya adalah iklim. Oleh karena itu pembentukan tanah kering dinamakan dengan istilah asing weathering. Secara garis  besar  proses  pembentukan  tanah  dibagi  dalam  dua  tahap,  yaitu proses  pelapukan dan proses perkembangan tanah  (Hardjowigeno, 1992).

Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung terhadap tetanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya terhadap temperatur dan kelembapan tanah. Warna tanah dapat meliputi putih, merah,

coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni, tetapi campuran kelabu, coklat dan bercak, kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (Tan, 1995)

Pengamatan warna tanah dengan indera menunjukkan warna tanah yangbervariasi, menggambarkan petunjuk tentang sifat-sifat tanah. Sifat tanah yang berkaitan dengan warna tanah kandungan bahan organik, kondisi drainase dan serasi. Warna tanah digunakan dalammenentukan klasifikasi tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon tanah, atas dasar warnanya yang muncul sebagai akibat gaya-gaya aktif dalam proses pembentukan tanah.

Intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenismineral dan jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3)kadar air tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknyamakin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna tanah akantampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam).

Struktur tanah merupakan susunan  ikatan partikel  tanah  satu  sama  lain. Ikatan  tanah  berbentuk  sebagai  agregat  tanah.  Apabila  syarat  agregat  tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar  disebut  ped,  sedangkan ikatan  yang  merupakan  gumpalan  tanah  yang  sudah   terbentuk  akibat penggarapan  tanah  disebut  clod.  Untuk  mendapatkan  struktur tanah yang baik dan valid  harus  dengan  melakukan  kegiatan  dilapangan,  sedang laboratorium elatif  sukar  terutama  dalam  mempertahankan  keasliannya  dari bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1992).

Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur,klas struktur dan derajat struktur.  Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian menjadi bermacam-macam klas pula. Di sini akan

dibagi menjadi 7 type tanah yaitu : type lempeng ( platy ), type tiang, type gumpal ( blocky ), type remah ( crumb ), type granulair, type butir tunggal dan type pejal ( masif ). Dengan pembagian klas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan  sangat kasar. Untuk semua type tanah  dengan ukuran kelas berbeda-beda untuk masing-masing type. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas : tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah ( weak ) yaitu tanah yang jika tersinggung  mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah. Sedang/cukup yaitu tanah  berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat dipecahkan, tanah kuat ( strong ) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan  (Koorevaar, 1987)

Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang satu agregat denganagregat lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur horison-horison tanah sering berbeda satu dengan yang lainnya dan merupakan penciri yang penting darisifat tanah, sama halnya dengan tekstur dan warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu memperbaiki sistemaerasi dan gerakan air (Bale, 2001).

Proses  pelapukan  adalah  berubahnya  bahan  penyusun  didalam  tanah dari  bahan  penyusun  batuan.   Sedangkan  proses  perkembangan  tanah  adalah terbentuknya  lapisan  tanah  yang  menjadi ciri, sifat, dan kemampuan yang khas dari  masing – masing  jenis tanah. Contoh  proses pelapukan adalah  hancurnya batuan  secara fisik,  sedangkan  contoh  untuk  peristiwa  perkembangan  tanah adalah terbentuknya horison tanah, latosolisasi (Darmawijaya, 1990 ).

Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa

keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:

1. Pasir

Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.

1. Pasir Berlempung

Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.

1. Lempung Berpasir

Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.

1. Lempung

Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.

1. Lempung Berdebu

Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.

1. Debu

Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.

1. Lempung Berliat

Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agakteguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.

1. Lempung Liat Berpasir

Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.

1. Lempung Liat Berdebu

Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.

1. Liat Berpasir

Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

1. Liat Berdebu

Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.

1. Liat

Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk boladengan baik, dan mudah dibuat gulungan (Hardjowigeno, 1992).

Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makintinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnyarendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadioksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih terang (Hardjowigeno, 1992)

Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.

Macam – macam Konsistensi Tanah

a. Konsistensi Basah

Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:

(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.

(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.

(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.

(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.

Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:

(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.

(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.

(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.

(4) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untukmerusak gulungan tersebut.

b. Konsistensi Lembab

Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut:

(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).

(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudahsekali hancur bila diremas.

(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.

(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.

(5) Sangat Teguh/Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

c.  Konsistensi Kering

Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:

1. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).

2. Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.

3. Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.

4. Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.

5. Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul) (Sarief, 1986)

Penelitian mengenai sifat tanah bertujuan untuk meneliti sifat-sifat tanah di lapangan dan mengklasifikasikannya ke dalam suatu ordo, maka kita dapat melakukan suatu pengamatan melalui profil tanah, Dengan mengamati profil tanah, kita dapat menganalisa tekstur, struktur, konsistensi, warna tanah, bahan organik, aktivitas fauna, perakaran yang terdapat dalam tanah, dan sebagainya pada suatu wilayah.tentunya Pengamatan pada profil tanah tidak dapat dilakukan secara individual. Dikarenakan dalam suatu pengamatan, setiap orang akan berbeda dalam mengkelaskan (misal tekstur dan struktur), dibutuhkan sensitivitas/kejelian setiap orang dalam menginterpretasikan suatu sifat tanah (Pipit, 2011).

Pengamatan tanah dengan indera memiliki fungsi agar kita dapat mengetahui dan merasakan struktur tanah, tekstur tanah maupun warna tanah. Dengan demikian, kita juga dapat membedakan jenis-

jenis tanah tersebut. Peranan untuk kegiatan sehari-hari dapat diaplikasikan di bidang Pertanian, Sipil, Geologi, Geografi dan segala bidang yang berhubungan dengan tanah.

III.                    METODOLOGI

3.1    Tanggal Praktikum

Dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 13 November 2013, pukul 08.00-10.00 WIB, dilahan ilmu tanah Universitas Jambi.

3.2    Materi Praktikum

Pengamatan Profil Tanah

3.3    Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah contoh tanahjenis tertentu dan air.

Alat yang digunakan yaitu meteran, buku munsell soil color chart,cutter, cangkul, pisau lapang, botol yang berisi air, lembar pengamatan, dan alat tulis.

3.4    Prosedur Kerja

1. Menggali lubang, membuat lubang penampang harus besar, agar orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya agar pemeriksaan berjalan lancar.

2. Beri batas tiap-tiap horizon dan ukur masing-masing horizon dengan menggunakan meteran.

3. Ambil sampel tanah pada tiap-tiap horizon dengan menggunakanpisau lapang, lalu amati :

1.     Warna Tanah

a. Diambil sedikit tanah gumpal, lalu dilembabkan dengan air secukupnya (permukaannya tidak mengkilap)

b.  Diletakkan di bawah lubang kecil pada buku Munsell Soil ColorChart

c.  Dicatat notasi warna (Hue, Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.

2.      Tekstur Tanah

a.  Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, kemudian dibahasi dengan air hingga tanah dapat ditekan.

b.  Contoh tanah dipijit dan diraba agar bisa merasakan besar halusnya tanah.

Jika :

(a)           Rasa berat, halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik dan mudah digulung kemungkinan besar teksturnya LIAT

(b)   Rasa agak licin, agak lekat, dapat dibentuk bola agak teguhdan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, kemungkinan tekstur tanahnya LEMPUNG BERLIAT

(c)     Rasa tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, kemungkinan tekstur tanahnya LEMPUNG

(d)   Rasa kasar sangat jelas, tidak melekat, tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, kemungkinan tekstur tanahnya PASIR

(e)    Rasa kasar agak jelas, sedikit sekali melekat, dapat dibuat bolam dan mudah hancur,kemungkinan tekstur tanahnya LEMPUNG BERPASIR

3.      Struktur Tanah

a. Sebongkah tanah diambil dari horison tanah, kemudian dipecah dengan cara menekannya dengan jari atau dijatuhkan dari ketinggian tertentu

b.  Pecahan tanah yang terbentuk secara alami menjadi agregat mikro yang merupakan kelas struktur tanah

4.      Konsistensi

a.  Contoh tanah dalam berbagai kandungan air (Konsistensi basah,konsistensi kering dan konsistensi lembab) diamati dengan cara dipijit dengan ibu jari dan telunjuk.

b.  Pengamatan dimulai dari konsistensi kering, lembab dan basah dengan cara menambah air dengan botol yang berisi air pada contohtanahnya

 IV.                HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Lapisan 1 2 3 4 5Dalam(CM)

0-13 13-26 26-46 46-70 >70

Batas Kejelasan

Abrut Clear Gradual Diffuse

Topografi

Smooth Wavy Smooth Smooth

Warna Matrix(Lembab)

DarkBrown

7,5 YR3/2

CokelatTerang

7,5 YR5/6

StrongBrown

7,5 YR4/6

StrongBrown

7,5 YR5/8

StrongBrown

7,5 YR5/8

Tekstur Granulair

Gumpal Gumpal GumpalBersudut

GumpalBersudut

Kerikil/

Batu

LempungBerpasir

LempungLiat

Berpasir

LiatBerpasi

r

Liat Liat

Konsis-tensi

Lembab Gembur,AgakLekat

Teguh,Lekat

Teguh,Lekat

Teguh,SangatLekat

SangatTeguh,SangatLekat

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil dari pengamatan yang dilakukan  pada percobaan   profil tanah di lapangan, saya dapat membahas bahwa terlihat adanya lapisan yang terdiri dari lapisan I, lapisan II, lapisan III, lapisan IV dan lapisan V. Pada pengamatan profil tanah, lapisan I memiliki kedalaman 0-13 cm, lapisan ke II memiliki  kedalaman 13-26 cm, lapisan III memiliki kedalaman  26-46 cm, lapisan IV memiliki kedalaman 46-70 cm dan lapisan V memiliki kedalaman  > 70 cm. Sedangkan batas lapisan-lapisanya, pada lapisan I kejelasan Abrut dan topografi Smooth, lapisan II kejelasan Clear dan topografi Wavy, lapisan III kejelasan Gradualdan topografi Smooth, lapisan IV kejelasan Diffuse dan topografi Smooth dan pada lapisan V tidak diketahui,  ini disebabkan karna adanya perbedaan kedalaman tanah pada tiap lapisan dalam proses pencucian dimana pada saat hujan, air tersebut akan mengalir turun ke lapisan bawah bersama mineral tanah dengan kecepatan tinggi sehingga menyebabkan adanya perbedaan horizon. Perbedaan lapisan tanah disebabkan oleh:

Topografi yang dimaksud adalah konfigurasi permukaan dari suatu area/wilayah. Perbedaan topografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk. Tanah pada daerah lereng infiltrasi kurang dibandingkan kehilangan melalui runcff. Sedangkan pada daerah datar/rendah, menerima kelebihan air yang menyediakan air lebih banyak untuk proses genesis tanah.

Warna tanah dipengaruhi kandungan bahan organik, mineral, drainase, kandungan air, dan aerasi. Pada pengamatan profil tanahditemukan perbedaan warna dari setiap lapisan, lapisan I berwarnaDark Brown, lapisan II berwarna Cokelat Terang, lapisan III berwarna Strong Brown, lapisan IV berwarna Strong Brown dan lapisan V juga berwarna Strong Brown.

Tekstur tanah ialah perbandingan tanah yang menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Pada pengamatan profil tanah, diperoleh data lapisan I berupa Lempung Berpasir, lapisan II berupa Lempung Liat Berpasir, lapisan III berupa Liat Berpasir, lapisan IV berupa Liat, dan lapisan V berupa Liat. Tekstur tanah penting untuk diketahui, karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat

fisika, fisika kimia, dan kimia tanah.  Hal ini dikarenakan adanya proses pencucian.

Konsistensi tanah adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang bekerjadi dalam massa tanah dengan kandungan air yang berbeda-beda. Konsistensi ditetapkan dalam keadaan basah, lembab dan kering, dan pada pengamatan kali konsistensi yang diamati pada keadaan lembab. Pada lapisan I konsistensinyan adalah Gembur dan Agak lekat, lapisan II konsistensinya adalah Teguh dan Lekat, lapisan III konsistensinya adalah Teguh dan Lekat, lapisan IV konsistensinya adalah Teguh dan Sangat Lekat, dan lapisan V konsistensinya adalah Sangat Teguh dan Sangat Lengket.

 V.             KESIMPULAN

Profil tanah disusun oleh lapisan-lapisan tanah atau lebih dikenal dengan horison-horison. Horison yang menyusun solum tanahadalah horison A ( A1, A2, A3 ) dan horison Bahan-bahan ( B1, B2,B3 ) serta ditambah dengan horison C dan horison Reaksi yang kedua horison ini tidak kami ketemukan dalam praktikum dan tanah terdiri dari hasil pelapukkan batuan yang bercampur dengan bahan organik.

Proses perkembangan atau penyusunan tanah yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan sifat-sifat tanah pada suatu daerah. Sifat fisik tanah pada setiap lapisan / horison dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, porositas tanah, warna tanah, drainase tanah, serta keadaan perakaran dan lingkungan.

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa :

a.   Lapisan I mempunyai kedalaman 0-13 cm dan memiliki batas kejelasan aburt, topografi batas lapisan smooth, warna dark brown, tekstur lempung berpasir, konsistensi lembab gembur dan agak lekat

b. Lapisan II mempunyai kedalaman 13-26 cm dan memiliki batasan kejelasan clear, topografi batas lapisan wavy, warna cokelat terang, tekstur lempung liat berpasir, konsistensi lembab teguh dan lekat.

c. Lapisan III mempunyai kedalaman 26-46 cm dan memiliki batasan kejelasan gradual, topografi batas lapisan smooth, warna strong brown, tekstur liat berpasir, konsistensi lembab teguh dan lekat.

d.  Lapisan IV mempunyai kedalaman 46-70 cm memiliki memiliki batasan kejelasan diffuse, topografi batas lapisan smooth,warna strong brown, tekstur liat, konsistensi lembab teguh dan sangat lekat.

e. Lapisan V mempunyai kedalaman > 70 cm memiliki warna strong brown, tekstur liat, konsistensi lembab sangat teguh dan sangat lekat.

f.  Faktor- faktor pembentukan tanah yaitu kemiringan, material asal, organisme hidup, waktu, dan iklim.

Share this:

Twitter Facebook Google

Leave a Reply

Pages

About o About Me :)

Bahan Kuliah o Agroklimatologi o Dasar-Dasar Agronomi o Dasar-Dasar Ilmu Tanah

Dampak Defisiensi Hara   Makro o Metode Ilmiah o Sosiologi Pedesaan dan   Pertanian

Macam-Macam Sistem Pertanian o Teknologi Informasi Multimedia

Hardware dan Sistem   Operasi Laporan Praktikum

o Agroklimatologi o Dasar-Dasar Ilmu Tanah

Laporan Praktikum Pengamatan Profil   Tanah Tulisan Cerita

o Cerita dan Tulisan   Motivasi o Cerita Humor o Cerita Inspiratif o Cerita Islam

Jam dan Kalender

My Tweets

My Music

Archives

December 2013

Meta

Register Log in Entries RSS Comments RSS WordPress.com

Blog at WordPress.com. The Strange Little Town Theme. Follow

Follow “Melina Rahmawati”Get every new post delivered to your Inbox.

Powered by WordPress.comhttp://melinarahmaw15.wordpress.com/teknologi-informasi-multimedia/dasar-dasar-ilmu-tanah/laporan-praktikum-pengamatan-profil-tanah/

diana blog Kamis, 03 Januari 2013Mikrobiologi Tanah

PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Identifikasi dan Isolasi Mikroorganisme Tanah di Daerah Perakaran

Tanaman Putri Malu (Mimosa pudica)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara mengisolasi

mikroorganisme pada tanah akar Putri Malu (Mimosa pudica) dan

menghitung jumlah sel melalui metode Colony Form unit (CFU) serta

mengidentifikasi mikroorganisme pada tanah akar putri malu

(Mimosa pudica). Metode: Sampel tanah yang diambil sebanyak satu

ikat yang berada di depan Pura Universitas sebelas Maret.

Sterilisasi alat dan bahan menggunaka autoclave dengan

sterilisasi alat selama satu jam dan bahan menggunakan

sterilisasi selama 30 menit. Pembuatan media NA dengan

konsentrasi 3.2%. Dalam enumerasi dilakukan pengenceran 10-6.

Isolasi dengan agar cawan tuang kemudian pertumbuhan bakteri

diamati dengan menggunakan metode CFU per gram tanah.

Identifikasi bakteri dengan menggunakan pengamatan berupa

morfologi dan uju pewarnaan gram. Hasil: isolasi mikroba tanah

pada perakaran tanaman Putri Malu dilakukan dengan cara media

agar cawan tuang dengan menggunakan pengenceran 10-6. Pada cawan

A, pengamatan pertama ditumbuhi koloni sebanyak 17, 1 X 107

CFU’s/gram tanah dan pengamatan kedua sebanyak 20,4 X 107

CFU’s/gram tanah. Pada cawan B, pengamatan pertama ditumbuhi

koloni sebanyak 13,9 X 107 CFU’s/gram tanah dan pengamatan kedua

sebanyak 16,9 X 107 CFU’s/ gram tanah. Bakteri yang ditemukan

dalam percobaan ini adalah terdapat 3 koloni yang berbeda yaitu

koloni berwarna putih, orange berlendir, dan hijau berlendir.

Bakteri yang morfologi koloninya berwarna putih dan dalam

pewarnaan gram menghasilkan warna merah sehingga termasuk bakteri

gram negatif, bentuk basil yang diidentifikasi adalah Rhizopus sp.

Pada bakteri yang mempunyai koloni berwarna orange, bentuk

koloninya bulat dan bakteri yang koloninya berwarna hijau

berlendir, bentuk koloninya bulat, kedua bakteri tersebut

termasuk bakteri gram negatif karena pada pewarnaan gram

menghasilkan warna merah. Dari kedua uji tersebut dapat

diidentifikasi sebagai bakteri penambat N non simbiotik.

A.  Tujuan

1.    Mengetahui cara mengisolasi mikroorganisme pada tanah akar

Putri Malu (Mimosa pudica)

2.    Menghitung jumlah sel melalui metode Colony Form unit (CFU)

3.    Mengidentifikasi mikroorganisme pada tanah akar Putri Malu

(Mimosa pudica)

B.  Tinjauan Pustaka

Rasti saraswati, dkk (2007:10) menyatakan tanah merupakan

suatu sistem kehidupan yang kompleks yang mengandung berbagai

jenis organisme dengan beragam fungsi untuk menjalankan berbagai

proses vital bagi kehidupan terestrial. Mikroba bersama-sama

fauna tanah melaksanakan berbagai metabolisme yang secara umum

disebut aktivitas biologi tanah. Perannya yang penting dalam

perombakan bahan organik dan siklus hara menempatkan organisme

tanah sebagai faktor sentral dalam memelihara kesuburan dan

produktivitas tanah.

Menurut Rasti Saraswati (2008:42), populasi mikroba tanah

yang terdiri atas alga biru-hijau, fitoplankton, bakteri,

cendawan, dan aktinomiset pada permukaan dan lapisan olah tanah

mencapai puluhan juta setiap gram tanah, yang merupakan bagian

integral dan pembentuk kesuburan tanah pertanian.

Menurut Rasti saraswati, edi husen dan simanungkali (2007:10-

11), bakteri adalah organisme prokariotik bersel tunggal dengan

jumlah kelompok paling banyak dan dijumpai di tiap ekosistem

terestrial. Walaupun ukurannya lebih kecil daripada aktinomisetes

dan jamur, bakteri memiliki kemampuan metabolik lebih beragam dan

memegang peranan penting dalam pembentukan tanah, dekomposisi

bahan organik, remediasi tanahtanah tercemar, transformasi unsur

hara, berintegrasi secara mutualistik dengan tanaman, dan juga

sebagai penyebab penyakit tanaman.

Cendawan (fungi) adalah mikroorganisme eukariotik yang

berbentuk filamen. Cendawan biasanya terdapat pada tempat-tempat

yang banyak mengandung substrat organik. Peran cendawan dalam

suatu ekosistem biasanya sebagai perombak bahan organik, agen

penyakit, simbion yang menguntungkan, dan agen agregasi tanah.

Metode agar cawan merupakan cara yang biasa digunakan untuk

menghitung total cendawan karena baik untuk mikroorgaisme

berspora dan cendawan lebih cepat tumbuh.

Actinomycetes termasuk bakteri yang berbentuk batang, gram

positif, bersifat anaerobik atau fakultatif. Struktur

Actinomycetes berupa filament lembut yang sering disebut hifa

atau miselia, sebagaimana yang terdapat pada fungi, memiliki

konidia pada hifa yang menegak. Actinomycetes merupakan bakteri

yang bereproduksi dengan pembelahan sel, rentan terhadap

pinicilin tetapi tahan terhadap zat antifungi (Rollin and Joseph,

2000).

Actinomycetes selalu ditemukan pada substrat alam, seperti

tanah dan kompos, air kolam, bahan makanan, dan di atmosfer. Laut

dalam, bukan merupakan habitat yang baik bagi Actinomycetes.

Actinomycetes hidup dan memperbanyak diri dalam tanah dan kompos

(Purwadisastra, 1973).

Streptomyces merupakan genus yang paling banyak ditemukan di

tanah dan kompos (Waksman, 1967). Pada tanah yang kering dan

panas (hangat), banyak ditemukan Actinomycetes, seperti

Streptomyces, kelompok mikroorganisme ini menyebabkan bau musty,

yaitu bau seperti tanah yang baru dibajak (Budiyanto, 2004).

Menurut Ambarwati dan Azizah Gama T (2009 : 103), keberadaan

Actinomycetes dalam tanah Sebanyak 22 genus Actinomycetales telah

berhasil diisolasi dari sampel tanah yang berasal dari 12 tempat

di Yunnan dan 91% diindikasikan sebagai Streptomyces. Penelitian

ini juga menyimpulkan bahwa pada tanah yang lebih kering, lebih

tandus dan lebih dingin, lebih banyak ditemukan Streptomyces.

Habitat Streptomyces adalah di tanah, bahkan 70%

mikroorganisme yang ada di tanah adalah Streptomyces (Rao, 2001).

Di tanah yang subur seperti daerah rhizosfer jumlah Streptomyces

akan lebih banyak. Actinomycetes merupakan bakteri yang memiliki

morfologi mirip fungi karena dapat membentuk filamen. Sedangkan

menurut Coyne (1999) Actinomycetes dapat dibedakan dengan fungi

berdasarkan dua karakter penting, yaitu

1.      Actinomycetes tidak memiliki nukleus sejati sehingga

digolongkan sebagai prokariot.

2.      Actinomycetes membentuk hifa yang berdiameter 0,5-1,0 ìm, hifa

ini lebih kecil dari hifa fungi yang berdiameter 3,0 – 8,0 ìm.

Rasti saraswati, Edi husen dan Simanungkalit (2007 : 10),

keberadaan mikroba di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi

fisik, kimia, dan biologi tanah. Ungkapan Beijerinck (the Father of

Microbial Ecology) “Every-thing is everywhere and the milieu selects” menjelaskan

besarnya peran faktor lingkungan dalam seleksi mikroba;

lingkungan yang memilih, jenis mikroba mana saja yang dapat hidup

dan berkembangbiak dalam suatu ekosistem tanah tertentu.

Perbedaan berbagai atribut mikroba pada berbagai kondisi tanah

disebabkan antara lain oleh perbedaan jenis dan kandungan bahan

organik, kadar air, jenis penggunaan tanah dan cara

pengelolaannya. Sedangkan menurut Budiyanto (2004), populasi

mikroorganisme dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu jumlah dan jenis zat hara dalam tanah, kelembaban, tingkat

aerasi, suhu, pH dan perlakuan pada tanah, seperti pemupukan atau

terjadinya banjir.

Saraswati et al. (2004:169-189) secara umum menggolongkan

fungsi mikroba menjadi empat, yaitu (1) meningkatkan ketersediaan

unsur hara tanaman dalam tanah, (2) sebagai perombak bahan

organik dalam tanah dan mineralisasi unsure organik, (3) bakteri

rizosfer-endofitik untuk memacu pertumbuhan tanaman dengan

membentuk enzim dan melindungi akar dari mikroba patogenik, (4)

sebagai agensia hayati pengendali hama dan penyakit tanaman.

Berbagai reaksi kimia dalam tanah juga terjadi atas bantuan

mikroba tanah (Yoshida 1978 : 445-463).

Mikroba berguna (effective microorganisme) sebagai komponen

habitat alam mempunyai peran dan fungsi penting dalam mendukung

terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses,

seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik,

fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi. Dalam

aliran .pertanian input organik., mikroba diposisikan sebagai

produsen hara, tanah dianggap sebagaimedia biosintesis, dan hasil

kerja mikroba dianggap sebagai pensuplai utama kebutuhan hara

bagi tanaman. Di Amerika Serikat,mikroba tanah dipandang sangat

penting, sehingga menjadi salah satu indikator dalam menentukan

indeks kualitas tanah (Karlen et al. 2006 : 484-495). Semakin

tinggi populasi mikroba tanah semakin tinggi aktivitas biokimia

dalam tanah dan semakin tinggi indeks kualitas tanah.

Rasti Saraswati dan Sumarno (2008 : 42), proses dekomposisi

dan mineralisasi hara yang berasal dari bahan organik dalam tanah

dan fiksasi nitrogen oleh rhizobia merupakan kegiatan mikroba

tanah yang berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah.

Di samping itu, mikroba sebagai perantara dalam reaksi kimia dan

proses fisik secara metabolik di atas permukaan dan dalam tanah

dapat mengurangi dampak negatif kontaminasi logam berat.

Pengambilan contoh tanah rizosfir/rizoplan menurut Rasti

saraswati, edi husen dan simanungkalit (2007:7)

1.    Rizosfir merupakan porsi tanah yang langsung dipengaruhi oleh

akar tanaman, sedangkan rizoplan adalah permukaan akar dengan

tanah yang melekat kuat pada permukaannya. Batas rizosfir dimulai

dari permukaan akar sampai ke batas dimana akar tidak lagi

berpengaruh langsung terhadap kehidupan mikroba (bisa mencapai 5

mm).

2.    Tetapkan tanaman yang akan digali dan bersihkan permukaan

tanah di bawah tajuk dari daun atau serasah.

3.    Gali tanah di bawah tajuk di sekitar perakaran secara

perlahan-lahan dengan sendok tanah atau spatula. Kemudian

pisahkan akar dari bongkahan tanah besar dan membiarkan sebanyak

mungkin tanah yang melekat pada akar.

4.    Potong bagian tajuk tanaman di dekat pangkal akar lihat pada

gambar kemudian masukkan akar beserta tanah yang melekat ke dalam

plastik, beri label, dan selanjutnya masukkan ke dalam kotak es.

Gambar. Akar beserta tanah yang melekat kuat diambil sebagai

contoh tanah rizosfir atau rizoplan (CR)

5.    Pengambilan contoh rizosfir/rizoplan kedua dari jenis tanaman

yang berbeda dilakukan setelah semua peralatan bersih dan steril

dengan cara seperti dijelaskan pada bagian alat dan bahan di

atas.

Putri Malu (Mimosa pudica)

Tanaman putri malu tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan

terlantar, dan tempat - tempat terbuka yang terkena sinar

matahari. Tumbuhan asli Amerika tropis dapat di temukan pada

ketinggian 1-1200 m, cepat berkembangbiak, tumbuh memanjat atau

berbaring, tinggi 0,3 - 1,5 m. (Dalimartha. S, 2003).

Mimosa pudica termasuk dalam famili leguminosa. Pada akar-

akarnya terdapat bintil yang berkembang sebagai akibat penetrasi

bakteri pengikat nitrogen (spesies Rhizobium) ke dalam rambut

akar. Bakteri tersebut memasuki akar terutama melalui rambut

akar. Sambil memperbanyak diri, bakteri tersebut membentuk benang

infeksi dengan terkurungnya dalam selubung dari bahan seperti gum

(Fahn, 1991).

Adapun ciri – ciri umum bakteri Rhizobium adalah merupakan gram

negatif, bersifat aerob, berbentuk batang dengan ukuran sekitar

0,5 – 0,9 μm x 1,2 – 3 μm. Bakteri ini termasuk dalam famili

Rhizobiaceae. Bakteri ini banyak terdapat di dalam daerah perakaran

tanaman legume dan membentuk hubungan simbiotik inang khusus

(Yuwono.T, 2006).

C.  Alat dan Bahan

Alat–alat yang dibutuhkan dalam percobaan ini meliputi dua

buah cawan petri yang digunakan sebagai tempat media dan untuk

tempat media isolasi bakteri. Satu buah pipet mikro yang

digunakan untuk mengambil dan mengukur volume larutan pada

pengenceran. Satu buah pipet tetes untuk mengambil aquades dalam

proses pengenceran. Satu buah batang L digunakan untuk meratakan

tetesan pengenceran pada media. Satu buah bunsen yang digunakan

mensterilkan alat pada proses inkubasi. Satu buah rak tabung

reaksi yang digunakan untuk menempatkan tabung reaksi. Empat buah

tabung reaksi yang digunakan sebagai tempat pengenceran. Satu

buah gelas ukur 10ml yang digunakan untuk mengukur volume

aquades. Satu buah gelas beker 100ml untuk mengukur volume

aquades . Dua buah gelas beker yang digunakan untuk wadah

melarutkan bubuk NA. Satu buah autoclave yang digunakan untuk

mensterilkan alat dan bahan. Tiga buah kertas buram yang

digunakan untuk membungkus cawan petri. Karet gelang secukupnya

yang digunakan untuk mengikat mulut erlenmeyer. Tiga buah objeck

glass yang digunakan untuk menempatkan preparat yang akan

diamati. Tiga buah deg glass yang digunakan untuk menutup

preparat pada objeck glass. Satu buah mikroskop yang digunakan

untuk mengamati preparat yang telah dibuat. Satu buah mikroskop

yang digunakan untuk mengamati preparat. Enam buah pipet tetes

untuk memindahkan larutan dalam ukuran tetes. Satu buah kain lap

yang digunakan untuk mengeringkan alat yang telah dicuci. Kapas

dan alumunium foil secukupnya yang digunakan untuk menutup mulut

erlenmeyer sebelum di sterilkan. Plastik tahan panas secukupnya

yang digunakan untuk melapisi alat dan bahan yang akan

disterilkan pada autoclave.

Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini meliputi 1 gram

tanah pada akar putri malu (Mimosa pudica) yang digunakan sebagai

tempat hidup mikroorganisme, 0.45 gram bubuk NA untuk membuat

media NA, Alkohol 70 % secukupnya digunakan untuk dekolorisasi

pada saat pewarnaan. Aquades 14 ml yang digunakan dalam proses

pembuatan media, pengenceran menggunakan aquades 19.8 ml dan

pencucian saat pewarnaan juga menggunakan aquades. Masing-masing

1,5 ml larutan gentian violet, iodium, safranin yang digunakan

dalam proses pewarnaan.

D.  Cara Kerja

Sterilisasi Alat

Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan

ini. Kemudian membungkus cawan petri pada posisi terbalik dengan

kertas buram lalu memasukkan ke dalam plastik dan mengikat dengan

karet gelang dan menutup mulut tabung reaksi dengan kapas dan

alumunium foil, mengikat dengan karet gelang. Semua alat-alat

tersebut di masukkan kedalam plastik tahan panas. Lalu memasukkan

ke dalam autoclave dengan penataan yang rapi. Kemudian

mensterilakan alat dengan autoclave selama 1 jam dengan suhu

121°C dan tekanan 7.55 kg. Setelah berbunyi dering jangan

langsung diambil tunggu hingga suhu turun menjadi angka 0.

Kemudian keluarkan alat dari autoclave.

Pembuatan media NA dan Sterilisasi Bahan

Siapakan alat dan bahan yang digunakan. Menimbang NA bubuk

sebanyak 0.45 gram atau 3,2% dengan menggunakan neraca analitik.

Kemudian larutkan bubuk NA dengan 14 ml akuades dalam gelas

beker. Lalu menghomogenkan larutan NA dengan magnetic stirrer.

Kemudian memindahkan larutan NA ke dalam Erlenmeyer, kemudian

menutupnya dengan kapas dan alumunium foil, lalu mengikat dengan

karet gelang. Media NA dalam percobaan ini menggunakan

konsentrasi 3.2%.

Sterilisasi media dengan autoklave selama setengah jam

seperti halnya prosedur pada sterilisasi alat. Setelah bel

berbunyi dari autoklaf kemudian mematikan sumber listrik serta

mununggu hingga suhu turun menuju angka 0 barulah autoklaf dapat

di buka.

Setelah itu media yang telah dibuat dalam Erlenmeyer

didekatkan pada api bunsen agar selalu terjaga kesterilannya.

Kemudian mengambil cawan petri yang sudah disterilisasi kemudian

sterilisasi dengan api bunsen yang menyala, kemudian menuang

media NA yang sudah dibuat ke dalam cawan petri, putar–putar

media tersebut dekat api bunsen, kemudian menunggu hingga media

membentuk agar lalu membungkus media agar cawan menggunakan

kertas buram dengan posisi cawan yang berbalik.

Isolasi dan enumerasi

Menyiapkan tanah sampel sebanyak 1 gram. Kemudian

mengencerkan tanah pada akar tanaman Putri Malu (Mimisa pudica)

sampai tingkat konsentrasi mencapai 106 dengan menggunakan

akuades sebanyak 19,8 ml yaitu dengan mengambil 1 gram tanah

diencerkan dalam 9 gram aquades dan kemudian mengambil 1 mL dari

larutan tadi lalu encerkan dengan 9 mL aquades. Kemudian ambil

0.1 mL hasil larutan tadi dengan menggunakan mikropipet lalu

encerkan dengan aquades sebanyak 9.9 mL. Setelah itu ambil lagi

dari larutan tadi sebanyak 0.1 mL kemudian encerkan dengan 9.9 mL

aquades. Hasil pengenceran tadi adalah 10-6.

Kemudian mengambil media NA yang telah disiapkan, kemudian

mendekatkanya pada api Bunsen dengan cara diputar-putar. Lalu

mengambil 1 ml air hasil pengenceran dengan menggunakan pipet

mikro, kemudian meneteskan air sampel sebanyak pada cawan petri

yang sudah ada media NA, ratakan menggunakan batang L. Lalu

bungkus cawan petri dengan menggunakan kertas buram kemudian

memasukannya dalam inkubator selama 24 jam. Lalu amati dan hitung

jumlah sel bakteri pada setiap sampel.

1 mL0.1 mL0.1 mL1 gram tanah sampel9 aquades9 aquades9.9 aquades9.9 aquadesGambar: enumerasi seri pengenceran 10-6

Identifikasi bakteri dari tanah pada perakaran tanaman Putri

malu (Mimosa pudica) dilakukan dengan berbagai macam kriteria

yaitu dengan pengamatan, meliputi morfologi bakteri dan uji

pewarnaan gram. Pada pengamatan morfologi bakteri dilakukan

pengenalan warna, pinggiran, dan bentuk koloni. Setelah diperoleh

koloni yang terpisah dapat dilakukan berbagai uji pewarnaan gram

(Nurjannah. 2001:78)

Pembuatan preparat

Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Membersihkan

object glass sehingga bebas lemak. Dengan ose membuat goresan

tipis dari biakan bakteri pada permukaan yang telah dibersihkan.

Menggeringkan goresan dikeringkan dengan api. Mefiksasi dengan

cara menyentuhkan permukaan object glass tiga kali berturut-turut

pada ujung api bunsen. Setelah didinginkan preparat siap untuk di

cat.

Pewarnaan preparat

Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. menggenangi

preparat yang sudah jadi dengan larutan zat warna gentianviolet

selama 1-2 menit. membuang sisa cat dengan menyiramkan aquades.

Menggenangi preparat dengalarutan iodium selama 30 detik sampai 1

menit. Melakukan decolorisasi preparat dengan alkohol.

menggenangi preparat dengan larutan safranin selama 1-2 menit.

Mencuci dengan aquades dan keringkan. Kemudian mengamati dibawah

mikroskop.

E.  Data Pengamatan

Isolasi mikroorganisme dari substrak cair dengan metode

pengenceran dan penghitungan CFU

Ha

ri

Sebara

n

Cawan

petri

Volum

e

sebar

Keterangan Jumlah

koloni

an1. NA 10-6 A 0.1

mL

Koloni putih 171

NA 10-6 B 0.1

mL

Koloni putih 139

2. NA 10-6 A 0.1

mL

Koloni putih

Koloni hijau berlendir

Koloni orange berlendir

196

5

3NA 10-6 B 0.1

mL

Koloni putih berlendir

Koloni hijau berlendir

Koloni orange berlendir

161

6

2

Identifikasi bakteri dari morfologi dan pewarnaan gram

N

o

Gambar

Keterangan

BentukGram

posit

if

Gram

negati

ve1   +  Bentuknya

basil. 

Warna: merah

Morfologi:

Koloni warna

putih dan

bulat.2  + Bentuk cocus.

Warna: merah

Morfologi:

Koloni

berwarna

orange

berlendir dan

koloninya

berbentuk

bulat.3  + Bentuk: cocus

Warna: merah

Morfologi:

Koloni warna

hijau

berlendir dan

bulat.

F.   Pembahasan

Pengambilan tanah pada akar tanaman Putri malu (Mimosa pidica)

pada percobaan ini dilakukan dengan cara random yang berada di

depan pura Universitas Sebelas Maret sebanyak satu tanaman.

Mikroba tanah dapat diisolasi dan ditumbuhkan pada medium

buatan. Beberapa medium yang banyak digunakan adalah agar ekstrak

tanah (soil extract agar), trypticase soy agar (TSA), dan nutrient agar (NA).

(Rasti S, Edi husen dan simanungkalit, 2007:10). Pada peneltian

ini, medium yang digunakan adalah nutrient agar (NA) karena media

ini merupakan media yang tidak selektif sehinga bakteri anaerob

juga bisa tumbuh pada media ini.

Isolasi pada percobaan ini dengan menggunakan isolasi pada

agar cawan dengan metode tuang. Metode tuang diperlukan

pengenceran. Pada percobaan ini menggunakan pengenceran 10-6.

Jumlah mikroba yang tumbuh pada medium ini akan dihitung oleh

colony forming units (CFU).

Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel

mikroorganisme hidup dalam suspense akan tumbuh menjadi satu

koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan

yang sesuai. Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh

dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah

mikroorganisme dalam suspense tersebut.berdasarkan hal tersebut

digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per gram tanah.

Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh

menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin

diketahui jumlah bakterinya pada penelitian ini menggunakan

pengenceran dengan tingkat 10-6 dengan teknik Spread Plate dengan

menggunakan batang L. Cara menghitung sel relative / CFU’s per

gram tanah

CFU’s / gram tanah = jumlah koloni X factor pengenceran

Berikut perhitungannya dari data pengamatan yaitu

Pada cawan petri (A)

1.      NA 10-6

Pengamatan pertama dilakukan setelah 2 hari pengenceran:

Koloni = 171

Fp = 1/10-6

SP = 1 gram tanah

CFU’s / ml = jumlah koloni X factor pengenceran

= 171 x 106 CFU’s / 1 gram tanah

= 171 000 000 CFU’s / 1 gram tanah

= 17, 1 X 107 CFU’s / ml

2.    Pengamatan pertama dilakukan setelah 4 hari pengenceran:

Koloni = 204

Fp = 1/10-6

SP = 1 gram tanah

CFU’s / ml = jumlah koloni X factor pengenceran

= 204 x 106 CFU’s / 1 gram tanah

= 204 000 000 CFU’s / 1 gram tanah

= 20, 4 X 107 CFU’s / gram tanah

Pada cawan petri B

1.    NA 10-6

Pengamatan pertama dilakukan setelah 2 hari pengenceran:

Koloni = 139

Fp = 1/10-6

SP = 1 gram tanah

CFU’s / ml = jumlah koloni X factor pengenceran

= 139 x 106 CFU’s / 1 gram tanah

= 139 000 000 CFU’s / gram tanah

= 13,9 X 107 CFU’s / ml

2.    Pengamatan pertama dilakukan setelah 4 hari pengenceran

Koloni = 169

Fp = 1/10-6

SP = 1 gram tanah

CFU’s / ml = jumlah koloni X factor pengenceran

= 169 x 106 CFU’s / 1 gram tanah

= 169 000 000 CFU’s / 1 gram tanah

= 16,9 X 107 CFU’s / gram tanah

Tabel perbandingan jumlah koloni pada cawan petri A dan B

Cawan

Petri

Jumlah koloni bakteriPengamatan pertama Pengamatan kedua

A 17, 1 X 107 CFU’s /

gram tanah

20, 4 X 107 CFU’s / gram

tanahB 13,9 X 107 CFU’s /

gram tanah

16,9 X 107 CFU’s / gram

tanahPada tabel 1 terlihat bahwa pada cawan petri A terdapat

perbedaan jumlah koloni pada pengamatan pertama dengan kedua

menunjukan bahwa pengamatan kedua punya jumlah koloni lebih

banyak dibandingkan pengamatan pertama. Perbedaan ini menunjukan

bakteri mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakan sehingga

jumlah koloni bisa bertambah. Pada cawan petri B menunjukan hal

yang sama dengan cawan petri A yaitu pada pengamatan pertama

tumbuh jumlah koloni lebih banyak dibanding dengan pengamatan

kedua.

Identifikasi bakteri dalam percobaan ini dilakukan dengan

beberapa cara yaitu dengan menggunakan bentuk morfologinya dan

uji pewarnaan gram.

Pada percobaan ini diperoleh bakteri dengan koloni bentuknya

bulat dan berwarna putih, dan ketika diuji dengan pewarnaan gram

ternyata berwarna merah sehingga menunjukan bakteri tersebut

termasuk bakteri gram dan bentuknya basil.

Bakteri dalam genus Rhizobium merupakan bakteri gram negatif,

berbentuk basil, aerob, tidak berspora, koloninya berwarna putih

berbentuk sirkular, merupakan penambat nitrogen yang hidup di

dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume,

bersifat host spesifik satu spesies Rhizobium cenderung membentuk

nodul akar pada satu spesies tanaman leguminose. Rhizobium

menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang

tidak berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat

menghidrolisis selulose. (Tarigan, 1988).

Dari data di atas dapat diambil kesimpulan jika dalam

penelitian ini ditemukan bakteri yang berkoloni putih dan bulat,

bentuknya basil, dan termasuk bakteri gam negative adalah

Rhizobium sp.

Gambar 1. Bakteri Rhizobium sp hasil pewarnaan gram.

Pada bakteri yang morfologi koloninya berwarna orange

berlendir dan bentuk koloninya bulat, ketika diidentifikasi

dengan pewarnaan gram menunjukan warna merah sehingga bakteri

gram negatif. Pada bakteri dengan koloni bakteri yang berwarna

hijau berlendir dan koloninya bulat juga termasuk bakteri gram

negatif karena dalam pewarnaan gram berwarna merah.

Koloni bakteri yang tumbuh pada media NA menampakkan warna

yang beragam mulai dari kuning, putih, berlendir, bening dan

coklat. Demikian pula bentuk koloninya beragam, mulai dari

circulair dan irregular. Bakteri tersebut diidentifikasi sebagai

bakteri penambat N non simbiotik (Hesti, 2006: 56).

Berdasarkan referensi di atas maka dapat ditarik

kesimpulanbakteri yang berkoloni orange berlendir dan hijau

berlendir termasuk bakteri penambat N non simbiotik

Gambar dari referensi

 

Gambar dari penelitian dari kiri ke kanan adalah cawan petri A dan B

G. Kesimpulan

Cara isolasi mikroorganisme pada tanah akar Putri Malu

(Mimosa pudica) dengan menggunakan agar cawan dengan metode tuang.

Metode tuang dengan pengenceran 106.

Jumlah mikroba yang tumbuh pada medium ini akan dihitung oleh

colony forming units (CFU). Pada cawan A, pengamatan pertama ditumbuhi

koloni sebanyak 17, 1 X 107 CFU’s/ gram tanah, dan pengamatan

kedua sebanyak 20,4 X 107 CFU’s/ gram tanah. Pada cawan B,

pengamatan pertama ditumbuhi koloni sebanyak 13,9 X 107

CFU’s/gram tanah, dan pengamatan kedua sebanyak 16,9 X 107

CFU’s/gram tanah. Bertambahnya jumlah koloni menunjukan bahwa

bakteri mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakan.

Identifikasi bakteri yang terdapat pada tanah perakaran

tanaman Putri Malu (Mimosa pudica) menggunakan bentuk morfologi

koloni dan dengan menggunakan pewarnaan gram.

Hasil dalam penelitian ini ditemukan bakteri yang berkoloni

putih dan bulat, bentuknya basil, dan termasuk bakteri gam

negative adalah Rhizobium sp. Pada bakteri yang morfologi koloninya

berwarna orange berlendir dan bentuk koloninya bulat, ketika

diidentifikasi dengan pewarnaan gram menunjukan warna merah

sehingga bakteri gram negatif. Pada bakteri dengan koloni bakteri

yang berwarna hijau berlendir dan koloninya bulat juga termasuk

bakteri gram negatif karena dalam pewarnaan gram berwarna merah.

Kedua bakteri tersebut tersebut diidentifikasi sebagai bakteri

penambat N non simbiotik.

 

Daftar Pustaka

Ambarwati dan Azizah Gama T . 2009. Isolasi Actinomycetes Dari Tanah Sawah

Sebagai Penghasil Antibiotik. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 10, No. 2.

Budiyanto, M.A.K. 2004. Mikrobiologi Terapan. Malang : UMM Press.

Coyne, M., 1999. Soil Microbiology: An exploratory approach. USA :An

International Thomson Publishing Company.

Karlen D.L., E.G. Hurley, andA.P.Mallarino. 2006. Crop rotation on soil

quality at three northern corn/soybean belt location. J. Agron.

Nurhayati, Hesti. 2006. Isolasi Dan Seleksi Bakteri Penambat Nitrogen Non

Simbiotik Dari Lahan Kering Masam.Malang: UIN press (Sktripsi)Nurjannah. 2001. Isolasi, Identifikasi, Dan Penentuan Jumlah Bakteri Asal Tambak

Tanah Gambut. Buletin Teknik Pertanian Vol. 6. Nomor 2

Purwadisastra, R., A., 1973. Evaluasi Actinomycetes Penghasil Antibacterial-

Antibiotics didalam Kompos. Diakses: Kamis, 29 November 2012 di

http://digilib.bi.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi-gdl-sl-1973-

rutarianip-1044&node=1654&start=1

Rao, N., S. 2001. Soil Microbiology. USA :Fourth Edition of Soil

Microorganisme and Plant Growth. Science Publishers, Inc. Enfield

(NH).

Rasti Saraswati dan Sumarno . 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah

Sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Jurnal iptek tanaman pangan vol.

3 no. 1

Rasti saraswati, edi husen dan simanungkalit. 2007. Metode Analisis

Biologi Tanah. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan

Pertanian

Rollins, D. M., & Joseph, S. W. 2000. Actinomycetes Summary.

University of Maryland

Saraswati, R., T. Prihatini, dan R.D. Hastuti. 2004. Teknologi pupuk

mikroba untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan keberlanjutan sistem produksi

padi sawah.. Dalam: FahmuddinAdus et al. (Eds.) Tanah sawah dan

teknologi pengelolaannya. Bogor: Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat.

Tarigan, Jeneng.1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta:Dekdikbud

Waksman, S. A. 1967. The Actinomycetes. New York: The Ronald Press

Company.

Yoshida, T. 1978. Microbial metabolism in rice soils. Philippines, Los

Banos, In: Soil and Rice. IRRI.

Diposkan oleh Diana Fatihatul di 05.20 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

1 komentar:

1.

Faisol Hezim 7 Desember 2013 10.50

thanks gan, berguna banget ini blog.... :),|.|,=>fairulfh.blogspot.com

Balas

Muat yang lain...Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog ▼   2013 (50)

o ►   Juli (8) o ►   Juni (11) o ►   Mei (2) o ►   April (13) o ►   Februari (14) o ▼   Januari (2)

Laporan Museum Sangiran Mikrobiologi Tanah

►   2012 (5)

Mengenai Saya

Diana Fatihatul Lihat profil lengkapku Template Simple. Gambar template oleh gaffera. Diberdayakan oleh

Blogger. http://dianafatihatul.blogspot.com/2013/01/mikrobiologi-tanah.html